-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
1/45
Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan
Bencana di Indonesia
Lomba Karya Tulis Mahasiswa
Oleh:
Krisantus Sembiring
13503121
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2007
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
2/45
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
3/45
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan
rahmat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik, tepat
pada waktunya. Merupakan suatu kebanggaan dan kehormatan tersendiri bagi penulis,
karena karya tulis ini disusun dalam rangka berpartisipasi pada Lomba Karya Tulis
Mahasiswa (LKTM) yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional .
Adapun judul dari karya tulis ini adalah "Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan
Bencana di Indonesia". Penulis merasa masalah penanggulangan bencana yang saat ini
menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi Bangsa Indonesia. Hal ini dapat
dilakukan secara lebih efektif dan efisien dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan
informasi.
Penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut serta
membantu tersusunnya karya tulis ini, baik berupa dukungan moral maupun material.
Secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing,
Bapak Rinaldi Munir dan teman penulis Nurkholis Madjid yang banyak memberikan
masukan bagi penulis. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh dewan
juri lomba karya tulis mahasiswa yang akan menilai dan mempertimbangkan apa yang
disampaikan penulis pada karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis juga berharap semoga karya
tulis ini bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi masyarakat luas pada umumnya.
Sekian dan terima kasih.
Bandung, 30 Maret 2007
Penulis
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
4/45
iv
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ............................................................................................................... ii
Kata Pengantar ...................................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................................... iv
Daftar Gambar ........................................................................................................................ v
Daftar Tabel .......................................................................................................................... vi
Daftar Istilah ........................................................................................................................ vii
RINGKASAN ..................................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
BAB II TELAAH PUSTAKA ............................................................................................... 4
2.1 Penanganan Bencana ............................................................................................... 4
2.2
Teknologi Informasi dan Komunikasi Terkait Penanganan Bencana ..................... 6
2.2.1 Sistem Informasi Penanggulangan Bencana (SIPB) ............................................ 6
2.2.2 Sistem Informasi Geografis dan Pengindraan Jauh ............................................. 7
2.2.3 Emergency Medical Care Information System (EMCIS) .................................... 9
2.2.4 Aplikasi Inteligensi Buatan ................................................................................ 12
2.2.5 Infrastruktur Telekomunikasi ............................................................................ 13
2.3 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Penanganan Bencana 13
2.3.1 Pemanfaatan Emergency Medical Care Information System ............................ 13
2.3.2 Pemanfaatan Pengindraan jauh .......................................................................... 15
2.3.3 Pengembangan Infrastruktur Data Spasial ......................................................... 16
2.3.4
Pemanfaatan Aplikasi Inteligensi Buatan .......................................................... 17
2.3.5 Pemanfaatan Sistem Informasi Penanggulangan Bencana ................................ 17
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................................... 20
3.1 Penanganan Bencana di Indonesia dan Permasalahannya..................................... 20
3.2 Analisis Permasalahan dan Kebutuhan Sistem Informasi ..................................... 23
3.3 Usulan Solusi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana di Indonesia ............. 26
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 32
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 32
4.2 Saran ...................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... ix
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
5/45
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Distribusi kejadian bencana di Indonesia [1] ........................................................ 2
Gambar 2 Siklus Penanganan Bencana .................................................................................. 4
Gambar 3 Kronologis jumlah kematian pada gempa di Jepang tahun 1995 [7] .................. 10
Gambar 4 Contoh penggunaan Emergency Medical Care Information System [8] ............. 11
Gambar 5 Pengiriman data melalui transmisi radio [20] ..................................................... 13
Gambar 6 Arsitektur Penerapan EMCIS [11] ...................................................................... 15
Gambar 7 Arsitektur Basis Data Spasial [18] ...................................................................... 17
Gambar 8 Prosedur pelaporan kejadian bencana ................................................................. 21
Gambar 9 Usulan Arsitektur Sistem Informasi Penanggulangan Bencana .......................... 29
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
6/45
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penyebab Kematian korban gempa di Jepang tahun 1995 [7] ............................... 10
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
7/45
vii
DAFTAR ISTILAH
Istilah Keterangan
ANFIS Adaptive Neuro-Fuzzy Inference Systems merupakan teknik
inteligensi buatan yang merupakan pengembangan dari jaringan saraf
tiruan.
Case Based
Reasoning
Teknik inteligensi buatan untuk proses pembelajaran dengan
menggunakan studi kasus.
Clustering Teknik inteligensi buatan untuk pengelompokan tanpa mengetahui
jumlah kelompok yang dihasilkan
EMCIS Emergency Medical Care Information System
GPS Global Positioning SystemIDS Infrastruktur Data Spasial
Knowledge Base Pengetahuan yang digunakan Sistem Pakar untuk memberikan responkepada pengguna misalnya jawaban pertanyaan
Rule Based
Learning
Teknik intelijensia buatan untuk proses pembelajaran denganmenggunakan aturan-aturan berupa rule
SIG Sistem Informasi Geografis
SIPB Sistem Informasi Penanggulangan Bencana
SIPB Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Pusat
SIPBD Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Daerah
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
8/45
viii
RINGKASAN
Indonesia adalah negara dengan potensi alam yang besar berdasarkan kondisi geografis dan
geologisnya. Akan tetapi, hal ini juga menyebabkannya menjadi negara yang rawan akan
bencana. Untuk mengurangi dampak bencana teknologi informasi dan komunikasi memiliki
banyak potensi terutama dalam sosialisasi penanggulangan bencana, memprediksi adanya
bencana, membantu dalam mengambil keputusan terkait dengan bencana, menyebarkan
peringatan akan adanya bencana kepada masyarakat, dan pengelolaan korban becana ketika
bencana itu sendiri sudah terjadi. Hal ini dilakukan dengan bantuan Sistem Informasi
Penanggulangan Bencana yang terkait dengan teknologi seperti Emergency Medical Care
Information System, Sistem Informasi Geografis, Global Positioning System, pengindraan
jauh, serta teknologi komunikasi seluler dan radio.
Salah satu permasalahan utama penerapan Sistem Informasi Penanggulangan Bencana di
Indonesia adalah organisasi terkait menggunakan aplikasi sendiri, terdapat banyak sumber
data dengan format yang berbeda, serta terbatasnya infrastruktur telekomunikasi dan
sumber daya manusia. Oleh karena itu, diusulkan penggunaan Sistem informasi
Penanggulangan Bencana yang terdiri dari empat komponen utama yaitu aplikasi di pusat
penanganan bencana, sumber data yang terintegrasi, aplikasi di daerah dan aplikasi yang
digunakan oleh petugas di lapangan. Meskipun demikian, seberapa besar manfaat yang
dapat diperoleh sangat bergantung pada keterlibatan dan koordinasi yang baik antara
seluruh komponen bangsa yang terlibat dalam penggunaannya.
Adapun pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk karya tulis ini, sepenuhnya
hasil studi literatur dari bahan-bahan yang penulis dapatkan dari berbagai sumber diinternet dan jurnal ilmiah. Berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan, penulis
menganalisis permasalahan penanganan bencana dan potensi penggunaan Sistem Informasi
Penanggulangan Bencana untuk mengatasinya.
Kata kunci: Disaster Management , Emergency Medical Care Information System,
Teknologi Informasi dan Komunikasi, Sistem Informasi Penanggulangan Bencana.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
9/45
BAB I
PENDAHULUAN
Lokasi geografis dan kondisi geologis Indonesia telah membuatnya sebagai negara yang
memiliki berbagai potensi alam, tetapi juga rentan terhadap bencana. Secara geografis,
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng
tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan
Samudera pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik
(volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, yang
sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh
rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti gempa
bumi, letusan gunung berapi, tsunami, angin taufan. Gempa bumi yang disebabkan oleh
interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang jika terjadi di samudera.
Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik, maka
Indonesia berpotensi untuk sering mengalami tsunami.
Kejadian bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Di samping bencana
alam, Indonesia juga rentan terhadap bencana yang turut diakibatkan oleh kesalahan
perilaku manusia seperti banjir, longsor, kebakaran hutan, polusi, konflik sosial, degradasi
lingkungan, kegagalan teknologi dan transportasi serta penyebaran wabah penyakit. Bahkan
menurut data bencana dari BAKORNAS PB (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan
Bencana) menyebutkan bahwa dari Januari 2002 sampai Juni 2005 telah terjadi 1429
bencana [1] dan pada tahun 2006 telah meningkat menjadi 1.824 [2].
Dari data tersebut frekuensi kejadian bencana geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan
gunung berapi) hanya 6,4 persen [1]. Akan tetapi, bencana ini telah menimbulkan
kerusakan dan korban jiwa yang besar, di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan
Sumatera Utara tanggal 26 Desember 2004, gempa bumi besar yang melanda Pulau Nias
pada tanggal 28 Maret 2005 dan gempa di Selatan Kota Yogyakarta/Kabupaten Bantul pada
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
10/45
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
11/45
3
dampak yang lebih besar seperti tsunami turut menghancurkan infrastruktur transportasi
dan telekomunikasi sehingga menyulitkan penanganan bencana. Oleh karena itu, teknologiinformasi dan komunikasi dapat digunakan karena dapat membantu akses, analisis dan
pertukaran informasi dengan mudah sehingga memungkinkan penaganan bencana yang
lebih efektif dan efisien. Adapun beberapa aplikasi teknologi informasi dan komunikasi
yang dapat digunakan antara lain Sistem Informasi Geografis (SIG), Emergency Medical
Care Information System, Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan / Decision Support
System (DSS), serta teknologi telekomunikasi nirkabel dan radio yang tergabung dalam
sebuah Sistem Informasi Penanggulangan Bencana.
Jadi, pada karya tulis ini akan dikaji aplikasi teknologi informasi dan komunikasi yang
dapat digunakan untuk penanganan bencana dan manfaatnya, apa saja yang dibutuhkan
untuk menerapkannya, dan bagaimana aplikasi tersebut dapat digunakan untuk menangani
penanganan bencana di Indonesia. Adapun tujuan dari pembuatan karya tulis ini adalah
sebagai sarana untuk menyampaikan salah satu pendayagunaan teknologi informasi dan
komunikasi, untuk membantu agar penanggulangan bencana di Indonesia dapat dilakukan
dengan lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, diharapkan bencana dapat dicegah atau
dampaknya dapat dikurangi.
Penulisan karya tulis ini adalah berdasarkan hasil studi pustaka. Sumber informasi untuk
karya tulis ini diperoleh dari internet terutama dari BAKORNAS PB, e-Health
International Journal, Academic Medicine Journal, dan jurnal ACM. Pada bagian telaah
pustaka dijelaskan mengenai siklus penanganan bencana, teknologi informasi dan
komunikasi yang dapat digunakan pada setiap fase dari siklus tersebut serta beberapa hasil penerapan dan pengembanganya terutama di Indonesia. Selanjutnya, pada bagian
pembahasan diuraikan bagaimana penanganan bencana di Indonesia serta analisis
pemasalahan yang ada. Berdasarkan analisis permasalahan ini, diusulkan solusi yang dapat
digunakan serta apa saja yang dibutuhkan untuk menerapkannya. Pada bagian akhir,
terdapat kesimpulan penulis mengenai apa yang sudah dibahas pada karya tulis ini serta
beberapa saran dalam mengimplementasikan usulan dari penulis.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
12/45
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Penanganan Bencana
Penanganan bencana (emergency management / disaster management ) adalah disiplin ilmu
yang membahas bagaimana menangani resiko dan menghindarinya. Disiplin ilmu ini
melibatkan persiapan, dukungan dan pembangunan ulang masyarakat ketika terjadi bencana
alam atau bencana akibat ulah manusia. Jadi secara umum manajemen bencana adalah
proses berkelanjutan yang melibatkan setiap individu, kelompok, dan komunitas untuk
menangani bencana dengan tujuan untuk menghindari atau mengurangi dampak yang
dihasilkannya. Manajemen bencana yang efektif bergantung pada perencaaan yang
terintegrasi secara menyeluruh pada setiap tingkat pemerintahan dan organisasi lain yang
terlibat.
Terdapat 4 fase utama dalam penanganan bencana yaitu mitigation, preparedness, response
dan recovery. Keempat tahap ini membentuk siklus penanganan bencana seperti yang
dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 Siklus Penanganan Bencana
1. Pencegahan/ Mitigation
Pada fase ini usaha yang dilakukan bertujuan untuk mencegah bahaya (resiko) yang
berpontesi menjadi bencana atau mengurangi efek dari bencana ketika bencana tersebut
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
13/45
5
sudah terjadi. Tahap ini berbeda dari tiga tahap lainnya karena fokus pada usaha jangka
panjang untuk mengurangi dan menghilangkan resiko. Implementasi dari tahap mitigation ketika bencana sudah terjadi dapat juga dianggap sebagai bagian dari tahap recovery.
Usaha mitigasi dapat terstruktur atau tidak terstruktur. Usaha terstruktur menggunakan
solusi teknologi seperti bendungan banjir, sedangkan usaha yang tidak terstruktur meliputi
kegiatan seperti pembuatan peraturan, perencanaan pembangunan (misalnya menyediakan
tempat khusus sebagai kawasan hutan lindung). Kegiatan awal pada tahap ini adalah
identifikasi adanya resiko bencana.
2. Preparedness
Pada tahap persiapan, dilakukan perencanaan kegiatan ketika terjadi bencana. Usaha-usaha
yang umum dilakukan adalah:
a. Perencanaan komunikasi dengan terminologi yang mudah dimengerti dan
rantai perintah
b. Pengembangan dan praktek koordinasi pada pihak-pihak yang terlibat
c. Pemeliharaan dan pelatihan layanan emergency
d.
Pengembangan dan pelatihan sistem peringatan dini yang dikombinasikan
dengan tempat perlindungan dan rencana evakuasi
e. Penimbunan barang, inventori dan pemeliharaan persediaan dan peralatan
3. Response
Pada fase ini dilakukan mobilisasi pihak-pihak yang dibutuhkan ke daerah yang terkena
bencana seperti pemadam kebakaran, polisi, sukarelawan, palang merah dan sebagainya.
4. Pemulihan ( Recovery)
Tujuan dari fase pemulihan adalah mengembalikan daerah yang terkena bencana ke
keadaan semula misalnya pembangunan ulang bangunan yang hancur, perbaikan
infrastruktur yang rusak dan penempatan kembali tenaga kerja.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
14/45
6
2.2 Teknologi Informasi dan Komunikasi Terkait Penanganan Bencana
2.2.1 Sistem Informasi Penanggulangan Bencana (SIPB)
Sistem Informasi Penanggulangan Bencana (SIPB) adalah konsep baru dari bidang
manajemen bencana yang mulai berkembang beberapa tahun terakhir. Aplikasi ini berguna
untuk menghubungkan pihak-pihak yang terkait dalam penanganan bencana. SIPB
mendukung proses manajemen bencana dengan menyediakan infrastruktur yang
mengintegrasikan perencanaan pada level pemerintah atau organisasi non-pemerintah dan
dengan memanfaatkan manajemen semua resource terkait (termasuk manusia) untuk
keempat fase siklus penanganan bencana.
Ketelitian dan kecepatan komputer dalam memproses informasi dapat digunakan untuk
menajemen sebuah bencana secara efektif karena memungkinkan kita untuk dapat
menyelamatkan lebih banyak nyawa pada saat terjadi bencana. Sebuah SIPB seharusnya
dapat memungkinkan manajer dan stakeholder lainnya (seperti korban bencana, polisi,
pemadam kebakaran, LSM dan sebagainya) melakukan aksi yang dibutuhkan pada setiap
tahap bencana dengan mudah dan cepat. Beberapa fungsionalitas yang didukung oleh SIPB
pada setiap tahap bencana adalah sebagai berikut:
1. Mitigation
SIPB dapat menunjukkan area yang berpotensi terkena bencana dengan bantuan SIG.
2. Preparedness
a. Mempersiapkan rencana untuk berbagai jenis bencana
b. Manajemen resource baik manusia atau bantuan seperti makanan dan obat-
obatanc. Berbagai informasi terkait dapat diakses oleh semua pihak yang terlibat
3. Response
Tahap ini merupakan tahap paling kritis karena waktu yang tersedia untuk membuat
keputusan dan menjalankannya sangat singkat. Oleh karena itu sistem harus dapat
mengeksekusi perencanaan yang dibuat dan memonitor pelaksanaannya.
4. Recovery
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
15/45
7
Memudahkan perhitungan biaya yang dibutuhkan dan pembuatan laporan.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan SIPB dalam penanganan
bencana adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan awareness (persiapan dan perencanaan untuk mengurangi ancaman)
2. Menjadi sumber masukan mengenai cara terbaik untuk mengelola resiko dan bencana
(respons, rescue dan mitigation)
3. Membantu pemahaman teknis dengan cara :
a. Pemodelan dan simulasi dan prediksi bencana misalnya pemodelan dan prediksi
banjir
b. Monitoring dan early warning system
c. Knowledge management misalnya untuk basis data peralatan, data organisasi
terkait, rencana evakuasi, sharing informasi dan pengalaman yang dipelajari dari
penanganan bencana sebelumnya.
4. Manajemen bantuan dengan fitur tambahan seperti memonitor jumlah persedian stok
bantuan dan distribusinya, manajemen permintaan bantuan.
5.
Pengelolan data sukarelawan dan data korban dengan fitur seperti memudahkan
pencarian korban hilang.
6. Memudahkan koordinasi antara organisasi yang terlibat seperti LSM, pihak-pihak yang
memberikan bantuan (donor), dan organisasi lainnya
7. dan lain sebagainya
Salah satu contoh SIPB adalah Sahana Free and Open Source Disaster Management
System yang dapat diperoleh dan dimodifikasi dengan relatif mudah walaupun belum
mendukung semua funsionalitas SIPB seperti yang dijelaskan di atas. Sistem informasi initelah dipakai di beberapa negara seperti Srilanka, Filipina, Pakistan dan sudah pernah
dicoba untuk diimplementasikan di Indonesia.
2.2.2 Sistem Informasi Geografis dan Pengindraan Jauh
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data
yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
16/45
8
sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun,
menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya datayang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah basis data. Para praktisi juga
memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari
sistem ini.
Penggunaan SIG sering kali didukung dengan penggunaan pengindraan jauh seperti citra
satelit memungkinkan kita untuk memetakan keberagaman informasi karakteristik area
seperti tumbuh-tumbuhan, air, geologi baik dalam ruang dan waktu. Citra satelit dapat
memberikan gambaran dan menyediakan informasi lingkungan yang sangat berguna dari
area dengan skala bervariasi dari keseluruhan benua sampai area yang sangat kecil. Banyak
jenis bencana seperti banjir, gempa bumi dan bencana lainya mempunyai tanda-tanda yang
dapat dideteksi oleh satelit [9]. Pengindraan jauh juga memungkinkan pengawasan
(monitoring) kejadian bencana ketika bencana tersebut terjadi.
Bidang aplikasi dari SIG sangat luas mulai dari urusan militer sampai pada persoalan
bagaimana mencari jalur terpendek untuk pengiriman barang, penanganan pekerjaan yang
dilakukan secara terpadu dan multi-disiplin [17]. Oleh karena itu, SIG sangat berguna
dalam penanganan bencana jika digunakan secara efektif dan efisien. Berikut ini adalah
beberapa pemanfaatan SIG selama siklus bencana:
1. Pada fase mitigation, SIG digunakan untuk mengelola data berukuran besar yang
dibutuhkan untuk memperkirakan adanya resiko atau bahaya yang dapat berpotensi menjadi
bencana.
2.
Pada fase prepraredness, SIG digunakan untuk perencanaan rute evakuasi,membantu dalam desain pusat operasi penanganan bencana, dan untuk integrasi data satelit
dengan data relevan lainnya yang berhubungan yang digunakan untuk sistem peringatan
dini.
3. Pada fase response, SIG dikombinasikan dengan GPS (Global Positioning System)
dapat digunakan dalam pencarian dan operasi penyelamatan di area yang telah hancur dan
sulit untuk mencari pergerakan seseorang.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
17/45
9
4. Pada fase recovery, SIG digunakan untuk mengelola informasi kerusakan dan
informasi sesudah bencana dan untuk evaluasi berbagai area untuk rekonstruksi.
SIG mengelola data spasial oleh karena itu dengan semakin berkembangnya pemanfaatan
SIG, maka pengadaan data spasial pun meningkat. Pengadaan data ini merupakan salah satu
kegiatan yang memerlukan biaya tinggi dan alokasi waktu yang cukup lama. Oleh karena
besarnya biaya pengembangan data spasial ini, salah satu upaya yang dilakukan untuk
mengurangi biaya ini adalah dengan menggunakannya secara bersama-sama (spatial data
sharing). Kerja sama pemanfaatan data spasial dapat dilakukan dengan membentuk
Infrastruktur Data Spasial (IDS). IDS sangat penting karena memungkinkan pengguna
mendapatkan informasi yang diinginkan tanpa harus menghabiskan waktu, biaya dan
tenaga untuk mencari, atau membuat data yang diinginkan.
2.2.3 Emergency Medical Care Information System (EMCIS)
Setelah terjadi bencana bantuan medis adalah salah satu bantuan yang paling penting bagi
korban karena banyak dari korban tersebut yang akhirnya meninggal karena terlambat
mendapatkan perawatan. Pada tahun 1985 gempa bumi Great Hanshin-Awaji di Jepang
mengakibatkan korban meninggal sebanyak 5488. Berdasarkan data yang tersedia, sekitar
81% dari korban meninggal pada 7 jam pertama pada pagi hari setelah gempa [5]. Untuk
lebih jelasnya penyebab kematian dapat dilihat pada tabel 1 dan kronologis jumlah
kematian dapat dilihat pada gambar 3.
Sayangnya, sering kali sulit untuk mendatangkan bantuan medis karena kerusakan
infrastruktur transportasi ke daerah yang terkena bencana. Selain itu, kalaupun bantuanmedis dapat didatangkan, jumlah petugas yang dapat dikirim juga terbatas. Padahal banyak
dari korban yang terluka parah biasanya membutuhkan perawatan yang lebih intensif
sehingga perlu dikirim ke rumah sakit terdekat. Dengan keterbatasan infrastruktur
transportasi hal ini tentu saja sulit untuk dilakukan.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
18/45
10
Gambar 3 Kronologis jumlah kematian pada gempa di Jepang tahun 1995 [7]
Tabel 1 Penyebab Kematian korban gempa di Jepang tahun 1995 [7]
Oleh karena itu, pada kasus ini, teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan untuk
menghubungkan petugas medis di lapangan dengan rumah sakit terdekat. Dengan
memungkinkan komunikasi antara petugas di lapangan dan tenaga ahli di rumah sakit maka
petugas di lapangan dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik dan lebih banyak nyawa
yang dapat diselamatkan.
EMCIS berhubungan dengan aplikasi telemedicine, telediagnostic, teleconsultation yang
merupakan gabungan dari teknologi komunikasi, informatika dan kesehatan. Telemedicine,
telediagnostic dan teleconsultation menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
sehingga mempermudah akses terhadap perawatan medis. Penggunaan telemedicine,
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
19/45
11
telediagnostic dan teleconsultation yang tepat dapat memungkinkan pelayanan kesehatan
dilakukan di tempat pasien tanpa harus datang ke rumah sakit. Hal ini juga akanmenurunkan total biaya yang dihabiskan [5]. Fungsi utama aplikasi ini adalah memudahkan
diagnosa, perawatan, monitoring, pendidikan dan akses terhadap tenaga ahli dan informasi
pasien tanpa tergantung pada keterbatasan jarak atau lingkungan. Teknologi telekomunikasi
yang digunakan pada telemedicine bervariasi seperti akses internet dial up, broadband ,
jaringan telekomunikasi seluler, radio atau satelit. Salah satu model penggunaan aplikasi ini
dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4 Contoh penggunaan Emergency Medical Care Information System [8]
Sistem pakar dan sistem pendukung keputusan sering kali digunakan dalam EMCIS.
Misalnya berdasarkan gejala dan kondisi pasien aplikasi ini dapat memberikan informasi
yang memudahkan diagnosa penyakit, merekomendasikan tes tambahan atau perawatan
khusus dengan memanfaatkan knowledge base yang dimilikinya. Kemampuan
pembelajaran secara dinamis dengan menggunakan teknik inteligensi buatan (teknik
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
20/45
12
klasifikasi dan clustering, rule based learning, case based reasoning) dapat memungkinkan
sistem pakar memberikan respon dalam waktu yang cepat.
Jadi beberapa fungsi utama dari aplikasi ini terkait dengan penanganan bencana adalah
membantu diagnosa penyakit, memberikan rekomendasi obat atau tes yang harus
dilakukan, konsultasi dengan tenaga ahli di rumah sakit, memungkinkan pengiriman data
seperti teks, gambar atau video sehingga turut memudahkan konsultasi, menyediakan
informasi terkait (seperti literatur, prosedur pengujian atau perawatan, informasi penyakit
dan lain-lain) yang mungkin dibutuhkan petugas di lapangan, pencatatan data pasien
sehingga masing-masing korban dapat dimonitor dan diberikan perawatan yang tepat (akan
lebih baik lagi jika aplikasi dapat mengakses medical record pasien jika tersedia pada
rumah sakit di sekitar area bencana). Dengan demikian perawatan korban dapat dilakukan
lebih cepat, lebih efektif, dan lebih mudah apalagi jika jumlah korban yang ditangani sangat
banyak. Selain itu, perawatan korban berikutnya tidak harus dilakukan oleh petugas medis
yang sama karena data lengkap korban dapat diakses melalui aplikasi ini .
Untuk memungkinkan komunikasi antara aplikasi yang terkait maka terdapat standar
seperti HL7, ISO TC 215 (health informatics), ISO/IEEE, ISO/CEN Vienna agreement [6].
Standar ini mendefenisikan mekanisme pengiriman pesan dan komunikasi, terminologi,
medical logic module , format dan isi panduan klinis, electronic health record , keamanan
aplikasi dan lain sebagainya. Hal ini akan memungkinkan akses informasi dan layanan
kesehatan antar rumah sakit dan lembaga terkait lainnya.
2.2.4 Aplikasi Inteligensi Buatan
Aplikasi Inteligensi buatan seperti data mining, sistem pakar dan sistem pendukung
keputusan banyak digunakan untuk penanganan bencana misalnya untuk analisis data dan
untuk prediksi bencana. Dengan data yang cukup maka aplikasi ini dapat membantu dalam
pengambilan keputusan dengan cepat karena analisis data dapat dilakukan dalam waktu
relatif singkat.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
21/45
13
2.2.5 Infrastruktur Telekomunikasi
Peran infrastruktur telekomunikasi sangat penting dalam Sistem Informasi Penanggulangan
Bencana, tetapi sayangnya infrastruktur telekomunikasi yang ada di Indonesia saat ini
masih terbatas. Oleh karena itu, salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah jaringan
telekomunikasi seluler karena telah menjangkau hampir seluruh daerah di Indonesia [19].
Akan tetapi bagaimana jika bencana juga mengakibatkan hancurnya semua infrastruktur
telekomunikasi yang ada? Salah satu solusinya adalah dengan memanfaatkan teknologi
komunikasi radio misalnya radio amatir.
Gambar 5 Pengiriman data melalui transmisi radio [20]
Melalui teknologi telekomunikasi radio maka pesan dapat dikirim baik dalam bentuk
analog (suara) maupun digital (data). Untuk dapat mengirimkan pesan dalam bentuk digital
maka perangkat radio harus dihubungan dengani laptop atau handheld device dengan
menggunakan terminal node controller unit sebagai interface untuk mengubah data
sebelum ditransmisikan seperti pada gambar 5. Untuk mengirimkan pesan ke jarak yang
jauh dapat digunakan frekuensi radio HF. Selain itu, dapat juga digunakan repeater untuk
meingkatkan jangkauan komunikasi.
2.3 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Penanganan Bencana
2.3.1 Pemanfaatan Emergency Medical Care Information System
Di Indonesia telah dilakukan kerja sama penelitian untuk menerapkan Emergency Medical
Care Information System (EMCIS). Penelitian ini melibatkan TELKOMRisti, peneliti dari
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
22/45
14
University of Electro-Communication (UEC) dan National Institute of Communication
Technology dari Jepang, Rumah Sakit Hasan Sadikin dan Direktorat Pos danTelekomunikasi Indonesia serta BPPT pada tahun 2006.
Biasanya segera setelah terjadi bencana TNI dan PMI adalah organisasi yang pertama kali
sampai ke area yang terkena bencana. Posko kesehatan biasanya dibangun pertama kali
dengan kondisi dan dukungan terbatas. Sementara itu, korban yang meninggal terus
bertambah karena posko tersebut memiliki fasilitas terbatas. Dalam kasus seperti ini maka
teknologi informasi dapat digunakan untuk memungkinkan pertukaran informasi antara
posko kesehatan di area bencana dengan rumah sakit di lokasi lain. Namun, hal ini tidak
dapat digunakan dengan mudah apabila bencana juga merusakkan seluruh infrastruktur
telekomunikasi di area yang terkena bencana misalnya dalam kejadian seperti tsunami di
Aceh. Adapun solusi untuk memungkinkan pertukaran informasi ini adalah dengan
menggunakan frekuensi radio sebagai media.
EMCIS yang telah dicoba untuk diterapkan di Indonesia menggunakan teknologi radio HF
untuk mengirimkan data dengan kecepatan relatif rendah, suara dan gambar dari area yang
terkena bencana ke pusat penanganan bencana. Adapun peralatan yang dibutuhkan adalah
sebuah notebook yang sudah ter-install dengan perangkat lunak client , modem (12 kbps)
dan peralatan radio (termasuk antena dan baterai). Dengan menggunakan peralatan ini
maka pertukaran informasi dapat dilakukan dengan mudah. Adapun arsitektur penerapan
EMCIS dapat dilihat pada gambar 6.
Dari hasil penerapan yang telah dilakukan pemasangan alat dapat dilakukan dalam waktu10 menit dan transfer data teks dapat dilakukan dalam waktu 5-10 detik (dengan ukuran
buffer 1Kb) dan data gambar dalam waktu sekitar 2 menit (dengan ukuran buffer 1 Kb).
Selain itu, untuk memaksimalkan komunikasi radio yang digunakan maka sebaiknya
digunakan frekuensi yang bebas. Proyek ini bisa dibilang cukup sukses walapun
kemampuan perangkat lunak yang digunakan masih relatif sederhana dengan fungsi
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
23/45
15
memasukkan data pasien dan fungsi chatting untuk memungkinkan konsultasi antara
petugas di lapangan dengan petugas di rumah sakit.
Gambar 6 Arsitektur Penerapan EMCIS [11]
2.3.2 Pemanfaatan Pengindraan jauh
BARKORNAS PB telah menggunakan pengindraan jauh seperti citra satelit untuk
melakukan penanganan bencana di Indonesia [1]. Pemanfaatan data dari satelit ini adalah
sebagai berikut:
1. Sebelum terjadi bencana
a. Memperkirakan resiko dengan cara melakukan pemetaan resiko untuk
seluruh daerah dengan memprioritaskan daerah yang rawan bencana.
b. Peringatan dini dengan cara mengidentifikasi dan mendeteksi bahaya
yang berpotensi menjadi bencana.
c. Perencanaan penggunaan lahan dengan cara mengintegrasikan perkiraan
resiko dengan peta pada perencanaan penggunaan lahan di tingkat
daerah.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
24/45
16
2. Ketika terjadi bencana misalnya untuk mengidentifikasi hotspot pada kebakaran
hutan.a. Identifikasi daerah yang terkena dampak bencana
b. Memperkirakan pemyebaran dampak bencana
c. Perkiraan kerusakan
d. Mobilisasi resource.
3. Pasca bencana untuk perencanaan pemulihan daerah yang terkena bencana.
Oleh karena itu, diperlukan akses terhadap data satelit secara real time untuk melakukan
analisis yang akan mendukung pengambilan keputusan.
2.3.3 Pengembangan Infrastruktur Data Spasial
Karena pentingnya infrastruktur data spasial maka inisiatif pengembangan infrastruktur
data spasial dilakukan di bawah kepemimpinan Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
Nasional (BAKOSURTANAL) pada tahun 1993 [10]. Akan tetapi, baru dikembangkan
secara lebih intensif pada tahun 2000 [18]. Sebagai hasilnya telah diinstall prototipe
Indonesian Clearinghouse di website BAKOSURTANAL. Untuk itu digunakan standar
metadata FGDC sebagai standar metadata nasional dan data directory server menggunakan
protokol Z39.50 [10]. Walaupun telah diperoleh hasil signifikan dari aktivitas
BAKOSURTANAL, akan tetapi pengguna masih mengalami kesulitan untuk memperoleh
dan menggunakan data spasial. Adapun masalah utama yang dihadapi adalah sebagian
besar data spasial yang dibuat oleh berbagai organisasi terkait dikembangkan hanya untuk
kepentingan mereka sehingga tidak ada kesadaran untuk menyebarkan informasi ini kepada
pihak lain [10].
Upaya untuk melakukan integrasi sudah mulai dilakukan terutama untuk mengintegrasikan
data spasial darat dan laut. Akan tetapi, masalah yang dihadapi antara lain tidak adanya
standar nasional, kebijakan dan pengelolaan data spasial yang berbeda untuk setiap
organisasi, serta adanya masalah teknis dan nonteknis [18]. Upaya integrasi ini telah
berhasil menyimpan sebagian data spasial darat dan laut ke dalam basis data dengan
arsitektur seperti pada gambar 7.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
25/45
17
Gambar 7 Arsitektur Basis Data Spasial [18]
2.3.4 Pemanfaatan Aplikasi Inteligensi Buatan
Salah satu pemanfaatan aplikasi inteligensi buatan yang telah dilakukan di Indonesia adalah
untuk prediksi banjir di Jakarta berdasarkan hasil kajian BPPT, ITB, UGM dan BMG.
Teknik inteligensi buatan yang digunakan adalah algoritma Adaptive Neuro-Fuzzy
Inference Systems (ANFIS) [15] . Berdasarkan data-data history kejadian banjir maka
banjir dapat diprediksi apakah akan terjadi pada waktu tertentu.
2.3.5 Pemanfaatan Sistem Informasi Penanggulangan Bencana
Salah satu SIPB yang banyak digunakan dan merupakan open source adalah Sahana.
Sistem Informasi ini sudah pernah dicoba untuk diterapkan pada tahun 2006 karena adanya
kekhawatiran bahwa gunung Merapi akan meletus di Yogyakarta. Oleh karena itu,
UrRemote atas permintaan Australian Computer Society melakukan analisis kelayakan
untuk menggunakan Sahana untuk membantu menangani korban bencana. Analisis
kelayakan ini selesai saat gempa di Yogya terjadi (27 Mei 2006). Oleh karena itu, LSM
melakukan instalasi Sahana dengan bantuan UrRemote pada bulan Juni 2006. Pusat sistem
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
26/45
18
informasi berada di Universitas Udayana, Bali sedangkan data diperoleh dari petugas
lapangan yang berada di Yogyakarta.
Sahana memiliki beberapa fungsi yaitu pendataan organisasi, pendataan orang hilang dan
korban, pendataan tenda darurat, sistem manajemen inventori, modul untuk pengiriman dan
penyimpanan pesan, sinkronisasi data, sebagian fungsi SIG. Akan tetapi, hanya sebagian
yang digunakan yaitu pendataan organisasi dan pendataan tenda darurat. Selain itu,
petugas teknis juga mengembangkan script yang memudahkan penyimpanan data
spreadsheet ke basis data. Berikut ini adalah beberapa masalah selama instalasi dan
penggunaan Sahana di Yogyakarta [14]:
1. Permasalahan bahasa. Aplikasi sahana menggunakan bahasa Inggris. Hal ini
menjadi salah satu permasalahan utama karena hanya sebagian kecil petugas yang
bisa berbahasa Inggris. Proses translasi bahasa menghabiskan waktu satu bulan
sehingga sudah terlambat.
2. Dibutuhkan fitur pendataan bangunan yang rusak, tetapi fitur ini belum tersedia.
3. Permasalahan transmisi data. Tim di lapangan tidak memiliki akses ke internet dan
transfer data dilakukan melalui laporan lisan atau spreadsheet . Selain itu, sering kalitim di Bali tidak mengerti data apa yang sedang mereka proses sehingga
menyulitkan pekerjaan mereka. Selain itu, akses ke internet juga terbatas tetapi
karena jangkauan jaringan seluler yang luas maka GPRS digunakan sebagai media
transmisi data.
4. Petugas yang belum terbiasa bekerja dengan data spasial dalam memanfaatkan
fungsi SIG yang terdapat pada Sahana.
5. Permasalahan keamanan data.
Petugas lapangan tidak lagi mengirimkan data pada akhir Agustus dan pada awal
September semua data sebelumnya hilang karena server tersebut sengaja tidak
dilindungi untuk pengujian tetapi karena adanya backup di tempat lain maka data
tidak sepenuhnya hilang. Kehilangan data ini mengakibatkan kepanikan dan frustasi
terutama bagi petugas di luar Bali.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
27/45
19
6. Komunikasi internal tim. Baik pimpinan tim teknis di Bali dan pimpinan tim di
lapangan belum pernah bekerja sama sebelumnya dan bahkan belum pernah bertemu. Komunikasi dilakukan melalui telepon dan terjadi kesulitan komunikasi
sejak awal. Tim di Bali terlalu teknis sedangkan tim di lapangan terlalu praktis.
7. Sosialisasi aplikasi Sahana tidak dapat dilakukan karena instalasinya saja sudah
terlambat dan memang awalnya tidak ditujukan untuk penanganan gempa di
Yogyakarta
8. Dampak penggunaan Sahana. Data yang telah dimasukkan ke Sahana dapat diakses
melalui internet sehingga diharapkan para donor dapat mengetahui apa saja dan
dibagian mana bantuan tersebut dibutuhkan. Akan tetapi, karena koordinasi yang
kurang baik, tidak diketahui siapa yang menggunakan website ini, bagaimana
mereka menggunakannya dan seberapa besar kegunaan website ini bagi mereka.
Di samping ketidakjelasan seberapa berguna penggunaan Sahana di Yogyakarta, setiap
orang yang bekerja dengan Sahana waktu itu, menganggap alat ini sangat berguna dan
dapat dikembangkan dan digunakan di Indonesia [7]. Akan tetapi, masih ada permasalahan
pengembangan teknis, wilayah cakupan geografis dan adanya institusi yang mengelolanya.
Berdasarkan hasil penerapan Sahana di Yogyakarta beberapa saran yang direkomendasikan
antara lain [7] :
1. Adanya tim teknis bersama dengan tim di lapangan
2. Ditambahkannya fitur pendataan bangunan rusak dan pemasukan data dari
spreadsheet secara otomatis, pengiriman data melalui SMS atau transmisi GPRS
3. Tersedianya dokumentasi perangkat lunak yang lengkap dengan instruksi yang jelas
untuk menghindari permasalahan seperti kesulitan memakai fungsi SIG.4. Perbaikan komunikasi tim internal dan menambahkan fungsi messaging, dan
kemampuan mengirim email atau SMS kepada pengguna Sahana untuk
memungkinkan komunikasi langsung
5. Ditambahkannya fungsi monitoring penggunaan website.
6. Untuk pengelolaan Sahana jika dipakai di Indonesia disarankan dapat dikelola
organisasi khusus
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
28/45
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penanganan Bencana di Indonesia dan Permasalahannya
Pada era otonomi daerah, maka pemerintah daerah memiliki tanggung jawab yang lebih
besar untuk mengatasi bencana di daerahnya, sedangkan pada tingkat pusat penanganan
bencana dilakukan berbasis sektoral dengan koordinasi dari Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana (BAKORNAS BP). Organisasi ini membawahi organisasi sejenis
tapi pada level tingkat provinsi dan daerah seperti pada gambar 1. BAKORNAS PB
dipimpin oleh wakil presiden, SATKORLAK PB (Satuan Koordinasi Pelaksana
Penanggulangan Bencana) dipimpin oleh gubernur, dan SATLAK PB (Satuan Pelaksana
Penanggulangan Bencana) dipimpin oleh pemerintah daerah (Bupati atau walikota).
Anggota BAKORNAS PB adalah semua pihak yang terkait dengan penanganan bencana
yaitu menteri energi dan sumber daya mineral, menteri sosial, menteri kesehatan, menteri
tenaga kerja, menteri keuangan, menteri perhubungan, menteri komunikasi dan informasi,
TNI, polisi dan palang merah Indonesia. BAKORNAS PB bertanggung jawab atas
pembuatan dan penetapan kebijakan dalam manajemen bencana, mengkoordinasikan
implementasi dan pengawasan kegiatan dalam manajemen bencana serta memberikan
arahan dalam manajemen bencana baik sebelum terjadi bencana ( prevention, mitigation,
dan preparedness), saat terjadi bencana (respons), dan setelah terjadi bencana (pemulihan).
Dalam melaksanakan kegiatannya BAKORNAS PB didukung oleh data satelit misalnya
untuk memperkirakan resiko, peringatan dini, identifikasi area yang terkena dampak
bencana, dan estimasi kerusakan untuk membuat rencana pemulihan. Untuk itu
BAKORNAS BP juga bekerja sama dengan institusi terkait seperti BPPT, LAPAN, LIPI,
BMG, ESDM, DEPHUT, DEPTAN, BAPPEDA, perguruan tinggi dan lain sebagainya.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
29/45
21
Adapun contoh interaksi BAKORNAS PB bersama dengan lembaga terkait dapat dilihat
pada gambar 8.
Gambar 8 Prosedur pelaporan kejadian bencana
Penanganan bencana di Indonesia sampai saat ini masih terkonsentrasi pada respons
terhadap bencana [1]. Salah satu penyebabnya adalah bangsa Indonesia belum siap
sementara itu frekuensi bencana terus meningkat. Oleh karena itu, diperlukan usaha yang
lebih agar Indonesia lebih siap dalam menangani bencana sehingga bencana dapat dicegah
dan dikurangi dampaknya. Salah satunya adalah dengan bantuan teknologi informasi dankomunikasi.
Dalam rencana kerja jangka panjang 2006-2009 Pemerintah telah menrencanakan beberapa
kegiatan terkait penanggulangan Bencana antara lain dan salah satunya adalah pembuatan
Sistem Informasi Penanggulangan Bencana walaupun masih dalam perencaaan [13].
Meskipun demikian, terdapat beberapa kendala [1] yaitu :
1. Permasalahan terkait pengumpulan data
a. Berbagai sumber data dengan format dan konten yang berbeda
b. Media sering kali terlalu cepat dalam mengumpulkan data dan sering kali
tidak akurat
c. Estimasi kerugian akibat bencana masih berupa perkiraan kasar
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
30/45
22
d. Informasi yang tidak akurat mengakibatkan akses penanganan bencana yang
tidak tepat dan memungkinkan terjadinya kekacauan misalnya pada gempa bumi di Padang pada tahun 2005
e. Indonesia terdiri dari 33 provinsi dan 440 (kabupaten/kotamadya). Banyak
daerah yang memiliki fasilitas komunikasi terbatas sehingga tidak siap untuk
melapor dengan segera setelah terjadi.
Adapun mekanisme pengumpulan data untuk penanganan bencana di Indonesia
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Mekanisme Pengumpulan data untuk penaganan bencana di Indonesia [1] No Komponen Kenyataan Harapan
1 Sumber data Satkorlak PB, institusi terkait
dan media
Satkorlak PB dan institusi terkait
2 Komunikasi
data
Satu arah (pasif) Dua arah (aktif)
3 Alatkomunikasi
Fax, telepon, internet Multimedia, radio, fax, telepondan internet
4 Validasi dan
verifikasi
Satkorlak PB / level provinsi Satkorlak PB membandingkan
dengan sumber lain, melakukan
verifikasi di sumber data jika
perlu5 Terminologi
dan data unit
Bervariasi Seragam berdasarkan
manual/panduan atau SOP
6 Petugas untuk
mengkomunika-
sikan data
Tanggung jawab petugas di
pos koordinasi
Kantor pusat operasi/data dan
informasi
7 Analisis data Sangat terbatas
menggunakan Aplikasi
Microsoft Excel, tidak adadata /peta spasial
Memperbaiki proses dan analisis
data, menggunakan aplikasi baru
dan format data spasial
8 Penggunaan
sisteminformasi
Sangat terbatas Signifikasi, sebagai indikator
untuk implementasi perencanaan
2. Sistem informasi yang baru diharapkan agar kompatibel dengan data dan perangkat
lunak yang sudah ada.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
31/45
23
3. Keterbatasan sumber daya manusia terutama calon pengguna sistem informasi ini
terkait kemampuan, insentif, serta promosi dan mutasi yang mengakibatkan pergantian pengguna sistem informasi.
4. Biaya pengembangan, operasi dan pemeliharaan sistem informasi. Selain itu, ada
kemungkinkan dibutuhkan penyebaran informasi secara manual dan intensif dan
pemanfaatan output dari sistem informasi dengan maksimal.
Adapun tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam mengembangkan sistem
informasi untuk penanganan bencana [1] adalah sebagai berikut:
1. Indonesia membutuhkan sistem informasi penaganan bencana yang efektif untuk
mengatasi situasi geografis Indonesia (sebagai negara kepulauan) dengan frekuensi
dan berbagai jenis bencana
2. Membutuhkan antarmuka aplikasi yang user friendly
3. Banyak institusi dan bidang terkait memiliki data dan informasi bencana sendiri
sehingga harus dimungkinkan komunikasi
4. Manual/standar format data
3.2 Analisis Permasalahan dan Kebutuhan Sistem Informasi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemerintah sudah dan mulai menerapkan strategi
jangka panjang dalam penanggulangan bencana di Indonesia yaitu dengan pengadaan
infrastruktur data spasial dan sistem peringatan dini. Akan tetapi, SIPB sendiri masih dalam
tahap perencanaan. Selain itu, dari hasil eksplorasi yang dilakukan penulis belum terdapat
usaha intensif untuk menerapkan Emergency Medical Care Information System (EMCIS)
sebagai bagian dari SIPB. Percobaan untuk menerapkan EMCIS sebenarnya sudah
dilakukan walaupun dengan fitur relatif terbatas. Akan tetapi, belum dilanjutkan ke tahap
penerapan secara lebih intensif. Padahal, sistem informasi ini merupakan salah satu sarana
yang memungkinkan penyelamatan lebih banyak korban terutama dalam fase respons. Oleh
karena itu, EMCIS akan menjadi bagian dari sistem informasi yang diusulkan.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
32/45
24
Berikut ini adalah beberapa fokus kebutuhan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi
dalam penanggulangan bencana jika dilihat dari fase siklus penanganan bencana:1. Mitigasi
a. Dibutuhkan akses data seperti data spasial
b. Dibutuhkan bandwitdh data yang besar untuk mendukung transfer data
antara penyedia informasi dengan pengguna dan pada fase ini volume data
yang ditransfer cukup besar.
c. Kemampuan sistem informasi melakukan analisis data seperti simulasi dan
prediksi serta fungsi GIS dengan memanfaatkan teknik analisis data dan
aplikasi inteligensi buatan seperti data mining dan sistem pakar. Dengan
demikian, memungkinkan bencana dapat diprediksi sebelum terjadi.
d. Menampilkan data real time dari sensor lokal atau satelit yang
menginformasikan perubahan pada daerah yang dimonitor
e. Broadcast informasi ke pengguna tertentu atau ke masyarakat terkait
informasi bencana
2. Persiapan
a.
Membantu perencanaan penanganan bencana dengan fitur sistem pendukung
keputusan dengan adanya informasi seperti rekomendasi sehingga
pengambilan keputusan menjadi lebih cepat.
b. Dibutuhkan data logistik resource yang ada sebagai sumber data pada fase
berikutnya. Data resource ini harus mencakup data lengkap organisasi yang
terlibat penanganan bencana sehingga dapat dihubungi dengan mudah
seperti data rumah sakit, data pemadan kebakaran, Palang Merah Indonesia
dan lain sebagainya.c. Sistem Informasi menyediakan prosedur dan manual yang terdokumentasi
serta pemeriksaaan kesalahan input untuk menghindari human error
d. Kemampuan sistem informasi untuk melakukan backup data penting secara
perodik untuk menghindari kehilangan data. Selain itu, terdapat mekanisme
transfer data penting ke lokasi lain jika lokasi utama terkena dampak
bencana
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
33/45
25
e. Terdapat jalur alternatif komunikasi apabila traffic komunikasi tidak dapat
ditangani oleh media komunikasi utama3. Respon
a. Sistem informasi menyediakan informasi yang memudahkan alokasi
resource seperti masalah distribusi bantuan sehingga penggunaan bantuan
lebih transparan.
b. Manajemen permintaan bantuan, pemesanan, pengiriman (shipping),
tracking dan distribusi bantuan dan peringatan otomatis apabila ada stok
bantuan yang hampir habis.
c. Jalur komunikasi yang digunakan oleh tim penanggulangan bencana
sebaiknya memiliki proritas yang lebih tinggi daripada pemakaian normal
d. Fungsi Emergency Medical Care Information System
e. Membantu pendataan dan perkiraan kerusakan
f. Membantu pendataan korban sehingga memudahkan monitoring dan
pencarian korban
g. Pendataan petugas yang terlibat di area bencana seperti sukarelawan
h. Informasi tersedia dan dapat diakses secara online sehingga situasi di daerah
bencana dapat diketahui sehingga memudahkan organisasi yang terlibat
seperti donor
i. Kemudahan memasukan informasi oleh petugas di lapangan ke sistem
informasi
4. Pemulihan
a. Sistem informasi memungkinkan pembuatan laporan/dokumentasi dari
keseluruhan kegiatan yang sudah dilakukan. Dengan demikian kegiatan
yang tidak efektif atau tidak efisien dapat diidentifikasi sehingga tidak akan
berulang di masa yang akan datang
b. Menyimpan data history bencana
c. Fungsi perhitungan biaya yang dihabiskan.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
34/45
26
3.3 Usulan Solusi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana di Indonesia
Berdasarkan analisis permasalahan dan indentifikasi kebutuhan di atas, maka diusulkan
arsitektur global sistem informasi yang terdiri dari empat komponen utama (gambar 9),
yaitu sebagai berikut:
1. Aplikasi di pusat penanggulangan bencana
Pusat penanggulangan bencana ini berfungsi untuk koordinasi penanggulangan
secara nasional. Oleh karena itu, aplikasi yang terdapat disini berfungsi untuk
memudahkan koordinasi dengan daerah dan lembaga-lembaga terkait seperti
lembaga riset dan perguruan tinggi. Sistem informasi pusat ini lebih difokuskan
untuk fungsi pada fase mitigation. Selain itu, sebagai pusat untuk melaporkan
kejadian bencana dan menyebarkan informasi ke pemerintah daerah ketika di
prediksi adanya bencana.
Jadi, aplikasi di sini berfungsi untuk melakukan analisis data (pemodelan dan
simulasi) misalnya untuk prediksi bencana, perencanaan penanggulangan bencana,
pusat koordinasi bantuan, koordinasi dengan lembaga terkait dan lain sebagainya.
Aplikasi di pusat penanggulangan bencana ini juga dapat menggantikan peran
aplikasi di daerah karena mungkin di daerah tersebut masih terbatas sumber daya
manusia atau infrastuktur telekomunikasi yang ada sehingga belum memungkinkan
sistem informasi penanggulangan bencana di daerah tersebut. Selain itu, sistem
informasi ini dapat juga terhubung dengan sistem informasi penanggulangan
bencana dari luar Indonesia misalnya dari sistem peringatan dini Asia Pasifik.
BAKORNAS PB dapat menjadi lembaga yang mengelola sistem informasi ini.
2. Aplikasi di daerah
Aplikasi di daerah berfungsi untuk memudahkan penanganan bencana di daerah
tersebut atau daerah sekitarnya. Oleh karena itu, SPBD (Sistem Informasi
Penanggulangan Bencana Daerah) menyimpan informasi detail terkait bencana di
daerah tersebut. Fungsi aplikasi ini lebih fokus ditujukan pada fase preparedness,
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
35/45
27
response dan recovery. Oleh karena itu, SIPBD memiliki fungsi antara lain
koordinasi lembaga terkait di daerah tersebut (PMI, TNI, Polisi, Rumah Sakit,Pemadam Kebakaran, lembaga penelitian, perguruan tinggi dan lain sebagainya),
pendataan korban dan sukarelawan, estimasi kerusakan, distribusi bantuan,
perencanaan evakuasi dan lain sebagainya. Untuk dapat memberikan respon yang
cepat terhadap bencana maka Emergency Medical Care Information System
(EMCIS) juga diimplementasikan pada level daerah dengan bekerja sama dengan
rumah sakit yang ada di daerah tersebut. Jika rumah sakit tersebut memiliki sistem
informasi (SIRS) maka sebaiknya dapat dihubungkan dengan EMCIS server .
SATKORLAK PB dapat menjadi lembaga yang bertugas mengelola SIPBD.
Aplikasi server EMCIS dijalankan di rumah sakit untuk memungkinkan pertukaran
informasi antara petugas di Rumah Sakit dengan petugas di lapangan. Selain itu,
dimungkinkan komunikasi antara EMCIS dan SIPBD misalnya untuk mengakses
data korban atau untuk keperluan lainnya.
3. Sumber data
Sumber data yang dimaksud disini dapat berupa data pengindraan jauh oleh
LAPAN, infrastruktur data spasial oleh BAKOSURTANAL dan data dari
organisasi yang berkaitan dengan penanganan bencana seperti BMG, departemen
kehutanan, dan lain sebagainya. Ketersediaan data ini akan memungkinkan fitur
seperti fungsi GIS, analisis data (simulasi dan prediksi) dapat dilakukan pada SIPB
sehingga memungkinkan penanganan bencana dengan lebih baik. Contohnya
SIPBP dapat mengakses data cuaca dari BMG dan data pengindraan jauh dari
LAPAN, kemudian dengan menggunakan data ini di tambah data history banjiryang tersimpan pada SIPBP, maka SIPBP dapat melakukan prediksi Banjir di suatu
daerah. Ketika, diprediksi akan terjadi banjir maka informasi ini dapat diteruskan
ke daerah yang bersangkutan. Dengan demikian daerah tersebut dapat melakukan
usaha-usaha yang mungkin untuk mencegah atau mengurangi dampak banjir. Oleh
karena itu, penyedia data ini perlu menyediakan akses terhadap SIPBP dan SIPBD
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
36/45
28
untuk memungkinkan, SIPBP dan SIPBD dapat melakukan semua fungsi-
fungsinya pada setiap fase bencana.
4. Aplikasi yang dibawa oleh petugas di lapangan.
Aplikasi yang dibawa oleh petugas lapangan ini dapat berjalan di laptop, komputer
atau perangkat nirkabel seperti telepon seluler atau PDA. Adapun aplikasi yang
digunakan oleh petugas di lapangan merupakan aplikasi client untuk SIPBD dan
aplikasi client EMCIS. Aplikasi client ini akan memudahkan pemasukan data ke
aplikasi server. Aplikasi client juga seharusnya dapat digunakan pada telepon
seluler sehingga petugas dapat lebih mudah dalam melakukan aktivitasnya.
Aplikasi ini dapat dikembangkan dengan platform WAP atau Java Micro Edition
(mendukung penggunaan web service) dengan menggunakan koneksi ke internet
melalui jaringan seluler seperti GPRS, CDMA atau 3G karena memiliki biaya
relatif rendah dan menjangkau hampir seluruh wilayah Indonseia [19]. Selain itu,
dapat juga digunakan media telekomunikasi radio (misalnya penggunaan frekuensi
HF) yang juga dapat digunakan meskipun infrastruktur telekomunikasi seluler turut
hancur misalnya untuk kejadian seperti bencana tsunami di Aceh. Akan tetapi,
untuk komunikasi menggunakan radio diperlukan peralatan tambahan seperti yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Beberapa fungsionalitas aplikasi yang cukup penting dan dapat ditingkatkan adalah
fitur aplikasi mesagging, SMS atau email untuk memudahkan komunikasi, fungsi SIG
(jika belum tersedia data spasial maka dapat memanfaatkan Google Map API walaupun
dengan fungsi GIS terbatas), dan fungsi aplikasi pada EMCIS. Fungsionalitas EMCISdapat ditingkatkan dengan menyediakan panduan klinis, pengiriman data pengujian korban
untuk dianalisis di rumah sakit, dan sistem pakar yang dapat memberikan rekomendasi dan
membantu diagnosa penyakit. Akan tetapi, untuk menyediakan fungsi tambahan ini
diperlukan kerja sama antara ahli di bidang informatika dengan ahli di bidang kesehatan.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
37/45
29
Apli kasi di Daerah
SIPBD Server
Internet
Jaringan kabel
Aplikasi di Rumah Saki t
EMCIS Server SIRS
Satelit
Pusat Penangulangan Bencana
SIPBP
(EMCIS Client dan SIPBD Client)
Aplikasi Di Lapangan
Jalur komunikasi seluler/
radio amatir
(GPRS, CDMA, Radio HF)
Sumber Data
IDS
Data BMG
Data
Pengindraan Jauh
Data Organisasi
lain
Gambar 9 Usulan Arsitektur Sistem Informasi Penanggulangan Bencana
Pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi seperti yang telah dijelaskan di atas
tidak akan maksimal jika beberapa pemasalahan utama dalam penerapannya tidak
ditangani. Berikut ini adalah beberapa usulan untuk mengatasi permasalahan tersebut:
1. Integrasi sumber data dan aplikasi yang ada
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat banyak sumber data dengan
format yang berbeda dari berbagai organisasi. Selain itu, sistem informasi yang
sudah ada juga diharapkan dapat berkomunikasi dengan aplikasi yang sudah ada
misalnya SIPBP dan SIPBD diharapkan dapat mengakses data cuaca dari BMG
atau data spasial dari BAKOSURTANAL. Oleh karena itu, untuk memungkinkan
komunikasi antar aplikasi tersebut salah satu solusi selain melakukan konversi
semua aplikasi sehingga menggunakan standar atau format data yang sama adalah
dengan menerapkan Service Oriented Architecture (SOA) yang dapat
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
38/45
30
menggunakan teknik integrasi menggunakan webservice, middleware dan message
routing [21].
Penggunaan SOA dapat meningkatkan penggunaan aplikasi, biaya integrasi yang
lebih rendah dan meningkatkan kemampuan untuk mengubah dan memperbaiki
sistem informasi, baik untuk sistem informasi yang masih baru atau sudah ada
sebelumnya. Selain itu, penggunaan SOA juga memungkinkan integrasi aplikasi
dengan cepat, otomatisasi proses dan memungkinkan akses berbeda ke aplikasi
misalnya dari aplikasi lain atau dari telepon seluler [22].
Penerapan SOA memungkinkan sebuah aplikasi untuk menyediakan service.
Service tersebut dapat digunakan aplikasi lain misalnya untuk meminta data
tertentu. Data yang diminta dapat dikembalikan dalam format yang dibutuhkan dan
format ini mungkin saja berbeda dengan format data penyedia service. Selain itu,
dalam SOA dimungkinkan implementasi protokol keamanan sehingga tidak
sembarang aplikasi dapat mengaksesnya. Adapun alternatif teknik integrasi dan
arsitektur yang akan dipilih untuk mengimplementasikan SOA harus ditentukan
berdasarkan analisis aplikasi yang sudah ada sehingga dapat dipilih pendekatan
terbaik.
2. Keterbatasan infrastruktur telekomunikasi
Sistem informasi ini memanfaatkan komunikasi melalui internet, komunikasi
menggunakan satelit, jaringan telekomunikasi seluler dan radio (HF). Infrastruktur
telekomunikasi ini sangat penting sehingga performansinya harus dijaga. Olehkarena itu, perlu dilakukan kerja sama dengan operator telekomunikasi seperti
operator seluler sehingga komunikasi untuk kepentingan penanganan bencana lebih
diprioritaskan daripada penggunaan lainnya terutama selama fase respon. Di
samping itu, kerja sama juga dilakukan untuk membuat aplikasi broadcast
(pengiriman pesan) ke pengguna di area tertentu misalnya untuk peringatan adanya
bencana. Selain dengan operator seluler, kerja sama dengan ISP ( Internet Service
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
39/45
31
Provider ) juga perlu dilakukan untuk memberikan bandwitdh yang lebih besar bagi
aplikasi server untuk penanggulangan bencana.
3. Keterbatasan sumber daya manusia.
Peran pengguna aplikasi ini sangat penting untuk menjaga keakuratan data dan juga
ketersedian informasi. Keterlambatan petugas dalam memasukkan data ke dalam
aplikasi bisa saja berdampak pada keterlambatan pada penanganan bencana
misalnya keterlambatan pengiriman bantuan karena data stok bantuan belum ter-
update. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Aplikasi sebaiknya berbasis web serta dapat diakses secara online oleh
organisasi terkait. Hal ini diusulkan karena biasanya calon pengguna sudah
terbiasa menggunakan internet sehingga antarmuka aplikasi yang berbasis
internet akan memudahkan calon pengguna dalam menggunakan aplikasi.
b. Pelatihan calon pengguna dengan simulasi menggunakan “sandbox” yaitu
sistem informasi dengan menggunakan data sampel dan hanya ditujukan
sebagai media pelatihan sehingga pengguna dapat mencoba semua fitur dari
aplikasi tanpa harus takut adanya kehilangan data karena kesalahan
pengguna.
c. Aplikasi yang digunakan berbahasa Indonesia sehingga lebih cepat dipahami
oleh calon pengguna
d. Aplikasi dilengkapi dengan manual dan dokumentasi yang detail serta SOP
sehingga memudahkan pengguna.
e. Terdapat petugas teknis untuk membantu petugas di lapangan.
f.
Melakukan pelatihan misalnya dengan bantuan dari perguruan tinggi didaerah tersebut.
4. Keamanan data
Untuk mencegah kehilangan data maka sebaiknya basis data yang mendukung
recovery dan backup data secara otomatis. Selain itu, untuk menjaga kerahasian
data pada aplikasi juga dapat digunakan aplikasi kriptografi.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
40/45
32
5.
BiayaUntuk mengatasi keterbatasan biaya maka sistem informasi yang akan dibuat dapat
dikembangkan dari aplikasi open source seperti Sahana Free and Open Source
Disaster Management System. Selain itu, pengembangan aplikasi ini dapat juga
dilakukan sebagai bahan penelitian di perguruan tinggi misalnya tugas akhir
mahasiswa.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
41/45
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1.
Indonesia rentan terhadap bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia
sehingga penanggulangan bencana adalah salah satu permasalahan utama yang
dihadapi bangsa.
2. Penanggulangan bencana adalah masalah yang kompleks dengan melibatkan
berbagai disiplin ilmu dan peran dari berbagai organisasi selain pemerintah seperti
lembaga penelitian, rumah sakit, dan perguruan tinggi.
3. Pemberdayaan teknologi informasi dan komunikasi dalam bentuk Sistem Informasi
Penanggulangan Bencana (SIPB) akan memberi manfaat yang sangat besar untuk
penanggulangan bencana secara efektif dan efisien di Indonesia, dalam semua fase
penanganan bencana.
4. Permasalahan utama penerapan SIPB adalah format data dan aplikasi yang
berbeda-beda pada lembaga terkait, keterbatasan infrastruktur telekomunikasi,
keterbatasan sumber daya manusia dan biaya.
5. Otonomi daerah mengakibatkan daerah memiliki tanggung jawab yang lebih besar
untuk penanganan bencana di daerahnya. Oleh karena itu, implementasi SIPB pada
tingkat daerah seharusnya menjadi salah satu prioritas.
6. Pemerintah telah mulai melakukan usaha-usaha untuk penangulangan bencana
dalam jangka panjang seperti penyediaan infrastruktur data spasial, pemanfaatan
pengindraan jauh dan sistem peringatan dini.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
42/45
33
7. Emergency Medical Care Information System merupakan salah satu komponen
Sistem Informasi Penaggulangan Bencana yang sangat penting dan berperan besarterutama dalam fase respon dari siklus penanganan bencana.
4.2 Saran
Berikut ini adalah saran terutama terkait dengan penerapan Sistem Informasi
Penanggulangan Bencana yang diusulkan dalam karya tulis ini:
1. Penerapan SIPB sebaiknya didukung oleh semua lembaga terkait di luar lembaga
pemerintah seperti LSM, lembaga penelitian atau perguruan tinggi.
2. Terdapat pembagian peran dan tanggung jawab yang jelas antara lembaga-lembaga
yang terlibat dalam implementasi SIPB.
3. Harus dibuat kesepakatan (standar) yang akan diikuti baik oleh sumber data yang
akan digunakan oleh SIPB dan pengembang SIPB.
4. Implementasi SIPB sebaiknya dilakukan dengan tujuan/target dan alokasi resource
yang jelas dan cukup. Selain itu, penerapannya sebaiknya dilakukan secara
bertahap misalnya dengan mengembangkan SIPB dan EMCIS secara terpisah dan
pada daerah yang sudah siap terlebih dahulu.
5. Ketersediaan dan keakuratan data sangat penting untuk menjamin tercapainya
manfaat penggunaan SIPB.
6. Calon pengguna sistem informasi sering kali skeptis dan ada kalanya “takut”
dengan implementasi sistem informasi yang baru. Oleh karena itu diperlukan
dukungan yang penuh dari pimpinan pusat maupun daerah serta sosialisasi kepada
calon pengguna.
7.
Pelatihan, simulasi dan pengujian penggunaan sistem informasi diperlukan untukmempersiapkan calon pengguna sistem informasi.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
43/45
DAFTAR PUSTAKA
[1] BAKORNAS PB. Indonesia Disaster Management Information System
dipresentasikan pada Workshop to improve the compilation of realiable data on disasteroccurrence and impact di Bangkok, 2-6 April 2006
[2] BAKORNAS PB. Disaster Management in Indonesia. http://www.bakornaspbp.go.id diaskses tanggal 19 Maret 2007
[3] Geographic Information System. http://erg.usgs.gov/isb/pubs/SIG_poster/ Diakses
tanggal 24 maret 2006
[4] Currion, P., de Silva, C. and Van de Walle, B.: Open Source Software for
Disaster Management. Jurnal Communications of the ACM 50:3 (2007), hal. 61 – 65.
[5] Patoli, Aijaz Qadir. Role of Telemedicine in Disaster Management . E-Health
International journal Volume 2, hal 34.
[6] Hammond, W. Ed. Partners in Telemedicine-The Challenge of ImplementingTechnology. American Medical Informatics Association, 2001
http://www.atmeda.org/news/2001_presentations/PLENARYS/hammond.ppt
[7] Nagami, Kiyoko et. al. In Search of Effective Telecommunication Tools for
Telemedicine in the Aftermath of Disasters. e-Health International Journal, 2005.
[8] Chan, C. Teodore et. al. Information Technology and Emergency Medical Care During Disasters. Academic Medicine Journal Vol 11:1229-1236, 2004.
[9] Smara, Youcef et. al. Application of SIG and Remote Sensing Technologies in Disasters Management in Algeria. Kairo, 2005.
[10] Matindas, Rudolf W. Development of national Spatial Data Infrastructure in
Indonesia. FIG Working Week, Yunani, 2004.
[11] Hasan ,Taufik. HRD Programme for Exchange of ICT Researchers and Engineers:
Development and implementation Emergency Medical Care Information System for
Disaster Area in Indonesia, Bandung,2006.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
44/45
x
[12] Harrison, Jeffrey P. The Growing Importance of Information Technology in Disaster
medical Response. National Emergency management Summit, New Orleans, 5 Maret2007.
[13] Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana 2006-2009. Kerja sama antara
Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan BAKORNAS. 2006.
[14] Currion, Paul. Sahana : Yogyakarta Deployment View.
http://urremote.com/index.php/Deploying_Sahana_For_The_Merapi_Eruption Diaksestanggal 16 Maret 2007.
[15] BPPT adakan jumpa pers tentang prediksi banjir dengan model ANFIS.
http://www.bppt.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=54283&Itemid=30
Diakses tanggal 26 Maret 2007
[16] Concept of Disaster Response and Mitigation Management Project . BAKORNAS
PBP, 2006
[17] Aziz, T. Lukman. Pembangunan Infrastruktur Data Spasial Daerah (IDSD) Propinsi jawa Barat Kelompok Data Dasar (KDD) Dalam Penentuan Kawasan Lindung. Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan, Vol. 1, Juni 2005
[18] Syafi’I, M. Arief. The Integration of Land and Marine Spatial Data Set as Part of
Indonesian Spatial Data Infrastructure Development . Seventeenth United Nations
Regional Cartographic Conference for Asia and The Pacific, Bangkok, September 2006.
[19] Sembiring, Krisantus. Penerapan Mobile Government di Indonesia. 2006.http://students.if.itb.ac.id/~if13121/publikasi/
[20] Acharya, Mahesh. Amateur Radio: A Potential Tool In Emergency Operations.
Majalah Information on Development , vol. III, No.1, hal. 27-30, 2005
[21] Barry, K, Douglas. Web Service and Service-Oriented Architecture: The Savvy
Manager’s Guide. Morgan Kaufmann Publisher, 2003.
[22] Newcomer, Eric dan Greg Lomow. Understanding Soa with Web Services. Addision
Wesley Professional, 2004.
-
8/16/2019 Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Di Indonesia
45/45
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Krisantus Sembiring
Tempat, tanggal lahir : Kabanjahe, 29 Mei 1985
Alamat studi : Jalan Tubagus Ismail dalam No.5 Bandung
Alamat rumah : Jalan Jamin Ginting Gg. Mejuah-juah No.10 Kabanjahe
Pendidikan :
SD SD St. Xaverius 2 KabanjaheSLTP SLTP St. Xaverius 1 kabanjahe
SMU SMU Santo Thomas 1 Medan
Perguruan TinggiProgram Studi Teknik Informatika
STEI-Institut Teknologi Bandung
Karya Ilmiah :
Penerapan mobile government di Indonesia. (2006)
Studi Perbandingan dan Implementasi DES,Triple DES dan AES pada J2ME. (2006)
Studi Penerapan Kriptografi pada Mobile Commerce. (2006)
Penggunaan Algoritma Edit Distance untuk mendeteksi Plagiarisme. (2005)