Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X”
6-7 Oktober 2020
Purwokerto
ISBN 978-602-1643-65-5
73
“Tema: Pangan, Gizi, dan Kesehatan”
APLIKASI PUPUK NPK-SR DAN JERAMI TERHADAP SIFAT KIMIA AIR DAN
TANAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN PADI SAWAH
Muhammad Rif’an1,*
, Suwardi dan Sisno1
1Fakultas Pertanian Unsoed Jl. dr. Soeparno 61
Telp. (0281) 638791 Purwokerto 53123
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh takaran jerami dan komposisi pupuk NPK-SR
serta interaksinya terhadap sifat kimia air dan tanah serta pertumbuhan tanaman padi sawah.
Penelitian ini merupakan percobaan di rumah kaca, menggunakan Rancangan Acak Kelompok
Lengkap (RAKL), yang terdiri atas 2 faktor, yaitu takaran jerami (3 aras) dan komposisi pupuk
NPK-SR (6 aras). Jumlah perlakuan 3 x 6 atau 18 kombinasi perlakuan, diulang 3 kali sehingga
terdapat 54 unit percobaan. Data dianalisis dengan sidik ragam. Apabila menunjukkan pengaruh
nyata dilakukan uji lanjut DMRT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi jerami
sampai minggu ketiga tidak berpengaruh terhadap pH air, tetapi berpengaruh terhadap peningkatan
DHL air sampai pada minggu kelima, penurunan potensial redoks tanah sampai pada minggu
kelima dan tinggi tanaman sampai pada minggu keenam dari saat tanam. Aplikasi jerami takaran
setara 40 ton/ha sampai pada minggu kelima dari saat tanam meningkatkan DHL air sebesar 893,39
µS/cm dan penurunan potensial redoks tanah -533,17 mV. Komposisi pupuk NPK-SR tidak
berpengaruh terhadap pH dan DHL air serta potensial redoks tanah, tetapi berpengaruh terhadap
tinggi tanaman. Aplikasi komposisi pupuk NPK-SR grade 15-15-0, tanpa pemberian jerami
mengakibatkan tinggi tanaman mencapai 50,25 cm.
Kata kunci: pupuk NPK, jerami, sifat kimia air dan tanah, padi sawah
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of straw dosage and NPK-SR fertilizer composition and its
interaction on water and soil chemical properties and growth of lowland rice plants. This research
is an experiment in a greenhouse, using a Randomized Completely Block Design (RCBD), which
consists of 2 factors, namely the dosage of straw (3 levels) and the composition of the NPK-SR
fertilizer (6 levels). The number of treatments was 3 x 6 or 18 treatment combinations, repeated 3
times so that there were 54 experimental units. Data were analyzed by variance. If it shows a
significance effect, a further DMRT level of 5% is carried out. The results showed that the
application of straw until the third week had no effect on water pH, but had an effect on the
increase in water EC until the fifth week, the reduction in soil redox potential until the fifth week
and plant height until the sixth week of planting. Application of straw at a equivalent dosage of 40
ton/ha to the fifth week of planting increased the EC of water by 893.39 µS/cm and decreased the
soil redox potential of -533.17 mV. The composition of NPK-SR fertilizer has no effect on pH and
EC of water and soil redox potential, but it does affect plant height. The application of grade 15-15-
0 NPK-SR fertilizer composition, without application of straw, resulted in plant height reaching
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X”
6-7 Oktober 2020
Purwokerto
ISBN 978-602-1643-65-5
74
50.25 cm.
Key words: NPK fertilizer, straw, water and soil chemical properties, lowland rice
PENDAHULUAN
Sejak revolusi hijau penggunaan urea pada sektor pertanian dan perkebunan tidak
terkendali karena untuk mendapatkan hasil tanaman yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan
dampak atau resiko yang akan terjadi. Penggunaan urea secara terus menerus dan dalam jumlah
yang besar akan berdampak pada efek gas rumah kaca dan mencemari air tanah. Dampak lainnya
adalah sifat fisika dan kimia tanah menjadi jelek yaitu struktur tanah menjadi masif sehingga
kemampuannya me-nampung udara sangat rendah; keseimbangan unsur hara dalam tanah tidak
seimbang karena unsur hara N diberikan dalam besar, akibatnya unsur hara lainnya jumlahnya
sangat rendah, sehingga kesuburan tanah akan menjadi rendah. Dampak tersebut dapat diperbaiki
dengan perakitan pupuk NPK-SR, yang melepaskan unsur hara secara perlahan-lahan (Slow
Release, SR), mempunyai efisiensi N sangat tinggi dan tidak mencemari lingkungan. Kandungan
unsur hara P dan K di dalam pupuk tersebut mudah terlarut atau tersedia di dalam tanah sehingga
dapat memenuhi kebutuhan unsur hara P dan K yang diperlukan oleh tanaman, khususnya padi
sawah.
Pupuk NPK-SR merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara N, P dan K,
yang dilepaskan secara perlahan-lahan sehingga pupuk mempunyai efisiensi N, P dan K yang
cukup tinggi. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pembuatan pupuk NPK-SR meliputi urea
sebagai sumber unsur hara N, Batuan Fosfat Alam (BFA) sebagai sumber unsur hara P, KCl
sebagai sumber unsur hara K, zeolit alam dan bahan perekat pupuk yang terdiri atas Vertisol, kapur
dan abu sekam padi. Peranan zeolit alam di dalam pupuk mejemuk adalah sebagai bahan penjerap
N, sehingga N diikat cukup kuat oleh mineral zeolit, akibatnya efisiensinya akan mengalami
peningkatan (Rifan, 2008; Sepaskhah dan Barzegar, 2010; Rifan dan Budiono, 2016).
Bahan pupuk lainnya adalah dari Batuan Fosfat Alam (BFA) yang mempunyai kelarutan
P sangat rendah. Kelarutan P tersebut dapat ditingkatkan dengan asidulasi. Asidulasi BFA
menggunakan asam humat yang dilakukan secara hydrothermal (Rif’an, 2014). Batuan Fosfat
Alam yang telah terasidulasi mempunyai kelarutan P cukup tinggi, sehingga akan meningkatkan
ketersediaan unsur hara P di dalam tanah yang dapat mencukupi kebutuhan unsur hara P yang
diperlukan oleh tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh takaran jerami dan komposisi pupuk
NPK-SR serta interaksinya terhadap sifat kimia air dan tanah serta pertumbuhan tanaman padi
sawah. Genangan air yang di tanah sawah, mengakibatkan difusi oksigen ke dalam tanah
berkurang, sehingga reduksi tanah meningkat akan berpengaruh terhadap peningkatan penguapan
N. Kondisi tersebut dapat dikurangi dengan pemberian pupuk NPK-SR yang mengandung zeolit
alam, sehingga penguapan N akan berkurang. Unsur N yang dilepaskan dari urea juga tidak mudah
terlindi dan tidak mencemari tanah dan lingkungan, karena bentuk ion-ion NH4+ diikat cukup kuat
oleh zeolit alam pada takaran yang sesuai dengan tapak ikat zeolit alam yang telah ditentukan;
sedang ion-ion dalam bentuk NO3- di dalam larutan tanah jumlahnya berkurang, karena jumlah
NH4+ yang berubah menjadi NO3
- jumlahnya sedikit akibat adanya ikatan NH4
+ dengan saluran-
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X”
6-7 Oktober 2020
Purwokerto
ISBN 978-602-1643-65-5
75
saluran ruang zeolit alam dan tapak jerapan zeolit.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman,
Karangwangkal, Purwokerto. Analisis tanah, air dan sifat kimia pupuk NPK-SR dilakukan di
Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Bahan
penelitian meliputi pupuk NPK-SR yang telah dirakit pada tahap penelitian sebelumnya, tanah
Ultisol; bahan-bahan kimia untuk analisis tanah. Peralatan yang digunakan antara lain meliputi
pisau, kantong plastik, ember plastik, selang plastik, aerator, penampung gas amoniak dan
peralatan yang digunakan untuk analisis air, tanah dan pupuk di Laboratorium.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri atas 2
faktor, yaitu takaran jerami (3 aras) yaitu tanpa pemberian jerami (0 ton/ha) (J0), jerami dengan
takaran setara 20 ton/ha (J1) dan Jerami dengan takaran setara 40 ton/ha (J2) dan komposisi pupuk
NPK-SR (6 aras) yaitu tanpa pemberian pupuk NPK-SR (K0), pemberian pupuk NPK-SR grade
15-15-0 (K1), pemberian pupuk NPK-SR grade 15-15-5 (K2), pemberian pupuk NPK-SR grade 15-
15-10 (K3), pemberian pupuk NPK-SR grade 15-15-15 (K4) dan pemberian pupuk NPK-SR grade
15-15-20 (K5). Jumlah perlakuan adalah 3 x 6 atau 18 kombinasi perlakuan, diulang 3 kali
sehingga diperoleh 54 unit percobaan. Data dianalisis menggunakan sidik ragam (Gomez dan
Gomez, 1984). Apabila menunjukkan pengaruh nyata dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan’s
Multiple Range Test) pada aras 5%. Perlakuan yang menunjukkan hasil pengamatan tertinggi
secara nyata pada uji DMRT 5% dibandingkan dengan perlakuan yang lain, dianggap sebagai
perlakuan yang terbaik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Aplikasi jerami terhadap sifat kimia air dan tanah serta tinggi tanaman
a. Aplikasi jerami terhadap sifat kimia air dan tanah
Nilai pH air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi jerami sampai pada minggu
ketiga tidak berpengaruh terhadap pH air yang tergenang (Tabel 1). Pemberian jerami dengan
takaran setara dengan 40 ton/ha (J2) setelah percobaan berlangsung satu minggu mengakibatkan pH
air mencapai nilai tertinggi yaitu sebesar 6,48 yang diikuti oleh takaran jerami setara 20 ton/ha (J1)
dengan nilai 6,11 dan tanpa pemberian jerami (J0) sebesar 5,53. Pada minggu kedua, nilai pH air
pada aplikasi jerami dengan takaran setara 20 ton/ha dan 40 ton/ha mengalami pola penurunan
menjadi 5,37 dan 5,87 yang tidak nyata dengan kontrol, akibat adanya proses dekomposisi jerami
di dalam tanah, mulai melepaskan asam-asam organik.
Tabel 1. Sifat kimia air pada tanah pada aplikasi jerami dan kompisisi pupuk NPK-SR pada
tanaman padi sawah di tanah Ultisol
No. Faktor
Sifat kimia air Sifat kimia tanah
pH(H2O)
minggu ke-3
DHL air
minggu ke-5
(µS/cm)
Potensial redoks
minggu ke-5
(mV)
1 Jerami (J)
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X”
6-7 Oktober 2020
Purwokerto
ISBN 978-602-1643-65-5
76
Tanpa jerami 6,93a 428,83a 161,89b
Jerami setara 20 ton/ha (J1) 6,72a 761,28b -415,22a
Jerami setra 40 ton/ha (J2) 6,75a 895,39b -533,17a
P=0,05 ns s s
2 Komposisi pupuk NPK-SR (K)
Tanpa pemberian pupuk (K0) 6,53a 673,00a -269,00a
Grade pupuk 15-15-0 (K1) 6,88a 661,56a -239,67a
Grade pupuk 15-15-5 (K2) 6,54a 720,33a -268,78a
Grade pupuk 15-15-10 (K3) 6,77a 740,67a -298,56a
Grade pupuk 15-15-15 (K4) 6,88a 720,89a -301,67a
Grade pupuk 15-15-20 (K5) 7,20a 654,56a -195,33a
P=0,05 ns ns ns
Keterangan : Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf kecil sama, tidak berbeda nyata
pada uji DMRT taraf 0,05.
Pada minggu ketiga pH air mengalami pola peningkatan yang tidak nyata dengan kontrol.
Pada aplikasi jerami dengan takaran setara 20 ton/ha dan 40 ton/ha mengakibatkan pH air
mencapai 6,72 dan 6,75, sedangkan kontrol (tanpa pemberian jerami) sebesar 6,93 (Tabel 1).
Adanya pola peningkatan pH air dari minggu pertama sampai ketiga pada semua perlakuan karena
adanya penggenangan mengakibatkan pH meningkat (Gambar 1).
Nilai DHL air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi jerami pada minggu pertama
sampai kelima berpengaruh nyata terhadap Daya Hantar Listrik (DHL) air. Pada minggu pertama
aplikasi jerami pada takaran setara dengan 20 ton/ha meningkatkan DHL air mencapai 767,72
µS/cm, sedang aplikasinya pada takaran setara 40 ton/ha, DHL meningkat lagi menjadi 1.194,06
µS/cm, kontrol (tanpa pemberian jerami) nilai DHL sebesar 258,56 µS/cm. Aplikasi jerami
dengan
Gambar 1. Nilai pH air minggu ke-1 sampai dengan ke-3 pada aplikasi jerami dengan
takaran setara dengan 0 ton/ha (J0), 20 ton/ha (J1) dan 40 ton/ha (J2)
takaran setara 20 ton/ha pada minggu kedua, nilai DHL air mengalami peningkatan
menjadi 868,50 µS/cm, sedang jerami takaran setara 40 ton/ha nilai DHL air juga mengalami
peningkatan lagi menjadi 1.233,11 µS/cm, sedangkan kontrol sebesar 379,17 µS/cm (Gambar 2).
Aplikasi jerami takaran setara 20 ton/ha dan 40 ton/ha pada minggu ketiga sampai kelima, nilai
DHL mengalami penurunan menjadi 836,44 dan 956,50 µS/cm serta kontrol sebesar 378,67 µS/cm
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X”
6-7 Oktober 2020
Purwokerto
ISBN 978-602-1643-65-5
77
pada minggu ketiga; 819,33 dan 976,56 µS/cm serta kontrol 458,83 µS/cm pada minggu keempat;
761,28 dan 895,39 µS/cm serta kontrol 428,83 µS/cm minggu kelima (Tabel 1 dan Gambar 2).
Gambar 2. Nilai DHL air pada minggu ke-1 sampai dengan ke-5 pada aplikasi jerami
dengan takaran setara dengan 0 ton/ha (J0), 20 ton/ha (J1) dan 40 ton/ha
(J2)
Potensial redoks tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi jerami berpengaruh
terhadap penurunan potensial redoks tanah pada minggu pertama sampai pada minggu kelima
(Gambar 3). Aplikasi jerami takaran setara 20 ton/ha menurunkan potensial redoks tanah menjadi -
99,44 mV, sedang pada takaran setara 40 ton/ha potensial redoks menjadi -185,06 mV, kontrol atau
tanpa pemberian jerami sebesar 137,28 mV. Aplikasi jerami takaran setara 20 ton/ha dan 40 ton/ha
pada minggu kedua dapat menurunkan nilai potensial redoks tanah menjadi -484,94 dan -547,00
mV, kontrol sebesar 190,78 mV. Demikian juga aplikasinya pada minggu ketiga sampai kelima
mengakibatkan potensial redoks tanah menjadi -480,44 dan -518,83 mV, kontrol sebesar
144,78 mV pada minggu ketiga. Aplikasinya pada minggu keempat mengakibatkan nilai potensial
redoks tanah menjadi -529,72 dan -603,17 mV, kontrol 157,67 mV; sedang pada minggu
kelima mengakibatkan potensial redoks tanah mengalami penurunan menjadi -415,22 dan -533,17
mV, kontrol 161,89 mV (Tabel 1 dan Gambar 3).
Hubungan antara potensial redoks tanah dengan waktu pengamatan munjukkan bahwa
aplikasi takaran jerami setara 20 ton/ha mempunyai nilai koefisien determinan tertinggi yaitu R2=
0,9061 dengan persamaan y=67,59x2–473,16x+ 274,06, y=potensial redoks tanah (mV) dan
x=waktu pengamatan (minggu). (Gambar 3). Aplikasi jerami pada takaran setara 20 ton/ha dan 40
ton/ha mengakibatkan potensial redoks tanah mengalami penurunan secara nyata dibandingkan
dengan kontrol, pada minggu kedua sampai kelima. Takaran jerami setara 40 ton/ha pengaruhnya
paling besar terhadap penurunan potensial redoks tanah. Bertambahnya biomassa tanaman yang
ditambahkan ke dalam tanah akan meningkatkan jumlah karbon (C organik) tanah, sehingga
jumlah mikroba di dalam tanah juga akan meningkat yang diikuti juga dengan peningkatan
penggunaan oksigen yang diperlukan oleh mikroba, akibatnya tanah semakin tereduksi sehingga
potensial redoks akan mengalami penurunan.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X”
6-7 Oktober 2020
Purwokerto
ISBN 978-602-1643-65-5
78
Gambar 3. Nilai potensial redoks tanah minggu ke-1 sampai dengan ke-5 pada
aplikasi tanpa pemberian jerami (J0), takaran jerami 20 ton/ha (J1) dan
takaran jerami 40 ton/ha (J2)
Tabel 2. Tinggi tanaman pada aplikasi jerami dan kompisisi pupuk NPK-SR pada tanaman padi
sawah di tanah Ultisol
No. Tinggi tanaman minggu ke-6
(cm)
1 Jerami (J)
Tanpa jerami 46,54b
Jerami setara 20 ton/ha (J1) 33,66a
Jerami setra 40 ton/ha (J2) 30,28a
P=0,05 s
2 Komposisi pupuk NPK-SR (K)
Tanpa pemberian pupuk (K0) 35,08a
Grade pupuk 15-15-0 (K1) 39,78b
Grade pupuk 15-15-5 (K2) 36,41ab
Grade pupuk 15-15-10 (K3) 36,74ab
Grade pupuk 15-15-15 (K4) 36,03ab
Grade pupuk 15-15-20 (K5) 36,90ab
P=0,05 s
Tinggi tanaman. Aplikasi jerami pada minggu pertama tidak berpengaruh terhadap tinggi
tanaman padi sawah, sedang aplikasinya pada minggu kedua sampai keenam berpengaruh terhadap
tinggi tanaman. Aplikasi jerami takaran setara 20 ton/ha pada minggu pertama menghasilkan
tinggi tanaman sampai 28,19 cm, sedang aplikasi jerami dengan takaran setara 40 ton/ha tinggi
tanaman mencapai 28,78 cm, yang tidak berbeda nyata dengan kontrol yaitu sebesar 28,66 cm.
Pada minggu kedua, aplikasi jerami takaran setara 20 ton/ha mengakibatkan tinggi tanaman
mencapi 28,96 cm, sedang aplikasinya pada takaran setara 40 ton/ha menghasilkan tinggi tanaman
sebesar 28,74 cm yang keduanya lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemberian
jerami) yaitu sebesar 33,01 cm.
Aplikasi jerami takaran setara 20 ton/ha pada minggu ketiga sampai keenam menghasilkan
tinggi tanaman secara berurutan adalah 29,53 cm, 30,03 cm, 31,95 cm dan 33,66 cm (Tabel 2);
sedang aplikasinya pada takaran setara 40 ton/ha menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X”
6-7 Oktober 2020
Purwokerto
ISBN 978-602-1643-65-5
79
nyata, yaitu sebesar 29,79 cm, 30,17 cm, 30,33 cm dan 30,28 cm. Tinggi tanaman tersebut lebih
rendah dibandingkan dengan kontrol yaitu masing-masing sebesar 35,29 cm, 39,40 cm, 44,04 cm
dan 46,54 cm (Gambar 4). Tinggi tanaman terhambat dengan aplikasi jerami, diduga biomassa
jerami belum terdekomposisi secara baik, sehingga akan meningkatkan suhu tanah dan jumlah gas
CO2 yang dilepaskan oleh mikroba tanah pada saat melakukan dekomposisi biomassa jerami.
Akibatnya akar tanaman akan terganggu fungsinya, sehingga proses penyerapan unsur hara tidak
dapat berlangsung secara optimal.
Gambar 4. Tinggi tanaman minggu ke-1 sampai dengan ke-6 pada aplikasi tanpa
pemberian jerami (J0), jerami dengan takaran 20 ton/ha (J1) dan jerami
dengan takaran 40 ton/ha
3.2. Aplikasi komposisi pupuk NPK-SR terhadap sifat kimia air dan tanah serta tinggi
tanaman
a. Aplikasi komposisi pupuk NPK-SR terhadap sifat kimia air dan tanah
Nilai pH air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi komposisi NPK-SR tidak
berpengaruh terhadap pH air pada minggu pertama sampai ketiga. Aplikasi komposisi pupuk NPK-
SR dengan 15-15-0 (K1) mengakibatkan pH air pada minggu pertama mencapai 6,42, pada minggu
kedua sebesar 6,15 dan pada minggu ketiga mencapai 6,88, sedang kontrol secara berurutan adalah
5,99, 6,14 dan 6,53. Ada peningkatan nilai pH air setelah penggenangan tanah selama tiga minggu.
Aplikasi komposisi pupuk NPK-SR dengan grade 15-15-5 (K2), 15-15-10 (K3), 15-15-15 (K4) dan
15-15-20 (K5) pada minggu pertama, nilai pH air secara berurutan adalah 5,99, 6,01, 5,80 dan 6,02
yang nilainya mendekati kontrol yaitu sebesar 5,99. Pada minggu kedua sampai ketiga, pH air
tersebut mengalami pola kenaikan, sehingga membentuk garis yang miring (slope). Pada minggu
kedua, nilai pH air komposisi pupuk tersebut adalah 5,71, 5,53, 5,54 dan 5,03, kontrol sebesar
6,14. Pada minggu ketiga, nilai pH tersebut mengalami peningkatan, tatapi tidak nyata menjadi
6,54, 6,77, 6,88 dan 7,20 (Tabel 1). Aplikasi komposisi pupuk NPK-SR dengan berbagai grade
pada tanah yang tergenang mengakibatkan nilai pH air meningkat.
Nilai DHL air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi komposisi pupuk NPK-SR
pada minggu pertama berpengaruh terhadap DHL air, sedang pada minggu kedua sampai kelima
tidak berpengaruh terhadap DHL air. Aplikasi komposisi pupuk NPK-SR dengan grade 15-15-15
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X”
6-7 Oktober 2020
Purwokerto
ISBN 978-602-1643-65-5
80
paling berpengaruh terhadap peningkatan DHL air, yaitu mencapai 848,78 µS/cm. Aplikasi
komposisi pupuk NPK-SR pada grade 15-15-0 (K1), 15-15-5 (K2), dan 15-15-10 (K3) pada minggu
kedua mempunyai pola peningkatan nilai DHL air, minggu ketiga sampai kelima nilainya relatif
konstan, sedang aplikasi pupuk grade 15-15-15 (K4) dan 15-15-20 (K5) pada minggu pertama
sampai kelima mengalami penurunan nilai DHL air (Gambar 5 dan 6). Peningkatan kandungan
KCl pada komposisi pupuk NPK-SR pada grade 15-15-15 dan 15-15-20 yaitu kandungan unsur
hara K di dalam pupuk menjadi 15 % K2O dan 20 % K2O mengakibatkan penurunan DHL air.
Adanya peningkatan jumlah ion-ion Cl- (anion-anion) yang dilepaskan dari pupuk dengan
peningkatan kandungan unsur hara K tersebut yang berasal dari KCl, diduga akan menurunkan
nilai DHL air.
Gambar 5. Nilai DHL air pada minggu ke-1 sampai dengan ke-5 pada aplikasi
komposisi pupuk NPK-SR dengan grade 15-15-0(K1), 15-15-5 (K2),
15-15-10 (K3) dan Kontrol (K0)
Gambar 6. Nilai DHL air pada minggu ke-1 sampai dengan ke-5 pada aplikasi
komposisi pupuk NPK-SR dengan grade15-15-15 (K4) dan 15-15-20
(K5)
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X”
6-7 Oktober 2020
Purwokerto
ISBN 978-602-1643-65-5
81
Potensial redoks tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi komposisi pupuk
NPK-SR pada berbagai grade dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemberian pupuk) pada minggu
pertama sampai kelima tidak berpengaruh nyata terhadap potensial redoks tanah. Pada minggu
pertama, aplikasi komposisi pupuk NPK-SR dengan grade 15-15-0 (K1), 15-15-5 (K2), 15-15-10
(K3), 15-15-15 (K4), 15-15-20 (K5) mengakibatkan potensial redoks tanah secara berurutan sebesar
-59,67, -64,89, -67,00, -9,11 dan 7,67 mV, sedang kontrol adalah sebesar -101,44. Potensial redoks
tanah mengalami penurunan sampai pada minggu keempat menjadi -314,56, -347,11, -355,78, -
330,00 dan -260,44 mV, sedang kontrol adalah sebesar -342,56 mV (Gambar 7 dan 8). Penurunan
nilai potensial redoks tanah yang cukup tajam adalah pada minggu pertama sampai kedua,
kandungan unsur hara N di dalam pupuk masih cukup tinggi, sehingga banyak mikroba yang
menggunakannya, akibatnya jumlah oksigen di dalam tanah akan berkurang atau tanah tereduksi
kuat sehingga potensial redoks akan menurun tajam. Pada minggu ketiga dan keempat, potensial
redoks tanah mengalami penurunan dengan kemiringan kurva yang lebih kecil dibandingkan
dengan minggu pertama sampai kedua. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah
Gambar 7. Nilai potensial redoks tanah minggu ke-1 sampai dengan ke-5 pada
aplikasi komposisi pupuk NPK-SR dengan grade 15-15-0(K1), 15-15-5
(K2), 15-15-10 (K3) dan Kontrol (K0)
unsur hara N semakin menurun, sehingga aktivitas mikroba yang menggunakan unsur hara
N jumlahnya akan menurun yang diikuti dengan penurunan reduksi tanah, akibatnya terjadi
penurunan potensial redoks tanah dengan kurva yang agak melandai (Gambar 7 dan 8).
Pada minggu kelima, potensial redoks tanah meningkat lagi menjadi -239,67, -268,78, -
298,56, -301,67 dan -195,33 mV, sedang kontrol sebesar -269,00 mV (Tabel 1, Gambar 7 dan 8).
Peningkatan potensial redoks tanah pada minggu kelima diduga terjadi penurunan lagi kandungan
unsur hara N di dalam tanah, yang diikuti penurunan aktivitas mikroba tanah yang menggunakan
unsur hara N dalam hidupnya, akibatnya reduksi juga mengalami penurunan sehingga potensial
redoks tanah naik.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X”
6-7 Oktober 2020
Purwokerto
ISBN 978-602-1643-65-5
82
Gambar 8. Nilai potensial redoks tanah minggu ke-1 sampai dengan ke-5 pada
aplikasi komposisi pupuk NPK-SR dengan grade 15-15-15(K4) dan 15-
15-20 (K5)
Tinggi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi komposisi pupuk NPK-SR
pada berbagai grade berpengaruh terhadap tinggi tanaman mulai pada minggu kedua sampai
keenam dari saat tanam. Pada minggu kedua, aplikasi komposisi pupuk NPK-SR dengan grade 15-
15-0 paling berpengaruh terhadap tinggi tanaman yaitu mencapai 32,48 cm, berbeda nyata dengan
kontrol yaitu sebesar 29,03 cm. Komposisi pupuk NPK-SR dengan grade lainnya mengakibatkan
ketinggian tanaman berkisar antara 28,26 – 31,30 cm yang tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Tinggi tanaman dari minggu ketiga sampai keenam setelah tanam, aplikasi komposisi pupuk NPK-
SR dengan grade 15-15-0 paling berpengaruh terhadap tinggi tanaman yaitu mencapai 34,10,
35,72, 38,24 dan 39,78 cm yang berbeda nyata dengan kontrol yaitu sebesar 29,86, 30,94, 33,70
dan 35,08 cm. Aplikasi komposisi pupuk NPK-SR dengan grade lainnya sampai minggu ketiga,
maka tinggi tanaman berkisar antara 29,87 – 32,18 cm yang tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Demikian juga aplikasinya sampai minggu keempat sampai dengan keenam tidak berbeda nyata
dengan kontrol yaitu berkisar antara 31,61 – 33,95 cm, 34,19 – 35,96 cm dan 36,03 – 36,90 cm
(Tabel 2). Pertumbuhan tanaman yang dikaji pada tinggi tanaman pada minggu pertama sampai
keenam setelah tanam menunjukkan peningkatan dengan kurva polinomial orde 2 dengan koefisien
determinan (R2) yang tinggi yaitu antara 0,9809 – 0,9975 (Gambar 9 dan 10).
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X”
6-7 Oktober 2020
Purwokerto
ISBN 978-602-1643-65-5
83
Gambar 9. Tinggi tanaman minggu ke-1 sampai dengan ke-6 pada aplikasi
komposisi pupuk NPK-SR dengan grade 15-15-0(K1), 15-15-5 (K2),
15-15-10 (K3) dan Kontrol (K0)
Gambar 10. Tinggi tanaman minggu ke-1 sampai dengan ke-6 pada aplikasi
komposisi pupuk NPK-SR dengan grade 15-15-15(K4), 15-15-20
(K5) dan Kontrol (K0)
KESIMPULAN
1) Aplikasi jerami sampai minggu ketiga tidak berpengaruh terhadap pH air, tetapi berpengaruh
terhadap peningkatan DHL air sampai pada minggu kelima, penurunan potensial redoks tanah
sampai pada minggu kelima dan tinggi tanaman sampai pada minggu keenam dari saat tanam.
2) Aplikasi jerami takaran setara 40 ton/ha sampai pada minggu kelima dari saat tanam
meningkatkan DHL air sebesar 893,39 µS/cm dan penurunan potensial redoks tanah -533,17
mV.
3) Komposisi pupuk NPK-SR tidak berpengaruh terhadap pH dan DHL air serta potensial redoks
tanah, tetapi berpengaruh terhadap tinggi tanaman.
4) Komposisi pupuk NPK-SR grade 15-15-0 paling berpengaruh terhadap peningkatan tinggi
tanaman, yaitu mencapai 39,78 cm pada saat tanaman berumur 6 minggu dari saat tanam.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X”
6-7 Oktober 2020
Purwokerto
ISBN 978-602-1643-65-5
84
5) Tidak terdapat interaksi antara takaran jerami dengan komposisi pupuk NPK-SR terhadap sifat
kimia air dan tanah serta tinggi tanaman padi sawah.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Rektor dan Ketua LPPM Unsoed yang telah
memberikan dana penelitian melalui Skim Riset Peningkatan Kompetensi serta Ghufron dkk.,
mahasiswa Program Studi Agroteknologi Unsoed yang telah membantu dalam pelaksanaan
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research. John Wiley
and Sons.
Rif’an, M. 2008. Pemberian zeolit alam untuk meningkatkan efisiensi pemupukan N pada tanah
ultisol. Laporan Hasil Penalitian. Fakultas Pertanian. Unsoed. Pur-wokerto.
Rif’an, M. 2014. Perakitan Pupuk Majemuk N-Zeolit-P untuk Perbaikan Sifat Kimia Inceptic
Hapludult, Serapan NP dan Hasil Padi Gogo Aromatik. Disertasi. Pascasarjana UGM.
Yogyakarta.
Rif’an, M. dan M.N. Budiono. 2016. Pengujian Zeolit Alam Termodifikasi Terhadap Efisiensi
Nitrogen pada Berbagai Kadar C Organik dan Lengas Tanah Sawah. Laporan Hasil
Penelitian. Fakultas Pertanian. Unsoed. Purwokerto.
Sepaskhah, A.R. dan M. Barzegar. 2010. Yield, water and nitrogen-use response of rice to zeolite
and nitrogen fertilization in a semi-arid environment. Agricultural Water Management 98
(2010):38-44.