ANALISIS WACANA UPAYA PENCEGAHAN
AKSI DAMAI 212 KASUS DUGAAN PENISTAAN
AGAMA PADA HEADLINE KORAN TEMPO
TAHUN 2016
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh :
Farouq Audah
NIM 1112051100025
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439 H
i
ABSTRAK
Farouq Audah, NIM: 1112051100025, Analisis Wacana Upaya Pencegahan Aksi
Damai 212 Kasus Dugaan Penistaan Agama Pada Headline Koran Tempo
Tahun 2016, Di Bawah Bimbingan Dr. Tantan Hermansah, S.Ag, M.Si
Aksi damai 212 adalah merupakan aksi lanjutan 4 November 2016 sebagai
bentuk protes umat Islam terhadap gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama atau Ahok yang diduga sudah menistakan agama. Awal mula permasalahan
ini terjadi saat Ahok kunjungan kerja di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Saat di
Kepulauan seribu Ahok melakukan pidato didepan masyarakat. Pidato Ahok seketika
viral dimedia sosial karena isi pidato Ahok menyinggung surat Al-Maidah. Banyak
masyakat maupun pengamat mengkritik pernyataan Ahok dan menganggap telah
melecehkan Al-Qur’an. Pada akhirnya umat Islam merasa geram dan melakukan
protes kepada penegak hukum agar Ahok segera diproses hukum yang berlaku.
Peristiwa tersebut mendapatkan perhatian beberapa media, salah satunya Koran
Tempo.
Dengan latar belakang diatas peneliti melakukan kajian atas sikap dan
komitmen media Koran Tempo menanggapi kasus aksi damai 212. Studi ini dibangun
dengan pertanyaan (1) Bagaimana Koran Tempo mengkonstruksi wacana aksi damai
212 kasus dugaan penistaan? (2) bagaimana dimensi kognisi sosial dan konteks sosial
yang terdapat pada wacana “aksi damai 212 terhadap kasus dugaan penistaan agama”
di Koran Tempo?.
Dalam menjawab rumusan masalah tersebut, peneliti menggunakan teori
analisis wacana Teun A van Dijk. Analisis ini memiliki tiga macam dimensi: yang
pertama analisis teks. Kedua analisis kognisi Sosial dan yang ketiga analisis konteks
sosial. Sedangkan pendekatan studi ini menggunakan kualitatif dengan berlandaskan
paradigma kontruktivis. Paradigma ini memandang bahwa segala peristiwa maupun
berita yang ada tidak lahir sebagai realitas murni, namun dibalik realitas peristiwa
yang dibangun terdapat pihal-pihak tertentu yang mengkonstruksi berita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis teks, kognisi sosial, dan konteks
sosial Koran Tempo dalam mewacanakan berita aksi damai 212 pada edisi 22, 23, 28
November, dan 3-4 Desember cukup kuat. Hal ini dapat dibuktikan dengan teks yang
terdapat upaya pencegahan, mulai dari isu indikasi makar hingga kelompok radikal
ISIS akan dompleng aksi damai 212. Pemberitaan mengenai aksi damai 212 pada
edisi atas Koran Tempo sangat struktur pemberitaannya, termasuk beberapa gambar
yang ditampilkan memperlihatkan keseriusan pemerintah hingga TNI dan Polri turun
tangan untuk menangani aksi lanjutan 212. Wacana yang dibangun ini banyak menuai
kritik dari pemerintah maupun netizen. Gebrakan yang dilakukan Koran Tempo pada
edisi 22, 23, 28 November, dan 3-4 Desember merupakan segelintir kritik dari media
melalui berita tentang permasalahan aksi damai 212 yang terjadi dipenghujung tahun
2016.
Keyword: Aksi damai, analisa wacana, teori Teun A. Van Dijk
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabil’alamin puji serta syukur senantiasa penulis panjatkan
kepada Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan hingga
terselesaikannya skripsi unutk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
gelar sarjana.
Atas izin-Nya dan dukungan dari pihak lain, akhirnya peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS WACANA UPAYA
PENCEGAHAN AKSI DAMAI 212 KASUS DUGAAN PENISTAAN AGAMA
PADA HEADLINE KORAN TEMPO TAHUN 2016”, yang dibuat guna memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Srata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peneliti sadari masih memiliki banyak kekurangan dalam penulisan skrisi ini,
untuk itu peneliti sangat terbuka untuk segala hal saran dan kritik yang dapat
membangun untuk penyempurnaan karya penulisan skripsi ini.
Selama masa penelitian, penyusunan, penulisan sampai masa penyelasaian
skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
dari keluarga, sahabat, teman, dan berbagai pihak lainnya yang telah banyak berjasa
bagi penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada
1. Dr. H Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Suparto, M.Ed Ph. D., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj.Roudhonah, MA.,
Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M. Si., Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
iii
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho M.Si., Sekretaris Konsentrasi
Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily M.A., yang selalu mendukung dan memberi
banyak kemudahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
3. Dosen Pembimbing skripsi Dr. Tantan Hermansah M.Si., yang telah begitu banyak
memberikan arahan, bimbingan, dan memberikan banyak kemudahan kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Seluruh jajaran Dosen Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis.
Semoga yang bapak dan ibu dosen berikan bermanfaat bagi penulis di masa yang
akan datang, semoga semuanya senantiasa dilindungi oleh Allah SWT.
5. Kepada pihak PT. Inti Media Tempo yang turut berperan dalam selesainya
penelitian skripsi ini, khususnya kepada redaktur pelaksana Koran Tempo Jajang
Jamaludin, dan Humas Koran Tempo Seina. Terima kasih telah meluangkan waktu
ditengah kesibukannya dalam membantu penulis mencari data untuk keperluan
skripsi ini.
6. Keluarga penulis Ayahanda H. Muhiyat dan Ibunda Hj. Nuria sebagai
penyemangat serta selaku pemberi do’a, dan pengorbanan yang tak terkira. Kakak
penulis Siful Bahcri, Nurhadi, Rif’at Syauqi, dan adik penulis Vella Sufah terima
kasih telah memberi warna dalam kehidupan penulis, serta keluarga besar penulis
yang telah membantu.
7. Teman-teman seperjuangan Jurnalistik angkatan 2012 dan khususnya Jurnalistik A
angkatan 2012 yang telah menjadi bagian hidup penulis selama mengenyam
pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
8. Teman-teman anggota group Whatshaap Wisuda 100 Alief, Angga, Badrus, Eva,
Firman, Harry, Iyos, Joni, Parama, Reja, Roni, Tray, Yasir, dan, Zain, yang
senantiasa memberikan semangat akan penulisan skripsi ini sehingga bisa
terselesaikan dengan kelebihan dan kekurangnya.
9. Teman-teman Kosan. Imen, Erik, Ipin, Wali, dan Deden yang sudah menyiadakan
tumpangan tempat istirahat, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis memohon agar selalu diberi
rahmat dan kemudahan pada setiap urusan kepada pihak-pihak yang membanru
proses penelitian ini hingga tersusun menjadi skripsi. Penulis berharap skripsi in
menjadi bermanfaat bagi siapa saja yang membaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bekasi, 15 Desember 2017
Farouq Audah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 6
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 7
E. Metodologi Penelitian ............................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 12
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Media Massa ............................................................................................. 14
B. Media Cetak .............................................................................................. 16
C. Headline ................................................................................................... 19
D. Analisis Wacana ........................................................................................ 23
E. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk .......................................................... 25
1. Teks ..................................................................................................... 27
2. Kognisi Sosial ..................................................................................... 33
3. Konteks Sosial ..................................................................................... 34
vi
BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM KORAN TEMPO
A. Sejaran dan Perkembangan Koran Tempo ................................................ 36
1. Koran Tempo ...................................................................................... 39
2. Visi dan Misi Tempo Inti Media ......................................................... 41
B. Struktur Redaksi Koran Tempo ................................................................ 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Wacana pada Headline Koran Tempo ........................................ 43
B. Analisis Teks pada Headline Koran Tempo ............................................. 44
C. Kognisi dan Konteks Sosial Wacana Aksis Damai 212............................ 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 82
B. Saran .......................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
Daftar Tabel
Tabel 1. Struktur Teks Van Dijk .......................................................................................... 27
Tabel 2. Elemen Wacana Teks Van Dijk.............................................................................. 28
Tabel 3. Komposisi Kepemilikan Saham PT. Tempo Inti Media......................................... 38
Tabel 4. Headline Koran Tempo Yang Diteliti .................................................................... 44
Tabel 6. Kerangka Analisis Data, Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke
Jakarta .....................................................................................................................
56
Tabel 7. Kerangka Analisis Data, Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212 ......................... 65
Tabel 8. Kerangka Analisis Data Demo, 212 Tercoreng Rencana Makar ............................ 72
Tabel 9. Analisis Kognisi Sosial ........................................................................................... 75
viii
Daftar Gambar
Gambar 1. Diagram Model Analisis Van Dijk.......................................................................... 26
Gambar 2. Komposisi Kepemilikan Saham PT. Tempo Inti Media ......................................... 38
Gambar 3. Headline Koran Tempo, Indikasi Makar Di Demo Akbar. 22
Desember 2016 ........................................................................................................
44
Gambar 4 Headline Koran Tempo, Polisi dan Tentara Cegah Massa Masuk
ke Jakarta. 23 November 2016 ...............................................................................
48
Gambar 5. Headline Koran Tempo, Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212.
28 November 2016 ..................................................................................................
58
Gambar 6. Headline Koran Tempo, Demo 212 Tercoreng Rencana Makar. 3-
4 Desember 2016 .....................................................................................................
67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan
masyarakat. Pada abad informasi ini, media massa dianggap sebagai tokoh utama
bagi masyarakat utama memperoleh informasi. Terlebih, sejak angin segar
kebebasan pers diera reformasi hadir. Media tak hanya dianggap sebagai agen
sosialisasi pendidikan saja, melainkan sebagai agen perubahan dalam segala hal.
Sehingga tak jarang media massa merupakan salah satu agen penting bagi
peradaban masyarakat saat ini.
Bila dilihat dari fungsinya, media massa memiliki empat fungsi, pertama
menghimpun dan menyebar luaskan informasi kepada khalayak. Kedua,
memberikan pendidikan kepada bagi khalayak. Ketiga, sebagai media hiburan
bagi khalayak. Keempat, sebagai alat kontrol sosial dalam kehidupan masyarakat
dan bernegara.1
Informasi saat ini merupakan suatu hal yang sangat penting, karena itu
media massa hadir hampir setiap setiap hari dikehidupan. Media massa mencoba
memberikan informasi yang aktual dan dapet dipertanggung jawabkan kebenaran
sumber dari informasi yang mereka berikan. Media massa kini hadir dalam
berbagai macam bentuk, dari mulai media cetak seperti surat kabar harian dan
mingguan, media elektronik seperti radio dan televisi, serta yang terbaru adalah
media online. Menurut dennis McQuail, media massa merupakan sumber
1 Zaenuddin H.M, The Jourrnalist, (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 9
2
kekuatan alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat
diperdaya gunakan sebagai kekuatan atau sumber daya lainnya.2
Efek media massa dapat menimbulkan perubahan–perubahan dalam
kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat menjadi konsumtif dan serba instan.
Soejono Soekamto dalam bukunya “Sosiologi Pengantar”, menyatakan
perubahan-perubahan dalam masyarakat di dunia ini merupakan gejala normal,
yang pengaruhnya menjalar dengan cepat kebagian-bagian dunia lainnya berkat
adanya komunikasi yang modern.3
Aksi damai 212 adalah sebuah aksi lanjutan pada tanggal 4 November
2016 sebagai bentuk protes masyarakat untuk menuntut gubernur non-aktif
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok agar segera dipenjarakan. Awal mula
permasalahan ini timbul saat Ahok kunjungan kerja di Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta. Dihadapan masyarakat Kepulauan Seribu Ahok berpidato yang berisi
tentang surat Al-Maidah. Pidato kunjungan kerja Ahok menjadi viral karena ada
unggahan penggalan video Ahok yang menyinggung surat Al-Maidah ayat 51
tersebar di halaman media sosial.4 Dari pidato Ahok masyarakat umat Islam dan
pengamat menganggap ucapan Ahok di Kepulauan Seribu sudah menistakan
agama.
Aksi bela Islam jilid III ini bertepatan hari Jum’at tanggal dua bulan 12
yang kemudian disingkat menjadi aksi damai 212, berbeda dengan aksi
sebelumnya bela Islam sebelumnya pada kali ini masyarakat yang mengikuti
2 Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Massa Kini, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), h. 1
3 Soejono Soekamto, Sosiologi Pengantar, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 1987), h. 30
4 https://www.dakwatuna.com/2016/12/07/83983/aksi-lanjutan-411-dan-212/ (diakses
pada tanggal 22 Juni 2017)
3
demo berjumlah lebih banyak dan dari berbagai kalangan seperti anak-anak
hingga dewasa, dan dari berbagai macam profesi mulai dari pedagang kaki lima
hingga artis ibu kota turuh hadir mengikuti jalannya aksi tersebut akan
melalakukan shalat Jum’at di Monumen Nasional (Monas) dan sekitarnya, tidak
hanya itu umat Islam yang mengikuti aksi damai 212 dianjurkan untuk mengikuti
ikat kepala bendera merah putih untuk sebagai simbol rasa nasionalisme.5
Aksi ini sempat menuai pro dan kontra dikarenakan pada aksi sebelumnya
yaitu tanggal 4 November terjadi bentrokan antara umat Islam dengan oknum-
oknum setempat yang tidak setuju berjalannya aksi tersebut. Namun hal tersebut
tidak menyurutkan niat umat Islam yang dari berbagai daerah untuk mengikuti
aksi bela islam jilid III, hal ini terlihat pada masyarakat Ciamis yang melakukan
aksi jalan kaki ke DKI Jakarta sekita 270-300 KM.6
Beberapa organisasi masyarakat Islam hingga Majelis Ulama Indonesia
(MUI) banyak yang melakukan laporan atas dugaan penistaan agama ke
Bareskrim Polri. MUI telah menyebutkan bahwa Ahok sudah masuk kedalam
perkara dugaan penistaan agama dan harus ditindak lanjuti. Ahok dilaporkan
berdasar pasal 156 a KUHP Jo pasal 28 ayat (2) UU No 11 Tahun 2008 tentang
Informasi Transaksi Elektronik (ITE), dengan ancaman kurungan lima Tahun
penjara.7
5 http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/11/04/og3yiy257-sejumlah-artis-
ikut-aksi-damai-4-november (diakses pada tanggal 22 Juni2017) 6 https://news.okezone.com/read/2016/11/28/525/1553116/ikut-aksi-damai-212-ribuan-
warga-ciamis-jalan-kaki-ke-jakarta (diakses pada tanggal 22/06/2017) 7 http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/11/16/ogptj1330-ini-pasal-yang-
menjerat-ahok-dalam-kasus-al-maidah-51 (diakses pada tanggal 20 Oktober 2017)
4
Peran media dalam mempublikasi kasus dugaan penistaan agama yang
dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama menjadi
kuat diberbagai media, baik media cetak maupun elektronik ataupun media-media
online. Media banyak yang menyoroti kasus ini ke hadapan publik. Sehingga
kasus ini pun kerap dijadikan headline diberbagai media massa dan menjadikan
opini tersendiri dibenak publik yang membacanya.
Wacana ketegangan umat muslim dengan Gubernur non-aktif Basuki
Tjahaja Purnama serta perkembangan kondisi kasus tersebut menjadi berita yang
menarik untuk diikuti perkembangannya. Melihat banyaknya protes dari umat
muslim untuk menuntut Ahok agar segera ditahan. Tidak heran kemudian isu ini
menjadi headline di berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik.
Media massa khususnya media cetak banyak sekali menyoroti berita aksi
damai, salah satu media cetak yang menyoroti kasus ini secara mendalam ialah
surat kabar atau koran dengan kelebihan dan karakteristik yang dimiliki media
cetak. Sehingga tak heran saat ini begitu digemari oleh masyarakat
Melansir kasus tersebut Koran Tempo menerbitkan kasus aksi damai yang
dijadikan headline. Headline surat kabar yang diterbitkan tentu saja harus mampu
memberikan isi pesan yang terkandung pada headline.
Peneliti mengambil objek pada headline yang diterbitkan Koran Tempo,
dengan kasus aksi damai umat Islam. Koran Tempo selaku media cetak
memberitakan kasus tersebut. Ada sepuluh edisi yang dijadikan headline setelah
aksi damai 411 dengan mengangkat isu yang beragam. Mulai dari isu upaya
makar di aksi 212, ISIS ikut masuk aksi 212 hingga Polisi dan TNI berupaya
5
cegah peserta aksi dari hadir ke Jakarta. Sehingga peneliti ingin mengetetahui
bagaimana Koran Tempo mengangkat kasus aksi damai 212 di Ibu Kota Jakarta
Tanpa disadari kebutuhan masyarakat terhadap informasi yang aktual dari
media massa, membuat pers sebagai lembaga pemberitaan terus berusaha
menyajikan berita-berita terbaik. Sedangkan menurut Sudirman Tebba, berita
yang baik adalah berita yang jalan ceritanya tentang peristiwa. Ini berarti suatu
berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya.8
Melihat latar belakang diatas itu memahami dari sebuah headline koran
pada kenyataannya bukan pekerjaan mudah. Berkaitan masalah tersebut, peneliti
ini mencoba menggali motif dibalik headline yang dimuat oleh Koran Tempo
dengan kasus aksi damai yang dijalankan oleh umat muslim atas kasus dugaan
penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur non-aktif Basuki Tjahaja Purnama
dengan melakukan analisis wacana terhadap headline Koran Tempo. Berkaitan
dengan hal tersebut, peneliti mengambil judul “Analisis Wacana Upaya
Pencegahan Aksi Damai 212 Terhadap Kasus Dugaan Penistaan Agama
pada Headline Koran Tempo Tahun 2016”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Penelitian ini dikhususkan pada satu masalah dari sekian masalah yang
diterbitkan oleh Koran Tempo, yakni aksi damai 212. Adapun penulis
membatasi permasalahan pada “analis wacana aksi damai 212 kasus dugaan
8 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Kampung Utan-Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h.
55
6
penistaan agama pada headline Koran Tempo Tahun 2016”. Adapun berita
headline yang akan diteliti ialah sebagai berikut:
a. Polisi Sebut Isis Dompleng Demo 212
b. Polisi dan Tentara Cegah Massa ke Jakarta
c. Indikasi Makar di Demo Akbar
d. Demo 212 Tercoreng Rencana Makar
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian in adalah:
a. Bagaimana wacana yang terdapat dalam “Upaya Pencegahan Aksi
Damai 212 Dugaan Kasus Penistaan Agama” pada headline Koran
Tempo?
b. Bagaimana dimensi “Kognisi Sosial” dan “Konteks Sosial” menurut
Teori Analisis Wacana Teun A. van-Djik yang terdapat dalam wacana
Upaya Pencegahan Aksi Damai 212 Dugaan Kasus Penistaan Agama
pada headline Koran Tempo?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapaun penelitian bertujuan mendeskripsikan sebagai berikut
a. Bagaimana wacana yang upaya pencegahan aksi damai 212 kasus
dugaan penistaan agama pada headline Korang Tempo Tahun 2016.
b. Bagaimana untuk mengetahui dimensi kognisi sosial dan konteks
sosial yang terdapat wacana “upaya pencegahan ksi damai 212 kasus
dugaan penistaan agama” di Koran Tempo
7
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah
a. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, manfaat,
pengetahuan dan pemahaman dalam bidang komunikasi, khususnya
jurnalistik. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberi pedalaman
mengenai bagaimana sebuah peristiwa diwacanakan oleh media.
b. Praktis
Peneletian ini dapat diharapkan memberikan gambaran bagaimana
media massa (Koran Tempo) dalam membangun berita dan mengkritisi
isu-isu yang berkembang.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk memenuhi judul skripsi ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka di
Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Berdasarkan tinjauan tersebut, peneliti menemukan judul menjadi inspirasi,
seperti penelitian, yaitu:
1. Analisis Wacana Berita Penyadapan Australia Terhadap Indonesia di
Republika Online. Oleh Sumarlin Surya Winata Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatulllah, Jakarta. Penelitian tersebut menitik beratkan pada
bagaiamana teks yang dibangun oleh Republika Online pada Pemberitaan
Penyadapan Australia Terhadap Indoneseia di Kontruksi. Serta bagaimana
8
konteks sosial dan kognisi sosialnya. Analisis yang digunakan sama dengan
penulis, yang membedakan adalah subjek dan objek yang penulis teliti.
2. Analisis Wacana Pemberitaan Harian Republika Tentang Makanan Calon Haji
Berformalin. Oleh Yusuf Gandang Pamuncak Jurusan Program Studi
Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian tersebut
bertujuan untuk mengetahui bagaimana teks dibangun oleh Harian Republika
mengenai peran Kemenag tentang makanan calon haji berpormalin. Perbedaan
skripsi Yusuf Gandang Pamuncak terletak pada permasalahan yang diangkat
dan media yang diteliti.
3. Analisis Wacana Parpol Islam Dalam Rubri “Pestas Demokrasi” Harian
Republika, ditulis oleh Devy Cahyo Puspitaningrum Jurusan Program Studi
Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneletian tersebut bertujuan untuk
bagaimana level teks pemberitaan Rebublika mengangkat citra parpol Islam.
Kesamaan dengan penelitian ini terletak pada metode analisis Van Dijk.
Perbedaannya terletak pada kasus dan media yang diteliti.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Lexy J. Moleong yang mengutip pernyataan Bogdan dan Bilken
menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan proposisi yang mengarahakan
cara berpikir dalam penelitian.9 Maksudnya, paradigma merupakan salah satu
metode atau cara berfikir yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan
9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT Remaja Rosda Karya,
Cetakan keduapuluh dua 1997), h.3
9
penelitian baik itu pra maupun pasca penelitian. Paradigma ini dilakukan
supaya peneliti tidak keluar dari jalur cara berpikir penelitiannya.
Pada penelitian ini, menggunakan paradigma konstruktivisme. Dalam
penjelasan ontology paradigma konstruktivis, realitas merupakan konstruksi
sosial yang diciptakan oleh individu. pada paradigma ini kontruktivisme dilihat
sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang
ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang
disekitarnya. Individu kemudian membangun sendiri pengetahuan yang ada
sebelumnya.10
Dalam paradigma ini bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk
memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai
penyampai pernyataan. Kontruktivisme justru menganggap subjek sebagai
faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya.11
2. Metode Penelitian
Sebagai karya ilmiah, setiap pembahasan mengunakan metode untuk
menganalisa dan mendeksripsikan suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi
sebagai landasan dalam mengaloborasi suatu masalah, sehingga suatu masalah
dapat diuraikan dan dijelaskan dengan gamblang dan dipahami.
Bogdan dan Taylor yang dikutif Lexy J. Moleong mendefinisikan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
10
Burhan Bungin, Kontruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 11 11
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 5
10
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.12
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pisau analisis
wacana yang dikembangkan oleh Teun A. van Dijk. Pendekatan kualitatif ini
menurut van Dijk, penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan
teks semata, karena teks hanya hasil suatu produksi. Pemahaman produksi teks
pada akhirnya akan memperoleh pengetahuan mengapa teks tersebut
diproduksi. Van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan
kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat. Pada analis wacana sebagai
suatu analisis untuk membongkar maksud dan makna tertentu.13
3. Tahapan Penelitian
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah data.14
Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah repsentasi dari arsip. Dokumen adalah rekaman
peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan.15
Dokumentasi adalah
penelitian mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai bentuk data
tulisan (buku, koran, atau tulisan) yang terdapat diperpustakaan, internet,
atau instansi lain yang dijadikan analisis dalam penelitian berupa headline
Koran Tempo. Dalam penelitian skripsi ini peneliti mendapatkan
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT Remaja Rosda
Karya, Cetakan keduapuluh dua 1997), h. 4 13
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001),
h. 5 14
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.62 15
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), h. 97
11
dokumentasi berupa data wawancara dengan redaktur pelaksana Koran
Tempo Jajang Jamaludin.
b. Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting
dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai
subjek (pelaku atau aktor).16
Dalam penelitian ini dilakukan wawancara
mendalam (in-depth interview), yaitu wawancara yang bersifat struktur dan
mendetail.17
Dalam hal ini, wawancara langsung dan mendalam dilakukan kepada
redaktur pelaksana Koran Tempo Jajang Jamaludin. Wawancara ini sangat
diperlukan karena untuk mengetahui unsur kognisi sosial atau mental
wartawan dalam memilih isu tersebut serta situasi ketika ia tulis.
Sebelum melakukan wawancara dengan narasumber ada beberapa
prosedur yang dilalui. Tempo meminta kepada peneliti agar menyiapkan
berkas proposal skripsi, surat penelitian dari universitas, dan curriculum
vitae (CV). Setelah berkas sudah disiapkan Tempo menyiapkan wadah bagi
peneliti agar mengirim email ke [email protected]. Selanjutnya Tempo
mengkonfirmasi keinginan peniliti dan memberikan jadwal wawancara
kepada narasumber yang dituju.
16
Parwito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara, 2007), h.
132 17
Parwito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara, 2007), h.
134
12
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah jurnalis Koran Tempo. Sementara objek
penelitian adalah headline mengenai “aksi damai 212 kasus dugaan penistaan
agama”.
5. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini akan memerlukan kurang lebih tiga
bulan di lapangan dan dua bulan proses analisis dan konsultasi. Dari penelitian
ini peneliti mengambil tempat di kantor redaksi Tempo. Jl. Palmerah Barat No.
8, RT.3/RW.5, Grogol Utara, Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, DKI
Jakarta 122240. Telp. 021-548 2132, 021-725 5625. Email
[email protected] untuk membantu berjalannya penelitian ini.
6. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dan dikelompokkan sesuai dengan tujuan
penelitian untuk analisis dan diberikan interpretasi dengan cara
mengklarifikasikan dengan kerangka teori dan kemudian disimpulkan.
Setelah data diperoleh, maka selanjutnya adalah melakukan analisis data.
Setelah diperoleh wacana yang akan dianalisis, maka sebagai rujukan adalah
dengan mengunakan analisis wacana model Teun van Dijk yang terdiri dari
tiga elemen yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
Dari beberapa teknik analisis data, peneliti merasa perlu meneliti wacana
dengan menggunakan teknik van Dijk. Karena selain menganalisis dari struktur
teks, analisis ini juga menukik kepada elemen kognisi sosial (mental wartawan
dalam memahami peristiwa) serta konteks sosial (menganalisa yang
berkembang di masyarakat).
13
Karena dalam penelitian ini, lebih ingin membongkar mengenai
kontruksi realitas dalam dimensi wacana aksi damai, serta dengan kedua unsur
wacana van Dijk.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN, bab ini merupakan latar belakang masalah, batasan
dan rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, tinjauan
penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS, bab in menguraikan jenis media massa, media
cetak, headline, analisis wacana, tokoh analisis wacana, dan model analisis
wacana Teun van. Dijk.
BAB III GAMBARAN UMUM, bab ini menjelas profil Media Tempo, struktur
redaksi Media Tempo.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA, bab ini menjelaskan
hasil penelitian mengenai wacana aksi damai 212 pada pemberitaan di headline
Koran Tempo.
BAB V PENUTUP, bab ini berisi mengenai kesimpulan dari analisis wacana aksi
damai 212 pada headline di Koran Tempo serta saran yang terdapat dari peneliti
ini.
14
14
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Media Massa
Media massa merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Menurut KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia), bahwa media dapat diartikan sebagai: (1) alat, dan (2)
alat atau sarana komunikasi seperti majalah, radio, televisi, film, poster, dan
spanduk.18
.
Media massa merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Diperkenalkan untuk
jenis media yang secara khusus dirancang untuk mencapai kebutuhan masyarakat
atas informasi yang diterima.19
Media massa wajib menyampaikan informasi yang jujur dan benar sesuai
fakta peristiwa kepada masyarakat.20
Sesuai fungsinya, media massa harus bisa
mencerahkan pikiran pembaca dengan mengungkap fakta dan peristiwa secara
berimbang.
Menurut Marshal Mcluhan, media merupakan pesan itu sendiri. Artinya
media menjadi pembawa pesan dari informasi bagi organisasi media kepada
18
Apriadi Tamburaka, literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 39 19
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori & Praktik (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011), h. 37. 20
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalm Pemberitaan (Yogyakarta: C.V Andi Offset),
h. 69
15
khalayak. Media sebagai suatu alat untuk menyampaikan pesan berupa berita,
penilaian atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan
untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain,
karena media yang dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide
atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan
untuk diletakan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris.21
Kemudian menurut Antonio Gramsci, media merupakan ruang pergulatan
antar ideologi yang saling berkompetisi. Media sebagai ruang dimana berbagai
ideologi dipresentasikan. Ini berarti disatu sisi media bisa menjadi sarana control
atas wacana publik. Namun disisi lain media juga dijadikan alat ketahanan
terhadap kekuasaan. Media juga menjadi alat membangun instrumen dari
perjuangan kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi.22
Media massa (pers) sering disebut juga kekuatan dalam kehidupan sosial-
ekonomi dan politik. Hal ini terutama disebabkan oleh suatu persepsi tentang
peran yang dimainkan oleh media massa dalam kaitannya dengan perkembangan
kehidupan sosial-ekonomi dan politik masyarakat.23
Untuk itu hal terpenting dalam memahami media massa adalah bagaimana
media massa terkontruksi nilai-nilai masyarakat untuk kemudian disampaikan
kepada khalayak. Seperti yang disampaikan Gramsci media menjadi arena perang
antar ideologi menjadi dasar bahwa realitas yang ditampilkan kepada khalayak
21
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 31 22
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 30 23
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006) , h. 30
16
tidak terlepas dari cara pandang yang dimiliki oleh komunikator media tersebut.
Atau sesuai yang dikatakan oleh Tony Benet, media dianggap sebagai agen
kontruksi sosial yang didefinisikan realitas sesuai dengan kepentingannya.24
Media massa, McQuail menyatakan media massa merupakan filter yang
menyaring sebagian pengalaman dan menyoroti pengalaman lainnya dan
sekaligus kendala yang menghalangi kebenaran. Artinya berita pada media massa
adalah suatu cara untuk menciptakan realitas yang diinginkan mengenai peristiwa
atau kelompok orang yang dilaporkan., dengan kata lain, berita yang terdapat pada
suatu media tidak hanya menyampaikan, melainkan juga menciptakan makna.
Makna tidak sederhana dianggap sebagai reproduksi bahasa tetapi sebuah
pertentangan sosial, sebuah perjuangan dalam memenangkan wacana.25
Dalam hal ini titik penting dalam hal memahami media melakukan politik
pemaknaan. Menurut Stuart Hall, makna tidak tergantung pada struktur makna itu
sendiri, tetapi pada praktik pemaknaan. Makna adalah suatu produksi sosial, dan
suatu praktik sosial. Pandangan Stuart Hall media massa bukan hanya
mereproduksi, melainkan menentukan realitas pemakaian kata-kata yang
terpilih.26
B. Media Cetak (Surat Kabar)
Media massa cetak adalah media massa yang menggunakan media cetak
seperti kertas koran yang didalamnya ada tulisan yang berupa kata-kata dan
24
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 31 25
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 40 26
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 37
17
kalimat, tetapi tulisan itu bukanlah tulisan layaknya surat-menyurat melainkan
tulisan itu disebut news (berita) yang teknik penulisannya mengikuti kaidah
jurnalistik. Surat kabar dan majalah merupakan media massa cetak.27
Pada abad ke 17 media cetak (surat kabar) komersil merupakan kumpulan
yang dibuat oleh penerbit hingga pencetak. Surat kabar komersil merupakan
bentuk dari bagian besar lembaga surat kabar, dan perkembangan surat kabar
komersil dapat dilihat dari dalam sejarah sebagai sebuah peristiwa dalam sejarah
komunikasi. Surat kabar dianggap sebuah bentuk inovasi yang lebih baik dari
pada buku yang dicetak, dimana didalamnya terbentuk literatur, sosial, dan
budaya.28
Media massa cetak merupakan media komunikasi pertama yang dikenal
manusia sebagai media yang memenuhi ciri-ciri komunikasi massa (satu arah,
melembaga, umum, serempak). Media massa cetak berbentuk surat kabar, tabloid,
bulletin, koran, dan majalah. Kelebihan dari media cetak adalah mampu merekam
peristiwa yang terjadi masa lampau sesuai kejadian peristiwa itu diberitakan atau
suatu gambar ditampilkan dalam surat kabar.29
Menurut Onong Uhjana Effendy, kegiatan Jurnalistik sudah sangat tua,
yaitu dimulai dari jaman Romawi Kuno ketika Julius Ceesar berkuasa. Waktu ia
mengeluarkan peraturan agar kegiatan-kegiatan sanat setiap hari diumumkan
27
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 37 28
Putri Iva Izzati Terjemahan, Teori Komunikasi Massa McQuail Edisi 6 (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013), h. 49 29
Apriadi Tamburaka, literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 149
18
kepada khalayak dengan ditempel pada semacam papan pengumuman yang
disebut dengan Acta Diurna.30
Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya
bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya
serta penekanan isinya. Menurut Onong Uhjana Effendy, surat kabar adalah
lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi dimasyarakat dengan ciri-ciri
terbit secara periodik, bersifat umum isinya termasa dan aktual mengenai apa saja
dan dimana saja diseluruh dunia untuk diketahui pembaca.31
Pada umumnya berbicara mengenai pers sebagai media massa tercetak
ialah dalam pengertian sempit, yakni surat kabar. Menurut Onong Uhjana
Effendy, adaa empat ciri yang dikatakan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh
surat kabar, antar lain.
a. Publisitas
Publisitas mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau
publik. Karena peruntukan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam
surat kabar ini terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan
umum. Untuk itu penerbitan yang meskipun sama dengan surat kabar tidak
bisa disebut sebagai surat kabar jika hanya ditunjukan hanya sekelompok
orang atau golongan.32
b. Periodesitas
30
Sudirman Tebba, “Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Panduan Praktis
Jurnalis Profesional), (Bandun: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 4 31
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komonikasi Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 241 32
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komonikasi Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 241
19
Bentuk yang berkaitan dengan keteraturan dalam penerbitan,
keteratuan ini bisa satu kali sehari bisa juga satu dua kali terbit dalam
seminggu. Karena mempunyai keteraturan dan penerbitannya, maka
penerbit buku tidak dapat dikategorisasikan sebagai surat kabar meskipun
isinya menyangkut kepentingan umum karena tidak disebarkan secara
periodik dan berkala.
c. Universalitas
Universalitas yang berarti kemestaan dan keberagaman. Isinya
yang datang dari berbagai penjuru dunia. Untuk itu jika sebuah penerbit
berkala isinya hanya mengkhususkan diri pada suatu profesi atau aspek
kehidupan, seperti majalah kedokteran, arsitektur, koperasi, atau pertanian,
tidak termasuk surat khabar.33
d. Aktualitas
Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan
sebenarnya”. Kedua-duanya sangat erat sekali sangkut paut dengan berita
yang disiarkan surat kabar. Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang
terjadi kini. Dengan perkataan lain laporan mengenai peristiwa yang baru
terjadi dan yang dilaporkan itu harus benar.
C. Headline
Headline menurut Kurniawan Junaedhi merupakan berita utama atau lebih
populer dengan istilah headline news adalah yang dianggap layak dipandang di
33
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komonikasi Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 242
20
halaman depan, dengan judul yang merangsang perhatian dan menggunakan tipe
huruf yang relative besar. Pendeknya berita yang istimewa.34
Menurut Grand M, Hyde dalam karya bukunya Journalistik Writing,
Grand M mengatakan bahwa judul berita dalam surat kabar dapat dikatakan
dengan sebutan headline. Sedangkan di majalah dipakai istilah heading atau titles.
Terdapat 2 pengertian headline, yaitu yang berrarti judul berita atau
headline yang mempunyai arti berita utama. Ciri-ciri nya adalah menggunakan
huruf lebih besar dibanding judul berita lain pada satu halaman tersebut. Ukuran
yang dipakau pada umumnya 36-60 poin sedangkan pada layout luar negeri
umunya menggunakan 90 poin.35
Onong Uchana Efendy mengatakan, berita utama adalah berita surat kabar,
majalah, radio, atau televisi yang paling penting dari isu saat ini.36
Pada
hakikatnya headline meupakan intisari dari berita. Dibuat dalam satu atau dua
kalimat pendek, tapi cukup memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang
diberitakannya. Karena berita yang harus disajikan itu banyak, dan masing-masing
berita harus bisa diminati dan nikmati pembaca, pendengar atau penontonnya
maka headline pun dibuat tidak seragam.37
Secara sederhana headline news didefinisikan sebagai kepala berita atau
judul berita. Bagian ini lah sari berita dan akan ditampilkan. Di bagian ini pula
34
Kurniawan Djunaedi, Ensklopedia Pers Indonesia (Gramedia Pustaka Utama, 1991), h.
257 35
Edy Chandra S Sn, “Susunan Anatomi Berita”, Perancangan media Publikasi,
(November, 2008), h. 1 36
Onong Uchjana Efendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju,
1981), h. 160 37
Kustandi Suhandang, Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, produk & kode etik,
(Bandung: Nuansa, 2004), h. 115
21
yang akan membuat seorang pembaca berhenti dan membaca berita yang
bersangkutan atau akan melewatinya begitu saja. Headline news yang bagus
adalah yang mampu membuat orang tertarik dan penasaran membaca berita
hingga tuntas. Disamping itu ada pula pengertian headlina news lain berita-berita
menarik yang dijadikan berita utama dan dipasang di halaman depan pada media
massa koran. Tidak hanya itu headline news juga sebagai suatu berita yang paling
layak untuk dimuat halaman depan, dengan judul yang menarik perhatian
menggunakan tipe huruf lebih besar.38
Editor membedakan dua jenis headline, teaser (penggoda) atau teller
(pemberitahu). Headline teller menarik perhatian dengan meringkaskan berita
penting secara jelas dan tepat. Isi headline teller ini biasanya langsung ini
masalah. Headline teller didesain dengan menggunakan satu atau dua jenis huruf
standar.39
Headline tesser menimbulkan perhatian dengan membangkitkan rasa ingin
tahu dengan menghibur pembaca. Permintaan kata seperti try-athlete mungkin
ingin membangkin rasa ingin tahu pembaca. Tetapi untuk memastikan agar
pembaca mau membaca berita, headline ini harus selalu diiringi headline teller
sebagai headline sekunder. Dalam kasus ini, teller bertajuk seperti mahasiswa
tingkat dua berharap memenangkan lomba triathlon setelah lima kali mencoba.
akan membantu menjelaskan isi berita.40
38
Kurniawan Djunaedi, Ensklopedia Pers Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama, 1991),
h. 257 39
Tom E. Rolnicki, C. Dowtate, Sherry A. Taylor, Pengantar Dasar Jurnalisme, (Jakarta,
Prenada Media Group, 2008). H. 221 40
Tom E. Rolnicki, C. Dowtate, Sherry A. Taylor, Pengantar Dasar Jurnalisme, (Jakarta,
Prenada Media Group, 2008), h. 222
22
Menurut kepentingan berita kita mengenal empat jenis headline, yaitu
1. Banner Headline, untuk berita yang sangat atau terpenting. Headline dimaksud
dibuat dengan jenis dengan ukuran huruf mencerminkan sifat gagasan dan
kuat, dalam arti hurufnya terbesar dan lebih tebal ketimbang jenis headline
lainnya serta menduduki tempat lebih dari empat kolom surat kabar.
2. Spread Headline untuk berita penting. Headline dimaksud tampak lebih kecil
ketimbang jenis banner headline. Spread Headline besar dan tebalnya huruf
lebih kecil.
3. Secondary Headline, untuk berita yang kurang penting. Headline jenis ini
tampak lebih kecil lagi dari spread headline, tetapi lebih besar dari
subordinated headline, baik ukuran maupun ketebalan hurufnya. Demikian
pula tempat yang diperlukannya hanya dua kolom saja,.
4. Subordinated Headline untuk berita yang dianggap tidak penting.
Kehadirannya kadang-kadang dibutuhkan untuk menutup tempat yang kosong
pada halaman yang bersangkutan. Kosong dalam arti sisa tempat pada halaman
yang memuat berita-berita yang dianggap kurang penting sampai dengan yang
terpenting. karena itu tempatnya pun cukup satu kolom saja dengan ukuran
huruf dan ketebalannya lebih rendah ketimbang jenis lainnya.41
41
Kustandi Suhandang, Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, produk & kode etik,
(Bandung: Nuansa, 2004), h. 116
23
D. Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis Wacana
Isitilah wacana sekarang ini dipakai sebagai terjemahan dari perkataan
bahasa Inggris discourse. Kata discourse berasal dari bahasa Latin discurus
yang berarti lari kian-kemari (yang diturunkan dari dis dari, dalam arah yang
berbeda, dan currere lari). Dalam salah satu kamus Bahasa Inggris terkemuka,
komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi, ide-ide atau gagasan konversasi
atau percakapan.
Ismail Marahimin mengartikan wacana sebagai kemampuan untuk maju
(dalam pembahasan) menurut urutan-urutan yang teratur. Semestinya
komunikasi alat buah pikiran, baik lisan maupun tulisan yang resmi dan
teratur.42
Pada definisi ini, sebuah wacana harus punya dua unsur penting,
yakni kesatuan (unity) dan kepaduan (koherensi).
Alex Sobur berupaya mengumpulkan pengertian wacana dari berbagai
pendapat. Ia memandang wacana sebagai domain umum dari semua
pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan
mempunyai efek dalam dunia nyata.43
Menurut Eriyanto ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis
wacana. Pertama positivisme-empiris, kedua kontruktivisme dan yang ketiga
pandangan kritis.
Pandangan positivisme menyudutkan pengalaman-pengalaman manusia
yang dianggap dapat secara langsung diekspresikan melaluli penggunaan tanpa
42
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 11 43
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 12
24
ada kendala wacana. Salah satu pemikiran ini adalalah pemisahan antara
pemikiran dan realitas. Berkaitan dengan analisis wacana, konsekuensi logis
dari pemahaman ini membawa ide yang dapat dipahami oleh khalayak.44
Selanjutnya yang kedua pandangan kontruktivisme. Dalam pandangan
ini bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas
objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan.
Bahasa dipahami dalam paradigma ini diatur dan hidupkan oleh penyataan-
pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan
penciptaan makna serta pengungkapan jati diri sang pembicara.45
Kemudian pandangan terakhir adalah kritis. Analisis wacana paradigma
ini menekankan kumpulan kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan
reproduksi makna. Wartawan tidak dianggap sebagai subjek yang netral dapat
menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat
berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.
Bahasa dalam dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang
berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu,
maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu wacana membongkar
kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa.46
44
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 5 45
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 5 46
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 6
25
E. Analisis Wacana TeunA. Van Dijk
Critical discourse analysis (CDA) has become the general label for a
study of teks and talk, emerging from critical linguistics, critical semiotics and in
general from sosio-politically conscious and oppositional way of investigating
language, discource and communication.47
(Analisis wacana kritis sudah menjadi
nama atau label umum untuk studi mengenai tekss dan percakapan, berasal dari
ilmu bahasa kritis, semiotik kritis dan secara umum berasal dari kesadaran secara
sosial-politik sadar dan komunikasi).
Dari pernyataan diatas, studi wacana ini berasal dari analisis linguistik
kritis, merambah kepada ilmu sosial lainnya, seperti analisis semiotik kritis,
bahasa, wacana, komunikasi, dan ilmu sosial lainnya. Meski dari awalnya berasal
dari bahasa wacana linguistik, tapi tidak menutup kesempatan kepada ilmu sosial
lainnya.
Context often means gheografical, historical or political
“situation”,environtment” or “background”, for istance in media.48
(konteks
sering berarti geografis, sejarah, atau politik situasi, lingkungan atau latar
belakang, misalnya media).
Menurut van Dijk, sebuah wacana dapat berfungsi sebagai suatu
pernyataan (assertion), pertanyaan (question), tuduhan (accusation), atau
ancaman (threat). Wacana juga dapat digunakan untuk mendiskriminasi atau
mempersuasi orang lain untuk melakukan dirkriminasi. Dalam bicara atau
47
Teun Van Dijk. Aims of Critical Discource Analisyst, (Japan: Discourse. 1995), h. 7 48
Teun Van Dijk. Society and Discourse: How Social Context Influence Text and Talk,
(New York: Cambridge Unversity Press, 2010), h. 2
26
percakan (conversation), bentuk-bentuk wacana juga relevan untuk dianalisis.49
Wacana van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi terdiri dari, teks, kognisi
sosial, dan konteks sosial yang menggabungkan ketiga dimensi wacan tersebut
kedalam satu kestuan analisis. Pada level teks, yang diteliti adalah bagaimana
struktur teks dan strategi wacana untuk menegaskan suatu tema tertentu. Yang
kedua level kognis sosial, pelajari proses produksi teks berita yang dilibatkan
kognisi individu dari wartawan. Dan yang terakhir level konteks sosial
mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu
masalah.50
Dapat dogambarkan dibawah ini:
Gambar 1. Diagram Model Analisis Van Dijk.51
Pada analisis van Dijk menggabungkan ketiga dimensi wacana menjadi satu
kesatuan. Dalam dimensi teks, yang di teliti adalah bagaimana struktur teks dan
strstegi wacana ysng dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level
kognisi sosial dipelajari proses prduksi teks berita yang melibatkan kognisi
individu dari wartawan. Sedangkan pada aspek ketiga memahami bangunan
wacana yang berkembang dalam masyarakat pada suatu masalah.
49
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 71 50
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 224 51
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 225
Teks
Kognisi Sosial
Teks
Konteks Sosial
27
1. Teks
Van Dijk melihat dalam buku Eriyanto suatu teks terdiri dari beberapa
struktur yang masing-masing bagian saling mendukung,52
Ia membaginya
dalam tiga tingkatan, yaitu pertama struktur makro. Ini adalah makna umum
dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik yang diangkat dalam
suatu berita. Kedua, supratruktur ini merupakan wacana yang berhubungan
dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian teks terbangun dalam berita.
Dan yang ketiga ialah struktur mikro level ini makna dari wacana yang dapat
diamati dari bagian kecil suatu teks yakni, kalimat, proposisi, anak kalimat,
paraprase, dan gambar.53
Tabel 1. Struktur Teks Van Dijk.54
Struktur Makro
Makna Global dari suatu teks yang dari topic/ tema
Yang diangkat oleh suatu teks
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi,
Penutup, dan kesimpulan.
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati
dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang di pakai
oleh suatu teks
Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika oleh media tertentu van Dijk
memahami sebagai bagian bagian dari strategi wartawan. Pemakaian kata-kata
tertentu kalimat, gaya tertentu bukan semata-mata dipandang sebagai cara
berkomunikasi, tetapi dipandang sebagai komunikasi politik yaitu suatu cara
52
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 225 53
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 226 54
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 227
28
untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat
legitimasi, dan menyingkirkan lawan atau penantang. Struktur wacana adalah
cara yang paling efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang
dijalankan ketika seorang menyampaikan pesan. Kata-kata tertentu dipilih
untuk mempertegas pilihan dan sikap membentuk kesadaran politik.55
Berikut akan dijelaskan satu persatu elemen wacan van Dijk
Tabel 2. Elemen Wacana Teks Van Dijk.56
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG DIAMATI ELEMEN
Struktur Makro TEMATIK
Tema/topik yang
dikedepankan dalam
Suatu berita
Topik
Superstruktur SKEMATIK
Bagaimana bagian dan
urutan berita diskemakan
dalam teks berita utuh
Skema
Struktur Mikro SEMANTIK
Makna yang ingin
ditekankan dalam teks
berita, missal dengan
memberi detil pada suatu
sisi atau membuat
eksplitisit satu sisi dan
mengurangi detail sisi lai.
Latar, Detail,
Maksud, Pranggapan,
Nominalisasi
Sturktur Mikro SINTAKSIS
Bagaimana kalimat
(bentuk, susunan) yang
dipilih.
Bentuk kalimat,
Koherensi, kata
Ganti
Struktur Mikro STILISTIK
Bagaimana pilihan kata
yang dipakai dalam
teks berita
Leksikon
Struktur Mikro RETORIS
Bagaiamana dan dengan
cara penekanan dilakukan.
Grafis, Metafora,
Ekspresi
55
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 229 56
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 229
29
Berbagai elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan
dan mendukung satu sama lainnya. Untuk memperoleh gambaran elemen-
elemen yang harus diamati.berikut adalah penjelasannya.57
a. Tematik
Elemen tematik merunjuk pada pada gambaran umum dari suatu teks.
Bisa juga gagasan ini, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam
pemberitaan.
Gagasan elemen ini mengambarkan tema umum dari suatu teks berita,
topic ini akan didukung oleh subtopic satu dan sub topik lainnya. Topik
menunjukan konsep dominan, sentral, dan yang paling isu dalam berita yang
didukung oleh sub topik.58
b. Skematik
Teks pada umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan
sampai akhir. Alur menunjukan bagaimana bagian-bagian dalam teks
disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Menurut van Dijk
makna terpenting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung
topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian
dengan urutan tertentu.59
Meskipun berita mempunyai bentuk dan skema yang beragam secara
umum berita mempunyai dua kategori. Pertama summary yang ditandai dua
57
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 229 58
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 229 59
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 229
30
elemen yakni judul dan lead pada berita. Dan yang kedua, story yakni isi
berita secara keseluruhan. Judul umumnya memberikan tema yang ingin
ditunjukan oleh wartawan dalam pemberitaannya.
Seperti juga pada struktur tematik, supertruktur ini dalam ini dilihat
sebagai satu kesatuan yang koheran dan padu apa yang diungkapkan dalam
supertruktur pertama akan diikuti dan didukung oleh bagian-bagian lain
dalam berita. Semua bagian dan skema ini dipandang sebagai strategi
membentuk pengertian sebgagai dipahami wartawan atas suatu peristiwa.60
c. Semantik
Semantik dalam skema van Dijk, dikategorikan sebagai makna lokal
(local meaning) yakni makna yang muncul dari hubungan antar kalimat,
hubungan antar proposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu
bangun teks. Analisis wacana banyak memusatkan perhatian pada dimensi
teks seperti makna yang eksplisit atau implisit, makna yang sengaja
disembunyikan dan bagaimana orang menulis atau berbicara mengenai hal
itu.61
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik
(arti) yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih mementukan kea rah mana
pandangan khalayak hendak dibawa
Detil elemen wacana erat dengan kontrol informasi yang disampaikan
seseorang. Detil yang lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan
yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada
60
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 229 61
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 78
31
khalayak. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan
mengekspresikan sikapnya dengan cara eksplisit.62
Maksud, elemen maksud hampir sama dengan elemen detil. Bedanya
elemen detil informasi yang menguntungkan komunikator yang akan
diuraikan dengan detil yang panjang. Sedangkan elemen maksud melihat
informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit
dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan diuraikan secara tersamar,
implisit, dan tersembunyi. Sementara itu, informasi yang merugikan
disajikan dengan kata tersamar, eufemistik, dan berbelit-belit.63
d. Sintaksis
Secara etimologi, kata sintaksis berasal dari kata Yunani (sun =
‘dengan ‘= tattein = ‘menempatkan’). Jadi kata sintaksis secara etimologis
berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau
kalimat mengatakan, sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa
yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.64
Dibawah in ada beberapa elemen sintaksis
Bentuk kalimat ialah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara
berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Dengan melihat susunan subjek (yang
menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Koherensi, merupakan
pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu
untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya.
62
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 240 63
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 240 64
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 80
32
Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa
dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti bisa dipakai
oleh komunikator untuk menunjukan posisi seseorang dalam wacana.65
e. Stilistik
Pusat perhatian stilistik adalah style, yaitu cara yang digunakan
seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan
menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan demikian style dapat
diterjemahkan sebagai gaya bahasa.66
Pada stilistik terdapat elemen leksikon yang menandakan bagaimana
seseorang melakukan pemilihan kata atau frase atas berbagai kemungkinan
kata atau frase yang tersedia. Misalnya kata “meninggal” yang dapat ditulis
dengan kata lain: mati, tewas, gugur, meninggal, terbunuh, menghembuskan
nafas terakhirnya, dan sebagainya.67
f. Retoris
Strategi dalam retoris di sini adalah gaya yang diungkapkan ketika
seseorang bicara atau menulis. Dengan gaya bahasa hiperbolik, atau
berlebihan. Tujuannya adalah melebihkan sesuatu yang positif mengenai
diri sendiri dan melebihkan keburukan pihak lawan.68
Dibawah ini elemen-
elemennya.
65
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 265 66
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 80 67
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 265 68
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 84
33
Expresi, adalah elemen untuk membantu menonjolkan atau
menghilangkan bagian dari teks yang disampaikan. Elemen ini juga
memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap
penting) untuk meyakinkan pembaca atas peristiwa yang dikontruksi
wartawan.
Metafora, dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai landasan
berfikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik.
Grafis, elemen ini ditampilkan dengan penggambaran detail berbagai
hal yang ingin di tonjolkan, seperti: teks, pemakaian huruh tebal, miring,
garis bawah, tabel, dan caption.69
2. Kognisi Sosial
Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks,
van Dijk juga memperhatikan bagaimana teks diproduksi, yang di sebut
kognisi sosial. Dalam analisis wacana van Dijk memerlukan kognisi sosial:
kesadaran wartawan yang membentuk teks tersebut.70
Menurut van Dijk, titik kunci dalam memahami produksi berita adalah
dan meneliti proses terebentuknya teks. Proses terbentuknya teks itu dibentu,
proses ini juga masuk informasi yang digunakan untuk menulis berita dari
bentuk wacana tertentu- seperti dari wartawan, laporan, konferensi pers, atau
debat parlemen.71
Proses itu juga masukan bagaimana peristiwa ditafsirkan,
disimpulkan, dan dimaknai oleh wartawan yang ditulis dalam berita.
69
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 84 70
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 260 71
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 266
34
3. Konteks Sosial
Analisis van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah bagian wacana
yang berkembang dalam masyarakat, sehingga meneliti teks perlu dilakukan
analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal
diproduksi dan dikontruksi dalam masyarakat.72
Hal yang diteliti dari konteks
sosial adalah sesuatu pemberitaan yang berkembang dimasyarakat, dengan
kasus menggemparkan yang dapat mempengaruhi suatu pemberitaan yang
sudah disajikan oleh wartawan.
Menurut van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini ada dua poin
yang penting: kekuasaan (power), dan akses (acces).73
a. Kekusaan
Van Dijk mendifinisikan kekusaan tersebut sebagai kepemilikan yang
dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggota), satu kelompok untuk
mengontrol kelompok (anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini
umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai,
seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat
langsung dan fisik, kekuasaan itu pahami van Dijk, juga berbentuk
persuasife: tindakan seorang untuk secara tidak langsung mengontrol
dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap dan
pengetahuan.74
b. Akses
72
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 271 73
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 272 74
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 273
35
Analisis wacana van Dijk, memberi perhatian yang besar pada akses,
bagaiman akses diantara masing-masing kelompok dalam masyarakat.
Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan
kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa
mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempunyai akses pada media,
dan kesempatan lebih untuk mempengaruhi kesadaran khalayak.75
75
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS,2001),
h. 273
36
36
BAB III
PROFIL DAN GAMBARAN UMUM KORAN TEMPO
A. Sejarah dan Perkembanga Koran Tempo
Bermula dari ruko kecil di Bilangan Pecinaan, Senen Jakarta Pusat. Ada
beberapa wartawan muda, seperti Goenawan Muhammad, Fikri Jufri, Bur
Rasuanto, Harjoko Trisnadi, dan Cristianto Wibi Sono, yang membidangi lahirnya
majalah berita mingguan Tempo pada tahun 1971.76
Sejak pertama kali Tempo
melakukan penerbitan, para pendirinya meniatkan media ini dapat menyajikan
berita-berita peristiwa secara aktual, akurat, dan berimbang. Faktanya dengan
kepercayaan itu, Tempo mampu tumbuh dan berkembang pesat, bahkan kemudian
menjadi ikon, dan menjadi media satu-satunya yang independen sekaligus
terpercaya.
Sepanjang perjalanan media Tempo tentu saja ada massa pasang surut
yang harus dilalui. Khususnya berkaitan dengan kajian berita yang ditampilkan.
Fakta yang kerap bersinggungan dan memunculkan rasa tak nyaman bagi
kalangan penguasa orde baru pada saat itu. Tempo lahir dan mati di zaman orde
baru. Beberapa pendiri tempo adalah aktivis mahasiswa tahun 1965/1966 yang
ikut menggulingkan Soekarno dan menempuh jalan masing-masing untuk mengisi
zaman orde baru.
Beberapa diantaranya lalu mendirikan Tempo setelah gagal berkongsi
dengan penguasa pers saat itu B.M Diah, untuk majalah expresnya. Hingga dua
kali Tempo tak luput dari pemberedelan pada orde baru, tahun 1974 dan 1978
76
http:korporat.Tempo.co/tentang/sejarah, (diakses pada 13 Agustus 2017)
37
namun Tempo kembali diberedel pada tahun 1982 dan akhirnya terbit lagi pada 6
Oktober 1998 sampai sekarang.77
Kondisi keredaksian Tempo sudah membaik setelah dibredel diera orde
baru, namun Tempo makin getol untuk menjalankan jurnalisme investigasinya.
Maka makin tajam pula daya kritik Tempo terhadap pemerintahan Soeharto yang
sudah berkarang. Puncak pemberedelan Tempo pada 21 Juni 1994. Untuk kedua
kalinya Tempo dibredel oleh pemerintahan orde baru, melalui menteri penerangan
Harmoko. Pemerintah menilai terlalu lantang mengkriti Habibie dan Soeharto.
Selepas melengserkan diri pada Mei 1998, mereka yang pernah bekerja di
Tempo dan Tercerai berai akibat dibredel, mereka berbicara ihwal perlu tidak
Tempo terbit kembali. Hasilnya, Tempo harus terbit kembali. Maka sejak 12
Oktober 1998, majalah Tempo hadir kembali, dan Tempo meneribitkan Koran
Tempo edisi pertama pada 2 April 2001 hadir di masyarakat Indonesia.78
Menapaki tahun 2017, PT. Tempo Inti Media Tbk, memasuki usia yang ke
enam belas. Hal itu jika dihitung pada tahun 2001, perseroan masuk ke bursa
saham, menjadi perusahaan publik. Saat go public, sebanyak 725 juta lembar
saham ditawarkan di masyarakat. Dari aksi korporat tersebut, komposisi
kepemilikan saham perusahaan yang sebelumnya bernama PT. Arsa Raya Perdana
lalu menjadi PT. Tempo Inti Media Tbk, sebagai berikut: PT. Grafiti Pers
memiliki 24,28%, PT. Jaya Raya Utama memiliki 16,28%, Yayasan Jaya Raya
77
https://korporat.tempo.co/tentang/sejarah, (diakses pada 13 Agustus 2017) 78
https://korporat.tempo.co/tentang/sejarah, (diakses pada 13 Agustus 2017)
38
8,54%, Yayasan Tempo 21 Juni 1994 25,01%, Yayasan Karyawan Tempo
12,09%, dan masyarakat 13,8%.79
Selengkapnya pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 3. Komposisi Kepemilikan Saham PT. Tempo Inti Media
Nama Pemegang Saham Jumlah Saham (lbr) Prosentase Kepemilikan
(%)
PT. Grafiti Pers 176,027,733 24.28
Yayasan Tempo 21 Juni 1994 181,322,500 25.01
PT. Jaya Raya Utama 118,052,300 16.28
Yayasan Karyawan Tempo 87,627,267 12.09
Yayasan Jaya Raya 61,947,700 8.54
Masyarakat 100,022,500 13.80
Gambar 2. Komposisi Kepemilikan Saham PT. Tempo Inti Media
Nama “Tempo” dipilih ada empat alasan, yang pertam kata “Tempo”
adalah kata yang simpel, singkat, dan bersahaja. Kata ini juga lebih mudah
diucapkan oleh semua orang Indonesia yang berasal dari berbagai macam jurusan
dan golongan. Kedua, kata ini terdengar tidak berpihak atau netral, lalu tidak
mengejutkan dan tidak merangsang. Ketiga, kata ini bukan merupakan simbol
79
https://korporat.tempo.co/tentang/struktur_saham diakses pada 2 agustus 2017.
39
ataupun dapat mewakili suatu golongan. Dan yang terakhir , makna yang terdapat
dari kata “Tempo” sangat sederhana adalah “waktu”. Dari kesederhanaan nama
“Tempo” ini juga yang membuat beberapa penerbitan di negara lain menggunakan
kata yang memiliki arti yang sama.80
1. Koran Tempo
Koran Tempo adalah sebuah koran berbahasa Indonesia yang terbit di
Indonesia, pemiliknya adalah PT. Tempo Inti Media Harian. Koran Tempo
sebelumnya dikenal dengan Majalah Tempo. Dalam proses pendiriannya
Koran Tempo melakukan penjualan saham kepada publik sebanyak 17,6 persen
dari dana tersebut akhirnya koran bisa beropasi. Koran Tempo pertama kali
diterbitkan di Jakarta, 2 April 2001 dengan sirkulasi sebesar 100.000 setiap
hari.81
Tempo berupaya untuk bertahan, beragam produk mereka meluncurkan
produk sebagai alternatif untuk terus bertahan ditengah ranah persaingan media
di Indonesia. Salah satu poduknya adalah Koran Tempo. Sudah satu dekade
Koran Tempo ini hadir ditengah masyarakat untuk memberikan informasi.
Sejak terbit pertama kali pada 2 April 2001. Banyak hal yang diungkapkan
untuk memenuhi permintaan pembaca untuk memberikan informasi yang
mencerdaskan dan berkualitas. Dengan format enam kolom. Koran Tempo
berupaya memberikan sajian berita yang ringkas tanpa menghilangkan isi
pesan berita. Tentu Tempo menyajikan berita-berita investigasi, terutama
berkaitan dengan korupsi dan penyalah gunaan kekuasaan. Tak heran pada
80
Sopian, Agus dkk, Jurnalisme Sastrawi: Atologi Liputan Mendalan dan Memikat
(Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), h. 95 81
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Tempo, (diakses pada 30 November
2017)
40
tahun 2002 Koran Tempo mendapatkan penghargaan sebagai koran yang
terpercaya oleh dewan Pers. Selain itu Koran Tempo selalu memperbaiki
desain agar senantisa pembaca merasa lebih menarik. Kualitas penulisan juga
menjadi perhatian untuk terus ditingkatkan. Berupaya meraih penghargaan dari
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Koran Tempo berhasil meraih
penghargaan sebagai koran berbahasa Indonesia terbaik selama empat tahun
berturut-turut, mulai 2007 hingga 2010.82
Idealisme Koran Tempo sendiri ialah menjadi media cetak yang mampu
mendorong masyarakat menjadi kritis dalam menerima informasi. Pasar
pembaca Koran Tempo ialah masyarakat kelas menengah keatas secara
ekonomi bercukupan dan memiliki pendidikan tinggi.
Pertimbangan medirikikan Koran Tempo secara teknis ialah untuk
mewadahi bahan-bahan berita Majalah Tempo yang terbuang percuma. Secara
idealis koran Tempo memunculkan sesuatu yang baru dan berbeda dari surat
kabar lainnya. Idealisme Koran Tempo sendiri ialah media massa cetak yang
mampu mendorong masyarakat menjadi kritis dalam menerima informasi.
market reader Koran Tempo ialah masyarakat menengah keatas secara
ekonomi bercukupan dan memiliki pendidikan tinggi.
Motto Koran Tempo adalah “to be concise” yaitu memberitakan berita
dengan ringkas, padat, dan, jelas, sesuai dengan 5W + 1H. Motto ini juga yang
medasari desain Koran Tempo yang pendek dan berita yang tidak bersambung
dari halaman ke halaman lainnya. Pertimbangan ini adalah waktu pembaca
surat kabar yang relatif pendek.
82
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Tempo, (diakses pada 30 November
2017)
41
Pada bidang tehnik penulisan Tempo menurut Goenawan Muhammad
hanya ada dua jenis penulisan dalam koran di Indonesia. Yang pertama berita
lempeng (straight news) seperti koran atau artikel seperti kolom. Tempo lahir
dengan menyajikan caraq penulisan yang berbeda sama sekali, yang sekarang
jadi pola dipenulisan jurnalistik di Indonesia (dan sering tidak tempatnya
diapakai), bagaimana menyusun sebuah cerita pendek.83
Demikianlah
penyajian penulisan Tempo tetap konsisten hingga bertahan ditengah ketatnya
persaingan industri informasi.
Tempo tidak hanya menyajikan tulisan yang simpel, Koran Tempo juga
memang menampilkan sebuah kejutan, diantaranya design yang segar, cara
penulisannya back to basics, ringkas tapi lebih dalam dan tentu saja dengan isi
keseluruhan yang lebih berbobot.
2. Visi dan Misi Tempo Inti Media
Visi:
Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk berfikir
dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakan yang
menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat.
Misi:
a. Menghadirkan produk multimedia yang independen dan bebas dari segala
tekanan dengan menampung dan menyalurkan secara adil suara yang
berbeda-beda.
b. Menghasilkan produk multimedia yang bermutu tinggi dan berpegang pada
kode etik.
83
Goenawan Muhammad, Seandainya Saya Wartawan Tempo: edisi revisi (Jakarta:
Institut Tempo, 2007), h. ix
42
c. Menjadi tempat kerja yang sehat dan mensehjahterahkan serta
mencerminkan keberagaman Indonesia.
d. Memiliki proses kerja yang menghargai dan memberi nilai tambah kepada
semua pemangku kepentingan.
e. Menjadi lahan kegiatan yang memperkaya khazanah artistik, intelektual,
dan dunia bisnis melalui peningkatan ide-ide baru, bahasa, dan tampilan
visual yang baik.
f. Menjadi pemimpin pasar dalam bisnis multimedia dan pendukungnya
B. Struktur Redaksi Koran Tempo
Koran Tempo diterbitkan oleh PT. Tempo Inti Media Harian Redaksi
Koran Tempo. Jl. Palmerah Barat No. 8, RT.3/RW.5, Grogol Utara, Kebayoran
Lama, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 122240. Telp. 021-548 2132, 021-725
5625.
Struktur organisasi kelompok Tempo Media terdapat dihalaman Lampiran-
lampiran.
43
43
BAB IV
HASIL PENILITIAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini, akan diuraikan temuan data dan analisis mengenai
pemberitaan “Aksi Damai 212” pada headline Koran Tempo. Maka digunakan
pendekatan kualitatif analisis wacana model Teun A Van Dijk. Menggunakan
analisis model tersebut, maka data-data yang dianalisis dengan melihat wacana
dari tiga elemen yaitu elemen teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
A. Analisis Wacana Aksi Damai 212 pada Headline Koran Tempo
Koran Tempo merupakan media massa cetak yang mampu mendorong
masyarakat menjadi kritis dalam menerima informasi. Dalam Koran Tempo yang
peneliti jadikan bahan untuk dianalisis adalah headline yang memberitakan aksi
damai 212 kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur non-aktif
Basuki Tjahaya Purnama.
Kasus dugaan penistaan agama yang melanda Basuki Tjahaya Purnama
purnama menjadi bahan pemberitaan di setiap media massa karena pada saat itu
Basuki Tjahaya Purnama menjabat sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta. Pada
kasus ini berbuntut panjang sehingga umat muslim melakukan aksi di jalan
menuntut agar Ahok segera ditahan. Maka dari itu peneliti ingin melihat secara
keseluruhan bagaimana rangkaian kasus ini terjadi dan Koran Tempo
mengemasnya sebagai sesuatu berita yang utuh dengan melihat dari isi berita pada
headline yang dibuatnya.
44
Tabel 4. Headline Koran Tempo Yang Diteliti
Judul Edisi
1. Indikasi Makar Di Demo Akbar
2. Polisi dan Tentara Cegah Massa
Masuk ke Jakarta
3. Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo
212
4. Demo 212 Tercoreng Rencana
Makar
1. 22 November 2016
2. 23 November 2016
3. 28 November 2016
4. 3-4 Desember 2016
B. Analisis Teks pada Headline Koran Tempo
1. Analisis Berita 1 Edisi 22 November 2016, “Indikasi Makar di Demo Akbar”.
Analisis pertama, teks berita yang akan dianalisis adalah teks berita
berjudul “ Indikasi Makar di Demo Akbar” yang diambil dari Koran Tempo
Gambar 3. Koran Tempo Halaman 1, Indikasi Makar Di Demo Akbar. 22
November 2016
Edisi 22 November 2016 ini memberitakan ada upaya makar oleh
sekelompok organisasi lalu pada headline terdapat dua tokoh besar Jenderal
Tito Karnavian dan Jenderal Gatot Normantyo, yang siap menjaga agar aksi
penuntutan Gubernur non-aktif Basuki Tjahaja Purnama agar berjalan dengan
lancar dan kondusif.
45
a. Struktur Makro (Tematik)
Dalam analisis teks van Dijk, elemen tematik menunjukan pada
gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut gagasan inti, ringkasan,
atau yang utama dari suatu teks. Topik yang ingin digambarkan oleh
wartawan dalam beritanya. Topik menunjukan konsep dominan, sentral, dan
paling penting dari isi suatu berita. Oleh sebab itu, wartawan sumber
munculnya tema atau topik.
Sebagai keterangan di atas, maka struktur makro makna global yang
didapat dari topik/tema yang diangkat adalah sikap Koran Tempo yang
sangat mendorong agar masyarakat yang mengikuti aksi agar tertib. Koran
Tempo juga memberi sedikit arahan kepada pembaca. Masyarakat yang
mengikut aksi agar berhati-hati, dari sekelompok masyarakat yang
menggiring massa untuk berupaya makar terhadap pemerintahan Presiden
Joko Widodo. Dalam hal ini Koran Tempo ingin mengajak pembacanya
agar tertib akan mengikuti aksi.
b. Suprestruktur (Skematik)
Van Dijk melihat teks umumnya mempunyai skema atau alur dari
pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukan bagaimana bagian-
bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kasatuan arti.
Berita juga mempunyai skematik meskipun tidak disusun berbentuk garis
seperti halnya tulisan dalam jurnal ilmiah. Dalam hal ini skema yang
terbentuk dalam berita pertama yang diteliti sebagai berikut.
Dalam teks ini Koran Tempo membuat headline ada “Indikasi Makar
pada Demo Akbar”. Hal tersebut dilakukan bukan tanpa sebab. Koran
46
Tempo memiliki skema pemberitaan ini mengajak masyarakat khususnya
pembaca Koran Tempo pada edisi 22 November 2016 agar masyarakat yang
akan ikut aksi agar berhati-hati. Selain itu juga Koran Tempo
mengislustrasikan dua tokoh Jenderal Tito Karnavian dan Gatot Nurmantyo.
Dari terlibatnya dua Jenderal Polisi dan Tentara betapa serius permasalahan
aksi akbar ini sehingga aparat pemerintah turun tangan.
c. Struktur Mikro
Elemen ini merupakan apa yang ditekankan atau ditonjolkan yang
berat dianggap penting oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam
berita elemen grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat
berbeda dibandingkan dengan tulisan lain, seperti pemakaian huruf tebal,
huruf miring, garis bawah, huruf dengan ukuran lebih besar, termasuk
pemakaian caption, raster, grafik, gambar, foto, dan tabel untuk mendukung
pesan.
“Indikasi Makar di Demo Akbar” pada Koran Tempo membuat
halaman utama dengan dua tokoh Jenderal. Hal tersebut bentuk simpatik
pengamanan negara. Koran Tempo juga ingin menunjukan sikap yang
sangat kuat mendorong persoalan aksi akbar ini berhat-hati dan berjalan
dengan tertib kepada masyarakat yang hadir. Pada isi berita paragraf tiga
terdapat kalimat ”kami bersama Kepolisian siap menjaga keamanan,
ketentraman, ketertiban, dan melindungi maryarakat” dari kalimat tersebut
Koran Tempo ingin memberikan kenyamanan kepada pembaca betapa
resahnya isu yang bekembang di masyarakat.
47
Grafis yang ditunjukan pada edisi ini menggambarkan upaya makar
dari sejumlah kelompok masyarakat terhadap pemerintahan Presiden Joko
Widodo. Indikasi ada pertemuan-pertemuan beberapa tokoh untuk
mengerakkan massa dan melakukan makar dalam demo demonstrasi besar-
besaran. Hal ini diperkuat oleh statement Jendral Tito Karnavian “oleh
karena itu kami melakukan pencegahan dengan memperkuat pengamanan di
Gedung MPR/DPR”. (Paragraf 1).84
2. Analisis Berita 2 Edisi 23 November 2016, “Polisi dan Tentara Cegah Massa
Ke Jakarta”
Dalam analisis kedua, berita yang akan dianalisis adalah teks berita
berjudul “Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta” yang diambil dari
Koran Tempo edisi 23 November 2016. Teks berita polisi dan tentara cegah
massa ke Jakarta terdapat di halaman utama (headline), teras berita (Lead), dan
di isi teks sebanyak 10 paragraf. Analisis wacana berita Koran Tempo ini akan
dibagi kedalam tiga bagian besar yaitu: struktur makro, suprastuktur, dan
struktur mikro.
84
Indikasi Makar Di Demo Akbar, Koran Tempo halaman 1. 22 Desember 2016
48
Gambar 4. Koran Tempo Halaman 1, Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke
Jakarta. 23 November 2016
a. Struktur Makro (Tematik)
Sesuai keterangan yang tertera di atas, maka struktur makro makna
global yang didapat dari topik atau tema yang diangkat adalah pencegahan
massa datang ke Jakarta, lalu langkah pemerintah melakukan sejumlah
antisipasi dengan rencana demonstrasi lanjutan. Perspektif wartawan dalam
membuat berita ini adalah ia ingin menjelaskan bahwa pemerintah
melakukan antisipasi demonstrasi lanjutan, selain itu juga langkah yang
dilakukan memerintahkan polisi dan tentara cegah massa ke Jakarta.
Hal tersebut tertulis pada paragraf pertama yaitu
“pemerintah melakukan sejumlah langkah antisipasi terkait dengan
rencana demonstrasi sejumlah Ormas Islam pada 2 Desember nanti.
Salah satunya adalah mencegah arus massa dari daerah ke Jakarta.”
(Paragraf 1).85
85
Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta, Koran Tempo halaman 1. 23 November
2016
49
Paragraf selanjutnya memperkuat tema yang ingin disampaikan oleh
wartawan, dimana hal tersebut menyebutkan ada antisipasi pemerintah
mencegah datangnya massa ke Jakarta.
“demonstrasi 2 Desember adalah rencana aksi lanjutan dari demo 4
November lalu terkait dengan kasus dugaan penistaan agama oleh
Gubernur DKI Jakarta (nonaktif) Basuk Tjahaya Purnama. Aksi yang
melibatkan puluhan ribu orang dari berbagai daerah tersebut saat itu
sampai warnai bentrokan dengan aparat keamanan.” (Paragraf 2).86
b. Suprastruktur (Skematik)
Dalam hal ini skema berita dalam halaman utama Koran Tempo
dengan judul berita “Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta” kemudian
dilanjutkan dengan lead berita “pemerintah melakukan sejumlah langkah
antisipasi terkait dengan rencana demonstrasi sejumlah ormas Islam pada 2
Desember nanti. Salah satunya adalah mencegah arus massa dari daerah ke
Jakarta.” (Paragraf 1).87
Pada isi berita dimulai dengan stetment dari pemerintah Menteri
Kordinator Politik, Hukum, dan keamanan Wiranto. Mengenai pemerintah
antisipasi terkait dengan rencana demonstrasi sejumlah organisasi
masyarakat Islam pada 2 Desember nanti. (Paragraf 1 sampai 3)
Berikutnya senada dengan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian
menghimbau agar masyarakat tidak ikut aksi ke jalan pada 2 Desember.
Jenderal Tito juga menyarankan agar umat Islam mengadakan shalat dan
dzikir bersama di Masjid Istiqlal. (Paragraf 4)
86
Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta, Koran Tempo halaman 1. 23 November
2016 87
Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta, Koran Tempo halaman 1. 23 November
2016
50
Selanjutnya pemberitaan ini menceritakan pihak polisi sudah
menggandeng para tokoh masyarakat dan ulama. Mereka itu diminta
membantu mencegah mobilisasi massa ke Jakarta. “komunikasi (dilakukan)
dengan ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat”. (paragraf 5).88
Dilanjutkan dengan pembicaraan kepala Divisi Humas Markas
Brimob Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli meminta umat Islam di Bali tidak
ikut demo, baik 25 November maupun 2 Desember nanti. “mari kita berdoa
bersama-sama dimasjid saja”. (Paragraf 6).89
Selanjutnya pernyataan ketua Majelis Ulama Indonesia KH. Thaufik
As’adi meminta agar umat Islam di Bali menjaga keamanan “mari kita
berdoa agar Bali tetap aman”. (Paragraf 7).90
Alur selanjutnya adalah kepala pusat penerangan hukum TNI Brigadir
Jenderal Wuryanto. Tentaran Nasional Indonesia telah bergerak mendekati
para pemuka agama Islam di Jakarta maupun di daerah. Wuryanto juga
melihat adanya dugaan gerakan makar. Wuryanto menyatakan aparat telah
mengantongi nama aktor yang diduga terlibat. (Paragraf 8 dan 9).91
Berikutnya pernyataan Wakil Ketua Komisi VIII Dewan Perwakilan
Rakyat, Iskan Qolba. Memprediksi jumlah massa dalam aksi 2 Desember
nanti tidak akan sebesar demo 4 November. Sebab, tuntutan mereka agar
88
Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta, Koran Tempo halaman 1. 23 November
2016 89
Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta, Koran Tempo halaman 1. 23 November
2016 90
Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta, Koran Tempo halaman 1. 23 November
2016 91
Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta, Koran Tempo halaman 1. 23 November
2016
51
proses hukum Basuki berjalan sudah dipenuhi. Basuki telah menjadi
tersangka. (Paragraf 10)
Sementara dibagian penutup dituliskan pernyataan Peminpin Front
Pembela Islam (FPI) Ahmad Sobri Lubis mengatakan demonstrasi akan
tetap dilaksanakan. Ia mengklaim ada tiga juta orang yang siap demo.
Mengenai saran Tito supaya aksi di jalan diganti dengan do’a bersama di
Masjid Istiqlal, Ahmad merespon singkat “memangnya (Istiqlal) cukup
menampung”. (Paragraf 11).92
c. Struktur Mikro (Semantik)
1) Latar
Latar merupakan bagian yang mempengaruhi isi yang ditampilkan.
Analisis pada elemen semantik ini adalah menekankan pada masyarakat
yang ingin ikut aksi di jalan agar tidak datang ke Jakarta. Pada kasus
cegah massa ke Jakarta yang dimaksud wartawan adalah masyarakat luar
daerah yang mau mengikuti jalannya aksi damai.
2) Detil
Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan
mengekspresikan sikapnya dengan cara yang inplisit, selain itu elemen
detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang.
Elemen simantik pada detil ini yang dibawa oleh wartawan adalah
penjelesan secara panjang lebar mengenai massa aksi yang datang dari
luar daerah, sehingga aparat pemerintahan melakukan sosialisasi ke
92
Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta, Koran Tempo halaman 1. 23 November
2016
52
tokoh ulama dan tokoh masyarakat agar umat Islam yang dari daerah
tidak menghadiri aksi damai di Jakarta.
3) Maksud
Elemen maksud adalah informasi lain yang ingin diungkapkan
wartawan secara eksplisit dan jelas. Dalam pemberitaan ini elemen
maksud yang ditemukan adalah dimana wartawan mengungkapkan
keseresiusan pemerintah mencegah massa umat Islam datang ke Jakarta,
dengan melakukan sosialisiasi aparat pemerintah terhadap umat yang
ingin menghadiri aksi akbar.
Pada teks ditemukan elemen simantik yang mengarah pada
keseriusan pemerintah terhadap umat Islam yang ingin menghadiri aksi
akbar. Maksud dari teks ini adalah sikap wartawan yang pro terahadap
pemerintah mengatasi aksi akbar.
4) Pra anggapan
Elemen wacana pra anggapan merupakan pernyataan yang
digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pra anggapan adalah
upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya
kebenarannya dalam hal ini pra anggapan dalam berita ini memaparkan.
“komunikasi (dilakukan) dengan ulama, tokoh agama, tokoh
masyarakat”.93
Bagian pra anggapan didalam teks itu artinya bahwa pemerintah
sangat serius menangani aksi damai, sehingga anggota aparat melakukan
komunikasi dengan tokoh ulama, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
93
Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta, Koran Tempo halaman 1. 23 November
2016
53
d. Struktuk Mikro (Sintaksis)
1) Bentuk kalimat
Bentuk kalimat Deduktif terdapat pada paragraf 2 “demonstrasi 2
Desember adalah rencana aksi lanjutan dari demo 4 November lalu
terkait dengan kasus dugaan penistaan agama oleh Gubernur non-aktif
Basuki Tjahaja Purnama aksi yang melibatkan puluhan ribu orang dari
berbagai daerah tersebut saat itu sampai diwarnai bentrokan dengan
aparat keamanan”. (Paragraf 2).94
Kalimat Induktif terdapat pada paragraf 5 “Kepala Divisi Humas
Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan
polisi telah menggandeng para tokoh masyarakat dan ulama, mereka itu
diminta membantu mencegah mobilisasi massa ke Jakarta”. (Paragraf
5).95
2) Koherensi
Koherensi merupakan elemen yang menggambarkan bagaimana
peristiwa dihubungkan atau dipandang saling terpisah oleh wartawan.
Kohenrensi adalah penghubung antara dua kalimat yang menggambarkan
fakta yang berbeda agar tampak koheran.
Konjungsi koordinatif ditemukan pada paragraf 1, 2, 3, dan 10.
Maksud dari kata “dengan” sebagai kata penghubung antar kalimat
tersebut sebagai hubungan penambahan dari kata sebelumnya.
94
Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta, Koran Tempo halaman 1. 23 November
2016 95
Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta, Koran Tempo halaman 1. 23 November
2016
54
Konjungsi koordinatif juga ditemukan pada paragraf 8. Maksud
dari kat “juga” tersebut menghubungkan dua buat klausa yang sejajar
(penjelasan kata sebelumnya) konjungsi ini sama seperti korelatif yaitu
menghubungkan dua buah klausa sejajar, tetapi konjungsi ini hanya
terjadi pada klausa-klausa yang sederhana.
Konjungsi antar kalimat langkah ditemukan pada paragraf 1.
Maksud dari kata “langkah” yang ada pada paragraf 1 tersebut
menggambarkan antisipasi terkait dengan rencana demonstrasi sejumlah
ormas Islam pada 2 Desember nanti.
Konjungsi antar kalimat senada (menguatkan penyataan
sebelumnya) pada paragraf 4.
Konjungsi antar kalimat sementara (mempertentang keadaan
sebelumnya) ditemukan pada paragraf 11. Maksud dari kata “sebelumnya
mepertentangkan kalimat sebelumnya.
3) Kata Ganti
Dalam analisis wacana, kata ganti merupakan alat yang digunakan
oleh komumikator untuk menunjukan dimana posisi seseorang dalam
wacana. Kata ganti pada teks berita ini dapat ditemukan pada kalimat
“Mari kita berdoa bersama-sama di masjid saja”. (Paragraf 7).96
Kata ganti yang digaris bawahi (kita) merupakan kata ganti orang
pertama jamak. Pada kata ”kita” mengatasnamakan umat Islam yang
ingin ikut aksi akbar di Jakarta.
96
Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta, Koran Tempo halaman 1. 23 November
2016
55
e. Struktur Mikro (Stilistik)
1) Leksikon
Pada elemen ini merupakan pemilihan kata atas berbagai pilihan
kata yang tersedia. Pemilihan kata dalam berita dapat dilihat sebagai
berikut.
Kata antisipasi dalam kalimat: pemerintah telah melakukan
sejumlah langkah antisipasi terkait dengan rencana demonstrasi sejumlah
ormas Islam pada 2 Desember nanti.
Kata demosntrasi dalam kalimat: demonstrasi 2 Desember adalah
rencana aksi lanjutan dari demo 4 November Lalu terkait denga kasus
dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta (nonaktif) Basuki
Tjahaja Purnama.
f. Struktur Mikro (Retoris)
1) Grafis
Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang
ditekankan atau ditonjolkan (yang berat dianggap penting) oleh
seseorang yang dapat diamati dari teks. Pada teks berita ini terlihat
penggambaran ilustrasi angka 2 yang hampir memenuhi halaman utama
terdapat ilustrasi umat Islam yang lengkap dengan baju koko dan peci ciri
khas pakaian umat Islam. Angka tersebut merupakan tanggal aksi umat
Islam yang akan datang ke Jakarta untuk menuntut Gubernur DKI Jakarta
non-aktif Basuki Tjahaja Purnama agar segera ditahan, namun
pemerintah tidak tinggal diam, melalui polisi dan tentara mensosialisakan
56
ke daereh untuk menghimbau agar umat Islam yang ingin ikut aksi agar
tidak pergi ke Jakarta.
2) Metafora
Metofora merupakan kiasan digunakan oleh wartawan sebagai
bumbu dalam berita. Metafora dalam berita ini terdapat pada kalimat
“Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Inspektur Boy Rafli Amar
mengatakan polisi telah menggandeng para tokoh masyarakat dan ulama.
Mereka itu diminta membantu mencegah mobilisasi massa ke Jakarta”.
Penggambaran yang ditekankan disini berupa ”pengerahan orang
banyak”. (Paragraf 5).97
Tabel 6. Kerangka Analisis Data Polisi dan Tentara Cegah Massa ke
Jakarta
Stuktur
Wacana
Elemen Keterangan
Makro Topik/Tema Lead berita
Supratruktur Skematik Lead: Pemerintah telah melakukan sejumlah
langkah antisipasi terkait dengan rencana
demonstrasi sejumlah ormas Islam pada 2
Desember nanti. Salah satunya adalah
mencegah arus massa dari daerah ke Jakarta.
Story
Diawali dengan pernyataan Menteri Polhukam,
harus ada antisipasi
Pernyataan dari Jenderal Polisi, meminta
masyarakat tidak ikut aksi ke jalan pada 2
desember.
Keterangan dari Divisi Humas Polisi
menggandeng para tokoh masyarakat ulama.
Sikap wakil ketua Komisi VIII Dewan
Perwakilan Rakyat Iskan Qolbu dalam
menangani aksi pada 2 Desember nanti.
Sementra itu ada Pimpinan Front Pembela
Islam Ahmad Sobri Lubis menanggapi aksi 2
Desember.
97
Polisi dan Tentara Cegah Massa Ke Jakarta, Koran Tempo halaman 1. 23 November
2016
57
Stuktur
Wacana
Elemen Keterangan
Struktur
Mikro
(Semantik)
Latar Paragraf 1
Detil Paragraf 5 dan paragraph 6
Maksud
Praanggapan Paragraf 5
Struktur
Mikro
(Sintaksis)
Bentuk
Kalimat
Bentuk kalimat deduktif terdapat pada paragraf
2
Bentuk kalimat Induktif terdapat pada paragraf
5 Koheransi Koordinatif dengan ditemukan pada
teksvparagraph 1, 2, 3dan 10.
Koordinatif juga ditemukan pada teks paragraf
8.
Konjungsi antar kalimat langkah ditemukan
pada teks paragraf 1.
Kongjungsi antar kalimat senada (menguatkan
penyataan sebelumnya) pada paragraf 4.
Konjungsi antar kalimat sementara
(mempertentang keadaan sebelumnya)
ditemukan pada paragraf 11.
Struktur
Mikro
(Stilistik)
Leksikon Kata antisipasi pada paragraf 1.
Kata demonstrasi pada paragraf 2.
Struktur
Mikro
(Retoris)
Grafis Pada teks berita ini terlihat penggambaran
ilustrasi angka 2 yang hampir memenuhi
halaman utama terdapat ilustrasi umat Islam
yang lengkap dengan baju koko dan peci ciri
khas pakaian umat Islam. Angka tersebut
merupakan tanggal aksi umat Islam yang akan
datang ke Jakarta untuk menuntut Gubernur
DKI Jakarta (nonaktif) Basuki Tjahaja Purnama
agar segera ditahan, namun pemerintah tidak
tinggal diam, melalui polisi dan tentara
mensosialisakan ke daereh menghimbau agar
umat Islam yang ingin ikut aksi agar tidak pergi
ke Jakarta.
Metafora Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri
Inspektur Boy Rafli Amar mengatakan polisi
telah menggandeng para tokoh masyarakat dan
ulama. Mereka itu diminta membantu
mencegah mobilisasi massa ke Jakarta”.
Penggambaran yang ditekankan disini
berupa”pengerahan orang banyak.
58
3. Analisis Berita 3 Edisi 28 November 2016 “Polisi Sebut ISIS Dompleng
Demo 212”.
Dalam analisis ketiga, teks berita yang akan dianalisis adalah teks berita
judul “Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212” yang diambil dari Koran
Tempo edisi 28 November 2016. Teks berita Polisi Sebut ISIS Dompleng
Demo 212 dari sebuah judul / kepala berita (headline), subjudul, teras berita
(lead), dan isi teks sebanyak 9 paragraf. Analisis wacana berita Koran Tempo
ini akan dibagi kedalam tiga bagian besar, yaitu struktur makro, suprastruktur,
dan struktur mikro.
Gambar 5. Koran Tempo Halaman Utama, Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212.
28 Desember 2016
a. Struktur Makro Tematik
Tema yang terkandung dalam laporan utama “Polisi Sebut ISIS
Dompleng Demo 212” ini adalah kesiagaan polisi mecium rencana beberapa
kelompok radikal, yang berbaiat kepada negara Islam Irak dan Suriah
(ISIS), untuk mendompleng unjuk rasa pada 2 Desember 2016 (212).
Perpesktif wartawan dalam membuat berita ini adalah ia ingin menjelaskan
59
kepada umat Islam yang ikut aksi agar hati-hati dari kelompok radikal
seperti ISIS.
b. Suprastruktur (Skematik)
Dalam hal ini skema dalam berita utama atau headline Koran Tempo
dengan judul berita “Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212” kemudian
dilanjutkan dengan lead berita berisi “polisi mencium rencana beberapa
kelompok radikal, yang berbaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah
(ISIS), mendompleng unjuk rasa pada 2 Desember 2016 (212). Demo
tersebut merupakan lanjutan unjuk rasa 4 November 2016 yang menuntut
polisi memenjarakan Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja
Purnama dengan tuduhan penistaan agama”. (Paragraf 1).98
Diparagraf selanjutnya dijelaskan betapa seriusnya anggota aparat
kepolisian khususnya densus 88 anti terror sedang memburu dua kelompok
jaringan yang diduga terror, yakni Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan
Khafilah Syuhada al-Hawariyun. Dalam sepekan densus 88 anti teror telah
menangkap sejumlah anggota kelompok radikal yaitu Bahrain dan Saiful,
mereka tertangkap diberbeda tempat di Gampeng Teurakan, Kabupaten
Aceh Utaran dan Desa Baret, Serang Banten. (Paragraf 2 dan 3)
Kemudian paragraf selanjutnya Koran Tempo menuliskan
kewaspadaan khusus terhadap wilayah Jakarta yang diteror, diduga ada yang
menyiapkan bom berdaya ledak tinggi oleh Rio Priatna Wibama yang
ditangkap oleh densus 88 rabu pekan lalu di Majalengka, Jawa Barat.
sehingga polisi mengindefikasi ketiganya sebagai jaringan Muhammad
98
Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212, Koran Tempo halaman 1, 28 November 2016
60
Bahrunna’im, bekas tepidana terorisme kepemilikan amunisi di Solo, yang
kini di yakini berada di Suriah. (Paragraf 4).
Paragraf selanjutnya menerangkan paragraf sebelumnya Bahrunna’im
dituding sebagai dalam terror bom Thamrin pada Januari lalu, namanya
disebut-sebut dalam anggota jaringan JAD pimpinan Aman Abdurahman
terpidana terorismedi Nusakambangan. (Paragraf 5)
Selanjutnya penjelasan Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes
Polri, Inspektur Boy Rafli densus menangkap sembilan anggota Khafilah
Syuhada al-Hawariyun pimpinan Saulihun di Jakarta dan Bekasi pada sabtu
lalu. Mereka diduga berbaiat kepada Abu Bakar al-Bagdadi, pemimpin ISIS.
(Paragraf 6)
Selain itu pada paragraf selanjutnya Boy Rafli menjelaskan anggota
Abu Nasaibah itu diduga aktif dalam kerusuhan seusai demonstrasi pada 4
November. Lalu Boy masih mengumpulkan informasi kelompok ini kembali
ikut berdemo pada 2 Desember “yang terpenting ini bisa digagalkan,” Boy
Rafli. (Paragraf 7).99
Alur selanjutnya dijelaskan oleh pakar terorisme Muhammad Jiebril
Abdul Rahman meragukan anggota JAD akan mendonpleng unjuk rasa.
Kelompok ini menurutnya mengutuk umat Islam yang ikut politik. Dia
menduga menangkapan tiga anggota JAD Rio, Bahrain, dan Saiful
merupakan pengembangan penangkapan Juhanda, pelaku terror bom
Molotov Gereja Oi Kumene, Samarinda. (Paragraf 9).
99
Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212, Koran Tempo halaman 1, 28 November 2016
61
Dibagian penutup dituliskan pernyataan Syamsudin Uba, menilai
polisi memfitnah Abu Nusaibah sebagai simpatisan ISIS “Dia guru ngaji
dan penceramah bisa”. (Paragraf 9).100
c. Struktur Mikro (Semantik)
1) Latar
Analisis pada elemen latar menekan pada yang rencana kelompok
radikal diduga akan mendompleng aksi 2 Desember nanti. Demo tersebut
merupakan demo lanjutan unjuk rasa 4 November yang menuntut polisi
memenjarakan Gubernur DKI nonaktif Basuki Tjahaja Purnama dengan
tuntuntan penistaan agama.
2) Detil
Elemen semantik pada detil ini yang disajikan oleh wartawan
adalah penjelasan oleh anggota aparat negara kepolisian mengenai aksi
damai 2 Desember nanti. Polisi mencium rencana kelompok radikal
mendompleng aksi 2 Desember. (Paragraf 1 sampai paragraf 7).
3) Maksud
“Dalam sepekan terakhir, Densus 88 menangkap sejumlah anggota
kelompok radikal. Kemarin, Markas Besar Polri mengumumkan
telah menangkap Bahrain Agam di Gampong Biang Teurakan,
Kabupatan Aceh Utara, serta Saiful Bahri alias Abu Syifa di Desa
Baros, Serang Banten”. (Paragraf 3).101
Dalam teks-teks tersebut wartawan menggambarkan secara jelas
bahwa ada dugaan kelompok radikal yang akan mendompleng aksi 2
Desember nanti, keseriusan Kepolisan melalui anggota Densus 88 yang
telah menangkap sejumlah anggota kelompok radikal.
100
Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212, Koran Tempo halaman 1, 28 November 2016 101
62
4) Praanggapan
“…ada kelompok terror yang sudah masuk. Jika mereka
memanfaatkan demo itu, akan saya tindak”.102
Bagian praanggapan didalam teks ini untuk mendukung
pernyataan, yang mana dari pernyataan tersebut bahwa ada duggaan
sejumlah kelompok anggota radikal berusaha merusak jalannya aksi. Dan
apabila mereka memanfaatkan aksi tak segan anggota kepolisian
bertindak tegas.
d. Struktu Mikro (Sintaksis)
1) Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat deduktif pada paragraf 3. “Dalam sepekan terakhir,
Densus 88 menangkap sejumlah anggota kelompok radikal. Kemarin,
Markas Besar Polri mengumumkan telah menangkap Bahrain Agam di
Gampong Biang Teurakan, Kabupatan Aceh Utara, serta Saiful Bahri
alias Abu Syifa di Desa Baros, Serang Banten”. (Paragraf 3).103
2) Koheransi
Konjungsi koordinatif dan ditemukan pada paragraf 1, 2, 4, dan 8
maksud dari kata “dan” sebagai kata penghubung antar kalimat sebagai
hubungan penambahan dari kata sebelumnya.
Konjungsi koordinatif meragukan ditemukan pada paragraf 8.
Maksud dari kata “meragukan” pada paragraf 9 kalimat tersebut ingin
menunjukan bahwa anggota kelompok JAD akan mendompleng unjuk
rasa. Sebab kelompok ini mengutuk umat Islam terlibat aksi politik.
102
Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212, Koran Tempo halaman 1, 28 November 2016 103
Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212, Koran Tempo halaman 1, 28 November 2016
63
Konjungsi koordinatif sebelumnya ditemukan pada paragraf 5.
Maksud dari kata “sebelumnya” sebagai kata penghubung antar dua
kalimat, yang mana kata penekanan kata “sebelumnya” ini menjelaskan
Bahruna’im dituding sebagai dalam bom Thamrin Januari lalu, namanya
juga disebut sebagai anggota JAD.
Konjungsi antar kalimat sepekan (menyatakan dalam seminggu
terakhir, densus 88 sudah menangkap sejumlah kelompok radikal) pada
paragraf 3.
Konjungsi antar kalimat lanjutan ditemukan pada paragraf 1
wartawan ingin mejelaskan, bahwa polisi mencium kelompok radikal
ISIS akan mendompleng aksi 2 Desember nanti, itu merupakan aksi
lanjutan 4 November lalu yang menuntut polisi penjarakan Gubernur
non-aktif Basuki Tjahaja Purnama dengan dugaan penistaan agama.
3) Kata Ganti
Dalam analisis wacana, kata ganti merupakan alat yang digunakan
oleh komunikator untuk menunjukan dimana posisi seseorang dalam
wacana. Kata ganti pada teks berita ini dapat ditemukan pada kalimat:
“ada kelompok terror yang sudah masuk. Jika mereka memanfaatkan
demo itu, akan saya tindak”. (Paragraf 2 ).104
Kata ganti yang digaris bawahi (terror) merupakan kata orang atau
kelompok. Pada kata “terror” bermaksud pada seorang atau kelompok
untuk mengganggu atau merasahkan orang maupun kelompok lain.
104
Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212, Koran Tempo halaman 1, 28 November 2016
64
e. Struktur Mikro (Stilistik)
1) Leksikon
Kata berdemo pada kalimat: “polisi kata Boy masih
mengumpulkan informasi kelompok ini kembali ikut berdemo pada 2
Desember nanti”. (Paragraf 6).105
Kata terorisme pada kalimat: “pengamat terorisme Muhammad
Jibriel Abdul Rahman meragukan anggota JAD akan mendompleng
unjuk rasa. Kelompok ini, menurut dia, mengutuk umat Islam yang
terlibat aksi politik”. (Paragraf 8).106
Kata gerakan pada kalimat: “Syamsudin Uba, bekas pelaksana
tugas ketua Gerakan Pemuda Islam, menilai polisi memfitnah Abu
Nusaibah sebagai simpatisan ISIS”. (Paragraf 9).107
f. Struktu Mikro (Retoris)
1) Grafis
Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang
ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh
wartawan tersebut. Hal itu berupa pemakaian huruf tebal, huruf miring,
garis bawah, gambar, caption, dan sebagainya untuk mendukung pesan
yang ingin disampaikan. Unsur grafis yang muncul dalam pemberitaan
ini diantaranya muncul dalam ilustrasi berupa sekumpulan umat Islam
dengan ciri khas baju koko dan peci yang dikenakan. Pada ilustrasi
bagian umat Islam sedang menjulurkan tangan keatas seperti
memanjatkan do’a lalu sedangkan ilustrasi bagian belakang sedang
105
Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212, Koran Tempo halaman 1, 28 November 2016 106
Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212, Koran Tempo halaman 1, 28 November 2016 107
Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212, Koran Tempo halaman 1, 28 November 2016
65
memegang bendera berbeda dengan bagian depan. Judul berita huruf
capital dan diberi font warna hitam ditulis “Polisi Sebut” dan warna
merah ditulis “ISIS Dompleng Demo 212” grafis ini maksudkan untuk
menyampaikan seruan kepada pembaca agar lebih lebih berhati-hati
terhadap kelompok radikal yang akan masuk pada aksi 212, khususnya
umat yang ikut aksi pada 2 Desember nanti.
2) Metafora
Metafora merupakan kiasan, ungkapan, yang dimaksudkan sebagai
bumbu berita. Metafora dalam berita ini terdapat pada kalimat
“Detasemen Khusus 88 Anti terror sedang memburu anggota jaringan
diduga akan melakukan terror, yakni Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan
Khafilah Syuhada al-Hawariyun” penggambaran ini untuk anggota
kelompoko radikal yang sedang dicari oleh tim Densus 88 yang diduga
akan mengganggu aksi 212.
Tabel 7. Kerangka Analisis Data Polisi Sebut ISIS Dompleng Demo 212
Struktur
Wacana
Elemen Keterangan
Makro Topik/
Tema
Lead berita
Suprastruktur Skematik Lead: Polisi mencium rencana beberapa
kelompok radikal, yang berbaiat kepada Negara
Islam Irak dan Suriah (ISIS), mendompleng unjuk
rasa pada 2 Desember 2016 (212). Demo tersebut
merupakan lanjutan unjuk rasa 4 November 2016
yang menuntut polisi memenjarakan Gubernur
DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama
dengan tuduhan penistaan agama.
Story:
Diawali dengan pernyataan Jenderal Polisi Tito
Karnavian menindak tegas apabila ada kelompok
radikal masuk lalu memanfaatkan demo.
Dalam sepekan anggota Densus 88 telah
66
Struktur
Wacana
Elemen Keterangan
menangkap sejumlah kelompok radikal di daerah
Aceh sampai wilayah Banten.
Dijelaskan anggota kelompok yang ditangkap
dengan dugaan akan meledakan bom daya ledak
tinggi.
Selanjutnya anggota tersebut juga sebagai dalang
terror bom Thamrin Januari lalu.
Divisi Humas Polri juga menangkap sembilah
anggota yang diduga sebagai anggota ISIS
Penjelasan pengamat terorisme meragukan
anggota JAD akan mendompleng unjuk rasa
karena menurut dia, mengutuk umat Islam yang
terlibat aksi politik.
Syamsudin ketua Gerakan Pemuda Islam menilai,
polisi sudah memfitnah Abu Nusaibah sebagai
simpatisan ISIS
Struktur Mikro
(Simantik)
Latar Paragraf 1
Detil Paragraf 1 sampai paragraf 7
Maksud Paragraf 3
Praanggapan Paragraf 2
Struktur Mikro
(Sintaksis)
Bentuk
Kalimat
Bentuk kalimat deduktif pada paragraf 3
Koherensi Koordinatif dan ditemukan pada paragraf 1, 2, 4,
dan 8.
Koordinatif meragukan terdapat pada paragraf 8.
Koordinatif sebelumnya ditemukan pada paragraf
5.
Antar kalimat sepekan terdapat pada paragraf 3.
Antar kalimat lanjutan ditemukan pada paragraf
1.
Struktur Mikro
(Stilistik)
Leksikon Kata berdemo dalam paragraf 6.
Kata terorisme dalam paragraf 8.
Kata gerakan dalam paragraf 9.
Struktur Mikro
(Retoris)
Grafis Unsur grafis yang muncul dalam pemberitaan ini
diantaranya muncul dalam ilustrasi berupa
sekumpulan umat Islam dengan ciri khas baju
koko dan peci yang dikenakan.
Metafora Detasemen Khusus 88 Anti terror sedang
memburu anggota jaringan diduga akan
melakukan terror, yakni Jamaah Ansharut Daulah
(JAD) dan Khafilah Syuhada al-Hawariyun.
67
4. Analisis berita 4 edisi 3-4 Desember 2016 “Demo 212 Tercoreng Rencana
Makar”
Dalam analisis keempat ini, teks berita yang akan dianalisis adalah teks
berita berjudul “Demo 212 Tercoreng Rencana Makar” yang diambil dari
koran Harian Tempo edisi 3-4 Desember 2016. Teks berita demo 212 tercoreng
rencana makar ini terdiri atas sebuah judul/kepala berita (headline), subjudul,
teras berita (lead), dan isi teks berita sebanyak tiga paragraf. Analisis wacana
berita harian koran Tempo ini akan dibagi kedalam tiga bagian besar, yaitu
struktur makro, suprastruktur, dan struktur mikro.
Gambar 6. Koran Tempo Halaman 1, Demo 212 Tercoreng Rencana Makar. 3-4
Desember 2016
a. Struktur Makro (Tematik)
Tema yang terkandung dalam laporan utama “Demo 212 Tercoreng
Rencana Makar” ini adalah aksi bela Islam III menuntut agar Gubernur
nonaktif Basuki Tjahaja Purnama segera ditahan pada kasus dugaan
penistaan agama. Namun pada puncak aksi 212 tercoreng karena ada
68
penangkapan 10 orang 7 diantaranya dituding berencana makar. Perspektif
wartawan dalam membuat berita ini adalah ia ingin menjelaskan ada upaya
makar pada saat aksi 212 di Monumen Nasional (Monas).
b. Suprastruktur (Skematik)
Dalam hal ini skema berita dalam laporan utama Koran Tempo
dengan judul berita “Demo 212 Tercoreng Rencana Makar” kemudian
dilanjutkan dengan lead berisi “Ratusan ribu orang-ada yang menyebut lebih
dari sejuta-berunjuk rasa secara damai di kawasan Monumen Nasional
hingga Jalan Thamrin dan Tugu Tani, Jakarta, kemarin. Dalam Aksi Bela
Islam III menuntut Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja
Purnama, pada kasus penistaan agama itu, mereka menggelar do’a bersama,
zikir, dan shalat Jum’at di tengah hujan. Presiden Joko Widodo dan Wakil
Presiden Yusuf Kalla ikut salat bersama”. (Paragraf 1).108
Dilanjutkan dengan keterangan Kepal Biro Penerangan Masyarakat
Mabes Polri Komisaris Besar Rikwanto, mengena penangkapan 10 orang,
tujuh diantaranya dituding berencana melakukan makar “ada pemukatan
jahat untuk makar”. (Paragraf 2).109
Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan penangkapan 10 orang yang
masih menjalankan pemeriksaan telas ditetapkan sebagai tersangka. Soal
kemungkinan penahan, “Kami memiliki waktu 1x 24 jam, tunggu saja” kata
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar. (Paragraf
3).110
108
Demo 212 Tercoreng Rencana Makar, Koran Tempo Halama 1. 3-4 Desember 2016. 109
Demo 212 Tercoreng Rencana Makar, Koran Tempo Halama 1. 3-4 Desember 2016. 110
Demo 212 Tercoreng Rencana Makar, Koran Tempo Halama 1. 3-4 Desember 2016.
69
c. Struktur Mikro (Semantik)
1) Latar
Analisis pada elemen semantik adalah menekankan pada
tercorengnya aksi damai III ada penangkapan 10 orang yang diduga
berupaya makar. Pada rencana makar saat aksi damai yang dikemukakan
wartawan adalah tercorengnya aksi damai 212 namun latar yang sering
dituliskan penangkan 10 orang. Dimana 10 orang tersebut tujuh
diantaranya dituding berencana melakukan makar, dan dua orang tersebut
menyebarkan ujaran kebencian yang terkait dengan makar.
2) Detail
“namun aksi dama itu tercoreng penangkapan 10 orang, tujuh
diantaranya dituding berencana melekakukan makar, dua orang
disebut menyebarkan ujaran kebencian yang terkait dengan maka,
dan satu orang menghina presiden”. (Paragraf 2).111
Pada bagian detail wartawan secara gamblang menguraikan
penangkapan 10 orang serta kasusnya.
3) Maksud
Dalam berita ini elemen maksud dapat dilihat dari paragraf 2
“namun aksi dama itu tercoreng penangkapan 10 orang, tujuh
diantaranya dituding berencana melekakukan makar, dua orang disebut
menyebarkan ujaran kebencian yang terkait dengan makar, dan satu
orang menghina presiden”. (Paragraf 2).112
Dalam teks tersebut, wartawan bemaksud untuk menjelaskan
kepada pembaca kejadian yang disayangkan aksi damai 212 yang
111
Demo 212 Tercoreng Rencana Makar, Koran Tempo Halama 1. 3-4 Desember 2016. 112
Demo 212 Tercoreng Rencana Makar, Koran Tempo Halama 1. 3-4 Desember 2016.
70
berjalan dengan rukun dan tertib bahkan diisi dengan kegiatan yang baik
seperti berzikir, bershalawat, dan shalat Jum’at berjamaah. Namun
indahnya aksi tersebut terjadi penangkapan 10 orang dengan kasus yang
beragam, ada yang diduga berencana makar, ujaran kebencian, dan
hingga menghina presiden.
4) Praanggapan
Bagian praanggapan yang terdapat pada berita tersebut bertempat
di kalimat “saat ini 10 orang tersebut masih menjalani pemeriksaan dan
telah ditetapkan sebagai tersangka”. (Paragraf 3).113
Praangapan yang dimunculkan teks tersebut memberikan makna
bahwa penangkapan 10 orang pada aksi damai 212 ditangani dengan
serius oleh pihak yang berwajib.
d. Stuktur Mikro (Sintaksis)
1) Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat Deduktif pada paragraf 2, “namun aksi dama itu
tercoreng penangkapan 10 orang, tujuh diantaranya dituding berencana
melekakukan makar, dua orang disebut menyebarkan ujaran kebencian
yang terkait dengan makar, dan satu orang menghina presiden”.114
Bentuk kalimat Induktif pada paragraf 3, “saat ini 10 orang tersebut
masih menjalani pemeriksaan dan telah ditetapkan sebagai tersangka.
Soal kemungkinan penahanan, kami memiliki waktu 1 x 24 jam, tunggu
113
Demo 212 Tercoreng Rencana Makar, Koran Tempo Halama 1. 3-4 Desember 2016. 114
Demo 212 Tercoreng Rencana Makar, Koran Tempo Halama 1. 3-4 Desember 2016.
71
saja. Kata Kepal Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli
Amar”. (Paragraf 3).115
2) Koheransi
Konjungsi koordinatif dan ditemukan pada paragraf 1 dan 2.
Maksud dari kata “dan” sebagai kata penghubung antar kalimat serta
sebagai hubungan penambahan dari kata sebelumnya.
Konjungsi koordinatif dari ditemukan pada paragraf 1. Maksud
dari kata “dari” pada paragraf 1 ini sebagai penghubung kata
sebelumnya. “dari” disini digunakan untuk menjelaskan jumlah peserta
aksi hingga lokasi unjuk rasa.
Konjungsi antara kalimat namun (mempertentang keadaan
sebelumnya) (ditemukan pada paragraf 2).
3) Kata Ganti
Kata ganti pada teks berita ini dapat ditemukan pada kalimat “kami
memiliki waktu 1 x 24 jam, tunggu saja”. Kata ganti yang digaris bawahi
(kami) mangatasnamakan jajaran kepolisian yang akan memutuskan
penahanan 10 orang tersebut.
e. Struktur Mikro (Stalistik)
Kata penistaan dalam kalimat “Ratusan ribu orang-ada yang menyebut
lebih dari sejuta-berunjuk rasa secara damai di kawasan Monumen Nasional
hingga Jalan Thamrin dan Tugu Tani, Jakarta, kemarin. Dalam Aksi Bela
Islam III menuntut penahanan Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki
Tjahaja Purnama, pada kasus penistaan agama itu, mereka menggelar doa
115
Demo 212 Tercoreng Rencana Makar, Koran Tempo Halama 1. 3-4 Desember 2016.
72
bersama, zikir, dan salat Jumat ditengah hujan. Presiden Joko Widodo dan
Wakil Presesiden Juyuf Kalla ikut salat bersama”. (Paragraf 1).116
Kata tercoreng dalam kalimat “namun aksi dama itu tercoreng
penangkapan 10 orang, tujuh diantaranya dituding berencana melekakukan
makar, dua orang disebut menyebarkan ujaran kebencian yang terkait
dengan makar, dan satu orang menghina presiden”. (Paragraf 2).117
f. Struktur Mikro (Retoris)
1) Grafis
Unsur grafis yang muncul dalam pemberitaan ini dari foto headline
tergambar umat Islam memenuhi kawasan monas lalu terdapat judul
berita yang di kapital dengan warna putih dan kuning. Grafis ini
bermaksud kejadian yang disayangkan aksi damai 212 yang berjalan
dengan rukun dan tertib bahkan diisi dengan kegiatan yang baik seperti
berzikir, bershalawat, dan shalat jum’at berjamaah. Namun indahnya aksi
tersebut terjadi penangkapan 10 orang dengan kasus yang beragam, ada
yang diduga berencana makar, ujaran kebencian, dan menghina presiden.
Tabel 8. Kerangka Analisis Data Demo 212 Tercoreng Rencana Makar
Struktur
Wacana
Elemen Keterangan
Makro Topik/Tema Lead Berita
Suprastruktur Skematik Lead: Ratusan ribu orang-ada yang menyebut
lebih dari sejuta-berunjuk rasa secara damai
di kawasan Monumen Nasional hingga Jalan
Thamrin dan Tugu Tani, Jakarta, kemarin.
Dalam Aksi Bela Islam III menuntut
Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki
Tjahaja Purnama, pada kasus penistaan
agama itu, mereka menggelar do’a bersama,
zikir, dan shalat Jum’at di tengah hujan.
116
Demo 212 Tercoreng Rencana Makar, Koran Tempo Halama 1. 3-4 Desember 2016. 117
Demo 212 Tercoreng Rencana Makar, Koran Tempo Halama 1. 3-4 Desember 2016.
73
Struktur
Wacana
Elemen Keterangan
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden
Yusuf Kalla ikut salat bersama.
Story
Penjelasan Kepala Biro Penerangan
Masyarakat Mabes Polri Komisaris Besar
Rikwanto, ada permufakatan jahat untuk
makar.
Penjelan Humas Polri Boy Rafli, mengenai
masalah penangkapan 10 orang tersebut.
Struktur Mikro
(Semantik)
Latar Paragraf 1
Detil Paragraf 2
Maksud Paragraf 2
Praanggapan Paragraf 3
Struktur
Mikro
(Sintaksis)
Bentuk Kalimat Bentuk kalimat deduktif pada paragraf 2
Bentuk kalimat induktif pada pada paragraf 3
Koheransi Konjungsi Koordinatif dan ditemukan pada
pada paragraf 1 dan 2
Kongjungsi Koordinatif dari ditemukan pada
paragraf Konjungsi antar kalimat namun
(mempertentang keadaan sebelumnya)
ditemukan pada paragraf 2
Struktur Mikro
(Stilistik)
Leksikon Kata penistaan dalam paragraf 1
Kata tercoreng dalam paragraf 2
Struktur Mikro
(Retoris)
Grafis Unsur grafis yang muncul dalam pemberitaan
ini dari foto headline tergambar umat islam
memenuhi kawasan monas lalu terdapat judul
berita yang di kapital dengan warna putih dan
kuning. Grafis ini bermaksud kejadian yang
disayangkan aksi damai 212 yang berjalan
dengan rukun dan tertib bahkan diisi dengan
kegiatan yang baik seperti berzikir,
bershalawat, dan shalat jum’at berjamaah.
Namun indahnya aksi tersebut terjadi
penangkapan 10 orang dengan kasus yang
beragam, ada yang diduga berencana makar,
ujaran kebencian, dan menghina presiden
74
C. Kognisi Sosial Aksi Damai 212 Kasus Dugaan Penistaan Agama
Analisis wacana Van Dijk tidak hanya membatasi perhatian pada struktur
teks, tetapi bagaimana suatu teks diproduksi. Van Dijk menawarkan suatu analisis
yang disebut kognisi sosial. Dalam kerangka analisis Van Dijk, perlu ada
penelitian kognisi sosial, kesadaran wartawan mental wartawan dalam yang
membentuk teks tersebut.
Wacana aksi damai 212 yang angkat Koran Tempo ini sebenarnya banyak
yang diterbitkan dengan gaya tulisan khas oleh Koran Harian Tempo. Seperti
yang dikutip dari wawancara peneliti dengan salah Redaktur Pelaksan Koran
Tempo, Jajang Jamaludin.
Jajang Jamaludin, selaku redaktur pelaksana Koran Tempo menjelasakan
bahwasannya kasus aksi damai 212 terjadi karna bermula dari ucapan Ahok yang
tidak bermaksud melukai umat islam. Berikut pernyataanya.
“secara umum kita melihat dari kebebasan ekpresi kita hargai itu, semua
orang berhak mengungkapkan ekpresinya disampaikan secara koridor
hukum tidak masalah. Cuma mungkin yang menjadi basis aksinya ada
persoalan, basis aksinya adalah pernyataan terselip lidahnya Ahok. Kalau
ditimbang dari segi hukum, tanpa hukum politik, yaitu keseleo lidah
artinya tidak ada niat jahat disitu. Ahok tidak upaya sistematis dia
mendina, menistakan agama tidak ada”.118
Berita mengenai aksi damai tidak terlepas dari peran kecenderungan
wartawan. Karna kognisi wartawan dalam penulsian halaman utama ini
mempunyai pandangan dan suatu perpektif terhadap suatu peristiwa. Skema berita
yang ditulis Koran Tempo pada kasus aksi damai 212 diungkapkan Jajang yakni.
“khasnya tempo tentu saja ada ideologi, dalam arti misalnya isu
menyangkut hubungan horizontal antar etnis, ideologi Tempo akan akan
118
Wawancara pribadi dengan Jajang Jamaludin, Jakarta 17 Oktober 2017.
75
muncul disitu. Bahwa kita akan mempertahankan prulalisme, misalnya kita
tidak boleh memojokan etnis minoritas bahwa minoritas voice plus kita
harus itu akan kelibatan disitu”.119
Jajang juga menjelaskan bahwa aksi damai ini ia menganggap ada
pertemuan idelogis minoritas dengan peserta aksi. Ia juga melihat isu-isu aksi
damai membesar karna ada unsur pemilihan politik yang melibatkan Ahok.
Terhadap kasus aksi damai Jajang memandang masyarakat banyak juga yang
merasa simpati terhadap aksi 212 namun hanya sedikit masyakat yang merasa
bahwasannya kasus ini ada permainan dari pemilihan politik yang keikutsertaan
Ahok dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
“Sedemikian rupa seolah-olah ini pertemuan ideologis, ada siminoritas
yang tidak tahu diri sengaja menistakan agama. Kita melihat ada yang
keliru disitu, sehingga yang muncul itu politik elektoral kira-kira gitu.
Banyak orang yang simpati iya, seberapa besar pengetahuan mereka,
Kalau ini permainan politik elektoral saya kira hanya sedikit orang”.120
Menurut Van Dijk dalam buku Eriyanto, analisis wacana harus
menyertakan bagaimana reproduksi kepercayaan yang menjadi landasan dan
bagaiaman wartawan menciptakan skema atau model daapat digambarkan dalam
tabel.
Tabel 9. Kognisi Sosial
Skema Person (Person Schemas)
Jajang Jamaludin Sebagai Redaktur Pelaksan Koran Tempo, dan Desk
Hukum
Skema Diri (Self Schemes)
Jajang Jamaludin selaku redaktur pelaksana melihat kasus ini secara
koridor hukum diperbolehkan setiap orang bebas melakukan aspirasinya
muka umum. Ia juga beranggapan ada perbedaan dasar dalam memandang
aksi ini. dasarnya adalah terselip lidahnya Ahok Ia merasa ucapan Ahok
dilihat dari kacamata hukum tanpa harus melibatkan hukum politik.
Ucapan Ahok itu tidak ada maksud untuk melukai umat islam. Jadi ia pikir
isu ini ada dasar yang merbeda dari ucapan Ahok ada yang berupaya
mengangkat kasus ini hingga besar.
119
Wawancara pribadi dengan Jajang Jamaludin, Jakarta 17 Oktober 2017. 120
Wawancara pribadi dengan Jajang Jamaludin, Jakarta 17 Oktober 2017.
76
Skema Peran ( Role Schemas)
Jajang Jamaludin menyangkut hubungan horizontal antar etnis ideologi
Tempo akan muncul disitu. Bahwa kita akan mempertahankan prulalisme,
misalnya kita tidak boleh memojokan etnis minoritas bahwa minoritas
voice plus kita harus itu akan kelibatan disitu.
Skema Peristiwa (Event Schemas)
Soal kasus aksi damai 212 Tempo menyoroti yang dimuat dalam berita
koran pada halaman utama dengan berbagai edisi. Mereka melihat aksi
damai 212 ada dasar yang berbeda ada yang berupaya mengoreng isu ini
menjadi besar. Ia juga merasa heran bagaimana bisa seorang minoritas
yang menjadi pemimpin di wilayah mayoraritas, secara logika politik Ahok
tidak akan menyerang orang yang milih dia dengan logika politik Ahok
merangkul orang yang milih dia. Tempo juga beranggakapan besar isu aksi
damai 411 dan 212 ada permainan dari pemilihan politik yang mengikut
sertakan Ahok dalam pilkada DKI Jakarta. Tapi Tempo menyangkan
hanya sedikit orang bahwasannya aksi damai ini di pengaruhi permainan
politic electoral. Dari pemberitaan Tempo berupaya ada pencegahan
peserta aksi damai hadir ke Jakarta namun peserta aksi tetap hadir dengan
menuntut Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Thajaja segera di tahan.
D. Konteks Sosial Aksi Damai 212
Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial Van Dijk juga
melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada
dalam masyarakat, dan bagaimana kognisi dan juga kesadaran membentuk serta
berpengaruh terhadap teks tertentu. Konteks sosial mempelajari bangunan wacana
yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.
Tentang permasalahan aksi damai, dipenghujung tahun 2106 peneliti telah
mengamati isu yang berkembang di daerah Ibu Kota Jakarta yang menimpah
gubernur non-aktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengenai kasus dugaan
penistaan agama saat kunjungan kerja melalui pidato dihadapan masyarakat
Kepulauan Seribu, Jakarta. Pidato kunjungan kerja Ahok menjadi viral karena ada
unggahan penggalan video Ahok yang tersebar dihalaman Facebook Buni Yani.
Kejadian ini menjadi memicu perdebatan setelah unggahan video tersebar di
77
berbagai media sosial dan menjadi trending topik dimasyarakat. Dari kasus
tersebut banyak warga maupun pengamat yang mengkritik pernyataan Ahok dan
menganggap telah melecehkan Al-Qurn’an dan pada akhirnya kasus tersebut
membuat masyarakat yang beragama Islam geram. Sehingga umat Islam
melakukan demo besar-besaran di Jakarta menuntut agar Ahok segera di proses
hukum.
Beberapa organisasi masyarakat Islam hingga Majlelis Ulama Indonesia
(MUI) banyak yang melakukan laporan atas dugaan penistaan agama ke
Bareskrim Polri. MUI telah menyebutkan bahwa Ahok sudah masuk kedalam
perkara dugaan penistaan agama dan harus ditindak lanjuti. Ahok dilaporkan
berdasar pasal 156 a KUHP Jo pasal 28 ayat (2) UU No 11 Tahun 2008 tentang
Informasi Transaksi Elektronik (ITE), dengan ancaman kurungan lima Tahun
penjara.121
Perdebatan surat Al-Maidah ini juga memanjang setelah organisasi yang
menamakan diri sebagai Advokat Cinta Tanah Air melaporkan Ahok ke Badan
Pengawas Pemilu (Banwaslu) DKI Jakarta. Pada tanggal 27 Septembeer lalu
dilaporkan karena gubernur petahan dianggap tidak bisa menafsirkan Al-Maidah
sebab Ahok merupakan non muslim.122
Banyak warga maupun pengamat yang mengkritik pernyataan Ahok dan
menganggap Ahok sudah melecehkan Al-Qur’an. Kritik ini menjalar di media
sosial seperti Facebook dan Twitter, serta ada petisi disitus change.org yang
didukung oleh puluhan ribu orang. Menanggapi kritik ini Ahok menyatakan
121
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/11/16/ogptj1330-ini-pasal-yang-
menjerat-ahok-dalam-kasus-al-maidah-51 (diakses pada tanggal 20 Oktober 2017) 122
https://metro.tempo.co/read/810543/acta-laporkan-ahok-ke-bawaslu (diakses pada
tanggal 20 Oktober 2017)
78
bahwa ia tidak ada niatan melecehkan ayat Al-Qur’an, tapi hanya mengkritik
pihak-pihak yang menggunakan ayat suci untuk tujuan politik.
Ada pengamat pemikiran Islam, Fahmi Salim berpendapat bahwa kasus
penistaan Islam ini telah beberapa kali terjadi di Indonesia, Ia mengungkapkan
diduga Ahok pejabat pertama kali yang melakukan penistaan. Menurutnya
pernyataan Ahok tersebut meresahkan kerukunan umat. Apabila tidak ditangani
secara adil menurut hukum yang berlaku oleh Bareskrim Mabes Polri, maka
dikhawatirkan akan berbahaya dan menimbkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Laporan tuntutan yang melaporkan Ahok akhirnya Bareskrim Polri
menetapkan Ahok sebagai tersangka. Ahok diduga sudah melakukan penistaan
agama saat berpidato denga warga di Kepulauan Seribu, Jakarta. Pidatonya Ahok
mengutip ayat suci Al-Qur’an, ucapan Ahok itu sebarluaskan di media sosial
setelah dipotong hingga memiliki arti yang berbeda. Ketika polisi masih
memproses kasus ini perkara Ahok meluas menjadi aksi demonstrasi besar-
besaran pada 4 November.
Pendemo terus menuntut Polisi agar terus memperoses hukum Ahok
dengan dugaan penistaan agama. Polisi terus berupaya menyelidi Ahok hingga
diproes berkali-kali. Bahkan Ahok mendatangi Bareskrim Polri untuk
menjelaskan kasus yang membelitnya. Jokowi memerintahkan polisi agar
memproses hukum dengan cara terbuka dan transparan agar menghindari tuntutan
massa yang terus berkembang.
Sebulan berlalu timbulah aksi damai III yang akan dilaksanakan pada
tanggal 2 Desember 2016 atau yang sebut aksi dama 212 yang berlangsung
kondusif dan khidmat. Namun dibalik lancarnya aksi damai ada isu tentang makar
79
yang diduga akan mengganggu jalannya aksi serta mendompleng berlangsungnya
aksi damai 212.
aksi damai 212 menuai kritik dari wartawan. “kita melihat aksi 411, 212
ya tidak lebih dari politik electoral,” ungkap redaktur pelaksana Koran Tempo
Jajang Jamaludin pada saat di wawancarai di gedung redaksi Tempo.123
Pada objek kajian yang diteliti adalah dampak pemberitaan aksi damai
212. Untuk mengetahui tentang pemikiran dari wartawan, peneliti melakukan
wawancara mendalam dengan Jajang Jamaludin ia adalah sebagai redaktur
pelaksana koran Tempo.
Pemberitaan mengenai aksi damai pada kasus dugaan penistaan agama di
headline Koran Tempo banyak menuai kritik dari media di antaranya Koran
Tempo. Terutama pada edisi 22, 23, 28 November, dan 3-4 Desember 2016.
Melalui headline pemberitaan tersebut terkonsep dengan baik, dilihat dari skema
pemberitaan aksi damai tersebut. Kekhawatiran Koran Tempo terhadap peserta
aksi damai ada yang berupaya menggiring massa untuk melakukan makar pada
pemerintahan Jokowi, indikasinya ada pertemuan-pertemuan beberapa tokoh
untuk menggerakan massa dan melakukan makar disampaikan melalui headline
pada edisi 22 November 2016, Koran Tempo membuka laporan utama itu dengan
layout ilustrasi dua Jendral Polri dan Jenderal TNI. Ada himbauan yang
disampaikan bahwa aksi damai 2 Desember nanti bukan serta merta untuk
menuntut Gubernur non-aktif Basuki Thajaja Purnama ditahan perkara penistaan
agama, namun Koran Tempo ada agenda dari kelompok keselubung untuk
mengulingkan pemerintahan Presiden Jokowi. Pemilihan layout bukan tanpa
123
Wawancara pribadi dengan Jajang Jamaludin, Jakarta 17 Oktober 2017.
80
sebab. Koran Tempo memilih dua sosok jenderal yang notabane nya sebagai
pengaman negara, dari layout tersebut menggambarkan pemerintah melalui TNI
dan Polri menjaga keamanan aksi damai walau diduga ada yang berupaya untuk
melakukan makar dengan menggiring perserta aksi damai.
Di edisi 23 November 2016, Koran Tempo sasaran utama pemberitaan
adalah peserta dari daerah untuk mengikuti aksi damai 212 hadir di Jakarta. Kalau
dilihat dari headline Koran Tempo mengajak aparat pemerintah untuk mencegah
peserta aksi damai 212 hadir ke Jakarta. Di headline ”Polisi dan Tentara Cegah
Massa ke Jakarta” koran Tempo menggambarkan bahwa ada upaya antisipasi
pemerintah terhadap peserta aksi yang dikhawatirkan akan memicu kerusuhan
seperti aksi 2 Desember. Koran Tempo menekankan pada edisi 23 November
untuk para peserta aksi yang dari daerah agar tidak hadir aksi damai Jakarta. Pada
edisi 28 November Tempo menyinggung tentang ISIS bahwa pada edisi Tempo
ingin mengabarkan kepada masyarakat bahwa ada kemungkinan kelompok radikal
yang berusaha masuk ke aksi damai, dan akan melakukan teror. Koran Tempo
juga menghimbau kepada pembaca agar lebih hati-hati pada kelompok yang akan
merusak berjalannya aksi.
Pada edisi sebelumnya Tempo memberitakan upaya pencegahan
datangnya peserta aksi damai hadir ke Jakarta dengan memberitakan yang berisi
mulai dari isu makar, pencegahan peserta aksi dari daerah masuk ke Jakarta, dan
koran Tempo juga memberitakan bahwa diduga kelompok radikal akan masuk ke
aksi damai. Pada edisi 3-4 Desember Koran Tempo meberitakan penuh dengan
apresiasi kepada peserta aksi yang berjalan dengan khidmat dan tertib. Namun
81
Tempo juga menyayangkan dibalik lancarnya aksi damai ada beberapa tokoh
tertangkap karena ada dugaan akan melakukan makar pada aksi damai 212.
Dari berita yang diterbitkan Koran Tempo berupaya untuk mencegah aksi
damai dengan mengisi isu-isu yang beragam mulai dari upaya pencegaha peserta
aksi damai dari daerah dengan aparat pemerintah melakukan sosialisasi kepada
tokoh masyarakat di daerah. Selanjutnya Koran Termpo mengangkat isu ada yang
berupaya makar, peserta aksi damai yang digiring untuk melakukan makar
kepada pemimpinan Presiden Joko Widodo. Dan Tempo juga mengkat isu ISIS
akan mendompleng aksi damai, ISIS merupakan kelompok radikal yang berupaya
untuk merusak jalannya aksi damai.
82
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan mengikuti kerangka analisis wacana Teun Van Dijk, hasil
penilitian ini menyimpulkan.
1. Segi Teks
Dari keempat yang ditampilkan melalui headline Koran Tempo saling
berkaitan erat, yang mana tujuan pemberitaan pada edisi 22,23, 28 November,
dan 3-4 Desember ini untuk mengajak kepada masyarakat yang akan
melaksanakan aksi damai 212 di DKI Jakarta agar lebih berhati-hati. Bahkan
Koran Tempo juga mengabarkan untuk menjaga keamanan menganjurkan
kepada umat muslim yang ingin menghadiri aksi damai jilid III untuk tidak
hadir, karena Koran Tempo menghimbau ada kemungkinan ada segelintir
kelompok ingin menggiring massa melalukan kejahatan.
2. Kognisi Sosial dan Konteks Sosial
Pada aspek kognisi sosial redaktur pelaksana Koran Tempo cenderung kritis
terhadap kasus yang menjerat Gubernur nonaktif Basuki Thajaja Purnama.
Kognisi sosial Jajang Jamaludin dalam memahami kasus ini sebagai masalah
politis, karena ia menggap ucapan Ahok itu tidak disengaja untuk melakukan
penistaan agama, dan ia juga melihat ada yang bermain di kasus ini, dengan
dugaan keikutsertaan Ahok dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta sehingga
ada yang menggiring kasus ini menjadi besar. Dalam berita Koran Tempo
menjujung tinggi prulalisme apabila ada etnis minoritas terpojok Tempo terus
mendampingi. Dalam kasus ini Koran Tempo memberitakan kasus penistaan
83
agama dengan isu-isu miring sehingga menimbulkan stigma negatif kepada
pembaca mulai dari mengangkat isu ada nya makar, pemerintah melakukan
antisipasi, dan sampai adanya ISIS yang ingin mendompleng aksi damai.
Namun harapan Jajang Jamaludin dari pemberitan Koran Tempo mengenai
aksi damai ini agar pembaca lebih cerdas dalam melihat isu yang menjerat
Ahok.
Pada aspek Konteks Sosial kasus aksi damai bermula dari ucapan Gubernur
noonaktif Basuki Thajaja Purnama saat berpidato di Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta. Pidato kunjungan kerja Ahok menjadi viral setelah ada yang
mengunggah di media sosial. Ada yang mengganggap pidato kunjungan Ahok
sudah melakukan penistaan. Koran Tempo sebagai media yang menjunjung
tinggi prulalisme perlu memberitakan kasus ini karna kasus tersebut sudah
membesar, serta isu tersebut menjadi isu global. Peran Koran Tempo dalam
konteks ini bukan hanya menjadi penyebar informasi, tetapi juga kontrol sosial.
Koran Tempo memberikan himbauan melalui pemerintah untuk masyarakat
agar lebih waspada untuk menhadiri aksi damai 212 alangkah baiknya tidak
menghadiri, karna isu yang berkembang aksi damai diduga ada kelompok yang
berupaya untuk merusak jalannya aksi.
B. Saran
Peneliti menyampaikan beberapa saran yang berkenaan dengan berita aksi
damai 212 pada Koran Tempo dan segenap civitas akademik.
1. Kepada Koran Tempo agar lebih intens lagi memberitakan permasalahan
isu makar dan ISIS yang akan masuk ke aksi damai, sehingga
persmasalahan tersebut bener-benar terselaiakan.
84
2. Kepada mahasiswa Jurnalistik dan civitas akademik lainya dengan
penelitian dengan penelitian berikutnya yang serupa, diharapkan bisa
memenuhi kekurangan yang terdapat pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agus, Sopian dkk, Jurnalisme Sastrawi: Atologi Liputan Mendalan dan Memikat,
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2009
Assegaf, Dja’far H, Jurnalistik Massa Kini, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001
Bungin, Burhan, Kontruksi Sosial Media Massa, Jakarta: Kencana, 2008
, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004
, Sosiologi Komunikasi, Teori Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta, Kencana, 2007
Chandra, Edy S Sn, “Susunan Anatomi Berita”, Perancangan media Publikasi,
November, 2008
Dijk, Teun Van. Aims of Critical Discource Analisyst, Japan: Discourse. 1995
. Society and Discourse: How Social Context Influence Text and
Talk, New York: Cambridge Unversity Press, 2010
Djunaedi, Kurniawan, Ensklopedia Pers Indonesia , Gramedia Pustaka Utama,
1991
Efendy, Uchajana Onong, Dimensi-Dimensi Komunikasi, Bandung: Mandar Maju,
1981
, Ilmu Komonikasi Teori dan Praktik, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta:
LKiS,2001
Izzati, Iva Putri, Terjemahan, Teori Komunikasi Massa McQuail Edisi 6 Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2013
Moleong, J. Lexy , Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosda
Karya, Cetakan kedelapan 1997
Muhammad, Goenawan, Seandainya Saya Wartawan Tempo: edisi revisi Jakarta:
Institut Tempo, 2007
Parwito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara,
2007
Setiati, Eni, Ragam Jurnalistik Baru dalm Pemberitaan Yogyakarta: C.V Andi
Offset
Sobur, Alex, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006
Soekamto, Soejono, Sosiologi Pengantar, Jakarta: PT Rajawali Pers, 1987
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010
Suhandang, Kustandi, Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, produk & kode
etik, Bandung: Nuansa, 2004
Suryawati, Indah, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori & Praktik, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011
Tamburaka, Apriadi, literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013
Tebba, Sudirman, Jurnalistik Baru Jakarta: Kalam Indonesia, 2005
, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Panduan
Praktis Jurnalis Profesional), Bandun: PT. Remaja Rosdakarya, 2005
Tom E. Rolnicki, C. Dowtate, Sherry A. Taylor, Pengantar Dasar Jurnalisme,
Jakarta, Prenada Media Group, 2008
Zaenuddin H.M, The Jourrnalist, Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2011
Website
https://www.dakwatuna.com/2016/12/07/83983/aksi-lanjutan-411-dan-212/
(diakses pada tanggal 22/06/2017)
https://news.okezone.com/read/2016/11/28/525/1553116/ikut-aksi-damai-212-
ribuan-warga-ciamis-jalan-kaki-ke-jakarta (diakses pada tanggal
22/06/2017)\
https://korporat.tempo.co/tentang/sejarah, (diakses pada 13 Agustus 2017)
https://korporat.tempo.co/tentang/struktur_saham diakses pada 2 agustus 2017.
https://metro.tempo.co/read/810543/acta-laporkan-ahok-ke-bawaslu (diakses pada
tanggal 20/102017)
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Tempo, (diakses pada 30
November 2017)
https://www.tempo.co/about, (diakases pada 13 Agustus 2017)
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/11/04/og3yiy257-sejumlah-
artis-ikut-aksi-damai-4-november (diakses pada tanggal 22/06/2017)
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/11/16/ogptj1330-ini-pasal-
yang-menjerat-ahok-dalam-kasus-al-maidah-51 (diakses pada tanggal
20/10/2017)
TRANSKRIP WAWANCARA PENELITIAN
Pewancara : Farouq Audah
Narasumber : Jajang Jamaludin
Pelaksanaan Wawancara :
Hari : Selasa, 17 Oktober 2017
Pukul :15.54-16.53
Tempat : Kantor Redaksi Koran Tempo
T: bagaimana cara kerja redaksi dalam menentukan konten?
J: dalam menentukan konten berita selalu ada rapat perencanaan baik majalah
maupun koran. Rapat perencaan untuk koran dengan perkembangan teknologi
memakai virtual. Mulai dari jam tujuh kita sudah rapat semua perwakilan
kompartemen hadir di Whatshaap Group mengusulkan isu apa yang diliput hari
ini disitulah isu apa yang akan diliput disepekati teruntuk halaman-halaman berita
utama. Semua kompartemen biasanya mengusulkan paling tidak dua tema liputan
sudah lengkap dengan tulisan pertamanya apa tulisan kedua apa tulisan ketiganya
apa rata-rata dua tema untuk alternatif sudah breakdown dengan masing-masing
angel setelah itu didiskusikan angelnya cocok atau tidak terus penjelasannya kalau
bisa dipertajam lalu disetujuan dirapat itu. Ada namanya penanggung rapat
setingkat redaksi pelaksana lalu Pimred juga ikut pantau pada rapat redaksi itu dan
disitu oke disitulah diputuskan kita liput ini. Memang dikita selalu ada namanya
perencanaan, dalam perencanaan kita akan mengacu pada agenda ini apa terus isu
apa yang sedang berkembang dan kira-kira masih menarik untuk koran. Jadi kita
digelinding begitu saja apa yang terjadi terus kemudian kita tangkap sebuah
peristiwa, karena kenapa itu penting? Karena tanpa perencanaan hanya
menangkap peristiwa yang terjadi saja, bahkan tidak ada bedanya berita di Tempo
dengan berita di koran lain.
T: sebesar apa kewenangan bapak dalam rapat redaksi.?
J:saya sebagai penanggung jawab desk metropolitan sama kriminal. Ketika
dimajalah saya sebagai penanggung jawab hukum dan sekarang pindah ke koran
didesk keredaksian, desk metropolitan sama kriminalitas. Diluar itu saya
penanggung jawab dibiro pendidikan, itu pekerjaannya mendidik calon reporter
sampai yang sudah tua menentukan kurikulum pembicaranya. Ketika saya dirapat
redaksi saya sebagai Redpel tidak punya hak peto, siapa yang punya isu bagus,
angel bagus kita diskusikan. Kalau kebetulan saya punya isu bagus saya yang
masuk, misalnya punya reporter ya reporter. Pimred yaa ikut serta, kita debat
disitu proses yang singkat itu. Akhirnya apa yang keluar itu adalah keputusan
bersama bukan individual. Tanggung jawab berikutnya saya menyaring diujung,
dalam arti ini sesuai angel tidak, konfirmasi sudah lengkap belum, datanya akurat
tidak dan kemudian sesuai kode etik tidak.
T:bagaimana kriteria suatu berita yang layak dijadikan Headline?
J:kita punya layak kriteria Tempo, sebetulnya layak Tempo sama prinsip berita.
Bahwasannya berita harus punya pengaruh yang kuat, yang besar, menyangkut
tokoh sama kwalitas kriteria-kriteria yang lain. Kriteria mulai dari prominate,
proximiniti, kedekatan magniture, signifikasi dan itu sudah menjadi neucernya
sudah dirumuskan tidak mungkin kita keluar dari itu. Cuma mungkin lebih
khasnya tempo tentu saja ada ideologi, dalam arti misalnya isu menyangkut
hubungan horizontal antar etnis ideologi Tempo akan akan muncul disitu. Bahwa
kita akan mempertahankan prulalisme, misalnya kita tidak boleh memojokan etnis
minoritas bahwa minoritas voice plus kita harus itu akan kelibatan disitu.
Kecenderungan pemahaman keagamaan juga banyaknya teman cenderung liberal
meskipun yang soleh juga banyak. Kecenderungan umumnya sekuler liberal
dalam arti kita tidak melihat agama sebagai teks belaka, tetapi dilihat konteksnya.
Dalam penafsiran kita diberi kemampuan penafsiran luas. Cenderung sekuler
dalam arti kita memisahkan antara agama sebagai urusan cenderung private atau
keyakinan, ketika diranah publik harus diatur dan hukum yang rasional. Ketika
muncul mewarnai angel segala macam, tetapi tetap tidak bisa membelokan fakta.
Kecenderungan ideologi itu hanya bisa mewarnai tidak bisa merubah fakta hitam
disulap menjadi putih itu penghianatan terhadap fakta jurnalisme. Tentu saja
eklusivitas menjadi sangat penting disini, kenapa? Ketika bersaing begitu banyak
media. Segala macem, sekedar memberitakan apa yang terjadi yang semua orang
tau, sudah diambil tempo. Makanya kita selalu dituntut apa yang beda dari media
online kalau untuk koran. Kalau untuk majalah apa yang beda dari majalah kalau
cuma kompilasi dilempar itu. Majalah kamu harus punya lebih dari koran harian
karna majalah bukan kompilasi kita harus eklusif. Eklusifitas di Tempo itu sangat
menjadi kriteria layak berita. Apa yang harus lebih maju dari peristiwa hari ini
kedepan kita lihat. Sebisa mungkin bahwa koran bukan berbicara kemarin tetapi
akan terjadi atau sudah terjadi tetapi media lain lain tidak tahu itu yang kita cari.
Kalau sekedar nongkrong menangkap apa yang terjadi, kita tidak bisa bersaing
dalam konteks persaingan, Yaa tadi eklusifitas. Upaya perlindungan terhadap
minoritas itu mungkin rada-rada khas. Kontrol kekuasaan kita sangat ketat
kekuasaan harus dikontrol siapapun. Bahkan termasuk orang-orang sempat di
“endorse”. Karna hubungan kita dengan pejabat selalu dekat berhenti saat
pelantikan. Dengan Jokowi dekat bangat datang kesini sampai diarak-arak, setelah
itu hubungan kita jauh. Mereka terganggu dengan berita Tempo memang neucer
sudah begitu. Tetapi kalau media terus bersahabat dengan penguasa disitu ada
masalah. Awalnya kita dekat bangat, bulan madunya tidak lama. Umumnya ketika
misalnya apliasi politiknya menang ya media menjadi ikut, atau ketika ownernya
sedang bertarung ketat maka dia aka ikut cenderung membela ownernya dan
menyerang lawan politiknya. Tempo tidak seperti itu karena Tempo tidak ada
owner tunggal kita pemiliknya banyak jadi relative bebas dari kepentingan owner.
T: Apa pandangan bapak tentang aksi damai 212 ini?
J: secara umum kita melihat dari kebebasan ekpresi kita hargai itu, semua orang
berhak mengungkapkan ekpresinya disampaikan secara koridor hukum tidak
masalah. Cuma mungkin yang menjadi basis aksinya ada persoalan, basis aksinya
adalah pernyataan terselip lidahnya Ahok. Kalau ditimbang dari segi hukum,
tanpa hukum politik, yaitu keseleo lidah artinya tidak ada niat jahat disitu. Ahok
tidak upaya sistematis dia mendina, menistakan agama tidak ada.
T:Tidak ada unsur kesengajaan ?
J:mungkin sengaja, tapi dia tidak ada dalam konteks bahwa itu melukai atau
berniat jahat. Berbeda dengan Donalt Trump dari awal sudah anti imigran anti
muslim dan harus keluar dari sini. Ahok meng umrah kan anggota majelis ta’lim
bantu banyak masjid dan dia sebagai orang minoritas memimpin di daerah
mayoritas muslim. Kalau logika politik dia tidak akan menyerang orang yang
milih dia. Logika politik pasti merangkul orang itu. Ini memang lagi-lagi Ahok
mulutnya tidak bisa, diajaga, diatur, tiba-tiba keseleo lidah langsung digoreng
abisan-abisan. Begitu aksinya menjadi besar, basis aksinya seperti itu. Lain halnya
Islamnya betul-betul seperti rohingya. Katakanlah aksi 212 ini pendukungnya
rohingnya memang disana lagi ada etnis cleansing, mungkin tempo akan
mendukung besar-besaran. Tapi ini basisnya tidak seperti itu. Sedemikian rupa
seolah-olah ini pertemuan ideologis, ada siminoritas yang tidak tahu diri sengaja
menistakan agama. Kita melihat ada yang keliru disitu, sehingga yang muncul itu
politik electoral kira-kira gitu. Banyak orang yang simpati iya, seberapa besar
pengetahuan mereka. Kalau ini permainan poltik elektoral saya kira hanya sedikit
orang. Bahwa selebihnya ini Ahok menghina Islam, Ahok menghujat Islam kita
melihat disitu bahwa ada persoalan bahwa kita kita sebagai mayoritas satu
mungkin over sensitive terus yang kedua semena-mena dalam menafsirkan sebuah
isu. Subtansinya Ahok tidak ada niat jahat. Dari situ kita melihat aksi 411, 212 ya
tidak lebih dari politik elektoral. Kalau perlu ada isu-isu lain lebih subtantif
misalnya kasus korupsi yang dilakukan pejabat-pejabat public yaitu pada ujung
nya adalah yang paling banya orang muslimkan tidak sekolah. Umat muslim kalau
itu menjadi isu bersama jihad melawan koruptor itu dahsyat, gantung pejabat
koruptor dengan aksi 212 itu maju bangsa ini tidak ada yang berani korupsi. Kalau
isu-isu ini yang diambil dahsyat kelompok ini kita melihat demo 212, kita tidak
bisa lagi membedakan golongan Islam garis keras golongan Islam biasa-biasa.
Yang bermain di aksi 212 seolah-eloh terikat isu yang besar dan orang merasa
terpanggil giroh ke agamaannya. Kalau teman lihat itu pola-pola aksi yang
digerakkan oleh media sosial atau segala macem.
T: Dalam pemberitaan Koran Tempo setelah aksi 411 Tempo sudah menerbitkan
sembilan headline tentang aksi damai 212, bagaimana Tempo mengikuti isu 212?
J:bukan hanya Tempo, semua media memberitakan itu. Kalau isu sudah demekian
besar tidak mungkn media tidak memberitakan. Justru aneh tidak memberitakan
ini sudah terlalu besar. Kalau peristiwa biasa-biasa aja kita masih berpilih. Kita
tidak memberitakan isu ini kita punya isu lain seperti korupsi. Tapi kalau sudah
besar media mamanapun tidak bakal tidak memberitakan berita ini, diluar negeri
saja diberitakan. Tapi bagaimana angel nya apa yang dicari. Tempo saja
memberitakan setelah reda tidak memberitakan. Pada akhirnya kita media yang
bukan media komunitas, kita media industri tidak bisa dibantah kita juga tidak
munafik selera orang mana melihat berita apa. Paling tidak orang melihat
bagaimana Tempo memberitakan isu ini itu akan dibaca orang. Kita bisa cabut
dari situ makanya berikan dengan porsi yang tidak terlalu besar. Kecuali hari-hari
tertentu karna memang ini peristiwa besar selebihnya kita tidak selalu bahwa
berjilid-jilid kita beritain dengan halaman utama. Cuma angelnya aja yang
dibedain.
T: Sebenarnya dalam aksi 212 pandangan Tempo dalam upayar makar?
J: makar itu jelas, lihat dimajalah senjatanya tanknya dari kardus dengan kritik-
kritik gaya-ya kita lah. Mau nembak pakai apa makar?senjata apa, massanya
siapa, itu tidak ada. Makar ada yang menunggangi isu ini betul orang-orang yang
bermain disitu . mungkin minimal sampai keos mungkin bisa terjadi. Waktu yang
belum keliatan ada pasukan menyiapkan motor terlatih menyiapkan beberapa
orang yang bikin keos masuk ke kerumunan massa, mungkin juga si tapi itu juga
tidak kongkrit barang itu ada tidak?. Ketemu sama kapolda waktu itu orang
merencanakan hanya mencari panggung kita melihat isu makar waktu itu diluar
aksi.
T:tapi Tempo menerbitkan Indikasi makar?
J:disusupi orang-orang yang mau makar lah kira-kira yang makar tanpa modal.
T:ada potensi-potensi ?
J: iya mereka-mereka berkumpul bertemu mau bawa sebagian massa ke gedung
DPR. To aksi mana bendera yang yang lebih besar itu lebih diikuti
kepercayaannya itukita harus yakin. Rencananya menggerakan sebagian massa
dimana? Pindah disitu ada kesempatan bikin keos. Hal unsur untuk
menggulingkan negara mana ada kekuatan hukum politik sekarang.
T:kenapa aksi damai 212 dijadikan headline?
J:yaitu tadi tidak mungkin kita tidak jadikan headline masalah ini sudah besar.
Bukan hanya Tempo semua media memberitakan itu. Cuma sudut pandangnya
saja yang berbeda-beda kalau soal aksi 212.
T: Apakah aksi 212 ini erat dengan ISIS, dan radikalisme yang berusaha
mendompleng seperti yang dberitakan di Koran Tempo?
J: Oh ISIS, itu memberitakan polisi yang sebenarnya tidak material benar atau
tidak. Tapi juga tidak bisa dibantah, engga juga bisa dibilang tidak ada.
Sebetulnya yang dikhawatirkan bukan hanya kita, tapi semua orang yang paham
gerakan-gerakan teroris. Pada waktu yang dikhawatirkan pada waktu itu yang
menyusup-nyusup gila itu yang ditakuti. Untungnya engga ada, karena memang
dalam konteks ini polisi cukup waspada menangkap di Bekasi sebetulnya mereka
punya list lah siapa orang-orang yang kemungkinan kapan mereka ditangkap,
menunggu momentum juga. Sebetulnya ketimbang massa yang ditakuti pada
polisi itu pada saat orang yang kayak gitu akan keos, enggak usah banyak lah
ambil aja tiga aja jedar.. jeder… bom ransel keblingsatan orang, keos pasti. Kalau
polisi bilang ada ISIS kita beritakan sebagai stetment dari polisi, apakah kita bisa
verifikasi? Yaa engga, apakah kita bisa menyangkal? Yaa tidak ada yang bisa
menyangkal. Tapi faktanya polisi mewaspadai itu. Itu sangat mungkin dalam
gerakan manapun, kita engga bisa menjamin benar atau tidak.
T:Apakah pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca khsusnya masyarakat
tentang pemasalahan aksi damai 212 ini?
J: Untuk kepada masyarkat agar lebih cerdas menyikapi suatu isu apa perlu atau
tidak, terus kemudian kita samalah dalam konteks ini literasi medianya. Literasi
medianya dalam arti membuat orang paham sebetulnya isu ini apa si
substansinya? Mau dibawa kemana si. Tidak selalu berhasil, tentu saja. Kita dari
awal ingin menunjukan bahwa publik ini isu Islam vs non-Islaam gitu loh. Ini
kebetulan aja melibatkan orang Islam dengan orang non-Islam terus sekelompok
orang sengaja membesarkan isu ini untuk kepentingan politiknya, elektoral
pilkada. Terus juga dikit lagi 2019 kan itu sudah pasti, karena sudah jelas disitu.
Yang membela siapa Ahok-Jokowi juga, 2019 jadi sasarannya. Dalam politik
momentum harus bisa dipakai, kalau tidak memakai momentum kita yang dipakai
dan itu menjadi semacam tabungan. Tabungan menambah ATM kekuasaan, dalam
arti pengaruh eksistensi untuk kedepan 2019. Buktinya apa? Berenti isu Islam,
muncul PKI sasaran sudah ada jelas siapa. Karena itu kita lihat bahwa yang
mungkin ini ambil posisi dulu. Saya pro Islam saya anti PKI begitu lu masuk sana
lu akan digebukin rame-rame, gitu membela sana belum bertanding suda k.o. itu
analisis politiknya seperti itu, kasus ini sama lah dibelah sengaja publik antara
bela Islam dan anti Islam padahal tidak hitam putih seperti itu. Saya Islam saya
tersinggung beberapa hal, tapi tidak ada urusan kita tau apa yang diomongin Ahok
bagaimana, kelakuan Ahok bukan berarti kita setuju dengan dia. Ahok jangan
begitu dong, dia berada di negara wilayahnya mayoritas Islam yang mempunyai
sensitivitas lebih tinggi. Tapi sisi lain bahaya juga nih, ko umat Islam mayoritas
jadi sedemikian cepat marah untuk hal-hal sebetulnya aktivisosial bukan
substansinya korupsi atau ketidak adilan, kalau marah karena itu itu mantap umat
Islam cerdas. Coba lihat siapa yang tampil disitu keluarga-keluarga orde lama
yang dulu bergelimang harta ikut menyokong hadir dengan pakaian muslim
seolah-olah dia yang paling soleh, itu diterima dan dielu-elukan, diagung-
agungkan, dan dulu jadi musuh bersama yang ganyang dalam reformasi. Itukan
mereka tiba-tiba menyusung, makan, bawa rantang, minum, bawa sajadah. Kita
ingin mendidik orang bahwa lebih kritis melihat persoalan apakah itu sampai atau
tidak itu enggak tau juga, harus ada tools untuk mengujinya. Misalnya pembaca
Tempo pada sadar atau tidak iu engga tau juga. Tapi dari niat kita begitu si, orang
harus lebih cerdas melihat sesuatu, mengambil secara konverhensif melihat apa
yang dibalik berita
T: Bagaimana Tempo menjaga keobjektifan berita yang dimuat?
J: Kita ada tools nya pertama kita ada teori pengalaman ini berita begini-begitu itu
sama kurang lebih yang pernah jadi jurnalis pernah bekerja dimedia. Yang kedua
bagaiama kita menginplementasikan, ketika kita mengimplementasikan ini agak
susah Tempo menjaga dengan paling beberapa layer, salah satunya memiliki
evaluasai mingguan. Setiap minggu, hari senin, hari selasa tergantung
rubrikasinya, politik dan nasional itu kita evaluasa hari senin. Di luar evaluasi,
saya evaluasai anak buah saya, atasan saya evaluasi, saya evaluasi betulkan sambil
jalan. Tapi ada evualasi khusus kelas-kelas. Pemberitaan kita harus seperti apa,
orang datang mungkin tidak satu berita tapi kira-kira garis besarnya. Bagian lain
namanya ombudsman, saya masuk diombudsman. Ombudsman kalau ada publik
yang komplan kita segera menangkap, kenapa si, mereka komplain? Ada
kesalahan tidak, kita benar tidak beritanya akurat tidak atau berimbang tidak
beritanya. Sebelum kita dilaporkan kedewan pers atau bahkan polisi, kita bergerak
dulu untuk menguji berita kita. Kalau misalnya oke secara ini ada kesalahan,
dikasih sangsi kita. Misalkan layer mana ? reporter, editing, atau penanggung
jawab. Disini banyak berkali-kali dipotong gaji, tapi kesalahan yang kongkrit.
Misalnya soal akurasi yang mempermalukan Tempo atau apa itu dipotong gaji.
Skemanya berapa? Tergantung kesalahannya bisa 3x gaji, itu menyakitkan. Tapi
apa boleh buat itu salah satunya menjaga kredibilitas bahwa orang yang bersalah
harus ada mekanismenya. Belum lagi kita dipermalukan didewan pers. Tempo itu
salah, kan tidak selalu harus benar. Kita berupaya harus benar, akurat segala
macam. Sesekali kita ada terperosok, kalau itu kita malu juga kita minta maaf, kita
harus ralat. Itu bagian upaya kita memperjuangkan objektifitas. Mekanisme rapat
itu harian, perencanaan itu mengobrol objektifitas. Di Tempo itu tidak bisa
menghilangkan berita yang sudah direncanakan tanpa pemberitahuan kepada
publik, kenapa engga bisa? Karena bahannya tidak cukup, tiba-tiba ganti berita.
Tidak bisa itu. Semuanya ketauan seperti ruang kaca , orang bisa melihat saya
bermain tidak untuk berita itu. Bagian upaya mempertahankan objektifitas dalam
pemberitaan bagaimanapun ketika berita diputuskan banyak orang relatif lebih
objektif ketimbang oleh satu dua orang. Itu udah begitu alamiah. Mekanisme itu
yang kita pakai semua bisa mengoreksi, semua bisa pakai.
T: Dalam pembuatan berita apakah ada tekanan dari pihak luar misalnya dari
pemerintah, partai politik, pemasang iklan, pembaca, dan kondisi ekonomi?
J: Individu news room itu yang kita jaga. Itu benar-benar kita usahakan bukan
hanya luar pemerintah kalau itu hampir engga adalah, tim sukses segala macem.
Kita sudah teruji. Yang mungkin barangkali orang bertanya, bagaiamana dengan
owner? Kebanyakan media owner sangat berpengaruh. Tadi saya bilang
untungnya Tempo tidak ada owner tunggal, jadi tidak satu owner memaksakan
harus begini-begitu. Itu kelebihan Tempo, ya mungkin tidak dimiliki media-media
lain. Media-media lain ownernya tunggal susah untuk membendungnya kebijakan
redaksi dan itu bukan kata saya ada penelitian dari Lepstik University dari Jerman
namanya Anad Celer bukunya ada juga udah di bahasa Indonesia. Dia
membandingkan beberapa media tentang intervensinya, bahwa tempo relatif lebih
indevenden jauh dari media-media lain. Salah satunya karena ownershipnya.
Tempo itu sudah terbiasa, baikan ketika pemegang saham melakukan kesalahan
kita beritakan. Dulu teman-teman pernah investigasi Pantai Indah Kapuk (PIK)
adalah Ciputra. Ciputra itu salah satu pemilik saham Tempo. Kita tulis PIK nya
disitu bahwa disebutkan Ciputra yang juga pemilik saham Tempo, terakhir dalam
kasus Jaya Raya nyumbang ke Fauzi Bowo Pilkada lalu ada dana sekian milyar
yang layak dipertanyakan dari segi penggunaannya. BUMD dia nyumbang ke
kandidatnya kita beritain. Jaya Raya siapa? Jaya Raya pemegang saham Tempo,
kita beritain. Ada upaya mempengaruhi itu? Ada, tapi news room sudah relatif
kuat kita resistennya juga tida bisa. Nakal-nakal anak sini. Tiba-tiba ada yang
mempengaruhi tidak bisa. Ada aja caranya untuk menentang keinginan orang
yang merasa pemilik Tempo meskipun bukan mayoritas.
T: Apakah upaya seperti itu ada gagalnya ?
J: ada, Cuma lama-lama tau diri juga. Engga bisa nih anak-anak bandel. Biasanta
faktanya kuat. Kalau engga kuat kamu sendiri yang malu nanti, itu sudah
ditekankan. Jangan semangat 45 asal hajar. Kita tidak seperti itu. Faktanya kua
pimred disitu, garis politik nya disitu perkuat faktanya. Meskipun
dipermasalahkan oleh owner. Kalian kuat tapi lemah jangan dulu, tahan. Paling
begitu, upaya maksimal yang saya lakukan. Tapi menahan untuk menghilangkan
tidak bisa. Di Tempo engga bisa, sejauh ini engga bisa. Selama saya disini tahun
2000 sampai sekarang 2017, 17 tahun. Kalau tekanan penguasa, sudah kenyang
kita lah, diadili, digugat. Yaa sudah.
T: Apakah ada pengetahun khusus untuk pengetahuan wartawan tentang kasus
aksi damai 212?
J: Kamu harus sejak awal sudah dikredo meliput apapun tidak ada tidak siap
disini. Begitu bertemu narasumber kamu tidak bisa bertanya akan di olok-olok.
Kenapa? Tidak ada bahan untuk bertanya, tidak ada alasan. Jasdi kita prepare
sendiri kalau isu ini apa harus ditanya, siapa yang cari sebagai narasumber. Itu
sduah menjadi semacam template, tidak selalu diajari. Ketika turun dilapangan
gelisah dengan kepala kosong tiba-tiba ketemu siapa, tidak bisa bertanya. Tempo
tidak seperti itu cara mendidik anak-anak. Bahwa ini bukan tempat liputan kamu,
tapi kamu bisa liat. Apalagi jaman sekarang apapun bisa dicari background
informasi, tinggal mau apa tidak. Siap tidak siap harus siap. Wartawan harus riset
sendiri isu ini seperti apa. Tentu saja sampai level redaktur segala macem sudah
ada spesialisasi orang yang paham hukum ngurusin hukum, hubungan
internasional ngurusin hubungan internasional. Itupun tidak mesti. Saya pernah di
redaktur hukum sekarang dimetroplotan pernah dilingkungan, pernah dikesehatan,
pernah ngurus sains. Muter-muter saja. Yang belom saya ngurus ekonomi, belom
ada kesempatan aja
T: Harapan koran tempo kedepan apa?
J: kita harus survive ditengah gempuran kecendrungan perubahan teknologi
informasi kayak gini bukan hanya Tempo, semua media konvensional sekarang
lagi menjelang sunset di dunia pun begitu. kita lagi berusaha, sekarang kita lagi
proses survivel, entah berapa lama proses prduksi ini kita bisa bangkit. Tetapi
pada saat yang sama kita sudah menyiapkan bahwa memang kita harus digital.
Sekarang dajiri semua level bahwa kalian menjadi wartawan digital. Karena rasa-
rasanya gelombang perubahan teknologi informasi tidak bisa ditentang. Mungkin
nanti tidak lagi namanya ngeprint, ituhkan medium saja. Bagaimana cara
menuliskan, orang kita percaya akan merindukan gaya Tempo, entah majalanya,
korannya. Platporm nanti mau enggak mau kita harus siap dengan digital.
Sekarang sudah mulain koran digital, Tempo online. Lebih banyak kesukanan
online dari pada koran sama majalah. Majalah orangnya skeitar 30 korang sekitar
35 orang, online 60 sekian. Karena apa? Kedepan itu harus digital mau engga
mau. Sekarang kita belum migrasi sepenuhnya. Karena ada beberapa hal.
Pembaca ada belum nyaman baca online. Bahkan gini contohnya kita kan ada
majalah versi digital dan pdf orang Indensia itu tetap mau pdf. Pdf itu Cuma
memindah dari kertas. Kalau dipindah sepenuhnya belum siap juga, itu pembaca.
Pemasang iklan juga belum sepenuh mau migrasi ke digital. Padahal 70 % hidup
kita dari iklan.
Foto Saat Wawancara Dengan Jajang Jamaludin Di Ruang Redaksi Koran Tempo, DKI Jakarta.
(17/10)
Foto Bersama Dengan Redaktur Pelaksana Koran Tempo, Jajang Jamaludin. (17/10)
Tabel Kelompok Media Tempo
JABATAN NAMA
Pemimpin Redaksi/Penanggung
Jawab
Arif Jukifli.
Redaktur Eksekutif Budi Setyarso.
Dewan Eksekutif Arif Jukifli (Ketua), Daru Priyambodo Gendur
Sudarsono, Yuli Ismartono, Hermien Y. Kleden,
Wahyu Muryadi, Budi Setyarso, Burhan Sholikin,
Lestantya R. Baskor, M. Taufiqurohman.
RUBRIK
NASIONAL DAN HUKUM
JABATAN NAMA
Redaktur Pelaksana Setri Yasra
Redaktur Utama Jajang Jamaludin, Elik Susanto, Dodi Hidayat.
Redaktur Agoeng Wijaya, Anton Apriyanto,
Sunundayanto Abdul Manan, Bobby Chandra,
Kodrat Setiawan (Magang).
Staf Redaksi Agung Sedayu, Ananda Wardhiati Theresia, Eko
Ari Wibowo, I Wayan Agus Purnomo,
Syailendra Persada, Prihandoko, Istman
Musaharun, Francisco Rosarians Enga Geken,
Ira Guslina (Cuti) Angga Sukma Wijaya.
Reporter Linda Novi Trianita, Indra Wijaya, M. Rizki,
Dewi Suci. Husein Abri Y. M. Dongoran, Mitra
Tarigan.
RUBRIK
EKONOMI DAN MEDIA
JABATAN NAMA
Redaktur Pelaksana Y. Tomi Aryanto.
Redaktur Utama Yandhri Arvian
Redaktur Agus Supriyanto, Ali Nur Yasin, Efri Nirwan
Ritonga, Retno Sulistyowati, Jobpie Sugiarto,
Fery Frimansyah Grace S. Gandhi.
Staf Redaksi Abdul Malik, Akbar Tri Kurniawan, Ayu Prima
Sandi
Reporter Aditya Budiman, Ali Ahmad Noor Hidayat,
Amirullah, Khoirul Anam, Praga Utama, Andi
Ibnu Masri R, Robby Irfany Maqoma, Putri
Adityowati.’
RUBRIK
INTERNASIONAL DAN NUSA
JABATAN NAMA
Redaktur Pelaksana Purwanto Setiadi
Redaktur Utama Idrus F Shahab
Redaktur Dwi Aryanto, Sukma Loppies, Maria Hasigian
Sraf Redaksi Mahardika Satria, Sita Planasari A, Nathalia
Shanty
RUBRIK
SENI DAN INTERMEJO
NAMA JABATAN
Redaktur Pelaksana Seno Joko Suyono
Redaktur Mustafa Ismail, Nurdin Kalim
Staf Redaksi Dian Yuliastuti, Amanda Mustika Megarani,
Moyang Kasih Dewi Merdeka.
RUBRIK
SAINS SPORT DAN KOLOM
JABATAN NAMA
Redaktur Pelaksana Yos Rizal Suriaji
Redaktur Nurdin Saleh, Firman Atmakusuma, Irfan
Budiman, Hari Prasetyo, Nur Haryanto
Staf Redaksi Dwi Riyanto,Agustiar, Gabriel Wahyu Titiyoga,
Rina Widiastuti, Gadi Makitan, Erwin Prima,
Febriyan.
Reporter Amri Mahbub, Ursula Florena Sonia, Maya
Nawangwulan R, Tri Artining Putri.
RUBRIK
METRO DAN PRELUDE
JABATAN NAMA
Redaktur Pelaksan Bagja Hidayat
Redaktur Zacharias Wuragil, Ali Anwar
Staf Redaksi Suseno, Untung Widyanto, Erwan Hermawan,
Riki Ferdianto
Reporter Linda Hairani, Afrilia Suryanis, Ninis
Chairunnisa, Gangsar Parikesit, Devi Ernis,
Indri Maulidar.
RUBRIK
GAYA HIDUP DAN KORAN TEMPO MINGGUAN
JABATAN NAMA
Redaktur Pelaksana Safto Yunus
Redaktur Dwi Wiyana, M. Reza Maulana, Rini Kustiani.
Staf Redaksi Cheta Nilawati Prasetyaningrum, Kelik M.
Nurgroho, Martha Warta, Hadriani Pudjiarti,
Nur Alfiyah BT Tarkhadi, Tika Primandari,
Dini Pramita, Raimundus Rika RW
Reporter Aisyah Shaidra
RUBRIK
INVESTIGASI
JABATAN NAMA
Redaktur Utama Philipus Parera
Redaktur Anton Septian Stefanus Teguh Edi Pramono.
Staf Redaksi Rusman Paraqbeq
RUBRIK
INDONESIA
JABATAN NAMA
Redaktur Utama Kurniawan
Redaktur Istiqomatul Hayati
Staf Redaksi Robert Januar
PUSAT PELIPUTAN
JABATAN NAMA
Redaktur Pelaksana Wahyu Dhyatmika
Redaktur Utama Yudono Yanuar
Redaktur Juli Hantor, Mustafa Silalahi, Nunuy
Nurhayati, Tjandra Dewi, Rr. Ariyani,
Purwanto
Staf Redaksi Budi Riza, Pingit Aria Mutiara Fajrin,
Reporter Choirul Aminudin, Faiz Nasrillah, Reza Aditya
Ramadhan.
Jawa Timur-Bali Nieke Indrietta (Koordinator Liputan, Endri
Kurniawati, Jalil Hakim, Jed Abidin.
Jawa Tengah Widiarsi Agustina (Koordinator Liputan), L.N.
Idayanie, R. Fadjri.
Jawa Barat Dewi Rina Cahyani (Koordinator Liputan)
PENGEMBANG PRODUK DIGITAL
JABATAN NAMA
Kepala Yesep Suprayogi
Radaktur Fitra Moerat Ramadhan Sitompul, Ngarto
Februana.
Reporter Nurhasim, Ferdinand Akbar, Ryan Maulana.
MOBILE DAN DEVELOVER
JABATAN NAMA
Kepala Handy Darmawan
Programer William Rince (Koordinator), Birtha
Arifudzaki, Abdul Rojak Tri Noviyanto, Abdul
Ghani Hikmawan (Indonesia)
Desain M. Adam Firdaus (Infografer tempo.co)
TEMPO ENGLISH SECTION
JABATAN NAMA
Redaktur Utama Lukas Edward (Tempo English Weekly)
Redaktur Kordinator Purwani Dyah Prabandari
Staf Redaksi Sadika Hamid, (Tempo English Weekly),
Mahinda Arkiyasa, Isma Savitri, Petir Garda
Bhwana.
Reporter Amanda T. Siddharta
Kordinator Produksi Dewi Puspitasari
TEMPO TV
JABATAN NAMA
Manajer Pemberitaan Nur Hidayat
Produser Eksekutif Diah Ayu,Candra Ningrum
KREATIF DAN FOTO
JABATAN NAMA
Redaktur Kreatif Gilang Rahardian
Redaktur Desain Eko Punto Pambudi, Yuyun Nurrachman
Desainer Senior Ehwan Kurniawan, Imam Yunianto, Kendra H.
Paramita
Desainer Aji Yuliarto, Djunaedi, Edward Ricardo
Sianturi, Gator Pandego, Indra Fauzi, Munzir
Fadly
Penata Letak Agus Darmawan Setiadi, Ahmad Fatoni, Arief
Muhdi Handoko, Kuswoyo, Mistono, Rudy,
Asrori Tri Watno Widodo, Wahyu Risyanto
Redaktur Foto Rully Kesuma, (Koordinator), Ijar Karim,
Mahanijar Djohan
Jabatan Nama
Periset Foto Fardi Bestari, Gunawan Wicaksono, Jati
Mahatmaji, Nita Dian Afianti, Ratih Purnama
Ningsih
Fotografer Aditia Noviansyah, Amston Probel, Subekti
BAHASA
JABATAN NAMA
Redaktur Bahasa Uu Suhardi (Koordinator), Hasto Pratikto,
Sapto Nugroho,
Staf Senior Iyan Bastian
Staf Aeni Nur Syamsiah, Edy Sumbodo, Hadi
Prayuda, Hadi Putra Pratama, Heru Yulistiyan,
Michael Timur Kharisma, Mochamad
Mordwinanto, Rasdi Darma, Sekar Septiandari,
Suhud Sudarjo Andry Setiawan
PUSAT DATA DAN ANALISA TEMPO
JABATAN NAMA
Koordinator Priatna
Riset M. Azhar, Indra Mutiara
Pusat Data Ismail
Redaktur Senior Amarzan Loebis, Bambang Harymurti, Edy
Rustiadi M., Fikri Jufri, Goenawan Mohamad,
Leila S. Chudori, Putu Setia, Toriq Hadad
Kepala Pemberitaan Korporat Toriq Hadad
Kepala Biro Eksekutif dan Pendidikan M. Taufiqurohman (Kepala), Yos Rizal Suriaji
PT. Tempo Inti Media Tbk.
JABATAN NAMA
Direktur Utama Bambang Harymurti
Direktur Hery Henawan, Toriq Hadad, Gabriel
Sugrahetty
Sekretariat Korporat Diah Purnowati (Kepala)
Iklan Meiky Sofyansyah (Wakil Direktur), Dani
Kristanto, Melly Rasyid, M. Doddy Waspodo,
Nurulita Pasaribu, Sulis Prasetyo, Tanty
Hendriyanti
Komunikasi Pemasaran, Digital, Dan Riset Meiky Sofyansyah (Kepala)
Riset Pemasaran Ai Mulyani K.
Pengembangan Usaha Siti Rhanty Widiastuti
Kreatif Pemasaran Prasidono Listiaji (Kepala)
Penulis Dian Andryanto, Hotma Siregar,Mila Novita,
Mira Larasati, Nugroho Adhi, Rifwan Hendri,
Jabatan Nama
Susandijani, V. Nara Patrianila, Wawan
Priyanto.
Desain Kreatif Pemasaran Kemas M. Ridwan (Koordinator), Andi Paisal,
Andi Suprianto, Arcaya Manikota, Jemmi
Ismoko, Junaedi Abdillah, Juned Aryo
Sembada, Rachman Hakim, Setiyono
Periset Foto Lourentius EP.
Traffic Abdul Djalal, Muhammad Assad Islamie
Sirkulasi dan Distribusi Shalfi Andri (Kepala), Erina Andriyani
(Sekretariat)
Sirkulasi Iman Sukarnadi, Ivan Buana Putra, Yefri
Distribusi Boy Hariyadi
Layanan Pelanggan Pratita
Perwakilan Daerah Jawa Timur Solex Kurniawan (Surabaya)
Yogyakarta-Jawa Tengah Fuad Nugraha Adi (Yogyakarta)