i
ANALISIS PENGARUH SBI, KURS RUPIAH, HARGA EMAS DUNIA,
INDEKS HANG SENG DAN INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
(studi kasus Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Adit Tia Nugraha
NIM : 109081000097
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013
2
3
4
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Adit Tia Nugraha
2. Tempat tanggal lahir : Tangerang, 13 September 1991
3. Alamat : Jl. Kampung Rawa Barat RT/RW 01/05
No. 24 Pondok Aren-Tangerang Selatan
4. Telepon : 083893742354
5. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN Jombang I Tahun 1997-2003
2. SMP Negeri 6 Tangerang Selatan Tahun 2003-2006
3. SMA Negeri 1 Tangerang Selatan Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Hermanto
2. Ibu : Sri Utari
3. Alamat : Jl. Kampung Rawa Barat RT/RW 01/05 No. 24
Pondok Aren-Tangerang Selatan
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan Almamater Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai staff
divisi Humas.
vii
V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI
1. 23 Desember 2009 : Diskusi Publik “Kemana Arah Isu Kasus Century:
Polemik dan Perang Persepsi”
2. 20 Mei 2010 : Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era
Globalisasi”.
3. 8 Juni 2012 : A Training Course On: “Sekolah Pasar Modal”
Basic Training of Fundamental & Technical
Analysis.
4. 15 September 2012 : Seminar “Islamic Economy Revivalism, between
Theory and Practice”.
viii
THE ANALYSIS OF THE EFFECT OF SBI, RUPIAH EXCHANGE RATE, GOLD PRICE, HANG SENG INDEX AND NIKKEI 225 INDEX ON
COMPOSITE STOCK PRICE INDEX (IHSG) (a case study of Indonesia stock exchange (idx) period 2008-2011)
ABSTRACT
The aim of this research is to examine the effect of the SBI interest rate, exchange rate, price of gold, Hang Seng Index and the Nikkei 225 index on Indonesia Stock Exchange. The analytical method used in this study is multiple regression analysis. Before doing multiple regression analysis, we must do a classic assumption test. This is necessary so that the regression equation is BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator). In addition to assessing the goodness of fit from a model, we use coefficient of determination test, F test and t test. This research using a monthly data from 2008 – 2011 for each variable.
Results from this study indicate that the Rupiah Exchange rate negatively affect the IHSG with t value of Exchange rate is -0,808947 and a probability value of 0,0172. While the variables of Gold Prices and Hang Seng Index, had a positive effect on IHSG with t value of Gold Prices is 0,809716 and Hang Seng Index 0,553794 with probability value of Gold Prices is 0,0000 and Hang Seng Index is 0,0006. Mean whileof the SBI interest rate and the 225 Nikkei index variable that does not have the significant effect on the IHSG with the probability value respectively 0,0612 and 0,4817. The value of adjusted R square is 96,65%. This means that 96,65% IHSG movement can be predicted from the movement of the five independent variables. And while the remaining 3,15% is influenced of the oil price, GDP, Dow Jones Index, etc.
Key words: SBI, Exchange Rate, Gold Price, Hang Seng Index, Nikkei 225
Index, IHSG.
.
ix
ANALISIS PENGARUH SBI, KURS RUPIAH, HARGA EMAS DUNIA,
INDEKS HANG SENG DAN INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
(studi kasus Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 di bursa efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda. Salah satu syarat untuk melakukan uji analisis berganda perlu dilakukan uji asumsi klasik. Hal ini diperlukan agar persamaan regresi yang dihasilkan bersifat BLUE (Best,Linear,Unbiased,Estimator). Selain itu untuk menilai goodness of fit suatu model dilakukan uji koefisien determinasi, uji F, dan uji t. Penelitian ini menggunakan data bulanan dari tahun 2008 - 2011 untuk tiap variabel penelitian.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG dengan nilai t hitung Kurs Rupiah sebesar -0,808947 dan nilai probailitas sebesar 0,0172. Sementara variabel Harga Emas Dunia dan Indeks Hang Seng berpengaruh positif terhadap IHSG dengan nilai t hitung Harga Emas Dunia sebesar 0,809716 dan Indeks Hang seng 0,553794 dengan nilai probailitas Harga Emas Dunia sebesar 0,0000 dan Indeks Hang Seng sebesar 0,0006. Sedangkan Variabel Tingkat Suku Bunga SBI dan Indeks Nikkei 225 yang tidak memilki pengaruh signifikan terhadap IHSG dengan nilai probabilitas masing-masing sebesar 0,0612 dan 0,4817. Selain itu diperoleh bahwa nilai adjusted R square adalah 96,65%. Ini berarti 96,65% pergerakan IHSG dapat diprediksi dari pergerakan kelima variabel independen tersebut. Sedangkan sisanya sebesar 3,15% dipengaruhi oleh variabel lain yaitu harga minyak dunia, GDP, Indeks Dow Jones dan lain-lain. Kata kunci : SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng, Indeks
Nikkei 225, IHSG.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang
ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat
guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua, ayahanda Hermanto dan ibunda Sri Utari yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-
hentinya kepada penulis.
2. Segenap keluarga yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian
skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi B, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen dan
dosen Pembimbing Skripsi I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu
dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi
ini. Bimbingan dan arahan untuk membimbing penulis selama menyusun
skripsi.
5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen dan
dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia memberikan banyak ilmu
dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi
ini.
xi
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
7. Naimatul Fauziah yang telah sabar menemani dan memberikan support yang
begitu banyak kepada penulis.
8. Seluruh teman-teman Manajemen C/2009 yang selalu kompak di dalam kelas
maupun luar kelas.
9. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen
keuangan.
Jakarta, Juli 2013
Penulis
(Adit Tia Nugraha)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi
ABSTRACT . ................................................................................................. viii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 7
1. Tujuan Penelitian .............................................................. 7
2. Manfaat Penelitian ............................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 10
A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil ................ 10
1. Teori Makro Ekonomi ........................................................ 10
2. Pasar Modal Indonesia ........................................................ 11
3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) .............................. 15
4. Tingkat Suku Bunga SBI ................................................... 18
5. Kurs Rupiah ....................................................................... 20
6. Harga Emas Dunia .............................................................. 22
7. Indeks Hang Seng ............................................................... 24
xiii
8. Indeks Nikkei 225 ............................................................... 27
B. Penelitian Terdahulu ................................................................ 29
C. Keterkaitan antara variabel independen dengan variabel dependen
........................................................................................... 32
D. Kerangka Pemikiran ................................................................ 35
E. Hipotesis ................................................................................. 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 38
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 38
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 38
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 39
D. Metode Analisis .................................................................. 40
1. Test Granger Causality ....................................................... 40
2. Pengujian Asumsi Klasik ................................................... 41
a. Uji Normalitas ............................................................... 42
b. Uji Multikolinearitas ...................................................... 42
c. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 43
d. Uji Autokorelasi ............................................................. 44
3. Analisis Regresi Linier Berganda ....................................... 44
4. Uji F .................................................................................... 45
5. Uji t .................................................................................... 46
6. Koefisien Determinasi ......................................................... 47
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................ 48
1. Variabel Dependen ............................................................. 48
2. Variabel Independen........................................................... 48
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................. 51
A. Gambaran Umum Objek Penelitan ............................................ 51
1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia .................................. 51
2. Deskripsi Variabel Penelitian ............................................... 52
a. Perkembang Indeks Harga Saham Gabungan ................ 52
b. Tingkat Suku Bunga SBI .............................................. 55
c. Kurs Rupiah ................................................................. 56
xiv
d. Harga Emas Dunia ........................................................ 58
e. Indeks Hang Seng ......................................................... 60
f. Indeks Nikkei 225 ........................................................ 62
B. Analisis dan Pembahasan .......................................................... 64
1. Test Granger Causality ....................................................... 64
2. Pengujian Asumsi Klasik ................................................... 65
a. Uji Normalitas ................................................................ 65
b. Uji Multikolinearitas ...................................................... 67
c. Uji Heterokedastisitas..................................................... 68
d. Uji Autokorelasi ............................................................. 69
3. Hasil dan Pembahasan .......................................................... 70
a. Uji F ................................................................................ 70
b. Uji t ................................................................................ 71
4. Analisis Regresi Linier Berganda ......................................... 77
5. Koefisien Determinasi .......................................................... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 81
A. Kesimpulan .............................................................................. 81
B. Saran ........................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 PenelitianTerdahulu ................................................................ 29
4.1 Data IHSG ............................................................................... 53
4.2 Data SBI .................................................................................. 55
4.3 Data Kurs Rupiah .................................................................... 57
4.4 Data Harga Emas Dunia ........................................................... 58
4.5 Data Indeks Hang Seng ............................................................ 60
4.6 Data Indeks Nikkei 225 ............................................................ 62
4.7 Hasil Uji Granger Causality ................................................... 64
4.8 Hasil Uji Granger Causality ................................................... 64
4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ...................................................... 67
4.10 Hasil Uji Breusch-Pagan-Godfrey ............................................ 68
4.11 Hasil Uji Breusch-Pagan-Godfrey Serial Correlarion LM test .. 69
4.12 Hasil Uji F ............................................................................... 70
4.13 Hasil Uji t ............................................................................... 72
4.14 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ........................................... 77
4.15 Hasil Adjusted R square ........................................................... 79
xvi
DAFTAR GRAFIK
No. Keterangan Halaman
4.1 Perkembangan IHSG ............................................................... 54
4.2 Perkembangan SBI ................................................................ 56
4.3 Perkembangan Kurs Rupiah .................................................... 57
4.4 Perkembangan Harga Emas Dunia .......................................... 59
4.5 Perkembangan Indeks Hang Seng ........................................... 61
4.6 Perkembangan Indeks Nikkei 225 ........................................... 63
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................ 35
4.1 Uji Normalitas ....................................................................... 66
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Output Test Granger Causality ...................................................... 86
2. Output Regresi Linier Berganda ................................................. 86
3. Output Uji Normalitas ................................................................. 87
4. Output Uji Multikolinieritas ........................................................ 87
5. Output Uji Breusch-Pagan-Godfrey ............................................. 87
6. Output Uji Autokorelasi ............................................................... 88
7. Data Variabel Dependen dan Independen Tahun 2008-2011 ......... 89
8. Data Variabel Dependen (log) dan Independen (log) Tahun
2008-2011 .................................................................................... 90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi ekonomi dunia mengalami
keadaaan yang tidak diharapkan oleh setiap negara. Krisis kredit macet yang
terjadi di Amerika Serikat menjadi sebuah krisis global pada tahun 2008 dan
memberikan dampak negatif terhadap seluruh negara di dunia. Dampak yang
cukup besar harus dialami negara-negara di Asia yang di dalamnya masih
banyak negara-negara berkembang. Indonesia menjadi salah satu negara di
Asia yang harus terkena imbas dari krisis global tersebut. Hal tersebut
disebabkan karena sebagian besar tujuan ekspor Indonesia dilakukan di pasar
Amerika dan tentu saja hal ini sangat mempengaruhi terhadap kondisi
perekonomian di Indonesia. Salah satu dampak yang paling berpengaruh dari
krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika adalah nilai tukar rupiah yang
semakin terdepresiasi terhadap dolar Amerika, Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) yang semakin merosot, dan tentu saja kegiatan ekspor Indonesia yang
terganjal dan terhambat akibat berkurangnya permintaan dari pasar Amerika itu
sendiri.
Selain itu penutupan selama beberapa hari serta penghentian sementara
perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu
dampak yang paling nyata dan pertama kalinya sepanjang sejarah, yang
2
tentunya dapat merefleksikan betapa besar dampak dari permasalahan yang
bersifat global ini. Pada awal tahun 2011, Indonesia kembali terkena dampak
krisis global dari sisi finansial dan perdagangan. Hal ini kerena terjadi krisis
global Uni Eropa yang diawali oleh krisis utang Yunani. Tetapi pada krisis
yang tejadi di Uni Eropa dampaknya tidak terlalu besar seperti tahun 2008.
IHSG pada tahun 2011 masih stabil tidak ada penurunan yang tajam seperti
krisis global tahun 2008.
Dalam perekonomian suatu negara, pasar modal memiliki peran penting
bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana
dari masyarakat pemodal atau investor. Saham merupakan salah satu alternatif
investasi yang paling menarik dalam pasar modal. Hal ini ditandai dengan
perkembangan pasar modal yang pesat yaitu meningkatnya Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
Kegiatan investasi adalah kegiatan menanamkan modal baik langsung
maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal
mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut (M
Samsul,2006:285). Bagi para investor, melalui pasar modal dapat memilih
obyek investasi dengan beragam tingkat pengembalian dan tingkat risiko yang
dihadapi, sedangkan bagi para penerbit (issuers atau emiten) melalui pasar
modal dapat mengumpulkan dana jangka panjang untuk menunjang
kelangsungan usaha.
3
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi Indeks Saham, antara lain
perubahan tingkat suku bunga bank sentral, keadaan ekonomi global, tingkat
harga energi dunia, kestabilan politik suatu negara, dll. Selain faktor tersebut,
perilaku investor sendiri juga akan memberi pengaruh terhadap pergerakan
Indeks Saham.
Di Indonesia kebijakan tingkat suku bunga dikendalikan secara langsung
oleh Bank Indonesia melalui BI rate. BI Rate merupakan respon bank sentral
terhadap tekanan inflasi ke depan agar tetap berada pada sasaran yang telah
ditetapkan. Perubahan BI rate sendiri dapat memicu pergerakan di pasar saham
Indonesia. Penurunan BI rate secara otomatis akan memicu penurunan tingkat
suku bunga kredit maupun deposito. Bagi para investor, dengan penurunan
tingkat suku bunga deposito, akan mengurangi tingkat keuntungan yang
diperoleh bila dana yang mereka miliki diinvestasikan dalam bentuk deposito.
Selain itu dengan penurunan suku bunga kredit, biaya modal akan menjadi
kecil, ini dapat mempermudah perusahaan untuk memperoleh tambahan dana
dengan biaya yang murah untuk meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan
produktivitas akan mendorong peningkatan laba, hal ini dapat menjadi daya
tarik bagi para investor untuk berinvestasi di pasar modal.
Globalisasi mendorong investasi lintas negara disamping untuk tujuan
diversifikasi. Oleh karena itu, risiko nilai mata uang merupakan faktor
ketidakpastian yang dihadapi investor apabila melakukan investasi dipasar
global. Dengan terbukannya peluang investasi di Bursa Efek Indonesia bagi
investor asing, maka faktor nilai tukar USD terhadap rupiah merupakan faktor
4
risiko yang patut diperhitungkan. Dengan demikian investor harus
mempertimbangkan pula premi risiko atas nilai tukar tersebut (Ahmad Rodoni,
2010:186).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG adalah harga
emas, dalam penelitian ini harga emas diduga menjadi salah satu komoditi
yang mempengaruhi IHSG. Emas merupakan sejenis logam mulia yang dikenal
sepajang sejarah kehidupan manusia, bukan hanya sekedar untuk perhiasan,
emas juga dapat dijadikan investasi alternatif. Selain itu emas juga dapat
menjadi indikator dari tengkat kekeyaan individu maupun bangsa. Umumnya
emas digunakan untuk industri seperti perhiasan, medali, coin dan komponen
elektronik lainnya. Dapat juga sebagai aset yang memiliki nilai berharga dari
logam lainnya. Emas sejak lama di pergunakan sebagai aset untuk melindungi
nilai suatu kekeyaan.
Harga emas di anggap sebagai suatu komoditas yang berpengaruh
terhadap kegiatan perekonomian baik di Indonesia maupun dunia. Keuntungan
investasi emas adalah daya tahannya yang kuat terhadap inflasi. Ketika
investasi naik harga emas ikut naik, semakin tinggi tingkat inflasi semakin
tinggi pula harga emas yang dimiliki. Oleh sebab itu, kenaikan harga emas
akan mendorong penurunan indeks harga saham karena investor yang semula
berinvestasi di pasar modal megalihkan dananya untuk berinvestasi di emas
yang relatif memiliki resiko yang lebih rendah dari pada berinvetasi di bursa.
Kondisi perekonomian suatu negara dan bursa saham negara lainnnya,
mempengaruhi pergerakan harga saham-saham di Bursa Efek Indonesia,
5
dengan adanya era globalisasi yang membuat indeks bursa saham antar negara
saling memiliki keterkaitan. Sehingga penelitian ini ingin melihat bagaimana
pengaruh indeks saham di Asia yaitu Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225
sebagai variabel yang mempengaruhi IHSG. Indeks Hang Seng merupakan
indeks saham terpercaya, yang digunakan investor dan fund manajer untuk
berinvestasi. Indeks Nikkei juga merupakan indeks yang paling sering
digunakan di Jepang sebagai patokan kinerja bursa sahamnya. Selain itu
perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei juga terdiri dari berbagai macam
perusahaan yang memiliki daerah operasi di Indonesia, diantaranya adalah
Mitsubishi Corp, Honda Motor Co Ltd, Nikon Corp, dan masih banyak lagi.
Pada tahun 2008 krisis ekonomi yang melanda Amerika serikat menyebabkan
kaguncangan perekonomian global. Hal ini terlihat dalam Indeks Hang Seng
dan Indeks Nikkei yang mengalami penurunan yang sangat tajam seperti
IHSG.
Beberapa penelitian telah membahas pengaruh variabel-variabel makro
terhadap pergerakan suatu indeks, seperti Penelitian yang dilakukan oleh Sari
Yuni Kemala (2010) yang berjudul “Analisis pengaruh SBI, Indeks Hang Seng,
Kurs Dollar AS dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG”, memperoleh hasil
yaitu variabel SBI, kurs dan Indeks Dow Jones mempunyai pengaruh negatif
signifikan terhadapa IHSG, sedangkan Indeks Hang Seng mempunyai
pengaruh posistif signifikan terhadap IHSG.
Penelitian yang dilakukan oleh Indah Yuliana (2010) yang berjudul
“Analisis pengaruh variabel makro terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
6
(IHSG)”, menghasilkan bahwa variabel SBI, Inflasi dan nilai tukar rupiah tidak
memiliki pengaruh terhadap IHSG hanya variabel jumlah uang yang beredar
saja yang memilki pengaruh signifikan terhadap IHSG.
Berdasarkan pejelasan diatas, maka penulis akan melakukan penelitian
mengenai “Analisis Pengaruh SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia,
Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.”
7
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang dijelaskan di atas maka yang
menjadi masalah dalam penelitian ini di rumuskan sebegai berikut :
1. Apakah SBI bepengaruh terhadap Indeks Harga saham Gabungan (IHSG).
2. Apakah Kurs Rupiah berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG).
3. Apakah Harga Emas Dunia berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
4. Apakah Indeks Hang Seng berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
5. Apakah Indeks Nikkei 225 berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
6. Apakah SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan
Indeks Nikkei 225 berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG).
C. Tujuan dan Manfaat Penilitian
a. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisi pengaruh SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG).
8
2. Menganalisi pengaruh Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
3. Menganalisi pengaruh Harga Emas Dunia terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
4. Menganalisi pengaruh Indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
5. Menganalisi pengaruh Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
b. Manfaat
Hasil penelitian yang diperoleh diharapakan memberi manfaat untuk
beberapa pihak yang diantaranya adalah :
1. Untuk menambah wawasan dan pandangan kepada peneliti, tentang
faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.
2. Para Akademisi. Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi untuk
perkembangan ilmu ekonomi makro pada umumnya dan pasar modal
pada khususnya. Hasil penelitian ini juga diharpakan dapat terus
dikembangkan secara lebih luas oleh para akademisi, sehingga dapat
memperluas ilmu.
3. Untuk kalangan Investor. Dengan adanya informasi mengenai faktor
yang mempengaruhi IHSG, para investor dapat menentukan saham-
saham yang layak untuk dipilih.
9
4. Pemerintah. Dengan adanya informasi mengenai faktor yang
mempengaruhi pergerakan IHSG, pemerintah diharpkan dapat
menemukan solusi dalam mengahadapi krisis-krisis yang akan datang.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil
1. Teori Makro Ekonomi
Ilmu makro ekonomi merupakan salah satu cabang dari ilmu
ekonomi. Makro ekonomi berfokus pada perilaku dan kebijakan ekonomi
yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi dan investasi, neraca
perdagangan dan pembayaran suatu negara, faktor-faktor penting yang
mempengaruhi perubahan harga dan upah, kebijakan fiskal dan moneter,
jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga dan jumlah utang negara.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa makro ekonomi sangat
memperhatikan interaksi antara tenaga kerja, perputaran barang, dan aset-
aset ekonomi yang mengakibatkan terjadinya kegiatan perdagangan tiap
individu atau negara. Kondisi makro perekonomian suatu negara
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan-perusahaan yang ada di negara tersebut (M.Samsul, 2006:200).
Faktor-faktor makro ekonomi yang secara langsung dapat
mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan antara lain
(M.Samsul,2006:200):
1. Tingkat suku bunga domestik.
2. Kurs valuta asing.
3. Kondisi perekonomian internasional.
11
4. Siklus ekonomi suatu negara.
5. Tingkat inflasi.
6. Peraturan perpajakan
7. Jumlah uang yang beredar.
Ketika kondisi makro ekonomi di suatu negara mengalami
perubahan baik yang positif ataupun negatif, investor akan
mengkalkulasikan dampaknya terhadap kinerja perusahaan di masa depan,
kemudian mengambil keputusan membeli atau menjual saham perusahaan
yang bersangkutan. Aksi jual dan beli ini akan mengakibatkan terjadinya
perubahan harga saham, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
indeks pasar modal di negara tersebut.
2. Pasar Modal Indonesia
Dalam Bab I pasal I UUPM no 8/1995 tentang ketentuan umum
mendefinisikan bursa umum dan efek sebagai berikut. Bursa efek adalah
pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk
mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan
tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Sedangkan efek adalah
surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan investasi kolektif,
kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek. Bursa efek
utama adalah suatu institusi yang terpusat yang mempertemukan kekuatan
permintaan dan penawaran atas efek. Di sini proses transaksi jual beli
12
diatur secara rapi dengan menggunakan peraturan sistematis yang
dikeluarkan oleh pengelolanya. Setiap instrumen efek yang akan
diperdagangkan di bursa harus memenuhi kebijakan pencatatan (listing
policy) yang dikeluarkan oleh pengelolanya. Pada bursa efek utama ini
sistem perdagangan menggunakan pasar lelang melalui sistem pemesanan.
Harga ditentukan berdasarkan arus dari pesanan jual dan beli. Bila arus
pesanan jual sangat kuat maka harga akan mengalami penurunan,
sedangkan bila arus pesanan beli sangat kuat maka harga akan mengalami
kenaikan. Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah
sebagai berikut (Sunariyah,2011:9):
a. Fungsi Investasi
Uang yang disimpan di bank tentu akan mengalami penyusutan.
Nilai mata uang cenderung akan turun di masa yang akan datang karena
adanya inflasi, perubahan kurs, pelemahan ekonomi,dll. Apabila uang
tersebut diinvestasikan di pasar modal, investor selain dapat melindungi
nilai investasinya, karena uang yang diinvestasikan di pasar modal
cenderung tidak mengalami penyusutan karena aktivitas ekonomi yang
dilakukan oleh emiten.
b. Fungsi Kekayaan
Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan
dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan
tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena
kekayaan itu tidak mengalami depresiasi seperti aktiva lain. Semakin
13
tua nilai aktiva seperti, mobil, gedung, kapal laut, dll, maka nilai
penyusutannya akan semakin besar pula. Akan tetapi obligasi saham
deposito dan instrument surat berharga lainnya tidak akan mengalami
depresiasi. Surat berharga mewakili kekuatan beli pada masa yang akan
datang.
c. Fungsi Likuiditas
Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa
dilikuidasi melalui pasar modal dengan resiko yang sangat minimal
dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dapat
dilakukan dengan cepat dan murah. Walaupun nilai likuiditasnya lebih
rendah daripada uang, tetapi uang memiliki kemampuan menyimpan
kekayaan yang lebih rendah daripada surat berharga. Ini terjadi karena
nilai uang mudah terganggu oleh inflasi dari waktu ke waktu.
d. Fungsi Pinjaman
Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan
sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari
masyarakat. Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal
untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan murah. Ini terjadi
karena pinjaman dari bank-bank komersil pada umumnya mempunyai
tingkat bunga yang tinggi. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang
menjual obligasi pada pasar uang dapat memperoleh dana dengan biaya
bunga yang lebih rendah dari pada bunga bank.
14
Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat
dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan
sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut
diperjual-belikan. Jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam,
yaitu (Sunariyah,2011:12):
1. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang
menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang
ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan dipasar
sekunder. Pengertian tersebut menunjukan, bahwa pasar perdana
merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau
sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinnya (penawaran
umum) sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa. Harga saham di
pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi perusahaan yang akan go
public, berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang
bersangkutan.
2. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah
melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder
dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setalah
melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar
sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan
15
penjual. Besarnya permintaan dan penawaran ini dipangaruhi oleh
faktor internal dan eksternal persuahaan.
3. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market
maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker. Para
market maker ini akan bersaing dalam menentukan harga saham, karena
satu jenis saham dipasarkan oleh lebih dari satu market maker. Pasar
ketiga atau OTC (Over The Counter), bukan merupakan Bursa Efek
berskala kecil, tetapi berskala besar bahkan sangat besar.
4. Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat ini adalah sarana transaksi jual-beli antarinvestor
tanpa melalui perantara efek. Transaksi dilakukan secara tatap muka
antara investor beli dan investor jual. Mekanisme ini pernah terjadi
pada awal-awal perdagangan efek di abad 17. Dengan kemajuan
teknologi, mekanisme ini dapat terjadi melalui electronic
communication network (ECN) asalkan para pelaku memenuhi syarat,
yaitu memiliki efek dan dana di central custodian dan central clearing.
3. Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Harga Saham Gabungan atau Composite Stock Price Index
(IHSG) adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja seluruh
saham yang tercatat disuatu bursa efek. Ada dua metode penghitungan
IHSG yang umum dipakai (Sunariyah, 2011:142) :
16
1. Metode rata-rata (Average Method)
Pada metode ini , harga pasar saham-saham yang dimasukan dalam
perhitungan indeks tersebut dijumlahkan kemudian dibagi dengan suatu
faktor pembagi tertentu. Rumusnya adalah sebagai berikut :
IHSG = ∑P
Divisor
Keterangan
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
ΣPs = Total harga saham
Divisor = Harga dasar saham
2. Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method)
Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam
perhitungan indeks disamping harga pasar saham-saham yang tercatat
dan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan
indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan. Ada dua
metode untuk menghitung metode rata-rata tertimbang :
1. Paasche
Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham
dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam sebuah
indeks. Dalam hal ini makin besar kapitalisasi suatu saham, maka
akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar jika terjadi
perubahan harga pada saham yang bersangkutan.
17
Indeks = ∑(푃 푥푆 )
∑(푃 푥푆 )
Keterangan
Ps = Harga saham sekarang
Ss = Jumlah saham yang beredar
Pbase = Harga dasar saham
2. Laspreyes
Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada
hari dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran
saham baru.
Indeks = ∑(푃 푥푆 )
∑(푃 푥푆 )
Keterangan
Ps = Harga saham sekarang
So = Jumlah saham awal
Pbase = Harga dasar saham
IHSG BEI atau JSX CSPI merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh
BEI. IHSG BEI ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982
dan mengikutsertakan semua saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI
diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 yang digunakan
sebagai indikator untuk memantau pergerakan saham. Indeks ini
mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEI. Metode
penghitungan yang digunakan adalah metode rata-rata tertimbang Paasche
Sejak tanggal 1 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta digabung dengan
18
Bursa Efek Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu IHSG
BEJ kemudian berubah menjadi IHSG BEI sejak penggabungan tersebut.
4. Tingkat Suku Bunga SBI
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang
Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank
Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata
uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan
utang berjangka waktu pendek.
Penerbitan SBI di pasar perdana dilakukan dengan mekanisme
lelang pada setiap hari Rabu atau hari kerja berikutnya (dalam hal hari
dimaksud adalah hari libur). SBI diterbitkan dengan jangka waktu (tenor)
1 bulan sampai dengan 12 bulan dengan satuan unit terkecil sebesar Rp1
juta. Saat ini Bank Indonesia menerbitkan SBI dengan tenor 1 bulan dan 3
bulan. Penerbitan SBI tenor 1 bulan dilakukan secara mingguan sedangkan
SBI tenor 3 bulan dilakukan secara triwulanan. Peserta lelang SBI terdiri
dari bank umum dan pialang pasar uang Rupiah dan Valas.
Saat ini Bank Indonesia menggunakan tingkat suku bunga SBI
sebagai salah satu instrumen untuk mengedalikan inflasi. Apabila inflasi
dirasakan cukup tinggi maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku
bunga SBI untuk meredam kenaikan inflasi. Perubahan tingkat suku bunga
SBI akan memberikan pengaruh bagi pasar modal dan pasar keuangan.
Apabila tingkat suku bunga naik maka secara langsung akan
meningkatkan beban bunga. Perusahaan yang mempunyai leverage yang
19
tinggi akan mendapatkan dampak yang sangat berat terhadap kenaikan
tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga ini dapat mengurangi profitabilitas
perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham
perusahaan yang bersangkutan.
Selain kenaikan beban bunga, tingkat suku bunga SBI yang tinggi
dapat menyebabkan investor tertarik untuk memindahkan dananya ke
deposito. Hal ini terjadi karena kenaikan tingkat suku bunga SBI akan
diikuti oleh bank-bank komersial untuk menaikkan tingkat suku bunga
simpanan. Apabila tingkat suku bunga deposito lebih tinggi dari tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh investor, tentu investor akan
mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih lagi investasi di deposito
sendiri merupakan salah satu jenis investasi yang bebas resiko. Pengalihan
dana oleh investor dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibatkan
penjualan saham besar-besaran sehingga akan menyebabkan penurunan
indeks harga saham. Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang
tinggi berarti tingkat inflasi di negara tersebut cukup tinggi. Dengan
adanya inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya tingkat
konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang yang dipegang masyarakat
berkurang. Ini akan menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang
dihasilkan perusahaan akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi
tingkat pendapatan perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat
keuntungan perusahaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan tersebut (Sunariyah,2011:83)
20
5. Kurs Rupiah
Nilai tukar mata uang (exchange rate) atau sering disebut kurs
merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs mata uang
adalah perbandingan nilai antar mata uang yang menunjukkan harga suatu
mata uang jika dibandingkan dengan mata uang lain. Menurut Kuncoro
(2001:26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di
perekonomian internasional, yaitu:
a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)
Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa
upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Dimana dalam sistem
mengambang terdapat dua sistem yaitu sistem mengambang bebas dan
sistem mengambang yang terkendali.
b. Sistem kurs tertambat (pegged exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai tukar mata uangnya
dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang
biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama
“menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai tukar mata uang
tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.
Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami
fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti
mata uang yang menjadi tambatannya.
21
c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs).
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam
nilai tukar mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk
bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu.
Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur
penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem
kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-
kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang
tiba-tiba dan tajam.
d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).
Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan
nilai tukar mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang.
Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang
suatu Negara karena pergerakan mata uang disebar dalam
sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam
“keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam
membiayai perdagangan Negara tertentu. Mata uang yang berlainan
diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap
negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat
terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang
berbeda.
22
e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu
atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk
menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs
tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam
batas yang sangat sempit.
Dalam sistem mata uang mengambang bebas (free float),
apabila harga suatu mata uang menjadi semakin mahal terhadap mata
uang lain, maka mata uang itu disebut berapresiasi. Sebaliknya jika
harga suatu mata uang turun terhadap mata uang lain, mata uang itu
disebut terdepresiasi (Handaru dan Handoyo, 1998:67).
Kurs mata uang asing mengalami perubahan nilai yang terus
menerus dan relatif tidak stabil. Perubahan nilai ini dapat terjadi karena
adanya perubahan permintaan dan penawaran atas suatu nilai mata uang
asing pada masing-masing pasar pertukaran valuta dari waktu ke waktu.
Sedangkan perubahan permintaan dan penawaran itu sendiri
dipengaruhi oleh adanya kenaikan relatif tingkat bunga baik secara
bersama-sama maupun sendiri-sendiri terhadap negara.
6. Harga Emas Dunia
Sejak tahun 1968, harga emas yang dijadikan patokan seluruh
dunia adalah harga emas berdasarkan standar pasar emas London.
Sistem ini dinamakan London Gold Fixing. London Gold Fixing adalah
23
prosedur dimana harga emas ditentukan dua kali sehari setiap hari kerja
di pasar London oleh lima anggota Pasar London Gold Fixing Ltd.
Kelima anggota tersebut adalah :
1. Bank of Nova Scottia
2. Barclays Capital
3. Deutsche Bank
4. HSBC
5. Societe Generale
Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima
member tersebut. Pada setiap awal tiap periode perdagangan, Presiden
London Gold Fixing Ltd akan mengumumkan suatu harga tertentu.
Kemudian kelima anggota tersebut akan mengabarkan harga tersebut
kepada dealer. Dealer inilah yang berhubungan langsung dengan para
pembeli sebenarnya dari emas yang diperdagangkan tersebut.
Posisi akhir harga yang ditawarkan oleh setiap dealer kepada
anggota Gold London Fixing merupakan posisi bersih dari hasil
akumulasi permintaan dan penawaran klien mereka. Dari sinilah harga
emas akan terbentuk. Apabila permintaan lebih banyak dari penawaran,
secara otomatis harga akan naik, demikian pula sebaliknya. Penentuan
harga yang pasti menunggu hingga tercapainya titik keseimbangan.
Ketika harga sudah pasti, maka Presiden akan mengakhiri rapat dan
mengatakan “There are no flags, and we're fixed”.
24
Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas
resiko (Sunariyah,2011:166). Emas banyak dipilih sebagai salah satu
bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat
jarang sekali harga emas turun. Dan lagi, emas adalah alat yang dapat
digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya.
Ketika akan berinvestasi, investor akan memilih investasi yang
memiliki tingkat imbal balik tinggi dengan resiko tertentu atau tingkat
imbal balik tertentu dengan resiko yang rendah. Investasi di pasar
saham tentunya lebih berisiko daripada berinvestasi di emas, karena
tingkat pengembaliannya yang secara umum relatif lebih tinggi dari
emas. Kenaikan harga emas akan mendorong investor untuk memilih
berinvestasi di emas daripada di pasar modal. Sebab dengan resiko yang
relatif lebih rendah, emas dapat memberikan hasil imbal balik yang baik
dengan kenaikan harganya. Ketika banyak investor yang mengalihkan
portofolionya investasi kedalam bentuk emas batangan, hal ini akan
mengakibatkan turunnya indeks harga saham di negara yang
bersangkutan karena aksi jual yang dilakukan investor.
7. Indeks Hang Seng
Hang Seng Index (HSI) adalah indeks komulatif dari 38 saham
blue chip dari Hong Kong stock Market, yang merupakan salah satu
indeks saham terpercaya, yang digunakan para investor dan fund
manager untuk berinvestasi. Ke-38 constituent stock yang dijadikan
25
indikator, berasal dari berbagai sektor, seperti Industri, Finance,
Properties, dan sebagainya. Keseluruhan dari nilai saham-saham ini
merupakan 70% dari nilai kapitalisasi seluruh nilai saham yang tercatat
pada The Stock Exchange of Hong Kong Ltd. (SEHK). Karena itu naik
atau turunnya indeks HIS merupakan refleksi performance dari
keseluruhan saham-saham yang diperdagangkan. Pemilik lisensi dari
Hang Seng Stock index adalah HIS Service Limited, yang merupakan
subsidiary dari Hang Seng Bank. HIS pertamakali diperdagangkan pada
24 November 1969.
Untuk menentukan ke-38 perusahaan yang menjadi constituent
HIS, perusahaan tersebut haruslah memenuhi syarat :
1. Harus mencapai 90% dari total market capitalisation, dari seluruh
saham-saham biasa, yang listing di SEHK.
2. Harus mencapai 90% dari total turnover pada SEHK (turnover is
aggregated and individually assessed for eight quarterly sub periods
for the past 24 month)
3. Harus sudah di listing minimal 24 bulan
4. Haruslah bukan perusahaan asing, berdasarkan defenisi dari SEHK.
Faktor lain yang menjadi bahan pertimbangan adalah : Kapitalisasi
market dan Financial performance dari perusahaan tersebut.
Berdasarkan persyaratan ini, perusahaan yang akan menjadi constituent
dapat saja berubah.
26
Untuk memenuhi keinginan para investor untuk dapat
mentransaksikan indeks HIS, sebagai salah satu alat untuk hedging
position. Hong Kong Futures Exchange (HKFE), pertama kali
memperkenalkan perdagangan Hang Seng Index Futures pada bulan
Mei 1986, dan kemudian di ikuti dengan Hang Seng Index Option
Contracts pada bulan Maret 1993. Dengan adanya Futures dan option
market ini para investor lebih banyak memiliki instrumen untuk
mengatur resiko portfolio mereka. Popularitas Hang Seng Index Futures
terus meningkat secara bertahap, seiring dengan masuknya investor dari
luar negeri, baik itu dari institutional maupun individual investor.
Keuntungan melakukan transaksi HSI futures disimpulkan sebagai
berikut :
a. HSI Futures mudah dimengerti oleh investor berpengalaman maupun
yang masih baru di bisnis ini. Sehingga dapat digunakan untuk
berbagai motif investasi, seperti risk management, atau sebagai
peluang investasi.
b. Biaya transaksi yang relatif rendah, sebagai nilai kapitalisasi stock
market, HIS futures dan option, hanya membebankan komisi kepada
investor disaat melikuidasi kontrak, sedangkan pada posisi
pembukaan tidak dibebankan komisi.
c. HSI futures dan option adalah produk terdaftar, dan dijamin oleh
HKFE Clearing Corporation (HKCC), sebagai subsidiary dari
27
HKFE. HKCC bertindak sebagai counter party terhadap seluruh
kontrak yang dibuka.
8. Indeks Nikkei 225
Nikkei 225 adalah sebuah indeks pasar saham di Bursa Efek
Tokyo. Indeks ini telah dihitung oleh harian Nihon Keizai Shimbun
(Nikkei) sejak 7 September 1950. Metode perhitungannya
menggunakan perhitungan harga rata-rata (unit dalam yen), dan
komponen saham perusahaan yang tercantum dalam indeks akan
ditinjau setahun sekali. Saham perusahaan yang tercatat dalam Indeks
Nikkei 225 merupakan saham yang paling aktif diperdagangkan dalam
bursa efek Tokyo. Saat ini, Nikkei adalah indeks yang paling banyak
digunakan sebagai panduan bagi investor ketika akan berinvestasi
(www.en.wikipedia.org).
Indeks ini dibuat untuk mencerminkan kondisi pasar saham, oleh
karena itu pergerakan setiap indeks sektor industri dinilai setara dan
tidak ada pembobotan yang lebih untuk sektor-sektor industri tertentu
(www.nni.nikkei.co.jp/e/cf/fr/market/nikkeiindex.cfm).
Berbagai macam event yang terjadi di pasar saham Tokyo seperti
stock splits, perpindahan dan penambahan dari saham yang beredar
akan memberikan dampak atas perhitungan indeks dan bilangan
pembaginya (divisor).
28
Metode Perhitungan Indeks Nikkei 225 menggunakan rumus
sebagai berikut :
IHSG = ∑P
Divisor
Dimana Σp adalah jumlah seluruh harga saham yang tercatat di
Indeks Nikkei 225 dan divisor adalah angka yang ditentukan oleh
otoritas bursa sebagai bilangan pembagi. Nilai divisor berdasar
perhitungan otoritas bursa per April 2009 adalah sebesar 24.656. Bagi
saham-saham yang harganya kurang dari 50 yen, maka harga sahamnya
akan dihitung 50 yen. Untuk penggunaan harga, ditentukan berdasarkan
prioritas sebagai berikut :
1. Harga khusus terbaru
2. Harga saat ini
3. Harga standar
Perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei 225 merupakan
perusahaan besar yang telah beroperasi secara global, termasuk di
Indonesia. Dengan naiknya Indeks Nikkei 225 ini berarti kinerja
perekonomian Jepang ikut membaik. Sebagai salah satu negara tujuan
ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Jepang dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun
aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar
modal.
M. Samsul (2006:203) mengungkapkan bahwa pergerakan indeks
di pasar modal suatu negara dipengaruhi oleh indeks-indeks pasar
29
modal dunia. Hal ini disebabkan aliran perdagangan antar negara,
adanya kebebasan aliran informasi, serta deregulasi peraturan pasar
modal yang menyebabkan investor semakin mudah untuk masuk di
pasar modal suatu negara.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan saya rangkum secara singkat karena
mengingat penelitian ini sendiri mengacu kepada beberapa penelitian
terdahulu. Meskipun ruang lingkup dari beberapa penelitian yang akan
dirangkum ini hampir sama, namun semuanya memiliki objek dan waktu yang
berbeda.
Berikut ini adalah beberapa rangkuman penelitian sebelumnya :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Penelitian
Variabel Dependen
Variabel Independen Kesimpulan
1 Bun Lenny (2008)
Pengaruh Harga Minyak Dunia, Tingkat Suku Bungan SBI, dan Kurs Rp/USD terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia
IHSG
Harga Minyak Dunia,
Tingat Suku Bunga SBI,
Kurs Rp/USD
Variabel HargaMinyak Dunia & Tingkat Suku Bunga SBI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG sedangakn Kurs Rp/USD tidak mempunyai pengaruh terhadap IHSG.
2
Achmad Ath
Thobarry (2009)
Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan
IHSG Sektor
Properti
Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan
inflasi berpengaruh negatif,nilai tukur positif,sedang suku bunga dan GDP hanya signifikan bila diuji secara
30
GDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti
Pertumbuhan GDP
simultan
3
Adrian Agung
Witjaksono ( 2010 )
Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG
IHSG
SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, Indeks Dow Jones
Tingkat Suku Bunga SBI,Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225, Indeks Dow Jones berpengaruh positif
4 Aditya
Setiawan (2010)
Pengaruh Inflasi, Tingkat suku bunga dan nilai tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
IHSG
Inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar
Secara simultan ada pengaruh yang signifikan anatra variabel independen terhadap variabel dependen. Sementara secara parsial hanya variabel inflasi yang berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG, sementara variabel suku bungan dan nilai tukar berpengaruh negatif terhadap IHSG
5
Dimas Ngurah
Indarloka (2010)
Analisis pengaruh variabel makroekonomi dan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham gabungan
IHSG
SBI, Kurs, Inflasi dan
harga minyak dunia
Suku bunga, inflasi dan harga minyak dunia memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG, sedangkan Kurs tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG
31
6 Indah
Yuliana (2010)
Analisis Pengaruh variabel makro terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
IHSG
Jumlah uang yang beredar, suku bunga SBI, Inflasi, Nilai tukar rupiah
Variabel suku bunga SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh terhadap IHSG hanya variabel jumlah uang yang beredar saja yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG.
7 Sela
Oktarina (2011)
Analisis pengaruh Harga Emas
Dunia, Variabel Makroekonomi,
Indeks Dow Jones (DJA)
terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
IHSG
Harga Emas Dunia, Variabel Makroekonomi, Indeks Dow Jones (DJA)
Variabel harga emas dunia, kurs BI rate dan Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap IHSG, sedangkan inflasi tidak memiliki pengaruh.
8 Fakhri Rezy (2011)
Pengaruh Indeks harga saham global dan amerika latin terhadap indeks harga saham gabungan.
IHSG
Kospi, Hang Seng,
Nikkei 225, Taiex, Dow
Jones, FTSE, ASX
dan Bovespa
Variabel Kospi, hang seng, bovespa berpengaruh terhadap IHSG, sedangkan Nikkei tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG. Sementara Taiex mempunyai pengaruh dua araha terhadap IHSG.
9 Sari Yuni Kemala (2012)
Analisis pengaruh SBI, Indeks Hang Seng, Kurs Dollar AS dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG
IHSG
Indeks hang seng, kurs dollar AS,
indeks dow jones
Variabel SBI, kurs dan indeks dow jones berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG, sedangkan indeks hang seng berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG.
32
C. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Tingkat suku bunga SBI dengan IHSG
Tingkat suku bunga SBI yang tinggi dapat menyebabkan investor
tertarik untuk memindahkan dananya ke deposito. Hal ini terjadi karena
kenaikan tingkat suku bunga SBI akan diikuti oleh bank-bank komersial
untuk menaikkan tingkat suku bunga simpanan. Apabila tingkat suku bunga
deposito lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diharapkan oleh
investor, tentu investor akan mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih
lagi investasi di deposito sendiri merupakan salah satu jenis investasi yang
bebas resiko. Pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito
tentu akan mengakibatkan penjualan saham besar-besaran sehingga akan
menyebabkan penurunan indeks harga saham.
Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi berarti
tingkat inflasi di negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang
tinggi akan menyebabkan berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat
sebab nilai uang yang dipegang masyarakat berkurang. Ini akan
menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang dihasilkan perusahaan
akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat pendapatan
perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan,
yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan
tersebut (Sunariyah,2011:83)
33
2. Kurs rupiah dengan IHSG
Perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang
berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak
positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Misalnya,
perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar
Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham
perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan
menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar
Amerika. Ini berarti harga saham yang terkena dampak negatif akan
mengalami penurunan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan
yang terkena dampak positif akan mengalami kenaikan harga sahamnya.
Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga akan terkena
dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok yang dominan
dampaknya (Samsul, 2006:202).
3. Harga emas dunia dengan IHSG
Kenaikan harga emas akan mendorong investor untuk memilih
berinvestasi di emas dari pada di pasar modal. Sebab dengan resiko yang
relatif lebih rendah, emas dapat memberikan hasil imbal balik yang baik
dengan kenaikan harganya. Ketika banyak investor yang mengalihkan
portofolionya investasi kedalam bentuk emas batangan, hal ini akan
mengakibatkan turunnya indeks harga saham di negara yang bersangkutan
karena aksi jual yang dilakukan investor. (Adrian Agung, 2010:72)
34
4. Indeks Hang Seng dengan IHSG
Dengan semakin terintegrasinya perekonomian global dan
menyatunya pasar uang beberapa negara dalam wilayah yang berdekatan,
ketergantungan ekonomi suatu negara pada ekonomi dunia juga semakin
besar. Demikian juga yang terjadi dengan pasar modal suatu negara.
Nachrowi dan Usman (2006) menjelaskan bahwa pasar modal yang
kuat dapat mempengaruhi pasar modal yang lemah. Sebagai salah satu pasar
modal yang sedang berkembang, BEI diduga sangat dipengaruhi indeks
pasar saham dunia dan Asia yang berkapitalisasi besar yaitu Dow Jones
Industrial Average (DJIA) dari bursa saham New York, Nikkei 225 (bursa
saham Tokyo), dan Hang Seng (bursa saham Hong Kong). Indeks ketiga
bursa itu dapat digunakan sebagai salah satu variabel independen yang
menentukan pergerakan IHSG.
5. Indeks Nikkei 225 dengan IHSG
Pasar modal Indonesia sudah terintegrasi dengan pasar modal dunia.
Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa pergerakan pasar modal Indonesia
akan dipengaruhi oleh pergerakan pasar modal dunia baik secara langsung
maupun tidak langsung (M. Samsul,2006:203)
Perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei 225 merupakan perusahaan
besar yang telah beroperasi secara global, termasuk di Indonesia. Dengan
naiknya Indeks Nikkei 225 ini berarti kinerja perekonomian Jepang ikut
membaik. Sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan
35
ekonomi Jepang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui
kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung
maupun melalui pasar modal.
D. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Bursa Efek Indonesia
Variabel Dependen
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Variabel Independen 1. SBI 2. Kurs Rupiah 3. Harga Emas Dunia
Variabel Independen 4. Indeks Hang Seng 5. Indeks Nikkei 225
Test Granger Causality
Analisis Regresi Linier Berganda
Uji Asumsi Klasik
Uji t Uji F Koefisien Determinasi
Interpretasi
Kesimpulan
36
E. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai
apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.Untuk
mangalisis apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan, maka penelitian ini mengemukakan hipotesis sebagai
berikut :
1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan
Ho : b1.....b5 = 0 ; Variabel SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia,
Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 tidak
berpengaruh signifikan terhadap Indeks Hagra
Saham Gabungan (IHSG) secara simultan.
H1 : b1.....b5 ≠ 0 ; Variabel SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia,
Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225
berpengaruh signifikan terhadap Indeks Hagra
Saham Gabungan (IHSG) secara simultan.
2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial
H0 : bi = 0 ; Variabel SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks
Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 tidak berpengaruh
signifikan terhadap Indeks Hagra Saham Gabungan
(IHSG) secara parsial.
37
H1 : bi ≠ 0 ; Variabel SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks
Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan
terhadap Indeks Hagra Saham Gabungan (IHSG) secara
parsial.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk meneliti
penegaruh SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks
Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Periode
penelitian ini dimulai dari bulan Januari 2008 sampai bulan Desember 2011,
periode ini dipilih karena pada tahun 2008 terjadi krisis Global yang
berpengaruh terhadap harga saham di negara lain termasuk di Indonesia.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-
benda, dan ukuran lain yang menjadi objek perhatian, atau kumpulan seluruh
objek yang menjadi perhatian (Suryadi dan Purwanto, 2009 : 7).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data IHSG,
Tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hang Seng dan
Indeks Nikkei 225. Berdasarkan data yang tersedia di internet untuk semua
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, tersedia data dari tahun 2008-
2011.
Sedangkan data yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini
adalah data IHSG, Tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas dunia,
Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 yang dibatasi pada data rata-rata tiap
39
bulan selama periode amatan antara tahun 2008-2011. Alasan pemilihan
periode tahun yang digunakan adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat sesuai dengan keadaan sekarang ini. Pemilihan data bulanan adalah
untuk menghindarkan bias yang terjadi akibat kepanikan pasar dalam mereaksi
suatu informasi, sehingga dengan penggunaan data bulanan diharapkan dapat
memperoleh hasil yang lebih akurat.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, dibutuhkan data dan
informasi yang mendukung penelitian ini. Jenis data yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini tentang bagaimana pengaruh SBI, Kurs, harga emas dunia,
Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan adalah data sekunder. Data Sekunder adalah data yang diperoleh
dari pihak lain dalam bentuk laporan bulanan antara lain IDX Monthly yang
diperoleh dari publikasi BEI, publikasi Bank Indonesia berupa data SBI, dan
kurs rupiah, publikasi dari www.goldfixing.com untuk harga emas dan yahoo
finance untuk indeks luar negeri.
Penelitian ini juga dilakukan melalui studi kepustakaan. Penelitian
kepustakaan dilakukan sebagai usaha memperoleh data yang bersifat teori
sebagai pembanding dengan data penelitian yang diperoleh. Data tersebut
diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah,
tesis, dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, dan sumber-
40
sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik yang behubungan dengan
penelitian ini.
D. Metode Analisis
Secara umum analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan satu variabel terikat (dependent) dengan satu atau lebih
variabel bebas (independent), dengan tujuan untuk mengestimasi dan
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel terikat (dependent)
berdasarkan nilai variabel bebas (independent) yang diketahui. Pusat perhatian
adalah pada upaya menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara suatu
variabel dengan satu atau lebih variabel independen (Gujarati,2006:35). Model
regresi linear memiliki beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear
Unbiased Estimator).
Penelitian ini harus memenuhi asumsi-asumsi dasar yaitu uji normalitas,
multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Penelitian ini menguji
hipotesis dengan pengujian koefisien regresi simultan (Uji F), koefisien
determinasi, dan pengujian koefisien regresi parsial (Uji t). Semua pengujian
dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Eviews 7.0.
1. Test Granger Causality
Merupakan metode untuk melihat bentuk hubungan antar variabel
(searah atau dua arah). Pada uji granger yang dilihat adalah seberapa besar
41
hubungan antar indeks negara-negara yang dipakai. Sehingga data yang
digunakan adalah data time series.
Dalam model regresi terdapat variabel dependen Y dan sejunlah
variabel independen X lainnya. Dalam banyak kasus, karena X
menjelaskan variabel Y, maka cukup beralasan untuk mengatakan bahwa
X menyebabkan variabel Y. Namun dalam kasus model regresi tertentu,
sulit untuk dilihat secara jelas variabel mana yang menjadi penyebab
variabel lain. Sebagai contoh, dimiliki variabel Y = harga saham di sektor
industri dan X = harga saham di sektor perbankan. Meskipun antara
variabel X dan Y mungkin berhubungan, untuk contoh ini tidak terlihat
secara jelas variabel mana yang mempengaruhi variabel yang
lainnya.(Dedi Rosadi,2011 : 211)
Rumusan hipotesis dalam uji Kausalitas Granger adalah :
Ho : X tidak Granger Cause Y
Ha : X Granger Cause Y
Jika tidak menolak bahwa X tidak Granger menyebabkan Y tetapi
menolah hipotesis Y tidak Granger menyebakan X maka Granger
Causality hanya searah yaitu Y menyebabkan X.
2. Uji Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2011:105) pengujian asumsi klasik atas data
penelitian, dilakukan dengan menggunakan empat model pengujian yaitu :
42
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil. (Ghozali, 2011: 160).
Dalam perangkat Eviews yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini, normalitas data dapat diketahui dengan melihat kepada histogram dan
uji Jarque-Bera. Uji ini dilakukan dengan membandingkan statistik
Jarque-Bera (JB) dengan nilai X2 tabel. Jika nilai JB ≤ X2 tabel maka nilai
residual terstandarisasi dinyatakan berdistribusi normal (Suliyanto,
2011:75).
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji Jarque-Bera dengan melihat nilai probabilitas nya. Jika
nilai probabilitas lebih besar dari nilai derajat kesalahan α = 0,05, maka H0
diterima dan penelitian ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan
kata lain, data terdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai probabilitas lebih
kecil dari nilai derajat kesalahan α = 0,05, maka dalam penelitian ini ada
permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data tidak terdistribusi
normal. (Winarno, 2009:5.39).
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang
43
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Ghozali,
2011:105). Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linear
antarvariabel independen (Winarno, 2009:5.1).
Menurut Nachrowi (2006:95) untuk mendeteksi adanya
multikolinieritas dengan menggunakan uji koefisien korelasi, jika
koefisien korelasi cukup tinggi, misalnya diatas 0,8, maka diduga terjadi
multikolinierritas dalam model regresi. Sebaliknya, jika koefisien korelasi
relatif rendah dibawah 0,8 maka diduga tidak terjadi multikolinieritas
dalam model regresi tersebut.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Nachrowi, 2006:
109).
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah
melakukan Uji Breusch-Pagan-Godfrey yaitu memperhatikan nilai Obs*R-
squared dan nilai Probability di sebelah kanannya(Winarno, 2009:5.12).
Bila nilai probability > α = 5%, berarti tidak terjadi heterokedastisitas.
Bila nilai probability ≤ α = 5%, berarti terjadi heterokedastisitas.
44
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2011:110) uji autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah
autokorelasi.
Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji
Breusch Godfrey nama lain dari uji BG ini adalah Uji Lagrange-Multiplier
(Pengganda Lagrange). Dengan memperhatikan nilai Obs*R-squared dan
nilai Probability di sebelah kanannya.
Bila nilai probability > α = 5%, berarti tidak ada autokorelasi.
Bila nilai probability ≤ α = 5%, berarti ada autokorelasi.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisis
regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji
pengaruh antara tingkat suku bunga SBI, kurs, harga emas dunia, Indeks
Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap IHSG. Seberapa besar variabel
independen mempengaruhi variabel dependen dihitung dengan
menggunakan persamaan garis regresi berganda berikut
Y =a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + e
Dimana :
45
Y = IHSG
a = konstanta
b1,b2,b3,b4,b5 = koefisien garis regresi
X1 = tingkat suku bunga SBI
X2 = kurs
X3 = harga emas dunia
X4 = Indeks Hang Seng
X5 = Indeks Nikkei 225
e = standar error
4. Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan ( Uji F )
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
(Ghozali, 2011: 98). Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah
semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:
H0 : b1 = b2 = … = bk = 0
Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis
alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan
nol, atau:
Ha : b1 ≠ b2 ≠ … ≠ bk ≠ 0
46
Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk memperoleh
nilai Fhitung digunakan rumus (Suharyadi, 2009 :226) :
Adapun hipotesisnya sebagai berikut :
H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen secara simultan.
Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap
variabel dependen secara simultan.
Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha.
5. Pengujian Dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t )
Menurut Ghozali (2011: 98) uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu
parameter (bi) sama dengan nol, atau;
H0 : bi = 0
F = R2 (k-1) (1- R2) x (n-3)
47
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis
alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:
Ha : bi ≠ 0
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen. Untuk memperoleh nilai thitung digunakan
rumus (Suharyadi, 2009 :229) :
Adapun hipotesisnya sebagai berikut :
H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial.
Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial.
Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha.
6. Koefisien Determinasi
Ghozali (2011:97) menyatakan bahwa koefisien determinasi (R2) pada
intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Namun R2 ini memiliki
kelemahan yaitu Ŷ atau Y prediksi dengan nilai Y yang diobservasi.
thitung = b- B Sb
48
Apabila digunakan untuk memperkirakan data yang tidak (atau belum) ada
di dalam observasi, belum tentu cocok. Dan nilai R2 tidak berkurang
nilainya apabila variabel independen ditambahkan lagi kedalam persamaan
(Winarno, 2009:4.21).
Maka menurut Suliyanto (2011:59), untuk mengurangi kelemahan
tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan,
adjusted R square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan
berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan
jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Hasil nilai adjusted R
square dari regresi digunakan untuk mengetahui besarnya variabel
dependen yang dipengaruhi oleh variabel-variabel independennya.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan yang dikeluarkan oleh
Bursa Efek Indonesia setiap hari. Data IHSG diperoleh langsung
www.finance.yahoo.com. Data yang digunakan adalah data rata-rata tiap
bulan selama periode pengamatan antara tahun 2008-2011.
2. Variabel Independen
Berikut ini adalah variabel-variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Tingkat suku bunga SBI adalah Tingkat suku bunga diukur dengan
menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku
49
penguasa moneter melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Data variabel
ini menggunakan data tingkat suku bunga SBI 1 bulan pada akhir periode
bulanan yang dinyatakan dalam satuan persentase.
2. Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara terhadap mata uang
negara lain. Nilai tukar yang digunakan adalah kurs dolar Amerika
terhadap rupiah yang dihitung berdasarkan kurs tengah yang dihitung
berdasarkan kurs jual dan kurs beli diatur oleh Bank Indonesia.
3. Harga emas dunia adalah harga spot yang terbentuk dari akumulasi
penawaran dan permintaan di pasar emas London. Harga emas yang
digunakan adalah harga emas penutupan pada sore hari (harga emas Gold
P.M). Data harga emas dunia diambil dari www.goldfixing.com. Data
yang digunakan adalah data rata-rata harga emas bulanan selama periode
pengamatan antara tahun 2008-2011.
4. Hang Seng Index (HSI) adalah indeks komulatif dari 38 saham blue chip
dari Hong Kong stock Market, yang merupakan salah satu indeks saham
terpercaya, yang digunakan para investor dan fund manager untuk
berinvestasi. Ke-38 constituent stock yang dijadikan indikator, berasal
dari berbagai sektor, seperti Industri, Finance, Properties, dan
sebagainya. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
www.finance.yahoo.com. Data yang digunakan adalah data rata-rata tiap
bulan selama periode pengamatan antara tahun 2008-2011.
Kurs tengah = Kurs Jual + Kurs beli
2
50
5. Nikkei 225 adalah sebuah indeks pasar saham di Bursa Efek Tokyo.
Indeks ini telah dihitung oleh harian Nihon Keizai Shimbun (Nikkei).
Perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei 225 merupakan perusahaan
besar yang telah beroperasi secara global, termasuk di Indonesia. Dengan
naiknya Indeks Nikkei 225 ini berarti kinerja perekonomian Jepang ikut
membaik. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
www.finance.yahoo.com. Data yang digunakan adalah data rata-rata tiap
bulan selama periode pengamatan antara tahun 2008-2011.
51
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan
sekuritas di Indonesia. Dahulu terdapat dua bursa efek di Indonesia, yaitu
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Bursa Efek Jakarta didirikan
oleh pemodal Belanda pada tanggal 14 Desember 1912 dengan nama
Vereneging Voor de Effectenhandel dengan tujuan untuk menghimpun
dana guna menunjang ekspansi usaha perkebunan milik orang-orang
Belanda di Indonesia. Perkembangan pasar modal di Indonesia pada waktu
itu cukup menggembirakan sehingga pemerintah kolonial Belanda
terdorong untuk membuka bursa efek di kota lain, yaitu di Surabaya pada
tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.
Namun karena gejolak politik yang terjadi di negara-negara Eropa yang
mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia, bursa efek di Surabaya dan
Semarang ditutup, dan perdagangan efek dipusatkan di Jakarta. Karena
Perang Dunia II pada akhirnya Bursa Efek Jakarta ditutup pada tanggal 10
Mei 1940. Dengan penutupan ketiga bursa efek tersebut maka kegiatan
perdagangan efek di Indonesia terhenti dan baru diaktifkan kembali pada
tanggal 10 Agustus 1977.
52
78Sejak diaktifkannya kembali pasar modal pada tahun 1977,
pemerintah melakukan serangkaian kebijakan dan deregulasi yang
mendorong perkembangan pasar modal. Perkembangan pasar modal di
Indonesia semakin pesat sejak diterapkannya Paket Desember 1987
(Pakdes '87) dan Paket Oktober 1988 (Pakto '88), yang tercermin dengan
peningkatan gairah pelaku bisnis di pasar modal Indonesia. Secara umum
isi Pakdes '87 dan Pakto '88 adalah : 1) dikenakannya pajak sebesar 15%
atas bunga deposito dan 2) diijinkannya pemodal asing untuk membeli
saham-sahammyang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Bursa Efek Indonesia merupakan penggabungan antara Bursa Efek
Jakarta dengan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 1 Desember 2007.
Penggabungan tersebut diikuti dengan kehadiran entitas baru yang
mencerminkan kepentingan pasar modal secara nasional yaitu Bursa Efek
Indonesia (Indonesia Stock Exchange). Bursa Efek Indonesia
memfasilitasi perdagangan saham (equity), surat utang (fixed income),
maupun perdagangan derivatif (derivative instruments). Hadirnya bursa
tunggal ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri pasar modal
di Indonesia dan menambah daya tarik untuk berinvestasi.
2. Deskripsi Variabel Penelitian
a. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan
Pada penelitian ini yang dijadikan salah satu dependen variabel
penelitian adalah IHSG. IHSG merupakan salah satu indeks pasar saham
53
yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Diperkenalkan pertama
kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham
di BEJ. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan
saham preferen yang tercatat di BEJ. Berikut ini adalah data IHSG dari
tahun 2008 – 2011 :
Tabel 4.1 Data IHSG (poin)
Sumber : www.yahoo.finance.com
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada bulan Agustus 2008
IHSG mengalami penurunan karena terjadi krisis global. Penurunan yang
cukup tajam sampai menyentuh level 1.255,19 poin pada tahun 2008.
Tetapi setalah krisis global IHSG kembali menunjukan hal yang positif
terlihat pada tahun 2009 sampai tahun 2011 IHSG terus mangalami
kenaikan. Pada tahun 2011 IHSG dapat mencapai level 4.025,94 poin.
Bulan 2008 2009 2010 2011
Januari 2640,93 1367,83 2622,24 3542,38
Februari 2690,75 1318,65 2548,58 3449,74
Maret 2485,41 1349,59 2692,11 3558,11
April 2291,59 1576,41 2895,43 3749,21
Mei 2425,98 1837,88 2774,60 3818,33
Juni 2378,53 2029,80 2851,94 3805,36
Juli 2905,71 2133,45 2977,06 4025,94
Agustus 2134,43 2356,66 3073,18 3936,35
September 1914,30 2398,57 3321,48 3722,49
Oktober 1380,19 2466,88 3594,71 3600,40
Nopember 1255,19 2424,32 3668,27 3749,46
Desember 1298,13 2412,91 3670,37 3776,43
54
Grafik 4.1 Perkembangan IHSG periode 2008-2011
Sumber : Data diolah
Dari grafik 4.1 diatas manunjukan bahwa pada tahun 2008 IHSG
mengalami penurunan karena dampak dari krisis global. Terlihat pada
bulan Agustus sampai akhir bulan November IHSG terus mengalami
penurunan. Namun Setelah krisis global pada tahun 2009 IHSG kembali
mengalami kenaikan pada setiap bulannya. Walaupun pada tahun 2010
IHSG mengalami fluktuasi karena kondisi perekonomian dunia yang belum
stabil. Tetapi pada tahun 2011 IHSG menujukan kenaikan yang positif
telihat pada pertengahan tahun 2011 yang menunujukan IHSG berada pada
level tertinggi.
0.00
500.00
1000.00
1500.00
2000.00
2500.00
3000.00
3500.00
4000.00
4500.00
2008
2009
2010
2011
55
b. Tingkat Suku Bunga SBI
Tingkat Suku Bunga SBI adalah tingkat suku bunga dari surat
berharga pengakuan utang berjangka waktu pendek dalam mata uang
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Tingkat Suku Bunga SBI
selalu berfluktuasi sesuai dengan kebijakan Dewan Gubernur Bank
Indonesia yang disesuaikan dengan keadaan perekonomian Indonesia.
Berikut ini adalah data Tingkat Suku Bunga SBI dari tahun 2008 – 2011 :
Tabel 4.2 Data SBI
Bulan 2008 2009 2010 2011 Januari 0,08 0,1039 0,0643 0,061
Februari 0,0794 0,0929 0,0643 0,068 Maret 0,0795 0,0929 0,0636 0,07 April 0,0798 0,0784 0,067 0,074 Mei 0,0825 0,0727 0,066 0,0745 Juni 0,0859 0,0727 0,066 0,0745 Juli 0,0902 0,0687 0,065 0,073
Agustus 0,0926 0,0666 0,0626 0,068 September 0,0953 0,0658 0,0626 0,0637
Oktober 0,1069 0,0659 0,0626 0,059 Nopember 0,1121 0,0659 0,0626 0,0535 Desember 0,1093 0,0646 0,0626 0,0525
Sumber : www.bi.go.id
Tabel 4.6 menunjukkan tingkat suku bunga SBI dalam periode
pengamatan tahun 2008-2011 mengalami fluktuasi karena terjadi krisis
global pada tahun 2008. Kemudian setelah krisis tingkat suku bunga
menurun dan cenderung tetap seperti yang terlihat pada pertengahan
hingga akhir tahun 2010.
56
Grafik 4.2 Perkembangan SBI periode 2008-2011
Sumber : Data diolah
Berdasarkan grafik 4.2, tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank
Indonesia) mengalami penurunan tiap tahunnya. Pada tahun 2008 tingkat
suku bunga SBI tertinggi sebesar 0,1121. Setelah tahun 2008 tingkat suku
bunga SBI menurun dan pada akhir tahun 2011 tingkat suku bunga SBI
sebesar 0,0525.
c. Kurs Rupiah
Kurs Rupiah adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat. Kurs yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Berikut ini adalah
data kurs rupiah tahun 2008-2011 :
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
2008
2009
2010
2011
57
Tabel 4.3 Data kurs rupiah (Rp/USD)
Bulan 2008 2009 2010 2011
Januari 9291 11355 9365 9068 Februari 9051 11980 9335 9170
Maret 9217 11575 9115 8835 April 9234 10713 9012 8823 Mei 9318 10340 9180 8578 Juni 9225 10225 9083 8508 Juli 9118 9920 8952 8597
Agustus 9153 10060 9150 8537 September 9378 9681 9012 8574
Oktober 10995 9545 9115 8709 Nopember 12151 9480 9335 8823 Desember 10950 9400 9365 9057
Sumber : www.bi.go.id
Pada tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa kurs rupiah mengalami
fluktuasi pada periode 2008-2011. Pada tahun 2008 bulan Nopember kurs
rupiah tertinggi sedangkan pada tahun 2011 bulan Juni kurs rupiah terendah.
Agar dapat terlihat jelas fluktuasi kurs rupiah, dapat kita lihat pada grafik di
bawah ini :
Grafik 4.3 Perkembangan kurs rupiah periode 2008-2011
Sumber : Data diolah
0
5000
10000
15000
2008
2009
2010
2011
58
Berdasarkan grafik 4.3, Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar (USD)
cenderung berfluktuasi selama periode pengamatan, ini bisa dilihat dari nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar (USD) melemah pada tahun 2008 sebesar Rp.
12.151 per Dollar karena terjadi krisis global. Dan pada tahun 2011 kembali
menguat sebesar Rp. 8.508 per Dollar.
d. Harga Emas Dunia
Secara umum harga emas akan selalu mengalami kenaikan seiring
berjalannya waktu karena didasari jumlahnya yang semakin langka. Selain
itu harga emas selalu menyesuaikan diri terhadap inflasi, sehingga sering
dijadikan pilihan oleh investor yang memiliki karakteristik menghindari
resiko sebagai langkah untuk melakukan perlindungan terhadap nilai
investasinya. Berikut ini adalah data harga emas dunia selama periode 2008-
2011 :
Tabel 4.4 Data harga emas dunia (USD/Troy Ounce)
Bulan 2008 2009 2010 2011
Januari 923,25 919,5 1070,5 1327 Februari 971,5 952 1108,25 1411
Maret 933,5 916,5 1115,5 1439 April 871 883,25 1179,25 1535,5 Mei 885,75 975,5 1207,5 1536,5 Juni 930,25 934,5 1244 1505,5 Juli 918 939 1169 1628,5
Agustus 833 955,5 1246 1813,5 September 884,5 995,75 1307 1620
Oktober 730,75 1040 1346,75 1722 Nopember 814,5 1175,75 1383,5 1746 Desember 869,75 1087,5 1405,5 1531
Sumber : www.golfixing.com
59
Dari tabel 4.4 diatas terlihat bahwa harga emas selalu mengalami
kenaikan. Hal ini dikarenakan harga emas yang cenderung selalu stabil.
Pada tahun 2008 harga emas teredah sebesar USD 833/Troy Ounce dan
harga tertinggi pada tahun 2011 sebesar USD 1.813,5/Troy Ounce. Untuk
lebih jelas fluktuasi harga emas dunia dapat kita lihat pada grafik dibawah
ini.
Grafik 4.4 Perkembangan harga emas dunia
Sumber : Data diolah
Pada grafik 4.4, harga emas dunia cederung mengalami kenaikan.
Pada tahun 2008 tepatnya terjadi krisis global, harga emas juga mengalami
penurunan tetapi tidak terlalu signifikan penurunannya. Dan setelah krisis
harga emas kembali naik dan stabil. Pada tahun 2011 harga emas mulai
mengalami kenaikan yang cukup positif walaupun sempat mengalami
fluktuasi dipertengahan tahun 2011.
0
200400
600800
10001200
14001600
18002000
2008
2009
2010
2011
60
e. Indeks Hang Seng
Hang Seng Index (HSI) adalah indeks komulatif dari 38 saham blue
chip dari Hong Kong stock Market, yang merupakan salah satu indeks
saham terpercaya, yang digunakan para investor dan fund manager untuk
berinvestasi. Hong Kong Futures Exchange (HKFE), pertama kali
memperkenalkan perdagangan Hang Seng Index Futures pada bulan Mei
1986, dan kemudian di ikuti dengan Hang Seng Index Option Contracts
pada bulan Maret 1993. Dengan adanya Futures dan option market ini para
investor lebih banyak memiliki instrumen untuk mengatur resiko portfolio
mereka. Popularitas Hang Seng Index Futures terus meningkat secara
bertahap, seiring dengan masuknya investor dari luar negeri, baik itu dari
institutional maupun individual investor.
Tabel 4.5 Data Indeks Hang Seng (poin)
Bulan 2008 2009 2010 2011
Januari 25401,38 13793,96 21408,8 23864,75 Februari 23852,45 13166,66 20244,11 23196,71 Maret 22487,93 12794,95 21089,35 23110,25 April 24581,82 15023,24 21615,53 24022,64 Mei 25252,4 17044,12 19945,36 23160,95 Juni 23183,5 18342,45 20103,97 22342,41 Juli 22078,59 18903,71 20431,27 22280,32
Agustus 21382,71 20475,51 21108,65 20333,68 September 19369,61 20920,48 21657,73 18959,81
Oktober 15010,15 21665 23301,04 18352,06 Nopember 13572,81 22219,44 23804,9 18865,31 Desember 14574,24 21747,9 23047,59 18587,77
Sumber : www.yahoo.finance.com
61
Pada tabel 4.5 diatas telihat fluktuasi indeks Hang Seng. Sama seperti
IHSG, Indeks Hang Seng mengalami penurunan yang sangat tajam pada
tahun 2008 karena dampak dari krisis global. Namun setelah krisis Indeks
Hang Seng kembali naik tiap tahunnya. Fluktuasi Indeks Hang Seng dapat
kita lihat lebih jelas pada grarif dibawah ini.
Grafik 4.5 Perkembangan Indeks Hang Seng
Sumber : Data diolah
Pada grafik 4.5 diatas kita dapat lihat penurunan yang sangat tajam
dari Indeks Hang Seng pada tahun 2008 berada pada level 13.572,81 poin.
Namun Indeks Hang Seng kembali naik pada tahun 2009 dan cenderung
stabil sampai tahun 2011 dan mencapai level 24.022,64 poin. Tetapi pada
bulan oktober tahun 2011 Indeks Hang Seng mengalami penurunan pada
level 18.352,06 poin.
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2008
2009
2010
2011
62
f. Indeks Nikkei 225
Nikkei 225 adalah sebuah indeks pasar saham di Bursa Efek Tokyo.
Indeks ini telah dihitung oleh harian Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) sejak 7
September 1950. Indeks Nikkei 225 merupakan indeks yang dapat
digunakan untuk mengukur performa kinerja perusahaan besar Jepang yang
beroperasi secara global. Indeks Nikkei 225 terdiri atas 225 perusahaan
utama di Jepang yang sahamnya aktif diperdagangkan setiap hari. Berikut
data Indeks Nikkei 225 periode 2008-2011.
Tabel 4.6 Data Indeks Nikkei 225 (poin)
Bulan 2008 2009 2010 2011
Januari 13731,31 8331,489 10661,62 10449,53 Februari 13543,23 7694,783 10175,13 10622,27
Maret 12602,93 7764,582 10671,49 9852,446
April 13357,7 8767,96 11139,77 9644,625 Mei 13995,33 9304,432 10103,98 9650,784 Juni 14084,6 9810,307 9786,055 9541,532 Juli 13168,91 9691,12 9456,835 9996,679
Agustus 12989,35 10430,35 9268,235 9072,943 September 12123,53 10302,87 9346,724 8695,424
Oktober 9117,034 10066,24 9455,093 8733,563 Nopember 8531,45 9640,992 9797,181 8506,105
Desember 8463,615 10169,01 10254,46 8507,325 Sumber : www.yahoo.finance.com
Pada tabel 4.6 diatas terlihat bahwa Indeks Nikke 225 mengalami
penurunan yang sangat randah dari level 12.123,53 poin pada bulan
September 2008 sampai ke level 8.463,615 poin pada bulan Desember 2008.
Sama seperti IHSG dan Indeks Hang Seng yang terkena dampak dari krisis
63
global. Indeks Nikke 225 mengalami fluktuasi setiap tahunnya seperti
terlihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 4.6 Perkembangan Indeks Nikkei 225
Sumber : Data diolah
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
2008
2009
2010
2011
64
B. Analisis dan Pembahasan
1. Test Granger Causality
Pada uji granger yang dilihat adalah seberapa besar hubungan antar
indeks negara-negara yang dipakai. Sehingga data yang digunakan adalah
data time series. Uji ini bertujuan untuk melihat apakah variabel Y
meneyebabkan variabel X atau pun sebaliknya.
a. Analisis Hubungan IHSG dan Indeks Hang Seng
Tabel 4.7 Hasil Uji Granger Causality
Pairwise Granger Causality Tests Date: 07/25/13 Time: 00:54 Sample: 2008M01 2011M12 Lags: 2
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. LOG_HSI does not Granger Cause LOG_IHSG 46 4.55070 0.0164
LOG_IHSG does not Granger Cause LOG_HSI 0.68385 0.5103
Dari hasil tabel 4.7 diatas dapat disimpulkan bahwa Indeks Hang
Seng mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG, dimana
kurang dari α = 5%, yaitu 0,0164. Sedangkan IHSG tidak mempengaruhi
Indeks Hang Seng. Ini menunjukan apabila Indeks Hang Seng naik maka
IHSG akan naik pula ataupun sebaliknya, karena IHSG dipengaruhi oleh
Indeks Hang Seng.
65
b. Analisis hubungan IHSG dan Indeks Nikkei 225
Tabel 4.8 Hasil Uji Granger Causality
Pairwise Granger Causality Tests Date: 07/25/13 Time: 00:55 Sample: 2008M01 2011M12 Lags: 2
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. LOG_NIKKEI does not Granger Cause LOG_IHSG 46 8.57199 0.0008
LOG_IHSG does not Granger Cause LOG_NIKKEI 0.10309 0.9023
Dari hasil tabel 4.8 diatas dapat disimpulkan bahwa Indeks Nikkei
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG, dimana kurang
dari α = 5%, yaitu 0,0008. Sedangkan IHSG tidak mempengaruhi Indeks
Nikkei. Ini menunjukan apabila Indeks Nikkei naik maka IHSG akan
naik pula ataupun sebaliknya, karena IHSG dipengaruhi oleh Indeks
Nikkei.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati normal. Pedoman suatu regresi
berdistribusi normal atau tidak, menggunakan hipotesis sebagai berikut :
H0 = Data berdistribusi normal
Ha = Data berdistribusi tidak normal
66
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probabilitas nya. Jika
nilai probabilitas lebih besar dari nilai derajat kesalahan α = 5%, maka H0
diterima dan penelitian ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan
kata lain, data terdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai probabilitas lebih
kecil dari nilai derajat kesalahan α = 5%, maka dalam penelitian ini ada
permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data tidak terdistribusi
normal (Winarno, 2009:5.39). Setelah data diolah dengan menggunakan
aplikasi Eviews 7.0 maka terlihat hasilnya sebagai berikut :
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan gambar 4.1, terlihat dari nilai Jarque-Bera sebesar
1,468768 atau berada dibawah nilai X2 tabel yaitu sebesar 11,070
menunjukkan data terdistribusi normal. Dan nilai probabilitas Jarque-Bera
sebesar 0,479801 yang lebih besar dari derajat kesalahan 5 %. Maka H0
0
2
4
6
8
10
12
14
-0.06 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08
Series: ResidualsSample 2008M01 2011M12Observations 48
Mean -1.66e-15Median -0.004971Maximum 0.075945Minimum -0.060056Std. Dev. 0.027243Skewness 0.377276Kurtosis 3.406244
Jarque-Bera 1.468768Probability 0.479801
67
diterima menjelaskan bahwa data dalam penelitian ini sudah berdistribusi
normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam suatu
model regresi. Multikolinieritas merupakan keadaan dimana satu atau
lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan
variabel lainnya.
Menurut Nachrowi (2006:95), jika koefisien korelasi cukup tinggi,
misalnya diatas 0,8, maka diduga terjadi multikolinieritas dalam model
regresi. Sebaliknya, jika koefisien korelasi relatif rendah dibawah 0,8,
maka diduga tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi tersebut.
Setelah data diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 7.0 maka
terlihat hasilnya sebagai berikut :
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas
LOG_HARGA_
EMAS LOG_HSI LOG_KURS LOG_NIKKEI SBI
LOG_HARGA_EMAS 1.000000 0.348004 -0.680993 -0.328711 -0.695000
LOG_HSI 0.348004 1.000000 -0.719573 0.687561 -0.531370 LOG_KURS -0.680993 -0.719573 1.000000 -0.383872 0.665253 LOG_NIKKEI -0.328711 0.687561 -0.383872 1.000000 0.059384
SBI -0.695000 -0.531370 0.665253 0.059384 1.000000 Sumber : data sekunder yang diolah
Dilihat dari tabel 4.9, koefisien korelasi antar variabel relatif
rendah yaitu dibawah 0,8. Hasil uji Multikolinieritas ini menunjukkan
koefisien korelasi yang terendah yaitu -0,719537 sedangkan koefisien
68
korelasi tertinggi yaitu sebesar 0,687561 menunjukkan penelitian ini
tidak terjadi multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah
melakukan Uji Breusch-Pagan-Godfrey yaitu meregresi nilai logaritma
dari kuadrat residual terhadap variabel independen. Pengujian
heteroskedastisitas dilakukan dengan aplikasi Eviews 7.0 dan diperoleh
hasil seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.10 Hasil Uji Breusch-Pagan-Godfrey
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 0.293076 Prob. F(5,42) 0.9141
Obs*R-squared 1.618257 Prob. Chi-Square(5) 0.8990 Scaled explained SS 2.687456 Prob. Chi-Square(5) 0.7480
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/25/13 Time: 00:57 Sample: 2008M01 2011M12 Included observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.048536 0.103275 0.469967 0.6408
SBI 0.015143 0.023915 0.633214 0.5300 LOG_KURS -0.008409 0.016090 -0.522663 0.6040
LOG_HARGA_EMAS -0.003805 0.005853 -0.650018 0.5192 LOG_HSI 0.002745 0.007709 0.356120 0.7235
LOG_NIKKEI -0.003940 0.009533 -0.413247 0.6815 R-squared 0.033714 Mean dependent var 0.000639
Adjusted R-squared -0.081320 S.D. dependent var 0.001345 S.E. of regression 0.001399 Akaike info criterion -10.18952 Sum squared resid 8.22E-05 Schwarz criterion -9.955621 Log likelihood 250.5485 Hannan-Quinn criter. -10.10113 F-statistic 0.293076 Durbin-Watson stat 1.966497 Prob(F-statistic) 0.914106
69
Sumber : data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.
Hal ini dapat ditunjukan dari nilai probabilitas Obs*R-squared lebih dari α =
5%, yaitu 0,8990.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada masalah autokorelasi.
Tabel 4.11 Hasil Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.054619 Prob. F(2,40) 0.3578
Obs*R-squared 2.404304 Prob. Chi-Square(2) 0.3005
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 07/25/13 Time: 00:57 Sample: 2008M01 2011M12 Included observations: 48 Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.177865 2.001301 0.088875 0.9296
SBI 0.017296 0.480934 0.035963 0.9715 LOG_KURS -0.027550 0.311219 -0.088523 0.9299
LOG_HARGA_EMAS -0.006476 0.113101 -0.057263 0.9546 LOG_HSI 0.000684 0.152653 0.004481 0.9964
LOG_NIKKEI -0.013148 0.185127 -0.071020 0.9437 RESID(-1) 0.217448 0.167105 1.301271 0.2006 RESID(-2) -0.144459 0.171411 -0.842761 0.4044
R-squared 0.050090 Mean dependent var 1.08E-16
Adjusted R-squared -0.116145 S.D. dependent var 0.025550 S.E. of regression 0.026993 Akaike info criterion -4.235457
70
Sum squared resid 0.029145 Schwarz criterion -3.923590 Log likelihood 109.6510 Hannan-Quinn criter. -4.117602 F-statistic 0.301320 Durbin-Watson stat 1.870885 Prob(F-statistic) 0.949137
Sumber : data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa hasil estimasi tersebut
tidak terjadi masalah autokorelasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai
probabilitas Obs*R-squared lebih dari α = 5%, yaitu 0,3005.
3. Hasil dan Pembahasan
a. Uji F
Pengujian model secara simultan dengan Uji F digunakan untuk
menguji pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel
dependen nya atau untuk menguji ketepatan model (goodness of fit). Jika
variabel independen memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok
atau fit. Dari pengujian simultan diperoleh hasil output sebagai berikut :
Tabel 4.12 Hasil Uji F
Dependent Variable: LOG_IHSG Method: Least Squares Date: 07/25/13 Time: 00:56 Sample: 2008M01 2011M12 Included observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.315598 1.995109 0.659412 0.5132
SBI -0.888772 0.461991 -1.923786 0.0612 LOG_KURS -0.808947 0.310827 -2.602565 0.0127
LOG_HARGA_EMAS 0.809716 0.113078 7.160703 0.0000 LOG_HSI 0.553794 0.148923 3.718662 0.0006
LOG_NIKKEI 0.130743 0.184171 0.709900 0.4817 R-squared 0.970101 Mean dependent var 3.413055
71
Adjusted R-squared 0.966541 S.D. dependent var 0.147762 S.E. of regression 0.027028 Akaike info criterion -4.267402 Sum squared resid 0.030682 Schwarz criterion -4.033502 Log likelihood 108.4177 Hannan-Quinn criter. -4.179011 F-statistic 272.5417 Durbin-Watson stat 1.569820 Prob(F-statistic) 0.000000
Uji F ini digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan
variabel independen yaitu tingat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga
emas dunia, Indeks Hang Seng, Indeks Nikkei 225 mempunyai
kemampuan dalam menjelaskan variabel dependen yaitu Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
Berdasarkan hasil output uji F pada tabel 4.12 diatas diperoleh hasil
bahwa nilai F hitung sebesar 272,5417 dengan tingkat probabilitas
sebesar 0,000000 < 0,05. Maka penelitian ini menolak H0 dan
membuktikan bahwa variabel yaitu tingat suku bunga SBI, kurs rupiah,
harga emas dunia, Indeks Hang Seng, Indeks Nikkei 225 berpengaruh
terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
secara simultan. Karena tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode 2008-2011.
b. Uji t
Uji t merupakan pengujian untuk mengetahui apakah variabel
independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen. Untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tingat suku bunga
72
SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hang Seng, Indeks Nikkei
225 secara individual mampu menjelaskan variabel dependen nya yaitu
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dari pengujian secara parsial
diperoleh hasil output sebagai berikut :
Tabel 4.13 Hasil Uji t
Dependent Variable: LOG_IHSG Method: Least Squares Date: 07/25/13 Time: 00:56 Sample: 2008M01 2011M12 Included observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.315598 1.995109 0.659412 0.5132
SBI -0.888772 0.461991 -1.923786 0.0612 LOG_KURS -0.808947 0.310827 -2.602565 0.0127
LOG_HARGA_EMAS 0.809716 0.113078 7.160703 0.0000 LOG_HSI 0.553794 0.148923 3.718662 0.0006
LOG_NIKKEI 0.130743 0.184171 0.709900 0.4817 R-squared 0.970101 Mean dependent var 3.413055
Adjusted R-squared 0.966541 S.D. dependent var 0.147762 S.E. of regression 0.027028 Akaike info criterion -4.267402 Sum squared resid 0.030682 Schwarz criterion -4.033502 Log likelihood 108.4177 Hannan-Quinn criter. -4.179011 F-statistic 272.5417 Durbin-Watson stat 1.569820 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.13 hasil pengolahan data diketahui bahwa
variabel independen yaitu kurs rupiah, harga emas dunia dan Indeks
Hang Seng memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen IHSG terlihat dari masing-masing probabilitas menunjukkan
nilai kurang dari α 0,05. Sedangkan variabel tingakt suku bunga SBI dan
Indeks Nikkei 225 tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen Indeks IHSG dilihat dari tingkat probabilitasnya lebih
73
dari α 0,05. Pembahasan mengenai hasil pengujian hipotesis adalah
sebagai berikut:
1. Tingkat suku bunga SBI terhadap IHSG
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa SBI
berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hal ini dapat dilihat bahwa t
hitung SBI sebesar -0,888772 dengan tingkat probabilitas sebesar
0,0612 > 0,05. Oleh karena itu, dari hasil penelitian tersebut H0
diterima dan menolak H1 yaitu variabel SBI tidak berpengaruh
signifikan terhadap IHSG.
Hasil ini sesuai dengan Ahmad Tohbarry (2009) yang
menyatakan Suku Bunga SBI hanya berpengaruh signifikan bila diuji
secara simultan yang berarti bila secara parsial suku bunga SBI tidak
berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hal ini dapat disebabkan
karena tipe investor di Indonesia yang kebanyakan merupakan
investor yang senang melakukan transaksi saham dalam jangka
pendek (trader/spekulan), sehingga investor cenderung melakukan
aksi profit taking dengan harapan memperoleh capital gain yang
cukup tinggi di pasar modal dibandingkan berinvestasi di SBI.
2. Kurs rupiah terhadap IHSG
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa kurs
rupiah berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hal ini dapat dilihat
bahwa t hitung kurs rupiah sebesar -0,808947 dengan tingkat
probabilitas sebesar 0,0127 < 0,05. Oleh karena itu, dari hasil
74
penelitian tersebut H0 ditolak dan menerima H1 yaitu variabel kurs
rupiah berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sari Yuni kemala
(2012) bahwa menguatnya kurs dollar terhadap rupiah akan
berdampak pada menguatnya IHSG, dan juga sebaliknya. Kenyataan
ini sesuai dengan konsep bahwa jika dollar menguat terhadap rupiah
(harga dollar mahal) maka kemungkinan investor akan cenderung
mengalihkan investasinya dalam bentuk valas dollar AS dibandingkan
berinvestasi pada saham, dan sebaliknya.
3. Harga emas dunia terhadap IHSG
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa harga
emas dunia berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hal ini dapat
dilihat bahwa t hitung harga emas dunia sebesar 0,809716 dengan
tingkat probabilitas sebesar 0,0000 < 0,05. Oleh karena itu, dari hasil
penelitian tersebut H0 ditolak dan menerima H1 yaitu variabel harga
emas dunia berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakuakn
Adrian Agung (2010) bahwa harga emas mempunyai pengaruh yang
positif terhadap IHSG. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar
masyarakat menganggap bahwa emas bersifat konsumtif dan bukan
untuk investasi alternatif. Kecendurungan masyarkat pada tahun
pengamantan ini adalah hanya menjadikan emas sebagai perhiasan.
Salah satu keunggulan dari berinvestasi pada emas adalah nilainya
75
yang cenderung naik, selain itu pemilik emas dapat dengan mudah
menjualnya kapan saja membutuhkan dana tanpa mengalami kerugian
yang besar.
4. Indeks Hang Seng terhadap IHSG
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa Indeks
Hang Seng berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hal ini dapat
dilihat bahwa t hitung Indeks Hang Seng sebesar 0,553794 dengan
tingkat probabilitas sebesar 0,0006 < 0,05. Oleh karena itu, dari hasil
penelitian tersebut H0 ditolak dan menerima H1 yaitu variabel Indeks
Hang Seng berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sari Yuni kemala
(2012) bahwa Indeks Hang Seng memliki pengaruh terhadap
pergerakan IHSG. Hal ini disebabkan oleh perspektif dari para
investor, apabila harga saham dari negara-negara disekitar Indonesia
atau kawasan regional naik termasuk harga saham dari Hong Kong
maka dapat memengaruhi pergerakan harga saham di Indonesia yang
juga akan ikut naik. Disamping dari perspektif dari para investor,
China merupakan tujuan ekspor Indonesia, Sehingga perubahan
kondisi perekonomian China yang akan tercermin di Indeks Hang
Seng akan memberikan pengaruh bagi perekonomian Indonesia
melalui IHSG.
76
5. Indeks Nikkei 225 terhadap IHSG
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa variabel
Indeks Nikkei tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hal ini
dapat dilihat bahwa t hitung Indeks Nikkei 225 sebesar 0,130743
dengan tingkat probabilitas > 0,05 yaitu sebesar 0,4817. Oleh karena
itu, dari hasil penelitian tersebut menolak H1 dan menerima H0 yaitu
variabel Indeks Nikkei 225 tidak berpengaruh signifikan terhadap
IHSG.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Fakri Rezy (2011)
bahwa Indeks Nikkei tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG. Hal ini
dapat dilihat pada tahun 2011 Jepang terkena tsunami dan Indeks
Nikkei 225 mengalami penurunan. Namun IHSG pada tahun tersebut
tidak mengalami penurunan bahkan pada tahun 2011 pergerakan
IHSG positif.
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Adrian
Agung (2010) yang menyatakan bahwa Indeks Nikkei 225
berpengaruh terhadap IHSG. Hal ini dilatarbelakangi karena Jepang
merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia. Sehingga
perubahan kondisi perekonomian Jepang yang akan tercermin di
Indeks Nikkei 225 akan memberikan pengaruh bagi perekonomian
Indonesia melalui IHSG.
77
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji seberapa
besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Analisis ini
untuk menguji seberapa besar pengaruh antara variabel tingkat suku bunga
SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei
225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Berikut adalah hasil
analisis dengan menggunakan regresi linier berganda berdasarkan pada
model kuadrat terkecil yang dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh
variabel tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks
Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) :
Tabel 4.14 Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: LOG_IHSG Method: Least Squares Date: 07/25/13 Time: 00:56 Sample: 2008M01 2011M12 Included observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.315598 1.995109 0.659412 0.5132
SBI -0.888772 0.461991 -1.923786 0.0612 LOG_KURS -0.808947 0.310827 -2.602565 0.0127
LOG_HARGA_EMAS 0.809716 0.113078 7.160703 0.0000 LOG_HSI 0.553794 0.148923 3.718662 0.0006
LOG_NIKKEI 0.130743 0.184171 0.709900 0.4817 R-squared 0.970101 Mean dependent var 3.413055
Adjusted R-squared 0.966541 S.D. dependent var 0.147762 S.E. of regression 0.027028 Akaike info criterion -4.267402 Sum squared resid 0.030682 Schwarz criterion -4.033502 Log likelihood 108.4177 Hannan-Quinn criter. -4.179011 F-statistic 272.5417 Durbin-Watson stat 1.569820 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : data sekunder yang diolah
78
Berdasarkan tabel 4.12, hubungan masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut
:
Dari persamaan regresi diatas dapa diketahui :
1. Hasil regresi menunjukkan konstanta sebesar 1,315598 menyatakan
bahwa jika nilai tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas dunia,
Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 adalah konstan atau sama
dengan nol, maka dapat dikatakan bahwa dalam periode 2008-2011
jumlah IHSG adalah sebesar 1,315598 poin.
2. Tingkat suku bunga SBI (X1) menunjukan nilai sebesar -0.888772
menyatakan bahwa jika nilai tingkat suku bunga SBI naik 1% dan nilai
kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225
adalah konstan, maka akan menurunkan nilai IHSG sebesar 0,888772
poin.
3. Kurs rupiah (X2) menunjukan nilai sebesar -0,808947 menyatakan bahwa
jika nilai kurs rupiah naik 1 rupiah dan tingkat suku bunga SBI, harga
emas dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 adalah konstan,
maka akan menurunkan nilai IHSG sebesar 0,808947 poin.
4. Harga emas dunia (X3) menunjukan nilai sebesar 0,809716 menyatakan
bahwa jika nilai harga emas dunia naik 1 USD/Troy Ounce dan tingkat
suku bunga SBI, kurs rupiah, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225
adalah konstan, maka akan menaikan nilai IHSG sebesar 0,809716 poin.
Y = 1,315598 – 0,888772X1 – 0,808947X2 + 0,809716X3 + 0,553794X4 + 0,130743X5 + e
79
5. Indeks Hang Seng (X4) menunjukan nilai sebesar 0,553794 menyatakan
bahwa jika nilai Indeks Hang Seng naik 1 poin dan tingkat suku bunga
SBI, kurs rupiah, harga emas dunia dan Indeks Nikkei 225 adalah
konstan, maka akan menaikan nilai IHSG sebesar 0,553794 poin.
6. Indeks Nikkei 225 (X5) menunjukan nilai sebesar 0,130743 menyatakan
bahwa jika nilai Indeks Nikkei 225 naik 1 poin dan tingkat suku bunga
SBI, kurs rupiah, harga emas dunia dan Indeks Hang Seng adalah
konstan, maka akan menaikan nilai IHSG sebesar 0,130743 poin.
5. Koefisien Determinasi
Hasil nilai adjusted R square dari regresi digunakan untuk mengetahui
besarnya variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel-variabel
independennya. Berikut adalah hasil Adjusted R square :
Tabel 4.15 Hasil Adjusted R square
Dependent Variable: LOG_IHSG Method: Least Squares Date: 07/25/13 Time: 00:56 Sample: 2008M01 2011M12 Included observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.315598 1.995109 0.659412 0.5132
SBI -0.888772 0.461991 -1.923786 0.0612 LOG_KURS -0.808947 0.310827 -2.602565 0.0127
LOG_HARGA_EMAS 0.809716 0.113078 7.160703 0.0000 LOG_HSI 0.553794 0.148923 3.718662 0.0006
LOG_NIKKEI 0.130743 0.184171 0.709900 0.4817 R-squared 0.970101 Mean dependent var 3.413055
Adjusted R-squared 0.966541 S.D. dependent var 0.147762 S.E. of regression 0.027028 Akaike info criterion -4.267402 Sum squared resid 0.030682 Schwarz criterion -4.033502 Log likelihood 108.4177 Hannan-Quinn criter. -4.179011 F-statistic 272.5417 Durbin-Watson stat 1.569820
80
Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil output Eviews 7.0 pada tabel 4.14, diperoleh nilai
adjusted R2 adalah sebesar 0,966541. Hal ini berarti 96,65 % variabel
dependen yaitu IHSG dapat dijelaskan oleh kelima variabel independen
yaitu tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hang
Seng dan Indeks Nikkei 225. Sedangkan sisanya sebesar 3,15 % dijelaskan
oleh variabel lain yaitu harga minyak dunia, GDP, Indeks Dow Jones dan
lain-lain.
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor
ekonomi makro dan faktor indeks luar negeri yang terdiri dari tingkat suku
bunga SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks
Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia. Maka berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil
pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan
model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Model regresi berganda yang dipergunakan dalam penelitian ini layak,
karena telah memenuhi seluruh pengujian asumsi klasik yaitu uji normalitas,
uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
2. Secara simultan, H0 ditolak sedangkan H1 diterima yang berarti variabel
independen yaitu tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas dunia,
Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
3. Secara parsial, menunjukkan variabel independen yaitu kurs rupiah, harga
emas dunia dan Indeks Hang Seng berpangaruh signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). Sedangkan tingkat suku bunga SBI dan
variabel Indeks Nikkei 225 yang tidak berpengaruh signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
82
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan pada penelitian ini, maka dapat
disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data bulanan, untuk
penelitian selanjutnya dapat digunakan data harian sehingga mendapatkan
hasil penelitian yang lebih akurat. Selain itu pada penelitian ini pilihan
indeks yang digunakan adalah IHSG, mengingat keterbatasan yang sudah
diuraikan di atas, maka pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan
indeks lain misalnya indeks LQ45 sehingga mampu mendapatkan gambaran
yang lebih lengkap mengenai kondisi pasar modal di Indonesia.
2. Pada penelitian selanjutnya, bagi peneliti lain yang menggunakan topik yang
sejenis disarankan untuk menggunakan variabel bebas lainnya seperti harga
minyak dunia dan indeks negera lainnya yang berpengaruh terhadap
pergerakan indeks dalam negeri.
83
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert, 1997, “ Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia “, First Edition Mediasoft Indonesia.
Ardian, Agung. “ Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak
Dunia, Harga Minyak Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, Indeks Dow Jones terhadap IHSG”, Tesis UNDIP, 2010.
Bodie, Kane, Marcus. 2005. Investments (Investasi), Edisi 6. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat. Budi Frensisy. “Analisis Pengaruh Aksi Beli-Jual Asing, Kurs dan Indeks Hang
Seng terhadap IHSG di BEJ dengan Modal GARCH”.(2009) Case and Fair. “ Prinsip-Prinsip Ekonomi”, Edisi Delapan, PT.Erlangga, Jakarta,
2007. Garefalakis, Alexandros E. et al. Determinant factors of Hong Kong Stock
Market, Financial Analysts Journal. 2009. Ghozali, Imam. “Aplikasi analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19”,
Edisi pertama, Universitas Diponogoro, Semarang, 2011. Gujarati, Damodaran. “Dasar-Dasar Ekonometrika”, Jilid Dua Edisi Ketiga,
Erlangga, Jakarta, 2006. Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Handaru, Sri dan Handoyo, “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Internasional”,
Edisi Kedua, Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 1998. Indraloka, Dimas Ngurah. “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Harga
Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga saham Gabungan (IHSG)”, Skirpsi UIN Syahid, Jakarta, 20120.
Kemala, Sari Yuni, “Analisis pengaruh SBI, Indeks Hang Seng, Kurs Dollar AS
dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG”, Jurnal, 2012. Kuncoro, Mudrajad. “Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekonomi” , UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2001
84
Nachrowi D dan Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Oktaria, Sela.”Analisis Pengaruh Harga Emas Dunia, Variabel Makroekonomi,
Indeks Dow Jones (DJIA) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia(BEI)”, Skipsi Ekonomi UIN Syahid, Jakarta, 2011.
Rezy, Fakhry. “Pengaruh Indeks Harga Saham Global dan Amerika Latin
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia(BEI)”, Skipsi Ekonomi UIN Syahid, Jakarta, 2011.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan, Jakarta : Mitra
Wacana Media. Rosadi, Dedi. “Ekonometrika dan analisis runtun waktu terapan dengan eview”,
penerbit Andi Yogya, 2012. Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Jakarta:
Penerbit Erlangga. Sekaran, Uma. 2006. “Metodologi Penelitian Untuk Bisnis”. Jakarta Salemba
Empat Setiawa, Aditya. “Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), 2010. Suharyadi dan Purwanto. “Statistik Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”,
Edisi 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2009. Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”, Andi :
Yogyakarta, 2011. Sunariyah. “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”, Edisi 6, penerbit UPP STIM
YKPN, Yogyakarta, 2011. Thobarry, Achmad. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan
Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008”, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,
Edisi 2, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009.
85
Yuliana, Indah. “Analisis Pengaruh Variabel Makro terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal UIN Malang (2010).
www.bi.go.id www.en.wikipedia.org www.goldfixing.com www.idx.co.id www.investopedia.com www.yahoo.finance.com
86
LAMPIRAN
1. Output Test Granger Causality
Pairwise Granger Causality Tests Date: 07/25/13 Time: 00:54 Sample: 2008M01 2011M12 Lags: 2
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. LOG_HSI does not Granger Cause LOG_IHSG 46 4.55070 0.0164
LOG_IHSG does not Granger Cause LOG_HSI 0.68385 0.5103
Pairwise Granger Causality Tests Date: 07/25/13 Time: 00:55 Sample: 2008M01 2011M12 Lags: 2
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. LOG_NIKKEI does not Granger Cause LOG_IHSG 46 8.57199 0.0008
LOG_IHSG does not Granger Cause LOG_NIKKEI 0.10309 0.9023
2. Output Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: LOG_IHSG Method: Least Squares Date: 07/25/13 Time: 00:56 Sample: 2008M01 2011M12 Included observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.315598 1.995109 0.659412 0.5132
SBI -0.888772 0.461991 -1.923786 0.0612 LOG_KURS -0.808947 0.310827 -2.602565 0.0127
LOG_HARGA_EMAS 0.809716 0.113078 7.160703 0.0000 LOG_HSI 0.553794 0.148923 3.718662 0.0006
LOG_NIKKEI 0.130743 0.184171 0.709900 0.4817 R-squared 0.970101 Mean dependent var 3.413055
Adjusted R-squared 0.966541 S.D. dependent var 0.147762 S.E. of regression 0.027028 Akaike info criterion -4.267402 Sum squared resid 0.030682 Schwarz criterion -4.033502 Log likelihood 108.4177 Hannan-Quinn criter. -4.179011 F-statistic 272.5417 Durbin-Watson stat 1.569820 Prob(F-statistic) 0.000000
87
3. Output Uji Normalitas
4. Output Uji Multikolinieritas
LOG_HARGA_EMAS LOG_HSI LOG_KURS LOG_NIKKEI SBI LOG_HARGA_EMAS 1.000000 0.348004 -0.680993 -0.328711 -0.695000
LOG_HSI 0.348004 1.000000 -0.719573 0.687561 -0.531370 LOG_KURS -0.680993 -0.719573 1.000000 -0.383872 0.665253 LOG_NIKKEI -0.328711 0.687561 -0.383872 1.000000 0.059384
SBI -0.695000 -0.531370 0.665253 0.059384 1.000000
5. Output Uji Breusch-Pagan-Godfrey
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 0.293076 Prob. F(5,42) 0.9141
Obs*R-squared 1.618257 Prob. Chi-Square(5) 0.8990 Scaled explained SS 2.687456 Prob. Chi-Square(5) 0.7480
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/25/13 Time: 00:57 Sample: 2008M01 2011M12 Included observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.048536 0.103275 0.469967 0.6408
SBI 0.015143 0.023915 0.633214 0.5300 LOG_KURS -0.008409 0.016090 -0.522663 0.6040
LOG_HARGA_EMAS -0.003805 0.005853 -0.650018 0.5192 LOG_HSI 0.002745 0.007709 0.356120 0.7235
0
2
4
6
8
10
12
14
-0.06 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08
Series: ResidualsSample 2008M01 2011M12Observations 48
Mean -1.66e-15Median -0.004971Maximum 0.075945Minimum -0.060056Std. Dev. 0.027243Skewness 0.377276Kurtosis 3.406244
Jarque-Bera 1.468768Probability 0.479801
88
LOG_NIKKEI -0.003940 0.009533 -0.413247 0.6815 R-squared 0.033714 Mean dependent var 0.000639
Adjusted R-squared -0.081320 S.D. dependent var 0.001345 S.E. of regression 0.001399 Akaike info criterion -10.18952 Sum squared resid 8.22E-05 Schwarz criterion -9.955621 Log likelihood 250.5485 Hannan-Quinn criter. -10.10113 F-statistic 0.293076 Durbin-Watson stat 1.966497 Prob(F-statistic) 0.914106
6. Output Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.054619 Prob. F(2,40) 0.3578
Obs*R-squared 2.404304 Prob. Chi-Square(2) 0.3005
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 07/25/13 Time: 00:57 Sample: 2008M01 2011M12 Included observations: 48 Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.177865 2.001301 0.088875 0.9296
SBI 0.017296 0.480934 0.035963 0.9715 LOG_KURS -0.027550 0.311219 -0.088523 0.9299
LOG_HARGA_EMAS -0.006476 0.113101 -0.057263 0.9546 LOG_HSI 0.000684 0.152653 0.004481 0.9964
LOG_NIKKEI -0.013148 0.185127 -0.071020 0.9437 RESID(-1) 0.217448 0.167105 1.301271 0.2006 RESID(-2) -0.144459 0.171411 -0.842761 0.4044
R-squared 0.050090 Mean dependent var 1.08E-16
Adjusted R-squared -0.116145 S.D. dependent var 0.025550 S.E. of regression 0.026993 Akaike info criterion -4.235457 Sum squared resid 0.029145 Schwarz criterion -3.923590 Log likelihood 109.6510 Hannan-Quinn criter. -4.117602 F-statistic 0.301320 Durbin-Watson stat 1.870885 Prob(F-statistic) 0.949137
89
7. Data variabel Dependen dan variabel Independen periode 2008-2011
Tahun Bulan IHSG SBI Harga emas Nikkei HSI Kurs
2008
Januari 2640,93 0,08 923,25 13731,31 25401,38 9291 Februari 2690,75 0,0794 971,5 13543,23 23852,45 9051 Maret 2485,41 0,0795 933,5 12602,93 22487,93 9217 April 2291,59 0,0798 871 13357,7 24581,82 9234 Mei 2425,98 0,0825 885,75 13995,33 25252,4 9318 Juni 2378,53 0,0859 930,25 14084,6 23183,5 9225 Juli 2905,71 0,0902 918 13168,91 22078,59 9118 Agustus 2134,43 0,0926 833 12989,35 21382,71 9153 September 1914,30 0,0953 884,5 12123,53 19369,61 9378 Oktober 1380,19 0,1069 730,75 9117,034 15010,15 10995 Nopember 1255,19 0,1121 814,5 8531,45 13572,81 12151 Desember 1298,13 0,1093 869,75 8463,615 14574,24 10950
2009
Januari 1367,83 0,1039 919,5 8331,489 13793,96 11355 Februari 1318,65 0,0929 952 7694,783 13166,66 11980 Maret 1349,59 0,0929 916,5 7764,582 12794,95 11575 April 1576,41 0,0784 883,25 8767,96 15023,24 10713 Mei 1837,88 0,0727 975,5 9304,432 17044,12 10340 Juni 2029,80 0,0727 934,5 9810,307 18342,45 10225 Juli 2133,45 0,0687 939 9691,12 18903,71 9920 Agustus 2356,66 0,0666 955,5 10430,35 20475,51 10060
September 2398,57 0,0658 995,75 10302,87 20920,48 9681 Oktober 2466,88 0,0659 1040 10066,24 21665 9545 Nopember 2424,32 0,0659 1175,75 9640,992 22219,44 9480 Desember 2412,91 0,0646 1087,5 10169,01 21747,9 9400
2010
Januari 2622,24 0,0643 1070,5 10661,62 21408,8 9365 Februari 2548,58 0,0643 1108,25 10175,13 20244,11 9335 Maret 2692,11 0,0636 1115,5 10671,49 21089,35 9115 April 2895,43 0,067 1179,25 11139,77 21615,53 9012 Mei 2774,60 0,066 1207,5 10103,98 19945,36 9180 Juni 2851,94 0,066 1244 9786,055 20103,97 9083 Juli 2977,06 0,065 1169 9456,835 20431,27 8952 Agustus 3073,18 0,0626 1246 9268,235 21108,65 9150 September 3321,48 0,0626 1307 9346,724 21657,73 9012 Oktober 3594,71 0,0626 1346,75 9455,093 23301,04 9115 Nopember 3668,27 0,0626 1383,5 9797,181 23804,9 9335 Desember 3670,37 0,0626 1405,5 10254,46 23047,59 9365
Januari 3542,38 0,061 1327 10449,53 23864,75 9068
90
2011
Februari 3449,74 0,068 1411 10622,27 23196,71 9170 Maret 3558,11 0,07 1439 9852,446 23110,25 8835 April 3749,21 0,074 1535,5 9644,625 24022,64 8823 Mei 3818,33 0,0745 1536,5 9650,784 23160,95 8578 Juni 3805,36 0,0745 1505,5 9541,532 22342,41 8508 Juli 4025,94 0,073 1628,5 9996,679 22280,32 8597 Agustus 3936,35 0,068 1813,5 9072,943 20333,68 8537 September 3722,49 0,0637 1620 8695,424 18959,81 8574
Oktober 3600,40 0,059 1722 8733,563 18352,06 8709 Nopember 3749,46 0,0535 1746 8506,105 18865,31 8823 Desember 3776,43 0,0525 1531 8507,325 18587,77 9057
8. Data variabel Dependen (Log) dan variabel Independen (Log) periode 2008-2011
Tahun Bulan LOG IHSG
SBI LOG Kurs
LOG Harga emas
LOG HSI LOG
Nikkei
2008
Januari 3,421756 0,08 3,968062 2,965319316 4,404857 4,137712 Februari 3,429873 0,0794 3,956697 2,987442805 4,377533 4,1317223 Maret 3,395398 0,0795 3,96459 2,970114322 4,351949 4,1004715 April 3,360137 0,0798 3,96539 2,940018155 4,390614 4,1257317 Mei 3,384887 0,0825 3,969323 2,947311161 4,402303 4,1459831 Juni 3,376309 0,0859 3,964966 2,968599679 4,365179 4,1487445 Juli 3,463252 0,0902 3,9599 2,962842681 4,343971 4,1195498
Agustus 3,329282 0,0926 3,961563 2,920645001 4,330063 4,1135874 September 3,28201 0,0953 3,97211 2,946697837 4,287121 4,0836291 Oktober 3,139939 0,1069 4,041195 2,863768824 4,176385 3,9598536 Nopember 3,098708 0,1121 4,084612 2,910891089 4,13267 3,9310228 Desember 3,113318 0,1093 4,039414 2,939394437 4,163586 3,9275559
2009
Januari 3,136033 0,1039 4,055187 2,963551734 4,139689 3,9207226 Februari 3,120128 0,0929 4,078457 2,978636948 4,119476 3,8861964 Maret 3,130201 0,0929 4,063521 2,962132469 4,107039 3,8901181 April 3,197669 0,0784 4,029911 2,946083646 4,176764 3,9428986 Mei 3,264318 0,0727 4,014521 2,989227274 4,231575 3,9686899 Juni 3,307454 0,0727 4,009663 2,970579306 4,263457 3,9916826 Juli 3,329083 0,0687 3,996512 2,972665592 4,276547 3,986374 Agustus 3,372297 0,0666 4,002598 2,980230691 4,311235 4,0182989 September 3,379952 0,0658 3,98592 2,998150315 4,320572 4,0129582 Oktober 3,392148 0,0659 3,979776 3,017033339 4,335759 4,0028673 Nopember 3,384589 0,0659 3,976808 3,070314987 4,346733 3,9841217
Desember 3,382542 0,0646 3,973128 3,036429266 4,337417 4,0072787
91
2010
Januari 3,418672 0,0643 3,971508 3,029586672 4,330592 4,0278232 Februari 3,406298 0,0643 3,970114 3,04463774 4,306299 4,00754 Maret 3,430093 0,0636 3,959757 3,047469575 4,324063 4,0282251 April 3,461714 0,067 3,954821 3,071605885 4,334766 4,0468762 Mei 3,443201 0,066 3,962843 3,081887139 4,299842 4,0044925 Juni 3,455141 0,066 3,958229 3,09482038 4,303282 3,9906077 Juli 3,473788 0,065 3,95192 3,067814511 4,310295 3,9757458 Agustus 3,487588 0,0626 3,961421 3,095518042 4,32446 3,966997
September 3,521332 0,0626 3,954821 3,116275588 4,335613 3,9706594 Oktober 3,555664 0,0626 3,959757 3,129286984 4,367375 3,9756658 Nopember 3,564461 0,0626 3,970114 3,140979163 4,376666 3,9911011 Desember 3,564709 0,0626 3,971508 3,14783085 4,362626 4,0109128
2011
Januari 3,549295 0,061 3,957512 3,122870923 4,377757 4,0190968 Februari 3,537786 0,068 3,962369 3,149527014 4,365426 4,0262173 Maret 3,551219 0,07 3,946207 3,158060794 4,363805 3,9935441 April 3,573939 0,074 3,945616 3,186249821 4,380621 3,9842853 Mei 3,581873 0,0745 3,933386 3,186532565 4,364756 3,9845626 Juni 3,580395 0,0745 3,929827 3,17768076 4,34913 3,9796181 Juli 3,604867 0,073 3,934347 3,211787763 4,347921 3,9998557 Agustus 3,595094 0,068 3,931305 3,25851756 4,308216 3,9577482 September 3,570833 0,0637 3,933183 3,209515015 4,277834 3,9392908 Oktober 3,556351 0,059 3,939968 3,236033147 4,263685 3,9411915 Nopember 3,573969 0,0535 3,945616 3,242044239 4,275664 3,9297307 Desember 3,577082 0,0525 3,956984 3,184975191 4,269227 3,929793