1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari kegiatan transaksi.
Transaksi tersebut memerlukan alat bayar berupa uang dimana kedua belah pihak
harus bertemu langsung untuk melakukan transaksi. Namun kenyataan yang ada saat
ini berbeda dengan dahulu. Saat ini kedua belah pihak tidak harus bertemu langsung
untuk melakukan transaksi tersebut, dengan kecanggihan teknologi yang ada saat ini
semua jenis transaksi bisa dilakukan dengan menggunakan media elektronik tanpa
melibatkan kontak fisik secara langsung.
Dalam dunia perbankan saat ini telah diramaikan dengan adanya fasilitas
kemudahan bertransaksi secara mobile, hal tersebut terjadi seiring dengan tuntutan
terhadap tersedianya kemudahan dan kesederhanaan prosedur yang semakin lama
semakin meningkat. Masyarakat semakin menuntut kepraktisan dan mulai enggan
menjalankan suatu prosedur yang tidak hanya menghabiskan banyak waktu namun
tanpa terasa telah mengikis sumber pendapatan seseorang. Hal ini menjadi dasar
pemikiran para nasabah untuk mulai beralih dari kebiasaannya selama ini.
Sebelumnya para nasabah sudah cukup puas dengan adanya transaksi
menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Namun sekarang kepuasan tersebut
cepat menghilang, karena bertransaksi dengan menggunakan ATM tidak jauh beda
2
dengan datang langsung ke bank, bahkan terkadang nasabah harus tetap mengantri
untuk menunggu gilirannya tiba.
Di lain pihak, tingginya tingkat kriminalitas yang melahirkan kebutuhan
masyarakat akan keamanan dan kepraktisan dalam melakukan segala transaksi.
Indusrti perbankan tahu benar memanfaatkan hal itu. Fungsi utama bank sebagai
tempat menabung dan sumber kredit pun dikembangkan. Saat ini, dalam bersaing
satu sama lain, bank-bank tidak hanya mengandalkan dua fungsi utama tersebut,
melainkan berlomba memberikan layanan yang sebanyak mungkin dapat dilibatkan
langsung dalam melakukan transaksi sehari-hari.
Hal ini menyebabkan dunia perbankan mulai memutar otak dan menggagas
formula unuk mengembangkan dan membuka jaringan untuk pelayanan kepada
nasabah berupa layanan SMS-banking. Layanan SMS-banking ini sudah meramaikan
dunia perbankan sejak beberapa tahun belakangan ini. Adanya SMS-banking ini,
selain dapat menghemat biaya transaksi, pengguna juga dapat melakukan transakski
kapan saja dan dimana saja. Seiring dengan perkembangan teknologi yang dimiliki
oleh operator selular, penyediaan fitur terhadap transaksi SMS-banking pun semakin
dipermudah.
Mempertimbangkan fenomena telepon seluler sebagai alat komunikasi yang
paling diminati saat ini, maka sangat besar peluang para nasabah yang akan
manggunakan layanan SMS-banking. Teknologi dan komunikasi memang sudah
seharusnya digunakan untuk mempermudah penggunanya. Seperti halnya pada
Bank BRI Syariah, untuk mempermudah transaksi pelanggan bank, Bank BRI
3
Syariah merancang layanan SMS-banking. SMS-banking ini diharapkan dapat
menjadi sarana untuk mempermudah akses rekening nasabah perorangan dengan
menggunakan ponsel. SMS-banking ini dapat diakses oleh nasabah selama 24 jam.
Sampai saat ini terdapat 5 bank di Kota Yogyakarta yang sudah memiliki layanan
SMS-banking yaitu Bank Mandiri, Bank Bukopin, BCA, BNI dan BRI.
Jika dilihat dari aktivitas finansial yang dilakukan, layanan SMS-banking
lebih banyak digunakan untuk mencari informasi. Bahkan, jumlah aktivitas
pencarian informasi bisa tiga kali lipat dibandingkan dengan kegiatan transaksi. Hal
ini dikarenakan karakter masyarakat Indonesia yang masih belum percaya akan
transaksi menggunakan SMS-banking. Kekhawatiran akan terkena penipuan masih
tinggi. Ini salah satu sebab pertumbuhan layanan SMS-banking cukup lambat.
Penggunaan teknologi informasi (SMS-banking) dan pemanfaatannya dalam
kegiatan perbankan akan menjadi suatu kebutuhan dan menjadi layak untuk
dilakukan penelitian berkaitan dengan hal tersebut. Walaupun terdapat banyak
kemajuan yang cukup berarti dalam kemampuan hardware dan software, bukan
berarti tidak ada permasalahan. Masalah yang kerap muncul dalam penggunaan
suatu teknologi adalah pemanfaatan yang rendah terhadap sistem informasi yang ada
secara terus menerus. Rendahnya penggunaan teknologi informasi dapat
menyebabkan rendahnya return dari investasi organisasi dalam teknologi informasi
(Ventakesh & Davis dalam Sanjaya, 2005).
Sehubungan dengan perilaku seseorang untuk dapat menerima atau menolak
penggunaan Teknologi Informasi, maka terdapat sebuah model yang dikembangkan
4
dengan nama Technology Acceptance Model (TAM). TAM dapat diartikan sebagai
sebuah model penelitian yang menjelaskan perilaku adopsi sistem informasi atau
teknologi informasi (Chau, 1996, dalam Sanjaya, 2005). TAM merupakan adaptasi
dari Theory of Reasoned Action Model (TRA) yang dikembangkan oleh Fishbein
dan Ajzen (1975) dalam Sanjaya (2005). TAM merupakan salah satu model baku
(established) karena telah diuji secara empiris.
Penelitian di bidang TAM telah dilakukan dengan berbagai macam setting,
misalkan internet, komputer, e-mail, e-government, e-education, e-learning dan
masih banyak lagi. Diantara sekian banyak penelitian yang dilakukan, Ajzen dan
Fishbein dalam Sanjaya (2005) yang memberikan penjelasan dengan tepat bagi para
pemakai dalam penggunaan suatu teknologi informasi. Kecenderungan berperilaku
dalam menggunakan suatu teknologi dipengaruhi oleh beberapa variabel. Diantara
variabel-variabel tersebut adalah persepsi manfaat (Perceived Usefulness) dan
Kemudahan dalam penggunaan (Perceived Ease of Use).
Penelitian ini bermaksud menguji kembali variabel-variabel yang digunakan
dan juga menguji kembali hubungan antara variabel dan penelitian sebelumnya,
diantaranya yang dilakukan oleh Sanjaya (2005). Berdasarkan hal itu, peneliti
berkeinginan untuk menganalisis pengaruh manfaat dan kemudahan terhadap minat
berperilaku para nasabah dalam penggunaan SMS-banking. Penelitian ini dilakukan
di semua kantor Bank cabang kota Yogyakarta yang mempunyai layanan SMS-
banking.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Apakah manfaat (Perceived Usefulness) dan kemudahan (Perceived Ease of
Use) berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berperilaku (Behavioral
Intention) nasabah dalam menggunakan SMS-banking ?
2. Apakah manfaat (Perceived Usefulness) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat berperilaku (Behavioral Intention) nasabah dalam menggunakan
SMS-banking ?
3. Apakah kemudahan (Perceived Ease of Use) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat berperilaku (Behavioral Intention) nasabah dalam menggunakan
SMS-banking ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh manfaat dan kemudahan terhadap minat
berperilaku pengguna SMS-banking.
2. Untuk menganalisis pengaruh manfaat terhadap minat berperilaku pengguna
SMS-banking.
3. Untuk menganalisis pengaruh kemudahan terhadap minat berperilaku pengguna
SMS-banking.
6
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi
pembaca dan penelitian selanjutnya dalam hal:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang Sistem
Informasi dengan membandingkan teori yang diperoleh selama kuliah dengan
kenyataan yang ada.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat digunakan sebagi bahan informasi yang dapat digunakan
oleh pihak Bank di masa yang akan datang.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan memberikan
sumbangan pemikiran sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian yang
berkaitan dengan penelitian ini.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Perilaku
Perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukan
oleh orang-orang dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan barang-
barang ekonomi dan jasa. Dengan demikian perilaku konsumen terdiri dari
aktivitas-aktivitas yang melibatkan orang-orang yang sedang menyeleksi,
membeli dan menggunakan produk dan jasa, sedemikian rupa sehingga hal
tersebut memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan mereka.
Perilaku konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya : pendapatan, selera konsumen dan harga barang.
Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen, diatas
menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya dapat
membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasaan tertentu sesuai
dengan apa yang diharapkannya.
Peramalan tentang perilaku atau pilihan konsumen dimasa mendatang
dapat dilakukan berdasarkan apa yang telah mereka katakan tentang minat
mereka mengambil pilihan atau membeli. Meskipun ada beberapa versi tentang
pendeketan ini yang biasa dipakai, semuanya berasal dari tinjauan bahwa
ukuran-ukuran tentang “cognition” (berpikir) dan “affect” (berperasaan) itu
8
dapat dikombinasikan ke dalam sebuah indeks minat membeli yang kemudian
dapat memprediksi secara akurat pilihan-pilihan konsumen.
Pengukuran seperti ini telah dibuktikan oleh Fishbein dalam Sanjaya
(2005), dengan modelnya disebut Behavioral Intention Model. Model ini
disempurnakan oleh Fishbein dan Ajzen dalam Sanjaya (2005), dengan sebutan
Theory of Reasoned Action. Theory of Reasoned Action atau dikenal juga
dengan sebutan Reasoned Action Model merupakan model sikap yang
membahas kaitan antara minat, minat berperilaku, dan perilaku, di samping
faktor lain seperti norma subyektif. Minat berperilaku merupakan fungsi
evaluasi dari keseluruhan sikap terhadap perilaku ditambah keyakinan tentang
pengharapan-pengharapan dari orang penting (relevan) lain terhadap perilaku
seperti itu yang kemudian ditimbang dengan motivasinya untuk menuruti
pengharapan-pengharapan tersebut (norma subyektif), dan minat berperilakunya
akan menentukan perilakunya. Kombinasi antara kekuatan dan evaluasi tentang
keyakinan penting seseorang konsumen akan membentuk sikap dan perilakunya
dalam minat menggunakan SMS-banking. Ada beberapa teori pendukung yang
menjelaskan teori perilaku dan pemanfaatan suatu teknologi, diantaranya:
a. Theory of Reasoned Action (TRA)
Teori tindakan beralasan (the theory of reasoned action-TRA)
dikembangkan oleh Azjen dan Fishbein (1980) dalam Aries dan Ghozali
(2006). Teori ini merupakan suatu teori yang berhubungan dengan sikap dan
perilaku individu dalam melaksanakan kegiatan. TRA (Theory of Reasoned
9
Action) didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif seseorang individu
(pengaruh evaluasi) tentang kinerja sikap yang ditargetkan (Fishbein and
Ajzen, 1975 dalam Sunarta, 2005). TRA (Theory of Reasoned Action)
menjelaskan bahwa minat dari seseorang untuk melakukan (atau tidak
melakukan) suatu perilaku yang merupakan penentu langsung dari tindakan
atau perilaku seseorang.
Berasal dari pengaturan psikologi sosial, TRA (Theory of Reasoned
Action) terbagi dalam tiga komponen yaitu, niat perilaku, sikap dan norma
subyektif. Pada tahap awal, perilaku (behavior) diasumsikan oleh minat
(intention). Pada tahap berikutnya minat-minat dapat dijelaskan dalam bentuk
sikap terhadap perilaku dan norma-norma subyektif. Tahapan ketiga
mempertimbangkan subyektif dalam bentuk kepercayaan-kepercayaan
tentang konsekuen suatu perilaku tentang ekspektasi-ekspektasi normatif dari
orang-orang yang relevan. Secara keseluruhan, berarti perilaku seseorang
dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan kepercayaan-kepercayaannya.
Miller (2005) mendefinisikan masing-masing dari tiga komponen teori
ini sebagai berikut:
1) Sikap merupakan jumlah dari keyakinan tentang perilaku tertentu
tertimbang oleh evaluasi dari keyakinan.
2) Norma subyektif merupakan melihat pengaruh dari orang-orang di
lingkungan sosial dan keyakinan orang dengan dihitung pentingnya
pendapat mereka akan pengaruhi perilaku tersebut.
10
3) Perilaku niat merupakan fungsi dari kedua sikap terhadap perilaku dan
norma subyektif terhadap perilaku yang telah ditemukan untuk
memprediksi perilaku aktual
TRA bekerja dengan baik jika diterapkan pada perilaku dimana
individu memiliki pilihan atau kendali terhadap perilakunya (volitional
control). Jika perilaku tidak sepenuhnya berada dalam kendali individu
meskipun individu sangat bermotivasi oleh sikap dan norma subjektif,
individu secara aktual tidak dapat melaksanakan perilakunya karena ada
intervensi dari kondisi lingkungan kerja.
Berdasarkan TRA, perilaku khusus seseorang dilakukan berdasarkan
behavioral intention (minat berperilaku) dalam memainkan perilaku, dan
behavioral intention secara bersama-sama ditentukan oleh attitude (sikap)
seseorang dan subjective norm. Behavioral intention (minat menggunakan)
adalah suatu ukuran tentang kekuatan tujuan seseorang untuk melakukan
tindakan khusus. Attitude (sikap) adalah perasaan positif dan negatif
seseorang tentang penentuan tujuan dan target perilaku. Subjective norm
adalah persepsi seseorang tentang pendapat umum apakah ia harus atau tidak
harus melakukan perilaku seperti yang dibicarakan banyak orang.
b. Technology Acceptance Model (TAM)
Salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang
sangat berpengaruh dan umum digunakan untuk menjelaskan penerimaan
individual terhadap penggunaan sistem informasi adalah model penerimaan
11
teknologi atau yang disebut Theory Acceptance Model (TAM) diperkenalkan
oleh Fred D. Davis pada tahun 1989 sebagai adaptasi dari Technology of
Reasoned Action (TRA). Technology Acceptance Model adalah sebuah sistem
informasi (sistem yang terdiri dari jaringan semua saluran komunikasi yang
digunakan dalam sebuah organisasi) teori bahwa bagaimana pengguna datang
untuk menerima dan menggunakan teknologi (Davis, 1989).
Model ini menunjukkan bahwa ketika pengguna dihadapkan dengan
sebuah teknologi baru, sejumlah faktor yang mempengaruhi keputusan
mereka tentang bagaimana dan kapan mereka menggunakannya. Menurut
Mutmainah (2006) TAM menunjukkan kegunaan dan kemudahan
penggunaan akan mempengaruhi niat individu dalam menggunakan teknologi
informasi, dengan determinan attitudional, dipisahkan masing-masing
menjadi perilaku pemakaian (usage) dengan dua perangkat variabel persepsi
kegunaan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan
(perceived ease of use) yang diterapkan pada berbagai konteks penerimaan
teknologi komputer.
2. Manfaat (Perceived Usefulness)
Jogiyanto (2007) mendefinisikan manfaat (perceived usefulness) sebagai
sejauhmana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu teknologi akan
meningkatkan kinerja pekerjaannya. Kemanfaatan penggunaan TI (teknologi
informasi) dapat diketahui dari kepercayaan pengguna TI dalam memutuskan
12
penerimaan TI, dengan satu kepercayaan bahwa penggunaan TI tersebut
memberikan kontribusi positif bagi penggunanya. Seseorang mempercayai dan
merasakan dengan menggunakan komputer sangat membantu dan mempertinggi
prestasi kerja yang akan dicapainya, atau dengan kata lain orang tersebut
mempercayai penggunaan TI telah memberikan manfaat terhadap pekerjaan dan
pencapaian prestasi kerjanya. Kemanfaatan penggunaan TI tersebut menjadi
sebuah variabel tersendiri yang diteliti oleh para peneliti, khususnya untuk
melihat penerimaan penggunaan TI bagi organisasi perusahaan.
Menurut Thompson et al (1991;1994) dalam Nasution (2004)
kemanfaatan TI merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna TI dalam
melaksanakan tugasnya. Pengukuran kemanfaatan tersebut berdasarkan
frekuensi penggunaan dan diversitas/keragaman aplikasi yang dijalankan.
Thompson (1991) dalam Nasution (2004) juga menyebutkan bahwa individu
akan menggunakan TI jika mengetahui manfaat positif atas penggunaannya.
Davis (1989), melakukan penelitian untuk melakukan mengembangkan
pengukuran yang lebih baik untuk memprediksi dan menjelaskan penggunaan
teknologi. Fokus didalam penelitian ini adalah untuk menginvestigasi pada dua
konstrak yaitu yang teoritikal manfaat dan kemudahan yang diteorikan menjadi
determinan dasar dalam pemanfaatan sistem. Penelitian ini menemukan
beberapa hal penting yaitu skala baru ditemukan yang memiliki sifat
psychometric yang kuat dan menunjukan hubungan empirical yang signifikan
dengan pemanfaatan minat berperilaku.
13
Penelitian Davis (1989) juga menunjukkan peran perceived usefulness
dan perceived ease of use sebagai pendorong para pemakai dalam menggunakan
sistem. Perceived usefulness ternyata lebih kuat hubungannya dengan
pemanfaatan perilaku dibandingkan dengan perceived ease of use.
Igbaria et al. (1995) dalam Handayani (2007), melakukan pengujian
dengan menghubungkan suatu konsep model dalam peenggunaan mikro
komputer secara terintegrasi sehingga di dalam penelitian ini menggunakan
TAM untuk memperluas investigasinya untuk melihat dampak faktor-faktor
eksternal misalnya, individual, organisasional dan karateristik sistem dalam
penerimaan pemakai teknologi mikrokomputer. Igbaria et al. (1995) dalam
Handayani (2007), menganalisis model ini dengan dua konstrak yang terpisah
yaitu (1) kepercayaan perceived usefulness dan perceived ease of use, (2)
dukungan organisasi (dukungan manajemen dan dukungan computing end user),
dan (3) pemanfaatan mikrokomputer perceived usage dan variety of use. Hasil
penelitian Igbaria et al. (1995) dalam Handayani (2007), menunjukan bahwa
faktor-faktor yang diinvestigasi memberikan kontribusi kepada pemanfaatan
mikro komputer.
Faktor-faktor eksternal juga mempengaruhi perceived usefulness dan
variabel-variabel endogeneos lainnya, seperti yang dijelaskan dalam Davis et al.
(1989) bahwa kepercayaan (perceived usefulness dan perceived ease of use)
merupakan konstrak yang signifikan berhubungan dengan pemanfaatan
pelaporan sendiri. Igbaria et al. (1995) dalam Handayani (2007), juga
14
menunjukan bahwa manfaat adalah lebih penting sebagai determinan
pemanfaatan mikro komputer dibandingkan perceived ease of use.
Secara individual ditunjukkan bahwa computer attitude memiliki
pengaruh yang signifikan pada perceived usefullness dan perceived ease of use.
Di lain pihak, Computer self efficacy mempunyai pengaruh relatif kecil untuk
perceived usefullness dan tidak signifikan pengaruhnya dalam perceived ease of
use.
3. Kemudahan (Perceived Ease of Use)
Kemudahan penggunaan (ease of use) didefinisikan sebagai sejauhmana
seseorang percaya bahwa penggunaan teknologi akan bebas dari usaha
(Jogiyanto, 2007). Kemudahan dalam penggunaan teknologi dapat menjadi
suatu katalisator potensial untuk meningkatkan minat berperilaku dalam
penggunaan teknologi informasi (sms-banking).
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan perceived ease of use
dilakukan Davis (1989) yang menunjukkan ada pengaruh baik perceived
usefulness dan perceived ease of use sebagai determinan pemanfaatan sistem
tetapi untuk perceived ease of use hubungannya dengan penggunaan sistem tidak
sekuat perceived usefulness. Subramanian (1994), menunjukkan perceived ease
of use tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam memprediksikan
pemanfaatan teknologi pada masa yang akan datang. Szajna dalam Sanjaya
(2005), menunjukan perceived ease of use mampu digunakan untuk
15
memprediksi minat berperilaku responden dalam menggunakan teknologi
informasi.
Venkatesh dan Davis dalam Sanjaya (2005), melakukan pengujian untuk
memahami ukuran persepsi kemudahan. Mereka berpendapat bahwa persepsi
kemudahan ternyata berhubungan sangat erat self efficacy dalam mempengaruhi
minat berperilaku bagi pemakai dalam penggunaan komputer. Venkatesh dan
Morris dalam Sanjaya (2005), menemukan bahwa wanita di dalam minatnya
untuk menggunakan sistem ternyata sangat kuat dipengaruhi oleh perceived ease
of use dan norma subjektif.
4. Minat Berperilaku (Behavioral Intention)
Minat berperilaku adalah suatu keinginan (minat) seseorang untuk
melakukan suatu perilaku tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku
jika mempunyai minat atau keinginan untuk melakukannya (Jogiyanto, 2007).
Perilaku (behaviour) adalah tindakan yang dilakukan seseorang. Dalam konteks
penggunaan system informasi, perilaku (behaviour) adalah penggunaan
sesungguhnya (actual usage) dari teknologi (Jogiyanto, 2007).
Hasil penelitian Davis (1989) menunjukan bahwa manfaat (perceived
usefulness) dan kemudahan (perceived ease of use) berperan sebagai pendorong
para pemakai dalam mengunakan suatu sistem. Namun manfaat lebih dominan
kaitannya dengan minat berperilaku (behavioral intention).
16
Chau dalam Sanjaya (2005), melakukan penelitian untuk menguji
pengaruh computer attitude dan self efficacy terhadap minat berperilaku dalam
information technology (IT). Computer attitude dan self efficacy secara eksplisit
bersama-sama dalam model penelitian mempengaruhi perceived usefulness dan
perceived ease of use dimana dua faktor ini mempengaruhi minat berperilaku IT.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Davis et al. (1989) melakukan penelitian berjudul “User Acceptance of
Computer Technology: A Comparison of Two Theoritical Model”. Penelitian ini
bertujuan untuk memberikan prediksi penjelasan dan peningkatan penerimaan
pemakai yang lebih baik melalui pemahaman mengapa seseorang menerima atau
menolak komputer melalui pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) dan
Theory of Reasoned Action (TRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived
ease of use dan perceived usefulness berpengaruh pada minat seseorang, tetapi
perceived usefulness memiliki tingkat signifikansi yang lebih kuat. Sikap memediasi
perceived ease of use dan perceived usefulness secara terpisah dan norma subyektif
tidak memiliki pengaruh pada minat.
Penelitian Sanjaya (2005) dengan judul “Pengaruh Rasa Manfaat dan
Kemudahan Terhadap Minat Berperilaku (Behavioral Intention) Para Mahasiswa
dan Mahasiswi dalam Penggunaan Internet”. Hasil penelitian membuktikan bahwa
manfaat (perceived usefulness) berpengaruh signifikan terhadap minat berperilaku
17
para mahasiswa dan mahasiswi dalam menggunakan internet. Selanjutnya,
kemudahan (perceived use of use) tidak berpengaruh signifikan terhadap minat
berperilaku mahasiswa dan mahasiswi dalam menggunakan internet.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Sanjaya (2005). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sanjaya (2005) adalah subyek dan obyek penelitianya. Penelitian Sanjaya
mengambil subyek penelitiannya yaitu mahasiswa dan mahasiswi Fakultas
Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan obyek penelitian yaitu
penggunaan internet sedangkan dalam penelitian ini subyeknya adalah masyarakat
umum Yogyakarta dan obyeknya yaitu SMS Banking.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka penelitian mengenai pengaruh
persepsi manfaat dan kemudahan terhadap minat berperilaku dalam penggunaan
SMS-Banking, dapat dihipotesiskan dengan sebagai berikut:
1. Pengaruh Manfaat dan Kemudahan terhadap Minat Berperilaku
Seseorang akan menggunakan atau tidak menggunakan suatu sistem
informasi, ketika sistem itu mudah dan bermanfaat baginya. Menurut Anderson
(1990), Klein dan Beck (1987), dan Szajna (1994) dalam Sanjaya (2005), ada
dua determinan yang penting dalam penggunaan sistem informasi. Pertama,
orang yang cenderung menggunakan atau tidak menggunakan suatu aplikasi
karena keyakinannya bahwa aplikasi ini akan dapat membantu mereka untuk
18
bekerja lebih baik. Variabel yang pertama disebut persepsi manfaat. Kedua,
meskipun para pemakai potensial percaya bahwa suatu aplikasi memberi
manfaat, akan tetapi pada waktu yang sama mereka percaya bahwa sistem
tersebut terlalu sulit untuk digunakan. Variabel kedua ini disebut dengan
persepsi kemudahan. Hasil penelitian Sanjaya (2005) menunjukkan bahwa
manfaat dan kemudahan secara bersama-sama mempengaruhi seseorang dalam
penggunaan internet.
Dalam hal demikian, penulis merumuskan hipotesis yang pertama sebagai
berikut :
H1 : Manfaat (perceived usefulness) dan kemudahan (Perceived ease of use)
akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berperilaku
nasabah dalam menggunakan SMS Banking.
2. Pengaruh Manfaat terhadap Minat Berperilaku
Menurut Davis (1989), manfaat (perceived usefulness) adalah tingkat
keyakinan seseorang bahwa penggunaan suatu teknologi tertentu akan
meningkatkan prestasi kerjanya. Manfaat merupakan faktor penting dari minat
berperilaku seseorang dalam menggunakan suatu sistem informasi. Seseorang
akan menggunakan dan memanfaatkan sebuah sistem informasi jika dia merasa
bahwa sistem tersebut memberikan manfaat.
Penelitian yang dilakukan Davis (1989) serta Sanjaya (2005) yang
menyimpulkan bahwa manfaat memiliki pengaruh signifikan terhadap minat
19
berperilaku. Atas dasar teori dan hasil-hail penelitian sebelumnya maka peneliti
mengajukan hipotesis penelitian sebagi berikut:
H2 : Manfaat (perceived usefulness) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat berperilaku nasabah dalam menggunakan SMS Banking.
3. Pengaruh Kemudahan terhadap Minat Berperilaku
Kemudahan penggunaan produk merupakan salah satu cara penilaian
konsumen terhadap produk. Money dalam Budiman (2003) menerangkan bahwa
sukses atau gagalnya produk dalam persaingan dewasa ini tergantung pada
pemahaman terhadap proses pencarian informasi produk dan pengambilan
keputusan konsumen terhadap pemakaian produk. Kemudahan penggunaan
produk mengacu pada jumlah kesukaran yang terjadi ketika menggunakan
produk (Wish et al, 1978). Davis (1989) menyatakan bahwa kegunaan produk
merupakan derajad kepercayaan konsumen atau persepsi pelanggan bahwa
dalam menggunakan produk tertentu, mereka relatif tidak mengeluarkan usaha
yang berat. Pengetahuan pemakaian (usage knowledge) konsumen mencakup
informasi yang tersedia di dalam ingatan mengenai bagaimana suatu produk
dapat digunakan dan apa yang diperlukan agar benar-benar menggunakan
produk tersebut. Membuat segala sesuatu lebih mudah dan nyaman dalam dunia
yang kompleks dapat menjadi dalil merek yang kuat (Temporal dan Lee, 2002).
Davis (1989) menerangkan bahwa bila konsumen menganggap suatu produk
mudah digunakan, mereka akan merasakan kegunaan produk itu untuk
20
memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Day dalam Tjiptono (1997)
menyatakan bahwa pemahaman konsumen akan produk dapat memengaruhi
kepuasan konsumen.
Sistem yang lebih sering digunakan menunjukan bahwa sistem tersebut
lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan.
Kemudahan dalam penggunaan system informasi dapat menjadi suatu katalisator
potensial untuk meningkatkan minat berperilaku dalam penggunaan teknologi
informasi (sms-banking). Kwon dan Chidambaram dalam Budiman (2003)
menjelaskan bahwa bila konsumen merasa suatu produk mudah digunakan maka
mereka akan cenderung berminat untuk memakai produk.
Penelitian yang dilakukan oleh Davis (1989) menunjukkan bahwa
kemudahan (perceived ease of use) memilik pengaruh terhadap minat
berperilaku Sedangkan Sanjaya (2005) menyimpulkan bahwa kemudahan
(perceived ease of use) tidak memilik pengaruh terhadap minat berperilaku. Atas
dasar teori dan hasil-hail penelitian sebelumnya maka peneliti mengajukan
hipotesis penelitian sebagi berikut:
H3 : Kemudahan (perceived ease of use) akan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap minat berperilaku nasabah dalam menggunakan SMS
Banking.
H1
H2
H3
21
D. Model Penelitian
Untuk menunjukan hubungan variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, maka model penelitian ini adalah seperti pada gambar berikut:
Gambar 2.1.Model Penelitian
Keterangan:
Uji parsial
Uji simultan
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Subyek / Obyek Penelitian
Kemudahan(Perceived ease of
use)
Manfaat(Perceived usefulness)
Minat Berperilaku(Behavioral Intention)
22
Subyek dalam penelitian ini adalah nasabah bank yang mempunyai layanan
SMS Banking. Obyek yang diteliti adalah layanan SMS Banking. Sampai saat ini
terdapat 5 bank di Yogyakarta yang sudah memilik layanan SMS-banking yaitu
Bank Mandiri, Bank Bukopin, BCA, BNI dan BRI.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data
yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya. Data primer dari penelitian ini
meliputi jawaban-jawaban dari responden yang didapat melalui kuesioner yang
berkaitan dengan persepsi Manfaat, Kemudahan dan Minat Berperilaku.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Teknik purposive sampling yaitu dilakukan dengan mengambil sampel dari
populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan adalah para
nasabah Bank yang sudah pernah menggunakan layanan SMS Banking minimal 2
kali.
Target sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 150, penentuan ukuran
ini berdasarkan pendapat Sekaran (2006) bahwa ukuran sampel lebih dari 30 dan
kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada nasabah Bank kantor cabang
Yogyakarta pernah menggunakan layanan SMS Banking.
23
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan survei melalui penyebaran
kuesioner ke nasabah bank dengan daftar pernyataan mengenai manfaat,
kemudahan dan minat berperilaku dalam menggunakan SMS Banking.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 3 variabel yang terdiri dari dua variabel bebas
(independen) dan satu variabel terikat (dependen). Variabel independen terdiri dari:
Manfaat dan Kemudahan. Sedangkan variabel dependen adalah Minat Berperilaku.
Definisi operasional masing-masing adalah sebagi berikut :
1. Variabel Manfaat
Manfaat (perceived usefulness) didefinisikan sejauhmana seseorang
percaya bahwa penggunaan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja
pekerjaannya (Jogiyanto, 2007). Variabel manfaat ini diukur dengan instrumen
yang dimodifikasi dari Davis (1989) yang terdiri dari empat item. Item
pernyataan berkaitan dengan manfaat dalam penggunaan SMS Banking dapat
meningkatkan transaksi perbankan. Indikator manfaat sebagai berikut:
a. Meningkatkan transaksi
b. Meningkatkan produktivitas
c. Menaikkan efektivitas transaksi
d. Berguna untuk transaksi
24
2. Variabel Kemudahan
Kemudahan penggunaan (ease of use) didefinisikan sejauhmana seseorang
percaya bahwa penggunaan teknologi akan bebas dari usaha (Jogiyanto, 2007).
Variabel kemudahan diukur dengan instrumen yang dimodifikasi dari Davis
(1989) yang terdiri dari empat item. Item pernyataan berkaitan dengan
kemudahan dalam menggunakan SMS Banking mudah dilakukan dimanapun dan
kapanpun. Indikator kemudahan sebagai berikut:
a. Mudah dipahami
b. Tidak memerlukan banyak usaha mental
c. Mudah dilakukan
d. Bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun
3. Minat Berperilaku
Minat berperilaku (behavioral intention) adalah suatu keinginan (minat)
seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Seseorang akan melakukan
suatu perilaku jika mempunyai minat atau keinginan untuk melakukannya
(Jogiyanto, 2007). Variabel minat berperilaku diukur dengan instrumen yang
dimodifikasi dari Sanjaya (2005) terdiri dari tiga item. Item pernyataan berkaitan
dengan minat berperilaku menggunakan SMS Banking. Indikator kemudahan
sebagai berikut:
a. Memiliki akses
b. Kesempatan
c. Transaksi perbankan tidak menentu
25
Seluruh item pernyataan dari variabel manfaat, variabel kemudahan dan
variabel minat berperilaku menggunakan dengan Skala Likert dengan skor jawaban
sebagai berikut :
Tabel 3.1.Skala Likert Skor Jawaban Responden
No Keterangan Skor1 Sangat Setuju (SS) 52 Setuju (S) 43 Netral (N) 34 Tidak setuju (TS) 25 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber : Sekaran Uma (2006)
F. Uji Kualitas Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Uji kualitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Sedangkan dalam
penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah analisis dengan pearson
correlations, yaitu dengan melihat korelasi masing-masing skor butir pertanyaan
terhadap total skor butir pertanyaan pada variabel tersebut. Apabila total skor
pada butir pertanyaan menunjukkan nilai p value <0,05 (signifikan) maka dapat
diambil bahwa kesimpulan adalah valid (Ghozali, 2002)
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas instrumen dalam studi ini dilakukan dengan cronbach alpha
pada masing-masing instrumen. Menurut Ghozali (2002), teknik cronbach alpha
26
adalah suatu teknik yang akan menunjukan indeks konsistensi internal yang
akurat, cepat, dan ekonomis. Instrumen dikatakan memenuhi reliabilitas jika
nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,60.
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data
1. Persamaan Regresi
Teknik analisis yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
analisis regresi berganda yaitu untuk mengetahui pengaruh dua variabel
independen (X) atau lebih terhadap variabel dependen (Ietje Nazarudin). Dengan
Model persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini:
Y = β1 . X1 + β2 . X2 + e
Y = Minat berperilaku
X1 = Manfaat
X2 = Kemudahan
β1 = Koefisien manfaat terhadap minat berperilaku
β2 = Koefisien kemudahan terhadap minat berperilaku
e = Koefisien error
2. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen mempunyai pengaruh yang sama terhdap variabel dependen
(Algifari, 2000). Pengujian ini menggunakan uji F yaitu untuk menguji secara
keseluruhan dengan taraf signifikan 5%.
Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis :
27
a. Jika nilai p-value (sig) > (0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti
variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat.
b. Jika nilai p-value (sig) < (0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti
variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat.
3. Uji Koefisien Regresi Parsial (uji t)
Uji t digunakan untuk memastikan apakah variabel independen yang
terdapat dalam persamaan tersebut secara individu berpengaruh terhadap nilai
variabel dependen (Algifari, 2000).
Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis:
a. Jika nilai p-value (sig) > (0,05), maka Ho diterima berarti variabel bebas
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
b. Jika nilai p-value (sig) < (0,05), maka Ho ditolak berarti variabel bebas
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur proporsi variasi variabel
terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai koefisien determinasi (R
square) akan terletak antara 0 sampai dengan 1. Koefisien R square akan bernilai
0 apabila tidak ada variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas.
Jika semua variasi variabel bebas dijelaskan oleh variabel terikat maka R square
akan bernilai 1 (Algifari, 2000).
28