ANALISIS MASALAH BBM
1
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
Bahan Konferensi Pers
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
Jakarta, 11 Maret 2011
I. POLA KONSUMSI BBM
1. Indonesia sudah bukan lagi net eksportir BBM impor BBM sudah sebesar 30% dari kebutuhan/konsumsi DN.
2. Konsumsi BBM terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
3. Subsidi BBM yang disediakan untuk kelompok kurang mampu semakin banyak dkonsumsi oleh kelompok mampu:
a. Subsidi tidak tepat sasaran
b. Pemborosan penggunaaan.
2
Penyediaan BBM didalam negeri
tergantung kepada impor BBM (30%)
• Konsumsi BBM didalam
negeri dalam 20 tahun
terus mengalami kenaikan,
dari sekitar 30 juta KL
(1990) menjadi 60 juta KL
(2010).
• Kenaikan konsumsi BBM
ini diikuti dengan kenaikan
volume BBM impor. - dari
5 juta KL (1990) sampai
menjadi diatas 30 jta KL
(2010).
• Dalam lima tahun terakhir
volume impor BBM selalu
diatas 20 juta KL, sekitar
30-35% dari total
konsumsi BBM.
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
19
90
19
92
19
94
19
96
19
98
20
00
20
02
20
04
20
06
20
08
20
10
*
Konsumsi, Kilo Liter(KL)Impor, Kilo Liter (KL)
3
Minyak Mentah
13% Kondensasi
2%
Gas Alam 85%
Proporsi Minyak Bumi dan Gas Alam
1996 dan 2008
Minyak Mentah
10% Kondensasi
1%
Gas Alam 89%
2008
Sementara itu:
1.Proporsi minyak
mentah sebagai
sumber energi
semakin menurun
proporsinya.
2.Produksi
(sumberdaya) gas
lebih dominan
4
Sementara konsumsi semakin meningkat dengan
pesatnya perkembangan jumlah Kendaraan
Bermotor (1995-2008)
Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah
1995 2 107 299 688 525 1 336 177 9 076 831 13 208 832
1996 2 409 088 595 419 1 434 783 10 090 805 14 530 095
1997 2 639 523 611 402 1 548 397 11 735 797 16 535 119
1998 2 769 375 626 680 1 586 721 12 628 991 17 611 767
1999 2 897 803 644 667 1 628 531 13 053 148 18 224 149
2000 3 038 913 666 280 1 707 134 13 563 017 18 975 344
2001 3 261 807 687 770 1 759 547 15 492 148 21 201 272
2002 3 403 433 714 222 1 865 398 17 002 140 22 985 193
2003 3 885 228 798 079 2 047 022 19 976 376 26 706 705
2004 4 464 281 933 199 2 315 779 23 055 834 30 769 093
2005 5 494 034 1 184 918 2 920 828 28 556 498 38 156 278
2006 6 615 104 1 511 129 3 541 800 33 413 222 45 081 255
2007 8 864 961 2 103 423 4 845 937 41 955 128 57 769 449
2008 9 859 926 2 583 170 5 146 674 47 683 681 65 273 451
5
Konsumsi BBM - premium
Premium merupakan jenis BBM yang
menyerap subsidi terbanyak yaitu
sebesar 60% (22,1 juta KL) dari
realisasi BBM bersubsidi.
Berdasarkan sektor pengguna BBM
bersubsidi, sektor transportasi (darat)
menyerap 89% (32,49 juta KL) dari
perkiraan realisasi BBM bersubsidi.
Konsumsi premium pada sektor
transportasi (darat) didominasi oleh
mobil pribadi sebesar 53% (13,3 juta
KL) dari total konsumsi premium untuk
transportasi darat.
Jawa-Bali mengkonsumsi 59% kuota
premium nasional, dimana sebesar
30%nya dikonsumsi di Jabodetabek,
yaitu 18% konsumsi premium nasional).
Jawa-Bali exc
Jabodetabek
41%
Jabodetabek 18%
IBT = 10%
NTB dan NTT = 2%
Sumatera Kota Besar
= 4%
Sumatera exc Kota
Besar = 18%
Kalimantan Kota Besar
= 2%
Kalimantan exc Kota
Besar = 5%
Jawa –
Bali =
59% (Termasuk
Jabodetabek
18% dari total
6
Realisasi Penjualan Premium ke
SPBU di setiap Provinsi Pulau
Jawa dominan
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
Jaw
a B
ara
t
Kalim
an
tan T
imur
Jaw
a T
imur
Jaw
a T
eng
ah
DK
I Jakart
a
Sum
ate
ra U
tara
Ban
ten
Sula
we
si S
ela
tan
Bali
Sum
ate
ra S
ela
tan
La
mpun
g
Ria
u
Sum
ate
ra B
ara
t
NA
D
DI
Yogya
kart
a
Kalim
an
tan S
ela
tan
Kalim
an
tan B
ara
t
Jam
bi
NT
B
Sula
we
si U
tara
Sula
we
si T
eng
ah
Ke
pula
ua
n R
iau
Kalim
an
tan T
eng
ah
Ba
ngka
Be
litun
g
NT
T
Ben
gku
lu
Sula
we
si T
eng
gara
Pap
ua
Goro
nta
lo
Sula
we
si B
ara
t
Malu
ku
Pap
ua
Ba
rat
Malu
ku U
tara
7
Kecenderungan ada pemborosan dalam
penggunaan BBM jenis premium
• Dalam lima tahun terakhir,
realisasi konsumsi
premium terus meningkat,
dengan peningkatan
sekitar satu juta kilo liter
(KL) per tahun.
• Realisasi konsumi
premium umumnya selalu
lebih besar dari quota
premium yang
direncanakan pada awal
tahun (RAPBN).
• Perbedaan antara quota
dan realisasi
mencerminkan adanya
pemborosan dalam
pemanfaatan BBM jenis
premium, terutama
disektor transportasi.
0
5
10
15
20
25
200
5
200
6
200
7
200
8
200
9
201
0
Quota Premium (juta KL)
8
Maka dari itu perlu:
1. Penggunaan BBM secara lebih efisien dan
tepat – terutama yang bersubsidi
2. Pengembangan sumber energi lainnya yang
masih banyak potensinya di daerah-daerah.
3. Perlu penggunaan sumber lain yang lebih
ramah lingkungan.
9
Perubahan Pola Konsumsi BBM
Bersubsidi yang Diharapkan
Konsumen mampu Beralih ke BBM nonsubsidi
Masyarakat pengguna kendaraan pribadi akan
memanfaatkan BBM non-subsidi (Pertamax
dengan nilai oktan/RON* relatif lebih tinggi)
dengan harapan bahwa umur kendaraan akan
lebih panjang
Beralih ke transportasi umum
Masyarakat diharapkan dapat memanfaatan
transportasi umum (massal) seperti bus, kereta
api, dengan harapan bahwa waktu dan ongkos
perjalanan akan lebih rendah
10
II. BEBAN SUBSIDI
TERHADAP APBN
11
Pengaturan harga BBM di dalam Negeri untuk
membantu konsumen kurang mampu. 12
Perbedaan harga subsidi dengan harga BBM
internasional cenderung melebar.
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
Feb
-99
Jun-
99
Oct
-99
Feb
-00
Jun-
00
Oct
-00
Feb
-01
Jun-
01
Oct
-01
Feb
-02
Jun-
02
Oct
-02
Feb
-03
Jun-
03
Oct
-03
Feb
-04
Jun-
04
Oct
-04
Feb
-05
Jun-
05
Oct
-05
Feb
-06
Jun-
06
Nom
inal
pric
es (
Rup
iah/
liter
).
0
4
8
12
Mill
ion
kilo
liter
s.
Retail (R) Singapore market price (MOPS) Kerosene Demand
280. 350. 400.600. 700.
2000.
13
Subsidi cenderung meningkat, meskipun dalam dua
tahun terakhir menurun, masih mencapai 25% dari
penerimaan negara dari migas.
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Subsidi BBM 32,071 19,320 67,686 100,000 68,895 83,973 140,174 41,563
PPH Minyak Bumi 6,584 6,298 8,041 10,972 14,619 16,290 29,635 18,361
PNBP Minyak Bumi 47,686 42,969 63,060 71,760 106,031 103,288 169,022 90,061
PPH Gas Bumi 10,885 12,665 14,906 24,004 28,518 27,258 47,384 31,683
PNBP Gas Bumi 12,325 18,533 22,199 30,939 35,190 31,179 42,595 35,806
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
(Rp. M
ilya
r)
14
Pendanaan subsidi BBM terhadap APBN memang
berfluktuasi dan relatif menurun, namun masih cukup
besar.
0.00
20,000.00
40,000.00
60,000.00
80,000.00
100,000.00
120,000.00
140,000.00
160,000.00
200
0
200
1
200
2
200
3
200
4
200
4R
ev
200
5
200
5R
ev 1
200
5R
ev 2
200
6
200
6R
ev
200
7
200
8
200
8R
ev 1
200
8R
ev 2
200
9
201
0
201
1
Ru
pia
h (
Tri
lyu
n)
24,3% 20% 17,7%
9,1%
6,5%
3,9%
13,8%
3,5%
14,4%
17,7%
9,7% 9,19
15
III. OPSI KEBIJAKAN
1. JANGKA PENDEK (1-2 th):
peningkatan ketepatan sasaran.
2. JANGKA MENENGAH (5-10th)
peningkatan pasokan sumber
bahan bakar – gas.
16
JANGKA PENDEK
17
1. Peningkatan ketepatan
sasaran subsidi BBM
1a. Membatasi BBM bersubsidi hanya untuk pengguna kurang mampu:
a. Premium hanya untuk kendaraan umum dan motor kecil.
b. Premium hanya untuk nelayan kecil
c. Premium hanya untuk petani kecil (pengguna traktor tangan, mesin pengering skala kecil dsb).
d. Premium hanya untuk usaha mikro dan kecil.
1b. Kemudahan mengkonsumsi BBM non subsidi untuk konsumen mampu. Konsep sudah disusun, persiapan sedang dilakukan. Pilihan apakah
bertahap atau serentak. Semula pembatasan dilakukan untuk
Jabodetabek (1 April) kemudian seluruh pulau Jawa (1 Juli). Telah
diputuskan pembatasan dilakukan secara serentak untuk pulau Jawa.
Meskipun demikian persiapan (uji coba dan penyiapan langkah
pengamanan teknis dan lapangan) terus dilakukan.
18
2. Penertiban tata niaga BBM
2a.Melakukan pengawasan secara ketat arus minyak, baik minyak mentah maupun hasil minyak olahan (BBM) serta mengawasi dan menyelesaikan/menekan terjadinya penyelundupan minyak mentah maupun produk-produk BBM mulai dari lapangan-lapangan minyak hingga jalur-jalur distribusinya;
2b. Mengawasi dan memeriksa impor minyak (crude maupun BBM) yang dilakukan oleh PERTAMINA., serta melakukan upaya penyempurnaan "sistem pengadaan" crude/ BBM oleh PERTAMINA supaya dapat dilakukan dengan lebih efisien – mengurangi kebocoran.
19
3. Peningkatan konservasi energi: Melakukan
konservasi energi dengan segera melalui
revitalisasi Inpres No. 10/ 2005 tentang
Konservasi Energi, dan segera mendirikan
Pusat Konservasi Energi di Indonesia
(potensi konservasi kita 25-30 persen).
4. Dilakukan upaya-upaya kearah
pemberlakuan harga pasar BBM secara
bertahap/berkala (misalnya, per tiga bulan),
terutama untuk jenis Premium dan Solar.
20
JANGKA
MENENGAH
Meningkatkan peran gas dan mengurangi
minyak untuk sumber energi/listrik.
21
1. Peningkatan peran gas sebagai
sumber bahan bakar
1a. Mempercepat pembangunan pipa transmisi gas (Kaltim-Jawa, Trans Jawa) dengan partisipasi swasta.
1b. Mengembangkan wilayah distribusi gas bumi di dalam negeri saat ini masih terbatas di Jakarta, Bogor, Bandung.
1c. Meningkatkan penggunaan gas untuk kendaraan umum: taksi, bus-bus baru SPBG diperluas
1d. Kebijakan pengggunaan gas untuk konsumsi DN (saat ini 50% gas diproduksi masih diekspor).
2. Pengurangan penggunaan minyak untuk listrik (PLTD)
22
a. Upstream (eksplorasi): (i). Cost recovery; (ii) domestic market obligation/DMO; (iii) penentuan harga gas/LNG; (iv) kemudahan ijin kehutanan;
b. Midstream (pipa transmisi): (i) domestic gas price; (ii) DMO; (iii) PPP; (iv) fasilitas permodalan jangka panjang.
c. Downstream: (i) kredit lunak pembangunan jaringan distribusi; (ii) penggunaan gas untuk bahan bakar listrik, rumah tangga dan pabrik pupuk.
3. Peningkatan iklim untuk gas: 23
TERIMA KASIH 24