1
ANALISIS KESALAHAN TATA BAHASA DAN TATA TULIS DALAM KARYA TULIS ILMIAH
Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa IndonesiaDosen Pengampu:
OlehDian Puisi NIM 102120151
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRISFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2011
2
ANALISIS KESALAHAN TATA BAHASA DAN TATA TULIS
DALAM KARYA TULIS ILMIAH
I. PENDAHULUAN
Kita sering mendengar ungkapan, “bahasa menunjukkan bangsa”. Istilah
tersebut menerangkan betapa pentingnya bahasa membentuk identitas
sekelompok masyarakat atau lebih luasnya lagi sebuah negara. Itulah
sebabnya mengapa kita perlu mendayagunakan bahasa kita –bahasa
Indonesia– untuk mengetahui siapa kita, siapa bangsa kita, dan memberikan
kekhasan tersendiri dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.
Berbicara mengenai kekhasan, kita mengenal salah satu fungsi bahasa,
yaitu sebagai alat pemersatu bangsa. Menurut (Suharianto, 1981:11) bahwa
sebagai alat pemersatu bangsa, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-
bagai suku bangsa yang ada di Indonesia ini untuk mencapai keserasian hidup
sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas
kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial-budaya serta latar belakang
bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan bahasa nasional kita bahkan dapat
meletakkan kepentingan nasional kita di atas kepentingan daerah atau
golongan.
Jadi, dengan latar belakang budaya yang beraneka ragam, di sinilah
kedudukan bahasa Indonesia sebagai lingua franca, yakni bahasa perantara
orang yang latar budayanya berbeda (Dardjowidjojo et al., 1988:2).
Demi keseragaman variasi bahasa guna mempersatukan bangsa, maka
diperlukan bahasa baku sebagai kerangka acuan. Wujud pengaplikasian
bahasa baku tersebut tertuang dalam wacana teknis; misalnya karangan-
karangan ilmiah, buku-buku pelajaran, laporan-laporan resmi dan sebagainya
(Suharianto, 1981:23). Namun, dalam kegiatan sehari-hari kita masih kurang
memahami kaidah bahasa yang baik dan benar. Hal ini dibuktikan dengan
adanya banyak kesalahan dalam penulisan ejaan, pemilihan kata, serta
pembentukan kalimat efektif. Tidak terbatas pada pemahaman yang kurang,
ternyata masih banyak di antara kita yang mengabaikan kesalahan kecil
dengan mengabaikan tulisan yang salah, kalimat yang rancu, tanda baca yang
3
tidak pas, dan lain-lain. Pengabaian seperti ini dapat menimbulkan
interpretasi yang salah oleh pembaca, walaupun kesalahan tersebut terkesan
kecil.
Oleh sebab itu, pengkajian analisis berbahasa diperlukan untuk mencari,
memahami, serta mendalami penggunaan bahasa yang baik dan benar. Dalam
makalah ini peneliti akan menganalisis kesalahan tata bahasa dan tata tulis
sebuah karya ilmiah yang berjudul “..............................................if” yang
disusun oleh ................... dan dimuat dalam sebuah jurnal. Kesalahan tata
bahasa dan tata tulis tersebut mencakup: (1) ejaan, (2) pemilihan kata, (3)
kalimat efektif, dan (4) penulisan daftar pustaka.
Secara umum, tujuan analisis tulisan ilmiah ini adalah mengkaji
kesalahan tata bahasa dan tata tulis dalam sebuah karya ilmiah. Tujuan secara
khusus penulisan makalah, antara lain: (1) mengetahui bentuk-bentuk
kesalahan dalam penulisan karya ilmiah, (2) mengklasifikasikan bentuk-
bentuk kesalahan dalam penulisan karya ilmiah, (3) mendeskripsikan bentuk-
bentuk kesalahan dalam penulisan karya ilmiah yang telah diklasifikasi, dan
(4) memberikan alternatif pembetulan dari kesalahan-kesalahan tersebut.
Selain yang telah disebutkan, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
II. LANDASAN TEORI
Teori yang digunakan sebagai landasan untuk menganalisis karya tulis
ilmiah dalam makalah ini antara lain: (1) teori tentang ejaan sebagaimana
termuat dalam Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan dari Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1992), (2) teori tentang pemilihan
kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Lukman Ali et al., 1995), (3)
teori tentang pemilihan kata dan kalimat (Dendy Sugono, ed., 2008), (4) teori
tentang pemilihan kata (M.Ramlan et al., 1992), dan (5) teori yang membahas
tentang kalimat efektif (Muhammad Rohmadi dan Aninditya Sri Nugraheni,
2011).
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dalam buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan merangkum cara
4
pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan unsur
serapan, dan pemakaian tanda baca.
Penulisan kata yang benar dibuktikan melalui KBBI yang disusun oleh
Lukman Ali et al. Pembuktian ini meliputi cara penulisan kata baku, ejaan,
dan juga penulisan kata serapan.
Dalam Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1 yang ditulis oleh Dendy
Sugono, ed., 2008:41) dijelaskan bahwa pilihan kata “terbaik” adalah
memenuhi syarat-syarat (1) tepat (mengungkapkan gagasan secara cermat),
(2) benar (sesuai dengan kaidah kebahasaan), dan (3) lazim pemakaiannya.
Berkaitan dengan kalimat, Dendy (2008) memaparkan bahwa pemilihan kata,
pembentukan kata, atau pembuatan kalimat yang tidak cermat mengakibatkan
nalar yang terkandung dalam kalimat terganggu.
Setiap kata memiliki makna tertentu yang berbeda dengan kata yang lain.
Kendatipun ada beberapa kata yang secara sekilas tampaknya memiliki
makna yang hampir sama, tetapi jika diteliti lebih saksama lagi tampaklah
masing-masing kata itu memiliki perbedaan (M. Ramlan et al., 1992:71).
Kalimat efektif pada dasarnya mampu menyampaikan maksud secara
lisan dan tulisan sesuai dengan yang diinginkan oleh penutur atau penulisnya.
Analisis menurut Widjono ciri-ciri kalimat efektif adalah (1) keutuhan,
kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan struktur, (2) kesejajaran
bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat yang gramatikal, (3) kefokusan
pikiran sehingga mudah dipahami, (4) kehematan penggunaan unsur kalimat,
(5) kecermatan dan kesantunan, (6) kevariasian kata dan struktur sehingga
menghasilkan kesegaran bahasa (Muhammad Rohmadi dan Aninditya Sri
Nugraheni, 2011:49).
5
III. PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil analisis contoh kesalahan-
kesalahan berbahasa dalam sebuah jurnal yang berjudul “.....................” oleh
....................................
Kesalahan-kesalahan tersebut meliputi: (1) kesalahan ejaan, (2)
kesalahan pemilihan kata, (3) ketidakefektifan kalimat, dan (4) kesalahan
penulisan daftar pustaka.
A. Kesalahan Ejaan
Kesalahan ejaan yang akan dibahas di sini terbatas pada: kesalahan
pemakaian huruf, kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring,
kesalahan pemakaian angka sebagai lambang bilangan, kesalahan
penulisan unsur serapan, dan kesalahan pemakaian tanda baca. Berikut ini
disajikan beberapa contoh data.
1. Kesalahan pemakaian huruf
Kesalahan semacam ini biasa terjadi dikarenakan kesalahan pada
pengetikan. Contohnya pada kata member dalam kalimat “Tindakan
pada siklus pertama dilakukan dengan member materi Keliling
lingkaran sebanyak tiga kali tatap muka dan siswa terbagi menjadi
kelaompok besar, yang jumlah anggauta setiap kelompoknya lima
samapai 6 siswa.”
Member (bahasa Inggris) mempunyai arti anggota. Kata ini sama
sekali tidak sesuai dalam kalimat tersebut. Jika dicermati, kata member
kemungkinan mengalami salah ketik dan pengarang bermaksud
menuliskan kata memberi.
2. Kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring
Contoh kesalahan pemakaian huruf kapital dalam tulisan ilmiah
yang dikaji adalah pada kata salvin. Kata ini mengacu pada nama orang
yang seharusnya memakai huruf kapital sehingga menjadi Salvin. Di
samping itu, kesalahan huruf miring ditunjukkan dalam kata observer
(dalam teks tidak tertulis miring). Karena kata observer berasal dari
6
bahasa Inggris dan belum diserap ke dalam ejaan bahasa Indonesia, kata
tersebut harus ditulis miring.
3. Kesalahan pemakaian angka sebagai lambang bilangan
Kesalahan pemakaian angka sebagai lambang bilangan dapat
dilihat pada kalimat:
Secara garis besar hasil belajar dapat dikategorikan menjadi 3
(tiga) ranah (menurut taksonomi Bloom) yaitu kemampuan kognitif
(kemampuan berpikir), psikomotorik (kemampuan keterampilan) dan
afektif ( kemampuan sikap dalam berperilaku).
Penulisan angka tidak perlu ditambah dengan keterangan cara baca
seperti dituliskan dalam kalimat tersebut. Menurut EYD, penulisannya
cukup dengan angka atau huruf saja sehingga menjadi; Secara garis
besar hasil belajar dapat dikategorikan menjadi 3 ranah (menurut
taksonomi Bloom), yaitu kemampuan kognitif (kemampuan berpikir),
psikomotorik (kemampuan keterampilan) dan afektif ( kemampuan
sikap dalam berperilaku) atau; Secara garis besar hasil belajar dapat
dikategorikan menjadi tiga ranah (menurut taksonomi Bloom), yaitu
kemampuan kognitif (kemampuan berpikir), psikomotorik (kemampuan
keterampilan) dan afektif ( kemampuan sikap dalam berperilaku).
4. Kesalahan penulisan unsur serapan
Penulisan unsur serapan pada kata aktifitas mengalami kesalahan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) kata tersebut
seharusnya aktivitas.
5. Kesalahan pemakaian tanda baca
Dalam tulisan ilmiah yang dikaji, peneliti menemukan kalimat:
Guru harus kreatif, inovatif dan selalu meningkatkan
profesionalismenya.
Jika dicermati kalimat tersebut kurang tanda koma (,) setelah kata
inovatif. Jadi, kalimat di atas menjadi Guru harus kreatif, inovatif, dan
selalu meningkatkan profesionalismenya.
7
B. Kesalahan Pemilihan Kata
Kesalahan dalam pemilihan kata pada tulisan yang dikaji terdapat
pada judul “Upaya Meningkatkan
....................,,,,.............. ... .................. ..................................................”.
Judul harus berfokus pada pola kalimat yang jelas. Pola kalimat baku
bahasa Indonesia mengacu pada subjek kebendaan. Dendy Sugono (ed)
(2008: 95) menerangkan bahwa imbuhan yang digunakan untuk
membentuk kata berperanan dalam menentukan kesejajaran. Kata
meningkatkan pada judul di atas adalah kata kerja. Untuk dapat menjadi
judul yang baik, kata tersebut dapat diganti menjadi peningkatan dengan
menambahkan imbuhan pe-/-an sehingga tidak diperlukan kata upaya.
Jadi, pembenaran judul menjadi “Peningkatan
............................................ .........................................................”. Adapun
kesalahan lain yang terdapat pada judul akan dijelaskan dalam lampiran.
C. Ketidakefektifan Kalimat
Kalimat yang tidak efektif disebabkan oleh beberapa faktor seperti
ketidaklengkapan unsur dan struktur kalimat yang rancu. Pada bagian ini
akan dipaparkan ketidakefektifan kalimat yang tercantum dalam karya
ilmiah. Ketidakefektifan tersebut meliputi: struktur yang tidak sepadan,
ketidaksesuaian bentuk paralel, ketidakhematan kata, ketidakcermatan
penalaran, dan ketidakpaduan gagasan.
1. Struktur yang tidak sepadan
Salah satu poin kesalahan dari bagian ini adalah adanya kata hubung
intrakalimat pada kalimat tunggal. Hal ini ditunjukkan pada kalimat
berikut.
(1) Hasil ulangan harian pada materi sebelum Keliling dan Luas
Lingkaran adalah 55,0. Sehingga belum mencapai KKM.
Kata sehingga tidak boleh ada dalam sebuah kalimat tunggal.
Perbaikan bisa dilakukan menjadi: (1) Hasil ulangan harian pada materi
sebelum Keliling dan Luas Lingkaran adalah 55,0. Oleh sebab itu, nilai
tersebut belum mencapai KKM atau Hasil ulangan harian pada materi
8
sebelum Keliling dan Luas Lingkaran adalah 55,0 sehingga nilai
tersebut belum mencapai KKM.
2. Ketidaksesuaian bentuk paralel
Kesalahan pada bagian ini ditandai dengan ketidaksamaan bentuk
kata yang dilakukan dalam sebuah kalimat seperti dalam kalimat
berikut.
(2) Tindakan pada siklus pertama dilakukan dengan member materi
Keliling lingkaran sebanyak tiga kali tatap muka dan siswa terbagi
menjadi kelaompok besar, yang jumlah anggauta setiap kelompoknya
lima sampai 6 anak.
Adanya ketidaksejajaran kata kerja antara dilakukan dengan terbagi.
Kalimat tersebut dapat diubah menjadi: (2) Tindakan pada siklus
pertama dilakukan dengan memberi materi keliling lingkaran sebanyak
tiga kali tatap muka dan siswa dibagi menjadi kelompok besar, yang
jumlah anggota setiap kelompoknya lima sampai 6 anak.
3. Ketidakhematan kata
Kesalahan pada bagian ini terjadi karena terdapat dua kata yang
bersinonim diletakkan dalam satu kalimat seperti pada kalimat berikut.
(3) Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22
tahun 2006 tentang Standar Isi, menyebutkan bahwa mata pelajaran
matematika diajarkan kepada peserta didik minimal sebanyak 4 jam
pelajaran, dengan alokasi setiap jam pelajaran adalah 40 menit.
Kata berdasarkan dan bahwa memiliki kedudukan yang sama. Kalimat
dapat dibenarkan menjadi: (3) Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa
mata pelajaran matematika atau Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa mata
pelajaran matematika diajarkan kepada peserta didik minimal sebanyak
4 jam pelajaran, dengan alokasi setiap jam pelajaran adalah 40 menit.
4. Ketidakcermatan penalaran
9
Kecermatan yang dimaksud di sini adalah kalimat yang dihasilkan
menimbulkan penafsiran ganda dan tidak tepat dalam penggunaan diksi
seperti pada kalimat berikut.
(4) Adil berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status social, ekonomi, dan gender.
Kata tidak menguntungkan dan merugikan pada kalimat di atas tidak
memiliki kedudukan yang sama. Kalimat tersebut sebaiknya diubah
menjadi; (4) Adil berarti penilaian tidak menguntungkan atau tidak
merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan
latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial,
ekonomi, dan gender.
5. Ketidakpaduan gagasan
Kesalahan pada bagian ini terjadi karena informasi yang
disampaikan pecah-pecah dan tidak mencerminkan cara berfikir
sistematis. Perhatikan contoh di bawah ini.
(5) Salah satu inovasi proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan
hasil belajar matematika materi keliling dan luas lingkaran, maka guru
dapat memanfaatkan model pembelajaran Kooperati Kolaboratif
Berbasis Konstruksi.
Klausa kalimat di atas terpecah dan tidak berhubungan satu sama
lain. Pembenarannya dapat dilakukan menjadi: (5) Penelitian ini
merupakan salah satu inovasi proses pembelajaran dalam rangka
meningkatkan hasil belajar matematika materi keliling dan luas
lingkaran. Dengan demikian, guru dapat memanfaatkan model
pembelajaran Kooperati Kolaboratif Berbasis Konstruksi.
10
D. Kesalahan Penulisan Daftar Pustaka
Kesalahan penulisan pada daftar pustaka meliputi: kesalahan
penggunaan huruf kapital, kesalahan penggunaan huruf tebal, kesalahan
penulisan nama kota terbit, dan kesalahan dalan pemakaian tanda baca,
seperti :
(6) Edward Sallis,2007.Total Quality manajement in education.
Manajemen Mutu Pendidikan.Jogjakarta.IRCiSoD.
Penulisan daftar pustaka tersebut dapat diperbaiki menjadi:
(6) Edward, Sallis. 2007. Total Quality Manajemen in Education
(Manajemen Mutu Pendidikan). Yogyakarta: IRCiSoD.
(Penulisan nama yang benar adalah dibalik atau didahulukan nama marga).
IV. SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kesalahan penulisan
bahasa Indonesia masih sering terjadi dalam hal ejaan, diksi, ketidakefektifan
kalimat, dan kesalahan penulisan daftar pustaka. Kesalahan-kesalahan
tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.
(1) Kesalahan ejaan, meliputi: kesalahan pemakaian huruf, kesalahan
pemakaian huruf kapital dan huruf miring, kesalahan pemakaian angka
sebagai lambang bilangan, kesalahan penulisan unsur serapan, dan
kesalahan pemakaian tanda baca.
(2) Kesalahan pemilihan kata.
(3) Ketidakefektifan kalimat, antara lain: struktur yang tidak sepadan,
ketidaksesuaian bentuk paralel, ketidakhematan kata, ketidakcermatan
penalaran, dan ketidakpaduan gagasan.
(4) Kesalahan penulisan daftar pustaka, yaitu: kesalahan penggunaan huruf
kapital, kesalahan penggunaan huruf tebal, kesalahan penulisan nama
kota terbit, dan kesalahan dalan pemakaian tanda baca.
11
DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjojo, Soenjono et al. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dendy Sugono (ed). 2008. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, Depdiknas.
Lukman Ali et al. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud. 1992. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan. Bandung: Pustaka Setia.
Ramlan, M. 1992. Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar. Yogyakarta: Andi Offset.
Rohmadi, Muhammad dan Aninditya Sri Nugraheni. 2011. Belajar Bahasa Indonesia. Surakarta: Cakrawala Media.
Suharianto. 1981. Kompas Bahasa. Surakarta: Widya Duta.
Sutrijat, Sumadi (ed.). 2011. Action Guru. Purbalingga: FIG.
12
Lampiran 1
1. Kesalahan ejaan
a. Pemakaian huruf
Tertulis Seharusnya
panelitian penelitian
kelaompok kelompok
anggauta anggota
pegertian pengertian
pembejajaran pembelajaran
berjumla berjumlah
sapai sampai
pemeberian pemberian
konntruksi konstruksi
dealam dalam
berbagi berbagai
bebarapa beberapa
mengomunikasikan mengkomunikasikan
ataupn ataupun
kattegori kategori
diskriptif deskriptif
kondis kondisi
Peratuaran Peraturan
kreaktivitas kreativitas
Madrsah Madrasah
Kostruktivisme Konstruktivisme
Antosias antusias
Koopertif Kooperatif
Disilpim disiplin
13
b. Kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring
Tertulis Seharusnya
Tindakan pada siklus pertama
dilakukan dengan member materi
Keliling lingkaran sebanyak tiga kali
tatap muka dan siswa terbagi
menjadi kelaompok besar, yang
jumlah anggauta setiap kelompoknya
lima sampai 6 anak.
Tindakan pada siklus pertama
dilakukan dengan member materi
keliling lingkaran sebanyak tiga kali
tatap muka dan siswa terbagi
menjadi kelaompok besar, yang
jumlah anggauta setiap kelompoknya
lima sampai 6 anak.
Pembelajaran yang digunakan guru
masih mengandalkan metode
ceramah, Tanya jawab dan diakhiri
latihan soal.
Pembelajaran yang digunakan guru
masih mengandalkan metode
ceramah, tanya jawab dan diakhiri
latihan soal.
Hal tersebut yang mendorong
peneliti untuk menerapkan model
pembelajaran kooperatif kolaboratif
berbasis Konntruksi.
Hal tersebut yang mendorong
peneliti untuk menerapkan model
pembelajaran kooperatif kolaboratif
berbasis konntruksi.
Oxford Dictionary (1992)
mendefinisikan kooperasi
(Cooperation) sebagai “bersedia
untuk membantu (to be of assistance
or be willing to assist)”; …
Oxford Dictionary (1992)
mendefinisikan kooperasi
(cooperation) sebagai “bersedia
untuk membantu (to be of assistance
or be willing to assist)”; …
… (betteencourt, 1989) … (Betteencourt, 1989)
… (fonglaserfeki, 1989) … (Fonglaserfeki, 1989)
… maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah Peningkatan
hasil belajar… melalui Model
Pembelajaran Kooperatif kolaboratif
berbasis konstruksi
… maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah peningkatan
hasil belajar… melalui model
pembelajaran kooperatif kolaboratif
berbasis konstruksi
… (collaborative partnership) … (collaborative partnership)
… Student Archivement Division
(STAD), Teams games Tournament
… Student Archivement Division
(STAD), Teams Games Tournament
14
(TGT) … (TGT) …
c. Kesalahan pemakaian angka sebagai lambang bilangan
Tertulis Seharusnya
Kelas 8C Kelas VIII C
semester 2 semester II atau semester ke-2
lima sampai 6 siswa 5—6 siswa atau lima sampai enam siswa
d. Kesalahan penulisan unsur serapan
Tertulis Seharusnya
moderen modern
social sosial
Konstruktifisme Konstruktivisme
Diskriptif Deskriptif
Keaktifitasan keaktivitasan
Relative relatif
e. Kesalahan pemakaian tanda baca
Tertulis Seharusnya
… dilandasi oleh perkembangan
matematika dealam bidang teori
bilangan, aljabar, analisis, teori
peluang dan matematika diskrit.
… dilandasi oleh perkembangan
matematika dealam bidang teori
bilangan, aljabar, analisis, teori
peluang, dan matematika diskrit.
Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah
Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep,
dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah.
Menggunakan penalaran pada pola
dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat
Menggunakan penalaran pada pola
dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat
15
generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika
generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
Memecahkan masalah yang
rneliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model
rnatematika, menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi yang
diperoleh.
Memecahkan masalah yang rneliputi
kemampuan memahami masalah,
merancang model rnatematika,
menyelesaikan model, dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
… dengan menggunakan simbol,
tabel, diagram dan media yang lain.
… dengan menggunakan simbol,
tabel, diagram, dan media yang lain.
… Bilangan, Aljabar, Geometri dan
Pengukuran serta Statistika dan
peluang.
… Bilangan, Aljabar, Geometri, dan
Pengukuran serta Statistika dan
peluang.
… yang dilakukan pada kondisi
awal, akhir siklus pertama dan
akhir siklus kedua.
… yang dilakukan pada kondisi awal,
akhir siklus pertama, dan akhir siklus
kedua.
Secara garis besar hasil belajar
dapat dikategorikan menjadi 3
(tiga) ranah (menurut yaksonomi
Bloom) yaitu kemampuan kognitif
(kemampuan berpikir),
psikomotorik (kemampuan
keterampilan) dan afektif
(kemampuan sikap dalam
berperilaku.
Secara garis besar hasil belajar dapat
dikategorikan menjadi 3 (tiga) ranah
(menurut yaksonomi Bloom), yaitu
kemampuan kognitif (kemampuan
berpikir), psikomotorik (kemampuan
keterampilan), dan afektif
(kemampuan sikap dalam berperilaku.
… khususnya teori yang berkenan
dengan strategi, metode, teknik dan
pendekatan dalam pembelajaran.
… khususnya teori yang berkenan
dengan strategi, metode, teknik, dan
pendekatan dalam pembelajaran.
Bentuk-bentuk belajar kooperatif
menurut salvin (1990) meliputi
Student Archivement Division
Bentuk-bentuk belajar kooperatif
menurut salvin (1990), meliputi
Student Archivement Division
16
(STAD), Teams games Tournament
(TGT) dan Jigsaw II
(STAD), Teams games Tournament
(TGT), dan Jigsaw II.
Berdasarkan kerangka berpikir di
atas, maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah Peningkatan
hasil belajar matematika materi
keliling dan luas lingkaran bagi
siswa kelas VII C ... pada semester
genap tahun 2009-2010 dapat
dilakukan melalui Model
Pembelajaran Kooperatif
kolaboratif berbasis konstruksi
Berdasarkan kerangka berpikir di atas,
maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah Peningkatan hasil
belajar matematika materi keliling dan
luas lingkaran bagi siswa kelas VII C
... pada semester genap tahun 2009-
2010 dapat dilakukan melalui Model
Pembelajaran Kooperatif kolaboratif
berbasis konstruksi.
Untuk mengetahui lebih jelas
perbandingan maupun perbedaan
serta refleksi proses pembelajaran
yang dilaksanakan antara kondisi
awal, siklus I dan siklus II dapat
dilihat pada tabel 2 di bawah ini
Untuk mengetahui lebih jelas
perbandingan maupun perbedaan serta
refleksi proses pembelajaran yang
dilaksanakan antara kondisi awal,
siklus I, dan siklus II dapat dilihat
pada tabel 2 di bawah ini.
Untuk menganalisis data hasil
belajar maka peneliti akan
mendeskripsikan hasil ulangan
harian pada kondisi awal, siklus
pertama maupun siklus kedua.
Untuk menganalisis data hasil belajar,
maka peneliti akan mendeskripsikan
hasil ulangan harian pada kondisi
awal, siklus pertama, maupun siklus
kedua.
Hasil belajar tersebut meliputi nilai
terendah, nilai tertinggi dan rerata.
Hasil belajar tersebut meliputi nilai
terendah, nilai tertinggi, dan rerata.
Untuk mengetahui lebih jelas
perbandingan maupun perbedaan
serta refleksi proses pembelajaran
yang dilaksanakan antara kondisi
awal, siklus I dan siklus II dapat
dilihat pada tabel 2 di bawah ini
Untuk mengetahui lebih jelas
perbandingan maupun perbedaan serta
refleksi proses pembelajaran yang
dilaksanakan antara kondisi awal,
siklus I, dan siklus II dapat dilihat
pada tabel 2 di bawah ini.
Dari kondisi awal ke kondisi akhir Dari kondisi awal ke kondisi akhir
17
terdapat peningkatan hasil belajar
dari rata-rata 55,0 menjadi 65,0,
meningkat sebesar 27,3 %
terdapat peningkatan hasil belajar dari
rata-rata 55,0 menjadi 65,0, meningkat
sebesar 27,3 %.
Dari kondisi awal ke kondisi akhir
terdapat peningkatan keaktifitasan
siswa dalam proses pembelajaran
matematika materi keliling dan luas
lingkaran
Dari kondisi awal ke kondisi akhir
terdapat peningkatan keaktifitasan
siswa dalam proses pembelajaran
matematika materi keliling dan luas
lingkaran.
Oleh karena itu guru matematika
harus dapat mengemas proses
pembelajaran yang menyenangkan
namun tetap menantang.
Oleh karena itu, guru matematika
harus dapat mengemas proses
pembelajaran yang menyenangkan
namun tetap menantang.
2. Ketidakefektifan kalimat
a. Struktur yang tidak sepadan
Tertulis Seharusnya
Sedangkan pada siklus kedua
diperlukan empat tatap muka,
dengan tindakan membagi siswa
menjadi kelompok kecil yang setiap
kelompoknya berjumla tiga sapai
empat siswa
Sesudah itu, pada siklus kedua
diperlukan empat tatap muka
dengan tindakan membagi siswa
menjadi kelompok kecil yang
setiap kelompoknya berjumla tiga
sapai empat siswa.
18
b. Ketidaksesuaian bentuk paralel
Tertulis Seharusnya
Tindakan yang dilakukan
sebanyak dua kali yang terbagi
menjadi dua siklus.
Tindakan dilakukan sebanyak dua
kali dan dibagi menjadi dua
siklus.
Hasil belajar tersebut berupa
kemampuan melakukan sesuatu
secara permanen dan dapat
diulang-ulang dengan hasil yang
sama.
Hasil belajar tersebut berupa
kemampuan melakukan sesuatu
secara permanen dan dapat
mengulang-ulang dengan hasil yang
sama.
c. Ketidakcermatan penalaran
Tertulis Seharusnya
Pada pertemuan ketiga siklus
pertama dilakukan evaluasi siklus
pertama.
Pada pertemuan ketiga siklus
pertama, dilakukan evaluasi siklus
pertama.
d. Ketidakpaduan gagasan
Tertulis Seharusnya
Salah satu inovasi proses
pembelajaran dalam rangka
meningkatkan hasil belajar
matematika materi keliling
dan luas lingkaran, maka guru
dapat memanfatkan model
pembelajaran Koopertif
Kolaboratif Berbasis
Kontruksi.
Model pembelajaran kooperatif
kolaboratif berbasis kontruksi merupakan
salah satu inovasi proses pembelajaran
dalam rangka meningkatkan hasil belajar
matematika materi keliling dan luas
lingkaran. Dengan demikian, guru dapat
memanfatkan model pembelajaran
kooperatif kolaboratif berbasis
konstruksi.
19
e. Ketidakhematan kata
Tertulis Seharusnya
Agar peserta didik dapat mencapai
hal tersebut maka peserta didik
harus selalu dikembangkan
keterarnpilan dalarn memahami
masalah, membuat model
matematika, menyelesaikan
masalah, serta dapat menemukan
solusinya.
Agar dapat mencapai hal tersebut,
maka peserta didik harus selalu
dikembangkan keterarnpilan dalarn
memahami masalah, membuat
model matematika, menyelesaikan
masalah, serta dapat menemukan
solusinya.
Berdasarkan kajian teori dan uraian
hasil penelitian secara empirik
menyatakan bahwa melalui model
pembelajaran Koopertif Kolaboratif
Berbasis Kontruksi dapat
meningkatkan hasil belajar
maternatika materi keliling dan luas
lingkaran bagi siswa kelas 8C ...
pada semester genap tahun
pelajaran 2009-2010.
Berdasarkan kajian teori dan uraian
hasil penelitian secara empirik
bahwa melalui model pembelajaran
Koopertif Kolaboratif Berbasis
Kontruksi dapat meningkatkan
hasil belajar maternatika materi
keliling dan luas lingkaran bagi
siswa kelas 8C ... pada semester
genap tahun pelajaran 2009-2010.