Download - ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc
0
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU
(Laporan Turun Lapang Mata Kuliah Perncanaan dan Evaluasi Proyek)
Oleh
Arif Setiawan 1114131015Dian Epriana 1114131027Fadlan Satria 1114131042M. Syanni Alkautsar 0914131089
JURUSAN AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2013
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industrialisasi di Indonesia sejak Pelita I hingga saat ini telah mencapai hasil
yang diharapkan. Setidaknya, industrialisasi telah mengakibatkan
transformasi struktural di Indonesia. Dengan pertumbuhan rata-rata per tahun
sebesar 11,9 persen selama 1950-1980 dan 6,1 persen selama 1980-1992,
ternyata sektor industri telah menggeser peranan sektor pertanian dalam
pembangunan.
Kemudian pada krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia sejak
pertengahan tahun 1998 menyebabkan sektor industri mengalami
kebangkrutan, khususnya industri besar dan menengah yang menggunakan
bahan baku impor. Industri terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
terhadap sebagian karyawannya mengakibatkan angka pengangguran
meningkat.
Jatuhnya sebagian usaha industri besar dan menegah serta adanya
keterbatasan yang dimiliki tenaga kerja menjadi momentum bagi perubahan
struktur ekonomi yang berorientasi pada usaha kecil. Sektor industri kecil
merupakan sektor yang masih bertahan ditengah-tengah krisis ekonomi dan
perlu untuk dikembangkan, karena sektor industri kecil merupakan usaha
yang bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti
tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal
usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.
Menurut Mudrajad Kuncoro (2007) : Pengembangan industri kecil adalah
cara yang dinilai besar peranannya dalam pengembangan industri manufaktur.
2
Pengembangan industri kecil akan membantu mengatasi masalah
pengangguran mengingat teknologi yang digunakan adalah teknologi padat
karya sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang
pada gilirannya mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan.
Sesuai dengan kondisi yang ada, maka kebijakan pengembangan diarahkan
pada beberapa sektor industri kecil yaitu diantara jasa layanan, sandang,
makanan, dan kerajinan. Salah satu yang menjanjikan yaitu industri makanan,
khususnya industri kecil tempe yang memiliki potensi untuk lebih berkem-
bang. Namun demikian industri kecil tempe di Kecamatan Ambarawa
menghadapi permasalahan seperti permodalan, teknologi dan sebagainya.
Dengan berbagai permasalahan dan kelemahan itu industri kecil tempe di
Kecamatan Matesih dapat mengalami resiko kegagalan. Kegagalan
perencanaan, kesalahan dalam penaksiran pasar, kesalahan dalam
memperkirakan kontinuitas bahan baku, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas maka analisis kelayakan dilakukan guna
mengeliminasi besarnya resiko yang akan di tanggung para pelaku industri
kecil tempe di Kecamatan Matesih, selain perlu di kaji strategi pengembangan
yang tepat untuk dapat meningkatkan usaha industri kecil tempe di
Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka penelitian ini diambil judul, “Analisis Kelayakan Usaha
Tempe Di Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu.”
B. Rumusan Masalah
Agroindustri pembuatan tempe membutuhkan modal yang relatif banyak
dalam pengolahaannya. Besarnya biaya akan mempengaruhi besarnya
penerimaan yang akan diterima. Bahan baku utama agroindustri tempe adalah
kacang kedelai, didatangkan dari luar negeri(Impor) yang memerlukan biaya
untuk pengangkutan. Selain itu kacang kedelai adalah tanaman yang berasal
dari daerah subtropis yang sulit untuk ditanam pada daerah Indonesia yang
beriklim tropis, sehingga terjadi kendala dalam penyediaan bahan baku.
3
Berdasarkan uraian di atas berkaitan dengan usaha agroindustri tempe di
Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu, maka masalah yang akan
dianalisis pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana profil industri kecil tempe di Kecamatan Matesih
Kabupaten Karanganyar?
2. Apakah agroindustri tempe Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu
layak secara finansial?
3. Apakah ada kendala dalam menjalankan usaha agroindustri keripik pisang
di Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian yang kami lakukan adalah:
1. Untuk mengetahui profil /keadaan umum dari usaha kecil tempe
2. Untuk mengetahui kelayakan finansial dari usaha tempe di Kecamatan
Ambarawa, Kabupaten Pringsewu.
3. Untuk mengetahui kendala – kendala dalam menjalankan usaha
agroindustri tempe
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Industri Kecil
Menurut Irianto (1996) dalam perekonomian nasional, industri kecil
merupakan suatu basis yang cukup besar dalam menunjang ekspor non migas,
dan memperkuat struktur industri transformasi dari masyarakat agraris
menjadi masyarakat industri. Industri kecil mempunyai peranan yang cukup
kuat untuk mendorong restrukturisasi pedesaan kearah yang lebih
berkembang, melalui penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapataan
masyarakat, dan penyebaran industri dalam rangka mengantisipasi
ketimpangan antara perekonomian di perkotaan dan pedesaan.
Untuk membutuhkan wirausaha baru, dalam mengembangkan industri kecil
perlu adanya pembinaan melalui sentra-sentra industri. Sasarannya adalah
untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih luas, guna meningkatnya
pendapatan dan penyebaran industri yang merata dan tercapainya peningkatan
kemampuan industri dalam aspek penyediaan produk jadi, bahan baku untuk
kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
Kantor Wilayah (KanWil) Perindustrian merumuskan industri kecil sebagai
berikut:
1. Sentra industri kecil merupakan suatu wilayah dimana di dalamnya terjadi
pengelompokan industri-industri kecil yang sejenis atau memiliki kaitan
erat diantara industri kecil tersebut, dimana wilayah kerjanya tidak dibatasi
5
oleh wilayah administrasi saja tetapi ditentukan oleh wilayah industri kecil
itu sendiri.
2. Non sentra industri kecil mempunyai pengertian bahwa letak-letak industri
tersebar atau tidak mengelompok.
3. Industri kecil pedesaan mempunyai suatu kegiatan industri baik, yang
berbentuk kelompok atau tidak yang berlokasi di desa sesuai dengan
tipologi desanya dan biayanya yang dimiliki oleh petani atau kelompok
pengrajin dalam bentuk usaha komparatif.
Definisi industri kecil menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan, yaitu:
1. Industri dengan investasi kurang dari Rp.5.000.000,00
2. Sumber modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau
lembaga keuangan tidak resmi.
3. Sebagian besar hasil produksi atau jasa mereka hanya dikenali oleh
masyarakat yang berpenghasilan rendah atau sebagian kecil golongan
ekonomi menengah.
4. Jumlah tenaga kerja kurang dari 19 (Sembilan belas) orang.
Di Indonesia, industri kecil dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah tenaga
kerja, nilai investasi yang digunakan dan nilai asetnya. Selain itu sebagaian
besar memiliki ciri-ciri industri yang mengandalkan keterampilan tradisional,
seni dan penggunaan teknologi yang tepat guna. Namun demikian masih
belum ada persamaan persepsi tentang penegertian industri kecil, karena
masih tergantung kepentingan masing-masing pihak.
Selain itu definisi industri kecil menurut Bank Indonesia berbeda lagi, yang
mengartikan bahwa industri kecil memiliki asset neto (tanpa gedung dan
tanah) kurang dari Rp. 100.000.000,00. Industri kecil merupakan salah satu
sektor informal yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kegiatan usahanya tidak terorganisir dengan baik.
2. Pada umunya unit usaha tidak mempunyai ijin usaha.
3. Pola kegiatan usaha tidak terfokus dalam arti lokasi atau jam kerja.
6
4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membangun golongan
ekonomi lemah tidak sampai ke sektor industri kecil.
5. Unit usaha mudah beralih ke sektor lain.
6. Teknologi yang digunakan masih bersifat sederhana.
7. Skala usaha kecil, karena modal dan perputaran usahanya juga kecil.
8. Tidak memerlukan pendidikan formal, karena hanya berdasarkan
pengalaman sambil kerja.
9. Pada umumnya bekerja sendiri atau hanya dibantu karyawan atau
kerabat/keluarga yang tidak perlu dibayar.
10. Sumber modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau
dari lembaga keuangan tidak resmi.
11. Sebagian besar hasil produksi atau jasa mereka hanya dikenali oleh
masyarakat yang berpenghasilan rendah atau sebagian kecil atau golongan
ekonomi menengah.
Berdasarkan pengertian dari BPS, menyebutkan bahwa industri kecil
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu industri rumah tangga dan pabrik kecil. Ciri-
ciri dari industri rumah tangga yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 5
(lima) orang adalah:
1. Sebagian besar pekerjanya adalah anggota keluarga sendiri dari
pemilik/pengusaha yang pada umumnya tidak dibayar.
2. Proses produksinya masih manual dan dilakukan di rumah.
3. Produksinya bersifat musiman mengikuti kegiatan di sektor pertanian
yang bersifat musiman
4. Jenis produksinya sederhana untuk konsumsi sederhana juga.
Sedangkan ciri-ciri dari pabrik kecil yang menggunakan tenaga kerja anatara
5 (lima) sampai 19 (Sembilan belas) orang, yaitu:
1. Produksinya lebih teratur dan sudah punya tempat khusus, biasaya berada
di dekat rumah pemilik/pengusaha.
2. Sebagaian besar pekerja sudah di gaji.
7
B. Tempe
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau
beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau
Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi
tempe". umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang
yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat.
Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe
memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak
masam.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia.
Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe
sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak
tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah
negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang
berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk
menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki
kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat
mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena
galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga
penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari
pemegang hak paten).
Tempe mempunyai beberapa kegunaan seperti mencegah dan mengendalikan
diare, meningkatkan vitalitas, menghambat penyakit jantung, koroner, dan
lain-lain. Untuk membuat tempe selain bahan dasar kedelai juga diperlukan
ragi, dan empat jenis kapang dari genus rhyzopus yaitu rhyzopus oligosporus,
rhyzopus stolonifer, rhyzopus arrihizus, dan rhyzopus oryzae. Kapang yang
tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat
pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam
8
tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi
dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
C. Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat (benefit)
yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek,
disebut dengan studi kelayak bisnis. Dengan demikian studi kelayakan yang
juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan
dalam mengambil suatu keputusan, apakah meneriman atau menolak dari
suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam
penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan
dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit
maupun dalam arti social benefit.
Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social benefit, hal ini
tergantung dari segi penilaian yang dilakukan. Proyek-proyek yang dinilai
dari segi social benefit pada umumnya adalah proyek-proyek yang benefit-
nya dihitung/dinilai segi manfaat yang diberikan proyek terhadap
perkembangan perekonomi masyarakat secara keseluruan. Kegiatan
usaha/proyek yang dinilai dari segi financial benefit adalah usaha-usaha yang
dinilai dari segi penanaman investasi/modal yang diberikan untuk
pelaksanaan usaha/proyek tersebut.
Pada umumnya proyek-proyek yang dinilai dari segi social benefit adalah
proyek-proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah dan organisasi-organisasi
sosial, seperti pembuatan jalan/jembatan, rumah sakit, taman hiburan,
sekolah, dan lain sebagainya yang memberikan dampak positif terhadap
perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Proyek-proyek yang dinilai
dari segi analisis financial benefit, pada umumnya proyek-proyek yang
dilaksanakan oleh pengusah secara individu yang menanamkan modalnya di
dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Sasaran
yang ingin dicapai dalam analisis financial adalah hasil dari modal saham
9
(equity capital) yang di tanam dalam usaha/proyek yang lebih mengutamakan
penilaian social benefit daripada financial benefit sering disebut dengan
analisis evaluasi proyek dan kegiatan usaha proyek yang mengutamakan
financial benefit daripada social benefit sering disebut dengan analisis studi
kelayakan bisnis.
Faktor-faktor yang perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan bisnis
adalah menyangkut dengan beberapa aspek antara lain:
1. Aspek Marketing
2. Aspek Teknis Produksi
3. Aspek Produksi
4. Aspek Manajemen
5. Aspek Lingkungan, dan
6. Aspek Keuangan.
Dengan demikian apabila gagasan usaha/proyek yang telah dinyatakan layak
dari segi ekonomi, dalam pelaksanaan jarang mengalami kegagalan kecuali
disebabkan faktor-faktor uncontrollable seperti banji, terbakar, dan bencana
alam lainnya yang di luar jangkauan manusia. Analisis kelayakan
menggunakan analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (BCR), untuk mengetahui suatu usaha
layak atau tidaknya.
D. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang
(Present Value) dari selisih antara Benefit (manfaat) dengan Cost (biaya) pada
Discount Rate tertentu. Net Present Value (NPV) menunjukkan kelebihan
benefit (manfaat) dibandingkan dengan Cost (biaya). Jika present value
benefit lebih besar dari present value biaya, berarti proyek tersebut layak atau
menguntungkan. Dengan perkataan lain, apabila NPV > 0 berarti proyek
tersebut menguntungkan. Sebaliknya jika NPV < 0 berarti proyek tersebut
10
tidak layak diusahakan. Net Present Value secara matematis di tuliskan
sebagai berikut:
NPV = Present Value dari benefit – present value dari costs
Untuk menetukan rasio – rasio atau net present value tersebut, kita harus
ditetapkan dahulu discount rate yang akan digunakan baik yang dari benefit
ataupun dari costs. Di dalam perhitungan ada kebiasaan untuk mendiscount
semua biaya dan benefit mulai tahun pertama. Semua biaya yang dikeluarkan
dan benefit yang diperoleh mulai dari permulaan tahun sampai akhir tahun
(sepanjang tahun) di anggap sebagai pengeluaran atau penerimaan pada akhir
tahun.
E. Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return adalah discount rate yang dapat membuat besarnya the
net present value (NPV) proyek sama dengan nol, atau yang dapat membuat
B/C ratio = 1. Dalam penghitungan IRR ini diasumsikan bahwa setiap benefit
neto tahunan secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan
memperoleh rate of return yang sam dengan investasi – investasi sebelumnya.
Besarnya IRR ini tidak ditemukan secara langsung dan harus dicari dengan
coba – coba. Mula – mula dipakai discount rate yang di perkirakan mendekati
besarnya IRR. Kalau perhitungan ini memberikan NPV yang positif, maka
harus dicoba discount rate yang lebih tinggi, dan seterusnya, sampai diperoleh
NPV yang negatif. Kalau hal ini sudah tercapai, maka diadakan interpolasi
antara discount rate yang tertinggi (i’) yang masih memberi NPV yang positif
(NPV+) dan discont rate terendah (i”) yang memberi NPV negatif (NPV-),
sehingga diperoleh NPV sebsar nol (0).
Jika nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunga, maka suatu
proyek dinyatakan layak. Sebaliknya, jika nilai IRR lebih kecil atau kurang
dari tingkat suku bunga maka proyek tersebut tidak layak untuk dikerjakan.
Internal rate of return (IRR) lebih banayak disukai dari pada keriteria lain,
11
dan dipakai sebagai kriterium utama di kalangan Bank Dunia untuk
mengiukur profitability proyek – proyek baik secra finansial maupun
ekonomik. IRR memiliki beberapa keunggulan praktis yang menonjol ialah:
1. Kriteria ini mehindari kesukaran dalam memilih discount rate yang sesuai.
2. Karena dinyatakan dalam bentuk rate of return, hasilnya dapat
dibandingkan dengan tingkat bunga yang berlaku.
Disamping keunggulan – keunggulan tersebut, IRR mempunyai beberapa
kelemahan ialah:
1. IRR dianggap tidak ada hubungannya dengan the opportunity cost of
capital (OCC), ialah the earning power dari proyek marginal. Karenanya
maka kalangan yang membela OCC sebagai reward yang sebenarnya bagi
modal menganggap IRR sebagai rate dalam khayalan (an illusory rate).
2. IRR mengandung arti (implies) bahwa untuk tiap proyek hanya pada satu
rate of return. Hal ini berlaku bagi proyek dengan manfaat neto (net
benefit) yang negatif padatahun – tahun pertama dan kemudian
mempunyai manfaat neto yang yang positif. Tetapi jika proyek
mempunyai manfaat neto yang negatif dan positif secara bergantian,
artinya, mula – mula negatif, kemudian positif, dan kemudian negatif lagi,
dan seterusnya, maka tidak ada satu unique rate bagi proyek tersebut. Hal
semacam ini dapat terjadi pada proyek – proyek dengan capital item utama
yang harus sering diganti. Ungkapan ini merupakan keritik teoritis yang
berat/serius, tetapi dalam praktek jarang sekali terjadi.
F. Benefit Cost Ratio
BCR adalah perbandingan nilai sekarang dengan faktor diskonto tertentu
dengan arus pendapatan dengan arus pembiayaan proyek. Jika nilai B/C ratio
lebih besar dari satu maka proyek layak dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai
B/R ratio kurang dari satu maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. (Tri
Widodo, 2006: 261).
12
Dalam net B/C ratio untuk tiap tahun dihitung selisih antara gross benefit dan
gross costs. Pada tahun – tahun pertama biasanya gross costs lebih besar
daripada gross benefit, sehingga net benefit adalah negatif. Atau dengan
perkataan lain ada net costs. Pada tahun – tahun sesudah itu biasanya gross
benefit lebih besar dari pada gross cost, sehingga benefit addalah positif.
G. Profitability ratio
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu
dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam
melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari
laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini
disebut juga rasio rentabilitas.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber
yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).
13
III. METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh penelitih untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2009).
Variabel merupakan gejala yang menjadi obyek penelitian atau apa yang
menjadi perhatian dalam suatu penelitian. Adapun variabel dalam penelitian
ini adalah:
1. Modal
Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan dalam proses produksi atau biasa disebut modal kerja (working
capital). Indikatornya adalah sumber modal (modal awal).
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah para pekerja yang dipekerjakan untuk melakukan
aktivitas-aktivitas dalam proses produksi untuk mengubah faktor-faktor
produksi menjadi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Variabel tersebut meliputi jumlah tenaga kerja industri kecil tempe di
Kecamataan Matesih Kabupaten Karanganyar.
3. Bahan baku
merupakan bahan mentah yang menjadi dasar pembuatan suatu produk
yang mana bahan tersebut dapat diolah melalui proses tertentu untuk
dijadikan wujud lain. Indikator: asal bahan baku dan jenis bahan baku.
14
4. Teknologi
Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material
dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Teknologi
dalam penelitian ini adalah peralatan yang digunakan dalam proses
produksi tempe . Variabel tersebut meliputi teknologi yang digunakan.
Indikator: teknologi yang digunakan dan kelemahan teknologi.
5. Produksi
Produksi adalah kegiatan yang menciptakan, mengolah, mengupayakan
pelayanan, menghasilkan barang dan jasa atau usaha untuk meningkatkan
suatu benda agar menjadi lebih berguna bagi kebutuhan manusia.
Indikator; Jenis produksi, jumlah produksi dan lama proses produksi.
6. Kelayakan Finansial Agroindustri Tempe
Kelayakan Finansial disini adalah indikator yang digunakan yang
menunjukkan bahwa industri kecil tempe di Kecamatan Matesih
Kabupaten Karanganyar, pelaksanaan sudah layak atau belum, jika dilihat
dari sisi manfaat (benefit) dan biaya (cost) dengan menggunakan kriteria
Uji Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit
Cost Ration (Net B/C).
Komponen dari Industri kecil tempe terdiri dari biaya Investasi dan biaya
modal kerja. Biaya investasi terdiri dari biaya pengadaan peralatan
produksi. Adapun biaya modal kerja merupakan biaya operasional
produksi yang terdiri dari biaya variabel dan biaya overhead. Biaya
variabel terdiri dari biaya tenaga kerja per bulan dan biaya pengadaan
bahan baku yang merupakan kedelai, ragi, daun pisang, kantung pelastik
dan kayu bakar. Serta biaya overhead terdiri dari biaya transport.
B. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data primer.
Data primer yang di dapatkan dari wawancara langsung kepada pemilik usaha
15
(owner) dan kepada para pekerja. Dalam penelitian data ini menggunakan
metode/teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode Observasi
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Ibrahim
Yacob,1986).
2. Metode Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil
(Sugiyono, 2009).
3. Metode Angket Kuisioner
Metode anget adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006). Jenis
kuisioner yang kami gunakan untuk penelitian ini adalah kuisioner
terbuka. Kuisioner terbuka adalah kuisioner yang memberikan kesempatan
kepada responden untuk menjawab dengan kalimat sendiri.
C. Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang berguna untuk
menggambarkan variabel yang diteliti (Arikunto, 2006). Analisis deskriptif
juga bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami
dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Analisis ini digunakan untuk
memberikan gambaran umumtentang data yang telah diperoleh dari
16
kuesioner. Gambaran umum ini dapat menjadi acuan untuk melihat
karakteristik data yang diperoleh.
2. Analisis Kelayakan Finansial
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis, yaitu:
a. Net Present Value (NPV) adalah kriteria investasi yang banyak
digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak.
Pt = Net cash flow (Proceeds) pada tahun ke-1
i = Tingkat diskonto
n = Lama waktu atau periode perlangsungan investasi
IO = Pengeluaran mula-mula atau nilai investasi/initial outlays
b. Internal rate of return (IRR) adalah tingkat diskonto (discount rate)
yang menjadikan sama antara present value dari penerimaan cash dan
present value dari nilai atau investasi discount rate/tingkat diskon yang
menunjukan net present value atau sama besarnya dengan nol.
IRR = Internal rate of return yang akan dicari
IR1 = Internal rate (tingkat bunga) untuk penetapan ke-1
IR2 = Internal rate (tingkat bunga) untuk penetapan ke-2
NPV1 = net present value dari hasil IR
NPV2 = net present value dari hasil IR
c. Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang
telah di diskon positif (+) dengan net benefit yang telah di diskon
negatif (-), dengan formula sebagai berikut:
17
Jika nilai Net B/C lebih besar dari 1 (satu) berarti gagasan usaha proyek
tersebut layak dikerjakan dan jika lebih kecil dari 1 (satu) berarti tidak
layak untuk dikerjakan. Untuk Net B/C sama dengan 1 (satu) berarti
cash in flows sama dengan cash out flows, dalam present value disebut
dengan Break Even Point (BEP), yaitu total cost sama dengan total
revenue.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum
Daerah tempat penelitian kami yaitu berada di Kecamatan Ambarawa yaitu
salah satu kecamatan dari 8 keamatan yang ada di Kabupaten Pringsewu,
Provinsi Lampung. Kecamatan Ambarawa yang beribukota di Ambarawa
ini memiliki 2 desa yaitu Ambarawa dan Sumber Agung dan 5 pekon yaitu
Pekon Ambarawa, Pekon Ambarawa Barat, Pekon Ambarawa Timur, Pekon
Arjo sari dan Pekon Sumber Agung.
Kecamatan Ambarawa memiliki luas wilayah sebesar 30,99 Km2 . Adapun
batas-batas wilayah yang berbatasan dengan Kecamatan Ambarawa adalah :
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pringsewu.
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pardasuka.
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pagelaran.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gadingrejo.
Jumlah penduduk Kecamatan Ambarawa menurut Badan Pusat Statistik
(2012), adalah sebesar 32.633 jiwa dengan kepadatan penduduk 1053,02
jiwa/km2. Penduduk daerahini berasal dari suku Lampung sendiri dan suku
pendatang yaitu Jawa yang menjadi mayoritas di daerah ini. Hampir semua
pendududuk nya beragama Islam. Masyarakat Desa Kecamatan Ambarawa,
Kabupaten Pringsewu, Lampung banyak yang bermata pencaharian sebagai
petani secara turun temurun, hal ini didukung dengan cukup luasnya lahan
yang digunakan untuk pertanian cabai diwilayah ini, juga ditambah wilayah
ini yang berada jauh dari perkotaan dan memang banyak lahan perladangan
dan sebagian persawahan yang merupakan lahan pertanian.
19
1. Umur dan Tingkat pendidikan
Usia pengusaha dapat mempengaruhi kinerja dalam kontribusinya
mengembangkan usaha yang mereka bangun. Apabila pengusaha memiliki
usia yang produktif, dengan stamina dan pemikiran yang matang ditambah
berbagai pengalaman yang sudah pernah dijalani maka hal ini dapat
berpengaruh positif terhadap kemajuan usaha industri kecil tempe.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 1. Identitas Responden
No Nama L/P Umur Hubungan
Keluarga
Pendidikan
Terakhir
Pekerjaan Pendapata
n
1
2.
3.
4.
1.
Pak
Tursiyo
Bu
Warsinah
Galuh
Aprian
Gunaryo
Ari
Budiarti
L
P
L
P
73
70
24
45
Kepala
Keluarga
Istri
Cucu
Anak
Setara
SMA
Setara
SMA
SMA
Sarjana
Pembuat
Meubel
Pemilik
Usaha Tempe
-
PNS
5.000.000
5.000.000
-
1.500.000
Dari data diatasUsaha Tempe Lestari memiliki tingkat pendidikan rata-rata
SMA hal ini juga berpengaruh terhadap kualitas dan kapasitas produksi
yang akan dihasilkan. Dalam hal ini tanggungan keluarga juga
mempengaruhi pengeluaran yang dapat menurunkan profit atau
keuntungan yang mereka dapatkan dari usaha tempe ini. Selain dari
pendidikan jenis kelamin juga mempengaruhi tingkat produksi dan
pengelolaan Usaha Tempe yang baik.
20
2. Identitas Agroindustri
Sejarah berdirinya Usaha Tempe Lestari pada awalnya ada seorang
pegawai bank (BpSugiman) yang merupakan anak dari penjual tempe
sedang mengadakan sosialisasi tentang perbankan, setelah ibu Warsinah
mengenalnya kemudian Bapak Sugiman member ilmu untuk membuat
tempe karena masih jarang bahkan belum ada ditahun 1984 orang yang
membuattempe di wilayahAmbarawa.Usaha Tempe Lestari ini berdiri
sejak tahun 1984 dengan modal awal sebesar Rp100.000,00.
Produk Tempe ini telah memiliki nama dagang yaitu Tempe Lestari namun
belum sampai untuk dibuat cap di kemasannya. Nama dagang ini didapat
dari konsultan yang mengajari tentang awal pembuatan tempe ini.
Mulanya penjualan awalnya hanya memenuhi kebutuhan orang-orang
sekitar namun semakin lama usahaini menjadi usaha yang menjanjikan
karena produksi bias mencapai 2 ton dalam 20 hari.Hal ini dikarenakan
adanya pesanan untuk hajatan dan acara selamatan yang banyak
menggunakan tempe sebagai lauknya.
Agroindustri tempe yang berada di Jl. Sapuhanda, Ambarawa I, Ambarawa
adalah Kelompok Usaha Tempe Lestari. Status Kepemilikan lahannya
adalah pribadi. Luas lahan pada agroindustri ini seluas 88m2 dengan
bangunan pabriknya 78m2 dengan besarnya pajak per tahunnya
Rp23.053,00saatini. Pemilihan lokasi ini ditentukan berdasarkan dekatnya
dengan pasar. Peningkatan penjualan juga dipengaruhi karena dekatnya
tempat produksi dengan pasar yang memudahkan pemasaran tempe.
Penjualan mulai menurun di tahun 2005 denganproduksi yang hanya
berkisar 1 ton per bulan dan saat ini produk tempe Lestari hanya
memproduksi 50kg/ hari.
B. Keragaan Agroindustri
21
Keragaan agroindustry Tempe Lestari adalah Bahan baku produksi, Bahan
penunjang, modal dan tenaga kerja.
1. Pengadaan Agroindustria. Bahan Baku
Bahan baku utama dalam pembuatan tempe adalah kedelai, ragi dan
bungkus (plastic atau daun pisang) sebagai bahan pendukung.Kedelai
merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting
diIndonesia. Kedelai banyak digunakan sebagai bahan baku makanan
yang biasadikonsumsi masyarakat Indonesia seperti tahu dan
tempe.Bahan baku kedelai itu berasal dari sumber agung dan diantar
langsung oleh pemasok. Frekuensi pembelian dalam sehari minimal
50kg/hari dan bahan yang dibutuhkan selalu kontinu. Keuntungan yang
didapat dari kemitraan dengan pemasokantara lain adalah kontrak
penyediaan bahan baku yang panjang, penyediaan barang yang tepat
waktu dan adanya potongan jika membeli produk dalam jumlah besar.
Harga bahan baku utama saat ini Rp8.900,00 hal ini dikarenakan inflasi
di beberapa tahun terakhir. Peningkatan harga kedelai dari tahun
ketahun semakin lama membuat agroindustry ini semakin menurunkan
beberapa biaya seperti tenaga kerja bahkan volume produksi.
b. Bahan Penunjang
Bahan penunjang yang mendukung dalam pembuatan tempe adalah
kayu bakar dan bensin.Kayu bakar didatangkan dari pemasok sebanyak
1 kubik per bulannya dengan harga Rp80.000,00. Kayu bakar ini
digunakan dalam merebus kedelai supaya kulit arinya mudah dikelupas.
Sedangkan bensin digunakan untuk transportasi penjualan produk
tempe. Produk tempe yang sudah jadi dipasarkan kewilayah sekitar
kecamatan ambarawa seperti ambarawa timur, ambarawa barat,
ambarawa pusat, arjosari dan pada pasar tradisional yang mempunyai
jadwal hari selasa dan jum’at.
c. Tenaga Kerja
22
Tenaga kerja di agroindustry tempe Lestari berasal dari daerah
kecamatan ambarawa, dua orang berasaldaridalamkeluargadan 1 orang
berdasarkan dari luar keluarga. Pada tahun 2007 tenaga kerja luar
keluarga masih 3 orang karena lonjakan harga kedelai masih bias
ditoleransi namun saat ini padatahun 2013 pekerja yang masih menetap
hanya 1 orang yaitu bernama bu Wartini. Besarnya upah yang diberikan
kepada tenaga kerja luar keluarga adalah Rp50.000,00 per harinya
sedangkan tenaga kerja dalam keluarga sebesar Rp40.000,00 per
harinya. Untuk melihat detailnya dapat dilihat pada lampiran 1.
d. Modal
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam mendirikan usaha,
tanpa modal yang mencukupi maka usaha yang dibangun tidak akan
berjalan sebagaimana mestinya. Besarnya modal awal dan sumber
modal yang digunakan oleh pengusaha tempe adalah sebesar
Rp100.000,00 modal inipadatahun 1984 merupakan modal
yancukupbesarkarenahargakedelaisaatitumasih Rp300,00. Modal ini
berasal dari modal sendiri.
2. Proses Produksi
Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap perebusan
ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap air
sebanyak mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji
kedelai supaya nantinya dapat menyerap asam pada tahap perendaman.
Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan agar miselium fungi
dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi. Pengupasan dapat
dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan kaki, atau dengan alat
pengupas kulit biji dalam produksi tempe lestari menggunakan alat
pengupas kulit kedelai.
Setelah dikupas, biji kedelai direndam. Tujuan tahap perendaman ialah
untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan terjadinya fermentasi asam
23
laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan fungi. Fermentasi asam laktat terjadi dicirikan oleh
munculnya bau asam dan buih pada air rendaman akibat pertumbuhan
bakteri Lactobacillus. Bila pertumbuhan bakteri asam laktat tidak optimum
(misalnya di negara-negara subtropis, asam perlu ditambahkan pada air
rendaman. Fermentasi asam laktat dan pengasaman ini ternyata juga
bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan bakteri-bakteri
beracun.
Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang
mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak
terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghambat pertumbuhan
fungi. Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe
atau laru. Inokulum dapat berupa kapang yang tumbuh dan dikeringkan
pada daun waru atau daun jati (disebut usar; digunakan secara tradisional),
spora kapang tempe dalam medium tepung (terigu, beras, atau tapioka;
banyak dijual di pasaran), ataupun kultur R. oligosporus murni (umum
digunakan oleh pembuat tempe di luar Indonesia).
Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) penebaran inokulum
pada permukaan kacang kedelai yang sudah dingin dan dikeringkan, lalu
dicampur merata sebelum pembungkusan; atau (2) inokulum dapat
dicampurkan langsung pada saat perendaman, dibiarkan beberapa lama,
lalu dikeringkan. Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau
ditempatkan dalam wadah untuk fermentasi.
Berbagai bahan pembungkus atau wadah dapat digunakan (misalnya daun
pisang, daun waru, daun jati, plastik, gelas, kayu, dan baja), asalkan
memungkinkan masuknya udara karena kapang tempe membutuhkan
oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun atau plastik biasanya
diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk. Biji-biji kedelai yang
sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami proses fermentasi. Pada
proses ini kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-biji kedelai,
24
menyatukannya menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu
20 °C–37 °C selama 18–36 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat
biasanya untuk tempe yang menggunakan banyak inokulum dan suhu yang
lebih tinggi, sementara proses tradisional menggunakan laru dari daun
biasanya membutuhkan waktu fermentasi sampai 36 jam.
Gambar 1. Proses pembuatan tempe
C. Analisis Finansial
1. Biaya Investasi
Biaya Investasi adalah biaya yang digunakannya dapat berlangsung dalam
waktu yang relatif lama (lebih dari satu tahun). Biaya investasi biasanya
berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik
dan kapasitas produksi. Contoh : Pebangunan gedung, kendaraan, alat
kedokteran, dan lain-lain.
Berdasarkan data yang kami dapatkan, investasi awal yang dikeluarkan
oleh pemilik usaha pada tahun 2007 sebesar Rp313.785.000. Tetapi
25
terdapat juga penambahan investasi berupa peralatan seperti ember,
baskom, gayung, yang disebabkan barang yang sebelumnya mengalami
penyussutan, sehingga investasi pada tahun 2007 sebesar Rp 313.930.000.
Penambahan biaya Investasi juga terdapat pada tahun 2010 berupa
penambahan rak sebesar Rp300.000,00 yang dikeluarkan untuk
menggantikan rak yang lama. Jadi setiap tahunya pada usaha pembuatan
tempe lestari terdapat penambahan investasi yaitu berupa pembelian
peralatan yang disebabkan peralatan yang lama sudah habis umur
ekonomisnya. Tabel biaya investasi digambarkan sebgai berikut:
Tabel 2. Biaya investasi Usaha Tempe Lestari
VariabelJumla
hHarga
Tahun Ke
20072008
2009
2010
2011
2012
Lahan+bangunan 1
300000000 300000000
Tampah 4 25000 100000 Dandang 3 100000 300000 Mesin 2 200000 400000 Penyaring 3 25000 75000 Rak 2 300000 600000 Timbangan 1 250000 250000 Motor 1 12000000 12000000 Tungku 3 20000 60000 Total Investasi 313785000
Tabel penamabahan biaya investasi tiap tahun
Variabel jumlah Harga 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Ember 3 10000 30000 30000 30000 30000 30000 30000
Baskom 4 25000 100000 100000 100000
Gayung 3 5000 15000 15000 15000 15000 15000 15000
Rak 1 300000 Total biaya peralatan 145000 45000 145000 345000 145000 45000
26
Total Investasi 313930000 45000 145000 345000 145000 45000
2. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan, sehubungan dengan operasi atau kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan. Biaya operasional di bagi menjadi dua bagian yaitu baiaya
produksi dan biaya tetap. Biaya operasional ini biasanya digunakan oleh
pengusaha sebagai acuan untuk penentuan harga jual produk agar tidak
mengalami kerugian.
a. Biaya Tetap
biaya tetap adalah pengeluaran bisnis yang tidak bergantung pada
tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut
Pengeluaran ini berkaitan dengan waktu, seperti gaji atau beban sewa
yang dibayar setiap bulan, dan sering disebut sebagai pengeluaran
tambahan.
Berdasarkan perhitungan biaya tetap yang dikeluarkan tiap tahunnya
memiliki rata - rata Rp73.223.053 dari 6 tahun terakhir yang berasal
dari biaya tenaga keja luar keluarga, tenaga kerja dalam keluarga, biaya
PBB, listrik, air dan telfon. Biaya yang dikeluarkan dari tahun 2008 ke
2009 mengalami penurunan, hal itu dikarenakan adanya persaingan
yang lebih besar di antara usaha tempe sehingga permintaan akan tempe
menurun yang diakibatkan berkurangnya pangsa pasar yang dimiliki.
Biaya tersebut dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Biaya Tetap Usaha Tempe LestariBiaya Tetap 2007 2008 2009 2010 2011 2012
(Listrik, Air, Telpon)
2400000 2400000 2400000 3000000 3000000 3000000
27
Biaya PBB 23053 23053 23053 23053 23053 23053
TKDK28800000 28800000 28800000 28800000 28800000 28800000
TKLK54000000 54000000 36000000 36000000 36000000 36000000
total biaya tetap 85223053 85223053 67223053 67823053 67823053 67823053
b. Biaya produksi
Biaya produksi adalah semua pengeluaran ekonomis yang harus di
keluarkan untuk memproduksi suatu barang. Biaya produksi juga
merupakan pengeluaran yang di lakukan perusahaan untuk
mendapatkan faktor – faktor produksi dan bahan baku yang akan di
gunakan untuk menghasilkan suatu produk.
Biaya produksi yang kami dapatkan mennggambarkan bahwa terjadi
penurunan biaya dari tahun 2007 sampai 2010 dan kembali naik pada
tahun 2011 dan 2012. Hal itu disebabkan karena berturunnya
permintaan akan tempe dan terjadi kenaikan tersebut bukan karena
meningkatnya permintaan tetapi karena meningkatnya harga bahan
baku sedangkan permintaan relatif tetap. Biaya produksi usaha tempe
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Biaya Produksi Usaha Tempe LestariBiaya Variabel 2007 2008 2009 2010 2011 2012Kedelai
27000 kg18900000
015660000
015345000
014220000
014940000
016020000
0
Ragi 40.8 kg 1512000 1209600 1148400 1080000 1080000 1080000
Plastik408000 satuan 94500000 75600000 69300000 63000000 63000000 63000000
Daun Pisang 150 kg 150000 150000 150000 150000 150000 150000
Air Mineral 400 L 600000 600000 600000 600000 600000 600000Biaya Pendukung
Kayu Bakar 12 kubik 960000 960000 960000 960000 960000 960000
Bensin 121 liter 544500 544500 544500 544500 544500 786500
Total biaya28726650
023566410
022615290
020853450
021573450
022677650
0
3. AnalisisFinansial
28
Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut
pandang pengusahasebagaipemilik. Analisis finansial diperhatikan
didalamnya adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil
penerimaan atau penjualan kotor (gross-sales) dengan jumlah biaya-biaya
(total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui
kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek. Hasil finansial sering
juga disebut “private returns”. Beberapa hal lain yang harus diperhatikan
dalam analisis finansial ialah waktu didapatkannya returns sebelum pihak-
pihak yang berkepentingan dalam pembangunan proyek kehabisan modal.
Analisis finansial yang digunakan dengan menggunakan perhitungan NPV
(Net Present Value) makadapat diketahui posisi keuangan Usaha tempe
Lestari yang berada di kecamatan ambarawa sebagai berikut
Tabel 5.Kriteria investasi usaha tempe lestaritahun 2007-2012
Tahunke-n
Tahun Investasi O&M TC Benefit df 14%
PV TC
1 2007 313930000
372489553 686419553 331330447 0.87719
602122414.9
2 2008 45000 320887153 320932153 494317847 0.76947
246946870.6
3 2009 145000 293375953 293520953 454229047 0.67497
198118282.7
4 2010 345000 276357553 276702553 403547447 0.59208
163830124.3
5 2011 145000 283557553 283702553 396547447 0.51937
147346216
6 2012 45000 294599553 294644553 385605447 0.45559
134236094.7
Jumlah
314655000
1841267318
2155922318
2465577682
3.88867
1492600003
Tabel 5. Kriteria investasi usaha tempe lestari (lanjutan)
29
PV Benefit
Net (B-C)Gross
B-O&MPV
InvestasiPV Gross B-O&M
Net (B/C)
DF 22%
NPV 22% NPV 14%
290640743
-311481671
.9
-4115910
627537719
3
-36104478.
95
-35508910
60.8196
7
-291056644
.3
-311481671
.938036153
2133414661
.41734306
9434626.038
78133449287
.517338569
40.6718
6116491328
.9133414661
.430659166
8.6108473385
.91608530
9497870.869
85108571256
.716070809
40.5507
188503054.
22108473385
.923893248
4.475102360.
021271898
94204267.69
5775306627.
7212684489
4 0.451457257669.
4775102360.
0220595431
7.958608101.
881129898
9475308.456
3358683410.
3311284489
4 0.3741752526.
4258608101.
8817567665
4.441440559.
679100589
420501.394
6541461061.
07 909608940.3032
827586444.
941440559.
6715981574
00105557396
.96243103
6427580976
7.4381367164
.430965536
43.1669
240534379.
7105557396
.9
Nilai DF=14%, disamakandengansukubungapinjaman yang
dipakaisaatmelakukanpenelitian.Karenanilai NPV 14% sebesar
105.557.396.9 (positif), maka layak dilakukan investasi. Dan setelah
dilakukan perhitungan NPV dengan berbagai cara adalah hasilnya sama
maka data yang didapat adalah baik dan layak untuk dilanjutkan.
Dari data diatasdapatdilakukanperhitunganterhadap gross b/c yaitu
Gross B/C = = = 1,071
Karena gross B/C besarnyalebihdari 1 maka Usaha Tempe Lestari layak
untukdijalankan dengan kata lain menguntungkan.
Net B/C ratio = = = 1,339
Karena Net B/C ratio besarnyalebihdari 1 maka Usaha Tempe Lestari
layakuntukdijalankandengan kata lain menguntungkan.
Provitability ratio = == = 1,383
KarenaProvitability ratio besarnyalebihdari 1 maka Usaha Tempe Lestari
layakuntukdijalankandengan kata lainmenguntungkan.
30
Perhitungan NPV dapatdilakukandengan 3 cara yang pertama dengan cara
mengurangi jumlah PVGRB dengan PVGRC
NPV = PVGRB- PVGRC = 1.598.157.400,171-1.492.600.003,223
=105.557.396.948
Perhitungan NPV yang keduadengancaramengurangijumlah Net B/C yang
positifdengan Net B/C yang negative.
NPV = Net B/C+- Net B/C-= 30
= 105.557.396.948
Perhitungan NPV yang ketigadengancaramengurangijumlahPV Gross B-
O&M dengan jumlah PV Investasi.
NPV = PV Gross B-O&M - PV Investasi = 381367164.386 -
275809767.438= 105.557.396.948
Karena ketiga perhitungan NPV tersebut hasilnya sama data tersebut
adalah baik dan bernilai positif, maka investasi ini layak untuk
dilaksanakan dan dilanjutkan. Oleh karena itu dalam perhitungan NPV
penting untuk melihat apa yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha.
Internal Rate of Return
NPV1 =Rp. 31.907.340 i1=14%
NPV2 =Rp. -4.689.798 i2=22%
IRR = i1+ ((NPV1/(NPV1-NPV2)*(i2-i1))
IRR = 27%
Dalam penelitian ini nilai IRR (27%) >bunga pinjaman (14%) sehingga
Dikatakan bahwaUsaha Tempe Lestari layak untukdiusahakan atau dengan
kata lain menguntungkan.
31
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan diatas adalah sebagai
berikut:
1. Usaha Tempe Lestari berdiripadatahun 1984 dengan modal awal
Rp100.000,00 yang berasaldari modal sendiri. Bahan pokok dalam Usaha
ini adalah kedelai dan ragi dengan beberapa bahan pendukung seperti
bungkus, danbahanpenunjangsepertikayubakardanbensin.
2. Dari perhitungan dalam pembahasan diatas didapat Gross B/C 1,071 Net
B/C sebesar 1,339 danProfitabilitas ratio sebesar1,383
karenasemuanilaitersebutlebihdari 1 maka usaha tersebut layak untuk
dilanjutkan. Sedangkan pada NPV bernilaipositif sebesar 105.557.396.948
dan IRR 27% dengan bunga pinjaman 14% oleh karena itu usaha ini
menguntungkan.
3. Kendala yang dihadapidalam Usaha Tempe Lestari ini antaralain mahalnya
harga input utama yaitu kedelai, hal ini dikarenakan produksi dalam negeri
yang masih minim dan pesaing yang sudahbanyak di kecamatan ambarawa
sehingga mengurangi pangsa pasar.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas ada beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan untuk
pengusaha agroindustri tempe Lestari diantaranya sebagai berikut :
32
1. Pengelolaan Agroindustri yang baik adalah dengan membuat pembukuan
setiap periode (tahunan) agar memudahkan dalam memperkirakan biaya
yang akan muncul dimasa yang akan datang
2. Pemerintah seharusnya dapat mengantisipasi naiknya harga kedelai
sebelum adanya kenaikan tersebut misalnya dengan membuat kebijakan
untuk menanam kedelai varietas unggul di beberapa wilayah produktif.
3. Untuk Pesaing Agroindustri sebaiknya menjual produk dengan kualitas
yang bagus bukan dengan cara menjatuhkan harga.
33
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2013.http://darkzone7.blogspot.com/2013/04/biaya-produksi.html. di
akses pada tanggal 24 November 2013 pukul 02.30 WIB.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ibrahim, Yacob. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Irianto, Jusuf. 1996. Industri Kecil Dalam Perspektif Pembinaan Dan Pengemba
ngan. Surabaya: Airlangga University Press.
Kadariah. 1998. Evaluasi Proyek Analisa Ekonomis Edisi Dua. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Kuncoro, Mudrajad. 2007a. Ekonomika Industri Indonesia Menuju Negara
Industri Baru 2030. Yogyakarta: C.V Andi.
Syafri Harahap, Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan:Aplikasi Komputer (Era Otonomi
Daerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
34
LAMPIRAN