perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHA
PEDAGANG DI PASAR BATIK GROSIR BATIK SETONO PEKALONGAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
RENI PRATIWI SETYAWARDHANI NIM. F0107108
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Halaman Persetujuan
Skripsi dengan judul:
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keuntungan Usaha Pedagang di Pasar Grosir Batik
Setono Pekalongan
Surakarta, 07 Desember 2011
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing Skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Ekonomi Pembangunan.
Surakarta, Januari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
....Allah SWT....
...Keluarga yang aku cintai dan aku sayangi...
...Sahabat-sahabatku Diana, Titha, Diana, Ajeng, Weni, Ita, nene, Ratih.... u’re my best friends...
...Teman Hatiku Andry. Selalu setia walaupun kita long distance...
...Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2007 Kelas B yang sudah
berjuang dari awal masuk kuliah, Anin, Desta, Rendi, Mas Cuz, Eliza, Mas Tut, Johan, dkk ... banyak cerita dan kenangan yang gag akan ku
lupa...
....Teman-teman di Kediri, Meme, Mega, Mas Sunu, Mas Heri, Mas Ucil.. makasih udah baik bangeet sama saya...
....... Terima Kasih ......
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
MOTTO
..... Jika kamu tidak bisa menjadi yang pertama, kamu masih bisa menjadi yang terbaik..... ..... Kebahagiaan tidak pernah diukur bisa dari banyaknya materi, melainkan dari apa yang kita rasakan dan dapat membuat kita bahagia dalam hati.....
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan magang dengan judul “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Keuntungan Usaha Pedagang di Pasar Grosir
Batik Setono Pekalongan”, yang merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi guna memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Secara khusus dalam kesempatan ini, dengan segala
kerendahan dan keikhlasan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih dan
hormat kepada:
1. Dr. Wisnu Untoro M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Wahyu Agung Setyo,M.Si, selaku pembimbing yang selalu
memberikan saran dan bimbingan selama penulisan skripsi ini hingga
selesai.
4. Bapak Ir.H.Chairuddien Mosthahal, selaku Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Pekalongan yang telah memperkenankan penulis
melakukan kegiatan penelitian di kantor Bappeda Pekalongan.
5. Bapak Drs. Gunindyo, selaku Kepala Dinas Perindustrian,
Perdagangan, dan Koperasi yang telah memperkenankan penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
melakukan kegiatan penelitian di kantor Perindustrian, Perdagangan,
dan Koperasi Pekalongan.
6. Kepala Organisasi Pedagang Pasar Grosir Batik Setono, yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan kegiatan penelitian
dan menyebar kuisioner kepada pedagang di Pasar Grosir Batik Setono
Pekalongan.
7. Terima kasih kepada kedua orang tua saya Drs. Roeswardiyatmo, M.Pd.
dan Drs. Siti Mundjajanah, M.Pd yang tiada hentinya mendukung dan
memberikan semangat serta doa bagi penulis untuk menyelesaikan
studi.
8. Saudara-saudaraku, mba’ Rini, mas Whisnu, mas Kirno, yang selalu
memberikan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan studi.
9. Teman hatiku, Andry. Yang sedang bekerja untuk masa depan, yang
selalu sabar memberi kasih sayang dan semangat bagi penulis. Jarak
bukan halangan untuk kita bisa bersama.
10. Sahabat-sahabatku, (Diana, Ajeng, Ita, Weni, Titha, Nene) terima kasih
atas motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. You are
my best friends.
11. Teman-teman Fakultas Ekonomi Pembangunan angkatan 2007 kelas B,
(Anin, Desta, Rendi, Mas Cuz, Eliza, Mas Tut, Johan, Ratih, dan semua
teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.) Terima kasih buat
dukungannya kepada penulis. Sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
12. Teman-teman Ekonomi Pembangunan Non-Reguler 2007 (Fatih, Imam,
Soni, Bekasi, Rahma). Terima kasih buat kebersamaannya selama
setahun ini.
13. Teman-teman saya di Kediri (Meme, Mega, Mas Sunu, Mas Heri, Mas
Ucil) makasih selalu menemani saya saat berkunjung ke kota Kediri.
Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi
ini masih belum lengkap dan sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kemajuan penulis.
Semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang membutuhkan dan
memberikan masukan yang berharga bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Surakarta, Januari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................ i
ABSTRAKSI.................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................... vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Perumusan Masalah ....................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ............................................... ........... 10
D. Manfaat Penelitian ......................................................... 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 12
A. Landasan Teori ................................................................ 12
1. Kajian Informal dan Ciri-ciri Sektor Informal ........... 12
2. Penyebab Timbulnya Sektor Informal ........................ 14
3. Pengertian Keuntungan .............................................. 15
4. Pasar .......................................................................... 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
5. Teori Permintaan dan Penawaran ................................ 23
6. Pengertian Pedagang ..................................................... 25
7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan ......... 27
B. Penelitian Terdahulu ....................................................... 32
C. Keangka Pemikirn Teoritis .................................................. 38
D. Hipotesis Pemikiran ....................................................... 40
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................ 42
A. Jenis Penelitian .............................................................. 42
B. Populasi, Sampel, dan Metode Teknik Sampling .......... 42
1. Ukuran Populasi ....................................................... 42
2. Ukuran Sampel ......................................................... 42
3. Pengambilan Teknik Sampling ................................. 44
C. Sumber Data ................................................................. 44
1. Data Primer .............................................................. 44
2. Data Sekunder ........................................................... 45
D. Definisi Operasional Variabel ....................................... 45
1. Variabel Dependen .................................................... 45
2. Variabel Independen ................................................. 45
E. Metode Analisis Data .................................................... 47
1. Uji Statistik ............................................................... 47
2. Uji Asumsi Klasik ..................................................... 51
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ....................... 54
A. Gambaran Umum Kota Pekalongan .................................. 54
1. Aspek Geografis ........................................................... 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Aspek Demografi ........................................................ 57
3. Kondisi Perekonomian Kota Pekalongan .................. 62
4. Pasar Batik Setono Pekalongan ................................. 64
B. Karakteristik Pedagang................................................... 66
1. Karakteristik Umur dn Jenis Kelamin ....................... 66
2. Status Perkawinan .................................................... 67
3. Modal ....................................................................... 68
4. Pengalaman Usaha ................................................... 69
5. Jumlah Tenaga Kerja ............................................... 70
6. Pendapatan Perbulan .............................................. 71
7. Jam Berdagang ....................................................... 72
8. Tingkat Pendidikan ................................................... 72
9. Produk Yang Dijual .................................................. 73
10. Hambatan Usaha ....................................................... 74
C. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan .......... 76
1. Uji Statistik ............................................................. 77
2. Uji Asumsi Klasik ..................................................... 85
3. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi ............................ 87
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 91
A. Kesimpulan ...................................................................... 91
B. Saran-saran ...................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
DAFTAR TABEL
1.1 Distribusi PDRB Kota Pekalongan Menurut Lapangan Usaha
Atas Harga Konstan Tahun 2004-2008 (Jutaan Rupiah) .......... 5
1.2 Banyaknya pasar dan pedagang yang tercatat di Kota
Pekalongan Tahun 2008............................................................ 7
4.1 Penduduk Pekalongan Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2008 ................................................................ 58
4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan
Tingkat Kepadatan di Kota Pekalongan Tahun
2008........................................................................................... 60
4.3 Banyaknya Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin
dan Lapangan Pekerjaan di Kota Pekalongan Tahun 2008....... 61
4.4 Distribusi presentase masing-masing sektor terhadap total
PDRB Kota Pekalongan Tahun 2008........................................ 63
4.5 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin .................. 67
4.6 Karakteristik Responden Menurut Status Perkawinan............ 68
4.7 Karakteristik Responden Menurut Modal Usaha .................. 69
4.8 Karakteristik Responden Menurut Lapangan Usaha ............. 70
4.9 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja ...... 71
4.10 Karakteristik Responden Menurut Rata-rata Pendapatan Per
bulan ..................................................................................... 72
4.11 Karakteristik Responden Menurut Jam Berdagang .............. 72
4.12 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ........ 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4.13 Karakteristik Responden Menurut Produk Yang Dijual ....... 74
4.14 Karakteristik Responden Menurut Terbatasnya modal.......... 74
4.15 Karakteristik Responden Menurut Banyaknya Pesaing ........ 75
4.16 Hasil Analisis Regresi ........................................................... 77
4.17 Uji Multikolinearitas ............................................................. 85
4.18 Korelasi Matrik ..................................................................... 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
2.9 Diagram Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keuntungan
Pedagang Batik.................................................................... 39
4.1 Peta Kota Pekalongan ......................................................... 55
4.2 Uji t untuk variabel modal .................................................. 78
4.3 Uji t untuk variabel jam berdagang .................................... 79
4.4 Uji t untuk variabel pengalaman usaha............................... 80
4.5 Uji t untuk variabel tenaga kerja ......................................... 81
4.6 Uji t untuk variabel dummy produk yang dijual ................. 82
4.6 Uji F .................................................................................... 84
4.7 Uji Durbin-Watson ............................................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan Usaha Pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan
RENI PRATIWI SETYAWARDHANI F 0107108
ABSTRAKSI
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat keuntungan usaha para pedagang di Pasar Grosir Batik Setono di Pekalongan.
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer tersebut diambil dari wawancara, yaitu dengan berdialog langsung dengan para responden, observasi atau pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis pada objek penelitian, dan kuisioner yang disebarkan kepada para pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu metode Slovin, sehingga sampel yang diperoleh sebanyak 72 responden, 62,5% responden laki-laki dan 37,5% responden perempuan. Data dianalisis dengan menggunakan alat analisis Regresi Linier Berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) melalui program eviews dan menunjukan hasil antara lain F-statistic sebesar 18.730, significance probability sebesar 0.000, R-squared sebesar 0.586, dan Adjusted R-Squared sebesar 0.555.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) variabel modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan yang diperoleh pedagang, (2) variabel jam berdagang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan yang diterima oleh pedagang, (3) variabel pengalaman usaha mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan yang diterima oleh pedagang, (4) variabel tenaga kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan yang diterima oleh pedagang, (5) variabel produk yang dijual tidak berpengaruh signifikan terhadap keuntungan yang diterima oleh pedagang. Kata kunci: Pedagang, Metode Slovin, modal, jam berdagang, pengalaman usaha, tenaga kerja, produk yang dijual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE BUSINESS PROFIT IN THE TRADERS WHOLESALE MARKET
BATIK SETONO PEKALONGAN.
RENI PRATIWI SETYAWARDHANI F 0107108
ABSTRACT
The main objective of this study is to analyze what are the factors that can affect the profitability of the traders in the Market Wholesale Batik Setono in Pekalongan.
The type of data used are the primary data and secondary data. Primary data was taken from the interview, namely by direct dialogue with the respondents, observation or collection data through systematic observation and recording on the research object, and a questionnaire distributed to traders in the Market Wholesale Batik Setono Pekalongan. The sampling method used is the method Slovin, so that samples obtained as much as 72 respondents, 62.5% male respondents and 37.5% female respondents. Data were analyzed using Multiple Linear Regression analysis tool with the method of Ordinary Least Square (OLS) through eviews program and the results show, among others, the F-statistic of 18.730, significance probability for 0000, R-squared of 0.586, and Adjusted R-Squared of 0.555.
The results of this study indicate that: (1) capital variables have a significant influence on the profits of merchants, (2) variable hours trading does not have a significant influence on the profit received by traders, (3) business experience variables have a significant influence on benefits received by the merchant, (4) labor variables have a significant influence on the profit received by traders (5) variable product for sale does not have a significant influence on the profit received bt traders.
Key words: Traders, Methods Slovin, capital, hours of trade, business experience, manpower, product for sale.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan
taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya
pendapatan riil per kapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi disamping
untuk menaikan pendapatan nasional riil, juga untuk meningkatkan
produktivitas. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tingkat output pada
suatu saat tertentu ditentukan oleh tersediannya atau digunakannya baik
sumber daya alam maupun sumber daya manusia, tingkat teknologi,
keadaan pasar dan kerangka sistem ekonomi serta sikap dari output itu
sendiri. (Irawan dan Suparmoko, 1998: 5)
Pembangunan ekonomi tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi,
pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya
pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi disuatu negara membawa dampak baik positif
maupun negatif. Dampak positif dari pembangunan ekonomi yaitu melalui
pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian akan berjalan
lebih lancar dan mampu mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.
Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan
pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan demikian akan
mengurangi pembangunan. Dampak negatif dari pembangunan ekonomi
yaitu adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup. Industrialisasi
mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.
Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan pancasila. Pembangunan merupakan
salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut. Adanya pembangunan
selain memberikan dampak positif juga memberi dampak negatif terutama
ditunjukan oleh berbagai masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja. Hal
ini menjadi masalah yang sangat serius bagi bangsa Indonesia, mengingat
jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja
yang berlebihan, sedangkan permintaan tenaga kerja di pasar tenaga kerja
sangat terbatas. Hal ini akan menambah angka pengangguran serta akan
menimbulkan keresahan sosial (Mudrajad Kuncoro, 1994:86)
Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berdimensi jamak yang
melibatkan pembangunan-pembangunan besar dalam struktur sosial, sikap
masyarakat dan kelembagaan nasional seperti halnya percepatan
pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan, dan pemberantasan
kemiskinan yang absolut (Todaro,1994: 190). Di dalam pembangunan yang
dilaksanakan secara terpadu dan berarti jamak akan mencakup semua
bidang. Dengan demikian pembangunan ekonomi merupakan tahapan
proses yang mutlak dilakukan oleh suatu bangsa untuk dapat meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat bangsa tersebut. Pembangunan
ekonomi suatu negara tidak dapat hanya dilakukan dengan berbekal tekad
yang membaja dari seluruh rakyatnya untuk membangun, tetapi lebih dari
itu harus didukung pula oleh ketersediaan sumber daya ekonomi, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun sumber daya modal yang
produktif. Dengan kata lain, tanpa adanya daya dukung yang cukup kuat
dari sumber daya ekonomi yang produktif, maka pembangunan ekonomi
sulit untuk dapat dilaksanakan dengan baik dan memuaskan. Kepemilikan
terhadap sumber daya ekonomi ini oleh negara-negara dunia ketiga tidaklah
sama. Ada negara yang memiliki kelebihan pada jenis sumberdaya ekonomi
tertentu, ada pula yang kekurangan.
Pada banyak negara dunia ketiga, yang umumnya memiliki tingkat
kesejahteraan rakyat yang relatif masih rendah, mempertinggi tingkat
pertumbuhan ekonomi memang sangat mutlak diperlukan untuk mengejar
ketertinggalan di bidang ekonomi dari negara-negara industri maju. Oleh
karena masih relatif lemahnya kemampuan partisipasi swasta domestik
dalam pembangunan ekonomi, mengharuskan baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah untuk mengambil peran sebagai motor
penggerak pembangunan ekonomi kerakyatan melalui penguatan pad sektor
informal (Suparmoko, 1986:120)
Lapangan kerja pada sektor formal menjadi prioritas bagi para
tenaga kerja. Namun akibat adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia,
banyak terjadi Putus Hubungan Kerja (PHK) pada sektor formal ini. Untuk
itu perlu dikembangkan lapangan kerja pada sektor informal yang justru
kelihatannya sektor ini tidak mampu menampung tenaga kerja seperti
harapan kita, namun pada kenyataannya sektor informal bisa menjadi
penyelamat bagi masalah ketenagakerjaan yang kita hadapi. Banyak bidang
informal yang berpotensi untuk diangkat dan digali menjadi salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
bidang usaha yang menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga
sekaligus dapat menyerap tenaga kerja. Usaha berdagang merupakan salah
satu alternatif lapangan kerja informal, yang ternyata banyak menyerap
tenaga kerja.
Seperti yang kita ketahui bahwa lapangan pekerjaan di sektor formal
daya serapnya terbatas, oleh karea itu perlu diarahkan ke sektor informal.
Penyerapan tenaga kerja informal yang jauh lebih banyak dibandingkan
dengan sektor formal terjadi hampir disetiap propinsi di Indonesia. Hal ini
mencerminkan betapa besar peranan masyarakat Indonesia dalam
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, sehingga setidaknya dapat menarik
para anggota keluarga demi sedikit mengurangi pongangguran. Selain itu,
untuk memulai kegiatan usaha di sektor informal tidak terlalu dituntut
persyaratan ketat seperti keahlian dan tingkat pendidikan yang tinggi.
Adanya pertumbuhan yang tidak seimbang antara tingginya angkatan kerja
dengan keterbatasan lapangan kerja mengakibatkan tingginya jumlah
pengangguran. Oleh karena itu, penciptaan lapangan pekerjaan di sektor
informal perlu mendapatkan perhatian dan tampaknya sektor ini sedikit
banyak akan dapat ikut memecahkan masalah ketenagakerjaan dengan
segala implikasinya terhadap pembangunan yang ideal dari suatu daerah.
Sektor informal, termasuk sektor perdagangan, di samping mampu
menyediakan lapangan pekerjaan dan menyediakan barang dan jasa bagi
masyarakat berpenghasilan rendah juga memberikan sumbangan pada
pertumbuhan ekonomi khususnya terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Di Kota Pekalongan kontribusi sektor perdagangan di Tahun 2008
mencapai 7,32% dari total nilai PDRB kota Pekalongan. Kontribusi sektor-
sektor dalam PDRB kota Pekalongan tahun 2008 dapat dilihat dalam tabel
1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1 Distribusi PDRB Kota Pekalongan Menurut Lapangan Usaha Atas
Harga Konstan Tahun 2004-2008 (Jutaan Rupiah)
No Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008
1 Pertanian 247.900,86 220.482,44 196.939,54 183.003,98 171,591,09
2 Penggalian - - - - -
3 Industri
Pengolahan
330.239,24 354.605,57 366.068,63 382.474,59 394,.035,66
4 Listrik, gas, dan
Air bersih
14.118,60 17.059,23 19.590,32 20.887,65 21.641,88
5 Bangunan 181.261,21 199.211,60 214.767,67 229.650,79 241.426,95
6 Perdagangan 418.977,18 439.455,91 460.252,95 477.190,04 512.140,98
7 Pengangkutan 166.402,37 174.126,32 179.297,31 189.792,44 193.741,57
8 Keuangan 105.390 113.183,30 121.280,71 129.662,43 133.848,95
9 Jasa 174.501,90 183.219,86 195.208,58 207.339,29 219.426,62
Total 1.638.791,54 1.701.324,23 1.753.405,73 1.820.001,23 1.887.853,70
Sumber: BPS Kota Pekalongan 2008
Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa pada tahun 2004 sektor
perdagangan (418.977,18) menduduki urutan pertama dalam pembentukan
PDRB kota Pekalongan. Pada tahun 2005 distribusi PDRB kota Pekalongan
pada sektor perdagangan (439.455,91) menempati urutan pertama dan pada
urutan kedua adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 354.605,57.
Pada tahun 2006 distribusi PDRB kota Pekalongan pada sektor perdagangan
menempati urutan yang pertama yaitu sebesar 460.252,95. Pada tahun 2007
distribusi PDRB kota Pekalongan pada sektor perdagangan menempati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
urutan pertama yaitu 477.190,04. Dan pada tahun 2008 distribusi PDRB
kota Pekalongan pada sektor perdagangan terjadi peningkatan sebesar
512.140,98. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa perkembangan sektor
perdagangan merupakan salah satu sektor yang memberikan sumbangan
PDRB yang cukup potensial bagi Kota Pekalongan karena selalu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Usaha berdagang merupakan bagian dari sektor informal yang
mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan
tujuan pembangunan nasional. Pedagang pasar merupakan salah satu
kelompok dari sektor informal yang perlu dibina, dibimbing, dan diarahkan
untuk meningkatkan taraf hidupnya dan mampu meningkatkan
pendapatannya. Keberadaan mereka sebagai pedagang sangat diperlukan
oleh masyarakat. Usaha ini memang cukup menarik dilihat dari sudut
pandang kemandirian dalam menciptakan lapangan kerja serta menyediakan
barang dan jasa dengan harga murah dalam lingkup usaha yang mencegah
merajalela pengangguran dan keresahan sosial (Muchamad L, 2004: 4)
Pasar berfungsi sebagai tempat yang penting dalam penyaluran
barang. Sesuai dengan perkembangan pembangunan, saat ini banyak hadir
pusat perbelanjaan baik tradisional maupun modern dimana konsumen bisa
berbelanja lebih efisien. Pada tahun 2008 ada 10 pasar yang ada di Kota
Pekalongan, yang meliputi empat kecamatan yaitu 4 pasar di Pekalongan
Barat, 4 pasar di Pekalongan Timur, 2 pasar di Pekalongan Selatan, dan 1
pasar di Pekalongan Utara. Dan jumlah pedagang pada tahun 2008 ada 5640
pedagang, yang meliputi 233 pedagang toko, 1532 pedagang kios, 3104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pedagang los, dan 771 pedagang eceran. Untuk mengetahui banyaknya
pasar dan pedagang yang tercatat di Kota Pekalongan dapat dilihat dalam
tabel 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2 Banyaknya pasar dan pedagang yang tercatat di Kota Pekalongan
Tahun 2008 Kecamatan Jumlah
pasar Pedagang
Toko Kios Los Eceran Jumlah Pekalongan
Barat 4 12 65 136 83 296
Pekalongan Timur
4 173 1312 2398 105 3988
Pekalongan Selatan
2 48 141 519 583 1291
Pekalongan Utara
1 0 14 51 0 65
Jumlah / Total
10 233 1532 3104 771 5640
Sumber: BPS Kota Pekalongan 2008
Kota Pekalongan merupakan salah satu tempat wisata belanja kain
batik yang terkenal di Indonesia. Perdagangan batik di kota Pekalongan
memiliki peranan yang besar, tidak hanya dalam penyerapan tenaga kerja,
tetapi juga karena peranannya dalam mendukung sektor-sektor lain seperti:
pariwisata, perindustrian, dan sebagainya.
Salah satu bagian yang terpenting atau instrument dari sektor
perdagangan adalah pasar. Dalam penelitian ini lebih difokuskan untuk
menganalisis pasar tradisional. Perkembangan zaman dan perubahan gaya
hidup yang dipromosikan begitu hebat oleh berbagai media telah membuat
eksistensi pasar tradisional menjadi sedikit terusik. Namun demikian, pasar
tradisional masih mampu untuk bertahan dan bersaing ditengah serbuan
pasar modern dalam berbagai bentuknya. Kenyataan ini dipengaruhi oleh
beberapa sebab. Salah satunya adalah masih mengakarnya budaya untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Terdapat perbedaan
yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern. Di pasar
tradisional masih terjadi proses tawar menawar harga, sedangkan dipasar
modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Dalam proses tawar
menawar terjalin kedekatan personal dan emosional antara penjual dengan
pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja dipasar modern.
Atas dasar itulah Pemerintah Kota Pekalongan harus lebih serius
dalam menata dan mempertahankan eksistensi pasar tradisional. Pemkot
Pekalongan seharusnya menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional
sebagai pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat
luas. Perhatian Pemkot Pekalongan tersebut dapat dibuktikan dengan
melakukan revitalisasi pasar tradisional diberbagai tempat.Target yang
dituju sangat sederhana dan menyentuh hal yang sangat mendasar. Selama
ini pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh,
kotor, serta berbau tidak enak, dan karennya hanya didatangi oleh kelompok
masyarakat kelas bawah. Gambaran pasar seperti diatas harus diubah
menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung. Dengan
demikian, masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk datang dan
melakukan transaksi jual beli dipasar tradisional.
Salah satu pusat perdagangan atau pasar tradisional yang cukup
terkenal di Kota Pekalongan adalah Pasar Batik Setono. Hal ini bukan saja
dikarenakan sebagai sentra bisnis grosir dengan harga yang cukup murah,
namun keberadaannya sebagai pusat penjual batik yang merupakan salah
satu identitas kota Pekalongan. Pasar Batik Setono yang merupakan pusat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
wisata belanja ini menjual beragam pakaian termasuk batik, cinderamata,
dan makanan khas Pekalongan. Setiap harinya pasar ini tidak pernah sepi
dikunjungi pedagang dan pembeli, baik yang berasal dari dalam Kota
Pekalongan itu sendiri, maupun dari luar kota. bahkan tidak jarang ada
pedagang dari luar pulau jawa yang datang ke pasar ini untuk berbelanja.
Para pedagang batik dan produk batik sering dihadapkan pada
persoalan tentang bagaimana mencapai keberhasilan usaha melalui
optimalisasi peningkatan keuntungan yang dituangkan dalam pemilihan
kombinasi dari beberapa variabel keputusan. Banyak faktor-faktor yang
diduga mempengaruhi keuntungan pedagang, termasuk diantaranya adalah
modal dagang, jam bedagang, pengalaman berdagang, usia berdagang,
tingkat pendidikan pedagang, dan letak kios pedagang. Namun dari
beberapa variabel yang disebutkan tadi, terdapat beberapa variabel yang
diduga paling kuat berpengaruh terhadap keuntungan pedagang yaitu
variabel modal, jam, pengalaman berdagang, dan tenaga kerja. Untuk itulah,
dengan diketahuinya pengaruh dari keempat variabel tersebut terhadap
pedagang, diharapkan mereka dapat mengembangkan usahanya dengan
mengambil kebijaksanaan yang tepat. Berdasarkan latar belakang tersebut
diatas, maka dilakukan penelitian mengenai ”Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keuntungan Usaha Pedagang di Pasar Grosir Batik
Setono Pekalongan.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
maka diambil rumusan permasalahan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1. Bagaimana modal dagang berpengaruh terhadap keuntungan
pedagang di Pasar Grosir Batik Sentono Pekalongan.
2. Bagaimana jam berdagang berpengaruh terhadap keuntungan
pedagang di Pasar Grosir Batik Sentono Pekalongan.
3. Bagaimana pengalaman berdagang berpengaruh signifikan
terhadap keuntungan pedagang batik di Pasar Grosir Batik Setono
Pekalongan.
4. Bagaimana tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap
keuntungan pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan.
5. Bagaimana produk yang dijual berpengaruh signifikan terhadap
keuntungan pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan.
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui modal dagang berpengaruh signifikan terhadap
keuntungan pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan.
b. Untuk mengetahui jam berdagang berpengaruh terhadap keuntungan
di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan.
c. Untuk mengetahui pengalaman berdagang berpengaruh terhadap
keuntungan pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan.
d. Untuk mengetahui tenaga kerja berpengaruh terhadap keuntungan di
Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan.
e. Untuk mengetahui produk yang dijual berpengaruh terhadap
keuntungan di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Pemerintah
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah dalam rangka menata dan
mempertahankan eksistensi Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan.
b. Bagi Pedagang
Hasil penelitian ini diharapan menjadi bahan masukan bagi
pedagang batik di Pasar Grosir Batik Setono Kota Pekalongan dalam
upaya melakukan pengembangan usaha dalam berdagang
c. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan acuan untuk melakukan
penelitian sejenis yang lingkupnya lebih luas dan lebih mendalam
d. Bagi Pembaca
Memberikan sumbangan pengetahuan bagi pembaca tetang kegiatan
dan perkembangan usaha batik di Pasar Grosir Batik Setono
Pekalongan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Sektor Informal dan Ciri-Ciri Sektor Informal
Sektor informal adalah merupakan unit-unit usaha tidak
resmi berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan
barang dan jasa tanpa memiliki izin usaha dan atau izin lokasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sektor informal digambarkan suatu kegiatan usaha berskala
kecil yang dikelola oleh individu-individu dengan tingkat kebebasan
yang tinggi dalam mengatur cara bagaimana dan dimana usaha
tersebut dijalankan. Sektor informal juga didefinisikan sebagai
sektor yang tidak menerima bantuan dari pemerintah; sektor yang
belum menggunakan bantuan ekonomi dari pemerintah meskipun
bantuan itu telah tersedia dan sektor yang telah menerima bantuan
ekonomi dari pemerintah namun belum sanggup berdikari (Soetjipto,
1985: 5).
Saat ini, sektor informal menjadi bagian penting dalam
perumusan kebijakan ketenagakerjaan. Sektor informal merupakan
salah satu alternatif kesempatan kerja yang mampu menampung
tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan
dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan salah satu faktor utama
yang memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mengukuhkan kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan
tenaga kerja. Dalam beberapa hal, sektor informal lebih dapat
beradaptasi dan tidak terganggu oleh manajemen operasional yang
kaku. Dalam periode krisis perekonomian nasional, sektor informal
yang bersifat adaptif dan lentur, masih tetap bertahan bahkan mampu
mengembangkan peluang-peluang usaha dibandingkan dengan
perusahaan besar.
Sektor informal pada umumnya ditandai oleh beberapa
karakteristik khas seperti bidang kegiatan produksi barang dan jasa,
berskala kecil, unit-unit produksinya dimiliki secara perorangan atau
keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja, dan teknologi yang
dipakai relative sederhana (Todaro, 2000:351).
Bahwa dengan terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat
golongan bawah maka terjadi peningkatan taraf hidup mereka.
Keadaan ini diharapkan memberikan kontribusi peningkatan
pendapatan daerah dan nasional. Oleh karena itu peranan sektor
informal mempunyai peran penting dalam mewujudkan tujuan
pemerataan pembangunan
Ø Ciri-ciri sektor informal :
1. Pola kegiatannya tidak teratur
2. Skala usaha kecil dan menggunakan teknologi sederhana
3. Struktur usahanya didasarkan atas struktur unit kerja keluarga
4. Jam kerja tidak teratur / tidak tetap
5. Tempat kerja tidak permanen / tidak menetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
6. Usaha tersebut untuk melayani golongan masyarakat tertentu
/ terbatas dan memiliki daya saing yang tinggi
7. Tidak memerlukan keahlian dan ketrampilan yang
berdasarkan pada pendidikan formal khusus
8. Tidak mampu memanfaatkan keterkaitan dengan usaha lain
yang sejenis dan lebih besar
9. Bersifat inofatif didasarkan pada kebutuhan konsumen
terbatas dan mempunyai kekenyalan terhadap perubahan.
10. Tidak terjangkau sistem pelayanan formal
Dari beberapa ciri yang ada, dapat diambil kesimpulan bahwa
kebanyakan dari mereka bermodal kecil, teknologi yang digunakan
sederhana, kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik, serta
karyawan sedikit dan merupakan kerabat atau anggota keluarga dari
pengusaha.
2. Penyebab timbulnya sektor informal
Dijelaskan oleh Subri (2003: 85-87), munculnya dilema
ekonomi informal di Indonesia adalah sebagai dampak dari makin
kuatnya proses modernisasi yang bergerak bias menuju sifat-sifat
yang dualistis. Bias pembangunan secara makro akan menghasilkan
sistem ekonomi lain, yaitu sektor informal yang sebagian besar
terjadi di negara-negara sedang berkembang. Fenomena dualisme
ekonomi yang melahirkan sektor informal ini menunjukkan bukti
adanya keterpisahan secara sistematis-empiris antara sektor formal
dengan sektor informal dari sebuah sistem ekonomi nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Hal ini sekaligus memberi legitimasi ekonomi dan politik
bahwa perekonomian suatu negara mengalami stagnasi dengan
tingkat pengangguran yang sangat tinggi dan ketimpangan sosial
ekonomi yang cukup besar. Kegiatan sektor informal yang menonjol
biasanya terjadi dikawasan yang sangat padat penduduknya, dimana
pengangguran (unemployment) maupun pengangguran terselubung
(disquised unemployment) merupakan masalah yang utama. Dengan
kenyataan seperti ini limpahan tenaga kerja tersebut masuk kedalam
sektor informal, tetapi masih dipandang sebagai penyelesaian
sementara karena di dalam sektor informal sendiri terdapat persoalan
yang sangat rumit.
3. Pengertian keuntungan
Keuntungan merupakan pendapatan yang diterima oleh
seseorang atau perusahaan setelah dikurangi oleh biaya-biaya
yang seharusnya dikeluarkan. Keuntungan didefinisikan sebagai
selisih antara penerimaan dan biaya tersebut positif, maka itulah
yang disebut keuntungan. Apabila sebaliknya selisihnya negatif
itu disebut rugi.
Menurut Lincolin Arsyad (1996:23) keuntungan adalah
selisih antara penerimaan dengan biaya sehingga keuntungan
tergantung pada besarnya biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan atau seseorang.
Pemilik usaha menjalankan kegiatan usahanya untuk
mencari keuntungan yang maksismum, dan keuntungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
maksimum hanya akan didapat apabila pemilik usaha membuat
pilihan tepat terhadap jenis barang atau jasa yang akan
dijualnya.
4. Pasar
a. Pengertian Pasar
Pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah
barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok
yang menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual
sebagai kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk
(Mankiw, 2007:75). Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah
suatu situasi dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen
dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak telah
mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah
(kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu yang mejadi objek
transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual, mendapatkan
manfaat dari adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli
mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan
memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapatkan
imbalan pendapatan untuk selanjutnya digunakan untuk
membiayai aktivitasnya sebagai pelaku ekonomi produksi atau
pedagang.
Pasar dapat terbentuk dengan adanya syarat-syarat sebagai
berikut:
1) adanya penjual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2) adanya pembeli
3) tersedianya barang yang akan diperjualbelikan
4) terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual
(pedagang) dan pembeli (konsumen) memiliki peran dan fungsi
penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun fungsi pasar
ada tiga macam, yaitu (Sadono, 1994:220):
1) Fungsi Distribusi
Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan
jarak antara konsumen dengan produsen dalam melaksanakan
transaksi. Pasar memiliki fungsi distribusi menyalurkan
barang-barang hasil produksi kepada konsumen. Melalui
transaksi jual beli, produsen dapat memasarkan barang hasil
produksinya baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada konsumen atau kepada pedagang perantara lainnya.
Melalui transaksi jual beli itu pula, konsumen dapat
memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhannya secara mudah dan cepat.
2) Fungsi Pembentukan Harga
Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih dahulu
dilakukan tawar menawar, sehingga diperoleh kesepakatan
harga antara penjual dan pembeli. Dalam proses tawar
menawar itulah keinginan kedua belah pihak (antara pembeli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dan penjual) digabungkan untuk menentukan kesepakatan
harga, atau disebut harga pasar.
3) Fungsi Promosi
Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi,
karena di pasar banyak dikunjungi para pembeli. Pelaksanaan
promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
memasang spanduk, membagikan brosur penawaran,
membagikan sampel atau contoh produk kepada calon pembeli,
dan sebaginya.
b. Faktor-faktor Yang Menentukan Struktur Pasar
1. Jumlah penjual atau produsen
Jumlah produsen akan menentukan jumlah penjual dalam
suatu industri atau pasar. Semakin banyak produsen yang
memproduksi barang yang sama maka akan semakin keras
persaingan dalam pasar. Hal ini akan mendorong produsen
bekerja secara efisien, atau kualitas produknya semakin
unggul. Meskipun produk yang dihasilkan sama tetapi
orang dapat membedakan karena merek, kualitas atau
kemasan. Struktur pasar yang demikian ini tetap dalam
persaingan yang sering disebut persaingan monopolistik.
Jika dalam pasar hanya ada satu penjual merupakan pasar
monopoli. Disamping itu jika dalam pasar untuk barang
tertentu terdapat cukup banyak produsen disebut struktur
pasar oligopoli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2. Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan akan
menentukan pula struktur sifat atau jenis barang yang
mempengaruhi struktur pasar. Misalkan barang yang
dihasilkan sama dan homogin atau berbeda dan tidak dapat
diganti dengan produk yang dihasilkan oleh produsen lain.
c. Jenis-Jenis Struktur Pasar
Dalam perekonomian, bentuk-bentuk pasar dapat
dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: (i) pasar persaingan sempurna,
(ii) pasar monopoli, (iii) pasar persaingan monopolistis, dan (iv)
pasar oligopoli (Sadono, 1994:227)
1) Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna di dalam teori ekonomi
mikro pada umumnya adalah suatu pasar yang ditandai oleh
tidak adanya sama sekali persaingan yang bersifat pribadi
diantara perusahaan-perusahaan individu yang ada
didalamnya.
Berikut adalah ciri-ciri pasar persaingan sempurna:
a) Jumlah penjual dan pembeli masing-masing banyak
dan mereka masing-masing bertindak sebagai penerima
harga.
b) Jenis barang yang diperjualbelikan bersifat homogen
(sama).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
c) Adanya kebebasan bagi penjual dan pembeli untuk
keluar masuk pada bidang usaha atau pasar barang yang
bersangkutan.
d) Setiap pembeli dan penjual memiliki pengetahuan yang
sempurna tentang keadaan pasar
e) Adanya mobilitas sumber daya yang ada secara
sempurna, artinya pembeli mudah untuk mendapatkan
sumber daya produksi.
Pada pasar yang bersaing sempurna terdapat
kebebasan keluar masuk dalam pasar atau industri. Seorang
produsen yang memandang bahwa dalam pasar suatu
produk menguntungkan, ia bebas memasuki pasar tanpa ada
rintangan apapun. Tantangan yang dihadapi adalah harus
berani bersaing. Jika keuntungan yang diperoleh merupakan
keuntungan yang cukup baik menurut pandangan mereka,
maka mereka tetap dalam pasar.
Sebagai implikasi adanya kebebasan keluar masuk
pasar atau industri, adalah adanya kebebasan untuk
mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki
(modal, tenaga kerja, dan sebagainya). Dalam pasar
persaingan sempurna tidak diperlukan promosi, karena
penjual dan pembeli relatif banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Pasar Monopoli
Pengertian monopoli murni adalah suatu pasar hanya
ada satu penjual atau produsen yang tidak ada substitusinya.
Struktur pasar yang demikian ini di mana hanya ada satu
penjual atau produsen tidak dipengaruhi harga dan produk
dari produsen lain.
Pasar monopoli adalah suatu pasar yang mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
a) Hanya ada satu penjual
b) Tidak ada penjual lain yang menjual output yang dapat
mengganti secara baik (close subtitute) output yang
dijual monopolis.
c) Ada halangan (baik alami maupun buatan) bagi
perusahaan lain untuk memasuki pasar.
3) Pasar Persaingan Monopolistik
Model pasar persaingan monopolistis dibandingkan
dengan model pasar persaingan sempurna atau monopoli
relatif masih baru. Ciri-cirinya adalah:
a) Di pasar terdapat cukup banyak penjual dan juga
pembeli
b) Produk yang dihasilkan produsen heterogen
c) Terdapat kebebasan bagi perusahaan untuk masuk dan
keluar dari pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
d) Dalam batas-batas tertentu produsen dapat
mempengaruhi harga (meskipun tidak sekuat monopoli)
e) Diperlukan promosi untuk memperluas pasar
4) Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli yaitu pasar yang terdiri dari beberapa
produsen saja, namun ada kalanya pasar oligopoli terdiri
dari dua perusahaan saja, yang dinamakan duopoli (Sadono,
1994:311).
Dalam pasar oligopoli tidak terdapat keseragaman dalam
sifat-sifat berbagai industri. Sebagian perusahaan
menghasilkan barang yang sangat bersamaan, tetapi ada
pula perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang
berbeda corak. Biasanya struktur industri dalam pasar
oligopoli terdapat beberapa perusahaan raksasa yang
menguasai sebagian besar pasar oligopoli, antara 70%
sampai 80% dari seluruh nilai penjualan.
Ciri-ciri pasar ologopoli:
a) Jika dalam pasar hanya terdapat dua penjual disebut
duopoly
b) Jika produk yang dijual homogen disebut pure
poligopoly
c) Jika produk yang dijual adalah berbeda disebut
differentiated oligopoly
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
d) Kemungkinan produsen baru dapat masuk dalam pasar
atau industri, dan kemudian masuknya produsen
tersebut tidak sulit seperti monopoli
e) Tindakan seorang produsen dalam pasar oligopoli akan
mempengaruhi produsen lain
5) Pasar Tradisional
Menurut Laksono yang dimaksud sebagai pasar
gtradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah. Pemerintah daerah, Swasta, Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola
pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat, atau
koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan
proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
5. Teori Permintaan dan Penawaran
a. Permintaan
Permintaan dalam ekonomi adalah kombinasi harga dan
jumlah suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada
berbagai tingkat harga suatu periode tertentu. Permintaan suatu
barang sangat dipengaruhi oleh pendapatan dan harga barang
tersebut. Apabila harga barang naik sedang pendapatan tidak
berubah maka permintaan barang tersebut akan turun.
Sebaliknya, jika harga barang turun, sedang pendapatan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
berubah maka permintaan barang akan mengalami kenaikan atau
bertambah (Soekirno, 1985).
Dalam analisis permintaan hanya ada satu faktor yang
berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta yaitu harga
produk, sedangkan faktor-faktor lain seperti selera, pendapatan
dan faktor diluar itu dianggap sebagai ceteris paribus (tidak
berubah). Dengan demikian dapat diketahui hubungan antara
jumlah barang yang diminta dan tingkat harga tersebut
(Sudarsono, 1983). Hukum permintaan menyatakan bahwa, bila
harga suatu barang naik sedangkan faktor-faktor lain dianggap
ceteris paribus maka jumlah barang yang diminta konsumen
akan mengalami penurunan.
b. Penawaran
Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah
barang yang ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran
menunjukkan seberapa banyak produsen suatu barang mau dan
mampu menawarkan per periode pada berbagai kemungkinan
tingkat harga, hal lain diasumsikan konstan. Hukum penawaran
menyatakan bahwa jumlah yang ditawarkan biasanya secara
langsung berhubungan dengan harganya, hal lain diasumsikan
konstan. Jadi semakin rendah harganya, jumlah yang ditawarkan
semakin sedikit dan sebaliknya semakin tinggi harganya,
semakin tinggi juga jumlah yang ditawarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
6. Pengertian Pedagang
Pedagang merupakan orang yang berusaha dibidang produksi
dan berjualan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan kelompok
konsumen tertentu di dalam masyarakat dalam suasana lingkungan
informal. Mereka adalah orang yang menjalankan kegiatan dalam
usaha memindahkan hak atas orang lain secara terus menerus
sebagai sumber penghidupannya (Irawan Bayu Swastha, 1992: 289).
Pedagang kecil pada awalnya diartikan sebagai orang yang
menjual barang-barang dan jasa langsung kepada konsumen akhir
bagi yang pemanfaatan yang sifatnnya perseorangan dan bukan
untuk usaha. Arti sempit pedagang kecil atau pengecer adalah
sebuah lembaga untuk melakukan suatu usaha menjual barang
kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi atau non-bisnis
(Irawan Bayu Swastha, 1992: 291).
Menurut Forbes (dalam Marning dan Effendi, 1985: 335-
358), struktur perdagangan sektor informal dapat dilihat secara tepat
dengan menggolongkan para pedagang dalam tiga kategori, yaitu:
a. Penjual Borongan (Punggawa)
Punggawa adalah istilah umum yang digunakan di seluruh
Sulawesi Selatan untuk menggambarkan pihak yang mempunyai
cadangan dan penguasaan modal yang lebih besar dalam
perekonomian dan digunakan secara luas di kota dan di desa.
Istilah punggawan ini tidak mempunyai pengertian yang tepat,
namun diantara pedagang sektor informal, istilah ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
digunakan untuk menggambarkan para wiraswasta yang
memodali dan mengorganisir barang-barang dagangan.
b. Pengecer Besar
Pedagang besar adalah pedagang-pedagang besar yang
mempunyai warung di pasar. Warung atau kios tersebut adalah
tempat yang permanen, dalam artian bahwa bangunannya tidak
berpindah-pindah, namun kekuatan penggunaan tempat tersebut
tergantung pada persetujuan dan tata tertib pemerintah setempat.
c. Pengecer Kecil
Kategori pengecer kecil ini mencakup pedagang pasar
yang berjualan di luar pasar, tepi jalan, maupun mereka yang
menempati kios-kios di pinggiran pasar. Perbedaan dari
pengecer besar adalah mereka hanya membayar sedikit saja
untuk menggunakan tempat-tempat tersebut, tidak seperti
pedagang yang memperoleh tempat yang tetap dalam pasar yang
resmi.
Seperti yang disebutkan sebelumnya pedagang merupakan
orang yang berusaha di bidang produksi dan berjualan barang-
barang untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen
tertentu di dalam masyarakat dalam suasana lingkungan
informal. Tujuan dari kegiatan yang dilakukan tersebut adalah
untuk memperoleh keuntungan yang maksimum.
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan pedagang antara
lain :
1). Modal
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya
spesialisasi dalam perusahaan serta makin banyaknya perusahaan-
perusahaan yang menjadi besar, maka modal mempunyai arti yang
lebih menonjol lagi. Masalah modal dalam perusahaan merupakan
masalah yang tidak akan pernah berakhir karena bahwa masalah
modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai macam aspek.
Hingga saat ini di antara para ahli ekonomi juga belum terdapat
kesamaan opini tentang apa yang disebut modal (Sulistiyono, 2009).
Sumber modal, yaitu terdiri dari :
a. Sumber Intern
Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang
di bentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Alasan
perusahaan menggunakan sumbar dana intern yaitu:
1) Dengan dana dari dalam perusahaan maka perusahaan tidak
mempunyai kewajiban untuk membayar bunga maupun dana
yang di pakai.
2) Setiap saat tersedia jika diperlukan.
3) Dana yang tersedia sebagian besar telah memenuhi kebutuhan
dana perusahaan.
4) Biaya pemakaian relatif murah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Sumber intern atau sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan
sendiri di dalam perusahaan adalah laba ditahan dan penyusutan
(depresiasi).
1) Laba Ditahan
Laba ditahan adalah laba bersih yang di simpan untuk
diakumulasikan dalam suatu bisnis setelah deviden
dibayarkan. Juga di sebut laba yang tidak dibagikan
(undistributed profits) atau surplus yang diperoleh (earned
surplus).
2) Depresiasi
Depresiasi adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat
disusutkan sepanjang masa manfaat yang di estimasi.
Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan
baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Sumber Ekstern
Modal yang berasal dari sumber ekstern adalah sumber yang berasal
dari luar perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan sumber dana
ekstern adalah:
1) Jumlah dana yang digunakan tidak terbatas.
2) Dapat di cari dari berbagai sumber.
3) Dapat bersifat fleksibel.
Sumber dari pada modal ekstern adalah (Sulistiyono, 2009):
1) Supplier
Supplier memberikan dana kepada suatu perusahaan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
bentuk penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek
(kurang dari 1 tahun), maupun jangka menengah (lebih dari 1
tahun dan kurang dari 10 tahun). Penjualan kredit atau barang
dengan jangka waktu pembayaran kurang dari satu tahun terjadi
pada penjualan barang dagang dan bahan mentah oleh supplier
kepada langganan. Supplier atau manufaktur (pabrik) sering pula
menjual mesin atau peralatan lain hasil produksinya kepada suatu
perusahaan yang menggunakan mesin atau peralatan tersebut
dalam jangka waktu pembayaran 5 sampai 10 tahun.
2) Bank
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
(financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana, serta
sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalulintas
pembayaran.
3) Pasar Modal
Pasar modal adalah suatu pengertian abstrak yang
mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi
yang kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal
(investor) di suatu pihak dan emiten yang membutuhkan dana
jangka menengah atau jangka panjang di lain pihak, atau dengan
kata lain adalah tempat (dalam artian abstrak) bertemunya
penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka
panjang. Dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan atau
lembaga yang menanamkan dananya dalam efek, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
emiten adalah perusahaan yang menerbitkan efek untuk
ditawarkan kepada masyarakat. Fungsi dari pasar modal adalah
mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang
mempunyai surplus tabungan kepada unit ekonomi yang
mempunyai defisit tabungan.
Modal dapat dibagi menjadi modal aktif dan modal pasif.
Modal aktif ialah modal yang tertera di sebelah debit dari neraca,
yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana semua dana yang
didapat perusahaaan ditanamkan, sedangkan pengertian dari
modal pasif adalah modal yang tertera di sebelah kredit dari
neraca yang menggambarkan sumber-sumber dari mana dana
diperoleh.
Besar kecilnya modal yang digunakan akan sangat
berpengaruh terhadap keuntungan usaha yang diraih pengusaha.
Semakin besar modal yang digunakan berarti dapat memproduksi
barang dengan jumlah semakin banyak, sehingga akan
meningkatkan pendapatan yang diperoleh pengusaha.
Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibedakan menjadi
modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri merupakan modal
yang berasal dari pemilik perusahaan (pengusaha), sedangkan
modal asing adalah modal yang didapat dari hasil pinjaman atau
kredit dari lembaga keuangan yang ada. Kekuatan modal yang
tertumpu pada kekuatan sendiri akan lebih baik daripada modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
berasal dari luar, karena modal dari luar tentu memiliki
konsekuensi biaya bunga dan ketergantungan dari pihak luar.
2). Jam Berdagang
Jam berdagang / jam kerja adalah waktu yang dimanfaatkan
seseorang untuk menjajakan barang atau jasa tertentu. Adapun waktu
yang dimaksudkan disini adalah lamanya jam yang benar-benar
digunakan seseorang untuk kegiatan berdagang, maka ia akan
menjual barang yang mereka punya, jadi semakin banyak barang
yang mereka jual berarti semakin menaikan pendapatan mereka.
Otomatis keuntungan yang mereka dapat juga semakin meningkat.
Jones dan Bondan telah membagi lama kerja seseorang dalam satu
minggu menjadi tiga kategori. Aris & Hatmaji (1985:175):
a. Seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam perminggu, maka
ia dikategorikan bekerja dibawah jam normal.
b. Seseorang yang bekerja antara 35 sampai 45 jam perminggu,
maka ia dikategorikan bekerja pada jam normal.
c. Seseorang yang bekerja diatas 45 jam perminggu, maka ia
dikategorikan bekerja dengan jam panjang.
Sedangkan potensi atau kemampuan seseorang dalam
melaksanakan suatu pekerjaan dihitung menurut waktu per jam
adalah berlainan. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain jenis kelamin, umur, dan sebagainya. Yang dimaksud jam
kerja per hari dalam penelitian ini adalah waktu yang digunakan oleh
pedagang dalam menjajakan barang dagangannya setiap hari. Jam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
kerja dan waktu kerja pada pedagang menunjukan pola yang tidak
tetap tergantung pada berbagai hal seperti jenis dagangan, kecepatan
waktu terjual dan sebagainya.
3) Pengalaman Usaha
Pengalaman usaha adalah lamanya seseorang menggeluti
usaha yang dijalankan. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama
seseorang menjalankan usahanya maka akan berpengalaman
seseorang menggeluti usaha yang dijalankannya. Lamanya usaha
yang dijalankan menjadi tolok ukur untuk mempertahankan dan
meningkatkan produksinya.
4). Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja merupakan salah satu variabel yang
cukup berpengaruh terhadap besarnya keuntungan para pedagang.
Semakin banyak jumlah tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki
maka para pelangganpun akan terlayani dengan baik karena adanya
efisiensi waktu sehingga kualitas dari pelayanan tersebut akan
tampak baik.
5). Produk Yang Dijual
Jenis produk yang dijual dapat dibedakan berdasarkan harga,
ukuran, penampilan atau atribut lain.
B. Penelitian Terdahulu
1. Eka Wahyu Setyobudi (2010) menganalisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Barang Antik di Pasar
Windujenar Surakarta Tahun 2010. Hipotesis yang dikemukakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
yaitu modal dagang, pengalaman berdagang, jumlah tenaga kerja,
tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan
usaha pedagang barang antik di pasar Windujenar Surakarta.
Hasil penelitiannya menunjukan bahwa berdasarkan hasil analisis
regresi linear berganda model log linear diketahui t statistik dari
variabel modal 5,219, berdasarkan hasil uji t untuk taraf
signifikansi 5% diketahui bahwa faktor modal mempunyai
pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh pedagang
benda antik. Dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,598, hal
tersebut menunjukan bahwa peningkatan jumlah modal sebesar
Rp 1 menyebabkan kenaikan keuntungan sebesar Rp 598,-
dengan asumsi variabel independen yang lain tetap. Hubungan
antara variabel modal dengan variabel keuntungan sesuai dengan
hipotesis yang diajukan, yaitu adanya pengaruh yang signifikan
antara modal dengan keuntungan pedagang pasar windujenar.
berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda
diketahui t statistik dari variabel pengalaman usaha 0,447 dengan
taraf signifikan 5%, maka dapat diketahui bahwa faktor
pengalaman usaha tidak mempunyai pengaruh terhadap besarnya
keuntungan yang diperoleh pedagang benda antik. Dengan nilai
koefisien regresi sebesar 0,048, artinya jika pengalaman usaha
pedagang bertambah 1 tahun lamanya maka akan berakibat pada
keuntungan yang diperoleh mengalami kenaikan Rp 48,- dengan
asumsi variabel yang lainnya konstan. Karena kenaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
keuntungan per tahun sangat rendah maka pengalaman usaha
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan
yang diterima pedagang.
2. Wulaningsih (2005) menganalisis factor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan usaha pedagang Pasar Klewer
Surakarta. Hipotesis yang dikemukakan yaitu bahwa total
penjualan, modal kerja, lama usaha jumlah tenaga kerja, umur,
jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan usaha
pedagang Pasar Klewer Surakarta; dan dugaan bahwa faktor
modal kerja diduga berpengaruh paling besar terhadap
keberhasilan usaha pedagang Pasar Klewer Surakarta. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa berdasarkan uji t, maka variabel
yang positif dan signifikan mempengaruhi keberhasilan usaha
pedagang Pasar Klewer Surakarta pada derajat signifikansi 10%
yaitu total penjualan dengan nilai t sebesar 5,235 dan probabilitas
0,000, modal kerja dengan nilai t sebesar sebesar 3,227 dan
probabilitas 0,002, dan lama usaha dengan nilai t sebesar 2,791
dan propbabilitas 0,006. Sedangkan variabel yang negatif dan
signifikan mempengaruhi keberhasilan usaha pedagang Pasar
Klewer Surakarta pada derajat signifikan 10% yaitu jumlah
tenaga kerja dengan nilai t sebesar -3,285 dan probabilitas 0,001,
dan umur pedagang dengan nilai t sebesar -2,443 dan probabilitas
0,017. Sedangkan variabel jumlah pelanggan tetap, tingkat
pendidikan, letak kios, status persaingan dan jenis kelamin adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
negatif dan tidak signifikan mempengaruhi keberhasilan usaha
pedagang Pasar Klewer Surakarta. Berdasarkan perhitungan
terhadap uji F, diperoleh nilai F hitung yaitu sebesar 20,470
dengan probabilitas 0,000, maka disimpulkan bahwa secara
bersama-sama faktor total penjualan, modal kerja, lama usaha,
jumlah tenaga kerja, umur, jumlah pelanggan tetap, tingkat
pendidikan, letak kios, status persaingan, jenis kelamin
mempunyai pengaruh yang signifikan / nyata terhadap
keberhasilan usaha pedagang Pasar Klewer Surakarta pada
tingkat signifikan 10%, hal ini berarti hipotesis pertama adalah
terbukti kebenarannya. Berdasarkan nilai R-Square, diperoleh
nilai Adjusted R-Square sebesar 0,684% atau 68,4%, yang berarti
bahwa 68,4% variasi variabel keberhasilan usaha dapat dijelaskan
oleh variasi variabel total penjualan, modal kerja, lama usaha,
jumlah tenaga kerja, umur, jumlah pelanggan tetap, tingkat
pendidikan, letak kios, status persaingan, dan jenis kelamin,
sedangkan sisanya 31,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar
model. Berdasarkan hasil regresi, nilai koefisien beta terbesar
yaitu total penjuaan, jadi hipotesis kedua tidak terbukti
kebenarannya.
3. Turis Harningsih (2011) menganalisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan Pedagang Barang Antik di Pasar
Windujenar Surakarta. Hipotesis yang dikemukakan yaitu modal,
waktu usaha, tingkat pendidikan, pengalaman berdagang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
hambatan atau kendala terhadap keberhasilan Pedagang Barang
Antik di Pasar Windujenar Surakarta. Hasil analisis data
menggunakan regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis
regresi linear berganda yang telah dilakukan sebelumnya
diketahui t statistik dari variabel modal 5,874110 dan nilai t
tabelnya ± 2,00, sehingga disimpulkan pada taraf signifikansi 5%
variabel modal mempunyai pengaruh terhadap besarnya laba yang
diperoleh pedagang benda antik di Pasar Windujenar. Hal ini
berarti hubungan antara variabel modal dengan variabel laba
sesuai dengan hipotesis yang telah ditulis sebelumnya. Nilai
koefisien regresi dari variabel modal sebesar 0,036194, berarti
peningkatan jumlah modal sebesar Rp 1,- menyebabkan kenaikan
laba sebesar Rp 36.194,- dengan asumsi variabel independen
yang lain tetap. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda
diketahui t statistik dari variabel tingkat pendidikan 0,446045 dan
nilai t tabelnya ± 2,00, sehingga disimpulkan pada taraf
signifikansi 5% variabel tingkat pendidikan tidak mempunyai
pengaruh terhadap besarnya laba yang diperoleh pedagang benda
antik di Pasar Windujenar. Berdasarkan hasil analisis regresi
linear berganda diketahui t statistik dari variabel pengalaman
berdagang 2,414764 dan nilai t tabelnya ± 2,00, sehingga
disimpulkan pada taraf signifikansi 5% variabel pengalaman
berdagang mempunyai pengaruh terhadap besarnya laba yang
diperoleh pedagang benda antik di Pasar Windujenar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t
statistik dari variabel waktu usaha 2.035406 dan nilai t tabelnya ±
2,00, sehingga disimpulkan pada taraf signifikansi 5% variabel
waktu usaha mempunyai pengaruh terhadap besarnya laba yang
diperoleh pedagang benda antik di Pasar Windujenar. Hal ini
berarti hubungan antara variabel waktu usaha dengan variabel
laba sesuai dengan hipotesis yang telah ditulis sebelumnya. Nilai
koefisien regresi dari variabel waktu usaha sebesar 4818,507,
berarti peningkatan waktu usaha sebesar 1 jam menyebabkan
kenaikan laba sebesar Rp 4.818,507,- dengan asumsi variabel
independen yang lain tetap. Hal ini menunjukkan dengan
meningkatnya waktu usaha maka akan meningkatkan
kemungkinan pedagang untuk melakukan transaksi lebih banyak,
sehingga potensi untuk memperoleh laba tinggi semakin besar.
4. Bintang Ramadhan (2009) menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keuntungan industri batik di Kecamatan Laweyan
Surakarta. Hipotesis yang dikemukakan yaitu besarnya pengaruh
faktor modal kerja, tenaga kerja, bahan baku, dan penjualan
terhadap tingkat keuntungan pengusaha industri kecil pembuatan
batik di Kecamatan Laweyan Surakarta; manakah dari faktor
modal, tenaga kerja, bahan baku dan penjualan yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap tingkat keuntungan pengrajin batik di
Kecamatan Laweyan Surakarta. Hasil analisis menunjukan
dengan α = 5% bahwa secara individu maupun secara bersama-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
sama keempat variabel modal kerja, tenaga kerja, bahan baku, dan
penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan
pengusaha industri batik. Dan dilihat dari koefisien regresinya,
variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap
keuntungan pada indutri batik di Kampung Batik Laweyan
Surakarta adalah penjualan, berarti hal ini sesuai dengan hipotesis
dalam penelitian.
5. Erose Perwitasagi Putra (2010), menganalisis pengaruh modal,
tenaga kerja dan bahan baku terhadap keuntungan pengusaha
batik Laweyan Surakarta. Hipotesis yang di kemukakan adalah
variabel modal, tenaga kerja dan bahan baku berpengaruh positif
terhadap keuntungan para pengusaha batik di kampung batik
Laweyan Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian yang
bersifat diskriptif kuantitatif dengan mengambil data primer
dengan menggunakan pendekatan linear berganda yaitu dengan
Ordinary Least Square (OLS). Hasil dari analisis menunjukan
bahwa variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keuntungan pengusaha batik di Laweyan.
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Untuk mewujudkan arah dari penyusunan penelitian ini, serta
memperoleh dalam menganalisa masalah yang dihadapi, maka
diperlukan suatu kerangka pemikiran yang akan memberikan gambaran
tahap-tahap penelitian untuk mendapatkan kesimpulan. Secara
sederhana kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Adapun faktor-faktor / variabel yang diperkirakan berpengaruh
terhadap keuntungan dapat dilihat Gambar 2.9 berikut ini:
Gambar 2.9
Diagram Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keuntungan
Pedagang Batik
Berdasarkan skema di atas dapat dikatakan bahwa keuntungan
pedagang benda antik dipengaruhi oleh modal, jam berdagang,
pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja serta jenis produk yang dijual.
Modal yang dimiliki oleh pedagang batik memberikan keleluasaan bagi
pedagang untuk menentukan keputusan bisnis, usaha apa yang akan
dijalankan oleh pedagang.
Setelah memiliki cukup modal, jam berdagang juga memiliki
peran dalam tingkat keuntungan pedagang batik. Jika jam berdagang
ditambah dan diimbangi dengan penjualan, maka keuntungan yang akan
didapat oleh pedagang akan bertambah pula.
MODAL
JAM BERDAGANG
PENGALAMAN BERDAGANG
TENAGA KERJA
KEUNTUNGAN
PRODUK YANG DIJUAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Dan pengalaman untuk berdagang juga diperlukan dalam
menentukan strategi dalam hal produksi, berjualan, maupun promosi.
Pedagang yang memiliki pengalaman usaha yang lebih, dapat
mengetahui seluk beluk dalam berjualan. Dan hal ini akan berdampak
dalam meningkatnya keuntungan yang akan diterima pedagang.
Setelah usaha para pedagang menjadi besar, maka kebutuhan
akan tenaga kerja guna membantu dalam proses jual beli semakin besar
pula. Hal ini berhubungan pula dengan jumlah tenaga kerja yang di
gunakan pedagang dalam menjalankan usahanya. Hal ini dapat
memaksimalkan keuntungan yang diperoleh para pedagang.
Produk yang dijual juga dapat memberikan keuntungan bagi para
pedagang yang ada di Pasar Grosir Setono Pekalongan. Karena
kebutuhan yang akan dibeli oleh konsumen juga berbeda-beda
bentuknya.
D. Hipotesis Pemikiran
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
a. Diduga faktor modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat keuntungan pedagang di Pasar Grosir Setono Pekalongan
b. Diduga faktor jam berdagang berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat keuntungan pedagang di pasar Grosir Setono
Pekalongan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
c. Diduga faktor pengalaman berdagang berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat keuntungan pedagang di pasar Grosir
Setono Pekalongan
d. Diduga faktor tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat keuntungan pedagang di Pasar Grosir Setono
Pekalongan
e. Diduga faktor produk yang dijual berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat keuntungan pedagang di Pasar Grosir Setono
Pekalongan
Diduga faktor modal mempunyai pengaruh dominan terhadap tingkat
keutungan pedagang batik di pasar Setono Pekalongan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskripstif kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh modal, jam berdagang,
pengalaman berdagang, dan tenaga kerja terhadap keuntungan pada
pedagang yang berada di Pekalongan dengan mengambil studi kasus di
Pasar Batik Setono Pekalongan.
B. Populasi, sample dan Metode Teknik Sampling
1. Ukuran Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2004:105)
Populasi dari penelitian ini adalah Pasar Setono Pekalongan.
Elemen dari populasi penelitian ini adalah semua kios yang terdapat
di Pasar Setono Pekalongan. Jumlah populasi di Pasar Batik Setono
adalah 252 kios.
2. Ukuran Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas
sejumlah anggota yang terpilih dari populasi. Dengan kata lain
sejumlah tertentu tapi tidak semua elemen populasi akan menjadi
sampel (Sekaran, 2003: 266).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Salah satu cara untuk mengambil sampel adalah dengan
metode slovin, namun kelemahan dari metode ini adalah jumlah
sampelnya yang tidak lebih dari seratus berapapun jumlah
populasinya. Menurut metode slovin pengambilan sampel dari
populasi yang sudah diketahui jumlahnya dapat diambil dengan
rumus sebagai berikut (G. Sevilla et al 1993:161-163):
n= )(1 2eN
N
+
= )1,0(2521
2522+
= )01,0(2521252
+
= 52,21252+
= 52,3252
= 71,59 = 72
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Tingkat kesalahan pengambilan sampel yang dapat di tolerir
(nilai kritis).
3. Pengambilan Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian. Pada dasarnya terdapat dua
cara pengambilan sampel, yaitu Random Sampling dan Nonrandom
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Sampling. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan
secara acak sederhana (simple random sampling), seluruh individu
dalam populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi anggota
sampel. (Djarwanto, 2000:45).
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden yaitu
para pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan.
Sumber data ini diperoleh dengan cara:
a. wawancara adalah pengumpulan data dengan wawancara secara
tatap muka dengan responden, hal ini dilakukan untuk membantu
metode kuisioner.
Contoh: dialog antara peneliti dengan responden.
b. Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan dan
pencatatan secara sistematis pada objek penelitian, hal ini
dilakukan untuk melengkapi data yang kurang lengkap.
Contoh: mengamati kehidupan responden
c. Kuisioner adalah pengumpulan data dengan menggunakan
sejumlah daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada reponden
untuk memperoleh data primer.
Contoh: daftar pertanyaan untuk responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti
kantor organisasi pedagang pasar grosir batik Setono Pekalongan,
Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Pekalongan, Biro Pusat Statistik, dan data lain yang bersumber dari
referensi studi kepustakaan melalui jurnal, artikel, dan bahan lain
dari berbagai situs website yang mendukung.
D. Definisi Operasional Variabel
Ada dua jenis variabel yang perlu didefinisikan untuk keperluan
dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel Dependen
Keuntungan/laba adalah penghasilan yang diperoleh para pedagang
dari hasil penjualan dagangan setiap bulannya dikurangi biaya
operasional perbulannya, seperti biaya kulakan, biaya produksi,
biaya transportasi, biaya retribusi, dan lain-lainnya. Keuntungan per
bulan dinyatakan dalam rupiah.
2. Variabel Independen
Variabel independen (variabel bebas), yaitu variabel yang
mempengaruhi variabel terikat. Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Modal
Modal usaha merupakan jumlah uang yang digunakan
pengusaha untuk menjalankan operasional usahanya, baik modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
sendiri maupun modal dari pihak lain (modal pinjaman). Modal
usaha diukur dalam satuan rupiah
b) Jam Berdagang
Yang dimaksud dengan jam berdagang adalah lamanya pedagang
berada dipasar untuk menjual barang dagangannya, artinya
waktu yang diperlukan oleh pedagang ketika sedang berdagang
dalam satu hari di pasar. Variabel ini dinyatakan dalam satuan
jam perbulan.
c) Pengalaman Berdagang
Adalah lamanya seorang pedagang menggeluti pekerjaannya
yaitu berdagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan. Atau
bisa didefiniskan waktu yang telah dihabiskan oleh pedagang
semenjak usaha itu berdiri dan sampai sekarang. Variabel ini
dinyatakan dalam satuan bulan.
d) Tenaga Kerja
Banyaknya tenaga kerja manusia dan karyawan yang terlibat
langsung dalam proses berdagang. Dalam peneltian ini satuan
yang digunakan untuk mengukur variabel tenaga kerja adalah
satuan orang.
e) Produk yang Dijual
Adalah suatu jenis produk yang di jual di Pasar Grosir Batik
Setono Pekalongan, macam produk yang dijual disuatu kios
berbeda dengan kios lainnya. Jenis produk yang di jual di Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Grosir Batik Setono Pekalongan ada 3 macam, yaitu batik,
souvenir, dan makanan
E. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan alat analisis Regresi Linier Berganda
dengan metode Ordinary Least Square (OLS) adapun model yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Y = α0 + α1X1 + α2X2 + α3X3 + α4X4 + DM + ei
Dimana:
Y = Keuntungan
X1 = Modal
X2 = Jam Berdagang
X3 = Pengalaman Berdagang
X4 = Tenaga Kerja
Dm = Dummy Variabel
0 = batik
1 = souvenir
2 = makanan
α0 = konstanta
ei = variabel pengganggu
1. Uji Statistik
Untuk memperoleh hasil regresi yang terbaik secara statistik
disebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) beberapa kriteria untuk
memenuhi criteria BLUE adalah 1) Uji F, 2)Uji t 3) Uji R2 (Sulaiman,
2004: 14). Kriteria digunakan untuk menguji hipotesis secara statistik di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dalam analisis regresi sederhana dan regresi berganda dilakukan melalui
pendekatan uji signifikan (test significant). Uji signifikan secara umum
merupakan prosedur untuk mengetahui seberapa besar signifikansi
kebenaran suatu hipotesis nol (H0), atau untuk menentukan apakah
sampel-sampel yang diamati berbeda secara nyata dari hasil-hasil yang
diharapkan.
Menurut Ghozali (2001: 4) untuk mengukur ketepatan fungsi
regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari nilai
statistic goodness of fitnya. Secara statistik, nilai statistic goodness of
fitnya dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F, dan koefisien
determinasinya. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik
apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana
H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan apabila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima. Dalam pengujian
hipotesis ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t adalah pengujian secara sendiri-sendiri terhadap semua
koefisien regresi.
1) Hipotesis: H0: β1 = 0
2) t tabel = t α/2 : N-K
Dimana:
α = derajat signifikansi = 5% ; α = 0,0
N = jumlah sampel (observasi)
K = banyaknya parameter atau koefisien regresi plus konstanta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Ho ditolak Ho ditolak
H0 diterima
-t tabel t tabel
3) – t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, H0 diterima dan Ha ditolak.
Kesimpulannya β1 sama dengan nol (β1 tidak signifikan pada
tingkat α). Dapat dikatakan bahwa X1 secara statistik tidak
penting (tidak berpengaruh terhadap Y pada tingat α)
4) t hitung ≤ -t tabel atau t hitung ≥ t tabel, H0 ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulannya β1 berbeda dengan nol (β1 tidak signifikan pada
tingkat α). Dapat dikatakan bahwa X1 secara statistik penting
(berpengaruh terhadap Y pada tingkat α)
5) Cara lain yang dapat digunakan untuk menguji signifikan
tidaknya koefisien regresi adalah dengan melihat p-value dari
hasil print-out software pengolahan data.
Jika p-value > 0,05, maka H0 diterima ; tidak signifikan.
Jika p-value < 0,05, maka H0 ditolak ; signifikan.
b. Uji Signifikan Simultan
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi secara bersama-sama
semua koefisien regresi.
1) Hipotesis: H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0
2) Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
3) Ftabel = F α, N-K, K-1
4) F hitung = F statistic
5) F hitung < F tabel ; H0 diterima, Ha ditolak. Kesimpulannya adalah
bahwa β1, β2, β3, β4 tidak sama dengan nol. Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa semua koefisien regresi secara bersama-sama tidak
signifikan pada tingkat α.
6) F hitung > F tabel ; H0 ditolak, Ha diterima. Kesimpulannya adalah
bahwa β1, β2, β3, β4 tidak sama dengan nol. Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa semua koefisien regresi secara bersama-sama tidak
signifikan pada tingkat α.
c. Koefisien
Determinan (R2)
Koefisien determinasi (R2), dapat digunakan untuk mengetahui
berapa persen (%) variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variabel independen. Ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan
yang paling baik dalam analisis regresi, yang ditunjukan oleh besarnya
koefisien determinasi R2 adjusted antara nol dan satu. Koefisien
determinasi nol berarti variabel independen bila mendekati satu berarti
variabel independen semakin berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ho Ditolak Ho Diterima
F tabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
d. Koefisien Korelasi
Untuk mengetahui keeratan dependen (kuat lemahnya) hubungan
antara variabel dependen dengan variabel independen.
1) Jika 0,7 ≤ r ≤ 1, maka hubungan antara variabel X dan Y adalah kuat
(khusus untuk 0,9 ≤ r ≤1 hubungan tersebut sangat kuat)
2) Jika 0,5 ≤ r ≤ 0,7, maka hubungan antara variabel X dan Y dapat
dikatakan sedang.
3) Jika 0,1 ≤ r ≤ 0,5, maka hubungan antara variabel X dan Y dapat
dikatakan lemah.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikoliniearitas
Mutikolinearitas adalah masalah yang timbul berkaitan
dengan adanya hubungan linier di antara variabel-variabel penjelas.
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui terjadi tidaknya
korelasi diantara variabel independen dalam proses regresi. Jika
dalam model terdapat multikolinearitas maka model tersebut
memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak
dapat ditaksir dengan ketepatan tinggi.
Untuk menguji bermasalah atau tidaknya multikolinearitas,
dilakukan pengujian dengan metode klein, yaitu membandingkan
nilai (r2) dengan nilai R2. Apabila nilai R2 > (r2) berarti terjadi gejala
multikolinearitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah kondisi dimana sebaran atau varian
faktor pengganggu (disturbance) tidak konstan sepanjang observasi.
Heterokedastisitas terjadi jika muncul gangguan dalam fungsi regresi
yang tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien baik dalam
sampel kecil ataupun besar (tetapi masih tetap tidak bisa dan
konsiten).
Untuk menguji adanya masalah asumsi heteroskedastisitas,
digunakan uji white-heteroskedasticity yang diperoleh dalam
program Eviews. Apabila nilai OBS*R2 lebih kecil dari X2 maka
tidak signifikan secara statistik. Berarti model tersebut tidak terdapat
masalah heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana terdapat trend di dalam
variabel yang diteliti sehingga mengakibatkan e juga mengandung
trend. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Autokorelasi terjadi
adanya korelasi yang kuat antara et dengan series et-1. Dengan kata
lain, data berkorelasi dengan dirinya sendiri (Kuncoro, 2001: 106)
Prosedur uji autokorelasi mengikuti kerangka sebagai
berikut:
1) Lakukan regresi dengan OLS dan diperoleh nilai residual e
2) d= 2 2
]1.1[ei
eieiS
-S-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3) Bandingkan dengan tabel d sesuai dengan n (besar sampel), dan
alpha (derajat uji), gunakan alpha 5% dan dalam label terdapat
dL dan dU;d) jika d<dL atau d > dan 4-dL, maka signifikan
terdapat autokorelasi.
4) Jika d>dU atau d<4-dU, berarti tidak terdapat autokorelasi. Jika
nilai d berada di antara dU dan dL, uji Durbin Waston
menyatakan sebagai daerah tidak dapat disimpulkan.
Autokorelasi
Autokorelasi negatif
Positif Ragu-ragu Tidak ada Ragu-ragu
korelasi
0 dL dU 4-dU 4-dL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kota Pekalongan
1. Aspek Geografis
Kota Pekalongan adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia. Kota Pekalongan dikenal mendapat julukan kota batik,
karena batik Pekalongan memiliki corak yang khas dan variatif.
a. Kondisi Geografis
Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara
pulau Jawa, dengan ketinggian kurang lebih 1 meter di atas
permukaan laut dengan posisi geografis antara:
60 50’ 42’’ - 60 55’ 44’’ Lintang Selatan
1090 37’ 55’’ - 1090 42’ 19’’ Bujur Timur
Serta berkoordinat fiktif 510,00 – 518,00 Km membujur dan
517,75 – 526,75 Km melintang.
Batas-batas administratif sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Batang
Sebelah Selatan: Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang
Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Keadaan tanah di Pekalongan berwarna agak kelabu
dengan jenis tanah Aluvial kelabu kuning dan Aluvial
yohidromorf.
Jarak terjauh dari Utara ke Selatan ± 9 Km dan dari Barat
ke Timur ± 7 Km.
Gambar 4.1 Peta Kota Pekalongan
b. Luas Daerah
Secara administratif Kota Pekalongan terbagi menjadi 4
kecamatan yang terbagi lagi menjadi 47 kelurahan dengan luas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
daerah mencapai 45,25 Km2 dari luas Jawa Tengah. Jarak dari
Kota Pekalongan ke beberapa Ibu Kota adalah:
1. Semarang : 101 Km
2. Jakarta : 384 Km
3. Bandung : 266 Km
4. Surabaya : 488 Km
5. Yogyakarta : 219 Km
6. Kajen : 28 Km
7. Batang : 8 Km
8. Pemalang : 35 Km
9. Tegal : 65 Km
10. Slawi : 80 Km
11. Brebes : 78 Km
c. Keadaan Iklim
Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan
iklim, geografi dan perputaran / pertemuan arus udara. Oleh
karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan
stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan selama tahun 2008
berkisar antara 0 mmbulan Juli sampai dengan 734 mm (Bulan
Februari).
Antara curah hujan dan keadaan angin biasanya ada
hubungan erat satu sama lain. Walaupun demikian, di beberapa
tempat di Indonesia hubungan tersebut agaknya tidak selalu ada.
Keadaan angin pada musim hujan biasanya lebih kencang dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
angin bertiup dari Barat dan Barat Laut. Karena itu musim
tersebut disebut Musim Barat. Pada musim kemarau angin timur
bertiup dari Benua Australia, keadaan angin pada saat itu juga
kencang.
2. Aspek Demografi
a. Jumlah Penduduk Menurut Umur
Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari
pembangunan. Dengan melihat komposisi penduduk menurut umur
di Kota Pekalongan, dapat diketahui besarnya angka
ketergantungan (Dependency Ratio) yang ada. Angka
ketergantungan menunjukan banyaknya penduduk yang bekerja dan
yang sudah tidak bekerja, yaitu menggantungkan hidupnya baik
secara ekonomi, sosial dan medis terhadap penduduk yang
produktif. Untuk mengetahui angka ketergantungan penduduk di
Kota Pekalongan dapat dilihat dengan melalui pembagian
komposisi penduduk sebagai berikut :
1) Penduduk golongan usia muda (belum produktif)
2) Penduduk golongan usia kerja (usia produktif)
3) Golongan penduduk usia tua (sudah tidak produktif)
Kepadatan penduduk di Kota Pekalongan cenderung
meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Rasio
ketergantungan Kota Pekalongan cukup kecil, hal ini disebabkan
karena jumlah penduduk usia 15 – 64 tahun lebih besar dari
penduduk usia 0 – 14 tahun dan usia 65 tahun ke atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Jumlah penduduk Kota Pekalongan menurut jenis kelamin dan
kelompok umur seperti terlihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Penduduk Pekalongan Menurut Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008 (jiwa)
Kelompok Usia
Jenis Kelamin Jumlah Laki-
laki Perempuan
0 – 4 13,095 13,125 26,220
5 – 9 14,085 13,691 27,776
10 – 14 14,288 13,999 28,287
15 – 19 15,510 16,198 31,708
20 – 24 12,921 13,831 26,752
25 – 29 11,226 12,224 23,450
30 – 34 10,186 11,244 21,430
35 – 39 9,586 10,783 20,369
40 – 44 8,640 8,711 17,351
45 – 49 7,034 6,521 13,555
50 – 54 4,796 5,037 9,833
55 – 59 3,530 3,992 7,522
60 – 64 3,191 4,178 7,369
65 + 5,127 7,162 12,289
Jumlah 133,215 140,696 273,911 Sumber: BPS Kota Pekalongan
Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah penduduk Kota
Pekalongan tahun 2008 sebesar 273,911 jiwa, terdiri dari
133,215 laki-laki dan 140,696 perempuan. struktur penduduk
menurut kelompok usia produktif tertinggi pada kelompok
umur 15 – 19 tahun sebesar 31,708 jiwa. Kelompok umur 60
- 64 tahun merupakan kelompok dengan jumlah penduduk
terkecil dengan jumlah 7,369 jiwa. Selain itu dari tabel di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
atas juga dapat dilihat mayoritas penduduk di Kota
Pekalongan berada dalam usia produktif.
Dalam hubungan ini muncul teori tentang beban
ketergantungan yaitu penduduk tergantung dari hasil
produksi angkatan kerja atau sebaliknya beban tanggungan
yang dipikul oleh angkatan kerja untuk memenuhi kebutuhan
hidup bagi penduduk secara menyeluruh. Secara matematis
dapat dituliskan sebagai berikut :
Angka ketergantungan =
Dari hasil perhitungan dengan memasukkan angka – angka
dari tabel 4.1 kedalam rumus diatas, maka akan diperoleh angka –
angka ketergantungan sebagai berikut :
[82.283 + 12.289] : 179.339 = 0,52
Ini berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif
harus menanggung sekitar 52 jiwa yang tidak produktif.
b. Kepadatan Penduduk Geografis
Kepadatan penduduk dapat terjadi secara alamiah karena
adanya tingkat kelahiran yang lebih tinggi dibanding tingkat
kematian. Selain itu, kepadatan juga dapat disebabkan adanya
faktor penarik yang dimiliki oleh suatu daerah. Faktor penarik
itu misalnya adalah lapangan usaha yang luas dan kelayakan
penghidupan akibat adanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Pada tahun 2008 jumlah penduduk di Pekalongan
mencapai 273,911 jiwa yang tersebar dalam 4 (empat)
kecamatan, yaitu: (i) Pekalongan Barat, (ii) Pekalongan Timur,
(iii) Pekalongan Selatan, dan (iv) Pekalongan Utara. Dengan
total luas daerah 45,25 km2, maka tingkat kepadatan penduduk
kota Pekalongan mencapai 6.053 jiwa/km2. Pada tabel 4.2 dapat
dilihat bahwa pada tahun 2008 tingkat kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di Kecamatan Pekalongan Barat yang
mencapai angka 8.691 jiwa/km2. Sedangkan tingkat kepadatan
penduduk terendah terdapat di Kecamatan Pekalongan Selatan
dengan tingkat kepadatan mencapai 4.701 jiwa/km2.
Tabel 4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan
Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan Di Kota Pekalongan Tahun 2008
Kecamatan Luas
Wailayah
Jumlah Penduduk Rasio Jenis
Kelamin
Tingkat Kepada
tan Laki-laki
Perempuan Jumlah
Pekalongan Barat
10,05 42.349 44.994 87.343 94,12 8.691
Pekalongan Timur
9,52 30.542 33.103 63.645 92,26 6.685
Pekalongan Selatan
10,80 25.186 25.582 50.768 98,45 4.701
Pekalongan Utara
14,88 35.138 37.017 72.155 94,92 4.849
Jumlah 45,25 133.215 140.696 273.991 94,68 6.053
Sumber: BPS Kota Pekalongan
c. Penduduk dan Mata Pencaharian
Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber
daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam berbagai hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
pembangunan sehingga untuk mendapatkan tenaga kerja yang
terampil sangat terkait dengan hal-hal yaitu pendidikan, di Kota
Surakarta pencari kerja terbanyak diduduki lulusan SMU/MA,
sedangkan pekerja terbanyak dibidang perdagangan.
Untuk mengetahui karakterisitik banyaknya penduduk
yang bekerja menurut jenis kelamin dan lapangan pekerjaan di
Kota Pekalongan Tahun 2008 seperti pada tabel 4.3 sebagai
berikut:
Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin
dan Lapangan Pekerjaan di Kota Pekalongan Tahun 2008 (jiwa)
Lapangan Usaha Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
Pertanian 538 41 579
Pertambangan dan Penggalian
0 0 0
Industri 5.895 5.250 11.145
Listrik, Gas dan Air 42 12 54
Kontruksi 111 5 116
Perdagangan 981 650 1.631
Angkutan dan Komunikasi 565 40 605
Keuangan dan Jasa Perusahaan
817 35 852
Jasa-jasa 307 427 728
Jumlah 9.250 6.460 15.710
Sumber: BPS Kota Pekalongan
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa
pada tahun 2008 total penduduk yang bekerja sebanyak
15.710 jiwa. Dari jumlah tersebut, penduduk laki-laki yang
bekerja sebanyak 9.250 jiwa, sedangkan penduduk
perempuan yang bekerja sebanyak 6.460 jiwa. Pada tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2008, penduduk Kota Pekalongan paling banyak bekerja di
sektor industri sebanyak 11.145 jiwa, diikuti oleah sektor
perdagangan sebesar 1.631 jiwa. Dan Sektor yang paling
kecil menyerap tenaga kerja adalah sektor pertambangan dan
penggalian serta sektor listrik, gas dan air.
3. Kondisi Perekenomian Kota Pekalongan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pekalongan.
Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh
besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi
barang dan jasa. Keadaan perekonomian suatu daerah dapat dilihat
melalui angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), karena
hingga saat ini PDRB masih digunakan sebagai ukuran
kesejahteraan ekonomi atau tingkat perkembangan ekonomi suatu
daerah.
Dengan melihat PDRB dapat diketahui besarnya kontribusi
masing-masing sektor yang ada. Kontribusi suatu sektor adalah
suatu peranan yang diberikan oleh masing-masing sektor terhadap
PDRB. Dari masing-masing sektor dapat digunakan untuk
mengetahui indukator perubahan struktur ekonomi.
PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang ditimbulkan dari
semua unit produk dalam suatu wilayah tertentu dalam jangka
waktu yang tertentu pula. Sektor – sektor penyusun PDRB dapat
dikelompokan dalam tiga kelompok jenis lapangan usahannya yaitu
kelompok primer yang terdiri dari berbagai jenis sektor pertanian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pertambangan dan penggalian. Kelompok sekunder yang terdiri
dari sektor industri, listrik, gas dan air bersih, serta kelompok
bangunan. Dan kelompok tersier terdiri dari sektor pengangkutan
dan komunikasi, perdagangan, hotel dan restoran, keuangan, sewa
dan jasa perusahaan, serta sektor jasa. Distribusi presentase
masing-masing sektor terhadap total PDRB Kota Pekalongan
Tahun 2008 dapat dilihat dalam tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4 Distribusi presentase masing-masing sektor terhadap total
PDRB Kota Pekalongan Tahun 2008
No
Sektor Ekonomi
Distribusi Presentase
Berlaku Konstan
1 Pertanian 7,97 9,09
2 Pertambangan dan
Galian
- -
3 Industri Pengolahan 20,04 20,87
4 Listrik, Gas dan Air
Bersih
1,69 1,15
5 Bangunan 14,69 12,79
6 Perdagangan, Hotel
dan Restoran
23,25 27,13
7 Pengangkutan dan
Komunikasi
11,71 10,26
8 Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan
7,66 7,09
9 Jasa-jasa 12,99 11,62
Total PDRB 100,00 100,00
Sumber: BPS Kota Pekalongan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Pada tabel 4.4 bisa kita lihat peranan distribusi presentase
tiap-tiap sektor PDRB menggambarkan peranan atau sumbangan
sektor dalam pembentukan nilai PDRB setiap tahun berjalan.
Sektor-sektor yang mempunyai andil besar terhadap total PDRB
pada tahun 2008 atas dasar harga berlaku menurut urutan terbesar
yaitu sektor perdagangan sebesar 23,25 persen. Industri pengolahan
sebesar 20,04 persen dan bangunan sebesar 14,69 persen.
Sedangkan menurut harga konstan sumbangan sektor perdagangan
sebesar 27,13 persen, sektor industri pengolahan sebesar 20,87
persen, dan sektor bangunan sebesar 12,79 persen.
4. Pasar Batik Setono Pekalongan
Sektor informal menjadi bagian penting dalam perumusan
kebijakan ketenagakerjaan. Hal ini disebabkan kemampuan sektor
informal dalam menyerap tenaga kerja yang jumlahnya tidak
sedikit. Bahkan ditengah krisis justru sektor inilah yang mampu
bertahan dan menjadi solusi bagi perekonomian untuk keluar dari
krisis tersebut. Salah satu contoh dari sektor informal adalah pasar
tradisional.
Dalam penulisan ini di ambil obyek Pasar Batik Setono
Pekalongan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan para
pedagang di lihat dari faktor modal, jam berdagang, pengalaman
berdagang, dan jumlah tenaga kerja.
Nama Setono tidak asing lagi bagi para traveler yang
melewati Pekalongan, karena disebelah kiri jalan bila menempuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
perjalanan dari Jakarta akan melihat pemandangan yang banyak
dikenal orang ialah Pasar Batik Setono. Sebenarnya Setono adalah
nama kampung yang secara administratif bernama desa Dekoro.
Desa ini dulunya adalah kejayaan batik Pekalongan. Banyak orang
asli desa ini yang sukses dalam bisnis batik, sehingga di desa ini
terdapat koperasi batik yang sangat maju dan masih bertahan,
meskipun tidak sehebat dulu.
Tepatnya tanggal 8 Juli 2000 yang diresmikan langsung oleh
Bapak Walikota Pekalongan pada saat itu Bapak Drs. Samsudiat,
MM dan dengan berbagai upaya promosi dan juga dukungan dari
pihak Pemkot Pekalongan (karena wilayah Setono termasuk dalam
pemekaran wilayah pemkot Pekalongan) akhirnya pasar ini berdiri
dengan nama Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan dengan jumlah
awal hanya 50 kios batik. Pada tahun yang sama dibangun kembali
±126 kios dan terus bertambah sampai sekarang mencapai ±252 kios
dan dengan berdirinya Pasar Grosir Setono Pekalongan ini semua
perajin yang bernaung di wilayah kota Pekalongan dan sekitarnya
dapat memasarkan hasil produksinya di Pasar Grosir Setono
Pekalongan.
Awal didirikannya Pasar Grosir Setono adalah untuk
menampung pengusaha kecil dan menengah untuk memasarkan
produksi batik di Kota Pekalongan karena sebelumnya produksi
batik yang berada di Kota Pekalongan justru banyak dijual di luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
kota. Pasar Grosir Batik Setono menempati bangunan yang dulunya
adalah bekas pabrik tekstil yang sudah lama tidak beroperasi.
Ratusan pedagang yang terdapat di Pasar Grosir Setono
menempati kios-kios, counter dan los yang ada di dalam pasar.
Pedagang Pasar Grosir Batik Setono tak hanya menjual pakaian batik
namun juga aneka barang-barang kebutuhan lainnya yang bercorak
batik seperti sprei, sarung bantal, peci, sandal, tas, dompet, dan
berbagai macam makanan khas Kota Pekalongan. Banyaknya
pedagang yang ada di Pasar Grosir Batik Setono membuat pembeli
memiliki banyak pilihan produksi batik.
Fasilitas yang terdapat di Pasar Grosir Batik Setono juga
terbilang memadai seperti tersedianya lahan parkir yang cukup luas
yang bisa menampung kendaraan roda dua, kendaraan roda empat
bahkan bus, mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri), toilet, mushola
dan kios-kios yang menawarkan aneka makanan dan minuman. Kios,
counter dan los yang menawarkan produksi batik juga tertata cukup
apik sehingga memberi rasa nyaman kepada pembeli saat berada di
Pasar Grosir Batik Setono
B. Karakteristik Pedagang
Dalam sub bab ini dilakukan deskripsi data yang dikumpulkan dari
lapangan berdasarkan daftar pertanyaan yang dibagikan kepada
pedagang Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
1. Karakteristik Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah 72 responden yaitu pedagang Pasar Grosir Batik
Setono Pekalongan dalam penelitian ini sebanyak 45 orang berjenis
kelamin laki – laki dan 27 orang berjenis kelamin perempuan, seperti
terlihat Tabel 4.5 juga menunjukan pengelompokan pedagang Pasar
Grosir Batik Setono Pekalongan berdasarkan umur. Persentase
jumlah laki – laki yang bekerja sebagai pedagang paling banyak
pada usia 25-29 tahun yaitu sebesar 14 pedagang. Sedangkan untuk
perempuan persentase terbesarnya pada umur 20-24 tahun sebesar 9
pedagang, berdasar data tersebut dapat menunjukan bahwa pedagang
berasal dari golongan menengah yang tingkat pendapatannya relatif
cukup, sehingga meskipun usia masih muda tetap dituntut untuk
mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri bahkan
masih dibebani orang lain, misalnya anaknya atau anggota keluarga
lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Menurut Jenis kelamin
Sumber: Penelitian Lapangan 2011
Dari tabel 4.5 diatas diketahui bahwa sebagian besar pedagang
berjenis kelamin laki-laki yaitu 62,5% sedangkan jenis kelamin
perempuan yaitu 37,5%.
2. Status Perkawinan
Hasil penelitian di lapangan dapat diketahui status
perkawinan pedagang yang menjadi responden, seperti yang terlihat
pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Menurut Status Perkawinan
Status perkawinan
Laki - laki Perempuan Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Belum kawin 9 12,5 11 15,28 20 27,78
Kawin 33 45,83 19 26,39 52 72,22
Total 42 58,33 30 41,67 72 100
Sumber : Penelitian Lapangan 2011
No Kelompok
umur (tahun)
Laki - laki Perempuan Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 20 – 24 4 5,56 9 12,5 13 18,06
2 25 - 29 10 13,89 4 5,55 14 19,44
3 30 – 34 6 8,33 2 2,77 8 11,11
4 35 - 39 9 12,5 3 4,17 12 16,67
5 40 - 44 2 2,78 3 4,17 5 6,95
6 45 - 49 5 6,94 3 4,17 8 11,11
7 50 - 54 4 5,56 1 1,39 5 6,94
8 55 - 59 5 6,94 0 0 5 6,94
9 60 - 64 0 0 2 2,78 2 2,78
Total 45 62,5 27 37.5 72 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Dari Tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berstatus kawin atau sudah menikah yaitu sebesar
72,22%.
3. Modal
Seperti pada Tabel 4.7, besarnya modal rata-rata yang
dimiliki pedagang Pasar Grosir batik Setono Pekalongan guna
menjalankan usahanya sebagian besar antara Rp. 1.000.000 sampai
Rp. 100.000.000 sebesar 36,11%. Terlihat bahwa pedagang di Pasar
Grosir batik Setono Pekalongan yang memiliki modal antara Rp.
110.000.000 sampai Rp 200.000.000 sebesar 18,06%, untuk
pedagang yang memiliki modal antara Rp 210.000.000 sampai
dengan Rp 300.000.000 sebesar 9,72%, kemudian yang memiiki
modal antara Rp 310.000.000 sampai dengan Rp 400.000.000
sebesar 11,11%. Untuk pedagang di Pasar Grosir batik Setono
Pekalongan yang memiliki modal antara Rp 410.000.000 sampai
dengan Rp. 500.000.000 sebesar 11,11%, sedangkan yang memiliki
modal antara Rp 510.000.000 sampai dengan Rp. 600.000.000
sebesar 6,94%. Untuk pedagang di Pasar Grosir batik Setono
Pekalongan yang memiliki modal antara Rp. 610.000.000 sampai
dengan Rp. 700.000.000 sebesar 6,94%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.7 Karakteristik responden Menurut Modal Usaha
Modal ( juta ) Jumlah %
1.000.000 – 100.000.000 26 36,11
110.000.000 – 200.000.000 13 18,06
210.000.000– 300.000.000 7 9,72
310.000.000– 400.000.000 8 11,11
410.000.000 – 500.000.000 8 11,11
510.000.000 – 600.000.000 5 6,94
610.000.000 – 700.000.000 5 6,94
Jumlah 72 100
Sumber : Penelitian Lapangan 2011
Maka modal yang banyak digunakan pedagang yaitu Rp
1.000.000 sampai Rp 100.000.00 dengan persentase 36,11%.
4. Pengalaman Usaha
Pengalaman usaha pedagang, baik dalam menjual barang
dagangannya maupun usaha lain sebelumnya dapat dilihat dari Tabel
4.8. Sebanyak 11,4% pedagang sudah bekerja antara 1 sampai
dengan 5 tahun. Sebanyak 29,1% pedagang sudah bekerja antara 6
sampai dengan 10 tahun, sebanyak 18% pedagang sudah bekerja
antara 11 sampai dengan 15 tahun. Sebanyak 13,8% pedagang sudah
bekerja antara 16 sampai dengan 20 tahun. Sebanyak 12,5%
pedagang sudah bekerja antara 21 sampai dengan 25 tahun.
Sebanyak 9,7% pedagang sudah bekerja antara 26 sampai dengan 30
tahun. Sebanyak 0% pedagang sudah bekerja antara 31 sampai
dengan 35 tahun. Sebanyak 5,5% pedagang sudah bekerja antara 36
sampai dengan 40 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.8 Karakteristik Responden
Menurut Pengalaman Usaha Lama usaha
(tahun) Jumlah %
1- 5 8 11,4 6 – 10 21 29,1 11 - 15 13 18 16 - 20 10 13,8 21 - 25 9 12,5 26 - 30 7 9,7 31 - 35 0 0 36 - 40 4 5,5 Total 72 100
Sumber : Penelitian Lapangan 2011
lama usaha antara 6 sampai 10 tahun adalah jawaban terbanyak
maka dapat dikatakan pedagang telah cukup berpengalaman dalam
menjalankan usahanya untuk memperoleh keuntungan.
5. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh pedagang Pasar Grosir
batik Setono Pekalongan dapat dilihat pada Tabel 4.9 dari 72
responden pedagang. Sebanyak 25% diantaranya memiliki tenaga
kerja sebanyak 1 orang, berdasarkan penelitian menunjukan bahwa
pemilik juga termasuk dalam tenaga kerja, maka pemilik bekerja
sendiri. Pedagang yang memiliki tenaga kerja sebanyak 2 orang
sebesar 41,67%. Pedagang yang memiliki tenaga kerja sebanyak 3
orang sebesar 16,67%, pedagang yang memiliki tenaga kerja
sebanyak 4 orang sebesar 4,16%, sedangkan pedagang yang
memiliki tenaga kerja sebanyak 5 orang sebesar 9,72%, dan
pedagang yang memiliki tenaga kerja sebanyak 6 orang sebesar
2,78%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.9 Karakteristik Responden
Menurut Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja (
orang ) Jumlah %
1 18 25
2 30 41,67
3 12 16,67
4 3 4,16
5 7 9,72
6 2 2,78
Total 72 100
Sumber : Penelitian Lapangan 2011
Berdasarkan tabel tersebut rata-rata menunjukan bahwa jumlah
tenaga kerja yang paling banyak digunakan oleh pedagang Pasar
Grosir batik Setono Pekalongan yaitu dengan jumlah 2 orang
pekerja.
6. Pendapatan perbulan
Dari 72 responden sebanyak 42 responden memperoleh
pendapatan sebesar 100.000 – 3.000.000 per bulan, sebanyak 20
responden memperoleh pendapatan 3.100.000 – 6.000.000 dan
sebanyak 6 responden memperoleh pendapatan sebesar 6.100.000 –
9.000.000 per bulan. Sedangkan 3 responden memperoleh
pendapatan sebesar 9.100.000 – 12.000.000 dan pendapatan sebesar
12.100.000 – 15.000.000 per bulan diperoleh oleh 1 orang responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 4.10 Karakteristik Responden Menurut Rata – Rata
Pendapatan Per Bulan
Rata – rata pendapatan per bulan (rupiah) Jumlah %
100.000 – 3.000.000 42 58,33%
3.100.000 – 6.000.000 20 27,78%
6.100.000 – 9.000.000 6 8,33%
9.100.000 – 12.000.000 3 4,17%
12.100.000 – 15.000.000 1 1,39%
Total 72 100
Sumber : Penelitian Lapangan 2011
7. Jam Berdagang
Dari tabel 4.11 dapat dilihat jam berdagang para pedagang di
Pasar Grosir batik Setono Pekalongan. Pedagang bekerja antara 1
sampai dengan 4 jam, sebanyak 0%. Sebanyak 61,11% pedagang
bekerja antara 5 sampai dengan 8 jam, sedangkan sebanyak 38,89%
pedagang sudah bekerja antara 9 sampai dengan 12 tahun. Dan dari
karakteristik menurut jam berdagang yang paling banyak adalah 5
sampai 8 jam per hari sebanyak 38,89%.
Tabel 4.11 Karakteristik Responden Menurut Jam Berdagang
Sumber : Penelitian Lapangan 2010
Jam berdagang (jam)
Jumlah %
1 - 4 0 0
5 - 8 22 61,11
9 - 12 14 38,89
Total 36 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
8. Tingkat Pendidikan
Menurut data tingkat pendidikan diketahui pendidikan SD
yaitu 0 orang dengan persentase terbesar 0%, tingkat pendidikan
SMP yaitu 8 orang dengan presentase 11,11%, untuk tingkat
pendidikan SMA yaitu 20 orang dengan presentase 27,77%, tingkat
pendidikan D3 yaitu 11 orang dengan presentase 15,28%, dan
tingkat pendidikan S1 yaitu 33 orang dengan presentase 45,83%.
Dapat disimpulkan bahwa para pedagang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang dapat diterapkan dalam menjalankan usahanya
untuk memperoleh keuntungan.
Tabel 4.12 Karakteristik Responden
Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
SD 0 0 SMP 8 11,11 SMA 20 27,77
D3 11 15,78
S1 33 45,83
Jumlah 72 100 Sumber: Penelitian Lapangan 2011
Maka dari data diatas tingkat pendidikan paling banyak di
ketahui pedagang yaitu S1 sebanyak 45,83% dan tekecil yaitu
pendidikan SD sebesar 0%.
9. Produk Yang Dijual
Produk batik yang dijual di Pasar Grosir batik Setono
Pekalongan sebanyak 59,72%, beberapa jenis souvenir yang dijual di
Pasar Grosir batik Setono Pekalongan sebanyak 25%, dan makanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
yang dijual di Pasar Grosir batik Setono Pekalongan sebanyak
15,28%.
Tabel 4.13 Karakteristik Responden
Menurut Produk Yang Dijual
Sumber : Penelitian Lapangan 2011
Di dalam tabel 4.13 produk yang paling banyak dijual di Pasar
Grosir batik Setono Pekalongan adalah batik.
10. Hambatan Usaha
Hambatan usaha yang dialami oleh pedagang di Pasar Grosrir
Batik Setono Pekalongan secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi 4 (empat) macam, yaitu: (i) terbatasnya modal (ii)
banyaknya pesaing. Berikut adalah rincian karakteristik pedagang
menurut hambatan yang dialami :
a. Terbatasnya modal
Modal merupakan salah satu faktor untuk melakukan
usaha. Sebab dengan adanya modal yang besar pedagang atau
pengusaha akan dapat menjalankan usahanya, sehingga
keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.
Produk Yang Dijual Jumlah %
Batik 43 9,72
Souvenir 18 25
Makanan 11 15,28
Total 72 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 4.14 Karakteristik Responden
Menurut Terbatasnya Modal
Hambatan Jumlah Persentase
Ada 41 56,94 Tidak Ada 31 43,06 Total 72 100
Sumber: Penelitian Lapangan 2011
Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang
mengaku mempunyai hambatan berupa terbatasnya modal
sebanyak 41 orang atau 56,94% dari total responden.
Sedangkan sisanya 31 orang atau sekitar 43,06% mengaku
tidak mempunyai hambatan
b. Banyaknya pesaing
Para pedagang di Pasar Grosir batik Setono Pekalongan
dapat dikatakan mengalami persaingan yang tinggi. Hal ini
dikarenakan barang yang dijual oleh pedagang-pedagang di
Pasar Grosir batik Setono Pekalongan hampir memiliki
karakteristik yang sama. Semakin tinggi tingkat persaingannya
maka kemungkinan memperoleh laba juga semakin kecil.
Tabel 4.15 Karakteristik Responden
Menurut Tingkat Persaingan yang Tinggi
Hambatan Jumlah Persentase
Ada 59 81,94 Tidak Ada 13 18,06 Total 72 100
Sumber: Penelitian Lapangan 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang
mengaku mempunyai hambatan berupa tingkat persaingan
yang tinggi sebanyak 59 orang atau 81,94% dari total
responden. Sedangkan sisanya 13 orang atau sekitar 18,06%
mengaku tidak mempunyai hambatan.
C. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan
Dalam penelitian ini variabel independen yakni modal, jam
berdagang, pengalaman usaha, dan jumlah tenaga kerja yang
mempengaruhi variabel dependen yakni keuntungan pedagang perhari.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen, digunakan alat analisis regresi
berganda, dengan model regresi linear berganda sebagai berikut :
Y = α0 + α1X1 + α2X2 + α3X3 + α4X4 + α5 D1+ α6 D2+ ei
Dimana:
Y = Keuntungan
X1 = Modal
X2 = Jam Berdagang
X3 = Pengalaman Berdagang
X4 = Tenaga Kerja
Dm = Dummy Variabel
0 = batik
1 = souvenir
2 = makanan
α1-α2 = koefisien regresi
α0 = konstanta
ei = variabel pengganggu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 4.16 Hasil Analisis Regresi
Nama Variabel Notasi
Koefisien
Regresi
Standar Error
Statistik t
Signifikan
Konstanta Modal Jam berdagang Pengalaman Usaha Jumlah Tenaga Kerja Produk Yang Dijual
C X1 X2 X3 X4 DM
6158.561 0.005175 28487.09 88757.48 596822.4 -395606.8
2082372. 0.001510 234039.0 30003.66 187388.2 443198.6
0.002957 2.983064 -0.121719 2.958222 3.184952 -0.892617
0.9976 0.0040 0.9035 0.0043 0.0022
0.3753
F hitung F sign R2 Adj R2
18.730 0,000 0,586 0,555
Sumber: Print out computer
Hasil analisis regresi diatas diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = 6158,561 + 0,005175 + 28487,09 + 88757,48 +
596822,4 - 3,95606,8 Dm +
Berdasarkan hasil regresi diatas akan dilakukan uji statistik yang
meliputi uji t (uji tiap-tiap individu secara variabel) dan uji F (secara
bersama-sama). Selain itu akan dilakukan uji asumsi klasik yang
meliputi multikolinearlitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
1. Uji Statistik
a. Uji t
Salah satu uji statistika adalah uji t, yaitu untuk menguji apakah tiap-
tiap variable independen secara individual berpengaruh/signifikan
terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini menggunakan
tingkat signifikan (α) 0,05 dan df = 72.
1). Pengujian terhadap β1 (variabel modal)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
a) Hipotesis statistik
H0 : β1 = 0 (variabel modal tidak signifikan mempengaruhi
besarnya keuntungan)
Ha : β1 ≠ 0 (variabel modal signifikan mempengaruhi
besarnya keuntungan)
b) Menentukan derajat signifikan α = 0,05
c) Perhitungan uji t
Nilai t hitung = 2.983 (Tabel 4.16)
Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 72 = 1.658 (Tabel Distribusi t)
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-1.658 1.658 2.983
Gambar 4.2 Uji t untuk variabel modal
d) Kesimpulan : t hitung > t tabel atau 2.983 > 1.658
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0,05. Karena t hitung (2.983) lebih besar dari t tabel
(1.658), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya
variabel modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keuntungan yang diperoleh pedagang .
2). Pengujian terhadap β2 (variabel jam berdagang)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
a) Hipotesis statistik
H0 : β2 = 0 (variabel jam berdagang tidak signifikan
mempengaruhi besarnya keuntungan)
Ha : β2 ≠ 0 (variabel jam berdagang signifikan mempengaruhi
besarnya keuntungan)
b) Menentukan derajat signifikan α = 0,05
c) Perhitungan uji t
Nilai t hitung = -0.121 (Tabel 4.16)
Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 72 = 1.658 (Tabel Distribusi t)
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-1.658 -0.121 1.658
Gambar 4.3 Uji t untuk variabel jam berdagang
d) Kesimpulan : t hitung < t tabel atau -0.121 < 1.658
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0,05. Karena t hitung (-0.121) lebih kecil dari t tabel
(1.658), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya
variabel jam berdagang tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keuntungan yang diterima oleh pedagang.
3). Pengujian terhadap β3 (variabel pengalaman usaha)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
a) Hipotesis statistik
H0 : β3 = 0 (variabel pengalaman usaha tidak signifikan
mempengaruhi besarnya keuntungan)
Ha : β3 ≠ 0 (variabel pengalaman usaha signifikan
mempengaruhi besarnya keuntungan)
b) Menentukan derajat signifikan α = 0,05
c) Perhitungan uji t
Nilai t hitung = 2.958 (Tabel 4.16)
Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 72 = 1,658 (Tabel Distribusi t)
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-1.658 1.658 2.958 Gambar 4.4 Uji t untuk variabel pengalaman usaha
d) Kesimpulan : t hitung > t tabel atau 2.958 > 1.658
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0,05. Karena t hitung (2.958) lebih besar dari t tabel
(1.658), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya
variabel pengalaman usaha mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keuntungan yang diterima oleh pedagang.
4). Pengujian terhadap β4 (variabel tenaga kerja)
a) Hipotesis statistik
H0 : β4 = 0 (variabel tenaga kerja tidak signifikan
mempengaruhi besarnya keuntungan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Ha : β4 ≠ 0 (variabel tenaga kerja signifikan mempengaruhi
besarnya keuntungan)
b) Menentukan derajat signifikan α = 0,05
c) Perhitungan uji t
Nilai t hitung = 3.184 (Tabel 4.16)
Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 72 = 1.658 (Tabel Distribusi t)
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-1.658 1.658 3.184
Gambar 4.5 Uji t untuk variabel tenaga kerja
d) Kesimpulan : t hitung > t tabel atau 3.184 > 1.658
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0,05. Karena t hitung (3.184) lebih besar dari t tabel
(1.658), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya
variabel tenaga kerja mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap keuntungan yang diterima oleh pedagang.
5). Pengujian terhadap β5 (Variabel dummy produk yang dijual)
a) Hipotesis statistik
H0 : β4 = 0 (variabel produk yang dijual tidak signifikan
mempengaruhi besarnya keuntungan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Ha : β4 ≠ 0 (variabel produk yang dijual signifikan
mempengaruhi besarnya keuntungan)
b) Menentukan derajat signifikan α = 0,05
c) Perhitungan uji t
Nilai t hitung = -0,892 (Tabel 4.16)
Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 72 = 1.658 (Tabel Distribusi t)
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-1.658 -0,892 1.658
Gambar 4.5 Uji t untuk variabel produk yang dijual
d) Kesimpulan : t hitung < t tabel atau -0,892 < 1.658
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada
taraf signifikansi 0,05. Karena t hitung (-0.892) lebih kecil
dari t tabel (1.658), maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Kesimpulannya variabel produk yang dijual tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan yang diterima
oleh pedagang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
b. Uji F
Uji F atau analisis varian digunakan untuk menguji tingkat
signifikan hubungan antara variabel independen secara bersama –
sama atau serentak dengan variabel dependen.
Adapun langkah – langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
1). Hipotesis
H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5
(tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
modal, jam berdagang, pengalaman usaha, jumlah tenaga
kerja, dan produk yang dijual dengan besarnya keuntungan
usaha)
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5
(terdapat hubungan yang signifikan antara variable modal,
jam berdagang, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja, dan
produk yang dijual dengan besarnya keuntungan usaha)
2). Menentukan derajat signifikan dengan α = 0,05
3). Perhitungan uji F
Nilai F hitung = 18.730 (Tabel 4.16)
F tabel = F0,05 ; (72 – 6) ; (6 – 1) = 2.29 (Tabel Distribusi F)
Ho Ditolak Ho diterima
2,29 18.730
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gambar 4.6 Uji F
Jadi F hitung (23.285) lebih besar daripada F tabel (2,45), maka
H0 ditolak dan menerima Ha. Sehingga kesimpulannya semua
variabel independen secara bersama – sama signifikan pada
tingkat signifikan (α) 5%. Ini berarti faktor modal, jam berdagang,
pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja dan produk yang dijual.
secara bersama-sama berpengaruh terhadap keuntungan pedagang
di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan.
c. Koefisien Determinasi ( R2 )
R² merupakan koefisien determinasi yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar variasi variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variasi variabel independen.
Berdasarkan tabel 4.16, nilai R2 didapat 0,586 Ini berarti
sekitar 58,6% variasi variabel dapat dijelaskan dalam model dan
sisanya sekitar 41,4% dijelaskan oleh variabel diluar model.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat
korelasi atau hubungan antar variabel independen. Cara untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolineritas salah satunya dengan
metode Klein, yaitu dengan membandingkan R2 (koefisien
determinasi) regresi awal dengan r2 parsial (koefisien korelasi antar
variabel independen).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Dengan kriteria pengujian:
1). Jika nilai r2 > R2 maka ada masalah multikolinearitas
2). Jika nilai r2 < R2 maka tidak ada masalah multikolinearitas
Jika dalam model tersebut terdapat multikolinearitas maka
model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga
koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan tinggi.
Tabel 4.17 Uji Multikolinearitas
Model Nilai R2 Kesimpulan
R2x1 0,490 0,586 Bebas multikolinearitas
R2x2 0,096 0,586 Bebas multikolinearitas
R2x3 0,363 0,586 Bebas multikolinearitas
R2x4 0,167 0,586 Bebas multikolinearitas
R2Dm 0,481 0,586 Bebas multikolinearitas
Sumber: Print out komputer
Karena nilai R2x1, x2, x 3, x4, Dm lebih kecil dari R2 model pertama,
maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas dalam model
atau variabel independen tidak saling berkorelasi.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi jika muncul dalam fungsi regresi
yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga penaksir OLS
tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar (tetapi masih
tetap bias dan konsisten).
Salah satu cara untuk mendeteksi Heteroskedastisitas adalah
dengan uji white-heteroskedasticity yang diperoleh dalam program
Eviews.
Hasil uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tabel 4.18 Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 1.982441 Probability 0.050927 Obs*R-squared 17.65998 Probability 0.060977
Sumber: Print out computer
Kesimpulan:
X2 = (df = 10, α = 5%) = 18,307 > Obs*R2 berarti disimpulkan bahwa
tidak ada masalah heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-
Watson yang bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara
variable gangguan sehingga penaksir menjadi tidak efisien. Dari hasil
perhitungan olah data didapat nilai Durbin-Watson test sebesar 1,807
(tabel 4.18). Sedangkan nilai Durbin-Watson test pada α = 5% (N =
72, k = 5) diperoleh nilai = 1,49 dan nilai = 1,77
Auto ragu-ragu ragu-ragu auto
Korelasi tidak ada autokorelasi korelasi
Positif negatif
0 dl du dw 4 - du 4 - dl 4 1,49 1,77 1,87 2,23 2,51
Gambar 4.7 Uji Durbin-Watson
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Kesimpulan :
Nilai Durbin-Watson terletak pada kritik pengujian dl > Durbin-
Watson hitung du < dw < 4-du, 1,77 < 1,87 < 2.23, berarti tidak
terjadi autokorelasi.
3. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi
a. Pengaruh Modal Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar Setono
Pekalongan
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda model
linear diketahui t statistik dari variabel modal 2,983, berdasarkan
hasil uji t untuk taraf signifikansi 5% diketahui bahwa faktor modal
mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh
pedagang . Dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.005, hal tersebut
menunjukan bahwa peningkatan jumlah modal sebesar Rp 1.000.000
menyebabkan kenaikan keuntungan sebesar Rp 4.505,- dengan
asumsi variabel independen yang lain tetap. Hubungan antara
variabel modal dengan variabel keuntungan sesuai dengan hipotesis
yang diajukan, yaitu adanya pengaruh yang signifikan antara modal
dengan keuntungan pedagang di Pasar Setono Pekalongan. Karena
sebagian besar modal berasal dari modal sendiri diharapkan
pedagang menambah modal yang berasal dari sumber lain. Dalam
mengahadapi persaingan, pedagang diharapkan meningkatkan
promosi menjadi lebih intensif untuk menarik konsumen dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
meningkatan pendapatan, modal dan tentunya keuntungan dari hasil
penjualan barang yang ada di Pasar Batik Setono Pekalongan.
b. Pengaruh Jam Berdagang Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar
Setono Pekalongan
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t
statistik dari variabel jam berdagang -0,121 dengan taraf signifikan
5%, maka dapat diketahui bahwa faktor jam berdagang tidak
mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh
pedagang . Dengan nilai koefisien regresi sebesar -28487, artinya
jika jam berdagang bertambah 1 jam lamanya maka akan berakibat
pada keuntungan yang diperoleh mengalami penurunan sebesar
Rp 28.487,- dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. Karena
dengan penambahan jam berdagang tanpa diimbangi dengan
penjualan, hanya akan menambah biaya yang dikeluarkan seperti
biaya listrik, biaya makan. hal ini akan mengakibatkan
penurunannya menurun.
c. Pengaruh Pengalaman Usaha Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar
Setono Pekalongan
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t
statistik dari variabel pengalaman usaha 2,983 dengan taraf
signifikan 5%, maka dapat diketahui bahwa faktor pengalaman
usaha mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang
diperoleh pedagang . Dengan nilai koefisien regresi sebesar 88757,
artinya jika pengalaman usaha pedagang bertambah 1 tahun lamanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
maka akan berakibat pada keuntungan yang diperoleh mengalami
kenaikan Rp 88.757- dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pedagang dalam
meningkatkan penjualan dipengaruhi oleh pengalaman pedagang,
semakin tinggi pengalaman pedagang akan semakin mengetahui
tentang bisnisnya sehingga hal ini akan memudahkan bagi pedagang
untuk menjual produknya.
d. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Keuntungan Pedagang
Pasar Setono Pekalongan
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t
statistik dari variabel jumlah tenaga kerja 3.184, berdasarkan hasil
uji t untuk taraf signifikansi 5% diketahui bahwa faktor tenaga kerja
mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh
pedagang. Dengan nilai koefisien regresi sebesar 59682, semakin
banyak pedagang menggunakan faktor tenaga kerja, akan
mempengaruhi keuntungan pedagang. Hubungan antara variabel
tenaga kerja dengan variabel keuntungan sesuai dengan hipotesis
yang diajukan, yaitu adanya pengaruh yang signifikan antara tenaga
kerja dengan keuntungan pedagang. Sebagian pedagang Pasar
Setono Pekalongan, tenaga kerja yang digunakan adalah keluarga
pedagang dan pedagang sendiri.
e. Pengaruh Produk Yang Dijual Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar
Setono Pekalongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diketahui t
statistik dari variabel produk yang dijual -0,892 berdasarkan hasil uji
t untuk taraf tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa faktor produk
yang dijual tidak mempunyai pengaruh terhadap besrnya keuntungan
yang diperoleh pedagang. Dengan nilai koefisien regresi sebesar
-39560, hal ini berarti bahwa produk yang dijual tidak menjamin
berhasil tidaknya pedagang dalam menjalankan usahanya, termasuk
juga dalam memperoleh keuntungan yang meningkat atau dengan
kata lain tidak ada perbedaan keuntungan antara pedagang yang
bervariasi menjual barang dagangannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil analisis data yang diperoleh dari pedagang dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil regresi, analisis statistik dengan menggunakan uji
t, diketahui bahwa variabel modal yang dibutuhkan pedagang
mempunyai pengaruh yang signifikan/positif terhadap besarnya
keuntungan yang diperoleh pedagang Pasar Setono Pekalongan, jadi
hipotesis yang menyatakan bahwa modal yang dibutuhkan pedagang
terbukti mempunyai pengaruh terhadap keuntungan pedagang.
2. Berdasarkan hasil regresi, analisis statistik dengan menggunakan uji
t, diketahui bahwa variabel jam berdagang tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap besarnya keuntungan pedagang,
jadi hipotesis yang menyatakan bahwa pengalaman usaha yang
dibutuhkan pedagang mempunyai pengaruh terhadap keuntungan
ternyata tidak terbukti.
3. Berdasarkan hasil regresi, analisis statistik dengan menggunakan uji
t, diketahui bahwa variabel pengalaman usaha yang dibutuhkan
pedagang Pasar Setono Pekalongan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap besarnya keuntungan pedagang , jadi hipotesis
yang menyatakan bahwa pengalaman usaha yang dibutuhkan
pedagang terbukti mempunyai pengaruh positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
4. Berdasarkan hasil regresi, analisis statistik dengan menggunakan uji
t, diketahui bahwa variabel jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
pedagang Pasar Setono Pekalongan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap besarnya keuntungan pedagang, jadi hipotesis
yang menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
pedagang terbukti mempunyai pengaruh terhadap keuntungan
pedagang
5. Berdasarkan hasil regresi, analisis statistik dengan menggunakan uji
t, diketahui bahwa variabel dummy produk yang dijual tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap besarnya keuntungan
pedagang, jadi hipotesis yang menyatakan bahwa produk yang dijual
oleh pedagang mempunyai pengaruh terhadap keuntungan tidak
terbukti.
B. Saran-saran
1. Para pedagang di Pasar Setono Pekalongan hendaknya berusaha
untuk menambah modal guna memperlancar usaha . Jika mengambil
kredit dari perbankan mengalami kesulitan para pedagang dapat
mencoba memperoleh dana ke berbagai macam lembaga keuangan
yang lain seperti lembaga keuangan mikro, koperasi, pegadaian dan
sebagainya.
2. Dalam rangka meningkatkan keuntungan usaha, disarankan kepada
para pedagang untuk lebih meningkatkan keterampilan atau keahlian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
yaitu memiliki sifat kewirausahaan untuk menunjang keuntungan
usaha yang dijalankan.
3. Berdasarkan kuesioner yang berkaitan dengan harapan responden
terhadap masa depan usahanya, tersirat bahwa pemerintah Kota
Pekalongan kurang memperhatikan kelangsungan usaha tersebut.
Sehingga diharapkan pemerintah dapat lebih aktif memantau
perkembangan usaha . Misalkan pengadaan penyuluhan dan
pelatihan pada tingkat Kelurahan untuk pengembangan usaha,
pemberian modal melalui koperasi simpan pinjam yang ada di
Kelurahan dan sebagainya.
4. Paguyuban pedagang di Pasar Setono Pekalongan yang telah ada
hendaknya lebih diaktifkan lagi untuk mewadahi aspirasi para
pedagang. Dengan semakin aktifnya paguyuban, diharapkan terjalin
kekerabatan antar pedagang.