![Page 1: Analisis Ekologi Orang Utan_Kelompok 1_Praktikum1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/5571f45749795947648f5f81/html5/thumbnails/1.jpg)
Hari, Tanggal : Hari, 18 Mei 2010Dosen : 1. Insan Kurnia
2. Wulandari Dwi UtariAsisten : 1. Muthia Ramadhani
2. Harry PoernomoKelompok 1 (P1)
1. Andry Yusri S J3M1080462. Gilang Dwi Saputra J3M1080043. Maya Anggraeni K W J3M1080254. Miftah Fatmasari J3M108014
Jurnal Karya : M.Bismark
Estimasi Populasi Orang Utan dan Model Perlindungannya di Kompleks Hutan Muara Lesan Beran, Kalimantan Timur
Orang utan (Pongo pygmaeus) termasuk hewan mamalia yang omnivora
dan satwa langka yang dilindungi dengan penyebaran yang sangat terbatas di
Sumatera dan Kalimantan. Meskipun orangutan termasuk hewan omnivora,
sebagian besar dari mereka hanya memakan tumbuhan. Makanan orang utan
sebagian besar berupa buah-buahan. Makanannya antara lain adalah kulit
pohon, dedaunan, bunga, beberapa jenis serangga, dan sekitar banyak jenis
buah-buahan.
Orang utan biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya
dari dedaunan. Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari
hutan perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar,
rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan
pegunungan. Salah satu habitatnya adalah di kawasan Muara Lesan eks HPH
PT Alas Helau seluas 12.228 ha. Keberadaan orang utan pada kawasan ini
cukup mengkhawatirkan karena kawasan ini belum ditetapkan sebagai kawasan
konservasi bagi hewan tersebut. Pengelolaan yang baik diperlukan untuk
memperbaiki komponen lingkungan di dalamnya agar orang utan dapat hidup.
Maka dalam pengelolaannya diperlukan prinsip-prinsip ekologi. Prinsip - prinsip
ekologi tersebut adalah interpredency (keterkaitan), harmony (keseimbangan),
diversity (keragaman), utility (manfaat), sustainability (kelestarian).
TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
![Page 2: Analisis Ekologi Orang Utan_Kelompok 1_Praktikum1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/5571f45749795947648f5f81/html5/thumbnails/2.jpg)
1. Interdependency (keterkaitan)
Pada pengelolaan kawasan Muara Lesan untuk wilayah konservasi
orang utan memiliki keterkaitan antara komponen bitik dan abiotik di dalam
kawasan tersebut. Kawasan hutan yang terfragmentasi dan sebagian arealnya
terdiri dari lahan kritis serta bekas tebangan menyebabkan berkurangnya habitat
orang utan berkurang. Habitat yang berkurang ini menyebabkan orang utan
kesulitan mencari bahan makanan serta mengurangi pasokan air baik air tanah
ataupun air yang masuk kedalam DAS sungai Lesan. Padahal air merupakan
salah satu kebutuhan vital bagi orang utan dan organisme di dalamnya. Tanpa
air yang cukup, pohon-pohon akan mengalami kekeringan atau tidak berbuah
sepanjang tahun, sehingga pasokan makanan akan berkurang. Lahan yang kritis
juga menyebabkan areal tanah menjadi rusak karena kekurangan unsur hara,
padahal unsur hara dalam tanah berguna bagi tumbuhnya pepohonan dimana
pepohonan tersebut digunakan sebagai sarang orang utan atau sebagai sumber
makanannya.
Tegakan pohon yang jarang di kawasan ini dapat menyebabkan
kebakaran hutan sehingga membunuh organisme di dalamnya termasuk orang
utan. Pada saat ini terjadinya isu global warming dimana perubahan iklim yang
tidak menentu dapat mempengaruhi populasi orang utan. Perubahan iklim dapat
menyebabkan perubahan masa berbuah bagi spesies pohon tertentu yang
akibatnya dapat mengganggu kehidupan orangutan. Selain itu, perubahan iklim
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan habitat orangutan seperti kebakaran
hutan dan banjir. Oleh karena itu, perubahan iklim memegang peranan penting
dalam menentukan kelangsungan hidup orangutan. Perubahan iklim akan
menyebabkan berubahnya distribusi temperatur dan curah hujan. Perubahan ini
mempengaruhi perubahan masa buah , sehingga masa berbuah akan semakin
terbatas. Kondisi ini akan menyebabkan berkurangnya populasi orangutan.
Orangutan mempunyai kebiasaan hidup untuk menjelajah dan juga tergantung
dengan ketersediaan pakan (terutama buah-buahan)
1. Harmony (keseimbangan)
Rantai makanan mempengaruhi keseimbangan ekosistem di kawasan
Muara Lesan. Rantai makanan merupakan peristiwa makan dan dimakan.
Peristiwa rantai makanan yang terdapat pada ekosistem dikawasan ini sangat
kompleks karena pada kawasan ini terdiri dari berbagai organisme. Orang utan
yang merupakan hewan omnivore tetapi sebagian besar makannya adalah
![Page 3: Analisis Ekologi Orang Utan_Kelompok 1_Praktikum1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/5571f45749795947648f5f81/html5/thumbnails/3.jpg)
tumbuh-tumbuhan. Predator orang utan yang paling membahayakan adalah
manusia karena manusia memburu hewan ini untuk berbagai kepentingan seperti
untuk dikonsumsi, dijual dan lain-lain. Orang utan mempunyai predator alami di
habitatnya seperti macan tutul, babi, buaya, ular phyton, dan elang hitam. Hutan
yang terfragmentasi menyebabkan orang utan mudah terlihat oleh predatornya
sehingga mudah untuk diburu.
2. Diversity (keragaman)
Indonesia mempunyai dua jenis orang utan, yaitu orangutan
Kalimantan/Borneo (Pongo pygmaeus) dan Orangutan Sumatra (Pongo abelii).
Keturunan Orangutan Sumatra dan Kalimantan berbeda sejak 1.1 sampai 2.3
juta tahun yang lalu. Pembelajaran genetik telah mengidentifikasi tiga subspecies
orang utan Kalimantan yaitu P.p.pygmaeus, P.p.wurmbii, P.p.morio . Masing-
masing subspesies berdiferensiasi sesuai dengan daerah sebaran geografisnya
dan meliputi ukuran tubuh. Orangutan Kalimantan Tengah (P.p.wurmbii)
mendiami daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Mereka merupakan
subspesies Borneo yang terbesar. Orangutan Kalimantan daerah Timur Laut
(P.p.morio) mendiami daerah Sabah dan daerah Kalimantan Timur. Mereka
merupakan subspesies yang terkecil. Pada kawasan Muara Lesan di Kalimantan
timur, orang utan yang berada didaerah tersebut tergolong subspesies P.p.morio.
2. Utility (manfaat)
Orang utan mempunyai berbagai nilai yang bermanfaat bagi manusia
ataupun lingkungannya. Orang utan mendukung kesejahteraan manusia,
termasuk jaminan tersedianya jasa lingkungan antara lain ketersediaan sumber
daya air, sumber daya hutan, udara bersih, terjaganya iklim mikro dan
sebagainya. Habitat orang utan yang salah satunya adalah hutan tropis sangat
penting karena biasanya pada hutan tropis keanekaragaman organismenya
tinggi. Keberadaan orang utan yang masih ada merupakan Keberagaman
genetik dan keberagaman biologis dengan berbagai spesies yang masih ada.
Orang utan merupakan salah satu pelaku dalam rantai makanan di habitatnya,
keberadaanya akan tetap menjaga keseimbangan ekosistem di kawasan
habitatnya.
Orangutan dianggap sebagai penyebar benih bagi beberapa spesies
tanaman Hal ini dikarenakan Orangutan memegang peranan penting bagi
regenerasi hutan melalui buah-buahan dan biji-bijian yang mereka makan.
Hilangnya orangutan mencerminkan hilangnya ratusan spesies tanaman dan
![Page 4: Analisis Ekologi Orang Utan_Kelompok 1_Praktikum1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/5571f45749795947648f5f81/html5/thumbnails/4.jpg)
hewan pada ekosistem hutan hujan.Orangutan mematahkan cabang-cabang
pohon ketika bermain dan membuat sarang. Perilaku ini dapat membuat cahaya
masuk ke bagian tanah dari hutan tropis, dan membuat tanaman bertumbuh.
Orang utan di Kalimantan memiliki nilai symbolic yang mencerminkan
bahwa Kalimantan merupakan habitat alami dari hewan endemic orang utan
selain di Sumatera. Orang utan juga memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi
sehingga banyak pemburu mencarinya untuk diperjual belikan secara illegal.
Sementara itu kawasan Muara Lesan memiliki fungsi sebagai
berikut:
Sebagai daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan
(feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai
jenis organismenya.
Sebagai habitat bagi beberapa satwa liar, terutama orang utan
Kalimantan.
Sebagai penghasil kayu konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan
bahan baku kertas.
1. Sustainability (Kelestarian)
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kawasan Muara Lesan,
maka beberapa alternatif rehabilitasi kawasan ini untuk menjaga keberadaan
populasi orang utan antara lain adalah:
Penetapan kawasan Muara Lesan berstatus Taman Hutan Raya perlu
dipertimbangkan.Hal ini dikarenakan wilayah tersebut dijadikan wilayah
konservasi orang utan Kalimantan.
pembersihan sampah di lantai hutan dan pengendalian pencemaran
sampah, penanaman kawasan hutan kembali,
pemeliharaan tegakan yang sudah ada.
Penggunaan sungai secara bijaksana dapat membantu pengendalian tata
air yang berguna bagi kawasan hutan, orang utan serta organisme
lainnya.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ”nest decay rate”
(laju peluruhan sarang), tumbuhan pakan orangutan dan bio-ekologi
keanekaragaman hayati di kawasan
Perlu dikembangkan program adaptasi dan mitigasi masyarakat,
lanjutnya, Orangutan untuk menghadapi dampak yang ditimbulkan oleh
![Page 5: Analisis Ekologi Orang Utan_Kelompok 1_Praktikum1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/5571f45749795947648f5f81/html5/thumbnails/5.jpg)
perubahan iklim, yaitu adanya musim hujan yang lebih panjang dan
musim kering yang lebih pendek yang diprediksi akan berdampak
terhadap sumber daya perikanan dan sumber pakan orangutan.
Dan terakhir, perlu ada evaluasi tindak lanjut rumusan workshop melalui
pertemuan berkala dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
(Instansi pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat).
Dengan berbagai upaya tersebut, diharapkan mampu memperbaiki dan
mengatasi berbagai permasalahan yang saat ini terjadi di dalam kawasan, dan
dapat bermanfaat jangka panjang dan berkelanjutan untuk menunjang
pengelolaan kawasan dan orang utan sehingga keberlangsungan hidup orang
utan dapat terjaga untuk masa kini dan masa depan