perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS AUDIT EXPECTATION GAP PADA PEMERINTAH DAERAH (STUDI EMPIRIS DI KABUPATEN SRAGEN)
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh: DIAH ANANTA SETYORINI
NIM: S4307058
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALISIS AUDIT EXPECTATION GAP PADA PEMERINTAH DAERAH (STUDI EMPIRIS DI KABUPATEN SRAGEN)
Disusun Oleh :
DIAH ANANTA SETYORINI NIM: S 4307058
Telah disetujui Pembimbing Pada tanggal, 2010
Pembimbing I
Prof. Dr. Rachmawati, M.Si., Ak.
NIP. 19680401 199303 2 001
Pembimbing II
Agus Widodo, S.E., M.Si., Ak. NIP. 19730825 200012 1 001
Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Dr. Bandi, M.Si., Ak NIP. 19641120 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ANALISIS AUDIT EXPECTATION GAP PADA PEMERINTAH DAERAH (STUDI EMPIRIS DI KABUPATEN SRAGEN)
Disusun Oleh :
DIAH ANANTA SETYORINI NIM: S 4307058
Telah disetujui Tim Penguji Pada tanggal, 2010
Ketua : Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. ( )
Sekretaris : Drs. Djoko Suhardjanto,
M.Com (Hons)., Ph.D., Ak. ( )
Anggota : Prof. Dr. Rachmawati, M.Si., Ak. ( )
Anggota : Agus Widodo, S.E., M.Si., Ak. ( )
Mengetahui,
Direktur PPs UNS Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D.
NIP. 19570820 198503 1 004
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Dr. Bandi, M.Si., Ak NIP. 19641120 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Diah Ananta Setyorini
NIM : S 4307058
Program Studi : Magister Akuntansi
Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Analisis Audit
Expectation Gap Pada Pemerintah Daerah (Studi Empiris Di Kabupaten Sragen)”
adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis
ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar saya
atas tesis tersebut.
Surakarta, 2010
Yang Menyatakan,
Diah Ananta Setyorini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
“Dan, cukuplah Rabb-mu
menjadi Pemberi Petunjuk dan
Penolong” (QS. Al-Furqan: 31)
“Dan, Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui...Dan adalah karunia Allah itu sangat besar” (QS. An-Nisa': 113)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Karya ilmiah ini ku dedikasikan untuk Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Kedua Orang tuaku, Suamiku & Airaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
tercinta, keluargaku, dan teman-temanku yang selalu membantuku di saat aku membutuhkan........
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Analisis Audit
Expectation Gap pada Pemerintah Daerah (Studi Empiris di Kabupaten Sragen)”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas Magister pada program
Magister Akuntansi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tanpa mengurangi rasa hormat, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah berkenan
memberikan bantuan kepada peneliti berupa Beasiswa Unggulan Diknas
dalam menyelesaikan studi di Program Studi Magister Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2. Bapak Dr. Bandi, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Magiter Akuntansi
Universitas Sebelas Maret Surakarta,
3. Ibu Prof. Dr. Rachmawati, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing I dan
Bapak Agus Widodo, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing II, atas
segala informasi, arahan dan bimbingan dalam penyusunan Tesis ini,
4. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. dan Bapak Drs. Djoko
Suhardjanto, M.Com (Hons)., Ph. D., Ak. selaku dosen penguji,
5. Kepala Sekretariat Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Provinsi
Jawa Tengah serta seluruh pegawainya yang telah bersedia memberikan
fasilitas dalam menyebarkan kuesioner penelitian ini dan auditor BPK atas
kesediaannya memberikan waktu luang sebagai responden dalam Tesis ini,
6. Sekretaris DPRD Kabupaten Sragen serta seluruh pegawainya yang telah
bersedia memberikan fasilitas dalam menyebarkan kuesioner penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
dan anggota DPRD Kabupaten Sragen atas kesediaannya memberikan
waktu luang sebagai responden dalam Tesis ini,
7. Kepala DPPKAD Kabupaten Sragen serta seluruh pegawainya yang telah
bersedia memberikan fasilitas serta atas kesediaannya memberikan waktu
luang sebagai responden dalam Tesis ini,
8. Kepala DP2D Kabupaten Sragen serta seluruh pegawainya yang telah
bersedia memberikan fasilitas/data dan masyarakat pembayar pajak daerah
Kabupaten Sragen atas kesediaannya memberikan waktu luang sebagai
responden dalam Tesis ini,
9. Pimpinan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sragen dan Sekretariat
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sragen yang telah mengijinkan
penulis untuk melanjutkan studi,
10. Orang tuaku, suamiku, Aira anakku dan seluruh keluarga atas bantuan
do’a dan pengertiannya,
11. Bapak Cuk Sugiyarso dan Mbak Rusliyawati yang telah mengijinkan
penulis dalam menggunakan kuesioner penelitiannya,
12. Seluruh teman-teman MAKSI angkatan IV dan admisi atas kebersamaan
yang terjalin selama ini, serta semua pihak yang membantu atas
terselesaikannya Tesis ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat di dalam Tesis ini yang
memerlukan saran dan kritik sebagai masukan bagi perbaikan penelitian di masa
yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga Tesis ini dapat
memberikan manfaat bagi Auditor BPK dan pengguna laporan keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Terima kasih.
Surakarta, 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................iv
PRAKATA..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiii
ABSTRAKSI ......................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................1 B. Perumusan Masalah ........................................................................6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................7 D. Manfaat Penelitian ..........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka.............................................................................9
1. Audit Sektor Publik...................................................................9 2. Auditor Pemerintah...................................................................11 3. Audit Expectation Gap ..............................................................13 4. Peran Auditor ............................................................................21 5. Independensi Auditor................................................................25 6. Pengetahuan Audit ....................................................................29
B. Kerangka Pemikiran........................................................................32 C. Pengembangan Hipotesis ................................................................32
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel .........................................35 B. Teknik Pengumpulan Data..............................................................37 C. Variabel Penelitian..........................................................................38 D. Analisis Data...................................................................................41
1. Uji Validitas ..............................................................................41 2. Uji Reliabilitas ..........................................................................41 3. Uji Asumsi ................................................................................42 4. Uji Hipotesis .............................................................................43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data.................................................................................45
1. Deskripsi Responden ................................................................45 2. Distribusi Tanggapan Responden .............................................54
B. Analisis Data...................................................................................55 1. Pengujian Instrumen .................................................................55
a. Uji Validitas ........................................................................55 b. Uji Reliabilitas ....................................................................57 c. Uji Asumsi ..........................................................................58
2. Pengujian Hipotesis ..................................................................61 a. Pengujian Hipotesis 1 .........................................................61 b. Pengujian Hipotesis 2 .........................................................65 c. Pengujian Hipotesis 3 .........................................................68
C. Pembahasan.....................................................................................74
BAB V PENUTUP A. Simpulan .........................................................................................88 B. Keterbatasan....................................................................................89 C. Saran ...............................................................................................89 D. Implikasi...........................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................91
LAMPIRAN........................................................................................................94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Definisi Independensi Auditor...........................................................28
Tabel 2. Tingkat Pengembalian Kuesioner ......................................................45
Tabel 3. Deskripsi Masa Kerja Responden......................................................46
Tabel 4. Deskripsi Tingkat Pendidikan Responden .........................................47
Tabel 5. Deskripsi Latar Belakang Pendidikan Responden.............................48
Tabel 6. Deskripsi Pengalaman Kerja di Bidang Akuntansi............................49
Tabel 7. Deskripsi Pengalaman Kerja di Bidang Auditing..............................50
Tabel 8. Deskripsi Frekuensi Menggunakan/Membaca Laporan Hasil Audit.51
Tabel 9. Deskripsi Terminologi Salah Saji Material........................................52
Tabel 10. Deskripsi Terminologi Wajar Tanpa Pengecualian ...........................52
Tabel 11. Deskripsi Terminologi Menyajikan Secara Wajar Dalam Semua Hal Yang Material..............................................................................53
Tabel 12. Statistik Deskriptif .............................................................................54
Tabel 13. Hasil Uji Validitas..............................................................................56
Tabel 14. Hasil Uji Reliabilitas..........................................................................58
Tabel 15. Hasil Uji Normalitas ..........................................................................59
Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas.......................................................................60
Tabel 17. Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk Variabel Peran Auditor ............................................................61
Tabel 18. Hasil Kruskal-Wallis Test (Asymptotic Significance) untuk Variabel Peran Auditor ............................................................63
Tabel 19. Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk Variabel Independensi Auditor................................................66
Tabel 20. Hasil Kruskal-Wallis Test (Asymptotic Significance) untuk Variabel Independensi Auditor................................................67
Tabel 21. Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk Variabel Pengetahuan Audit ....................................................69
Tabel 22. Hasil Kruskal-Wallis Test (Asymptotic Significance) untuk Variabel Pengetahuan Audit ....................................................56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian.........................................................32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pengantar Kuesioner ....................................................................95
Lampiran 2. Kuisioner......................................................................................99
Lampiran 3. Tabulasi Data Penelitian (Responden Auditor BPK)...................104
Lampiran 4. Tabulasi Data Penelitian (Responden Anggota DPRD) ..............105
Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian (Responden Pegawai DPPKAD) .........106
Lampiran 6. Tabulasi Data Penelitian (Responden Masyarakat Pembayar Pajak Daerah)...............................................................................107
Lampiran 7. Statistik Deskriptif .......................................................................108
Lampiran 8. Validitas Peran Auditor................................................................109
Lampiran 9. Validitas Independensi Auditor ...................................................110
Lampiran 10. Validitas Pengetahuan Audit........................................................111
Lampiran 11. Reliabilitas Peran Auditor............................................................112
Lampiran 12. Reliabilitas Independensi Auditor................................................114
Lampiran 13. Reliabilitas Pengetahuan Audit....................................................116
Lampiran 14. Normalitas Peran Auditor, Independensi Auditor, dan Pengetahuan Audit .......................................................................118
Lampiran 15. Homogenitas Peran Auditor.........................................................119
Lampiran 16. Homogenitas Independensi Auditor ............................................120
Lampiran 17. Homogenitas Pengetahuan Audit.................................................121
Lampiran 18 Kruskal-Wallis Test (Peran Auditor) ...........................................122
Lampiran 19 Kruskal-Wallis Test (Independensi Auditor) ...............................125
Lampiran 20 Kruskal-Wallis Test (Pengetahuan Audit) ...................................127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAKSI
ANALISIS AUDIT EXPECTATION GAP PADA PEMERINTAH DAERAH
(STUDI EMPIRIS DI KABUPATEN SRAGEN)
DIAH ANANTA SETYORINI NIM. S.4307058
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai audit expectation gap di antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah mengenai peran auditor, independensi auditor, dan pengetahuan audit. Hipotesis penelitian adalah (1) terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi peran auditor, (2) terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi independensi auditor, dan (3) terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi pengetahuan audit.
Penelitian ini menggunakan sampel dari 120 responden yang terdiri atas 30 auditor pemerintah (BPK), 30 anggota DPRD, 30 pegawai Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sragen, dan 30 masyarakat pembayar pajak daerah. Pengumpulan data menggunakan purposive sampling. Data penelitian secara statistik dianalisa dengan menggunakan SPPS versi 12.00. Analisis data dilakukan untuk validitas data, reabilitas data, normalitas data, homogenitas data, dan hipotesis. Hasil pengujian normalitas data mengindikasikan bahwa data tidak terdistribusi secara normal sehingga pengujian hipotesis dengan Kruskal-Wallis Test dapat dilakukan.
Hasil Penelitian adalah: (1) terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi peran auditor, (2) terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi independensi auditor, dan (3) terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi pengetahuan audit. Penelitian ini memperlihatkan eksistensi audit expectation gap pada sektor publik.
Kata kunci : audit expectation gap, peran auditor, independensi auditor,
pengetahuan audit, auditor pemerintah (BPK), pengguna laporan keuangan pemerintah daerah, Kabupaten Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
ABSTRACT
ANALYSIS AUDIT EXPECTATION GAP ON LOCAL GOVERNMENT
(EMPIRICAL STUDY IN SRAGEN REGENCY)
DIAH ANANTA SETYORINI NIM. S.4307058
The objectives of this research are to find out the empirical evidences related to audit expectation gap between governmental auditor (BPK) and the user of local government financial statement about the role of auditor, independence of auditor, and knowledge of audit. Hypothesiss of the research are (1) there is audit expectation gap between governmental auditor (BPK) and the user of local government financial statement from side of the role of auditor; (2) there is audit expectation gap between governmental auditor (BPK) and the user of local government financial statement from side of independence of auditor; and (3) there is audit expectation gap between governmentalal auditor (BPK) and the user of local government financial statement from side of knowledge of audit. This research uses samples from 120 respondents that consist of 30 governmental auditors (BPK), 30 parliament members, 30 staffs of Resource Agency, Financial Managing, and Region Assets of Sragen Regency and 30 society payers of region lease. The data collection utilizes purposive sampling. The statistical research data are analyzed with SPPS 12.00. The analysis of the data is conducted for the validity of data, realibility of data, normality of data, homogeneity of data, and hypothesis. From the assessment of the normality of the data indicate that the data are not normally distributed so the hypothesis assessment by applying Kruskal-Wallis Test can be conducted. The research results are: that (1) there is audit expectation gap between governmental auditor (BPK) and the user of local government financial statement from side of the role of auditor; (2) there is audit expectation gap between governmental auditor (BPK) and the user of local government financial statement from side of independence of auditor; and (3) there is audit expectation gap between governmental auditor (BPK) and the user of local government financial statement from side of knowledge of audit. This research shows the existence of audit expectation gap in public sector. Keywords : audit expectation gap, the role of auditor, independence of auditor,
knowledge of audit, governmental auditor (BPK), the user of local government financial statement, Sragen Regency
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan mengharuskan Pemerintah Daerah untuk
menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang
terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh
suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan
informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja
keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam
membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya
(SAP, 2005).
Laporan keuangan mempunyai peranan prediktif dan prospektif, menyediakan
informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang
dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari
operasi yang berkelanjutan, serta resiko dan ketidakpastian yang terkait.
Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai indikasi
apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran dan
indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan,
termasuk batasan yang ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (SAP, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Laporan keuangan merupakan perwujudan dari pelaksanaan akuntabilitas
publik. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan asersi atau pernyataan dari
pihak manajemen pemerintah daerah yang menginformasikan kepada pihak lain,
yaitu para pemangku kepentingan yang ada tentang kondisi keuangan pemerintah
daerah. Pemerintah daerah berkewajiban mempertanggungjawabkan laporan
keuangan pemerintah daerah kepada pemangku kepentingannya. Pemangku
kepentingan yang utama adalah masyarakat dan dewan legislatif daerah (DPRD).
Permasalahan akuntabilitas publik bisa muncul apabila pemerintah daerah tidak
mampu menyajikan informasi mengenai laporan keuangan secara relevan, handal,
sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat sebagai konstituennya
(Mahmudi, 2007).
Laporan keuangan yang dipublikasikan oleh pemerintah daerah diandalkan
oleh banyak pihak sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Laporan
keuangan publikasian tersebut harus disajikan secara wajar terbebas dari salah saji
yang material sehingga tidak menyesatkan pembaca dan pengguna laporan
keuangan. Jika laporan keuangan yang dipublikasikan buruk, artinya laporan
tersebut dihasilkan dari sistem akuntansi yang buruk sehingga di dalamnya
mengandung kesalahan yang material dalam penyajian angka, tidak disusun sesuai
dengan standar pelaporan, dan tidak tepat waktu dalam penyampaiannya.
Laporan keuangan yang buruk menyebabkan pengguna laporan keuangan
memperoleh informasi yang salah dan menyesatkan (Mahmudi, 2007).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
berkewajiban melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah
daerah. Mahmudi (2007) menambahkan dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan
keuangan ini, BPK sebagai auditor yang independen akan melaksanakan audit
sesuai dengan standar audit yang berlaku dan akan memberikan pendapat (opini)
atas kewajaran laporan keuangan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan memuat tentang laporan audit yang dihasilkan BPK.
Berdasarkan Undang-undang tersebut BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara kepada DPR, DPD, dan DPRD
sesuai dengan kewenangannya. BPK juga menyerahkan hasil pemeriksaan secara
tertulis kepada Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Hasil
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang telah
diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD dinyatakan terbuka untuk umum.
Mahmudi (2007) menegaskan bahwa auditor yang melakukan auditing sektor
publik harus memiliki kompetensi, profesionalisme, dan independensi agar audit
yang dihasilkan handal dan dapat dipercaya. Salehi (2009) menyatakan bahwa
independensi merupakan inti dari sistem audit. Wibowo (2009) menambahkan
bahwa independensi auditor merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat
pada profesi auditor dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
menilai mutu jasa audit. Tanpa adanya independensi auditor tidak berarti apa-apa.
Masyarakat tidak akan mempercayai hasil auditan auditor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Harapan para pemakai laporan keuangan terhadap laporan keuangan auditan
terkadang melebihi apa yang menjadi peran dan tanggung jawab auditor.
Marianne (2006) menyatakan bahwa kemungkinan kurangnya kejelasan antara
pengguna laporan keuangan, masyarakat umum dan auditor sebagai pihak yang
berkaitan dengan definisi yang tepat tentang peran dan definisi audit berkontribusi
terhadap expectation gap. Semakin banyaknya tuntutan masyarakat mengenai
profesionalisme auditor menunjukkan besarnya expectation gap. Han (2002)
menambahkan bahwa expectation gap terjadi ketika ada perbedaan antara apa
yang masyarakat atau pemakai laporan keuangan harapkan dari auditor dan apa
yang sebenarnya dilakukan oleh auditor.
Penelitian mengenai expectation gap telah banyak dilakukan di sektor privat,
sedangkan di sektor publik masih sangat kurang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Yuliati et al. (2007) yang menyatakan bahwa penelitian mengenai keberadaan
expectation gap di sektor swasta telah banyak dilakukan, namun penelitian
mengenai keberadaan expectation gap di sektor publik khususnya di Indonesia
masih jarang dilakukan. Penelitian tentang audit expectation gap telah dilakukan
sebelumnya oleh Rusliyawati dan Halim (2008) dan Sugiyarso (2009).
Hasil penelitian Rusliyawati dan Halim (2008) dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna laporan
keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dari
sisi pelaporan, akuntabilitas, independensi auditor, kompetensi auditor, pendapat
wajar dan audit kinerja. Perbedaan persepsi tersebut menimbulkan expectation
gap antara auditor dan pengguna laporan keuangan daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Penelitian Sugiyarso (2009) menemukan bahwa terdapat audit expectation gap
antara auditor BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah (anggota DPRD,
pemeriksa Bawasda/Inspektorat, anggota Lembaga Swadaya Masyarakat),
terdapat audit expectation gap antar pengguna laporan keuangan pemerintah dan
tidak terdapat audit expectation gap antar pengguna laporan keuangan pemerintah
daerah satu dengan lainnya. Penelitian Sugiyarso (2009) menggunakan sampel
dari populasi penelitian di Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Kabupaten
Temanggung dan Kabupaten Wonosobo yang dikelompokkan sebagai berikut:
1. auditor BPK pada Perwakilan BPK-RI di Yogyakarta;
2. kelompok pengguna laporan keuangan sektor publik (anggota DPRD,
pemeriksa Bawasda/Inspektorat, anggota Lembaga Swadaya Masyarakat).
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini
berbeda dengan penelitian Rusliyawati dan Halim (2008). Penelitian ini mencari
bukti empiris mengenai audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK)
dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi peran auditor,
independensi auditor dan pengetahuan audit, sedangkan penelitian Rusliyawati
dan Halim (2008) mencari bukti empiris mengenai audit expectation gap antara
auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari
sisi pelaporan, akuntabilitas, independensi auditor, kompetensi auditor,
materialitas, bukti audit, pendapat wajar dan audit kinerja.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian Sugiyarso (2009). Penelitian ini
mencari bukti empiris mengenai audit expectation gap antara auditor pemerintah
(BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi peran auditor,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
independensi auditor dan pengetahuan audit, sementara penelitian
Sugiyarso (2009) mencari bukti empiris mengenai audit expectation gap antara
auditor dan pengguna laporan keuangan dilihat dari sisi peran auditor dan
pengetahuan audit. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sragen dan
menggunakan sampel dari populasi penelitian yang dikelompokkan sebagai
berikut:
1. auditor pemerintah (BPK) pada Perwakilan BPK-RI di Provinsi Jawa Tengah;
2. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu anggota DPRD;
3. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu pemerintah daerah yang
diwakili pegawai di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset
Daerah (DPPKAD);
4. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu masyarakat pembayar pajak
daerah.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini mencoba mencari
bukti secara empiris mengenai audit expectation gap antara auditor pemerintah
(BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan
pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi peran auditor?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Apakah terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan
pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi independensi auditor?
3. Apakah terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan
pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi pengetahuan audit?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai persepsi auditor
pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah
mengenai peran auditor.
2. Untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai persepsi auditor
pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah
mengenai independensi auditor.
3. Untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai persepsi auditor
pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah
mengenai pengetahuan audit.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat, sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Memberikan gambaran kepada auditor pemerintah (BPK) sehingga dapat
mengembangkan usaha-usaha untuk mengeliminasi adanya audit expectation
gap dan meningkatkan fungsi pengauditan pada pemerintah daerah.
2. Memberikan gambaran kepada anggota DPRD sehingga dapat
mengembangkan pemahamannya mengenai peran auditor, independensi
auditor dan pengetahuan audit serta meningkatkan fungsi pengawasan.
3. Memberikan gambaran kepada masyarakat pembayar pajak daerah sehingga
dapat mengembangkan pemahamannya mengenai peran auditor, independensi
auditor dan pengetahuan audit serta meningkatkan fungsi pengawasan.
4. Diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya serta bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Audit Sektor Publik
Mulyadi dan Puradireja (1998) menyatakan bahwa auditing adalah suatu
proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan. Auditing merupakan suatu proses
sistematik, yang berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis,
bererangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah
yang direncanakan, terorganisasi, dan bertujuan. Proses sistematik ditujukan
untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu
atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka
terhadap bukti-bukti tersebut. Bastian (2007) menambahkan bahwa secara umum
pemeriksaan atau auditing merupakan proses investigasi independen terhadap
beberapa aktivitas khusus.
Auditing merupakan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi.
Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses
akuntansi. Proses akuntansi menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
laporan keuangan. Proses pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi
terhadap hasil pengumpulan bukti dalam proses auditing dimaksudkan untuk
menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan
(Mulyadi dan Puradireja, 1998).
Mulyadi dan Puradireja (1998) menyatakan bahwa kriteria atau standar yang
dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan dapat berupa:
a. peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif;
b. anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen;
c. prinsip akuntansi berterima umum (generally accepted accounting principles).
Umumnya, auditor yang bekerja di instansi pajak, di Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
menggunakan kriteria undang-undang (merupakan produk badan legislatif
negara), prinsip akuntansi berterima umum, atau peraturan-peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah dalam melaksanakan audit atas laporan
pertanggungjawaban keuangan instansi pemerintah.
Mulyadi dan Puradireja (1998) menyatakan bahwa penyampaian hasil auditing
sering disebut dengan atestasi. Penyampaian hasil auditing dilakukan secara
tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report). Atestasi dalam bentuk laporan
tertulis ini dapat menaikkan atau menurunkan tingkat kepercayaan pemakai
informasi keuangan atas asersi yang dibuat oleh pihak yang diaudit. Pemakai
informasi keuangan di sektor publik menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan adalah
masyarakat, para wakil rakyat, lembaga pengawas, lembaga pemeriksa, pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman,
pemerintah.
Mahmudi (2007) menambahkan bahwa pemakai informasi keuangan di sektor
publik adalah masyarakat pembayar pajak daerah, pemberi dana bantuan (donor),
investor, masyarakat pengguna jasa pelayanan publik yang disediakan pemerintah
daerah, karyawan/pegawai pemerintah daerah, penyedia barang dan jasa (pelaku
bisnis di daerah), DPRD, masyarakat pemilih, badan pengawas dan advokasi,
lembaga perating (rating agencies), analis ekonomi dan keuangan, pemerintah
pusat, pemerintah daerah lain, lembaga-lembaga internasional, dan manajemen.
Bastian (2007) menyatakan bahwa audit sektor publik berbeda dengan audit
pada sektor bisnis atau swasta. Audit sektor publik dilakukan pada organisasi
pemerintahan yang bersifat nirlaba, seperti sektor pemerintahan daerah, BUMN,
BUMD dan instansi lain yang berkaitan dengan pengelolaan aktiva/kekayaan
negara. Audit sektor publik dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu Audit Keuangan
(Financial), Audit Kinerja (Audit Performance) dan Audit Investigasi (Special
Audit).
2. Auditor Pemerintah
Yuliati et al. (2007) menyatakan bahwa auditor adalah orang atau lembaga
yang melakukan audit. Auditor sektor publik, selanjutnya dibatasi auditor
pemerintah, adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan negara
pada instansi-instansi pemerintah. Messier et al. (2005) menambahkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
auditor pemerintah dipekerjakan oleh negara dan secara umum dapat dianggap
sebagai bagian dari kategori yang lebih luas dari auditor internal.
Mahmudi (2007) menyatakan bahwa auditor memiliki dua fungsi utama, yaitu
fungsi audit (pemeriksaan) dan fungsi atestasi (pemberian pendapat/opini).
Fungsi audit bisa dilakukan oleh auditor internal maupun eksternal, tetapi fungsi
atestasi hanya dapat dilakukan oleh auditor eksternal yang independen.
Rondo (2006) menambahkan bahwa auditor eksternal/auditor independen adalah:
a. auditor yang secara struktural tidak berada di bawah dan tidak bertanggung
jawab langsung kepada manajemen,
b. pihak luar yang berfungsi menilai kinerja manajemen,
c. dalam bidang pemerintahan, auditor eksternal memberikan penilaian atas
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan pemerintah.
Hasil pemeriksaan auditor eksternal disertai opini untuk meningkatkan
akuntabilitas keuangan pemerintah daerah dan dinyatakan terbuka untuk umum
dimana hasil pemeriksaan dipertanggungjawabkan kepada DPR, DPD, DPRD dan
masyarakat.
Rondo (2006) menyatakan bahwa Undang-undang Dasar 1945 Pasal 23 E, G
memberikan kewenangan kepada eksternal auditor seperti Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) sebagai satu-satunya lembaga yang melakukan pemeriksaan
terhadap pengelolaan keuangan negara/daerah. BPK adalah badan pemeriksa
eksternal pemerintah yang mempunyai fungsi utama memeriksa pengelolaan dan
pertanggung-jawaban keuangan negara apakah telah sesuai dengan ketentuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
perundang-undangan yang mengatur bagaimana pemerintah harus mengelola dan
mempertanggungjawabkan keuangan negara.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan menjelaskan bahwa BPK merupakan lembaga negara yang
bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. BPK merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
3. Audit Expectation Gap
Salehi et al. (2009) menyatakan bahwa audit pada dasarnya mempercayai tugas
pelaporan yang sebenarnya dalam laporan keuangan dan kebenarannya adalah
harapan pengguna informasi akuntansi. Bagaimanapun, auditor tidak mungkin
membuktikan kebenaran dan kebenaran ini mungkin menyentuh sedikit dari
harapan pengguna. Defisit dalam efektivitas audit ini secara luas disebut sebagai
audit expectation gap. Sebagian besar pengguna laporan keuangan
mempertimbangkan laporan auditor menjadi bukti yang sempurna. Maka harapan
dari pengguna laporan keuangan terhadap auditor melebihi dari apa yang
seharusnya mereka lakukan. Expectation gap terjadi ketika ada perbedaan di
antara apa yang diharapkan publik dari auditor dan apa auditor mampu
memberikannya.
Salehi dan Rostami (2009) menambahkan bahwa banyak pemakai laporan
keuangan yang kurang memahami sifat dasar dari fungsi atestasi, terutama dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
konteks opini tidak memenuhi syarat. Beberapa pemakai laporan keuangan
percaya bahwa opini tidak memenuhi syarat berarti bahwa entitas mempunyai
laporan keuangan yang dibuat dengan bukti atas kesalahan atau kegagalan.
Beberapa pemakai laporan keuangan menyatakan bahwa auditor semestinya tidak
hanya menyediakan suatu opini audit, tetapi juga menginterpretasikan laporan
keuangan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk mengambil
keputusan.
Pemakai laporan keuangan mengharapkan auditor untuk melaksanakan
beberapa dari prosedur audit sementara melakukan fungsi atestasi seperti
menyusup ke dalam skandal entitas, melakukan pengawasan manajemen dan
mendeteksi tindakan ilegal atau fraud pada bagian manajemen. Itu adalah
harapan yang tinggi pada pihak pemakai laporan keuangan yang menciptakan
suatu gap antara auditor dan pemakai laporan keuangan. Para pemakai laporan
keuangan juga menempatkan tanggung jawab untuk membatasi gap pada auditor
dan pihak lainnya melibatkan dalam menyiapkan dan mempresentasikan laporan
keuangan (Salehi dan Rostami, 2009).
Berbagai studi telah menetapkan keberadaan audit expectation gap. Istilah
expectation gap biasanya digunakan untuk mendeskripsikan situasi dimana
terdapat perbedaan dalam harapan yang muncul di antara suatu kelompok dengan
keahlian tertentu dengan suatu kelompok yang mana percaya terhadap
keahliannya. Persepsi publik dari suatu tanggung jawab auditor berbeda dengan
profesinya dan perbedaan ini dikenal sebagai expectation gap (Salehi dan
Rostami, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Salehi et al. (2009) menyatakan bahwa salah satu dari diskusi pertama
mengenai expectation gap pada laporan keuangan dilakukan oleh Liggio pada
tahun 1974. Profesi akuntan telah dikritik kualitas kinerja profesionalnya sejak
akhir tahun 1960. Kritik tersebut dilakukan dengan alasan adanya kesediaan yang
lebih besar untuk memegang akuntabilitas lainnya khususnya profesionalitas
untuk mengetahui kelakuan yang tidak benar dan expectation gap sebagai faktor
dari tingkatan kinerja yang diharapkan oleh akuntan independen dan pemakai
laporan keuangan. Perbedaan di antara tingkatan kinerja yang diharapkan adalah
expectation gap.
Salehi et al. (2009) menambahkan bahwa definisi expectation gap yang telah
didiskusikan Liggio pada tahun 1974 diperluas di dalam Komisi Cohen pada
tahun 1978. Komisi Cohen mempertimbangkan apakah suatu gap mungkin
muncul di antara apa yang masyarakat harapkan atau butuhkan dan apakah auditor
dapat dan pasti bijaksana dalam merealisasikannya. Mereka tidak
mempertimbangkan adanya kinerja di bawah standar. Hal tersebut merupakan
pendapat bahwa gap yang memberikan permulaan untuk memberikan kritikan
auditor bahwa di antara apa yang masyarakat harapkan dan apakah mereka
mendapatkannya dari mereka. Oleh karena itu selanjutnya gap lebih baik apabila
diberi judul “audit expectation performance gap” yang didefinisikan sebagai gap
di antara harapan masyarakat dari auditor dan kinerja auditor yang disadari
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Salehi et al. (2009) menyatakan bahwa berdasarkan definisi yang telah
dikembangkan Komisi Cohen, diindikasikan bahwa gap mempunyai dua
komponen utama:
a. gap antara apa yang diharapkan masyarakat dari auditor untuk dicapai dan
apakah mereka dapat mengharapkan akan dipenuhi secara layak oleh auditor
(yang ditunjuk gap kebijaksanaan); dan
b. gap antara apa yang masyarakat selayaknya harapkan dari auditor untuk
dipenuhi dan apa yang auditor rasakan untuk dicapai (yang ditunjuk gap
kinerja).
Salehi dan Rostami (2009) menyatakan bahwa komponen-komponen dari audit
expectation gap dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
a. gap di antara yang layak diharapkan dari auditor dan auditor menampilkan
kewajiban sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang;
b. gap di antara standar kinerja auditor yang diharapkan auditor dan tugas-tugas
yang diharapkan dan dirasa oleh masyarakat.
Hasil penelitian yang dilakukan Best et al. (2001) menemukan adanya
expectation gap yang sangat luas, terutama dalam hubungannya dengan tingkatan
dan jenis tanggung jawab auditor. Expectation gap telah ditemukan terutama
pada isu tanggung jawab auditor untuk pencegahan dan pendeteksian fraud, dan
tanggung jawab auditor untuk memelihara rekaman akuntansi dan melatih
pertimbangan dalam menyeleksi prosedur audit.
Untuk jangkauan yang lebih luas, expectation gap juga ditemukan berkenaan
dengan tanggung jawab auditor untuk ketepatan pengendalian internal, derajat di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
mana laporan keuangan memberi suatu pandangan yang benar dan adil,
persetujuan auditor dengan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam laporan
keuangan dan kegunaan laporan keuangan yang sudah diaudit dalam monitoring
kinerja entitas (Best et al., 2001).
Yuliati et al. (2007) menyatakan bahwa di Indonesia keberadaan expectation
gap telah diteliti oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian Saifulah (2003) dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara mahasiswa
akuntansi sebelum dan sesudah mendapatkan mata kuliah Auditing terhadap
tanggung jawab relatif auditor dan persiapan laporan keuangan, sedangkan
tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan tidak terdapat perbedaan.
Mahasiswa akuntansi setelah mendapatkan mata kuliah Auditing mendapatkan
keyakinan bahwa laporan keuangan yang diaudit oleh auditor tersebut andal.
Terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara mahasiswa sebelum
mendapatkan mata kuliah Auditing dengan mahasiswa setelah mendapatkan mata
kuliah Auditing. Tetapi ada beberapa persamaan persepsi mahasiswa terhadap
tanggung jawab untuk mencegah kecurangan, mendeteksi kecurangan, dan
mendeteksi kecurangan kecil.
Yuliati et al. (2007) menyatakan bahwa Marsono pada tahun 2004 menyelidiki
keberadaan expectation gap antara pemakai laporan keuangan, auditor, dan
mahasiswa akuntansi dalam isu auditor dan proses audit dan kasus-kasus khusus.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada perbedaan persepsi yang signifikan
antara pemakai laporan keuangan, auditor, dan mahasiswa akuntansi terhadap
expectation gap dalam isu auditor dan proses audit. Sedangkan untuk isu kasus-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kasus khusus, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemakai laporan
keuangan, auditor, dan mahasiswa akuntansi.
Yuliati et al. (2007) menyatakan bahwa dalam sektor publik, keberadaan
expectation gap pernah diteliti oleh Nugroho pada tahun 2004. Penelitian tersebut
dilakukan untuk melihat adanya perbedaan persepsi antara auditor pemerintah
dengan pemakai laporan keuangan auditan pemerintah, antara pemakai laporan
audit sektor swasta dengan pemakai laporan keuangan auditan pemerintah, antara
pemakai laporan keuangan auditan pemerintah di daerah satu dengan daerah yang
lain. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa terdapat perbedaan persepsi
antara auditor pemerintah dengan pemakai laporan keuangan auditan pemerintah
(anggota DPRD), ada perbedaan persepsi antara pemakai laporan keuangan
auditan sektor swasta dengan pemakai laporan keuangan pemerintah, dan tidak
ada perbedaan persepsi antara pemakai laporan keuangan pemerintah di sektor
pemerintahan daerah satu dengan pemakai laporan keuangan pemerintah daerah
lain, hal ini di karenakan tingkat pendidikan anggota DPRD satu daerah dengan
daerah lain relatif sama.
Hasil penelitian Rusliyawati dan Halim (2008) dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna laporan
keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dari
sisi pelaporan. Hal ini menunjukkan eksistensi audit expectation gap di antara
pengguna laporan keuangan daerah. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi
antara auditor BPK dan masyarakat. Hasil pengujian hipotesis kedua dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan
masyarakat dilihat dari akuntabilitas. Perbedaan ini menunjukkan eksistensi audit
expectation gap antara BPK dan pengguna laporan keuangan daerah. Perbedaan
persepsi yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan masyarakat.
Hasil pengujian hipotesis 3a dalam penelitian Rusliyawati dan Halim (2008)
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan
pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan
masyarakat dilihat dari independensi. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi
antara auditor BPK dan masyarakat. Hasil Pengujian hipotesis 3b dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan
pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan
masyarakat dilihat dari kompetensi. Perbedaan ini menunjukkan eksistensi audit
expectation gap di antara pengguna laporan keuangan daerah. Perbedaan persepsi
yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan masyarakat.
Hasil Pengujian hipotesis 3e dalam penelitian Rusliyawati dan Halim (2008)
terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna laporan
keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dari
sisi pendapat wajar. Perbedaan persepsi juga terjadi antara BPK dengan
masyarakat. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan
pemerintah daerah. Hasil Pengujian hipotesis 3f terdapat perbedaan persepsi
antara auditor BPK dengan pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota
DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dilihat dari audit kinerja. Perbedaan
persepsi juga terjadi antara DPRD dengan masyarakat. Hal ini menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
eksistensi expectation gap di antara pengguna laporan keuangan daerah.
Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan masyarakat.
Hasil penelitian Yuliati et al. (2007) berdasarkan analisis hipotesis
menggunakan independent sample t-test, dapat diketahui bahwa terdapat
expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan auditor
pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah. Auditor
pemerintah mempunyai persepsi yang lebih tinggi terhadap peran dan tanggung
jawabnya dibanding pemakai laporan keuangan pemerintah. Hasil pengujian per
faktornya menunjukkan bahwa:
a. tidak terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah
dan auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor
pemerintah pada faktor mendeteksi dan melaporkan kecurangan;
b. tidak terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah
dan auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor
pemerintah pada faktor mempertahankan sikap independensi;
c. terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan
auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah
pada faktor mengkomunikasikan hasil audit;
d. terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan
auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah
pada faktor memperbaiki keefektivan audit. Auditor pemerintah mempunyai
persepsi yang lebih baik daripada pemakai laporan keuangan pemerintah
untuk memperbaiki keefektivan audit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
4. Peran Auditor
Auditor mempunyai peran yang sangat strategis dan tanggung jawab yang
sangat penting. Pendapat yang dinyatakan auditor akan berguna bagi pihak
pemakai laporan keuangan hasil auditan untuk membuat keputusan ekonomi
(Yuliati et al., 2007). Auditor berperan untuk meningkatkan kredibilitas
informasi pertanggungjawaban dari pihak manajemen kepada pihak prinsipal dan
stakeholders lainnya (United Nations Development Programme, 2009). Peran
eksternal auditor adalah mendorong peningkatan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah (Rondo, 2006). Tanggung jawab utama dari auditor adalah
untuk memverifikasi apakah laporan keuangan memaparkan pandangan yang
benar dan adil (Salehi et al., 2008).
Salehi et al. (2008) menyatakan bahwa berdasarkan fakta pihak ketiga
menginginkan auditor eksternal dapat menjamin keakuratan dari rekening yang
ditampilkan, maka dalam kondisi ini mereka menginginkan bahwa tujuan dari
audit sebagai berikut:
a. mendeteksi kecurangan,
b. mendeteksi kesalahan teknik,
c. mendeteksi kesalahan yang prinsip.
Pihak ketiga mempunyai persepsi bahwa tanpa mendeteksi kecurangan maka tidak
ada gunanya praktek audit, sedangkan profesi audit mempercayai tanggung
jawabnya terbatas untuk merencanakan audit.
Bisri (2008) menyatakan bahwa auditor BPK berperan dalam upaya
pemberantasan korupsi dengan melaporkan tindakan korupsi, kolusi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
nepotisme kepada penegak hukum (Kepolisian, Kejaksaan Agung, dan Komisi
Pemberantasan Korupsi). Pandangan Bawasda atas peran eksternal auditor (BPK)
dalam mendorong akuntabilitas penyelenggaraan keuangan daerah adalah sebagai
berikut:
a. eksternal auditor berperan independen dan satu-satunya lembaga negara
(BPK) sesuai Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 yang berhak memeriksa
dan menilai dengan cara memberikan opini terhadap laporan keuangan
pemerintah daerah sebelum disampaikan kepada DPRD;
b. eksternal auditor membantu pemerintah daerah dalam mengungkapkan
kelemahan-kelemahan manajemen pengelolaan keuangan daerah terhadap
pemeriksaan belanja setiap tahun termasuk mengungkapkan keuangan daerah
serta melanjutkan dengan audit investigasi bila ditemukan unsur-unsur tindak
pidana korupsi.
c. membantu DPRD untuk mengawasi tindak lanjut hasil pemeriksaan melalui
penyampaian setiap laporan hasil pemeriksaan BPK kepada DPRD sesuai
MoU yang telah disepakati (STAR-SDP, 2006).
Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan Publik-
Standar Auditing Seksi 110 menyatakan bahwa auditor berperan dalam
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai
tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan
karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun
bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan
bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan
yang tidak material terhadap laporan keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan Publik-
Standar Auditing Seksi 110 menambahkan bahwa auditor tidak bertanggung
jawab terhadap laporan keuangan, tanggung jawab auditor adalah menyatakan
pendapat atas laporan keuangan. Auditor tidak bertanggung jawab memelihara
pengendalian intern, pengetahuan auditor tentang masalah dan pengendalian
intern terbatas pada apa yang diperolehnya melalui audit.
Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan Publik-
Standar Auditing Seksi 310 menyatakan bahwa auditor dapat membuat
pengaturan tentang keikutsertaan spesialis atau auditor intern jika diperlukan dan
membuat pengaturan tentang keikutsertaan auditor pendahulu. Standar Auditing
Seksi 315 menambahkan perlunya permintaan keterangan kepada auditor
pendahulu. Review yang dilakukan oleh auditor pengganti terhadap kertas kerja
auditor pendahulu dapat berpengaruh terhadap sifat, saat, dan luasnya prosedur
auditor pengganti yang berkaitan dengan saldo awal dan konsistensi prinsip
akuntansi.
Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan Publik-
Standar Auditing Seksi 316 menyatakan bahwa auditor wajib untuk menaksir
secara khusus risiko salah saji sebagai akibat kecurangan dan menyediakan
golongan faktor risiko kecurangan yang harus dipertimbangkan oleh auditor.
Standar Auditing Seksi 316 menegaskan bahwa auditor tidak bertanggung jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan. Manajemen harus bertanggung
jawab untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan memuat aturan bahwa BPK wajib menggunakan Standar
Pemeriksaan sebagai patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar
pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan. Dalam menjalankan tugas-tugas
auditnya auditor menggunakan keahliannya dalam pengumpulan bukti-bukti
termasuk dengan judgment. Auditor membuat judgment dalam mengevaluasi
pengendalian intern, menilai risiko audit, merancang dan mengimplementasikan
pemilihan sampel dan menilai serta melaporkan aspek-aspek ketidakpastian.
Auditor secara eksplisit maupun implisit memformulasikan suatu hipotesis terkait
dengan tugas-tugas judgement mereka.
Andryan (2010) menyatakan bahwa secara konstitusional BPK diatur dalam
UUD 1945 Pasal 23 E dan diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-undang
Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK. Pada Pasal 6 menyatakan bahwa BPK
bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya,
Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan
Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan
negara. Dalam ketentuan itu, maka peran BPK sangat membantu dalam
menanggulangi kerugian negara akibat pengelolaan keuangan oleh lembaga-
lembaga negara kurang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Andryan (2010) menambahkan bahwa lingkup pemeriksaan yang menjadi
tugas BPK meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara, dan
pemeriksaan atas tanggung jawab mengenai keuangan negara. Pemeriksaan
tersebut mencakup seluruh unsur keuangan negara sebagaimana yang termaktub
dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Pemeriksaan keuangan negara oleh BPK juga dikaitkan oleh objek pemeriksaan
pertanggungjawaban hasil pemeriksaan yang lebih luas dan melebar. BPK juga
diharuskan menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada DPR, DPD dan DPRD
sesuai dengan kewenangan masing-masing. Bahkan, dalam hal hasil pemeriksaan
itu mengindikasikan perlunya penyelidikan dan penyidikan diproses secara hukum
oleh lembaga penegak hukum (Kepolisian, Kejaksaan, KPK).
5. Independensi Auditor
Mulyadi dan Puradireja (1998) menyatakan bahwa dalam standar umum yang
kedua mengatur sikap mental independen auditor dalam menjalankan tugasnya.
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan
oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti
adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya
pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan
dan menyatakan pendapatnya.
Swanger (2001) menyatakan bahwa independensi adalah suatu konsep yang
terabaikan dan kontroversial untuk profesi akuntansi, karena publik tidak
mengetahui dengan pasti status dasar yang benar dari independensi (independensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dalam kenyataan), publik bisanya tumbuh dengan mempercayai apa yang terlihat
(penampilan dari independensi) sedangkan fraksi tertentu di dalam profesi
menyatakan bahwa fakta dari independensi dengan apa yang seharusnya terkait,
regulator dan yang lainnya berpegang teguh pada dugaan bahwa penampilan
mempunyai arti.
Salehi (2009) menyatakan bahwa independensi adalah inti dari sistem audit.
Independensi auditor penting karena merupakan bagian kepemilikan dari
manajemen, faktor independen adalah dasar dari profesi akuntansi publik dan
pemeliharaannya tergantung pada kekuatan profesinya. Independensi adalah
dasar keandalan dari laporan auditor. Laporan auditor akan tidak terpercaya,
investor dan kreditor akan memiliki sedikit kenyamanan jika auditor tidak
independen baik secara sikap mental maupun penampilan. Independensi auditor
dipertimbangkan dalam profesi auditing. Independensi dipandang sebagai faktor
yang paling penting di sektor bisnis dalam mempertahankan minat beberapa
pihak.
James (2001) menambahkan bahwa independensi baik secara sikap mental
maupun penampilan bersama-sama dengan kemampuan, integritas, kerahasiaan
dan kepedulian terhadap kewajiban merupakan atribut penting dari auditor
ekstrenal. Independensi dalam kenyataan umumnya menghalangi auditor dari
pembuatan keputusan manajemen. Independensi aktual menyiratkan bahwa
auditor dapat memandang opini yang tidak memihak pada laporan keuangan,
dimana investor dan stakeholders lainnya dapat bergantung kepadanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Mulyadi dan Puradireja (1998) menyatakan bahwa sikap mental independen
sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur
audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor harus independen dari
setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam entitas yang
diauditnya. Auditor harus menghindari keadaan-keadaan yang dapat
mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya sehingga di samping
harus benar-benar independen, auditor juga harus menimbulkan persepsi di
kalangan masyarakat bahwa ia benar-benar independen. Sikap mental independen
menurut persepsi masyarakat inilah yang tidak mudah pemerolehannya. Peraturan
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara memuat aturan mengenai independensi
auditor. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,
organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan
penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat
mempengaruhi independensinya.
Salehi (2009) menyatakan bahwa persepsi publik pada independensi auditor
penting karena independensi yang nyata tergantung pada persepsi masyarakat
apakah dapat melemahkan independensi aktual. Auditor eksternal harus berusaha
keras untuk memastikan bahwa kualitas audit dan kinerja auditnya tidak akan
dikompromikan. Rusliyawati dan Halim (2008) menambahkan bahwa
independensi auditor dalam sektor publik berhubungan dengan luasnya area sektor
publik. Integritas auditor harus dilindungi dari pengaruh kelompok pemerintah
pusat/daerah, status sebagai pegawai negeri sipil dan politisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Salehi et al.(2009) menyatakan bahwa definisi yang dapat menggambarkan
independensi auditor ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 1 Definisi Independensi Auditor
Nama Pengarang Definisi De Angelo, 1981 Probabilitas bersyarat dari laporan
pengungkapan Knapp, 1985 Kemampuan untuk melawan tekanan klien Magill dan Previts, 1991 Fungsi karakter, dengan sifat kejujuran dan hal
yang dapat dipercaya menjadi kunci AICPA, 1985 Ketiadaan kepentingan yang membentuk resiko
bias yang tidak dapat diterima FEE, 1995 Independen adalah arti pokok di mana auditor
menunjukkan bahwa ia dapat menyelesaikan tugasnya secara objektif
ISB, 2000 Kebebasan dari tekanan dan faktor lain yang dikompromikan, kemampuan auditor membuat keputusan audit yang objektif
Sumber : Salehi et al. (2009)
James (2001) menyatakan bahwa ikatan ekonomi dapat menyebabkan auditor
kehilangan independensinya dan kemampuannya untuk membentuk opini yang
tidak memihak. Salehi et al. (2009) menambahkan bahwa independensi auditor
mungkin dipengaruhi oleh kesalahan yang disengaja atau oleh kesalahan yang
tidak disengaja dalam melaporkan informasi. Kesalahan yang disengaja
disebabkan beberapa faktor sebagai berikut:
a. kedekatan dengan klien;
b. ketergantungan pada klien untuk mata pencahariannya;
c. digerakkan oleh keinginan untuk sukses dalam sosial dan ekonominya;
d. berhubungan dekat dengan klien eksekutif;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
e. hubungan darah atau hubungan pernikahan dengan klien;
f. penerimaan barang atau jasa dari klien secara langsung atau melalui
karyawannya;
g. terikat dengan dewan direktur untuk penunjukkan ulang.
Salehi et al. (2009) menyatakan bahwa kesalahan yang tidak disengaja
disebabkan beberapa faktor sebagai berikut:
a. auditor mungkin bergantung kepada direktur cabang;
b. bergantung pada konfirmasi eksternal sementara membuat opininya pada
akun, misalnya konfirmasi dari debitur, kreditur, pihak bank;
c. bergantung pada manajemen untuk verifikasi dan proses penilaian aset untuk
jangkauan yang lebih luas.
Beattie et al. (1999) mengidentifikasikan empat pokok sebagai penghalang
independence sebagai berikut:
a. ketergantungan ekonomi dari auditor kepada klien;
b. kompetisi pasar audit;
c. pemberian dari jasa non audit;
d. kerangka peraturan.
6. Pengetahuan Audit
Heang dan Ali (2008) menyatakan bahwa pemahaman publik yang kurang
terhadap fungsi audit yang kompleks berpengaruh terhadap eksistensi audit
expectation gap. Pengetahuan audit dari pengguna laporan keuangan diyakini
dapat mengurangi expectation gap antara auditor dan pengguna laporan keuangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gloeck et al. (1993) menyatakan bahwa suatu konsensus dan pemahaman yang
jelas mengenai peran auditor dibutuhkan dalam memahami dan mengevaluasi
persepsi yang bijaksana dari pemakai jasa audit mengenai tanggung jawab dan
fungsi auditor. Koh dan Woo (1998) menambahkan bahwa beberapa studi telah
menemukan bukti yang mendukung kepercayaan bahwa pengetahuan dari
pengguna laporan keuangan mempengaruhi besarnya expectation gap. Oleh
karena itu, beberapa peneliti mendukung pendidikan dalam mempersempit
expectation gap.
Koh dan Woo (1998) menyatakan bahwa Bailey et al. (1983) melakukan studi
di USA dan menemukan pengguna laporan keuangan yang lebih memiliki
pengetahuan menempatkan lebih sedikit tanggung jawab auditor dibandingkan
dengan pengguna laporan keuangan yang kurang memiliki pengetahuan. Studi
Bailey et al. (1983) menyiratkan bahwa gap yang lebih besar muncul di antara
auditor dan pengguna laporan keuangan yang kurang berpengalaman. Koh dan
Woo (1998) menambahkan bahwa penelitian yang dilakukan Epstein dan
Geiger (1994) menemukan bahwa investor yang lebih berpendidikan (dengan
kepedulian terhadap akuntansi, pengetahuan analisis investasi dan keuangan) lebih
sedikit menuntut jasa auditor yang lebih tinggi. Oleh karena itu, mereka
mengusulkan bahwa satu cara untuk mempersempit expectation gap adalah
dengan meningkatkan kesadaran publik dari sifat dasar dan keterbatasan audit.
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pengguna laporan
keuangan adalah penting untuk mengkomunikasikan keunggulan dan keterbatasan
dari audit setiap ada kesempatan, cara lainnya adalah dengan memiliki laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
audit yang sangat jelas menunjukkan jasa yang masuk akal. Peran dasar dari audit
dalam masyarakat harus dikaji ulang oleh profesi audit dan pengguna laporan
keuangan dan mereka harus setuju untuk menutup gap.
Koh dan Woo (1998) menyatakan bahwa Monroe dan Woodliff (1993) telah
mempelajari pengaruh pendidikan pada pelajar mengenai persepsi dari pesan yang
dikomunikasikan melalui laporan audit di Australia. Penelitian tersebut
menemukan bahwa pendidikan merupakan pendekatan yang efektif untuk
mempersempit expectation gap. Koh dan Woo (1998) menambahkan bahwa hasil
penelitian Monroe dan Woodliff (1994) dapat disimpulkan adanya perbedaan
persepsi di antara pengguna laporan keuangan yang lebih berpengalaman dan
auditor adalah lebih kecil dibandingkan pengguna laporan keuangan yang tidak
berpengalaman dan auditor. Mereka menyarankan pendidikan sebagai sarana
untuk meningkatkan tingkat pengetahuan dari kelompok pengguna laporan
keuangan supaya mengurangi audit expectation gap. Marianne (2006)
menambahkan bahwa implementasi dari pendidikan audit telah disarankan
sebagai sarana untuk mengurangi expectation gap. Pendidikan audit pasti akan
membantu mengurangi expectation gap tetapi tidak dengan sendirinya cukup
untuk menyelesaikan masalah dari semua komponen expectation gap. Pendidikan
audit akan menyelesaikan sebagian masalah dari harapan yang tidak masuk akal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar 1.
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Penelitian
C. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas disertai dengan beberapa penelitian sebelumnya
maka diperoleh beberapa hipotesis dalam penelitian ini. Auditor dalam
menjalankan perannya berpegang pada standar yang telah ditetapkan dalam
profesi audit. Harapan para pengguna laporan keuangan pemerintah daerah
Peran Auditor
Pengetahuan Audit Ada Tidaknya Audit Expectation Gap
Independensi Auditor
Anggota DPRD
Pegawai DPPKAD
Masyarakat Pembayar
Pajak Daerah
Auditor BPK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
terhadap peran auditor terkadang melebihi apa yang menjadi peran dan tanggung
jawab auditor yang telah ditetapkan dalam profesi audit. Semakin besarnya
tuntutan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah mengenai peran auditor
menunjukkan besarnya expectation gap. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Salehi et al. (2009) yang menyatakan bahwa expectation gap terjadi ketika ada
perbedaan di antara apa yang diharapkan publik dari auditor dan apa auditor
mampu memberikannya. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitan ini adalah sebagai berikut.
H1 : Terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK)
dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi
peran auditor
Salehi (2009) menyatakan bahwa independensi adalah inti dari sistem audit.
Independensi auditor penting karena merupakan bagian kepemilikan dari
manajemen, faktor independen adalah dasar dari profesi akuntansi publik dan
pemeliharaannya tergantung pada kekuatan profesinya. Independensi adalah
dasar keandalan dari laporan auditor. Laporan auditor akan tidak terpercaya,
investor dan kreditor akan memiliki sedikit kenyamanan jika auditor tidak
independen baik secara sikap mental maupun penampilan. Semakin besarnya
tuntutan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah mengenai independensi
auditor menunjukkan besarnya expectation gap. Berdasarkan hal tersebut, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
H2 : Terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK)
dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi
independensi auditor
Selain peran auditor dan independensi auditor maka hal lain yang penting
dalam audit expectation gap adalah pengetahuan audit. Pengetahuan audit dari
pengguna laporan keuangan pemerintah daerah diyakini dapat mempengaruhi
expectation gap antara auditor dan pengguna laporan keuangan pemerintah
daerah. Koh dan Woo (1998) menyatakan bahwa pengetahuan dari pengguna
laporan keuangan mempengaruhi besarnya expectation gap. Berdasarkan hal
tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut.
H3 : Terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK)
dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi
pengetahuan audit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel
Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Populasi
penelitian ini dikelompokkan sebagai berikut:
a. auditor pemerintah (BPK), yaitu auditor yang ada pada kantor perwakilan
BPK-RI di Provinsi Jawa Tengah;
b. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu anggota DPRD;
c. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu pemerintah daerah yang
diwakili pegawai pemerintah daerah di Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD);
d. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu masyarakat pembayar pajak
daerah yang diwakili masyarakat pembayar pajak restoran.
Alasan dipilihnya masyarakat pembayar pajak daerah yang diwakili
masyarakat pembayar pajak restoran karena masyarakat pembayar pajak daerah
merupakan salah satu pemangku kepentingan (stakeholder) yang membutuhkan
laporan keuangan pemerintah daerah.
Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling.
Sekaran (2006) menyatakan bahwa purposive sampling digunakan karena
informasi yang akan diambil berasal dari sumber yang sengaja dipilih berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Sekaran (2006) menambahkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
ukuran sampel dipengaruhi oleh tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan.
Keputusan pengambilan sampel harus mempertimbangkan desain pengambilan
sampel dan ukuran sampel. Pedoman untuk menentukan ukuran sampel mengacu
pada pendapat Roscoe dalam Sekaran (2006) sebagai berikut:
a. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian.
b. Di mana sampel dipecah ke dalam sub sampel, ukuran sampel minimum 30
untuk tiap kategori.
Jumlah sampel yang diambil dari masing-masing populasi adalah sebagai
berikut:
a. auditor pemerintah (BPK), yaitu auditor yang ada pada kantor perwakilan
BPK-RI di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 30 sampel;
b. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu anggota DPRD sebanyak
30 sampel;
c. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu pemerintah daerah yang
diwakili pegawai pemerintah daerah di Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) sebanyak 30 sampel;
d. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu masyarakat pembayar pajak
daerah yang diwakili masyarakat pembayar pajak restoran sebanyak
30 sampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data
yang diperoleh melalui kuesioner yang langsung disebarkan kepada auditor
pemerintah (BPK) yang ada pada kantor perwakilan BPK-RI di Provinsi Jawa
Tengah dan pengguna laporan keuangan pemerintah yang ada di wilayah
Kabupaten Sragen (anggota DPRD, pemerintah daerah yang diwakili pegawai
pemerintah daerah di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, masyarakat
pembayar pajak daerah yang diwakili masyarakat pembayar pajak restoran).
Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner yang pernah digunakan
Rusliyawati dan Halim (2008) dan Sugiyarso (2009). Kuesioner mengenai
independensi auditor pernah digunakan Rusliyawati dan Halim (2008) dalam
penelitiannya mengenai penginvestigasian audit expectation gap pada sektor
publik, kuesioner tersebut diadaptasi dari penelitian Chowdhury et al. (2005).
Chowdury et al. (2005) meneliti tentang audit expectation gap sektor publik di
Bangladesh. Kuesioner mengenai peran auditor dan pengetahuan audit pernah
digunakan Sugiyarso (2009) dalam penelitiannya mengenai analisis expectation
gap di sektor publik, kuesioner tersebut diadaptasi dari penelitian
Nugroho (2004).
Penggunaan kembali kuesioner dari penelitian Rusliyawati dan Halim (2008)
dan Sugiyarso (2009) berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
a. Hasil penelitian Rusliyawati dan Halim (2008) dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dari
sisi pelaporan, akuntabilitas, independensi auditor, kompetensi auditor,
pendapat wajar dan audit kinerja. Perbedaan persepsi tersebut menimbulkan
expectation gap antara auditor dan pengguna laporan keuangan daerah.
Penelitian Sugiyarso (2009) menemukan bahwa terdapat audit expectation gap
antara auditor BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah (anggota
DPRD, pemeriksa Bawasda/Inspektorat, anggota Lembaga Swadaya
Masyarakat), terdapat audit expectation gap antar pengguna laporan keuangan
pemerintah dan tidak terdapat audit expectation gap antar pengguna laporan
keuangan pemerintah daerah satu dengan lainnya.
b. Berdasarkan saran dari penelitian tersebut bahwa perlu dilakukan penelitian di
daerah yang lain sehingga hasilnya dapat digeneralisir dan perlunya
menggunakan sampel yang berbeda dari pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah yang mempunyai kepentingan langsung terhadap kinerja
pemerintah daerah.
C. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah persepsi masing-masing
kelompok responden mengenai pengauditan pada pemerintah daerah. Operasional
variabel mencakup pengukuran variabel yaitu memberikan nilai terhadap persepsi
kelompok responden mengenai pengauditan eksternal pemerintahan.
Sugiyarso (2009) menyatakan bahwa kuesioner mencakup dua bagian, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a. open ended question yang memberikan pernyataan mengenai data identitas
pribadi responden untuk mendukung data demografi;
b. close ended question yang memberikan pernyataan kepada responden
mengenai pengauditan pada pemerintah daerah.
Tiga kelompok pernyataan utama dalam close ended question mengukur
dimensi peran auditor, independensi auditor dan pengetahuan audit, yang diukur
dengan skala likert dari 1 sampai dengan 5 (sangat tidak setuju sampai dengan
sangat setuju). Operasional variabel dijabarkan sebagai berikut:
a. Variabel peran auditor dalam penelitian ini diwakili dengan pernyataan bahwa
auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas
baik buruknya kinerja pemerintah daerah (pernyataan nomor 1), auditor
eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan
kesalahan pengujian (pernyataan nomor 2), auditor eksternal (BPK)
bertanggung jawab untuk mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan
pengujian/baik yang material maupun tidak (pernyataan nomor 3), auditor
eksternal (BPK) harus melaporkan seluruh salah saji/baik yang material
maupun tidak yang ditemukan dalam laporan audit (pernyataan nomor 4),
auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam
struktur pengendalian pemerintah daerah (pernyataan nomor 5), dan auditor
eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk menjaga/mengawasi catatan-catatan
akuntansi pemerintah daerah (pernyataan nomor 6).
b. Variabel independensi auditor dalam penelitian ini diwakili dengan pernyataan
bahwa auditor eksternal (BPK) independen terhadap pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
daerah/eksekutif (pernyataan nomor 7), auditor eksternal (BPK) independen
terhadap pegawai negeri sipil (pernyataan nomor 8), auditor eksternal (BPK)
independen terhadap para politisi/legislatif (pernyataan nomor 9), dan auditor
eksternal (BPK) mempunyai standar etika yang tinggi (pernyataan nomor 10).
c. Variabel pengetahuan audit dalam penelitian ini diwakili dengan pernyataan
bahwa auditor eksternal (BPK) mempunyai tanggung jawab untuk membuat
laporan keuangan pemerintah daerah (pernyataan nomor 11), auditor eksternal
(BPK) harus memperhatikan setiap transaksi di pemerintah daerah. Mereka
tidak boleh menggunakan sampel dalam melaksanakan suatu audit
(pernyataan nomor 12), laporan keuangan pemerintah daerah yang telah
diaudit harus dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali (pernyataan nomor 13),
nilai aktiva yang terdapat dalam neraca pemerintah daerah merupakan nilai
sebenarnya/nilai pasar aktiva tersebut (pernyataan nomor 14), laporan kinerja
non keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus termasuk dalam
laporan tahunan pemerintah daerah (pernyataan nomor 15), auditor eksternal
(BPK) harus menyelesaikan penugasan audit tanpa menggunakan/melihat
hasil kerja auditor lain dan para ahli (pernyataan nomor 16), dan pengguna
laporan keuangan auditan pemerintah daerah dapat memiliki keyakinan
absolut bahwa laporan tidak mengandung salah saji (pernyataan nomor 17).
Kelompok terminologi umum dalam pengauditan dimaksudkan untuk
menambah pemahaman expectation gap berkaitan dengan karakteristik responden.
Ada tiga item yang digunakan untuk mengetahui terminologi responden mengenai
pengauditan yaitu terminologi mengenai salah saji material (nomor 18), wajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
tanpa pengecualian (nomor 19), dan menyajikan secara wajar dalam semua hal
yang material (nomor 20). Jawaban responden diukur dengan pernyataan
mengerti, tidak yakin, dan tidak mengerti.
D. Analisis Data
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas,
uji reliabilitas, dan uji asumsi. Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini
menggunakan alat analisa one-way ANOVA dengan menggunakan bantuan
software statistik komputer SPSS versi 12.0.
1. Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis faktor. Asumsi
yang mendasari dapat tidaknya digunakan analisis faktor adalah data matrik harus
memiliki korelasi yang cukup (sufficient correlation). Alat uji yang digunakan
untuk mengukur tingkat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya dilakukan
analisis faktor adalah Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy
(KMO MSA). Nilai KMO bervariasi dari nol sampai dengan satu. Nilai yang
dikehendaki harus > 0,50 untuk dapat dilakukan analisis faktor (Ghozali, 2005).
2. Uji Reliabilitas
Ghozali (2005) menyatakan bahwa reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban responden terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Nunnaly (1967)
menambahkan bahwa pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan cara one
shot atau pengukuran sekali saja. Di sini pengukurannya hanya sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi
antar jawaban pertanyaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.
3. Uji Asumsi
Rusliyawati dan Halim (2008) menyatakan bahwa sebelum dilakukan
pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian asumsi. Pengujian
asumsi meliputi pengujian normalitas sebaran dan pengujian homogenitas
(kesamaan varians). Ghozali (2005) menambahkan bahwa uji normalitas data
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah
memenuhi kriteria sebaran atau distribusi normal.
Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test, dengan
membandingkan Asymptotic Significance dengan α = 5%. Dasar penarikan
kesimpulan adalah data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asymptotic
Significance > 0,05.
Uji homogenitas (kesamaan varians) dengan menggunakan Levene’s Test of
Homogeneity of Variance. Uji homogenitas ini untuk menguji asumsi ANOVA
bahwa setiap grup (kategori) variabel independen memiliki variance sama. Jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Levene Statistic signifikan pada 0,05 maka kita dapat menolak hipotesis nol yang
menyatakan grup memiliki variance sama (Ghozali, 2005).
4. Uji Hipotesis
Berdasarkan pada hasil verifikasi terhadap data yang diperoleh, maka
dilakukan pengujian hipotesis. Apabila data setiap variabel yang akan dianalisis
membentuk distribusi normal, maka semua hipotesis tersebut diuji dengan
menggunakan alat analisa one-way ANOVA. Pengujian terhadap hipotesis
penelitian dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi sebesar 5%. Masing-
masing hipotesis diuji dengan menggunakan uji-F (F-test). Lind (2008)
menyatakan bahwa penggunaan uji-F (F-test) dapat digunakan untuk
membandingkan tiga rata-rata populasi atau lebih untuk menentukan apakah
semua nilainya dapat sama. Kaidah pengambilan keputusan adalah:
a. Apabila nilai probabilitas (p) > α = 5%, maka maka hipotesis yang diajukan
(Ha) ditolak.
b. Apabila nilai probabilitas (p) < α = 5%, maka hipotesis yang diajukan (Ha)
diterima.
Apabila data setiap variabel yang akan dianalisis tidak berdistribusi normal,
maka statistik non parametrik akan digunakan untuk menguji hipotesis. Uji yang
digunakan adalah Kruskal-Wallis test. Ghozali (2006) menyatakan bahwa
Kruskal-Wallis test adalah one way analysis of variance by rank. Kruskal-Wallis
test merupakan alat uji statistik non parametrik yang sangat berguna untuk
menentukan apakah k sampel independen berasal dari populasi yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Kruskal-Wallis test menguji hipotesis nol bahwa k sampel berasal dari populasi
yang sama atau populasi yang identik dengan median yang sama. Kaidah
pengambilan keputusan adalah:
a. Apabila nilai probabilitas (p) > α = 5%, maka maka hipotesis yang diajukan
(Ha) ditolak.
b. Apabila nilai probabilitas (p) < α = 5%, maka hipotesis yang diajukan (Ha)
diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Responden
Pengiriman kuesioner dilakukan selama satu bulan yaitu dari bulan Juni
sampai dengan bulan Juli. Kuesioner disebarkan di wilayah Pemerintah Daerah
Kabupaten Sragen, yaitu ke anggota DPRD, pegawai pemerintah daerah di Dinas
Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD), masyarakat
pembayar pajak daerah (pajak restoran) dan auditor pemerintah (BPK) pada
Kantor Perwakilan BPK-RI di Provinsi Jawa Tengah. Tingkat pengembalian
kuesioner ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 2 Tingkat Pengembalian Kuesioner
Kelompok Responden Kuesioner
Dikirim Kuesioner Kembali dan
Dapat Digunakan Respon
Rate Auditor BPK 30 30 100%
Anggota DPRD 30 30 100% Pegawai DPPKAD 30 30 100% Masyarakat Pembayar Pajak Daerah
30 30 100%
Total 120 120 100% Sumber: data primer yang diolah
Kuesioner yang dikirim berjumlah 120 eksemplar, kuesioner yang kembali dan
memenuhi syarat untuk diolah berjumlah 120 eksemplar sehingga memenuhi
aturan umum sampel minimum yang disyaratkan dalam penggunaan analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
faktor. Syarat ukuran sampel minimum dalam analisis faktor adalah 5 kali
variabel yang diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Utama (2010) yang
menyatakan bahwa ukuran sampel untuk analisis faktor adalah minimal 5 kali
variabel yang diteliti.
Responden dalam penelitian ini adalah auditor pemerintah (BPK) pada Kantor
Perwakilan BPK-RI di Provinsi Jawa Tengah dan pengguna laporan keuangan
pemerintah, yaitu anggota DPRD, pegawai pemerintah daerah di Dinas
Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD), dan masyarakat
pembayar pajak daerah. Gambaran responden diperoleh dari data yang terdapat
dalam kuesioner pada bagian identitas responden dan terminologi umum.
Gambaran umum responden meliputi masa kerja, tingkat pendidikan, latar
belakang pendidikan, pengalaman kerja di bidang akuntansi, pengalaman kerja di
bidang auditing dan terminologi umum.
a. Masa Kerja Responden
Berdasarkan data responden yang terkumpul diperoleh data deskripsi masa
kerja responden yang ditunjukkan tabel berikut ini.
Tabel 3 Deskripsi Masa Kerja Responden
Kelompok Responden
Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai
DPPKAD
Masyarakat Pembayar Pajak
Daerah Masa Kerja
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1-5 Tahun 19 63,33 17 56,67 4 13,33 11 36,67 6-10 Tahun 4 13,33 11 36,67 4 13,33 6 20,00 Lebih dari 10 Tahun
7 23,33 2 6,67 22 73,33 13 43,33
Total 30 30 30 30 Sumber: data primer yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan masa kerja
1 sampai dengan 5 tahun yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak
19 orang (63,33%). Jumlah responden dengan masa kerja 6 sampai dengan
10 tahun yang terbanyak adalah anggota DPRD, yaitu sebanyak 11 orang
(36,67%). Jumlah responden dengan masa kerja lebih dari 10 tahun yang
terbanyak adalah pegawai DPPKAD, yaitu sebanyak 22 orang (73,33%).
b. Tingkat Pendidikan Responden
Berdasarkan data responden yang terkumpul diperoleh data deskripsi
tingkat pendidikan responden yang ditunjukkan tabel berikut ini.
Tabel 4 Deskripsi Tingkat Pendidikan Responden
Kelompok Responden
Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai
DPPKAD
Masyarakat Pembayar Pajak
Daerah
Tingkat Pendidikan
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % SMU - - 11 36,67 9 30,00 22 73,33 D3 1 3,33 - - 3 10,00 1 3,33 S1 25 83,33 12 40,00 12 40,00 7 23,33 S2 4 13,33 7 23,33 6 20,00 - - S3 - - - - - - - - Lainnya - - - - - - - -
Total 30 30 30 30 Sumber: data primer yang diolah
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan tingkat
pendidikan SMU yang terbanyak adalah masyarakat pembayar pajak daerah,
yaitu sebanyak 22 orang (73,33%). Jumlah responden dengan tingkat
pendidikan D3 yang terbanyak adalah pegawai DPPKAD, yaitu sebanyak
3 orang (10,00%). Jumlah responden dengan tingkat pendidikan S1 yang
terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 25 orang (83,33%). Jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
responden dengan tingkat pendidikan S2 yang terbanyak adalah anggota
DPRD, yaitu sebanyak 7 orang (23,33%).
c. Latar Belakang Pendidikan Responden
Berdasarkan data responden yang terkumpul diperoleh data deskripsi latar
belakang pendidikan responden yang ditunjukkan tabel berikut ini.
Tabel 5 Deskripsi Latar Belakang Pendidikan Responden
Kelompok Responden
Auditor BPK Anggota DPRD
Pegawai DPPKAD Masyarakat
Pembayar Pajak Daerah
Latar Belakang
Pendidikan Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Akuntansi 8 26,67 - - 3 10,00 1 3,33 Ekonomi Non Akuntansi
5 16,67 2 6,67 14 46,67 2 6,67
Lain-lain 17 56,67 28 93,33
13 43,33 27 90,00
Total 30 30 30 30 Sumber: data primer yang diolah
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan latar
belakang pendidikan akuntansi yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu
sebanyak 8 orang (26,67%). Jumlah responden dengan latar belakang
pendidikan ekonomi non akuntansi yang terbanyak adalah pegawai DPPKAD,
yaitu sebanyak 14 orang (46,67%). Jumlah responden dengan latar belakang
pendidikan di luar akuntansi dan ekonomi non akuntansi yang terbanyak
adalah anggota DPRD, yaitu sebanyak 28 orang (93,33%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
d. Pengalaman Kerja di Bidang Akuntansi
Berdasarkan data responden yang terkumpul diperoleh data deskripsi
pengalaman kerja di bidang akuntansi responden yang ditunjukkan tabel
berikut ini.
Tabel 6 Deskripsi Pengalaman Kerja di Bidang Akuntansi
Kelompok Responden
Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai
DPPKAD
Masyarakat Pembayar Pajak
Daerah
Pengalaman Kerja
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % 0-1 Tahun 8 26,67 - - - - 2 6,67 1-3 Tahun 3 10,00 2 6,67 3 10,00 5 16,67 Lebih dari 3 Tahun
6 20,00 - - 11 36,67 1 3,33
Tidak Berpengalaman
13 43,33 28 93,33 16 53,33 22 73,33
Total 30 30 30 30 Sumber: data primer yang diolah
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan pengalaman
kerja di bidang akuntansi selama nol sampai dengan 1 tahun yang terbanyak
adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 8 orang (26,67%). Jumlah responden
dengan pengalaman kerja di bidang akuntansi selama 1 sampai dengan 3 tahun
yang terbanyak adalah masyarakat pembayar pajak daerah, yaitu sebanyak
5 orang (16,67%). Jumlah responden dengan pengalaman kerja di bidang
akuntansi lebih dari 3 tahun yang terbanyak adalah pegawai DPPKAD, yaitu
sebanyak 11 orang (36,67%). Jumlah responden yang tidak memiliki
pengalaman kerja di bidang akuntansi yang terbanyak adalah anggota DPRD,
yaitu sebanyak 28 orang (93,33%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
e. Pengalaman Kerja di Bidang Auditing
Berdasarkan data responden yang terkumpul diperoleh data deskripsi
pengalaman kerja di bidang auditing responden yang ditunjukkan tabel berikut
ini.
Tabel 7 Deskripsi Pengalaman Kerja di Bidang Auditing
Kelompok Responden
Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai
DPPKAD
Masyarakat Pembayar Pajak
Daerah
Pengalaman Kerja
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % 0-1 Tahun 4 13,33 - - - - 1 3,33 1-3 Tahun 13 43,33 2 6,67 2 6,67 - - Lebih dari 3 Tahun
13 43,33 - - - - - -
Tidak Berpengalaman
- - 28 93,33 28 93,33 29 96,67
Total 30 30 30 30 Sumber: data primer yang diolah
Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan pengalaman
kerja di bidang auditing selama 1 sampai dengan 1 tahun yang terbanyak
adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 4 orang (13,33%). Jumlah responden
dengan pengalaman kerja di bidang auditing selama 1 sampai dengan 3 tahun
yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 13 orang (43,33%).
Jumlah responden dengan pengalaman kerja di bidang auditing lebih dari
3 tahun yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 13 orang
(43,33%). Jumlah responden yang tidak memiliki pengalaman kerja di bidang
auditing yang terbanyak adalah masyarakat pembayar pajak daerah, yaitu
sebanyak 29 orang (96,67%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
e. Frekuensi Menggunakan/Membaca Laporan Hasil Audit
Berdasarkan data responden yang terkumpul diperoleh data deskripsi
frekuensi menggunakan/membaca laporan hasil audit responden yang
ditunjukkan tabel berikut ini.
Tabel 8 Deskripsi Frekuensi Menggunakan/Membaca Laporan Hasil Audit
Kelompok Responden
Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai
DPPKAD
Masyarakat Pembayar Pajak
Daerah Frekuensi
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Tidak Pernah
- - 1 3,33 8 26,67 20 66,67
Kadang-kadang
- - 26 86,67 21 70,00 9 30,00
Sering 30 100,00 3 10,00 1 3,33 1 3,33 Total 30 30 30 30 Sumber: data primer yang diolah
Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden yang tidak pernah
menggunakan/membaca laporan hasil audit yang terbanyak adalah masyarakat
pembayar pajak daerah, yaitu sebanyak 20 orang (66,67%). Jumlah responden
yang kadang-kadang menggunakan/membaca laporan hasil audit yang
terbanyak adalah anggota DPRD, yaitu sebanyak 26 orang (86,67%). Jumlah
responden yang sering menggunakan/membaca laporan hasil audit yang
terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 30 orang (100%).
d. Terminologi Umum
Berdasarkan data responden yang terkumpul diperoleh data pengetahuan
responden terhadap terminologi salah saji material, wajar tanpa pengecualian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material yang ditunjukkan
tabel-tabel berikut ini.
Tabel 9 Deskripsi Terminologi Salah Saji Material
Kelompok Responden
Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai
DPPKAD
Masyarakat Pembayar Pajak
Daerah
Pengetahuan Responden
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Mengerti 30 100,00 12 40,00 16 53,33 7 23,33 Tidak Yakin - - 17 56,67 9 30,00 6 20,00 Tidak Mengerti
- - 1 3,33 5 16,67 17 56,67
Total 30 30 30 30 Sumber: data primer yang diolah
Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa responden yang mengerti terminologi
salah saji material yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak
30 orang (100%). Jumlah responden yang tidak yakin terminologi salah saji
material yang terbanyak adalah anggota DPRD, yaitu sebanyak 17 orang
(56,67%). Jumlah responden yang tidak mengerti terminologi salah saji
material yang terbanyak adalah masyarakat pembayar pajak daerah, yaitu
sebanyak 17 orang (56,67%).
Tabel 10 Deskripsi Terminologi Wajar Tanpa Pengecualian
Kelompok Responden
Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai
DPPKAD
Masyarakat Pembayar Pajak
Daerah
Pengetahuan Responden
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Mengerti 30 100,00 18 60,00 19 63,33 8 26,67 Tidak Yakin - - 11 36,67 10 33,33 3 10,00 Tidak Mengerti
- - 1 3,33 1 3,33 19 63,33
Total 30 30 30 30 Sumber: data primer yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa responden yang mengerti terminologi
wajar tanpa pengecualian yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak
30 orang (100%). Jumlah responden yang tidak yakin terminologi wajar tanpa
pengecualian yang terbanyak adalah anggota DPRD, yaitu sebanyak 11 orang
(36,67%). Jumlah responden yang tidak mengerti terminologi wajar tanpa
pengecualian yang terbanyak adalah masyarakat pembayar pajak daerah, yaitu
sebanyak 19 orang (63,33%).
Tabel 11 Deskripsi Terminologi Menyajikan Secara Wajar Dalam Semua
Hal Yang Material
Kelompok Responden
Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai
DPPKAD
Masyarakat Pembayar Pajak
Daerah
Pengetahuan Responden
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Mengerti 30 100,00 3 10,00 18 60,00 3 10,00 Tidak Yakin - - 25 83,33 8 26,67 8 26,67 Tidak Mengerti
- - 2 6,67 4 13,33 19 63,33
Total 30 30 30 30 Sumber: data primer yang diolah
Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa responden yang mengerti terminologi
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material yang terbanyak
adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 30 orang (100%). Jumlah responden
yang tidak yakin terminologi menyajikan secara wajar dalam semua hal yang
material yang terbanyak adalah anggota DPRD, yaitu sebanyak 25 orang
(83,33%). Jumlah responden yang tidak mengerti terminologi menyajikan
secara wajar dalam semua hal yang material yang terbanyak adalah
masyarakat pembayar pajak daerah, yaitu sebanyak 19 orang (63,33%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2. Distribusi Tanggapan Responden
Pernyataan-pernyataan responden mengenai variabel penelitian dapat dilihat
pada jawaban rersponden terhadap kuesioner yang diberikan peneliti. Data yang
diperoleh dari responden harus dikuantitatifkan dengan menggunakan format
alternatif jawaban dengan skala Likert 5 point karena kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Data dalam analisis ini disajikan dalam
bentuk statistik deskriptif yang terlihat dalam tabel 12. Tabel 12 menampilkan
data mengenai nilai minimum, maksimum, rata-rata, standard deviation, variance,
skewness dan kurtosis.
Tabel 12 Statistik Deskriptif
N Min Max Mean Std Variance Skewness Kurtosis Peran Auditor 120 6,00 30,00 20,9500 6,04166 36,502 -0,859 -0,399 Independensi Auditor
120 15,00 20,00 17,0250 1,44631 2,092 1,312 0,287
Pengetahuan Audit
120 11,00 35,00 24,8167 6,80828 46,353 -0,671 -0,820
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 12 menunjukkan jumlah responden adalah 120 orang. Dari 120
responden ini variabel independensi auditor memiliki nilai rata-rata terkecil yaitu
sebesar 17,0250 dengan standar deviasi sebesar 1,44631. Variabel pengetahuan
audit memiliki nilai rata-rata terbesar yaitu sebesar 24,8167 dengan standar
deviasi sebesar 6,80828. Nilai skewness dan kurtosis variabel peran auditor
adalah -0,859 dan -0,399. Nilai skewness dan kurtosis variabel independensi
auditor adalah 1,312 dan 0,287. Nilai skewness dan kurtosis variabel pengetahuan
audit adalah -0,671 dan -0,820. Nilai skewness dan kurtosis ketiga variabel
tersebut menunjukkan bahwa ketiganya tidak terdistribusi normal. Hal ini sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
dengan pendapat Ghozali (2005) yang menyatakan bahwa data yang terdistribusi
secara normal mempunyai nilai skewness dan kurtosis mendekati nol.
B. Analisis Data
1. Pengujian Instrumen
Instrumen penelitian ini diambil dari penelitian yang telah dilakukan
Rusliyawati dan Halim (2008) dan Sugiyarso (2009). Teknik pengujian instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas, uji reliabilitas dan uji
asumsi.
a. Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis faktor.
Ghozali (2005) menyatakan bahwa asumsi yang mendasari dapat tidaknya
dilakukan analisis faktor adalah data matrik harus memiliki korelasi yang
cukup. Salah satu alat uji yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Masing-
masing variabel penelitian diuji terpisah dengan KMO MSA. Nilai KMO
bervariasi dari 0 sampai dengan 1. Nilai yang dikehendaki harus > 0,50 untuk
dapat dilakukan analisis faktor. Apabila nilai KMO masing-masing variabel
terpenuhi maka dilanjutkan dengan analisis faktor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Analisis faktor dilakukan terpisah untuk masing-masing variabel
penelitian. Indikator-indikator variabel yang dianalisis harus menjadi 1 faktor
berdasarkan pada nilai eigen value > 1, sehingga indikator masing-masing
variabel akan mengelompok pada 1 faktor tersebut dan dapat disimpulkan
bahwa masing-masing variabel memiliki unidimensionalitas atau dengan kata
lain indikator masing-masing variabel semuanya valid. Hasil uji validitas
dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 13 Hasil Uji Validitas
Variabel KMO MSA Faktor Loading Peran Auditor 0,908 0,812-0,943 Independensi Auditor 0,766 0,587-0,974 Pengetahuan Audit 0,891 0,160-0,935
Sumber: data primer yang diolah
Analisis faktor dapat dilanjutkan apabila masing-masing variabel
mempunyai nilai KMO MSA > 0,50. Berdasarkan tabel 13 dapat disimpulkan
bahwa pada variabel peran auditor dapat dilanjutkan analisis faktor karena
mempunyai nilai KMO MSA 0,908. Setelah dilakukan analisis faktor terlihat
bahwa analisis faktor yang dilakukan mengelompokkan indikator-indikator
variabel tersebut ke dalam 1 faktor dengan faktor loading 0,812-0,943
sehingga dapat dikatakan indikator-indikator variabel peran auditor valid.
Variabel independensi auditor memiliki nilai KMO MSA 0,766 sehingga
dapat dilakukan analisis faktor. Hasil analisis faktor yang dilakukan
mengelompokkan indikator-indikator variabel tersebut ke dalam 1 faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dengan faktor loading 0,587-0,974sehingga dapat dikatakan indikator-
indikator variabel independensi auditor valid.
Tabel 13 menunjukkan bahwa variabel pengetahuan audit mempunyai nilai
KMO MSA 0,891 sehingga dapat dilakukan analisis faktor. Hasil analisis
faktor yang dilakukan mengelompokkan indikator-indikator variabel tersebut
ke dalam 1 faktor dengan faktor loading 0,160- 0,935 sehingga dapat
dikatakan indikator-indikator variabel pengetahuan audit valid.
b. Uji Reliabilitas
Ghozali (2005) menyatakan bahwa reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Nunnaly (1967) menambahkan bahwa pengukuran reliabilitas dapat
dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja. Di sini
pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk
atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.
Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 14 sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 14 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha Peran Auditor 0,948 Independensi Auditor 0,900 Pengetahuan Audit 0,909
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 14 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas untuk variabel peran
auditor menghasilkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,948 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel tersebut reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha
0,948 > 0,60. Hasil uji reliabilitas untuk variabel independensi auditor
menghasilkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,900 sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel tersebut reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha 0,900 > 0,60.
Hasil uji reliabilitas untuk variabel pengetahuan audit menghasilkan
Cronbach’s Alpha sebesar 0,909 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
tersebut reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha 0,909 > 0,60.
c. Uji Asumsi
Rusliyawati dan Halim (2008) menyatakan bahwa sebelum dilakukan
pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian asumsi.
Pengujian asumsi meliputi pengujian normalitas sebaran dan pengujian
homogenitas (kesamaan varians).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
1) Uji Normalitas
Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji normalitas data dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria
sebaran atau distribusi normal. Uji normalitas data menggunakan
Kolmogorov-Smirnov Test, dengan membandingkan Asymptotic Significance
dengan α = 5%. Dasar penarikan kesimpulan adalah data dikatakan
berdistribusi normal apabila nilai Asymptotic Significance > 0,05. Hasil uji
normalitas dapat dilihat pada tabel 15 sebagai berikut.
Tabel 15 Hasil Uji Normalitas
Variabel Asymptotic Significance Peran Auditor 0,000 Independensi Auditor 0,000 Pengetahuan Audit 0,001
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 15 menunjukkan hasil uji normalitas terhadap variabel peran auditor
adalah 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel peran auditor
tidak berdistribusi normal karena nilai 0,000 < 0,05. Hasil uji normalitas
terhadap variabel independensi auditor adalah 0,000 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data variabel independensi auditor tidak berdistribusi
normal karena nilai 0,000 < 0,05. Hasil uji normalitas terhadap variabel
pengetahuan audit adalah 0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
variabel pengetahuan audit tidak berdistribusi normal karena
nilai 0,001 < 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas (kesamaan varians) dengan menggunakan Levene’s Test
of Homogeneity of Variance. Uji homogenitas ini untuk menguji asumsi
ANOVA bahwa setiap grup (kategori) variabel independen memiliki variance
sama. Jika Levene Statistic signifikan pada 0,05 maka kita dapat menolak
hipotesis nol yang menyatakan grup memiliki variance sama (Ghozali, 2005).
Hasil uji homogenitas ditunjukkan tabel 16 sebagai berikut.
Tabel 16 Hasil Uji Homogenitas
Variabel Levene Test Peran Auditor 0,491 Independensi Auditor 0,000 Pengetahuan Audit 0,232
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 16 menunjukkan bahwa hasil uji Levene Test pada variabel peran
auditor sebesar 0,491 sehingga tidak signifikan pada 0,05 (p > 0,05) sehingga
hipotesis nol yang menyatakan variance sama tidak dapat ditolak. Hasil uji
Levene Test pada variabel independensi auditor sebesar 0,000 sehingga
signifikan pada 0,05 (p < 0,05) sehingga hipotesis nol yang menyatakan
variance sama ditolak. Hasil uji Levene Test pada variabel pengetahuan audit
sebesar 0,232 sehingga tidak signifikan pada 0,05 (p > 0,05) sehingga
hipotesis nol yang menyatakan variance sama tidak dapat ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Kruskal-Wallis test.
Penggunaan Kruskal-Wallis test disebabkan data setiap variabel yang dianalisis
tidak berdistribusi normal sehingga statistik non parametrik digunakan untuk
menguji hipotesis.
a. Pengujian Hipotesis 1
Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk pengujian hipotesis terdapat
audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan
keuangan pemerintah dilihat dari sisi peran auditor yang ditunjukkan tabel 17
dan tabel 18 sebagai berikut.
Tabel 17 Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk Variabel Peran Auditor
Pernyataan Populasi N Mean Rank Auditor BPK 30 17,40 Anggota DPRD 30 77,97 Pegawai DPPKAD 30 71,95
1. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja pemerintah daerah.
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 74,68
Total 120 Auditor BPK 30 15,53 Anggota DPRD 30 74,38 Pegawai DPPKAD 30 73,25
2. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian. Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 78,83
Total 120 Auditor BPK 30 16,92 Anggota DPRD 30 76,50 Pegawai DPPKAD 30 74,08
3. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan pengujian (baik yang material maupun tidak).
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 74,50
Total 120 Auditor BPK 30 25,47 Anggota DPRD 30 72,35 Pegawai DPPKAD 30 63,18
4. Auditor eksternal (BPK) harus melaporkan seluruh salah saji (baik yang material maupun tidak yang ditemukan dalam laporan audit). Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 81,00
Total 120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 17 (Lanjutan)
Pernyataan Populasi N Mean Rank Auditor BPK 30 18,30 Anggota DPRD 30 91,12 Pegawai DPPKAD 30 67,22
5. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian pemerintah daerah. Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 65,37
Total 120 Auditor BPK 30 15,65 Anggota DPRD 30 75,57 Pegawai DPPKAD 30 73,20
6. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk menjaga/mengawasi catatan-catatan akuntansi pemerintah daerah. Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 77,58
Total 120 Sumber: data primer yang diolah
Tabel 17 menunjukkan hasil Kruskal-Wallis test untuk variabel peran
auditor pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk
memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja pemerintah daerah, populasi
auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 17,40. Mean
rank tertinggi terdapat pada populasi anggota DPRD yaitu sebesar 77,97.
Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian,
populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 15,53.
Mean rank tertinggi terdapat pada populasi masyarakat pembayar pajak daerah
yaitu sebesar 78,83. Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan auditor
eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mendeteksi seluruh kecurangan dan
kesalahan pengujian (baik yang material maupun tidak), populasi auditor BPK
menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 16,92. Mean rank tertinggi
terdapat pada populasi anggota DPRD yaitu sebesar 76,50.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan auditor eksternal (BPK) harus
melaporkan seluruh salah saji (baik yang material maupun tidak yang
ditemukan dalam laporan audit), populasi auditor BPK menghasilkan mean
rank terendah yaitu sebesar 25,47. Mean rank tertinggi terdapat pada
populasi masyarakat pembayar pajak daerah yaitu sebesar 81,00. Hasil
Kruskal-Wallis test pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung
jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian pemerintah daerah,
populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 18,30.
Mean rank tertinggi terdapat pada populasi anggota DPRD yaitu sebesar
91,12. Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
bertanggung jawab untuk menjaga/mengawasi catatan-catatan akuntansi
pemerintah daerah, populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah
yaitu sebesar 15,65. Mean rank tertinggi terdapat pada populasi masyarakat
pembayar pajak daerah yaitu sebesar 77,58.
Tabel 18 Hasil Kruskal-Wallis Test (Asymptotic Significance) untuk Variabel
Peran Auditor
Pernyataan Asymptotic Significance
1. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja pemerintah daerah.
0,000*
2. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian.
0,000*
3. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan pengujian (baik yang material maupun tidak).
0,000*
4. Auditor eksternal (BPK) harus melaporkan seluruh salah saji (baik yang material maupun tidak yang ditemukan dalam laporan audit).
0,000*
5. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian pemerintah daerah.
0,000*
6. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk menjaga/mengawasi catatan-catatan akuntansi pemerintah daerah.
0,000*
Keterangan : * Signifikan pada α = 1% Sumber : data primer yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 18 menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis untuk variabel
peran auditor pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab
untuk memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja pemerintah daerah
adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis
nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah
(BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili
anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian
adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis
nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah
(BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili
anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
bertanggung jawab untuk mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan
pengujian (baik yang material maupun tidak) adalah 0,000. Oleh karena nilai
asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat
audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan
keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai
DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK) harus
melaporkan seluruh salah saji (baik yang material maupun tidak yang
ditemukan dalam laporan audit) adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit
expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan
keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai
DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian
pemerintah daerah adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic
significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit
expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan
keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai
DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
bertanggung jawab untuk menjaga/mengawasi catatan-catatan akuntansi
pemerintah daerah adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic
significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit
expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan
keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai
DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
b. Pengujian Hipotesis 2
Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk pengujian hipotesis terdapat
audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
keuangan pemerintah dilihat dari sisi independensi auditor ditunjukkan
tabel 19 dan tabel 20 sebagai berikut.
Tabel 19 Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk Variabel
Independensi Auditor
Pernyataan Populasi N Mean Rank Auditor BPK 30 77,00 Anggota DPRD 30 59,00 Pegawai DPPKAD 30 49,00
7. Auditor eksternal (BPK) independen terhadap pemerintah daerah (eksekutif).
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 57,00 Total 120
Auditor BPK 30 72,65 Anggota DPRD 30 60,42 Pegawai DPPKAD 30 50,50
8. Auditor eksternal (BPK) independen terhadap pegawai negeri sipil.
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 58,43 Total 120
Auditor BPK 30 74,00 Anggota DPRD 30 60,00 Pegawai DPPKAD 30 50,00
9. Auditor eksternal (BPK) independen terhadap para politisi (legislatif).
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 58,00 Total 120
Auditor BPK 30 61,00 Anggota DPRD 30 41,00 Pegawai DPPKAD 30 55,00
10. Auditor eksternal (BPK) mempunyai standar etika yang tinggi.
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 85,00 Total 120
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 19 menunjukkan hasil Kruskal-Wallis test untuk variabel
independensi auditor pada pernyataan auditor eksternal (BPK) independen
terhadap pemerintah daerah (eksekutif), populasi auditor BPK menghasilkan
mean rank tertinggi yaitu sebesar 77,00. Mean rank terendah terdapat pada
populasi pegawai DPPKAD yaitu sebesar 49,00. Hasil Kruskal-Wallis test
untuk variabel independensi auditor pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
independen terhadap pegawai negeri sipil, populasi auditor BPK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
menghasilkan mean rank tertinggi yaitu sebesar 72,65. Mean rank terendah
terdapat pada populasi pegawai DPPKAD yaitu sebesar 50,50.
Hasil Kruskal-Wallis test untuk variabel independensi auditor pada
pernyataan auditor eksternal (BPK) independen terhadap para politisi
(legislatif), populasi auditor BPK menghasilkan mean rank tertinggi yaitu
sebesar 74,00. Mean rank terendah terdapat pada populasi pegawai DPPKAD
yaitu sebesar 50,00. Hasil Kruskal-Wallis test untuk variabel independensi
auditor pada pernyataan auditor eksternal (BPK) mempunyai standar etika
yang tinggi, populasi masyarakat pembayar pajak daerah menghasilkan mean
rank tertinggi yaitu 85,00 sedangkan auditor BPK tidak berbeda jauh yaitu
sebesar 61,00. Mean rank terendah terdapat pada populasi anggota DPRD
yaitu sebesar 41,00.
Tabel 20 Hasil Kruskal-Wallis Test (Asymptotic Significance) untuk Variabel
Independensi Auditor
Pernyataan Asymptotic Significance
7. Auditor eksternal (BPK) independen terhadap pemerintah daerah (eksekutif). 0,000* 8. Auditor eksternal (BPK) independen terhadap pegawai negeri sipil. 0,003* 9. Auditor eksternal (BPK) independen terhadap para politisi (legislatif). 0,001* 10. Auditor eksternal (BPK) mempunyai standar etika yang tinggi. 0,000*
Keterangan : * Signifikan pada α = 1% Sumber : data primer yang diolah
Tabel 20 menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis untuk variabel
independensi auditor pada pernyataan auditor eksternal (BPK) independen
terhadap pemerintah daerah (eksekutif) adalah 0,000. Oleh karena nilai
asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat
audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai
DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian hipotesis
pada pernyataan auditor eksternal (BPK) independen terhadap pegawai negeri
sipil adalah 0,003. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka
hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor
pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang
diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak
daerah.
Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
independen terhadap para politisi (legislatif) adalah 0,001. Oleh karena nilai
asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat
audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan
keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai
DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian hipotesis
pada pernyataan auditor eksternal (BPK) mempunyai standar etika yang tinggi
adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis
nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah
(BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili
anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
c. Pengujian Hipotesis 3
Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk pengujian hipotesis terdapat
audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
keuangan pemerintah dilihat dari sisi pengetahuan audit ditunjukkan
tabel 21 dan tabel 22 sebagai berikut.
Tabel 21 Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk Variabel
Pengetahuan Audit
Pernyataan Populasi N Mean Rank Auditor BPK 30 16,88 Anggota DPRD 30 78,52 Pegawai DPPKAD 30 52,97
11. Auditor eksternal (BPK) mempunyai tanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah. Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 93,63
Total 120 Auditor BPK 30 16,80 Anggota DPRD 30 72,87 Pegawai DPPKAD 30 63,37
12. Auditor eksternal (BPK) harus memperhatikan setiap transaksi di pemerintah daerah. Mereka tidak boleh menggunakan sampel dalam melaksanakan suatu audit.
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 88,97
Total 120 Auditor BPK 30 16,20 Anggota DPRD 30 73,67 Pegawai DPPKAD 30 57,43
13. Laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali. Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 94,70
Total 120 Auditor BPK 30 54,50 Anggota DPRD 30 40,50 Pegawai DPPKAD 30 72,50
14. Nilai aktiva yang terdapat dalam neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnya/nilai pasar aktiva tersebut. Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 74,50
Total 120 Auditor BPK 30 21,70 Anggota DPRD 30 72,35 Pegawai DPPKAD 30 67,05
15. Laporan kinerja non keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus termasuk dalam laporan tahunan pemerintah daerah. Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 80,90
Total 120 Auditor BPK 30 17,00 Anggota DPRD 30 67,78 Pegawai DPPKAD 30 70,62
16. Auditor eksternal (BPK) harus menyelesaikan penugasan audit tanpa menggunakan/melihat hasil kerja auditor lain dan para ahli. Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 86,60
Total 120 Auditor BPK 30 15,85 Anggota DPRD 30 69,28 Pegawai DPPKAD 30 70,55
17. Pengguna laporan keuangan auditan pemerintah daerah dapat memiliki keyakinan absolut bahwa laporan tidak mengandung salah saji.
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah 30 86,32
Total 120 Sumber: data primer yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 21 menunjukkan hasil Kruskal-Wallis test untuk variabel
pengetahuan audit pada pernyataan auditor eksternal (BPK) mempunyai
tanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah,
populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 16,88.
Mean rank tertinggi terdapat pada populasi masyarakat pembayar pajak daerah
yaitu sebesar 93,63. Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan auditor
eksternal (BPK) harus memperhatikan setiap transaksi di pemerintah daerah
mereka tidak boleh menggunakan sampel dalam melaksanakan suatu audit,
populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 16,80.
Mean rank tertinggi terdapat pada populasi masyarakat pembayar pajak daerah
yaitu sebesar 88,97. Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan laporan
keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus dapat diterbitkan setiap
tiga bulan sekali, populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah
yaitu sebesar 16,20. Mean rank tertinggi terdapat pada populasi masyarakat
pembayar pajak daerah yaitu sebesar 94,70.
Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan nilai aktiva yang terdapat dalam
neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnya/nilai pasar aktiva
tersebut, populasi anggota DPRD menghasilkan mean rank terendah yaitu
sebesar 40,50 sedangkan populasi auditor BPK tidak berbeda jauh yaitu
sebesar 54,50 . Mean rank tertinggi terdapat pada populasi masyarakat
pembayar pajak daerah yaitu sebesar 74,50. Hasil Kruskal-Wallis test pada
pernyataan laporan kinerja non keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit
harus termasuk dalam laporan tahunan pemerintah daerah, populasi auditor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 21,70. Mean rank
tertinggi terdapat pada populasi masyarakat pembayar pajak daerah yaitu
sebesar 80,90. Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan auditor eksternal
(BPK) harus menyelesaikan penugasan audit tanpa menggunakan/melihat
hasil kerja auditor lain dan para ahli, populasi auditor BPK menghasilkan
mean rank terendah yaitu sebesar 17,00. Mean rank tertinggi terdapat pada
populasi masyarakat pembayar pajak daerah yaitu sebesar 86,60.
Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan pengguna laporan keuangan
auditan pemerintah daerah dapat memiliki keyakinan absolut bahwa laporan
tidak mengandung salah saji, populasi auditor BPK menghasilkan mean rank
terendah yaitu sebesar 15,85. Mean rank tertinggi terdapat pada populasi
masyarakat pembayar pajak daerah yaitu sebesar 86,32.
Tabel 22 Hasil Kruskal-Wallis Test (Asymptotic Significance) untuk Variabel
Pengetahuan Audit
Pernyataan Asymptotic Significance
11. Auditor eksternal (BPK) mempunyai tanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah.
0,000*
12. Auditor eksternal (BPK) harus memperhatikan setiap transaksi di pemerintah daerah. Mereka tidak boleh menggunakan sampel dalam melaksanakan suatu audit.
0,000*
13. Laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali.
0,000*
14. Nilai aktiva yang terdapat dalam neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnya/nilai pasar aktiva tersebut.
0,000*
15. Laporan kinerja non keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus termasuk dalam laporan tahunan pemerintah daerah.
0,000*
16. Auditor eksternal (BPK) harus menyelesaikan penugasan audit tanpa menggunakan/melihat hasil kerja auditor lain dan para ahli.
0,000*
17. Pengguna laporan keuangan auditan pemerintah daerah dapat memiliki keyakinan absolut bahwa laporan tidak mengandung salah saji.
0,000*
Keterangan : * Signifikan pada α = 1% Sumber : data primer yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 22 menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis untuk variabel
pengetahuan audit pada pernyataan auditor eksternal (BPK) mempunyai
tanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah
adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis
nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah
(BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili
anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK) harus
memperhatikan setiap transaksi di pemerintah daerah, mereka tidak boleh
menggunakan sampel dalam melaksanakan suatu audit adalah 0,000. Oleh
karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak
sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan
pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD,
pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan laporan keuangan pemerintah
daerah yang telah diaudit harus dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali
adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis
nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah
(BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili
anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan nilai aktiva yang terdapat dalam
neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnya/nilai pasar aktiva
tersebut adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor
pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang
diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak
daerah.
Hasil pengujian pada pernyataan laporan kinerja non keuangan pemerintah
daerah yang telah diaudit harus termasuk dalam laporan tahunan pemerintah
daerah adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka
hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor
pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang
diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak
daerah. Hasil pengujian pada pernyataan auditor eksternal (BPK) harus
menyelesaikan penugasan audit tanpa menggunakan/melihat hasil kerja
auditor lain dan para ahli adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic
significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit
expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan
keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai
DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan pengguna laporan keuangan
auditan pemerintah daerah dapat memiliki keyakinan absolut bahwa laporan
tidak mengandung salah saji adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic
significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit
expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai
DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
C. Pembahasan
Hasil pengujian data menunjukkan bahwa berdasarkan hasil Kruskal-Wallis
test membuktikan adanya audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK)
dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD,
pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi peran
auditor, independensi auditor dan pengetahuan audit. Hal ini bisa dilihat dari
indikator masing-masing variabel yang menunjukkan nilai asymptotic
significance < 0,05 sehingga semua hipotesis yang diajukan diterima.
Hasil pengujian hipotesis pertama membuktikan bahwa terdapat audit
expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan
masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi peran auditor. Hasil pengujian
hipotesis tersebut sesuai dengan penelitian Sugiyarso (2009) yang menyimpulkan
bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor BPK dan pengguna laporan
keuangan pemerintah (anggota DPRD, pemeriksa Bawasda/Inspektorat, anggota
Lembaga Swadaya Masyarakat) pada variabel peran auditor.
Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja
pemerintah daerah lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
keuangan pemerintah daerah (Tabel 17). Berdasarkan mean rank pada pernyataan
tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor BPK bahwa auditor eksternal (BPK)
tidak bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja
pemerintah daerah, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat
sebaliknya. Fakta tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara
auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah.
Tingginya expectation dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah
terhadap peran auditor dibandingkan dengan expectation dari auditor pemerintah
(BPK) disebabkan pengguna laporan keuangan kurang memahami peran dari
auditor pemerintah (BPK), sedangkan auditor pemerintah (BPK) dalam
menjalankan perannya berpedoman pada standar yang telah ditetapkan dalam
profesi audit. Auditor pemerintah (BPK) dalam menjalankan tugasnya
berpedoman pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dan Standar Profesional
Akuntan Publik. Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar Profesional
Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 230 menyatakan bahwa auditor bukanlah
penjamin dan laporannya tidak merupakan suatu jaminan, karena pendapat auditor
atas laporan keuangan didasarkan pada konsep pemerolehan keyakinan memadai.
Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian lebih
kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah
daerah (Tabel 17). Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat
disimpulkan pendapat auditor BPK bahwa auditor eksternal (BPK) tidak
bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Fakta tersebut
menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK)
dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Pendapat auditor BPK
didukung dengan pernyataan Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar
Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 316 yang menegaskan bahwa
auditor tidak bertanggung jawab untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.
Manajemen harus bertanggung jawab untuk mencegah dan mendeteksi
kecurangan. Hasil pengujian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Best et al. (2001) yang menemukan adanya expectation gap yang sangat luas,
terutama dalam hubungannya dengan tingkatan dan jenis tanggung jawab auditor.
Expectation gap telah ditemukan terutama pada isu tanggung jawab auditor untuk
pencegahan dan pendeteksian fraud.
Expectation gap pada tanggung jawab mencegah kecurangan dan kesalahan
pengujian sesuai dengan pernyataan Salehi et al. (2008) yang menyatakan bahwa
berdasarkan fakta, pihak ketiga menginginkan auditor eksternal dapat menjamin
keakuratan dari rekening yang ditampilkan, maka dalam kondisi ini mereka
menginginkan bahwa tujuan dari audit adalah untuk mendeteksi kecurangan,
mendeteksi kesalahan teknik, dan mendeteksi kesalahan yang prinsip. Pihak
ketiga mempunyai persepsi bahwa tanpa mendeteksi kecurangan maka tidak ada
gunanya praktek audit, sedangkan profesi audit mempercayai tanggung jawabnya
terbatas untuk merencanakan audit.
Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
bertanggung jawab untuk mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
pengujian (baik yang material maupun tidak) lebih kecil dibandingkan dengan
mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 17).
Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat
auditor BPK bahwa auditor eksternal (BPK) tidak bertanggung jawab untuk
mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan pengujian (baik yang material
maupun tidak), sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya.
Fakta tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor
pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Pendapat
auditor pemerintah (BPK) diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam
Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 110 yang menyatakan
bahwa auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan
audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang
disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan yang tidak material terhadap laporan
keuangan.
Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
harus melaporkan seluruh salah saji (baik yang material maupun tidak yang
ditemukan dalam laporan audit) lebih kecil dibandingkan dengan mean rank
pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 17). Berdasarkan mean
rank pada pernyataan tersebut terlihat bahwa auditor BPK berpendapat bahwa
auditor eksternal (BPK) tidak bertanggung jawab untuk melaporkan seluruh salah
saji (baik yang material maupun tidak yang ditemukan dalam laporan audit),
sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Fakta tersebut
menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Ikatan Akuntan Indonesia
(2001) dalam Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 110
menyatakan bahwa auditor berperan dalam merencanakan dan melaksanakan
audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan. Auditor tidak bertanggung jawab terhadap salah saji yang tidak
material.
Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian pemerintah
daerah lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah (Tabel 17). Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut
terlihat bahwa auditor BPK berpendapat bahwa auditor eksternal (BPK) tidak
bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian pemerintah
daerah, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Fakta
tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah
(BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Ikatan Akuntan
Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing
Seksi 110 menyatakan bahwa auditor tidak bertanggung jawab memelihara
pengendalian intern, pengetahuan auditor tentang masalah dan pengendalian
intern terbatas pada apa yang diperolehnya melalui audit.
Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
bertanggung jawab untuk menjaga/mengawasi catatan-catatan akuntansi
pemerintah daerah lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
keuangan pemerintah daerah (Tabel 17). Berdasarkan mean rank pada pernyataan
tersebut terlihat bahwa auditor BPK berpendapat bahwa auditor eksternal (BPK)
tidak bertanggung jawab untuk menjaga/mengawasi catatan-catatan akuntansi
pemerintah, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya.
Fakta tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor
pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah.
Saifulah (2003) menyatakan bahwa pihak manajemen yang bertanggung jawab
untuk memelihara catatan laporan keuangan bukan auditor. Eksistensi audit
expectation gap pada pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian
Best et al. (2001) yang menemukan adanya expectation gap pada tanggung jawab
auditor untuk memelihara rekaman akuntansi.
Hasil pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa terdapat audit
expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan
masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi independensi auditor. Hasil
pengujian hipotesis tersebut sesuai dengan penelitian Rusliyawati dan Halim
(2008) yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor
BPK dengan pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah
daerah dan masyarakat dilihat dari independensi. Perbedaan persepsi tersebut
menunjukkan eksistensi audit expectation gap di antara pengguna laporan
keuangan daerah.
Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
independen terhadap pemerintah daerah (eksekutif), auditor eksternal (BPK)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
independen terhadap pegawai negeri sipil, auditor eksternal (BPK) independen
terhadap para politisi (legislatif) lebih besar dibandingkan dengan mean rank
pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 19). Mean rank auditor
pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK) mempunyai standar
etika yang tinggi lebih besar dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan
keuangan pemerintah daerah (anggota DPRD dan pegawai DPPKAD), sedangkan
dengan masyarakat pembayar pajak daerah lebih rendah tetapi tidak berbeda jauh.
Tingginya expectation dari auditor pemerintah (BPK) terhadap independensi
auditor dibandingkan dengan expectation dari pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah disebabkan keinginan auditor pemerintah (BPK) untuk
meningkatkan kualitas kinerja profesionalnya dengan cara meningkatkan
independensinya. Hal ini didukung oleh Mulyadi dan Puradireja (1998) yang
menyatakan bahwa sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian
dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap
auditor. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari
pemilikan kepentingan dalam entitas yang diauditnya. Auditor harus menghindari
keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan
independensinya sehingga di samping harus benar-benar independen, auditor juga
harus menimbulkan persepsi di kalangan masyarakat bahwa ia benar-benar
independen. Hasil dari penelitian ini diperkuat dengan pendapat Rusliyawati dan
Halim (2008) yang menyatakan bahwa independensi auditor harus dilindungi dari
pengaruh kelompok pemerintah pusat/daerah, status sebagai pegawai negeri sipil
dan politisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Hasil pengujian hipotesis ketiga membuktikan bahwa terdapat audit
expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan
masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi pengetahuan audit. Hasil
pengujian hipotesis tersebut sesuai dengan penelitian Sugiyarso (2009) yang
menyimpulkan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor BPK dan
pengguna laporan keuangan pemerintah (anggota DPRD, pemeriksa
Bawasda/Inspektorat, anggota Lembaga Swadaya Masyarakat) pada variabel
pengetahuan audit.
Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
mempunyai tanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah
lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah (Tabel 21). Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut
dapat disimpulkan pendapat auditor pemerintah (BPK) bahwa auditor eksternal
(BPK) tidak bertanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah
daerah, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga
dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang
dapat menimbulkan audit expectation gap. Ikatan Akuntan Indonesia (2001)
dalam Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 110
menambahkan bahwa auditor tidak bertanggung jawab terhadap laporan
keuangan, tanggung jawab auditor adalah menyatakan pendapat atas laporan
keuangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
harus memperhatikan setiap transaksi di pemerintah daerah, mereka tidak boleh
menggunakan sampel dalam melaksanakan suatu audit lebih kecil dibandingkan
dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 21).
Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat
auditor pemerintah (BPK) bahwa auditor eksternal (BPK) menggunakan sampel
dalam melaksanakan suatu audit, sedangkan pengguna laporan keuangan
berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan
persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit expectation gap.
Messier (2005) mendukung pernyataan auditor pemerintah (BPK) bahwa auditor
menggunakan pendekatan sampel untuk memeriksa transaksi.
Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan laporan keuangan
pemerintah daerah yang telah diaudit harus dapat diterbitkan setiap tiga bulan
sekali lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah (Tabel 21). Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut
terlihat pendapat auditor pemerintah (BPK) bahwa laporan keuangan pemerintah
daerah yang telah diaudit tidak dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali,
sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat
menimbulkan audit expectation gap. Perbedaan persepsi tersebut disebabkan
kurangnya pengetahuan audit dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, laporan keuangan pelaksanaan APBD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
disampaikan kepada BPK selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun
anggaran berakhir. Pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK diselesaikan
selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari
pemerintah daerah, sehingga laporan keuangan pemerintah daerah yang telah
diaudit tidak dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali.
Mean rank anggota DPRD pada pernyataan nilai aktiva yang terdapat dalam
neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnya/nilai pasar aktiva tersebut
lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah lainnya, sedangkan auditor BPK lebih tinggi (Tabel 21).
Auditor pemerintah (BPK) berpendapat bahwa nilai aktiva yang terdapat dalam
neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnya/nilai pasar aktiva,
sedangkan responden dari anggota DPRD tingkat keyakinannya terhadap
pernyataan tersebut lebih rendah. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit
expectation gap. Perbedaan persepsi tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan
audit dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (anggota DPRD).
Pendapat mengenai aktiva tetap ditegaskan oleh Bastian (2007) yang menyatakan
bahwa aktiva tetap dilaporkan di neraca pada harga pokok atau nilai pasar yang
paling tepat.
Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan laporan kinerja non
keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus termasuk dalam laporan
tahunan pemerintah daerah lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna
laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 21). Berdasarkan mean rank pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor BPK bahwa laporan
kinerja non keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit tidak harus termasuk
dalam laporan tahunan pemerintah daerah, sedangkan pengguna laporan keuangan
berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan
persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit expectation gap.
Bastian (2007) menyatakan bahwa audit kinerja merupakan pelengkap audit
keuangan dan kepatuhan. Hasil audit harus disampaikan dalam bentuk laporan
audit kepada manajemen. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor: KEP/134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian
Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik menegaskan bahwa
laporan tahunan harus memuat penilaian terhadap kinerja direksi mengenai
pengelolaan perusahaan. Keputusan tersebut tidak menekankan ketentuan untuk
memuat laporan kinerja non keuangan yang telah diaudit dalam laporan tahunan.
Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK)
harus menyelesaikan penugasan audit tanpa menggunakan/melihat hasil kerja
auditor lain dan para ahli lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna
laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 21). Berdasarkan mean rank pada
pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor pemerintah (BPK) bahwa
auditor eksternal (BPK) harus menyelesaikan penugasan audit dengan
menggunakan/melihat hasil kerja auditor lain dan para ahli, sedangkan pengguna
laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan
audit expectation gap. Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 310 menyatakan bahwa
auditor dapat membuat pengaturan tentang keikutsertaan spesialis atau auditor
intern jika diperlukan dan membuat pengaturan tentang keikutsertaan auditor
pendahulu. Pandangan auditor pemerintah (BPK) mengenai pernyataan auditor
eksternal (BPK) harus menyelesaikan penugasan audit dengan
menggunakan/melihat hasil kerja auditor lain dan para ahli berpedoman pada
Standar Auditing Seksi 315 yang menegaskan perlunya permintaan keterangan
kepada auditor pendahulu. Review yang dilakukan oleh auditor pengganti
terhadap kertas kerja auditor pendahulu dapat berpengaruh terhadap sifat, saat,
dan luasnya prosedur auditor pengganti yang berkaitan dengan saldo awal dan
konsistensi prinsip akuntansi.
Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan pengguna laporan
keuangan auditan pemerintah daerah dapat memiliki keyakinan absolut bahwa
laporan tidak mengandung salah saji lebih kecil dibandingkan dengan mean rank
pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 21). Berdasarkan mean
rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor pemerintah
(BPK) bahwa pengguna laporan keuangan auditan pemerintah daerah tidak dapat
memiliki keyakinan absolut bahwa laporan tidak mengandung salah saji,
sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat
menimbulkan audit expectation gap. Pendapat dari auditor BPK berdasarkan
pada fakta yang ditegaskan Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar
Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 110 bahwa auditor berperan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan
memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik
yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit
dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai,
namun bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terhadap indikator dalam variabel-
variabel penelitian terlihat bahwa kurangnya pengetahuan audit dari pengguna
laporan keuangan pemerintah daerah menyebabkan eksistensi audit expectation
gap. Kurangnya pengetahuan audit dari pengguna laporan keuangan pemerintah
daerah ditunjukkan pada sedikitnya responden yang memiliki latar belakang
pendidikan akuntansi, pengalaman kerja di bidang akuntansi, pengalaman kerja di
bidang auditing, frekuensi membaca/menggunakan laporan hasil audit dan
kurangnya memahami istilah-istilah dalam audit yang ditunjukkan dalam
terminologi umum. Expectation auditor pemerintah (BPK) yang lebih rendah
pada variabel peran auditor dan pengetahuan audit disebabkan adanya pengalaman
dan pendidikan yang memadai di bidang audit sehingga mereka mempunyai
pengetahuan yang memadai. Masyarakat pembayar pajak daerah dan anggota
DPRD rata-rata memiliki mean rank yang tertinggi di antara pengguna laporan
keuangan pemerintah daerah lainnya. Mean rank yang tinggi disebabkan
kurangnya pengetahuan dari masyarakat pembayar pajak daerah dan anggota
DPRD yang bisa dilihat dari tingkat pendidikan, latar belakang pendidikan,
pengalaman kerja di bidang akuntansi, pengalaman kerja di bidang auditing,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
frekuensi membaca/menggunakan laporan hasil audit, dan kurangnya memahami
istilah-istilah dalam audit yang ditunjukkan dalam terminologi umum.
Pentingnya pengetahuan dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah
ditegaskan oleh Koh dan Woo (1998) yang menyatakan bahwa pengetahuan dari
pengguna laporan keuangan mempengaruhi besarnya audit expectation gap.
Pengguna laporan keuangan yang lebih berpengetahuan menempatkan tanggung
jawab yang lebih rendah dibandingkan pengguna laporan keuangan yang kurang
berpengetahuan, mengindikasikan bahwa gap yang lebih besar muncul di antara
auditor dan pengguna laporan keuangan yang kurang berpengalaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Hasil pengujian terhadap hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah
(BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah, yaitu anggota DPRD,
pegawai DPPKAD dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi peran
auditor.
Hasil pengujian terhadap hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah
(BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah, yaitu anggota DPRD,
pegawai DPPKAD dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi
independensi auditor.
Hasil pengujian terhadap hipotesis ketiga dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah
(BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah, yaitu anggota DPRD,
pegawai DPPKAD dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi
pengetahuan audit.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terhadap indikator dalam variabel-
variabel penelitian terlihat bahwa kurangnya pengetahuan audit dari pengguna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
laporan keuangan pemerintah daerah menyebabkan eksistensi audit expectation
gap.
B. Keterbatasan
Penelitian ini dilakukan dengan berbagai keterbatasan yang dapat berpengaruh
pada hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan metode survei sehingga peneliti
tidak bisa mengontrol jawaban responden. Karena bisa saja responden tidak jujur
dalam menjawab pernyataan yang diajukan. Ruang lingkup penelitian ini masih
terbatas, yaitu hanya di Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Penelitian ini
hanya menggunakan responden pengguna laporan keuangan dari kelompok
anggota DPRD, pegawai DPPKAD dan masyarakat pembayar pajak daerah,
sementara masih banyak pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang bisa
digunakan sebagai responden.
C. Saran
Berdasarkan hasil dan keterbatasan penelitian ini, maka peneliti mengajukan
saran untuk perbaikan penelitian selanjutnya. Saran yang dimaksud adalah
perluasan area penelitian sehingga penelitian dapat digeneralisasi di seluruh
Indonesia. Jumlah kelompok responden pengguna laporan keuangan pemerintah
daerah yang digunakan sebaiknya ditambah sehingga hasil penelitian yang
diperoleh lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini maka masih terdapat audit
expectation gap di antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan
keuangan pemerintah daerah. Audit expectation gap dapat dikurangi dengan
meningkatkan pengetahuan audit pada pengguna laporan keuangan pemerintah
daerah, untuk itu diperlukan peran aktif dari pemerintah daerah.
D. Implikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman terhadap pengauditan
berpengaruh terhadap audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan
pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian ini terlepas dari
keterbatasannya diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah daerah
dan auditor pemerintah (BPK) untuk menurunkan audit expectation gap di sektor
publik.
Pemerintah daerah dapat menurunkan audit expectation gap di sektor publik
dengan cara meningkatkan pemahaman atas pengauditan terhadap pengguna
laporan keuangan pemerintah daerah. Peningkatan pemahaman terhadap
pengauditan dapat dilakukan dengan cara memberikan pendidikan audit terhadap
pengguna laporan keuangan daerah. Pengetahuan audit dari pengguna laporan
keuangan pemerintah daerah berpengaruh terhadap besarnya audit expectation
gap di sektor publik. Auditor pemerintah (BPK) dapat mengurangi audit
expectation gap di sektor publik dengan cara meningkatkan kualitas audit dan
efektivitas audit.