ANALISA KUAT TEKAN BETON NORMAL DENGAN
MATERIAL PASIR KANDILO YANG DIVARIASIKAN DENGAN
PASIR PALU DAN KERIKIL PALU
TUGAS AKHIR
MUHAMMAD RIDWAN ALIF YANSYAH
NIM : 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
2017
i
ANALISA KUAT TEKAN BETON NORMAL DENGAN
MATERIAL PASIR KANDILO YANG DIVARIASIKAN DENGAN
PASIR PALU DAN KERIKIL PALU
TUGAS AKHIR
MUHAMMAD RIDWAN ALIF YANSYAH
NIM : 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
2017
ii
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Politeknik Negeri Balikpapan, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIP : 140309243292
Jurusan : Teknik Sipil
Judul TA : Analisa Kuat Tekan Beton Normal Dengan Material Pasir
Kandilo Yang Divariasikan Dengan Pasir Palu Dan Kerikil
Palu
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan hak
kepada Politeknik Negeri Balikpapan untuk menyimpan, mengalih media atau
format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di : Balikpapan
Pada tanggal : 6 Juni 2017
Yang menyatakan
Muhammad Ridwan Alif Yansyah
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : MUHAMMAD RIDWAN ALIF YANSYAH
Tempat/Tgl Lahir : Penajam,06 April 1996
NIM : 140309243292
Menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul “ANALISA KUAT TEKAN
BETON NORMAL DENGAN MATERIAL PASIR KANDILO YANG
DIVARIASIKAN DENGAN PASIR PALU DAN KERIKIL PALU”adalah bukan
merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhanya, kecuali
dalam kutipan yang kami sebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar kami bersedia mendapat sanksi akademis.
Balikpapan, 6 Juni 2017
Penulis
MUHAMMAD RIDWAN ALIF YANSYAH
NIM : 140309243292
iv
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA KUAT TEKAN BETON NORMAL DENGAN MATERIAL PASIR
KANDILO YANG DIVARIASIKAN DENGAN PASIR PALU DAN KERIKIL
PALU
Disususn oleh :
MUHAMMAD RIDWAN ALIF YANSYAH
NIM 140309243292
Pembimbing I
Mersianty, ST.MT
NIP. 19770130 201504 2 001
Penguji I
Dr.Emil Azmanajaya, S.T.,M.T
NIP. 19770224 201212 1 001
Pembimbing II
Candra Irawan, ST M.Si
NIP. 19770124 200701 1 010
Penguji II
Melviana Firsty, S.T., M.T
NIP. 19770124 200701 1 010
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Drs. Sunarno, M.Eng
NIP. 19640413 199003 1 015
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan rahmat Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang dan kesempatan
untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan telah menghadirkan mereka yang selalu
memberi semangat dan doa yang tiada henti-hentinya
tugas akhirini kupersembahkan kepada:Ayahanda dan Ibunda tercinta
Sulaeman dan Rostinah
Saudara ku yang tercinta
Muhammad Ilham Ismawan Rosul
Sahabat-sahabatku terkasih
Beserta seluruh rekan-rekan, keluarga besar 3 TS 1 2014 dan rekan-rekan
penelitian 2014
vi
ABSTRACT
Concrete is a homogeneous mixture between water cement and aggregate.
Aggregates used in the preparation of the concrete there are 2 that is coarse
aggregate and fine aggregate. This study aims to determine the value of
compressive strength of concrete using fine aggregate in the form of sand Palu
and sand Kandilo.
In planning of concrete mixture in this Final Project use SNI 03-2834-2000
method and experimental research type. This research was conducted at the
laboratory of Civil Engineering Polytechnic Test Material of Balikpapan. The test
object used is a cube size of 15 cm x 15 cm and a test object made as many as 27
specimens. Variations of fine aggregate used are 3: 50% Palu sand : 50% Kandilo
sand, 60% Palu sand: 40% Kandilo sand and 70% Palu sand : 30% Kandilo sand
with 7 days, 14 days and 28 days
From the test results showed the value of compressive strength of concrete
on the variation of sand Palu 50% : Kandilo sand 50% age 7 days of 263,49
kg/cm2, sand Palu 50% : Kandilo sand 50% age 14 days of 234,85 kg/cm
2, Palu
sand 50% : Kandilo sand 50% age 28 days 231,11 kg/cm2, Palu sand 60% :
Kandilo sand 40% age 7 days 304,76 kg/cm2, sand Palu60% : Kandilo sand 40%
age 14 days 355,22 kg/cm2, Palu sand 60% : Kandilo sand 40% age 28 days at
355,22 kg/cm2, Palu sand 70% : Kandilo sand 30% age 7 days 277,25 kg/cm
2,
Palu sand 70% : Kandilo sand 30% age 14 days 277,78 kg/cm2 and Palu sand 70%
: Kandilo sand 30% age 28 days at 242,22 kg/cm2. In the variation Palu sand 60%
: Kandilo sand 40% experienced the highest concrete compressive strength of
299,5 kg/cm2 and on the sand variation Palu sand 50% : Kandilo sand 50%
experienced the lowest compressive strength of 243,15 kg/cm2.
vii
ABSTRAK
Beton adalah campuran homogen antara semen, air dan agregat. Agregat
yang digunakan dalam pembuatan beton ada 2 yaitu agregat kasar dan agregat
halus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton dengan
menggunakan agregat halus berupa pasir Palu dan pasir Kandilo.
Pada perencanaan campuran beton dalam Tugas Akhir ini menggunakan
metode SNI 03-2834-2000 dan jenis penelitian berupa eksperimen. Penelitian ini
dilakukan di laboratorium Uji Bahan Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan.
Benda uji yang digunakan berupa kubus ukuran 15 cm x 15 cm dan benda uji
yang dibuat sebanyak 27 benda uji. Variasi agregat halus yang digunakan ada 3
yaitu pasir Palu 50% : pasir Kandilo 50%, pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40%
dan pasir Palu 70% : pasir Kandilo 30% dengan variasi umur beton 7 hari, 14 hari
dan 28 hari
Dari hasil pengujian menunjukkan nilai kuat tekan beton pada variasi pasir
Palu 50% : pasir Kandilo 50% umur 7 hari sebesar 263,49 kg/cm2, pasir Palu 50%
: pasir Kandilo 50% umur 14 hari sebesar 234,85 kg/cm2, pasir Palu 50% : pasir
Kandilo 50% umur 28 hari sebesar 231,11 kg/cm2, pasir Palu 60% : pasir Kandilo
40% umur 7 hari sebesar 304,76 kg/cm2, pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40%
umur 14 hari sebesar 355,22 kg/cm2, pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40% umur 28
hari sebesar 238,52 kg/cm2, pasir Palu 70% : pasir Kandilo 30% umur 7 hari
sebesar 277,25 kg/cm2, pasir Palu 70% : pasir Kandilo 30% umur 14 hari sebesar
277,78 kg/cm2 dan pasir Palu 70% : pasir Kandilo 30% umur 28 hari sebesar
242,22 kg/cm2. Pada variasi pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40% mengalami kuat
tekan beton tertinggi sebesar 299,5 kg/cm2 dan pada variasi pasir Palu 50% : pasir
Kandilo 50% mengalami kuat tekan terendah sebesar 243,15 kg/cm2.
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha Kuasa,
karna atas rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
dengan judul “Analisa Kuat Tekan Beton Normal Dengan Material Pasir Kandilo
Yang Divariasikan Dengan Pasir Palu Dan Kerikil Palu”.
Didalam karya tulis ini,di sajikan pokok-pokok bahasan tugas akhir
meliputi penulis menyampaikan ucapan terima kasi yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ramli, S.E., M.M. Selaku Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.
2. Drs. Sunarno, M.Eng , selaku Ketua Program Studi Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Balikpapan.
3. Mersianty, ST.MT sebagai dosen pembimbing 1, yang memberikan ilmu
serta tata cara pembuatan laporan ini dan memberikan pengarahan selama
pengerjaan tugas akhir ini.
4. Candra Irawan, ST M.Si sebagai dosen pembimbing 2, yang memberikan
ilmu serta tata cara pembuatan laporan ini dan memberikan pengarahan
selama pengerjaan tugas akhir ini.
5. Rekan – rekan mahasiswa/i 3 teknik sipil 1 angkatan 2014 yang telah
banyak memberikan masukan untuk Proposal Tugas akhir ini.
Sesuai layaknya manusia yang masih jauh dari kesempurnaan selain Allah
S.W.T yang maha sempurna. Tugas Akhir ini bukan karya yang sempurna.
semoga bermanfaat dan berguna sebagaimana mestinya.
Balikpapan, 6 Juni 2017
MUHAMMAD RIDWAN ALIF YANSYAH
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Beton Sebagai Bahan Konstuksi ................................................................. 4
2.1.1 Pengertian Beton ......................................................................................... 4
2.2 Fungsi Material Pembentuk Beton ............................................................ 6
2.2.1 Semen (Portland Cemen) ............................................................................ 7
2.2.2 Agregat Halus (Pasir) ................................................................................. 9
2.2.3 Agregat Kasar (Kerikil) ............................................................................. 11
2.2.4 Air ............................................................................................................. 13
2.3 Gradasi Agregat ......................................................................................... 13
2.4 Klarifikasi Agregat .................................................................................... 14
2.4.1 Sifat fisik Agregat ...................................................................................... 15
2.5 Perencanaan Campuran (Mix Design) ....................................................... 17
2.5.1 Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Mix Design ................................ 18
2.6 Slump Test ................................................................................................. 19
2.7 Kuat Tekan Beton ...................................................................................... 20
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu .................................................................................... 22
3.2 Tahapan Persiapan Alat Dan Bahan .......................................................... 22
3.2.1 Bahan Persiapan Pembuatan Beton ........................................................... 22
3.2.2 Alat-Alat Persiapan Pembuatan Beton ...................................................... 23
3.3 Diagram Alur Penelitian ............................................................................ 25
3.4 Persiapan Alat Dan bahan .......................................................................... 26
3.4.1 Pengujian Bahan Agregat Kasar ................................................................ 26
3.4.2 Pengujian Agregat Halus ........................................................................... 29
3.4.3 Perencanaan Campuran ............................................................................. 31
3.4.4 Pengujian Nilai Slump ............................................................................... 31
3.4.5 Pembuatan Benda Uji ................................................................................ 32
3.4.6 Perawatan (Curing) .................................................................................... 32
3.4.7 Pengujian Benda Uji .................................................................................. 33
3.4.8 Analisa Data Dan Kesimpulan................................................................... 33
3.5 Proses Penentuan Jumlah Agregat Halus .................................................. 33
3.6 Penamaan Benda Uji ................................................................................. 34
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Umum ....................................................................................................... 35
4.2 Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun ......................................................... 35
4.2.1 Pemeriksaan Air ........................................................................................ 35
4.2.2 Pemeriksaan Semen ................................................................................... 35
4.2.3 Pemeriksaan Agregat Halus ....................................................................... 35
4.2.4 Pemeriksaan Agregat Kasar ....................................................................... 48
4.3 Perencanaan Campuran Beton ................................................................... 54
4.4 Perhitungan Pembagian Agregat Halus ..................................................... 57
4.5 Pengujian Nilai Slump ............................................................................... 59
4.6 Pembuatan Benda uji ................................................................................. 60
4.7 Perawatan Beton ........................................................................................ 60
4.8 Pengujian Kuat Tekan Beton ..................................................................... 60
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 68
xi
5.2 Saran ......................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Bagan Diagram Alur Pengujian Kuat Tekan Beton Normal 10
Gambar 4.1 Grafik Hasil Pemeriksaan Gradasi Dan Berat Satuan
Pasir Palu Zona Nomor 2 37
Gambar 4.2 Grafik Gradasi Dan Berat Satuan Gabungan Variasi
Pasir Palu 60% : Pasir Kandilo 40% Zona Nomor 3 39
Gambar 4.3 Grafik Gradasi Dan Berat Satuan Gabungan Variasi
Pasir Palu 50% : Pasir Kandilo 50% Zona Nomor 3 40
Gambar 4.4 Grafik Gradasi Dan Berat Satuan Gabungan Variasi
Pasir Palu 60% : Pasir Kandilo 40% Zona Nomor 3 41
Gambar 4.5 Grafik Gradasi Dan Berat Satuan Gabungan Variasi
Pasir Palu 70% : Pasir Kandilo 30% Zona Nomor 3 42
Gambar 4.6 Grafik Hasil Pemeriksaan Gradasi Dan Berat Satuan
Kerikil Palu Zona Nomor 3 50
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Uji Tekan Beton Dengan Umur 7 Hari 64
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Uji Tekan Beton Dengan Umur 14 Hari 65
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Uji Tekan Beton Dengan Umur 28 Hari 65
Gambar 4.10Grafik Perbandingan Uji Tekan Beton Sesuai Dengan Umur 66
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Oksidasi Semen Portland 9
Tabel 3.2 Waktu Pekerjaan 22
Tabel 3.3 Variasi Benda Uji 33
Tabel 3.3 Nama Benda Uji 33
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir Palu 36
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir Kandilo 38
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Gradasi Gabungan Variasi Pasir Palu 50% :
Pasir Kandilo 50% 40
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Gradasi Gabungan Variasi Pasir Palu 60% :
Pasir Kandilo 40% 41
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Gradasi Gabungan Variasi Pasir Palu 70% :
Pasir Kandilo 30% 42
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Pasir Palu 43
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Pasir Kandilo 44
Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Pasir Palu 45
Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur pasir kandilo 45
Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Pasir Palu 46
Tabel 4.11 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Pasir Kandilo 46
Tabel 4.12 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Pasir Palu 47
Tabel 4.13 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Pasir Kandilo 48
Tabel 4.14 Hasil Pemeriksaan Gradasi Kerikil Palu 49
Tabel 4.15 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Kerikil Palu 51
Tabel 4.16 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Kerikil Palu 52
Tabel 4.17 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Kerikil Palu 52
Tabel 4.18 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Kerikil Palu 53
Tabel 4.19 Hasil Pemeriksaan Keausan Kerikil Palu 54
Tabel 4.20 Mix Design 55
Tabel 4.21 Hasil Koreksi Campuran Beton 56
Tabel 4.22 Kebutuhan Pasir Palu 50% Dan Pasir kandilo 50% 57
Tabel 4.23 Kebutuhan Pasir Palu 60% Dan Pasir Kandilo 40% 57
Tabel 4.24 Kebutuhan Pasir Palu 70% Dan Pasir Kandilo 30% 58
Tabel 4.25 Jumlah Kebutuhan Pasir palu 58
Tabel 4.26 Jumlah Kebutuhan Pasir Kandilo 59
Tabel 4.27 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 50% :
Pasir Kandilo 50% 7 Hari 61
Tabel 4.28 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 50% :
Pasir Kandilo 50% 14 Hari 61
Tabel 4.29 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 50% :
Pasir Kandilo 50% 28 Hari 62
Tabel 4.30 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 60% :
xiv
Pasir Kandilo 40% 7 Hari 62
Tabel 4.31 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 60% :
Pasir Kandilo 40% 14 Hari 63
Tabel 4.32 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 60% :
Pasir Kandilo 40% 28 Hari 63
Tabel 4.33 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 70% :
Pasir Kandilo 30% 7 Hari 64
Tabel 4.34 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 70%:
Pasir Kandilo 30% 14 Hari 64
Tabel 4.35 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 70% :
Pasir Kandilo 30% 28 Hari 65
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Pengujian Agregat
Lampiran 2 Bahan
Lampiran 3 Alat
Lampiran 4 Proses Pengujian Pasir Kandilo
Lampiran 5 Proses Pengujian Pasir Palu
Lampiran 6 Proses Pengujian Kerikil Palu
Lampiran 7 Perencanaan Campuran Beton (mix design)
Lampiran 8 Pengujian Nilai Slump
Lampiran 9 Proses Pembuatan Benda Uji
Lampiran 10 Proses Perawatan Beton
Lampiran 11 Proses Pengujian Kuat Tekan Beton
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia konstuksi di Indonesia mengalami kemajuan yang
pesat. Seiring dengan perkembangan tersebut beton dipilih sebagai bahan
pengganti kayu karena beton memiliki beberapa keunggulan seperti tidak lapuk
karena pengaruh cuaca dan panas serta anti rayap. Beton memiliki beberapa
kelebihan diantaranya mudah dicetak dalam bentuk dan ukuran yang dikehendaki
sesuai dengan kebutuhan. Beton juga tahan terhadap panas dan genangan air.
Beton merupakan elemen pembentuk struktur dengan campuran semen,
agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah lainnya.
Dalam hal pencapaian mutu beton yang baik terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil dari mutu beton tersebut. Salah satunya adalah mutu dari
bahan-bahan yang ada didalam campuran beton itu sendiri.
Dalam pembangunan masyarakat Kalimantan Timur sekarang ini cenderung
lebih menggunakan material yang berada di luar Kalimantan Timur contohnya
pasir Palu dan kerikil Palu, hal itu sebenarnya tidak begitu efektif mengingat
berlimpahnya sumber material yang ada di Kalimantan Timur itu sendiri salah
satunya adalah pasir Kandilo yang berada di Kabupaten Paser.
Tanah Grogot merupakan ibukota dari Kabupaten Paser yang termasuk
kedalam wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Kecamatan Tanah Grogot
merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil, namun memiliki jumlah
penduduk terbesar dibandingkan kecamatan lainnya. Dalam pelaksanaan
pembangunan konstruksi beton, sebagian masyarakat Tanah Grogot menggunakan
campuran beton berupa pasir Palu dan kerikil Palu. Namun ada juga masyarakat
yang memanfaatkan material lokal Tanah Grogot berupa pasir Kandilo sebagai
agregat halus. Secara awam masyarakat wilayah Tanah Grogot membuat
campuran beton dengan komposisi campuran yang sama tanpa sebelumnya
mengetahui karakteristik dari material lokal yang digunakan. Biasanya
masyarakat di Kalimantan Timur sendiri menggunakan material agregat halus
berupa pasir Palu dan pasir Kandilo. Pada agregat kasar berupa kerikil Palu.
2
Dalam penelitian sebelumnya (Karmila Achmad, 2015) melakukan
pengujian terhadap kelayakan material berupa pasir Kandilo, pasir Palu, kerikil
Petangis dan kerikil Palu. Dari hasil pengujian tersebut material yang biasa
digunakan di Kalimantan Timur sebagai bahan konstruksi memenuhi standar
dalam campuran beton. Penulis ingin memanfaatkan material lokal sebagai
material agregat campuran beton dan menguji hasil material tersebut dengan cara
memvariasikan material pasir Kandilo yang divariasikan dengan pasir Palu dan
kerikil Palu. Oleh karena itu judul penelitian kami adalah “ANALISA KUAT
TEKAN BETON NORMAL DENGAN MATERIAL PASIR KANDILO YANG
DIVARIASIKAN DENGAN PASIR PALU DAN KERIKIL PALU “.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapakah kuat tekan beton normal yang dihasilkan dari penggunaan
pasir Kandilo yang di variasikan dengan pasir Palu dan kerikil Palu ?
2. Bagaimana pengaruh variasi terhadap pencampuran pasir Kandilo dan
pasir Palu terhadap mutu beton ?
1.3 Batasan Masalah
1. Pencampuran bahan berdasarkan Metode SNI 03-2834-2000 (Tata cara
pembuatan rencana campuran beton normal).
2. Agregat halus yang digunakan adalah pasir Kandilo dan pasir Palu.
3. Kerikil yang digunakan adalah kerikil Palu.
4. Semen yang digunakan yaitu semen Tonasa type I ukuran 50 kg.
5. Pencampuran variasi agregat halus yang digunakan adalah
pencampuran dengan persentase 50:50, 60:40, 70:30, pasir Palu dan
pasir Kandilo.
6. Benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm
dengan total sampel 27 buah.
7. Pengujian kuat tekan beton normal dilakukan pada umur 7 hari, 14 hari
dan 28 hari.
8. Air yang dipakai dalam penelitian adalah air yang memenuhi
persyaratan yaitu PDAM.
3
9. Penelitian dilakukan di laboratorium Politeknik Negeri Balikpapan.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui besar kuat tekan beton normal yang dihasilkan dari
penggunaan pasir Kandilo yang di variasikan dengan pasir Palu dan
kerikil Palu.
2. Mengetahui pengaruh variasi terhadap pencampuran pasir Kandilo dan
pasir Palu terhadap mutu beton.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberi informasi tentang material lokal yg ada di Kalimantan Timur
khususnya pasir Kandilo kepada masyarakat.
2. Memberi informasi peluang material yang lebih mudah di dapatkan
bagi para kontraktor dalam mencari material.
3. Untuk memanfaatkan hasil bumi yang di miliki diwilayah/daerah
sendiri.
4. Memberi informasi campuran pasir yang dapat memperbaiki kualitas
beton.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Beton Sebagai Bahan konstruksi
Perkembangan dunia konstuksi di Indonesia mengalami peningkatan yang
pesat. Seiring dengan perkembangan tersebut beton dipilih sebagai bahan
pengganti kayu karena beton memiliki beberapa keunggulan seperti tidak lapuk
karena pengaruh cuaca dan panas serta anti rayap. Beton memiliki beberapa
kelebihan diantaranya mudah dicetak dalam bentuk dan ukuran yang dikehendaki
sesuai dengan kebutuhan. Beton juga tahan terhadap panas dan genangan air.
Beton merupakan elemen pembentuk struktur dengan campuran semen,
agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah lainnya.
Dalam hal pencapaian mutu beton yang baik terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil dari mutu beton tersebut. Salah satunya adalah mutu dari
bahan-bahan yang ada didalam campuran beton itu sendiri.
Dalam melakukan sebuah proses penelitian perlu ditetapkan kriteria-kriteria
yang akan digunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan, sejak tahap persiapan
hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan
dengan topik yang dipilih, materi yang dibahas berdasarkan peraturan mengenai
teknologi beton, yaitu : Teori tentang beton, Karakteristik beton, Matrial pada
beton, Workability, Perencanaan pencampuran beton (Mix Design).
2.1.1 Pengertian Beton
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2834-2000), beton adalah
campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat halus, agregat
kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat.
Material pembentuk beton tersebut dicampur merata dengan komposisi tertentu
menghasilkan suatu campuran yang homogen sehingga dapat dituang dalam
cetakan untuk dibentuk sesuai keinginan. Campuran tersebut bila dibiarkan akan
mengalami pengerasan sebagai akibat reaksi kimia antara semen dan air yang
berlangsung selama jangka waktu panjang atau dengan kata lain campuran beton
akan bertambah keras sejalan dengan umumnya. Beton normal adalah beton yang
5
mempunyai berat satuan 2200 kg/m3 sampai 2500 kg/m
3 dan dibuat menggunakan
agregat alam yang dipecah maupun tidak dipecah. Kualitas atau mutu dari suatu
beton sangat bergantung kepada komponen penyusun atau bahan dasar beton,
beton tambahan, cara pembuatan dan alat yang digunakan. Semakin baik bahan
yang digunakan, campuran direncanakan dengan baik, proses pembuatan
dilaksanakan dengan baik dan alat- alat yang digunakan baik maka akan
menghasilkan kualitas beton yang baik pula. Bahan-bahan pokok dari beton
adalah semen, agregat yang terdiri dari agregat halus dan agregat kasar dan air
serta bahan tambah yang digunakan dengan keperluan tertentu.
Beton adalah suatu komposisi bahan yang terdiri terutama dari media
pengikat yang didalamnya memiliki partikel atau pigmen agregat (ASTM C125).
Larutan tambahan untuk memperbaiki sifat beton. Bahan-bahan tersebut dipilih
dan dicampur dengan perbandingan tertentu dan digunakan untuk menghasilkan
beton yang mempunyai kekuatan yang diinginkan, karakteristik beton adalah
mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta tegangan hancur tarik yang
rendah, proses kimia pengikat semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal
dengan proses hidrasi dimana air tersebut berfungsi sebagai pelumas untuk
mengurangi gesekan antara butiran sehingga beton dapat dipadatkan dengan
mudah akan tetapi, kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan
butiran semen berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton berkurang.
Dalam pengerjaan beton segar, ketiga sifat penting yang harus selalu
diperhatikan yaitu :
a. Workability (Kemudahan Pengerjaan atau Kelecakan).
Workability pada beton segar merupakan ukuran sifat kekentalan beton
segar antar cair dan padat, semakin encer beton segar maka semakin mudah
beton tersebut dikerjakan.
b. Segregasi (Pemisahan Kerikil).
Segregasi merupakan kecenderungan butirat-butiran agregat kasar untuk
memisahkan diri dari campuran beton segar. Kecenderungan terjadinya
segregasi ini dapat dicegah jika (Winter George, Arthur H. Nilson,
perencanaan struktur beton bertulang 1993). Tinggi jatuh diperpendek,
6
penggunaan air sesuai dengan syarat, ukuran agregat sesuai dengan syarat
dan pemadatan yang baik.
c. Bleeding (Naiknya Air ke Permukaan)
Setelah beton segar dituang dalam cetakan dan dipadatkan, maka beton
segar dibiarkan mengeras. Selama beberapa menit sesudah dipadatkan, ada
kecenderungan air campuran dalam beton segar untuk naik ke atas
(memisahkan diri).
Bleeding dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor berikut :
a. Susunan butiran agregat. Jika komposisinya sesuai, kemungkinan untuk
terjadinya bleeding kecil.
b. Banyaknya air. Semakin banyak air berarti semakin besar pula
kemungkinan terjadinya bleeding.
c. Kecepatan hidrasi. Semakin cepat beton mengeras, semakin kecil
kemungkinan terjadinya bleeding.
d. Proses pemadatan. Pemadatan yang berlebihan bukan penyebab
terjadinya bleeding.
Bleeding dapat dikurangi dengan beberapa cara yaitu :
a. Memberi lebih banyak semen.
b. Menggunakan air paling minimum.
c. Menggunakan agregat dengan butiran halus lebih banyak.
2.2 Fungsi Material Pembentuk Beton
Material pembentuk beton yang utama adalah semen, agregat halus, agregat
kasar dan air. Untuk membentuk beton, material-material tersebut harus dicampur
dengan perbandingan tertentu dan bila diperlukan diberi bahan tambahan tertentu
sehingga akan dihasilkan beton yang mempunyai sifat-sifat tertentu pula.
Murdock dan K.M. Brook (1999), mengatakan bahwa beton sebagai bahan
bangunan dan konstruksi sifatnya dapat ditentukan lebih duluh dengan yang
dipilih. Menurut Neville (1975), jika suatu campuran beton dipadatkan secara
sempurna, maka kuat tekan beton hanya tergantung pada nilai perbandingan
antara berat air dan berat semen yang biasa disebut factor air semen. Pemadatan
secara sempurna dimaksudkan untuk menghindari adanya kandungan udara yang
7
berlebihan dalam beton akan mengakibatkan beton menjadi bersifat porous atau
berongga didalamnya dan beton akan berkurang kekuatannya.
Ditinjau dari fungsinya, semen dan air membentuk pasta semen sebagai
perekat, kemudian pasta semen bersama agregat halus (pasir) membentuk mortar
yang berfungsi mengikat agregat kasar (kerikil) menjadi satu kesatuan yang
kompak.
Fungsi dari bahan campuran tambahan adalah untuk mempengaruhi perilaku
semen dalam adukan, baik sebagai pengendali waktu pengikatan, mereduksi air
membentuk gelembung udara atau menambah semen dalam mengadakan ikatan.
Sedangkan fungsi agregat kasar adalah sebagai pengisi yang dapat memberikan
kekuatan dan mengurangi penyusutan. Mortar menutupi seluruh permukaan
agregat kasar dan semua celah rongga yang ada diantara butiran agregat kasar,
kemudian pasta semen mengikat butiran kasar sehingga menjadi satu massa yang
padat dan kompak.
2.2.1 Semen (portland cement)
Semen yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton ialah semen
portland. Menurut ASTM C-150, 1985, semen portland didefinisikan sebagai
semen hidrolik yang dihasilkan dengan cara menggiling terak besi (klinker) yang
mengandung kalsium silikat yang bersifat hidrolis, digiling bersama-sama dengan
bahan tambahan berupa satu atau lebih keristal senyawa kalsium sulfat dan boleh
ditambahn dengan bahan lain. Semen digunakan dalam pembuatan beton sebagai
bahan pengikat antara satu komponen penyusun beton dengan komponen lainnya
dan banyak dipakai dalam pembangunan fisik. Penambahan air pada semen akan
menghasilkan suatu pasta semen yang jika mengering akan mempunyai kekuatan
seperti batu, sedangkan jika ditambah air dan pasir akan menjadi mortar semen,
dan jika ditambahn lagi dengan kerikil atau batu pecah disebut beton.
Semen merupakan bahan pengikat utama untuk adukan beton dan pasangan
batu yang digunakan untuk menyatukan bahan menjadi satu kesatuan yang kuat.
Jenis atau tipe semen yang digunakan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kuat tekan beton, dalam hal ini perlu diketahui tipe semen yang
8
distandarisasi di Indonesia. Menurut ASTM C150, semen portland dibagi menjadi
lima tipe, yaitu :
a. Tipe I : Ordinary Portland Cement, semen untuk penggunaan umum, tidak
memerlukan persyaratan khusus (panas hidrasi, ketahanan terhadap sulfat,
kekuatan awal).
b. Tipe II : Moderate Sulphate Cement, semen untuk beton yang tahan
terhadap sulfat sedang dan mempunyai panas hidrasi sedang.
c. Tipe III : High Early Strength Cement, semen untuk beton dengan kekuatan
awal tinggi (cepat mengeras).
d. Tipe IV : Low Heat Of Hydration Cement, semen untuk beton yang
memerlukan panas hidrasi rendah, dengan kekuatan awal rendah.
e. Tipe V : High Sulphate Resistance Cement, semen untuk beton yang tahan
terhadap kadar sulfat tinggi.
Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat.
Adapun sifat-sifat fisik semen yaitu :
a. Kehalusan Butir
Kehalusan semen mempengaruhi waktu pengerasan pada semen. Secara
umum, semen berbutir halus meningkatkan kohesi pada beton segar dan dapat
mengurangi bleeding (kelebihan air yang bersama dengan semen bergerak ke
permukaan adukan beton segar), akan tetapi menambah kecendrungan beton
untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut.
b. Waktu Ikatan
Waktu ikatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sutu tahap
dimana pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu tersebut
terhitung sejak air tercampur dengan semen. Waktu dari pencampuran semen
dengan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu ikat awal,
dan pada waktu sampai pastanya menjadi massa yang keras disebut waktu ikat
akhir. Pada semen portrland biasanya batasan waktu ikatan semen adalah :
1. Waktu ikat awal ≥ 60 menit.
2. Waktu ikat akhir ≥ 480 menit.
9
Waktu ikatan awal yang cukup awal diperlukan untuk pekerjaan beton, yaitu
pada waktu transportasi, penuangan, pemadatan, dan perataan permukaan.
c. Panas Hidrasi
Silikat dan aluminat pada semen bereaksi dengan air menjadi media perekat
yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi membentuk media
perekat ini disebut hidrasi.
d. Pengembangan Volume (lechathelier)
Pengembangan semen dapat menyebabkan kerusakan dari suatu beton,
karena itu pengembangan beton dibatasi sebesar ± 0,8 % (A.M Neville, 1995).
Akibat perbesaran volume tersebut, ruang antar partikel terdesak dan akan timbul
retak – retak.
Ada dua macam semen, yaitu semen hidraulis dan semen non-hidraulis.
Semen hidraulis merupakan semen yang akan mengeras bila bereaksi dengan air,
tahan terhadap air (water resistence) dan stabil di dalam air setelah mengeras.
Sedangkan semen non-hidraulis merupakan semen yang dapat mengeras tetapi
tidak stabil dalam air.
Komposisi oksidasi utama pembentuk semen dapat dilihan pada tabel 2.1, berikut:
Tabel 2.1 Komposisi Oksida Semen Portland
Oksida Komposisi (%)
Kapur (CaO) 60-65
Silicat (SiO2) 17-25
Alumunia (AI2O3) 3-8
Besi (Fe2O3) 0,5-6
Magnesia (MgO) 0,5-4
Sulfur (SO3) 1-2
K2O, Na2O 0,5-1
Sumber :Kardiyono Tjokrodimulyo, 2007
2.2.2 Agregat Halus (pasir)
Agregat halus adalah agregat yang butiran-butirannya lebih kecil dari 4,80
mm, adapun agregat halus berupa disebut pasir, baik berupa pasir alam yang
10
diperoleh langsung dari sungai atau tanah galian dan dari pemecah batu. Harus
mempunyai bentuk yang baik, bersih, keras dan gradasinya baik. (kardiyono
tjokrodimuljo).
Agregat halus adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm. Oleh
karena itu pasir dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu :
a. Pasir galian, merupakan pasir yang tajam, bersudut, berpori dan bebas dari
kandungan garam, tetapi biasanya harus dibersihkan dari kotoran tanah.
b. Pasir sungai, merupakan pasir yang butir halus dan bulat karena gesekan.
c. Pasir laut, merupakan pasir yang berbutir halus dan bulat karena gesekan
serta banyak mengadung garam.(tjokrodimuljo, 1996).
Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi syarat yang telah
ditetapkan. Dalam teknologi beton, ilmu bahan bangunan syarat-syarat agregat
halus sebagai berikut :
a. Butir-butirnya tajam dan keras dengan indeks kekerasan ≤ 2,2
b. Kekal tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Jika diuji dengan
larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12%, jika
dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18%
c. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm)
d. Tidak mengandung zat organik terlalu banyak yang dibuktikan dengan
percobaan warna dengan larutan 3% NaOH.
e. Madulus halus butir antara 1,50-3,80 dan dengan variasi butir sesuai standar
gradasi
f. Khusus untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, agregat halus harus
tidak reaktif terhadap alkali
g. Agregat halus dari laut/pantai, boleh dipakai asalkan dengan petunjuk dari
lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui
Pasir merupakan bahan pengisi yang dipakai bersama bahan pengikat dan
air untuk membentuk campuran yang padat dan keras. Pasir yang dimaksud
adalah butiran mineral yang keras dan besar butiran antara 0,15 mm sampai 5
mm.
11
Dalam penelitian (Karmila Acmad) telah menguji beberapa pasir yaitu pasir
Kandilo dan pasir Palu, oleh karena itu dalam penelitian ini pasir yang digunakan
adalah variasi antara pasir Kandilo dan pasir Palu. Hasil uji penelitian pasir
Kandilo dan pasir Palu pada data berikut :
a. Pasir Kandilo
Berat jenis pasir Kandilo adalah 2,54 gr/cm3. Berat jenis jenuh kering
permukaan (SSD) sebesar 2,56 gr/cm3. Berdasarkan syarat yang telah
ditentukan maka pasir Kandilo memenuhi syarat yaitu 2,5 gr/cm3-2,7
gr/cm3. Berat satuan 1,54 gr/cm
3, memenuhi syarat 1,50-1,80. Daya serap
air pasir Kandilo tidak memenuhi syarat 0,5%-1% yaitu sebesar 1,90.
Kandungan lumpur 0,67% memenuhi syarat lebih kecil dari 5%. Modulus
halus butir 2,33 yang berarti memenuhi syarat yaitu 1,5-3,8.
b. Pasir Palu
Berat jenis pasir Palu adalah 2,50 gr/cm3. Berat jenis jenuh kering
permukaan (SSD) sebesar 2,51 gr/cm3. Berdasarkan syarat yang telah
ditentukan maka pasir Palu memenuhi syarat yaitu 2,5 gr/cm3-2,7 gr/cm
3.
Berat satuan 1,80 gr/cm3, memenuhi syarat 1,50-1,80. Daya serap air pasir
Palu tidak memenuhi syarat 0,5%-1% yaitu sebesar 2,64. Kandungan
lumpur 0,43% memenuhi syarat lebih kecil dari 5%. Modulus halus butir
2,38 yang berarti memenuhi syarat yaitu 1,5-3,8.
2.2.3 Agregat Kasar (kerikil)
Agregat kasar adalah agregat yang berukuran lebih dari 5 mm sampai 40
mm. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil dari disintegrasi
alam dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan manual
maupun dari mesin. Agregat kasar merupakan agregat yang butirannya dapat
tertahan pada ayakan 4,75 mm. Dalam penelitian ini menggunakan agregat kasar
berupa kerikil Palu.
Agregat harus mempunyai gradasi yang baik, artinya harus terdiri dari
butiran yang beragam besarnya, sehingga dapat mengisi rongga-rongga akibat
ukuran yang besar, sehingga akan mengurangi penggunaan semen atau
penggunaan semen yang minimal. Beberapa jenis agregat kasar secara umum
12
adalah Batu pecah alami, kerikil alami, agregat kasar satuan dan agregat untuk
pelindung nuklir dan bebobot berat.
Agregat kasar yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan. Dalam teknologi beton, ilmu bahan bangunan syarat-syarat agregat
kasar adalah sebagai berikut :
a. Butir-butirnya keras dan tidak berpori. Indek kekerasan ≤ 5%. Bila diuji
dengan bejana Redeloff atau Los Angeles.
b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan
hujan).jika diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur
maksimum 18%.
c. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm)
lebih dari 1%.
d. Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif terhadap alkali.
e. Butiran agregat yang pipi dan panjang tidak boleh lebih dari 20%.
f. Modulus halus butiran antara 6-7,10 dan dengan variasi butir sesuai standar
gradasi.
g. Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari : 1/5 jarak terkecil antara
bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal plat beton, 3/4 jarak bersih antar
tulangan atau bekas tulangan.
Dalam penelitian (Karmila Acmad) telah menguji agregat kasar yaitu kerikil
Palu, oleh karena itu dalam penelitian ini kerikil yang digunakan adalah kerikil
Palu. Hasil uji penelitian kerikil Palu sebagai data berikut :
a. Berat jenis kerikil Palu adalah 2,67 gr/cm3. Berat jenis jenuh kering
permukaan (SSD) sebesar 2,69 gr/cm3. Berdasarkan syarat yang telah
ditentukan maka kerikil Palu memenuhi syarat yaitu 2,5 gr/cm3-2,7 gr/cm
3.
Berat satuan 1,720 gr/cm3, memenuhi syarat 1,50-1,80. Daya serap air
kerikil Palu memenuhi syarat 0,5%-1% yaitu sebesar 0,94. Kandungan
lumpur 0,18% memenuhi syarat lebih kecil dari 5%. Ketahanan aus 26,94%
memenuhi syarat kurang dari 50%. Modulus halus butir 7,01 yang berarti
memenuhi syarat yaitu 6,5-7,1.
13
2.2.4 Air
Air merupakan komponen penting dari campuran beton yang memegang
peranan penting dalam bereaksi dengan semen dan mendukung terbentuknya
kekuatan semen pasta. Kualitas air mempengaruhi kekuatan beton, maka
kemurnian dan kualitas air untuk campuran beton perlu mendapat perhatian.
Secara umum, untuk campuran beton diperlukan air yang memenuhi standar air
minum. Tujuan utama dari penggunaan air adalah agar terjadi hidrasi, yaitu reaksi
kimia yang terjadi antar semen dan air yang menyebabkan campuran tersebut
menjadi keras setelah beberapa waktu tersebut. Air untuk perawatan dan
pembuatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam, bahan-
bahan organik atau bahan lain yang dapat merusak beton atau tulangannya.
Sebaiknya digunakan air bersih, tidak berasa, tidak berbau dan dapat diminum.
Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Tidak mengandung lumpur dan benda melayang lainnya yang lebih dari 2
gram/liter.
b. Tidak mengandung garam atau asam yang dapat merusak beton, zat organik
dan sebagainya lebih dari 15 gram/liter.
c. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
d. Tidak mengandung klorida (CI) lebih dari 1 gram/liter.
Faktor air semen (water cement ratio) adalah perbandingan berat air bebas
dengan berat semen. Faktor air semen merupakan faktor pengaruh dalam pasta
semen. Air yang berlebihan dapat menyebabkan banyaknya gelembung air setelah
proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan
proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya sehingga akan mempengaruhi kekuatan.
2.3 Gradasi Agregat
Gradasi agregat adalah distribusi dari variasi ukuran butiran agregat.
Gradasi agregat berpengaruh pada besarnya rongga dalam campuran dan
menentukan workabilitas (kemudahan dalam pekerjaan) serta stabilitas campuran.
Gradasi agregat ditentukan dengan cara analisa saringan, dimana sampel agregat
halus melalui satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran bukaan
14
jaringan kawat dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan jaringan kawat
per inchi persegi dari saringan tersebut. Gradasi agregat dapat dibedakan atas :
a. Gradasi seragam
Gradasi seragam adalah gradasi agregat dengan ukuran butiran yang hampir
sama. Gradasi seragam ini disebut juga gradasi terbuka (open graded)
karena hanya mengandung sedikit agregat halus sehingga terdapat banyak
rongga/ruang kosong antara agregat. Campuran beraspal dengan gradasi ini
memiliki stabilitas yang tinggi, agak kedap terhadap air dan memiliki berat
isi yang besar.
b. Gradasi rapat
Gradasi rapat adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran dari agregat
kasar sampai halus, sehingga sering juga disebut gradasi menerus, atau
gradasi baik (well graded). Campuran beraspal dengan gradasi ini memiliki
stabilitas yang tinggi, agak kedap terhadap air dan memiliki berat isi yang
besar.
c. Gradasi senjang
Gradasi senjang adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat yang ada
tidak lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit
sekali. Campuran beraspal dengan gradasi ini memiliki kualitas peralihan
dari keadaan campuran dengan gradasi yang disebutkan diatas.
2.4 Klarifikasi Agregat
Berdasarkan bentuknya, agregat digolongkan menjadi :
a. Agregat ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang.
b. Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami bantuan
atau pasir yang dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir terbesar 5,0 mm.
c. Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir ntara 5-40 mm. Agregat kasar adalah agregat
dengan ukuran butiran lebih besar dari saringan no.88 (2,36 mm).
15
d. Bahan pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75%
lolos saringan no. 30 (0,06 mm).
Jenis agregat dari cara pengolahannya :
1. Agregat alam.
Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau
dengan sedikit proses pengolahan. Agregat ini terbentuk melalui proses
erosi dan degradasi. Bentuk partikel dari agregat alam ditentukan proses
pembentukannya.
2. Agregat melalui proses pengolahan.
Digunung‐gunung atau dibukit‐bukit, dan sungai‐sungai sering ditemui
agregat yang masih berbentuk batu gunung, dan ukuran yang besar‐besar
sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat
digunakan sebagai agregat konstruksi jalan.
3. Agregat Buatan.
Agregat yang yang merupakan merupakan mineral filler/pengisi (partikel
dengan ukuran ≤ 0,075 mm), diperoleh dari hasil sampingan pabrik‐pabrik
semen atau mesin pemecah batu.
2.4.1 Sifat Fisik Agregat
Sifat-sifat agregat yang mempengaruhi mutu beton antara lain :
1. Bentuk butiran dan keadaan permukaan.
Butiran agregat biasa berbentuk bulat (agregat yang berasal dari
sungai/pantai), tidak beraturan, bersudut tajam dengan permukaan kasar, ada
yang berbentuk pipih dan lonjong. Bentuk butiran agregat pada
pencampuran beton berpengaruh pada :
a. Luas permukaan agregat.
b. Jumlah air pada pengadukan beton.
c. Kestabilan/ketahanan (durabilitas) pada beton.
d. Kelecakan (workability).
e. Keadaan permukaan beton mempengaruhi kekuatan beton pada daya
ikatan antara agregat dan semen. Permukaan kasar ikatan menjadi kuat
dan permukaan yang licin membuat ikatan menjadi lemah.
16
2. Kekuatan agregat
a. Kekuatan agregat adalah kemampuan agregat untuk menahan beban
dari luar yang paling dominan di perhatikan adalah kekuatan tekan
dan elastisitas
b. Kekuatan dan elastisitas agregat di pengaruhi oleh :
1. Jenis batuannya.
2. Susunan mineral agregat.
3. Struktur/Kristal butiran.
4. Porositas.
5. Ikatan antar butiran.
c. Pengujian kekuatan agregat meliputi :
1. Pengujian kuat tekan.
2. Pengujian agregat dengan goresan batang tembaga atau bejana
rudellor.
3. Pengujian keausan dengan mesin aus los angeles
3 Berat jenis agregat
Berat jenis adalan perbandingan berat suatu benda dengan berat air murni
pada volume yang sama. Pada suhu tententu berat jenis agregat bergantung
oleh: jenis batuan, susunan mineral agregat, struktur butiran, dan porositas
batuan. Berat jenis agregat di bagi menjadi 3 yaitu :
a. Berat jenis SSD, yaitu berat jenis agregat dalam kondisi jenuh kering
permukaan.
b. Berat jenis semu, adalah Berat jenis agregat yang memperhitungkan
berat agregat dalam keadaan kering dan volume agregat dalam
keadaan kering.
c. Berat jenis bulk, adalah berat jenis agregat yang memperhitungkan
berat agregat dalam keadaan kering dan seluruh volume agregat.
4 Bobot isi.
Bobot isi adalah perbandingan berat suatu benda dengan volume benda
tersebut. Bobot isi agregat pada beton berguna untuk klarifikasi perhitungan
perencanaan campuran beton.
5. Porositas, kadar air dan daya serap air
17
a. Adalah jumlah kadar pori-pori yang ada pada agregat, baik pori-pori
yang dapat di tembus air maupun yang tidak yang dinyatakan dengan
% terhadap volume agregat
b. Porositas agregat erat hubungannya dengan : berat jenis agregat, daya
serap air, sifat kedap air dan modulus elastissitas
c. Kadar air agregat adalah banyaknya air yang terkandung dalam
agregat. Ada 4 jenis kadar air dalam agregat yaitu :
1. Kadar air kering tungku, yaitu agregat yang benar-benar kering
tanpa air.
2. Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya
kering tapi mengandung sedikit air di dalam porinya sehingga
masih dapat menyerap air.
3. Kadar air jenuh permukaan (SSD), dimana agregat yang pada
permukaannya tidak terdapat air tetapi didalam butirannya sudah
jenuh air. Pada tahap ini air yang terkandung pada agregat tidak
menambah air dalam pengadukan beton.
4. Kondisi basah, yaitu kondisi dimana dimana di permukaan
maupun di dalam butiran agregat mengandung air sehingga akan
menyebabkan penambahan jumlah air pada adukan beton.
6. Daya serap air adalah kemampuan agregat dalam menyerap air sampai
dalam keadaan jenuh, daya serap air agregat merupakan jumlah air yang
terdapat dalam agregat dihitung dari keadaan kering oven sampai dengan
keadaan jenuh dan dinyatakan dalam %.
7. Daya serap air berhubungan dengan pengontrolan kualitas beton dan jumlah
air yang dibutuhkan pada beton.
2.5 Perencanaan Campuran (Mix Design)
Tujuan utama mempelajar sifat-sifat beton adalah untuk perencanaan
campuran (mix design), yaitu pemilihan bahan-bahan beton yang memadai, serta
menentukan proporsi masing-masing bahan untuk menghasilkan beton ekonomis
dengan kualitas yang baik.
tertuang dalam SK SNI 03-2834-2000 dapat diuraikan sebagai berikut :
18
a. Menentukan kuat tekan rata-rata rencana (f’c).
b. Pengujian faktor air semen (FAS).
c. Penentuan besar butir agregat maksimum.
d. Pengujian kadar air bebas.
e. Menentukan proporsi agregat.
f. Pengujian berat jenis agregat gabungan.
g. Menghitung proporsi campuran beton.
h. Pengujian slump.
2.5.1 Faktor yang mempengaruhi pemilihan Mix Design
a. Kuat tekan
Salah satu dari karakteristik beton yang paling dan mempengaruhi unsur-
unsur beton lainnya, kuat tekan rata- rata pada umur beton tertentu biasanya
28 hari menunjukan nilai rasio air semen dari campuran.
b. Workability
Tingkat kemudahan pengerjaan bergantung pada tiga faktor, yaitu ukuran
beton yang direncanakan, jumlah penulangan dan metode pemadatan yang
akan digunakan. Untuk ukuran sempit dan sulit terjangkau, beton harus
memiliki tingkat kemudahan pengerjaan yang tinggi sehingga pemadatan
penuh dapat dicapai dengan usaha tertentu, seperti alat vibrator dsb. Ini juga
berlaku untuk jumlah tulangan dan peralatan pemadatan yang tersedia
dilapangan.
c. Durability
Ketahanan beton yang dimaksud adalah ketahanan beton terhadap kondisi
lingkungan agresifnya. Beton dengan kuat tekan tinggi biasanya lebih tahan
lama dibandingkan dengan beton yang berkekuatan rendah. Pada situasi
dimana kekuatan beton yang tinggi tidak terlalu diperlukan tetapi kondisi
lingkungan yang mengharuskan beton memiliki ketahanan tinggi, maka
persyaratan ketahanan akan menentukan rasio air dan semen yang akan
digunakan.
d. Ukuran nominal maksimum agregat
Secara umum, semakin besar ukuran agregat, semakin sedikit semen yang
dibutuhkan untuk rasio air dan semen tertentu, karena tingkat kemudahan
19
pengerjaan beton akan meningkat sebanding dengan semakin besarnya
ukuran agregat. Akan tetapi, kuat tekan cenderung meningkat apabila
ukuran agregat semakin kecil.
e. Grading and tipe of agregat
Kekasaran agregat turut mempengaruhi proporsi campuran. Semakin kasar
agregat, semakin kuat ikatan antara agregat dengan semen. Tipe agregat
juga mempengaruhi rasio agregat dan semen. Satu hal yang penting dalam
pencampuran beton adalah keseragaman ukuran agregat yang digunakan.
f. Quality Control
Kontrol terhadap kualitas dapat diperkirakan berdasarkan beberapa variasi
hasil tes campuran beton. Variasi kekuatan beton disebabkan oleh variasi
bahan campuran yang digunakan, kurangnya control dalam pencampuran,
penuangan, pengeringan, pengetesan dan proses pengadukan.
2.6 Slump Test
Slump test adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk
menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak) dari campuran
beton segar untuk menentukan tingkat workability nya. Kekakuan dalam suatu
campuran beton menunjukan berapa banyak air yang digunakan. Untuk itu uji
slump menunjukan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup
air.
Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat diperhatikan karena
menentukan tingkat workability nya atau tidak. Campuran beton yang terlalu air
akan menyebabkan mutu beton rendah dan lama mengering. Sedangkan campuran
beton yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk
dicetak.
Uji slump mengacu pada SNI 1972-2008. Slump dapat dilakukan
dilaboratorium maupun dilapangan (biasanya ketika ready mix sampai, diuji setiap
kedatangan). Hasil dari uji slump beton yaitu nilai slump. Nilai slump, nilai yang
tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan mempunyai standar.
Perhitungan Nilai Slump sebagai berikut :
20
NILAI SLUMP = Tinggi cetakan – tinggi ratarata benda uji.....................2.1
Ada beberapa bentuk slump yang berbeda sesuai dengan kadar airnya
sebagai berikut :
a. Collapse/runtuh
Keadaan ini disebabkan terlalu banyak air/basah sehingga campuran dalam
cetakan runtuh sempurna. Bisa juga karena merupakan campuran yang
warkabilitynya tinggi yang diperuntukan untuk lokasi pengecoran tertentu
sehingga memudahkan pemadatan.
b. Shear
Pada keadaan ini bagian atas sebagian bertahan, sebagian runtuh sehingga
berbentuk miring, mungkin terjadi karena adukan belum rata tercampur.
c. True
Merupakan bentuk slump yang benar dan ideal.
Jika pada saat uji slump bentuk yang dihasilkan adalah collapse atau shear,
maka tidak perlu membuat campuran baru terburu-buru. Cukup ambil sempel
beton segar yang baru dan mengulang pengujian.
2.7 Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu dari mesin uji
tekan beton. Kuat tekan beton merupakan sifat terpenting dalam kualitas beton
dibanding dengan sifat-sifat lain. Kekuatan tekan beton ditentukan oleh
pengaturan dari perbandingan semen, agregat kasar, agregat halus, air dan
berbagai jenis campuran. Perbandingan dari air semen merupakan faktor utama
menentukan kekuatan beton, semakin rendah perbandingan air semen maka
semakin tinggi kuat tekannya.
Nilai kuat tekan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
f’c = 𝑃
𝐴..................................................................2.2
dimana : f’c = Kuat tekan beton (Mpa)
P = Beban maksimum/beban runtuh (kN)
21
A = Luas penampang benda uji
Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi kekuatan beton, yaitu :
a. Faktor Air Semen (FAS)
Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air dan berat
semen dalam campuran pasta atau mortar. Secara umum diketahui bahwa
semakin tinggi nilai FAS, maka semakin rendah mutu kekuatan beton.
Namun demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa
kekuatan beton semakin tinggi. Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan
kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan
yang pada akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun.
b. Jumlah Semen
Pada mortar dengan FAS sama, beton dengan kandungan semen lebih
banyak belum tentu mempunyai kekuatan lebih tinggi. Hal ini disebabkan
karena jumlah air yang banyak, demikian pula pastanya menyebabkan
kandungan pori lebih banyak dari pada mortar dengan kandungan semen
yang lebih sedikit. Kandungan pori ilmiah yang mengurangi kekuatan
mortar. Jumlah semen dalam mortar mempunyai nilai optimum tertentu
yang yang memberikan kuat tekan tinggi.
c. Umur Beton
Kekuatan beton akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur dimana
pada umur 28 hari pasta dan mortar akan memperoleh kekuatan yang
diinginkan.
d. Sifat Agregat
Sifat agregat yang berpengaruh terhadap kekuatan merupakan bentuk
kekasaran permukaan, kekerasan dan ukuran maksimum butir agregat.
Bentuk dari agregat akan berpengaruh terhadap interlocking antar agregat.
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen, yaitu dengan
pengadaan percobaan di laboratorium uji bahan jurusan teknik sipil guna
mendapatkan hasil yang menjelaskan bagian-bagian yang di teliti, kegiatan
tersebut dilaksanakan di Politeknik Negeri Balikpapan. Waktu pelaksanaan yang
di gunakan untuk memulai ialah bulan April hingga Mei 2017.
Tabel 3.1 waktu pekerjaan
No Uraian
Bulan
April Mei Juni
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Persiapan Alat Dan Bahan
2 Perencanaan Campuran
3 Pembuatan Benda Uji
4 Perawatan Benda Uji
5 Pengujian Benda Uji
6 Analisis Data Dan
Kesimpulan
3.2 Tahapan Persiapan Alat Dan Bahan
3.2.1 Bahan Persiapan Pembuatan Beton
a. Agregat
1. Agregat Halus
2. Bahan dasar agregat halus yang digunakan terdiri dari dua jenis agregat
halus yaitu pasir Kandilo dan pasir Palu.
3. Agregat Kasar
bahan dasar agregat kasar yang digunakan yaitu kerikil Palu.
23
b. Semen (portland cement)
1. Semen yang digunakan adalah semen tipe I dengan merk Tonasa dalam
kemasan 50 kg.
c. Air PDAM
3.2.2 Alat-alat Persiapan Pembuatan Beton
Semua peralatan yang digunakan dalam penelitian ini tersedia di
Laboratorium Politeknik Negeri Balikpapan. Alat-alat yang di gunakan meliputi :
a. Ayakan pasir dan batu
Alat ini terbuat dari baja, untuk ayakan pasir mempunyai ukuran lubang
yang berurutan: 9.5 mm, 4.75 mm, 2.36 mm, 2.00 mm, 1.18 mm, 0.60 mm,
0.425 mm, 0.30 mm, 0.15 mm, dan pan. Sedangkan untuk ayakan batu
mempunyai ukuran lubang berurutan : 25.0 mm, 19.0 mm, 9.5 mm, 4.75
mm, 2.36 mm, 1.18 mm, 0.60 mm, 0.30 mm, 0.15 mm, 0.075 mm serta
pan.`Cara pemakaian dengan cara di susun dari atas melalui ukuran lubang
besar kemudian kebawah sekain kecil, dan paling bawah adalah pan (tempat
penampung sisa ayakan). Alat ini berungsi sebagai penguji gradasi agregat
kasar dan agregat halus.
b. Piknometer
Alat ini digunakan untuk memeriksa berat jenis dan penyerapan agregat
halus, piknometer ini mempunyai kapasitas 1000 cc.
c. Timbangan
Timbanagan yang di gunakan adalah timbangan digital yang mempunyai
kapasitas 15 kg dan timbangan manual dengan kapasitas 20 kg.
d. Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur takaran air yang akan di pakai pada campuran
beton.
e. Kerucut Abram’s
Alat ini digunakan untuk menguji slump pada pembuatan adukan beton
dengan ukuran diatas 10 cm, dibawah 20 cm dan tinggi 30 cm.
f. Oven
24
Alat ini berfungsi untuk mengeringkan semple agregat halus dan agregat
kasar.
g. Tongkat Baja
Tongkat ini memiliki ukuran diameter 16 mm, alat ini digunakan untuk
pengujian slump serta peroses pemadatan campuran dalam cetakan kubus
beton.
h. Bak Perendam
Bak ini digunakan untuk merendam benda uji.
i. Alat Uji Kuat Tekan Beton
Alat ini digunakan sebagai alat uji tekan terhadap benda uji beton.
j. Cetakan kubus
Benda ini terbuat dari baja, digunakan untuk mencetak benda uji dengan
ukuran 15cm x 15cm x 15 cm.
k. Los Angeles
Alat ini berfungsi untuk mengetahui tingkat ketahanan aus kerikil/batu
pecah yang dihubungkan dengan kekerasan dan kekuatan.
L. Mesin Pengguncang Saringan
Alat ini digunakan untuk pemisah agregat sesuai dengan ukuran saringan.
M. Mesin Pengaduk Beton (Concrete Mixer)
Alat ini digunakan untuk mencampur bahan adukan beton.
25
3.3 Diagram Alur Penelitian
Untuk memperjelas pelaksanaan, berikut diagram alur penelitian :
Gambar 3.1 Bagan diagram Alur Pengujian Kuat Tekan Beton Normal
PENCAMPURAN BENDA UJI
PERAWATAN BENDA UJI
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
PEMBUATAN BENDA UJI
SELESAI
PENGUJIAN BENDA UJI
MULAI
Cdsvsbffdb
PENGUJIAN BAHAN
PENGUJIAN SLUMP
(8-12 CM)
YA
TIDAK
Agregat Halus (pasir Kandilo dan Palu)
1. Berat jenis
2. Gradasi
3. Kadar lumpur
4. Kadar air
5. Besar satuan volume
Agregat Kasar
1. Berat jenis
2. Gradasi
3. Kadar lumpur
4. Kadar air
5. Besar satuan volume
6. Keausan agregat
26
3.4 Persiapan Alat Dan Bahan
Tahapan ini merupakan tahapan persiapan penelitian di Laboraturium Uji
Bahan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan, yang meliputi bahan
matrial yang akan dipakai.
3.4.1 Pengujian Bahan Agregat kasar
1. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar.
Langkah-langkah pemeriksaan berat jenis agregat kasar adalah sebagai
berikut :
a. Siapkan benda uji yang tertahan saringan No. 4 kurang lebih 5 kg.
b. Cuci benda uji tersebut lalu keringkan dalam oven selama 24 jam pada
suhu 110 C.
c. Dinginkan dalam ruangan terbuka selama 2 jam lalu rendam dalam air
minimal selama 15 menit.
d. Buang air perendamannya lalu tumpahkan diatas kain yang menyerap
air, agregat yang besar dikeringkan masing-masing dengan lap kain
untuk kering permukaan.
e. Timbang agregat yang kering permukaan itu (BJ) kg. Dengan
memasukkan steker adaptor ke dalam stop kontak yang bertegangan
220 volt, hubungkan songket kabel adaptor pada digital balance. Tekan
saklar On pada panel digital balance, kemudian tekan saklar T (tera)
hingga pada digital segmen menunjukkan 0 gr, kapasitas maksimum
pada balance 6100 gr.
f. Letakkan benda uji pada plat from sehingga beratnya akan terbaca pada
digital segmen.
g. Pasang kait (A) pada cincin timbangan di bagian bawah kemudian
letakkan timbangan pada mounting table, pada posisi kait benda
ditengah lubangnya, kemudian pasang kait (B) dan benda uji basket. Isi
water container dengan air hingga 5 cm dibawah pipa over flow,
hidupkan digital balance ikuti langkah (e).
h. Masukkan benda uji kedalam benda uji basket, celupkan kedalam
container berisi air, goyang-goyang lah sampel basket tersebut dalam
27
air untuk mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang
terperangkap didalamnya.
i. Timbangna agregat dalam air (BA) kg. Dengan cara mengaitkan tangkai
benda uji basket pada kait (B), putar handle (12) kekanan sehingga
benda uji basket terendam air hal ini terjadi proses penimbangan yang
terlihat pada dinding segmen.
2. Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui distribusi ukuran agregat kasar
dengan menggunakan saringan-saringan standart tertentu yang ditujukan dengan
lubang saringan (mm) dan untuk nilai apakah agregat kasar yang digunakan
tersebut cocok untuk produksi beton. Langkah-langkah pemeriksaan gradasi
agregat kasar sebagi berikut:
a. Agregat kasar yang akan diperiksa dikeringkan dalam oven dengan
suhu 105 sampai beratnya tetap.
b. Ayakan disusun sesuai dengan urutannya, ukuran terbesar diletakkan
pada bagian paling atas, yaitu 76 mm diikuti dengan ukuran ayakan
yang lebih kecil berturut-turut.
c. Agregat kasar dimasukkan kedalam ayakan yang paling atas dan ayakan
digetarkan selama 5 menit.
d. Agregat kasar yang tertinggal pada masing-masing ayakan dipindahkan
ketempat atau wadah yang tersedia kemudian ditimbang.
e. Gradasi agregat kasar diperoleh dengan menghitung jumlah kumulatif
presentasi butiran yang lolos pada masing-masing ayakan. Nilai butiran
dihitung dengan menjumlahkan presentasi kumulatif butiran tertinggal
dan kemudian dibagi seratus.
3. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kandungan lumpur
dalam agregat kasar. Langkah-langkah pemeriksaan kandungan lumpur untuk
agregat kasar sebagai berikut :
a. Agregat kasar kering oven ditimbang beratnya (B1).
b. Agregat kasar dicuci diatas ayakan No. 200.
28
c. Agregat kasar yang tertinggal diatas ayakan dipindahkan ke dalam
wadah dan dimasukkan ke dalam oven selama 1 x 24 jam.
d. Agregat kasar dikeluarkan dari oven dan ditimbang.
4. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kandungan air dalam
kerikil. Langkah-langkah pemeriksaan adalah sebagai berikut:
a. Timbang cawan yang akan digunakan.
b. Masukkan batu kerikil dicawan.
c. Timbang batu kerikil dalam cawan, kemudian dioven selama 1 x 24
jam.
d. Kemudian dikeluarkan dari oven lalu ditimbang.
5. Pemeriksaan Berat Satuan Volume Agregat Kasar
Langkah-langkah pemeriksaan sebagai berikut :
a. Memasukkan batu kerikil kering ke dalam silinder baja sebanyak 3
lapisan (masing-masing lapisan diisi 1/3 dari tinggi silinder). Tiap lapis
ditumbuk dengan tongkat baja sebanyak 25 kali hingga penuh.
b. Lalu hidupkan mesin penggetar, selama masih ada kurang masukan
secara bertahap kerikil.
c. Matikan ketika sudah tidak ada ruang lalu ditimbang.
6. Pemeriksaan Keausan Batu.
Langkah-langkah pemeriksaan sebagai berikut :
a. Menyiapkan material sebanyak 5000 gr.
b. Memasukkan bola-bola baja dan kerikil ke dalam mesin Los Angeles.
c. Memutar mesin Los Angeles dengan kecepatan 30-35 rpm sebanyak
500 putaran, lalu benda uji dikeluarkan dan disaring dengan ukuran
saringan 2,36 mm.
d. Menimbang kerikil yang tertahan pada saringan 2,36 mm dan
menghitung keausannya.
29
3.4.2 Pengujian agregat halus
1. Pemeriksaan Berta Jenis Pasir
Tujuan pemeriksaan ini untuk berat jenis (Bulk Specific Gravity), berat jenis
jenuh kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu (Apparent Specfic Gravity)
dan penyerapan (Absortion) dari agregat halus. Langkah dalam pemeriksaan berat
jenis agregat halus sebagai berikut :
a. Pasir dikeringkan dalam tungku pemanas (oven) dengan suhu sekitar
105o sampai beratnya tetap.
b. Pasir direndam didalam air selama 24 jam.
c. Air bekas rendaman dibuang dengan hati- hati sehingga butiran pasir
tidak ikut terbuang, pasir dibiarkan diatas nampan dikeringkan sampai
tercapai keadaan jenuh kering muka.
d. Pasir diatas sebanyak 500 gr (BO) dimasukan kedalam piknometer
kemudian air sampai 90% penuh. Untuk mengeluarkan udara yang
terjebak dalam butiran pasir, piknometer diputar dan diguling-
gulingkan.
e. Air ditambahkan hingga piknometer penuh kemudian piknometer
ditimbang (B1).
f. Pasir dikeluarkan dari piknometer kemudian dimasukan kedalam oven
selama 1 × 24 jam sampai beratnya tetap (B2).
g. Piknometer dibersihkan lalu diisi air sampai penuh kemudian ditimbang
(B3).
2. Pemeriksaan Gradasi Pasir
Bertujuan untuk mengetahui distribusi ukuran agregat halus dengan
menggunakan saringan standar tertentu yang ditujukan dengan lubang saringan
(mm). langkah- langkah pemeriksaan gradasi agregat halus sebagai berikut :
a. Pasir dikeringkan dalam tungku pemanas (oven) dengan suhu sekitar
110o sampai beratnya tetap.
b. Ayakan disusun sesuai dengan urutannya, ukuran terbesar diletakan
pada posisi paling atas yaitu 4,8 mm diikuti dengan ukuran ayakan yang
lebih kecil berturut- turut.
30
c. Pasir dimasukan kedalam ayakan paling atas dan ayakan dengan cara
digetarkan selama 5 menit.
d. Pasir yang tertinggal pada masing-masing ayakan dipindahkan
ketempat atau wadah yang tersedia kemudian ditimbang.
e. Gradasi pasir diperoleh dengan menghitung jumlah komulatif persentasi
butiran yang lolos pada masing-masing ayakan. Nilai butiran halus
dihitung dengan menjumlahkan presentasi komulatif butiran tertinggal
dan kemudian dibagi seratus.
3. Pengujian Kadar Lumpur
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kandungan lumpur
dalam pasir, langah- langkah pemeriksaan sebagai berikut :
a. Pasir kering oven ditimbang beratnya (B1).
b. Pasir dicuci diatas ayakan No 200.
c. Pasir yang tertinggal diatas ayakan dipindahkan kedalam wadah dan
dimasukan kedalam oven selama 1 x 24 jam.
d. Pasir dikeluarkan dari oven dan ditimbang.
4. Pemeriksaan Kadar Air
Tujuan ini untuk mengetahui kandungan air dalam pasir, langkah langkah
sebagai berikut :
a. Timbang cawan yang akan digunakan.
b. Masukan pasir dicawan.
c. Timbang pasir dalam cawan, kemudian dioven selama 24 jam.
d. Kemudian dikeluarkan dari oven lalu ditimbang.
5. Pemeriksaan Berat Satuan Volume Agregat Halus
Langkah- langkah pemeriksaan ini sebagai berikut :
a. Masukan pasir kering kedalam silinder baja sebanyak 3 lapis (masing-
masing lapisan diisi 1/3 dari tinggi silinder). Tiap lapis ditumbuk
dengan tongkat baja sebanyak 25 kali hingga penuh.
b. Lalu hidupkan mesin penggetar, selama masih ada kurang masukan
secara bertahap pasir.
c. Matikan ketika sudah tidak ada ruang lalu ratakan kemudian ditimbang
31
3.4.3 Perencanaan Campuran
Tahapan ini merupakan tahapan perencanaan campuran beton, perbandingan
jumlah proporsi bahan campuran beton menggunakan perbandingan Bahan
(semen, pasir, batu kerikil dan air). Langka-langka pencampuran beton yaitu :
a. Menakar seluruh campuran yang dibutuhkan.
b. Mempersiapkan wadah yang cukup menampung volume beton basah
rencana.
c. Memasukan semen dan agregat halus dalam wadah.
d. Mencampurkan agregat dengan menggunakan sekop atau alat pengaduk.
e. Menambahkan pada agregat campuran dan mengulangi proses pencampuran
sehingga diperoleh adukan kering agregat dan semen merata.
f. Buat lubang ditengah adukan kering agregat.
g. Menambahkan 1/3 jumlah air total kedalam lubang adukan kering dan
lakukan pencampuran sampai terlihat konsisten adukan merata.
h. Masukan agregat kasar, kemudian mengulangi proses pencampuran untuk
mendapatkan konsistensi adukan.
3.4.4 Pengujian Nilai Slump
Tahapan Uji Slump sebagai berikut :
a. Basahi cetakan kerucut dan plat dengan kain basah.
b. Letakan cetakan diatas plat.
c. Isi 1/3 cetakan dengan beton segar, padatkan dengan batang logam secara
merata dengan menusukkannya. Lapisan ini penusukan bagian tepi
dilakukan dengan besi dimiringkan sesuai dengan dinding cetakan dan
Pastikan besi menyentuh dasar. Lakukan sebanyak 25 kali tusukan.
d. Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal yang sama
sebanyak 25 kali tusukan. Pastikan besi menyentuh lapisan pertama.
e. Isi 1/3 akhir seperti tahapan (d).
f. Setelah selesai dipadatkan, ratakan permukaan benda uji, tunggu kira-kira ½
menit. Sambil menunggu bersihkan kelebihan beton diluar cetakan dan di
plat.
g. Kemudian cetakan diangkat perlahan tegak lurus ke atas
32
h. Ukur nilai slump dengan membalikan kerucut disebelahnya menggunakan
perbedaan tinggi rata-rata dari benda uji.
i. Toleransi nilai slump dari beton segar ± 2 cm
j. Jika nilai slump sesuai dengan standar, maka beton dapat digunakan
3.4.5 Pembuatan Benda Uji
Pada tahapan ini dibuat adukan beton sesuai dengan proposi masing-masing
bahan dan pengujian slump. Benda uji dibuat dengan cetakan kubus. kemudian di
rendam dalam bak rendam selama 7, 14 dan 28 hari. Adapun cara pembuatan
benda uji kubus adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan cetakan kubus yang telah diolesi dengan oli.
b. Memasukkan campuran beton tadi kedalam cetakan kubus dalam 3 lapis,
masing-msing lapisan ditumbuk sebanyak 25 kali dengan alat penumbuk
c. Kemudian diketuk-ketuk dengan palu karet pada bagian luar cetakan dengan
tujuan untuk menghilangkan gelembung-gelembung udara yang ada dalam
cetakan.
d. Meratakan bagian samping dengan cetok, agar rata dan padat.
e. Setelah penuh, meratakan dan memadatkan bagian atas cetakan dengan
cetok, dengan jalan agak ditekan kebawah.
f. Memberi label pada cetakan untuk mengetahui spesifikasi benda uji.
3.4.6Perawatan (Curing)
Tujuan dari perawatan/curing adalah memastikan reaksi hidrasi senyawa
semen termasuk bahan tambah atau pengganti, agar dapat berlangsung secara
optimal sehingga mutu beton yang diharapkan dapat tercapai dan menjaga supaya
tidak terjadi susut yang berlebihan pada beton akibat kehilangan kelembaban yang
terlalu cepat atau tidak seragam, sehingga dapat menyebabkan retak. Pada
penelitian ini, cara melakukan perawatan beton dengan cara perendaman. Adapun
langkah-langka perawatan beton, sebagai berikut :
a. Setelah 24 jam maka cetakan beton kubus dibuka, lalu dilakukan
perendaman terhadap sempel beton tersebut.
b. Perendaman dilakukan sampai umur beton 7 hari, 14 hari, 28 hari.
33
c. Sebelum beton direndam terlebih dahulu diberi nama pada permukaannya.
3.4.7 Pengujian Benda Uji
Pada tahapan ini dilakukan pengujian kuat tekan beton benda uji pada umur
7, 14 dan 28 hari. Prosedur pengujian kuat tekan mengacu pada standar SNI 03-
1974-1990.
3.4.8 Analisis Data Dan Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang dihasilkan, kemudian dilakukan analisis data.
Nilai kuat tekan beton di ambil dari kuat tekan rata-rata 3 benda uji.
Tabel 3.2 Variasi Benda Uji
No Nama Umur
7 Hari 14 Hari 28 Hari
1 Palu & Kandilo 50% : 50% 3 3 3
2 Palu & Kandilo 60% : 40% 3 3 3
3 Palu & Kandilo 70% : 30% 3 3 3
JUMLAH 9 9 9
27 Benda Uji
3.5 Proses Penentuan Jumlah Agregat Halus
Untuk menentukan jumlah persentase agregat halus yang digunakan dalam
memvariasikan campuran agregat halus dalam penelitian ini, sebagai berikut :
a. persentase 50 % : 50 %, yaitu pasir Palu 50 % : pasir Kandilo 50 %
b. persentase 60 % : 40 %, yaitu pasir Palu 60 % : pasir Kandilo 40 %
c. persentase 70 % : 30 %, yaitu pasir Palu 70 % : pasir Kandilo 30 %
Jadi, dengan cara menentukan persentase agregat halus tersebut penulis
menggunakan berat agregat halus tersebut sebagai perbandingan persentase
campuran.
34
3.6 Penamaan Benda Uji
Untuk membedakan masing-masing benda uji maka di beri penamaan
seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.3 Nama Benda Uji
No Nama
Umur
7 Hari 14 Hari 28 Hari
1. Palu & Kandilo 50% : 50% 50 : 50 PK 1-3 50 : 50 PK 4-6 50 : 50 PK 7-9
2. Palu & Kandilo 60% : 40% 60 : 40 PK 1-3 60 : 40 PK 4-6 60 : 40 PK 7-9
3. Palu & Kandilo 70% : 30% 70 : 30 PK 1-3 70 : 30 PK 4-6 70 : 30 PK 7-9
35
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Umum
Pembahasan yang akan dijelaskan dalam bab ini akan menjelaskan tentang
penelitian bahan penyusun beton yang telah dilakukan. Dari hasil pemeriksaan
yang telah dilaksanakan akan dibahas sebagai berikut :
4.2 Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kelayakan bahan penyusun yang
akan dipakai di penelitian ini, yang akan dilakukan di Laboratorium Politeknik
Negeri Balikpapan. Adapun pemeriksaan kelayakan bahan-bahan penyusun
sebagai berikut :
4.2.1 Pemeriksaan air
Air yang disyaratkan untuk bahan campuran pembuatan beton yaitu harus
bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda-benda lainnya yang terdapat
dalam air yang bisa dilihat secara visual. Jika air sudah sesuai dengan persyaratan
makan air tersebut dapat digunakan.
4.2.2 Pemeriksaan Semen
Pemeriksaan secara visual menyimpulkan bahwa semen dalam keadaan baik
yaitu berbutir halus dan tidak terdapat gumpalan-gumpalan, sehingga semen dapat
digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini semen yang digunakan
adalah semen tipe I yang penggunaannya secara umum, tidak memerlukan
persyaratan khusus.
4.2.3 Pemeriksaan Agregat Halus
Pemeriksaan agregat halus yang dilakukan pada pasir Palu dan pasir
Kandilo mengalami beberapa proses yaitu :
36
1. Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus
Hasil penelitian yang dilakukan dari penelitian ini bahwa secara fisik pasir
Palu dan pasir Kandilo memiliki beberapa perbedaan yaitu :
a. Pasir Palu memiliki butiran lebih bervariasi, permukaan kasar, berwarna
biru kehitaman dan masuk ke zona gradasi no. 2terdapat didalamSNI-03-
2834-2000.
b. Pasir Kandilo memiliki butiran tidak terlalu bervariasi, permukaan halus,
berwarna kuning kecoklatan dan grafik zona yang terdapat didalam SNI-03-
2834-2000, pasir Kandilo tidak masuk ke dalam gradasi zona 1 ; 2 ; 3 atau
4. Tetapi karena hasil yang didapat dari pemeriksaan mendekati dengan
zona 4 maka pasir Kandilo dimasukkan kedalam grafik zona 4.
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian gradasi pasir Palu
dapat dilihat pada Tabel 4.1, sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir Palu
Lubang Ayakan Pasir Palu
Tertinggal Kumulatif
No mm Gram % Tertinggal Lolos
¾ 19,1 0 0,00 0 100,000
½ 12,7 8,08 0,81 1 99,190
⅜ 9,5 12,34 1,24 2 97,952
4 4,76 49,44 4,96 7 92,994
8 2,38 104,37 10,47 17,472 82,528
16 1,19 123,27 12,36 29,834 70,166
30 0,59 180,58 18,11 47,942 52,058
50 0,297 223,1 22,37 70,315 29,685
100 0,149 197,86 19,84 90,156 9,844
PAN 27,46 2,75 100,000 0,000
TOTAL 997,2 362,829
Modulus Halus 3,628
37
10
30
59
90
100 100 100
0 8
35
55
75
90
100
0
20
40
60
80
100
120
0,15 0,30 0,60 1,20 2,40 4,80 9,60
Gradasi Pasir Palu
Batas Zona
Pasir Palu
Batas Zona.
Keterangan Perhitungan Gradasi Pasir Palu :
a. Lubang Ayakan : No = Nomor Lubang Ayakan
mm = Lubang Ayakan Dengan Satuan Milimeter
b. Tertinggal : Gram = Benda uji yang tertinggal pada setiap saringan
% = Persentase tertinggal = Benda Uji Tertinggal ( gram)
Total Benda Uji tertinggal (gram) x100
= 70,7
997,2 x100 = 7,09
c. Kumulatif : Tertinggal = Persentase Yang Tertinggal (%) + Tertinggal
= 90,156 + 7,09 = 97,246
Lolos = 100 – Kumulatif Tertinggal
= 100 – 97,246 = 2,754
d. MHB : Jumlah Kumulatif
100
: 362,829
100 = 3,628
Gambar4.1 Grafik Hasil Pemeriksaan Gradasi Dan Berat Satuan Pasir Palu Zona
Nomor 2
Dari Gambar 4.1 diatas gradasi pada agregat halus yaiu pasir Palu setelah
dimasukan kedalama grafik zona yang terdapat didalam SNI-03-2834-2000, pasir
Palu masuk ke dalam zona gradasi nomor2.Garis yang berwarna biru merupakan
38
garis batas zona dan yang berwarna merah merupakan garis hasil pemeriksaan
agregat halus.
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian gradasi pasir Kandilo
dapat dilihat pada Tabel 4.2, sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir Kandilo
Lubang Ayakan Pasir Kandilo
Tertinggal Kumulatif
No Mm Gram % Tertinggal Lolos
¾ 19,1 0 0,00 0 100
½ 12,7 0 0,00 0 100
⅜ 9,5 0 0,00 0 100
4 4,76 0 0,00 0 100
8 2,38 0,15 0,02 0,015 99,985
16 1,19 0,8 0,08 0,097 99,903
30 0,59 7,29 0,74 0,838 99,162
50 0,297 103,91 10,57 11,404 88,596
100 0,149 799,19 81,26 92,669 7,331
PAN 12,06 1,23 100,000 0,000
TOTAL 983,44 203,796
Modulus Halus 2,038
Keterangan Perhitungan Gradasi Pasir Kandilo :
a. Lubang Ayakan : No = Nomor Lubang Ayakan
mm = Lubang Ayakan Dengan Satuan Milimeter
b. Tertinggal : Gram = Benda uji yang tertinggal pada setiap saringan
% = Persentase tertinggal = Benda Uji Tertinggal ( gram)
Total Benda Uji tertinggal (gram) x100
= 60,04
983,44 x100 = 6,11
c. Kumulatif : Tertinggal = Persentase Yang Tertinggal (%) + Tertinggal
= 92,669 + 6,11 = 98,774
39
Lolos = 100 – Kumulatif Tertinggal
= 100 – 98,774 = 1,226
d. MHB : Jumlah Kumulatif
100
: 203,796
100 = 2,038
Tujuan dilakukan pemeriksaan gradasi agregat halus adalah untuk
menentukan modulus kehalusan pasir dan dapat membuat analisa pembagian
butiran pasir. Menurut syarat yang berlaku pasir yang layak digunakan adalah
pasir yang mempunyai modulus halus 1,5 sampai dengan 3,8. Dari pemeriksaan
gradasi pasir Palu dan pasir Kandilo yang dilakukan mendapatkan hasil modulus
halus pasir Palu adalah 3,628 dan pasir Kandilo adalah 2,038 sehingga dapat di
simpulkan bahwa pasir Palu dan pasir Kandilo layak digunakan untuk pembuatan
benda uji.
Gambar4.2 Grafik Hasil Pemeriksaan Gradasi Dan Berat Satuan Pasir Kandilo
Zona Nomor 4
Dari Gambar 4.2 diatas gradasi pada agregat halus yaitu pasir Kandilo
setelah dimasukan kedalama grafik zona yang terdapat didalam SNI-03-2834-
2000, pasir Kandilo tidak masuk ke dalam gradasi zona 1 ; 2 ; 3 atau 4.Tetapi
karena hasil yang didapat dari pemeriksaan mendekati dengan zona 4 maka pasir
Kandilo dimasukkan kedalam grafik zona 4 yang artinya adalah pasir Kandilo
15
50
100 100 100 100 100
0
15
80
90 93 95 100
0
20
40
60
80
100
120
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6
Gradasi Pasir Kandilo
batas zona
pasir Kandilo
batas zona
40
sangat halus. Dapat dilihat pada Gambar 4.2 garis yang berwarna biru merupakan
garis batas zona dan yang berwarna merah merupakan garis hasil pemeriksaan
agregat halus.
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian gradasi gabungan
variasi pasir Palu 50% : pasir Kandilo 50% dapat dilihat pada Tabel 4.3, sebagai
berikut :
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Gradasi Gabungan Variasi Pasir Palu 50% : pasir
Kandilo 50%
(mm) PP PK 50/100 x PP 50/100 x PK Pasir Gabungan Pasir Zona 3
97,952 100 48,976 50 98,976 100 - 100
92,994 100 46,497 50 96,497 90 - 100
82,528 99,985 41,264 49,9925 91,2565 85 -100
70,166 99,903 35,083 49,9515 85,0345 75 - 100
52,058 99,162 26,029 49,581 75,61 60 - 79
0,297 29,685 88,596 14,8425 44,298 59,1405 12 - 40
0,149 9,844 7,331 4,922 3,6655 8,5875 0 - 10
0,59
9,5
4,76
2,38
1,19
Gabungan IUkuran Ayakan
50% PP + 50% PKSpesifikasiPasir KandiloPasir Palu
Gambar 4.3 Grafik Gradasi Dan Berat Satuan Gabungan Variasi Pasir Palu 50% :
Pasir Kandilo 50% Zona Nomor 3
10
40
79
100 100 100 100
0
12
60
75 85
90 100
0
20
40
60
80
100
120
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6
Gradasi Gabungan Pasir Palu 50% : Pasir Kandilo 50%
batas zona
pasir Kandilo
batas zona
41
Dari Gambar 4.3 diatas gradasi gabungan variasi pasir Palu 50% : pasir
Kandilo 50%, setelah dimasukan kedalama grafik zona yang terdapat didalam
SNI-03-2834-2000, maka gabungan variasi tersebut tidak masuk ke dalam gradasi
zona 1 ; 2 ; 3 atau 4.Tetapi karena hasil yang didapat dari pemeriksaan mendekati
dengan zona 3, maka gabungan variasi tersebut dimasukkan kedalam grafik zona
3.
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian gradasi gabungan
variasi pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40% dapat dilihat pada Tabel 4.4, sebagai
berikut :
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Gradasi Gabungan Variasi Pasir Palu 60% : pasir
Kandilo 40%
(mm) PP PK 60/100 x PP 40/100 x PK Pasir Gabungan Pasir Zona 3
97,952 100 58,7712 40 98,7712 100 - 100
92,994 100 55,7964 40 95,7964 90 - 100
82,528 99,985 49,5168 39,994 89,5108 85 - 100
70,166 99,903 42,0996 39,9612 82,0608 75 - 100
52,058 99,162 31,2348 39,6648 70,8996 60 - 79
0,297 29,685 88,596 17,811 35,4384 53,2494 12 - 40
0,149 9,844 7,331 5,9064 2,9324 8,8388 0 - 10
Gabungan IIUkuran Ayakan
60% PP + 40% PKSpesifikasiPasir KandiloPasir Palu
0,59
9,5
4,76
2,38
1,19
10
40
79
100 100 100 100
0
12
60
75 85
90 100
0
20
40
60
80
100
120
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6
Gradasi Gabungan Pasir Palu 60% : Pasir Kandilo 40%
batas zona
pasir Kandilo
batas zona
42
10
40
79
100 100 100 100
0
12
60
75 85
90 100
0
20
40
60
80
100
120
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6
Gradasi Gabungan Pasir Palu 70% : Pasir Kandilo 30%
batas zona
pasir Kandilo
batas zona
Gambar 4.4 Grafik Gradasi Dan Berat Satuan Gabungan Pasir Palu 60% : Pasir
Kandilo 40% Zona Nomor 3
Dari Gambar 4.4 diatas gradasi gabungan variasi pasir Palu 60% : pasir
Kandilo 40%, setelah dimasukan kedalama grafik zona yang terdapat didalam
SNI-03-2834-2000, maka gabungan variasi tersebut tidak masuk ke dalam gradasi
zona 1 ; 2 ; 3 atau 4. Tetapi karena hasil yang didapat dari pemeriksaan mendekati
dengan zona 3, maka gabungan variasi tersebut dimasukkan kedalam grafik zona
3.
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian gradasi gabungan
variasi pasir Palu 70% : pasir Kandilo 30% dapat dilihat pada Tabel 4.5, sebagai
berikut :
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Gradasi Gabungan Variasi Pasir Palu 70% : pasir
Kandilo 30%
(mm) PP PK 70/100 x PP 30/100 x PK Ppasir Gabungan Pasir Zona 3
97,952 100 68,5664 30 98,5664 100 - 100
92,994 100 65,0958 30 95,0958 90 - 100
82,528 99,985 57,7696 29,9955 87,7651 85 - 100
70,166 99,903 49,1162 29,9709 79,0871 75 - 100
52,058 99,162 36,4406 29,7486 66,1892 60 - 79
0,297 29,685 88,596 20,7795 26,5788 47,3583 12 - 40
0,149 9,844 7,331 6,8908 2,1993 9,0901 0 - 10
Gabungan IIIUkuran Ayakan
70% PP + 30% PKSpesifikasiPasir KandiloPasir Palu
0,59
9,5
4,76
2,38
1,19
43
Gambar 4.5 Grafik Gradasi dan Berat Satuan Gabungan Pasir Palu 70% : Pasir
Kandilo 30% zona nomor 3
Dari Gambar 4.5 diatas gradasi gabungan variasi pasir Palu 70% : pasir
Kandilo 30%, setelah dimasukan kedalama grafik zona yang terdapat didalam
SNI-03-2834-2000, maka gabungan variasi tersebut tidak masuk ke dalam gradasi
zona 1 ; 2 ; 3 atau 4.Tetapi karena hasil yang didapat dari pemeriksaan mendekati
dengan zona 3, maka gabungan variasi tersebut dimasukkan kedalam grafik zona
3.
2. Pemeriksaan Berat Jenis
Pemeriksaan berat jenis bertujuan untuk menentukan berat jenis pasir, berat
jenis jenuh kering permukaan, berat jenis semu dan penyerapan dari agregat halus.
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian berat jenis dan
penyerapan pasir Palu dapat dilihat pada Tabel 4.6, sebagai berikut :
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Pasir Palu
No. Keterangan Berat (gr)
Sampel I
1 Berat benda uji jenuh kering permukaan (SSD) 500
2 Berat Benda uji jenuh kering oven (BK) 456,84
3 Berat piknometer berisi air (B) 1235,4
4 Berat piknometer + benda uji (Bt) 1513
5 Berat Piknometer (Pk) 247,05
6 Berat Jenis Curah (gr/cm³) 2,054
7 Berat jenis jenuh kering muka (gr/cm³) 2,248
8 Berat jenis Semu 2,548
9 Penyerapan air jenuh kering muka (%) 9,448%
Rumus yang dipakai untuk memperhitungkan berat jenis dan penyerapan pasir
Palu adalah sebagai berikut :
Berat jenis curah =BK
(B+SSD−BT) =
456,84
(1235,4+500−1513)= 2,054
44
Berat jenis SSD =SSD
(B+SSD−BT) =
500
(1235,4+500−1513) = 2,248
Berat jenis semu =BK
(B+BK−BT) =
456,84
(1235,4+456,84−1513) = 2,548
Penyerapan =(SSD−BK)
BK x 100% =
(500−456,84)
456,84 x 100% =9,448%
Pada pengujian berat jenis pasir Palu mendapatkan hasil data berat jenis
yang akan di gunakan Mix Design, pada datapenyerapan air mendapatkan hasil
sebesar 9,448%.
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian berat jenis dan
penyerapan pasir Kandilo dapat dilihat pada Tabel 4.7, sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Pasir Kandilo
No. Keterangan Berat (gr)
Sampel I
1 Berat benda uji jenuh kering permukaan (SSD) 500
2 Berat Benda uji jenuh kering oven (BK) 479,3
3 Berat piknometer berisi air (B) 1189,8
4 Berat piknometer + benda uji (Bt) 1450
5 Berat Piknometer (Pk) 247,05
6 Berat Jenis Curah (gr/cm³) 1,999
7 Berat jenis jenuh kering muka (gr/cm³) 2,085
8 Berat jenis Semu 2,188
9 Penyerapan air jenuh kering muka (%) 4,319%
Rumus yang dipakai untuk memperhitungkan berat jenis dan penyerapan pasir
Kandilo adalah sebagai berikut :
Berat jenis curah = BK
(B+SSD−BT) =
479,3
(1189,8+500−1450)= 1,999
Berat jenis SSD = SSD
(B+SSD−BT) =
500
(1189,8+500−1450) = 2,085
Berat jenis semu = BK
(B+BK−BT) =
479,3
(1189,8+479,3−1450) = 2,188
45
Penyerapan = (SSD−BK)
BK x 100% =
(500−479,3)
479,3 x 100% = 4,319%
Pada pengujian berat jenis pasir Kandilo mendapatkan hasil data berat jenis
danpenyerapan air mendapatkan hasil sebesar 4,319 %.
3. Pemeriksaan Kadar Lumpur
Hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian kadar lumpur pasir Palu
dapat dilihat pada Tabel 4.8, sebagai berikut.:
Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Pasir Palu
Uraian Kode Berat (gr)
Sampel I
Berat agregat semula (kering oven) W1 (gram) 500
Berat agregat setelah dicuci (kering oven) W2 (gram) 491,44
Berat butiran yang lewat ayakan No. 200 W3= W1-W2 (gram) 8,56
Persentase Lumpur (W3 / W1) X 100 (%) 1,712
Hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian kadar lumpur pasir Kandilo
dapat dilihat pada Tabel 4.9, sebagai berikut.:
Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Pasir Kandilo
Uraian Kode Berat (gr)
Sampel I
Berat agregat semula (kering oven) W1 (gram) 500
Berat agregat setelah dicuci (kering oven) W2 (gram) 489
Berat butiran yang lewat ayakan No. 200 W3= W1-W2 (gram) 11
Persentase Lumpur (W3 / W1) X 100 (%) 2,2
Pengujian kadar lumpur bertujuan untuk mengetahui kandungan lumpur
yang terdapat pada pasir Palu dan pasir Kandilo. Syarat kandungan lumpur pada
pasir harus sekitar ≤ 5% apabila kandungan melebihi 5% pasir tersebut tidak layak
untuk digunakan. Dari hasil penelitian kadar lumpur yang terkandung pada pasir
Palu sebesar 1,712% dan pasir Kandilo sebesar 2,2%. Dari hasil kandungan
lumpur pasir tersebut dapat dipakai dan tidak perlu dicuci sebelum dilakukan
pemeriksaan.
46
4. Pemeriksaan Kadar Air
Hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian kadar air pasir Palu dapat
dilihat pada Tabel 4.10, sebagai berikut.:
Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Pasir Palu
No Uraian Sampel
A B
1 Berat cawan + pasir basah 118,21 130,1
2 Berat cawan + pasir kering oven 114,63 126,01
3 Berat air = (1) - (2) 3,58 4,09
4 Berat cawan 12,98 13,04
5 Berat pasir kering = (2) - (4) 101,65 112,97
6 Kadar air : (3) / (5) x 100% 3,522 3,620
Kadar air rata - rata (%) 3,571
Hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian kadar air pasir Kandilo
dapat dilihat pada Tabel 4.11, sebagai berikut.:
Tabel 4.11 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Pasir Kandilo
No Uraian Sampel
A B
1 Berat cawan + pasir basah 115,1 102,8
2 Berat cawan + pasir kering oven 110,51 98,62
3 Berat air = (1) - (2) 4,59 4,18
4 Berat cawan 13,6 13,4
5 Berat pasir kering = (2) - (4) 96,91 85,22
6 Kadar air : (3) / (5) x 100% 4,736 4,905
Kadar air rata - rata (%) 4,821
Hasil penelitian kadar air pada agregat halus untuk mengetahui kandungan
air yang terdapat didalam agregat halus yaitu pasir Palu dan pasir Kandilo. Pada
pemeriksaan kadar air didapatkam hasil rata-rata pasir Palu pada Tabel 4.10yaitu
3,571% dan pasir Kandilo pada Tabel 4.11 yaitu 4,821%. Kandungan air yang
47
terdapat pada pasir Palu dan pasir Kandilo memenuhi syarat dikarenakan dibawah
≤ 5%.
5. Pemeriksaan Berat Isi
Hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian berat isi pasir Palu dapat
dilihat pada Tabel 4.12, sebagai berikut.:
Tabel 4.12 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Pasir Palu
No Keterangan Berat (gr)
1 Berat Takaran (gram) 2820 2820
2 Berat Takaran + Air (gram) 5800 5800
3 Berat Air (gram) = (2) - (1) 2980 2980
4 Volume Air (gram) = (3) / (1) 1,057 1,057
METODE RODDING SHOVELING
5 Berat Takaran (gram) 2820 2820
6 Berat Takaran + Benda Uji (gram) 6785 6205
Kotak Takar D = 15,7 , t = 15,7
Berat Bersih Sampel = Berat Benda Uji – Berat
Takaran 3965 3385
Volume = ¼ x п x d2 x t 3037,86 3037,86
Berat Isi = Berat Bersih Sampel / Volume Sampel 1,305 1,114
Pemeriksaan berat isi pada agregat halus bertujuan untuk menetukan berat
isi agregat halus. Hasil dari pemeriksaan berat isi pasir Palu dengan sampel
dipadatkan (rodding) adalah 1,305. Hasil pemeriksaan berat isi pasir Palu dengan
sampel tidak dipadatkan(shovaling) adalah 1,114.
Hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian berat isi pasir Kandilo
dapat dilihat pada Tabel 4.13, sebagai berikut.:
48
Tabel 4.13 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Pasir Kandilo
No Keterangan Berat (gr)
1 Berat Takaran (gram) 2820 2820
2 Berat Takaran + Air (gram) 5750 5750
3 Berat Air (gram) = (2) - (1) 2930 2930
4 Volume Air (gram) = (3) / (1) 1,039 1,039
METODE RODDING SHOVELING
5 Berat Takaran (gram) 2820 2820
6 Berat Takaran + Benda Uji (gram) 7056 6470
Kotak Takar D = 15,7 , t = 15,7
Berat Bersih Sampel = Berat Benda Uji – Berat
Takaran 4236 3650
Volume = ¼ x п x d2 x t 3037,86 3037,86
Berat Isi = Berat Bersih Sampel / Volume Sampel 1,394 1,201
Pemeriksaan berat isi pada agregat halus bertujuan untuk menetukan berat
isi agregat halus.Hasil dari pemeriksaan berat isi pasir Kandilo dengan sampel
dipadatkan (rodding) adalah 1,394. Dari pemeriksaan berat isi pasir Kandilo
dengan sampel tidak dipadatkan(shovaling) adalah 1,201.
4.2.4 Pemeriksaan Agregat Kasar
Pemeriksaan agregat kasar yang dilakukan pada kerikil Palu mengalami
beberapa proses yaitu :
1. Pemeriksaan Gradasi Kerikil Palu
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian gradasi kerikil Palu
dapat dilihat pada Tabel 4.14, sebagai berikut :
49
Tabel 4.14 Hasil Pemeriksaan Gradasi Kerikil Palu
Lubang Ayakan Kerikil Palu
Tertinggal Kumulatif
No mm Gram % Tertinggal Lolos
1,5 38,1 0,00 0 0 100
¾ 19,1 2299,8 46,782 73,696 26,304
3/8 9,5 773,7 15,738 89,434 10,566
4 4,76 312,6 6,359 95,793 4,207
8 2,38 146,2 2,974 98,767 1,233
16 1,19 19,5 0,397 99,164 0,836
30 0,59 2,8 0,057 99,221 0,779
50 0,295 1,5 0,031 99,251 0,749
100 0,149 0,8 0,016 99,268 0,732
PAN 36 0,732 100,000 0,000
TOTAL 4916 781,509
Modulus Halus 7,815
Keterangan Perhitungan Gradasi Kerikil Palu :
a. Lubang Ayakan : No = Nomor Lubang Ayakan
mm = Lubang Ayakan Dengan Satuan Milimeter
b. Tertinggal : Gram = Benda uji yang tertinggal pada setiap saringan
% = Persentase tertinggal = Benda Uji Tertinggal ( gram)
Total Benda Uji tertinggal (gram) x100
= 0,8
4916 x100 = 0,016
c. Kumulatif : Tertinggal = Persentase Yang Tertinggal (%) + Tertinggal
= 99,251 + 0,016 = 99,268
Lolos = 100 – Kumulatif Tertinggal
= 100 – 99,268 = 0,732
d. MHB : Jumlah Kumulatif
100 =
781,509
100 = 7,815
50
5
40
70
100 100
0
10
35
95 100
0
20
40
60
80
100
120
4,80 9,50 19,00 38,00 76,00
Gradasi Kerikil Palu
Batas Zona
Kerikil Palu
Batas Zona.
Tujuan dilakukan pemeriksaan gradasi agregat kasar adalah untuk
menentukan pembagian butir gradasi agregat kasar dengan menggunakan
saringan. Menurut syarat yang berlaku kerikil yang layak digunakan adalah kerikil
yang mempunyai butir agregat 5,0 sampai 8,0. Hasil pemeriksaan gradasi kerikil
Palu yang dilakukan mendapatkan hasil 7,815 sehinggga dapat disimpulkan
bahwa kerikil Palu layak digunakan untuk pembuatan benda uji.
Gambar 4.6 Grafik Hasil Pemeriksaan Gradasi Dan Berat Satuan Karikil Palu
Zona Nomor 3
Dari Gambar 4.6 diatas gradasi kerikil Palu masuk dalam kelompok gradasi
kerikil ukuran maksimum 40 mm.
2. Pemeriksaan Berat Jenis
Pemeriksaan berat jenis bertujuan untuk menentukan berat jenis kerikil,
berat jenis jenuh kering permukaan, berat jenis semu dan penyerpan dari agregat
kasar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian berat jenis dan
penyerapan kerikil Palu dapat dilihat pada Tabel 4.15, sebagai berikut :
51
Tabel 4.15 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Kerikil Palu
No. Keterangan Hasil
1 Berat benda uji jenuh kering permukaan (SSD) 5000
2 Berat Benda uji jenuh kering oven (Bk) 4940
3 Berat kerikil dalam air (Ba) 3161,23
4 Berat Jenis Curah (gr/cm³) 2,687
5 Berat jenis jenuh kering muka (gr/cm³) 2,719
6 Berat jenis Semu 2,777
7 Penyerapan air jenuh kering muka (%) 1,2 %
Rumus yang dipakai untuk memperhitungkan berat jenis dan penyerapan
kerikil sebagai berikut :
Berat jenis curah =Bk
(Bj - Ba)=
4940
(5000 – 3161,23)= 2,687
Berat jenis jenuh kering permukaan=Bj
(Bj - Ba)=
5000
(5000 – 3161,23)=2,719
Berat jenis semu =Bk
(Bk - Ba)=
4940
(4940 – 3161,23)=2,777
Penyerapan =(Bj-Bk)
Bj×100%=
(5000-4940)
5000×100%= 1,2
Pada pengujian berat jenis agregat kasar mendapatkan hasil data berat jenis
yang akan di gunakan Mix Design, pada data penyerapan air mendapatkan hasil
sebesar 1,2 %
3. Pemeriksaan Kadar Lumpur
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian kadar lumpur kerikil
Palu dapat dilihat pada Tabel 4.16, sebagai berikut :
52
Tabel 4.16 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Kerikil Palu
Uraian Kode Berat (gr)
Sampel I
Berat agregat semula (kering oven) W1 (gram) 500
Berat agregat setelah dicuci (kering oven) W2 (gram) 499,1
Berat butiran yang lewat ayakan No. 200 W3= W1-W2 (gram) 0,9
Persentase Lumpur (W3 / W1) X 100 (%) 0,18
Pengujian kadar lumpur bertujuan untuk mengetahui kandungan lumpur
yang terdapat pada kerikil Palu. Syarat kandungan lumpur pada kerikil harus
sekitar ≤ 1% apabila kandungan melebihi 1% kerikil tersebut tidak layak untuk
digunakan. Dari hasil penelitian kadar lumpur yang terkandung pada kerikil Palu
sebesar 0,18%. Dari hasil kandunagn lumpur sebesar 0,18% kerikil tersebut dapat
dipakai dan tidak perlu dicuci sebelum dilakukan pemeriksaan.
4. Pemeriksaan Kadar Air
Hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian kadar air kerikil Palu dapat
dilihat pada Tabel 4.17, sebagai berikut.:
Tabel 4.17 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Kerikil Palu
No Uraian Sampel
A B
1 Berat cawan + kerikil basah 100,3 92,7
2 Berat cawan + keriki kering oven 99,1 91,8
3 Berat air = (1) - (2) 1,2 0,9
4 Berat cawan 13,2 12,9
5 Berat kerikil kering = (2) - (4) 85,9 78,9
6 Kadar air : (3) / (5) x 100% 1,397 1,141
Kadar air rata - rata (%) 1,269
53
Hasil penelitian kadar air pada agregat kasar untuk mengetahui kandungan
air yang terdapat didalam agregat kasar yaitu kerikil Palu. Pada pemeriksaankadar
air didapatkam hasil rata-rata yaitu 1,269%. Kandungan air yang terdapat pada
kerikil Palu memenuhi syarat dikarenakan dibawah ≤ 5%.
5. Pemeriksaan Berat Isi
Hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian berat isi Kerikil Palu dapat
dilihat pada Tabel 4.18, sebagai berikut :
Tabel 4.18 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Kerikil Palu
No Keterangan Berat (gr) Berat (gr)
1 Berat Takaran (gram) 6390 6390
2 Berat Takaran + Air (gram) 16090 16090
3 Berat Air (gram) = (2) - (1) 9700 9700
4 Volume Air (gram) = (3) / (1) 1,518 1,518
METODE RODDING SHOVELING
5 Berat Takaran (gram) 6390 6390
6 Berat Takaran + Benda Uji (gram) 21810 20780
Kotak Takar D = 25 , t = 30
Berat Bersih Sampel = Berat Benda Uji – Berat
Takaran 15420 14390
Volume = ¼ x п x d2 x t 14718,75 14718,75
Berat Isi = Berat Bersih Sampel/Volume Sampel 1,047 0,977
Pemeriksaan berat isi pada agregat kasar bertujuan untuk menetukan berat
isi Agregat kasar. Hasilpemeriksaan berat isi dengan sampel dipadatkan (rodding)
adalah 1,047.Hasilpemeriksaan berat isi dengan sampel tidak dipadatkan
(shovaling) adalah 0,977.
6. Pemeriksaan Keausan Kerikil Palu
Hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian keausan kerikil Palu dapat
dilihat pada Tabel 4.19, sebagai berikut :
54
Tabel 4.19 Hasil Pemeriksaan Keausan Kerikil Palu
Diameter Ayakan Berat dan Gradasi Benda Uji (gram)
Lewat Tertahan B C
1,5 " 1" - -
1" ¾" - -
¾" ½" 2500 -
½" ⅜" 2500 -
⅜" ⅟₄" - 2500
⅟₄" No.4 (4,75) - 2500
Jumlah Bola 11 8
A. Total 5000 5000
B. Berat yang Tertahan
di Atas Ayakan No.12 4080 4054
Keterangan B (gram) C (gram)
A. Berat Agregat 5000 5000
B. Berat Setelah 500 Putaran 4080 4054
Keausan Agregat Kasar (kerikil) =(𝐴−𝐵)
𝐴𝑥 100 = % 9,2 9,46
Rumus Perhitungan Keausan Batu :
Keausan B = (𝐴−𝐵)
𝐴𝑥100% =
(5000−4080)
5000𝑥100% = 9,2
Keausan C = (𝐴−𝐵)
𝐴𝑥100% =
(5000−4054)
5000𝑥100% = 9,46
Pemeriksaan keausan pada agregat digunakan untuk menentukan keausan
agregat kasar (kerikil).Persentase kerikil Palu keausan B sebesar 9,2% dan
keausan C sebesar 9,46%, kerikil Palu tersebut memenuhi persyaratan keausan
agregat kasar karena diperoleh ≤ 40%, maka kerikil Palu yang diuji tersebut baik
digunakan dalam bahan campuran beton.
4.3 Perencanaan Campuran Beton
Perencanaan campuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2834-2000).
55
Dari hasil data Mix Design yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.20,
sebagai berikut :
Tabel 4.20 Mix Design
NO URAIAN TABEL/ GRAFIK/
PERHITUNGAN NILAI
1
Kuat tekan yang disyaratkan
(benda uji kubus) Ditetapkan 20 Mpa
2 Devisiasi standar (Sr) Diketahui 7 Mpa
3 Nilai tambah (margin) M = 1,64 x Sr 1,64 x 7 = 11,5 Mpa
4
Kekutan rata-rata yang
ditargetkan 1 + 3 20 + 11,5 = 31,5 Mpa
5 Jenis semen Ditetapkan Semen portland tipe I
6 Jenis agregat : a. Kasar Ditetapkan Batu pecah
b. halus Ditetapkan Alami
7 Faktor air semen bebas Tabel 2, Grafik 2 0,54 (diambil yang terkecil)
8 Faktor air semen maksimum Ditetapkan, Tabel 4 0,6
9 Slump
Ditetapka, Tabel 3
Slump 10 ± 2 ( 60 - 180 )
mm
10 Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 40 mm
11 Kadar air bebas
Tabel 3,( ⅔ Wh) + (⅓
Wk)
(⅔ 175 ) + (⅓ 205) = 185
kg/m³
12 Kadar semen Ditetapkan, 11 : 8 185 : 0,6 = 308,334 kg/m³
13 Kadar semen maksimum Ditetapkan, 11 : 7 185 : 0,54 = 342,592kg/m³
14 Kadar semen minimum
Ditetapkan
275 kg/m³ (bila lebih besar
dari 12)
15 FAS yang disesuaikan Diabaikan
16
Susunan besar butir agregat
halus Grafik 3 s/d 6
Daerah gradasi no.2
(mendekati)
17
Susunan agregat kasar atau
gabungan Grafik 7 s/d 12 Daerah gradasi no.3
18 Persen agregat halus Ditetapkan, Grafik 15 31%
19 Berat jenis relatif (SSD)
( 0,35 x Bj Halus ) + (
0,65 x Bj Kerikil)
( 0,35 x 1.949 ) + ( 0,65 x
2,68 ) = 2,424
20 Berat isi beton Ditetapkan, Grafik 16 2475kg/m³
21 Kadar agregat gabungan
20 - (11- 12)
2475 - ( 185 - 308,334 ) =
1981,656 kg/m³
22 Kadar agregat halus
18 x 21
0,31 x 1981 = 614,313
kg/m³
23 Kadar agregat kasar
21 – 22
1981,656 – 614,313 =
1367,343 kg/m³
24
Proporsi campuran Semen Air Agregat kondisi SSD (Kg)
(Kg) (Kg) Halus Kasar
Banyaknya bahan (teoritis) /
m³ 342,592 185 614,313 1367,343
25 Koreksi campuran / m³ 342,592 130,772 667,60 1368,286
56
Metode Perhitungan Koreksi Campuran :
a. Air = B – (Ck – Ca) x C/100 – (Dk – Da) x D/100
= 185 – (19,808 – 11,134) x 614,313/100 – (1,269 - 1,2) x 1367,343/100
= 185 – (53,285) – (0,943) = 130,772
b. Agregat Halus = C + (Ck – Ca) x C/100
= 614,313 + ( 19,808 – 11,134) x 614,313/100
= 614,313 + (53,285) = 667,598
c. Agregat Kasar = D + (Dk – Da) x D/100
= 1367,343 + (1,269 – 1,2) x 1367,343/100
= 1367,343 + (0,943) = 1368,286
Dengan :
B : Jumlah Air
C : Jumlah Agregat Halus
D : Jumlah Agregat Kasar
Ca : Absorpsi Air Pada Agregat Halus (%)
Da : Absorpsi Agregat Kasar (%)
Ck : Kandungan Air Dalam Agregat Halus (%)
Dk : Kandungan Air Dalam Agregat Kasar (%)
Dari hasil data Mix Design yang digunakan, berikut hasil koreksi campuran
beton dapat dilihat pada Tabel 4.21, sebagai berikut :
Tabel 4.21 Hasil Koreksi Campuran Beton
NO URAIAN TOTAL SATUAN
1 Semen 1,13 Kg
2 Pasir 2,20309 Kg
3 Krikil 4,51534 Kg
4 Air 0,43154 Kg
Volume Kubus 0,0033 m³
Untuk mendapatkan hasil koreksi campuran diperlukan rumus untuk
mendapatkan nilai hasil koreksi campuran mix design sebagai berikut :
57
Volume Kubus = 0,15 x 0,15 x 0,15 = 0,0033 m3
Semen = 342,592 x 0,0033 = 1,13 Kg
Air = 130,772 x 0,0033 = 0,431 Kg
Pasir = 667,60 x 0,0033 = 2,203 Kg
Kerikil = 1368, 286 x 0,0033 = 4,515 Kg
.
Hasil yang dibutuhkan setiap sempel dalam pembuatan benda uji berbentuk
kubus adalah sebagai berikut :
1. Semen untuk satu sampel sebanyak 1,13 Kg
2. Air untuk satu sampel sebanyak 0,431 Kg
3. Pasir untuk satu sampel sebanyak 2,203 Kg
4. Kerikil untuk satu sampel sebanyak 4,515 Kg
4.4 Perhitungan Pembagian Agregat Halus
Untuk mengetahui berapa banyak pasir Palu dan pasir Kandilo yang
digunakan, dalam hal ini dihitung dari berat total agregat halus.
Hasil perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui berapa kebutuhan pasir
Palu 50% dan pasir Kandilo 50% dapat dilihat pada Tabel 4.22, sebagai berikut :
Tabel 4.22 Kebutuhan pasir palu 50% dan pasir Kandilo 50%
No Persentase Agregat
Halus Kebutuhan (gr) Sampel Total (gr)
1 50% pasir Palu 1,101545 9 9,913905
2 50% pasir Kandilo 1,101545 9 9,913905
Hasil perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui berapa kebutuhan pasir
Palu 60% dan pasir Kandilo 40% dapat dilihat pada Tabel 4.23, sebagai berikut :
Tabel 4.23 Kebutuhanpasir palu 60% danpasir Kandilo 40%
No Persentase Agregat
Halus Kebutuhan (gr) Sampel Total (gr)
1 60% pasir Palu 1,321854 9 11,896686
2 40% pasir Kandilo 0,881236 9 7,931124
58
Hasil perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui berapa kebutuhan pasir
Palu 70% dan pasir Kandilo 30% dapat dilihat pada Tabel 4.24, sebagai berikut :
Tabel 4.24 Kebutuhan pasir Palu 70% dan pasir Kandilo 30%
No Persentase Agregat
Halus Kebutuhan (gr) Sampel Total (gr)
1 70% pasir Palu 1,542163 9 13,879467
2 30% pasir Kandilo 0,660927 9 5,948343
Hasil perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui jumlah kebutuhan pasir
Palu dapat dilihat pada Tabel 4.25, sebagai berikut :
Tabel 4.25 Jumlah Kebutuhan Pasir palu
No Persentase Pasir Palu Kebutuhan (gr) Sampel Total (gr)
1 50% 9,913905 9 9,913905
2 60% 11,896686 9 11,896686
3 70% 13,879467 9 13,879467
JUMLAH
27 35,690058
Perhitungan Kebutuhan Pasir Palu :
Pasir Palu 50% =Berat Total Agregat Halus x Presentase Pasir Palu
= 2,20309 x 50% = 1,101545 gr
Pasir Palu 60% = Berat Total Agregat Halus x Presentase Pasir Palu
= 2,20309 x 60% = 1,321854 gr
Pasir Palu 70% = Berat Total Agregat Halus x Presentase Pasir Palu
= 2,20309 x 70% = 1,542163 gr
59
Hasil perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui jumlah kebutuhan pasir
Kandilo dapat dilihat pada Tabel 4.26, sebagai berikut :
Tabel 4.26 Jumlah Kebutuhan Pasir Kandilo
No Persentase Pasir
Kandilo Kebutuhan (gr) Sampel Total (gr)
1 50% 9,913905 9 9,913905
2 40% 7,931124 9 7,931124
3 30% 5,948343 9 5,948343
JUMLAH
27 23,793372
Perhitungan Kebutuhan Pasir Kandilo :
Pasir Kandilo 50% = Berat Total Agregat Halus x Presentase Pasir Kandilo
= 2,20309 x 50% = 1,101545 gr
Pasir Kandilo 40% = Berat Total Agregat Halus x Presentase Pasir Kandilo
= 2,20309 x 40% = 0,881236 gr
Pasir Kandilo 30% = Berat Total Agregat Halus x Presentase Pasir Kandilo
= 2,20309 x 30% = 0,660927 gr
4.5 Pengujian Nilai Slump
Pengujian nilai slump dilakukan pada adukan beton yang diambil langsung
dari talam adukan beton, karena pengadukan dilakukan secara manual. Pengujian
ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kelecakan atau keenceran beton, yang
mana hal ini mempunyai pengaruh terhadap kemudahan dalam pekerjaan beton
(workability).
Pada umumnya nilai slump antara 8 ± 12 cm, sedangkan nilai slump yang
didapat dilapangan ada 6 kali adukan beton yang mana adukan beton pertama
untuk 6 sampel adalah 110 mm, pada adukan kedua untuk 3 sempel adalah 100
mm, pada adukan ketiga untuk 6 sampel adalah 90 mm, pada adukan keempat
untuk 3 sampel adalah 100 mm, pada adukan kelima untuk 6 sampel adalah 100
mm dan pada adukan keenam untuk 3 sampel adalah 110 mm. Sehingga nilai
slump rata-rata pada adukan beton adalah 101 mm, hasil ini memenuhi
persyaratan.
60
4.6 Pembuatan Benda Uji
Penelitian ini menggunakan benda uji berupa kubus sebanyak 27 buah
dengan umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Dengan variasi pasir palu dan pasir
kandilo yang divariasikan dengan varisai campuran 50% pasir Palu : 50% pasir
Kandilo, 60% pasir Palu : 40% pasir Kandilo dan 70% pasir Palu : 30% pasir
Kandil. Campuran variasi pasir disetiap variasi masing-masing sebanyak 9 buah
benda uji kubus dan pembuatan beton dengan campuran variasi tersebut dilakukan
secara manual dan ditimbang beratnya terlebih dahulu.
4.7 Perawatan Beton
Perawatan beton yang sudah di cetak kemudian dilepas dari cetakan
setelah itu dilakukan perawatan pada beton dengan cara merendam beton didalam
bak perendaman selama 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
4.8 Pengujian Kuat Tekan Beton
Benda uji pada penelitian ini menggunakan benda uji kubus dengan
ukuran 15 x 15 x 15 cm, benda uji tersebut memiliki 3 variasi umur yaitu 7 hari,
14 hari dan 28 hari. Serta memiliki 3 variasi campuran pasir yaitu berupa pasir
Palu 50% : pasir Kandilo 50%, pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40% dan pasir Palu
70% : pasir Kandilo 30%.
Rumus kuat tekan pada benda uji kubus :
1. Luas Penampang = sisi x sisi = 15 cm x 15 cm = 225 cm2
2. Kuat Tekan = Kuat Tekan (kn) x 1000
Penampang x 100=
390000
22500= 17,33 MPa = 173,3 kg/cm
2
3. Estimasi Kuat Tekan 28 Hari =Kuat Tekan
Faktor Koreksi Hari =
173,3
0,7 = 247,5 kg/cm
2
61
Hasil pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton
dengan variasi pasir Palu 50% : pasir Kandilo 50% 7 hari dapat dilihat pada Tabel
4.27, sebagai berikut :
Tabel 4.27 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 50% : Pasir
Kandilo 50% 7 Hari
LUAS BERAT SLUMP KUAT KUAT FAKTOR KUAT TEKAN
PENAMPANG SAMPLE TEKAN TEKAN MAKSIMAL 28 HARI
( Cm2 ) ( Kg ) ( Cm ) ( KN ) (kg/cm2) (kg/cm2)
225 8,0 11 390 173,33 0,700 247,62
225 8,3 11 440 195,56 0,700 279,37
184,44 263,49RATA-RATA
NAME
PK1 50 : 50
PK2 50 : 50
HARI
Hasil pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton dengan
variasi pasir Palu 50% : pasir Kandilo 50% 14 hari dapat dilihat pada Tabel 4.28,
sebagai berikut :
Tabel 4.28 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 50% : Pasir
Kandilo 50% 14 Hari
LUAS BERAT SLUMP KUAT KUAT FAKTOR KUAT TEKAN
PENAMPANG SAMPLE TEKAN TEKAN MAKSIMAL 28 HARI
( Cm2 ) ( Kg ) ( Cm ) ( KN ) (kg/cm2) (kg/cm2)
PK5 50% : 50% 225 8,3 10 520 231,11 0,880 262,63
PK6 50% : 50% 225 8,1 10 410 182,22 0,880 207,07
206,67 234,85
HARI
RATA-RATA
NAME
Hasil pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton dengan
variasi pasir Palu 50% : pasir Kandilo 50% 28 hari dapat dilihat pada Tabel 4.29,
sebagai berikut :
Tabel 4.29 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 50% : Pasir
Kandilo 50% 28 Hari
LUAS BERAT SLUMP KUAT KUAT FAKTOR KUAT TEKAN
PENAMPANG SAMPLE TEKAN TEKAN MAKSIMAL 28 HARI
( Cm2 ) ( Kg ) ( Cm ) ( KN ) (kg/cm2) (kg/cm2)
225 8,7 10 540 240,00 1,000 240,00
225 8,4 10 500 222,22 1,000 222,22
231,11 231,11
HARI
RATA-RATA
NAME
PK7 50% : 50%
PK8 50% : 50%
62
Hasil pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton dengan
variasi pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40% 7 hari dapat dilihat pada Tabel 4.30,
sebagai berikut :
Tabel 4.30 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 60% : Pasir
Kandilo 40% 7 Hari
LUAS BERAT SLUMP KUAT KUAT FAKTOR KUAT TEKAN
PENAMPANGSAMPLE TEKAN TEKAN MAKSIMAL 28 HARI
( Cm2 ) ( Kg ) ( Cm ) ( KN ) (kg/cm2) (kg/cm2)
225 8,7 11 440 195,56 0,700 279,37
PK3 60% : 40% 225 8,5 #REF! 520 231,11 0,700 330,16
213,33 304,76
HARI
RATA-RATA
NAME
PK1 60% : 40%
Hasil pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton dengan
variasi pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40% 14 hari dapat dilihat pada Tabel 4.31,
sebagai berikut :
Tabel 4.31 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 60% : Pasir
Kandilo 40% 14 Hari
LUAS BERAT SLUMP KUAT KUAT FAKTOR KUAT TEKAN
PENAMPANG SAMPLE TEKAN TEKAN MAKSIMAL 28 HARI
( Cm2 ) ( Kg ) ( Cm ) ( KN ) (kg/cm2) (kg/cm2)
225 8,4 10 790 351,11 0,880 398,99
225 8,6 10 680 302,22 0,880 343,43
225 8,2 10 640 284,44 0,880 323,23
312,59 355,22
HARI
RATA-RATA
NAME
PK4 60% : 40%
PK5 60% : 40%
PK6 60% : 40%
Hasil pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton dengan
variasi pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40% 28 hari dapat dilihat pada Tabel 4.32,
sebagai berikut :
Tabel 4.32 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 60% : Pasir
Kandilo 40% 28 Hari
LUAS BERAT SLUMP KUAT KUAT FAKTOR KUAT TEKAN
PENAMPANG SAMPLE TEKAN TEKAN MAKSIMAL 28 HARI
( Cm2 ) ( Kg ) ( Cm ) ( KN ) (kg/cm2) (kg/cm2)
225 8,3 10 450 200,00 1,000 200,00
225 8,2 10 580 257,78 1,000 257,78
225 8,8 10 580 257,78 1,000 257,78
238,52 238,52
HARI
RATA-RATA
NAME
PK7 60% : 40%
PK8 60% : 40%
PK9 60% : 40%
63
Hasil pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton dengan
variasi pasir Palu 70% : pasir Kandilo 30% 7 hari dapat dilihat pada Tabel 4.33,
sebagai berikut :
Tabel 4.33 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 70% : Pasir
Kandilo 30% 7 Hari
LUAS BERAT SLUMP KUAT KUAT FAKTOR KUAT TEKAN
PENAMPANG SAMPLE TEKAN TEKAN MAKSIMAL 28 HARI
( Cm2 ) ( Kg ) ( Cm ) ( KN ) (kg/cm2) (kg/cm2)
225 8,7 10 450 200,00 0,700 285,71
225 8,4 10 460 204,44 0,700 292,06
225 8,5 10 400 177,78 0,700 253,97
194,07 277,25
HARI
RATA-RATA
NAME
PK1 70% : 30%
PK2 70% : 30%
PK3 70% : 30%
Hasil pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton dengan
variasi pasir Palu 70% : pasir Kandilo 30% 14 hari dapat dilihat pada Tabel 4.34,
sebagai berikut :
Tabel 4.34 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 70% : Pasir
Kandilo 30% 14 Hari
LUAS BERAT SLUMP KUAT KUAT FAKTOR KUAT TEKAN
PENAMPANG SAMPLE TEKAN TEKAN MAKSIMAL 28 HARI
( Cm2 ) ( Kg ) ( Cm ) ( KN ) (kg/cm2) (kg/cm2)
225 8,7 10 550 244,44 0,880 277,78
225 8,4 10 600 266,67 0,880 303,03
225 8,5 10 500 222,22 0,880 252,53
244,44 277,78
HARI
RATA-RATA
NAME
PK4 70% : 30%
PK5 70% : 30%
PK6 70% : 30%
Hasil pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton dengan
variasi pasir Palu 70% : pasir Kandilo 30% 28 hari dapat dilihat pada Tabel 4.35,
sebagai berikut :
Tabel 4.35 Perhitungan Kuat Tekan Beton Dengan Variasi Pasir Palu 70% : Pasir
Kandilo 30% 28 Hari
LUAS BERAT SLUMP KUAT KUAT FAKTOR KUAT TEKAN
PENAMPANG SAMPLE TEKAN TEKAN MAKSIMAL 28 HARI
( Cm2 ) ( Kg ) ( Cm ) ( KN ) (kg/cm2) (kg/cm2)
225 8,6 10 550 244,44 1,000 244,44
225 8,6 10 540 240,00 1,000 240,00
242,22 242,22
HARI
RATA-RATA
NAME
PK7 70% : 30%
PK8 70% : 30%
64
Catatan :
Faktor koreksi 7 hari = 0,700 ; 14 hari = 0,880 ; 28 hari = 1,000
1 MPa = 1 N/mm2
1 MPa = 10 kg/cm2
1 KN = 1000 N
1 cm = 10 mm
Hasil kuat tekan beton dilakukan untuk memperoleh nilai perbandingan kuat
tekan beton umur 7 hari. Dapat dilihat pada Gambar 4.7, sebagai berikut :
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Uji Tekan Beton Dengan Umur 7 Hari
Hasil kuat tekan beton dilakukan untuk memperoleh nilai perbandingan kuat
tekan beton umur 7 hari. Dapat dilihat pada Gambar 4.8, sebagai berikut :
263,49
304,76 277,25
0
100
200
300
400
PP 50% : PK 50% PP 60% : PK 40% PP 70% : PK 30%
Umur 7
umur 7
65
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Uji Tekan Beton Dengan Umur 14 Hari
Hasil kuat tekan beton dilakukan untuk memperoleh nilai perbandingan kuat
tekan beton umur 7 hari. Dapat dilihat pada Gambar 4.9, sebagai berikut :
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Uji Tekan Beton Dengan Umur 28 Hari
234,85
355,22
277,78
0
100
200
300
400
PP 50% : PK 50% PP 60% : PK 40% PP 70% : PK 30%
Umur 14
umur 14
231,11 238,52 242,22
0
100
200
300
400
PP 50% : PK 50% PP 60% : PK 40% PP 70% : PK 30%
Umur 28
umur 28
66
Hasil kuat tekan beton dilakukan untuk memperoleh nilai perbandingan kuat
tekan beton umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Dapat dilihat pada Gambar 4.10,
sebagai berikut :
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Uji Tekan Beton Sesuai Dengan Umur
Dari Gambar 4.10 diatas kuat tekan beton pada variasi pasir Palu 50% :
pasir Kandilo 50% umur 7 hari sebesar 263,49 kg/cm2, pasir Palu 50% : pasir
Kandilo 50% umur 14 hari sebesar 234,85 kg/cm2, pasir Palu 50% : pasir Kandilo
50% umur 28 hari sebesar 231,11 kg/cm2, dengan memiliki rata-rata sebesar
243,15 kg/cm2. Pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40% umur 7 hari sebesar 304,76
kg/cm2, pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40% umur 14 hari sebesar 355,22 kg/cm
2,
pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40% umur 28 hari sebesar 238,52 kg/cm2, dengan
memiliki rata-rata sebesar 299,5 kg/cm2. Pasir Palu 70% : pasir Kandilo 30%
umur 7 hari sebesar 277,25 kg/cm2, pasir Palu 70% : pasir Kandilo 30% umur 14
hari sebesar 277,78 kg/cm2 dan pasir Palu 70% : pasir Kandilo 30% umur 28 hari
sebesar 242,22 kg/cm2, dengan memiliki rata-rata sebesar 265,75 kg/cm
2. Pada
variasi pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40% mengalami kuat tekan beton tertinggi
dengan rata-rata sebesar 299,5 kg/cm2 dan pada variasi pasir Palu 50% : pasir
Kandilo 50% mengalami kuat tekan terrendah dengan rata-rata sebesar 243,15
kg/cm2.
263,49
304,76
277,25
234,85
355,22
277,78
231,11 238,52 242,22
0
100
200
300
400
PP 50% : PK 50% PP 60% : PK 40% PP 70% : PK 30%
umur 7
umur 14
umur 28
67
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil kuat tekan beton normal dari penggunaan pasir Kandilo yang
divariasikan dengan pasir Palu dan kerikil Palu adalah sebagai berikut :
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam pengujian kuat tekan beton
normal dihasilkan variasi pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40% mengalami
kuat tekan beton tertinggi dengan rata-rata sebesar 299,5 kg/cm2 dari ketiga
sempel variasi dan pengujian kuat tekan beton normal dihasilkan variasi
pasir Palu 50% : pasir Kandilo 50% mengalami kuat tekan beton terendah
dengan rata-rata sebesar 243,15 kg/cm2 dari ketiga sempel variasi.
2. Pengaruh hasil variasi terhadap campuran pasir Kandilo dan pasir Palu
terhadap mutu beton adalah sebagai berikut :
Dari hasil campuran variasi didapatkan mutu beton tertinggi dari 3 variasi
sampel yaitu variasi antara pasir Palu 60% : pasir Kandilo 40%
mendapatkan kuat tekan tertinggi dengan rata-rata sebesar 299,5 kg/cm2.
Oleh karna itu, dari penelitian ini mutu beton yang tertinggi adalah
campuran dari pasir Palu 60% yang divariasikan dengan pasir Kandilo 40%
dan dari hasil pencampuran variasi pasir Kandilo dan pasir Palu tersebut
didapatkan hasil bahwa pasir Kandilo semakin baik gradasinya apabila di
variasikan dengan pasir Palu. Dapat dilihat pada Gambar 4.3 sampai
Gambar 4.5
v
5.2 Saran
Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan adapun beberapa saran
yang dapat diberikan pada masa yang akan datang sebagai berikut :
1. Diharapkan pada pencampuran beton lebih diperhatikan lagi agar campuran
beton merata sehingga beton yang dihasilkan dapat meningkatkan kuat
tekan beton nantinya.
2. Apabila memadatkan adukan beton pada cetakan dapat diteliti dan
dicermatin agar benda uji tidak poros.
3. Pada saat pengujian kuat tekan beton diperhatikan kembali dan diteliti agar
benda uji masuk ke dalam alat dengan posisi yang tepat sehingga kuat tekan
yang diperoleh dapat maksimal.
4. Sebaiknya setelah membuat campuran variasi beton diperhatikan lagi saat
perawatan beton agar hasil yang diperoleh saat uji tekan beton lebih
memuaskan.
5. Apabila sebelum melakukan uji tekan beton agar sempel beton dipastikan
kering permukaan atau didalam sampel benda uji tersebut.
69
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Karmila, 2015. Pasir Kandilo Dan Kerikil Petangis Sebagai Material
Local Tanah Grogot Dalam Campuran Beton.
A.M> Neville, “Properties Of Concrete”, Longman Group Limited, London 1995.
Murdock, L.J dan Brook, K.M., 1999, Bahan dan Praktek Beton, Edisi Keempat,
Erlangga, Jakarta.
SK SNI 03-1974-1990: Tata Cara Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
SK SNI 1972-2008: Tata Cara Uji Slump Beton
SK SNI 03-2834-2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
Tjorodimulyo, K. 1996: Teknologi Beton. Nafiri, Yogyakarta.
Tjokrodimulyo, Kardiyono, 2007, Teknologi Beton. Biro Penebit Teknil Sipil
Universitas Gaja Mada. Yogyakarta.
LAMPIRAN 1
HASIL PENGUJIAN AGREGAT
1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus
2. Hasil Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
3. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus
4. Hasil Pemeriksaan Berat Isi Agregat Halus
5. Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus
6. Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus
7. Hasil Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
8. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus
9. Hasil Pemeriksaan Berat Isi Agregat Halus
10. Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus
11. Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar
12. Hasil Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
13. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Kasar
14. Hasil Pemeriksaan Berat Isi Agregat Kasar
15. Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar
16. Hasil Pemeriksaan Tes Abrasion By Los Angeles
17. Mix Design
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
GRADASI AGREGAT HALUS
Pemeriksaan : Pasir Palu
Tanggal Pemeriksaan : 28 Maret 2017
Lubang
Saringan
Pasir Palu
Berat Tertinggal Persentase Komulatif
Tertinggal Lolos
No Mm Gram % % %
¾ 19,1 0 0,00 0 100,000
½ 12,7 8,08 0,81 1 99,190
3/8 9,5 12,34 1,24 2 97,952
4 4,76 49,44 4,96 7 92,994
8 2,38 104,37 10,47 17,472 82,528
16 1,19 123,27 12,36 29,834 70,166
30 0,59 180,58 18,11 47,942 52,058
50 0,297 223,1 22,37 70,315 29,984
100 0,149 197,86 19,84 90,156 9,844
200 0,075 70,7 7,09 97,246 2,754
PAN 27,46 2,75 100,00 0,000
TOTAL 997,2
362,829
MHB 3,628
Balikpapan, 28 Maret 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
KADAR AIR AGREGAT HALUS
Pemeriksaan : Pasir Palu
Tanggal Pemeriksaan : 28 Maret 2017
No Uraian Sampel
A B
1 Berat cawan + pasir basah (gram) 118,21 130,1
2 Berat cawan + pasir kering oven (gram) 114,63 126,01
3 Berat air = (1) - (2) (gram) 3,58 4,09
4 Berat cawan (gram) 12,98 13,04
5 Berat pasir kering = (2) - (4) (gram) 101,65 112,97
6 Kadar air : (3) / (5) x 100% (%) 3,522 3,620
Kadar air rata - rata (%) 3,571
Kadar Air : 3,571%
Balikpapan, 28 Maret 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
Pemeriksaan : Pasir Palu
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
Uraian Keterangan Sampel
1
Berat pasir kering mutlak (gr) BK 456,84
Berat pasir jenuh kering muka (gr) SSD 500
Berat piknometer berisi pasir dan air (gr) BT 1513
Berat piknometer berisi air (gr) B 1235,4
Berat Jenis Semu BK / (B+BK-BT) 2,548
Berat jenis Curah(gr/cm³) BK / (B+SSD-BT) 2,054
Berat jenis jenuh kering muka (gr/cm³) 500 / (B+SSD-BT) 2,248
Penyerapan air jenuh kering muka (%) ((SSD-BK) / BK) X 100% 9,448%
Berat Jenis Curah : 2,054 gr/cm³
Berat Jenis Jenuh Kering Muka : 2,248 gr/cm³
Berat Jenis Semu : 2,548
Penyerapan Air Jenuh Kering Muka : 9,448%
Balikpapan, 29 Maret 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
BERAT ISI AGREGAT HALUS
Pemeriksaan : Pasir Palu
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
1 2820 2820
2 5800 5800
3 2980 2980
4 1,057 1,057
RODDING SHOVELING
5 2820 2820
6 6785 6205
7 3965 3385
Berat Bersih Sample = Berat Benda Uji - Berat Takaran 3965 3385
3037,860 3037,860
1,114
Volume
Kotak Takar D = 15,7 , t = 15,7
Berat Benda Uji (gram) = (6) - (5)
Volume = ⅟₄ x ∏ x d² x t
Berat Bersih Sample
Volume SampleBerat isi =
Berat Takaran (gram)
Berat Takaran + Air (gram)
Berat Air (gram) = (2) - (1)
Volume Air (gram) = (3) / (1)
1,305
METODE
Berat Takaran (gram)
Berat Takaran + Benda Uji (gram)
Rodding :1,305 gr/cm³
Shoveling :1,114 gr/cm³
Balikpapan, 29 Maret 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS (Lolos Ayakan No.200)
Pemeriksaan : Pasir Palu
Tanggal Pemeriksaan : 30 Maret 2017
Uraian Kode Sample
I
Berat agregat semula (kering oven) W1 (gram) 500
Berat agregat setelah dicuci (kering oven) W2 (gram) 491,44
Berat butiran yang lewat ayakan No. 200 W3= W1-W2 (gram) 8,56
Persentase Lumpur (W3 / W1) X 100 (%) 1,712
Kadar Lumpur : 1,712%
Balikpapan, 30 Maret 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
GRADASI AGREGAT HALUS
Pemeriksaan : Pasir Kandilo
Tanggal Pemeriksaan : 28 Maret 2017
Lubang
Saringan
Pasir Kandilo
Berat Tertinggal Persentase Komulatif
Tertinggal Lolos
No Mm Gram % % %
¾ 19,1 0 0,00 0 100
½ 12,7 0 0,00 0 100
3/8 9,5 0 0,00 0 100
4 4,76 0 0,00 0 100
8 2,38 0,15 0,02 0,015 99,985
16 1,19 0,8 0,08 0,097 99,903
30 0,59 7,29 0,74 0,838 99,162
50 0,297 103,91 10,57 11,404 88,596
100 0,149 799,19 81,28 92,669 7,331
200 0,075 60,04 6,11 98,774 1,226
PAN 12,06 1,23 100,000 0,000
TOTAL 983,44
203,796
MHB 2,038
Balikpapan, 28 Maret 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
KADAR AIR AGREGAT HALUS
Pemeriksaan : Pasir Kandilo
Tanggal Pemeriksaan : 28 Maret 2017
No Uraian Sampel
A B
1 Berat cawan + pasir basah (gram) 115,1 102,8
2 Berat cawan + pasir kering oven (gram) 110,51 98,62
3 Berat air = (1) - (2) (gram) 4,59 4,18
4 Berat cawan (gram) 13,6 13,4
5 Berat pasir kering = (2) - (4) (gram) 96,91 85,22
6 Kadar air : (3) / (5) x 100% (%) 4,736 4,905
Kadar air rata - rata (%) 4,821
Kadar Air : 4,821%
Balikpapan, 28 Maret 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
Pemeriksaan : Pasir Kandilo
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
Uraian Keterangan Sampel 1
Berat pasir kering mutlak (gr) BK 479,3
Berat pasir jenuh kering muka (gr) SSD 500
Berat piknometer berisi pasir dan air (gr) BT 1450
Berat piknometer berisi air (gr) B 1189,8
Berat Jenis Semu BK / (B+BK-BT) 2,188
Berat jenis Curah(gr/cm³) BK / (B+SSD-BT) 1,999
Berat jenis jenuh kering muka (gr/cm³) SSD / (B+SSD-BT) 2,085
Penyerapan air jenuh kering muka (%) ((SSD-BK) / BK) X 100% 4,319%
Berat Jenis Curah : 1,999 gr/cm³
Berat Jenis Jenuh Kering Muka : 2,085 gr/cm³
Berat Jenis Semu : 2,188
Penyerapan Air Jenuh Kering Muka : 4,319 %
Balikpapan, 29 Maret 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
BERAT ISI AGREGAT HALUS
Pemeriksaan : Pasir Kandilo
Tanggal Pemeriksaan : 30 Maret 2017
1 2820 2820
2 5750 5750
3 2930 2930
4 1,039 1,039
RODDING SHOVELING
5 2820 2820
6 7056 6470
7 4236 3650
Berat Bersih Sample = Berat Benda Uji - Berat Takaran 4236 3650
3037,860 3037,860
Berat Takaran (gram)
Berat Takaran + Air (gram)
Berat Air (gram) = (2) - (1)
Volume Air (gram) = (3) / (1)
1,394 1,201
Volume
Kotak Takar D = 15,7 , t = 15,7
Berat Benda Uji (gram) = (6) - (5)
Volume = ⅟₄ x ∏ x d² x t
METODE
Berat Bersih Sample
Volume SampleBerat isi =
Berat Takaran (gram)
Berat Takaran + Benda Uji (gram)
Rodding :1,394 gr/cm³
Shoveling :1,201 gr/cm³
Balikpapan, 30 Maret 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS (Lolos Ayakan No.200)
Pemeriksaan : Pasir Kandilo
Tanggal Pemeriksaan : 31 Maret 2017
Uraian Kode Sample
I
Berat agregat semula (kering oven) W1 (gram) 500
Berat agregat setelah dicuci (kering oven) W2 (gram) 489
Berat butiran yang lewat ayakan No. 200 W3= W1-W2 (gram) 11
Persentase Lumpur (W3 / W1) X 100 (%) 2,2
Kadar Lumpur : 2,2%
Balikpapan, 31 Maret 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126 Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
GRADASI AGREGAT KASAR
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 31 Maret 2017
Lubang
Saringan
Kerikil Palu
Berat Tertinggal Persentase Komulatif
Tertinggal Lolos
No Mm Gram % % %
1,5 38,1 0 0,00 0 100
1 25,4 1323,1 26,914 26,914 73,086
3/4 19,1 2299,8 46,782 73,696 26,304
3/8 9,5 773,7 15,738 89,434 10,566
4 4,76 312,6 6,359 95,793 4,207
8 2,38 146,2 2,974 98,767 1,233
16 1,19 19,5 0,397 99,164 0,836
30 0,59 2,8 0,057 99,221 0,779
50 0,295 1,5 0,031 99,251 0,749
100 0,149 0,8 0,016 99,268 0,732
PAN 36 0,732 100,000 0,000
TOTAL 4916
781,509
MHB 7,815
Balikpapan, 31 Maret 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
KADAR AIR AGREGAT KASAR
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 31 Maret 2017
No Uraian Sampel
A B
1 Berat cawan + Keriki basah (gram) 100,3 92,7
2 Berat cawan + Kerikil kering oven (gram) 99,1 91,8
3 Berat air = (1) - (2) (gram) 1,2 0,9
4 Berat cawan (gram) 13,2 12,9
5 Berat kerikil kering = (2) - (4) (gram) 85,9 78,9
6 Kadar air : (3) / (5) x 100% (%) 1,397 1,141
Kadar air rata - rata (%) 1,269
Kadar Air : 1,269%
Balikpapan, 31 Maret 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 01 April 2017
Uraian Keterangan Sampel
1
Berat pasir kering mutlak (gr) BK 4940
Berat pasir jenuh kering muka (gr) SSD 5000
Berat piknometer berisi kerikil dan air (gr) Ba 3161,23
Berat Jenis Semu BK / (BK-Ba) 2,777
Berat jenis Curah(gr/cm³) BK / (SSD-Ba) 2,687
Berat jenis jenuh kering muka (gr/cm³) SSD / (SSD-Ba) 2,719
Penyerapan air jenuh kering muka (%) ((SSD-BK) / SSD) X 100% 1,2%
Berat Jenis Curah : 2,687 gr/cm³
Berat Jenis Jenuh Kering Muka : 2,719 gr/cm³
Berat Jenis Semu : 2,777
Penyerapan Air Jenuh Kering Muka : 1,2 %
Balikpapan, 01 April 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
BERAT ISI AGREGAT KASAR
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 01 April 2017
1 6390 6390
2 16090 16090
3 9700 9700
4 1,518 1,518
RODDING SHOVELING
5 6390 6390
6 21810 20780
7 15420 14390
Berat Bersih Sample = Berat Benda Uji - Berat Takaran 15420 14390
14718,750 14718,750
Berat Benda Uji (gram) = (6) - (5)
Volume = ⅟₄ x ∏ x d² x t
METODE
Berat Bersih Sample
Volume SampleBerat isi =
Berat Takaran (gram)
Berat Takaran + Benda Uji (gram)
Berat Takaran + Air (gram)
Berat Air (gram) = (2) - (1)
Volume Air (gram) = (3) / (1)
1,048 0,977
Volume
Kotak Takar D = 25 , t = 30
Berat Takaran (gram)
Rodding :1,048 gr/cm³
Shoveling :0,977 gr/cm³
Balikpapan, 01 April 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR (Lolos Ayakan No.200)
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 02 April 2017
Uraian Kode Sample
I
Berat agregat semula (kering oven) W1 (gram) 500
Berat agregat setelah dicuci (kering oven) W2 (gram) 499,1
Berat butiran yang lewat ayakan No. 200 W3= W1-W2 (gram) 0,9
Persentase Lumpur (W3 / W1) X 100 (%) 0,18
Kadar Lumpur : 0,18%
Balikpapan, 02 April 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
TES ABRASION BY LOS ANGELES MACHINE (AASHTO T – 96 – 74*)
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Berat Sampel : 5.000 Gram
Jumlah Bola Besi : 11
Kecepatan Mesin : 33 RPM
Jumlah Putaran : 500 Putaran
Tanggal Pemeriksaan : 02 April 2017
Diameter Ayakan Berat dan Gradasi Benda Uji
(gram)
Lewat Tertahan B C
1,5 ” 1” - -
1” 3/4" - -
3/4"
1/2" 2500 -
1/2"
3/8" 2500 -
3/8"
1/4" - 2500
1/4" No.4 (4,75) - 2500
Jumlah Bola 11 8
A. Total 5000 5000
B. Berat Yang Tertahan
Diatas Ayakan No.12 4080 4054
Keterangan B
(gram)
C
(gram)
A. Berat Agregat 5000 5000
B. Berat Setelah 500 Putaran 4080 4054
Keausan Agregat Kasar (Kerikil Palu)
= (𝐴−𝐵)
𝐴𝑥 100 = %
9,2 9,46
Balikpapan, 02 April 2017
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Muhammad Ridwan Alif Yansyah
NIM: 140309243292
LAMPIRAN 2
BAHAN
Semen Portland Tipe 1 PasirKandilo
Air Kerikil Palu
Pasir Samboja
LAMPIRAN 3
ALAT
Timbangan Digital Oven
Talam Saringan
Meteran Bak Perendam
Cetok Kuas
Kerucut Ambrams Cawan
Tongkat Baja Cetakan Kubus
Sieve Shaker Los Angles
Alat Berat Jenis Mesin Kuat Tekan
Timbangan Manual Gerobak
LAMPIRAN 4
PROSES PENGUJIAN PASIR KANDILO
1. Pengujian Berat Jenis Pasir Kandilo
Timbang pasir Kandilo Timbang Piknometer
Masukan pasir ke Piknometer Masukan air ke piknometer
Guncangkan sampai tercampur Timbang kembali dan diamkan
2. Pengujian Kadar Lumpur Pasir Kandilo
Timbang Pasir Kandilo Pasir Kandilo telah dicuci
Pasir Kandilo diayak Pasir yang telah dioven
3. Pemeriksaan Gradasi Pasir Kandilo
Timbang Pasir yang telah dioven Siapakan Ayakan
Ayak dengan Sieve Shaker Timbang Pasir tertinggal tiap ayakan
Pasir yang telah ditimbang
4. Pemeriksaan Kadar air Pasir Kandilo
Timbang Pasir Kandilo Timbang Cawan Kosong
Cawan berisi pasir sebelum dioven Cawan berisi pasir sesudah dioven
5. Pemeriksaan berat isi Pasir Kandilo
Timbang silinder baja Pengisian pasir 3 lapis dan ditumbuk
Isi pasir sampai penuh Perataan pasir dengan tongkat baja
Timbang Berat isi Pasir kandilo
LAMPIRAN 5
Proses Pengujian Pasir Palu
1. Pengujian Berat Jenis Pasir Palu
Timbang pasir palu Timbang Piknometer
Masukan pasir ke Piknometer Masukan air ke piknometer
Guncangkan sampai tercampur Timbang kembali dan diamkan
2. Pengujian Kadar Lumpur Pasir Palu
Timbang Pasir Palu Pasir Palu telah dicuci
Pasir Palu diayak Pasir yang telah dioven
3. Pemeriksaan Gradasi Pasir Palu
Timbang Pasir yang telah dioven Siapakan Ayakan
Ayak dengan Sieve Shaker Timbang Pasir tertinggal tiap ayakan
Pasir yang telah ditimbang
4. Pemeriksaan Kadar air Pasir Palu
Timbang Pasir Palu Timbang Cawan Kosong
Cawan berisi pasir sebelum dioven Cawan berisi pasir sesudah dioven
5. Pemeriksaan berat isi Pasir Palu
Timbang silinder baja Pengisian pasir 3 lapis dan ditumbuk
Isi pasir sampai penuh Perataan pasir dengan tongkat baja
Timbang Berat isi Pasir Palu
LAMPIRAN 6
Proses Pengujian Kerikil Palu
1. Pemeriksaan Berat Jenis Kerikil Palu
Timbang Kerikil Palu Isi air silinder baja
Memasukan kerikil ke alat Kerikil direndam
Penimbangan berat jenis kerikil
2. Pengujian Kadar Lumpur Kerikil Palu
Kerikil Palu dicuci Kerikil dioven
Kerikil diayak Kerikil ditimbang
3. Pemeriksaan Gradasi Kerikil Palu
Timbang kerikil yang telah di oven Siapkan ayakan
Ayak dengan alat Sieve Shaker Timbang kerikil tertinggal tiap ayakan
Kerikil yang telah ditimbang
4. Pemeriksaan Kadar air Kerikil Palu
Timbang Kerikil Palu Timbang Cawan kosong
Timbang Cawan dengan kerikil Cawan berisi kerikil sesudah dioven
5. Pemeriksaan Berat Isi Kerikil Palu
Timbang silinder baja Pengisian kerikil 3 lapis dan ditumbuk
Isi kerikil sampai penuh Ratakan dengan tongkat baja
Timbang Kerikil Palu
6. Pengujian Keausan Kerikil Palu
Timbang Kerikil Palu Siapkan bola baja
Masukan bola baja dan kerikil Keluarkan Kerikil dan bola baja
Ayak Kerikil Palu Cuci Kerikil Palu yang Tertahan
Kerikil di oven Timbang Kerikil
LAMPIRAN 7
PERENCANAAN CAMPURAN BETON (mix design)
NO URAIAN TABEL/ GRAFIK/
PERHITUNGAN NILAI
1
Kuat tekan yang disyaratkan
(benda uji kubus) Ditetapkan 20 Mpa
2 Devisiasi standar (Sr) Diketahui 7 Mpa
3 Nilai tambah (margin) M = 1,64 x Sr 1,64 x 7 = 11,5 Mpa
4
Kekutan rata-rata yang
ditargetkan 1 + 3 20 + 11,5 = 31,5 Mpa
5 Jenis semen Ditetapkan Semen portland tipe I
6 Jenis agregat : a. Kasar Ditetapkan Batu pecah
b. halus Ditetapkan Alami
7 Faktor air semen bebas Tabel 2, Grafik 2 0,54 (diambil yang terkecil)
8 Faktor air semen maksimum Ditetapkan, Tabel 4 0,6
9 Slump Ditetapka, Tabel 3 Slump 10 ± 2 ( 60 - 180 ) mm
10 Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 40 mm
11 Kadar air bebas
Tabel 3,( ⅔ Wh) + (⅓
Wk)
(⅔ 175 ) + (⅓ 205) = 185
kg/m³
12 Kadar semen Ditetapkan, 11 : 8 185 : 0,6 = 308,334 kg/m³
13 Kadar semen maksimum Ditetapkan, 11 : 7 185 : 0,54 = 342,592kg/m³
14 Kadar semen minimum
Ditetapkan
275 kg/m³ (bila lebih besar
dari 12)
15 FAS yang disesuaikan Diabaikan
16
Susunan besar butir agregat
halus Grafik 3 s/d 6
Daerah gradasi no.2
(mendekati)
17
Susunan agregat kasar atau
gabungan Grafik 7 s/d 12 Daerah gradasi no.3
18 Persen agregat halus Ditetapkan, Grafik 15 31%
19 Berat jenis relatif (SSD)
( 0,35 x Bj Halus ) + (
0,65 x Bj Kerikil)
( 0,35 x 1.949 ) + ( 0,65 x
2,68 ) = 2,424
20 Berat isi beton Ditetapkan, Grafik 16 2475kg/m³
21 Kadar agregat gabungan
20 - (11- 12)
2475 - ( 185 - 308,334 ) =
1981,656 kg/m³
22 Kadar agregat halus 18 x 21 0,31 x 1981 = 614,313 kg/m³
23 Kadar agregat kasar
21 – 22
1981,656 – 614,313 =
1367,343 kg/m³
24 Proporsi campuran
Semen Air Agregat konsidi SSD (Kg)
(Kg) (Kg) Halus Kasar
Banyaknya bahan (teoritis) / m³ 342,592 185 614,313 1367,343
25 Koreksi campuran / m³ 342,592 130,772 667,60 1368,286
LAMPIRAN 8
PENGUJIAN NILAI SLUMP
Nilai slump 11 cm Nilai slump 10 cm
Nilai slump 9 cm Nilai slump 10 cm
Nilai slump 10 cm Nilai slump 11 cm
LAMPIRAN 9
PROSES PEMBUATAN BENDA UJI
Pasir Kandilo sesuai Mix Design Pasir Palu sesuai Mix Design
Semen sesuai Mix Design Kerikil sesuai Mix Design
Pasir sebelum di campur
Air sesuai Mix Design Pencampuran bahan
Pengujian Nilai Test Slump Pemadatan beton pada cetakan
Diamkan beton selama 24 jam Beton setelah di buka dari cetakan
LAMPIRAN 10
PROSES PERAWATAN BETON
Beton direndam di dalam bak Benda uji di angkat
LAMPIRAN 11
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON
Beton ditimbang sebelum diuji Beton dimasukan ke Alat Uji Tekan
Hasil Uji tekan pada Beton Beton setelah diuji