Download - Analgetik Opioid Dan Antagonis 2007
ANALGETIK OPIOID DAN ANTAGONIS
Analgesik opioid kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin
terutama digunakan untuk meredakan rasa nyeri
semua analgesik opioid menimbulkan adiksi
Yang termasuk golongan obat opioid ialah :Obat yang berasal dari opium-morfinSenyawa semisintetik morfinSenyawa sintetik yang berefek seperti
morfin.
3 jenis peptida yang terikat pada reseptor opioid :oEnkefalinoEndorfinoDinorfin
Tiap jenis berasal dari prekursor polipeptida yang berbeda secara genetik dan memperlihatkan distribusi anatomis yang khas.
Reseptor Opioid :Opioid berinteraksi dengan reseptor opioid
untuk menimbulkan efeknyapotensi analgesik tergantung pada afinitas
terhadap reseptor opioid spesifikMacam-macam reseptor opioid adalah
reseptor µ, reseptor δ, reseptor ε, reseptor κ, dan reseptor σ.
Reseptor µ memperantarai efek analgetik mirip morfin, euphoria, depresi napas, miosis, berkurangnya motilias saluran cerna
Reseptor σ diperkirakan berhubungan dengan efek psikotomimetik yang ditimbulkan oleh pentazosin
Reseptor κ diduga memperantarai analgesia seperti yang ditimbulkan pentazosin, sedasi serta miosis dan depresi nafas yang tidak sekuat agonis µ
Reseptor ε sangat selektif terhadap beta-endorfin tetapi tidak mempunyai afinitas terhadap enkefalin.
Reseptor δ selektif terhadap enkefalin.
KLASIFIKASI
Atas dasar kerjanya pada reseptor opioid maka obat-obat yang tergolong opioid dibagi menjadi :
Agonis opioid menyerupai morfin :sebagai agonis terutama pada reseptor µ dan mungkin pada reseptor κ, contohnya morfin.
Antagonis opioid : tidak memiliki aktifitas agonis pada semua reseptor, contohnya malokson.
Opioid dengan kerja campur- Agonis-antagonis opioid, yaitu yang bekerja sebagai agonis pada beberapa reseptor dan sebagai antagonis atau agonis lemah pada reseptor lain, contohnya nalorfin dan pentazosin.- Agonis parsial, contohnya buprenorfin.
Morfin dan Alkaloid Opium
Opium atau candu adalah getah Papaver somniferum L yang telah dikeringkan
Alkaloid asal opium secara kimia dibagi dalam 2 golongan :- Golongan fenantren, misalnya morfin dan kodein- Golongan benzilisokinolin, misalnya
noskapin dan papaverin
FarmakodinamikSusunan Saraf PusatNarkosisAnalgesiaEfek analgetik morfin timbul berdasarkan
tiga mekanisme :◦Morfin meninggikan ambang rangsang nyeri.
Mekanisme ini berperan paling penting jika morfin diberikan sebelum terjadi stimulasi nyeri
◦Morfin dapat mempengaruhi emosi◦Morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur
ambang rasa nyeri meningkat.
Eksitasi : mual dan muntahMiosis : ditimbulkan oleh perangsangan
pada segmen otonom inti saraf okulomotor
Depresi napas : efek langsung terhadap pusat napas di batang otak
Mual dan muntah : stimulasi langsung pada emetik kemoreseptor trigger zone di area postrema medula oblongata
Saluran CernaMorfin berefek langsung pada saluran cerna,bukan melalui efeknya pada SSP
Lambung : menghambat sekresi HClUsus halus : mengurangi sekresi empedu
dan pankreas, dan memperlambat pencernaan makanan di usus halus
Usus besar : mengurangi atau menghilangkan gerakan propulsi usus besar, menunggikan tonus dan menyebabkan spasme usus besar
Duktus koledokus : menimbulkan peninggian tekanan dalam duktus koledokus
Sistem Kardiovaskular : Morfin dan opioid lain menurunkan kemampuan kardiovaskular untuk bereaksi terhadap perubahan sikap. Penderita mungkin mengalami hipotensi ortostatik dan dapat jatuh pingsan
Otot Polos Lain : menimbulkan peninggian tonus, amplitudo, serta kontraksi ureter dan kandung kemih
Kulit :pelebaran pembuluh darah kulitMetabolisme : suhu badan turun akibat
aktivitas otot yang menurun, vasodilatasi perifer dan penghambatan mekanisme neural di SSP
FarmakokinetikMorfin dapat diabsorpsi usus,tetapi efek
analgetik setelah pemberian oral jauh jauh lebih rendah daripada pemberian parenteral
Setelah pemberian dosis tunggal, sebagian morfin mengalami konjugasi dengan asam glukuronat di hepar,sebagian dikeluarkan dalam bentuk bebas dan 10% tidak diketahui nasibnya
Ekskresi morfin terutama melaui ginjalSebagian kecil morfin bebas ditemukan
dalam tinja dan keringat
Morfin yang terkonjugasi ditemukan dalam empedu,sebagian yang sangat kecil dikeluarkan bersama cairan lambung
Kodein mengalami demetilasi menjadi morfin dan CO2
CO2ini dikeluarkan oleh paru-paruSebagian kodein mengalami N-demetilasiUrin mengandung bentuk bebas dan
bentuk konjugasi dari kodein,norkodein, dan morfin.
Efek SampingIdiosinkrasi dan alergi
Idionsinkrasi : mual dan muntah, timbulnya eksitasi dengan tremorAlergi : urtikaria, eksantem, dermatitis kontak, pruritus dan bersin
Intoksikasi akut : terjadi akibat percobaan bunuh diri atau pada overdosisPenderita tidur atau koma jika intoksikasi cukup berat,frekuensi napas lambat, Pembentukan urine sangat berkurang karena terjadi pelepasn ADH dan turunnyab tekanan darah
Toleransi, Adiksi, dan AbuseTejadi setelah penggunaan berulangPada dasarnya adiksi morfin menyangkut
fenomena berikut :1. Habituasi; perubahan psikis emosional sehingga penderita ketagihan morfin2. Ketergantunga fisik; kebutuhan akan morfin karena faal dan biokimia tubuh tidak berfungsi lagi tanpa morfin.3. Adanya toleransi
Toleransi ini timbul terhadap efek depresi, tetapi tidak timbul terhadap efek eksitasi, miosis dan efek pada usus
Toleransi timbul setelah 2-3 mingguAddiction liability atau daya untuk
menimbulkan adiksi berbeda-beda untuk masing-masing obat
Bahaya terbesar didapat pada heroin menimbulkan euphoria yang kuat yang tidak disertai mual dan konstipasi
Interaksi ObatEfek depresi SSP beberapa opioid dapat
diperhebat dan diperpanjang oleh fenotiazin
Beberapa derivat fenotiazin meningkatkan efek sedasi,tetapi dalam saat yang sama bersifat antianalgetik dan meningkatkan jumlah opioid yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri
Dosis kecil amfetamin meningkatkan efek analgetik dan euforia morfin dan dapat mengurangi efek sedasinya
IndikasiTerhadap nyeridiindikasikan untuk meredakan atau
menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid
Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai :
Infark miokardNeoplasmaKolik renal atau kolik empeduOklusio akut pembuluh darah perifer, pulmonal,
atau koronerPerikarditis akut, pleuritis, pneumotoraks
spontanNyeri akibat trauma misalnya luka bakar,
fraktur, dan nyeri pascabedah
Terhadap batuk dan sesakbatuk yang tidak produktif dan hanya
iritatifSesak napas pada dekompensasio akut
ventrikel kiri dan edema pulmonal Efek antidiare
menghentikan diare berdasarkan efek langsung terhadap otot polos usus