i
AGAMA DAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG
PASAR PROJO DI AMBARAWA TAHUN 1986-
2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora
Oleh:
Ika Putri Mahanani
216-13-007
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
vi
ABSTRAK
Nama : Ika Putri Mahanani
NIM : 216-13-007
Jurusan : Sejarah Peradaban Islam
Terbentuknya pasar merupakan konsekuensi logis pelembagaan
transaksi jual-beli melalui aktivitas usaha perdagangan. Salah satu pasar
yang memiliki potensi ekonomi yang baik adalah Pasar Projo Ambarawa.
Lokasi Pasar Projo yang terletak dalam jalur regional Semarang Yogyakarta
serta letak pasar yang diapit oleh kawasan penghasil komoditas pertanian
mendorong Pasar Projo menjadi pasar sentra komoditas pertanian. Potensi
Pasar Projo Ambarawa menguntungkan bagi para pedagang yang berdagang
di pasar ini. Kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa mendorong
tumbuhnya perekonomian di kawasan Kabupaten Semarang. Pada era pasar
bebas telah lahir pemikiran konvensional yang mengutamakan pencapaian
keuntungan maksimal. Pemikiran konvensional tak selaras dengan ajaran
agama Islam. Hampir 90 % lebih pedagang pasar Projo Ambarawa
menganut agama Islam. Sebagai umat muslim pedagang menjalankan
kewajibannya sebagai seorang muslim dengan melaksanakan ibadah. Ajaran
agama Islam dapat membentuk etos dari para pedagang. Dengan hal tersebut
mendorong penulis untuk meneliti mengenai relasi antara agama dengan
kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah
dibantu dengan metode pendekatan ekonomi, sosiologi. Dalam menguraikan
materi dalam penelitian ini, penulis menguraikan penelitian ini dengan
mengungkapkan peristiwa masa lalu dengan metode penelitian sejarah
dibantu dengan ilmu ekonomi untuk menguraikan kegiatan perdagangan di
Pasar Projo, serta menggunakan ilmu bantu sosiologi untuk mengungkapkan
tingkat keberagamaan dan interaksi sosial dari para pedagang.
Pedadang Pasar Projo Ambarawa memiliki tingkat kesadaran agama
yang baik, kegiatan perdagangan tidak lantas membuat para pedagang lupa
akan kewajibannya sebagai seorang muslim. Bagi pedagang pasar Projo
Ambarawa bekerja merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT.
Pemahaman ajaran agama Islam mendorong terbentuknya etos kerja pada
kalangan para pedagang. Etos kerja para pedagang Pasar Projo Ambarawa
dilandasi prinsip-prinsip ajaran agama Islam. Nilai-nilai ajaran agama Islam
yang terdapat dalam Al-qur’an, Hadits dan Sunah Rasulullah membentuk
etos kerja dari para Pedagang pasar Projo Ambarawa. Melalui etos kerja
Islam timbul etika Islam dalam kegiatan perdagangan di Pasar Projo
Ambarawa. Perilaku ekonomi dari para pedagang Pasar Projo Ambarawa
dipengaruhi oleh pemahaman dari para pedagang mengenai ajaran-ajaran
agama Islam. Relasi antara kegiatan perdagangan dan ajaran agama Islam
dijembatani oleh etos kerja, dengan adanya etos kerja maka akan
berimplikasi pada perilaku ekonomi dari pedagang.
Kata kunci: Pasar Projo Ambarawa, Etos Kerja Islam, Perilaku
Ekonomi Pedagang.
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku Almarhum bapak Samroji dan Ibu Endang puji
Astuti yang telah membesarkanku dengan penuh cinta.
2. Nenek ku tercinta ibu Sutimah yang membibingku dari kecil hingga
tumbuh besar.
3. Adikku tersayang Dewi Yulianti terima kasih atas motivasinya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan tercinta Ana Fitriana, Tiara,
Ulfa, Sofi Gendut, Sam’ani, Ely, Qisti, Judin, Fahmi, Qosem, Ingkan,
Erni, Kharis, Sriyatun, Miladil, Aini, Rifkhan, Faiz, dan Tatik terima
kasih karena mendorongku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
5. Terima kasih untuk bapak Dr. Benny Ridwan, M. Hum selaku
Pembibing Skripsi yang telah sabar membibing penulis dengan tulus
dan ikhlas.
6. Terima kasih untuk bapak Haryo Aji S. Sos., MAselaku Ketua Jurusan
Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan serta memberikan motivasi kepada penulis.
7. Terima kasih kepada ibu Rina Andriani Hidayat, S.Hum., M.A. yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan serta motivasi kepada
penulis.
8. Terima kasih untuk seluruh pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini.
viii
MOTTO
1. Jangan pernah takut untuk bekerja keras karena hasil yang kita dapat
adalah cerminan dari upaya yang kita lakukan.
2. Pertahankan moral dan etika kita sebagai seorang muslim karena etika
moral seseorang tidak pernah dapat dibeli dengan uang.
3. Jangan pernah takut untuk membagi ilmu yang kita punya, karena
sejatinya ilmu tidak pernah berkurang ketika kita membaginya kepada
orang lain melainkan ilmu itu akan bertambah dan akan membawa
manfaat.
4. Jujur, berpengetahuan luas, berintegritas, memiliki prinsip yang kuat,
memegang teguh moral agama dan mau bekerja keras adalah kunci
menjadi manusia yang berkualitas.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robil’alamin Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita mampu melaksanakan rutinitas
kehidupan, tujuan serta arah yang akan mengantarkan kita yang lebih baik dalam
kehidupan dimasa mendatang. Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap
tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, yaitu nabi Muhammad SAW sosok
paripurna yang mampu menanamkan pesan-pesan keharmonisan, kedamaian dan
kebersamaan terhadap semua manusia dalam pembentukan Akhlak sebagai bentuk
pengabdian kepada Tuhan. Mudah-mudahan semua yang mengikutinya
mendapatkan safa’at di hari kiamat nanti amin.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk
memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.hum) di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Agama dan Sosial Ekonomi Pedagang Pasar
Projo di Ambarawa tahun 1986-2015”.
Penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari pihak
yang berkenan membantu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN SALATIGA
2. Dr. Benny Ridwan, M. Humselaku Dekan Fakultas Ushuludddin Adab
dan Humaniora IAIN SALATIGA.
3. Dr. H. Mubasirun, M. Ag. Selaku Wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin
Adab dan Humaniora IAIN SALATIGA.
x
4. Dr. M. Gufron, M. Ag. Selaku Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin
Adab dan Humaniora
5. Haryo Aji S. Sos., MAselaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................................................iii
PERSETUJUAN PEMBIBING...................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................v
ABSTRAK......................................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................vii
MOTTO..........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................................7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..........................................................10
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................................11
E. Kerangka Konseptual ............................................................................16
F. Metode Penelitian ..................................................................................26
xii
G. Sistematika Penulisan ............................................................................30
BAB II DINAMIKA PEREKONOMIAN PASAR PROJO TAHUN 1986-2015
A. Profil Pasar Projo tahun 1986 .................................................................31
B. Potensi Pasar Projo sebagai penopang Perekonomian Masyarakat
Ambarawa dan Sekitarnya ......................................................................40
B.1 Rantai Pasar Perekonomian Pasar Projo ...........................................47
B.2 Aktifitas Perekonomian di dalam Pasar Projo ..................................50
C. Pasang Surut perekonomian pasar Projo .................................................54
C.1 Awal diselenggarakannya Pasar Pagi di Pasar Projo Ambarawa tahun
1986-1991 ...............................................................................................55
C.2 Masa kebangkitan pedagang Pasar Projo Pasca Kebakaran di tahun
1992 (1992-1998) ....................................................................................57
C.3 Perjuangan Para Pedagang Pasar Projo di tengah ketidakstabilan harga
barang di pasaran (1999-2008).................................................................61
C.4 Geliat Aktifitas Perekonomian Pasar Projo Ambarawa di era pasar
Bebas yang Melanda Indonesia (2009-2015) ..........................................65
BAB III POTRET KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI PEDAGANG PASAR
PROJO AMBARAWA
A. Profil Pedagang Pasar Projo Ambarawa ..................................................70
xiii
B. Kehidupan Sosial-Budaya Pedagang pasar Projo Ambarawa..................72
C. Kondisi Sosial-Ekonomi Pedagang Pasar Projo Ambarawa ...................75
D. Kehidupan Sosial-Agama Pedagang Pasar Projo Ambarawa..................82
BAB IV ETOS KERJA BERBASIS KEAGAMAAN PEDAGANG PASAR
PROJO DI AMBARAWA
A. Pandangan Pedagang Pasar Projo tentang bekerja .................................89
B. Pandangan Keagamaan pedagang pasar Projo .......................................93
C. Etos kerja Pedagang Muslim di pasar Projo Ambarawa .......................103
D. Dampak Etos Kerja Islam Terhadap Perilaku Ekonomi Pedagang serta
Sistem Ekonomi yang Berlangsung di Pasar Projo Ambarawa.............107
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................116
B. Saran......................................................................................................119
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel.1 Keterangan Kerugian Dalam Kebakaran tahun 2012 ............................36
Tabel.2 Jumlah Pasca Revitalisasi tahun 2015 ...................................................39
Tabel.3 Luas area Pasar Projo Ambarawa ..........................................................39
Tabel.4 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Lokasi ............................42
Tabel.5 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Lingkungan Fisik ..........43
Tabel.6 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Demografi .....................44
Tabel.7 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Tenaga Pengelolaan Pasar
Projo Ambarawa .................................................................................................45
Tabel. 8 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Sosial-Ekonomi.............45
Tabel. 9 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Jenis Barang dagangan...46
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar.1 Foto Aktivitas perdagangan di Jalan Jenderal Sudirman pada tahun
1939......................................................................................................................32
Gambar. 2 Foto Pasar Projo pada tahun 1969 ....................................................33
Gambar. 3 Foto Pasar Projo Pasca Kebakaran pada tahun 2012.........................37
Gambar.4 Foto Pasar Projo Pasca Revitalisasi tahun 2015.................................38
Gambar.5 Foto Kondisi Tempat Sholat di Dalam Pasar Projo Ambarawa .........84
Gambar. 6 Foto Kondisi Tempat Sholat di Dalam Pasar Projo Ambarawa .........85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia didorong oleh berbagai sektor
ekonomi salah satunya adalah sektor perdagangan. Salah satu indikator tingkat
kemajuan di bidang ekonomi dilihat dari frekuensi kegiatan di sektor
perdagangan. Kehidupan masyarakat tidak dapat lepas dari kegiatan perdagangan.
Aktivitas perdagangan muncul atas kesadaran manusia tidak dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dalam hidupnya. Setiap manusia tidak bisa mendapatkan
seluruh barang yang dibutuhkan dalam hidup, misalnya penduduk pantai tidak
dapat menghasilkan sayuran sehingga harus membeli dari penduduk di gunung.
Aktivitas perdagangan merupakan cara bagi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Bagi seorang pedagang aktivitas perdagangan merupakan
caranya mendapatkan keuntungan sehingga menaikkan taraf hidup.
Aktivitas perdagangan akan selalu membutuhkan fasilitas berupa ruang
dengan prasarana dan sarana yang memadai untuk aktivitas perdagangan.
Pasar merupakan salah satu fasilitas bagi aktivitas perdagangan.1 Dalam
kegiatan perdagangan, pasar merupakan suatu sistem yang menghasilkan
peraturan harga-harga dengan sendirinya. Pengaturan ini terjadi melalui
interaksi antara pembeli dan penjual, yang bertindak tanpa pandang bulu,
artinya tanpa memandang kekerabatan, status, perasaan, atau faktor lain
diluar kedudukannya sebagai pembeli dan penjual.2
1 Nelarianty, Analisa Perbedaan Pasar Modern dan Pasar Tradisional, Ditinjau
Dari Strategi Tata Letak (Lay Out) dan Kualitas Pelayanan Untuk Meningkatkan Posisi
Tawar Pasar Tradisional, (JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 13 NO. 01 APRIL
2013 ISSN 1693-7619 ), hal.. 18-19. 2 Erwin Kharisma, “Rantai Pasar Komoditas Pertanian dan Dampaknya Terhadap
Kegiatan Perdagangan Komoditas Pertanian Pasar Projo”. (Jurnal Wilayah dan
Lingkungan Volume 2 Nomor 1, April 2014, 25-42) 2014, hal. 30
2
Pasar pada umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu pasar tradisional dan
pasar modern. Pasar tradisional merupakan pasar yang memiliki aktivitas jual beli
yang sederhana, terjadi tawar menawar dengan alat pembayaran berupa uang
tunai.Pada era globalisasi sekarang ini terjadi fenomena menjamurnya pasar
modern ditengah-tengah keberadaan pasar tradisional. Hal ini memunculkan
persepsi di masyarakat yang beragam. Indonesia memasuki fase pasar bebas,
dalam fase ini kapitalisme berkembang pesat. Kaum kapitalisme diuntungkan
dengan sistem perekonomian pasar bebas. Pemasaran produk yang dilakukan oleh
kaum kapitalisme didorong dengan kegiatan promosi yang baik. Gaya hidup
masyarakat yang tidak dapat lepas dari alat-alat komunikasi dan informasi
memberikan ruang bagi kaum kapitalis untuk menawarkan produknya. Bahkan di
era pasar bebas masyarakat diperkenalkan cara berbelanja baru yakni home
shopping. Masyarakat diperkenalkan cara berbelanja hanya dengan memesan
barang melalui telepon. Gaya hidup masyarakat ini mendorong masyarakat untuk
lebih memilih gaya hidup praktis dan efisien. Keberadaan darisupermarket,
minimarket dan hypermarket menjadi saingan bagi pasar tradisional. Para
konsumen lebih memilih berbelanja di pasar modern atau berbelanja dengan cara
home shopping. Hal ini membuat keberadaan pasar tradisional menjadi terancam.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa saat ini, banyak sekali
perdebatan mengenai pasar tradisional melawan pasar modern. Segalanya
bermula ketika banyak pedagang pasar tradisional yang gulung tikar
diakibatkan oleh menjamurnya pasar - pasar modern. Banyak pendapat
dan pandangan para ahli digulirkan. Peraturan Presiden yang mengatur
tentang hal ini pun juga telah dikeluarkan.3 Walaupun minimarket sering
3Jurnal Penelitian, Puji Astuti dkk, Presepsi Pedagang Pasar Terhadap Program
Perlindungan Pasar Tradisional Oleh Pemerintah Kota Semarang. Penelitian ini ditulis
oleh Lulud N Wicaksono, Drs Priyatno Harsasto, M Si,Dra Jurusan Ilmu Pemerintahan
3
menawarkan potongan harga untuk barang atau produk-produk tertentu
namun beberapa harga barang yang lain ternyata lebih mahal dari harga
normal di pasaran maupun warung tradisional. Bagi konsumen-konsumen
tertentu yang lebih memilih harga yang murah mungkin akan lebih
mempertimbangkan untuk membeli di warung tradisonal. Kebanyakan
konsumen dari minimarket saat ini adalah masyarakat golongan menengah
ke atas.4
Bagi masyarakat golongan menengah kebawah lebih memilih pasar
tradisional sebagai tempat berbelanja barang kebutuhan sehari-hari dengan harga
terjangkau. Peran pasar tradisional sebagai pendorong perekonomian daerah,
membawa keuntungan dari berbagai pihak. Rantai pasar yang berlangsung di
dalam mekanisme pasar mendorong para pelaku ekonomi mendapatkan
keuntungan dari kegiatan perdagangan.Keberadaan minimarket, hypermarket dan
lain-lain menghambat proses pertumbuhan perekonomian pasar tradisional,
bahkan keberadaan pasar modern dapat menyebabkan sebuah pasar tradisional
mengalami penutupan karena kalah bersaing.Salah satu pasar tradisional yang
masih bertahan hingga sekarang ialah Pasar Projo di Ambarawa Kabupaten
Semarang.
Pasar Projo merupakan pasar yang menjual barang sehari-hari dari
komoditas pertanian, makanan hingga sandang. Pada aspek ekonomi,
khususnya Ambarawa yang dilewati jalur regional mempunyai spesialisasi
fungsi yang terletak ditengah kawasan produksi pertanian menjadikan
Ambarawa pintu keluar bagi komoditas pertanian. Ambarawa yang diapit
oleh Kecamatan Bandungan, Jambu, Sumowono, dan Bawen, dimana
keempat kecamatan tersebut merupakan sentra pertanian, perkebunan,
Universitas Diponegoro. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa presepsi dari para
pedagang terhadap program-program pemerintah, dan melalui penelitian ini respon para
pedagang terhadap program pemerintah dapat dijadikan sebagai acuan bagi pemerintah
untuk menyusun program-program yang mendorong kemajuan dari perekonomian di
pasar tradisional wilayah Semarang.
4Jurnal. Utami Dewi dan F. Winarni, Pengembangan Pasar Tradisional
Menghadapi Gempuran Pasar Modern di Kota Yogyakarta. Proceeding Simposium
Nasional ASIAN III Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
4
tanaman pangan, peternakan, dan perikanan. Sehingga Ambarawa yang
mempunyai keuntungan lokasi, dan sering dimanfaatkan oleh kecamatan
lain untuk memasarkan komoditas mereka karena kedekatannya dengan
jalur regional.5
Dengan letak yang strategis memungkinkan Pasar Projo sebagai salah satu
pasar atau pusat perekonomian yang berpengaruh di kota Ambarawa dan
sekitarnya. Pentingnya peran dari Pasar Projo bagi perekonomian masyarakat
khususnya para pedagang, ditunjukan dengan aktivitas Perdagangan Pasar Projo
yang beroperasi dalam tiga sesi yakni pasar pagi dari pukul 04.00 WIB hingga
pukul 06.00 WIB, pasar siang dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB,
kemudian pasar pada waktu malam hari yakni pukul 18.00 WIB hingga pukul
20.00 WIB. Bagi pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar Pasar Projo di
waktu malam berdagang hingga pukul 23.00 WIB.
Pentingnya keberadaan Pasar Projo bagi kehidupan perekonomian
Kabupaten Semarang menempatkan pasar ini, sebagai sentra komoditas pertanian
di wilayah Kabupaten Semarang. Pertumbuhan perekonomian Pasar Projo
Ambarawa tidak lepas dari peran para pedagag yang tetap bertahan dalam
menjalankan usahanya di tengah pasang surut perekonomian di Pasar Projo.
Dalam aktivitas perdagangan para pedagang memiliki tekad untuk tetap bertahan
menjalankan usahanya berdagang, dalam tekad para pedagang terdapat kiat-kiat
para pedagang menghadapi pasang surut perekonomian pasar. Kiat-kiat berdagang
terbentuk atas nilai-nilai moral yang dimiliki oleh para pedagang. Nilai-nilai
moral yang dimiliki para pedagang bersumber dari nilai-nilai budaya serta nilai
ajaran agama Islam.
5Ibid, hal. 27
5
Agama mengatur segala tindak tanduk manusia, dalam agama Islam segala
aspek kehidupan diatur, salah satunya dalam kegiatan ekonomi khususnya
berdagang. Berdagang di dalam agama Islam bukanlah hal yang asing,
mengingat berdagang meruapakan pekerjaan Rasulullah SAW sebelum
beliau diangkat menjadi Rasul. Setiap pekerja, terutama yang beragama
Islam, harus dapat menumbuhkan etos kerja secara Islami karena
pekerjaan yang ditekuninya bernilai ibadah, termasuk di dalamnya
menghidupi ekonomi keluarga. Tanpa itu , para pekerja hanya bisa
mendapatkan nilai materi yang secara kuantitas hanya menjanjikan
kepuasan semu.6
Keterkaitan agama dengan perekonomian di Pasar Projo merupakan tema
yang belum pernah diangkat oleh siapapun, sehingga menarik minat penulis untuk
melakukan penelitian. Agama memiliki pengaruh terhadap segala aspek
kehidupan salah satunya ekonomi. Penulis tertarik dengan tema keterkaitan agama
dengan aktivitas perdagangan di Pasar Projo karena di era pasar bebas ekonomi
konvensional mulai berkembang di masyarakat, melalui penelitian ini penulis
ingin mengungkapkan bahwa dalam aktivitas perdagangan terdapat keterkaitan
dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.
Beberapa ilmuwan muslim mengonsepsikan “aktivitas ekonomi
merupakan bagian dari integrasi dari kehidupan beragama”. Mereka
mengonsepsikan bahwa nilai-nilai agama bisa mendorong mobilitas sosial-
ekonomi masyarakat. Keyakinan agama yang dimiliki individu atau
kelompok tertentu dapat memunculkan nilai-nilai seperti etos kerja,
kejujuran, hidup hemat dan lain-lain, yang terkait dengan kehidupan
keagamaan yang dapat mendorong individu dan kelompok penganut
agama tertentu bekerja produktif dan merangsang pertumbuhan ekonomi.7
Era pasar bebas mendorong masyarakat untuk memiliki paradigma
pemikiran ekonomi konvensional. Dalam ekonomi konvensional pelaku ekonomi
akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan maksimal, dalam pemikiran
6Thohir Luth, Antara Perut & Etos Kerja Dalam Perspektif Islam, (Jakarta:
Gema Insani, 2001), Hal. 38 7 M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES,2013), hal. 40&
49.
6
ekonomi konvensional pelaku ekonomi dibebaskan untuk memilih cara
mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Pelaku ekonomi tidak dibatasi oleh
nilai-nilai atau norma-norma apapun. Dalam ekonomi konvensional
mengesampingkan mengenai nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di
masyarakan, dan pemikiran ekonomi konvensional mengesampingkan peraturan
dalam ajaran agama. Hal ini bertolak belakang dengan pemikiran Islam, dalam
ajaran agama Islam segala sesuatu yang dilakukan seseorang dalam rangka
mencari ridha Allah, sehingga seorang muslim melakukan kegiatan bekerja harrus
diniati untuk mendapatkan ridha Allah. Selain itu pemikiran konvensional yang
membebaskan pelaku ekonomi untu mendapatkan keuntungan dalam berbagai
cara, hal ini tidak sesuai dengan aturan dalam ajaran agama Islam. Dalam ajaran
agama Islam seorang muslim harus menghasilkan pendapatan yang halal, usaha
yang dilakukan harus sesuai dengan syariah Islam. Dalam agama Islam seorang
muslim harus bekerja dengan cara yang baik dan benar menurut ajaran agama
Islam sehingga penghasilan yang didapatkan memiliki hukum yang halal. Dalam
penelitian ini ingin menguraikan mengenai peran ajaran agama Islam dalam
pertumbuhan perekonomian di Pasar Projo Ambarawa.
Gigihnya para pedaganng muslim yang bertahan berdagang di Pasar Projo
menghadapi pasang surut perekonomian pasar mendorong penulis untuk
melakukan penelitian ini. Pemilihan Pasar Projo sebagai lokasi penelitian
disebabkan karena pasar ini merupakan pasar sentra komoditas pertanian di
Kabupaten Semarang. Sebagai pasar sentra komoditas pertanian, aktivitas
perdagangan di Pasar Projo Ambarawa memiliki peran dalam pertumbuhan
7
ekonomi di wilayah Kabupaten Semarang. Penulis tertarik untuk meneliti
mengenai aspek keagamaan yang berperan dalam pertumbuhan perekonomian
Pasar Projo Ambarawa. Judul dari penelitian ini adalah “Agama dan Sosial
Ekonomi Pedagang Pasar Projo tahun 1986-2015.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian ini bermaksud untuk menguraikan dan mendeskripsikan mengenai
peran ajaran agama Islam dalam aktivitas perekonomian di Pasar Projo
Ambarawa. Pokok permasalahan dari penelitian ini terdapat pada relasi antara
aktivitas perdagangan dengan agama Islam yang dampaknya terhadap dinamika
perekonomian Pasar Projo Ambarawa.
Dalam penelitian ini penulis membatasi temporal dari tahun 1986 hingga
tahun 2015. Dalam temporal ini terbagi atas empat periodesasi, pertama tahun
1986-1991, kedua tahun 1992-1998, ketiga 1999-2008, yang keempat tahun 2009-
2015. Periodesasi pertama yakni tahun 1986 hingga 1991, pemilihan tahun ini
dilandasi karena pada tahun 1986 aktivitas pasar pagi di Pasar Projo yang dirintis
oleh pedagang. Penentuan periodesasi kedua yakni pada tahun 1992-1998
disebabkan pada tahun 1992 Pasar Projo mengalami kebakaran, ketika para
pedagang Pasar Projo merintis ulang usaha dagangnya pasca kebakaran,
disamping itu antara tahun 1992 hingga tahun1998 para pedagang Pasar Projo
harus menghadapi krisis serta kondisi politik yang tidak stabil yang berpengaruh
terhadap kondisi perekonomian nasional. Penentuan periodesasi pada tahun 1998
disebabkan, pada tahun ini Presiden Soeharto lengser dari jabatannya sebagai
8
Presiden, kondisi ini mempengaruhi tatanan perekonomian nasional tidak
terkecuali perekonomian di Pasar Projo Ambarawa.
Periodesasi ketiga memilih tahun 1999-2008, pemilihan tahun 1999 ini
dikarenakan pada tahun ini nilai tukar rupiah membaik dari tahun sebelumnya,
selain itu membaiknya nilai tukar rupiah membuat harga barang dan jasa di pasar
dapat dikendalikan oleh pemerintah. Kemudian pembatasan periode hingga tahun
2008 disebabkan pada tahun ini Indonesia memasuki era pasar bebas, dan
kebijakan pemerintah menghadapi pasar bebas juga berubah, selain itu sistem
ekonomi Pasar Projo yang bertahan di tengah gempuran pasar bebas yang
melanda Indonesia, pada tahun 1999-2008. Pada tahun 2008 Indonesia
menyambut sistem baru dalam bidang perekonomian nasional yakni sistem pasar
bebas.
Kemudian periodesasi yang keempat yaitu pada tahun 2009 hingga 2015,
pemilihan tahun 2009 disebabkan di tahun 2009 dampak Indonesia memasuki era
pasar bebas.Era pasar bebas menuntut para pedagang Pasar Projo untuk tetap
bertahan dengan persaingan pasar modern berupa toko-toko besar seperti
supermarket, minimarket dan yang lainnya. Penulis membatasi hingga tahun
2015, karena pada tahun ini Pasar Projo mengalami penataan ulang baik bangunan
pasar maupun sistem ekonomi Pasar Projo setelah terjadi kebakaran di tahun
2012. Pada tahun 2015 Pasar Projo memiliki citra baru yakni bangunan pasar
mencerminkan citra modern dan sistem ekonomi yang menggunakan sistem pasar
tradisional.
9
Dalam penelitian ini membatasi hanya pada Pasar Projo Ambarawa. Pemilihan
lokasi dikarenakan Pasar Projo terletak di Kota Ambarawa.
Ambarawa memiliki potensi dalam pusat pelayanan regional Jawa Tengah
bersamaan dengan Bawen dan Ungaran. Kemudian dari aspek
pertumbuhan kota, jalur transportasi memegang porsi besar pada
perkembangan kota. Ambarawa yang diapit oleh Kecamatan Bandungan,
Jambu, Sumowono, dan Bawen, dimana keempat kecamatan tersebut
merupakan sentra pertanian, perkebunan, tanaman pangan, peternakan, dan
perikanan. Sehingga Ambarawa yang mempunyai keuntungan lokasi
sering dimanfaatkan oleh kecamatan lain untuk memasarkan komoditas
mereka karena kedekatannya dengan jalur regional.8
Pasar Projo sebagai pusat transaksi di Ambarawa, mempunyai peran yang
besar dalam perekonomian masyarakat Ambarawa dan sekitarnya.
Dari uraian diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana kondisi sosial-ekonomi pedagang Pasar Projo Ambarawa
1986?
2. Bagaiamana dinamika perekonomian di Pasar Projo Ambarawa tahun
1986-2015?
3. Bagaimana relasi antara agama dengan sosial ekonomi pedagang Pasar
Projo Ambarawa?
4. Bagaimana dampak etos kerja Islami pada perilaku ekonomi pedagang
dalam sistem ekonomi Pasar Projo?
8Jurnal Erwin Kharisma, Rantai Pasar Komoditas Pertanian dan Dampaknya
Terhadap Tingkat Perdagangan Komoditas Pertanian Pasar Projo. (Jurnal Wilayah dan
Lingkungan Volume 2 Nomor 1, April 2014, 25-42), hal. 27-28
10
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Pada proses pembahasannya secara, peneliti berusaha untuk menyusunnya
secara sistematis, yang didasari dengan tujuan dan kegunaan penelitian ini
sendiri. Tujuan dan kegunaan penelitian, berguna sebagai patokan untuk
menentukan ke arah mana penelitian ini dan untuk apa penelitian ini
dilakukan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Menguraikan kondisi sosial-ekonomi pedagang Pasar Projo di
Ambarawa tahun 1986.
2. Menguraikan sejarah perkembangan ekonomi Pasar Projo
Ambarawa tahun 1986-2015.
3. Menganalisis relasi antara agama dengan sosial ekonomi pedagang
Pasar Projo Ambarawa.
4. Menjelaskan dampak etos kerja Islami Pedagang Pasar Projo
terhadap perilaku ekonomi pedagang dalam sistem ekonomi Pasar
Projo.
Dengan adanya penelitian ini, dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Secara praktis akademis diharapakan dapat memberikan sumbangan
informasi mengenai relasi Agama dengan aktivitas perdagangan
sehingga berpengaruh terhadap dinamika perekonomian Pasar Projo
Ambarawa.
2. Dapat memberikan koleksi pustaka bagi jurusan sejarah Peradaban
Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
11
D. Tinjauan pustaka
Dalam skripsi ini menggunakan sumber berupa pustaka-pustaka, sumbe-
sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
Sumber pustaka pertama berupa Jurnal Kajian Ekonomi, Januari 2013, Vol. I,
No. 02, dengan artikel berjudul Analisa Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan
Konsumsi Di Indonesia, yang ditulis oleh Dewi Ernita, Syamsul Amar dan Efrizal
Syofyan. Artikel ini menjelaskan mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia dari
tahun 2000 hingga tahun 2013
Sumber kedua berupa Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010,
dengan artikel yang berjudul Perdagangan Bebas Regional dan Daya Saing
Ekspor: Kasus Indonesia, yang ditulis oleh Amalia Adininggar Widyasanti.
Dalam artikel ini menyajikan data keterlibatan Indonesia dalam perjanjian dagang
Internasional serta peran Indonesia dalam pasar bebas.
Sumber Pustaka selanjutnya berupa Jurnal Ekonomi MODERNISASI, dengan
artikel yang berjudul Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Kinerja
Pedagang Pasar Tradisional di Wilayah Kabupaten Malang, yang ditulis oleh
Endi Sarwoko. Dalam artikel ini menjelaskan tentang aspek konsumen,
produk/komoditas, dan harga; mengetahui dampak kehadiran ritel
modern(Indomaret dan Alfamart) terhadap kinerja pedagang di pasar tradisional,
dilihat dari omset, keuntungan, dan jumlah tenaga kerja di Kabupaten Malang.
Sumber Pustaka berikutnya berupa artikel dalam Jurnal BioKultur,
Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, berjudul Strategi Rasional Pedagang Pasar
12
Tradisional, yang ditulis oleh Wahyu Dwi Sutami. Dalam penelitian Wahyu Dwi
Sulami ini membahas menguraikan mengenai cara para pedagang menghadapi
kendala-kendala pengiriman, pelayanan dan pembayaran. Selain kendala waktu
dan cuaca. Para pedagang mengatasi kendala itu dengan cara menjalin relasi
dengan tengkulak, konsumen (pembeli), antar pedagang, petugas. Di samping
kerja keras para pedagang, perilaku hemat, dan religi para pedagang.
Sumber pustaka selanjutnya berupa laporan akhir program Pascasarjana Institut
Agama Islam Walisongo Semarang tahun 2006 yang berjudul Etos Dagang Jawa
Studi Terhadap Pemikiran Sri Sultan Hamengkunegara IV. Disusun oleh
Daryono. Dalam laporan ini menguraikan mengenai pemikiran dari Sri Sultan
Hamengkunegara terhadap etos dagang Jawa.
Sumber pustaka berikutnya Jurnal Bimas Islam Vol. 9 No. 3, tahun 2016
dengan ISSN: 1978-9009, Jakarta. Dalam jurnal ini terdapat enam artikel antara
lain, artikel berjudul Pemberdayaan Ekonomi dan Korelasinya Terhadap Kualitas
beragama, yang ditulis oleh Sugito dan Siti Julaeha. Artikel kedua berjudul
Negara Versus Pasar: Paradigma Islam Merespon Liberalisasi Perdagangan,
Oleh Abdullah Ubaid. Artikel yang ketiga berjudul Peran Majelis Taklim dalam
Dinamika Sosial Umat Islam, oleh Firman Nugraha. Artikel keempat berjudul
Makna Simbolik Zakat dalam Prespektif Nurcholish Madjid, oleh Wiwin. Artikel
yang kelima berjudul Filantori Islam Berbasis Harta Wakaf Masjid (Studi atas
model pengelolaan wakaf Masjid Agung Bersejarah di Jawa), oleh A.
Zaenurrosyid. Artikel keenam berjudul Kontruksi Indeks Keislaman Ekonomi dan
13
Kajian Empirisnya di Indonesia, oleh Ali Rama. Secara garis besar Jurnal ini
mengkaji mengenai relasi antara agama dan perekonomian dalam masyarakat.
Sumber Pustaka selanjutnya berupa artikel dari Jurnal TURATS, Vol. 4, No. 1,
Juni 2008, berjudul Islam dan Etos Kerja: Relasi Antara Kualitas Keagamaan
dengan Etos Produktivitas Kerja di Daerah Kawasan Industri Kabupaten Bekasi,
yang ditulis oleh Acep Mulyadi. Penelitian Acep Mulyadi merupakan kelanjutan
dari studi-studi sosiologi sejak Max Weber hingga penelitian-penelitian
manejemen belakangan ini yang semuanya bermuara pada satu kesimpulan
bersama, yakni kesuksesan dalam bidang pekerjaan tidak lepas dari etos kerja.
Perilaku kerja atau etos kerja seorang pekerja dipengaruhi oleh keyakinan yang
dianutnya.
Sumber berikutnya berupa artikel dengan judul Keragaman Pranata Agama
dan Budaya Serta Implikasinya Bagi Penguatan Kegiatan Ekonomi, yang ditulis
oleh Ahmad Imron Rozuli. Dalam artikel ini menjelaskan mengenai peran pranata
agama dan budaya dalam transformasi kehidupan ekonomi masyarakat di desa
Wonosari.
Sumber pustaka selanjutnya berupa skripsi dengan judul Etos Kerja Dalam
perspektif Alqur’an, yang ditulis oleh Dhita Juliena. Diajukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin
Jurusan Tafsir Hadits Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2015.
Skripsi ini menjawentahkan etos Kerja dalam Pandangan agama Islam yang
tertuang dalam Alqur’an.
14
Sumber pustaka berikutnya adalah Jurnal ALQALAM Volume.30 Nomor.2
(Mei-Agustus) 2013, dengan artikel yang berjudulAgama & Spirit Ekonomi: Studi
Etos Kerja Dalam Komparasi Perbandingan Agama, yang ditulis oleh Wasisto
Raharjo Jati. Artikel ini bertujuan untuk mengelaborasi relasi agama dan ekonomi
dalam pembentukan etos kerja. Tesis awal mengenai relasi agama dan etos kerja
dilakukan oleh Max Weber dalam studinya yang berjudul Etika Protestan dan
Spirit Kapitalisme Dalam perspektif Weberian, agama berperan besar dalam
membentuk nilai-nilai etos kerja seperti rasionalisme, asketisisme, dan
“panggilan” yang mendorong manusia bekerja keras di dunia. Studi ini bertujuan
untuk mengembangkan tesis Weber dengan melakukan komparasi nilai etos kerja
dalam berbagai agama lainnya.
Selanjutnya sumber berupaNaskah Publikasi dengan judul Hubungan Antara
Religiusitas Dengan Etos Kerja Islami Pada Dosen Universitas Islam Yogyakarta
Indonesia Yogyakarta, ditulis oleh Ahmad Syafiq dan Hepi Wahyuningsih,
Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta, tahun 2008. Dalam naskah ini menguraikan
mengenai hubungan antara religiusitas dimensi ibadah, dimensi penghayatan dan
dimensi pengamalan dengan etos kerja islami.
Sumber selanjutnya berupa buku dengan judul Etika Ekonomi dan Bisnis
Perspektif Agama-Agama di Indonesia, editor Yahya Wijaya & Nina Mariani
Noor. Buku ini diterbitkan Globethics.net Focus 16. Terbit tahun 2014. Buku ini
menguraikan mengenai berbagai etika bisnis yang sesuai dengan moral agama
Islam.
15
Sumber pustaka selanjutnya berupa buku yang berjudul Antara Perut &Etos
Kerja Dalam Perspektif Islam, yang ditulis oleh Thohir Luth, dan diterbitkan
Gema Insani pada tahun 2001. Buku ini menjelaskan mengenai konsep kerja
berdasarkan Islam serta moralitas kerja berlandaskan ajaran Islam.
Sumber pustaka selanjutnya yakni buku berjudul Etos Kerja, Pasar dan
Masjid, yang ditulis oleh M. Luthfi Malik. Diterbitkan oleh LP3ES di Jakarta
tahun 2013. Buku ini menguraikan mengenai perjuangan panjang pedagang Gu-
Lakudo dalam transformasi pedagang modern. Dalam menguraikan transformasi
ekonomi yang dialami pedagang Gu-Lakudo yang tidak lepas dari pengaruh
pranata agama.dalam buku ini menjelaskan mengenai peran agama Islam yang
membentuk etos kerja pedagang Gu-Lakudo dalam menghadapi transformasi
perekonomian modern.
Sumber pustaka selanjutnya berupa Thesis dengan judul Hubungan Antara
Aktivitas Perdagangan dan Permasalahan Lalu Lintas di Jalan Jenderal
Sudirman Ambarawa, Disusun dalam rangka Memenuhi Persyaratan Program
Studi Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro
Semarang, yang ditulis oleh Dwi Nopi Awaty dengan NIM. L4D005069, tahun
2007. Thesis ini menguraikan mengenai permasalahan lalu lintas di Ambarawa
yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan di pasar Projo Ambarawa.
Sumber pustaka berikutnya yakni Jurnal Wilayah dan Lingkungan Volume 2
Nomor 1, April 2014, 25-42, dengan artikel yang berjudul Rantai Pasar
Komoditas Pertanian dan Dampaknya Terhadap Kegiatan Perdagangan
Komoditas Pertanian Pasar Projo, yang ditulis oleh Erwin Kharisma. Dalam
16
artikel ini menjelaskan mengenai jaringan ekonomi perdagangan komoditas
pertaniaan di Pasar Projo. Dari seluruh tinjauan diatas menunjukan belum ada
yang mengangkat pasar Projo untuk diteliti dalam studi peneletian sejarah. Dalam
penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan studi sejarah sosial-ekonomi
serta sosiologi-antropologi. Penelitian ini akan menyajikan dinamika
perekonomian di Pasar Projo Ambarawa dari tahun 1986 hingga 2014 dengan
ditinjau dari strategi bertahan para pedagang untuk bertahan dengan mengaitkan
pada etos kerja para pedagang yang dibentuk dari nilai-nilai ajaran agama Islam.
E. Kerangka Konseptual
Dalam skripsi ini menggunakan kerangka konseptual sebagai berikut:
Keyakinan terhadap keberadaan transendental atau kekuatan supra-
manusia ini telah ada sepanjang sejarah umat manusia. Bahkan dalam
masyarakat primitif pun, “cara beragama” telah melekat dengan
mempercayai kekuatan- kekuatan ruh (spirit), dewa- dewa dan jin yang
terdapat di beberapa tempat seperti batu atau pohon. Dalam Islam,
fenomena ‘bertuhan pada diri manusia’ ini disebut sebagai bentuk
“perjanjian primordial”, yakni mengakui adanya Tuhan dan hasrat berbakti
pada Nya sebagai alam asli manusia.9
Dalam konteks ini penulis akan memfokuskan pada agama Islam. Agama
memiliki peran penting dalam membentuk moral manusia. Ajaran agama
mengatur manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia. Ajaran agama Islam
mengatur manusia dalam seluruh aspek kehidupan. Agama Islam merupakan
keyakinan yang dianut oleh sebagian beasar para pedagang di Pasar Projo
Ambarawa.
9Jurnal, Acep Mulyadi, Islam dan Etos Kerja: Relasi Antara Kualitas
Keagamaan dengan Etos Produktivitas Kerja di Daerah Kawasan Industri Kabupaten
Bekasi. TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni 2008, hal. 3
17
Agama Islam ~ baik normatif-teologis bersifat individual maupun amal-
kebijakan kolektif ~ menekankan perlunya mengedepankan pola
keseimbangan hidup. Di samping taat beribadah kepada Tuhan demi
mencapai kebahagiaan akhirat, orang muslim juga harus bekerja keras
dengan menggunakan segala kemampuan rasionalitasnya, kompetitif dan
strategis. Terkait dengan akses sumber daya ekonomi, Islam merespons
positif setiap pengembangan usaha perdagangan, sebagaimana dilakukan
Muhammad sebelum menjadi Nabi.10
Dalam perkembangan zaman yang
semakin modern keberadaan agama terutama agama Islam mengalami
tantangan akan eksistensinya. Bahkan tantangan tersebut menyebabkan
terjadinya kemunduran peradaban manusia, guncangan yang paling terasa
ialah munculnya paham ateisme dengan beragam variannya, seperti
pemikiran sosialis yang berkembang sebagai basis keilmuan Marxisme
mengonsepsikan bahwa agama adalah “candu”bagi masyarakat.11
Ajaran agama Islam mulai mengalami tantangan dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan. Ancaman yang paling nyata ialah berkembangnya paham
sekuler, pada paham sekuler menempatkan agama pada posisi yang tidak begitu
penting. Paham sekuler akan mendorong pada kehidupan masyarakat yang
mengutamakan hal-hal keduniawian atau mendorong masyarakat bersikap dan
bertindak ke arah hedonisme. Dengan berkembangnya sikap masyarakat yang
hedonis akan menggeser posisi ajaran agama Islam sebagai pedoman bagi umat
muslim. Untuk menjawab segala asumsi yang berusaha mengesampingkan peran
agama dalam kehidupan ekonomi dijawab oleh sosiolog yakni Max Weber dengan
mempublikasikan hasil studi empiris tentang konvergensi nilai-nilai agama dan
munculnya kapitalisme pada masyarakat Barat. (The Protestant Ethic and The
Spirit of Capitalism).
Dalam buku itu, Weber menautkan nilai-nilai keagamaan dengan perilaku
rasional individu dalam konteks perkembangan ekonomi kapitalisme
Eropa Barat Pasca-revolusi industri. Walaupun demikian Weber tidak
menafikkan pengaruh “tradisi“ pemikiran “rasional” yang telah berurat-
10
M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES,2013), hal. 8 11
Ibid, hal.xvii
18
akar dalam kehidupan masyrakat Barat sebagai bentuk “rasionalitas
instrumental” yang dapat memotivasi perilaku ekonomiindividu dan
mendorong kemajuan kapitalisme. Selain rasionalitas, Menurut Weber,
ada unsur esensial lain yang menjadi tenaga pendorong munculnya
kapitalisme, yakni nilai-nilai doktrinal agama Protestan, khususnya
madzhab Calvinis. 12
Dalam buku The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism Weber
menjelaskan bahwa doktrinal agama Protestan Madzhab Calvinis bersumber
pada doktrin Calling atau panggilan. Melalui doktrin Calling umat protestan
didorong untuk menjalankan pekerjaan dengan baik, karena kualitas bekerja
dan semangat yang baik dalam melaksanakan pekerjaan merupakan bagian
dari ketaatannya dengan Tuhan. Dengan menegaskan bahwa hanya sebagian
orang yang dapat terpanggil sehingga menjadi manusia yang selamat
mendorong umat Protestan Madzhab Calvinis memiliki semangat dan
berupaya mewujudkan untuk menjadi manusia yang terpanggil. Untuk
menjadi manusia yang terpanggil dalam ajaran Protestan Calvinis manusia
harus berupaya untuk bekerja sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keterkaiatan agama dengan ekonomi yang dikemukakan oleh Max Weber
selaras dengan pemikran dari beberapa ilmuwan muslim mengonsepsikan
“aktivitas ekonomi merupakan bagian integrasi dari kehidupan beragama”.
Konsepsi pemikiran keilmuan yang berkembang dalam peradaban dunia
Islam selama ini mengacu pada padigma integratif. Karena itu, mustahil
memisahkan persoalan ekonomi dari konteks kehidupan lain seperti sosial,
politik, budaya, dan sistem nilai keagamaan: tidak ada dikotomi atau
pembelahan dalam tajam antara capaian capaian tujuan pengembangan
ekonomi dengan kehidupan beragama. Kedua hal tersebut sama-sama
berorientasi pada pencarian dan penguatan “amal kebajikan” terkait
dengan kepentingan duniawi maupun akhirat. Menurut Umer Chapra13
,
12
M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES,2013), hal. 30. 13
Umer chapra, salah seorang berpengaruh dalam studi ekonomi Islam
kontemporer, mengkritisi paradigma positivis pemikiran ilmu ekonomi konvensional,
19
Paradigma Islam sebagaimana tercantum dalam doktrin keagamaan
memberi tekanan lebih pada terintegrasinya nilai-nilai moral dan
persaudaraan kemanusiaan dengan keadilan sosial-ekonomi. Konsepsi
tersebut merupakan sebuah isyarat bahwa kehidupan ekonomi dalam
prespektif Islam tidak bersifat sekuler dan juga bebas nilai, tetapi
mengarah pada penyatuan nilai-nilai berbagai elemen institusional mulai
dari individu, keluarga, masyarakat, pasar, hingga negara. Tujuan akhir
yang ingin dicapai adalah terwujudnya kesejahteraan bersama (falah).14
Keterkaitan ajaran agama dengan kegiatan ekonomi dapat terlihat dalam
perilaku dari pelaku ekonomi. Dalam mengkaji perilaku ekonomi dari pelaku
ekonomi maka tidak lepas dari etos kerja. Etos kerja sering diartikan sebagai
semangat bekerja. Melalui etos kerja maka kiat-kiat pelaku ekonomi terbentuk.
Etos kerja terbentuk atas nilai-nilai yang moral yang bersumber dari nilai budaya
dan nilai-nilai ajaran agama Islam. Etos kerja dapat dianalogikan sebagai sebuah
jembatan yang menghubungkan antara kegiatan ekonomi dan ajaran agama Islam.
Melalui etos kerja seorang pelaku ekonomi dapat menentukan strategi untuk
mendapatkan hasil yang ingin dicapai.
Akar kata etos (ethos) adalah berasal dari bahasa Yunani. Dari kata
tersebut, pada awalnya hanya mengandung pengertian sebagai “adat
kebiasaan”. Karena itu, etos dapat membentuk “karakter dasar” bagi
masyarakat yang menganutnya. Namun, dalam proses perkembangan
selanjutnya, kemudian menjadi suatu konsep pemikiran yang menjelaskan
tentang bagaimana terbentuknya “spirit kehidupan” atau “jiwa khas” yang
dimiliki suatu bangsa. Munculnya etos yang kuat untuk memotivasi
baik klasik maupun neoklasik, karena logika yang digunakan adalah “hubungan simetris
antara kepentingan pribadi atau individu dengan kepentingan publik”. Menurut Chapra,
secara bertahap dan berkelanjutan konsepsi seperti itu, “mengaburkan tanggung jawab
sosial individu” sebagai pelaku ekonomi dan menjadikan mekanisme pasar sebagai
instrumen utama merealisasikan tuntutan efisiensi dan keadilan dalam proses alokasi dan
distribusi sumber daya ekonomi. Kecuali pasar, fungsi dan peran berbagai lain diabaikan termasuk nilai-nilai moral agama dan budaya yang dianut oleh masyarakat serta peran
aktif negara dalam menjaga keseimbangan perekonomian; lihat, M Umer Chapra, The
Future of Economics: An Islamic Prespective (Jakarta: Syari’ah Economics and Banking
Institut, 2001), hal. 25 14
M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES,2013). Hal. 40-
41.
20
kehidupan masyarakat, adalah berkaitan dengan proses perkembangan
sosio-historis dan kultural yang telah berlangsung lama.Etos adalah
“karakteristik Jiwa” (spirit) terhadap sebuah konstruksi kebudayaan milik
komunitas tertentu dalam mewujudkan sikap kepribadian dan aspirasi
mereka sekaligus menjadi instrumen penuntun dalam menjalani
kehidupan, baik perorangan dan kelompok kelembagaan. Karenanya, etos
dapat memberikan spirit untuk mencapai kesuksesan kerja,baik individu,
kelompok, maupun institusi (formal dan informal).Terbentuknya etos kerja
juga mengaitkan dengan struktur lingkungan yang memengaruhinya.
Karena itu, etos kerja memengaruhi orientasi kerja dan hasil kerja yang
juga terbentuk melalui proses interaksi sikap mental atau perilaku
individu, kelompok, atau komunitas, sebagai kecenderungan dasar yang
mengaitkan dengan struktur sosial, ekonomi, politik, dan budaya
masyarakat.15
Terbentuknya etos kerja tidak lepas dari tata nilai yang berlaku dalam
masyarakat serta nilai-nilai ajaran agama Islam. Keyakinan merupakan dasar atau
pondasi dari tumbuhnya sebuah peradaban sehingga ajaran agama Islam memiliki
peran penting dalam terbentuknya etos kerja dari para pedagang Pasar Projo
Ambarawa. Kesadaran akan pentingnya ajaran agama Islam sebagai pedoman
dalam menjalankan segala aspek kehidupan.
Islam sebagai rahmatan li alâ’lamîn,memberikan sumber-sumber normatif
yang berkaitan dengankerja, nilai kerja, dan etos kerja. Etos kerja harus
didasarkan pada tiga unsur, tauhid, taqwa, danibadah. Tauiîd akan
mendorong bahwa kerja dan hasil kerja adalah sarana untuk men-
Tauhidkan Allah SWT. sehingga terhindar dari pemujaan terhadap materi.
Taqwa adalah sikap mental yang mendorong untuk selalu ingat, waspada,
dan hati-hati memelihara dari noda dan dosa, menjaga keselamatan dengan
melakukan yang baik dan menghindari yang buruk. Sedangkan ibadah
adalah melaksanakan usaha atau kerja dalam rangka beribadah kepada
Allah SWT., sebagai perealisasian tugas khalîfah fî al-ardl, untuk menjaga
mencapai kesejahteraan dan ketentraman di dunia dan akhirat.16
15
Ibid, hal. 10-12 16
Jurnal, Acep Mulyadi. Islam dan Etos Kerja: Relasi Antara Kualitas
Keagamaan dengan Etos Produktivitas Kerja di Daerah Kawasan Industri Kabupaten
Bekasi. TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni 2008, Hal. 5
21
Dalam konsepsi Islam aktivitas ekonomi merupakan bagian integral dari
ajaran agama. terbentuknya etos ekonomi dalam Islam adalah bersinerginya
dengan nilai moral keagamaan dengan rasionalitas kalkulasi untung-rugi,
sehingga terjadi keseimbangan di antara kedua elemen dasar ini.
Dalam konsepsi Islam, etos ekonomi kaum muslim tidak hanya terbentuk
dari tradisi budaya, tetapi juga bersumber dari keyakinan agama yang
membentuk etos-spiritual individu. Seperti iman, ikhsan, ikhlas dan taqwa.
Nilai-nilai yang membentuk ilahiyah, individual, dan sosial, yang menjadi
media terciptanya kesejahteraan hidup spiritual dan material.17
Etos kerja yang didasarkan atas ajaran agama Islam membentuk etos kerja Islami.
Motivasi seseorang bekerja dengan mendasarkan atas ajaran agama Islam menjadi
sebab muncul etos kerja Islami. Bagi umat muslim etos kerja Islami harus dimiliki
dalam dirinya, motivasi mencapai kebahagiaan dunia sekaligus mencapai
kebahadiaan akhirat merupakan pondasi dari karakter etos kerja Islami. Dalam
ajaran agama Islam seorang muslim diajarkan untuk menjalani hidup secara
seimbang yakni memenuhi kebutuhan dunia dengan bekerja serta memenuhi
kebutuhan akan spiritual berupa beibadah kepada Allah.
Etos kerja Islami adalah Sikap hidup mendasar terhadap kerja disini
identik dengan sistem keimanan atau aqidah Islam berkenaan dengan kerja
atas dasar pemahaman bersumber dari wahyu dan akal yang saling bekerja
sama secara proporsional. Akal lebih banyak berfungsi sebagai alat
memahami wahyu (meski dimungkinkan akal memperoleh pemahaman
dari sumber lain, namun menyatu dengan sistem keimanan Islam).18
Etos kerja Islami adalah karakter atau kebiasaan manusia dalam bekerja
yang bersumber pada keyakinan atau aqidah Islam dan didasarkan pada
Al-qur’an dan Sunnah. Manusia bekerja bukan hanya motif mencari
kehidupan dunia tetapi bekerja merupakan perintah dari agama. Etos Kerja
seseorang terbentuk oleh adanya motivasi yang terpancar dari sistem
17
M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES, 2013), Hal.
51-52 18
Jurnal, Erwin Jusuf Thaib, Al-Qura’an dan As-Sunnah Sebagai Sumber
Inspirasi Etos Kerja Islami, (Gorontalo: IAIN Sultan Amai Gorontalo, 2014), Jurnal
Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 1, Juni 2014, hal. 6.
22
keimanan atau aqidah Islam yang berkenaan dengan kerja yang bertolak
dari ajaran wahyu bekerja sama dengan akal.19
Dengan keberadaan transaksi jual-beli maka mendorong terbentuknya pasar.
Pasar menjadi kebutuhan mendasar bagi kegiatan ekonomi di dalam masyarakat.
Pasar berperan sebagai wadah terselenggaranya transaksi jual-beli yang
mendorong pertumbuhan ekonomi dalam masyarakat.
Dalam pemikiran ekonomi, pasar (market) cenderung dikonsepsikan
sebagai tempat berlangsungnya transaksi jual-beli barang dan jasa tanpa
memiliki keterkaitan dengan berbagai institusi sosial lain, misalnya,
budaya dan agama, karena itu pasar berfungsi sebagai institusi ekonomi
yang bekerja menurut mekanisme sendiri yang dikenal dengan “hukum
pasar”. Pada konteks ini, basis moralitas yang telah berakar kuat dalam
masyarakat tidak memiliki ruang cukup kondusif untuk berkembang,
karena pasar hanya “bertugas” mempertemukan penjual dan pembeli yang
di dorong oleh perhitungan untung-rugi.20
Dalam ilmu ekonomi seorang pelaku ekonomi harus berupaya untuk
mencapai keuntungan maksimal. Keuntungan dalam perdagangan didapat melalui
upaya dari seorang pedagang untuk mendapatkan pembeli. Keinginan seorang
pedagang dalam mencapai keuntungan maksimal,membuat pasar hanya sebagai
tempat atau sarana untuk menghasilkan pendapatan.
Berbeda dengan sosiologi dan antropologi ekonomi, keberadaan pasar
dikonsepsikan sebuagai sebuah institusi yang memungkinkan setiap
individu melakukan interaksi sosial. Institusi pasar tidak sekedar berfungsi
sebagai tempat berlangsungnya proses transaksi jual beli barang dan jasa
antara penjual dengan pembeli. Tetapi, institusi pasar merupakan suatu
sistem sosial yang di dalamnya melibatkan para pedagang, seperti:
pengecer, pedagang besar, dan pedagang perantara. Mereka terekonstruksi
19
Skripsi, Annidjatuz Zahra, Pengaruh Etos Kerja Islami Terhadap Kinerja
Karyawan di CV Sidiq Manajemen Yogyakarta, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2015), hal. 18. 20
M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES, 2013), Hal. 12-
13.
23
secara simultan dalam hubungan kelembagaan yang tidak hanya bersifat
ekonomis, tetapi juga sosial-budaya dan keagamaan.21
Kegiatan perdagangan mendorong terjalinnya jaringan ekonomi antar
pelaku ekonomi, melalui jaringan ekonomi timbul pola hubungan patron klien.
Patron klien terjalin atas kepentingan ekonomi di dalam pasar. Kepentingan
juragan untuk memperluas jaringan dagang serta kepentingan pedagang pengecer
untuk mendapatkan barang dagangan menjadi penyebab terjalin hubungan patron
klien antara juragan dengan pedagang pengecer.
Hubungan patron-klien merupakan salah satu bentuk hubungan pertukaran
khusus. Dua pihak yang terlibat dalam hubungan pertukaran mempunyai
kepentingan yang hanya berlaku dalam konteks hubungan mereka. Dengan
kata lain, kedua pihak memasuki hubungan patron-klien karena terdapat
kepentingan (interest) yang bersifat khusus atau pribadi, bukan
kepentingan yang bersifat umum.Persekutuan semacam itu dilakukan oleh
dua pihak yang masingmasing memang merasa perlu untuk mempunyai
sekutu (encon) yang mempunyai status, kekayaan dan kekuatan lebih
tinggi (superior) atau lebih rendah (inferior) daripada dirinya.Persekutuan
antara patron dan klien merupakan hubungan saling tergantung. Dalam
kaitan ini, aspek ketergantungan yang cukup menarik adalah sisi
ketergantungan klien kepada patron. Sisi ketergantungan semacam ini
karena adanya hutang budi klien kepada patron yang muncul selama
hubungan pertukaran berlangsung. Patron sebagai pihak yang memiliki
kemampuan lebih besar dalam menguasai sumber daya ekonomi dan
politik cenderung lebihbanyak menawarkan satuan barang danjasa kepada
klien, sementara klien sendiri tidak selamanya mampu membalas satuan
barang dan jasa tersebut secara seimbang. Ketidakmampuan klien di
atasmemunculkan rasa hutang budi klien kepada patron, yang pada
gilirannya dapat melahirkan ketergantungan. Hubungan ketergantungan
yang terjadi dalam salah satu aspek kehidupan sosial, dapat meluas ke
aspek-aspek kehidupan sosial lainnya.22
Mekanisme pasar mendorong para pelaku ekonomi di Pasar Projo
menjalankan interaksi sehingga tercipta pola hubungan patron klien. Rantai
21
Ibid, hal. 13 22
Jurnal, Moh. Hefni, Patron-Client Relationship Pada Masyarakat
Madura,(Pamekasan: STAIN Pamekasan, 2009).KARSA, Vol. XV No. 1 April 2009,
hal.17-18
24
ekonomi yang tercipta di Pasar Projo merupakan cerminan dari pola hubungan
dari patron klien. Interaksi antar pelaku ekonomi dapat menyebabkan hubungan
saling membutuhkan sehingga tumbuh pola hubungan patron klien.
Istilah patron berasal dari Bahasa Latin “patrönus” atau “pater”, yang
berarti ayah (father). Karenanya, ia adalah seorang yang memberikan
perlindungan dan manfaat serta mendanai dan mendukung terhadap
kegiatan beberapa orang. Sedangkan klien juga berasal dari istilah Latin
“cliĕns” yang berarti pengikut.23
Dalam literatur ilmu sosial patron
merupakan konsep hubungan strata sosial dan penguasaaan sumber
ekonomi. Konsep patron selalu diikuti oleh konsep klien, tanpa konsep
klien konsep patron tentu saja tidak ada. Karenanya, keduanya istilah
tersebut membentuk suatu hubungan khusus yang disebut dengan istilah
clientelism.24
Istilah ini merujuk pada sebuah bentuk organisasi sosial yang
dicirikan oleh hubungan patron-klien, di mana patron yang berkuasa dan
kaya memberikan pekerjaan, perlindungan, infrastruktur, dan berbagai
manfaat lainnya kepada klien yang tidak berdaya dan miskin. Imbalannya,
klien memberikan berbagai bentuk kesetiaan, pelayanan, dan bahkan
dukungan politik kepada patron.25
Hubungan patron klien di pasar Projo mendorong terjadinya pertumbuhan
ekonomi di kawasan pasar. Seiring pasar yang terus berkembang, maka pasar
akan terus ber-transformasi mengikuti perkembangan zaman. Untuk bertahan
ditengah gempuran globalisasi dan pasar bebas maka pasar khususnya pasar
23
Lihat istilah patron dan client pada Webster, Webster's New Twentieth Century
Dictionary, edisi kedua (Oxford:Oxford University Press, 1975) dan Peter Davies (ed),
The American Heritage Dictionary of The English Language (New York: Dell Publishing
Co., Inc., 1977). 24
Sebagai sebuah konsep, clientelism dipandang sebagai sebuah proses
evolusioner yang menimbulkan kesadaran akan adanya ikatan kekeluargaan yang kuat
yang mampu memberikan keamanan fisik, ekonomi, dan emosional. Selain itu, konsep itu
juga memunculkan kesadaran akan ketidaksamaan akses pada barang dan sumber. Lebih
lanjut baca Sumeeta Shyamsunder Chandavarkar, Patron-Client Ties and Maoist Rural
China (Thesis MA pada Departmen of Political Science, University of Toronto, 1997),
hal. 1-2. 25
Jurnal, Moh. Hefni, Patron-Client Relationship Pada Masyarakat
Madura,(Pamekasan: STAIN Pamekasan, 2009).KARSA, Vol. XV No. 1 April 2009,
hal.17
25
tradisional perlu melakukan transformasi agar dapat survive dalam gejolak
ekonomi di Indonesia.
Konsep transformasi mengaitkan dengan perubahan di bidang sosial, politik,
ekonomi, budaya, atau pun dengan sistem nilai keagamaan. Dalam
prespektif ilmu sosial, itu merupakan proses perubahan kehidupan dari
kondisi stagnan menuju tatanan yang lebih baik (ideal). Konseptualisasi
tentang transformasi sosial dalam berbagai dimensi ajaran Islam, misalnya
bukan hanya berkaitan dengan tatanan kehidupan yang mengatur hubungan
vertikal antara manusia dan Tuhan pencipta alam semesta(hablun-
minallahi), tetapi juga terkait dengan konsep relasi sosial (hablun-
minannas) sebagai bentuk hubungan yang mengaktualisasikan interaksi
antar-individu, kelompok, komunitas, atau masyarakat, yang secara
evolusioner membentuk struktur dan kultur sebagai “ruang terbuka” dan
sekaligus menjadi instrumen informal terhadap berlangsungnya interaksi
sosial secara lebih luas.26
Dalam transformasi ekonomi tidak lepas dari konsep transformasi sosial.
Para pedagang Pasar Projo melaksanakan aktivitas perdagangan dengan tujuan
untuk mendapatkan penghasilan, melalui penghasilan yang didapatkan para
pedagang Pasar Projo Ambarawa mengalami mobilisasi sehingga terdapat
perbaikan taraf hidup. Aktivitas perdagangan akan mendatangkan keuntungan
bagi para pedagang Pasar Projo sehingga mendorong para pedagang Pasar Projo
mengalami mobilisasi vertikal.
Sebagai fenomena sosial yang muncul dalam kehidupan masyarakat,
konsep mobilitas memiliki pengertian yang beragam.Karena secara
konseptual, mobilitas (mobility) digunakan oleh para ilmuwan sosial untuk
menganalisis dan mengkonsepsikan bagaimana proses pergerakan sosial
suatu kelompok atau pun komunitas masyarakat. Mobilitas sebagai salah
satu konsep cukup mendasar dalam ilmu sosial dapat dikategorikan
menjadi pergerakan masyarakat dalam bentuk fisik maupun nonfisik.
Bentuk pergerakan fisik dapat berupa perpindahan georafis merujuk pada
kegiatan perpindahan dari suatu tempat ke tewmpat lain. Kemudian,
pergerakan masyarakat yang berbentuk non-fisik, atau yang lebih
26
M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES, 2013), hal. 18-
20
26
dikenaldengan mobilitas sosial. Berlangsungnya mobilitas seperti ini,
adalah proses perpindahan dari suatu kelas sosial tertentu di masyarakat
pada kelas sosial yang lainnya. Oleh karena itu,mobilitas tersebut adalah
berlangsung secara horizontal dan vertikal.27
Dalam mengkaji penelitian ini penulis mengaitkan relasi kehidupan
beragama pedagang Pasar Projo Ambarawa yang membentuk Tauhid dari
pedagang Pasar Projo Ambarawa yang berimplikasi pada etos kerja pedagang
Pasar Projo Ambarawa yang berlandaskan agama Islam dalam menghadapi
gejolak perekonomian di pasar Projo Ambarawa, etos kerja yang dilandasi agama
Islam dapat berpebgaruh terhadap kehidupan sosial-ekonomi pedagang Pasar
Projo Ambarawa.
F. Metode Penelitian
Skripsi ini merupakan studi sejarah ekonomi dengan menggunakan ilmu bantu
sosiologi dan ekonomi.Dalam sejarah ekonomi maka didasarkan pada studi
sejarah, dalam metode penelitian sejarah terdapat empat tahapan yaitu heuristik,
verifikasi, intepretasi dan historiografi.
Dalam tahap heuristik penulis berusaha mengumpulkan data pustaka
dengan mencari data berupa jurnal-jurnal ilmiah, Skripsi, Thesis yang memiliki
kesamaan tema dengan skripsi ini, dan sumber ini diperoleh dari internet. Dalam
upaya untuk mendapatkan sumber pustaka penulis mendatangi kantor Pasar Projo
untuk mendapatkan data mengenai Pasar Projo, tujuan penulis mengunjungi
kantor Pasar Projo ialah berupaya mendapatkan data mengenai profil Pasar Projo
serta sejarah perkembangan dari Pasar Projo Ambarawa. Selain itu penulis juga
27
Ibid, hal. 21-22
27
mendatangi badan arsip daerah di Kabupaten Semarang untuk mendapatkan data
Pasar Projo pada tahun 1980 namun data yang diinginkan tidak ada.
Penulis juga berupaya mendapatkan sumber dengan mendatangi kantor
Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten
Semarang, untuk mendapatkan data mengenai profil Pasar Projo, profil pedagang
Pasar Projo serta data pengelompokan pedagang untuk mendapatkan data-data
berupa laporan mengenai Pasar Projo Ambarawa dari tahun 1992 hingga 2015
selain itu penulis juga mendapatkan data berupa laporan mengenai revitalisasi
Pasar Projo pasca terbakar tahun 2012. Dalam upaya heuristik penulis juga
melakukan metode sejarah lisan dengan melakukan wawancara dengan Lurah
Pasar Projo serta para pedagang Pasar Projo. Penulis mendapatkan narasumber
berjumlah sembilan orang yang terdiri dari Lurah Pasar Projo Ambarawa, dari
wawancara dengan Lurah Pasar Projo penulis mendapatkan informasi mengenai
kondisi perekonomian pedagang Pasar Projo, kondisi sosial di Pasar Projo serta
kondisi keagamaan di Pasar Projo Ambarawa. Narasumber selanjutnya
ialahtengkulak, dalam wawancara dengan tengkulak penulis mendapatkan
informasi mengenai dinamika perekonomian di Pasar Projo
Ambarawa.Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan enam orang
pedagang di Pasar Projo, dari wawancara ini penulis mendapatkan informasi
mengenai kondisi sosial ekonomi, kondisi sosial agama serta pasang surut
perekonomian Pasar Projo Ambarawa..
Tahap kedua ialah Verifikasi data, langkah ini adalah proses menguji
sumber, apakah sumber yang diketemukan asli atau palsu (kritiik ekstern) dan
28
apakah isinya dapat dipercaya atau dipertanggung jawabkan atau tidak (kritik
intern). Kritik ada dua macam yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik
eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek
“luar” dari sumber sejarah.sebelum semua kesaksian yang berhasil dilakukan oleh
peneliti dapat digunakan untuk merekontruksi masa lalu, maka terlebih dahulu
harus dilakukan pemeriksaan yang ketat. Jadi serupa dengan evidiensi yang
diajukan dalam suatu pengadilan. Atas dasar berbagai alasan atau syarat, setiap
sumber harus dinyatakan dahulu otentik dan integral. Lalu Kritik intern adalah
penentuan dapat tidaknya keterangan dalam dokumen digunakan sebagai fakta
sejarah. Biasanya yang dicari adalah keterangan-keterangan yang benar. Tetapi
keterangan yang tidak benar juga merupakan kerangan yang berguna, yang berarti
ada pihak yang berusaha menyembunyikan kebenaran, ini ada hubungan dengan
motif seseorang untuk menyembunyikan kebenaran sejarah. Implementasi tahap
ini bagi seseorang peneliti yang sedang menyusun skripsi sangatlah perlu
dilakukan, paling tidak anda melakukan kritik intern. Dengan membandingkan
antara isi buku tentang hal yang sama tetapi terdapat perbedaan keterangan.
Sebagai peneliti meskipun masih dalam tahap pembuatan skripsi, hendaknya
melakukan pengujian atas data yang diperoleh, seperti: melakukan evaluasi
terhadap isi buku yang telah dibaca, perhatikan kesalahan-kesalahan yang muncul
dalam bacaan. Perhatikan pula apakah argumentasi yang digunakan relevan atau
tidak, selain itu peneliti dapat membedakan isi buku yang kadar ilmiahnya tinggi
dan yang rendah.
29
Langkah selanjutnya yaitu intepretasi, Sebagai ilmu sejarah termasuk ilmu
empiris maka sangatlah penting untuk menyaring fakta-fakta sejarah yang didapat
dari sumber sejarah. Fakta sejarah didapat dari dokumen sejarah, sebagai hasil
interpretasi. Dari interpretasi atas fakta-fakta barulah muncul tulisan sejarah.
Fakta yang terkumpul dan telah siap untuk digunakan itu belum berguna, jika
belum diberi arti. Fakta nampak mempunyai arti bila telah dimulai dihubungkan
dan dibandingkan satu sama lain, inilah permulaan mengadakan penafsiran fakta.
Interpretasi adalah menetapkan makna dan saling hubungan antara fakta-fakta
yang diperoleh. Interpretasi diperlukan agar data yang mati bisa bicara atau
mempunyai arti. Suatu peristiwa sejarah bisa ditafsirkan ulang oleh orang lain.
Penafsiran yang berlainan tentang fakta-fakta sejarah mungkin saja terjadi,
tergantung dari sudut pandang mana seseorang melihat peristiwa.
Langkah yang terakhir ialah historiografi, dalam proses ini penulis mulai
menuangkan intepretasinya dalam sebuah peristiwa ke dalam tulisan.
Historiografi adalah penulisan hasil penelitian. Historiografi adalah rekontruksi
yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan
menempuh proses. Penulisan laporan disusun berdasarkan serialisasi (kronologis,
kausasi dan imajinasi). Penulisan sejarah sedapat mungkin disusun berdasarkan
kronologis ini sangat penting agar peristiwa sejarah tidak menjadi kacau. Aspek
kronologi dalam penulisan sejarah sangatlah penting, dalam ilmu-ilmu sosial
mungkin aspek tahun tidak terlalu penting, dalam ilmu sosial kecuali sejarah
orang berpikir tentang sistematika tidak tentang kronologi. Dalam ilmu sosial
perubahan akan dikerjakan dengan sistematika seperrti perubahan ekonomi,
30
perubahan masyarakat, perubahan politik dan perubahan kebudayaan. Dalam ilmu
sejarah perubahan sosial itu akan diurutkan kronologinya.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I berisi pendahuluan yang menguraikan mengenai latar belakang penelitian,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,
kerangka konsptual, metode penelitian dan sistematika penulisa. Padabab I
menguraikan mengenai garis besar penelitian ini.
Bab IImenjelaskan mengenaiprofil Pasar Projo Ambarawa, potensi Pasar Projo
serta dinamika perekonomian Pasar Projo. Dalam bab ini akan menggambarkan
transformasi ekonomi Pasar Projo dari tahun 1986 hingga 2015.
Bab IIIberisi mengenai profil pedagang Pasar Projo Ambarawa, bab ini
menguraikan mengenai kehidupan sosial-budaya, sosial-ekonomi dan kondisi
keagamaan pedagang Pasar Projo Ambarawa.
Bab IV dalam bab ini menjelaskan mengenai etos kerja dari pedagang Pasar
Projo, dalam bab ini menjelaskan mengenai pandangan pedagang Pasar Projo tentang
bekerja, dan bab ini juga menjelaskan mengenai kehidupan sosial-agama pedagang
Pasar Projo Ambarawa, bab ini juga menguraikan mengenai etos kerja yang dilandasi
oleh nilai-nilai agama Islam. Dalam bab ini juga akan menguraikan dampak Etos
Kerja Islam pedagang muslim Pasar Projo terhadap perilaku ekonomi pedagang serta
sistem ekonomi yang berlangsung di Pasar Projo Ambarawa.
Bab V Penutup, dalam bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan
oleh penulis.
31
BAB II
DINAMIKA PEREKONOMIAN PASAR PROJO TAHUN 1986-2015
A. Profil Pasar Projo Ambarawa
Perdagangan di Ambarawa sudah menjadi jantung perekonomian masyarakat
Ambarawa dan sekitarnya sejak zaman penjajahan. Keberadaan jalan Sudirman
yang dibangun di masa kependudukan Belanda mendorong terciptanya
lingkungan perdagangan di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman. Kegiatan
perdagangan memicu mobilitas masyarakat Ambarawa untuk dapat menaikkan
taraf hidup. Kegiatan perdagangan di Jalan Jenderal Sudirman pada masa
kependudukan Belanda mendorong masyarakat luar Ambarawa untuk ikut
berdagang di Ambarawa, posisi strategis dan potensi Ambarawa sebagai lokasi
dagang menjadi daya tarik untuk masyarakat luar Kecamatan Ambarawa untuk
berdagang di Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa. Kegiatan perdagangan ini
mengalami perkembangan sehingga tercipta lingkungan perdagangan di pinggir
Jalan. Lingkungan perdagangan pada masa kependudukan Belanda di pinggir
Jalan Jenderal Sudirman tergambar pada foto ini.
Jalan Jenderal Sudirman memiliki peran penting sebagai jalur penghubung
antar wilayah di era pendudukan Belanda di Ambarawa. Keberadaan jalur ini
mendorong mobilisasi masyarakat. Dengan keramaian Jenderal Sudirman sebagai
jalur penghubung antar wilayah mendorong terciptanya lingkungan perdagangan.
Dengan aktivitas perdagangan di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman mendorong
masyarakat mengalami mobilisasi vertikal. Terjadi perbaikan taraf hidup di
32
kalangan para pedagang. Aktivitas perdagangan semakin sibuk ketika
bertambahnya jumlah pedagang dan semakin banyak pula jumlah pembeli.
Banyak dari masyarakat Ambarawa dan sekitarnya menggantungkan hidupnya
pada aktivitas perdagangan.
Gambar. 1
Sumber foto: Dian Kelana, Berkelana di Ambarawa, 5 Mei 2016, www.Kompasiana.com
Foto diatas diambil pada tahun 1939, foto ini sebagai bukti kegiatan
perdagangan telah dikenal masyarakat Ambarawa sejak masa kependudukan
Belanda. Kegiatan perdagangan terus berlanjut hingga tahun 1970. Keberadaan
para pedagang yang berjualan di pinggir Jalan Jenderal Sudirman mendorong
didirikannya pasar. Potensi perdagangan di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman
mendorong pemerintah untuk menyediakan fasilitas berupa pasar. Pasar yang
33
dibangun tahun 1970 diberi nama Pasar Projo Ambarawa. Pasar ini dibangun
tahun 1969 dan mulai beroperasi di tahun 1970.
Gambar.2
Sumber foto: Dian Kelana, Berkelana di Ambarawa, 5 Mei 2016, www.Kompasiana.com
Dibangunnya Pasar Projo memberi ruang bagi para dan pembeli untuk
melaksanakan kegiatan perdagangan. Keadaan fisik pasar Projo di tahun 1970
terlihat masih sederhana. Dibangunnya Pasar Projo Ambarawa menjadi daya tarik
masyarakat Ambarawa dan sekitarnya untuk berdagang di Pasar Projo Ambarawa.
Lingkungan perdagangan mendorong Pasar Projo berkembang menjadi penopang
ekonomi di wilayah Kabupaten Semarang. Pasar yang terletak di jalur utama
Semarang-Yogyakarta dengan titik koordinat: -7.255748; 110.408349 ini
didirikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat Wilayah tengah
Kabupaten Semarang dan sekitarnya. Letak pasar yang sangat strategis, dengan
34
akses jalan antar kota antar Provinsi (Jln Raya Semarang-Yogyakarta)
menyebabkan pasar ini menjadi rujukan utama bagi masyarakat Kabupaten
Semarang dan sekitarnya. Entrance areanya cukup baik dan berada dalam
lingkungan yang padat penduduk. Kemudian pada tahun 1972 Pasar Projo
Ambarawa mengalami kebakaran. Kebakaran ini merupakan musibah pertama
kali yang dialami para pedagang di Pasar Projo Ambarawa. setelah kebakaran
Pasar Projo dibangun kembali. Kondisi Pasar Projo setelah mengalami revitalisasi
untuk pertama kali yakni masih memiliki fisik yang sederhana dan pasar
terkonsentarsi pada perdagangan di pinggir-pinggir Jalan Jenderal Sudirman.
Keadaan Pasar Projo Ambarawa di tahun 1985 masih memiliki fisik
sederhana, bangunan pasar berupa gedung pasar berlantai dua, di sekitar pinggir
Jalan Jenderal Sudirman masih banyak pedagang yang berjualan. Lahan parkir
masih sempit sehingga belum dapat menampung kendaraan yang berada di area
pasar, keterangan ini diperoleh dari ibu Sutimah seorang tengukulak28
sayur di
Pasar Projo Ambarawa.
kondisinya ya masih sederhana mbak, bangunannya memang berlantai dua
tapi masih sederhana, tempatnya lebih kecil dibanding yang sekarang,
namun pasar yang dulu tempat parkirnya kecil, terus pedagang kalau
jualan itu masih banyak yang berada di pinggir jalan mbak.29
Kondisi fisik Pasar Projo yang sederhana tidak menyurutkan kegiatan
perdagangan, transaksi jual-beli di pasar Projo Ambarawa merupakan potensi
28
Tengkulak merupakan seseorang yang membeli barang dagangan di pasar
dengan jumlah yang banyak, kemudian barang yag telah dibeli akan dijual kembali. 29
Wawancara dengan ibu Sutimah yakni seorang tengkulak sayur di Pasar Projo
sejak tahun 1985, wawancara dilaksanakan pada Minggu 4 Juni 2017 di Pasar Projo
Ambarawa.
35
ekonomi di wilayah Kabupaten Semarang. Perkembangan perekonomian pasar
membawa mobilisasi para pedagangnya, keberadaan Pasar Projo Ambarawa
sebagai tempat pilihan utama untuk berbelanja masyarakat Ambarawa dan
sekitarnya mendorong tumbuhnya Pasar Projo sebagai penopang perekonomian di
wilayah Kabupaten Semarang.
Kalau dulu jualannya masih pada kecil-kecilan mbak ya lapak-lapak kecil
tapi barang dagangan yang dijual memang sudah komplit dari dulu,
sehingga masyarakat kalau mau butuh apa-apa pilihannya ya di Pasar
Projo, kalau toko-toko atau kios di pasar Projo memang ada tapi masih
sedikit.30
Sebagai penopang ekonomi di Kabupaten Semarang Pasar Projo menjadi
tempat yang dipenuhi oleh pedagang dan pembeli, banyak pedagang yang
bergantung hidupnya pada aktivitas perdagangan di Pasar Projo Ambarawa.
Stabilitas perekonomian di pasar sempat terganggu dengan terjadinya kebakaran
tahun 1992. Kebakaran yang terjadi di tahun 1992 menuntut para pedagang untuk
berdagang di tempat relokasi sementara. Para pedagang berdagang di tempat
relokasi sementara menunggu proses pembangunan kembali Pasar Projo
Ambarawa. Setelah Pasar Projo selesai dibangun, aktivitas perdagangan kembali
berlangsung di dalam gedung Pasar Projo. Kondisi gedung mengalami perbaikan,
masih dengan kontruksi dua lantai namun terdapat perluasan lahan. Para pedagang
kembali melaksanakan aktivitas jual-beli dengan fasilitas baru berupa gedung
baru Pasar Projo Ambarawa. Penataan Pasar Projo masih belum maksimal, para
pedagang belum terkelompok ke dalam jenis barang dagangan, pedagang pakaian
30
Ibid.
36
dan pedagang makanan jajanan pasar masih berdampingan, misalnya kios pakaian
tersebar ada yang berada di lantai satu dan terdapat juga di lantai dua.
Bangunan pasar yang dibangun setelah kebakaran di tahun 1992 terus
beroperasi hingga tahun 2012. Pasar mengalami kebakaran kembali di tahun 2012,
penyebabnya diduga karena terjadi konsleting listrik. Kebakaran terjadi pada
pukul 20.00 WIB Jumat 20 Juli 2012. Kebakaran yang terjadi menghanguskan
956 Los dan 158 kios, dalam kebakaran tidak ada korban jiwa.31
Kerugian yang
dialami dari peristiwa kebakaran diperkirakan:
Tabel.1
NO URAIAN KERUGIAN
TAKSIRAN
KERUGIAN
1 Pemerintah Kabupaten
Semarang 3.647.970.300
Bangunan Pasar 3.647.970.300
2 Pedagang :
39.740.000.000
Pedagang Kios : 14.550.000.000
Kios Lantai I 12.000.000.000
Kios Lantai II 2.550.000.000
Pedagang Los : 25.190.000.000
Los Lantai I 18.210.000.000
Los Lantai II 6.980.000.000
Pedagang Pasar Pagi -
Pedagang Kaki Lima -
Jumlah 43.387.970.300
Kolom diatas merupakan laporan yang berasal dari Dinas Koperasi
UMKM Perindustrian dan Perdagangan, Kabupaten Semarang. Dengan kerugian
yang dialami para pedagang terjadi kekacauan dalam perekonomian Pasar Projo.
31
Suara Merdeka Perekat Komunitas Jawa Tengah berjudul 956 Los dan 158
Kios Pasar Projo Ludes, terbit pada Minggu 22 Juli 2017.
37
Kondisi sosial-ekonomi terganggu, pedagang merasa kebingungan karena barang
dagangan terbakar bahkan beberapa pedagang menyimpan uang di dalam kios
sehingga ikut terbakar. Selain itu tempat yang digunakan untuk berdagang juga
mengalami sehingga para pedagang mengalami kebingungan mengenai tempat
yang harus digunakan untuk berdagang.
Gambar. 3
Sumber foto: Dian Kelana, Berkelana di Ambarawa, 5 Mei 2016, www.Kompasiana.com
Foto ini diambil setelah Pasar Projo mengalami kebakaran. Pada tanggal
21 Juli 2012 yakni sehari setelah pasar terbakar, para pedagang masih mendatangi
pasar dan berusaha mencari barang dagangan yang masih bisa diselamatkan.
Akibat kebakaran ini para pedagang harus berjualan di tempat relokasi sementara.
Para pedagang Pasar Projo direlokasi di sebagian badan jalan dan area belakang
Pasar Projo Ambarawa. Pasar Projo Ambarawa selesai mengalami revitalisasi
38
pada tahun 2015. Para pedagang memasuki gedung baru pasar yang selesai
dibangun pada 20 Mei 2015.
Gambar. 4
Foto ini diambil setelah pasar mengalami revitalisasi di tahun 2015, dengan
bangunan gedung yang baru pasar Projo memiliki fasilitas-fasilitas yang
mendukung kegiatan perdagangan. Wajah baru Pasar Projo Ambarawa
memberikan kesan pasar tradisional dengan tampilan modern.
Pasar dengan bangunan bertingkat dua di bagian depan dan bertingkat tiga
di bagian belakang dan samping kanan, seluas 16.813,9 m2 dan berdiri
diatas tanah seluas 12.592 m2 ini memiliki 195 kios dan 1.512 los, dengan
pedagang berjumlah 1.552 orang. Fasilitas umum yang tersedia di pasar
projo, antara lain: 40 kamar mandi/WC, Mushola seluas 39 m2, gedung
parkir 3 lantai seluas 2.600 m2, 40 kamera CCTV, Alarm Pasar, sound
system pasar, genset 60 KVA, pompa hidran, hidran, sumur artetis, ground
tank untuk menampung air 70 m3, areal parkir dan bongkar muat, dsb.
32
32
Data dari kantor Pasar Projo Ambarawa berjudul Profil Pasar Projo.
39
Pada kepengurusan kantor Pasar Projo terdapat lurah Pasar yang bernama
bapak Sariyanto, petugas administrasi berjumlah 1 orang, petugas pemungut
retribusi 6 orang, petugas keamanan dan ketertiban 3 orang. Kegiatan
perdagangan di Pasar Projo Ambarawa didukung dengan fasilitas-fasilitas yang
lebih memadai. Pada tahun 2015 setelah pasar beroperasi kembali, menjadi titik
balik bagi para pedagang untuk menata ulang perekonomian Pasar Projo setelah
kebakaran. Hasil pembangunan pasar yang selesai di tahun 2015 menyediakan
fasilitas dan tata ruang yang mendukung kegiatan perdagangan di Pasar Projo
Ambarawa.
Tabel. 2
URAIAN KIOS LOS JUMLAH
LANTAI DASAR
-
377
377
LANTAI I
109
622
731
LANTAI II
79
515
594
KIOS GILING DAGING
DAN KELAPA
8
-
8
JUMLAH
196
1,514
1,710
Tabel.3
Luas Areal
12,592.00 m²
LuasDasarBanguna (Kios, Los, Selasar)
8,068.70 m²
LuasRuangGensetdanPompa
46.40 m²
AreaParkirdanBongkarMuat
4,404.15 m²
LuasMushola (belumdianggarkan)
73.15 m²
40
Keterangan berupa kolom diatas diperoleh dari laporan Dinas Koperasi
UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Semarang,
bagian pasar berupa data tentang revitalisasi Pasar Projo Ambarawa.
Gedung baru Pasar Projo Ambarawa memberi kesan pasar modern dengan
sistem perekonomian pasar tradisional. Dengan gedung yang baru pemerintah
berusaha menyediakan tempat berbelanja yang nyaman namun dengan harga yang
terjangkau. Keberadaan Pasar Projo dengan citra yang baru merupakan strategi
pemerintah untuk menarik minat masyarakat berbelanja di Pasar Projo Ambarawa
ditengah persaingan ketat antara Pasar Projo dengan minimarket dan toko-toko di
sekitar area Pasar Projo Ambarawa.
B. Potensi Pasar Projo sebagai Penopang Perekonomian Masyarakat
Ambarawa dan Sekitarnya.
Kecamatan Ambarawa sebagai kota kecil di Jawa Tengah merupakan kota
yang mempunyai potensi dalam pelayanan domestik maupun regional. Hal ini
dapat dilihat dari letak Ambarawa yang strategis dalam sistem perkotaan di Jawa
Tengah. Posisi Ungaran-Bawen- Ambarawa dalam wilayah dilihat sebagai fungsi
dalam sistem perkotaan Jawa Tengah dan menyandang fungsi sebagai pusat
kegiatan wilayah dengan wilayah pelayanan melingkupi Kabupaten Semarang,
Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Purwodadi. Hal ini
menjelaskan bahwa Ambarawa memiliki potensi dalam pusat pelayanan regional
Jawa Tengah bersamaan dengan Bawen dan Ungaran. Kemudian dari aspek
41
pertumbuhan kota, jalur transportasi memegang porsi besar pada perkembangan
kota, artinya Kabupaten Semarang yang dilewati jalur regional dari pusat
pertumbuhan Kota Semarang dan Solo yaitu Ungaran – Bawen - Ambarawa
memiliki pertumbuhan yang signifikan. Selain aspek transportasi, aspek lokasi
juga berpengaruh pada pertumbuhan kota. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan
kecepatan pertumbuhan antara kota- kota di Kabupaten Semarang dengan kota-
kota di Kabupaten Kendal dan Demak yang memiliki akses yang sama besar
terhadap jalur transportasi regional dan letak yang sama berimpit batas dengan
Kota Semarang.
Pada aspek ekonomi Ambarawa yang dilewati jalur regional mempunyai
spesialisasi fungsi yang terletak ditengah kawasan produksi pertanian menjadikan
Ambarawa pintu keluar bagi komoditas pertanian. Ambarawa yang diapit oleh
Kecamatan Bandungan, Jambu, Sumowono, dan Bawen, dimana keempat
kecamatan tersebut merupakan sentra pertanian, perkebunan, tanaman pangan,
peternakan, dan perikanan. Sehingga Ambarawa yang mempunyai keuntungan
lokasi sering dimanfaatkan oleh kecamatan lain untuk memasarkan komoditas
mereka karena kedekatannya dengan jalur regional. Seperti uraian di atas, dari
aspek ekonomi, Ambarawa mempunyai spesialisasi fungsi yang terletak ditengah
kawasan produksi pertanian menjadikan Ambarawa pintu keluar bagi komoditas
pertanian. Dengan letak yang strategis yaitu berada di jalur regional, aktivitas di
Pasar Projo sering menimbulkan kemacetan.
Pasar tradisional sebagai potensi lokal sering digunakan oleh penduduk
untuk memasarkan produk pertaniannya, seperti buah-buahan, sayuran,
dan tanaman perkebunan. Hal ini sudah menjadi umum karena setiap pasar
42
tradisional di Indonesia menjual produk pertanian. Pasar sendiri
merupakan suatu sistem yang menghasillkan peraturan harga-harga
dengan sendirinya.33
Berdirinya sebuah pasar tradisional di suatu wilayah tidak lepas dari berbagai
pertimbangan yakni didasarkan atas potensi-potensi yang mendorong kegiatan
perdagangan, faktor pendorong berkembangnya perekonomian pasar tradisional
didorong dengan potensi dari berbagai aspek. Potensi Pasar Projo sebagai pusat
perdagangan di Kecamatan Ambarawa terdiri atas:
Potensi Pasar Projo dalam aspek lokasi.34
Tabel. 4
No NAMA PASAR
ALAMAT JALAN SARANA TRANSPORTASI
KONDISI PENDUDK
KEBERADAAN
PASAR. MODERN (NAMA)
DESA-KECAMATAN
NAMA JALAN SUASANA
KEPADATA
N
TINGKAT
EKONOMI
1 2 3 4 5 6 7 8 9
8. Projo Kupang-Ambarawa
Jl. Sudirman Ambarawa
Padat dan lancer
Angkutan kota, Bus Antar Kota, sepeda, mobil, sepeda motor, berjalan kaki
Padat Daya beli rata-rata tinggi
Laris, Indomart, Alfamart, Metro
Tabel diatas bersumber dari laporan revitalisasi Pasar Projo Ambarawa
2015. Tabel diatas berisi mengenai potensi Pasar Projo dalam aspek lokasi.
33
Jurnal Erwin Kharisma, Rantai Pasar Komoditas Pertanian dan Dampaknya
Terhadap Tingkat Perdagangan Komoditas Pertanian Pasar Projo. (Jurnal Wilayah dan
Lingkungan Volume 2 Nomor 1, April 2014, 25-42), hal.26-28. 34
Data dari Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag) Kabupaten Semarang, mengenai pengelompokan pedagang tahun 1992.
43
Telah dijelaskan diatas bahwa letak Pasar Projo berada pada jalur regional
sehingga mendorong pertumbuhan perekonomian Pasar Projo. Keberadaan Pasar
Projo yang terletak diapit oleh daerah-daerah penghasil komoditas pertanian
mendorong Pasar Projo sebagai pasar sentra komoditas pertanian. Letak Pasar
Projo yang berada di Jalan Jenderal Sudirman merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan perekonomian di Pasar Projo Ambarawa. Lokasi Pasar Projo yang
strategis memudahkan distribusi barang serta letak Pasar Projo yang strategis
memudahkan para pedagang dan para pembeli di luar Kecamatan Ambarawa
untuk datang ke Pasar Projo Ambarawa. Ketersediaan transportasi berupa
angkutan umum lokal mendukung kegiatan perdagangan di Pasar Projo
Ambarawa. Kondisi Pasar Projo Ambarawa yang mudah dijangkau dengan
kendaraan darat mendorong harga-harga barang semakin terjangkau. ketersediaan
transportasi umum di Pasar Projo Ambarawa mendorong terjadinya mobilisasi
masyarakat Ambarawa. Serta kegiatan perdagangan juga diuntungkan dengan
tersedianya transportasi umum yang memadai.
Potensi Pasar Projo berikutnya dari aspek lingkungan fisik yaitu:
Tabel. 5
N
O
NAMA
PASAR
KONDISI
BANGUNA
N
PRASARANA KESES
UAIAN
BENTU
K DENGA
N
FUNGSI
KERAG
AMAN
UKURA
N TOKO/K
IOS
JALAN
DRAINASE
SALURAN
.LIMBA
H
PENER
AN
GAN
AIR BERSI
H
KENDALI
SAMPA
H
MCK
Jumlah
kam
ar
kondisi Retribusi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
8. Projo Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik 17 Baik Ada Sesuai Seragam
44
Tabel diatas bersumber dari laporan revitalisasi Pasar Projo Ambarawa
2015. Tabel diatas berisi mengenai potensi potensi Pasar Projo dalam aspek
lingkungan fisik. Sarana dan prasarana di Pasar Projo tergolong dalam kondisi
baik. Bangunan gedung Pasar Projo Ambarawa tergolong dalam kondisi yang
baik. Revitalisasi gedung Pasar Projo yang dilakukan pemerintah daerah pasca
kebakaran tahun 2012 menjadikan Pasar Projo Ambarawa memiliki tampilan
bangunan yang modern. Karena setelah gedung selesai dibangun tahun 2015 Pasar
Projo Ambarawa memiliki citra baru sebagai pasar yang memiliki tampilan
modern dengan sistem pasar tradisional.
Tabel. 6
NO NA
MA
PAS
AR
LUAS
TANAH
(m2)
LUAS
BANGUNA
N YG DI
TEMPATI
(m2)
TARIF
RETRIBUSI (RP)
JUMLAH PEDAGANG HARI
BUKA
PASA
R PER
TAHU
N
KEADAA
N
KANTOR
PARKIR
Kios Los Kios Lo
s
Das
aran
Ki
os
Los Da
sar
an
pa
gi
PK
L
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1
2
13 14 15 16
8. Projo 11.515 2.495 2.12
8
500 40
0
500 195 103
1
12
0
2
0
0
16 360
hr
Ada/baik Mencukupi
Tabel diatas bersumber dari laporan revitalisasi Pasar Projo Ambarawa
2015. Tabel diatas berisi mengenai potensi potensi Pasar Projo dalam aspek
demografi. Selanjutnya merupakan potensi Pasar Projo dari aspek demografi.
Keberadaan para pedagang Pasar Projo yang mencapai 1.634 merupakan bukti
peran penting Pasar Projo Ambarawa sebagai penopang perekonomian wilayah
45
Kabupaten Semarang. Dengan jumlah pedagang 1.634 menggambarkan kesibukan
Pasar Projo Ambarawa sebagai tempat transaksi jual-beli. Selanjutnya ialah
potensi Pasar Projo dalam aspek Manajemen. Selain dari para pedagang
diperlukan adanya manajemen yang dapat menunjang terpeliharanya pasar.
Tabel. 7
NO NAMA PASAR
KEPENGURUSAN KETERSEDIAAN PENGELOLA PASAR
STATUS KEPEG
AWAIA
N PENGEL
OLA
FAKTOR PENGHAMBAT/MAS
ALAH
PROFESIONALISME
PENGURUS
1 2 3 4 5 6 7
8. Projo 1. Kepala pasar
2. Pembantu bendahara
penerimaan
3. Personil pendukung
Ada Ada
Ada, 10 orang
PNS PNS
PNS,
CPNS, PTT
Parkir terpisah, akses bongkar muat di pakai
untuk dasaran.
Cukup memadai
Tabel diatas bersumber dari laporan revitalisasi Pasar Projo Ambarawa
2015. Tabel diatas berisi mengenai potensi potensi Pasar Projo dalam aspek
tenaga pengelolaan pasar. Dalam hal manajemen pengelolaan pasar, kepengurusan
di Pasar Projo tergolong memiliki pengelolaan yang baik.
Berikutnya potensi Pasar Projo dari aspek sosial-ekonomi.
Tabel. 8
NO NAMA PASAR
KECENDERUNGAN PENJUALAN PEDAGANG
MODAL KERJA PESAING PEDAGANG PASAR
1 2 3 4 5
8. Projo Meningkat Modal sendiri dan pinjam
Pasar modern, PKL disekitar pasar, pedagang keliling
46
Kondisi sosial-ekonomi yang baik akan mendorong terciptanya
lingkungan pasar yang nyaman untuk kegiatan perdagangan. Pola hubungan sosial
yang terjalin antara para pedagang dengan pedagang, dan pedagang dengan
pembeli mendorong terciptanya kehidupan sosial yang harmonis. Kondisi ini
dapat mendorong terciptanya lingkungan kerja yang baik sehingga kegiatan
perdagangan dapat berjalan dengan baik. Modal para pedagang yang berasal dari
modal sendiri cenderung membuat sikap pedagang lebih tenang dan fokus pada
penjualan, sedangkan bagi pedagang yang mendapat modal dari pinjaman
cenderung terfokus pada target penjualan dan berusaha keras untuk dapat segera
melunasi pinjaman dari hasil penjualan barang.
Tabel. 9
NO NAMA PASAR
BARANG YANG DIPERDAGANGKAN BARANG DAGANGAN DOMINAN
1 2 3 4
8. Projo Sayur-sayuran, buah-buahan, pakaian jadi, tas, sepatu, assesoris, alat rumah tangga, plastic dan dos, beras dan biji-bijian, tahu, tempe dan lauk pauk lainya, ikan asin dan segar, daging ayam, kambing,sapi, dll, alat dapur, bumbu-bumbuan dan kelontong, umbi-umbian, pedagang lainya, jasa reparasi jam, kacamata,dll
Sembako, pakaian, barang kelontong, sayur-sayuran
Barang dagangan yang dijual di pasar Projo dapat berpengaruh pada minat
pembeli masyarakat. Dengan ketersediaan barang-barang yang dijual di Pasar
Projo menjadikan pasar ini sebagai pilihan belanja bagi masyarakat sekitar
Ambarawa. Ketersediaan barang yang barang yang diperjual belikan boleh
47
ditawar, dapat menjadi daya tarik bagi para konsumen untuk berbelanja di Pasar
Projo.
Aktivitas pedagangan di Pasar Projo mencipatakan rantai pasar yang
menghubungkan berbagai pihak yang terjalin dalam jaringan ekonomi. Pola
hubungan ekonomi ini terdiri dari banyak orang, perdagangan tercipta melalui
transaksi-transaksi kecil yang membentuk jaringan. Inilah Aktifitas Pasar Projo
Ambarawa yang menciptakan rantai pasar di Pasar Projo Ambarawa.
B.1. Aktivitas Perekonomian di Pasar Projo Ambarawa
Aktivitas perdagangan di Pasar Projo Ambarawa sejak zaman Belanda
terpusat pada di pinggir Jalan Jenderal Sudirman. Kegiatan perdagangan di Pasar
Projo Ambarawa dominan lebih sibuk di pinggir Jalan Jenderal Sudirman,
kegiatan transaksi jual-beli yang terjadi di pinggir jalan mengakibatkan kemacetan
di ruas Jalan Jenderal Sudirman. Sebagai jalur regional aktivitas perdagangan
Pasar Projo menjadi penyebab kemacetan. Kesibukan transaksi jual-beli di pinggir
jalan berkurang di tahun 2008, hal ini terjadi karena adanya penertiban dengan
menurunkan satpol PP untuk menertibkan pedagang yang berjualan di pinggir
jalan. Aktivitas perekonomian Pasar Projo bearada di sebagaian badan Jalan pada
saat Pasar Projo mengalami kebakaran, setelah kebakaran para pedagang
melakukan aktivitas perdagangan di badan Jalan sebagai tempat relokasi
sementara. Kemudian di tahun 2015 setelah pasar selesai dibangun, aktivitas
perdagangan mulai berada di dalam pasar, hanya pada pasar pagi saja aktivitas
perdagangan berada di pinggir Jalan Jenderal Sudirman.
48
Secara tertulis Pasar Projo Ambarawa beroperasi mulai pukul 04.00 WIB,
namun kenyataannya para pedagang sudah berada di pasar sejak pulul 02.00 WIB
dan para pembeli yang merupakan tengkulak berada di Pasar Projo Ambarawa
pada pukul 03.00 WIB, aktivitas pasar Pagi dibatasi hingga pukul 06.00 WIB.
Pembatasan hingga pukul 06.00 WIB disebabkan aktivitas pasar harus berganti
pedagang yang berjualan di siang hari. Keberadaan Pasar Pagi memiliki peran
yang penting karena di pagi hari pasar Projo mengalami aktivitas tersibuk
daripada aktivitas Pasar Projo di siang hari dan di malam hari. Kesibukan kegiatan
perdagangan di pasar pagi membuktikan melalui aktivitas pasar pagi para
pedagang dapat menghasilkan pendapatan yang besar dan dapat mengembangkan
usaha berdagangnya.
Setelah aktivitas pasar pagi selesai dilanjutkan pasar di siang hari yakni pukul
06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Aktivitas tersibuk kedua setelah pasar pagi
ialah kesibukan perdagangan di siang hari. Jenis dagangan yang di jual di siang
hari lebih beragam. Setelah aktivitas pasar di siang hari selesai kemudian
dilanjutkan pada pukul 18.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB.
Aktivitas perekonomian di pasar Projo Ambarawa mendorong terbentuknya
sikap ekonomi dari para pedagang Pasar Projo Ambarawa. Dalam perekonomian
pasar tradisional terdapat sistem taruh dulu tagih kemudian.
Para pedagang dalam memasarkan barang-barang dagangan kepada bakul-
bakul langganan mereka cenderung memakai model “Taruh Dulu Tagih
Kemudian” ( TDTK). Oleh karena jumlah pedagang untuk setiap pasar
49
cukup banyak, menghendaki pembayaran kontan saat transaksi menjadi
tidak efektif.35
Para pedagang yang memiliki modal lebih kecil memilih sistem ini. Para
pedagang besar atau sering disebut juragan36
tidak akan sembarangan untuk
memilih pedagang kecil atau bakul yang akan disetori barang dagangan, juragan
akan memilih pedagang yang dapat diajak bekerja sama, dan pedagang kecil yang
jujur mengingat dasar dari sistem ini ialah kepercayaan. Keuntungan yang didapat
dari pedagang besar dari sistem ini ialah pedagang kecil akan terikat dengan
pedagang besar yang menyetori barang dagangan sehingga akan terus
berlangganan pada pada pedagang besar yang menyetori barang dagangan.
Dengan kata lain keuntungan dari sistem TDTK ialah memperluas jaringan
kepelangganan. Ibu Romisah merupakan pedagang pindang di Pasar Projo yang
menggantungkan kegiatan pedagangan dengan sistem taruh dulu tagih kemudian.
Ibu Romisah mendapatkan barang dagangan berupa pindang dari juragan. Setelah
pindang disetorkan juragan memberi masa tegang hingga hari minggu untuk
menyetorkan uang hasil dari penjualan.
Sistem yang berlaku kedua yakni ambil dulu bayar kemudian. Sistem ini
hampir sama dengan TDTK namun untuk sistem ini para pedagang dari luar Pasar
Projo yang melakukan kulakan di Pasar Projo dengan para pedagang di Pasar
Projo Ambarawa. Kepentingan tengkulak yang membutuhkan barang dagangan
35
Anton Haryono, Sejarah ( Sosial) Ekonomi Teori Metodologi Penelitian dan
Narasi Kehidupan, (Yogyakarta: USD, 2011), hal. 179 36
Juragan adalah seorang pedagang besar yang berdagang di pasar, seseorang
yang dijuluki juragan termasuk golongan seorang pedagang yang memiliki modal besar
dan memilki barang dagangan yang banyak. Seorang juragan memiliki langganan yang
banyak, langganan dari juragan sebagian besar merupakan seorang tengkulak.
50
namun modalnya terbatas memilih sistem ini, dan kepentingan para pedagang
besar di Pasar Projo yang berkepentingan untuk mengembangkan usahanya juga
memilih sistem ini. Sistem ini didasarkan atas kepercayaan sehingga menuntut
para pedagang besar dari Pasar Projo untuk memilih konsumen yang sekiranya
dapat dipercaya sehingga pedagang Pasar Projo tidak mengalami kerugian.
Aktivitas Pasar Projo yang sibuk menunjukkan banyak pelaku ekonomi yang
tergantung dengan kegiatan ekonomi di pasar ini. Pasar Projo memberikan
keuntungan bagi para pedagang dan pelaku ekonomi yang ada dalam aktivitas
perekonomian Pasar Projo Ambarawa. Dari aktivitas perekonomian di Pasar Projo
Ambarawa tercipta jaringan ekonomi atau rantai pasar.
B.2. Rantai Pasar (jaringan Ekonomi) di Pasar Projo Ambarawa
Aktivitas perekonomian di pasar Projo Ambarawa mendorong terbentuknya
jaringan ekonomi atau rantai pasar. Keberadaan rantai pasar muncul akibat dari
proses distribusi dari produsen sampai tangan konsumen.
Rantai pasar merupakan sebuah rantai yang digunakanuntuk
menggambarkan sejumlah jaringan yang menghubungkan semua pelaku
terkait dan transaksi yang terjadi dalam pergerakan barang pertanian dari
pertanian ke konsumen. Rantai pasar juga dapat diartikan hubungan dari
produsen ke konsumen yang melibatkan kegiatan saling terkait. Tujuan
dari rantai pasar adalah untuk mendapatkan lebih rinci pemahaman tentang
aktor, kegiatan, biaya, dan peluang terkait dengan aliran produk tertentu
dan terkait layanan, dimulai dengan petani dan berakhir dengan pembeli
yang ditargetkan atau konsumen efisiensi rantai pasar umumnya
merupakan faktor tentang bagaimana juga arus informasi antara pelaku.37
37
Erwin Kharisma, “Rantai Pasar Komoditas Pertanian dan Dampaknya
Terhadap Kegiatan Perdagangan Komoditas Pertanian Pasar Projo”. (Jurnal Wilayah dan
Lingkungan Volume 2 Nomor 1, April 2014, 25-42) 2014, hal. 31
51
Rangkaian proses dalam rantai komoditas menimbulkan keterkaitan antar
aktivitas dan pelaku yang memberikan nilai tambah. Ruang dalam hal ini
sangat berkaitan dengan lokasi dalam rantai pasar yang digambarkan dengan
perpindahan komoditas pertanian dari lokasi satu ke lokasi lainnya. Lokasi
dalam rantai ini berkaitan dengan komoditas yang dihasilkan oleh petani tidak
dapat langsung dinikmati oleh konsumen dan dibutuhkan distribusi untuk
memindahkan komoditas tersebut ke lokasi pemasaran.38
Pasar Projo merupakan sentra perdagangan dengan jenis dagangan utama
yaitu komoditas pertanian. Di dalam aktivitas perdagangan di Pasar Projo
menyediakan berbagai jenis barang yang dijual anatara lain sembako, pakaian,
berbagai jenis bahan makanan, sepatu , dan lain sebagainya. Dari satu jenis barang
yang dijual menciptakan rantai pasar atau jaringan ekonomi di mana rantai pasar
yang tercipta memberi keuntungan bagi pelakunya. Rantai pasar yang tercipta di
Pasar Projo Ambarawa dapat memberi keuntungan bagi pelaku-pelakunya,
sehingga banyak pihak yang bergantung hidupnya dari berlangsungnya proses
rantai pasar. Ciri khas utama dari Pasar Projo ialah barang komoditas pertanian
sebagai jenis dagangan unggulan. Banyak tengkulak dari wilayah sekitar
Ambarawa yang membeli dagangan berupa sayur dan buah dari Pasar Projo
Ambarawa.
Kesibukan transaksi jual-beli komoditas sayur dan buah di Pasar Projo
memberi dampak tersendiri bagi masyarakat Ambarawa khususnya
pedagang lokal untuk berjualan komoditas pertanian. Hal ini dapat dilihat
dari data dominasi pedagang lokal sebanyak 81% dari semua pedagang
komoditas pertanian.39
38
Ibid, hal. 32. 39
Erwin Kharisma, “Rantai Pasar Komoditas Pertanian dan Dampaknya
Terhadap Kegiatan Perdagangan Komoditas Pertanian Pasar Projo”. (Jurnal Wilayah dan
Lingkungan Volume 2 Nomor 1, April 2014, 25-42) 2014, hal. 40
52
Dalam rantai terlihat bahwa pelaku nonlokal terdapat di dekat sentra
pertanian, sedangkan dalam wilayah pemasaran didominasi oleh pelaku lokal.
Aktivitas aliran pada rantai pasar juga berdampak pada nilai tambah yang
diterima pedagang lokal di Pasar Projo. Ternyata pedagang lokal di Pasar
Projo mendapat keuntungan cukup besar dari hasil perdagangan komoditas
pertanian ini. Keuntungan terbesar pedagang lokal adalah pengumpul buah
impor yang mendapatkan nilai tambah sebesar Rp3,666 per Kg. Kemudian
pedagang pasar buah impor juga mendapatkan nilai tambah cukup besar
yaitu Rp 2000 per Kg. Untuk komoditas sayuran, pedagang pengecer
sayuran dengan nilai tambah Rp 1,357/Kg. Setelah pedagang pengecer,
pedagang pasar sayuran juga mendapatkan nilai tambah cukup besar yaitu
sebesar Rp 957/Kg sayuran. Dari beberapa pelaku tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pelaku lokal mendapatkan nilai tambah cukup besar
dari kegiatan perdagangan komoditas pertanian di Pasar Projo. Hal ini
dikarenakan jika dibandingkan pelaku lain, pelaku lokal ternyata
mendapatkan nilai tambah yang cukup besar dibandingkan pedagang
lain.40
Dalam rantai pelaku komoditas sayuran dan buah di Pasar Projo memiliki
struktur yang sama walaupun berbeda pelaku. Struktur tersebut yaitu adanya
petani, perantara, pedagang pasar, dan konsumen. Pada rantai pelaku komoditas
sayuran terdapat petani, pedagang atau pengumpul desa, pedagang pengumpul,
pedagang pasar, pedagang pengecer, pelaku industri kecil, dan konsumen.
Sedangkan untuk pelaku rantai komoditas buah lebih panjang dibandingkan rantai
pelaku komoditas sayuran. Hal ini disebabkan oleh rantai pelaku buah merupakan
penggabungan antara pelaku buah lokal dan buah impor, selain itu komoditas
buah juga banyak yang jauh dari wilayah pemasaran, yaitu berada di Jawa Timur
dan luar negeri. Pada dasarnya komoditas sayuran dan buah yang dipasarkan di
Pasar Projo merupakan komoditas nonlokal. Asal komoditas sayuran yang dijual
di Pasar Projo berasal dari Kecamatan Getasan dan Kecamatan Ngablak.
40
Ibid, hal. 40
53
Sedangkan untuk aliran antar pasar terjadi antara Pasar Jetis Salatiga ke Pasar
Projo, aliran ini berupa sayuran yang dibeli pedagang pasar Projo dari pedagang
Jetis Salatiga. Untuk asal komoditas buah juga didominasi oleh komoditas
nonlokal dimana Jawa Timur sebagai sentra buah-buahan di Pasar Projo.
Wilayah pemasaran Pasar Projo yang mencapai wilayah Kabupaten
Semarang, Kota Semarang, dan sekitarnya menggambarkan bahwa Pasar Projo
sebagai pasar komoditas pertanian merupakan pasar regional yang wilayah
pemasarannya wilayah lokal, wilayah sekitar dan wilayah regional. Walaupun
dapat disebut pasar regional, tetapi pedagang pasar masih belum dapat melayani
pelanggan dengan jumlah yang cukup besar karena kapasitas yang kecil.
Bentuk rantai pasar yang merupakan perubahan bentuk dasar sayuran dan
buah menjadi olahan di Pasar Projo adalah pelaku industri kecil yang
memakai bahan dasar sayuran dan buah untuk diolah menjadi bentuk
lainnya, seperti warung makan, restoran, dan pedagang kaki lima (PKL)
yang mengolah menjadi makanan, sayur, jus, sup buah, dan lain-lain.
Sebagian besar pelaku ini merupakan pelaku rumah makan, PKL dan
restoran. Sedangkan untuk nilai tambah komoditas pertanian di Pasar
Projo, pelaku yang memperoleh nilai tambah paling besar adalah petani
pengecer dengan nilai tambah rata-rata Rp 3.344 per sayuran. Untuk nilai
tambah buah lokal, nilai tambah terbesar untuk buah lokal dimiliki oleh
pelaku pedagang pengumpul Pasar Johar dengan nilai tambah rata-rata Rp
1.250/Kg. Untuk buah impor yang memiliki nama dan kualitas luar yang
cukup baik sehingga pedagang pengumpul dan pedagang pasar
mendapatkan nilai tambah yang cukup tinggi yaitu nilai tambah rata-rata
Rp 3.600 untuk pengumpul Projo dan Rp 2.000 untuk pedagang pasar.41
Selain barang komoditas pertanian terdapat rantai perdagangan yang lain yaitu
berupa pakaian. Pakaian yang dijual di Pasar Projo biasanya berasal dari Pasar
Klewer Solo. Pasar Klewer merupakan pasar grosir pakaian yang dapat menyuplai
barang ke Pasar Projo Ambarawa, untuk mendapatkan barang dagangan berupa
41
Ibid, hal. 40-42
54
pakaian para pedagang biasanya datang sendiri ke Pasar Klewer Solo untuk
kulakan42
, selain ke Solo biasanya pedagang mendapat barang dagangan berupa
pakaian dari daerah Kudus, Tingkir Salatiga, Pekalongan, Karangjati dan lain-
lain. Dalam jaringan ekonomi perdagangan pakaian terdapat sales yang menjual
barang dagangannya kepada para pedagang Pasar Projo Ambarawa. Keberadaan
sales dari daerah Solo, Kudus, Pekalongan dan Karangjati memudahkan para
pedagang untuk mendapatkan barang dagangan tanpa harus datang ke daerah yang
menjual barang berupa pakaian secara grosir.
Rantai pasar yang terjadi di Pasar Projo mengakibatkan banyak pihak yang
mendapat keuntungan. Keuntungan yang didapat dari para pelaku ekonomi
menciptakan lingkungan ekonomi yang mendorong banyak pihak
menggantungkan hidupnya pada kegiatan ekonomi di Pasar Projo Ambarawa.
Dengan banyaknya jumlah pelaku ekonomi yang menggantungkan hidupnya pada
aktivitas ekonomi, menjadikan Pasar Projo sebagai penopang ekonomi di wilayah
Kabupaten Semarang.
C. Pasang Surut Perekonomian di Pasar Projo Ambarawa
Kondisi perekonomian Pasar Projo tidak selalu mengalami keadaan yang baik,
terdapat hambatan dan rintangan dalam pertumbuhan ekonomi Pasar Projo
Ambarawa. Pasang surut perekonomian Pasar Projo memiliki dampak bagi para
pelaku ekonomi di Pasar Projo Ambarawa. Dinamika yang terjadi berpengaruh
pada kenaikan dan penurunan pendapatan yang dialami oleh para pedagang.
42
Kulakan adalah kegiatan membeli barang dengan jumlah yang banyak untuk
dijual kembali.
55
Pasang surut perekonomian di Pasar Projo menjadi seleksi alam bagi para
pedagang untuk tetap bertahan dengan usaha berdagangnya atau berhenti karena
bangkrut. Kondisi pasang surut yang terjadi dalam perekonomian Pasar Projo
antara lain:
C.1. Awal diselenggarakannya Pasar Pagidi Pasar Projo Ambarawa
tahun 1986-1991.
Pada tahun 1985 Pasar Projo mulai beroperasi pada pukul 04.00 WIB,
pasar pagi masyarakat sering menyebutnya. Beroperasinya Pasar Projo pukul
04.00 WIB mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di Pasar Projo Ambarawa, pada
tahun 1985 para pedagang Pasar Projo mulai merintis kegiatan perdagangan di
waktu dini hari. Pertumbuhan Pasar Projo melalui aktivitas perdagangan di waktu
dini hari mulai dirasakan dampaknya pada tahun 1986.
Perdagangan komoditas pertanian di pasar pagi terus berkembang dan
menempatkan Pasar Projo Ambarawa sebagai sentra perdagangan barang
komoditas pertanian. Aktivitas pasar pagi di tahun 1986 mulai menjadi tumpuan
kegiatan ekonomi di wialayah Kabupaten Semarang. Keberadaan Pasar Projo
menjadi daya tarik para tengkulak untuk membeli barang dari Pasar Projo.
Keberadaan pasar pagi menjadikan Pasar Projo sebagai pilihan utama untuk
kulakan bagi para tengkulak yang tinggal di wilayah sekitar Kecamatan
Ambarawa. Beroperasinya pasar pagi di Pasar Projo menciptakan rangkai pasar
atau jaringan ekonomi yang baru sehingga pelaku ekonomi yang diuntungkan dari
kegiatan perdagangan semakin bertambah. Menurut keterangan ibu Sutimah
56
aktivitas perekonomian tersibuk di Pasar Projo ialah pada pagi hari. Kegiatan
perekonomian pasar pagi menambah keuntungan pada para pedagang. Keberadaan
pasar pagi mengakibatkan bertambahnya pedagang dan bertambahnya pembeli
atau tengkulak.
Tahun 1987 merupakan titik balik bagi dalam sejarah ekonomi Indonesia
karena pada tahun ini, pertama kalinya presentase dari hasil-hasil Industri
melebihi komoditas ekspor.43
Hal ini menjadi indikasi bahwa sektor industri di Indonesia mengalami
peningkatan sehingga berperan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Hasil-
hasil industri yang meningkat berdampak pada stabilnya harga-harga barang di
pasaran. Dengan membaiknya perekonomian Indonesia berpengaruh dalam
kondisi perekonomian dalam Pasar Projo Ambarawa, kondisi perekonomian Pasar
Projo Ambarawa di tahun 1987 cenderung stabil. Dari keterangan dari bapak
Giyanto menyatakan bahwa perdagangan di tahun 1987 cenderung stabil. Bapak
Giyanto merupakan seorang pedagang asesoris di pasar Projo Ambarawa yang
memulai usaha berdagang dari tahun 1987. Dinamika perekonomian Pasar Projo
Ambarawa hingga tahun 1991 cenderung stabil, kondisi perekonomian nasional
yang berupaya mendorong pembangunan negara dalam berbagai aspek mengalami
berbagai hambatan. Berbagai permasalahan perekonomian nasional tidak begitu
berpengaruh terhadap kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa.
Perekonomian Pasar Projo tetap kokoh bertahan dengan aktivitas
perekonomiannya yang sibuk. Usaha berdagang para pedagang Pasar Projo
merupakan usaha mikro yang selamat dari gelombang permasalahan
43
Sjahrir, Masuk Krisis Keluar Krisis Para Tokoh Menggugat, (Jakarta:
Erlangga, 1999), hal. 96
57
perekonomian nasional. Berbagai permasalahan perekonomian nasional tidak
terlalu berpengaruh terhadap usaha berdagang di Pasar Projo Ambarawa. Usaha
perdagangan di pasar tradisional merupakan usaha mikro yang selamat dari
berbagai krisis yang terjadi dalam perekonomian nasional Indonesia.
C.2. Masa Kebangkitan Pedagang Pasar Projo Pasca Kebakaran
di tahun 1992 (1992-1998)
Selanjutnya pada tahun 1992 Pasar Projo Mengalami kebakaran yang
kedua kalinya. Terjadinya kebakaran di Pasar Projo Ambarawa berdampak pada
terganggunya jaringan ekonomi yang telah berlangsung di Pasar Projo, selain para
pedagang harus mengalami kerugian materi para pedagang juga harus kehilangan
sebagian pelanggannya. Berpindahnya pasar ke tempat relokasi sementara
memaksa para pedagang untuk sedikit bersabar menunggu diselesaikannya
bangunan baru. Bagi para pedagang tempat jualan merupakan identitas mereka
dalam berdagang, melalui letak tempat berdagang para pembeli yang telah
menjadi langganan akan mendatangi lokasi berjualan seorang pedagang yang
menjadi langganannya untuk berdagang sehingga ketika para pedagang
kehilangan tempat berjualan maka para pedagang akan kehilangan para
langganan. Dengan musibah kebakaran para pedagang harus menata ulang kondisi
pasar dan mulai mencari langganan kembali. Aktivitas perekonomian di pasar
berangsur-angsur membaik sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di Pasar
Projo Ambarawa.
58
Kemudian di tahun1993 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami
hambatan yakni pertumbuhan industrialisasi untuk ekspor mengalami hambatan.44
Di tahun 1993 bertepatan dengan ibu Solehah yakni pedagang peralatan dapur dan
kerajinan dari bahan baku bambu serta tanah liatdi Pasar Projo menyatakan bahwa
kondisi ekonomi pasar berada pada kondisi stabil. Kemudian pada tahun 1995
muncul pedagang keliling di sekitar wilayah Ambarawa. Pedagang keliling
mendapatkan dagangannya dari kulakan45
di Pasar Projo pada waktu pagi hari.
Para pedagang keliling dari berbagai daerah sekitar Ambarawa kulakan sayuran
dan berbagai jenis bahan makanan uang kemudian dijual dengan berkeliling di
kampung daerah asal mereka, para pedagang menjual barang dagangnnya dengan
menggendong keranjang dari bambu lalu mereka berkeliling kampung.
Keberadaan para pedagang keliling gendongan memberi keuntungan bagi
pedagang pasar pagi karena para pedagang keliling membeli barang dari para
pedagang besar di Pasar Projo.
Keberadaan para pedagang keliling gendongan tidak begitu mempengaruhi
kestabilan dari perekonomian pasar. Para pedagang keliling gendongan hanya
membawa dagangan dengan jumlah yang sedikit dan konsumen dari para
pedagang keliling ialah orang-orang yang bekerja di kantor dan tidak sempat
untuk pergi ke pasar, jumlah konsumennya pun juga sedikit sehingga tidak
menjadi saingan dagang yang mempengaruhi perdagangan di Pasar Projo
Ambarawa.
44
Sjahrir, Masuk Krisis Keluar Krisis Para Tokoh Menggugat, (Jakarta:
Erlangga, 1999), hal.96. 45
Kulakan adalah kegiatan membeli barang dengan jumlah yang banyak, dan
selanjutnya barang yang telah dibeli akan dijual kembali.
59
Pedagang keliling ada sebenarnya pada tahun 1995, namun pedagang
keliling disini masih menggunakan tenggok (keranjang dari bambu) untuk
menampung dagangannya, keranjang tersebut digendong dan pedagang
keliling menjual dagangannya dengan berjalan berkeliling kampung.
Pedagang keliling dengan cara berkeliling dengan keranjang tidak begitu
mempengaruhi perdagangan di pasar tradisional karena pedagang keliling
ini membawa barang dagangan dengan jumlah terbatas.46
Pada tahun 1997 dalam perekonomian Indonesia mengalami hambatan
yakni kurs rupiah melemah terhadap dolar.47
Pada bulan Juli 1997 dengan
adanya depresiasi dolar, di mana sektor produksi mengalami kemacetan
produksinya, maka mengakibatkan bertambahnya jumlah kemiskinan di
Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi membawa kondisi perekonomian
Indonesia pada ketidakstabilan.48
Dengan kurs rupiah melemah mengganggu pertumbuhan perekonomian
nasional karena kestabilan harga barang terganggu. Para pedagang Pasar Projo
mulai mengalami perunan pendapatan dari hasil berdagang. Kemudian pada tahun
1998 kondisi krisis ekonomi menjadi semakin parah ketika lengsernya Soeharto
dari kursi kepresidenan. Kondisi perekonomian yang tidak stabil ditambah tidak
stabilnya dunia politik di Indonesia mengakibatkan bangsa Indonesia terpuruk di
tahun 1998. Dampak dari lengsernya Soeharto yang mengakibatkan
ketidakstabilan perekonomian nasional berpengaruh pada perekonomian di Pasar
Projo Ambarawa. Bapak Giyanto yakni pedagang Asesoris di Pasar Projo
Ambarawa sejak tahun 1987 mengatakan bahwa kondisi perekonomian masa
kepemimpinan Soeharto masih dalam kondisi stabil, ketika Soeharto lengser dari
jabatannya perekonomian berubah drastis, kondisi perekonomian menjadi
46
Wawancara dengan ibu Tutik seorang tengkulak buah dari tahun 1995,
sekaligus pedagang pakaian pasar pagi di Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 10 Juni
2017. 47
Sjahrir, Masuk Krisis Keluar Krisis Para Tokoh Menggugat, (Jakarta:
Erlangga, 1999), hal.34 48
Ibid, hal. 145
60
terganggu dan keadaan para pedagang mengalami penurunan pendapatan yang
signifikan.
Pada 15 Januari 1998 Presiden Soeharto menandatangani perjanjian
dengan Michael Camdesus yakni Managing Director IMF,
penandatanganan tersebut berujung pada krisis.49
Dengan terjadinya krisis ekonomi kemudian Presiden Soeharto tidak
dapat menangani krisis yang terjadi sehingga banyak tuntutan dari berbagai pihak
untuk Soeharto mundur dari jabtannya. Pada Mei 1998 Soeharto mengumumkan
untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden. Gelombang besar krisis ekonomi
dan ketidakstabilan politik Indonesia memberi dampak besar bagi para pedagang,
kondisi harga barang yang cenderung mengalami kenaikan dan pendapatan dari
masyarakat yang tetap bahkan mengalami penurunan, menuntut masyarakat untuk
mengurangi konsumsi sehingga daya beli di pasar Projo mengalami penurunan
tajam.
Pedagang yang mengalami kemerosotan pada penghasilannya rata-rata
ialah pedagang komoditas pertanian seperti sayur dan buah kemudian pedagang
kelontong, pedagang makanan intinya ialah pedagang bahan makanan. Bagi
pedagang sepatu, pakaian dan peralatan dapur serta kerajinan dari bambu
mendapat pengaruh sedikit dengan adanya krisis yang terjadi. Kondisi harga
barang selain makanan berada pada kondisi tetap dan resiko barang busuk juga
tidak ada, yang menjadi hambatan ialah para pembeli mengurangi pengeluaran
sehingga para pedagang mengalami penurunan penghasilan. Penurunan
49
Sjahrir, Masuk Krisis Keluar Krisis Para Tokoh Menggugat, (Jakarta:
Erlangga, 1999), hal. 193
61
penghasilan yang dialami para pedagang pakaian, grabatan dan sepatu relatif
lebih kecil dibanding denga para pedagang komoditas pertanian, kelontong,
sembako dan jajanan atau makanan. Hal ini dijelaskan oleh bapak Marlan
pedagang peralatan dapur dan kerajinan dari bambu serta tanah liatdi Pasar Projo
bahwa pedagang yang menjual jenis barang seperti grabatan50
cenderung lebih
aman dari krisis ekonomi karena harga barang dagangan grabatan mengalami
kenaikan yang tidak begitu signifikan.
Pada tahun 1998 pasar Bandungan telah menunjukkan eksistensinya
sebagai sentra komoditas pertanian, letak geografis pasar ini yang berdekatan
dengan wilayah penghasil komoditas pertanian berupa sayur menjadikan pasar ini
sebagai sentra sayuran di daerah Kabupaten Semarang. Munculnya Pasar
Bandungan sebagai sentra perdagangan sayuran menjadikan pasar ini sebagai
pasar saingan bagi Pasar Projo Ambarawa.
C.3. Perjuangan Para Pedagang Pasar Projo di tengah
ketidakstabilan harga barang di pasaran(1999-2008)
Upaya pemulihan kondisi ekonomi yang mengalami krisis merupakan hal
yang sulit. Setelah kekacauan yang terjadi tahun 1998 kemudian di tahun 1999
mulai mengalami perbaikan dari berbagai aspek. Semangat reformasi yang
disuarakan generasi muda mendorong perbaikan kualitas dari para aparatur
negara. Perbaikan terjadi pada perekonomian nasional.
50
Grabatan merupakan barang dagangan berupa hasil-hasi komoditasl pertanian
dapat berupa kerajinan atau hal-hal yang berhubungan dengan komoditas pertanian.
62
Pada tahun 2000 Indonesia mengalami peningkatan dalam aspek ekspor.
Perekonomian nasional membaik dengan kegiatan ekspor barang ke
negara-negara ASEAN.51
Perbaikan dari ekonomi nasional berdampak pada kegiatan perdagangan di
Pasar Projo Ambarawa. Pada tahun ini keadaan perekonomian pasar berangsur
membaik. Aktivitas perekonomian Pasar Projo mulai mengalami kestabilan
setelah melewati krisis ekonomi di tahun 1997-1998, pada tahun 2000 mulai
muncul beberapa pedagang keliling dengan menggunakan motor. Pedagang
keliling dengan motor kulakan sayuran dan bahan-bahan makanan kebutuhan
sehari-hari ke pasar pagi. Dengan kata lain keberadaan para pedagang keliling ini
menjadi langganan baru bagi para pedagang besar sehingga menambah daya beli
di pasar pagi. Keberadaan pedagang keliling dengan menggunakan motor belum
begitu berpengaruh pada kegiatan perdagangan di pasar tradisional. Hal ini karena
jumlah pedagang keliling yang berjualan keliling dengan menggunakan motor
jumlahnya masih sedikit.
Pengaruh keberadaan pedagang keliling dengan menggunakan motor
mulai dirasakan Pasar Projo Ambarawa di tahun 2005, karena pada tahun ini
jumlah pedagang keliling yang menggunakan motor meningkat. Pedagang keliling
dengan menggunakan sepeda motor memudahkan pembeli untuk berbelanja hanya
dengan menunggu di rumah barang-barang yang dibutuhkan untuk konsumsi
setiap hari bisa didapat. Berdagang dengan motor memudahkan pedagang untuk
menampung barang dagangan dengan jumlah yang banyak dan mudah untuk
berpindah tempat. Keberadaan pedagang keliling dengan menggunakan sepeda
51
Amalia Adininggar Widyasanti, Perdagangan Bebas Region dan Daya Saing
Ekspor: Kasus Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010, hal. 15-16
63
motor berdampak pada pengurangan daya beli yang drastis di Pasar Projo
Ambarawa khususnya pada aktivitas pasar di siang hari. Keberadaan para
pedagang keliling dengan sepeda motor memberi keuntungan dan kerugian bagi
pedagang Pasar Projo. Keuntungannya ialah para pedagang besar mendapat
langganan tambahan sehingga penghasilan pedagang besar yang berjualan di pasar
pagi mengalami peningkatan sedangkan kerugiannya dialami oleh para pedagang
eceran yang berjualan pada siang hari di Pasar Projo Ambarawa, karena adanya
pedagang keliling mengakibatkan pembeli yang datang ke pasar menjadi
berkurang, karena bagi pedagang eceran di pasar pedagang keliling meruapakan
saingan dalam berdagang.
Kemudian di awal tahun 2000 mulai muncul pedagang keliling dengan
menggunakan motor. Keberadaan pedagang keliling dengan motor ini
dapat dirasakan pengaruhnya di tahun 2005 karena mulai banyak
pedagang keliling dengan menggunakan sepeda motor. Penggunaan motor
mendukung pedagang untuk membawa barang dagangan yang banyak dan
dapat mengantarkan para dagangan ke para pembeli dengan waktu yang
efisien. Keberadaan para pedagang keliling mengakibatkan berkurangnya
para pembeli yang berkunjung ke pasar Projo terutama pasar yang
beroperasi di siang hari.52
Pengaruh keberadaan pedagang keliling di Pasar Projo diiringi dengan
penghapusan subsidi BBM oleh pemerintah. pada tahun 2005.
Pengahapusan subsidi BBM pada tahun 2005 dikarenakandalam
perekonomian nasional investasi mengalami penurunan sebesar 10,9%
dibanding tahun sebelumnya sebesar 14,7%. Hal ini dominan disebabkan
oleh adanya kenaikan harga minyak dunia dan menyebabkan pemerintah
berusaha untuk menghapuskan subsidi BBM sehingga terjadi kenaikan
harga BBM sebesar 126% dari harga normal. Pemerintah menyesuaikan
tarif angkutan umum sesuai dengan kenaikan BBM, sehingga kenaikan
harga BBM tersebut juga memberikan dampak lanjutan (second round)
52
Wawancara dengan ibu Tutik seorang tengkulak buah dari tahun 1995,
sekaligus pedagang pakaian pasar pagi di Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 10 Juni
2017.
64
melalui kenaikan tarif angkutan sehingga secara keselurahan memberikan
sumbangan pada kenaikan inflasi. Tetapi dalam kenyataannya banyak
pengusaha angkutan umum yang menaikan harga di atas ketetapan
pemerintah, sehingga menjadikan harga-harga barang dan jasa semakin
melonjak naik.53
Kenaikan harga barang di pasaran diakibatkan dari BBM naik serta
bertambahnya saingan dagang yakni pedagang keliling menyebabkan penurunan
pendapatan pada pedagang Pasar Projo.
Ibu Tutik yakni seorang tengkulak buah dari tahun 1995 sekaligus
pedagang pakaian di pasar pagi mengungkapkan bahwa pada tahun 2005 jenis
dagangan yang diperjual-belikan sebagian besar ialah barang dagangan berupa
komoditas pertanian seperti buah dan sayur serta bahan makanan seperti lauk
pauk, namun pada tahun 2008 jenis dagangan yang dijual di pasar pagi berangsur
menjadi jenis dagangan yang beragam. Dengan beragamnya barang dagangan
yang dijual disertai penambahan jumlah pedagang yang berjualan di Pasar Projo
Ambarawa. Dengan penambahan jumlah pedagang dan beragamnya barang
dagangan yang dijual merupakan indikator peningkatan kesibukan perekonomian
Pasar Projo, banyaknya transaksi jual-beli yang terjadi maka terjadi peningkatan
pendapatan dari para pedagang pasar pagi. Pergerakan perekonomian Pasar Projo
di siang hari cenderung lambat. Para pedagang eceran Pasar Projo cenderung
mengalami kemerosotan pendapatan, kesibukan aktivitas pasar pagi berdampak
mengurangi daya beli pada kegiatan perdagangan di siang hari, para pedagang
eceran cenderung menganggap adanya pasar pagi merupakan hambatan dalam
usaha dagangnya, walaupun waktu jualan tidak sama tapi pembeli yang
53
Dewi Ernita dkk, Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Konsumsi di
Indonesia, Jurnal Kajian Ekonomi, Januari 2013, Vol. I, No. 02. hal.179.
65
seharusnya membeli di saat siang hari berbelanja di saat pagi hari karena barang-
barang yang dijual di saat pasar pagi harganya lebih murah daripada harga barang
saat aktivitas pasar di siang hari.
C.4. Geliat Aktifitas Perekonomian Pasar Projo Ambarawa di Era
Pasar Bebas yang Melanda Indonesia (2009-2015).
Pada tahun 2009 lalu saja, setidaknya sekitar 271 pabrik atau perusahaan
tutup. Akibatnya 18.396 buruh yang bekerja di industri ini harus rela
menjadi penganggur karena ter-PHK. Selama Januari-Oktober 2009,
defisit sudah mencapai 3,9 miliar dollar AS.54
Terjalinnya kerja sama antara Indonesia dengan Cina mengisyaratkan
bahwa pintu gerbang perdagangan bebas di Indonesia telah terbuka. Bebasnya
barang-barang impor masuk ke Indonesia mempengaruhi industri yang berada di
Indonesia, daya saing yang semakin meningkat mengakibatkan usaha makro
terutama bidang industri mengalami kebangkrutan.
Wilayah Kabupaten Semarang pada tahun 2009 secara umum industri
kecil mengalami penurunan di banding tahun 2008 kecuali Industri tahu
yang mengalami peningkatan. Peningkatan ini akibat sudah stabilnya
harga kedelai yang merupakan bahanbaku industri tahu serta komoditas
bahan baku lain adalah imbas dari meningkatnya harga komodotis pangan
secara umum di pasar global. Pengalihan komoditas pangan utamanya
kedelai dan jagung menjadi bahan dasar energi terbarukan, menimbulkan
perebutan komoditas ini antara kepentingan pangan dan industri energi.
Sehingga sesuai dengan teori ekonomi mengenai demand and supply,
dimana permintaan yang meningkat tajam tidak di ikuti oleh meningkatnya
produksi mengakibatkan peningkatan harga. Kondisi ini yang akhirnya
turut memukul pelaku usaha industri kecil, utamanya pelaku industri yang
berbahan baku kedelai.55
54
Amir Effendi Siregar dkk, Perdagangan Bebas ACFTA (ASEAN-China Free
Trade Agreement) dan Ancaman Kedaulatan (Jurnal Sosial Demokrasi Perdagangan
Bebas ASEAN-Cina: Berdagang Untuk Siapa? Vol. 8 3 Februari - Juni 2010 ISSN: 2085-
6415), hal. 12 55
Kabupaten Semarang Dalam Angka Tahun 2010, No. Katalog: 1403.3322,
hal.170.
66
Kenaikan harga komoditas di pasaran mempengaruhi gerak perekonomian
di Pasar Projo Ambarawa. Jenis dagangan utama yang dijual di Pasar Projo ialah
komoditas pangan terutama komoditas pertanian. Kenaikan harga-harga
komoditas pangan menuntut konsumen untuk mengurangi pengeluaran kebutuhan
konsumsi sehingga mempengaruhi berkurangnya daya beli di pasar yang
berakibat pada penurunan pendapat dari para pedagang Pasar Projo Ambarawa.
Perdagangan bebas juga mengakibatkan menjamurnya pasar modern
berupa supermarket, minimarket, dan toko-toko besar. Keberadaan supermarket
dan minimarket mengakibatkan melemahnya daya beli di Pasar Projo. Paradigma
masyarakat Ambarawa dan sekitarnya yang berpandangan bahwa membeli barang
di hypermarket,minimarket dan supermarket akan lebih praktis dan efisien,
menjadi penyebab menurunnya pembeli yang datang ke pasar Projo Ambarawa.
Keberadaan Indomart dan Alfamart dan toko Laris yang berjarak kurang lebih 200
meter dari Pasar Projo Ambarawa mengakibatkan berkurangnya pembeli di pasar.
Keberadaan Laris, Indomart dan Alfamart yang menyedaiakan barang-barang
yang ada di pasar mengakibatkan penurunan pendapatan di pihak pedagang Pasar
Projo. Ketatnya persaingan membuat para pedagang pasar mengalami
kemunduran dalam usahanya berdagang.
Kemudian pada 20 Juli 2012 Pasar Projo Ambarawa mengalami
kebakaran. kerugian yang dialami oleh para pedagang berupa kerugian materil
berupa terbakarnya barang dagangan dan kehilangan tempat tinggal
mengakibatkan kondisi ekonomi Pasar Projo pasca kebakaran mengalami
kekacauan.
67
Para pedagang menuntut kepada pemerintah daerah untuk menyediakan
tempat relokasi sementara yang tepat. Kekacauan kondisi perekonomian di
Pasar Projo mendorong ketua paguyuban P4A bapak Solichin menuntut
pemerintah daerah menyediakan tempat relokasi sementara untuk
berdagang. Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Projo Ambarawa (P4A),
Solichin mengancam akan menggelar aksi unjuk rasa bila Pemkab
Semarang tidak bisa mengendalikan pedagang untuk berjualan di Pasar
Sementara. Pernyataan tersebut disampaikan audiensi bersama Bupati
Semarang, Mundjirin, yang datang didampingi sejumlah kepala SKPD
Kabupaten Semarang. Audiensi itu membahaskeluhan pedagang di pasar
tersebut, keluhan disampaikan pada kamis 14 November 2012.56
Kemudian pemerintah daerah meminta izin dari dinas Perhubungan
Kabupaten Semarang untuk memakai sebagian badan Jalan Jenderal Sudirman
untuk tempat relokasi sementara bagi para pedagang pasar Projo Ambarawa.
Dinas Perhubungan mengizinkan sebagian badan Jalan Jenderal Sudirman
digunakan untuk kegiatan perdagangan. Tempat relokasi dibagi atas dua tempat
yakni di sebagian badan Jalan Jenderal Sudirman dan lokasi di belakang pasar.
Tempat relokasi yang berada di badan jalan memiliki ukuran satu kali satu atau
satu kali satu setengah meter setiap lapaknya, kontruksi dari lapak merupakan
kontruksi pasang bongkar yang berbahan kayu. Kondisi lapak yang kecil
membuat para pedagang hanya dapat menampung barang dagangan dalam jumlah
yang sedikit sehingga berdampak pada penurunan pendapatan dari pedagang.
Dengan kerugian yang dialami para pedagang dari terjadinya kebakaran dan
penurunan pendapatan dari kegiatan pedagangan tahun 2012 merupakan masa
yang sulit dari para pedagang.
Pedagang berusaha untuk bangkit dengan tetap melakukan aktivitas
berdagang. Pada tahun 2013 para pedagang bersemangat untuk memperbaiki
56
Suara Merdeka Perekat Komunitas Jawa Tengah, Pedagang Pasar Projo
Ancam Unjuk Rasa, Jum’at 15 November 2015, hal. 29
68
perekonomian Pasar Projo Ambarawa. Para pedagang berusaha tetap berdagang
ditengah hambatan tempat maupun modal. Para pedagang melakukan
perdagangan di tempat relokasi sementara. Penghasilan yang didapat dari kegiatan
berdagang di tempat relokasi dibanding ketika pasar belum terbakar jauh berbeda.
Walaupun dengan berbagai keterbatasan di tempat relokasi para pedagang
berusaha tetap bertahan berdagang.
Ya jelas berbeda mbak, artinya ketika pasar terbakar, mereka berjualannya
di tempat relokasi, dengan keterbatasan ruangpara pedagang tidak bisa
berjualan dengan barang dagangan yang banyak, karena waktu itu para
pedagang menempati lapak-lapak yang kecil-kecil, ukurannya paling satu
kali satu atau satu setengah kali satu. Sehingga tidak bisa menampung
dagangan yang banyak. Hal ini jelas mengurangi pendapatan mereka.57
Pasar Projo Ambarawa selesai dibangun pada tahun 2015, sehingga di tahun
ini para pedagang mulai kembali berdagang di dalam gedung Pasar Projo
Ambarawa. Para pedagang kembali ke gedung Pasar Projo Ambarawa. Pada tahun
2015 letak kios para pedagang diatur sesuai dengan jenis dagangan, lokasi pakaian
dan grabatan, salon dan kios kitab berada di lantai dua, lalu untuk kios sembako
dan sayuran, makanan, dan lain-lain berada di lantai satu dan untu daging berada
di bagian belakang pasar. Dengan pengelompokan pedagang serta penataan baru
lokasi kios pedagang mengakibatkan para pedagang harus mencari langganan
baru. Letak kios berperan penting dalam kegiatan perdagangan, berpindahnya
lokasi kios seorang pedagang sama saja pedagang harus mencari pembeli lagi
untuk dijadikan langganan. Tahun 2015 merupakan masa perintisan
57
Wawancara dengan Lurah Pasar bapak Sariyanto pada Kamis 15 Juni 2017 di
Kantor Pasar Projo Ambarawa.
69
perekonomian serta memulihkan kondisi perekonomian pasar kembali pasca
penempatan gedung baru Pasar Projo Ambarawa.
70
BAB III
POTRET KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI PEDAGANG PASAR
PROJO AMBARAWA
A. Profil Pedagang Pasar Projo Ambarawa
Kegiatan perdagangan di pasar tradisional menimbulkan mekanisme ekonomi
yang melibatkan para pelaku ekonomi. Berdirinya pasar tradisional tidak lepas
dari adanya kegiatan dari para pedagang dan para pembeli yang melaksanakan
transaksi jual-beli dalam area yang sama. Dalam area pasar pedagang merupakan
pelaku ekonomi yang menggantungkan hidupnya dari transaksi jual-beli di pasar.
Pedagang memiliki peran penting dalam mengembangkan perekonomian di suatu
pasar tradisional. Pasar merupakan tempat berkumpulnya para pelaku ekonomi
yang menjalankan kegiatan ekonomi berupa transaksi jual-beli.
Pasar merupakan wadah bagi para pedagang untuk bekerja dan
mengupayakan mengembangkan usaha berdagangnya, di dalam Pasar
Projo Ambarawa terdapat 1.634 pedagang, dengan perincian 158 pedagang
kios, 956 pedagang los, 450 pedagang pasar pagi dan 70 pedagang
Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menggantungkan hidupnya pada
kegiatan perdagangan.58
Jenis-jenis barang dagangan yang diperjual-belikan di Pasar Projo antara lain:
buah, bumbon, sayur, pindang, kelapa, tahu, tempe, daging ayam, daging
kambing, daging sapi, gula Jawa, lontong, wedang59
, lombok, bandeng, telur
58
Data dari Disperindag mengenai Profil Pasar Projo 2015 59
Wedang adalah minuman, jadi di Pasar Projo terdapat penjual minuman seperti
teh, kopi dan lain-lain.
71
puyuh, makanan atau jajanan, gelek60
,gandos61
, sate, sembako, pakaian, jilbab,
sepatu atau sandal, ikan basah, ikan asin, kemasan, plastik, grabatan, kelontong,
roti, kembang, asesoris, tas, kitab atau Al-qur’an, di dalam Pasar Projo bukan
hanya menawarkan jenis dagangan diatas namun juga terdapat jasa reparasi jam,
jasa salon, jasa sol sepatu, jasa service hp dan jasa menjahit.62
Pedagang di Pasar
Projo datang dari daerah Ambarawa dan sekitarnya. Lurah Pasar Projo Ambarawa
yakni bapak Sariyanto menjelaskan bahwa pedagang Pasar Projo berasal dari
daerah-daerah sekitar Ambarawa dan masih lingkup Kabupaten Semarang.
Kebanyakan di sekitar Ambarawa, wilayah Kabupaten Semarang saja.
Kebanyakan dari Kupang Kidul Ambarawa, Kupang Lor Ambarawa, dan
Pasekan, Mlilir, Jambu, Banyubiru. Ya sekitar kecamatan Ambarawa lah
mbak. Sumowono ada, Bawen, ya masih banyak lagi mbak, ya daerah-
daerah sekitar Kecamatan Ambarawa.63
Tingkat pendidikan dari para pedagang Pasar Projo di tahun 1985 tergolong
rendah, sesuai dengan penjelasan dari ibu Sutimah tengkulak sayur di Pasar Projo
menyatakan bahwa pedagang Pasar Projo yang tergolong masyarakat dari desa
memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Ibu Sutimah menjelaskan bahwa
tingkat pendidikan para pedagang di Pasar Projo hanya setingkat sekolah dasar
(SD) bahkan banyak yang tidak lulus SD atau tidak merasakan bangku sekolah.
Rendahnya tingkat pendidikan para pedagang Pasar Projo tidak serta merta para
pedagang tidak mendapatkan pendidikan apapun. Para pedagang yang erupakan
60
Gelek adalah sejenis kue tradisional Jawa yang berbentuk bulat dan lapisannya
dilapisi biji wijen. 61
Gandos adalah makanan tradisional Jawa berbahan dasar gandum dan kelapa. 62
Data dari Disperindag mengenai pengelompokan pedagang tahun 2015. 63
Wawancara dengan Lurah Pasar bapak Sariyanto pada kamis 15 Juni 2017 di
Kantor Pasar Projo Ambarawa.
72
masayarakat desa mendapatkan pendidikan berupa pendidikan agama yang
didapat dari kegiatan mengaji pada Usztad di desa. Ibu sutimah menyebutkan
bahwa di tahun sebelum 1985 masyarakat di desa memang banyak yang tidak
mendapatkan pendidikan formal namun untuk urusan pendidikan agama berupa
mengaji anak-anak di desa wajib mengikutinya.
Kehidupan pedagang Pasar Projo tidak lepas dari keyakinannya, segala
perilaku didasarkan atas nilai-nilai agama, sebagian besar dari pedagang pasar
Projo menganut agama Islam. Hal ini dijelaskan oleh lurah Pasar Projo Ambarawa
yakni bapak Sariyanto.
kalau untuk praktek keagamaannya saya kurang tahu pasti ya mbak, nanti
bisa ditanyakan langsung pada para pedagang, tapi yang jelas sebagian
besar para pedagang menganut agama Islam, ya 90% bahlkan lebih para
pedagang menganut agama Islam.64
Agama Islam yang dianut oleh sebagian besar para pedagang memberi
pengaruh terhadap etika bersosialisasi, dan etika ekonomi dari para pedagang.
Nilai-nilai agama Islam menjadi dasar atas cara dan sikap dari para pedagang
dalam berinteraksi dengan pedagang lainnya dan dengan konsumen. Agama
secara tidak sadar membentuk karakter para pedagang dalam berdagang.
B. Kehidupan Sosial-Budaya Pedagang Pasar Projo
Ambarawa merupakan bagian dari wilayah Jawa Tengah, pedagang Pasar
Projo Ambarawa merupakan bagian dari masyarakat jawa. Masyarakat jawa
dikenal sebagai masyarakat yang taat akan aturan adat istiadat, Budaya Jawa
64
Wawancara dengan Lurah Pasar bapak Sariyanto pada kamis 15 Juni 2017 di
Kantor Pasar Projo Ambarawa.
73
dikenal sebagai budaya yang kaya akan nilai-nilai luhur. Pedagang Pasar Projo
sebagai masyarakat jawa menjujung tinggi Budaya Jawa. Nilai-nilai Budaya Jawa
membentuk karakter moral para pedagang Pasar Projo .
Budaya Jawa mendasarkan diri kepada harmonis. Biasanya disebutkan
bahwa Budaya Jawa adalah anti kepada konflik karena di dalamnya
mempunyai ideal bahwa dunia ini harus ditata secara harmonis baik antara
jagad cilik (jiwa, pikiran, hati nurani manusia) maupun jagad gede
(komunitas, masyarakat). Berbagai cara untuk menjaga atau menuju
harmonis, terutama dengan sikap toleransi. Budaya Jawa adalah budaya
yang paling memberi tempat bagi perbedaan dan menerima perbedaan
sebagai kekayaan yang harus dipupuk bersama. Budaya Jawa dalam
konteks modern lebih sesuai dengan paradigma struktural fungsional
dengan asumsi bahwa setiap orang atau lembaga memiliki tempatnya
masing-masing dan ia harus berperilaku atau bekerja sesuai dengan tempat
keberadaannya tersebut. Pemahaman tentang “tempat” dalam hal ini
bukanlah pemahaman mati atau mutlak, melainkan sebagai sesuatu yang
kondisional dan atau relatif. Budaya Jawa menghargai hal-hal atau nilai-
nilai yang bersifattransendental. Maksudnya, sesuatu yang berhubungan
dengan yang transenden, yang bukan dunia material, tetapi sebagaimana
dalam filsafat yaitu sesuatu yang Metafisika atau Numinus (Yang Ilahi).
Sifat transendental itu dilatarbelakangi oleh keyakinan bahwa hidup selalu
kepadaNya, Tuhan Yang Maha Kuasa.65
Budaya Jawa menutun pedagang Pasar Projo Ambarawa memiliki karakter
moral jawa yaitu harmonis, struktural fungsional dan transendental. Keberadaan
Budaya Jawa diperlihatkan melalui segala tindakan dari pedagang Pasar Projo
Ambarawa mulai dari interaksi di pasar hingga penyelenggarakan acara tertentu di
pasar. Pedagang Pasar Projo menyelenggarakan acara tasyakuran berupa
pengajian. Tasyakuran dilaksanakan oleh para pedagang sebagai wujud syukur
atas bangunan pasar yang baru selesai dibangun sehingga dapat digunakan
65
Thesis, Daryono, Etos Dagang Jawa Studi Terhadap Pemikiran Sri Sultan
Hamengkunegara IV, (Semarang : Institut Agama Islam Walisongo Semarang, 2006), hal
24-25.
74
kembali untuk berdagang. Penyelenggaraan tasyakuran menunjukkan bahwa
pedagang Pasar Projo Ambarawa memiliki karakter moral Jawa.
Sebelum pedagang masuk ke bangunan baru dan sebelum pedagang
memulai kegiatan perdagangan, para pedagang melakukan tasyakuran
mengadakan pengajian disini, dengan mengundang seorang Kiyai waktu
itu. Ya intinya tasyakuran pasar ini selesai dibangun dan semoga ketika
para pedagang kembali berjualan disini dengan tempat yang baru
mendapatkan berkah.66
Acara tasyakuran merupakan wujud rasa syukur dari para pedagang.
Tasyakuran merupakan cerminan kepercayaan para Pedagang Pasar Projo atas
kekuasaan Allah SWT. Keyakinan dari pedagang inilah yang merupakan moral
masyarakat jawa yakni menghargai hal-hal transedental.Selain itu Pasar Projo
Ambarawa memiliki acara rutin setiap tahun yaitu pasar kembang. Budaya pasar
kembang bukan hanya diselenggarakan di Pasar Projo Ambarawa saja, pasar
tradisional jawa setiap tahunnya menyelenggarakan pasar kembang. Pasar
kembang merupakan pasar yang diselenggarakan pada waktu dua hari sebelum
lebaran, barang-barang yang diperjual-belikan berupa barang-barang yang
dibutuhan dalam merayakan hari Raya Idul Fitri. Pedagang yang berjualan pada
waktu pasar kembang bukan hanya pedagang dari Pasar Projo melainkan
pedagang dari daerah lain datang ke Pasar Projo dan ikut berjualan di Pasar Projo
Ambarawa.
Tidak ada budaya khusus mbak disini, paling itu pasar kembang yakni
pada saat lebaran Idul Fitri kurang dua hari maka pedagang-pedagang dari
luar Pasar Projo biasanya paling banyak pedagang dari daerah Bandungan
Sumowono yang dia punya hasil panen sendiri di kampungnya, dia
66
Wawancara dengan Lurah Pasar bapak Sariyanto pada kamis 15 Juni 2017 di
Kantor Pasar Projo Ambarawa.
75
menanam kembang kemudian dijual di pasar ini. Itu pun tidak seramai
dahulu mbak.67
Pedagang Pasar Projo yang hidup sebagai masyarakat jawa menyadari bahwa
budaya merupakan sesuatu yang berharga maka harus dilestarikan. Cara untuk
melestarikan budaya bukan hanya melakukan peringatan berupa ritual, namun
bersikap layaknya orang jawa yaitu menjaga kesopanan, berbahasa layaknya
orang jawa dan bersikap sesuai dengan kondisi tempat, waktu yang tepat.
Menjaga karakter moral jawa agar tetap hidup dalam diri seseorang merupakan
upaya mempertahankan tradisi jawa.
Sebagai sistem sosiokultural, pasar itu ditandai oleh kedudukan yang
tersisip di dalam masyarakat jawa umumnya dan oleh pembagian
pekerjaan yang begitu berkembang, karena tidak adanya sistem firma,
gilda dan lain-lain memberi landasan utama bagi organisasi sosio-
struktural daripada pasar sebagai keseluruhan; dan oleh pemisahan yang
tegas antara ikatan-ikatan sosial yang bersifat ekonomis dan yang bersifat
non-ekonomis samar-samar.68
C. Kondisi Sosial-Ekonomi Pedagang Pasar Projo Ambarawa.
Keberadaan pasar dikonsepsikan sebagai sebuah institusi yang memungkinkan
setiap individu melakukan interaksi sosial. Institusi pasar tidak sekedar berfungsi
sebagai tempat berlangsungnya proses transaksi jual-beli barang dan jasa, tetapi
juga merupakan sebuah “sistem sosial” yang melibatkan para pelaku mulai dari
pengecer, pedagang kecil, pedagang besar, hingga pedagang perantara. Mereka
terkontruksi secara simultan dalam hubungan kelembagaan yang tidak hanya
bersifat ekonomis, tetapi juga sosial-budaya dan keagamaan. Mereka
67 Ibid
68 Taufik Abdullah, Agama etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta:
LP3ES, 1986), hal. 164.
76
menyediakan dan memasok sejumlah barang dan finansial. Menurut Alexander,
pasar menghubungkan anggota keluarga, pelanggan, dan klien dalam aktivitas
ekonomi.69
Dengan kata lain sebagai lembaga sosial-ekonomi masyarakat, pasar
adalah ekspresi dari hubungan-hubungan sosial. Pada hakikatnya tidakan ekonomi
para penjual dan pembeli di pasar dipengaruhi oleh konteks sosial-budaya yang
berkembang di masyarakat.
Aktivitas ekonomi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan dan
hubungan-hubungan sosial yang mengakar kuat di tengah masyarakat.
Tindakan ekonomi di pasar dengan kalkulasi untung-rugi memang
merupakan bagian dari konstruksi sosial.70
Realitas ekonomi yang
terkontruksi di pasar justru menjadi realitas sosial. Aktivitas pertukaran
barang dan jasa bukan hanya “transaksi ekonomi” saja, tetapi sekaligus
menandakan terjadinya “peristiwa sosial” yang mendorongberlangsungnya
proses interaktif antar individu dan terbangunnya hubungan antara mereka
yang membentuk “jaringan sosial” baik formal maupun informal.71
Ambarawa merupakan wilayah dari Jawa Tengah yang menganut Budaya
Jawa. Keberadaan Budaya Jawa di dalam masyarakat berpengaruh dalam kegiatan
ekonomi masyarakat. Dalam aktivitas ekonomi di Pasar Projo tidak lepas
pengaruh dari Budaya Jawa. Nilai-nilai Budaya Jawa menjadi memegang peranan
penting sebagai pembentuk karakter moral masyarakatnya.
Sebagai pasar tradisional jawa, Pasar Projo memiliki ciri khas menonjol
daripada pola pasar yaitu pembagian kerja yang terlalu terspesialisasi. Karakter
69
Jenifer Alexander, “wanita Pengusaha di pasar-pasar Jawa”, dalam Robert W
Hefner (ed), Budaya pasar, Masyarakat dan Moralitas dalam kapitalisme Asia Baru
(Jakarta : Pustaka LP3ES indonesia, 1999), hal 287-312. 70
Heru nugroho, Uang, Rentenir dan Hutang Piutang di Jawa (Yogyakarta:
Pustaka pelajar, 2001), hal. 30. 71
M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES,2013), hal.13-
14.
77
pasar tradisional jawa tidak lepas dari letak geografis Pasar Projo yang merupakan
bagian dari wilayah Jawa Tengah sehingga menganut sistem pasar tradisional
jawa.
Keberadaan pasar tradisional sebagai wahana aktivitas ekonomi mikro di
masyarakat juga sebagai ruang publik dimana aktivitas sosial terbentuk di
pasar. Aktivitas sosial yang dimaksud adalah pembeli dan pedagang tawar
menawar untuk mendapatkan kesepakatan harga, interaksi sosial yang
melibatkan antarajuragan dengan pekerja. Hubungan patron-klien
terbentuk kerjasama antar pedagang yang sangat berguna bagi
kelangsungan usaha di pasar tradisional.72
Pasar Projo merupakan pasar tradisional dengan aktivitas perdagangan yang
dapat menciptakan pola hubungan patron klien dari para pelaku ekonomi yang
terlibat. Interaksi antar pelaku ekonomi yang memiliki tujuan untuk mendapatkan
keuntungan menyebabkan pola hubungan ketergantungan sehingga pola hubungan
patron klien berlangsung dalam aktivitas perdagangan di Pasar Projo Ambarawa.
Hubungan patron klien sebagai suatu keadaan khusus dari persekutuan
dyadic (dua orang) yang melibatkan sebagian besar persahabatan,
sementara seorang atau kelompok yang berstatus sosial ekonomi lebih
tinggi berperan sebagai patron, menggunakan pengaruh, dan
penghasilannya untuk memberikan perlindungan dan kebaikan kepada
seseorang atau kelompok yang memiliki status sosial ekonomi lebih
rendah. Kelompok ini berperan sebagai klien, bersedia membalas budi
berupa dukungan menyeluruh yang meliputi pelayanan pribadi kepada
patron.73
Dalam aktifitas perekonomian di Pasar Projo Ambarawa yang berperan
sebagai patron ialah juragan yakni pedagang yang memiliki modal besar sehingga
72
Jurnal, Fatwa Nurul Hakim, Pola Patron-Klien Pedagang Pasar Tradisional
Dalam Peningkatan Kesejahteraan, (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 2016), Jurnal media Informasi No. 1 /
Vol.40 / April 2016 ISSN: 20884265. 73
Jurnal, Sri Emy Yuli Suprihatin, Hubungan Patron K/ien Pedagang "Nasi
Kucing" di Kota Yogyakarta, Jurrnal Penelitian Humaniora, Vol. 7, No. I, Apri/2002, hal.
150
78
memiliki barang dagangan yang banyak serta memiliki banyak pelanggan. Dan
yang berperan sebagai klien adalah para tengkulak dan para pedagang eceran yang
menggantungkan ketersediaan barang dagangan dari para juragan besar.
Pola hubungan patron klien dicerminkan dari pernyataan ibu Romisah
menggambarkan jalinan sosial dan jalinan ekonomi antara pedagang besar dan
pedagang pengecer.
Pewawancara : bu kan anda ambil dagangan dari juragan untuk
pembayarannya itu bagaimana bu?
Romisah : untuk pembayaran barang dagangan yang saya ambil itu
saya setor uang seminggu setelah saya ambil barang dagangan mbak, jadi
saya ambil dagangan dulu dan bayarnya seminggu kemudian.74
Ketergantungan dari para pengecer seperti ibu Romisah terhadap
keberadaan para juragan, hubungan antara pedagang eceran dan juragan
memberikan keuntungan satu sama lain. Pengecer yang menggantungkan usaha
berdagangnya denga kesediaan juragan untuk mearuh barang dagangan pada
pedagang pengecer, dan juragan membutuhkan pedagang pengecer sebagai
pembeli untuk membeli barang dagangannya. Keberadaan para juragan sebagai
penyedia barang dagangan menjadikan golongan para juaragan sebagai patron
dalam perekonomian di Pasar Projo. Pola patron-klien didorong dengan
keberadaan paguyuban di dalam Pasar Projo Ambarawa. Paguyuban yang ada di
dalam Pasar Projo Ambarawa terbagi atas paguyuban pakaian, paguyuban
grabatan, paguyuban buah, paguyuban sembako, paguyuban tempe dan tahu,
paguyuban pedagang asesoris, paguyuban sepatu dan lain-lain. pedagang sayur
74
Wawancara dengan ibu Romisah seorang pedagang pindang pada Kamis 15
Juni 2017 di Pasar Projo Ambarawa.
79
tergabung dalam paguyuban sayur, pedagang pakaian tergabung dalam paguyuban
pedagang, paguyuban terbagi atas barang dagangan yang dijual. Paguyuban
pedagang di Pasar Projo berperan penting dalam berlangsungnya interaksi sosial
para pedagang. Keberadaan paguyuban di Pasar Projo dijelaskan oleh bapak
Sariyanto.
Pewawancara : pak di pasar ini apakah ada paguyuban pedagang?
Sariyanto : ada mbak, namanya secara resmi yang dilaporkan ke
Kabupaten namanya PERSADA Pasar Projo Ambarawa, tetapi kalau
disini temen-temen memberi nama P4A (Persatuan Pedagang Pasar Projo
Ambarawa). Kemudian dari paguyuban itu terdiri dari paguyuban-
paguyuban kecil sendiri seperti kalu pedagang yang jualan pakaian
mengelompok dengan paguyuban pedagang pakaian, paguyuban sembako,
paguyuban sayur dan lain sebagainya. Kadang mereka mengadakan arisan
sendiri dan tiap-tiap paguyuban mempunyai organisasi sendiri. Dari
masing-masing paguyuban seting melakukan pertemuan untuk
mengadakan arisan.75
Kegiatan-kegiatan pedagang Pasar Projo dalam paguyuban dapat berupa
arisan, penyuluhan tentang kiat-kiat dalam berdagang dan lain-lain. Pertemuan
rutin yang dilakukan oleh para pedagang dapat merekatkan ikatan sosial dalam
para pedagang. Dalam paguyuban para pedagang menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan dengan tujuan untuk memajukan usaha berdagang dari para pedagang.
Dalam paguyuban para pedagang saling bertukar saran agar usaha berdagang para
pedagang dapat mengalami kemajuan, selain sebagai bertukar saran paguyuban
juga sebagai sarana berkeluh kesah atas hambatan yang dialmi oleh setiap
pedagang dalam berdagang. Paguyuban digunakan oleh para pedagang sebagai
75
Ibid
80
ajang berinteraksi dengan pedagang lainnya dan sebagai sarana menjalin jalinan
sosial dan memperluas jaringan ekonomi.
Latar belakang para pedagang Pasar Projo sebagai masyarakat jawa memiliki
karakter moral yang cenderung anti konflik dan berupaya menjaga keharmonisan
serta memiliki struktural fungsional serta menghargai hal-hal yang bersifat
transedental atau Ilahiyah. Karakter Budaya Jawa yang cenderung ingin
menciptakan suasana yang damai, dan mendorong para pedagang pasar Projo
bersikap dan bertindak sesuai dengan karakter Budaya Jawa, demi terciptanya
suasana rukun dan harmonis antara pedagang dan pembeli atau pedangang dengan
pedagang. Pola hubungan yang terbangun atas dasar kerukunan mendorong para
pedagang untuk bersikap saling mengahargai, menghormati satu sama lain,
keadaan sosial pedagang Pasar Projo yang terbangun harmonis akan menciptakan
lingkungan pasar yang nyaman untuk kegiatan perdagangan. Institusi berperan
menyiapkan seperangkat aturan formal yang membibing tindakan individu dan
kolekstif, serta memfasilitasi terciptanya hubungan koordinatif antar-individu.
Institusi adalah segala sesuatu yang terjadi berulang-ulang dalam kehidupan
masyarakat. Institusi yang dimaksud ialah pasar, yang bertugas untuk
menciptakan aturan-aturan yang dapat mengatur pedagang dalam berlangsungnya
aktivitas perdagangan. Seperangkat aturan yang tercipta ditujukan agar tercipta
suasana yang mendukung dalam aktivitas ekonomi di pasar.
Keberadaan budaya dan keyakinan menjadi dasar untuk membentuk
seperangkat peraturan di pasar. Pedagang Pasar Projo sebagian besar memeluk
agama Islam, hal ini juga berpengaruh dalam terciptanya tata aturan yang berlaku
81
di Pasar Projo Ambarawa. Menurut ajaran Islam, setiap aktivitas ekonomi yang
dilakukan individu, kelompok, komunitas atau masyarakat, merupakan bagian tak
terpisahkan dari kehidupan beragama.
Nilai-nilai ajaran agama Islam berperan penting dalam terciptanya suasana
pasar yang mendukung untuk kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa.
Agama Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan tetapi juga
mengatur hubungan manusia dengan manusia atau disebut
hablunminannas.Karena itu, perlu dikembangkan nilai-nilai keseimbangan antara
moral dan rasionalitas, kepentingan kolektinitas, termasuk dunia dan akhirat.
Terbentuknya etika kehidupan mencakup sistem ekonomi pada dasarnya
bersumber dari keterkaitan unsur-unsur ajaran Islam yang lebih komprehensif dan
tidak parsial.Para pedagang Pasar Projo sebagian besar menganut agama islam
sehingga sikap-sikap yang ditunjukkan oleh para pedagang merupakan wujud
sikap seorang muslim.
Sebagai seorang muslim wajib hukumnya menjaga tali silaturahmi, upaya
menjaga tali silaturahmi mendorong. Keberadaan karakter moral jawa dan nilai
ajaran agama Islam membentuk sikap dari para pedagang dalam melakukan
tindakan ekonomi di Pasar Projo Ambarawa. Dalam lingkungan Pasar Projo
terdapat orang-orang yang menggantungkan hidupnya oleh aktivitas
perekonomian di pasar antara lain pedagang besar, pedagang kecil, pedagang
pengecer, pedagang perantara, selain pedagang terdapat kuli, penyedia jasa salon,
jasa jahit baju, reparasi jam, sol sepatu, jasa selep atau jasa menggilingkan bakso
serta jasa parkir.
82
D. Kehidupan Sosial-Keagamaan pedagang Pasar Projo Ambarawa
Para pedagang Pasar Projo sebagian besar memeluk agama Islam, 90%
pedagang Pasar Projo memeluk agama Islam.76
Sehingga sebagai umat muslim para pedagang wajib melaksanakan ibadah.
Praktek keagamaan yang dapat dilihat wujudnya ialah berupa ibadah sholat,
karena sholat merupakan tiang agama. Sholat menjadi indikator dasar seorang
muslim menjadi golongan taat ibadah atau tidak. Untuk hablunminallah yakni
hubungan manusia dengan Allah memang sulit untuk melihat wujudnya, karena
keimanan seorang muslim tidak hanya dilihat dari sholatnya saja, namun indikator
dasar keimanan seorang muslim dapat dilihat dari sholatnya. Jadi kondisi
keagamaan dari pedagang pasar projo dilihat dari sudut pandang praktek
keagamaan berupa intensitas sholat dari pedagang. Ketaatan pedagang
menunaikan ibadah sholat menjadi dasar terciptanya suasana yang agamis.
Karakter keagamaan pedagang Pasar Projo tercipta bermula dari kesadaran
masing-masing pedagang mengenai pentingnya menunaikan ibadah sholat bagi
seorang muslim.
Dalam bidang agama para pedagang Pasar Projo mengalami dinamika
layaknya kondisi keagamaan di desa. Disampaikan oleh bapak Giyanto bahwa
para pedagang pasar mengalami pasang surut dalam kesadaran ibadahnya yakni
sholat. Pada tahun 1986 hingga 1992 digambarkan kondisi keagamaan di Pasar
76
Keterangan mengenai kondisi agama di dapatkan dari wawancara dengan
bapak Giyanto pedagang Asesoris di pasar Projo sekaligus pengurus kebersihan di
mushola belakang Pasar Projo.
83
Projo lemah dalam hal kesadarannya untuk melaksanakan ibadah sholat. Para
pedagang sibuk untuk berdagang dan mengumpulkan keuntungan, mereka
berpikir mengejar keuntungan lebih utama ketimbang beribadah namun ada
sebagian orang yang masih melaksanakan ibadah sholat, dapat dikatakan di tahun
1986 hingga 1992 kesadaran beribadah bagi pedagang lemah.
Terjadinya kebakaran di Pasar Projo tahun 1992 mengubah kesadaran para
pedagang Pasar Projo mengenai kuasa Allah. Banyak dari pedagang yang sadar
akan kekuasaan Allah, terjadinya kebakaran merupakan peringatan bagi para
pedagang akan pentingnya berhubungan dengan Allah melaui ibadah. Terdapat
kesadaran bahwa Allah memberi peringatan kepada para pedagang untuk
memperbaiki diri dan mulai sadar akan pentingnya beribadah kepada Allah. Pasca
kebakaran terjadi peningkatan dalam hal praktek keagamaan di kalangan
pedagang. Banyak pedagang yang sholat ke masjid terdekat dari pasar. untuk
melaksanakan sholat saat tiba waktu sholat pedagang harus berjalan sekitar 200
meter menuju ke masjid yang berada di perkampungan warga. Kemudian di tahun
2012 Pasar Projo mengalami kebakaran lagi, dan tanggapan dari para pedagang
masih sama yakni musibah kebakaran sebagai peringatan dari Allah, para
pedagang sadar bahwa harus ada pembenahan diri dari para pedagang untuk giat
beribadah dan selalu ingat akan kekuasaan Allah.
Pasca kebakaran di tahun 2012 telah terjadi pembenahan diri dari para
pedagang Pasar Projo berupa peningkatan praktek keagamaan. Didorong dengan
tersedianya fasilitas tempat untuk sholat di dalam pasar. Konstruksi bangunan
pasar yang sengaja menyediakan tempat untuk ibadah sholat bagi para pedagang,
84
di setiap kamar mandi umum dalam pasar di dekatnya disediakan tempat untuk
sholat sehingga para pedagang yang akan melakukan ibadah sholat dimudahkan
dengan tersedianya tempat untuk wudhu dan tempat yang bersih untuk sholat,
selain itu tempat yang disediakan untuk sholat dilengkapi dengan peralatan sholat
berupa sajadah dan mukena, kondisi tempat sholat yang disediakan berukuran
kecil namun tempat ini dapat membantu pedagang untuk melaksanakan sholat.
Gambar. 5
85
Gambar. 6
Walaupun tempat sholat yang disediakan ini kecil dan sederhana namunn
keberadaan tempat ini mendorong terciptanya kesadaran melaksanakan ibadah
sholat secara tepat waktu. Dalam Pasar Projo ini terjadi interaksi sosial yang unik
antar pedagang bila datang waktu sholat para pedagang akan bergantian untuk
datang ke tempat sholat dan melakukan ibadah sholat, selagi bergantian para
pedagang yang belum sholat membantu menjualkan barang dagangan pedagang
yang sedang sholat. Sehingga para pedagang yang sedang sholat tidak akan
merasa khawatir karena meninggalkan barang dagangannya, selain itu pembeli
yang datang juga dapat dilayani oleh rekan pedagang lain. Dalam hal ini terdapat
86
dua keuntungan, yang pertama ikatan sosial antara pedagang menjadi lebih rekat,
yang kedua kewajiban sebagai seorang muslim untuk beribadah dapat terlaksana.
Ibu Sutimah menyatakan bahwa terdapat dua golongan pedagang dari
sudut pandang kesadaran beragama, terdapat pedagang yang memiliki karakter
agamis dengan pemahaman ajaran agama yang tinggi. Pedagang golongan ini
biasanya mendapatkan pendidikan agama yang baik, dari keterangan mbah
sutimah bahwa pedagang yang berasal dari desa biasanya mendapatkan
pendidikan agama melalui mengaji, bukan hanya mengaji Al-qur’an tetapi juga
belajar fiqih dari kitab fiqih yang berbahasa Jawa.Selain itu kalangan pedagang
juga ada yang memiliki latar belakang pernah belajar di pondok pesantren.
Pengalaman pernah menjadi santri membuat pedagang memiliki kualitas
beragama yang baik hingga berpengaruh dalam tindakan ekonominya. Golongan
ini merupakan tingkat satu dalam hal agama. Golongan yang kedua adalah
golongan pedagang yang melakukan ibadah wajib saja berupa sholat, pedagang
beranggapan bahwa beribadah itu ya paling melaksanakan rukun iman dan rukun
Islam. Jadi pemahaman golongan yang kedua rendah dalam hal agama tapi tetap
melaksanakan sholat. Golongan ini melaksanakan ibadah tanpa mehami secara
mendalam tentang ilmu agama. selain dua golongan tersebut ada beberapa orang
yang beragama Islam tapi tidak melaksanakan ibadah sholat, tapi
perbandingannya hanya sedikit.
Dengan indikator tingkat keagamaan pedagang Pasar Projo berupa sholat
disebabkan karena untuk berhubungan dengan Allah ibadah yang paling mendasar
adalah sholat yang dilakukan oleh muslim. Kualitas keagamaan yang baik akan
87
mendorong seorang muslim dalam menjalankan kehidupannya dengan tindakan
yang sesuai dengan ajaran agama. Pedagang di Pasar Projo memiliki karakteristik
khusus dilihat dari sudut pandang agama yaitu toleransi yang tinggi, menghargai
orang lain. Penulis mendapatkan informasi mengenai sikap toleransi beragama
yang dimiliki pedagang Pasar Projo ialah dari bapak Mahibri seorang pedagang
dawet ayu. Aktivitas keagamaan pedagang dapat dilihat dari para pedagang yang
melaksanakan sholat, selain itu kesadaran para pedagang atas kekuasaan Allah
terlihat dalam acara tasyakuran menyambut gedung baru pasar. Dijelaskan oleh
Lurah pasar yakni bapak Sariyanto bahwa tasyakuran diadakan oleh para
pedagang sebagai rasa syukur atas selesainya pembangunan pasar sehingga pasar
dapat beroperasi kembali di gedung Pasar Projo. Melalui acara tasyakuran para
pedagang berdoa akan kehidupan perekonomian Pasar Projo yang lebih baik lagi
serta dijauhkan dari musibah apapun. Dalam hal ini para pedagang memiliki
karakter rasa syukur yang baik.
Agama merupakan urusan mendasar manusia, melalui agama manusia
dapat mengenal Tuhannya. Agama menjadi dasar peradaban manusia, di dalam
agama terdapat peraturan-peraturan yang menuntun manusia untuk bertindak
sesuai dengan ajaran agamanya, dengan adanya agama manusia dapat mengambil
ilmu dari ajaran-ajaran dalam agama. agama disini ialah Islam melaui ajaran
agama manusia dapat belajar mealui Al-qur’an dan membangun peradaban.
Segala bidang kehidupan diatur dalam Al-qur’an, sehingga seluruh bidang
kehiduppan harusnya didasarkan atas keimanan pada Allah. Dengan pengetahuan
agama yang mendalam seorang muslim dapat mengembangkan dirinya, dan
88
melalui kualitas agama yang baik seorang muslim dapat melaksanakn segala
sesuatu atas dasar ibadah. Kualitas keagamaan yang baik dapat mendorong
pedagang muslim di Pasar Projo dalam bertahan berdagang dan mengembangkan
usaha dagangnya. Keyakinan bahwa rizki sudah diatur oleh Allah dan untuk
menghampiri rizki manusia harus berusaha, sehingga mendorong para pedagang
untuk berupaya bekerja dengan berdagang dan ketika mendapatkan penghasilan
maka pedagang muslim tidalk lupa untuk bersyukur. Melalui keyakinan para
pedagang memiliki kiat-kiat untuk berdagang, kiat ini terbentuk memalaui ajaran
agama Islam. Kiat-kiat inilah yang membawa para pedagang muslim di Pasar
Projo untuk dapat bertahan berdagang dan mengembangkan usahanya berdagang.
89
BAB IV
ETOS KERJA BERLANDASKAN KEAGAMAAN PEDAGANG PASAR
PROJO DI AMBARAWA
A. Pandangan Pedagang Pasar Projo Tentang Bekerja
Pendapatan adalah hasil dari pencaharian usaha. Untuk memenuhi kebutuhan
dalam hidup seseorang dituntut untuk mendapatkan penghasilan. Seseorang dapat
menghasilkan pendapatan bila dia memiliki pekerjaan. Bekerja adalah upaya
seseorang untuk mencapai hasil yang diinginkan. Hasil yang dimaksud ialah
tujuan yang ingin dicapai dapat berupa cita-cita dan harapan, dapat juga berupa
penghasilan berupa uang. Dalam kegiatan perdagangan seorang pedagang
berupaya mengembangkan usahanya untuk mendapatkan laba yang banyak
sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya. Paradigma tentang
bekerja penting diketahui untuk mengetahui tujuan dari seseorang melakukan
pekerjaan, dan inilah pandangan bekerja bagi para pedagang Pasar Projo
Ambarawa.
Dimulai dari ibu Sarmi yakni pedagang buah di Pasar Projo Ambarawa dari
tahun 1986.
Menurut saya bekerja adalah menghasilkan pendapatan berupa uang, dan
pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kita.
Pekerjaan yang bisa saya lakukan adalah berdagang mbak.77
77
Wawancara dengan ibu Sarmi seorang pedagang (Juragan) buah dari tahun
1986 di Pasar Projo Ambarawa pada sabtu 11 Juni 2017.
90
Dari pernyataan dari ibu Sarmi menggambarkan bahwa berdagang merupakan
bagian dari keterampilan yang ibu Sarmi miliki. Kegiatan berdagang tidak bisa
lepas dari kehidupan ibu Sarmi, dengan pengalaman yang dimiliki ibu Sarmi
dalam berdagang dapat menjadi tumpuan untuk mendapatkan pendapatan
sehingga kebutuhan hidup dapat terpenuhi.
Keterangan yang selanjutnya ialah datang dari ibu Romisah yakni pedagang
pindang di Pasar Projo Ambarawa.
Bekerja itu ya mendapatkan penghasilan dan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari mbak, ya yang penting cukup untuk makan sehari-
sehari.78
Dari pernyataan ibu Romisah, berdagang bertujuan untuk menghasilkan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan untuk hidup.
Pernyataan yang ketiga yakni pengertian bekerja menurut bapak Marlan
seorang pedagang peralatan dapur serta kerajinan dari bambu serta tanah liatdi
Pasar Projo Ambarawa.
Kalau menurut saya kerja itu ya selagi saya ke pasar ya berarti saya
bekerja mbak, asal menghasilkan uang terus banyak pembeli termasuk
saya sudah bekerja.79
Definisi bekerja selanjutnya datang dari bapak Giyanto yaitu pedagang
asesoris di Pasar Projo dari tahun 1987.
78
Wawancara dengan ibu Romisah seorang pedagang pindang pada Kamis 15
Juni 2017 di Pasar Projo Ambarawa. 79
Wawancara dengan bapak Marlan seorang pedagang peralatan dapur serta
kerajinan dari bambu dan tanah liat di Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 15 juni 2017.
91
Bekerja itu ya berusaha mendapatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan, dan untuk memenuhi kebutuhan saya berdagang asesoris di
Pasar Projo mbak.80
Selanjutnya pandangan bekerja menurut ibu Solehah yaitu seorang pedagang
peralatan dapur dan kerajinan dari bambu serta tanah liatdi Pasar Projo
Ambarawa.
Bekerja menurut saya ya berusaha menghasilkan uang, usaha yang saya
lakukan ialah dengan berdagang seperti ini, dengan berdagang seperti ini
saya bisa memenuhi kebutuhan hidup saya beserta keluarga.81
Selanjutnya definisi bekerja yang diungkapkan oleh bapak Mahibri yakni
seorang pedagang dawed ayu di Pasar Projo Ambarawa.
Ya saya bisanya hanya jualan seperti ini, yang penting menghasilkan uang
yang halal lah mbak gitu aja mbak. Kalau berharap sukses tidak ada,
karena paling pendapatan sehari habis untuk makan sekeluarga dan
memenuhi kebutuhan anak. Masalahnya dari dulu yang saya rasakan tidak
ada peningkatan, istilahnya pendapatan dalam satu hari cuma cukup untuk
kebutuhan sehari. Intinya Cuma seperti itu saja mbak, saya Cuma bisa
bekerja sebagai pedagang selain sebagai pedagang saya kesulitan.82
80
Wawancara dengan bapak Giyanto seorang pedagang Asesoris sekaligus
sebagai petugas kebersihan mushola Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 15 Juli 2017. Di
tahun 1987 pak Giyanto memulai usahanya berdagang di Pasar Projo Ambarawa.
81 Wawancara dengan ibu Solehah seorang pedagang peralatan dapur dan
kerajinan dari bambu serta tanah liat di Pasar Projo Ambarawa pada Selasa 11 juli 2017. 82
Wawancara dengan bapak Mahibri pedagang dawet Ayu pada Kamis 16 Juli
2017 di Pasar Projo Ambarawa.
92
Definisi bekerja berikutnya diungkapkan oleh ibu Tutik yakni seorang
tengkulak buah sekaligus menjadi pedagang pakaian di Pasar Projo di waktu pagi
hari.
Kerja bagi saya adalah berdagang mbak, dengan berdagang saya
mendapatkan penghasilan sehingga saya dapat memenuhi kebutuhan
keluarga.83
Dari keseluruhan pedagang yang menjadi narasumber dalam penelitian ini,
seluruhnya mengungkapkan pernyataan yang hampir sama. Para pedagang
memahami bekerja sebagai sebuah upaya untuk mendapatkan penghasilan berupa
materi. Upaya yang dilakukan oleh para pedagang yakni bekerja, kegiatan
perdagangan tidak dapat lepas dari kehidupan para peedagang. Berdagang
merupakan upaya yang dipilih oleh para pedagang muslim di Pasar Projo
Ambarawa untuk mendapatkan penghasilan. Kegiatan perdagangan sudah
mendarah daging dalam diri para pedagang di Pasar Projo Ambarawa. Tujuan
dalam melakukan pekerjaan sebagai pedagang ialah untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarga. Tagungjawab untuk menafkahi keluarga mendorong para
pedagang untuk menjalankan usahanya berdagang dengan semaksimal mungkin.
83
Wawancara dengan ibu Tutik seorang tengkulak buah dari tahun 1995,
sekaligus pedagang pakaian pasar pagi di Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 10 Juni
2017.
93
B. Pandangan Pedagang Pasar Projo Ambarawa terhadap keterkaitan
agama Islam dengan kegiatan Berdagang.
Pemikiran ekonomi konvensional mengarahkan tindakan manusia yang
dibimbing oleh kepentingan pribadi dan sedikit dipengaruhi oleh hubungan sosial.
Implikasinya, jejaring sosial yang terbentuk di dalam masyarakat tidak bisa
memberikan sumbangan fungsional terhadap setiap tindakan ekonomi individu.
Konsekuenainya, “integrasi sosial” dalam masyarakat tidak dipengaruhi nilai-nilai
budaya dan agama melainkan kebebasan berpikir dan bertindak rasional untuk
mengejar kepentingan pribadi. Dengan kata lain, pemikiran ekonomi
konvensional cenderung menafikan sistem dan nilai-nilai normatif-sosiologis
dengan menempatkan tindakan rasional bersifat individual dalam rangka
memenuhi kebutuhan diri kapital. Sedangkan dalam mekanisme pasar terdapat
nilai-nilai moralitas.
Mekanisme pasar memosisikan nilai-nilai moralitas kemanusiaan dan
kinerja institusi sosial budaya masyarakat hanya sebagai pelengkap bagi
pemenuhan kebutuhan finansial atau material. Menurut Umer Chapra,
kecenderungan semacam itu diperkukuh oleh pemikiran darwinisme
sosial, yakni bentuk kemampuan individu manusia dalam mengikuti
seleksi alam agar dapat bertahan hidup, serta pandangan materialisme
yang memaksimalkan potensi kepemilikan secara material dalam rangka
merengkuh kenikmatan fisik-jasmani (utilitarianisme hedonis) sebagai
tujuan akhir yang perlu dicapai oleh setiap manusia. Proses rasionalisasi
yang secara esensial berakar dalam tradisi pemikiran dan filsafat
Barat,84
selanjutnya merambah bidang kehidupan lain seperti sosial,
ekonomi dan politik dan budaya.85
84
Proses rasionalisasi yang terjadi dalam masyarakat Barat pada gilirannya
merambah bidang kehidupan lain. Ini merupakan aplikasi
pemikiran“rasionalitasinstrumental” Max Weber tidak hanya di bidang ekonomi, tetapi
juga sosial, politik, dan budaya. Dalam bidang ekonomi, “rasionalisasi” berhasil
merombak sistem perekonomian subsisten menjadi “ekonomi pasar” yang lebih
94
Simplifikasi terhadap proses rasionalisasi dalam berbagai aspek kehidupan
sosial tersebut kian menjauhkan pemikiran ekonomi pada pertimbangan
esensi kemanusiaan yang bersumber dari sistem nilai budaya dan agama.
dalam pengertian lain, “etos ekonomi” didorong oleh kemampuan
rasionalitas yang dimiliki pelaku ekonomi. Kemampuan individu tidak
memiliki kaitan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut individu.
Dengan paradigma positivistik, para ekonomi klasik dan neoklasik
berargumen bahwa setiap persoalan ekonomi harus bisa dijawab secara
empiris dan matematis.86
Berkembangnya pemikiran konvensional mendorong Max Weber
melakukan penelitian mengenai relasi antara hubungan agama dengan kegiatan
ekonomi. Max Weber meneliti mengenai hubungan semangat kapitalisme Barat
dengan agama Kristen Protestan khususnya aliran Calvinis.
Studi yang dilakukan Max Weber pada masyarakat kristen Protestan Calvinis
memiliki dorongan etika atau moralitas agama yang kuat sehingga membentuk
kapitalisme modern awal. Namun Weber menekankan bahwa etika agama yang
memberikan spirit pada kapitalisme awal adalah agama yang bercorak progresif-
reformatoris bukan yang pasif, sehingga memberikan pesan kepada kita paham
agama yang tradisional juga memiliki semangat kapitalisme modern awal.
Penjelasan pertama mengenai transisi menuju kapitalisme yang paling
terkenal adalah karya Max Weber, The Protestant Ethic and The Spirit
ofCapitalism. Dalam karyanya tersebut perhatian Weber terpusat kepada
upaya memahami pertumbuhan sistem kapitalisme rasional di Barat. Dia
menaruh perhatian pada determinasi: mengapa kapitalisme muncul di
Barat dengan skala yang besar, sementara di dunia Timur keadaan begitu
tenang dan tidak ada perkembangan. Weber sama sekali tidak
mengesampingkan arti faktorfaktor ekonomi dalam masa transformasi di
Barat, tetapi dia menegaskan pada peranan reformasi protestan. Dia
mengedepankan perhitungan untung-rugi. Di bidang sosial-politik dan budaya,
rasionalisasi mendorong proses demokratisasi dan debirokratisasi. 85
M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES,2013), hal. 28-
29 86
Ibid, hal. 29
95
melihat reformasi sebagai suatupendorong kritis, dan Weber menarik
kesimpulan bahwa kekosongan transformasi religius di Timur sebagai
penghalang perkembangan kapitalisme di wilayah Timur. Dengan kata
lain Weber melihat ada hubungan yang signifikan antara etika Protestan
dengan semangat kapitalisme. Pada awal penelitiannya, Weber mencoba
mengadakan transformasi struktural sekaligus lintas struktural antara dua
bidang, agama dan ekonomi.87
Dari penelitian yang telah dilakukannya, Weber menyimpulkan bahwa
semangat kapitalisme modern menjelma karena adanya etika agama yang lahir
dari kandungan agama Kristen Protestan. Agama Protestan dalam hal ini telah
menempati posisi terhormat dan menentukan. Weber ingin memperlihatkan
tuntutan peristiwa tersebut sebagai perpaduan yang harmonis antara nilai-nilai
yang rasional dan irrasional. Antara ide, doktrin agama dan dorongan keharusan
material terjadi suatu pertemuan. Dua unsur ini saling menemukan dan saling
memperkuat.88
Keterkaitan antara kerja dengan ajaran agma tidak berlaku pada
agama Kristen Protestan saja melainkan agama Islam juga mengatur mengenai
urusan kerja. Islam telah mengatur mengenai kewajiban seorang muslim untuk
bekerja untuk memenuhi hidup, bahkan dalam agama Islam menentukan halal dan
tidak hasil dalam kita bekerja. Bagi seorang muslim dituntut untuk bekerja yang
baik dan benar sesuai ajaran agama Islam sehingga penghasilan yang di dapat
dalam keadaan halal.
Keterkaitan antara agama dan kerja tidak hanya berlaku bagi agama Kristen
Protestan saja, agama Islam juga memiliki keterkaitan dengan kerja. Dalam agama
Islam umat muslim diwajibkan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
87
JurnalAbdul Khobir, Islam dan Kapitalisme, RELIGIAVol. 13, No. 2, Oktober
2010. Hal. 230-231 88
Ibid, hal. 231-232
96
dengan bekerja. Manusia dituntut untuk bertanggungjawab akan kehidupan
keluarganya, bagi kepala keluarga wajib hukumnya untuk menafkahi keluarga.
Dalam rangka menafkahi keluarga seorang kepala keluarga wajib memiliki
pekerjaan.
Menurut pandangan Islam, kerja merupakan sesuatu yang digariskan bagi
manusia. Dengan bekerja manusia mampu memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhiratnya. Amat jelas bahwa kerja mempunyai makna eksistensial dalam
menunjukkan kehidupan orang Islam. Karena berhasil atau gagalnya serta tinggi
atau rendahnya kualitas hidup seseorang ditentukan oleh amal dan kerjanya.
Terdapat sejumlah firman Allah yang berkaitan dengan perintah bekerja
kepada umat muslim yang beriman, antara lain,
“Dia yang menjadikan bumimudah bagimu, makaberjalanlah ke berbagai
penjurubumi dan makanlah sebagiandari rizki Allah.
(QS. Al-Mulk/67:15)
Ayat ini mengandung perintah langsung agar manusia giat bekerja dan
menghindari bermalas-malasan. Bekerja untuk memperoleh rizki guna
menunaikan nafkah keluarga adalah sebuah amanah yang harus ditunaikan. Islam
menjadikan kerja sebagai sumber nilai insan dan ukuran yang tanggungjawab
berbeda.
Firman Allah;
"Dan bahawa sesungguhnya tidak ada balasan bagi seseorang itu melainkan
balasan apa yang diusahakan".
(An -Najm: 39)
Firman Allah tentang bekerja terdapat dalam ayat:
"Dan bagi tiap-tiap seseorang beberapa derajat tingkatan balasan disebabkan
amal yang mereka kerjakan dan ingatlah Tuhan itu tidak lalai dari apa yang
mereka lakukan".
97
(al-An'am: 132)
Ayat-ayat diatas merupakan adanya relevansi antara bekerja dengan ajaran
agama Islam, kegiatan ekonomi tidak lepas dari ajaran agama Islam. Bekerja
dengan niat beribadah untuk mencari ridha Allah merupakan keharusan bagi
seorang muslim. Di dalam Al-Qur’an dan Hadits sudah jelas tentang pekerjaan
yang baik dan bagaimana kita memperoleh rezeki dengan cara yang diridhai Allah
SWT.
Agama Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai tuntunan
dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya
mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam
memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja. Telah
dijelaskan bahwa Islam mendorong umatnya untuk bekerja, hidup dalam
kemuliaan dan tidak menjadi beban orang lain. Islam juga memberi
kebebasan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan kecenderungan
dan kemampuan setiap orang. Namun demikian, Islam mengatur batasan-
batasan, meletakkan prinsip-prinsip dan menetapkan nilai-nilai yang harus
dijaga oleh seorang muslim, agar kemudian aktifitas bekerjanya benar-
benar dipandang oleh Allah sebagai kegiatan ibadah yang memberi
keuntungan berlipat di dunia dan di akhirat. Dalam kehidupan sehari-hari
sebagai umat Islam selain diperintahkan untuk beribadah Allah juga
memerintahkan untuk bekerja (berusaha). 89
Bekerja merupakan melakukan suatu kegiatan demi mencapai tujuan,
selain mencari rezeki namun juga cita-cita. Dalam bekerja diwajibkan memilih
pekerjaan yang baik dan halal, karena tidak semua pekerjaan itu diridhai Allah
SWT. Di dalam Al-Qur’an dan Hadits sudah jelas tentang pekerjaan yang baik
dan bagaimana kita memperoleh rezeki dengan cara yang diridhai Allah SWT.
Hal ini sangat penting sekali dibahas, karena semua orang dunia ini pasti
89
Erwin Jusuf Thaib, Al-Qura’an dan As-Sunnah Sebagai Sumber Inspirasi Etos
Kerja Islami, (Gorontalo: IAIN Sultan Amai Gorontalo, 2014), Jurnal Dakwah Tabligh,
Vol. 15, No. 1, Juni 2014, hal. 2
98
membutuhkan makanan, sandang maupun papan. Disini pasti manusia berlomba-
lomba atau memenuhi kebutuhannya tersebut dengan bekerja untuk mendapatkan
yang diinginkan sehingga kita juga harus tahu, bahwa semua yang kita dapatkan
semuanya dari Allah SWT dan itu semua hanya titipan Allah SWT semata.
Sebagai umatnya diwajibkan mengembangkannya dengan baik dan hati-hati.
Untuk itu diperlukannya etos kerja dalam setiap kinerja pribadi muslim demi
kelangsungan umat sehari-hari.
Bagi pedagang Pasar Projo keterampilan dalam berdagang merupakan
upaya jalan yang ditempuh untuk mendapatkan rezeki yang halal. Mengingat
sebagian besar pedagang Pasar Projo merupakan umat muslim maka para
pedagang muslim memiliki pandangan keagamaan dalam melakukan kegiatan
perdagangan. Ajaran-ajaran Islam mempengaruhi segala tindakan ekonomi dari
para pedagang Pasar Projo Ambarawa. Berikut merupakan pandangan para
pedagang mengenai keterkaiatan antara ajaran agama dengan berdagang:
Ketika penulis menanyakan “apakah penting ajaran agama Islam dalam
berdagang” kepada bapak Marlan yakni seorang pedagang peralatan dapur dan
kerajinan dari bambu serta tanah liat, dan seperti inilah jawaban dari bapak
Marlan.
Ya sangat penting mbak, orang Rasulullah saja mengajarkan kita
berdagang, kita sebagai umat muslim ya harus mengikuti jejak Rasulullah,
jadi dasarnya orang berjualan ya Al-qur’an itu. Jadi kalau orang berjualan
segala sesuatu kalau didasari dengan agama ya hasilnya alhamdulillah
mbak, kejujuran dan kepercayaan pembeli yang harus tetap dijaga mbak.90
90
Wawancara dengan bapak Marlan seorang pedagang peralatan dapur dan
kerajinan dari bambu serta tanah liat di Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 15 juni 2017.
99
Inilah pernyataan pedagang yang kedua ialah pernyataan dari bapak
Mahibri seorang pedagang dawed ayu, ketika ditanya bagaimana hubungannya
antara agama dengan kegiatan berdagang. Berikut ialah jawaban dari bapak
Mahibri:
Ya tidak ada mbak kalau agama kan mengatur tentang ibadah sedangkan
bekerja kan urusannya gimana kita bisa dapat penghasilan mbak. Ya untuk
dapat penghasilan saya berdagang, kalau agama kan mengatur untuk kita
ibadah. Ibadah yang saya tahu ya sholat itu.91
Pendapat yang ketiga mengenai hubungan antara berdagang dengan agama
Islam datang dari ibu Romisah seorang pedagang pindang, ketika ibu Romisah
ditanya “apakah penting ajaran agama Islam dalam menjalankan usaha
berdagang?”, inilah jawaban dari ibu Romisah:
Ya penting mbak. Saya berdagang biar halal ya harus sesuai ajaran Islam
mbak, tidak boleh melanggar nilai-nilai ajaran Islam mbak yang penting
jujur, pokoknya tidak ada unsur kebohongan dalam jualan lah mbak.92
Pandangan pedagang Pasar Projo mengenai keterkaitan antara agama
Islam dan kegiatan berdagang disampaikan oleh bapak Giyanto. Sebagai
narasumber bapak Giyanto cukup membantu untuk menguraikan keadaan
keagamaan dan dinamika perdagangan di pasar Projo Ambarawa. Ketika bapak
Giyanto ditanya “ bagaimana keterkaitan antara agama dengan usahanya
berdagang”, bapak Giyanto menjawab:
91
Wawancara dengan bapak Mahibri pedagang dawet Ayu pada Kamis 16 Juli
2017 di pasar Projo Ambarawa. 92
Wawancara dengan ibu Romisah seorang pedagang pindang pada Kamis 15
Juni 2017 di pasar Projo Ambarawa.
100
Ya tidak ada hubungannya mbak, urusan bekerja ya bekerja, kalau ibadah
ya sholat. Agama tidak berpengaruh lah mbak dalam bekerja, waktunya
sholat kita ya sholat waktunya kita dagang ya dagang.93
Selanjutnya pendapat mengenai hubungan antara ajaran agama Islam
dengan kegiatan perdagangan disampaikan oleh ibu Sarmi yakni seorang
pedagang buah, ketika ibu Sarmi ditanya “ apakah ada hubungannya antara agama
dengan ajaran agama Islam?”. Jawaban ibu Sarmi sebagai berikut:
Ya ada mbak dari ajaran agama lah kita bisa melakukan perdaganagan
sesuai syariat agama Islam. Urusan berdagang kan diatur di dalam agama
Islam, sebagai umat Islam saya kan tinggal menjalankan berdagang sesuai
dengan aturan yang ada dalam Al-qur’an mbak. Kita sudah diberi petunjuk
ya tinggal dijalankan saja mbak.94
Berikutnya adalah pendapat ibu Tutik mengenai keterkaitan antara agama
dengan ajaran agama Islam. Ketika ibu tutik ditanya “bu menurut anda apakah ada
hubungannya antara berdagang dengan urusan agama?”
Jawaban yang disampaiakan oleh ibu Tutik atas pertanyaan diatas ialah sebagai
berikut:
Ya ada lah mbak, kerja menurut agama Islam kan termasuk ibadah, jadi
saya bekerja juga merupakan ibadah kepada Allah. Karena berdagang
merupakan kegiatan Ibadah saya berdagang di dasarkan pada Al-qur’an
dan Hadits. Di dalam Al-qur’an kan sudah jelas diatur mengenai aturan
dalam berdagang, jadi sebagai umat muslim kita tinggal mengikutinya
saja mbak. Seluruh kegiatan yang didasarkan atas ajaran agama itu lebih
nikmat mbak, karena jika kita mendasarkan segala sesuatu atas ajaran
93
Wawancara dengan bapak Giyanto seorang pedagang Asesoris sekaligus
sebagai petugas kebersihan mushola Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 15 Juli 2017. Di
tahun 1987 pak Giyanto memulai usahanya berdagang di Pasar Projo Ambarawa. 94
Wawancara dengan ibu Sarmi seorang pedagang buah dari tahun 1986 di Pasar
Projo Ambarawa pada sabtu 11 Juni 2017.
101
agama Islam maka segala hal yang kita lakukan akan diberkahi oleh
Allah.95
Narasumber terakhir yang berpendapat mengenai keterkaitan antara ajaran
agama Islam dengan kegiatan perdagangan ialah ibu Solehah seorang pedagang
peralatan dapur dan kerajinan berbahan dasar bambu serta tanah liat. Inilah
pendapat ibu Solehah, ketika ditanya “apakah penting ajaran agama Islam dalam
melaksanakan usaha berdagang?”
Ya penting lah mbak nomor satu ibadah baru yang kedua bekerja. Ibadah
yang saya maksud bukan Cuma sholat ya mengaji Al-qur’an, hadis, lalu
datang ke pengajian. Kalau sholat memang utama tapi alangkah baiknya
sebagai manusia kita tahu mengenai ajaran agama Islam, untuk tahu maka
diperlukan untuk mengaji mbak, setelah ibadah selesai dilaksanakan baru
bekerja. Kalau kita bekerja pun kita harus berdoa dulu kan mbak jadi
penghasilan yang kita dapat itu berkah, dan di dalam ajaran Islam bekerja
kan juga ibadah mbak.96
Dari wawancara yang dilakukan penulis fakta yang diperoleh ialah terdapat
dua sudut pandang dari para pedagang mengenai keterkaitan antara agama dan
kegiatan perdagangan, sebagian besar pedagang menyatakan bahwa kegiatan
berdagang terdapat keterkaitannya dengan ajaran agama Islam sedangkan terdapat
beberapa pedagang yang berpandangan bahwa tidak ada hubungannya antara
kegiatan perdagangan dengan ajaran Islam. Sebagian besar pedagang Pasar Projo
memiliki pemahaman bahwa ajaran agama Islam berperan penting dalam kegiatan
perdagangan yang berlangsung di Pasar Projo Ambarawa. Pengaruh ajaran agama
Islam dalam kegiatan perdagangan dapat dirasakan bagi pedagang yang memiliki
kesadaran agama yang tinggi.
95
Wawancara dengan ibu Tutik seorang tengkulak buah dari tahun 1995,
sekaligus pedagang pakaian pasar pagi di Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 10 Juni
2017. 96
Wawancara dengan ibu Solehah seorang pedagang peralatan dapur dan
kerajinan dari bambu dan tanah liat di Pasar Projo Ambarawa pada Selasa 11 juli 2017.
102
Kesadaran agama dari para pedagang berpengaruh terhadap segala tindakan
yang dilakukan, termasuk dalam tindakan ekonomi. Seorang muslim yang taat
memiliki kecenderungan melakukan segala sesuatu serta bertindak dalam hal
apapun sesuai dengan aturan yang terdapat di dalam ajaran agama Islam, serta
seorang muslim yang taat akan ajaran agama Islam cenderung menjauhi segala
tindakan yang dilarang oleh Allah. Sehingga dalam kegiatan perdagangan seorang
pedagang muslim akan berperilaku sesuai dengan ajaran agama Islam.
Tanggapan dari para pedagang mencerminkan tingkat pemahaman seorang
pedagang mengenai ajaran agama Islam. Pendidikan agama yang telah diterima
para pedagang berpengaruh mengenai pemahaman para pedagang pasar Projo
mengenai pentingnya peran ajaran agama Islam dalam kegiatan berdagang.
Terlepas dari tingkat pemahaman para pedagang yang terbagi atas dua golongan
yakni yang memiliki pemahaman ajaran agama yang baik dan kurang baik.
Mekanisme pasar Projo berlangsung atau berjalan didasari atas nilai-nilai moral
kemanusiaan yang bersumber dari nilai budaya dan agama. Secara sadar atau
tidak para pedagang melaksanakan kegiatan perdagangan mengikuti nilai-nilai
ajaran agama Islam seperti kejujuran, kerelaan atau keikhlasan antara pedagang
dan pembeli, sabar, tawakkal dan lain-lain. Secara sadar atau tidak aturan yang
terdapat dalam agama Islam menjadi pegangan bagi para pedagang dalam
melakukan kegiatan berdagang, ajaran agama Islam menjadi paradigma yang
tertanam kuat dalam diri para pedagang. Sehingga segala bentuk tindakan dari
para pedagang disandarkan pada nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran agama
Islam.
103
Kegiatan perdagangan merupakan suatu kegiatan yang pernah dilakukan
oleh Rasulullah sebelum beliau diangkat menjadi seorang Rasul. Sehingga
kegiatan perdagangan diatur di dalam Al-qur’an. Islam mengatur perdagangan
yang baik, seorang muslim yang melakukan transaksi jual-beli diwajibkan untuk
taat aturan yang terdapat di dalam Al-qur’an. Dalam mekanisme pasar transaksi
jual-beli didasarkan atas nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat berupa nilai
budaya dan nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama Islam. Kegiatan
perdagangan di Pasar Projo Ambarawa memiliki keterkaitan dengan ajaran agama
Islam, yang menjadi jembatan antara agama dan kegiatan perdagangan ialah pada
etos kerja dari para pedagang muslim di Pasar Projo Ambarawa. Etos yang
didasarkan atas ajaran agama Islam mendorong motivasi para pedagang untuk
menjalankan kegiatan perdagangan yang didasarkan atas aturan yang terbentuk
dari nilai-nilai agama Islam. Melalui aturan aturan yang didasarkan atas ajaran
agama Islam mempengaruhi pada perilaku ekonomi para pedagang muslim yang
dilandasi nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama Islam.
C. Etos kerja Pedagang Muslim di Pasar Projo Ambarawa.
Islam mendorong manusia untuk berupaya dan bekerja keras guna
memperoleh hasil kerja maksimal, hal ini sangat jelas tertuang di dalam
Al-qur’an maupun Al-Hadits. Kata “amal” (bekerja), misalnya beserta
kata-kata bentukan lainnya dari akar kata “’amila” yang melukiskan
keluasan dan kedalaman gagasan Islam tentang kerja muncul di dalam Al-
qur’an sekitar 602 kali dalam berbagai konteks yang bertalian dengan
manusia, keimanan, amal shaleh, kemaslahatan, hukum maupun
pertanggungjawaban di akhirat kelak.Bahkan Al-qur’an mengungkapkan
gagasan yang berdimensi vertikal atau transenden tentang kerja,
104
karena menurut kitab suci tersebut bekerja itu adalah ibadah. Bagi Al-qur’an,
ibadahbukanlah untuk kepentingan Tuhan, tetapi justru untuk kepentingan
manusia itu sendiri,kebajikan yang dilakukan manusia adalah untuk dirinya
sendiri, sedangkan kejahatan yang dilakukannya akan merugikan dirinya
sendiri.97
Dengan mengaitkan makna etos kerja dengan agama, maka etos kerja
merupakan sikap diri yang mendasar terhadap kerja yang merupakan wujud
dari kedalaman pemahaman dan penghayatan religius yang memotivasi
seseorang untuk melakukan yang terbaik dalam suatu pekerjaan. Dengan kata
lain, etos kerja adalah semangat kerja yang dipengaruhi cara pandang
seseorang terhadap pekerjaannya yang bersumber pada nilai-nilai transenden
atau nilai-nilai keagamaan yang dianutnya.98
Dalam konsepsi Islam, aktivitas ekonomi merupakan bagian integral dari
ajaran agama. Terbentuknya etos ekonomi dalam Islam adalah bersinerginya nilai
moral keagamaan dengan rasionalitas kalkulasi untung-rugi, ssehingga terjadi
keseimbangan di antara kedua elemen dasar ini. Al-qur’an memberikan instrumen
kepada pelaku ekonomi (perdagangan). Dengan demikian maka terbentuk etos
kerja Islami.
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru (kepadamu) untuk
melaksanakan sholat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu mengingat
Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. Dan apabila sholat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah di muka
bumi, carilah karunia Allah dan perbanyak mengingat-Nya agar kamu
beruntung”.
(QS Al-Jumuah ayat 9-10)
Dalam konsepsi Islam, etos ekonomi kaum muslim tidak hanya terbentuk
dari tradisi budaya tetapi juga bersumber dari keyakinan agama yang
terbentuk etos-spiritual individu seperti iman, ikhsan, ikhlas dan taqwa.
Nilai-nilai yang membentuk etos ekonomi itu diimplementasikan dalam
bentuk kesalehan ilahiyah, individu, dan sosial, yang menjadi media
terciptanya kesejahteraan hidup spiritual dan material. Hal ini berbeda
97
Jurnal, Erwin Jusuf Thaib, Al-Qura’an dan As-Sunnah Sebagai Sumber
Inspirasi Etos Kerja Islami, (Gorontalo: IAIN Sultan Amai Gorontalo, 2014, Jurnal
Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 1, Juni 2014, hal. 4 98
Ibid, hal. 4
105
dengan etos ekonomi konvensional yang menekankan pencapaian
kesejahteraan hidup terletak pada kelebihan secara material. Setiap individu
dan kelompok masyarakat berlomba-lomba memaksimalkan kepentingan
diri sendiri. Semangat demikian membentuk “etos individualistis dan
materialistis” dalam perilaku ekonomi berorientasi kepentingan jangka
pendek atau keduniawian. Sebaliknya, Islam mengajarkan bahwa tindakan
ekonomi yang dilakukan produsen dan konsumen adalah untuk nilai-nilai
kemanfaatan, keberkahan dan keselamatan berorientai jangka panjang, baik
di dunia maupun di akhirat.99
Membicarakan etos kerja Islami, berarti menggunakan dasar pemikiran
bahwa Islam, sebagai suatu sistem keimanan, tentunya mempunyai pandangan
tertentu yang positif terhadap masalah etos kerja.
Adanya etos kerja yang kuat memerlukan kesadaran pada orang
bersangkutan tentang kaitan suatu kerja dengan pandangan hidupnya yang
lebih menyeluruh, yang pandangan hidup itu memberinya keinsafan akan
makna dan tujuan hidupnya. Menurut Nurcholish Madjid, etos kerja dalam
Islam adalah hasil suatu kepercayaan seorang muslim, bahwa kerja
mempunyai kaitan dengan tujuan hidupnya, yaitu memperoleh perkenan
Allah SWT. Berkaitan dengan ini, penting untuk ditegaskan bahwa pada
dasarnya, Islam adalah agama amal atau kerja (praxis). Inti ajarannya ialah
bahwa hamba mendekati dan berusaha memperoleh ridha Allah melalui
kerja atau amal saleh, dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya
kepada-Nya.100
Sikap hidup mendasar terhadap kerja disini identik dengan sistem
keimanan atau aqidah Islam berkenaan dengan kerja atas dasar pemahaman
bersumber dari wahyu dan akal yang saling bekerja sama secara proporsional.
Akal lebih banyak berfungsi sebagai alat memahami wahyu (meski dimungkinkan
akal memperoleh pemahaman dari sumber lain, namun menyatu dengan sistem
keimanan Islam). Iman eksis dan terbentuk sebagai buah pemahaman akal
terhadap wahyu. Dalam hal ini akal selain berfungsi sebagai alat, juga berpeluang
menjadi sumber. Di samping menjadi dasar acuan etika kerja Islami, iman Islami
99
Ibid, hal. 52 100
Mohammad Irham, Etos Kerja Dalam Prespektif Islam, Jurnal Substantia,
Vol. 14, No. 1, April 2012, hal. 15.
106
(atas dasar pemahaman) berkenaan dengan kerja inilah yang menimbulkan sikap
hidup mendasar (aqidah) terhadap kerja, sekaligus motivasi kerja Islami.
Dalam dunia perdagangan Rasulullah merupakan teladan terbaik bagi
umat muslim melaksanakan kegiatan berdagang. Seluruh kiat Rasulullah dalam
menjalankan usaha berdagang merupakan ilmu berdagang yang yang sangat
bermanfaat bagi umat Islam. Sebagai umat Islam yang memilih mencari nafkah
dengan berdagang idealnya menjadikan kiat-kiat berdagang Rasulullah menjadi
pedoman yang dapat menuntut para pedagang muslim untuk menjalankan
usahanya dalam berdagang. Para pedagang Pasar Projo berupaya untuk
meneladani jejak Rasulullah dalam berdagang, seperti bapak Marlan yakni
seorang pedagang peralatan dapur menyampaikan bahwa teladan utama dalam
berdagang adalah Rasulullah. Dalam berdagang di Pasar Projo Ambarawa bapak
Marlan mencontoh perilaku Rasulullah dalam berdagang, seluruh kiat-kiat
berdagang yang dilakukan Rasulullah merupakan ilmu penting baginya dalam
melaksanakan usahanya berdagang. Bagi bapak Marlan kiat-kiat berdagang
Rasulullah merupakan ilmu terbaik dalam menjalankan kegiatan berdagang.
. Dalam agama Islam tokoh yang paling penting dalam kedatangan Islam
ialah Nabi Muhammad SAW, selain Rasulullah ialah utusan Allah yang berperan
penting dalam membawa agama Islam, beliau juga menjadi teladan dalam segala
bidang kehidupan salah satunya bidang ekonomi. Sebelum Nabi Muhammad
SAW diangkat menjadi Rasul, beliau menjadi seorang pedangang yang sukses.
Keberhasilan Rasulullah dalam usaha berdagang menjadi inspirasi bagi pedagang
muslim di Pasar Projo untuk menjalankan usaha berdagang dengan strategi
107
berdagang Rasulullah. Dalam kegiatan perdagangan strategi yang dilaksanakan
Rasulullah tidak lepas dari etika berdagang yang dimiliki Rasulullah. Berikut
beberapa etika berdagang Muhammad SAW dalam usaha berdagang antara lain
seperti jujur, amanah, menghindari unsur penipuan, tidak melakukan penimbunan,
ulet, menghargai waktu dan lain-lain.
Etos kerja secara dinamis selalu mendapat pengaruh dari beberapa faktor,
baik internal maupun eksternal, sesuai dengan kodrat manusia selaku makhluk
psikofisik yang tidak kebal dari berbagai rangsang, baik langsung maupun tidak
langsung. Dengan demikian, terbentuknya etos kerja Islami melibatkan banyak
faktor dan tidak hanya terbentuk secara murni oleh satu atau dua faktor tertentu.
D. Dampak Etos Kerja Islam Terhadap Perilaku Ekonomi Pedagang
serta Sistem Ekonomi yang Berlangsung di Pasar Projo Ambarawa
Keberadaan etos kerja Islami pedagang muslim di Pasar Projo Ambarawa
berakibat pada terbentuknya etika kerja pedagang muslim di Pasar Projo
Ambarawa yang didasarkan atas nilai-nilai ajaran agama Islam. Etika pada
dasarnya mengajak orang untuk bersikap kritis dan rasional di dalam melakukan
suatu keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan sehingga
tidak bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku tetapi juga tidak
mengorbankan kepentingan orang per orang dalam tatanan masyarakat luas.
Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan pegangan dan landasan utama
dalam etika Islam, sebab pandangan umum dalam masyarakat Islam
tentang berbagai perilaku yang benar dalam melaksanakan kewajiban -
kewajiban agama, pemahaman yang benar tentang doktrin-doktrin
108
keagamaan tidak bisa dipisahkan dari berbagai unsur pokok dalam
kehidupan moral. Struktur yang komprehensif ini, bagaimanapun berbagai
bentuk tingkah laku dalam Islam, secara khusus dibentuk dalam term adab,
dimana diskursus adab dalam konteks keagamaan yang paling awal secara
khusus memiliki konotasi etik (ethical connotation). Sistem etika Islam
(Islamic ethical system) merupakan sesuatu sistem yang unik, karena
sistem etika Islam tidak memisahkan sistem etik dengan agama dan Islam
menekankan pada keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat, jadi ada
tuntutan untuk melakukan suatu tindakan yang proporsional dan
pengawasan tindakan, karena meyakini bahwa tindakan yang dilakukan di
dunia akan selalu mendapatkan implikasi di kehidupan akhirat.101
Etika berdagang Rasulullah menjadi teladan terbaik bagi para pedagang
Pasar Projo untuk menjalankan usahanya dalam bidang perdagangan. Etika
Rasulullah dalam berdagang mendorong motivasi para pedagang untuk berdagang
mencontoh etika yang dilakukan oleh Rasulullah. Berikut merupakan etika
berdagang pedagang muslim Pasar Projo Ambarawa antara lain:
Pertama kejujuran. Seluruh pedagang Pasar Projo meyakini bahwa kunci
dasar keberhasilan berdagang ialah kepercayaan. Melalui kepercayaan yang
terjalin antara para pedagang dan pembeli menimbulkan hubungan transaksi jual-
beli yang berkelanjutan dan berlangsung lama, dari kepercayaan maka timbul
sistem langganan. Pembeli akan berlangganan pada pedagang yang dianggap bisa
dipercaya. Seluruh pedagang yang menjadi narasumber mengatakan bahwa
kejujuran merupakan dasar yang paling penting dalam berdagang. Kejujuran
menjadi sangat penting karena hubungan yang tercipta antara pembeli dengan
penjual bahkan penjual dengan penjual didasari atas kepercayaan. Kedudukan
kejujuan sangat penting sehingga ketika ada pedagang yang tidak jujur dalam
menjalankan usahanya berdagang maka akan mendapat hukuman sosial.
101
Jurnal, Muhammad Saifullah, Etika Bisnis Islami dalam Praktek Bisnis Rasulullah,
(Semarang IAIN Walinsongo, Volume 19, Nomor 1, Mei 2011)hal. 9.
109
Hukuman sosial dapat berupa mengucilan dari pedagang lain serta dari pembeli
juga, sehingga berakibat pada pedagang yang tidak jujur akan kehilangan pembeli
serta pada akhirnya akan mengalami kebangkrutan.
Kedua adalah amanah yaitu bentuk sikap yang dapat dipercaya. Pedagang
Pasar Projo menyampaiakan kepada para pembeli mengenai kondisi barang
dengan jujur. Kondisi barang dapat dipertagung jawabkan karena barang
dagangan telah ada dalam warung sehingga pembeli dapat melihat sendiri kondisi
barang. Bahkan kondisi buah yang berada di dalam keranjang, dengan kata lain
pembeli tidak dapat melihat barang secara utuh pedagang pun menyampaikan
kondisi barang terus terang. Seperti yang telah disampaikan oleh ibu Sarmi, beliau
menyatakan barang dagangannya dalam kondisi sebenarnya, bila kondisi buah
segar maka dikatakan buah dalam kondisi segar, bila buah dalam kondisi kurang
baik maka ibu Sarmi menyatakan bahwa kondisi buah dalam keranjang kurang
baik sehingga ibu Sarmi akan membedakan harga barang dengan harga buah yang
segar. Selain ibu Sarmi sikap amanah juga dipraktekan oleh para pedagang Pasar
Projo yang lain, pada pedagang kios yang menjual baju, tas, sepatu umumnya
memiliki pegawai yang membantu dalam berjualan, ketika pemilik kios pergi atau
memiliki kepentingan maka kios akan dikelola oleh pegawainya. Etika amanah
juga berlaku pada para pegawai yang bekerja pada pemilik kios-kios di Pasar
Projo Ambarawa, para pegawai akan berdagang sesuai yang diperintahkan oleh
pemilik kios, tanpa mengubah harga dan menyatakan kondisi barang sesuai
dengan kenyataan kondisi barang sebenarnya. Uang yang didapat dari transaksi
jual-beli dibereikan secara utuh kepada pemilik toko tanpa ada pengurangan.
110
Ketiga ketepatan dalam menimbang. Hal ini menjadi penting dalam
kegiatan perdagangan. Kepercayaan pembeli dalam hal ketepatan timbangan
sangat penting, kepuasan pembeli dalam membeli barang pada seorang pedagang
salah satu yang menjadi tolok ukur adalah ketepatan dalam timbangan. Bagi para
pedagang yang menjual barangnya dalam ukuran berat timbangan maka ketepatan
timbangan menjadi kunci kepercayaan para pembeli. Ibu Sarmi merupakan
pedagang buah yang menganggap penting mengenai ketepatan timbangan. Ibu
Sarmi menjual buah dengan berat bersih, Ibu Sarmi memberikan potongan
timbangan pada keranjang kotak yang berbahan kayu yang menjadi wadah buah.
Kalau saya itu ada potongan berat kotak kayu wadah dari buah, jadi
wadah yang digunakan untuk menaruh buah berupa kotak yang berbahan
kayu sehingga berat buah ketambahan kayu mbak, sehingga saya ada
potongan dengan kotaknya itu mbak, yang saya hitung untuk jual itu berat
bersihnya mbak.102
Keempat ialah tidak melakukan penimbunan, para pedagang Pasar Projo
memiliki kelas pedagang kelas kecil hingga pedagang kelas besar. Penimbunan
barang tidak bisa dilakukan oleh para pedagang kecil. Pedagang besar yang beada
di Pasar Projo atau dikenal dengan juragan menjual barang dagangan berupa
komoditas pertanian dan daging. Dalam hal ini barang dagangan berupa
komoditas pertanian memiliki resiko busuk bila disimpan dalam waktu yang lama
sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penimbunan. Kemudian bagi
pedagang daging juga tidak memiliki peluang untuk melakukan penimbunan
karena daging yang dapat masuk di Pasar Projo melalui proses yang ketat,
dijelaskan oleh bapak Sariyanto lurah Pasar Projo bahwa dibawah pasar terletak
102
Wawancara dengan ibu Sarmi seorang pedagang buah dari tahun 1986 di
Pasar Projo Ambarawa pada sabtu 11 Juni 2017.
111
rumah pemotongan hewan sehingga tingkat kebersihan dan kesehatan sangat
dijaga, terdapat petugas kesehatan yang rutin untuk memerikas kondisi daging.
Sehingga pedagang daging tidak memiliki kesempatan untuk melakukan
penimbunan. Selain para pedagang tidak memiliki kesempatan untuk melakukan
penimbunan, para pedagang juga sadar bahwa penimbunan berakibat pada
naiknya harga barang sehingga kondidi perekonomian tidak stabil. Hal ini
membuat para pedagang Pasar Projo untuk menghindari praktek penimbunan.
Kelima menghindari unsur penipuan, para pedagang Pasar Projo
menjujung tinggi kejujuran agar terselenggara mekanisme pasar yang terpercaya.
Kepercayaan pembeli terhadap pedagang sangat penting karena melalui
kepercayaan usaha berdagang dari para pedagang akan berlangsung lama.
Kelangsungan lama atau tidaknya dari pedangang dalam kegiatan perdagangan
dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan pembeli terhadap pedagang. Berdagang itu
harus terhindar dari unsur penipuan sehingga tingkat kepercayaan pada seorang
pedagang menjadi tinggi. Jumlah pembeli yang menjadi langganan merupakan
wujud dari tingkat kepercayaan pembeli terhadap pedagang. Dasar kepercayaan
dalam berdagang disampaikan oleh ibu Solehah
Orang berjualan pertama harus jujur mbak, karena pembeli bisa kembali
membeli dagangan kita di dasari rasa percaya.103
Keenam saling menguntungkan, transaksi jual-beli yang berlangsung
diusahakan hasilnya menguntungkan pihak pembeli dan pihak penjual. Dengan
adanya kepuasan pembeli dengan barang yang dibeli merupakan keuntungan bagi
103
Wawancara dengan ibu Solehah seorang pedagang peralatan dapur dan
kerajinan dari bambu serta tanah liat di Pasar Projo Ambarawa pada Selasa 11 Juli 2017.
112
pembeli, kemudian dengan laba yang dihasilkan dari transaksi jual-beli
merupakan keuntungan yang didapat oleh pedagang. Ketika keadaan saling
menguntungkan antara pendagang dan pembeli berlangsung maka akan timbul
hubungan yang harmonis antara pedagang dan pembeli, karena akan terjalin
hubungan dagang antara pelanggan dan pedagang.
Ketujuh harga yang terjangkau, para pedagang berlomba untuk menjual
barang dagangannya dengan harga yang terjangkau. Melalui harga yang
terjangkau pedagang akan memiliki pelanggan yang banyak. Seperti hal nya
peryataan bapak Marlan sebagai berikut:
Kalau berjualan disini itu, pedagang yang bisa jual barang dagangannya
murah itu pasti banyak yang beli mbak, maka saya menjual barang
dengan harga yang murah mbak walaupun laba hanya seribu saya
kasihkan mbak, walaupun saya laba sedikit tapi kan banyak pembeli
daripada laba banyak yang beli cuma satu atau dua orang, kalau yang
murah pasti langganannya banyak mbak jadi ketika ada yang butuh alat-
alat dapur pasti pembeli kembali ke kios saya dan beli lagi barang
dagangan saya, ibarat modal saya ambil tenggok jadi banyak langganan
tetap di kios saya mbak. Malah kalau barang dagangan dijual mahal
pembeli kapok dan tidak akan beli lagi mbak.104
Kedelapan adalah sikap ulet dari pedagang pasar Projo. Keuletan penting
dalam melaksanakan usaha berdagang merupakan etika yang penting bagi
pedagang muslim. Para pedagang harus bisa memanfaatkan berbagai peluang
dalam waktu yang tepat. Dalam keuletan juga diiringi dengan sikap kerja keras
serta kesbaran. Tiga hal ini selalu beriringan, yang menjadi etika bagi para
pedagang Pasar Projo Ambarawa. Ibu Solehah merupakan pedagang yang
104
Wawancara dengan bapak Marlan seorang pedagang peralatan dapur dan
kerajinan dari bambu serta tanah liat di Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 15 Juni 2017.
113
membangun usahanya bertahap, ibu Solehah memulai usaha berdagang dari tahun
1993. Berikut adalah kiat dari ibu Solehah dalam berdagang:
Orang berjualan pertama harus jujur mbak, karena pembeli bisa kembali
membeli dagangan kita di dasari rasa percaya, yang kedua ulet mbak,
orang jualan harus ulet mbak karena saya jualan juga cuma modal tenaga
menjualkan tenggok yang dibuat oleh tetangga saya lalu saya
mendapatkan untung dan dari keuntungan awal saya membangun usaha
saya hingga seperti sekarang ini. Lalu orang jualan juga harus sabar
mbak, karena kondisi di pasar kan juga tidak tentu mbak kadang banyak
pembeli kadang juga sepi bahkan kadang dalam sehari tidak laku, perlu
kesabaran lah mbak dalam berjualan. Lalu saya jualan dengan harga
murah mbak, saya bisa jual barang dagangan murah karena saya membeli
dagangan dengan datang langsung ke tempat produksi lalu setelah saya
bisa dekat dengan produsen baru saya meminta produsen untuk mengirim
barang ke kios saya namun tetap dengan harga yang rendah sehingga
saya bisa jual barang dengan harga yang murah. Kemudian sebagai
pedagang kita juga harus menjaga kerukunan dengan pedagang lain
mbak, ya saling menghormati, bersikap sopan lah mak pokoknya. Disini
kita kan juga harus menjalin silaturahmi yang baik dengan para pedagang
yang lain serta pembeli mbak, karena hidup di pasar layaknya hidup di
desa.105
Kesembilan adalah sikap pedagang yang menghargai waktu. Dalam
kegiatan perdagangan di pasar waktu merupakan peluang bagi para bedagang
untuk menghasilkan uang. Pasar Projo Ambarawa yang memiliki jadwal waktu
beroperasi dalam tiga sesi yakni pasar di pagi hari, siang hari dan malam hari
menuntut para pedagang untuk pintar memanfaat waktu. Setiap pedagang hanya
diijinkan untuk berjualan dalam satu sesi, para pedagang harus memilih
berdagang di pagi hari, siang hari atau malam hari. Pembatasan waktu tersebut
mendorong para pedagang untuk bersikap mengahrgai waktu, bagi para pedagang
waktu merupakan hal yang sangat penting, ketepatan waktu dalam berdagang
menentukan penghasilan yang didapatkan oleh seorang pedagang.
105
Wawancara dengan ibu Solehah seorang pedagang peralatan dapur dan
kerajinan dari bambu serta tanah liat di Pasar Projo Ambarawa pada Selasa 11 Juli 2017.
114
Kesepuluh adalah penyampaian bahasa yang santun, dalam kegiatan
perdagangan komunikasi merupakan hal yang penting. Kiat para pedagang untuk
menarik pembeli supaya membeli barang dagangannya adalah dengan
berkomunikasi dengan bahasa yang santun, selain itu untuk meyakinkan para
pembeli agar membeli barang dagangan dari seorang pedagang maka diperlukan
penyampaian dengan bahasa yang santun dan mudah dipahami. Dengan pedagang
yang bersikap santun dan berkomunikasi maka pembeli akan datang untuk
membeli barang-barang yang dijual oleh pedagang.
Etika-etika pedagang muslim di Pasar Projo merupakan akibat dari etos
kerja yang terbentuka ayas ajaran-ajaran agama Islam. Perilaku ekonomi para
pedagang muslim pasar Projo mencerminkan bahwa terdapat nafas Islam dalam
kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa. Perilaku ekonomi dari para
pedagang Pasar Projo Ambarawa disebabkan karena pemahaman pedagang
muslim terhadap ajaran agama Islam.
Akibat yang ditimbulkan dari etos kerja Islami pedagang muslim yaitu
terciptanya mekanisme pasar didasari nilai-nilai ajaran agama Islam. Mekanisme
Pasar Projo Ambarawa terbentuk atas nilai Budaya Jawa serta nilai-nilai ajaran
agama Islam. Transaksi jual-beli yang didasarkan atas ajaran agama Islam
mengakibatkan mekanisme pasar juga didasarkan atas ajaran agama Islam.
Dengan perilaku para pedagang Pasar Projo yang taat akan ajaran agama
Islam mendorong pemerintah membangun sarana tempat ibadah dalam revitalisasi
Pasar Projo yang selesai di tahun 2015. Bangunan Pasar Projo Ambarawa yang
selesai dibangun di tahun 2015 dilengkapi dengan tempat ibadah serta kamar
115
mandi umum yang memudahkan para pedagang untuk melaksanakan ibadah
sholat tepat pada waktunya. Selain itu dibelakang pasar juga dibangun mushola
serta tempat wudhu. Kehidupan para pedagang yang diilandasi dengan agama
Islam menciptakan kehidupan sosial-ekonomi yang dilandasi ajaran agama Islam.
Dampak etos kerja Islami merupakan realita yang terjadi di dalam Pasar
Projo Ambarawa. Etos kerja Islam tidak disadari oleh sebagian besar pelaku
ekonomi, namun yang dipahami dari para pedagang adalah motivasi kerja yang
bersumber dari ajaran agama Islam. Sebagai umat muslim para pedagang
menjalankan usaha berdagang dalam koridor ajaran agama Islam yang diatur
dalam Al-qur’an, Hadits dan Sunah Nabi Muhammad. Secara tidak sadar ajaran
agama Islam menjadi pedoman bagi para pedagang untuk menjalankan
perdagangan. Sebenarnya etos yang dilakukan atau motivasi dagang yang
dilakukan para pedagang muslim secara tidak sadar berjalan, yang dipahami oleh
pedagang muslim Pasar Projo adalah berdagang ialah upaya untuk mendapatkan
penghasilan dengan cara sesuai ajaran agama Islam sehingga penghasilan yang
diperoleh dalam hukum halal.
116
BAB V
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Pada tahun 1986 para pedagang Pasar Projo mulai merintis dengan
berjualan di Pasar Projo pada waktu dini hari hingga pagi hari yang sering
disebut dengan pasar pagi. Aktivitas perdagangan di pasar pagi mendorong
lahirnya para juragan serta munculnya para tengkulak, hal ini
menyebabkan terjadinya pola hubungan patron klien di dalam aktivitas
perdagangan di Pasar Projo Ambarawa.
2. Dinamika perekonomian di Pasar Projo Ambarawa diuraikan dengan
membagi atas empat periodesasi yang pertama yakni pada tahun 1986-199,
periode ini merupakan masa di mana para pedagang pasar Projo berupaya
untuk merintis pasar pagi. Kemudian periode yang kedua yakni tahun
1992-1998, periode ini merupakan masa sulit bagi para pedagang Pasar
Projo, karena pada tahun 1992 Pasar Projo mengalami kebakaran sehingga
para pedagang harus mengalami kerusgian, selain itu pada periode ini para
pedagang Pasar Projo harus bertahan di tengah kondisi perekonomian
nasional yang tidak stabil. Kekacauan politik dan kemerosotan
perekonomian nasional berdampak pada aktifitas ekonomi di Pasar Projo
Ambarawa. Periode yang ketiga yaitu tahun 1999-2008, pada tahun 1999
merupakan upaya para pedagang untuk memperbaiki perekonomian pasca
krisis ekonomi tahun 1997-1998. Kemudian pada tahun 2000 kondisi
perekonomian Pasar Projo perlahan-lahan membaik dan mulai stabil.
117
Periode yang keempat yakni tahun 2009-2015, pasar bebas mulai
dirasakan dampaknya oleh bangsa Indonesia pada tahun 2009. Lalu pada
tahun 2012 Pasar Projo Ambarawa mengalami kebakaran sehingga
memaksa para pedagang untuk berdagang di tempat relokasi sementara,
hingga pada tahun 2015 Pasar Projo Ambarawa selesai direvitalisasi.
3. Kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa tidak lepas dari kondisi
keagamaan para pedagang Pasar Projo Ambarawa. Karakter religius yang
dimiliki para pedagang muslim tidak lepas dari pemahaman para pedagang
mengenai ajaran agama Islam. Nilai-nilai ajaran agama berperan penting
dalam terbentuknya etos kerja dari para pedagang muslim di Pasar Projo
Ambarawa. Relasi antara kegiatan perdagangan dengan ajaran agama
Islam dijembatani oleh etos kerja. Motivasi kerja para pedagang
dilatarbelakangi pemahaman para pedagang muslim terhadap ajaran agama
Islam sehingga terbentuk perilaku ekonomi didasari ajaran agama Islam.
Formulasi terbaik dalam menjalankan usaha perdagangan terletak pada
pemahaman seorang pedagang muslim terhadap ajaran agama Islam yang
bersumber dari Al-qur’an Hadits, dan sunah Rasul.
4. Etos kerja Islami yang dimiliki oleh para pedagang Pasar Projo
ditunjukkan melalui tindakan atau perilaku ekonomi dari para pedagang.
Dampak etos kerja Islami dari para pedagang membentuk mekanisme
pasar yang didasarkan atas nilai-nilai ajaran agama Islam. Etos kerja
Islami dari para pedagang berupa sikap dan tindakan yang sesuai dengan
ajaran agama Islam seperti jujur, amanah, tidak ada unsur penipuan dan
118
lain-lain. Dengan hal ini aktivitas perdagangan di Pasar Projo tidak lepas
dari tata nilai dalam ajaran agama Islam. Agama Islam mengatur seluruh
aspek kehidupan termasuk kegiatan perdagangan sehingga pedagang
muslim hanya perlu berupaya dan meneladani Rasulullah, untuk mencapai
kebahagian dunia dan akhirat maka pedagang harus menjalani kehidupan
secara seimbang yakni bekerja melalui berdagang untuk mencapai
kebahagiaan di dunia serta menjalankan ibadah dengan taat untuk
mencapai kebahagian di akhirat.
B. Saran
Bagi para pedagang hendaknya meningkatkan pemahamannya mengenai
ajaran agama Islam, karena pondasi dari selurih moral manusia bersumber dari
pemahamannya mengenai ajaran agama Islam. Bagi pedagang muslim yang harus
dipahami ialah formulasi terbaik untuk membangun usaha berdagang tercantum
dalam ayat-ayat Al-qur’an, sehingga mengenal ajaran agama Islam lebih dalam
ialah kunci sukses dalam aktivitas perdagangan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, 1982. Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi.
Jakarta: LP3ES.
Adininggar Widyasanti, Amalia, 2010, Perdagangan Bebas Region dan Daya
Saing Ekspor: Kasus Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, Juli 2010.
BPS. 2010. Kabupaten Semarang Dalam Angka , No. Katalog: 1403.3322.
Semarang: BPS Kabupaten Semarang Press
Djakfar, Muhammad, 2007. ETIKA BISNIS : Dalam Prespektif Islam, Malang:
UIN Malang Press.
Disperindag Kabupaten Semarang. 2015. Laporan Revitalisasi.
Ernita, Dewi dkk, 2013, Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Konsumsi
di Indonesia, Jurnal Kajian Ekonomi, Januari 2013, Vol. I, No. 02
Effendi, Siregar. 2010. Amir dkk, Perdagangan Bebas ACFTA (ASEAN-China
Free Trade Agreement) dan Ancaman Kedaulatan (Jurnal Sosial
Demokrasi Perdagangan Bebas ASEAN-Cina: Berdagang Untuk Siapa?
Vol. 8 3 Februari - Juni 2010 ISSN: 2085-6415)
Haryono, Anton. 2011. Sejarah ( Sosial) Ekonomi Teori Metodologi Penelitian
dan Narasi Kehidupan. Yogyakarta: USD.
Irham, Mohammad. 2012. Etos Kerja Dalam Perspektif Islam. Jurnal Substansi.
Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry, Aceh. 14(1).
Jurna.l Abdul Khobir. Islam dan Kapitalisme, RELIGIAVol. 13, No. 2, Oktober
2010.
Jurnal. Fatwa Nurul Hakim. Pola Patron-Klien Pedagang Pasar Tradisional
Dalam Peningkatan Kesejahteraan. (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 2016), Jurnal media
Informasi No. 1 / Vol.40 / April 2016 ISSN: 20884265.
Jurnal. Muhammad Saifullah, Etika Bisnis Islami dalam Praktek Bisnis
Rasulullah. (Semarang IAIN Walinsongo, Volume 19, Nomor 1, Mei
2011)
Jurnal. Sri Emy Yuli Suprihatin, Hubungan Patron Klien Pedagang "Nasi
Kucing" di Kota Yogyakarta. Jurrnal Penelitian Humaniora, Vol. 7, No. I,
Apri/2002
Luth, Thohir. 201I. Antara Peru t& Etos Kerja Dalam Perspektif Islam.Gema
insani: Jakarta.
Jurnal. Utami Dewi dan F. Winarni, Pengembangan Pasar Tradisional
Menghadapi Gempuran Pasar Modern di Kota Yogyakarta. Proceeding
Simposium Nasional ASIAN III Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
Malik, M. lutfi. 2013. Etos Kerja, Pasar Dan Masjid. Penerbit LP3ES : Jakarta.
Mulyadi, Acep. 2008. Islam dan Etos Kerja: Relasi Antara Kualitas Keagamaan
dengan Etos Produktivitas Kerja di Daerah Kawasan Industri Kabupaten
Bekasi. Turats, Vol. 4, No. 1 : 10.
Nugroho , Heru. 2001. Uang, Rentenir dan Hutang Piutang di Jawa. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Qodir, Zuly. 2002. Agama & Etos Kerja Dagang. Solo: Pondok Edukasi.
Rahardjo, M Dawam. 1999. Islam dan Transformasi sosial-Ekonomi. Jakarta:
LSAF.
Scharf, Betty R. 1995, Kajian Sosiologi Agama, (terj.) Drs. Machnun Husein,
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sjahrir. 1999. Masuk Krisis Keluar Krisis Para Tokoh Menggugat. Jakarta:
Erlangga
Skripsi, Annidjatuz Zahra, Pengaruh Etos Kerja Islami Terhadap Kinerja
Karyawan di CV Sidiq Manajemen Yogyakarta, (Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga, 2015)
Suara Merdeka Perekat Komunitas Jawa Tengah, Pedagang Pasar Projo Ancam Unjuk
Rasa, Jum’at 15 November 2015
Suara Merdeka Perekat Komunitas Jawa Tengah berjudul 956 Los dan 158 Kios
Pasar Projo Ludes, terbit pada Minggu 22 Juli 2017
Usaid, Cess,. 2008. Dampak Krisis Ekonomi dan Liberalisasi Perdagangan
terhadap Strategi dan Arah Pengembangan Pedagang Eceran Kecil
Menengah di Indonesia. Jakarta: USAID.
Widiandra , Damasus Ottis dan Hadi Sasana, 2013. Analisis Dampak Keberadaan
Pasar Modern Terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar
Tradisisonal ( Studi Kasus di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik
Kota Semarang ), Diponegoro Journal of Economics Volume 2, Nomor
1
LAMPIRAN-LAMPIRAN
WAWANCARA DENGAN BAPAK GIYANTO PEDAGANG ASESORIS
PADA SABTU 15 JULI 2017 DI PASAR PROJO AMBARAWA
Pewawancara : Assalamu’alaikum, ini dengan bapak siapa ya?
Giyanto : Nama saya Giyanto mbak.
Pewawancara : Sejak kapan bapak berjualan di pasar Projo?
Giyanto : Saya berjualan disini sudah 30 tahun mbak, saya mulai jualan
disini itu sejak tahun 1987.
Pewawancara : Pak bagaimana perbedaan kondisi pasar Projo Ambarawa sejak
dulu anda mulai berjualan pertama kali disini dengan sekarang?
Giyanto : Ya bedanya jauh mbak, sekarang kondisi perekonomian di pasar
itu kurang stabil, memang kalau sekarang bangunan fisik pasar dan
fasilitas pasar itu baik mbak tapi pembelinya sedikit berbeda
dengan zaman dulu mbak, dahulu itu bangunan pasar masih
sederhana tetapi untuk dahulu masih banyak pembeli dan belum
banyak saingan.
Pewawancara : Pak bagaimana dengan dinamika pasar Projo Ambarawa sejak
pertama kali anda jualan hingga saat ini?
Giyanto : Saya awal mula berjualan disini ialah tahun 1987 ketika masa
pemerintahan presiden Soeharto, waktu itu mbak kondisi
perekonomian pedagang di pasar Projo bisa dikatakan cukup baik
dalam hal pendapatan, rata-rata para pedagang bisa mendapatkan
penghasilan yang lumayan. Saat itu pembeli masih banyak mbak,
harga barang masih murah, saingan masih sedikit. Ibaratnya di
masa Soeharto pedagang sini ini itu bisa hidup dengan baik lah
mbak, tidak ada pedagang yang kesulitan memenuhi kebutuhan
untuk makan sehari, bahkan penghasilan sehari kalau untuk
memenuhi kebutuhan sehari itu ada sisanya lah mbak untuk
tabungan. Berdagang di masa Soeharto itu penghasilan saya
rasakan lumayan, dan dalam berjualan juga tidak ada hambatan
yang begitu berarti. Lalu setelah Soeharto lengser kondisi
perekonomian pasar mulai berubah, di tahun 1998 saat Soeharto
lengser harga-harga kebutuhan pada naik, tentu hal ini berpengaruh
ke pedagang mbak. Penghasilan berdagang mulai menurun dan
daya beli di pasar Projo mulai menurun mbak. Ketika
kepemimpinan Presiden berfanti dari Gusdur, Megawati, SBY,
keadaan perekonomian pasar itu semakin menurun mbak. Setiap
tahunnya perkembangan perekonomian di pasar Projo tidak
semakin meningkat malah semakin menurun.
Pewawancara : Pak kira-kira penyebab perekonomian menjadi sepi itu apa ya?
Giyanto : yang paling terlihat jelas yaitu munculnya saingan yaitu dengan
munculnya pedagang-pedagang baru mbak. Kalau dahulu mbak
pasarnya memang masih sederhana pedagangnya belum begitu
banyak sehingga hasil dari berdagang ya ya lumayan mbak.
Kemudian ditambah munculnya pasar pagi mbak. Kebearadaan
pasar pagi cukup perpengaruh besar dalam perekonomian di pasar
Projo mbak, ya jelas adanya pasar Projo mengurangi pendapatan
para pedagang yang berjualan di siang hari mbak. Karena dulu
pasar dibuka mulai dari jam 6 tapi dengan adanya pasar pagi jam
12 malam pun sudah ada yang jualan jadinya para pedagang
banyak yang kehilangan langganan mbak. Dengan adanya pasar
pagi mendorong munculnya pedagang keliling, mulai dari
pedagang keliling gendongan hingga pedagang keliling yang
menggunakan motor. Keberadaan para pedagang keliling
mengurangi para pembeli di pasar Projo mbak, ya kalau dulu
pembeli ingin membeli barang kebutuhan seari-hari nah kalau
sekarang kan cukup nunggu di rumah saja lalu pedagang yang
nanti akan mengantar barang yang dibutuhkan.
Pewawancara : Pak bagaimana pengaruh keberadaan toko-toko, minimarket di
sekitar pasar terhadap perekonomian di pasar Projo
Giyanto : Pengaruhnya lumayan besar mbak terhadap daya jual di pasar.
Adanya minimarket dan toko-toko seperti Laris, Alfamart,
Indomart di sekitar pasar Projo membuat masyarakat lebih memilih
membeli barang-barang dari sana ketimbang dari pasar mbak. Ya
pokoknya adanya Alfamart, Indomart, Laris dan lain-lain
mengurangi minat masyarakat untuk membeli barang di pasar
Projo Ambarawa.
Pewawancara : Pak bagaimana kondisi keagamaan pedagang pasar Projo?
Giyanto : Hampir sebagian besar pedagang pasar Projo beragama islam, ya
hampir 90% pedagang pasar Projo beragama Islam mbak. Kalau
untuk praktek keagamaan yang bisa dilihat ya dari sholatnya mbak.
Kalau dulu mbak awal saya berdagang disini mengenai praktek
keagamaannya masih kocar-kacir, banyak yang tidak sholat mbak,
ya salah satu alasannya karena masjid yang paling dekat dari pasar
letaknya itu sekitar 200 meter mbak, kalau mau sholat para
pedagang harus jalan ke masjid di pemukiman warga. Kemudian di
tahun 1992 pasar projo kan kebakar mbak, nah setelah kejadian itu
banyak pedagang yang sadar mbak, terdapat peningkatan jumlah
pedagang yang sholat ke masjid walaupun belum sebagian besar.
Kemudian di tahun 2012 kebakaran lagi, setelah peristiwa
kebakaran itu banyak pedagang yang mulai sadar dan banyak yang
memperbaiki diri lah mbak, dan dari pasca kebakaran tahun 2012
hingga hari ini banyak yang sholat mbak. Ya kalau sekarang
sebagian besar para pedagang pasar projo kalau datang waktu
sholat mereka segera melaksanakan sholat. Salah satu faktor yang
mendukung ialah bangunan baru pasar yang menyediakan fasilitas
tempat ibadah di lantai 1 dan lantai 2 dan di setiap kamar mandi
umum di dekatnya disediakan lokasi yang dapat digunakan untuk
melaksanakan ibadah sholat, selaun itu di belakang pasar telah
dibangun mushola sehingga para pedagang dengan mudah dapat
melaksanakan ibadah sholat dengan ketersediaan fasilitas yang
memadai.
Pewawancara : Pak menurut anda definisi bekerja itu apa?
Giyanto : Bekerja itu ya berusaha mendapatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan, dan untuk memenuhi kebutuhan saya
berdagang asesoris di pasar Projo mbak.
Pewawancara : Pak menurut anda bagaimana hubungan agama dan bekerja?
Giyanto : Ya tidak ada hubungannya mbak, urusan bekerja ya bekerja,
kalau ibadah ya sholat. Agama tidak berpengaruh lah mbak dalam
bekerja, waktunya sholat kita ya sholat waktunya kita dagang ya
dagang.
Pewawancara : Kiranya cukup sekian wawancaranya pak, terimakasih atas
waktunya.
Giyanto ; oh ya mbak sama-sama.
WAWANCARA DENGAN BAPAK MARLAN PEDAGANG ALAT-ALAT
DAPUR DI PASAR PROJO AMBARAWA PADA SABTU 15 JUNI 2017
Pewawancara : Pak ini dengan bapak siapa?
Bapak Marlan : Namanya saya bapak Marlan dari desa tegaron Kecamatan
Banyubiru.
Pewawancara : Sejak kapan bapak berjualan di pasar Projo Ambarawa?
Bapak Marlan : Saya berjualan sejak tahun 1992.
Pewawancara : Bagaimana kondisi pasar Projo pada tahun 1992 hingga sekarang
pak?
Bapak Marlan : Keadaan pasar yang dahulu dengan sekarang sangat berbeda jauh
mbak kondisinya, yang dimaksud beda jauh ini begini mbak kalau
dulu itu harga barang dagangan itu murah-murah kalau sekarang
barang dagangan itu mahal-mahal. Kalau untuk daya beli nya ya
sama saja, hanya nilai rupiah nya saja yang berbeda.
Peawancara : Pak di tahun 1998 ketika lengsernya pak Soeharto dari jabatannya
presiden apakah ada pengaruhnya terhadap pendapatan dari
penjualan bapak?
Bapak Marlan : Kalau dagangan seperti yang saya jual tidak ada pengaruhnya
mbak. Ya kalau jualan saya alhamdulillah mbak stabil saja
walaupun harga barang tetap naik turun.
Pewawancara : Pak darimana bapak dapat dagangan yang anda jual?
Bapak Marlan : Kalau dagangan berupa tenggok (keranjang dari bambu), tampah,
caping pokoknya alat-alat yang berasal dari bambu itu dari
Tegaron Banyubiru dan sekitarnya, kalau gerabah dan barang-
barang dari tanah liat itu saya dapat dari Yogyakarta, ada juga
barang-barang yang dari Boyolali seperti wajan, ada juga yang dari
Klaten, ada juga yang dari Imogiri.
Pewawancara : Pak bagaimana kiat bapak dalam mendapatkan pelanggan yang
banyak.
Bapak Marlan : Kalau berjualan disini itu, pedagang yang bisa jual barang
dagangannya murah itu pasti banyak yang beli mbak, maka saya
menjual barang dengan harga yang murah mbak walaupun laba
hanya seribu saya kasihkan mbak, walaupun saya laba sedikit tapi
kan banyak pembeli daripada laba banyak yang beli cuma satu atau
dua orang, kalau yang murah pasti langganannya banyak mbak jadi
ketika ada yang butuh alat-alat dapur pasti pembeli kembali ke kios
saya dan beli lagi barang dagangan saya, ibarat modal saya ambil
tenggok jadi banyak langganan tetap di kios saya mbak. Malah
kalau barang dagangan dijual mahal pembeli kapok dan tidak akan
beli lagi mbak.
Pewawancara : Apakah langganan bapak banyak?
Bapak Marlan : Ya Alhamdulillah banyak mbak, modalnya kepercayaan mbak,
saya melayani pelanggan bermacam-macam mbak. Kadang ada
pelanggan yang ambil barang dagangan dulu dan membayarnya di
belakang. Ada juga pembeli yang langsung bayar cash. Nah kalau
untuk langganan saya yang membeli barang dagangan untuk dijual
kembali biasanya mereka ambil dulu setelah dagangannya laku
baru mereka membayar secara tunai.
Pewawancara : Pak pengertian bekerja menurut anda itu seperti apa?
Bapak Marlan : Kalau menurut saya kerja itu ya selagi saya ke pasar ya berarti
saya bekerja mbak, asal menghasilkan uang terus banyak pembeli
termasuk saya sudah bekerja.
Pewawancara Pak menurut anda apakah penting ajaran agama Islam dalam
berdagang?
Bapak Marlan : Ya sangat penting mbak, orang Rasulullah saja mengajarkan kita
berdagang, kita sebagai umat muslim ya harus mengikuti jejak
Rasulullah, jadi dasarnya orang berjualan ya Al-qur’an itu. Jadi
kalau orang berjualan segala sesuatu kalau didasari dengan agama
ya hasilnya alhamdulillah mbak, kejujuran dan kepercayaan
pembeli yang harus tetap dijaga mbak.
Pewawancara : Pak dalam usaha bapak berdagangan bagaimana
perkembangannya sejak pertama kali anda mulai berdagang hingga
sekarang?
Bapak Marlan :Ya alhamdulillah usaha dagang saya bisa berkembang dari dulu
yang awalnya saya berjualan alat-alat dapur berbahan dasar bambu
seperti tenggok, tampah, irik, caping dan yang lainnya kemudian
saya mulai menambah dagangan berbahan dasar tanah liat seperti
gerabah dan mainan anak-anak yang berbahan dasar tanah liat, lalu
tambah lagi seperti wajan, telenan hingga sekarang saya dapat
berdagang dengan barang dagangan yang banyak dan insyaallah
untuk alat-alat dapur di kios saya tersedia komplit mbak. Walaupun
pasar kondisi perekonomian tidak stabil asal kita mau sabar, jujur,
ulet ya insyaallah tetap berkembang. Sebagai pedagang dan
sebagai manusia kita kan wajib berusaha yaitu bekerja dan jangan
lupa berdoa dan hasilnya diserahkan saja pada Allah mbak. Rejeki
itu sudah diatur mbak kita wajib berusaha mbak, toh banyaknya
saingan kita dalam berdagang kalau memang sudah rejeki kita ya
pasti kita mendapatkannya mbak, rejeki itu Allah yang
menurunkan tidak akan salah alamat mbak.
Pewawancara : Kiranya cukup sekian wawancaranya pak. Terima kasih.
Bapak marlan ; Sama-sama mbak.
WAWANCARA DENGAN IBU ROMISAH PEDAGANG IKAN DAN SAYUR
DI PASAR PROJO AMBARAWA PADA KAMIS 15 JUNI 2017
Pewawancara : Ibu namanya siapa?
Romisah : Saya namanya ibu Romisah asal saya dari Bawen.
Peawancara : Mulai kapan ibu berjualan disini?
Romisah : Sudah lama mbak saya berjualan disini sudah sepuluh tahunan.
Pewawancara : Bu bagaimana perbedaan pasar Projo yang dulu dengan sekarang?
Romisah : Beda mbak, kalau dulu pasarnya ramai mbak banyak pembeli tapi
sekarang pasar nya sepi pembeli itu sudah jarang. Dulu mbak
sebelum kebakaran itu penghasilan saya lumayan mbak, saya
masih bisa memberi uang saku untuk anak saya sekolah tapi
setelah kebakaran tahun 2012 itu pendapatan saya menurun untuk
makan sehari saja sulit malah kadang rugi mbak. Saya jualan saja
ambil dagangan dari juragan pindang dan sayur hanya sedikit kalo
ikan pindang hanya lima gendel kalo dulu sebelum kebakaran
dalam sehari saya bisa laku sepuluh hingga enam dua belas gendel
bahkan kadang lebih mbak. Untuk sekarang itu lima gendel bisa
laku sudah bagus mbak malah kadang dagangan masih sisa mbak
sehingga saya setor ke juragan jadi tombok mbak. Dulu saya jualan
itu sampai maghrib mbak kalau sekarang sampai tengah hari saja
dagangan belum tentu laku habis mbak.
Pewawancara : Bu kira-kira ketika anda berdagang yang selalu banyak
pembelinya di pasar itu kira-kira kapan bu?
Romisah : Ya paling saat pasar kembang, ya memang kalau pasar kembang
mesti ramenya mbak kan orang-orang mau merayakan idul fitri
sehingga membutuhkan barang yang banyak, kalau pasar kembang
saya pun pendapatannya naik hingga dua kali lipat dari biasanya
mbak, kalau dagangan saya 10 gendel kalau saat pasar kembang
bisa laku sampai 20 gendel pindang mbak.
Pewawancara : Bu dengan kondisi pasar yang tidak stabil, alasan ibu masih
jualan itu apa bu?
Romisah : Saya harus tetap kerja mbak kan suami saya tidak bekerja
sehingga yang harus cari nafkah itu saya supaya kebutuhan
keluarga saya dapat terpenuhi dan anak saya supaya bisa sekolah
hingga lulus STM mbak. Dan sekarang putra saya dua-duanya
sudah bekerja. Setelah anak saya sudah bekerja saya juga jualannya
seadanya mbak, saya ambil dagangannya sedikit mengikuti pasar
karena kalau saya paksa ambil dagangan banyak yang ada saya
rugi mbak.
Pewawancara : Bu kan anda ambil dagangan dari juragan untuk pembayarannya
itu bagaimana bu?
Romisah : Untuk pembayaran barang dagangan yang saya ambil itu saya
setor uang seminggu setelah saya ambil barang dagangan mbak,
jadi saya ambil dagangan dulu dan bayarnya seminggu kemudian.
Pewawancara : Bu bagaimana pandangan anda tentang bekerja?
Romisah : Bekerja itu ya mendapatkan penghasilan dan cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari mbak, ya yang penting cukup
untuk makan sehari-sehari.
Pewawancara : Bu kira-kira penting tidak bu ajaran agama Islam dalam
berdagang?
Romisah : Ya penting mbak. Saya berdagang biar halal ya harus sesuai
ajaran Islam mbak, tidak boleh melanggar nilai-nilai ajaran Islam
mbak yang penting jujur, pokoknya tidak ada unsur kebohongan
dalam jualan lah mbak.
Pewawancara : kiranya cukup sekian wawancaranya bu, terima kasih sudah
meluangkan waktunya.
Romisah : oh iya mbak sama-sama.
WAWANCARA DENGAN IBU SARMI PEDAGAN BUAH PADA SABTU 11
JUNI 2017 DI PASAR PROJO AMBARAWA.
Pewawancara : Assalamu’alaikum bu ini dengan ibu siapa?
Ibu Sarmi : Wa’alaikum sala, mbak, nama saya Sarmi.
Pewawancara : Sejak kapan ibu berjualan di pasar Projo?
Ibu Sarmi : Saya berjualan di pasar Projo sudah 31 tahun mbak, ya sekitar
tahun 1986 berjualan disini.
Pewawancara : bagaimana sejarahnya ibu bisa jualan di pasar Projo?
Ibu Sarmi : Saya mulai berjuan buah di pasar Projo pada tahun 1986, awalnya
saya berjualan buah kecil-kecilan mbak, saya biasa jualan dari jam
8 pagi mbak. Saya jam 5 ke pasar Projo untuk membeli buah-
buahan dari juragan buah kemudian setelak selesai kulakan saya
bersiap-siap untuk membuka lapak saya untuk jualan. Kemudian di
tahun 2003 saya mempunyai modal yang cukup untuk
mengembangkan usaha saya, dan di tahun 2003 saya mulai kulakan
di pasar Johar kemudian pada jam 3 pagi saya menjual buah-
buahan yang saya beli dari Johar. Dengan perubahan jam dagang
dan dengan menjual secara grosir saya harus mencari langganan
baru.
Pewawancara : Kalau ibu pergi kulakan di pasar Johar, ibu berangkat jam berapa?
Ibu Sarmi : Biasanya saya berangkat jam setengah delapan kadang juga jam
delapan malam mbak. Saya sampai di pasar Johar sekitar jam
sepuluhan lebih sedikit, disana saya kulakan buah dari para juragan
mbak, juragan ini dapat buah dari pelabuhan.
Pewawancara : Kira-kira ibu mulai jualan di pasar pagi jam berapa dan cara jual
nya bagaimana ya bu?
Ibu Sarmi : Saya biasanya sampai ke pasar Projo itu jam 02.00 mbak, dan
para tengkulak buah datang sekitar jam tiga pagi mbak. Kalau
untuk menjualnya saya punya langganan tetap yang membeli harga
saya. Untuk jualnya masing-masing pedagang besar punya caranya
masing-masing, kalau saya itu ada potongan berat kotak kayu
wadah dari buah, jadi wadah yang digunakan untuk menaruh buah
berupa kotak yang berbahan kayu sehingga berat buah ketambahan
kayu mbak, sehingga saya ada potongan dengan kotaknya itu
mbak, yang saya hitung untuk jual itu berat bersihnya mbak. Dan
biasanya saya juga menjual buah-buahan yang segar sehingga
kalau ada buah yang busuk atau kualitasnya kurang baik saya akan
memberi harga beda mbak, untuk buah busuk langsung saya
buang, dan untuk buah yang sudah tidak segar saya memberi
potongan harga biasanya hingga 50% karena kalau tidak saya jual
saya bisa rugi banyak mbak.
Pewawancara : Bu bagaimanakondisi ekonomi pasar Projo dari tahu 1986 hingga
sekarang ?
Ibu Sarmi : kalau dulu saat awal saya berjualan disini bangunan pasar masih
sederhana mbak, tempat jualannya belum dipisah-pisah masih
campur-campur, dulu pembelinya juga banyak mbak, saingannya
juga belum begitu banyak. Kemudian di tahun 1992 terjadi
kebakaran sehingga pedagang harus kembali mencari pelanggan
lagi, disamping pedagang mengalami kerugian pedagang juga
kehilangan sebagian pelanggan. Kemudian setelah sekitar satu
bulan para pelanggan akan kembali menemukan pedagang yang
menjadi langganannya sehingga transaksi jual-beli bisa berjalan
seperti biasa. Kemudian di tahun 1998 Soeharto lengser dan harga
barang-barang di pasaran naik semua. Kondisi ekonomi pasar
menjadi kacau waktu itu mbak, di tahun 1999 mulai membaik.
Pasar Projo mulai kembali ramai di tahun 2001. Kemudian mulai
tahun 2003 harga BBM mengalami kenaikan, kenaikan BBM yang
paling terasa bagi masyarakat dan berpengaruh dengan harga
barang-barang di pasaran yakni pada tahun 2005 dan 2008. Di
tahun 20012 pasar Projo mengalami kebakaran dan para pedagang
mengalami kerugian dan sementara waktu harus berdagang di
tempat relokasi sementara. Penjualan para pedagang di tempat
relokasi mengalami penurunan yang drastis mbak. Kemudian di
tahun 2015 pasar mulai dibuka kembali, dan kami mulai berjualan
kembali. Para pembeli tidak sebanyak dahulu karena sekarang
banyak saingan mbak, dari pedagang keliling dan adanya
minimarket-minimarket di sekitar sini mengurangi pembeli yang
datang ke pasar Projo Ambarawa.
Pewawancara : Bu menurut anda pengertian bekerja itu apa?
Ibu Sarmi : Menurut saya bekerja adalah menghasilkan pendapatan berupa
uang, dan pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kita. Pekerjaan yang bisa saya lakukan adalah
berdagang mbak.
Pewawancara : Bu bagaimana dengan kondisi keagamaan di pasar Projo
Ambarawa bu?
Ibu Sarmi : Keadaan keagamaan disini cukup baik mbak, kalau waktu sholat
tiba dan adzan berkumandang para pedagang segera melaksanakan
ibadh sholat.
Pewawancara : Bu menurut anda apakah ada keterkaitan antara urusan agama dan
urusan berdagang?
Ibu Sarmi : Ya ada mbak dari ajaran agama lah kita bisa melakukan
perdaganagan sesuai syariat agama Islam. Urusan berdagang kan
diatur di dalam agama Islam, sebagai umat Islam saya kan tinggal
menjalankan berdagang sesuai dengan aturan yang ada dalam Al-
qur’an mbak. Kita sudah diberi petunjuk ya tinggal dijalankan saja
mbak.
Pewawancara : Bagaimana kiat ibu untuk berjualan supaya bisa bertahan lama
berjualan di pasar Projo?
Bu Sarmi : Paling penting adalah kejujuran mbak, saya selama jualan tidak
pernah berbohongan mengenai berat dagangan kualitas dagangan.
Kalau dagangan kualitas baik saya bilang baik kalau kurang baik
ya saya bilang kurang baik. Yang kedua saya menjual barang
dagangan dengan harga yang murah, laba sedikit tidak apa-apa
yang penting langganannya banyak, karena dagangan berua buah-
buahan itu harus segera laku terjual kalau kita menjual dengan
harga yang mahal maka dagangan lakunya akan lama dan buah
tidak tahan lama akan segera busuk malah nantinya kita akan rugi.
Berjualan itu laba sedikit tidak apa-apa tapi langganan kita akan
membeli terus dagangan kita. Dalam berdagang tertib dengan
waktu juga penting mbak, kemudian sebagai pedagang harus sabar
mbak jadi berdagang itu pasti mengalami untung dan kadang rugi.
Kalau untung ya disyukuri dan laba yang kita dapat di sisihkan
sedikit untuk jaga-jaga kalau kita mengalami kerugian. Kemudian
kalau kita mengalami kerugian ya sabar mbak.
WAWANCARA DENGAN IBU SOLEHAH PEDAGANG ALAT-ALAT
DAPUR (GRABADAN) DI PASAR PROJO AMBARAWA PADA SELASA 11
JULI 2017.
Pewawancara : Assalamu’alaikum bu, maaf mengganggu waktu anda bu saya
bisa minta tolong untuk meluangkan waktu sebentar untuk
wawancara?
Solehah : oh ya bisa mbak silahkan.
Pewawancara : Nama anda siapa ya bu?
Solehah : Nama saya Solehah.
Pewawancara : Ibu berasal dari daerah mana?
Solehah : Saya berasal dari desa Tegaron Kecamatan Banyubiru.
Pewawancara : Bu sejak kapan anda jualan di pasar Projo?
Solehah : Sejak tahun 1993 mbak.
Pewawancara : Bu bagaimana ceritanya anda bisa jualan di pasar Projo
Ambarawa?
Solehah : Awalnya begini, di desa tegaron yaitu tempat saya tinggal hampir
semua warganya itu hidup sebagai pembuat keranjang dari bambu
atau tenggok, dalam masyarakat tegaron setiap warga saat itu pasti
dapat membuat keranjang dari bambu bahkan bisa membuat caping
(topi dari bambu yang biasa digunakan di sawah) tampah (sejenis
anyaman berbentuk lingkaran dan lebar dengan sisi yang pendek,
digunakan untuk menaruh makanan), dan dulu saya berpikir
daripada saya bekerja menjadi pembuat tenggok saya memilih
menjadi penjual tenggok. Saya mulai mengambil tenggok dari
tetangga-tetangga saya dan menjualnya ke pasar Projo, dimulai
dengan barang yang sedikit dan waktu itu saya menjual di pinggir
jalan atau saya berkeliling pasar dan menawarkannya kepada
pembeli.
Pewawancara : Jadi dulu ibu tidak langsung punya kios bu?
Solehah : Ya belum mbak, dimulai dengan jualan di pinggir jalan atau
berkeliling di pasar Projo saya mulai mendapat pelanggan, dan
kemudian sedikit demi sedikit saya mulai mengalami kemajuan,
lalu saya mampu menyewa kios di pasar Projo, dan usaha berjualan
saya mulai berjalan.
Pewawancara : Bu bagaimana dengan dinamika penjualan anda ?
Solehah : Kalau yang saya rasakan jualan peralatan dapur itu penjualannya
stabil mbak, kalau untuk ramai atau sepi ya wajar lah mbak
namanya saja berdagang, tapi kalau untuk naik turunnya saya rasa
masih bisa dikatakanstabil karena kalau jualan grabatan resiko
untuk rugi sedikit mbak beda kalau jualan buah atau sayur resiko
rugi nya besar, karena pedagang yang jualan sayur dan buah itu
rentan rugi karena barang dagangannya harganya tidak stabil naik
turunnya barang sangat mudah lalu resiko barang dagangan busuk
juga mbak sehingga barang dagangan harus habis dalam sehari
kalau tidak resiko barang dagangan busuk atau layu yang dapat
berdampak pada kerugian. Memang untuk keuntungan para penjual
sayur dan buah itu lumayan tinggi mbak karena buah dan sayur
adalah bahan konsumsi sehari-hari namun tingkat resiko kerugian
yang tinggi juga, beda dengan grabatan resiko untuk rugi sedikit
mbak, tapi lakunya ya stabil tidak terlalu mengalami pasang surut.
Pewawancara : Bu bagaimana kiat anda berjualan di Pasar Projo sehingga dapat
bertahan hingga sekarang?
Solehah : Orang berjualan pertama harus jujur mbak, karena pembeli bisa
kembali membeli dagangan kita di dasari rasa percaya, yang kedua
ulet mbak, orang jualan harus ulet mbak karena saya jualan juga
cuma modal tenaga menjualkan tenggok yang dibuat oleh tetangga
saya lalu saya mendapatkan untung dan dari keuntungan awal saya
membangun usaha saya hingga seperti sekarang ini. Lalu orang
jualan juga harus sabar mbak, karena kondisi di pasar kan juga
tidak tentu mbak kadang banyak pembeli kadang juga sepi bahkan
kadang dalam sehari tidak laku, perlu kesabaran lah mbak dalam
berjualan. Lalu saya jualan dengan harga murah mbak, saya bisa
jual barang dagangan murah karena saya membeli dagangan
dengan datang langsung ke tempat produksi lalu setelah saya bisa
dekat dengan produsen baru saya meminta produsen untuk
mengirim barang ke kios saya namun tetap dengan harga yang
rendah sehingga saya bisa jual barang dengan harga yang murah.
Kemudian sebagai pedagang kita juga harus menjaga kerukunan
dengan pedagang lain mbak, ya saling menghormati, bersikap
sopan lah mak pokoknya. Disini kita kan juga harus menjalin
silaturahmi yang baik dengan para pedagang yang lain serta
pembeli mbak, karena hidup di pasar layaknya hidup di desa.
Pewawancara : Bu menurut anda pengertian bekerja itu apa bu?
Solehah : Bekerja menurut saya ya berusaha menghasilkan uang, usaha
yang saya lakukan ialah dengan berdagang seperti ini, dengan
berdagang seperti ini saya bisa memenuhi kebutuhan hidup saya
beserta keluarga.
Pewawancara : Bu bagaimana dengan kondisi agama dari dulu hingga sekarang?
Solehah : Kondisi keagamaan sudah baik mbak, dari dulu kalau waktunya
sholat ya para pedagang akan melaksanakan sholatbedanya kalau
dulu para pedagang harus turun untuk ke masjid jika ingin
melakukan ibadah sholat tapi untuk sekarang kan di dalam pasar
sudah banyak tempat untuk sholat di dalam pasar dan sekarang di
bagian belakang pasar sudah ada mushola. Kalau para pedagang
akan melaksanakan sholat biasanya para pedagang gantian jadi
pedagang yang akan melaksanakan sholat sebelumnya minta
tolong kepada teman pedagang yang lainnya untuk menitip barang
dagangan sehingga kalau ada pembeli pedagang sebelah bisa
membantu menjualkan atau pembeli diminta menunggu sebentar.
Pewawancara : Bu menurut anda apakah penting ajaran agama dalam berdagang.
Solehah : Ya penting lah mbak nomor satu ibadah baru yang kedua bekerja.
Ibadah yang saya maksud bukan Cuma sholat ya mengaji Al-
qur’an, hadis, lalu datang ke pengajian. Kalau sholat memang
utama tapi alangkah baiknya sebagai manusia kita tahu mengenai
ajaran agama Islam, untuk tahu maka diperlukan untuk mengaji
mbak, setelah ibadah selesai dilaksanakan baru bekerja. Kalau kita
bekerja pun kita harus berdoa dulu kan mbak jadi penghasilan yang
kita dapat itu berkah, dan di dalam ajaran Islam bekerja kan juga
ibadah mbak.
Pewawancara : Kiranya cukup sekian wawancaranya bu, terima kasih atas
waktunya ibu.
Solehah : Sama-sama mbak.
WAWANCARA DENGAN PEDAGANG DAWET AYU (MINUMAN
BERBAHAN SANTAN, GULA MERAH DAN CENDOL) PADA KAMIS 15
JULI 2017 DI PASAR PROJO AMBARAWA.
Pewawancara : Assalamu’alaikum, maaf ini dengan bapak siapa?
Mahabri : Nama saya Mahabri.
Pewawancara : Sejak kapan anda berdagang di pasar Projo pak?
Mahabri : Saya berdagang di pasar Projo sejak tahun 2008 mbak.
Pewawancara : Bagaimana perbedaan pasar Pojo dari tahun 2008 hingga saat ini
pak?
Mahabri : Perbedaannya jauh mbak, enakan dulu mbak kalau untuk
berjualan, dulu kan harga barang masih murah jualan juga masih
rame pembeli, sekarang kan persaingan ketat, harga barang mahal,
kalau dibandingkan dengan yang dulu pendapatannya berkurang
mbak.
Pewawancara : Jadi setiap tahun itu saingan berjualan bertambah pak?
Mahabri : ya iya mbak seiring berjalannya waktu saingan dalam berdagang
semakin banyak. Setiap tahun jumlah pedagang meningkat,
makanya rejeki itu dibagi-bagi kan mbak, ibaratnya nilai 10, dari
nilai tersebut ya kalau kita kebaikan banyak lah kalau kita
kebagiannya sedikit, ya kaya gitu mbak.
Pewawancara : Bagaimana pengaruh kebakaran terhadap perdagangan di pasar
Projo pak?
Mahibri : Bagi usaha jualan saya berpengaruh karena adanya kebakaran
mbak. Saya bisa bilang begitu karena saya pernah merasa enakan
jualan dulu mbak sebelum terjadinya kebakaran. Setelah terjadinya
kebakaran perubahannya jauh, tidak perubahan ramai pembeli tapi
perubahan jadi sepi pembeli mbak. Kalau sekarang itu ramai
karena orang lewat mbak, ya masalahnya saya tidak tahu tapi kalau
jualan saya, pmbelinya berkurang sehingga berpengaruh terhadap
pendapatan saya jadi turun mbak.
Pewawancara : pak apakah hal sama terjadi pada pedagang lain?
Mahabri : ya para pedagang lain merasakan apa yang saya rasakan mbak,
para pedagang merasakan lebih enakan berjualan dulu ketimbang
sekarang sebelum pasar terbakar, walaupun pasar jelek tapi untuk
jualan itu enak mbak.
Pewawancara : bagaimana dengan kondisi keagamaan para pedagang?
Mahabri : Orang-orang di pasar ini netral mbak, artinya tidak terlalu fanatik
lah mbak, jadi kalau bulan puasa ibaratnya orang lain mau puasa ya
silahkan, mau tidak puasa ya silahkan. Orang-orang disini netral
mbak karena ketika bulan puasa saya berjualan dawet ayu saja
tidak pernah ada yang protes atau yang memberi peringatan. Disini
toleransinya tinggi mbak.
Pewawancara : pandangan anda tentang bekerja itu apa pak?
Mahabri :Ya saya bisanya hanya jualan seperti ini, yang penting
menghasilkan uang yang halal lah mbak gitu aja mbak. Kalau
berharap sukses tidak ada, karena paling pendapatan sehari habis
untuk makan sekeluarga dan memenuhi kebutuhan anak.
Masalahnya dari dulu yang saya rasakan tidak ada peningkatan,
istilahnya pendapatan dalam satu hari cuma cukup untuk
kebutuhan sehari. Intinya Cuma seperti itu saja mbak, saya Cuma
bisa bekerja sebagai pedagang selain sebagai pedagang saya
kesulitan.
Pewawancara : pak menurut anda apakah ada hubungan antara kerja dengan
agama?
Mahabri : ya tidak ada mbak kalau agama kan mengatur tentang ibadah
sedangkan bekerja kan urusannya gimana kita bisa dapat
penghasilan mbak. Ya untuk dapat penghasilan saya berdagang,
kalau agama kan mengatur untuk kita ibadah. Ibadah yang saya
tahu ya sholat itu.
Pewawancara : kiranya cukup sekian wawancaranya, terimakasih pak atas
waktunya.
Mahabri : ya mbak sama-sama.
WAWANCARA DENGAN TENGKULAK SAYUR (KONSUMEN TETAP)
PASAR PROJO AMBARAWA IBU SUTIMAH PADA MINGGU 4 JUNI 2017.
Pewawancara : mbah anda namanya siapa?
Sutimah : nama saya Sutimah asal dari desa Kebumen Kecamatan
Banyubiru.
Pewawancara : mbah sejak kapan anda mulai kulakan sayur di pasar Projo
Ambarawa?
Sutimah : saya mulai kulakan sayur di pasar projo pada tahun 1985 mbak.
Pewawancara : mbah kenapa memilih pasar projo sebagai tempat kulakan anda?
Sutimah : karena waktu itu pasar Projo mulai ada pasar pagi mbak dan
harga sayur-sayuran di pasar Projo itu murah, ya harga untuk orang
kulakan sehingga dengan harga yang lebih ringan saya dan juga
pengecer lainnya dapat menjual kembali sayur-sayuran di pasar
dekat kami tinggal, dan juga dengan waktu dini hari kami dapat
kulakan dagangan dulu sehingga siangnya kami bisa jualan di
pasar dekat rumah saya.
Peawancara : mbah kalau anda ke pasar pagi itu kira-kira berangkat jam
berapa?
Sutimah : saya berangkat jam tiga pagi mbak, naik mobil angkutan yang
belakangnya terbuka.
Pewawancara : mbah memang kalau jam tiga pagi pasarnya sudah ada yang
jualan dan bagaimana dengan transportasinya?
Sutimah : sudah ada mbak, untuk transportasinya saya naik mobil bak
terbuka bersama para tengkulak dari desa saya.
Pewawancara : jadi bersama dengan para tengkulak itu jenengan berangkat ke
pasar Projo mbah.
Sutimah : iya mbak, jadi para tengkulak tidak boleh terlambat walaupun
hanya lima belas menit saja karena kalau kita terlambat sedikit saja
pasti saya sudah ditinggal dan tidak dapat pergi ke pasar pagi, dan
biasanya para tengkulak dari desa kami yang akan beli barang
dagangan berupa sayur dan buah-buahan dari pasar Projo, jam tiga
pagi berkumpul di pos ojek desa Kebumen untuk menunggu mobil
bak terbuka, karena di pagi hari angkutan umum belum beroperasi
sehingga para tengkulak harus menggunakan jasa penyewaan
mobil bak terbuka, dan satu mobil disewa oleh tiga orang
tengkulak.
Pewawancara : mbah bagaimana perbedaan transaksi di pasar Projo di waktu
siang hari dan pagi hari?
Sutimah : kalau pasar pagi itu lebih rame daripada pasar di siang hari mbak,
di pasar pagi para pedagang dan para pembeli seperti dikejar
waktu, banyak pembeli membeli dagangan dengan jumlah yang
banyak karena barang yang dibeli akan dijual kembali di pasar-
pasar kecil di sekitar Ambarawa, atau barang yang dibeli akan
dijual dengan cara berkeliling. Transaksi jual-beli di pasar pagi
cenderung lebih ramai, dengan pembatasan waktu hingga pukul
06.00 WIB menuntut para pedagang untuk siap membuka lapaknya
dari dini hari biasanya para pedagang pasar pagi pukul 02.00 WIB
sudah membuka lapaknya, para pembeli mulai datang dari pukul
03.00 WIB. Aturan pasar pagi harus selesai pukul 06.00 WIB dan
diganti dengan pasar siang membuat para pedagang pasar pagi
lebih menghargai waktu mbak, para pedagang pasar pagi harus
tepat waktu untuk memenuhi pesanan dari para tengkulak. Selain di
pasar pagi lebih banyak pembeli dan cenderung lebih ramai, barang
dagangan di pasar pagi juga lebih murah karena harga yang
ditawarkan merupakan harga grosir. Sedangkan di siang hari
barang dagangan yang dijual menggunakan harga eceran.
Pewawancara : mbah kalau di pasar pagi itu barang dagangan yang dijual itu apa
saja?
Sutimah : dagangan yang dijual di pasar pagi itu sayur-sayuran dan buah-
buahan kalau dulu sekitar tahun 1985 hingga tahun 1990-an,
namun mulai habis kebakaran tahun 1992 dagangan yang dijual di
pasar pagi mulai berkembambang kalau dulu cuma sayuran dan
buah kemudian di pasar pagi ada yang jual tahu, tempe dan bahan-
bahan makanan lainnya di tahun 2000 an di pasar pagi barang-
barang yang dijual mulai beragam terdapat daging, ikan asin, ikan
basah bahkan ada pedagang pakaian yang membuka lapak di pasar
pagi.
Pewawancara : memang sayuran-sayuran yang mbah beli dari pasar Projo
nantinya mbah Sutimah jual dimana?
Sutimah : saya jual di pasar Kebumen di desa Kebumen Kecamatan
Banyubiru.
Pewawancara : mbah kira-kira Pasar Projo yang dahulu di tahun 1985 itu
kondisinya seperti mbah bu?
Sutimah : kondisinya ya masih sederhana mbak, bangunannya memang
berlantai dua tapi masih sederhana, kemudian luasnya juga masih
sama dengan yang sekarang, namun pasar yang dulu tempat
parkirnya kecil, terus pedagang kalau jualan itu masih banyak yang
berada di pinggir jalan mbak, ya masih sederhana lah mbak
dagangan yang dibawa para pedagang juga sedikit mbak, mereka
beranggapan bahwa jualan sehari itu yang penting dapat memenuhi
kebutuhan sehari terutama untuk makan satu keluarga, syukur-
syukur masih bisa menyekolahkan anak mbak.
Pewawancara : bagaimana kalau untuk kondisi pedagangnya mbah?
Sutimah : kalau dulu jualannya masih pada kecil-kecilan mbak ya lapak-
lapak kecil tapi barang dagangan yang dijual memang sudah
komplit dar dulu, sehingga masyarakat kalau mau butuh apa-apa
pilihannya ya di pasar Projo, kalau toko-toko atau kios di pasar
Projo memang ada tapi masih sedikit.
Pewawancara : mbah dulu ketika era Soeharto itu kondisi perdagangan di Pasar
itu bagaimana ya mbah?
Sutimah : kalau di masa Soeharto itu masih bagus mbak, pasar-pasar di
sekitar Kecamatan Ambarawa bahkan di pasar Projo masih ramai
dengan pembeli mbak, para pedagang dari pasar-pasar kecil sekitar
Ambarawa mendapatkan barang dagangan dari pasar Projo jadi
kalau pasar-pasar kecil rame maka pasar Projo otomatis juga
banyak pembelinya mbak.
Pewawancara : bagaimana keadaan pasar setelah Soeharto turun tahun 1998
mbah?
Sutimah : wah setelah Soeharto lengser mbak kondisi ekonomi pasar
menurun mbak, kan harga-harga mulai naik dan sedangkat
pendapatan masyarakat kan tetap mbak, jadi daya beli konsumen
menurun tajam mbak, ditambah waktu harga minyak tanah naik hal
itu berpengaruh ke harga-harga barang di pasaran mbak.
Pewawancara : mbah waktu kebakaran pasar Projo 1992, bagaimana keadaan
pasar Projo?
Sutimah : ya pedagang kocar-kacir mbak, yang dirasakan adalah setelah
kebakarannya mbak, pedagang jadi tersebar jadi sebagai pengkulak
saya bingung cari tempat jualan juragan saya, pasar kebakaran jadi
para pedagang berebut mencari tempat jualan sementara mbak.
Setelah kebakaran banyak pedagang yang masih bertahan berjualan
walaupun dengan dagangan seadanya ada juga yang berhenti jualan
karena kerugian yang sangat banyak. Setelah kebakaran sama saja
para pedagang mencari langganan lagi mbak karena tempatnya
sudah tidak sama dan jualan di pasar tradisional seperti ini kan
modalnya kepercayaan, jadi setelah kebakaran para penjual harus
mencari langganan kembali dan membangun kepercayaan dengan
langganan baru mbak.
Pewawancara : mbah dengan keberadaan minimarket di sekitar pasar Projo
apakah berpengaruh terhadap daya beli di pasar Projo Ambarawa?
Sutimah : kalau dulu mbak tidak begitu berpengaruh karena harga-harga
barang yang berada di toko-toko itu lebih tinggi ketimbang harga-
harga di pasar Projo tapi stelah era nya SBY masyarakat mulai
berpindah membeli di minimarket, mungkin karena harganya
hanya terpaut sedikit dengan pasar Projo mbak.
Pewawancara : mbah di tahun 1985 kira-kira pedagang itu tingkat pendidikannya
bagaimana?
Sutimah : zaman dulu orang bisa sekolah itu ternasuk orang-orang yang
punya uang banyak mbak, jadi anak-anak zaman dulu yang hidup
di masa saya bisa sekolah itu sebuah kemulyaan mbak. Cuma
orang-orang tertentu yang bisa sekolah, ya kalangan tingkat atas
mbak. Kalau kalangan menengah ke bawah seperti saya paling
tinggi ya bisa sekolah samapai lulus SD, seseorang lulusan SD di
zaman dulu saja sudah bisa menjadi pegawai di balai desa. Kalau
kalangan pedagang tahun 1985 ya paling tidak sekolah, lalu ada
yang sekolah SD tapi tidak lulus ada juga yang lulusan SD. Kalau
menjadi pedagang itu yang penting bisa berhitung mbak, orang
zaman dulu itu walaupun tidak bisa membaca tapi bisa berhitung.
Pewawancara : bu kira-kira anda zaman dahulu apakah merasakan pendidikan
alternatif seperti pendidikan agama?
Sutimah : kalau pendidikan agama ya mbak, anak-anak zaman dahulu
memang hanya sebagian yang bisa sekolah tapi kalau untuk
pendidikan agama, orang-orang desa zaman dahulu itu wajib
mengaji di usztad atau kyai yang ada di desa mbak, dan saya rasa
pedagang pasar Projo juga sama-sama dari desa sehingga
kebanyakan dari mereka juga mendapat pendidikan agama berupa
mengaji ke tempat Usztad. Kalau orang zaman dulu yang tinggal di
desa itu mbak walaupun tidak sekolah namun wajib untuk mengaji.
Pewawancara : mbah kiranya cukup sekian wawancaranya, terima kasih mbah.
Sutimah : oh ya mbak sama-sama.
WAWANCARA DENGAN LURAH PASAR PROJO AMBARAWA (BAPAK
SARIYANTO) PADA 15 JUNI 2017
Pewawancara : pada tanggal15 Juni 2017 saya Ika Putri Mahanani melakukan
wawancara dengan lurah pasar projo Ambarawa yakni Bapak
Sariyanto.
Pak mulai kapan anda bertugas sebagai lurah pasar di Pasar Projo
Ambarawa?
Sariyanto : Saya bertugas disini mulai 1 Juni tahun 2011.
Peawancara : pak bagaimana perbedaan kondisi pasar Projo Ambarawa dari
tahun 2011 hingga sekarang?
Sariyanto : yang jelas di tahun 2011 itu bangunan pasar projo yang saya
tempati merupakan bangunan yang dibangun tahun 1991-1992,
kemudian tahun 2012 kan pasar terbakar pada 20 Juli 2012.
Kemudian di area bangunan pasar tidak ada kegiatan hingga
bangunan selesai dibangun kembali atau direvitalisasi tahun 2015.
Kemudian pasar ini selesai dibangun pada 1 Januari 2015,
kemudian kami memasukkan pedagangke bangunan pasar yang
baru pada 20 Mei 2015. Perkembangannya jelas ada perbedaan,
pasar dulu terbakar dan sekarang pasarnya dibangun kembali
seperti ini.
Pewawancara : pak bagaimana proses relokasi pedagang setelah pasar terbakar
pada 20 Juli 2015?
Sariyanto : pedagang di relokasi ke lokasi sekitar pasar yakni di belakang
pasar ini dan di bahu jalan, kegiatan perdagangan menggunakan
badan jalan, dengan izin dari dinas perhubungan. Penggunaan
badan jalan sebagai tempat perdagangan merupakan relokasi
sementara, untuk menanggulangi tuntutan para pedagang yang
meminta lokasi berdagang yang baru. Karena kegiatan berdagang
di pasar projo harus tetap berjalan. Pemakaian badan jalan sebagai
tempat berjualan oleh pedagang pasar projo berlangsung selama
enam bulan. Untuk relokasi tahap pertama berlangsung kurang
lebih sekitar delapan bulan sehingga saat itu pedagang kami
menempati sekitar lokasi pasar yang terbakar, karena sekeliling
pasar yang terbakar tidak mencukupi kemudian kita ijin ke
kementerian Perhubungan memakai separuh badan jalan nasional,
dan diijinkan.
Pewawancara : pak apa ada pengaruhnya kegiatan perdagangan yang berada di
badan jalan terhadap pendapatan para pedagang saat itu?
Sariyanto : ya jelas berbeda mbak, artinya ketika pasar terbakar, mereka
berjualannya di tempat relokasi, dengan keterbatasan ruangpara
pedagang tidak bisa berjualan dengan barang dagangan yang
banyak, karena waktu itu para pedagang menempati lapak-lapak
yang kecil-kecil, ukurannya paling satu kali satu atau satu setengah
kali satu. Sehingga tidak bisa menampung dagangan yang banyak.
Hal ini jelas mengurangi pendapatan mereka.
Pewawancara : pak para pedagang pasar projo kira-kira berasal dari daerah
mana?
Sariyanto : kebanyakan di sekitar Ambarawa, wilayah kabupaten Semarang
saja. Kebanyakan dari Kupang Kidul Ambarawa, Kupang Lor
Ambarawa, dan Pasekan, Mlilir, Jambu, Banyubiru. Ya sekitar
kecamatan Ambarawa lah mbak. Sumowono ada, Bawen, ya masih
banyak lagi mbak, ya daerah-daerah sekitar kecamatan Ambarawa.
Pewawancara : pak bagaimana dengan kondisi keagamaan pedagang pasar Projo?
Sariyanto : kalau untuk praktek keagamaannya saya kurang tahu pasti ya
mbak, nanti bisa ditanyakan langsung pada para pedagang, tapi
yang jelas sebagian besar para pedagang menganut agama Islam,
ya 90% bahlkan lebih para pedagang menganut agama Islam.
Pewawancara : pak di pasar projo apakah ada budaya-budaya tertentu?
Sariyanto : tidak ada budaya khusus mbak disini, paling itu pasar Kembang
yakni pada saat lebaran Idul Fitri kurang dua hari maka pedagang-
pedagang dari luar pasar Projo biasanya paling banyak pedagang
dari daerah Bandungan Sumowono yang dia punya hasil panen
sendiri di kampungnya, dia menanam kembang kemudian dijual di
pasar ini. Itu pun tidak seramai dahulu mbak.
Pewawancara : pak setelah pasar selesai dibangun pada 2015 apakah ada tradisi
tertentu untuk memulai kegiatan perdagangan di bangunan yang
baru?
Sariyanto : sebelum pedagang masuk ke bangunan baru dan sebelum
pedagang memulai kegiatan perdagangan, para pedagang
melakukan tasyakuran mengadakan pengajian disini, dengan
mengundang seorang Kiyai waktu itu. Ya intinya tasyakuran pasar
ini selesai dibangun dan semoga ketika para pedagang kembali
berjualan disini dengan tempat yang baru mendapatkan berkah.
Pewawancara : pak di pasar ini apakah ada paguyuban pedagang?
Sariyanto : ada mbak, namanya secara resmi yang dilaporkan ke Kabupaten
namanya PERSADA Pasar Projo Ambarawa, tetapi kalau disini
temen-temen memberi nama P4A (Persatuan Pedagang Pasar Projo
Ambarawa). Kemudian dari paguyuban itu terdiri dari paguyuban-
paguyuban kecil sendiri seperti kalu pedagang yang jualan pakaian
mengelompok dengan paguyuban pedagang pakaian, paguyuban
sembako, paguyuban sayur dan lain sebagainya. Kadang mereka
mengadakan arisan sendiri dan tiap-tiap paguyuban mempunyai
organisasi sendiri. Dari masing-masing paguyuban seting
melakukan pertemuan untuk mengadakan arisan.
Pewawancara : pak bagaimana dengan kondisi perdagangan pasar pagi pasar
Projo Ambarawa?
Sariyanto : Untuk pasar pagi itu berlangsung di luar area pasar mbak ya di
sekitar pasar seperti di halaman pasar Projo. Jadi pedagang pasar
pagi itu dibatasi hingga jam enam mbak. Mereka datang ke pasar
Projo Ambarawa dari jam empat pagi untuk berjualan kemudian
jam enam mereka harus meninggalkan area pasar untuk gantian
dengan pedagang pasar Projo yang berjualan di siang hari hingga
sore hari.
Pewawancara : jadi pasar pagi itu berlangsung di luar area pasar pak?
Sariyanto : iya mbak, pedagang pasar pagi dilarang masuk area pasar karena
rawan, karena biasanya yang dijual di pasar pagi kan sayur-
sayuran, sedangkan yang dijual di pasar Projo kan macem-macem,
dan tidak bisa dijual di pasar pagi.
Pewawancara : pak bagaimana konsumen dan pedagang menanggapi isu-isu
tentang kualitas pangan seperti ada isu daging glonggongan atau
isu tentang beras dengan pemutih dan lain sebagainya.
Sariyanto : tidak mbak karena disini dekat RPH (Rumah Pemotongan
Hewan) jadi hewan yang disembelih jelas seperti daging sapi dan
kambing jadi kualitas daging disini terjamin mbak dari kualitas
kesehatan dan halal bahkan kebersihannya disini terjamin.
Sedangkan untuk beras dan bahan lainnya disini juga tidak
terpengaruh tersebarnya isu karena beras yang dijual disini itu
beras panenan dari daerah-daerah sekitar Ambarawa yang dari
selep langsung dibawa kesini dan untuk sayuran kualitasnya
dijamin baik karena pasar projo ini dekat dengan daerah penghasil
sayuran dengan kualitas baik.
Pewawancara : kiranya cukup sekian terima kasih pak.
Sariyanto ; ya mbak sama-sama.
WAWANCARA DENGAN IBU TUTIK SEORANG TENGKULAK BUAH
SEKALIGUS PEDAGANG PAKAIAN DI PASAR PROJO AMBARAWA
PADA SABTU 10 JUNI 2017.
Pewawancara : Assalamu’alaikum bu, ini dengan ibu siapa?
Bu Tutik : Nama saya Tutik dari Kebumen Banyubiru.
Pewawancara : Bagaimana sejarahnya anda menjadi tengkulak buah di pasar
Projo Ambarawa?
Bu Tutuik : Pada tahun 1995 saya mencoba memulai mendirikan usaha, saya
berpikir bahwa di daerah tempat tinggal saya belum ada yang
berjualan buah sehingga saya berpikir untuk berjualan buah di desa
saya, saya pikir barang dagangan buah dapat di peroleh dari pasar
Ambarawa dan saingan dagang untuk buah juga masih sedikit.
Kemudian saya mulai untuk membeli dagangan berupa buah di
pasar pagi Ambarawa. Untuk membeli barang dengan harga yang
ringan kita harus membeli di pasar pagi karena para juragan buah
dan sayur menjual barang dengan harga grosir pada aktivitas pasar
pagi. Saya menjadi tengkulak buah di pasar Projo Ambarawa
hingga tahun 2015.
Pewawancara : Bu buah-buahan yang dijual di pasar Pagi itu kira-kira darimana
ya?
Bu Tutik ; Buah-buahannya ya dari berbagai daerah mbak misalnya saja
Jambu ada yang datang dari Demak, Semangka dari Demak, Salak
dari Yogyakarta, Jeruk dari Sumatera, buah-buahannya dari
berbagai daerah mbak tapi terkumpul di pasar Johar Semarang
sehingga para Juragan buah dari Ambarawa harus datang ke pasar
Johar dan membeli dari sana. Para juragan buah harus berangkat ke
pasar Projo Ambarawa malam hari ya sekitar jam 07.30 malam
menuju pasar Johar Semarang setelah mendapat barang dagangan
para juragan memasarkan barang dagangannya ke pasar Projo
Ambarawa, para juragan harus siap di Pasar Projo jam 02.00 mbak
karena para tengkulak akan datang sekitar jam 03.00 untuk
membeli buah yang akan dijual kembali. Pembelian buah oleh para
tengkulak dalam jumlah yang besar sehingga harga dari para
juragan bisa lebih ringan, harga yang dipatok dalam aktivitas pasar
pagi merupakan harga grosir.
Pewawancara : Selain menjadi tengkulak apakah ada kegiatan lain anda di pasar
Projo Ambarawa?
Bu Tutik : Selain menjadi tengkulak buah saya juga membantu suami saya
berjualan pakaian di pasar pagi mbak. Saya membantu menjual
pakaian suami saya setelah saya selesai kulakan buah. Saya mulai
ikut membantu suami saya berdagang di pasar Pagi Ambarawa
sekitar tahun 2005.
Pewawancara : bagaimaman kondisi pasar Projo dari tahun 2005 hingga
sekarang?
Bu Tutik : Kondisi pasar Projo dulu perdagangannya lumayan stabil,
pendapatannya bisa dikatakan bagus mbak, saya dan suami
memilih berjualan di pasar pagi karena aktivitas pasar pagi yang
lebih ramai, di pasar pagi terdapat banyak penjual dan pembeli,
daya beli dari para pembeli juga lebih tinggi dibanding pasar siang.
Saingan yang menjual pakaian di pasar pagi juga sedikit karena
rata-rata pedagang menjual buah-buahan san sayuran. Dulu di
tahun 2005 jenis barang dagangan para pedagang di dominasi oleh
buah-buahan dan sayuran pedagang yang menjual selain buah dan
sayuran dapat dihitung namun di tahun 2008 jenis barang dagangan
yang di jual di pasar pagi mulai beragam, mulai terdapat yang
menjual daging ayam, ikan basah, ikan pindang dan masih banyak
lagi.
Pewawancara : Bu bagaimana dengan peran pasar pagi di pasar Projo terhadap
perekonomian Ambarawa
Bu Tutik : Aktivitas pasar pagi di pasar projo memiliki dampak yang
signifikan terhadap pasar-pasar di sekitar Ambarawa. Melalui
aktivitas pasar pagi memungkinkan para pedagang pasar
tradisional di luar pasar Projo menjadi tengkulak, keuntungannya
ialah para tengkulak buah ataupun sayur untuk menjual barang
dagangannya di pasar pagi Ambarawa. Selain itu aktivitas pasar
pagi mendorong munculnya pedagang keliling di sekitar wilayah
Ambarawa. Para pedagang keliling membeli barang dagangan di
pasar projo dan menjualnya dengan cara berkeliling. Selain itu
keberadaan pasar pagi memudahkan bagi para pedagang di luar
Pasar Projo untuk mendapatkan barang dagangan dengan harga
yang lebih murah. Dengan adanya pasar pagi berperan
meningkatkan jumlah pedagang yang berada di dalam pasar Projo
dan di luar pasar Projo Ambarawa.
Pewawancara : Sejak kapan ada pedagang keliling di wilayah Ambarawa dan
sekitarnya.
Bu Tutik : Pedagang keliling ada sebenarnya pada tahun 1995, namun
pedagang keliling disini masih menggunakan tenggok (keranjang
dari bambu) untuk menampung dagangannya, keranjang tersebut
digendong dan pedagang keliling menjual dagangannya dengan
berjalan berkeliling kampung. Pedagang keliling dengan cara
berkeliling dengan keranjang tidak begitu mempengaruhi
perdagangan di pasar tradisional karena pedagang keliling ini
membawa barang dagangan dengan jumlah terbatas. Kemudian di
awal tahun 2000 mulai muncul pedagang keliling dengan
menggunakan motor. Keberadaan pedagang keliling dengan motor
ini dapat dirasakan pengaruhnya di tahun 2005 karena mulai
banyak pedagang keliling dengan menggunakan sepeda motor.
Penggunaan motor mendukung pedagang untuk membawa barang
dagangan yang banyak dan dapat mengantarkan para dagangan ke
para pembeli dengan waktu yang efisien. Keberadaan para
pedagang keliling mengakibatkan berkurangnya para pembeli yang
berkunjung ke pasar Projo terutama pasar yang beroperasi di siang
hari.
Pewawancara : Bu bagaiamana anda bisa mendapatkan barang dagangan berupa
pakaian.
Bu Tutik : Biasanya suami saya membeli barang dagangan dari Solo,
kemudian untuk kolor suami saya mengambil dagangan dari
konveksi di Tingkir, kadang beberapa barang seperti baju suami
saya mengambil dari Kudus kadang juga dari Karangjati serta
Pekalongan. Pokonya suami saya berusaha mendapatkan barang itu
harus mengenal betul produsennya dan juga suami saya memilih
barang dagangan dengan kualitas bagus dan harga barang yang
terjangkau sehingga kami dapat menjual barang dengan harga yang
murah. Karena dengan barang yang murah para pembeli akan
memilih membeli di tempat suami saya ketimbang membeli di
tempat penjual pakaian yang lain. Selain mengambil barang
dagangan ke tempat produsen kadang suami saya mendapatkan
barang dagangan dari sales yang sudah dikenal lama.
Pewawancara : Bu bagaimana kian anda dan suami anda dalam berdagang.
Bu tutik : Berdagang itu yang pertama jujur karena dasar berdagang itu
jujur, yang kedua sabar jadi setiap kali berdagang kita harus sadar
terdapat resiko rugi jadi kalau hasil perdagangan rugi maka kita
harus sabar dan berusaha untuk memperkecil resiko rugi, jadi kalau
buah kan resiko ruginya lebih besar kalau buah mulai layu dan
tidak segar karena lama belum laku biasanya saya akan menjualnya
dengan harga yang lebih murah umpamanya dari juragan dihargai
5000 rupiah per kg maka saya akan menjualnya dengan harga 5000
rupiah per kg atau saya turunkan menjadi 4000 rupiah per kg, yang
penting rugi saya tidak terlalu banyak sehingga saya masih bisa
berjualan kembali. Kemudian kalau hasil penjualan kita mengalami
laba yang disyukuri dan laba dari penjualan disisihkan sedikit
sebagai uang simpanan. Uang simpanan tersebut sebagai jaga-jaga
kalau kita mengalami kerugian. Jadi pedagang itu untung rugi tetap
dijalani. Selanjutnya yang ketiga ialah ulet, artinya kita harus
pintar-pintar memanfaatkan kesempatan yang ada. Kemudian
keempat kita harus menjaga kualitas barang dagangan, yang kelima
ialah ramah, sebagai pedagang saya harus memperlakukan
pedagang dengan sopan dan dengan bahasa yang halus mbak.
Pewawancara : Definisi Kerja menurut anda itu apa bu?
Bu Tutik : Kerja bagi saya adalah berdagang mbak, dengan berdagang saya
mendapatkan penghasilan sehingga saya dapat memenuhi
kebutuhan keluarga.
Pewawancara : Bu mendurut anda apakah ada hubungannya antara berdagang
dengan urusan agama?
Bu Tutik : Ya ada lah mbak, kerja menurut agama Islam kan termasuk
ibadah, jadi saya bekerja juga merupakan ibadah kepada Allah.
Karena berdagang merupakan kegiatan Ibadah saya berdagang di
dasarkan pada Al-qur’an dan Hadits. Di dalam Al-qur’an kan
sudah jelas diatur mengenai aturan dalam berdagang, jadi sebagai
umat muslim kita tinggal mengikutinya saja mbak. Seluruh
kegiatan yang didasarkan atas ajaran agama itu lebih nikmat mbak,
karena jika kita mendasarkan segala sesuatu atas ajaran agama
Islam maka segala hal yang kita lakukan akan diberkahi oleh Allah