agama dan sosial ekonomi pedagang pasar projo...

186
i AGAMA DAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG PASAR PROJO DI AMBARAWA TAHUN 1986- 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora Oleh: Ika Putri Mahanani 216-13-007 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Upload: doanngoc

Post on 08-Jun-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

AGAMA DAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG

PASAR PROJO DI AMBARAWA TAHUN 1986-

2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Humaniora

Oleh:

Ika Putri Mahanani

216-13-007

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

ii

iii

iv

v

vi

ABSTRAK

Nama : Ika Putri Mahanani

NIM : 216-13-007

Jurusan : Sejarah Peradaban Islam

Terbentuknya pasar merupakan konsekuensi logis pelembagaan

transaksi jual-beli melalui aktivitas usaha perdagangan. Salah satu pasar

yang memiliki potensi ekonomi yang baik adalah Pasar Projo Ambarawa.

Lokasi Pasar Projo yang terletak dalam jalur regional Semarang Yogyakarta

serta letak pasar yang diapit oleh kawasan penghasil komoditas pertanian

mendorong Pasar Projo menjadi pasar sentra komoditas pertanian. Potensi

Pasar Projo Ambarawa menguntungkan bagi para pedagang yang berdagang

di pasar ini. Kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa mendorong

tumbuhnya perekonomian di kawasan Kabupaten Semarang. Pada era pasar

bebas telah lahir pemikiran konvensional yang mengutamakan pencapaian

keuntungan maksimal. Pemikiran konvensional tak selaras dengan ajaran

agama Islam. Hampir 90 % lebih pedagang pasar Projo Ambarawa

menganut agama Islam. Sebagai umat muslim pedagang menjalankan

kewajibannya sebagai seorang muslim dengan melaksanakan ibadah. Ajaran

agama Islam dapat membentuk etos dari para pedagang. Dengan hal tersebut

mendorong penulis untuk meneliti mengenai relasi antara agama dengan

kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah

dibantu dengan metode pendekatan ekonomi, sosiologi. Dalam menguraikan

materi dalam penelitian ini, penulis menguraikan penelitian ini dengan

mengungkapkan peristiwa masa lalu dengan metode penelitian sejarah

dibantu dengan ilmu ekonomi untuk menguraikan kegiatan perdagangan di

Pasar Projo, serta menggunakan ilmu bantu sosiologi untuk mengungkapkan

tingkat keberagamaan dan interaksi sosial dari para pedagang.

Pedadang Pasar Projo Ambarawa memiliki tingkat kesadaran agama

yang baik, kegiatan perdagangan tidak lantas membuat para pedagang lupa

akan kewajibannya sebagai seorang muslim. Bagi pedagang pasar Projo

Ambarawa bekerja merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT.

Pemahaman ajaran agama Islam mendorong terbentuknya etos kerja pada

kalangan para pedagang. Etos kerja para pedagang Pasar Projo Ambarawa

dilandasi prinsip-prinsip ajaran agama Islam. Nilai-nilai ajaran agama Islam

yang terdapat dalam Al-qur’an, Hadits dan Sunah Rasulullah membentuk

etos kerja dari para Pedagang pasar Projo Ambarawa. Melalui etos kerja

Islam timbul etika Islam dalam kegiatan perdagangan di Pasar Projo

Ambarawa. Perilaku ekonomi dari para pedagang Pasar Projo Ambarawa

dipengaruhi oleh pemahaman dari para pedagang mengenai ajaran-ajaran

agama Islam. Relasi antara kegiatan perdagangan dan ajaran agama Islam

dijembatani oleh etos kerja, dengan adanya etos kerja maka akan

berimplikasi pada perilaku ekonomi dari pedagang.

Kata kunci: Pasar Projo Ambarawa, Etos Kerja Islam, Perilaku

Ekonomi Pedagang.

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku Almarhum bapak Samroji dan Ibu Endang puji

Astuti yang telah membesarkanku dengan penuh cinta.

2. Nenek ku tercinta ibu Sutimah yang membibingku dari kecil hingga

tumbuh besar.

3. Adikku tersayang Dewi Yulianti terima kasih atas motivasinya untuk

menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan tercinta Ana Fitriana, Tiara,

Ulfa, Sofi Gendut, Sam’ani, Ely, Qisti, Judin, Fahmi, Qosem, Ingkan,

Erni, Kharis, Sriyatun, Miladil, Aini, Rifkhan, Faiz, dan Tatik terima

kasih karena mendorongku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

5. Terima kasih untuk bapak Dr. Benny Ridwan, M. Hum selaku

Pembibing Skripsi yang telah sabar membibing penulis dengan tulus

dan ikhlas.

6. Terima kasih untuk bapak Haryo Aji S. Sos., MAselaku Ketua Jurusan

Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan pengarahan dan

bimbingan serta memberikan motivasi kepada penulis.

7. Terima kasih kepada ibu Rina Andriani Hidayat, S.Hum., M.A. yang

telah memberikan bimbingan, pengarahan serta motivasi kepada

penulis.

8. Terima kasih untuk seluruh pihak yang telah membantu

terselesaikannya skripsi ini.

viii

MOTTO

1. Jangan pernah takut untuk bekerja keras karena hasil yang kita dapat

adalah cerminan dari upaya yang kita lakukan.

2. Pertahankan moral dan etika kita sebagai seorang muslim karena etika

moral seseorang tidak pernah dapat dibeli dengan uang.

3. Jangan pernah takut untuk membagi ilmu yang kita punya, karena

sejatinya ilmu tidak pernah berkurang ketika kita membaginya kepada

orang lain melainkan ilmu itu akan bertambah dan akan membawa

manfaat.

4. Jujur, berpengetahuan luas, berintegritas, memiliki prinsip yang kuat,

memegang teguh moral agama dan mau bekerja keras adalah kunci

menjadi manusia yang berkualitas.

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robil’alamin Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita mampu melaksanakan rutinitas

kehidupan, tujuan serta arah yang akan mengantarkan kita yang lebih baik dalam

kehidupan dimasa mendatang. Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap

tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, yaitu nabi Muhammad SAW sosok

paripurna yang mampu menanamkan pesan-pesan keharmonisan, kedamaian dan

kebersamaan terhadap semua manusia dalam pembentukan Akhlak sebagai bentuk

pengabdian kepada Tuhan. Mudah-mudahan semua yang mengikutinya

mendapatkan safa’at di hari kiamat nanti amin.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk

memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.hum) di Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Agama dan Sosial Ekonomi Pedagang Pasar

Projo di Ambarawa tahun 1986-2015”.

Penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari pihak

yang berkenan membantu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN SALATIGA

2. Dr. Benny Ridwan, M. Humselaku Dekan Fakultas Ushuludddin Adab

dan Humaniora IAIN SALATIGA.

3. Dr. H. Mubasirun, M. Ag. Selaku Wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin

Adab dan Humaniora IAIN SALATIGA.

x

4. Dr. M. Gufron, M. Ag. Selaku Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin

Adab dan Humaniora

5. Haryo Aji S. Sos., MAselaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam.

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................................................iii

PERSETUJUAN PEMBIBING...................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................v

ABSTRAK......................................................................................................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................vii

MOTTO..........................................................................................................viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................................7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..........................................................10

D. Tinjauan Pustaka ...................................................................................11

E. Kerangka Konseptual ............................................................................16

F. Metode Penelitian ..................................................................................26

xii

G. Sistematika Penulisan ............................................................................30

BAB II DINAMIKA PEREKONOMIAN PASAR PROJO TAHUN 1986-2015

A. Profil Pasar Projo tahun 1986 .................................................................31

B. Potensi Pasar Projo sebagai penopang Perekonomian Masyarakat

Ambarawa dan Sekitarnya ......................................................................40

B.1 Rantai Pasar Perekonomian Pasar Projo ...........................................47

B.2 Aktifitas Perekonomian di dalam Pasar Projo ..................................50

C. Pasang Surut perekonomian pasar Projo .................................................54

C.1 Awal diselenggarakannya Pasar Pagi di Pasar Projo Ambarawa tahun

1986-1991 ...............................................................................................55

C.2 Masa kebangkitan pedagang Pasar Projo Pasca Kebakaran di tahun

1992 (1992-1998) ....................................................................................57

C.3 Perjuangan Para Pedagang Pasar Projo di tengah ketidakstabilan harga

barang di pasaran (1999-2008).................................................................61

C.4 Geliat Aktifitas Perekonomian Pasar Projo Ambarawa di era pasar

Bebas yang Melanda Indonesia (2009-2015) ..........................................65

BAB III POTRET KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI PEDAGANG PASAR

PROJO AMBARAWA

A. Profil Pedagang Pasar Projo Ambarawa ..................................................70

xiii

B. Kehidupan Sosial-Budaya Pedagang pasar Projo Ambarawa..................72

C. Kondisi Sosial-Ekonomi Pedagang Pasar Projo Ambarawa ...................75

D. Kehidupan Sosial-Agama Pedagang Pasar Projo Ambarawa..................82

BAB IV ETOS KERJA BERBASIS KEAGAMAAN PEDAGANG PASAR

PROJO DI AMBARAWA

A. Pandangan Pedagang Pasar Projo tentang bekerja .................................89

B. Pandangan Keagamaan pedagang pasar Projo .......................................93

C. Etos kerja Pedagang Muslim di pasar Projo Ambarawa .......................103

D. Dampak Etos Kerja Islam Terhadap Perilaku Ekonomi Pedagang serta

Sistem Ekonomi yang Berlangsung di Pasar Projo Ambarawa.............107

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................116

B. Saran......................................................................................................119

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel.1 Keterangan Kerugian Dalam Kebakaran tahun 2012 ............................36

Tabel.2 Jumlah Pasca Revitalisasi tahun 2015 ...................................................39

Tabel.3 Luas area Pasar Projo Ambarawa ..........................................................39

Tabel.4 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Lokasi ............................42

Tabel.5 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Lingkungan Fisik ..........43

Tabel.6 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Demografi .....................44

Tabel.7 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Tenaga Pengelolaan Pasar

Projo Ambarawa .................................................................................................45

Tabel. 8 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Sosial-Ekonomi.............45

Tabel. 9 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Jenis Barang dagangan...46

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar.1 Foto Aktivitas perdagangan di Jalan Jenderal Sudirman pada tahun

1939......................................................................................................................32

Gambar. 2 Foto Pasar Projo pada tahun 1969 ....................................................33

Gambar. 3 Foto Pasar Projo Pasca Kebakaran pada tahun 2012.........................37

Gambar.4 Foto Pasar Projo Pasca Revitalisasi tahun 2015.................................38

Gambar.5 Foto Kondisi Tempat Sholat di Dalam Pasar Projo Ambarawa .........84

Gambar. 6 Foto Kondisi Tempat Sholat di Dalam Pasar Projo Ambarawa .........85

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia didorong oleh berbagai sektor

ekonomi salah satunya adalah sektor perdagangan. Salah satu indikator tingkat

kemajuan di bidang ekonomi dilihat dari frekuensi kegiatan di sektor

perdagangan. Kehidupan masyarakat tidak dapat lepas dari kegiatan perdagangan.

Aktivitas perdagangan muncul atas kesadaran manusia tidak dapat memenuhi

seluruh kebutuhan dalam hidupnya. Setiap manusia tidak bisa mendapatkan

seluruh barang yang dibutuhkan dalam hidup, misalnya penduduk pantai tidak

dapat menghasilkan sayuran sehingga harus membeli dari penduduk di gunung.

Aktivitas perdagangan merupakan cara bagi masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Bagi seorang pedagang aktivitas perdagangan merupakan

caranya mendapatkan keuntungan sehingga menaikkan taraf hidup.

Aktivitas perdagangan akan selalu membutuhkan fasilitas berupa ruang

dengan prasarana dan sarana yang memadai untuk aktivitas perdagangan.

Pasar merupakan salah satu fasilitas bagi aktivitas perdagangan.1 Dalam

kegiatan perdagangan, pasar merupakan suatu sistem yang menghasilkan

peraturan harga-harga dengan sendirinya. Pengaturan ini terjadi melalui

interaksi antara pembeli dan penjual, yang bertindak tanpa pandang bulu,

artinya tanpa memandang kekerabatan, status, perasaan, atau faktor lain

diluar kedudukannya sebagai pembeli dan penjual.2

1 Nelarianty, Analisa Perbedaan Pasar Modern dan Pasar Tradisional, Ditinjau

Dari Strategi Tata Letak (Lay Out) dan Kualitas Pelayanan Untuk Meningkatkan Posisi

Tawar Pasar Tradisional, (JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 13 NO. 01 APRIL

2013 ISSN 1693-7619 ), hal.. 18-19. 2 Erwin Kharisma, “Rantai Pasar Komoditas Pertanian dan Dampaknya Terhadap

Kegiatan Perdagangan Komoditas Pertanian Pasar Projo”. (Jurnal Wilayah dan

Lingkungan Volume 2 Nomor 1, April 2014, 25-42) 2014, hal. 30

2

Pasar pada umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu pasar tradisional dan

pasar modern. Pasar tradisional merupakan pasar yang memiliki aktivitas jual beli

yang sederhana, terjadi tawar menawar dengan alat pembayaran berupa uang

tunai.Pada era globalisasi sekarang ini terjadi fenomena menjamurnya pasar

modern ditengah-tengah keberadaan pasar tradisional. Hal ini memunculkan

persepsi di masyarakat yang beragam. Indonesia memasuki fase pasar bebas,

dalam fase ini kapitalisme berkembang pesat. Kaum kapitalisme diuntungkan

dengan sistem perekonomian pasar bebas. Pemasaran produk yang dilakukan oleh

kaum kapitalisme didorong dengan kegiatan promosi yang baik. Gaya hidup

masyarakat yang tidak dapat lepas dari alat-alat komunikasi dan informasi

memberikan ruang bagi kaum kapitalis untuk menawarkan produknya. Bahkan di

era pasar bebas masyarakat diperkenalkan cara berbelanja baru yakni home

shopping. Masyarakat diperkenalkan cara berbelanja hanya dengan memesan

barang melalui telepon. Gaya hidup masyarakat ini mendorong masyarakat untuk

lebih memilih gaya hidup praktis dan efisien. Keberadaan darisupermarket,

minimarket dan hypermarket menjadi saingan bagi pasar tradisional. Para

konsumen lebih memilih berbelanja di pasar modern atau berbelanja dengan cara

home shopping. Hal ini membuat keberadaan pasar tradisional menjadi terancam.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa saat ini, banyak sekali

perdebatan mengenai pasar tradisional melawan pasar modern. Segalanya

bermula ketika banyak pedagang pasar tradisional yang gulung tikar

diakibatkan oleh menjamurnya pasar - pasar modern. Banyak pendapat

dan pandangan para ahli digulirkan. Peraturan Presiden yang mengatur

tentang hal ini pun juga telah dikeluarkan.3 Walaupun minimarket sering

3Jurnal Penelitian, Puji Astuti dkk, Presepsi Pedagang Pasar Terhadap Program

Perlindungan Pasar Tradisional Oleh Pemerintah Kota Semarang. Penelitian ini ditulis

oleh Lulud N Wicaksono, Drs Priyatno Harsasto, M Si,Dra Jurusan Ilmu Pemerintahan

3

menawarkan potongan harga untuk barang atau produk-produk tertentu

namun beberapa harga barang yang lain ternyata lebih mahal dari harga

normal di pasaran maupun warung tradisional. Bagi konsumen-konsumen

tertentu yang lebih memilih harga yang murah mungkin akan lebih

mempertimbangkan untuk membeli di warung tradisonal. Kebanyakan

konsumen dari minimarket saat ini adalah masyarakat golongan menengah

ke atas.4

Bagi masyarakat golongan menengah kebawah lebih memilih pasar

tradisional sebagai tempat berbelanja barang kebutuhan sehari-hari dengan harga

terjangkau. Peran pasar tradisional sebagai pendorong perekonomian daerah,

membawa keuntungan dari berbagai pihak. Rantai pasar yang berlangsung di

dalam mekanisme pasar mendorong para pelaku ekonomi mendapatkan

keuntungan dari kegiatan perdagangan.Keberadaan minimarket, hypermarket dan

lain-lain menghambat proses pertumbuhan perekonomian pasar tradisional,

bahkan keberadaan pasar modern dapat menyebabkan sebuah pasar tradisional

mengalami penutupan karena kalah bersaing.Salah satu pasar tradisional yang

masih bertahan hingga sekarang ialah Pasar Projo di Ambarawa Kabupaten

Semarang.

Pasar Projo merupakan pasar yang menjual barang sehari-hari dari

komoditas pertanian, makanan hingga sandang. Pada aspek ekonomi,

khususnya Ambarawa yang dilewati jalur regional mempunyai spesialisasi

fungsi yang terletak ditengah kawasan produksi pertanian menjadikan

Ambarawa pintu keluar bagi komoditas pertanian. Ambarawa yang diapit

oleh Kecamatan Bandungan, Jambu, Sumowono, dan Bawen, dimana

keempat kecamatan tersebut merupakan sentra pertanian, perkebunan,

Universitas Diponegoro. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa presepsi dari para

pedagang terhadap program-program pemerintah, dan melalui penelitian ini respon para

pedagang terhadap program pemerintah dapat dijadikan sebagai acuan bagi pemerintah

untuk menyusun program-program yang mendorong kemajuan dari perekonomian di

pasar tradisional wilayah Semarang.

4Jurnal. Utami Dewi dan F. Winarni, Pengembangan Pasar Tradisional

Menghadapi Gempuran Pasar Modern di Kota Yogyakarta. Proceeding Simposium

Nasional ASIAN III Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

4

tanaman pangan, peternakan, dan perikanan. Sehingga Ambarawa yang

mempunyai keuntungan lokasi, dan sering dimanfaatkan oleh kecamatan

lain untuk memasarkan komoditas mereka karena kedekatannya dengan

jalur regional.5

Dengan letak yang strategis memungkinkan Pasar Projo sebagai salah satu

pasar atau pusat perekonomian yang berpengaruh di kota Ambarawa dan

sekitarnya. Pentingnya peran dari Pasar Projo bagi perekonomian masyarakat

khususnya para pedagang, ditunjukan dengan aktivitas Perdagangan Pasar Projo

yang beroperasi dalam tiga sesi yakni pasar pagi dari pukul 04.00 WIB hingga

pukul 06.00 WIB, pasar siang dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB,

kemudian pasar pada waktu malam hari yakni pukul 18.00 WIB hingga pukul

20.00 WIB. Bagi pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar Pasar Projo di

waktu malam berdagang hingga pukul 23.00 WIB.

Pentingnya keberadaan Pasar Projo bagi kehidupan perekonomian

Kabupaten Semarang menempatkan pasar ini, sebagai sentra komoditas pertanian

di wilayah Kabupaten Semarang. Pertumbuhan perekonomian Pasar Projo

Ambarawa tidak lepas dari peran para pedagag yang tetap bertahan dalam

menjalankan usahanya di tengah pasang surut perekonomian di Pasar Projo.

Dalam aktivitas perdagangan para pedagang memiliki tekad untuk tetap bertahan

menjalankan usahanya berdagang, dalam tekad para pedagang terdapat kiat-kiat

para pedagang menghadapi pasang surut perekonomian pasar. Kiat-kiat berdagang

terbentuk atas nilai-nilai moral yang dimiliki oleh para pedagang. Nilai-nilai

moral yang dimiliki para pedagang bersumber dari nilai-nilai budaya serta nilai

ajaran agama Islam.

5Ibid, hal. 27

5

Agama mengatur segala tindak tanduk manusia, dalam agama Islam segala

aspek kehidupan diatur, salah satunya dalam kegiatan ekonomi khususnya

berdagang. Berdagang di dalam agama Islam bukanlah hal yang asing,

mengingat berdagang meruapakan pekerjaan Rasulullah SAW sebelum

beliau diangkat menjadi Rasul. Setiap pekerja, terutama yang beragama

Islam, harus dapat menumbuhkan etos kerja secara Islami karena

pekerjaan yang ditekuninya bernilai ibadah, termasuk di dalamnya

menghidupi ekonomi keluarga. Tanpa itu , para pekerja hanya bisa

mendapatkan nilai materi yang secara kuantitas hanya menjanjikan

kepuasan semu.6

Keterkaitan agama dengan perekonomian di Pasar Projo merupakan tema

yang belum pernah diangkat oleh siapapun, sehingga menarik minat penulis untuk

melakukan penelitian. Agama memiliki pengaruh terhadap segala aspek

kehidupan salah satunya ekonomi. Penulis tertarik dengan tema keterkaitan agama

dengan aktivitas perdagangan di Pasar Projo karena di era pasar bebas ekonomi

konvensional mulai berkembang di masyarakat, melalui penelitian ini penulis

ingin mengungkapkan bahwa dalam aktivitas perdagangan terdapat keterkaitan

dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.

Beberapa ilmuwan muslim mengonsepsikan “aktivitas ekonomi

merupakan bagian dari integrasi dari kehidupan beragama”. Mereka

mengonsepsikan bahwa nilai-nilai agama bisa mendorong mobilitas sosial-

ekonomi masyarakat. Keyakinan agama yang dimiliki individu atau

kelompok tertentu dapat memunculkan nilai-nilai seperti etos kerja,

kejujuran, hidup hemat dan lain-lain, yang terkait dengan kehidupan

keagamaan yang dapat mendorong individu dan kelompok penganut

agama tertentu bekerja produktif dan merangsang pertumbuhan ekonomi.7

Era pasar bebas mendorong masyarakat untuk memiliki paradigma

pemikiran ekonomi konvensional. Dalam ekonomi konvensional pelaku ekonomi

akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan maksimal, dalam pemikiran

6Thohir Luth, Antara Perut & Etos Kerja Dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Gema Insani, 2001), Hal. 38 7 M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES,2013), hal. 40&

49.

6

ekonomi konvensional pelaku ekonomi dibebaskan untuk memilih cara

mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Pelaku ekonomi tidak dibatasi oleh

nilai-nilai atau norma-norma apapun. Dalam ekonomi konvensional

mengesampingkan mengenai nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di

masyarakan, dan pemikiran ekonomi konvensional mengesampingkan peraturan

dalam ajaran agama. Hal ini bertolak belakang dengan pemikiran Islam, dalam

ajaran agama Islam segala sesuatu yang dilakukan seseorang dalam rangka

mencari ridha Allah, sehingga seorang muslim melakukan kegiatan bekerja harrus

diniati untuk mendapatkan ridha Allah. Selain itu pemikiran konvensional yang

membebaskan pelaku ekonomi untu mendapatkan keuntungan dalam berbagai

cara, hal ini tidak sesuai dengan aturan dalam ajaran agama Islam. Dalam ajaran

agama Islam seorang muslim harus menghasilkan pendapatan yang halal, usaha

yang dilakukan harus sesuai dengan syariah Islam. Dalam agama Islam seorang

muslim harus bekerja dengan cara yang baik dan benar menurut ajaran agama

Islam sehingga penghasilan yang didapatkan memiliki hukum yang halal. Dalam

penelitian ini ingin menguraikan mengenai peran ajaran agama Islam dalam

pertumbuhan perekonomian di Pasar Projo Ambarawa.

Gigihnya para pedaganng muslim yang bertahan berdagang di Pasar Projo

menghadapi pasang surut perekonomian pasar mendorong penulis untuk

melakukan penelitian ini. Pemilihan Pasar Projo sebagai lokasi penelitian

disebabkan karena pasar ini merupakan pasar sentra komoditas pertanian di

Kabupaten Semarang. Sebagai pasar sentra komoditas pertanian, aktivitas

perdagangan di Pasar Projo Ambarawa memiliki peran dalam pertumbuhan

7

ekonomi di wilayah Kabupaten Semarang. Penulis tertarik untuk meneliti

mengenai aspek keagamaan yang berperan dalam pertumbuhan perekonomian

Pasar Projo Ambarawa. Judul dari penelitian ini adalah “Agama dan Sosial

Ekonomi Pedagang Pasar Projo tahun 1986-2015.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penelitian ini bermaksud untuk menguraikan dan mendeskripsikan mengenai

peran ajaran agama Islam dalam aktivitas perekonomian di Pasar Projo

Ambarawa. Pokok permasalahan dari penelitian ini terdapat pada relasi antara

aktivitas perdagangan dengan agama Islam yang dampaknya terhadap dinamika

perekonomian Pasar Projo Ambarawa.

Dalam penelitian ini penulis membatasi temporal dari tahun 1986 hingga

tahun 2015. Dalam temporal ini terbagi atas empat periodesasi, pertama tahun

1986-1991, kedua tahun 1992-1998, ketiga 1999-2008, yang keempat tahun 2009-

2015. Periodesasi pertama yakni tahun 1986 hingga 1991, pemilihan tahun ini

dilandasi karena pada tahun 1986 aktivitas pasar pagi di Pasar Projo yang dirintis

oleh pedagang. Penentuan periodesasi kedua yakni pada tahun 1992-1998

disebabkan pada tahun 1992 Pasar Projo mengalami kebakaran, ketika para

pedagang Pasar Projo merintis ulang usaha dagangnya pasca kebakaran,

disamping itu antara tahun 1992 hingga tahun1998 para pedagang Pasar Projo

harus menghadapi krisis serta kondisi politik yang tidak stabil yang berpengaruh

terhadap kondisi perekonomian nasional. Penentuan periodesasi pada tahun 1998

disebabkan, pada tahun ini Presiden Soeharto lengser dari jabatannya sebagai

8

Presiden, kondisi ini mempengaruhi tatanan perekonomian nasional tidak

terkecuali perekonomian di Pasar Projo Ambarawa.

Periodesasi ketiga memilih tahun 1999-2008, pemilihan tahun 1999 ini

dikarenakan pada tahun ini nilai tukar rupiah membaik dari tahun sebelumnya,

selain itu membaiknya nilai tukar rupiah membuat harga barang dan jasa di pasar

dapat dikendalikan oleh pemerintah. Kemudian pembatasan periode hingga tahun

2008 disebabkan pada tahun ini Indonesia memasuki era pasar bebas, dan

kebijakan pemerintah menghadapi pasar bebas juga berubah, selain itu sistem

ekonomi Pasar Projo yang bertahan di tengah gempuran pasar bebas yang

melanda Indonesia, pada tahun 1999-2008. Pada tahun 2008 Indonesia

menyambut sistem baru dalam bidang perekonomian nasional yakni sistem pasar

bebas.

Kemudian periodesasi yang keempat yaitu pada tahun 2009 hingga 2015,

pemilihan tahun 2009 disebabkan di tahun 2009 dampak Indonesia memasuki era

pasar bebas.Era pasar bebas menuntut para pedagang Pasar Projo untuk tetap

bertahan dengan persaingan pasar modern berupa toko-toko besar seperti

supermarket, minimarket dan yang lainnya. Penulis membatasi hingga tahun

2015, karena pada tahun ini Pasar Projo mengalami penataan ulang baik bangunan

pasar maupun sistem ekonomi Pasar Projo setelah terjadi kebakaran di tahun

2012. Pada tahun 2015 Pasar Projo memiliki citra baru yakni bangunan pasar

mencerminkan citra modern dan sistem ekonomi yang menggunakan sistem pasar

tradisional.

9

Dalam penelitian ini membatasi hanya pada Pasar Projo Ambarawa. Pemilihan

lokasi dikarenakan Pasar Projo terletak di Kota Ambarawa.

Ambarawa memiliki potensi dalam pusat pelayanan regional Jawa Tengah

bersamaan dengan Bawen dan Ungaran. Kemudian dari aspek

pertumbuhan kota, jalur transportasi memegang porsi besar pada

perkembangan kota. Ambarawa yang diapit oleh Kecamatan Bandungan,

Jambu, Sumowono, dan Bawen, dimana keempat kecamatan tersebut

merupakan sentra pertanian, perkebunan, tanaman pangan, peternakan, dan

perikanan. Sehingga Ambarawa yang mempunyai keuntungan lokasi

sering dimanfaatkan oleh kecamatan lain untuk memasarkan komoditas

mereka karena kedekatannya dengan jalur regional.8

Pasar Projo sebagai pusat transaksi di Ambarawa, mempunyai peran yang

besar dalam perekonomian masyarakat Ambarawa dan sekitarnya.

Dari uraian diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana kondisi sosial-ekonomi pedagang Pasar Projo Ambarawa

1986?

2. Bagaiamana dinamika perekonomian di Pasar Projo Ambarawa tahun

1986-2015?

3. Bagaimana relasi antara agama dengan sosial ekonomi pedagang Pasar

Projo Ambarawa?

4. Bagaimana dampak etos kerja Islami pada perilaku ekonomi pedagang

dalam sistem ekonomi Pasar Projo?

8Jurnal Erwin Kharisma, Rantai Pasar Komoditas Pertanian dan Dampaknya

Terhadap Tingkat Perdagangan Komoditas Pertanian Pasar Projo. (Jurnal Wilayah dan

Lingkungan Volume 2 Nomor 1, April 2014, 25-42), hal. 27-28

10

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Pada proses pembahasannya secara, peneliti berusaha untuk menyusunnya

secara sistematis, yang didasari dengan tujuan dan kegunaan penelitian ini

sendiri. Tujuan dan kegunaan penelitian, berguna sebagai patokan untuk

menentukan ke arah mana penelitian ini dan untuk apa penelitian ini

dilakukan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Menguraikan kondisi sosial-ekonomi pedagang Pasar Projo di

Ambarawa tahun 1986.

2. Menguraikan sejarah perkembangan ekonomi Pasar Projo

Ambarawa tahun 1986-2015.

3. Menganalisis relasi antara agama dengan sosial ekonomi pedagang

Pasar Projo Ambarawa.

4. Menjelaskan dampak etos kerja Islami Pedagang Pasar Projo

terhadap perilaku ekonomi pedagang dalam sistem ekonomi Pasar

Projo.

Dengan adanya penelitian ini, dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Secara praktis akademis diharapakan dapat memberikan sumbangan

informasi mengenai relasi Agama dengan aktivitas perdagangan

sehingga berpengaruh terhadap dinamika perekonomian Pasar Projo

Ambarawa.

2. Dapat memberikan koleksi pustaka bagi jurusan sejarah Peradaban

Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

11

D. Tinjauan pustaka

Dalam skripsi ini menggunakan sumber berupa pustaka-pustaka, sumbe-

sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Sumber pustaka pertama berupa Jurnal Kajian Ekonomi, Januari 2013, Vol. I,

No. 02, dengan artikel berjudul Analisa Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan

Konsumsi Di Indonesia, yang ditulis oleh Dewi Ernita, Syamsul Amar dan Efrizal

Syofyan. Artikel ini menjelaskan mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia dari

tahun 2000 hingga tahun 2013

Sumber kedua berupa Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010,

dengan artikel yang berjudul Perdagangan Bebas Regional dan Daya Saing

Ekspor: Kasus Indonesia, yang ditulis oleh Amalia Adininggar Widyasanti.

Dalam artikel ini menyajikan data keterlibatan Indonesia dalam perjanjian dagang

Internasional serta peran Indonesia dalam pasar bebas.

Sumber Pustaka selanjutnya berupa Jurnal Ekonomi MODERNISASI, dengan

artikel yang berjudul Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Kinerja

Pedagang Pasar Tradisional di Wilayah Kabupaten Malang, yang ditulis oleh

Endi Sarwoko. Dalam artikel ini menjelaskan tentang aspek konsumen,

produk/komoditas, dan harga; mengetahui dampak kehadiran ritel

modern(Indomaret dan Alfamart) terhadap kinerja pedagang di pasar tradisional,

dilihat dari omset, keuntungan, dan jumlah tenaga kerja di Kabupaten Malang.

Sumber Pustaka berikutnya berupa artikel dalam Jurnal BioKultur,

Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, berjudul Strategi Rasional Pedagang Pasar

12

Tradisional, yang ditulis oleh Wahyu Dwi Sutami. Dalam penelitian Wahyu Dwi

Sulami ini membahas menguraikan mengenai cara para pedagang menghadapi

kendala-kendala pengiriman, pelayanan dan pembayaran. Selain kendala waktu

dan cuaca. Para pedagang mengatasi kendala itu dengan cara menjalin relasi

dengan tengkulak, konsumen (pembeli), antar pedagang, petugas. Di samping

kerja keras para pedagang, perilaku hemat, dan religi para pedagang.

Sumber pustaka selanjutnya berupa laporan akhir program Pascasarjana Institut

Agama Islam Walisongo Semarang tahun 2006 yang berjudul Etos Dagang Jawa

Studi Terhadap Pemikiran Sri Sultan Hamengkunegara IV. Disusun oleh

Daryono. Dalam laporan ini menguraikan mengenai pemikiran dari Sri Sultan

Hamengkunegara terhadap etos dagang Jawa.

Sumber pustaka berikutnya Jurnal Bimas Islam Vol. 9 No. 3, tahun 2016

dengan ISSN: 1978-9009, Jakarta. Dalam jurnal ini terdapat enam artikel antara

lain, artikel berjudul Pemberdayaan Ekonomi dan Korelasinya Terhadap Kualitas

beragama, yang ditulis oleh Sugito dan Siti Julaeha. Artikel kedua berjudul

Negara Versus Pasar: Paradigma Islam Merespon Liberalisasi Perdagangan,

Oleh Abdullah Ubaid. Artikel yang ketiga berjudul Peran Majelis Taklim dalam

Dinamika Sosial Umat Islam, oleh Firman Nugraha. Artikel keempat berjudul

Makna Simbolik Zakat dalam Prespektif Nurcholish Madjid, oleh Wiwin. Artikel

yang kelima berjudul Filantori Islam Berbasis Harta Wakaf Masjid (Studi atas

model pengelolaan wakaf Masjid Agung Bersejarah di Jawa), oleh A.

Zaenurrosyid. Artikel keenam berjudul Kontruksi Indeks Keislaman Ekonomi dan

13

Kajian Empirisnya di Indonesia, oleh Ali Rama. Secara garis besar Jurnal ini

mengkaji mengenai relasi antara agama dan perekonomian dalam masyarakat.

Sumber Pustaka selanjutnya berupa artikel dari Jurnal TURATS, Vol. 4, No. 1,

Juni 2008, berjudul Islam dan Etos Kerja: Relasi Antara Kualitas Keagamaan

dengan Etos Produktivitas Kerja di Daerah Kawasan Industri Kabupaten Bekasi,

yang ditulis oleh Acep Mulyadi. Penelitian Acep Mulyadi merupakan kelanjutan

dari studi-studi sosiologi sejak Max Weber hingga penelitian-penelitian

manejemen belakangan ini yang semuanya bermuara pada satu kesimpulan

bersama, yakni kesuksesan dalam bidang pekerjaan tidak lepas dari etos kerja.

Perilaku kerja atau etos kerja seorang pekerja dipengaruhi oleh keyakinan yang

dianutnya.

Sumber berikutnya berupa artikel dengan judul Keragaman Pranata Agama

dan Budaya Serta Implikasinya Bagi Penguatan Kegiatan Ekonomi, yang ditulis

oleh Ahmad Imron Rozuli. Dalam artikel ini menjelaskan mengenai peran pranata

agama dan budaya dalam transformasi kehidupan ekonomi masyarakat di desa

Wonosari.

Sumber pustaka selanjutnya berupa skripsi dengan judul Etos Kerja Dalam

perspektif Alqur’an, yang ditulis oleh Dhita Juliena. Diajukan Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin

Jurusan Tafsir Hadits Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2015.

Skripsi ini menjawentahkan etos Kerja dalam Pandangan agama Islam yang

tertuang dalam Alqur’an.

14

Sumber pustaka berikutnya adalah Jurnal ALQALAM Volume.30 Nomor.2

(Mei-Agustus) 2013, dengan artikel yang berjudulAgama & Spirit Ekonomi: Studi

Etos Kerja Dalam Komparasi Perbandingan Agama, yang ditulis oleh Wasisto

Raharjo Jati. Artikel ini bertujuan untuk mengelaborasi relasi agama dan ekonomi

dalam pembentukan etos kerja. Tesis awal mengenai relasi agama dan etos kerja

dilakukan oleh Max Weber dalam studinya yang berjudul Etika Protestan dan

Spirit Kapitalisme Dalam perspektif Weberian, agama berperan besar dalam

membentuk nilai-nilai etos kerja seperti rasionalisme, asketisisme, dan

“panggilan” yang mendorong manusia bekerja keras di dunia. Studi ini bertujuan

untuk mengembangkan tesis Weber dengan melakukan komparasi nilai etos kerja

dalam berbagai agama lainnya.

Selanjutnya sumber berupaNaskah Publikasi dengan judul Hubungan Antara

Religiusitas Dengan Etos Kerja Islami Pada Dosen Universitas Islam Yogyakarta

Indonesia Yogyakarta, ditulis oleh Ahmad Syafiq dan Hepi Wahyuningsih,

Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas

Islam Indonesia Yogyakarta, tahun 2008. Dalam naskah ini menguraikan

mengenai hubungan antara religiusitas dimensi ibadah, dimensi penghayatan dan

dimensi pengamalan dengan etos kerja islami.

Sumber selanjutnya berupa buku dengan judul Etika Ekonomi dan Bisnis

Perspektif Agama-Agama di Indonesia, editor Yahya Wijaya & Nina Mariani

Noor. Buku ini diterbitkan Globethics.net Focus 16. Terbit tahun 2014. Buku ini

menguraikan mengenai berbagai etika bisnis yang sesuai dengan moral agama

Islam.

15

Sumber pustaka selanjutnya berupa buku yang berjudul Antara Perut &Etos

Kerja Dalam Perspektif Islam, yang ditulis oleh Thohir Luth, dan diterbitkan

Gema Insani pada tahun 2001. Buku ini menjelaskan mengenai konsep kerja

berdasarkan Islam serta moralitas kerja berlandaskan ajaran Islam.

Sumber pustaka selanjutnya yakni buku berjudul Etos Kerja, Pasar dan

Masjid, yang ditulis oleh M. Luthfi Malik. Diterbitkan oleh LP3ES di Jakarta

tahun 2013. Buku ini menguraikan mengenai perjuangan panjang pedagang Gu-

Lakudo dalam transformasi pedagang modern. Dalam menguraikan transformasi

ekonomi yang dialami pedagang Gu-Lakudo yang tidak lepas dari pengaruh

pranata agama.dalam buku ini menjelaskan mengenai peran agama Islam yang

membentuk etos kerja pedagang Gu-Lakudo dalam menghadapi transformasi

perekonomian modern.

Sumber pustaka selanjutnya berupa Thesis dengan judul Hubungan Antara

Aktivitas Perdagangan dan Permasalahan Lalu Lintas di Jalan Jenderal

Sudirman Ambarawa, Disusun dalam rangka Memenuhi Persyaratan Program

Studi Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

Semarang, yang ditulis oleh Dwi Nopi Awaty dengan NIM. L4D005069, tahun

2007. Thesis ini menguraikan mengenai permasalahan lalu lintas di Ambarawa

yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan di pasar Projo Ambarawa.

Sumber pustaka berikutnya yakni Jurnal Wilayah dan Lingkungan Volume 2

Nomor 1, April 2014, 25-42, dengan artikel yang berjudul Rantai Pasar

Komoditas Pertanian dan Dampaknya Terhadap Kegiatan Perdagangan

Komoditas Pertanian Pasar Projo, yang ditulis oleh Erwin Kharisma. Dalam

16

artikel ini menjelaskan mengenai jaringan ekonomi perdagangan komoditas

pertaniaan di Pasar Projo. Dari seluruh tinjauan diatas menunjukan belum ada

yang mengangkat pasar Projo untuk diteliti dalam studi peneletian sejarah. Dalam

penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan studi sejarah sosial-ekonomi

serta sosiologi-antropologi. Penelitian ini akan menyajikan dinamika

perekonomian di Pasar Projo Ambarawa dari tahun 1986 hingga 2014 dengan

ditinjau dari strategi bertahan para pedagang untuk bertahan dengan mengaitkan

pada etos kerja para pedagang yang dibentuk dari nilai-nilai ajaran agama Islam.

E. Kerangka Konseptual

Dalam skripsi ini menggunakan kerangka konseptual sebagai berikut:

Keyakinan terhadap keberadaan transendental atau kekuatan supra-

manusia ini telah ada sepanjang sejarah umat manusia. Bahkan dalam

masyarakat primitif pun, “cara beragama” telah melekat dengan

mempercayai kekuatan- kekuatan ruh (spirit), dewa- dewa dan jin yang

terdapat di beberapa tempat seperti batu atau pohon. Dalam Islam,

fenomena ‘bertuhan pada diri manusia’ ini disebut sebagai bentuk

“perjanjian primordial”, yakni mengakui adanya Tuhan dan hasrat berbakti

pada Nya sebagai alam asli manusia.9

Dalam konteks ini penulis akan memfokuskan pada agama Islam. Agama

memiliki peran penting dalam membentuk moral manusia. Ajaran agama

mengatur manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia. Ajaran agama Islam

mengatur manusia dalam seluruh aspek kehidupan. Agama Islam merupakan

keyakinan yang dianut oleh sebagian beasar para pedagang di Pasar Projo

Ambarawa.

9Jurnal, Acep Mulyadi, Islam dan Etos Kerja: Relasi Antara Kualitas

Keagamaan dengan Etos Produktivitas Kerja di Daerah Kawasan Industri Kabupaten

Bekasi. TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni 2008, hal. 3

17

Agama Islam ~ baik normatif-teologis bersifat individual maupun amal-

kebijakan kolektif ~ menekankan perlunya mengedepankan pola

keseimbangan hidup. Di samping taat beribadah kepada Tuhan demi

mencapai kebahagiaan akhirat, orang muslim juga harus bekerja keras

dengan menggunakan segala kemampuan rasionalitasnya, kompetitif dan

strategis. Terkait dengan akses sumber daya ekonomi, Islam merespons

positif setiap pengembangan usaha perdagangan, sebagaimana dilakukan

Muhammad sebelum menjadi Nabi.10

Dalam perkembangan zaman yang

semakin modern keberadaan agama terutama agama Islam mengalami

tantangan akan eksistensinya. Bahkan tantangan tersebut menyebabkan

terjadinya kemunduran peradaban manusia, guncangan yang paling terasa

ialah munculnya paham ateisme dengan beragam variannya, seperti

pemikiran sosialis yang berkembang sebagai basis keilmuan Marxisme

mengonsepsikan bahwa agama adalah “candu”bagi masyarakat.11

Ajaran agama Islam mulai mengalami tantangan dengan berkembangnya

ilmu pengetahuan. Ancaman yang paling nyata ialah berkembangnya paham

sekuler, pada paham sekuler menempatkan agama pada posisi yang tidak begitu

penting. Paham sekuler akan mendorong pada kehidupan masyarakat yang

mengutamakan hal-hal keduniawian atau mendorong masyarakat bersikap dan

bertindak ke arah hedonisme. Dengan berkembangnya sikap masyarakat yang

hedonis akan menggeser posisi ajaran agama Islam sebagai pedoman bagi umat

muslim. Untuk menjawab segala asumsi yang berusaha mengesampingkan peran

agama dalam kehidupan ekonomi dijawab oleh sosiolog yakni Max Weber dengan

mempublikasikan hasil studi empiris tentang konvergensi nilai-nilai agama dan

munculnya kapitalisme pada masyarakat Barat. (The Protestant Ethic and The

Spirit of Capitalism).

Dalam buku itu, Weber menautkan nilai-nilai keagamaan dengan perilaku

rasional individu dalam konteks perkembangan ekonomi kapitalisme

Eropa Barat Pasca-revolusi industri. Walaupun demikian Weber tidak

menafikkan pengaruh “tradisi“ pemikiran “rasional” yang telah berurat-

10

M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES,2013), hal. 8 11

Ibid, hal.xvii

18

akar dalam kehidupan masyrakat Barat sebagai bentuk “rasionalitas

instrumental” yang dapat memotivasi perilaku ekonomiindividu dan

mendorong kemajuan kapitalisme. Selain rasionalitas, Menurut Weber,

ada unsur esensial lain yang menjadi tenaga pendorong munculnya

kapitalisme, yakni nilai-nilai doktrinal agama Protestan, khususnya

madzhab Calvinis. 12

Dalam buku The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism Weber

menjelaskan bahwa doktrinal agama Protestan Madzhab Calvinis bersumber

pada doktrin Calling atau panggilan. Melalui doktrin Calling umat protestan

didorong untuk menjalankan pekerjaan dengan baik, karena kualitas bekerja

dan semangat yang baik dalam melaksanakan pekerjaan merupakan bagian

dari ketaatannya dengan Tuhan. Dengan menegaskan bahwa hanya sebagian

orang yang dapat terpanggil sehingga menjadi manusia yang selamat

mendorong umat Protestan Madzhab Calvinis memiliki semangat dan

berupaya mewujudkan untuk menjadi manusia yang terpanggil. Untuk

menjadi manusia yang terpanggil dalam ajaran Protestan Calvinis manusia

harus berupaya untuk bekerja sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Keterkaiatan agama dengan ekonomi yang dikemukakan oleh Max Weber

selaras dengan pemikran dari beberapa ilmuwan muslim mengonsepsikan

“aktivitas ekonomi merupakan bagian integrasi dari kehidupan beragama”.

Konsepsi pemikiran keilmuan yang berkembang dalam peradaban dunia

Islam selama ini mengacu pada padigma integratif. Karena itu, mustahil

memisahkan persoalan ekonomi dari konteks kehidupan lain seperti sosial,

politik, budaya, dan sistem nilai keagamaan: tidak ada dikotomi atau

pembelahan dalam tajam antara capaian capaian tujuan pengembangan

ekonomi dengan kehidupan beragama. Kedua hal tersebut sama-sama

berorientasi pada pencarian dan penguatan “amal kebajikan” terkait

dengan kepentingan duniawi maupun akhirat. Menurut Umer Chapra13

,

12

M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES,2013), hal. 30. 13

Umer chapra, salah seorang berpengaruh dalam studi ekonomi Islam

kontemporer, mengkritisi paradigma positivis pemikiran ilmu ekonomi konvensional,

19

Paradigma Islam sebagaimana tercantum dalam doktrin keagamaan

memberi tekanan lebih pada terintegrasinya nilai-nilai moral dan

persaudaraan kemanusiaan dengan keadilan sosial-ekonomi. Konsepsi

tersebut merupakan sebuah isyarat bahwa kehidupan ekonomi dalam

prespektif Islam tidak bersifat sekuler dan juga bebas nilai, tetapi

mengarah pada penyatuan nilai-nilai berbagai elemen institusional mulai

dari individu, keluarga, masyarakat, pasar, hingga negara. Tujuan akhir

yang ingin dicapai adalah terwujudnya kesejahteraan bersama (falah).14

Keterkaitan ajaran agama dengan kegiatan ekonomi dapat terlihat dalam

perilaku dari pelaku ekonomi. Dalam mengkaji perilaku ekonomi dari pelaku

ekonomi maka tidak lepas dari etos kerja. Etos kerja sering diartikan sebagai

semangat bekerja. Melalui etos kerja maka kiat-kiat pelaku ekonomi terbentuk.

Etos kerja terbentuk atas nilai-nilai yang moral yang bersumber dari nilai budaya

dan nilai-nilai ajaran agama Islam. Etos kerja dapat dianalogikan sebagai sebuah

jembatan yang menghubungkan antara kegiatan ekonomi dan ajaran agama Islam.

Melalui etos kerja seorang pelaku ekonomi dapat menentukan strategi untuk

mendapatkan hasil yang ingin dicapai.

Akar kata etos (ethos) adalah berasal dari bahasa Yunani. Dari kata

tersebut, pada awalnya hanya mengandung pengertian sebagai “adat

kebiasaan”. Karena itu, etos dapat membentuk “karakter dasar” bagi

masyarakat yang menganutnya. Namun, dalam proses perkembangan

selanjutnya, kemudian menjadi suatu konsep pemikiran yang menjelaskan

tentang bagaimana terbentuknya “spirit kehidupan” atau “jiwa khas” yang

dimiliki suatu bangsa. Munculnya etos yang kuat untuk memotivasi

baik klasik maupun neoklasik, karena logika yang digunakan adalah “hubungan simetris

antara kepentingan pribadi atau individu dengan kepentingan publik”. Menurut Chapra,

secara bertahap dan berkelanjutan konsepsi seperti itu, “mengaburkan tanggung jawab

sosial individu” sebagai pelaku ekonomi dan menjadikan mekanisme pasar sebagai

instrumen utama merealisasikan tuntutan efisiensi dan keadilan dalam proses alokasi dan

distribusi sumber daya ekonomi. Kecuali pasar, fungsi dan peran berbagai lain diabaikan termasuk nilai-nilai moral agama dan budaya yang dianut oleh masyarakat serta peran

aktif negara dalam menjaga keseimbangan perekonomian; lihat, M Umer Chapra, The

Future of Economics: An Islamic Prespective (Jakarta: Syari’ah Economics and Banking

Institut, 2001), hal. 25 14

M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES,2013). Hal. 40-

41.

20

kehidupan masyarakat, adalah berkaitan dengan proses perkembangan

sosio-historis dan kultural yang telah berlangsung lama.Etos adalah

“karakteristik Jiwa” (spirit) terhadap sebuah konstruksi kebudayaan milik

komunitas tertentu dalam mewujudkan sikap kepribadian dan aspirasi

mereka sekaligus menjadi instrumen penuntun dalam menjalani

kehidupan, baik perorangan dan kelompok kelembagaan. Karenanya, etos

dapat memberikan spirit untuk mencapai kesuksesan kerja,baik individu,

kelompok, maupun institusi (formal dan informal).Terbentuknya etos kerja

juga mengaitkan dengan struktur lingkungan yang memengaruhinya.

Karena itu, etos kerja memengaruhi orientasi kerja dan hasil kerja yang

juga terbentuk melalui proses interaksi sikap mental atau perilaku

individu, kelompok, atau komunitas, sebagai kecenderungan dasar yang

mengaitkan dengan struktur sosial, ekonomi, politik, dan budaya

masyarakat.15

Terbentuknya etos kerja tidak lepas dari tata nilai yang berlaku dalam

masyarakat serta nilai-nilai ajaran agama Islam. Keyakinan merupakan dasar atau

pondasi dari tumbuhnya sebuah peradaban sehingga ajaran agama Islam memiliki

peran penting dalam terbentuknya etos kerja dari para pedagang Pasar Projo

Ambarawa. Kesadaran akan pentingnya ajaran agama Islam sebagai pedoman

dalam menjalankan segala aspek kehidupan.

Islam sebagai rahmatan li alâ’lamîn,memberikan sumber-sumber normatif

yang berkaitan dengankerja, nilai kerja, dan etos kerja. Etos kerja harus

didasarkan pada tiga unsur, tauhid, taqwa, danibadah. Tauiîd akan

mendorong bahwa kerja dan hasil kerja adalah sarana untuk men-

Tauhidkan Allah SWT. sehingga terhindar dari pemujaan terhadap materi.

Taqwa adalah sikap mental yang mendorong untuk selalu ingat, waspada,

dan hati-hati memelihara dari noda dan dosa, menjaga keselamatan dengan

melakukan yang baik dan menghindari yang buruk. Sedangkan ibadah

adalah melaksanakan usaha atau kerja dalam rangka beribadah kepada

Allah SWT., sebagai perealisasian tugas khalîfah fî al-ardl, untuk menjaga

mencapai kesejahteraan dan ketentraman di dunia dan akhirat.16

15

Ibid, hal. 10-12 16

Jurnal, Acep Mulyadi. Islam dan Etos Kerja: Relasi Antara Kualitas

Keagamaan dengan Etos Produktivitas Kerja di Daerah Kawasan Industri Kabupaten

Bekasi. TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni 2008, Hal. 5

21

Dalam konsepsi Islam aktivitas ekonomi merupakan bagian integral dari

ajaran agama. terbentuknya etos ekonomi dalam Islam adalah bersinerginya

dengan nilai moral keagamaan dengan rasionalitas kalkulasi untung-rugi,

sehingga terjadi keseimbangan di antara kedua elemen dasar ini.

Dalam konsepsi Islam, etos ekonomi kaum muslim tidak hanya terbentuk

dari tradisi budaya, tetapi juga bersumber dari keyakinan agama yang

membentuk etos-spiritual individu. Seperti iman, ikhsan, ikhlas dan taqwa.

Nilai-nilai yang membentuk ilahiyah, individual, dan sosial, yang menjadi

media terciptanya kesejahteraan hidup spiritual dan material.17

Etos kerja yang didasarkan atas ajaran agama Islam membentuk etos kerja Islami.

Motivasi seseorang bekerja dengan mendasarkan atas ajaran agama Islam menjadi

sebab muncul etos kerja Islami. Bagi umat muslim etos kerja Islami harus dimiliki

dalam dirinya, motivasi mencapai kebahagiaan dunia sekaligus mencapai

kebahadiaan akhirat merupakan pondasi dari karakter etos kerja Islami. Dalam

ajaran agama Islam seorang muslim diajarkan untuk menjalani hidup secara

seimbang yakni memenuhi kebutuhan dunia dengan bekerja serta memenuhi

kebutuhan akan spiritual berupa beibadah kepada Allah.

Etos kerja Islami adalah Sikap hidup mendasar terhadap kerja disini

identik dengan sistem keimanan atau aqidah Islam berkenaan dengan kerja

atas dasar pemahaman bersumber dari wahyu dan akal yang saling bekerja

sama secara proporsional. Akal lebih banyak berfungsi sebagai alat

memahami wahyu (meski dimungkinkan akal memperoleh pemahaman

dari sumber lain, namun menyatu dengan sistem keimanan Islam).18

Etos kerja Islami adalah karakter atau kebiasaan manusia dalam bekerja

yang bersumber pada keyakinan atau aqidah Islam dan didasarkan pada

Al-qur’an dan Sunnah. Manusia bekerja bukan hanya motif mencari

kehidupan dunia tetapi bekerja merupakan perintah dari agama. Etos Kerja

seseorang terbentuk oleh adanya motivasi yang terpancar dari sistem

17

M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES, 2013), Hal.

51-52 18

Jurnal, Erwin Jusuf Thaib, Al-Qura’an dan As-Sunnah Sebagai Sumber

Inspirasi Etos Kerja Islami, (Gorontalo: IAIN Sultan Amai Gorontalo, 2014), Jurnal

Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 1, Juni 2014, hal. 6.

22

keimanan atau aqidah Islam yang berkenaan dengan kerja yang bertolak

dari ajaran wahyu bekerja sama dengan akal.19

Dengan keberadaan transaksi jual-beli maka mendorong terbentuknya pasar.

Pasar menjadi kebutuhan mendasar bagi kegiatan ekonomi di dalam masyarakat.

Pasar berperan sebagai wadah terselenggaranya transaksi jual-beli yang

mendorong pertumbuhan ekonomi dalam masyarakat.

Dalam pemikiran ekonomi, pasar (market) cenderung dikonsepsikan

sebagai tempat berlangsungnya transaksi jual-beli barang dan jasa tanpa

memiliki keterkaitan dengan berbagai institusi sosial lain, misalnya,

budaya dan agama, karena itu pasar berfungsi sebagai institusi ekonomi

yang bekerja menurut mekanisme sendiri yang dikenal dengan “hukum

pasar”. Pada konteks ini, basis moralitas yang telah berakar kuat dalam

masyarakat tidak memiliki ruang cukup kondusif untuk berkembang,

karena pasar hanya “bertugas” mempertemukan penjual dan pembeli yang

di dorong oleh perhitungan untung-rugi.20

Dalam ilmu ekonomi seorang pelaku ekonomi harus berupaya untuk

mencapai keuntungan maksimal. Keuntungan dalam perdagangan didapat melalui

upaya dari seorang pedagang untuk mendapatkan pembeli. Keinginan seorang

pedagang dalam mencapai keuntungan maksimal,membuat pasar hanya sebagai

tempat atau sarana untuk menghasilkan pendapatan.

Berbeda dengan sosiologi dan antropologi ekonomi, keberadaan pasar

dikonsepsikan sebuagai sebuah institusi yang memungkinkan setiap

individu melakukan interaksi sosial. Institusi pasar tidak sekedar berfungsi

sebagai tempat berlangsungnya proses transaksi jual beli barang dan jasa

antara penjual dengan pembeli. Tetapi, institusi pasar merupakan suatu

sistem sosial yang di dalamnya melibatkan para pedagang, seperti:

pengecer, pedagang besar, dan pedagang perantara. Mereka terekonstruksi

19

Skripsi, Annidjatuz Zahra, Pengaruh Etos Kerja Islami Terhadap Kinerja

Karyawan di CV Sidiq Manajemen Yogyakarta, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,

2015), hal. 18. 20

M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES, 2013), Hal. 12-

13.

23

secara simultan dalam hubungan kelembagaan yang tidak hanya bersifat

ekonomis, tetapi juga sosial-budaya dan keagamaan.21

Kegiatan perdagangan mendorong terjalinnya jaringan ekonomi antar

pelaku ekonomi, melalui jaringan ekonomi timbul pola hubungan patron klien.

Patron klien terjalin atas kepentingan ekonomi di dalam pasar. Kepentingan

juragan untuk memperluas jaringan dagang serta kepentingan pedagang pengecer

untuk mendapatkan barang dagangan menjadi penyebab terjalin hubungan patron

klien antara juragan dengan pedagang pengecer.

Hubungan patron-klien merupakan salah satu bentuk hubungan pertukaran

khusus. Dua pihak yang terlibat dalam hubungan pertukaran mempunyai

kepentingan yang hanya berlaku dalam konteks hubungan mereka. Dengan

kata lain, kedua pihak memasuki hubungan patron-klien karena terdapat

kepentingan (interest) yang bersifat khusus atau pribadi, bukan

kepentingan yang bersifat umum.Persekutuan semacam itu dilakukan oleh

dua pihak yang masingmasing memang merasa perlu untuk mempunyai

sekutu (encon) yang mempunyai status, kekayaan dan kekuatan lebih

tinggi (superior) atau lebih rendah (inferior) daripada dirinya.Persekutuan

antara patron dan klien merupakan hubungan saling tergantung. Dalam

kaitan ini, aspek ketergantungan yang cukup menarik adalah sisi

ketergantungan klien kepada patron. Sisi ketergantungan semacam ini

karena adanya hutang budi klien kepada patron yang muncul selama

hubungan pertukaran berlangsung. Patron sebagai pihak yang memiliki

kemampuan lebih besar dalam menguasai sumber daya ekonomi dan

politik cenderung lebihbanyak menawarkan satuan barang danjasa kepada

klien, sementara klien sendiri tidak selamanya mampu membalas satuan

barang dan jasa tersebut secara seimbang. Ketidakmampuan klien di

atasmemunculkan rasa hutang budi klien kepada patron, yang pada

gilirannya dapat melahirkan ketergantungan. Hubungan ketergantungan

yang terjadi dalam salah satu aspek kehidupan sosial, dapat meluas ke

aspek-aspek kehidupan sosial lainnya.22

Mekanisme pasar mendorong para pelaku ekonomi di Pasar Projo

menjalankan interaksi sehingga tercipta pola hubungan patron klien. Rantai

21

Ibid, hal. 13 22

Jurnal, Moh. Hefni, Patron-Client Relationship Pada Masyarakat

Madura,(Pamekasan: STAIN Pamekasan, 2009).KARSA, Vol. XV No. 1 April 2009,

hal.17-18

24

ekonomi yang tercipta di Pasar Projo merupakan cerminan dari pola hubungan

dari patron klien. Interaksi antar pelaku ekonomi dapat menyebabkan hubungan

saling membutuhkan sehingga tumbuh pola hubungan patron klien.

Istilah patron berasal dari Bahasa Latin “patrönus” atau “pater”, yang

berarti ayah (father). Karenanya, ia adalah seorang yang memberikan

perlindungan dan manfaat serta mendanai dan mendukung terhadap

kegiatan beberapa orang. Sedangkan klien juga berasal dari istilah Latin

“cliĕns” yang berarti pengikut.23

Dalam literatur ilmu sosial patron

merupakan konsep hubungan strata sosial dan penguasaaan sumber

ekonomi. Konsep patron selalu diikuti oleh konsep klien, tanpa konsep

klien konsep patron tentu saja tidak ada. Karenanya, keduanya istilah

tersebut membentuk suatu hubungan khusus yang disebut dengan istilah

clientelism.24

Istilah ini merujuk pada sebuah bentuk organisasi sosial yang

dicirikan oleh hubungan patron-klien, di mana patron yang berkuasa dan

kaya memberikan pekerjaan, perlindungan, infrastruktur, dan berbagai

manfaat lainnya kepada klien yang tidak berdaya dan miskin. Imbalannya,

klien memberikan berbagai bentuk kesetiaan, pelayanan, dan bahkan

dukungan politik kepada patron.25

Hubungan patron klien di pasar Projo mendorong terjadinya pertumbuhan

ekonomi di kawasan pasar. Seiring pasar yang terus berkembang, maka pasar

akan terus ber-transformasi mengikuti perkembangan zaman. Untuk bertahan

ditengah gempuran globalisasi dan pasar bebas maka pasar khususnya pasar

23

Lihat istilah patron dan client pada Webster, Webster's New Twentieth Century

Dictionary, edisi kedua (Oxford:Oxford University Press, 1975) dan Peter Davies (ed),

The American Heritage Dictionary of The English Language (New York: Dell Publishing

Co., Inc., 1977). 24

Sebagai sebuah konsep, clientelism dipandang sebagai sebuah proses

evolusioner yang menimbulkan kesadaran akan adanya ikatan kekeluargaan yang kuat

yang mampu memberikan keamanan fisik, ekonomi, dan emosional. Selain itu, konsep itu

juga memunculkan kesadaran akan ketidaksamaan akses pada barang dan sumber. Lebih

lanjut baca Sumeeta Shyamsunder Chandavarkar, Patron-Client Ties and Maoist Rural

China (Thesis MA pada Departmen of Political Science, University of Toronto, 1997),

hal. 1-2. 25

Jurnal, Moh. Hefni, Patron-Client Relationship Pada Masyarakat

Madura,(Pamekasan: STAIN Pamekasan, 2009).KARSA, Vol. XV No. 1 April 2009,

hal.17

25

tradisional perlu melakukan transformasi agar dapat survive dalam gejolak

ekonomi di Indonesia.

Konsep transformasi mengaitkan dengan perubahan di bidang sosial, politik,

ekonomi, budaya, atau pun dengan sistem nilai keagamaan. Dalam

prespektif ilmu sosial, itu merupakan proses perubahan kehidupan dari

kondisi stagnan menuju tatanan yang lebih baik (ideal). Konseptualisasi

tentang transformasi sosial dalam berbagai dimensi ajaran Islam, misalnya

bukan hanya berkaitan dengan tatanan kehidupan yang mengatur hubungan

vertikal antara manusia dan Tuhan pencipta alam semesta(hablun-

minallahi), tetapi juga terkait dengan konsep relasi sosial (hablun-

minannas) sebagai bentuk hubungan yang mengaktualisasikan interaksi

antar-individu, kelompok, komunitas, atau masyarakat, yang secara

evolusioner membentuk struktur dan kultur sebagai “ruang terbuka” dan

sekaligus menjadi instrumen informal terhadap berlangsungnya interaksi

sosial secara lebih luas.26

Dalam transformasi ekonomi tidak lepas dari konsep transformasi sosial.

Para pedagang Pasar Projo melaksanakan aktivitas perdagangan dengan tujuan

untuk mendapatkan penghasilan, melalui penghasilan yang didapatkan para

pedagang Pasar Projo Ambarawa mengalami mobilisasi sehingga terdapat

perbaikan taraf hidup. Aktivitas perdagangan akan mendatangkan keuntungan

bagi para pedagang Pasar Projo sehingga mendorong para pedagang Pasar Projo

mengalami mobilisasi vertikal.

Sebagai fenomena sosial yang muncul dalam kehidupan masyarakat,

konsep mobilitas memiliki pengertian yang beragam.Karena secara

konseptual, mobilitas (mobility) digunakan oleh para ilmuwan sosial untuk

menganalisis dan mengkonsepsikan bagaimana proses pergerakan sosial

suatu kelompok atau pun komunitas masyarakat. Mobilitas sebagai salah

satu konsep cukup mendasar dalam ilmu sosial dapat dikategorikan

menjadi pergerakan masyarakat dalam bentuk fisik maupun nonfisik.

Bentuk pergerakan fisik dapat berupa perpindahan georafis merujuk pada

kegiatan perpindahan dari suatu tempat ke tewmpat lain. Kemudian,

pergerakan masyarakat yang berbentuk non-fisik, atau yang lebih

26

M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES, 2013), hal. 18-

20

26

dikenaldengan mobilitas sosial. Berlangsungnya mobilitas seperti ini,

adalah proses perpindahan dari suatu kelas sosial tertentu di masyarakat

pada kelas sosial yang lainnya. Oleh karena itu,mobilitas tersebut adalah

berlangsung secara horizontal dan vertikal.27

Dalam mengkaji penelitian ini penulis mengaitkan relasi kehidupan

beragama pedagang Pasar Projo Ambarawa yang membentuk Tauhid dari

pedagang Pasar Projo Ambarawa yang berimplikasi pada etos kerja pedagang

Pasar Projo Ambarawa yang berlandaskan agama Islam dalam menghadapi

gejolak perekonomian di pasar Projo Ambarawa, etos kerja yang dilandasi agama

Islam dapat berpebgaruh terhadap kehidupan sosial-ekonomi pedagang Pasar

Projo Ambarawa.

F. Metode Penelitian

Skripsi ini merupakan studi sejarah ekonomi dengan menggunakan ilmu bantu

sosiologi dan ekonomi.Dalam sejarah ekonomi maka didasarkan pada studi

sejarah, dalam metode penelitian sejarah terdapat empat tahapan yaitu heuristik,

verifikasi, intepretasi dan historiografi.

Dalam tahap heuristik penulis berusaha mengumpulkan data pustaka

dengan mencari data berupa jurnal-jurnal ilmiah, Skripsi, Thesis yang memiliki

kesamaan tema dengan skripsi ini, dan sumber ini diperoleh dari internet. Dalam

upaya untuk mendapatkan sumber pustaka penulis mendatangi kantor Pasar Projo

untuk mendapatkan data mengenai Pasar Projo, tujuan penulis mengunjungi

kantor Pasar Projo ialah berupaya mendapatkan data mengenai profil Pasar Projo

serta sejarah perkembangan dari Pasar Projo Ambarawa. Selain itu penulis juga

27

Ibid, hal. 21-22

27

mendatangi badan arsip daerah di Kabupaten Semarang untuk mendapatkan data

Pasar Projo pada tahun 1980 namun data yang diinginkan tidak ada.

Penulis juga berupaya mendapatkan sumber dengan mendatangi kantor

Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten

Semarang, untuk mendapatkan data mengenai profil Pasar Projo, profil pedagang

Pasar Projo serta data pengelompokan pedagang untuk mendapatkan data-data

berupa laporan mengenai Pasar Projo Ambarawa dari tahun 1992 hingga 2015

selain itu penulis juga mendapatkan data berupa laporan mengenai revitalisasi

Pasar Projo pasca terbakar tahun 2012. Dalam upaya heuristik penulis juga

melakukan metode sejarah lisan dengan melakukan wawancara dengan Lurah

Pasar Projo serta para pedagang Pasar Projo. Penulis mendapatkan narasumber

berjumlah sembilan orang yang terdiri dari Lurah Pasar Projo Ambarawa, dari

wawancara dengan Lurah Pasar Projo penulis mendapatkan informasi mengenai

kondisi perekonomian pedagang Pasar Projo, kondisi sosial di Pasar Projo serta

kondisi keagamaan di Pasar Projo Ambarawa. Narasumber selanjutnya

ialahtengkulak, dalam wawancara dengan tengkulak penulis mendapatkan

informasi mengenai dinamika perekonomian di Pasar Projo

Ambarawa.Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan enam orang

pedagang di Pasar Projo, dari wawancara ini penulis mendapatkan informasi

mengenai kondisi sosial ekonomi, kondisi sosial agama serta pasang surut

perekonomian Pasar Projo Ambarawa..

Tahap kedua ialah Verifikasi data, langkah ini adalah proses menguji

sumber, apakah sumber yang diketemukan asli atau palsu (kritiik ekstern) dan

28

apakah isinya dapat dipercaya atau dipertanggung jawabkan atau tidak (kritik

intern). Kritik ada dua macam yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik

eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek

“luar” dari sumber sejarah.sebelum semua kesaksian yang berhasil dilakukan oleh

peneliti dapat digunakan untuk merekontruksi masa lalu, maka terlebih dahulu

harus dilakukan pemeriksaan yang ketat. Jadi serupa dengan evidiensi yang

diajukan dalam suatu pengadilan. Atas dasar berbagai alasan atau syarat, setiap

sumber harus dinyatakan dahulu otentik dan integral. Lalu Kritik intern adalah

penentuan dapat tidaknya keterangan dalam dokumen digunakan sebagai fakta

sejarah. Biasanya yang dicari adalah keterangan-keterangan yang benar. Tetapi

keterangan yang tidak benar juga merupakan kerangan yang berguna, yang berarti

ada pihak yang berusaha menyembunyikan kebenaran, ini ada hubungan dengan

motif seseorang untuk menyembunyikan kebenaran sejarah. Implementasi tahap

ini bagi seseorang peneliti yang sedang menyusun skripsi sangatlah perlu

dilakukan, paling tidak anda melakukan kritik intern. Dengan membandingkan

antara isi buku tentang hal yang sama tetapi terdapat perbedaan keterangan.

Sebagai peneliti meskipun masih dalam tahap pembuatan skripsi, hendaknya

melakukan pengujian atas data yang diperoleh, seperti: melakukan evaluasi

terhadap isi buku yang telah dibaca, perhatikan kesalahan-kesalahan yang muncul

dalam bacaan. Perhatikan pula apakah argumentasi yang digunakan relevan atau

tidak, selain itu peneliti dapat membedakan isi buku yang kadar ilmiahnya tinggi

dan yang rendah.

29

Langkah selanjutnya yaitu intepretasi, Sebagai ilmu sejarah termasuk ilmu

empiris maka sangatlah penting untuk menyaring fakta-fakta sejarah yang didapat

dari sumber sejarah. Fakta sejarah didapat dari dokumen sejarah, sebagai hasil

interpretasi. Dari interpretasi atas fakta-fakta barulah muncul tulisan sejarah.

Fakta yang terkumpul dan telah siap untuk digunakan itu belum berguna, jika

belum diberi arti. Fakta nampak mempunyai arti bila telah dimulai dihubungkan

dan dibandingkan satu sama lain, inilah permulaan mengadakan penafsiran fakta.

Interpretasi adalah menetapkan makna dan saling hubungan antara fakta-fakta

yang diperoleh. Interpretasi diperlukan agar data yang mati bisa bicara atau

mempunyai arti. Suatu peristiwa sejarah bisa ditafsirkan ulang oleh orang lain.

Penafsiran yang berlainan tentang fakta-fakta sejarah mungkin saja terjadi,

tergantung dari sudut pandang mana seseorang melihat peristiwa.

Langkah yang terakhir ialah historiografi, dalam proses ini penulis mulai

menuangkan intepretasinya dalam sebuah peristiwa ke dalam tulisan.

Historiografi adalah penulisan hasil penelitian. Historiografi adalah rekontruksi

yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan

menempuh proses. Penulisan laporan disusun berdasarkan serialisasi (kronologis,

kausasi dan imajinasi). Penulisan sejarah sedapat mungkin disusun berdasarkan

kronologis ini sangat penting agar peristiwa sejarah tidak menjadi kacau. Aspek

kronologi dalam penulisan sejarah sangatlah penting, dalam ilmu-ilmu sosial

mungkin aspek tahun tidak terlalu penting, dalam ilmu sosial kecuali sejarah

orang berpikir tentang sistematika tidak tentang kronologi. Dalam ilmu sosial

perubahan akan dikerjakan dengan sistematika seperrti perubahan ekonomi,

30

perubahan masyarakat, perubahan politik dan perubahan kebudayaan. Dalam ilmu

sejarah perubahan sosial itu akan diurutkan kronologinya.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I berisi pendahuluan yang menguraikan mengenai latar belakang penelitian,

batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka konsptual, metode penelitian dan sistematika penulisa. Padabab I

menguraikan mengenai garis besar penelitian ini.

Bab IImenjelaskan mengenaiprofil Pasar Projo Ambarawa, potensi Pasar Projo

serta dinamika perekonomian Pasar Projo. Dalam bab ini akan menggambarkan

transformasi ekonomi Pasar Projo dari tahun 1986 hingga 2015.

Bab IIIberisi mengenai profil pedagang Pasar Projo Ambarawa, bab ini

menguraikan mengenai kehidupan sosial-budaya, sosial-ekonomi dan kondisi

keagamaan pedagang Pasar Projo Ambarawa.

Bab IV dalam bab ini menjelaskan mengenai etos kerja dari pedagang Pasar

Projo, dalam bab ini menjelaskan mengenai pandangan pedagang Pasar Projo tentang

bekerja, dan bab ini juga menjelaskan mengenai kehidupan sosial-agama pedagang

Pasar Projo Ambarawa, bab ini juga menguraikan mengenai etos kerja yang dilandasi

oleh nilai-nilai agama Islam. Dalam bab ini juga akan menguraikan dampak Etos

Kerja Islam pedagang muslim Pasar Projo terhadap perilaku ekonomi pedagang serta

sistem ekonomi yang berlangsung di Pasar Projo Ambarawa.

Bab V Penutup, dalam bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan

oleh penulis.

31

BAB II

DINAMIKA PEREKONOMIAN PASAR PROJO TAHUN 1986-2015

A. Profil Pasar Projo Ambarawa

Perdagangan di Ambarawa sudah menjadi jantung perekonomian masyarakat

Ambarawa dan sekitarnya sejak zaman penjajahan. Keberadaan jalan Sudirman

yang dibangun di masa kependudukan Belanda mendorong terciptanya

lingkungan perdagangan di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman. Kegiatan

perdagangan memicu mobilitas masyarakat Ambarawa untuk dapat menaikkan

taraf hidup. Kegiatan perdagangan di Jalan Jenderal Sudirman pada masa

kependudukan Belanda mendorong masyarakat luar Ambarawa untuk ikut

berdagang di Ambarawa, posisi strategis dan potensi Ambarawa sebagai lokasi

dagang menjadi daya tarik untuk masyarakat luar Kecamatan Ambarawa untuk

berdagang di Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa. Kegiatan perdagangan ini

mengalami perkembangan sehingga tercipta lingkungan perdagangan di pinggir

Jalan. Lingkungan perdagangan pada masa kependudukan Belanda di pinggir

Jalan Jenderal Sudirman tergambar pada foto ini.

Jalan Jenderal Sudirman memiliki peran penting sebagai jalur penghubung

antar wilayah di era pendudukan Belanda di Ambarawa. Keberadaan jalur ini

mendorong mobilisasi masyarakat. Dengan keramaian Jenderal Sudirman sebagai

jalur penghubung antar wilayah mendorong terciptanya lingkungan perdagangan.

Dengan aktivitas perdagangan di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman mendorong

masyarakat mengalami mobilisasi vertikal. Terjadi perbaikan taraf hidup di

32

kalangan para pedagang. Aktivitas perdagangan semakin sibuk ketika

bertambahnya jumlah pedagang dan semakin banyak pula jumlah pembeli.

Banyak dari masyarakat Ambarawa dan sekitarnya menggantungkan hidupnya

pada aktivitas perdagangan.

Gambar. 1

Sumber foto: Dian Kelana, Berkelana di Ambarawa, 5 Mei 2016, www.Kompasiana.com

Foto diatas diambil pada tahun 1939, foto ini sebagai bukti kegiatan

perdagangan telah dikenal masyarakat Ambarawa sejak masa kependudukan

Belanda. Kegiatan perdagangan terus berlanjut hingga tahun 1970. Keberadaan

para pedagang yang berjualan di pinggir Jalan Jenderal Sudirman mendorong

didirikannya pasar. Potensi perdagangan di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman

mendorong pemerintah untuk menyediakan fasilitas berupa pasar. Pasar yang

33

dibangun tahun 1970 diberi nama Pasar Projo Ambarawa. Pasar ini dibangun

tahun 1969 dan mulai beroperasi di tahun 1970.

Gambar.2

Sumber foto: Dian Kelana, Berkelana di Ambarawa, 5 Mei 2016, www.Kompasiana.com

Dibangunnya Pasar Projo memberi ruang bagi para dan pembeli untuk

melaksanakan kegiatan perdagangan. Keadaan fisik pasar Projo di tahun 1970

terlihat masih sederhana. Dibangunnya Pasar Projo Ambarawa menjadi daya tarik

masyarakat Ambarawa dan sekitarnya untuk berdagang di Pasar Projo Ambarawa.

Lingkungan perdagangan mendorong Pasar Projo berkembang menjadi penopang

ekonomi di wilayah Kabupaten Semarang. Pasar yang terletak di jalur utama

Semarang-Yogyakarta dengan titik koordinat: -7.255748; 110.408349 ini

didirikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat Wilayah tengah

Kabupaten Semarang dan sekitarnya. Letak pasar yang sangat strategis, dengan

34

akses jalan antar kota antar Provinsi (Jln Raya Semarang-Yogyakarta)

menyebabkan pasar ini menjadi rujukan utama bagi masyarakat Kabupaten

Semarang dan sekitarnya. Entrance areanya cukup baik dan berada dalam

lingkungan yang padat penduduk. Kemudian pada tahun 1972 Pasar Projo

Ambarawa mengalami kebakaran. Kebakaran ini merupakan musibah pertama

kali yang dialami para pedagang di Pasar Projo Ambarawa. setelah kebakaran

Pasar Projo dibangun kembali. Kondisi Pasar Projo setelah mengalami revitalisasi

untuk pertama kali yakni masih memiliki fisik yang sederhana dan pasar

terkonsentarsi pada perdagangan di pinggir-pinggir Jalan Jenderal Sudirman.

Keadaan Pasar Projo Ambarawa di tahun 1985 masih memiliki fisik

sederhana, bangunan pasar berupa gedung pasar berlantai dua, di sekitar pinggir

Jalan Jenderal Sudirman masih banyak pedagang yang berjualan. Lahan parkir

masih sempit sehingga belum dapat menampung kendaraan yang berada di area

pasar, keterangan ini diperoleh dari ibu Sutimah seorang tengukulak28

sayur di

Pasar Projo Ambarawa.

kondisinya ya masih sederhana mbak, bangunannya memang berlantai dua

tapi masih sederhana, tempatnya lebih kecil dibanding yang sekarang,

namun pasar yang dulu tempat parkirnya kecil, terus pedagang kalau

jualan itu masih banyak yang berada di pinggir jalan mbak.29

Kondisi fisik Pasar Projo yang sederhana tidak menyurutkan kegiatan

perdagangan, transaksi jual-beli di pasar Projo Ambarawa merupakan potensi

28

Tengkulak merupakan seseorang yang membeli barang dagangan di pasar

dengan jumlah yang banyak, kemudian barang yag telah dibeli akan dijual kembali. 29

Wawancara dengan ibu Sutimah yakni seorang tengkulak sayur di Pasar Projo

sejak tahun 1985, wawancara dilaksanakan pada Minggu 4 Juni 2017 di Pasar Projo

Ambarawa.

35

ekonomi di wilayah Kabupaten Semarang. Perkembangan perekonomian pasar

membawa mobilisasi para pedagangnya, keberadaan Pasar Projo Ambarawa

sebagai tempat pilihan utama untuk berbelanja masyarakat Ambarawa dan

sekitarnya mendorong tumbuhnya Pasar Projo sebagai penopang perekonomian di

wilayah Kabupaten Semarang.

Kalau dulu jualannya masih pada kecil-kecilan mbak ya lapak-lapak kecil

tapi barang dagangan yang dijual memang sudah komplit dari dulu,

sehingga masyarakat kalau mau butuh apa-apa pilihannya ya di Pasar

Projo, kalau toko-toko atau kios di pasar Projo memang ada tapi masih

sedikit.30

Sebagai penopang ekonomi di Kabupaten Semarang Pasar Projo menjadi

tempat yang dipenuhi oleh pedagang dan pembeli, banyak pedagang yang

bergantung hidupnya pada aktivitas perdagangan di Pasar Projo Ambarawa.

Stabilitas perekonomian di pasar sempat terganggu dengan terjadinya kebakaran

tahun 1992. Kebakaran yang terjadi di tahun 1992 menuntut para pedagang untuk

berdagang di tempat relokasi sementara. Para pedagang berdagang di tempat

relokasi sementara menunggu proses pembangunan kembali Pasar Projo

Ambarawa. Setelah Pasar Projo selesai dibangun, aktivitas perdagangan kembali

berlangsung di dalam gedung Pasar Projo. Kondisi gedung mengalami perbaikan,

masih dengan kontruksi dua lantai namun terdapat perluasan lahan. Para pedagang

kembali melaksanakan aktivitas jual-beli dengan fasilitas baru berupa gedung

baru Pasar Projo Ambarawa. Penataan Pasar Projo masih belum maksimal, para

pedagang belum terkelompok ke dalam jenis barang dagangan, pedagang pakaian

30

Ibid.

36

dan pedagang makanan jajanan pasar masih berdampingan, misalnya kios pakaian

tersebar ada yang berada di lantai satu dan terdapat juga di lantai dua.

Bangunan pasar yang dibangun setelah kebakaran di tahun 1992 terus

beroperasi hingga tahun 2012. Pasar mengalami kebakaran kembali di tahun 2012,

penyebabnya diduga karena terjadi konsleting listrik. Kebakaran terjadi pada

pukul 20.00 WIB Jumat 20 Juli 2012. Kebakaran yang terjadi menghanguskan

956 Los dan 158 kios, dalam kebakaran tidak ada korban jiwa.31

Kerugian yang

dialami dari peristiwa kebakaran diperkirakan:

Tabel.1

NO URAIAN KERUGIAN

TAKSIRAN

KERUGIAN

1 Pemerintah Kabupaten

Semarang 3.647.970.300

Bangunan Pasar 3.647.970.300

2 Pedagang :

39.740.000.000

Pedagang Kios : 14.550.000.000

Kios Lantai I 12.000.000.000

Kios Lantai II 2.550.000.000

Pedagang Los : 25.190.000.000

Los Lantai I 18.210.000.000

Los Lantai II 6.980.000.000

Pedagang Pasar Pagi -

Pedagang Kaki Lima -

Jumlah 43.387.970.300

Kolom diatas merupakan laporan yang berasal dari Dinas Koperasi

UMKM Perindustrian dan Perdagangan, Kabupaten Semarang. Dengan kerugian

yang dialami para pedagang terjadi kekacauan dalam perekonomian Pasar Projo.

31

Suara Merdeka Perekat Komunitas Jawa Tengah berjudul 956 Los dan 158

Kios Pasar Projo Ludes, terbit pada Minggu 22 Juli 2017.

37

Kondisi sosial-ekonomi terganggu, pedagang merasa kebingungan karena barang

dagangan terbakar bahkan beberapa pedagang menyimpan uang di dalam kios

sehingga ikut terbakar. Selain itu tempat yang digunakan untuk berdagang juga

mengalami sehingga para pedagang mengalami kebingungan mengenai tempat

yang harus digunakan untuk berdagang.

Gambar. 3

Sumber foto: Dian Kelana, Berkelana di Ambarawa, 5 Mei 2016, www.Kompasiana.com

Foto ini diambil setelah Pasar Projo mengalami kebakaran. Pada tanggal

21 Juli 2012 yakni sehari setelah pasar terbakar, para pedagang masih mendatangi

pasar dan berusaha mencari barang dagangan yang masih bisa diselamatkan.

Akibat kebakaran ini para pedagang harus berjualan di tempat relokasi sementara.

Para pedagang Pasar Projo direlokasi di sebagian badan jalan dan area belakang

Pasar Projo Ambarawa. Pasar Projo Ambarawa selesai mengalami revitalisasi

38

pada tahun 2015. Para pedagang memasuki gedung baru pasar yang selesai

dibangun pada 20 Mei 2015.

Gambar. 4

Foto ini diambil setelah pasar mengalami revitalisasi di tahun 2015, dengan

bangunan gedung yang baru pasar Projo memiliki fasilitas-fasilitas yang

mendukung kegiatan perdagangan. Wajah baru Pasar Projo Ambarawa

memberikan kesan pasar tradisional dengan tampilan modern.

Pasar dengan bangunan bertingkat dua di bagian depan dan bertingkat tiga

di bagian belakang dan samping kanan, seluas 16.813,9 m2 dan berdiri

diatas tanah seluas 12.592 m2 ini memiliki 195 kios dan 1.512 los, dengan

pedagang berjumlah 1.552 orang. Fasilitas umum yang tersedia di pasar

projo, antara lain: 40 kamar mandi/WC, Mushola seluas 39 m2, gedung

parkir 3 lantai seluas 2.600 m2, 40 kamera CCTV, Alarm Pasar, sound

system pasar, genset 60 KVA, pompa hidran, hidran, sumur artetis, ground

tank untuk menampung air 70 m3, areal parkir dan bongkar muat, dsb.

32

32

Data dari kantor Pasar Projo Ambarawa berjudul Profil Pasar Projo.

39

Pada kepengurusan kantor Pasar Projo terdapat lurah Pasar yang bernama

bapak Sariyanto, petugas administrasi berjumlah 1 orang, petugas pemungut

retribusi 6 orang, petugas keamanan dan ketertiban 3 orang. Kegiatan

perdagangan di Pasar Projo Ambarawa didukung dengan fasilitas-fasilitas yang

lebih memadai. Pada tahun 2015 setelah pasar beroperasi kembali, menjadi titik

balik bagi para pedagang untuk menata ulang perekonomian Pasar Projo setelah

kebakaran. Hasil pembangunan pasar yang selesai di tahun 2015 menyediakan

fasilitas dan tata ruang yang mendukung kegiatan perdagangan di Pasar Projo

Ambarawa.

Tabel. 2

URAIAN KIOS LOS JUMLAH

LANTAI DASAR

-

377

377

LANTAI I

109

622

731

LANTAI II

79

515

594

KIOS GILING DAGING

DAN KELAPA

8

-

8

JUMLAH

196

1,514

1,710

Tabel.3

Luas Areal

12,592.00 m²

LuasDasarBanguna (Kios, Los, Selasar)

8,068.70 m²

LuasRuangGensetdanPompa

46.40 m²

AreaParkirdanBongkarMuat

4,404.15 m²

LuasMushola (belumdianggarkan)

73.15 m²

40

Keterangan berupa kolom diatas diperoleh dari laporan Dinas Koperasi

UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Semarang,

bagian pasar berupa data tentang revitalisasi Pasar Projo Ambarawa.

Gedung baru Pasar Projo Ambarawa memberi kesan pasar modern dengan

sistem perekonomian pasar tradisional. Dengan gedung yang baru pemerintah

berusaha menyediakan tempat berbelanja yang nyaman namun dengan harga yang

terjangkau. Keberadaan Pasar Projo dengan citra yang baru merupakan strategi

pemerintah untuk menarik minat masyarakat berbelanja di Pasar Projo Ambarawa

ditengah persaingan ketat antara Pasar Projo dengan minimarket dan toko-toko di

sekitar area Pasar Projo Ambarawa.

B. Potensi Pasar Projo sebagai Penopang Perekonomian Masyarakat

Ambarawa dan Sekitarnya.

Kecamatan Ambarawa sebagai kota kecil di Jawa Tengah merupakan kota

yang mempunyai potensi dalam pelayanan domestik maupun regional. Hal ini

dapat dilihat dari letak Ambarawa yang strategis dalam sistem perkotaan di Jawa

Tengah. Posisi Ungaran-Bawen- Ambarawa dalam wilayah dilihat sebagai fungsi

dalam sistem perkotaan Jawa Tengah dan menyandang fungsi sebagai pusat

kegiatan wilayah dengan wilayah pelayanan melingkupi Kabupaten Semarang,

Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Purwodadi. Hal ini

menjelaskan bahwa Ambarawa memiliki potensi dalam pusat pelayanan regional

Jawa Tengah bersamaan dengan Bawen dan Ungaran. Kemudian dari aspek

41

pertumbuhan kota, jalur transportasi memegang porsi besar pada perkembangan

kota, artinya Kabupaten Semarang yang dilewati jalur regional dari pusat

pertumbuhan Kota Semarang dan Solo yaitu Ungaran – Bawen - Ambarawa

memiliki pertumbuhan yang signifikan. Selain aspek transportasi, aspek lokasi

juga berpengaruh pada pertumbuhan kota. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan

kecepatan pertumbuhan antara kota- kota di Kabupaten Semarang dengan kota-

kota di Kabupaten Kendal dan Demak yang memiliki akses yang sama besar

terhadap jalur transportasi regional dan letak yang sama berimpit batas dengan

Kota Semarang.

Pada aspek ekonomi Ambarawa yang dilewati jalur regional mempunyai

spesialisasi fungsi yang terletak ditengah kawasan produksi pertanian menjadikan

Ambarawa pintu keluar bagi komoditas pertanian. Ambarawa yang diapit oleh

Kecamatan Bandungan, Jambu, Sumowono, dan Bawen, dimana keempat

kecamatan tersebut merupakan sentra pertanian, perkebunan, tanaman pangan,

peternakan, dan perikanan. Sehingga Ambarawa yang mempunyai keuntungan

lokasi sering dimanfaatkan oleh kecamatan lain untuk memasarkan komoditas

mereka karena kedekatannya dengan jalur regional. Seperti uraian di atas, dari

aspek ekonomi, Ambarawa mempunyai spesialisasi fungsi yang terletak ditengah

kawasan produksi pertanian menjadikan Ambarawa pintu keluar bagi komoditas

pertanian. Dengan letak yang strategis yaitu berada di jalur regional, aktivitas di

Pasar Projo sering menimbulkan kemacetan.

Pasar tradisional sebagai potensi lokal sering digunakan oleh penduduk

untuk memasarkan produk pertaniannya, seperti buah-buahan, sayuran,

dan tanaman perkebunan. Hal ini sudah menjadi umum karena setiap pasar

42

tradisional di Indonesia menjual produk pertanian. Pasar sendiri

merupakan suatu sistem yang menghasillkan peraturan harga-harga

dengan sendirinya.33

Berdirinya sebuah pasar tradisional di suatu wilayah tidak lepas dari berbagai

pertimbangan yakni didasarkan atas potensi-potensi yang mendorong kegiatan

perdagangan, faktor pendorong berkembangnya perekonomian pasar tradisional

didorong dengan potensi dari berbagai aspek. Potensi Pasar Projo sebagai pusat

perdagangan di Kecamatan Ambarawa terdiri atas:

Potensi Pasar Projo dalam aspek lokasi.34

Tabel. 4

No NAMA PASAR

ALAMAT JALAN SARANA TRANSPORTASI

KONDISI PENDUDK

KEBERADAAN

PASAR. MODERN (NAMA)

DESA-KECAMATAN

NAMA JALAN SUASANA

KEPADATA

N

TINGKAT

EKONOMI

1 2 3 4 5 6 7 8 9

8. Projo Kupang-Ambarawa

Jl. Sudirman Ambarawa

Padat dan lancer

Angkutan kota, Bus Antar Kota, sepeda, mobil, sepeda motor, berjalan kaki

Padat Daya beli rata-rata tinggi

Laris, Indomart, Alfamart, Metro

Tabel diatas bersumber dari laporan revitalisasi Pasar Projo Ambarawa

2015. Tabel diatas berisi mengenai potensi Pasar Projo dalam aspek lokasi.

33

Jurnal Erwin Kharisma, Rantai Pasar Komoditas Pertanian dan Dampaknya

Terhadap Tingkat Perdagangan Komoditas Pertanian Pasar Projo. (Jurnal Wilayah dan

Lingkungan Volume 2 Nomor 1, April 2014, 25-42), hal.26-28. 34

Data dari Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan

(Disperindag) Kabupaten Semarang, mengenai pengelompokan pedagang tahun 1992.

43

Telah dijelaskan diatas bahwa letak Pasar Projo berada pada jalur regional

sehingga mendorong pertumbuhan perekonomian Pasar Projo. Keberadaan Pasar

Projo yang terletak diapit oleh daerah-daerah penghasil komoditas pertanian

mendorong Pasar Projo sebagai pasar sentra komoditas pertanian. Letak Pasar

Projo yang berada di Jalan Jenderal Sudirman merupakan faktor penting dalam

pertumbuhan perekonomian di Pasar Projo Ambarawa. Lokasi Pasar Projo yang

strategis memudahkan distribusi barang serta letak Pasar Projo yang strategis

memudahkan para pedagang dan para pembeli di luar Kecamatan Ambarawa

untuk datang ke Pasar Projo Ambarawa. Ketersediaan transportasi berupa

angkutan umum lokal mendukung kegiatan perdagangan di Pasar Projo

Ambarawa. Kondisi Pasar Projo Ambarawa yang mudah dijangkau dengan

kendaraan darat mendorong harga-harga barang semakin terjangkau. ketersediaan

transportasi umum di Pasar Projo Ambarawa mendorong terjadinya mobilisasi

masyarakat Ambarawa. Serta kegiatan perdagangan juga diuntungkan dengan

tersedianya transportasi umum yang memadai.

Potensi Pasar Projo berikutnya dari aspek lingkungan fisik yaitu:

Tabel. 5

N

O

NAMA

PASAR

KONDISI

BANGUNA

N

PRASARANA KESES

UAIAN

BENTU

K DENGA

N

FUNGSI

KERAG

AMAN

UKURA

N TOKO/K

IOS

JALAN

DRAINASE

SALURAN

.LIMBA

H

PENER

AN

GAN

AIR BERSI

H

KENDALI

SAMPA

H

MCK

Jumlah

kam

ar

kondisi Retribusi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

8. Projo Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik 17 Baik Ada Sesuai Seragam

44

Tabel diatas bersumber dari laporan revitalisasi Pasar Projo Ambarawa

2015. Tabel diatas berisi mengenai potensi potensi Pasar Projo dalam aspek

lingkungan fisik. Sarana dan prasarana di Pasar Projo tergolong dalam kondisi

baik. Bangunan gedung Pasar Projo Ambarawa tergolong dalam kondisi yang

baik. Revitalisasi gedung Pasar Projo yang dilakukan pemerintah daerah pasca

kebakaran tahun 2012 menjadikan Pasar Projo Ambarawa memiliki tampilan

bangunan yang modern. Karena setelah gedung selesai dibangun tahun 2015 Pasar

Projo Ambarawa memiliki citra baru sebagai pasar yang memiliki tampilan

modern dengan sistem pasar tradisional.

Tabel. 6

NO NA

MA

PAS

AR

LUAS

TANAH

(m2)

LUAS

BANGUNA

N YG DI

TEMPATI

(m2)

TARIF

RETRIBUSI (RP)

JUMLAH PEDAGANG HARI

BUKA

PASA

R PER

TAHU

N

KEADAA

N

KANTOR

PARKIR

Kios Los Kios Lo

s

Das

aran

Ki

os

Los Da

sar

an

pa

gi

PK

L

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1

2

13 14 15 16

8. Projo 11.515 2.495 2.12

8

500 40

0

500 195 103

1

12

0

2

0

0

16 360

hr

Ada/baik Mencukupi

Tabel diatas bersumber dari laporan revitalisasi Pasar Projo Ambarawa

2015. Tabel diatas berisi mengenai potensi potensi Pasar Projo dalam aspek

demografi. Selanjutnya merupakan potensi Pasar Projo dari aspek demografi.

Keberadaan para pedagang Pasar Projo yang mencapai 1.634 merupakan bukti

peran penting Pasar Projo Ambarawa sebagai penopang perekonomian wilayah

45

Kabupaten Semarang. Dengan jumlah pedagang 1.634 menggambarkan kesibukan

Pasar Projo Ambarawa sebagai tempat transaksi jual-beli. Selanjutnya ialah

potensi Pasar Projo dalam aspek Manajemen. Selain dari para pedagang

diperlukan adanya manajemen yang dapat menunjang terpeliharanya pasar.

Tabel. 7

NO NAMA PASAR

KEPENGURUSAN KETERSEDIAAN PENGELOLA PASAR

STATUS KEPEG

AWAIA

N PENGEL

OLA

FAKTOR PENGHAMBAT/MAS

ALAH

PROFESIONALISME

PENGURUS

1 2 3 4 5 6 7

8. Projo 1. Kepala pasar

2. Pembantu bendahara

penerimaan

3. Personil pendukung

Ada Ada

Ada, 10 orang

PNS PNS

PNS,

CPNS, PTT

Parkir terpisah, akses bongkar muat di pakai

untuk dasaran.

Cukup memadai

Tabel diatas bersumber dari laporan revitalisasi Pasar Projo Ambarawa

2015. Tabel diatas berisi mengenai potensi potensi Pasar Projo dalam aspek

tenaga pengelolaan pasar. Dalam hal manajemen pengelolaan pasar, kepengurusan

di Pasar Projo tergolong memiliki pengelolaan yang baik.

Berikutnya potensi Pasar Projo dari aspek sosial-ekonomi.

Tabel. 8

NO NAMA PASAR

KECENDERUNGAN PENJUALAN PEDAGANG

MODAL KERJA PESAING PEDAGANG PASAR

1 2 3 4 5

8. Projo Meningkat Modal sendiri dan pinjam

Pasar modern, PKL disekitar pasar, pedagang keliling

46

Kondisi sosial-ekonomi yang baik akan mendorong terciptanya

lingkungan pasar yang nyaman untuk kegiatan perdagangan. Pola hubungan sosial

yang terjalin antara para pedagang dengan pedagang, dan pedagang dengan

pembeli mendorong terciptanya kehidupan sosial yang harmonis. Kondisi ini

dapat mendorong terciptanya lingkungan kerja yang baik sehingga kegiatan

perdagangan dapat berjalan dengan baik. Modal para pedagang yang berasal dari

modal sendiri cenderung membuat sikap pedagang lebih tenang dan fokus pada

penjualan, sedangkan bagi pedagang yang mendapat modal dari pinjaman

cenderung terfokus pada target penjualan dan berusaha keras untuk dapat segera

melunasi pinjaman dari hasil penjualan barang.

Tabel. 9

NO NAMA PASAR

BARANG YANG DIPERDAGANGKAN BARANG DAGANGAN DOMINAN

1 2 3 4

8. Projo Sayur-sayuran, buah-buahan, pakaian jadi, tas, sepatu, assesoris, alat rumah tangga, plastic dan dos, beras dan biji-bijian, tahu, tempe dan lauk pauk lainya, ikan asin dan segar, daging ayam, kambing,sapi, dll, alat dapur, bumbu-bumbuan dan kelontong, umbi-umbian, pedagang lainya, jasa reparasi jam, kacamata,dll

Sembako, pakaian, barang kelontong, sayur-sayuran

Barang dagangan yang dijual di pasar Projo dapat berpengaruh pada minat

pembeli masyarakat. Dengan ketersediaan barang-barang yang dijual di Pasar

Projo menjadikan pasar ini sebagai pilihan belanja bagi masyarakat sekitar

Ambarawa. Ketersediaan barang yang barang yang diperjual belikan boleh

47

ditawar, dapat menjadi daya tarik bagi para konsumen untuk berbelanja di Pasar

Projo.

Aktivitas pedagangan di Pasar Projo mencipatakan rantai pasar yang

menghubungkan berbagai pihak yang terjalin dalam jaringan ekonomi. Pola

hubungan ekonomi ini terdiri dari banyak orang, perdagangan tercipta melalui

transaksi-transaksi kecil yang membentuk jaringan. Inilah Aktifitas Pasar Projo

Ambarawa yang menciptakan rantai pasar di Pasar Projo Ambarawa.

B.1. Aktivitas Perekonomian di Pasar Projo Ambarawa

Aktivitas perdagangan di Pasar Projo Ambarawa sejak zaman Belanda

terpusat pada di pinggir Jalan Jenderal Sudirman. Kegiatan perdagangan di Pasar

Projo Ambarawa dominan lebih sibuk di pinggir Jalan Jenderal Sudirman,

kegiatan transaksi jual-beli yang terjadi di pinggir jalan mengakibatkan kemacetan

di ruas Jalan Jenderal Sudirman. Sebagai jalur regional aktivitas perdagangan

Pasar Projo menjadi penyebab kemacetan. Kesibukan transaksi jual-beli di pinggir

jalan berkurang di tahun 2008, hal ini terjadi karena adanya penertiban dengan

menurunkan satpol PP untuk menertibkan pedagang yang berjualan di pinggir

jalan. Aktivitas perekonomian Pasar Projo bearada di sebagaian badan Jalan pada

saat Pasar Projo mengalami kebakaran, setelah kebakaran para pedagang

melakukan aktivitas perdagangan di badan Jalan sebagai tempat relokasi

sementara. Kemudian di tahun 2015 setelah pasar selesai dibangun, aktivitas

perdagangan mulai berada di dalam pasar, hanya pada pasar pagi saja aktivitas

perdagangan berada di pinggir Jalan Jenderal Sudirman.

48

Secara tertulis Pasar Projo Ambarawa beroperasi mulai pukul 04.00 WIB,

namun kenyataannya para pedagang sudah berada di pasar sejak pulul 02.00 WIB

dan para pembeli yang merupakan tengkulak berada di Pasar Projo Ambarawa

pada pukul 03.00 WIB, aktivitas pasar Pagi dibatasi hingga pukul 06.00 WIB.

Pembatasan hingga pukul 06.00 WIB disebabkan aktivitas pasar harus berganti

pedagang yang berjualan di siang hari. Keberadaan Pasar Pagi memiliki peran

yang penting karena di pagi hari pasar Projo mengalami aktivitas tersibuk

daripada aktivitas Pasar Projo di siang hari dan di malam hari. Kesibukan kegiatan

perdagangan di pasar pagi membuktikan melalui aktivitas pasar pagi para

pedagang dapat menghasilkan pendapatan yang besar dan dapat mengembangkan

usaha berdagangnya.

Setelah aktivitas pasar pagi selesai dilanjutkan pasar di siang hari yakni pukul

06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Aktivitas tersibuk kedua setelah pasar pagi

ialah kesibukan perdagangan di siang hari. Jenis dagangan yang di jual di siang

hari lebih beragam. Setelah aktivitas pasar di siang hari selesai kemudian

dilanjutkan pada pukul 18.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB.

Aktivitas perekonomian di pasar Projo Ambarawa mendorong terbentuknya

sikap ekonomi dari para pedagang Pasar Projo Ambarawa. Dalam perekonomian

pasar tradisional terdapat sistem taruh dulu tagih kemudian.

Para pedagang dalam memasarkan barang-barang dagangan kepada bakul-

bakul langganan mereka cenderung memakai model “Taruh Dulu Tagih

Kemudian” ( TDTK). Oleh karena jumlah pedagang untuk setiap pasar

49

cukup banyak, menghendaki pembayaran kontan saat transaksi menjadi

tidak efektif.35

Para pedagang yang memiliki modal lebih kecil memilih sistem ini. Para

pedagang besar atau sering disebut juragan36

tidak akan sembarangan untuk

memilih pedagang kecil atau bakul yang akan disetori barang dagangan, juragan

akan memilih pedagang yang dapat diajak bekerja sama, dan pedagang kecil yang

jujur mengingat dasar dari sistem ini ialah kepercayaan. Keuntungan yang didapat

dari pedagang besar dari sistem ini ialah pedagang kecil akan terikat dengan

pedagang besar yang menyetori barang dagangan sehingga akan terus

berlangganan pada pada pedagang besar yang menyetori barang dagangan.

Dengan kata lain keuntungan dari sistem TDTK ialah memperluas jaringan

kepelangganan. Ibu Romisah merupakan pedagang pindang di Pasar Projo yang

menggantungkan kegiatan pedagangan dengan sistem taruh dulu tagih kemudian.

Ibu Romisah mendapatkan barang dagangan berupa pindang dari juragan. Setelah

pindang disetorkan juragan memberi masa tegang hingga hari minggu untuk

menyetorkan uang hasil dari penjualan.

Sistem yang berlaku kedua yakni ambil dulu bayar kemudian. Sistem ini

hampir sama dengan TDTK namun untuk sistem ini para pedagang dari luar Pasar

Projo yang melakukan kulakan di Pasar Projo dengan para pedagang di Pasar

Projo Ambarawa. Kepentingan tengkulak yang membutuhkan barang dagangan

35

Anton Haryono, Sejarah ( Sosial) Ekonomi Teori Metodologi Penelitian dan

Narasi Kehidupan, (Yogyakarta: USD, 2011), hal. 179 36

Juragan adalah seorang pedagang besar yang berdagang di pasar, seseorang

yang dijuluki juragan termasuk golongan seorang pedagang yang memiliki modal besar

dan memilki barang dagangan yang banyak. Seorang juragan memiliki langganan yang

banyak, langganan dari juragan sebagian besar merupakan seorang tengkulak.

50

namun modalnya terbatas memilih sistem ini, dan kepentingan para pedagang

besar di Pasar Projo yang berkepentingan untuk mengembangkan usahanya juga

memilih sistem ini. Sistem ini didasarkan atas kepercayaan sehingga menuntut

para pedagang besar dari Pasar Projo untuk memilih konsumen yang sekiranya

dapat dipercaya sehingga pedagang Pasar Projo tidak mengalami kerugian.

Aktivitas Pasar Projo yang sibuk menunjukkan banyak pelaku ekonomi yang

tergantung dengan kegiatan ekonomi di pasar ini. Pasar Projo memberikan

keuntungan bagi para pedagang dan pelaku ekonomi yang ada dalam aktivitas

perekonomian Pasar Projo Ambarawa. Dari aktivitas perekonomian di Pasar Projo

Ambarawa tercipta jaringan ekonomi atau rantai pasar.

B.2. Rantai Pasar (jaringan Ekonomi) di Pasar Projo Ambarawa

Aktivitas perekonomian di pasar Projo Ambarawa mendorong terbentuknya

jaringan ekonomi atau rantai pasar. Keberadaan rantai pasar muncul akibat dari

proses distribusi dari produsen sampai tangan konsumen.

Rantai pasar merupakan sebuah rantai yang digunakanuntuk

menggambarkan sejumlah jaringan yang menghubungkan semua pelaku

terkait dan transaksi yang terjadi dalam pergerakan barang pertanian dari

pertanian ke konsumen. Rantai pasar juga dapat diartikan hubungan dari

produsen ke konsumen yang melibatkan kegiatan saling terkait. Tujuan

dari rantai pasar adalah untuk mendapatkan lebih rinci pemahaman tentang

aktor, kegiatan, biaya, dan peluang terkait dengan aliran produk tertentu

dan terkait layanan, dimulai dengan petani dan berakhir dengan pembeli

yang ditargetkan atau konsumen efisiensi rantai pasar umumnya

merupakan faktor tentang bagaimana juga arus informasi antara pelaku.37

37

Erwin Kharisma, “Rantai Pasar Komoditas Pertanian dan Dampaknya

Terhadap Kegiatan Perdagangan Komoditas Pertanian Pasar Projo”. (Jurnal Wilayah dan

Lingkungan Volume 2 Nomor 1, April 2014, 25-42) 2014, hal. 31

51

Rangkaian proses dalam rantai komoditas menimbulkan keterkaitan antar

aktivitas dan pelaku yang memberikan nilai tambah. Ruang dalam hal ini

sangat berkaitan dengan lokasi dalam rantai pasar yang digambarkan dengan

perpindahan komoditas pertanian dari lokasi satu ke lokasi lainnya. Lokasi

dalam rantai ini berkaitan dengan komoditas yang dihasilkan oleh petani tidak

dapat langsung dinikmati oleh konsumen dan dibutuhkan distribusi untuk

memindahkan komoditas tersebut ke lokasi pemasaran.38

Pasar Projo merupakan sentra perdagangan dengan jenis dagangan utama

yaitu komoditas pertanian. Di dalam aktivitas perdagangan di Pasar Projo

menyediakan berbagai jenis barang yang dijual anatara lain sembako, pakaian,

berbagai jenis bahan makanan, sepatu , dan lain sebagainya. Dari satu jenis barang

yang dijual menciptakan rantai pasar atau jaringan ekonomi di mana rantai pasar

yang tercipta memberi keuntungan bagi pelakunya. Rantai pasar yang tercipta di

Pasar Projo Ambarawa dapat memberi keuntungan bagi pelaku-pelakunya,

sehingga banyak pihak yang bergantung hidupnya dari berlangsungnya proses

rantai pasar. Ciri khas utama dari Pasar Projo ialah barang komoditas pertanian

sebagai jenis dagangan unggulan. Banyak tengkulak dari wilayah sekitar

Ambarawa yang membeli dagangan berupa sayur dan buah dari Pasar Projo

Ambarawa.

Kesibukan transaksi jual-beli komoditas sayur dan buah di Pasar Projo

memberi dampak tersendiri bagi masyarakat Ambarawa khususnya

pedagang lokal untuk berjualan komoditas pertanian. Hal ini dapat dilihat

dari data dominasi pedagang lokal sebanyak 81% dari semua pedagang

komoditas pertanian.39

38

Ibid, hal. 32. 39

Erwin Kharisma, “Rantai Pasar Komoditas Pertanian dan Dampaknya

Terhadap Kegiatan Perdagangan Komoditas Pertanian Pasar Projo”. (Jurnal Wilayah dan

Lingkungan Volume 2 Nomor 1, April 2014, 25-42) 2014, hal. 40

52

Dalam rantai terlihat bahwa pelaku nonlokal terdapat di dekat sentra

pertanian, sedangkan dalam wilayah pemasaran didominasi oleh pelaku lokal.

Aktivitas aliran pada rantai pasar juga berdampak pada nilai tambah yang

diterima pedagang lokal di Pasar Projo. Ternyata pedagang lokal di Pasar

Projo mendapat keuntungan cukup besar dari hasil perdagangan komoditas

pertanian ini. Keuntungan terbesar pedagang lokal adalah pengumpul buah

impor yang mendapatkan nilai tambah sebesar Rp3,666 per Kg. Kemudian

pedagang pasar buah impor juga mendapatkan nilai tambah cukup besar

yaitu Rp 2000 per Kg. Untuk komoditas sayuran, pedagang pengecer

sayuran dengan nilai tambah Rp 1,357/Kg. Setelah pedagang pengecer,

pedagang pasar sayuran juga mendapatkan nilai tambah cukup besar yaitu

sebesar Rp 957/Kg sayuran. Dari beberapa pelaku tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pelaku lokal mendapatkan nilai tambah cukup besar

dari kegiatan perdagangan komoditas pertanian di Pasar Projo. Hal ini

dikarenakan jika dibandingkan pelaku lain, pelaku lokal ternyata

mendapatkan nilai tambah yang cukup besar dibandingkan pedagang

lain.40

Dalam rantai pelaku komoditas sayuran dan buah di Pasar Projo memiliki

struktur yang sama walaupun berbeda pelaku. Struktur tersebut yaitu adanya

petani, perantara, pedagang pasar, dan konsumen. Pada rantai pelaku komoditas

sayuran terdapat petani, pedagang atau pengumpul desa, pedagang pengumpul,

pedagang pasar, pedagang pengecer, pelaku industri kecil, dan konsumen.

Sedangkan untuk pelaku rantai komoditas buah lebih panjang dibandingkan rantai

pelaku komoditas sayuran. Hal ini disebabkan oleh rantai pelaku buah merupakan

penggabungan antara pelaku buah lokal dan buah impor, selain itu komoditas

buah juga banyak yang jauh dari wilayah pemasaran, yaitu berada di Jawa Timur

dan luar negeri. Pada dasarnya komoditas sayuran dan buah yang dipasarkan di

Pasar Projo merupakan komoditas nonlokal. Asal komoditas sayuran yang dijual

di Pasar Projo berasal dari Kecamatan Getasan dan Kecamatan Ngablak.

40

Ibid, hal. 40

53

Sedangkan untuk aliran antar pasar terjadi antara Pasar Jetis Salatiga ke Pasar

Projo, aliran ini berupa sayuran yang dibeli pedagang pasar Projo dari pedagang

Jetis Salatiga. Untuk asal komoditas buah juga didominasi oleh komoditas

nonlokal dimana Jawa Timur sebagai sentra buah-buahan di Pasar Projo.

Wilayah pemasaran Pasar Projo yang mencapai wilayah Kabupaten

Semarang, Kota Semarang, dan sekitarnya menggambarkan bahwa Pasar Projo

sebagai pasar komoditas pertanian merupakan pasar regional yang wilayah

pemasarannya wilayah lokal, wilayah sekitar dan wilayah regional. Walaupun

dapat disebut pasar regional, tetapi pedagang pasar masih belum dapat melayani

pelanggan dengan jumlah yang cukup besar karena kapasitas yang kecil.

Bentuk rantai pasar yang merupakan perubahan bentuk dasar sayuran dan

buah menjadi olahan di Pasar Projo adalah pelaku industri kecil yang

memakai bahan dasar sayuran dan buah untuk diolah menjadi bentuk

lainnya, seperti warung makan, restoran, dan pedagang kaki lima (PKL)

yang mengolah menjadi makanan, sayur, jus, sup buah, dan lain-lain.

Sebagian besar pelaku ini merupakan pelaku rumah makan, PKL dan

restoran. Sedangkan untuk nilai tambah komoditas pertanian di Pasar

Projo, pelaku yang memperoleh nilai tambah paling besar adalah petani

pengecer dengan nilai tambah rata-rata Rp 3.344 per sayuran. Untuk nilai

tambah buah lokal, nilai tambah terbesar untuk buah lokal dimiliki oleh

pelaku pedagang pengumpul Pasar Johar dengan nilai tambah rata-rata Rp

1.250/Kg. Untuk buah impor yang memiliki nama dan kualitas luar yang

cukup baik sehingga pedagang pengumpul dan pedagang pasar

mendapatkan nilai tambah yang cukup tinggi yaitu nilai tambah rata-rata

Rp 3.600 untuk pengumpul Projo dan Rp 2.000 untuk pedagang pasar.41

Selain barang komoditas pertanian terdapat rantai perdagangan yang lain yaitu

berupa pakaian. Pakaian yang dijual di Pasar Projo biasanya berasal dari Pasar

Klewer Solo. Pasar Klewer merupakan pasar grosir pakaian yang dapat menyuplai

barang ke Pasar Projo Ambarawa, untuk mendapatkan barang dagangan berupa

41

Ibid, hal. 40-42

54

pakaian para pedagang biasanya datang sendiri ke Pasar Klewer Solo untuk

kulakan42

, selain ke Solo biasanya pedagang mendapat barang dagangan berupa

pakaian dari daerah Kudus, Tingkir Salatiga, Pekalongan, Karangjati dan lain-

lain. Dalam jaringan ekonomi perdagangan pakaian terdapat sales yang menjual

barang dagangannya kepada para pedagang Pasar Projo Ambarawa. Keberadaan

sales dari daerah Solo, Kudus, Pekalongan dan Karangjati memudahkan para

pedagang untuk mendapatkan barang dagangan tanpa harus datang ke daerah yang

menjual barang berupa pakaian secara grosir.

Rantai pasar yang terjadi di Pasar Projo mengakibatkan banyak pihak yang

mendapat keuntungan. Keuntungan yang didapat dari para pelaku ekonomi

menciptakan lingkungan ekonomi yang mendorong banyak pihak

menggantungkan hidupnya pada kegiatan ekonomi di Pasar Projo Ambarawa.

Dengan banyaknya jumlah pelaku ekonomi yang menggantungkan hidupnya pada

aktivitas ekonomi, menjadikan Pasar Projo sebagai penopang ekonomi di wilayah

Kabupaten Semarang.

C. Pasang Surut Perekonomian di Pasar Projo Ambarawa

Kondisi perekonomian Pasar Projo tidak selalu mengalami keadaan yang baik,

terdapat hambatan dan rintangan dalam pertumbuhan ekonomi Pasar Projo

Ambarawa. Pasang surut perekonomian Pasar Projo memiliki dampak bagi para

pelaku ekonomi di Pasar Projo Ambarawa. Dinamika yang terjadi berpengaruh

pada kenaikan dan penurunan pendapatan yang dialami oleh para pedagang.

42

Kulakan adalah kegiatan membeli barang dengan jumlah yang banyak untuk

dijual kembali.

55

Pasang surut perekonomian di Pasar Projo menjadi seleksi alam bagi para

pedagang untuk tetap bertahan dengan usaha berdagangnya atau berhenti karena

bangkrut. Kondisi pasang surut yang terjadi dalam perekonomian Pasar Projo

antara lain:

C.1. Awal diselenggarakannya Pasar Pagidi Pasar Projo Ambarawa

tahun 1986-1991.

Pada tahun 1985 Pasar Projo mulai beroperasi pada pukul 04.00 WIB,

pasar pagi masyarakat sering menyebutnya. Beroperasinya Pasar Projo pukul

04.00 WIB mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di Pasar Projo Ambarawa, pada

tahun 1985 para pedagang Pasar Projo mulai merintis kegiatan perdagangan di

waktu dini hari. Pertumbuhan Pasar Projo melalui aktivitas perdagangan di waktu

dini hari mulai dirasakan dampaknya pada tahun 1986.

Perdagangan komoditas pertanian di pasar pagi terus berkembang dan

menempatkan Pasar Projo Ambarawa sebagai sentra perdagangan barang

komoditas pertanian. Aktivitas pasar pagi di tahun 1986 mulai menjadi tumpuan

kegiatan ekonomi di wialayah Kabupaten Semarang. Keberadaan Pasar Projo

menjadi daya tarik para tengkulak untuk membeli barang dari Pasar Projo.

Keberadaan pasar pagi menjadikan Pasar Projo sebagai pilihan utama untuk

kulakan bagi para tengkulak yang tinggal di wilayah sekitar Kecamatan

Ambarawa. Beroperasinya pasar pagi di Pasar Projo menciptakan rangkai pasar

atau jaringan ekonomi yang baru sehingga pelaku ekonomi yang diuntungkan dari

kegiatan perdagangan semakin bertambah. Menurut keterangan ibu Sutimah

56

aktivitas perekonomian tersibuk di Pasar Projo ialah pada pagi hari. Kegiatan

perekonomian pasar pagi menambah keuntungan pada para pedagang. Keberadaan

pasar pagi mengakibatkan bertambahnya pedagang dan bertambahnya pembeli

atau tengkulak.

Tahun 1987 merupakan titik balik bagi dalam sejarah ekonomi Indonesia

karena pada tahun ini, pertama kalinya presentase dari hasil-hasil Industri

melebihi komoditas ekspor.43

Hal ini menjadi indikasi bahwa sektor industri di Indonesia mengalami

peningkatan sehingga berperan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Hasil-

hasil industri yang meningkat berdampak pada stabilnya harga-harga barang di

pasaran. Dengan membaiknya perekonomian Indonesia berpengaruh dalam

kondisi perekonomian dalam Pasar Projo Ambarawa, kondisi perekonomian Pasar

Projo Ambarawa di tahun 1987 cenderung stabil. Dari keterangan dari bapak

Giyanto menyatakan bahwa perdagangan di tahun 1987 cenderung stabil. Bapak

Giyanto merupakan seorang pedagang asesoris di pasar Projo Ambarawa yang

memulai usaha berdagang dari tahun 1987. Dinamika perekonomian Pasar Projo

Ambarawa hingga tahun 1991 cenderung stabil, kondisi perekonomian nasional

yang berupaya mendorong pembangunan negara dalam berbagai aspek mengalami

berbagai hambatan. Berbagai permasalahan perekonomian nasional tidak begitu

berpengaruh terhadap kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa.

Perekonomian Pasar Projo tetap kokoh bertahan dengan aktivitas

perekonomiannya yang sibuk. Usaha berdagang para pedagang Pasar Projo

merupakan usaha mikro yang selamat dari gelombang permasalahan

43

Sjahrir, Masuk Krisis Keluar Krisis Para Tokoh Menggugat, (Jakarta:

Erlangga, 1999), hal. 96

57

perekonomian nasional. Berbagai permasalahan perekonomian nasional tidak

terlalu berpengaruh terhadap usaha berdagang di Pasar Projo Ambarawa. Usaha

perdagangan di pasar tradisional merupakan usaha mikro yang selamat dari

berbagai krisis yang terjadi dalam perekonomian nasional Indonesia.

C.2. Masa Kebangkitan Pedagang Pasar Projo Pasca Kebakaran

di tahun 1992 (1992-1998)

Selanjutnya pada tahun 1992 Pasar Projo Mengalami kebakaran yang

kedua kalinya. Terjadinya kebakaran di Pasar Projo Ambarawa berdampak pada

terganggunya jaringan ekonomi yang telah berlangsung di Pasar Projo, selain para

pedagang harus mengalami kerugian materi para pedagang juga harus kehilangan

sebagian pelanggannya. Berpindahnya pasar ke tempat relokasi sementara

memaksa para pedagang untuk sedikit bersabar menunggu diselesaikannya

bangunan baru. Bagi para pedagang tempat jualan merupakan identitas mereka

dalam berdagang, melalui letak tempat berdagang para pembeli yang telah

menjadi langganan akan mendatangi lokasi berjualan seorang pedagang yang

menjadi langganannya untuk berdagang sehingga ketika para pedagang

kehilangan tempat berjualan maka para pedagang akan kehilangan para

langganan. Dengan musibah kebakaran para pedagang harus menata ulang kondisi

pasar dan mulai mencari langganan kembali. Aktivitas perekonomian di pasar

berangsur-angsur membaik sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di Pasar

Projo Ambarawa.

58

Kemudian di tahun1993 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami

hambatan yakni pertumbuhan industrialisasi untuk ekspor mengalami hambatan.44

Di tahun 1993 bertepatan dengan ibu Solehah yakni pedagang peralatan dapur dan

kerajinan dari bahan baku bambu serta tanah liatdi Pasar Projo menyatakan bahwa

kondisi ekonomi pasar berada pada kondisi stabil. Kemudian pada tahun 1995

muncul pedagang keliling di sekitar wilayah Ambarawa. Pedagang keliling

mendapatkan dagangannya dari kulakan45

di Pasar Projo pada waktu pagi hari.

Para pedagang keliling dari berbagai daerah sekitar Ambarawa kulakan sayuran

dan berbagai jenis bahan makanan uang kemudian dijual dengan berkeliling di

kampung daerah asal mereka, para pedagang menjual barang dagangnnya dengan

menggendong keranjang dari bambu lalu mereka berkeliling kampung.

Keberadaan para pedagang keliling gendongan memberi keuntungan bagi

pedagang pasar pagi karena para pedagang keliling membeli barang dari para

pedagang besar di Pasar Projo.

Keberadaan para pedagang keliling gendongan tidak begitu mempengaruhi

kestabilan dari perekonomian pasar. Para pedagang keliling gendongan hanya

membawa dagangan dengan jumlah yang sedikit dan konsumen dari para

pedagang keliling ialah orang-orang yang bekerja di kantor dan tidak sempat

untuk pergi ke pasar, jumlah konsumennya pun juga sedikit sehingga tidak

menjadi saingan dagang yang mempengaruhi perdagangan di Pasar Projo

Ambarawa.

44

Sjahrir, Masuk Krisis Keluar Krisis Para Tokoh Menggugat, (Jakarta:

Erlangga, 1999), hal.96. 45

Kulakan adalah kegiatan membeli barang dengan jumlah yang banyak, dan

selanjutnya barang yang telah dibeli akan dijual kembali.

59

Pedagang keliling ada sebenarnya pada tahun 1995, namun pedagang

keliling disini masih menggunakan tenggok (keranjang dari bambu) untuk

menampung dagangannya, keranjang tersebut digendong dan pedagang

keliling menjual dagangannya dengan berjalan berkeliling kampung.

Pedagang keliling dengan cara berkeliling dengan keranjang tidak begitu

mempengaruhi perdagangan di pasar tradisional karena pedagang keliling

ini membawa barang dagangan dengan jumlah terbatas.46

Pada tahun 1997 dalam perekonomian Indonesia mengalami hambatan

yakni kurs rupiah melemah terhadap dolar.47

Pada bulan Juli 1997 dengan

adanya depresiasi dolar, di mana sektor produksi mengalami kemacetan

produksinya, maka mengakibatkan bertambahnya jumlah kemiskinan di

Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi membawa kondisi perekonomian

Indonesia pada ketidakstabilan.48

Dengan kurs rupiah melemah mengganggu pertumbuhan perekonomian

nasional karena kestabilan harga barang terganggu. Para pedagang Pasar Projo

mulai mengalami perunan pendapatan dari hasil berdagang. Kemudian pada tahun

1998 kondisi krisis ekonomi menjadi semakin parah ketika lengsernya Soeharto

dari kursi kepresidenan. Kondisi perekonomian yang tidak stabil ditambah tidak

stabilnya dunia politik di Indonesia mengakibatkan bangsa Indonesia terpuruk di

tahun 1998. Dampak dari lengsernya Soeharto yang mengakibatkan

ketidakstabilan perekonomian nasional berpengaruh pada perekonomian di Pasar

Projo Ambarawa. Bapak Giyanto yakni pedagang Asesoris di Pasar Projo

Ambarawa sejak tahun 1987 mengatakan bahwa kondisi perekonomian masa

kepemimpinan Soeharto masih dalam kondisi stabil, ketika Soeharto lengser dari

jabatannya perekonomian berubah drastis, kondisi perekonomian menjadi

46

Wawancara dengan ibu Tutik seorang tengkulak buah dari tahun 1995,

sekaligus pedagang pakaian pasar pagi di Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 10 Juni

2017. 47

Sjahrir, Masuk Krisis Keluar Krisis Para Tokoh Menggugat, (Jakarta:

Erlangga, 1999), hal.34 48

Ibid, hal. 145

60

terganggu dan keadaan para pedagang mengalami penurunan pendapatan yang

signifikan.

Pada 15 Januari 1998 Presiden Soeharto menandatangani perjanjian

dengan Michael Camdesus yakni Managing Director IMF,

penandatanganan tersebut berujung pada krisis.49

Dengan terjadinya krisis ekonomi kemudian Presiden Soeharto tidak

dapat menangani krisis yang terjadi sehingga banyak tuntutan dari berbagai pihak

untuk Soeharto mundur dari jabtannya. Pada Mei 1998 Soeharto mengumumkan

untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden. Gelombang besar krisis ekonomi

dan ketidakstabilan politik Indonesia memberi dampak besar bagi para pedagang,

kondisi harga barang yang cenderung mengalami kenaikan dan pendapatan dari

masyarakat yang tetap bahkan mengalami penurunan, menuntut masyarakat untuk

mengurangi konsumsi sehingga daya beli di pasar Projo mengalami penurunan

tajam.

Pedagang yang mengalami kemerosotan pada penghasilannya rata-rata

ialah pedagang komoditas pertanian seperti sayur dan buah kemudian pedagang

kelontong, pedagang makanan intinya ialah pedagang bahan makanan. Bagi

pedagang sepatu, pakaian dan peralatan dapur serta kerajinan dari bambu

mendapat pengaruh sedikit dengan adanya krisis yang terjadi. Kondisi harga

barang selain makanan berada pada kondisi tetap dan resiko barang busuk juga

tidak ada, yang menjadi hambatan ialah para pembeli mengurangi pengeluaran

sehingga para pedagang mengalami penurunan penghasilan. Penurunan

49

Sjahrir, Masuk Krisis Keluar Krisis Para Tokoh Menggugat, (Jakarta:

Erlangga, 1999), hal. 193

61

penghasilan yang dialami para pedagang pakaian, grabatan dan sepatu relatif

lebih kecil dibanding denga para pedagang komoditas pertanian, kelontong,

sembako dan jajanan atau makanan. Hal ini dijelaskan oleh bapak Marlan

pedagang peralatan dapur dan kerajinan dari bambu serta tanah liatdi Pasar Projo

bahwa pedagang yang menjual jenis barang seperti grabatan50

cenderung lebih

aman dari krisis ekonomi karena harga barang dagangan grabatan mengalami

kenaikan yang tidak begitu signifikan.

Pada tahun 1998 pasar Bandungan telah menunjukkan eksistensinya

sebagai sentra komoditas pertanian, letak geografis pasar ini yang berdekatan

dengan wilayah penghasil komoditas pertanian berupa sayur menjadikan pasar ini

sebagai sentra sayuran di daerah Kabupaten Semarang. Munculnya Pasar

Bandungan sebagai sentra perdagangan sayuran menjadikan pasar ini sebagai

pasar saingan bagi Pasar Projo Ambarawa.

C.3. Perjuangan Para Pedagang Pasar Projo di tengah

ketidakstabilan harga barang di pasaran(1999-2008)

Upaya pemulihan kondisi ekonomi yang mengalami krisis merupakan hal

yang sulit. Setelah kekacauan yang terjadi tahun 1998 kemudian di tahun 1999

mulai mengalami perbaikan dari berbagai aspek. Semangat reformasi yang

disuarakan generasi muda mendorong perbaikan kualitas dari para aparatur

negara. Perbaikan terjadi pada perekonomian nasional.

50

Grabatan merupakan barang dagangan berupa hasil-hasi komoditasl pertanian

dapat berupa kerajinan atau hal-hal yang berhubungan dengan komoditas pertanian.

62

Pada tahun 2000 Indonesia mengalami peningkatan dalam aspek ekspor.

Perekonomian nasional membaik dengan kegiatan ekspor barang ke

negara-negara ASEAN.51

Perbaikan dari ekonomi nasional berdampak pada kegiatan perdagangan di

Pasar Projo Ambarawa. Pada tahun ini keadaan perekonomian pasar berangsur

membaik. Aktivitas perekonomian Pasar Projo mulai mengalami kestabilan

setelah melewati krisis ekonomi di tahun 1997-1998, pada tahun 2000 mulai

muncul beberapa pedagang keliling dengan menggunakan motor. Pedagang

keliling dengan motor kulakan sayuran dan bahan-bahan makanan kebutuhan

sehari-hari ke pasar pagi. Dengan kata lain keberadaan para pedagang keliling ini

menjadi langganan baru bagi para pedagang besar sehingga menambah daya beli

di pasar pagi. Keberadaan pedagang keliling dengan menggunakan motor belum

begitu berpengaruh pada kegiatan perdagangan di pasar tradisional. Hal ini karena

jumlah pedagang keliling yang berjualan keliling dengan menggunakan motor

jumlahnya masih sedikit.

Pengaruh keberadaan pedagang keliling dengan menggunakan motor

mulai dirasakan Pasar Projo Ambarawa di tahun 2005, karena pada tahun ini

jumlah pedagang keliling yang menggunakan motor meningkat. Pedagang keliling

dengan menggunakan sepeda motor memudahkan pembeli untuk berbelanja hanya

dengan menunggu di rumah barang-barang yang dibutuhkan untuk konsumsi

setiap hari bisa didapat. Berdagang dengan motor memudahkan pedagang untuk

menampung barang dagangan dengan jumlah yang banyak dan mudah untuk

berpindah tempat. Keberadaan pedagang keliling dengan menggunakan sepeda

51

Amalia Adininggar Widyasanti, Perdagangan Bebas Region dan Daya Saing

Ekspor: Kasus Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010, hal. 15-16

63

motor berdampak pada pengurangan daya beli yang drastis di Pasar Projo

Ambarawa khususnya pada aktivitas pasar di siang hari. Keberadaan para

pedagang keliling dengan sepeda motor memberi keuntungan dan kerugian bagi

pedagang Pasar Projo. Keuntungannya ialah para pedagang besar mendapat

langganan tambahan sehingga penghasilan pedagang besar yang berjualan di pasar

pagi mengalami peningkatan sedangkan kerugiannya dialami oleh para pedagang

eceran yang berjualan pada siang hari di Pasar Projo Ambarawa, karena adanya

pedagang keliling mengakibatkan pembeli yang datang ke pasar menjadi

berkurang, karena bagi pedagang eceran di pasar pedagang keliling meruapakan

saingan dalam berdagang.

Kemudian di awal tahun 2000 mulai muncul pedagang keliling dengan

menggunakan motor. Keberadaan pedagang keliling dengan motor ini

dapat dirasakan pengaruhnya di tahun 2005 karena mulai banyak

pedagang keliling dengan menggunakan sepeda motor. Penggunaan motor

mendukung pedagang untuk membawa barang dagangan yang banyak dan

dapat mengantarkan para dagangan ke para pembeli dengan waktu yang

efisien. Keberadaan para pedagang keliling mengakibatkan berkurangnya

para pembeli yang berkunjung ke pasar Projo terutama pasar yang

beroperasi di siang hari.52

Pengaruh keberadaan pedagang keliling di Pasar Projo diiringi dengan

penghapusan subsidi BBM oleh pemerintah. pada tahun 2005.

Pengahapusan subsidi BBM pada tahun 2005 dikarenakandalam

perekonomian nasional investasi mengalami penurunan sebesar 10,9%

dibanding tahun sebelumnya sebesar 14,7%. Hal ini dominan disebabkan

oleh adanya kenaikan harga minyak dunia dan menyebabkan pemerintah

berusaha untuk menghapuskan subsidi BBM sehingga terjadi kenaikan

harga BBM sebesar 126% dari harga normal. Pemerintah menyesuaikan

tarif angkutan umum sesuai dengan kenaikan BBM, sehingga kenaikan

harga BBM tersebut juga memberikan dampak lanjutan (second round)

52

Wawancara dengan ibu Tutik seorang tengkulak buah dari tahun 1995,

sekaligus pedagang pakaian pasar pagi di Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 10 Juni

2017.

64

melalui kenaikan tarif angkutan sehingga secara keselurahan memberikan

sumbangan pada kenaikan inflasi. Tetapi dalam kenyataannya banyak

pengusaha angkutan umum yang menaikan harga di atas ketetapan

pemerintah, sehingga menjadikan harga-harga barang dan jasa semakin

melonjak naik.53

Kenaikan harga barang di pasaran diakibatkan dari BBM naik serta

bertambahnya saingan dagang yakni pedagang keliling menyebabkan penurunan

pendapatan pada pedagang Pasar Projo.

Ibu Tutik yakni seorang tengkulak buah dari tahun 1995 sekaligus

pedagang pakaian di pasar pagi mengungkapkan bahwa pada tahun 2005 jenis

dagangan yang diperjual-belikan sebagian besar ialah barang dagangan berupa

komoditas pertanian seperti buah dan sayur serta bahan makanan seperti lauk

pauk, namun pada tahun 2008 jenis dagangan yang dijual di pasar pagi berangsur

menjadi jenis dagangan yang beragam. Dengan beragamnya barang dagangan

yang dijual disertai penambahan jumlah pedagang yang berjualan di Pasar Projo

Ambarawa. Dengan penambahan jumlah pedagang dan beragamnya barang

dagangan yang dijual merupakan indikator peningkatan kesibukan perekonomian

Pasar Projo, banyaknya transaksi jual-beli yang terjadi maka terjadi peningkatan

pendapatan dari para pedagang pasar pagi. Pergerakan perekonomian Pasar Projo

di siang hari cenderung lambat. Para pedagang eceran Pasar Projo cenderung

mengalami kemerosotan pendapatan, kesibukan aktivitas pasar pagi berdampak

mengurangi daya beli pada kegiatan perdagangan di siang hari, para pedagang

eceran cenderung menganggap adanya pasar pagi merupakan hambatan dalam

usaha dagangnya, walaupun waktu jualan tidak sama tapi pembeli yang

53

Dewi Ernita dkk, Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Konsumsi di

Indonesia, Jurnal Kajian Ekonomi, Januari 2013, Vol. I, No. 02. hal.179.

65

seharusnya membeli di saat siang hari berbelanja di saat pagi hari karena barang-

barang yang dijual di saat pasar pagi harganya lebih murah daripada harga barang

saat aktivitas pasar di siang hari.

C.4. Geliat Aktifitas Perekonomian Pasar Projo Ambarawa di Era

Pasar Bebas yang Melanda Indonesia (2009-2015).

Pada tahun 2009 lalu saja, setidaknya sekitar 271 pabrik atau perusahaan

tutup. Akibatnya 18.396 buruh yang bekerja di industri ini harus rela

menjadi penganggur karena ter-PHK. Selama Januari-Oktober 2009,

defisit sudah mencapai 3,9 miliar dollar AS.54

Terjalinnya kerja sama antara Indonesia dengan Cina mengisyaratkan

bahwa pintu gerbang perdagangan bebas di Indonesia telah terbuka. Bebasnya

barang-barang impor masuk ke Indonesia mempengaruhi industri yang berada di

Indonesia, daya saing yang semakin meningkat mengakibatkan usaha makro

terutama bidang industri mengalami kebangkrutan.

Wilayah Kabupaten Semarang pada tahun 2009 secara umum industri

kecil mengalami penurunan di banding tahun 2008 kecuali Industri tahu

yang mengalami peningkatan. Peningkatan ini akibat sudah stabilnya

harga kedelai yang merupakan bahanbaku industri tahu serta komoditas

bahan baku lain adalah imbas dari meningkatnya harga komodotis pangan

secara umum di pasar global. Pengalihan komoditas pangan utamanya

kedelai dan jagung menjadi bahan dasar energi terbarukan, menimbulkan

perebutan komoditas ini antara kepentingan pangan dan industri energi.

Sehingga sesuai dengan teori ekonomi mengenai demand and supply,

dimana permintaan yang meningkat tajam tidak di ikuti oleh meningkatnya

produksi mengakibatkan peningkatan harga. Kondisi ini yang akhirnya

turut memukul pelaku usaha industri kecil, utamanya pelaku industri yang

berbahan baku kedelai.55

54

Amir Effendi Siregar dkk, Perdagangan Bebas ACFTA (ASEAN-China Free

Trade Agreement) dan Ancaman Kedaulatan (Jurnal Sosial Demokrasi Perdagangan

Bebas ASEAN-Cina: Berdagang Untuk Siapa? Vol. 8 3 Februari - Juni 2010 ISSN: 2085-

6415), hal. 12 55

Kabupaten Semarang Dalam Angka Tahun 2010, No. Katalog: 1403.3322,

hal.170.

66

Kenaikan harga komoditas di pasaran mempengaruhi gerak perekonomian

di Pasar Projo Ambarawa. Jenis dagangan utama yang dijual di Pasar Projo ialah

komoditas pangan terutama komoditas pertanian. Kenaikan harga-harga

komoditas pangan menuntut konsumen untuk mengurangi pengeluaran kebutuhan

konsumsi sehingga mempengaruhi berkurangnya daya beli di pasar yang

berakibat pada penurunan pendapat dari para pedagang Pasar Projo Ambarawa.

Perdagangan bebas juga mengakibatkan menjamurnya pasar modern

berupa supermarket, minimarket, dan toko-toko besar. Keberadaan supermarket

dan minimarket mengakibatkan melemahnya daya beli di Pasar Projo. Paradigma

masyarakat Ambarawa dan sekitarnya yang berpandangan bahwa membeli barang

di hypermarket,minimarket dan supermarket akan lebih praktis dan efisien,

menjadi penyebab menurunnya pembeli yang datang ke pasar Projo Ambarawa.

Keberadaan Indomart dan Alfamart dan toko Laris yang berjarak kurang lebih 200

meter dari Pasar Projo Ambarawa mengakibatkan berkurangnya pembeli di pasar.

Keberadaan Laris, Indomart dan Alfamart yang menyedaiakan barang-barang

yang ada di pasar mengakibatkan penurunan pendapatan di pihak pedagang Pasar

Projo. Ketatnya persaingan membuat para pedagang pasar mengalami

kemunduran dalam usahanya berdagang.

Kemudian pada 20 Juli 2012 Pasar Projo Ambarawa mengalami

kebakaran. kerugian yang dialami oleh para pedagang berupa kerugian materil

berupa terbakarnya barang dagangan dan kehilangan tempat tinggal

mengakibatkan kondisi ekonomi Pasar Projo pasca kebakaran mengalami

kekacauan.

67

Para pedagang menuntut kepada pemerintah daerah untuk menyediakan

tempat relokasi sementara yang tepat. Kekacauan kondisi perekonomian di

Pasar Projo mendorong ketua paguyuban P4A bapak Solichin menuntut

pemerintah daerah menyediakan tempat relokasi sementara untuk

berdagang. Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Projo Ambarawa (P4A),

Solichin mengancam akan menggelar aksi unjuk rasa bila Pemkab

Semarang tidak bisa mengendalikan pedagang untuk berjualan di Pasar

Sementara. Pernyataan tersebut disampaikan audiensi bersama Bupati

Semarang, Mundjirin, yang datang didampingi sejumlah kepala SKPD

Kabupaten Semarang. Audiensi itu membahaskeluhan pedagang di pasar

tersebut, keluhan disampaikan pada kamis 14 November 2012.56

Kemudian pemerintah daerah meminta izin dari dinas Perhubungan

Kabupaten Semarang untuk memakai sebagian badan Jalan Jenderal Sudirman

untuk tempat relokasi sementara bagi para pedagang pasar Projo Ambarawa.

Dinas Perhubungan mengizinkan sebagian badan Jalan Jenderal Sudirman

digunakan untuk kegiatan perdagangan. Tempat relokasi dibagi atas dua tempat

yakni di sebagian badan Jalan Jenderal Sudirman dan lokasi di belakang pasar.

Tempat relokasi yang berada di badan jalan memiliki ukuran satu kali satu atau

satu kali satu setengah meter setiap lapaknya, kontruksi dari lapak merupakan

kontruksi pasang bongkar yang berbahan kayu. Kondisi lapak yang kecil

membuat para pedagang hanya dapat menampung barang dagangan dalam jumlah

yang sedikit sehingga berdampak pada penurunan pendapatan dari pedagang.

Dengan kerugian yang dialami para pedagang dari terjadinya kebakaran dan

penurunan pendapatan dari kegiatan pedagangan tahun 2012 merupakan masa

yang sulit dari para pedagang.

Pedagang berusaha untuk bangkit dengan tetap melakukan aktivitas

berdagang. Pada tahun 2013 para pedagang bersemangat untuk memperbaiki

56

Suara Merdeka Perekat Komunitas Jawa Tengah, Pedagang Pasar Projo

Ancam Unjuk Rasa, Jum’at 15 November 2015, hal. 29

68

perekonomian Pasar Projo Ambarawa. Para pedagang berusaha tetap berdagang

ditengah hambatan tempat maupun modal. Para pedagang melakukan

perdagangan di tempat relokasi sementara. Penghasilan yang didapat dari kegiatan

berdagang di tempat relokasi dibanding ketika pasar belum terbakar jauh berbeda.

Walaupun dengan berbagai keterbatasan di tempat relokasi para pedagang

berusaha tetap bertahan berdagang.

Ya jelas berbeda mbak, artinya ketika pasar terbakar, mereka berjualannya

di tempat relokasi, dengan keterbatasan ruangpara pedagang tidak bisa

berjualan dengan barang dagangan yang banyak, karena waktu itu para

pedagang menempati lapak-lapak yang kecil-kecil, ukurannya paling satu

kali satu atau satu setengah kali satu. Sehingga tidak bisa menampung

dagangan yang banyak. Hal ini jelas mengurangi pendapatan mereka.57

Pasar Projo Ambarawa selesai dibangun pada tahun 2015, sehingga di tahun

ini para pedagang mulai kembali berdagang di dalam gedung Pasar Projo

Ambarawa. Para pedagang kembali ke gedung Pasar Projo Ambarawa. Pada tahun

2015 letak kios para pedagang diatur sesuai dengan jenis dagangan, lokasi pakaian

dan grabatan, salon dan kios kitab berada di lantai dua, lalu untuk kios sembako

dan sayuran, makanan, dan lain-lain berada di lantai satu dan untu daging berada

di bagian belakang pasar. Dengan pengelompokan pedagang serta penataan baru

lokasi kios pedagang mengakibatkan para pedagang harus mencari langganan

baru. Letak kios berperan penting dalam kegiatan perdagangan, berpindahnya

lokasi kios seorang pedagang sama saja pedagang harus mencari pembeli lagi

untuk dijadikan langganan. Tahun 2015 merupakan masa perintisan

57

Wawancara dengan Lurah Pasar bapak Sariyanto pada Kamis 15 Juni 2017 di

Kantor Pasar Projo Ambarawa.

69

perekonomian serta memulihkan kondisi perekonomian pasar kembali pasca

penempatan gedung baru Pasar Projo Ambarawa.

70

BAB III

POTRET KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI PEDAGANG PASAR

PROJO AMBARAWA

A. Profil Pedagang Pasar Projo Ambarawa

Kegiatan perdagangan di pasar tradisional menimbulkan mekanisme ekonomi

yang melibatkan para pelaku ekonomi. Berdirinya pasar tradisional tidak lepas

dari adanya kegiatan dari para pedagang dan para pembeli yang melaksanakan

transaksi jual-beli dalam area yang sama. Dalam area pasar pedagang merupakan

pelaku ekonomi yang menggantungkan hidupnya dari transaksi jual-beli di pasar.

Pedagang memiliki peran penting dalam mengembangkan perekonomian di suatu

pasar tradisional. Pasar merupakan tempat berkumpulnya para pelaku ekonomi

yang menjalankan kegiatan ekonomi berupa transaksi jual-beli.

Pasar merupakan wadah bagi para pedagang untuk bekerja dan

mengupayakan mengembangkan usaha berdagangnya, di dalam Pasar

Projo Ambarawa terdapat 1.634 pedagang, dengan perincian 158 pedagang

kios, 956 pedagang los, 450 pedagang pasar pagi dan 70 pedagang

Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menggantungkan hidupnya pada

kegiatan perdagangan.58

Jenis-jenis barang dagangan yang diperjual-belikan di Pasar Projo antara lain:

buah, bumbon, sayur, pindang, kelapa, tahu, tempe, daging ayam, daging

kambing, daging sapi, gula Jawa, lontong, wedang59

, lombok, bandeng, telur

58

Data dari Disperindag mengenai Profil Pasar Projo 2015 59

Wedang adalah minuman, jadi di Pasar Projo terdapat penjual minuman seperti

teh, kopi dan lain-lain.

71

puyuh, makanan atau jajanan, gelek60

,gandos61

, sate, sembako, pakaian, jilbab,

sepatu atau sandal, ikan basah, ikan asin, kemasan, plastik, grabatan, kelontong,

roti, kembang, asesoris, tas, kitab atau Al-qur’an, di dalam Pasar Projo bukan

hanya menawarkan jenis dagangan diatas namun juga terdapat jasa reparasi jam,

jasa salon, jasa sol sepatu, jasa service hp dan jasa menjahit.62

Pedagang di Pasar

Projo datang dari daerah Ambarawa dan sekitarnya. Lurah Pasar Projo Ambarawa

yakni bapak Sariyanto menjelaskan bahwa pedagang Pasar Projo berasal dari

daerah-daerah sekitar Ambarawa dan masih lingkup Kabupaten Semarang.

Kebanyakan di sekitar Ambarawa, wilayah Kabupaten Semarang saja.

Kebanyakan dari Kupang Kidul Ambarawa, Kupang Lor Ambarawa, dan

Pasekan, Mlilir, Jambu, Banyubiru. Ya sekitar kecamatan Ambarawa lah

mbak. Sumowono ada, Bawen, ya masih banyak lagi mbak, ya daerah-

daerah sekitar Kecamatan Ambarawa.63

Tingkat pendidikan dari para pedagang Pasar Projo di tahun 1985 tergolong

rendah, sesuai dengan penjelasan dari ibu Sutimah tengkulak sayur di Pasar Projo

menyatakan bahwa pedagang Pasar Projo yang tergolong masyarakat dari desa

memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Ibu Sutimah menjelaskan bahwa

tingkat pendidikan para pedagang di Pasar Projo hanya setingkat sekolah dasar

(SD) bahkan banyak yang tidak lulus SD atau tidak merasakan bangku sekolah.

Rendahnya tingkat pendidikan para pedagang Pasar Projo tidak serta merta para

pedagang tidak mendapatkan pendidikan apapun. Para pedagang yang erupakan

60

Gelek adalah sejenis kue tradisional Jawa yang berbentuk bulat dan lapisannya

dilapisi biji wijen. 61

Gandos adalah makanan tradisional Jawa berbahan dasar gandum dan kelapa. 62

Data dari Disperindag mengenai pengelompokan pedagang tahun 2015. 63

Wawancara dengan Lurah Pasar bapak Sariyanto pada kamis 15 Juni 2017 di

Kantor Pasar Projo Ambarawa.

72

masayarakat desa mendapatkan pendidikan berupa pendidikan agama yang

didapat dari kegiatan mengaji pada Usztad di desa. Ibu sutimah menyebutkan

bahwa di tahun sebelum 1985 masyarakat di desa memang banyak yang tidak

mendapatkan pendidikan formal namun untuk urusan pendidikan agama berupa

mengaji anak-anak di desa wajib mengikutinya.

Kehidupan pedagang Pasar Projo tidak lepas dari keyakinannya, segala

perilaku didasarkan atas nilai-nilai agama, sebagian besar dari pedagang pasar

Projo menganut agama Islam. Hal ini dijelaskan oleh lurah Pasar Projo Ambarawa

yakni bapak Sariyanto.

kalau untuk praktek keagamaannya saya kurang tahu pasti ya mbak, nanti

bisa ditanyakan langsung pada para pedagang, tapi yang jelas sebagian

besar para pedagang menganut agama Islam, ya 90% bahlkan lebih para

pedagang menganut agama Islam.64

Agama Islam yang dianut oleh sebagian besar para pedagang memberi

pengaruh terhadap etika bersosialisasi, dan etika ekonomi dari para pedagang.

Nilai-nilai agama Islam menjadi dasar atas cara dan sikap dari para pedagang

dalam berinteraksi dengan pedagang lainnya dan dengan konsumen. Agama

secara tidak sadar membentuk karakter para pedagang dalam berdagang.

B. Kehidupan Sosial-Budaya Pedagang Pasar Projo

Ambarawa merupakan bagian dari wilayah Jawa Tengah, pedagang Pasar

Projo Ambarawa merupakan bagian dari masyarakat jawa. Masyarakat jawa

dikenal sebagai masyarakat yang taat akan aturan adat istiadat, Budaya Jawa

64

Wawancara dengan Lurah Pasar bapak Sariyanto pada kamis 15 Juni 2017 di

Kantor Pasar Projo Ambarawa.

73

dikenal sebagai budaya yang kaya akan nilai-nilai luhur. Pedagang Pasar Projo

sebagai masyarakat jawa menjujung tinggi Budaya Jawa. Nilai-nilai Budaya Jawa

membentuk karakter moral para pedagang Pasar Projo .

Budaya Jawa mendasarkan diri kepada harmonis. Biasanya disebutkan

bahwa Budaya Jawa adalah anti kepada konflik karena di dalamnya

mempunyai ideal bahwa dunia ini harus ditata secara harmonis baik antara

jagad cilik (jiwa, pikiran, hati nurani manusia) maupun jagad gede

(komunitas, masyarakat). Berbagai cara untuk menjaga atau menuju

harmonis, terutama dengan sikap toleransi. Budaya Jawa adalah budaya

yang paling memberi tempat bagi perbedaan dan menerima perbedaan

sebagai kekayaan yang harus dipupuk bersama. Budaya Jawa dalam

konteks modern lebih sesuai dengan paradigma struktural fungsional

dengan asumsi bahwa setiap orang atau lembaga memiliki tempatnya

masing-masing dan ia harus berperilaku atau bekerja sesuai dengan tempat

keberadaannya tersebut. Pemahaman tentang “tempat” dalam hal ini

bukanlah pemahaman mati atau mutlak, melainkan sebagai sesuatu yang

kondisional dan atau relatif. Budaya Jawa menghargai hal-hal atau nilai-

nilai yang bersifattransendental. Maksudnya, sesuatu yang berhubungan

dengan yang transenden, yang bukan dunia material, tetapi sebagaimana

dalam filsafat yaitu sesuatu yang Metafisika atau Numinus (Yang Ilahi).

Sifat transendental itu dilatarbelakangi oleh keyakinan bahwa hidup selalu

kepadaNya, Tuhan Yang Maha Kuasa.65

Budaya Jawa menutun pedagang Pasar Projo Ambarawa memiliki karakter

moral jawa yaitu harmonis, struktural fungsional dan transendental. Keberadaan

Budaya Jawa diperlihatkan melalui segala tindakan dari pedagang Pasar Projo

Ambarawa mulai dari interaksi di pasar hingga penyelenggarakan acara tertentu di

pasar. Pedagang Pasar Projo menyelenggarakan acara tasyakuran berupa

pengajian. Tasyakuran dilaksanakan oleh para pedagang sebagai wujud syukur

atas bangunan pasar yang baru selesai dibangun sehingga dapat digunakan

65

Thesis, Daryono, Etos Dagang Jawa Studi Terhadap Pemikiran Sri Sultan

Hamengkunegara IV, (Semarang : Institut Agama Islam Walisongo Semarang, 2006), hal

24-25.

74

kembali untuk berdagang. Penyelenggaraan tasyakuran menunjukkan bahwa

pedagang Pasar Projo Ambarawa memiliki karakter moral Jawa.

Sebelum pedagang masuk ke bangunan baru dan sebelum pedagang

memulai kegiatan perdagangan, para pedagang melakukan tasyakuran

mengadakan pengajian disini, dengan mengundang seorang Kiyai waktu

itu. Ya intinya tasyakuran pasar ini selesai dibangun dan semoga ketika

para pedagang kembali berjualan disini dengan tempat yang baru

mendapatkan berkah.66

Acara tasyakuran merupakan wujud rasa syukur dari para pedagang.

Tasyakuran merupakan cerminan kepercayaan para Pedagang Pasar Projo atas

kekuasaan Allah SWT. Keyakinan dari pedagang inilah yang merupakan moral

masyarakat jawa yakni menghargai hal-hal transedental.Selain itu Pasar Projo

Ambarawa memiliki acara rutin setiap tahun yaitu pasar kembang. Budaya pasar

kembang bukan hanya diselenggarakan di Pasar Projo Ambarawa saja, pasar

tradisional jawa setiap tahunnya menyelenggarakan pasar kembang. Pasar

kembang merupakan pasar yang diselenggarakan pada waktu dua hari sebelum

lebaran, barang-barang yang diperjual-belikan berupa barang-barang yang

dibutuhan dalam merayakan hari Raya Idul Fitri. Pedagang yang berjualan pada

waktu pasar kembang bukan hanya pedagang dari Pasar Projo melainkan

pedagang dari daerah lain datang ke Pasar Projo dan ikut berjualan di Pasar Projo

Ambarawa.

Tidak ada budaya khusus mbak disini, paling itu pasar kembang yakni

pada saat lebaran Idul Fitri kurang dua hari maka pedagang-pedagang dari

luar Pasar Projo biasanya paling banyak pedagang dari daerah Bandungan

Sumowono yang dia punya hasil panen sendiri di kampungnya, dia

66

Wawancara dengan Lurah Pasar bapak Sariyanto pada kamis 15 Juni 2017 di

Kantor Pasar Projo Ambarawa.

75

menanam kembang kemudian dijual di pasar ini. Itu pun tidak seramai

dahulu mbak.67

Pedagang Pasar Projo yang hidup sebagai masyarakat jawa menyadari bahwa

budaya merupakan sesuatu yang berharga maka harus dilestarikan. Cara untuk

melestarikan budaya bukan hanya melakukan peringatan berupa ritual, namun

bersikap layaknya orang jawa yaitu menjaga kesopanan, berbahasa layaknya

orang jawa dan bersikap sesuai dengan kondisi tempat, waktu yang tepat.

Menjaga karakter moral jawa agar tetap hidup dalam diri seseorang merupakan

upaya mempertahankan tradisi jawa.

Sebagai sistem sosiokultural, pasar itu ditandai oleh kedudukan yang

tersisip di dalam masyarakat jawa umumnya dan oleh pembagian

pekerjaan yang begitu berkembang, karena tidak adanya sistem firma,

gilda dan lain-lain memberi landasan utama bagi organisasi sosio-

struktural daripada pasar sebagai keseluruhan; dan oleh pemisahan yang

tegas antara ikatan-ikatan sosial yang bersifat ekonomis dan yang bersifat

non-ekonomis samar-samar.68

C. Kondisi Sosial-Ekonomi Pedagang Pasar Projo Ambarawa.

Keberadaan pasar dikonsepsikan sebagai sebuah institusi yang memungkinkan

setiap individu melakukan interaksi sosial. Institusi pasar tidak sekedar berfungsi

sebagai tempat berlangsungnya proses transaksi jual-beli barang dan jasa, tetapi

juga merupakan sebuah “sistem sosial” yang melibatkan para pelaku mulai dari

pengecer, pedagang kecil, pedagang besar, hingga pedagang perantara. Mereka

terkontruksi secara simultan dalam hubungan kelembagaan yang tidak hanya

bersifat ekonomis, tetapi juga sosial-budaya dan keagamaan. Mereka

67 Ibid

68 Taufik Abdullah, Agama etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta:

LP3ES, 1986), hal. 164.

76

menyediakan dan memasok sejumlah barang dan finansial. Menurut Alexander,

pasar menghubungkan anggota keluarga, pelanggan, dan klien dalam aktivitas

ekonomi.69

Dengan kata lain sebagai lembaga sosial-ekonomi masyarakat, pasar

adalah ekspresi dari hubungan-hubungan sosial. Pada hakikatnya tidakan ekonomi

para penjual dan pembeli di pasar dipengaruhi oleh konteks sosial-budaya yang

berkembang di masyarakat.

Aktivitas ekonomi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan dan

hubungan-hubungan sosial yang mengakar kuat di tengah masyarakat.

Tindakan ekonomi di pasar dengan kalkulasi untung-rugi memang

merupakan bagian dari konstruksi sosial.70

Realitas ekonomi yang

terkontruksi di pasar justru menjadi realitas sosial. Aktivitas pertukaran

barang dan jasa bukan hanya “transaksi ekonomi” saja, tetapi sekaligus

menandakan terjadinya “peristiwa sosial” yang mendorongberlangsungnya

proses interaktif antar individu dan terbangunnya hubungan antara mereka

yang membentuk “jaringan sosial” baik formal maupun informal.71

Ambarawa merupakan wilayah dari Jawa Tengah yang menganut Budaya

Jawa. Keberadaan Budaya Jawa di dalam masyarakat berpengaruh dalam kegiatan

ekonomi masyarakat. Dalam aktivitas ekonomi di Pasar Projo tidak lepas

pengaruh dari Budaya Jawa. Nilai-nilai Budaya Jawa menjadi memegang peranan

penting sebagai pembentuk karakter moral masyarakatnya.

Sebagai pasar tradisional jawa, Pasar Projo memiliki ciri khas menonjol

daripada pola pasar yaitu pembagian kerja yang terlalu terspesialisasi. Karakter

69

Jenifer Alexander, “wanita Pengusaha di pasar-pasar Jawa”, dalam Robert W

Hefner (ed), Budaya pasar, Masyarakat dan Moralitas dalam kapitalisme Asia Baru

(Jakarta : Pustaka LP3ES indonesia, 1999), hal 287-312. 70

Heru nugroho, Uang, Rentenir dan Hutang Piutang di Jawa (Yogyakarta:

Pustaka pelajar, 2001), hal. 30. 71

M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES,2013), hal.13-

14.

77

pasar tradisional jawa tidak lepas dari letak geografis Pasar Projo yang merupakan

bagian dari wilayah Jawa Tengah sehingga menganut sistem pasar tradisional

jawa.

Keberadaan pasar tradisional sebagai wahana aktivitas ekonomi mikro di

masyarakat juga sebagai ruang publik dimana aktivitas sosial terbentuk di

pasar. Aktivitas sosial yang dimaksud adalah pembeli dan pedagang tawar

menawar untuk mendapatkan kesepakatan harga, interaksi sosial yang

melibatkan antarajuragan dengan pekerja. Hubungan patron-klien

terbentuk kerjasama antar pedagang yang sangat berguna bagi

kelangsungan usaha di pasar tradisional.72

Pasar Projo merupakan pasar tradisional dengan aktivitas perdagangan yang

dapat menciptakan pola hubungan patron klien dari para pelaku ekonomi yang

terlibat. Interaksi antar pelaku ekonomi yang memiliki tujuan untuk mendapatkan

keuntungan menyebabkan pola hubungan ketergantungan sehingga pola hubungan

patron klien berlangsung dalam aktivitas perdagangan di Pasar Projo Ambarawa.

Hubungan patron klien sebagai suatu keadaan khusus dari persekutuan

dyadic (dua orang) yang melibatkan sebagian besar persahabatan,

sementara seorang atau kelompok yang berstatus sosial ekonomi lebih

tinggi berperan sebagai patron, menggunakan pengaruh, dan

penghasilannya untuk memberikan perlindungan dan kebaikan kepada

seseorang atau kelompok yang memiliki status sosial ekonomi lebih

rendah. Kelompok ini berperan sebagai klien, bersedia membalas budi

berupa dukungan menyeluruh yang meliputi pelayanan pribadi kepada

patron.73

Dalam aktifitas perekonomian di Pasar Projo Ambarawa yang berperan

sebagai patron ialah juragan yakni pedagang yang memiliki modal besar sehingga

72

Jurnal, Fatwa Nurul Hakim, Pola Patron-Klien Pedagang Pasar Tradisional

Dalam Peningkatan Kesejahteraan, (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 2016), Jurnal media Informasi No. 1 /

Vol.40 / April 2016 ISSN: 20884265. 73

Jurnal, Sri Emy Yuli Suprihatin, Hubungan Patron K/ien Pedagang "Nasi

Kucing" di Kota Yogyakarta, Jurrnal Penelitian Humaniora, Vol. 7, No. I, Apri/2002, hal.

150

78

memiliki barang dagangan yang banyak serta memiliki banyak pelanggan. Dan

yang berperan sebagai klien adalah para tengkulak dan para pedagang eceran yang

menggantungkan ketersediaan barang dagangan dari para juragan besar.

Pola hubungan patron klien dicerminkan dari pernyataan ibu Romisah

menggambarkan jalinan sosial dan jalinan ekonomi antara pedagang besar dan

pedagang pengecer.

Pewawancara : bu kan anda ambil dagangan dari juragan untuk

pembayarannya itu bagaimana bu?

Romisah : untuk pembayaran barang dagangan yang saya ambil itu

saya setor uang seminggu setelah saya ambil barang dagangan mbak, jadi

saya ambil dagangan dulu dan bayarnya seminggu kemudian.74

Ketergantungan dari para pengecer seperti ibu Romisah terhadap

keberadaan para juragan, hubungan antara pedagang eceran dan juragan

memberikan keuntungan satu sama lain. Pengecer yang menggantungkan usaha

berdagangnya denga kesediaan juragan untuk mearuh barang dagangan pada

pedagang pengecer, dan juragan membutuhkan pedagang pengecer sebagai

pembeli untuk membeli barang dagangannya. Keberadaan para juragan sebagai

penyedia barang dagangan menjadikan golongan para juaragan sebagai patron

dalam perekonomian di Pasar Projo. Pola patron-klien didorong dengan

keberadaan paguyuban di dalam Pasar Projo Ambarawa. Paguyuban yang ada di

dalam Pasar Projo Ambarawa terbagi atas paguyuban pakaian, paguyuban

grabatan, paguyuban buah, paguyuban sembako, paguyuban tempe dan tahu,

paguyuban pedagang asesoris, paguyuban sepatu dan lain-lain. pedagang sayur

74

Wawancara dengan ibu Romisah seorang pedagang pindang pada Kamis 15

Juni 2017 di Pasar Projo Ambarawa.

79

tergabung dalam paguyuban sayur, pedagang pakaian tergabung dalam paguyuban

pedagang, paguyuban terbagi atas barang dagangan yang dijual. Paguyuban

pedagang di Pasar Projo berperan penting dalam berlangsungnya interaksi sosial

para pedagang. Keberadaan paguyuban di Pasar Projo dijelaskan oleh bapak

Sariyanto.

Pewawancara : pak di pasar ini apakah ada paguyuban pedagang?

Sariyanto : ada mbak, namanya secara resmi yang dilaporkan ke

Kabupaten namanya PERSADA Pasar Projo Ambarawa, tetapi kalau

disini temen-temen memberi nama P4A (Persatuan Pedagang Pasar Projo

Ambarawa). Kemudian dari paguyuban itu terdiri dari paguyuban-

paguyuban kecil sendiri seperti kalu pedagang yang jualan pakaian

mengelompok dengan paguyuban pedagang pakaian, paguyuban sembako,

paguyuban sayur dan lain sebagainya. Kadang mereka mengadakan arisan

sendiri dan tiap-tiap paguyuban mempunyai organisasi sendiri. Dari

masing-masing paguyuban seting melakukan pertemuan untuk

mengadakan arisan.75

Kegiatan-kegiatan pedagang Pasar Projo dalam paguyuban dapat berupa

arisan, penyuluhan tentang kiat-kiat dalam berdagang dan lain-lain. Pertemuan

rutin yang dilakukan oleh para pedagang dapat merekatkan ikatan sosial dalam

para pedagang. Dalam paguyuban para pedagang menyelenggarakan kegiatan-

kegiatan dengan tujuan untuk memajukan usaha berdagang dari para pedagang.

Dalam paguyuban para pedagang saling bertukar saran agar usaha berdagang para

pedagang dapat mengalami kemajuan, selain sebagai bertukar saran paguyuban

juga sebagai sarana berkeluh kesah atas hambatan yang dialmi oleh setiap

pedagang dalam berdagang. Paguyuban digunakan oleh para pedagang sebagai

75

Ibid

80

ajang berinteraksi dengan pedagang lainnya dan sebagai sarana menjalin jalinan

sosial dan memperluas jaringan ekonomi.

Latar belakang para pedagang Pasar Projo sebagai masyarakat jawa memiliki

karakter moral yang cenderung anti konflik dan berupaya menjaga keharmonisan

serta memiliki struktural fungsional serta menghargai hal-hal yang bersifat

transedental atau Ilahiyah. Karakter Budaya Jawa yang cenderung ingin

menciptakan suasana yang damai, dan mendorong para pedagang pasar Projo

bersikap dan bertindak sesuai dengan karakter Budaya Jawa, demi terciptanya

suasana rukun dan harmonis antara pedagang dan pembeli atau pedangang dengan

pedagang. Pola hubungan yang terbangun atas dasar kerukunan mendorong para

pedagang untuk bersikap saling mengahargai, menghormati satu sama lain,

keadaan sosial pedagang Pasar Projo yang terbangun harmonis akan menciptakan

lingkungan pasar yang nyaman untuk kegiatan perdagangan. Institusi berperan

menyiapkan seperangkat aturan formal yang membibing tindakan individu dan

kolekstif, serta memfasilitasi terciptanya hubungan koordinatif antar-individu.

Institusi adalah segala sesuatu yang terjadi berulang-ulang dalam kehidupan

masyarakat. Institusi yang dimaksud ialah pasar, yang bertugas untuk

menciptakan aturan-aturan yang dapat mengatur pedagang dalam berlangsungnya

aktivitas perdagangan. Seperangkat aturan yang tercipta ditujukan agar tercipta

suasana yang mendukung dalam aktivitas ekonomi di pasar.

Keberadaan budaya dan keyakinan menjadi dasar untuk membentuk

seperangkat peraturan di pasar. Pedagang Pasar Projo sebagian besar memeluk

agama Islam, hal ini juga berpengaruh dalam terciptanya tata aturan yang berlaku

81

di Pasar Projo Ambarawa. Menurut ajaran Islam, setiap aktivitas ekonomi yang

dilakukan individu, kelompok, komunitas atau masyarakat, merupakan bagian tak

terpisahkan dari kehidupan beragama.

Nilai-nilai ajaran agama Islam berperan penting dalam terciptanya suasana

pasar yang mendukung untuk kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa.

Agama Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan tetapi juga

mengatur hubungan manusia dengan manusia atau disebut

hablunminannas.Karena itu, perlu dikembangkan nilai-nilai keseimbangan antara

moral dan rasionalitas, kepentingan kolektinitas, termasuk dunia dan akhirat.

Terbentuknya etika kehidupan mencakup sistem ekonomi pada dasarnya

bersumber dari keterkaitan unsur-unsur ajaran Islam yang lebih komprehensif dan

tidak parsial.Para pedagang Pasar Projo sebagian besar menganut agama islam

sehingga sikap-sikap yang ditunjukkan oleh para pedagang merupakan wujud

sikap seorang muslim.

Sebagai seorang muslim wajib hukumnya menjaga tali silaturahmi, upaya

menjaga tali silaturahmi mendorong. Keberadaan karakter moral jawa dan nilai

ajaran agama Islam membentuk sikap dari para pedagang dalam melakukan

tindakan ekonomi di Pasar Projo Ambarawa. Dalam lingkungan Pasar Projo

terdapat orang-orang yang menggantungkan hidupnya oleh aktivitas

perekonomian di pasar antara lain pedagang besar, pedagang kecil, pedagang

pengecer, pedagang perantara, selain pedagang terdapat kuli, penyedia jasa salon,

jasa jahit baju, reparasi jam, sol sepatu, jasa selep atau jasa menggilingkan bakso

serta jasa parkir.

82

D. Kehidupan Sosial-Keagamaan pedagang Pasar Projo Ambarawa

Para pedagang Pasar Projo sebagian besar memeluk agama Islam, 90%

pedagang Pasar Projo memeluk agama Islam.76

Sehingga sebagai umat muslim para pedagang wajib melaksanakan ibadah.

Praktek keagamaan yang dapat dilihat wujudnya ialah berupa ibadah sholat,

karena sholat merupakan tiang agama. Sholat menjadi indikator dasar seorang

muslim menjadi golongan taat ibadah atau tidak. Untuk hablunminallah yakni

hubungan manusia dengan Allah memang sulit untuk melihat wujudnya, karena

keimanan seorang muslim tidak hanya dilihat dari sholatnya saja, namun indikator

dasar keimanan seorang muslim dapat dilihat dari sholatnya. Jadi kondisi

keagamaan dari pedagang pasar projo dilihat dari sudut pandang praktek

keagamaan berupa intensitas sholat dari pedagang. Ketaatan pedagang

menunaikan ibadah sholat menjadi dasar terciptanya suasana yang agamis.

Karakter keagamaan pedagang Pasar Projo tercipta bermula dari kesadaran

masing-masing pedagang mengenai pentingnya menunaikan ibadah sholat bagi

seorang muslim.

Dalam bidang agama para pedagang Pasar Projo mengalami dinamika

layaknya kondisi keagamaan di desa. Disampaikan oleh bapak Giyanto bahwa

para pedagang pasar mengalami pasang surut dalam kesadaran ibadahnya yakni

sholat. Pada tahun 1986 hingga 1992 digambarkan kondisi keagamaan di Pasar

76

Keterangan mengenai kondisi agama di dapatkan dari wawancara dengan

bapak Giyanto pedagang Asesoris di pasar Projo sekaligus pengurus kebersihan di

mushola belakang Pasar Projo.

83

Projo lemah dalam hal kesadarannya untuk melaksanakan ibadah sholat. Para

pedagang sibuk untuk berdagang dan mengumpulkan keuntungan, mereka

berpikir mengejar keuntungan lebih utama ketimbang beribadah namun ada

sebagian orang yang masih melaksanakan ibadah sholat, dapat dikatakan di tahun

1986 hingga 1992 kesadaran beribadah bagi pedagang lemah.

Terjadinya kebakaran di Pasar Projo tahun 1992 mengubah kesadaran para

pedagang Pasar Projo mengenai kuasa Allah. Banyak dari pedagang yang sadar

akan kekuasaan Allah, terjadinya kebakaran merupakan peringatan bagi para

pedagang akan pentingnya berhubungan dengan Allah melaui ibadah. Terdapat

kesadaran bahwa Allah memberi peringatan kepada para pedagang untuk

memperbaiki diri dan mulai sadar akan pentingnya beribadah kepada Allah. Pasca

kebakaran terjadi peningkatan dalam hal praktek keagamaan di kalangan

pedagang. Banyak pedagang yang sholat ke masjid terdekat dari pasar. untuk

melaksanakan sholat saat tiba waktu sholat pedagang harus berjalan sekitar 200

meter menuju ke masjid yang berada di perkampungan warga. Kemudian di tahun

2012 Pasar Projo mengalami kebakaran lagi, dan tanggapan dari para pedagang

masih sama yakni musibah kebakaran sebagai peringatan dari Allah, para

pedagang sadar bahwa harus ada pembenahan diri dari para pedagang untuk giat

beribadah dan selalu ingat akan kekuasaan Allah.

Pasca kebakaran di tahun 2012 telah terjadi pembenahan diri dari para

pedagang Pasar Projo berupa peningkatan praktek keagamaan. Didorong dengan

tersedianya fasilitas tempat untuk sholat di dalam pasar. Konstruksi bangunan

pasar yang sengaja menyediakan tempat untuk ibadah sholat bagi para pedagang,

84

di setiap kamar mandi umum dalam pasar di dekatnya disediakan tempat untuk

sholat sehingga para pedagang yang akan melakukan ibadah sholat dimudahkan

dengan tersedianya tempat untuk wudhu dan tempat yang bersih untuk sholat,

selain itu tempat yang disediakan untuk sholat dilengkapi dengan peralatan sholat

berupa sajadah dan mukena, kondisi tempat sholat yang disediakan berukuran

kecil namun tempat ini dapat membantu pedagang untuk melaksanakan sholat.

Gambar. 5

85

Gambar. 6

Walaupun tempat sholat yang disediakan ini kecil dan sederhana namunn

keberadaan tempat ini mendorong terciptanya kesadaran melaksanakan ibadah

sholat secara tepat waktu. Dalam Pasar Projo ini terjadi interaksi sosial yang unik

antar pedagang bila datang waktu sholat para pedagang akan bergantian untuk

datang ke tempat sholat dan melakukan ibadah sholat, selagi bergantian para

pedagang yang belum sholat membantu menjualkan barang dagangan pedagang

yang sedang sholat. Sehingga para pedagang yang sedang sholat tidak akan

merasa khawatir karena meninggalkan barang dagangannya, selain itu pembeli

yang datang juga dapat dilayani oleh rekan pedagang lain. Dalam hal ini terdapat

86

dua keuntungan, yang pertama ikatan sosial antara pedagang menjadi lebih rekat,

yang kedua kewajiban sebagai seorang muslim untuk beribadah dapat terlaksana.

Ibu Sutimah menyatakan bahwa terdapat dua golongan pedagang dari

sudut pandang kesadaran beragama, terdapat pedagang yang memiliki karakter

agamis dengan pemahaman ajaran agama yang tinggi. Pedagang golongan ini

biasanya mendapatkan pendidikan agama yang baik, dari keterangan mbah

sutimah bahwa pedagang yang berasal dari desa biasanya mendapatkan

pendidikan agama melalui mengaji, bukan hanya mengaji Al-qur’an tetapi juga

belajar fiqih dari kitab fiqih yang berbahasa Jawa.Selain itu kalangan pedagang

juga ada yang memiliki latar belakang pernah belajar di pondok pesantren.

Pengalaman pernah menjadi santri membuat pedagang memiliki kualitas

beragama yang baik hingga berpengaruh dalam tindakan ekonominya. Golongan

ini merupakan tingkat satu dalam hal agama. Golongan yang kedua adalah

golongan pedagang yang melakukan ibadah wajib saja berupa sholat, pedagang

beranggapan bahwa beribadah itu ya paling melaksanakan rukun iman dan rukun

Islam. Jadi pemahaman golongan yang kedua rendah dalam hal agama tapi tetap

melaksanakan sholat. Golongan ini melaksanakan ibadah tanpa mehami secara

mendalam tentang ilmu agama. selain dua golongan tersebut ada beberapa orang

yang beragama Islam tapi tidak melaksanakan ibadah sholat, tapi

perbandingannya hanya sedikit.

Dengan indikator tingkat keagamaan pedagang Pasar Projo berupa sholat

disebabkan karena untuk berhubungan dengan Allah ibadah yang paling mendasar

adalah sholat yang dilakukan oleh muslim. Kualitas keagamaan yang baik akan

87

mendorong seorang muslim dalam menjalankan kehidupannya dengan tindakan

yang sesuai dengan ajaran agama. Pedagang di Pasar Projo memiliki karakteristik

khusus dilihat dari sudut pandang agama yaitu toleransi yang tinggi, menghargai

orang lain. Penulis mendapatkan informasi mengenai sikap toleransi beragama

yang dimiliki pedagang Pasar Projo ialah dari bapak Mahibri seorang pedagang

dawet ayu. Aktivitas keagamaan pedagang dapat dilihat dari para pedagang yang

melaksanakan sholat, selain itu kesadaran para pedagang atas kekuasaan Allah

terlihat dalam acara tasyakuran menyambut gedung baru pasar. Dijelaskan oleh

Lurah pasar yakni bapak Sariyanto bahwa tasyakuran diadakan oleh para

pedagang sebagai rasa syukur atas selesainya pembangunan pasar sehingga pasar

dapat beroperasi kembali di gedung Pasar Projo. Melalui acara tasyakuran para

pedagang berdoa akan kehidupan perekonomian Pasar Projo yang lebih baik lagi

serta dijauhkan dari musibah apapun. Dalam hal ini para pedagang memiliki

karakter rasa syukur yang baik.

Agama merupakan urusan mendasar manusia, melalui agama manusia

dapat mengenal Tuhannya. Agama menjadi dasar peradaban manusia, di dalam

agama terdapat peraturan-peraturan yang menuntun manusia untuk bertindak

sesuai dengan ajaran agamanya, dengan adanya agama manusia dapat mengambil

ilmu dari ajaran-ajaran dalam agama. agama disini ialah Islam melaui ajaran

agama manusia dapat belajar mealui Al-qur’an dan membangun peradaban.

Segala bidang kehidupan diatur dalam Al-qur’an, sehingga seluruh bidang

kehiduppan harusnya didasarkan atas keimanan pada Allah. Dengan pengetahuan

agama yang mendalam seorang muslim dapat mengembangkan dirinya, dan

88

melalui kualitas agama yang baik seorang muslim dapat melaksanakn segala

sesuatu atas dasar ibadah. Kualitas keagamaan yang baik dapat mendorong

pedagang muslim di Pasar Projo dalam bertahan berdagang dan mengembangkan

usaha dagangnya. Keyakinan bahwa rizki sudah diatur oleh Allah dan untuk

menghampiri rizki manusia harus berusaha, sehingga mendorong para pedagang

untuk berupaya bekerja dengan berdagang dan ketika mendapatkan penghasilan

maka pedagang muslim tidalk lupa untuk bersyukur. Melalui keyakinan para

pedagang memiliki kiat-kiat untuk berdagang, kiat ini terbentuk memalaui ajaran

agama Islam. Kiat-kiat inilah yang membawa para pedagang muslim di Pasar

Projo untuk dapat bertahan berdagang dan mengembangkan usahanya berdagang.

89

BAB IV

ETOS KERJA BERLANDASKAN KEAGAMAAN PEDAGANG PASAR

PROJO DI AMBARAWA

A. Pandangan Pedagang Pasar Projo Tentang Bekerja

Pendapatan adalah hasil dari pencaharian usaha. Untuk memenuhi kebutuhan

dalam hidup seseorang dituntut untuk mendapatkan penghasilan. Seseorang dapat

menghasilkan pendapatan bila dia memiliki pekerjaan. Bekerja adalah upaya

seseorang untuk mencapai hasil yang diinginkan. Hasil yang dimaksud ialah

tujuan yang ingin dicapai dapat berupa cita-cita dan harapan, dapat juga berupa

penghasilan berupa uang. Dalam kegiatan perdagangan seorang pedagang

berupaya mengembangkan usahanya untuk mendapatkan laba yang banyak

sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya. Paradigma tentang

bekerja penting diketahui untuk mengetahui tujuan dari seseorang melakukan

pekerjaan, dan inilah pandangan bekerja bagi para pedagang Pasar Projo

Ambarawa.

Dimulai dari ibu Sarmi yakni pedagang buah di Pasar Projo Ambarawa dari

tahun 1986.

Menurut saya bekerja adalah menghasilkan pendapatan berupa uang, dan

pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kita.

Pekerjaan yang bisa saya lakukan adalah berdagang mbak.77

77

Wawancara dengan ibu Sarmi seorang pedagang (Juragan) buah dari tahun

1986 di Pasar Projo Ambarawa pada sabtu 11 Juni 2017.

90

Dari pernyataan dari ibu Sarmi menggambarkan bahwa berdagang merupakan

bagian dari keterampilan yang ibu Sarmi miliki. Kegiatan berdagang tidak bisa

lepas dari kehidupan ibu Sarmi, dengan pengalaman yang dimiliki ibu Sarmi

dalam berdagang dapat menjadi tumpuan untuk mendapatkan pendapatan

sehingga kebutuhan hidup dapat terpenuhi.

Keterangan yang selanjutnya ialah datang dari ibu Romisah yakni pedagang

pindang di Pasar Projo Ambarawa.

Bekerja itu ya mendapatkan penghasilan dan cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari mbak, ya yang penting cukup untuk makan sehari-

sehari.78

Dari pernyataan ibu Romisah, berdagang bertujuan untuk menghasilkan

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan untuk hidup.

Pernyataan yang ketiga yakni pengertian bekerja menurut bapak Marlan

seorang pedagang peralatan dapur serta kerajinan dari bambu serta tanah liatdi

Pasar Projo Ambarawa.

Kalau menurut saya kerja itu ya selagi saya ke pasar ya berarti saya

bekerja mbak, asal menghasilkan uang terus banyak pembeli termasuk

saya sudah bekerja.79

Definisi bekerja selanjutnya datang dari bapak Giyanto yaitu pedagang

asesoris di Pasar Projo dari tahun 1987.

78

Wawancara dengan ibu Romisah seorang pedagang pindang pada Kamis 15

Juni 2017 di Pasar Projo Ambarawa. 79

Wawancara dengan bapak Marlan seorang pedagang peralatan dapur serta

kerajinan dari bambu dan tanah liat di Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 15 juni 2017.

91

Bekerja itu ya berusaha mendapatkan penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan, dan untuk memenuhi kebutuhan saya berdagang asesoris di

Pasar Projo mbak.80

Selanjutnya pandangan bekerja menurut ibu Solehah yaitu seorang pedagang

peralatan dapur dan kerajinan dari bambu serta tanah liatdi Pasar Projo

Ambarawa.

Bekerja menurut saya ya berusaha menghasilkan uang, usaha yang saya

lakukan ialah dengan berdagang seperti ini, dengan berdagang seperti ini

saya bisa memenuhi kebutuhan hidup saya beserta keluarga.81

Selanjutnya definisi bekerja yang diungkapkan oleh bapak Mahibri yakni

seorang pedagang dawed ayu di Pasar Projo Ambarawa.

Ya saya bisanya hanya jualan seperti ini, yang penting menghasilkan uang

yang halal lah mbak gitu aja mbak. Kalau berharap sukses tidak ada,

karena paling pendapatan sehari habis untuk makan sekeluarga dan

memenuhi kebutuhan anak. Masalahnya dari dulu yang saya rasakan tidak

ada peningkatan, istilahnya pendapatan dalam satu hari cuma cukup untuk

kebutuhan sehari. Intinya Cuma seperti itu saja mbak, saya Cuma bisa

bekerja sebagai pedagang selain sebagai pedagang saya kesulitan.82

80

Wawancara dengan bapak Giyanto seorang pedagang Asesoris sekaligus

sebagai petugas kebersihan mushola Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 15 Juli 2017. Di

tahun 1987 pak Giyanto memulai usahanya berdagang di Pasar Projo Ambarawa.

81 Wawancara dengan ibu Solehah seorang pedagang peralatan dapur dan

kerajinan dari bambu serta tanah liat di Pasar Projo Ambarawa pada Selasa 11 juli 2017. 82

Wawancara dengan bapak Mahibri pedagang dawet Ayu pada Kamis 16 Juli

2017 di Pasar Projo Ambarawa.

92

Definisi bekerja berikutnya diungkapkan oleh ibu Tutik yakni seorang

tengkulak buah sekaligus menjadi pedagang pakaian di Pasar Projo di waktu pagi

hari.

Kerja bagi saya adalah berdagang mbak, dengan berdagang saya

mendapatkan penghasilan sehingga saya dapat memenuhi kebutuhan

keluarga.83

Dari keseluruhan pedagang yang menjadi narasumber dalam penelitian ini,

seluruhnya mengungkapkan pernyataan yang hampir sama. Para pedagang

memahami bekerja sebagai sebuah upaya untuk mendapatkan penghasilan berupa

materi. Upaya yang dilakukan oleh para pedagang yakni bekerja, kegiatan

perdagangan tidak dapat lepas dari kehidupan para peedagang. Berdagang

merupakan upaya yang dipilih oleh para pedagang muslim di Pasar Projo

Ambarawa untuk mendapatkan penghasilan. Kegiatan perdagangan sudah

mendarah daging dalam diri para pedagang di Pasar Projo Ambarawa. Tujuan

dalam melakukan pekerjaan sebagai pedagang ialah untuk memenuhi kebutuhan

hidup keluarga. Tagungjawab untuk menafkahi keluarga mendorong para

pedagang untuk menjalankan usahanya berdagang dengan semaksimal mungkin.

83

Wawancara dengan ibu Tutik seorang tengkulak buah dari tahun 1995,

sekaligus pedagang pakaian pasar pagi di Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 10 Juni

2017.

93

B. Pandangan Pedagang Pasar Projo Ambarawa terhadap keterkaitan

agama Islam dengan kegiatan Berdagang.

Pemikiran ekonomi konvensional mengarahkan tindakan manusia yang

dibimbing oleh kepentingan pribadi dan sedikit dipengaruhi oleh hubungan sosial.

Implikasinya, jejaring sosial yang terbentuk di dalam masyarakat tidak bisa

memberikan sumbangan fungsional terhadap setiap tindakan ekonomi individu.

Konsekuenainya, “integrasi sosial” dalam masyarakat tidak dipengaruhi nilai-nilai

budaya dan agama melainkan kebebasan berpikir dan bertindak rasional untuk

mengejar kepentingan pribadi. Dengan kata lain, pemikiran ekonomi

konvensional cenderung menafikan sistem dan nilai-nilai normatif-sosiologis

dengan menempatkan tindakan rasional bersifat individual dalam rangka

memenuhi kebutuhan diri kapital. Sedangkan dalam mekanisme pasar terdapat

nilai-nilai moralitas.

Mekanisme pasar memosisikan nilai-nilai moralitas kemanusiaan dan

kinerja institusi sosial budaya masyarakat hanya sebagai pelengkap bagi

pemenuhan kebutuhan finansial atau material. Menurut Umer Chapra,

kecenderungan semacam itu diperkukuh oleh pemikiran darwinisme

sosial, yakni bentuk kemampuan individu manusia dalam mengikuti

seleksi alam agar dapat bertahan hidup, serta pandangan materialisme

yang memaksimalkan potensi kepemilikan secara material dalam rangka

merengkuh kenikmatan fisik-jasmani (utilitarianisme hedonis) sebagai

tujuan akhir yang perlu dicapai oleh setiap manusia. Proses rasionalisasi

yang secara esensial berakar dalam tradisi pemikiran dan filsafat

Barat,84

selanjutnya merambah bidang kehidupan lain seperti sosial,

ekonomi dan politik dan budaya.85

84

Proses rasionalisasi yang terjadi dalam masyarakat Barat pada gilirannya

merambah bidang kehidupan lain. Ini merupakan aplikasi

pemikiran“rasionalitasinstrumental” Max Weber tidak hanya di bidang ekonomi, tetapi

juga sosial, politik, dan budaya. Dalam bidang ekonomi, “rasionalisasi” berhasil

merombak sistem perekonomian subsisten menjadi “ekonomi pasar” yang lebih

94

Simplifikasi terhadap proses rasionalisasi dalam berbagai aspek kehidupan

sosial tersebut kian menjauhkan pemikiran ekonomi pada pertimbangan

esensi kemanusiaan yang bersumber dari sistem nilai budaya dan agama.

dalam pengertian lain, “etos ekonomi” didorong oleh kemampuan

rasionalitas yang dimiliki pelaku ekonomi. Kemampuan individu tidak

memiliki kaitan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut individu.

Dengan paradigma positivistik, para ekonomi klasik dan neoklasik

berargumen bahwa setiap persoalan ekonomi harus bisa dijawab secara

empiris dan matematis.86

Berkembangnya pemikiran konvensional mendorong Max Weber

melakukan penelitian mengenai relasi antara hubungan agama dengan kegiatan

ekonomi. Max Weber meneliti mengenai hubungan semangat kapitalisme Barat

dengan agama Kristen Protestan khususnya aliran Calvinis.

Studi yang dilakukan Max Weber pada masyarakat kristen Protestan Calvinis

memiliki dorongan etika atau moralitas agama yang kuat sehingga membentuk

kapitalisme modern awal. Namun Weber menekankan bahwa etika agama yang

memberikan spirit pada kapitalisme awal adalah agama yang bercorak progresif-

reformatoris bukan yang pasif, sehingga memberikan pesan kepada kita paham

agama yang tradisional juga memiliki semangat kapitalisme modern awal.

Penjelasan pertama mengenai transisi menuju kapitalisme yang paling

terkenal adalah karya Max Weber, The Protestant Ethic and The Spirit

ofCapitalism. Dalam karyanya tersebut perhatian Weber terpusat kepada

upaya memahami pertumbuhan sistem kapitalisme rasional di Barat. Dia

menaruh perhatian pada determinasi: mengapa kapitalisme muncul di

Barat dengan skala yang besar, sementara di dunia Timur keadaan begitu

tenang dan tidak ada perkembangan. Weber sama sekali tidak

mengesampingkan arti faktorfaktor ekonomi dalam masa transformasi di

Barat, tetapi dia menegaskan pada peranan reformasi protestan. Dia

mengedepankan perhitungan untung-rugi. Di bidang sosial-politik dan budaya,

rasionalisasi mendorong proses demokratisasi dan debirokratisasi. 85

M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES,2013), hal. 28-

29 86

Ibid, hal. 29

95

melihat reformasi sebagai suatupendorong kritis, dan Weber menarik

kesimpulan bahwa kekosongan transformasi religius di Timur sebagai

penghalang perkembangan kapitalisme di wilayah Timur. Dengan kata

lain Weber melihat ada hubungan yang signifikan antara etika Protestan

dengan semangat kapitalisme. Pada awal penelitiannya, Weber mencoba

mengadakan transformasi struktural sekaligus lintas struktural antara dua

bidang, agama dan ekonomi.87

Dari penelitian yang telah dilakukannya, Weber menyimpulkan bahwa

semangat kapitalisme modern menjelma karena adanya etika agama yang lahir

dari kandungan agama Kristen Protestan. Agama Protestan dalam hal ini telah

menempati posisi terhormat dan menentukan. Weber ingin memperlihatkan

tuntutan peristiwa tersebut sebagai perpaduan yang harmonis antara nilai-nilai

yang rasional dan irrasional. Antara ide, doktrin agama dan dorongan keharusan

material terjadi suatu pertemuan. Dua unsur ini saling menemukan dan saling

memperkuat.88

Keterkaitan antara kerja dengan ajaran agma tidak berlaku pada

agama Kristen Protestan saja melainkan agama Islam juga mengatur mengenai

urusan kerja. Islam telah mengatur mengenai kewajiban seorang muslim untuk

bekerja untuk memenuhi hidup, bahkan dalam agama Islam menentukan halal dan

tidak hasil dalam kita bekerja. Bagi seorang muslim dituntut untuk bekerja yang

baik dan benar sesuai ajaran agama Islam sehingga penghasilan yang di dapat

dalam keadaan halal.

Keterkaitan antara agama dan kerja tidak hanya berlaku bagi agama Kristen

Protestan saja, agama Islam juga memiliki keterkaitan dengan kerja. Dalam agama

Islam umat muslim diwajibkan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

87

JurnalAbdul Khobir, Islam dan Kapitalisme, RELIGIAVol. 13, No. 2, Oktober

2010. Hal. 230-231 88

Ibid, hal. 231-232

96

dengan bekerja. Manusia dituntut untuk bertanggungjawab akan kehidupan

keluarganya, bagi kepala keluarga wajib hukumnya untuk menafkahi keluarga.

Dalam rangka menafkahi keluarga seorang kepala keluarga wajib memiliki

pekerjaan.

Menurut pandangan Islam, kerja merupakan sesuatu yang digariskan bagi

manusia. Dengan bekerja manusia mampu memperoleh kebahagiaan di dunia dan

akhiratnya. Amat jelas bahwa kerja mempunyai makna eksistensial dalam

menunjukkan kehidupan orang Islam. Karena berhasil atau gagalnya serta tinggi

atau rendahnya kualitas hidup seseorang ditentukan oleh amal dan kerjanya.

Terdapat sejumlah firman Allah yang berkaitan dengan perintah bekerja

kepada umat muslim yang beriman, antara lain,

“Dia yang menjadikan bumimudah bagimu, makaberjalanlah ke berbagai

penjurubumi dan makanlah sebagiandari rizki Allah.

(QS. Al-Mulk/67:15)

Ayat ini mengandung perintah langsung agar manusia giat bekerja dan

menghindari bermalas-malasan. Bekerja untuk memperoleh rizki guna

menunaikan nafkah keluarga adalah sebuah amanah yang harus ditunaikan. Islam

menjadikan kerja sebagai sumber nilai insan dan ukuran yang tanggungjawab

berbeda.

Firman Allah;

"Dan bahawa sesungguhnya tidak ada balasan bagi seseorang itu melainkan

balasan apa yang diusahakan".

(An -Najm: 39)

Firman Allah tentang bekerja terdapat dalam ayat:

"Dan bagi tiap-tiap seseorang beberapa derajat tingkatan balasan disebabkan

amal yang mereka kerjakan dan ingatlah Tuhan itu tidak lalai dari apa yang

mereka lakukan".

97

(al-An'am: 132)

Ayat-ayat diatas merupakan adanya relevansi antara bekerja dengan ajaran

agama Islam, kegiatan ekonomi tidak lepas dari ajaran agama Islam. Bekerja

dengan niat beribadah untuk mencari ridha Allah merupakan keharusan bagi

seorang muslim. Di dalam Al-Qur’an dan Hadits sudah jelas tentang pekerjaan

yang baik dan bagaimana kita memperoleh rezeki dengan cara yang diridhai Allah

SWT.

Agama Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai tuntunan

dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya

mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam

memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja. Telah

dijelaskan bahwa Islam mendorong umatnya untuk bekerja, hidup dalam

kemuliaan dan tidak menjadi beban orang lain. Islam juga memberi

kebebasan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan kecenderungan

dan kemampuan setiap orang. Namun demikian, Islam mengatur batasan-

batasan, meletakkan prinsip-prinsip dan menetapkan nilai-nilai yang harus

dijaga oleh seorang muslim, agar kemudian aktifitas bekerjanya benar-

benar dipandang oleh Allah sebagai kegiatan ibadah yang memberi

keuntungan berlipat di dunia dan di akhirat. Dalam kehidupan sehari-hari

sebagai umat Islam selain diperintahkan untuk beribadah Allah juga

memerintahkan untuk bekerja (berusaha). 89

Bekerja merupakan melakukan suatu kegiatan demi mencapai tujuan,

selain mencari rezeki namun juga cita-cita. Dalam bekerja diwajibkan memilih

pekerjaan yang baik dan halal, karena tidak semua pekerjaan itu diridhai Allah

SWT. Di dalam Al-Qur’an dan Hadits sudah jelas tentang pekerjaan yang baik

dan bagaimana kita memperoleh rezeki dengan cara yang diridhai Allah SWT.

Hal ini sangat penting sekali dibahas, karena semua orang dunia ini pasti

89

Erwin Jusuf Thaib, Al-Qura’an dan As-Sunnah Sebagai Sumber Inspirasi Etos

Kerja Islami, (Gorontalo: IAIN Sultan Amai Gorontalo, 2014), Jurnal Dakwah Tabligh,

Vol. 15, No. 1, Juni 2014, hal. 2

98

membutuhkan makanan, sandang maupun papan. Disini pasti manusia berlomba-

lomba atau memenuhi kebutuhannya tersebut dengan bekerja untuk mendapatkan

yang diinginkan sehingga kita juga harus tahu, bahwa semua yang kita dapatkan

semuanya dari Allah SWT dan itu semua hanya titipan Allah SWT semata.

Sebagai umatnya diwajibkan mengembangkannya dengan baik dan hati-hati.

Untuk itu diperlukannya etos kerja dalam setiap kinerja pribadi muslim demi

kelangsungan umat sehari-hari.

Bagi pedagang Pasar Projo keterampilan dalam berdagang merupakan

upaya jalan yang ditempuh untuk mendapatkan rezeki yang halal. Mengingat

sebagian besar pedagang Pasar Projo merupakan umat muslim maka para

pedagang muslim memiliki pandangan keagamaan dalam melakukan kegiatan

perdagangan. Ajaran-ajaran Islam mempengaruhi segala tindakan ekonomi dari

para pedagang Pasar Projo Ambarawa. Berikut merupakan pandangan para

pedagang mengenai keterkaiatan antara ajaran agama dengan berdagang:

Ketika penulis menanyakan “apakah penting ajaran agama Islam dalam

berdagang” kepada bapak Marlan yakni seorang pedagang peralatan dapur dan

kerajinan dari bambu serta tanah liat, dan seperti inilah jawaban dari bapak

Marlan.

Ya sangat penting mbak, orang Rasulullah saja mengajarkan kita

berdagang, kita sebagai umat muslim ya harus mengikuti jejak Rasulullah,

jadi dasarnya orang berjualan ya Al-qur’an itu. Jadi kalau orang berjualan

segala sesuatu kalau didasari dengan agama ya hasilnya alhamdulillah

mbak, kejujuran dan kepercayaan pembeli yang harus tetap dijaga mbak.90

90

Wawancara dengan bapak Marlan seorang pedagang peralatan dapur dan

kerajinan dari bambu serta tanah liat di Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 15 juni 2017.

99

Inilah pernyataan pedagang yang kedua ialah pernyataan dari bapak

Mahibri seorang pedagang dawed ayu, ketika ditanya bagaimana hubungannya

antara agama dengan kegiatan berdagang. Berikut ialah jawaban dari bapak

Mahibri:

Ya tidak ada mbak kalau agama kan mengatur tentang ibadah sedangkan

bekerja kan urusannya gimana kita bisa dapat penghasilan mbak. Ya untuk

dapat penghasilan saya berdagang, kalau agama kan mengatur untuk kita

ibadah. Ibadah yang saya tahu ya sholat itu.91

Pendapat yang ketiga mengenai hubungan antara berdagang dengan agama

Islam datang dari ibu Romisah seorang pedagang pindang, ketika ibu Romisah

ditanya “apakah penting ajaran agama Islam dalam menjalankan usaha

berdagang?”, inilah jawaban dari ibu Romisah:

Ya penting mbak. Saya berdagang biar halal ya harus sesuai ajaran Islam

mbak, tidak boleh melanggar nilai-nilai ajaran Islam mbak yang penting

jujur, pokoknya tidak ada unsur kebohongan dalam jualan lah mbak.92

Pandangan pedagang Pasar Projo mengenai keterkaitan antara agama

Islam dan kegiatan berdagang disampaikan oleh bapak Giyanto. Sebagai

narasumber bapak Giyanto cukup membantu untuk menguraikan keadaan

keagamaan dan dinamika perdagangan di pasar Projo Ambarawa. Ketika bapak

Giyanto ditanya “ bagaimana keterkaitan antara agama dengan usahanya

berdagang”, bapak Giyanto menjawab:

91

Wawancara dengan bapak Mahibri pedagang dawet Ayu pada Kamis 16 Juli

2017 di pasar Projo Ambarawa. 92

Wawancara dengan ibu Romisah seorang pedagang pindang pada Kamis 15

Juni 2017 di pasar Projo Ambarawa.

100

Ya tidak ada hubungannya mbak, urusan bekerja ya bekerja, kalau ibadah

ya sholat. Agama tidak berpengaruh lah mbak dalam bekerja, waktunya

sholat kita ya sholat waktunya kita dagang ya dagang.93

Selanjutnya pendapat mengenai hubungan antara ajaran agama Islam

dengan kegiatan perdagangan disampaikan oleh ibu Sarmi yakni seorang

pedagang buah, ketika ibu Sarmi ditanya “ apakah ada hubungannya antara agama

dengan ajaran agama Islam?”. Jawaban ibu Sarmi sebagai berikut:

Ya ada mbak dari ajaran agama lah kita bisa melakukan perdaganagan

sesuai syariat agama Islam. Urusan berdagang kan diatur di dalam agama

Islam, sebagai umat Islam saya kan tinggal menjalankan berdagang sesuai

dengan aturan yang ada dalam Al-qur’an mbak. Kita sudah diberi petunjuk

ya tinggal dijalankan saja mbak.94

Berikutnya adalah pendapat ibu Tutik mengenai keterkaitan antara agama

dengan ajaran agama Islam. Ketika ibu tutik ditanya “bu menurut anda apakah ada

hubungannya antara berdagang dengan urusan agama?”

Jawaban yang disampaiakan oleh ibu Tutik atas pertanyaan diatas ialah sebagai

berikut:

Ya ada lah mbak, kerja menurut agama Islam kan termasuk ibadah, jadi

saya bekerja juga merupakan ibadah kepada Allah. Karena berdagang

merupakan kegiatan Ibadah saya berdagang di dasarkan pada Al-qur’an

dan Hadits. Di dalam Al-qur’an kan sudah jelas diatur mengenai aturan

dalam berdagang, jadi sebagai umat muslim kita tinggal mengikutinya

saja mbak. Seluruh kegiatan yang didasarkan atas ajaran agama itu lebih

nikmat mbak, karena jika kita mendasarkan segala sesuatu atas ajaran

93

Wawancara dengan bapak Giyanto seorang pedagang Asesoris sekaligus

sebagai petugas kebersihan mushola Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 15 Juli 2017. Di

tahun 1987 pak Giyanto memulai usahanya berdagang di Pasar Projo Ambarawa. 94

Wawancara dengan ibu Sarmi seorang pedagang buah dari tahun 1986 di Pasar

Projo Ambarawa pada sabtu 11 Juni 2017.

101

agama Islam maka segala hal yang kita lakukan akan diberkahi oleh

Allah.95

Narasumber terakhir yang berpendapat mengenai keterkaitan antara ajaran

agama Islam dengan kegiatan perdagangan ialah ibu Solehah seorang pedagang

peralatan dapur dan kerajinan berbahan dasar bambu serta tanah liat. Inilah

pendapat ibu Solehah, ketika ditanya “apakah penting ajaran agama Islam dalam

melaksanakan usaha berdagang?”

Ya penting lah mbak nomor satu ibadah baru yang kedua bekerja. Ibadah

yang saya maksud bukan Cuma sholat ya mengaji Al-qur’an, hadis, lalu

datang ke pengajian. Kalau sholat memang utama tapi alangkah baiknya

sebagai manusia kita tahu mengenai ajaran agama Islam, untuk tahu maka

diperlukan untuk mengaji mbak, setelah ibadah selesai dilaksanakan baru

bekerja. Kalau kita bekerja pun kita harus berdoa dulu kan mbak jadi

penghasilan yang kita dapat itu berkah, dan di dalam ajaran Islam bekerja

kan juga ibadah mbak.96

Dari wawancara yang dilakukan penulis fakta yang diperoleh ialah terdapat

dua sudut pandang dari para pedagang mengenai keterkaitan antara agama dan

kegiatan perdagangan, sebagian besar pedagang menyatakan bahwa kegiatan

berdagang terdapat keterkaitannya dengan ajaran agama Islam sedangkan terdapat

beberapa pedagang yang berpandangan bahwa tidak ada hubungannya antara

kegiatan perdagangan dengan ajaran Islam. Sebagian besar pedagang Pasar Projo

memiliki pemahaman bahwa ajaran agama Islam berperan penting dalam kegiatan

perdagangan yang berlangsung di Pasar Projo Ambarawa. Pengaruh ajaran agama

Islam dalam kegiatan perdagangan dapat dirasakan bagi pedagang yang memiliki

kesadaran agama yang tinggi.

95

Wawancara dengan ibu Tutik seorang tengkulak buah dari tahun 1995,

sekaligus pedagang pakaian pasar pagi di Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 10 Juni

2017. 96

Wawancara dengan ibu Solehah seorang pedagang peralatan dapur dan

kerajinan dari bambu dan tanah liat di Pasar Projo Ambarawa pada Selasa 11 juli 2017.

102

Kesadaran agama dari para pedagang berpengaruh terhadap segala tindakan

yang dilakukan, termasuk dalam tindakan ekonomi. Seorang muslim yang taat

memiliki kecenderungan melakukan segala sesuatu serta bertindak dalam hal

apapun sesuai dengan aturan yang terdapat di dalam ajaran agama Islam, serta

seorang muslim yang taat akan ajaran agama Islam cenderung menjauhi segala

tindakan yang dilarang oleh Allah. Sehingga dalam kegiatan perdagangan seorang

pedagang muslim akan berperilaku sesuai dengan ajaran agama Islam.

Tanggapan dari para pedagang mencerminkan tingkat pemahaman seorang

pedagang mengenai ajaran agama Islam. Pendidikan agama yang telah diterima

para pedagang berpengaruh mengenai pemahaman para pedagang pasar Projo

mengenai pentingnya peran ajaran agama Islam dalam kegiatan berdagang.

Terlepas dari tingkat pemahaman para pedagang yang terbagi atas dua golongan

yakni yang memiliki pemahaman ajaran agama yang baik dan kurang baik.

Mekanisme pasar Projo berlangsung atau berjalan didasari atas nilai-nilai moral

kemanusiaan yang bersumber dari nilai budaya dan agama. Secara sadar atau

tidak para pedagang melaksanakan kegiatan perdagangan mengikuti nilai-nilai

ajaran agama Islam seperti kejujuran, kerelaan atau keikhlasan antara pedagang

dan pembeli, sabar, tawakkal dan lain-lain. Secara sadar atau tidak aturan yang

terdapat dalam agama Islam menjadi pegangan bagi para pedagang dalam

melakukan kegiatan berdagang, ajaran agama Islam menjadi paradigma yang

tertanam kuat dalam diri para pedagang. Sehingga segala bentuk tindakan dari

para pedagang disandarkan pada nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran agama

Islam.

103

Kegiatan perdagangan merupakan suatu kegiatan yang pernah dilakukan

oleh Rasulullah sebelum beliau diangkat menjadi seorang Rasul. Sehingga

kegiatan perdagangan diatur di dalam Al-qur’an. Islam mengatur perdagangan

yang baik, seorang muslim yang melakukan transaksi jual-beli diwajibkan untuk

taat aturan yang terdapat di dalam Al-qur’an. Dalam mekanisme pasar transaksi

jual-beli didasarkan atas nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat berupa nilai

budaya dan nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama Islam. Kegiatan

perdagangan di Pasar Projo Ambarawa memiliki keterkaitan dengan ajaran agama

Islam, yang menjadi jembatan antara agama dan kegiatan perdagangan ialah pada

etos kerja dari para pedagang muslim di Pasar Projo Ambarawa. Etos yang

didasarkan atas ajaran agama Islam mendorong motivasi para pedagang untuk

menjalankan kegiatan perdagangan yang didasarkan atas aturan yang terbentuk

dari nilai-nilai agama Islam. Melalui aturan aturan yang didasarkan atas ajaran

agama Islam mempengaruhi pada perilaku ekonomi para pedagang muslim yang

dilandasi nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama Islam.

C. Etos kerja Pedagang Muslim di Pasar Projo Ambarawa.

Islam mendorong manusia untuk berupaya dan bekerja keras guna

memperoleh hasil kerja maksimal, hal ini sangat jelas tertuang di dalam

Al-qur’an maupun Al-Hadits. Kata “amal” (bekerja), misalnya beserta

kata-kata bentukan lainnya dari akar kata “’amila” yang melukiskan

keluasan dan kedalaman gagasan Islam tentang kerja muncul di dalam Al-

qur’an sekitar 602 kali dalam berbagai konteks yang bertalian dengan

manusia, keimanan, amal shaleh, kemaslahatan, hukum maupun

pertanggungjawaban di akhirat kelak.Bahkan Al-qur’an mengungkapkan

gagasan yang berdimensi vertikal atau transenden tentang kerja,

104

karena menurut kitab suci tersebut bekerja itu adalah ibadah. Bagi Al-qur’an,

ibadahbukanlah untuk kepentingan Tuhan, tetapi justru untuk kepentingan

manusia itu sendiri,kebajikan yang dilakukan manusia adalah untuk dirinya

sendiri, sedangkan kejahatan yang dilakukannya akan merugikan dirinya

sendiri.97

Dengan mengaitkan makna etos kerja dengan agama, maka etos kerja

merupakan sikap diri yang mendasar terhadap kerja yang merupakan wujud

dari kedalaman pemahaman dan penghayatan religius yang memotivasi

seseorang untuk melakukan yang terbaik dalam suatu pekerjaan. Dengan kata

lain, etos kerja adalah semangat kerja yang dipengaruhi cara pandang

seseorang terhadap pekerjaannya yang bersumber pada nilai-nilai transenden

atau nilai-nilai keagamaan yang dianutnya.98

Dalam konsepsi Islam, aktivitas ekonomi merupakan bagian integral dari

ajaran agama. Terbentuknya etos ekonomi dalam Islam adalah bersinerginya nilai

moral keagamaan dengan rasionalitas kalkulasi untung-rugi, ssehingga terjadi

keseimbangan di antara kedua elemen dasar ini. Al-qur’an memberikan instrumen

kepada pelaku ekonomi (perdagangan). Dengan demikian maka terbentuk etos

kerja Islami.

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru (kepadamu) untuk

melaksanakan sholat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu mengingat

Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu

mengetahui. Dan apabila sholat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah di muka

bumi, carilah karunia Allah dan perbanyak mengingat-Nya agar kamu

beruntung”.

(QS Al-Jumuah ayat 9-10)

Dalam konsepsi Islam, etos ekonomi kaum muslim tidak hanya terbentuk

dari tradisi budaya tetapi juga bersumber dari keyakinan agama yang

terbentuk etos-spiritual individu seperti iman, ikhsan, ikhlas dan taqwa.

Nilai-nilai yang membentuk etos ekonomi itu diimplementasikan dalam

bentuk kesalehan ilahiyah, individu, dan sosial, yang menjadi media

terciptanya kesejahteraan hidup spiritual dan material. Hal ini berbeda

97

Jurnal, Erwin Jusuf Thaib, Al-Qura’an dan As-Sunnah Sebagai Sumber

Inspirasi Etos Kerja Islami, (Gorontalo: IAIN Sultan Amai Gorontalo, 2014, Jurnal

Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 1, Juni 2014, hal. 4 98

Ibid, hal. 4

105

dengan etos ekonomi konvensional yang menekankan pencapaian

kesejahteraan hidup terletak pada kelebihan secara material. Setiap individu

dan kelompok masyarakat berlomba-lomba memaksimalkan kepentingan

diri sendiri. Semangat demikian membentuk “etos individualistis dan

materialistis” dalam perilaku ekonomi berorientasi kepentingan jangka

pendek atau keduniawian. Sebaliknya, Islam mengajarkan bahwa tindakan

ekonomi yang dilakukan produsen dan konsumen adalah untuk nilai-nilai

kemanfaatan, keberkahan dan keselamatan berorientai jangka panjang, baik

di dunia maupun di akhirat.99

Membicarakan etos kerja Islami, berarti menggunakan dasar pemikiran

bahwa Islam, sebagai suatu sistem keimanan, tentunya mempunyai pandangan

tertentu yang positif terhadap masalah etos kerja.

Adanya etos kerja yang kuat memerlukan kesadaran pada orang

bersangkutan tentang kaitan suatu kerja dengan pandangan hidupnya yang

lebih menyeluruh, yang pandangan hidup itu memberinya keinsafan akan

makna dan tujuan hidupnya. Menurut Nurcholish Madjid, etos kerja dalam

Islam adalah hasil suatu kepercayaan seorang muslim, bahwa kerja

mempunyai kaitan dengan tujuan hidupnya, yaitu memperoleh perkenan

Allah SWT. Berkaitan dengan ini, penting untuk ditegaskan bahwa pada

dasarnya, Islam adalah agama amal atau kerja (praxis). Inti ajarannya ialah

bahwa hamba mendekati dan berusaha memperoleh ridha Allah melalui

kerja atau amal saleh, dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya

kepada-Nya.100

Sikap hidup mendasar terhadap kerja disini identik dengan sistem

keimanan atau aqidah Islam berkenaan dengan kerja atas dasar pemahaman

bersumber dari wahyu dan akal yang saling bekerja sama secara proporsional.

Akal lebih banyak berfungsi sebagai alat memahami wahyu (meski dimungkinkan

akal memperoleh pemahaman dari sumber lain, namun menyatu dengan sistem

keimanan Islam). Iman eksis dan terbentuk sebagai buah pemahaman akal

terhadap wahyu. Dalam hal ini akal selain berfungsi sebagai alat, juga berpeluang

menjadi sumber. Di samping menjadi dasar acuan etika kerja Islami, iman Islami

99

Ibid, hal. 52 100

Mohammad Irham, Etos Kerja Dalam Prespektif Islam, Jurnal Substantia,

Vol. 14, No. 1, April 2012, hal. 15.

106

(atas dasar pemahaman) berkenaan dengan kerja inilah yang menimbulkan sikap

hidup mendasar (aqidah) terhadap kerja, sekaligus motivasi kerja Islami.

Dalam dunia perdagangan Rasulullah merupakan teladan terbaik bagi

umat muslim melaksanakan kegiatan berdagang. Seluruh kiat Rasulullah dalam

menjalankan usaha berdagang merupakan ilmu berdagang yang yang sangat

bermanfaat bagi umat Islam. Sebagai umat Islam yang memilih mencari nafkah

dengan berdagang idealnya menjadikan kiat-kiat berdagang Rasulullah menjadi

pedoman yang dapat menuntut para pedagang muslim untuk menjalankan

usahanya dalam berdagang. Para pedagang Pasar Projo berupaya untuk

meneladani jejak Rasulullah dalam berdagang, seperti bapak Marlan yakni

seorang pedagang peralatan dapur menyampaikan bahwa teladan utama dalam

berdagang adalah Rasulullah. Dalam berdagang di Pasar Projo Ambarawa bapak

Marlan mencontoh perilaku Rasulullah dalam berdagang, seluruh kiat-kiat

berdagang yang dilakukan Rasulullah merupakan ilmu penting baginya dalam

melaksanakan usahanya berdagang. Bagi bapak Marlan kiat-kiat berdagang

Rasulullah merupakan ilmu terbaik dalam menjalankan kegiatan berdagang.

. Dalam agama Islam tokoh yang paling penting dalam kedatangan Islam

ialah Nabi Muhammad SAW, selain Rasulullah ialah utusan Allah yang berperan

penting dalam membawa agama Islam, beliau juga menjadi teladan dalam segala

bidang kehidupan salah satunya bidang ekonomi. Sebelum Nabi Muhammad

SAW diangkat menjadi Rasul, beliau menjadi seorang pedangang yang sukses.

Keberhasilan Rasulullah dalam usaha berdagang menjadi inspirasi bagi pedagang

muslim di Pasar Projo untuk menjalankan usaha berdagang dengan strategi

107

berdagang Rasulullah. Dalam kegiatan perdagangan strategi yang dilaksanakan

Rasulullah tidak lepas dari etika berdagang yang dimiliki Rasulullah. Berikut

beberapa etika berdagang Muhammad SAW dalam usaha berdagang antara lain

seperti jujur, amanah, menghindari unsur penipuan, tidak melakukan penimbunan,

ulet, menghargai waktu dan lain-lain.

Etos kerja secara dinamis selalu mendapat pengaruh dari beberapa faktor,

baik internal maupun eksternal, sesuai dengan kodrat manusia selaku makhluk

psikofisik yang tidak kebal dari berbagai rangsang, baik langsung maupun tidak

langsung. Dengan demikian, terbentuknya etos kerja Islami melibatkan banyak

faktor dan tidak hanya terbentuk secara murni oleh satu atau dua faktor tertentu.

D. Dampak Etos Kerja Islam Terhadap Perilaku Ekonomi Pedagang

serta Sistem Ekonomi yang Berlangsung di Pasar Projo Ambarawa

Keberadaan etos kerja Islami pedagang muslim di Pasar Projo Ambarawa

berakibat pada terbentuknya etika kerja pedagang muslim di Pasar Projo

Ambarawa yang didasarkan atas nilai-nilai ajaran agama Islam. Etika pada

dasarnya mengajak orang untuk bersikap kritis dan rasional di dalam melakukan

suatu keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan sehingga

tidak bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku tetapi juga tidak

mengorbankan kepentingan orang per orang dalam tatanan masyarakat luas.

Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan pegangan dan landasan utama

dalam etika Islam, sebab pandangan umum dalam masyarakat Islam

tentang berbagai perilaku yang benar dalam melaksanakan kewajiban -

kewajiban agama, pemahaman yang benar tentang doktrin-doktrin

108

keagamaan tidak bisa dipisahkan dari berbagai unsur pokok dalam

kehidupan moral. Struktur yang komprehensif ini, bagaimanapun berbagai

bentuk tingkah laku dalam Islam, secara khusus dibentuk dalam term adab,

dimana diskursus adab dalam konteks keagamaan yang paling awal secara

khusus memiliki konotasi etik (ethical connotation). Sistem etika Islam

(Islamic ethical system) merupakan sesuatu sistem yang unik, karena

sistem etika Islam tidak memisahkan sistem etik dengan agama dan Islam

menekankan pada keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat, jadi ada

tuntutan untuk melakukan suatu tindakan yang proporsional dan

pengawasan tindakan, karena meyakini bahwa tindakan yang dilakukan di

dunia akan selalu mendapatkan implikasi di kehidupan akhirat.101

Etika berdagang Rasulullah menjadi teladan terbaik bagi para pedagang

Pasar Projo untuk menjalankan usahanya dalam bidang perdagangan. Etika

Rasulullah dalam berdagang mendorong motivasi para pedagang untuk berdagang

mencontoh etika yang dilakukan oleh Rasulullah. Berikut merupakan etika

berdagang pedagang muslim Pasar Projo Ambarawa antara lain:

Pertama kejujuran. Seluruh pedagang Pasar Projo meyakini bahwa kunci

dasar keberhasilan berdagang ialah kepercayaan. Melalui kepercayaan yang

terjalin antara para pedagang dan pembeli menimbulkan hubungan transaksi jual-

beli yang berkelanjutan dan berlangsung lama, dari kepercayaan maka timbul

sistem langganan. Pembeli akan berlangganan pada pedagang yang dianggap bisa

dipercaya. Seluruh pedagang yang menjadi narasumber mengatakan bahwa

kejujuran merupakan dasar yang paling penting dalam berdagang. Kejujuran

menjadi sangat penting karena hubungan yang tercipta antara pembeli dengan

penjual bahkan penjual dengan penjual didasari atas kepercayaan. Kedudukan

kejujuan sangat penting sehingga ketika ada pedagang yang tidak jujur dalam

menjalankan usahanya berdagang maka akan mendapat hukuman sosial.

101

Jurnal, Muhammad Saifullah, Etika Bisnis Islami dalam Praktek Bisnis Rasulullah,

(Semarang IAIN Walinsongo, Volume 19, Nomor 1, Mei 2011)hal. 9.

109

Hukuman sosial dapat berupa mengucilan dari pedagang lain serta dari pembeli

juga, sehingga berakibat pada pedagang yang tidak jujur akan kehilangan pembeli

serta pada akhirnya akan mengalami kebangkrutan.

Kedua adalah amanah yaitu bentuk sikap yang dapat dipercaya. Pedagang

Pasar Projo menyampaiakan kepada para pembeli mengenai kondisi barang

dengan jujur. Kondisi barang dapat dipertagung jawabkan karena barang

dagangan telah ada dalam warung sehingga pembeli dapat melihat sendiri kondisi

barang. Bahkan kondisi buah yang berada di dalam keranjang, dengan kata lain

pembeli tidak dapat melihat barang secara utuh pedagang pun menyampaikan

kondisi barang terus terang. Seperti yang telah disampaikan oleh ibu Sarmi, beliau

menyatakan barang dagangannya dalam kondisi sebenarnya, bila kondisi buah

segar maka dikatakan buah dalam kondisi segar, bila buah dalam kondisi kurang

baik maka ibu Sarmi menyatakan bahwa kondisi buah dalam keranjang kurang

baik sehingga ibu Sarmi akan membedakan harga barang dengan harga buah yang

segar. Selain ibu Sarmi sikap amanah juga dipraktekan oleh para pedagang Pasar

Projo yang lain, pada pedagang kios yang menjual baju, tas, sepatu umumnya

memiliki pegawai yang membantu dalam berjualan, ketika pemilik kios pergi atau

memiliki kepentingan maka kios akan dikelola oleh pegawainya. Etika amanah

juga berlaku pada para pegawai yang bekerja pada pemilik kios-kios di Pasar

Projo Ambarawa, para pegawai akan berdagang sesuai yang diperintahkan oleh

pemilik kios, tanpa mengubah harga dan menyatakan kondisi barang sesuai

dengan kenyataan kondisi barang sebenarnya. Uang yang didapat dari transaksi

jual-beli dibereikan secara utuh kepada pemilik toko tanpa ada pengurangan.

110

Ketiga ketepatan dalam menimbang. Hal ini menjadi penting dalam

kegiatan perdagangan. Kepercayaan pembeli dalam hal ketepatan timbangan

sangat penting, kepuasan pembeli dalam membeli barang pada seorang pedagang

salah satu yang menjadi tolok ukur adalah ketepatan dalam timbangan. Bagi para

pedagang yang menjual barangnya dalam ukuran berat timbangan maka ketepatan

timbangan menjadi kunci kepercayaan para pembeli. Ibu Sarmi merupakan

pedagang buah yang menganggap penting mengenai ketepatan timbangan. Ibu

Sarmi menjual buah dengan berat bersih, Ibu Sarmi memberikan potongan

timbangan pada keranjang kotak yang berbahan kayu yang menjadi wadah buah.

Kalau saya itu ada potongan berat kotak kayu wadah dari buah, jadi

wadah yang digunakan untuk menaruh buah berupa kotak yang berbahan

kayu sehingga berat buah ketambahan kayu mbak, sehingga saya ada

potongan dengan kotaknya itu mbak, yang saya hitung untuk jual itu berat

bersihnya mbak.102

Keempat ialah tidak melakukan penimbunan, para pedagang Pasar Projo

memiliki kelas pedagang kelas kecil hingga pedagang kelas besar. Penimbunan

barang tidak bisa dilakukan oleh para pedagang kecil. Pedagang besar yang beada

di Pasar Projo atau dikenal dengan juragan menjual barang dagangan berupa

komoditas pertanian dan daging. Dalam hal ini barang dagangan berupa

komoditas pertanian memiliki resiko busuk bila disimpan dalam waktu yang lama

sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penimbunan. Kemudian bagi

pedagang daging juga tidak memiliki peluang untuk melakukan penimbunan

karena daging yang dapat masuk di Pasar Projo melalui proses yang ketat,

dijelaskan oleh bapak Sariyanto lurah Pasar Projo bahwa dibawah pasar terletak

102

Wawancara dengan ibu Sarmi seorang pedagang buah dari tahun 1986 di

Pasar Projo Ambarawa pada sabtu 11 Juni 2017.

111

rumah pemotongan hewan sehingga tingkat kebersihan dan kesehatan sangat

dijaga, terdapat petugas kesehatan yang rutin untuk memerikas kondisi daging.

Sehingga pedagang daging tidak memiliki kesempatan untuk melakukan

penimbunan. Selain para pedagang tidak memiliki kesempatan untuk melakukan

penimbunan, para pedagang juga sadar bahwa penimbunan berakibat pada

naiknya harga barang sehingga kondidi perekonomian tidak stabil. Hal ini

membuat para pedagang Pasar Projo untuk menghindari praktek penimbunan.

Kelima menghindari unsur penipuan, para pedagang Pasar Projo

menjujung tinggi kejujuran agar terselenggara mekanisme pasar yang terpercaya.

Kepercayaan pembeli terhadap pedagang sangat penting karena melalui

kepercayaan usaha berdagang dari para pedagang akan berlangsung lama.

Kelangsungan lama atau tidaknya dari pedangang dalam kegiatan perdagangan

dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan pembeli terhadap pedagang. Berdagang itu

harus terhindar dari unsur penipuan sehingga tingkat kepercayaan pada seorang

pedagang menjadi tinggi. Jumlah pembeli yang menjadi langganan merupakan

wujud dari tingkat kepercayaan pembeli terhadap pedagang. Dasar kepercayaan

dalam berdagang disampaikan oleh ibu Solehah

Orang berjualan pertama harus jujur mbak, karena pembeli bisa kembali

membeli dagangan kita di dasari rasa percaya.103

Keenam saling menguntungkan, transaksi jual-beli yang berlangsung

diusahakan hasilnya menguntungkan pihak pembeli dan pihak penjual. Dengan

adanya kepuasan pembeli dengan barang yang dibeli merupakan keuntungan bagi

103

Wawancara dengan ibu Solehah seorang pedagang peralatan dapur dan

kerajinan dari bambu serta tanah liat di Pasar Projo Ambarawa pada Selasa 11 Juli 2017.

112

pembeli, kemudian dengan laba yang dihasilkan dari transaksi jual-beli

merupakan keuntungan yang didapat oleh pedagang. Ketika keadaan saling

menguntungkan antara pendagang dan pembeli berlangsung maka akan timbul

hubungan yang harmonis antara pedagang dan pembeli, karena akan terjalin

hubungan dagang antara pelanggan dan pedagang.

Ketujuh harga yang terjangkau, para pedagang berlomba untuk menjual

barang dagangannya dengan harga yang terjangkau. Melalui harga yang

terjangkau pedagang akan memiliki pelanggan yang banyak. Seperti hal nya

peryataan bapak Marlan sebagai berikut:

Kalau berjualan disini itu, pedagang yang bisa jual barang dagangannya

murah itu pasti banyak yang beli mbak, maka saya menjual barang

dengan harga yang murah mbak walaupun laba hanya seribu saya

kasihkan mbak, walaupun saya laba sedikit tapi kan banyak pembeli

daripada laba banyak yang beli cuma satu atau dua orang, kalau yang

murah pasti langganannya banyak mbak jadi ketika ada yang butuh alat-

alat dapur pasti pembeli kembali ke kios saya dan beli lagi barang

dagangan saya, ibarat modal saya ambil tenggok jadi banyak langganan

tetap di kios saya mbak. Malah kalau barang dagangan dijual mahal

pembeli kapok dan tidak akan beli lagi mbak.104

Kedelapan adalah sikap ulet dari pedagang pasar Projo. Keuletan penting

dalam melaksanakan usaha berdagang merupakan etika yang penting bagi

pedagang muslim. Para pedagang harus bisa memanfaatkan berbagai peluang

dalam waktu yang tepat. Dalam keuletan juga diiringi dengan sikap kerja keras

serta kesbaran. Tiga hal ini selalu beriringan, yang menjadi etika bagi para

pedagang Pasar Projo Ambarawa. Ibu Solehah merupakan pedagang yang

104

Wawancara dengan bapak Marlan seorang pedagang peralatan dapur dan

kerajinan dari bambu serta tanah liat di Pasar Projo Ambarawa pada Sabtu 15 Juni 2017.

113

membangun usahanya bertahap, ibu Solehah memulai usaha berdagang dari tahun

1993. Berikut adalah kiat dari ibu Solehah dalam berdagang:

Orang berjualan pertama harus jujur mbak, karena pembeli bisa kembali

membeli dagangan kita di dasari rasa percaya, yang kedua ulet mbak,

orang jualan harus ulet mbak karena saya jualan juga cuma modal tenaga

menjualkan tenggok yang dibuat oleh tetangga saya lalu saya

mendapatkan untung dan dari keuntungan awal saya membangun usaha

saya hingga seperti sekarang ini. Lalu orang jualan juga harus sabar

mbak, karena kondisi di pasar kan juga tidak tentu mbak kadang banyak

pembeli kadang juga sepi bahkan kadang dalam sehari tidak laku, perlu

kesabaran lah mbak dalam berjualan. Lalu saya jualan dengan harga

murah mbak, saya bisa jual barang dagangan murah karena saya membeli

dagangan dengan datang langsung ke tempat produksi lalu setelah saya

bisa dekat dengan produsen baru saya meminta produsen untuk mengirim

barang ke kios saya namun tetap dengan harga yang rendah sehingga

saya bisa jual barang dengan harga yang murah. Kemudian sebagai

pedagang kita juga harus menjaga kerukunan dengan pedagang lain

mbak, ya saling menghormati, bersikap sopan lah mak pokoknya. Disini

kita kan juga harus menjalin silaturahmi yang baik dengan para pedagang

yang lain serta pembeli mbak, karena hidup di pasar layaknya hidup di

desa.105

Kesembilan adalah sikap pedagang yang menghargai waktu. Dalam

kegiatan perdagangan di pasar waktu merupakan peluang bagi para bedagang

untuk menghasilkan uang. Pasar Projo Ambarawa yang memiliki jadwal waktu

beroperasi dalam tiga sesi yakni pasar di pagi hari, siang hari dan malam hari

menuntut para pedagang untuk pintar memanfaat waktu. Setiap pedagang hanya

diijinkan untuk berjualan dalam satu sesi, para pedagang harus memilih

berdagang di pagi hari, siang hari atau malam hari. Pembatasan waktu tersebut

mendorong para pedagang untuk bersikap mengahrgai waktu, bagi para pedagang

waktu merupakan hal yang sangat penting, ketepatan waktu dalam berdagang

menentukan penghasilan yang didapatkan oleh seorang pedagang.

105

Wawancara dengan ibu Solehah seorang pedagang peralatan dapur dan

kerajinan dari bambu serta tanah liat di Pasar Projo Ambarawa pada Selasa 11 Juli 2017.

114

Kesepuluh adalah penyampaian bahasa yang santun, dalam kegiatan

perdagangan komunikasi merupakan hal yang penting. Kiat para pedagang untuk

menarik pembeli supaya membeli barang dagangannya adalah dengan

berkomunikasi dengan bahasa yang santun, selain itu untuk meyakinkan para

pembeli agar membeli barang dagangan dari seorang pedagang maka diperlukan

penyampaian dengan bahasa yang santun dan mudah dipahami. Dengan pedagang

yang bersikap santun dan berkomunikasi maka pembeli akan datang untuk

membeli barang-barang yang dijual oleh pedagang.

Etika-etika pedagang muslim di Pasar Projo merupakan akibat dari etos

kerja yang terbentuka ayas ajaran-ajaran agama Islam. Perilaku ekonomi para

pedagang muslim pasar Projo mencerminkan bahwa terdapat nafas Islam dalam

kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa. Perilaku ekonomi dari para

pedagang Pasar Projo Ambarawa disebabkan karena pemahaman pedagang

muslim terhadap ajaran agama Islam.

Akibat yang ditimbulkan dari etos kerja Islami pedagang muslim yaitu

terciptanya mekanisme pasar didasari nilai-nilai ajaran agama Islam. Mekanisme

Pasar Projo Ambarawa terbentuk atas nilai Budaya Jawa serta nilai-nilai ajaran

agama Islam. Transaksi jual-beli yang didasarkan atas ajaran agama Islam

mengakibatkan mekanisme pasar juga didasarkan atas ajaran agama Islam.

Dengan perilaku para pedagang Pasar Projo yang taat akan ajaran agama

Islam mendorong pemerintah membangun sarana tempat ibadah dalam revitalisasi

Pasar Projo yang selesai di tahun 2015. Bangunan Pasar Projo Ambarawa yang

selesai dibangun di tahun 2015 dilengkapi dengan tempat ibadah serta kamar

115

mandi umum yang memudahkan para pedagang untuk melaksanakan ibadah

sholat tepat pada waktunya. Selain itu dibelakang pasar juga dibangun mushola

serta tempat wudhu. Kehidupan para pedagang yang diilandasi dengan agama

Islam menciptakan kehidupan sosial-ekonomi yang dilandasi ajaran agama Islam.

Dampak etos kerja Islami merupakan realita yang terjadi di dalam Pasar

Projo Ambarawa. Etos kerja Islam tidak disadari oleh sebagian besar pelaku

ekonomi, namun yang dipahami dari para pedagang adalah motivasi kerja yang

bersumber dari ajaran agama Islam. Sebagai umat muslim para pedagang

menjalankan usaha berdagang dalam koridor ajaran agama Islam yang diatur

dalam Al-qur’an, Hadits dan Sunah Nabi Muhammad. Secara tidak sadar ajaran

agama Islam menjadi pedoman bagi para pedagang untuk menjalankan

perdagangan. Sebenarnya etos yang dilakukan atau motivasi dagang yang

dilakukan para pedagang muslim secara tidak sadar berjalan, yang dipahami oleh

pedagang muslim Pasar Projo adalah berdagang ialah upaya untuk mendapatkan

penghasilan dengan cara sesuai ajaran agama Islam sehingga penghasilan yang

diperoleh dalam hukum halal.

116

BAB V

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

1. Pada tahun 1986 para pedagang Pasar Projo mulai merintis dengan

berjualan di Pasar Projo pada waktu dini hari hingga pagi hari yang sering

disebut dengan pasar pagi. Aktivitas perdagangan di pasar pagi mendorong

lahirnya para juragan serta munculnya para tengkulak, hal ini

menyebabkan terjadinya pola hubungan patron klien di dalam aktivitas

perdagangan di Pasar Projo Ambarawa.

2. Dinamika perekonomian di Pasar Projo Ambarawa diuraikan dengan

membagi atas empat periodesasi yang pertama yakni pada tahun 1986-199,

periode ini merupakan masa di mana para pedagang pasar Projo berupaya

untuk merintis pasar pagi. Kemudian periode yang kedua yakni tahun

1992-1998, periode ini merupakan masa sulit bagi para pedagang Pasar

Projo, karena pada tahun 1992 Pasar Projo mengalami kebakaran sehingga

para pedagang harus mengalami kerusgian, selain itu pada periode ini para

pedagang Pasar Projo harus bertahan di tengah kondisi perekonomian

nasional yang tidak stabil. Kekacauan politik dan kemerosotan

perekonomian nasional berdampak pada aktifitas ekonomi di Pasar Projo

Ambarawa. Periode yang ketiga yaitu tahun 1999-2008, pada tahun 1999

merupakan upaya para pedagang untuk memperbaiki perekonomian pasca

krisis ekonomi tahun 1997-1998. Kemudian pada tahun 2000 kondisi

perekonomian Pasar Projo perlahan-lahan membaik dan mulai stabil.

117

Periode yang keempat yakni tahun 2009-2015, pasar bebas mulai

dirasakan dampaknya oleh bangsa Indonesia pada tahun 2009. Lalu pada

tahun 2012 Pasar Projo Ambarawa mengalami kebakaran sehingga

memaksa para pedagang untuk berdagang di tempat relokasi sementara,

hingga pada tahun 2015 Pasar Projo Ambarawa selesai direvitalisasi.

3. Kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa tidak lepas dari kondisi

keagamaan para pedagang Pasar Projo Ambarawa. Karakter religius yang

dimiliki para pedagang muslim tidak lepas dari pemahaman para pedagang

mengenai ajaran agama Islam. Nilai-nilai ajaran agama berperan penting

dalam terbentuknya etos kerja dari para pedagang muslim di Pasar Projo

Ambarawa. Relasi antara kegiatan perdagangan dengan ajaran agama

Islam dijembatani oleh etos kerja. Motivasi kerja para pedagang

dilatarbelakangi pemahaman para pedagang muslim terhadap ajaran agama

Islam sehingga terbentuk perilaku ekonomi didasari ajaran agama Islam.

Formulasi terbaik dalam menjalankan usaha perdagangan terletak pada

pemahaman seorang pedagang muslim terhadap ajaran agama Islam yang

bersumber dari Al-qur’an Hadits, dan sunah Rasul.

4. Etos kerja Islami yang dimiliki oleh para pedagang Pasar Projo

ditunjukkan melalui tindakan atau perilaku ekonomi dari para pedagang.

Dampak etos kerja Islami dari para pedagang membentuk mekanisme

pasar yang didasarkan atas nilai-nilai ajaran agama Islam. Etos kerja

Islami dari para pedagang berupa sikap dan tindakan yang sesuai dengan

ajaran agama Islam seperti jujur, amanah, tidak ada unsur penipuan dan

118

lain-lain. Dengan hal ini aktivitas perdagangan di Pasar Projo tidak lepas

dari tata nilai dalam ajaran agama Islam. Agama Islam mengatur seluruh

aspek kehidupan termasuk kegiatan perdagangan sehingga pedagang

muslim hanya perlu berupaya dan meneladani Rasulullah, untuk mencapai

kebahagian dunia dan akhirat maka pedagang harus menjalani kehidupan

secara seimbang yakni bekerja melalui berdagang untuk mencapai

kebahagiaan di dunia serta menjalankan ibadah dengan taat untuk

mencapai kebahagian di akhirat.

B. Saran

Bagi para pedagang hendaknya meningkatkan pemahamannya mengenai

ajaran agama Islam, karena pondasi dari selurih moral manusia bersumber dari

pemahamannya mengenai ajaran agama Islam. Bagi pedagang muslim yang harus

dipahami ialah formulasi terbaik untuk membangun usaha berdagang tercantum

dalam ayat-ayat Al-qur’an, sehingga mengenal ajaran agama Islam lebih dalam

ialah kunci sukses dalam aktivitas perdagangan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, 1982. Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi.

Jakarta: LP3ES.

Adininggar Widyasanti, Amalia, 2010, Perdagangan Bebas Region dan Daya

Saing Ekspor: Kasus Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan

Perbankan, Juli 2010.

BPS. 2010. Kabupaten Semarang Dalam Angka , No. Katalog: 1403.3322.

Semarang: BPS Kabupaten Semarang Press

Djakfar, Muhammad, 2007. ETIKA BISNIS : Dalam Prespektif Islam, Malang:

UIN Malang Press.

Disperindag Kabupaten Semarang. 2015. Laporan Revitalisasi.

Ernita, Dewi dkk, 2013, Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Konsumsi

di Indonesia, Jurnal Kajian Ekonomi, Januari 2013, Vol. I, No. 02

Effendi, Siregar. 2010. Amir dkk, Perdagangan Bebas ACFTA (ASEAN-China

Free Trade Agreement) dan Ancaman Kedaulatan (Jurnal Sosial

Demokrasi Perdagangan Bebas ASEAN-Cina: Berdagang Untuk Siapa?

Vol. 8 3 Februari - Juni 2010 ISSN: 2085-6415)

Haryono, Anton. 2011. Sejarah ( Sosial) Ekonomi Teori Metodologi Penelitian

dan Narasi Kehidupan. Yogyakarta: USD.

Irham, Mohammad. 2012. Etos Kerja Dalam Perspektif Islam. Jurnal Substansi.

Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry, Aceh. 14(1).

Jurna.l Abdul Khobir. Islam dan Kapitalisme, RELIGIAVol. 13, No. 2, Oktober

2010.

Jurnal. Fatwa Nurul Hakim. Pola Patron-Klien Pedagang Pasar Tradisional

Dalam Peningkatan Kesejahteraan. (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian

dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 2016), Jurnal media

Informasi No. 1 / Vol.40 / April 2016 ISSN: 20884265.

Jurnal. Muhammad Saifullah, Etika Bisnis Islami dalam Praktek Bisnis

Rasulullah. (Semarang IAIN Walinsongo, Volume 19, Nomor 1, Mei

2011)

Jurnal. Sri Emy Yuli Suprihatin, Hubungan Patron Klien Pedagang "Nasi

Kucing" di Kota Yogyakarta. Jurrnal Penelitian Humaniora, Vol. 7, No. I,

Apri/2002

Luth, Thohir. 201I. Antara Peru t& Etos Kerja Dalam Perspektif Islam.Gema

insani: Jakarta.

Jurnal. Utami Dewi dan F. Winarni, Pengembangan Pasar Tradisional

Menghadapi Gempuran Pasar Modern di Kota Yogyakarta. Proceeding

Simposium Nasional ASIAN III Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Malik, M. lutfi. 2013. Etos Kerja, Pasar Dan Masjid. Penerbit LP3ES : Jakarta.

Mulyadi, Acep. 2008. Islam dan Etos Kerja: Relasi Antara Kualitas Keagamaan

dengan Etos Produktivitas Kerja di Daerah Kawasan Industri Kabupaten

Bekasi. Turats, Vol. 4, No. 1 : 10.

Nugroho , Heru. 2001. Uang, Rentenir dan Hutang Piutang di Jawa. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Qodir, Zuly. 2002. Agama & Etos Kerja Dagang. Solo: Pondok Edukasi.

Rahardjo, M Dawam. 1999. Islam dan Transformasi sosial-Ekonomi. Jakarta:

LSAF.

Scharf, Betty R. 1995, Kajian Sosiologi Agama, (terj.) Drs. Machnun Husein,

Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sjahrir. 1999. Masuk Krisis Keluar Krisis Para Tokoh Menggugat. Jakarta:

Erlangga

Skripsi, Annidjatuz Zahra, Pengaruh Etos Kerja Islami Terhadap Kinerja

Karyawan di CV Sidiq Manajemen Yogyakarta, (Yogyakarta: UIN Sunan

Kalijaga, 2015)

Suara Merdeka Perekat Komunitas Jawa Tengah, Pedagang Pasar Projo Ancam Unjuk

Rasa, Jum’at 15 November 2015

Suara Merdeka Perekat Komunitas Jawa Tengah berjudul 956 Los dan 158 Kios

Pasar Projo Ludes, terbit pada Minggu 22 Juli 2017

Usaid, Cess,. 2008. Dampak Krisis Ekonomi dan Liberalisasi Perdagangan

terhadap Strategi dan Arah Pengembangan Pedagang Eceran Kecil

Menengah di Indonesia. Jakarta: USAID.

Widiandra , Damasus Ottis dan Hadi Sasana, 2013. Analisis Dampak Keberadaan

Pasar Modern Terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar

Tradisisonal ( Studi Kasus di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik

Kota Semarang ), Diponegoro Journal of Economics Volume 2, Nomor

1

LAMPIRAN-LAMPIRAN

WAWANCARA DENGAN BAPAK GIYANTO PEDAGANG ASESORIS

PADA SABTU 15 JULI 2017 DI PASAR PROJO AMBARAWA

Pewawancara : Assalamu’alaikum, ini dengan bapak siapa ya?

Giyanto : Nama saya Giyanto mbak.

Pewawancara : Sejak kapan bapak berjualan di pasar Projo?

Giyanto : Saya berjualan disini sudah 30 tahun mbak, saya mulai jualan

disini itu sejak tahun 1987.

Pewawancara : Pak bagaimana perbedaan kondisi pasar Projo Ambarawa sejak

dulu anda mulai berjualan pertama kali disini dengan sekarang?

Giyanto : Ya bedanya jauh mbak, sekarang kondisi perekonomian di pasar

itu kurang stabil, memang kalau sekarang bangunan fisik pasar dan

fasilitas pasar itu baik mbak tapi pembelinya sedikit berbeda

dengan zaman dulu mbak, dahulu itu bangunan pasar masih

sederhana tetapi untuk dahulu masih banyak pembeli dan belum

banyak saingan.

Pewawancara : Pak bagaimana dengan dinamika pasar Projo Ambarawa sejak

pertama kali anda jualan hingga saat ini?

Giyanto : Saya awal mula berjualan disini ialah tahun 1987 ketika masa

pemerintahan presiden Soeharto, waktu itu mbak kondisi

perekonomian pedagang di pasar Projo bisa dikatakan cukup baik

dalam hal pendapatan, rata-rata para pedagang bisa mendapatkan

penghasilan yang lumayan. Saat itu pembeli masih banyak mbak,

harga barang masih murah, saingan masih sedikit. Ibaratnya di

masa Soeharto pedagang sini ini itu bisa hidup dengan baik lah

mbak, tidak ada pedagang yang kesulitan memenuhi kebutuhan

untuk makan sehari, bahkan penghasilan sehari kalau untuk

memenuhi kebutuhan sehari itu ada sisanya lah mbak untuk

tabungan. Berdagang di masa Soeharto itu penghasilan saya

rasakan lumayan, dan dalam berjualan juga tidak ada hambatan

yang begitu berarti. Lalu setelah Soeharto lengser kondisi

perekonomian pasar mulai berubah, di tahun 1998 saat Soeharto

lengser harga-harga kebutuhan pada naik, tentu hal ini berpengaruh

ke pedagang mbak. Penghasilan berdagang mulai menurun dan

daya beli di pasar Projo mulai menurun mbak. Ketika

kepemimpinan Presiden berfanti dari Gusdur, Megawati, SBY,

keadaan perekonomian pasar itu semakin menurun mbak. Setiap

tahunnya perkembangan perekonomian di pasar Projo tidak

semakin meningkat malah semakin menurun.

Pewawancara : Pak kira-kira penyebab perekonomian menjadi sepi itu apa ya?

Giyanto : yang paling terlihat jelas yaitu munculnya saingan yaitu dengan

munculnya pedagang-pedagang baru mbak. Kalau dahulu mbak

pasarnya memang masih sederhana pedagangnya belum begitu

banyak sehingga hasil dari berdagang ya ya lumayan mbak.

Kemudian ditambah munculnya pasar pagi mbak. Kebearadaan

pasar pagi cukup perpengaruh besar dalam perekonomian di pasar

Projo mbak, ya jelas adanya pasar Projo mengurangi pendapatan

para pedagang yang berjualan di siang hari mbak. Karena dulu

pasar dibuka mulai dari jam 6 tapi dengan adanya pasar pagi jam

12 malam pun sudah ada yang jualan jadinya para pedagang

banyak yang kehilangan langganan mbak. Dengan adanya pasar

pagi mendorong munculnya pedagang keliling, mulai dari

pedagang keliling gendongan hingga pedagang keliling yang

menggunakan motor. Keberadaan para pedagang keliling

mengurangi para pembeli di pasar Projo mbak, ya kalau dulu

pembeli ingin membeli barang kebutuhan seari-hari nah kalau

sekarang kan cukup nunggu di rumah saja lalu pedagang yang

nanti akan mengantar barang yang dibutuhkan.

Pewawancara : Pak bagaimana pengaruh keberadaan toko-toko, minimarket di

sekitar pasar terhadap perekonomian di pasar Projo

Giyanto : Pengaruhnya lumayan besar mbak terhadap daya jual di pasar.

Adanya minimarket dan toko-toko seperti Laris, Alfamart,

Indomart di sekitar pasar Projo membuat masyarakat lebih memilih

membeli barang-barang dari sana ketimbang dari pasar mbak. Ya

pokoknya adanya Alfamart, Indomart, Laris dan lain-lain

mengurangi minat masyarakat untuk membeli barang di pasar

Projo Ambarawa.

Pewawancara : Pak bagaimana kondisi keagamaan pedagang pasar Projo?

Giyanto : Hampir sebagian besar pedagang pasar Projo beragama islam, ya

hampir 90% pedagang pasar Projo beragama Islam mbak. Kalau

untuk praktek keagamaan yang bisa dilihat ya dari sholatnya mbak.

Kalau dulu mbak awal saya berdagang disini mengenai praktek

keagamaannya masih kocar-kacir, banyak yang tidak sholat mbak,

ya salah satu alasannya karena masjid yang paling dekat dari pasar

letaknya itu sekitar 200 meter mbak, kalau mau sholat para

pedagang harus jalan ke masjid di pemukiman warga. Kemudian di

tahun 1992 pasar projo kan kebakar mbak, nah setelah kejadian itu

banyak pedagang yang sadar mbak, terdapat peningkatan jumlah

pedagang yang sholat ke masjid walaupun belum sebagian besar.

Kemudian di tahun 2012 kebakaran lagi, setelah peristiwa

kebakaran itu banyak pedagang yang mulai sadar dan banyak yang

memperbaiki diri lah mbak, dan dari pasca kebakaran tahun 2012

hingga hari ini banyak yang sholat mbak. Ya kalau sekarang

sebagian besar para pedagang pasar projo kalau datang waktu

sholat mereka segera melaksanakan sholat. Salah satu faktor yang

mendukung ialah bangunan baru pasar yang menyediakan fasilitas

tempat ibadah di lantai 1 dan lantai 2 dan di setiap kamar mandi

umum di dekatnya disediakan lokasi yang dapat digunakan untuk

melaksanakan ibadah sholat, selaun itu di belakang pasar telah

dibangun mushola sehingga para pedagang dengan mudah dapat

melaksanakan ibadah sholat dengan ketersediaan fasilitas yang

memadai.

Pewawancara : Pak menurut anda definisi bekerja itu apa?

Giyanto : Bekerja itu ya berusaha mendapatkan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan, dan untuk memenuhi kebutuhan saya

berdagang asesoris di pasar Projo mbak.

Pewawancara : Pak menurut anda bagaimana hubungan agama dan bekerja?

Giyanto : Ya tidak ada hubungannya mbak, urusan bekerja ya bekerja,

kalau ibadah ya sholat. Agama tidak berpengaruh lah mbak dalam

bekerja, waktunya sholat kita ya sholat waktunya kita dagang ya

dagang.

Pewawancara : Kiranya cukup sekian wawancaranya pak, terimakasih atas

waktunya.

Giyanto ; oh ya mbak sama-sama.

WAWANCARA DENGAN BAPAK MARLAN PEDAGANG ALAT-ALAT

DAPUR DI PASAR PROJO AMBARAWA PADA SABTU 15 JUNI 2017

Pewawancara : Pak ini dengan bapak siapa?

Bapak Marlan : Namanya saya bapak Marlan dari desa tegaron Kecamatan

Banyubiru.

Pewawancara : Sejak kapan bapak berjualan di pasar Projo Ambarawa?

Bapak Marlan : Saya berjualan sejak tahun 1992.

Pewawancara : Bagaimana kondisi pasar Projo pada tahun 1992 hingga sekarang

pak?

Bapak Marlan : Keadaan pasar yang dahulu dengan sekarang sangat berbeda jauh

mbak kondisinya, yang dimaksud beda jauh ini begini mbak kalau

dulu itu harga barang dagangan itu murah-murah kalau sekarang

barang dagangan itu mahal-mahal. Kalau untuk daya beli nya ya

sama saja, hanya nilai rupiah nya saja yang berbeda.

Peawancara : Pak di tahun 1998 ketika lengsernya pak Soeharto dari jabatannya

presiden apakah ada pengaruhnya terhadap pendapatan dari

penjualan bapak?

Bapak Marlan : Kalau dagangan seperti yang saya jual tidak ada pengaruhnya

mbak. Ya kalau jualan saya alhamdulillah mbak stabil saja

walaupun harga barang tetap naik turun.

Pewawancara : Pak darimana bapak dapat dagangan yang anda jual?

Bapak Marlan : Kalau dagangan berupa tenggok (keranjang dari bambu), tampah,

caping pokoknya alat-alat yang berasal dari bambu itu dari

Tegaron Banyubiru dan sekitarnya, kalau gerabah dan barang-

barang dari tanah liat itu saya dapat dari Yogyakarta, ada juga

barang-barang yang dari Boyolali seperti wajan, ada juga yang dari

Klaten, ada juga yang dari Imogiri.

Pewawancara : Pak bagaimana kiat bapak dalam mendapatkan pelanggan yang

banyak.

Bapak Marlan : Kalau berjualan disini itu, pedagang yang bisa jual barang

dagangannya murah itu pasti banyak yang beli mbak, maka saya

menjual barang dengan harga yang murah mbak walaupun laba

hanya seribu saya kasihkan mbak, walaupun saya laba sedikit tapi

kan banyak pembeli daripada laba banyak yang beli cuma satu atau

dua orang, kalau yang murah pasti langganannya banyak mbak jadi

ketika ada yang butuh alat-alat dapur pasti pembeli kembali ke kios

saya dan beli lagi barang dagangan saya, ibarat modal saya ambil

tenggok jadi banyak langganan tetap di kios saya mbak. Malah

kalau barang dagangan dijual mahal pembeli kapok dan tidak akan

beli lagi mbak.

Pewawancara : Apakah langganan bapak banyak?

Bapak Marlan : Ya Alhamdulillah banyak mbak, modalnya kepercayaan mbak,

saya melayani pelanggan bermacam-macam mbak. Kadang ada

pelanggan yang ambil barang dagangan dulu dan membayarnya di

belakang. Ada juga pembeli yang langsung bayar cash. Nah kalau

untuk langganan saya yang membeli barang dagangan untuk dijual

kembali biasanya mereka ambil dulu setelah dagangannya laku

baru mereka membayar secara tunai.

Pewawancara : Pak pengertian bekerja menurut anda itu seperti apa?

Bapak Marlan : Kalau menurut saya kerja itu ya selagi saya ke pasar ya berarti

saya bekerja mbak, asal menghasilkan uang terus banyak pembeli

termasuk saya sudah bekerja.

Pewawancara Pak menurut anda apakah penting ajaran agama Islam dalam

berdagang?

Bapak Marlan : Ya sangat penting mbak, orang Rasulullah saja mengajarkan kita

berdagang, kita sebagai umat muslim ya harus mengikuti jejak

Rasulullah, jadi dasarnya orang berjualan ya Al-qur’an itu. Jadi

kalau orang berjualan segala sesuatu kalau didasari dengan agama

ya hasilnya alhamdulillah mbak, kejujuran dan kepercayaan

pembeli yang harus tetap dijaga mbak.

Pewawancara : Pak dalam usaha bapak berdagangan bagaimana

perkembangannya sejak pertama kali anda mulai berdagang hingga

sekarang?

Bapak Marlan :Ya alhamdulillah usaha dagang saya bisa berkembang dari dulu

yang awalnya saya berjualan alat-alat dapur berbahan dasar bambu

seperti tenggok, tampah, irik, caping dan yang lainnya kemudian

saya mulai menambah dagangan berbahan dasar tanah liat seperti

gerabah dan mainan anak-anak yang berbahan dasar tanah liat, lalu

tambah lagi seperti wajan, telenan hingga sekarang saya dapat

berdagang dengan barang dagangan yang banyak dan insyaallah

untuk alat-alat dapur di kios saya tersedia komplit mbak. Walaupun

pasar kondisi perekonomian tidak stabil asal kita mau sabar, jujur,

ulet ya insyaallah tetap berkembang. Sebagai pedagang dan

sebagai manusia kita kan wajib berusaha yaitu bekerja dan jangan

lupa berdoa dan hasilnya diserahkan saja pada Allah mbak. Rejeki

itu sudah diatur mbak kita wajib berusaha mbak, toh banyaknya

saingan kita dalam berdagang kalau memang sudah rejeki kita ya

pasti kita mendapatkannya mbak, rejeki itu Allah yang

menurunkan tidak akan salah alamat mbak.

Pewawancara : Kiranya cukup sekian wawancaranya pak. Terima kasih.

Bapak marlan ; Sama-sama mbak.

WAWANCARA DENGAN IBU ROMISAH PEDAGANG IKAN DAN SAYUR

DI PASAR PROJO AMBARAWA PADA KAMIS 15 JUNI 2017

Pewawancara : Ibu namanya siapa?

Romisah : Saya namanya ibu Romisah asal saya dari Bawen.

Peawancara : Mulai kapan ibu berjualan disini?

Romisah : Sudah lama mbak saya berjualan disini sudah sepuluh tahunan.

Pewawancara : Bu bagaimana perbedaan pasar Projo yang dulu dengan sekarang?

Romisah : Beda mbak, kalau dulu pasarnya ramai mbak banyak pembeli tapi

sekarang pasar nya sepi pembeli itu sudah jarang. Dulu mbak

sebelum kebakaran itu penghasilan saya lumayan mbak, saya

masih bisa memberi uang saku untuk anak saya sekolah tapi

setelah kebakaran tahun 2012 itu pendapatan saya menurun untuk

makan sehari saja sulit malah kadang rugi mbak. Saya jualan saja

ambil dagangan dari juragan pindang dan sayur hanya sedikit kalo

ikan pindang hanya lima gendel kalo dulu sebelum kebakaran

dalam sehari saya bisa laku sepuluh hingga enam dua belas gendel

bahkan kadang lebih mbak. Untuk sekarang itu lima gendel bisa

laku sudah bagus mbak malah kadang dagangan masih sisa mbak

sehingga saya setor ke juragan jadi tombok mbak. Dulu saya jualan

itu sampai maghrib mbak kalau sekarang sampai tengah hari saja

dagangan belum tentu laku habis mbak.

Pewawancara : Bu kira-kira ketika anda berdagang yang selalu banyak

pembelinya di pasar itu kira-kira kapan bu?

Romisah : Ya paling saat pasar kembang, ya memang kalau pasar kembang

mesti ramenya mbak kan orang-orang mau merayakan idul fitri

sehingga membutuhkan barang yang banyak, kalau pasar kembang

saya pun pendapatannya naik hingga dua kali lipat dari biasanya

mbak, kalau dagangan saya 10 gendel kalau saat pasar kembang

bisa laku sampai 20 gendel pindang mbak.

Pewawancara : Bu dengan kondisi pasar yang tidak stabil, alasan ibu masih

jualan itu apa bu?

Romisah : Saya harus tetap kerja mbak kan suami saya tidak bekerja

sehingga yang harus cari nafkah itu saya supaya kebutuhan

keluarga saya dapat terpenuhi dan anak saya supaya bisa sekolah

hingga lulus STM mbak. Dan sekarang putra saya dua-duanya

sudah bekerja. Setelah anak saya sudah bekerja saya juga jualannya

seadanya mbak, saya ambil dagangannya sedikit mengikuti pasar

karena kalau saya paksa ambil dagangan banyak yang ada saya

rugi mbak.

Pewawancara : Bu kan anda ambil dagangan dari juragan untuk pembayarannya

itu bagaimana bu?

Romisah : Untuk pembayaran barang dagangan yang saya ambil itu saya

setor uang seminggu setelah saya ambil barang dagangan mbak,

jadi saya ambil dagangan dulu dan bayarnya seminggu kemudian.

Pewawancara : Bu bagaimana pandangan anda tentang bekerja?

Romisah : Bekerja itu ya mendapatkan penghasilan dan cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari mbak, ya yang penting cukup

untuk makan sehari-sehari.

Pewawancara : Bu kira-kira penting tidak bu ajaran agama Islam dalam

berdagang?

Romisah : Ya penting mbak. Saya berdagang biar halal ya harus sesuai

ajaran Islam mbak, tidak boleh melanggar nilai-nilai ajaran Islam

mbak yang penting jujur, pokoknya tidak ada unsur kebohongan

dalam jualan lah mbak.

Pewawancara : kiranya cukup sekian wawancaranya bu, terima kasih sudah

meluangkan waktunya.

Romisah : oh iya mbak sama-sama.

WAWANCARA DENGAN IBU SARMI PEDAGAN BUAH PADA SABTU 11

JUNI 2017 DI PASAR PROJO AMBARAWA.

Pewawancara : Assalamu’alaikum bu ini dengan ibu siapa?

Ibu Sarmi : Wa’alaikum sala, mbak, nama saya Sarmi.

Pewawancara : Sejak kapan ibu berjualan di pasar Projo?

Ibu Sarmi : Saya berjualan di pasar Projo sudah 31 tahun mbak, ya sekitar

tahun 1986 berjualan disini.

Pewawancara : bagaimana sejarahnya ibu bisa jualan di pasar Projo?

Ibu Sarmi : Saya mulai berjuan buah di pasar Projo pada tahun 1986, awalnya

saya berjualan buah kecil-kecilan mbak, saya biasa jualan dari jam

8 pagi mbak. Saya jam 5 ke pasar Projo untuk membeli buah-

buahan dari juragan buah kemudian setelak selesai kulakan saya

bersiap-siap untuk membuka lapak saya untuk jualan. Kemudian di

tahun 2003 saya mempunyai modal yang cukup untuk

mengembangkan usaha saya, dan di tahun 2003 saya mulai kulakan

di pasar Johar kemudian pada jam 3 pagi saya menjual buah-

buahan yang saya beli dari Johar. Dengan perubahan jam dagang

dan dengan menjual secara grosir saya harus mencari langganan

baru.

Pewawancara : Kalau ibu pergi kulakan di pasar Johar, ibu berangkat jam berapa?

Ibu Sarmi : Biasanya saya berangkat jam setengah delapan kadang juga jam

delapan malam mbak. Saya sampai di pasar Johar sekitar jam

sepuluhan lebih sedikit, disana saya kulakan buah dari para juragan

mbak, juragan ini dapat buah dari pelabuhan.

Pewawancara : Kira-kira ibu mulai jualan di pasar pagi jam berapa dan cara jual

nya bagaimana ya bu?

Ibu Sarmi : Saya biasanya sampai ke pasar Projo itu jam 02.00 mbak, dan

para tengkulak buah datang sekitar jam tiga pagi mbak. Kalau

untuk menjualnya saya punya langganan tetap yang membeli harga

saya. Untuk jualnya masing-masing pedagang besar punya caranya

masing-masing, kalau saya itu ada potongan berat kotak kayu

wadah dari buah, jadi wadah yang digunakan untuk menaruh buah

berupa kotak yang berbahan kayu sehingga berat buah ketambahan

kayu mbak, sehingga saya ada potongan dengan kotaknya itu

mbak, yang saya hitung untuk jual itu berat bersihnya mbak. Dan

biasanya saya juga menjual buah-buahan yang segar sehingga

kalau ada buah yang busuk atau kualitasnya kurang baik saya akan

memberi harga beda mbak, untuk buah busuk langsung saya

buang, dan untuk buah yang sudah tidak segar saya memberi

potongan harga biasanya hingga 50% karena kalau tidak saya jual

saya bisa rugi banyak mbak.

Pewawancara : Bu bagaimanakondisi ekonomi pasar Projo dari tahu 1986 hingga

sekarang ?

Ibu Sarmi : kalau dulu saat awal saya berjualan disini bangunan pasar masih

sederhana mbak, tempat jualannya belum dipisah-pisah masih

campur-campur, dulu pembelinya juga banyak mbak, saingannya

juga belum begitu banyak. Kemudian di tahun 1992 terjadi

kebakaran sehingga pedagang harus kembali mencari pelanggan

lagi, disamping pedagang mengalami kerugian pedagang juga

kehilangan sebagian pelanggan. Kemudian setelah sekitar satu

bulan para pelanggan akan kembali menemukan pedagang yang

menjadi langganannya sehingga transaksi jual-beli bisa berjalan

seperti biasa. Kemudian di tahun 1998 Soeharto lengser dan harga

barang-barang di pasaran naik semua. Kondisi ekonomi pasar

menjadi kacau waktu itu mbak, di tahun 1999 mulai membaik.

Pasar Projo mulai kembali ramai di tahun 2001. Kemudian mulai

tahun 2003 harga BBM mengalami kenaikan, kenaikan BBM yang

paling terasa bagi masyarakat dan berpengaruh dengan harga

barang-barang di pasaran yakni pada tahun 2005 dan 2008. Di

tahun 20012 pasar Projo mengalami kebakaran dan para pedagang

mengalami kerugian dan sementara waktu harus berdagang di

tempat relokasi sementara. Penjualan para pedagang di tempat

relokasi mengalami penurunan yang drastis mbak. Kemudian di

tahun 2015 pasar mulai dibuka kembali, dan kami mulai berjualan

kembali. Para pembeli tidak sebanyak dahulu karena sekarang

banyak saingan mbak, dari pedagang keliling dan adanya

minimarket-minimarket di sekitar sini mengurangi pembeli yang

datang ke pasar Projo Ambarawa.

Pewawancara : Bu menurut anda pengertian bekerja itu apa?

Ibu Sarmi : Menurut saya bekerja adalah menghasilkan pendapatan berupa

uang, dan pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan kita. Pekerjaan yang bisa saya lakukan adalah

berdagang mbak.

Pewawancara : Bu bagaimana dengan kondisi keagamaan di pasar Projo

Ambarawa bu?

Ibu Sarmi : Keadaan keagamaan disini cukup baik mbak, kalau waktu sholat

tiba dan adzan berkumandang para pedagang segera melaksanakan

ibadh sholat.

Pewawancara : Bu menurut anda apakah ada keterkaitan antara urusan agama dan

urusan berdagang?

Ibu Sarmi : Ya ada mbak dari ajaran agama lah kita bisa melakukan

perdaganagan sesuai syariat agama Islam. Urusan berdagang kan

diatur di dalam agama Islam, sebagai umat Islam saya kan tinggal

menjalankan berdagang sesuai dengan aturan yang ada dalam Al-

qur’an mbak. Kita sudah diberi petunjuk ya tinggal dijalankan saja

mbak.

Pewawancara : Bagaimana kiat ibu untuk berjualan supaya bisa bertahan lama

berjualan di pasar Projo?

Bu Sarmi : Paling penting adalah kejujuran mbak, saya selama jualan tidak

pernah berbohongan mengenai berat dagangan kualitas dagangan.

Kalau dagangan kualitas baik saya bilang baik kalau kurang baik

ya saya bilang kurang baik. Yang kedua saya menjual barang

dagangan dengan harga yang murah, laba sedikit tidak apa-apa

yang penting langganannya banyak, karena dagangan berua buah-

buahan itu harus segera laku terjual kalau kita menjual dengan

harga yang mahal maka dagangan lakunya akan lama dan buah

tidak tahan lama akan segera busuk malah nantinya kita akan rugi.

Berjualan itu laba sedikit tidak apa-apa tapi langganan kita akan

membeli terus dagangan kita. Dalam berdagang tertib dengan

waktu juga penting mbak, kemudian sebagai pedagang harus sabar

mbak jadi berdagang itu pasti mengalami untung dan kadang rugi.

Kalau untung ya disyukuri dan laba yang kita dapat di sisihkan

sedikit untuk jaga-jaga kalau kita mengalami kerugian. Kemudian

kalau kita mengalami kerugian ya sabar mbak.

WAWANCARA DENGAN IBU SOLEHAH PEDAGANG ALAT-ALAT

DAPUR (GRABADAN) DI PASAR PROJO AMBARAWA PADA SELASA 11

JULI 2017.

Pewawancara : Assalamu’alaikum bu, maaf mengganggu waktu anda bu saya

bisa minta tolong untuk meluangkan waktu sebentar untuk

wawancara?

Solehah : oh ya bisa mbak silahkan.

Pewawancara : Nama anda siapa ya bu?

Solehah : Nama saya Solehah.

Pewawancara : Ibu berasal dari daerah mana?

Solehah : Saya berasal dari desa Tegaron Kecamatan Banyubiru.

Pewawancara : Bu sejak kapan anda jualan di pasar Projo?

Solehah : Sejak tahun 1993 mbak.

Pewawancara : Bu bagaimana ceritanya anda bisa jualan di pasar Projo

Ambarawa?

Solehah : Awalnya begini, di desa tegaron yaitu tempat saya tinggal hampir

semua warganya itu hidup sebagai pembuat keranjang dari bambu

atau tenggok, dalam masyarakat tegaron setiap warga saat itu pasti

dapat membuat keranjang dari bambu bahkan bisa membuat caping

(topi dari bambu yang biasa digunakan di sawah) tampah (sejenis

anyaman berbentuk lingkaran dan lebar dengan sisi yang pendek,

digunakan untuk menaruh makanan), dan dulu saya berpikir

daripada saya bekerja menjadi pembuat tenggok saya memilih

menjadi penjual tenggok. Saya mulai mengambil tenggok dari

tetangga-tetangga saya dan menjualnya ke pasar Projo, dimulai

dengan barang yang sedikit dan waktu itu saya menjual di pinggir

jalan atau saya berkeliling pasar dan menawarkannya kepada

pembeli.

Pewawancara : Jadi dulu ibu tidak langsung punya kios bu?

Solehah : Ya belum mbak, dimulai dengan jualan di pinggir jalan atau

berkeliling di pasar Projo saya mulai mendapat pelanggan, dan

kemudian sedikit demi sedikit saya mulai mengalami kemajuan,

lalu saya mampu menyewa kios di pasar Projo, dan usaha berjualan

saya mulai berjalan.

Pewawancara : Bu bagaimana dengan dinamika penjualan anda ?

Solehah : Kalau yang saya rasakan jualan peralatan dapur itu penjualannya

stabil mbak, kalau untuk ramai atau sepi ya wajar lah mbak

namanya saja berdagang, tapi kalau untuk naik turunnya saya rasa

masih bisa dikatakanstabil karena kalau jualan grabatan resiko

untuk rugi sedikit mbak beda kalau jualan buah atau sayur resiko

rugi nya besar, karena pedagang yang jualan sayur dan buah itu

rentan rugi karena barang dagangannya harganya tidak stabil naik

turunnya barang sangat mudah lalu resiko barang dagangan busuk

juga mbak sehingga barang dagangan harus habis dalam sehari

kalau tidak resiko barang dagangan busuk atau layu yang dapat

berdampak pada kerugian. Memang untuk keuntungan para penjual

sayur dan buah itu lumayan tinggi mbak karena buah dan sayur

adalah bahan konsumsi sehari-hari namun tingkat resiko kerugian

yang tinggi juga, beda dengan grabatan resiko untuk rugi sedikit

mbak, tapi lakunya ya stabil tidak terlalu mengalami pasang surut.

Pewawancara : Bu bagaimana kiat anda berjualan di Pasar Projo sehingga dapat

bertahan hingga sekarang?

Solehah : Orang berjualan pertama harus jujur mbak, karena pembeli bisa

kembali membeli dagangan kita di dasari rasa percaya, yang kedua

ulet mbak, orang jualan harus ulet mbak karena saya jualan juga

cuma modal tenaga menjualkan tenggok yang dibuat oleh tetangga

saya lalu saya mendapatkan untung dan dari keuntungan awal saya

membangun usaha saya hingga seperti sekarang ini. Lalu orang

jualan juga harus sabar mbak, karena kondisi di pasar kan juga

tidak tentu mbak kadang banyak pembeli kadang juga sepi bahkan

kadang dalam sehari tidak laku, perlu kesabaran lah mbak dalam

berjualan. Lalu saya jualan dengan harga murah mbak, saya bisa

jual barang dagangan murah karena saya membeli dagangan

dengan datang langsung ke tempat produksi lalu setelah saya bisa

dekat dengan produsen baru saya meminta produsen untuk

mengirim barang ke kios saya namun tetap dengan harga yang

rendah sehingga saya bisa jual barang dengan harga yang murah.

Kemudian sebagai pedagang kita juga harus menjaga kerukunan

dengan pedagang lain mbak, ya saling menghormati, bersikap

sopan lah mak pokoknya. Disini kita kan juga harus menjalin

silaturahmi yang baik dengan para pedagang yang lain serta

pembeli mbak, karena hidup di pasar layaknya hidup di desa.

Pewawancara : Bu menurut anda pengertian bekerja itu apa bu?

Solehah : Bekerja menurut saya ya berusaha menghasilkan uang, usaha

yang saya lakukan ialah dengan berdagang seperti ini, dengan

berdagang seperti ini saya bisa memenuhi kebutuhan hidup saya

beserta keluarga.

Pewawancara : Bu bagaimana dengan kondisi agama dari dulu hingga sekarang?

Solehah : Kondisi keagamaan sudah baik mbak, dari dulu kalau waktunya

sholat ya para pedagang akan melaksanakan sholatbedanya kalau

dulu para pedagang harus turun untuk ke masjid jika ingin

melakukan ibadah sholat tapi untuk sekarang kan di dalam pasar

sudah banyak tempat untuk sholat di dalam pasar dan sekarang di

bagian belakang pasar sudah ada mushola. Kalau para pedagang

akan melaksanakan sholat biasanya para pedagang gantian jadi

pedagang yang akan melaksanakan sholat sebelumnya minta

tolong kepada teman pedagang yang lainnya untuk menitip barang

dagangan sehingga kalau ada pembeli pedagang sebelah bisa

membantu menjualkan atau pembeli diminta menunggu sebentar.

Pewawancara : Bu menurut anda apakah penting ajaran agama dalam berdagang.

Solehah : Ya penting lah mbak nomor satu ibadah baru yang kedua bekerja.

Ibadah yang saya maksud bukan Cuma sholat ya mengaji Al-

qur’an, hadis, lalu datang ke pengajian. Kalau sholat memang

utama tapi alangkah baiknya sebagai manusia kita tahu mengenai

ajaran agama Islam, untuk tahu maka diperlukan untuk mengaji

mbak, setelah ibadah selesai dilaksanakan baru bekerja. Kalau kita

bekerja pun kita harus berdoa dulu kan mbak jadi penghasilan yang

kita dapat itu berkah, dan di dalam ajaran Islam bekerja kan juga

ibadah mbak.

Pewawancara : Kiranya cukup sekian wawancaranya bu, terima kasih atas

waktunya ibu.

Solehah : Sama-sama mbak.

WAWANCARA DENGAN PEDAGANG DAWET AYU (MINUMAN

BERBAHAN SANTAN, GULA MERAH DAN CENDOL) PADA KAMIS 15

JULI 2017 DI PASAR PROJO AMBARAWA.

Pewawancara : Assalamu’alaikum, maaf ini dengan bapak siapa?

Mahabri : Nama saya Mahabri.

Pewawancara : Sejak kapan anda berdagang di pasar Projo pak?

Mahabri : Saya berdagang di pasar Projo sejak tahun 2008 mbak.

Pewawancara : Bagaimana perbedaan pasar Pojo dari tahun 2008 hingga saat ini

pak?

Mahabri : Perbedaannya jauh mbak, enakan dulu mbak kalau untuk

berjualan, dulu kan harga barang masih murah jualan juga masih

rame pembeli, sekarang kan persaingan ketat, harga barang mahal,

kalau dibandingkan dengan yang dulu pendapatannya berkurang

mbak.

Pewawancara : Jadi setiap tahun itu saingan berjualan bertambah pak?

Mahabri : ya iya mbak seiring berjalannya waktu saingan dalam berdagang

semakin banyak. Setiap tahun jumlah pedagang meningkat,

makanya rejeki itu dibagi-bagi kan mbak, ibaratnya nilai 10, dari

nilai tersebut ya kalau kita kebaikan banyak lah kalau kita

kebagiannya sedikit, ya kaya gitu mbak.

Pewawancara : Bagaimana pengaruh kebakaran terhadap perdagangan di pasar

Projo pak?

Mahibri : Bagi usaha jualan saya berpengaruh karena adanya kebakaran

mbak. Saya bisa bilang begitu karena saya pernah merasa enakan

jualan dulu mbak sebelum terjadinya kebakaran. Setelah terjadinya

kebakaran perubahannya jauh, tidak perubahan ramai pembeli tapi

perubahan jadi sepi pembeli mbak. Kalau sekarang itu ramai

karena orang lewat mbak, ya masalahnya saya tidak tahu tapi kalau

jualan saya, pmbelinya berkurang sehingga berpengaruh terhadap

pendapatan saya jadi turun mbak.

Pewawancara : pak apakah hal sama terjadi pada pedagang lain?

Mahabri : ya para pedagang lain merasakan apa yang saya rasakan mbak,

para pedagang merasakan lebih enakan berjualan dulu ketimbang

sekarang sebelum pasar terbakar, walaupun pasar jelek tapi untuk

jualan itu enak mbak.

Pewawancara : bagaimana dengan kondisi keagamaan para pedagang?

Mahabri : Orang-orang di pasar ini netral mbak, artinya tidak terlalu fanatik

lah mbak, jadi kalau bulan puasa ibaratnya orang lain mau puasa ya

silahkan, mau tidak puasa ya silahkan. Orang-orang disini netral

mbak karena ketika bulan puasa saya berjualan dawet ayu saja

tidak pernah ada yang protes atau yang memberi peringatan. Disini

toleransinya tinggi mbak.

Pewawancara : pandangan anda tentang bekerja itu apa pak?

Mahabri :Ya saya bisanya hanya jualan seperti ini, yang penting

menghasilkan uang yang halal lah mbak gitu aja mbak. Kalau

berharap sukses tidak ada, karena paling pendapatan sehari habis

untuk makan sekeluarga dan memenuhi kebutuhan anak.

Masalahnya dari dulu yang saya rasakan tidak ada peningkatan,

istilahnya pendapatan dalam satu hari cuma cukup untuk

kebutuhan sehari. Intinya Cuma seperti itu saja mbak, saya Cuma

bisa bekerja sebagai pedagang selain sebagai pedagang saya

kesulitan.

Pewawancara : pak menurut anda apakah ada hubungan antara kerja dengan

agama?

Mahabri : ya tidak ada mbak kalau agama kan mengatur tentang ibadah

sedangkan bekerja kan urusannya gimana kita bisa dapat

penghasilan mbak. Ya untuk dapat penghasilan saya berdagang,

kalau agama kan mengatur untuk kita ibadah. Ibadah yang saya

tahu ya sholat itu.

Pewawancara : kiranya cukup sekian wawancaranya, terimakasih pak atas

waktunya.

Mahabri : ya mbak sama-sama.

WAWANCARA DENGAN TENGKULAK SAYUR (KONSUMEN TETAP)

PASAR PROJO AMBARAWA IBU SUTIMAH PADA MINGGU 4 JUNI 2017.

Pewawancara : mbah anda namanya siapa?

Sutimah : nama saya Sutimah asal dari desa Kebumen Kecamatan

Banyubiru.

Pewawancara : mbah sejak kapan anda mulai kulakan sayur di pasar Projo

Ambarawa?

Sutimah : saya mulai kulakan sayur di pasar projo pada tahun 1985 mbak.

Pewawancara : mbah kenapa memilih pasar projo sebagai tempat kulakan anda?

Sutimah : karena waktu itu pasar Projo mulai ada pasar pagi mbak dan

harga sayur-sayuran di pasar Projo itu murah, ya harga untuk orang

kulakan sehingga dengan harga yang lebih ringan saya dan juga

pengecer lainnya dapat menjual kembali sayur-sayuran di pasar

dekat kami tinggal, dan juga dengan waktu dini hari kami dapat

kulakan dagangan dulu sehingga siangnya kami bisa jualan di

pasar dekat rumah saya.

Peawancara : mbah kalau anda ke pasar pagi itu kira-kira berangkat jam

berapa?

Sutimah : saya berangkat jam tiga pagi mbak, naik mobil angkutan yang

belakangnya terbuka.

Pewawancara : mbah memang kalau jam tiga pagi pasarnya sudah ada yang

jualan dan bagaimana dengan transportasinya?

Sutimah : sudah ada mbak, untuk transportasinya saya naik mobil bak

terbuka bersama para tengkulak dari desa saya.

Pewawancara : jadi bersama dengan para tengkulak itu jenengan berangkat ke

pasar Projo mbah.

Sutimah : iya mbak, jadi para tengkulak tidak boleh terlambat walaupun

hanya lima belas menit saja karena kalau kita terlambat sedikit saja

pasti saya sudah ditinggal dan tidak dapat pergi ke pasar pagi, dan

biasanya para tengkulak dari desa kami yang akan beli barang

dagangan berupa sayur dan buah-buahan dari pasar Projo, jam tiga

pagi berkumpul di pos ojek desa Kebumen untuk menunggu mobil

bak terbuka, karena di pagi hari angkutan umum belum beroperasi

sehingga para tengkulak harus menggunakan jasa penyewaan

mobil bak terbuka, dan satu mobil disewa oleh tiga orang

tengkulak.

Pewawancara : mbah bagaimana perbedaan transaksi di pasar Projo di waktu

siang hari dan pagi hari?

Sutimah : kalau pasar pagi itu lebih rame daripada pasar di siang hari mbak,

di pasar pagi para pedagang dan para pembeli seperti dikejar

waktu, banyak pembeli membeli dagangan dengan jumlah yang

banyak karena barang yang dibeli akan dijual kembali di pasar-

pasar kecil di sekitar Ambarawa, atau barang yang dibeli akan

dijual dengan cara berkeliling. Transaksi jual-beli di pasar pagi

cenderung lebih ramai, dengan pembatasan waktu hingga pukul

06.00 WIB menuntut para pedagang untuk siap membuka lapaknya

dari dini hari biasanya para pedagang pasar pagi pukul 02.00 WIB

sudah membuka lapaknya, para pembeli mulai datang dari pukul

03.00 WIB. Aturan pasar pagi harus selesai pukul 06.00 WIB dan

diganti dengan pasar siang membuat para pedagang pasar pagi

lebih menghargai waktu mbak, para pedagang pasar pagi harus

tepat waktu untuk memenuhi pesanan dari para tengkulak. Selain di

pasar pagi lebih banyak pembeli dan cenderung lebih ramai, barang

dagangan di pasar pagi juga lebih murah karena harga yang

ditawarkan merupakan harga grosir. Sedangkan di siang hari

barang dagangan yang dijual menggunakan harga eceran.

Pewawancara : mbah kalau di pasar pagi itu barang dagangan yang dijual itu apa

saja?

Sutimah : dagangan yang dijual di pasar pagi itu sayur-sayuran dan buah-

buahan kalau dulu sekitar tahun 1985 hingga tahun 1990-an,

namun mulai habis kebakaran tahun 1992 dagangan yang dijual di

pasar pagi mulai berkembambang kalau dulu cuma sayuran dan

buah kemudian di pasar pagi ada yang jual tahu, tempe dan bahan-

bahan makanan lainnya di tahun 2000 an di pasar pagi barang-

barang yang dijual mulai beragam terdapat daging, ikan asin, ikan

basah bahkan ada pedagang pakaian yang membuka lapak di pasar

pagi.

Pewawancara : memang sayuran-sayuran yang mbah beli dari pasar Projo

nantinya mbah Sutimah jual dimana?

Sutimah : saya jual di pasar Kebumen di desa Kebumen Kecamatan

Banyubiru.

Pewawancara : mbah kira-kira Pasar Projo yang dahulu di tahun 1985 itu

kondisinya seperti mbah bu?

Sutimah : kondisinya ya masih sederhana mbak, bangunannya memang

berlantai dua tapi masih sederhana, kemudian luasnya juga masih

sama dengan yang sekarang, namun pasar yang dulu tempat

parkirnya kecil, terus pedagang kalau jualan itu masih banyak yang

berada di pinggir jalan mbak, ya masih sederhana lah mbak

dagangan yang dibawa para pedagang juga sedikit mbak, mereka

beranggapan bahwa jualan sehari itu yang penting dapat memenuhi

kebutuhan sehari terutama untuk makan satu keluarga, syukur-

syukur masih bisa menyekolahkan anak mbak.

Pewawancara : bagaimana kalau untuk kondisi pedagangnya mbah?

Sutimah : kalau dulu jualannya masih pada kecil-kecilan mbak ya lapak-

lapak kecil tapi barang dagangan yang dijual memang sudah

komplit dar dulu, sehingga masyarakat kalau mau butuh apa-apa

pilihannya ya di pasar Projo, kalau toko-toko atau kios di pasar

Projo memang ada tapi masih sedikit.

Pewawancara : mbah dulu ketika era Soeharto itu kondisi perdagangan di Pasar

itu bagaimana ya mbah?

Sutimah : kalau di masa Soeharto itu masih bagus mbak, pasar-pasar di

sekitar Kecamatan Ambarawa bahkan di pasar Projo masih ramai

dengan pembeli mbak, para pedagang dari pasar-pasar kecil sekitar

Ambarawa mendapatkan barang dagangan dari pasar Projo jadi

kalau pasar-pasar kecil rame maka pasar Projo otomatis juga

banyak pembelinya mbak.

Pewawancara : bagaimana keadaan pasar setelah Soeharto turun tahun 1998

mbah?

Sutimah : wah setelah Soeharto lengser mbak kondisi ekonomi pasar

menurun mbak, kan harga-harga mulai naik dan sedangkat

pendapatan masyarakat kan tetap mbak, jadi daya beli konsumen

menurun tajam mbak, ditambah waktu harga minyak tanah naik hal

itu berpengaruh ke harga-harga barang di pasaran mbak.

Pewawancara : mbah waktu kebakaran pasar Projo 1992, bagaimana keadaan

pasar Projo?

Sutimah : ya pedagang kocar-kacir mbak, yang dirasakan adalah setelah

kebakarannya mbak, pedagang jadi tersebar jadi sebagai pengkulak

saya bingung cari tempat jualan juragan saya, pasar kebakaran jadi

para pedagang berebut mencari tempat jualan sementara mbak.

Setelah kebakaran banyak pedagang yang masih bertahan berjualan

walaupun dengan dagangan seadanya ada juga yang berhenti jualan

karena kerugian yang sangat banyak. Setelah kebakaran sama saja

para pedagang mencari langganan lagi mbak karena tempatnya

sudah tidak sama dan jualan di pasar tradisional seperti ini kan

modalnya kepercayaan, jadi setelah kebakaran para penjual harus

mencari langganan kembali dan membangun kepercayaan dengan

langganan baru mbak.

Pewawancara : mbah dengan keberadaan minimarket di sekitar pasar Projo

apakah berpengaruh terhadap daya beli di pasar Projo Ambarawa?

Sutimah : kalau dulu mbak tidak begitu berpengaruh karena harga-harga

barang yang berada di toko-toko itu lebih tinggi ketimbang harga-

harga di pasar Projo tapi stelah era nya SBY masyarakat mulai

berpindah membeli di minimarket, mungkin karena harganya

hanya terpaut sedikit dengan pasar Projo mbak.

Pewawancara : mbah di tahun 1985 kira-kira pedagang itu tingkat pendidikannya

bagaimana?

Sutimah : zaman dulu orang bisa sekolah itu ternasuk orang-orang yang

punya uang banyak mbak, jadi anak-anak zaman dulu yang hidup

di masa saya bisa sekolah itu sebuah kemulyaan mbak. Cuma

orang-orang tertentu yang bisa sekolah, ya kalangan tingkat atas

mbak. Kalau kalangan menengah ke bawah seperti saya paling

tinggi ya bisa sekolah samapai lulus SD, seseorang lulusan SD di

zaman dulu saja sudah bisa menjadi pegawai di balai desa. Kalau

kalangan pedagang tahun 1985 ya paling tidak sekolah, lalu ada

yang sekolah SD tapi tidak lulus ada juga yang lulusan SD. Kalau

menjadi pedagang itu yang penting bisa berhitung mbak, orang

zaman dulu itu walaupun tidak bisa membaca tapi bisa berhitung.

Pewawancara : bu kira-kira anda zaman dahulu apakah merasakan pendidikan

alternatif seperti pendidikan agama?

Sutimah : kalau pendidikan agama ya mbak, anak-anak zaman dahulu

memang hanya sebagian yang bisa sekolah tapi kalau untuk

pendidikan agama, orang-orang desa zaman dahulu itu wajib

mengaji di usztad atau kyai yang ada di desa mbak, dan saya rasa

pedagang pasar Projo juga sama-sama dari desa sehingga

kebanyakan dari mereka juga mendapat pendidikan agama berupa

mengaji ke tempat Usztad. Kalau orang zaman dulu yang tinggal di

desa itu mbak walaupun tidak sekolah namun wajib untuk mengaji.

Pewawancara : mbah kiranya cukup sekian wawancaranya, terima kasih mbah.

Sutimah : oh ya mbak sama-sama.

WAWANCARA DENGAN LURAH PASAR PROJO AMBARAWA (BAPAK

SARIYANTO) PADA 15 JUNI 2017

Pewawancara : pada tanggal15 Juni 2017 saya Ika Putri Mahanani melakukan

wawancara dengan lurah pasar projo Ambarawa yakni Bapak

Sariyanto.

Pak mulai kapan anda bertugas sebagai lurah pasar di Pasar Projo

Ambarawa?

Sariyanto : Saya bertugas disini mulai 1 Juni tahun 2011.

Peawancara : pak bagaimana perbedaan kondisi pasar Projo Ambarawa dari

tahun 2011 hingga sekarang?

Sariyanto : yang jelas di tahun 2011 itu bangunan pasar projo yang saya

tempati merupakan bangunan yang dibangun tahun 1991-1992,

kemudian tahun 2012 kan pasar terbakar pada 20 Juli 2012.

Kemudian di area bangunan pasar tidak ada kegiatan hingga

bangunan selesai dibangun kembali atau direvitalisasi tahun 2015.

Kemudian pasar ini selesai dibangun pada 1 Januari 2015,

kemudian kami memasukkan pedagangke bangunan pasar yang

baru pada 20 Mei 2015. Perkembangannya jelas ada perbedaan,

pasar dulu terbakar dan sekarang pasarnya dibangun kembali

seperti ini.

Pewawancara : pak bagaimana proses relokasi pedagang setelah pasar terbakar

pada 20 Juli 2015?

Sariyanto : pedagang di relokasi ke lokasi sekitar pasar yakni di belakang

pasar ini dan di bahu jalan, kegiatan perdagangan menggunakan

badan jalan, dengan izin dari dinas perhubungan. Penggunaan

badan jalan sebagai tempat perdagangan merupakan relokasi

sementara, untuk menanggulangi tuntutan para pedagang yang

meminta lokasi berdagang yang baru. Karena kegiatan berdagang

di pasar projo harus tetap berjalan. Pemakaian badan jalan sebagai

tempat berjualan oleh pedagang pasar projo berlangsung selama

enam bulan. Untuk relokasi tahap pertama berlangsung kurang

lebih sekitar delapan bulan sehingga saat itu pedagang kami

menempati sekitar lokasi pasar yang terbakar, karena sekeliling

pasar yang terbakar tidak mencukupi kemudian kita ijin ke

kementerian Perhubungan memakai separuh badan jalan nasional,

dan diijinkan.

Pewawancara : pak apa ada pengaruhnya kegiatan perdagangan yang berada di

badan jalan terhadap pendapatan para pedagang saat itu?

Sariyanto : ya jelas berbeda mbak, artinya ketika pasar terbakar, mereka

berjualannya di tempat relokasi, dengan keterbatasan ruangpara

pedagang tidak bisa berjualan dengan barang dagangan yang

banyak, karena waktu itu para pedagang menempati lapak-lapak

yang kecil-kecil, ukurannya paling satu kali satu atau satu setengah

kali satu. Sehingga tidak bisa menampung dagangan yang banyak.

Hal ini jelas mengurangi pendapatan mereka.

Pewawancara : pak para pedagang pasar projo kira-kira berasal dari daerah

mana?

Sariyanto : kebanyakan di sekitar Ambarawa, wilayah kabupaten Semarang

saja. Kebanyakan dari Kupang Kidul Ambarawa, Kupang Lor

Ambarawa, dan Pasekan, Mlilir, Jambu, Banyubiru. Ya sekitar

kecamatan Ambarawa lah mbak. Sumowono ada, Bawen, ya masih

banyak lagi mbak, ya daerah-daerah sekitar kecamatan Ambarawa.

Pewawancara : pak bagaimana dengan kondisi keagamaan pedagang pasar Projo?

Sariyanto : kalau untuk praktek keagamaannya saya kurang tahu pasti ya

mbak, nanti bisa ditanyakan langsung pada para pedagang, tapi

yang jelas sebagian besar para pedagang menganut agama Islam,

ya 90% bahlkan lebih para pedagang menganut agama Islam.

Pewawancara : pak di pasar projo apakah ada budaya-budaya tertentu?

Sariyanto : tidak ada budaya khusus mbak disini, paling itu pasar Kembang

yakni pada saat lebaran Idul Fitri kurang dua hari maka pedagang-

pedagang dari luar pasar Projo biasanya paling banyak pedagang

dari daerah Bandungan Sumowono yang dia punya hasil panen

sendiri di kampungnya, dia menanam kembang kemudian dijual di

pasar ini. Itu pun tidak seramai dahulu mbak.

Pewawancara : pak setelah pasar selesai dibangun pada 2015 apakah ada tradisi

tertentu untuk memulai kegiatan perdagangan di bangunan yang

baru?

Sariyanto : sebelum pedagang masuk ke bangunan baru dan sebelum

pedagang memulai kegiatan perdagangan, para pedagang

melakukan tasyakuran mengadakan pengajian disini, dengan

mengundang seorang Kiyai waktu itu. Ya intinya tasyakuran pasar

ini selesai dibangun dan semoga ketika para pedagang kembali

berjualan disini dengan tempat yang baru mendapatkan berkah.

Pewawancara : pak di pasar ini apakah ada paguyuban pedagang?

Sariyanto : ada mbak, namanya secara resmi yang dilaporkan ke Kabupaten

namanya PERSADA Pasar Projo Ambarawa, tetapi kalau disini

temen-temen memberi nama P4A (Persatuan Pedagang Pasar Projo

Ambarawa). Kemudian dari paguyuban itu terdiri dari paguyuban-

paguyuban kecil sendiri seperti kalu pedagang yang jualan pakaian

mengelompok dengan paguyuban pedagang pakaian, paguyuban

sembako, paguyuban sayur dan lain sebagainya. Kadang mereka

mengadakan arisan sendiri dan tiap-tiap paguyuban mempunyai

organisasi sendiri. Dari masing-masing paguyuban seting

melakukan pertemuan untuk mengadakan arisan.

Pewawancara : pak bagaimana dengan kondisi perdagangan pasar pagi pasar

Projo Ambarawa?

Sariyanto : Untuk pasar pagi itu berlangsung di luar area pasar mbak ya di

sekitar pasar seperti di halaman pasar Projo. Jadi pedagang pasar

pagi itu dibatasi hingga jam enam mbak. Mereka datang ke pasar

Projo Ambarawa dari jam empat pagi untuk berjualan kemudian

jam enam mereka harus meninggalkan area pasar untuk gantian

dengan pedagang pasar Projo yang berjualan di siang hari hingga

sore hari.

Pewawancara : jadi pasar pagi itu berlangsung di luar area pasar pak?

Sariyanto : iya mbak, pedagang pasar pagi dilarang masuk area pasar karena

rawan, karena biasanya yang dijual di pasar pagi kan sayur-

sayuran, sedangkan yang dijual di pasar Projo kan macem-macem,

dan tidak bisa dijual di pasar pagi.

Pewawancara : pak bagaimana konsumen dan pedagang menanggapi isu-isu

tentang kualitas pangan seperti ada isu daging glonggongan atau

isu tentang beras dengan pemutih dan lain sebagainya.

Sariyanto : tidak mbak karena disini dekat RPH (Rumah Pemotongan

Hewan) jadi hewan yang disembelih jelas seperti daging sapi dan

kambing jadi kualitas daging disini terjamin mbak dari kualitas

kesehatan dan halal bahkan kebersihannya disini terjamin.

Sedangkan untuk beras dan bahan lainnya disini juga tidak

terpengaruh tersebarnya isu karena beras yang dijual disini itu

beras panenan dari daerah-daerah sekitar Ambarawa yang dari

selep langsung dibawa kesini dan untuk sayuran kualitasnya

dijamin baik karena pasar projo ini dekat dengan daerah penghasil

sayuran dengan kualitas baik.

Pewawancara : kiranya cukup sekian terima kasih pak.

Sariyanto ; ya mbak sama-sama.

WAWANCARA DENGAN IBU TUTIK SEORANG TENGKULAK BUAH

SEKALIGUS PEDAGANG PAKAIAN DI PASAR PROJO AMBARAWA

PADA SABTU 10 JUNI 2017.

Pewawancara : Assalamu’alaikum bu, ini dengan ibu siapa?

Bu Tutik : Nama saya Tutik dari Kebumen Banyubiru.

Pewawancara : Bagaimana sejarahnya anda menjadi tengkulak buah di pasar

Projo Ambarawa?

Bu Tutuik : Pada tahun 1995 saya mencoba memulai mendirikan usaha, saya

berpikir bahwa di daerah tempat tinggal saya belum ada yang

berjualan buah sehingga saya berpikir untuk berjualan buah di desa

saya, saya pikir barang dagangan buah dapat di peroleh dari pasar

Ambarawa dan saingan dagang untuk buah juga masih sedikit.

Kemudian saya mulai untuk membeli dagangan berupa buah di

pasar pagi Ambarawa. Untuk membeli barang dengan harga yang

ringan kita harus membeli di pasar pagi karena para juragan buah

dan sayur menjual barang dengan harga grosir pada aktivitas pasar

pagi. Saya menjadi tengkulak buah di pasar Projo Ambarawa

hingga tahun 2015.

Pewawancara : Bu buah-buahan yang dijual di pasar Pagi itu kira-kira darimana

ya?

Bu Tutik ; Buah-buahannya ya dari berbagai daerah mbak misalnya saja

Jambu ada yang datang dari Demak, Semangka dari Demak, Salak

dari Yogyakarta, Jeruk dari Sumatera, buah-buahannya dari

berbagai daerah mbak tapi terkumpul di pasar Johar Semarang

sehingga para Juragan buah dari Ambarawa harus datang ke pasar

Johar dan membeli dari sana. Para juragan buah harus berangkat ke

pasar Projo Ambarawa malam hari ya sekitar jam 07.30 malam

menuju pasar Johar Semarang setelah mendapat barang dagangan

para juragan memasarkan barang dagangannya ke pasar Projo

Ambarawa, para juragan harus siap di Pasar Projo jam 02.00 mbak

karena para tengkulak akan datang sekitar jam 03.00 untuk

membeli buah yang akan dijual kembali. Pembelian buah oleh para

tengkulak dalam jumlah yang besar sehingga harga dari para

juragan bisa lebih ringan, harga yang dipatok dalam aktivitas pasar

pagi merupakan harga grosir.

Pewawancara : Selain menjadi tengkulak apakah ada kegiatan lain anda di pasar

Projo Ambarawa?

Bu Tutik : Selain menjadi tengkulak buah saya juga membantu suami saya

berjualan pakaian di pasar pagi mbak. Saya membantu menjual

pakaian suami saya setelah saya selesai kulakan buah. Saya mulai

ikut membantu suami saya berdagang di pasar Pagi Ambarawa

sekitar tahun 2005.

Pewawancara : bagaimaman kondisi pasar Projo dari tahun 2005 hingga

sekarang?

Bu Tutik : Kondisi pasar Projo dulu perdagangannya lumayan stabil,

pendapatannya bisa dikatakan bagus mbak, saya dan suami

memilih berjualan di pasar pagi karena aktivitas pasar pagi yang

lebih ramai, di pasar pagi terdapat banyak penjual dan pembeli,

daya beli dari para pembeli juga lebih tinggi dibanding pasar siang.

Saingan yang menjual pakaian di pasar pagi juga sedikit karena

rata-rata pedagang menjual buah-buahan san sayuran. Dulu di

tahun 2005 jenis barang dagangan para pedagang di dominasi oleh

buah-buahan dan sayuran pedagang yang menjual selain buah dan

sayuran dapat dihitung namun di tahun 2008 jenis barang dagangan

yang di jual di pasar pagi mulai beragam, mulai terdapat yang

menjual daging ayam, ikan basah, ikan pindang dan masih banyak

lagi.

Pewawancara : Bu bagaimana dengan peran pasar pagi di pasar Projo terhadap

perekonomian Ambarawa

Bu Tutik : Aktivitas pasar pagi di pasar projo memiliki dampak yang

signifikan terhadap pasar-pasar di sekitar Ambarawa. Melalui

aktivitas pasar pagi memungkinkan para pedagang pasar

tradisional di luar pasar Projo menjadi tengkulak, keuntungannya

ialah para tengkulak buah ataupun sayur untuk menjual barang

dagangannya di pasar pagi Ambarawa. Selain itu aktivitas pasar

pagi mendorong munculnya pedagang keliling di sekitar wilayah

Ambarawa. Para pedagang keliling membeli barang dagangan di

pasar projo dan menjualnya dengan cara berkeliling. Selain itu

keberadaan pasar pagi memudahkan bagi para pedagang di luar

Pasar Projo untuk mendapatkan barang dagangan dengan harga

yang lebih murah. Dengan adanya pasar pagi berperan

meningkatkan jumlah pedagang yang berada di dalam pasar Projo

dan di luar pasar Projo Ambarawa.

Pewawancara : Sejak kapan ada pedagang keliling di wilayah Ambarawa dan

sekitarnya.

Bu Tutik : Pedagang keliling ada sebenarnya pada tahun 1995, namun

pedagang keliling disini masih menggunakan tenggok (keranjang

dari bambu) untuk menampung dagangannya, keranjang tersebut

digendong dan pedagang keliling menjual dagangannya dengan

berjalan berkeliling kampung. Pedagang keliling dengan cara

berkeliling dengan keranjang tidak begitu mempengaruhi

perdagangan di pasar tradisional karena pedagang keliling ini

membawa barang dagangan dengan jumlah terbatas. Kemudian di

awal tahun 2000 mulai muncul pedagang keliling dengan

menggunakan motor. Keberadaan pedagang keliling dengan motor

ini dapat dirasakan pengaruhnya di tahun 2005 karena mulai

banyak pedagang keliling dengan menggunakan sepeda motor.

Penggunaan motor mendukung pedagang untuk membawa barang

dagangan yang banyak dan dapat mengantarkan para dagangan ke

para pembeli dengan waktu yang efisien. Keberadaan para

pedagang keliling mengakibatkan berkurangnya para pembeli yang

berkunjung ke pasar Projo terutama pasar yang beroperasi di siang

hari.

Pewawancara : Bu bagaiamana anda bisa mendapatkan barang dagangan berupa

pakaian.

Bu Tutik : Biasanya suami saya membeli barang dagangan dari Solo,

kemudian untuk kolor suami saya mengambil dagangan dari

konveksi di Tingkir, kadang beberapa barang seperti baju suami

saya mengambil dari Kudus kadang juga dari Karangjati serta

Pekalongan. Pokonya suami saya berusaha mendapatkan barang itu

harus mengenal betul produsennya dan juga suami saya memilih

barang dagangan dengan kualitas bagus dan harga barang yang

terjangkau sehingga kami dapat menjual barang dengan harga yang

murah. Karena dengan barang yang murah para pembeli akan

memilih membeli di tempat suami saya ketimbang membeli di

tempat penjual pakaian yang lain. Selain mengambil barang

dagangan ke tempat produsen kadang suami saya mendapatkan

barang dagangan dari sales yang sudah dikenal lama.

Pewawancara : Bu bagaimana kian anda dan suami anda dalam berdagang.

Bu tutik : Berdagang itu yang pertama jujur karena dasar berdagang itu

jujur, yang kedua sabar jadi setiap kali berdagang kita harus sadar

terdapat resiko rugi jadi kalau hasil perdagangan rugi maka kita

harus sabar dan berusaha untuk memperkecil resiko rugi, jadi kalau

buah kan resiko ruginya lebih besar kalau buah mulai layu dan

tidak segar karena lama belum laku biasanya saya akan menjualnya

dengan harga yang lebih murah umpamanya dari juragan dihargai

5000 rupiah per kg maka saya akan menjualnya dengan harga 5000

rupiah per kg atau saya turunkan menjadi 4000 rupiah per kg, yang

penting rugi saya tidak terlalu banyak sehingga saya masih bisa

berjualan kembali. Kemudian kalau hasil penjualan kita mengalami

laba yang disyukuri dan laba dari penjualan disisihkan sedikit

sebagai uang simpanan. Uang simpanan tersebut sebagai jaga-jaga

kalau kita mengalami kerugian. Jadi pedagang itu untung rugi tetap

dijalani. Selanjutnya yang ketiga ialah ulet, artinya kita harus

pintar-pintar memanfaatkan kesempatan yang ada. Kemudian

keempat kita harus menjaga kualitas barang dagangan, yang kelima

ialah ramah, sebagai pedagang saya harus memperlakukan

pedagang dengan sopan dan dengan bahasa yang halus mbak.

Pewawancara : Definisi Kerja menurut anda itu apa bu?

Bu Tutik : Kerja bagi saya adalah berdagang mbak, dengan berdagang saya

mendapatkan penghasilan sehingga saya dapat memenuhi

kebutuhan keluarga.

Pewawancara : Bu mendurut anda apakah ada hubungannya antara berdagang

dengan urusan agama?

Bu Tutik : Ya ada lah mbak, kerja menurut agama Islam kan termasuk

ibadah, jadi saya bekerja juga merupakan ibadah kepada Allah.

Karena berdagang merupakan kegiatan Ibadah saya berdagang di

dasarkan pada Al-qur’an dan Hadits. Di dalam Al-qur’an kan

sudah jelas diatur mengenai aturan dalam berdagang, jadi sebagai

umat muslim kita tinggal mengikutinya saja mbak. Seluruh

kegiatan yang didasarkan atas ajaran agama itu lebih nikmat mbak,

karena jika kita mendasarkan segala sesuatu atas ajaran agama

Islam maka segala hal yang kita lakukan akan diberkahi oleh Allah

Kondisi Pasar Projo Pasca Revitalisasi tahun 2015

WAWANCARA DENGAN BAPAK MARLAN SEORANG PEDAGANG

PERALATAN DAPUR

TEMPAT SHOLAT DI DALAM GEDUNG PASAR PROJO

WAWANCARA DENGAN IBU SARMI SEORANG JURAGAN BUAH

KUNJUNGAN KE DISPERINDAG

WAWANCARA DENGAN LURAH PASAR PROJO AMBARAWA BAPAK

SARIYANTO

WAWANCARA DENGAN BAPAK GIYANTO SEORANG PEDAGANG

ASESORIS DI PASAR PROJO

WAWANCARA DENGAN BAPAK MAHIBRI SEORANG PEDAGANG

DAWED AYU D

I PASAR PROJO

WAWANCARA DENGAN IBU ROMISAH PEDAGANG PINDANG DI

PASAR PROJO AMBARAWA

WAWANCARA DENGAN IBU TUTIK SEORANG TENGKULAK BUAH

SEKALIGUS PEDAGANG PAKAIAN DI PASAR PROJO

WAWANCARA DENGAN IBU SUTIMAH SEORANG TENGKULAK

SAYUR DI PASAR PROJO DARI TAHUN 1985.