Download - Administrasi Pendaftaran Tanah
Administrasi Pendaftaran Tanah
Pendahuluan
Administrasi Pertanahan adalah pemberian hak, perpanjangan hak, pembaruan hak,
peralihan hak, peningkatan hak, penggabungan hak, pemisahan hak, pemecahan hak,
pembebanan hak, izin lokasi, izin perubahan penggunaan tanah, serta izin penunjukan dan
penggunaan tanah.
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara
terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk
peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk
pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan
hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. (PP No. 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah).
Pendaftaran tanah juga dapat didefinisikan sebagai program pertanahan secara
nasional yang diselenggarakan pemerintah pusat yang meliputi 2 (dua) kelompok kegiatan
utama yaitu adminsitrasi pertanahan dan kadastral. Kegiatan administrasi pertanahan
meliputi antara lain pembukuan tanah dan penerbitan sertifikat hak-hak atas tanah,
sedangkan kegiatan kadastral meliputi segala kegiatan yang melibatkan pengukuran dan
pemetaan bidang-bidang tanah untuk mendukung kebutuhan administrasi pendaftaran
tanah. Pelaksana penyelenggaraan pendaftaran tanah adalah Badan Pertanahan Nasional (di
tingkat pusat), Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (di tingkat propinsi) dan Kantor
Pertanahan (di tingkat kabupaten/kota).
Hak atas tanah adalah hak-hak yang menurut peraturan perundangan keagrariaan
atau hukum-hukum tanah dapat dipunyai oleh perseorangan atau badan hukum, yaitu: hak
milik, hak guna bangunan (HGB), hak guna usaha (HGU), hak pakai, hak sewa, hak membuka
tanah, hak pengelolaan, dan hak memungut hasil hutan. Setiap hak atas tanah tersebut,
yang mencerminkan status penguasaan/pemilikan atas tanah, diwujudkan dalam bentuk
Sertifikat. Penerbitan sertifikat dilakukan pemerintah (Badan Pertanahan Nasional) melalui
1
proses Pendaftaran Tanah. Dalam hal ini, Sertifikat adalah bukti yang paling kuat secara
hukum mengenai status pemilikan/penguasaan atas tanah. Dalam proses pendaftaran tanah
atau proses penerbitan sertifikat, pemerintah/BPN mengakui/menerima bentuk-bentuk lain
bukti pemilikan/penguasaan tanah seperti: Akta Jual Beli, Akta Hibah, Akta Waris.
Pendaftaran Dan Peralihan Hak Milik Atas Tanah
Tujuan diadakannya pendaftaran peralihan hak atas tanah seperti yang telah
diuraikan di atas yaitu suatu kebutuhan masyarakat terhadap kepastian hukum mengenai
tanah yang dimilikinya, sehingga perbuatan hukum tersebut dapat dilakukan secara
sederhana, cepat, murah dan aman.Pemberian jaminan kepastian hukum di bidang
pertanahan melalui peralihan hak yang diperlukan perangkat hukum yang tertulis lengkap
dan jelas yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan
yang ada.
Sehubungan dengan hal tersebut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Pokok-pokok Agraria dalam pasal 19 menyebutkan bahwa untuk menjamin kepastian
hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia
menurut ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pendaftaran tanah kemudian
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang
pendaftaran tanah yang mencakup pasal 19 yang menyatakan setiap perjanjian yang
bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan sesuatu hak baru atas tanah,
menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungan,
harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat oleh dan dihadapan pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Agraria (sekarang Dirjen Agraria).
Adapun tujuan dan pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 pasal 3 yaitu:
Memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang
hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang
terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang
hak yang bersangkutan. Untuk memberikan kepastian dan perlindungan
2
hukum, maka kepada pemegang hak atas tanah diberikan sertipikat hak atas
tanah.
Menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan agar
dengan mudah memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan
perbuatan mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun yang
sudah terdaftar. Untuk melaksanakan fungsi informasi, maka data fisik dan
data yuridis terbuka untuk umum.
Terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Untuk mencapai tertib
administrasi, setiap bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk
peralihan, pembebasan dan hapusnya hak bidang tanah dan hak milik atas
satuan rumah susun wajib didaftarkan.
Pembahasan
Pada pelaksanaan administrasi pertanahan ada aspek yang penting untuk menjamin
kepastian hukum bagi pemilik tanah, yaitu pendaftaran tanah.Pendaftaran tanah ini lebih
jelasnya diatur dalam Peraturan Pemerintah No.24 tahun 1997 tentang pedoman
pendaftaran tanah.
Ada dua jenis pendaftaran, yaitu :
1. Pendaftaran Akta
Berdasarkan sistem pendaftaran akta, tempat penyimpanan publik
ditetapkan untuk mendaftar dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan transaksi-transaksi hak milik (akta-akta, gadai, rencana-
rencana peninjauan, dsb). Terdapat tiga unsur dasar dalam
pendaftaran akta :pencatatan waktu pemasukan dokumen hak milik;
penyusunan daftar instrumen; dan pengarsipan dokumen atau
salinannya. Meskipun terdapat banyak jenis sistem pendaftaran akta,
system-sistem pendaftaran tersebut didasarkan pada tiga prinsip
(Nichols 1993) :
3
Jaminan-pendaftaran dokumen pada kantor publik
menentukan beberapa ukuran jaminan terhadap kehilangan,
kerusakan atau penggelapan.
Bukti-dokumen-dokumen yang didaftarkan dapat digunakan
sebagai bukti dalam mendukung tuntutan terhadap
kepentingan-kepentingan hak milik (meskipun dokumen-
dokumen tersebut tidak dapat memberi jaminan hak).
Pemberitahuan dan Prioritas-pendaftaran dokumen memberi
pemberitahuan publik bahwa transaksi hak milik telah terjadi,
dengan pengecualian-pengecualian, waktu pendaftaran
menetapkan tuntutan prioritas.
2. Pendaftaran Hak
Pendaftaran hak dimaksudkan untuk mengatasi cacat-cacat
pendaftaran akta dan untuk menyederhanakan proses-proses
pelaksanaan transaksi-transaksi hak milik. Menurut sistem seperti itu
pendaftaran menggambarkan pemilikan hak milik saat ini dan beban-
beban dan gadai-gadai yang belum diselesaikan. Pendaftaran biasanya
adalah wajib dan negara memainkan peranan yang aktif dalam
memeriksa dan menjamin transaksi-transaksi.Terdapat berbagai jenis
system pendaftaran hak, yang paling dikenal yang diperkenalkan oleh
Sir Robert Torrens di Australia pada abad kesembilan belas. Sistem
pendaftaran Torrens didasarkan pada tiga prinsip :
The mirror principle-pendaftaran menggambarkan hak saat ini
secara akurat dan lengkap
The curtain principle-pendaftaran adalah satu-satunya sumber
informasi hak. Sebenarnya
4
The insurance principle-negara berkewajiban untuk ketelitian
pendaftaran dan untuk memberikan index-index patok dan
membatasi batas-batas hak milik secara tepat
Pendaftaran Tanah ( Kadaster )
Tugas-tugas Pendaftaran Tanah: (Dilaksanakan oleh Seksi Pengukuran dan
Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota).
Pengukuran, Pemetaan dan Penerbitan Surat Ukur (SU)
Pendaftaran dimaksud meliputi pengukuran, perpetaan dan pembukuan
tanah,pendaftaranhak-hak atas tanah dan peralihannya, pemberian surat
tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat (pasal 19
UUPA: UU No.5 Tahun 1960);
Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah (pasal 11 PP. No.24
Tahun 1997);
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi: pengumpulan dan
pengolahan data fisik; pembuktian hak dan pembukuannya, penerbitan
sertipikat, penyajian data fisik dan data yuridis, penyimpanan daftar umum
dan dokumen;
Pengukuran dan pemetaan dimaksud dilaksanakan bidang demi bidang
dengan satuan wilayah desa/kelurahan. Sebelum dilaksanakan pengukuran,
batas-batas tanah harus dipasang tanda batas dan ditetapkan batas-batasnya
melalui asas kontradiksi delimitasi (dihadiri dan disetujui oleh pemilik tanah
yang letaknya berbatasan langsung) dengan bidang tanah dimaksud.
Penerbitan Surat Ukur. Bidang-bidang tanah yang sudah diukur serta
dipetakan dalam Peta Pendaftaran, dibuatkan Surat Ukur untuk keperluan
pendaftaran haknya, baik melalui konversi atau penegasan konversi bekas
hak milik Adat maupun melalui permohonan hak atas tanah Negara.
5
Penerbitan sertipikat hak atas tanah yang berasal dari:Konversi dan Penegasan
Konversi atas tanah bekas hak-hak lama dan hak milik Adat, Surat Keputusan
pemberian hak atas tanah, Pengganti karena hilang atau rusak.
Pembuktian bekas Hak Lama dan Hak Milik Adat dilakukan melalui alat-alat
bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan
saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya
dianggap cukup oleh pejabat yang berwenang.
Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian
tersebut di atas, pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan
penguasaan fisik selama 20 (duapuluh) tahun atau lebih secara berturut-turut
dengan syarat:penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara
terbuka serta diperkuat oleh kesaksian yang dapat dipercaya, penguasaan
tersebut tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau
desa/kelurahan yang bersangkutan atau pihak lain.
Pendaftaran Surat Keputusan Pemberian Hak atas Tanah, Permohonan hak
atas tanah dilakukan terhadap:
1. Tanah Negara bebas: belum pernah melekat sesuatu hak
2. Tanah Negara asalnya masih melekat sesuatu hak dan jangka
waktunya belum berakhir, tetapi dimintakan perpanjangannya
3. Tanah Negara asalnya pernah melekat sesuatu hak dan jangka
waktunya telah berakhir untuk dimintakan pembaharuannya, di sini
termasuk tanah-tanah bekas hak Barat maupun tanah-tanah yang
telah terdaftar menurut UUPA.
Sebelum mengajukan permohonan hak, pemohon harus menguasai tanah
yang dimohon dibuktikan dengan data yuridis dan data fisik yang dimiliki.
Data yuridis adalah bukti-bukti atau dokumen penguasaan tanah, sedangkan
data teknis adalah Surat Ukur dan SKPT atas tanah dimaksud
6
Permohonan hak yang diterima oleh Kantor Pertanahan diproses antara lain
dengan penelitian ke lapangan oleh Panitia Pemeriksa Tanah (Panitia A atau
B), kemudian apabila telah memenuhi syarat maka sesuai kewenangannya
dan diterbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak atas Tanah.
Pemohon mendaftarkan haknya untuk memperoleh sertipikat hak atas tanah
setelah membayar uang pemasukan ke Kas Negara dan atau BPHTB jika
dinyatakan dalam surat keputusan tersebut.
Pendaftaran Balik Nama karena Peralihan Hak (jual beli, hibah, waris, lelang, tukar-
menukar, inbrenk, merger, dll.)
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT): untuk jual beli, tukar menukar, hibah,
pemasukan ke dalam perusahaan (inbrenk), dan pembagian hak bersama.
Notaris: untuk peleburan atau penggabungan harta perusahaan (merger)
yang tidak didahului dengan likuidasi perusahaan yang bergabung atau
melebur.
Notaris, Pengadilan, Balai Harta Peninggalan, atau Kapala Desa dan Camat:
untuk pemindahan hak karena waris, tergantung kepada kedudukan hukum
dari para ahli waris.
Developer dan disahkan oleh Pemda: untuk pemisahan Hak Milik atas Satuan
Rumah Susun.
Pejabat Lelang: untuk tanah yang dilelang.
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf: untuk tanah yang diwakafkan.
Pendaftaran Hak Tanggungan (dahulu: Hipotik)
Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-
kreditor lain.
7
Pembebanan hak Tanggungan pada hak atas tanah harus dilakukan melalui
akta yang dibuat oleh dan di hadapan PPAT.
Hak-hak atas tanah yang dapat diletakkan hak Tanggungan di atasnya adalah:
hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan hak milik atas
satuan rumah susun.
Hak Tanggungan dapat beralih atau dialihkan: karena adanya cessie,
subrogasi, pewarisan, atau penggabungan serta peleburan perseroan.
Dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran Hak Tanggungan:
1. Surat pengantar dari PPAT
2. Surat permohonan pendaftaran
3. Identitas pemberi dan pemegang Hak Tanggungan
4. Sertipikat asli hak atas tanah
5. Lembar ke-2 Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)
6. Salinan APHT (untuk lampiran sertipikat Hak Tanggungan)
7. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) apabila
dilakukan melalui kuasa.
Dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran peralihan Hak Tanggungan:
1. Sertipikat asli Hak Tanggungan,
2. akta cessie atau akta otentik yang menyatakan adanya cessie, atau
3. akta subrogasi atau akta otentik yang menyatakan adanya subrogasi,
atau
4. bukti pewarisan, atau
5. bukti penggabungan atau peleburan perseroan,
6. Identitas pemohon.
8
Penerbitan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT)
Surat Keterangan Pendaftaran Tanah diterbitkan atas permohonan yang
bersangkutan untuk:Lampiran Permohonan Hak Atas Tanah, Lampiran
Persyaratan Lelang atas Tanah, Informasi.
SKPT Lampiran Permohonan Hak Atas Tanah:
Sebagai lampiran untuk permohonan hak atas tanah, di samping SU
(Surat Ukur) atas tanah yang dimohon, diperlukan juga SKPT yang
menerangkan tentang data yuridis dan data fisik atas tanah yang
bersangkutan.
SKPT ini bukan surat bukti kepemilikan sesuatu hak atas tanah oleh
seseorang atau badan hukum. SKPT ini hanya menerangkan hal-hal
yang berkaitan dengan bidang tanah dimaksud terutama yang tercatat
dalam dokumen atau riwayat yang ada di Kantor Pertanahan
setempat.
SKPT untuk Keperluan Lelang:
Sebelum pelaksanaan lelang atas tanah hak, baik dalam rangka lelang
eksekusi maupun lelang non-eksekusi, maka Kepala Kantor Lelang
meminta keterangan mengenai bidang tanah atau satuan rumah
susun yang akan dilelang tersebut.
Informasi:
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap sesuatu hak atas tanah
atau satuan rumah susun dapat meminta keterangan mengenai
bidang tanah atau satuan rumah susun tersebut untuk keperluan
informasi.
SKPT bukanlah surat tanda bukti pemilikan hak atas tanah.Masa berlaku SKPT
hanya dalam hitungan jam, hari, minggu, bulan, namun dapat juga dalam
hitungan tahun. Contoh hari ini jam 09.00 atas suatu bidang tanah hak
diterbitkan SKPT, tetapi pada jam 09.45 hari itu juga terjadi jual beli atas
9
tanah yang bersangkutan di hadapan PPAT. Tentu saja SKPT tersebut secara
material sudah tidak berlaku lagi karena data atau informasi yang tertera di
atasnya sudah tidak benar lagi, meskipun secara formal jual beli tersebut
belum didaftar ( dibalik-nama) di Kantor Pertanahan setempat.
Pemeliharaan data, dokumen/warkah, dan infrastruktur pendaftaran tanah.
Sejarah Pendaftaran Tanah
Dalam perkembangannya, Sistem pemilikan tanah di Indonesia padamasa lalu terdiri
atas 4 tahapan dari sistem administrasinya, yakni sebagai berikut :
Sistem administrasi untuk tanah komunal (milik bersama) khususnya di desa-
desa sangat tergantung kepada ingatan kepala desa setempat. Teknik
kadaster seperti peta dan dokumen belum dikenal.
Untuk tanah milik adat, khususnya di daerah perkotaan dan produktif telah
mengenal sistem pajak tanah sejak awal abad ke sembilanbelas, yaitu tahun
1811. Sebagai konsekuensi nya, maka sistem pengukuran kadaster juga telah
mulai dikenal, meskipun belum cukup akurat untuk kadaster hukum. Hal ini
karena umumnya pengukuran tanah untuk keperluan pajak tidak teliti
sebagaimana yang dipersyaratkan untuk kepastian hak. Dalam hal ini jaminan
kepastian bergantung kepada kesaksian dan bukan dokumen resmi kadaster.
Dalam periode ini administrasi pertanahan belum dapat menjamin kepastian
hak.
Sistem administrasi pertanahan kolonial yang lain adalah yang dikelola oleh
Dinas Pekerjaan Umum, namun demikian hanya merupakan himpunan data
fisik tanpa ada dokumentasi hak atas tanahnya.
Konsep kadaster hukum mulai dikenal sejak tahun 1620. Sistem ini mengelola
dokumen administrasi dan pendaftaran atas tanah-tanah milik berdasarkan
hukum Belanda. Di sini tanah-tanah telah diukur dan didaftar sebagaimana
mestinya.
10
Berdasarkan tingkatan serta perkembangan dari keempat sistem diatas terlihat jelas
bahwa sistem didalam administrasi pendaftaran tanah ini terus mengalami perubahan dan
penyempurnaan yang berkesinambungan, hal tersebut bertujuan untuk menghindari
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses pendaftaran tanah oleh negara karena
sistemnya terus berkembang menyesuaikan zaman dan peraturan-peraturan yang berlaku
serta kondisi masyarakat sehingga proses pendaftaran tanah dapat dilakukan dengan baik
tanpa ada pihak yang merasa dirugikan.
Berkembangnya sistem administrasi pendaftaran tanah oleh negara diindonesia ini
dapat di buktikan dengan adanya PP No.24 Tahun 1997 yang merupakan penyempurnaan
dari PP No.10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang dipandang tidak dapat lagi
sepenuhnya mendukung tercapainya hasil yang lebih nyata pada pembangunan nasional,
terkhusunya yang terkait pertanahan.
Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah merupakan
penjabaran dari UU No.5 Tahun 1960 (UUPA), LN 1960-104, khususnya pasal 19 ayat (1)
yang menyebutkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur
dengan peraturan pemerintah. Undang-Undang Pokok Agraria atau disingkat “UUPA”
merupakan peraturan dasar bagi hukum agraria yang memuat didalamnya asas-asas serta
soal-soal pokok dalam garis besarnya saja dan oleh karenanya disebut UUPA. Adapun
pelaksanaannya diatur di dalam berbagai Undang-Undang, peraturan-peraturan pemerintah
dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Kegiatan pendaftaran tanah menurut PP No.24 Tahun 1997 dilaksanakan
berdasarkan azas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka dengan tujuan:
1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang
hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar
agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang
bersangkutan;
2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk
Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
11
mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan
rumah susun yang sudah terdaftar;
3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah dikenal sistem publikasi positif dan
sistem publikasi negatif. Sistem publikasi positif, pemerintah menjamin kebenaran data yang
disajikan, sehingga sertifikat merupakan alat bukti yang mutlak dan tidak dapat diganggu
gugat oleh siapapun juga. Sedangkan dalam sistem publikasi negatif, sertifikat bukan
merupakan alat bukti yang mutlak, melainkan sebagai alat bukti yang kuat dalam arti bahwa
nama seseorang atau badan hukum sudah didaftar sebagai pemegang hak, belum tentu
sebagai pemilik yang sah karena masih terbuka kemungkinan pihak lain untuk membuktikan
kepemilikannya yang sebenarnya. Di Indonesia, sistem publikasi pendaftaran tanah yang
digunakan adalah sistem publikasi negatif yang mengandung unsur positif. Artinya,
pendaftaran sertifikat merupakan alat pembuktian yang kuat, bukan mutlak.
Pendaftaran tanah secara sistematik, menurut ketentuan pasal 1 angka 10 PP No.24
Tahun 1997 adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara
serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah
atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.
Sedangkan istilah Ajudikasi sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah
No.24 Tahun 1997 pasal 1 angka 8 adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses
pendaftaran tanah untuk pertama kali, meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran
data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran untuk keperluan
pendaftaran.
Pendaftaran tanah secara sporadik, menurut ketentuan pasal 1 angka 11 PP No.24
Tahun 1997 adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau
beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu
desa/kelurahan secara individual atau massal. Maksudnya, menurut Boedi Harsono,
pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali
mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah
12
suatu desa atau kelurahan secara individual atau massal, yang dilakukan atas permintaan
pemegang atau penerima hak atas tanah yang bersangkutan.
Korupsi dan Pendaftaran Tanah
Korupsi disini adalah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok dan sebagainya. Bentuk korupsi tersebut antara lain, Pertama, korupsi yang
bersifat terselubung yakni korupsi yang secara sepintas kelihatannya politik tetapi secara
tersembunyi sesungguhnya bermotif mendapatkan uang semata. Kedua, korupsi yang
bermotif ganda yakni korupsi yang secara lahiriah kelihatannya hanya bermotifkan
mendapatkan uang, tetapi sesungguhnya bermotif lain, yakni kepentingan politik. Penyebab
terjadinya korupsi antara lain adalah lemahnya pendidikan agama dan etika, kolonialisme,
kemiskinan, struktur pemerintahan, perubahan radikal dan tidak adanya sanksi yang keras.
Namun faktor utama dalam dinamika korupsi adalah keadaan moral dan intelektual para
pemimpin masyarakat.
Sebagai bentuk kesungguhan pemerintah terhadap pemberantasan korupsi,
Presiden telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi, yang memuat 10 (sepuluh) Diktum Instruksi Umum yang wajib
dilaksanakan oleh semua Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, serta 11 (sebelas) Instruksi
Khusus yang wajib dilaksanakan oleh beberapa instansi yang ditugasi secara khusus.
Seharusnya standarisasi pelayanan dilakukan dengan menyusun dan menetapkan standar
pelayanan secara transparan dan akuntabel, yakni penetapan persyaratan, penetapan
target waktu penyelesaian dan penetapan biaya yang harus dibayar khususnya pendaftaran
tanah oleh masyarakat. Sedangkan transparansi juga dilakukan melalui upaya
penyebarluasan informasi standar pelayanan tersebut melalui berbagai media yang dapat
diakses langsung oleh masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan mengetahui secara
pasti persyaratan pelayanan, waktu penyelesaian dan jumlah biaya yang harus dikeluarkan
untuk mendapatkan pelayanan yang diinginkan. Hal ini dilakukan untuk menghapus
pungutan-pungutan liar dalam pemberian pelayanan kepada publik.
13
Dan pada intinya yang terjadi, Bahwa setiap pelayanan mengandung resiko
kecenderungan untuk penyimpangan maupun tindak pidana korupsi. Korupsi dengan
berbagai sifatnya dapat ditangkal melalui sistem pelayanan dan pengawasan yang efektif.
Kesimpulan
Pada dasarnya sistem yang diterapkan / digunakan dalam administrasi pendaftaran
diindonesia sangatlah bagus karena selalu berkembang menyesuaikan dengan kondisi dan
perubahan zaman serta mampu mengikuti tuntutan atas perubahan tersebut, disini cukup
terlihat jelas bahwa negara (pemerintah) selalu berupaya untuk dapat mengimbangi /
menyeimbangkan peraturan tentang pertanahan dengan tuntutan masyarakat yang
semakin mengerti dan memahami bahwa pertanahan itu bukan hanya sebatas terkait tanah
pertanian yang hanya bisa dipergunakan untuk bercocok tanam saja melainkan sangat luas
cakupannya seperti misalnya tanah dengan hak guna usaha, tanah dengan hak milik, tanah
dengan hak pakai, tanah dengan hak guna bangunan, dan lain sebagainya sehingga
dibutuhkan peraturan yang semakin luas pula, namun tak cukup hanya dengan sistem yang
bagus saja untuk tercapainya hasil yang maksimal serta proses yang sesuai dengan harapan
melainkan dibutuhkan kesadaran serta kedisiplinan yang tinggi baik dari pihak pelaksana
maupun masyarakat agar terjalinnya hubungan / koordinasi yang baik untuk secara
bersama-sama melaksanakan kegiatan pendaftaran tanah sehingga mampu tercapai hasil
yang maksimal didalam plaksanaan pendaftaran tanah tersebut. Dan kami rasa untuk dapat
menciptakan hal tersebut diperlukan sumber daya manusia yang berdaya guna dibidang
pertanahan itu sendiri, karena tak dapat dipungkiri sumber daya manusia merupakan salah
satu kunci dalam pelaksanaan tugas-tugas pertanahan.
Serta menurut kami strategi yang dapat dilakukan agar sistem administrasi pertanahan
diindonesia dapat menjadi lebih baik lagi adalah sebagai berikut :
Melengkapi kebutuhan sumber daya manusia sehingga tugas-tugas
pokok dan fungsi pejabat struktural dapat dilaksanakan secara
menyeluruh dan efektif,
Memperbanyak tenaga ahli dalam menjalankan sistem pelayanan
pertanahan dan administrasi pertanahan dengan mengadakan
14
pendidikan-pendidikan sebagai wujud kepedulian bagi kantor-kantor
pertanahan yang masih baru sehingga dengan timbulnya tenaga-
tenaga ahli baru maka sistem dapat berjalan dengan lebih baik lagi,
Melengkapi sarana dan prasarana dalam proses pelayanan
masyarakat, misalnya dengan memfasilitasi komputerisasi pada setiap
bagian/ petugas yang melaksanakan sistem pelayanan administrasi
pertanahan.
15