Download - Adm pembangunan
Pengantar Penataan Ruang Otonomi Daerah PartisipasiMasyarakat
Administrasi PembangunanAdministrasi Pembangunan adalah seluruh usaha yang adalah seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu negara bangsa untuk bertumbuh, dilakukan oleh suatu negara bangsa untuk bertumbuh, berkembang dan berubah secara sadar dan terencana dalam berkembang dan berubah secara sadar dan terencana dalam semua segi kehidupan dan penghidupan negara bangsa yang semua segi kehidupan dan penghidupan negara bangsa yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan akhirnya.bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan akhirnya.
Administrasi pembangunanAdministrasi pembangunan merupakan proses merupakan proses pengendalian usaha (administrasi) oleh negara/pemerintah pengendalian usaha (administrasi) oleh negara/pemerintah untuk merealisirkan pertumbuhan yang direncanakan ke arah untuk merealisirkan pertumbuhan yang direncanakan ke arah suatu keadaan yang dianggap lebih baiksuatu keadaan yang dianggap lebih baik
Tata ruangTata ruang atau dalam bahasa atau dalam bahasa Inggrisnya Land Land useuse adalah wujud struktur adalah wujud struktur ruang dan pola ruang disusun dan pola ruang disusun secara secara nasional, , regionaldan dan lokal. .
Secara nasional disebut Secara nasional disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan , yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayahke dalam Rencana Tata Ruang WilayahProvinsi, dan , dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota(RTRWK).(RTRWK).
Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di , ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Dimensi ruang dan daerah dalam perencanaan pembangunan adalah perencanaan pembangunan bagi suatu kota, daerah, ataupun wilayah. Pendekatan ini memandang kota, daerah, ataupun wilayah sebagai suatu wujud bebas yang pengembangannya tidak terikat dengan kota, daerah, ataupun wilayah yang lain, sehingga penekanan perencanaannya mengikuti pola yang lepas dan mandiri Pembangunan di daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional. Perencaan pembangunan daerah, dalam pendekatan ini, merupakan pola perencanaan pada suatu jurisdiksi ruang atau wilayah tertentu yang dapat digunakan sebagai bagian pola pembangunan nasional.
Cara pandang yang melihat bahwa perencanaan pembangunan daerah adalah instrumen bagi penentuan alokasi sumber daya pembangunan dan lokasi kegiatan di daerah yang telah direncanakan secara terpusat yang berguna untuk mencegah terjadinya kesenjangan ekonomi antar daerah
Administrasi pembangunan dalam kaitannya dengan dimensi ruang dan daerah, harus dapat mencari jawaban tentang bagaimana pembangunan dapat tetap menjaga persatuan dan kesatuan, tetapi dengan memberikan kewenangan dan tanggung jawab yang cukup pada daerah dan masyarakatnya
Regionalisasi atau perwilayahan Ruang, akan tercermin dalam penataan
ruang Otonomi daerah Partisipasi masyarakat dalam pembangunan Sebagai implikasi dari dimensi administrasi
dalam pembangunan daerah yang dikaitkan dengan kemajemukan adalah dimungkinkannya keragaman dalam kebijaksanaan
Globalisasi ekonomi Pengangguran Tanggung jawab sosial Pelestarian lingkungan hidup Peningkatan mutu hidup Penerapan norma-norma moral dan etika Keanekaragaman tenaga kerja Pergeseran konfigurasi demografi Penguasaan dan pemanfaatan IPTEK Tantangan bidang politik
Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan Mengedepankan Pemerintah sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku atau stakeholder utama pembangunan. Pengembangan potensi yang ada di suatu daerah harusnya berawal dari bawah (bottom up) melalui fasilitasi pemerintah kota/kabupaten untuk kemudian dipadukan dengan sistem jaringan yang ada
Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW ) Kota adalah hasil Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW ) Kota adalah hasil perencanaan tata ruang wilayahperencanaan tata ruang wilayahyang telah ditetapkan dengan peraturanyang telah ditetapkan dengan peraturandaerah daerah
Tata ruang atau Tata ruang atau Land useLand use adalah wujud struktur ruang dan adalah wujud struktur ruang dan pola ruang disusun secara pola ruang disusun secara nasional, regional nasional, regional dan lokal. dan lokal. Secara nasional disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Secara nasional disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Nasional, yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Wilayah Propinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK).Wilayah Kota (RTRWK).
Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruangTata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang
PERENCANAAN TATA
RUANG
PEMANFAATAN RUANG
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
RPJP
NASIONAL
RPJP
PROPINSI
RPJP
KABUPATEN
RTRW
NASIONAL
RTRW
PROPINSI
RTRW
KABUPATEN
RPJM
NASIONAL
RPJM/RKP
PROPINSI
RPJM/RKP
KABUPATEN NON SPATIAL SPATIAL
Strategic Development Strategic Development FrameworkFramework
RTRWN RTRWP RTRWK
Sistem Perencanaan Tata Ruang Nasional
Sistem Perencanaan Tata Ruang Provinsi
Sistem Perencanaan Tata Ruang Kab/Kota
RTR Pulau, Kawasan Tertentu,
Kawasan Perbatasan,
Kawasan Terpencil
Renc. “Detail” TRWP
RDTR Kab/Kota
RTR Kawasan
Renc. “Teknik” RWP
RTR
Hirarki
Rencana Umum TR
Rencana Detail TR
Rencana Teknik RuangOp e
rasi
o nal
isa s
i/ti n
g ka t
ke d
a la m
a n
Rencana Induk Jalan
Rencana Induk SDA
Rencana Induk Air Bersih
I P Strategis (5 Tahun)I P Strategis (5 Tahun)
P e r w u j u d a n
Pemantauan
RTR – Pulau RTR – Pulau
SISTEM NASIONAL1. Pengemb. Kaw. Prioritas (Kaw.
Tertentu, Perbatasan, Terpencil, dll)2. Pengemb. Sistem Perkotaan3. Pengemb. Sistem Prasarana Strategis4. Pengembangan Sistem Perlindungan
thd. Bencana Alam
Peninjauan RTR
RTRW NasionalRTRW Nasional
Ditjen Penataan RuangDitjen Penataan Ruang
SektorSektor
Pembangunan Perkotaan
Pembangunan Perkotaan
Rencana Induk Sektor Lain
Pereencanaan
Pem
anfaatan
Pengendalian
Kewenangan yang dimiliki Kemampuan sumberdaya (manusia,
alam dan teknologi) Demokrasi dan partisipasi lokal Kondisi ekonomi, sosial, politik dan
kekuasaan lokal Kinerja pembangunan yang berbeda
Pelayanan Publik yang lebih baik:•Lebih memuaskan kebutuhan lokal•Lebih fleksibel•Lebih inovatif•Murah•Mobilisasi keunggulan komparatif dari perusahaan lokal dan sektor non profit lokal
Berbahaya bagi pelayanan publik:•Deseentralisasi korupsi•Pengeluaran yang tidak jelas•Meminta kembali sejumlah fungsi ekonomi dan sosial khusus dari negara•Kader lokal tidak akan cukup independen dan tidak cukup termotivasi untuk mengambil tanggungjawab terhadap kebijakan yang beresiko
Demokratisasi lokal:•Mengintegrasikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat•Memberikan kebebasan kepada organisasi sektor ketiga dan perusahaan lokal untuk bertindak dan mengartikulasikan pandangan dan kebutuhan mereka•Sarana pelatihan bagi budaya partisipatif/demokratis, kapasitas negosiasi dan penyelesaian konflik•Memberikan sejumlah otonomi dan integrasi politik kepada minoritas
Politik lokal tetaplah politik:•Reproduksi / melabel-kan kembali elit lokal•Masyarakat miskin dapat menjauhkan diri dari upaya mempromosikan kepentingan mereka•Politisi lokal dapat saja responsif hanya kepada kebutuhan lokal dari konstituen mereka saja•Akuntabiltas dapat berkurang jika pemiliahn lokal tidak dilihat sebagai sesuatu yang penting dan menghasilkan turnouts yang rendah
Integrasi Nasional:•Dapat mencapai distribusi yang lebih setara dari sumberdaya nasional•Penyebaran kekuasaan politik secara vertikal•Kebijakan atau badan perencanaan bersama atau pelaksanaan tugas bersama•Keberagaman nasional dapat direalisasikan dalam kesatuan nasional
Gerakan untuk memisahkan diri:•Institusionalisasi faksi-faksi berdasarkan garis etnis•Menghasilkan kebijakan diskriminatif dari partai penguasa
Steinich, 2000, 4
Otonomi Daerah merupakan pelaksanaan dari asas Desentralisasi
Desentralisasi = devolusi (desentralisasi politik) dan dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
Desentralisasi = devolusi
Dekosentrasi merupakan pelimpahan wewenang pemerintahan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yaitu gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau ke instansi vertikal di wilayah tertentu. Kewenangan tersebut hanya sebatas wewenang administrasi, sedangkan wewenang politik tetap berada di tangan pemerintah pusat. Dekonsentrasi adalah perpadungan dari sentralisasi dan desentralisasi. Dasar hukum dekosentrasi diatur dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 39 Tahun 2001 tentang pembagian wilayah dan wewenang yang harus dijalankan oleh badan-badan dari pemerintah tersebut.
Tujuan Sistem Dekosentrasi Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan
Pengelolaan pembangunan dan peayanan terhadap kepentingan umum
Terpeliharanya komunikasi sosial kemasyarakatan dan sosial budaya dalam sistem administrasi negara
Adanya kerharmonisan dalam keselarasan pelaksanaan pembagunan nasional
Terpeliharanya keutuhan NKRI Contoh Sistem Dekosentrasi
Kantor pelayanan pajak Penyelenggaraan dinas perhubungan Penyelenggaraan dinas pekerjaan umum
Devolusi adalah pelimpahan kekuasaan dari pemerintah pusat dari suatu negara berdaulat kepada pemerintah pada tingkat subnasional, seperti tingkat regional, lokal, ataunegara bagian. Devolusi dapat diberikan terutama karena alasan keuangan, misalnya melimpahkan penyusunan anggaran daerah yang sebelumnya dikelola oleh pemerintah pusat. Namun, kekuatan untuk membuat undang-undang yang relevan bagi daerah juga dapat dijadikan alasan pemberian devolusi.
Kewenangan pemerintah pusat mencakup 1. kewenangan dalam bidang politik luar negeri, 2. pertahanan dan keamanan, 3. peradilan, 4. moneter dan fiskal, 5. agama, 6. serta kewenangan lainnya seperti: kebijakan tentang perencanaan
nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi strategis, konservasi dan standardisasi nasional.
Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.
Desentralisasi dan Sentralisasi tidak bersifat dikotomis satu rangkaian kesatuan (continuum)
Perlu dicari pengaturan pembagian kerja yang terbaik antara Sentralisasi ekstrim dengan Desentralisasi ekstrim
Desentralisasi tidak akan terwujud tanpa Sentralisasi
Merealisasikan tujuan-tujuan dasar atau nilai-nilai tertentu dari komunitas politik
Pemerintahan Daerah dilihat sebagai bagian penting dari struktur pemerintahan demokratis
Pemindahan beban dalam penyediaan layanan masyarakat
Mendorong pendidikan politik dan keterlibatan masyarakat
Memungkinkan kebijaksanaan pemerintahan lebih sesuai dengan kondisi wilayah dan masyarakat setempat
Secara ekonomi: peningkatan efisiensi penyediaan barang dan jasa publik
Secara politik: memperkuat akuntabilitas, kemapuan politik dan integritas nasional; kedekatan dengan masyarakat; mempromosikan kebebasan, kesamaan dan kesejahteraan; latihan dasar bagi partisipasi penduduk dan pemimpin politik
Secara sosial: hubungan keberadaan negara dan perekonomian
Memunculkan pemikiran sempit dan separatisme
Mengancam kesatuan dari kehendak umum
Menguatkan kepentingan-kepentingan yang sempit dan bersifat setempat (lokalitas)
Anti kesederajatan Dari segi keuangan: berbahaya dilihat dari
aspek redistribusi, stabilisasi, dan alokasi
Berhak menentukan kebijakan sendiri yang sesuai dengan aspirasi masyarakat
Adanya lembaga perwakilan rakyat Daerah
Pendapatan sendiri untuk menjalankan fungsi-fungsi yang telah diserahkan
Dalam rangka kontrol politik Pusat Dalam rangka mengatur perekonomian Dalam rangka menetapkan standar
minimum nasional pelayanan Daerah Dalam rangka efisiensi administratif
Daerah yang merupakan pre kondisi bagi partisipasi masyarakat yang efektif
Sumber daya yang dimiliki:› Politik› Keuangan› Konstitusi Hukum› Hirarkhi (hanya milik Pusat)
Kemampuan mengelola sumber daya
Kerangka kerja (framework) desentralisasi harus terhubung, diantara batas-batasnya, dimana keuangan lokal dan kewenangan fiskal harus terhubung dengan tanggung jawab dalam penyediaan pelayanan dan fungsi dari pemerintah lokal, sehingga politisi lokal dapat menyampaikan janji-janji mereka dan menanggung beban dari kebijakan yang mereka ambil Masyarakat lokal harus diberikan informasi mengenai biaya-biaya pelayanan dan pilihan-pilihan dalam penyampaian pelayanan serta sumberdaya pembiayaan dan sumber-sumbernya, sehingga kebijakan yang mereka buat menjadi berarti. Penganggaran partisipatif seperti yang dilaksanakan di Porto Alegre, Brazil, merupakan salah satu contoh dalam upaya menciptakan kondisi ini Masyarakat membutuhkan sebuah mekanisme untuk mengekspresikan preferensi mereka dalam sebuah cara yang dapat mengikat politisi, sehingga dapat tercipta insentif yang kredibel bagi masyarakat untuk berpartisipasi Seharusnya terdapat sebuah sistem akuntabilitas yang berdasarkan pada informasi publik dan transparan yang memungkinkan masyarakat untuk dapat memonitor kinerja pemerintah lokal secara efektif dan untuk dapat bereaksi secara tepat terhadap kinerja tersebut, sehingga politisi dan pejabat lokal memiliki insentif untuk responsif Instrumen-instrumen desentralisasi—kerangka kerja institusi dan hukum, struktur tanggungjawab penyampaian layanan, serta sistem fiskal antar pemerintahan—harus didesain untuk mendukung sasaran politik
Sumber; Litvack &Seddon (eds), 1999, 8
Sumber daya: manusia, keuangan, infrastruktur dan peralatan, bahan-bahan
Struktur: kestabilan organisasi, hubungan antar program, aspek legal atau informal
Teknologi: pengetahuan dan tingkah laku yang dibutuhkan bagi operasional organisasi dan program
Kepemimpinan: kemampuan untuk mengubah dan memodifikasi input yang kritis (faktor dominan)
Pergeseran kekuasaan secara geografis untuk membuat sejumlah keputusan dalam lingkup hirarkhi administrasi publik yang tersentralisasi secara langsung
Digunakan untuk mengurangi lokalisme dan memaksakan keseragaman pembuatan keputusan yang berlaku secara nasional
Adanya struktur yang mewakili kepentingan pusat
Pembuatan keputusan formal dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk Pusat
Adanya “Wilayah Administrasi (WA)” yang merupakan wilayah kerja dari aparatus Pusat yang ada di Daerah untuk melaksanakan kewenangan-kewenangan Pusat yang telah didelegasikan kepada pejabat Pusat yang ada di Daerah
Jenis kewenangan yang di delegasikan kepada pejabat lapangan adalah kewenangan birokrasi daripada kewenangan politik
Administrator lapangan biasanya pegawai negeri yang ditempatkan untuk jangka waktu terbatas sebelum dipindahkan ke Daerah lain atau Pusat
Area dibatasi oleh kebutuhan administratif fungsi-fungsi mereka
Wilayah Administrasi yang Terfragmentasi (Fragmented Field Administration): batas-batas wilayah kerja (yurisdiksi) dari perangkat departemen di lapangan (Instansi Vertikal) berbeda menurut pertimbangan fungsi dan organisasi departemen induknya. Dalam hal ini tidak terdapat dalam Wilayah Administrasi seorang Wakil Pemerintah (Prefektur) untuk keperluan koordinasi dan kegiatan pemerintahan umum lainnya Sistem Fungsional
Wilayah Administrasi yang Terintegrasi (Integrated Field Administration): mengharuskan terdapatnya keseragaman batas-batas wilayah kerja (yurisdiksi) dari berbagai instansi vertikal atas dasar Wilayah Administrasi serta adanya Wakil Pemerintah Sistem Prefektoral
Sistem Prefektoral Terintegrasi (Integrated Prefectoral System): rangkap jabatannya Wakil Pemerintah yang juga sebagai Kepala Daerah selain dari berhimpinya batas Wilayah Administrasi dengan Daerah Otonom
Sistem Prefektoral Tidak Terintegrasi (Unintegrated Prefectoral System): Wakil Pemerintah berbeda dengan Kepala Daerah
Kriteria berdasarkan issue (GTZ, 1999):Kepemerintahan lokal (local governance):•Akuntabilitas (desentralisasi politik)•Transparansi dan akses terhadap informasi•Partisipasi masyarakat (oleh penduduk lokal)•Pemberdayaan masyarakat sipil
Pemerintah lokal (local government):•Peran dan fungsi dari setiap tingkatan pemerintahan (tanggungjawab fungsional; pengaturan antar-pemerintahan lainnya mengenai pembagian kekuasaan dan tanggungjawab)•Pembiayaan daerah/pemerintah daerah•Prosedur perencanaan dan penganggaran•Pengorganisasian daerah/pemerintah lokal dan pengukuran kinerjanya•Tingkatan pengawasan yang lebih tinggi dan supervisi/kapasitas pengawasan pemerintah lokal•Sistem peradilan yang efektif dalam hal pencegahan dan penyelesaian konflik
Indikator Global (OECD, 1999 a, b):•Penerimaan terhadap prinsip pembagian kekuasaan dan dalam konstitusi dan undang-undang•Cakupan geografis dari devolusi•Persentase pendapatan pemerintah yang dihasilkan oleh pemerintah lokal•Persentase pengeluaran pemerintah oleh pemerintah lokal•Persentase pemerintah lokal menghasilkan pendapatan secara mandiri (lokal)•Kecukupan finansial dan sumberdaya manusia untuk institusi pemerintahan lokal•Definisi yang jelas dari tugas dan tanggungjawab pusat dan pemerintah lokal•Bantuan yang efektif dan independen dari keputusan pengadilan terhadap konflik•Penunjukkan administrator lokal yang bertanggungjawab terhadap institusi yang dipilih secara lokal •Penyampaian layanan oleh pemerintah lokal secara: - efektif - setara - responsif - akuntabel
Steinich, 2000, 10
Pemerintah Lokal (local government)
•Finansial dan sumberdaya manusia•Tugas/tanggungjawab•Susunan pemerintahan•Hubungan antar pemerintahan
Pembangunan Lokal (local development)
•Pertumbuhan ekonomi•Pengentasan kemiskinan•Kesetaraan (gender)•Keberlanjutan lingkungan•(perdamaian)
Kepemerintahan Lokal (local governance)
•Akuntabilitas•Transparansi•Partisipasi•Pemberdayaan•Ketiadaan korupsi•Aturan hukum•Kepuasan pegawai
Kinerja pemerintah lokal (local government performance)
•Kinerja finansial•Penyampaian layanan•Manajemen infrastruktur•Regulasi konflik•Manajemen insentif
Steinich, 2000, 11
Perencanaan Partisipatif – adalah seperangkat proses dimana kelompok dan kepentingan yang berbeda terlibat bersama dalam mencapai konsensus pada sebuah rencana dan implementasinya.
Perencanaan Partisipatif berarti lebih dari sekedar partisipasi publik
Seringkali pembangunan tidak mencapai sasaran karena tidak melibatkan rakyat.
Hal tsb terjadi karena:› Pembangunan hanya menguntungkan segolongan
kecil masyarakat› Masyarakat tidak memahami maksud
pembangunan› Pelaksanaan pembangunan tidak sesuai dengan
pemahaman masyarakat› Pembangunan dipahami akan menguntungkan
rakyat tapi rakyat tidak dilibatkan
Oleh karena itu dalam administrasi pembangunan harus:› Melibatkan rakyat, › Harus dipahami maksudnya oleh rakyat› Harus mengikutsertakan rakyat dalam
pelaksanaannya, dan › dilaksanakan sesuai dengan maksudnya, secara
jujur, terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan. Kini partisipasi masy dalam pembangunan
diwujudkan dalam musyawarah perencanaan pembangunan
1. Terlibatnya rakyat dalam proses politik untuk arah, strategi, dan kebijaksanaan pembangunan
2. Meningkatkan artikulasi(kemampuan) masyarakat dalam pembangunan
3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang konsisten dengan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan.
4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam pembangunan
Perencanaan pasrtisipatif digunakan salah satunya untuk mengantisipasi terjadinya perpecahan. Karena mengingat benbentuk goegrafis Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau, suku, dan bahasa. Perencanaan merupakan sebuah istilah yangs sangat umum di dunia pemerintahan. Perencanaan terbagi atas dua jenis yakni perencaan dari atas (top down) dan perencanaan dari bawah (bottom up). Negara manapun didunia selalu berupaya memajukan negaranya dan selalu mengontrol perkembangan negaranya. Control tersebut dapat dilakukan melalui prisip manajemen umum yang disebut dengan POAC (planning, organizing actuating, controlling).
Dalam sejarah Indonesia, pernah mengalami beberapa masa pemerintahan. Mulai dari orde lama, orde baru samapai dengan sekarang era reformasi. Pada masa era orde baru pemerintahan Indonesia bercorak otoriter. Bila kita mendengar istilah otoriter, terkesan negative. Namun jika dipahami secara mendalam otoriter juga banyak yang positif. System perencanaan yang dianut oleh era orde baru cenderung kepada top down. Berbeda dengan sekarang, yang lebih condong kepada perencanaan yang bersifat partisipatif (bottom up). Perencanaan semacam ini bertujuan mewujudkan pembangunan yang didasarkan kepada kenyataan rill harapan dan kebutuhan masyarakat.
Perencanaan partisipatif saat ini terdukung dengan adanya otonomi daerah. Salah satu upaya pemerintah daerah mewujudkan perencanaan partisipatif adalah dengan Musrenbang. Musrenbang dilaksanakan mulai dari tingkat kelurahan dan desa sampai dengan tingkat nasional. Namun demikian masih ada saja beberapa kementrian di pemerintah pusat yang mempertahankan status quo, dan melaksanakan programnya sendiri tanpa ada pertimbangan dan partisipasi dari bawah. Contohnya adalah permasalahan saat ini menganai penanganan ujian nasional.
Partispasi menurut Mikkelsen :Biasanya digunakan masyarakat dlam berbagai makna umum diantaranaya :a. Partisipasi kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu proyek
(pembangunan), tetapi tanpa mereka ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan
b. Partisipasi adalah proses membuat masyarakat menjadi lebih peka dalam rangka menerima dan merespon berbagai proyek pembangunan
c. Partisipasi adalah proses aktif yang bermakna bahwa orang ataupun kelompok yang sedang ditugaskan mengambil insiatif dan mempunyai otonomi untuk melakukan itu
d. Partisipasi merupakan proses menjembatani dialog antar komunitas local dan pihak penyelenggara proyek dalam rangka.
· Persiapan· Pengimplementasian· Pemantauan· Pengalokasian staf
Tujuannya agar dapat memperoleh informasi tentang konteks social maupun dampak social terhadap masyarakat Partisipatif adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang ditentukan oleh masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan lingkungan kehidupan dan diri mereka sendiri.
Pemanfaatan lahan pedesaan tidak terlepas dari tujuan dan ruang lingkup pembangunan pedesaan itu sendiri. tujuan pembangunan ini sudah mencakup ruang lingkup pembangunan pedesaan yang apabila dicermati terdapat beberapa bagian penting yang membutuhkan keterlibatan masyarakat setempat. Bagian penting keterlibatan masyarakat ini antara lain berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kebutuhan akan sarana dan prasarana pedesaan serta unsur-unsur kelembagaan masyarakat
Kemampuan masyarakat dalam pelaksanaan proses perencanaan TGL di atas cukup dikenal sebagai Perencanaan Partisipatif yang secara umum memiliki tujuan
pemberdayaan, peningkatan kapasitas, terwujudnya efektivitas dan efisiensi, dan menciptakan dorongan andil masyarakat dalam
pembiayaan. Peningkatan kapasitas berorientasi kepada pertumbuhan
kondisi dimana masyarakat dapat belajar sambil bekerja untuk dirinya sendiri.
Proyek Pengembangan Hutan Kemasyarakatan adalah suatu model proyek yang dikembangkan oleh Departemen Kehutanan dan Kabupaten. Dalam proyek ini, dilakukan penekanan terhadap pemberdayaan masyarakat dalam perencanan TGL desa dan pemanfaatan hutan.
Dalam proyek ini terdapat konsep Tata Guna Lahan Desa Kesepakatan (TGLDK) yang menyebutkan bahwa TGLDK adalah hasil perencanaan tata guna lahan secara partisipatif yang merupakan prodk hukum dimana masyarakat menyepakati secara partisipatif fungsi lahan dan pengembangan wilayah desa dan pemerintah mengakui hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan lahan.
Alasan dari pemberdayaan TGLDK ini antara lain untuk menghindari terjadinya tumpang tindih penggunaan pemanfaatan lahan, pemberian jaminan dari pemerintah atas hak dan kewajiban serta sanksi penggunaan lahan dimana masyarakat dibina untuk terlibat dan mengakui perencanaan lahan. Dari alasan pemberdayaan TGLDK ini tercermin usaha untuk meningkatkan konsistensi dalam pelaksanaan dan pengawasan implementasi TGL antara stakeholder yang paling dominan yaitu pemerintah dan masyarakat. Hal ini sangat penting guna menghindari konflik seperti belakangan sering terjadi berkaitan dengan penguasaan lahan.
TGLDK ini sama sekali tidak terlepas dari tujuan pembangunan pedesaan dan dokumen-dokumen perencanaan daerah lainnya. Hal ini dapat dicermati melalui penetapan fungsi dan tujuan TGLDK antara lain berfungsi untuk menjamin pemanfaatan lahan pedesaan, menjamin keamana penggunaan lahan desa dan bertindak sebagai pedoman pembangunan desa. Tujuan dari TGLDK ini antara lain menyusun suatu kesepakatan penggunaan lahan desa, penjabaran RTRWK ke dalam penggunaan lahan desa yang lebih rinci dan menciptakan harmonisasi dalam pembangunan.
kesinambungan antara perencanaan yang bersifat formal-normatif melalui jalur birokrasi pemerintahan ke arah perencanaan yang lebih bersifat merakyat melalui perencanan partisipatif.
Legalitas dari perencanaan ini juga didukung oleh pemerintah daerah melalui pengesahan oleh Bupati dan adanya pemantauan serta pengendalian oleh instansi terkait.
Dalam keseluruhan proses perencanaan dan implementasi TGLDK, masyarakat juga diikutsertakan serta dibina agar dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab akan pertumbuhan daerahnya sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, potensi dan kearifan lokal yang dimiliki daerah tersebut.
disimpulkan bahwa perlu adanya kinerja yang sinergis dan kemitraan antara stakeholder Tata Guna Lahan Pedesaan yaitu Masyarakat, Pemerintah dan LSM. Paradigma yang memandang masyarakat sebagai bagian dari objek perencanaan harus diubah sebab telah terbukti bahwa masyarakat juga memiliki kemampuan untuk menelusuri permasalahan, merumuskan solusi dan mengambil keputusan. Pemerintah harus mendukung dengan fungsi regulasinya dibantu LSM yang banyak berperan sebagai mediator.