Download - A. Judul : Pengaruh
A. JUDUL : PENGARUH KESEHATAN MENTAL TERHADAP
HUBUNGAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3
TOROH KABUPATEN GROBOGAN
B. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja diciptakan
untuk membina anak-anak ke arah tujuan tertentu, khususnya untuk
memberikan kemampuan dan keterampilan sebagai bekal kehidupan di
kemudian hari. Bagi remaja pendidikan jalur sekolah yang diikutinya adalah
jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Di mata remaja sekolah
dipandang sebagai lembaga yang cukup berpengaruh terhadap terbentuknya
konsep yang berkenaan dengan nasib mereka di kemudian hari. Proses
pembelajaran siswa disekolah, sangat tergantung pada kondisi dan lingkungan
sekolah. Kondisi sekolah yang baik dan lingkungan yang harmonis, akan
dapat meningkatkan minat dan semangat siswa dalam proses pembelajaran.
Kondisi dan lingkungan sekolah yang harmonis akan dapat membentuk
kualitas mental siswa yang baik pula. Agar dapat menimbulkan kondisi dan
lingkungan sekolah yang baik dan harmonis maka harus tercipta suatu
hubungan sosial yang baik disekolah.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terciptanya kondisi dan
lingkungan yang baik dan harmonis di sekolah, namun pada penelitian ini
lebih difokuskan pada keterkaitan antara hubungan sosial siswa
1
1
dengankesehatan mental siswa. Siswa yang memiliki gangguan kesehatan
mental tentunya akan berdampak pada hubungan sosial mereka di sekolah .
untuk itu pada penelitian ini akan dilakukan penelitian pada SMP N 3 TOROH
kelas VIII tahun ajaran 2009/2010 dalam mengukur keterkaitan antara
kesehatan mental dengan hubungan sosial siswa.
Dalam mempelajari kesehatan mental tak lepas dari pengetahuan
kepribadian. Kenyataan di lapangan atau di lingkungan sekolah kurang
terkontrol maka kepribadiannya juga agak berantakan.
Pada umumnya siswa yang mengalami gangguan dalam kesehatan
mental karena kondisi keluarga siswa tersebut kurang perhatian sehingga
siswa gampang emosi, tidak konsentrasi dalam kegiatan belajar mengajar,
dalam penampilan siswa urakan dan tidak rapi dalam berpakaian.
Mental juga merupakan sisi kejiwaan mental berupa nonfisik.
Seseorang yang memiliki gangguan mental, seperti yang dikemukakan
Notosoedirdjo dan Latipun (2005: 8) dapat dikenali dengan memahami
gejalanya sebagai contoh adalah pada orang yang menderita depresi, gangguan
kecemasan, kepribadian dan sering emosi.
Gangguan mental dalam beberapa hal disebut perilaku abnormal yang
juga dianggap sama dengan sakit mental, sakit jiwa, namun demikian kita
menyadari bahwa gangguan mental itu diakui adanya di masyarakat.
Sekolah merupakan masyarakat yang lebih besar dari keluarga.
Sekolah bukan hanya sekedar memberikan pelajaran, tetapi juga berusaha
memberikan pendidikan sesuai dengan perkembangan, berusaha agar anak
2
didik mengembangkan potensinya secara puas dan senang serta mempunyai
pribadi yang integral.
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap
ranah psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar
siswa, namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah
itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan
hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena
itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil
cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat
mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang
berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.
Seperti yang dikemukakan Latipun (2002: 16) ilmu pendidikan
mempelajari perubahan perilaku manusia secara lebih normatif selain
mempelajari materi yang diberikan, juga strategi yang harus ditempuh agar
perubahan perilaku itu lebih efektif. Ilmu pendidikan tentunya memberikan
kontribusi bagi bidang kesehatan mental, khususnya dalam pengembangan
intervensi-intervensi kepada masyarakat, prinsip-prinsip pendidikan
dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan masyarakat.
Notosoedirdjo dan Latipun (2005: 24) mendefinisikan kesehatan
mental adalah: a) Sehat mental karena tidak mengalami gangguan mental, b)
Sehat mental jika tidak sakit akibatnya adanya stressor, c) Sehat mental jika
sejalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya, d) Sehat
mental karena tumbuh dan berkembang secara positif.
3
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah
penyesuaian manusia dalam hidupnya, dengan berperilaku secara wajar dan
mampu beriteraksi dengan baik, dilingkungan sekolah, lingkungan keluarga ,
dan di lingkungan masyarakat .
Notosoedirdjo dan Latipun mengemukakan (2005: 42) gangguan
belajar meliputi: a) Gangguan belajar, b) Gangguan matematika, c) Gangguan
mengekspresikan tulisan / menulis.
Kunci pokok utama memperoleh ukuran dan data hubungan sosial
siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar
indikator (petunjuk adanya hubungan sosial tertentu) dikaitkan dengan jenis
hubungan sosial yang hendak diungkapkan atau diukur.
Bertitik tolak uraian singkat di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Pengaruh Kesehatan Mental terhadap Hubungan Sosial
Siswa Kelas VIII SMP N 3 Toroh Tahun Pelajaran 2009 / 2010”.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan atas latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada
awal tersebut, maka peneliti berusaha mengungkapkan masalah-masalah yang
kemungkinan masih terjadi di lingkungan sekolah dan berkaitan dengan
variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Masih banyak siswa yang mengalami hambatan dalam emosi dan perilaku
2. Masih banyak siswa yang kurang mampu berinteraksi dengan lingkungan
bermain dikelasnya.
3. Masih ada beberapa siswa yang enggan bergaul dengan temannya.
4
D. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, biaya dan referensi yang dimiliki peneliti,
maka dalam penelitian ini penulis batasi pada Pengaruh Kesehatan Mental
terhadap Hubungan Sosial Siswa Kelas VIII SMP N 3 Toroh Tahun Pelajaran
2009 / 2010.
E. Perumusan Masalah
Atas dasar identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kondisi kesehatan mental siswa-siswi SMP N 3
Toroh?
2. Bagaimana kondisi hubungan sosial siswa-siswi SMP N 3 Toroh?
3. Adakah pengaruh antara kesehatan mental dengan hubungan
sosial siswa-siswi SMP N 3 Toroh tahun ajaran 2009 / 2010.
F. Tujuan Penelitian
Atas dasar perumusan dan batasan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kondisi kesehatan mental siswa-siswi SMP N 3
Toroh.
2. Untuk mengetahui kondisi Hubungan sosial siswa-siswi SMP N 3
Toroh.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara kesehatan mental dengan hubungan
sosial siswa SMP N 3 Toroh.
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
5
Manfaat yang hendak diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan masukan kepada semua pihak ( sekolah, masyarakat, dan
pemerintah) untuk lebih berperan serta secara aktif dalam membimbing
dan membina generasi muda dalam rangka memajukan pendidikan bangsa
dan negara.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Kelas
Untuk memberi bekal dan menambah pemahaman pengetahuan dan
wawasan guru kelas dalam berinteraksi dengan muridnya.
b. Bagi Siswa
Agar siswa dapat berinteraksi dengan lingkungan belajar dan
mengajar, sesuai dengan potensi dan kemampuan yang ada.
c. Bagi Peneliti
Sebagai dasar pengembangan pengetahuan dan sebagai dasar berpijak
penelitian lebih lanjut dan sebagai pembanding penelitian lain.
H. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Kesehatan Mental
Sehat menurut World Health Organization (WHO) seperti yang
dituliskan Notosoedirdjo dan Latipun (2005 : 3) merupakan keadaan yang
sempurna baik fisik, mental maupun social, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau kelemahan atau cacat. Artinya, orang yang tidak sakit belum
tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan sempurna baik fisik,
mental maupun social.
6
Menurut Zakiyah Darajat (2001 : 4) kesehatan mental adalah
terhindarnya orang dari gejala – gejala gangguan jiwa (neurose) dan gejala
– gejala penyakit jiwa (psychose). Kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan masyarakat serta
lingkungan pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, kepada kebahagiaan
diri dan orang lain serta terhindar dari gangguan – gangguan dan penyakit-
penyakit jiwa, terwujudnya keharmonisan yang sungguh – sungguh antara
fungsi – fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problem – problem biasa yang terjadi dan merasakan kebahagiaan dan
percaya terhadap kemampuan dirinya sendiri.
Banyak pengertian tentang kesehatan mental , menurut
Notosoedirdjo dan Latipun (2005 : 33) sehat mental merupakan
terbebasnya dari gangguan dan sakit mental. Pengertian lainnya lebih
menekankan pada kemampuan individual dalam merespon lingkungan.
Selain itu juga ada yang menekankan pada pertumbuhan dan
perkembangan yang positif.
Mental merupakan sisi kejiwaan manusia berupa non fisik.
Seseorang yang memiliki gangguan mental, seperti yang Notosoedirdjo
dan Latipun (2005 : 8) dapat dikenali dengan memahami gejalanya.
Sebagai contoh adalah pada orang yang menderita depresi, gangguan
kecemasan, kepribadian dan sebagainya.
7
Notosoedirdjo dan Latipun (2005 : 33) menekankan prinsip dasar
dalam kesehatan mental, yaitu : (1)Kesehatan mental itu lebih dari
tiadanya perilaku abnormal, (2) Kesehatan mental itu konsep yang ideal,
dan (3) Kesehatan mental sebagai bagian dari karakteristik kualitas hidup.
Gangguan mental dalam beberapa hal disebut perilaku abnormal
yang juga dianggap sama dengan sakit mental, dan sakit jiwa. Namun
demikian kita menyadari bahwa gangguan mental itu diakui adanya di
masyarakat. Sama halnya dengan yang terjadi pada gangguan fisik,
gangguan mental ini pada dasarnya juga terdapat di semua masyarakat.
Allport, dan Duane Schultz (1991 : 19) mental juga terdapat dalam
kepribadian – kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma –
trauma dan konflik masa kanak – kanak. Orang – orang yang neurotis
terikat atau, terjalin erat pada pengalaman – pengalaman masa kanak –
kanak, tetapi orang yang sehat bebas dari paksaan masa lampau.
Sehat mengandung pengertian keadaan secara biopsikosisal, lebih
dari sekedar terbatas dari penyakit/kecacatan. Sedangkan sakit juga
mengandung makna biopsikosisal. Yang meliputi konsep disease
(berdimensi sosiologis). Di samping itu factor subyektif dan kultural juga
menentukan konsep sehat dan sakit Latipun dan Moeljono (2005 : 11).
Federasi kesehatan mental dunia (World Federation for Mentall
Health) pada saat kongres kesehatan mental di London, 1984 merumuskan
pengertian kesehatan sebagai berikut : a) Kesehatan mental sebagai
kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik
8
secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal ini sesuai dengan
keadaan orang lain, dan b) Sebuah masyarakat yang baik adalah
masyarakat yang memperoleh perkembangan ini pada anggota masyarakat
selain pada saat yang sama menjamin dirinya berkembang dan toleran
terhadap masyarakat yang lain (Latipun dan Moeljono, 2005 : 26).
Sedangkan menurut Gladstone (1994 : 8) kesehatan mental adalah
kemampuan seseorang untuk dapat memperkembangkan dirinya sesuai
tuntutan realitas sekitarnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental
adalah suatu kondisi dari seseorang maupun kelompok baik secara fisik
atau jiwa dalam mengembangkan dan memanfaatkan fungsi dan potensi
diri terhadap diri sendiri masyarakat maupun lingkungan.
2. Ciri – ciri Mental yang Sehat
Berkenaan dengan pribadi yang normal dan mental yang sehat,
Kartono dalam Yusak Burhanudin (1993 : 13), yaitu a) Memiliki rasa
aman (sense of security) yang tepat, mampu berhubungan dengan orang
lain dalam bidang kerja, pergaulan dan dalam lingkungan keluarga, b)
Memiliki penilaian (self evaluation) dan wawasan diri yang rasional
dengan harga diri yang tidak berlebihan, memiliki kesehatan secara moral
dan tidak dihinggapi rasa bersalah, selain itu juga dapat menilai perilaku
orang lain yang asosial dan tidak manusiawi sebagai gejala perilaku yang
menyimpang, c) Mempunyai spontanitas dan emosional yang tepat dan
mampu menjalin relasi yang erat, kuat dan lama seperti sebuah
9
persahabatan, komunikasi sosial dan menguasai diri sendiri, d)
Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien, tanda ada fantasi angan
dan angan – angan yang berlebihan. Pandangan hidupnya realitas dan
cukup luas. Sanggup menerima segala cobaan hidup, kejutan – kejutan
mental, serta nasib buruk lainnya dengan besar hati. Memiliki kontak yang
riil dan efisien dengan diri sendiri, dan mudah melakukan adaptasi atau
mengasimilasikan diri jika lingkungan sosial atau dunia luar memang
tidak bisa diubah oleh dirinya, e) Memiliki dorongan dan nafsu – nafsu
jasmaniah yang sehat dan mampu memuaskannya dengan cara yang sehat.
Namun tidak diperbudak oleh nafsunya sendiri, f) Mempunyai
pengetahuan yang cukup dengan memiliki motif hidup yang sehat dan
keadaan tinggi. Dapat membatasi ambisi – ambisi dalam batas
kenormalan. Juga patuh terhadap pantangan – pantangan pribadi dan yang
bersifat sosial, g) Memiliki tujuan hidup yang tepat, sehingga dapat
dicapai dengan kemampuan sendiri serta memiliki keuletan dalam
mengejar tujuan hidupnya agar bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi
masyarakat pada umumnya, h) Memiliki kemampuan belajar dari
pengalaman hidup dalam mengolah dan menerima pengalamannya dengan
sikap yang dihadapi untuk mencapai kesuksesan, i) Memiliki kesanggupan
untuk mengekang tuntutan – tuntutan dan kebutuhan – kebutuhan hidup
dari kelompok, dan j) Memiliki emansipasi yang sehat terhadap kelompok
dan kebudayaan bangsanya dan terhadap perubahan – perubahan jasmani
dan rohaniah.
10
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
a. Otonomi fungsional
Otonomi fungsional adalah pengalaman kenyataan yang sangat
mencekam jiwa, punya arti dinamis yang sangat besar dan menjadi
kekuatan otonom, yang pada akhirnya secara fungsional menjadi
terlepas dari pengalaman – pengalaman hidup sebelumnya.
Pada peristiwa otonomi fungsional terjadi satu trauma – trauma
atau kejadian traumatis adalah luka jiwa yang dialami seseorang,
disebabkan oleh suatu pengalaman yang sangat menyedihakn atau
melukai jiwanya. Sehingga karena pengalaman tersebut hidupnya sejak
saat kejadian itu berubah secara radikal yaitu : mendapatkan satu
insight baru, serta mengalami proses pendidikan atau makin
menurunnya niveau kehidupan. Contoh seorang yang mengalami
proses kenaikan atau menurunnya niveau kehidupan = seorang siswa
yang mempunyai keterlambatan berhitung setelah siswa tersebut
berusaha atau belajar di rumah dan dia memasuki les berhitung jadi
siswa mengalami penaikan niveau kehidupan.
b. Pertumbuhan bentuk pemuasan kebutuhan
Cara pemenuhan kebutuhan itu ditampilkan dalam bentuk – bentuk
kebiasaan dan perbuatan – perbuatan otomatis, yang diberi model atau
pola oleh kebudayaan seseorang, lambat laun akan timbul bentuk –
bentuk tingkah laku kebiasaan baru untuk memenuhi kebutuhan –
11
kebutuhan itu, jika pola baru tadi ternyata lebih efisien daripada pola
yang lama ( sedang kebiasaan yang lama lalu ditinggalkan).
Maka di antara masa kini dengan masa esok yang dicitakan itu
selalu ada ketegangan. Ketegangan – ketegangan tersebut di satu pihak
akan menaikkan aktivitasnya, di samping meningkatkan niveaunya
kemanusiaannya jauh di atas kurve biologisnya. Namun di pihak lain
juga bisa menimbulkan macam – macam gangguan mental dan
gangguan emosional jika ketegangan tadi tidak bisa dilenyapkan.
Selanjutnya dapat ditambahkan bahwa sekalipun kurve biologis
seseorang sudah lama menurun, namun kehidupan psikisnya masih
bisa terus tumbuh, mekar dan berkembang.
c. Frustasi
Frustasi adalah satu keadaan, di mana satu kebutuhan tidak bisa
terpenuhi dan tujuan tidak bisa tercapai sehingga orang kecewa dan
mengalami satu bariere / halangan dalam usahanya mencapai satu
tujuan.
Arti frustasi yang lain adalah :
1) Penghalangan tingkah laku yang tengah berusaha mencapai satu
tujuan.
2) Suatu keadaan ketegangan yang tidak menyangka, disertai
kecemasan dan meningkatnya kegiatan simpatetis, disebabkan oleh
hambatan atau halangan.
12
Dengan kata lain, frustasi adalah kondisi seseorang yang dalam
usaha dan perjuangannya mencapai satu tujuan jadi tehambat, sehingga
harapannya menjadi gagal dan ia merasa sangat kecewa lalu orang
menyatakan : dia mengalami frustasi. Frustasi dapat mengakibatkan
berbagai bentuk tingkah laku reaktif, misal : seseorang dapat
mengamuk dan menghancurkan orang lain, merusak barang, frustasi
juga dapat memunculkan titik tolak baru bagi satu perjuangan dan
usaha atau bisa juga menciptakan bentuk – bentuk adaptasi baru dan
pola pemuasan kebutuahan yang baru.
Jadi, frustasi dapat menimbulkan situasi yang menggantungkan
kehidupan batin seseorang yang positif. Tapi juga dapat mengkritisi
situasi yang merusak atau yang negatif, sehingga mengakibatkan
timbulnya macam – macam bentuk gangguan mental.
a. Dampak positif
Berikut beberapa dampak atau bentuk reaksi frustasi yang
membantu atau positif dan negatif :
1. Mobilisasi dan penambahan kegiatan
Jika seseorang dalam usahanya mencapai satu tujuan
mengalami satu rintangan besar. Maka sebagai reaksinya bisa
terjadi satu pengumpulan untuk menjebol hambatan –
hambatan yang menghalangi.
13
Berbagai kesulitan dan hambatan dalam kehidupan sehari –
hari bisa menjadi tantangan. Tantangan ini bisa terlalu berat
sehingga terjadilah kegagalan dan kemusnahan yang tragis.
2. Berfikir secara mendalam disertai wawasan jernih
Setiap frustasi memberikan masalah sekaligus tantangan
pada manusia untuk di atasi. Kejadian ini memaksa dirinya
untuk melihat realitas dengan jalan mengambil jarak
pengambilan distansi ini merupakan syarat pertama untuk
berfikir secara mendalam disertai wawasan jernih.
Berfikir secara mendalam dengan wawasan tajam dan
jernih memanggil perspektif – perspektif baru dan memberikan
kemungkinan-kemungkinan lain, juga memberikan kesempatan
untuk menilai arti dari frustasi tersebut menurut proporsi
sebenarnya.
3. Kompensasi atau substitusi dari tujuan-tujuan
Kompensasi adalah usaha menggantikan atau usaha
mengimbangi sesuatu yang dianggap minder atau lemah.
Kegagalan seseorang dalam satu bidang yang banyak
menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan dan derita batin,
14
kemudian dialihkan pada suatu pencapaian sukses di bidang
lain.
Satu kesibukan atau satu pelaksanaan tugas itu jika
mengalami hambatan selalu saja akan memanggil satu sistem
ketegangan yang kuat dan menuntut adanya penyelesaian.
Penyelesaiannya dapat pula berbentuk penggantian tugas –
tugas tadi.
b. Dampak Negatif
1. Agresi
Agresi adalah kemarahan yang meluap – luap dan orang
melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar
karena orang selalu gagal dalam usahanya, reaksinya sangat
primitif, berupa kemarahan dan luapan emosi kemarahan yang
meledak – ledak. Kadang – kadang disertai perilaku kegilaan
tindak sadis dan usaha membunuh orang seperti yang
diungkapkan Chaplin dalam Kartono (2000, 58).
Agresi adalah sebarang reaksi terhadap frustasi berupa
serangan, tingkah laku bermusuhan terhadap orang atau benda.
Kemarahan – kemarahan semacam ini pasti mengganggu
fungsi inteligensi, sehingga harga diri orang yang bersangkutan
15
jadi merosot disebabkan oleh tingkah lakunya. Yang agresif
berlebih – lebihan tadi, sebagai contoh : Seorang siswa yang
sedang melaksanakan ujian semester, misalnya meminta
jawaban dari teman yang lain, karena temannya tidak mau
mengasih jawaban kepada siswa tersebut, siswa tersebut
menjadi benci dan menjadi bermusuhan, bahkan siswa tersebut
menghina temannya di depan kelas.
Bila agresi berlebih – lebihan tersebut menjadi kemarahan
yang kronis, maka hal ini sering menyebabkan timbulnya
penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi.
2. Regresi
Regresi adalah perilaku yang surut kembali pada pola
reaksi atau tingkat perkembangan yang primitif, pada pola
tingkah laku kekanak – kanakan, infantile dan tidak sesuai
dengan tingkah usianya.
Semua ini disebabkan karena individu yang bersangkutan
mengalami frustasi berat yang tidak tertanggungkan. Pola
resikonya antara lain, berupa : menjerit – jerit, berguling –
guling di tanah, menangis meraung – raung, membanting kaki,
mengisap ibu jari, mengompol, berbicara gagap.
Tingkah laku demikian ini mungkin bisa menimbulkan
respon simpati dari orang lain, terhadap dirinya dan orang yang
bersangkutan untuk sementara waktu bisa terhibur atau merasa
16
puas, akan tetapi pada hakekatnya tingkah laku kekanak –
kanakan itu merupakan ekspresi dari rasa kalah, menyerah dan
keputusasaan.
3. Rasionalisasi
Menurut Chaplin dalam Kartono (2000 : 61) Rasionalisasi
adalah proses pembenaran kekalutan sendiri dengan
mengemukakan alasan yang masuk atau yang bisa diterima
secara sosial untuk menggantikan alasan yang sesungguhnya.
Jika seseorang mengalami frustasi dan kegagalan, biasanya
ia selalu mencari kesalahan dan sebab musababnya pada orang
lain, atau mencarinya pada keadaan di luar dirinya, dia
menganggap dirinya yang benar dan orang lain atau kondisi
dan situasi dari luar yang menjadi bidang keladi dari
kegagalannya. Dia tidak mau mengakuai kesalahan dan
kekurangan sendiri. Ia selalu berusaha membelai – belai harga
dirinya. Semua pujian dari luar dan pembenaran diharapkan
bisa memuaskan perasaan sendiri, dan bisa membelai – belai
harga dirinya.
Dia selalu menuntut agar segala perbuatan dan alasannya
dibenarkan oleh pikiran/akal orang lain. Karena itu perilakunya
disebut sebagai rasionalisasi.
Misal : seorang yang gagal melaksanakan tugasnya akan
berkata ”tugas itu terlalu berat bagi pribadi saya yang masih
17
amat muda ini”, atau dalih ”tugas semacam itu bagi saya tidak
ada harganya, dan tidak masuk dalam bidang perhatian saya.
4. Hubungan Sosial
Sejak awal hidupnya setiap manusia tidaklah sendirian, ia
mumpunyai ayah dan ibu dan melahirkan, memelihara serta
membesarkannya. Karena mempunyai ayah serta ibu maka setiap orang
pun juga mempunyai kakek dan nenek, tentu juga paman serta tante,
saudara dan saudari. Kemudian hubungan tersebut mungkin diperluas
kelingkungan lain diluar kerabat keluarga. Misalnya hubungan dalam
lingkungan tetangga, sekolah, organisasi sosial.
Ktinger (1977) mengemukakan bahwa, hubungan dengan orang
lain ternyata mempengaruhi kita. Kita tergantung terhadap orang-orang
yang lain karena mereka juga berusaha mempengaruhi kita melalui
pengertian yang diberikannya, informasi yang dibaginya, semangat yang
disumbangkannya, dan masih banyak lagi pengaruh lainnya akan menerpa
kita.semuanya membentuk pengetahuan, menguatkan perasaan dan
barangkali juga meneguhkan perilaku manusia.
Sedangkan menurut Robert W.O. Brien dalam susanto (1985),
maka komunikasi lebih dari itu, sampai pada bagian mana dan dengan
proses macam apa dan efek dan umpan balik manakah pesan-pesan itu
bermakna sama.jadi melihat tidak saja para individu itu berinteraksi tetapi
bagaimana suatu proses sosial diantara individu.
18
Soekanto (1989) mengutip pendapat Gillin dan Gillin dan
mengemukakan bahwa proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang
dapat dilihat apabila orang perorangan serta kelompok-kelompok manusia
saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan
tersebut apakah akan terjadi apabila ada perubahan –perubahan yang
menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.
Untuk mengetahui secara jelas bagaimana suatu proses sosial itu
terjadi maka perlu dipelajari bagaimana sumbangan interaksi sosial
didalamnya. Kimballyoung sebagaimana dikutip soekanto,
mengemukakan bahwa kunci utama mengerti semua persoalan adalah
hubungan sosial.
Sebagaimana dikemukakan dalam tulisan Hoselitz (1988) yaitu
georfe herbert Mead, dan Charles Horton cooley yang mengemukakan
suatu teori bagaimana akal (mind) dan diri (self) manusia berkembang
lewat jaringan interaksi sosial. Menurut Mead dalam bukunya : Mind, self
and society (1934) mengemukakan bahwa ciri yang membedakan manusia
dari hewan adalah kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan
menggunakan simbol-simbol bermakna, yang timbul dalam proses
hubungan sosial.
Hubungan sosial sendiri seperti diungkapkan Gillin dan Gillin
sebagai syarat utama dalam membentuk proses sosial, dimana interaksi
ditentukan oleh dua faktor terutama yakni, kontak sosial dan komunikasi
maka peranan komunikasi antar pribadi,antar pribadi dengan masyarakat
19
menjadi sangat penting.dari sini dapatlah disimpulkan bahwa setiap
hubungan yang dibentuk manusia dengan orang –orang yang lain
didalamnya juga mengandung pelaksanaan komunikasi, apakh itu
komunikasi antar pribadi, maupun komunikasi kelompok, atau komunikasi
sosial dalam suatu masyarakat.
5. Faktor –Faktor Pembentuk Hubungan Sosial
Menurut Klinger, Gillin dan Gillin, Soekanto, maupun nderetan
nama psikolog sosial terlihat dengan jelas bahwa dalam komunikasi
dengan orang lain meskipun dilakukan melalui hubungan dengan
sendirinya namun didorong oleh berbagai factor-faktor pembentuknya.
Halloran (1980) mengemukakan bahwa manusia sebenarnya
berkomunikasi dengan orang lain Karena beberapa factor, antara lain:
1. Perbedaan antar pribadi
2. manusia meskipun merupakan mahkluk yang utuh namun tetap
mempunyai kekurangan.
3. Adanya perbedaan motivasi antar manusia
4. Kebutuhan akan harga diri yang harus mendapat pengakuan dari orang
lain.
Cassagrande (1986) juga berpendapat hampir senada, bahwa orang
berhubungan dengan orang lain karena :
20
1. Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi
kekurangan dan membagi kelebihan.
2. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif tetap.
3. hubungan hari ini merupakan spectrum pengalaman masa lalu dan
membuat orang mengantisipasi masa depan.
4. hubungan yang diciptakan kalo berhasil merupakan penmgalaman
yang baru.
6. Pengaruh Kesehatan Mental terhadap Hubungan Sosial Siswa Kelas VIII
SMP N 3 Toroh Tahun Pelajaran 2009 / 2010.
Peserta didik ditingkat menengah berkisar antara 12 hingga 15
tahun yang sedang mengalami tahap perkembangan remaja awal, setelah
menyelesaikan pada tingkat ini maka mereka berada pada tahap
perkembangan memasuki remaja. Tahap perkembangan anak-anak usia
ini, meupakan tahap dimana mereka mempersiapkan dirinya untuk
kelangsungan hidupnya kelak dalam menghadapi tugas perkembangannya.
Lingkungan sekolah merupakan tempat mereka berinteraksi,
bergaul dan melakukan segala aktivitas dalam kaitannya dengan proses
belajar.
I. Hipoteseis
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kebenaran dari suatu
pertanyaan yang sudah ditentukan sebelumnya, pertanyaan yang mungkin
benar mungkin pula tidak benar, yang disebut hipotesis. Menurut
21
Purwodarminto, 1976 : 358) hipotesis adalah sesuatu yang dianggap benar
untuk alasan atau menyatakan pendapat, meskipun kebenarannya belum dapat
dibuktikan. Sedangkan pengertian hipotesis menurut Sutrisno Hadi (1996 : 63)
adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu
dibuktikan kenyataannya.
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
J. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
suatu penelitian, karena semakin baik metode yang digunakan dalam
penelitian, maka penelitian tersebut akan efektif dan efisien serta hasil yang
dicapai akan semakin sempurna. Istilah metodologi penelitian berasal dari
bahasa Yunani, yaitu : Methodos yang artinya metode atau cara, sedangkan
logos artinya ilmu. Dari kata diatas dapat kita tarik kesimpulan metodologi
penelitian adalah ilmu pengetahuan tentang metode atau cara yang dapat
ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.
A. Variabel Penelitian
Menurut Suharsini Arikunto (2006 : 104) variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi obyek penelitian, sedangkan menurut Sutrisno Hadi (2002 : 144) variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Dari kedua definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel adalah
gejala yang bervariasi, yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian,
variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
22
a. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
diselidiki pengaruhnya. Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas adalah
kesehatan mental.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
diselidiki pengaruhnya. Dalam penelitian ini sebagai variabel terikat ialah
hubungan sosial.
Dan menurut jenis penelitiannya pendekatan yang dilakukan adalah
penelitian ini adalah jenis survey. Survey adalah penelitian yang dilakukan
pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data
sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian
– kejadian relatif. Distribusi, dan hubungan antar variabel, sosiologis
maupun psikologis.
Jenis penelitian menurut tingkat penjelasan, yaitu bagaimana variabel –
variabel yang diteliti itu akan menjelaskan obyek yang akan diteliti
melalui data yang terkumpul, jenis penelitian menurut jenis datanya,
penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian kuantitatif dimana data
kuantitatif adalah data yang terbentuk angka atau data kuantitatif yang
diangkakan kedalam skala pengukuran.
23
19
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional dari penelitian ini adalah :
1. Kesehatan Mental
Sehat adalah suatu keadaan berupa kesehatan fisik, mental dan sosial secara penuh dan bukan semata – mata berupa absensinya penyakit atau keadaan tertentu. Winkel (2005 : 1)
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala – gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup. Zakiyah Drajat ( 2005 : 1)
Kesehatan mental adalah kedamaian hati, keseimbangan jiwa yang
tergantung pada hubungan dan integrasi dari manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa, juga keserasian dan keharmonisan dengan rokhani sendiri atau
suatu proses yang mempermasalahkan kehidupan kerokhanian yang sehat,
fungsi – fungsi manusiawi yang mencakup aspek bawaan, kesadaran jiwa dan
totalitas psikhotisis yang komplek dan berusaha untuk menghilangkan adanya
gangguan – gangguan jiwa, dengan indikator sebagai berikut : efisiensi
terhadap semua tindakan, memiliki tujuan hidup yang sehat, realistis,
bergairah dan tenang batin.
C. Populasi dan Teknik Pemilihan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsini Arikunto (2002 : 18) populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Apabila penelitian ingin meneliti semua elemen yang berada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi dilihat dari jumlahnya populasi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : a) Jumlah tertinggi yang terdiri dari elemen jumlahnya
24
tertentu, dan b) Jumlah tak hingga yang terdiri dari elemen yang sukar sekali dicari batasannya.
Populasi dalam penelitian ini menggunakan populasi dalam jumlah
terhingga yang terdiri dari elemen dalam jumlah tertentu, sehingga
populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa – siswi kelas VIII SMP
N 3 Toroh tahun ajaran 2008 / 2009 dengan jumlah populasi 100.
2. Sampel
Menurut Suharsini Arikunto (2002 : 109) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, jika diteliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut adalah penelitian sampel. Penelitian sampel dapat digunakan apabila keadaan subyek didalam populasi benar – benar homogen, maka kesimpulannya tidak diperlukan bagi seluruh populasi.
Penelitian ini menggunakan sampel secara porposive sampling artinya
memberikan peluang yang sama kepada anggota populasi untuk dijadikan
sampel. Sampel penelitian ini terdiri dari siswa kelas VII yang diambil
secara random sampling. Random sampling dalam penelitian ini penulis
mengambil sampel 40 siswa dari jumlah semua siswa kelas VIII secara
acak atau lotre dari 2 kelas setiap kelas diambil 20 sampel.
Tabel 1. Sampel penelitian
No Kelas VIII L P Jumlah Sampel1 VIIIA 10 10 20 202 VIIIB 10 10 20 20Jumlah 20 20 40 40
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :
1. Metode Observasi
25
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 200) metode observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja menggunakan alat indra (terutama mata) dan pencatatan terhadap gejala perilaku yang diselidiki.
2. Metode Wawancara
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 200) wawancara adalah teknik pengumpulan data, melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang diwawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai.
3. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 200) metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data, dengan cara mengumpulkan arsip atau menghimpun keterangan dari benda – benda lain yang sekiranya masih dalam simpanan.
Ketiga metode tersebut adalah sebagai metode bantu sedangkan
sebagai metode pokok adalah metode angket.
4. Metode Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 200) metode angket adalah teknik
pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan
untuk diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan adalah
penelitian untuk menghimpun pendapat umum.
Metode utama dalam penelitian ini penulis menggunakan Metode
Angket. Pengumpulan data dengan menggunakan angket untuk
memperoleh hasil penyelidikan yang digunakan untuk mengungkap
Hubungan Sosial siswa, sehingga penulis menggunakan metode ini untuk
mengetahui apakah ada pengaruh kesehatan mental terhadap Hubungan
Sosial siswa.
26
Angket adalah sebagai suatu daftar pertanyaan tertulis yang rinci dari
lengkap yang harus dijawab secara tertulis berkaitan dengan pribadi
penjawab / responden. Dengan metode angket inilah peneliti menempuh
langkah Hubungan Sosial siswa yang nanti berupa sejumlah pertanyaan
yang harus dijawab oleh siswa dan hasil jawaban akan diangkatkan
kedalam analisis data statistik. Angket yang digunakan dalam penelitian
ini angket langsung, yaitu angket yang diberikan kepada subyek untuk
jawban secara langsung.
Penyusunan angket agar dapat mengenal sasaran dengan tepat dan
dapat pula dipertanggungjawabkan tentang realibilitas dan validitasnya,
maka dalam menyusun item atau pertanyaan harus memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut : pertanyaan singkat dan jelas, gunakan kata –
kata yang tidak rangkap dalam artinya, pertanyaan hendaknya jelas dan
benar, pertanyaan hendaknya bersifat umum, hindarkan kalimat yang
tidak dimengerti klien, membuat pertanyaan yang relevan dengan obyek,
jangan keluar dari sasaran.
Untuk mendapatkan angket yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan maka harus menggunakan prosedur yang baik
pula. Berikut adalah langkah – langkah dalam penyusunan angket :
a) Merumuskan obyek atau sasaran yang akan dites atau
diselidiki, dengan maksud agar sasaran tidak pindah ke obyek lain.
b) Menjabarkan obyek sasaran menjadi lebih kecil.
27
c) Merumuskan daerah tingkah laku obyek.
d) Merumuskan daerah dimensi sikap.
e) Membuat tabulasi atau kisi – kisi.
f) Membuat item angket dan membuat alternatif jawaban.
g) Membuat urutan jawaban kunci jawaban dan
h) Mengadakan uji coba.
Kelebihan metode angket adalah sebagai berikut :
a) Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
b) Dapat dibagikan secara serempak hadirnya peneliti.
c) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya
masing – masing dan menurut waktu senggang responden, dan
d) Setiap responden menerima jumlah pertanyaan yang
sama.
Kisi – kisi Angket
Tabel 2 Kisi – kisi Angket Kesehatan Mental.
Variabel Indikator No Butir JmlKesehatan mental
1. Efisien dalam setiap tindakan
2. Memiliki tujuan hidup yang sehat
3. Realistis4. Bergairah dan tenang batin
1, 2, 4, 5,7, 8, 9, 10, 3, 6
11, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 13, 14
10
10
1010
Jumlah 40 40
Tabel 3. Kisi-kisi Angket Hubungan Sosial
28
Variabel Indikator No Butir Jml
Hubungan
Sosial
1. Dorongan dalam hubungan sosial
2. Kegiatan dalam hubungan sosial
3. Usaha dan ketenangan batin
4. Kewajiban dalam hubungan sosial
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
11,12,13,14,15,16,17,18,19,20
21,22,23,24,25,26,27,28,29,30
31,32,33,34,35,36,37,38,39,40
10
10
10
10
Jumlah 40 40
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji coba istrumen angket dilakukan untuk mengetahui angket valid dan
reliabel sehingga dapat dipergunakan selanjutnya dalam penelitian. Dalam
penelitian ini angket akan dicobakan pada 40 siswa sampel terpilih.
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah angket sahih, jika terdapat butir angket tidak sahih maka perlu dilakukan penggantian butir angket yang gugur. Adapun perhitungannya dilakukan melalui dua proses, yang pertama adalah menghitung korelasi antar skor butir dengan kompesitnya, skor faktor y melalui rumus korelasi product moment sehingga lebih akurat, Sutrisno Hadi (1997 : 113).
Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :
Keterangan :
= Angka korelasi product moment
N = Jumlah individu
∑x = Jumlah variabel kesehatan mental (x)
29
∑y = Jumlah variabel Hubungan Sosial (y)
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas angket menggunakan rumus alpha :
Suharsimi Arikunto (1998 : 198)
Keterangan :
= Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= Jumlah varian butir
= Varian total
Untuk memperoleh jumlah varian butir di atas lebih dahulu varian
setiap butir , kemudian baru dijumlahkan. Sedangkan untuk mencari
varian total adalah jumlah kuadrat skor tabel kuadrat dibagi jumlah
responden yang ada, baru dimasukkan ke rumus Alpha Cronbach.
F. Teknik Analisis Data
30
Teknik ini digunakan untuk mengolah data yang telah masuk, agar
mendapatkan kesimpulan. Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis
adalah metode statistik jenis korelasi persial. Berikut ini akan penulis uraikan
beberapa hal mengenai statistik.
Menurut Sutrisno Hadi (2002 : 221) dalam buku Metodologi Research bahwa pengertian statistik secara luas berarti cara – cara yang dipersiapkan untuk mengumpulkan, menyusun, menyajikan dan menganalisa data penyelidikan yang berupa angka statistik yang diharapkan dapat menyiapkan dasar – dasar yang dipertanggungjawabkan untuk menarik kesimpulan yang benar dan layak.
Dalam pelaksanaan riset atau penelitian, statistik mempunyai fungsi yang
bermacam – macam, antara lain : memungkinkan pencatatan yang paling
eksak mengenai data – data penelitian, memaksa penyelidik untuk menganut
tata kerja yang definisi dan eksak, menyiapkan cara – cara meringkas data
dalam bentuk yang lebih banyak artinya dan lebih mengerjakannya,
memberikan landasan untuk meramalkan secara ilmiah tentang gejala yang
akan terjadi dalam kondisi yang telah diketahui, memberikan dasar untuk
menarik konklusi melalui proses mendekati data yang dapat diterima dalam
pengetahuan, memungkinkan sebab akibat yang kompleks dan rumit tanpa
statistik akan membingungkan kejadian yang tak teruraikan. Ada dua macam
statistik menurut fungsinya yaitu : Statistik deskriptif merupakan statistik yang
berfungsi hanya sampai pada penjelasan terbatas terhadap sekumpulan data
yang diselidiki dan tidak untuk diramalkan. Statistik interfensial merupakan
statistik yang berfungsi untuk mengadakan peramalan yang lebih luas
terhadap wilayah atau masa mendatang. Keuntungan metode statistik adalah :
gambaran dapat diperoleh dalam waktu yang singkat, karena data yang dipakai
31
menggunakan angka – angka, maka penyelidikannya lebih eksak dan objektif.
Dengan hasil penyelidikan yang eksak tersebut maka kebenarannya dapat
dipercaya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan korelasi momen tangkar
atau product moment sebagai berikut :
Keterangan :
= Angka korelasi antara x dan y
x = Jumlah nilai ubahan x variabel bebas (kesehatan mental)
y = Jumlah nilai ubahan y variabel terikat (hubungan sosial)
N = Jumlah koresponden
Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan . Apabila lebih
besar daripada berarti hipotesis terbukti. Dan apabila lebih kecil dari
berarti hipotesis tidak terbukti.
32
33