Download - 8. BAB 3 Prakiraan Dampak Penting
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 1
BAB 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
Berdasarkan Kerangka Acuan yang telah disepakati, teridentifikasi beberapa Dampak Penting Hipotetis
(DPH) yang akan timbul terhadap lingkungan hidup sebagai akibat adanya rencana kegiatan pembangunan
PLTU. Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :
A. Bangunan Utama (Power Block) PLTU
a. Tahap Pra Konstruksi
1) Perubahan Pola Mata Pencaharian
2) Munculnya Spekulan Tanah
3) Keresahan Masyarakat
4) Perubahan Pola Hubungan Sosial
5) Perubahan Persepsi Masyarakat
b. Tahap Konstruksi
1) Penurunan Kualitas Udara
2) Peningkatan Kebisingan
3) Peningkatan Getaran
4) Penurunan Kualitas Air Laut
5) Penurunan Kualitas Air Permukaan
6) Perubahan Bentang Alam
7) Peningkatan Debit Air Larian
8) Gangguan terhadap Flora Darat
9) Gangguan terhadap Fauna Darat
10) Gangguan terhadap Biota Laut
11) Perubahan Pola Mata Pencaharian
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 2
12) Peningkatan Kesempatan Kerja
13) Peningkatan Peluang Berusaha
14) Gangguan terhadap Kenyamanan
15) Perubahan Adat Istiadat (Perubahan Nilai dan Norma)
16) Perubahan Persepsi Masyarakat
17) Gangguan Kesehatan Masyarakat
18) Gangguan Lalulintas Darat
19) Kerusakan Infrastruktur Jalan dan Jembatan
c. Tahap Operasi
1) Penurunan Kualitas Udara
2) PeningkatanKebauan
3) Peningkatan Kebisingan
4) Peningkatan Paparan TENORM
5) Penurunan Kualitas Air Laut
6) Perubahan Garis Pantai (Abrasi)
7) Gangguan terhadap Biota Laut
8) Perubahan Pola Mata Pencaharian
9) Perubahan Persepsi Masyarakat
10) Perubahan Tingkat Pendapatan
11) Peningkatan Ekonomi Lokal dan Regional
12) Keresahan Masyarakat
13) Gangguan Kesehatan Masyarakat
B. Terminal Khusus/ Jetty
a. Tahap Pra Konstruksi
Tidak ada kegiatan pada tahap pra konstruksi, sehingga tidak ada dampak yang diperkirakan akan
terjadi.
b. Tahap Konstruksi
1) Penurunan Kualitas Air Laut
2) Gangguan terhadap Biota Laut
3) Perubahan Persepsi Masyarakat
4) Gangguan Lalulintas Laut
5) Perubahan Garis Pantai
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 3
c. Tahap Operasi
1) Penurunan Kualitas Air Laut
2) Gangguan terhadap Biota Laut
3) Perubahan Persepsi Masyarakat
4) Gangguan Lalulintas Laut
C. Pengerukan (Dredging) di Laut dan Pembuangan Hasil Pengerukan (Dumping) di Laut
a. Tahap Pra Konstruksi
Tidak ada tahap pra konstruksi untuk kegiatan pengerukan maupun penimbunan material hasil
keruk, sehingga tidak ada dampak yang diperkirakan akan terjadi.
b. Tahap Konstruksi
Tidak ada tahap konstruksi untuk kegiatan pengerukan maupun penimbunan material hasil keruk,
sehingga tidak ada dampak yang diperkirakan akan terjadi.
c. Tahap Operasi
1) Penurunan Kualitas Air Laut
2) Gangguan terhadap Biota Laut
3) Perubahan Persepsi Masyarakat
D. Jaringan Transmisi 500 kV (SUTET) dan Gardu Induk
a. Tahap Pra Konstruksi
1) Munculnya Spekulan Tanah
2) Keresahan Masyarakat
3) Perubahan Persepsi Masyarakat
b. Tahap Konstruksi
1) Penurunan Kualitas Udara
2) Peningkatan Kebisingan
3) Peningkatan Kesempatan Kerja
4) Gangguan terhadap Kenyamanan
5) Perubahan Persepsi Masyarakat
6) Gangguan Kesehatan Masyarakat
c. Tahap Operasi
Operasional jaringan transmisi dari tower pertama sampai dengan tower pada jaringan interkoneksi
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 4
SUTET 500 kV Jawa-Bali pada dokumen ini tidak dilakukan pelingkupan.
Prakiraan dampak dilakukan untuk mengetahui intensitas dampak yang terjadi akibat adanya proyek atau
kegiatan yang mencakup besaran dampak dan penentuan sifat pentingnya dampak.
PRAKIRAAN BESARAN DAMPAK
Besaran dampak adalah selisih antara kondisi lingkungan hidup karena kegiatan proyek dengan kondisi
lingkungan hidup tanpa proyek, atau diformulasikan dengan rumus :
KLoKLp dimana :
= Besaran dampak
KLp = Nilai parameter lingkungan hidup yang akan datang dengan proyek
KLo = Nilai parameter lingkungan hidup yang akan datang tanpa proyek
Satuan dari besaran dampak adalah sesuai dengan satuan dari parameter lingkungan yang ditinjau. Nilai
parameter lingkungan yang akan datang tanpa proyek diasumsikan sama dengan kondisi rona lingkungan
awal. Secara umum metode prakiraan dampak besar dan penting yang dapat dilakukan adalah dengan
metode formal/ matematis, metode analogi, dan metode lainnya. Asumsi yang digunakan dalam prakiraan
dampak ini adalah kualitas parameter lingkungan yang akan datang dianggap sama dengan kondisi
lingkungan saat ini (rona lingkungan hidup awal).
Setelah diperoleh perubahan nilai parameter lingkungan menggunakan metoda formal maupun informal,
kemudian dilakukan konversi perubahan nilai parameter lingkungan ke dalam perubahan skala kualitas
lingkungan. Skala kualitas lingkungan pada rona lingkungan awal (KLo) dan pada saat kegiatan berlangsung
(KLp) ditampilkan dalam skala numerik (1 sampai dengan 5) dengan kriteria :
Skala 1 : Kualitas lingkungan Sangat Buruk
Skala 2 : Kualitas lingkungan Buruk
Skala 3 : Kualitas lingkungan Sedang
Skala 4 : Kualitas lingkungan Baik
Skala 5 : Kualitas lingkunganSangat Baik
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 5
Kriteria Besarnya Dampak :
- Tidak ada dampak bila nilai perubahan dampaknya 0
- Dampak dikatakan Kecil bila nilai perubahan dampaknya 1
- Dampak dikatakan Sedang bila nilai perubahan dampaknya 2
- Dampak dikatakan Besar bila nilai perubahan dampaknya 3
- Dampak dikatakan Sangat Besar bila nilai perubahan dampaknya 4
PRAKIRAAN SIFAT PENTING DAMPAK
Prediksi dampak penting dilakukan dengan menghubungkan setiap besaran dengan 7 kriteria dampak
penting sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 ayat (2) Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, yaitu :
1) Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2) Luas wilayah persebaran dampak
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4) Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
5) Sifat kumulatif dampak
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
7) Kriteria ilmu dan teknologi
Berdasarkan kriteria dan kategori penentuan penting/tidaknya dampak, maka dilakukan keputusan akhir
untuk menentukan tingkat kepentingan dampak rencana kegiatan proyek terhadap lingkungan untuk setiap
parameter lingkungan. Tingkat kepentingan dampak yang digunakan adalah Dampak Penting (P) dan
Dampak Tidak Penting (TP).
Kriteria penetapan tingkat kepentingan dampak adalah sebagai berikut :
1) Jika kriteria nomor 1 (Jumlah penduduk yang terkena dampak) masuk dalam kriteria penting, maka
prakiraan dampak adalah Penting (P).
2) 3 maka prakiraan dampaknya adalah Penting (P).
3) 2 maka prakiraan dampaknya adalah Tidak Penting (TP).
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 6
Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Sifat Penting Dampak
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
TIDAK PENTING (TP) PENTING (P)
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
Jumlah penduduk yang menerima dampak positif penting lebih besar dari jumlah penduduk yang terkena dampak negatif penting
Jumlah penduduk yang menerima dampak positif penting lebih kecil atau sama dengan jumlah penduduk yang terkena dampak negatif penting
2. Luas wilayah penyebaran dampak
Luas wilayah penyebaran dampak lebih kecil dibandingkan dengan luas wilayah rencana kegiatan
Luas wilayah penyebaran dampak lebih besar dibandingkan dengan luas wilayah rencana kegiatan
3. Intensitas dampak Ringan, populasi terkena dampak tidak terpengaruh
Sedang sampai berat, populasi terkena dampak terpengaruh
Lamanya dampak berlangsung
1 tahapan kegiatan
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
Hanya merupakan dampak primer Menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya
5. Sifat Kumulatif dampak Tidak kumulatif Kumulatif tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
Dampaknya tidak dapat dipulihkan (tidak berbalik)
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang tersedia
Dampak penting negatif yang ditimbulkan tidak dapat ditanggulangi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang tersedia
Sumber : Tim Studi, 2013
Tambahan kriteria lain, dampak dikatakan Penting (P) jika :
(1) Melebihi baku mutu lingkungan atau kriteria baku kerusakan lingkungan
(2) Tidak melebihi baku mutu lingkungan atau kriteria baku kerusakan lingkungan tetapi :
- Debit limbah dan beban pencemaran mencapai kondisi maksimum
- Laju emisi dan beban pencemaran mencapai kondisi maksimum
(3) Menimbulkan gangguan bising/ bau/ getaran
Khusus untuk komponen sosial, ekonomi dan budaya, mengacu pada definisi Prof. Susetyawan (berpijak
pada Teori Institusi dari Koentjaraningrat, 2000), sifat penting atau tidak penting dan positif atau negatif
dampak ditetapkan sebagai berikut :
(1) Dampak penting menunjuk perubahan, dalam konteks lingkungan, yang berupa ketidak-seimbangan
baik sumber daya alam, infrastruktur, institusi-institusi sosial (pola hidup, mata pencarian,
pendiapatan, pendidikan, dan kesehatan), sistem nilai (kepercayaan, pengetahuan, ilmu
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 7
pengetahuan, ideologi, dan adat istiadat), hubungan sosial (kolektivitas, harmoni dan disharmoni
atau konflik) akibat dari intervensi dan atau eksploitasi terhadap sistem lingkungan hidup.
(2) Dampak penting positif menunjuk pada ketidakseimbangan, akan tetapi apabila difasilitasi akan
terjadi keseimbangan baru dalam lingkungan hidup sebab unsur sarana dan prasaranan masih
tersedia. Meskipun hal itu telah terjadi intervensi dan eksploitasi terhadap sistem lingkungan hidup.
Jika fasilitasi dilakukan reaksi masyarakat sangat kecil dan tidak menimbulkan gejolak.
(3) Dampak penting negatif menunjuk pada ketidak-seimbangan sistem lingkungan hidup dimana
diperlukan adanya sarana dan prasarana baru untuk terciptanya kesimbangan baru dalam sistem
lingkungan hidup. Memfasilitasi tanpa penyediaan sarana dan prasarana baru yang menjadi
kebutuhan masyarakat akan sulit terjadi terwujutnya keseimbangan baru. Jika hal ini dilakukan akan
mengundang reaksi besar dari masyarakat
(4) Dampak tidak penting menunjuk pada tidak terjadinya perubahan yang berarti dalam sistem
lingkungan hidup meskipun terjadi intervensi dan eksploitasi lingkungan hidup. Pada tingkat ini
tingkat reaksi masyarakat sangat kecil dan tidak berarti.
Survei pada komponen sosial, ekonomi dan budaya di tiga desa power block PLTU (Desa Ujungnegoro,
Ponowareng, dan Karanggeneng) tidak dapat dilakukan dengan baik karena kondisi setempat yang tidak
kondusif dan ada penolakan oleh sebagian warga, sehingga data primer yang bersifat kuantitatif yang
dibutuhkan tidak dapat sepenuhnya diperoleh. Oleh karena itu, untuk kepentingan analisis dalam prakiraan
dampak selain data primer, juga digunakan data kualitatif dan data sekunder yang relevan.
3.1 BANGUNAN UTAMA (POWER BLOCK) PLTU
3.1.1 Tahap Pra Konstruksi
a. Survei
Munculnya Spekulan Tanah
Rencana pembebasan tanah menjadi isu yang besar karena lahan tapak Blok PLTU (terletak di Desa
Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng) sebagian besar adalah sawah irigasi semi teknis milik
penduduk yang umumnya menjadi mata pencaharian utama. Munculnya sikap warga yang menerima dan
yang belum menerima kehadiran PLTU membuat situasi lingkungan tidak kondusif bagi para pihak untuk
memperbincangkan rencana kegiatan, serta ada penolakan yang kuat terhadap kehadiran orang luar yang
akan mengusik lahan pertaniannya. Hal tersebut diprediksikan akan menghambat munculnya spekulan
tanah, yakni orang yang ingin mencari keuntungan dengan cara berupaya membeli lahan milik warga dengan
tujuan untuk dijual kepada pemrakarsa ataupun menjadi perantara dalam jual beli lahan dengan pihak
pemrakarsa. Spekulan yang pernah muncul di tiga desa tersebut di atas sekitar 9 orang atau 1,8% dari total
pemilik lahan yang terkena dampak untuk power blok PLTU. Rona awal spekulan tanah berada pada
kategori skala 4 (spekulan yang pernah muncul berkisar 1 -
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 8
kemudian menghilang. Kegiatan pengadaan lahan diprediksikan tidak akan mengubah sistem lingkungan
yang ada, dengan demikian skala kualitas lingkungan dari parameter spekulan tanah tidak berubah tetap
pada kategori skala 4. Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya spekulan tanah pada tahap
prakonstruksi adalah tergolong Tidak Ada Dampak dengan nilai perubahan dampaknya Tidak Ada
Perubahan (0). Analisis rinci penentuan dampak kegiatan survei terhadap munculnya spekulan tanah lihat
Lampiran 3D poin 1.1.1.1. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Survei terhadap Munculnya Spekulan Tanah
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING SIFAT PENTING
DAMPAK KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
TP Munculnya dampak spekulan tanah sangat kecil, hanya terbatas pada 504 pemilik lahan yang akan terkena pembebasan atau 18,7% dari total jumlah keluarga yang ada di desa lokasi tapak blok PLTU.
2. Luas wilayah penyebaran dampak
P Dampak menyebar di 3 desa (Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng); meskipun hanya 23,1% dari total desa di wilayah studi namun tiga desa tersebut merupakan lokasi tapak blok PLTU.
3. Intensitas dampak TP Munculnya spekulan tanah Intensitas dampaknya rendah karena adanya penolakan yang tinggi terhadap kehadiran orang atau pihak lain yang mengusik lahan pertaniannya. Walaupun berlangsung di 3 desa dalam kurun waktu yang relatif singkat tetapi tidak menimbulkan perubahan lingkungan yang drastis.
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung pada satu tahap kegiatan yaitu di awal tahap prakonstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
TP Tidak ada komponen lain yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak TP Tidak Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan survei terhadap munculnya spekulan tanah masuk
kategori dampak tidak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan
dampak, sehingga dampak tergolong Tidak Penting (TP).
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 9
Perubahan Pola Hubungan Sosial
Pola hubungan sosial adalah hubungan antara masyarakat, pemrakarsa, dan pemerintah. Rona kualitas
lingkungan dari pola hubungan sosial di tapak blok PLTU masuk pada kriteria sedang atau pada skala 3
dimana hubungan kekerabatan antar warga desa dalam kegiatan sosial masih berjalan baik dan cukup
sering terjadi, (lampiran 2P). Pola hubungan sosial dilihat dari kegiatan sosial dan keagamaan, serta
kegiatan gotong royong warga. Interaksi di antara warga, utamanya di Desa Ponowareng dan Desa
Karanggeneng telah menunjukkan kerenggangannya akibat perbedaan sikap dalam penerimaan rencana
kegiatan. Hubungan masyarakat yang bisa menerima proyek dengan pemrakarsa berjalan baik, namun
hubungan pemrakarsa dengan masyarakat yang belum bisa menerima kehadiran proyek tidak berjalan baik.
Kegiatan survei dan pengadaan lahan diprediksikan berdampak negatif pada menurunnya pola hubungan
sosial antara masyarakat (yang menerima dan yang menolak rencana kegiatan yang pada akhirnya akan
mengganggu interaksi dan kebersamaan warga) serta hubungan dengan pemrakarsa. Kegiatan survei dan
pengadaan lahan telah menimbulkan ketidak-seimbangan sistem lingkungan sosial yang bersifat negatif,
sehingga diperlukan upaya untuk terciptanya kesimbangan baru dalam sistem lingkungan sosial. Dengan
melihat realitas seperti ini maka kualitas lingkungan dari parameter pola hubungan sosial khususnya pada
lokasi di sekitar Blok PLTU akan turun menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap
menurunnya pola hubungan sosial pada tahap prakonstruksi adalah tergolong Kecil (lampiran 2P) dengan
nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Untuk menumbuhkan dampak positif pada pola hubungan
sosial diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat
guna mewujudkan terciptanya keseimbangan baru dan menumbuhkan dampak positif dalam sistem
lingkungan sosial. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.3 berikut ini. Analisis rinci
penentuan dampak kegiatan survei terhadap perubahan pola hubungan sosial lihat Lampiran 3D poin
1.1.1.2.
Tabel 3.3 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Survei
terhadap Perubahan Pola Hubungan Sosial
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
P Jumlah penduduk terkena dampak 2950 keluarga di empat desa tapak blok PLTU (Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog) atau 32,2 % dari total keluarga di wilayah studi
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Dampak menyebar di 4 desa (Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng, kedongsegog); atau 32,2 % dari total keluarga di wilayah studi
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup mengingat perbedaan sikap yang mengganggu kebersamaan warga dan menimbulkan kurang harmonisnya hubungan sebagian masyarakat dengan pemrakarsa. Selain itu, meskipun hanya terjadi di 23,1% dari total desa di wilayah studi namun tiga desa diantaranya merupakan lokasi tapak blok PLTU.
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung selama tahap
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 10
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
prakonstruksi dan sapat berlanjut hingga tahap konstruksi 4. Banyaknya komponen lingkungan
hidup lain yang terkena dampak P Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena sebelum kegiaatan prakonstruksi telah muncul perbedaan sikap terhadap rencana kegiatan
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP Dengan pengelolaan tertentu dampak dapat dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, survei terhadap perubahan pola hubungan sosial masuk kategori
dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak
tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan survei terhadap perubahan pola hubungan sosial bersifat langsung pada
komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.
Keresahan Masyarakat
Aktivitas survei dan pengadaan lahan diprediksi akan menimbulkan keresahan masyarakat di tapak Blok
PLTU. Sejak awal sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan telah terbelah ke dalam sikap yang berharap
rencana kegiatan dapat terealisasi dan sikap yang menolak. Terbelahnya sikap masyarakat terhadap
rencana kegiatan, utamanya di Desa Ujungnegoro, Ponowareng, dan Desa Karanggeneng, diiringi dengan
informasi awal tentang rencana pembangunan PLTU yang diperoleh oleh warga lebih banyak dari sumber di
luar pemrakarsa. Hal tersebut memunculkan informasi yang tidak akurat, akibatnya informasi yang
berkembang seringkali kurang jelas dan kurang benar. Ketidakjelasan informasi yang berkembang
memunculkan ketidakpastian tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan, misalnya luas kebutuhan lahan
dan kejelasan lokasi rencana proyek serta isu penggusuran permukiman. Hal tersebut menimbulkan
keresahan masyarakat sekitar rencana proyek. Keresahan masyarakat juga muncul karena ada
kekhawatiran akan kehilangan lahan dan pekerjaan, terganggu kegiatan nelayan di laut, serta warga yang
mendukung proyek juga muncul kekhawatiran tidak bisa bekerja di proyek. Aktivitas survei dan pengadaan
lahan diprediksikan akan meningkatkan keresahan masyarakat di empat desa meliputi Desa Ujungnegoro,
Karanggeneng, Ponowareng, dan Desa Kedungsegog. Ketidakseimbangan lingkungan sosial yang muncul
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 11
akibat survei dan pengadaan lahan bersifat negatif. Rona kualitas lingkungan dari parameter keresahan
masuk pada kriteria sedang atau pada skala 3 (lampiran 2P), dalam artian lingkungan tempat tinggal cukup
tenang. Kegiatan survei dan pengadaan lahan diprediksikan akan menyebabkan keresahan masyarakat,
sehingga menurunkan kualitas lingkungan menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap
meningkatnya keresahan masyarakat pada tahap prakonstruksi adalah tergolong Kecil (lampiran 2P) dengan
nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1).
Analisis rinci penentuan dampak kegiatan survei terhadap meningkatnya keresahan masyarakat lihat
Lampiran 3D poin 1.1.1.3. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Survei terhadap Meningkatnya Keresahan Masyarakat
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
P Jumlah penduduk terkena dampak 2.950 keluarga (32,2% dari total keluarga di wilayah studi).
2. Luas wilayah penyebaran dampak
P Dampak terjadi di 4 desa (Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog); atau 32,2% dari total desa di wilayah studi
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup mengingat: (a) perbedaan sikap yang makin mengganggu kebersamaan warga; (b) muncul kekhawatiran kehilangan lahan dan pekerjaan, serta gangguan pada kegiatan nelayan.
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung pada tahap prakonstruksi hingga tahap konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P Menimbulkan dampak sekunder pada pola hubungan sosial dan persepsi
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena sebelum kegiaatan prakonstruksi telah muncul perbedaan sikap terhadap rencana kegiatan
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan terprogram
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, survei terhadap keresahan masyarakat masuk kategori dampak
penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong
Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru dan memulihkan keresahan
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 12
masyarakat dalam sistem lingkungan sosial diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru
yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak.
Mekanisme aliran dampak kegiatan survei terhadap meningkatnya keresahan masyarakat bersifat langsung
pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat
Kegiatan survei lokasi Blok PLTU diprediksi akan menimbulkan dampak pada persepsi yang bersifat positif
dan negatif. Persepsi positif masyarakat muncul pada saat adanya kegiatan survei akan menumbuhkan
harapan pembangunan dan menumbuhkan juga harapan untuk dapat memetik manfaatnya. Banyak harapan
diutarakan oleh warga yang menunggu terwujudnya pembangunan PLTU. Sedangkan dampak negatif akan
muncul dikarenakan kekhawatiran akan keberlanjutan pekerjaan mereka. Selain itu menurunnya
keharmonisan hubungan antara warga yang belum menerima rencana pembangunan PLTU dengan warga
yang mendukung proyek dan pemrakarsa dapat menimbulkan persepsi negatif. Rona awal kualitas
lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4 (Lampiran 2P).
Persepsi negatif akan menurun kondisi kualitas lingkungan menjadi skala 3 (Lampiran 2P), yang berarti lebih
bersikap netral terhadap kehadiran PLTU. Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya persepsi
masyarakat pada tahap pra konstruksi adalah Negatif, dengan nilai besaran dampak adalah Negatif Satu (-
1). Dampak negatif berarti terjadi ketidakseimbangan dalam lingkungan sosial yang jika tidak ada fasilitasi
dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak
dapat menimbulkan reaksi negatif, utamanya dari masyarakat di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng,
Ponowareng, dan Desa Kedungsegog . Analisis rinci penentuan dampak kegiatan survei terhadap perubahan
persepsi masyarakat lihat Lampiran 3D poin 1.1.1.4. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.5
berikut ini.
Tabel 3.5 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Survei terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
P Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah keluarga di 4 desa terkena dampak yakni 2950 keluarga atau 32,2% dari total keluarga di wilayah studi.
2. Luas wilayah penyebaran dampak
P Dampak terjadi pada 4 desa wilayah studi meliputi: desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Kedungsegog,
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup mengingat: tajamnya perbedaan sikap masyarakat di desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng; dan Kedungsegog;.
Lamanya dampak P Dampak diprediksikan akan berlangsung selama
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 13
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
berlangsung tahap prakonstruksi hingga konstruksi 4. Banyaknya komponen
lingkungan hidup lain yang terkena dampak
TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena sebelum kegiaatan prakonstruksi telah muncul perbedaan sikap terhadap rencana kegiatan
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, survei terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori
dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak
tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna meningkatkan dan
memulihkan persepsi dalam sistem lingkungan sosial diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta
prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak.
Mekanisme aliran dampak kegiatan survei terhadap perubahan persepsi masyarakat bersifat langsung pada
komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.
b. Pengadaan Lahan
Munculnya Spekulan Tanah
Lahan tapak blok PLTU sebagian besar adalah sawah irigasi semi teknis milik penduduk yang umumnya
menjadi mata pencaharian utama, sehingga kegiatan pembebasan tanah menjadi isu yang besar. Munculnya
perbedaan sikap warga yang cukup tajam dalam menerima kehadiran PLTU membuat situasi lingkungan
sangat sensitif untuk memperbincangkan rencana kegiatan. Muncul penolakan yang kuat terhadap kehadiran
orang luar yang akan mengusik lahan pertaniannya. Hal tersebut diprediksikan akan menghambat
munculnya spekulan tanah, Spekulan yang pernah muncul di tiga desa tersebut diatas sekitar 9 orang atau
1,8% dari total pemilik lahan yang terkena dampak untuk power blok PLTU. Rona awal spekulan tanah
berada pada kategori skala 4 (spekulan yang pernah muncul berkisar 1-
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 14
tanah pada tahap prakonstruksi adalah tergolong Tidak Ada Dampak dengan nilai perubahan dampaknya
Tidak Ada Perubahan (0). Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap munculnya
spekulan tanah lihat Lampiran 3D poin 1.1.2.1. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.6
berikut ini.
Tabel 3.6 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan Blok PLTU
terhadap Munculnya Spekulan Tanah
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
TP Munculnya dampak spekulan tanah sangat kecil, hanya terbatas pada 504 pemilik lahan yang akan terkena pembebasan atau 18,7% dari total jumlah keluarga yang ada di desa lokasi tapak blok PLTU.
2. Luas wilayah penyebaran dampak
P Dampak menyebar di 3 desa (Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng); meskipun hanya 23,1% dari total desa di wilayah studi namun tiga desa tersebut merupakan lokasi tapak blok PLTU.
3. Intensitas dampak TP Munculnya spekulan tanah Intensitas dampaknya rendah karena adanya penolakan yang tinggi terhadap kehadiran orang atau pihak lain yang mengusik lahan pertaniannya. Walaupun berlangsung di 3 desa dalam kurun waktu yang relatif singkat tetapi tidak menimbulkan perubahan lingkungan yang drastis.
Lamanya dampak berlangsung
TP Dampak hanya akan berlangsung pada tahap prakonstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
TP Tidak ada komponen lain yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif 6. Berbalik atau tak berbaliknya
dampak TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
SIfat Penting Dampak TP Tidak Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan pengadaan lahan terhadap munculnya spekulan tanah
masuk kategori Dampak Tidak Penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi
perubahan dampak, sehingga dampak tergolong Tidak Penting (TP).
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 15
Perubahan Pola Mata Pencaharian
Lahan untuk tapak Blok PLTU seluas 226,4 ha yang sebagian besar berupa sawah produktif, kebun melati,
dan sekitar 3 - 4 ha tanah rawa. Sebanyak 504 pemilik lahan akan kehilangan lahan selamanya, namun
mereka memperoleh ganti rugi dengan nilai yang memungkinkan untuk mencari atau membeli lahan
pengganti. Kehilangan lahan bagi pemilik merupakan dampak negatif, namun dengan nilai ganti rugi yang
memadai akan merupakan dampak positif. Di lokasi rencana Blok PLTU ini terdapat sekitar 1.176 buruh tani;
meliputi buruh tani sawah , dan buruh petik melati. Khusus ini (terdapat 6
kelompok, jumlah semuanya sekitar 150 orang) diasumsikan masih bisa bekerja di tempat lain, maka
terdapat sekitar 1.025 buruh tani yang menyandarkan nafkah keluarganya di lahan pertanian pada lokasi
rencana Blok PLTU. Selain itu juga terdapat petani penggarap. Yakni warga desa setempat yang tidak
mempunyai lahan namun menggarap di lokasi rencana Blok PLTU dengan sistem sewa kepada pemilik
lahan. Buruh tani dan petani penggarap yang selama ini mencari nafkah di lokasi Blok PLTU diprakirakan
akan kehilangan pekerjaan. Hal ini disebabkan karena keterikatan mereka pada dusun dan atau desa
sebagai lokasi atau sumber mata pencaharian sangat tinggi. Sehingga ketika kehilangan pekerjaan karena
hilangnya lahan pertanian mereka, para buruh tani dan petani penggarap ini lebih memilih bekerja di desanya
daripada mencari pekerjaan di desa lain. Beralih pekerjaan nampaknya juga akan sulit dilakukan, mengingat
terbatasnya keahlian di bidang lain. Sebagai akibatnya, para buruh tani dan petani penggarap akan
mengandalkan lahan pertanian yang tersisa. Dengan luas lahan pertanian yang telah berkurang, sementara
jumlah buruh tani dan petani penggarap yang relatif tetap maka kalaupun mereka masih bisa bekerja
pendapatannya akan berkurang dibandingkan dengan sebelumnya. Rona awal mata pencaharian khususnya
untuk buruh tani dan petani penggarap ini termasuk dalam kategori skala 3 (lampiran 2P). Hilangnya lahan
pertanian seluas 226,4 ha yang berdampak pada hilangnya pekerjaan dalam artian masyarakat yang bertani
di lahan tersebut menjadi penganggur sehingga terjadi ketidakseimbangan lingkungan sosial yang negatif
akibat kegiatan pengadaan lahan. Ketidakseimbangan lingkungan sosial ini jika tidak dilakukan fasilitasi dan
penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak dapat
menimbulkan reaksi negatif, sehingga kondisi ini akan menurunkan skala kualitas lingkungan menjadi skala
2. Dengan demikian besaran dampak terhadap hilangnya mata pencaharian akibat adanya kegiatan pada
tahap prakonstruksi adalah tergolong Kecil (lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu
(-1). Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap munculnya perubahan pola
matapencaharian dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.1.2.2. Penentuan sifat penting dampak tertera pada
Tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan Blok PLTU
terhadap Perubahan Pola Mata Pencaharian
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk P Jumlah penduduk yang terkena dampak sekitar 1.176
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 16
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
buruh tani dan 504 petani pemilik lahan tapak proyek yang akan dibebaskan.
2. Luas wilayah penyebaran dampak
TP Dampak menyebar di 3 desa tapak lokasi blok PLTU yakni desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng (23,1% dari total desa di wilayah studi).
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup mengingat: (a) umumnya bertani sebagai satu-satunya matapencaharian turun temurun; (b) terbatasnya keahlian sehingga tidak mudah beralih profesi; (c) meskipun dampak hanya terjadi di wilayah 23,1% dari seluruh total desa wilayah studi, namun merupakan lokasi tapak blok PLTU.
Lamanya dampak berlangsung
P Dampak akan berlangsung selamanya
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan dan persepsi.
5. Sifat Kumulatif dampak P Matapencaharian adalah salah satu sumber kehidupan, sehingga dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP Melalui pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan terencana
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan pengadaan lahan Blok PLTU terhadap perubahan pola
mata pencaharian masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan
baru guna memulihkan terganggunya pola matapencaharian warga diperlukan fasilitasi dan penyediaan
sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan warga yang kehilangan lahan dan atau kehilangan
pekerjaan.
Mekanisme aliran dampak kegiatan pengadaan tanah terhadap perubahan pola mata pencaharian bersifat
langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan
dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Keresahan Masyarakat
Aktivitas pengadaan lahan diprediksikan akan menimbulkan keresahan masyarakat di tapak Blok PLTU.
Sejak awal sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan telah terbelah ke dalam sikap yang berharap
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 17
rencana kegiatan dapat terealisasi dan sikap yang menolak. Rona kualitas lingkungan dari parameter
keresahan masuk pada kriteria sedang atau pada skala 3 (lampiran 2P). Pengadaan lahan diprediksikan
akan meningkatkan keresahan masyarakat. Terbelahnya sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan
dibarengi pula dengan informasi awal tentang rencana pembangunan PLTU yang diperoleh oleh warga lebih
banyak dari sumber di luar pemrakarsa. Hal tersebut cukup memunculkan informasi yang tidak akurat,
akibatnya informasi yang berkembang seringkali kurang jelas dan kurang benar. Ketidakjelasan informasi
yang berkembang memunculkan ketidakpastian tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan; misalnya
luas kebutuhan lahan dan kejelasan lokasi rencana proyek, isu penggusuran. Hilangnya lahan pertanian
seluas 226,4 ha yang berdampak pada hilangnya pekerjaan dalam artian masyarakat yang bertani di lahan
tersebut menjadi penganggur. Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan lingkungan sosial yang negatif
akibat kegiatan pengadaan lahan. Ketidakseimbangan ini dapat menimbulkan reaksi negatif jika tidak
dilakukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang
terkena dampak, sehingga akan menurunkan skala kualitas lingkungan menjadi skala 2 yang berarti
masyarakat sangat resah dengan isu tersebut.
Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya keresahan masyarakat pada tahap prakonstruksi
adalah tergolong Kecil (lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Negatif satu (-1). Penentuan sifat
penting dampak tertera pada Tabel 3.8 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengadaan
lahan terhadap keresahan masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.1.2.3.
Tabel 3.8 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan Blok PLTU
terhadap Keresahan Masyarakat
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
P Jumlah penduduk yang terkena dampak sekitar 1.176 buruh tani dan 504 petani pemilik lahan tapak proyek yang akan dibebaskan
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Dampak menyebar di 3 desa tapak lokasi blok PLTU yakni desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng (23,1% dari total desa di wilayah studi).
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup mengingat; (a) kekawatiran yang tinggi akan kehilangan matapencaharian; (b) keterikatan pada lahan pertanian yang tinggi; dan (c) meskipun dampak hanya terjadi di wilayah 23,1% dari seluruh total desa wilayah studi, namun merupakan lokasi tapak blok PLTU..
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung pada tahap prakonstruksi hingga tahap konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi masyarakat.
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena sebelum kegiaatan prakonstruksi telah muncul perbedaan sikap terhadap rencana kegiatan
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan terprogram
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 18
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan pengadaan lahan Blok PLTU terhadap meningkatnya
keresahan masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Dalam mewujudkan terciptanya
kesimbangan baru guna menghilangkan atau mengurangi keresahan masyarakat diperlukan fasilitasi dan
penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan warga yang kehilangan lahan dan atau
kehilangan pekerjaan.
Mekanisme aliran dampak kegiatan pengadaan lahan PLTU terhadap meningkatnya keresahan masyarakat
bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat
menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat
Kegiatan pengadaan lahan lokasi Blok PLTU diprediksi akan menimbulkan dampak pada persepsi yang
bersifat negatif. Persepsi negatif akan muncul dikarenakan kekhawatiran akan kehilangan matapencaharian
utama mereka dalam pertanian, yang merupakan mata pencaharian turun menurun. Rona awal kualitas
lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4 (Lampiran 2P).
Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya persepsi masyarakat pada tahap prakonstruksi
adalah Negatif, dengan nilai besaran dampak adalah Negatif Satu (-1). Persepsi negatif akan menurunkan
kondisi kualitas lingkungan menjadi skala 3 (Lampiran 2P), yang berarti lebih bersikap netral terhadap
kehadiran PLTU. Dampak negatif berarti terjadi ketidakseimbangan dalam lingkungan sosial yang jika tidak
ada fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang
terkena dampak dapat menimbulkan reaksi negatif, utamanya dari masyarakat di Desa Ujungnegoro,
Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan survei terhadap
perubahan persepsi masyarakat lihat Lampiran 3D poin 1.1.1.4. Penentuan sifat penting dampak tertera
pada Tabel 3.9 berikut ini.
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 19
Tabel 3.9 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan terhadap Perubahan Persepsi
Masyarakat
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
P Jumlah penduduk yang terkena dampak sekitar 1.176 buruh tani dan 504 petani pemilik lahan tapak proyek yang akan dibebaskan
2. Luas wilayah penyebaran dampak
TP Dampak menyebar di 3 desa tapak lokasi blok PLTU yakni desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng (23,1% dari total desa di wilayah studi).
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup mengingat; (a) kekawatiran yang tinggi akan kehilangan matapencaharian; (b) keterikatan pada lahan pertanian yang tinggi; dan (c) meskipun dampak hanya terjadi di wilayah 23,1% dari seluruh total desa wilayah studi, namun merupakan lokasi tapak blok PLTU..
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung selama tahap prakonstruksi hingga konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena sebelum kegiaatan prakonstruksi telah muncul perbedaan sikap terhadap rencana kegiatan
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan pengadaan lahan Blok PLTU terhadap perubahan
persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya
kesimbangan baru guna meningkatkan dan memulihkan persepsi masyarakat diperlukan fasilitasi dan
penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak.
Mekanisme aliran dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap perubahan persepsi masyarakat bersifat
langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan
dampak pada lingkungan sosial lainnya.
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 20
3.1.2 Tahap Konstruksi
a. Penerimaan Tenaga Kerja
Peningkatan Kesempatan Kerja
Kegiatan konstruksi PLTU pada kondisi puncak kegiatan akan melibatkan tenaga kerja 10.400 orang,
dimana sekitar 40 - 45% di antaranya dapat diisi oleh tenaga kerja lokal sesuai dengan kualifikasi yang
dibutuhkan. Di 13 desa wilayah studi terdapat sekitar 8.810 penduduk usia produktif yang belum memiliki
perkerjaan tetap, dan analisis data sekunder menunjukkan bahwa penduduk usia kerja yang belum memiliki
pekerjaan tetap di desa-desa wilayah studi mencapai kisaran 35 - 50% (Lampiran 3D). Rona awal
kesempatan kerja masuk dalam kategori skala 3 (Lampiran 2P). Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan
memberi kesempatan kerja yang bisa diisi oleh tenaga kerja lokal utamanya pekerjaan yang non-skill seperti
tenaga kerja kasar, tukang kayu, tukang batu, tukang angkut, dan petugas lapangan. Munculnya kesempatan
kerja ini merupakan dampak positif bagi masyarakat. Hal ini berarti muncul ketidakseimbangan dalam
lingkungan sosial yang bersifat positifdan untuk pelaksanaan rencana pembangunan PLTU. Munculnya
kesempatan kerja diperkirakan akan dapat merubah tingkat pengangguran sehingga meningkatkan kualitas
lingkungan menjadi skala 5, yakni sebagian besar penduduk usia kerja memiliki pekerjaan dan atau
pekerjaan sampingan (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya kesempatan
kerja tergolong Sedang (Lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2). Analisis rinci
penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap peningkatan kesempatan kerja dapat dilihat
pada Lampiran 3D poin 1.2.1.1. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.10 berikut ini.
Tabel 3.10 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU
terhadap Tingkat Kesempatan Kerja
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
P Jumlah manusia terkena dampak sekitar 8.810 penduduk usia produktif yang belum memiliki pekerjaan tetap.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak terjadi pada 13 desa wilayah studi meliputi: desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi mengingat; (a) keragaman matapencaharian di wilayah studi cukup terbatas dan (b) penduduk usia kerja yang belum meiliki pekerjaan tetap di desa-desa wilayah studi berkisar 35 50%.
Lamanya dampak berlangsung P Dampak akan berlangsung selama tahap konstruksi sekitar 5 tahun
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan dan persepsi masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak P Matapencaharian adalah salah satu sumber kehidupan, sehingga dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
P Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat ditingkatkan
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 21
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU masuk
kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga
dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna
meningkatkan dampak positif peningkatan kesempatan kerja sehingga tercipta suasana kondusif dalam
masyarakat diperlukan fasilitasi dan penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja PLTU terhadap munculnya kesempatan kerja
bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat
menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Pola Mata Pencaharian
Tersedianya kesempatan kerja bagi penduduk sekitar rencana kegiatan pembangunan PLTU diprediksikan
akan memberi dampak secara langsung pada matapencaharian warga yang kehilangan matapencaharian
yakni para petani pemilik, petani penggarap, dan buruh tani.. Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan
menciptakan ketidakseimbangan lingkungan sosial berupa perubahan individu-individu warga yang tidak
memiliki pekerjaan menjadi bisa bekerja, ataupun memiliki pekerjaan yang lebih baik. Keseimbangan baru
dapat dicapai hanya jika ada fasilitasi dan penyediaan sarana dan prasarana kebutuhan pekerjaan. Jika
fasilitasi dilakukan reaksi masyarakat sangat kecil dan tidak menimbulkan gejolak. Rona awal mata
pencaharian masuk dalam kategori skala 3 artinya penduduk usia kerja memiliki pekerjaan, namun sebagian
kecil waktu masih menganggur (Lampiran 2P). Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan memberi
kesempatan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5 karena dapat memberikan pekerjaan baru
bagi penduduk yang telah kehilangan mata pencaharian. Dengan demikian besaran dampak terhadap
perubahan pola mata pencaharian pada tahap penerimaan tenaga kerja tergolong Sedang (Lampiran 2P)
dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel
3.11 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap perubahan pola
matapencaharian dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.1.2.
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 22
Tabel 3.11 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU
terhadap Perubahan Pola Mata Pencaharian
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
P Jumlah manusia terkena dampak sekitar 8.810 penduduk usia produktif yang belum memiliki pekerjaan tetap.
2. Luas wilayah penyebaran dampak
P Dampak terjadi pada 13 desa wilayah studi meliputi: desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi mengingat; (a) keragaman matapencaharian di wilayah studi cukup terbatas dan (b) penduduk usia kerja yang belum meiliki pekerjaan tetap di desa-desa wilayah studi berkisar 35 50%.
Lamanya dampak berlangsung
P Dampak akan berlangsung selama masa konstruksi sekitar 5 tahun
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P Terganggunya matapencaharian akan membawa dampak ikutan pada persepsi masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak P Matapencaharian adalah salah satu sumber kehidupan, sehingga dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP Melalui pengelolaan terprogram dampak positif dapat ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap
perubahan pola mata pencaharian masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru guna meningkatkan dampak positif pada pola matapencaharian dalam
masyarakat diperlukan fasilitasi dan penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap perubahan pola
mata pencaharian bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya
dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Tingkat Pendapatan
Kegiatan penerimaan tenaga kerja tahap konstruksi diprediksikan dapat menimbulkan dampak positif pada
pendapatan. Adanya kesempatan kerja terutama terserapnya tenaga kerja lokal akan memunculkan dampak
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 23
positif pada masyarakat. Rona awal pendapatan masyarakat masuk dalam kategori skala 3 (Lampiran 2P),
yakni sebagian besar masayarakat memiliki pendapatan pada kisaran upah minimum Kabupaten Batang
(tahun 2012 sebesar Rp.970.000,-). Perubahan tingkat pendapatan (yang merupakan dampak sekunder dari
adanya kesempatan kerja) selama masa konstruksi akan memunculkan ketidakseimbangan dalam
lingkungan sosial dan keseimbangan baru akan dicapai hanya jika ada fasilitasi dan penyediaan sarana dan
prasarana kebutuhan pekerjaan. Kegiatan penerimaan tenaga kerja diperkirakan akan meningkatkan kualitas
lingkungan dari parameter perubahan tingkat pendapatan menjadi skala 5. Dengan demikian besaran
dampak terhadap meningkatnya peluang berusaha pada tahap konstruksi adalah tergolong Sedang
(Lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera
pada Tabel 3.12 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap
perubahan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.1.3.
Tabel 3.12 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU
terhadap Perubahan Tingkat Pendapatan
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
P Jumlah manusia terkena dampak sekitar 8.810 penduduk usia produktif yang belum memiliki pekerjaan tetap.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak terjadi pada 13 desa wilayah studi meliputi: desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi mengingat rona lingkungan dari parameter pendapatan masuk pada kategori sedang, yang berarti masih sangat dibutuhkan tambahan pendapatan
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung tahap konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak P Pendapatan masyarakat sekitar proyek sangat membutuhkan tambahan pendapatan, sehingga dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
P Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 24
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap perubahan
tingkat pendapatan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan
baru guna meningkatkan dampak positif pada perubahan (peningkatan) pendapatan diperlukan fasilitasi dan
penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap penurunan
pendapatan bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat
menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat yang muncul pada kegiatan penerimaan tenaga kerja bisa bersifat positif dan negatif.
Persepsi positif muncul karena terbukanya kesempatan kerja, peluang usaha sehingga terjadi kenaikan
pendapat masyarakat yang menerima manfaat. Penerimaan tenaga kerja sebagian juga diisi oleh tenaga
kerja dari luar. Masuknya tenaga kerja dari luar yang memiliki nilai dan norma yang mungkin berbeda dengan
nilai dan norma masyarakat lokal. Perbedaan nilai dan norma ini dikhawatirkan akan mengganggu nilai dan
norma masyarakat lokal sehingga memunculkan persepsi negatif, utamanya di desa Karanggegeng. Rona
awal kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4
(Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya persepsi masyarakat pada tahap
konstruksi adalah Positif, dengan nilai besaran dampak adalah Positif Satu (+1). Besaran dampak positif 1
meningkatkan skala kualitas lingkungan dari parameter persepsi menjadi skala 5 (Lampiran 2P) yang artinya
masyarakat bisa menerima rencana pembangunan PLTU. Dampak bersifat positif berarti ada
ketidakseimbangan, namun kondisi lingkungan sosial cukup kondusif untuk pelaksanaan rencana
pembangunan PLTU. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.13 berikut ini. Analisis rinci
penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat
pada Lampiran 3D poin 1.2.1.4.
Tabel 3.13 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU
terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
P Jumlah manusia terkena dampak dari 13 desa yang diteliti, yakni 40.732 jiwa.
2. Luas wilayah penyebaran dampak
P Dampak terjadi pada 13 desa wilayah studi meliputi: desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi mengingat masyarakat
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 25
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
masih sangat membutuhkan pekerjaan dan tambahan pendapatan
Lamanya dampak berlangsung P Dampak akan berlangsung selama tahap konstruksi.
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena dan kemungkinan berlanjut pada tahap operasi
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP Dampak positif dapat ditingkatkan dan dampak negatif dapat dipulihkan dengan pengelolaan terprogram
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap
perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru guna meningkatkan persepsi positif dalam masyarakat diperlukan fasilitasi
dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak.
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi blok PLTU terhadap perubahan
persepsi masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan
selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Gangguan terhadap Adat Istiadat (Nilai dan Norma)
Kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap konstruksi PLTU akan melibatkan banyak tenaga kerja, yang
sebagian besar diantaranya tenaga kerja dari luar. Masuknya tenaga kerja dari luar yang memiliki nilai dan
norma yang mungkin berbeda dengan nilai dan norma masyarakat lokal. Perbedaan nilai dan norma ini
dikhawatirkan akan mengganggu nilai dan norma masyarakat lokal. Interaksi antara penduduk sekitar
dengan tenaga kerja dari luar selama 5 tahun diperkirakan akan berdampak pada berubahnya kebiasaan
pada masyarakat setempat. Namun demikian masyarakat setempat sampai saat ini masih memegang teguh
adat istiadat sepanjang hidupnya, sehingga kalaupun ada perubahan tidaklah memberi dampak yang
siginifikan untuk dapat mengubah kebiasaan masyarakat setempat. Di lain pihak, tenaga kerja dari luar,
setempat. Rona awal kualitas lingkungan dari parameter adat istiadat masuk kategori baik, atau skala 4
dalam artian adat istiadat kuat dijalankan masyarakat (Lampiran 2P). Dengan demikian kehadiran tenaga
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 26
kerja dari luar diperkirakan hanya akan mengubah kualitas lingkungan menjadi skala 3 yang berarti adat
istiadat dijalankan tidak sekuat sebelum banyaknya pendatang yang bekerja di pembangunan PLTU
(Lampiran 2P). Besaran dampak terhadap perubahan adat istiadat adalah tergolong Kecil (Lampiran 2P)
dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1), yang berarti terjadi ketidakseimbangan dalam
lingkungan; jika tidak ada fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan
masyarakat untuk menjaga tegaknya norma dan nilai setempat dapat menimbulkan reaksi negatif, utamanya
dari masyarakat Desa Ujungnegoro yang mengkhawatirkan terganggunya kesakralan Maqam Syeikh
Maulana Maghribi. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.14 berikut ini. Analisis rinci
penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap gangguan adat istiadat (nilai dan norma)
dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.1.5.
Tabel 3.14 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU
terhadap Gangguan Adat Istiadat (Nilai dan Norma)
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
P Jumlah manusia terkena dampak sekitar 11.898 atau 29,2 % dari total penduduk di wilayah studi
2. Luas wilayah penyebaran dampak
P Dampak terjadi pada 3 desa wilayah studi meliputi: desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng,
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak sedang, jumlah tenaga kerja luar diperkirakan sekitar 5720 6240 orang yang kemungkinan akan tinggal tersebar di desa wilayah studi
Lamanya dampak berlangsung
P Dampak diprediksikan akan berlangsung pada tahap prakonstruksi hingga tahap konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P Menimbulkan dampak sekunder pada pola hubungan sosial dan persepsi
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif, meskipun hanya terjadi pada tahap konstruksi namun periode konstruksi ini akan memakan waktu 5 tahun.
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan terprogram
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap
gangguan adat istiadat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 27
kesimbangan baru diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menjaga norma
dan nilai setempat.
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi blok PLTU terhadap gangguan adat
istiadat (nilai dan norma) bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan
selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
b. Mobilisasi Peralatan dan Material
Penurunan Kualitas Udara
Penurunan kualitas udara pada tahap konstruksi PLTU bersumber dari pengoperasian kendaraan
pengangkut alat-alat berat dan material. Metode prakiraan dampak penting untuk penurunan kualitas udara
(Debu, NO2, dan SO2) menggunakan rumus Gaussian (line source) sebagai berikut :
( , ) = 2
(2 )12
exp 1
2( )2
Dimana :
C(x,z) : Konsentarsi Pencemar udar pada koordinat x dan z (ugr/m3)
QL : Laju emisi per unit jarak (gr/dt.m)
z : Ketinggian penerima (receptor) di atas tanah
u : Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/dt)
: Koeffisien dispersi vertikal gaussian (m)
Pada kegiatan mobilisasi alat dan material diperkirakan akan melibatkan kendaraan pengangkut berbahan
bakar solar sebanyak 230 kendaraan per hari. Jika dalam 1 hari waktu operasional adalah selama 8 jam,
maka dalam 1 jam kendaraan yang melewati jalur transportasi adalah sebanyak 29 buah truck, dengan jarak
tempuh dari tapak PLTU menuju jalan raya adalah sepanjang 5,4 km.
Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar kendaraan truck adalah 0,2 liter solar untuk
jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata kendaraan sekitar 20 km/jam yang beroperasi selama 8 jam sehari,
kecepatan angin rata-rata pada lokasi studi sebesar 2,63 m/dt, koefisien disperse Gaussian ( ) pada
stabilitas atm B adalah sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 2 m. Faktor emisi kendaraan
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 28
berbahan bakar solar berdasarkan standar WHO adalah sebesar 2,01 kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36
kg/m3 untuk parameter polutan SO2, dan 7,21 kg/m3 untuk parameter polutan NO2. Perhitungan dilakukan
hanya untuk kendaraan yang dilakukan mobilisasi via darat, sedangkan alat berat yang mobilisasinya melaui
laut tidak diperhitungkan. Berdasarkan asumsi dan data tersebut di atas maka dapat dihitung konsumsi
bahan bakar dari alat-alat berat seperti pada Tabel 3.15 berikut ini.
Tabel 3.15 Konsumsi Bahan Bakar Alat-Alat Berat
NO JENIS
KENDARAAN BERAT JENIS SOLAR (KG/L)
JARAK TEMPUH (KM)
KONSUMSI BBM (M3/HARI)
1 Truck 0,86 1.242 0,214 JUMLAH 0,214
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Faktor emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara dari sumber pembakaran dapat dilihat pada
Tabel 3.16 berikut ini.
Tabel 3.16 Faktor Emisi Bahan Bakar
JENIS KENDARAAN
BAHAN BAKAR SATUAN
JENIS PENCEMAR
DEBU (KG/M3) NO2
(KG/M3) SO2
(KG/M3)
Mesin diesel Solar m3 2,01 7,21 6,36
Sumber : WHO Offset Publication No. 62: Rapid Assessment of Sources of Air, Water and Land Pollution, WHO Geneva, 1982.
Besarnya emisi dari mobilisasi peralatan dan material merupakan perkalian antara faktor emisi dengan
pemakaian bahan bakar. Sehingga berdasarkan perkiraan konsumsi bahan bakar dan faktor emisi tersebut di
atas, besarnya emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi peralatan
berat sebagai berikut :
1. Debu = 0,214 x 2,01 = 0,430 Kg/hari atau 0,005 gr/dt
2. NO2 = 0,214 x 7,21 = 1,543 Kg/hari atau 0,018 gr/dt
3. SO2 = 0,214 x 6,36 = 1,361 Kg/hari atau 0,016 gr/dt
Sehingga kontribusi (C) kegiatan mobilisasi peralatan dan material tahap konstruksi terhadap parameter
kualitas udara adalah sebagai berikut :
a) Debu = 0,00031 g/Nm3
b) NO2 = 0,00112 g/Nm3
c) SO2 = 0,00099 g/Nm3
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 29
Khusus untuk parameter debu prakiraan peningkatannya juga berasal dari resuspensi debu yang terangkat
ke udara akibat pergerakan roda truk. Penurunan kualitas udara (debu) akibat dari kegiatan Mobilisasi Alat
dan Material rencana pembangunan PLTU dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
eu = 5,9 (s/12) (S/30) (W/7)0,7 (w/4)0,5 (d/365)
Dimana :
eu = jumlah debu per panjang jalan (lb/mil)
s = silt content (%)
S = kecepatan kendaraan (mil/jam)
W = berat kendaraan (ton)
w = jumlah roda kendaraan
d = jumlah hari tidak hujan dalam 1 tahun
Berdasarkan data lapangan diketahui silt content adalah sebesar 0,1%, kecepatan kendaraan sekitar 20
km/jam, berat kendaraan sekitar 20 ton, jumlah roda kendaraan 10 buah, jumlah hari tidak hujan dalam
setahun adalah 214 hari, maka diperoleh jumlah debu per panjang jalan adalah sebesar 11,12 g/m3. Bila
diasumsikan luas pengadukan/ dispersi debu adalah sebesar 100 m2 maka konsentrasi debu di lokasi
tersebut adalah sebesar 111,20 g/m3. Jika ditambahkan dengan kontribusi debu dengan memperhatikan
emisi kendaraan, maka kontribusi peningkatan debu (TSP) total menjadi 111,20031 g/m3. Konsentrasi
ambien terhadap parameter debu dan gas oleh sumber pembakaran bahan bakar solar pada kegiatan
mobilisasi dan transportasi peralatan berat sebagai berikut :
Tabel 3.17 Prakiraan Peningkatan Kadar Emisi
NO LOKASI SATUAN RONA AWAL RONA AKHIR
DEBU NO2 SO2 DEBU NO2 SO2
1 U2 g/Nm3 45,07 33,55 25 45,07 33,55 25
2 U6 g/Nm3 52,49 42,29 25 52,49 42,29 25
3 U7 g/Nm3 116,5 13,06 25 116,5 13,06 25
4 U8 g/Nm3 89,89 7,58 25 89,89 7,58 25
BAKU MUTU 230 150 365 230 150 365 Sumber : Hasil Analisa, 2013
Keterangan : Baku Mutu Kualitas Udara Ambien mengacu pada SK. GUB. JATENG No. 8 Tahun 2001
Lokasi Pengukuran : U2 : Area pemukiman Dusun Rowokudo, Desa Ujungnegoro
U6 : Area pemukiman Desa Simbang Jati U7 : Lap. Bola Desa Kencono Rejo U8 : Balai Desa Ponowareng
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 30
Berdasarkan Tabel 3.17 di atas menunjukan bahwa kegiatan konstruksi diperkirakan akan memberikan
beban pencemaran udara berupa Debu, NO2, dan SO2 dengan besaran yang relatif kecil. Kontribusi debu
(TSP), SO2, dan NO2 diperkirakan masih berada di bawah baku mutu lingkungan yang ditetapkan oleh Surat
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001.
Rona awal dari kualitas udara di sekitar lokasi proyek masih tergolong sedang dan memiliki kualitas
lingkungan skala 3, sedangkan kondisi rona akhir menunjukkan penurunan yang tidak terlalu signifikan untuk
parameter gas NO2 dan SO2, namun khusus untuk parameter debu nilainya sangat significant, sehingga
skala kualitas lingkungan berubah menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas
udara dengan adanya kegiatan konstruksi PLTU adalah Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif
Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.18 berikut ini.
Tabel 3.18 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi PLTU
terhadap Penurunan Kualitas Udara
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
P Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif adalah perkalian antara luas lahan yang terkena dampak dengan kepadatan rata-rata penduduk/km2 pada 6 desa yang dilewati yaitu 1.632 jiwa/km2. Jadi jumlah penduduk yang dapat terkena dampak sebanyak 352 jiwa.
2. Luas wilayah penyebaran dampak
P Luas wilayah persebaran dampak pada jarak 20 m sebelah kiri dan 20 m sebelah kanan dengan jarak sejauh 5,4 km, atau luas wilayah persebarannya adalah 0,216 km2. Wilayah yang terpengaruh dampak adalah Desa Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng, Kenconorejo, Simbangjati dan Beji.
3. Intensitas dampak TP Intensitas kontribusi dampak adalah sebagai berikut : a) Debu = 111,20 g/Nm3
b) NO2 = 0,00112 g/Nm3
c) SO2 = 0,00099 g/Nm3
Nilai tersebut tergolong significant khusus untuk parameter debu.
Lamanya dampak berlangsung P Dampak berlangsung hanya satu tahapan kegiatan yaitu saat tahap konstruksi.
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P Terdapat komponen lain yang terkena dampak yakni kesehatan masyarakat.
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak penurunan kualitas udara bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
TP Dampak penting yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
Sifat Penting Dampak P Penting Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 31
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU terhadap
penurunan kualitas udara masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi PLTU terhadap penurunan kualitas
udara bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak
pada lingkungan sosial lainnya.
Peningkatan Kebisingan
Mobilisasi material konstruksi menuju tapak PLTU menggunakan truk (HS20-44) dengan kapasitas angkut 20
50 ton. Truk angkut tersebut akan mengangkut material dengan perkiraan frekuensi maksimum 230 kali per
hari. Dengan rute yang akan dilewati dari jalur pantura adalah masuk dari Desa Beji di sebelah selatan
kemudian melewati Desa Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, Karanggeneng, dan Desa Ujungnegoro
menuju ke tapak lokasi power block di sebelah utara. Kegiatan tersebut diperkirakan akan menimbulkan
kebisingan.
Rona awal tingkat kebisingan disekitar lokasi kegiatan berdasarkan hasil pengukuran lapangan menunjukkan
hasil yang masih di bawah baku mutu kecuali di lokasi Rel Kereta Api Desa Ponowareng (75,5 dBA) dan
Lapangan Bola Desa Kenconorejo (63,8 dBA) sehingga berdasarkan hasil pengukuran rata-rata kebisingan
tercatat sebesar 55 dBA dan dikategorikan skala 3.
Perkiraan intensitas kebisingan yang akan timbul terhadap jarak tertentu dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
2 = 1 10.2
1
Dimana :
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1, dB(A)
LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2, dB(A)
r1 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 1
r2 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 2
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 32
Pada tahap mobilisasi peralatan dan material akan menggunakan 3 jenis truk yaitu Heavy Truck (intensitas
bisingnya 80 dBA), Pick Up Truck (intensitas bisingnya 78 dBA) dan Dump Truck (intensitas kebisingannya
75 dBA). Berdasarkan rumus tersebut di atas dan intensitas sumber bisingnya maka dapat di hitung
persebaran intensitas bising terhadap jarak tertentu, dari satu sumber bising. Namun apabila sumber
bisingnya banyak untuk receptor yang menerima intensitas bising dengan nilai yang sama maka nilainya di
tambah 3 dBA. Hasil perhitungan kondisi terburuk pada kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap
intensitas kebisingan disajikan pada Tabel 3.19 berikut ini.
Tabel 3.19 Kebisingan yang Ditimbulkan Akibat Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material
Pada Berbagai Jarak dari Sumber
KEBISINGAN
SUMBER (dBA) 10 20 50 100 200 500 600
Heavy trucks 80 73 70 66 63 60 56 55
Pick up trucks 77 70 67 63 60 57 53 52
Dump trucks 70 63 60 56 53 50 46 45
JENIS KENDARAAN
JARAK DARI SUMBER (M)
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Paparan kebisingan dump truck yang melewati jalan diperkirakan sekitar 70 - 80 dBA pada sumber dampak.
Pada jarak sekitar 10 m kebisingan sekitar 63 - 73 dBA, pada jarak 600 m intensitas kebisingannya akan
menurun sampai sesuai dengan baku mutu yaitu antara 45 55 dBA. Oleh karena itu kebisingan yang
ditimbulkan dapat mengganggu kenyamanan penduduk yang dilewati yang berjarak maksimal 500 m tegak
lurus dari as jalan yang dilalui, sehingga rona akhir menunjukan penurunan skala kualitas lingkungan menjadi
skala 1. Dengan demikian besaran dampak terhadap peningkatan kebisingan akibat adanya kegiatan
mobilisasi peralatan dan material pada tahap konstruksi adalah Sedang dengan nilai perubahan dampaknya
Negatif Dua (-2). Sedangkan Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.20 berikut ini.
Tabel 3.20 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material PLTU
terhadap Peningkatan Kebisingan
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
P Jumlah manusia yang terkena dampak adala dengan cara mengalikan Kepadatan rata-rata penduduk/km2 pada 6 desa yang dilewati yaitu 1.632 jiwa/km2 dengan luas sebaran dampak (6,48 km2) yaitu sebanyak 10.575 jiwa
2. Luas wilayah penyebaran dampak
P Luas wilayah persebaran dampak adalah 600 m ke kiri dan ke kanan dari as jalan (1,2 km) dikalikan panjang jalan yang dilalui (5,4 km) yaitu 6,48 km2
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi yaitu antara 70 80 dBA pada sumbernya dan berangsur-angsur menurun seiring dengan pertambahan jarak. Pada jarak 300 m,intensitasnya berkisar antara 50 55 dBA (sesuai dengan baku tingkat kebisingan berdasarkan KepmenLH no. 48 tahun 1996)
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 33
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
KETERANGAN
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak dapat berlangsung selama satu tahapan kegiatan yaitu kegiatan mobilisasi mobilisasi alat dan material
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P Menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya seperti gangguan pendengaran dan kenyamanan.
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif karena kegiatan mobilisasi alat berat dan material berhenti setelah kegiatan selesai, sehingga dampak yang ditimbulkan sifatnya menjaditidak penting.
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
P Dampak penting negatif yang ditimbulkan tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
Sifat Penting Dampak P Penting Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU terhadap
peningkatan kebisingan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material PLTU terhadap peningkatan kebisingan bersifat
langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.
Gangguan Lalulintas Darat (Traffic)
Gangguan lalulintas darat tahap konstruksi PLTU bersumber dari mobilisasi peralatan dan material
konstruksi padatahap konstruksi yang akan menyebabkan peningkatan bangkitan lalulintas. Mobilisasi
peralatan dan material konstruksi terlihat pada kegiatan keluar dan masuknya kendaraan proyek yang
membawa peralatan dan material konstruksi sehingga diperkirakan menyebabkan arus lalulintas akan
terhambat. Kendaraan proyek yang menuju tapak proyek PLTU meliputi truk (HS20-44) dengan kapasitas
angkut 20 - 50 ton. Truk angkut tersebut akan mengangkut material dengan perkiraan frekuensi maksimum
230 kali per hari dengan rute yang akan dilewati dari jalur pantura adalah masuk dari Desa Beji di sebelah
selatan kemudian melewati Desa Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, dan Desa Karanggeneng menuju
ke tapak lokasi power block di sebelah utara. Kebutuhan beton lainnya (beton in-situ) akan disuplai dari
batching plant yang akan dibangun di dalam lokasi tapak rencana PLTU dengan bahan baku yang akan
diambil dari penyedia yang berada di wilayah sekitar lokasi rencana PLTU.
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 34
Ruas Jalan Desa Beji (Akses Jalan sebelah Timur)
Berdasarkan Tabel 3.21 di bawah, perkiraan volume bangkitan lalulintas pada kondisi tanpa proyek di ruas
Beji pada tahun 2013 sebesar 223 smp/jam. Perkiraan bangkitan lalulintas sampai dengan tahun 2019
dihitung berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk di sekitar lokasi proyek. Penambahan jumlah
bangkitan kendaraan sampai dengan tahun 2019 adalah sebesar 6 smp/jam. Penambahan tersebut tidak
memberikan pengaruh negatif dikarenakan tingkat pelayanan masih berada di skala 5 .
Tabel 3.21 Volume Kendaraan pada Kondisi Tanpa Proyek di Ruas Desa Beji (Ruas Jalan sebelah Timur)
KODE JENIS KENDARAAN TAHUN
EKSISTING (2013)
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Kendaraan Umum
UM Tak Bermotor 3 3 3 3 3 3 3
MC Sepeda motor 146 147 147 148 149 149 150
MHV Kendaraan berat menengah/ truk sedang
34 34 34 35 35 35 35
LV Kendaraan ringan/ penumpang
40 40 40 40 41 41 41
LB Bus Besar 0 0 0 0 0 0 0
LT Truk Besar 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL 223 224 225 226 227 228 229
KAPASITAS 2.624
V/C 0,0850 0,0854 0,0858 0,0862 0,0866 0,0870 0,0874
TINGKAT LAYANAN 5 5 5 5 5 5 5
Sumber : Hasil Analisa, 2013 Ket : - Laju pertumbuhan (r) Kec.Tulis : 0,20
- Laju pertumbuhan (r) Kec.Kandeman : 0,75
- Rata-rata laju pertumbuhan : 0,47
- Kapasitas : tipe jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2 UD); Co = 3.100; FCw= 0,91; FCsp =1; FCsf= 0,93
(MKJI, 1997)
Berdasarkan Tabel 3.22 di bawah, bangkitan lalulintas pada kondisi dengan proyek di ruas Beji pada tahun
2013 sebesar 231 smp/jam. Dalam 6 tahun masa konstruksi volume bangkitan lalulintas tertinggi terjadi di
tahun 2016 sebesar 241 smp/jam dan menurun menjadi 230 smp/jam pada tahun 2019 saat masa konstruksi
mulai berakhir.
Kondisi dengan dan tanpa proyek relatif tidak menunjukan perbedaan yang berarti karena penambahan
volume kendaraan pada tahun awal/ eksisting dan kondisi puncak hanya sebesar 10 smp/jam dengan tingkat
skala 5 dan akan sejajar/ sama dengan kondisi tanpa proyek saat kegiatan konstruksi berakhir seperti
tampak pada grafik (Gambar 3.1).
-
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 35
Tabel 3.22 Volume Kendaraan pada Kondisi Dengan Proyek di Ruas Desa Beji (Ruas Jalan sebelah Timur)
KODE JENIS KENDARAAN TAHUN
EKSISTING (2013)
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Kendaraan Umum
UM Tak Bermotor 3 3 3 3 3 3 3
MC Sepeda motor 146 147 147 148 149 149 150
MHV Kendaraan berat menengah/ truk sedang
34 34 34 35 35 35 35
LV Kendaraan ringan/ penumpang
40 40 40 40 41 41 41
LB Bus Besar 0 0 0 0 0 0 0
LT Truk Besar 0 0 0 0 0 0 0
Kendaraan Konstruksi
MC Sepeda motor 0 0 0 0 0 0 0
MHV Kendaraan berat menengah/ truk sedang
2 3 4 4 4 2 0
LV Kendaraan ringan/ penumpang
1 1 2 2 2 1 0
LT Truk (HS20-44) 5 6 8 9 8 5 0
MC Sepeda motor 0 0 0 0 0 0 0
Kendaraan Umum dan Kendaraan Konstruksi
UM Tak Bermotor 3 3 3 3 3 3 3
MC Sepeda motor 146 147 147 148 149 149 150
MHV Kendaraan berat menengah/ truk sedang
36 37 38 39 38 37 35
LV Kendaraan ringan/ penumpang
41 41 42 42 42 42 41
LB Bus Besar 0 0 0 0 0 0 0
LT Truk Besar 5 6 8 9 8 5 1
TOTAL 231 234 239 241 241 237 230
KAPASITAS 2.624
V/C 0,0882 0,0892 0,0911 0,0918 0,0917 0,0902 0,0877
TINGKAT LAYANAN 5 5 5 5 5 5 5
Sumber :