9
Contoh Kasus Klaim
Sebuah proyek pembangunan Ruko di daerah BSD (Bumi Serpong Damai) dengan
kontrak lumpsum diberikan kepada Penyedia Jasa A. Proyek ini harus selesai pada bulan
Desember 2006. Pada saat pekerjaan galian untuk pondasi dilakukan ternyata terjadi
bencana banjir yang mengakibatkan tanah yang sudah di gali kembali menutup lubang –
lubang galian. Sehingga Penyedia Jasa harus mengulang pekerjaan tersebut dari awal
setelah banjir itu surut. Berdasarkan hal tersebut maka Penyedia Jasa tersebut
mengajukan klaim perpanjangan waktu dan tambahan biaya sebagai berikut:
1. Klaim Perpanjangan Waktu
1. Tambahan waktu untuk mengulang pekerjaan galian.
2. Tambahan waktu untuk pekerjaan lain akibat tertundanya pekerjaan galian
tersebut.
2. Klaim Tambahan Biaya
1. Tambahan biaya karena waktu pelaksanaan berubah
2. Sewa tambahan alat – alat berat untuk mempercepat pekerjaan
3. Biaya tambahan untuk operator alat berat
Oleh karena klaim – klaim tersebut didukung data yang akurat, hampir seluruhnya
diterima dan dibayarkan oleh Pengguna Jasa. Ditambah dengan klaim – klaim lain,
seluruh klaim yang berdasarkan data yang akurat seluruhnya diterima. Dan akhirnya
proyek tersebut selesai tepat waktu yaitu pada bulan Juni 2007 sesuai dengan kesepakatan
yang dibuat.
10
09/05/2009 oleh sipilista
http://yandhiwijaya-civilengineering.blogspot.com/2009/08/klaim-konstruksi.html
KLAIM KONSTRUKSI
KLAIM KONSTRUKSI
DAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI
Oleh :
Ir. H. Nazarkhan Yasin
1. Pendahuluan.
Di negara-negara Barat dimana Industri Jasa konstruksi sudah berkembang dengan pesat
dan menggunakan teknologi yang serba canggih, masalah klaim sudah lama dikenal dan
sudah merupakan suatu masalah biasa yang terjadi antara Pengguna Jasa dan Penyedia
Jasa. Para Penyedia Jasa di negara-negara tersebut bersaing sangat ketat satu sama lain
dalam usaha memenangkan tender untuk mendapatkan suatu pekerjaan. Hampir semua
Penyedia Jasa menguasai teknologi dan seluk beluk Jasa Konstruksi sehingga perbedaan
harga penawaran pada waktu tender tidak lagi karena perbedaan harga suatu pekerjaan
tetapi karena persaingan dalam efisiensi mengerjakan pekerjaan tersebut. Dengan kata
lain, perusahaan jasa konstruksi yang paling efisienlah yang dapat menekan harga suatu
11
pekerjaan sehingga menjadi murah yang memungkinkannya memenangkan tender, bukan
karena perbedaan mutu pekerjaan itu sendiri.
Akhir-akhir ini persaingan harga karena efisiensi inipun sudah semakin ketat sehingga
harga penawaran yang masuk hampir-hampir sama nilainya. Oleh karena itu beberapa
perusahaan Jasa Konstruksi mencari keuntungan bukan dari efisiensi tapi dari kejeliannya
melihat peluang klaim yang besar pada waktu tender. Setelah dia yakin bahwa peluang
klaim tersebut cukup besar memberikan keuntungan maka harga penawarannya pada
waktu tender ditekan sehingga jauh dibawah penawaran lain, sehingga dia menang.
Setelah menang tender dia menyusun struktur klaim yang memang sudah direncanakan.
Di Perancis ada 2 perusahaan besar yang demikian jelinya menyusun klaim, sampai-
sampai dijuliki “Claim Artist”. Salah satu perusahaan tersebut memenangkan tender
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air di Indonesia dengan harga yang jauh di
bawah perusahaan lain. Kabarnya klaim yang diajukan dan diterima nilainya setelah
ditambah dengan nilai kontraknya lebih tinggi dari nilai Penawar lain yang kalah.
Bagaimana masalah klaim di Indonesia ?
Kita di Indonesia terlanjur banyak yang mengartikan klaim sebagai suatu tuntutan. Oleh
karena itu klaim menjadi sesuatu yang “tabu”.
Banyak Pengguna Jasa (Pemerintah) yang kurang senang apabila Penyedia Jasa mengajukan
klaim. Tidak jarang terjadi Penyedia Jasa tersebut pada kesempatan berikut tidak disertakan
lagi dalam tender karena sering mengajukan klaim. Inilah sebabnya di Indonesia sampai
ditahun-tahun delapan puluhan sampai awal tahun sembilan puluhan Penyedia Jasa “takut”
mengajukan klaim.
Padahal sebagaimana akan kita lihat dalam uraian selanjutnya arti sesungguhnya dari klaim
tak lebih dari suatu permintaan.
12
Dalam uraian selanjutnya akan kita bahas pertama-tama mengenai perkembangan klaim di
tanah air kita, kemudian dilanjutkan dengan cara pengelolaan klaim, pengertian klaim,
kategori klaim dan sebab-sebab timbulnya klaim. Juga akan diuraikan cara-cara
menyelesaikan sengketa konstruksi melalui arbitrase.
2. Perkembangan Klaim di Indonesia.
Berbicara mengenai perkembangan klaim di Indonesia, kita perlu menengok secara
singkat perkembangan Industri Jasa Konstruksi itu sendiri .
Sejak kita merdeka, perkembangan Jasa Konstruksi dapat kita bagi dalam 5 periode, yaitu
:
2.1 Periode 1945 - 1950
2.2 Periode 1951 - 1959
2.3 Periode 1960 - 1966
2.4 Periode 1967 - 1996
2.5 Periode 1997 - 2002
2.1 Periode 1945 - 1950
Dalam periode ini yang merupakan periode awal kemerdekaan, Industri Jasa Konstruksi
belum lahir. Kita di sibukkan dengan pergolakan fisik melawan Belanda yang ingin
kembali menjajah kita. Pelbagai hasil perundingan yang dicapai seperti Linggarjati,
Renville, Rum-Royen tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Barulah setelah
Konferensi Meja Bundar (KMB) kita bebas dari gangguan pihak Belanda. Praktis pada
periode ini kita belum dapat membangun.
2.2 Periode 1951 - 1959
13
Dalam periode inipun kita praktis belum mulai membangun karena sistim
ketatanegaraan yang kita pakai menyebabkan pemerintahan tidak pernah stabil
(Kabinet berganti-ganti dalam hitungan bulan) disamping adanya gangguan dari
golongan separatis seperti DI, TII, PRRI, Permesta. Pemerintah belum mempunyai
rencana pembangunan yang definitif.
2.3 Periode 1960 - 1966
Dalam periode ini sistim ketatanegaraan kita melaui Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959
kembali ke UUD 1945. Presiden Soekarno mulai melakukan pembangunan yang
dikomandoi sendiri. Kita catat beberapa pembangunan Hotel megah (Indonesia,
Samudera Beach, Ambarukmo, Bali Beach), Jembatan Semanggi, Wisma Nusantara,
Gelora Bung Karno, Proyek Ganefo (sekarang Komplek MPR/DPR). Sayangnya proyek-
proyek tersebut tidak banyak bermanfaat untuk rakyat banyak kecuali Bendungan
Jatiluhur, Karangkates, Asahan. Industri Jasa Konstruksi mulai bangkit namun terbatas
pada perusahaan-perusahaan Belanda yang di nasionalisasikan.
Persaingan belum ada karena Proyek langsung ditunjuk Presiden. Klaim konstruksi
tidak pernah ada. Sektor swasta baru mulai satu dua perusahaan.
2.4 Periode 1967 - 1996
Dalam periode ini kita untuk pertama kali mempunyai program pembangunan yang
terarah dan berkesinambungan yang dikenal dengan istilah Repelita (Rencana
Pembangunan Lima Tahun) dimulai tahun 1969.
REPELITA I : 1969 - 1974
REPELITA II : 1974 - 1979
REPELITA IIII : 1979 - 1984
REPELITA IV : 1984 - 1989
REPELITA V : 1989 - 1994
14
Dapat dikatakan dalam periode inilah mulai tumbuh
industri jasa konstruksi secara definitif. Perusahan-
perusahan Belanda yang diambil alih pada tahun 1959
dan berstatus Perusahaan Negara (PN) diubah
statusnya menjadi Persero.
Pekerjaan tidak lagi dibagi tapi ditenderkan. Mulailah persaingan antar BUMN.
Kemudian swastapun mulai bangkit, termasuk swasta asing. Proyek-proyek banyak yang
menggunakan dana dari luar negeri.
Teknologi sudah semakin maju. Jenis kontrak beragam namun klaim konstruksi masih
jarang terjadi, baru dari pihak swasta asing.
2.5 Periode 1997 – 2002.
Dalam periode ini Industri Jasa Konstruksi benar-benar lumpuh. Akibat krisis moneter
pertengahan 1997 banyak proyek terbengkalai. Pengguna Jasa tak mampu membayar
Penyedia Jasa. Klaim-klaim konstruksi mendadak banyak bermunculan terutama
karena Penyedia Jasa tidak dibayar.
Industri Jasa Konstruksi yang telah tumbuh dan berkembang demikian pesatnya
selama kurun waktu 32 tahun berhenti secara mendadak. Banyak Penyedia Jasa yang
ambruk/bangkrut. PHK terjadi dimana-mana.
Ditengah-tengah kelumpuhan Industri Jasa Konstruksi, Pemerintah membuat Undang-
Undang No. 18/1999 tentang jasa konstruksi beserta 3 peraturan pelaksanaannya ; PP
No. 28/ 2000, PP No. 29/ 2000 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa. Ini suatu ironi. Dahulu selama 32 tahun Industri Jasa Konstruksi
berkembang tanpa ada peraturan-peraturan yang baku. Sekarang pada saat Industri
Jasa Konstruksi berhenti justru dibuat peraturan perundangan sebagai rujukan.
15
Dari uraian tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa walaupun Industri Jasa
Konstruksi di negeri kita telah berkembang selama + 32 tahun klaim konstruksi baru
mulai muncul beberapa tahun terakhir (awal tahun 1997).
3. Pembahasan Klaim Konstruksi.
3.1 Umum.
3.1.1 Klaim konstruksi dapat terjadi antar para pihak yang berkontrak. Tegasnya klaim
mungkin saja datang dari pihak Penyedia Jasa kepada Pengguna Jasa atau sebaliknya.
Jadi tidak benar bila klaim hanya datang dari pihak Pengguna Jasa atau sebaliknya hanya
Pengguna Jasa yang boleh mengajukan klaim.
3.1.2 Disamping itu klaim dapat juga terjadi dari pihak lain diluar kontrak seperti
Konsultan Pengawas/Perencana, para Sub Penyedia Jasa terhadap Pengguna Jasa atau
Penyedia Jasa.
3.1.3 Arti klaim sesungguhnya adalah permintaan/permohonan mengenai biaya, waktu
dan atau kompensasi pelaksanaan diluar ketentuan tercantum dalam kontrak konstruksi.
Jadi adalah suatu kekeliruan/salah pengertian yang menganggap klaim adalah suatu
tuntutan. Memang benar klaim adakalanya berakhir dengan suatu tuntutan baik melalui
suatu Badan Peradilan atau Lembaga Arbitrase apabila permintaan tersebut tidak
dikabulkan.
3.1.4 Pengajuan klaim dapat dengan berbagai cara dan yang paling sederhana berupa
permintaan lisan sampai dengan permintaan yang disusun secara tertulis lengkap dengan
data pendukungnya.
3.1.5 Para pihak didalam suatu kontrak konstruksi lebih menyukai pemecahan secara
damai tanpa melalui Badan Peradilan. Mereka menginginkan terdapat keputusan yang
cepat, karena penyelesaian melalui Pengadilan disamping memakan waktu dan biaya,
permasalahannya semakin terbuka untuk umum. Penyelesaian melalui Arbitrase lebih
disukai karena disamping waktu lebih pendek, para arbiter dapat dipilih yang profesional
dan keputusannya adalah final dan mengikat para pihak. Upaya hukum dalam bentuk
16
apapun bila telah keluar keputusan arbitrase tidak diperkenankan (berbeda dengan
Pengadilan yang memungkinkan banding, kasasi atau Peninjauan Kembali).
3.1.6 Mengenai klaim ini Robert D. Gilbreath dalam bukunya yang berjudul
MANAGING CONSTRUCTION CONTRACTS pada halaman 203 - 204 menulis
sebagai berikut :
“KLAIM-KLAIM
Dalam konteks suatu kontrak konstruksi, kedua belah pihak dapat mengajukan klaim satu
sama lain.
1. Penyedia Jasa boleh mengajukan tambahan waktu pelaksanaan atau
tambahan kompensasi dari Pengguna Jasa, atau beberapa konsesi
seperti pengurangan dari persyaratan teknis atau spesifikasi bahan.
2. Pengguna Jasa boleh klaim pembebasan dalam pengertian
pengurangan nilai kontrak dan atau percepatan atau penundaan
dari pelaksanaan Penyedia Jasa.
Tentu saja, banyak pihak lain baik secara terikat kontrak atau lainnya boleh mengajukan
klaim satu sama lain baik kepada Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa, termasuk para
Sub-Penyedia Jasa Konstruksi Perencana atau konsultan hukum.
Pembicaraan kita dititik beratkan pada klaim-klaim yang paling biasa selama masa
pelaksanaan - dari Penyedia Jasa kepada Pengguna Jasa atau sebaliknya. Prinsip-
prinsip yang sama dari pembelaan atau pengajuan klaim yang disajikan disini juga
digunakan pada mayoritas dari keadaan klaim-klaim lainnya.
Klaim tidak lebih dari suatu permintaan atau pemohonan mengenai biaya, waktu atau
kompensasi pelaksanaan atas sesuatu yang telah diberikan atau dimaksud dari salah
satu pihak dalam kontrak kepada pihak lain.
17
Klaim-klaim dapat disajikan dalam setiap macam bentuk, mulai dari yang tidak resmi
atau bahkan permintaan lisan sampai kepada paket dokumen klaim yang disusun secara
rapi.
Kesalahan konsep yang biasa terjadi adalah klaim itu secara alamiah adalah berupa
tuntutan hukum dengan pengertian salah satu pihak menggugat pihak lain atas suatu
kerusakan dalam rasa hukum. Sebetulnya bukan ini kasusnya.
Walaupun beberapa klaim memburuk sampai suatu titik dimana permintaan
membutuhkan tindakan hukum atau arbitrase, kebanyakan diselesaikan jauh sebelum hal
ini terjadi.
Kebanyakan mayoritas klaim yang diprakarsai oleh Pengguna/ Penyedia Jasa
diselesaikan melalui perundingan mematuhi ketentuan-ketentuan atau pendekatan yang
disetujui bersama mengenai waktu dan biaya pelaksanaan antara Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa.
Dalam daerah hukum dan ancaman hukum, kebanyakan Pengguna Jasa dan Penyedia
Jasa menyadari penyelesaian tanpa melalui jalur hukum sangat lebih dikehendaki.
Kedua belah pihak biasanya menderita jika klaim berlangsung atau dialihkan kedalam
tuntutan hukum.
Tujuan setiap orang yang bersangkutan haruslah mengerti situasi klaim secepatnya dan
menyelesaikannya selekas mungkin.
Bagi para Pengguna Jasa tuntutannya mungkin lebih sederhana :
Apakah anda lebih suka mendapatkan penyelesaian proyek atau memaksakan klaim
lewat pengadilan ?.
Kebanyakan para Pengguna Jasa yang layak akan memilih yang tersebut pertama.
(Terjemahan bebas N. Yasin)
3.2. Kategori Klaim.
18
Sebagaimana telah disinggung dalam butir 3.1, klaim dapat terjadi dari Pengguna Jasa
terhadap Penyedia Jasa atau sebaliknya. Berdasarkan hal ini klaim dapat dikategorikan
dalam 2 hal yaitu :
3.2.1 Dari Pengguna Jasa terhadap Penyedia Jasa berupa :
a. Pengurangan nilai kontrak
b. Percepatan waktu penyelesaian pekerjaan
c. Kompensasi atas kelalaian Penyedia Jasa
3.2.2 Dari Penyedia Jasa terhadap Pengguna Jasa berupa :
a. Tambahan waktu pelaksanaan pekerjaan
b. Tambahan kompensasi
c. Tambahan konsesi atas pengurangan spesifikasi teknis atau
bahan.
3.3 Sebab-sebab timbulnya Klaim.
Sesungguhnya dalam Industri Jasa Konstruksi, klaim adalah suatu hal yang sangat wajar
terjadi. Di negara Barat yang Industri Jasa Konstruksinya sudah berkembang dan para
pelaku Industri Jasa Konstruksi menyadari betul arti sebuah klaim, maka hal ini menjadi
biasa.
Sebagai ilustrasi, sewaktu bertugas di Saudi Arabia terasa asing dikuping sewaktu
Pengguna Jasa menanyakan : “Do you have any claim to us ?”
Di Indonesia hampir tak pernah ada Pengguna Jasa yang bertanya seperti kejadian di
Saudi Arabia tersebut.
19
Hal ini tak lain karena salah pengertian mengenai arti sesungguhnya dari klaim sehingga
dianggap sesuatu yang “tabu”.
Jadi sebagaimana dengan perubahan pekerjaan, klaim dapat berasal dari mana saja.
Walaupun ada beberapa sebab timbulnya klaim, tetapi hampir semuanya memiliki dasar
dalam tindakan atau pengurangan dari salah satu pihak dalam kontrak namun dapat juga
yang kurang sering terjadi seperti sebab-sebab dari pihak ketiga, tindakan/keinginan
Tuhan atau hal lain yang menyebabkan pihak yang mengajukan klaim pihak yang
mengajukan klaim menderita rugi.
Dalam pelatihan ini kita batasi sebab-sebab timbulnya klaim antara para pihak dalam
suatu kontrak konstruksi yaitu antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.
3.3.1 Dari pihak Pengguna Jasa
a. Pekerjaan yang dilaksanakan Penyedia Jasa cacat atau
kurang sempurna.
b. Penyedia jasa terlambat menyelesaikan pekerjaan sesuai
kontrak
c. Pemutusan kontrak
3.3.2 Dari pihak Penyedia Jasa
a. Kelambatan atau cacat informasi yang harus diserahkan
Pengguna Jasa seperti gambar-gambar atau spesifikasi.
b. Kelambatan atau cacat dari bahan atau peralatan yang harus
disediakan Pengguna Jasa.
c. Perubahan ketentuan-ketentuan, gambar-gambar atau
spesifikasi teknis.
d. Perubahan atau keadaan lapangan yang tidak diketahui
20
e. Reaksi dari pengaruh pekerjaan yang berturutan.
f. Larangan metode kerja tertentu termasuk kelambatan atau
percepatan dari pelaksanaan proyek.
g. Kontrak yang kurang jelas/perbedaan penafsiran.
Robert D. Gilbreath dalam bukunya : “MANAGING CONSTRUCTION CONTRACT”
menulis mengenai sebab-sebab klaim dihalaman 204 – 205 sebagai berikut :
“SEBAB-SEBAB TERJADI KLAIM
Sebagaimana halnya dengan perubahan-perubahan pekerjaan, klaim-klaim
berasal dari mana saja. Ada banyak sebab-sebab klaim, tetapi hampir
seluruhnya mempunyai dasar dengan dugaan bahwa tindakan-tindakan,
pengurangan-pengurangan, oleh salah satu pihak dalam kontrak atau – yang
kurang sering terjadi oleh pihak ketiga, tindakan-tindakan Tuhan atau lainnya
– menyebabkan pihak yang mengajukan klaim menderita kerugian. Dalam
suatu lingkungan proyek konstruksi yang sangat kompleks memberikan
tekanan waktu dan biaya pada semua pihak dan menyadari banyak sekali
hubungan, tanggung jawab, kewajiban dan saling ketergantungan sehingga
mudah terlihat mengapa klaim-klaim adalah sama biasanya dengan
menggambarkan suatu pemandangan konstruksi seperti beton dan
penulangannya.
Pertama-tama mari kita bahas kasus di mana Pengguna Jasa melakukan klaim
kepada Penyedia Jasa, karena hal ini sangat kurang biasa dibandingkan
situasi klaim yang di bicarakan sebelumnya.
Biasanya Pengguna Jasa mengajukan klaim-klaim terhadap para Penyedia
Jasanya (dan dalam hal tersebut biro teknik atau konsultan lain) salah satu
atau lebih sebab-sebab berikut :
1. Pekerjaan yang cacat.
21
Para Pengguna Jasa yang tidak puas dengan apa yang dihasilkan Penyedia
Jasa dapat mengajukan klaim atas kerugian termasuk biaya perubahan,
penggantian atau pembongkaran pekerjaan yang cacat. Dalam banyak
kejadian pekerjaan tidak sesuai spesifikasi tersebut dalam kontrak atau
hal lain yang tidak cocok dengan maksud yang di tetapkan. Kadang-
kadang barang-barang atau jasa yang diminta tidak sesuai
garansi/jaminan dari Penyedia Jasa atau pemasoknya.
2. Kelambatan yang disebabkan Penyedia Jasa.
Jika Penyedia Jasa telah berjanji untuk m%laksanakan pekerjaan tersebut
dalam kontrak secara keselurqhan atau sebagian, dalam waktu yang telah
di tetapk!n, Pengguna Jasa dapat mengajukan klaim atas kerugian bila
kelambatan tersebut di sebabkan Penyedia Jasa atau dalam kejadia. lain,
bahkan jika kelambatan tersebut di luar kendAli dari Penyedia Jasa.
Jenis-jenis klaim kerugian dalam hal ini adalah kehilangan penggunaan
dari fasilitas tersebut, pengaruh reaksi pada Penyedia Jasa lain dan
kenaikan biaya dari pekerjaan lain yang terlambat.
3. Sebagai pembelaan klaim.
Para Pengguna Jasa yang menghadapi klaim-klaim para Penyedia Jasa
dapat membalas dengan klaim tandingan. Klaim tandingan ini biasanya
menyerang atau berusaha memojokkan/mendiskreditkan unsur-unsur asli
dari klaim Penyedia Jasa – dengan membuka hal-hal yang tumpang tindih
atau perangkapan kerugian biaya, atau menyebutkan perubahan-
perubahan atau pasal-pasal klaim dalam kontrak yang melarang atau
modifikasi dari tindakan-tindakan Penyedia Jasa dalam hal terjadi
sengketa umpamanya.
Klaim jenis lain, walaupun jarang terjadi, timbul karena pemutusan
kontrak.
22
Hal ini biasanya terjadi bila Penyedia Jasa gagal menyelesaikan pekerjaan
atau karena suatu sebab meninggalkan lapangan pekerjaan.
Dalam hal ini biasanya Pengguna Jasa meminta konpensasi untuk
kenaikan biaya di luar yang telah di bayarkan kepada Penyedia Jasa untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan cara lain. Para Penyedia Jasa juga
mengajukan klaim kerugian bila merasa mereka secara tidak sah di
keluarkan dari proyek atau hal lain yang menghalangi mereka untuk
menyelesaikan pekerjaan.
Kedua situasi ini muncul bila kontrak secara nyata telah di putuskan salah
satu pihak. Titik berat pembicaraan kita tidak akan sampai pada contoh
yang ekstrim ini karena kita memusatkan perhatian pada situasi-situasi
klaim yang lebih biasa terjadi – yaitu yang muncul selama masa
pelaksanaan pekerjaan dan bila kelanjutan pelaksanaan kewajiban-
kewajiban kontrak oleh kedua belah pihak di pikirkan.
Dalam hal ini, kebanyakan klaim yang di temukan dalam proyek
konstruksi datang dari Penyedia Jasa terhadap Pengguna Jasa karena satu
dan lain sebab – Kasus-kasusnya serupa bila tidak sama, seperti
perubahan-perubahan tidak resmi yang dapat di ringkas sebagai berikut :
1. Kelambatan atau cacat informasi dari Pengguna Jasa, biasanya dalam
bentuk gambar-gambar atau spesifikasi teknis.
2. Kelambatan atau cacat dari bahan-bahan atau peralatan yang di
serahkan Pengguna Jasa
3. Perubahan-perubahan permintaan, gambar-gambar atau spesifikasi.
4. Perubahan kondisi lapangan atau kondisi lapangan yang tidak di
ketahui
5. Pengaruh reaksi dari pekerjaan yang bersamaan
23
6. Larangan-larangan metoda kerja tertentu termasuk kelambatan atau
percepatan pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa.
7. Kontrak yang memiliki arti mendua atau perbedaan penafsiran.
Dalam setiap situasi ini, Penyedia Jasa akan klaim bahwa sesuatu telah terjadi
(atau gagal terjadi), yang menyebabkan tambahan biaya atau penambahan
waktu di luar yang tersebut dalam kontrak, atau yang dapat secara wajar di
harapkan pada waktu penawaran atau penanda tanganan kontrak
(Terjemahan bebas N. Yasin):
.
3.4. Unsur-Unsur Klaim Konstruksi.
Klaim-klaim konstruksi yang biasa muncul dan paling sering terjadi adalah mengenai waktu dan
biaya sebagai akibat perubahan pekerjaan. Bila pekerjaan di ubah ketakanlah
volume pekerjaan bertambah atau sifat dan jenisnya berubah maka tidak
terlalu sulit untuk menghitung berapa tambahan biaya yang di minta Penyedia
Jasa beserta tambahan waktu.
Namun terkadang Penyedia Jasa, di samping klaim yang di sebutkan tadi juga klaim sebagai
dampak terhadap pekerjaan yang tidak berubah.
Menghitung klaim biaya untuk hal ini tidaklah mudah.
Hal ini dapat di terangkan sebagai berikut : suatu pekerjaan yang tidak di rubah terpaksa (karena
alasan teknis pelaksanaannya) di tunda pelaksanaannya karena ada pekerjaan
lain yang berubah. Pekerjaan yang tidak berubah tadi seharusnya di kerjakan
pada musim kemarau. Oleh karena terjadi penundaan maka pekerjaan ini
terpaksa di laksanakan dalam musin hujan yang mengakibatkan menurunnya
produktivitas dan perlu tambahan biaya untuk melindungi pekerjaan tersebut
dari pengaruh cuaca (hujan).
Belum lagi kemungkinan terjadi kenaikan upah buruh karena musim hujan tambahan tenaga
pengamanan, biaya administrasi dan overhead.
24
Masalah ini di kupas oleh Robert D. Gilbreath dalam bukunya “MANAGING
CONSTRUCTION CONTRACTS” 205-207 sebagai berikut :
“UNSUR-UNSUR KLAIM KONSTRUKSI.
Jika suatu keadaan rangsangan klaim yang telah di terangkan sebelumnya terjadi, Penyedia Jasa
segera memberitahukan Pengguna Jasa mengenai hal itu dan pengaruh dari
masing-masing.
Bila pemberitahuan ini di lakukan dengan menekankan klaim, kebanyakan para Penyedia Jasa
meminta tambahan waktu dan/atau konpensasi untuk (1) kenaikan biaya
untuk melaksanakan perubahan pekerjaan dan (2) “dampak biaya” pada
pekerjaan yang tidak berubah. Dalam banyak kasus di mana situasi klaim
yang bonafide telah terjadi, Penyedia Jasa telah menderita beberapa kenaikan
biaya-biaya (dalam arti waktu, biaya atau keduanya dalam masing-masing
kategori).
Pengguna Jasa boleh menerima atau menolak biaya-biaya langsung untuk melaksanakan
pekerjaan yang di rubah. Akan tetapi, dampak biaya – biaya pada pekerjaan
yang tidak di rubah – tidak mudah untuk di tentukan atau di hitung biayanya.
Mari kita bicarakan dulu biaya-biaya untuk melaksanakan perubahan
pekerjaan. Beberapa biaya yang paling biasa terjadi adalah :
- kenaikan upah tenaga kerja/tambahan atau upah lebih tinggi
- tambahan material dan peralatan yang di perlukan
- tambahan pengawasan, administrasi dan overhead
- kenaikan waktu yang perlu untuk pelaksanaan
- membuka/mengerjakan kembali pekerjaan
- penurunan produktivitas atau efisiensi
- pengaruh cuaca
- catatan mengenai hambatan-hambatan dan kelambatan-kelambatan
25
- demobilisasi dan remobilisasi
- penanganan material yang berlebihan
- biaya-biaya lembur dan waktu kerja
- lembur yang berlebihan, yang mengarah pada penurunan produktivitas
- salah penempatan peralatan
- kehilangan nilai ekonomi dari material
- penumpukan pada tempat kerja
- de-efisiensi dari jenis pekerjaan.
Untuk dampak biaya-biaya, seluruh hal tersebut di atas dapat diklaim. Bedanya adalah lebih sulit menetapkan dasar dari dampak dan menghitung kenaikan biaya. Pertanyaan mengenai apakah dampak biaya dapat dikurangi dengan mudah dapat dikatakan, tapi sulit dijawab: Berapa kenaikan biaya untuk melaksanakan pekerjaan B dan C setelah pekerjaan A dirubah. Untuk menjawab pertanyaan ini baik Penyedia Jasa maupun Pengguna Jasa harus menetapkan apa yang seharusnya menjadi biaya untuk pekerjaan B dan C dan A tidak berubah.
Hal ini membutuhkan analisis kualitatif yang lebih dan seringkali
merupakan masalah yang paling sulit sehubungan dengan dampak biaya.
Cara terbaik untuk melukiskan dampak biaya adalah melalui sebuah contoh.
Misalkan Pengguna Jasa karena satu dan lain hal memperlambat
pekerjaan Penyedia Jasa dan menyebabkan penundaan pekerjaan tersebut
yang telah direncanakan untuk dilaksanakan dalam musim panas menjadi
musim dingin. Pekerjaan itu sendiri adalah sama, tetap, toh Penyedia
Jasa harus menanggung biaya sehubungan dengan pekerjaan musim
dingin yang seharusnya dilakukan pada musim panas.
Dampak-dampak biaya dapat termasuk hal-hal berikut:
- Biaya untuk melindungi pekerjaan terhadap cuaca dingin.
26
- Inefisiensi dalam produksi disebabkan karena para pekerja bekerja dalam
cuaca dingin, dengan perlindungan peralatan yang tidak praktis,
dipermukaan yang licin, dan selama waktu siang yang lebih pendek.
- Biaya-biaya alat pemanas dan bahan bakar untuk melindungi orang dan
untuk pelaksanaan pekerjaan seperti pemanasan untuk beton.
- Kenaikan biaya perawatan peralatan.
- Kerusakan material dan peralatan karena cuaca.
- Ketidakmampuan untuk menjaga angkatan kerja.
- Kehilangan waktu karena suhu yang ekstrim atau kondisi iklim.
- Kenaikan biaya pemondokan dan transpor.
- Kelambatan karena libur Natal.
- Perpanjangan premi asuransi atau pembayaran garansi.
- Kenaikan upah buruh, harga material, peralatan dan biaya overhead karena
inflasi dan eskalasi harga.
(Terjemahan bebas N. Yasin)
3.5. Bentuk/Format Pengajuan Klaim.
Klaim konstruksi dapat beragam dalam bentuk dan isinya.
Walaupun klaim dan perubahan pekerjaan sasarannya sama yaitu meminta kompensasi atas
biaya dan waktu namun sesungguhnya berbeda sifatnya. Kompensasi atas
perubahan pekerjaan diajukan sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Bila
tidak/belum disetujui pekerjaan tersebut belum dilaksanakan. Sedangkan klaim,
diajukan pada saat pekerjaan sudah atau sedang dikerjakan. Biasanya cara
27
pengajuan klaim dimulai dengan penyampaian fakta mengenai suatu pekerjaan
yang ditanyakan, diantaranya mengenai lokasi pekerjaan, dan analisis biaya.
Kemudian dilengkapi dengan keterangan yang mendukung klaim tersebut dan disusun
berurutan biasanya berdasarkan surat-menyurat antara Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa.
Mengenai cara pengajuan klaim ini Robert D. Gilbreath dalam bukunya: MANAGING
CONSTRUCTION CONTRACTS pada halaman 207 menulis sebagai berikut:
“STRUKTUR KLAIM PENYEDIA JASA”.
Sebagaimana telah disebut sebelumnya, klaim-klaim Penyedia Jasa dapat bervariasi dalam
bentuk dan isinya. Akan tetapi jenis klaim biasanya mengikuti struktur sebagai
berikut :
1. Keterangan mengenai ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat kontrak seperti
lingkup pekerjaan, struktur pembiayaan yang meliputi bagian pekerjaan
yang ditanyakan.
2. Keterangan mengenai fakta peristiwa yang telah terjadi (atau tidak terjadi)
biasanya disajikan secara kronologis dan merupakan surat-menyurat,
perintah-perintah perubahan, rapat-rapat, dan sebagainya.
3. Akibat dari keadaan rangsangan klaim, biasanya disajikan sebagai cerita
mengenai kenaikan/tambahan usaha yang diperlukan Penyedia Jasa.
4. Analisa biaya, yang mungkin termasuk rincian daftar kenaikan biaya yang
disebabkan perubahan atau suatu perbandingan antara biaya
sesungguhnya dan biaya yang diperkirakan – perbedaan antara keduanya
menunjukkan jumlah klaim.
Perlu diingat bahwa klaim berbeda dengan perhitungan Penyedia Jasa akibat
pemberitahuan perubahan pekerjaan. Dalam arti yang sangat kaku mungkin
sama, dengan pertimbangan bahwa dalam kedua hal tersebut Penyedia Jasa
28
menyajikan informasi mengenai tambahan biaya kepada Pengguna Jasa. Akan
tetapi, pengajuan biaya terjadi sebelum pekerjaan dilaksanakan, dan sebuah
klaim biasanya diajukan setelah atau selama pelaksanaan pekerjaan
bersangkutan.
Begitu kenaikan kompensasi atau tambahan waktu disetujui maka klaim harus berubah
menjadi perubahan pekerjaan.
(Terjemahan bebas N. Yasin):
Selain itu Mc. Neil Stokes dalam bukunya: “CONSTRUCTION LAW IN
CONTRACTOR’S LANGUAGE” menulis mengenai prosedur klaim pada halaman
140-142 sebagai berikut :
“Prosedur Klaim”
Penyedia Jasa harus menyiapkan klaimnya secara tertulis untuk kompensasi tambahan bagi
perubahan yang harganya tidak ditetapkan dalam rincian yang mencukupi
untuk mengajukan secara jelas fakta-fakta yang diperlukan untuk menunjukkan
biaya dan posisinya dimana dia berhak mendapatkan kenaikan harga kontrak
karena perubahan pekerjaan. Tak ada format tertentu yang diperlukan untuk
pengajuan klaim. Akan tetapi klaim tersebut haruslah ditata/diatur secara logis
dan berisi fakta pernyataan klaim dalam sebanyak mungkin rincian yang
diperlukan untuk menyajikan pandangan Penyedia Jasa, juga harus berisi atau
merujuk pada dokumen-dokumen pokok dan pasal-pasal kontrak, laporan-
laporan dari saksi ahli dan foto-foto dan juga harus berisi dasar hukum dan
kontrak dari klaim tersebut untuk menunjukkan bahwa Penyedia Jasa berhak
mendapatkan kenaikan nilai kontrak.
Banyak Penyedia Jasa dan Sub-Penyedia Jasa mengatakan keprihatinannya pada
pemberitahuan tentang klaim mengakibatkan hubungan jelek dengan Pengguna
Jasa. Sesungguhnya klaim tak perlu menyebabkan perselisihan jika ditangani
dengan benar dan taktis dan jika pihak lain dapat dibuat mengerti bahwa
pemberitahuan tersebut diperlukan sesuai kontrak.
29
Sebagai tambahan untuk memperkuat klaim mengenai kompensasi tambahan Penyedia
Jasa atau Sub Penyedia Jasa harus mengajukan klaim tambahan waktu yang
diperlukan untuk perubahan pekerjaan dalam batas penyelesaian tersebut
dalam kontrak. Jika Penyedia Jasa atau Sub-Penyedia Jasa melampaui batas ini,
kemungkinan dia akan dikenakan ganti rugi kelambatan. Penyedia Jasa atau
Sub Penyedia Jasa mudah dikenakan ganti rugi kelambatan karena uangnya
dapat dipotong dari pembayaran termijn atau uang retensi.
Kebanyakan Penyedia Jasa dan Sub-Penyedia Jasa diminta berdasarkan kontrak untuk
mengajukan klaim perpanjangan waktu jika proyek terlambat karena suatu
sebab untuk menghindari ganti rugi kelambatan.
Sebagai contoh, jika Pengguna Jasa secara lisan memberitahukan kerja tambah kepada
Penyedia Jasa yang akan menyebabkan penyelesaian pekerjaan terlambat,
Penyedia Jasa harus mengajukan klaim perpanjangan waktu dalam batas waktu
tertentu setelah menerima perintah.
Penyedia Jasa dapat melindungi dirinya mengenai hal ini dengan mengirim satu surat
kepada Pengguna Jasa yang berisi dua pernyataan :
1. Penyedia Jasa telah diperintahkan untuk melaksanakan pekerjaan tambah
(jelaskan disini pekerjaan apa) yang menyebabkan dia menanggung biaya
tambahan. Klaim untuk tambahan biaya akan diajukan kemudian (atau
diajukan sekarang bila dketahui).
2. Pekerjaan tambah tersebut akan memperlambat penyelesaian pekerjaan, dan
Penyedia Jasa mengajukan klaim perpanjangan waktu untuk melaksanakna
pekerjaan tambah.
Jadi, bila proyek terlambat, diperlukan 2 macam klaim - perpanjangan waktu dan
tambahan biaya. Kesalahan yang biasa terjadi dari Penyedia Jasa yang
melaksanakan pekerjaan tambah hanya mengajukan klaim tambahan biaya dan
melalaikan klaim perpanjangan waktu.
30
Jika perubahan pekerjaan menyebabkan Penyedia Jasa terlambat dan dia lupa minta
perpanjangan waktu maka dia terpaksa mempercepat pekerjaan dengan
biayanya sendiri untuk menghindari ganti rugi atas keterlambatan.
Para Penyedia Jasa Pemerintah harus mematuhi dengan sejujur-jujurnya ketentuan-
ketentuan perundingan yang diatur dalam Armed Services Procurement Act bila
mereka mengajukan klaim-klaim. Menurut peraturan ini, Penyedia Jasa harus
mengajukan biaya atau data harga, menyatakan bahwa data tersebut
akurat/benar, lengkap dan up to date (mutakhir) dan setuju untuk penyesuaian
bila data yang disampaikan tidak akurat.
Beberapa instansi Pemerintah memiliki format rinci untuk menghimpun keterangan-
keterangan klaim yang diperlukan dalam perudingan.
Pengajuan perubahan-perubahan sesuai waktu dapat mencegah kelebihan biaya,
kelambatan dan sakit hati pada proyek.
Untuk menghindari perubahan-perubahan yang terlambat dalam perencanaan konstruksi,
para Pengguna Jasa dapat tertolong dengan secara terus menerus meninjau
kembali perencanaan dan spesifikasi. Perencana dan Penyedia Jasa dapat juga
secara terus menerus meninjau pekerjaan sebelum dilaksanakan untuk
mengurangi sengketa dan perubahan-perubahan pada saat-saat terakhir.
Makin cepat perubahan dilakukan, makin berkurang biaya.
(Terjemahan bebas N. Yasin):
Sebagai suatu ilustrasi, dalam Pelatihan ini disajikan cara perusahaan Perancis yang
memenangkan tender proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang telah
disinggung sebelumnya.
Salah satu klaim perusahaan tersebut, menyangkut pekerjaan pemboran untuk membuat
terowongan pengelak yang panjangnya beberapa ribu meter. Pada waktu
tender, rupanya perusahaan ini telah mengetahui jenis batuan di lokasi yang
31
akan dibuat terowongan tersebut jauh lebih keras dari yang tersebut dalam
dokumen tender. Hal ini tidak ditanyakan dalam rapat sebelum pemasukan
penawaran (prebid meeting) karena perusahaan tersebut melihat hal ini suatu
peluang besar untuk mengajukan klaim.
Oleh karena itu dia mengajukan penawaran yang harganya di bawah penawaran lain
sehingga dia memenangkan tender tersebut.
Pada waktu melaksanakan pekerjaan terowongan tersebut terbukti dugaan perusahaan
tersebut tidak salah. Mata bor yang dipakai ternyata tidak mampu menembus
batu-batuan dan patah. Pekerjaan segera dihentikan, mata bor yang patah dan
contoh batu-batuan setelah difoto, dikirim kelaboratorium independen di
Perancis. Hasil Laboratorium menyebutkan dengan pasti kekerasan batuan
tersebut menurut Skala Mohr yang ternyata lebih keras dari kekerasan batu
yang tercantum dalam dokumen tender. Hal inilah yang ditunggu perusahaan
tersebut. Selain itu laporan laboratorium juga merekomendasikan agar dipakai
mesin bor khusus dengan menggunakan mata bor dengan memakai intan. Hasil
penelitian sebab-sebab mata bor itu patah juga membuktikan bahwa jenis mata
bor tersebut patah karena dipakai untuk jenis batuan yang lebih keras.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas perusahaan itu menyusun klaim tambahan waktu dan
tambahan biaya sebagai berikut :
1. Klaim perpanjangan waktu
a) Waktu demobilisasi mesin bor yang lama
b) Waktu mobilisasi mesin bor yang baru (didatangkan dari Brasilia)
c) Tambahan waktu untuk pekerjaan lain akibat tertundanya pekerjaan
terowongan.
2. Klaim Biaya
a) Biaya mobilisasi mesin bor yang baru
32
b) Tambahan biaya untuk pengeboran batuan yang lebih keras
c) Biaya tambahan untuk ahli mesin bor yang baru
d) Tambahan biaya overhead karena waktu pelaksanaan bertambah
e) Sewa tambahan untuk sewa peralatan yang idle karena menunggu mesin
bor yang baru
Oleh karena klaim-klaim tersebut didukung data yang akurat, hampir seluruhnya diterima
dan dibayar oleh Pengguna Jasa.
Ditambah dengan klaim-klaim lain maka seluruh klaim (menurut keterangan) sudah hampir
sama dengan nilai kontrak asli
Dari uraian tersebut di atas terlihat bahwa klaim yang berdasarkan data yang akurat (bukan
karangan atau mengada-ada) seharusnya diterima. Terlihat pula disini bahwa
sesungguhnya Pengguna Jasa ikut memberikan sumbangan pada klaim ini yaitu
kekurang telitian menyampaikan data lapangan sewaktu tender dan ini memang
hal yang sering terjadi.
Berdasarkan hal tersebut diatas perusahaan tersebut dijuluki “Claim Artist”.
3.6. Analisis Klaim.
Bila suatu klaim muncul, misalkan dari Penyedia jasa kepada Pengguna Jasa (ini yang sering
terjadi) maka klaim tersebut harus dianalisis dengan cermat.
Pertama-tama Pengguna Jasa harus meneliti apakah klaim tersebut berdasarkan fakta yang
dapat dibuktikan. Kemudian dianalisis dasar hukumnya seperti kesesuaian
dengan kontrak atau peraturan perundang-undangan dan akhirnya tentu saja
meng-analisis biaya yang diminta.
Membuktikan apakah klaim tersebut berdasarkan fakta serta sesuai kontrak tidaklah terlalu
sukar karena rujukannya jelas.
33
Akan tetapi analisis biaya tidaklah mudah dan dapat bervariasi sesuai kecerdikan Penyedia
Jasa seperti memasukkan tambahan biaya untuk pekerjaan yang sesungguhnya
tidak berubah tapi terpengaruh pelaksanaannya karena ada pekerjaan yang
berubah. Kemudian Penyedia Jasa juga klaim biaya sewa alat yang
menganggur/idle, biaya overhead, tambahan biaya uang karena ada
perpanjangan waktu dlsb.
Robert D. Gilbreath dalam bukunya “MANAGING CONSTRUCTION CONTRACTS”
halaman 208 mengupas analisis klaim ini sebagai berikut:
“Analisis Klaim-Klaim.
Untuk mempertimbangkan manfaat-manfaat dari klaim dan menentukan
tambahan kompensasi apa yang diizinkan (bilamana ada), Pengguna Jasa harus
menganalisis secara seksama klaim tersebut dalam 3 tahapan yaitu:
(1) analisis secara faktual (apa sesungguhnya yang terjadi)
(2) analisis secara hukum atau berdasarkan kontrak (apakah benar Penyedia
Jasa berhak mengajukan klaim)
(3) analisis biaya (berupa biaya tambahan uang atau waktu harus diberikan
kepada Penyedia Jasa).
Analisis klaim secara faktual dan hukum lebih mudah jika anda mempunyai bentuk
pengawasan yang cocok, rincian data, pengawasan perubahan yang tersusun,
penetapan kemajuan pekerjaan dan pembayaran yang obyektif dan sebagainya.
Akan tetapi, sungguh mengejutkan berapa luas analisa biaya dapat bervariasi
dari keadaan fakta dan hukum yang sama.
Inilah daerah pembelaan klaim – analisa biaya – yang mengandung resiko
tertinggi dan menuntut perhatian terbesar dari Pengguna Jasa.
Ada dua metoda yang nyata untuk menghitung biaya-biaya klaim :
34
1. metoda biaya total
2. metoda kenaikan biaya.
Dengan metoda biaya total, Penyedia Jasa secara sederhana membandingkan biaya
sebenarnya dari pelaksanaan suatu pekerjaan atau bagian pekerjaan dengan
biaya yang diharapkan (atau biaya pada waktu penawaran atau harga kontrak).
Perkiraan atau asumsinya adalah bahwa semua kenaikan biaya yang diderita
Penyedia Jasa merupakan klaim.
Tidak perlu disebut, kebanyakan Pengguna Jasa menanggapi secara negatif pendekatan
metoda biaya total ini. Masalah utama adalah Penyedia Jasa harus
membuktikan bahwa pekerjaan yang di rubah di laksanakan seefisien mungkin.
Ini sukar dilaksanakan.
Walaupun pendekatan ini dapat menyakinkan “batas atas” dari biaya klaim
yang diperlukan, hal ini biasanya tidak berdaya guna dalam mencari
penyelesaian.
Metoda kenaikan biaya lebih dianjurkan dibandingkan dengan metode biaya total
karena beberapa alasan. Pertama-tama, metode ini mensahkan kenaikan-
kenaikan biaya yang timbul dari kondisi-kondisi lain dari yang terhutang pada
fakta-fakta klaim (in-efisiensi Penyedia Jasa, nasib buruh, faktor-faktor yang
tidak berkaitan dengan klaim itu sendiri).
Kedua, pendekatan ini memungkinkan biaya-biaya diperkirakan untuk unsur-unsur
pekerjaan yang berlainan dibawah penetapan parameter biaya yang adil.
Seringkali dengan filosofi biaya total, suatu unsur kenaikan biaya yang tidak pada
tempatnya, bila dimasukkan kedalam klaim, mengaburkan atau menodai unsur-
unsur yang bermanfaat, sehingga mengurangi efektifitas klaim. Selain itu
metode kenaikan biaya menitik beratkan pada penyebab dan pengaruh dalam
satu nada. Dengan metode kenaikan biaya, para Penyedia Jasa mengaitkan
setiap tambahan biaya dengan setiap fakta penyebab, misalnya : Pengarahan
35
anda adalah pemadatan tanah dilakukan dengan alat pemadat tangan yang
seharusnya menggunakan mesin giling menyebabkan kami menanggung
kenaikan biaya.
Yang paling penting, metode kenaikan biaya memungkinkan peningkatan pemecahan
dengan mudah, unsur-unsur pemecahan dapat dipisahkan dan ditangani
dengan cepat, sementara lebih banyak sengketa tertunda.
(Terjemahan bebas N. Yasin):
3.7. Jenis-Jenis Klaim.
Di antara beberapa jenis klaim, akan ditinjau 2 (dua) jenis klaim yang paling sering terjadi
yaitu klaim yang timbul akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Klaim
jenis ini biasanya mengenai permintaan tambahan biaya dan tambahan waktu.
Selain itu terdapat pula jenis klaim lain sebagai akibat kelambatan tadi yaitu klaim atas
biaya tak langsung (overhead). Penyedia Jasa yang terlambat menyelesaikan
suatu pekerjaan karena sebab-sebab dari Pengguna Jasa, meminta penggantian
tambahan biaya overhead dengan alasan biaya ini bertambah karena pekerjaan
belum selesai.
Walaupun klaim kelambatan kelihatannya sederhana saja, namun dalam kenyataannya
tidak demikian. Misalnya Penyedia Jasa hanya diberikan tambahan waktu
pelaksanaan tanpa tambahan biaya karena alasan-alasan tertentu.
Di lain kejadian Penyedia Jasa selain mendapat tambahan waktu mendapatkan pula
konpensi lain.
Kemungkinan lain, Penyedia Jasa tidak mendapatkan seluruh klaim kelambatan yang
diminta karena tidak seluruh kelambatan tersebut kesalahan Pengguna Jasa.
Penyedia Jasa juga mempunyai andil dalam kelambatan tersebut yang terjadi
secara tumpang tindih.
36
Mengenai klaim kelambatan pelaksanaan ini (delay claims), Robert D. Gilbreath dalam
bukunya, “”MANAGING CONSTRUCTION CONTRACTS” halaman 209 – 210
menulis sebagai berikut :
“Klaim-Klaim Kelambatan.
Salah satu jenis klaim yang paling sering terjadi adalah Pengguna Jasa, Penyedia Jasa lain
atas kondisi-kondisi lapangan menyebabkan Penyedia Jasa terlambat. Dalam
banyak kasus klaim tersebut berupa tambahan waktu dan biaya.
Kebanyakan Pengadilan menjumpai tiga macam klaim yang jelas, dan cara penyelesaian
tergantung pada macam yang terkait.
Ketiga macam klaim tersebut adalah :
1. Kelambatan yang dapat diterima (execusable delay).
Untuk hal ini, Penyedia Jasa hanya diberikan perpanjangan waktu, tapi tidak
tambahan biaya atau pembebasan lainnya.
2. Kelambatan-kelambatan dengan konpensasi (ganti kerugian).
Disini Penyedia Jasa tidak saja diberikan perpanjangan waktu (jika hal itu dapat
ditunjukkan bahwa perpanjangan waktu tersebut perlu) tapi juga tambahan
ganti rugi/konpensasi.
3. Kelambatan-kelambatan yang berbenturan.
Disini maksudnya adalah kelambatan tersebut sebagian karena kesalahan
Pengguna Jasa dan sebagian lagi karena kesalahan Penyedia Jasa dan
periode kelambatannya tumpang tindih atau berbenturan. Sebagai contoh :
Pengguna Jasa mungkin terlambat menyerahkan peralatan kepada
Penyedia Jasa untuk dipasang atau terlambat mendapatkan izin bangunan
(IMB) atau otorisasi daerah sehingga Penyedia Jasa tidak dapat mulai kerja.
Misalkan kelambatan ini menunda mulainya pekerjaan dari 1 Januari
37
sampai 1 Juli (6 bulan keterlambatan Pengguna Jasa). Disamping itu
Penyedia Jasa tidak dapat menyelesaikan gambar-gambar kerja atau
jaminan pelaksanaan (atau beberapa kewajiban lain) dalam periode 1 April
sampai dengan 1 Juli (3 bulan keterlambatan Penyedia Jasa). Dengan kata
lain, Penyedia Jasa terlambat 3 bulan karena masalah mereka sendiri,
terlepas apakah Pengguna Jasa terlambat atau tidak. Masa dari 1 April
sampai 1 Juli adalah masa tumpang tindih – berbenturan. Jika semua dapat
dibuktikan, Penyedia Jasa hanya diberikan perpanjangan waktu selama 3
bulan yaitu periode Januari – April – 3 bulan kelambatan semata-mata
masalah Pengguna Jasa. Bila kedua pihak bersalah, kelambatan diistilahkan
sebagai berbenturan, dan tidak ada satu pihak pun mendapat pembebasan.
Kelambatan-kelambatan yang tumpang tindih ini sungguh menjadi rumit
bila kelambatan dari satu Penyedia Jasa menyebabkan kelambatan
Penyedia Jasa lain, Sub Penyedia Jasa dan seterusnya. Menguraikannya
adalah suatu tantangan besar dan biasanya memerlukan analisis dari ahli
secara sungguh-sungguh seperti menyusun program jadual CPM dan
sebagainya. Klaim-klaim kelambatan hampir selalu mengarah pada
permintaan waktu dan uang. Beberapa unsur biaya yang biasa yang
meningkat sebagai akibat dari waktu (biaya-biaya waktu peka) adalah:
1. bunga bank (interst)
2. asuransi
3. overhead kantor pusat
4. biaya umum
5. penyewaan
6. pemeliharaan alat
7. pemasokan materal
38
8. dukungan teknik
9. administrasi kontrak
10. mutu program administrasi
11. pengamanan
12. pengawasan
13. perpanjangan atau kehilangan masa jaminan
14. ganti rugi
15. penyimpanan dan perlindungan material.
Berhutang kepada semua hal tersebut diatas dan lebih lagi mudah dilihat mengapa
kelambatan yang diizinkan sangat jarang – jika waktu diberikan, uang
biasanya diberikan juga (klaim ganti rugi).
Penggunaan paling biasa dari keterlambatan yang diizinkan adalah bila diberikan
dimuka – Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa setuju mengenai penundaan
untuk kebaikan salah satu pihak atau keduanya.
(Terjemahan bebas N. Yasin):
Mengenai biaya-biaya umum (overhead) dalam klaim-klaim, Robert D. Gilbreath dalam
bukunya “MANAGING CONSTRUCTION CONTRACT” pada halaman 210 – 211
menulis sebagai berikut :
“Biaya-Biaya Umum Dalam Klaim.
Dapatkah Penyedia Jasa menagih biaya-biaya umum kepada Pengguna Jasa, hanya karena
kelambatan ?.
39
Dengan kata lain, jika Pengguna Jasa memperlambat Penyedia Jasa selama dua bulan, dan
disamping biaya-biaya langsung dan terkait seperti tersebut diatas Penyedia
Jasa managih overhead kantor pusat – apakah harus dibayar ?. Kebanyakan
orang menolak dugaan ini segera, tetapi hal ini mempunyai manfaat – dan
telah dibenarkan dalam kasus per kasus.
Apa yang menyebabkan biaya overhead naik ?. Sebagai contoh pertimbangkan gaji seorang
Direktur Utama Penyedia Jasa, pengeluaran-pengeluaran perusahaan staf
perusahaan, tagihan-tagihan umum pada kantor pusat, pengeluaran
gedung, pajak real estate, biaya iklan dan seterusnya. Biaya-biaya ini tidak
khusus dibebankan pada salah satu kontrak, tapi diperhitungkan dengan
menyebarkannya kepada semua kontrak dan termasuk secara tidak
langsung dalam harga penawaran Penyedia Jasa.
Jika kontrak yang terlambat dari satu tahun menjadi dua tahun
pelaksanaan, biaya-biaya ini berjalan terus tidak pandang apakah ia
proporsional terhadap jumlah pekerjaan sesungguhnya ada atau tagihan
yang terjadi.
Pengadilan telah mengizinkan biaya overhead dalam situasi kelambatan. Rationya beraneka,
tetapi biasanya berkisar :
1. dokumen kontrak (apa yang disebutkan tentang unsur biaya ini)
2. apakah biaya-biaya klaim ini diizinkan (apakah sudah dimasukkan dalam biaya
kontrak lain)
3. unsur-unsur apa saja yang dimasukkan (keanggotaan golf Direktur Utama).
4. Bagaimana biaya-biaya perusahaan ini dialokasikan keseluruh kontrak.
Isu final ini menjadi prinsip pembukuan yang hanya diketahui beberapa orang saja sehubungan
dengan pengumpulan biaya, metoda pengalokasian beban yang dipakai dan
disebar.
40
Mencukupi untuk menyatakan bahwa biaya-biaya kelambatan sering lebih tinggi dari yang
disadari Pengguna Jasa dan harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati
sebelum kelambatan dibuktikan atau diizinkan terjadi.
Sebuah butir penting lain muncul disini. Tidak ada maaf untuk kekurangan pelatihan atau
kesadaran pada isu ini – untuk klaim-klaim yang tidak peka.
Jika anda terlibat dalam konstruksi, dalam hal apa saja, anda harus tahu bagaimana keputusan
anda mengenai kepekaan waktu dan biaya dan harus siap untuk menikmati
atau menanggung konsekwensi sebelum hal tersebut diambil.
Hal ini berarti bahwa semua orang harus mengetahui dasar-dasar pengajuan dan pembelaan
klaim, macam-macam biaya yang dapat terlibat dan pengelolaan kontrak yang
kritis. Bahwa sistim biaya dan jadual adalah penting bukan saja untuk
pengawasan kontrak tapi juga untuk perlindungan klaim.
Hal yang sama juga benar untuk dokumentasi, pelaporan kontrak, catatan pembukuan yang
sangat teliti. Klaim yang berkembang menjadi tuntutan hukum sering terjadi
beberapa tahun-tahun sesudah semua orang yang bertanggung jawab telah
pindah atau melupakan apa yang terjadi.
Hal itu mengenai seseorang dari mereka untuk membuat anda seorang yang percaya pada
sistim pengelolaan kontrak dan pengawasan kontrak.
(Terjemahan bebas N. Yasin):
4. Perkembangan Kejadian Suatu Klaim.
Dalam paragrap ini akan diuraikan bagaimana proses klaim yang terjadi sebagai akibat
perubahan yang diperintahkan atau diminta.
Hal ini dijelaskan oleh Robert D. Gilbreath dalam bukunya : “MANAGING CONSTRUCTION
CONTRACTS” halaman 213 secara grafis sebagaimana tertera dalam halaman 33.
Penjelasan dari diagram tersebut adalah sebagai berikut :
41
4.1. Perubahan Pekerjaan.
Klaim berawal dari terjadinya suatu perubahan pekerjaan.
Perubahan pekerjaan ini terdiri dari 2 (dua) kemungkinan :
· Diketahui sebelumnya
· Tidak diketahui sebelumnya.
4.2. Pemberitahuan.
Bila perubahan pekerjaan diketahui sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemberitahuan kepada Pengguna Jasa.
4.3. Permintaan Perubahan.
Bila perubahan pekerjaan tidak diketahui sebelumnya maka perubahan pekerjaan tersebut
dinamakan perubahan tidak resmi.
Untuk ini Penyedia Jasa mengajukan Permintaan Perubahan kepada Pengguna Jasa.
4.4. Penerbitan Perintah Perubahan.
Apabila Pemberitahuan dan atau Permintaan Perubahan disetujui maka Pengguna Jasa
wajib menerbitkan Perintah Perubahan Pekerjaan.
4.5. Klaim.
Apabila Pemberitahuan dan atau Permintaan Perubahan tidak disetujui Pengguna Jasa
maka Penyedia Jasa mengajukan klaim.
Bila klaim disetujui diterbitkan Perintah Perubahan Pekerjaan.
4.6. Arbitrase/Pengadilan.
Apabila klaim tidak disetujui, Penyedia Jasa dapat mengajukan penyelesaian sengketa lewat
Arbitrase atau Pengadilan (sesuai kesepakatan dalam kontrak).
42
4.7. Amandemen Kontrak.
Setelah terbit perintah perubahan harus diikuti dengan penerbitan Amandemen Kontrak.
PERKEMBANGAN KEJADIAN SUATU KLAIM.
5. Prosedur Penanganan Klaim.
5.1. Administrasi Kontrak.
Dalam menangani klaim, fungsi Administrasi Kontrak memegang peranan yang sangat
penting, bahkan dapat dikatakan bahwa berhasil tidaknya penyelesaian suatu klaim
sangat tergantung dari kerapihan dan kecermatan memelihara dan mengelola
Administrasi kontrak sejak saat kontrak ditanda tangani.
Kelalaian, kecerobohan serta kurang terpeliharanya arsip-arsip dan data-data kontrak
lainnya termasuk surat menyurat antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa akan sangat
melemahkan perjuangan dalam penanganan masalah klaim. Sebagai kesimpulan dapat
dikatakan bahwa sasaran pertama dari pengelolaan kontrak adalah menghilangkan
atau setidaknya mengurangi kemungkinan terjadinya suatu klaim.
5.2. Manajer Kontrak/Administrator Kontrak.
Seperti proses dalam perubahan pekerjaan, Manajer Kontrak/Administrator Kontrak
biasanya bertugas menangani klaim, mulai sejak klaim muncul sampai dengan
penyelesaiannya.
Tentu saja dengan otoritas dari Pengguna Jasa/Penyedia Jasa jika suatu klaim terjadi,
Manajer Kontrak/Administrator Kontrak melakukan hal-hal berikut :
a. Harus yakin hal tersebut secara manajerial benar
b. Menganalisis klaim dengan teliti
c. Mencatat dan mengarsipkan dengan cermat
43
d. Menyelesaikannya sesegera mungkin.
Semua diskusi, surat-menyurat dokumen-dokumen pendukung dan sebangsanya yang
berhubungan dengan klaim harus diperoleh dan dihimpun untuk dievaluasi apakah
klaim tersebut dapat diterima atau ditolak.
5.3. Evaluasi.
Manajer Kontrak/Administrator Kontrak kemudian memimpin suatu usaha penelitian
secara mendetail termasuk didalamnya :
a. Mewawancarai orang-orang yang bersangkutan dari pihak Pengguna Jasa.
b. Mempelajari dokumen kontrak, arsip proyek, laporan-laporan yang mungkin
diperlukan untuk menganalisis klaim.
5.4. Bahan-Bahan Evaluasi.
Untuk melaksanakan evaluasi dengan baik diperlukan dokumen-dokumen yang mencakup
hal-hal berikut :
a. Dokumen Kontrak
b. Perubahan-perubahan pekerjaan
c. Ringkasan pekerjaan tambah/kurang yang telah disetujui.
d. Risalah rapat
e. Korespondensi dengan Penyedia Jasa
f. Jadual pelaksanaan
g. Photo-photo dokumentasi proyek
h. Laporan harian dan sebagainya.
44
5.5. Analisis.
Apabila seluruh arsip-arsip klaim sudah lengkap maka Manajer Kontrak/Administrator
Kontrak meminta bantuan orang-orang proyek lainnya untuk menganalisis dan
menyiapkan tanggapan atas klaim tersebut.
5.6. Perintah Perubahan.
Sekali klaim tersebut telah diselesaikan maka Perintah Perubahan Pekerjaan harus
diterbitkan. Dalam hal ini semua perubahan terhadap kontrak harus diawasi dan
didokumentasikan dengan baik.
5.7. Penyelesaian Klaim.
Apabila cara penanganan klaim seperti diatas tidak mencapai persetujuan, maka dapat
ditempuh melalui pengadilan atau arbitrasi.
Catatan :
Seluruh prosedur tersebut diatas yaitu butir 5.1 hingga butir 5.7 dapat pula dilakukan oleh
Penyedia Jasa apabila inisiatip klaim datang dari pihak Penyedia Jasa.
Selanjutnya Robert D. Gilbreath dalam bukunya “MANAGING CONSTRUCTION CONTRACTS”
halaman 212 – 214 menguraikan prosedur penanganan klaim yang dianjurkan sebagai
berikut :
Seperti proses perubahan pekerjaan, Manajer Kontrak biasanya bertugas menangani klaim
sejak permohonan sampai penyelesaian.
Dan seperti beberapa proses lain yang diuraikan disini, dia bertindak lebih sebagai
koordinator daripada sebagai kuasa Pengguna Jasa.
Sasaran pertama dari pengelolaan kontrak adalah menghilangkan atau mengurangi
timbulnya kondisi rangsangan klaim dan klaim itu sendiri. Akan tetapi bila sebuah klaim
disajikan, Administrator Kontrak harus meyakini bahwa hal tersebut memberikan
45
pandangan pengelolaan yang tepat, dengan hati-hati dianalisis dan didokumentasikan,
dan secara wajar diperbaiki selekas mungkin. Beberapa hal adalah seperti perusakan
moral pegawai Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa sebagai hal yang pahit seperti klaim
yang tidak terselesaikan.
Semua percakapan, korespondensi, dokumen pendukung dan sebangsanya, mengenai klaim
harus diperoleh dan dihimpun. Arsip terpisah harus dipelihara untuk setiap klaim dan
harus termasuk rekaman dari bagian kontrak yang menyangkut klaim, hasil dari analisis
faktual, hukum dan biaya dan dokumen-dokumen lain yang mungkin dapat membantu
penolakan atau penyelesaian klaim.
Setiap klaim yang diterima Pengguna Jasa harus diteruskan ke Manajer Kontrak. Dia harus
membuat arsip klaim dan mencatat klaim tersebut dalam suatu usulan atau buku daftar
klaim untuk maksud penelusuran.
Jika tambahan informasi diperlukan dari Penyedia Jasa, hal ini harus dicatat dalam buku
daftar klaim dan Penyedia Jasa diminta untuk menyediakannya.
Kemudian Manajer Kontrak menyelenggarakan usaha penelitian rinci termasuk diantara
tugas-tugas lain, wawancara dengan personalia Pengguna Jasa yang terkait, Manajer
Kontrak, arsip proyek dan laporan-laporan dan himpunan dokumentasi yang akan
diperlukan untuk menganalisis klaim.
Dokumentasi termasuk kontrak itu sendiri, perubahan-perubahan pekerjaan, ikhtisar
pekerjaan tambah dan persetujuan-persetujuan, risalah-risalah rapat, korespondensi
dengan Penyedia Jasa, jadual yang dibuat Penyedia Jasa, foto-foto proyek, aktivitas
harian atau laporan kemajuan pekerjaan, catatan waktu, perkiraan progres dan
penagihan dan catatan telepon.
Sekali arsip klaim telah lengkap, Manajer Kontrak menyusun daftar bantuan dari personal
proyek dalam menganalisis klaim dan menyiapkan tanggapan kepada Penyedia Jasa.
Orang-orang yang dilibatkan termasuk Manajer Konstruksi, insinyur-insinyur perencana,
insinyur biaya, pembuat jadual proyek dan sebagainya.
46
Usaha mereka seharusnya menyusun dan mengkoordinasikan tugas dari analisis yang
objektif dan tanggapan yang wajar.
Manajer Kontrak tidak pernah harus menyetujui kenaikan biaya dengan Penyedia Jasa atau
pembebasan lain tanpa otoritas yang tepat dan dianjurkan bahwa Proyek Manajer atau
Kepala Perwakilan Pengguna Jasa memimpin semua perundingan dengan Penyedia
Jasa. Sekali lagi, peranan Manajer Kontrak adalah penasehat mengenai otoritas kontrak
Pengguna Jasa, tidak perlu sebagai penyelenggara kontrak, walaupun hal ini diizinkan
jika Pengguna Jasa menginginkannya.
Sekali klaim telah terselesaikan, perubahan pekerjaan harus diterbitkan untuk mendukung
keputusan klaim.
Dalam hal ini semua perubahan kontrak apakah atas inisiatip Pengguna Jasa (pembentukan
dan mengakibatkan perubahan pekerjaan) atas dasar inisiatip Penyedia Jasa (pengajuan
klaim dan berakibat perubahan pekerjaan) diawasi dan didokumentasikan dengan cara
yang sama.
Jika keputusan mengenai klaim tidak mungkin tanpa melibatkan manajemen Pengguna
Jasa yang lebih tinggi, Manajer Kontrak menyiapkan dan mengajukan unsur-unsur klaim
dan analisnya dan membantu proses sesuai kebutuhan. Walaupun kecenderungan
adalah kuat, Manajer Kontrak tidak harus secara emosional terlibat dalam sengketa,
tetapi ketimbang menerima tantangan untuk menangani setiap klaim berdasarkan
usahanya sendiri lebih lama, melibatkan dan meng-koordinasikan usahanya dengan
personel proyek yang berkaitan, bertanggung jawab, menyusun dan merekomendasikan
proses.
(Terjemahan bebas N. Yasin)
6. Contoh-Contoh Kasus Klaim yang Baik.
Robert D. Gilbreath dalam bukunya “MANAGING CONSTRUCTION CONTRACTS” halaman
214 – 215 memberikan 3 (tiga) contoh kasus klaim yang baik. Ringkasannya adalah sebagai
berikut :
47
a. Kasus 1.
Pengguna Jasa dari suatu komplek industri yang sedang dibangun, baru-baru ini
mengirimkan seorang insinyur mesin mengikuti seminar 3 hari mengenai teknik
pemeriksaan pengelasan. Ketika pulang, dengan penuh antusias mengenai inspeksi
radiografi untuk mengetahui cacat pengelasan, dia merubah spesifikasi untuk proses
penanaman pipa uap tepat setelah Penyedia Jasa melaksanakan pekerjaan tersebut.
Karena pemeriksaan dilakukan oleh perusahaan lain yang disewa Pengguna Jasa tidak
ada perubahan pekerjaan. Setelah beberapa bulan bekerja, Penyedia Jasa yang
memasang pipa mengajukan klaim sebesar Rp.2.000.000.000,- sebagai tambahan
kompensasi karena inefisiensi dan campur tangan disebabkan kenaikan proses
pengawasan.
Singkatnya klaim tersebut sebagai berikut :
Spek asli hanya minta pemeriksaan pengelasan secara visual namun inspeksi periodik
dengan X-Ray menyebabkan pengelasan pipa terhenti pada saluran terbuka karena
tukang las takut kena radiasi.
Banyak pengelasan ditolak dan harus diulang dan jadual bertambah hingga musim
dingin yang mengakibatkan inefisiensi dalam pengelasan.
Tambahan pengelasan karena ditolak membutuhkan tambahan empat tukang las.
Karena tukang las yang berkualitas sangat sulit di lokasi pekerjaan, perlu biaya
tambahan untuk mendatangkan dari luar, melatih atau mengganti tukang las lainnya.
b. Kasus 2.
Sebuah kontrak unit price dimenangkan oleh Penyedia Jasa listrik untuk pembangunan
pusat listrik.
Gambar berubah mengenai saluran kabel bawah tanah dan rute/jalannya kabel yang
ditetapkan secara tiba-tiba ketika tarikan kabel dimulai dalam pabrik.
48
Perubahan berdampak pada penambahan panjang kabel yang ditanam hanya sebanyak
10% dari perkiraan asli dan Penyedia Jasa dibayar berdasarkan unit price untuk
penambahan ini.
Akan tetapi Penyedia Jasa tetap mengajukan klaim sebagai kompensasi diatas jumlah
tersebut diatas untuk memperhitungkan :
- in-efisiensi dalam operasi. Jika kabel diukur, dipotong, ditarik dan kemudian dikeluarkan lagi
dan dibuang karena revisi Gambar perubahan ukuran kabel dan rute.
- In-efisiensi dalam pembelian dan pemotongan kabel, karena Penyedia Jasa tidak dapat
merencanakan penggunaan kabel sampai kepada panjang potongan kabel
maksimum dari standar gulungan kabel yang dibeli.
- Demobilisasi, waktu tunggu, dan remobilisasi dan angkatan kerja dari satu tempat ketempat
lain dari pabrik karena perubahan gambar kenyataan.
c. Kasus 3.
Kontrak lump sum untuk memasang genarator turbin untuk pusat listrik nuklir diberikan
kepada Penyedia Jasa A – Mekanikal.
Peralatan akan dipasok oleh kapal tongkang 2 minggu setelah Penyedia Jasa –A
melakukan mobilisasi lapangan. Cuaca yang membeku menyebabkan es memblokir
sungai yang bersebelahan dengan pusat listrik, dengan keterlambatan 2 bulan dalam
penerimaan turbine generator milik Pengguna Jasa. Untuk mengejar kehilangan waktu,
proyek manajer memerintahkan Penyedia Jasa –B untuk memulai instalasi sirkulasi pipa
air dari bangunan turbine ke menara pendingin.
Pada waktu generator turbine akhirnya tiba, Penyedia Jasa-A tidak dapat memindahkan
komponen-komponen berat dari dermaga tongkang ketujuan penempatannya
dibangunan turbin karena lubang galian pipa sedalam 7 meter terisi sebagian pipa air
sirkulasi yang menghalangi jalan masuk.
Penyedia Jasa-A mengajukan klaim sebagai tambahan kompensasi karena :
49
- Tenaga kerja dan peralatan menunggu 2 bulan karena es dan tambahan 2 bulan untuk
kelambatan lubang pipa.
- Gudang sementara untuk generator turbin di lapangan
- Percepatan kerja segera lubang pipa ditutup untuk mengatasi kehilangan waktu
- Kehilangan keuntungan karena tidak dapat menggunakan tenaga kerja dan peralatan untuk
pekerjaan lain.
pembahasan klaim konstruksi
http://sipilista.wordpress.com/2009/05/09/pembahasan-klaim-konstruksi
/09/05/2009 oleh sipilista
sebab-sebab timbul klaim
1. sebab-sebab umum
komunikasi antara pengguna jasa dan penyedia jasa buruk
administrasi kontrak yang tidak mencukupi
sasaran waktu yang tidak terkendali
kejadian external yang tidak terkendali
kontrak yang artinya mendua
1. sebab-sebab dari pengguna jasa
informasi tender yang tidak lengkap/ sempurna mengenai desain, bahan, spesifikasi
penyelidikan site yang tidak sempurna/ perubahan site
reaksi/ tanggapan yang lambat
50
alokasi resiko yang tidak jelas
kelambatan pembayaran
larangan metode tertentu
1. sebab-sebab dari penyedia jasa
pekerjaan yang cacat/ mutu pekerjaan buruk
kelambatan penyelesaian
klaim tandingan/ perlawanan klaim
pekerjaan tidak sesuai spesifikasi
bahanyang dipakai tidak memenuhi syarat garansi
klaim dpt terjadi karena sebab-sebab yang datangnya baik dari pengguna jasa (puga) maupun penyedia jasa (peja) atau sebab-sebab lain. sesungguhnya ini yang menjd dasar filosofi atau pandangan bahwa klaim sesungguhnya sesuatu yang wajar terjadi di dunia konstruksi.
unsur-unsur klaim
klaim-klaim kon yang biasa muncul dan plng srng tjd adalah klaim mengenai waktu dan biaya sebagai peruahan pekerjaan.
namun terkadang peja, disamping mengajukan klaim ut perubahan pekerjaan, jg mengajukan klaim sebagai dampak terhadap pekerjaan yang tdk berubahà ut menghitung biaya pekerjaan yg tdk diubah adalah tidak mudah.
biaya-biaya ut melaksanakan perubahan pekerjaan yg paling biasa tjd :
1. kenaikan upah tenaga kerja/ tambahan atau upah yang lbh tingi2. tambahan material dan peralatan yang diperlukan
3. tambahan pengawasan, admistrasi dan overhead
4. tambahan waktu yg perlu ut pelaksanaan
5. membuka/ mengerjakan kembali pekerjaan
6. penurunan produktivitas atau efisiensi
7. pengaruh cuaca
8. catatan mengenai hambatn-hambatan dan kelambatan2
51
9. demobobilisasi dan remobilisasi
10. penanganan material yang berlebiahan
11. biaya-biaya lembur dan waktu kerja
12. lembur yang berlebihan, yang mengarah penurunan produktivitas
13. salah penempatan peralatan
14. penumpukan pd tempat kerja
15. de-efisiensi dari jenis pekerjaan
kategori klaim
klaim dapat dikategorikan 3 :
1. dari pengguna jasa terhadap penyedia jasa
pengurangan nilai kontrak
percepatan waktu penyelesaian pekerjaan
kompensasi atas kelalaian peja
1. dari penyedia jasa terhadap puja
tamabahan waktu pelaksanaan pekerjaan
tambahan kompensasi
tambahan konsesi atas pengurangan spesifikasi teknis atau bahan
1. dari sub peja atau pemasok bahan terhadap peja utama
jenis-jenis klaim
1. klaim tambahan biaya dan waktu
keterlambatan penyelesaian pekerjaan à tambahan waktu dan biaya
1. klaim biaya tak langsung (ovrhead)
keterlambatan penyelesaian pekerjaan à tambahan waktu dan biaya
1. klaim tambahan waktu (tanpa tambahan biaya)2. klaim kompensasi lain
52
proses penangana klaim à tugas
cara-cara menyelesaikan sengketa konstruksi
klaim bukanlah tuntutan atau gugatan yang sudah dianggap benar karena klaim tidak selalu dapat diselesaikan atau dipaneuhi. apabila klaim tidak dilayani, berarti telah terjadi sengketa antara pihak yang berkontrak.
sengketa konstruksi dapat timbul karena antara la in: klaim yang tidak dilayani, misalnya kelambatan pembayaran, kelambatan penyelesaian pekerjaan, perbedaan penafsiran dokumen kntrak, ketidakmampuan baik teknis maupun manajerial dr para pihak.
pengertian sengketa
sengketa konstruksi adalah sengketa yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan suatu usaha jasa konstruksi antara pihak-pihak yang tersebut dalam kontrak konstruksi. (construction dispute)
sengketa konstruksi dapat diselesaikan melalui beberapa pilihan yang disepakati oleh para pihak :
1. badan peradilan (pangadilan), atau2. arbitrase (lembaga atau ad hoc), atau
3. alternatif penyelesaian sengketa (konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi)
penyelesaian lewat arbitrase lebih disukai d
53