Universitas Kristen Petra
33
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Harley Davidson Club Indonesia
Setelah berakhirnya perang dunia Ke-II dan awal kemerdekaan Republik
Indonesia, masyarakat telah mengenal salah satu kendaraan bermotor roda dua
dengan merk Harley Davidson, yang merupakan peninggalan tentara sekutu dan
Belanda di Indonesia. Kendaraan roda dua Harley Davidson tersebut pada saat itu
umumnya digunakan di lingkungan instansi Militer dan Kepolisian sebagai
kendaraan dinas untuk tugas-tugas pengawalan dan kurir. Selain itu kendaraan
tersebut juga digunakan di perkebunan-perkebunan ex Belanda yang ada di Pulau
Jawa dan Sumatera.
Berbekal dari pengalaman mereka yang pernah berdinas menggunakan
kendaraan motor besar tersebut dan adanya sekelompok pecinta otomotif
kendaraan roda dua serta yang memiliki kesamaan hobi untuk memelihara dan
mengendarai motor besar tersebut maka mereka mulai mendirikan wadah
perkumpulan dalam bentuk club-club motor dari berbagai jenis kendaraan seperti
Harley Davidson, Norton, Triumph, BSA, dan lain-lain.
Perkumpulan atau club-club pecinta motor tersebut mulai berdiri, namun
sifatnya secara sendiri-sendiri sesuai domisili kelompok yang ada di kota-kota
besar baik di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dll
maupun kota-kota besar lainnya diluar Pulau Jawa.
Di era tahun 1960-an para pecinta motor besar khususnya Harley Davidson
yang berada di Jakarta mendirikan club Harley Davidson dengan nama Harley
Davidson Club Djakarta (HCD), Harley Davidson Club Bandung (HCB), Harley
Davidson Club Tjirebon (HCT), Harley Davidson Club Semarang (HCS), dan
club-club Harley Davidson yang tersebar diseluruh Indonesia, semua itu
merupakan embrio dari terbentuknya organisasi Harley Davidson Club Indonesia
(HDCI) yang ada pada saat ini.
Atas dasar kesamaan hobi dan semangat persaudaraan yang ada dari para
pecinta Harley Davison tersebut maka pada tanggal 13 Agustus tahun 1988
Universitas Kristen Petra
34
bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun Harley Davidson Club Jakarta di
Jakarta tercetuslah keinginan bersama dari para pecinta Harley Davidson yang
hadir dari berbagai daerah (Jawa, Bali, dan Sumatera) untuk membentuk
organisasi yang bersifat Nasional sebagai wadah tunggal dari berbagai club
Harley Davidson yang ada.
Musyawarah Nasional Harley Davidson Club di Bandung pada tanggal 28
Mei 1990 menghasilkan keputusan yaitu membentuk organisasi sebagai wadah
tunggal yang dinamakan Harley Davidson Club Indonesia (HDCI). Salah satu
tokoh penggagas dan pendiri organisasi HDCI adalah Bpk. A. Sentani, SH, beliau
yang aktif mempersiapkan dan memfasilitasi pertemuan dan penyelenggaraan
pembentukan HDCI yang dilaksanakan di Bandung.
Selain beliau ada beberapa tokoh lainnya yang juga berperan aktif dalam
proses pembentukan HDCI yaitu Letjend.TNI Dading Kalbuadi, Marsda.TNI.
Ibnu Soebroto, Drs. H. Indrojojo Kusumo Negoro (Indro Warkop), Kolonel Polisi
(Purn.) Suherman, dan lain-lainnya. Tokoh lainnya yang juga mempunyai andil
besar dalam mengembangkan HDCI khususnya di DKI Jakarta adalah Brigjen
TNI. Herman Sarens Sudiro, dengan semangat dan kerja keras beliau dalam
memotivasi para anggota HDCI telah menjadikan HDCI DKI Jakarta menjadi
barometer bagi pengembangan dan kemajuan HDCI yang ada di seluruh Indonesia
Sejak berdirinya club Harley Davidson di Indonesia pada tahun 1990
tersebut, HDCI sebagai organisasi motor besar Harley Davidson di Indonesia
telah menunjukan aktifitasnya yang sangat positif bagi para anggotanya maupun
masyarakat. Hal ini dapat dilihat melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat touring
dalam memperkenalkan potensi pariwisata, maupun kegiatan-kegiatan bakti sosial
guna membantu masyarakat yang kurang mampu dan membantu kegiatan
penanggulangan korban bencana alam.
Harley Davidson Club Indonesia untuk wilayah Surabaya sendiri terbentuk
pada tahun 1998. HDCI Surabaya merupakan koordinator wilayah di Jawa Timur,
yang memiliki anak wilayah seperti Madiun, Gresik, Malang, Pasuruan, dan
wilayah sekitarnya. Saat ini anggota HDCI Surabaya berjumlah 88 orang dan
selalu aktif melakukan touring dan kegiatan sosial lain. Saat ini penyampaian
pesan pada seluruh anggota dilakukan oleh koordinator sekretariat HDCI
Universitas Kristen Petra
35
Surabaya menggunakan media komunikasi Blackberry Messenger sejak awal
tahun 2011 yang lalu.
Visi HDCI:
Menjadikan HDCI sebagai organisasi yang berbasis pada hobi berkendaraan
motor Harley Davidson yang terpandang dan memiliki reputasi yang baik di
Indonesia maupun Manca Negara.
Misi HDCI:
a. Membantu mengembangkan kegiatan hobi di bidang otomotif dan
mempromosikan pariwisata Indonesia bekerjasama dengan organisasi resmi
Ikatan Motor Indonesia (IMI).
b. Bertindak nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, khususnya
dalam rangka kepedulian terhadap masyarakat yang kurang mampu dan
korban bencana alam.
c. Melaksanakan kegiatan touring dengan mengedepankan keamanan,
keselamatan, dan ketertiban, serta kelancaran dalam perjalanan. Hal ini sesuai
dengan Program Nasional berdasarkan Resolusi yang dihasilkan PBB dalam
rangka meningkatkan keselamatan lalu lintas di jalan.
d. Memelihara persatuan dan kesatuan sesama anggota HDCI dan Komunitas
Penggemar Motor besar lainnya serta masyarakat pada umumnya.
e. Menciptakan citra positif kepada masyarakat di manapun HDCI berada dalam
setiap kegiatan yang dilaksanakan.
f. Menjaga dan melestarikan hobi berkendaraan Harley Davidson yang sudah
lama dikenal oleh masyarakat dalam kegiatannya, khusus bagi anggotanya
dan masyarakat pada umumnya.
Universitas Kristen Petra
36
4.1.2 Struktur Organisasi Harley Davidson Club Indonesia Surabaya
Berikut adalah struktur organisasi Harley Davidson Club Indonesia
Surabaya untuk periode jabatan 2012-2015 :
Bagan 4.1 : Struktur Organisasi HDCI Surabaya Sumber : Koordinator sekretariat HDCI Surabaya, 2012
Yang dimaksud dengan anggota HDCI Surabaya adalah seluruh orang
yang memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA), termasuk pengurus HDCI Surabaya.
4.1.3 Job Description
Berikut adalah uraian job description seluruh pengurus Harley Davidson
Club Indonesia Surabaya untuk periode jabatan 2012-2015 :
a. Penasehat
Penasehat HDCI Surabaya berperan dalam memberikan bimbingan,
saran, dan nasehat dalam pelaksanaan kegiatan organisasi, baik
diminta maupun tidak diminta.
Penasehat
Ketua Umum
Wakil Ketua
Bid. Organisasi Bid. Kegiatan Sekretaris
Wakil Sekretaris
Bendahara
Wakil Bendahara
Bid. Humas
Sie Baksos Sie Touring Sie Dokumentasi Sekretariat
Universitas Kristen Petra
37
b. Ketua Umum
Ketua Umum HDCI Surabaya bertanggung jawab untuk menetapkan
dan melaksanakan kebijakan umum dari keputusan Musyawarah
Daerah/Musyawarah Cabang yang berlandaskan AD/ART. Ketua
Umum juga bertanggung jawab kepada Musyawarah Daerah /
Musyawarah Cabang atas kelancaran organisasi HDCI di daerah,
dalam hal ini HDCI Surabaya. Dalam pelaksanaan tugasnya, ketua
bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum HDCI Pusat.
c. Wakil Ketua
Wakil Ketua bertugas untuk melaksanakan tugas harian Ketua Umum
HDCI Surabaya dalam menyelenggarakan kegiatan organisasi. Selain
itu, Wakil Ketua juga bertanggung jawab mengkoordinir pelaksanaan
tugas dan fungsi Pengurus Daerah yang lain (pengurus HDCI
Surabaya) termasuk untuk menjelaskan kebijakan serta program-
program yang akan dijalankan pada kepengurusan periode itu. Dalam
melaksanakan tugasnya, Wakil Ketua bertanggung jawab kepada
Ketua Umum HDCI Surabaya.
d. Sekretaris
Sekretaris bertugas untuk melaksanakan tugas dan fungsi
kesekretariatan dan administrasi HDCI Surabaya. Sekretaris juga yang
bertanggung jawab untuk menyiapkan dan mengkompulisasi surat-
menyurat yang diperlukan dalam organisasi. Dalam pelaksanaan
tugasnya, Sekretaris bertanggung jawab kepada Wakil Ketua HDCI
Surabaya.
e. Bendahara
Bendahara memiliki tanggung jawab dalam menerima, menyimpan,
dan menyalurkan dana dari/atau kepada pihak lain sesuai arahan/ijin
Ketua Umum HDCI Surabaya untuk kepentingan organisasi.
Bendahara juga akan memberikan saran-saran kepada Ketua Umum
HDCI Surabaya dan mengkoordinasikan kepada pihak-pihak lain
dalam bidang pendanaan, guna menunjang kegiatan-kegiatan
Universitas Kristen Petra
38
organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya, Bendahara bertanggung
jawab kepada Wakil Ketua HDCI Surabaya.
f. Bidang Humas
Bidang Humas bertugas untuk menginformasikan melalui media
setiap kegiatan HDCI Surabaya yang penting dan perlu
dipublikasikan. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Humas
bertanggung jawab kepada Wakil Ketua HDCI Surabaya.
g. Bidang Organisasi
Bidang Organisasi bertugas untuk melakukan koordinasi dengan
pengurus HDCI Pusat dalam penyelenggaraan Munas/
Musda/Muscab. Selain itu, Bidang Organisasi juga bertugas untuk
melaksanakan peraturan organisasi yang telah dibuat untuk kelancaran
dan ketertiban pelaksanaan organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya,
Bidang Organisasi bertanggung jawab kepada Wakil Ketua HDCI
Surabaya.
h. Bidang Kegiatan
Bidang Kegiatan memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan
berkoordinasi dalam hal pelaksanaan kegiatan-kegiatan organisasi dan
sosial antara Pengurus Pusat dan Pengurus Daerah/Cabang. Tidak
hanya itu, Bidang Kegiatan juga melaksanakan koordinasi dengan
Lembaga/Instansi Pemerintah, yang berada di Provinsi, dan atau
Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan kegiatan. Bidang Kegiatan
juga melakukan penyelenggaraan safety riding dan pembinaan
terhadap Safety Officer sesuai dengan SOP, mengutamakan
keselamatan di jalan. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Kegiatan
bertanggung jawab kepada Wakil Ketua HDCI Surabaya.
i. Koordinator sekretariat
Koordinator Sekretariat bertugas melaksanakan tugas harian Ketua
Umum dalam menyelenggarakan kegiatan organisasi. Koordinator
Sekretariat juga menyelenggarakan pengelolaan administrasi, tata
usaha organisasi, dan kehumasan pengurus pusat. Selain itu,
Koordinator Sekretariat juga bertugas untuk mengkoordinir
Universitas Kristen Petra
39
pelaksanaan tugas dan fungsi pengurus pusat yang lain, termasuk
untuk menjelaskan kebijakan serta program-program umum
organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya, Koordinator Sekretariat
bertanggung jawab kepada Wakil Ketua HDCI Surabaya.
j. Sie Dokumentasi
Sie Dokumentasi bertugas untuk mendokumentasikan segala kegiatan
yang dilaksanakan oleh HDCI Surabaya. Dalam melaksanakan
tugasnya, Sie Dokumentasi bertanggung jawab kepada Wakil Ketua
HDCI Surabaya.
k. Sie Baksos
Sie Baksos bertugas untuk menyelenggarakan kegiatan bakti sosial
yang melibatkan para anggota HDCI Surabaya. Dalam melaksanakan
tugasnya, Sie Baksos bertanggung jawab kepada Bidang Kegiatan.
l. Sie Touring
Sie Touring bertugas untuk menyelenggarakan kegiatan touring yang
diikuti oleh para anggota HDCI Surabaya. Dalam melaksanakan
tugasnya, Sie Touring bertanggung jawab kepada Bidang Kegiatan.
4.1.4 Komunikasi dengan Instant Messaging Melalui Media Blackberry
Messenger
Dalam mendistribusikan informasi atau undangan, koordinator sekretariat
Harley Davidson Club Indonesia Surabaya menggunakan bantuan media
komunikasi. Media komunikasi yang digunakan adalah Blackberry Messenger
yang merupakan bentuk baru instant messaging.
Koordinator sekretariat HDCI Surabaya, Dimitri Naftali menyatakan
bahwa dengan menggunakan Blackberry Messenger sebagai alat bantu
komunikasi saat ini, proses penyampaian pesan dan informasi kepada seluruh
anggota dapat berlangsung lebih mudah dan cepat. Hanya dengan satu kali proses
pengiriman, pesan yang disampaikan dapat diterima oleh para anggota HDCI
Surabaya (wawancara dengan koordinator sekretariat HDCI Surabaya, Dimitri
Naftali, tanggal 20 Februari 2012).
Universitas Kristen Petra
40
Pesan dan informasi yang dikirimkan oleh Dimitri kepada seluruh anggota
HDCI Surabaya merupakan hasil rapat para pengurus HDCI Surabaya. Mengingat
tidak semua pengurus selalu hadir dalam rapat yang merumuskan sebuah
kegiatan, maka Dimitri tidak hanya mengirimkan pesan kepada anggota saja,
melainkan kepada pengurus juga.
Berikut adalah beberapa contoh pesan informasi atau undangan yang
dikirimkan oleh koordinator sekretariat HDCI Surabaya :
Gambar 4.1 : Contoh pengiriman pesan dari koordinator sekretariat HDCI Surabaya melalui BBM
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Gambar kiri menunjukkan bahwa Dimitri Naftali, koordinator sekretariat
HDCI Surabaya mengirimkan informasi touring melalui BBM mengenai
Sumatera Bike Week. Dalam informasi tersebut, Dimitri menuliskan nama
kegiatan, waktu pelaksanaan, biaya keikutsertaan, dan rincian tujuan touring.
Pada akhir pesan, Dimitri juga menambahkan himbauan supaya para anggota
segera mendaftar untuk mengikuti kegiatan ini.
Gambar kanan menunjukkan bahwa Dimitri mengirimkan undangan
touring pada para anggota HDCI Surabaya. Karena membutuhkan informasi lebih
lanjut mengenai biaya touring, ada salah seorang anggota yang langsung bertanya
Universitas Kristen Petra
41
pada Dimitri melalui BBM. Saat itu juga, Dimitri dapat segera memberikan
jawaban.
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas mengandung pengertian bahwa skala atau instrumen yang
digunakan dapat mengukur atau mengungkapkan hal-hal yang seharusnya diukur
atau diungkapkan (Idrus, 2009, p.124). Sedangkan reliabilitas merupakan
ketepatan atau consistency atau dapat dipercaya. Artinya instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian akan memberikan hasil yang sama meskipun diulang-
ulang dan dilakukan oleh siapa dan kapan saja (Idrus, 2009, p.143).
4.2.1 Uji Validitas
Dalam pengujian validitas kuesioner, nilai rtabel dapat dilihat pada a=5%
dan db=N-2. Jika nilai rhitung lebih besar daripada rtabel, maka item kuesioner
dinyatakan valid dan dapat dipergunakan (Muhidin & Abdurahman, 2007, p.47).
Tabel 4.1 : Nilai-Nilai rtabel
db = N-2 r 5%
80 0.2172
81 0.2159
82 0.2146
83 0.2133
84 0.2120
85 0.2108
86 0.2096
87 0.2084
88 0.2072
89 0.2061
90 0.2050
Sumber : Muhidin & Abdurahman, 2007
Universitas Kristen Petra
42
Pada penelitian ini, karena jumlah responden (N) sebanyak 88 orang, maka
db = 88 – 2 = 86. Dari situ dapat dilihat bahwa rtabel adalah sebesar 0.2096.
Berikut adalah hasil pengujian validitas kedua variabel :
a. Uji Validitas Variabel Presence Aware Communication
Tabel 4.2 : Uji Validitas Variabel Presence Aware Communication
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 11 item pernyataan
tentang Presence Aware Communication memiliki nilai rhitung lebih besar
daripada nilai rtabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item
pernyataan Presence Aware Communication telah valid.
b. Uji Validitas Variabel Efektivitas Komunikasi
Tabel 4.3 : Uji Validitas Variabel Efektivitas Komunikasi
Item Pernyataan Corrected Item-
Total Correlation rtabel Keterangan
Y1 0,433 0,209 VALID
Item Pernyataan Corrected Item-
Total Correlation rtabel Keterangan
X1 0,508 0,209 VALID
X2 0,615 0,209 VALID
X3 0,724 0,209 VALID
X4 0,643 0,209 VALID
X5 0,551 0,209 VALID
X6 0,325 0,209 VALID
X7 0,336 0,209 VALID
X8 0,310 0,209 VALID
X9 0,509 0,209 VALID
X10 0,539 0,209 VALID
X11 0,346 0,209 VALID
Universitas Kristen Petra
43
Y2 0,381 0,209 VALID
Y3 0,350 0,209 VALID
Y4 0,475 0,209 VALID
Y5 0,453 0,209 VALID
Y6 0,383 0,209 VALID
Y7 0,416 0,209 VALID
Y8 0,479 0,209 VALID
Y9 0,497 0,209 VALID
Y10 0,227 0,209 VALID
Y11 0,212 0,209 VALID
Y12 0,329 0,209 VALID
Y13 0,440 0,209 VALID
Y14 0,417 0,209 VALID
Y15 0,479 0,209 VALID
Y16 0,313 0,209 VALID
Y17 0,447 0,209 VALID
Y18 0,194 0,209 TIDAK VALID*
Y19 0,432 0,209 VALID
Y20 0,383 0,209 VALID
Y21 0,483 0,209 VALID
Y22 0,430 0,209 VALID
Y23 0,204 0,209 TIDAK VALID*
Y24 0,482 0,209 VALID
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
* : Pernyataan Y18 dan Y23 tidak akan digunakan dalam analisis
selanjutnya karena dua pernyataan tersebut tidak valid.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam 24 item
pernyataan tentang efektivitas komunikasi , terdapat 22 pernyataan dengan
nilai rhitung lebih besar daripada nilai rtabel., serta 2 pernyataan dengan nilai
rhitung lebih kecil daripada nilai rtabel.. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Universitas Kristen Petra
44
terdapat 22 item pernyataan efektivitas komunikasi telah valid dan 2 item
pernyataan tidak valid.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah pengujian yang dimaksudkan untuk menunjukkan
sifat suatu alat ukur dalam pengertian apakah alat ukur yang digunakan cukup
akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang ingin diukur. Pengukuran
reliabilitas menggunakan nilai Cronbach’s Alpha. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6. Berikut
adalah hasil pengujian reliabilitas variabel Presence Aware Communication dan
efektivitas komunikasi :
Tabel 4.4 : Uji Reliabilitas
Item Pertanyaan Cronbach’s Alpha Keterangan
Presence Aware Communication (X)
0,821 Reliabel
Efektivitas Komunikasi (Y)
0,832 Reliabel
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui untuk item pernyataan variabel
Presence Aware Communication dan efektivitas komunikasi masing-masing
memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,821 dan 0,832. Dari situ dapat
dinyatakan bahwa item pernyataan variabel Presence Aware Communication dan
efektivitas komunikasi telah reliabel (Cronbach’s Alpha > 0,6).
4.3 Deskripsi Temuan Data
4.3.1 Profil Responden
Pada sub-bab ini peneliti akan menjabarkan tabel distribusi frekuensi yang
berkaitan dengan profil responden, yaitu seluruh anggota Harley Davidson Club
Indonesia Surabaya yang berjumlah 88 orang. Profil responden tersebut mencakup
jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, lama anggota, dan jabatan di HDCI Surabaya.
Universitas Kristen Petra
45
a. Jenis Kelamin
Dalam penelitian ini, responden adalah anggota HDCI Surabaya yang
berjumlah 88 orang. Seluruh responden tersebut dapat dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin seperti yang terdapat dalam tabel berikut :
Tabel 4.5 : Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah %
1 Laki-laki 87 98,9
2 Perempuan 1 1,1
Jumlah 88 100
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden laki-laki
berjumlah 87 orang dan responden perempuan hanya 1 orang. Dari hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas anggota HDCI Surabaya
adalah laki-laki.
Kita biasa menjumpai pengendara motor gede ialah lelaki. Jarang
atau mungkin hampir tidak pernah melihat pengendara motor gede ialah
kaum perempuan. Bentuknya yang besar, seolah memungkinkan hanya
lelaki yang sanggup mengendarainya (http://www.anneahira.com/motor-
gede.htm).
Selain alasan bentuk yang besar dan bobot motor yang berat,
pengendara Harley Davidson, khususnya anggota HDCI Surabaya akan
mengikuti rangkaian touring yang rutin diadakan setiap bulannya. Dalam
mengikuti touring, kondisi fisik dan stamina tubuh para pengendara motor
Harley Davidson menjadi hal yang utama. dalam perjalanan mereka akan
berhadapan dengan jarak tempuh yang jauh, panasnya udara dan mesin
motor, yang dapat menyebabkan stamina tubuh terkuras (wawancara
dengan Himawan, Humas HDCI Surabaya, tanggal 23 September 2012).
Hal itulah yang menyebabkan jarangnya pengguna Harley Davidson
perempuan.
Universitas Kristen Petra
46
b. Usia
Dalam penelitian ini, responden adalah anggota HDCI Surabaya yang
berjumlah 88 orang. Seluruh responden tersebut dapat dikelompokkan
berdasarkan usia seperti yang terdapat dalam tabel berikut :
Tabel 4.6 : Usia
No Usia Jumlah %
1 17-27 tahun 16 18,2
2 28-38 tahun 23 26,1
3 39-49 tahun 30 34,1
4 > 49 tahun 19 21,6
Jumlah 88 100
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat ada 16 orang responden berusia
17-27 tahun, 23 orang responden berusia 28-38 tahun, 30 orang responden
berusia 39-49 tahun, serta 19 orang responden berusia lebih dari 49 tahun.
Hasil ini menunjukkan bahwa anggota HDCI Surabaya paling banyak
berusia 39-49 tahun yakni sebesar 34,1%.
“Pembeli Harley Davidson kebanyakan adalah business owner,
pengusaha, orang yang suka kebebasan, orang yang suka outdoor, sudah
menikah, dan mapan, dengan rata-rata umur berkisar antara 30-50 tahun”
(Wan, 2009). Jika dikaitkan dengan HDCI Surabaya, kebanyakan anggota
HDCI Surabaya memang berusia antara 39-49 tahun. Sedangkan anggota
yang berusia 17-27 tahun hanya 16 orang. Hal ini menunjukkan bahwa
pada usia 39-49 tahun seorang laki-laki telah mapan dalam pekerjaan, dan
ingin mengembangkan hobbynya sendiri.
Universitas Kristen Petra
47
c. Jenis Pekerjaan
Dalam penelitian ini, responden adalah anggota HDCI Surabaya yang
berjumlah 88 orang. Seluruh responden tersebut dapat dikelompokkan
berdasarkan jenis pekerjaan seperti yang terdapat dalam tabel berikut :
Tabel 4.7 : Jenis Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah %
1 Wiraswasta 56 63,6
2 Pelajar / Mahasiswa 11 12,5
3 Pegawai Negeri 12 13,6
4 Pegawai Swasta 9 10,2
Jumlah 88 100
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat ada 56 orang responden
wiraswasta, 11 orang pelajar atau mahasiswa, 12 orang pegawai negeri,
dan 9 orang pegawai swasta. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
anggota HDCI Surabaya paling banyak berprofesi sebagai wiraswasta
yakni sebesar 63,6%.
Melalui wawancara dengan Humas HDCI Surabaya, Himawan,
diketahui bahwa sejak dulu anggota HDCI Surabaya memang mayoritas
berprofesi sebagai wirausahawan. Selain karena mereka bisa mengatur
keuangan mereka sendiri, tingkat fleksibilitas waktu mereka pun lebih
tinggi dibandingkan pelajar/mahasiswa maupun pegawai negeri/pegawai
swasta. Oleh karena waktu mereka yang fleksibel itulah mereka memiliki
lebih banyak waktu untuk mengembangkan hobi mengendarai Harley
Davidson tersebut (wawancara dengan Himawan, Humas HDCI Surabaya,
tanggal 23 September 2012).
Universitas Kristen Petra
48
d. Lama Anggota
Dalam penelitian ini, responden adalah anggota HDCI Surabaya yang
berjumlah 88 orang. Seluruh responden tersebut dapat dikelompokkan
berdasarkan lama anggota seperti yang terdapat dalam tabel berikut :
Tabel 4.8 : Lama Anggota
No Lama Anggota Jumlah %
1 < 3 tahun 30 34,1
2 3-6 tahun 39 44,3
3 > 6 tahun 19 21,6
Jumlah 88 100
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Tabel di atas menunjukkan dari 88 orang responden atau anggota
HDCI Surabaya, ada 30 orang yang menjadi anggota kurang dari 3 tahun,
39 orang yang menjadi anggota antara 3 hingga 6 tahun, dan 19 orang
yang menjadi anggota lebih dari 6 tahun. Dari hasil tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa lama keanggotaan terbanyak adalah 3 hingga 6 tahun
yakni sebesar 44,3%.
Menurut koordinator sekretariat HDCI Surabaya, Dimitri Naftali, dua
tahun belakangan jumlah peminat Harley Davidson cukup meningkat. Dari
jumlah tersebut beberapa telah menjadi anggota HDCI Surabaya. Di
Surabaya sendiri tidak hanya HDCI Surabaya yang dapat menaungi para
pengguna Harley Davidson. Selain HDCI Surabaya, ada banyak organisasi
yang juga menaungi para pengguna motor Harley Davidson, seperti Harley
Owner Group (HOG), Ikatan Motor Besar Indonesia (IMBI), dan lain-lain.
Oleh karena itulah mengapa keanggotaan para pengguna Harley Davidson,
khususnya di Surabaya, menyebar dalam beberapa organisasi dan tidak
menyatu dalam HDCI Surabaya (wawancara dengan koordinator
sekretariat HDCI Surabaya, Dimitri Naftali, tanggal 26 September 2012).
Universitas Kristen Petra
49
e. Jabatan di HDCI
Dalam penelitian ini, responden adalah anggota HDCI Surabaya yang
berjumlah 88 orang. Seluruh responden tersebut dapat dikelompokkan
berdasarkan jabatan di HDCI seperti yang terdapat dalam tabel berikut :
Tabel 4.9 : Jabatan di HDCI
No Jabatan di HDCI Jumlah %
1 Anggota 60 68,2
2 Pengurus 28 31,8
Jumlah 88 100
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 88 orang responden atau
anggota HDCI Surabaya, ada 60 orang yang menjadi anggota (sebesar
68,2%) dan 28 orang yang menjadi pengurus HDCI Surabaya (sebesar
31,8%).
Dalam sebuah organisasi, ada beberapa orang yang memang ditunjuk
untuk menjadi pengurus. Berikut adalah rincian jabatan dari anggota dan
pengurus HDCI Surabaya :
Tabel 4.10 : Penjabaran Jumlah Pengurus dan Anggota HDCI Surabaya
Jabatan Jumlah orang
Penasehat 6 orang
Ketua 1 orang
Wakil Ketua 1 orang
Sekretaris 1 orang
Wakil Sekretaris 1 orang
Bendahara 1 orang
Wakil Bendahara 1 orang
Bidang Organisasi 2 orang
Bidang Kegiatan 1 orang
Universitas Kristen Petra
50
Sie Touring 5 orang
Sie Baksos 4 orang
Bidang Humas 1 orang
Dokumentasi 2 orang
Koordinator sekretariat 1 orang
Anggota 60 orang
Total 88 orang Sumber : Koordinator Sekretariat HDCI Surabaya, 2012
4.3.2 Analisis Variabel Presence Aware Communication (X) per Indikator
Pada sub-bab ini peneliti akan menjabarkan tabel distribusi frekuensi
variabel Presence Aware Communication yang akan dibagi per indikator.
Ada tiga indikator dalam variabel ini, yaitu mengetahui ketersediaan/status
online kontak, mengurangi pengulangan komunikasi, serta menggantikan
format komunikasi yang ada.
a. Mengetahui Ketersediaan/Status Online Kontak
Indikator pertama adalah mengetahui ketersediaan/status online
kontak. Teknologi instant messaging memungkinkan penggunanya
mengetahui siapa saja rekannya yang saat itu sedang online. Hal ini
biasanya berguna ketika pengguna akan melakukan koordinasi atau
mencari informasi tertentu, terutama saat berada di luar jam kantor, serta
membutuhkan respon yang cepat (Shaw, 2009, p.20). Berikut adalah tabel
mean (rata-rata) dari indikator ini :
Universitas Kristen Petra
51
Tabel 4.11 : Mengetahui Ketersediaan/Status Online Kontak
Melalui BBM, Anda dapat dengan
segera bertanya atau
mencari informasi
yang Anda butuhkan.
Melalui BBM, Anda
dapat meminta jawaban sesegera mungkin
sesuai kebutuhan.
Melalui BBM, Anda
dapat melakukan koordinasi mengenai
suatu kepentingan
Melalui BBM,
Anda dapat melakukan kerjasama
tentang sebuah event/
project.
Melalui BBM, Anda
dapat menerima
pesan balasan dalam
waktu yang cepat.
Mean 4.1136 3.6818 3.6477 3.2727 3.3068
Mean indikator
3.60452
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Dari lima pernyataan dalam indikator “mengetahui ketersediaan/status
online kontak” didapatkan hasil mean tertinggi pada pernyataan “melalui
BBM, Anda dapat segera bertanya atau mencari informasi yang anda
butuhkan” dengan nilai mean 4,1136. Melalui wawancara yang dilakukan
kepada beberapa responden, mereka mengatakan bahwa dengan
menggunakan BBM, anggota HDCI Surabaya dapat segera bertanya
kepada koordinator sekretariat secara langsung apabila ada informasi yang
kurang jelas dan membutuhkan informasi lebih lanjut.
Instant messaging, dalam hal ini BBM, pada dasarnya adalah sebuah
media berbasis teks yang memungkinkan komunikasi dua arah. Fitur
utama dalam sebuah instant messaging adalah penggunaan presence
awareness. Hal ini memungkinkan penggunanya mengetahui apakah
partner atau lawan bicaranya sedang terhubung atau tidak (Victor, 2009,
p.9). Fungsi Presence Aware Communication inilah yang membantu
proses komunikasi dalam HDCI Surabaya yang menggunakan media
komunikasi BBM.
Untuk nilai mean terendah ada pada pernyataan “melalui BBM, Anda
dapat melakukan kerjasama tentang sebuah event/project” dengan nilai
mean 3,2727. Dari hasil wawancara dengan koordinator sekretariat HDCI
Universitas Kristen Petra
52
Surabaya, diketahui bahwa kerjasama tentang sebuah event/project yang
dilakukan melalui BBM dapat dikatakan kurang efektif. Hingga saat ini,
beliau mengatakan bahwa kerjasama tentang sebuah event/project yang
melibatkan pengurus ataupun anggota HDCI Surabaya lebih banyak
dilakukan secara tatap muka. BBM hanya digunakan sebagai alat untuk
mengkomunikasikan adanya pertemuan atau rapat untuk membahas
event/project tersebut. Hal ini dilakukan agar kerjasama yang dilakukan
dapat berjalan secara efektif dan tidak terjadi miskomunikasi (wawancara
dengan Dimitri Naftali, koordinator sekretariat HDCI Surabaya, tanggal 26
September 2012).
Rudi Victor menyatakan, dengan menggunakan instant messaging
tidak ada kendala geografis karena hanya dengan online seseorang dapat
berkomunikasi dengan orang lain yang jaraknya jauh sekalipun. Namun,
keunggulan ini tidak selamanya ideal karena melalui media instant
messaging juga dapat menyebabkan komunikasi yang tidak diinginkan
(unwanted communication) serta gangguan komunikasi (Victor, 2009,
p.2). Karena sebab itulah, koordinator sekretariat HDCI Surabaya tidak
memilih untuk melakukan kerjasama tentang sebuah event/project melalui
BBM.
b. Mengurangi Pengulangan Komunikasi
Indikator kedua adalah mengurangi pengulangan komunikasi.
Teknologi instant messaging dapat mengurangi pesan voice mail seperti
yang ada pada telepon konvensional. Selain itu, instant messaging juga
dapat mengurangi kemungkinan “reject” atau penolakan pesan oleh
penerima pesan (Shaw, 2009, p.20). Berikut adalah tabel mean (rata-rata)
dari indikator ini :
Universitas Kristen Petra
53
Tabel 4.12 : Mengurangi Pengulangan Komunikasi
Melalui BBM, Anda dapat
mengirimkan pesan secara langsung ke
penerima tanpa ada
kemungkinan untuk ditolak.
Melalui BBM, Anda tidak
perlu mengulangi pengiriman pesan ketika
penerima pesan tidak berada di
tempat.
Melalui BBM, Anda dapat
mengirimkan pesan yang
sama kepada beberapa atau banyak orang
secara langsung.
Mean 3.5227 3.8182 4.5795
Mean indikator
3.97347
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Dari tiga pernyataan dalam indikator “mengurangi pengulangan
komunikasi”, didapatkan hasil mean terbesar ada pada pernyatan “melalui
BBM, Anda dapat mengirimkan pesan yang sama kepada beberapa atau
banyak orang secara langsung” dengan nilai mean 4,5795. Pada
kenyataannya salah satu keunggulan BBM adalah fasilitas broadcast
message. “Broadcast message allows you to send one message to as many
of your Blackberry Messenger Contacts as you wish”. Fasilitas broadcast
message memungkinkan penggunanya untuk mengirimkan satu pesan ke
sebanyak mungkin orang dalam kontak BBMnya sesuai dengan yang
mereka inginkan (Trautschold & Mazo, 2010, p.356).
Dengan menggunakan broadcast message, pengirim pesan tidak perlu
menuliskan dan mengirimkan pesan yang sama secara berulang kali. Ia
dapat mengirimkan satu pesan yang sama kepada banyak orang sekaligus
dalam waktu yang sama. Informasi mengenai kegiatan touring atau
gathering dikirimkan oleh koordinator sekretariat HDCI Surabaya kepada
seluruh anggota HDCI Surabaya. Untuk mempermudah pemilihan kontak
yang akan dipilih untuk dikirimkan pesan, koordinator sekretariat HDCI
Universitas Kristen Petra
54
Surabaya juga membuat satu kategori khusus bagi para anggota HDCI
Surabaya di BBM-nya.
Mean terendah dengan nilai 3,5227 ada pada pernyataan “melalui
BBM, Anda dapat mengirimkan pesan secara langsung ke penerima tanpa
ada kemungkinan untuk ditolak”. Pesan yang dikirimkan kepada anggota
HDCI Surabaya dapat langsung diterima tanpa perlu menunggu konfirmasi
dari pemilik BBM. Sehingga pesan yang dikirimkan langsung sampai pada
penerima dan tidak mungkin untuk ditolak (wawancara dengan Dimitri
Naftali, koordinator sekretariat HDCI Surabaya, tanggal 26 September
2012).
c. Menggantikan Format Komunikasi yang Ada
Indikator ketiga adalah menggantikan format komunikasi yang ada.
Teknologi instant messaging dapat mengurangi jumlah kontak melalui
telepon dan e-mail sehingga pengirim pesan dapat menerima feedback atau
balasan dalam waktu yang cepat (Shaw, 2009, p.20). Berikut adalah tabel
mean (rata-rata) dari indikator ini :
Tabel 4.13 : Menggantikan Format Komunikasi yang Ada
BBM dapat memfasilitasi
pengiriman pesan undangan dan
informasi secara lebih cepat
dibandingkan e-mail.
BBM dapat memfasilitasi
pengiriman pesan undangan dan
informasi secara lebih cepat
dibandingkan telepon dan sms.
BBM dapat memfasilitasi
pengiriman pesan undangan dan
informasi secara lebih cepat dibandingkan
aplikasi instant messaging yang lain
(contoh: Yahoo Messenger, MSN,
Whatsapp, dll).
Mean 3.9205 2.9773 3.8636
Mean indikator
3.58713
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Universitas Kristen Petra
55
Pada indikator “menggantikan format komunikasi yang ada”,
pernyataan dengan nilai mean terbesar adalah pernyataan “BBM dapat
memfasilitasi pengiriman pesan undangan dan informasi secara lebih cepat
dibandingkan e-mail” dengan nilai 3,9205. Hal ini menunjukkan bahwa
banyak anggota HDCI Surabaya yang merasa terbantu dengan adanya
fasilitas BBM sebagai pengganti e-mail yang merupakan format
komunikasi terdahulu.
Pesan e-mail akan dikirimkan kepada alamat e-mail tujuan dengan
menggunakan mekanisme disimpan-kemudian-dikirimkan yang rentan
terhadap terjadinya penundaan. Pesan dapat sampai ke e-mail yang dituju
dalam hitungan menit atau bahkan jam, tergantung servernya (Victor,
2009, p.18). Karena itulah mengapa banyak responden setuju bahwa BBM
dapat memfasilitasi pengiriman pesan undangan dan informasi secara lebih
cepat dibandingkan e-mail.
Mean terendah ada pada pernyataan “BBM dapat memfasilitasi
pengiriman pesan undangan dan informasi secara lebih cepat dibandingkan
telepon dan sms” yakni sebesar 2,9773. Beberapa responden atau anggota
HDCI Surabaya masih menganggap bahwa telepon dan sms diperlukan
untuk penyampaian informasi secara cepat. Memang telepon memiliki
keunggulan pengirim dan penerima dapat bercakap-cakap secara langsung
dan lisan tanpa melalui tulisan. Dengan berbicara secara langsung,
kemungkinan terjadi salah paham dapat berkurang dan dapat langsung
bertanya jawab. Rudi Victor menyatakan, komunikasi menggunakan
telepon tidak terbatas lokasi. Telepon memungkinkan orang-orang dapat
berkomunikasi meskipun dalam jarak berjauhan. Kemampuan telepon
untuk dapat dihubungi dengan segera merupakan keuntungan produktif
komunikasi melalui telepon (Victor, 2009, p.17-18).
Meskipun telepon memiliki banyak keunggulan, koordinator
sekretariat HDCI Surabaya menganggap bahwa tidak efektif jika ia harus
menelepon satu per satu anggota HDCI Surabaya. Selain membutuhkan
waktu yang lama, biaya yang dikeluarkan juga besar. Padahal dengan
adanya BBM, koordinator sekretariat dapat dengan mudah mengirimkan
Universitas Kristen Petra
56
pesan secara cepat dan langsung kepada banyak orang, dengan biaya yang
lebih murah (wawancara dengan Dimitri Naftali, koordinator sekretariat
HDCI Surabaya, tanggal 26 September 2012).
4.3.3 Analisis Variabel Efektivitas Komunikasi (Y) per Indikator
Pada sub-bab ini peneliti akan menjabarkan tabel distribusi frekuensi
variabel efektivitas komunikasi yang akan dibagi per indikator. Ada enam
indikator dalam variabel ini, yaitu penerima/pemakai, isi, ketepatan waktu,
media, format, dan sumber.
a. Penerima/Pemakai
Indikator pertama adalah penerima/pemakai. Sebuah pesan dapat
dikatakan efektif apabila penerima pesan merupakan objek yang
diharapkan untuk menerima pesan tersebut (Hardjana, 2000, p.24). Berikut
adalah tabel mean (rata-rata) dari indikator ini :
Tabel 4.14 : Penerima/Pemakai
Anda mengetahui bahwa pesan undangan/
informasi akan dikirimkan oleh
sekretariat melalui BBM pada para anggota HDCI.
Anda selalu menerima setiap pesan undangan/ informasi yang dikirimkan oleh sekretariat HDCI Surabaya melalui
BBM.
Anda akan bertanya kepada sekretariat HDCI Surabaya
bila pesan undangan/
informasi yang dikirim via BBM
kurang jelas.
Mean 4.2273 4.0909 4.2273
Mean indikator
4.18183
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Dalam indikator “penerima/pemakai” nilai mean tertinggi terdapat
pada dua pernyataan “Anda mengetahui bahwa pesan undangan/ informasi
akan dikirimkan oleh sekretariat melalui BBM pada para anggota HDCI”
dan “Anda akan bertanya kepada sekretariat HDCI Surabaya bila pesan
Universitas Kristen Petra
57
undangan/informasi yang dikirim via BBM kurang jelas” dengan nilai
mean yang sama yaitu 4,2273. Hal ini menunjukkan bahwa banyak
anggota HDCI Surabaya yang memilih setuju atau sangat setuju terhadap
kedua pernyataan tersebut. Mereka mengetahui bahwa pesan undangan
atau informasi akan dikirimkan oleh koordinator sekretariat dan diterima
langsung melalui BBM mereka masing-masing. Oleh karena itu mereka
tidak perlu untuk mencari informasi atau undangan kegiatan HDCI
Surabaya di kantor sekretariat karena mereka mengetahui bahwa pesan
undangan atau informasi akan dikirimkan melalui BBM. Selain itu,
penerima pesan mengetahui kepada siapa mereka dapat bertanya seputar
informasi atau undangan kegiatan HDCI Surabaya. Ketika kita terlibat
dalam suatu komunikasi, pengirim dan penerima pesan adalah orang yang
sama (Berlo, 1960, p.51). Sehingga di dalam suatu proses komunikasi,
pengirim pesan dapat menjadi penerima dan begitu juga sebaliknya,
penerima pesan dapat menjadi pengirim pesan. Didalam HDCI Surabaya,
para anggota HDCI Surabaya menerima pesan dari sekertariat dan dapat
menjadi pengirim pesan ketika bertanya kepada koordinator sekretariat
HDCI Surabaya yaitu Dimitri.
“If we limit our discussion to effective communication, the receiver is
the most important link in the communication process” (Berlo, 1960, p.52).
Mengacu komunikasi yang efektif, penerima adalah pihak yang paling
penting dalam proses komunikasi. Jadi para anggoga HDCI Surabaya
sebagai penerima pesan menjadi hal yang paling penting dalam sebuah
proses komunikasi di saat koordinator sekretariat HDCI Surabaya sebagai
pengirim pesan undangan/informasi ingin berkomunikasi secara efektif.
IM memberikan fasilitas kepada penerima untuk dapat menerima pesan
dengan cepat dan dapat diandalkan sebagai sumber pesan. IM mendukung
pihak penerima pesan, sehingga mendukung pula efektivas komunikasi
organisasi.
Mean terendah ada pada pernyataan “Anda selalu menerima setiap
pesan undangan/informasi yang dikirimkan oleh sekretariat HDCI
Surabaya melalui BBM” dengan nilai 4,0909. Dari hasil tersebut, dapat
Universitas Kristen Petra
58
dilihat bahwa para anggota HDCI Surabaya menerima pesan undangan
atau informasi yang dikirimkan oleh koordinator sekretariat HDCI
Surabaya melalui BBM. “We already have talked at some length about the
decoder-receiver, when we talked about the source-encoder” (Berlo, 1960,
p.50-51). Singkatnya, menurut Berlo ketika berbicara secara panjang lebar
mengenai penerima pesan, disaat kita berbicara mengenai sumber atau
pengirim pesan. Orang yang berada pada proses akhir sebuah komunikasi
dan orang yang menjadi lawan bicaranya dapat dikatakan cukup mirip.
Karena pada sebuah proses komunikasi dua arah, satu orang dapat menjadi
pengirim dan sekaligus menjadi penerima pesan Jadi disaat kita
membicarakan pengirim pesan, kita juga berbicara mengenai penerima
pesan.
“When the source choose a code for his message, he must choose one
which is known to his receiver” (Berlo, 1960, p.52). Menurut Berlo, ketika
pengirim pesan menyusun pesannya, dia harus menyusun pesannya sesuai
dengan pengetahuan penerima. Jika pesan yang disusun, diluar
pengetahuan penerima, maka kemungkinan akan terjadi kesalahan
komunikasi atau interpretasi. Contohnya misalnya Dimitri akan
mengirimkan pesan tentang touring. Maka arti kata touring itu harus
dipahami oleh Dimitri maupun penerima, sehingga tidak terjadi salah
perspesi. Di dalam HDCI Surabaya, Dimitri sebagai pengirim pesan harus
mengetahui siapa yang akan menerima pesan tersebut. Sehingga dalam
menyusun pesan tersebut, Dimitri mengerti bagaimana seharusnya pesan
itu dibuat dan dikirimkan kepada siapa.
b. Isi
Indikator kedua adalah isi. Sebuah pesan dikatakan efektif apabila isi
pesan yang diterima memang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh
pengirim pesan (Hardjana, 2000, p.24). Berikut adalah tabel mean (rata-
rata) dari indikator ini :
Universitas Kristen Petra
59
Tabel 4.15 : Isi
Anda menerima
pesan undangan
touring via BBM.
Anda menerima
pesan undangan gathering via BBM.
Anda menerima
pesan informasi
* via BBM.
Anda mengetahui
dan mengerti
dengan jelas pesan
undangan touring via
BBM.
Anda mengetahui
dan mengerti
dengan jelas pesan
undangan gathering via BBM.
Anda mengetahui
dan mengerti dengan
jelas pesan informasi via BBM.
Mean 4.2955 4.2386 4.1705 4.0909 4.0909 4.0682 Mean
indikator 4.1591
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Dalam indikator “isi”, pernyataan dengan indikator tertinggi adalah
“Anda menerima pesan undangan touring via BBM” dengan nilai 4,2955.
Hal ini menunjukkan bahwa anggota HDCI Surabaya menerima pesan
undangan touring via BBM yang dikirimkan oleh koordinator sekretariat.
Menurut Dimitri, terkadang ada satu atau dua orang yang tidak menerima
pesan undangan atau informasi. Biasanya dikarenakan masalah dengan
jaringan atau hardware BB anggota (wawancara dengan Dimitri Naftali,
koordinator sekretariat HDCI Surabaya, tanggal 26 September 2012).
Untuk mean terendah ada pada pernyataan “Anda mengetahui dan
mengerti dengan jelas pesan informasi via BBM” dengan nilai mean
4,0682. Meskipun memiliki nilai mean terendah pada indikator ini,
pernyataan ini berarti para anggota HDCI Surabaya mengetahui dan
mengerti dengan jelas pesan informasi via BBM. “At least three factors
need to be taken into account in the message: the message code, the
message content, and the message treatment” terdapat tiga faktor yang
dibutuhkan di dalam suatu pesan yaitu, pesan verbal/non-verbal, konten/isi
pesan, format/penyusunan pesan (Berlo, 1960, p.54). Pesan yang
dikirimkan oleh dimitri adalah pesan verbal dengan menggunakan kata-
kata, isi yang jelas dan disusun dengan baik. Jika salah satu dari ketiga
Universitas Kristen Petra
60
faktor tersebut tidak terpenuhi, maka akan terjadi feedback untuk bertanya
kembali karena pesan dari Dimitri tidak jelas atau kurang lengkap. Dimitri
menyatakan bahwa tidak jarang orang akan bertanya kembali untuk
memastikan mengenai informasi tersebut via BBM (wawancara dengan
Dimitri Naftali, koordinator sekretariat HDCI Surabaya, tanggal 26
September 2012).
c. Ketepatan Waktu
Indikator ketiga adalah ketepatan waktu. Sebuah pesan dikatakan
efektif apabila pesan yang dimaksudkan sampai kepada penerima pesan
tepat pada waktunya. Artinya penyampaian pesan tersebut sesuai dengan
kondisi dan situasi (Hardjana, 2000, p.24). Berikut adalah tabel mean
(rata-rata) dari indikator ini :
Tabel 4.16 : Ketepatan Waktu
Jadwal dikirimkan 2-3 minggu sebelum hari pelaksanaan
touring/ gathering.
Waktu pengiriman undangan/
informasi sesuai dengan kebutuhan
masing-masing anggota untuk
mengikuti persiapan kegiatan HDCI Surabaya.
Jadwal kegiatan dikirimkan
kembali seminggu sebelum hari pelaksanaan
touring/ gathering sebagai reminder.
Mean 4.2273 3.9886 4.3068
Mean indikator
4.17423
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Dari tabel indikator “ketepatan waktu”, pernyataan dengan nilai mean
paling tinggi adalah “jadwal kegiatan dikirimkan kembali seminggu
sebelum hari pelaksanaan touring/gathering sebagai reminder” dengan
nilai 4,3068. Menurut koordinator sekretariat HDCI Surabaya, pesan
undangan atau informasi dikirimkan 2-3 minggu sebelum hari pelaksanaan
Universitas Kristen Petra
61
kegiatan. Begitu memasuki seminggu sebelum hari pelaksanaan kegiatan,
pesan undangan atau informasi tersebut akan dikirimkan kembali kepada
para anggota untuk dijadikan reminder agar para anggota HDCI Surabaya
tidak lupa mengenai kegiatan tersebut (wawancara dengan Dimitri Naftali,
koordinator sekretariat HDCI Surabaya, tanggal 26 September 2012).
“A communication event can be divided into several basic elements:
the sender, the receiver(s), the message time (sending time and possibly a
different receiving time), and the message content”. Sebuah peristiwa
komunikasi dapat dibagi menjadi beberapa elemen dasar, yaitu pengirim
pesan, penerima pesan, waktu pesan (waktu pengiriman yang mungkin
dapat berbeda dengan waktu penerimaan), dan isi pesan (Beale, n.d., p.2).
Menurut Beale, waktu pesan juga mempengaruhi sebuah proses
komunikasi. Ada kalanya waktu pengiriman pesan tidak sama dengan
waktu penerimaannya. Hal tersebut dapat menghambat jalannya
komunikasi. Dikaitkan dengan pengiriman pesan yang dilakukan oleh
koordinator sekretariat HDCI Surabaya mengenai jadwal kegiatan
touring/gathering yang dikirimkan kembali seminggu sebelum hari
pelaksanaan sebagai reminder, tentu waktu pesan memiliki peran yang
cukup besar. Dengan BBM, pesan reminder akan sampai pada para
anggota HDCI Surabaya sesaat setelah koordinator sekretariat
mengirimkan pesan tersebut. Dari situ dapat dilihat bahwa waktu
pengiriman pesan dapat dikatakan sama dengan waktu penerimaannya,
sehingga pengiriman pesan melalui BBM memiliki ketepatan waktu yang
baik.
Untuk pernyataan dengan nilai mean terendah adalah “Waktu
pengiriman undangan/informasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing
anggota untuk mengikuti persiapan kegiatan HDCI Surabaya” dengan nilai
3,9886. Para responden atau anggota HDCI Surabaya setuju apabila
pengiriman undangan/informasi dilakukan 2-3 minggu sebelum hari
pelaksanaan, mereka menganggap bahwa kurun waktu tersebut sesuai
dengan kebutuhan para anggota untuk mempersiapkan diri sebelum
kegiatan dilaksanakan.
Universitas Kristen Petra
62
d. Media
Indikator keempat adalah media. Sebuah pesan dikatakan efektif
apabila media yang digunakan untuk menyampaikan pesan sesuai dengan
kebutuhan dan diharapkan oleh pengirim pesan dan penerima pesan
(Hardjana, 2000, p.24). Berikut adalah tabel mean (rata-rata) dari indikator
ini :
Tabel 4.17 : Media
BBM merupakan sarana yang tepat untuk
mengirimkan undangan touring.
BBM merupakan sarana yang tepat untuk
mengirimkan undangan gathering.
BBM merupakan sarana yang tepat untuk
mengirimkan informasi.
Anda lebih memilih
pengiriman pesan
undangan/ informasi
melalui BBM daripada
melalui e-mail.
Anda lebih memilih
pengiriman pesan
undangan/ informasi
melalui BBM daripada melalui
telepon dan sms.
Mean 4.1136 4.0227 4.0455 4.1136 3.2955
Mean indikator
3.91818
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Dari lima pernyataan dalam indikator “media”, terdapat dua
pernyataan yang memiliki nilai mean tertinggi dan sama. Dua pernyataan
tersebut adalah pernyataan “BBM merupakan sarana yang tepat untuk
mengirimkan undangan touring” dan “Anda lebih memilih pengiriman
pesan undangan/ informasi melalui BBM daripada melalui e-mail” dengan
nilai mean 4,1136. Dari wawancara yang dilakukan dengan beberapa
anggota HDCI Surabaya, mereka merasa BBM merupakan sarana yang
tepat untuk mengirimkan pesan undangan maupun informasi. Hal ini
dikarenakan BBM lebih cepat untuk menerima pesan dan lebih cepat untuk
membuat balasan.
Universitas Kristen Petra
63
Selain itu, anggota HDCI Surabaya juga lebih memilih pengiriman
pesan melalui BBM daripada melalui e-mail karena penggunaan e-mail
lebih rumit dibandingkan BBM, meskipun smartphone Blackberry juga
memiliki fasilitas e-mail. Rudi Victor mengemukakan, pesan e-mail akan
dikirimkan kepada alamat e-mail tujuan dengan menggunakan mekanisme
disimpan-kemudian-dikirimkan yang rentan terhadap terjadinya
penundaan. Pesan dapat sampai ke e-mail yang dituju dalam hitungan
menit atau bahkan jam, tergantung servernya (Victor, 2009, p.18).
Sedangkan untuk nilai mean terendah adalah pernyataan “Anda lebih
memilih pengiriman pesan undangan/ informasi melalui BBM daripada
melalui telepon dan sms” dengan nilai mean 3,2955. Sebagian anggota
HDCI Surabaya masih menganggap telepon adalah media yang tidak dapat
ditinggalkan dalam berkomunikasi karena mereka dapat langsung
menyampaikan pesan secara lisan pada partner komunikasi mereka dan
juga dapat memberikan balasan secara langsung. Menurut Rudi Victor,
komunikasi menggunakan telepon tidak terbatas lokasi. Telepon
memungkinkan orang-orang dapat berkomunikasi meskipun dalam jarak
berjauhan. Kemampuan telepon untuk dapat dihubungi dengan segera
merupakan keuntungan produktif komunikasi melalui telepon (Victor,
2009, p.17-18).
Namun berbeda halnya menurut Dimitri. Dimitri mengemukakan
bahwa menggunakan telepon tidak efektif dan membuang banyak waktu
maupun biaya. Saat ini, Dimitri lebih banyak melakukan komunikasi atau
mengirimkan informasi/undangan melalui BBM (wawancara dengan
Dimitri Naftali, koordinator sekretariat HDCI Surabaya, tanggal 26
September 2012).
e. Format
Indikator kelima adalah format. Sebuah pesan dikatakan efektif
apabila terdapat kesesuaian format antara yang dimaksudkan oleh
pengirim dengan penerima (Hardjana, 2000, p.24). Berikut adalah tabel
mean (rata-rata) dari indikator ini :
Universitas Kristen Petra
64
Tabel 4.18 : Format
Format pesan undangan/
informasi yang dikirimkan
melalui BBM mudah
dipahami.
Ide pokok/ tema
kegiatan disampaikan
dengan jelas.
Detail kegiatan (waktu, tempat, tanggal, biaya) disampaikan dengan jelas.
Himbauan untuk
mengikuti kegiatan touring/
gathering disampaikan dengan jelas.
Mean 4.1477 4.0455 4.2500 3.9886
Mean Indikator
4.10795
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Dari empat pernyataan dalam indikator “format”, pernyataan dengan
nilai mean tertinggi adalah “detail kegiatan (waktu, tempat, tanggal, biaya)
disampaikan dengan jelas” dengan nilai mean 4,2500. Dari wawancara
dengan Dimitri, setiap pesan undangan atau informasi yang dikirimkan
kepada anggota HDCI Surabaya selalu disertakan keterangan waktu,
tempat, tanggal, dan biaya. Hal ini dibenarkan oleh para anggota HDCI
Surabaya.
Nilai mean yang terendah ada pada pernyataan “himbauan untuk
mengikuti kegiatan touring/gathering disampaikan dengan jelas” dengan
nilai mean 3,9886. Para anggota HDCI Surabaya yang menerima pesan
merasa bahwa himbauan untuk mengikuti kegiatan tersebut telah
disampaikan dengan jelas oleh sekreariat HDCI Surabaya.
“In presenting a message to express his purpose, the source can select
one or another piece of information, one or another set of assertions, one
or another set of evidence”. Dalam menyajikan suatu pesan untuk
mempercepat tujuannya, pengirim pesan dapat memilih seluruh atau
sebagian informasi, satu atau seluruh pernyataan, dan satu atau seluruh
keterangan (Berlo, 1960, p.60). Dalam pembuatan pesan, Dimitri harus
pandai-pandai merangkai infomasi, pernyataan, dan keterangan yang tepat
supaya pesan yang dikirimkan jelas, lengkap, dan tidak terlalu panjang
Universitas Kristen Petra
65
lebar sehingga penerima pesan dapat mengerti dan memahami inti dari
pesan tersebut.
“We may debate which is more important in communication, having
good ideas (elements) or having good organization (structure)” (Berlo,
1960, p.55). Menurut Berlo, mana yang lebih penting dalam
berkomunikasi, memiliki rangkaian kata yang bagus atau memiliki isi yang
singkat dan jelas.
Gambar 4.2 : Contoh pengiriman pesan dari koordinator sekretariat HDCI
Surabaya melalui BBM Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Dapat dilihat dari gambar diatas, pesan yang dikirimkan oleh Dimitri
lebih mementingkan isi yang singkat dan jelas. Dalam merangkai
pesannya, Dimitri langsung menyampaikan inti dari kegiatan dan tidak
menggunakan kata-kata yang formal seperti kalimat pembuka dan kalimat
penutup. Sehingga untuk format pesan yang disusun oleh Dimitri dapat
dilihat lebih kepada having good organization (structure) daripada having
good ideas (elements) karena pesan yang to the point dan mudah dipahami.
Universitas Kristen Petra
66
f. Sumber
Indikator terakhir adalah sumber. Sebuah pesan dikatakan efektif
apabila ada kejelasan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga
pesan yang disampaikan akurat (Hardjana, 2000, p.24). Berikut adalah
tabel mean (rata-rata) dari indikator ini :
Tabel 4.19 : Sumber
Anda mengetahui bahwa pesan yang disampaikan
dapat dipertanggung jawabkan.
Mean 3.8182
Mean Indikator
3.8182
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Dari indikator “sumber” hanya ada satu pernyataan yaitu “Anda
mengetahui bahwa pesan yang disampaikan dapat dipertanggung
jawabkan” dengan nilai mean 3,8182. Pesan dapat dipertanggungjawabkan
apabila pesan dikirimkan benar-benar dari Dimitri selaku koordinator
sekretariat HDCI Surabaya. “There are at least four kinds of factors within
the source which can increase fidelity. They are his communication skills,
attitudes, knowledge level, and position within a social-cultural system”.
Di dalam sumber terdapat empat faktor yang dapat meningkatkan
pengiriman pesan yang jitu, yaitu kemampuan berkomunikasi, perilaku,
tingkat pengetahuan, posisi dalam sistem sosial budaya (Berlo, 1960,
p.41).
Kemampuan berkomunikasi mempengaruhi kemampuan kita untuk
menganalisa tujuan komunikasi, kemampuan kita untuk mengatakan
sesuatu ketika kita berkomunikasi. Selain itu, kemampuan berkomunikasi
juga mempengaruhi kemampuan kita untuk mengkodekan pesan yang
dapat mengungkapkan apa yang kita inginkan (Berlo, 1960, p.42). Dalam
hal ini sebagai pengirim pesan, Dimitri mempunyai kemampuan
Universitas Kristen Petra
67
berkomunikasi itu. Awalnya Dimitri pasti mengetahui jelas apa tujuan
sebuah pesan informasi/undangan yang akan dikirimkan untuk para
anggota HDCI Surabaya. Selanjutnya barulah ia mengkodekan pesan
tersebut dalam BBM, dan mengirimkannya kepada kontak-kontak yang
telah ia pilih.
Faktor berikutnya adalah perilaku. Perilaku sumber/pengirim pesan
kepada penerimanya dapat mempengaruhi komunikasi. Ketika penerima
pesan menyadari bahwa sumber/pengirim pesan menyukai mereka, mereka
tidak akan banyak mengkritik pesan dari sumber. Terlebih lagi, mereka
akan menyetujui apa yang dinyatakan oleh pengirim pesan (Berlo, 1960,
p.47). Hal ini juga berlaku dalam pengiriman pesan oleh koordinator
sekretariat HDCI Surabaya. Apabila Dimitri sebagai pengirim pesan
memiliki perilaku yang baik dan disukai oleh para anggota HDCI
Surabaya, maka sebagai penerima pesan mereka akan mengerti bahwa
pesan yang dikirimkan oleh Dimitri dapat dipertanggung jawabkan
sehingga Dimitri tidak menerima banyak kritik.
Tingkat pengetahuan merupakan faktor selanjutnya. Tingkat
pengetahuan dalam proses komunikasi berpengaruh pada perilaku
pengirim pesan. Apa dan bagaimana pengirim pesan mengkomunikasikan
maksudnya bergantung pada kemampuannya untuk menguraikan maksud
dan isi pesan (Berlo, 1960, p.48-49). Dimitri harus memiliki pengetahuan
mengenai kegiatan yang akan diselenggarakan jauh lebih banyak dan
lengkap dibandingkan anggota lainnya. Hal ini dikarenakan Dimitri yang
akan menerima pertanyaan-pertanyaan seputar kegiatan dari anggota yang
mungkin membutuhkan penjelasan lebih lanjut.
Faktor keempat adalah posisi dalam sistem sosial budaya. Harus
diketahui jenis sistem sosial di mana pengirim pesan tersebut beroperasi.
Selain itu juga perlu diketahui bagaimana ia sesuai dengan sistem
sosialnya, apa peran yang ia jalankan, fungsi atau tugas apa yang perlu ia
lakukan, juga bagaimana ia memposisikan diri dalam sistem sosial tersebut
(Berlo, 1960, p.49). Dimitri yang dipilih menjadi koordinator sekretariat
HDCI Surabaya selama ini melakukan peran dan tanggung jawabnya
Universitas Kristen Petra
68
untuk mengelola administrasi, tata usaha organisasi, dan kehumasan
pengurus. Salah satunya adalah mendistribusikan pesan-pesan kepada para
anggota HDCI Surabaya. Dimitri juga tentunya memposisikan diri sebagai
koordinator sekretariat yang melaksanakan tugasnya secara totalitas. Ia
tidak keberatan untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh
anggota yang membutuhkan informasi lebih rinci mengenai kegiatan yang
akan diselenggarakan (wawancara dengan Himawan, Humas HDCI
Surabaya, tanggal 27 September 2012).
4.4 Uji Korelasi
Pengujian pengaruh Presence Aware Communication terhadap efektivitas
komunikasi melalui Blackberry Messenger dalam Harley Davidson Club
Indonesia Surabaya menghasilkan nilai korelasi (R) sebagai berikut :
Tabel 4.20 : Uji Korelasi
Model Summary(b)
Model R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .570(a) .324 .317 .30085830571
2254 a Predictors: (Constant), Presence_Aware_Communications b Dependent Variable: Efektivitas_Komunikasi
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa :
Nilai korelasi yang diperoleh adalah sebesar 0,570. Dapat dilihat dari tabel
4.20 bahwa hubungan Presence Aware Communication terhadap efektivitas
komunikasi melalui Blackberry Messenger dalam HDCI Surabaya tergolong
dalam kategori sedang. Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa R Square
bernilai 0,32. Hal ini berarti Presence Aware Communication berpengaruh sebesar
0,32 terhadap efektivitas komunikasi
Universitas Kristen Petra
69
Tabel 4.21 :
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono, 2009, p.184
“Of these awareness services, presence awareness was shown to be very
useful as it has a practical benefit of helping communicators estimate the
likelihood of a successful interaction attempt” (Victor, 2009, p.45). Presence
awareness sangat berguna bagi komunikator untuk menunjang keberhasilan
interaksi (efektivitas komunikasi). Presence awareness di dalam Blackberry
Messenger adalah di saat mengirimkan sebuah pesan kita dapat melihat apakah
pesan tersebut telah diterima oleh lawan bicara kita. Hal ini ditunjukkan dengan
tanda cawang yang terdapat huruf D di atasnya (Delivered). Selain itu, dengan
BBM kita juga dapat mengetahui apakah pesan tersebut telah dibaca penerima
pesan atau belum, yang ditunjukkan dengan tanda cawang yang terdapat huruf R
di atasnya (Read). Hal ini sangat berguna untuk melihat apakah pesan telah
diterima dan telah dibaca, tentunya untuk menunjang keberhasilan terciptanya
efektivitas komunikasi.
4.5 Analisis Regresi Linier Sederhana
Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier sederhana untuk
mengetahui pengaruh Presence Aware Communication (X) terhadap efektivitas
komunikasi (Y). Analisis ini dipilih karena memiliki satu variabel bebas
(Presence Aware Communication) dan satu variabel terikat (efektivitas
komunikasi). Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS 13.0.
Universitas Kristen Petra
70
Koefisien Regresi
Tabel 4.22 : Uji Regresi
Coefficientsa
2.891 .188 15.342 .000.322 .050 .570 6.425 .000
(Constant)MEAN variabel1(PAC)
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: MEAN variable2 (efektifitas)a.
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Berdasarkan nilai estimasi koefisien regresi pada tabel di atas, maka model
persamaan regresi linier sederhana yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Y = a + b X
Y = 2,891 + 0,322 X
Yang menunjukkan,
Y = efektivitas komunikasi
a = konstanta (pengaruh berbagai faktor selain Presence Aware
Communication)
b = koefisien regresi
X = Presence Aware Communication
Dari model persamaan regresi sederhana tersebut, maka diketahui bahwa:
A. Jika seluruh variabel konstan (a), maka efektivitas komunikasi akan
bernilai sebesar 2,891.
B. Koefisien regresi (b) menunjukkan nilai (+)0,322. Hal ini berarti bahwa
Presence Aware Communication secara keseluruhan berpengaruh positif
sebesar 0,322 terhadap efektivitas komunikasi. Jadi apabila Presence
Aware Communication dalam HDCI Surabaya meningkat satu satuan,
maka akan meningkatkan efektivitas komunikasi sebesar 0,322. Begitu
pula sebaliknya, apabila Presence Aware Communication menurun satu
satuan, maka akan menurunkan efektivitas komunikasi sebesar 0,322.
Universitas Kristen Petra
71
“Currently, the implementation of presence in IM awards full trust to all
watchers, providing them with all presence information” (Victor, 2009, p.45).
Menurut Victor, saat ini implementasi fasilitas presence pada instant messaging
dapat dipercaya oleh seluruh audiens karena dapat menyediakan informasi tentang
status masing-masing kontak yang saling terkait. Dalam penelitian ini PAC
berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi. Karena PAC di dalam BBM sangat
membantu dalam pengiriman pesan. BBM dapat melihat apakah status kontak
lawan bicara kita sedang online atau tidak (available/busy). BBM juga secara
langsung memberikan tanda (X) pada pesan yang kita kirimkan apabila penerima
pesan sedang offline.
4.6 Uji Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
digunakan uji tabel T (Kriyantono, 2006, p.173). Rumus pengujian hipotesis
adalah sebagai berikut:
Dengan ketentuan :
Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak
Jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima
Nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak
Nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima
Dengan kata lain jika thitung > ttabel atau nilai signifikansi < 0,05, maka
variabel bebas berpengaruh signifikansi terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika
thitung ≤ ttabel t hitung ≤ t tabel atau nilai signifikansi > 0,05, maka variabel bebas
tidak berpengaruh signifikansi terhadap variabel terikat.
Hasil uji tabel t antara Presence Aware Communication terhadap
efektivitas komunikasi melalui Blackberry Messenger dalam Harley Davidson
Club Indonesia Surabaya adalah sebagai berikut:
Universitas Kristen Petra
72
Tabel 4.23 : Uji Hipotesis Coefficientsa
2.891 .188 15.342 .000.322 .050 .570 6.425 .000
(Constant)MEAN variabel1(PAC)
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: MEAN variable2 (efektifitas)a.
Sumber : Olahan Peneliti, 2012
Hasil uji tabel t antara variabel Presence Aware Communication terhadap
efektivitas komunikasi, menghasilkan nilai t hitung sebesar 6,425 dan nilai
signifikansi sebesar 0. Nilai t hitung ini lebih besar dari t tabel 1,663 dan nilai
signifikansi uji tabel t lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan pengaruh Presence Aware Communication berpengaruh signifikan
terhadap efektivitas komunikasi dalam Harley Davidson Club Indonesia
Surabaya.
4.7 Pengaruh Presence-Aware Communication Terhadap Efektivitas
Komunikasi melalui Blackberry Messenger dalam Harley Davidson
Club Indonesia Surabaya
Penelitian ini memiliki rumusan masalah yaitu bagaimanakah pengaruh
Presence-Aware Communication terhadap efektivitas komunikasi melalui
Blackberry Messenger dalam Harley Davidson Club Indonesia Surabaya. Setelah
dilakukan analisis dari kuesioner yang telah disebar melalui program SPSS 13.0,
maka peneliti mendapatkan beberapa hasil analisis yaitu sebagai berikut :
a. Yang pertama adalah uji hipotesis. Pada awal penelitian, hipotesis
yang diduga peneliti adalah: Ho = “Tidak ada pengaruh antara
Presence-Aware Communication terhadap efektivitas komunikasi
melalui Blackberry Messenger”. Kemudian setelah dilakukan analisis,
diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 6,425 dan nilai signifikansi
sebesar 0. Nilai t hitung ini lebih besar dari t tabel 1,663 dan nilai
signifikansi uji tabel t lebih kecil dari 0,05. Karena nilai t hitung > t
tabel dan nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Dengan kata lain,
Universitas Kristen Petra
73
Presence Aware Communication berpengaruh signifikan terhadap
efektivitas komunikasi melalui Blackberry Messenger dalam Harley
Davidson Club Indonesia Surabaya.
b. Yang kedua dilakukan uji korelasi untuk melihat hubungan Presence
Aware Communication terhadap efektivitas komunikasi melalui
Blackberry Messenger dalam HDCI Surabaya. Dari uji korelasi yang
dilakukan, didapatkan nilai korelasi sebesar 0,570. Berdasarkan nilai
korelasi tersebut dapat diketahui bahwa hubungan Presence Aware
Communication terhadap efektivitas komunikasi melalui Blackberry
Messenger dalam HDCI Surabaya tergolong sedang.
c. Selanjutnya adalah analisis regresi linier sederhana. Uji regresi ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh Presence Aware
Communication terhadap efektivitas komunikasi melalui Blackberry
Messenger dalam HDCI Surabaya. Hasil yang didapatkan adalah
koefisien regresi menunjukkan nilai (+)0,322. Hal ini berarti bahwa
Presence Aware Communication secara keseluruhan berpengaruh
positif sebesar 0,322 terhadap efektivitas komunikasi. Jadi apabila
Presence Aware Communication dalam HDCI Surabaya meningkat
satu satuan, maka akan meningkatkan efektivitas komunikasi sebesar
0,322. Begitu pula sebaliknya, apabila Presence Aware
Communication menurun satu satuan, maka akan menurunkan
efektivitas komunikasi sebesar 0,322.
d. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat diketahui bahwa untuk item
pernyataan variabel Presence Aware Communication dan efektivitas
komunikasi masing-masing memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar
0,821 dan 0,832. Karena nilai Cronbach’s Alpha > 0,6, maka dapat
dinyatakan bahwa item pernyataan variabel Presence Aware
Communication dan efektivitas komunikasi telah reliabel.
e. Selanjutnya adalah uji validitas. Uji validitas dilakukan untuk dua
variabel, yaitu Presence Aware Communication dan efektivitas
komunikasi. Dari analisis tersebut, didapatkan hasil bahwa seluruh
pernyataan dari variabel Presence Aware Communication telah valid.
Universitas Kristen Petra
74
Sedangkan dalam variabel efektivitas komunikasi, terdapat 2 dari 24
pernyataan dinyatakan tidak valid, sisanya dinyatakan telah valid.
Pada variabel Presence Aware Communication (X), indikator yang
memiliki mean tertinggi adalah “mengurangi pengulangan komunikasi” yaitu
3,97. Dengan menggunakan BBM, komunikator tidak perlu mengulangi
pengiriman pesan kepada banyak komunikan. Tetapi dengan adanya fasilitas
broadcast message di dalam BBM, cukup dengan sekali kirim, maka pesan akan
tersampaikan kepada banyak komunikan tanpa harus mengirim satu-satu.
Selain itu, tidak seperti penggunaan telepon yang dapat di-reject/ditolak
dan harus mengulangi penggunaan telepon untuk menyampaikan pesan, pesan
yang dikirimkan melalui BBM tidak dapat ditolak oleh penerima pesan. Jadi
pesan yang dikirimkan, langsung masuk kedalam BBM penerimanya.
Dibandingkan juga antara BBM dengan e-mail. E-mail juga sama dengan BBM
yang tidak dapat menolak pesan yang masuk. Akan tetapi, pesan e-mail akan
dikirimkan kepada alamat e-mail tujuan dengan menggunakan mekanisme
disimpan-kemudian-dikirimkan yang rentan terhadap terjadinya penundaan. Pesan
dapat sampai ke e-mail yang dituju dalam hitungan menit atau bahkan jam,
tergantung servernya (Victor, 2009, p.18). Sehingga penggunaan BBM jauh lebih
cepat dan mudah dibandingkan e-mail.
Selanjutnya variabel “efektivitas komunikasi”, indikator yang memiliki
nilai mean paling tinggi adalah “penerima/pemakai” dengan nilai mean 4,181.
Mengacu komunikasi yang efektif, penerima adalah pihak yang paling penting
dalam proses komunikasi (Berlo, 1960, p.52). Jadi para anggota HDCI Surabaya
merupakan hal yang paling penting dalam proses komunikasi antara koordinator
sekretariat dengan anggota HDCI Surabaya. Sedangkan efektivitas komunikasi
dapat dikatakan efektif apabila pengiriman pesan diterima dengan baik oleh
penerima pesan dan dimengerti sesuai apa yang dimaksudkan oleh pengirim
pesan. Sehingga pengaruh Presence Aware Communication terhadap efektivitas
komunikasi melalui Blackberry Messenger telah terbukti dan memiliki hubungan,
karena penerima adalah hal yang penting untuk efektivitas komunikasi. Hasil
Universitas Kristen Petra
75
penelitian ini merupakan pengaruh tingkat pertama yang menyatakan hasil teknis
yang direncanakan (yakni kenaikan produktifitas dan efisiensi).