Download - 2. RUBEOLA
-
8/3/2019 2. RUBEOLA
1/9
RUBEOLA
Pengertian
Campak yang disebut juga dengan measles atau rubeola merupakan suatu penyakit infeksi
akut yang sangat menular, disebabkan oleh paramixovirus yang pada umumnya menyerang anak-
anak. Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui percikan liur (droplet) yang terhirup.
Campak adalah suatu penyakit akut menular, ditandai oleh tiga stadium:
1. Stadium kataralDi tandai dengan enantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam ringan
sampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk.2 . S t ad i um e r ups
Ditandai dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan
muka, tubuh, lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi.
3. Stadium konvalesensDitandai dengan hilangnya ruam sesuai urutan munculnya ruam, dan terjadi
hiperpigmentasi.
Riwayat Alamiah Penyakit Campak
Riwayat alamiah penyakit campak melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap prepatogenesisb. Tahap pathogenesisc. Tahap akhir / pascapatogenesis
1. Tahap PrepatogenesisPada t ahap i n i i nd i v i du be r ada da l am keadaan nor mal / s eha t t e t ap i
mer ek a pad a dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen
penyakit (stage of suseptib ility). Walaupun demik ian p ada tahap ini sebenarnya
telah terjadi interaksiantara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih
-
8/3/2019 2. RUBEOLA
2/9
terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada diluar tubuh pejamu
dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang
pejamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan
tubuh penjamu masih kuat . Namun begitu pejamunva lengah ataupun
memang b i b i t penyak i t men j ad i l eb i h ganas d i t ambah dengan kond i s i
l ingkungan yang kurang menguntungkan pejamu, maka keadaan segera
dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase
berikutnya, tahap pathogenesis.
2. Tahap PatogenesisTahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu:
y Tahap InkubasiMasa inkubasi dari penyakit campak adalah 10-20 hari. Pada tahap ini
indiv idu masih belum merasakan bahwa dirinya sakit.
y Tahap DiniMulai timbulnya gejala dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
o Panas badano nyeri tenggorokano hidung meler ( Coryza )o
batuk ( Cough )o Bercak Kopliko nyeri ototo mata merah (conjunctivitis)
y Tahap LanjutMunculnya ruam-ruam kulit yang berwarna merah bata dari mulai kecil-kecil dan
jarang kemudian menjadi banyak dan menyatu seperti pulau-pulau. Ruam umumnya
muncul pertama dari daerah wajah dan tengkuk, dan segera
menja lar menuju d ada , pu nggung, p erut ser t a t e rak hi r kaki - t anga n.
Pada saat ruam ini muncul, panas si anak mencapai puncaknya (bisa
mencapai 40 derajat Celsius), tenggorok semakin sakit dan batuk-batuk
kering dan juga disertai mata merah.
3. Tahap Akhir/ pasca pathogenesis
-
8/3/2019 2. RUBEOLA
3/9
Berakhirnya perjalanan penyakit campak. Dapat berada dalam lima pilihan keadaan,yaitu:
y Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadipulih, sehat kembali.
y Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudaht i dak ada , t e t ap i t ubuh t i dak pu l i h s epenuhnya , men i ngga l kan
beka s gangguan yang permanen berupa cacat.
y Carier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetapada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit
y Penyakit tetap berlangsung secara kroniky Berakhir dengan kematian
Etiologi
Campak disebabkan oleh virus R NA dari famili paramixoviridae, genus
Morbillivirus.
Selama masa prodormal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus
d i t emukan da l am s ekr es i nas o f a r i ng , da r ah dan u r i n . V i r us dapa t ak t i f
sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Virus campak dapat diisolasi dalam
biakan embrio manusia atau jaringan ginjal kerarhesus.
Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleusdengan
inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul. Penyebaran
virus maksimal adalah melalui percikan ludah (droplet) dari mulut selamamasa
prodormal (stadium kataral). Penularan terhadap penderita rentan sering terjadi
sebelum diagnosis kasus aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10
sesudah pemajanan, pada beberapa keadaan dapat menularkan hari ke 7. Tindakan
pencegahan dengan melakukan isolasi terutama di rumah sakit atau institusi lain,
harusdipertahankan dari hari ke 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam muncul.
Epidemiologi
-
8/3/2019 2. RUBEOLA
4/9
Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan KLB campak yang dilakukan Subdit Surveilans d a n
Daer ah pada t ahun 1998- 1999 , kas us - kas us campak t e r j ad i ka r ena anak
be lu m mendapat imunisasi cukup tinggi, mencapai sekitar 40100 persen dan mayoritas adalah
balita (>70 persen). Frekuensi KLB campak pada tahun 1994-1999 berdasarkan laporan seluruh
provinsi se-Indonesia ke Subdit Surveilans, berfluktuasi dan cenderung meningkat
pada periode 19981999: dari 32 kejadian menjadi 56 kejadian. Angka frekuensi itu sangat
dipengaruhi intensitas laporan dari provinsi atau kabupaten/kota. Daerah-daerah dengan sistem
pencatatan dan pelaporan yang cukup intensif dan mempunyai kepedulian cukup
tinggi terhadap pelaporan KLB, mempunyai kontribusi besar terhadap
kecenderungan meningkatnya frekuensi KLB campak di Indonesia, seperti Jawa
Barat, NTB , Jambi, Bengkulu dan Yogyakarta. Dari sejumlah KLB yang dilaporkan ke
Subdit Surveilans, diperkirakan KLB campak sesungguhnya terjadi jauh lebih banyak.
Artinya, masih banyak KLB campak yang tidak terlaporkan dari daerah dengan berbagai
kendala. Walaupun frekuensi KLB campak yang dilaporkan itu mengalami peningkatan, tapi
jumlah kasusnya cenderung menurun dengan rata-rata kasus setiap KLB selama 1994
1999, yaitu sekitar 1555 kasus pada setiap kejadian. Berarti besarnya jumlah kasus setiap
episode KLB campak selama periode itu, rata-rata tidak lebih dari 15 kasus. Dari 19 lokasi
KLB campak yang diselidiki Subdit Surveilans, daerah selama tahun 1999, terlihat
attack-rate pada KLB campak dominan pada kelompok u mur balita. Angka propo rsi
penderita pada KLB campak 19981999 juga menunjukkan propors i terbesar
pada kelompok umur 14 tahun dan 59 tahun bila dibandingkan kelompok umur
lebih tua (1014 tahun).
Patofisiologi
Lesi campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus, dan saluran
cerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuklear dan
beberapa se l pol imor fonuklear t e r j adi d i seki t ar kapi l er . Ada h iperplas i
l i mf onod i , t e r u t ama pada apend i ks . Pada ku l i t , r eaks i t e r u t ama menon j o l
seki t ar ke lenjar sebasea dan fo l ike l r ambut . Bercak koplik pada mukosa bukal
pipi berhadapan dengan molar II terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel
-
8/3/2019 2. RUBEOLA
5/9
serupa dengan bercak pada lesi kulit. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri
sekunder. Pada kasus ensefalomielitis yang mematikan, terjadi demielinisasi pada daerah otak
dan medulla spinalis. Pada SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis) dapat terjadi degenerasi
korteks dan substansia alba.
Gejala Klinis
Mas a i nkubas i 10 - 20 ha r i dan kemudi an t i mbu l ge j a l a - ge j a l a yang d i bag i
dalam 3stadium, yaitu:
y Stadium kataral (prodormal)Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti
demam, malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem, terdapat bercak koplik berwarna
putih ke labu sebesar u ju ng j a rum dan d ike l i l ingi o leh er i t e ma.
Lokasinya di mukosabukal yang berhadapan dengan molar bawah.
Gambaran darah tepi le ukopeni dan limfositosis.
y Stadium erupsiCoryza dan batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang kadang terlihat bercak koplik. Terjadi
eritem bentuk makulopapu ler disertai naiknya suhu badan. Diantara macula
terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga,
bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-
kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam
mencapai anggota bawah pada hari ke 3, dan menghilang sesuai urutan terjadinya.
-
8/3/2019 2. RUBEOLA
6/9
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah
leher belakang. Sedikit terdapat splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.
Var i a s i yang b i a s a t e r j ad i ada l ah B l ack Meas l es s , ya i t u mor b i l i yang
d is er t a idengan perdarahan di kulit, mulut, hidung, dan traktus digestive.
y Stadium konvalesensiErupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau hiperpigmentasi
(gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain itu d it e mu ka n
pu l a ke l a i nan ku l i t be r s i s i k . H i pe r p i gmen t as i i n i mer upakan ge j a l a
patognomonik untuk morbilli. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema
atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi.S
uhu menurunsampai normal kecuali bila ada komplikasi.
Diagnosis
Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium prodormal, sel raksasa multinuklear
dapat ditemukan pada apusan mukosa hidung. Virus dapat diisolasi pada biakan
jaringan. Angka leukosit cenderung rendah dengan limfositosis relatif. Pungsi
lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak biasanya menunjukkan kenaikan
protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar glukosa normal. Bercak koplik dan hiperpigmentasi
adalah patognomonis untuk rubeola/campak.
Komplikasi
-
8/3/2019 2. RUBEOLA
7/9
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat
terjadi alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini
menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:
a. B r onkopnemoniBronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh pneumococcus,
streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi
yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun
seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan
tertentu perlu dilakukan pencegahan.
b. Komplikasi neurologisKompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan
mental, neuritis optica dan ensefalitis.
c. Encephalitis morbili akutEncepha l i t i s mor b i l i aku t i n i t i mbu l pada s t ad i um eks an t em, angka
kematian rendah. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah
1:1000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili
hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.
d. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)SSPE ya i t u s ua t u penyak i t degener as i yang j a r ang da r i s us unan s a r a f
pus a t . D i t anda i o l eh ge j a l a yang t e r j ad i s eca r a t i ba - t i ba s epe r t i
kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat,
biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan.
Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada
anak yang menderi ta morbil i sebelum usia 2 tahun. SSPE t i mbu l
setelah 7 tahun terkena morbi l i , sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi
3 tahun kemudian. Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbilli
memegang peranan dalam patogenesisnya. Anak menderita penyakit campak sebelum
umur 2 tahun, sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun kemudian SSPE yang terjadi
setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian.
Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap
10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000.
-
8/3/2019 2. RUBEOLA
8/9
e. Immunosuppresive measles encephalopathyDidapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik
karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.
Prognosis
Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk
bila k e a d a a n u m u m b u r u k , a n a k y a n g s e d a n g m e n d e r i t a p e n y a k i t
k r o n i s a t a u b i l a a d a komplikasi. Angka kematian kasus di Amerika Serikat telah
menurun pada tahun-tahun ini sampai t ingkat rendah pada semua kelompok
umur, terutama karena keadaan sosioekonomi membaik. Campak bila dimasukkan
pada populasi yang sangat rentan, akibatnya bencana. Kejadian demikian di pulau Faroe
pada tahun 1846 mengakibatkan kematian sekitar seperempat, hampir 2000 dari
populasi total tanpa memandang umur.
Pencegahan
y Imunisasi aktifI mun i s as i campak awa l dapa t d i be r i kan pada us i a 12 - 15 bu l an , t e t ap imu ngk in diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi (endemik).
Imunisasi aktif dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten. Vaksin
tersebut diberikan secara subcutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili tersebut pada anak berumur 10
15bu l an ka r ena s ebe l um umur 10 bu l an d i pe r k i r akan anak t i dak
dapat me mbe nt uk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Akan
tetapi dianjurkan pula agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan
terdapat banyak tuberculos is diber ikan va ksina s i pad a u mur 6 bula n da n
revaksinasi pada umur 15 bulan. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan
memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9 bulan ke atas. Vaksin morbili tersebut
dapat diberikan pada orang yang alergi terhadap telur. Hanya saja pemberian vaksin
sebaiknya ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin ini juga dapat diberikan
-
8/3/2019 2. RUBEOLA
9/9
pada penderita tuberkulosis aktif yang sedang mendapat tuberkulosita. Akan
tetapi vaksin ini tidak bo leh diberikan pada wan ita hamil, anak dengan
tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang
mendapat pengobatan imunosupresif.
y Imunisasi pasifImunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens,
globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif
untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan
menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara
intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera
mungkin. Proteks i sempurna ter indikas i untuk bayi , anak dengan
pe nya kit kro nis da n unt uk ko nta k di ba ng sa l rumah sakit anak.
Pengobatan
Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. T i ndakan l a i n ada l ah pengoba t an s ege r a
t e rhad ap ko mp l ik as i ya ng timbul. Diberikan sedatif, antipiretik untuk demam tinggi, tirah
baring dan masukan cairan yang cukup. Penderita harus dilindungi dari kontak dengancahaya yang kuat selama masa fotofobia. Adanya komplikasi seperti ensefalitis,
SSPE, bronkopneumonia pada setiapkasus harus dinilai secara individual.