dokumen.tips_khutbah-idul-adha-1429-h-makna-dan-pesan-simbolik-kurban-dan-haji.rtf

Upload: gugunprast

Post on 09-Mar-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Makna dan Pesan Simbolik Kurban dan Haji1

    Allahu Akbar, Allahu Akbar wa LilLahil Hamd,Kaum muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah swt.,

    Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban di Indonesia merupakan hari raya besar

    kedua setelah Hari Raya Idul Fitri. Sebaliknya, bagi masyarakat Muslim-Arab di Timur

    Tengah dan di Afrika, Idul Adha adalah hari raya besar pertama, sementara Idul Fitri

    sebagai hari raya besar kedua. Idul Adha dilihat sebagai hari raya besar yang lebih

    penting dari Idul Fitri, karena di dalamnya telah merekam kejadian penting. Idul Adha

    adalah hari untuk mengenang kembali peristiwa penyembelihan Ismail oleh ayahandanya

    Nabi Ibrahim. Kejadian tersebut merupakan batu ujian ketaatan Ibrahim kepada Allah

    swt. Di kemudian hari, pengurbanan ini menjadi tradisi bagi umat Islam untuk

    menyembelih hewan kurban baik berupa kambing maupun sapi setiap tanggal 10

    Dzulhijah dan hari-hari tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).

    Sejarah berkurban

    Ali Syariati (1997) menjelaskan bahwa sejarah berkurban diawali pada saat Nabi Ibrahim

    merasakan kesepian. Karena hingga umurnya mencapai satu abad, ia tak kunjung

    dikaruniai anak. Hal ini disebabkan istrinya, Sarah, yang mandul. Ibrahim hanya dapat

    berdoa Ya Tuhanku karuniailah aku seorang anak yang salih (Qs.37:100).

    Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yangsaleh.Selang beberapa waktu, Allah menjawab keluh kesah dan rintihan Ibrahim dengan

    mengaruniakan seorang putra bernama Ismail (dari Bahasa Ibrani yisma -mendengar- dan

    il -tuhan- yang berarti: Tuhan mendengar) melalui hamba perempuannya yang bernama

    Hajar. Namun di tengah kebahagiaan dan kegembiraannya itu, Allah kembali menguji

    Ibrahim dengan perintah melalui mimpi untuk menyembelih anak yang dikasihinya.

    Maka tatkala anak itu sampai (pada umur yang sanggup) berusaha bersama-samaIbrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwaaku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku,kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatikutermasuk orang-orang yang sabar.

    Begitu menerima wahyu Allah itu, Ibrahim hamba Allah yang paling patuh dan tokoh

    pemberontak yang paling terkenal di dalam sejarah gemetar dan goyah sekan-akan

    hendak roboh, dan seakan-akan tokoh sejarah yang tak terkalahkan itu sedang mengalami

    kehancuran. Batinnya sangat guncang menerima wahyu itu. Bayangkan, kekayaan apa

    yang lebih berharga ketimbang anak? Tetapi wahyu tersebut adalah perintah Allah,

    Ibrahim tidak dapat mengelak dari-Nya.

    1 Tulisan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu tentang kurban dan haji. Tulisan tentang kurban telah dimuat di Sinar Harapan, Senin, 9 Januari 2006 dengan judul Makna Intrinsik Berkurban. Adapun tulisan tentanghaji dimuat di Media Indonesia, Jumat, 13 Januari 2006 dengan judul Makna dan Pesan Simbolik Haji.

    1

  • Ibrahim menghadapi dua buah pilihan: mengikuti perasaan hatinya dengan

    menyelamatkan Ismail, atau mentaati perintah Allah dengan mengorbankannya. Ia

    harus memilih salah satu di antara keduanya. Cinta dan kebenaran berperang di

    dalam batinnya. Untuk memecahkan persoalan ini, Ibrahim mendialogkan dengan

    anaknya: Wahai anakku aku bermimpi semalam bahwa aku menyembelihmu, bagaimana

    pendapatmu? Sang anak yang saleh menjawab Wahai ayahku, jika memang itu perintah

    Tuhanmu, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insyaallah engkau akan

    menjumpaiku termasuk orang yang sabar (Qs. 37:102).

    Dengan berat hati Ibrahim menimbang-nimbang, barulah ia yakin dan tipu daya setan

    yang memperdayakan tidak dapat menghancurkan keteguhan hatinya untuk menyembelih

    Ismail. Maka diajak putranya ke lembah Mina untuk melaksanakan perintah Allah.

    Dibaringkannya Ismail seperti layaknya seekor hewan yang hendak dipotong. Ketika

    pisau Ibrahim menyentuh leher Ismail, segeralah Allah berseru:

    Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpiitu. Sesungguhnya, demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuatbaik. Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itudengan seekor sembelihan yang besar.

    Wahai Ibrahim engkau telah mentaati perintah-Ku, karena ketaatannmu aku ganti Ismail

    dengan seekor domba. Dan apa yang kuperintahkan adalah semata ujian yang berat

    bagimu, dan engkau termasuk orang yang muhsin (Qs.37:104-107). Inilah kisah Ibrahim

    dan putranya Ismail yang kemudian menjadi tradisi bagi kaum muslimin untuk

    menyembelih seekor domba (Qs.37:108): Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yangdatang kemudian,

    Allahu Akbar, Allahu Akbar wa LilLahil Hamdi,Bapak, Ibu, Saudara/i yang baik hatinya,

    Makna Intrinsik

    Kurban yang secara harfiah berarti mendekatkan dimaksudkan mendekatkan diri pada

    Tuhan dengan mendekatkan diri kepada sesama manusia, khususnya mereka yang

    sengsara. Ibadah kurban papar Jalaludin Rakhmat (1996)- mencerminkan pesan Islam:

    Anda mendekatkan saudara-saudara Anda yang kekurangan. Dengan berkurban berarti

    kita dekat dengan mereka yang fakir. Bila Anda memiliki kenikmatan, Anda disuruh

    berbagi kenikmatan itu dengan orang lain. Bila puasa mengajak Anda merasakan lapar

    seperti orang miskin. Maka ibadah kurban mengajak mereka untuk merasakan kenyang

    seperti Anda.

    Dengan demikian, berkurban minimal memiliki dua makna, pertama, makna social.

    Untuk membangun makna ini Rasulullah menegaskan dalam sebuah hadisnya: wa

    man lahu saatun, falam yudlahhi, fal yaqrabanna mushalln, Barang siapa yang

    2

  • memiliki kesempatan rezeki untuk berkurban, kemudian ia tidak melakukannya, maka

    jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami. Dengan ini, Nabi ingin mendidik

    umatnya agar memiliki kepekaan terhadap sesamanya. Dengan berkurban berarti kita

    telah menumbuhkan solidaritas sosial.

    Rasulullah mengajarkan kita untuk memiliki jiwa sosial. Dan hal ini telah dicontohkan

    sendiri oleh beliau, yaitu setiap hari raya Idul Adha beliau membeli dua ekor domba yang

    gemuk, bertanduk, berbulu putih bersih, bagus fisiknya dan tidak cacat. Kemudian

    setelah salat dan khutbah beliau menyembelih seekor seraya berkata hz min

    muhammadin wa li muhammadin, Ya Allah terimalah ini dari Muhammad dan keluarga

    Muhammad. Lalu Nabi menyembelih seekor lagi dengan berkata: hz min ummati

    muhammadin, Ya Allah terimalah ini dari umat Muhammad. Rasulullah telah

    meyembelihkan seekor domba bagi umat Islam yang tidak mampu berkurban. Beginilah

    model Rasullullah memberikan suri tauladan bagi umatnya, yaitu agar memiliki Islam

    sosial bukan Islam individual.

    Makna yang kedua, makna esensial, bahwa apa yang dikurbankan tidak boleh manusia

    tetapi sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia, semacam rakus, ambisi yang tak

    terkendali, menindas, menyerang dan tidak mengenal hukum dan norma apapun

    (Shihab:1997: 415).

    Sesungguhnya Ismail yang dikurbankan oleh ayahnya, kata Ali Syariati, hanya simbol

    dari setiap sesuatu yang melemahkan imanmu, setiap sesuatu yang menghalangi

    perjalananmu, setiap sesuatu yang membuat engkau memikirkan kepentinganmu

    sendiri, setiap sesuatu yang membuat engkau tidak dapat mendengarkan perintah Allah

    dan menyatakan kebenaran, setiap sesuatu yang memaksa engkau untuk melarikan diri,

    setiap sesuatu yang membutakan matamu dan telingamu. Ismail hanya simbol dari

    seorang manusia, benda, pangkat, realita, kedudukan dan kelemahan dirimu (1997:101-

    2). Semua sifat dan kelemahan inilah yang harus dikorbankan, yang harus disembelih dan

    ditiadakan.

    Ismail hanya simbol dari istrimu, pekerjaanmu, keahlianmu, kepuasan nafsu seksualmu,

    kekuasaanmu, dan lain sebagainya. Ismail hanya simbol dari setiap sesuatu yang

    merampas kekebasanmu dan menghalangimu, setiap sesuatu yang membuat engkau tidak

    dapat mendengar dan mengetahui kebenaran, setiap sesuatu yang menyebabkan engkau

    mengajukan alasan-alasan untuk menghindari tanggung jawab; setiap orang yang

    mendukung engkau untuk memperoleh dukunganmu di kemudian hari (op.cit.,h.120-1).

    Sifat-sifat demikian inilah yang harus dibunuh, ditiadakan, disembelih, dan dijadikan

    korban demi mencapai kurban (kedekatan) diri kepada Allah swt. Itu sebabnya Allah

    mengingatkan: Daging dan darahnya sekali-kali tidak dapat mencapai Allah; tetapi

    ketakwaanmulah yang dapat mencapainya (Qs.22:37):

    3

  • Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan)Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telahmenundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nyakepada kamu, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

    Allahu Akbar, Allahu Akbar wa LilLahil Hamdi,Bapak, Ibu, Saudara/i yang baik hatinya,

    Makna dan Pesan Simbolik Haji

    Saat ini ratusan ribu orang Indonesia tengah menunaikan ibadah haji. Mereka tengah

    melaksanakan rentetan terpenting ibadah haji yang terdiri dari rukun dan wajib, yaitu

    ihram dan mengambil niat di miqat, wukuf di Arafah, bermalam (mabit) di Muzdalifah,

    bermalam di Mina, melontar jumroh, dan diakhiri dengan tawaf dan sai ifadah lalu

    ditutup mencukur rambut (tahallul) sebagai tanda tuntasnya pelaksanaan haji. Alangkah

    indahnya jika jamaah haji mengerti secara sungguh-sungguh makna dari semua tahapan

    dan gerakan haji yang mereka lakukan. Ali Syariati (1997) dalam karya monumentalnya

    tentang Haji menjelaskan secara filosofis makna simbolik dari semua gerakan haji

    tersebut.

    Di miqat (tempat mengambil niat haji) kita melepaskan pakaian kita, dan diganti dengan

    kain ihram. Pakaian melambangkan pola, preferensi, status dan perbedan-perbedaan

    tertentu. Pakaian menunjukkan batas antara sesama manusia. Pakaian menjadi penanda

    antara kita dan mereka. Pakaian adalah citra dan lambang ego kita. Pakaian dapat

    menipu orang. Inilah yang kita harus lepas. Pakaian yang selama ini menjadi topeng kita,

    harus dilepaskan. Kita tanggalkan semua sifat buruk yang kita miliki.

    Kita yang wujudnya manusia, setelah menjalani proses kehidupan, mungkin, telah

    berubah menjadi binatang. Kita menjadi srigala, tikus, anjing dan domba. Srigala

    melambangkan kekejaman dan penindasan, tikus melambangkan kelicikan, anjing

    melambangkan tipu daya dan domba melambangkan penghambaan. Di miqat inilah kita

    tanggalkan sifat kebinatangan kita tadi, dan diganti dengan kain kemanusian, yaitu ihram.

    Ihram ialah dua helai kain putih bersih. kain ihram ini mencerminkan pesan bahwa kita

    memakai pakaian yang sama dengan orang lain. Artinya, kita semua adalah sama di

    hadapan Allah. Tidak ada yang membedakannya, kecuali ketakwaan yang ada di dalam

    hati. Kain ihram juga mencerminkan kesederhanaan dan tidak riya, yaitu sifat suka pamer

    kelebihan yang kita miliki. Warna kain ihram yang putih menggambarkan bahwa kita

    harus memiliki hati yang putih bersih seperti kaih ihram itu. Kita harus menjadi putih

    bersih seperti tatkala kita lahir. Karena itu diharapkan, setelah pulang haji, jamaah haji

    akan bersih dari dosa-dosanya seperti putihnya kain ihram.

    Kata ihram, yang berasal dari kata yang sama dengan haram, berarti sejak dikenakannya

    pakaian ihram, kita mengharamkan semua prilaku yang tidak baik dan merusak. Ihram

    4

  • berarti, meminjam istilah Ziauddin Sardar, state of peace, keadaan damai. Kita berdamai

    dengan manusia, binatang bahkan alam raya. Karena itu ada larangan yang berlaku

    setelah mengenakan kain ihram, yang dikenal dengan istilah muharramat, seperti

    membunuh binatang, mencabut pepohonan dan bertengkar dan bermusuhan antarsesama.

    Setelah berada di miqat dan mengenakan kain ihram, maka jamaah mengucapkan niat

    haji dan bersiap berangkat ke Arafah untuk wukuf pada tanggal 9 Dzulhijjah.

    Wukuf di Arafah mengandung dua pesan. Pertama, wukuf, dalam bahasa Arab, berarti

    berhenti. Maksudnya, mulai tanggal 9 Dzulhijjah, kita berjanji untuk berhenti dari

    perbuatan maksiyat. Berhenti dari melakukan apa yang dilarang oleh Allah dan

    Rasulullah. Berhenti membicarakan keburukan orang lain. Berhenti menggunjing

    kejelekan sesama muslim. Berhenti dari semua perbuatan tercela seperti korupsi,

    memeras orang, mengambil hak orang lain, mencuri, membunuh, menyebarkan fitnah

    dan kebencian. Kita berhenti sejenak untuk berfikir (arafah).

    Arafah, dalam bahasa arab, berarti pengetahuan atau ilmu. Arafah juga bermakna berfikir,

    memahami, dan merenung. Dengan berhenti di padang tandus yang gersang itu, kita

    merenung bahwa seperti inilah kita di padang Mahsyar pada hari perhitungan (yawm al-

    hisb) nanti, setelah hari akhir (yawm al-qiyamah). Kita merenung dari apa kita

    diciptakan dan ke mana kita kembali. Arafah juga mencerminkan pesan bahwa umat

    Islam harus cerdas dan pandai menggunakan akalbudi sehingga fajar kebangkitan umat

    Islam akan muncul. Hanya dengan ilmu pengetahuan, kemajuan umat akan tercapai.

    Tanpanya, kita akan tetap menjadi buih di tengah lautan kemajuan manusia. Tanpa ilmu

    pengetahuan (arafah), kita tetap menjadi penonton di negeri sendiri. Tanpa ilmu

    pengetahuan, kita akan menjadi umat yang tertinggal, terbelakang, dan tetap bodoh yang

    hidup dalam kegelapan, yang mengais-ngais minta belas kasihan dari negara-negara maju

    yang memang telah mengambil keuntungan dari kebodohan kita sendiri.

    Dari Arafah kita menuju Muzdalifah untuk bermalam dan mengumpulkan batu. Di

    Muzdalifah, bersama jutaan jamaah haji lainnya, kita bermalam sejenak di tengah gurun

    pasir untuk menyadari kelemahan kita sebagai manusia, karenanya kita butuh Allah

    sebagai sandaran dan penopang keyakinan hidup kita. Kita berzikir dan berdoa di sini.

    Lalu, kita kumpulkan batu untuk persiapan melontar esok hari di Mina.

    Di Mina, kita bermalam untuk melakukan jumrah (melontar). Ada tiga jumrah yang akan

    kita lontar: ula, wustho dan aqabah. Ada makna yang tersembunyi di balik jumrah ini.

    Jumrah ula digambarkan seperti Firaun yang melambangkan penindasan; jumrah wustho

    digambarkan seperti Karun yang melambangkan kapitalisme, dan jumrah aqabah

    digambarkan seperti Balam yang melambangkan kemunafikan. Di jumroh inilah, kita

    lontar, buang, dan timpuk Firaun, Karun dan Balam. Kita buang dan kita lontar jauh-

    jauh sifat yang ada dalam diri kita seperti menindas orang lain, mengumpulkan kekayaan

    sebanyak mungkin tanpa peduli hak kaum papah dan kemunafikan dengan membenarkan

    5

  • kesalahan yang terjadi di depan mata. Sifat buruk dan jahat inilah yang kita harus

    tinggalkan di lobang jumroh itu. Sehingga sepulang jamaah haji dari tanah suci akan

    menjadi orang-orang yang damai dan bening hatinya. Dari Mina, jamaah haji

    berbondong-bondong kembali ke Mekkah untuk melakukan Thawaf dan Sai ifadhah.

    Thawaf ialah berputar mengelilingi kakbah. Thawaf mencerminkan pesan bahwa

    kehidupan ini berputar dari tiada dan kembali ke tiada. Dimulai dan diakhiri di hajarul

    aswad (batu hitam) menggambarkan bahwa penciptaan manusia diambil dari segumpal

    tanah dan kembali ke tanah. Thawaf melambangkan transisi kehidupan setiap makhluk

    hidup: senang-susah, kaya-miskin, sehat-sakit, lapang-sibuk dstnya. Kita mengelilingi

    pusat eksistensi yaitu kakbah. Kakbah adalah lambang wujud Allah di muka bumi. Ini

    mecerminkan pesan bahwa kita harus selalu dekat dengan Allah. Kita harus jadikan Allah

    sebagai topangan kehidupan kita. Tanpa-Nya, kita akan tersesat di jalan dan terjerumus di

    lorong-lorong gelap dan hitam yang tak diketahui ujungnya. Dari thawaf, kita melakukan

    sai.

    Sai ialah berlari kecil antara Shafa dan Marwah. Sai melambangkan perjuangan seorang

    ibu, Siti Hajar, mencari air untuk anaknya, Ismail. Sai berarti sebuah pencaharian, dan

    air adalah lambang kehidupan materil di atas dunia. Sai mencerminkan pesan carilah

    materi sebanyak mungkin, raihlah prestasi kehidupan dunia setinggi mungkin, tapi jangan

    lupakan kehidupan akhirat. Kehidupan materi untuk mencapai kebahagian kehidupan

    akhirat. Sai juga memberikan pesan kepada kita untuk menghargai perempuan: hormati

    ibumu yang telah bersusah payah mengandungmu, menyusuimu, dan mengasuhmu

    dengan penuh kasih sayang. Nyawa dipertaruhkan hanya untukmu. Hormati istrimu yang

    telah mengandung, melahirkan, dan mengasuh anakmu, memperhatikan kehidupan rumah

    tangga. Inti pesan sai hormati perempuan!

    Sai dimulai dari Shafa dan diakhiri di Marwa. Shafa berarti cinta murni kepada orang

    lain. Shafa mencerminkan pesan cintailah orang lain seperti engkau mencintai dirimu

    sendiri. Kasihi orang lain seperti engkau mengasihi saudaramu. Perhatikan lingkungan

    sekitarmu, tetanggamu, dan teman kerjamu. Shafa adalah hati yang bersih dan tulus untuk

    sampai ke Marwa, yaitu manusia ideal yang memiliki sifat menghargai, bermurah hati,

    dan suka memaafkan orang lain. Sai membentuk jamaah haji yang memiliki sifat-sifat

    agung tadi. Sehingga mereka menjadi orang yang Marwa.

    Perjalanan haji ditutup dengan mencukur beberapa helai rambut sebagai wisuda jamaah

    haji, karena telah menyelesaikan ibadah yang agung ini. Diharapkan, sekembalinya dari

    Arab Saudi, jamaah haji menerapkan makna dan pesan yang tercermin dari semua

    gerakan dan tahapan ibadah haji. Jika tidak, maka haji yang baru mereka laksanakan

    tidak memiliki arti apa-apa. Wallahu alam

    Allahu akbar, Allahu akbar wa Lillahil Hamd

    6

  • Brakallahu l wa lakum fil qurnil azhm wa nafaani wa iyykum bim fhi minal yti wa zikril hakimWa taqabballhu minn wa minkum tilwatahu innahu huwas samiul almFastagfirhu faya fawzal mustaghfirn wa y najt tibn

    Doa dan Renungan

    Ya Allah, Yang Maha PenyayangAmpunilah dosa kami, ya Allah Dosa yang kami lakukan seperti butiran pasir di tepi lautanAmpuni kami, ya Allah

    Rabb, inilah kami hamba-hamba pendosaYang sering berbuat dosa dan aniayaBegitu banyak Engkau telah memberi nikmat, Tetapi kami selalu lalai padaMuAmpuni kami, ya Allah...

    Oh Tuhan yang Maha MenatapEngkau telah ciptakan mata ini untuk melihat yang hakUntuk membaca AlquranNamun, kami menggunakannya untuk bermaksiyat padaMuPadahal begitu mudah bagiMu untuk membuat kami buta dalam sekejapAmpuni kami, ya Rabb...

    Duhai yang Maha AgungEngkau telah ciptakan telinga ini untuk mendengar yang hakUntuk mendengar pengajian, pelajaran, Alquran, zikirTapi, kami gunakan telinga ini untuk berbuat dosa padaMuPadahal begitu mudah bagiMu untuk membuat kami tuli dalam sekilasAmpuni kami, ya Rabb...

    Rabb....Engkau telah ciptakan mulut ini untuk berkata yang baikEngkau ciptakan lisan ini untuk membaca AlquranTapi, kami gunakan mulut ini untuk bergibah dan memfitnah orang

    Betapa sering lisan kami menyakiti perasaan orangDengan lisan ini juga kami sering menyakiti suami, isteri dan anak kamiPadahal begitu mudah Engkau jadikan kami bisu dalam sekejapAmpuni kami, ya Rabb...

    Wahai yang Maha Menggenggam jiwa kami,Ampuni kedua orang tua kami Rabb...Sayangi mereka seperti mereka menyayangi kami di waktu kecil

    Betapa banyak lisan kami telah menyakiti hati orang tua kami Ya AllahPadahal, dari air susu merekalah kami bisa seperti iniAmpuni semua dosa mereka ya RabbJika mereka sudah di alam kuburLapangkan kubur merekaAngkat azab merekaMasukkan mereka ke dalam kasihMu ya AllahJika mereka masih hidupPanjangkan usia mereka untuk beribadah padaMuKasihi mereka ya AllahCurahkan keberkahanMu pada mereka

    Rabb

    7

  • Jadikanlah anak-anak kami, anak yang salehAnak yang berbakti dan bergunaSehatkanlah badan merekaCerdaskanlah akal fikiran merekaBimbing mereka dalam sinar cahayaMu ya Allah

    RabbJadikanlah isteri kami, isteri yang salehahIsteri yang bening hatinyaIsteri yang dapat membawa ke dalam ketaatan Isteri yang menjaga kepercayaan suamiIsteri yang dapat merawat anak-anak

    RabbJadikanlah suami kami, suami yang salehSuami yang dapat membimbing kami dalam kebaikanSuami yang menjadi teladan bagi kami dan anak-anak kamiSuami yang bertanggung jawabSuami yang memberi kami harta yang halal

    RabbMudahkanlah urusan kamiMudahkanlah belajar kamiLuluskanlah kami dalam ujianBerilah pekerjaan bagi yang masih menganggurBerilah jodoh yang baik bagi yang menantinyaSembuhkanlah mereka yang sakitBerilah rezeki bagi yang berhutangMakmurkan dan sejahterakan kehidupan rakyat IndonesiaSadarkan para pemimpinnya

    Rabb...Muliakanlah kami di dunia dan di akhirat

    8