dokumen sejarah bab iii

14
BAB III KETERBUKAAN DAN KEADILAN DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Upload: zoefivers

Post on 10-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dokumen Sejarah BAB III

8/8/2019 Dokumen Sejarah BAB III

http://slidepdf.com/reader/full/dokumen-sejarah-bab-iii 1/13

BAB III

KETERBUKAAN DAN KEADILAN

DALAM KEHIDUPAN

BERBANGSA DAN BERNEGARA

Page 2: Dokumen Sejarah BAB III

8/8/2019 Dokumen Sejarah BAB III

http://slidepdf.com/reader/full/dokumen-sejarah-bab-iii 2/13

A. Pendahuluan

Era keterbukaan atau lebih dikenal dengan Globalisasi merupakan ( akibat / hasil )

 perkembangan pemikiran baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun dalam bidang

Teknologi di paruh kedua abad ke -20. Hal ini telah mendorong dilakukannya

serangkaian penyesuaian terhadap perkembangan kelembagaan dalam kehidupan

  berbangsa dam bernegara. Rangkaian penyesuaian yang diperlukan bukan hanya

menyangkut kebijakan penyelenggaraan Negara, strategi , serta tata kerja pemerintahan,

tetapi juga orientasi tata nilai aspek kelembagaan masyarakat dan bangsa itu sendiri

( aspek politik, ekonomi , soail – budaya, hokum, pertahana dan keamanan ).

Memasuki era keterbukaab, kita mesti secara arif merumuskan

danmengaktualisasikan kembali nilai – nilai kebangsaan yang tangguh dalam

 berinteraksi dengan tatanan dunia luar dengan tetap berpijak pada jati diri bangsa, serat

menyegarkan dan memperluas makna pemahaman kebangsaan kita. Sudah saatnya

makna nasionalisme dan patriotism yang memiliki dimensi dan cakupan yang makin

kompleks memerlukan langkah – langkah arif dan bijaksana agar kita makin dapat

mewujudkan cita – cita proklamasi yang tercantum dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945.

Secara Psikologis , tumbuhnya sikap keterbukaan berkaitan erat dengan jaminan

keadilan. Keterbukaan merupakan sikap jujur, rendah hati dan adil serta mau menerima

 pendapat orang lain . sedangkan eadilan merupakan pengakuan dan perlakuan yang

seimbang antara hak dan kewajiban. Dengan demikian, penerapan jaminan keadilan

 perlu dilandasi oleh sikap jujur, redah hati dan tindakan yang tidak berat sebelah.

Sebagai manusia kita diminta untuk tidak hanya menuntuk hak dan mengabaikan

kewajiban, karena hal yang demikian dapat mengarah pada pemerasan dan

memperbudak orang lain. Sebaliknya jika hanya menjalankan kewajiban dan

mengabaikan apa yang menjadi hak kita, kita akan mudah diperbudak atau dipperas

oleh orang lain. Contoh, seorang karyawan yang hanya menuntut kenaikan upah tanpa

diimbangi peningkatan kualitas kerjanya tentu dianggap sebegai pemeras. Sebaliknya,

seorang majikan yang terus menerus memeras tenaga pegawainya tanpa memperhatikan

upah dan peningkatan kesejahteran pekerjanya, bisa dianggap telah memperbudak 

orang lain.

Page 3: Dokumen Sejarah BAB III

8/8/2019 Dokumen Sejarah BAB III

http://slidepdf.com/reader/full/dokumen-sejarah-bab-iii 3/13

B. Pentingnya Keterbukaan dan Keadilan dalam Kehidupan Berbangsa dan

Bernegara

1. Pengertian Keterbukaan dan Keadilan

a. Keterbukaan

Keterbukaan merupakan perwujudan sikap jujur , rendah hati, adil serta mau

menerima pendapat dan kritik orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, keterbukaan berrati hal terbuka , perasaan toleransi dan hati – hati

serta merupakan landasan untu berkomunikasi . dengan demikian , dapat

dipahami bahwa yang dimaksud dengan keterbukaan adalah suatu sikap dan

 perilaku terbuka dari individu dalam beraktivitas.

 b. Keadilan

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata keadilan yang berasaln dari

kata dasar “adil” mempunyai arti kejujuran, kelurusan dan keikhlasan yang

tidak berat sebelah. Sehingga keadilan mengandung pengertian sebagai suatu hal

yang tidak berat sebelah atau tidak memihak dan tidak sewenang wenang.

Sedangkan di dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa kata “adil” (

 bahas Arab : adl) mengandung pengertian sebagai beikut :

• Tidak berat sebelah atau tidak memihak ke salah satu pihak.

• Memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan hak yang

harus diperolehnya.

• Mengetahui hak dan kewajiban, mengenai mana yang benar dan

mana yang salah, bertindak jujur dan tepat menurut peraturan atau syarat dan

rukun yang telah ditetapkan . tidak sewenang – wenang dan maksiat atau

 berbuat dosa.

• Orabf yang berbuat adil , kebikan dari  fasiq ( orang yang tidak 

mengerjakan perintah).

Pengertian kata adil yang lebih member penekanan pada “tindakan

  yang tidak berdasarkan kesewenang – wenangan “ sesungguhnya

Page 4: Dokumen Sejarah BAB III

8/8/2019 Dokumen Sejarah BAB III

http://slidepdf.com/reader/full/dokumen-sejarah-bab-iii 4/13

menandaskan bahwa pada setiap diri manusia telah melekat sumber yang

disebut hati nurani. Tuhanlah yang menuntun hati nurani setiap manusi

 beriman agar sanggup berbuat adil sesuai dengan salah satu sifat-Nya yang

maha adil. Kata keadilan dapat juga diartikan sebagai suatu tindakan yang

tidak berdasarkan kesewenang – wenang ; atau tindakan yang didasarkan

kepada norma – norma ( norma agama, norma kesusilaan, norma kesopnan,

dan norma hukum ).

  Banyak ahli yang mencoba memberikan pendapat tentang kata “adil”

atau keadilan. Berdasarkan sudut pandangnya masing – masing mereka

memiliki pendapat yang berbeda namun tetap berpijak pada dasr –dasar 

atau koridor yang sama. Berikut ini beberapa pengertian keadilan menurut

 para ahli.

1) Aristoteles

Keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan yang

dimaksud adalah titik tengah antara kedua ujung ekstrim, tidak berat

sebelah, dan tidak memihak. Menurut Aristoteles terdapat 5 ( lima ) jenis

keadilan, yaitu :

No Keadilan Uraian Contoh

1 Keadilan komutatif Yaitu perlakuan terhadap

seseorang dengan tidak melihat jasa – jasa yang telah

diberikannya.

Seseorang yang telah

melakukan kesalahan /  pelanggran tanpa

memandangkedudukannya, dia tetapdihukum sesuai dengan

kesalahan / pelanggaran

yang dibuatnya

2 Keadilan ditributif Yaitu perlakuan terhadap

seseorang sesuai dengan jasa  – jasa yang telah

diberikannya.

Beberapa orang pegawai

suatu perusahaanmemperoleh gaji yang

 berbeda berdasarkan masa

kerja, golongan,

kepangkatan, jenjang  pendidikan, atau tingkat

kesulitan pekerjaannya.

3 Keadilan kodrat

Alam

Yaitu member sesuatu sesuai

dengan yang diberikan olehorang lain kepada kita

Seseorang menjawab

salam yang diucapkanorang lain dikatakan adil

Page 5: Dokumen Sejarah BAB III

8/8/2019 Dokumen Sejarah BAB III

http://slidepdf.com/reader/full/dokumen-sejarah-bab-iii 5/13

karena telah menerima

salam dari orang tersebut.

4 Keadilan

Konvensional

Yaitu jika seorang warga

  Negara telah menaati

  pertauran perundang – undangan yang telah

dikeluarkan.

Penggunaan sabuk  

 pengaman bagi pengendara

mobil dan helm bagi  pengguna pengendara

motor.

5 Keadilan

Perbaikan

Yaitu jika seseorang telah

  berusaha memulihkan nama  baik orang lain yang telah

tercemar 

Tindakan klarifikasi

terhadap kesalahan yangtelah dilakukan seseorang.

2) Plato

Keadilan diproyeksikan pada diri manusia sehingga orang dikatakan adil

adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaanya dikendalikan olehakal. Dalam pandangan Plato, keadilan dapat dibedakan atas :

•  Keadilan Moral, yaitu suatu perbuatan yang dapat dikatakanadil secara moral apabila telah mampu memberikan perlakuan yang

seimbang ( selaras ) antara hak dan kewajibannya. Contoh, seorang

karyawan menuntut kenaikan upah dengan diimbangi peningkatankualitas kerjanya.

 Keadilan Prosedural, ]

Suatu perbuatan dikatakan adil secara procedural jika seseorang telahmampu melaksanakan perbuatan adil berdasarkan tata cara yang

telah ditetapkan. Contoh, siswa berprestasi, dimana didalam

 pencapaian prestasi tersebut, diawali dengan belajar keras, dan tidak menyontek saat ujian.

3) Thomas Hobbes

Keadilan adalah suatu perbuatan yang didasarkan pada perjanjian yang

telah disepakati.

4) Panitia Ad-hoc MPRS 1966.

Keadilan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :

1. Keadilan individual

Yaitu keadilan yang bergantung pada kehendak baik atau kehendak 

 buruk masing – masing individu.

2. Keadilan social

Yaitu keadilan yang pelaksanaannya tergantung pda struktur yang

terdapat dalam bisang polirik, ekonomi social ekonomi, social – 

Page 6: Dokumen Sejarah BAB III

8/8/2019 Dokumen Sejarah BAB III

http://slidepdf.com/reader/full/dokumen-sejarah-bab-iii 6/13

  budaya, dan ideology. Dalam Pancasila setiap orang di Indonesia

akan mendapat perilaku yang adil dalam bidang hokum, politik,

ekonomi, dan kebudayaan.

2. Keterbukaan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sudah saatnya

ditumbuhkan sikap keterbukaan dalam rangka memberikan jaminan pemerataan

terhadap hasil – hasil pembangunan. Sikap keterbukaan sangat diperlukan dalam

upaya pelaksanaan pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat banyak dan bukan kesejahteraan kelompok orang. 

Pelaksanaan pembangunan nasional harus dilandasi pada nilai – nilai yang

tercermin dalam sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip keadilan

social yang melandasi pelaksanaan pembangunan nasional di Indonesia adalah

sebagai berikut :

•  Aasa adil dan merata, mengandung arti bahwa pembangunan nasional yang

diselenggarakan itu pada dasarnya merupakan usaha bersama yang harus merata

di semua lapisan masyarakat Indonesia dan diseluruh tanah air. Setiap warga

  Negara berhak memeperoleh kesempatan berperan dan menikmati hasil – 

 jhasilnya secara adils esuai dengan nilai – nilai lkemanusiaan dan darma bakti

yang diberikannya kepada bangsa dan Negara.

•  Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam perikehidupan,

yaitu berarti bahwa dalam pembangunan nasional harus ada keseimbangan

antara berbagai kepentingan. Kepentingan tersebut adalah kepentingan dunia

dan akhirat, material maupun spiritual.

a. Ciri – Ciri Keterbukaan

Sikap keterbukaan merupakan persyaratan dalam menciptakan pemerintahan

yang bersifat transparan. Keterbukaan juga merupakan sikap yang ibutuhkan

dalam harmonisasi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan penjelasan tersbut, maka cirri – cirri keterbukaan adalah :

1. Terbuka ( transfaran ) dalam proses maupun pelaksanan kebijakan

 public

2. Menjadi dasar atau pedoman dalam dialog dan berkomunikasi.

Page 7: Dokumen Sejarah BAB III

8/8/2019 Dokumen Sejarah BAB III

http://slidepdf.com/reader/full/dokumen-sejarah-bab-iii 7/13

3. Berterus terang dan tidak menutup-nutupi kesalahn dirinya maupun

yang dilakukan orang lain.

4. Tidak merahasiakan sesuatu yang berdampak pada kecurigaan orang

lain.

5. Bersikap hati – hati dan selektif ( chek and recheck ) dalam

menerima dan mengolah informasi darimanapun sumbernya.

6. Toleransi dan tenggang rasa terhadap orang lain.

7. Mau mengakui kelemahan dan kekurangan dirinya atas segala yang

dilakukan.

8. Sangat menyadari keberagaman dalam berbagai bidang kehidupan.

9. Mau bekerja sama dan menghargai orang lain.

10. Mau dan mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan yang

terjadi.

b. Sikap terbuka kehidupan berbangsa dan bernegara

Sikap terbuka berarti ksediaan untuk menerima hal – hal yang berbeda

dengan kondisi dirinya. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara , sikap

terbuak diperlukan terutama dalam hal menjaga keutuhan bangsa, mempererat

hubungan toleransi, serta untul menghindari konflik. Dengan bersikap terbuka ,

setiap orang ,mau mengakui dan menerima keberagaman, sehinga melahirkan

sikap toleran terhadap orang lain.

Dalam kehidupan bernegara, pemerintah dan pejabat public harus jugamampu untuk bersikap terbuka dalam mengatur Negara. Jika pemerintah dan

  pejabat public mau dan mampu melaksanakan prismsip keterbukaan atau

transfaransi, kepercayaan rakyat untuk berpartisipasi dalam membangun bangsa

dan Negara akan meningkat. Dan akan lebih baik lagi jika pemerintah dan

  pejabat public mampu mewujudkan “Clean Goverment”  atau pemerintahan

yang bersih , kepercayaan masyarakat secara luas tentu saja akan semakin

 bertambah.

Untuk mewujudkan sikap terbuka atau transfaran tersebut, diperlukan

kondisi – kondisi sebagai berikut :

Page 8: Dokumen Sejarah BAB III

8/8/2019 Dokumen Sejarah BAB III

http://slidepdf.com/reader/full/dokumen-sejarah-bab-iii 8/13

• Terwujudnya nilai – nilai agama dan nilai – nilai budaya bangsa

sebagai sumber etika dan moral untuk berbuat baik dan menghindari

 perbuatan tercela, serta perbuatan yang bertentangan dengan hokum dan hak 

asasi manusia.

• Terwujudnya sila Persatuan Indonesia yang merupakan sila ketiga

dari Pancasila sebagai landasan untuk mempersatukan bangsa.

• Terwujudnya penyelenggara Negara yang mampu memahami dan

meneglola kemajemukan bangsa secara baik dan adil sehingga dapat

terwujud toleransi kerukunan social , kebersamaan dan kesetaraan

 berbangsa.

• Terwujudnya demokrasi yang menjamin hak dan kewajiban

masyarakat untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan politik 

secara bebas dan bertanggung jawab sehingga menumbuhkan kesadaran

untuk memantapkan persatuan bangsa.

• Pulihnya kepercyaan masyarakat kepeda penyelenggara Negara dan

antara sesame masyarakat dapat menjadi landasan untuk kerukunan dalam

hidup bernegara.

3. Jaminan Keadilan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Perbuatan adil tidak hanya merupakan idaman manusia , tetapi juga diperintahkan

Tuhan apapun agamanya. Bila suatu Negara – terutama pemerintah, pejabat public

dan aparat penegak hokumnya mampu memperlakukan warganya dengan “adil”

dalam segala bidang, niscaya kepedulian ( sense of belonging ) dan rasa tanggung

 jawab ( sense of responsibility) warga Negara dalam rangka membangun Negara

serta memperkukuh persatuan dan kesatuan dapat terwujud.

Keadilan pada umunya relative sulit diperoleh. Untuk memperoleh keadilan

 biasanya diperlukan pihak ketiga sebagai penegak, dengan harapan puhak tersebut

harus netral, tidak boleh menguntungkan salah satu pihak. Jadi, adanya pihak ketiga

 bertujuan untuk menghindari konfrontasi antara pihak yang sedang berselisih.

Dalam rangka jaminan keadilan didalam suatu Negara memerlukan

  peraturan yang disebut undang – undang atau hokum. Hokum merupakan suatu

system norma yang mengatur kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, apabila ada

seorang yang merasa mendapatkan ketidakadilan, ia berhak mengajukan tuntutan.

Page 9: Dokumen Sejarah BAB III

8/8/2019 Dokumen Sejarah BAB III

http://slidepdf.com/reader/full/dokumen-sejarah-bab-iii 9/13

Setiap masyarakat memerlukan hokum, karena dikatakan “dimana ada

masyarakat disitu ada hukum”  ( ubi societies ibi ius ). Hokum diciptakan untuk 

mencegah agar konflik yang terjadi dipecahkan secara terbuka . Pemecahannya

 bukan atas dasar – dasar siapa yang kuat, melainkan berdasarkan hokum ( aturan )

yang tidak membedakan antara orang kuat dan orang lemah. Berdasarkan hal

tersebut, keadilan merupakan salah satu ciri hokum dan jaminan keadilan yang

hanya bisa tercapai apabila hokum diterapkan tanpa memperhatikan aspek 

subjektivitas.

Pelaksanaan jaminan keadilan sangat dituntut oleh penyelenggaraan Negara

( pemerintah dan pejabat public ) yang baik, dan transfaran. Penyelenggaraan

 pemerintahan yang baik tersebut didasarkan pada beberapa asas umum, diantaranya

adalah :

a.  Asas Kepastian Hukum ( Principiple of legal security = Rechts zekerhied 

beginsed). Asas ini menghendaki agar sikap dan keputusan – pejabat

administrasi Negara yang manapun tidak boleh menimbulkan keguncangan

hokum atau status hokum. Dalam menjamin adanya kepastian hukum , pejabat

administrasi Negara wajib menentukan masa peralihan untuk menetapkan

  peraturan baru atau perubahan status hukum suatu peraturan. Tanpa masa

  peralihan, suatu keputusan administrasi Negara yang sah dan legal secara

mendadak ( tanpa masa peralihan ) menjadi tidak sah sehingga dapat merugikan

masyrakat. Keadaan tersebut akan menimbulkan ketidakpastian hukum dan

dapat mengurangi kepercayaan masyarakat pada hukum, peraturan – peraturan

serta wibawa pejabat administrasi Negara.

b.   Asas keseimbangan, asas ini menyatakan bahwa tindakan disiplin yang

dijatuhkan oleh pejabat administrasi Negara harus seimbang dengan kesalahan

yang dibautnya. Hal ini diatur dalam undang – undang kepegawaian dan

  peraturan tentang pegawai negeri umum (ambtenarenwt juncto algmene

rijksambte narenreglement). Dalam Undang – Undang ini terdapat banyak cara

untuk menjatuhkan putusan terhadap suatu kelalaian , tetapi harus didingat

tindakan yang dijatuhkan harus seimbang / sebanding dengan kelalaian yang

dibuat.

c.   Asas Kesamaan, dalam asas ini dinyatakan bahwa pejabat administrasi

  Negara menjatuhkan hukuman tanpa pandang bulu. Sebelum keputusan

diambil , harus dipikirkan dulu secara matang agar terhadap kasus yang sama

dapat diambil keputusan yang sama pula. Pejabat administrasi Negara tidak 

Page 10: Dokumen Sejarah BAB III

8/8/2019 Dokumen Sejarah BAB III

http://slidepdf.com/reader/full/dokumen-sejarah-bab-iii 10/13

  boleh melakukan diskriminasi dalam mengambil keputusan . jika beberapa

orang dalam situasi atau kondisi hukum yang sama mengajukan suatu

 permohonan , mereka harus mendapatkan keputusan dikenai syarat – syarat

tambahan yang subjektif. Misalnya, karena mereka mendapat masalah pribadi ,

keputusannya lebih berat . hal demikian sangat terlarang karena selain merusak 

tujuan hukum objektif juga kan merongrong hukum dan menurunkan wibawa

 pejabat administrasi Negara.

d.  Asas larangan kesewenang – wenangan. Keputusan sewenang – wenang

adalah keputusan yang tidak mempertimbangkan semua factor yang kurang

relevan secara lengjap dan wajar sehingga secara akal kurang sesuai.

Contohnya sikap sewenag – wenang seorang pejabat administrasi Negara ialah

menolak meninjau kembali keputusannya yang dianggap kurang wajar oleh

masyarakat. Pada prisnsipnya, keputusan yang sewenang – wenang dilarang dan

keputuan semacam itu dapat digugat melalui pengadilan Perdata ( Pasal 1365

KUH Perdata ).

e.  Asas larangan penyalahgunaan wewenang. Asas ini menyatakan bahwa

 penyalahgunaan wewenang terjadi bilamana suatu wewenang oleh pejabat yang

 bersangkutan dipergunakan untuk tujuan yang bertentangan atau menyimpang

dari apa yang telah ditetapkan semula oleh undang – undang.

f.  Asas bertindak cermat. Jika pejabat administrasi Negara telah mengambil

keputusan dengan kurang hati – hati sehingga menimbulkan kerugian

masyarakat , keputusan tersebut otomatis menjadi berat. Jika terjadi tanpa

menunggu instruksi atasan atau pejabat yang bersangkutan wajib memperbaiki

keputusannya dengan menerbitkan keputusan baru.

g.   Asas perlakuan yang jujur. Asas ini menghendaki adanya pemberian

kebebasan yang seluas – luasnya kepada warga masyarakat untuk kebenaran.

Asas ini memberikan pengharagaan yang lebih kepada masyarakat dalam

mencari kebanaran melalui instansi banding. Pengajuan banding ini dapat

dilakukan kepada pejabat administrasi Negara yang lebih tinggu tingkatannya (

administratief beroep) atau kepada badan – badan peradilan (  judicial review.

asas ini penting untuk diketahui masyarakat karena pejaba administrasi Negara

memberikan kebebasan untuk bertindak. Adanya asas ini berarti masyarakat

dapat melakukan banding.

Page 11: Dokumen Sejarah BAB III

8/8/2019 Dokumen Sejarah BAB III

http://slidepdf.com/reader/full/dokumen-sejarah-bab-iii 11/13

h.  Asas meniadakan akibat ( Suatu Keputusan Yang Batal ), . Dalam asas ini

dimaksudkan bahwa keputusan central Raad van Beroep, 20 September 1920

tentang seorang pegawai yang mengadakan peradiln tingkat banding, putusan

  pemberhntian dibatalkan. Di Indonesia asas ini telah memperoleh

 pengaturannya dalam pasal 9 ayat 1 Undang – Undang Nomor 14 Tahun 1970,

yang berbunyi; “ seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili

tanpa alas an yang berdasarkan undang - undang atau karena kekeliruan

mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan , berhak menuntut ganti

kerugian dan rehabilitasi”

i.  Asas penyelenggaraan kepentingan umum. Dalam asas ini tindakan aktif 

dan positif dari pejabat negara adalah penyelenggaraan kepentingan umum.

Kepentingan umum meliputi kepentingan nasional, yaitu kepentingan bangsa,

masyarakat dan Negara. Berdasarkan asas ini kepentingan umum harus lebih

didahulukan daripada kepentingan indovidu yaitu memberikan hak mutlak pada

hak – hak pribadi.

Jaminan keadilan bagi warga Negara dapat ditemukan dalam beberapa contoh

 peraturan perundang – undangan, antara lain sebagai berikut :

a. Undang – Undang Dasar 1945

1. Bidang Hukum dan Pemerintahan ( Pasal 27 );

2. Bidang Politik ( Pasal 28 );

3. Bidang Hak Asasi Manusia ( Pasal 28 A – 28 I )

4. Bidang Keagamaan ( Pasal 29 )

5. Bidang Pertahanan Negara ( Pasal 30 )

6. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan ( Pasal 31 dan 32 )

7. Bidang Kesejahteraan Sosial ( Pasal 33 dan 34 )

b. Undang – Undang

1. Undang – undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang  Kitab Undang – 

undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung .

Page 12: Dokumen Sejarah BAB III

8/8/2019 Dokumen Sejarah BAB III

http://slidepdf.com/reader/full/dokumen-sejarah-bab-iii 12/13

3. Undang – undang nomor 5 Tahun 1985 tentang  Konvensi

Menentang Penyiksaan dn Perlakuan atau Penghukuman Lain Yang 

 Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia.

4. Undang – Undang Nomor 9 tahun 1998 tentang  Kemerdekaan

Menyampaikan Pendapat di Muka Umum

5. Undang – Undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Kekuasaan

 Kehakiman.

6. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang   Hak Asasi

Manusia

7. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang  Pengadilan Hak 

 Asasi Manusia

8. Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik 

9. Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pertahanan Negara

10.Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

 Nasional.

Beberapa contoh peraturan perundang – undangan yang dibuat dalam rangka

memberikan jaminan kepada warga Negara merupakan bukti nyata

kesungguhan pemerintah. Sikap keterbukaan yang telah ditunjukan

 pemerintah melalui berbagai peraturan perundang – undangan yang dibuat

menurut komitmen masyarakat dan mentalitas aparat dalam melaksanakan

 peraturan tersebut. Kesiapan infrastruktur fisik dan mental aparat penegak 

hukum ( polisi, jaksa dan hakim ) sangat menentukan jalannya “jaminankeadilan” yang dibutuhkan masyarakat bila berurusan dengan hukum agar 

“taat asas” dan “taat aturan”.

Sikap keterbukaan yang dituntut kepada aparat penegak hukum

adalah adanya transfaransi, akuntabilitas, dan Profesionalisme dalam

 bekerja seta hasil kinerja yang optimal. Jika suatu Negara memiliki aparat

 penegak hukum yang melakukan tindakan Korupsi, Klusi dan Nepotisme

( KKN) , maka Negara itu akan terjerumus dalam keterpurukan

 pemerintahan mobokrasi atau istilah polybios disebut okhlokrasi.

Pemerintah okhlokrasi digambarkan sebagai suatu pemerintahan yang

 banyak diwarnai denga kekacauan, kebobrokan dan korupsi yang merajalela

Page 13: Dokumen Sejarah BAB III

8/8/2019 Dokumen Sejarah BAB III

http://slidepdf.com/reader/full/dokumen-sejarah-bab-iii 13/13

sehingga hukum dan keadilan sulit ditegakan. Bila keadaan tersebut tidak 

segera diperbaiki, akan muncul krisis kepercayaan masyarakat yang pada

gilirannya timbul konflik kepentingan, konflik vertical dan horizontal,

hukum berpihak kepada penguasa dan orang – orang berduit, sehingga

 jaminan keadilan hanya ada dalam mimpi – mimpi.