dokter hikmat wangsaatmadja, sp.m. kataral~ hambat...

2
ikiran Rakyat Dokter Hikmat Wangsaatmadja, Sp.M. Kataral~ Hambat Pro duktivit as M ATA adalah salah satu organ terpenting yang dianugerahkan 'Allah SWT. kepada makhluk- Nya. Dengan mata, kita bisa menikmati keindahan alam dan melakukan aktivitas sehari-hari, Oleh karena itu, kesehatan mata hams benar-benar diperhatikan. Namun, kondisi ideal itu tidak terjadi pa- da setiap orang. Banyakjuga warga yang mengalami gangguan pada organ pengli- hatan ini. Penyebabnya bisa jadi karena kelalaian, kecelakaan, ataupun faktor kemiskinan. Karena terabaikannya pe- ngobatan itu, banyak warga yang akhirnya mengalami kebutaan. Beranjak dari keprihatinan tersebut, dr. Hikmat Wangsaatmadja, Sp.M., M.Kes., M.M. (56) melakukan berbagai cara untuk meningkatkan ke- sadaran masyarakat akan pentingnya perawatan kesehatan mata. Untuk men- gobati warga yang sudah menderita penyakit mata, termasuk katarak, Hik- mat juga bergiat dalam berbagai kegiatan sosial. Dalam bakti sosial op- erasi katarak gratis yang digelar alumni SMAN 5 Bandung lulusan 1973 bebera- pa waktu lalu, misalnya, Hikmat menja- di ketua panitia dan bertindak sebagai dokter yang melakukan operasi. Kiprah Hikmat dalam bidang kedok- teran dan kesehatan mata tak perlu di- ragukan lagi. Dalam bidang organisasi, sejak 2010 sampai sekarang Hikmat adalah Ketua Bidang Organisasi Bank Mata Cabang Utama Jawa Barat. Putra keempat (mantan) Wali Kota Bandung periode 1978-1983 Husein Wangsaat- madja (alm.) dan Ny. Rukiah Permana (80) ini juga pernah menjadi Ketua Per- dami (Persatuan Dokter Ahli Mata In- donesia) Jawa Barat dua periode (2003- 2010). Kini, Hikmat menjadi Ketua De- partemen Organisasi Pengurus Pusat Perdami. d .** HARI Penglihatan Sedunia diperingati pada minggu kedua Oktober setiap tahun. Dihari penting itu, ditetapkan Or- .ganisasi Kesehatan Sedtmia (WHO/ World Health Organization) untuk meng- ingat angka kebutaan di dunia, khusus- nya di negara berkembang, masih tinggi. Menurut Hikmat, di Indonesia angka kebutaan mencapai 1,5 persen dari jum- lah penduduk. ';Ini angka yang luar biasa tinggi. Masalah ini sudah menjadi ma- salah sosial, bukan hanya masalah kese- hatan. Oleh karena itu, yang menangani masalah seharusnya bukan hanya Ke- menterian Kesehatan, tetapi juga peme- rintah, khususnya presiden," ujarnya. Hikmat menegaskan, kini komunitas dokter spesialis mata sedang giat meng- imbau pemerintah agar mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) tentang Komisi Nasional Penanggulangan Gang- guan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK). "Sebenarnya Komnas PGPK sudah ada empat tahun lalu, tetapi sekarang vakum kafena masa bakti sudah habis. Namun, Komnas PGPK yang dulu itu hanya dikukuhkan oleh Surat Keputusan Men- teri Kesehatan, dan ternyata tak berjalan. Tampaknya perlu kebijakan politik yang lebih tinggi, perlu kemauan politik presi- den," ujar Hikmat menegaskan. Menurut dia, Kornnas PGPKitu seper- ti kurang bergaung di daerah. "Misalnya, bila pengurus Komnas PGPK datang ke daerah, mereka kurang dianggap oleh perangkat daerah, Kami mengharapkan ada kondisi yang berbeda bila Komnas PGPK itu dikukuhkan oleh Keputusan Presiden, seperti Komnas HAM ataupun Komnas Perlindungan Anak," ujar Hik- mat pada perbincangan dengan "PR" di kediamannya di Jln. Dipati Ukur, Kota Bandung, Minggu (16/10). Berbagai upaya memang harus di- ..._-_ __ ._ _--------_._----_ .. _--- Kli pin 9 Hum as (Inpad 20 1 1 ----.-

Upload: vohanh

Post on 19-Mar-2019

260 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dokter Hikmat Wangsaatmadja, Sp.M. Kataral~ Hambat …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/pikiranrakyat... · penyakit mata, termasuk katarak, Hik-mat juga bergiat dalam

ikiran Rakyat

Dokter Hikmat Wangsaatmadja, Sp.M.

Kataral~ HambatProduktivitas

MATA adalah salah satu organterpenting yang dianugerahkan'Allah SWT. kepada makhluk-

Nya. Dengan mata, kita bisa menikmatikeindahan alam dan melakukan aktivitassehari-hari, Oleh karena itu, kesehatanmata hams benar-benar diperhatikan.Namun, kondisi ideal itu tidak terjadi pa-da setiap orang. Banyakjuga warga yangmengalami gangguan pada organ pengli-hatan ini. Penyebabnya bisa jadi karenakelalaian, kecelakaan, ataupun faktorkemiskinan. Karena terabaikannya pe-ngobatan itu, banyak warga yang akhirnyamengalami kebutaan.Beranjak dari keprihatinan tersebut,

dr. Hikmat Wangsaatmadja,Sp.M., M.Kes., M.M. (56) melakukanberbagai cara untuk meningkatkan ke-sadaran masyarakat akan pentingnyaperawatan kesehatan mata. Untuk men-gobati warga yang sudah menderitapenyakit mata, termasuk katarak, Hik-mat juga bergiat dalam berbagaikegiatan sosial. Dalam bakti sosial op-erasi katarak gratis yang digelar alumniSMAN 5 Bandung lulusan 1973 bebera-pa waktu lalu, misalnya, Hikmat menja-di ketua panitia dan bertindak sebagaidokter yang melakukan operasi.Kiprah Hikmat dalam bidang kedok-

teran dan kesehatan mata tak perlu di-ragukan lagi. Dalam bidang organisasi,sejak 2010 sampai sekarang Hikmatadalah Ketua Bidang Organisasi BankMata Cabang Utama Jawa Barat. Putrakeempat (mantan) Wali Kota Bandungperiode 1978-1983 Husein Wangsaat-madja (alm.) dan Ny. Rukiah Permana(80) ini juga pernah menjadi Ketua Per-dami (Persatuan Dokter Ahli Mata In-donesia) Jawa Barat dua periode (2003-2010). Kini, Hikmat menjadi Ketua De-partemen Organisasi Pengurus PusatPerdami.

d .**

HARI Penglihatan Sedunia diperingatipada minggu kedua Oktober setiaptahun. Di hari penting itu, ditetapkan Or-.ganisasi Kesehatan Sedtmia (WHO/World Health Organization) untuk meng-ingat angka kebutaan di dunia, khusus-nya di negara berkembang, masih tinggi.Menurut Hikmat, di Indonesia angkakebutaan mencapai 1,5 persen dari jum-lah penduduk. ';Ini angka yang luar biasatinggi. Masalah ini sudah menjadi ma-salah sosial, bukan hanya masalah kese-hatan. Oleh karena itu, yang menanganimasalah seharusnya bukan hanya Ke-menterian Kesehatan, tetapi juga peme-rintah, khususnya presiden," ujarnya.Hikmat menegaskan, kini komunitas

dokter spesialis mata sedang giat meng-imbau pemerintah agar mengeluarkanKeputusan Presiden (Keppres) tentangKomisi Nasional Penanggulangan Gang-guan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK)."Sebenarnya Komnas PGPK sudah adaempat tahun lalu, tetapi sekarang vakumkafena masa bakti sudah habis. Namun,Komnas PGPK yang dulu itu hanyadikukuhkan oleh Surat Keputusan Men-teri Kesehatan, dan ternyata tak berjalan.Tampaknya perlu kebijakan politik yanglebih tinggi, perlu kemauan politik presi-den," ujar Hikmat menegaskan.Menurut dia, Kornnas PGPK itu seper-

ti kurang bergaung di daerah. "Misalnya,bila pengurus Komnas PGPK datang kedaerah, mereka kurang dianggap olehperangkat daerah, Kami mengharapkanada kondisi yang berbeda bila KomnasPGPK itu dikukuhkan oleh KeputusanPresiden, seperti Komnas HAM ataupunKomnas Perlindungan Anak," ujar Hik-mat pada perbincangan dengan "PR" dikediamannya di Jln. Dipati Ukur, KotaBandung, Minggu (16/10).Berbagai upaya memang harus di-

..._-_ __ ._ _--------_._----_ .._---Kli pin 9 Hum a s (In pad 2 0 1 1 ----.-

Page 2: Dokter Hikmat Wangsaatmadja, Sp.M. Kataral~ Hambat …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/pikiranrakyat... · penyakit mata, termasuk katarak, Hik-mat juga bergiat dalam

lakukan untuk memperbaiki keadaansekarang. Apalagi di Indonesia kondisikebutaan belum tertangani, baik dalamupaya promotif (pengungkapan masa-lah) maupun kuratif (pengobatan), danpada dasarnya upaya promotif haruslebih kuat. "Harus ada pernyataan daripemimpin bahwa ini masalah besar. Mi-salnya ditetapkan oleh presiden bahwakebutaan harus diwaspadai, tetapi bisaditangani dan bisa diobati. Sekarang inisebagian masyarakat belum sadar bah-wa kebutaan bisa diobati. Mungkinkarena miskin atau tingkat pendidikanmereka rendah. ltu menjadi salah satupenyebab penanggulangan kebutaantidak berhasil," kata Hikmat yangberistrikan dr. Irma Hikmat, seorangdokter spesialis radiologi di RS HasanSadikin Bandung.

Ditanya tentang gambaran penyakitmata secara nasional, Hikmat menje-laskan, menurut penelitian tahun 1996,prevalensi (jumlah kasus penyakit) kebu-taan adalah 1,5persen darijumlah pen-duduk Indonesia. Bila pada 1996 jumlahpenduduk Indonesia 210jutajiwa, berar-ti angka prevalensi kebutaan itu menun-juk ke angka 3,1 juta orang. "Hinggasekarang, walaupun jumlah pendudukIndonesia terus bertambah, angka pre-valensi kebutaan itu masih relevan,"ujarnya.

Dari 3,ljuta penderita kebutaan itu, 50persennya mengalami kebutaan karenakatarak. Angka prevalensi tersebut (1,5persen) merupakan peringkat I (terbu-ruk) di Asia Tenggara. "Jangan ban-dingkan kita dengan Singapura, Malaysia,ataupun Thailand. Dengan Vietnam saja,kita kalah. Kita berada di peringkat II ter-buruk di dunia, setelah Ethiopia," ujarHikmat yang juga kakak kandung dariKepala Badan Pengelolaan LingkunganHidup Daerah Jawa Barat SetiawanWangsaatmadja (48).

Menurut data, angka kebutaan akibatkatarak terns meningkat. Jangankan pe-nanganan kasus baru, kasus lama punbanyak yang belum tertangani (lewatoperasi). Kalau kondisi itu terus di-biarkan, angka lama dan baru akan terusbertambah dan terakumulasi. Semakinparah. "Semoga dengan kondisi ini pe-merintah semakin peduli. Bukan hanyapemerintah pusat tetapi juga pemerintahdaerah," ujar Hikmat.

Untuk Jawa Barat, menurut penelitian2007, angka prevalensi kebutaah adalah1,1persen. Karena saat itu penduduk J a-

wa Barat 34.555.622 jiwa, angka pre-valensi itu menunjuk ke angka 381.159orang. Dari total jumlah itu, 56 persenadalah penderita buta katarak, yakni212.844 orang. "Saat angka prevalensilebih dari satu persen, itu sudah menjadimasalah sosial," ujar Hikmat. Penderitakatarak memang harus segera ditanganikarena katarak menghambat produktivi-tas, bukan hanya penderita, tetapi jugakeluarganya.

Kalau diperkirakan jumlah wargamiskin sebesar 17persen dari pendudukJawa Barat, diperoleh angka bahwa36.174 penderita buta katarak itu ber-asal dari keluarga miskin. Sementarakalangan mampu bisa berobat sendiri,tetapi sebagian dari mereka tidak memi-liki kesadaran untuk berobat. "Ada tigapemain band pada acara reuni SMAN 5Bandung lulusan 1973 yang menderitakatarak padahal mereka orang berpen-didikan dan mampu. Hanya, merekatidak • menya-darinya. Yangdua orang kebe-tulan saya yangmengoperasinya,sedangkan yangseorang lagimencaripengo-bat a nsendiri.Yang seo-rang inibercanda,"Tahu gitu,mendingikut baktisosial sajabiar operasikataraknya ;"gratis'," ujarHikmat di-iringi se-nyum.

Hikmatmemangtidakhanyaberkiprahdalam or-ganisasi be-sar. SebagailulusanSMAN 5Bandungtahun 1973,diameman-faatkan ko-

munitas alumni sebagai 1 han untukmengabdi kepada masyarakat, bersamarekan-rekannya. Mereka menggelarbakti sosial operasi katarak gratis bagiwarga tidak-mampu.

Untuk kegiatan itu, panitia bekerjasama dengan berbagai media, termasukPikiran Rakyat. Hasilnya, 455 orangterdaftar untuk menjalani pemeriksaanawal. Warga yang meme uhi syaratmedis untuk dioperasi ada 185 orang,dan mereka sudah dioper si. Dalamkegiatan itu, ada kasus ,khusus yangbukan katarak, yakni satu orang men-jalani pencangkokan mata karena sudahbuta. Pencangkokan mata itu dibiayai pe-merintah lewat kartu gakin (keluarga/warga miskin). Panitia bakti sosial yangmemfasilitasi. Operasi pencangkokan itudilakukan oleh empat dokter spesialismata, yakni dr. Hikmat, dr. S si Heryati,Sp.M., dr. Erna Tjahyaningtyas, Sp.M.,dan dr. Bambang Setiohadji, Sp.M. Kor-nea untuk pasien itu diambil dari orangyang sudah meninggal dunia.

Menurut Hikmat, jumlah penyumbang(kornea) matajuga masih sedikit. Calondonor yang tercatat di Blink Mata JawaBarat (yang diketuai Ny.· etty Her-yawan), hanya 1.200 orang, dan belumdiketahui kapan kornea itu isa diman-faatkan karena penyumbang harus me-ninggal dunia dulu. "Jadi selama ini ko-mea mata dikirim dari luar negeri, teruta-ma Amerika Serikat. Bila dia etkan, bisabertahan dua minggu. Kalau dibiarkan,dua hari membusuk, tak bisa dipakai la-gi," ujar Hikmat.

Faktor yang mendorong Hikmatmelakukan semua kegiatan sosial ituadalah kepedulian terhadap sesama,apalagi prevalensi kebutaan begitu ting-gi. "Sayajelaskan kepada teman-temanalumni dan mereka memahami. Seba-gian dari mereka sudah menjadi pejabattinggi atau pengusaha sukses. Dananyadari mereka dan dari relasi ereka. Ka-mi juga bekerja sama denga RS MataCicendo untuk sarana da PerdamiJawa Barat untuk tenaga dokternya.Ada sembilan dokter yang dilibatkan.Yang lulusan SMAN5 Bandung ada em-pat orang, terrnasuk saya. Saya ingindari reuni atau pertemua denganrekan-rekan alumni ini ada sesuatu yanglebih bermakna. Semoga diik ti alumnisekolah lain," ujar Hikmat. (ImamJahrudin Priyanto/ "PR" ***

~ NamaTILIstriAnak

dr, Hikmat Wangsaatmadja, Sp.M., M.Kes., M.M. (56)Bandung/11 April 1955dr. Irma Hikmat, Sp.Rad. (54)1. dr. Manik Hikmat (26)2. Agung Hikmat, S.T. (24)Thariq Zarit (14 bulan)

•• Fakullas Kedokleran Unpad 1983•• Program Pendidikan Dokter Spesialis IImu Penyakit

Mala Unpad 1993• Magister Kesehatan Pascasarjana Unpad 2005•• Magister Manajemen Pascasarjana Unpad 2005

•• Dokter Puskesmas Babakan Sari, Kiaracondong, Bandu 91984-1988

• Kepala SMF (Slat Medik Fungsional) IImu Penyakit MalaRSUD Karawang 1994-1998

•• Slat dokter di SMF/Unit Inteksi-lmunologi RSM CicenBandung 1999-sekarang

• Kepala Bidang Pelayanan Medis RSM Cicendo 2002-2003Tenaga pengajar luar biasa Fakultas Kedokteran Unpad2003-sekarang

•• Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis RSM Cicendo2003-2007

• Direktur Medik dan Keperawatan RSM Cicendo 2008-2 0

Cucu

•• Pendidikan:

•• Karier: