· web viewtugas makalah. pemikiran tentang pendidikan di indonesia. ... untuk lebih jelas...

34
TUGAS MAKALAH PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA OLEH TOKOH FILSAFAT : JOHN DEWEY Tugas ini diajukan untuk mata ajaran Pilsafat Ilmu Dosen Pengampu : DR. VIRGANA, MA DISUSUN OLEH S U P R I Y A D I NPM: 2011980023 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 0

Upload: lecong

Post on 29-Jan-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

TUGAS MAKALAH

PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA

OLEH TOKOH FILSAFAT : JOHN DEWEY

Tugas ini diajukan untuk mata ajaran Pilsafat IlmuDosen Pengampu : DR. VIRGANA, MA

DISUSUN OLEH

S U P R I Y A D INPM: 2011980023

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2012

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 0

Page 2: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena Rahmat_Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini

sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tugas makalah ini membahas hasil analisa terhadap salah

satu tokoh filsafat: JOHN DEWEY mengenai pendidikan di indonesia dengan tinjauan kritis.

Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata ajar Pilsafat Ilmu Program Magister Ilmu

Keperawatan Peminatan Keperawatan Medical Bedah. Kami menyadari makalah ini tidaklah

sempurna oleh karena itu kami mohon saran dan kritikan dari semua pihak untuk pembelajaran

yang lebih lanjut.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Jakarta, 13 Januari 2012

S U P R I Y A D I NPM : 2011980023

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 1

Page 3: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

BIODATA/RIWAYAT HIDUP

Nama : Ns. Supriyadi, S.Kep

Umur : 28 Tahun

Jenis Kelamin : Laki – Laki

Tempat / Tgl Lahir : Loteng, 28 Oktober 1984

Alamat Rumah : BTN LA Resort Jln. Flamboyan 1 Blok F No 48, Parampuan, Labuapi,

Mataram, NTB

HP : 081931949588

Ema_il : [email protected]

Tempat Bekerja : STIKES YARSI Mataram

D/A: Jln. TGH. Ali Batu Lingkar Selatan, Jempong, Mataran, NTB

Riwayat Pendidikan : SD : SD 2 Teruwai, Kec. Pujut. Loteng, tahun 1996

SPM : SMPN 3 Pujut, Loteng. tahun 1999

SMA : SPK Yarsi Mataram, NTB tahun 2002

PT : STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Semarang

S1 Keperawatan (S.Kep) tahun 2006

Ners (Ns) tahun 2007

Magister : Keperawatan Medikal Bedah di FKK UMJ Masuk tahun

2011

Pengalaman Bekerja : Perawat Ruang Rawat Inap di PKM Sengkol, Pujut, Loteng mulai tahun

2007 Akhir s/d 2009

Dosen Tetap di STIKES YARSI Mataram dari tahun 2008 s/d Sekarang

Jakarta, 13 Januari 2012,TTD

Mahasisa UJM

Ns. Supriyadi, S.Kep NPM: 2011980023

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 2

Page 4: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi kehidupan manusia, kadang tidak selamanya berjalan sesuai dengan apa

yang kita inginkan. Dan mungkin kita tidak tahu alasan mengapa kita berbuat sesuatu. Kalau

kita mau bercermin pada pendapat Paulo Freire, maka kita dapat membaca jalan pikiran

seseorang. Apakah ia termasuk pada kategori orang yamg berkesadaran magic, naif, atau

kritis.Adanya wacana tentang tingkatan kesadaran tersebut, mau tidak mau guru atau dosen

sebagai penanggungjawab akan perubahan pada peserta didik harus memformat pola

pendidikan untuk membawa kesadaran manusia pada tingkatan yang lebih tinggi.

Pendidikan dalam perjalanannya selalu berusaha mencari format untuk dapat mencapai

tujuan pendidikan tersebut, yaitu memanusiakan manusia. Banyak tokoh pendidikan

berusaha menawarkan format pendidikan menurut pemahaman dia mengenai pendidikan itu

sendiri, tujuan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan.John Dewey

sebagai salah seorang tokoh pendidikan berkebangsaan Amerika menawarkan tentang pola

pendidikan partisipatif. Yang bertujuan untuk lebih memberdayakan peserta didik dalam

jalannya proses pendidikan. Pendidikan partisipatif membawa peserta didik untuk mampu

berhadapan secara langsung dengan realitas yang ada dilingkungannya. Sehingga, peserta

didik dapat mengintegrasikan antara materi yang ia pelajari di kelas dengan realitas yang

ada.Konsep pendidikan  John Dewey, tidak bisa serta merta diterapkan di bumi Indonesia.

Sebab, secara psikologis dan sosiologis negara kita berbeda dengan Amerika. Oleh karena

itulah maka saat kita akan menerapkan konsep tersebut maka   dasar psikologis dan

sosiologis pun perlu kita perhatikan.

   

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 3

Page 5: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

B. RIWAYAT HIDUP JOHN DEWEY      

Ia dilahirkan di Burlington Amerika pada tanggal 20 Oktober tahun 1859 M, dan

meninggal 1 Juni 1952 M, di New York. Sesudah mendapat diploma ujian kandidat, ia 2

tahun menjadi guru  (1879). Tiga tahun kemudian ia menjadi mahasiswa lagi dan mendapat

gelar doctor dalam filsafat (1884). Ia diangkat menjadi dosen lalu asisten professor dan

kemudian professor di Michingan. Sebagai professor dalam filsafat di Chicago, ia

memimpin juga  dibidang Pedagogik dan mendirikan suatu sekolah percobaan untuk

menguji dan mempraktekkan teorinya. Sepuluh tahun ia bekerja keras pada universitas ini

dan mengumpulkan serta mendidik orang-orang yang akan meneruskan cita-citanya.Pada

tahun 1904 sampai 1931 ia bekerja pada Universitas Columbia di New York, disamping

memberikan kuliah filsafat ia juga sering di undang oleh berbagai negara untuk memberikan

kuliah, seperti : Jepang, China, Turki, Mexico, Rusia, dan Inggris. Dan pada usianya yang

ke-93 ia meninggal dunia pada tahun 1952.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 4

Page 6: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. TEORI BELAJAR JOHN DEWEY

Kondisi kehidupan manusia, kadang tidak selamanya berjalan sesuai dengan apa yang

kita inginkan. Dan mungkin kita tidak tahu alasan mengapa kita berbuat sesuatu. Kalau kita

mau bercermin pada pendapat Paulo Freire, maka kita dapat membaca jalan pikiran

seseorang. Apakah ia termasuk pada kategori orang yamg berkesadaran magic, naif, atau

kritis.Adanya wacana tentang tingkatan kesadaran tersebut, mau tidak mau guru atau dosen

sebagai penanggungjawab akan perubahan pada peserta didik harus memformat pola

pendidikan untuk membawa kesadaran manusia pada tingkatan yang lebih tinggi.

Pendidikan dalam perjalanannya selalu berusaha mencari format untuk dapat mencapai

tujuan pendidikan tersebut, yaitu memanusiakan manusia. Banyak tokoh pendidikan

berusaha menawarkan format pendidikan menurut pemahaman dia mengenai pendidikan itu

sendiri, tujuan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan.John Dewey

sebagai salah seorang tokoh pendidikan berkebangsaan Amerika menawarkan tentang pola

pendidikan partisipatif. Yang bertujuan untuk lebih memberdayakan peserta didik.

Pendidikan partisipatif membawa peserta didik untuk mampu berhadapan secara langsung

dengan realitas yang ada dilingkungannya. Sehingga, peserta didik dapat mengintegrasikan

antara materi yang ia pelajari di kelas dengan realitas yang ada.Konsep pendidikan  John

Dewey, tidak bisa serta merta diterapkan di bumi Indonesia. Sebab, secara psikologis dan

sosiologis negara kita berbeda dengan Amerika. Oleh karena itulah maka saat kita akan

menerapkan konsep tersebut maka   dasar psikologis dan sosiologis pun perlu kita

perhatikan.

2. METODE-PEMBELAJARAN

Metode adalah cara atau teknik yang digunakan seseorang dalam mencapai suatu tujuan.

Metode – metode yang kami pilih dibawah ini merupakn metode yang kami pikir sesuai

dengan pernyataan John Dewey dalam teori pragmatisme. Metode – metode yang kami pilih

diantaranya:

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 5

Page 7: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

Metode Proyek

Metode belajar proyek adalah metode yang dimaksudkan agar peserta didik mampu

mendiasain suatu alat yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang ada. Metode

ini bertujuan agar peserta didik mampu berkreasi sekaligus menguasai konsep dari

materi yang dipelajari..mengapa kami memilih metode ini? Kami memilih metode ini

karena menurut kami metode ini sesuai dengan pernyataan John Dewey yang

menyebutkan bahwa pendidikan sejalan dengan konsepsi instrumentalisme yang

dibangunnya, dimana konsep-konsep dasar pengalaman (experience), pertumbuhan

(growth), eksperimen (experiment), dan transaksi (transaction) memiliki kedekatan yang

akrab, sehingga Dewey mendeskripsikan filosofi sebagai teori umum pendidikan.

Pendidikan dan filosofi saling membutuhkan satu sama lain; dimana tanpa filosofi,

pendidikan kering akan arahan inteligensi. Dalam Democracy and Education, Dewey

(1961) mendefinisikan pendidikan sebagai penuntun secara intelegensia terhadap

pengembangan tentang kemungkinan-kemungkinan yang melekat pada kebiasaan

pengalaman.

METODE-KARYAWISATA

Metode Karyawisata adalah metode dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak

keluar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang mengandung sejarah, hal

ini bukan rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat

langsung atau kenyataan. Karena itu, dikatakan teknik karyawisata, adalah cara

mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek yang

bersejarah untuk mempelajari atau meneliti sesuatu, seperti meninjau peninggalan-

peninggalan sejarah di Indonesia sendiri,, metode ini dilakukan dalam waktu singkat dan

ada pula waktu yang panjang. Metode ini kami pilih karena sesuai dengan konsepsi

instrumentalisme yang dibangun John Dewey, dimana konsep-konsep dasar pengalaman

(experience), pertumbuhan (growth), eksperimen (experiment), dan transaksi

(transaction) memiliki kedekatan yang akrab. Dapat dikaitkan bahwa dengan adanya

karyawisata, anak memperoleh pengalaman baru di luar sekolah.

METODE-PROBLEM-SOLVING

Metode problem solving dapat dikatan pula sebagai metode pemacahan masalah.

Metode ini dilakukan dengan membangkitkan akal dan kemampuan berfikir anak didik

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 6

Page 8: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

secara logis. Metode ini adalah metode mendidik dengan membimbing anak didik untuk

memahami problema yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar yang benar dari

berbagai macam kesulitan denga melatih anak didik menggunakan pikirannya dalam

menata dan menginventarisasi masalah, dengan cara memilah-milah, membuang mana

yang salah, meluruskan yang bengkok dan mengambil yang benar. Metode ini sesuai

dengan pernyataan dewey bahwa Pengalaman adalah suatu proses yang bergerak terus

menerus dari suatu tahap ke tahapan rekonstruksi sebagaimana problem baru mendorong

inteligensi untuk memformulasikan usulan-usulan baru untuk bertindak.

METODE-PRAKTEK

Dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik

menggunakan alat atau benda, seperti diperagakan dengan harapan anak didik menjadi

jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktekkan materi yang dimaksud. Metode ini juga

sesuai dengan pernyataan dewey bahwa pendidikan sejalan dengan konsepsi

instrumentalisme yang dibangunnya, dimana konsep-konsep dasar pengalaman

(experience), pertumbuhan (growth), eksperimen (experiment), dan transaksi

(transaction).

3. AJARAN JOHN DEWEY

John Dewey adalah sorang pragmatis. Menurut dia, tugas filsafat ialah memberikan

garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Oleh karena itu filsafat tidak

boleh tenggelam dalam pemikiran metafisis yang tiada faedahnya. Filsafat harus berpijak

pada pengalaman (experience) dan menyelidiki serta mengolah pengalaman itu secara aktif-

kritis. Dengan demikian filsafat akan dapat menyusun suatu system norma-norma dan

nilai.Menurut Dewey, pemikiran kita berpangkal dari pengalaman-pengalaman dan bergerak

kembali menuju ke pengalaman-pengalaman. Gerak itu dibangkitkan segera ketika

dihadapkan dengan suatu keadaan yang menimbulkan persoalan dalam dunia sekitarnya, dan

gerak itu berakhir dalam beberapa perubahan dalam dunia sekitar atau dalam diri kita

sendiri. Pengalaman yang langsung bukanlah soal pengetahuan, yang mengandung di

dalamnya pemisahan antara subyek dan obyek, pemisahan antara pelaku dan sasarannya. Di

dalam pengalaman langsung itu keduanya bukanlah dipisahkan, tetapi dipersatukan. Apa

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 7

Page 9: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

yang dialami tidak dipisahkan dari yang mengalaminya sebagai suatu hal yang penting atau

yang berarti. Jikalau terdapat pemisahan antara subyek dan obyek hal itu bukan pengalaman

melainkan pemikiran kembali atas pengalaman tadi. Pemikiran itulah yang menyusun

sasaran pengetahuan.Menurut Dewey penyelidikan adalah transformasi yang terawasi atau

terpimpin dari suatu keadaan yang tak menentu menjadi suatu keadaan yang tertentu.

Penyelidikan berkaitan dengan penyusunan kembali pengalaman yang dilakukan dengan

sengaja. Oleh karena itu penyelidikan dengan penilaiannya adalah suatu alat (instrumen).

Jadi yang dimaksud dengan instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun suatu

teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-

penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu, dengan cara pertama-tama

meyelidiki bagaimana pikiran berfungsi  dalam penentuan-penentuan yang berdasarkan

pengalaman, yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.Sekolah sebagai

lembaga penyelengara pendidikan menurut John Dewey mempunyai maksud dan tujuan

untuk membangkitkan sikap hidup demokratis dan untuk memperkembangkannya. Hal ini

harus dilakukan dengan berpangkal kepada pengalaman-pengalaman anak. Harus diakui

bahwa tidak semua pengalaman berfaedah. Oleh karena itu sekolah harus memberikan

sebagai “bahan pelajaran” pengalaman-pengalaman yang bermanfaat bagi masa depan anak

sekaligus juga anak dapat mengalaminya sendiri. Sehingga anak didik dapat menyelidiki,

menyaring, dan mengatur pengalaman-pengalaman tadi. Pandangan progresivisme

mengenai konsep belajar bertumpu pada anak didik. Disini anak didik dipandang sebagai

makhluk yang mempunyai kelebihan dibandingkan makhluk-makhluk lain, yaitu akal dan

kecerdasan. Dan dalam proses pendidikanlah peserta didik dibina untuk meningkatkan

keduanya.Menurut progresivisme, proses pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologis

dan sosiologis. Dari segi sosiologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau

daya-daya yang ada pada anak didik yang akan dikembangkan. Psikologinya seperti yang

berpengaruh di Amerika, yaitu pikologi dari aliran behaviorisme dan pragmatisme. Dari

segi sosiologis, pendidik harus mengetahui ke mana tenaga-tenaga itu harus dibimbing.John

Dewey mengatakan bahwa tenaga-tenaga pendidikan itu harus diabdikan pada kehidupan

sosial; jadi mempunyai tujuan sosial. Maka pendidikan adalah proses sosial dan sekolah

adalah suatu lembaga sosial.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 8

Page 10: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

4. ANALISIS TERHADAP PRAGMATISME JOHN DEWEY

Secara etimologi pragmatisme berasal dari bahasa Yunani, pragma yang berarti

guna, sesuatu yang dilakukan, tindakan kerja. Adapun secara terminologi pragmatisme

dapat diartikan sebagai aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja

yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan akibat-akibat (konsekuensi) yang

bermanfaat secara praktis. Sehingga disini benar atau tidaknya suatu teori tergantung pada

bermanfaat atau tidaknya teori itu bagi kehidupan manusia; dan ukuran untuk segala

perbuatan tergantung pada manfaatnya dalam praktek. Aliran Pragmatisme ini

dikembangkan oleh orang-orang Amerika. Dengan dipelopori oleh Pierce, William James

dan John Dewey. Sehingga orang-orang Amerika yang pada saat itu sedang sibuk

mempelajari filsafat dari luar mulai sadar bahwa sebenarnya  dinegara mereka  terdapat

filsafat yang telah digali dan digarap di tanah airnya sendiri.Untuk menganalisis teori

kebenaran bagi Dewey, saya sedikit mengutip dari penjelasan Dewey dalam bukunya Harun

Hadiwijono: “Kebenaran sama sekali bukan hal yang sekali ditentukan dan tidak boleh

diganggu gugat, sebab dalam prakteknya kebenaran memiliki nilai fungsional yang tetap.

Segala pernyataan yang kita anggap benar pada dasarnya dapat berubah”. Dari sedikit

penyataan itu setidaknya bisa dipahami bahwa menurut Dewey kebenaran itu selalu

berubah-ubah, progresif, dan bukan final. Jika memang demikian maksud Dewey alangkah

sulitnya untuk mengatur kehidupan di dunia ini. Bisa dibayangkan apabila semua kebenaran

yang ada sekarang hanya bersifat sementara, dan tidak ada kebenaran tetap. Kita akan hidup

pada pegangan hidup yang tidak kuat  dan serba bimbang. Memang banyak kebenaran yang

sifatnya sementara, sedang menjadi, belum final, tetapi apakah itu berlaku pada semuanya.

Lalu bagaimana misalnya dengan pernyataan-pernyataan sederhana berikut ini ;“Gajah

adalah hewan yang lebih besar dari semut”, Membunuh orang yang tidak bersalah adalah

perbuatan salah”, “Memberi maaf pada seseorang adalah lebih baik dari pada membenci

seseorang” Bagaiman Dewey memberikan penjelasan terhadap pernyataan tersebut. Sesuai

dengan filsafat pragmatismenya, menurut pandangan Dewey tidak menghendaki adanya

norma atau kaidah yang tetap dan yang terlebih dulu ditentukan oleh sejarah atau agama,

karena ia tidak turut campur tangan pada waktu membuatnya. Norma harus timbul dari

masyarakat sendiri yang selalu berubah, berganti sesuai dengan keadaan masyarakat yang

senantiasa mengalami proses dan pergantian, dari suatu zaman ke zaman yang lain. Juga

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 9

Page 11: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

tujuan hidup yang erat hubungannya dengan kaidah itu wajib pula selalu berubah dan

berganti menurut masanya. “Tak ada sesuatu yang tetap”Disamping itu juga, istilah bahwa

segala sesuatu itu baik “apabila berguna” juga perlu di kritisi. Apabila itu dipergunakan

secara umum dapat membahayakan. Karena nanti orang boleh berkata, “pergaulan bebas,

kumpul kebo, atas dasar suka sama suka, adalah baik”, karena berguna, minuman keras

boleh, karena “berguna”. Belum lagi ini berguna bagi siapa? bagi saya, bagi kamu. Dewey

menolak ‘yang umum’; ia menerima yang khusus. Sehingga bisa dibayangkan hal itu akan

menimbulkan kekacauan nilai, akan mengancam manusianya itu juga.  

5. PEMIKIRAN JOHN DEWEY PADA PENDIDIKAN DI INDOENSIA

Pendidikan partisipatif, yaitu pendidikan yang dalam prosesnya menekankan pada

keterlibatan peserta didik dalam pendidikan. Pola pendidikan partisipatif menuntut para

peserta didik agar dapat melakukan pendidikan secara aktif. Bukan hanya pasif, mendengar,

mengikuti, mentaati, dan mencontoh guru. Tanpa mengetahui apakah yang diikutinya baik

atau buruk. Dalam pendidikan partisipatif seorang pendidik lebih berperan sebagai tenaga

fasilitator, sedangkan keaktivan lebih dibebankan kepada peserta didik. Pendidikan

partisipatif dapat diterapkan dengan cara mengaktifkan peserta didik pada proses

pembelajaran yang berlangsung. Siswa dituntut untuk dapat mengembangkan kecerdasan

emosional, keterampilan, kreatifitas. Dengan cara melibatkan siswa secara langsung ke

dalam proses belajar. Sehingga nantinya peserta didik dapat secara mandiri mencari problem

solving dari masalah yang ia hadapi.Model pendidikan partisipatif bertumpu pada nilai-nilai

demokratis, pluralisme, dan kemerdekaan peserta didik. Dengan landasan nilai-nilai tersebut

fungsi pendidik lebih sebagai falisitator yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi peserta

didik untuk berekspresi, berdialog, dan berdiskusi.Kalau kita membandingkan antara konsep

pendidikan John Dewey dengan kurikulum yang sekarang dialami, maka kita akan

menemukan kesamaan, yaitu adanya kebebasan kepada para pendidik untuk membuat

kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ada. Tidak lagi tersentral separti

pemerintahan Soeharto.Sekolah yang akan dihasilkan adalah sekolah yang sedikit mata

pelajaran. Namun, itu berguna bagi masyarakat. Sebab, kadang pelajaran yang ada tidak

sesuai dengan kebutuhan masrakat yang ada. Sebenarnya di Indonesia sudah banyak sekolah

seperti tersebut. Diantaranya; SMK dan STM.Dari segi gurunya, dengan menggunakan

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 10

Page 12: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

pendidikan partisipatif, maka guru bukan lagi sebagai sentral pengajaran. Akan tetapi fungsi

guru lebih sebagai fasilitator, sehingga setiap siswa turut berpartisipaif dalam proses belajar.

Dengan demikian maka seorang guru akan dapat membawa siswa menuju apa yang dicita-

citakannya.

6. KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY SEBUAH TINJAUAN KRITIS

John Dewey (1859-1952) adalah seorang tokoh pendidikan Amerika yang memper-

kenalkan konsep pendidikan progresif. Dewey membangun konsep tersebut dengan beberapa

landasan filosofis. Pertama, teori evolusi. Teori yang digagas Darwin ini memandang manusia

sebagai makhluk hasil evolusi dan terus mengalami evolusi. Teori ini juga digunakan untuk

melihat suatu kebenaran. Bagi Dewey, kebenaran tidak akan pernah mencapai titik final.

Artinya, tidak ada kebenaran yang absolut, yang ada adalah kebenaran sementara sebelum

kebenaran lainnya datang (Bertrand Russell, 1946). 

Kedua, pragmatisme. Sebuah aliran filsafat yang lahir dari peradaban Barat, khususnya

Amerika, dipelopori oleh Pierce, William James dan John Dewey sendiri. Pragmatisme adalah

paham filsafat yang menitikberatkan nilai pengetahuan berdasarkan kegunaan praktisnya.

Kegunaan praktis artinya suatu yang bisa memenuhi kepentingan-kepentingan subjektif

individu. Sehingga kebenaran dalam pandangan pragmatisme harus dikaitkan dengan 

konsekuensi-konsekuensinya (hasil atau kegunaannya).  Suatu ide dikatakan benar apabila

dapat diuji secara objektif-empirik dan bermanfaat atau bernilai praksis bagi kepentingan

manusia serta memberikan kepuasan (Loren Bagus, 2005).

Ketiga, psikologi behaviorisme. Suatu kajian tentang kejiawaan manusia yang diamati

melalui prilaku-prilaku empirik manusia. Menurut paham ini, prilaku atau perbuatan manusia

ditentukan oleh stimulus dari luar diri manusia. Sehingga paham ini, seperti dikatakan Erich

Fromm, tidak mempercayai adanya unsur kejiwaan yang susunan dan ketentuannya berdiri

sendiri (Erich Fromm, 1979).

Ketiga, landasan filosofis tersebut mendasarkan nilai pengetahuan pada empirisme,

liberalisme dan ateisme. Empirisme bermakna, sesuatu dianggap benar apabila bisa

dibuktikan secara empirik. Liberalisme bermaksud, memberikan ruang bebas kepada

manusia, tanpa harus terikat dengan dogma agama. Ateisme artinya, suatu kebenaran

ditentukan tanpa ada unsur ketuhanan yang terlibat di dalamnya, yang biasanya di-

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 11

Page 13: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

representasikan dalam bentuk wahyu dalam kitab suci. Akibatnya, persoalan metafisika

tidak bisa dimasukkan kedalam wilayah pengetahuan.

Berangkat dari dasar filosofis di ataslah, membangun konsep-konsep John Dewey

mengenai pendidikan. Hal ini terlihat jelas dalam berbagai karyanya, seperti The School and

society (1899)  How We Think (1910) dan Democracy and Education (1916), Freedom and

Cultural Art and Experience, The Quest of Certainty Human Nature and Conduct (1922),

Experience and Nature (1925).

7. KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY

Menurut Dewey, pendidikan merupakan all one with growing; it has no end beyond it

self, sehingga tidak akan pernah permanen tapi selalu evolutif. Selain selalu on going process,

pendidikan menurutnya juga harus bertumpu pada nilai-nilai demokratis, partisipatif,

pluralisme, dan liberalisme. Sehingga di Amerika yang merupakan penganut filsafat Dewey,

falsafah pendidikannya lebih mementingkan kebebasan individu (Abdul Fatah Hasan, 2007).

Karenanya, setiap individu digalakkan untuk mencapai kejayaan yang setinggi-tingginya dalam

ilmu pengetahuan dan kekayaan yang membawa kesenangan hidup. Keberhasilan pendidikan

bagi Dewey terletak pada partisipasi setiap individu yang didukung oleh kesadaran umum

masyarakat (L. Murbandono Hs., 2004).

Konsep pendidikan yang diusung oleh John Dewey ini dikenal dengan dengan

pendidikan progresifisme. Yaitu, pendidikan yang dijalankan secara demokratis. Pada tataran

praksisnya, dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, peserta didik harus berperan aktif

dalam proses belajar ataupun dalam menentukan materi pelajaran. Fungsi pendidik lebih sebagai

fasilitator yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk berekspresi,

berdialog, berdiskusi, berpikir, berkeinginan, dan bertujuan. Selain itu, peserta didik juga harus

diberikan kebebasan dalam menentukan suatu kebenaran yang diperoleh melalui hasil

pengalaman dan eksperimen peserta didik. Pendidik tidak bisa memaksakan kebenaran sepihak

kepada peserta didik tanpa terlebih dahulu dilakukan eksperimen atau observasi oleh peserta

didik. Sehingga kebenaran yang dihasilkan benar-benar berdasarkan kesepakatan dari peserta

didik.

Selain itu, bagi Dewey, pihak sekolah harus  memberikan pendidikan yang pragmatis

kepada anak didik. Artinya, materi pendidikan yang diberikan bisa bermanfaat secara praksis

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 12

Page 14: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

dalam kehidupan nyata. Ini berarti, pendidikan tidak perlu ditempuh dalam waktu lama, yang

terpenting adalah bagaimana anak didik melakukan kegiatan yang menjadikan mereka bisa

menyelesaikan persoalan-persolan kehidupan yang bersifat materil. Karenanya dalam proses

belajar, Dewey menekankan metode praktik, eksperimen, atau melakukan permainan yang

menunjang materi pelajaran.

Dari uraian di atas dapat dilihat konsep pendidikan John Dewey adalah, pendidikan itu

harus bersifat pragmatik, liberal, demokratis, empirik, evolutif, dan ateistik.

8. KRITIK TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY

Dari konsep yang ditawarkan Dewey, ada beberapa prinsip mendasar yang perlu dikritisi.

Di antaranya, pertama, prinsip kebebasan yang diserahkan kepada peserta didik dalam

melakukan eksperimen dan menentukan kebenaran. Ibarat kita memberikan pilihan kepada anak

kecil berupa api dan nasi. Sangat mungkin anak tersebut akan memilih api karena api lebih

menarik dalam penglihatannya. Anak itu memilih sesuatu yang menurutnya lebih menarik,

meski berbahaya. Artinya, kalau semua fakta tentang sesuatu yang baik dan yang buruk itu

diserahkan semuanya kepada peserta didik tanpa ada arahan dari guru, maka bisa jadi peserta

didik akan salah pilih. Seperti yang terjadi di bebarapa perguruan tinggi Islam, misalnya.

Banyak mahasiswa lebih memilih dan mendukung pendapat para orientalis tentang Islam

daripada pendapat para ulama. Hal ini disebabkan karena pendidik tidak memberikan arahan

mana yang harus dipilih dan mana yang harus ditolak. Terlebih lagi, dalam konsep Dewey,

peran Tuhan dalam kehidupan manusia tidak dilibatkan. Akibatnya manusia tidak mempunyai

pijakan moral dan spiritual dalam kehidupan. Karenanya, konsep tentang kebebasan dalam

pendidikan seperti yang ditawarkan Dewey itu bisa membuat anak didik disorientasi.

Kedua, pendidikan yang hanya berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan materi

manusia, tanpa mengindahkan unsur spiritual. Ketika aktivitas keilmuan dilakukan hanya untuk

menghasilkan sesuatu yang mempunyai daya guna untuk manusia an sich, maka manusia akan

melakukan apa saja untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini bisa saja ditempuh dengan

mengorbankan sesama manusia. Konsep ini akan menghasilkan manusia-manusia yang skill

oriented dan materialist oriented. Dengan kata lain, model pendidikan yang menitikberatkan

pada pelatihan akan menghasilkan individu-individu yang pragmatis dan belajar hanya untuk

memenuhi kebutuhan materinya.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 13

Page 15: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

Hasilnya seperti yang ditampilkan Amerika. Sebuah negara adikuasa yang menghalalkan

segala cara untuk mencapai tujuan mereka. Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan

melakukan eksperimen ilmiah ini, bisa dlihat dalam buku Jerry D. Gray, Deadly Mist: Upaya

Amerika Merusak Kesehatan Manusia. (Jakarta: Sinergi, 2009). Kebebasan dalam pendidikan

yang ditawarkan Dewey yang sejatinya ingin membahagiakan manusia, justru akan

memberangus kemanusiaan.

Ketiga, asumsi dasar bahwa kebenaran selalu mengalami evolusi dan tidak ada yang

bersifat absolut. Asumsi ini bersebrangan dengan logika umum. Karena dalam tataran keilmuan,

kebenaran absolut itu pasti ada. Cotohnya dalam hitungan, bilangan dua ditambah dua pasti

hasilnya empat. Kebenaran ini tidak bisa dibantah, konklusi seperti ini bersifat absolut. Begitu

juga dengan penyataan, setiap manusia akan mati, Ahmad adalah manusia, maka Ahmad akan

mati. Pernyataan seperti ini juga bersifat absolut, karena tidak ada manusia yang tidak mati.

Karena itu, logika yang tidak mengakui adanya kebenaran yang absolut itu tidak bisa

dipertahankan.

Selain itu, menafikan kebenaran yang absolut itu akan berdampak pada kebingungan

konseptual pada peserta didik dalam menyikapi realitas kehidupan. Karena bagaimanapun

dalam kehidupan harus ada pegangan yang pasti. Barometer tersebut harus mempunyai

kebenaran yang absolut. sehingga manusia tidak kehilangan arah dan bertindak tanpa pijakan

moral. Karenanya, pengingkaran terhadap kebenaran yang absolut akan berakibat pada tindakan

anarkisme.

Dari pemaparan konsep pendidikan John Dewey di atas dan beberapa konsekuensi logis

yang akan muncul darinya, jelaslah bahwa konsep pendidikan Dewey ini sangat bertentangan

dengan tujuan dan konsep pendidikan dalam Islam.

Tujuan pendidikan Islam ialah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mencapai

kebahagian bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat. Sehingga setiap ilmu yang diperoleh

harus mengarah kepada tujuan tersebut.

Adapun dalam tataran praksisnya, tujuan pendidikan dalam Islam sebagaimana digagas

pemikir Islam abad ini, Syed Muhammad  Naquib al-Attas, ialah membangun individu-individu

yang beradab. Yaitu, individu-individu yang menjadikan Worldview of Islam sebagai landasan

pijak dalam menyikapi segala persolan kehidupan.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 14

Page 16: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

Dalam praktik pendidikan Islam, semua bidang keilmuan harus didasari dengan konsep

tauhid yang benar dan dipagari dengan prinsip-prinsip syariah yang jelas. Sehingga tidak ada

lagi dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Karena semua ilmu terbangun melalui jalinan

semua konsep-konsep dasar dalam Islam yang saling terkait satu dengan yang lainnya

(conceptual networking). Dengan demikian, seorang ilmuan harus menggunakan epistemologi

ilmu secara benar, menerapkan keilmuan kepada objeknya secara adil, serta memilah dan

mengidentifikasi pengetahuan-pengetahuan yang salah. Dengan konsep pendidikan yang benar,

pada gilirannya, akan terbangun masyarakat yang beradab. Dengan masyarakat yang

beradablah, kedamaian dunia akan terwujud dan martabat manusia dipertahankan.Wallahu

a`lam bish shawab.

9. TOKOH ALIRAN PRAGMATISME

John Dewey adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang termasuk Mazhab

Pragmatisme. Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir

dalam bidang pendidikan.

Dewey dilahirkan di Burlington pada tahun 1859. Setelah menyelesaikan studinya di

Baltimore, ia menjadi guru besar dalam bidang filsafat dan kemudian dalam bidang

pendidikan pada beberapa universitas Sepanjang kariernya, Dewey menghasilkan 40 buku

dan lebih dari 700-an artikel. Dewey meninggal dunia pada tahun 1952.

Dari tahun 1884 sampai 1888, Dewey mengajar pada Universitas Michigan dalam

bidang filsafat. Tahun 1889 ia pindah ke Universitas Minnesota. Akan tetapi pada akhir

tahun yang sama, ia pindah ke Universitas Michigan dan menjadi kepala bidang filsafat.

Tugas ini dijalankan sampai tahun 1894, ketika ia pindah ke Universitas Chicago yang

membawa banyak pengaruh pada pandangan-pandangannya tentang pendidikan sekolah di

kemudian hari. Ia menjabat sebagai pemimpin departemen filsafat dari tahun 1894-1904 di

universitas ini. Ia kemudian mendirikan Laboratory School yang kelak dikenal dengan nama

The Dewey School. Di pusat penelitian ini ia pun memulai penelitiannya mengenai

pendidikan di sekolah-sekolah dan mencoba menerapkan teori pendidikannya dalam praksis

sekolah-sekolah. Hasilnya, ia meninggalkan pola dan proses pendidikan tradisional yang

mengandalkan kemampuan mendengar dan menghafal. Sebagai ganti, ia menekankan

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 15

Page 17: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

pentingnya kreativitas dan keterlibatan murid dalam diskusi dan pemecahan masalah.

Selama periode ini pula ia perlahan-lahan meninggalkan gaya pemikiran idealisme yang

telah mempengaruhinya. Jadi selain menekuni pendidikan, ia juga menukuni bidang logika,

psikologi dan etika.

Menurut Dewey, tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata

dalam kehidupan. Oleh karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-

pemikiran metafisik belaka. Filsafat harus berpijak pada pengalaman, dan menyelidiki serta

mengolah pengalaman tersebut secara kritis. Dengan demikian, filsafat dapat menyusun

suatuistemnilaataunorma.

Cara-cara non-ilmiah (unscientific) membuat manusia tidak meruasa puas sehingga mereka

menggunakan cara berpikir deduktif atau induktif. Kemudian orang mulai memadukan cara

berpikir deduktif dan induktif, dimana perpaduan ini disebut dengan berpikir reflektif

(reflective thinking). Metode ini diperkenalkan oleh John Dewey antara lain: 

1. The Felt Need (adanya suatu kebutuhan): Seseorang merasakan adanya suatu kebutuhan

yang menggoda perasaanya sehingga dia berusaha mengungkapkan kebutuhan tersebut. 

2. The Problem (menetapkan masalah): Dari kebutuhan yang dirasakan pada tahap the felt

need diatas, diteruskan dengan merumuskan, menempatkan dan membatasi permasalahan

(kebutuhan). Penemuan terhadap kebutuhan dan masalah boleh dikatakan parameter yang

sangat penting dan menentukan kualitas penelitian. Studi literatur, diskusi, dan

pembimbingan dilakukan sebenarnya untuk men-define kebutuhan dan masalah yang

akan diteliti. 

3. The Hypothesis (menyusun hipotesis): Jawaban atau pemecahan masalah sementara yang

masih merupakan dugaan yang dihasilkan misalnya dari pengalaman, teori dan hukum

yang ada. 

4. Collection of Data as Avidance (merekam data untuk pembuktian): Membuktikan

hipotesis dengan eksperimen, pengujian dan merekam data di lapangan. Data-data

dihubungkan satu dengan yang lain untuk ditemukan kaitannya. Proses ini disebut dengan

analisis. Kegiatan analisis dilengkapi dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak

hipotesis. 

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 16

Page 18: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

5. Concluding Belief (kesimpulan yang diyakini kebenarannya): Berdasarkan analisis yang

dilakukan pada tahap ke-4, dibuatlah sebuah kesmpulan yang diyakini mengandung

kebenaran, khususnya untuk kasus yang diuji. 

6. General Value of the Conclusion (memformulasikan kesimpulan umum): Kesimpulan

yang dihasilkan tidak hanya berlaku untuk kasus tertentu, tetapi merupakan kesimpulan

(bisa berupa teori, konsep dan metode) yang bisa berlaku secara umum, untuk kasus lain

yang memiliki kemiripan-kemiripan tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan diatas.

10. PANDANGAN DEWEY TENTANG PERILAKU SOSIAL

Teori-teori awal yang dianggap mampu menjelaskan perilaku seseorang, difokuskan

pada dua kemungkinan  (1) perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk instink-instink

biologis - lalu dikenal dengan penjelasan "nature" - dan (2) perilaku bukan diturunkan

melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka - dikenal dengan

penjelasan "nurture".  Penjelasan "nature" dirumuskan oleh ilmuwan Inggris Charles

Darwin pada abad kesembilan belas di mana dalam teorinya dikemukakan bahwa semua

perilaku manusia merupakan serangkaian instink yang diperlukan agar bisa bertahan hidup.

Mc Dougal sebagai seorang psikolog cenderung percaya bahwa seluruh perilaku sosial

manusia didasarkan pada pandangan ini (instinktif).

Namun banyak analis sosial yang tidak percaya bahwa instink merupakan sumber

perilaku sosial. John Dewey mengatakan bahwa perilaku kita tidak sekedar muncul

berdasarkan pengalaman masa lampau, tetapi juga secara terus menerus berubah atau diubah

oleh lingkungan - "situasi kita" - termasuk tentunya orang lain.

Untuk menjelaskan perilaku sosial seseorang dapat dikaji sebagai  sesuatu proses

yang (1) instinktif,  (2) karena kebiasaan, dan (3) juga yang bersumber dari proses mental.

John Dewey menekankan pada penjelasan kebiasaan individual, tetapi mereka juga mencatat

bahwa kebiasaan individu mencerminkan kebiasaan kelompok - yaitu adat-istiadat

masyarakat - atau struktur sosial.

Pandangan Dewey tentang manusia bertolak dari konsepnya tentang situasi

kehidupan manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk sosial, sehingga segala

perbuatannya, entah baik atau buruk, akan diberi penilaian oleh masyarakat. Akan tetapi di

lain pihak, manusia manurutnya adalah yang menciptakan nilai bagi dirinya sendiri secara

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 17

Page 19: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

alamiah. Masyarakat di sekitar manusia dengan segala lembaganya, harus diorganisir dan

dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat memberikan perkembangan semaksimal mungkin.

Itu berarti, seorang pribadi yang hendak berkembang selain berkembang atas kemungkinan

alamiahnya, perkembangannya juga turut didukung oleh masyrakat yang ada di sekitarnya.

Dewey juga berpandangan bahwa setiap pribadi manusia memiliki struktur-struktur

kodrati tertentu. Misalnya insting dasar yang dibawa oleh setiap manusia. Insting-insting

dasar itu tidak bersifat statis atau sudah memiliki bentuk baku, melainkan sangat fleksibel.

Fleksibilitasnya tampak ketika insting bereaksi terhadap kesekitaran. Pokok pandangan

Dewey di sini sebenarnya ialah bahwa secara kodrati struktur psikologis manusia atau

kodrat manusia mengandung kemampuan-kemampuan tertentu. Kemampuan-kemampuan

itu diaktualisasikan sesuai dengan kondisi sosial kesekitaran manusia. Bila seseorang

berlaku yang sama terhadap kondisi kesekitaran, itu disebabkan karena “kebiasaan”, cara

seseorang bersikap terhadap stimulus-stimulus tertentu. Kebiasaan ini dapat berubah sesuai

dengan tuntutan kesekitarnya.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 18

Page 20: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

 Pandangan-pandangan yang berasal dari pragmatisme John Dewey banyak mempengaruhi

alam bawah sadar dan berdampak pada kehidupan masyarakat Amerika, misalnya saja

pandangan bahwa tidak ada hukum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua

kebenaran belum final. Ini berakibat munculnya sikap subjektifisme, individualisme, dan dua

sikap ini saja cukup untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan

manusianya itu sendiri. Oleh karena itulah saat akan diterapkan di Indonesia maka perlu

dirancang agar sesuai dengan kondisi sosio masyakat Indonesia.Untuk dapat mencapai

pendidikan yang diidealkan maka, kita perlu melakukan pembenahan di segala bidang.

Bukan hanya menyangkut kurikulum yang ada. Tetapi tenaga pendidik pun menjadi faktor

penentu akan berhasilnya tujuan pendidikan yang ada. Sekolah sebagai lembaga pendidikan

bukan hanya melaksanakan rutinitas pembelajaran di kelas. Akan tetapi fungsi sekolah harus

lebih menekankan akan bagaimana siswa mampu mencari problem solving bagi

masyarakatnya. Sehingga, lulusan yang dihasilkan tidak menjadi masalah baru bagi

masyarakat.Disinilah peran pendidikan akan dipertanyakan saat pendidikan tidak mampu

memberikan jalan keluar bagi masalah yang berkembang dimasyarakat. Apalagi kalau

pendidikan tidak bisa mengantarkan peserta didik kepada tujuan yang ingin ia capai.Namun,

tetap semuanya tidak ada yang sempurna. Konsep pendidikan yang berlandaskan filasafat

pragmatisme nantinya yang menjadi ukuran keberhasilan adalah bisa tidaknya sesuatu

tersebut digunakan untuk kepentingan hidup. Yang nantinya akan melahirkan pola hidup

yang hedonis dan mekanis.  

2. SARAN

Dalam konsep pendidikan lama situasi pembelajaran didominasi oleh guru. Siswa

lebih bersifat pasif menerima sepenuhnya materi apa saja yang di sampaikan dan diberikan

guru. Kurikulum, mutlak direncanakan, disusun dan dibuat oleh pemerintah dan guru atau

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 19

Page 21: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

sekolah tanpa mengikutsertakan siswa. Berkait dengan hal tersebut berdasarkan studi

psikologi dan sosiologi pendidikan, Masyarakat pendidikan umumnya menghendaki

perubahan dan hendaknya konsep pendidikan terutama dalam pengajaran agar lebih

memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan siswa untuk belajar.

Sehubungan dengat hal tersebut JOHN DEWEY mengemukakan ide dan

gagasannya dalam konsep " PENDIDIKAN PROGRESIF " sebagai berikut:

1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar secara perorangan (indivudually

learning).

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (learning

experiencing).

3. Guru memberi dorongan semangat dan motivasi bukan hanya pemerintah.

Artinya bahwa guru memberikan penjelasan tentang arah kegiatan pembelajaran yang

merupakan kebutuhan siswa.

4. Guru mengajaksertakan siswa dalam berbagai aktifitas kehidupan belajar di sekolah yang

mencakup pengajaran, administrasi, dan bimbingan.

5. guru memberi arahan dan bimbingan sepenuhnya agar siswa menyadari bahwa hidup itu

dinamis dan mengalami perubahan yang begitu cepat.

Berdasarkan fakta dan realitas tersebut sudah seyogyanya sistem pengajaran lama yang

bersifat hafalan, verbalistik dan berbagai aktifitas yang mekanistik di kelas tidak diterapkan

lagi. Strategi dan metode pembelajaran yang memberi kebebasan siswa dalam melakukan

penelitian dan menemukan sesuatu hal utamanya diberikan kepada siswa, berlebih dalam

berbagai aktifitas ekstra kurikuler.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 20

Page 22: · Web viewTUGAS MAKALAH. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA. ... Untuk lebih jelas mengenai dampak kebebasan melakukan eksperimen ... Proses ini disebut dengan analisis

DAFTAR PUSTAKA

 Ahmadi, Asmoro. 1995. Filsafat Umum.  Jakarta  : Raja Grafindo Persada.

Baron & Byrne (1988) Social Psychology, Kay Deaux, Lawrence S. Wrightsman, Fifth Edition,

Dewey, John. 1955. Perihal Kemerdekaan dan Kebudayaan. alih bahasa E.M. Aritonang.

Jakarta: Saksana.

Dhofir, Zamahsary. 1990. Kamus Filsafat. Bandung : Rosda Karya.

Djumhur, I. dan H. Danasuparta. 1974. Sejarah Prndidikan. Bandung: CV. Ilmu. Hadiwijono,

James A. Wiggins (1994) Social Psychology, , Beverly B. Wiggins, James Vander Zanden, Fifth

Edition

Harun. 2004. Sari Sejarah Filsafat Barat II. Yogyakarta : Kanisius.

Iman, Muis Sad. 2004. Pendidikan Partisipatif: Menimbang Konsep Fitrah dan Progresivisme

John Dewey. Yogyakarta : Safiria Insani Press & MSI UII.

Soejono, Ag.. 1980. Aliran Baru dalam Pendidikan. Bandung : CV. Ilmu.

Suparlan, Y. B.. 1984. Aliran-aliran Baru Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 21