peran lembaga perbankan dalam penaggulangan · web viewmakalah: pencucian uang ... hukum...

66
Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562 Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan Tindak Pidana Pencucian Uang Enik Isnaini *) Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan Abstract The rise of money laundering activities can lead various impact, both on national as well as internasional scale. As we knew, that money laundering its not the same as robbery, theft, murder or others crime action which cause the ‘real’ victims. Money laundering doesn’t cause harm directly to individual or to the particular company. Banking Institution have a main role in the activities of money laundering, because that crime organization requires a media to dissemble the origin of their funds or property owned, by placing their money and properties in banking activities, in order to make it looked as if originating from a legal source or legal activity, so they don’t have to invest their money to others crime activities. Those facts shows that financial institution, particularly bank, is closely related with this kind of crime. The determination of the Know Your Customer Priciple in financial institution, particularly banking institutons, have a main role in handling of money laundering, both of the preventive as well as repressive aspect. From the preventive aspect, with the more comprehensive and effectively in the determination of KYC principle, that will minimize the possibility of committing a criminal act of money laundering. Keywords : Money Laundering, Financial Institutions, Know Your Customer Principle Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran strategis dalam kehidupan perekonomian baik nasional maupun internasional. Eksistensi lembaga ini dimaksudkan sebagai perantara di bidang keuangan (financial intermediary) bagi pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana, bank bertindak sebagai fasilitator. Dunia perbankan memiliki andil yang cukup besar dalam mengatur peredaran uang di masyarakat dan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam perkembangannya, fungsi bank tidak hanya menghimpun dana dan / atau memberikan kredit, melainkan telah berkembang menjadi satu media transaksi lalulintas pengiriman uang dari dan ketujuan-tujuan tertentu, tidak hanya di dalam negeri (wilayah Indonesia), bahkan sampai keluar lintas batas wilayah Indonesia. Hal ini tidak lepas oleh kemajuan perkembangan teknologi dan komunikasi dalam dunia perbankan pada saat ini yang semakin canggih, hanya dalam hitungan detik uang sudah berpindah dari satu tangan, dari satu tempat melalui penyedia jasa keuangan (transfer) sampai ketujuan tetentu. Dengan kemudahan-kemudahannya serta kecanggihanya, maka ada upaya-upaya pihak-pihak tertentu untuk memanfaatkan sistem teknologi bank sebagai upaya untuk mencuci uang, dimana uang yang diperoleh dari suatu kejahatan dimasukkan kedalam sistem bank untuk menghindari adanya tuduhan tindak pidana pencucian uang. Dibalik semua tujuan diatas ternyata ada pihak-pihak yang menggunakan Lembaga Perbankan sebagai sarana untuk memperkaya diri sendiri dan bahkan merugikan masyarakat. Berbagai macam pelanggaran / tindak pidana dapat muncul dalam dunia perbankan, mulai dari penipuan, penggelapan uang, korupsi, hingga pencucian uang. Tindak pidana pencucian uang atau yang dikenal juga dengan Money Laundering sebenarnya merupakan kejahatan yang terdapat dalam kategori Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan 1

Upload: dinhquynh

Post on 29-Jan-2018

269 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan Tindak Pidana Pencucian Uang

Enik Isnaini *)Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan

AbstractThe rise of money laundering activities can lead various impact, both on national as well as internasional scale.

As we knew, that money laundering its not the same as robbery, theft, murder or others crime action which cause the ‘real’ victims. Money laundering doesn’t cause harm directly to individual or to the particular company.

Banking Institution have a main role in the activities of money laundering, because that crime organization requires a media to dissemble the origin of their funds or property owned, by placing their money and properties in banking activities, in order to make it looked as if originating from a legal source or legal activity, so they don’t have to invest their money to others crime activities. Those facts shows that financial institution, particularly bank, is closely related with this kind of crime.

The determination of the Know Your Customer Priciple in financial institution, particularly banking institutons, have a main role in handling of money laundering, both of the preventive as well as repressive aspect. From the preventive aspect, with the more comprehensive and effectively in the determination of KYC principle, that will minimize the possibility of committing a criminal act of money laundering.

Keywords : Money Laundering, Financial Institutions, Know Your Customer Principle

Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran strategis dalam kehidupan perekonomian baik nasional maupun internasional. Eksistensi lembaga ini dimaksudkan sebagai perantara di bidang keuangan (financial intermediary) bagi pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana, bank bertindak sebagai fasilitator. Dunia perbankan memiliki andil yang cukup besar dalam mengatur peredaran uang di masyarakat dan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Dalam perkembangannya, fungsi bank tidak hanya menghimpun dana dan / atau memberikan kredit, melainkan telah berkembang menjadi satu media transaksi lalulintas pengiriman uang dari dan ketujuan-tujuan tertentu, tidak hanya di dalam negeri (wilayah Indonesia), bahkan sampai keluar lintas batas wilayah Indonesia. Hal ini tidak lepas oleh kemajuan perkembangan teknologi dan komunikasi dalam dunia perbankan pada saat ini yang semakin canggih, hanya dalam hitungan detik uang sudah berpindah dari satu tangan, dari satu tempat melalui penyedia jasa keuangan (transfer) sampai ketujuan tetentu. Dengan kemudahan-kemudahannya serta kecanggihanya, maka ada upaya-upaya pihak-pihak tertentu untuk memanfaatkan sistem teknologi bank sebagai upaya untuk mencuci uang, dimana uang yang diperoleh dari suatu kejahatan dimasukkan kedalam sistem bank untuk menghindari adanya tuduhan tindak pidana pencucian uang.

Dibalik semua tujuan diatas ternyata ada pihak-pihak yang menggunakan Lembaga Perbankan sebagai sarana untuk memperkaya diri sendiri dan bahkan merugikan masyarakat. Berbagai macam pelanggaran / tindak pidana dapat muncul dalam dunia perbankan, mulai dari penipuan, penggelapan uang, korupsi, hingga pencucian uang.

Tindak pidana pencucian uang atau yang dikenal juga dengan Money Laundering sebenarnya merupakan kejahatan yang terdapat dalam kategori kejahatan transnasional yang artinya kejahatan-kejahatan yang tercantum dalam Komunike Bersama Konferensi Kepala

Kepolisian ASEAN ke 25 (ASEANAPOL). yang diselenggarakan di Denpasar, Bali, Indonesia, termasuk di dalamnya adalah perdagangan obat terlarang, terorisme, penyelundupan senjata, perdagangan manusia, kejahatan di laut, kejahatan dunia maya, pencucian uang, kejahatan komersial, kejahatan perbankan, kejahatan

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

1

Page 2: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

kartu kredit dan pemalsuan dokumen perjalanan.1 Hal itu dikarenakan uang adalah uang hasil kejahatan di suatu negara kemudian dipindahkan ke negara lain untuk diinvestasikan pada suatu usaha/bisnis yang sama sekali bersih, yang kemudian uang yang dihasilkan dari bisnis bersih di negara lain tersebut yang dinikmati pelaku kejahatan di negara asal uang tersebut. Selain itu kejahatan ini juga tidak mungkin dilakukan oleh seseorang yang pendidikannya kurang seperti misalnya kejahatan pencurian pada umumnya, sehingga penanggulangan terhadap kejahatan seperti ini tidak dapat ditangani hanya oleh satu negara saja, perlu ada kerja sama antar negara-negara yang terkait agar dapat memberantas atau paling tidak mengurangi ruang gerak para pelaku kejahatan tersebut.

Masalah money laundering telah lama dikenal, yakni sejak tahun 1930. Munculnya istilah tersebut erat kaitannya dengan perusahaan laundry, yakni perusahaan pencucian pakaian. Perusahaan tersebut dibeli oleh para mafia di Amerika Serikat atas dana yang merupakan hasil yang diperolehnya dari berbagai usaha gelap (illegal), yang untuk selanjutnya dipergunakan sebagai cara pemutihan uang dari beberapa hasil transaksi ilegal milik mereka seperti pelacuran dan perjudian. Kemudian istilah ini populer pada tahun 1984 ketika Interpol mengusut Pizza Connection, yaitu kasus pemutihan uang sebesar US$ 600.000.000 (enam ratus juta dolar amerika) yang ditransfer ke sejumlah bank di Swiss dan Italia oleh para mafia di Amerika Serikat. Pencucian uang dalam kasus tersebut dilakukan dengan cara menggunakan restoran-restoran pizza yang berada di Amerika Serikat sebagai sarana untuk mengelabui sumber dana yang ditransfer ke bank-bank di Swiss dan Italia oleh para mafia tersebut.2

Perbuatan pencucian uang sangat membahayakan baik dalam tataran nasional maupun internasional. Mengapa demikian? Karena pencucian uang merupakan sarana bagi pelaku kejahatan untuk melegalkan uang hasil kejahatannya dalam rangka menghilangkan jejak. Selain itu, nominal uang yang dicuci biasanya luar biasa jumlahnya, sehingga dapat mempengaruhi neraca keuangan nasional bahkan global. Menurut R Bosworth Davies 3, kejahatan ini dapat menekan perekonomian dan menimbulkan bisnis yang tidak fair, terutama kalau dilakukan oleh pelaku kejahatan yang terorganisir.

Pelaku kejahatan ini menurut David Chaikin 4, motifasinya hanya ingin menikmati akses yang ada untuk mendapatkan keuntungan dan mengubah uang mereka menjadi sah. Perbuatan seperti ini semakin meningkat manakala para pelaku menggunakan cara-cara yang lebih canggih (sophisticated crimes) dengan memanfaatkan sarana perbankan ataupun non perbankan yang juga

menggunakan teknologi tinggi yang memunculkan fenomena cyber laundering.

Berdasarkan latar belakang pemikiran sebagaimana tersebut diatas, berikut ini akan dicoba dibahas beberapa persoalan sebagai berikut:1. Bagaimana proses pencucian di lembaga perbankan?2. Bagaimana peranan lembaga perbakan dalam

menanggulangi TIndak Pidana Pencucian Uang?3. Bagaimana penerapan prinsip know your customer

(kyc) dalam menanggulangi pencucian uang di dalam perbankan?

Pengertian Money LaunderingProf. Sutan Remy Sjahdeni mendifinisikan

mengenai apa yang dimaksudkan dengan pencucian uang atau money laundering adalah rangkaian kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram yaitu uang yang berasal dari kejahatan, dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang tersebut dari pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana dengan cara terutama memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan (financial system) sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu sebagai uang yang halal.5

Dalam peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia, pengertian mengenai pencucian uang diatur dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yaitu :

“Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini”.

Yang dimaksud dengan “segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini” adalah segala perbuatan yang terdapat pada Pasal 3 – Pasal 5 UU No 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yaitu sebagai berikut :

“menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat, menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya, menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk

1 Nota Kesepahaman antara Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan Kepolisian Nasional Filipina (Pnp) tentang Kerja sama Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan Transnasional. Diunduh pada tanggal 27 Agustus 2011 dari http://www.interpol.go.id/interpol/legal-matters.php?read=1152 N.H.T Siahaan, Money Laundering & Kejahatan Perbankan. Penerbit Jala. Jakarta. 2008, hal 13-14.3 R. Bosworth Davies, Euro-Finance: The Influence of Organized Crime: Paper on The Eight International Symposium on Economic Crime, Cambrigde, England, 28 Agustust, 1991, hal 30.4 David A Chaikin, Money Laundering : An Investigatory Perspective, Criminal Law Review, Vol 2, No. 3, Spring, 1991, hal 474.5 Sjahdeni, Sutan Remi, Makalah: Pencucian Uang : Pengertian, Faktor-Faktor Penyebab dan Dampaknya Bagi Masyarakat , Hukum Bisnis, Vol.22, 2003, hal.6

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

2

Page 3: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah”

Pengertian PerbankanBank berasal dari kata Itali banco yang artinya

bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untu melayani kegiata operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer menjadi bank.

Kasmir dalam bukunya, mengartikan bank secara sederhana sebagai:

“Lembaga keuagan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan mennyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”.6

Sedangkan pengertian lembaga keuangan, masih dalam bukunya, Kasmir adalah:

“Setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana”.7

Kemudian pengertian bank menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah:“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”

Pengertian Prinsip Know Your Customer (KYC)Prinsip KYC adalah prinsip yang diterapkan

oleh bank untuk mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan.

Sesuai Rekomendasi FATF, Prinsip KYC merupakan sarana yang paling efektif bagi perbankan untuk menanggulangi kegiatan pencucian uang melalui perbankan. Prinsip KYC yang kurang sempurna dapat mengakibatkan bank-bank harus berhadapan dengan risiko perbankan yang terkait dengan penilaian masyarakat, nasabah atau mitra transaksi bank terhadap bank yang bersangkutan, yaitu risiko reputasi, risiko operasional, risiko hukum, dan risiko konsentrasi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Prinsip KYC pada dasarnya bertujuan untuk :a. membantu bank agar dapat mendeteksi sesegera

mungkin setiap aktivitas yang mencurigakan yang dilakukan nasabah;

b. memastikan kepatuhan bank terhadap ketentuan-ketentuan perbankan yang berlaku;

c. menegakkan prinsip kehati-hatian dalam praktek perbankan;

d. mengurangi risiko dimanfaatkannya bank sebagai sarana untuk melakukan aktivitas kejahatan;

e. melindungi reputasi bank.

Proses Pencucian Uang di Lembaga PerbankanSekalipun terdapat berbagai macam modus

operandi pencucian uang, namun pada dasarnya proses pencucian uang dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap kegiatan, yaitu:8

I. Placement adalah upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana ke dalam sistem keuangan. Bentuk kegiatan ini antara lain:1) Menempatkan dana pada bank. Kadang-

kadang kegiatan ini diikuti dengan pengajuan kredit/pembiayaan.

2) Menyetorkan uang pada PJK sebagai pembayaran kredit untuk mengaburkan audit trail.

3) Menyelundupkan uang tunai dari suatu negara ke negara lain.

4) Membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah atau terkait dengan usaha yang sah berupa kredit/pembiayaan, sehingga mengubah kas menjadi kredit/pembiayaan.

5) Membeli barang-barang berharga yang bernilai tinggi untuk keperluan pribadi, membelikan hadiah yang nilainya mahal sebagai penghargaan/hadiah kepada pihak lain yang pembayarannya dilakukan melalui PJK.

II. Layering adalah memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya yaitu tindak pidananya melalui beberapa tahap transaksi keuangan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dana. Dalam kegiatan ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ke tempat lain melalui serangkaian transaksi yang kompleks dan didesain untuk menyamarkan dan menghilangkan jejak sumber dana tersebut. Bentuk kegiatan ini antara lain:

1) Transfer dana dari satu bank ke bank lain dan atau antar wilayah/negara.

2) Penggunaan simpanan tunai sebagai agunan untuk mendukung transaksi yang sah.

3) Memindahkan uang tunai lintas batas negara melalui jaringan kegiatan usaha yang sah maupun shell company.

III. Integration adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah, ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana. Dalam melakukan pencucian uang, pelaku tidak terlalu mempertimbangkan hasil yang akan

6 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Rajawali Press, Jakarta, 2003, hal 11.7 Kasmir, loc.cit.8 N.H.T. Siahaan, Money Laundering & Kejahatan Perbankan. Penerbit Jala, Jakarta. 2008 Hal. 8-10.

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

3

Page 4: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

diperoleh, dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan, karena tujuan utamanya adalah untuk menyamarkan atau menghilangkan asal-usul uang sehingga hasil akhirnya dapat dinikmati atau digunakan secara aman.

Peranan Perbankan Dalam Penanggulangan Money Laundering

Keterlibatan perbankan dalam berbagai kegiatan usaha bank antara lain ditempatkan dalam bentuk simpanan (deposito, tabungan dan giro), menempatkannya dalam instrumen keuangan misalnya pembelian Sertifikat Bank Indonesia, penggunaan safe deposit box, dan lain-lain.

Penggunaan bank dimaksud merupakan suatu hal yang sangat duperlukan dalam kegiatan money laundering, karena organisasi kejahatan membutuhkan pengelolaan cash flow keuangan dengan cara menempatkan dananya dalam kegiatan usaha perbankan (yang menghasilkan keuntungannya antara lain melalui penerimaan bunga atau simpanan yang ditempatkan), sehingga mereka tidak perlu menginvestasikan dananya kembali dalam kegiatan kejahatan. Hal tersebut menunjukkan eratnya keterkaitan antara organisasi kejahatan dan lembaga keuangan terutama bank.

Dalam praktek kegatan money laundering hampir selalu melibatkan perbankan karena adanya globalisasi perbankan sehingga melalui sistem pembayaran terutama yang bersifat elektronik (electronic funds transfer) dana hasil kejahatan yang pada umumnya dalam jumlah besar akan mengalir atau bergerak melampaui batas yuridiksi negara dengan memanfaatkan faktor rahasia bank yang umumnya dijunjung tinggi oleh perbankan.

Bank of Credit and Commerce International (BCCI, didirikan pada tahun 1972 di berbagai negara antara lain Inggris, Amerika, Luxembourg, Pakistan, Abu Dhabi) pernah diguakan sebagai sarana pendanaan bagi teroris dengan mengelola uang hasil perdagangan senjata dan narkotika. Konspirasi politik dunia (termasu kegiatan CIA), akhirnya memutuskan untuk menutup bank tersebut pada tahun 1991. Kasus di bank tersebut menunjukkan adanya keterlibatan bank dalam kegiatan money laundering. US Costum, mengatakan bahwa jumlah uang yag dicuci melalui BCCI mencapai sekitar USD 32 juta. Pemerintah Amerika Serkat akhirnya menetapkan besarna dana yang dianggap ilega di bank tersebut sebanyak USD 15,3 juta.

Pelaporan transkasi tunai oleh penyedia jasa keuangan (termasuk bank) terutama untuk mendeteksi proses placement dan integration ada money laundering. Pelaporan suspicious transaction dimaksudkan untuk mendeteksi proses layering pada money laundering.

Bank di Indonesia mempunyai kewajiban membuat laporan transaksi tunai dan transaksi yang mencurigakan sesuai dengan undang-undang anti money laundering kepada Financial Intelegent Unit (PPATK). Laporan tersebut selanjutnya dianalisa dan dievaluasi, sehingga jika terjadi kejahatan dapat dilaporkan kepada penegak hukum guna dilakukan investigasi. Tanpa undang-undang anti money laundering, penegak hukum (polisi

dan jaksa) akan sulit mendeteksi dimana hasil kejahatan tersebut berada dan sekaligus menyitanya.

Perlawanan terhadap kegiatan money laundering melalui perbankan telah dilakukan oleh banyak negara dengan pembuatan undang-undang anti money laundering. Pada dasarnya undang-undang tersebut merupakan sebuah penyimpangan dari tradisi perbankan. Tradisi yang dimaksud disini adalah bank selalu memegang teguh rahasia bank, karena ada larangan yang berlaku secara universal kepada bankir untuk tidak memberikan informasi tebtang nasabahnya kepada pihak ketiga termasuk kepada otoritas yang berwenang, kecuali dimungkinkan oleh undang-undang yang berlaku.

Dalam tahun terakhir para pencuci uang membuat inovasi dengan mempergunakan Non Bank Financial Instituion (NBFI) atau lembaga keuangan bukan bank beserta sistemnya sebagai sarana dan sasaran money laundering. Menurut FATF kegiata usaha NBFI yang sering digunakan oleh pencuci uang, antara lain adalah pemanfaatan penukaran uang melalui money changer. Hal ini merupakan bentuk penempata uang tunai dalam tahapan placement. Ndustri asuransi juga dapat dimanfaatkan melalui pembelian asuransi jiwa yang merupakan salah satu tahapan placement namun sekaligus mengandung unsure layering dan integration. Kegiatan NBFI juga dimanfaatkan sebagai jasa pengiriman uang, penempatan modal dalam modal ventura, pembayaran leasing dalam jangka waktu yang lebih cepat dari perjanjian yang ada dan perantara perdagangan sekuritas dan komoditi.

Penerapan Prinsip Know Your Customer (KYC) Dalam Menanggulangi Pencucian Uang Di Dalam Perbankan

Kegiatan money laundering dengan prinsip kerahasiaan bank saling berkaitan karena prinsip kerahasiaan bank yang diterapkan secara ketat oleh sebuah negara tanpa diimbangi dengan perangkat hukum yang memadai dalam mencegah tindak kriminal, akan menjadi sangat rentan terhadap munculnya tindak “kejahatan kerah putih” (white collar crime), khususnya dalam kasus tindak kejahatan pencucian uang (money laundering). Untuk mengantisipasinya maka prinsip Know Your Customer (KYC) sebagai salah satu usaha untuk mengenal nasabahnya, bukan hanya sebatas mengenal identitas pemilik rekening dari suatu bank. KYC juga dapat memonitor kegiatan ke dalam (incoming) dan keluar (outgoing) dalam setiap kegiatan transaksi nasabahnya.

Tujuan utama penerapan prinsip KYC di dunia perbankan adalah agar bank dapat mendeteksi secara dini adanya indikasi kegiatan transaksi yang melanggar hukum (ilegal) dari nasabahnya, sehingga bank dapat dilindungi dari sasaran kejahatan kerah putih termasuk kegiatan pencucian uang.

Melihat arus sorotan hingga jatuhnya vonis “black list” ke pada negara Indonesia, maka pada tanggal 18 Juni 2001 Bank Indonesia selaku institusi pengawasan perbankan di Indonesia, mengeluarkan peraturan mengenai pentingnya diterapkan oleh bank-bank tentang penerapan mengenali nasabah. Peraturan mengenai

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

4

Page 5: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

penerapan prinsip tersebut tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia No 3/10/PBI/2001 sebagaimana diubah dengan. Peraturan Bank Indonesia No 5/21/PBI/2003 selanjutnya disebut PBI ini mengatur tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles-KYCP) sebagai bagian upaya hukum yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia dalam mencegah digunakannya perbankan nasional sebagai media kegiatan pencucian uang. Peraturan ini sejalan dengan rekomendasi internasional seperti Komite Basel untuk pengawasan perbankan (The Basel Committee on Banking Supervision) dan FATF (Financial Action Task Force on Money Laundering) suatu badan khusus yang dibentuk oleh kelompok tujuh negara (G7) untuk memerangi kejahatan pencucian uang.9

Adapun pokok-pokok yang diatur dalam konsep PBI ini sebagian besar mengakomodir butir-butir rekomendasi FATF khususnya yang berkaitan dengan Know Your Customer Principles, antara lain: Kewajiban bank untuk memiliki kebijakan dan

prosedur Penerimaan Nasabah, identifikasi Nasabah, dan

pemantauan kegiatan Nasabah dalam rangka penerapan Prinsip Pengenalan Nasabah.

Prosedur penerimaan dan identifikasi Nasabah. Persetujuan pembukaan rekening. Larangan pembukaan rekening. Kewajiban bank untuk melakukan pemantauan

Nasabah. Kewajiban bank untuk memiliki pedoman intern

Prinsip Pengenalan Nasabah. Kewajiban bank untuk melaporkan kepada Bank

Indonesia dalam hal terdapat indikasi transaksi yang mencurigakan.

Penerapan Prinsip Pengenalan Nasabah pada kantor bank di luar negeri bagi bank yang berbadan hukum Indonesia.

KesimpulanPrasyarat sistem perbankan yang sehat dapat

terwujud apabila beberapa prinsip diperhatikan dan diterapkan dalam manajemen bank, antara lain prinsip kehati-hatian (prudential), keamanan (safely), keuntungan (profitability) dan efisiensi yang diharapkan dapat menunjang kekuatan dan pertumbuhan sistem perbankan serta mengakomodasi perkembangan kebutuhan pemerintah dan masyarakat

Sementara itu, untuk mencegah dijadikannya bank sebagai sarana untuk menyembunyikan dan atau mengaburkan hasil tindak pidana diperlukan suatu rezim anti money laundering yang kuat. Untuk itu empat pilar rejim tersebut harus diperkuat. Keempat pilar tersebut adalah : pertama, hukum dan peraturan perundang-undangan; kedua, teknologi sistem informasi dan sumber daya manusia; ketiga, analisis dan kepatuhan dan; keempat, kerjasama dalam negeri dan internasional.

Tanpa bantuan dari dunia perbankan, money laundering sulit diberantas, meskipun ada sanksi tegas

dan keras juga terhadap dunia perbankan, Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang memiliki arti penting mengingat dampak yang ditimbulkannya, baik dalam bidang ekonomi maupun penegakan hukum

Saran1. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your

Customer Principles) yang lebih ketat dapat meminimalisir masuknya dana dari hasil kejahatan ke lembaga perbankan tersebut. Penyedia Jasa Keuangan khususnya bank memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya penanggulangan tindak pidana pencucian uang melalui penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (KYC Principles). Disamping dapat mencegah digunakannya penyedia jasa keuangan untuk sasaran dan sarana pencucian uang, juga dalam penerapan KYC maka Penyedia Jasa Keuangan dapat melakukan identifikasi transaksi keuangan mencurigakan untuk membantu aparat penegak hukum dalam penentu deteksi awal.

2. Diperkuatnya koordinasi antar instansi dalam rangka penegakan hukum sesuai Sistem Peradilan Pidana Terpadu. Sehingga hasil analisis atau hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh PPATK terhadap Transaksi Keuangan Mencurigakan terkait adanya indikasi tindak pidana pencucian uang atau tindak pidana lain dapat diproses secara hukum.

3. Pemberian sanksi yang lebih tegas terhadap lembaga perbankan yang mengabaikan prinsip-prinsip perbankan yang sehat dan tidak melaporkan kepada Bank Indonesia transaksi yang mencurigakan yang terjadi di bank yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

David A Chaikin, Money Laundering : An Investigatory Perspective, Criminal Law Review, Vol 2, No. 3, Spring, 1991, hal 474.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Rajawali Press, Jakarta, 2003, hal 11.

Nota Kesepahaman antara Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan Kepolisian Nasional Filipina (Pnp) tentang Kerja sama Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan Transnasional. Diunduh pada tanggal 27 Agustus 2011 dari http://www.interpol.go.id/interpol/legal-matters.php?read=115

N.H.T Siahaan, Money Laundering & Kejahatan Perbankan. Penerbit Jala. Jakarta. 2008, hal 13-14.

R. Bosworth Davies, Euro-Finance: The Influence of Organized Crime: Paper on The Eight International Symposium on Economic Crime, Cambrigde, England, 28 Agustust, 1991, hal30

9 Yunus Husein, “Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah oleh Bank Dalam Rangka Penanggulangan Kejahatan Pencucian Uang”, dalam Jurnal Hukum Bisnis Vol. 16 (November 2001): 30 .

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

5

Page 6: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Sjahdeni, Sutan Remi, Makalah: Pencucian Uang : Pengertian, Faktor-Faktor Penyebab dan Dampaknya Bagi Masyarakat, Hukum Bisnis, Vol.22, 2003, hal.6

Yunus Husein, “Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah oleh Bank Dalam Rangka Penanggulangan

Kejahatan Pencucian Uang”, dalam Jurnal Hukum Bisnis Vol. 16 (November 2001): 30

Peraturan perundang-undanganUU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Supervisi Pembelajaran Dalam Domain Teori Belajar Behavioristik

Fathurrahman *)Dosen FKIP Unisla Lamongan

AbstrakSupervisi pembelajaran tak ubahnya seperti kegiaan belajar mengajar, terdapat interaksi yang dilakukan oleh supervisor dengan guru yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru dalam mengajar dan pada gilirannya siswa setelah gurunya mendapatkan supervisi semakin berhasil dan berkembang dalam proses pembelajarannya. Salah satu model yang bisa dilakukan dalam pelaksanaan supervisi adalah dengan menerapkan konsep belajar behavioristik dalam kegiatan supervisi pembelajaran, dimana kendali supervisor menjadi superior membina dan membantu guru dalam memperbaiki proses pengajarannnya. Meskipun teori ini banyak dikritik kurang humanis dan memaksakan kehendak tetapi pola ini cukup efektif untuk memotivasi guru pada level awal.

Kata Kunci : Supervisi, Teori Belajar, behavioristik

I. PendahuluanTerdapat 3 (tiga) pandangan mengenai belajar.

Pertama, pandangan yang berasal dari psikologi behavioristik. Menurut pandangan ini, belajar dilaksanakan dengan kontrol instrumental dari lingkungan. Guru mengkondisikan pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa mau belajar. Dengan demikian mengajar dilaksanakan dengan kondisioning, pembiasaan, peniruan. Hadiah dan hukuman acapkali ditawarkan dalam mengajar dan belajar. Kedaulatan guru dalam belajar demikian relatif tinggi, sementara kedaulatan siswa relatif rendah. Kedua, pandangan yang berasal dari psikologi humanistik, yang merupakan anti tesa pandangan behavioristik. Pandangan ini dimaksudkan, belajar dapat dilakukan sendiri oleh siswa. Dalam belajar demikian, siswa senantiasa menemukan sendiri mengenai sesuatu tanpa banyak campur tangan dari guru. Peranan dalam mengajar dan belajar relatif rendah, kedaulatan siswa dalam belajar relatif tinggi, sementara kedaulatan guru relatif rendah. Ketiga, pandangan yang berasal dari psikologi kognitif: Pandangan ini merupakan konvergengsi dari pandangan behaviorislik dan humanistik. Menurut pandangan ini belajar merupakan perpaduan dari usaha pribadi dengan kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Oleh karena itu, metode belajar yang cocok dalam pandangan ini adalah eksperimentasi (Imron, 2007). Oleh karena itu Glickman (1981) menskemakan orientasi pandangan belajar sebagaimana pada Tabel berikut :

Tabe1 Pandangan tentang Belajar

(Sumber: Glickman, C.D., 1981. Development Supervision. Alexandria:ASCD).

Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa dalam pendangan psikologi behavioristik, tanggung jawab siswa dalam belajar rendah, sedangkan tanggung jawab guru

dalam mengajar tinggi. Sebaliknya, dalam pandangan psikologi humanistik, tanggung jawab guru rendah sedangkan tanggung jawab siswa tinggi. Sementara itu, dalam pandangan psikologi kognitif, tanggung jawab guru dan siswa sama-sama sedang.

II. Kajian PustakaTeori Belajar Behaviorisme

Belajar adalah perubahan dalam perilaku yang berlangsung lama yang dapat diamati yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman. Menurut Behviorisme perilaku seseorang dapat muncul karena adanya pengaruh atau rangsangan dari luar dirinya. (Stimulus dan Respons). Dalam Behaviorisme belajar dapat terjadi karena tiga kondisi, yaitu: (1) contiguity (pengaruh) yang merupakan pola belajar stimulus respons sederhana. (2) classical conditioning: respons psikologis dan emosional terhadap rangsangan, dan (3) operant conditioning: perubahan perilaku yang merupakan akibat dari konsekuensi. Sajian berikut akan memberikan penjelasan masing-masing kondisi tersebut.

a. ContiguityRespons Anda bisa merupakan akibat dari belajar

yang terjadi lewat pengaruh/penularan. Rangsangan adalah semua pandangan, suara, bau-bauan, dan input lain yang diterima indera dari lingkungan. Respons adalah perilaku yang terkait dengan asosiasi (rangsangan). Misalnya, Anda memasangkan angka 7 x 8 = 56. Suatu saat ketika Anda mendengar orang menanyakan berapakah 7 x 8 ? (sebagai Stimulus), maka Anda akan menjawab 56 (sebagai respons).

b. Classical ConditioningClassical Conditioning adalah bentuk belajar di mana

seseorang belajar untuk memproduk perilaku emosional/fisik yang mirip dengan respons instingtif atau refleksif. Misalnya, kita merasa senang ketika kita mencium bau masakan kalkun pada Thanksgiving Day,

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

6

Student Responsibility,

High Moderate Low

Teacher Responsibility Low Moderate HighPsicological View of Learning Humanist Cognitivist Behaviorist

Method of Learning Self-Dicovery

Exsperimentaion Condisioning

Page 7: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

dan merasa agak gelisah ketika memasuki ruangan dokter gigi.

Classical Conditioning pada awalnya dideskripsikan oleh Ivan Pavlov. Sebagai bagian dari penelitiannya, dia meminta kepada asisten laboratoriumnya untuk memberi makan anjing-anjing daging sehingga jumlah air liurnya dapat diukur. Namun, selama penelitian itu berlangsung anjing-anjing itu mulai mengeluarkan air liurnya ketika melihat asisten Pavlov walaupun asisten itu tidak membawa daging. Fenomena ini menyebabkan perubahan dalam kerja Pavlov dan membuka bidang Classical Conditioning.

Untuk mengetahuai bagaimana kerja Classical Conditioning, seseorang harus memahami konsep-konsep dan proses asosiasinya sebagaimana dijelaskan di bawah ini.

1) Stimulus yang tidak terkondisikan adalah suatu kejadian atau obyek yang menyebabkan respons emosional/fisik yang reflektif (dalam penelitian Pavlov: daging).

2) Respons yang terkondisikan adalah respons instingtif/reflektif fisik atau psikis karena stimulus yang tidak terkondisikan (yaitu keluarnya air liur anjing karena hadirnya daging).

3) Stimulus yang terkondisikan adalah benda atau kejadian yang terkait dengan stimulus yang tidak terkondisikan (yaitu asisten Pavlov).

4) Respons yang terkondisikan adalah respons emosional/fisik yang mirip dengan respons yang tidak terkondisikan (yaitu air liur anjing yang keluar saat tidak ada daging).Membuat asosiasi merupakan kunci terhadap

belajar dalam classical conditioning. Anjing-anjing Pavlov “belajar” mengeluarkan air liur ketika melihat asisten Pavlov karena anjing-anjing itu mengasosiasikan asisten itu dengan daging. Air liur yang merupakan respons terhadap daging tidak dipelajari tetapi dalam merespons asisten Pavlov itu dipelajari. Seorang peserta didik membuat asosiasi ketika stimulus yang tidak terkondisikan dan stimulus yang terkondisikan mempunyai hubungan berpengaruh ketika semuanya terjadi bersama-sama. Misalnya, kecemasan yang dengannya para peserta didik merespon topik matematika mempengaruhi prestasi mereka dalam matematika. Peserta didik sering merasa gelisah dengan sekolah mereka yang baru. Namun demikian, apabila mereka diperlakukan dengan ramah dan penuh dorongan oleh guru mereka, mereka mulai mengasosiasikan sekolah dan belajar bersama dengan bantuan guru. Pelan-pelan sekolah akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi peserta didik. Ini merupakan tujuan yang penting dan tujuan yang dapat dicapai dengan classical conditioning.

c. Operant ConditioningDi dalam pembahasan kita tentang pandangan

para teoritisi behaviorisme tentang belajar, kita bergerak dari pasangan stimulus – respons yang sederhana yang menerapkan belajar fakta (contiguity) ke hubungan respons yang lebih

kompleks (classical conditioning). Kemudian kita menggunakan hubungan ini untuk menjelaskan reaksi fisik/emosional yang bebas terhadap kegiatan-kegiatan ruangan kelas dan kejadian-kejadian lain. Namun, sebagaimana Anda telah ketahui baik contiguity/pengaruh sederhana maupun classical conditioning tidak dapat menjelaskan fakta bahwa orang sering memulai perilakunya sendiri daripada hanya merespons stimulus dari luar dirinya. Dengan kata lain, orang “mengoperasikan” lingkungannya; gagasan ini merupakan sumber istilah Operant Conditioning.

Pembicaraan kita ini merujuk ke karya B. F. Skinner (1904-1990). Skinner menyatakan bahwa tindakan peserta didik dipengaruhi lebih banyak oleh konsekuensi perilaku daripada oleh tindakan yang mendahuluinya. Konsekuensi adalah hasil/respons yang terjadi setelah perilaku tertentu dan mempengaruhi perilaku yang akan datang. Misalnya, pujian guru setelah peserta didik dapat menjawab pertanyaan guru adalah konsekuensi. Operant conditioning adalah bentuk belajar di mana respons yang dapat diamati berubah dalam frekuensi atau jangka waktu tertentu sebagai akibat dari konsekuensi.

Operant conditioning dan classical conditioning sering dikacaukan. Untuk memperjelas hal tersebut perhatian perbandingan yang disebutkan pada halaman 220 buku Pau Eggan dan Don Kauchak. Pada halaman tersebut kita melihat bahwa belajar terjadi sebagai akibat dari pengalaman untuk keduanya tetapi jenis perilakunya berbeda dan perilaku serta stimulus terjadi dalam urutan yang berlawanan untuk keduanya.

Di dalam Operant Conditioning ada konsekuensi yang berbeda tentang perilaku. Konsekuensi perilaku ini dibagi dua, yaitu: (1) reinforcement, yaitu tindakan yang mendorong tindakan yang serupa akan terjadi dan ini dibagi dua: (a) Positive Reinforcement (menerima sesuatu yang akan mendorong perilaku, misalnya pujian guru kepada siswanya sehingga diharapkan mereka akan lebih bersemangat dalam belajar, (b) Negative Reinforcement (menghilangkan sesuatu yang akan mendorong perilaku, misalnya: anak nakal dikirim ke kantor kepala sekolah agar dia jera. (2) Punishment (hukuman), yaitu kejadian yang akan menyurutkan perilaku yang mirip akan terjadi dan hukuman ini dibagi dua: (a) Presentation Punishment : menerima sesuatu yang menyurutkan perilaku (misalnya: guru meletakkan jari di bibirnya sebagai pertanda agar peserta didik diam), (b) Removal Punishment: menghilangkan sesuatu yang menyurutkan perilaku (misalnya: anak nakal diberi PR banyak supaya dia tidak nakal lagi).

Dalam penjelasan tentang punishment Utami Munandar (2002) memberikan saran; pemberian hukuman seyogyanya dipertimbangkan adanya kemungkinan-kemungkinan dampak negatif dari hukuman tersebut yaitu;1. Pemberian hukuman tidak menunjang

perkembangan dan kendali diri pada anak,

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

7

Page 8: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

karena bisa jadi anak tidak belajar dari kesalahannya dan tidak belajar memikul tanggung jawab sendiri untuk mengendalikan diri.

2. Pemberian hukuman dapat memberikan model yang negatif, penerimaan suatu perilaku dapat diterima anak tergantung dari siapa yang melakukannya.

3. Pemberian hukuman dapat menimbulkan agresivitas jika seseorang disakiti, baik secara fisik atau mental maka ia akan memberontak.

4. Pemberian hukuman dapat menimbulkan aversi (menentang) terhadap orangtua atau terhadap sekolah dan belajar. Keuntungan dengan adanya penghukuman pada

anak didik antara lain dapat menghentikan dengan segera tingkah laku anak didik yang menyimpang, memberi petunjuk kepada anak didik mengenai tingkah laku yang dapat diterima. Keuntungan yang lainnya juga sebagai pengajaran bagi anak didik dengan kenyataan bahwa hukuman mampu mengurangi kemungkinan anak didik dan meniru tingkah laku tersebut. Keuntungan dengan adanya disiplin kelas adalah adanya pengendalian dan pengarahan orang dalam suatu kelas untuk menciptakan dan memelihara suatu suasana belajar mengajar yang efektif.

Kritik terhadap BehaviorismeSebagaimana teori yang lain, Behaviorisme memiliki pendukung maupun pengkritiknya. Para pengkritiknya mengatakan bahwa:a. Behaviorisme tidak efektif sebagai pemandu belajar,

pembelajaran yang didasarkan pada Behaviorisme menyarankan agar informasi dipecah-pecah menjadi item yang kecil-kecil yang memungkinkan peserta didik yang mempertunjukkan perilaku yang terobservasi yang dapat diperkuat. Misalnya, kita belajar menulis efektif dengan mempraktekkan menulis dalam konteks yang bermakna , bukan dengan merespons terhadap latihan seperti biasa yang diberikan guru.

b. Behaviorisme tidak menjelaskan fungsi urutan yang lebih tinggi seperti dalam bahasa. Misalnya, orang memiliki kosa kata yang sedikit harus mempelajari kalimat dengan kecepatan tinggi jika belajarnya didasarkan pada perilaku penguat khusus.

c. Adanya dampak Behaviorisme pada penguat motivasi instrinsik. Riset menyatakan bahwa menawarkan penguat untuk membangkitkan aktivitas dari motivasi internal dapat menurunkan minat dalam kegiatan itu.

d. Adanya pertimbangan posisi filosofis pada belajar dan mengajar. Dalam posisi filsafat sekolah berusaha untuk mempromosikan belajar demi belajar itu sendiri daripada belajar untuk mendapatkan hadiah. Para pengkritik Behaviorisme mengatakan bahwa sebetulnya Behaviorisme merupakan alat mengendalikan perilaku dan bukan cara untuk membantu peserta didik untuk belajar mengendalikan perilakunya sendiri.

Para pendukung teori belajar behaviorisme menyatakan bahwa pengalaman kita mempengaruhi cara kita berperilaku yang ini merupakan esensi dari Behaviorisme. Misalnya, semua guru mengatakan bahwa bantuan yang tulus dapat mendorong dan meningkatkan motivasi peserta didik dan cara peserta didik itu merasakan dirinya sendiri. Di samping itu, betapa banyak orang yang akan berhenti bekerja bila gajinya diberhentikan. Begitu juga penelitian menyatakan bahwa memberi penguatan yang tepat pada perilaku dalam kelas seperti memberikan perhatian dan memperlakukan siswa dengan baik akan menurunkan salah tingkah peserta didik. Akhirnya, para pendukungnya menyatakan bahwa jika penguat memperluas ketrampilan dalam belajar matematika, kemampuan matematika itu tidak hilang hanya gara-gara hilangnya pujian atau penguat yang lain.Karakteristik teori belajar behavioristik dapat dilihat sebagai berikut :a. Dalam cara belajar, para teoritisi behaviorisme

mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perilaku yang dapat diamati.

b. Dalam bagaimana interaksi di antara perilaku, lingkungan, dan faktor personal dideskripsikan. Behaviorisme menyarankan hubungan “satu jalur” antara lingkungan dan perilaku, yaitu lingkungan mempengaruhi perilaku.

c. Cara bagaimana penguat dan hukuman diinterpretasikan, para teoritisi Behaviorisme menyyampaikan bahwa penguatan dan hukuman merupakan konsep penting tetapi mereka menginterpresikan pengaruh konsep-konsep ini secara berbeda. Sebagaimana kita ketahui, para teoritisi behaviorisme memandang penguat dan pemberi hukuman sebagai penyebab langsung dari perilaku. Penguatan positif terjadi ketika kejadian-kejadian yang mengikuti perilaku suatu memperkuat frekuensi, durasi atau intensitas. Dengan demikian apa yang terjadi setelah pemberian suatu penguat, yang menentukan apakah itu positif. Apapun niat guru, jika perilaku yang diinginkan tidak meningkat, maka pahala itu kurang memotivasi. Guru dapat memberikan apa yang mereka anggap menjadi berbagai konsekuensi yang menyenangkan untuk bekerja baik, namun kuantitas dan kualitas pekerjaan yang tidak akan meningkatkan kecuali berbagi murid melihat guru dari keinginan dari hadiah yang ditawarkan. Memilih hadiah yang tepat dan sistem yang cocok untuk pengiriman mereka adalah aspek yang paling sulit dari modifikasi perilaku di dalam kelas.

Pandangan Supervisi PengajaranBerdasarkan pandangan psikologi tentang belajar

dan mengajar diatas, kemudian Glickman (I981) menggambarkan pandangan supervisi pengajaran menjadi 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan langsung (directive approach), pendekatan tidak langsung (non directive approach), pendekatan kolaboratif (collaborative approach). Pendekatan langsung adalah sebuah pendekatan supervisi, dimana dalam upaya peningkatan kemampuan guru peran kepala sekolah, pengawas dan pembina lainnya lebih besar

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

8

Page 9: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

daripada peran guru yang bersangkutan. Pendekatan tidak langsung adalah sebuah pendekatan supervisi, di mana dalam upaya peningkatan kemampuan guru peran kepala sekolah, pengawas, dan pembina lainnya lebih kecil daripada peran guru yang bersangkutan. Pendekatan kolaboratif adalah sebuah pendekatan supervisi, dimana dalam upaya peningkatan kemampuan guru peran kepala sekolah, pengawas dan p embina lainnya sama besarnya dengan peran guru yang bersangkutan. Sehingga Glickman (I981) menggambarkan sebagaimana pada tabel berikut :Tabel Pandangan Supervisi Pengajaran

(Sumber: Glickman, C.D., 1981. Development Supervision. Alexandria: ASCU).

Berdasarkan Tabel diatas diketahui, bahwa pada pandangan directive supervisi pengajaran, tanggung jawab guru rendah, sedangkan tanggung jawab supervisor tinggi. Pada pandangan sebaliknya, atau non directive, berlaku sebaliknya, di mana tanggung jawab guru tinggi sedangkan tanggung jawab siswa rendah. Sementara pada pandangan collaborative, tanggung jawab guru dan supervisor sama-sama sedang.

Pandangan directive supervisi pengajaran berangkat dari landasan psikologi behavioristik tentang belajar dan mengajar. Dalam pandangan psikologi behavioristik, belajar dilakukan dengan kontrol intrumental lingkungan. Dengan demikian, menurut pandangan ini, seseorang akan belajar dan berhasil belajarnya, jika dikondisikan dengan baik dalam lingkungan tertentu. Peserta didik yang berhasil belajar diberikan ganjaran (rewards) sementara yang gagal diberikan hukuman (punished). Pandangan behavioristik supervisi pengajaran, sebenarnya juga dikembangkan dari pandangan behavioristik tentang belajar. Jika tanggungjawab guru dalam mengembangkan dirinya sendiri sangat rendah, dibutuhkan keteterlibatan yang tinggi dari supervisor. Atau, dengan kata lain, tanggung jawab supervisor haruslah tinggi. Dengan demikian, guru akan dapat dikondisikan sedemikian, sehinga mereka dapat mengembangkan dirinya dengan baik

Prilaku supervisorDalam proses supervisi perilaku supervisor

menentukan keberhasilan dalam membantu mengembangkan guru. Menurut Glickman (1981), perilaku supervisor dalam proses supervisi pengajaran meliputi; (1) mendengarkan, (2) mengklarifikasi, (3) mendorong, (4) mengpresentasikan, (5) memecahkan masalah, (6) bernegosiasi, (7) mendemonstrasikan, (8) memastikan, (9) standarisasi, dan (10) menguatkan.

Mendapatkan (listening) berarti supervisor mendengarkan segala apa yang dikemukakan (kelemahan-kelemahan, kesulitan-kesulitan, dan masalah-masalah) oleh guru dalam mengelola proses

belajar mengajar. Mengklarifikasi (clarifying) berarti supervisor mempertegas apa yang dikemukakan oleh guru. Misalnya kepada guru supervisor bertanya apa yang kamu maksudkan dengan …. ?”. Murid mana yang kamu maksudkan ?” Mendorong (encounraging) berarti supervisor mendorong guru agar bersedia mengemukakan kembali, apabila dirasa belum jelas. Mempresentasikan (presenting) berarti supervisor mengemukakan persepsi dan pemikirannya terhadap apa saja yang dikemukakan persepsi dan pemikirannya terhadap apa saja yang dikemukakan oleh guru. Peran supervisor bersama guru memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru. Peran supervisor disini adalah “memancing” guru untuk memecahkan masalahnya sendiri. Bernegosiasi (negotiating) berarti supervisor membuat kesepakatan pembagian tugas bersama guru. Mendemonstrasikan performasi tertentu, sebagai contoh untuk diikuti guru. Memastikan (directing) berarti supervisor memastikan kepada guru yang seharusnya dilakukan oleh guru. Standarisasi (standardization) berarti bahwa supervisor mengadakan penyesuaian bentuk pengajaran bersama-sama dengan guru. Sedangkan menguatkan (renforcing) berarti supervisor menggambarkan kondisi-kondisi menguntungkan bagi pembinaan guru.Pandangan behavioristik supervisi pengajaran, sebenarnya juga dikembangkan dari pandangan behavioristik tentang belajar. Jika tanggungjawab guru dalam mengembangkan dirinya sendiri sangat rendah, dibutuhkan keteterlibatan yang tinggi dari supervisor. Atau, dengan kata lain, tanggung jawab supervisor haruslah tinggi. Dengan demikian, guru akan dapat dikondisikan sedemikian, sehinga mereka dapat mengembangkan dirinya dengan baik.

KesimpulanPandangan behavioristik supervisi pengajaran,

dikembangkan dari pandangan behavioristik tentang belajar. Jika tanggungjawab guru dalam mengembangkan dirinya sendiri sangat rendah, motivasi untuk berprestasi ada pada titik bawah, dan kondisi lingkungan belajar guru yang kurang kondusif, maka dibutuhkan keteterlibatan yang tinggi dari supervisor. Atau, dengan kata lain, tanggung jawab supervisor haruslah tinggi. Dengan demikian, guru akan dapat dikondisikan sedemikian, sehinga mereka dapat mengembangkan dirinya dengan baik.

Pengaruh (contiguity) membantu menjelaskan belajar fakta lewat pasangan stimulus dan respons yang diberikan oleh supervisor. Pengkondisian dan stimulus dilakukan untuk menghasilkan respons yang mirip dengan respons refleksif. Disini dibutuhkan juga reward and punisment yang jelas untuk menjamin reaksi emosional guru menjadi nyaman dalam menghadapi supervisor serta memunculkan respons suka rela yang dipengaruhi oleh konsekuensi. Pujian, pemberian nilai yang tinggi, dan nilai yang baik merupakan konsekuensi yang meningkatkan perilaku, sedangkan hukuman adalah konsekuensi yang diberikan untuk perbaikan kondisi dan prilaku berikutnya.

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

9

Views Of Supervion

Teacher Responsibiliy High Moderate Low

Supervisor Responsibiliy Low Moderate HighOrientation to

SupervisonNondirective Collaborative DIRECTIVE

Primary Method Self-assessment Mutual Contract Delineated Standards

Page 10: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Daftar Pustaka

Bafadhal. I, 2006. Pentingnya Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 1, Nomor 2, Malang: UM Press.

Burhanuddin, dkk, 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajara: Konsep, Pendeatan dan Penerapan Pembinaan Profesional. Malang. FIF UM.

Djamarah, Syaiful Bahri. dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Drost. 1998. Sekolah: Mengajar Atau Mendidik? Yogyakarta. Kanisius.

Egan, Paul dan Don Kauchak. 2004. Educational Psychology: Windows on Classroom.Pearson Prentice Hall: United Stated of America.

Glickman, C.D. 1981. Developmental Supervisiorr. Alexandria: ASCD.

Imron, A. 1994. Pembinaan Guru di Indonesia: dari Kawasan Konseptual Sampai Kawasan Subtantif. Malang: Jurusan AP FIP IKIP Malang.

Mulyani A. Nurhadi. 2009. Seminar Nasional “ Yang Terlupakan dari Peningkatan Kompetensi Guru (Makalah).

Rachman, Arif. 2002. Pendidikan dan Agama Akhlak bagi Anak dan Remaja. Jakarta. PT. Logos Wacana Ilmu.

Slavin, Robert E. 2006. Educational Physochology Theory and Practise. Pearson.

Sudiyono. 1988. Beberapa Hal Mengenai Administrasi Siswa, Klaten, Yayasan Aktivis.

Utami Munandar. 2002. Pendidikan dan Agama Akhlak bagi Anak dan Remaja. Jakarta. PT. Logos Wacana Ilmu.

Pengaruh Lokasi Usaha Dan Persaingan Terhadap Penjualan Nasi Boranan

Ratna Handayati *)*) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

ABSTRAKUsaha kecil bidang makanan kini menjadi pusat perhatian karena memberikan suatu kontribusi yang besar dalam perekonomian. Usaha kecil makanan khas sendiri dapat menjadi nilai jual yang tinggi sperti makanan khas yaitu nasi boranan dari lamongan. Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan lokasi usaha pada pedagang nasi boranan ini. Faktor-faktor tersebut berhubungan erat dengan pertimbangan dan perhitungan dari perkiraan laba atau keutungan yang akan didapatkan pada lokasi tersebut baik dari sudut konsumen maupun persaingan yang ada pada lokasi yang akan dipilih dan ditentukan.

Kata kunci:Lokasi Usaha,Persaingan,Penjualan Makanan Khas

I. PendahuluanPada era globalisasi saat ini perkembangan dunia

pariwisata di Indonesia semakin berkembang seiring laju perekonomian,perkembangan tersebut dapat memberikan keuntungan bagi negara yang mana sebagian keuntunagan tersebut didapat dari perkembangan pariwisata.Bidang pariwisata sendiri merupakan aset terbesar bagi negara untuk diperlakukannya suatu system manajemen yang produktif dari segala pihak agar dapat meningkatkan bidang pariwisata di Indonesia,Dengan adanya pekembangan pariwisata tersebut akan menimbulkan dorongan usaha bagi pedagang-pedagang usaha kecil yang ingin turut serta dalam kegiatan pariwisata terutama dalam bidang makanan dan minuman.

Perkembangan pariwisata di Indonesia ini sebagian besar keuntungannya didapat dari perkembangan sektor pariwisata terutama dalam bidang makanan dan minuman.Untuk itu banyak sekali pengusaha baik pengusaha kacil,menengah atau besar yang berkecimpung dalam dunia usaha terutama dunia usaha makanan dan minuman.Karena bidang usaha makanan dan minuman merupakan suatu kesatuan yang sangat penting yang dapat menunjang kegiatan kepariwisataan.

Selain itu perkembangan pariwisata Indonesia di bidang makanan dan minuman tidak terlepas dari para pedagang-pedagang usaha kecil guna memajukan dunia pariwisata.Para pedagang usaha kecil terutama bidang makanan dan minuman biasanya menghasilkan cinderamata atau makanan khas daerah tersebut.Makanan khas tersebut biasanya dijual kepada pendatang maupun turis manca negara yang datang mengunjungi tempat wisata tersebut.para pedagang-pedagang tersebut merupakan suatu usaha kecil yang sangat dibutuhkan keberadaannya dalam dunia usaha pariwisata.

Usaha kecil ini menjadi pusat perhatian karena memberikan suatu kontribusi yang besar dalam perekonomian Negara.usaha kecil makanan khas sendiri terdiri dari makanan yang masih dengan rasa aslinya sampai dengan diberi inovasi-inovasi dan kombinasi yang unik yang dapat menjadi nilai jual yang tinggi.

Warisan nusantara dari nenek moyang kita berupa jenis makanan tradisional atau daerah merupakan kekayaan yang perlu diperhatikan keberadaanya,terlebih dengan tergesernya makanan tradisional dengan menu makanan baru dari luar negeri,oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk menggali dan mempertahankan dengan berbagai daya dan upaya,agar makanan tradisional mampu bertahan dari serbuan

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

10

Page 11: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

makanan asing,terlebih apabila masakan tradisional akan dijadikan khasanah identitas suatu bangsa.

Untuk itulah Saat ini telah banyak kita jumpai makanan khas yang menjadi makanan icon dari suatu kota atau daerah maupun negara yang mana sekarang dikembangkan menjadi bisnis Franchise/Waralaba dengan tampilan baru, unik dan tentunya sangat menarik. Ada juga yang memang hanya diperdagangkan di suatu wilayah daerah tersebut, Mengapa demikian? Hal ini bertujuan untuk menjaga cita rasa khas dari suatu daerah tersebut.serta untuk menarik para wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut dan tentunya menjaga warisan budaya nenek moyang kita

II. Kajian PustakaMakanan memiliki nilai strategis pada

kehidupan sebagian besar masyarakat dunia,hampir semua aktifitas manusia dikaitkan dengan budaya makan,dari prosesi adat istiadat hingga kegiatan bisnis tidak dapat dipisahkan dengan budaya makan,dalam kenyataan ada keterbatasan makanan daerah untuk berkembang dan menembus pasar domestik,beberapa penyebabnya adalah antara lain prosedur pembuatan yang rumit,bahan baku khusus yang tidak mudah didapat di luar daerah asal atau adanya perbedaan selera.(Marwanti,2000)

Hal tersbut tak ubahnya dengan makanan khas yang berasal dari kota Lamongan, mulai dari soto, tahu campur, wingko babat sampai nasi boran, semua makanan tersebut dapat kita jumpai di Lamongan, bahkan di luar Lamongan juga tersedia karena untuk memenuhi permintaan konsumen, khusus untuk nasi boran kita tidak bisa dijumpai di luar kota Lamongan. Nasi berbumbu ini mempunyai cita rasa yang unik, yang terdiri dari nasi bumbu merah pedas menyerupai bumbu bali namun apabila dirasakan sangat berbeda, dan nasi yang ditempakan di wadah besar. tebuat dari bambu yang dinamakan boran. kebanyakan penikmat nasi ini memakannya ditempat para penjual biasanya mangkal, banyak sekali kita bisa menjumpai penjual nasi boranan di pinggir jalan, mereka para penjual tak perlu menentukan tempat maupun lokasi khusus untuk berjualan hanya bermodalkan tikar, tempat duduk si penjual, dengan nasi plus bumbu borannya. mereka bisa berjualan di mana saja, asalkan lokasinya strategis,dan banyak pengunjung, mencari nasi ini di Lamongan sangat mudah. di tempat-tempat umum yang relatif ramai seperti stasiun, rumah sakit, alun-alun maupun perempatan jalan bisa ditemui penjaja nasi boran. biasanya mereka akan bergerombol tiga atau empat penjual. di beberapa lokasi di perkotaan Lamongan.

Suatu lokasi merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan usaha yang di indikasikan melalui volume penjualan yang berhasil di capai atau diperoleh. Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan lokasi usaha. Faktor-faktor tersebut berhubungan erat dengan pertimbangan dan perhitungan dari perkiraan laba atau keutungan yang akan didapatkan pada lokasi tersebut baik dari sudut konsumen maupun persaiangan yang ada pada lokasi yang akan dipilih dan ditentukan.

Menurut Basu Swastha (2005:25) menjelaskan bahwa “membuat barang yang baik saja tidak cukup menjamin berhasilnya pemasaran,ada beberapa pendukung lain seperti Faktor kemudahan dijangkau konsumen berhubungan pada seberapa cepat seorang konsumen dapat menemukan lokasi usaha tersebut. Semakin susah konsumen mencari lokasi usaha maka kemungkinan terjadi teransaksi pembelian menjadi semakin kecil pula, selain itu situasi yang ada juga memberikan pengaruh pada pembeli, jika pembeli merasa nyaman dan aman berada di lokasi usaha pembeli akan semakin sering mengujungi usaha tersebut.

Faktor lokasi yang berhubungan dengan tingkat persaingan antara sesama pelaku usaha. Semakin banyak usaha dengan produk yang sama.pada lokasi tersebut semakin tinggi pesaingan yang ada biaya yang dikeluarkan untuk menempati lokasi juga berhubungan dengan keberhasilan usaha. jika biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha lebih besar dibandingkan dengan volume penjualan yang didapatkan pelaku usaha maka usaha tersebut bisa dikatakan rugi.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh Alma Buchari (2004;132) bahwa peningkatan volume penjualan menandakan kebutuhan masyarakat akan produk semaklin meningkat ,dan hal ini menandakan bahwa produk tersebut harus memiliki Value added (nilai tambah) dihadapan konsumen.

Nasi boranan atau sego boranan,adalah makanan tradisional dan khas Lamongan, Jawa Timur. Nasi boranan belum banyak dikenal di luar Lamongan karena memang hanya dijual di Lamongan. Nasi ini disajikan biasa dijajakan secara lesehan di sekitar kawasan pasar-pasar kota di Kabupaten Lamongan (Wikipedia Bahasa Indonesia) hidangan yang lezat, lengkap dengan sayur dan lauk-pauknya, serta sambal yang menggugah selera, tentu setiap kita pasti menginginkannya. Apalagi jika ditambah dengan keramahan si penjual serta suasana lingkungan sekitar yang bersih dan asri. Akan semakin menambah kenikmatan menyantap hidangan sedap nan lezat, dan bergizi.

Itulah gambaran sekilas Nasi Boranan. Salah satu masakan khas Kota Lamongan yang dapat dijumpai hampir selama 24 jam tanpa henti. Masakan ini terdiri dari nasi putih atau nasi jagung, berbagai macam lauk-pauk seperti; ayam goreng, udang, tempe, tahu, telur asin, telur ceplok, uretan(bakal calon telur), ikan bandeng, ikan kutuk, dan ikan sili yang dicampur dalam sambal kuah yang pedas-asam, urapan sayur, gimbal goreng, dan tak lupa ditambahkan peyek kacang atau peyek ikan teri.

Istilah Nasi Boranan sendiri, diambil dari wadah nasi yang disebut Boranan, yaitu semacam keranjang yang terbuat dari bambu berbentuk lingkaran di bagian atas dan persegi di bagian bawah dengan keempat penyangga di setiap sudutnya. Dengan bentuk yang hampir sama, masyarakat sekitar Kota Lamongan juga menggunakan keranjang jenis ini untuk berbagai keperluan, seperti untuk mengangkut dan menyimpan berbagai komoditas hasil pertanian serta di beberapa tempat ditemukan juga sebagai alat pemindah air dari satu petak sawah ke petak kolam lainnya.

Banyak diantara kita yang mengira bahwa keunikan dari jenis masakan ini terdapat pada nasi-nya.

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

11

Page 12: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Padahal nilai khas yang sebenarnya dari Nasi Boranan ialah terletak pada resep sambalnya. Ada dua jenis sambal yang digunakan disini, yaitu sambal kuah dan sambal urap. Pada pembuatan sambal kuah, bahan-bahan yang digunakan berupa cabe merah dan cabe rawit yang direbus, bawang merah dan bawang putih yang di goreng, parutan kelapa, sedikit beras mentah yang telah direndam beberapa saat sebagai pengental, serta lengkuas, jahe, terasi, garam, dan jeruk purut.

Pada pembuatan sambal urap, bahan-bahan yang digunakan ialah bawang merah, bawang putih, garam, cabe merah, penyedap rasa, dan parutan kelapa. yang unik pada pembuatan sambal ini ialah cara mematangkannya. Pada umumnya, sambal urap dimatangkan dengan cara dikukus atau dibiarkan segar begitu saja.akan tetapi disini untuk memanaskan sambal urap digunakan kreweng yaitu semacam tanah liat persegi yang dibakar sehingga menghasilkan sensasi rasa asap yang khas Nasi Boranan.

Selain terletak pada sambalnya, kekhasan Nasi Boranan juga terletak pada lauk-pauknya. Ada tiga macam lauk yang menjadi ciri khas Nasi Boranan, yaitu ikan Bandeng, ikan Kutuk, dan ikan Sili. dari ketiga jenis ikan ini, hanya ikan bandeng yang dibudidayakan oleh warga, sedangkan lainnya yaitu ikan kutuk dan ikan sili, biasanya hidup liar di rawa-rawa atau sungai sehingga harganya paling mahal diantara jenis lauk lainnya. Sebagai pelengkap, biasanya penjual Nasi Boranan menambahkan peyek kacang atau ikan teri, serta gimbal goreng yaitu adonan tepung murni berbumbu yang didiamkan (fermentasi) beberapa saat sehingga setelah digoreng rasanya agak masam.

Dari semua itu, lalu apa yang menjadikan Nasi Boranan identik dengan sajian rijsttafel ala Eropa? Istilah rijsttafel alias rice table sendiri sudah muncul sejak zaman kolonial Belanda menguasai Indonesia pada periode akhir, yaitu sekitar tahun 1900 M. Pada saat itu, orang Belanda melihat cara bersantap orang pribumi yang selalu makan bersama mengelilingi meja besar yang berisi nasi putih lengkap dengan beragam jenis lauk-pauknya. Melihat suasana makan yang begitu menyenangkan tanpa ada waktu tunggu sebagaimana kebiasaan makan orang Eropa yang berdasarkan giliran, membuat orang Belanda tertarik untuk meniru cara bersantap keluarga pribumi. Hanya saja mereka tetap menggunakan sendok-pisau-garpu, tidak seperti orang pribumi yang biasa menyantap dengan jari tangan dan duduk lesehan.

Untuk resep bumbunya, sajian rijsttafel tidak berbeda jauh dengan resep masakan pribumi yang kaya akan rempah, seperti jahe, merica, jintan, pala, ketumbar, cengkih, kunyit, dan lengkuas. Hanya saja yang perlu dikurangi ialah rasa pedas dari cabe, sehingga makanan yang dihasilkan tetap sesuai dengan selera orang Eropa.

Ciri khas dari sajian rijsttafel ialah terletak pada variasi dan jumlah masakannya. Saat pertama kali populer, jumlah sajian rijsttafel bahkan bisa mencapai 35 jenis sajian termasuk dengan nasi putih. Tentu tidak semua jenis sajian tersebut harus disantap. Biasanya semakin dihormati tamu yang datang, maka jumlah sajian akan semakin banyak. Selain itu, dalam tata-cara menghidangkan sajian rijsttafel, biasanya dihidangkan

oleh para pramausaji pria (dalam perkembangannya, dilibatkan juga pramusaji wanita yang berpakaian kebaya dengan warna mencolok) yang berjumlah sesuai dengan jumlah masakannya

Secara umum, sajian menu rijsttafel terdiri dari makanan pembuka, menu utama, dan hidangan penutup. Ada juga yang hanya terdiri dari menu utama dan hidangan penutup. Untuk sajian pembuka, biasanya dipilih sajian yang ringan seperti sup panas, soto berkuah bening, atau lumpia. Untuk menu utama, dipilih nasi putih dengan lauk-pauk yang terdiri atas daging; baik daging ayam, sapi, maupun kambing, ikan, atau udang. Adapun sajian penutupnya bias berupa jajanan pasar tradisional, buah-buahan, atau beragam minuman.

Dari keterangan diatas, dapat kita bandingkan antara sajian Nasi Boranan dengan sajian Rijsttafel ala Eropa, maka dapat dilihat adanya persamaan di satu sisi dan juga perbedaan di sisi yang lain. Hal ini sangat wajar, mengingat munculnya Nasi Boranan baru sekitar 30-an tahun yang lalu. Hal ini menunjukan bahwa dari sisi sejarah, munculnya Nasi Boranan sangat jauh dibelakang setelah masa popularitas sajian rijsttafel ala Eropa.

Selain itu, dari sisi penikmat dapat pula dibandingkan; bahwa penikmat sajian rijsttafel zaman dulu merupakan orang-orang Belanda pemilik perkebunan sehingga suasanaglamour dan mewah sangat terasa pada saat menikmati sajian rijsttafel. Hal ini ditunjukan oleh sangat banyaknya jumlah hidangan yang disajikan oleh para pramusaji disertai dengan iringan musik tradisional Indonesia. Sedangkan saat ini, para penikmat setia Nasi Boranan di Kota Lamongan, sebagian besar ialah tukang ojek atau tukang becak, serta para pemuda dan warga masyarakat kelas menengah ke-bawah pada umumnya. Cara menikmatinya-pun cukup sederhana saja, yaitu dengan jari tangan dan duduk ber-lesehan tanpa menggunakan sendok-garpu apalagi pisau.

Barangkali kalau ingin menyepadankan sajian rijsttafel dengan sajian Indonesia saat ini, lebih mirip dengan sajian ala prasmanan yang banyak disuguhkan sewaktu ada hajatan atau dapat pula ditemui di hotel-hotel dan restoran. Namun demikian, sajian khas Kota Lamongan berupa Nasi Boranan ini, sungguh sangat kaya akan cita-rasa dan variasi jenis lauk-pauknya. Bahkan jika hitung jumlah lauknya, rata-rata setiap penjual Nasi Boranan membawa sekitar 10-13 jenis lauk-pauk. Jumlah ini sama banyaknya dengan jumlah sajian rijsttafel generasi berikutnya pada saat Belanda telah meninggalkan bumi Indonesia atau pasca Perang Dunia II.

Saat ini penjual Nasi Boranan hanya bisa kita dapatkan di Kota Lamongan. Di tempat lain belum bisa kita temukan adanya penjaja Nasi Boranan yang siap selama 24 jam. Di Kota Lamongan-nya sendiri hanya terdapat pada titik-titik tertentu saja, yaitu di seputar alun-alun kota, di pasar kota lama depan stasiun, dan di sepanjang Jln. Basuki Rahmat. Untuk harga untuk satu porsi-nya sangat bervariasi, tergantung jenis dan jumlah lauk yang dipilih, yaitu berkisar antara Rp 4000, 00 – Rp 10.000,00. Dengan kisaran harga tersebut, menjadikan Nasi Boranan dapat dinikmati oleh semua kalangan.

Melihat itu semua, sebenarnya perkembangan kedepan untuk mengembangkan Nasi Boranan ini cukup

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

12

Page 13: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

cerah. Namun sampai saat ini sentra pembuatan Nasi Boranan ini masih didominasi oleh empat dusun di Kecamatan Kota Lamongan yaitu; Dusun Kaotan, Sawu, Sidorukun, dan Karangmulyo. Padahal potensi untuk dikembangkannya jenis masakan ini cukup prospektif. Masyarakat Lamongan secara umum, terutama yang berada di perantauan, dapat memasarkan Nasi Boranan ini di luar Kota Lamongan. Bahkan dalam skala industri dapat dikembangkan pula Sambal Boranan khas Lamongan. Hal ini tentunya akan semakin memperkuat imageKabupaten Lamongan sebagai kota lezatnya masakan (delicious city), selain telah dikenal sebagai Kota Soto, Wingko, dan Tahu Campur.III. Metodologi Penelitian

Penelitian adalah kuantitatif termasuk survey yang mengambil satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. Populasi adalah wilayah generalisai yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karaktristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2011:72), dalam hal ini yang akan dijadikan populasi dari penelitian ini adalah 22 pedagang nasi boranan (sumber:Dinas Koperindag Lamongan) yang tersebar didua lokasi yang telah mendapat ijin dari pemerintah setempat.

Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara sampel acak sederhana (simple random sampling) yaitu metode guna memilih sampel dari populasi dimana setiap unsur didalam populasi selalu memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih (Dajan 2000:24)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:1. Kuesioner :merupakan metode pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan tertulis yang disusun secara terstruktur kepada responden yang dijawab.(Sugiyono,2011:135)

2. Wawancara :Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti apabila ingin melakukan studi pendahuluan baik dengan aparat instansi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti maupun dengan responden agar mendapat data yang mendalam dan akurat.(Sugiyono,2011:130).

IV. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan uraian hasil penelitian dan

pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian tentang pengaruh lokasi usaha dan persaingan terhadap penjualan adalah lokasi usaha dan persaingan usaha terhadap realisasi penjualan positif dan signifikan dan lokasi usaha lebih dominan pengaruhnya terhadap realisasi penjualan.Dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengaruh yang signifikan antara faktor lokasi usaha terhadap realisai penjualan yang didapatkan maka merupakan suatu tindakan yang bijaksana jika para pedagang nasi

boranan mempertimbangkannya, baik bagi calon pedagang, pedagang baru dan lama sekalipun dalam menentukan lokasi usaha terutama lokasi usaha yang terletak di pusat kota. Tingginya kepadatan pedagang nasi boranan mengakibatkan pemilihan lokasi yang tidak teratur dan kurang strategis,oleh sebab itu bagi pegelola usaha maupun pemerintah hendaknya merumuskan kebijakan yang sinergis antara pihak-pihak yang terlibat sehingga dapat mengakomodasi semua keluhan yang ada. Predikat makanan khas yang telah melekat pada nasi boranan yang terus dipertahankan oleh pemerintah,harapan kedepannya dapat menarik wisatawan dari berbagai daerah,untuk itulah adanya tata letak lokasi yang teratur dan strategis sangat diperlukan untuk citra pengembangan daerah wisata Lamongan. Untuk faktor lokasi usaha terhadap realisai penjualan,pertimbangan seperti inilah yang sangat dibutuhkan oleh semua pedagang nasi boranan,agar nantinya dapat memaksimalkan penjualan. Lokasi yang strategis dan persaingan yang sedikit diharapkan menjadi pilihan utama bagi pedagang nasi boranan untuk peningkatan penjualan.

DAFTAR RUJUKAN

Alma,Buchari,2004.Manajemen Pemasaran dan pemasaran jasa.Bandung.Alfabeta.

Asri,Marwan.2001.Marketing.Yogyakarta:UPP-AMP YKPN.

Arikunto,S.2010.ProsedurPenelitian(SuatuPendekatanPrektek)Jakarta: PT.Rineka Rineka Cipta.

Dajan,Anto.2000,Pengantar Metode Statistik jilid II.Jakarta:LP3ES.

Djarwanto,Ps & Pangestu Subagyo.2000.Statistik Induktif. Yogyakarta:BPFE.

Dinas KOPERINDAG LamonganHttp:www.Wikipedia.Bahasa Indonesia-Lamongan  H ttp://id.wikipedia.org/wiki/Nasi_Boranan Kotler,Philip.2007.Manajemen Pemasaran Jilid

II.Jakarta:Prenhalindo.Nazir,Moh.2009.Metode Penelitian.Jakarta : Ghaila

Indonesia.Stanton,J,William.2001.Prinsip Pemasaran jilid

II..Jakarta:Erlangga.Sugiyono.2011.Metode Penelitian Bisnis.

Bandung:CV.Alfabeta.Swasta,basu dan Irawan.2005.Manajemen Pemasaran

Modern.Yogyakarta:LibertyThoyib,Usman.2000. Manajemen Pedagang Eceran.

Yogyakarta: ekonisiaTjiptono,Fandi.2002.Strategi Pemasaran. Yogyakarta:

Andi OffsetYazid,2001. Pemasaran Jasa, Konsep dan

Implementasi, Yogyakarta : Ekonosia

Berikut daftar nama PKL nasi boranan di dua lokasi yang telah mendapat izin dari dinas perdagangan lamongan.

Tabel 1PKL NASI BORANAN SELATAN KANTOR PEMDA LAMONGAN

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

13

Page 14: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

NO NAMA USAHA/PEMILIK ALAMAT PEMILIK JENIS DAGANGAN

KET

1. “SUTIK” (Sutik) Sawu,RT.1/2 Ds.Sumberrejo Kec Lamongan

Nasi boranan

2. “DIMI” (Dimi) Sawu,RT.1/2 Ds.Sumberrejo Kec Lamongan

Nasi boranan

3. “SULARNI” (Sularni) Kaotan RT.1/1 Ds.Sumberrejo Kec.Lamongan

Nasi boranan Melahirkan

4. “MARIYATUL KIPTIYAH” (Mariyatul Kiptiyah)

Sawu,RT.1/2 Ds.Sumberrejo Kec Lamongan

Nasi boranan

5. “MARNING”(Marning)

Sawu,RT.1/2 Ds.Sumberrejo Kec Lamongan

Nasi boranan

6. “SUKIRAH”(Sukirah) Sawu,RT.1/2 Ds.Sumberrejo Kec Lamongan

Nasi boranan

7. “GENDUK” (Genduk) Sawu,RT.1/2 Ds.Sumberrejo Kec Lamongan

Nasi boranan

8. “SUHARTI” (Suharti) Sawu,RT.1/2 Ds.Sumberrejo Kec Lamongan

Nasi boranan

Tabel 2PKL NASI BORANAN PASAR LAMONG RAYA/LAMONGAN PLAZA

NO NAMA USAHA/PEMILIK ALAMAT PEMILIK JENIS DAGANGAN KET1. “KONAH” (Konah) Dsn.Kaotan,Ds.Sumberrej

o Nasi boranan

2. “YATIN” (Yatin) Sidorukun RT.1/3 Kel.Sidoharjo

Nasi boranan

3. “SITI FATIMAH” (Siti Fatimah)

Sidorukun,Kel.Sidoharjo Nasi boranan

4. “TUTIK SRI RAHAYU” (Tutik Sri Rahayu)

Sawu,RT.3/2 Ds.Sumberrejo Kec Lamongan

Nasi boranan

5. “SRI’AH”(Sri’ah)

Sidorukun RT.1/3 Kel.Sidoharjo

Nasi boranan

6. “KARTINI”(Kartini) Kaotan No.137 RT.1/1,Ds.Sumberrejo

Nasi boranan

7. “MARNING” (Marning) Sawu,RT.3/2 Ds.Sumberrejo Kec Lamongan

Nasi boranan

8. “WARSEH” (Warseh) Sidorukun,Kel.Sidoharjo Nasi boranan9. “IPAH” (Ipah) Sidorukun,Kel.Sidoharjo Nasi boranan10. “TARWI” (Tarwi) Sidorukun,Kel.Sidoharjo Nasi boranan11. “SARTI”(Sarti) Sidorukun RT.1/3

Kel.SidoharjoNasi boranan

12. “GIMAH”(Gimah) Sidorukun RT.1/3 Kel.Sidoharjo

Nasi boranan

13. “WATI”(Wati) Sidorukun,Kel.Sidoharjo Nasi boranan14. “SUTRI”(Sutri) Sidorukun RT.1/3

Kel.SidoharjoNasi boranan

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

14

Page 15: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Merenungkan Kembali Tradisionalisme Pendidikan Pesantren

Tsalits Fahami*)

*)Dosen FKIP Unisla Lamongan

AbstrakPendidikan sebagai penggagas di area kebudayaan (culture area), berproses merambah dua substansi pokok kultural, yaitu sebagai proses memanusiakan dirinya dan upaya mewujudkan kemansiaann dunia sekitarnya. “man humanizes himself in humanizing the world around him” (J.W.M. Bakker, SJ; 2000: 22). Kenyataan ini nampaknya amat begitu diinsafi oleh para designer awal dan founding fathers bangsa ini, hingga kemudian cita-cita yang megkristal dalam tujuan pendidikan nasional (Mukaddimah UUD '45) kita, terarah kepengertian seperti itu.Salah satu model pendidikan yang ada dan banyak berjasa dalam konstruksi keIndonesiaan ada pendidikan model pesantren.

Keyword : Tradisionalisme, pendidikan pesantren

I. PendahuluanDalam prakteknya, pengejawantahan cita-cita

pendidikan nasional, nampaknya tidak harus melulu ditempuh melalui jalur formal secara berjenjang (hierarchies), yang dilaksanakan mulai dari Pendidikan Pra-Sekolah (PP. No. 27 Tahun 1990), Pendidikan Sekolah Dasar (PP. No. 28 Tahun 1990), Pendidikan Sekolah Menengah (PP. No. 29 Tahun 1990) dan Pendidikan Perguruan Tinggi (PP. No. 30 Tahun 1990), akan tetapi juga mengabsahkan pelaksanaan pendidikan secara non-formal dan in-formal (pendidikan luar sekolah) (UU Sisdiknas, 2003). Artikulasi pendidikan terakhir ini, basisnya diperkuat mulai dari pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat dan lembaga-lembaga pendidikan swasta.

Paralel dengan pelaksanaan pendidikan luar sekolah dalam pelbagai bentuk dan ragamnya, terdapat satu institusi pendidikan yang telah mengakar lama dalam sejarah pendidikan di Indonesia, yaitu terutama pendidikan Islam yang diselenggarakan di pesantren-pesantren (Islamic boarding school). Sebagai institusi pendidikan Islam tradisional, pesantren sudah sejak lama

survive dalam sejarah perkembangan pendidikan Indonesia. Ia telah terbukti banyak memberi sumbangan bagi upaya mewujudkan idealisme pendidikan nasional, yang bukan sekedar hanya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (human resource) pada aspek penguasaan sains dan tekhnologi an sich, melainkan juga lebih concern dalam mencetak warga negara Indonesia yang memiliki ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terutama dalam memupuk generasi yang bermoral baik (akhlaq al-karimah).

II. Kajian TeoriPraktek Pendidikan di Pesantren Indegenousitas

pesantren kontras berbeda dengan praktek pendidikan pada intitusi pendidikan lainnya, sehingga dinamika sekaligus problematika yang muncul kemudian, juga menampilkan watak yang khas dan eksotik. Di era globalisasi sekarang ini, Alfin Toffler membayangkan akan terciptanya 'masyarakat informasi' (the informasional society) yang sulit untuk dihindari oleh negara manapun di permukaan bumi ini, termasuk Indonesia. Sehingga, fenomena globalisasi yang begitu

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

15

Page 16: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

cepat mengalami akselerasi dalam pelbagai aspek, sebagai konsekuensi logis dari penerapan high-tech (tekhnologi tinggi), menyebabkan bangsa Indonesia tergiring pada pola interaksi yang amat cepat dan massif dengan negara-negara lain di dunia. Dalam fase masyarakat informasi inilah, pesantren semakin menghadapi tantangan yang tidak ringan dan lebih kompleks ketimbang periode waktu sebelumnya.

Di tengah pergulatan masyarakat informasional, pesantren 'dipaksa' memasuki ruang kontestasi dengan institusi pendidikan lainnya, terlebih dengan sangat maraknya pendidikan berlabel luar negeri yang menambah semakin ketatnya persaingan mutu out-put (keluaran) pendidikan. Kompetisi yang kian ketat itu, memosisikan institusi pesantren untuk mempertaruhkan kualitas out-put pendidikannya agar tetap unggul dan menjadi pilihan masyarakat, terutama umat Islam. Ini mengindikasikan, bahwa pesantren perlu banyak melakukan pembenahan internal dan inovasi baru agar tetap mampu meningkatkan mutu pendidikannya.

Persoalan ini tentu saja berkorelasi positif dengan konteks pengajaran di pesantren. Di mana, secara tidak langsung mengharuskan adanya pembaharuan (modernisasi)-kalau boleh dikatakan demikian-dalam pelbagai aspek pendidikan di dunia pesantren. Sebut saja misalnya mengenai kurikulum, sarana-prasarana, tenaga kependidikan (pegawai administrasi), guru, manajemen (pengelolaan), sistem evaluasi dan aspek-aspek lainnya dalam penyelenggaraan pendidikan di pesantren. Jika aspek-aspek pendidikan seperti ini tidak mendapatkan perhatian yang proporsional untuk segera dimodernisasi, atau minimalnya disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat (social needs and demand), tentu akan mengancam survival pesantren di masa depan. Masyarakat (baca: kaum muslimin Indonesia) akan semakin tidak tertarik dan lambat laun akan meninggalkan pendidikan 'ala pesantren, kemudian lebih memilih institusi pendidikan yang lebih menjamin kualitas output-nya. Pada taraf ini, pesantren berhadap-hadapan dengan dilema antara tradisi dan modernitas. Ketika pesantren tidak mau beranjak ke modernitas, dan hanya berkutat dan mempertahankan otentisitas tradisi pengajarannya yang khas tradisional, dengan pengajaran yang melulu bermuatan al-Qur'an dan al-Hadis serta kitab-kitab klasiknya (Karel Steenbrink, 1994, 167), tanpa adanya pembaharuan metodologis, maka selama itu pula pesantren harus siap ditinggalkan oleh masyarakat. Pengajaran Islam tradisional dengan muatan-muatan yang telah disebutkan di muka, tentu saja harus lebih dikembangkan agar penguasaan materi keagamaan anak didik (baca: santri) bisa lebih maksimal, di samping juga perlu memasukkan materi-materi pengetahuan non-agama dalam proses pengajaran di pesantren.

Dengan begitu, pengembangan pesantren tidak saja dilakukan dengan cara memasukkan pengetahuan non-agama, melainkan agar lebih efektif dan signifikan, praktek pengajaran harus menerapkan metodologi yang lebih baru dan modern. Sebab, ketika didaktik-metodik yang diterapkan masih berkutat pada cara-cara lama yang ketinggalan zaman alias "kuno", maka selama itu pula pesantren sulit untuk berkompetisi dengan institusi

pendidikan lainnya! Persoalannya, betulkah semua yang berwatak lama itu kurang baik?

III. Pembahasan Memahami Watak Tradisionalisme Pesantren

Persoalan ini tentunya harus dikembalikan pada proporsinya yang pas. Sebab, watak tradisional yang inherent di tubuh pesantren seringkali masih disalahpahami, dan ditempatkan bukan pada proporsinya yang tepat. Tradisionalisme yang melekat dan terbangun lama di kalangan pesantren, sejak awal minimal ditampilkan oleh dua wajah yang berbeda. Oleh karena itu, penyebutan tradisional tentu harus ditujukan pada aspek yang spesifik, tidak asal gebuk rata. Tradisionalisme pesantren di satu sisi melekat pada aras keagamaan (baca: Islam). Bentuk tradisionalisme ini merupakan satu sistem ajaran yang berakar dari perkawinan konspiratif antara teologi skolastisisme As'ariyah dan Maturidiyah dengan ajaran-ajaran tasawuf (mistisisme Islam) yang telah lama mewarnai corak ke-Islam-an di Indonesia (Abdurrahman Wahid, 1997).

Selaras dengan pemahaman ini, terminologi yang akarnya ditemukan dari kata 'adat (bahasa Arab) ini, merupakan praktek keagamaan lokal yang diwariskan umat Islam Indonesia generasi pertama. Di sini Islam berbaur dengan sistem adat dan kebiasaan lokal, sehingga melahirkan watak ke-Islaman yang khas Indonesia (Martin van Bruinessen, 1997, 140)

Sementara tradisional dalam pengertian lainnya, bisa dilihat dari sisi metodologi pengajaran (pendidikan) yang diterapkan dunia pesantren (baca: salafiyah). Penyebutan tradisional dalam konteks praktek pengajaran di pesantren, didasarkan pada sistem pengajarannya yang monologis, bukannya dialogis-emansipatoris, yaitu sistem doktrinasi sang Kiyai kepada santrinya dan metodologi pengajarannya masih bersifat klasik, seperti sistem bandongan, pasaran, sorogan dan sejenisnya. Lepas dari persoalan itu, karakter tradisional yang melekat dalam dunia pesantren (sesungguhnya) tidak selamanya buruk. Asumsi ini sebetulnya relevan dengan prinsip ushul fiqh, "al-Muhafadhah 'ala al- Qodimi as-Shalih wa al-Akhdu bi al-Jadid al-Ashlah" (memelihara [mempertahankan] tradisi yang baik, dan mengambil sesuatu yang baru (modernitas) yang lebih baik). Artinya, tradisionalisme dalam konteks didaktik-metodik yang telah lama diterapkan di pesantren, tidak perlu ditinggalkan begitu saja, hanya saja perlu disinergikan dengan modernitas.

Hal ini dilakukan karena masyarakat secara praktis-pragmatis semakin membutuhkan adanya penguasaan sains dan tekhnologi. Oleh Karena itu, mensinergikan tradisionalisme pesantren dengan modernitas dalam konteks praktek pengajaran, merupakan pilihan sejarah (historical choice) yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab, jika tidak demikian, eksistensi pesantren akan semakin sulit bertahan di tengah era informasi dan pentas globalisasi yang kian kompetitif.

KesimpulanDi antara problem yang sering dijumpai dalam

praktek pendidikan di pesantren, terutama yang masih

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

16

Page 17: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

bercorak salaf, adalah persoalan efektivitas metodologi pengajaran. Di sinilah perlunya dilakukan penyelarasan tradisi dan modernitas di tengah dunia pesantren. Dalam hal ini, memang diperlukan adanya pembaharuan di pesantren, terutama mengenai metodologi pengajarannya, namun pembaharuan ini tidak harus meninggalkan praktek pengajaran lama (tradisional), karena memang di sinilah karakter khas dan indegenousitas pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Justru yang perlu dilakukan adalah, adanya konvigurasi sistemik dan kultural antara metodologi tradisional dengan metodologi konvensional-modern. Dengan demikian, penerapan metodologi pengajaran modern dan pembangunan kultur belajar yang dialogis-emansipatoris, bisa seirama dengan watak asli dari kultur pesantren.

Daftar Pustaka

Ahmad Sjalabi, 1973, Sedjarah Pendidikan Islam, Djakarta : Bulan Bintang

Ali As’ad. 1978, Ta’limul Muta’alim, Kudus : MenaraCrow and Crow. 1994, Pengantar Ilmu Pendidikan,

Yogya : Rake SarasinFr. Wahono N. 2000, Teologi Pembebasan, Yogya :

LKiSImam Machali. 2004, Pendidikan Islam dan Tantangan

Globalisasi, Yogya : PresmaM. Hanif dan Zaini R. 2000, Post Tradisionalisme Islam,

Jakarta : IsisindoZamakhsyari Dhofier. 1983, Tradisi Pesantren, Jakarta :

LP3ES

Freies Ermessen dalam Fungsi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) di Bojonegoro

Jujun Tjahjani *)

*)Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan

ABSTRAKKebijakan perpajakan ialah bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kebijakan ekonomi atau kebijakan

pendapatan negara (fiscal policy). Penyelenggaraan fungsi pajak kenyataannya tidak mudah menentukan atau mengatur pajak hanya dengan undang-undang, sebab undang-undang memiliki hal bagaimana kebijakan dapat menunjang perkembangan ekonomi dan sosial yang sering berubah-ubah. Penelitian ini bertujuan memahami dan menganalisis penyebab pemberlakuan kebijakan, kesesuaian dan ketidaksesuaian antara kebijakan PKB dan BBNKB. Tipe penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersumber pada data sekunder dan metode pengumpulan serta pengolahan data dengan studi kepustakaan.

Kebijakan penghitungan dasar PKB dan BBNKB disebabkan adanya faktor-faktor yang mendasari tindakan terhadap penentuan jumlah pembayaran pajak dan bea kendaraan bermotor. Pemasukan dari PKB dan BBNKB dapat memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah Propinsi dan Kabupaten sesuai dengan prosentase pembagiannya.

Kesesuaian dan ketidaksesuaian yang terdapat antara kebijakan yang mengatur PKB dan BBNKB, baik secara hirarkis atau vertikal maupun horisontal, terutama terhadap penyelenggaraan fungsi PKB dan BBNKB di Bojonegoro.

Pada akhirnya faktor-faktor yang mendasari penentuan jumlah pembayaran pajak dan bea kendaraan bermotor adalah jenis, merk/tipe kendaraan bermotor, nilai jual kendaraan bermotor (NJKB), tahun pembuatan, bobot kendaraan dan perbedaan tarif kendaraan bermotor umum dengan kendaraan bukan umum, juga adanya kontribusi pada pendapatan asli daerah serta kesesuaian dan ketidaksesuaian antara kebijakan PKB dan BBNKB.

Kata Kunci : Kebijakan, Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

I. PENDAHULUANSuatu negara dapat menentukan pola-pola hubungan

yang bersifat tetap antara negara dan masyarakat atau antara sesama anggota masyarakat itu sendiri serta mempunyai tujuan yang jelas. Pola-pola tersebut dapat berupa kebijakan publik (politik) yang merupakan bidang yang mengatur hubungan antara masyarakat dengan masyarakat itu sendiri atau negara dengan masyarakat. Tujuan yang dikehendaki tentunya diawali

dengan proses memilih cara dari beberapa cara yang paling memungkinkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini berkaitan dengan tujuan pajak adalah suatu pengertian apa yang secara idiil hendak dicapai oleh negara. Selain itu tujuan pajak mempunyai hubungan erat dan tidak dapat lepas dari tujuan negara yang sekaligus menjadi landasan tujuan pemerintah. Demikian karena tujuan pajak maupun tujuan negara bersumber dari tujuan masyarakat itu sendiri, yaitu

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

17

Page 18: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

keinginan (cita-cita) hidup yang tumbuh dalam masyarakat yang hendak dicapai dan realisasinya dilakukan oleh negara sebagai organisasi masyarakat yang tertinggi yang diwujudkan dalam kebijakan atau keputusan. Tepatnya kebijakan perpajakan adalah bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kebijakan ekonomi atau kebijakan pendapatan negara (fiscal policy).

Sejalan dengan pemahaman terhadap kebijakan publik, pemerintah memberi pengertian bahwa politik hukum nasional di bidang perpajakan adalah pernyataan kehendak negara melalui pembuat undang-undang (legislatif), melakukan kebijakan hukum di bidang pajak untuk membentuk suatu pilihan hukum pajak yang berlaku dan dikembangkan sesuai dengan tujuan negara berdasarkan kebijakan pendapatan negara (fiscal policy), sehubungan dengan fungsi pajak (budgeter atau regulerend) yang akan atau telah dilakukan secara nasional oleh pemerintah.

Peraturan hukum di bidang perpajakan tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 Bab VII B Pasal 23 A (Perubahan Ketiga, 2001) yang menentukan bahwa, ”Pajak dan Pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.”

Artinya, pengertian pajak oleh pemerintah dalam penyelenggarakan fungsi pajak, kenyataannya tidak mudah menentukan atau mengatur pajak hanya semata-mata dengan undang-undang (dalam arti formil), sebab undang-undang memiliki hal bagaimana kebijakan dapat menunjang perkembangan ekonomi dan sosial yang sering berubah-ubah.

Sebelum pembahasan lebih lanjut tentang fungsi pajak terutama dalam kaitannya dengan penerapan kebijakan, maka perlu memahami pengertian atau definisi pajak, sebagai berikut : ”Pajak adalah Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. ”

Untuk melaksanakan hal tersebut, hukum sebagai sarana dapat memberikan solusi dalam rangka memenuhi kebijakan pendapatan negara (fiscal policy) sehubungan dengan fungsi pajak dalam menunjang pemasukan pajak ke kas negara dan juga harus dapat menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi dan sosial. Di samping undang-undang dapat mendelegasikan wewenang kepada eksekutif (presiden, menteri, beserta aparatnya) untuk membuat peraturan pelaksanaan undang-undang dan di lain pihak hukum juga memberi dasar kebebasan bertindak kepada administrasi negara dengan asas freies ermessen untuk dengan inisiatif sendiri mengatur/membuat aturan dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai administrasi negara. Hal ini tidak lepas dari awal timbulnya hukum pajak, yaitu merupakan bagian dari hukun publik khususnya Hukum Administrasi Negara, tetapi penggunaan freies ermessen harus ada batas-batas tertentu karena negara kita menganut Rule of Law yang tidak mengenal adanya kekuasaan yang tidak terbatas.

Membuat penerapan freies ermessen dalam penyelenggaraan fungsi pajak tergantung dari sudut

mana kita melihat pajak tersebut. Berdasarkan kewenangan pemungutannya, pajak digolongkan pajak pusat dan pajak daerah.

Pajak pusat adalah pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah pusat termasuk Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn. BM), Bea Materai dan Cukai. Pajak daerah adalah pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah daerah, baik pada Pemerintah Daerah Propinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Termasuk pajak Daerah Propinsi adalah Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama kendaraan Bermotor, karena termasuk pajak daerah maka Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang sangat potensial guna membiayai penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pelayanan masyarakat untuk mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata bertanggungjawab.

Tidak semua daerah Kabupaten terdapat satu kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah dan satu Kantor Bersama Samsat. Seperti di wilayah Kediri terdapat dua Unit Pelaksana Teknis Daerah dan tiga Kantor Bersama Samsat.

Yang menarik dalam hal ini adalah pelaksanaan pelayanannya tidak di Daerah Propinsi melainkan di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Pelayanan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Daerah Kabupaten/Kota ini disebut sebagai Pelayanan Bersama, sebab selain dari Dinas Pendapatan Daerah juga dibantu pihak Kepolisian dan Pihak PT. Asuransi Jasa Raharja. Ketiga pihak mempunyai tugas masing-masing. Kantor Pelayanan Bersama ini disebut Kantor Bersama Samsat (Sistem Administrasi Satu Atap). Menurut Standard Pelayanan Publik Kantor Bersama Samsat Bojonegoro terdapat tugas dan fungsi masing-masing instansi pada Kantor Bersama Samsat..

Di daerah Bojonegoro juga diterapkan Samsat keliling dengan menggunakan sarana dari Daerah Propinsi Jawa Timur yang dilaksanakan secara bergiliran untuk masing-masing daerah Kabupaten/Kota se Propinsi Jawa Timur. Samsat keliling di Bojonegoro dan Cepu, karena untuk mengantisipasi wajib pajak Bojonegoro yang berdomisili di perbatasan Bojonegoro – Cepu yang lebih suka membayar pajaknya ke wilayah Cepu sebab lebih dekat transportasinya.

Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 11 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik di Propinsi Jawa Timur dan telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur No. 5 seri E, maka untuk pelaksanaannya sesuai dengan surat Gubernur Jawa Timur tanggal 6 April 2006 Nomor 065/3665/041/2006 perihal Penyusunan Standar Pelayanan Publik, setiap Penyelenggara Pelayanan Publik di Jawa Timur diminta menyusun dan menetapkan Standar Pelayanan Publik masing-masing.

II. KAJIAN TEORI

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

18

Page 19: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Kebijakan dalam hal ini berkaitan erat dengan Freies Ermessen, yaitu badan atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan merumuskan kebijakan dalam pelbagai bentuk Freies Ermessen ”juridische regels”, seperti halnya peraturan, pedoman, pengumuman, surat edaran dan mengumumkan kebijakan itu. "Di Indonesia serangkaian peraturan kebijakan dapat di lihat pada keputusan, surat edaran, surat edaran bersama dan lain-lain."

"Pengertian Freies Ermessen ; Freies berasal dari kata frei dan freie yang berarti bebas, merdeka tidak terikat, lepas dan orang bebas. Ermessen yang berarti mempertimbangkan, nilai menduga, penilaian, pertimbangan dan keputusan."

Secara etimologis, Freies Ermessen artinya orang yang bebas mempertimbangkan bebas menilai, bebas menduga, dan bebas mengambil keputusan. "Pouvoir Discretionare atau Freise Ermessen merupakan kemerdekaan bertindak atas inisiatif dan kebijakan sendiri dari administrasi negara pada welfare state." Fungsi publik service dalam penyelenggaraan pemerintahan welfare state mengakibatkan terjadinya pergeseran sebagian kekuasaan antar lembaga negara yaitu dari lembaga legislatif ke lembaga eksekutif (administrasi negara).

Pengertian discretie dalam pourvoir discretionare adalah jabatan penguasa tidak boleh menolak mengambil keputusan dengan alasan ”tidak ada peraturannya” dan oleh karena itu diberi kebebasan untuk mengambil keputusan menurut pendapat sendiri asalkan tidak melanggar asas yuridis dan asas legalitas. Hakikat diokrasi yaitu adanya kebebasan bertindak bagi administrasi negara untuk menjalankan fungsinya secara dinamis guna menyelesaikan persoalan-persoalan penting yang mendesak, sedangkan aturan untuk itu belum ada. Bukan kebebasan dalam arti yang seluas-luasnya dan tanpa batas, tetap terikat kepada batas- batas tertentu yang diperkenankan oleh hukum administrasi negara.

Perwujudan sikap tindak dari administrasi negara dalam implementasi freies ermessen bisa terdiri dari beberapa hal di antaranya :a. Membentuk peraturan perundang-undangan di

bawah undang-undang yang secara materiil mengikat umum

b. Mengeluarkan beschikking yang bersifat konkrit, final dan individual.

c. Melakukan tindakan administrasi yang nyata dan aktif.

d. Menjalankan fungsi quasi yudisial, terutama ”keberatan” dan ”banding administrasi”.

Dari perwujudan sikap tindak administrasi negara dapat ditentukan tolok ukur dari asas freies ermessen secara singkat yaitu :1. Adanya kebebasan atau keleluasaan administrasi

negara untuk bertindak atas inisiatif sendiri.2. Untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang

mendesak yang belum ada aturannya untuk itu.3. Harus dapat dipertanggungjawabkan.

Secara umum fungsi pajak bukan hanya budgeter saja, yaitu untuk mamasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara, malainkan masih ada

yang lain, yaitu fungsi mengatur atau nonbudgeter/nonfiscal.

Fungsi Budgeter adalah fungsi yang letaknya di sektor publik dan pajak-pajak di sini merupakan suatu alat (atau suatu sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Pajak-pajak ini terutama akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin dan apabila setelah itu masih ada sisa (yang lazimnya disebut surplus), maka surplus ini dapat digunakan untuk membiayai investasi pemerintah.

Fungsi mengatur pajak digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan dan fungsi mengatur ini banyak ditujukan terhadap sektor swasta.

Masih dalam bukunya Prof. Dr. Rochmat Soemitro Djojohadi Koesoemo memberikan pendapatnya bahwa fiscal policy sebagai alat pembangunan harus mempunyai satu tujuan yang simultan, yaitu secara langsung menemukan dana-dana yang akan digunakan private saving kearah sektor-sektor yang produktif, sekaligus digunakan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran yang menghambatpembangunan atau yang ” mubazir ” dalam berbagai bentuknya.

Perlulah dicatat bahwa tidaklah selalu dapat dilihat dalam sekejap mata,maksud manakah yang diberi kedudukan yang lebih utama di antara kedua itu, dengan perkataan lain ; manakah yang mempunyai tujuan utama dan manakah yang bermaksud tambahan.

Sebagai contoh untuk maksud tambahan yang ditujukan kepada lapangan sosial, dapatlah diuraikan bahwa juga pada pajak kendaraan bermotor terdapat perbedaan tarif antara kendaraan umum dan kendaraan pribadi (bukan umum).

Selanjutnya, juga tarif yang berlaku terhadap pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor berdasarkan jenis, merk dan tahun kendaraan selalu diadakan perubahan sesuai dengan perkembangan masyarakat, kesemuanya itu cukup memberi bukti tentang pertisipasi fiscus dalam turut campur menegakkan di bidang sosial.

Hukum administrasi negara (hukum pajak) sebagai landasan kerja bagi pemerintah mempunyai peranan yang sangat dominan dan sering, sebab inti hakekat hukum administrasi negara adalah dimungkinkan administrasi negara (pemerintah) untuk menjalankan fungsinya dan melindungi warga (termasuk wajib pajak) terhadap sikap tindak administrasi negara (dalam arti mengatur kehidupan warganya dalam mengeluarkan ketetapan-ketetapan yang menimbulkan akibat hukum bagi obyek yang diaturnya) serta melindungi pemerintah itu sendiri.

Hukum administrasi negara (hukum pajak) adalah hukum yang selalumengalami perkembangan dan tentunya tidak dapat dilepaskan antara kepentingan negara dan kepentingan warga negara. Untuk itu, perlu ada penyesuaian-penyesuaian dalam kehidupan bernegara, seperti Indonesia sebagai negara kesejahteraan (walfare state)

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

19

Page 20: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

yang bertujuan menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat, maka di samping meningkatkan pemasukan pajak ke kas negara, juga bagaimana menunjang pembangunan nasional terutama dalam hal meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan sarana hukum administrasi negara yang kondusif, kompetitif (dibandingkan dengan negara-negara lain), mengandung kepastian hukum, menerapkan sistem pemungutan pajak yang realistis dan memilih sistem perpajakan yang tepat guna dan berdaya guna.

Undang-undang sebagai dasar legalitas bagi pemerintah dalam melakukan tindakan harus dibentuk oleh badan legislatif (DPR). Hal ini sesuai ketentuan Pasal 20 ayat (1), sebelum rancangan undang-undang diajukan oleh Presiden (pemerintah) kepada DPR berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) (Perubahan pertama, 1999 Undang-undang Dasar 1945 Baru), di samping itu pemerintah masih dimungkinkan untuk membentuk peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini Hans Kelsen berpendapat fungsi membuat peraturan yang mengikat umum hanya wewenang dari badan legislatif saja, tetapi dapat pula dilakukan oleh badan lain. Misalnya badan eksekutif (presiden menteri beserta aparatnya).Menurut Sjachran Basah terdapat Trifungsi administrasi negara, yaitu :1. Membentuk peraturan undang-undang dalam arti

materiil pada satu pihak dan di lain pihak membuat ketetapan (beschikking). Yang dimaksud dengan undang-undang dalam arti materiil di sini adalah ketentuan yang bentukknya bukan undang-undang dan tingkat derajatnya berada di bawah undang-undang, tetapi ketentuan itu mempunyai daya ikat umum dan abstrak sifatnya, melainkan konkrit, individual, final berdasarkan hukum administrasi negara.

2. Menjalankan tindakan administrasi negara dalam rangka mencapai tujuannya.

3. Menjalankan fungsi peradilan, yaitu upaya administratif (administrasi keberatan).

Trifungsi administrasi negara merupakan implementasi asas freiesermessen sebagai sikap tindak administrasi negara, karena peraturan perundang-undangan tidak dapat mengantisipasi (melalui fungsi pajak) bila terjadi perkembangan ekonomi dan sosial yang dapat berubah-ubah setiap waktu. Oleh karena itu, dimungkinkan pemerintah tidak memiliki dasar hukum tertulis untuk melakukan tindakan. "Menurut Bagir Manan sebagai ketentuan tertulis (written law), peraturan perundang-undangan mempunyai jangkauan yang terbatas sekedar moment opname dari unsur-unsur politik, ekonomi (pajak), sosial, budaya, dan hankam yang paling berpengaruh pada saat pembentukan. Oleh karena itu mudah sekali ’aus’ (out of date) bila dibandingkan dengan perubahan masyarakat yang semakin cepat atau dipercepat."

Sejalan dengan itu, pemerintah dalam menjalankan tugasnya senantiasa dengan sikap tindak tidak lepas dari kekuasaan yang melekat padanya. Sesuai asas legalitas, bahwa setiap tindakan pemerintah harus memiliki dasar peraturan perundang-undangan yang

berlaku, karena asas legalitas menjadi sendi utama suatu negara hukum. Akan tetapi keberadaan asas legalitas tetap akan menjadi problema tersendiri. Sebabnya, bagaimanapun juga perkembangan ekonomi dan sosial dapat berubah dengan cepat, sedangkan bila dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan selalu ketinggalan dan tidak mungkin dapat mengikuti perkembangan. Padahal, pemerintah dalam menyelenggarakan fungsi pajak harus dapat mengakomodir kebijakan perpajakan yang berkaitan dengan peningkatan perkembangan ekonomi dan sosial yang terjadi, tetapi bagaimana jika peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar tindakan pemerintah tidak ada.

Bagir Manan menyatakan bahwa : "Pembuatan undang-undang ibarat deret hitung, sedangkan perubahan masyarakat bertambah seperti deret ukur.Kecuali itu, peraturan perundang-undangan tidak fleksibel. Tidak mudah menyesuaikan peraturan perundang-undangan dengan perkembangan masyarakat. Peraturan perundang-undangan juga tidak pernah lengkap untuk memenuhi segala peristiwa hukum. "Keberadaan asas freies ermessen bagi pemerintah merupakan conditio sinequanon yang diperlukan dalam menyelenggarakan fungsi pajak, karena fungsi pajak akan terkait langsung dengan tujuan sebagai salah satu instrumen pemerintah dalam mengendalikan kebijakan pendapatan negara. Fungsi pajak dapat dibedakan, yaitu fungsi anggaran (budgeter) dan fungsi pajak sebagai alat yang digunakan untuk memasukkan dana yang sebesar-besarnya dari masyarakat ke kas negara; dan fungsi mengatur (regulerend), adalah fungsi pajak digunakan untuk mengatur dan mengarahkan masyarakat kearah yang diinginkan oleh pemerintah (ekonomi dan sosial), pemerintah diberikan asas freies ermessen (kebebasan bertindak) dalam bentuk tertulis yang peraturan kebijaksanaan (beleidsregel).

Menurut Sjachran Basah freies ermessen adalah kebebasan untuk bertidak atas inisiatif sendiri menyelesaikan persoalan-persoalan penting dan mendesak yang muncul secara tiba-tiba dimana (peraturan perunadng-undangan) tidak mengaturnya, serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan moral. Di samping itu bagi negara yang bersifat welfare state (Indonesia) asas legalitas saja tidak cukup untuk dapat berperan secara maksimal dalam melayani kepentingan masyarakat khususnya dalammenghadapi perkembangan ekonomi di era globalisasi.

"Menurut Laica Marzuki asas freies ermessen merupakan kebebasan yang diberikan kepada Tata Usaha Negara dalam rangka penyelenggaraan pemerintah." Demikian agar sejalan dengan meningkatnya tuntutan palayanan publik yang harus diberi Tata Usaha Negara termasuk fungsi pajak khususnya fungsi regulerend terhadap kehidupan sosial ekonomi para warga yang kian kompleks. Asas freies ermessen merupakan hal yang tidak terelakan dalam tatanan bentuk negara kesejahteraan modern, terutama di era globalisasi menjadi tata usaha negara semakin memperluas asas freies ermessen yang

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

20

Page 21: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

melekat pada jabatan publiknya. Harus dicegah cara-cara membentuk peraturan perundang-undangan (khususnya di bidang perpajakan) yang tidak mengindahkan sistem dan tertib hukum yang berlaku. Begitu pula bentuk peraturan kebijaksanaan (beleidsregel) harus dibatasi, kalaupun diadakan harus benar-benar memperhatikan asas pembuatan peraturan perundang-undangan yang baik dan asas penyelenggaraan administrasi negara yang baik pula.

Pemerintah dalam menjalankan tugasnya menyelenggarakan fungsi pajak berdasarkan kebijakan pendapatan negara, tidak boleh menolak dengan alasan tidak ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Sebelum ada peraturan perundang-undangan (hukum pajak), pemerintah diberi ruang kebebasan untuk mempertimbangkan guna mengambil langkah-langkah tertentu. Pertama, Kebebasan menafsirkan mengenai ruang lingkup wewenang yang dirumuskan dalam peraturan sebagai dasar wewenangnya. Kedua, Kebebasan untuk menentukan sendiri dengan cara bagaimana dan kapan wewenang yang dimiliki administrasi negara itu dilaksanakan. Hasil dari kebebasan mempertimbangkan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk tertulis (peraturan kebijaksanaan) dalam rangka melaksanakan kebijakan (termasuk bidang perpajakan).

Macam-macam pertimbangan yang harus dihadapi pemerintah, khususnya dalam bidang perpajakan, yaitu misal besar kecilnya pajak dalam segala bentuknya akan ikut merangsang usaha. Tarif pajak yang tidak terlalu tinggi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelanjutan dan pengembangan usaha. Besar kecilnya pengeluaran pemerintah dalam berbagai sektor ekonomi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi volume dan ruang lingkup kegiatan ekonomi swasta. Selanjutnya, pajak dapat juga digunakan untuk menstabilkan ekonomi, apabila terdapat kemunduran ekonomi, tarif pajak diturunkan, sebaliknya apabila ekonomi berkembang terlalu cepat (sedangkan bidang lain ketinggalan sehingga terdapat ketidakserasian perkembangan), maka tarif pajak dinaikkan untuk menunjang semua itu diperlukan penerapan kebijaksanaan yang fleksibel, cepat, efektif, dan efesien.

Peranan hukum administrasi negara di bidang pajak yaitu sebagai sarana dalam kerangka memenuhi pemasukan pajak ke kas negara serta menunjang peningkatan pertumbuhan perkembangan ekonomi dan sosial. Sehubungan dengan fungsi pajak berdasarkan kebijakan pendapatan negara, diarahkan juga bagaimana menciptakan administrasi negara (pemerintah) yang menyelenggarakan fungsi pajak secara ” bersih” dan menegakkan wibawa hukum, untuk itu perlu ada perlindungan hukum baik terhadap wajib pajak maupun terhadap administrasi negara itu sendiri.

Untuk mewujudkan hal ini, salah satu bidang adalah penerapan Freies Ermessen dalam penyelenggaraan fungsi pajak khususnya Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang mengaturnya mengacu pada Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2001 tentang Pajak Kendaraan Bermotor dan Peraturan Daerah No. 14 Thun 2001

tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Penelitian ini difokuskan pada perhitungan dasar tarifnya, maka di samping kedua Peraturan Daerah tersebut, pengaturannya juga mengacu pada Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 38 Tahun 2007 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun 2007.

Bab I Pasal 1 Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2001 tentang Pajak Kendaraan Bermotor ditentukan beberapa hal antara lain :

1. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak.

2. Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

3. Pajak kendaraan bermotor yang selanjutnya disingkat PKB adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

4. Wajib Pajak adalah Wajib pajak kendaraan bermotor5. Isi Silinder adalah isi ruang yang berbentuk bulat

torak pada mesin kendaraan bermotor yang ikut menentukan besarnya kekuatan mesin.

6. Tahun Pembuatan Kendaraan Bermotor adalah tahun perakitan kendaraan bermotor.

7. Nilai Jual Kendaraan Bermotor adalah nilai jual kendaraan bermotor yang diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor, sebagaimana tercantum dalam tabel nilai jual kendaraan bermotor yang berlaku.

8. Bobot adalah koefisien yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.

9. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan, komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

Bab I Pasal 1 Peraturan Daerah No. 14 Tahun 2001 tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditentukan beberapa hal antara lain :1. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang

selanjutnya disingkat BBNKB adalah pajak yang dipungut atas setiap penyerahan kendaraan bermotor.

2. Wajib Pajak adalah wajib pajak bea balik nama kendaraan.

3. Penyerahan Kendaraan Bermotor adalah pengalihan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

21

Page 22: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar-menukar, hibah termasuk hibah wasiat dan hadiah, warisan atau pemasukan ke dalam badan usaha.

4. Jenis Kendaraan Bermotor adalah jenis/bentuk kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud di dalam Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Kendaraan Bermotor dan Pengemudi.

Bab I Pasal 1 Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 38 Tahun 2007 terdapat ketentuan antara lain :

1. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumberdaya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak. Termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor adalah kereta gandeng.

2. Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dupungut bayaran dan menggunakan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) dengan dasar plat kuning, serta huruf dan angka warna hitam.

3. Pajak kendaraan bermotor yang selanjutnya disingkat PKB adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

4. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkatBBNKB adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotorsebagai akibat perjanjian dua pihak atau pihak perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan atau pemasukan kedalam badan usaha.

5. Kendaraan Bermotor Ubah Bentuk adalah kendaraan bermotor yang mengalami perubahan teknis dan/atau bentuk serta penggunaannya.

6. Kendaraan Bermotor Ganti Mesin adalah kendaraan bermotor yang mengalami penggantian mesin penggerak berupa motor atau peralatanlainnya yang menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan.

7. Bobot adalah koefisien yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.

8. Tahun Pembuatan adalah tahun perakitan kendaraan bermotor dan/atau tahun yang ditetapkan berdasarkan registrasi dan identifikasi oleh pihak berwenang.

9. Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat NJKB adalah nilai jual kendaraan bermotor yang ditetapkan berdasarkan Harga Pasaran Umum (HPU) minggu pertama bulan Desember tahun pajak sebelumnya.

10. Harga Pasaran Umum yang selanjutnya disingkat HPU adalah harga rata-rata yang diperoleh dari sumber data antara lain ; Agen tunggal, Pemegang Merk, Dealer, dan Asosiasi penjualan kendaraan bermotor.

Penelitaian ini merupakan penerapan freies ermessen dalam penyelenggaraan fungsi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terutama yang berkaitan dengan masalah tarif.

III. Metodologi Penelitian hukum ini menggunakan tipe

penelitian hukum normatif. "Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum kepustakaan, yaitu dengan meneliti bahan pustaka sebagai data sekunder. Tipe penelitian hukum normatif didasari oleh kerangka konsepsional dan kerangka teoritis, juga terdiri dari penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematik hukum dan taraf sinkronisasi vertikal maupun horisontal."

Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian, yaitu pengertian tentang kebijakan, fungsi pajak, wajib pajak, fiscus, Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Kerangka teoritis menguraikan segala sesuatu yang terdapat dalam teori sebagai suatu sistem atau ajaran yang antara lain mencakup paradigma arti hukum dan paradigma pembedaan hukum, termasuk di dalamnya uraian tentang PKB dan BBNKB sebagai hukum dalam arti disiplin, kaidah, keputusan pejabat, proses pemerintahan dan hukum sebagai sistem perundang-undangan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah "studi kepustakaan yaitu metode pengumpulan data dilakukan dengan mencari bahan pustaka yang juga disebut sebagai data sekunder di perpustakaan." "Suatu perpustakaan secara sederhana menurut Soerjono Soekanto dapat dirumuskan sebagai suatu usaha yang dengan teratur dan sistematis menyelenggarakan pengumpulan, perawatan dan pengolahan bahan pustaka untuk disajikan dalam bentuk layanan yang bersifat edukatif, informatif dan rekreatif kepada masyarakat." Mengenai pengolahan data agar dapat dilakukan secara teratur dan sistematis, maka dalam penelitian kepustakaan ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mempelajari ketentuan atau peraturan yang dipergunakan oleh perpustakaa.

2. Mengetahui sistem pelayanan perpustakaan tersebut

3. Mengetahui bentuk dan jenis bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan

4. Mencari informasi yang diperlukan melalui katalog.

5. Setelah bahan pustaka yang diperlukan diperoleh, maka perlu membuat catatan-catatan mengenai hal-hal yang dianggap penting dan berguna bagi penelitian. Pada waktu pengolahan data hal ini akan memudahkan untuk

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

22

Page 23: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

menelusuri kembali data sekunder yang telah diperoleh.

Dalam menganalisis semua bahan hukum yang ada berdasar analisis normatif analitik, yaitu metode analisis data sekunder dengan cara mennganalisis bahan-bahan hukum primer atau sekunder antara lain asas-asas hukum, sistematik hukum dan sinkronisasi hukum secara vertikal maupun horisontal.

Analisis terhadap asas-asas hukum dilakukan terhadap kaidah-kaidahhukum mengenai PKB dan BBNKB dengan menggunakan bahan hukum primer dan sekunder sebagai sumber data. Analisis terhadap sistematik hukum dilandasi dengan pengertian-pengertian dasar sistem hukum yang meliputi masyarakat hukum, subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum dan obyek hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf sinkronisasi hukum dilakukan terhadap perundang-undangan mengenai PKB dan BBNKB baik sinkronisasi vertikal maupun horisontal.

IV. Pembahasan 1. Kesesuaian Antarkebijakan Tentang Penghitungan

Dasar Tarif PKB dan BBNKB.Dalam pelaksanaan beberapa kebijakan

mengenai penghitungan dasar tarif Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terdapat kesesuaian antar kebijakan yang berlaku dalam wilayah Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa faktor tentang perubahan jenis, merk/tipe, nilai jual, tahun pembuatan, dan bobot kendaraan serta perubahan tarif kendaraan bermotor umum dan bukan umum seperti terurai sebagai berikut :a. Adanya perubahan jenis, merk/tipe kendaraan.

Terdapat kesesuaian secara vertikal antara Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 38 Tahun 2007 tentang penghitungan dasar pengenaan PKB dan BBNKB Tahun 2007 dengan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 237 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 38 Tahun 2007 Pasal 2 ayat (1), pasal 4 ayat (1) dan dengan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 344 Tahun 2007 tentang Penambahan dan Penegasan Pedoman Nilai Jual Kendaraan Bermotor untuk menghitung besarnya dasar tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Juga kesesuaian secara horisontal antara Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 237 Tahun 2007 Pasal 2 ayat (1) dan pasal 4 ayat (1) dengan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 344 Tahun 2007 dalam lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 344 Tahun 2007 tanggal 7 Desember 2007.

b. Adanya perubahan Nilai Jual Kendaraan Bermotor

Terdapat kesesuaian horisontal antara 3 peraturan yaitu :1. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No.

13 Tahun 2001 tentang Pajak Kendaraan Bermotor Bab III Pasal 6 ayat (1)

2. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 14 Tahun 2001 tentang BBNKB Bab III Pasal 7 ayat (1)

3. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 38 Tahun 2007 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan PKB dan BBNKB Tahun 2007 Bab II Pasal 2 ayat (1), (2), (5), (6).

Terdapat kesesuaian vertikal antara ketiga peraturan tersebut di atas dengan :1. Keputusan Kepala Dinas Pendapatan

Propinsi Jawa Timur No. 237 Tahun 2007 Pasal 2 ayat (2) dan pasal 4 ayat (2).

2. Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 344 Tahun 2007 Pasal 2.

Juga kesesuaian horisontal antara Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 237 Tahun 2007 Pasal 2 ayat (2) dan pasal 4 Ayat (2) dengan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 344 Tahun 2007 Pasal 2.

c. Adanya perubahan tahun pembuatan kendaraanTerdapat kesesuaian secara vertikal antara Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 38 Tahun 2007 Bab II Pasal 2 ayat (7) dan pasal 7 dengan KeputusanKepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 237 Tahun 2007 pasal 3 ayat (1) dan (2).

d. Adanya perubahan bobot kendaraanTerdapat kesesuaian horisontal antara Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No.13 Tahun 2001 Bab III Pasal 6 ayat (1) dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 38 Tahun 2007 Pasal 6. Kesesuaian vertikal antara kedua peraturan tersebut dengan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 344 Tahun 2007 dalam lampirannya tanggal 07 Desember 2007.

e. Adanya perbedaan tarif kendaraan bermotor umum dan bukan umumPerbedaan tarif kendaraan bermotor umum dan kendaraan bermotor bukan umum yang disebabkan perbedaan fungsi kendaraan terdapat kesesuaian ketentuannya dalam Peraturan Daerah Jawa Timur No. 13 Tahun 2001 pasal 7, Peraturan Daerah Jawa Timur No. 14 Tahun 2001 pasal 8 dan Peraturan Gubernur Jawa Timur no. 38 Tahun 2007 pasal 2 Bab II ayat (1) dan (5), yang secara vertikal juga sesuai dengan peraturan kebijakannya yaitu dalam Lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 344 Tahun 2007 tanggal 07 Desember 2007.

2. Ketidaksesuaian Antarkebijakan Tentang Penghitungan Dasar Tarif PKB dan BBNKB.

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

23

Page 24: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Mengenai ketidaksesuaian antarkebijakan tentang penghitungan dasar tarif Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditinjau dari kebijakan-kebijakan yang berlaku di wilayah propinsi Jawa Timur. Dalam hal ini ada beberapa kebijakan yang berbeda baik itu tidak sesuai maupun tidak terdapat ketentuannya. Ada 2 hal pokok yang menyebabkan ketidaksesuaian itu antara lain :a. Mengenai bobot kendaraan

Ketidaksesuaian mengenai ketentuan bobot kendaraan bermotor dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 38 Tahun 2007 pasal 6 dengan Lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 344 Tahun 2007 tanggal 07 Desember 2007 terdapat 3 hal yaitu 1. Ketentuan satuan bobot kendaraan tidak jelas2. Ketentuan Pasal 6 Peraturan Gubernur

Jawa Timur No. 38 Tahun 2007 ayat 2 disebutkan bahwa bobot kendaraan bermotor jenis mobil barang/ beban ditetapkan sebesar 1,30, lebih besar dari bobot kendaraan jenis lain yang hanya 1,00. Padahal mobil barang/ beban bisa dimanfaatkan sebagai kendaraan umum, sedangkan dalam pasal 2 Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 38 tahun 2007 dan Lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur no. 344 Tahun 2007 tarif Pajak Kendaraan Bermotor kendaraan umum lebih kecil dari kendaraan bukan umum.

3. Ketentuan pasal 6 Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 38 Tahun 2007 ayat 2 mengenai perbedaan bobot kendaraan1,00 dan 1,30 tidak terdapat klasifikasi yang jelas. Sebab kendaraan yang masuk ke bobot 1,00 bisa dimanfaatkan sebagai kendaraan yang seharusnya masuk ke bobot 1,30.

b. Mengenai perbedaan antara kendaraan umum dan kendaraan bukan umum.Ketidaksesuaian mengenai ketentuan tarif PKB antara kendaraan umum dan kendaraan bukan umum yang tidak jelas. Dalam ketentuan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 38 Tahun 2007 Bab I pasal 1 bahwa kendaraan umum dipergunakan untuk mengangkut orang atau barang dengan dipungut bayaran dan menggunakan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) dengan dasar plat kuning serta huruf dan angka warna hitam, dalam pasal 2 Bab II dinyatakan tarif PKB dan BBNKB untuk kendaraan umum sebesar 60 % , sedangkan dalam Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Jawa Timur No. 344 tahun 2007 tidak diperjelas mengenai perbedaan fungsinya sehingga tarif PKB kendaraan bukan umum yang di fungsikan sebagai kendaraan umum selanjutnya bisa disesuaikan.

Adanya kesesuaian dan ketidaksesuaian dalam hal ini tampak dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut di atas, di samping itu juga tergantung kondisi wilayah.

IV. PENUTUP

1. Kesimpulana. Penyebab pemberlakuan kebijakan penghitungan

dasar tarif PKB dan BBNKB adalah faktor-faktor yang mendasari adanya tindakan-tindakan terhadap penentuan jumlah pembayaran pajak dan bea kendaraan bermotor berdasarkan jenis, merk/tipe kendaraan bermotor, Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB), Tahun pembuatan, Bobot Kendaraan, dan perbedaan tarif kendaraan bermotor umum dan kendaraan bermotor bukan umum.

Pemasukan dari PKB dan BBNKB tidak hanya dapat memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah Propinsi tetapi juga pada Pendapatan Asli Daerah Kabupaten sesuai dengan prosentase pembagiannya.

b. Kesesuaian antara kebijakan yang mengatur PKB dan BBNKB yaitu adanya kecocokan peraturan secara hirarkis atau vertikal antara Keputusan Bersama Samsat Bojonegoro No. 065/95/101.331/2008, No. Skep/06/II/2008, No. P/R/03/II/2008, Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No.237 Tahun 2007 dan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 344 Tahun 2007, Peraturan Gubernur Propinsi Jawa Timur No. 38 Tahun 2007, Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 13 Tahun 2001 dan Peraturan Propinsi Jawa Timur No. 14 Tahun 2001 dan Undang-Undang Dasar 1945 dan secara horisontal atas Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur, sedangkan ketidaksesuaian berupa adanya ketidakjelasan baik secara vertikal maupun horisontal terhadap ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan maupun keputusan-keputusan mengenai pajak dan bea kendaraan bermotor.

2. S a r a na. Pemberlakuan kebijakan terhadap

penghitungan dasar tarif baik PKB maupun BBNKB hendaknya memperhatikan ketentuan mengenai bobot kendaraan serta perbedaan tarif antara kendaraan bermotor umum dan kendaraan bermotor bukan umum terutama mengenai besaran bobot dan fungsi kendaraan.

b. Perlunya koreksi yang mendasar terhadap penyelenggaraan fungsi PKB, BBNKB dan Retribusi parkir dengan memperhatikan eksistensi dan kelangsungan wajib pajak kendaraan bermotor, seperti retribusi parkir kendaraan bermotor yang dipungut bersamaan dengan PKB hendaknya di tentukan fungsinya secara jelas dalam stiker parkir berlangganan wajib pajak kendaraan bermotor .

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

24

Page 25: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Daftar Pustaka John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris

Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta, 2005Mardiasmo, Perpajakan, ANDI, Yogyakarta, 2000Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana Prenada

Media Grup, 2005Philipus M. Hadjon, (Koordinator Tim), Pengantar

Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005

Rochmat Soemitro, Pajak dan Pembangunan, PT. Eresco, Bandung, 1974 , Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak

Pendapatan, PT. Eresco, Bandung, 1977 , Asas dan Dasar Perpajakan I, PT. Eresco, Bandung, 1992

, Pengantar Singkat Hukum Pajak, PT. Eresco, Bandung, 1992

R. Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Refika Aditama, Bandung, 2003

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006

Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi

Indonesia, Alumni, Cetakan Ketiga, Bandung, 1997

Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, CV. Rajawali, Jakarta, 1985

Syofrin Syofyan, Asykur Hidayat, Hukum Pajak dan Permasalahannya, Refika Aditama, Bandung, 2004

Y. Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak, ANDI, Yogyakarta, 2002

Victor Situmorang, Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara, Bina Aksara, Jakarta, 1989

B. PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No. 60, Tambahan Lembaran Negara No 3839.

Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No. 73, Tambahan Lembar Negara No. 3848.

Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Kantor Bersama Samsat Bojonegoro, Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 13 Tahun 2001 tentang Pajak Kendaraan Bermotor

_________Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 14 Tahun 2001 tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor_________Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 38 Tahun 2007 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun 2007_________Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 237 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 38 Tahun 2007_________Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur No. 344 Tahun 2007 tentang Penambahan dan Penegasan Pedoman Nilai Jual Kendaraan Bermotor untuk Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor_________Surat Keputusan Bersama Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur Bojonegoro, Kepala Kepolisian (Kasat Lantas) Resort Bojonegoro dan Kepala PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Bojonegoro, No. 065/95/101.331/2008, No. Skep/06/II/2008 dan No. P/R/03/II/2008 tentang Standar Pelayanan Publik Kantor Bersama Samsat Bojonegoro

C. MAKALAH DAN ARTIKEL

Akhmad Sukardi, “Sambutan Tertulis” Selaku Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur, disampaikan dalam Rapat pembahasan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, dengan tema Peningkatan PAD Ditekankan Pada Perbaikan Sistem Pemungutan, Surabaya, September 2004

Bagir Manan, “Peranan Hukum Administrasi Negara Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan”, Makalah disampaikan pada Penataran Nasional Hukum Acara dan Hukum Administrasi Negara , Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang,1996

Laica Marzuki, “Peraturan Kebijaksanaan (Bleidsregel) Hakikat serta Fungsinya Suatu Sarana Hukum Pemerintahan”, makalah pada Penataran Nasional Hukum Acara dan Hukum Administrasi Negara di Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang, 1996

Maria Emilia Retno K, Budaya Kepastian Hukum dan Pengaruhnya terhadap

Perubahan Perundang-undangan Pajak, Buletin Pro Justisia, Andira Bandung, Tahun XVIII Nomor 2 April 2000

Sjachran Basah,“Perlindungan Hukum Terhadap Sikap Tindak Administrasi Negara”, Orasi Ilmiah pada Dies Natalis ke XXIX di Universitas Pajajaran, Bandung, 1986

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

25

Page 26: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Menanamkan Jiwa Wirausaha Membantu Masa Depan Mahasiswa

Rusjdan *)

*)Dosen FKIP Universitas Islam Lamongan

AbstrakTulisan ini membahas tentang bagaimana mengatasi problem membuka lapangan kerja bagi lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya luulusan pendidikan bahasa inggris dan oleh berbagai kalangan lain, dengan parktek bisnnis. Bidang apa yang akan digelulii, proses, manajerial, dan teknik-teknik menjalankan bisnis dikupas didalam uisan ini. Denngan demikian tulisan ini bermanffaat bagi para mahasiswa dan lulusan FKIP sebagai bentuk aplikasi pemahaman mata kuliah Business English yang dikuliahkan pada semester 6 (enam). Adapun bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi baik Prodi Manajemen maupun Akuntansi tulisan ini dapat bermanaat sebagai bahan pelengkap pengetahuani

Kata Kunci : Jiwa wirausaha, Mahasiswa

1 . PendahuluanIlmu bisnis praktis sekarang ini sangat penting

maknanya .Bukan saja karena bisnis telah menjadi sumber kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia , tetapi lebih dari itu bisnis dapat ditawarkan sebagai alternative pemecahan masalah atas ke terbatasan ketersediaan lapangan kerja . Khususnya bagi pencari kerja yang terdiri dari para sarjana. non kerja . , sehubungan belakangan ini idealisme untuk hanya bekerja pada bidang pekerjaan yang sesuai disiplin ilmu dan ijazah yang dimiliki , telah tidak lagi dipuja .Fenomena mana lahir sebagai akibat paradigma lama yang menyatakan , bahwa seorang sarjana apapun pekerjaan yang diperolehnya, kalau belum pegawai negeri atau berkantor mentereng , hakekatnya adalah masih pengangguran, yang duu sangat diagungkan orang pada tahun 80 –an , telah berkembang menjadi paradigma baru yang diyakini

kebenarannya bahwa apapun pekerjaan itu asal halal adalah baik.

Kesadaran sikap ini mulai ditemukan tidak saja dikota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, tetapi di kota kecil seperti Lamonganpun hal serupa bisa dirasakan Apalagi sejauh ini Lamongan adalah penyumbang lebih seribu sarjana setiap tahunnya yang diluluskan oleh Unisla dari fakultas2 KIP, Teknik, Ekonomi, Pertanian , Perikanan, Kebidanan dan PAI serta perguruan tinggi dan universitas-universitas lain., yang sekian persen dari mereka adalah pencari kerja baru. Tetapi persoalannya adalah sebagian besar para pencari kerja tersebut tidaklah berlatar belakang bisnis maupun menguasai ilmu bisnis. Apalagi bagi lulusan non fakultas ekonomi , kata bisnis sama sekali baru ditelinga .Sehingga kata bisnis hanya menggairahkan untuk didengar tetapi menakutkan untuk dilaksanakan . Itulah sebabnya sebagai dosen pemegang mata kuliah Business English di FKIP dan mantan dosen English

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

26

Page 27: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Economy di fakultas ekonomi saya merasa terpanggil hati untuk memberikan sumbangan pengetahuan tentang hal 2 yang terkait dengan persoalan bisnis praktis . Sudah barang tentu manakala ilmu tersebut aslinya disampaikan dalam istilah2 asing , maka istilah2 akan disampaikan dalam bahasa aslinya dengan tujuan supaya disamping terjaga validitasnya juga guna memberikan dan mengingatkan kembali pengetahuan dasar imu bisnis para pencari kerja .Sehingga calon wirausahawan yang akan terjun kedunia usaha nanti tidaklah berbisnis dengan otak kosong , melainkan ada bekal ilmu yang akan jadi obor ditangan Bukankah orang bijak berkata jangan berjalan ditempat remang2 kalau gak punya obor, langkahmu akan tersesat Atau dengan kata lain jangan coba2 terjun berbisnis kalau gak mengerti dasar2 ilmu bisnis , karena bisini bukanlah kegiatan suka2 melainkan kegiatan yang melibatkan harta ,uang , tenaga dan waktu .Sehingga kegagalan berarti penderitaan Banyak ilmu yang seharusnya diketahui oleh calon pebisnis.Tetapi beberapa poin yang dianggap sangat penting untuk dipahami adalah :bisnis dan persoalannya , elemen-elemen yang terlibat dalam sebuah business ; marketing , produk yang tepat untuk diterjuni dalam berbisnis , pasar dan karakteristiknya serta tahapan-tahapan proses produk baru dan lain2nya yang perlu kiranya diketahui oleh seorang businessman . Sementa William M Pride dari Texas A & M University , Robert J.Hughes dari Dallas County Community College dan Jack R. Kapoor dari College of DuPage dalam bukunya Business ( Pride , Hughes and Kapoor , 1996 ) telah mengatakan , bahwa setidaknya ada tiga alasan kususnya bagi orang Amerika untuk belajar ilmu bisnis bagi pebisnis maupun calon pebisnis

Pertama :Dengan mempelajari ilmu business (sistim business) maka orang akan menjadi konsumen yang paham dan mengerti tentang barang dagangan .Sehingga dapat membuat keputusan yang cerdas dalam menentukan apa yang kita beli dan berapa uang harus kita belanjakan .Kemampuan ini akan membimbing kita menjadi seorang investor yang lihai Kedua : Memahami ilmu business akan menuntun kita menjadi pekerja yang baik.Seorang konsumen maupun investor pada dasarnya adalah pekerja. So pasti pekerja berilmu akan lebih menguntungkan bagi karirnya sendiri maupun perusahaan induk semang .Apalagi bila diingat , riwayat dan pengalaman kerja se seorang akan sangat membantu manakala dibelakang hari membutuhkan tempat kerja baru . Sedang naik turun prestasi dan karir akan banyak ditentukan oleh ilmunya Ketiga : Bukti menyatakan bahwa usaha kecil kebanyakan gagal dan tidak sukses walaupun banyak orang suka bekerja dan berusaha sendiri dengan mendirikan usaha kecil.Bahkan menurut penelitian hampir70 % usaha kecil di Amerika Serikat gagal dalam 5 tahun pertama usahanya..Ini berarti , untuk berhasil sebai pebisnis bukanlah mudah mengingat persaingan kwalitas dan harga sebuah produk serta penguasaan pasar bergerak sangat cepat dan tak terduga.Sehingga

hanya pebisnis tangguh yang punya bekal ilmu cukup yang akan mampu bertahan dan sukses. Demikianlah dengan dasar-dasar ilmu bisnis praktis ini diharapkan para mahasiswa akan sejak awal dapat membuat rencana untuk memilih bisnis -setidaknya untuk sementara–sebagai pemecahan masalah sebelum mendapat pekerjaan tetap yang diinginkan. Yang pada akirnya diharapkan akan menumbuhkan jiwa wiraswasta dan wirausaha dikalangan para mahasiswa calon sarjana II. Kajian Teori1. Business dan Persoalannya

Business didefinisikan dalam banyak pengertian oleh para ahli .Salah satu daripadanya adalah apa yang disampaikan oleh William M Pride dkk yang mengatakan Pride ,Hughes and Kapoor , 1996 ) bahwa business is the organized effort of individuals to produce and sell , for a profit ,the goods and services that satisfy society’s needs yang terjemahan bebasnya adalah bisnis itu usaha perorangan yang terorganisir untuk menghasilkan dan menjual demi sebuah keuntungan barang2 dan jasa yang diperlukan masyarakat.

Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa perorangan adalah kunci dari segalanya.Yaitu perorangan yang dengan karakeristik kebebasannya berusaha mencari keuntungan dengan memproduksi dan menjual barang atau sekedar menjual jasa dengan membeli dan menjual kembali produk orang lain. Sistim business dimana perorangan dengan bebas dapat memutuskan apa yang akan diproduksinya,bagaimana cara mempro-duksi dan dengan harga berapa hasil produksinya akan dijual ,ini dikenal dengan sebutan free enterprise.

Karena free enterprise tersebut , maka orang yang terjun kedunia business harus siap untuk melakukan kompetisi .Kompetisi atas produk yang .secara fungsional mempunyai kesamaan dengan produk yang kita ciptakan., antene TV umpamanya. Sudah barang tentu memenangkan persaingan bukanlan hal yang mudah ,tapi juga bukanlah hal mustahil .Kwalitas produk , harga produk , strategi dan marketing system akan banyak mempengaruhi keberhasilan bisnis ini

Terkait dengan hal itu maka penting kiranya bagi pebisniss baru dan orang yang akan terjun untuk berbisnis mengenal karakteristik persaingan pasar Karena dengan pengetahuan itu orang akam dibimbingnya menjadi lebih lancar dan cerdas dalam ber-bisnis khususnya dalam mengambil tindakan yang pas guna menyelamatkan bisnis -nya ditengah arus hukum dan kejahatan pasar

Ada beberapa type persaingan pasar yang perlu diketahui ( Koutsoyiannis.A ,1979 ) Tipe persaingan pertama disebut pure competition yaitu sebuah karakteristik persaingan bebas .Yaitu situasi pasar dimana banyak pembeli dan penjual barang dagangan , tapi tak seorangpun baik dari pembeli maupun penjual benar2 mampu mempengaruhi harga barang .Sehingga penentuan harga benar2 bergerak pada antara supply and demand atau persediaan dan permintaan . Semakin

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

27

Page 28: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

banyak persediaan sedang permintaan pasar sedikit ,maka otomatis harga menjadi rendah. Dan sebaliknya , semakin besar permintaan pasar atas sesuatu barang sedang persediaan sedikit maka harga akan menjadi mahal ( Henry and Haynes , 1978 )

Supply sendiri berarti jumlah produk yang ingin dijual oleh siproduser atau penjual kepasar Sedang demand ialah jumlah barang dagangan atau produk yang pembeli ingin membelinya .Antara penjual selaku pemilik supply dan pembeli yang menjadi pemilik demand terdapat hukum tak tertulis yang sifatnya kontradiktip.Pemilik supply selalu menginginkan harga tinggi sedang pemilik deman selalu menghendaki harga rendah.

Oleh sebab itu agar pasar bisa berberak normal dan jual- beli dapat terjadi, diperlukan antara supply dan demand dalam keseimbangan .atau in equilibrium . .Ar -tinya jika sekarung beras diberi harga oleh supplier rp 100 000 maka sipembeli juga siap membelinya dengan harga rp 100 000. Ilmu Ekonomi menamakan keadaan pasar ini dengan sebutan equilibrium price atau market price. Jadi market price suatu produk ialah harga dimana jumlah barang yang diminta benar2 seimbang dengan jumlah yang disiapkan.(Samuelson and Nordhaus , 1995 ) Tipe persaingan kedua ialah tipe kompetisi yang disebut monopolistic compitition. Persaingan jenis inilah yang sekarang banyak terjadi pada pasar2 didunia . Monopolistic competition ialah kompetisi dimana situasi pasar yg jumlah penjual tidak sebanyak jumlah pembeli sebagaimana yang dikarakteristikkan .Namun, walau monopolistic copmpetition tidak memiliki jumlah penjual sebanyak dalam pure competition, cukup kiranya untuk melahirkan persaingan seru Ber-macam2 produk dapat ditemukan yang secara monopolistic persaingan pasar bergerak sangat alami demi memuaskan kebutuhan bersama. Hanya saja agar sebuah produk dipandang berbeda dengan produk lain, penjual membikin ciri khusus atas produknya dengan cara membe -rinya nama yang dianggap komersial , pembungkusan yang unik menarik maupun mem –berikan pelayanan extra seperti free delivery atau lifetime warranty. Sudah barang tentu tujuannya adalah agar merek dagangnya laku keras dan sukur2 bisa memonopoli pasar

Tipe persaingan kedua diatas jika dilihat dari segi persamaannya dengan pure competition adalah dalam 3 hal Pertama adalah dalam hal jumlah penjual dan pembeli dimana walau pun secara theory dibedakan tetapi tidak selalu demikian dalam praktek dan kenyataan Kedua adalah dalam hal mudahnya masuk dan keluar dari persaingan pasar .Dan ketiga adalah banyaknya perusahaan2 yang mengambil harga perusahaan lain sejenis sebagai harga barang dagangannya pula , agar tidak terjadi selisih harga yang tinggi antar produk perusahaan yang notabene dapat mengganggu tingkat perolehan jumlah jual .Karena jika terjadi selisih harga yang tinggi antar produk yang sama, produk termurahlah tentunya yang akan paling laku dipasar Adapun tipe persaingan pasar ketiga disebut oligopoly .Oligopoly mengacu pada pasar dengan

sejumlah kecil produsen atau penjual sehingga penjual2 tersebut sadar akan saling ketergantungan antara mereka .Sehingga setiap firma harus mempertimbang -kan masak2 untuk bereaksi menjadi rival.

Di sini kompetisi memang tidak sempurna .Namun demikian persaingan atau rivalry antar perusahaan akan cukup tinggi jika tidak dibikin oleh mereka a collusive agreement yaitu kesepakatan yang sifatnya kolusi .Sementara produk2 yang oligopolists menghasilkan pure oligopoly atau homogeneous oligopoly maupun differentiated oligopoly .Pasar untuk baja dan semen sepertinya contoh yang mendekati kondisi homo- geneous oligopoly,.sedang pasar untuk barang2 produk seperti automobile ,mesin , per -kakas rumah tangga contoh untuk differentiated oligopoly. Dalam hal elastisitas permintaan pasar perorangan , differentiated oligopoly lebih kecil daripada homogeneous oligopoly Disini penjual harus menebak reaksi pesaingnya sebaik reaksi konsumen menebaknya. Oleh sebab itu keputusan tergantung pada kemudahan mendapatkan masukan dan lamanya waktu menebak antara perbuatan dan reaksi rival .Ini membuat adanya sejunlah besar kemungkinan reaksi dari para pesa -ing . Tingkah laku perusahaan diasumsikan akan bermacam-macam sehingga akan ada banyak model tingkah laku oligopolistic , yang masing2 didasarkan pada pola reaksi yang berbeda –beda. dari para pesaing. Differentiated oligopoly biasanya lebih tersebar luas , dimana dalam banyak kondisi produk dipisahkan secara fisik , advertensi , praktek penjualan secara sales , merek dagang dan lain2 cara .Juga memperbedakan produk 2 dari sebuah perusahaan dengan perusahaan yang lain

Oleh sebab itu oligopoly dapat dikatakan sebuah situasi pasar dari perusahaan produsen yang sangat luas jaringannya ,dan diperlukan investasi yang sangat besar untuk masuk kedalam pasarnya.. Di Amerika perusahaan oligopolistic dapat dilihat pada perusahaan2 mobil , perusahaan2 obat2 an dan industri2 pertanian .Sudah barang tentu akibat logis dari oligopolistic ini setiap produsen harus dapat melakukan control harga sebaik-baiknya . Karena pada waktu yang bersamaan perlakuan pasar tiap perusahaan akan membawa dampak yang besar pada tingkat penjualan pesaingnya..Maka seandainya perusahaan mobil General Motor menurunkan harga mobil produksinya , mobil Ford , maka Chrysler yang menjadi saingannya biasanya juga akan melakukan hal yang sama , sebagai market shares . Tetapi jika sebuah perusahaan menaikkan harga produknya, banyak perusahaan lain akan bersikap wait and see untuk sesaat sambil melihat apakah dengan harga yang lebih murah dapat memberikan keuntungan yang kompetitip. Namun biasanya perusahaanpun akan mengikuti langkah-langkah penyesuaian. Sehingga terjadilah barang yang sama mempunyai harga yang sama pula.

Adapun tipe persaingn pasar yang keempat ialah monopoly .Monopoly adalah sebuah pasar idustri dimana hanya ada satu penjual saja sebagai perusahaan penye -dia produk.Perusahaan tersebut sepenuhnya pemegang kendali harga Contoh yang paling

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

28

Page 29: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

mudah dilihat di Indonesia adalah Pertamina atau PLN ( Perusahaan Listrik Negara.)

Istilah natural monopoly digunakan untuk merujuk pada pengertian bahwa monopoli dilakukan demi melindungi kepentingan umum, dimana diperlukan investasi modal yang tinggi untuk mendirikan perusahaan . Sedang resiko untuk rugi sangat tinggi manakala terjadi duplikasi fungsi dibelakang hari . Natural monopoly diizinkan hidup karena kehadirannya diharapkan akan menjamin terhadap public interest mendapat pelayanan terbaik . Dengan kata lain perusahaan pemegang natural monopoly siap akan selalu diawasi oleh public atau orang banyak dalam segala halnya.

Adapun legal monopoly yang sering juga dirujuk sebagai a limited monopoly dibuat manakala pemerintah atau badan resmi Negara mengeluarkan hak copyright, pa-tent , atau merek dagang dimana dengan limited monopoly tersebut Negara melindungi hak2 pemilik ide , penulis , atau cap dagang dari penggunaan atau pembajakan yang tidak sah oleh para pesaingnya , yang sama sekali tidak terlibat dalam usaha , beaya maupun waktu dan tenaga dalam pengembangan penemuannya..

Demikianlah sekilas tentang bisnis dan persoalan pasar dimana pebisnis dalam tingkat dan skala usahanya, baik usaha besar maupun usaha kecil mau tidak mau harus menghadapi dan mencerdikinya. Dengan mengenal tipe-tipe persaingan pasar diharap -kan pebisnis baru bisa bersiap diri menentukan langkah awal serta memikir ulang keputusan2 yang telah diambil. Khususnya tentang produk yang akan dijualnya atau barang dagangan yang akan diproduksinya. Memproduksi barang yang sama yang telah banyak diproduksi dan dijual dipasar , tentu tidak bijaksana bagi pebisnis baru kecuali jika ada nilai lebih yang dapat ditawarkan seperti : kwalitas lebih bagus atau harga lebih murah.

3 . MarketingMarketing dapat dipahami sebagai the process of planning and executing the conception ,pricing ,promotion and distribution of ideas ,goods ,and services to create exchanges that satisfy individual and organizationals objectives ( Pride , Hughes an Kapoor , 1996) ,yaitu suatu proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi ,harga ,promosi dan distribusi ide ,barang dan jasa guna menciptakan bursa ( jual dan beli ) yang memuaskan tujuan perorangan maupun kelompok / organissi . Itulah sebabnya dalam kaitannya dengan bisnis, marketing adalah kunci.. Artinya , apakah sebuah produk itu akan dapat dijual dan menghasilkan banyak uang atau tidak , akan banyak bergantung pada keberhasilan marketing atau pemasaran ini. Marketing sebenarnya tidak hanya berhenti pada proses perencanaan dan pelaksanaan ide, konsepsi , promosi maupun distribusi dari barang-barang produksi dan jasa, melainkan juga bagaimana menciptakan rasa puas pada pelanggan atau customers dengan menciptakan utility .yang kalau diperinci ada 4 macam jenisnya .Yaitu form utility , time utility , place utility

dan possession utility . Form utility diciptaan dengan mengubah bahan produksi (dengan yang lebih baik ) sampai produksi selesai . Place utility diciptakan dengan membikin lokasi barang atau dagangan mudah dijangkau dimanapun para pelanggan menginginkannya. Time utility diwujudkan dengan menciptakan produk selalu ada kapanpun pelanggan ingin membeli. Sedang possession utility diciptakan dengan pemindahan kepemilkan produk kepada para pembeli dengan memberikan bukti resi atau slip penjualan yang diperlukan

Persoalannya adalah bagaimana konsep marketing tersebut dapat dimple -mentasikan.dalam kinerja .Sebab sebagaimana diyakini banyak orang , marketing concept pada dasarnya a business philosophy , sehingga untuk membuatnya hidup dalam proses , management harus seutuhnya mengadopsinya .Dalam hal ini perusa -haan atau penjual harus berusaha untuk melakukan pendekatan dengan pelanggan2 potensial , tidak saja agar tahu tentang apa yang mereka perlukan tetapi juga bagaimana memberikan mereka produk yang memuaskan Dan beberapa kiat dapat dilakukan yaitu :1). menyediakan barang produksi berkwalitas 2). memberikan harga jual yang murah dan terjangkau 3).promosi yang cukup sehingga para pelanggan mengetahui keberadaan produk 4) meyakinkan pelanggan bahwa barang dagangan dapat diperoleh dimanapun dan kapanpun.

Marketing, intinya adalah usaha untuk penguasaan pasar.Sedang pasar atau a market sendiri punya pengertian sebagai an arrangement whereby buyers and sellers interact to determine the prices and quantities of commodity Some markets take place in physical locations , other markets are conducted over the telephone or are organi -zed by computers Yaitu sebuah penyelenggaraan dimana pembeli dan penjual berin -teraksi menetapkan harga dan jumlah barang dagangan .Sejumlah pasar menem -pati lokasi bangunan ,tetapi yang lain hanya dilakukan melalui telepon atau diorgani- sir lewat computer.

Pengertian diatas adalah pengertian menurut Paul A Samuelson dalam bu-kunya economics ( Samuelson and Nordhaus , 1995 ) . Pendefinisian lain adalah pengertian market menurut William M.Pride dari Texas University dan kawan2 nya dalam bukunya business yang menga -takan bahwa pasar adalah a group of individuals ,organizations or both that have needs for products in given category and that have the ability,willingness and authority to purchase such product The people or organization must want the product. They must be able to purchase the product by exchanging money,goods or services for it , yang dalam terjemah bebasnya dapat dipahamkan bahwa pasar adalah sebuah kelompok dari perorangan ,organisasi atau keduanya yang memiliki barang-barang jenis produksi dan yang mempunyai kemampuan ,keinginan dan otoritas untuk membeli sejumlah produk.terse- but Orang2 atau organisasi itu harus menginginkan produk Mereka sanggup membe -linya dengan menukarnya dengan uang , barang atau jasa .

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

29

Page 30: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Maka disimpulkan dari kedua pengertian di atas , secara luas market dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok . Yaitu kelompok consumers market dan kelom -pok Industrial markets .Pembedaan ini didasarkan pada karakteristik yang dapat disimpulkan baik dari sifat pasar individuals maupun pasar organisasi.

Consumers market biasanya terdiri dari para pembeli dan konsumen ibu rumah tangga yang menbeli produk untuk dikonsumsi sendiri atau umtuk dijual ulang guna mencari laba .Sedang industrial market adalah sebuah jaringan pasar yang luas yang dikelompokkan kedalamnya: produser ,reseller ,pemerintah dan lembaga .Pasar-pasar ini membeli produk-produk tertentu untuk dibikin produk baru atau produk lain , atau membeli produk untuk penjualan ulang , atau beli produk untuk keperluan operasi harian. Dalam hal ini maka kita kenal producer markets ,reseller markets ,governmental markets dan institutional markets .

Producer markets terdiri dari sejumlah orang dan organisasi bisnis yang membeli produk tertentu untuk digunakannya di dalam manufaktur guna menghasilkan produk baru seperti pabrik roti membeli tepung terigu produk Pabrik Tepung Bogasari . Reseller markets terdiri dari pedagang tengahan dan pedagang eceran yang membeli barang jadi dan menjualnya kembali untuk memperoleh laba. Governmental markets ter –diri dari pemeritah pusat , provinsi maupun daerah yang membeli barang2 dan jasa untuk melayani keperluan operasional internal pemerintahan dan pemenuhan pelaya -nan keperluan warga negara seperti untuk jalan raya , pendidikan , air minum , energy , pertahanan dan lain2. Sedang institutional markets adalah termasuk didalamnya lembaga-lembaga non profit seperti lembaga kemasjidan ,gereja , rumah sakit ,sekolah , club social maupun yayasan2 yang membeli produk cukup besar nilainya guna keperluan diri

Sementara itu , market sendiri dilihat dari tipenya dapat dibedakan menja -di traditional market dan modern market.Traditional market adalah pasar yang banyak dijumpai dinegara-negara berkembang dimana orang perorang melakukan kontak jual -beli secara langsung , melakukan tawar menawar harga yang sekaligus melakukan pembayaran.dengan sebagian besar yang terlibat didalamnya adalah kaum ibu rumah tangga dan para pedagang kecil yang menjual hasil produk pertanian atau produk hasil kerajinan dll , serta para pedagang kecil yang membeli dan menjual kembali barang dagangannya guna mendapatkan laba. Tipe pasar jenis ini di Indonesia banyak ditemu -kan di pedesaan maupun sudut-sudut kota,baik kota besar maupun kota kecil

Sedang modern market adalah tipe pasar dimana penjual dan pembeli tidak harus betemu langsung berhadapan melakukan tawar menawar serta pembayaran harga atau penyerahan barang , melainkan mereka melakukannya dapat melalui alat-alat komunikasi modern seperti telpon, internet dll.Bahkan pembayaranpun tidak harus langsung pakai uang cash melainkan cukup digunakan kartu credit , lembaran

check dll.dengan barang dagangan yang tentu saja sangat beda pula jenis dan sifatnya dibanding barang dagangan yang dijual di traditional market Disini barang yang diperjual belikan biasanya berupa financial securities (lembaran-lembaran berharga) seperti stock atau shares.( saham )

Di lihat dari cara operasinya , modern market ini dibedakan menjadi beberapa jenis market .Pertama yaitu the primary market dimana investor atau penanam modal membeli kertas2 berharga melalui Bank Investasi atau pada perwaki -lan lain yang langsung ditunjuk oleh perusahaan yang mengeluarkan lembaran berharga tersebut. Kedua adalah the secondary market yaitu pasar modal yang keberadaan lembar –lembar saham (kertas berharga) diperdagangkan hanya diantara investor . Ketiga ialah the security exchanges yaitu pasar tempat para brokers (makelar) bertemu untuk menju -al dan membeli saham Keempat adalah the over – the counter market yaitu pasar yang berbentuk sebuah jaringan dari para broker yang menjual dan membeli lembar2 saham dari perusahaan2 yang tidak didaftar/ terdaftar pada bursa saham .Sedang jenis maket terakhir ialah the market order yaitu sebuah request atas saham yang dijual atau dibeli menurut harga pasar pada umumnya

Demikianlah seorang pengusaha agar produk yang dipasarkannya laku dan dapat diterima pasar ia harus melakukan a marketing strategy, yaitu suatu usaha agar pasar mampu seluas-luasnya menyerap produk dan sasaran keuntungan dapat dicapai, dimana untuk ini a marketing strategy harus mengandung dua unsur kebijakan.Pertama adalah kebijakan pemilihan dan analisa target market. Sedang yang kedua adalah kebijakan penciptaan ( creation) dan pengaturan ( maintenance ) aneka pola pemasaran, kombinasi antara produk , harga, distribusi dan promosi yang dikembangkan untuk memberikan kepuasan pada target market yang dianggap istimewa

Target market sendiri dipahami sebagai sekelompok orang untuk mana perusahaan mengembangkan dan mengatur marketing bisa cocok bagi keperluan dan kesukaan khusus mereka .Dalam penentuan target marketnya pasar ini memerlukan pengujian potensi pasar atas pengaruh yang mungkin terjadi pada penjualan, biaya dan keuntungan .

Itulah sebabnya sebuah perusahaan bisnis atau pebisnis harus selalu melakukan control atas elemen penting marketing baik yang berupa : produk ,harga ,distri -busi maupun promosinya.

Product ( produk) dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang menerima pertukaran baik yang berupa barang , jasa atau idea. Barang bersifat nyata ,dapat dipegang dan dilihat karena sifatnya yang fisik, seperti meja, buku,minyak rambut dan lain2-nya.Jasa adalah hasil pengetrapan tenaga manusia atau permesinan pada orang atau sesuatu yang pada dasarnya sebuah pertukaran yang kita bayar atas orang lain pada apa yang dia buat untuk kita seperti : tukang potong rambut yang telah merobah penampilan kita.,tukang bersih2 halaman yang telah membersihkan rumput ,dan lain-lain nya .Sedang idea adalah suatu bentuk dari filosofi ,

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

30

Page 31: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

pelajaran , konsep, maupun petunjuk / nasehat , yang sebenarnya otomatis sudah menjadi bagian dari barang maupun jasa itu sendiri

Jika dikelompokkan menurut kategori umum, maka produk dapat dibeda -kan menjadi consumer product dan industrial product. Consumer product adalah produk yang dibeli untuk memenuhi kebutuhan perorangan dan keluarga .Sedang industrial product ialah produk yang dibeli untuk memenuhi kebutuhan operational sebuah perusahaan atau untuk dibikin produk lain .

Adapun consumer product secara tradisional dan sistim pengklasifikasian yang secara luas dapat diterima , terdiri dari tiga kategori.Yaitu : a convenience product , a shopping product dan specialty product Disebut a convenience product manakala pro -duk itu merupakan barang-barang yang relatif murah harganya sehingga untuk membelinya orang tidak perlu berpikir keras , seperti : roti , koran , minuman ringan , bensin dan lain sebagainya

Sedang a shopping product adalah produk yang pembeli perlu berpikir agak keras untuk membuat pertimbangan2 serta perencanaan .Disini pembeli banyak memerlukan waktu untuk memilih merek ,harga , kwalitas , pelayanan purna beli , garansi dan lain2 , seperti halnya membeli TV , furniture , sepeda , kulkas dan lain sebagainya

Khusus untuk specialty product , ia memiliki satu atau lebih karasteristik yang unik dimana sekelompok pembeli hanya menginginkan produk tertentu itu saja dan tidak bisa menerima yang lain sebagai gantinya. Dalam mencari produk tujuan , pembeli tidak mempertimbangkan produk alternatip sebagai pilihan , seperti misalnya keinginan membeli mobil sport lamborgini , meja makan jati antik , anggur merah buatan tahun 1950 dll

Industrial product , sama dengan consumer product juga diklasifikasikan kedalam beberapa categories . Yaitu a raw material product , major equipment product ,accessory equipment product, a component part product , a process material product , a supply product dan an industrial service product .A raw material product adalah pro -duk yang bergerak dibidang bahan mentah guna dibikin bagian dari fisik sebuah barang jadi. Ia bisa berasal dari bahan tambang , bahan hutan , bahan laut ataupun bahan olah bekas

Major equipment product adalah produk yang bergerak dibidang peralatan dan mesin2 guna tujuan produksi ,seperti cranes (krein), stamping machines ( mesin tumbuk) ,lathes (mesin bubut) dan lain2 . Sedang accessory equipment product adalah produk peralatan standard yang secara umum dipakai dalam banyak hal pada kegiatan produksi perusahaan maupun aktifitas kantor , seperti mesin ketik ,calculator dan lain2

Adapun a component part product adalah produk yang merupakan bagian dari fisik sebuah barang tertentu dan siap untuk di-assembly (dirangkai) pada barang tersebut baik melalui sedikit proses perbaikan maupun tidak. Ini beda dengan A process material product yang juga merupakan produk yang langsung dipakai didalam sebuah produksi lain ,tapi tidak dapat

diidentifikasi dengan segera,seperti industri lem/ perekat, industri obat pengawet makanan dan lain-lain

a supply product adalah sebuah produk yang memfasilitasi produksi dan operasi , tetapi tidak menjadi bagian dari produk jadi itu .Ini dapat dicontohkan seperti produk pensil , kertas , peralatan kebersihan dan lain-lain

An industrial servise product selaku kategori terakhir dari industrial pro- duct adalah produk yang tak kasat mata ( karena berupa jasa ) yang organisasi / masya -rakat gunakan dalam operasi atau kehidupannya, seperti halnya marketing research ( jasa penelitian guna pemasaran), janitorial research ( jasa penjaga rumah ) dan lain2. Disini peminat atau pengguna dapat menyewa jasa mereka dari dalam atau luar or -ganisasi

Dari beberapa type industrial product diatas, menurut hemat penulis tipe a supply product-lah mungkin bidang usaha yang paling bisa dilaksanakan jika jenis usaha yang dipilih bukan usaha grosir atau usaha pengecer .Sebagai missal: sarpeng yang punya basis sedikit pengetahuan electric dan sedikit kemampuan imaginasi rekayasa akan mampu menciptakan supply product berupa : mesin pel lantai , mesin pe-netas telor , mesin pengiris tempe ,mesin2 praktikum sederhana dan lain sebagainya. Atau seorang sarjana akuntansi dengan kemampuan computer yang memadai dapat menciptakan program tertentu yang bermanfaat dibidang keakuntanan dan seterusnya dan seterusnya . Hanya persoalannya ,apakah hasil ciptaan atau produk usaha itu bisa laku dijual dipasar?

Pembuatan atau pengembangan produk baru memang senantiasa membawa resiko tinggi. Bahkan menurut sebuah analisis , kegagalan produk baru rata2 berkisar antara 60 hingga 75 persen dari semua produk baru yang lahir. Ini berarti hanya sekitar 25 hingga 40 persen produk baru yang berhasil.Namun kenyataan ini janganlah dipan -dang sebaga vonis bahwa kita juga akan gagal.

Sejauh ini produk selalu bergeser pada jenis usaha yang jika dilihat dari tingkat kesamaannya dapat dikategorikan dalam tiga hal .Pertama ialah imitation yaitu membuat produk yang didesain sama atau mendekati sama dan siap untuk mengkompe -tisikannya dengan produk lain yang sudah ada. Seperti produk2 pasta gigi umpamanya, ada produk merek pepsodent ,ciptadent,closu up dan lain2nya. Kedua ialah adaptation yaitu produk yang dirancang untuk memenuhi atau disesuaikan dengan kebutuhan atau yang sedang trend dipasar seperti produk2 alat olah pelangsing tubuh , sandal kesehatan , obat2 kuat , minuman ber-energy dan lain sebagainya. Sedang innovation adalah produk yang benar2 baru minimal baru dalam disain dan baru pula dalam pemanfaatan

Sudah barang tentu bagi pengusaha pemula - menurut penulis- tipe yang mana yang paling pas., kemampuan mencium pasar dan mengakomodasikannya dengan kebutuhan masyarakat dan modal yang ada akan menjadi kunci sukses dimasa mendatang .4. Pembahasan a. Produk Baru 1) . the phases of product processing

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

31

Page 32: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Mengembangkan dan mengenalkan produk baru memang perlu keberanian .keyakinan dan optimisme tinggi . Bukan saja karena banyak resiko yang tidak diinginkan sedang menanti tetapi juga karena pemilihan produk , timing , sistim dan strategi marketing akan banyak menentukan dibelakang hari tentang gagal dan suksesnya sebuah produk Oleh sebab itu sebuah produk baru hendaknya bergerak melalui tujuh taha -pan atau phases Yitu 1) idea generation phase 2) screening phase 3) concept testing phase 4) business analysis phase 5) product development phase 6) text marketing phase dan 7) commercialization phase.

Idea generation phase adalah tahapan dimana pengusaha atau calon pengusaha secara personal atau organizational mencari jenis produk yang akan dijual Sudah barang tentu pada tahapan ini pruduk baru berupa ide2 yang terus mengalami penyempurnaan dari waktu kewaktu sesuai dengan realita perkembangan pasar dan tuntutan konsumen . Screening phase adalah tahapan lanjutan dari tahapan pertama ,dimana pada tahapan ini dilakukan screening atau penyisihan atas ide2 yang muncul .Ide2 yang dianggap tidak bermanfaat atau tidak sesuai dengan sasaran produk dihilang -kan .Pada tahapan ini kwalitas calon produk yang akan diproduksi sangat menjadi pertimbangan Sedang concept testing phase adalah tahapan dimana idea produk dipresentasikan pada sekelompok kecil sampel yang terdiri dari para pembeli potensial melalui tulisan maupun penjelasan lesan - dan juga mungkin gambar , untuk memasti -kan minat dan perhatian mereka pada produk yang akan dipasarkan

Dalam hal ini organisasi dapat mengetes satu atau lebih konsep atas barang yang sama dengan biaya yang tidak terlalu tinggi untuk memastikan reaksi dari para calon konsumen .Para personel pengembang perusahaan dapat menggunakan hasil dari concept testing ini untuk menyempurnakan attributes maupun keuntungan produk dimana ini sangat penting bagi pelanggan potensial

Adapun beberapa tipikal pertanyaan yang biasa dipakai sebagai bahan peng -galian data adalah 1 .Keuntungan apa dari produk usulan yang sangat menarik anda? 2. Ciri-ciri apa yang sedikit atau sama sekali tidak menarik anda? 3. Apa keuntungan2 utama dari produk usulan atas produk yang biasa anda gunakan? 4. Jika produk ini telah berada dipasar dengan harga yang sesuai ,seberapa sering anda akan membeli?5. Bagaimanakah produk usulan ini dapat disempurnakan?

Business analysis phase adalah tahapan analisa yang dipersiapkan untuk pengujian kerangka produk dalam posisi pasar ,termasuk kemungkinan keuntungannya. Selama tahapan ini perusahaan mempertimbangkan , jika produk baru diperkenalkan apakah akan mempengaruhi penjualan , ongkos maupun keuntungan .Oleh sebab itu, pada tahapan ini personal marketing biasanya akan bekerja melakukan penjualan penjajakan

Berikuttnya adalah product development phase yaitu tahapan dimana perusahaan yakin bahwa secara

teknik produk sangat memungkinkan untuk dibuat ( feasible) dalam beaya yang relatip murah dan nantinya dapat dijual dipasar dengan harga yang menguntungkan . Jika keyakinan ini telah didapat maka perusahaan akan mentranformasikannya kedalam pembuatan model atau prototype

Test marketing phase adalah tahapan pengenalan secara terbatas atas produk dibeberapa kota kecil atau kota besar terpilih sebagai perwakilan pasar , guna mengetahui reaksi pembeli.. Produk ditinggalkan dipasar percobaan dalam waktu yang cukup lama guna memberikan kesempatan kepada pembeli untuk belanja ulang produk bagi mereka yang tertarik .Dalam hal ini pemasar dapat melakukan percobaan dengan advertensi , harga jual , pembungkusan dan merek dagang dibeberapa area percobaan yang berbeda sebagai bahan pengukuran.

Adapun commercialization phase adalah tahapan terakhir dari proses sebuah produk baru. Dalam tahapan ini produk baru siap diluncurkan kepasaran untuk diperda -gangkan dan dikomersilkan . Namun satu hal yang harus dilakukan adalah, bahwa sebelum produk benar-benar diterjunkan kepasar , manager pemasaran hendaknya mengana -lisa hasil test marketing untuk mengetahui perobahan apa yang seharusnya dilakukan terhadap produk sebelum produk baru tersebut diperkenalkan 2) The Product Accessories

Tiga ciri penting yang biasanya mengikuti produk2 dari consumer product yaitu: cap dagang (brand), pembungkusan (packaging) dan labeling (pemberian etiket) .Ciri-ciri ini penting kiranya untuk membedakan sebuah produk dengan produk lain yang sudah ada. Sudah barang tentu ciri-ciri tersebut harus didisain untuk me-narik minat pelanggan mengingat the brand , package dan label adalah bagian tak terpisahkan dari sebuah produk

a) A brand adalah sebuah nama , istilah , symbol , atau kombinasi dari semua -nya yang dapat memberikan identitas pada sebuah produk jual agar beda dengan produk –produk jual yang lain. Dalam hal ini dikenal a brand name , a brand mark a trademark dan a trade name . .A brand name adalah bagian dari cap yang dapat diucap atau dibaca .Ia bisa berupa huruf-huruf , kata-kata , angka-angka , atau simbol-simbol yang dapat dibunyikan sebagai -mana rangkaian kata Lion & The 7 stars . Sebaliknya a brand mark adalah bagian dari cap yg merupakan sebuah symbol atau tanda pembeda seperti Planters“Mr.Peanuts” .Se-dang a trade mark adalah nama cap dagang sebuah produk yang tercatat dalam Depar -temen Hukum dan HAM sebagai pemegang hak patent dimana ia mendapat perlindu -ngan penuh secara hukum dari para pengguna merk yang tidak berhak

Adapun a trade name adalah sebuah nama legal dan lengkap dari sebuah organisasi seperti Pizza Hurt di Amerika Serikal dan Coca Cola Company .

Sementara itu dilihat dari segi kepemilikan, brand atau cap dagang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu a producer brand dan a private brand. Disebut a producer brand manakala cap dagang atau brand itu dimiliki oleh a manufacturer atau pengusaha pabrik .Dan disebut a private brand jika brand dimiliki

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

32

Page 33: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

oleh perorangan dari pedagang besar (individual wholesaler ) atau individual retailers ( perorangan dari para pedagang kecil ) .Dari dua jenis brand ini a producer brand lebih diminati oleh para consumers karena diketahui secara national , menawarkan kwalitas lebih baik dan secara luas dikenal masyarakat , seperti merek Honda (mobil ),Levis ( pakaian) ,Exxon ( minyak gas ) dan lain2

Perlu diketahui bahwa walaupun brand atau cap dagang itu sangatlah penting untuk sebuah produk namun ada juga produk yang tidak punya brand. Produk yang tidak mempunyai brand sama sekali ini disebut a generic product yang kadang-kadang juga disebut a generic brand. Generic brand ini telah ditemukan di store-store Amerika sejak1977 Pelanggan biasanya memperoleh harga lebih murah dengan mutu yg kadang2 tidak kalah dari produk yang punya brand

Memilih nama untuk cap dagang sebuah produk memanglah tidak sulit tetapi juga tidak semudah yang dibayangkan Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam hal ini ,seperti brand harus mudah dibaca oleh customers bahkan juga meng eja-nya .Brand yang pendek bahkan terdiri dari satu suku kata lebih enak bagi pelanggan untuk mengingatnya, seperti Cap Lang umpamanya. Disamping hendaknya brand juga dapat memberikan sugesti positive dan ciri khusus pada produk agar dapat dibedakan secara mudah dengan produk lain.

Dalam pada itu ada dua strategi dalam menetapkan brand .Pertama adalah individual branding dan kedua adalah family branding. Disebut individual branding jika sebuah firma atau perusahaan memberikan brand yang berbeda pada tiap jenis produk yang dikeluarkannya. Sebagai contoh adalah , jika induk perusahaan memproduksi lima jenis produk yang sama jenisnya, seperti perusahaan konfeksi yang memproduksi pakai -an pria , pakaian wanita , pakaian dinas , pakaian militer dan pakaian olah raga maka tiap kelompok produk punya brand masing-masing. Stategi ini lebih menguntungkan dalam dua hal , pertama :yaitu problem yang menimpa sebuah jenis produk tidak berpengaruh pada jenis produk yang lain dan kedua :dengan adanya brand yang berbeda maka produk akan bisa langsung dikirim kesegmen pasar yang berbeda.

Sedang family branding adalah sebuah strategi dimana perusahaan induk hanya memberikan nama yang sama atas semua jenis produk yang dikeluarkannya .Kita mengenal banyak merek dalam perusahaan elektronik seperti Sony, Panasonic ,Toshiba dan lainnya dimana merek2 tersebut telah digunakan untuk berbagai jenis produk elektrik dari kulkas , TV , Komputer , alat2 Audio / Video dan lainnya. Strategi ini keuntungannya adalah akan lebih menghemat beaya promosi terhadap produk yang baru dikeluarkan karena pengaruh merek yang sudah ada dan dikenal dipasar . Tetapi kejelekannya ialah manakala sebuah jenis dari produk family branding ini jatuh dipasar -an , jenis produk lain dengan brand yang sama juga akan terkena resiko jatuh pula.

b) Packaging adalah keseluruhan aktivitas yang menyangkut tentang pengembangan dan

memperlengkapi tempat penyimpanan produk yang bisa terbuat dari kaleng , kerdus , plastic bahkan bamboo atau kayu. Dimana fungsi pokok sebuah packaging disamping untuk memperlindungi adalah juga untuk menjaga kebersihan dan meningkatkan daya tarik produk terhadap konsumen.. Oleh sebab itu packaging yang baik harus mencerminkan keindahan , informativeness dan hygieness

Banyak hal harus dipertimbangkan dalam membuat design package . Dan salah satu factor terpenting yang selalu menjadi dasar pertimbangan ialah cost atau beaya .Walaupun beraneka bahan yang digunakan dengan aneka proses pembuatan dan design , tetaplah untuk sebuah packaging yang menarik akan mahal beayanya. .

Namun satu hal yg pasti adalah, packaging bisa digunakan sebagai promosi .Sebuah produk yang bagus tapi dijual dalam packaging yang kurang menarik akan me-mungkinkan produk kurang diminati oleh pembeli .Dan sebaliknya banyak produk yang tidak begitu bagus tapi tampil dalam packaging yang menarik laku keras dipasaran , seti-daknya pada awal promosi .

Oleh sebab itu sebuah packaging yang ideal adalah packaging yang didesain sebagus mungkin dalam takaran beaya yang tidak terlalu mahal.Artinya,janganlah karena packaging yang bagus maka produk harus dijual terlalu mahal sehingga tidak bisa ber -saing dipasar.Disamping juga perlu diperhatikan factor lingkungan, dimana bahan yang digunakan hendaknya sejauh mungkin bukan bahan yang not biodegradable atau tidak bisa lebur oleh organisme hidup seperti plastic umpamanya. Sedang untuk produk yang linear sebaiknya dipakai family packaging ,yaitu packaging dengan design yang sama. c) Adapun Labelling adalah bagian yang mempresentasikan informasi produk tentang brand name dan trade mark , nomer registrasi dagang ,symbol cap dagang, ukuran package dan isinya , cara aturan penggunaan produk , masa kedalursa (jika ada ), product claims , peringatan dini keselamatan ( safety precautions ) , nama dan alamat pabrik .Di Amerika ada beberapa ketentuan Pemerintah federal yang harus dicantumkan dilabel produk tertentu, misal:

produk garments harus mencantumkan nama pabrik, Negara producer dan cara-cara mencucinya.

untuk sejumlah produk makanan yang mengklaimkan produknya tentang nutrisi , harus melabelkan kandungan nutrisinya sesuai format standard

untuk label produk-produk makanan pada umumnya , harus mencantumkan jumlah kandungan ,seperti jumlah kalori , jumlah nutrisi khususs dan lain-lainnya

5 . KesimpulanUntuk terjun kedunia bisnis atau wirausaha

memang diperlukan niat yang mantap disamping

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

33

Page 34: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

kemampuan mencermati pasar . Businessman harus paham persaingan pasar, produk atau bidang bisnis apa yang sebaiknya dipilih untuk digeluti , bagaimana keuntungan bisa diperoleh dengan resiko sekecil mungkin , product accessories apa yang sebaiknya digunakan agar produk bisa menarik pembeli dan lain sebagainya . Tetapi lebih dari itu semua penguasaan ilmu bisnis praktis secara lengkap dan baik akan sangat membantu seorang wirausahawan dalam mengelola bisnis dan menjadikan dirinya berjiwa wirausaha., mengingat bisnis yang berhasil hanyalah mungkin lahir dari wirausahawan yang berjiwa wirausaha dan bukan dari wirausaha -wan yang hanya coba-coba.

Oleh sebab itu apa yang kita sebut dalam tulsan ini sebagai market competation, marketing , pemilihan produk baru dan bisnis dengan segala persoalannya itu hendaknya dijadikan bahan dan ilmu bekal melakukan wirausaha.6 . Penutup

Bisnis memang bukan perbuatan mudah ,tetapi juga bukan hal yang mustahil untuk dilakukan.Bukan saja oleh para sarjana pengangguran tetapi bahkan oleh mereka yang belum sarjana alias mahasiswa .Persoalannya adalah kemauan , keberanian ,keuletan dan keyakinan diri . Tanpa ini semua sukar diharaplan bisnis akan sukses mengingat betapa persaingan pasar begitu kuat dan rumitnya –sebagaimana telah dibahas diatas – Dan termasuk juga adanya ketrampilan bernegosiasi dan ber sosial

Dalam hal ini Universitas sangat diharapkan untuk bisa berperan aktip .Khususnya adalah yang terkait dengan permodalan ,bimbingan dan pemasaran .Sudah barang tentu Universitas akan bertindak sangant selektip dan berhati –hati , yang resiko untuk tidak berhasil cukup tinggi. Namun manakala semua dapat berjalan sesuai rencana maka bukan hanya acungan jempol yang akan diperoleh universitas ,tapi juga ucapan terima kasih dari segenap pihak . Di Canada, di kota Peterborough Provinsi Ontario tempat penulis dulu pernah ber PPL orang-orang cacat mental atau mently retarded people bisa hidup produktip atas bimbingan elemen-elemen dari Adult Training Centre Industries Mengapakah Unisla tidak mencoba

menjadi pembimbing sekaligus bapak angkat para sarjana non kerja berbakat yang notabene sangat mengharap uluran tangan dan kebijakan civitas academika agar mereka dapat hidup bermanaat dan berguna bagi ingkungan dan bangsanya Daftar ReferensiHenry , William R and W. Warren Haynes ,

1978 .Managerial Eonomics:Analysis and Cases . Texas : Business Publications ,Inc

Koutsoyiannis,A , 1979 .Modern Microeconomics. London : Macmillan Publishers Ltd

Pride,William M ,Robert J. Hughes and Jack R.Kapoor,1996. Business.Toronto: Houghton Mifflin Company

Samuelson , Paul A and William D. Nordhaus , 1995 . Economics .Toronto : Mc Graw-Hill ,Inc.

Pansza ,Henry G , 1983. Handbook for Construction Accounting and Auditing.

Toronto : Prentice-Hall , Inc. Wallace,Wanda A , 1991. Auditing. Boston : Pws-Kent Publishing Company

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

34

Page 35: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Tembakau Madura Hilang Manis Baunya :Dibawah Ketuk Palu Hakim Mahkamah Konstitusi

Adang Moelyono*)

*) Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan

AbstraksiRokok ini Memakai Tembakau Berkwalitas Tinggi dengan Tembakau Madura yang Manis Baunyadan Tembakau Amerika yang Harum”/bunyi bungkus rokok Dji Sam Soe”. Begitulah sepenggal bunyi tulisan yang ada dibungkus rokok Dji Sam Soe, bunyi itu mengambarkan kwalitas tembakau madura yang sudah diakui dunia dengan cita rasa yang tinggi, bahkan mampu menyaingi kwalitas tembakau yang dihasilkan Amirika, sebagai negeri asal tanaman tembakau, akan tetapi tembakau yang ditanam Petani Indonesia yang mayoritas ini tidak didukung oleh legal state system yang kuat dan responsif akan tetapi hukum kita berpihak pada hukum represif yang berpihak pada pemilik modal.

I. PENDAHULUAN Manis bau tembakau hanya mampu dihasilkan

para petani tembakau dari kepulauan Madura, cita rasa yang tinggi dihasilkan tangan-tangan yang terampil dan beretos kerja tinggi, karena tembakau Madura hanya tumbuh pada saat musim kemarau, dimana persediaan air yang sangat tipis untuk bercocok tanam. Hanya petani yang ulet dan memiliki ketekunan yang tinggi mampu mengasilkan tanaman tembakau yang berkwalitas tinggi. Mulai dari menyiapkan lahan, menyemainya dengan benih, menjaga dan merawat tanaman sampai mengolah hasil panennya, semua harus dilakukan secara teliti.

Dibawah terik panas matahari yang menyengat itulah “bau manis” tanaman tembakau itu dihasilkan. Kerja keras dan ketekunan menjadi kata kunci untuk mengatasi segala keterbatasan alam madura yang tandus dan gersang, dibawah cucuran keringat para petani tembakau maduralah tanaman tembakau kwalitas terbaik di negeri ini dihasilkan. Bau manis tanaman tembakau yang dihasilkan para petani madura, sebanding dengan harga yang didapat para petani, dimasa sepuluh tahun yang lalu para petani tembakau di Madura, mendapatkan penghasilan lebih dari cukup untuk ukuran petani, banyak dari meraka kemudian berangkat haji dan

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

35

Page 36: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi.

Cerita tentang kesejahteraan dan kemakmuran petani tembakau Madura mulai meredup dalam satu dasawarsa ini, seiring dengan semakin melorotnya harga jual tanamam tembakau dipasaran, bahkan harga bisa terus melorot dari kisaran yang tidak wajar, karena tidak adanya jaminan kepastian yang wajar dari harga tembakau yang dihasilkan para petani Madura. Sementara di sisi lain,pemerintah selama bertahun-tahun mendapatkan pemasukan yang luar biasa besar, setiap tahun tidak kurang dari 57 Trilyun masuk ke kantong Negara yang didapat dari cukai rokok. Jika pemerintah, dengan berdiam diri saja mampu mendapatkan pemasukan 57 Trilyun, para petani tembakau harus bermandikan keringat untuk bertahan hidup pada saat-saat sekarang ini. Ini tentu saja sangat kontras karena pemerintah tidak mampu mengembalikan harga tembakau sebagai mana yang terjadi dimasa-masa sepuluh tahun yang lalu.

Harapan untuk mendapatkan penghidupan yang layak, sebagaimana yang jamin dalam konstitusi Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 27 ayat (2); tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Seakan semakin sirna, dengan diberlakukanya ketentuan sepanjang frasa ”...tembakau, produk yang mengandung tembakau,....”dalam ketentuan Pasal 113 ayat (2), Pasal 114 serta Penjelasannya dan Pasal 199 ayat (1) UU Kesehatan tersebut. Dengan ketentuan ini jelas-jelas masyarakat Madura yang sebagian besar petani tembakau akan terancam mata pencahariannya yang merupakan satu-satunya sumber kehidupannya. Karena menempatkan tanamam tembakau sebagai zat adiktif, yang produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif harus memenuhi standar dan/atau persyaratan yang ditetapkan.Pengaturan tanaman tembakau dalam Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, dan mengolongkan tanaman tembakau sebagai zat adiktif, akan mematikan ribuan petani tembakau di republik ini, selain itu, usaha-usaha yang berkaitan/berbahan dasarnya dari tanaman tembakau akan gulung tikar seiring dengan berlakunya aturan ini. Tanaman tembakau yang merupakan bagian dari warisan luluhur dan sudah menjadi tradisi yang panjang berabad-abad yang lampau akan musnah dibumi nusantara Indonesia.

Dengan ketuk palu Mahkamah Konstitusi yang menolak permohonan uji materi terhadap Pasal 113 tentang tembakau sebagai zat adiktif dan pasal 114 tentang peringatan bahaya kesehatan bergambar pada bungkus rokok, ” pada hari Selasa, tanggal 01 November 2011, bukan hanya mimpi kesejahteraan akan hidup dan kehidupan bagi petani yang layak, tetapi mata pencarian sebagai petani tembakau yang telah diwariskan dari generasi- ke generasi akan sirna, dan bagi penikmat tembakau madura “ bau manis” tanaman tembakau hanya akan menjadi kenangan

II. PUTUSAN MK SOAL TEMBAKAU

Meraka (asing) yang untung, kita (petani tembakau) yang buntung. Beberapa hari yang lalu, tepatnya Rabo, 2 November 2011, seakan menjadi kado pahit pagi para petani tembakau, setelah sekian lama menanti putusan yang adil bagi hidup dan kehidupan petani tembakau seluruh Indonesia. Putusan Mahkamah Konstitusi nomor : 66/PUU-X/2012 yang mengugurkan permohonan uji materi atas Pasal 113 tentang tembakau sebagai zat adiktif dan pasal 114 tentang peringatan bahaya kesehatan bergambar pada bungkus rokok. yang dimohonkan Asosiasi Petani Tembakau (APTI). Apa sebab sebenarnya, para petani Indonesia mengajukan uji materi atas beberapa pasal diundang-undang kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 ini, menurut Nurtantio Wisnubroto dari APTI, undang-undang kesehatan ini sarat akan muatan kepentingan asing dan kapitalisme internasinal. Lebih lanjut dikatakan Kepentingan asing yang dimaksud adalah kelompok industri farmasi yang memproduksi nicotine replacement therapy dan rokok asing yang selama ini tidak bisa bersaing dengan rokok kretek asli Indonesia.

Sudah menjadi cerita umum, bahwa pasar rokok Indonesia sangat mengiurkan bagi pemain-pemain asing untuk bisa masuk pasar/konsumen Indonesia, mereka (asing) selama ini mengalami kesulitan/kalah bersaing dengan product-product dalam negeri. Karena sebagian besar konsumen/pengguna rokok Indonesia dalam bentuk rokok kretek. Salah satu cara yang ditempuh asing agar bisa menguasai pasaran rokok Indonesia dengan menyusun regulasi yang pada intinya membatasi jumlah petani tembakau, memperketat peredaran tembakau. Hal ini tertera jelas pada pasal 133 yang menyebutkan tembakau sebagai zat adiktif, yang peredarannya akan dibatasi dengan ketentuan peraturan, yang menjadi pertanyaan dikalangan para petani tembakau, yakni kenapa hanya tanaman jenis tembakau saja yang disebutkan sebagai tanaman yang mengadung zat adiktif, padahal banyak tanaman yang mengadung zat adiktif tidak disebutkan, ini juga yang melatarbelakangi dan mendasari pada petani dan asosiasi petani melakukan uji meteri atas pasal 133 undang-undang kesehatan.

Penyebutan tanaman tembakau sebagai tanaman yang mengadung zat adiktif, dengan sendirinya akan membunuh para petani secara berlahan-lahan. Karena dengan sendirinya jumlah tanaman akan diawasi dan semakin ketatnya peredaran tembakau dipasaran. Putusan Mahkamah Konstitusi ini juga dapatdinilai sebagai langkah awal untuk menghilangkan tanaman tembakau dibumi nusantara, akibat ketatnya regulasi yang mengatur tanaman tembakau. Padahal tanaman tembakau merupakan jenis tanaman yang telah tumbuh dibumi pertiwi semenjak ratusan tahun, dan sudah menjadi bagian dari tanaman rakyat disaat masa-masa kemarau, karena tanaman tembakau sendiri tidak membutuhkan air yang banyak untuk tumbuh.

Pasal lain diundang-undang kesehatan yang juga mengelisahkan para petani tembakau dan pelaku industry rokok kretek skala rumahan, yakni pasal 114 yang menyebutkan bahwa “peringatan kesehatan dampak merokok yang disampaikan dalam tulisan yang jelas dan mudah terbaca dan dapat disertai gambar atau bentuk lainnya”. Sekilas kalau dibaca secara teks norma hukum,

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

36

Page 37: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

tentu kelihatan baik dan sudah seharusnya, tetapi dampak lebih lanjut dari penyebutan peringatan pada para pelaku-pelaku industry rokok skala rumahan, bahwa industry rokok skala rumahan biasanya diproduksi dengan membuat bungkus rokok seadanya, seandainya harus menuruti ketentuuan undang-undang tentu biaya besar yang akan dikeluarkan lagi, pada akhirnya akan meningkatkan ongkos produksi rokok. Padahal industry rokok skala rumahan jumlahnya ribuan diseantero Indonesia. Terkait peringatan kesehatan, MK justru menghapus kata “dapat”. Dengan demikian, peringatan kesehatan harus disampaikan dalam bentuk tulisan dan gambar. “Peringatan harus jelas,”. Putusan mahkamah konstitusi soal pasal 114 akan semakin menguatkan ancaman hukuman yang diatur pada pasal 199 UU kesehatan yang menyebutkan bagi produsen atau importir rokok yang tidak mencantumkan peringatan kesehatan dengan tulisan dan gambar diancam dengan hukuman penjara maksimal Rp. 500 juta atau penjara maksimal 5 tahun. Terkait dengan keputusan Mahkamah Konstitusi, semua pihak harus menghormati putusan yang telah diketuk palu ini, sebagai putusan terakhir dari upaya hukum, tetapi yang menjadi pertayaan, dengan keputusan yang telah diambil, akan ada banyak berderet antrian para penganggur, ada jutaan pekerja yang terkait dengan industry rokok, mulai dari petani tembakau, buruh tani, para pekerja industry rokok baik skala besar, menengah dan kecil, para distributor, sopir, bahkan sampai penjual rokok dipinggir-pinggir jalan, dengan sendirinya akan menjadi antrian penganggur, hal ini tentu ironis disaat negera tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan, bagi para pencari kerja.

Dengan semua fakta yang telah disuguhkan, semakin menjadi terang-benderang, bahwa dibalik keputusan MK ini, pihak asing/kapitalisme internasionalah yang diuntungkan, dan sekali lagi rakyat (para petani tembakau), akan termangu-mangu dinegerinya sendiri.

III.KESIMPULAN Dari berbagai masalah tentang rokok yang berbahan baku dari tembakau yang ditanam di Negara Agraris di Indonesia berimplikasi langsung dengan

mayoritas penduduk Negara Indonesia yang bekerja sebagai petani termasuk di dalamnya petani tembakau, maka dapat disimpulkan putusan hukum Makahmah Kostitusi tidak dapat membangun pembangunan budaya hukum yang responsif akan tetapi membangun budaya hukum yang represif, di mana Hukum tidak hanya menjadi hanya menjadi alat para pemilik modal yang berlindung di bawah kekuatan Negara tidak menjadi kekuatan rakayat pada umumnya dalam hal ini Petani tembakau di Indonesia, maka tunggulah saatnya hukum akan menjadi ketidakaturan dan atau ketidaktertiban baru dari nilai-nilai yang hidup di masyarakat.

Daftar Pustaka

1. UUD 1945 2. Putusan Mahkamah Kostitusi Nomor

66/PUU-X/2012 di www.mahkamahkonstitusi.go.id3. Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan oleh www.depdagri.go.id4. Law & Society in Transition: Toward Responsive

Law: oleh Philippe Nonet dan Philip Selznic5. Tanah dan Pembangunan Risalah Dari Konfrensi

INFID: oleh Noer Fauzi6. Menolak idiologi Pembangunanisme oleh : Saiful

Arif

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

37

Page 38: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Analisa Kepatuhan Perpajakan Pajak Penghasilan Pasal 21

Noer Rafikah Zulyanti *)

Universitas Islam Lamongan

ABSTRAKSI

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah perhitungan PPh pasal 21 telah sesuai berdasarkan perhitungan peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 31/PJ/2009. Penelitian ini bertujuan mengetahui proses perhitungan PPh pasal 21 apakah sudah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pengambilan Data ini dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang telah dikumpulkan kemudian dibandingkan antara teori sesuai undang-undang perpajakan dan prakteknya, selanjutnya penulis menyusun secara sistematis ke dalam bentuk Tugas akhir. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa proses perhitungan pajak penghasilan pasal 21 belum sesuai prosedur undang-undang perpajakan yang berlaku, kalau ditinjau dari sisi kuantitas jumlah pegawai yang berpenghasilan diatas PTKP, hampir rata-rata pegawai berpenghasilan diatas PTKP sehingga tingkat kepatuhan membayar pajak lebih meningkat.

Kata kunci : Pajak, PPh pasal 21.

LATAR BELAKANGPenghasilan adalah sesuatu hal yang umum dan

layak untuk di dapatkan bagi semua orang maupun oleh negara. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena tanpa pendapatan atau pun penghasilan seseorang bahkan sebuah negara pun tidak akan dapat melakukan segala macam aktifitas dengan efektif dan efisien. Dan bagi sebuah negara sumber pendapatan yang terbesar adalah dari pendapatan pajak. Memang kata–kata “pajak” selalu memberikan arti negatif bagi beberapa pihak,

karena pajak dianggaplah suatu hal yang paling memberatkan dan merugikan bagi kehidupan mereka, padahal sebenarnya melalui pajaklah sebuah negara memberikan kontribusinya kepada masyarakat karena sebetulnya pajak itu bukanlah suatu hal yang menguntungkan bagi pihak-pihak tertentu saja melainkan pajak akan memberikan keuntungan kepada warganya secara tidak langsung yang mana penanganannya dipercayakan oleh pihak pemerintahan.

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

38

Page 39: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Di Indonesia pemberi kerja juga mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk menghitung, memotong, membayar serta melaporkan jumlah pajak yang harus dipotong dan disetorkan atas penghasilan pribadi sehubungan dengan pekerjaan, jasa kegiatan. Hal ini disebut juga sebagai system withholding tax. Salah satu jenis pajak yang pengenaanya melalui withholding tax adalah pajak penghasilan pasal 21 atau lebih sering disingkat PPh pasal 21.

Pada dasarnya pengertian dari pajak penghasilan itu sendiri adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Sedangkan pengertian dari PPh pasal 21 adalah uang muka PPh yang harus dibayar oleh wajib pajak (WP) orang pribadi dalam negeri melalui sistem pemotongan oleh pemberi kerja, apabila mereka memperoleh penghasilan dari pekerjaan (bebas-tidak bebas) kegiatan atau jasa, temasuk hadiah dan penghargaan selain hadiah undian. Dinamakan PPh pasal 21 karena ketentuan pemajakannya diatur dalam pasal 21 UU PPh.

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa subjek pajak PPh 21 adalah orang pribadi. Dalam ketentuan subjek pajak penghasilan, subjek pajak PPh pasal 21 adalah Subjek pajak dalam negeri yang mempunyai pengertian orang pribadi yang ada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka 12 bulan berturut-turut, orang yang dalam satu tahun berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal. Sedangkan objek pajak PPh pasal 21 adalah Penghasilan teratur dan penghasilan tidak teratur. Dimana pengertian dari penghasilan teratur adalah penghasilan yang diterima seseorang berupa gaji, upah, honorarium, uang pensiun bulanan, premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transportasi, tunjangan makan, tunjangan pengobatan, tunjangan pajak (tunjangan PPh pasal 21), tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak dan segala macam tunjangan lainnya, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja, dan pembayaran lainnya dengan nama apa pun sebelum dipotong dengan PPh pasal 21, iuran tunjangan hari tua (THT) yang ditanggung pegawai dan pemotongan-pemotongan lainnya yang biasanya mempunyai kemungkinan diterima atau diperoleh bisa lebih dari sekali dalam setahun. Sedangkan pengertian dari penghasilan tidak teratur adalah penghasilan yang diterima seseorang berupa THT, bonus, jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan tahun baru, premi tahunan dan jenis penghasilan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang biasanya diberikan sekali saja atau sekali dalam setahun.

METODEPenelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif deskriptif. Sampel penelitian ini adalah pajak atas gaji pegawai. Dalam penelitian menggunakan metode pengumpulan data dengan cara wawancara, dokumentasi dan kuesioner. Selain itu penulis juga mengumpulkan data primer yaitudata informasi yang dikumpulkan, diolah dan diperoleh langsung dari pejabat yang mengurusi masalah PPh pasal 21 dan data sekunder yaitu Merupakan Data yang diperoleh secara tidak langsung dari dokumen-dokumen atau catatan-catatan, buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian. Disamping itu data-data dari literatur tentang perpajakan.

HASILBagian ini memaparkan cara perhitungan PPh

pasal 21 menurut per (31/PJ/2009).Menurut UU nomor 36 tahun 2008, pajak penghasilan (PPh) dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas setiap penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak. Baik yang diterima di Indonesia maupun dari luar Indonesia. Yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.Sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan, salah satu subjek pajak yang dikenakan pajak penghasilan pasal 21 adalah karyawan yang bekerja pada suatu badan usaha. Menurut Keputusan Jenderal Pajak Nomor 545/PJ/2000 dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 15/PJ/2006 yang telah diperbaharui lagi Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomer 31/PJ/2009, pada pasal 1 dijelaskan bahwa pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi subjek pajak dalam negeri. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka perhitungan pajak atas pegawai telah sesuai dengan peraturan dirjen pajak nomor (31/PJ/2009) dalam penelitian ini diambil 3 sampel pegawai yang dihitung ulang pajaknya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan 3 metode perhitungan pajak yaitu (1) Net method : Metode pemotongan pajak dimana perusahaan menaggung pajak karyawan (2) Gross method : Metode pemotongan pajak dimana karyawan menanggung sendiri jumlah pajak penghasilannya. (3) Gross up method : Metode pemotongan pajak dimana perusahaan memberikan tunjangan pajak yang sama besar dengan jumlah pajak yang dipotong dari karyawan.

PEMBAHASANDari hasil penelitian mengenai analisa

kepatuhan perpajakan pph pasal 21 maka dilapangan perhitungan pajak atas gaji pegawai telah sesuai dengan peraturan dirjen pajak nomor (31/PJ/2009).

Tabel 1 : Model Perhitungan PPh pasal 21

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

39

Page 40: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Gaji pokokTunjanganPenghasilan bruto selama satu bulan

Rp. XxxRp. xxx +

Rp. xxx

Pengurang :- Biaya jabatan 5%- Biaya pensiun yang ditanggung karyawan

(UU PPh per 31/2009) 5%

Rp. xxxRp. xxx +

Rp. xxx -Penghasilan netto per bulan Rp. xxx

Penghasilan netto setahun(penghasilan netto perbulan x 12)

Rp. xxx

PTKP satu tahun :Untuk WP sendiriTambahan WP yang kawinTambahan WP @ 3 tanggunganJumlah PTKP satu tahun

Rp. 15.840.000Rp. 1.320.000Rp. 1.320.000 +

Rp. xxx -

Jumlah PKP satu tahun Rp. Xxx

PPh pasal 21 terhutang setahun (pembulatan 3 digit terakhir)Tarif pajak x PKP

Rp. Xxx

PPh pasal 21 sebulanPPh pasal 21 terhutang setahun : 12

Rp.xxx

Tarif PPh pasal 21 dan penerapannyaBerdasarkan Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2008, tarif pajak yang dikenakan atas penghasilan kena pajak bagi karyawan (orang pribadi) adalah 5% (lima persen) untuk Rp 0 sampai Rp 50.000.000, 15% (lima belas persen) untuk Rp 50.000.000,00 - Rp 250.000.000,00, 25% (dua puluh lima persen) untuk diatas Rp 250.000.000,00 – Rp 500.000.000,00 dan 30% (tiga puluh persen) untuk diatas Rp 500.000.000,00Tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan, diterapkan atas penghasilan kena pajak dari :Pegawai Tetap, Termasuk Pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI/POLRI, pejabat negara lainnya, pegawai Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, dan anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan sama. Besarnya Penghasilan Kena Pajak adalah penghasilan bruto dikurangi (1) biaya jabatan, (2) iuran pensiun yang dibayar oleh pegawai kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, termasuk iuran tabungan hari tua atau jaminan hari tua yang dibayar sendiri oleh pegawai kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang dipersamakan dengan dana pensiun.Penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan, Besarnya penghasilan kena pajak adalah penghasilan bruto dkurangi (1) biaya jabatan, (2) PTKP, yang

diterima atau diperoleh selama 1 (satu) tahun takwin atau jumlah yang disetahunkan .Pegawai tidak tetap, pemagang, dan calon pegawai yang dibayarkan secara bulanan. Besarnya Penghasilan Kena Pajak adalah penghasilan bruto dikurangi dengan PTKP, yang diterima atau diperoleh untuk jumlah yang disetahunkan.Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya. Besarnya Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud diatas adalah penghasilan bruto setiap bulan dikurangi PTKP per bulan.Tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan, diterapkan atas penghasilan bruto berupa :Honorarium, uang saku, hadiah, atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain dengan nama apapun sebagai imbalan atas jasa atau kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan yang diberikan; Honorarium yang diterima atau diperoleh anggota dewan komesaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama, selama 1 tahun takwin;Jasa produksi, tantiem, gratifikasi yang diterima atau diperoleh mantan pegawai selama 1 (satu) tahun takwin; Penarikan dana pada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan oleh peserta program pensiun sebelum memasuki masa

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

40

Page 41: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

pensiun, yang diterima atau diperoleh selama 1 (satu) tahun takwin.Tarif sebesar 5% (lima persen) diterapkan atas upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan uang saku harian yang jumlahnya melebihi Rp 110.000,- (seratus sepuluh ribu rupiah) sehari, tetapi tidak melebihi Rp 1.100.000,- (satu juta seratus ribu rupiah) dalam 1 bulan takwin dan atau tidak dibayarkan secara bulanan. Jika pegawai tidak tetap menerima penghasilan secara bulanan maka tarif yang digunakan adalah tarif pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.Dasar pengenaan dan pemotongan PPh pasal 21

Dasar pengenaan dan pemotongan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 31/PJ/2009 pasal 9 adalah (1)Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi (a)pegawai tetap, (b)penerima pensiun berkala (c)pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima selama 1 (satu) bulan

kalender atau melebihi Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) (d)bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf c selain tenaga ahli, yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan. (2)Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) sehari, yang berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah). (3)50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf c yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan; (4) Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf a,b dan huruf c.

Tabel 2 : Lapisan Penghasilan Tidak Kena Pajak Menurut Per (31/PJ/2009)Lapisan PTKP Dihitung per bulan Dihitung per tahunUntuk diri wajib pajak pribadi Rp. 1.320.000 Rp. 15.840.000Untuk wajib pajak yang kawin Rp. 110.000 Rp. 1.320.000Untuk wajib pajak harta terpisah Rp. 1.320.000 Rp. 15.840.000Untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan penuh, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga

Rp. 110.000 Rp. 1.320.000

Setelah dilakukan perhitungan PPh pasal 21 oleh penulis dengan perhitungan PPh pasal 21 berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 31/PJ/2009 dengan menggunakan gross method, net method dan

gross up method, maka perbedaan perhitungan PPh pasal 21 yang dilakukan oleh PT.X ditunjukkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3 : Rekapitulasi perhitungan PPh pasal 21

Namapegawai Perhitungan PT.XPPhpasal 21 terhutang

Gross method Net method Gross up method

A 2800 25.650 25.650 27.000B 43.700 56.300 56.300 59.263C 65.500 91.179 91.179 95.979

Sumber : data internal

SIMPULAN DAN SARANSimpulanBerdasarkan hasil analisis dari penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Perhitungan PPh pasal 21 PT.X dengan perhitungan penulis mengguanakan tiga metode yang berbeda terdapat perbedaan hasil pph pasal 21 sehingga perhitungan dari PT. X belum sesuai dengan peraturan direktur jenderal pajak nomor (31/PJ/2009).SaranBerdasarkan kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran yang perlu diperhatikan, yaitu (1) Perlu ditingkatkan ketelitian dalam menghitung pajak penghasilan pasal 21 dengan menyesuaikan peraturan yang ada.(2) Perlu ditingkatkan kedisiplinan dalam

melaporkan pajak penghasilan pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP). (3) Perlu adanya peningkatan dan pemeriksaan yang intensif terhadap dokumen SPT dan SSP dari Wajib Pajak.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Undang-Undang No. 7 Tahun 1991 diubah Undang-Undang No. 10 Tahun 1994 Diubah Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 dan terakhir diubah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Jakarta

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

41

Page 42: Peran Lembaga Perbankan Dalam Penaggulangan · Web viewMakalah: Pencucian Uang ... hukum mengenai PKB dan BBNKB. Analisis terhadap taraf ... Propinsi Jawa Timur terutama mengenai beberapa

Volume 1 No 1 Tahun 2012 ISSN No. 23023-562

Anonim .Undang-Undang Perpajakan no.28 tahun 2007. Permata Press

Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Pajak. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor. PER-

31/PJ/2009 Tentang pedoman teknis tata cara pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasialan Pasal 21 dan atau pajak penghasilan pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi.

Jurnal Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Lamongan

42