file · web viewseni memengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan,...
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead)
berarti bimbing atau tuntun, dengan begitu di dalam terdapat dua pihak yaitu yang
dipimpin (rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe”
menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain
melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain tersebut bertindak
sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dan setelah ditambah akhiran “an”
menjadi “pimpinan” artinya orang yang mengepalai. Apabila dilengkapi dengan
awalan “ke” menjadi “kepemimpinan” (leadership) berarti kemampuan dan
kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar
melakuakan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang
bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok. Jadi
kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar
mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.1
Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan menggerakkan atau
memotivasi sejumlah orang agar secara serentak melakukan kegiatan yang sama
dan terarah pada pencapaian tujuannya.2 .
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 874.
2 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara. 2006), h. 248
12
Menurut Koontz O’Donnel kepemimpinan secara umum merupakan
pengaruh seni atau proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan
penuh kemauan berusaha kearah tercapainya tujuan organisasi.3
Menurut Robbins kepemimpinan itu didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang untuk memengaruhi sebuah kelompok menuju kepada pencapaian
tujuan kelompok tersebut. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar mereka mau berbuat dan
berprilaku sebagaimana yang diharapkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.4
Menurut Pamudji yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan untuk menggerakan dan mengarahkan orang-orang pada tujuan yang
dikehendaki oleh pemimpin. Sedangkan menurut George R. Terry menjelaskan
bahwa kepemimpinan adalah aktivitas memengaruhi orang lain untuk secara
sukarela mau berjuang mencapai tujuan-tujuan kelompok. Pengertian ini
mengandung makna bahwa dalam kepemimpinan terdapat dua aspek terpenting,
yaitu:5
1. Adanya usaha dari pemimpin untuk memengaruhi orang lain,
2. Tujuan-tujuan kelompok yang akan dicapai.
3 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Cet. VII; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010). h. 103
4 Third Edition Elaine La Monica Rigolosi, Manajemen and leadership in nursing and health care. (LLC : Springer Publishing Company, 2012). h. 94
5 Daryanto, administrasi dan manajemen sekolah ,(Cet. I; jakarta: rineka cipta, 2013), h. 97-98
13
Seiring dengan pengertian di atas, pemimpin adalah orang yang
mempunyai wewenang dan hak untuk memepengaruhi orang lain, sehingga
mereka berprilaku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut melalui
kepemimpinannya
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa hakikat kepemimpinan
diantaranya:
a. Proses memengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi,
b. Seni memengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan,
kepercayaan, kehormatan dan kerja sama yang bersemangat dalam
mencapai tujuan bersama.
c. Kemampuan untuk memengaruhi, memberi inspirasi, dan mengarahkan
tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
d. Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut dan situasi tertentu.
e. Kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.6
Kepemimpinan adalah satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan,
oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk
menjadi seorang manajer yang efektif. Esensi kepepmimpinan adalah
kepengikutan (followership), kemauan orang lain atau bawahan untuk mengikuti
6 Andang, Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Cet. I: Yogyakarta : Ar-rus Media, 2014), h 39
14
keinginan pemimpin, itulah yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin.
Dengan kata lain, pemimpin tidak akan terbentuk apabila tidak ada bawahan.7
Dari berbagai pandangan diatas mengenai kepemimpin maka penulis
menyimpulkan bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan dan
kesiapan yang dimiliki seseorang sebagai pemimpin untuk dapat mempengaruhi,
mendorong, mengajak, menuntun, dan menggerakkan orang lain agar dapat
berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan yang tela ditentukan.
Kemampuan dan kesiapan tersebut mendorong kepada kita untuk
mengetahui tentang konsep-konsep kepemimpinan, agar pelaksanaan aktivitas
kepemimpinan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Berikut penjelasan tentang
teori kepemimpinan yaitu sebagai berikut:
1) Teori sifat. Teori ini berusaha untuk mengidentifikasi karakteristik khas di
antaranya fisik, mental, dan kepribadian yang dikaitkan dengan
keberhasilan kepemimpinan. Teori ini menekankan pada atribut-atribut
pribadi dari para pemimpin. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa
beberapa orang merupakan pemimpin alamiah dan dianugrahi beberapa
ciri yang tidak dipunyai orang lain, seperti energi yang tiada habis-
habisnya, intuisi yang mendalam, pandangan masa depan yang luar biasa
dari seorang pemimpin, diantaranya karena pemimpin memiliki
inteligensi, kepribadian, dan karakteristik fisik.
7 Wahjosumidjo op, cit., h. 104
15
2) Teori kepribadian perilaku. Pada akhir tahun 1940, para peneliti mulai
mengembangkan pemikiran bagaimana perilaku seseorang dapat
menentukan kefektifan kepemimpinan. Mereka menentukan sifat-sifat
mereka. Mereka meneliti pengaruhnya pada prestasi dan kepuasan dari
pengikut-pengikutnya. Telaah kepemimpinan yang dilakukan pada pusat
riset unuversitas of michigan, dengan sasaran mengalokasikan
karakteristik perilaku kepemimpinan yang tampaknya dikaitkan dengan
ukuran keefektifan kinerja. Melalui penelitiannya, dapat
mengidentifikasikan gaya kepemimpinan yang berbeda.
3) Teori kepemimpinan situasional. Suatu pendekatan terhadap
kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami
perilakunya, sifat-sifat bawaanya, dan situasi sebelum menggunakan suatu
gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini mengsyaratkan pemimpin
untuk memiliki keterampilan-keterampilan teknik dalam perilaku manusia.
4) Pendekatan terbaru dalam kepemimpinan. Pendekatan terbaru berdasarkan
penemuan para ahli abad ke-20 akhir-akhir ini, antara lain: (1) teori
atribusi kepemimpinan, yaitu teori yang menyatakan bahwa
kepemimpinan semata-mata suatu atribusi yang dibuat orang mengenai
individu-individu lain, (2) teori kepemimpinan kharismatik, yaitu teori
yang mengatakan bahwa para pengikut membuat atribusi/penghubungan
dari kemampuan pemimpin yang luar biasa bila mereka mengamati
perilaku-perilaku tertentu, (3) teori kepemimpinan transaksional, yaitu
teori yang menyatakan bahwa kepemimpinan ini memelihara atau
16
melanjutkan status quo, (4) kepemimpinan transformasional, yaitu
kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi, bertentangan
dengan kepemimpinan yang dirancang untuk melihat/status quo. Menurut
danim dan suparno kepemimpinan ini mengutamakan pemberian
kesempatan dan atau mendorong semua unsur yang ada dalam organisasi
untuk bekerja atas dasar sistem nilai yang luhur sehingga semua unsur
yang ada dalam organisasi bersedia tanpa paksaan, berpartisipasi secara
optimal dalam mencapai tujuan organisasi.8
Kemajuan sekolah sangat tergantung pada sosok pemimpinnya, yakni
kepala sekolah. Sebab kepala sekolahlah yang berada digarda depan untuk
menggerakan kegiatan dan menetapkan target sekolah. Keputusan-keputusan
penting yang berdampak besar bagi organisasi (sekolah) terlahir darinya. Maka,
ekstitensi dan fungsih kepala sekolah sangat penting untuk dikaji, dirumuskan,
dan dikembangkan guna memenuhi harapan publik akan terwujudnya lembaga
pendidikan yang berkualitas. Profesionalitas kepalah sekolah menjadi syarat
mutlak terwujudnya sekolah yang berdaya saing tinggi. Kalau kepalah sekolah
yang memimpin organisasi pasif, apatis, dan miskin ide, maka sekolah akan
mengalami kemundurn drastis oleh karena itu, jangan sekali-kali meremehkan
posisi kepala sekolah. Sebaik apapau sistem yang dibangun, kalau pemimpinnya
buruk, maka akan sulit melakukan perubahan signifikan dalam organisasi.
Terlebih jika pemimpin yang berfungsih sebagai penjaga gawang organisasi tidak
proaktif, bahkan sangat suka mempertahankan status quo dan menutup peluanag
8 Andang, op, cit., h. 41-43
17
pembaharuan. Disinilah urgensinya mengembangkan kualitas kepala sekolah agar
mampu memimpin sekolah secara dinamis, kompetitif, dan produktif sesuai
tantangan zaman.9
Oleh karena itu sebelum kita masuk pada pembahasan mengenai
kepemimpinan kepala sekolah maka terlebih dahulu penulis memaparkan
beberapa pendapat mengenai definisi kepala sekolah.
Menurut Sudarwan danim, kepala sekolah adalah guru yang mendapat
tugas tambahan sebagai kepala sekolah.10
Sementara itu menurut Daryanto, kepala sekolah adalah pemimpin pada
suatu lembaga satuan pendidikan. Kepala sekolah ialah pemimpin yang proses
kehadirannya dapat dipilih secara langsung, ditetapkan oleh yayasan, atau
ditetapkan oleh pemerintah.11
Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas
untuk memimpin suatu sekolah, tempat diselenggarakannya proses belajar-
mengajar atau terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan siswa
yang menerima pelajaran.12
9 Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Kepalah Sekolah Profesional, (Cet. I: jogjakarta: DIVA press, 2012), h. 15-16
10 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan (Cet. II: Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 145
11 Daryanto, Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran, (Cet. I: Yogyakarta: Gava Media, 2011), h. 136
12 Wahjosumidjo, op. cit h. 83
18
Sedangkan menurut Hadari Nawawi, kepala sekolah adalah orang yang
memimpin suatu lembaga formal karena tugas dan berdasarkan surat
pengangkatan atau surat keputusan badan yang lebih tinggi.13
Adapun menurut Sri Damayanti, kepala sekolah berasal dari dua kata ,
yaitu “kepala” dan “sekolah”. Kata kepala dapat diartikan sebagai ketua atau
pemimpin dalam suatu organisasi atau lembaga, sedangkan sekolah diartikan
sebagai sebuah tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum
kepala sekolah dapat diartikan sebagai pemimpin sekolah atau suatu lembaga
tempat menerima dan memberi pelajaran. Kepala sekolah adalah seorang guru
yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada di
suatu sekolah, sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai
tujuan bersama.14
Berdasarkan beberapa pendapat dari definisi kepala sekolah diatas, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa kepala sekolah adalah pemimpin pada suatu
lembaga atau organisasi sekolah yang dipilih secara langsung oleh yayasan atau
ditetapkan oleh pemerintah sebagai tenaga funsional guru yang diberi tugas untuk
menyelenggarakan proses terjadinya belajar-mengajar guna mencapai tujuan
bersama. Karena keberhasilan sekolah adalah bagaimana keberhasilan peran dari
kepemimpinan kepala sekolah dalam menggerakan kehidupan sekolah mencapai
tujuan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam rumusan tersebut yaitu sebagai
berikut :
13 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Mas Agung, 1989), h. 16
14 Jamal Ma’mur Asmani. op. cit. h. 17
19
a) Kepala sekolah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan
penggerak kehidupan sekolah.
b) Kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsih mereka demi
keberhasilan sekolah, serta memiliki kepedulian kepada staf dan siswa.15
Sesuai dengan ciri-ciri sekolah sebagai organisasi yang bersifat kompleks
dan unik kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pejabat formal yaitu tugas dan tanggung jawab kepada atasan, terhadap sesama
rekan kepala sekolah atau lingkungan terkait, dan kepada bawahan.
1. Tanggung jawab kepada atasan
Kepala sekolah mempunyai atasan yaitu atasan langsung dan atasan yang
lebih tinggi. Karena kedudukannya terikat kepada atasan/sebagai bawahan, maka
maka seorang kepala sekolah:
a. Wajib loyal dan melaksanakan apa yang digariskan oleh atasan;
b. Wajib berkonsultasi atau memberikan laporan mengenai pelaksanaan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya;
c. Wajib selalu memelihara hubungan yang bersifat hirarki antara kepala
sekolah dan atasan.
2. Tanggung jawab kepala sekolah kepada sesama rekan kepala sekolah atau
instansi terkait
a. Wajib memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan para kepala
sekolah yang lain
15 Wahjosumidjo op. cit., h. 82
20
b. Wajib memelihara hubungan kerja sama yang sebaik-baiknya dengan
lingkungan baik dengan intansi terkait maupun tokoh-tokoh
masyarakat dan BP3.
3. Tugas dan tanggung jawab kepada bawahan
Kepala sekolah berkewajiban menciptakan hubungan yang sebaik-baiknya
dengan para guru, staf dan siswa, sebab esensi kepemimpinan adalah
pengikutan.16
Menurut Koontz kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus
mampu :
a. Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan
percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-
masing
b. Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa
serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan
dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan17
Kepemimpinan yang kuat mengisyaratkan kepada kepala sekolah agar
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terutama dalam
mengembangkan kompetensi guru. Hal tersebut karena guru adalah orang yang
memiliki andil besar dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Menciptakan
16 Ibid., h. 87-88
17 Wahjosumidjo, op. cit., h. 105
21
sekolah efektif bagi kepala sekolah berarti harus memanfaatkan dan
mengembangkan guru sebagai icon kemajuan pendidikan.18
Ada tiga peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal dikaitkan dengan
teori Harry Mintzberg yang dikutip oleh Wahjosumidjo tiga macam peranan
tersebut apabila dikaitkan atau diintegrasikan ke dalam status formal
kepemimpinan kepala sekolah, secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Peranan hubungan antarperseorangan (interpersonal roles)
Peranan ini timbul akibat otoritas formal dari seorang manajer, meliputi
figurehead, leadership,dan liason.
a) Figuarehead, berarti lambang. Dalam pengertian sebagai lambang kepala
sekolah mempunyai kedudukan yang selalu melekat dengan sekolah.
Kepala sekolah dianggap sebagai lambang sekolah. Oleh sebab itu,
seorang kepala sekolah harus selalu dapat menjaga integritas diri agar
peranannya sebagai lambang tidak menodai nama baik sekolah.
b) Kepemimpinan (leadership), peranan sebagai pemimpin mencerminkan
tanggung jawab kepala sekolah untuk menggerakan seluruh sumbar daya
yang ada di sekolah, sehingga lahir etos kerja dan produktifitasyang tinggi
dalam mencapai tujuan. Fungsih kepemimpinan ini amat penting sebab
disamping berperan sebagai penggerak juga berperan untuk melakukan
kontrol segala aktivitas guru, staf dan siswa sekaligus untuk meneliti
persoalan-persoalan yang timbul di lingkungan sekolah.
18 Andang, op. cit., h. 164
22
c) Penghubung (liason), dalam fungsih inikepala sekolah berperan menjadi
penghubung antarakepentingan sekolah dengan lingkungan di luar
sekolah. Sedang secara internal fungsih liason kepala sekolah menjadi alat
perantara antara wakil-wakil para guru, staf, siswa dalam menyelesaikan
kepentingan mereka. Tujuan liason adalah untuk memperoleh informasi
dari berbagai pihak untuk keberhasilan kepala sekolah.
2) Peranan informasional (informational roles)
Kepala sekolah berperan untuk menerima dan menyebarluaskan atau
meneruskan informasi kepada guru, staf, siswa, dan orang tua siswa. Dalam
fungsih informasional inilah kepala sekolah berperan sebagai pusat urat syaraf
(nerve center) sekolah. Ada tiga macam peran kepala sekolah sebagai pusat urat
syaraf, yaitu:
a) Sebagai monitor, kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan terhadap
lingkungan, yaitu kemungkinan adanya informasi-informasi yang
berpengaruh terhadap penampilan sekolah, seperti gosip dan kabar angin
(hearsay).
b) Sebagai disseminator, kepala sekolah bertanggung jawab untuk menyebar
luaskan dan membagi-bagi informasi, kepada para guru, staf, siswa, dan
orang tua murid.
c) Spokesman, kepala sekolah menyebarkan (transmits) informasi kepada
lingkungan di luar yag dianggap perlu. Dalam fungsih ini kepala sekolah
berperan sebagai wakil resmi sekolah.
3) Sebagai pengambil keputusan (desicional roles).
23
Peranan sebagai pengambil keputusan merupakan peranan paling penting
dari kedua macam peran yang lain, yaitu interpersonal dan informational roles.
Ada empat macam peran kepala sekolah sebagai pengambil keputusan, yaitu:
a) Entrepreneur, dalam peran ini kepala sekolah selalu berusaha utuk
memperbaiki penanmpilan sekolah melalui berbagai macam pemikiran
program-program yang baru, serta melakukan survei untuk mempelajari
berbagai persoalan yang timbul dilingkungan sekolah.
b) Orang yang memerhatikan gangguan (disturbance-handler) gangguan
yang timbul pada suatu sekolah tidak hanya diakibatkan kepala sekolah
yang tidak memerhatikan situasi, tetapi bisa juga akibat kepala sekolah
yang tidak mampu mengantisipasi semua akibat pengambilan keputusan
yang telah diambil.
c) Orang yang menyediakan segala sumber (a resource allocater), kepala
sekolah bertanggung jawab untuk menentukan siapa yang akan
memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan. Sumber-
sumber yang dimaksud meliputi sumber daya manusia, dana, peralatan dan
berbagai kekayaan sekolah yang lain. Seorang kepala sekolah harus terus-
menerus meneliti dan menentukan bagaimana sumber-sumber tersebut
dapat diadakan dan dibagikan.
d) A negotiator roles, dalam fungsih ini kepala sekolah harus mampu
mengadakan pembicaraan dan musyawara dengan pihak luar. Untuk
menjalin dan memenuhi kebutuhan baik untuk sekolah maupun untuk
dunia usaha. Dalam kerja sama ini meliputi penempatan lulusan,
24
penyesuaian kurikulum, tempat praktik tenaga pengajar, dan sebagainya.
Fungsih negosiator akan lebih banyak dilakukan oleh sekolah-sekolah
kejuruan, khususnya dengan pihak usaha dan industri.19
Demikian juga halnya dengan peran kepemimpinan kepala sekolah
sebagaimana tercantum dalam Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang standar
pengelolaan pendidikan, di mana dalam bidang kepemimpinan, kinerja kepala
sekolah dirinci sebagai berikut.
1. Menjabarkan visi ke dalam misi target mutu;
2. Merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai;
3. Menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan
sekolah/madrasah;
4. Membuat recana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk
pelaksanaan peningkatan mutu;
5. Bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran
sekolah/madrasah;
6. Melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan penting
sekolah/madrasah. Dalam hal sekolah/madrasah swasta, pengambilan
keputusan tersebut harus melibatkan penyelenggara sekolah/madrasah;
7. Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang tua
peserta didik dan masyarakat;
19 Wahjosumidjo, op. cit., h. 90-92
25
8. Menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga
kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas
prestasi dan sangsi atas pelanggaran peraturan dan kode etik;
9. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik;
10. Bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai pelaksanaan
kurikulum;
11. Melaksanakan dan merumuskan program supervisi, serta memanfaatkan
hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja sekolah/madrasah;
12. Meningkatkan mutu pendidikan;
13. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberi kepadanya;
14. Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi
pembelajaranyang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh
komunitas sekolah/madrasah;
15. Membantu membina dan mempertahankan lingkungan sekolah/madrasah
dan program pembelajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta didik
dan pertumbuhan profesi para guru dan tenaga kependidikan;
16. Menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya
sekolah/madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman,
sehat, efisien, dan efektif;
17. Menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, dan
komite sekolah/madrasah menanggapi kepentingan dan kebutuhan
komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat;
26
18. Memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab.
Dari 18 aspek kepemimpinan kepala sekolah seperti dikemukakan di atas
tampak bahwa hampir semuanya menunjukan apa yang harus dikerjakan oleh
kepala sekolah dalam memerankan sebagai pemimpin, di mana di dalamnya aspek
manajerial/manajemen lebih mendapat penekanan sehingga apabila hal tersebut
dapat terlaksana, maka hanya akan membuat organisasi sekolah berjalan dalam
siklus rutin, meskipun demikian bagaimana kepala sekolah mengerjakan atau
melaksanakan peran tersebut akan ditentukan oleh kemampuan atau kompetensi
yang dimiliki oleh masing-masing kepala sekolah, sehingga fariasi kinerja kepala
sekolah akan tetap terlihat dalam aktualisasi pelaksanaan peran dan tugas yang
dilaksanakan kepala sekolah, bukan karena apa yang dikerjakannya tapi oleh
bagaimana dikerjakanya.20
B. Peran Kepala Sekolah
Setelah kita memahami definisi, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah
maka penulis akan menguraikan peran kepala sekolah hal ini untuk lebih
menyesuaikan dengan judul tulisan peran kepala sekolah dalam meningkatkan
kinerja guru pendidikan agama islam di SDN 1 Bunong Kecamatan Bintauna.
20 Uhar Suharsaputra. Administrasi Pendidikan, (Cet. II; Bandung: Refika Aditama, 2013), h. 156-157
27
Konsep kepemimpinan kepala sekolah tidak bisa dilepaskan dari konsep
kepemimpinan secara umum. Secara formal kegiatan kepemimpinan kepala
sekolah harus diselenggrarakan oleh seseoarang yang menduduki jabatan tertentu
yang dilingkunagnnya terdapat sejumlah orang yang harus bekerjasama untuk
mencapai satu tujuan. Dalam sub-bab ini penulis mencoba menjabarkan tentang
peran dan tugas kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah,
hal ini karena kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung
jawab penuh terhadap seluruh kegiatan-kegiatan di sekolah, terutama kegiatan
mengatur proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Adapun peran dan
tugas kepala sekolah yaitu sebagai berikut:
1. Dalam perannya sebagai pendidik, kepala sekolah bertugas:
membimbing guru, karyawan, siswa, mengembangkan staf, mengikuti
perkembangan iptek dan menjadi contoh dalam proses pembelajaran.
2. Dalam perannya sebagai manajer, kepala sekolah bertugas: menyusun
program, menyusun perngorganisasian sekolah, menggerakkan staf,
mengoptimalkan sumber daya sekolah dan mengendalikan kegiatan.
3. Sebagai administrator kepala sekolah bertugas: mengelola
administrasi, KBM dan BK, kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana
dan prasarana, persuratan dan urusan rumah tangga sekolah.
4. Sebagai supervisor kepala sekolah bertugas menyusun program
supervisi pendidikan, memanfaatkan hasil supervisi.
28
5. Sebagai pemimpin kepala sekolah bertugas menyusun dan
mensosialisasikan visi dan misi suatu program sekolah, mengambil
keputusan, melakukan komunikasi.
6. Sebagai pembaru kepala sekolah bertugas mencari dan melakukan
pembaharuan dalam berbagai aspek, mendorong guru, staf dan orang
tua untuk memahami dan memberikan dukungan terhadap
pembaharuan yang di tawarkan.
7. Sebagai pembangkit minat (motivator) kepala sekolah bertugas
menyihir lingkungan kerja, suasana kerja, membangun prinsip
penghargaan dan hukuman (reward and punishment) yang sistemik.21
Selanjutnya, untuk lingkungan pendidikan dasar dan
menengah, Husaini Usman menyebutkan tujuh peran kepala
sekolah yang di kenal dengan akronim EMASLIM (educator,
manager, administrator, supervisor, leader, innovator, dan
motivator).22
Berikut uraian ringkas dari ketujuh peran kepala sekolah yang disebutkan
diatas:
a. Kepala Sekolah sebagai Educator
21 Daryanto, op. cit.., h. 111
22 Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara 2006) h. 302.
29
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan, dan
guru merupakan pelaksana, serta pengembang utama kurikulum di sekolah.
Kepala Sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap
pengembangan kurikulum serta kegiatan belajar-mengajar di sekolahnya, tentu
saja, akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki guru-gurunya
sekaligus akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru
dapat secara terus-menerus meningkatkan kompetensi mereka, sehingga kegiatan
belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.23
b. Kepala sekolah sebagai Manajer
Kepala Sekolah sebagai manajer mempunyai 4 tugas
penting, yaitu menyusun program sekolah, menyusun organisasi
kepegawaian di sekolah, menggerakkan staf (guru dan
karyawan), dan mengoptimalkan sumber daya sekolah.24 Menurut
buku “Pedoman Administrasi dan Supervisi” disebutkan tugas dan tanggung
jawab kepala sekolah sebagai manajer adalah :
1) Menguasai garis-garis besar program pengajaran.
2) Bersama-sama guru menyusun program sekolah untuk satu tahun
kegiatan.
3) Menyusun jadwal pelajaran.
4) Mengkoordinasi kegiatan penyusunan model satuan pelajaran.
23 Jamal Ma’mur Asmani, op. cit. h..3724
Jerry H. Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 83.
30
5) Mengatur pelaksanaan evaluasi belajar dengan memperhatikan syarat-
syarat dan norma-norma penilaian.
6) Mencatat dan melaporkan hasil-hasil kemajuan kepada instansi atasan
(Kanwil Dinas P dan K).
7) Melaksanakan penerimaan murid baru berdasarkan ketentuan dari
Dep. P dan K.
8) Mengatur kegiatan program Bimbingan Penyuluhan.
9) Meneliti dan mencatat kehadiran murid.
10) Mengatur program-program ke-kurikuler seperti UKS, kepramukaan
dan sebagainya.
11) Merencanakan pembagian tugas guru.
12) Mengusulkan formasi pengangkatan, kenaikan tingkat dan mutasi
guru.
13) Mengatur usaha-usaha kesejahteraan personal sekolah.
14) Memelihara pencatatan buku sekolah.
15) Merencanakan, mengembangkan dan memelihara alat pelajaran
peraga.
16) Mengatur pemeliharaan gedung dan halaman sekolah.
17) Memelihara perlengkapan sekolah.
18) Mengatur dan bertanggung jawab dalam pengelolaan keuangan
sekolah.
19) Memelihara dan mengembangkan hubungan sekolah dengan
masyarakat.
31
20) Memelihara dan mengatur penyimpanan arsip kegiatan sekolah.25
c. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, maka untuk
tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak terlepas dari faktor biaya.
Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi
guru, tentunya, akan mempengaruhi tingkat kompetensi para gurunya. Oleh
karena itu, kepala sekolah seyogianya dapat mengalokasikan anggaran yang
memadai bagi upaya peningkatan kompetensi para guru.26
d. Kepala sekolah sebagai Supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran,
secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi. Dalam
kedudukan sebagai supervisor, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam rangka melancarkan proses belajar
mengajar. Karena guru mempunyai peran penting dalam membantu
perkembangan peserta didik, maka kemampuan-kemampuan yang telah
dicanangkan di dalam UU No. 14 tentang Guru dan Dosen, mutlak harus dikuasai
oleh guru. Ketidakmampuan yang dimiliki oleh guru, maka peran serta kepala
sekolah sebagai supervisor pengajaran menjadi penting dalam pemecahan masalah
bagi guru.27
25 Suryosubroto Manajemen Pendidikan di Sekolah, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2010 ), h. 183-184.
26 Jamal Ma’mur Asmani. Op. Cit. h.38
27 Imam Musbikin, Menjadi Kepala Sekolah Yang Hebat, (Panam Tampan Pekanbaru Riau : Zanafa Publishing, 2013 ), h. 1
32
e. Kepala sekolah sebagai Leader
Gaya kepemimpinan Kepala Sekolah seperti apakah yang dapat
menumbuh kembangkan kreativitas sekaligus mendorong peningkatan
kompetensi guru ? Dalam teori kepemimpinan, setidaknya kita mengenal dua
gaya kepemimpinan, yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan
kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan
kompetensi guru, seorang Kepala Sekolah dapat menerapkan kedua gaya
kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel sesuai dengan kondisi serta
kebutuhan yang ada. Kendati demikian, sepertinya menarik untuk
mempertimbangkan hasil studi yang dilakukan oleh Bambang Budi Wiyono
terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru sekolah dasar di bantul. Dalam
penelitian tersebut terungkap bahwa etos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin
oleh kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.
Apapun orientasi dari suatu kepemimpinan, kepemimpinan seseorang
sangat berkaitan dengan kepribadiaan. Dan, kepribadiaan Kepala Sekolah sebagai
pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, tanggung jawab,
berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, serta
teladan.28
f. Kepala sekolah sebagai Innovator
Sebagai innovator kepala sekolah adalah pribadi yang dinamis dan kreatif
yang tidak terjebak dalam rutinitas. Dalam hal ini, kepala sekolah harus memiliki
28 Jamal Ma’mur Asmani. Op. Cit. h. 39-40
33
kemampuan melaksanakan reformasi (perubahan untuk lebih baik), dan
kemampuan melaksanakan kebijakan terkini di bidang pendidikan.
g. Kepala sekolah sebagai Motivator
Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu memberi dorongan,
sehingga seluruh komponen pendidikan dapat berkembang secara profesional.
Kemampuan tersebut meliputi; kemampuan mengatur lingkungan kerja (fisik),
kemampuan mengatur suasana belajar, dan kemampuan memberi keputusan
kepada warga sekolah.29
C. Gaya dan Tipe-tipe Kepemimpinan
Kepala sekolah dalam menjalankan peran dan tugas sebagai pemimpin
disekolah, dalam melakukan aktivitas-aktivitas kepemimpinannya akan terlihat
gaya kepemimpinan yang diterapkan dengan pola pemimpin tersebut. gaya
kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi
para pengikutnya.
Menurut Thoha, gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang
digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku
orang lain seperti yang ia lihat.30
Untuk memahami gaya kepemimpinan, setidaknya dapat dikaji dari empat
pendekatan utama yaitu Pendekatan menurut pengaruh kewibawaan, pendekatan
sifat, pendekatan perilaku, dan pendekatan kontigensi.29 Ibid., h. 35
30 Daryanto, op. cit., h. 103
34
1. Pendekatan menurut pengaruh kewibawaan, menurut pendekatan ini,
dikatakan bahwa keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber
terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan
cara yang bagaimana para pemimpin menggunakan kewibawaan tersebut
kepada bawahan.31
2. Pendekatan sifat mencoba menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang
berhasil. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa individu merupakan
pusat kepemimpinan. Kepemimpinan dipandang sebagai sesuatu yang
mengandung lebih banyak unsur individu, terutama pada sifat-sifat individu32.
3. Pendekatan perilaku menekankan pentingnya perilaku yang dapat diamati
atau yang dilakukan oleh para pemimpin dari sifat-sifat pribadi atau sumber
kewibawaan yang dimilikinya.
4. Pendekatan kontigensi menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan
situasi,33
Adapun gaya kepemimpinan tersebut antara lain sebagai berikut;
a. Gaya pemimpin yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas. Seorang
pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi menggunakan gaya
kepemimpinan yang didasarkan hanya pada bagaimana pelaksanaan tugas
organisasi dapat diselesaikan.
31 Wahjosumidjo, op. cit., h. 20
32 Daryanto, op. cit., h. 104
33 Ibid.
35
b. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama.
Seorang pemimpin dalam mencapai tujuan organisasinya menggunakan gaya
kepemimpinan yang didasarkan pada pelaksanaan hubungan kerja sama.
Semakin baik hubungan kerja sama yang dilakukan, baik secara internal
maupun secara eksternal maka semakin efektif tujuan organisasi yang
dicapai.
c. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai.
Seorang pemimpin dalam mencapai tujuan organisasinya menggunakan gaya
kepemimpinan yang didasrkan pada kepentingan hasil yang dicapai.
Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut, terbentuk perilaku kepemimpinan
yang terwujud pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari tiga tipe
kepemimpinan.
a. Tipe kepemimpinan otoriter. Tipe ini menempatkan kekuasaan di tangan satu
orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas
anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah bahkan
kehendak pemimpin.
b. Tipe kepemimpinan kendali bebas. Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe
kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol.
Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang
yang dipimpinnya dalam mengambil keputusan atau melakukan kegiatan.
Pemimpin hanya mengfungsihkan dirinya sebagai penasihat.
36
c. Tipe kepemimpinan demokratis. Tipe ini menempatkan manusia sebagai
faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan
musyawara, yang diwujudkan dalam setiap jenjang dan di dalam unit masing-
masing.34
Dengan memerhatikan hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa dalam
melakukan peran dan tugas kepala sekolah sebagai pemimpin dengan
menggunakan gaya dan tipe kepemimpinan tertentu mempunyai karakteristik
tersendiri sesuai dengan sifat, kebiasaan, dan situasi sehingga dengan gaya dan
tipenya kepala sekolah dapat mengarahkan, memerintakan guru, staf dan siswa
unyuk mencapai tujuan dari sekolah atau organisasi tersebut.
D. Kinerja Guru
Teori kinerja yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah teori
Gibson. Menurut teori ini: “ada tiga kelompok variabel yang memengaruhi
perilaku kinerja dan kinerja yaitu: variabel individu, variabel organisasi, dan
variabel psikologis”.
1. Variabel individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan dan
keterampilan, latar belakang dan demografis. Subvariabel kemampuan dan
keterampilan merupakan faktor utama yang memengaruhi perilaku dan
kinerja. Variabel kemampuan dan keterampilan merupakan kompetensi
34 Andang, op. cit., h. 44
37
kerja yang dimiliki seseorang. Terdapat lima jenis kompetensi yaitu:
pertama, knowledge, adalah ilmu yang dimiliki individu dalam bidang
pekerjaan atau area tertentu; kedua, skill, adalah kemampuan untuk unjuk
kinerja fisik ataupun mental; ketiga, self concep, adalah sikap individu,
nilai-nilai yang dianut citra diri; keempat, traits, adalah karakteristik fisik
dan respons yang konsisten atas situasi atau informasi tertentu; kelima,
motives, adalah pemikiran atau niat dasar konstan dan mendorong individu
untuk bertindak atu berperilaku tertentu.
2. Variabel psikologis terdiri dari subvariabel persepsi, sikap, kepribadian,
belajar dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga,
tingkat sosial pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.
Variabel psikologis seperti persepsi sikap, kepribadian, dan belajar
merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur.
3. Variabel organisasin, individu dan demografis berhubungan satu sama lain
dan saling pengaruh-memengaruhi. Gabungan variabel individu,
organisasi, dan psikologis sangat menentukan bagaimana seseorang
mengaktualisasikan diri.35
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja memiliki arti tentang
sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja36 kinerja
merupakan terjemahan dari kata “performance”(job performance). Secara
etimologis performance berasal dari kata “to perform” yang berarti menampilkan 35 Supardi, Kinerja Guru,(Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers, 2013) h. 31-32
36 Tim Redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka., 2002) h. 156
38
atu melaksanakan, sedang kata performance berarti The act of performing;
execution.37 Kata performance memberi tiga arti yaitu;
a. prestasi. Seperti dalam konteks atau kalimat “high performance car”
atau “mobil yang sangat cepat”.
b. Pertunjukan. Seperti pertujukan tari-tarian rakyat
c. Pelaksanaan tugas, seperti dalam konteks atau kalimat,”in
performance his/her duties”.38
Menurut Fremont, Kast dan Rosenzweig yang diterjemahkan oleh M.
Yasin, menyatakan bahwa kinerja adalah proses kerja seseorang individu untuk
mencapai tujuan yang relevan.39
Menurut Dachniel menyatakan bahwa kinerja berarti kemauan dan
kemampuan melakukan suatu pekerjaan. Artinya, kinerja merupakan semangat,
intensitas, kemauan serta kemampuan seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan. Dalam kata kinerja juga terkandung makna profesionalitas, sebab
dalam mewujudkan kinerja, keterampilan seseorang dalam bidang yang ia
kerjakan sangat menentukan.40 Selanjutnya, Tuckman mendefinisikan bahwa
37 Uhar Suharsaputra op. cit. h. 166
38 Supardi, op. cit. h. 45
39 Afnibar, Memahami Profesi dan Kinerja Guru,(Jakarta : The Minang Foundatioan, 2005), h. 21
40 M. Dachniel Kamars, Kurikulum Untuk Abad 21 dalam Model Pengelolaan dan Penelitian Kurikulum. (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994) h. 10
39
kinerja (performance) digunakan untuk menandai manifestasi pengetahuan,
pemahaman, ide, konsep, keterampilan dan sebagainya yang dapat diamati.41
Kinerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan,
menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan harapan dan tujuan yang
telah ditetapkan. Dari pengertian di atas kinerja diartikan sebagai prestasi,
menunjukan suatu kegiatan atau perbuatan dan melaksanakan tugas yang telah
dibebankan.42
Dari beberapa pengertian tentang kinerja di atas jika dimasukan kedalam
konsep kinerja guru maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kinerja merupakan
kegiatan atau kemampuan kerja atau prestasi kerja yang dilakukan seorang guru
untuk menyelesaikan tugasnya demi mencapai tujuan yang ditentukan.
Sedangkan ditinjau dari pandangan Islam, makna kinerja memiliki arti
kesungguhan dan kemauan dalam melaksanakan tugas, dalam Q.S. At-Taubah
9/105 dijelaskan :
Terjemahan:
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
41 Tuckman, Conducting Educational Research, (New York : Harcourt Brace Javanovich, INC, 1978) h. 123
42 Supardi, op. cit. h. 45
40
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.43
Selanjutnya, yang berkaitan dengan kinerja guru telah dijelaskan dalam
Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen;
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.44
Dari pengertian di atas tampak bahwa guru mempunyai tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Dengan demikian peran guru sangat dominan dalam
membentuk peserta didik menjadi manusia yang berkualitas. Apapun tujuan-
tujuan dan putusan kebijakan sebenarnya dilaksanakan dalam situasi belajar
mengajar di kelas.
Sementara itu tugas dan kewajiban guru menurut Undang-undang No. 14
tahun 2005 pasal 20 adalah sebagai berikut:
1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran,
2) Meningkatkan dan mengembangkan kualitas akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
3) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran,
4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika,
5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.45 43 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 184.
44 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Surabaya: Kesindo Utama, 2006), h. 59
45 Ibid, h. 66
41
Kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
tugas pembelajaran dimadrasah dan bertanggung jawab atas peserta didik dibawah
bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik. oleh karena
itu, kinerja guru itu dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menunjukan
kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya di madrasah serta
menggambarkan adanya suatu perbuatan yang ditampilkan guru dalam atau
selama melakukan aktifitas pembelajaran.46
Dapat disimpulkan bahwa seorang guru sangatlah dibutuhkan
keberadaannya dalam proses belajar mengajar, termasuk disini kinerja guru dalam
proses belajar mengajar, sehingga dapat berpengaruh dalam aktivitas belajar
siswa. Kinerja guru yang baik akan menghasilkan prestasi belajar peserta didik
yang baik. Maka untuk menilai dan memahami kinerja guru tidak terlepas dari
peserta didik sebagai subjek didik dan hasil dari pencapaian pembelajaran yang
dicapai oleh peserta didik.
Guru yang memiliki kinerja yang baik mampu merencanakan
pembelajaran dengan baik, dan menilai hasil belajar siswa. kemampuan
merencanakan pembelajaran meliputi tuju hal, yaitu:
a) Memahami tujuan pembelajaran, mengidentifikasikan topik-topik
pembelajaran, dan menetapkan tujuan umum untuk setiap topik
pembelajaran.
b) Mengenal karakteristik utama peserta didik.
46 Supardi, op. cit. h. 54
42
c) Membuat tujuan pembelajaran menjadi spesifik dalam bentuk tingkah
laku peserta didik sehingga memungkinkan untuk pengukuran secara
langsung.
d) Mengenali subjek dan isi setiap materi hingga mendukung bagi
pencapaian tujuan.
e) Mengembangkan alat ukur awal guna untuk mengetahui latar belakang
peserta didik serta pengetahuannya mengenai topik yang diajarkan.
f) Menjaring kegiatan-kegiatan pembelajaran beserta sumber-sumbernya
hingga peserta didik dapat mencapai tujuan.
g) Menggerakan layanan-layanan yang mampu mendukung (dana,alat)
dan mengembangkan alat-alat evaluasi.47
Penilaian hasil belajar siswa dilakukan secara berkesinambungan,
penilaian tersebut meliputi kegiatan.
1. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya membuat
rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester.
2. Mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian
yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran.
3. Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian yang sesuai dengan
bentuk dan teknik penilaian yang dipilih.
4. Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan dan /atau bentuk lain yang
diperlukan.
47 Ibid. h 59-60
43
5. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan
kesulitan belajar peserta didik.
6. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai
balikan/komentar yang mendidik.
7. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran.
8. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester pada
pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar
peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh.
9. Melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru pendidikan agama islam
dan hasil penilaian kepribadian kepada guru pendidikan kewarganegaraan
sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan
keperibadian peserta didik dengan kategori sangat baik, baik atau kurang
baik.48
Kemampuan akan menentukan bagaimana seseorang dapat melakukan
pekerjaan jika ada kesesuaian dengan jenis pekerjaanya, demikian juga dengan
halnnya persepsi, konsep diri, nilai-nilai, minat, emosi, kebutuhan dan
kepribadian. Semua itu akan berpengaruh terhadap dorongan (motivasi) seseorang
dalam melaksanakan pekerjaannya.49
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain sebagai berikut:
a. Sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja)
48 Ibid h. 66-67
49 Uhar Suharsaputra op. cit. h. 170
44
b. Pendidikan
c. Keterampilan
d. Manajemen kepemimpinan
e. Tingkat penghasilan
f. Gaji dan kesehatan
g. Jaminan sosial
h. Iklim kerja
i. Sarana prasarana
j. Teknologi
k. Kesempatan berprestasi50
Masalah-masalah tersebut merupakan hal yang mempengaruhi kinerja
guru terutama guru PAI yang di bahas pada penelitian ini. Sebagai pendidik,
justeru amanah kinerja dalam melaksanakan tugasnya lebih terfokus pada
internalisasi nilai yang berada dalam makna tugas mendidik. Label Pendidikan
Agama Islam memberikan gambaran bahwa tugasnya bukan hanya sekedar
mentransformasikan ilmu kepada para peserta didik, tetapi juga harus berusaha
memberikan srtategi pemaknaan dari materi pembalajaran yang ia laksanakan,
sehingga pendidikan Agama Islam yang sayarat dengan pendidikan nilai tidak
hanya sekedar berada dalam level keilmuan peserta didik saja, tetapi menjadi
identititas dalam kehidupan sehari-hari.
50 Supardi, op. cit. h. 19