file · web viewpedagogik atau ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki,...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan sekolah mempunyai peranan penting dalam
mengembangkan sumber daya manusia. Sekolah sering dipandang sebagai
lingkungan pendidikan kedua bagi anak setelah lingkungan keluarga. Tidak semua
tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam
hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan yang diperlukan dalam
kehidupan anak.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan
orang tua tidak sanggup lagi untuk mendidik anaknya tentang berbagai pengetahuan
dan keterampilan tersebut, sehingga menyerahkan tugasnya itu kepada guru di
sekolah.
Sekolah merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya ratusan
anak dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, baik status sosial
maupun agamanya. Di sekolah inilah anak akan terwarnai oleh berbagai corak
pendidikan, kepribadian dan kebiasaan yang dibawa masing-masing anak dari
lingkungan dan kondisi rumah tangga yang berbeda-beda.
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati menyebutkan bahwa disebut sekolah bila mana
dalam pendidikan tersebut diadakan di tempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai
perpanjangan dan dalam kurun waktu tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi dan dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah
ditetapkan. Oleh sebab itu, maka dalam makalah ini akan dibahas lebih luas lagi
tentang lingkungan pendidikan sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan, pedagogik dan ilmu pendidikan?
2. Bagaimana karakteristik ilmu pendidikan?
3. Bagaimana teori korespondensi?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep pendidikan, pedagogik dan ilmu pendidikan.
2. Mengetahui karakteristik ilmu pendidikan.
3. Mengetahui teori korespondensi.
1
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep pendidikan, pedagogik, dan ilmu
pendidikan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik ilmu pendidikan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui teori korespondensi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidikan, Pedagogik, dan Ilmu Pendidikan
Pedagogik atau ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki,
merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik berasal dari kata
Yunani yaitu Paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Pembantu atau
pelayang yang kerjaannya mengantar-jemput anak majikannya pada zaman Yunani
Kuno dinamakan Paedagogos berasal dari kata “paedos”, yang berarti anak laki-laki,
dan “agogos” artinya saya mengantar, saya membimbing atau saya memimpin.
Jadi, pedagogy mengandung makna sebagai seorang anak yang pergi dan
pulang sekolah diantar, dibimbing dan dipimpin oleh seorang pembantu, bahkan
setelah di rumah pun anak-anak selalu dibawah pengawasan dan penjagaan para
pedagogos. Jelas bahwa pendidikan anak-anak Yunani Kuno pelaksanaannya sebagian
besar diserahkan pada paedagogos. Pada awalnya istilah paedagogos berkonotasi
rendah yakni seorang pelayan atau pembantu, namun istilah tersebut sekarang
digunakan untuk pekerjaan mulia yaitu pekerjaan mendidik anak. Pendidik atau ahli
didik yang mengantarkan, membimbing, dan memimpin anak agar tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang mandiri (dewasa) disebut Pedagoog.
Hoogveld (Belanda) menjelaskan bahwa pedagogik adalah ilmu yang
mempelajari masalah membimbing anak kearah tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu
secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Dengan demikian pedagogik tidak lain
adalah ilmu pendidikan anak.
Istilah pedagogik berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktek,
menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak. Dengan demikian
pedagogik lebih tertuju pada ilmu pendidikan yang menerangkan tentang bagaimana
kita membimbing dan mendidik anak. Sedangkan pedagogy lebih menekankan pada
aspek praktis yang menyangkut kegiatan mendidik dan kegiatan membimbing anak.
B. Karakteristik Ilmu Pendidikan
1. Landasan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan selalu erat kaitannya dengan eksistensi manusia yang
mempunyai tujuan hidup. Oleh karena itu ilmu pendidikan hanya akan berdiri
kokoh dan berkembang dengan pesat apabila berlandaskan agama, pandangan
hidup, filsafat hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Nilai-nilai yang
3
bersumber dari agama merupakan landasan yang paling kuat, karena dengan
berlandaskan agama, maka norma-norma yang diemban oleh ilmu pendidikan
tidak mudah goyah dan tidak terlalu subyektif.
2. Objek Ilmu Pendidikan
Objek ilmu pendidikan seperti halnya objek ilmu pengetahuan pada umumnya
terdiri atas objek material dan objek formal. Objek material ilmu pendidikan
adalah manusia, karena itu pendidikan bertolak dari pandangan bahwa manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan pada hakikatnya atau secara prinsipal berbeda
dengan kehidupan hewan, berbeda dengan tumbuhan dan berbeda dengan benda
mati. Manusia sebagai objek material ilmu pendidikan menurut H.D Sudjana
(2000) dapat diklarifikasikan berdasarkan: (1) pengelompokannya yaitu manusia
sebagai individu, sebagai kelompok, sebagai komunitas, dan manusia sebagai
masyarakat, (2) berdasarkan perkembangannya yaitu manusia pada masa dini
usia, anak-anak, remaja, dewasa dan lanjut usia. Objek material ilmu pendidikan
berdasarkan psikologi perkembangan membutuhkan pendidikan yang cocok
dengan tingkat perkembangan usia. Bagi anak-anak, pendidikan dikenal dengan
istilah pedagogi yang berarti ilmu dan seni mengajar anak-anak (knowles, 1977).
Bagi orang dewasa pendidikan dikenal dengan istilah andragogi yaitu ilmu dan
seni membantu orang dewasa belajar (Cross, 1982). Bagi lanjut usia, pendidikan
dikenal dengan gorogogi yaitu ilmu dan seni untuk membantu manusia lanjut usia
belajar. Dalam bahan belajar mandiri ini pembahasan ilmu pendidikan terutama
mempunyai fokus kajian pada pedogogi atau ilmu pendidikan anak.
3. Metode Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan sebagaimana ilmu-ilmu lain menggunakan metode penelitian
ilmiah, yakni prosedur yang menggunakan pola pikir dan pola kerja yang
sistematik untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan yang sah (valid) dan dapat
dipercaya (reliabel).
Metode penelitian yang digunakan ilmu pendidikan terdiri atas metode
kuantitatif, dan metode kualitatif, bahkan menggabungkan keduanya. Metode
penelitian mana yang digunakan, akan sangat bergantung pada masalah dan
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian itu sendiri.
Metode-metode penelitian yang dominan dalam pengembangan keilmuan dan
program pendidikan adalah survey, eksperimen, studi kasus, kaji tindak (action
research), dan penelitian masa depan (future research). Metode-metode tersebut
4
penting sehingga ilmu pendidikan dapat mengimplementasikan fungsi
penggambaran (description), emnjelaskan (explanation), meramalkan
(prediction), dan pengendalian (control) terhadap fenomena dan gejala-gejala
pendidikan.
4. Isi Ilmu Pendidikan
a. Postulat
Postulat adalah pandangan mendasar yang kebenarannya diterima
tanpa pembuktian secara empiris sebagai contoh postulat dalam ilmu pendidikan
misalnya manusia adalah hewan berkawan, manusia adalah makhluk sosial.
Manusia adalah makhluk yang perlu dan dapat dididik serta dapat mendidik diri
sendiri.
b. Asumsi
Asumsi yaitu pendapat/pandangan yang didasarkan pada kerangka
berpikir tertentu, yang kebenaran pada umumnya diterima, namun masih perlu
diperiksa secara empiris. Asumsu dalam ilmu pendidikan misalnya kurikulum
adalah program pendidikan yang dikelola melalui tahap perumusan tujuan,
pengembangan program, implementasi program dan evaluasi program.
c. Konsep
Konsep adalah serangkaian pengertian atau pendapat yang konsisten,
yang dihasilkan dari pemikiran atau pengalaman.
d. Teori
Teori adalah kumpulan konsep-konsep yang tersusun secara sistematis
dalam bentuk struktur teoritis yang pada umumnya memberi penjelasan
mengapa sesuatu gejala atau peristiwa itu terjadi.
e. Generalisasi
Generalisasi yaitu kesimpulan umum yang ditarik berdasarkan
pengalaman-pengalaman khusus, biasanya sebagai kesimpulan yang diperoleh
dari penelitian ilmiah.
f. Hukum
Hukum yaitu pernyataan atau pendapat yang biasanya dinyatakan
dalam bentuk pernyataan if-then (jika maka) yang berlaku umum bagi
sekelompok gejala tertentu, sebagai hasil suatu generalisasi riset ilmiah.
Dalam teknologi pendidikan misalnya kita temukan hukum akibat (law of
5
effect), hukum latihan (law of exercise) dan hukum kesiapan (law of
readiness) Thom dike (1913).
g. Prinsip
Prinsip yaitu hukum dalam bentuk pendapat yang berlaku umum bagi
sekelompok gejala tertentu, namun tidak selalu berbentuk pernyataan jika
maka (if-then). Prinsip dapat pula dihasilkan dari pemikiran mendalam tanpa
pengujian melalui riset kuantitatif, misalnya prinsip among Ki Hajar
Dewantara, Prinsip belajar sepanjang hayat dari Paul Lengrand.
h. Model
Model adalah suatu bentuk teori atau serangkaian teori, hukum prinsip
yang menggambarkan atau memberi penjelasan tentang suatu sistem kegiatan
sampai pada panduan kegunaannya yang terdapat dalam suatu cabang ilmu,
misalnya model mengajar ekspositori, model mengajar pemrosesan informasi
dari Bruce Joice, model mengajar terprogram dan model mengajar discovery
inquiry atau misalnya model cara belajar siswa aktif dan lain sebagainya.
5. Fungsi Ilmu Pendidikan
Seperti juga ilmu-ilmu lain, pemdidikan sebagai ilmu pengetahuan memiliki
fungsi menjelaskan, memprediksi dan mengontrol gejala atau fenomena
pendidikan. Dalam melaksanakan fungsinya memberi penjelasan tentang
fenomena pendidikan yang secara deduktif misalnya ilmu pendidikan
menjelaskan bahwa anak manusia mempunyai berbagai potensi yang masih
tersembunyi. Anak manusia memiliki kemampuan untuk berkembang, maka
dijelaskan pula bahwa anak manusia dapat belajar secara efektif.
Fungsi prediksi dari ilmu pendidikan misalnya suatu hasil tes (SPMB) dapat
memperkirakan kemampuan mahasiswa untuk menyelesaikan studi di Perguruan
Tinggi.
6. Cabang-cabang Ilmu Pendidikan
Ada beberapa klasifikasi tentang cabang-cabang ilmu pendidikan. M.J.
Langeveld (1952) menyebutnya sebagai ilmu mendidik, yang cabang-cabangnya
diklasifikasi sebagai berikut:
a. Ilmu Mendidik Teoritis yang terdiri atas:
1) Ilmu mendidik sistem
2) Sejarah Pendidikan
6
3) Ilmu Perbandingan Pendidikan
b. Ilmu Mendidik Praktis, yang meliputi:
1) Didaktik/metodik
2) Pendidikan Keluarga
3) Pendidikan gereja (lembaga keagamaan)
Redja Mudyahardjo (1998:49) membedakan cabang-cabang ilmu
pendidikan dengan klasifikasi sebagai berikut:
Ilmu Pendidikan terdiri atas:
1. Ilmu pendidikan Makro:
a. Ilmu Pendidikan Administratif
b. Ilmu Pendidikan Komparatif
c. Ilmju Pendidikan Historis, dan
d. Ilmu Pendidikan Kependudukan
2. Ilmu Pendidikan Mikro;
a. Ilmu Mendidik umum:
1) Pedagodik Teoritis
2) Ilmu Pendidikan Psikologis
3) Ilmu Pendidikan Sosiologis
4) Ilmu Pendidikan Ekonomik
b. Ilmu Mendidik khusus:
1) Ilmu Persekolahan
a) Ilmu Administratif Sekolah
b) Ilmu Administrasi Kelas
c) Ilmu Kegiatan Pendidikan Sekolah:
(1) Ilmu Bimbingan
(2) Ilmu Pengajaran (Didik/Metodik)
(3) Ilmu Kepelatihan
2) Ilmu Pendidikan Luar Sekolah:
a) Pedagogik Keluarga
b) Pedagogik Taman Kanak-Kanak
c) Ilmu Pendidika Masyarakat (Andragogi)
3) Orthopedagogik:
a) Orthopedagogik Fisik
b) Orthopedagogik Mental
7
Menurut Madjid Noor (2000) dalam arti luas ilmu pendidikan meliputi segi-
segi filsafat, seni, ilmu, teknologi, dan agama.
Cabang-cabang ilmu pendidikan meliputi:
Ilmu pendidikan teoritis, yang mencakup:
a. Ilmu Pendidikan Sistematis (mensistematiskan konsep-konsep dan teori-teori yang
dikembangkan oleh seluruh cabang ilmu pendidikan; mencakup pedagogik
teoritis/sistematis menurut Konsep Langeveld; juga mencakup theoritis of
education yang ditemukan di universitas-universitas di Amerika; redja
Muhdyarahardjo menyebutnya Filsafat ilmu Pendidikan).
b. Filsafat Pendidikan
c. Sejarah Pendidikan
d. Pebandingan Pendidikan (termasuk Ausland Pedagogik)
Ilmu Mendidik Praktis:
a. Seni Mendidik
b. Bimbingan dan Penyuluhan (termasuk mental health)
c. Pengembangan kurikulum/Pengajaran (meliputi Didaktik/Metodik, metodologi
pengajaran, model-model mengajar, teori kurikulum)
d. Pedagogik (Konsep Langeveld, meliputi pendidikan TK,SD, dan SLTP,
Pendidikan/bimbingan anak di keluarga dan lembaga-lembaga keagamaan),
Bimbingan Penyuluhan.
e. Andragogi (Pendidikan luar Sekolah, Pendidikan Masyarakat)
f. Gerogogi
g. Orthopedagogik (Fisik dan Mental)
h. Pendidikan Agama
i. Pendidikan Kepribadian/Watak/Akhlak
j. Pendidikan Intelektual
k. Pendidikan Jasmani
l. Pendidikan Kesehatan
m. Pendidikan Wira-usaha
n. Pendidikan menurut Bidang Studi berhubung dengan mata-mata pelajaran di
sekolah menengah seperti Pendidikan IPA, Pendidikan Matematika, Pendidikan
IPS, Pendidikan Bahasa, dsb.
8
o. Ilmu Pendidikan yang dikembangkan dengan bekerja sama dengan ilmu lain atau
sebagai hasil pengkajian ilmu lain mengenai masalah-masalah pendidikan, seperti:
1) Economic of education
2) Educational administration / manajemen (termasuk administrasi/pengelolaan
sekolah/kelas)
3) Psychology of education
4) Sociology of education
5) Technology of education
6) Educational researh and statistics
7) Social psychologi of education
8) Antrhropology of education
9) Sex education
10) Population education
11) Educational planning
12) Educational evaluation
13) Techniques of evaluation
14) Politics of education
15) Dsb sesuai dengan perkembangan ilmu/teknologi/seni
C. Teori Korespondensi (Correspondence Theory)
Menurut teori korespondensi, kebenaran merupakan persesuaian antara fakta
dan situasi nyata. Kebenaran merupakan persesuaian antara pernyataan dalam pikiran
dengan situasi lingkungannya. Teori Korespondensi (The Correspondence Theory of
Thruth) memandang bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang
sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu sendiri. Contoh: “Ibu kota Republik Indonesia
adalah Jakarta”. Teori Koherensi/Konsistensi (The Consistence/Coherence Theory of
Truth) memandang bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan
pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui
sebagai benar.
Teori Korespondensi (Correspondence Theory of Truth) Teori kebenaran
korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah
benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau
objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar
jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta.
Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan
9
apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan.
Teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal, sehingga
dapat digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karena Aristoteles sejak awal
(sebelum abad Modern) mensyaratkan kebenaran pengetahuan harus sesuai dengan
kenyataan yang diketahuinya.Dua kesukaran utama yang didapatkan dari teori
korespondensi adalah: Pertama, teori korespondensi memberikan gambaran yang
menyesatkan dan yang terlalu sederhana mengenai bagaimana kita menentukan suatu
kebenaran atau kekeliruan dari suatu pernyataan. Bahkan seseorang dapat menolak
pernyataan sebagai sesuatu yang benar didasarkan dari suatu latar belakang
kepercayaannya masing-masing. Kedua, teori korespondensi bekerja dengan idea,
“bahwa dalam mengukur suatu kebenaran kita harus melihat setiap pernyataan satu-
per-satu, apakah pernyataan tersebut berhubungan dengan realitasnya atau tidak.”
Lalu bagaimana jika kita tidak mengetahui realitasnya? Bagaimanapun hal itu sulit
untuk dilakukan. Ketiga, Kelemahan teori kebenaran korespondensi ialah munculnya
kekhilafan karena kurang cermatnya penginderaan, atau indera tidak normal lagi. Di
samping itu teori kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek/bidang
nonempiris atau objek yang tidak dapat diinderai. Kebenaran dalam ilmu adalah
kebenaran yang sifatnya objektif, ia harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa
kenyataan dalam pembentukan objektivanya. Kebenaran yang benar-benar lepas dari
kenyataan subjek.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh peserta didik untuk
memperoleh pengalaman belajar, selain itu melalui pendidikan juga bisa membuat
anak yang tadinya belum bisa menjadi bisa, belum tahu menjadi tahu dsb. Untuk
menunjang berjalannya pendidikan maka diperlukan ilmu mendidik yang benar dan
sesuai dengan jati diri bangsa indonesia agar dapat mencaoai tujuan pendidikan yang
sebenarnya. Ilmu mendidik disebut juga pedagodik. Pedagogik memiliki karakteristik
yang meliputi landasan ilmu pendidikan, objek pendidikan, metode pendidikan, isi
ilmu pendidikan, fungsi pendidikan, cabang-cabang pendidikan
B. Saran
Untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan maka seorang guru atau pendidik
perlu memahami tentang ilmu mendidik atau pedagogik agar guru dalam melakukan
proses kegiatan belajar mengajar tidak ganya mengajar tapi juga mendidik anak agar
mempunyai karakteristik yang baik.
11
Daftar Pustaka
Baharuddin, Salam. 2002. Pengantar Pedagogik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Uyoh, Sadulloh. 2006. Pedagogik. Bandung: UPI Press.
http://defaultride.wordpress.com/2010/06/28/teori-teori-kebenaran-korespondensi-koherensi-pragmatik-struktural-paradigmatik-dan-performatik/
http://www.beritasatu.com/pendidikan/144143-kualitas-pendidikan-di-indonesia-masih-
rendah.html
http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/10/masalah-pendidikan-di-indonesia-dan-solusinya-
615212.html
http://gurupintar.ut.ac.id/component/content/article/177-masalah-pendidikan-di-
indonesia.html
http://www.sahabatyatim.org/artikel/7-penyebab-kualitas-pendidikan-di-indonesia-rendah/
http://harringtonmath.com/wp-content/uploads/2013/11/Content-knowledge-for-teachers.pdf
https://www.sensepublishers.com/media/1219-understanding-and-developing-science-teachers-pedagogical-content-knowledge.pdf
http://www.sii.soe.umich.edu/documents/pck%20final%20report%20revised
%20BR100901.pdf
http://people.ucsc.edu/~ktellez/shulman.pdf
12
Lampiran
CONTENT KNOWLEDGE FOR TEACHING: WHAT MAKES IT SPECIAL?
Deborah Loewenberg Ball, Mark Hoover Thames, and Geoffrey Phelps
General pedagogical knowledge, with special reference to those broad principles and
strategies of classroom management and organization that appear to transcend subject
matter.
Terjemahan: Pengetahuan pedagogik umum meliputi prinsip-prinsip dan strategi manajemen
kelas serta pengorganisasian suatu objek.
Penjelasan: Pengertahuan pedagogik secara umum membahas atau mepelajari tentang prinsip
dan strategi dalam pengaturan kelas serta mengorganisasikan siswanya.
Construction and analysis of an instrument to assess aspect of teachers’ pedagogical
content knowledge concering primary science
Thilo Kleickmann, Kornelia Moller, ang Angela Jonen
2005
Within the domain of teachers’ personal professional knowledge
(Bromme,1997;Shulman,1987), the focus of this investigation lies on teachers’ pedagogical
content knowledge as it regards teaching scientific subject matters in primary school,
especially the teachers’ conceptions of teaching and learning.
Terjemahan: Dalam bidang pengetahuan profesional personal guru berfokus pada konten
pengetahuan pedagogi karena menganggap pengetahuan pemberian materi di
sekolah khususnya pada guru berkonsep mengajar dan belajar.
Penjelasan: Pada bidang pengetahuan profesional seorang guru meliputi komponen
pengetahuan pedagogi karena pemberian sebuah materi di dalam kelas harus
memilki suatu konsep be4lajar mengajar yang baik.
13
TEACHERS'P EDAGOGICALC ONTENT KNOWLEDGE OF STUDENTS'
PROBLEM SOLVING IN ELEMENTARY ARITHMETIC THOMAS P. CARPENTER,
University of Wisconsin ELIZABETH FENNEMA, University of Wisconsin PENELOPE L.
PETERSON, Michigan State University DEBORAH A. CAREY, University of Wisconsin
1988
Much of the recent research on children's thinking and problem solving has focused on
performance in specific, semantically rich content domains. This research has generated
detailed descriptions of children's knowledge and problem-solving processes that can serve
as a basis for analyzing teachers' pedagogical content knowledge. In particular, work on
students' learn-ing of addition and subtraction concepts has provided an explicit framework
for analyzing problems and the processes children use to solve them. This analysis served as
the basis of the examination of teachers' knowledge.
Terjemahan: Banyak penelitian baru pada anak-anak mengenai pemecahan masalah yang
telah difokuskan pada tampilan secara spesifik di konten bagian semantik
seperti penelitian ini telah mengahasilkan deskripsi rinci pengetahuan anak-
anak dan proses pemecahan masalah yang dapat berfungsi sebagai dasar untuk
menganalisis, guru berpengetahuan konten pedagogi. Secara khusus bekerja
pada siswa, belajar penjumlahan dan pengurangan adalah konsep telah
menyediakan kerangka kerja yang jelas untuk menganalisis masalah dan
proses anak-anak menggunakan untuk menyelesaikannya. Analisis ini beperan
sebagai dasar pemeriksaan pengetahuan guru.
Penjelasan: Penelitian pada anak-anak yang difokuskan secara spesifik pada konten semantik
yang mengahasilkan deskripsi rinci pengetahuan anak-anak dan proses
pemecahan masalah yang dapat berfungsi sebagai dasar untuk menganalisis
merupakan salah satu konten pengetahuan pedagogi yang dimiliki guru serta
berperan dalam pemeriksaan pengetahuan guru dalam pelaksanakan tugasnya
ketika menemui suatu masalah.
14
knowledge and teaching foundation of of the reform
lee s. Shulman
1987
Pedagogical content knowledge, that special amalgam of content and pedagogy that is
uniquely the province of teachers, their own special form of professional understanding
Terjemahan: Konten pengetahuan pedagogik, bahwa konten khusus amalgam dan pedagogi
adalah kekhususan bidang, kespesialan yang dimilki merupakan pemahaman
profesional.
Penjelasan: Pengetahaun pedagogik memiliki konten-konten khusus yang dapat dipelajari
mengenai suatu bidang tertentu untuk mendapatkan pemahaman profesionalitas.
Kualitas Pendidikan di Indonesia Masih Rendah
Penulis: DHO
2013
Masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, akan melemahkan daya saing
Indonesia dalam menghadapi masyarakat ekonomi Asean 2015. Sebenarnya kualitas SDM di
Indonesia sudah cukup bagus. Oleh sebab itu, kunci untuk meningkatkan daya saing
Indonesia, dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan melakukan terobosan terbaru dalam
sektor pendidikan yaitu tinggal bagaimana cara pemerintah dan Perguruan Tinggi mengasah
SDM tersebut menjadi SDM yang hebat. Jika kolaborasi pemerintah dan perguruan tinggi
sudah kuat, maka Indonesia akan mencetak SDM terbaik setiap tahunnya. Selain itu,
pemerintah juga akan meningkatkan kualitas kurikulum pendidikan, baik itu di sekolah-
sekolah maupun perguruan tinggi, dimana kurikulum tersebut harus mengikuti perkembangan
dunia. Program wajib belajar sembilan tahun terus dipertahankan karena setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan.
15
Masalah Pendidikan di Indonesia dan Solusinya
Elni Handayani
2013
Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia, menghasilkan
“manusia robot” karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain
tidak seimbang yaitu antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa
(afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi.
Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke bawah) atau kalau
menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik dari Amerika Latin) adalah
pendidikan gaya bank. Sistem pendidikan ini sangat tidak membebaskan karena para peserta
didik (murid) dianggap manusia-manusia yang tidak tahu apa-apa.
Secara garis besar ada dua solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, yaitu:
1. Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat
berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di
Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme
(mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan
tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
2. Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung
dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas
guru dan prestasi siswa yaitu dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk
meningkatkan kualitas guru, meningkatkan kualitas dan kuantitas materi
pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan
sebagainya.
16
Masalah Pendidikan di Indonesia
Penulis: Muliani 2014
Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim.
Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas
siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan
aturan UU Pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita
kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata
alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.
Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar
bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang
tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib
belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak yang putus sekolah
sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun.
Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah,
tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak
hanya memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas
Sumber Daya Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Kondisi ideal dalam
bidang pendidikan di Indonesia adalah tiap anak bisa sekolah minimal hingga tingkat SMA
tanpa membedakan status karena itulah hak mereka. Sekolah-sekolah gratis di Indonesia
seharusnya memiliki fasilitas yang memadai, staf pengajar yang berkompetensi, kurikulum
yang tepat, dan memiliki sistem administrasi dan birokrasi yang baik dan tidak berbelit-belit.
Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi
bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada
kompetisi di era global.
17
7 Penyebab Kualitas Pendidikan di Indonesia Rendah
penulis: Dede Fauzan, AMd (Guru SMKN 1 Pandeglang dan SMKN 10 Pandeglang)
2012
1. Pembelajaran hanya pada buku paket
Di indonesia telah berganti beberapa kurikulum dari KBK menjadi KTSP.
Hampir setiap menteri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum yang baru.
Namun adakah yang berbeda dari kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah? Tidak,
karena pembelajaran di sekolah sejak zaman dulu masih memakai kurikulum buku
paket. Sejak era 60-70an, pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda dengan
sebelumnya. Apapun kurikulumnya, guru hanya mengenal buku paket. Materi dalam
buku paketlah yang menjadi acuan dan guru tidak mencari sumber referensi lain.
2. Mengajar Satu Arah
Metode pembelajaran yang menjadi favorit guru mungkin hanya satu, yaitu
metode berceramah satu arah. Karena berceramah itu mudah dan ringan, tanpa modal,
tanpa tenaga, tanpa persiapan yang rumit. Metode ceramah menjadi metode
terbanyak yang dipakai guru karena memang hanya itulah metode yang benar-benar
dikuasai sebagain besar guru. Pernahkah guru mengajak anak berkeliling sekolahnya
untuk belajar ? Pernahkah guru membawa siswanya melakukan percobaan di alam
lingkungan sekitar ? Atau pernahkah guru membawa seorang ilmuwan langsung
datang di kelas untuk menjelaskan profesinya?
3. Kurangnya Sarana Belajar
Sebenarnya, perhatian pemerintah itu sudah cukup, namun masih kurang
cukup. Masih banyak sarana belajar di beberapa sekolah khususnya daerah, tertinggal
jauh dibandingkan sarana belajar di sekolah-sekolah yang berada di kota.
4. Aturan yang Mengikat
Ini tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sekolah
seharusnya memiliki kurikulum sendiri sesuai dengan karakteristiknya.
5. Guru tak Menanamkan Diskusi Dua Arah
Lihatlah pembelajaran di ruang kelas. Sepertinya sudah diseragamkan. Anak
duduk rapi, tangan dilipat di meja, mendengarkan guru menjelaskan. seolah-olah
Anak “Dipaksa” mendengar dan mendapatkan informasi sejak pagi sampai siang,
belum lagi ada sekolah yang menerapkan Full Days. Anak diajarkan cara menyimak
dan mendengarkan penjelasan guru, sementara kompetensi bertanya tak disentuh.
Anak-anak dilatih sejak TK untuk diam saat guru menerangkan, untuk mendengarkan
18
guru. Akibatnya Siswa tidak dilatih untuk bertanya. Siswa tidak dibiasakan bertanya,
akibatnya siswa tidak berani bertanya. Selesai mengajar, guru meminta anak untuk
bertanya. Heninglah suasana kelas. Yang bertanya biasanya anak-anak itu saja.
6. Metode Pertanyaan Terbuka tak Dipakai
Contoh negara yang menggunakan pertanyaan terbuka adalah Finlandia.
Dalam setiap ujian, siwa boleh menjawab soal dengan membaca buku. Guru
Indonesia belum siap menerapkan ini karena masih kesulitan membuat soal terbuka.
7. Budaya Mencontek
Siswa menyontek itu biasa terjadi. Tapi apakah kita tahu kalau “guru juga
menyontek” ? Ini lebih parah. Lihatlah tes-tes yang diikuti guru, tes pegawai negeri
yang diikuti guru, menyontek telah menjadi budaya sendiri.
19