file · web viewdaerah aliran sungai (menurut undang-undang no. 7 tahun 2004 tentang sda...
TRANSCRIPT
Tugas K3LH
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Disusun Oleh
1. Erik Kristianto2. Janter F.H
3. Tendri Gunawan4. Laurensius L.PTahun Pelajaran 2012-2013
Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) ?
2. Apa saja Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) ?
3. Apa saja Panjang dan Lebar Daerah Aliran Sungai (DAS) ?
4. Apa saja Kemiringan atau Gradien Sungai dari (DAS)?
5. Apa saja Orde dan tingkat percabangan sungai dari (DAS)?
6. Apa saja Bentuk Daerah Aliran Sungai dari (DAS) ?
Daerah Aliran Sungai (menurut Undang-undang NO. 7 Tahun 2004 tentang
SDA DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.Sub DAS
adalah bagian dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui
anak sungai ke sungai uatama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS-
Sub DAS.
1. Karakteristik DAS adalah gambaran spesifik mengenai DAS yang
dicirikan oleh parameter yang berkaitan dengan keadaan morfometri,
topografi, tanah, geologi, negetasi, penggunaan lahan, hidrologi dan
manusia.
2. Bagian Hulu DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang
dicirikan dengan topografi bergelombang, berbukit dan atau bergunung,
kerapatan drainase relatif tinggi, merupakan sumber air yang masuk ke
sungai utama dan sumber erosi yang sebagian terangkut menjadi sedimen
daerah hilir.
3. Bagian Hilir DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang
dicirikan dengan topografi datar sampai landai, merupakan daerah
endapan sedimen atau aluvial.
4. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan
timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan
segala aktivitasnya dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian
ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi
manusia secara berkelanjutan.
5. Pengelolaan DAS Terpadu adalah rangkaian upaya perumusan tujuan,
sinkronisasi program, pelaksanaan dan pengendalian pengelolaan sumber
daya DAS lintas multi pihak secara partisipatif berdasarkan kajian
kondisi biofisik, ekonomi, sosial, politik dan kelembagaan guna
mewujudkan tujuan pengelolaan DAS.
6. Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS (Forum DAS) adalah organisasi
multipihak yang terkoordinasi, terdiri dari unsur-unsur pemerintah yang
berkepentingan dengan pengelolaan DAS yang dilegalisasi oleh Presiden,
Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai tingkatannya.
7. Degradasi Lahan adalah penurunan atau kehilangan seluruh kapasitas
alami untuk menghasailkan tanaman yang sehat dan bergizi sebagai
akibat erosi, pembentukan lapisan padas (hardpan) dan akumulasi bahan
kimia beracun (toxic) disamping penurunan fungsi sebagai media tata air.
8. Ancaman Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana.
9. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan
baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia,
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
10.Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa :
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor, kekeringan
dan angin topan.
11.Ancaman Non Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa : gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemik dan wabah penyakit dan teror.
12.Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia, yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.
13.Banjir adalah aliran berlebih atau penggenangan yang datang dari sungai
atau badan air lainnya dan menyebabkan atau mengancam kerusakan.
Banjir ditunjukkan aliran air yang melampaui kapasitas tampung
tebing/tanggul sungai sehingga menggenangi daerah sekitarnya.
14.Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan atau mengurangi
ancaman bencana.
15.Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
16.Hutan Mangrove adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh pada
tanah aluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi
pasang surut air laut dan dicirikan oleh keberadaan jenis-jenis : Avicennia
spp (api-api), Soneratia spp (pedada), Rhizophora spp (bakau) Bruguiera
spp (tanjang), Lumnitzera excoccaria (tarumtum), Xylocarpus spp
(nyirih) dan Nypa fruticans (nipah).
17.Hutan Pantai adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh di tepi
pantai dan berada di atas garis pasang tertinggi, Jenis-jenis pohonnya
antara lain : Casuarina equisetafolia (cemara laut), Terminalia catappa
(ketapang), Hibiscus tiliaseus (waru), Cocos nucifera (kelapa), dan
Arthocarpus altilis (nangka/cempedak).
18.Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas areal lahan yang
dibebani hak milik maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan
ketentuan luas minimum 0,25 Ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan
dan tanaman lainnya lebih dari 50 %.
19.Lahan Kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya terganggu sedemikian
rupa sehingga lahan tersebut tidak berfungsi lagi secara baik sebagai
media produksi maupun media pengatur tata air.
20.Konservasi Tanah adalah upaya penempatan setiap bidang lahan pada
penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar
tidak terjadi kerusakan tanah sehingga dapat mendukung kehidupan
secara lestari.
21.Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga
daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem
penyangga kehidupan tetap terjaga.
22.Bibit adalah bahan tanaman yang dapat berupa benih sehat atau
seedling/anakan, baik berupa stek, anakan siap tanam, cangkokan
maupun anakan cabutan yang dapat ditanam.
23.Jenis Kayu-kayuan adalah jenis tanaman hutan yang menghasilkan kayu
untuk konstruksi bangunan, meubel dan peralatan rumah tangga.
24.Multi Purpose Tree Species (MPTS) adalah jenis tanaman yang
menghasilkan kayu dan bukan kayu.
25.Bangunan Pengendali Jurang (Gully Plug) adalah bendungan kecil yang
lolos air yang dibuat pada parit-parit melintang alur parit dengan
konstruksi batu, kayu atau bambu.
26.Bangunan Terjunan Air adalah bangunan terjunan yang dibuat pada tiap
jarak tertentu pada SPAS (tergantung kepentingan lahan) yang dapat
dibuat dari batu, kayu dan bambu.
27.Dam Penahan adalah bendungan kecil yang lolos air dengan konstruksi
bronjong batu atau trucuk bambu/kayu yang dibuat pada alur sungai
dengan tinggi maksimal 4 meter.
28.Dam Pengendali adalah bendungan kecil yang dapat menampung air
(tidak lolos air) dengan konstruksi lapisan kedap air, urugan tanah
homogen, beton (tipe busur), untuk mengendalikan erosi, sedimentasi,
banjir dan irigasi serta air minum dan dibangun pada alursungai/anak
sungai dengan tinggi maksimal 8 meter.
29.Embung Air adalah bangunan penampung air berbentuk kolam yang
berfungsi untuk menampung air hujan/air limpasan atau air rembesan
pada lahan tadah hujan yang berguna sebagai sumber air untuk memenuhi
kebutuhan pada musim kemarau.
30.Tata Air DAS adalah hubungan kesatuan individual unsur-unsur
hidrologis yang meliputi : hujan, aliran permukaan dan aliran sungai,
peresapan, aliran air tanah dan evapotranspirasi dan unsur lainnya yang
mempengaruhi neraca air suatu DAS.
Morfomeri Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah istilah yang digunakan untuk
menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif. keadaan yang
dimaksud untuk analisa aliran sungai antara lain meliputi:
A.Luas
Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat
memisahkan dan membagia air hujan ke masing-masing DAS. Garis batas
tersebut ditentukan berdasarkan perubahan kontur dari peta tofografi sedangkan
luas DAS nya dapat diukur dengan alat planimeter.
Skala peta yang digunakan akan mempengaruhi ketelitian perhitungan luasnya.
adapun formula untuk perhitungan luas yaitu:
Luas = Jumlah kotak x (skala)2
B.Panjang dan lebar
Panjang DAS adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai ke arah hulu
sepanjang sungai induk. Sedangkan lebar DAS adalah perbandingan antara luas
DAS dengan panjang sungai induk.
Lebar = Luas DAS/Panjang Sungai Induk
C.Kemiringan atau Gradien Sungai
Gradien atau kemiringan sungai dapat diperoleh dengan persamaan sebagai
berikut:
g = Jarak Vertikal/Jarak Horisontal
Ket :
g = Gradien Sungai
J. Vertikal = Beda tinggi antara hulu dengan hilir (m)
J. Horisontal = Panjang sungai induk (m)
D.Orde dan tingkat percabangan sungai
1.Orde Sungai
Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde sungai. Orde
sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap induk
sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian makin banyak jumlah orde
sungai akan semakin luas pula DAS nya dan akan semakin panjang pula alur
sungainya.
Tingkat percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah angka atau indeks yang
ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde.
2. Tingkat percabangan sungai
Untuk menghitung tingkat percabangan sungai dapat digunakan rumus:
Rb = Nu/Nu+1
Ket:
Rb = Indeks tingkat percabangan sungai
Nu = jumlah alur sungai untuk orde ke u
Nu + 1 = jumlah alur sungai untuk orde ke u + 1
Adapun karakteristik dari tiap nilai Rbnya yaitu:
E.Kerapatan sungai
Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan
banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS. Indeks tersebut diperoleh dengan
persamaan sebagai berikut:
Dd = L/A
Ket:
Dd = indeks kerapatan sungai (km/km2)
L = jumlah panjang sungai termasuk anak-anak sungainya
A = Luas DAS (km2)
Adapun karakteristik dari nilai indeks kerapatan sungai (Dd) yaitu:
F.Bentuk Daerah Aliran Sungai
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempunyai arti
penting dalam hubungannya dengan aliran sungai, yaitu berpengaruh terhadap
kecepatan terpusat aliran
Menurut Gregari dan Walling (1975), untuk menentukan bentuk DAS dapat
diketahui dngan terlebih dahulu menentukan nilai Rc nya.
Rc = 4пA/P2
Ket:
Rc = Basin circularity
A = Luas DAS (m2)
P = Keliling (m)
п = 3,14
Adapun karakteristik dari nilai Basin circularity yaitu:
G.Pola Pengairan Sungai
Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran
sungai dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan anak
sungai mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan membentuk suatu
pola tertentu. Pola itu tergantungan dari pada kondisi tofografi, geologi, iklim,
vegetasi yang terdapat di dalam DAS bersangkutan.
Adapun Pola-pola Pengairan Sungai yaitu:
1. Pola trellis dimana memperlihatkan letak anak-anak sungai yang paralel
menurut strike atau topografi yang paralel. Anak-anak sungai bermuara pada
sungai induk secara tegak lurus. Pola pengaliran trellis mencirikan daerah
pegunungan lipatan (folded mountains). Induk sungai mengalir sejajar dengan
strike, mengalir di atas struktur synclinal, sedangkan anak-anak sungainya
mengalir sesuai deep dari sayap-sayap synclinal dan anticlinal-nya. Jadi, anak-
anak sungai juga bermuara tegak lurus terhadap induk sungainya.
2. Pola Rektanguler, dicirikan oleh induk sungainya memiliki kelokan-kelokan
± 90o, arah anak-anak sungai (tributary) terhadap sungai induknya berpotongan
tegak lurus. Biasanya ditemukan di daerah pegunungan patahan (block
mountains). Pola seperti ini menunjukkan adanya pengaruh joint atau bidang-
bidang dan/atau retakan patahan escarp-escarp atau graben-graben yang saling
berpotongan.
3. Pola Denritik, yaitu pola sungai dimana anak-anak sungainya (tributaries)
cenderung sejajar dengan induk sungainya. Anak-anak sungainya bermuara
pada induk sungai dengan sudut lancip. Model pola denritis seperti pohon
dengan tatanan dahan dan ranting sebagai cabang-cabang dan anak-anak
sungainya. Pola ini biasanya terdapat pada daerah berstruktur plain, atau pada
daerah batuan yang sejenis (seragam, homogen) dengan penyebaran yang luas.
4. Pola Radial Sentripugal, Pola pengaliran beberapa sungai di mana daerah
hulu sungai-sungai itu saling berdekatan seakan terpusat pada satu “titik” tetapi
muaranya menyebar, masing-masing ke segala arah. Pola pengaliran radial
terdapat di daerah gunungapi atau topografi bentuk kubah seperti pegunungan
dome yang berstadia muda, hulu sungai-sungai berada di bagian puncak, tetapi
muaranya masing-masing menyebar ke arah yang lain, ke segala arah.
5. Pola Radial Sentripetal, Kebalikan dari pola radial yang menyebar dari satu
pusat, pola sentripetal ini justru memusat dari banyak arah. Pola ini terdapat
pada satu cekungan (basin), dan biasanya bermuara pada satu danau. Di daerah
beriklim kering dimana air danau tidak mempunyai saluran pelepasan ke laut
karena penguapan sangat tinggi, biasanya memiliki kadar garam yang tinggi
sehingga terasa asin.
6. Pola Paralel, Adalah pola pengaliran yang sejajar. Pola pengaliran semacam
ini menunjukkan lereng yang curam. Beberapa wilayah di pantai barat Sumatera
memperlihatkan pola pengaliran paralel
7. Pola Annular, Pola pengaliran cenderung melingkar seperti gelang; tetapi
bukan meander. Terdapat pada daerah berstruktur dome (kubah) yang
topografinya telah berada pada stadium dewasa. Daerah dome yang semula
(pada stadium remaja) tertutup oleh lapisan-lapisan batuan endapan yang
berselang-seling antara lapisan batuan keras dengan lapisan batuan lembut.
Undang-undang yang mengatur tentang DAS (Daerah Aliran Sungai)
1. Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan
pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.
2. Danau paparan banjir adalah tampungan air alami yang merupakan bagian
dari sungai yang muka airnya terpengaruh langsung oleh muka air sungai.
3. Dataran banjir adalah dataran di sepanjang kiri dan/atau kanan sungai yang
tergenang air pada saat banjir.
4. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
5. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut secara
alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
6. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam
satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya
kurang dari atau sama dengan 2.000 Km2 (dua ribu kilo meter persegi).
7. Banjir adalah peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai.
8. Bantaran sungai adalah ruang antara tepi palung sungai dan kaki tanggul
sebelah dalam yang terletak di kiri dan/atau kanan palung sungai.
9. Garis sempadan adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang
ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.