ditjen pdn/mjl/55/vi/2011 pdnditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/infopdn_juni_2011.pdfsebe sar...

24
Diterbitkan Oleh : DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI http://ditjenpdn.kemendag.go.id www.kemendag.go.id Melalui pameran, pemerintah sangat berharap agar waralaba nasional semakin dikenal masyarakat lokal maupun dunia, sehingga tidak hanya menjadi jago kandang, tapi juga berjaya di mancanegara. KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Pasar Sunter Kirana Piawai Merawat Kebersihan Waralaba Nasional: Merayu Investor Negeri Jiran Kegiatan Sosialisasi Kebijakan PDN: Menuju Kinerja Prima 04 07 13 Membangun Sistem Perdagangan dalam Negeri yang Berkesinambungan INFO Perdagangan Dalam Negeri DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDN

Upload: dotuyen

Post on 20-May-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Diterbitkan Oleh :DIREKTORAT JENDERAL

PERDAGANGAN DALAM NEGERIhttp://ditjenpdn.kemendag.go.id

www.kemendag.go.id

Melalui pameran, pemerintah sa ngat berharap agar waralaba nasionalse ma kin dikenal masyarakat lokal maupun dunia, sehingga tidak hanya

menjadi jago kandang, tapi juga berjaya di mancanegara.

KEMENTERIAN PERDAGANGANREPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERDAGANGANREPUBLIK INDONESIA

Pasar Sunter KiranaPiawai Merawat Kebersihan

Waralaba Nasional:Merayu InvestorNegeri Jiran

Kegiatan Sosialisasi Kebijakan PDN:Menuju Kinerja Prima

04 07 13

Membangun Sistem Perdagangan dalam Negeri yang Berkesinambungan

INFOP e r d a g a n g a n D a l a m N e g e r i

DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011

PDN

Page 2: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

MAJALAH INFO PDN, JUNI 20112

PENGARAH : Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, GunaryoPENANGGUNG JAWAB : Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, MardjokoREDAKTUR : Lamtasim DasustraEDITOR : Ronny S.M. Marpaung KOORDINATOR PELAKSANA : A. Latif LahdjieDESAIN GRAFIS : Rafi AliefTATA LETAK : B. Jagat SetiawanDITERBITKAN OLEH : Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam NegeriALAMAT : Gedung Utama Lt. 8, Jl. M. I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110, email: [email protected]

Geliat kuliner kaki lima kian terasa menghangatkan suasana

pertumbuhan ekonomi nasional. Gemerincing rupiah dari kantong-kantong saku pedagang lima seakan tak pernah pudar oleh terpaan gaya hidup modern yang semakin massif menerjang berbagai relung gaya hidup bangsa yang tengah berupaya melestarikan kesahajaannya ini.

Meskipun omset mereka tak sebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga pilar ekonomi bangsa. Mereka tetap mampu bertahan di tengah badai krisis ekonomi global. Mereka pun tak terpengaruh oleh gejolak suku bunga perbankan yang setiap saat me ngancam.

Hampir di setiap kota besar Indo-nesia, mereka ada. Bahkan, kian tum-buh pesat bak jamur di musim hujan. Di Bandung misalnya, Simpang Dago merupakan kawasan kuliner kaki lima yang sangat sayang untuk Anda lupakan bila berkunjung ke kota ini. Di Jogjakarta, niscaya lidah Anda akan merasa ada yang kurang bila belum tersentuh oleh sedapnya gudeg Jogja yang mangkal di kawasan kuliner alun-alun Keraton Jogja.

Semarang pun tak kalah menarik kaki limanya: aroma sedap lumpia yang tengah digoreng oleh pedagang gerobakan yang berderet di jalan Padanaran amatlah sayang jika sekedar Anda hirup tanpa mencicipi rasanya. Demikian halnya di Jakarta. Sebagai ibukota negara, ia memiliki puluhan kawasan kuliner kaki lima dengan beragam makanan khas dari seluruh nusantara. Kalibata, Tebet, Pecenongan, Bendungan Hilar, adalah tempat baru yang mencoba menyaingi pendahulunya: jalan Sabang Menteng dan Blok S Kebayoran.

Gerak dan denyut mereka adalah nyawa dari perekonomian bangsa ini. Sebuah fenomena yang perlu diberdayakan dengan sentuhan profesional dan kreatifi tas optimal. Siapakah yang mau memulai pekerjaan rumah ini? Tentu saja: Kita bersama!

Gemerincing Rupiah Dari Kantong Kuliner Kaki Lima

TEKS DAN FOTO : AGUS BACHTIARMenunggu pembeli

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 47

Page 3: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Kerak telor special

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201146

Frame

daftar isiLIPUTAN UTAMA> Kegiatan Sosialisasi Kebijakan PDN:

Menuju Kinerja Prima .......................................4

> Waralaba Nasional:

Merayu Investor Negeri Jiran ............................7

PROFIL PASAR> Pasar Panorama, Bengkulu:

Berbenah untuk Memacu Ekonomi Daerah ...10

> Pasar Sunter Hijau Kirana Sang Juara

Piawai Merawat Kebersihan ...........................13

TOPIK BAHASAN> Indeks Harga Konsumen Bulan Mei 2011:

Mencatat Inflasi Setelah 2 Bulan Deflasi ......... 16

BERITA PASAR> Matahari Terbit di Bisnis Online

Saatnya UMKM Membuka Mata ......................19

> Gairah Rupiah di Pasar Pecah Belah................23

DISTRIBUSI> Transportasi Laut:

Saatnya Transportasi Laut Dioptimalkan ........ 26

INFO SEMBAKO> Harga Gula:

Layak Bagi Petani, Stabil Untuk Konsumen .....29

KOLOM ANDA> Langkah Optimalisasi Kegiatan Dekonsentrasi ... 32

POTENSI UMKM> Asyiknya Bermain Bisnis Mainan ...................34

> Debut Rumput Laut Nunukan ........................37

PRODUK UNGGULAN> Industri Penyamakan Kulit:

Kian Gemas Menggapai Asa ...........................40

> Rempah-rempah:

Kesedapannya Tak Pernah Habis ...................42

Salam bahagia...

Menjadi media aspirasi para pemang-ku kebijakan dan juga para pelaku perda-gangan dalam negeri merupakan harapan dari media Info PDN. Tim redaksi terus ber upaya meningkatkan profesionalisme dalam penyajian informasi dalam rangka memberikan referensi yang berguna un tuk memajukan perdagangan dalam negeri.

Sejumlah tema-tema penting me-nyangkut pelaksanaan kebijakan dan peraturan perdagangan dalam negeri telah kami siapkan dengan matang pada edisi ini. Salah satunya, adalah persoalan implementasi asas dekonsentrasi dan penggunaan dana dekonsentrasi di bi-dang perdagangan dalam negeri. Dir-jen PDN, Gunaryo menyumbangkan aspi rasinya di rubrik kolom, yaitu dalam bentuk ajakan untuk terus mengintrospeksi ki nerja program ini.

Masih soal kebijakan, di Rubrik Lipu-tan Utama, kami sajikan kegiatan PDN dalam melakukan sosialisasi peraturan dan kebijakan terkait masalah perijinan di berbagai daerah. Selain cukup menge-sankan hasilnya, kegiatan ini perlu dilihat sebagai sebuah “wisata” pikir untuk me-mahami keseriusan pemerintah da lam upaya memajukan ekonomi dan pertum-buhan investasi di negeri ini.

Dan seperti biasa, di rubrik-rubrik lain pun kami akan mengajak sidang pem-baca melakukan “petualangan imaji-nasi” ke berbagai daerah di negeri ini. Kami akan mengajak pembaca melihat de but rumput laut Kab. Nunukan yang sangat mengagumkan, sentra industri penyamakan kulit di Sukaregang Garut yang tengah mencoba meningkatkan produksi, kebersihan pasar Sunter Kirana, keunikan Pasar Panorama Bengkulu, dan ke sejumlah sentra penjualan pecah belah yang akan menambah khazanah kita tentang bagaimana mendulang rupiah.

Selain Pameran IFRA, ada satu liputan lagi yang tak boleh diabaikan oleh pem baca, yaitu soal geliat penjualan online di Indonesia yang semakin membelalakkan mata.

Tabik

Redaksi

IN> H

L

KO> L

PPPO

k laaiiinin pem-aji--ni.at g strri i arutt tkann ranaa, dadann

bbbbbeleeee aha

h.n

h

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 3

Pengantar Redaksi

Page 4: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Sosialisasi kebijakan menjadi kata kunci untuk menciptakan sinergi antara pemerintah dan dunia usaha dalam mengembangkan daya saing nasional. Secara birokrasi, kegiatan sosialisasi kebijakan berperan penting untuk mewujudkan sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan pemerintah di pusat dan daerah. Intensitasnya pun kian mutlak dibutuhkan.

Kebijakan adalah sebuah instrumen. Dinamika perdagangan yang se-makin dinamis dan terus berkem-

bang menjadikan setiap kebijakan, ter utama yang menyangkut perundang-undangan atau peraturan baru harus disosialisasikan secara intens dari pusat ke daerah, terutama kepada para pejabat pemangku kebijakan, para pelaku usaha dan berbagai elemen masyarakat terkait. “Sehingga, kita semua dapat berjalan ber-iringan dan serempak,” kata Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar pada Raker Kemendag bulan Maret lalu.

Maka dari itu, Ditjen PDN, Kementerian Perda gangan RI terus berupaya mening-kat kan intensitas kegiatan sosialisasi ber-bagai kebijakan pusat ke daerah. Salah satu kebijakan penting yang terus sosialisasikan Dit PDN adalah Permendag No. 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang penerbitan SIUP. Bahkan, Dirjen PDN, Kemendag juga te-rus me lakukan monitoring dan evaluasi terha dap pelaksanaan kebijakan tersebut di lapangan.

Fakta pun memperlihatkan, setelah hampir dua tahun sudah Permendag NO 46 tahun 2009 dijalankan, ada sejumlah kendala

yang berhasil termonitor dan kemudian dibahas sebagai bahan evaluasi untuk pe-nyem purnaan. Itulah yang terlihat pada kegiatan ‘Monitoring dan Evaluasi Per-aturan Perundangan-Undangan di Bidang Perdagangan Dalam Negeri’ di Palembang, Sumatera Selatan, pada bulan Mei 2011 lalu.

Dalam acara yang digelar oleh Dit PDN tersebut terungkap berbagai macam catatan dan evaluasi terhadap penerapan kebijakan masalah perijinan yang dikeluar-kan Kemendag pada tahun 2009 tersebut. “Untuk beberapa hal, kebijakan-kebijakan tersebut tak semuanya dipahami secara komprehensif oleh pemerintah daerah. Sehingga yang terjadi di lapangan kerap kali ada tumpang tindih kebijakan antara kebijakan pemerintah pusat dengan kebija-kan pemerintah daerah,” kata Arinata San jaya, Kepala Subbagian Hukum dan

Pelaporan Setjen PDN Kemendag, kepada Info PDN pertengahan Bulan Juni lalu.

Padahal, semangat dari keluarnya Per-men dag tersebut adalah dalam rangka mendukung peningkatkan investasi melalui perbaikan hukum dan penyerdehanaan prosedur perijinan. Yakni, sebagaimana dipaparkan oleh Jimmy Bella, Dir Bina Usaha dalam Forum Sinkronisasi beberapa waktu lalu, untuk mendukung hal tersebut perlu adanya peningkatan kualitas pela yanan publik dalam penyelenggaraan per izinan dan non perizinan untuk memulai usaha yang lebih cepat, tepat, mudah dan transparan

Perlu diinformasikan, bahwa sosialisasi kebijakan Kemendag soal perijinan ini telah dilakukan oleh Bagian Hukum dan Pelaporan Setjen PDN di lima wilayah, yaitu Palembang, Banjarmasin, Samarinda,

Kegiatan Sosialisasi Kebijakan PDN:

Menuju Kinerja

MAJALAH INFO PDN, JUNI 20114

Liputan Utama

(memanfaatkan CSR PT. Sinar Sosro) dengan melakukan perbaikan sarana usaha dimulai dari 5 (lima) lokasi binaan Pemerintah DKI Jakarta yang diharapkan menjadi prototype yang dapat diikuti Pemda lainnya di seluruh Indonesia secara bertahap dan berkelanjutan.

Dengan ditandatangani perjanjian kerja-sama ini, akan mendorong 3 (tiga) Kementerian agar dapat lebih meningkatkan sinergitas dan koordinasi sehingga lebih fokus dan optimal dalam pelaksanaan program, kebijakan, mela-lui strategi pengembangan PKL dan pere-majaan kawasan kumuh perkotaan di masing-masing kementerian, selain itu manfaat lain yang diharapkan adalah sebagai upaya untuk mendorong pemerintah daerah dan swasta untuk lebih tergerak dan berkomitmen dalam melakukan penataan pedagang kaki lima.

WEF-EA 2011Dibuka Presiden RI

World Economic Forum East Asia 2011 resmi dibuka pada hari Minggu 12 Juni

2011 oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Forum international ini untuk pertama kalinya diselenggarakan di Jakarta, Indonesia. Turut serta dalam acara pembukaan ini adalah Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

World Economic Forum East Asia yang ke-20 ini dihadiri oleh 624 partisipan yang mewakili lembaga pemerintah, industry, pengambil kebijakan regional dan global dan pemimpin lembaga nirlaba serta akademisi.

Pada pertemuan World Economic Forum East Asia hari pertama, telah terjadi kesepakatan untuk menerapkan program kemitraan ini di Indonesia dengan mengikutsertakan lembaga pemerintah dan beberapa perusahaan dari Indonesia adalah Sinar Mas dan Indofood. Dimana kerjasama ini akan dimulai pada Juli 2011 untuk periode 3 tahun dan lembaga yang terlibat akan melaporkan hasil program setiap 6 bulan.

Pada sesi briefi ng dengan beberapa media

nasional, Delegasi Indonesia diwakili oleh Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar, Kementerian Perekonomian Hatta Rajasa, Wakil Menteri Pertanian , Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta dunia usaha seperti Astra International, Sinarmas, Gajah Tunggal, Nestle Indonesia dan Quvat Management.

Pelatihan Kewirausahaan Usaha Mikro dan Kecildi Kota Padang

Direktorat Dagang Kecil Menengah dan Produk Dalam Negeri Ditjen Perdagangan

Dalam Negeri hari ini (14/06) menyelenggarakan Pelatihan Kewirausahaan Usaha Mikro dan Kecil yang berlangsung di Basko Hotel, Kota Padang. Pelatihan akan berlangsung selama 2 (dua) hari dan dibuka secara resmi oleh Direktur Dagang Kecil Menengah dan Produk Dalam Negeri, Suhanto. Turut hadir pada acara pembukaan Kepala Dinas Perindagkop Provinsi Sumatera Barat Afriadi Laudin.

Wamendag Kunjungi Industri Elektronik di Semarang

Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar dalam kunjungan ke Semarang

Jawa Tengah hari ini (31/05) selain untuk meng hadiri Forum Koordinasi Implementasi Kebijakan Perdagangan Luar Negeri di Hotel Gumaya Tower juga melakukan kunjungan ke industri elektronik PT. Intech Anugrah Indo nesia di Kawasan Industri Candi Semarang Barat.

Kunjungan Wamendag yang didampingi Kepala Dinas Perindag Provinsi Jawa Tengah

Ihwan Sudrajat diterima langsung oleh Direktur PT. Intech Edward Sofi ananda. Kunjungan dimaksudkan untuk melihat langsung proses produksi dan potensi industri elektronik di Jawa Tengah.

PT. Intech Anugrah Indonesia merupakan salah satu produsen elektronik potensial di Jateng yang memproduksi antara lain LCD Monitor, TV, Laptop dengan merek Advance, Vorte dan Star. Perusahaan yang memiliki 450 karyawan ini mampu memproduksi 4500 unit per hari dari 5 line yang dimiliki. Selain untuk kebutuhan dalam negeri, produk PT. Intech telah diekspor ke manca negara antara lain ke Timur Tengah, Afrika Selatan dan Amerika Latin. (apn)

Panglaykim Memorial Lecture 2011

Menteri Perdagangan serta beberapa pejabat Kementeri Perdagangan lainnya

hari Selasa (14/06) menghadiri Panglaykim Memorial Lecture 2011 yang diadakan oleh Ya-ya san Panglaykim bekerjsama dengan Cen ter for Strategic and International Studies (CSIS).

Kuliah umum yang rutin diadakan setiap tahunnya sejak 1987 ini mengangkat topik Harnessing Globalization disampaikan oleh Direktur Jenderal WTO Pascal Lamy. Salah satu isu yang disampaikan Pascal Lamy dalam kuliah umumnya adalah bahwa telah terjadi pergeseran pemimpin perekonomian dunia yang semula didominasi oleh Amerika Serikat beberapa negara Eropa, kini didominasi oleh Cina, India dan beberapa negara berkembang lainnya termasuk Indonesia.

Perubahan perekonomian tentu membawa tantangan tersendiri bagi masyarakat dunia. Perubahan ini tidak hanya terjadi dalam sistem, institusi atau peraturan, tetapi juga dalam pola pikir dan bagaimana mengintegrasikan masyarakat dunia yang memiliki begitu banyak perbedaan budaya, tanggung jawab dan minat.

Menurut Pascal Lamy, perlu adanya keber-samaan dalam begitu banyaknya perbe daan, atau seperti yang dikutip sebagai penutup kuliah umumnya, Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi semboyan NKRI sangat perlu dita-namkan pada masyarakat dunia.

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 45

Page 5: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Rapat Kerja Bersama Kemendag dan KPPU dengan Komisi VI DPR RI

Kementerian Perdagangan bersama Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) hari ini

(6/06) melakukan Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI. Rapat Kerja yang berlangsung di Ruang Rapat Komisi VI tersebut dihadiri Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dan Jajaran Kemendag serta Ketua KPPU Nawir Messi dan jajarannya.

Rapat Kerja yang dipimpin Wakil Ketua Komisi VI Agus Hermanto berlangsung ter buka untuk umum dengan agenda utama Pem-bahasan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012 dan Pembicaraan Pendahuluan dalam rangka Penyusunan RAPBN 2012. (apn)

Mendag Sidak ke Medan

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu hari Selasa (31/05) melakukan kunjungan

kerja Medan Sumatera Utara guna memimpin pelaksanaan pengawasan barang-barang yang beredar di kawasan tersebut. Dalam pengawasan yang biasa disebut sidak (inspeksi mendadak) ini, Mendag hadir bersama Kepala BPOM Kustantinah, Dirjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Nus Nuzulia Ishak serta Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar (Tim TPBB).

Terdapat beberapa target operasi yang menjadi sasaran sidak pada itu. Pertama-tama Mendag dan rombongan mendapati bahan B2 tidak disimpan sesuai dengan syarat yang berlaku sehingga ini melanggar peraturan, karena bahan B2 ini seharusnya disimpan

dalam ruangan dan di atas pallet kayu. Target berikutnya adalah sebuah gudang

yang menyimpan ribuan kipas angin. Di tempat itu ditemukan 5000 kipas angin yang sudah siap untuk dipasarkan namun karena belum memenuhi standard SNI dan belum memiliki NRP (nomor registrasi produk) yang jelas namun sudah mencantumkannya pada kemasan produk yang sudah siap untuk dipa-sarkan. Selain kipas angin juga ada dispen ser yang tidak bergaransi Disperindag dimana seha-rusnya garasi tersebut berasal dari Kemendag.

Kemudian target sebuah gudang milik PT ITN. Temuan pada gudang ini adalah Baja Lembaran Lapis Seng yang memiliki cap SNI palsu. Target terakhir dalam kunjungan ke Medan adalah penemuan 13 produk yang tidak memenuhi standard.

SosialisasiPP No. 53 Thn 2010

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu hari ini (9/5) di ruang Auditorium kan-

tor Kementerian Perdagangan, membuka pelaksanan Sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Perdagangan.

Sekretaris Jenderal Kemendag Ardiansyah Parman dalam laporannya antara lain mengatakan tujuan dari sosialisasi Peratuaran Pemerintah Nomor 53 Tahun tentang Disi-plin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Perdagangan adalah adanya komitmen pimpinan dalam pelaksanan peratuaran pemerintah tersebut dan agar seluruh pegawai negeri sipil khususnya di lingkungan Kementerian Perdagangan dapat mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta larangan, sehingga setiap pegawai dalam melaksanakan tugas dan kehidupan sehari-harinya, tetap berpedoman pada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan tersebut.

Mendag dalam arahannya antara lain mengatakan, yang perlu dipahami oleh semua adalah apa yang menjadi kewajiban dan apa yang tidak dibolehkan dan apa yang menjadi hukumannya bila kita melanggar. Jadi saya

ingin menggunakan kesempatan ini untuk me ne kankan agar jajaran Kemendag terus bekerja keras dan selalu berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk melaksanakan disiplin ini. Sehingga yang kita harapkan adalah komitmen kita semua untuk bekerja dan bertindak secara profesional meningkatkan kualitas kinerja kita, mentaati segala ketentuan-ketentuan yang berlaku, dan dengan demikian kita berharap ten tu nya tidak ada, bukan hanya berkurang, teta pi tidak ada yang melakukan pelanggaran disiplin.

Sosialisasi ini dihadiri oleh para Pejabat Eselon I, II, III dan para Eselon IV yang menangani kepegawaian. Paparan mengenai PP No. 53 dengan narasumber oleh Deputi Bidang Bina Kinerja dan Perundang-Undangan Badan Kepegawaian Negara (BKN) Kuspriyo Murdono, dan Pengawas Disiplin PNS Kemendag adalah Inspektur Jenderal Eddy Suseno, dengan moderator Kepala Biro Oreganisasi dan Kepegawaian Makbullah Pasinringi. (rdk)

Kerjasama Tingkat Eselon I Tentang Penataan Pedagang Kaki Lima

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Ke-mendag Gunaryo, Dirjen Bina Pemba-

ngunan Daerah Kemendagri Syamsul Arief Rivai, dan Deputi Menteri Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Neddy Rafi naldy, mela-kukan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Tingkat Eselon I Tentang Penataan Lingkungan Perkotaan melalui Penguatan Sektor Usaha Mikro di Hotel Puri Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan pada Senin 23 Mei 2011. Tu rut hadir dalam acara tersebut Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia, Asosiasi Pedagang Kaki Lima, dan perusahaan swasta yang tergabung dengan program Corporate Social Responsibility.

Perjanjian Kerjasama ini merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepahaman 3 Menteri tentang Sinergitas Program Pengembangan Ekonomi dan Penataan Lingkungan Perkotaan melalui Penguatan Sektor Usaha Mikro pada tanggal 27 September 2010 lalu yang langsung diimplementasikan dalam bentuk pilot project

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201144

Agenda

Prima

Denpasar, dan Medan. Dari pantauan yang ada, kendala yang ditemukan di tiap daerah dalam melaksanakan kebijakan ini sangat beragam. “Ada satu daerah misalnya, di mana kebijakan perijinan yang dikeluarkan dalam poin persyaratan dipandang relatif memberatkan pengusaha,” tutur Arinata.

Hasil evaluasi lainnnya, ada satu kendala yang sering muncul dan menyebabkan tidak berjalannya kebijakan dengan baik. Kendala tersebut adalah masalah pemahaman sumber daya manusia (SDM) di tingkat pemerintahan daerah terhadap kebijakan yang ditetapkan. “Masih ada sejumlah SDM di daerah yang masih kurang memahami kebijakan yang dikeluarkan pusat. Sehingga, muncullah beberapa kebijakan di daerah yang pada akhirnya dianggap agak memberatkan pelaku usaha,” ungkapnya.

Mengingat pentingnya kegiatan sosialisasi ini, maka intensitas sosialisasi kebijakan seperti ini perlu dilakukan. “Ke depan, mau tak mau proses sosialisasi kebijakan ini harus dilakukan secara kontinyu,” tan-dasnya. Makanya, selain disosialisasikan pada jajaran di tingkat provinsi atau kebu-paten/kota, kebijakan ini ke depan juga bisa dilakuan di tingkatan kecataman bah kan desa. “Karena pihak aparat desa atau kecamatan juga termasuk pemangku kebijakan perijinan,” imbuhnya.

Selain kepada para pejabat pemerintah terkait, yakni dari pusat hingga desa, Kemendag juga telah melakukan sosia-li sasi kebijakan ini kepada seluruh aso-sia si pelaku usaha. Makanya dalam acara monitoring dan evaluasi tersebut, Kemen-dag mengundang tiga komponen penting sebagai audience langsung. Mereka adalah

pihak akademisi, aparat pemerintah sendiri, dan juga para pelaku usaha.

Ketiga emelen ini perannya masing-ma-sing berbeda, tapi semua orang penting dalam menyukseskan sebuah kebijakan atau peraturan. Para akademisi selaku pihak yang memberikan kritikan-kritikan (mengkritisi) atas kebijakan tersebut. Sementara pihak asosiasi atau pengusaha selaku pihak yang melaksanakan kebijakan tersebut, dan tentu saja aparat pemerintah sebagai pelaksana dari kebijakan itu.

RAGAM KEGIATAN SOSIALISASI PDN

S ejumlah kegiatan sosialiasi lain yang dilaksanakan untuk meningkatkan ki-ner ja prima di lingkungan Direktorat Per dagangan Dalam Negeri. Direktorat Dagang Kecil Menengah dan Produk Dalam Negeri (Dit. DKM & PDN) misalnya, pada tahun ini telah mengadakan serangkaian kegiatan sosialiasi kebijakan peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN).

Bulan Juni lalu, Dit. DKM & PDN bekerjasama dengan Disperindag Propinsi Nusa Tenggara Barat, mengadakan sosialisasi ACI kepada para mahasiswa, siswa SMU dan SMP. Pada acara yang diadakan di Hotel Lombok Raya, Mataram (16/06), ini, Kepala Dinas Perindag Prov NTB dan Kasubdit Pencitraan Produk Dalam Negeri mewakili Dir. DKM & PDN menyematkan PIN ACI kepada para peserta. Harapannya, PIN ACI bukan hanya sekedar simbol tetapi makna dari ACI tersebut tertanam di para peserta dan dapat ditularkan pada siswa lainnya yang belum ikut.

Kegiatan yang dihadiri sebanyak 200 pelajar dan mahasiswa di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat ini juga mendapat sambutan positif dari pemerintah dae-rah setempat. “Menyosialisasikan cin-

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 5

Page 6: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

ta produk Indonesia melalui sektor pen di dikan sebagai salah satu upaya memberikan pencerahan tentang arti pen ting penggunaan produk dalam ne-geri,” kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Nusa Tenggara Barat (NTB) H. Lalu Imam Maliki.

Menurutnya, program cinta produk da-lam negeri selalu didengungkan oleh pe-merintah karena diyakini memiliki efek ekonomi terhadap rakyat Indonesia. Sehingga, kata dia, kegiatan sosialisasi ke-pada para pelajar ini dipandang perlu agar para pelajar dan mahasiswa memperoleh informasi tentang manfaat menggunakan produk dalam negeri secara utuh. “Banyak negara yang baru merdeka, tetapi rak-yat nya sudah mampu mengangkat eko-nomi negaranya. Itu semua karena me-man faatkan produk buatannya sendiri. Sementara Indonesia masih tertinggal,” imbuhnya.

Acara serupa juga digelar secara meriah pada bulan sebelumnya, yaitu pada tanggal 16 Mei di Gorontalo. Kegiatan sosialisasi Gerakan Cinta Produk Indonesia ini diikuti mahasiswa, siswa SMU dan SMP di Hotel New Rachmat Gorontalo. “Penanaman rasa cinta dan bangga terhadap produk Indonesia mulai dari tingkat sekolah pertama, menengah dan Universitas, dalam rangka menghadapi era globalisasi ini sangat penting,” kata Direktur DKM & PDN dalam sambutannya ketika menerangkan pentingnya sosialisasi

ini bagi generasi muda Indonesia.

Sementara itu, pada bulan April, kegiatan sosialisasi ACI juga dilakukan kepada 250 siswa SMP, SMA, SMK dan Universitas di kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Dalam sambutannya, Staf Ahli Menteri Perdagangan bidang Pem-berdayaan Usaha Dagang Mikro Kecil dan Menengah dan Promosi Ekspor Ke-menterian Perdagangan, Subagyo, me-ngatakan bahwa pentingnya mencintai produk dalam negeri perlu disampaikan sejak usia dini, mengingat sudah memban-jirinya produk-produk impor yang belum tentu lebih baik dari produk dalam negeri.

Kegiatan sosialisasi lain yang juga intens dilakukan oleh DKM-PDN adalah so-sialisasi Inpres No. 2 Tahun 2009 tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Selain itu, juga sosialiasi mengenai Hak Kekayaan Intelektual, sertifkasi halam dan kebijakan-kebijakan pengembangan UMKM. “Tujuannya, tak lain adalah meningkatkan pengetahuan UMKM binaan akan pentingnya peran HKI, sertifi kasi Halal dan lain-lain dalam meningkatkan daya saing,” jelas Dir. DKM & PDN, Suhanto, pada forum Sinkronisasi Pusat dan Daerah, di Batam bulan April lalu.

Semua itu, dilakukan oleh Dirjen Per daga-ngan Dalam Negeri dalam rangka me nuju kinerja yang prima. Semoga sukses!

(Tom/AMF)

PERBAIKAN iklim investasi dan usaha me-mbutuhkan dukungan kejelasan hukum dan kese derhaan prosedur. Tercatat, kebijakan pe-merintah dalam masalah perijinan mengalami penyempurnaan melalui Permendag No. 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Perubahan atas Per aturan Menteri Perdagangan Republik Indo-nesia No. 36/M-DAG/PER/9/2007 tetang Pener-bitan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP).

Beberapa penyempurnaan kebijakan dalam Permendag No. 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Pe-rubahan atas Permendag No. 36/M-DAG/PER/9/2007 tetang Penerbitan Surat Ijin Usaha Per da gangan (SIUP) bisa dilihat di beberapa pasal berikut ini:

Pertama, soal teknis mengenai SIUP diatur di Bab II. Pada Pasal 2, ayat 2 dan 3 disebutkan: SIUP ter diri dari beberapa macam: SIUP kecil, me-nengah, dan besar. Dan selain tiga SIUP itu, juga dapat diberikan SIUP mikro kepada Perusahaan Perdagangan Mikro.

Sementara itu, pada Pasal 3 dijelaskan menge nai persyaratan dari tiga SIUP itu sebagai berikut:1. SIUP kecil wajib dimiliki oleh perusahaan

perda gangan yang kekayaan bersihnya lebih dari Rp 50 juta s/d Rp 500juta.

2. SIUP menengah wajib dimiliki oleh perusa-haan perdagangan yang kekayaan bersihnya lebih dari Rp 500 juta s/d Rp 10 milyar.

3. SIUP besar wajib dimiliki oleh perusahaan perda ga ngan yang kekayaan bersihnya lebih dari Rp 10 milyar.

Dijelaskan juga bahwa kekayaan bersih yang dimak sud adalah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Kemudian, Pasal 8 disebutkan bahwa Men-teri memiliki kewenangan pengaturan SIUP dan memberikan kewenangan penerbitan SIUP kepada, Gubernur DKI, seluruh bupati/walikota di luar DKI. Kemudian, bupati/walikota itu melim-pahkan kewenangan penerbitan SIUP kepada kepal dinas terkait.

Kedua, tentang masalah waktu perijinan. Hal ini diatur di Pasal 12 yang menyebutkan, bahwa pejabat penerbit SIUP menerbitkan SIUP paling lama tiga hari kerja terhitung sejak diterimanaya SP-SIUP dan dokumen persyaratan secara lengkap dan bear.

Ketiga, tentang biaya dijelaskan di Pasal 16, yakni bahwa setiap perusahaan perdagangan yang mengajukan permohonan SIUP baru tidak dikenakan retribusi. Dan retribusi ini dikenakan kepada perusa haan perdagangan pada saat mela-kukan pendaftaran ulang, perubahan dan atau penggantian SIUP yang hilang atau rusak.

Keempat, masalah sangsi. Dalam Pasal 21 ayat 2 dijelaskan, bahwasanya pemberhentian sementara SIUP paling lama tiga bulan, dilakukan oleh pejabat penerbit SIUP dengan mengeluarkan keputusan pem berhentian sementara SIUP. Itu lah beberapa peruba han yang ada untuk lebih me-nyempurnakan kebija kan yang ada dan semakin menguntungkan semua pihak. (tom/AMF)

Kebijakan SIUPTerus Disempurnakan

MAJALAH INFO PDN, JUNI 20116

PASAR MENANTI, RATUSAN JENIS REMPAH BELUM TERGALI

Kebutuhan dunia terhadap komoditas rempah-rempah kian bertambah tiap hari. Yakni, seiring dengan tumbuh pesatnya beragam industri modern yang membutuhkan komoditi ini sebagai bahan bakunya. Sebab, saat ini rempah-rempah tak hanya sebagai bahan penyedap maka-nan atau minuman, tetapi juga telah ber-hasil diolah menjadi bahan baku industri terutama rokok, obat, kosmetika dan industri SPA.

Rempah-rempah hasil bumi Indonesia memiliki potensi besar untuk menguasai pasar dunia yang menantang ini. Mutunya banyak dipuji karena keunggulannya yang berdaya saing tinggi. Variannya pun masih melimpah ruah dan banyak yang belum digali. Diperkirakan, Indonesia masih kehi langan potensi ekspor dari rempah-rempah ini sekitar 1,2 miliar dollar AS setiap tahunnya.

Apa pasal? Menurut Hartono Candra, Ketua Umum Asosiasi Produsen dan Eks-por tir Tanaman Obat Indonesia, dalam wawancaranya dengan sejumlah media beberapa waktu lalu, dari 700 jenis tanaman obat dan rempah asli Indonesia yang sudah terdaftar di Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan), baru sekitar 20 persen yang telah didaftarkan ke WTO. “Kondisi ini menyebabkan potensi ekspor 1,2 miliar dollar AS hilang,” ucapnya.

Sejumlah kalangan yakin, Indonesia masih bisa melipatkan gandakan nilai ekspor rempah dan tanaman obat sampai empat kali dari realisasi sekitar 300 juta dollar AS per

tahun saat ini. Dan untuk itu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Diantaranya adalah dengan melakukan pendataan secara intensif berbagai jenis varian rempah Indonesia yang potensial dan kemudian mendaftarkannya ke WTO untuk mendapat sertifi kasi. Sebab, tanpa sertifikasi WTO, eksportir rempah dan tanaman obat Indonesia akan kesulitan menembus pasar Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang.

Ada beberapa fakta yang perlu untuk direnungkan tentang potensi ekonomi rempah negeri ini. Dragon blood atau getah jernang misalnya, salah satu jenis rempah yang banyak dihasilkan di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) ini termasuk bahan baku produk kesehatan yang bernilai Rp 800.000,-/kg. Namun ironis, komoditi yang sangat potensial dari hutan Sumatera dan Kalimantan ini justru telah dipatenkan dan dipasarkan oleh Singapura dengan merek Lion.

Yang cukup mengagetkan adalah tentang tanaman obat pasak bumi yang kita kenal betul sebagai komoditi potensial Kalimantan. Perlu diketahui, komoditi ini pun telah dipatenkan oleh Malaysia. Ini adalah pelajaran yang cukup berharga. Ke depan, semua anak negeri ini harus bertanggung jawab untuk melindungi rempah-rempah asli Indonesia. Salah satunya adalah dengan segera melakukan pendataan dan penelitian serta pencatatan karakternya untuk pengurusan paten.

Ada lagi yang perlu dilakukan oleh semua pihak dalam sebuah sinergi, yaitu bersama menggali potensi dan mengembangkannya menjadi berbagai macam produk turunan

yang lebih kreatif dan bernilai eko nomi tinggi. Dengan begitu, aroma rempah In-do nesia akan kian sedap,

baik d i da lam negeri maupun di luar negeri.

Siapakah berani memulai? (DC/AMF)

Ragam Rempah Nusantara

REMPAH adalah bagian tertentu dari berbagai jenis tanaman yang jumlahnya jutaan di negeri ini, baik dalam bentuk segar ataupun hasil proses dari bagian daun, bunga, buah, biji, kulit buah, batang, kulit batang, akar maupun rimpang. Sejumlah manfaat telah ditemukan oleh manusia dari rempah-rempah. Diantaranya, untuk bumbu masakan atau minuman, bahan obat-obatan dan juga bahan-bahan kosmetik.

Hampir semua daerah di negeri ini memiliki jenis tanaman yang berpotensi menghasilkan rempah-rempah bermutu tinggi dan dibutuhkan dunia. Sebut saja Provinsi Jambi. Sejak zaman sebelum penjajahan Belanda, daerah ini telah dikenal sebagai penghasil kayu manis (cassiavera), khususnya di Kerinci. Kualitas dan mutu kayumanis Kerinci cukup “terhormat” di mata dunia hingga dikenal dengan sebutan ‘’cassiavera koerintji.”

Dari daerah-daerah lain, tercatat ada sekian puluh jenis rempah yang dikenal dunia dengan sebutan asal produk ini langsung. Misalnya, mun tok white pepper, lampung black pepper, koerintji dan Padang Cassia, Bali Vanila, Banda dan Siaou Nutmeg. Penyebutan nama daerah asal secara khusus ini, tentu saja banyak arti. Paling tidak, hal itu merupakan bukti bahwa komoditi-komoditi tersebut memiliki keunggulan kompratif dibanding komoditi sejenis yang di kembangkan ditempat lain, baik dari mutu maupun kwalitasnya, sehingga tak tergantikan oleh komoditas sejenis dari dari negara lainnya.

Menjadikan Indonesia sebagai negara terbesa penghasil rempah bukan suatu mimpi. Sejumlah daerah telah diakui sebagai penyuplai kebutuhan rempah terbesar dunia. Selain Kerinci tadi, Provinsi Sumatera Barat juga tak kalah hebat. Provinsi ini dikenal sebagai produsen dan eksportir gambir terbesar, baik ditingkat nasional maupun internasional. Kemudian, Indonesia selama ini juga dikenal sebagai produsen dan eksportir pinang terbesar dunia. Dan komoditi ini merupakan tanaman potensial yang dihasilkan dari beberapa daerah, seperti Provinsi Jambi, NAD, Riau, Kalbar, dan juga NTT. Maka, tunggu apa lagi? Mari kita bersinergi untuk terus menggali potensi dan melakukan inovasi-inovasi pengolahan rempah kita agar lebih bergengsi! (AMF/Berbagai sumber)

da an.

ukanjenis ensial

ke WTO , tanpa

ah dan sulitan

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 43

Produk Unggulan

Page 7: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Rempah-rempah telah menjadi komoditas ekspor utama Indonesia sejak sebelum merdeka. Lebih dari seribuan jenis rempah yang dimiliki tanah air ini, tapi baru sekitar 15%-nya saja yang baru dikembangkan potensinya secara industri dan ekonomi. Perlu sinergi bersama untuk lebih menyedapkan potensi ekonominya.

Kegemasan untuk menikmati se-dapnya potensi bisnis dan eko nomi rempah-rempah kian menggelayuti

banyak pihak. Masalahnya, kekayaan negeri yang satu ini terus menggoda untuk lebih diberdayakan dan dibudidayakan secara optimal demi menyumbang kemajuan ekonomi bangsa. Saat ini, nilai produk agribisnis rempah baru bisa menyumbang pendapatan negara sekitar Rp 40 trilyun/tahun, yaitu dari cukai dan pajaknya. Padahal, dengan potensi yang ada, nilai itu masih bisa menjadi 4 kali lipatnya bahkan bisa lebih.

Fakta membuktikan, rempah-rempah Indonesia telah membuat terkesima para pedagang dari Eropa dan Timur Tengah sejak ratusan tahun silam. Manado bisa menjadi salah satu contoh saksi sejarah akan hal itu. Sekitar tahun 1760, wilayah ini telah menjadi daerah transit perdagangan rempah-rempah bagian timur Indonesia, seperti dari Ternate dan Ambon yang dikenal sebagai sumber perdagangan

rempah-rempah, terutama pala dan cengkehnya.

Dahsyatnya lagi, para pedagang manca-negara kala itu tergiur menikmati hasil rempah-rempah Indonesia bukan karena varian dan produksinya yang melimpah saja, tapi juga karena mutunya yang me-mang terbaik di dunia. Kenyataan itu pula yang membuat Belanda dan Inggris ber-se mangat menyeberangi lautan untuk menjajah negeri ini dan kemudian berhasil menikmatinya selama tiga setengah abad lamanya.

Beberapa kegiatan telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mengo-bati kegemasan ini. Salah satunya adalah acara Agro dan Food Expo 2011 ke-11, yang

dise lenggarakan di Jakarta pada tanggal 26-29 Mei lalu. Tema kegiatan ini terasa sa-ngat kental mewakili kegemasan yang ada, yaitu “Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Rempah-rempah Indonesia untuk Menjadi Pemenang di Pasar rempah Dunia.”

Pada acara yang diselenggarakan bersa-maan dengan Indonesia Organic Expo 2011 itu, dipamerkan sejumlah komoditas rempah-rempah dan turunannya, produk organik, makanan minuman segar dan olahan, komoditas pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan dan perikanan, alat pertanian,mesin-mesin, pu puk dan obat-obatan. Selain itu juga dita warkan peluang investasi bisnis, penawaran proyek pembangunan dan kemitraan.

Pasar Menanti, Ratusan Jenis Rempah Belum Tergali

Rempah-rempah:

Kesedapannya Tak Pernah Habis

lum Tergali

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201142

Waralaba Nasional:

Merayu InvestorNegeri Jiran Penyelenggaraan IFRA 2011 diharapkan menjadi jendela bagi para usahawan mancanegara untuk melihat daya tarik dan pesona waralaba Indonesia. Tak hanya dibutuhkan kerja keras, tugas kreatifitas yang cerdas untuk bisa merayu para usahawan waralaba dunia.

Senyum optimis terpancara dari wajah Suwito, Wakil Direktur didA Property Development, ketika diajak

berbincang-bincang Info PDN tentang keikutsertaannya di ajang International Franchise, License & Business Concept Expo & Conference (IFRA) 2011, yang dise-leng garakan di Jakarta Convention Center, 17-19 juni 2011, lalu. Ada semangat dan

percaya diri bahwa waralaba yang dirintis-nya bakal dilirik masyarakat dunia.

Berada di bawah bendera PT. Bangun Properti Indonesia, didA Property Deve-lop ment bertekad menjadi waralaba terkemuka yang bergerak di bidang pe-ngem bangan properti dan real estate. Keikutsertaannya pada IFRA kali ini pun

menambah keyakinan akan mimpinya tersebut. Menurut Wito, anjungannya banyak dihampiri pengunjung. “Sudah cukup banyak yang melakukan penawaran pada didA untuk bisnis Franchise. Kami juga mendapat undangan dari Malaysia untuk mengikuti exhibition di sana. Bahkan, dari negeri jiran tersebut sudah ada beberapa orang yang tertarik untuk bekerjasama

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 7

Liputan Utama

Page 8: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

dan juga pewaralaba nasional untuk menggali banyak pengalaman. Apalagi, pada kesempatan tersebut juga digelar serangkaian kegiatan seminar dan diskusi menarik yang dapat menjadi sarana untuk memperdalam pengetahuan dan memperluas wawasan tentang waralaba. Tampil dalam seminar yang bertajuk “Saatnya Mewujudkan Impian Memiliki Usaha Sendiri” itu beberapa pakar waralaba semisal DR Martha Tilaar, DR Harry Darsono PhD, Anthonius Thedy, dan Saptuan Sugiharto.

Banyak pihak menilai acara semacam IFRA ini sangat bagus untuk mendorong agar waralaba nasional terus terpacu pertumbuhannya, sehingga tenaga kerja yang diserap pun semakin besar. Apalagi,

denga didA,” ungkapnya bangga.

Itulah sedikit bukti bahwa ajang pameran merupakan salah satu mata rantai pembuka jaringan. Sebab, kunci utama keberhasilan usaha waralaba adalah senantiasa mem-promosikan dan memasarkan keunggulan-keunggulan sistem yang ditawarkannya. Melalui pameran tersebut, pemerintah sa ngat berharap agar waralaba nasional se ma kin dikenal masyarakat lokal maupun dunia, sehingga tidak hanya menjadi jago kandang, tapi juga berjaya di mancanegara.

“Mengingatkan kepada teman-teman manca negara supaya membuka pintu dan memperlakukan franchise kita di negaranya seperti ketika franchise mereka masuk ke sini,” tegas Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar dalam sambutannya me ngenai urgensi pemeran seperti IFRA kali ini.

Pada kesempatan tersebut, Wamendag berharap kegiatan tersebut bisa menjadi win-win solution bagi pengusaha fran-chise Indonesia dengan pengusaha fran-chise mancanegara. “Jadi jangan meli-hat Indonesia sebagai pasar, karena dari Indonesia juga banyak yang ingin meluaskan usahanya kesana,” tandasnya. Paling tidak, dengan acara tersebut du-nia internasional, khususnya negara-ne-gara ASEAN tak memandang sebelah mata berbagai jenis waralaba hasil kreasi usahawan Indonesia.

Lebih dari 100 waralaba nasional dan luar negeri ikut andil memamerkan usahanya pada ajang International Franchise, License and Business Concept Expo and Conference atau yang lebih dikenal dengan IFRA 2011 kali ini. Pemerintah Malaysia terlihat sangat antusias dengan kegiatan IFRA ini dengan mengirimkan 24 waralaba (franchise)nya untuk memperkenalkan diri di Indonesia dan siap untuk membuka cabang baru di negeri ini.

Bahkan, pemerintah Malaysia mengaku se nang dengan kegiatan tersebut. Dika-barkan, bebe rapa franchise dari Malaysia sudah berhasil menan datangani kontrak untuk membuka gerainya di Indonesia. Bahkan, ada juga yang sudah langsung siap bertempur di pasar pada bulan September depan. Hal itu diungkapkan oleh Minister

of Domestic Trade Cooperatives and Consumerism Malasyia Dato Sri Ismail Sabri bin Yaakab.

Namun, ia juga menginformasikan bahwa Malaysia juga sangat membutuhkan enterpreneur-enter preneur handal dari Indonesia untuk membuka gerainya di Malaysia.” Di Malaysia, ada sekira tiga juta penduduk Indonesia yang disana ada beberapa yang sudah buka tetapi kesempatan untuk buka franchise di sana masih sangat banyak,” ujarnya.

Selain Malaysia, tercatat Singapura me-nampilkan delapan, Filipina tiga, dan juga satu peserta kehormatan dari Rusia. Tentunya, ini merupakan kesempatan yang sangat bagus bagi para calon investor

MAJALAH INFO PDN, JUNI 20118

Indonesia masihcukup bersaing dengann egara lain,” paparketua APKI, Sutanto Haryono, kepada Info PDN.

Keadaan tersebut dibenarkan oleh T. Mu-hammad Daud, salah seorang pelaku industri penyamakan kulit di Sukaregang, Garut. “Permintaan kepada kami cukup besar, tapi tidak bisa terpenuhi dikarenakan ketersediaan bahan baku yang kurang,” ungkap pemilik industri penyamakan kulit Multi Kreasi ini,kepada Info PDN.

Menurutnya, dengan minimnya keterse-diaan bahan baku dalam negerii tu, mau tak mau ia harus menggunakan barang impor dengan jumlah yang cukup banyak. “Saat ini, bahan baku yang kami gunakan 85%-nya adalah impor, yaitu dari India, Thailand, Australia, Malaysia, China, dan bahkan Vietnam,” ungkapnya.

Menyikapi sulitnya bahan baku tersebut, Multi Kreasi mencoba mensiasatinya dengan mulai beralih kekulit lain, antara lain kulit ikan pari. Menurut Muhammad, kulit ikan pari tersebut bisa dibuat banyak produk turunan. Misalnya, adalah ikat pinggang. “Ikat pinggang dari kulit ikan parin ini bukan sembarang ikat pinggang, tetapi untuk kelas atas. Sebab, hargnya Rp1,5-2 juta dan sangat potensial untuk dieskpor,” ungkapnya.

Menurutnya, industri yang dikelolanya mampu memproduksi sebanyak 30 ton setiap bulannya, saat ini Multi Kreasi bisa melayani kliennya dari dalam negeri seperti Bandung, Jakarta, dan lainnya. Ada juga beberapa kliennya dari luar negeri,seperti produsen sepatu Kickers dari Malaysia.

Sulitnya bahan baku di Garut tersebut dibenarkan oleh Kepala Bidang Perindus-trian Disperindagkop, Kabupaten Garut, Cucu Ruhyat. Menurutnya, bahan baku untuk penyamakan kulit memang masih kurang. Selama ini pasokan bahan baku hanya sekitar 30-40% dari Garut sendiri, sisanya dipasok dari luar Garut, seperti dari Sumatera, Jawa Tengah, JawaTimur, atau Nusa Tenggara. “Ini pasokan untuk kulit sapi,” kata Ruhyat.

Kekurangan bahan baku juga terjadi pada supplay kulit domba. Maka dari itu,Pemkab Garut tengah membangun Kampung

Domba di Cikajang, Garut Selatan sebagai pendukung pengembangbiakan domba milik Pemprov Jawa Barat di Margawati. “Ini semua untuk menopang industri penyamakan kulit di sini,” imbuhnya.

Selain pengembangan peternakan dom ba, Pemprov Jawa Barat saat ini juga mene-lurkan program peternakan khusus sapi besar dengan nama Cipamatuh. Peter-nakan di atas lahan 50.000 ha ini me ngem-bangkan ratusan ribu sapi ini sudah dimulai sejak tahun 2004 dengan mengambil lokasi di daerah Garut Selatan.

Cuma sayangnya, kata dia,selama tujuh tahun berjalan ini, sapi-sapi di sana malah kurus-kurus karena tetumbuhan yang ada tidak ikut dikembangkan. “Insya Allah, tahun 2012 atau 2013 nanti bisa terwujud secara optimal. Sehingga pasokan kulit keindustri penyamakan kulit di Garut bisa lebih baik,” tuturnya.

Kulit tersamak yang dihasil kan dari Garut ini, sebesar40%-nya diserap oleh pengrajin Garut sendiri. Sementara sisanya dikirim ke Cibaduyut (Bandung), Tanggulangin (Surabaya), Makasar, dan beberapa sentra industri kulit lainnya. “Selain itu, ada pula sebagian yang diekspor keSingapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand,” jelasnya.

Nilai ekspor Kabupaten Garut untuk produk kulit tersamak dan jaket kulit dalam dua tahun terakhir mencapai masing-masing, tahun 2009 dan 2010 di angkaUS$ 1.956.972 dengan volume 67.769 kg (1.918.600 Sqf ). Adapun negara-negara

pelanggannya adalah Singapura, Malaysia, Taiwan, RRCdan Australia.

Itulah realitas produksi kulit tersamak Indonesia saat ini. Potensi perdagangannya yang sangat besar, ditambah kekuatan SDM yang cukup berpengalaman, kondisinya saat ini sedang terantuk masalah bahan baku. Perlu diingat, industri kulit produk kulit Indonesia saat ini melibatkan UMKM dengan serapan tenaga kerja yang cukup besar.

Untuk industri penyamakan kulit, diperki-rakan 70% merupakan usaha industri kecil dan 30% terdiri dari usaha industri me-nengah dan besar. Sementara itu, industri produk kulit kecuali alas kaki hampir 100% merupakan usaha mikro, kecil dan menengah. Sedangkan industri alas kaki diperkirakan lebih 90% merupakan usaha kecil dan menengah dan 10% merupakan usaha besar.

Sejumlah upaya telah dilakukan oleh pemerintah sebagaimana yang dilakukan oleh Pemprov Jabar. Meski demikian, agar perdagangan komoditi kulit ini lebih bergeliat, APKI berhara pada peran pemerintah yang lebih besar. “Misalnya, perlu adanya dukungan pinjaman dana dari perbankan dengan suku bunga yang kompetitif, perlu adanya kemudahan prosedur pengadaan bahan baku baik dalam negeri maupun luar negeri, serta perlu adanya kemudahan dalam bidang perijinan khususnya yang terkait dengan limbah yang dihasilkan industri ini,” pungkas SutantoHaryono.(Tom/AMF)

PROFIL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT GARUT

Pelaku industri 350 unit usaha

Tenaga Kerja 1.750 orang

Nilai investasi 30.738.080.000 rupiah

Nilai produksi 50.315.100.000 rupiah

Nilai bahan baku 73.020.570.000 rupiah

*Sumber: Disperindakop, Kab Garut

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 41

Page 9: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Potensi pasar kulit hasil industri penyamakan kulit Indonesia sangat besar. Di tengah kondisi sulitnya bahan baku seperti saat ini, para pelaku industri kulit pun semakin kreatif menyiasati keadaan. Beberapa langkah telah dilakukan pemerintah agar industri ini tidak hanya sekedar bertahan, tetapi juga berkembang.

Riwayat industri penyamakan kulit di Indonesia sudah cukup tua. Konon kabarnya, industri ini sudah ada sejak

zaman Jepang, yaitu di daerah Jatayu, Bandung, Jawa Barat. Alkisah, setelah men-dapatkan beberapa pengalaman, bebe-rapa pekerja dari Sukaregang, Garut, balik kampung dan mengembangkannya sendiri di tempat mereka.

Itulah sekelumit sejarah sentra industri penyamakan kulit Sukaregang, Garut, seba-gaimana dituturkan oleh Pak Aweng (73 th). Kakek tua warga Sukaregang ini sendiri sekarang bersama istrinya mengem bangkan usaha krupuk kulit “dorokdok” yang berbahan baku bagian dalam kulit mentah. “Bagian luarnya dibuat bahan baku industri kulit dan bagian dalamnya dibuat krupuk seperti ini,” jelas Pak Aweng seraya menyodorkan sepiring krupuk kepada Info PDN untuk dicicipi, pada awal bulan Juni lalu.

Sukaregang adalah salah satu sentra in-dustri penyamakan kulit di Indonesia. Menurut data Dirjen Basis Industri Manu faktur Kemenperin, Indonesia saat

ini memiliki 67 pabrik dan 120 industri rumahan penyamakan kulit. Semua itu tersebar di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Kapasitas terpasang industri penyamakan itu, per tahunnya secara matematis harus bisa mencapai 150 juta square feet, atau setara dengan lima juta lembar kulit sapi tersamak dan 100 juta lembar kulit kambing.

Namun, kenyataan yang terjadi belum sesuai harapan. Menurut data Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI), selama tiga tahun terakhir kapasitas penyamak kulit nasional yang terpakai hanya di kisaran 50% s/d 60% dari kapasitas terpa-sang. Terdata, kapasitas produksi kulit sapi tersamak di Indonesia saat ini hanya bisa mencapai 60 juta square feet/tahun .

Sementara itu, kapasitas produksi kulit

tersamak kambing dan domba hanya berada di kisaran 25 juta square feet/tahun. Jumlah ini tentu saja masih belum bisa memenuhi kebutuhan pasar, terutama untuk kebutuhan industri turunan kulit, seperti fashion, kerajinan tas, sepatu dan alas kaki yang sedang digalakkan saat ini.

Kondisi tersebut terjadi dikarenakan industri penyamakan kulit di Indonesia kekurangan pasokan bahan baku sebesar 15 juta lembar kulit kambing dan domba serta 3 juta lembar kulit sapi. Sementara itu, pertumuhan populasi sapi nasional pun masih relatif sedikit, yaitu di angka 5.000 ekor per tahun dan dombanya sebanyak 20 juta ekor.

“Selama ini bahan baku yang tersedia untuk industri komoditi kulit hanya 20‐30% dari kebutuhan sehingga sisanya harus ditutup lewat impor. Padahal, kualitas produk kulit

Industri Penyamakan Kulit:

Kian GemasMenggapai Asa

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201140

Produk Unggulan

tahun ini jenis usaha waralaba yang ditawarkan pun sangat beragam, baik dari sektor makanan & minuman, jasa, dan juga pendidikan. Suasana dinamis begitu kental terasa setiapkali peserta menyambut calon mitra bisnis dan investornya.

SELANGKAH MENUJU PASAR ASEAN

Menurut Ketua Asosiasi Franchise Indo nesia, Anang Sukandar, peningkatan usaha franchise di Indonesia per tahun sudah mencapai 10%. Dan menurutnya, bisnis waralaba di Indonesia termasuk yang berkembang dengan sangat persat. Ini terbukti dari jumlah omset waralaba pada tahun 2009 yang mencapai Rp 114 triliun, meningkat jauh dari tahun 2007 dan 2008 yang hanya mencapai Rp 81 triliun.

Dari jumlah outlet pun, waralaba di Indonesia juga terus berkembang men capai 40 ribu outlet pada 2009, naik

diban ding jumlahnya di 2007 dan 2008 yang sebanyak 31 ribu outlet. “Namun, ke depan peningkatan ini jangan terbatas pada makanan saja, saya harap bisa dibidang lain juga. Kan bisa dalam bentuk penemuan, apakah itu kerajinan, atau kebudayaan,” ujarnya.

Meski demikian, ada kabar baik yang juga cukup menggembirakan. Di tengah-tengah tingkat per-saingan yang semakin ketat, sejumlah perusahaan waralaba nasional terlihat sangat bersemangat dan kian ekpansif memperluas pangsa pasar ke kancah internasional. Tercatat ada 14 perusahaan waralaba nasional yang sudah intensif menyerbu pasar Asean.

Fakta tersebut dirilis oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sebagai hasil dari kerjasama mereka Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) dalam memfasilitasi 14 perusahaan waralaba nasional tersebut melakukan ekspor sejak tahun 2010, yaitu dengan satu buah program yang bertajuk ‘Ekspor Waralaba 2010’. Dalam program ini, ke-14 perusahaan tersebut mendapatkan pelatihan ekspor serta bantuan promosi dan pemasaran di luar negeri melalui Indonesia Trade Promotion Center (ITPC).

Diberitakan, ada tiga negara yang tengah melakukan negosiasi dengan peserta program ‘Ekspor Waralaba 2010’, yakni Malaysia, Singapura dan Brunei. “Kami menargetkan 20 perusahaan waralaba nasional dapat menembus pasar Asean,” ungkap Ketua Dewan Pengarah Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia, Amir Karamoy, usai pembukaan Central Java Waralaba Fair 2011, di Griya Solo Raya, bulan Februari lalu.

Menurut Amir, bisnis waralaba yang banyak mendapat apresiasi dari ketiga negara tersebut adalah bisnis kuliner, salon, laundry dan spa. Melihat potensi itu, Amir mengharapkan agar para pelaku waralaba nasional terus aktif melakukan ekspansi ke pasar dunia. Bahkan, Wamendag, Mahendra Siregar mengingatkan agar waralaba RI tidak takut bersaing dengan merek-merek internasional. “Tidak perlu takut,” tandasnya.

(Dc/Tom/AMF)

Lebih dari 100 wa ralaba nasional dan luar negeri ikut andil memamerkan usahanya pa da ajang Inter na tional Fran chi se, License and Bu si ness Con cept Expo and Conference atau yang lebih dikenal dengan IFRA 2011 kali ini.

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 9

Liputan Utama

Page 10: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Macet dan berdesak-desakan. Rentetan puluhan mobil dan sepeda bermotor hanya bisa

merangkak. Sesekali mereka harus me-ngerem agar tidak terantuk lubang demi lubang yang terus bertambah. Kondisi itu menjadi semakin semrawut oleh para pejalan kaki yang juga ikut berbaur dengan

antrean kendaraan tersebut. Itulah p e m a n d a n g a n

sehari-hari di Jalan Semangka, Kota Bengkulu, yang berada tepat di depan Pasar Panorama.

Ada apa gerangan? Tak lain, karena trotoar dan separoh badan jalan sudah dirambah oleh puluhan pedagang kaki lima yang menjual buah-buahan, krupuk palembang, pakaian, CD lagu dan fi lm bajakan, serta beberapa jenis makanan dan minuman.

Ironisnya, mereka seolah tak pernah tahu bahwa di sebelah pintu pasar

terdapat pengumuman dari pemerintah setempat yang berisi larangan berjualan di trotoar dan badan jalan.

Dari luar, bangunan Pasar Panorama terlihat seperti kurang terawat. Pagar besi yang membatasi area pasar dengan trotoar jalan tampak usang dan karatan. Dan ternyata, bagian dalam pasar pun tak jauh beda: terkesan kurang maksimal pengelolaan kebersihannya. Buktinya, bau tak sedap yang sangat menyengat mudah tercium oleh siapa pun yang melintas pasar ini. Apalagi jika yang dilewati adalah jalan kedondong yang menjadi tempat mangkal para penjual ikan dan sayuran.

Lepas dari kondisi fisik tersebut, Pasar Panorama, Bengkulu, juga masih me-nyimpan sejumlah masalah, khususnya

soal keamanan dan sistem tata kelola pasar. Ber-

dasarkan laporan

Tak seindah namanya. Semrawut, rawan preman dan ada permasalahan di pengelolaan. Itulah kondisi Pasar Panorama saat ini. Namun Kemendag berniat membesutnya menjadi salah satu dari 10 Pasar Percontohan Nasional. Sebuah upaya untuk mengubahnya menjadi pasar tradisional yang lebih tertib, aman, bersih dan indah.

Pasar Panorama, Bengkulu:

Berbenah untuk Memacu

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201110

Profil Pasar

khas daerah dan bisa menghidupkan industry kecil menengah sampai industri skala besar,” papar H Dian.

Bahkan, menurutnya, produk-produk turunan yang lain dari rumput laut sangat luas diversifi kasinya, sehingga pada masa yang akan datang dapat menyediakan peluang yang menjanjikan bagi pihak swasta untuk berinvestasi. “Selama ini, petani kita hanya mengolah dan menjual rumput laut kering. Andai saja petani kita mampu menjual dan mengolah rumput laut dalam berbagai bentuk olahan, pasti hasil yang mereka peroleh akan lebih besar lagi,” tandasnya.

Adapun bagi para petani dan nelayan, budidaya rum put laut merupakan lahan potensial untuk mengisi pundi-pundi keuangan mereka dalam jumlah yang cukup menjanjikan. Apalagi, budidaya rumput laut termasuk sangat mudah dikerjakan oleh petani dan nelayan. Selain itu, masa panennya juga relative lebih cepat, sehingga hasilnyapun juga bisa lebih cepat didapat.

“Biaya produksinya pun relative murah atau bisa dilakukan dengan skala usaha disesuaikan dengan ke mampuan modal. Semua anggota keluarga, mulai anak-anak sampai orang tua pun bisa mengerjakannya,” paparnya dengan penuh semangat.

Seperti dimaklumi, masa budidaya rumput laut dari pasang bibit (tanam) sampai panen adalah sekitar 45-50 hari. Dalam masa panen ini para petani bisa melakukannya secara bervariasi, bisa setiap minggu, atau dua minggu sekali.

Setiap kali panen, menurut keterangan H Dian, petani di Nunukan bisa menghasilkan 500 kg-1

ton rumput laut. “Jika harga jual terendah adalah Rp 8.000,- per kg maka petani bisa mendapatkan hasilnya antara Rp. 4.000.000,- sampai Rp. 8.000.000,- per panen. Bila sudah demikian, tinggal kalikan saja dengan berapa kali ia panen dalam sebulan,” tuturnya.

Soal penjualan pun, rumput laut termasuk komoditi yang sudah lama jadi barang rebutan. Untuk rumput laut Nunukan, penjualan terbesarnya adalah lebih banyak dilakukan kepada para eksportir atau pabrik pengolahan rumput laut di Makassar dan Surabaya. Para petani juga bisa menjualnya ke para pedagang pengumpul yang tersebar di sentra-sentra petani pembu didaya rumput laut, atau ke koperasi petani rumput laut yang ada wilayah mereka.

Itulah kisah sukses Nunukan mengembangkan potensi alamnya. Di Indonesia ini, masih banyak daerah yang memiliki potensi yang besar untuk menjadi lahan pengembangan usaha budidaya rumput laut. “Peluang usahanya masih sedemikian luas. Tergantung pada SDM dan teknologi yang mengawal sehingga potensi itu bisa dikembangkan sebesar-besarnya,” ujar H Dian.

Bahkan, tidak menutup kemungkinan dengan potensi yang besar ini Indonesia bisa menjadi adidaya industry rumput laut dunia. Namun, lagi-lagi kuncinya adalah bagaimana kita semua bisa bersama-sama bersinergi mengembangkan SDM, technology, dan iklim industri, sebagaimana yang dirintis oleh Aren Foundation untuk budidaya rumput laut Kab Nunukan. (DC/AMF)

DATA PERKEMBANGAN USAHA RUMPUT LAUT KAB. NUNUKAN 2009-2010

No Indikator SatuanTahun Kenaikan

%2009 2010

1 Jumlah Pembudidaya RTP 1.081 1.443 33.49

2 Luas Usaha Hektar 437 712 62.98

3 Produksi Basah Ton 39.321 56.543 43.80

4 Nilai Rp Juta 31.457 45.234 43.80

Sumber : DKP Kab. Nunukan 2011

“Selama ini, petani kita hanya mengolah dan menjual rumput laut kering. Andai saja petani kita mampu menjual dan mengolah rumput laut dalam berbagai bentuk olahan, pasti hasil yang mereka peroleh akan lebih besar lagi”

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 39

Potensi UMKM

Page 11: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

JENIS rumput laut yang sering dibudidayakan adalah jenis gangang biru (cyanophyceae), gang-gang hijau (chlorophyceae), ganggang merah (rodophyceae) dengan nama latinnya gracilaria. Ganggang merah inilah yang kita kenal menjadi produk olahan berupa agar-agar.

Seiring dengan kemajuan teknologi, rum put laut telah dikembangkan sebagai bahan baku berbagai produk dengan spectrum luas. Diantara-nya, sebagai bahan baku pada aneka industry pangan, farmasi, konstruksi, otomotif, perkakas rumah tangga, dan kosmetik.

Perkembangan terbaru juga mencatat bah-wa rumput laut bisa digunakan sebagai bahan biomasa alternative biofuel yang lebih melimpah di banding dengan biomassa dari daratan. “Bah-kan, limbah rumput laut bisa di manfaatkan seba-gai bahan pupuk organic,” jelas H Dian.

Ada beberapa resep inovatif dan cerdas yang bisa ditempuh untuk sukses dalam budidaya rumput laut. Tentang hal ini, H Dian tak pelit untuk berbagi. Pertama, kata H Dian, jika ingin berhasil menjadi petani rumput laut, strateginya adalah terus memperbanyak jumlah tali bentangan. “Paling tidak, dari hasil panen yang ada hendaknya disisihkan sebagai modal untuk menambah tali bentangan tersebut,” paparnya.

Kedua, petani yang sukses juga harus mem-perhatikan siklus kalender, yaitu perhitungan bulan (Qomariyah). Karena kondisi bulan, yaitu saat tanggal muda, bulan purnama dan perte nga-han bulan berpengaruh pada kondisi pasang surut air laut. “Para nelayan pasti sudah hafal dengan kondisi ini,” jelasnya.

Ketiga, kerjasama antar petani dalam satu wadah kelompok. Hal ini sangat penting dan besar artinya bagi keberhasilan petani rumput laut. “Sebab, kegotong royongan dalam usaha ini mutlak diperlukan,” ujarnya.

Mengapa demikian? Sebab kebersamaan itu sangat penting, terutama dalam penjagaan keamanan lahan usaha dari kemungkinan terja-di nya pencurian dan ketika harus bersama-sama menyelamatkan lahan dari serangan ge-lom bang arus besaryang acapkali meng-akibatkan fondasi atau tali bentangan terhanyut.

“Pokoknya, kalau petani ber-satu dan memiliki system manajemen yang bagus,pasti akan mengurangi banyak pemborosan. Mi sal nya, dalam soal pengangkutan, tenaga waktu pema sa-ngan bibit, proses pen -jemuran dan pe ker jaan-pekerjaan lain nya,” imbuhnya. (DC/AMF)

Resep ManjurBudidaya Rumput Laut

56,543 ton/tahun. Padahal, pada tahun 2009 nilai produksi ini hanya mencapai 39,321 ton/tahun,” paparnya.

Keberhasilan Aren Foundation (AF) men-dongkrak produksi rumput laut, tentu saja karena kerja keras dan cerdas mereka. Satu hal yang intens dilakukan AF adalah melakukan berbagai penelitian yang hasil-nya disosialisasikan kepada para petani dalam bentuk inovasi-inovasi baru cara budidaya rumput laut yang efektif dan produktif.

Tercatat, ada sejumlah inovasi yang ditawarkan AF kepada para petani binaan mereka untuk meningkatan kapasitas produksi dan produktifi tas rumput laut. Menurut H Dian, beberapa kajian ino-vasi baru tersebut akan terus menerus

diperbaiki dan disosialisasikan ke para petani.

Inovasi yang telah ditawarkan AF kepada para petani adalah:

1) Merubah penggunaan tali bibit yang kecil dengan tali

bibit raffi a, se hing-ga produksi per titik bibit rum put laut tidak mu dah putus atau tidak

jatuh. 2) Peng gu-naan bibit lebih be-

ari serangan ge- acapkali meng-ali bentangan

petani ber-m manajemen n mengurangi

sal nya, tan, a-

diperbaiki dan disopetani.

Inovasi yangAF kepada p

1) Merubah peyang

jn

sar dengan berat sekitar 2 ons per tali raffi a, harapannya pada saat masa panen hasilnya juga lebih tinggi, yakni bisa mencapai sekitar 1,2 kg per titik bibit. 3) Pengelolaan bibit rumput yang baik dan benar dengan tetap menjaga dalam keadaan yang basah dengan air laut. 4) Memberi perlakuan khusus terhadap bibit selama saat pengikatan dan pemasangan di tali bentangan pada saat berada di darat.

NILAI EKONOMIRUMPUT LAUT NUNUKAN

Secara ekonomi, rumput laut merupakan komoditi potensial bagi pemerintah dae rah maupun para petani sendiri. Me nurut H Dian, budidaya rumput laut merupakan sektor usaha padat karya, sehingga sangat membantu pemerintah Kab.Nunukan dalam upaya penciptaan kesempatan kerja. Artinya, kata H Dian, pengembangan budidaya seperti ini se-cara luas tentu akan menggerakkan roda ekonomi dan dinamisasi social. “Dan itu, akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan disekitarnya,” imbuhnya.

Selain itu, dari komoditi rumput laut ini juga masih bisa dikembangkan berbagai macam usaha pembuatan produk olahan atau turunannya. “Peluang pengelolaan produk-produk olahan juga sangat menarik untuk dikembangkan sebagai produk

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201138

Budidaya

Medio Bulan Mei lalu, Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu telah melakukan kunjungan resmi untuk melihat dari dekat kondisi pasar tersebut. Menurut Mendag, proses revitalisasinya ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2011. Pemerintah Pusat telah menganggarkan dana Rp 10 M

untuk kegiatan ini.

”Tujuan revitalisasi pasar itu adalah un-tuk menciptakan pasar yang ramah, ber-sih, higienis. Untuk mewujudkannya, maka pasar harus dikelola dengan baik, termasuk dalam pengolahan limbah serta pembinaan pedagangnya…” jelas Mari Elka Pangestu dalam kunjungan pada 13 Mei lalu. Dengan upaya tersebut, pemerintah berharap Pasar Panorama berubah dan mem berikan banyak manfaat. ”Saya ber-harap setelah revitalisasi ini, omzet peda-gang bisa meningkat,” kata Mendag.

Menteri Perdagangan juga mengatakan, bahwa fungsi pasar saat ini bukan hanya untuk transaksi tapi juga sebagai pusat sosialisasi. ”Saat ini pasar bukan hanya se bagai pusat transaksi jual beli para pe-dagang kreatif lapangan (PKL), tetapi juga sebagai pusat sosialisasi. Untuk itu, pasar harus dikelola dengan baik, tertata rapi. Sehingga dapat memberikan kenyamanan rakyat dan meningkatkan ekonomi ke-rakyatan,” kata Mari Elka Pangestu.

sejumlah media lokal, disinyalir pasar ini dilanda serentetan konfl ik kepentingan dalam pengelolaan keamanan pasar. Hal itu tercermin dari laporan sejumlah pedagang yang mengaku resah dengan maraknya pungutan liar dengan dalih untuk keamanan pasar.

Dikabarkan, pungli-pungli dilakukan oleh para oknum dan preman yang mengatasnamakan diri sebagai Satuan Tugas (Satgas) keamanan pasar. Tentang pungli ini, sebenarnya para pedagang tidak merasa sebagai masalah apabila keamanan pasar benar-benar terjamin. Namun, fakta yang terjadi justru toko-toko mereka sering dibobol pencuri. Tercatat, bulan Juni 2011 lalu, sebuah media lokal mengabarkan terjadinya 2 kali aksi pencurian barang dagangan hanya dalam waktu sepekan.

MENUJU PERUBAHAN

Situasi dan kondisi Pasar Panorama yang demikian menyedihkan diharapkan tak akan terjadi lagi di waktu yang akan

datang. Pasalnya, Pemerintah Pusat, yakni Kementerian Perdagangan akan melakukan peremajaan bangunan fi sik dan tata kelola Pasar Panorama melalui program 10 Pasar Percontohan Nasional 2011. Ada beberapa alasan, pentingnya program ini bagi Pasar Panorama Bengkulu yang dibangun sejak tahun 1983 itu. Selain karena situasi dan kondisi tata pengelolaannya harus segera dibenahi, pasar ini merupakan pusat belanja rakyat Bengkulu yang terbesar dan lokasinya sangat strategis: berada di pinggir jalan raya sehingga mudah dijangkau masyarakat.

Ekonomi Daerah

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 11

Page 12: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Tujuan revitalisasi pasar itu adalah un tuk menciptakan pasar yang ramah, ber sih, higienis. Untuk mewu-judkannya, maka pasar harus dikelola dengan baik, termasuk dalam pengolahan limbah serta pembinaan pedagangnya…

RIWAYAT Kota Bengkulu dalam sejarah per-da gangan dunia cukup mengesankan. Bah kan, cikal bakal kota yang berdiri tahun 1719 M ini adalah dari sebuah pasar. Arkian, waktu itu dae-rah ini bernama Bandar Muara Sungai Serut dan kemudian berganti nama menjadi Bandar Mua ra Bangkahulu. Seiring dengan dinamika perkem-bangan sejarah yang terjadi waktu itu, tempat ini pun akhirnya berubah menjadi pasar Bengkulu.

Kemudian, pada tahun 1685 penjajah Inggris menginjakkan kaki di Bengkulu. Pada tahun 1714, Inggris mendirikan sebuah bentang yang bernama Fort Marlborough. Benteng ini dibangun oleh sebuah Perusahaan India Timur yang dipimpin oleh Gubernur Joseph Callet. Dengan luas sekitar 44.100 m2, pada tahun 1719 benteng ini berdiri gagah menghadap selatan.

Menariknya, Bentang Marlborough bukan sekadar pusat pemerintahan dan benteng perta-ha nan militer, tetapi juga berfungsi sebagai pusat perdagangan. Yakni, sebagai penjamin kelancaran suplai lada bagi perusahaan dagang Inggris, East India Company, serta pengawasan jalur pelayaran dagang melalui Selat Sunda.

Hal itu terlihat dari tata kelola benteng terse-but. Sebab, selain dikelola oleh dewan pimpinan terdiri dari deputi gubernur sebagai kepala wila-yah pendudukan, komandan benteng sebagai pemimpin militer, ada satu pejabat tinggi lain yang tak kalah pamornya, yaitu semacam kepala perdagangan (senior merchant).

Namun, begitu benteng tersebut selesai dibangun, yaitu pada tahun 1917, rakyat Bengkulu menyerang dan berhasil menguasainya. Tahun 1720, Raja Sungai Lemau mengizinkan Inggris untuk kembali ke Bengkulu dengan syarat hanya boleh mendirikan pusat perdagangan (pasar) di dekat Benteng Fort Marlborough. Pasar itu pun disebut dengan Pasar Marlborough dan lazim diucapkan oleh orang Bengkulu dengan Pasar Malabero. Sejak itu, kehidupan Bengkulu seolah tak bisa lagi terpisahkan dengan pasar Malabero dan akhirnya menjadi Kota kecil yang disebut Bengkulu. (AMF/Berbagai sumber)

Bengkulu Dalam Kenangan:

Kota PerdaganganInternasional

Harapan Menteri Perdagangan itu mendapat sambutan dari pemerintah setempat. Walikota Kota Bengkulu, H Ahmad Kanedi SH MH, dalam sambutannya mengatakan bahwa Pasar Panorama akan terus dimantapkan sebagai pusat pengembangan dan meningkatkan ekonomi kerakyatan. “Salah satunya adalah dengan revitalisasi pasar yang nantinya dapat menjadi jantung perekonomian rakyat. Untuk itu, saya mengajak kepada seluruh masyarakat, jika pasar ini telah direvitalisasi, kita bersama-sama dapat menjaga, mewujudkan kebersihan dan ketertiban dalam bertransaksi ser-ta menjaga keindahan pasar de mi ter-wujudnya kenyamanan dan kesejah teraan masyarakat,” katanya.

Menteri Perdagangan Dr Mari Elka Pangestu juga berpesan agar Pasar Pano-ra ma dapat dikelola dengan baik. Se-hingga nantinya bisa meningkatkan PAD

(Pendapatan Asli Daerah). “Jika pasar ini dapat dikelola dengan baik, tentunya juga akan meningkatkan PAD. Seperti di Solo, sepertiga dari PAD diperoleh melalui pasar,” jelasnya.

Setelah memberikan sambutan, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu bersama rombongan jajaran pemerintah setempat melakukan peninjauan ke dalam Pasar Panorama dan melakukan dialog dengan para pedagang. Dalam dialog tersebut, Mendag mengharapkan para pedagang dapat mengerti dan memahami jika dalam tahapan proses revitalisasi nanti para pedagang ada yang direlokasi sementara. ”Saya berharap proses relokasi sementara agar dijalankan dengan baik,” katanya.

Dan menurut Ahmad Kanedi, relokasi akan dilakukan secara bertahap. Ia juga menyampaikan bahwa relokasi yang akan dilakukan adalah bagian dari program revitalisasi, sehingga para pedagang tidak perlu ragu dan merasa digusur. “Sekali lagi saya tegaskan bahwa dengan adanya tahapan relokasi sebelum dilakukannya re vitalisasi pasar tidak akan ada pihak yang dirugikan. Untuk itu, para pedagang diha rapkan jangan terprovokasi. Apa yang dila kukan nantinya bukan penggusuran me lainkan penataan. Seperti Ibu Men-teri Perdagangan bilang ini bukan program men teri, gubernur dan walikota, melainkan program kita bersama yang ditujukan un tuk kesejahteraan bersama,” tandasnya. (Ltf/AMF)

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201112

Perkembangan usaha budidaya rumput laut di Kab. Nunukan cukup menakjubkan. Dalam waktu satu tahun, luas lahannya mengalami kenaikan hingga 62,98 %. Yakni, dari 437 ha pada tahun 2009 menjadi 712 ha pada akhir tahun 2010 lalu. Layak menjadi contoh dan teladan.

Debut Rumput LautNunukan

Umur Kab. Nunukan masih tergo-long muda. Resmi menjadi wi-la yah kabupaten baru pada

tang gal 4 Oktober 1999 lalu hasil pe me-karan dari Kabupaten Bulungan, Kali-mantan Timur. Namun, ia tak nampak se perti sebuah wilayah pemerintahan yang baru diresmikan. Dengan motto “Penekindidebaya” yang artinya “Memba-ngun Daerah”, kabupaten muda ini meno-rehkan debut yang mengagumkan dalam upaya pengembangan budidaya laut.

Kiprah Aren Foundation patut dihargai dalam upaya tersebut. Pasalnya, Lembaga Swadaya Masyarakat yang dimotori oleh Ir. H. Dian Kusumanto ini berhasil menggalang sinergi antara para birokrat, masyarakat, politisi, akademisi, dan peneliti daerah setempat untuk bersama-sama mengembangkan potensi budidya rumput laut di Nunukan.

Jerih payah LSM yang berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan Nunukan ini pun

membuahkan hasil. Kepada info PDN, Ir. H. Dian Kusumanto yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Kab Nunukan, Kalimantan Timur ini mengatakan bahwa sampai akhir tahun 2010, jumlah pembudidaya rumput laut di Nunukan sudah mencapai 1.443 orang petani. Adapun lahannya, bila di tahun 2009 hanya 437 hektar, pada akhir tahun 2010 sudah naik menjadi 712 hektar.

Saat ini skala minimal usaha rata-rata petani rumput laut di Nunukan adalah sekitar 300 tali bentangan per petani. Namun ada juga beberapa petani yang memiliki sampai 1000 tali bentangan.

“Meningkatnya lahan budidaya tersebut secara otomatis meningkatkan kapasitas produksi rumput laut di tahun 2010. Tercatat, tahun lalu nilai produksi kami

(Potret Sukses Sinergi Rakyat dengan PemerintahDalam Mengembangkan Potensi Alam)((PoD

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 37

Potensi UMKM

Budidaya

Page 13: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

kota Bogor. Menurutnya, yang dibutuhkan adalah hanya kemauan, kreatifitas dan semangat untuk belajar dalam rangka mendukung lahirnya inovasi-innovasi baru yang selalu menjadi tuntutan pasar.

Tentang semangat untuk terus belajar dan meng-update informasi, Bu Yuni me-ngaku menjadikannya sebagai kegiatan rutin yang menjadikan usahanya sema-kin berkembang dan menghasilkan pen-capaian yang terus meningkat. Sambil berekreasi, ia sering pergi ke pusat-pusat penjualan mainan dan pasar mainan untuk melihat mainan apa yang sedang digemari. “Sesampainya di rumah, saya mencoba menggambar apa yang saya

dapat dan kemudian merundingkannya dengan tenaga-tenaga kreatif saya tentang kemungkinannya untuk bisa diproduksi apa tidak,” ungkapnya membuka rahasia.

Selain itu, Ibu Yuni pun juga sering ber-selancar di dunia maya untuk melihat-lihat model mainan dari luar negeri, khususnya dari Jepang. “Sebenarnya, saya sendiri tidak pernah belajar ilmu design produk,” tuturnya.Tapi, hal itu tidak membuatnya mati langkah. Ia berhasil mengembangkan produk-produknya dengan belajar secara otodidak.

Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh mainan edukasi produk Bu Yuni. Sebagai mainan edukasi, mainan tersebut memiliki teknik yang unik untuk bagaimana me-mainkannya. Sehingga, tidak hanya mem-beri kesenangan, tetapi juga mampu menstimulasi kerja otak dan motorik anak,

serta melatih kemandirian anak. Maka dari itu, tak mengherankan bila mainan edukasi yang terbuat dari kayu ini sering diborong para psikolog untuk terapis pada anak berkebutuhan khusus.

Soal bahan baku, produksi mainan Bu Yuni tergolong cukup kreatif: memanfaatkan sisa-sisa kayu peti kemas yang rata-rata terbuat dari kayu jati “Belanda”. Ada pun untuk cat pewarnanya, mainan produksi-nya tidak menggunakan cat sembarangan, tetapi cat produksi lokal yang sudah men-dapat sertifi kat keamanan dari Sucofi ndo.

Beragam keunikan dan kelebihan produk itulah yang membuat harga mainan edukasi cukup tinggi. Meski demikian, harga tersebut tergolong cukup murah bila dibandingkan dengan mutu, keamanan, keawetan dan manfaat yang ditawarkannya. Karenanya, tak mengherankan bila UNICEF

pun pernah memborong produk-produk mainan edukasi Bu Yuni. “Nominal proyek-nya waktu itu ratusan juta rupiah. Ada 13 macam jenis mainan kreasi saya yang mereka pilih,” ceritanya.

Sejumlah perusahaan nasional juga sering memesan produknya dalam jumlah besar untuk dijadikan sebagai tool promosi, merchandise dan souvenir. Ia juga sering mendapat pesanan khusus mainan edukasi untuk cinderamata pernikahan, selain pesanan rutin dari Diknas dan juga BKKBN. “Saya tidak pernah membayangkan bila permintaan pasarnya ternyata sangat besar seperti ini,” katanya dengan tersenyum lebar.

Dan tentu saja, semua pesanan tersebut tidak datang tiba-tiba begitu saja. Sebab, Bu Yuni ternyata sangat paham dengan ilmu pemasaran. Produk-produknya yang bermerk “Omochatoys” sudah cu kup dikenal di pasar mainan di seluruh Indo-nesia berkat upaya-upaya promosi yang dilakukannya melalui iklan TV, tabloid anak, Koran, internet dan juga aktif mengikuti pameran dan bazar-bazar.

“Jangan mengharapkan pembelian yang besar selama pameran atau bazaar ber langsung, paling tidak dampaknya masyarakat yang datang mengenal produk kita. Nanti mereka juga pasti akan datang mencari ketika mereka mem-butuhkannya,” ungkap Bu Yuni yang pada bulan Mei 2011 lalu mendapat peng-hargaan sebagai tokoh wanita penggerak ekonomi dari sebuah Harian Lokal di Bogor. (DC/AMF)

“JANGAN MENGHARAPKAN

PEMBELIAN YANG

BESAR SELAMA PAMERAN

ATAU BAZAAR BERLANGSUNG,

PALING TIDAK DAMPAKNYA

MASYARAKAT YANG DATANG

MENGENAL PRODUK KITA.

NANTI MEREKA JUGA PASTI

AKAN DATANG MENCARI KETIKA

MEREKA MEMBUTUHKANNYA”

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201136

Komitmen dan disiplin terhadap sistem tata kelola kebersihan yang telah digariskan oleh manajemen.

Itulah kunci keberhasilan PT. Nusa Kirana, pengelola Pasar Sunter Hijau Kirana, da-lam mempertahankan daya saing dan keberadaannya sebagai pasar tradisional di tengah-tengah kehidupan masyarakat metropolitan, Jakarta.

Pasar ini berada di Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara, DKI Jakarta. Berdiri di atas lahan seluas 3340 m2 dan terletak di tengah-tengah komplek perumahan dan pergudangan. Posisi inilah yang membuat pengelolanya terus meningkatkan kinerja-nya dalam merawat kebersihannya.

“Manajemen kami sangat concern terha-dap kebersihan,” ungkap Fahmi Ansori, pengelola Pasar Sunter Kirana, kepada Info PDN di kantornya yang terlihat sangat bersih dan rapi, pertengahan bulan Juni lalu. Hal itu, kata Fahmi, dibuktikan dengan tersedianya beberapa fasilitas perawatan kebersihan, alat-alat untuk mendukung sistem Pengelolaan Air Limbah (PAL) yang cukup memadai, dan sejumlah SDM khusus pengelola kebersihan.

Ada 20 tong sampah berukuran 240 liter dan 4 tong sampah berukuran 100 liter yang disediakan oleh pengelola pasar untuk pembuangan sampah sementara,

baik dari pedagang maupun pengunjung. Sedangkan untuk pengelolaan air limbah sebelum keluar dari komplek pasar, manajemen pasar juga menyediakan dua mesin semprot dan mesin blower.

Untuk SDM kebersihan, pasar ini memiliki 5 orang petugas lapangan. Mereka adalah karyawan yang sehari-harinya bertanggung jawab langsung terhadap proses pembersihan pasar sesuai dengan prosedur yang ada. Menurut Fahmi, untuk hari-hari biasa, tim pembersih bisa kurang dari lima orang yang bekerja. Tapi, di hari-hari ramai, yakni Sabtu dan Minggu, lima orang harus bekerja semua. Bahkan, kadang-kadang juga dibantu oleh beberapa orang petugas parkir.

KIAT PENGELOLAMEWARAT KEBERSIHAN

Aktifi tas bersih-bersih di pasar ini dimulai setelah kegiatan pasar selesai, yaitu sekitar pukul 12 siang.Pada jam tersebut para petugas kebersihan dengan dibantu para petugas parkir sudah mulai sibuk menyapu

seluruh area pasar, membersihkan lantai, mengumpulkan sampah dan menyikat lantai. Semua itu dilakukan secara rutin setiap hari.

Bahkan, untuk penyikatan lantai selalu dilakukan dua kali dalam sehari. “Setelah aktifi tas pasar selesai, biasanya jam 1 siang kami mulai membersihkan lantai. Nanti jam 15.00 baru disikat oleh petugas kebersihan,” kata Taufi k (40), salah seorang petugas parkir yang ikut membantu pembersihan lantai pasar ini.

Kekompakan petugas kebersihan ini pun layak diacungi jempol. Dalam waktu kurang dari 3 jam, proses pembersihan pasar sudah bisa mereka selesaikan. Setiap hari, sekitar jam 2.30 siang, tong-tong sampah yan g berisi penuh telah berjejer rapi di depan gerbang pasar dan siap diangkut oleh sebuah truk sampah untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Bantar Gebang.

Dalam sehari, sampah dari Pasar Sunter Hijau Kirana yang dikirim ke TPA Bantar

Pasar Sunter Hijau Kirana Sang Juara

Piawai Merawat KebersihanPengelola Pasar Sunter Kirana tak hanya sukses menjaga kenyamanan dan keamanan pasar, tapi juga piawai merawat kebersihannya. Tahun 2010 lalu, pasar ini kembali menyabet Juara I Pasar Terbersih di Indonesia setelah bertahun-tahun menjadi langganan tetap plakat Adipura. Apa rahasianya?

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 13

Profil Pasar

Page 14: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Gebang bisa mencapai satu container sedang. “Itu adalah hanya sampah non-organicnya saja, yaitu seperti plastik dan botol-botol minuman dari plastik,” ujar Fahmi. Adapun untuk sampah orga-nic, seperti sampah sayuran yang tidak laku biasanya sudah ditunggu oleh para peternak di sekitar pasar. “Mereka menja-dikan sayuran-sayuran yang tidak laku itu untuk makan ternak mereka, baik bebek atau ayam,” cerita Fahmi kepada Info PDN.

Mengingat letaknya yang berada di tengah-tengah pemukiman warga, pengelola Pasar Sunter Hijau Kirana pun sangat mem per hatikan pentingnya pengelolaan

air limbah. Sebelum keluar dari komplek pasar, limbah dikelola secara benar dengan sistem pengelolaan air limbah yang didu-kung oleh dua mesin, yaitu mesin sem-prot dan blower. Sehingga, pasar ini pun tidak menebarkan bau tak sedap yang me nyengat, serta tidak mencemarkan ling-kungan. “Itu adalah bentuk kepedulian kita terhadap lingkungan,” ungkapnya.

Pihak pengelola pasar juga sering tu run langsung membantu warga peruma han sekitar pasar dalam mengatasi kemam-petan saluran drainase mereka. Sebab, saluran air pembuangan dari pasar tersebut ke arah kali Honda (kali Item) melalui

saluran pembuangan air warga yang kerap dipenuhi sampah. “Drainase di pasar sih lancar-lancar saja, makanya ketika saluran mampet pihaknya mau tak mau harus turun tangan,” imbuhnya.

Selain langkah-langkah di atas, pengelola pasar ini juga mewajibkan para pedagang untuk ikut bertanggung jawab dalam merawat kebersihan pasar. “Mereka harus mau menjaga kebersihan. Sebab, kalau mau banyak dikunjungi oleh pembeli, salah satunya pasar itu ya harus bersih,” ujarnya.

Rupanya, pengelola Pasar Sunter Hijau Kirana tak hanya piawai merawat keber-

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201114

tersebut sudah mengalami break event point di tahun kedua. Dan saat ini, omset rata-rata perbulannya sudah berada di kisaran ratusan juta. Bahkan, ia bisa meraup omset sampai 200 juta dalam sebulan jika musim liburan sekolah, perayaan hari keagamaan dan bila sedang ada pameran.

Angka tersebut baru dari pendapatan penjualan regulernya, alias belum termasuk perolehannya dari orderan proyek-proyek pengadaan mainan edukasi yang sering menghampirinya dari instansi pemerintah atau lembaga pendidikan. “Nilai projek terkecilnya, rata-rata di angka 50 sampai 100 juta. Bahkan, kami juga pernah mendapat satu orderan dengan nilai 800 juta sekian,” kisahnya .

Keberhasilan Ibu Yuni menggarap industri rumahan menjadi beromset ratusan juta tersebut ternyata tak membuatnya berpuas diri. Memasuki tahun keempat

usahanya, Ibu Yuni memperluas bagunan workshopnya menjadi 1000 meter persegi setelah sebelumnya hanya seluas 300 meter persegi. Pasalnya, sekarang ini ia su-dah memperkerjakan 30 orang karyawan bagian pro duksi dan 6 orang staff management dan admi-nistrasi.

RESEP SUKSES WAHYUNI

Untuk membuka usaha industri seperti ini ti-dak memerlukan lokasi yang strategis. “Di mana pun, usaha ini bisa dilakukan,” ungkap Ibu Yu-ni yang men ja-lankan usaha ini di rumahnya di

y yer persegi. g ini ia su-jakan 30

n bagian rang staff an admi-

AHYUNI

saha ti-

an s. a”

HAMPIR setiap menit pasti ada anak lahir. Data Diknas tahun 2008 menyebutkan, jumlah anak usia 0-6 tahun di Indonesia adalah sebesar 28.426.505 juta jiwa. Sementara, jumlah sekolah Paud dan TK di Indonesia adalah 82. 203. Jumlah tersebut, tentunya semakin meningkat dari tahun ketahun. Ini adalah gambaran betapa masih besarnya peluang pasar mainan di Indonesia. Lain ceritanya bila jumlah itu ditambah dengan pasar ekspor: pasti lebih dahsyat dan menjanjikan.

Bu Yuni mengaku belum serius menjamah pasar ekspor. Pasalnya, dari segi kapasitas produksi usahanya belum bisa diharapkan. “Untuk pasar dalam negeri saja sudah kerepotan,” ujarnya. Padahal, kata dia, mutu mainan Indonesia jauh lebih bagus bila dibanding produk-produk mainan dari Cina. “Hal itu pernah disampaikan buyer saya dari Korea ketika berkunjung ke workshop saya,” ungkap Bu Yuni.

Menurut Bu Yuni, kapasitas produksi workshop-nya masih cukup rendah dikarenakan hanya mengandalkan kerajinan tangan dan peralatan sederhana. Ia pernah mempertimbangkan untuk membeli peralatan yang berteknologi dari China. Namun, niat itu urung dilakukannya karena kha-watir jika mesinnya rusak tidak ada tenaga atau tempat servicenya.

Jika ada yang mampu mendatangkan mesin mainan tersebut beserta tenaga ahlinya, Bu Yuni yakin bakal mampu memenuhi permintaan pasar luar negeri. Karena permintaan pasar luar untuk mainan edukasi ini besar sekali. “Hanya saja, kendalanya adalah kapasitas produksi tidak

mampu mendukung dikarenakan di kerjakan dengan peralatan sederhana,” jelasnya.

Dan menurutnya, pemberlakuan SNI bagi produk-produk mainan anak yang beredar di pasar Indonesia akan men-datang kan manfaat yang besar bagi UKM-UKM industri mainan anak Indonesia.

“Selain akan membendung masuk-nya produk-produk impor, pem-

ber lakuan SNI secara otoma tis akan merangsang pertum-

buhan industri mainan anak di Indonesia. De-ngan begitu, peluang Indo nesia untuk men-jadi Negara peng-ekspor mainan anak sa ngat terbuka lebar,” imbuhnya. (Dc/AMF)

Pasar Mainan Anak:Bukan Main Besarnya!

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 35

Potensi UMKM

Page 15: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Ladang usaha di bidang industri kreatif sangatlah terbuka lebar. Salah satunya adalah industri mainan anak. Dengan berbasis pada nilai-nilai edukasi dan standar mutu internasional, usaha di bidang ini ditunggu banyak pembeli.

Asyiknya Bermain

BisnisMainan

Wahyuni (33 th) telah menjadi saksi manisnya menjalani bisnis mainan anak ini. Usaha industri

mainan edukasi untuk anak yang dimulai dari garasi rumahnya empat tahun silam itu, omsetnya bisa menembus Rp 200 juta per bulan. “Kalau ada pesanan khusus dari proyek pemerintah, omset kami bisa sampai Rp 800 juta dalam satu bulan,” ujar Wahyuni yang sering dipanggil anak buahnya dengan sapaan Ibu Yuni ini.

Nilai itu, tentu saja menjadi fantastis bagi Ibu Yuni yang hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Apalagi, menurut pengakuannya, ia pun tak sengaja mendapatkan peluang

bisnis yang sangat menguntungkan tersebut. Awalnya, seorang sahabatnya dari Jepang menghadiahkan satu paket mainan dari kayu bagi putri-putrinya. Melihat bentuk dan fungsinya yang sangat edukatif, Ibu Yuni pun tertarik untuk membeli sendiri mainan sejenis di beberapa toko penjualan mainan.

“Ternyata sulit mendapatkannya, karena tidak banyak toko mainan yang menjual mainan edukasi seperti yang saya inginkan,” tuturnya kepada Info PDN. Pengalaman itulah yang kemudian menginspirasi Ibu muda dengan tiga orang putri ini untuk menekuni bisnis mainan edukasi.

Namun, ia tak langsung memproduksi sendiri, tetapi hanya menjadi agen penjualan dari sebuah industri mainan anak. Sambil berjualan, wanita yang baru genap berusia 33 tahun pada bulan Juni ini pun melakukan penjajakan pasar. Hasilnya, setelah beberapa bulan berjualan mainan edukasi ia yakin prospeknya sangat bagus. “Permintaan dan omset saya waktu itu terus meningkat dari hari ke hari,” tuturnya bercerita.

Akhirnya, lulusan S1 Dirgantara ini pun memutuskan untuk memproduksi sendiri. Dengan di bantu 2 orang pekerja produksi, ia merombak garasi rumahnya menjadi workshop produksi mainan edukasi. Dan menurutnya, kala itu ia hanya menggunakan alat-alat produksi lokal yang sangat sederhana. Namun demikian, ternyata usahanya terus merangkak naik. Sehingga, uang 100 juta yang ia investasikan untuk mengawali usahanya

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201134

Ekonomi Kreatif

sihan, tetapi juga rajin merawat kecan-tikan wajah pasarnya. Terbukti, mereka secara rutin melakukan pengecetan ulang seluruh bangunan pasar minimal enam bulan sekali. Bahkan, pengelola juga sangat memperhatikan keasrian lingkungan pasar agar terus terasa nya man dan sejuk. Hal itu dilakukan dengan perawatan pepohonan rindang yang sengaja ditanam di sekililing pasar. Sedangkan untuk pohon-pohon yang tak terlalu besar tetap berdiri dan diberi tempat semacam pot.

Sementara itu, untuk menambah cantik penampilan dalamnya, pengelola juga

PASAR ini sudah melayani masyarakat sepanjang 18 tahun. Awalnya adalah tempat penampungan pedagang kaki-5 yang berada di sekitar wilayah Sunter Jaya. Didirikan tahun 1993 sebagai bagian dari binaan Dinas KUKM DKI JU 34 menjadi JU Terkendali di bawah pengelolaan PT Nusa Kirana.

Sebagai sarana vital warga komplek Perumahan Sunter Kirana dan sekitarnya, kini pasar ini dihuni oleh 90 orang pedagang. Umumnya, adalah para pedagang sembako dan sayuran. Mereka berasal dari berbagai daerah. Ada yang dari Tangerang, Bogor dan juga dari wilayah sekitar Sunter Jaya sendiri.

Aktifitas pasar ini mulai pukul 5 pagi sampai pukul 12 siang dan selalu ramai dikunjungi pembeli, terutama pada hari-hari libur, seperti pada hari Sabtu dan Minggu. Banyak kelebihan yang dimiliki pasar ini selain predikatnya sebagai pasar terbersih yang berhasil membuang jauh-jauh kesan pasar tradisional yang kumuh, becek dan berbau tak sedap. Di antaranya dalam hal tata kelola kenyamanan dan keamanan pasar.

Satuan security yang berkantor di dekat gerbang pasar ini siap memberikan rasa aman kepada pedagang dan pengunjung. Areal parkirnya terbilang cukup luas, baik untuk kendaraan roda empat atau pun roda dua. Fasilitas standar lainnya, seperti toilet dan mushola juga tersedia dan terawat kebersihannya.

Soal komoditi yang dijual di pasar inipun cukup lengkap: dari mulai bahan makanan pokok, barang kelontong, sayur-mayur dan buah-buahan segar, pa-kaian, perhiasan, obat-obatan, dan lain sebagainya. Kua-litas dan harganya pun cukup bersaing. Dan semua itu, dijajakan para pedagang dengan layanan prima; pe nuh keakraban dan boleh ditawar dengan harga yang wajar.

Itulah kondisi Pasar Sunter Hijau Kirani yang membuat masyarakat tidak bisa berpindah ke lain hati. Seperti Yati (40) misalnya, ibu rumah tangga warga Sunter ini setiap hari belanja kebutuhan sehari-harinya di pasar ini. “Selain tidak jauh, pasar ini bersih dan barangnya bagus-bagus,” ungkapnya kepada Info PDN.

Menurut Fahmi, itulah yang membuat banyak pedagang betah berjualan di pasar ini. “Standar pasar ini bagus, baik kebersihannya, produk yang dijual, termasuk penteraan timbangannya, sehingga selalu ramai dan tidak ada pedagang yang tutup atau pergi,” kata dia.

Hal itu dibenarkan Asep (45 th) yang membuka kios dengan nama Mega Nusantara. Awalnya ia se-orang sup plier di pasar ini, tapi sejak lima tahun lalu ia sudah men jual sembako dan kebutuhan pokok lainnya di pasar ini. “Pelanggan kami cukup banyak. Kami juga siap untuk antar barang ke pelanggan kami,” kata Asep yang dibantu istriya Livian. Penasaran? Buktikan saja! (tom/AMF)

Layanan Prima Pasar Sunter Hijau Kirana

menyeragamkan warna cat untuk meja-meja di los yang ada. Dan untuk menjaga agar lantai pasar tetap mulus dan kinclong, pengelola tidak hanya menyikat dan mengepelnya tiap hari saja, tetapi juga langsung melakukan penggantian keramik bila ada yang pecah atau rusak.

Soal biaya perawatan, Fahmi mengatakan bahwa iuran wajib harian dan bulanan dari pedagang itu sebagian besar larinya adalah untuk yang biaya perawatan kebersihan dan kecantikan. Maka, tak mengherankan bila pasar tradisional yang berada di tengah-tengah kota metropolitan ini tetap disukai oleh ma syarakat pelanggannya dan terus mendapatkan penghargaan sebagai pasar yang nyaman dan bersih.

“Sejak tiga tahun ini Pasar Sunter Kirana sudah mendapat penghargaan Adipura sebagai pasar terbersih tingkat nasional. Tahun 2008 dan 2010 kita meraih peng-hargaan peringkat pertama dan tahun 2009 di peringkat ketiga,” kata Fahmi bangga.

Karena itu, tak berlebihan bila Pasar Sunter Hijau Kirana ini patut menjadi inspirasi bagi para pengelola pasar tradisional lainnya dalam mengelola kebersihan dan mempertahankan daya saingnya di hadapan para pengembang pasar modern yang telah selangkah lebih maju dan profesional. (Tom/AMF)

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 15

Profil Pasar

Page 16: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Ada tiga informasi pokok yang disampaikan oleh Menteri Perda-gangan, Mari Elka Pangestu, pada

acara Konferensi Pers Bulanan Perkem-bangan Harga Bahan Pokok di Kantor Ke-mendag, Kamis 16 Juni lalu. Ketiga infor-masi tersebut adalah:

1) Perkembangan infl asi sampai dengan bulan Mei 2011,

2) Perkembangan terakhir harga komo-ditas pangan, dan

3) Isu terkini dari dinamika perdagangan dalam negeri.

Soal infl asi, sampai bulan Mei 2011 perkem-bangan Indeks Harga Konsumen mencatat infl asi sebesar 0,12% setelah dua bulan sebelumnya terjadi defl asi, yaitu sebesar 0,31 % pada bulan April dan 0,32% pada Bulan Maret. Sementaraitu, laju infl asi tahun kalender (Januari – Mei 2011) mencapai 0,51 % dan laju infl asi year on year (Mei 2011 terhadap Mei 2010) sebesar 5,98 %. “Ini good news. Karena di ujung 2010 infl asi kita mendekati 7%. Jadi, ini menunjukkan bahwa untuk isu infl asi dapat terkendali sampai bulan Mei tahun ini,” jelas Mendag.

Menurut Mendag, inflasi yang terjadi pada Mei 2011 tersebut utamanya dipicu oleh infl asi pada kelompok Perumahan,

Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar yang memberikan andil terhadap infl asi umum sebesar 0,06% , serta Kelompok Sandang 0,05%. Adapun Kelompok Bahan Makanan, tercatat masih memiliki andil negative sebesar 0,07%.

Komoditi yang dominan memberikan sumbangan defl asi antara lain: Cabai Rawit 0,08%, Cabai Merah 0,07%, Kentang dan

Bawang Merah masing-masing 0,01%. Sedangkan komoditi yang menyumbang infl asi antara lain : Beras 0,02%; Daging Ayam Ras, Ikan Segar, Ikan Diawetkan, Bayam, Kacang Panjang, Sawi Hijau, Tomat Sayur dan Buah masing-masing 0,01%.

Walaupun pada Mei 2011 Kelompok Ba-han Makanan masih memberikan andil defl asi, Mendag menyatakan masih perlu

Indeks Harga Konsumen Bulan Mei 2011:

Mencatat Inflasi Setelah Perkembangan Indeks Harga Konsumen pada Bulan Mei 2011 mencatat inflasi sebesar 0,12% setelahdua bulan sebelumnya mengalami deflasi. Harga bahan pangan selama bulan Mei 2011 juga menunjukkan kecenderungan menurun. Kewaspadaan tetap dibutuhkan, karena faktor global dimungkinkan bisa mempengaruhi harga pangan dalam negeri.

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201116

Topik Bahasan

Pemantapan Tatakelola dan Sinergi Pusat Daerah”, kiranya tema ini menjadi acuan dalam perencanaan dan penyelenggaraan kegiatan dekonsentrasi.

Terkait dengan hal tersebut, Kementerian Perdaga-ngan, dalam hal ini, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, berupaya memperbaiki konsepsi pelaksanaan program/kegiatan Dekonsentrasi bidang perdagangan dalam negeri sebagai salah satu mekanisme untuk membiayai pelaksanaan pengembangan perdagangan dalam negeri di dae-rah guna menunjang pencapaian tujuan dan sa sa ran pembangunan di bidang perdagangan dalam negeri.

Dalam buku Petunjuk Teknis Dekonsentrasi Bidang Perdagangan Tahun 2011 dijelaskan bahwa upaya tersebut merupakan langkah revitalisasi yang ditu ju kan untuk mendorong sinergi pelaksanaan pengembangan perdagangan dalam negeri antara Pusat dan Daerah sekaligus meningkatkan konsistensi antara Prioritas Nasional/Bidang Perdagangan Dalam Negeri dengan kegiatan yang perlu mendapat dukungan daerah.

Secara umum, telah digariskan pula bahwa kerangka revitalisasi dana dekonsentrasi bidang perdagangan dalam negeri meliputi:

a) Penyesuaian nomenklatur kegiatan dana dekon-sentrasi bidang perdagangan dalam negeri, dimana nomenklatur kegiatannya menjadi “Pe-ngem bangan Perdagangan Dalam Negeri Daerah”

b) Penajaman indikator dan target kegiatan, yakni kegiatan yang didanai dana dekonsentrasi perlu disertai dengan indikator sasaran dan target yang jelas, sehingga dapat terukur dan mudah evaluasi.

c) Penyesuaian fokus kegiatan beserta ruang lingkupnya, yakni kegiatan yang diselenggarakan melalui dana dekonsentrasi bidang perdaga-ngan dalam negeri diarahkan untuk mendu-kung pencapaian prioritas nasional/bidang per da gangan dalam negeri serta agar terdapat konsistensi dan kesinambungan antara pelaksa-naan dana dekonsentrasi dengan tujuan dari pemberian dana dekonsentrasi.

Selain revitalisasi program/kegiatan dan dukungan dana dekonsentrasi, beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan manfaat dan hasil pelaksanaan asas dekonsentrasi antara lain adalah :

Pertama, pemerintah daerah hendaknya me-laksa nakan penyelenggaraan, pengelolaan, per-tang gungjawaban dan penyampaian laporan pelaksanaan program/kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Kedua, pemerintah daerah hendaknya melakukan upaya sinkronisasi dan harmonisasi antara rencana penyelenggaraan dekonsentrasi, tugas pembantuan atau urusan bersama dari Kementerian dengan program dan kegiatan yang didanai dari APBD.

Ketiga, pemerintah daerah hendaknya melaksanakan program dan kegiatan dekonsentrasi, tugas pembantuan atau urusan bersama sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan Kementerian. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan program dan kegiatan, tetap konsisten dan sesuai dengan arah kebijakan, tujuan dan sasaran telah ditetapkan.

Keempat, pemerintah daerah hendaknya terus menerus melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian atas penyelenggaraan dekon-sentrasi, tugas pembantuan atau urusan bersama di wilayahnya. Hal ini untuk dapat menjamin terlaksa-nanya program dan kegiatan serta dapat mengatasi hambatan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Kelima, menyampaikan laporan hasil penyeleng-garaan dekonsentrasi, tugas pembantuan atau urusan bersama di wilayahnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Dengan semua langkah tersebut, maka hasil yang optimal dari pelaksanaan program/kegiatan dekon-sentrasi diharapkan dapat terwujud dan bermanfaat bagi masyarakat.

Kegiatan Dekonsentrasi

PELAKSANAAN PROGRAM/KE-GIATAN DEKON-SENTRASI HARUS DILAKSANAKAN SECARA KONSIS-TEN DAN TAAT ASAS SERTA DENGAN PENGE-LOLAAN DANA DEKONSENTRASI SECARA EFEK-TIF, EFISIEN DAN ACCOUN TABLE.

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 33

Page 17: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Oleh: Gunaryo, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri

Asas dekonsentrasi memiliki fungsi

yang sa ngat stra-tegis bagi pem-bangunan dan

pengembangan perdagangan dalam

negeri. Pelaksa-naannya secara baik, konsisten,

disiplin dan ber-tanggungjawab

akan mendorong percepatan pemba-

ngunan dan per-tumbuhan ekonomi daerah. Diperlukan

upaya perbaikan konsepsi dan pe-

laksanaan kegiatan demi mengoptimal-

kan hasilnya.

Pelaksanaan urusan pemerintahan melalui asas dekonsentrasi diharapkan dapat menjadi pendorong percepatan pembangunan dan

pertumbuhan perekonomian daerah. Hal tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya sinergi yang kuat dan persamaan persepsi yang utuh antara pemerintah Pusat dan Daerah tentang pengertian dasar dan nafas asas dekonsentrasi.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku pada dasarnya dapat dibagi kedalam urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Urusan yang mutlak (absolut) menjadi kewenangan Pemerintah Pusat (politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, agama serta moneter dan fi skal) dilaksanakan sendiri oleh Pemerintah Pusat, sedangkan urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah (urusan wajib/obligatory dan urusan pilihan/optional) diselenggarakan melalui asas desentralisasi. Selain 6 (enam) urusan absolut, ada urusan bersama (concurent) yang penyelenggaraannya dapat dilakukan sendiri oleh Pemerintah Pusat atau melalui asas Dekonsentrasi dan asas Tugas Pembantuan. Beberapa landasan hukum yang telah ditetapkan untuk mengatur penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut antara lain Undang-undang No. 22/1999, UU No.22/1999, UU No. 25/1999, PP No. 25/2000, PP No. 106/2000, PPNo. 39/2001, dan Peraturan Menteri Keuangan No. 523/KMK.03/2000.

Ada dua pengertian mendasar yang perlu dipahami untuk melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan melalui asas dekonsentrasi, yaitu pengertian dari asas dekonsentrasi itu sendiri dan pengertian dari dana dekonsentrasi. Menurut batasannya, dekonsentrasi adalah pelimpahan kewenangan dari Pemerintah Pusat kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat di daerah. Kemudian dalam PP No. 25/2000 misalnya, dijelaskan bahwa pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat. Adapun pada tataran

operasional, kewenangan yang diterima gubernur tersebut dilaksanakan melalui dinas provinsi sebagai perangkat daerah provinsi.

Sementara itu, yang dimaksud dengan dana Dekon sentrasi adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatandan Belanja Negara (APBN) yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekon-sentrasi, tidak termasuk dana yang akan dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Perlu dipahami bahwa dana dekonsentrasi dialokasikan untuk membiayai program/kegiatan yang sifatnya non-

fi sik, sedangkan program/kegiatan yang sifatnya fi sik dibiayai dari dana tugas pembantuan.

Dana dekonsentrasi di bidang Perdagangan yang dialokasikan kepada setiap Provinsi di seluruh Indonesia, dimaksudkan untuk menunjang pem-bangunan sektor perdagangan dalam rang ka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetap-kan dalam rencana strategis dan rencana kerja Kementerian Perdagangan. Selain itu, juga diharapkan dapat mendorong percepatan pembangunan dan pertumbuhan perekonomian di daerah.

REVITALISASI DANA DEKONSENTRASI

Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dana dekonstrasi di bidang perdagangan, perlu dilakukan revitalisasi terhadap program dan kegiatan di bidang perdagangan yang akan dilaksanakan melalui asas dekonsentrasi. Selain itu, alokasi dana dekonsentrasi juga perlu ditingkatkan agar daerah dapat menunjang pencapaian tujuan dan sasaran yang hendak dicapai oleh Kementerian Perdagangan. Setelah dilakukan revitalisasi program/kegiatan serta dukungan dana yang cukup, maka pelaksanaan program/kegiatan dekonsentrasi harus dilaksanakan secara konsisten dan taat asas serta dengan pengelolaan dana dekonsentrasi secara efektif, efi sien dan accountable.

Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011, bahwa tema pembangunan nasional Tahun 2011, adalah “Percepatan Pertum-buhan Ekonomi yang Berkeadilan, Didukung oleh

Langkah Optimalisasi

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201132

Kolom Anda

diwaspadai bahwa komoditi beras telah memberikan andil terhadap infl asi nasional sebesar 0,02%. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga beras telah cenderung naik.

HARGA BAHAN PANGAN CENDERUNG TURUN

Berbicara soal harga pangan, tentu saja tidak bisa lepas dari faktor ekternal/global dan faktor internal. Tercatat, selama periode Januari – Mei tahun 2011, food price index masih berada masih di atas tahun-tahun sebelumnya. Fakta ini menunjukkan bahwa tingginya harga bahan pangan tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga merupakan fenomena global. Adapun secara internal, tingginya harga bahan lebih disebabkan oleh kondisi iklim dan infrastruktur yang masing kurang mendukung kelancaran arus distribusi barang ke sejumlah wilayah di Indonesia.

Meski demikian, harga 10 bahan pangan pokok pada umum nya terpantau cenderung menurun, kendati ada beberapa komoditi yang mengalami kenaikan. Yakni, seperti Beras Umum (0,35%), Beras Termurah (0,32%) dan Gula Pasir (0,14%). Tercatat, selama bulan Mei 2011, harga Beras Umum naik menjadi Rp 8.741,-/kg dibanding harga rata-rata April 2011 yang berada di kisaran angka Rp.8.711,-/kg. Beras Termurah juga naik menjadi Rp.6.854,-/kg dibanding harga rata-rata bulan April 2011 sebesar Rp 6.832,-/kg.

Sejumlah faktor terdeteksi ikut mempe ngaruhi ke cen-derungan meningkatnya harga Beras selama periode Januari-Mei di tahun 2011ini. Diantaranya, me nurut pantau Kementerian Perdagangan adalah: 1) Berakhirnya masa panenraya di beberapa sentra produksi beras. 2) Minimnya pertumbuhan produksi beras berdasarkan ARAM I yang hanya meningkat 1,35%.

Sedangkan harga komoditi gula, berdasarkan data Kemendag, pada bulan Mei ini mengalami sedikit kenaikan dari bulan April. Menurut Mendag, salah satu faktor yang mempengaruhi naiknya harga gula domestik adalah adanya kemungkinan spekulasi dari para pedagang seiring diberlakukannya Permendag No.11/M-DAG/PER/5/2011 tentang Penetapan Harga Patokan Petani (HPP) Gula Kristal Putih yang sebelumnya Rp.6.350,-/kg menjadi Rp.7.000,-/kg.

Penurunan serupa juga terjadi pada harga minyak goreng curah. Pada Mei 2011 lalu, harga minyak Goreng Curah mengalami penurunan harga sebesar 0,97% dibanding bulan sebelumnya, yaitu menjadi Rp.10.186,-/kg. Hal ini disebabkan adanya peningkatan produksi palm oil karena cuaca yang mendukung di daerah sentra produksi.

Harga tepung terigu di dalam negeri pada Mei 2011 juga mengalami penurunan sebesar 0,18% dari bulan sebelumnya. Sedangkan pada Juni 2011, harga rata-

2 Bulan Deflasi

Perlu diwaspadai bahwa komoditi beras telah mem-berikan andil terhadap infl asi nasional sebesar 0,02%. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga beras telah cen-derung naik.

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 17

Page 18: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Keakraban Dalam Berbagi InformasiDITJEN Perdagangan Dalam Negeri kem bali

menggelar Konferensi Pers Bulanan Perkem-bangan Harga Bahan Pokok pada tanggal 16 Juni 2011 lalu. Acara rutin bulanan Dirjen PDN yang ketiga kali sejak dicanangkan bulan April ini terlihat mendapat tanggapan positif dari sejumlah media. Puluhan wartawan dari media cetak maupun elektronik terlihat antusias menghadiri acara ini. Bahkan, diantara mereka ada yang sudah datang sekitar satu jam sebelum acara dimulai.

Sejumlah informasi terkini berkenaan dengan perkembangan harga bahan pangan pokok dan barang strategis disampaikan langsung oleh Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu. Tak keting galan, Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar dan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Gunaryo, juga ikut serta mendampingi Mendag menjumpai rekan-rekan wartawan pada acara tersebut.

Dan seperti biasa, seusai Mendag menyam-paikan informasi, acara tanya jawab pun dimulai. Sejumlah wartawan seperti tak mau kehilangan kesempatan. Satu persatu mereka bergantian menyampaikan pertanyaan terkait isu-isu perda-gangan yang sedang hangat. Sementara itu, Mendag, Wamendag dan Dirjen PDN juga saling

bergantian melengkapi informasi dalam menjawab pertanyaan para wartawan.

Suasana keakraban terlihat sangat kental dalam acara tersebut. Beberapa kali Menteri Perdagangan yang disapa para wartawan dengan panggil Bu Mari terlihat sangat hafal dalam menyebut nama sejumlah wartawan yang bertanya pada kesempatan tersebut. Hal ini menjadi bukti akan komitmen Kemendag yang sejak awal menjadikan acara jumpa pers ini sebagai wahana berbagi informasi mengenai perkembangan situasi perdagangan dalam negeri.

Perkembangan positif itulah yang kemudian memunculkan gagasan dari Wakil Menteri Per-dagangan agar acara ini pada bulan-bulan beri-kutnya diadakan dalam suasana yang santai dan lebih akrab lagi. Yakni, agar tidak terkesan terlalu formal. Mendengar bisikan ide tersebut dari Wamen, Mendag pun langsung mengamini. “Kesempatan berikutnya kita ngobrol-ngobrol saja. Terserah teman-teman wartawan mau mengangkat tema apa,” ujar Mendag mengkhiri jumpa pers hari itu. (AMF)

KONFERENSI PERS BULANANKONFERENSI PERS BULANAN

DITJEN PDNDITJEN PDN

ratanya terpantau relative stabil, yaitu berada di kisaran Rp. 7.539,-/kg. “Meski demikian, perlu diwaspadai kemungkinan trend meningkatnya harga gandum di pasar internasional karena pengaruh infl asi di USA,” jelas Mendag.

Komoditas lain yang juga mengalami penurunan harga pada bulan Mei 2011 adalah produk peternakan. Terdata, har-ga domestik daging sapi pada Mei 2011 mengalami penurunansebesar 0,39% menjadi Rp.64.661,-/kg disbanding harga rata-rata April 2011. Untuk Daging Ayam, pada Mei 2011 menunjukkan adanya penu-runan harga sebesar 1,89% dibanding bu-lan sebelumnya menjadi Rp.21.745,-/kg.

ISU TERKINI

Menurut pantauan BPS pada Mei 2011, harga daging sapi tertinggi terjadi pada Minggu III, yaitu sebesar Rp.64.773,-/

kg. Sedangkan harga terendah terjadi pada Minggu V sebesar Rp.64.333,-/kg. Sementara itu, pada Minggu I Juni 2011, harga rata-rata Daging Sapi mencapai Rp.64.196,-/kg atau turun 0,72% bila di banding harga rata-rata Minggu V Mei 2011. Demikian pula, harga rata-rata Da ging Sapi Juni 2011dibanding harga rata-rata Mei 2011 turun 0,72% menjadi Rp.64.196,-/kg.

Berdasarkan pantauan Kemendag pada Mei 2011, harga daging sapi tertinggi terjadi di kota Jakarta pada Minggu III, yaitu sebesar Rp.66.600,-/kg. Sedangkan harga terendah terjadi di kota Denpasar, yakni Rp.51.000,-/kg. Dan secara umum, harga daging sapi di 8 Kota (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Denpasar, Medan & Makassar) cenderung menurun selama Mei 2011.

Adapun pada bulan Juni, secara nasional, harga daging sapi pada Minggu I Juni 2011

tercatat sebesar Rp.68.287,-/kg, atau relatif stabil bila dibandingkan dengan harga pada Minggu IV Mei 2011 yang berada pada kisaran Rp.68.243,-/kg.

Demikianlah. Meskipun harga bahan pangan selama bulan Mei 2011 menunjuk-kan kecenderungan menurun, namun harus tetap diwaspadai. Sebab, menurut Mendag, beberapa harga komoditi cenderung meningkat misalnya Beras, Daging Ayam dan Telur Ayam. Selain itu, faktor eksternal/global juga dapat mempengaruhi kondisi harga pangan lokal. “Misalnya, trend meningkatnya harga gandum di pasar internasional karena pengaruh infl asi di USA dan meningkatnya harga Jagung akibat peningkatan permin taan Jagung sebagai bahan baku pakan oleh China,” jelasnya. (AMF)

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201118

Topik Bahasan

“Sanksi atas kebocoran gula rafi nasi di pasar konsumsi akan langsung di-berikan kepada produsen den-gan mengu-rangi jumlah persetujuan izin impor dari alokasi yang dibe rikan”

izin distribusi gula rafi nasi itu di daerah. Kami bisa telusuri dari-mana dapatnya dan oleh siapa,” ungkapnya.

Maka dari itu, saat ini tim inde-penden yang terpisah dari Kemen-dag tengah melakukan audit dan verifi kasi terhadap perusahaan yang selama ini mendapat izin dan kuota untuk mengimpor gula mentah. Kedelapan industri gula rafinasi yang diaudit tersebut adalah: PT

menemukan penjualan gula rafi nasi di beberapa pasar di Pontianak.

Berangkat dari pengalaman ter-sebut, Gunaryo menyatakan bahwa Kemendag akan melanjutkan pe-ngawasan guna menginvestigasi sejumlah titik yang diduga terjadi pelanggaran atas pendistribusian gula rafi nasi. “Terdapat GKP impor yang diduga masuk secara ilegal melalui pelabuhan-pelabuhan kecil. Modus yang digunakan im-portir GKP ilegal adalah dengan mengganti kemasan dengan merek industri dalam negeri,” ungkapnya.

Sementara itu, pada tahun 2009, Kemendag juga telah menga-mankan gudang GKR antara lain di Makassar, Surabaya, Cirebon, Bogor, dan Kalimantan. Kemudian, pada 2010 lalu Kemendag sempat menggelar pengawasan di 18 wilayah. “Dari 18 wilayah itu dite-mukan beredarnya GKR di 13 wi-la yah,” paparnya. Mengingat hal tersebut, kegiatan tim audit juga akan masuk di tempat-tempat yang kemungkinan ditemukan rembesan gula rafi nasi itu.

Selain langkah tersebut, Kemen-terian Perdagangan melalui Di-rek torat Pengawasan Barang Bere-dar juga akan terus melakukan pengawasan terhadap peredaran gula rafinansi ke kalangan non industri. “Kami juga akan melakukan pembinaan di bawah dinas dan pemerintah kota (pemkot) untuk mengawasi peredaran gula rafi-nansi ini,” ungkap Gunaryo.

Atas dasar itu, pemerintah juga akan mengaudit peredaran gula rafi nasi di pasar non industri. Audit ini dimaksudkan untuk menelusuri titik kebocoran gula: apakah dari produsen atau dari distributor. Cara tersebut dilakukan agar pemerintah mendapatkn bukti yang benar-benar valid. “Bisa saja ada temuan dengan hasil foto atau lainnya. Tapi, kami tidak mau informasi perembesan itu tidak kuat,” tegas Gunaryo. (AMF)

Angels Product, PT Jawamanis Rafi -nasi, PT Sentra Usahatama Jaya, PT Permata Dunia Sukses Utama, PT Dharmapala Usaha Sukses, PT Sugar Labinta, PT Makassar Tene, dan PT Duta Sugar International.

Menurut data Kemendag, realisasi impor raw sugar per 1 Januari sam-pai 31 Mei sugar yang dilakukan oleh 8 industri gula rafi nasi ini su-dah mencapai 833 ribu ton, atau 34% dari total kuota impor yang diizinkan, yaitu 2,4 juta ton.

Secara terpisah, Dirjen PDN Ke-men dag, Gunaryo menjelaskan bah wa proses audit tersebut di-mulai dari pabrik gula rafinasi, distribusi, hingga ke penjual. Se lain itu, tim independen juga akan bekerja secara detail dengan me manfaatkan info yang akurat sehingga proses audit tidak mung-kin dilakukan dalam waktu singkat. “Paling tidak, proses audit ini akan selesai dalam dua bulan ke depan,” imbuhnya.

Bagi perusahaan-perusahaan yang nantinya terbukti merembeskan gula rafi nasi ke pasar non industri akan mendapat sanksi tegas dari pemerintah. Bila terbukti mela-kukan penyalahgunaan izin, maka kuota impor gula kristal mentah (raw sugar) mereka akan dikurangi.

“Sanksi atas kebocoran gula rafi nasi di pasar konsumsi akan langsung diberikan kepada produsen dengan mengurangi jumlah persetujuan izin impor dari alokasi yang dibe-rikan,” kata Gunaryo dalam rapat dengar pendapat gabungan de-ngan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Selasa (14/6) lalu.

Pada kesempat tersebut, Gunaryo juga menjelaskan bahwa Ke-menterian Perdagangan secara berkala juga telah melakukan pengawasan distribusi gula rafi nasi di sejumlah wilayah. Pada 2011 ini misalnya, pengawasan berkala antara lain dilakukan di wilayah Kalimantan Barat dan berhasil

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 31

Info Sembako

Page 19: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

berkembangnya pemberitaan mengenai merebaknya rembesan gula rafinasi ke wilayah konsumsi rumah tangga di sejum-lah daerah, Gunaryo mengatakan bahwa Kemendag tetap merespon secara cepat dengan langkah-langkah cermat sesuai dengan kapasitas dan wewenang yang dimilikinya.

CERMAT MENGATASI GULA RAFINASI

Kebijakan pemerintah tentang gula rafi -nasi sudah sangat jelas. Menurut Dirjen

Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Per dagangan, Gunaryo, berdasarkan Per men dag No.111/2009, jenis gula tersebut seharusnya diperuntukkan bagi in dustri skala besar, industri kecil, dan industri rumah tangga yang betul-betul membutuhkan gula tersebut, misalnya industri makanan dan minuman. “Di luar itu, peredaran gula rafi nasi dilarang karena tidak sesuai dengan peruntukkannya,” tegasnya.

Kebijakan inilah yang mendasari langkah-

langkah yang diambil Kemendag dalam menghadapi kemelut masalah gula rafi -nasi yang mengemuka akhir-akhir ini. “Kita sepakat melalui forum komunikasi petani gula rafi nasi, gula kristal putih, dan pedagang untuk memastikan kebijakan tersebut tetap berjalan,” kata Mendag.

Dan bila rembesan itu benar-benar terjadi, Gunaryo memastikan bahwa peredaran gula rafi nasi secara ilegal tersebut bisa ditelusuri dengan melihat distributor yang menyalurkan gula rafinasi. “Perolehan

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201130

Dua raksasa online dunia sudah menempatkan perwakilannya di Jakarta. Setelah Yahoo Inc, tahun ini Google tak mau ketinggalan menikmati manisnya kue bisnis online di Indonesia. Harapan Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, agar UMKM kita melek dunia maya sudah mendapatkan sinarnya.

Matahari Terbitdi Bisnis OnlineSaatnya UMKM Membuka Mata

Seorang gadis jelita bernama Tia (22 Th) terlihat asyik berselancar di internet dengan komputernya.

Tapi, ia bukan sedang meng-update status Facebooknya, melainkan sedang membuka daftar email masuk yang berisi pesanan dari toko online www.pesanbukuonline.com yang dikelolanya. “Banyak banget mas, hari ini yang pesan. Lumayan, jam segini sudah laku 4 buku,” ungkapnya kepada Info PDN.

Tia hanyalah salah satu dari ribuan pemain toko online Indonesia yang mencoba menikmati gurihnya jualan di dunia maya. “Tidak perlu membangun toko dan bisa dikunjungi oleh siapa saja dan dari mana saja selama 24 jam non stop ,” tutur Tia. Berdasarkan Riset The Nielsen Company Indonesia, pengguna internet di Indonesia pada kuartal I tahun 2011 adalah sekitar 51,7 juta. Itu baru data peta pasar online Indonesia. Bayangkan bila jumlah itu dijumlahkan dengan jumlah pengguna internet dunia. Pasti, fantastis dan luar biasa.

a sudah menempatkan a. Setelah Yahoo Inc, tahun ggalan menikmati manisnya

onesia. Harapan MenteriPangestu, agar UMKM kita h mendapatkan sinarnya.

nama Tiarselancar puternya.ate status

membukapesanan

kuonline.k banget

an, jam apnya

n pemain mencoba nia maya. d bi

Makanya, tak salah jika pemain-pemain bisnis online tingkat dunia mulai menancapkan kaki perwakilannya di Indonesia. Multiply

misalnya, peru-sa haan jejaring sosial dari Amerika Serikat, pada tahun ini akan lebih serius lagi menggarap pasar e-commerce (penjualan online) di Indonesia. Pasalnya, menurut perusahaan ini, pasar Indonesia sangat potensial.

Berdasarkan data mereka, jumlah peng-guna Multiply di Indonesia sudah mencapai angka 2 juta pengguna, atau terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Filipina. Sementara itu, jumlah toko online asal Indonesia yang sudah meramaikan “area”

multiply.com. hingga saat ini sudah mencapai sekitar 36.000 unit. Diperkirakan, jumlah tersebut akan bertambah 3.000 toko setiap bulannya.

Kabar terbaru, tahun ini pula para pe-tinggi Google Inc yang bermarkas di Mountain View, California, Amerika Serikat, memutuskan untuk merintis perwakilan di Indonesia. Alasan mereka, selain 95% pengguna internet di Indonesia adalah

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 19

Berita Pasar

Page 20: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Langkah Google itu sebenarnya sudah didahului oleh rival kuatnya, yaitu Yahoo. Inc, beberapa waktu sebelumnya. Bahkan, Yahoo sudah memiliki kantor resmi di Jakarta, yaitu berada di bilangan Sentra Senayan, Jakarta Selatan, dengan memperkerjakan sekitar 70 orang karyawan. Alasan Yahoo mengincar pasar bisnis online Indonesia pun hampir senada: Indonesia adalah pasar online yang paling besar dan tumbuh paling cepat di Asia Tenggara.

SINAR TERANG BAGI UMKM INDONESIA

Ibarat matahari dan rembulan di dunia nyata, Google dan Yahoo boleh dibilang sebagai matahari dan rembulannya dunia maya. Maka, munculnya kedua

pengguna jasa mesin pen-cari Google, pen duduk Indo nesia yang berjumlah

235 juta lebih adalah pasar potensial yang harus digarap

secara serius.

Tekad Google untuk ikut bermain di kancah bisnis online Indonesia ternyata sangat bulat. Bulan Mei lalu, salah satu bos Google, Michael Jones, Kepala Advokasi Teknologi Google, langsung datang ke Jakarta untuk menemui sejumlah pejabat pemerintah di bidang IT dan juga kaum usahawan Indonesia. “Kami menjajaki kemungkinan untuk melakukan kerja sama dalam proyek-proyek tertentu,” kata Jones kepada wartawan.

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201120

Masalah rembesan gula rafinasi yang sempat ramai diberitakan beredar luas di pasar non indus-tri sudah mulai teratasi. Di saat Kemendag sedang melakukan audit terhadap 8 perusahaan gula pengimpor gula rafinasi, harga lelang gula di tingkat petani naik. Perlu kehati-hatian dan kecermatan dalam menyi-kapi masalah gula rafinasi ini.

Pertengahan Bulan Juni lalu, harga lelang gula di tingkat petani naik di atas Rp 8.000 per kilogram. Kabar ini

cukup melegakan para petani. Pasalnya, satu pekan sebelumnya harga sempat turun hingga mendekati batas Harga Pembelian Pemerintah (HPP), yaitu sebesar Rp 7.000 per/kg. Apalagi, merebaknya kabar rembesan gula rafi nasi juga masih menjadi pemicu kekhawatiran para petani akan jatuhnya harga gula di saat panen raya nanti.

Meski demikian, kenaikan harga di tingkat petani tersebut tidak serta-merta membuat harga gula naik di pasar konsumen. Da lam acara Konferensi Pers Bulanan Per kem-bangan Harga Pokok 16 Juni lalu, dilapor-kan bahwa harga gula selama bulan Juni relatif stabil.

Tercatat, memasuki Minggu I Juni 2011, harga Gula mencapai Rp.10.011,-/kg atau turun 0,15% dibanding harga Minggu V Mei 2011 yang berada pada kisaran harga Rp.10.212/kg. “Jadi, harga petani tetap layak dan harga konsumen relatif stabil,” jelas Mendag, Mari Elka Pangestu.

Mengenai kabar baik tersebut, Gunaryo, Dirjen PDN, kepada Info PDN mengatakan

bahwa keadaan itu mengajarkan kepada semua pihak untuk lebih berhati-hati dan bertindak cermat dalam menghadapi setiap persoalan gula yang mengemuka, baik dari soal gejolak harga maupun maraknya kasus merembesnya gula rafi nasi ke wilayah konsumsi rumah tangga.

“Kalau kita terpancing dengan isu merem-bes nya gula rafi nasi dan gegabah dalam mengambil tindakan, maka akan ada ke-pa nikan bagi pedagang dan distributor. Akibatnya, harga di tingkat konsumen naik,” ungkapnya kepada Info PDN.

Menurutnya, permasalahan gula rafi nasi harus dihadapi secara hati-hati. “Kita harus memetakan masalah ini secara cermat. Jangan sampai kita reaktif, tapi momentum ini digunakan oleh pemain-pemain gula untuk bermain,” ujarnya. Dan yang terlebih penting, kata Gunaryo, adalah bagaimana mencari solusi dan langkah agar harga

gula tetap menguntungkan petani, tetapi harga lelang juga jangan sampai tidak ada batasnya.

“Kalau sampai tidak dibatasi dan terus naik, pasti harga di konsumen akan ikut naik. Jadi, pada masa panen harga di ting kat petani tetap naik, tetapi di tingkat kon-sumen tidak perlu ikut naik,” imbuhnya.

Meski demikian, ia juga mengingatkan bahwa naik turunnya harga gula juga tidak bisa lepas dari harga internasional. Apalagi, di Indonesia harga gula diserahkan ke mekanisme pasar. Gula tidak ditrade seperti beras. “Meski dikategorikan sebagai barang dalam pengawasan. tetapi harganya tidak ditentukan. Sebab, bila ditentukan, konsekuensinya pemerintah harus punya budget untuk menalangi harga tersebut,” tandasnya.

Maka dari itu, berkenaan dengan

Harga Gula:

Layak Bagi Petani,Stabil Untuk Konsumen

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 29

Info Sembako

Page 21: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Tidak hanya pemerintah, tetapi juga para pelaku usaha hendaknya berpikir untuk memanfaatkan potensi efisiensi yang dimiliki moda ini untuk menambah daya saing harga komoditi dan produknya. Pasalnya, selain efisiensi dalam proses transportasi dan distribusi menjadi salah satu hal yang penting, proporsi biaya transportasi juga bisa mencapai 66 % dari keseluruhan biaya logistik.

Sebagai gambaran, untuk mengangkut barang dari Surabaya ke Jakarta via jalan darat, atau dengan truk, maka waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 20 jam untuk ukuran normal tanpa ada kemacetan. Se-mentara itu, dengan kapal, waktu tersebut relatif sama, namun ongkosnya lebih mu rah. Sebab, satu kapal bisa memuat barang puluhan kali lipat yang dibawa oleh angkutan darat. Selain itu, transportasi laut juga sangat efektif untuk membuka akses dan menghubungkan wilayah pulau, baik di daerah yang sudah maju maupun yang masih terisolasi.

Singkat kata, transportasi laut sangat dibutuhkan oleh Indonesia, khususnya dunia perdagangan. Sebab, moda tans-portasi laut ini memiliki peran yang sangat penting dalam dunia perdagangan Indonesia, baik di tingkat internasional maupun domestik. Pemerintah telah menyiapkan program optimalisasi dan pengembangan simpul untuk mening-katkan keterpaduan antarmoda dalam rangka kelancaran arus barang pada 25 pelabuhan strategis,

11 bandara,

empat terminal khusus batu bara dan tiga terminal CPO.

Sejumlah sarana telah disiapkan. Un-tuk pelabuhan, sejak tahun 2009 lalu pemerintah telah melakukan pemba-ngunan 15 pelabuhan peti kemas (antara, lain Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan, Tanjung Emas, Panjang, Makasar, Banjarmasin, Pontianak, Bitung, Samarinda, dan Palembang), 17 pelabuhan yang memiliki terminal penumpang dan 142 pelabuhan untuk pelayaran perintis/rakyat.

Selain itu, pemerintah juga memberikan dukungan pengembangan sarana pen-dukung lainnya. Tercatat, selain telah membangun 18 unit kapal pe rintis, pe me-rintah juga telah melakukan pembangunan fasilitas sistem tele komunikasi pelayaran, antara lain: persiapan Indonesia Ship Reporting System (INDOSREP) di Selat Sunda dan Selat Lombok, pembangunan Vessel Traffi c Services (VTS) di wilayah Selat Malaka, pembangunan vessel traffi c information System (VTIS) di Teluk Bintuni, Papua Barat, serta pemasangan automatic identifi cation ship (AIS) di lima lokasi pelabuhan, yaitu Belawan, Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Makassar.

Untuk menambah ketangguhan, pe-me rintah melakukan pembangunan sa-rana bantu navigasi pelayaran (SBNP) meliputi 42 unit menara suar, 123 unit ram bu suar, dan 100 unit pelampung suar, serta penambahan empat kapal navigasi. Bahkan, kegiatan pengerukan alur/kolam pelabuhan telah mencapai

17,17 juta m3. Maka, tunggu apa lagi? Mari segera kita optimalkan ang ku tan

bahari kita untuk kelan-caran dan efisiensi biaya distribusi. (AMF)

darat. “Negara kepulauan lain, seperti Jepang dan Filipina telah memperkuat sektor transportasi laut dan kereta api sebagai jalur distribusi,” ujarnya.

LEBIH MURAH DAN EFISIEN

Ada beberapa tugas penting yang diemban oleh Kemendag cq Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi dalam mewujudkan arus barang dan mengurangi disparitas harga antar wilayah dalam pengembangan Sistem Logistik Nasional. Di antaranya adalah menggabungkan sistem transportasi dan pembangunan daerah yang terintegrasi menjadi sebuah konektivitas nasional. Sebab, visi pembangunan konektivitas adalah Locally Integrated, Globally Connec-ted, yang mencakup konektivitas lokal, nasional dan global dalam jalur distribusi intra pulau, antar pulau, dan logistik perda-gangan internasional.

Maka, untuk mencapai tujuan tersebut, moda transportasi laut layak dioptimalkan pemberdayaannya. Selain dampak ling-kungannya kecil, moda tranportasi laut juga menawarkan efisiensi waktu dan biaya. Secara teori ekonomi pun, angkutan laut adalah angkutan massal yang jauh lebih murah dari angkutan darat. Dengan kata lain, kontribusi transportasi laut menjadi semakin penting karena nilai biaya yang dikeluarkan adalah paling kecil bila dibandingkan dengan biaya transportasi darat ataupun udara.

Realitas ini tentu saja perlu mendapatkan perhatian dari se jum-lah pihak terkait.

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201128

Distribusi

raksasa itu di Indonesia bisa diharapkan menjadi penyinar bagi pertumbuhan industri dan ekonomi kerakyatan kita, khususnya para pelaku bisnis UMKM yang sedang ditantang oleh Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu agar juga terampil menggunakan kemajuan teknologi internet untuk membangun kemajuan bisnis mereka.

Memang, penjualan online bagi UMKM dan para usahawan Indonesia bukan barang baru lagi. Namun, dari segi kuantitasnya masih belum banyak dan kwalitasnya juga belum optimal. Fakta menunjukkan, dari 52 juta UKM Indonesia baru ada 2000 akun pengiklan yang terdaftar di SITTI (Sistem Iklan Teknologi

Teks Indonesia), sebuah perusahaan online yang membidik secara khusus pasar online usaha kecil dan menengah (UKM).

Ada beberapa UKM kita yang telah membuktikan dirinya mampu bersaing di dunia maya dan ikut menikmati manisnya memainkan bisnisnya di lewat internet, atau menjual produknya dengan sistem online. Sebut saja misalnya www.id.bcbali.com. Situs toko online ini milik Desak Putu Suniami (34 th), seorang ibu rumah tangga dari Denpasar, Bali.

Tahun 2000 lalu, ibu 4 orang anak ini mencoba buka usaha toko souvenir khas Bali dengan modal 100 juta. Namun, hingga 7 tahun berjalan usahanya tak berkembang sesuai harapannya. “Usaha itu baru bisa break event point pada tahun 2008,” kata Desak dalam telewawancara dengan Info PDN 20 Juni lalu. Maka, ia pun mencari cara dan akhirnya menjatuhkan pilihan untuk mengembangkan bisnisnya lewat jalur penjualan online.

“Selama 2 tahun, online shop ini tidak menghasilkan apa-apa, hanya uang promo yang keluar terus menerus,” tuturnya mengisahkan suka dukanya berjualan online. Namun, ia tak patah semangat. Berkat ketekunan dan kesabarannya, pada tahun kedua ia sudah bisa menikmati ‘renyahnya” berjualan online. “Sekarang ini, justru order terbesar adalah dari penjualaan toko online saya,” ungkapnya bahagia.

Melihat prospeknya yang luar biasa, Bu Desak pun tak ingin ketinggalan kereta. Ia berani memperkerjakan seorang web master agar pelayanan toko online-nya menjadi lebih profesional dan mendatangkan hasil yang lebih maksimal. “Membangun serta mempertahankan trust dari klien itu yang paling penting dari bisnis oneline shop. Dari ikatan trust inilah yang akan membentuk jaringan kerjasama yang lain,” ujarnya.

Bu Desak pun mengaku, produk-produk Jewerely dan handbag hasil produksinya dengan suami tercinta, Slamet Riyadi, bisa menem bus pasar

apkan menjadi ri dan ekonomi u bisnis UMKM Perdagangan,menggunakan

membangun

KM dan ng baru

a masih a belumuta UKM an yanggi

dan handbag hasil produksinyadengan suami tercinta, SlametRiyadi, bisa menem bus pasar

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 21

Berita Pasar

Page 22: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Eropa dan USA. Dan saat ini, melalui jalur pemasaran online yang ditekuninya, setiap kali pengiriman bisa sampai 10 ribu pcs hingga– 40 ribu pcs. “Soal nominalnya, tentu bisa ratusan juta rupiah,” ujarnya tak mau berterus terang.

Besarnya semangat Bu Desak dan potensi bisnisnya membuat sejumlah instansi pemerintahan memberikan supporting dan apresiasi tersendiri kepadanya. “Usaha saya ini juga banyak disupport oleh Koperasi, Dekrasda Bali, BUMN, dan juga Disperindag. Bentuknya adalah undangan mengikuti pameran dan exhibition hampir di seluruh Indonesia. Bahkan, saya juga pernah diikutkan dalam pameran internasional di Brunei Darussalam dan juga Australia,” ungkapnya.

SIAPA PUN BISA!

Mendulang rupiah dari internet bukan hanya peluang bagi para pelaku industri atau produsen barang-barang saja. Bagi yang berniat menjual barang-barang tertentu tanpa harus memproduksi sendiri pun bisa ikut menikmati meriahnya rupiah

di pasar online. Ada banyak pilihan untuk dilakukan, bisa menjadi agen, distributor, grosir, reseller atau pemilik toko online saja. Soal barang yang akan dijajakan, banyak supplier dan produsen yang membutuhkan sekian banyak jaringan pemasar online untuk menjualkan produk-produknya.

Soal tempat, di dunia maya masih banyak “lahan kosong” yang ditawarkan. Kita tinggal membangun toko atau websitenya saja. Namun, banyak juga penyedia jasa penjualan online yang secara gratis mena-warkan ruang gratis dengan segala macam fasilitas displaynya. Salah satunya adalah situs www.tokobagus.com, sebuah layanan situs jual beli online yang berkantor pusat di Denpasar, Bali.

Sejak didirikan oleh Arnold Sebastian Egg & Remco Hendrik Lupker pada tahun 2005 lalu, situs ini berkali-kali membuat orang membelalakkan mata. Apalagi sejak keberaniannya mengiklankan dirinya di sejumlah stasiun televisi swasta. Awal tahun

lalu, situs ini merilis berita bahwa dirinya sukses meraih angka sebesar 300 miliar rupiah dari transaksi yang dilakukan oleh Seller dan Buyer Tokobagus.com selama Desember 2010 lalu. Nilai ini didapat dari survei yang dilakukan Tokobagus.com dengan melibatkan Seller dan Buyer Tokobagus.com. ‘Nilai sebesar 300 miliar ru-piah ini dipengaruhi oleh beberapa produk yang mempunyai nilai jual tinggi seperti properti dan otomotif.’ Terang Remco.

Menjawab email yang dikirimkan redaksi Info PDN, Remco menjelaskan bahwa tokobagus.com merupakan situs jual beli online gratis. “Jangkauan kami mencakup seluruh wilayah Indonesia dengan jumlah members lebih dari 700 ribu, dengan total page views lebih dari dua juta perharinya,” ungkapnya.

Dan menurutnya, potensi pasar online Indonesia sangat besar.

Itulah mengapa ia dahulu berani me ngem bangkan

situs nya di Indonesia de ngan meniru gaya situs amazon.com yang sangat dikagumi du-nia. “Negara Indonesia merupak an negara

kepulauan dengan pen-duduk yang menye bar. Ka-

rakter negara seperti ini sangat tepat dan sesuai dengan watak bisnis

online yang tak terbatas oleh ruang, tempat dan juga waktu,” imbuhnya.

Selain www.tokobagus.com, masih banyak lagi penyedia jasa penjualan atau iklan gratis yang bisa dimanfaatkan siapapun untuk ikut memeriahkan pasar dunia maya. Jejaring sosial seperti Facebook, twitter, friendsterr, dan lain-lain juga bisa men jadi tempat numpang jualan. Atau, bisa juga kita membangun jaringan pasar dan seka ligus memasarkan produk atau jasa-jasa kita di situs-situs komunitas semacam www.kaskus.com, yang setiap hari akan mem beri kita sahabat, teman dan relasi baru yang bakal menjadi prospek bisnis kita.

Masih penasaran? Coba saja Anda berse-lancar di internet barang sejenak mencari tempat-tempat yang bisa Anda gunakan untuk menjajakan produk atau jasa Anda. Masa depan cerah menanti Anda!

(DC/Ltf/AMF/Berbagai sumber)

di osir, k toko

online InItula

bes

kedudu

rakter netepat dan ses

”Membangun serta mempertahankan trust dari klien itu yang paling penting dari bisnis oneline shop. Dari ikatan trust inilah yang akan membentuk jaringan kerjasama yang lain”

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201122

“Pemerintah telah menyiap-kan program optimalisasi dan pengem-bangan simpul untuk mening katkan keterpaduan antarmoda dalam rangka kelancaran arus barang”

secara serius oleh negara-negara di Eropa dan Amerika Utara. Lantas, bagaimanakah dengan transportasi laut Indonesia saat ini?

Yang pasti, sistem transportasi Indonesia saat ini belum berimbang. Masih menum-puk di darat. Sebagaimana dilansir oleh Bappenas, moda transportasi melalui jalan saat ini masih melayani 84% penumpang sedangkan kereta api baru 7,3%, udara 1,5%, laut 1,8% dan sungai hanya 5,3%. Se dangkan untuk angkutan barang, mo-da jalan masih mendominasi dengan me-nguasai 90,4%. Sisanya dibagi ke moda lainnya yakni laut dan kereta api dengan masing masing 7% dan 0,6%.

Beratnya beban moda transportasi darat ini bisa kita lihat kepadatan arus yang terjadi di jalur Pantai Utara Jawa (Pantura). Semua jenis kendaraan, baik angkutan penumpang dan barang, menggunakan jalur Pantura. Pemandangan ini menjadi semakin padat dan macet ketika truk-truk pengangkut hasil industri dari Cilegon, Banten, mengantar barang ke Surabaya, Jawa Timur.

“Truk-truk ini lebih memilih jalur Pantura ketimbang jalur laut. Padahal kalau dipikir, idealnya mereka lewat laut karena lebih murah. Ini faktor utama beban Pantura sudah overload saat ini,” ujar Menteri Peker-jaan Umum, Djoko Kirmanto.

Semakin beratnya beban jalan da rat terse-but juga mengakibatkan ketidak lancaran arus berbagai macam barang, termasuk kebutuhan pokok dan bahan baku in-dus tri. Akibatnya, infl asi dan disparitas harga yang tinggi antara wilayah pun tak mungkin dihindari. Tak hanya itu, secara ekonomi pun, keadaan tersebut sangat merugikan. “Secara ekonomi makro, hal ini jelas ekonomi biaya tinggi,” ujar Ir Sumardi, pengamat transportasi dari MTI ini. Dan menurutnya, kondisi tersebut semakin menegaskan bahwa keberadaan angkutan lain, seperti kereta api dan kapal laut, tidak hanya kian diperlukan, tapi juga perlu segera diberdayakan secara seimbang.

Hal senada diungkapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto. Menu rutnya, sebagai negara kepulauan, kelancaran mobilisasi barang tidak bisa hanya mengandalkan jalur transportasi

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 27

Page 23: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

Transportasi laut sangat strategis untuk menjadi pendukung utama kelancaran arus barang perdagangan internasional maupun domestik (antar pulau). Berbagai sarana dan prasarana infrastruktur terus dikembangkan. Potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku usaha. Mengapa?

Negara dapat menjadi kuat jika dapat menguasai lautan. “To control the ocean we must control sufficient

fl eat,” kata Presiden I RI, Sukarno, pada pidato pembukaan Lemhanas tahun 1965. Apa pasal? Tak lain, karena Indonesia adalah negara kepulauan ‘archipelagic state’ yang terbesar di dunia.

Terdata, Indonesia memiliki 17.504 pu-lau. Garis pantainya + 81.000 Km, atau terpanjang kedua di dunia setelah Canada. Total jenderal luas wilayah daratnya 1,9 juta km, sementara luas wilayah lautnya adalah 5,8 juta km. Maka, tak salah bila dikatakan bahwa Geopolitical destiny dari Indonesia adalah maritim.

Karena itu, pelayaran atau transportasi laut merupakan sarana vital Indonesia yang layak untuk lebih dimaksimalkan lagi, terutama dalam dunia perdagangan. “Sebab, dengan kondisi seperti itu, sarana transportasi yang paling memungkinkan untuk menciptakan sebuah conectivity antar pulau secara efi sien dan efektif ada lah moda transportasi laut,” ungkap Ir Su mardi, Koordinator Forum Transportasi Laut, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) kepada Info PDN pertengahan bulan Juni lalu.

Transportasi Laut:

SaatnyaTransportasi LautDioptimalkan

Namun, pemanfaatan angkutan laut di Indonesia masih belum maksimal, termasuk dalam pengangkutan barang atau distri-busi komoditi antar daerah. “Sampai saat ini Indonesia masih mengandalkan trans-portasi darat dan udara ketimbang trans-portasi laut dan kereta api,” kata Martin Siregar, Plt Dit Logsardis,PDN pada Forum Sinkronisasi lalu.

“Hal itu terbukti dengan masih menum-puknya kepadatan angkutan di jalan raya darat,” tandas Ajiph Razivwan Anwar, se-orang pengamat transportasi laut yang pernah melakukan penelitian soal pe-ngem bangan transportasi laut di Eropa ini. Menurutnya, secara fisik geografis, Indonesia dan Eropa memiliki kesamaan, yakni jarak antara pulaunya tidak terlalu jauh, sehingga sangat potensial untuk pengembangan sistem transportasi laut jarak dekat.

“Di Eropa, program pengalihan beban darat ke perairan, sungai dan laut telah dilakukan sejak sepuluh tahun silam dan terbukti berhasil mengurangi beban jalan raya,” ujarnya. Bahkan, program seperti itu, kata dia, telah menjadi program-program unggulan yang dikembangkan dan digarap

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201126

Distribusi

Kebutuhan terhadap barang pecah belah setiap saat terus bertambah. Pusat grosirnya hampir ada di setiap daerah. Benarkah peredaran rupiah di dalamnya bergairah?

Pecah berarti membeli. Inilah aturan jadul yang masih berlaku di semua pasar atau toko barang pecah belah,

meski zaman sudah mengenal garansi dan asuransi. Maka, ada baiknya tak mengajak anak kecil bila akan belanja barang-barang pecah belah. Apalagi, jika pasarnya selalu sesak dan penuh pengunjung seperti di Pasar Regional Jatinegara, Jakarta Timur.

Hari Minggu, 20 Juni 2011 lalu, Siti Maryam (36 th) terkena pasal itu. Sambil

menggendong anaknya yang masih kecil, ia sedikit bersitegang dengan seorang gadis penjaga salah satu toko pecah belah yang berada di dalam Pasar Jatinegara.

Info PDN yang kebetulan berada di lokasi pun tergerak naluri wartawannya untuk

mencari tahu apa yang terjadi.

Usut punya usut, ter-nyata anak si ibu rumah

tangga yang mengaku da-tang dari Bogor itu tak

sengaja menyenggol gelas yang sedang

ia lihat-lihat hingga jatuh dan pecah. Namun, tak lama kemudian si pemilik toko datang. “Sudah, ibu ganti yang pecah ini saja,” ujar si pemilik toko demi menyudahi ketegangan.

Kisah tersebut hanya salah satu dari sekian dinamika yang kebetulan kurang menyenangkan di tengah meriahnya suasana harian di dalam pasar atau sentra pecah belah. Sebab, kisah indah yang akan kita temukan di pasar pecah belah justru lebih banyak, lebih mengesankan dan bisa jadi akan membuat Anda jatuh cinta untuk ikut berbisnis barang pecah belah.

Pengalaman Toko Household Ceramics yang berdiri megah di Jalan Raya Caman, Bekasi, menjadi saksi bergairahnya rupiah di perdagangan pecah belah. Toko ini baru dibuka Elliza Marina sekitar 7 bulan lalu. Melihat potensinya yang besar, ia berani merogoh kocek Rp 700 juta untuk modal usaha pecah belahnya ini. Keberaniannya tak sia-sia. “Omset saya sekarang rata-rata 100 sampai 125 juta per bulan,” ungkapnya

kepada Info PDN saat berkunjung ke tokonya 20 Juni lalu.

Menurut Elliza, bisnis barang pecah belah tidak mengenal basi, dan barang pasti habis terjual. “Barang pecah belah seperti ini tak akan pernah kehabisan pembeli. Kalau pun ada stok barang yang tidak laku, saya masih bisa menjualnya dengan mengadakan greatsale atau kepada para pedagang keliling,” tuturnya.

Soal keuntungan yang didapat, ibu rumah tangga dengan 3 orang anak ini mengatakan bahwa keuntungan dari bisnis jual belah ini cukup besar. Apalagi, kata dia, kalau di jual ke luar daerah. “Untungnya bisa dua kali lipat,” ungkap Elliza yang mengambil barang-barang dagangannya dari sebuah pabrik pecah belah yang berada di daerah Cileungsi, Jawa Barat.

Ucapan Elliza soal tak pernah habisnya pembeli pecah belah

Gairah Rupiahdi Pasar Pecah Belah

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 23

Berita Pasar

Page 24: DITJEN PDN/MJL/55/VI/2011 PDNditjenpdn.kemendag.go.id/assets/publikasi/InfoPDN_Juni_2011.pdfsebe sar perusahaan raksasa, fakta membuktikan bahwa mereka inilah para “pendekar” penjaga

ada benarnya. Pasalnya, tren perdagangan barang pecah belah saat ini memiliki fenomena yang tak kalah menariknya. Yakni, tidak hanya menjadi kebutuhan yang hanya dibeli oleh ibu-ibu rumah tangga untuk melengkapi peralatan rumah tangga mereka, tetapi juga diminati oleh sejumlah segmen untuk hadiah, kado, dan souvenir. Bahkan, perusahaan-perusahaan besar talah menjadi langganan tetap yang suka memborongnya untuk merchandise kegiatan-kegiatan promosi mereka.

Fenomena inilah yang membuka sekian usaha baru di industri kreatif penyedia jasa pembuatan souvenir dan merchandise. Salah seorang yang melihat ceruk ini adalah Ismi Raharti, seorang pengusaha kreatif dari Bogor yang mengembangkan usaha ini sejak sebelas tahun silam. Beberapa tahun terakhir, usahanya kian berkembang pesat. Ratusan mug atau gelas dan piring terpajang di tokonya yang berada di Jalan Sholeh Iskandar, Kota Bogor.

“Kalau mau pesan pasti mereka beli sam-pel dulu. Sampel ini dijual Rp10 ribu per piece,” ujar Ismi. Yang dimaksud sampel merupakan barang sisa dari pemesanan produk promosi pihak lain. Menurut pengakuannya, pasar dia sudah sampai ke Tanah Papua.

Fakta di atas membuktikan bahwa pangsa pasar pecah belah cukup menggairahkan dan bisa dipertimbangkan untuk menjadi

peluang sumber pendulang rupiah. Untuk segmen rumah tangga saja, tingkat kebutu-hannya pasti akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya pasangan hidup baru yang membangun rumah tangga.

Ada satu faktor penting yang membuat pasar tetap (captive market) pecah belah tidak pernah surut oleh zaman. Di antaranya, produk-produk peralatan rumah tangga berbahan baku beling ini tetap menjadi pilihan utama pasar rumah tangga. Yakni, karena secara kesehatan, produk ini relatif lebih aman dibanding dengan peralatan yang terbuat dari bahan dasar plastik atau melamin.

PASAR ESKPOR CERAH

Terdata, ada 88 perusahaan produsen

pecah belah dan barang keramik di Indonesia saat ini. Salah satu perusahaan yang cukup terkenal dan boleh paling besar di sektor ini adalah Kedaung Group, sebuah perusahaan produsen pecah belah yang didirikan oleh Agus Nursalim dengan tiga rekannya pada tahun 1969.

Debut Kedaung Group sebagai pabrik gelas dan piring sudah cukup dikenal, baik di tingkat nasional maupun internasional. Saat ini, Kedaung Group terdiri dari lebih dari 30 perusahaan yang bergerak di bidang gelas dan industri lainnya. Bahkan, posisinya sudah boleh dikatakan sebagai salah satu perusahaan terbesar di dunia dalam bidang manufaktur gelas. Pasalnya, perusahaan ini juga sudah membuka pabrik di Malaysia, Singapura, dan juga Republik Rakyat Cina.

MAJALAH INFO PDN, JUNI 201124

ADA banyak celah untuk meng garap pasar pecah be-lah. Salah satunya ada lah dengan membuka usa ha par cel khusus pecah belah. Pa sal nya, parcel seperti ini dari hari ke hari dan tahun ke ta hun kian diminati, ter utama menjelang hari le ba ran atau hari-hari be sar keagamaan lainnya.

Dikabarkan, menjelang lebaran tahun lalu parsel yang paling diminati di sentra parcel Jl Cikini adalah parcel barang pecah belah, seperti seperangkat alat makan dan minum, yaitu piring, teko, gelas, cangkir, mangkok dan lain-lain. Waktu itu, harga parsel pecah belah ditawarkan dari mulai Rp 300 ribu sampai Rp 1,5 juta tergantung merk produk yang digunakan.

Konsumennya pun pasti, sejumlah perusa-haan besar dan berbagai macam instansi. Bahkan, biasanya dua bulan sebelum Idul Fitri, bisnis parcel seperti ini sudah mulai bertransaksi. Apalagi yang pesanannya lebih dari 500 bingkisan atau lebih.

Ada banyak kelebihan yang membuat parcel pecah belah lebih banyak diminati. Yaitu, selain tidak perlu khawatir dengan masa kadaluarsa, parcel seperti ini juga terkesan lebih mewah, elegan dan eksklusif. Dan tentu saja, barang seperti ini akan lebih melekat di hati. Pasalnya, tidak cepat habis dan terus bisa dinikmati. (AMF)

Dalam dunia perdagangan internasional, Kedaung termasuk pemain utama bisnis pecah belah Indonesia yang ikut merintis pemasaran di kancah dunia. Ia mulai mengawali ekspornya pada tahun 1988 ke Amerika serikat dan Saudi Arabia. Kemudian, pada tahun 1989 sudah mulai menembus pasar Jepang.

Produk pecah belah Indonesia memang tergolong cukup digemari di pasar internasional. Tercatat, berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, ekspor barang pecah belah untuk rumah tangga ke Brasil misalnya, cenderung meningkat beberapa tahun terakhir. Pada 2008 misalnya, ekspor barang pecah belah untuk kebutuhan rumah tangga sebesar US$ 562 ribu. Lalu, pada tahun 2009meningkat menjadi US$ 690 ribu. Sementara itu, pada

periode Januari-Juni 2010, ekspor barang pecah belah ke Brasil bahkan mencapai US$ 312 ribu.

PUSAT PECAH BELAHDI BEBERAPA DAERAH

Semakin besarnya pasar pecah belah telah diikuti juga dengan kian bertambahnya sentra-sentra perdagangan pecah belah di beberapa daerah. Di Jakarta sendiri misalnya, ada sejumlah tempat selain Pasar Jatinegara yang bisa menjadi tempat belanja pecah belah dengan harga murah, yaitu Jalan Jembatan Lima, Jakarta Barat, Pasar Ular Permai Jakarta Utara, ITC Cem-paka Mas dan Pasar Senen, Jakarta Pusat.

Untuk di Kota Surabaya, selain di Pasar Turi, barang pecah belah juga bisa didapatkan

secara grosiran dan juga eceran dengan harga murah di Pasar Atom yang cukup melegenda sebagai pusat grosir terbesar dan tertua di Surabaya bahkan di Indonesia bagian Timur. Pasar ini ada sejak tahun 1960 dan dikenal sebagai pasar yang menyediakan berbagai peralatan rumah tangga, mulai dari produk dalam negeri maupun produk luar negeri. Areanya pun cukup luas, yaitu 6 hektar.

Sedangkan di Aceh, sejumlah ibu rumah tangga di sana biasa belanja pecah belah di Pusat Pasar Pecah belah di Kota Lhokseumawe. Di kota Medan, salah satu pusat belanja pecah belah yang dikenal cukup murah adalah Olympia Plaza, plaza tertua di Medan. Dan tentunya, masih banyak lagi di daerah-daerah lain yang belum disebutkan. (Tom/AMF)

h untukh be-a lah

sa haah.ni ni, ari e sar

Celah ManisBisnis Pecah Belah

MAJALAH INFO PDN, JUNI 2011 25

Berita Pasar