diterbitkan oleh: badan pendidikan kristen...

124
Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi dan penelitian ilmiah antar para pemerhati masalah pendidikan. Penanggung Jawab Ir. Budi Tarbudin, MBA. Pemimpin Redaksi Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A. Sekretaris Redaksi Rosmawati Situmorang Dewan Editor Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A. Prof. Dr. Theresia K. Brahim Dr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M. Ir. Budyanto Lestyana, M.Si. Dra. Vitriyani Pryadarsina, M.Pd. Alamat Redaksi : Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470 Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968 http://www.bpkpenabur.or.id E-mail : [email protected]

Upload: phamhanh

Post on 10-Feb-2018

286 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakaisebagai medium tukar pikiran, informasi dan

penelitian ilmiah antar para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung JawabIr. Budi Tarbudin, MBA.

Pemimpin RedaksiProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris RedaksiRosmawati Situmorang

Dewan EditorProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Prof. Dr. Theresia K. BrahimDr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.

Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.Dra. Vitriyani Pryadarsina, M.Pd.

Alamat Redaksi :Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470

Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968http://www.bpkpenabur.or.id

E-mail : [email protected]

Page 2: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

iJurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Jurnal Pendidikan PenaburNomor 19/Tahun ke-11/ Desember 2012

ISSN: 1412-2588

Daftar Isi i

Pengantar Redaksi ii - v

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai, Sugiharti,1-19

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning Berbasis Web dengan Prinsip e-Pedagogy dalamMeningkatkan Hasil Belajar, Muksin Wijaya, 20-37

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan, Widodo, 38-51

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan, Hilda Karli, 52- 63

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa H.A.R. Tilaar, 64-84

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia, Esther Christiana Yuwanda, 85-97

Isu Mutakhir: Pendidikan Karakter: Membentuk Karakter Unggul? Desmon Simanjuntak,98-103

Resensi buku: Pemasaran Jasa Pendidikan, Debora L. Kana dan Imma Helianti Kusuma,104-107

Profil BPK PENABUR Jakarta, Rewindinar, 108-117

Page 3: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengantar Redaksi

encana Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan danKebudayaan untuk mengganti Kurikulum PendidikanDasar Menengah dari KTSP 2006 menjadi Kurikulum2013 menuai berbagai tanggapan dari berbagai pihak

dalam paruh akhir tahun 2012. Reaksi masyarakat yang peduliakan pendidikan dapat dikategorikan pada 3 (tiga) kelompok yaituyang setuju, tidak setuju, dan setuju dengan catatan dengan alasanmasing-masing. Di samping itu terdapat juga kelompok yang “masabodoh” dalam arti tidak memberikan reaksi sama sekali, apakahkarena tidak memahami, tidak peduli, atau apatis. Polemik itusemakin menghangat ketika Pemerintah memberikan ruang kepadamasyarakat untuk memberikan tangapan atau masukan dalam ujipublik bulan November dan Desember 2012.

Perubahan, penyempurnaan, atau pergantian kurikulumadalah suatu hal yang wajar dan patut dilakukan dalam penyeleng-garaan pendidikan. Dalam waktu tertentu kurikulum perlu ditinjau,dikaji, atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kurikulum itumasih sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologidan seni, serta dapat memenuhi kebutuhan peserta didik disamping tuntutan pemakai tenaga lulusan lembaga pendidikan.Akan tetapi, mengapa perubahan kurikulum di Indonesia selalumenimbulkan “kehebohan” dan perubahan itu dianggap bukanuntuk peningkatan mutu pendidikan tetapi merupakan kemauanatau kepentingan pihak tertentu sehingga memunculkan ungkapan“Ganti Menteri, ganti kurikulum”?

Kurikulum yang merupakan dokumen resmi dan dijadikan olehlembaga pendidikan sebagai dasar memberikan pengalamanbelajar kepada peserta didik di dalam dan di luar lembagapendidikan. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas capaian belajardalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleholeh peserta didik sangat ditentukan oleh muatan kurikulum. Mutudan relevansi pendidikan sangat dipengaruhi oleh kurikulum yangdisusun atas landasan filosofis, psikologis, sosial-budaya,danperkembangan ilmu, teknologi, dan seni. Keberhasilan mencapaiantujuan pendidikan nasional yang ditetapkan dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (yang terakhir No 20Tahun 2003), sangat ditentukan oleh keberhasilan penjabarannyadalam kurikulum pendidikan di masing-masing jenjang dan jenispendidikan. Dengan demikian, sebelum dilakukan perubahankurikulum perlu dilakukan evaluasi menyeluruh dan objektif ataskurikulum yang sedang diberlakukan. Hasil evaluasi dan analisiskebutuhan dijadikan acuan dalam menyempurnakan, merubah ataumengganti kurikulum.

Proses penyusunan kurikulum, juga mempengaruhi kualitaskurikulum yang dihasilkan. Untuk menghasilkan kurikulum yangberkualitas, relevan dengan kebutuhan serta berorientasi ke depan,

R

Page 4: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

iiiJurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

perlu mengikutsertakan sejumlah ahli dalam bidang penyusunankurikulum, mata pelajaran/disiplin ilmu, dan pendidikan.Kelayakan dan keterpakaian kurikulum juga perlu dibuktikanmelalui uji coba.

Di lain pihak perubahan kurikulum menimbulkan sejumlahkonsekuensi yang patut diperhitungkan. Pertama, perubahankurikulum memerlukan sosialisasi kepada semua pendidik dantenaga kependidikan sampai mereka memahami benar perubahanapa yang terjadi dalam kurikulum baru. Pendidik/guru merupakanpelaksana langsung kurikulum, melakukan penyesuaian kurikulumdengan lingkungan pembelajaran, mengembangkan kurikulumsehingga operasional, dan secara profesional melakukan kajian/telaahan atas komponen-komponen yang ada dalam kurikulum.Dengan demikian guru perlu dilatih dan dipersiapkan dengan baikjauh sebelum kurikulum diterapkan di sekolah.

Kedua, pelaksanaan kurikulum memerlukan berbagai perangkatpendukung seperti buku teks pelajaran, alat peraga, alat peraktek,buku rapor, atau sumber belajar lainnya. Pembuatan dan pengadaanperangkat pendukung kurikulum itu memerlukan waktu dan biayayang tidak sedikit. Sungguhpun kurikulum diberlakukan secarabertahap berdasarkan jenjang atau tingkat pendidikan, selalu sajaterjadi kesenjangan waktu antara mulainya pelaksanaan kurikulumdengan tersedianya perangkat pendukung. Di samping itu perludiketahui bahwa sangat beresiko mempersiapkan perangkatkurikulum bersamaan waktunya dengan penyusunan dan pengem-bangan kurikulum dengan maksud agar perangkat pendukung telahtersedia di sekolah ketika kurikulum baru dilaksanakan. Perangkatkurikulum dapat dimulai dan dibuat secara efektif kalau kurikulumsudah final, bukan masih dalam proses penyusunan.

Ketiga, perubahan struktur kurikulum dapat pula memerlukanperubahan jumlah dan keahlian guru. Penambahan, pengurangan,atau pengintegerasikan mata pelajaran mengakibatkan penataankembali tugas guru, yang mungkin berujung pada kelebihan ataukekurangan jumlah guru di sekolah.

Keempat, perubahan kurikulum dapat mengakibatkan jugaperubahan proses pembelajaran di kelas sebagai akibat perubahanpendekatan/strategi/metode pembelajaran atau pengembangansumber belajar yang memerlukan penyesuaian dari guru dan pesertadidik. Perubahan proses pembelajaran di kelas atau di luar kelasdidahului dengan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaranyang disusun guru mengacu pada kurikulum yang berlaku.

Proses penyusunan kurikulum serta konsekuensi perubahankurikulum dapat mengakibatkan polemik atas rencana Pemerintahmengubah Kurikulum KTSP 2006 menjadi Kurikulum 2013.Kebijakan merubah kurikulum itu tidak didahului dengan evaluasiformal atas pelaksanaan Kurikulum KTSP 2006 yang sedangdilaksanakan. Guru pada umumnya baru mulai membiasakan diridengan tuntutan Kurikulum KTSP 2006 dan sejumlah guru masihbelum terampil menerapkan Kurikulum itu melalui penyusunanrencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan. Dalam

Page 5: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

iv Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

keadaan yang demikian muncul rencana Pemerintah menggantikurikulum dengan melakukan perubahan yang cukup mendasarseperti perubahan mata pelajaran , pendekatan pembelajaran, jumlahjam belajar dan sumber belajar.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan perubahankurikulum yang mulai diberlakukan tahun pelajaran 2013/2014bertujuan untuk membuat manusia Indonesia yang bermartabat,berbudaya, dan memiliki karakter kebangsaan yang kuat. EsensiKurikulum 2013 adalah basis kompetensi dengan pemikirankompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan sertatetap memberikan kewenangan kepada satuan pendidikan dan gurumengembangkannya. Akan tetapi proses penyusunan kurikulum initerkesan “tergesa-gesa” dalam waktu yang relatif singkat sertadipaksakan. Uji publik yang semestinya memberikan kesempatankepada masyarakat luas untuk memberikan tanggapan, penilaian,masukan, atau penyempurnaan, dilakukan secara terbatas danhasilnya belum diumumkan secara meluas. Cara-cara seperti inidapat memberikan kesan, uji publik Kurikulum 2013 lebih bersifatpro forma atau sekedar memenuhi prosedur untuk keperluanpencitraan yang berarti ke luar dari ranah pendidikan.

Penyederhanaan jumlah mata pelajaran di SD pada Kurikulum2013 misalnya, dianggap dapat mengurangi beban belajar sertamembuat peserta didik mempelajari dan memecahkan suatu masalahsecara terintegerasi. Sedangkan dengan menambah jam belajar disekolah dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak pengalamanbelajar peserta didik di bawah bimbingan guru. Akan tetapi,penambahan jam belajar dapat menimbulkan masalah baru terhadapbiaya operasional sekolah serta pengaturan jam belajar bagi sekolahyang double shift.

Banyaknya masukan yang diberikan masyarakat kepadaPemerintah bukan berarti keberatan atas perubahan kurikulum,tetapi lebih disebabkan oleh persiapan yang dilakukan kurangmatang dan dalam waktu yang relatif sangat singkat. WalaupunKementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan penjelasanmelalui jajarannya, jawaban itu dianggap belum memadai sehinggamenimbulkan kegelisahan guru, orangtua, dan masyarakat mengha-dapi tahun pelajaran baru yang semakin mendekat. Kekhawatiranitu dapat semakin mengarah pada apatisme masyarakat, karenakelihatannya Pemerintah tetap bermaksud menerapkan Kurikulum2013 mulai tahun pelajaran baru yang akan datang.

Dalam situasi peralihan kurikulum yang demikian,masyarakat memberikan harapan kepada pendidik dan tenagakependidikan, khususnya guru dan kepala sekolah, yang menjadioperator/pelaksana langsung kurikulum. Guru dan kepala sekolahdiharapkan cukup cerdik dan bijaksana menanggapi danmelaksanakan Kurikulum 2013, walaupun mereka merupakankomponen dari sistem pendidikan nasional yang dituntut loyalpada cara kerja sistem yang berlaku, kepala sekolah, guru, sertakomite sekolah masih punya kesempatan untuk melakukanpenyesuaian dan pengembangan kurikulum di tingkat sekolah.

Page 6: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

vJurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Profesionalisme guru diharapkan dapat menjadi bentengpertahanan dalam menjaga dan meningkatkan mutu pendidikanyang kerap diterpa oleh berbagai masalah.

Dalam mengakhiri tahun 2012 ini, Jurnal PendidikanPENABUR terbit dengan aneka topik yang masih berkisar padakemampuan pedagogik guru baik dalam bentuk laporan penelitianmaupun sebagai hasil penalaran logika. Untuk meningkatkankreativitas guru misalnya, dimuat laporan penelitian tentangpemanfaatan gambar karikatur sebagai media pembelajaran menulisesai, pengembangan model pembelajaran elektronik berbasis webdengan prinsip pedagogi elektronik dalam meningkatkan hasilbelajar, serta pengembangan sekolah unggulan yang dewasa inimenarik perhatian.

Sebagai wacana yang lahir dari kajian kritis, dimuat tulisantentang pelajaran tematik untuk meningkatkan jiwa kewirausahaanpeserta didik, pengintegrasian pendidikan kewirausahaan melaluipembelajaran terpadu berbagai disiplin ilmu, serta pendidikan yangmemanusiakan manusia. Karakter bangsa serta pendidikanmembentuk karakter bangsa banyak didiskusikan atau dibahas diberbagai kesempatan, khususnya karena banyaknya dekadensimoral dalam berbagai bidang kehidupan yang dilakukan olehberbagai lapisan masyarakat sehingga secara perlahan menggeruskepribadian dan martabat bangsa secara nasional. Dalam konteksyang demikanlah, tulisan tentang agama, budaya, dan pendidikankarakter bangsa serta isu mutakhir tentang pendidikan karaktermenjadi menarik untuk disimak.

Salah satu rubrik dalam Jurnal Pendidikan PENABUR ialahresensi buku terbitan baru yang diisi oleh pemerhati, pembaca, danpencinta buku. Dalam edisi ini dimuat pula resensi buku tentangpemasaran jasa pendidikan yang melihat jasa pendidikan sebagaikomoditas yang perlu dipasarkan dalam era persaingan yangmendunia dewasa ini. Buku sejenis ini masih termasuk langka,karena selama ini kebanyakan orang menganggap lembagapendidikan sebagai lembaga sosial. Semoga resensi ini dapatmenjadi pertimbangan bagi peminat buku tersebut.

DKI Jakarta berfungsi sebagai Ibu Kota Negara RI, pusatperdagangan/perekonomian dengan berbagai latar belakangpenduduknya yang padat, serta berkembang dari kota metropolitanke megapolitan. Dalam situasi kota dan lingkungan yang demikian,BPK PENABUR berperan serta memberikan pelayanan pendidikankepada masyarakat. Perkembangan profil BPK PENABUR Jakartadengan keunikannya melengkapi informasi yang diharapkanbermanfaat bagi pembaca.

Seiring dengan berakhirnya tahun 2012, Dewan Redaksi JurnalPendidikan PENABUR menyampaikan ucapan “Selamat MerayakanHari Natal”, serta dalam menyambut tahun 2013, mengucapkan“Selamat Tahun Baru”, dengan doa dan harapan semoga berkat dankasih Tuhan selalu menyertai kita semua. Amin.

Redaksi

Page 7: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

1Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

Pemanfaatan Gambar Karikatursebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

SugihartiE-mail: [email protected] 4 BPK PENABUR Jakarta

Penelitian

Abstrakegiatan menulis bagi banyak kalangan dianggap sebagai kegiatan yang sangat sulit.Kegiatan ini akhirnya menjadi momok bagi masyarakat pelajar dan siswa pada khususnya.Masalah yang dihadapi bagaimana guru dapat membuat siswa mampu mengungkapkangagasan dalam bentuk tulisan esai. Dengan menggunakan penelitian tindakan kelas dalam

dua siklus, yang berlangsung selama dua bulan yaitu Februari – Maret 2012, penelitian ini mengatasimasalah tersebut baik bagi guru maupun siswa SMAK 4 BPK PENABUR Jakarta dengan meman-faatkan karikatur sebagai media pembelajaran menulis esai. Pada akhir siklus dua terlihat siswabersemangat untuk melakukan proses menulis, merasa senang dalam melakukan pembelajaranmenulis esai, dan tidak merasa terbelenggu oleh aturan main proses penulisan esai. Agar siswatidak lagi merasa kesulitan mengawali proses penulisan, disarankan proses pembelajaran menulisesai menggunakan media karikatur yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Kata-kata kunci: Gambar karikatur, media pembelajaran, menulis esai

Using Caricature as Instructional Media in Esay Writing

AbstractMany people find expressing ideas through writing properly difficult to do. This expreience is also faced bythe students at school. The problem then is how the teacher teaches wasthe students to express their ideas andfeeling in written essay. This action reasearch conducted in two cycles to solve the writing problem. Theresearch took place at SMAK 4 BPK PENABUR Jakarta as from February through March 2012 applyingcaricature as an instructional medium. At the end of the second cycle, the students were motivated to learn andfound essay writing joyful and were able to express their ideas freely. As the students’ learning outcome is alsosignificantly improved, the research suggests the teacher to use relevant caricature to motivate students inessay writing.

Keywords: Caricature, instructional media, essay writing

K

Pendahuluan

Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yangdipergunakan oleh manusia dalam menyam-paikan informasi, gagasan, perasaan, dankeinginannya kepada orang lain. Oleh karenaitu penguasaan bahasa sangat penting dan

perlu dikembangkan sedini mungkinPenguasaan bahasa mencakup kemampuanmendengar, berbicara, membaca, dan menulis.Oleh karena itu, keempat kemampuan itu harusdilatihkan pada anak sejak dia memasukipendidikan dasar.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) yang tertuang dalam Silabus Bahasa

Page 8: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

Indonesia terbagi ke dalam sejumlah unit. Setiapunit mengandung pokok bahasan mendengar-kan, berbicara, membaca, dan menulis yang didalamnya sudah berisi kebahasaan dan sastra.Penekanan pembelajaran bahasa Indonesiadalam sistem KTSP tidak lagi berorientasi padateori semata, tetapi pada pembimbingan siswa(peserta didik) agar menjadi pengguna bahasayang terampil.

Dalam kenyataannya di lapangan, prosesbelajar mengajar yang berusaha melatihketerampilan siswa untuk mampu menulismenjadi masalah besar. Misalnya kegiatan awalsiswa menulis atau menuangkan ide selalutertunda karena bingung atau tidak mengertiapa dulu yang harus ditulis. Titik awal kesulitaninilah yang kemudian membuat siswa malas danberakhir dengan rendahnya kemauan menulis.Pengalaman di atas memunculkan masalah,bagaimana strategi dan metode membelajarkansiswa dalam menulis sehingga siswa mampumengungkapkan gagasan tersebut dalam bentukesai?

Selama ini terdapat beberapa metode yangdipergunakan dalam pembelajaran bahasakhususnya di dalam meningkatkan siswamenulis, seperti penugasan membuat resensi,membuat macam-macam karangan, menulislaporan berdasarkan pengamatan, mengapre-siasikan puisi, dan membuat cerpen.Penggunaan metode pembelajaran tersebut padaumumnya disertai dengan pemanfaatan media.Penelitian ini mempergunakan karikatur sebagaimedia pembelajaran untuk mengembangkanketerampilan menulis esai. Dengan demikianmasalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:Apakah gambar karikatur dapat dimanfaatkansebagai media pembelajaran menulis esai siswakelas XII SMAK 4 PENABUR Jakarta? Karikaturdipilih sebagai media pembelajaran karenamerupakan gambar nonverbal yang menarikperhatian siswa dan masih sesuai untuk kelasXII, serta mengandung muatan fenomena dimasyarakat dan bersifat dinamis.

Penelitian ini bertujuan agar (1) gurudapat meningkatkan strategi dan kualitaspembelajaran Bahasa Indonesia di SMAK 4PENABUR Jakarta dalam materi menulis esai;(2) siswa merasa dirinya mendapatkanperhatian dan kesempatan untuk menyampai-

kan pendapat, ide, dan gagasan dalam bentukesai; serta (3) siswa dapat percaya diri danbertanggung jawab atas segala pernyataannya.

Manfaat penelitian ialah (1) proses belajarmengajar Bahasa Indonesia di SMAK 4PENABUR Jakarta menjadi menarik danmenyenangkan; (2) ditemukan strategipembelajaran yang tepat (tidak konvensional),tetapi bersifat variatif; (3) keaktifan siswa dalammenulis menjadi lebih baik; (4) keberanian siswamengungkapkan ide, pendapat, gagasan, dansaran meningkat; dan (5) hasil belajar siswadalam mata pelajaran Bahasa Indonesia diSMAK 4 PENABUR Jakarta meningkat.

Kajian Pustaka

Hakikat MenulisMenulis adalah aktivitas yang menunjukkansimbol-simbol yang tampak mata dalammengomunikasikan sesuatu kepada oranglain.Menulis membantu kita meningkatkan ilmudan juga mewadahi aktivitas seseorang. Di sisilain, hasil menulis atau tulisan mampumenimbulkan imaaji dan membangkitkanmetafor yang mengandung banyak arti bagiimajinasi dari pengalaman seseorang (Hernowo:2001, 80). Melengkapi pernyataan tersebut IsmailMarahimin (2002) mendefinisikan menulissebagai kegiatan mengerahkan seluruhpengetahuan dan kelaziman kebahasaan yangdimiliki seseorang, termasuk kosakata,tatabahasa, dan sebagainya, di samping jugahal-hal lain yang berkaitan dengan suasanahatinya pada saat penulisan, serta banyak faktorlain. Secara singkat, dapat dikatakan bahwaketika menulis, seseorangmencurahkan seluruhkepribadiannya dalam tulisannya.

Membelajarkan Siswa MenulisIsmail Marahimin dalam makalah MMAS(Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra)menyatakan langkah-langkah berikut yangharus dilakukan oleh mereka yang mengajarmaupun yang belajar menulis.a. Langsung menulis, teori belakangan saja

(kalau diperlukan)Penekanan aspek ini adalah kenyataanbahwa menulis sebagai sebuah keteram-pilan, bukan ilmu. Sebagai keterampilan,

Page 9: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

3Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

dibutuhkan latihan-latihan. Mengutipcontoh latihan berenang, berenang tidakdimulai dengan teori, langsung sajamencebur ke air. Terlalu banyak aturanbahkan akan membuat siswa gamangmenulis.

b. Mulai dari mana pun bolehTidak ada satu titik awal yang pasti darimana pelajaran menulis harus dimulai. Kitabisa mulai dari mana pun yang kita sukai.Kata kunci yang harus kita pegang adalah’mengajak’menulis, bukan mengajarmenulis.

c. Belajar sambil bercandaDalam langkah ini guru harus terampildalam penyajian awal. Gurauan dan candayang mengarahkan pada proses penulisanharus dibangkitkan agar siswa tergerakkeinginannya untuk menuliskan sesuatu.Sebab ketika seseorang menulis, apa punyang ditulisnya, seseorang akan mengerah-kan seluruh pengetahuan dan kelazimankebahasaan yang dimilikinya, termasuk ko-sakata, tatabahasa dan sebagainya, kadang-kadang bahkan juga dengan suasana hatipenulis pada saat penulisan berlangsung.

d. Pelajaran menulis nonlinearProses menulis bukan mengajarkansebanyak-banyaknya bahan, tetapimenanamkan ’kebiasaan’ dan ’kecintaan’menulis. Proses ini harus terjadi berulang-ulang dan terus menerus. Proses inimenghindari urutan-urutan pengajaranmenulis dari a sampai z. Tidak menjadipermasalahan apabila materi yang samadiberikan dua tiga kali karena dalam setiappengulangan ada perubahan yang akanmenghasilkan kebiasaan dan keterampilan.

e. Berbicara meniru mendengar, menulismeniru membacaAda empat keterampilan pokok dalamberbahasa: mendengar, berbicara, membaca,dan menulis. Proses penguasaanketerampilan tersebut lebih ditekankan padameniru. Menulis merupakan kemampuanmeniru dari membaca. Sampai dalam taraftertentu, siapa pun yang mampu menulisadalah mereka yang mampu meniru dari

bacaan yang mereka baca. Penulis adalahorang–orang yang rajin membaca.

Hakikat EsaiEsai adalah tinjauan dalam bentuk prosa yangdigunakan pengarang untuk menampilkanpendapat pribadinya mengenai suatu masalah(aktual). Esai berisi ide-ide penulisnya yangdisertai argumen/alasan atau data, permasa-lahan yang dikemukakan ditempatkan dalamkonteks yang lebih luas, dan menggunakanpendekatan intelektual/ilmiah.

Sedangkan prinsip-prinsip dalam menulisesai adalah sebagai berikut.1. Penulis bebas mengemukakan pendapat2. Sebaiknya pendapat yang dikemukakan

berkaitan dengan hal yang aktual3. Penyampaian pendapat didasari oleh

intelektualitas/keilmiahan4. Pendapat harus disertai argumen atau

alasan5. Pendapat harus disertai data/fakta

Hakikat KarikaturArti karikatur yang sebenarnya adalah ’potretwajah yang diberi muatan lebih’ sehinggaanatomi wajah tersebut terkesan distortif karenamengalami deformasi bentuk, namun secaravisual masih dapat dikenali objeknya. Karikatursudah sejak lama digunakan manusia sebagaialat melawan otoritas.

Sutarno (Setiawan, 2002) menyebutkan Kari-katur merupakan salah satu bentuk karyajurnalistik nonverbal yang cukup efektif danmengena balik dalam penyampaian pesanmaupun kritik sosial. Dalam sebuah karikaturdapat ditemukan perpaduan dari unsur-unsurkecer-dasan, ketajaman, dan ketepatan berpikirkritis serta ekspresif yang dituangkan melaluiseni gambar. Karikatur pada umumnya merupa-kan bentuk reaksi masyarakat (karikaturis),dalam menanggapi fenomena permasalahanyang muncul dalam kehidupan masyarakatluas.Mengingat bentuknya yang nonverbalinilah maka para pembaca dirangsang dandidorong untuk secara kreatif mengembangkansendiri berbagai interpretasi sebagai responsterhadap apa yang diungkapkan oleh karika-

Page 10: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

turis dalam karyanya. Dengan demikian,masalah interpretasi merupakan salah satuaspek penting dalam memahami pesan yangdiungkapkan oleh sebuah karikatur.

Menulis atas Dasar Gambar KarikaturAktivitas menulis atas dasar gambar karikaturini sangat membantu siswa dalam mengerahkanseluruh pengetahuan dan kelazimankebahasaan yang dimiliki siswa. Menulissebagai suatu keterampilan terwujud melaluikreativitas siswa dalam menuangkan idenya.Mengingat karikatur sebagai bentuk nonverbal,kegiatan menulis melalui gambar karikatur initelah merangsang dan mendorong siswa untuksecara kreatif mengembangkan sendiriinterpretasinya sebagai bentuk respon siswaterhadap apa yang dilihat dan diketahui.

Dengan demikian penekanan pernyataanIsmail Marahimin bahwa mengarang adalahsebuah keterampilan tidak dimulai dari teori,langsung saja menulis, mulai darimana sajaboleh (dengan penekanan pada aspek“mengajak” menulis), dan menulis merupakanproses meniru dari membaca, penggunaankarikatur sebagai media pembelajaran dapatmengatasi permasalahan siswa dalammengungkapkan idenya. Gambar karikaturdapat mengarahkan siswa untuk memak-simalkan kecerdasan, ketajaman, dan ketepatanberpikir kritis serta ekspresif.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakankelas (PTK) dengan menggunakan modelKemmis dan MC Taggart. Model ini padahakikatnya mengemukakan sejumlah perangkatatau untaian dengan satu perangkat terdiri atasempat komponen muatan, yaitu: perencanaan,tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempatkomponen yang berupa untaian tersebutdipandang sebagai satu siklus. Pengertian siklusadalah putaran kegiatan yang terdiri perencana-an, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Dalam pelaksanaannya jumlah siklussangat bergantung kepada permasalahan yangperlu diselesaikan. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus.

Siklus I1. Penyusunan Program PembelajaranProses pembelajaran pemanfaatan karikaturdalam menulis esai ini dilaksanakan di SMAK4PENABUR Jakarta. Siswa yang menjadi subjekdalam pelaksanaan kegiatan pembel-ajaran iniadalah siswa kelas XII SMAK4 PENABURJakarta, yaitu XII IPA1, XII IPA2, XII IPS1, XIIIPS2, dan XII IPS 3 (populasi). Sampel dalamkarya tulis ini adalah kelas XII IPA2 yangberjumlah 29 siswa. Waktu pelaksanaan adalahpada semester 2, sebanyak 4 jam pelajaran x 45menit dengan materi pembelajaran Menulis Esai.

Perencanaana. Materi esai akan disampaikan dengan

menggunakan metode ceramah.b. Setiap siswa akan diberi fotokopi karang-

an esai argumantasi beserta karikatur yangdijadikan objek menulis.

c. Guru menjelaskan kerangka karangan daricontoh esai argumentasi tersebut.

d. Berdasarkan penjelasan dan contoh, siswadikondisikan untuk membuat karangan esaiargumentasi.

e. Guru langsung memerintahkan siswamembuat karangan esai argumentasidengan media karikatur yang sudahdisiapkan.

TindakanTindakan yang dilaksanakan adalah sebagaiberikut.a. Guru mengondisikan suasana kelas dan

reaksi siswa pada saat akan memulaimengarang.

b. Guru membagikan dua buah artikel yangada kaitannya dengan topik dan karikaturyang menjadi tema esai.

c. Guru menyuruh siswa untuk membacaartikel tersebut dengan saksama.

d. Guru memberi kesempatan kepada siswauntuk bertanya jawab berkaitan denganartikel tersebut.Guru memberi kesempatan kepada siswauntuk memanfaatkan handpone untukmengutip syair lagu, puisi, ungkapan atauperibahasa sebagai bagian pembuka dalamsebuah karangan.

Page 11: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

5Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

e. Guru menghentikan aktivitas membacaartikel dan sumber lain karena aktivitasmengarang akan dimulai.

f. Guru mengondisikan ruang kelas dan siswauntuk memulai mengarang.

g. Guru memberi kesempatan kepada siswauntuk memanfaatkan handhpone untukmengutip syair lagu, puisi, ungkapan atauperibahasa sebagai bagian pembuka dalamsebuah karangan.

h. Guru menjelaskan skenario pembelajaranyang akan dilakukan.1) Guru memulai kegiatan belajar di kelas

dengan urutan sebagai berikut:2) Siswa mendapat lembar folio bergaris

untuk membuat karangan esai.3) Siswa mendapatkan soal dengan

sajian sebagai berikut.Buatlah sebuah esai argumentasi dengan temayang kalian kembangkan berdasarkan gambaryang tersaji berikut ini!

Keterangan:1) Panjang karangan + 250 kata.

2) Menggunakan bahasa Indonesia yangbaik dan benar.

3) Menggunakan Ejaan yang Disempur-nakan.

4) Unsur yang dinilai:isi tulisan- kesesuaian topik dengan pembahasan.- kedalaman dan ketuntasan pembahasan

materi.

struktur penulisan- kohesi dan koherensi- tingkat kelogisan- diksi/pilihan kata- penggunaan Ejaan yang Disempurnakan

(EyD)j. Guru menjelaskan kaidah penulisan

karangan:1) Kemampuan mengungkapkan karang-

an 60 %2) Keberadaan strukturkalimat (30%):

Perbendaharaan kata , kaidah sintaksis,gaya pengungkapan gagasan, dantingkat penalaran/logika.

3) Penguasaan EyD (10%): Huruf kapital,tanda baca, penggunaan kata

k. Siswa membuat karangan esai argumentasi.l. Guru mencatat durasi waktu anak

menuliskan ide atau gagasannyam. Guru mengakhiri aktivitas menulis esai

(sesuai dengan durasi waktu).n. Pada tahap akhir, guru dan siswa

melakukan umpan balik atau refleksiterhadap proses pembelajaran yang telahberlangsung.

PengamatanSetelah dilaksanakan perencanaan dantindakan, didapat fakta bahwa data yangdiperoleh terdapat beberapa ketidak sesuaianantara perencanaan, tindakan, dan tujuanpenelitian.Hasil yang diperoleh adalah:1. Masih ditemukan siswa yang harus berla-

ma-lama untuk memulai mengarang.2. Masih ditemukan siswa merasa bingung

harus mulai dari mana.3. Pada saat pelaksanaan, siswa masih

bertanya-tanya tentang konsep esai4. Aktivitas awal menulis lebih didominasi

dengan suasana kelas yang agak ributkarena siswa berusaha memahami gambarkarikatur yang tersaji, berdiskusi denganteman berkaitan dengan gambar karikatur.

RefleksiLembar Refleksi1. Berapa lama Anda berani menuliskan

gagasan atau mengungkapkan karanganberbentuk esai?

Page 12: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

6 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

a. 5 menit b. 15 menit c. 20 menit lebih2. Kesulitan apa yang Anda temukan ketika

akan mengarang?.........................................................................

Menulis EsaiLembar refleksi ini diisi selesai mengarangdengan cara melingkari jawaban yang sesuaiuntuk soal nomor 1 dan membuat alasan tertulisuntuk soal nomor 2. Hasil refleksi tertulis adalahsebagai berikut.

Pertanyaan pertama, berapa lama Andaberani menuliskan gagasan atau mengungkap-kan karangan berbentuk esai? Siswa yang beranimenuliskan gagasan hanya dalam waktu 5 menitsebanyak 0%, siswa yang membutuhkan waktu

10 sampai dengan 15 menit baru beranimengungkapkan gagasannya sebanyak 7%,sedangkan yang membutuhkan waktu lebih dari20 menit 93%.

Pertanyaan kedua,Kesulitan apa yang Andatemukan ketika akan mengarang? Berbagaijawaban siswa (1) menentukan tema, ide,inspirasi (2) pertama kali apa yang harus ditulis(3) tidak mengerti akan menulis apa.

Penilaian prosesPada saat siswa melakukan kegiatan, gurumelakukan observasi atau pengamatan danmelakukan penilaian proses. Hasil karanganesai sebagai berikut.

Hasil Esai dari Karikatur Siklus I

1. Sepasang Sandal Bisu Bukti Tajamnya Sebilah Pisau

(Gabriela Ellenzy/XII IPA-2)…Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serakHukum tak tegak, doyong berderak-derakDi negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasiaDan tak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,Malu aku jadi orang Indonesia.

Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Taufiq Ismail 1998

Dalam benak saya tak ada alasan apa pun untuk tidak setuju bahwa keadilan dalam bidanghukum di Negara Kesatua Republik Indonesia, yang bernotabene adalah Negara hukum, telahmengalami degradasi. Layaknya sebilah pisau, hukum di Indonesia terasa runcing ke bawah,tetapi tumpul ke atas. Mengapa tidak? Toh, buktinya jelas! Meski sepuluh pengacara telah turuntangan untuk membela sepasang sandal, tetap saja hal itu tidak membuahkan hasil. Sebuah ironi?Ataukah sebuah tontonan konsumsi masyarakat yang tak akan berakhir?

Apabila sepasang sandal Ando putih itu dapat mengatakan siapa pemiliknya, maka kasusyang terjadi AAL, seorang remaja berusia lima belas tahun, tak akan pernah tercatat dalamPengadilan Negeri Palu. Namun, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya, sandal itu tetaplahsandal biasa yang membisu, tidak ada yang dapat mengetahui kebenarannya tentang sandal putihtersebut. Ah, tetapi saat hakim meminta “si Pemilik” untuk mengenakan sandal tersebut, tidaktampak bahwa sandal tersebut berukuran pas dengannya. Sandal itu tampak kekecilan! Mungkinhal itu tidak mengherankan bagi AAL, sebab “si Pemilik”, yang merupakan seorang Brigadir PolisiSatu (Briptu), menyatakan kehilangan sepasang sandal bermerek Eiger, bukan Ando.

ALL memang mengambil sepasang sandal yang bukan miliknya, tetapi ‘si Pemilik” pun takseharusnya melayangkan pukulan-pukulan saat menginterogasi AAL. Sungguh mengesankan!Hukum justru lebih memilih anak berusia lima belas tahun yang tidak memiliki kuasa apapunketimbang seorang Briptu yang tindakannya tidak dapat dibenarkan karena telah melakukan

Page 13: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

7Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

penganiayaan kepada seorang anak di bawah umur. Bukankah hal itu pun merupakan perbuatanyang melanggar hukum? Sungguh, hukum di Indonesia takluk pada kekuasaan dan jabatan (danharta yang terutama).

Entah apa yang terjadi. Entah apa maksud para penegak hukum ketika memutuskan suatukasus sederhana dengan sanksi yang berat, sementara kasus yang memakan milliaran uang Negaradengan sanksi yang sama, bahkan lebih ringan. Entah kepada siapa lagi rakyat Indonesia harusmendapatkan hak dan perasaan aman di tengah segala krisis yang melanda. Entah mau dibawake mana lagi Negara Indonesia ini ketika lembaga yang seharusnya mengayomi masyarakat justrumenyerang kedudukan masyarakat yang lemah. Akankah sebilah pisau itu terus menyayat segalasesuatu yang berada di bawahnya?

Hasil Esai dari Karikatur Siklus I

2. Sandal Jepit yang Lebih Mahal dari 28 Miliar Rupiah(Giovanna Eunike, XII IPA-2)

“Begini nasib jadi bujangan. Kemana-mana, asalkan suka. Tiada orang yang melarang”. Inilahsepenggal lirik lagu Bujangan yang dinyanyikan oleh Koes Plus. Lirik ini menceritakan tentangkebebasan dan kebahagiaan menjadi bujangan. Tentunya dalam kehidupan nyata, semua orangingin bebasan dan kebahagiaan walaupun bukan bujangan, baik mereka rakyat kecil pun jugademikian. Namun kenyataan dan harapan yang terjadi. Jauh berbeda hasilnya. Rakyat kecil dalamkasus “AAL pencurian sandal jepit” tidak dapat merasakan kebebasan, kebahagiaan bahkankeadilan itu.

Kasus ini menimpa AAL, pelajar sebuah sekolah menengah kejuruan (SMK) negeri yang isengmencuri sepasang sandal jepit milik oknum anggota polisi. Akibatnya tak main-main, selaindiinterogasi, bahkan dipukuli dengan tangan dan benda tumpul, ia juga terancam lima tahun buiatau hukuman penjara. Kini kasusnya sedang diproses di pengadilan. Mengetahui hal tersebut,simpati public pun menyeruak. Berbagai elemen masyarakat didukung oleh sejumlah LembagaSwadaya Masayarakat (LSM), beramai-ramai mengadu ke Komisi Perlindungan Anak (KPA).

Kasus AAL tidak hanya menjadi perhatian public nasional. Dunia pun memberikan skandalsandal jepit ini. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa Indonesia belum dapat menegakkan keadilan.Bagaimana bisa dikatakan bahwa mencuri sandal jepit merupakan tindakan kriminal dan anaktersebut diancam bui selama 5 tahun? Apakah ini yang namanya hukum? Bagaimana dengankasus para koruptor seperti Gayus yang masih dapat menikmati kebebasan dalam masahukumannya? Ini benar-benar mengusik rasa keadilan di masyarakat. Setiap anak berhakmemperoleh perlindungan baik secara fisik, mental, maupun sosial agar dapat tumbuh danberkembang secara sehat dan wajar. Perlakuan sama juga harus diterima anak yang tengahberhadapan dengan proses hukum.

Berdasarkan pasal 16 Undang-Undang Nomor 23 tahun 20002 tentang perlindungan anak,UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, serta keputusan bersama Mahkamah Agung,Kejaksaan Agung, dan Polri, penahanan atau pemenjaraan anak adalah upaya terakhir. Sebenarnyatelah banyak kejanggalan yang diungkapkan oleh beberapa saksi, salah satunya adalah barangbukti. Barang bukti yang diajukan ke persidangan bukan sandal yang awalnya dikatakan hilang.Awalnya oknum polisi tersebut, Rusdi mengaku kehilangan sandal merek Eiger. Namun, yangdibawa jaksa sebagai barang bukti bermerek Ando.

Dari kasus tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa penyebab kasus tersebut merupakanhal yang sepele saja. Dimulai dari keisengan sang anak dan tindakan hiperbola sang oknum, kasusini pun sampai ke pengadilan. Sebagai masyarakat yang toleran, kita pun ketika menjadi sangpolisi dapat menempuh jalan damai yaitu dengan menasihati sang anak dengan baik-baik. Jangankarena kita polisi, semua pelanggaran harus melalui jalur hukum, padahal polisi sekarang lebih

Page 14: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

menyukai jalur “damai”. Coba polisi tersebut dapat memposisikan dirinya sebagai ayah anaktersebut yang melihat kasus tersebut, maupun orang lain pasti akan mengatakan, “namanya jugaanak kecil”, merespon dari keisengan anak tersebut.

Berdasarkan data hasil karangan esai, format penilaian berikut:

Format Penilaian Hasil Menulis Esai Siklus IA. Kemampuan untukmengungkapkan isi/

gagasan dengan memperhatikan panjangkarangan ± 250 kata dengan persentase20%.

Berdasarkan gambar 1 terdapat persentasekemampuan mengungkapkan isi /gagasan kedalam karangan dengan menekankan padaketentuan jumlah kata sebanyak ± 250 katahanya 10%.Kelompok kedua siswa dengan kemampuanmengungkapkan gagasan/ide dalam sajiankarangan yang kurang mencapai ± 250 katakarena terbatas oleh durasi waktu mencapai32%. Sedangkan kelompok ketiga siswa yangbelum mampu mengungkapkan gagasannyadalam arti baru tiga atau lima kalimat bahkansama sekali belum menuliskan kata-katasebanyak 58%. Kelompok ketiga ini harusmendapat perhatian dan penjelasan ulang.

B. Isi tulisan dengan persentase 40%mencakup:

1. Kesesuaian topik dengan pembahasan.2. Kedalaman dan ketuntasan pembahasan

materi.

1. Kesesuaian topik dengan pembahasan

Berdasarkan gambar 2 data 41% siswasudah mampu mengungkapkan topiksesuai dengan pembahasan. Kesesuaiantopik yang dimaksud adalah antara gambarkarikatur yang tersaji dengan topikpembahasan atau permasalahan yangdiulas siswa berdasarkan sudut pandangsiswa (si pengarang) sudah ada kesesuaian.Dari sudut pandang pembaca, si pembacaKodapat memiliki gambaran secara utuh dariulasan tersebut. Sedangkan siswa yangbelum mampu mengungkapkan topik sesuaidengan pembahasan mencapai 59%.Kelompok ini harus mendapatkanmendapatkan penekanan tersendiri dalamhal pemahaman topik dan pembahasan.

2. Kedalaman dan ketuntasan pembahasanmateri

Berdasarkan gambar 3 data didapatkan 10%yaitu 3 dari 29 siswa mampu mengung-kapkan gagasan dengan kedalaman isimateri yang sangat bagus dan ketuntasansajian karangan yang sesuai dengankerangka esai yaitu terdapat pendahuluan,

Gambar 2: Kesesuaian Topikdengan Pembahasan

Gambar 1: Kemampuan MengungkapkanIsi/Gagasan

Page 15: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

9Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

isi, dan penutup. Kelompok kedua siswadengan kemampuan mengungkapkan isimateri sangat bagus, tetapi ketuntasan sajiankarangan kurang lengkap yaitu pada bagianpenutup sebanyak 31%. Sementara 59%siswa masih belum mampu mengungkapkangagasan sesuai dengan kerangka esai.

C. Kemampuan berdasarkan struktur kalimatdengan persentase 30%.

1. Kaidah Sintaksis atau Kalimat mencakupkohesi dan koherensi 10%

Kemampuan siswa memahami kaidahsintaksis dalam kalimat cukup rendahhanya 41 %. Rendahnya kemampuan inidikarenakan sintaksis atau bagian yang

mengulas kalimat dan bagian-bagiannyasudah berada pada tataran kebahasaanyang tinggi yaitu tataran urutan kelima.Pada tingkatan ini dapat dikatakan sulitbagi siswa. Tataran ini mencakup: (1)pengertian kalimat, lebih terfokus padabagian-bagian Kalimat yaitu bagian inti,kalimat tunggal, klausa, dan kalimatmajemuk, (2) predikat dan subjek, dan (3)kohesi dan koherensi kalimat yaitu bentukketerkaitan satu kalimat dengan kalimatyang lain hingga membentuk paragraf yangutuh. Bagian ini menjadi penghambat siswapada saat proses penulisan berlangsung.Pada umumnya siswa sudah memikirkanapakah kalimatnya benar atau tidak. Benaryang dimaksud apakah ada subjek, predikatatau objeknya, terkaitkah kalimat satudengan kalimat yang lain. Pemikiran yangdemikian menjadi penghambat dalammengungkap-kan gagasan. Pada tataran inipersentase 41% dapat dikatakan cukupbagus, mengingat jika siswa memikirkantataran sebuah kalimat yang baik danketerkaitan kalimat yang ada, siswa tidakakan mampu mengungkapkan gagasantertulisnya secara utuh. Maka sebagaimanadiutarakan oleh Ismail Marahimin dalammakalah MMAS (Membaca, Menulis, danApresiasi Sastra) menyatakan ada langkahyang harus dilakukan oleh mereka yangmengajar maupun yang belajar menulisyaitu: (a) langsung menulis, teoribelakangan saja (kalau diperlukan), (b).mulai dari mana pun boleh, (c) belajar sambilbercanda (dibangkitkan perasaan senang/gembira bagi si penulis), (d) pelajaranmenulis nonlinier (menanamkan kebiasaanatau kecintaan), dan (e) berbicara menirumendengar, menulis meniru membaca).

2. Tingkat Penalaran atau Logika 10%Pada bagian ini sesuai gambar 5,+ tingkatpenalaran logika juga memiliki persentaseyang rendah yaitu hanya 46 %. Bagian inilebih berkaitan dengan pola susunankerangka karangan. Pola logis menjadikansebuah karangan tersaji denganmenampilkan tanggapan yang sesuaidengan jalan pikiran yang susunan dan

Gambar 4: Kemampuan BerdasarkanStruktur Kalimat

Gambar 3: Kedalaman dan KetuntasanPembahasan Materi

Page 16: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

Gambar 7: Penguasaan EyDdalam Karangan

urutannya logis. Kesulitan yang dihadapisiswa adalah kurangnya kemampuan siswauntuk membuat kerangka karangan danmengaitkan dengan permasalahan yang adadi masyarakat. Namun, kondisi persentaseyang demikian sudah menunjukkan adanyatingkatan kelogisan siswa yang cukupbagus dalam mengutarakan gagasannya.Dalam aktivitas menulis jika karangansiswa sudah memiliki kelogisan yang cukupbagus maka kemampuan bernalar siswadapat dikatakan yang cukup baik.

3. Gaya Pengungkapan Gagasan berkaitandengan diksi/pilihan kata 10%

Gaya pengungkapan yang dimaksud adalahpengembangan dari urutan logis yang terdiriatas beberapa macam seperti klimaks,antiklimaks, kausalitas, pemecahan masa-lah, umum-khusus, urutan familiar atauaksepabilitas. Gaya pengungkapan dalamkarangan dipengaruhi oleh diksi/pilihankata yang dipakai oleh siswa. Perbenda-haraan diksi/pilihan kata siswa dipengaru-hi oleh kemampuan membaca. Berdasarkandata menunjukkan kemampuan gayapengungkapan sudah bagus yaitu sebesar75%. Hal ini terjadi karena gaya tiap siswadalam mengungkapkan gagasannya dapatterjadi secara manasuka atau bebas.

C. Penulisan dengan persentase 10%

1. Penguasaan EyD dalam karanganPenguasaan siswa terhadap pemakaianhuruf kapital cukup memadai 40%. Semen-tara pemakaian tanda baca termasuk rendahyaitu 15%. Hal ini besar kemungkinan kare-na pemakaian tanda baca bagi siswamenjadi permasalahan besar karena harusdihadapkan dengan buku panduan Ejaanyang Disempurnakan (EyD). Penulisan katacukup memadai 45% bagian ini mencakuppenulisan kata, kata turunan, gabung kata,kata baku, kata serapan, dan imbuhan.Pemahaman siswa untuk bagian EyDmemang menjadi permasalahan dan padaumumnya penguasaan ejaan menjadibagian yang rumit karena semua telah adaaturannya.

Gambar 6: Gaya Pengungkapan GagasanBerkaitan dengan Diksi/pilihan kata

Gambar 5: Tingkat Penalaranatau Logika

Page 17: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

11Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

Siklus IIPerencanaanPerencanaan pada siklus II ini adalah hasil darirefleksi yang dilakukan pada siklus I.Perencanaan siklus II adalah :1 Guru membacakan contoh penulisan

karikatur yang sudah sesuai denganketentuan sebuah karikatur yang baik.

2 Guru menyiapkan kembali beberapa artikelyang sudah disesuaikan dengan temagambar karikatur yang akan dijadikansebagai alat uji.

3 Guru memberikan arahan kepada siswa un-tuk membaca artikel yang sudah disiapkan.

4 Siswa membaca artikel dengan batasanalokasi waktuh ditentukan.

5 Guru akan memberi kesempatan kepadasiswa untuk memanfaatkan handpone (BlackBarry) untuk mengutip syair lagu, puisi,ungkapan atau peribahasa sebagai bagianpembuka dalam sebuah karangan.

6 Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,guru mengumpulkan kembali artikeltersebut.

7 Guru memberikan contoh (pemodelan)karikatur yang telah diuraikan dan dibuatmenjadi esai.

8 Siswa disiapkan untuk kondisi mengarang.9 Guru membagikan kertas folio dan gambar

karikatur sebagai alat uji.10 Siswa mengarang sesuai dengan durasi

yang telah ditentukan.

Tindakan1 Siswa yang terlibat dalam kegiatan ini sama

yaitu siswa kelas XII IPA 2 dengan jumlah29 siswa.Durasi waktu 2 jam pelajaran X 45 menitdengan materi pembelajaran Menulis Esai.

2 Berpedoman pada contoh penulisan yangbenar dan baik, guru memberikan fotokopihasil penulisan esai yang benar dan baik,sebagai bahan perbandingan pada saatnanti mereka akan menulis.

3 Guru mengulas bagian-bagian penulisantersebut secara runtut termasuk ulasantentang EyD.

4. Guru memberi kesempatan kepada siswauntuk bertanya jawab berkaitan denganproses penulisan selanjutnya.

5. Guru memberikan arahan kepada siswauntuk jangan takut dalam mengungkapkanapa saja yang terdapat dalam benak pikiranberkaitan dengan menulis.

6. Guru menyuruh siswa untuk membacaartikel yang sudah disiapkan.

7. Guru memberikan contoh (pemodelan)karikatur yang telah diuraikan dan dibuatmenjadi esai.

8. Guru akan memberi kesempatan kepadasiswa untuk memanfaatkan handpone untukmengutip syair lagu, puisi, ungkapan atauperibahasa sebagai bagian pembuka dalamsebuah karangan.

9. Guru menjelaskan skenario pembelajaranyang akan dilakukan.

10 Guru memulai kegiatan belajar di kelasdengan urutan sebagai berikut:a. Siswa mendapat lembar folio bergaris

untuk membuat karangan esai.b. Siswa mendapatkan soal dengan sajian

sebagai berikut:Buatlah sebuah esai argumentasi dengan temayang kalian kembangkan berdasarkan gambaryang tersaji berikut ini!

Keterangan:1) Panjang karangan + 250 kata.2) Menggunakan bahasa Indonesia yang

baik dan benar.3) Menggunakan Ejaan yang Disempur-

nakan.4) Unsur yang dinilai:isi tulisan- kesesuaian topik dengan pembahasan.

Page 18: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

- kedalaman dan ketuntasan pembahasanmateri.

struktur penulisan- kohesi dan koherensi- tingkat kelogisan- diksi/pilihan kata- penggunaan Ejaan yang Disempurnakan

(EyD)11. Guru menjelaskan kaidah penulisan

karangan:a) Kemampuan mengungkapkan karang-

an 60 %b) Keberadaan strukturkalimat (30%):

Perbendaharaan kata , kaidah sintaksis,gaya pengungkapan gagasan, dantingkat penalaran/logika.

c) Penguasaan EyD (10%): Huruf kapital,tanda baca, penggunaan kata

12. Siswa membuat karangan esai argumentasi.13 Guru mencatat durasi waktu anak

menuliskan ide atau gagasannya.14 Guru mengakhiri aktivitas menulis esai

(sesuai dengan durasi waktu).15 Pada tahap akhir, guru dan siswa melaku-

kan umpan balik atau refleksi terhadap pro-ses pembelajaran yang telah berlangsung.

Pengamatan1. Kemampuan mengarang siswa sangat

memuaskan, walaupun esai berbentuk argu-mentasi masih kurang sempurna. Namun,sudah terdapat keberanian siswa untukmengungkapkan ide gagasan secara tertulis.

2. Siswa masih harus terus dilatih untukpenekanan karangan argumentasi

3. Kesempatan membaca artikel dan contohmodel karangan esai yang sesuai dengansistematika sangat membantu siswa dalam

kemampuan mengungkapkan ide.

4. Hasil kegiatan sudah sesuai dengan rencanapenilaian.

RefleksiMenurut siswa, penggunaan karikatur sebagaimedia dalam pembelajaran menulis esaimengurangi lamanya gagasan terungkap.Kesulitan utama siswa dalam menentukan temaesai dapat diatasi dengan mudah melalui sajiantema karikatur. Kemampuan mengungkapkangagasan dalam sajian kalimat bagi siswa sangatleluasa/tidak terikat.

Berdasarkan pengamatan terdapat perbeda-an kondisi pada saat siswa membuat esai dengantema-tema yang sudah umum (peristiwa,lingkungan, dll.) dengan menggunakan mediakarikatur sebagai tema/ide/inspirasi.

Berbagai jawaban ditulis oleh siswa. antaralain adalah (1) dengan menggunakan mediakarikatur tema/ide lebih variatif dan luas, (2)ide atau tema dari karikatur lebih jelas, (3) mun-culnya ide-ide baru dalam pengembangan ka-rangan jauh lebih banyak, (4) dengan media kari-katur siswa sudah mendapat gambaran yangakan diulas, serta (5) cara mengerjakan lebih cepat.

Penilaian prosesPenggunaan karikatur sebagai media dalampembelajaran menulis esai mengurangi lamanyagagasan terungkap. Kesulitan utama siswadalam menentukan tema esai dapat diatasidengan mudah melalui sajian tema karikatur.Kemampuan mengungkapkan gagasan dalamsajian kalimat bagi siswa sangat leluasa/tidakterikat. Pengusaan EyD menjadi bagian ataurujukan ketika siswa menghadapi permasalahandalam proses penulisan.

Dibandingkan dengan siklus I pada siklusII dapat peningkatan kemampuan menulis esaisiswa.

Page 19: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

13Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

Hasil Esai dari Karikatur Siklus II

Konstitusi Tak Dapat Bicara, Petinggi Hukum Berimprovisasi(Angela Susanti, XII IPA-2)

…Negara tak dapat diutuhkanTanpa rakyatnya dimanusiakanDan manusia tak akan menjadi manusiaTanpa dihidupkan hati nuraninya

(Kesaksian Akhir Ahad, W.S. Rendra)Saya tak dapat berkata lain selain setuju dengan apa yang diungkapkan W.S. Rendra dalam

puisinya tersebut. Ya! Negara tak akan utuh tanpa rakyatnya dimanusiakan. Rakyat akanmemberontak dalam tirani. Rakyat yang memang adalah manusia pasti menuntut untukdimanusiakan, yaitu dengan hati nurani yang direfleksikan dalam keadilan. Memanusiakan rakyatkini menjadi tanggung jawab pemerintah dan memang dari sejak dahulu menjadi tanggunganpemerintah, yang terwujud dengan lahirnya aparatur penegak hukum.

Namun saying, menjelang 67 tahun Indonesia merdeka dari cengkeraman kaum imperialisdan kolonialis, tampaknya tendensi hukum dan peradilan di Indonesia semakin menjauh darikata adil. Tendensi hukum kini bukanlah keadilan, tetapi modal dan strata sosial. Aparatur penegakhukum hanya menjadi properti negara. Bahkan kini, sebagian besar dari mereka beralih profesimenjadi lambang eksekusi kekuasaan kaum borjuis. Oh, malangnya Indonesiaku!

Beberapa waktu lalu, rakyat Indonesia sempat dibuat tercengang dengan kasus Prita dan RSOMNI. Prita yang hanya berniat untuk mencurahkan isi hatinya lewat layanan pesan singkat,harus menanggung akibat yang tak sebanding yaitu denda senilai ratusan juta rupiah. Ia ditudingtelah mencemarkan nama baik instansi terkait. Kasus ini menggerakkan hati jutaan simpatisanuntuk mengumpulkan koin yang kelak akan digunakan untuk membayar denda. Aksi sosial rakyatIndonesia tampaknya belum menjadi tamparan kuat bagi system peradilan Indonesia.

Kini muncul nama Rasminah binti Rowan. Seorang nenek berusia 54 tahun tersebut terpaksamenjadi pesakitan akibat tuduhan majikannya, Siti Aisyah Matgatos Soekarno Putri. Ia terpaksamendekam di balik jeruji besi selama 4 tahun akibat enam buah piring dan sop buntut. Tentu hal inimenjadi pukulan yang sangat berat bagi nenek tersebut. Dalam kondisi ekonominya yang sulit, iamasih harus menanggung beban mental yang sangat berat.

Hukum di Indonesia pun kerap melebih-lebihkan sebuah perkara. Untuk kasus pencurianpiring, baju, dan sop buntut saja, Rasminah harus diadili di tingkat kasasi (Mahkamah Agung).Bagaimana dengan kasus para koruptor yang notabene merupakan parasit negara? Rasanya duniasaja tak memiliki hukuman yang layak bagi mereka. Sedangkan Rasminah, yang pada akhirnyaterbukti tidak melanggar pasal 352 KUHP masih harus menanggung akibat dari perbuatan yangtidak ia lakukan. Bukti-bukti yang ada akhirnya terungkap, dan untungnya Rasminah kini bisamerasa lega.

Sebenarnya, perlukah Rasminah menjalani proses hukum sedemikian rupa? Rasanya tidak!Ah, semua itu hanya tipu muslihat aparat penegak hukum. Ingin tampak heroik namun akhirnyamuncul sebagai penjahat bagi kaum miskin. Hukum di Indonesia memang tumpul ke atas tetapitajam ke bawah. Terlalu tajam hingga mengoyak kaum miskin di tengah kesulitan hidup. Rasa

Page 20: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

keadilan telah mati. Aparat penegak hukum memakai kacamata kuda ketika harus berhadapandengan kaum kelas atas. Semua lurus, sesuai pemegang kendali kuda, yaitu kaum borjuis.

Sebaik apapun konstitusi Indonesia disusun oleh petinggi negara, tetap konstitusi itu bisu.Keputusan akhir seluruhnya berada di tangan penegak hukum. Untuk kasus Rasminah yangharusnya dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan harus melalui birokrasi hukum yang sulit.Dengan dicanangkannya program restorative justice, seharusnya permasalahan Rasminah harussegera dieliminasi dari daftar kasus pengadilan. Hal ini dilakukan mengingat kerugian yangditimbulkan amat minim. Tapi apa daya, Rasminah harus diadili di tingkat tertinggi peradilanIndonesia.

Aparat penegak hukum memang pasif menjalankan tugas sesungguhnya. Tetapi merekasangat aktif bahkan hiperaktif ketika uang beraksi. Sungguh mengenaskan. Apa yang saya rasakanpersis yang Taufik Ismail rasakan, malu aku jadi orang Indonesia! Hasil Esai dari Karikatur Siklus II

Kekuatan Hukum Rimba dalam Peradilan yang Buram(Gabriela Ellenzy, XII IPA-2)

…Langit ahklak telah roboh diatas negeriKarena akhlak roboh, hukum tak tegak berdiriKarena hukum tak tegak, semua jadi beginiNegeriku sesak adegan tipu-menipu

Ketika Burung Merpati Sore Melayang, Taufik Ismail, 1998

Kalau boleh saya ibaratkan lembaga peradilan di Indonesia dengan sebuah kata, maka sayaakan segera menuliskan kata “BURAM”. Ya, buram! Saya yakin Anda pun tak akan bertanyamengapa saya menyebutkan demikian. Negeri ini memang sesak dengan adegan tipu-menipu!Sungguh! Namun, yang menjadi pertanyaan dalah apakah semua ini adalah sebuah tragedi nyata?Ataukah sebuah ilusi?

Alih-alih mendapatkan kesetaraan hukum dan keadilan dari lembaga peradilan Indonesia,rakyat (yang saya maksud tentunya rakyat biasa yang tidak memiliki kekuatan dan jabatan) Justruharus menelan kenyataan yang sebaliknya. Lembaga peradilan bak memancarkan sebuah kekuatan,sebuah gaya tolak, sebuah gaya pental yang seolah menyatakan bahwa semakin masyarakat terlibatdi dalamnya, maka masyarakat akan merasa semakin jauh dari rasa adil itu sendiri. Sebab, rasanyatak perlu bagi seorang hakim untuk mendalami kasus yang tengah terjadi. Seakan hukum Indonesiamenganut sistem hukum rimba, di mana yang menang ialah yang memiliki kekuatan. Ironis memang.Namun, hal itulah yang tengah terjadi.

Kasus yang menimpa Rasminah merupakan salah satu contoh dari ratusan, bahkan ribuan.Kasus serupa, di mana lembaga peradilan memutuskan sebuah perkara hanya demi kepentingansalah satu pihak. Tidak ada yang tahu kebenarannya tentang kejadian yang sesungguhnya terjadi.Enam piring yang menjadi barang bukti pun tak akan mampu disulap untuk dapat bersaksi diarena pengadilan. Namun, rasanya sungguh tak adil apabila seorang perempuan yang sudahlanjut usia harus mengemban hukuman empat bulan kurungan.

Entah apa yang tengah terjadi. Entah harus kepada siapa lagi rakyat mendapatkanperlindungan dan keadilan. Entah sampai kapan cerita buruk ini akan berlanjut. Entah harusberapa ribu kasus lagi yang terjadi. Apakah system peradilan kita akan tetap menjadi buram?Akankah ia akan terus menolak segalanya yang masuk ke dalamnya? Akankah hukum rimba akanterus menjadi pedoman lembaga peradilan kita ?

Page 21: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

15Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

Format Penilaian Hasil Menulis Esai Siklus IIA. Kemampuan untuk mengungkapkan isi/

gagasan dengan memperhatikan panjang karangan ± 250 kata dengan persentase 20%.

Berdasarkan gambar 8 terdapat persentasekemampuan mengungkapkan isi /gagasan kedalam karangan utuh dengan menekankan padaketentuan jumlah kata sebanyak ± 250 katameningkat secara signifikan yaitu sebesar 90%.Hal ini menunjukkan pengalaman menulis esaipada siklus I yaitu dengan cara menampilkankarangan esai yang benar dan baik kemudiankarangan tersebut diulas, langkah tersebutmemberi pengaruh besar terhadap kemampuansiswa untuk mengungkapkan gagasan dalamsiklus II ini. Pemahaman dan kemampuan siswauntuk lebih berani lagi mengungkapkan gagasansesuai dengan tema yang diangkat sudahterlihat.

Kelompok kedua siswa dengan kemampuanmengungkapkan gagasan/ide dalam sajiankarangan yang belum utuh karena kurangmencapai ± 250 kata mencapai 7%. Sementaratersisa 3% lagi atau 1 siswa dari 29 siswa masihbelum mampu mengungkapkan gagasan.Namun, jika dianalisis secara keluruhan dalamproses belajar mengajar dengan materi esai,keberanian atau kemampuan siswa dalammengungkapkan gagasan/ide sudahmengalami perubahan.

B. Isi tulisan dengan persentase 40% men-cakup:

1. Kesesuaian topik dengan pembahasan.2. Kedalaman dan ketuntasan pembahasanmateri.

1. Kesesuaian topik dengan pembahasan

Berdasarkan gambar 9 data 97% siswasudah mampu mengungkapkan topiksesuai dengan pembahasan. Kesesuaiantopik dengan pembahasan sudah tersajidengan jelas. Permasalahan yang diulassiswa berdasarkan sudut pandang siswa (sipengarang) sudah ada kesesuaian danterulas secara variatif. Dari sudut pandangpembaca, si pembaca dapat memilikigambaran secara utuh dari ulasan tersebut.Sedangkan siswa yang belum mampumengungkapkan topik sesuai denganpembahasan mencapai 3%. Ulasanpembahasan terlalu melebar sehinggakesesuaian pembaca belum mendapatkanisi secara utuh.

2. Kedalaman dan ketuntasan pembahasanmateriBerdasarkan data didapatkan 86% siswamampu mengungkapkan gagasan dengankedalaman isi materi yang sangat bagusdan ketuntasan sajian karangan yangsesuai dengan kerangka esai yaitu terdapat

Gambar 8: Mengungkapkan Isi/gagasanGambar 9: Kesesuaian Topik

dengan Pembahasan

Page 22: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

pendahuluan, isi, dan penutup. Kelompokkedua siswa dengan kemampuanmengungkapkan isi materi sangat bagus,tetapi ketuntasan sajian karangan kuranglengkap yaitu pada bagian penutupsebanyak 14%. Pada siklus II tidakdidapatkan lagi siswa belum mampumengungkapkan gagasan.

C. Kemampuan berdasarkan struktur kalimatdengan persentase 30%.

1. Kaidah Sintaksis atau Kalimat mencakupkohesi dan koherensi 10%

Kemampuan siswa memahami kaidahsintaksis sesuai gambar 11 dalam kalimatsangat baik yaitu 87%. Menyadaripengalaman menulis pada siklus I tataransintaksis atau kalimat yang mencakup: (1)

pengertian kalimat, lebih terfokus padabagian-bagian kalimat yaitu bagian inti,kalimat tunggal, klausa, dan kalimatmajemuk, (2) predikat dan subjek, dan (3)Kohesi dan koherensi kalimat yaitu bentukketerkaitan satu kalimat dengan kalimatyang lain hingga membentuk paragraf yangutuh, menjadi penghambat siswa dalammengungkapkan gagasan, maka padasiklus II siswa sedikit mengabaikan tatarantersebut. Proses mengabaikan bertujuanagar siswa tidak terbebani oleh aturan yangtinggi. Penerapan konsep sebagaimanadiutarakan oleh Ismail Marahimin yaitudengan mengajak siswa untuk belajarmenulis melalui : (a) langsung menulis, teoribelakangan saja (kalau diperlukan), (b)mulai dari mana pun boleh, (c) bejar sambilbercanda (dibangkitkan perasaan senang/gembira bagi si penulis), (d) pelajaranmenulis nonlinier (menanamkan kebiasaanatau kecintaan), (e) berbicara menirumendengar, menulis meniru membaca).Berdampak pada keberanian anak untukmengungkapkan secara leluasa dalammenulis.

2. Tingkat Penalaran atau Logika 10%

Pada bagian ini tingkat penalaran logikasiswa sudah mengalami perubahan yangberarti yaitu sebesar 86%. Pola susunankerangka karangan yang menjadikan

Gambar 11: Kemampuan BerdasarkanStruktur Kalimat

Gambar 12: Tingkat Penalaran atau Logika

Gambar 10: Kedalaman danKetuntasan Pembahasan Materi

Page 23: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

17Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

sebuah karangan tersaji dengan menam-pilkan tanggapan yang sesuai dengan jalanpikiran yang susunan dan urutannya logissudah terlihat bagus. Dalam aktivitas menu-lis jika karangan siswa sudah memilikikelogisan yang cukup bagus makakemampuan bernalar siswa dapatdikatakan yang baik.

3. Gaya Pengungkapan Gagasan berkaitandengan diksi/pilihan kata 10%

Berdasarkan data menunjukkan kemam-puan gaya pengungkapan sudah bagusyaitu sebesar 80%. Gaya pengungkapandalam karangan yang dipengaruhi olehdiksi/pilihan kata yang dipakai oleh siswasudah menggunakan pilihan kata yangtepat. Perbendaharaan diksi/pilihan katasiswa yang dipengaruhi oleh sajiankarangan esai pada siklus I memberidampak kepada siswa yang lain untuk l ebihleluasa, senang atau bebas dalam mengung-kapkan gagasannya pada siklus II.

C. Struktur Penulisan dengan persentase 10%1. Penguasaan EyD dalam karangan dengan

persentase 10%Penguasaan siswa terhadap pemakaianhuruf kapital memiliki kemampuan yangsama dengan siklus I yaitu sebesar 40%,persentase tersebut masih termasuk cukupmemadai. Pemakaian tanda baca punmemiliki kemampuan yang sama dantermasuk rendah yaitu sebesar 15%.

Hal ini besar kemungkinan karenapemakaian tanda baca bagi siswa menjadipermasalahan besar karena siswa harusdihadapkan dengan buku panduan Ejaan yangDisempurnakan (EyD).Penulisan kata masih sama yaitu sebesar 45%katagori cukup memadai. Penulisan kata yangmencakup penulisan kata, kata turunan, gabungkata, kata baku, kata serapan, dan imbuhan.Pemahaman siswa untuk bagian EyD memangmasih menjadi permasalahan dan padaumumnya penguasaan ejaan menjadi bagianyang rumit karena semua telah ada aturannya.

Analisis Data

Evaluasi dalam pembelajaran ini dilakuandengan dua cara, yaitu evaluasi proses danevaluasi hasil. Secara umum, selama prosespembelajaran, siswa cukup perhatian,bersemangat, dan merasa senang dalam melaku-kan pembelajaran menulis esai. Artinya, secaraafektif, siswa tidak lagi merasa kesulitan untukmengawali proses penulisan.

Penilaian hasil juga berlangsung denganbaik dan menyenangkan, penuh pujian. Secaraumum, nilai yang diperoleh siswa masuk dalamkategori baik, yaitu rata-rata 83,3. Tidak ada yangdi bawah standar ketuntasan belajar Bahasa danSastra Indonesia, yaitu > 75.

Mengingat pembelajaran menulis esaiadalah materi baru di kelas XII dan belum pernahtersaji di jenjang sebelumnya seperti di SLTP atau

Gambar 13: Gaya Pengungkapan GagasanBerkaitan dengan Diksi/pilihan kata

Gambar 14: Penguasaan EyDdalam Karangan

Page 24: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

di kelas X dan XI. Sementara kita ketahui materiesai lebih layak diarahkan ke dalam materijenjang perguruan tinggi karena aktualisasi danlogika menjadi fondasi dalam proses bernalar.Materi esai memiliki tingkat kesulitan yangsangat tinggi. Hakikat esai: Esai adalah tinjauandalam bentuk prosa yang digunakan pengaranguntuk menampilkan pendapat pribadinyamengenai suatu masalah (aktual).

Menyadari akan kemampuan menulis siswasangat memprihatinkan sementara menulis esaiadalah sebuah materi yang menuntut siswauntuk menerapkan kemampuan bernalar yanglogis dan mampu berargumentasi dengan benar.Penerapan metode pembelajaran melalui mediakarikatur sebagai media pengungkapankemampuan menulis dengan perolehan nilaitertinggi 90,0 dan terendah 76,5 adalahperolehan nilai yang sangat signifikan untukkemampuan menulis.

Pada dasarnya kesulitan menulis siswaterjadi bukan karena siswa tidak dapat menulis,tetapi lebih pada proses pemicu awal. Melaluimedia karikatur, secara proses kemampuanpengungkapan gagasan jauh lebih dinamis,aktif, interaktif, dan melibatkan emosi siswa.Sebagaimana tertulis dalam hakikat karikatur:Karikatur merupakan salah satu bentuk karyajurnalistik nonverbal yang cukup efektif danmengena baik dalam penyampaian pesanmaupun kritik sosial. Dalam sebuah karikaturdapat ditemukan adanya perpaduan dari unsur-unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatanberpikir kritis serta ekspresif yang dituangkanmelalui seni gambar. Karikatur pada umumnyamerupakan bentuk reaksi masyarakat(karikaturis), dalam menanggapi fenomenapermasalahan yang muncul dalam kehidupanmasyarakat luas.

Mengingat bentuknya yang nonverbalinilah maka para pembaca dirangsang dandidorong untuk secara kreatif mengembangkansendiri berbagai interpretasi sebagai responsterhadap apa yang diungkapkan olehkarikaturis dalam karyanya. Dengan demikian,masalah interpretasi merupakan salah satu

aspek penting dalam memahami pesan yangdiungkapkan oleh sebuah karikatur.

Keunggulan Hasil Pemanfaatan Karikatursebagai Media Pembelajaran Menulis EsaiKarangan esai siswa ternyata rata-rata bagus,kemampuan berargumentasi mereka cukupberagam. Paragraf pembuka proses menulisvariatif, ada yang mengawali dengan larik lagu,pantun, penggalan cerpen atau dialog. Keberaga-man tema dan sudut pandang esai yang dituliscukup menarik. Dari Karikatur yang sama,ternyata lahir berbagai interpretasi atau responssiswa terhadap apa yang terjadi di masyarakatsesuai dengan batas bernalar seusia mereka.

Kesimpulan

Pemanfaatan karikatur sebagai mediapembelajaran menulis esai siswa kelas XIISMAK4 BPK PENABUR Jakarta pada tahappelaksanaan dan evaluasi pembelajaran berjalandinamis, variatif, dan menyenangkan. Siswabenar-benar terlibat dalam seluruh proseskegiatan yang diskenariokan, baik secara fisikmaupun emosi.

Berdasarkan data penilaian hasil diperolehkesimpulan bahwa pembelajaran denganmenggunakan media karikatur dapat mening-katkan hasil belajar. Rata-rata pencapaian siswaadalah 83,3 dengan nilai terendah 76,5 dantertinggi 90,0. Kelebihan karikatur sebagai mediamengurangi lamanya siswa untuk beranimengungkapkan ide, mengurangi kesulitanmengungkapkan gagasan. Perbedaan yangdidapat siswa menulis esai dengan mediakarikatur tema/ide lebih variatif dan luas, ideatau tema dari karikatur lebih jelas, munculnyaide-ide baru dalam pengembangan karanganjauh lebih banyak, siswa sudah mendapatgambaran yang akan diulas, dan caramengerjakan lebih cepat.

Berdasarkan hasil refleksi siswa secara lisanmaupun tulisan, proses pembelajaran menulisesai dengan menggunakan media karikatur lebihvariatif dan dinamis.

Page 25: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

19Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai

Saran

Proses pembelajaran menulis esai denganmenggunakan media karikatur dapat dicobauntuk diterapkan di kelas dengan skenario yangbaik akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Perlu dilakukan kebiasaan menulis secaraLangsung menulis, teori belakangan saja (kalaudiperlukan) . Penekanan aspek ini adalahkenyataan bahwa menulis sebagai sebuahketerampilan, bukan ilmu. Sebagai keterampilan,dibutuhkan latihan-latihan. Mengutip contohlatihan berenang, berenang tidak dimulaidengan teori, langsung saja mencebur ke air.Terlalu banyak aturan bahkan akan membuatsiswa gamang menulis.

Mulai dari mana pun boleh- Tidak ada satutitik awal yang pasti dari mana pelajaranmenulis harus dimulai. Kita bisa mulai darimana pun yang kita sukai. Kata kunci yang haruskita pegang adalah ’mengajak’menulis, bukanmengajar menulis.

Belajarlah sambil bercanda, bahwa dalammenulis ciptakan suasana yang menyenangkandalam kelas dan diri siswa. pelajaran menulis

nonlinea yaitu menanamkan kebiasaan ataukecintaan menulis serta proses meniru denganpenekanan berbicara meniru mendengar, menulismeniru membaca .

Membuat metode dan karya inovatif untukkeperluan proses pembelajaran yang kreatif,produktif, dan kondusif mutlak harus dilakukanoleh guru.

Daftar Pustaka

Hernowo. (2001). Mengikat makna: Kiat-kiat ampuhuntuk melejitkan kemampuan plus membacadan menulis. Bandung: Kaifa

Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. (2009).Mengenal penelitian tindakan kelas. Jakarta:Indeks

Marahimin, Ismail. (2002). “Makalah MMAS(Membaca, Menulis, dan ApresiasiSastra)” Jakarta, 3 Agustus

Setiawan, Mohammad Nashir. (20020. Menakarpanji pomong. Jakarta: Kompas

Suryanto, Alex dan Agus Haryanta. 2007.Panduan belajar bahasa dan sastra Indonesiauntuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis

Page 26: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

20 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning BerbasisWeb dengan Prinsip e-Pedagogy dalam

Meningkatkan Hasil Belajar

Muksin WijayaE-mail: [email protected]

Bidang Pembinaan dan Program Pendidikan BPK PENABUR Bandung

Penelitian

Abstrakembelajaran mata pelajaran ekonomi di SMA sampai saat ini masih menghadapi masalah,diantaranya para siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsepperekonomian dan hasil belajar yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yangsudah ditetapkan sekolah. Oleh karena itu penulis memandang perlu adanya model

pembelajaran yang lebih baik yang dapat meningkatkan pemahaman siswa atas konsep-konsepperekonomian dan hasil belajar yang meningkat pula. Model pembelajaran yang dikembangkandalam penelitian ini adalah model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode Research andDevelopment yang dikembangkan oleh Gall dan Borg. Dari sepuluh langkah penelitian tersebut,kemudian disederhanakan menjadi tiga tahap utama, yaitu: pendahuluan, pengembangan, danpengujian. Hasil pengujian efektifitas model menunjukkan bahwa model pembelajaran e-learningberbasis web dengan prinsip e-pedagogy dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahamimateri mata pelajaran ekonomi dengan lebih baik yang dibuktikan dengan adanya peningkatanhasil belajar yang dicapai. Model ini memperhatikan beberapa karakteristik: (1) Tujuan Modelpembelajaran difokuskan pada usaha pembelajaran mandiri yang terpusat pada siswa sebagaisubjek belajar (student-centred), (2) Kedudukan guru dalam model pembelajaran ini sebagai fasilitatoryang membantu dan memotivasi siswa dalam mengembangkan integritas belajar, (3) Pelaksanaanpembelajaran tetap dilakukan dalam kelas, dengan memadukan pertemuan klasikal dengan e-learning (blended learning). Berkaitan dengan digunakannya internet sebagai sumber belajar, makadukungan perangkat komputer yang terkoneksi dengan jaringan internet menjadi salah satu syaratpenting. Dengan demikian pada akhirnya disarankan kepada sekolah untuk melaksanakan modelpembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy sebagai model pembelajaran padamata pelajaran ekonomi di jenjang SMA.

Kata-kata kunci: Model pembelajaran, e-learning, pembelajaran berbasis web, e-pedagogi, blended-learning.

Developing Web-Based e-Learning Instructional Model With e-Pedagogy Principlesto Improve Learning Achivement

AbstractTeaching economy subject in high school is still facing problems, such students who still have difficulty inunderstanding economic concepts and learning outcomes that have not reached a minimum completenesscriteria that have been established school. Therefore, the researcher looked at the need for a better learningmodel that can enhance students’ understanding of economic concepts and learning outcomes are improved as

P

Page 27: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

21Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

Pendahuluan

Ketercapaian hasil belajar memang sangatdipengaruhi oleh berbagai unsur-unsur. Unsur-yang paling utama adalah unsur guru, unsursiswa, unsur kurikulum, dan unsur saranaprasarana pendukung pembelajaran. Gurusesuai dengan fungsinya bertugas mengoptimal-kan kemampuan siswa dalam belajar denganapa yang kita sebut mengajar. Guru memberikanperanan paling besar terhadap ketercapaianhasil belajar siswa. Peranan guru di sinimenyangkut keseluruhan aspek termasuk pende-katan yang digunakan dalam pembelajaran.

Guru tidak hanya memahami bahan materiyang akan diajarkan, tetapi hendaknyamemahami semua karakteristik yang terkandungdi dalamnya sehingga dapat dengan mudahmenerapkan paradigma baru dalam prosespembelajaran. Namun yang terjadi di sekolah-sekolah pada saat sekarang cenderung banyakguru dalam proses pembelajaran hanyamenjelaskan atau memberitahukan segalasesuatu kepada siswa. Guru kurang memberikankesempatan untuk melatih siswa dalam belajarmenemukan jawabannya sendiri. Dengan modelpembelajaran seperti itu banyak siswa yangsemakin pasif dan cenderung merasa bosan.

well. Learning model which developed in this study is a web-based e-learning model with the principles of e-pedagogy. This study uses qualitative and quantitative approach to the method of Research and Development,developed by Gall and Borg. Of the ten steps to the study, and then simplified into three main phases: theinformation collecting, develop preliminary form of model, and model testing. The results of testing theeffectiveness of the model shows that web-based e-learning model with the principles of e-pedagogy significanlyto improve students’ ability to understand economy matter better and learning outcomes are improve. Theseof learning models is focused on independent learning efforts are centered on students as subjects of learning(student-centered), (2) teachers in this learning model as a facilitator to help and motivate students in developingthe learning, and (3) learning activities still being done in the classroom, by combining a classical face to facewith e-learning (blended learning). Associated with use of the Internet as a learning resource, the support ofcomputer devices which connected to the Internet network to be one important condition. Thus in the end,researcher recommended the school to implement web-based e-learning model with the principles e-pedagogyas a model in taught economic subjects in the high school level.

Keywords: Teaching model, e-learning, web-based learning, e-pedagogy, blended-learning.

Model pembelajaran seperti itu, sekarang inidirasakan kurang bermakna bagi hasil belajarsiswa, karena siswa hanya dijejali denganhafalan-hafalan mengenai konsep-konsep bukanbagaimana mengerti, memahami ataumenguasai konsep dalam memecahkan suatupersoalan, apalagi didukung oleh kurangnyakreativitas guru dalam menggunakan mediaselama proses pembel-ajaran, sehingga materipembelajaran akan semakin sulit dipahamisiswa. Oleh karena itu guru diharapkan mampumerubah paradigma lama dalam mengajar yaitumenyampaikan pelajaran sebanyak-banyaknyadengan paradigma baru yang menekankan padaupaya membantu siswa agar lebih mampumengerti, memahami, atau menguasai konsepuntuk memecahkan suatu persoalan.

Berangkat dari pemaknaan dan pemikiransebagaimana diuraikan pada latar belakangtersebut di atas, penulis akan melakukanpenelitian dan pengembangan suatu modelpembelajaran yang lebih efektif, dan cocok dalammembantu guru untuk lebih mening-katkanhasil belajar siswa, meningkatkan kemampuandan kompetensi siswa SMA dengan tidakmeninggalkan unsur pedagogis, denganmemadukan pembelajaran tatap muka di kelasdan pemanfaatan teknologi informasi sebagaialat bantu pembelajaran.

Page 28: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

Kajian Pustaka

1. E-Learning Berbasis Web dan Teori Belajaryang Mendasarinya

Paradigma sistem pendidikan yang semulaberbasis tradisional dengan mengandalkantatap muka saja, beralih menjadi sistempendidikan yang tidak dibatasi oleh ruang danwaktu dengan sentuhan dunia teknologiinformasi khususnya dunia cyber (maya). Sistempendidikan yang berbasis dunia cyber yangdimaksudkan disebut dan dikenal denganistilah e-learning.

Adanya keterbatasan dalam proses belajarmengajar tradisional berbasis tatap muka yangdibatasi oleh ruang dan waktu, maka e-learninghadir untuk mengantisipasi hal ini. Denganproses belajar mengajar tidak dibatasi lagi olehruang dan waktu sehingga hubungan antarapeserta didik dan pengajar bisa dilakukan kapansaja dan di mana saja.

Istilah e-learning sangat popular beberapatahun belakangan ini, mekipun konsepnyasudah cukup lama dimunculkan sebelumnya.Istilah ini sendiri memiliki definisi yang sangatluas. Terminologi e-learning cukup banyakdikemukakan dalam berbagai sudut pandang,namun pada dasarnya mengarah padapengertian yang sama. Huruf e pada e-learningberarti elektronik yang kerap disepadankandengan kata virtual (maya) atau distance (jarak).Dari hal ini kemudian muncul istilah virtuallearning (pembelajaran di dunia maya) ataudistance learning (pembelajaran jarak jauh).Sedangkan kata learning sering diartikandengan belajar pendidikan (education) ataupelatihan (training). Jadi e-learning berartipembelajaran dengan menggunakan media ataujasa bantuan perangkat elektronika. Dalampelaksanaannya, e-learning menggunakan jasaaudio, video, perangkat komputer, ataukombinasi dari ketiganya.

E-learning merupakan sebuah prosespembelajaran yang dilakukan melalui network(jaringan). Ini berarti dengan e-learningmemungkinkan tersampaikannya bahan ajarkepada peserta didik menggunakan media

teknologi informasi dan komunikasi berupakomputer dan jaringan internet atau intranet.Dengan e-learning, belajar bisa dilakukan kapansaja, di mana saja, melalui jalur mana saja dandengan kecepatan akses apapun. Prosespembelajaran berlangsung efesien dan efektif.

Ciri khas e-learning yaitu tidak tergantungpada waktu dan ruang (tempat). Pembelajarandapat dilaksanakan kapan dan di mana saja.Dengan teknologi informasi, e-learning mampumenyediakan bahan ajar dan menyimpaninstruksi pembelajaran yang dapat diakseskapanpun dan dari manapun. E-learning tidakmembutuhkan ruangan (tempat) yang luassebagaimana ruang kelas konvensional. Dengandemikian teknologi ini telah memperpendekjarak antara pengajar dan peserta didik.

Bates dan Wulf (1996) mengatakan bahwapembelajaran e-learning juga memiliki kelebihansebagai berikut.1. Meningkatkan interaksi pembelajaran

(enhance interactivity)2. Mempermudah interaksi pembelajaran dari

mana dan kapan saja (time and placeflexibility)

3. Memiliki Jangkauan yang Lebih Luas(potential to reach a global audience)

4. Mempermudah penyempurnaan danpenyimpanan materi pembelajaran (easyupdating of contents as well as archivablecapabilities)Perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi (TIK) yang menghasilkan internetdengan pembelajaran berbasis web merupakansuatu kegiatan pembelajaran yang meman-faatkan media situs web (website) yang bisadiakses melalui jaringan internet. Pembelajaranberbasis web atau yang dikenal juga denganistilah “web-based learning” merupakan salahsatu jenis penerapan dari pembelajaranelektronik (e-learning).

Kevin Kruse (2004) dalam salah satutulisannya yang berjudul “Using the Web forLearning” yang dimuat dalam situs web e-learningguru.com mengemukakan bahwapembelajaran berbasis web seringkali memilikimanfaat yang banyak bagi para peserta didiknya.Bila dirancang dengan baik dan tepat, maka

Page 29: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

23Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

pembelajaran berbasis web bisa menjadipembelajaran yang menyenangkan, memilikiunsur interaktivitas yang tinggi, menyebabkanpeserta didik mengingat lebih banyak materipelajaran, serta mengurangi biaya-biayaoperasional yang biasanya dikeluarkan olehpeserta didik untuk mengikuti pembelajaran(contohnya uang jajan/biaya transportasi kesekolah).

2. Teori Belajar yang Mendasari PembelajaranBerbasis Web

Menerapkan pembelajaran berbasis web dapatdilihat sebagai proses yang kompleks yang tidakhanya sekedar menjalankan langkah-langkahdalam model desain instruksional. Ada tiga teoribelajar utama yang digunakan sebagai dasarpembelajaran berbasis web yaitu: behaviorisme,kognitivisme dan konstrukstivisme.a. Behaviorisme

Behaviorisme melihat belajar adalahperubahan perilaku yang dapat diamatiyang disebabkan oleh stimulus eksternal.Mereka melihat pikiran sebagai “kotakhitam”, respons terhadap suatu stimulusdapat diamati secara kuantitatif, denganmengabaikan pengaruh proses berfikir yangterjadi di pikiran.

b. KognitivismeKognitivisme melihat belajar merupakanproses internal yang melibatkan memori,motivasi, refleksi, berfikir, dan meta kognisi.Dalam pandangan aliran tersebut, pikiranmanusia memanipulasi simbol-simbolseperti komputer memanipulasi data.Karena itu, pembelajar dianggap sebagaiprosesor informasi. Psikologi kognitifmeliputi proses belajar dari pemprosesaninformasi, dimana informasi diterima dibermacam-macam indera, ditransfer kememori jangka pendek dan jangka panjang.Informasi menjalani aliran transformasidalam pikiran manusia sampai informasitersebut tersimpan secara permanen dimemori jangka panjang dalam bentuk paket-paket pengetahuan.

c. KonstruktivismeKonstruktivisme melihat siswa membangunpengetahuannya dari pengalamanbelajarnya sendiri. Belajar dapat dilihat

sebagai suatu proses yang aktif, danpengetahuan tidak dapat diterima dari luarmapun dari orang lain. Siswa sebaiknyadiberi kesempatan untuk membangunpengetahuan bukan diberi pengetahuanmelalui pengajaran.

3. Aplikasi e-Learning Berbasis Web di dalamKelas

Dengan adanya perkembangan teknologiinformasi dalam bidang pendidikan, maka padasaat ini sudah dimungkinkan untuk diadakanbelajar jarak jauh dengan menggunakan mediainternet untuk menghubungkan antara siswadengan gurunya, melihat nilai siswa secaraonline, mengecek keuangan, melihat jadwalpelajaran, mengirimkan berkas tugas yangdiberikan guru dan sebagainya, semuanya itusudah dapat dilakukan. Faktor utama dalamdistance learning yang selama ini dianggapmasalah adalah tidak adanya interaksi antaraguru dan siswanya.

Namun demikian, dengan media Internetsangat dimungkinkan untuk melakukaninteraksi antara guru dan siswa baik dalambentuk real time atau tidak. Dalam bentuk realtimedapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom,interaksi langsung dengan real audio atau realvideo, dan online meeting. Interaksi yang tidak realtime bisa dilakukan dengan mailing list, discussiongroup, newsgroup, dan bulletin board. Dengan caradi atas interaksi guru dan siswa di kelasmungkin akan tergantikan walaupun tidak100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan carapendidikan lainnya dapat juga diimple-mentasikan ke dalam web, seperti materi gurudibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapatdi download oleh siswa. Demikian pula denganujian dan kuis yang dibuat oleh guru dapat puladilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaianadministrasi juga dapat diselesaikan langsungdalam satu proses registrasi saja, apalagididukung dengan metode pembayaran online.

Sampai saat ini dunia masih memerlukanpara guru dengan jumlah yang lebih banyakdengan kualitas yang lebih baik. KonferensiDakar mengungkapkan bahwa masih ada 100juta anak-anak yang putus sekolah merekamemerlukan para guru seiring dengan targetdunia untuk pendidikan di tahun 2015.

Page 30: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

24 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

Implikasinya diperlukan peningkatanketerampilan bagi para guru yang berjumlahkurang lebih 60 juta. Dari sekian jumlah gurutersebut sebagian besar belum memenuhistandar kualifikasi yang diharapkan dalam artikata memiliki kualitas rendah tidak memenuhisyarat sesuai tuntutan profasionalismekeguruan. Dalam kondisi apapun peningkatankualitas guru perlu terus ditingkatkan sepanjangkarir mereka sebagai guru jika kita menginginkanpendidikan menuju ke arah kualitas dan dayasaing tinggi. Untuk itu diperlukan strategikhusus yang dapat mengakomodasikarakteristik aktivitas guru yang tetap dapatmelaksanakan tugas kependidikan dankeguruannya di samping terus memperolehinput pendidikan dan peningkatan kualifi-kasinya. Salah satu cara memperkuat profesipengajaran para guru adalah dengan mengguna-kan pendidikan jarak jauh dengan memanfaat-kan teknologi informasi dan komunikasi (ICT).

Pembelajaran konvensional tidak lagisepenuhnya menjadi andalan, namun di tengahkemajuan teknologi saat ini diperlukan variasimetode yang lebih memberikan kesempatanuntuk belajar dengan memanfaatkan anekasumber, tidak hanya dari man power sepertihalnya guru. Pembelajaran yang dibutuhkanadalah dengan memanfaatkan unsur teknologiinformasi, dengan tidak meninggalkan polabimbingan langsung dari pengajar danpemanfaatan sumber belajar lebih luas. Konsepini sering juga diistilahkan dengan blendedlearning yaitu perpaduan antara pembelajarankonvensional di dalam kelas (tatap muka gurudan siswa) dengan pembelajaran e-learningberbasis web (online).

Secara etimologi istilah Blended Learningterdiri dari duakata yaitu Blendeddan Learning. Katablend berarti“campuran, bersa-ma untuk mening-katkan kualitasagar bertambahbaik” (Collins Dic-tionary), atau for-mula suatu penye-larasan kombinasi

atau perpaduan (Oxford English Dictionary)(Heinze and Procter, 2006: 236). Sedangkanlearning memiliki makna umum yakni belajar,dengan demikian sepintas mengandung maknapola pembelajaran yang mengandung unsurpencampuran, atau penggabungan antara satupola dengan pola yang lainnya. Apa yangdicampurkan? Elenena Mosa (2006) menyam-paikan bahwa yang dicampurkan adalah duaunsur utama, yakni pembelajaran di kelas(classroom lesson) dengan online learning.

Pada perkembangannya istilah yang lebihpopuler adalah Blended e-learning dibandingkandengan blended learning. Kedua istilah tersebutmerupakan isu pendidikan terbaru dalamperkembangan globalisasi dan teknologi Blendede-learning. Zhao (2008:162) menjelaskan “isuBlended e-learning sulit untuk definisikan karenamerupakan sesuatu yang baru”. Walau cukupsulit mendefinisikan pengertian Blended e-learning tapi ada para ahli dan profesor yangmeneliti tentang blended e-learning danmenyebutkan konsep dari Blended e-learning.

Blended learning sebagai kombinasikarakteristik pembelajaran tradisional danlingkungan pembelajaran elektronik atauBlended e-learning, menggabungkan aspekBlended e-learning seperti pembelajaran berbasisweb, streaming video, komunikasi audiosynchronous dan asynchronous denganpembelajaran tradisional “tatap muka”.Pendapat lainnyadipaparkan Bhonk danGraham (2006) juga mendefinisikan sebagaiberikut: “Blended learning is the combination ofinstruction from two historically separate models ofteaching and learning: Traditional learning systemsand distributed learning systems. It emphasizes thecentral role of computer-based technologies in blended

Face to Face (DidaLearning Tradition

Use ofTechnology

Gambar 1: Konsep Blended Learning

Page 31: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

25Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

learning.” (Hadjerrouit, 2007: 286). Bhonk danGraham (2006) menjelaskan bahwa blendedlearning adalah gabungan dari dua sejarahmodel perpisahan mengajar dan belajar: sistempembelajaran tradisional dan sistem penyebaranpembelajaran, yang menekankan peran pusatteknologi berbasis komputer dalam blendedlearning. Penjelasan mereka tentang konsepblended learning dijelaskan pada gambar 1.

4. Penerapan Prinsip-Prinsip e-Pedagogydalam Model Pembelajaran e- LearningBerbasis Web

Kenyataan kita lihat saat ini adalah semakinbanyak dan semakin berkembangnya perangkatyang dapat membantu kita di dalam mengajarataupun di dalam pembelajaran, namunperkembangan itu tidak secepat perkembanganmetode mengajar dan metode pembelajaran itusendiri. Metode mengajar tradisional kerapkalimasih diterapkan di dalam lingkungan belajarbaru yang sekarang kita hadapi dengan alasan:pertama, tidak terlalu perlu metode mengajardirubah karena metode tradisional yangditerapkan sudah lama cukup teruji baik, alasankedua karena belum adanya metode mengajaryang baru yang benar-benar sesuai denganperkembangan terkini. Para kelompokpendukung adanya suatu perubahan di dalammengajar dan pembelajaran sangat menentangkedua alasan yang berkembang tersebut.

Sebagaimana diuraikan di depan, bagianrevolusi teknologi dibidang pendidikan adalahmuncul dan semakin berkembangnya e-learningatau blended learning. Di masa datang e-learningakan semakin luas diterapkan tidak hanya dijenjang pendidikan tinggi, tetapi mulai jenjangpendidikan dasar karena e-learning padadasarnya sangat mendukung dan sangatmengakomodasikan konsep pendidikan seumurhidup (life-long learning). Dalam berbagaipenerapan, e-learning di sampaikan melaluisuatu lingkungan belajar yang bersifat online danvirtual seperti Blackboard dan Moodle.

Perubahan lingkungan yang menfasilitasibelajar sebagaimana yang ada di dalam e-learningtentu akan memberikan dampak kepada guru

baik di dalam menyiapkan materi ajar, metodemengajar, maupun model pembelajarannya.

Di dalam menyiapkan materi ajar, pada saatini seorang guru diberi peluang untuk dapatmemanfaatkan informasi yang ada dan tanpabatas untuk menghasilkan suatu materi ajaryang lebih memiliki tingkat kualitas yang lebihtinggi. Di dalam metode mengajar punseharusnya guru sudah menggunakan metodeyang lebih interaktif yang benar-benar dapatmenempatkan pembelajaran yang berpusat padasiswa (students-centered). Demikian juga denganmodel pembelajaran, perlu disesuaikan denganketerkinian karakteristik siswa dan keterkinianperangkat yang dapat digunakan untuk semakinmeningkatkan kualitas pembelajaran.

Berkaitan dengan apa yang diuraikan diatas, George Siemen (2004) memperkenalkanteori pedagogi connectivism yang dituangkan didalam makalahnya yang bertema : “Learning asnetwork creation”, yang di dalam makalahnya itubeliau memadukan teori belajar behaviorismedan konstruktivisme pada pembelajaran e-learning. Connectivism yang di kemukakanGeorge mengungkapkan pengetahuan danpembelajaran sebagai suatu jejaring yang terdiridari simpul-simpul yang saling berhubungan.Pengetahuan menurut George sebagai suatusimpul dari sekian simpul-simpul yang ada yangsaling berhubungan. Posisi belajar dalamkonsep George adalah sebagai suatu hal yangmembuat hubungan-hubungan baru yangmelengkapi simpul-simpul yang salingterhubung dan yang sudah ada. Jadi belajarmenurut connectivisim adalah penciptaansimpul-simpul dan keterhubungan setiapsimpul-simpul tersebut.

Menurut George (2004) di dalam teoriconnectivism, ada delapan prinsip e-pedagogis :1. Pembelajaran dan pengetahuan berada

dalam keanekaragaman (diversity)pandangan/pendapat/opini.

2. Pembelajaran merupakan suatu prosesmenghubungkan sumber-sumber informasiterutama simpul-simpul khusus.

3. Pembelajaran dapat terjadi dari sesuatu diluar manusia.

Page 32: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

26 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

4. Kemampuan untuk memahami adalah lebihpenting daripada apa yang dipahamisekarang.

5. Menjaga kesinambungan dalam belajarsangat diperlukan untuk kelanjutanpembelajaran.

6. Kemampuan untuk melihat hubungandiantara ide dan konsep sebagai suatuketrampilan inti dalam pembelajaran.

7. Keterkinian (keakuratan, pengetahuanmutakhir, up to date) adalah sesuatu yangutama di dalam belajar

8. Pengambilan keputusan dalam memilih apayang akan dipelajari sangat penting dalamproses pembelajaran dalam menghadapibanjir informasi.

Metode Penelitian

Pendekatan PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dan kuantitatif dengan metodePenelitian dan Pengembangan (Research andDevelopment). Metode ini dirancang untukmengembangkan suatu produk baru dan ataumenyempurnakan produk yang telah adadengan langkah-langkah yang dapatdipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2005;

Gambar 2: Skema Alur Penelitian dan Pengembangan

163 - 145). Produk yang dikembangkan dalampenelitian adalah suatu model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogyuntuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pada langkah penelitian inisecara umum mengacu pada pendapat Gall danBorg (1989) di atas, Sukmadinata (2005:189)memodifikasi untuk menyederhanakannyamenjadi tiga tahap utama, yaitu pendahuluan,pengembangan, dan pengujian, seperti terlihatpada gambar 2.

Penelitian pendahuluan, yaitu tahappersiapan untuk pengembangan model. Tahapini terdiri atas dua langkah yaitu studikepustakaan dan survei lapangan. Tahappengembangan terdiri dari tiga kegiatan yaitupengembangan draf awal, uji coba modelterbatas, dan uji coba lebih luas. Tahap ketiga,adalah validasi yaitu melakukan penelitiandengan menggunakan metode eksperimen anta-ra kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

Hasil Penelitian

1. Hasil Studi PendahuluanTujuan studi awal adalah untuk mengetahuikondisi umum pelaksanaan Kurikulum 2006(KTSP) dan pembelajaran Ekonomi di tempat

Page 33: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

27Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

penelitian. Desain awal pembelajaran disusunberdasarkan hasil studi awal dan dikembangkanmelalui tahap-tahap pelaksanaan uji model.

Melaksanakan studi awal dalam penelitianpengembangan model dipandang perlu, karenadalam penelitian ini akan diujicobakan suatumodel dalam rangka peningkatan kualitaspembelajaran. Pengembangan model tersebutharus didasarkan kepada data lapangan,tentang bagaimana kondisi lapangan yang akanditeliti.

Aspek yang diteliti pada tahap studi awaladalah: (1) keadaan guru, siswa, sumber belajardan fasilitas pendukung; (2) penerapanpembelajaran yang sedang berlangsung; (3)pandangan awal guru terhadap modelpembelajaran e-learning berbasis web. Padapenelitian inipun, akan diteliti pandangan danpemahaman awal para guru tentang Kurikulum2006 (KTSP) yang sudah diimplementasikansejak tahun pelajaran 2006-2007. Berikut rincianhasil studi awal atas aspek-aspek yang dikajisebagaimana disebutkan di atas:a. Keadaan Guru, Siswa dan Sumber belajar1) Keadaan Guru

Secara umum latar belakang respondenguru berpendidikan tinggi denganspesialisasi mata pelajaran ekonomisehingga jawaban-jawaban yang diberikanmelalui angket dapat dianggap layak untukdianalisis.Dilihat dari latar belakang pendidikanresponden guru, pada umumnya para guruyang mengajar mata pelajaran ekonomimerupakan lulusan Strata satu (S1) ekonomikependidikan dan non kependidikandengan pengalaman mengajar matapelajaran ekonomi di SMA antara 3 – 20tahun, hal ini sangat memungkinkan dapatmemberikan jawaban yang signifikanterhadap wawancara dan pertanyaanangket yang diberikan. Selain ini para gurutersebut pada umumnya pernah mengikutiberbagai jenis pelatihan/penataran sertalokakarya-lokakarya baik tingkat propinsimaupun tingkat nasional lainnya.Selain hal tersebut di atas, berdasarkan padaangket yang disebarkan untuk melihataktualisasi diri dari guru yang bersang-kutan terhadap tugas dan profesinya

sebagai seorang guru, diperoleh jawabanatas angketDari jawaban angket tersebut di atas,tergambar untuk aspek tujuan mengajar,seluruh responden guru (100%) memilihseluruh pilihan yang tersedia, artinyabahwa seluruh responden memiliki tujuanmengajar sebagai profesinya yang relatifsama yaitu melaksanakan tugas profesinya,transfer ilmu pengetahuan kepada siswa,memberikan pengetahuan kepada siswadan juga mengubah tingkah laku siswa kearah positif.Untuk aspek harapan kepada siswaseluruh responden (100%) memilih semuapilihan yang ada, artinya seluruh gurumemiliki harapan yang relatif samaterhadap siswa didiknya yaitu agar siswadidiknya menjadi siswa yang mandiri,pintar, patuh.Untuk aspek pemberian tugas, tiga orangresponden (50%) menyatakan sebagaipekerjaan rutin dari semester ke semester,dan tiga orang responden (50%)menyatakan sebagai suatu kewajiban yangharus dilakukan berdasarkan perintah, halini sudah diantisipasi dengan melihat padaumur dan lamanya responden tersebutsebagai guru, ada yang sudah lama dan adajuga yang masih baru.Untuk aspek penguasaan materi pelajaran,dua orang responden (33.3%) menyatakanbaik dan empat orang guru (66.7%) menya-takan belum cukup, hal ini mengindika-sikan adanya suatu motivasi dari para guruuntuk terus menimba dan memutakhirkanpengetahuan yang secara khusus berkaitandengan mata pelajaran ekonomi yangdiampunya. Dari wawancara, beberapa halpraktis yang mereka lakukan untuk semakinmenambah pengetahuan mereka adalahantara lain dengan membaca, berdiskusidengan guru mata pelajaran yang sama,mengikuti kuliah pada jenjang pendidikanyang lebih tinggi, dan mengikuti lokakaryadan penataran yang berkaitan dengan matapelajaran yang diampunya.Untuk aspek keinginan untuk memperbaikicara mengajar, seluruh responden (100%)menyatakan keinginannya untuk dapat

Page 34: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

memperbaiki cara mengajarnya, hal inimengindikasikan adanya suatu motivasiyang besar dari seluruh guru yang menjadiresponden untuk dapat mengajar dengancara yang baru. Sedangkan untuk aspekpenguasaan kelas, tiga responden (50%)menyatakan baik dan tiga responden (50%)menyatakan belum baik. Hal inimengindikasikan perlunya suatu modelpembelajaran yang lebih variatis sehinggatidak membuat siswa merasa bosan danmonoton dengan pembelajaran yang selamaini dijalaninya.Data hasil jawaban angket divalidasi olehpeneliti dengan mengadakan visitasi kelasatas seijin dan kepala sekolah, dan ternyatamemang bahwa jawaban para respondenpada angket dengan kenyataannya relatifsama baik pada keseriusan ketika pararesponden mengajar dan keterampilan didalam mengelola kelas.

2) Kondisi SiswaSiswa kelas X yang akan dijadikan subjekpenelitian berjumlah 35 orang yang terdiridari 20 orang siswa dan 15 orang siswidengan kemampuan akademik yang relatifsama, hal ini secara empiris dapat dilihatdari hasil pretest yang dilakukan sebelumuji coba model dilakukan. Berdasarkanpada angket yang disebarkan untuk melihataktualisasi diri dari para siswa.Dari jawaban angket yang disebarkankepada siswa, tergambar bahwa untukaspek tujuan sekolah sebagian besar (77%)responden siswa menyatakan menyenang-kan karena dapat memperoleh ilmu yangbanyak dan juga dapat berkumpul denganteman-teman, sebagian kecil (23%)menyatakan tidak menyenangkan karenadirasakan mata pelajaran terlalu banyakdan guru-guru yang kurang profesional.Pada aspek kesan bersekolah, sebagianbesar responden siswa (77%) menyatakanhal positif karena sebagian besarmenyatakan kesan bahwa bersekolah dapatmembuat mereka semakin pandai karenamereka mendapatkan banyak ilmupengetahuan, tetapi sebagian kecilresponden siswa (23%) menyatakan kesan

negatif yaitu merasa berat atas materi yangdirasakan terlalu banyak dan juga cara gurudalam mengajar yang cenderung ceramah,sehingga dirasakan membosankan.Untuk tugas-tugas diberikan oleh para guru,pada umumnya responden para siswa(57.2%) menyatakan terlalu banyaksehingga dirasakan mereka tidak sempatmengerjakannya, tetapi di sisi lain pararesponden siswa (28.5%) juga menyadaribahwa pemberian tugas dapat membantumereka untuk dapat lebih menguasaipelajaran.Untuk aspek jumlah jam belajar di rumah,pada umumnya responden siswa (71.4%)menyatakan jam belajar di rumah kurangdari satu jam, kalaupun lebih dari satu jambiasanya maksimal adalah dua jam saja(28.6%).Untuk pertanyaan pembaharuan modelpembelajaran, seluruh responden siswa(100%) menyatakan perlu adanya suatupembaharuan model pembelajaran.Pernyataan bahwa siswa seluruhnyamenyetujui adanya pembaharuan modelpembelajaran ini merupakan kesan pentingbagi peneliti untuk dapat melanjutkanpengembangan model sebagaimana yangdirancang oleh penulis dalam penelitian inikarena memang dari hasil angket hal inisesuai dengan kebutuhan dan keperluankondisi di lapangan.

3) Sumber BelajarSumber belajar yang digunakan adalahbuku Ekonomi Kurikulum 2006 (KTSP).Penggunaan buku sumber para guruberagam, tidak hanya mengacu pada satubuku sumber saja, melainkan menggunakansedikitnya 3 buku sumber dari penulis danpenerbit yang berbeda.

4) Media dan Alat PelajaranUntuk mencapai tujuan pembelajaran yangefektif dan efisien, perlu dukungan pihaksekolah, di antaranya berupa kelengkapansarana dan prasarana pembelajaran,termasuk media pembelajaran yangmemadai. Media pembelajaran dapatmemotivasi siswa dalam belajar. Padadasarnya sekolah memiliki sarana

Page 35: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

29Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

prasarana pembelajaran yang relatiflengkap, seperti gambar, alat, OHP, LCDprojektor, komputer, dan sebagainya.Dari jawaban angket sebagaimana tersebutdi atas, tergambar bahwa semua respondenguru (100%) menyatakan sarana prasaranadi sekolah memadai baik dari aspek ruangkelas, media pembelajaran, dan iklimsekolah yang mendukung pembelajaranyang kondusif.Dari jawaban angket yang disebarkankepada responden siswa perihal saranaprasarana sekolah, tergambar bahwa padaumumnya responden siswa (85.7%)menyatakan sarana prasarana di sekolahmemadai, tetapi masih terdapat sebagiankecil responden siswa yang menyatakansarana prasarana untuk aspek ruang kelastidak memadai (14.3%), dan iklim sekolahyang tidak mendukung (28.6%).

b. Penerapan Pembelajaran yang SedangBerlangsungDari hasil pengamatan peneliti,implementasi mata pelajaran Ekonomimasih cenderung berlangsung secarakonvensional, di mana guru lebih aktif darisiswa dan pembelajaran berjalan satu arah.Keterlibatan siswa dalam prosespembelajaran masih kurang optimal. Gurucenderung mengejar target kurikulum yangtelah disusun, kurikulum hanya sebatasdokumen tertulis yang berisi serangkaianmateri yang harus diberikan kepada pesertadidik sesuai dengan alokasi waktu yangtersedia, dan hal ini membuat pembelajaranberjalan kaku dan lebih terpusat kepadaguru (teacher-centered).

Berdasarkan hasil wawancara denganKepala Sekolah dan Guru tentangKurikulum Ekonomi, terungkap bahwamateri tidak seimbang dengan alokasiwaktu dan tuntutan kompetensi, sedangkanmuatan-muatan materi yang harus dikuasaisiswa cukup banyak dan padat, terutamamateri yang menuntut adanya perhitungan,akibatnya penguasaan siswa terhadapmateri bersifat praktik belum optimal.

Pada proses pembelajaran, metode belajaryang digunakan pada umumnya ceramah,

tanya jawab, penugasan, demonstrasi dansekali-kali kerja kelompok. Adapun yanglebih dominan adalah metode ceramah dantanya jawab. Sekalipun demikian, gurumenginginkan pendekatan pembelajaranyang sesuai dengan kondisi siswa dankeadaan lingkungan dan karakteristiksekolah, sehingga dengan demikiankompetensi siswa akan mampu dicapaiyang pada akhirnya siswa akan mampumencapai hasil belajar secara optimal.

c. Pandangan Awal Guru tentang ModelPembelajaran e-Learning Berbasis WebMengenai model pembelajaran e-learningberbasis web, berdasarkan hasil wawancaradidapatkan kesan bahwa pada dasarnyapara guru sudah mengetahui istilahtersebut, sedangkan implementasinya paraguru belum terlalu mendalaminya.Kemampuan dan keterampilan guru didalam mengembangkan pembelajaran e-learning berbasis web masih perlu dilatihkan.Namun demikian model pembelajaran inisudah dikenal oleh mereka. Mengenaikesulitan dalam mengembangkanpembelajaran e-learning berbasis web, paraguru mengatakan kesulitan teknis dalampengoperasian komputer dan pembuatanhomepage pembelajarannya.

d. Pandangan dan Pemahaman Awal GuruTentang Kurikulum 2006 (KTSP)Berkenaan dengan diberlakukannyaKurikulum 2006 (KTSP) per tahun pelajaran2006-2007 dan untuk mengetahui lebih jauhtanggapan dan pemahaman guru dankepala sekolah mengenai kurikulum 2006(KTSP), maka penulis melakukanwawancara dan menyebarkan angket, danpada umumnya menyatakan kurikulum2006 lebih baik daripada kurikulum 2004(KBK). Pandangan ini didasarkan padapemahamannya terhadap kompetensi yangdituntut dan konsep teknologipembelajaran yang diterapkan.Untuk pernyataan bahwa kurikulum yangdikembangkan atas prakarsa sendiri relevandengan kurikulum 2006 (KTSP), satu orangresponden menjawab sangat baik (SB),

Page 36: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

empat orang responden menjawab baik (B)dan satu orang responden menjawab cukupbaik (CB). Untuk pernyataan bahwakesesuaian landasan pengembangankurikulum dengan karakteristik kurikulum2006 (KTSP), lima orang respondenmenjawab baik (B) dan satu orangresponden menjawab cukup baik (CB).Untuk pernyataan relevansi desainkurikulum dengan karakteristik siswaSMA, lima orang responden menjawab baik(B) dan satu orang responden menjawabcukup baik (CB). Untuk pernyataan ataskejelasan tujuan dalam kurikulum 2006(KTSP), satu orang menjawab baik (B) danlima orang responden menjawab cukup baik(CB). Untuk pernyataan bahwa desainkurikulum 2006 (KTSP) sesuai denganstrategi pembelajaran yang digunakan,semua responden menjawab baik (B). Padapernyataan bahwa evaluasi modelpembelajaran dengan pendekatankompetensi dalam evaluasinya memerlukanevaluasi formatif dan sumatif, empat orangresponden menjawab sangat baik (SB), satuorang responden menjawab baik (B), dansatu orang responden menjawab cukup baik(CB). Semua semua guru menyatakan baikbahwa evaluasi Kurikulum 2006 (KTSP)memuat kemampuan-kemampun yangbersifat praktis.Berdasarkan wawancara lebih lanjutdengan para guru dan kepala sekolah,menurut mereka kurikulum 2006 (KTSP)jauh lebih baik dari kurikulum 2004 (KBK).Dari pertanyaan yang diajukan yang terkaitdengan Kurikulum 2006 (KTSP) denganmembandingkan dengan kurikulum 2004(KBK).Pertanyaan terkait dengan kemampuansiswa dalam Kurikulum 2006 (KTSP) adalahberpusat pada potensi setiap siswa untukdapat melakukan sesuatu dalam berbagaikonteks, menurut para guru, kompetensiterkait dengan hal tersebut. Alasan yangdiberikan untuk pertanyaan ini adalahdengan kemampuan dalam berbagaikonteks siswa mampu menghadapilingkungannya. Pertanyaan yang berhu-bungan dengan kompetensi dalam

Kurikulum 2006 (KTSP) yang menjelaskanpengalaman belajar yang secara eksplisitdicantumkan. Seluruh responden menjawab“Ya” , begitu pula dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya, jawaban respondenseluruhnya “Ya”. Semua jawaban yangdiberikan disertai dengan alasan yangberagam. Dari hasil wawancara ini, dapatdisimpulkan bahwa responden cukupresponsif terhadap Kurikulum 2006 (KTSP).

2. Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning Berbasis Web pada pembelajaranMata Pelajaran Ekonomi

Berdasarkan data dari studi awal, penulismengambil kesimpulan bahwa pengembanganmodel pembelajaran e-learning berbasis web padamata pelajaran ekonomi dapat dilakukan denganmemperhatikan komponen-komponen : desain,pengembangan, penggunaan, pengorganisasiandan evaluasi. Kegiatan-kegiatan yang ditempuhsebelum mengimplementasikan modelpembelajaran e-learning berbasis web adalahpenyusunan rancangan model dan penyusunanmodel awal, dimana kedua kegiatan itu dapatdideskripsikan sebagai berikut.a. Penyusunan Rancangan Model

Penyusunan rancangan model pembel-ajaran e-learning berbasis web diawali daristudi pustaka. Pengembangan modelpembelajaran e-learning berbasis webdidasarkan pada pemahaman bahwa dalammempelajari mata pelajaran ekonomi siswatidak sekadar menghafal saja tetapi jugaharus dapat menghubungkan pengetahuanbaru dari apa yang sudah siswa dapatkandari pertemuan di dalam kelas ataupun darihasil informasi yang di dapatkan di internet(e-learning). Pengembangan model e-learningmenggabungkan dengan pembelajaran dikelas, tatap muka antara guru dansiswakhususnya pada paparan aplikasi e-learning berbasis web di dalam kelas.

b. Penyusunan ModelPenyusunan model pembelajarandilakukan dengan memperhatikankomponen-komponen sebagaimana yangdikemukakan Seels dan Richey (1994), yaitu:desain, pengembangan, penggunaan,

Page 37: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

31Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

manajemen (pengorganisasian), dan eva-luasi. Model pembelajaran e-learning berba-sis web dalam mata pelajaran ekonomi diha-rapkan mencapai sasaran sebagai berikut.1) Desain, penyusunan desain pembelajaran

e-learning berbasis web dapat mengintegra-sikan kemampuan siswa dalam berfikirdan memecahkan berbagai persoalanpembelajaran yang dihadapinyaberdasarkan pada informasi dan solusialternatif yang up to date. Penyusunanrancangan (desain) ini mencakup:perumusan tujuan yang sejalan denganpembelajaran e-learning berbasis web,strategi pembelajaran dengan memperha-tikan karakteristik peserta didik, bahanajar dan lingkungan belajar. Penyusunanrancangan ini tertuang dalam rencanapembelajaran yang dibuat guru.Perumusan tujuan pembelajarandilakukan untuk membantu pemahamansiswa terhadap konsep atau definisi darisejumlah materi yang akan dipelajari.

2) Pengembangan, pengembangan modelpembelajaran e-learning berbasis webdidasarkan pada delapan prinsip e-pedagogis sebagaimana yang dikemuka-kan oleh George (2004), yaitu :a) Pembelajaran dan pengetahuan bera-

da dalam keanekaragaman (diversity)pandangan/pendapat/opini.

b) Pembelajaran merupakan suatu prosesmenghubungkan sumber-sumber infor-masi terutama simpul-simpul khusus.

c) Pembelajaran dapat terjadi dari sesuatudi luar manusia.

d) Kemampuan untuk memahami adalahlebih penting daripada apa yangdipahami sekarang.

e) Menjaga kesinambungan dalam belajarsangat diperlukan untuk kelanjutanpembelajaran.

f) Kemampuan untuk melihat hubungandiantara ide dan konsep sebagai suatuketrampilan inti dalam pembelajaran.

g) Keterkinian (keakuratan, pengetahuanmutakhir, up to date) adalah sesuatuyang utama di dalam belajar.

h) Pengambilan keputusan dalam memi-lih apa yang akan dipelajari sangat

penting dalam proses pembelajarandalam menghadapi banjir informasi.

3) Penggunaan, dalam implementasi modelpembelajaran e-learning berbasis webmenggunakan media pembelajaran yangrelevan dengan rumusan tujuan dantuntutan kompetensi peserta didik.Penggunaan model pembelajaran e-learning berbasis web pada prinsipnyasejalan dengan kebutuhan peserta didik,GBPP dan kebutuhan sekolah.

4) Manajemen, manajemen atau pengorgani-sasian dalam pembelajaran e-learningberbasis web global mencakup: sistempenyampaian pembelajaran, alokasiwaktu yang tepat dan sumber-sumberyang menunjang proses belajar mengajarseperti sarana dan prasarana belajar yangdigunakan.

5) Evaluasi, evaluasi model dilakukan untukmelihat efektifitas dan efisiensi modelpembelajaran. Evaluasi digunakandengan test kemampuan dan pemahamansiswa serta observasi ketika prosespembelajaran berlangsung diharapkanmuncul aktivitas siswa, motivasi siswadalam pembelajaran ekonomi . Sedang-kan hasil belajar siswa merupakanparameter kemampuan belajar yangdicapai oleh siswa setelah pembelajaran.Penyusunan alat evaluasi dilakukanpeneliti dan mendapat persetujuan dariguru ekonomi. Evaluasi berbentukpilihan ganda dan uraian . Disamping itu,evaluasi secara keseluruhan jugamengidentifikasi hambatan-hambatanpembelajaran.

3. Uji Coba ModelUji coba Model dilakukan dua tahap yaitu ujicoba terbatas dan ujicoba lebih luas. Pada ujicoba terbatas, diambil satu kelas. Rancanganmodel setelah dilakukan ujicoba terbatas secaraumum tidak banyak perubahan yang siginifikan.Dari dua kali uji coba terbatas, dapat diterangkansejumlah revisi model pembelajaran antara laindari skenario pembelajaran yang direvisisehingga lebih sistematik, sehingga ketika siswamengelola pengalaman belajarnya lebih terarahdan ada tahap konfirmasi dimana siswa dapat

Page 38: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

melakukan diskusi kecil dengan teman sebelahataupun kelompok kecil untuk membahas secarasingkat temuan informasi atas topik yang sedangdipelajarinya.Uji coba lebih luas, diambil dua kelas yangkemudian diamati dan dicatat beberapa halpenting yang dapat menyempurnakan modelyang dikembangkan. Uji coba luas dilakukansebanyak tiga kali, dan pada akhirnyamenghasilkan versi model final.

Pembahasan Hasil Penelitian

Untuk mengkaji berbagai hasil penelitian yangtelah dilakukan secara teoritik, maka penulismemaparkan pembahasan hasil penelitiandengan tetap memperhatikan tiga pokok kajian,yaitu perencanaan pembelajaran, hasilimplementasi dan pengaruh model pembel-ajaran tehadap hasil belajar siswa. Di sampingitu pula ada kesesuaian antara kajian teoritikdengan praktik teknologi pembelajaran yangmencakup : desain, pengembangan, implemen-tasi dan evaluasi.

1. Penyusunan Desain Pembelajaran e-Learning Berbasis Web

Model pembelajaran e-learning berbasis web yangdirancang secara kolaboratif oleh guru danpeneliti yang berjalan cukup baik sesuai rencana,yang berguna untuk meningkatkan kemampuanguru dan hasil belajar siswa. Di samping itu pulasejalan kajian teoritik dan praktik teknologipembelajaran yang mencakup : desain,pengembangan, implementasi dan evaluasi.Berdasarkan hasil pengamatan dan interpretasi,perencanaan pembelajaran e-learning berbasisweb yang dilakukan cukup baik. Hal ini dapatdilihat dari kemampuan guru-guru dalammembuat rancangan pembelajaran denganmengacu pada model yang akan digunakanserta kriteria dalam GBPP. Sebagaimana yangtertuang dalam GBPP, penerapan modelpembelajaran pada dasarnya ditunjukan untukdapat meningkatkan kompetensi guru dansiswa itu sendiri sebagai subyek belajar.a. Komponen Tujuan

Tujuan yang dicantumkan dalam rencanapembelajaran biasanya mengandung unsur

untuk mencapai kemampuan/kompetensisiswa setelah mengikuti pembelajaransecara optimal. Rumusan tujuan menunjuk-kan satu kemampuan yang harus dimilikioleh siswa.

b. Komponen KegiatanDalam perencanaan, guru mencantumkankomponen kegiatan siswa dan guru dengancukup rinci. Hal ini ditujukan bahwadengan kegiatan semacam ini mempermu-dah proses pembelajaran dan hasil belajar.

c. Komponen Media dan Sumber BelajarKomponen media dan sumber belajarditetapkan guru berdasarkan tujuanpembelajaran yang telah dirumuskan dankebutuhan peserta didik. Media yangdigunakan disamping untuk mencapaisasaran pembelajaran dengan efisien danefektif juga untuk memotivasi siswa. Dalamkegiatan pembelajaran ekonomi, gurudituntut untuk mampu menyediakanberbagai media dan sumber belajar terkiniagar bisa dipergunakan dalam pembel-ajaran. Di samping media dan sumberbelajar, guru tidak kaku dalam penetapansumber belajar, artinya banyak sekalisumber belajar yang dapat dimanfaatkanguru di samping sumber belajar dalambentuk buku paket. Tersedianya berbagaisumber belajar di jaringan global memung-kinkan para guru mampu mengembangkankemampuan profesionalnya. Keterbatasansumber belajar di sekolah justru memotivasiguru untuk kreatif memberdayakan informa-si dari mencari sumber belajar yang dita-warkan oleh jaringan global dunia agarpembelajaran berjalan optimal sejalandengan pembelajaran yang dikembangkan.Dalam hal ini pembelajaran berbasis jaring-an global untuk meningkatkan kemampuanmemecahkan persoalan-persoalan berdasar-kan data dan informasi terkini .

d. Pengorganisasian KelasTerkait dengan model pembelajaran e-learning berbasis web, model ini memung-kinkan pembelajaran dominan individual,namun tetap memperhatikan segi interaksipembelajaran kelompok. Secara umumpembelajaran dirancang secara fleksikal

Page 39: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

33Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

artinya siswa diorganisasi tidak hanyasecara individual, melainkan dapat jugadimodifikasi juga secara kelompok.

e. Penetapan waktuPenetapan waktu tidak kaku, namun fleksi-bel sesuai dengan kegiatan yang dilaksana-kan guru. Namun efisiensi waktu menjadiperhatian terkait dengan model yangdigunakan.

f. EvaluasiEvaluasi dirancang dengan menggunakanpanduan observasi untuk guru dan siswa,hasil pre test dan post test, dan hasil kerjasiswa melalui lembar kerja siswa (LKS)

2. Implementasi Model Pembelajaran e-Learning Berbasis Web

Secara kuantitatif peningkatan tersebut cukupberarti, begitu pula secara kualitatif proses bela-jar berdasarkan pengamatan peneliti mengalamipeningkatan yang berarti, baik yang terkaitdengan peranan guru maupun aktivitas siswayang semakin membaik pada setiap pertemuan.

Dalam kegiatan pembelajaran denganmodel pembelajaran e-learning berbasis web, guru-guru sudah dapat melaksanakan dengan baik.Guru terlihat mampu menguasai model pembel-ajaran. Pengalaman guru dalam mengajarsangat memberikan kontribusi bagi terlaksa-nanya pengembangan model pembelajaran e-learning berbasis web.

Dilihat dari kemampuan pemecahanmasalah dan kemampuan belajar mandiri,pembelajaran e-learning berbasis web telahmampu meningkatkan kemampuan pemecahanmasalah berdasarkan informasi terkini,kemampuan berpendapat, serta tanggung jawabsecara individual. Selama proses pembelajaranaktivitas dominan berpusat kepada siswa,dibandingkan dengan aktivitas guru. Siswatelah menunjukkan semangatnya untuk terlibataktif merespon setiap pertanyaan dan bertanyaapabila ada hal yang tidak dimengerti.

Dari pelaksanaan uji coba pertama sampaiketiga cenderung menunjukkan adanya peruba-han aktivitas, motivasi dan kreativitas siswaserta perubahan hasil belajar yang cukupsignifikan. Secara keseluruhan, baik dalam ujicoba terbatas maupun uji coba luas terdapat tiga

perbedaan pembelajaran ekonomi dalampenelitian ini dengan pembelajaran yang biasadilakukan sehari-hari.

Pengorganisasian kelas dalam penelitianini bervariasi, dan belajar mandiri mendapatporsi yang lebih besar dibandingkan denganbelajar kelompok. Pengorganisasian kelas yangvariatif ternyata menimbulkan kesan positif.Siswa cenderung terlihat lebih aktif dari padapembelajaran ekonomi sebelumnya. Padaawalnya memang siswa tertentu saja yangmendominasi, namun setelah uji coba luas ketigahampir seluruh siswa terlibat aktif. Dalampembelajaran ekonomi sebelumnya guru lebihmenguasai jalannya pembelajaran sementarasiswa terkesan pasif mendengarkan, pembel-ajaran berjalan satu arah. Terjadi perubahansetelah tiga kali uji coba, pembelajaran ini patutdipertahankan agar pembelajaran ekonomi dikalangan peserta didik menjadi pelajaran yangmenyenangkan, dan menantang.

Perbedaan yang cukup mencolok daripembelajaran sebelumnya, adalah bahwa padapembelajaran e-learning berbasis web kelihatansiswa dalam proses pembelajaran lebihseimbang dan merata, kemampuan berfikir siswadapat lebih dioptimalkan sesuai tingkatkemampuan masing-masing peserta didik , yangmana hal ini tidak terdapat pada pembelajaranmodel konvensional. Hal ini merupakan satudiantara beberapa kelebihan dari modelpembelajaran e-learning berbasis web.

3. Pengaruh Model Pembelajaran e-LearningBerbasis Web terhadap Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan hasil penelitian dengan mengguna-kan model pembelajaran e-learning berbasis web,terlihat adanya pengaruh yang cukup signifikanterhadap hasil belajar siswa. Pembelajaran e-learning berbasis web berdampak pada motivasisiswa dalam belajar, semangat untuk mencaridan menemukan, berpikir kritis dan logis. Halini dapat dijelaskan karena pembelajaran e-learning berbasis web memberikan banyak kele-bihan terutama dalam hal meningkatkan inter-aktivitas siswa dalam belajar dan kemudahandalam menjangkau informasi pembelajaransebagaimana yang diungkapkan oleh Bates danWulf (1996).

Page 40: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

Hasil belajar siswa, dengan memban-dingkan hasil pre test dan post test ternyataperbedaannya signifikan pada setiap uji coba.Begitu pula rata-rata hasil belajar siswa setiapuji coba terus mengalami peningkatan.

4. Penguasaan Materi Pelajaran oleh SiswaDalam aspek pengetahuan, kedua kategorikemampuan awal yang menjadi kelompokeksperimen yaitu kelompok tinggi, dan kelompoksedang memperlihatkan perbedaan yangsignifikan antara peningkatan tes awal dengantes akhir. Jika hasil tes dipandang sebagai tingkatkemampuan siswa, berati bahwa modelpembelajaran e-learning berbasis web hasilnyalebih tinggi bila digunakan pada kelompoksiswa pandai dan sedang. Hal itu dapatdijelaskan karena model pembelajaran e-learningmelibatkan proses berpikir tahap menengah dantinggi, seperti aplikasi, analisis, sintesis, evaluasidan kreativitas (Anderson & Kratchwohl 2000)

Perbedaan peningkatan tersebut diperkuatoleh hasil uji perbedaan dengan kelompokkonvensional (kontrol). Dalam setiap pasangankelompok eksperimen dengan kelompok kontroldiperoleh hasil bahwa nilai rata-rata darikelompok eksperimen (yang menggunakanmodel pembelajaran e-learning) hasilnya lebihtinggi dari rata-rata nilai kelompok kontrol (yangmenggunakan model pembelajaran konven-sional), dan khususnya pada siswa berkemam-puan awal tinggi dan sedang perbedaannyasangat signifikan. Hal itu memperlihatkanbahwa melalui model pembelajaran e-learningpara siswa dapat menguasai pengetahuan yanglebih mendalam dan lebih luas dibandingkandengan pembelajaran biasa.

Disamping model pembelajaran e-learningmenekankan latihan yang disesuaikan dengankecepatan belajar siswa, jika siswa kecepatanbelajar tinggi maka akan dibeirkan tambahanlatihan untuk menyelaraskan waktu belajardengan siswa yang kecepatan belajarnya kurang.Pelajaran akan meningkat sesuai dengan tingkatkesulitan dan kecepatan belajar siswa.

5. Faktor Pendukung Model Pembelajaran e-Learning

Efektifitas pembuatan rancangan dan imple-mentasi model pembelajaran ini sangat

didukung oleh berbagai faktor guru, saranaprasarana (infrastruktur), sumber belajar, mediadan alat bantu belajar, ukuran dan kondisi kelas,dan waktu. Guru berkaitan dengan kemampuandalam berbagai aspek, diantaranya latarbelakang pendidikan, potensi dan kondisi, dankemampuan melaksanakan serta mengelolapembelajaran yang sesuai dengan karakteristikmodel pembelajaran yang dipergunakan. Siswa,berkenaan dengan karakteristik, potensi, minatkemampuan dan persepsi terhadap pembel-ajaran ekonomi serta pelajaran pendukungnya.Sarana prasarana, sumber belajar, media dan alatbantu belajar, berkenaan dengan ketersediaan,keberdayaan dan kreativitas penyajian danpemanfaatannya oleh guru. Ukuran berkaitandengan luas dan pemanfaatan ukuran kelas,kondisi kelas berkenaan dengan penataansarana dan prasarana di kelas sehinggakondusif untuk pembelajaran e-learning berbasisweb sedangkan suasana kelas berkenaan denganiklim belajar. Waktu, efektivitas implementasipembelajaran e-learning membutuhkan waktuuntuk mempersiapan website tuntunan belajar.Namun jika website tuntutnan belajar sudahdihasilkan efisiensi waktu pembelajaran bisadihemat, yang pada gilirannya waktu gurudapat lebih untuk memperhatikan kelompoksiswa yang berkemampuan awal rendah.

6. Hambatan dan Optimalisasi PelaksanaanModel Pembelajaran e-learning

Dari proses ujicoba pengembangan modelpembelajaran e-learning pada sejumlah objekyang diteliti, ditemukan beberapa masalah yangdapat menjadi hambatan dalam pelaksanaanpembelajaran.Pertama, hambatan yang berkenaan denganguru. Baik dalam pelaksanaan ujicoba terbatasmaupun ujicoba lebih luas didapatkan temuanbahwa guru tidak langsung dapat melaksa-nakan model pembelajaran e-learning secaraefektif. Guru memerlukan waktu beradaptasidan pembiasaan. Pada ujicoba terbatas ketigaguru-guru baru dapat melaksanakannyadengan efektif, pada uji coba lebih luas dapatlebih lancar dan efektif yaitu setelah ujicobapertama.

Bertolak dari temuan tersebut dapatdimaknai bahwa guru-guru tidak dapat segera

Page 41: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

35Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

menetapkan model pembelajaran yang baru atausuatu inovasi. Para guru memerlukan latihan,pengalaman, dan masukan dari pengala-mannya sendiri, sebelum dapat melaksa-nakannya dengan benar. Dari sisi yang lainhal ini juga menandakan bahwa guru-gurubelum biasa menggunakan pembelajaran yangmengaktifkan siswa yang merupakan inti didalam belajar. Para guru memerlukan waktuuntuk merubah kebiasaan lama yang dilaku-kannya sebelumnya, pengajaran masihmengikuti pembelajaran model lama. Penye-bab lain adalah model model pembelajaranlain belum banyak yang mengembangkan.

Kedua, hambatan pada siswa. Hambatanyang dihadapi adalah kebiasaan siswa mintabantuan langsung ke guru pada waktu bekerja,sehingga awalnya suasana menjadi gaduh.Masalah tersebut dapat diatasi denganmengatur tempat duduk kelompok dengankomposisi ada siswa yang pandai dan siswayang kurang. Guru menekankan prioritasbertanya kepada rekannya dulu, jika dirasakurang baru bertanya ke gurunya. Untukmenciptakan keadaan tersebut dibutuhkanwaktu dan perhatian dari guru. Ternyatakebiasaan ini juga menunjukkan kesamaandengan guru, bahwa siswa memerlukan adaptasidan pembiasaan melalui pengalaman dan latihandalam pembelajaran dengan model pembelajaranyang baru.

Ketiga adalah keterbatasan waktu. Awalnyadiperlukan waktu belajar yang relatif lebih lama.Permasalahan ini dapat diatasi dengan menejemenkelas yang baik, penentuan sasaran dan waktupada setiap tahap kegiatan, monitoring danperingatan untuk melakukan prosedur yang benar.Kegiatan semacam ini juga membutuhkan latihandan pembiasaan, pada awalnya para siswakurang dapat mengatur waktu dengan baik, tetapisetelah beberapa kegiatan, hal itu menjadi suatukebiasaan.

Untuk mengoptimalkan pelaksanaanpembelajaran e-learning berbasis web, gurumemegang peranan utama. Guru yang memilikidedikasi dan tanggung jawab yang tinggiterhadap peningkatan mutu pembelajaran, akanberusaha semaksimal mungkin melakukanberbagai upaya untuk mengembangkankemampuan dirinya, melakukan inovasi dan

pengembangan dalam pembelajaran. Para gurujuga berusaha membuat persiapan mengajarsebaik mungkin, menjalin kerjasama denganberbagai pihak untuk mengusahakan danmengembangkan sumber belajar, dan melaksa-nakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya.

Kesimpulan

Guru memandang model pembelajaran e-learningberbasis web sebagai suatu model yang baikkarena bukan hanya pengembangan pembel-ajaran untuk siswanya saja tetapi juga wahanauntuk pengembangan kompetensi diri sebagaiseorang guru yang profesional. Berbagai tujuanpembelajaran dapat diakomodasikan oleh modelini seperti siswa dapat berpikir kreatif, dan aktif,serta siswa dapat belajar sesuai tingkatkecepatan belajar masing-masing siswa itusendiri, dan berbagai hal lainnya. Berdasarkanpenelitian, maka dapat disimpulkan bahwa bagiguru yang memiliki dedikasi dan tanggungjawab yang tinggi terhadap peningkatan mutupembelajaran, akan melihat model ini sebagaisuatu cara dalam mengembangkan kemampuandirinya, melakukan inovasi dan pengembangandalam pembelajaran.

Siswa memandang model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogisebagai suatu pembelajaran yang menyenang-kan, dan mereka terlibat langsung dalampembelajaran dan pembentukan pengalamanbelajarnya sendiri. Berdasarkan pada hasilpenelitian dapat disimpulkan bahwa denganmodel model pembelajaran e-learning berbasisweb dengan prinsip e-pedagogi minat siswadalam belajar semakin meningkat, prosesbelajarpun dirasakan menarik dan tidakmembosankan karena siswa secara aktif terlibatdalam pembelajaran.

Rekomendasi

Mengacu pada hasil penelitian ini, makadisarankan, pertama untuk menerapkan modelpembelajaran e-learning berbasis web denganprinsip e-pedagogy, guru perlu memperolehpelatihan khusus dalam mengembangkanrancangan pembelajaran, karena rancanganpembelajaran ini dapat menentukan tehadap

Page 42: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

penerapan secara lebih akurat dan mencapaihasil yang optimal. Kedua, optimalisasipendayagunaan sarana dan prasaranapendukung belajar, Kepala sekolah sebagaipihak yang paling strategis dan memilikikewenangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan dituntut untuk dapatmemberikan kesempatan yang seluas-luasnyakepada para guru untuk meningkatkankemampuannya dalam melaksanakan pembel-ajaran, baik melalui pendidikan formal, ataupendidikan pascasarjana bagi guru yangberpendidikan S1. Di samping itu wadahpengembangan profesional guru perlu terusdiberdayakan, seperti kegiatan MGMP, workshopdan sebagainya.

Ketiga, dalam meningkatkan profesionalguru secara optimal, LPTK sebagai lembaga yangberfungsi mencetak dan mempersiapkan guruperlu membekali mahasiswa calon guru denganberbagai kemampuan profesional guru yangdiperlukan, termasuk mengenai penguasaanmengenai model-model pembelajaran yang lebihinovatif. Keempat, dalam upaya pengembanganmodel pembelajaran yang memafaatkanteknologi informasi dan komunikasi selanjutnyayang lebih mutakhir, maka perlu dilakukanpenelitian lanjutan dengan topik dan metodologidengan melibatkan variabel yang lebih besar. Halini dimaksudkan untuk memberikan sentuhanyang lebih luas kepada guru-guru ekonomitentang model pembelajaran yang dapatmerangsang aktivitas dan kreativitas siswasehingga kualitas proses dan hasil pembelajaranmata pelajaran ekonomi dapat lebih meningkatlagi di masa-masa yang akan datang. Selain itudiharapkan dengan penelitian lanjut akanditemukan faktor-fakror lainnya yang dapatditerapkan pada mata pelajaran lainnya.

Daftar Pustaka

Abdulhak, I., dan Sanjaya, W. (1995). Mediapendidikan (Suatu pengantar). Bandung:Pusat Pelayanan dan PengembanganMedia Pendidikan IKIP Bandung

Abdulhak, I. (2000). Metodologi pembelajaranorang dewasa. Bandung: Andira

Anderson P. (2007), What is web 2.0? Ideas, techno-logies and implication for education. JISCTechnology and Standards Watch, Feb. 2007

Banks, James A, (1985). Teaching strategies for thesocial studies. New York & London:Longman

Barnes K., Mareto R.C., Ferris S.P., Teaching andlearning with the net generation. Tersediadi http://www.innovateonline.info[diakses pada Juli 2009]

Bates, T. (1997), The impact of technological changeon open and distance learning. DistanceEducation

Bloom, B. S. (1982). Human characteristics andschool learning. New York: McGraw Hill

Bruce Joyce et al. (2000). Models of Teaching. FifthEdition. Boston: Ally & Bacon

Collis, B. & Monen, J. (2001). Flexible learning in adigital world: experiences and expectations.London: Kogan Page

Cousin, G. (2003). Learning from cyberspace. JISCDepartemen Pendidikan Nasional. (2006).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan matapelajaran ekonomi Sekolah Menengah Atas.Jakarta: Departemen PendidikanNasional

Elangovan, T. (1997), Internet based on-line teachingapplication with learning space. Paperpresented at the InternationalSymposium on Distance Education andOpen Learning organized by MONEIndonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE,UNDP and UNESCO, Tuban, Bali,Indonesia, 17-20 November 1997

Ely, D. P. (1996). Trends in educational technology.Syracuse, NY: ERIC Clearinghouse onInformation and Technology, SyracuseUniversity

Gagne, R. M., Briggs, L. J. & Wagner, W. W. (1992).Principles of instructional design (4th ed.).New York: Holt, Reihhart and Winston

Gall, M. Borg, W. (2003), Educational research anintroduction. Colopon, United States ofAmerica

Hamalik, Oemar. (2000), Kurikulum danpembelajaran, Jakarta. Bumi Aksara

Hamalik , Oemar. (1993). Strategi belajar mengajar,Bandung. Mandar Maju

Page 43: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

37Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning

Harmon, S.W., & Jones, M.G. (1999). The five levelsof web use in education : Factors to considersin planning an online course. EducationalTechnology

Ibrahim, R. & Kayadi, B. (1994). PengembanganInovasi dalam Kurikulum. Jakarta: UT,Depdikbud

Jarmon, L. (2008). Pedagogy and learning in thevirtual world of second life, Encyclopediaof Distance and Online Learning, 2nd

EditionJoyce , B. & Weil, M. (2000). Models of teaching.

Sixth Edition. Engle Wood Cliffs N.J. :Prentice Hall International, Inc

Jones, M.G., & Farquhar, J.D. (1997). User interfacedesign for web-based instruction.Englewood Cliffs, NJ:EducationalTechnology Publication

Koehler, M. J., & Mishra, P. (2009). What istechnological pedagogical contentknowledge? Contemporary Issues inTechnology and Teacher Education

Koentjaraningrat. (1991). Pengantar antropologi.Rineka Cipta. Jakarta

Munir, (2008). Kurikulum berbasis teknologiinformasi dan komunikasi. Bandung: C.V.Alfabeta

Munir, (2009). Pembelajaran jarak jauh berbasisteknologi informasi dan komunikasi.Bandung: C.V. Alfabeta

Nasution, S. (2003). Berbagai pendekatan dalamproses belajar & mengajar. Jakarta: P.T.Bumi Aksara

Nicole and Retta. (2006). Hybrid learning.Dipublikasikan pada Journal ofInformation Technology Education Volume5 tahun 2006

Oblinger , D. (2003).Education the next generation.Educause July/August 2003. Tersedia dihttp://www.educause.edu. [diaksespada Juli 2009]

Oliva, Peter F., (1992), Developing the curriculum ,3rd Edition, New York, Harper CollinsPublishers.

Pannen, P. (2005). Pemanfaatan ICT dalampembelajaran. Presentasi pada SeminarSun Commitment in Education andResearch Industry, Jakarta, 29 Juni 2005

Piaget, J. (1977). The grasp of consciousness.London: Routledge and Kegan Paul[online]. Tersedia di alamat http://romisatriawahono.net

Sari, Riri Fitri.(2005). Implementasi dan integrasiaplikasi learning management system dangrid computing untuk meningkatkanefektifitas online course. Disampaikanpada Seminar Nasional InformationCommunication and Telecommunication(ICTEL 2005), STT Telkom, Bandung, 21-22 September 2005

Saylor, J. Galen, et.all. (1981). Curriculum Planningfor Better Teaching and Learning. FourthEdition. New York: Holt, Rinehart andWinston

Seels, B. B. (Ed.) (1995). Instructional designfundamentals: A reconsideration.Englewood Cliffs, NJ: EducationalTechnology Publications

Seels, B. B., & Richey, R. C. (1994). Instructionaltechnology: The definition and domains ofthe field. Washington, DC: Association forEducational Communications andTechnology

Skinner, B. F. (1968). Technology of teaching.Paramus, NJ: Prentice Hall

Sukmadinata, N.S. (2000), Pengembangankurikulum : Teori dan praktek. Bandung:Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana. (1991). Penilaian hasil prosesbelajar mengajar. Bandung: RemajaRosdakarya

Sudjana, Nana. (1989). Dasar-dasar proses belajarmengajar. Bandung: Sinar Baru

Willis, B. (1993). Distance education: A practicalguide. Englewood Cliffs, NJ: EducationalTechnology Publications

Wilson, B. G. (Ed.) (1996). Constructivist learningenvironments: Case studies in instructionaldesign. Englewood Cliffs, NJ:Educational Technology Publications

Williams, B. (1999). The Internet for Teachers. IDGBooks Worldwide.Inc. New York

Zais, Robert. S. (1976), Curriculum principles andfoundations, New York, Harper & Row.Publisher, Inc

Page 44: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

WidodoE-mail: [email protected]

SMPK-SMAK BPK PENABUR Tasikmalaya

Penelitian

Abstrakekolah Dasar (SD) merupakan tingkat pendidikan formal yang paling rendah ataupermulaan yang memberikan dasar bagi siswa untuk mampu mempelajari ilmupengetahuan. Siswa kelas I dan II SD rata-rata berumur siswa 6 – 8 tahun sehingga tergolongpendidikan anak usia dini. Periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

otak, kemampuan gerak, kemampuan bicara, pembentukan moral, pembentukan visi, danpembentukan percaya diri. SD dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak dengantidak memberikan beban berat seperti yang dilakukan SD di Indonesia selama ini. Kurikulum SDBPK PENABUR Unggulan yang diusulkan dalam tulisan ini menyajikan pembelajaran yang mampumenghadirkan kesukacitaan dalam belajar dan menekankan pada kemampuan membaca, menulis,dan berhitung dengan pembiasaan karakter berdasarkan Nilai-Nilai Kristiani (Calt-C = calistungplus karakter). Menggunakan prosedur penilaian non tes (kecuali Bahasa Indonesia danMatematika), dan buku pegangan siswa yang diwajibkan hanya 3 (tiga) buah untuk mata pelajaranBahasa Indonesia, Matematika, dan Mandarin, sangat meringankan beban siswa. Penguasaankemampuan membaca, menulis, dan berhitung dengan pembiasaan karakter berdasarkan Nilai-Nilai Kristiani merupakan modal yang kuat bagi siswa untuk meningkatkan keinginan mempelajaripengetahuan yang lebih luas.

Kata-kata kunci: Belajar, kurikulum, pengembangan kurikulum

Developing Leading School Curriculum

AbstractPrimary school is the lowest education level that gives students ability to learn basic knowledge. The averageage of the first and second grade students are between six to eight years. This period is the time when braingrows, skills and speech skills develop, moral building begins, vision formulates, and self-confidence establishes.The problem is the existing elementry schools curriculum tends to give heavy burden to the students. Thisarticle discusses an ideal curriculum suitable for SD BPK PENABUR.Which presents the learning process tobring joy in learning and focus on reading, writing and arithmetic by using habituation of Christian valuescharacter. Using non-test assessment procedures (except for the Indonesian language and Mathematics), andthe student handbooks for Indonesian, Mathematics, and Mandarin subjects, will deerease the students’burden. Mastery of reading, writing, and arithmatic by using the habituation of Christian values characterbased is a strong key to strengthen the students’ learning motivation.

Keywords: Learning, curriculum, curriculum development

S

Page 45: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

39Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

Pendahuluan

Pendidikan merupakan tanggungjawabbersa-ma pemerintah, masyarakat, dan orangtua. Pemerintah, masyarakat, dan orang tuasudah sewajarnya berperan aktif dalam bidangpendidikan dari mulai pendidikan anak usiadini (PAUD) sampai dengan perguruan tinggi.Dalam era globalisasi informasi, keterbukaantelah menjadi karakteristik kehidupandemokratis yang berdampak juga kepadapendidikan. Kualitas pendidikan berhubunganerat dengan kualitas sumber daya manusia(SDM), sebab SDM merupakan hasil pendidikan.

Badan Pusat Statistik (BPS) memiliki datapada tahun 2010 terdapat 51% pekerja Indonesialulusan pendidikan dasar (Kurniawan, 2010: 1).Hingga akhir tahun 2010 Indonesia mengirim-kan banyak tenaga kerja yang sebagian besarberpendidikan rendah, sehingga berdaya saingrendah. Berhubungan dengan human developmentindex (HDI). Menurut data United Nation’sEducational, Scientific and Cultural Organization(UNESCO) yang dirilis pada bulan November2011, menunjukkan Indonesia berada padaperingkat 124 dari 187 negara (hdr.undp.org,2011).

Rendahnya kualitas sumber daya manusiamencerminkan rendahnya tingkat pendidikandi negara kita. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia tidak dapat dilepaskan denganupaya meningkatkan kualitas pendidikan.Seiring dengan meningkatnya teknologiinformasi, masyarakat semakin pandai danmenuntut peningkatan kualitas sekolah.Kurikulum 2006 memberikan kesempatankepada sekolah untuk meningkatkan kualitaspendidikannya, sebab memungkinkan setiapsatuan pendidikan mengembangkan kurikulumsendiri yang dikenal dengan istilah KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Setiapsekolah mengembangkan kurikulum berpedo-man pada standar kompetensi kelulusan danstandar isi, serta panduan penyusunankurikulum yang dibuat oleh Badan StandarNasional Pendidikan atau BSNP (Sudibyo, 2006:6). Melalui KTSP setiap sekolah memilikikeleluasaan untuk mengembangkan keunggu-lan-keunggulannya.

Memenuhi harapan masyarakat akanpeningkatan kualitas pendidikan, muncullahsekolah-sekolah unggulan baik negeri maupunswasta. Sebagian dari sekolah tersebutmerupakan pengembangan sekolah lama danyang lainnya merupakan sekolah baru yangmenawarkan konsep pendidikan yang berbedadari sekolah pada umumnya. Sekolah-sekolahunggulan tersebut diberikan nama sebagaisekolah standar nasional (SSN), rintisan sekolahbertaraf internasional (RSBI), sekolah bertarafinternasional (SBI), sekolah internasional,sekolah plus, dan sebagainya. Sekolah-sekolahunggulan baik negeri maupun swasta semakindiminati oleh sebagian masyarakat berpengha-silan tinggi. Para orang tua berharap sekolahunggulan dapat memenuhi harapannya,mendidik dengan benar dan memperlengkapianak-anak dengan pengetahuan dan keteram-pilan yang unggul. Dengan berjalannya waktu,mulai banyak orang tua yang merasakan bebanbelajar anak-anaknya yang bersekolah disekolah dasar unggulan menjadi sangat berat.

Pada umumnya penyelenggara SDunggulan mengartikan sekolah unggulannyadengan menambah mata pelajaran, misalnyaBahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Komputer,Seni, dan sebagainya. Beban belajar dantuntutan penguasaan materi SD unggulanmenjadi lebih berat daripada SD bukanunggulan. Semula orang tua merasa banggadapat menyekolahkan anak-anaknya di SDunggulan, meskipun menyita atau mengurangiwaktu bermain anaknya. Dengan alasan bebanbelajar dan tuntutan materi yang berat serta agarnilai ulangan (tes) baik, sepulang sekolah anakmengikuti pelajaran tambahan, les musik, lesbahasa Inggris, les Bahasa Mandarin, les renang,dan sebagainya.

Beban berat yang dirasakan oleh anak-anakbukan hanya tuntutan belajar, tetapi juga bebansesungguhnya berupa banyaknya buku yangharus dibawa setiap hari. Ketika belajar di TKtidak banyak buku yang harus dibawa karenatasnya hanya berisi bekal makan dan minum.Ketika naik ke jenjang sekolah dasar pada tahunyang sama, tangan yang mungil dan halus harusmengangkat beban berat tasnya setiap hari.Pundak yang kecil dan masih lemah itu setiaphari harus menggendong tas yang berat. Ketika

Page 46: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

belajar di TK tidak pernah ada ulangan (tes),tetapi pada tahun yang sama ketika mulai belajardi SD anak harus menghadapi ulangan (tes)harian, ulangan tengah semester, dan ulanganakhir semester. Semua mata pelajaran dinilaimelalui ulangan (tes).

Perbedaan jenjang pendidikan dari TK keSD membawa dampak perubahan sangat besarbagi peserta didik. Beban yang dibawa dariringan menjadi sangat berat, tuntutan belajar dariringan menjadi sangat berat dan rumit.Perubahan tersebut dapat mengakibatkanpertumbuhan fisik dan mental terganggu, danpelampiasan kebebasan bermain sehingga padasaat anak dituntut serius menjadi tidak seriusdan cenderung mengganggu teman-temannya.Dikuatirkan kemunduran semangat belajar dankejenuhan belajar akan dialami oleh pesertadidik ketika mereka duduk di jenjang SekolahMenengah Atas dan Perguruan Tinggi.

Berdasarkan latar belakang tersebut dalampendahuluan, dapat dirumuskan masalahpokok, yaitu: Bagaimana sekolah menyusunkurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)yang peduli terhadap perkembangan usiapeserta didik.

Kajian Pustaka

Belajar menurut Mohamad Surya (2004:48),adalah suatu proses usaha yang dilakukanindividu untuk memperoleh suatu perubahanperilaku yang baru secara keseluruhan sebagaihasil pengalaman individu itu sendiri dalaminteraksi dengan lingkungannya. Masihmenurut Mohamad Surya (2004: 51-52) kualitasbelajar yang perlu dikembangkan dalam diripara siswa adalah (1) belajar untuk menjadi dirisendiri (learning to be) untuk menjadi pribadiyang mandiri, (2) belajar untuk belajar (learningto learn) mendorong siswa untuk belajar lebihlanjut seumur hidup atau belajar untukmenguasai pengetahuan (learning to know), (3)belajar untuk berbuat (learning to do) sebagaibekal untuk bekerja produktif dan efektif, dan(4) belajar untuk hidup bersama (learning to livetogether) dengan bekal nilai-nilai universalmampu menerima dan menghormati orang lainsebagai sesama ciptaan Tuhan.

UNESCO memberi batasan anak usia dinisebagai periode anak sejak lahir sampai berusiadelapan tahun (World Vision, 2005). Periode inimerupakan masa pertumbuhan dan perkem-bangan otak, kemampuan gerak, kemampuanbicara, pembentukan moral, pembentukan visi,dan pembentukan percaya diri. Periode ini jugamerupakan dasar pembangunan kualitas hidupmanusia. Jika pendidikan pada periode inimengalami hambatan, dapat mengakibatkantidak maksimalnya perkembangan belajar padaperiode selanjutnya.

Usia peserta didik kelas I dan II tergolongdalam periode anak usia dini. Anak usia dinimemerlukan banyak bermain untuk memaksi-malkan pertumbuhan gerak. Beban belajar yangdiberikan selama ini terlalu berat sehinggamengurangi kegiatan bermain bersama teman-temannya yang lebih dibutuhkan peserta didik.Perbedaan beban belajar yang sangat jauhantara TK dan SD (terutama kelas I dan II) dilihatdari jumlahn mata pelajaran, pemberianpekerjaan rumah (PR), dan ulangan (tes) terasaberat bagi anak dan terlalu cepat mengubahkeceriaan menjadi keseriusan. Akibatnyabanyak di antara peserta didik pada periodebelajar selanjutnya masih bermain ketikaseharusnya serius. Alangkah menyenangkanbila kita dapat memberikan lebih banyakkesempatan bermain di dalam pembelajaranpada akhir periode emas ini.

Menurut Soegeng Santoso guru besarUniversitas Negeri Jakarta (UNJ), yang dianggappembelajaran unggul oleh masyarakat adalahhasilnya, padahal yang tepat, adalah harusproses dan hasilnya. Dengan menekankan padahasil anak dituntut menjadi juara kelas, nilainyaselalu bagus. Anak kemudian diikutkan dalambimbingan belajar, sebab hasil pembelajaran disekolah dirasakan kurang. “Cara ini kadang-kadang mengenyampingkan proses pendidikan,yaitu membentuk kepribadian anak.”Sebenarnya yang utama dalam pendidikanadalah proses. Hanya saja, tidak sedikit sekolahyang lehih mengedepankan pada hasil akhir. Inimenyebabkan anak didik kurang memperolehkesempatan untuk bersenang-senang. Pelajaranmenjadi tidak menyenangkan. Padahal, dalampembelajaran, guru wajib memberikan suasana

Page 47: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

41Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

senang. Jangan sampai siswa takut kepada guru,takut pada mata pelajaran. Siswa harus dibuatsenang dengan pelajaran dan senang belajar.“Menakut-nakuti dalam mendidik tidak baik.Hindari kata ‘jangan’ karena anak biasabereksperimen.” (Republika: 16 April 2004).

Pendidikan seharusnya tidak membuatanak kecil menjadi tertekan (Santrock, 2002:243).Tes atau ulangan berpotensi menimbulkan strespada anak. Tinggi rendahnya stres ditentukanoleh tinggi rendahnya kerugian dan ancaman,tantangan, sarana, dan kemampuan menanganicobaan. Bila kerugian dan ancaman tinggi,sementara tantangan, sarana, dan kemampuan-nya rendah, biasanya stresnya akan tinggi.(Santrock, 2002:302-303). Anak-anak usia 6 – 8tahun menghendaki nilai (angka rapor) yangbaik, tanpa mengingat apakah prestasinyamemang pantas diberi nilai baik atau tidak.(Yusuf, 2004:25).

Abin Syamsuddin M dan Nana Syaodih S.,dalam Syamsu Yusuf (Yusuf, 2004: 179)menyatakan, bahwa usia sekolah dasarmerupakan masa berkembang pesatnyakemampuan mengenal dan menguasaiperbendaharaan kata. Pada awal usia sekolahdasar, anak mampu menguasai sekitar 2.500kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun)mampu menguasai 50.000 kata. Dikuasainyaketerampilan membaca dan berkomunikasidengan orang lain, memungkinkan anak gemarmembaca dan mendengarkan cerita yang bersifatkritis. Dengan demikian pembiasaan berbahasayang baik pada anak usia sekolah dasar akanmembantunya mampu berkomunikasi denganbaik.

Kurikulum – 2006, berdasarkan PeraturanMenteri Pendidikan Nasional RepublikIndonesia Nomor 22 Tahun, memberikankesempatan setiap sekolah menyusun kurikulumsendiri yang berbeda dengan sekolah lain.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)jenjang pendidikan dasar dan menengahdikembangkan oleh sekolah dan komite sekolahberpedoman pada standar kompetensi lulusan(SKL), dan standar isi, serta pedomanpenyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP(Depdiknas, BSNP, 2006: 6). Kurikulum satuanpendidikan dasar dan menengah ditetapkanoleh kepala satuan pendidikan dasar dan

menengah setelah memperhatikan pertim-bangan dari komite sekolah atau komitemadrasah.

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum(Depdiknas, BSNP, 2006: 6-7) adalah sebagaiberikut.a. Berpusat pada potensi, perkembangan,

kebutuhan, dan kepentingan peserta didikdan lingkungannya.

b. Beragam dan terpadu.c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni.d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.e. Menyeluruh dan berkesinambungan.f. Belajar sepanjang hayat.g. Seimbang antara kepentingan nasional dan

kepentingan daerah.Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada

prinsip-prinsip (Depdiknas, BSNP, 2006:7-8),sebagai berikut.a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada

potensi perkembangan dan kondisi pesertadidik untuk menguasai kompetensi yangberguna bagi dirinya.

b. Kurikulum dilaksanakan denganmenegakkan ke lima pilar belajar, yaitu (1)belajar untuk beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, (2) belajar untukmemahami dan menghayati, (3) belajaruntuk mampu melaksanakan dan berbuatsecara efektif, (4) belajar untuk hidupbersama dan berguna bagi orang lain, dan(5) belajar untuk membangun danmenemukan jati diri, melalui prosespembelajartan yang aktif, kreatif, efektif, danmenyenangkan.

c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkanpeserta didik mendapat pelayanan yangbersifat perbaikan, pengayaan, dan/ataupercepatan sesuai dengan potensi, tahapperkembangan, dan kondisi peserta didikdengan memperhatikan keterpaduanpengembangan pribadi peserta didik yangberdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,kesosialan, dan moral.

d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasanahubungan peserta didik dan pendidik yangsaling menerima dan menghargai, akrab,terbuka, dan hangat, dengan prinsip ‘tutwuri handayani, ing madyo mangun karso, ing

Page 48: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

ngarso sung tulodo’ (di belakang memberidaya dan kekuatan, di tengah membangunsemangat dan prakarsa, di depanmemberikan contoh).

e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggu-nakan pendekatan multistrategi danmultimedia, sumber belajar dan teknologiyang memadai, dan memanfaatkan ling-kungan sekitar sebagai sumber belajar,dengan prinsip ‘alam takambang jadi guru’(semua yang terjadi, tergelar, dan berkem-bang di masyarakat dan lingkungan sekitarserta lingkungan alam semesta dijadikansumber belajar, contoh, dan teladan).

f. Kurikulum dilaksanakan denganmendayagunakan kondisi alam, sosial, danbudaya serta kekayaan daerah untukkeberhasilan pendidikan dengan muatanseluruh bahan kajian secara optimal.

g. Kurikulum yang mencakup seluruhkomponen kompetensi mata pelajaranmuatan lokal dan pengembangan diridiselenggarakan dalam keseimbangan,keterkaitan, dan kesinambungan yangcocok dan memadai antarkelas dan jenisserta jenjang pendidikan.Standar isi (Depdiknas, BSNP, 2006: 3)

secara keseluruhan mencakup hal-hal sebagaiberikut.a Kerangka dasar dan struktur kurikulum

yang merupakan pedoman dalampenyusunan kurikulum pada tingkat satuanpendidikan.

b Beban belajar bagi peserta didik pada satuanpendidikan dasar dan menengah

c Kurikulum tingkat satuan pendidikan yangakan dikembangkan oleh satuan pendi-dikan berdasarkan panduan penyusunankurikulum sebagai bagian tidak terpisahkandari standar isi.

d Kalender pendidikan untuk penyeleng-garaan pendidikan pada satuan pendidi-kan jenjang pendidikan dasar danmenengah.Menurut Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia (Depdiknas, BSNP, 2006:9),Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/MadrasahIbtidaiah (SD/MI) terdiri atas 3 (tiga) komponen,yaitu:

a. Mata Pelajaran, yang terdiri atas; (1)Pendidikan Agama dan akhlak mulia, (2)Pendidikan kewarganegaraan dankepribadian, (3)Ilmu Pengetahuan danTeknologi, yang terdiri atas: BahasaIndonesia, Matematika, Ilmu PengetahuanAlam, dan Ilmu Pengetahuan Sosial, (4)Estetika, yang terdiri atas : Seni Budaya danKeterampilan, (5) Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan

b. Muatan Lokal, yang merupakan kegiatankurikuler untuk mengembangkan kompe-tensi yang disesuaikan dengan ciri khas danpotensi daerah, termasuk keunggulandaerah yang materinya tidak dapatdikelompokkan ke dalam mata pelajaranyang ada. Substansi muatan lokalditentukan oleh satuan pendidikan.

c. Pengembangan Diri, yang bertujuanmemberikan kesempatan kepada pesertadidik untuk mengembangan dan mengeks-presikan diri sesuai dengan kebutuhan,bakat, dan minat setiap peserta didik sesuaidengan kondisi sekolah.Kurikulum untuk semua tingkat satuan

pendidikan dapat memasukkan pendidikanberbasis keunggulan lokal dan global.Pendidikan berbasis keunggulan lokal danglobal adalah pendidikan yang memanfaatkankeunggulan lokal dan kebutuhan daya saingglobal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa,teknologi informasi dan komunikasi, ekologi,dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagipengembangan kompetensi peserta didik.Pendidikan berbasis keunggulan lokal danglobal dapat merupakan bagian dari semua matapelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaranmuatan lokal. Satuan pendidikan dasar danmenengah dapat mengembangkan kurikulumdengan standar yang lebih tinggi dari standarisi sebagaimana diatur dalam Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006tentang Standar Isi untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah dan Standar KompetensiLulusan sebagaimana diatur dalam PeraturanMenteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun2006 tentang Standar Kompetensi Lulusanuntuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah(Depdiknas, BSNP, 2006: 284).

Page 49: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

43Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

Pembahasan

Sekolah Dasar (SD) unggulan yang ditawarkanselama ini mengutamakan pada mata pelajaranyang ditambahkan (seperti Bahasa Inggris,Bahasa Arab, Bahasa Mandarin, Komputer atauteknologi informasi, pembelajaran bilingual, danekstrakurikuler yang menarik) dan jam belajarlebih lama dibandingkan SD biasa. Semua itutidak salah, karena tujuannya agar siswamendapatkan kemampuan lebih daripada SDbiasa. Jam belajar yang lebih lama dapatmenjawab kebutuhan orang tua siswa yangkedua-duanya bekerja, sehingga sekolah dapatberfungsi sebagai tempat belajar sekaligustempat anak bermain setelah belajar (yangdikemas dalam ekstrakurikuler) sambilmenunggu orang tua mereka pulang bekerja.Sekolah unggulan biasanya menawarkan hasilbelum menawarkan proses (Republika: 16 April2004) yaitu prosedur penilaian non tes danpembelajaran atraktif tanpa buku paket yangmemberatkan yang memungkinkan guru kreatifdan siswa mampu mengekspresikan dirinyadengan lebih leluasa. Beban buku paket yangberat harus dibawa setiap hari, prosedurpenilaian tes, dan pembelajaran guru aktif siswapasif, membebani siswa secara jasmani maupunrohaninya. Siswa tertekan dan tidak bahagiamengikuti pembelajaran di sekolah. Prosedurpenilaian tes/ulangan tidak sejalan dengandunia anak usia 6-8 tahun yang menginginkannilainya selalu baik. Hal ini mengakibatkansiswa mengalami stres yang semakin meningkatketika diumumkan akan ada tes/ulangansampai pelaksanaan tes/ulangan. Lebih-lebihlagi ketika akhir semester ada tes setiap hariselama satu minggu. Pendidikan seharusnyatidak membuat anak-anak kecil menjadi tertekan(Santrock, 2002:243).

Berdasarkan paparan tersebut di atasmengingat siswa kelas I dan II tergolong anakusia dini, penulis mengusulkan pengembangankurikulum yang menekankan pada prosesterutama untuk kelas I dan II SD yang lebihringan, sederhana, dan fokus pada tujuan.Dalam pembelajaran, tetap menghadirkansuasana bermain, keceriaan, dan praktik yangsangat digemari anak-anak. Meskipun

sederhana, tetapi tetap dapat memberikanlaporan hasil belajar (Rapor) sesuai yangdiinginkan pemerintah dan orang tua. Bahkanbanyak kesempatan guru memberikan pendi-dikan yang dikaitkan dengan nilai-nilai kristiani.Usulan ini diharapkan menjadi salah satuunggulan dan daya tarik masyarakatmempercayakan pendidikan putra/putrinya keSDK BPK PENABUR.

1 Tema“CALT – C”“CALT – C” merupakan singkatan darimembaca – menulis – berhitung (calistung)dan karakter. Strategi pembelajaran yangdiusulkan menekankan pada kemampuanmembaca – menulis – berhitung danpembentukan karakter N2K.

2 TujuanKelas ISetelah menyelesaikan pendidikan di kelasI, peserta didik memiliki kemampuanberikut.1. Membaca sekurang-kurangnya 60 kata

sederhana dalam 1 (satu) menit.2. Menulis dengan rapi sekurang-

kurangnya 25 kata sederhana dalam 1(satu) menit.

3. Berhitung menambah dan mengurangsampai dengan bilangan 100.

4. Melakukan percakapan sederhanamenggunakan bahasa Inggris dan hafalsekurang-kurangnya 20 kata istilahyang digunakan dalam percakapan.

5. Mengucapkan sekurang-kurangnya 20kata istilah dalam bahasa Mandarin.

6. Menghormati dan mengasihi guru danteman-temannya.

7. Mengoperasikan komputer (mulai darimenyalakan, menjalankan programbermain sambil belajar, sampaimematikannya).

8. Menyanyikan 10 lagu anak, lagurohani, dan lagu nasional.

Kelas IISetelah menyelesaikan pendidikan di kelasII, peserta didik memiliki kemampuanberikut.

Page 50: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

1. Membaca sekurang-kurangnya 100kata sederhana dalam 1 (satu) menit.

2. Menulis dengan rapih sekurang-kurangnya 40 kata sederhana dalam 1(satu) menit.

3. Berhitung menambah dan mengurangserta kombinasi menambah danmengurang sampai bilangan 1.000

4. Melakukan percakapan sederhanamenggunakan bahasa Inggris dan hafalsekurang-kurangnya 40 kata istilahyang digunakan dalam percakapan.

5. Mengucapkan sekurang-kurangnya 30kata istilah dalam bahasa Mandarin.

6. Bekerja sama dengan guru dan temandalam berbagai kegiatan.

7. Mengenal IPA dalam kehidupansehari-hari.

8. Mengenal IPS dalam kehidupan sehari-hari

9. Menyanyikan 5 lagu nasional, 5 lagudaerah, dan 15 lagu anak

10. Mengoperasikan komputer lebih baik.

3 Struktur kurikulumStruktur kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiah (SD/MI) berdasarkanPeraturan Menteri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006,seperti terlihat pada Tabel 1.Berdasarkan struktur kurikulum tersebut

sekolah diberi wewenang untuk menentukan

Tabel 1: Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)

No Mata Pelajaran Jam PelajaranKelas I

Jam PelajaranKelas II

A Mata Pelajaran Utama

1. Pendidikan Agama

2. PendidikanKewarganegaraan

3. Bahasa Indonesia

4. Matematika

5. Ilmu Pengetahuan Alam

6. Ilmu Pengetahuan Sosial

7. Seni Budaya danKeterampilan (SBK)

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

B. Muatan Lokal

9.

10.

C. Pengembangan Diri

11

Jumlah 26 27

Sumber: Depdiknas, BSNP, 2006:10 "Kurikulum 2006"

Page 51: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

45Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

sendiri jam tatap muka setiap mata pelajaran,mata pelajaran muatan lokal, danpengembangan diri, dengan jumlah jam tatapmuka sampai dengan 32 jam pelajaran perminggu untuk kelas 1, 2,dan 3. Sekolah secaratidak langsung diperkenankan menambah jamtatap muka lebih dari 32 jam pelajaran perminggu dengan alasan yang dapat dipertang-gungjawaban. Adapun struktur kurikulum SDK

BPK PENABUR yang diusulkan seperti terterapada Tabel 2.

Pengembangan struktur kurikulum yangdiusulkan seperti tersebut di atas memberikankesan luas dengan jumlah tatap muka jauhmelebihi ketentuan kurikulum. Belum lagi biladitambahkan dengan upacara atau kebaktian,jumlah jam tatap muka akan melebihi 41 jamtatap muka per minggu. Pengembangan

Tabel 2: Struktur Kurikulum SDK BPK PENABUR

No Mata Pelajaran Jam PelajaranKelas I

Jam PelajaranKelas II

A Mata Pelajaran Utama

1. Pendidikan Agama 4 4

2. PendidikanKewarganegaraan 2 2

3. Bahasa Indonesia 5 5

4. Matematika 6 6

5. Ilmu Pengetahuan Alam 3 3

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2

7. Seni Budaya danKeterampilan (SBK) 4 4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 3 3

B. Muatan Lokal

9. Bahasa Daerah 1 1

10. Pendidikan LingkunganHidup 1 1

11. Bahasa Inggris 4 4

12. Bahasa Mandarin 2 2

C. Pengembangan Diri

13. Komputer 2 2

14. Bimbingan 1 1

15. Perpustakaan 1 1

Jumlah 41 41

Page 52: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

kurikulum yang terlalu luas dapat berakibatkurang fokus dan terlalu berat bagi siswa,sehingga target anak mampu membaca, menulisdan berhitung (calistung) menjadi kurangberhasil, apabila pembelajaran membosankandan menggunakan prosedur penilaian tes. Akantetapi, meskipun terlihat pengembangannyaterlalu luas dan berat, penyajian-penyajian matapelajaran yang ringan, penuh keceriaan, danpenilaian banyak menggunakan prosedur nontes menjadikan siswa dapat mengikuti dengansukacita. Hanya mata pelajaran BahasaIndonesia dan Matematika yang menggunakanprosedur tes (ulangan) untuk penilaian.Kegiatan-kegiatan pembelajaran setiap pelajarandiusulkan sebagai berikut.1 Pendidikan Agama: Menyanyi; Bercerita;

Bermain; PKBN2K; Tidak memerlukan bukupegangan siswa; Penilaian non tes; Tidakada tes (formatif, tengah semester, maupunakhir semester); Tidak ada PR; Menghadir-kan suasana sekolah minggu

2. Pendidikan Kewarganegaraan: Menerap-kan hidup rukun dalam perbedaan;Membiasakan tertib di rumah dan disekolah; Menerapkan hak dan kewajibananak di rumah dan di sekolah;Membiasakan hidup bergotong royong;Membiasakan cinta lingkungan; Membia-sakan sikap demokratis dan menjunjungtinggi nilai-nilai Pancasila; PKBN2K; Tidakmemerlukan buku pegangan siswa;Penilaian non tes; Tidak ada tes (formatif,tengah semester, maupun akhir semester);Tidak ada PR; Mempraktikkan kebiasaanhidup sebagai warga negara yang baik

3. Bahasa Indonesia : Membaca;Menulis;Percakapan; PKBN2K; Memerlukan bukupegangan siswa; Penilaian tes

4. Matematika: Memberikan materi sekurang-kurangnya sesuai tuntutan kurikulum;PKBN2K; Memerlukan buku pegangansiswa untuk; Penilaian tes

5. Ilmu Pengetahuan Alam: Mengenal anggotatubuhnya dan kegunaannya serta caramerawatnya; Mengenal cara memeliharalingkungan agar tetap sehat; Mengenalberbagai sifat benda dan kegunaannya;Mengenal berbagai bentuk energi danmanfaatnya; Mengenal berbagai benda

langit dan peristiwa alam sertapengaruhnya terhadap kegiatan manusia;Mengenal makhluk hidup dan proseskehidupannya; PKBN2K; Tidakmemerlukan buku pegangan siswa;Penilaian non tes; Tidak ada tes (formatif,tengah semester, maupun akhir semester);Tidak ada PR; Pembelajaran pengenalandan praktik

6. Ilmu Pengetahuan Sosial: Memahami kedu-dukannya dalam keluarga; Memper-kenalkan kebiasaan hidup menjagakebersihan lingkungan rumah; Memahamiperistiwa penting dalam keluarga danpentingnya menjaga dokumen; Memahamikedudukan dan peran anggota dalamkeluarga dan lingkungan tetangga;PKBN2K; Tidak memerlukan bukupegangan siswa; Penilaian non tes; Tidakada tes (formatif, tengah semester, maupunakhir semester); Tidak ada PR; Pembelajaranpengenalan dan praktik

7. Seni Budaya dan Keterampilan (SBK):Memperkenalkan seni rupa; Memper-kenalkan seni musik; Memperkenalkan danmenyanyikan lagu-lagu nasional;Memperkenalkan dan menyanyikan lagu-lagu rohani; Memperkenalkan danmempraktikkan seni tari/gerak; PKBN2K;Tidak memerlukan buku pegangan siswa;Penilaian non tes; Tidak ada tes (formatif,tengah semester, maupun akhir semester);Tidak ada PR; Pembelajaran pengenalandan praktik

8. Pendidikan jasmani, Olah raga danKesehatan; Permainan; Senam; Renang;Memperkenalkan kebiasaan hidup sehat;PKBN2K; Tidak diperlukan Buku Pegangansiswa; Penilaian non tes; Tidak ada tes(formatif, tengah semester, maupun akhirsemester); Tidak ada PR; Pembelajaranpengenalan dan praktik

9. Bahasa Daerah: Memperkenalkan istilah;Percakapan; Menyanyi lagu anak; PKBN2K;Tidak memerlukan buku pegangan siswa;Penilaian non tes; Tidak ada tes (formatif,tengah semester, maupun akhir semester);Tidak ada PR

10. Pendidikan Lingkungan Hidup:Memperkenalkan lingkungan hidup dan

Page 53: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

47Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

manfaatnya bagi manusia; Menjagakelangsungan lingkungan hidup agar tetaplestari; PKBN2K; Tidak memerlukan bukupegangan siswa; Penilaian non tes; Tidakada tes (formatif, tengah semester, maupunakhir semester); Tidak ada PR

11. Bahasa Inggris: Memperkenalkan istilah/kata yang digunakan dalam percakapan ;Percakapan; Permainan; Menyanyi;Membiasakan berbahasa Inggris untukkata-kata yang telah diperkenalkan;KBN2K; Tidak memerlukan bukupengangan siswa; Penilaian non tes; Tidakada tes (formatif, tengah semester, maupunakhir semester); Tidak ada PR

12. Bahasa Mandarin: Memperkenalkanistilah/kata; Percakapan; Menyanyi;PKBN2K; Memerlukan buku peganganSiswa; Penilaian non tes; Tidak ada tes(formatif, tengah semester, maupun akhirsemester); Tidak ada PR

13. Komputer; Praktik di lab komputer;PKBN2K; Tidak diperlukan buku pegangansiswa; Penilaian non tes; Tidak ada tes(formatif, tengah semester, maupun akhirsemester); Tidak ada PRPembelajaran Pendidikan Agama Kristen

yang menghadirkan suasana Sekolah Minggudiharapkan dapat membuat hubungan gurudengan siswa, dan antar siswa dekat, akrab, danmenyenangkan. Guru dapat mengembangkankreativitasnya dengan menayangkan gambar-gambar atau film-film melalui LCD proyektorsebagai alat bantu bercerita yang menarik danmudah dimengerti oleh siswa. Siswa dapatdilatih untuk menulis dan membaca ayat-ayathafalan untuk meningkatkan keterampilanmenulis, membaca, dan menghafal. Guru dapatmerancang berbagai aktivitas yang atraktif danmenarik baik permainan maupun keterampilanserta memanfaatkan barang-barang bekas pakai.Memiliki banyak kesempatan bagi guru untukmengimplementasikan nilai-nilai kristianidalam pembelajarannya. Membiasakanmengasihi Tuhan dan sesama (kasih),berterimakasih,memberi salam, bertutur kata sopan,mudah tersenyum (rendah hati), melakukantugas dengan benar (kesetiaan), kejujuran;menyelesaikan tugas sampai selesai, patuh padaaturan,mendengarkan dan tidak memotong

pembicaraan, dan belajar berbagi dengan yangmembutuhkan (Sutanto, 2011:33-34). Prosedurpenilaian dilakukan melalui aktivitas siswa,kemampuan anak melakukan perintah guru,dan perubahan perilaku yang mencerminkannilai-nilai kristiani, bukan berdasarkan hasil tesatau ulangan sehingga tidak membebani siswadalam belajar.

Pembelajaran Pendidikan Kewargane-garaan yang lebih banyak praktik mengenaihidup rukun dalam perbedaan, tertib di rumahdan di sekolah, memperkenalkan hak dankewajiban siswa di rumah dan di sekolah, hidupbergotong royong, cinta lingkungan, sikapdemokratis dan menjunjung tinggi nilai-nilaiPancasila. Siswa dapat dilatih untuk menulisdan membaca kalimat yang berhubungandengan indikator pembelajaran. Guru memilikibanyak kesempatan dalam mengimplemen-tasikan nilai-nilai kristiani dalampembelajarannya, sehingga sejak dini siswamembiasakan diri hidup benar yang terusdibawa sampai dewasa ketika bergaul dengansesamanya. Melalui LCD proyektor guru dapatmemperkenalkan contoh-contoh kehidupan baikyang rukun maupun yang tidak, baik yang tertibmaupun sebaliknya, gotong royong, cintalingkungan maupun sebaliknya, sikap yangdemokratis dan yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila maupun yang sebaliknya. Siswabelajar melalui melihat contoh dan praktikbersama teman-temannya dapat membentukperilaku hidup yang benar. Prosedur penilaiannon tes melalui kegiatan praktik, kemampuansiswa melakukan perintah guru, dan perubahanperilaku, dapat membuat siswa senang belajardan tidak terbeban.

Pembelajaran Bahasa Indonesia memilikitarget siswa mampu membaca, menulis, danmelakukan percakapan. Dengan jam tatap mukasebanyak 5 (lima) jam pelajaran dalam semingguguru mampu membimbing siswa untuk belajarmembaca selama dua jam pelajaran, menulisselama dua jam pelajaran, dan percakapanselama satu jam pelajaran. Dalam percakapanguru dapat melakukan tanya jawab, menyuruhsiswa bercerita, atau mendengarkan ceritainteraktif. Ketika bercerita guru dapat membuatcerita yang didasarkan pada nilai-nilai kristiani(kasih, rendah hati, kesetiaan, kejujuran,

Page 54: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

ketekunan, ketaatan, keberanian, dan kepedu-lian). Kemampuan membaca, menulis, danpercakapan yang baik merupakan modal dasaruntuk belajar lebih baik di tingkat di atasnya.Prosedur penilaian menggunakan tes atauulangan baik formatif, tengah semester, maupunakhir semester, dan juga dapat menggunakanpenilaian non tes dalam berbagai aktivitas.

Pembelajaran Matematika menekankansiswa mampu berhitung sederhana denganmateri sekurang-kurangnya sesuai tuntutankurikulum. Waktu tatap muka sebanyak 6(enam) jam pelajaran dalam satu minggudiharapkan siswa mampu memenuhi targetmengoperasikan penambahan angka maupunpengurangan angka. Praktik penambahan danpengurangan menggunakan gambar atau simbolatau benda memudahkan siswa memahamipengoper-asiannya. Pembelajaran yang menarikdan mudah dapat memupuk siswa mencintaimatematika yang berguna di berbagai disiplinilmu. Nilai-nilai kristiani yang dapat dibiasakanadalah: rendah hati, kesetiaan, kejujuran,ketekunan, ketaatan dan keberanian. Penilaianmenggunakan prosedur tes atau ulangan danjuga dapat menggunakan penilaian non tesdalam berbagai aktivitas.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPAatau Sains) memperkenalkan kepada siswaanggota tubuh dan kegunaannya serta caramerawatnya, cara memelihara lingkungan agartetap sehat, berbagai sifat benda dan kegunaan,berbagai bentuk energi dan manfaatnya,berbagai benda langit dan peristiwa alam sertapengaruhnya terhadap kegiatan manusia, danmakhluk hidup dan proses kehidupannya.Waktu tatap muka sebanyak 3 jam pelajarandalam satu minggu diharapkan siswa mampumengerti dan mencintai ilmu pengetahuan alam.Siswa dapat juga dilatih menuliskan danmembaca beberapa kalimat yang berhubungandengan indikator pembelajaran. Melalui LCDproyektor guru dapat memperkenalkan contoh-contoh angota-anggota tubuh dan caramerawatnya, lingkungan sehat dan tidak sehat,macam-macam benda dan kegunaannya,macam-macam energi, benda-benda langit danberbagai peristiwa alam, dan mengenai makhlukhidup dan proses kehidupannya. Nilai-nilaikristiani yang dapat dibiasakan adalah: kasih,

rendah hati, kesetiaan, kejujuran, ketekunan,ketaatan dan keberanian. Prosedur penilaianmelalui aktivitas anak, kemampuan anakmelakukan perintah guru, dan perubahanperilaku yang mencerminkan nilai-nilaikristiani, bukan berdasarkan hasil tes atauulangan sehingga tidak membebani siswa dalambelajar.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)melalui cerita, penayangan gambar atau filmmelalui LCD proyektor, dapat membuat siswamampu memahami kedudukannya dalamkeluarga, kebiasaan hidup menjaga kebersihanlingkungan rumah, peristiwa penting dalamkeluarga dan pentingnya menjaga dokumen,dan kedudukan dan peran anggota dalamkeluarga dengan lingkungan tetangga. Waktutatap muka sebanyak 2 jam pelajaran dalam satuminggu diharapkan siswa mampu mengerti danmencintai ilmu pengetahuan sosial. Siswa dapatjuga dilatih menuliskan dan membaca beberapakalimat yang berhubungan dengan indikatorpembelajaran. Nilai-nilai kristiani yang dapatdibiasakan adalah: kasih, rendah hati, kesetiaan,kejujuran, ketekunan, ketaatan, keberanian dankepedulian. Prosedur penilaian melalui aktivitasanak, kemampuan anak melakukan perintahguru, dan perubahan perilaku yang mencer-minkan nilai-nilai kristiani, bukan berdasarkanhasil tes atau ulangan sehingga tidakmembebani siswa dalam belajar.

Pembelajaran Seni Budaya danKeterampilan (SBK) dengan waktu tatap muka 4(empat) jam pelajaran dalam satu minggudiharapkan dapat membuat siswa mampumengenal seni rupa, seni musik, menyanyi lagu-lagu nasional, menyanyikan lagu-lagu rohanianak, dan seni tari/gerak. Pembelajaran senibudaya dan keterampilan merupakan pelajaranyang menarik bagi anak, karena banyak praktikdan ada hasil yang dapat dilihat siswa. Guruyang dibekali keterampilan menggambar danmembuat berbagai bentuk dari kertas akan selalumampu memberikan suatu kenangan yangdapat dibawa pulang siswa. Guru musik yangjuga dibekali keterampilan gerak akan selalumenghadirkan suasana ceria dalam setiappertemuan. Siswa dapat juga dilatih menuliskandan membaca beberapa kalimat yangberhubungan dengan indikator pembelajaran.

Page 55: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

49Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

Nilai-nilai kristiani yang dapat dibiasakanadalah: kasih, rendah hati, kesetiaan, kejujuran,ketekunan, ketaatan, keberanian, dan kepedu-lian. Prosedur penilaian melalui aktivitas anak,kemampuan anak melakukan perintah guru,unjuk kemampuan, dan perubahan perilakuyang mencerminkan nilai-nilai kristiani, bukanberdasarkan hasil tes atau ulangan sehinggatidak membebani siswa dalam belajar.

Pembelajaran Bahasa Daerah dengan waktutatap muka satu jam pelajaran setiap minggumemperkenalkan kepada siswa beberapa istilahyang lazim digunakan sehari-hari, budayadaerah, kesenian daerah, dan percakapan.Jangan melatihkan kepada siswa menulis tulisanbahasa daerah bila berbeda dengan kaidahpenulisan bahasa Indonesia, agar tidakmembingungkan siswa. Melalui proyektor LCDguru dapat memperkenalkan contoh-contohbudaya daerah, cerita yang difilmkan, keseniandaerah dan ehidupan sehari-hari. Nilai-nilaikristiani yang dapat dibiasakan adalah: kasih,rendah hati, kesetiaan, kejujuran, ketekunan,ketaatan, keberanian, dan kepedu-lian. Prosedurpenilaian melalui aktivitas anak, kemampuananak melakukan perintah guru, unjukkemampuan, dan perubahan perilaku yangmencerminkan nilai-nilai kristiani, bukanberdasarkan hasil tes atau ulangan sehinggatidak membebani siswa dalam belajar.

Pembelajaran Pendidikan LingkunganHidup (PLH) dengan waktu tatap muka satu jampelajaran dalam satu minggu memperkenalkanlingkungan hidup dan manfaatnya bagimanusia, dan cara-cara menjaga kelangsunganlingkungan hidup agar tetap lestari. MelaluiLCD proyektor guru dapat memperkenalkancontoh-contoh lingkungan hidup danmanfaatnya, lingkungan hidup yang rusakkarena perilaku manusia dan akibatnya,lingkungan hidup yang terjaga kelestariannyadan manfaatnya bagi kehidupan manusia.Siswa dapat diajak melakukan tindakan nyatamencintai dan merawat lingkungan secarasederhana, misalnya membuang sampah ditempatnya dan menyiram tanaman. Nilai-nilaikristiani yang dapat dibiasakan adalah: kasih,rendah hati, kesetiaan, kejujuran, ketekunan,ketaatan dan keberanian. Prosedur penilaianmelalui aktivitas anak, kemampuan anak

melakukan perintah guru, unjuk kemampuan,dan perubahan perilaku yang mencerminkannilai-nilai kristiani, bukan berdasarkan hasil tesatau ulangan sehingga tidak membebani siswadalam belajar.

Pembelajaran Bahasa Inggris menguta-makan percakapan sehari-hari, mengenalbeberapa istilah dan mampu mengucapkannyadengan benar, dan membangkitkan keberaniansiswa untuk menggunakan Bahasa Inggris.Pembelajaran yang kreatif, atraktif, dan ceriamelalui permainan, penayangan gambar(menggunakan LCD proyektor ), film, lagu-lagu,cerita, percakapan, dan tanya jawab, sertadidukung pembiasaan sehari-hari akan mampumenimbul-kan keberanian siswa berbahasaInggris. Waktu tatap muka selama 4 jampelajaran dalam satu minggu dengan hari yangberbeda dapat memungkinkan siswamembiasakan diri untuk berbahasa Inggris.Nilai-nilai kristiani yang dapat dibiasakanadalah: kasih, rendah hati, kesetiaan, kejujuran,ketekunan, ketaatan dan keberanian. Prosedurpenilaian melalui aktivitas anak, kemampuananak melakukan perintah guru, unjukkemampuan, dan perubahan perilaku yangmencerminkan nilai-nilai kristiani, bukanberdasarkan hasil tes atau ulangan sehinggatidak membebani siswa dalam belajar.

Pembelajaran Bahasa Mandarin menguta-makan memperkenalkan istilah sederhanauntuk percakapan sehari-hari, misalnya sapaan,nama hari, nama buah, nama pakaian, dan namaanggota tubuh. Pembelajaran dilakukan melaluipenayangan gambar dan siswa diminta meniru-kan pengucapan guru, dan lagu-lagu sederhana.Mengingat belum banyak model pengenalanBahasa Mandarin, maka diperlukan bukupegangan siswa sekaligus sebagai buku kerjasiswa. Waktu tatap muka 2 jam pelajaran dalamsatu minggu yang dikemas dengan menarik,cukup dapat membantu siswa mengenalbeberapa istilah sehari-hari. Nilai-nilai kristianiyang dapat dibiasakan adalah: kasih, rendahhati, kesetiaan, kejujuran, ketekunan, ketaatandan keberanian. Prosedur penilaian melaluiaktivitas anak, kemampuan anak melakukanperintah guru, unjuk kemampuan, danperubahan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai kristiani, bukan berdasarkan hasil tes atau

Page 56: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

ulangan sehingga tidak membebani siswa dalambelajar.

Pembelajaran Komputer praktik mengope-rasikan program-program permainan, program-program pembelajaran, dan mengenal bagian-bagian komputer. Waktu tatap muka 2 jam pela-jaran dalam satu minggu akan selalu menariksiswa, karena siswa praktik langsung mengope-rasikan komputer. Nilai-nilai kristiani yangdapat dibiasakan adalah: kasih, rendah hati,kesetiaan, kejujuran, ketekunan, ketaatan dankeberanian. Prosedur penilaian melalui aktivitasanak, kemampuan anak melakukan perintahguru, unjuk kemampuan, dan perubahan perila-ku yang mencerminkan nilai-nilai kristiani,bukan berdasarkan hasil tes atau ulangansehingga tidak membebani siswa dalam belajar.

Bimbingan mengutamakan pengenalancara belajar, cara berteman yang baik, caramenghargai dan menghormati orang lain. Gurubimbingan memiliki kesempatan yang cukupuntuk mengimplementasikan nilai-nilaikristiani. Meskipun waktu tatap muka hanyasatu jam pelajaran dalam satu minggu, cukupmampu membangkitkan keberanian siswauntuk bercerita tentang dirinya kepada oranglain. Nilai-nilai kristiani yang dapat dibiasakanadalah: kasih, rendah hati, kesetiaan, kejujuran,ketekunan, ketaatan, keberanian, dan kepedu-lian. Bimbingan tidak diperlukan penilaian,akan tetapi kedekatan dan kehangatan gurukepada siswa mampu membantu siswa bilamengalami masalah.

Penggunaan perpustakaan merupakanpembiasaan untuk membangkitkan siswa gemarmembaca dan memperkenalkan pentingnyaperpustakaan dalam pembelajaran. Waktu yangdialokasikan satu jam pelajaran dalam satuminggu dapat digunakan oleh siswa membacabuku di perpustakaan atau meminjam bukuuntuk dibaca di rumah. Dapat juga suatu saatsiswa diberikan tugas untuk membaca suatubuku dan diminta menceriterakan kembali isibuku yang dibacanya.

Kesimpulan

Pengembangan kurikulum yang menawarkanhasil dengan menambah lebih banyak matapelajaran, mewajibkan siswa memiliki bukupegangan, dan prosedur penilaian tesdiberlakukan kepada seluruh mata pelajaranakan menambah beban berat siswa. Usia siswakelas I dan II SD tergolong anak usia dini yangyang memerlukan banyak bermain dan selalumenginginkan pujian atau penilaian yang baik,menjadi tidak terpenuhi bila beban belajar yangmenjadi semakin berat jauh berbeda denganketika masih di TK, ditambah dengan prosedurpenilaian tes yang meningkatkan stres sehinggakemungkinan memberikan hasil yang tidakmemuaskan.

Pengembangan kurikulum yang diusulkanpenulis lebih menekankan pada proses baruhasil. Meskipun kelihatannya sangat luas, yaitusebanyak 15 mata pelajaran, akan tetapi denganpenyajian pembelajaran yang ringan, penuhkeceriaan, dan penilaian banyak menggunakanprosedur non tes (hanya mata pelajaran BahasaIndonesia dan Matematika yang menggunakanprosedur tes atau ulangan), menjadikan siswadapat belajar dengan sukacita. Beban alat tulisyang dibawa ke sekolah juga ringan, karenasiswa hanya membawa 3 buku pegangan siswa.Beban orang tua juga ringan, karena tidak harusmembeli banyak buku pegangan siswa.Kesukacitaan siswa di dalam belajarmemberikan keleluasaan bagi pembiasaanpembentukan moral dan mental yangmemanusiakan manusia sesamanya gunameningkatkan kualitas kehidupan. Penguasaanmembaca, menulis, dan berhitung denganpembiasaan karakter berdasarkan Nilai-NilaiKristiani (Calt-C = calistung plus karakter) padaawal-awal pendidikan dasar merupakan modalyang kuat bagi siswa untuk meningkatkankeinginan mempelajari pengetahuan yang lebihluas.

Page 57: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

51Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pengembangan Kurikulum Sekolah Unggulan

Saran

Sekolah disarankan menggunakan pengemban-gan kurikulum usulan penulis yang menekan-kan pada proses baru kemudian hasil,mempertimbangkan usia dan kemampuansiswa dan akan berdampak guru selalumemperbaharui keterampailan danpengetahuannya. Banyaknya mata pelajarandan jam tatap muka yang diusulkan dapatdisesuaikan dengan sekolah setempat.Penekanannya lebih pada pengurangan bebansiswa, persiapan pembelajaran yang menuntutkreativitas guru, penyajian pembelajaran yangatraktif dan praktis, dan penilaian mengguna-kan prosedur non tes.

Daftar Pustaka

Depdiknas, BSNP, (2006). Kurikulum 2006.Jakarta: Depdiknas

Kurniawan, (2010). Sebagian besar pekerja indonesialulusan sekolah dasar. Biro Pusat Statistik

Republika: 16 April 2004Santrock, John W. (2002). Live-span development

(perkembangan masa hidup). Jakarta:Erlangga

Surya, Mohamad (2004). Psikologi pembelajarandan pengajaran. Bandung: Pustaka BaniQuraisy

Sutanto, Maryam Kurniawati (2011). Pendidikankarakter berbasis nilai-nilai kristiani, Jakarta:BPK PENABUR

Yusuf, Syamsu L.N. (2004). Psikologiperkembangan anak dan remaja, Bandung:PT Remaja Rosdakarya

http://hdr.undp.org/en/statistics/, (2011).Human develompment index (HDI). Unesco.

http://www.worldvision.or.id, (2005).Pendidikan Untuk Semua

Page 58: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan

Pembelajaran Tematik untuk MeningkatkanJiwa Kewirausahaan

Hilda KarliE-mail: [email protected]

Universitas Terbuka - Bandung

Opini

Abstrakalah satu untuk membangun semangat kewirausahaan adalah memasyarakatkan danmengembangkan perkoperasian dan kewirausahaan melalui pendidikan sedini mungkin.Akan tetapi dalam pelaksanaanya dihadapi berbagai hambatan sehingga belum berjalandengan baik seperti yang diharapkan. Tulisan ini melakukan kajian bagaimana

meningkatkan kewirausahaan siswa kelas 1 – 3 SD dengan pembelajaran tematik siswa kelas 1-3SD. Jiwa wirausaha yang dapat dikembangkan antara lain: percaya diri, berorientasi pada tugasdan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinalan, dan berorientasi ke masa depan.Diharapkan siswa tersebut lebih memiliki perilaku inovatif, kreatif, menyukai perubahan, kemajuandan tantangan.

Kata-kata kunci: Kewirausahaan, karakteristik anak, pembelajaran tematik.

AbstractCooperate and entrepreneurship can be promoted and developed through education as early as possibl. However in practice there are still some problems in implementing cooperate and entrepreneurship educationmaking the objectives can not be obtained as expected. This article discusses how cooperate and entrepreneurshipcan be developed through thematic learning approach in grade 1-3 of primary school. The entrepreneurialspirit to be developed includes confidentce, task and result oriented attitude, risk taking, leadership,originality,and future-oriented thinking. By this approach the students are expexted to behave more innovative,creative,like change, progress and challenges.

Keywords: The entrepreneuship,children’s characteristics, thematic instruction.

S

Pendahuluan

Pembelajaran tematik sudah dilaksanakan diIndonesia sejak bergulirnya Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP). Namun berdasarkaninformasi dan pengamatan penulis, adabeberapa kendala yang ditemui. Berikut ini akandipaparkan kendala-kendala pelaksanaanpembelajaran tematik dan pendapat penulis.Pertama, Kurangnya fasilitas yang memadai

untuk menyampaikan pembelajaran tematikyang menyenangkan. Guru masih mempunyaianggapan bahwa fasilitas (media pembelajaran)harus mewah. Padahal dari benda-benda yangada di lingkungan sekitar dapat dipergunakansebagai media pembelajaran. Sebagai contohmembelajarkan tema hewan, guru dapatmenggunakan semut, kecoa, cacing, kupu-kupu,dan lain-lain. Fasilitas penunjang tidak harusmewah tetapi menggunakan barang bekas yangada. Contohnya ikan, tidak harus di akuarium

Page 59: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

53Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan

tetapi dapat menggunakan botol bekas airmineral ukuran 600 ml atau 1500 ml yang sudahdipotong bagian mulut botol.

Kedua, Kesulitan saat memberi penilaianuntuk setiap mata pelajaran yang dihimpundalam pembelajaran tematik. Guru harusmelakukan beberapa kali pengelompokan nilaisetiap mata pelajaran karena evaluasi yangdiberikan memadukan beberapa mata pelajarandalam satu tema. Ada beberapa guru yangkebingungan untuk memisahkan nilai setiapmata pelajaran. Padahal guru harus cermatmemilih jenis pembelajaran tematik yang cocokdengan kondisi sekolah. Pembelajaran tematikjaring laba-laba lebih memudahkan guru dalammemberi penilaian untuk setiap mata pelajarankarena evaluasi diberikan sesuai karakteristikmata pelajaran dan terpisah walaupun masihmenggunakan tema.

Ketiga, guru sulit menentukan bahan ajartematik yang tepat. Bahan ajar tematik yang adadi sekolah banyak ragamnya. Sementara itu gurubelum terampil dalam memilih bahan ajar yangcocok dengan silabusnya sehingga materi yangdisampaikan pada peserta didik jadi berlebihan.Hal ini terjadi karena setiap bahan ajarmempunyai Kompetensi Dasar (KD) danindikator tertentu.

Keempat, guru masih belum pahammeskipun beberapa kali mengikuti pelatihan.Sejak bergulirnya KBK sebagai embrio KTSP,guru dan kepala sekolah sering mengikutipelatihan yang diselenggarakan oleh dinassetempat mengenai pembelajaran tematik.Namun guru belum memahami hakekatpembelajaran tematik itu sendiri sehingga gurubelum mampu menerapkan pembelajarantematik dengan baik.

Kelima, guru sulit membelajarkan ranahafektif yang menekankan pada perubahan sikapdan perilaku, termasuk mengembangkan jiwakewirausahaan melalui pembelajaran. Kurangpahamnya guru dalam merancang pembel-ajaran yang mengarah pada karakter terbuktidari guru yang memberikan soal ulangan secaratertulis untuk mengukur kemampuan afektif.Misalnya, apa yang dimaksud dengan disiplin?Jadi siswa menghafalkan definisi disiplin.Bukan mengajak siswa bagaimana melakukandispilin dalam kehidupan sehari-hari., tetapi

lebih menekankan pada pengetahuankognitifnya.

Menurut Kohlberg, pada anak usia SD yangmasih menggunakan hadiah dan hukumandalam melaksanakan sebuah aturan, perlupembiasaan sedini mungkin agar jiwa wirausahayang merupakan bagian dari karakter bangsadapat dilatihkan pada anak SD.

Perumusan masalahSesuai Peraturan Menteri Pendidikan No. 22Tahun 2006, diharapkan guru kelas 1 – 3 SDdapat mengembangkan pembelajaran tematikdalam proses pembelajaran di kelas. Pembel-ajaran itu mengaitkan beberapa mata pelajaranmenjadi kesatuan yang utuh dan memberimakna bagi siswa. Untuk memperkenalkan jiwakewirausahaan pada siswa kelas 1-3 diharapkandapat diintergrasikan dalam pembelajarantematik. Masalahnya ialah bagaimanamengintegrasikan jiwa kewirausahaan dalampembelajaran tematik di kelas 1-3 SD? Secararinci masalah itu dapat dirumuskan sebagaiberikut.1. Bagaimana mengintegrasikan jiwa

kewirausahaan dalam pembelajaran dikelas?

2. Mengapa siswa kelas 1-3 SD cepat putus asajika diberikan sebuah tantangan?

3. Seberapa besar pembelajaran tematik dapatmeningkatkan jiwa kewirausahaan?

4. Apakah ada keterkaitan antarapembelajaran di kelas dengan jiwakewirausahaan?

5. Komponen jiwa kewirausahaan yang dapatdiintegrasikan dalam pembelajaran padasiswa di kelas 1-3 SD?

Kajian Pusataka

Pembelajaran Tematik di SDMenurut Dixon dan Collins (1991:7)pembelajaran tematik adalah suatu pembel-ajaran yang melibatkan beberapa bidang studiuntuk memberikan pengalaman yang bermaknakepada siswa dengan mengaitkan dengansebuah tema. Oleh karena itu siswa akanmemahami konsep-konsep yang mereka pelajariitu melalui pengalaman langsung serta

Page 60: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan

menghubungkannya dengan konsep lain yangsudah mereka pahami. Jika dibandingkandengan pendekatan konvensional, pembelajarantematik lebih melibatkan siswa aktif secaramental dan fisik di dalam kegiatan belajarmengajar di kelas.

Pembelajaran tematik cocok diterapkankepada siswa yang berusia rentang 5 sampai 10tahun (PAUD dan SD) (Kolstelnik (1991:17)).Akan tetapi dalam tulisan ini, dibahaskarakteristik anak berusia 6 (bukan 5) sampai10 tahun, karena anak usia SD kelas 1 – 3 mulaidari 6 tahun. Adapun karakteristik anak usiaSD kelas 1-3 antara lain sebagai berikut.a. Berpikir masih holistik artinya pada

umumnya siswa SD masih berpikir satukesatuan dan belum bisa terkotak-kotak.Misalnya ketika mereka sedang bermain“kekereta-apian” mereka sibuk mencaripenumpang (sosialisasi) berkaitan denganmata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS danPPKn, yang jadi penumpang bayar dengan“uang-uangan”. Kegiatan ini berkaitandengan mata pelajaran matematika, yangmasinis sibuk menjalankan kereta apisambil mengeluarkan bunyi “Naik keretaapi…tut…tut ...tut... “, kegiatan ini berkaitandengan mata pelajaran SBK, dst.

b. Masih senang bermain artinya siswa SDmasih senang aktif bergerak untukmelancarkan psikomotor kasarnya.Kegiatan yang paling mereka senangiadalah bermain karena bagi mereka bermainadalah ungkapan ekspresi, manipulatif,daninovasi mereka (Hurlock (1998: 146)).

c. Rasa ingin tahu yang besar artinya anakusia 4 – 12 tahun rasa ingin tahu sangatbesar, terlihat dari perilaku mereka ketikamereka berusia balita selalu bertanyamengapa?” , ketika usia mereka di atas balitamulai dengan mengotak-atik mainanbahkan hingga rusak.

d. Berpikir operasional kongkrit artinyamenurut Jean Piaget, siswa yang berusia 6 –14 tahun termasuk tingkat berpikiroperasional kongkrit. Mereka butuh media/alat peraga yang sebenarnya (real) untukmemahami sesuatu fakta/peristiwa.Mereka belum bisa berpikir abstrak sepertiorang dewasa umumnya.

e. Hukuman dan ketaatan artinya menurutLawrence Kohlberg anak pada usia 6 – 11tahun menghindari hukuman lebihdikarenakan rasa takut bukan karena rasahormat. Karena pada tahap ini hukumanatau pujian akan diberikan sebagai bentukganjaran.Menurut Dixon dan Collin (1997:8) dalam

pemilihan sebuah tema perlu memperhatikan:a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun

dengan mudah dapat digunakan untukmemadukan banyak bidang studi.

b. Tema harus bermakna, maksudnya bahwatema yang dipilih untuk dikaji harusmemberikan bekal bagi siswa untuk belajarselanjutnya.

c. Tema harus disesuaikan dengan tingkatperkembangan psiologi anak

d. Tema yang dikembangkan harus mampumewadahi sebagian besar minat anak

e. Tema yang dipilih hendaknya memper-timbangkan peristiwa-peristiwa otentikyang terjadi di dalam rentang waktu belajar

f. Tema yang dipilih hendaknya mempertim-bangkan kurikulum yang berlaku sertaharapan masyarakat

g. Tema yang dipilih hendaknya jugamempertimbangkan ketersediaan sumberbelajar.

Kewirausahaan dalam PendidikanKewirausahaan merupakan disiplin ilmutersendiri karena berisi body of knowledge yangutuh dan nyata karena ada objek, konsep danmetodenya (Suryana, 2001: 2). Kewirausahaanpada hakikatnya adalah sifat, ciri, dan watakseseorang yang memiliki kemauan dalammewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunianyata secara kreatif.

Esensi wirausaha adalah menciptakan nilaitambah dengan cara-cara baru dan berbeda agardapat bersaing. Wirausaha adalah orang yangmemperoleh peluang dan menciptakan suatuorganisiasi untuk mengejar “peluang”.Wirausaha merupakan sebuah pekerjaan yangbersifat fleksibel dan imajinatif, mamunmerencanakan, mengambil resiko, mengambilkeputusan dan tindakan untuk mencapai tujuan(Meredith dalam Suryana 2001:7). Jadiwirausaha dan wiraswasta berbeda pengertian,

Page 61: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

55Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan

wiraswasta adalah seorang pengusaha ataupelaku yang berdagang. Sedangkan wirausahaadalah pelaku yang profesional dibidangnyayang memiliki jiwa wirausaha. Zaman duluorang yang berdagang disitilahkan dnegan“wirausaha” namun sekarang penegrtian istilahitu sudah bergeser. Guru termasuk seorangwirausaha karena guru menjual jasanya kepadakepala sekolah, siswa, orang tua dan masyarakatuntuk dapat mencerdaskan siswa melaluiberbagai pendekatan dan metode yang mutakhir.Hal ini dieprleukan jiwa wirausaha sepertikreativitas, inovatif, pantang menyerah, percayadiri, kepemimpinan. Jadi Wirausaha adalahmereka yang melakukan upaya-upaya kreatifdan inovatif dengan jalan mengembangkan idedan meramu sumber daya untuk menemukanpeluang dan perbaikan hidup (Prawirokusumodalam Suryana 2001:6).

Sekolah sebagai ujung tombak dari outputlulusan pendidikan, tentu ingin outcomesnyasiswa yang mandiri, bisa mengahadapitantangan dunia yang begitu cepat berubah,memecahkan masalah yang terjadi dalamkehidupannya dengan baik. Hal ini tidak hanyapengetahuan yang bersifat kognitif sajamelainkan ranah afektif. Jiwa kewirausahaanyang merupakan bagian dari ranah afektif perluditanamkan pada siswa. Oleh karena itukewirausahaan dalam pendidikan adalahseorang individu yang berani mengembangkanusaha dan ide barunya untuk memperbaikikualitas hidup yang diintergrasikan dalampendidikan di sekolah melalui berbagai kegiatanseperti ekstrakurikuler, pembelajaran sebuahmata pelajaran yang diintegrasikan dengankewirausahaan. Guru dan kepala sekolah harusmampu mengintegrasikan pembelajaran afektif(pendidikan kewirausahaan) dalampembelajaran kognitif dengan berbagaipendekatan dan metode mengajar.

Dari paparan di atas mengenai definisiwirausaha jika dikaitkan dengan UUSPN No.20 tahun 2003 Bab 2 pasal 2 ayat 3 makaPendidikan Kewirausahaan akan memberikanpeluang tumbuh dan berkembangnya potensikreativitas dan inovatif anak. Jiwakewirausahaan akan menjadi karakter siswauntuk dapat berinteraksi dengan lingkung-annya. Jika anak memiliki jiwa kewirausahaan

maka ia akan mampu memecahkanpermasalahan baik internal maupun eksternaldirinya.

Orang yang memiliki jiwa kewirausahaanadalah orang yang memiliki perilaku inovatif,kreatif, menyukai perubahan, kemajuan dantantangan. Rahasianya terletak pada kreatifitasdan keinovasian. Secara ringkas ciri dan watakkewirausahaan menurut Geoffrey G. Meredithdalam Suryana (2001:8) dapat dilihat pada tabelberikut.

Banyak lulusan S1 atau S2 yang sulitmendapat pekerjaan atau orang yang bekerja disebuah instansi dan sulit untuk memecahkanmasalah yang ditemui, banyak tenaga asingyang bekerja di Indonesia sehingga kedudukanbangsa Indonesia terancam di negerinya sendiri,dll merupakan kenyataan sekarang ini yangperlu segera diatasi. Salah satu alternatif melaluidunia pendidikan agar manusia yang tercetakdalam dunia pendidikan mempunyai jiwawirausaha yang baik. Pendidikan dalamkeluarga (informal) pergaulan denganmasyarakat (nonformal) kurang memberikandampak berarti untuk melatih jiwa wirausaha

Tabel 1: Ciri dan Watak Kewirausahaan

Ciri-ciri Watak

1. Percaya diri Keyakinan, ketergantungan,individualis dan optimisme

2. Berorientasipada tugasdan hasil

Kebutuhan untukberprestasi, berorientasilaba, ketekunan danketabahan, tekad kerja keras,mempunyai doroangan kuat,energetik, dan inisiatif

3. Pengambilanresiko

Kemampuan untukmemgambil resiko yangwajar dan suka tantangan

4. Kepemimpi-nan

Perilaku sebagai pemimpin,bergaul dengan orang lain,menanggapi saran dan kritik

5. Keorisinalan Inovatif dan kreatif sertafleksibel

6. Berorientasikemasadepan

Pandangan ke depan,prespektif

Page 62: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan

pada anak. Hal ini karena kesibukan untukmencari nafkah, kurangnya pemahaman orangtua dalam mendidik anak, dan pengaruh mediayang membawa pengaruh negatif bagiperkembangan diri anak.

Sekolah menjadi tempat untuk memadukandan mengotimalkan kegiatan informal maupunnon formal dengan pendidikan formal disekolah. Mengintegrasikan jiwa kewirausahaandengan mata pelajaran atau kegiatan lainnya disekolah. Materi pembelajaran yang berkaitandengan jiwa wirausaha pada setiap matapelajaran dapat dikembangkan, diekspilisitkan,dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Artinya pendidikan wirausaha bukanhanya menekankan segi kognitif tetapi segiafeksi dan psikomotorpun perlu diperhatikan.

Jiwa kewirausahaan perlu diperkenalkandan dilatihkan pada siswa sejak dini.Pembelajaran tematik yang dilaksanakan dikelas 1-3 SD dapat menjadi sarana untukmengembangkan jiwa wirausaha pada siswakelas rendah. Adapun jiwa wirausaha yangdapat dikembangkan dapat dilihat pada tabelberikut.

Pembahasan

Menurut PP No. 19 Tahun 2005 pasal 20 tentangStandar Proses yang berbunyi perencanaanproses pembelajaran meliputi silabus dan

Tabel 2: Indikator Jiwa Wirausaha yang diKembangkan di SD

Ciri-ciri Watak

1. Percaya diri Berani

2. Berorientasi padatugas dan hasil

Disiplin

3. Pengambilanresiko

Pantang Menyerah

4. Kepemimpinan Mandiri, komunikatif,bertanggungjawab

5. Keorisinalan Jujur, kreatif danIiovatif

6. Berorientasikemasa depan

Menyampaikan gagasan

rencana pelaksanaan pembelajaran yangmemuat sekurang-kurangnya tujuan pembel-ajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumberbelajar, dan penilaian hasil belajar. Di sampingitu guru harus merencanakan prosespembelajaran tematik untuk kelas 1 - 3 SD sesuaiPeraturan Menteri Pendidikan No. 22 Tahun2006. Jadi diharapkan guru kelas 1 – 3 SD dapatmengembangkan pembelajaran tematik sesuaidengan standar proses.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaranyang mengaitkan beberapa mata pelajaran dalamsebuah tema yang dapat memberikan maknabagi siswa. Dalam pembelajaran tematik lebihmenekankan pada pengalaman belajar pesertadidik yang berorientasi pada kecerdasan berpikir(head), kecerdasan bersikap (heart) dankecerdasan bertindak (hand). Aspek kognitifbukan menjadi nomor satu dalam pembelajarantematik melainkan aspek afektif dan psikomotorpun perlu dipertimbangkan. Jiwa kewirausa-haan merupakan salah satu aspek afektif yangperlu dikembangkan sejak usia dini. Melaluipembiasaan yang terintegrasi dalam pembel-ajaran tematik diharapkan peserta didik akanmemiliki jiwa kewirausahaan.

Jiwa kewirausahaan diperkenalkan dansiswa SD sedini mungkin bertujuan agar siswamemiliki perilaku inovatif, kreatif, menyukaiperubahan, kemajuan dan tantangan. Hal inididukung oleh media masa seperti TV, koranatau majalah seputar wirausaha. Bulan Agustus2011 ada 2 (dua) buah majalah yang mengupastentang wirausaha dipandang dari segipendidikan. Seorang direktur dari perguruantinggi swasta Surabaya menganjurkan, guruharus pula memiliki jiwa wirausaha untukmenciptakan suasana belajar di kelas, sebuahsekolah swasta di Bandung menbagikanpengalamannya sudah membuat bazar untuksiswa SMA dalam rangka menumbuhkan jiwawirausaha, ada seorang guru yang membagikanpengalamannya menyusun RPP untuk siswaSMP mata pelajaran Ekonomi yangmengintergrasikan dengan jiwa wirausaha, dll.Pengamatan penulis untuk jenjnag SD masihkurang memadukan jiwa wirausaha dalamproses pembelajaran malah cenderung penilaiandi kelas masih menekankan pada aspek kognitif.Menurut Kohlberg bahwa pada anak usia SD

Page 63: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

57Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan

yang masih menggunakan hadiah dan hukumandalam melaksanakan sebuah aturan, perlupembiasaan sedini mungkin agar jiwa wirausahayang merupakan bagian dari karakter bangsadapat dilatihkan pada anak SD.

Menurut Suderajat (2011: 41), ada dua caramembangun karakter siswa termasuk jiwakewirausahaan , pertama dengan melatih siswamembiasakan perilaku sesuai dengan nilai-nilai.Artinya anak agak “dipaksa” untuk berperilakusesuai dengan norma-norma akhlak mulia. Hasilyang diharapkan adalah akan’ terbiasa”berperilaku dengan akhlak mulia. Cara kedua,dengan meningkatkan kecerdasan siswasehingga dengan pemahaman atas akhlak –akhlak mulia, maka nilai tersebut dapat diterimaoleh dirinya, kemudian diorganisasikan dalamsistem nilai yang disebut penghayatan(interenalisasi). Dengan kecerdasan yang tinggisiswa mampu menganalisis dan mengevaluasikonsep dengan baik sehingga ‘mindset”memiliki wawasan yang luas sehingga terhindardari dogmatisme. Itu beberapa alasan mengapajiwa kewirausahaan perlu ditanamkan sejak dinidi kelas awal SD.

Kelas 1-3 SD dilakasanakan pembelajarantematik sesuai PP 22/2006 maka untukmengembangkan pembelajaran tematik yangdapat meningkatkan jiwa kewirausahaan dapatdikembangkan melalui tahapan-tahapan sesuaidengan yang tertera pada gambar 1.

Menurut Dixon dan Collin (1997 : 8) untukmerencanakan pembelajaran tematik langkahawal adalah menentukan tema yang menarikdan sesuai dengan minat peserta didik serta

Analisis Konteks Analisis Tema Standar

Kompetensi

Indikator KD + Jiwa kewirausahaa

n

Jaringan Tema

Silabus RPP Penilaian

Gambar 1: Diagram Langkah Pengembangan TematikBerjiwawirausaha (Suderajat: 2011:78)

disesuaikan dengan tingkat perkembanganpsikologi anak. Dalam pengembanganpembelajaran tematik, penentuan tema yangsesuai dengan jiwa kewirausahaan antara lain:Makananku, kegiatanku, berbelanja, sampah,transportasi, sahabatku, hewan dan tumbuhan,serta hasil bumi. Tema-tema tersebut bersifatumum namun dalam penyusunan silabus perlumempertimbangkan psikologi anak. Contohnyakelas 1 SD berbeda karakteristiknya dengan kelas3 SD, contohnya untuk tema berbelanja cakupanmateri untuk konsep belanja berbeda. Untukkelas 1 SD konsep belanja lebih menekankanpada konsep membeli sebuah benda. Sedangkanuntuk kelas 3 SD konsep belanja menekankanpada pemilihan benda yang akan dibeli. Samahalnya dengan jiwa kewirausahaan, untuk kelas1 SD yang dikembangkan indikator berani dankomunikatif, sedangkan kelas 3 SD yangdikembangkan adalah indikator mandiri,inovatif, menyampaikan gagasan, komunikatifdan berani. Hal lain yang perlu diperhatikandalam pemilihan tema antara lain tema harusbermakna dan tidak terlalu luas cakupannya.Selain itu tema harus mempertimbangkanketersediaan sumber belajar.

Selanjutnya tema dapat mengkaitkanbeberapa mata pelajaran yang akandikembangkan. Jika memungkinkan semuapelajaran yang ada di SD dikaitkan dalampembelajaran tematik agar mempermudahpeserta didik memahami konsep danmempersingkat waktu. Sebuah tema diuraikanmenjadi sub tema kemudian menjadi sub-subtema agar pembelajaran tidak keluar dari tema

yang telah ditentukan. Padagambar 3 adalah contohbagaimana tema “ Belanja “untuk peserta didik kelas 3SD diuraikan menjadi subtema dan sub-sub tema.Selanjutnya menentukanStandar Kompetensi (SK)sebuah tema didasarkanbanyaknya sub tema yangsudah ditentukan. Dalamtema “Belanja” terdapat duasub tema yaitu membelibarang dan tempat belanja,maka SK nya adalah:

Page 64: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan

Belanja

Membeli Barang

Tempat Belanja

Baju/sepatu

Mainan

Jajanan

Alat Tulis

Toko

Pasar

Kantin

Supermarket

Tema Sub-Tema Sub-sub Tema

Gambar 2: Diagram Tema Belanja

SK 1 adalah siswa dapatmenguasai konsepmembeli barang sertadapat mengaplika-sikannya dalam kehi-dupan sehari-haridengan akhlak muliayang bermanfaat bagidirinya.SK 2 adalah siswadapat menguasai kon-sep tempat belanja sertadapat mengaplikasi-kannya dalam kehidup-an sehari-hari denganakhlak mulia yangbermanfaat bagi diri-nya.

Kemudian daritema belanja diintegra-sikan materi matapelajaran IPS, SBK,Matematika dan BahasaIndonesia. Untuk mem-permudah penginteg-rasian disusun sebuahjaring laba-laba sepertigambar 3.

Dalam mengu-raikan SK menjadi KDdapat digunakanmatriks analisis sepertitabel 3.

Bahasa IndonesiaMengungkapkan pikiran,perasaan, pengalaman,dan petunjuk denganbercerita dan memberikantang-gapan/saran.

IPSMemahami jenis

pekerjaan danpenggunaan uang

MatematikaMelakukan operasi hitung

bilangan sampai tigaangka

SBKMembuat benda yang

dapat digerakkan olehangin secara sederhana

Belanja

Gambar 3: Diagram Tema dan Deskripsi Materi dari 4 Mata Pelajaran

Page 65: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

59Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan

Tabel 4: KD dan Indikator untuk Tema Belanja

No.KD Kompetensi Dasar Indikator

1.1 Siswa dapat menggunaan uang di pasarserta dapat mengaplikasikannya dalamkehidupan sehari-hari dengan akhlak mulia

Siswa dapat membelanjakan uang maksimalRp. 5.000,- dengan bertanggungjawab Siswadapat memilih barang yang akan dibeli denganmandiri

2.1 Siswa dapat menguasai penjumlahanbilangan sampai 3 angka yang terjadi dipasar serta dapat mengaplikasikannyadalam kehidupan sehari-hari denganakhlak mulia

Siswa dapat menghitung barang yang dibelimaksimal Rp. 5.000,- dengan jujurSiswa dapat menghitung uang kembalian dariberbelanja dengan jujur.

3.2 Siswa dapat memberi saran mengenaijajanan sehat di kantin serta dapatmengaplikasikannya dalam kehidupansehari-hari dengan akhlak mulia

Siswa dapat menentukan 5 macam jajanansehat dengan bertanggungjawab.Siswa dapat menyebutkan 2 buah alasanmemilih jajanan sehat dengan komunikatif

4.1 Siswa dapat membuat kincir angin daribahan-bahan yang ada di pasar serta dapatmengaplikasikannya dalam kehidupansehari-hari dengan akhlak mulia

Siswa dapat merancang kincir angin daribarang bekas dengan kreatif Siswa dapat membuat kincir angin dari barangbekas dengan inovatif

Tabel 3: Matriks Pengembangan SK 2 Menjadi Beberapa KD

No

SK Proses Penguasaan Materi

Mata Pelajaran Pasar Kantin SuperMarket Toko

1. IPSMemahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang

KD 1.1 KD 1.2 KD 1.3 KD 1.4

2. MatematikaMelakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka

KD 2.1 KD 2.2 KD 2.3 KD 2.4

3. Bahasa IndonesiaMengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, danpetunjuk dengan bercerita dan memberikantanggapan/saran

KD 3.1 KD 3.2 KD 3.3 KD 2.4

4. SBK Membuat benda yang dapat digerakkan olehangin secara sederhana

KD 4.1 KD 4.2 KD 4.3 KD 4.4

Dari rumusan KD guru dapat menetapkankegiatan apa yang harus dilakukan peserta didikdalam mengaplikasikan konsep berlandaskanjiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan yangdikembangkan antara lain: berani, disiplin,pantang menyerah, mandiri, kreatif, jujur,bertanggungjawab, inovatif, menyampaikangagasan, dan komunikatif. Berikut ini contohperumusan KD berdasarkan matriks di atas danindikator keberhasilan siswa.

Menurut PP No. 19 Tahun 2005 pasal 20,perencanaan pembelajaran sekurang-kurangnyamemuat KD, materi ajar, metode pengajaran,sumber belajar dan penilaian hasil belajar. RPPdijabarkan dari silabus dan merupakan skenarioproses pembelajaran yang memuat komponenantara lain : identitas sekolah, SK, KD, indikatorpencapaian kompetensi, materi ajar, metodepembelajaran, langkah-langkah pembelajaran (terdiri dari kegiatan pembuka, inti, dan penutup),

Page 66: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan

sumber belajar, dan penilaian. Di bawah inicontoh langkah-langkah pembelajaran danpenilaian Tema “ Belanja “ untuk mata pelajaranIPS, Bahasa Indonesia, dan Matematika.

Penilaian yang dilakukan dalampembelajaran tematik berupa penilaian prosesdan produk. Oleh karena itu penilaiannya tidakhanya menekankan pada aspek kognitif tetapiaspek afektif dan psikomotor juga. Hal inidilakukan untuk mewujudkan manusia yangmemiliki logika, iman, dan akhlak mulia.

Dalam proses pembelajaran tematikdigunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis

Tabel 5 : Pengembangan Silabus Pembelajaran Tematik

No KD MateriPokok

ProsesPembelajaran

Indikator HasilBelajar

SumberBelanja

Alokasiwaktu Penilaian

1. Siswa dapatmenggunakanuang di pasarserta dapatmengaplikasik-annya dalamkehidupansehari-haridengan akhlakmulia

Konsepjual beli,kriteriapemiliha-n barang

Siswamensimulasi-kan bagai-mana caraberbelanja dipasar

Siswaberdiskusitentangpemilihanbarang

Siswa dapatmembelanjakanuang maksimalRp. 5.000,-dengan bertang-gungjawab

Siswa dapatmemilih barangyang akandibeli denganmandiri

Bukutematik"Belanja"

8 JP(2 mg)

Tes tertulisTes lisanTesperformance

2. Siswa dapatmenguasaipenjumlahanbilangansampai 3 angkayang terjadi dipasar sertadapat mengap-likasikannyadalam kehi-dupan sehari-hari denganakhlak mulia

Menjum-lahkan,mengurangi,mengali-kan danmembagibilangandari 1-5000

Siswa mem-praktekanpenjumlahan-/pengurangiuang yangdimiliki

Siswa dapatmenghitungbarang yangdibeli maksimalRp. 5.000,-dengan jujurSiswa dapatmenghitunguang kembaliandari berbelanjadengan jujur.

Bukutematik"Belanja"

20 JP(2 mg)

Tes tertulisTes lisanTesperformance

3. Siswa dapatmemberi saranmengenaijajanan sehat dikantin sertadapatmengaplikasik-annya dalamkehidupansehari-haridengan akhlakmulia

SPOKdalamkalimat,intonasi,mengem-ukakanpendapat

Guru dansiswa berdis-kusi tentangjajanan sehat,Siswaberdiskusikelompokuntukmembicaraka-n alasanmemilihjajanan sehat

Siswa dapatmenentukan 5macam jajanansehat denganbertanggungja-wabSiswa dapatmenyebutkan 2buah alasanmemilih jajanansehat dengankomunikatif

Bukutematik"Belanja

20 JP (2mg

Tes tertulisTes lisanTesperformance

maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuransikap, penilaian hasil karya berupa tugas,proyek, produk serta penggunaan portofolio,contoh kegiatan saat simulasi, penilaian yangdigunakan pengamatan kinerja. Saat pesertadidik berdiskusi kelompok maka penilaian yangdigunakan adalah pengukuran sikap gukuransikap. Contoh dapat dilihat pada tabel 7.

Jika guru mengobservasi peserta didikselama proses pembelajaran, maka guru akanmengetahui kekuatan dan kelemahan daripeserta didik untuk ditindak lanjuti. Seandainyapeserta didik masih belum tuntas, maka perlu

Page 67: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

61Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan

Tabel 6 : Langkah Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tema Belanja

Kegiatan Bahasa Indonesia AlokasiWaktu

SumberBelajar

Kegiatan AwalSiswa menyanyi lagu " Aku Anak Sehat " sambil berlagak.Siswa menjawab pertanyaan guru seputar sarapan pagi

10 menit -

Kegiatan EksplorasiSiswa menyimak penjelasan guru tentang macam-macam makanan yangada dikantin

15 menit Macam-mac-am jajanan

Kegiatan ElaborasiSiswa berkelompok 4 orang untuk menentukan 5 macam jajanan sehat

20 menit LKS

Kegiatan KonfirmasiSiswa dan guru mendiskusikan hasil diskusi setiap kelompok.

15 menit Papandisplay

PenutupSiswa menyimpulkan jajanan sehat yang ada di kantinSiswa mencatat 5 macam makanan yang dimakan di rumah untukdidiskusikan pada pertemuan berikut

10 menit -

diberi pengayaan agar peserta didik dapatmenuntaskan pembelajaranya dengan baik. Olehkarena itu guru perlu mempertimbangkanmetode pembelajaran yang bervariatif dalammemberikan remedial. Tabel 8 contoh lembarobservasi untuk peserta didik agar guru dapatmenindak lanjuti kegiatan berikutnya.

Guru dapat melakukan observasi selamakegiatan pembelajaran tematik denganmemperhatikan kelemahan dan kekuatan setiappeserta didik dengan mengacu pada KD setiapmata pelajaran. Seandainya Saiful untuk KDmata pelajaran matematika belum tuntas makadengan mudah guru mengetahui dari tabel

Tabel 7 : Contoh Instrumen PenilaianPengukuran Sikap Saat Diskusi Tema

" Belanja "

Nama : Saiful Skore

Suara lantang 1 2 3 4

Keterlibatan 1 2 3 4

Mau mendengar pendapat 1 2 3 4

Berani mengungkapkan ide 1 2 3 4

lembar observasi yang ada.Oleh karena itu Saifulharus diberi remedial agar dapat menuntaskanKD. Sebaliknya jika Jamil untuk KD matapelajaran SBK sudah tuntas dengan mudah gurumengetahuinya.

Setiap perkembangan saat prosespembelajaran tematik perlu diketahui oleh orangtua peserta didik. Oleh karena itu sebaiknya gurumenginformasikan perkembangan peserta didikdalam bentuk kartu hasil studi setiap tema.Berikut ini contoh kartu hasil studi Saiful untuktema “ Belanja”.

Dalam pembelajaran tematik sumber belajarperlu dipertimbangkan juga, artinya sumberbelajar sebaiknya sudah tidak asing lagi bagipeserta didik. Sumber belajar sebaiknyamempermudah peserta didik memahami konsepmata pelajaran. Contohnya pembelajarantematik tema “ Belanja “ menggunakan sumberbelajar uang nominal pecahan (Rp. 50,- , Rp. 100,-, Rp. 500,-, dan Rp. 1000,-), buah-buahan yangdibawa masing-masing peserta didik, alat-alattulis yang ada di sekolah. Tidak kalahpentingnya bahan ajar pembelajaran tematiksebagai penunjang kelancaran pembelajaran.Pilih bahan ajar tematik yang sesuai dengan

Page 68: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan

Tabel 8: Lembar Observasi Tema Belanja

No Kompetensi DasarKetuntasan Saiful Ketuntasan Jamil

KetT BT T BT

1.Siswa dapat menggunaan uang di pasarserta dapat mengaplikasikannya dalamkehidupan sehari-hari dengan akhlak mulia

2 Siswa dapat menguasai penjumlahanbilangan sampai 3 angka yang terjadi dipasar serta dapat mengaplikasikannyadalam kehidupan sehari-hari dengan akhlakmulia

3 Siswa dapat memberi saran mengenaijajanan sehat di kantin serta dapatmengaplikasikannya dalam kehidupansehari-hari dengan akhlak mulia

4 Siswa dapat membuat kincir angin daribahan-bahan yang ada di pasar serta dapatmengaplikasikannya dalam kehidupansehari-hari dengan akhlak mulia

Tabel 9: Kartu Hasil Studi Tema Belanja

No Kompetensi DasarKetuntasan Saiful

NilaiT BT

1.IPSSiswa dapat menggunaan uang di pasar serta dapatmengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari denganakhlak mulia

V 8

2 Bahasa IndonesiaSiswa dapat memberi saran mengenai jajanan sehat di kantinserta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-haridengan akhlak mulia

V 8

3 MatematikaSiswa dapat menguasai penjumlahan bilangan sampai 3 angkayang terjadi di pasar serta dapat mengaplikasikannya dalamkehidupan sehari-hari dengan akhlak mulia

V 7

4 Seni Budaya dan KeterampilanSiswa dapat membuat kincir angin dari bahan-bahan yang adadi pasar serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupansehari-hari dengan akhlak mulia

V 9

kondisi sekolah serta tema yang dibutuhkan.Dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitanantara silabus dan bahan ajar. Oleh karena itu

jika sekolah sudah menyusun silabus sebaiknyaseleksi saat memilih bahan ajar agar sesuaiproses penilaian dan RPP

Page 69: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

63Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan

Kesimpulan

Orang yang memiliki Jiwa kewirausahaanadalah orang yang memiliki perilaku inovatif,kreatif, menyukai perubahan, kemajuan dantantangan. Jiwa kewirausahaan yang dapatdikembangkan dalam pembelajaran tematikadalah berani, disiplin, pantang menyerah,mandiri, komunikatif, bertanggungjawab, jujur,kreatif, inovatif, dan menyampaikan gagasan.

Melalui Pembelajaran tematik diharapkansiswa kelas 1-3 SD jiwa wirausahanya dapatmeningkat melalui pengintegrasian prosespembelajaran di kelas. Adapun tahap-tahapmengembangkan pembelajaran tematik tersebutdimulai dari penentuan tema yang sesuaidengan jiwa anak selanjutnya menganalisistema menjadi sub tema dan sub-sub tema darisub tema sebagai acuan untuk menentukan SKsebuah tema. Kegiatan berikutnya menyusunjaring laba-laba untuk setiap mata pelajaranyang ingin dikaitkan dalam tema tersebut.Kemudian mengembangkan SK menjadi KD danmenentukan indikator pencapaian KD yangmemasukan jiwa kewirausahaan untuk setiapindikator, seperti biasa selanjutnyamengembangkan silabus dan RPP pembelajarantematik. Langkah terakhir adalah menentukanpenilaian dan menyusun instrumennya.

Saran

Pembelajaran Tematik dapat terlaksana denganbaik jika sang guru terampil untuk menyusunsilabus serta RPP dengan tema yang manarikperhatian peserta didik, serta penentuan bahan

ajar tematik yang sesuai dengan silabus yangsudah disusun sesuai dengan kondisisekolahnya.

Pembelajaran tematik dapat dikembangkanoleh setiap sekolah sesuai dengan kondisisekolah misalnya menanamkan karakter, jiwakewirausahaan, dll. Penentuan jenis modelpembelajaran tematik pun perlu dipertimbang-kan oleh seorang guru dan kepala sekolah.Apakah pembelajaran tematik yang digunakanjenis laba-laba atau terpadu.

Daftar Pustaka

Dixon,H&Collins.G.(1991). Integrated learning .Stage 3, Australia:Bookshelf Pub

Depdiknas. (2006). Standar pendidikan nasional.Jakarta: Puskur

Fogarty, Robin. (1991). How to integrate thecurricula. New York City: Skylight Pub

Gandhi, Teguh Wangsa. (2011) filsafatpendidikan. Yogjakarta: AR-Ruzz Media

Jones, Laurie. (1997). Yesus: Chief executive officer.Jakarta: Mita Utama

Suryana. (2001). Kewirausahaan. Jakarta:SalembaEmpat

Suderajat, Hari. (2011). Manajemen pembelajarantematik. Bandung: Sekar gambir Asri

Santrock, John. (2007). Perkembangan anak. Jilid I.Edisi ke-11. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat SatuanPelajaran untuk jenjang SD. Jakarta: PusatKurikulum

Kostelnik, M.J., et.al. (1991). Teaching YoungChildren Using Themes. Avenue: GoodYear Books

Page 70: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

H.A.R. TilaarE-mail: [email protected]

Persatuan Guru Republik Indonesia

Opini

Abstrakehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia belakangan ini memberi kesankerunyaman dengan berbagai peristiwa yang merendahkan martabat bangsa sertamencerminkan karakter bangsa yang semakin memburuk. Kenyataan ini tidak dapatdipisahkan dari semakin melemahnya pengetahuan, penghayatan, dan penerapan nilai-

nilai Pancasila sebagai dasar negara dan kristalisasi budaya bangsa. Sejak kemerdekaan RepublikIndonesia, nilai-nilai luhur Pancasila diupayakan dilestarikan dan dimutakhirkan melalui sistempendidikan nasional di semua jenis dan jenjang pendidikan. Akan tetapi, kenyataannya masihbanyak terdapat prilaku-prilaku pemimpin bangsa dan warga masyarakat Indonesi yangmenyimpang dari nilai-nilai Pancasila terlebih-lebih karena pendidikan Pancasila diangap sebagaimasalah guru, kurikulum, dan politik,bukan merupakan masalah ideologis yang harus diterapkandalam kehidupan sehari oleh setiap warga negara Indonesia. Tulisan ini menelaah masalah inidengan mengkaji kembali pengertian, makna, dan pengembangan watak dalam pribadi masyarakatIndonesia yang bhineka. Pembahasan berkaitan dengan agama, budaya, dan pendidikan karakterdi Indonesia.

Kata-kata kunci: Makna bangsa, karakter bangsa, kebudayaan, nilai Pancasila, pendidikan karakter.

Religion, Clture, and Nation Character Education

AbstractIn the last few years, the practice of nation and state in Indonesia indicated unfavourable impression as thenumber of phenomena occured weakening the national dignity and worsening the national character image. Itis believed that the unwanted phenomena resulted from decreasing knowledge, insight, and practice of Pancasilavalue rooted on Indonesian original culture as the state ideology and life philosophy of Indonesian people. Inpractice, many Indonesian leaders and people still perform their lives against the Pancasila value. Worse, theimplementation of Pancasila is considered as the business and responsibility of educational institutions,curriculum, teachers, and politition not as the way of life of all Indonesians. This article elaborates anddiscusses this matter by clearifying the notion of character building in Indonesian societies with multi culturalbackground. The discussion is related to religion, culture, and character building.

Keywords: Nation, nation character, culture, Pancasila value, character building.

K

Page 71: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

65Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

Pendahuluan

Bagi bangsa Indonesia, agama adalahweltanchauung dan sebagai ideologi masyarakatdan bangsa Indonesia. Sebagai pandangan dunia(weltanchauung), manusia dan masyarakatIndonesia menjadikan agama sebagai nilaifundamental yang mendasari dan mengarahkanseluruh kehidupannya. Tidak mengherankanapabila Pancasila sebagai ideologi bangsa dannegara Indonesia menjadikan kepercayaankepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai silapertama dan utama yang menyinari keseluruhansila-sila lainnya.

Dalam tulisan ini, penulis mendudukkanagama sebagai bagian integral dari kebudayaandalam arti luas. Bukan berarti mengdegra-dasikan agama sejajar atau di bawah kebuda-yaan, justru melihat agama sebagai bagianintegral dari keseluruhan hidup manusiaIndonesia. Nilai-nilai agama menyinari danmengarahkan nilai-nilai kehidupan lainnyaatau integratif dengan nilai-nilai Pancasilasebagai keseluruhan termasuk dalampendidikan nasional.

Pada 14 Januari 2010 telah diadakanSarasehan Nasional dengan topik “Pengem-bangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bang-sa.” Menurut pendapat penulis SarasehanNasional itu menunjukkan dua sifat positifdalam menangani pendidikan nasional.Pertama, untuk pertama kalinya dalam waktuyang cukup lama kebudayaan tidak lagimerupakan bagian yang integral dalampendidikan nasional. Kebudayaan hanyamerupakan bagian dari program pariwisatadengan orientasi untuk memperoleh devisayang cukup melalui kegiatan pariwisata.Seperti kita ketahui sudah sejak lama kebuda-yaan telah ditalak t iga dari pendidikannasional dan merupakan bagian dariKementerian Kebudayaan dan Pariwisata.Kedua, untuk pertama kalinya masalah karakterbangsa atau watak bangsa mendapatkansorotan dalam pendidikan nasional setelahsejak lama pendidikan nasional disibukkan olehpengembangan aspek kognitif seperti UjianNasional (UN), World Class Education, WorldClass Curriculum dan sejenisnya yang membawa

pendidikan nasional entah ke mana.1Sementara itu masyarakat dan bangsa

Indonesia seakan-akan kehilangan arah ataukehilangan masa depan. Keadaan ini sepertiyang disinyalir oleh Yayasan Jatidiri Bangsasebagai berikut.

Sifat ramah-tamah, sopan-santun, dan sukamenolong yang sering dilekatkan pada kitaternyata telah mengalami dete-riorisasi atauperusakan yang cukup mencolok. Sifatramah-tamah berubah menjadi sifatberingas, sifat sopan-santun berbalikmenjadi kasar, berangasan, dan bar-bar,sifat suka menolong memudar menjadiegois dan hanya mementingkan diri sendiriatau kelompoknya. Sementara, perbedaansuku, agama, ras, dan antargolonganbukannya memperkokoh toleransi danpersatuan, tetapi malah memperuncingperbedaan.

Keadaan runyam yang dihadapimasyarakat dan bangsa Indonesia dewasa inisebenarnya bertentangan dengan apa yangdimiliki oleh bangsa ini. Kita memiliki watakyang mulia atau nilai-nilai di dalam kehidu-panbersama yang luhur tetapi nilai-nilai tersebuttidak terpancar di dalam kehidupan masyarakatdan bangsa Indonesia dalam kehidupannyasehari-hari. Nilai-nilai tersebut perludiwujudkan dalam berbagai tindakan kitasehari-hari dalam keluarga, dalam pekerjaan,dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.Namun dewasa ini kita cenderung mencari danmenonjolkan perbedaan dan bukan memupukkesamaan dengan mengak-tualisasikan kembalinilai-nilai yang kita sepakati bersama di dalammembentuk masyarakat dan bangsa Indonesia.Nilai-nilai itu tidak lain dari nilai-nilaiPancasila. Bukankah penggali Pancasila yaituBung Karno telah menggalinya dari budaya yangbhinneka dari masyarakat Indonesia?3

Persoalannya sekarang ialah bagaimanacaranya kita menguaktualisasikan tambangemas nilai-nilai Pancasila itu di dalam ke-hidupan bersama. Di dalam kehidupanbersama masyarakat Indonesia dewasa ini yangserba semberawut dari tingkah-laku orangdewasa Indonesia merupakan suatu refleksidari kegagalan perkembangan orang-orang

Page 72: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

dewasa itu dalam menghayati danmerealisasikan nilai-nilai Pancasila. SejakIndonesia merdeka kita mengenal pendidikanbudi pekerti sejak sekolah dasar sampaipendidikan tinggi. Demikian pula pada masaOrde Baru kita mengenal mata-mata pelajaranPendidikan Moral Pancasila (PMP). Pemimpin--pemimpin yang sekarang dalam masyarakatIndonesia adalah hasil dari pendidikan budipekerti dan PMP pada masa mudanya.Mengapa mereka sekarang bahkan menjadipelopor perpecahan di dalam masyarakatIndonesia? Menurut para pakar dan jugapenulis sendiri keyakinan bahwa perilakupenyimpangan dari nilai-nilai Pancasilabukanlah disebabkan oleh karena nilai-nilaiPancasila itu telah mengalami kemerosotanmakna tetapi kepada kekeliruan penerapannilai-nilai itu di dalam kehidupan sehari-hari.4

Melalui program-program pendidikan tersebutyang dicantumkan di dalam kurikulum sejakpendidikan dasar sampai pendidikan tinggi,program pendi-dikan Pancasila dianggapsemata-mata sebagai masalah guru, masalahkurikulum, masalah politik kekuasaan, danbukan merupakan suatu ideologi yang telahdisepakati bersama untuk dijadikan pedomanhidup yang harus direalisasikan setiap hari didalam tingkah-laku setiap anggota masyarakatIndonesia. Masalah inilah yang coba diangkatkembali di dalam tulisan ini.

UUD 1945:Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

Masyarakat dan bangsa Indonesia memerlukankesatuan arah dalam mewujudkan cita-citaProklamasi Kemerdekaan 1945. Kesepakatanarah tersebut telah kita ambil melaluikesepakatan kita bersama untuk menjadikannilai-nilai Pancasila sebagai pedoman bersama.Nilai-nilai bersama inilah yang mengikat,mengatur, dan mangarahkan tingkah-lakuanggota masyarakat sebagai warganegara.Kesatuan arah inilah yang akan membentukmasyarakat Indonesia yang diba-yangkan(imagined-community) menurut Anderson.5 Rohdari kesatu-an arah inilah yang dapat kita sebutwatak bangsa Indonesia.

Dalam uraian selanjutnya akan dibahas

mengenai titik-tolak darimana merumuskanwatak bangsa Indonesia itu, apa makna watakbangsa dan bagaimana pengembangannya didalam pribadi-pribadi anggota masyarakatIndonesia yang bhinneka.

Pasal 1. Makna Bangsa yang Cerdas danBermartabatDalam UUD 1945 pada Pembukaan (Preamble)dinyatakan sebagai berikut.

Kemudian daripada itu untuk membentuksuatu pemerintah negara Indonesia yangmelindungi segenap bangsa Indonesia danseluruh tumpah darah Indonesia dan untukmemajukan kesejah-teraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikutmelaksana-kan ketertiban dunia yangberdasarkan kemerdekaan, perdamaianabadi dan keadilan sosial, maka disusunlahkemerdekaan kebangsaan Indonesia itudalam suatu Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia, yang terbentukdalam suatu susunan Negara RepublikIndonesia yang berkedaulatan rakyatdengan berdasarkan kepada KetuhananYang Maha Esa, kemanusiaan yang adildan beradab, persatuan Indonesia dankerakyatan yang dipimpin oleh hikmatkebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan pewujudkansuatu keadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia.

Apa yang dinyatakan di dalam Pembu-kaanUUD 1945 itu? Pertama-tama tentunya dasardari kehidupan bermasyarakat dan bernegaraialah didasarkan kepada nilai-nilai Pancasila.Kedua, bahwa salah satu tujuan dalammembentuk negara Indonesia ialah mencer-daskan kehidupan bangsa. Apa makna darikehidupan bangsa yang cerdas? Pasal 31 Ayat(3) dirumuskan demikian: “Pemerintahmengusahakan dan menyelenggarakan satusistem pendidikan nasional, yang mening-katkan keimanan dan ketakwaan serta akhlakmulia dalam rangka mencerdaskan kehidupanbangsa, yang diatur dengan undang-undang.”

Rumusan mengenai pendidikan nasionaldengan jelas menyatakan bahwa kehidupanbangsa yang cerdas adalah kehidupan yang

Page 73: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

67Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

ditandai oleh keimanan dan ketakwaan yangsemakin meningkatkan serta terbentuknyaakhlak mulia. Jelaslah di dalam perumusan ininampak bahwa pendidikan nasional diarahkankepada pengembangan seluruh pribadi manusiaIndonesia yang beriman dan bertakwa sertamemiliki akhlak mulia.6 Dengan demikianpendidikan nasional bukan pertama-tama hanyauntuk pengembangan kognitif tetapi pemben-tukan iman dan takwa serta akhlak. Inilah yangmerupakan ciri utama dari pendidikan nasional.Apakah hal ini berarti bahwa pendidikannasional menelantarkan pembentukan kognitifpeserta-didik? Didalam hal ini perlu kitamempunyai pengertian mengenai apa se-benarnya yang dimasudkan dengan kehidupanbangsa yang cerdas.

Bangsa yang Cerdas dan BermartabatApakah yang dimasudkan dengan suatu bangsayang cerdas dan bermartabat? Bangsa yangcerdas mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.1. Beriman dan bertakwa sesuai dengan agama/

kepercayaan yang dianutnya. NegaraIndonesia berdasarkan Ketuhan-an YangMaha Esa dan oleh sebab itu mengakui danmenghargai akan kebebasanwarganegaranya untuk menghayati danberibadah sesuai dengan agama dankepercayaannya itu. Tidak ada negarademo-kratis yang tidak mengakuikeragaman kepercayaan/agama yangdianut oleh warganya. Negara Indonesiaberdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esanamun bukanlah negara Teokratis ataupunnegara yang tidak mengakui Ketuhanan.Demikian pula tidak ada satu pun agama/kepercayaan yang mengajarkan anggotanyauntuk menyepelekan hak-hak asasimanusia termasuk hak asasi kebebasanberagama. Manusia yang beriman dan taatterhadap agama/kepercayaannyamempunyai pan-dangan hidup yangmenghormati kehidu-pan termasukkehidupan sesama manusia yang berbeda.

2. Berakhlak mulia. Manusia yang berakhlakmulia adalah manusia yang taat kepadaperintah-perintah Tuhan serta menghar-gaiakan martabat sesamanya. la bukanlahmanusia yang dianggap musuh dari sesama

anggota masyarakat, sesama warganegara.Manusia yang berakhlak mulia adalahanggota masyarakat yang mem-punyaimartabat atau kedudukan yang terhormatsebagai anggota masyarakatnya dansebagai warganegara. Dia adalah seorangyang bermartabat. Lebih-lebih lagi di dalamdunia yang semakin “rata”’ dan menjadisebagai kampung besar (big village) me-nuntut setiap orang untuk mempedulikansesamanya baik dalam lingkungankeluarga, masyarakat etnisnya, masyarakatnegaranya dan akhirnya terhadapmasyarakat dunia. Inilah manusia yangmemiliki akhlak mulia dan bermartabat baikpada tingkat lokal, nasional, maupunglobal.3. Pengembang-an akal (IQ) yangdipadukan dengan pengembanganinteligensi sosial (SI) dan inteligensiemosional (EI). Pada Ayat (4) Pasal 32 UUD1945 dinyatakan bahwa pemerintahmemajukan ilmu pengetahuan danteknologi dengan menjunjung tinggi nilai--nilai agama dan persatuan bangsa untukkemajuan peradaban dan kesejahteraanmanusia. Kehidupan modern dewasa inidengan kemajuan ilmu pengetahuan sertakhususnya teknologi komunikasi telahmengubah wajah kehidupan bersama umatmanusia di planet bumi ini. Oleh sebab ituseorang warganegara dunia pada abad ke-21 perlu dikembangkan akalnya (aspekkognitif) serta moral kemanusiaan agarsupaya dia dapat mengikuti perubahanglobal yang sangat cepat yang dapatmempengaruhi iman dan takwanya bahkanjuga dapat menggoyahkan akhlak muliayang dimilikinya.8

4. Bangsa Indonesia yang multikultural terdiridari lebih 700 suku bangsa denganbudayanya masing-masing mempunyaitanggung jawab untuk mengembangkannilai-nilai Pancasila dari kebera-gamankebudayaan Nusantara. Dengan demikiannilai-nilai Panca-sila akan lebih berkem-bang dan diperkaya sungguhpun padahakikatnya nilai-nilai Pancasila telah digalidari kebudayaan Nusantara yangmultikultural, namun di dalam perkem-bangan kehidupan dewasa ini nilai-nilai

Page 74: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

tersebut perlu diuji dan dikembangkansesuai dengan perkembangan zaman.Dengan demikian Pancasila bukanmerupakan suatu dogma yang statis tetapimerupakan pandangan hidup yangdinamis yang terus berkembang sesuaidengan kemajuan zaman.9

Demikianlah gambaran sosok pribadimanusia Indonesia Pancasila yaitu seorangpribadi yang cerdas dan bermartabat. Diaseorang yang cerdas dalam menghadapiperubahan global namun di dalam sikapmenghadapi perubahan-perubahan tersebut diatetap mempunyai iman yang kuat serta bertakwakepada Tuhan Yang Maha Kuasa disertaidengan akhlak mulia yaitu tidak hanyut didalam arus globalisasi yang tanpa bentuk yangdapat menggoyahkan keimanan danketakwaannya. Dia bukan seorang ortodoks ataufundamentalis tetapi seorang yang beriman danbertakwa, menjunjung tinggi nilai-nilaiPancasila yang telah digali dari kebudayaanIndonesia yang multikultural. Oleh sebab itu diaberdiri tegak dan tetap bangga akankeIndonesiaannya dalam menghadapi berbagaiperubahan. Perubahan-perubahan tersebut tidakapriori mengha-nyutkannya atau menolaknyatetapi dia akan ikut-serta di dalam perubahandengan berwatak atau berkarakter Indonesia.Dengan demikian dia juga dapat menjadiseorang anggota masyarakat global yang dapatikut menyumbangkan sesuatu yang bermanfaatbagi kemanusiaan yang beradab danbermartabat.10

Karakter Bangsa:Makna dan Pengembangannya

Sudah kita lihat sosok seorang warganegaraIndonesia yang beriman dan bertakwa sertaberakhlak mulia dan dengan cerdasmenghadapi perubahan-perubahan global.Secara keseluruhan dapat dikatakan manusiaIndonesia tersebut mempunyai karaktertertentu. Namun demikian belum jelas benar apasebenarnya yang dimaksudkan de-ngankarakter, karakter bangsa, watak bangsa ataujatidiri bangsa, identitas bangsa.

Mari kita lihat makna karakter atau istilah-istilah yang bersamaan itu selanjutnya.

Pasal 2. Karakter: Berbagai Makna yangMelekatKarakter atau watak dikenal dalam ling-kunganilmu pengetahuan terutama psikologi. Dalambahasa Belanda ada “karakterkunde” yaitu suatucabang psikologi mengenai sifat-sifat yangdilahirkan manusia serta pengem-bangannya.ll

Ilmu watak (karakterkunde) bertalian dengan ilmumengenai sikap, tingkah-laku seseorang baikkarena dibawa sejak lahir maupun hasil daripengaruh lingkungan atau kedua-duanya.Ternyata tingkah-laku atau watak manusia itusangat bertalian erat dengan pandanganmanusia. Setiap pandangan menge-nai manusiamelahirkan teorinya sendiri tentang watakmanusia. Demikianlah misalnya LeslieStevenson dan David L. Haberman melihathubungan hakikat manusia dengan watakmanusia.12 Dikemukakan sepuluh pandanganmengenai hakikat manusia itu ialah pandanganKonfusionisme, Hinduisme, Kristianitas,Platonisme yang berdasarkan akal, pandanganKant yang mengakui rasio serta kebe-basanmanusia, Marxisme yang berdasarkanpandangan materialisme, pandangan atauhakikat manusia Freud yang mengakui adanyabawah-sadar sebagai dasar dari tingkah-lakumanusia. Selanjutnya pandangan kebebasanmanusia dari eksistensialisme Sartre, pan-dangan behaviorisme Skinner, ataupunpandangan psikologi evolusi dari Lorentz.

Adanya kaitan yang erat antara pandang-an filsafat tentang hakikat manusia denganpengertian karakter atau watak maka amatlahsukar bagi kita untuk memilih pengertianmana yang paling tepat untuk menggam-barkan pengertian watak atau karakter itu.Mengatasi kesulitan akademis tersebut adabaiknya apabila kita mengambil definisioperasional untuk lebih dapat mendekatipengertian karakter atau watak itu. Bagipenulis definisi operasional watak adalahkeseluruhan sikap, tingkah-laku dan pola pikirseseorang yang melekat pada pribadinya.Dengan definisi operasional itu dapat kitabayangkan ungkapan sebagai berikut.

“Dia berbuat demikian, alon-alon asalkelakon karena dia seorang Jawa.”“Itu bisa dimengerti karena dia seorangBatak.”

Page 75: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

69Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

“Sikapnya sangat demokratis, dia seorangAmerika.”“Dia sangat teliti, dasar orang Belanda.”“Melihat gelagatnya yang sangat sopanmungkin dia seorang Jepang.”

Demikianlah ungkapan-ungkapan sehari-hari yang bertalian dengan watak seseorangatau sekelompok masyarakat tertentu. Didalam ungkapan tersebut ditonjolkan sifat-sifat yang dianggap khas yang melekat padaseseorang di dalam tingkah-lakunya ataupundi dalam pola berpikirnya. Watak adalah suatupola tindakan atau skema berpikir yangdibayangkan melekat pada seseorang ataumasyarakat dari kelompok tertentu. Kelompokitu dapat berupa masyarakat etnis juga dapatmerupakan suatu bangsa. Dalam ilmuantropologi dan ilmu politik sifat yang spesifikmelekat pada suatu kelompok masyarakatdikenal sebagai identitas. Demikianlah dapatdiidentifikasikan identitas orang Amerika,identitas orang Inggris, identitas Melayu,identitas orang Indonesia. Tentu pula identitastersebut melekat pada suku bangsa tertentuseperti identitas orang Aceh, identitas orangPalembang, identitas orang Sunda, identitasorang Menado dan sebagainya. Bagaimanaterbentuknya identitas suatu suku-bangsa(etnis) ataupun suatu bangsa akan dibicarakanlebih lanjut pada bagian akhir tulisan ini.

Dalam kaj ian psikologi kepribadian(personality) dikaji per-embangan kepribadianmanusia. Banyak studi psikologi yang telahdilakukan mengenai hal tersebut baik pribadisecara keseluruhan aupun aspek-aspekkepribadian seperti perkembangan intelekmanusia sejak bayi sampai usia tua, 13

perkembangan moralitas sejak masa kanak-

A B C D KeteranganZona A: Daerah (scope)kedapZona B: Daerah berpori (porous)Zona C: Daerah lokal/nasionalZona D: Daerah global

Gambar 1: Pembentukan Kepribadian(Zone of Proximal Development)

kanak sampai dewasa.14 Yang lebih menarik bagikita adalah bagaimana perkembangan pribadiseseorang karena budaya dan masyarakat.Menarik untuk diteliti lebih lanjut misalnyakonsep perkembangan pribadi dari LeonVigotsky seorang pakar psikologi Rusia sepertitampak di dalam diagram gambar 1.

Pendapat Vigotsky tersebut di atas sangatpenting bagi pendidikan. Sejak lahir usiasekolah sejak taman kanak-kanak sampaidewasa tampak sekali pekanya seseorangmemperoleh pengaruh karena interaksinyadengan lingkungannya khususnya dalam usiadini sampai sekitar 4 tahun.15 Di dalam kaitanini pertemuan atau interaksi antara peserta-didik dengan lingkungan alam dan budayanyaterutama dalam lingkungan keluarga sangatmenentukan di dalam perkembangan watakpeserta-didik itu kelak. Oleh sebab itu pemi-sahan pendidikan dari kebudayaan merupakansuatu bahaya di dalam pembentukan danpengembangan watak para peserta didik.Justru pada usia muda inilah dapat terbentukwatak bangsa atau identitas bangsa Indonesiadan bukan menunggu sampai peserta-didikitu menjadi dewasa.

Karakter Bangsa dan Latar BelakangKebudayaan

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenalungkapan seperti: Presiden bertindak menurutcara Jawa. Wakil Presiden mengambilkeputusan cara Bugis. Demikianlah di dalampergaulan sehari-hari kita dengan mudahmemberikan cap tertentu atau sifat tertentuterhadap suatu kelompok etnis ataupunbangsa. “Kau itu dasarnya Cina!” atau “Kauitu dasarnya Yahudi!” Ungkapan-ungkapan

tersebut menya-takan suatu sifatyang melekat atau dilekatkan kepadabangsa Cina dan bangsa Yahudisebagai manusia-manusia yangkikir, agak licik, dan sedikit rakus.Sungguhpun demikian ungkapan-ungkapan popular tersebut tidakselamanya benar karena sifat-sifatdemikian itu terdapat juga pada etnisatau bangsa yang lain. Namundemikian dengan ungkapan-

Page 76: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

ungkapan tersebut menyatakan bahwa adakaitan yang sangat erat antara karakter atauidentitas suatu kelompok dengankebudayaannya.16

Pasal 3. Prejudice dan Karakter BangsaTelah kita lihat betapa etnisitas telah merupakandasar dari tingkah-laku seseorang. Namundemikian perlu kiranya disadari bahwa terdapatbahaya-bahaya yang potensial apabilaperkembangan etnisitas tidak diarahkan kepadakeIndonesiaan. Bahaya tersebut lahir dariprasangka (prejudice) yang mungkin dilahirkanoleh perkembangan watak etnisitas yang sempit.Suatu tulisan klasik dari UNESCO yangdikemukakan oleh Arnold M. Rose 17

menyatakan akar dari lahirnya prasangkasangat kompleks. Di dalam tulisannya itu antaralain Rose mengemukakan akar-akar komplek-sitas tersebut.1) Prasangka lahir dari sikap kecurigaan

terhadap kelompok minoritas. Perbedaandan adanya hak-hak istimewa terhadapkelompok mayoritas mempertajam perten-tangan antara kelompok khususnyamayoritas versus minoritas. Kontradiksimayoritas-minoritas tersebut dapatberdasarkan budaya, agama, ras maupunperbedaan kelas-kelas ekonomi.

2) Ketakutan yang dibayangkan yangsebenarnya tidak mempunyai dasar. Dapatsaja ketakutan tersebut berdasarkanpengalaman pribadi atau kasus perorangantetapi kemudian berkembang menjadisejenis ketakutan terhadap kelompok yangdianggap membahayakan kelangsunganhidup seseorang atau suatu kelompok.Dalam keadaan demikian biasanyadicarikan “kambing hitam” (scapegoat) yangdibayangkan menjadi biang kerok dariketakutan tersebut. Rasa ketakutan itumenimbulkan pengambilan jarak (distance)dengan kelompok yang lain yang dianggapmembahayakan atau membatasi kemerde-kaannya.

3) Mengambil keuntungan personal dariprasangka tersebut. Keuntungan tersebutdalam bentuk keuntungan kekuasaandalam bidang politik ataupun dalamlingkup ekonomi.

4) Kecurigaan terhadap yang lain. Kecurigaantersebut biasanya tidak mendasar atau yangsekadar dibayangkan. Lahirlah berbagaiapa yang disebut stereotip atau “kambinghitam” di dalam kehidupan. Kambinghitam tersebut dapat berasal dari faktor-faktor ekonomi, budaya, agama. Ternyatapencarian kambing hitam tersebut samasekali tidak berdasar namun dapatditurunkan dalam suatu kehidupanbersama. Kambing hitam yang sangatberbahaya dikenal dalam sejarah manusiahingga sekarang ialah rasisme.

5) Superioritas kompleks dari kelompokmayoritas.

6) Ketidaktahuan (ignorance) terhadap biaya(cost) yang disebabkan oleh prangkatersebut. Tanpa disadari suatu kelompokatau masyarakat yang dihinggap penyakitprasangka terhadap kelompok yang laintelah merugikan kehidupannya sendirimaupun kehidupan bersama. Kerjasamatidak dapat dibentuk bahkan permusuhandilahirkan dari perbedaan-perbedaanyang ditonjolkan di dalam kehidupanbersama.Melihat kepada kompleksnya akar dari

prasangka juga telah banyak teori sertapenelitian yang telah dihasilkan untuk meng-hilangkan prasangka di dalam kehidupanbersama namun di dalam prakteknya masalahtersebut cukup sulit dilaksanakan. Pada pokok-nya strategi pokok dan ampuh di dalammenghilangkan prasangka adalah komunikasi.Ketiadaan komunikasi akan mempertahankanbahkan mengembangbiakkan rasa kecurigaan.Demikian pula ketiadaan komunikasi menim-bulkan rasa ketakutan dari kelompok yangtertindas serta lebih menyuburkan rasasuperioritas dari kelompok mayoritas. Ketia-daan komunikasi menyebabkan ketidak-tahuan(ignorance) terhadap kelompok lain yangdianggap sebagai musuh. Berbagai stereotiplahir karena ketiadaan komunikasi dari satukelompok dengan kelompok yang lain.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yangmultikultural yang terdiri atas berbagai suku dankebudayaannya yang bhinneka. Seperti yangtelah dijelaskan kebhinnekaan bangsaIndonesia dan kebudayaannya yang beragam

Page 77: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

71Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

(multikultural) merupakan suatu kekayaanbagi bangsa Indonesia. 18 Namun apabilakekayaan tersebut tidak diarahkan kepada suatucita-cita bersama maka kekayaan tersebut akanberubah menjadi perbedaan yang dapatmeruncing menjadi perpecahan. Dalam kaitanini karakter bangsa Indonesia hanya dapatdibentuk melalui berbagai upaya yangmenyeluruh. Banyak pakar telah mengadakanpenelitian dan kajian bagaimanamengembangkan karakter bangsa yang positifkhususnya di dalam suatu masyarakat ataubangsa yang multikultural. Langkah-langkahyang kreatif di dalam pembinaan karakterbangsa Indonesia meliputi hal-hal sebagaiberikut.1) Memberikan kesadaran terhadap hal-hal

yang positif maupun yang negatif yangterdapat di dalam kebudayaan lokal(etnisitas) dari bangsa Indonesia yangmultikultural. Diperlukan informasi yangtepat mengenai keanekaragamankebudayaan bangsa Indonesia yangmempunyai kesamaan derajat bahkanmempunyai tugas yang sama dalammengembangkan keIndonesiaan.

2) Menghilangkan berbagai bentuk rasismedalam pengertian yang lugs meliputibudaya, agama, superioritas budayamayoritas dan sebagainya.

3) Menghilangkan tradisi yang negatif yangmasih hidup di dalam pergaulan etnis sertamenyebarluaskan informasi yang tepatmengenai kebudayaan Indonesia yangbhinneka.

4) Adanya sistem hukum dengan sanksinyayang konsekuen untuk menghilangkanberbagai jenis prasangka yang negatif yanghidup di dalam kehidupan bersama baik didalam kehidupan budaya, agama, sertamenekankan kepada kebersamaan bangsaIndonesia.

5) Melaksanakan kebijakan sosial yang dapatmenghilangkan ber-bagai jenis frustrasiyang dapat menyebabkan gesekan-gesekanhorizontal karena kemiskinan, pembatasanterhadap hak asasi manu-sia.19 Di dalamkaitan ini perlu dilaksa-nakan kebijakansosial ekonomi yang lahir dari nilai-nilailuhur Pancasila. Kebijakan ekonomi yang

diarahkan kepada kepentingan bersamauntuk rakyat banyak salah satu upayadalam menghapuskan berbagai jenisprasangka dan menghi-langkan berbagaibentuk kambing hitam yang dilekatkankepada atau kelompok etnis tertentu.

6) Pentingnva peranan pendidikan sejak usiadini di dalam mengem-bangkan toleransimelalui pendidikan dan berbagai acarakomunikasi sejak usia dini dalam lingkung-an keluarga, sekolah, masyarakat.

Pasal 4. Ralph Linton: Cultural Bakcground ofPersonalitySesudah Perang Dunia II ketika psikologimengenai kepribadian (personality) telah sangatdiperkaya oleh psikologi Freud, psikologibehaviorisme maupun personalisme, muncul-lah buku yang sangat terkenal dari seorangantropolog, guru besar dari Columbia UniversityProf. Ralph Linton. Berdasarkan serentetankuliah umumnya tahun 1943 di universitas(college) Swarthmore, almamaternya, penda-patnya mengenai perkembangan kepribadian(personality) manusia sebagai hasil interaksidengan kebudayaannya, dibukukan pada tahun1945.20

Manusia dan KebudayaannyaApa yang membedakan antara manusia denganmakhluk-makhluk lainnya khususnyabinatang? Pertama-tama kita lihat, secarainstingsik anggota dari spesies manusiamempunyai potensialitas yang besar untukberdiferensiasi dan individualisasidibandingkan dengan makhluk-makhluk yanglain. Selain daripada itu kelompok manusia ataumasyarakat manusia mempunyai ciri-ciri khassebagai berikut.1) Masyarakat lebih dari individu menjadi unit

signifikan di dalam species untuk berjuangbagi kelanjutan hidupnya. Kita lihatmisalnya bagaimana nasib seorang bayiyang baru dilahirkan, tanpa perto-longandan kerjasama dengan individu lainnyaseperti ibu, keluarganya, masyarakatnya,kehidupan bayi itu tidak dapat dilanjutkan.

2) Suatu kenyataan bahwa kelanjutan suatumasyarakat akan jauh melampaui rentang-hidup (life span) dari individu yang

Page 78: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

manapun juga. Setiap manusia dilahirkanmenurut nasibnya oleh dan dari seorang ibuserta terlempar di dalam suatu masyarakattertentu. Tugas individu yang dilahirkanialah bukan membentuk organisasi di manadia hidup akan tetapi dia dibentuk olehmasyarakat di mana dia dilahirkan.

3) Masyarakat merupakan suatu unitfungsional dan unit operatif sungguhpunmasyarakat itu terdiri dari individu-individu. Individu sebagai anggotamerupakan bagian dari suatu keseluruh-andi mana dia menyumbangkan kemampuandan keberadaannya terha-dapmasyarakatnya.

4) Kegiatan-kegiatan yang diperlukan untukkelangsungan hidup sua-tu masyarakatterbagi secara proporsional kepada paraanggota masyarakat itu. Sebagai contohmisalnya masyarakat yang bagaimanasederhanapun terdapat pembagian kerjaantara pe-rempuan dan laki-laki.Pembagian formal terhadap kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat menyebab-kan terbentuknya struk-tur, organisasi dankohesi di dalam suatu masyarakat.Berdasarkan ciri-ciri masyarakat tersebut di

atas dapat kita lihat betapa pentingnyamasyarakat dan budayanya terhadap pemb-entukan kepribadian seseorang. Berdasarkan halitu dapat kita rumuskan secara opera-sionalkebudayaan sebagai cara hidup (the way of live)dari suatu masyarakat.21

Peranan Kebudayaan di dalam PembentukanKepribadian (Personality)Hubungan antara kebudayaan danpembentukan kepribadian digambarkan didalam suatu parodi Linton sebagai air denganikan. Didalam kehidupan sewajarnya ikan tidakpernah mempersoalkan adanya air. Tetapiapabila air menjadi kering maka ikan akanmati.Demikian pula dengan hubungan antarapengembangan pribadi dan kebudayaan.Apabila kebudayaan itu dihilangkan darikehidupan manusia hal itu berarti hilangnyaeksistensi manusia itu.

Linton mengatakan bahwa di dalam setiapmasyarakat terdapat apa yang disebut “tipekepribadian utama” (basic personality type).22 Hal

ini berarti anggota suatu masyarakatmempunyai pengertian dan nilai-nilai yangsama yang membuatnya memberikan jawabanemosional yang serupa terhadap situasi-situasiyang meminta tanggapan berdasarkan nilai-nilaiyang dihayatinya bersama. dalam setiapkebudayaan dikenal apa yang disebut status darikepribadian. Status seseorang menentukankeberadaannya di dalam masyarakat meskipundia tidak berpartisipasi di dalam status tersebut.Misalnya status seorang pemimpin di dalammasyarakat tertentu yang mengenal perbudakanmenge-tahui akan tugasnya tanpa ia sendirimenjadi seorang budak. Dia sebagai seorangpemimpin mempunyai pengetahuan mengenaiperanan budak tanpa berparti-sipasi sebagaiseorang budak.

Kepribadian (personality) ternyatamerupakan suatu konfig-urasi dari respon-respon individu yang dikembangkan olehindividu sebagai hasil dari pengalamannya.Pengalaman itu diperolehnya dari interaksi-nyadengan lingkungannya. Apakah ada faktorketurunan hereditary) terhadap perkembanganpersonality? Banyak ahli antroplogi seperti Dr.Boas menyatakan kurangnya peranan keturun-an di dalam terbentuknya kepribadian dari suatumasyarakat.23 Di alam penelitian-penelitianlapangan dari para ahli antroplogi me-unjukkanbetapa pentingnya tahun-tahun pertama darikehidupan manusia sangat menentukan didalam terbentuknya sistem nilai dan tingkah-laku yang kemudian menentukan akar yangterdalam dari kepribadiannya itu. Suatu halyang nyata ialah norma-norma kepribadianternyata berbeda dari satu masyarakat denganmasyarakat lainnya berdasarkan padaperbedaan pengalaman dari anggota masya-rakatnya yang diperolehnya dari hubungannyadengan kebudayaannya. Dengan tegas dapatdinyatakan bahwa kebudayaan semestinyadilihat sebagai faktor yang dominan di dalampenentuan dasar-dasar kepribadian (basicpersonality) dari seseorang dalam masya-rakatnya di dalam penentuan berbagai statuskepribadiannya yang merupakan karakteristikdari setiap masyarakat.

Demikianlah uraian dan ungkapan RalphLinton pada pertengahan abad ke-20 yangsekiranya masih berguna dalam abad 21

Page 79: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

73Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

dengan catatan bahwa dunia abad 21 merupa-kan dunia yang terbuka dan oleh sebab iturangsangan terhadap pembentukan kepriba-dian peserta-didik pada abad ke-21 akansemakin bervariasi dan kompleks. Peserta-didikakan menghadapi tantangan baru dari berjenis-jenis rangsangan kebudayaan baik kebudayaanetnisnya maupun kebudayaan global. Dengankemajuan teknologi khususnya teknologi ko-munikasi peserta-didik dewasa ini hidup didalam dunia yang rata dan terbuka.24 Namundemikian dia dapat menghadapinya apabila diamempunyai pola kepribadian dasar (basicpersonality) yang diperolehnya dari ling-kunganprimernya atau lingkungan etnisnya. Darikepribadian dasar (basic personality) dia dapatmemilih dan me-ngembangkan suatukebudayaan yang lebih subur dan kaya atau diajatuh kepada kebudayaan tanpa bentuksehingga melahirkan pribadi-pribadi yanglinglung.

Pasal 5. Kebudayaan di dalam PendidikanNasionalDewasa ini kebudayaan bukan lagi merupakanbagian dari pendidikan tetapi merupakanbagian dari kegiatan pariwisata yang sedang“boom” dalam abad ke-21 sebagai sumberpenghasilan negara. Ke-budayaan telahdidegradasikan menjadi komoditi yang dapatdiper-jualbelikan dan bukan merupakan dasar-dasar bagi pembentukan kepribadian dasar (basicpersonality) dari bangsa Indonesia.

Pendidikan nasional dewasa ini telahmenjadi kering kerontang terlepas darikebudayaan. Lihat saja sebahagian besar prosespendidikan hanya berkisar kepada pelaksanaanUjian Nasional yang hanya membatasi padabeberapa mata pelajaran non budaya.zs Dengansendirinya sudah dapat diterka bagaimanakepribadian generasi muda yang akan datangyang dibentuk oleh kebudayaan global yangdidominasi oleh kebudayaan Barat yangmaterialistik.

Bagaimanakah tempat kebudayaan didalam pendidikan nasional? Sepanjangkemerdekaan Indonesia 65 tahun kita hanyamengenal dua menteri pendidikan yangmempunyai konsep tentang fungsi pendidikandi dalam pendidikan nasional. Pertama tentunya

ialah Ki Hadjar Dewantara sebagai bapakpendidikan nasional telah rneletakkan dasarpendidikan yang berdasarkan kebudayaan.Memang apabila kita lihat perjuanganmenentang penjajahan Ki Hadjar Dewantarayang mengubah perjuangannya dari perjuang-an partai politik (Indische Partij) menjadiperjuangan melalui pendidikan yangberdasarkan kebudayaan nasional. Kita lihatmisalnya ketika gerakan Taman Siswa didirikanpada tahun 1922 Dewantara telah menjadikanidentitas bangsa Indonesia sebagai senjata yangampuh melawan kekuasaan penjajah. Ternyatapendidikan yang berdasar-kan kebudayaan ataunasionalisme Indonesia lebih ampuh darikekuatan senjata. Para intelektual Indonesiayang telah memperoleh pendidikan baik Baratmaupun melalui pendidikan di lingkunganpesantren telah merontokkan kekuasaanpenjajahan pada tahun 1945. Konseppendidikan nasional yang telah dipelopori olehKi Hadjar Dewantara menjadi jiwa dari Pasal-pasal mengenal pendidikan di dalam UUD 1945.Bahkan juga di dalam Preambul UUD 1945dinyatakan dengan jelas betapa tanggung jawabnegara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.Menjadikan pendidikan sebagai sarana untukmelawan kekuasaan penjajahan telahdigunakan dalam pendidikan masyarakat(swasta) masa penjajahan seperti Muham-madiyah, sekolah-sekolah swasta yangdidirikan di Sumatera, pesantren dan madrasah.

Sangat menyolok juga apabila di dalamUUD 1945 baik yang asli maupun revisi,pendidikan dan kebudayaan dimasukkan didalam satu bab. Hal ini berarti para foundingfathers kita dengan sadar melihat hubungan yangerat antara pendidikan nasional dankebudayaan nasional. Dalam UU No. 2 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal1 Ayat (2) dikatakan sebagai berikut.“Pendidikan nasional adalah pendidikan yangberdasarkan Pancasila dan UUD NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 yang berakarpada nilai-nilai agama, kebudayaan nasionalIndonesia dan tanggap ter-hadap tuntutanperubahan zaman.” Sayang sekali dalamundang-undang tersebut hubungan antarapendidikan dan kebudayaan hanya dijadikansebagai salah satu ketentuan umum dan bukan

Page 80: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

secara eksklusif sebagai dasar pendidikannasional.

Sesudah Ki Hadjar Dewantara, siapaMenteri Pendidikan Nasional yang mempunyaiwawasan pentingnya kebudayaan sebagaidasar pendidikan nasional? Menteri Pendi-dikan tersebut adalah Daoed Joesoef yangmengemukakan prinsip yang terkenal “lembagapendidikan sebagai pusat kebuda-yaan.” Hal iniberarti lembaga-lembaga pendidikan bukanhanya mengajarkan mata-mata pelajaran klasikyang konvensional tetapi lebih daripada ituberdasarkan kepada kebudayaan nasional danpusat pembudayaan peserta-didik. Denganprinsip tersebut pendidikan, baik formalmaupun informal bukan hanya ditujukankepada pembinaan kognitif peserta-didik tetapijuga pengem-bangan aspek-aspek inteligensiseperti inteligensi sosial, inteligensi emosional,inteligensi kinestetik yang semuanya merupa-kan aspek-aspek dari kebudayaan yangmenyeluruh.26 Sayang sekali konsep pendidikansebagai pusat kebudayaan hanya dapatdilaksanakan di dalam satu Repelita dansesudah Daoed Joesoef lengser kebijakanpendidikan diubah lagi dengan lahirnya UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem PendidikanNasional.27 Dalam era reformasi pendidikannasional memperoleh talak t iga darikebudayaan nasional seperti yang telahdijelaskan.

Apa implikasi membuang kebudayaannasional dari pendi-dikan nasional? Kita lihatsekarang ini bagaimana pendidikan nasionaldikuasai oleh berbagai standar yangmenyamaratakan pendidikan di seluruhNusantara. Kita ketahui bagaimana diskrepansiyang besar dalam kualitas pendidikan antardaerah. Dengan lepasnya pendidikan darikebudayaan, pendidikan nasional mengacukepada standar di luar konteks kebudayaannasional. Standar pendidikan nasional ternyatadiambil dari standar negara-negara industrimaju yaitu negara-negara Organization ofEconomic Cooperation and Develop-ment (OECD).Dengan mengadopsi standar tersebut makadengan sendirinya kita melepaskan kaftandengan kebudayaan kita sendiri seperti yangtampak di dalam UN dewasa ini.28 Proses

pendidikan yang demikian yang hanyamenekankan kepada pengembangan intelek-tualisme yang semu karena proses pendidikanadalah proses mempersiapkan kelulusan didalam UN tersebut dan bukan untukmengembangkan kepribadian Indonesia ataujatidiri Indonesia dari generasi muda. Hasilnyasudah dapat kita terka yaitu manusia-manusiayang pintar tetapi kurang pertim-bangan moraldan estetika yang merupakan ciri utama darikebudayaan Nusantara. Kebudayaan Indonesiayang kita bangun bukanlah kebudayaan yangmaterialistik tetapi kebudayaan yang didasar-kan kepada nilai-nilai Pancasila yang mengakuiakan Ketuhanan Yang Maha Esa yang menjiwaiseluruh nilai-nilai kehidupan manusiaIndonesia. Peserta didik yang memper-olehpendidikan yang didasarkan pada kebudayaanIndonesia yang dijiwai oleh Pancasila akanmenghasilkan kepribadian peserta-didik yangdiarahkan kepada nilai-nilai inti dalammasyarakat Indonesia yang multikultural.

Apabila kita membicarakan mengenaikebudayaan dan karakter bangsa maka hal iniberarti kita ingin mencari nilai-nilai yang hidupdi dalam kebudayaan Indonesia yang akanmenjadi ciri utama, identitas, karakter, watak daribangsa Indonesia. Proses ini tentunyamerupakan suatu proses yang berkelanjutanyang tidak pernah akan selesai. Sebagaimanajuga apa yang dimaksudkan dengan budayaIndonesia yang terus “menjadi” yang harusdibina dari satu generasi ke generasi lainnyasebagai basic personality dari bangsa Indonesia.Apalagi di dalam menghadapi perubahan duniayang begitu cepat dan mengglobal diperlukankesadaran akan identitas sebagai anggotamasyarakat Indonesia.

Core values yang didiskusikan di dalamberbagai sarasehan tidak lain dari nilai-nilaiPancasila yang menurut penggalinya diperolehdari nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakatIndonesia yang multikultural. Dengan demikianapabila kita membicarakan mengenai kebudaya-an serta watak bangsa maka kita tidak akanterlepas dari pembicaraan mengenai kebuda-yaan Indonesia yang sedang kita bangun dansekaligus dijadikan sebagai dasar pengembang-an kepribadian (personality) peserta-didik.

Page 81: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

75Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

Basic Personality Indonesia dan PancasilaBung Karno sebagai penggali Pancasila menya-takan bahwa prinsip-prinsip Pancasila telahdigali dari kebudayaan Nusantara yangmultikultural. Sudah tentu tidak semua sukubangsa di Indonesia telah mengalami keselu-ruhan prinsip Pancasila itu. Oleh sebab ituadalah merupakan tugas pendidikan untukmenjabarkan nilai-nilai Pancasila sebagai suatukonstruksi ideal agar dapat diimple-mentasi-kandi dalam masyarakat yang nyata. Lintonmenyatakan adanya “ke-budayaan realistis” dan“kebudayaan construct” 9 yang dikonstruksi-kan.Nilai-nilai Pancasila yang abstrak tersebutmerupakan hasil konstruksi dari penggalinya.Oleh sebab itu nilai-nilai tersebut harusdijabarkan dan disesuaikan dalam kehidupannyata dalam masyarakat yang realistis. Inilahproses pendidikan yang dapat diwujudkan didalam desentralisasi pendidikan sesuai denganUU Otonomi Daerah No. 32 Tahun 2002.Sebenarnya tugas tersebut sudah mulai dapatdilaksanakan apabila apa yang disebutKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannyadan bukan sebagaimana yang terjadi dewasa inistruktur KTSP yang telah ditentukan dari atas(dari Kementerian Diknas). KTSP seharusnyadidasarkan kepada tuntutan sosial budaya didaerah sehingga dengan demikian prosespendidikan dan proses pemasyarakatantermasuk peningkatan ekonomi rakyat,kehidupan bermasyarakat yang toleran danbertanggung jawab dapat dikembangkan.Namun apa yang terjadi di dalam pendidikannasional dewasa ini ialah proses pendidikantelah mencabut makna pendidikan yangsebenarnya dari akarnya dan ditujukan kepadastandar pendidikan yang tidak didasarkan padatingkat perkembangan masyarakat Indonesiatetapi pada masyarakat industri maju. Inilahyang terjadi dengan apa yang diinginkan olehpemerintah dewasa ini dalam melaksanakanUjian Nasional. Mudah-mudahan keputusanMahkamah Agung yang meme-rintahkankepada pemerintah untuk melihat kembalipelaksanakan Ujian Nasional yang uniformdewasa ini agar supaya mengadakan upaya-upaya yang konkrit di dalam meningkatkanmutu pendidikan seperti penyediaan tenaga

pendidikan yang qualified, penyediaan sarana-sarana pendidikan yang mencukupi,peningkatan kualifikasi pendidik di sampingdana yang memadai baik dari pemerintah pusatmaupun oleh pemerintah daerah. Sebenarnyasuatu langkah besar telah dimulai denganmencantumkan dalam UUD tentang alokasiAPBN/APBD sekurang-kurangnya 20% darianggaran penerimaan dan pendapatan negara.Namun demikian kenaikan dana tersebut belumsepenuhnya diiringi dengan program yangkonkrit dalam peningkatan mutu pendidikannasional.

Glokalisasi dan Pendidikan yang Didasarkanpada KebudayaanArus globalisasi telah melanda seluruh aspekkehidupan manusia abad ke-21. Namundemikian manusia yang tidak ingin kehilanganidentitasnya dalam perubahan global dewasaini, arti dari nilai-nilai lokal masih sangatsignifikan bahkan memegang peranan yangsemakin penting. Globalisasi akan lebihbermakna apabila keseluruhan dari nilai-nilailokal diinspirasikan kedalamnya. Bukankah haltersebut merupakan salah satu ciri darikehidupan masyarakat manusia sepertipenglihatan Ralph Linton? Glokalisasi30 berartipengakuan terhadap nilai-nilai budaya lokalyang bermanfaat bukan hanya bagi pemiliknyayang lokal tetapi juga untuk kepentingan umatmanusia pada umumnya. Hal ini berartimengglobalisasikan pen-didikan nasional yangdidasarkan kepada kebudayaan Indonesia yangbhinneka dan unik merupakan suatusumbangan yang sangat berharga dalampengembangan budaya global .31

Nilai-Nilai Pancasila dalamPendidikan Karakter Bangsa dalamMasyarakat Indonesia Multikultural

Pancasila menurut Bung Karno digali darikebudayaan Nusantara yang bhinneka.Kebhinnekaan etnis dan budaya merupakankenyataan di dalam masyarakat Indonesia. Olehsebab itu perlu kite kaji apa maknakebhinnekaan tersebut di dalam prosespendidikan karakter bangsa. Telah dijelaskanpula betapa kebudayaan memegang peranan

Page 82: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

penting di dalam terbentuknya karakter atauwatak suatu bangsa. Bagaimana pengaruhkebhinnekaan kebudayaan terhadap pengem-bangan karakter bangsa Indonesia akan kitatinjau lebih lanjut.

Pasal 6. Peserta-didik dalam Masyarakat EtnisIndonesia terdiri dari berbagai jenis etnis denganbudayanya yang spesifik. Antara lain kitamengenal lebih dari 700 bahasa daerah baik yangmasih hidup dan berkembang maupun ada yangdalam keadaan sekarat. Keberadaankebudayaan yang beranekaragam tersebut(multikultural) tentunya menimbulkanberbagai masalah yang positif maupun negatifdi dalam pembentukan watak atau karakterbangsa Indonesia. Seperti yang dikemukakanoleh Anderson bangsa adalah suatu masya-rakat yang diimaginasikan. Bangsa Indonesiamerupakan suatu imaginasi yang dicita-citakan oleh suku-suku bangsa yang men-diami Nusantara menjadi satu bangsa, bangsaIndonesia. Sebagai-mana yang kita kenal didalam Sumpah Pemuda Tahun 1928 kitamengimaginasikan satu negara yang mempu-nyai satu tanah air, satu bahasa dan satu negarakesatuan Republik Indonesia. Sudah tentu negarayang dicita-citakan tersebut tidak datangdengan sendirinya etapi memerlukan suatuperjuangan. Salah satu perjuangan itu ialahbagaimana mempersatukan suku-suku bangsadengan budayanya masing-masing menjadi satubangsa Indonesia.

Multikulturalisme bangsa Indonesiamengandung nilai-nilai positif tetapi juganegatif. Nilai-nilai positif multikulturalismebangsa Indonesia ialah kebhinnekaan itumenyumbang bagi kekayaan budaya angsaIndonesia. Seperti yang dirumuskan di dalamPenjelasan UUD 945 kebudayaan Indonesiamerupakan puncak-puncak dari kebu-ayaansuku-suku bangsa di Nusantara. Yang menjadipersoalan sekarang ialah apa dan bagaimanamasing-masing suku tersebut dapat menyum-bangkan puncak kebudayaannya kepadakebudayaan bangsa Indonesia, kebudayaannasional Indonesia. Disinilah terletak potensibahaya yang dapat menghancurkan upayauntuk membentuk kesatuan kebudayaan

nasional yang akan mengikat seluruh bangsaIndonesia. Keterikatan terhadap budayasendiri atau ethnicity kadang-kadang sukaruntuk ditinggalkan. Memang seperti kita lihatdi dalam teori Vigotsky bagaimana pemben-tukan kepribadian seorang anggota masyarakatyang sangat terikat kepada pengalaman empattahun yang pertama dalam kehidupan manusiayaitu dalam lingkungan keluarganya danetnisnya. Hal tersebut merupakan tugaspendidikan yang besar yaitu bagaimanamenghargai peranan budaya etnis yang dapatdisumbangkan kepada terbentuknya kebuda-yaan nasional Indonesia. Apabila keterkaitanterhadap budaya etnis sangat besar tetapimengandung nilai-nilai negatif dalamkesatuan bangsa maka ini merupakan suatubahaya di dalam pembentukan nasiona-lismekarena dapat menimbulkan pergeseranhorizontal sebagaimana yang dialami olehmasyarakat Indonesia baru-baru ini. Erareformasi yang merupakan eksperimen untukdemokrasi, masyarakat terbuka, selainmenghormati hak-hak asasi manusia tetapi jugatelah melahirkan konflik horizontal di daerah.Konflik horizontal ini kita lihat sema-kinberbahaya apabila disertai juga dengankepentingan kelompok dan golongan ataupunagama.

Etnosentrisme atau kehidupan manusiayang didominasi oleh nilai-nilai etnis sendiri didalam era globalisasi mengandung nilai-nilaipositif tetapi juga nilai-nilai negatifnya. Dalamera globalisasi tampak kecenderunganterbentuknya budaya global yang menghi-langkan identitas etnis. Lahir kebudayaan yangtanpa jiwa32 karena didominasi oleh material-isme dan kekuatan modal besar. Akibatnya ialahlahirnya pribadi-pribadi tanpa arah yang hanyamengikuti gelombang-gelombang global yangtanpa bentuk sehingga orang kehilanganidentitasnya. Identitas nasional diganti denganidentitas metropoli-tan atau identitas globalyang sebenarnya tanpa arah den bentuk ataulebih tepat tanpa jiwa. Memang benar etnisitasdalam era globalisasi mengalami perubahan-perubahan yang sangat drastis akibat mobili-sasi penduduk dunia yang cepat dan terbuka.Bahkan telah lahir apa yang disebut budayahybrid33 yaitu percampuran antara berbagai

Page 83: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

77Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

jenis budaya yang bagi perkembangan pribadieorang anak kecil merupakan suatu masalah.Dapat dibayangkan misalnya dari keluarga hybridseorang ayah dari Amerika dan seorang ibudari Indonesia dan anaknya menjadi besar disalah satu negara Eropa Barat. Putera--puteri darikeluarga ini akan dibesarkan di dalamkebudayaan hybrid. Apakah benar pribadihybrid tersebut di dalam negara tanpa batasmerupakan pribadi ideal di abad ke-21?Sementara pakar tidak seluruhnya menyetujuipendapat ini karena bagaimanapun jugamanusia terikat pada kelompoknya.Nasionalisme merupakan gejala kehidupanmodern akan tetap langgeng meskipun akanmempunyai bentuknya yang lain.

Di tengah-tengah arus globalisasi ternyataetnisitas masih tetap hidup. Bahkan ada pakaryang mengatakan bahwa gelombangperubahan global akan semakin berartiapabila tetap menonjolkan nilai-nilai lokal.Inilah apa yang disebut glokalisasi yangmemberikan warna tertentu di dalamkehidupan global masa depan. Glokalisasitidak menentang perubahan global tetapi jugatidak menghilangkan hakikat manusia yangterikat kepada masyarakat etnisnya. Keunikanetnis yang positif akan memberikan warnayang indah di dalam taman kehidupan globalyang multietnis. Indonesia merupakan contohyang sangat indah mengenai lahirnyakebudayaan nasional dari kebhinne-aanbudaya etnis. Keberhasilan pendidikannasional Indonesia yang multietnis barangkalidapat dijadikan contoh di dalam dunia globalyang mengakui eksistensi kebhinnekaankebudayaan di planet dunia ini.

Makna Nilai-nilai Etnis dalam PembentukanWatakBaik Ralph Linton maupun Leon Vigotskymelihat betapa pentingnya interaksi kebudayaanterhadap pembentukan kepribadian pesertad-idik. Ralph Linton menunjukkan bagaimanaterbentuknya basic personality sebagai hasilinteraksi dengan nilai-nilai di sekitarnya ataunilai-nilai budaya yang dikenal oleh anakmanusia ketika dilahirkan. Leon Vigotskymenunjukkan terdapat lingkaran-lingkaraninteraksi antara pribadi dengan lingkungannya

yang semakin meluas atau ‘scape34 seperti“landscape” yang pertama yang sangat dekatyaitu ingkungan keluarga di mana diadilahirkan. Budaya lokal sangat mempengaruhitingkah-laku seorang peserta-didik, kebiasaan,adat--istiadat yang membentuk pribadinya yangpertama. Kemudian pada scape berikutnyapeserta-didik mulai menghadapi lingkaran yangsemakin tidak kedap (porous). Pada tahap inilahterjadi kemungkinan pembentukan yang lebihluas dari watak atau karakter peserta-didik.Apabila pengaruh dari lust hanya terbatas ataudidominasi dan iindoktrinasi oleh budayalokalnya maka pribadi yang terbentuk memilikiwatak etnis yang terbatas. Namun apabilapengaruh lingkungan membuka pintu pikiran(ilmu pengetahuan dan teknologi) serta pintuhati (moral, agama) dengan dunia yang luasmaka akan terbentuk watak atau karakter pribadiyang lebih luas dan lebih matang. Inilah yangdapat kita rebut pribadi yang memiliki karakteratau watak yang berbudaya dan berkeadaban.Selanjutnya karena pribadi tersebut hidup didalam dunia global yang terbuka maka diadapat diterima di dalam pergaulan antar-bangsa, pribadi yang dihor-mati dan salingmenghormati di dalam kehidupan masyara-katnya dan masyarakat bangsa yangbermartabat.

Masyarakat Indonesia dewasa inimengalami berbagai krisis antara lain krisis didalam kehidupan beragama yang beragam.Timbul gejala-gejala yang apa yang disebutterorisme yaitu sikap kekerasan yang lahir darifundamentalisme agama. Di dalam kaftan iniProf. Azra35 menganjurkan agar supayapendidikan anti-terorisme diajarkan di dalamlingkungan pendidikan seperti di pesantren.Terorisme lahir karena kurangnya sikaptoleransi terhadap perbedaan yang merupakanciri dari suatu masyarakat plural danmultikultural seperti di Indonesia. Apabila setiapanggota masyarakat Indonesia mengakui akankebhinnekaan masyarakat Indonesia makaterorisme yang ber-tujuan memaksakankehendak kelompoknya atau kepentingan ke-lompoknya sendiri tidak akan terjadi.Multikulturalisme yang lang-geng hanya dapatditegakkan apabila sikap toleransi yangmelahirkan tars percaya sehingga menghargai

Page 84: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

perbedaan dan melihatnya sebagai kekuatanhidup di dalam satu kelompok masyarakat ataubangsa. Salah satu masalah yang perlumendapatkan prioritas di dalam pendidikannasional dewasa ini ialah bagaimana membawapeserta-didik keluar dari lingkaran etnis yangkedap, dari sikap primordialisme kepadalahirnya karakter bangsa Indonesia yangmenghargai adanya perbedaan. Inilah sikapdemokratis yang merupakan tujuan pen-didikannasional. Alangkah indahnya tujuan tersebuttelah dirumus-kan di dalam undang-undangpendidikan pertama Republik Indonesia36 yangmenyatakan tujuan pendidikan adalahmembentuk manusia Indonesia yang susila dandemokratis serta bertanggung jawab terhadapkesejahteraan bangsa dan tanah air.

Desentralisasi pendidikan nasional dewasaini merupakan suatu modal besar dalampengakuan terhadap etnisitas dan multikul-tural bangsa Indonesia tetapi juga memberikantanggung jawab kepada daerah untuk ikutmelahirkan karakter bangsa dari peserta-didiksebagai anggota masyarakat Indonesia yangmultikultural dan bersatu.

Pasal 7. Pancasila sebagai Dasar PembentukanKarakterApabila kita membicarakan dasar pembentukankarakter bangsa, spat dua masalah pokok yaitu:1) Hubungan antara kebudayaan dan karakter

bangsa2) Apa yang dimaksudkan dengan karakter

bangsaMengenai hal yang kedua sudah dijelaskan

di dalam tulisan ini secara panjang-lebarmengenai apa sebenarnya yang dimasudkandengan watak bangsa atau karakter bangsa atauidentitas bangsa. Mengenai persoalan yangpertama hubungan antara pendidikan budayadan karakter bangsa hampir tidak disinggungdi dalam sarasehan Pengembangan PendidikanBudaya dan Karakter Bangsa dalam bulanJanuari 2010. Barangkali hal ini dibicarakan didalam diskusi kelompok. Namun dari paraketiga pemrasaran37 di dalam sarasehan tersebuttidak disinggung juga mengenai apa dasarkebudayaan di dalam pengembangan karakterbangsa. Di dalam pemrasaran-pemrasaran yangtelah diberikan dikemukakan perlunya nya “core

values” seperti toleransi, kerjasama dansebagainya tetapi tidak dinyatakan secaraeksplisit di mana nilai-nilai utama (core values)tersebut didasarkan. Mungkin hal inidisebabkan karena dewasa ini orang engganberbicara mengenai Pancasila. Pancasiladianggap sebagai biang kerok kegagalan OrdeLama clan Orde Baru.38 Seperti yang telahdijelaskan khususnya dalam era Orde Barudiada-kan program-program nasional seperti P-4 untuk seluruh pemimpin baik birokrasimaupun dalam masyarakat diindoktrinasikanmengenai Pancasila. Demikian pula dalamsemua jenjang dan jenis pendidikan diberikanprogram Pendidikan Moral Pancasila sertaprogram--program lainnya yang berkaitandengan itu. Namun demikian seperti yang kitalihat hasil yang dicapai dalam masyarakatbertentangan dengan apa yang dicita-citakan didalam program indoktrinasi Panca-sila itu.Memang ada gap yang besar apa yangdiindoktrinasikan de-ngan kenyataan hidup didalam masyarakat. Para pemimpin mem-atokannilai-nilai luhur Pancasila tetapi tingkah-lakunya berten-tangan dengan nilai-nilaiPancasila itu. Nepotisme, korupsi, peng-ingkaran hak asasi manusia semuanya terjadidengan bebas bahkan dilakukan oleh parapemimpin sendiri. Dalam keadaan demikiankemudian Pancasila seakan-akan disalahkansebagai biang kerok dari keruntuhan moralmasyarakat bangsa Indonesia. Namun apakahdengan demikian segala sesuatu yang negatifitu terjadi diakibatkan oleh salahnya Pancasila?Marilah kita lihat apa sebenarnya yang telahterjadi pada masa itu. Pancasila merupakansuatu konstruk kebuda-yaan yang telah digalidari milik bangsa Indonesia yang multikultural.Sebagai suatu konstruk budaya haruslahdiwujudkan di dalam fakta kebudayaan.Memang benar butir-butir Pancasila tersebutdigali dari kebudayaan Nusantara yangbhinneka namun demikian sebagai suatukesatuan yang utuh masih harus diwujudkandi dalam kehidupan semua suku bangsa diIndonesia ini. Selanjutnya Pancasila merupakansuatu konstruk budaya yang abstrak yang harusdiwujudkan di dalam tingkah laku yang nyatasehari-hari. Di sini letak pentingnya parapemimpin dalam masyarakat baik pemimpin

Page 85: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

79Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

dalam birokrasi pemerintahan maupunpemimpin dalam masyarakat harus dapatmewu-judkan nilai-nilai Pancasila itu di dalamkehidupan nyata. Dan hal ini jauh panggangdari api. Para pemimpin mempidatokan nilai-nilai luhur Pancasila namun di dalamperbuatannya dia sendiri melanggar nilai-nilailuhur tersebut. Maka berlakulah pepatah: Gurukencing berdiri, murid kencing berlari. Di dalamproses pembentukan kepribadian peserta-didik,contoh pemimpin (guru) sangat efektif. Olehkarena peserta-didik melihat kesenjangan antaraapa yang dipidatokan atau diajarkan oleh sangpemimpin/guru bertentangan dengan apa yangdiperbuat oleh pemimpin/guru maka terjadilahkonflik di dalam pembentukan pribadi atauwatak peserta-didik itu.

Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Gurudan Dosen ditentukan tentang syarat-syaratprofesionalisme guru dan dosen. Salah satusyarat tersebut adalah memenuhi kualifikasi etisselain dari kualifikasi akademik. Kualifikasi etismempunyai peranan yang sangat penting didalam pembentukan watak bangsa. Oleh sebabitu perlu kiranya dijelaskan dengan lebihspesifik apa sebenarnya yang dimaksudkandengasn kualifikasi etis tersebut. Sebagai seorangguru (pendidik) nasional seorang yang berprofesiguru hendaknya seorang yang Pancasilais didalam orientasi nilainya dan di dalam tingkahlakunya dalam masyarakat. Seorang pendidikyang tidak Pancasilais tidak mungkin membawapeserta-didiknya mengembangkan watakPancasila. Demikian pula setiap pemimpin didalam negara kesatuan Republik Indonesia yangberdasarkan Pancasila dan UUD 1945 haruslahseorang Pancasilais.

Pancasila sebagai Modal Budaya dan ModalMaya dalam Pembentukan Karakter BangsaPeserta didikTerbentuknya tingkah-laku yang lahir dari “basicpersonality” seseorang yang keseluruhannyadapat dikatakan watak bangsa telah dilahirkandari modal budaya suatu bangsa. Modal budayasuatu bangsa merupakan dasar dari ketahanannasional suatu bangsa. Suatu bangsa yang tidakmempunyai modal budaya tidak mempunyaketahanan nasional. Bangsa itu tidak akan dapateksis atau dengan kata lain dapat dengan mullah

dijajah oleh bangsa lain. Modal budaya a dapatmerupakan modal sosial yang menggerakkanmasyarakat untuk mewujudkan cita-citanya.Kohesi dalam masyarakat hanya dapat terjadiapabila masyarakat tersebut mempunyai modalbudaya yang mengikat para anggotanya. Modalbudaya bukan hanya dapat bermanfaat di dalamperjuangan suatu bangsa di dalam menghadapipembangunan tetapi juga di dalam menghadapikrisis atau bahaya dari luar. Bahkan hanyabangsa yang mempunyai modal budaya yangkuat dapat bertahan di dalam berbagai percobaanbahkan di dalam perang melawan invasikekuatan luar. Revolusi Indonesia telah dapatdimenangkan karena adanya modal budaya daribangsa Indonesia yang bersatu melawankekuatan kolonialisme yang di- backup olehpersenjataan modern. Dengan modal budayabangsa Indonesia dapat membangun masya-rakat yang maju karena mem-punyai rasakesatuan untuk bersama-sama membangunmasyarakat yang bersih, bebas dari korupsi danmementingkan kepentingan rakyat banyakketimbang kepentingan diri sendiri. Negarahukum, bebas dari korupsi hanya dapatdiwujudkan apabila kita mempunyai pemerin-tah yang baik (good governance) karena tekad dariseluruh ngsa Indonesia untuk membangunmasyarakat yang adil dan makmur.

Di samping modal budaya dapatdikemukakan juga pentingnya modal maya.39

Bangsa Indonesia terkenal dengan kekayaanalam dan tersedianya cukup tenaga manusia.Namun demikian tidak kurang pentingnyajuga adanya modal maya yang dimiliki olehsuatu bangsa seperti yang telah dibuktikan didalam karya bangsa Indonesia. Kekayaan dankeindahan budaya Indonesia yang telahmenerima secara damai pengaruh dariberbagai kebudayaan dunia seperti budayaanHindu-Budha, Barat, Islam yang telah diterimasecara damai oleh masyarakat Nusantaramemerlukan modal maya yang sangat besar.Modal maya tersebut lebih-lebih lagi akansangat penting di dalam kemajuan teknologidewasa ini yang diwarnai oleh budayaan maya.

Watak Bangsa, Pancasila dan KTSPSeperti yang telah dijelaskan tujuan dariKurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP)

Page 86: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

yang telah dilancarkan oleh pemerintah pusattangguh mempunyai tujuan yang baikmeskipun di dalam pelaksanaannya belumsepenuhnya dapat terlaksana. KTSP sebenar-amerupakan wadah yang sangat ideal di dalammewujudkan nilai- nilai Pancasila di dalamkehidupan nyata peserta-didik. Seperti yang telahdijelaskan Pancasila merupakan suatukonstruk budaya yang abstrak dan idealsehingga perlu dijabarkan di dalam kehidupansehari-hari. dengan adanya KTSP makaberbagai daerah mulai menterjemahkan nilai-nilai Pancasila mans yang perlu ditekankan dandikemukakan lebih ke depan tergantungkepada nilai-nilai yang telah ado di dalammasyarakat lokal. Dengan demikian lama-kelamaan akan terpupuk lahan kehidupanPancasila di dalam kehidupan berbagai etnisdi Nusantara. Selanjutnya akan lahir watakbangsa Indonesia yang semakin solid danterarah. Apa yang disebut dengan watakbangsa atau identitas bangsa atau karakterbangsa Indonesia akan semakin kongkrit dansemakin kokoh terbenam di dalam habitus setiapsuku bangsa Indonesia.

Pasal 8. Nasionalisme Indonesia dan KarakterBangsaDalam ilmu politik (political sciences) pengertianbangsa (nation) mengalami perkembangan yangpesat. Prof. Smith dari Londan School ofEconomics, seorang pakar dalam ilmu politikmengidentifikasi pada tahun 1970/80-anterdapat berbagai pandangan mengenai bangsa(nation). Pandangan-pandangan tersebut adalahsebagai berikut:40

1) Pandangan sosio-kultural seperti yangdikemukakan oleh Ernest Gellner yangmenghubungkan bangsa (nation) dannasionalisme kepada kebutuhan untuksuatu kebudayaan tinggi (high culture) untukmodernisasi dan perkembangan industri.

2) Pandangan sosio-ekonomik seperti yangdikemukakan oleh Nairn, Hechter yangmenjabarkan nasionalisme dari ekonomidunia serta kepentingan sosial ekonomi dariindividu.

3) Pandangan politik seperti AnthonyGiddens, Michael Mann yang melihathubungan antara nasionalisme dengan

kekuasaan terutama perang,kelompokelitclan negara-negara modern.

4) Pandangan ideologis seperti yangdikemukakan oleh Kedouri, Kapferer, MarkJugensmeyer yang melihat nasionalismesebagai suatu sistem kepercayaan (believesystem), suatu bentuk agama sekuler danmenghubungkan lahirnya kekuasaan untukmeng-ubah di dalam lingkup ide dankepercayaan. Pada dasarnya perbedaan-perbedaan tafsiran mengenai bangsa dannasionalis-me tersebut di atas dapatdibedakan dalam dua kelompok yaitukelompok perenialis dan kelompok modern.

Dalam perkembangan selanjutnya AnthonySmith mengkaterisasikan di dalam lima visiperkembangan nasionalisme:42

1) Premordialisme: Pandangan ini berupayamenyelami sifat-sifat yang besar untukpengorbanan bangsa dan nasionalisme.Sifat tersebut dijabarkan dari sifat-sifat atauatribut premordialisme dari fenomenasoasial-budaya seperti bahasa, agama, danhubungan kekeluargaan. Pendekatanpremordialisme apakah berdasarkanbudaya atau sosiobiologis menunjukkanbetapa pentingnya hubungan etnisitas dankekeluargaan, etnisitas dan teritori yangdapat menimbulkan kekuatan sentimentalkelompok. Pandangan ini dapat lita lihatdari karya-karya van den Berghe dan Geertz

Tabel 1: Bangsa Menurut PandanganPerenialis dan Pandangan Modernis 4.1

Perennialism Modernism

Cultural community Political community

Inmemorial Modern

Rooted Created

Organic Mechanical

Seamless Divided

Quality Resource

Popular Elite-construct

Ancesstrally Communication-based

Page 87: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

81Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

Grosby.2) Perenialisme. Pandangan ini

menitikberatkan kepada peranan sejarahyang telah menghubungkan suatu etnis. Halini misalnya kita lihat dari Horowitz yangmenunjukkan pentingnya bahasa sebagaipengikat etnis, demikian pula kekautanmitos dan metafora hubungankekeluargaan untuk membangkitkan rasanasionalisme. Pandangan ni memberikankoreksi terhdapa interpretasi kelompokmodernism yang terlalu menekankankepada kejadian-kejadian incidental.Pandangan perenialis mengingatkan kitamengenai adanya proses kesinambungandari nasionalisme.

3) Etnosimbolisme. Pandangan ini menitik-beratkan kepada arti dari mengin-terpretasikan kembali simbol-simbol, mitos,memori, nilai-nilai dan tradisi di dalamsejarah etnisnya dalam menghadapimasalah-masalah moderntitas. Darikelompok ini seperti Amstrong mencobamenginterpretasikan kembali perananmhos, simbol-simbol, nilai-nilai danketerikatan nasional dari suatu kelompok.Pandangan ini berupaya menemukankembali arti mitos dan memori yangmengikat suatu kelompok dalam suatuteritori yang suci, tujuan kolektif ataupunmasa-masa emas (golden ages)

4) Modernisme. Pandangan ini menjabarkanbangsa dan nasiona-lisme dari proses-proses modern dewasa ini denganmenunjukkan bagaimana kelompok elitnyamemobilisasikan dan mempersatu-kanpenduduk di dalam suatu kesatuan untukmenghadapi kondisi modern. Para pakarseperti Anderson, Habsbawn antara lainmenunjukkan peranan dari komunikasiserta aktivitas-aktivitas ritual sertasimbolisme di dalam mempersatukanmasyarakat nasional. Para pakar dalamkelompok ini seperti Mann, Tilly, Giddens.Pandangan ini menunjukkan bagaimanaperanan for-matif dari negara, peperangandan birokrasi

5) Pandangan posmodernisme. Pandanganyang terbaru ini merupa-kan pandanganyang dekonstruktif dari pandangan-

pandangan sebelumnya dan melihatperkembangan bangsa dan nasionalisme didalam perubahan global. Menurut Smithmasalah-masalah nasionalisme dalam eraglobalisasi dipengaruhi oleh faktor-faktorsebagai berikut: a) Gerakan penduduk yangsangat cepat karena kemajuan komunikasimodern. Hal tersebut menyebabkan frag-mentasi dari identitas nasional dan semakinmenyebarnya multi-kulturalisme. b)Pengaruh dari lahirnya feminisme danmasalah gender yang semakin menonjolkankesetaraan perempuan. c) Perdebatan politikdan normatif mengenai kevrarganegaraandalam hubungannya dengan kemerdekaanserta hak asasi manusia. Sejalan dengan itumunculnya demokrasi liberal yang sedangmencari bentuknya di berbagai negara. d)Pengaruh dari globalisasi yang melahirkanmasalah-masalah supra nasional yangberpengaruh kepada kedaulatan nasionaldan identitas nasional.

Diskursus mengenai Bangsa (Nation) - PeranPendidikanNasionalisme seperti di atas menunjukkan padakita betapa pen-tingnya masalah tersebut didalam kehidupan modern dewasa ini. Suatu halpenting yang dapat kita pelajari di dalamperkembangan nasiolionalisme di dunia yangtelah dialami oleh negara-negara yang relatiflebih tua ialah mereka melihat perananpendidikan yang sangat penting di dalamterbentuknya suatu bangsa dan nasionalisme,seperti diketahui negara-negara industri majutelah melaksanakan wajib belajar sejakpertengahan abad ke-19. Mereka melihatkemajuan industri dalam masyarakat telahmenimbulkan berbagai gejala baru yang belumdialami oleh bangsa yang manapun sepertimasalah tenaga kerja, kelas masyarakat sepertikelas pekerja yang telah menimbulkan prioritasdan materialisme dari Karl Max. RevolusiPerancis telah merontokkan feodalisme di Eropadan melahirkan demokrasi. Ternyata demokrasimenuntut pencerahan anggota--anggotanya didalam mewujudkan masyarakat yang mengakuiakan hak yang lama semua manusia. Hal tersebutsecara mutlak menuntut pendidikan atau

Page 88: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

pencerahan dari rakyat. Tidak mengherankanapabila pendidikan dalam bentuk wajib belajarmerupakan suatu tuntutan hak asasi manusiasesudah revolusi industri dan revolusi Prancis.Nasionalisme modern lahir sezaman dengankelahiran pendidikan modern.

Lahirnya Nasionalisme IndonesiaKapankah nasionalisme Indonesia lahir? Parapolitikus seperti Bung Karno atau ahli sejarahseperti Mohammad Yamin melihat nasio-alismeIndonesia telah lahir sejak lahirnya kerajaan-kerajaan besar dalam sejarah Indonesia sepertizaman Sriwijaya sejak abad ke-7 dan mankerajaan Majapahit sejak abad ke-8. Kemudiannasionalisme Indonesia tersebut dihancurkanoleh kedatangan kolonialisme Barat dan barumuncul kembali pada abad ke-19. BukuSimbolon Menjadi- Indonesia menunjukkansejarah lahirnya nasionalisme Indonesiademikian pula buku yang dieditori olehKomaruddin Hidayat Menjadi-Indonesiamenunjukkan proses menjadi-Indonesia dengankedatan-gan Islam. Pendapat Tilaar di dalambukunya Multikulturalisme beranggapanbahwa Indonesia bukanlah suatu kata bendadalam arti telah terwujud atau mempunyaiwujudnya yang nyata. Indonesia menurutTilaar43 merupakan suatu kata kerja yangmerupakan tugas dari setiap warga Indonesiauntuk mewujudkannya dan semakin menyem-purnakannya. Menjadi Indonesia merupakansuatu proses yang berkesinambungan berarti adamasa perkembangannya yang positif tetap adapula masa perkembangannya yang cenderungnegatif apabila daya pikatnya dan isinyamenghilang atau memudar. Meng-Indonesiamerupakan suatu proses berkesinambunganyang mempunyai dasar atau isi. Dasarnya ialahkebudayaan Indonesia yang bhinneka menujupada suatu visi kesatuan Indonesia yangdibentuk melalui kebudayaan persatuanIndonesia. Disinilah proses pendidikan dalamarti yang luas memegang peranan yang sangatpanting dalam memperkuat landasan sertamemperjelas visi untuk membentuk kesatuanbangsa Indonesia.

Nasionalisme dan Karakter BangsaNasionalisme Indonesia dalam pengertian

modern dan postmodern memerlukan landasanyang kuat dan visi yang jelas. Landasannyaadalah budaya yang bhinneka dari berbagaisuku bangsa di Indonesia. Dari kebhinnekaanbudaya tersebut telah berakar (rooted) dalamnilai-nilai Pancasila yang kemudiandikonstruksikan sebagai kesatuan nilai-nilaiPancasila dalam UUD 1945 yang merupakanmilik dari seluruh warganegara Indonesia. Milikitu akan terpancar dari keseluruhan tingkah-laku serta pola kehidupan (way of life) dari se-tiap warganegara Indonesia. Inilah yangdimaksudkan dengan karak-ter bangsaIndonesia.

Sebagai kesimpulan, karakter atau watakbangsa Indonesia dapat didefinisikan sebagaiberikut.

Karakter atau watak bangsa Indonesiaadalah suatu konstruksi budaya tentangsikap hidup (cara berpikir dan bertindak)dari setiap individu bangsa Indonesia yangmultikultural yang terpancar dari nilai-nilai budaya/ideology nasional Indonesia,Pancasila, dalam menghadapi perubahanglobal.

Catatan kaki:1. Lihat Winarno Surakhmad, “Pendidikan yang

Mengindonesiakan,” dalam PendidikanNasional. Strategi dan Tragedi, h1m.181-196.

2. Tim Sosialisasi “Penyemaian Jati Diri Bangsa,Membangun Kembali Karakter angsa, hlm. 58.

3. Bung Karno, Pancasila sebagai Dasar Negara(cetakan II, 2001).

4. Lihat Soemarno Soedarsono, Karakter.Mengantar Bangsa Dari Gelap Menuju Terang,Bab 2 “Ke Mana Arah Bangsa Ini?” hlm. 19-82.Lihat juga Membangun Kembali KarakterBangsa, hlm. 42.

5. Benedict Anderson, Komunitas-komunitasTerbayang (2002, terjemahan ImaginedCommunities).

6. Profesor Soedijarto melanjutkan rumusan inidalam rangka “... membangun Indonesia menjadinegara modern yang demokrasi berdasarkanPancasila.” Lihat: Soedijarto, Landasan dan ArahPendidikan Nasional Kita, hlm. 72

7. Thomas L. Friedman, The World is Flat: A BriefHistory of the Twenty-first Century (2005).

8. Masalah marak di dunia dewasa ini sepertiterorisme, merupakan dekadensi moral sertahilangnya toleransi.

Page 89: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

83Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

9. Lihat hasil Seminar “Reinvensi Keindonesiaan”8 Juni 2006, Memahami Kelndonesiaan.

10. Watak keindonesiaan yang bersumber padaPancasila bukan hanya dalam aspek-aspektertentu dalam kehidupan bersama tetapi dalamtotalitas kehidupan masyarakat Indonesia.Sebagai contoh kehidupan dalam bidangekonomi sebagai bagian dari kesejahteraansosial masyarakat Indonesia tidak didasarkanpada paham Neoliberal tetapi pada nilai-nilaiPancasila. Lihat: Sri-Edi Swasono, Indonesia danDoktrin Kesejahteraan Sosial (2010). Selanjutnya:Sri-Edi Swasono, Menolak Neoliberalisme danMembangun Ekonomi Rakyat (2010).Lihat pula gerakan “Teologi Pembebasan”seperti Gutavo Gutierrez di Amerika Latin.Simak pula Teologi Pembebasan oleh WahonoNitiprawiro dan Abdurrahman Wahid cs., IslamLiberal & Fundamental. Sebuah PertarunganWacana.

11. Berbagai teori kepribadian modern, lihatSyamsul Yusuf & Juntika Nurihsan, TeoriKepribadian (2007)

12. Leslie Stevenson & David L. Haberman, TheTheories of Human Nature (1998, terjemahan:Sepuluh Teori Hakikat Manusia).

13. Lihat studi Jean Piaget mengenai perkembanganpribadi dua anaknya.

14. Studi terkenal dari Lawrence Kohlberg15. Lihat: Luis C. Moll, Vygotsky and Education,

him. 287-303 tentang “zone of proximaldevelopment (ZPD).”

16. Kupasan mendalam tentang etnisitas, lihat JohnHutchinson & Anthony D. Smith (editors),Ethnicity (1996).

17. Arnold M. Rose, The Roots of Prejudice (1951).18. H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme (2004).19. Lihat Sri-Edi Swasono, op cit. Lihat juga

Abdurrahman Wahid Memorial Lecture 11,18Maret 2010.

20. Ralph Linton, The Cultural Background ofPersonality (1945).

21. Ibid, hlm. 1922. Ibid, hlm. 13123. Ibid, hlm. 13824. Thomas L. Friedman, op cit.25. Lihat kritik Prof. Hamid Hasan mengenai Ujian

Nasional dalam Soemarno Soedarsono, op cit,h1m.127-131.

26. Lihat: Howard Gardner, Multiple Intelligences.The Theory in Practice, (1993).

27. Lihat: H.A.R. Tilaar, 50 Tahun Pendidikan

Nasional (1995).28. Lihat: H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan

Nasional (2005).29. Ralph Linton, op cit, hlm. 43.30. Istilah glokalisasi (global yang tumbuh dari

nilai-nilai lokal) berasal dari Roland Robertsonsosiolog Inggris don dipopulerkan antara lainoleh Prof. George Ritzer dari University ofMaryland. Lihat: Teori Sosiologi Modern, him.88. Sumber lain menyatakan pencetus pengertianglokalisasi ialah Akio Morita, mantan pemimpinSony (lihat Jan Nederveen Piterse, Globalization& Culture, 2004:50)

31. Tulisan H.A.R. Tilaar, “Pendidikan Tinggi diIndonesia 2010,” DINAMIKA MASYARAKAT,Juni 2009.

32. George Ritzer, The Globalization of Nothing(2004).

33. Tulisan J. Pieterse “Globalization asHybridization” dalam M. Featherstone cs (ed.),Global Modernities (1996).

34. Pengertian “scape’ pertama kali diluncurkanAppadurai dengan konsep-konsep ethnoscapes,technoscapes, financescapes, mediascapes,ideascapes

35. MEDIA INDONESIA, 26 Maret 2010. Lihat jugaPikiran Rakyat, 13 April 2010. “Sosialisasi BarisanTolak Teroris di Cipasung.” Lihat juga pidatoilmiah Dr. Martha Tilaar dalam upacarapengukuhan sebagai Duta HAM untukPendidikan dan Pelatihan, 20 Mei 2010.

36. Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran diSekolah No. 4 Tahun 1950.

37. Para pemrasaran: Prof. Dr. Yahya Muhaimin,Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, KH. SyukriZarkazi.

38. Lihat pendapat Syafii Maarif dalam TaufikEffendi, Jati Did Bangsa Indonesia MenujuIndonesia Jaya (2008:30).

39. Gede Raka, “Kebutuhan Mendesak untukMembangun Modal Maya Masyarakat Indonesia’dalam Yayasan Jati Did Bangsa, MemahamiKeindonesiaan, h1m.18-

40. Anthony D. Smith, Nationalism and Modernity,hIm. 5.

41. Ibld, hlm. 23.42. Ibld, hlm. 223-225.43. H.A.R. Tilaar, Mengindonesia. Etnisitas dan

Identitas Bangsa Indonesia (2007). Lihat jugspendapat Ahmad Syafii Maarif “Indonesia: PetsKebangsaan yang belum Stabil,” MEDIAINDONESIA, 11 April 201

Page 90: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Agama, Budaya dan Pendidikan Karakter Bangsa

Daftar Pustaka

Alexander, Robin. (2008). Essays on pedagogy.London: Routledge

Asosiasi Lembaga Pendidikan TenagaKependidikan Indonesia (ALPTKI).(2009). Pemikiran tentang pendidikankarakter dalam bingkai utuh sistem pendidikannasional. Jakarta: ALPTKI

Bakti, Andi Faisal. (2006). Nation building (Judulasli: Islam and nation formation in indonesia).Jakarta: Churla Press

Denzin, Norman K. & Michael D. Giardina (ed.).(2007). Contesting empire, globalizing dissent.Paradigm Publisher, Boulder

Dewantoro, Ki Hadjar. (1977) (cetakan kedua).Karya Ki Hadjar Dewantoro, Bagian pertama:Pendidikan. Yogyakarta: Majelis LuhurPersatuan Taman Siswa

Gardner, Howard. (1993). Multiple intelligences.The theory in practice . New York :BasicBooks

Gerakan Jalan Lurus. (2008). Seminar mewujudkancita-cita kemerdekaan. Implementasi pasal 33clan 34 uud. Jakarta, 3 Agustus 2008

Gutierrez, Gustavo. (1999). A thoelogy of liberation.New York : Orbis Books, Maryknoll

Hafidzoh, Siti Muyassarotul. (2010). Perempuandi tengah fundamentalisme global. MEDIAINDONESIA, Rabu, 21 April 2010

Karno, Bung. (2001). Pancasila sebagai dasarnegara. Jakarta: Gunung Agung

Lampiran Peraturan Presiden RepublikIndonesia No. 5 Tahun 2010 TentangRencana Pembangunan Jangka PanjangMenengah Nasional (RPJMN) Tahun2010-2014

Linton, Ralph. (1945). The cultural background ofpersonality. New York: Appleton-Century-Crofts

Maarif, Ahmad Syafii. Indonesia: Peta kebangsaanyang belum stabil. MEDIA INDONESIA, 11April 2010

Moll, Luis (ed.). (1998). Vygotsky and education.New York: Cambridge University Press

Nitiprawiro, Wahono. (2000). Teologi pembebasan.Sejarah, metode, praksis, dan isinya .Yogyakarta: LKiS

Rlzvi, Fasal & Bob Lingard. (2010). Globalizingeducation policy. London : Routledge

Rose, Arnold M. (1953). The roots of prejudice.Paris: UNESCO

Smith, Anthony D. (1998). Nationalism andmodernism. London: Routledge

Soedarsono, Soemarno. (2009). Karakter.Mengantar bangsa dari gelap me-nuju terang.Jakarta: PT Eka Media Komputindo

Stevenson, Leslie & David L. Haberman. (2001).Hakikat manusia. (Judul asli: Ten theories ofhuman nature. 1998). Yogyakarta: YayasanBentang Budaya

Sudijarto. (2008). Landasan dan arah pendidikannasional kita. Jakarta : Buku KOMPAS

Surakhmad, Winarno. (2009). Pendidikan nasional,strategi dan tragedi. Jakarta : PenerbitKOMPAS

Sutrisno, Muji. (2008). Filsafat kebudayaan. Ichtiarsebuah teks. Jakarta: Hujan Kabisat

Swasono, Sri-Edi. (2010). Indonesia dan doktrinkesejahteraan sosial. Jakarta: PerkumpulanPra Karsa

Swasono, Sri-Edi. (2010). Menolak neoliberalismedan membangun ekonomi rakyat .Yogyakarta: PUSTEP-UGM

Syamsudin M. cs. (2009). Pendidikan pancasila.Menempatkan Pancasila dalam kontekskeislaman dan keindonesiaan. Yogyakarta:Totalmedia

Tilaar, H.A.R. 2004. Multikufturalisme. Jakarta:Grasindo

Tilaar, H.A.R. 2007. Mengindonesia. Etnisitas danindentitas bangsa indonesia. Jakarta : RinekaCipta

Tilaar, H.A.R. (2009). Kredo pendidikan (Mypedagogical credo). Jakarta : LembagaManajemen, Univeritas Negeri

Tilaar, Martha. (2010). Hak asasi manusia.Kebangkitan nasional, dan perdamaian dunia.Pidato Ilmiah disampaikan dalam upacarapengangkatan sebagai Duta KehormatanHak Asasi Manusia, Pendidikan danPelatihan, oleh Menteri Hukum dan HAMRepublik Indonesia, 20 Mei 2010

Tim Sosialisasi Penyelamat Jatidiri Bangsa.(2003). Membangun kembali karakter bangsa.Jakarta: Elex Media Komputindo

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20Tahun 2003 Tentang Sistem PendidikanNasional

Wahid, Abdurrahman cs. (2005). Islam liberal &fundamental. Sebuah pertarungan wacana.Yogyakarta: eLSAQ Press

Yayasan Jatidiri Bangsa. (2006). Reinvensikeindoneslaan: Memahami keindonesiaan. Hasilseminar, Reinvensi keindonesiaan. Bandung

Yusuf, Syamsu LN & Juntika Nurisha. (2007).Teori Kepribadian. Bandung : RemajaRosdakarya

Page 91: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

85Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

Esther Christiana YuwandaE-mail: [email protected] Bina Nusantara Jakarta

Opini

Abstrakanusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan istimewa. Semua hal yang dapatdilakukan manusia berasal dari anugerah kodrati, pemberian sempurna Sang Penciptadalam bentuk tubuh, jiwa, pikiran, dan perasaan. Kesempurnaan manusia ada dalamkodrat kemanusiaannya, bukan atas usaha manusianya melainkan sebagai anugerah

Pencipta. Kesempurnaan manusia dalam dimensi kemanusiaannya itu eksis di dalamketidaksempurnaan manusia. Kesempurnaan dalam tubuh yang tidak sempurna, memilikikelemahan, dapat merasakan sakit, memiliki batas kemampuan dan daya tahan. Kesempurnaandalam jiwa yang bersemangat penuh gairah dan juga rapuh yang mungkin mati sebelum waktunya.Kesempurnaan dalam perasaan yang dapat marah, sedih, kecewa, gembira. Kesempurnaan dalampikiran yang dapat memikirkan hal yang membangun dan merusak, pikiran yang mencipta danmenghancurkan. Kesempurnaan manusia yang dianugerahkan Sang Pencipta melalui dimensikemanusiaan membuat manusia mampu memilih bahkan menciptakan pilihan, dan bertindaksesuai pilihannya. Pendidikan membantu manusia menyempurnakan dirinya sebagai manusia.Pendidikan berperan dalam pilihan-pilihan manusia, yaitu kehancuran atau pengembangankemanusiaan, yang merusak atau membangun, yang mematikan atau memberi kehidupan, yangmencipta atau menghancurkan. Pendidikan yang memanusiakan manusia adalah pendidikanyang berorientasi pada kemanusiaan manusia dengan model pendidikan yang mengembangkanruang bagi pengembangan dimensi kemanusian kearah perwujudan tertinggi dari pengembangantiap dimensi, ruang kebebasan, dan ruang bagi refleksi pribadi atau kelompok.

Kata-kata kunci: Kesempurnaan, kemanusiaan manusia, ruang kebebasan, dimensi manusia,perkembangan manusia

Education for Human Being

AbstractMan is a humanbeing with peculiar ability to enable him to do more things than the other creatures can. Hereceives this perfect gift from God, the Creator, in the form of body, spirit, mind and feeling. The perfectnessof humanbeings is in their nature given by God, not solely resulted from their own efforts. This articlediscusses how education plays a role in transforming man to be more human. Of the opinion that educationcan humanize man on the basis of humanity, this article prescribes an alternative educational model withsome guidelines. By providing an appropriate educational model, the article hopes the education can humanizethe educational process and products.

Keywords: Perfectness, humanity, freedom space, human dimensions, human development.

M

Page 92: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

86 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

Pendahuluan

Wawancara salah seorang penyiar televisiswasta dengan seseorang asli suku Baduy, yangditerjemahkan dari bahasa Sunda, kurang lebihsebagai berikut: “Apa untungnya sekolah?Apabila anak sekolah, nanti jadi pintar. Orangpintar cenderung membodohi/menipu orang.Jadi, untuk apa sekolah kalau nantinya menjadiorang yang membodohi orang lain?”Pendapatnya menyadarkan kita akan artipenting kata kemanusiaan dalam tujuan sebuahpendidikan. Alasan masyarakat Baduy menjadimasuk akal jika pendidikan hanya mendidikanak pintar, kreatif, banyak pengetahuan,pandai mencari uang alias seorang entrepreneurhandal, namun tak mampu mengangkat sisikemanusiaan diri-nya sendiri apalagi oranglain. Apa gunanya menjadi orang yang katanyaterdidik namun sisi kemanusiaannya merosot,dan hanya merugikan orang lain?

Kemanusiaan menjadi bagian penting misipendidikan. Brook mengutip JohnDewey (Brook& brook, 1993:9) yang menentang pemikiranbahwa pendidikan adalah untuk mempersiap-kan masa depan. Sebaliknya, Dewey berpen-dapat bahwa belajar/pendidikan adalah bagiandari kehidupan itu sendiri dan bukan untukmempersiapkan masa depan. Menurut Dewey:“education be viewed as process of living and notpreparation for future living”. Pendapat Dewey

dapat ditafsir bahwa pendidikan adalah prosesyang membantu perkembangan manusia ataudengan kata lain memanusiakan manusia.Pendidikan membantu manusia menyempur-nakan dirinya sebagai manusia.

Pendapat Dewey ini tidak serta mertamengabaikan masa depan. Apabila ditelusuridengan seksama maka secara tidak langsung,pendidikan juga berpengaruh pada masa depannara didik. Bukankah manusia yang senantiasamenyempurnakan dirinya itu melalui prosesbelajar atau yang disebut para filsuf, penyem-purnaan melalui kegiatan imanem dan kegiatantransitif (Louis, 1984:37) ini yang menjadipemilik masa depan? Artinya, nara didik akanmembentuk masa depannya sendiri melaluiproses penyempurnaannya, antara lain melaluipendidikan dan proses belajar. Pendapat Deweyini ingin mengedepankan yang utama, yaitupendidikan pertama-tama tidak semata-mataditujukan demi masa depan tetapi demikemanusiaan manusia itu sendiri.

Pendidikan dan menjadi manusia adalahsatu bagian yang tak terpisahkan, terlepas dariapa yang menjadi cita-cita atau harapan masadepan. Keterikatan ini menunjukkan bahwaidealnya, pendidikan berorientasi pada kemanu-siaan manusia. Masalahnya, apakah lembaga-lembaga pendidikan yang telah mewarnaimisinya dengan kemanusiaan itu telah membe-rikan fasilitas yang memadai melalui prosespendidikan bagi pengembangan kemanusiaan

Gambar 1: Gambaran Manusia yang Bunuh Diri per 100.000 orang

Page 93: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

87Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

manusia atau hanya untuk persiapan masadepan? Sehingga misi kemanusiaan itu hanyamenjadi semboyan belaka.

See Ching Mey dan Lee Siew Siew melaluiPusat Pengajian Ilmu Pendidikan, UniversitiSains Malaysia, menemukan 43.41% daripadasampel pelajar yang mengalami kemurunganklinikal yang berpotensi melakukan usahabunuh diri. Ironisnya lagi, kemurungan remajaberhubungan dengan tahap pencapaianakademik lemah. Data ini menunjukkan bahwapendidikan cenderung mengejar prestasiakademik demi persiapan masa depan danmelupakan kemanusiaan manusianya sendiri.(http://myais.fsktm.um.edu.my/6578/1/JPPSee_(113-129)B.pdf, 26 Agustus 2012)Sirnanya kemanusiaan ditunjukkan melaluiusaha manusia untuk bunuh diri. Manusiaberusaha bunuh diri karena ia tak mampu lagimelihat kesempurnaan di dalam dirikemanusiaannya. Ia, hanya melihat satu pilihan,yaitu bunuh diri dan ia bertindak untuk bunuhdiri dalam rangka menunjukkan sisakemanusiaan yang sebenarnya tak dirasakan-nya lagi. Sangat mengejutkan, data bunuh diriper 100.000 orang yang digambarkan padagambar 1 (http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Suicide_rates_map-en.svg, 24 Agustus2012) memperlihatkan bahwa pendidikan gagalmembuat manusia menemukan kemanusiaan-nya karena negara-negara dengan angka bunuhdiri tertinggi justru bukanlah negara terpencildan terbelakang namun dari negara-negara majutermasuk negara Finlandia, yang termasukdalam negara dengan sistem pendidikantermaju. Idealnya, negara-negara dengan sistempendidikan modern, baik muatan, strategipembelajaran, dan gaya mengajar yang moderndi kelas/luar kelas menunjukkan manusia-manusia yang menemukan, mengembangkan,dan menunjukkan kemanusiaan. Namun,melalui data orang yang bunuh diri, hasilnyatidak sesuai dengan yang ideal, yaitu semakinmodern pendidikan, semakin menjauhkanmanusia dari keadaan frustasi dan berakhirdengan membunuh diri sendiri. Data inimenunjukkan juga bahwa pendidikan moderntidak menjamin menghantar manusia padapengembangan kemanusiaannya. Hal ini sangatbergantung pada orentasi pendidikan itu sendiri.

Apakah pendidikan beorientasi padapengembangan kemanusiaan manusia atauhanya sekedar mempersiapkan masa depan,dapat hidup nyaman, berkarier, danmenghasilkan banyak uang.

Di Indonesia, diperoleh data bahwa daritahun 2003 hingga tahun 2011, terjadipenurunan angka buta huruf untuk anak usia15 tahun dari angka 10.21 ditahun 2003menurun 7.17 ditahun 2011.(http://www.bps.go.id/, 23 Desember 2011). Angka ini menun-jukkan semakin banyak anak usia 15 tahun yangmengenyam pendidikan. Idealnya, jika pendidi-kan itu bukan sekedar mengajarkan pengeta-huan tetapi juga mengembangkan kemanusiaanmanusia, maka kasus bunuh diri usia remajaberkurang. Pada kenyataannya, beberapa kasusbunuh diri justru muncul di kalangan pelajardengan berbagai masalah yang melatarbelakangi tindakan bunuh diri. Wignya, melaluidata sebuah harian lokal Bali, menemukan angkabunuh diri di Bali naik dari tahun ke tahun.Wignya mengumpulkan 98 data kasus bunuhdiri di Bali pada tahun 2003, kemudianmeningkat cukup tajam menjadi 124 kasus padatahun 2004, 137 kasus pada tahun 2005, dan145 kasus pada tahun 2006. Dalam konteksmasyarakat Bali, Wignya melihat fenomena inidisebabkan karena tekanan berlebihan yangdialami seseorang sementara ikatan sosial danagama merenggang. (http://sorot.vivanews.com/, 20 Desember 2012)

Kemanusiaan manusia yang semakintergerus oleh modernitas dan pendidikan yangtidak banyak membantu bahkan semakinmenggerus dan menenggelamkan ini menjadimasalah yang serius. Peran pendidikan perludikembalikan kepada hakikinya, yaituberorientasi kepada kemanusiaan manusia.

Permasalahan ini, membangun beberapapertanyaan yang menjadi latar belakangpenelusuran pustaka dan penulisan tulisan iniyaitu sebagai berikut.1. Kemanusiaan seperti apa yang menjadi

orientasi pendidikan?2. Pendidikan seperti apa yang memanu-

siakan manusia?Penelusuran pustaka melalui kedua pertanyaanini diharapkan dapat membangun pengetahuanyang memadai dalam menyusun model

Page 94: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

88 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

pendidikan yang memanusiakan manusia yangdapat diuji coba di ruang kelas sehingga dapatmembawa angin perubahan pada duniapendidikan di Indonesia

Kajian Pustaka

Mungkin tak banyak orang menyadari bahwaproses pendidikan adalah proses yang menuntutkemampuan seni. Torrance, dikutip oleh AllanC Ornstein mengatakan: “Teaching is perhaps thegreatest of the arts because the medium is the human.”(1999:15). Mendidik manusia dengan keunikan-nya sebagai manusia yang bertumbuh danberkembang tidak hanya secara fisik, jugaperasaan, cara berpikir, dan spirit, menuntutpendidikan yang senantiasa juga berkembangbaik kurikulum, media belajar, pola ajar, strategimengajar hingga gaya mengajar. Tiap perubahanmenuntut kreativitas dan seni. Sehingga takberlebihan jika produk pendidikan berupadesain , implementasi dan evaluasi dalam prosespendidikan disebut sebagai karya seni.Paradigma tentang seni dalam pendidikan inimenegaskan bahwa manusia ini unik sehinggaperlakuan terhadapnya membutuhkan kemam-puan seni. Manusia unik ini tidak saja uniksebagai pribadi, yang berbeda satu manusiadengan manusia lain, juga unik dalam kemanu-siaannya yang berbeda dari makhluk ciptaanlainnya.

Menulis mengenai pendidikan yangmemanusiakan manusia berarti tak lepas daripendidikan yang berdasarkan pada keunikanmanusia. Studi pustaka di bawah ini di awalidengan menelusuri keunikan manusia dalamkemanusiaannya. Kemanusiaan manusia inimenjadi dasar bagi penelusuran pustakamengenai pendidikan yang memanusiakan.

1. Manusia yang SempurnaBahasan tentang manusia yang sempurna tidakmenuju kepada manusia yang tak bercela dantanpa cacat. Tak seorangpun manusia takbercacat cela karenanya, kesempurnaan yangdidasarkan pada tak bercacat cela hanyalahutopia belaka yang tak mungkin diraih dandicapai. Manusia yang bercela itu mengalamikesempurnaan ketika manusia dapat mengem-bangkan dan mewujudkan kemanu-siaan yang

justru melalui proses ketidaksempurnaannyasebagai manusia (dalam arti bercacat cela).Kesempurnaan manusia yang bercela itulahyang menjadikan manusia menemukan,mengembangkan, dan mewujudkan kemanu-siaan.a. Kesempurnaan dalam Kodrat Manusia

Manusia adalah makhluk yang memilikikemampuan istimewa. Ia dapat berpikir,bertanya, menyanggah, diam, menyelidik,berekspresi, marah, bersemangat, berteori,dan banyak hal lain yang dapat dilakukanmanusia. Sebagai manusia, wajahnyamemerah saat merasa malu atau menahanmarah. Kedipan matanya dapat lebih cepatdari biasanya saat ada informasi yang iasembunyikan. Denyut nadinya dapat lebihcepat saat takut atau marah atau sangatbersemangat. Mengerlingkan matanya saatberpikir sesuatu. Raut wajahnya nampaklayu saat tak bersemangat dan taktermotivasi.Louis Leahy mengemukakan bahwamanusia dengan objektivitasnya, pemi-kiran, dan kebebasannya, menampilkan dirisebagai suatu pribadi ( 1984:28) danmenurut Louis hal itu ditunjukkan dalamberbicara. Berbicara adalah penggunaandinamis-dinamisme dari kodrati manusia.Dalam berbicara, manusia menunjukkanobjektivasinya sebagai buah proses berpikir.Dalam berbicara manusia menggerakkanbagian dari tubuhnya dan gerakkan ituterjadi karena adanya spirit dalam dirinyauntuk berbicara sebagai buah darikesadaran akan kebebasan. Dalamberbicara, manusia menggunakan perasa-annya, ia akan berbicara dengan orang yangia merasa nyaman berbicara. Sehinggamelalui berbicara, manusia menunjukkankemanusiaannya.Semua hal yang dapat dilakukan manusiaberasal dari anugerah kodrati, pemberiansempurna Pencipta dalam bentuk tubuh,jiwa, pikiran, dan perasaan. Di dalam tubuh,jiwa, pikiran, dan perasaan inilahkesempurnaan manusia tercipta. St. ThomasAquinas menegaskan bahwa pribadidengan tubuh, jiwa, pikiran, dan perasaanadalah yang paling sempurna dalam

Page 95: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

89Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

seluruh alam. (Louis Leahy, 1984:181)Kesempurnaanya ada dalam tubuh, jiwa,pikiran, dan perasaan yang ada dalam dirimanusia sebagai pemberian Pencipta sejakawal, mulai dari benih dalam rahim, hinggamanusia dilahirkan dan tumbuh berkem-bang di dalam dunia. Kesempurnaannyaada dalam kodrat kemanusiaannya yangbukan berasal dari manusianya melainkansebagai anugerah Pencipta.Plato dengan pemahaman dualismenya,dimana jiwa dan tubuh terpisah, ditolakoleh muridnya sendiri, Aritoteles(Lrahy:1984, 41) yang memahami bahwatubuh, jiwa, pikiran, dan perasaan adalahsatu. Paham monois yang dibawa olehAritoteles ini menjelaskan bahwakehilangan salah satunya, maka kemanu-siaannya/kesempurnaannya tak mewujud.Keempat dimensi, menyatu tak terpisahkandalam satu pribadi, namun memiliki fungsiyang khas masing-masing dengan cara kerjayang berbeda pula dan cara mewujud yangkhas untuk masing-masing. Kehilangansalah satu dari dimensi kemanusiaan,kesempurnaaan manusia memudardemikian juga dengan kemanusiaannya.Kesatuan ini berakibat masing-masingdalam perbedaannya saling terkait, salingterpengaruh dan mempenga-ruhi satudengan lainnya.

b. Kesempurnaan dalam Cacat CelaKesempurnaan manusia, anugerah SangPencipta ini, tidak mengandaikan manusiayang tak bercacat cela. Sebaliknya,kesempurnaan manusia dalam dimensikemanusiaannya itu eksis di dalamketidaksempurnaan manusia. Kesempur-naan dalam tubuh yang tidak sempurna,memiliki kelemahan, dapat merasakansakit, memiliki batas kemampuan dan dayatahan. Kesempurnaan dalam jiwa yangbersemangat penuh gairah dan juga rapuhyang mungkin mati sebelum waktunya.Kesempurnaan dalam perasaan yang dapatmarah, sedih, kecewa, gembira. Kesempur-naan dalam pikiran yang dapat memikirkanhal yang membangun dan merusak, pikiranyang mencipta dan menghancurkan.

Kesempurnaan manusia eksis dalam usahapengembangan keempat dimensi yangjustru terbatas dan tak sempurnapengelolaanya dan kesempurnaan manusiamembuat ia mampu memilih untuk membuatkeputusan apa yang akan ia lakukan.Manusia dapat memilih apa yang akan ialakukan dengan dan melalui tubuhnya,jiwanya, pikirannya, dan perasaannya.Akibatnya, melalui pilihannya dalamtumbuh kembang sebagai manusia,manusia dapat saja urung menunjukkankesempurnaannya, sebaliknya menengge-lamkan dan mengubur dalam-dalam.Melalui empat dimensi kemanusiaannya,manusia dapat merusak tubuh, berpikirannegatif dan merusak, tak peduli dengankeselamatan jiwanya, memerangkap dalampikirannya sendiri dan tak berusahamembebaskan, mengumbar perasaan dalambentuk emosi negatif. Dengan demikian,lambat laun kemanusiaannya hilang,kesempurnaannya terkubur dalam-dalamentah di mana. Manusia tumbuh menjadimanusia yang bukan manusia yangmemakan sesamanya manusia danmemuntahkannya kembali di wajahsesamanya manusia.Manusia menemukan dan mengembangkankesempurnaannya sebagai manusiadengan memilih dan bertindak melaluitubuh, jiwa, pikiran, dan perasaan, dimanapilihan dan tindakannya itu justru dapatbercacat cela. Namun justru, dalam cacatcela sebuah pilihan, dan tindakan manusia,melalui tubuh, jiwa, pikiran, dan jiwanyaia mampu berefleksi dari cacat celamembentuk pilihan, keputusan, dantindakan baru yang membawa manusiamenemukan kesempurnaannya. Inilahyang dimaksud dengan istilahkesempurnaan dalam cacat cela danpendidikan berperan aktif menghantarmanusia untuk membenamkan kemanusia-annya atau sebaliknya menghantar untukmenemukan, mengembangkan danmenunjukkan kemanusiaannya.

2. P endidikan yang Memanusiakan Manusia

Page 96: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

90 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

Memanusiakan manusia berarti menghantarmanusia menemukan kesempurnaannyamelalui kesadaran pertama-tama akan kesatuandimensi kemanusiaan, yaitu tubuh, jiwa, pikiran,dan perasaan, juga kesadaran akankebebasannya sebagai manusia untuk memilihdan bertindak. Melalui pembahasan terdahulumengenai istilah kesempurnaan dalam cacatcela, membuka pemahaman mengenai peranpendidikan dalam membuat cacat cela itumenjadi sebuah batu loncatan menujukesempurnaan.

Pendidikan yang memanusiakan adalahpendidikan yang menghantar manusia padaperkembangan yang signifikan dalam menemu-kan, mengembangkan, dan menunjukkankesempurnaan kemanusiaannya. Segalamuatan pembelajaran, informasi yang diberi-kan, serta proses belajar menjadi media yangmenantang tubuh, pikiran, jiwa, dan perasaanmenemukan dinamikanya dengan seimbang. Dibawah ini dijabarkan penelusuran mengenaiperan pendidikan dalam memanusiakanmanusia dan pendidikan yang memanusiakanmanusiaa. Peran Pendidikan dalam Memanusiakan

ManusiaKesempurnaan manusia yang dianuge-rahkan Sang Pencipta melalui dimensikemanusiaan membuat manusia mampumemilih bahkan menciptakan pilihan, danbertindak sesuai pilihannya. Pendidikanberperan dalam pilihan-pilihan manusia,yaitu kehancuran atau pengembangankemanusiaan, yang merusak ataumembangun, yang mematikan atau memberikehidupan, yang mencipta atau menghan-curkan. Louis mengutip Levi Strauss dalambuku manusia sebuah misteri bahwa tujuanterakhir ilmu-ilmu manusia bukanmembentuk manusia, melainkan menghan-curkannya. (1984:185) Kutipan ini memangdapat dinilai terlalu meng-generalisir ilmu-ilmu manusia karena tidak semua ilmumenghancurkan kemanusiaan manusia.Namun tidak belebihan juga jika kitawaspada terhadap keberadaan ilmu-ilmuyang dapat merusak kemanusiaan, ilmu-ilmu yang seakan mencipta tetapi padakenyataannya menghancurkan, ilmu-ilmu

yang berpenampilan apik seakan menolongnamun ternyata menjerumuskan. Ilmu-ilmuyang seakan membangun tetapi ternyatamenghancurkan kemanusiaan. Belum lagi,strategi mendidik, gaya mendidik, poladidik yang ternyata dapat juga menghan-curkan kemanusiaan manusia.Jika pendidikan berorientasi pada persiap-an masa depan dan bukan pada kemanu-siaan manusia maka pendidikan dapatmenjauhkan manusia dari kemanusia-annya. Tak seorang pun dapat mengetahuidengan jelas dan pasti akan masa depan.Ketidaktahuan ini dapat menyeret manusiapada kekuatiran terus menerus tak berujunghingga ia sendiri kehilangan arah bahkankehilangan kemanusiaannya. Seorangmahasiswa yang telah meraih kesarjana-annya dengan sangat memuaskan danlengkap dengan serifikat keahlian yangdapat membuatnya seakan siap mengha-dapi masa depan, melamar pekerjaan yangsesuai dengan keahliannya. Penantiannyaselama berminggu-minggu tak jugaberujung pada panggilan dirinya sebagaikaryawan sehingga ia putus asa. Ia melihatkembali nilai-nilai yang tertera dalamijazahnya. Nilai yang sama sekali tidakburuk. Tapi mengapa ia tak jugamendapatkan pekerjaan? Pikirannyamengembara dan kembali ke masakuliahnya dulu. Teringat perjuanganbelajarnya di kampus, tempatnya ditempaberbagai keahlian demi yang namanya masadepan. Dengan putus asa dan kemarahan,akhirnya ia memilih untuk merobek ijasahdengan predikat memuaskan dan sertifikatkeahliannya. Baginya, semua usahakerasnya sia-sia karena ia tak dapatpekerjaan. Ternyata usahanya yang kerasdemi masa depan tak mendatangkan hasilyang ia harapkan, yaitu bekerja dengan gajiyang menjanjikan. Apa yang ia dengar dibangku kuliah tak sesuai dengankenyataannya. Ia, yang lulus dengan nilaibaik, yang idealnya gampang dapat kerja,sesuai dengan janji para pengajar, ternyatagagal mendapatkan pekerjaan. Jiwanyaseakan tak berharga lagi, pikirannya hanyatertuju pada kegagalannya tak mendapat-

Page 97: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

91Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

kan pekerjaan, perasaan kecewa, marah,takut menghadapi esok hari menghan-tuinya. Ia kehilangan arah.Kisah yang dapat menimpa siapa saja takterkecuali ini, menunjukkan bahwapendidikan yang berorientasi padapersiapan masa depan gagal menghantarmahasiswa tersebut menemukan, mengem-bangkan, dan menunjukkan kemanu-siaannya melalui program pendidikan yangditempuhnya. Bagi mahasiswa yang putusasa tadi, pendidikan hanya sebagai saranauntuk mendapatkan pekerjaan, mendapat-kan uang, hidup nyaman, tentram di masadepan tanpa menyadari perkembangan diridalam dimensi kemanusiaannya melaluipendidikan yang dilaluinya.Apa yang keliru dengan pendidikan yangberorientasi pada persiapan masa depan?Masa depan, yang sebenarnya tak adaseorang pun mampu menggambarkannyadengan pasti, hanya mampu mendugaberdasarkan pengalaman yang telahdilaluinya itu penuh ketidakpastian. (CollinRose & Malcolm J. Nicholl, 2003: 32)Ketidakpastian yang disebabkan karenakekuatan akan perubahan ini meningkat-kan kompleksitas persoalan dan menyusut-nya jenis dan lapangan pekerjaan.Akibatnya pendidikan yang beroerientasipada masa depan akan mendidik manusiapada perburuan yang sangat ketat. Hal inimembuat lembaga pendidikan yang hanyaberorientasi pada masa depan terjebakhanya melihat hasil dan melupakan proses.Seperti layaknya orang berburu, manusia-manusia berburu dengan sangat ketatmendapatkan targetnya. Satu target menjadiburuan puluhan bahkan ratusan manusia.Membayangkannya, tentu sangat mengeri-kan sekali. Manusia hanya melihat targettanpa memperhatikan manusia sekeli-lingnya, sehingga tidak mustahil, karenaketerdesakan, manusia memakan sesama-nya manusia demi memperkecil persaingandan memenangkan perburuan berupatarget. Saat mendapatkan targetnya, iamemakannya namun ia tak puas sehinggaia mulai mengincar target lain dan mulai

berburu taget baru. Begitulah manusiamenghabiskan waktu hidupnya.Lembaga pendidikan yang berorientasihanya pada masa depan juga dapat terjebakdalam dalam bayang-bayang sebuahpertandingan yaitu “to be a number one”.Demi memenangkan buruan, jika tidakculas seperti memakan manusia lainsebagai pesaingnya, manusia perlukeahlian yang bukan sekedar bisamelainkan harus menjadi “yang paling”yaitu paling ahli, paling tangkas, palingcepat, paling ahli demi mendapatkanburuan/target. Perbandingan manusia satudengan manusia lain menjadi sangat kentaldalam pendidikan yang hanya beroerien-tasi pada masa depan.Terjebak pada hasil sebagai nomor satutanpa mengutamakan proses danperbandingan-perbandingan yang berlebih-an dapat membuat manusia manusia yangbertubuh kecil dan berkepala besar. Tubuhkecil karena terlalu banyak beraktivitas,sedikit waktu untuk menikmati makanandan istirahat. Kepala besar karena memangdilatih untuk selalu berpikir. Perasaan yangnampak kuat dan tangguh namun padakenyataannya kosong karena takdiperkenankan untuk menjadi lemah danlembut. Rasa empati terkikis dengan egokemanusiaanya untuk menjadi pemenang.Jiwa yang rapuh, mudah putus asa danfrustasi karena perbandingan-perbandingan yang terjadi membuatnyamerasa kecil tak berarti. Keadaan seperti ini,dimana dimensi kemanusiaan takberkembang proporsional, membuat manu-sia bergerak menjauh dari kesempurnaankemanusiaannya.Peran pendidikan harus dikembalikanpada hakikatnya, yaitu bukan untukmempersiapkan masa depan saja tetapiuntuk membuat manusia dapat hidup danmelakukan tugas kemanusiaannya, yaitumenemukan, mengembangkan danmenunjukkan kesempurnaannya sebagaimanusia. Menemukan, karena kesempur-naan adalah anugerah Sang Pencipta yangtelah dimiliki tiap manusia, namun dapat

Page 98: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

terkubur dalam proses tumbuh kembangnyasebagai manusia. Mengembangkan, karenasebagai manusia, yang bertumbuh danberkembang tak mencapai perkembanganyang optimal dan proporsional apabila takdiusahakan. Menunjukkan, karena manusiaperlu eksis sebagai manusia di antarasesamanya manusia, dan eksistensinyadalam bentuk manusia yang sempurnadapat mendorong manusia lain juga untukmenemukan, mengembangkan, danmenunjukkan kemanusiaanya. Ketiga halini menjadi tugas manusia dalamkehadirannya sabagai manusia di mukabumi ini dan pendidikan menolongmanusia menjalankan tugas kemanu-siaannya.

b. Model Pembelajaran yang MemanusiakanManusiaPendidikan yang memanusiakan manusiaadalah pendidikan yang berorientasi padakemanusiaan manusia. Kemanusiaanmanusia tercapai melalui pengembangandimensi kemanusiaan secara seimbang.Pemahaman mengenai kema-nusiaanmanusia ini menjadi dasar bagipenyusunan model pembelajaran yangberorien-tasi pada kemanusiaan manusia.Model pembelajaran dibangun dalamruang-ruang yang mefasilitasi pembelajaruntuk mengembangkandimensi kemanusiaan, yaitutubuh, jiwa, pikiran, danperasaan.Kata perkembangan seogyanyamenjadi kata kunci dalampendidikan. Melalui kesem-purnaan yang dianugerahkanSang Pencipta, yaitu dimensikemanusiaan, perkembanganmanusia menjadi sangat unikdan berbeda dari makhluklainnya. Perkembanganmanusia meliputiperkembangan tubuh, jiwa,pikiran, dan perasaannya.Perkem-bangan manusia,selain dipengaruhi olehpotensi tumbuh kembang yang

dibawanya sejak lahir juga oleh perlakuanlingkungan terhadapnya. Walaupunbeberapa ahli mengembangkan pengukuranperkem-bangan ini namun sesungguhnyatidak ada yang mampu mengukur secarautuh potensi tumbuh kembang ini karenamanusia adalah misteri. Louis Leavymengutip Michel Foucalt dalam bukunyaLes Mats Et Les Choses, yang mengatakanbahwa “Manusia melebihi semua macamkomprehensi maka ia harus menolak segaladefinisi yang mau menempatkannya dalamsuatu esen-si”.(1984:190) Potensi tumbuhkembang ini selalu menjadi misteri,sehingga perlakuan lingkungan memilikiperan sangat besar bagi manusiamengalami tumbuh kembang yangmaksimal.Stephen covey, dalam buku The 8th Habit,Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan,menguraikan pengembangan dimensikemanusiaan ini melalui kecerdasan yangmenyertai tiap dimensi. (2005:74) Iamenguraikan kecerdasan yang disebutnyasebagai anugerah bawaan tiap dimensi,sesuai dengan gambar 2.Melalui perkembangan tiap kecerdasaninilah dimensi kemanusiaan mengalamiperkembangan. Setiap usaha pengem-bangan harus ada arah perkembangannyaagar pengembangan menjadi bermakna bagi

Gambar 2: Empat Kecerdasan Anugerah Bawaan Manusia(Stephen R.Covey, 2005:74)

Page 99: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

93Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

kemanussian dan tidak salah arah. Untukini, Stephen Covey (2005:96) menolongpenentuan arah pengembangan dimensikemanusiaan melalui perwujudan tertinggitiap kecerdasan. Perwujudan tertinggi inidapat menjadi arah bagi pengembangandimensi kemanusiaan.Pertama, perkembangan pikiran. Perwuju-dan tertinggi dalam pengembangan pikiran,menurut Stephen Covey adalah visi. Visiadalah hasil dari pikiran yangmenjembatani antara kebutuhan dengankemungkinan kemungkinan. Bob Samples,dalam bukunya Revolusi belajar setujudengan pemikiran Buckminster Fuller yangmenggambarkan bahwa pikiran manusiaadalah pikiran dengan sistem terbuka.(2002:43) Ironisnya, pendidikan takmenyadari bahwa didikannya yang berupaindoktrinasi merupakan sistem tertutupsehingga pikiran berkembang sangatterbatas yang sulit menghasilkan karyayang kreatif. Sedangkan visi, adalah hasildari pikiran terbuka. Di dalam visi, segalahal yang tak mungkin menjadi mungkin.Karya kreatif tercipta melalui visi. Visiterwujud dari manusia yang berpikir di luarkotak. Visi memampukan kita melihat apayang terlihat (tindakan orang lain) danberkaitan dengan segala kemungkinan.Visi menolong kita dapat memisahkanantara tindakan dan sebagai pribadi.Pemisahan ini membuat kita dapatmemperlakukan seseorang tanpa syarat,tanpa dipengaruhi oleh stimulus yangtercipta dari perlakuannya terhadap kita.Kita mampu memaafkan walaupun telahberkali-kali ia melukai kita karena kitamampu melihat kebutuhan nya untukdimaafkan. Kita mampu mengasihi setelahberulang kali dikhianati karena kita mampumelihat kebutuhannya untuk dicintai. Kitamampu menerimanya tanpa mendasaripada perlakukannya kepada kita.Pendidikan yang memberi ruang bagipengembangan pikiran, adalah pendidikanyang menciptakan visi dalam diri setiapnara didiknya. Bukan sekedar ia dapatmenyelesaikan persoalan, lebih dari itu

menolong nara didik meraih visi dalammenyelesaikan persoalan. Di kelas, seorangguru yang memberi masalah kepada naradidiknya tidak sekedar memberi masalahdan bagaimana pemeca-hannya, lebih dariitu yaitu mengajak nara didiknyamenciptakan visi melalui persoalan yangakan dipecahkan. Menciptakan visi dapatdilakukan dengan menantang ataumengarahkan nara didik sesuai denganjenjangnya, untuk dapat menjawabmengapa saya harus memecahkanpersoalan ini, mengapa saya harus belajartopik ini, mengapa saya harus menghafal,mengapa saya harus mengerjakan pekerjaanrumah, mengapa saya harus mengum-pulkan tugas tepat waktu, mengapa sayaharus berusaha sebaik-baik nya dalammengerjakan tugas.Kedua, perkembangan tubuh. Perwujudantertinggi dalam pengembangan tubuh,menurut Stephen Covey adalah disiplin.Disiplin ini muncul saat visi bertemudengan komitmen, suatu kekuatankehendak yang diwujudkan dalamtindakan. Di dalam disiplin selalu adapengorbanan. Namun, tanpa disiplinmustahil visi dapat terwujud. Disiplinmenentukan realitas dan menerimanya.Melalui kedisplinan, seseorang akanmengalami keadaan yang benar-benarbebas. Hal ini kebalikan dari pemikiranbanyak orang bahwa kedisiplinan itumenjerat dan memenjara, sebaliknya justrukedisiplinan membuat kita memilikikebebasan. Covey memakai ilustrasi seoranganak yang disiplin berlatih piano, membuatia dapat bermain piano. Keahliannya dalambermain piano ini memberikan kebebasanbagi dia untuk dapat memainkan alat musikpiano. Sebaliknya, orang yang tak dapatmemainkan piano, baginya pilihan lebihsempit, taka da pilihan untuk bermainpiano karena memang ia tidak mengua-sainya. Contoh lain, seseorang yangdisiplin menabung dapat lebih bebeasmenggunakan uangnya karena ia memlikiuang lebih banyak di tabungannyaketimbang orang yang tidak disiplin

Page 100: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

94 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

menabung. Pemahaman mengenaikedisiplinan yang membebaskan inilahyang perlu ditanamkan.Pendidikan yang memberi ruang bagi per-kembangan tubuh tidak hanya puas diridengan memasukkan pelajaran olah raga.Perkembangan tubuh tidak akan tercapaihanya melalui pelajaran olah raga yangberorientasi pada keahlian raga saja.Mengacu pada pemikiran covey, makapendidikan yang memberi ruang bagiperkembangan tubuh adalah pendidikanyang menanamkan kedisiplinan yangmembebaskan, terintegrasi dalam setiappelajaran. Kata kedisiplinan yangmembebaskan ini tidak berarti adakedisiplinan yang tidak membebaskan.Pada dasarnya kedisiplinan itumembebaskan. Namun, pemahaman yangkeliru tentang kedisiplinan yang memenja-rakan dan membatasi ruang gerak inilah,menjadikan kata membebaskan pentinguntuk dikaitkan dengan kedisiplinan. Dikelas, seorang guru yang menanamkankedisiplinan tidak hanya menuntut untuktepat waktu saja, tetapi juga mengarahkannara didik untuk melihat kebebasan yangdapat ia raih jika ia tepat waktu. Tidakmelulu kedisiplinan dikaitkan denganhukuman karena kedisiplinan yangdikaitkan melulu dengan hukuman akanmenimbulkan pemahaman yang kelirutentang kedisiplinan. Berbicara kedisilinantidak hanya berbicara mengenai tepat waktutetapi juga kebebasan yang akan diraihketika kita disiplin. Konsep tentang disiplinyang benar inilah yang akan menolong naradidik mengembangkan tubuhnya hinggamencapai perwujudan tertinggi, yaitumenjadi manusia yang disiplin.Ketiga, perkembangan perasaan.Perwujudan tertinggi dalam pengembanganperasaan, menurut Stephen Covey adalahgairah. Gairah adalah api mempertahankandisiplin dan terus berjuang menggapai visi.Gairah ini muncul saat kebutuhan bertemudengan keunikan bakat kita. Dengandemikian penting sekali untuk mengetahuibakat kita. Seseorang yang mengerjakankeahliannya yang bukan bakatnya perlu di

motivasi terus menerus dari luar, berbedadengan orang yang melakukan keahliannyayang memang bakatnya, maka api itu sudahada di dalam dirinya tak perlu dicari lagi.Pendidikan yang memberi ruang bagiperkembangan perasaan adalah pendi-dikan yang memperhatikan gairah naradidiknya. Pendidikan tidak hanyaindoktrinasi pengetahuan atau sekedarmeraih prestasi dalam bentuk piala danpenghargaan dan mengabaikan gairahbelajar. Gairah ini sangat labil, sangatbergantung pada situasi. Gairah munculsebagai respon dari situasi. Pendidikanyang memperhatikan gairah berarti jugamemperhatikan sitausi dimana pendidikanitu berlangsung. Di kelas, seorang guruperlu memperhatikan lingkungan belajar,baik yang berupa fasilitas maupunlingkungan yang sengaja diciptakanmenciptakan gairah di dalam diri naradidiknya. Hal ini tentu lebih mudahdituliskan dan dibicarakan ketimbangdilakukan, karena di dalam diri guru punada gairah itu. Sulitnya, gairah itu cepatsekali menular, membuat guru, sebagaipelakon dalam dunia pendidikan, perluterlebih dahulu menciptakan gairah dalammengajar dan belajar yang akan ia tularkandi kelas kepada nara didiknya. Pengalamansang guru dalam menciptakan gairah untukbelajar dan mengajar ini menjadi modalawal untuk pertama-tama berempati kepadanara didik yang gairahnya menurun. Jugamenjadi modal bagi sang guru untukmengarahkan nara didiknya menciptakangairah di dalam diri masing-masing dalammenghadapi berbagai situasi.Keempat, perkembangan jiwa. Perwujudantertinggi dalam pengembangan jiwa,menurut Stephen Covey adalah Nurani.Orang sering menyebutnya dengan suarahati, suara Tuhan, yang adalah kesadaranmoral yang universal, terlepas dari agama,budaya, geografis, nasionalitas, dan rastertentu, mengenai apa yang baik dan burukdan dorongan untuk memberi makna sertamember sumbangan nyata. Penyingkapannurani ini justru saat kita berada dalamkeragaman. Nurani sebagai perangkat nilai,

Page 101: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

95Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

yaitu kesadaran mengenai keadilan,kejujuran, rasa hormat, kepercayaan, cinta.Nurani kebalikannya dari ego. Nuraniadalah suara lembut dan pelan dalam batinkita sedangkan ego, bersifat tiran, kejam,senang memaksakan kehendak,memfokuskan pada diri sendiri dankesenangan diri sendiri. Ego mengkla-sifikasikan, melihat hubungan dengan kacamata ancaman dan bukan. Sedangkannurani, menghantar pada pemahaman yanglebih luas dan inklusi. Nurani memandangkehidupan dalam kecamata pelayanan danpemberian, fokusnya adalah keamanan dankepenuhan orang lain. Ego bekerja saatmenghadapi kritis, tetapi tidak memilikipertimbangan mendalam sedangkan nuranidipenuhi pertimbangan sehingga memilikikhazanah jawaban yang banyak. Egomerasa terancam dengan kritikan,sebaliknya nurani mampu belajar darisebuah kesalahan dan kritikan. Nurani relaberkorban, mengalahkan diri sendiri,menundukkan ego demi tujuan atau prinsipyang lebih tinggi/mulai. Nurani tidakmemisahkan visi dan cara mencapainya.Tujuan sudah ada dalam caramencapainya. Nurani terus menerusmengingatkan kita ikatan antara tujuan dancara mencapainya dan bahwa keduanya takdapat dipisahkan.

Dimensi kemanusiaan yang menyatu,nampak dalam perwujudan pengembangantiap dimensi. Nurani adalah alasan bagiperwujudan visi, disiplin, dan gairah,sedangkan visi mengidentifikasi dalam apayang akan diwujudkan, disiplin dalambagaimana cara mencapainya. Gairahadalah api dibalik mengapa, apa, danbagaimana tadi. Menurut Covey, nuraniakan membangkitkan integritas danketenangan pikiran.Pendidikan yang memberi ruang bagiperkembangan jiwa adalah pendidikanyang mengajak anak mengembangkannuraninya. Ini hanya mungkin diraih jikapendidikan dibangun di dalam ruangkebebasan. Ruang kebebasan ini adalahruang yang bebas dari perasaan takut salah,bebas dari tekanan otoritas, bebasmenentukan pilihan dan bertindak. Ruangini adalah ruang kebebasan yang bukantanpa batas tetapi ruang yangmemungkinkan nurani setiap individu didalamnya muncul. Di dalam ruangkebebasan, tidak ada pelabelan orang salahdan orang benar, tindakan yang salahdianggap sebagai fakta perilaku dan takmembuat si pembuat kesalahan menjadimanusia yang salah. Kesalahan dianggapsebagai bagian dari pengembangan diri.Semua manusia memiliki hak berbicara tak

terkecuali dan tak dibedakanberdasarkan jabatan dan usia.Pilihan-pilihan selalu tersedia dansetiap orang berhak memilihdengan menanggung setiapkonsekuensi atas pilihan dantindakannya. Di dalam ruangkebebasan ini ada ruang refleksisebagai pribadi maupun kelom-pok. Setiap tindakan dan pilihandi refleksikan dengan pengem-bangan dimensi kemanusiaansehingga segala perubahan ataupengembangan baik pilihanmaupun tindakan berasal darihasil refleksi. Proses refleksi di siniadalah proses melihat kembalipilihan dan tindakan dengansegala konsekuensi yang menyer-

Gambar 3: Perwujudan Pengembangan Dimensi Manusia (Stephen R.Covey, 2005:96)

Page 102: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

96 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

tainya dan mengkritisi pilihan atautindakan sebagai bagian dari perwujudandimensi kemanusiaan. Ruang refleksi inimembatasi ruang kebebasan tidak menjadikebebasan yang brutal.Melalui penelusuran perkembangandimensi kemanusiaan ini, maka dapat

tercipta model pendidikan yangmemanusiakan manusia menjadi dasar bagipengembangan desain, implementasi, sertaevaluasi dalam proses pendidikan sepertiterlihat pada gambar 4.Desain pendidikan berupa kurikulumdiimplementasikan dan dievaluasi denganmemperhatikan perkembangan dimensikemanusiaan, yaitu pikiran, tubuh,perasaan, dan jiwa. Perkembangan tiapdimensi menuju pada perwujudan visi,disiplin, gairah, dan nurani. Perwujudan inidimungkinkan terwujud dalam ruangrefleksi dimana di dalamnya ada ruangkebebasan.Model pendidikan yang memanusiakanmanusia ini, sangat mungkin diaplikasikansehingga layak untuk diuji coba dilaboratorium penelitian., ruang-ruang kelas.Melakukan uji coba ini memangmemerlukan keberanian karena ada

perombakan paradigma mengenai Manusia,kesempurnaan manusia dan peranpendidikan manusia. Keberhasilan tidakdilihat dari prestasi akademik, yang akanmenimbulkan kemurungan klinik bagisebagian manusia didik yang kesulitanmencapainya, tetapi dilihat dari usaha

menemukan, mengembangkan, danmewujudkan kemanusiaannya.

Kesimpulan

Kemanusiaan yang menjadi orientasipendidikan adalah manusia yang menemukan,mengembangkan, dan mewu-judkan anugerahkodratinya berupa dimensi yang berbeda tetapisatu, yaitu tubuh, jiwa, pikiran, dan perasaanmelalui kegiatan memilih, bertindak, danberefleksi.Perwujudan tertinggi yang menjadi arahpengembangan dimensi kemanusiaan seka-lianmenjadi acuan dalam evaluasi pendidikanadalah terwujudnya visi, kedisiplinan, gairah,dan nurani dalam diri nara didik. Pendidikanyang memanu-siakan manusia adalahpendidikan yang memberi ruang bagi pengem-bangan dimensi kemanusiaan, ruang kebebasan,dan ruang berefleksi dengan model yang sesuai.

KEBEBASAN

Disiplin Visi

Nurani Gairah

Refleksi

DesainPendidikan

ImplementasiPendidikan

EvaluasiPendidikan

Gambar 4. Model Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

Page 103: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

97Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

Saran

Penyelenggara pendidikan diharapkanmenolong nara didik untuk menciptakan visi ,membangun kedisiplinan diri melalui konsepkedisiplinan yang membebaskan, gairah belajaryang membara di hati nara didik, dankemampuan mendengarkan dan mempertajamsuara hati sebagai biduk dalam mengarungigelombang kehidupan. Untuk ini beberapa halyang perlu diperhatikan oleh penyelenggarapendidikan, yaitu pertama, mengajak nara didikmenemukan sebuah visi dalam setiap programpembelajaran dan proses pembelajaran; keduamembangun konsep kedisiplinan yangmembebaskan dengan tidak melulu mengaitkankedisiplinan dengan hukuman melainkanmemperlihatkan ikatan yang erat antara visi dankedisiplinan yang pada akhirnya, jika visitercapai maka kebebasan sejati akan diraih;ketiga membangun sitausi belajar yangmeningkatkan gairah belajar; dan keempatmenciptakan ruang belajar yang bebas untukmengungkapkan diri, mengekspresikan konsepberpikir, tak dibatasi pembedaan gender,jabatan, otoritas, status sosial ekonomi,kecerdasan, sikap, dan nilai ujian danmenghantar pada sebuah proses refleksi.Pemerhati pendidikan hendaknya menguji cobamodel pendidikan kemanusiaan ini sebagaiupayanya menciptakan pendidikan yangmengembangkan dimensi kemanusiaanmanusia.

Daftar Pustaka

Berk, Laura E. (1989). Child development. USA:Allyn and Bacon

Brooks, Jacqueline Grennon & Brooks, Martin G.(1993). In search of understanding the casefor constructivist classrooms. Virginia: TheAssociation for Supervision andCurriculum Development

Covey, Stephen R. (2005). The 8 th habit melampauiefektivitas, menggapai keagungan. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama

Freire, Paulo & Faunendez, Antonio. (1995).Belajar bertanya, pendidikan yangmembebaskan. Jakarta: PT BPK GunungMulia

Fruth, Hans G. (1970). Piaget for teacher. Ney York:Prentice –Hall, Inc

Gardner, Howard. (2007). Five minds for the future.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Hyde, Arthur A., & Bizar, Marilyn. (1989).Thingking in context, teaching cognitiveprocesses across the elementary schoolcurriculum. New York: Longman

Kosslyn, Stehen M., & Rosenberg, Robin S. (2000).Psychology, The brain, the person, the world.Boston:Allyn & Bacon, A PearsonEducation Company

Leahy, Lewis. (1984). Manusia: Sebuah misterisintesa filosofis tentang makhluk paradoksal.Jakarta: PT Gramedia

Lewis, Ralph G. & Smith, Douglas H. (1994).Total quality in higher education. USA: StLucie Press

Ornstein, Allan C. (1999). Strategies for efectiveteaching. New York: Mc Graw Hill

Palmer, Parker J. (1990). The active life. SanFransisco: Jossey-Bass

Rose, Colin & Nicholl, Malcolm J. (2003).Accelerated learning for the 21st century, carabelajar cepat abad XXI. Bandung: PenerbitNuansa

Reiser, Robet A. & Dempsey, John V. (2002).Trends and issues in instrustional design andtechnology. New Jersey: Merril PrenticeHall

Samples, Bob. (2002). Revolusi belajar untuk anak.Bandung: Kaifa

Slavin, Robert E. (1991). Eucational psychologythird edition. USA: Allyn And Bacon

h t t p : / / i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i /Berkas:Suicide_rates_map-en.svg, 24Agustus 2012

http://myais.fsktm.um.edu.my/6578/1/JPPSee_(113-129)B.pdf, 26 Agustus 2012

http://sorot.vivanews.com/news/read/114847-pulung_gantung_gunungkidul,20 Desember 2012

Page 104: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

98 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Isu Mutakhir: Pendidikan Karakter: Membentuk Karakter Unggul?

Pendahuluanersoalan budaya dankarakter bangsa kinimenjadi sorotan tajammasyarakat. Sorotan

mengenai berbagai aspekkehidupan berbangsa danbernegara menimbulkankeprihatinan semua pihak.Jika masalah ini tidak di atasidapat menimbulkan berbagaipersoalan bangsa yangsemakin rumit. Persoalanyang muncul di masyarakatseperti korupsi, kekerasan,kejahatan seksual, perusakan,perkelahian massa, anarkis,kehidupan ekonomi yangkonsumtif, kehidupan politikyang tidak produktif, danlain-lain menjadi topikpembicaraan yang hangat diberbagai media massa,seminar dan forum diskusimasyarakat.

Itu adalah sekelumit faktayang terjadi di tengahkehidupan masyarakat yangterkadang berpengaruh dalamkehidupan berbangsa danbernegara. Pendidikankarakter memang tidak bisadipungkiri dan mutlakdiperlukan, tidak hanya dilembaga pendidikan saja akantetapi dalam kehidupan

Desmon SimanjuntakE-mail : [email protected]

Bidang Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta

Pendidikan Karakter: Membentuk Karakter Unggul?

P

Isu Mutakhir

sehari-hari. Mengabaikanpendidikan karakter dapatmengakibatkan karakterbangsa yang utuh dapatsemakin terkikis dan lambatlaun dapat berakhir denganperpecahan bangsa karenamasing-masing kelompokmasyarkat mempertahankansikap arogansi dan egomasing-masing.

Bangsa yang cerdasmemang diperlukan dalammembangun bangsa dannegara serta untukmengembangkan ilmupengetahuan dan teknologiyang diperlukan dalammemecahkan berbagaimasalah. Akan tetapikecerdasan semata tidak lahcukup tetapi diperlukankepribadaian atau karakteryang baik dan kuat.Kecerdasan perlu diimbangidengan kepribadian yangtangguh.

Kata bijak mengatakan,ilmu tanpa agama buta, danagama tanpa ilmu adalahlumpuh. Sama juga artinyabahwa pendidikan kognitiftanpa pendidikan karakteradalah buta, sedangkanpengetahuan karakter tanpapengetahuan kognitif, akan

lumpuh sehingga mudahdisetir dimanfaatkan dandikendalikan orang lain.

Pendidikan karakter diIndonesia hingga kini belummencapai hasil seperti yangdiharapkan. Sementara itu,disusunnya mata pelajaranbudi pekerti yang diajarkan disemua tingkatan pendidikanpada desain pembelajarannyamasih tetap cenderungmengarah pada satu ranahkognitif saja. Bahkan, sejalandengan syarat muatanteknologi dan ilmu yangdipelajari, pendidikan budipekerti itu tersisihkan danditinggalkan di sejumlahsekolah.

Ketua Tim Ahli PusatStudi Pancasila, Prof. Dr.Sutaryo, mengatakan kondisipendidikan karakter cukupmemprihatinkan akibatditinggalkannya pendidikandan pengajaran bidangagama, Pancasila danKewarganegaraan.Pendidikan yang berjalantidak ubahnya seperti di erapenjajahan Belanda, yaknimendidik para peserta didikmenjadi amtenar atau kuli/pegawai Belanda. Bedanya,kini lulusan sebuah lembaga

Page 105: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

99Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Isu Mutakhir: Pendidikan Karakter: Membentuk Karakter Unggul?

pendidikan disiapkan untukmemenuhi kebutuhan pasar.

Sangat disayangkan,pendidikan karakter diIndonesia belum menyentuh,masih pada tingkatanpengenalan norma atau nilai-nilai, belum sampai padatingkat internalisasi dantindakan nyata dalamkehidupan sehari-hari.Pendidikan cenderungmengedepankan penguasaanaspek keilmuan dan kecerdasan. Hal inidikarenakan pendidikan yangterjadi di kelas-kelas tidaklebih dari latihan-latihanskolastik, seperti mengenal,membandingkan, melatih danmenghapal, yaknikemampuan kognitif yangsangat sederhana di tingkatpaling rendah.

Secara lebih ekstrimHelena Asri Siniwang (2008),mengatakan bahwakecenderungan yang muncul,pendidikan dikerdilkanmenjadi “persekolahan” yangkemudian dipersempit lagidengan “pengajaran”.Selanjutnya “pengajaran”dipersempit kembali dengan“pengajaran di ruang kelas”dan semakin sempit menjadipenyampaian materikurikulum yang hanyaberorientasi pada pencapaiantarget sempit ujian nasional(UN). Penyempitan seperti inihanya mengarah pada aspekkognitif dan intelektual.Sedangkan unsurfundamental yang berakarpada nilai moral daripendidikan itu sendiriterlupakan. Akibatnya,pendidikan hanyamenghasilkan manusia yang

skolastik dan pandai secaraintelektual namun kurangmemiliki karakter utuhsebagai pribadi.

Lalu apa yang salahdengan pendidikan sehinggasetelah lebih dari 67 tahunIndonesia merdeka,pendidikan nasional belummampu berfungsi menunjangtumbuhnya bangsa yangberkarakter? Untuk itu,penting untuk memahamisecara tepat hakikatpendidikan karakter anakdidik dan peranannya dalampendidikan karakter bangsa.Dengan perkataan lain, perludibahas apa yang dimaksuddengan pendidikan karakter,mengapa pendidikan karaktersangat penting bagikehidupan berbangsa danbernegara, dan bagaimanaseharusnya pendidikankarakter itudiimplementasikan?

Pendidikan Karakter 

Karakter adalah cara berpikirdan berperilaku yang menjadiciri khas tiap individu untukhidup dan bekerjasama, baikdalam lingkup keluarga,masyarakat, bangsa dannegara. Individu yangberkarakter baik adalahindividu yang bisa membuatkeputusan dan siapmempertanggungjawabkantiap akibat dari keputusanyang ia buat.

Pembentukan karaktermerupakan salah satu tujuanpendidikan nasional.Undang-undang SistemPendidikan Nasional Nomor20 Tahun 2003 menegaskanbahwa “Pendididikan

Nasional berfungsimengembangkan kemampuandan membentuk watak sertaperadaban bangsa yangbermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupanbangsa, dan bertujuan untukmengembangkan potensipeserta didik agar menjadimanusia beriman danbertaqwa kepada Tuhan YangMaha Esa, Berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatifmandiri dan menjadi wargaNegara yang demokratis sertabertanggung jawab”

Amanah UU Sisdiknastahun 2003 itu bermaksudagar pendidikan tidak hanyamembentuk insan indonesiayang cerdas, namun jugaberkepribadian atauberkarakter, sehingganantinya akan lahir generasibangsa yang tumbuhberkembang dengan karakteryang bernafas nilai-nilailuhur bangsa serta agama.

Oleh sebab itu,pendidikan karakter adalahpendidikan yang menekankanpada pembentukan nilai-nilaikarakter pada anak didik.Pendidikan karaktermerupakan salah satu halpenting untuk membangundan mempertahankan  jati diribangsa.  Empat ciri dasarpendidikan karakter yangdirumuskan oleh seorangpencetus pendidikan karakterdari Jerman yang bernama FWFoerster. Pertama, pendidikankarakter menekankan setiaptindakan berpedomanterhadap nilai normatif. Anakdidik menghormati norma-norma yang ada danberpedoman pada normatersebut. Kedua, adanya

Page 106: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

100 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Isu Mutakhir: Pendidikan Karakter: Membentuk Karakter Unggul?

koherensi atau membangunrasa percaya diri dankeberanian, dengan begituanak didik akan menjadipribadi yang teguh pendiriandan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resikosetiap kali menghadapisituasi baru. Ketiga, adanyaotonomi, yaitu anak didikmenghayati danmengamalkan aturan dariluar sampai menjadi nilai-nilai dari pihak luar. Keempat,keteguhan dan kesetiaan.Keteguhan adalah daya tahananak didik dalammewujudkan apa yangdipandang baik, dankesetiaan merupakan dasarpenghormatan atas komitmenyang dipilih.1

Berdasarkan penelitian diHarvard University AmerikaSerikat, ternyata kesuksesanseseorang tidak semata-mataditentukan oleh pengetahuandan kemampuan teknis dankognisinya (hard skill) saja,tetapi lebih oleh kemampuanmengelola diri dan orang lain(soft skill). Penelitian inimengungkapkan, kesuksesanhanya ditentukan sekitar 20persen hard skill dan sisanya80 persen soft skill. Dan,kecakapan soft skill initerbentuk melaluipelaksanaan pendidikankarakter pada anak didik.2

Ki Hajar Dewantara(1889–1959) tokoh pendidikanIndonesia memprakarsaiberdirinya lembagapendidikan Taman Siswa. Diaterkenal dengan filsafatpendidikannya “tut wurihandayani, hing madya mangunkarsa, hing ngarsa sung tulada”.Dewantara

mengklasifikasikan tujuanpendidikan dengan istilah“tri-nga”. “Nga” pertamaadalah “ngerti” (memahamiatau aspek intelektual), “nga”kedua “ngarasa” (merasakanatau aspek afeksi), dan “nga”ketiga adalah “nglakoni”(mengerjakan atau aspekpsikomotorik). Rumusan inidilakukan sekitar 20 tahunsebelum Blom dan kawan-kawannya merumuskantaksonomi tujuan pendidikanyang meliputi aspek kognitif,afektif, dan psikomotor.Menurut Dewantara, hak tiaporang untuk mengatur dirisendiri, oleh karena itupengajaran harus mendidikanak menjadi manusia yangmerdeka batin, pikiran, dantenaga. Pengajaran janganterlampau mengutamakankecerdasan pikiran karena halitu dapat memisahkan orangterpelajar dengan rakyat.3

Sejalan dengan itu,pendidikan karaktersebenarnya sudah ada sejakdulu seperti apa yangdiungkapkan oleh Ki HajarDewantara melalui AmongMetode, dimana ada tigaunsur pendidikan yang harusberjalan sinergis yaitukeluarga, sekolah danmasyarakat. Dengan AmongMetode diharapkan anakakan tumbuh sesuai kodrat(naturelijke groei) dan keadaanbudaya sendiri (culturhistories). Sehingga ada tigahal yang patut dan perluuntuk dikembangkan dalamrangka membangun karakteryang berpendidikan yaitumembangun budaya agarsiswa selalu siap denganperubahan yang semakin

kompetitif mengingat budayaitu bersifat kontinue,konvergen dan konsentris .4

 Grand DesignPendidikan Karakter 

Kementerian PendidikanNasional (Kemendiknas)Mohammad Nuh mengatakan,pendidikan karakter tidakhanya untuk membangunkarakter karakter pribadiberbasis kemuliaan semata,tetapi secara bersamaan jugabertujuan membangunkarakter kemuliaan sebagaibangsa, yang bertumpu padakecintaan terhadap bangsadan negara.5

Masyarakat perlumengapreasiasi gerakannasional pendidikan karakteryang telah dicanangkan olehPemerintah, namun yangmenjadi masalah tidakjelasnya arah karakter yangdimaksud Pemerintah, walaupada tahun 2010 laluKemdiknas sudahmenetapkan pendidikankarakter. Grand designpendidikan karakter bagipeserta didik di sekolahdinilai tidak jelas. Adakecenderungan ketidakjelasanmenerapkan pendidikankarakter di sekolah inimenyalahkan guru.

Koordinator ForumMusyawarah Guru Jakarta(FMGJ) Retno Listyarti6

mengungkapkan Pemerintahhanya melontarkan idetentang pengembangan danpenerapan ide tentangpengembangan danpendidikan karakter. Namundemikian, Pemerintah tidakmemiliki cetak biru

Page 107: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

101Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Isu Mutakhir: Pendidikan Karakter: Membentuk Karakter Unggul?

pendidikan karakter sepertiapa yang mau dibangun olehnegara ini, yang artinyapembangunan karakter dalampendidikan seharusnyamenentukan karakter apa sajayang ingin dibangun dandikembangkan di sekolah,tetapi itu harus sejalandengan karakter yang didesain oleh Pemerintah.

Senada dengan RetnoListyarti, pemerhatipendidikan dari UniversitasNegeri Jakarta (UNJ) Jimmy SPaat7 mengatakan, pendidikankarakter seharusnya melekatdalam proses pendidikan.Namun, keadaan yangsekarang mengkondisikanpendidikan karakter justruberdiri sendiri, bukan masukdalam bagian pada prosespembelajaran. “Sikap reaktifpemerintah ini justru terkesanmenyalahkan guru atasberbagai persoalan di negeriini, seperti budaya korupsidan radikalisme akibatpendidikan moral pada PKndan Agama dianggap gagal.Guru kembali dipersalahkandalam kasus ini. Padahal, soalmoral bukan tanggung jawabguru dan sekolah semata,karena pendidikansemestinya dimulai darirumah.”

Dalam tataran teori,pendidikan karakter sangatmenjanjikan untuk menjawabpersoalan pendidikan diIndonesia. Namun, dalamtataran praktik, seringkaliterjadi bias dalampenerapannya. Misalnya saja,di sekolah anak-anakdiajarkan tentang kejujuran,tetapi dalam praktiknya anak-anak sering mendengar berita

di media massa dan elektronikbanyak pejabat, anggota DPRdan pengusaha yang terlibatkorupsi. Di sekolah juga anak-anak diajarkan salingmenghargai dan salingmenghormati, tetapi dalampraktiknya anak-anak melihatanggota Dewan (wakil rakyat)bertengkar di ruang sidangparipurna karena perbedaanpendapat. Selain itu anak-anak juga diajarkan bersikapdan berlaku adil terhadapsesama, tetapi dalampraktiknya anak-anakdipertontonkan denganinkonsistensi penegakanhukum di tanah air yangtumpul terhadap penguasadan tajam kepada rakyat yangkecil dan lemah.

Di sisi lain, pendidikankarakter tidak akan berhasilsesuai dengan tujuan darigerakan nasional pendidikanyang dicanangkan olehpemerintah, jika pemerintahtetap bersikukuhmelaksanakan Ujian Nasional(UN). Karena pendidikankarakter adalah pendidikanbudi pekerti plus, yaitu yangmelibatkan aspekpengetahuan (cognitive),perasaan (feeling), dantindakan (action), sedangkanUjian Nasional (UN)cenderung hanya diukur darisegi pengetahuan (cognitive)saja.

Pendidikan karaktercenderung tak akan pernahtersentuh secara nyata jikahanya sebatas prosespemahaman tentang karakteratau hanya bersifat informasitanpa adanya tindakan.Dewasa ini di media cetak,elektronik dan media internet

banyak memberitakan tentangkasus jual beli kunci ujian,contek menyontek,plagiarisme, bahkan kasuskriminal (tawuran) yangdilakukan oleh pelajar. Itusemua menunjukkan bahwanilai realisasi karakter bangsatidak terwujud nyata.Fenomena ini muncul akibatrendahnya kualitaspendidikan di Indonesia.Faktor-faktor yangmempengaruhinya, antaralain: (1) rendahnya saranafisik, (2) rendahnya kualitasguru, (3) rendahnyakesempatan pemerataanpendidikan, (4) rendahnyarelevansi pendidikan dengankebutuhan, (5) visi danmoralitas pendidikan sertaanak didik yang rendah, (6)mahalnya biaya pendidikan.

Keenam halangan inihanya bisa hilang jika nilailuhur dan pendidikankarakter benar-benarterealisasikan. Untukmendapat hasil yangmaksimal berkaitan denganpermasalahan di atas sangatdiperlukan suatu terobosan didunia pendidikan untukmenciptakan generasi mudayang berkarakter danberprestasi tinggi. Untukmencapai itu diperlukaninovasi dan pengembangannilai disiplin serta komitmendari setiap perangkat sekolahagar pendidikan karakter bisaterus berjalan. Dampak daripendidikan karakter dapatmembangun individu untukmengenali dirinya sendiri danmampu menetapkan tujuanpendidikannya. MenciptakanInsan yang Berkarakter Kuat 

Page 108: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

102 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Isu Mutakhir: Pendidikan Karakter: Membentuk Karakter Unggul?

Membentuk siswa yangberkarakter unggul bukanlahsuatu upaya mudah dancepat. Hal tersebutmemerlukan upaya terusmenerus dan refleksimendalam untuk membuatrentetan Moral Choice(keputusan moral) yang harusditindaklanjuti dengan aksinyata, sehingga manjadi halyang praktis dan reflektif.Diperlukan sejumlah waktuuntuk membuat semua itumenjadi custom (kebiasaan)dan membentuk watak atautabiat seseorang. MenurutHelen Keller (manusia buta-tuli pertama yang lulus cumlaude dari Radcliffe College ditahun 1904) “Character cannotbe developed in ease and quite.Only through experience of trialand suffering can the soul bestrengthened, vision cleared,ambition inspired, and succesachieved.”8

Selain itu pencananganpendidikan karakter tentunyadimaksudkan untuk menjadisalah satu jawaban terhadapberagam persoalan bangsayang saat ini banyak dilihat,didengar dan dirasakan, yangmana banyak persoalanmuncul yang diindentifikasibersumber dari gagalnyapendidikan dalammenerapkan nilai-nilai moralterhadap peserta didiknya.Hal ini tentunya sangat tepat,karena tujuan pendidikanbukan hanya melahirkaninsan yang cerdas, namunjuga menciptakan insan yangberkarakter kuat. Seperti yangdikatakan Dr. Martin LutherKing, yakni “Intelligence pluscharacter that is the goal of trueeducation” (kecerdasan yang

berkarakter adalah tujuanakhir pendidikan yangsebenarnya).9

Menurut Psikolog UGM,Sylvi Dewajani, S.Psi,10 desainpembelajaran budi pekertisemestinya tidakdimunculkan sebagai suatumata pelajaran, namunterserap sebagai muatan disetiap aktivitas pembelajaranyang didesain. Pendapat inibermakna bahwa pendidikankarakter harus dlakukan padasetiap mata pelajaran sebagaihidden curriculum. Bahkan,melalui pembahasan setiappokok bahasan matapelajaran mana pun dapatdisampaikan nilai-nilaipendidikan karakter.

Di sisi lain, membangunkekuatan karakter bisadilakukan melalui pendidikankarakter baik di lingkunganformal seperti sekolah, ataunon-formal seperti keluargadan masyarakat. Pendidikankarakter diberikan melaluipenanaman nilai-nilaikarakter. Bisa berupapengetahuan, kesadaran ataukemauan dan tindakan untukmelaksanakan nilai-nilaitersebut. Output pendidikankarakter akan terlihat padaterciptanya hubungan baikterhadap Tuhan Yang MahaEsa, diri sendiri, sesama,lingkungan dan masyarakatluas.

Pendidikan karakterpenting bagi pendidikan diIndonesia. Pendidikankarakter akan menjadi dasardalam pembentukan karakterberkualitas bangsa, yang tidakmengabaikan nilai-nilai sosialseperti toleransi,kebersamaan,

kegotongroyongan, salingmembantu dan menghormatidan sebagainya. Pendidikankarakter akan melahirkanpribadi unggul yang tidakhanya memiliki kemampuankognitif saja namun memilikikarakter yang mampumewujudkan kesuksesan.

Menurut Ki HajarDewantara cara mendidik ituamat banyak, tetapi terdapatbeberapa cara yang patutdiperhatikan, yaitu: (a)memberi contoh (voorbelt); (b)pembiasaan (pakulinan,gewoontevorming); (c)pengajaran (wulang-wuruk); (d)Laku (zelfbeheerssching); (e)pengalaman lahir dan batin(nglakoni, ngrasa). Carapendidikan tersebut sangatlahtepat untuk membangunkarakter anak bangsa.Pemberian contoh yangdisertai dengan pembiasaansangatlah tepat untukmenanamkan karakter padapeserta didik. Begitu jugapangajaran (wulang-wuruk)yang disertai contoh tindakan(laku) akan mempermudahpeserta didik dalammenginternalisasi nilai-nilaipositif, sebagai bentukperwujudan karakter. Apalagidisempurnakan denganpengalaman lahir dan batinmaka menjadi sempurnalahkarakter peserta didik.

Penutup

Oleh karena itu, pendidikankarakter hendaknyadirumuskan dalamkurikulum, diterapkan metodependidikan, dan dipraktekkandalam pembelajaran. Selainitu, lingkungan keluarga dan

Page 109: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

103Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Isu Mutakhir: Pendidikan Karakter: Membentuk Karakter Unggul?

masyarakat sekitar jugasebaiknya diterapkan polapendidikan karakter.Pendidikan karaktermenekankan setiap tindakanberpedoman terhadap nilainormatif. Anak didikmenghormati norma-normayang ada dan berpedomanpada norma tersebut. Anakdidik akan lebih meneladanitingkah laku, tutur kata danperilaku guru di sekolah danorang tua di rumah daripadamereka hanyamengajarkannya tapi tanpasikap hidup dan teladan yangdiberikan kepada anak didiktersebut.

Akhirnya di dalammelaksanakan pendidikankarakter diperlukandukungan dan peran sertasemua pihak, baikpemerintah, guru (sekolah)dan orang tua (masyarakat).Dengan demikian pendidikankarakter seharusnyadikembangkan melalui prosespendidikan, baik di dalamsekolah maupun di luarsekolah, di dalam keluargamaupun di dalam berbagaibidang kehidupan termasukbidang sosial (socialcommunity). Perananpendidikan baik formalmaupun informal merupakanbidang yang sangat strategisdi dalam mengembangkankebudayaan dan pendidikankarakter itu sendiri. Sehinggapendidikan karakter yangdiharapkan tidak serta mertaakan lahir di sekolah saja,akan tetapi juga perludikembangkan di dalamkehidupan keluarga dankehidupan masyarakat.Dengan begitu, generasi-

generasi indonesia nanunggul akan dilahirkan darisistem pendidikan karakter.

Catatan kaki:1 http://ww.pendidikankarak

ter.com/langkah-awal-dalam-pendidikan-karakter/

2 Ibid.3 Yusufhadi Miarso, Menyemai

Benih Teknologi Pendidikan(Jakarta: Kencana, 2004),hlm. 130

4 http://ww.pendidikankarakter.com/langkah-awal-dalam-pendidikan-karakter/

5 http://nasional.kompas.com/read/2011/04/29/16413291/ Hardiknas.dan.Gaung. Pendidikan.Karakter

6 http://nasional.kompas.com/read/2011/05/18/13574380/Arah.Pendidikan.Karakter.Tidak.Jelas

7 Ibid8 http://

www.pendidikankarakter.com/mewujudkan-pendidikan-karakter-yang-berkualitas/

9 Ibid.,10 http://www.suaramerdeka.

com/v1/index.php/read/news/2012/05/04/117339/Pendidikan-Karakter-di-Indonesia-Belum-Berhasil

Daftar Pustaka

 Haryanto. Pendidikan karak-ter menurut Ki HajarDewantara. Yogyakar-ta: UNY, 2011.

http://nasional.kompas.com/read/2011/05/18/13574380/Arah.PendidikanKarakter. Tidak.Jelas,diakses pada 7November 2012.

http://nasional. kompas.com/read/2011/04/29/16413291/Hardiknas danGaung PendidikanKarakter, diaksespada 7 November2012.

http://ww.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html, diakses pada 7November 2012.

http://www.pendidikankarakter.com/wajah-sistem-pendidikan-di-indonesia/,diakses pada 7November 2012.

http://www.pendidikankarak ter.com/langkah-awal-dalam-pendidikan-karakter/,diakses pada 7November 2012.

http://www.pendidikankarakter. com/mewujudkan-pendidikan-karakter-yang-berkualitas/, diaksespada 7 November2012.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/05/04/117339/Pendidikan-Karakter-di-Indone-sia-Belum-Berhasil,diakses pada 7November 2012.

http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=3911, diaksespada 7 November2012.

Miarso, Yusufhadi. Menye-mai benih teknologipendidikan. Jakarta:Kencana, 2004.

 

Page 110: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

104 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Resensi buku: Pemasaran Jasa PendidikanResensi buku

emasaran atau marketing dewasa inibukan hanya dimiliki oleh duniabisnis, tetapi ternyata lembagapendidikan/sekolah juga membutuh-

kannya, karena meningkat-nya kompetisi, perubahandemografi, ketidakpercayaanmasyarakat, penyelidikanmedia serta keterbatasansumber daya. Kondisi inilahyang memicu munculnyapemasaran jasa pendidikandalam rangka meyakinkanmasyarakat akan eksistensisekolah dan jasa yang adasesuai dengan kebutuhanmasyarakat. Sekolah perlumendapatkan input yang lebihmatang untuk mendukungproses pembelajaran danmeningkatkan daya saing.Oleh karena itu sekolahmemerlukan strategi jasa pendidikan untukmemenangkan kompetisi antar sekolah.Pemasaran jasa pendidikan perlu belajarmeningkatkan kepuasan pelanggan jasapendidikan karena pendidikan merupakanproses sirkuler yang saling mempengaruhi dan

berkelanjutan. Pemasaran jasa pendiddikanuntuk organisasi berorientasi laba denganorganisasi nirlaba (sekolah) tentulah sangatberbeda. Oleh karena itu perlu model tersendiri

untuk pemasaran jasapendidikan. Buku Pemasar-an Jasa Pendidikan yangditulis David Wijaya, M.Mmerupakan salah satu bukuyang mengulas tentangpemasaran jasa pendidikan.

Buku ini memberikanwawasan perbandinganpemasaran yang biasa terjadidi dunia bisnis denganpemasaran untuk jasa pendi-dikan. Pengupasannyapunmengalir dari yang umummenuju ke hal yang khususyaitu dari dunia bisnis kedalam dunia pendidikan.Dengan demikian pembaca

dapat memahami apa yang biasanya terjadi didalam dunia bisnis yang kemudian dapatmemahami apa yang seharusnya ada di dalampemasaran jasa pendidikan. Banyak pakar danpraktisi pendidikan berpendapat bahwa bukuini dapat menggugah pendidik dan tenaga

Judul Buku:Pemasaran Jasa Pendidikan

Pengarang:David Wijaya, M.M

Tahun /Cetakan:2012 / Cetakan 1

Kolase:1 jilid, 290 halaman, 17x24 cm

Penerbit:SalembaEmpat – Jakarta

ISBN:978 – 979 – 061 – 258 – 7

Resensi oleh:Debora L. Kana

Email: [email protected] BPK PENABUR Jakarta

Imma Helianti KusumaEmail: [email protected]

Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta

P

Page 111: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

105Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Resensi buku: Pemasaran Jasa Pendidikan

kependidikan, khususnya pengelola lembagapendidikan milik swasta atau pemerintah, untukmenyadari tuntutan berbagai perubahan kedalam dan ke luar yang perlu dilakukan dandisesuaikan. Pendidikan di Indonesia tumbuhcepat dengan munculnya banyak sekolahdewasa ini sehingga kompetisi dan masalahdalam mengembangkan jasa pendidikan begitukompleks terutama dalam hal perekrutan guru,perekrutan siswa, dan pengembangan sumberdaya manusia (SDM).

Buku ini memberikan wawasan bagaimanasebuah lembaga pendidikan/sekolah dapatmengelola lembaga/sekolah tersebut agar SDMyang ada di dalamnya memahami aspek utamapemasaran jasa pendidikan dengan menempat-kannya dalam konteks strategis. Pemasarandiartikan sebagai marketing dan setiapmendengar kata pemasaran, pemikiran kitaselalu terkait kepada dunia bisnis. Kemudian,timbul pertanyaan apakah perlu memasarkansekolah, atau dikatakan sekolah mengarah kebisnis atau mengikuti sistem perusahaan.

Buku ini membahas secara menyeluruhempat kerangka dasar pemasaran jasapendidikan (terutama sekolah) yang mutlakdiperlukan. Pertama, sebagai lembaga nirlaba,kita perlu meyakinkan masyarakat ataupelanggan bahwa lembaga pendidikan yangdikelola masih tetap eksis. Kedua, kitapun perlumeyakinkan masyarakat dan pelanggan bahwalayanan jasa pendidikan yang kita lakukanrelevan dengan kebutuhan mereka. Ketiga, jenisdan macam jasa pendidikan yang kita lakukandapat dikenal dan dimengerti secara luas olehmasyarakat dan pelanggan. Keempat, eksistensilembaga pendidikan yang kita kelola tidakditinggalkan oleh masyarakat luas sertapelanggan potensial. Pemasaran jasa pendidi-kan dalam buku ini menggambarkan pemasa-ran jasa bukan kegiatan bisnis atau agarlembaga-lembaga pendidikan yang dikelolamendapat murid, tetapi merupakan bentuktanggungjawab lembaga pendidikan kepadamasyarakat luas akan layanan jasa pendidikanyang telah, sedang, dan akan diakukan.

Struktur buku ini terdiri atas tiga tahapanpraktis penerapan konsep pemasaran jasapendidikan secara sistematis. Kerangka dantahapan ini disajikan dalam bagan yang bisadianalogikan sebagai mind-mapping . Tahapanpertama adalah tahapan yang menggambarkan

bahwa lembaga pendidikan/sekolah harusmengetahui tempat sekolah itu berada saat ini.Tahap kedua bahwa sekolah mengetahuilembaga pendidikan/sekolah ingin berada.Tahap ke tiga adalah bagaimana cara lembagapendidikan/sekolah mencapai keinginan itu.Dengan tahapan berpikir seperti ini dapatdisusun pemasaran strategis jasa pendidikan.Ketiga tahap tersebut ada pada setiap tata urutandi dalam setiap bab.

Buku ini disajikan dalam bentuk yangsistematis yang terdiri dari 10 bab yang dimulaidari pemahaman awal tentang pemasaran jasapendidikan, strategi, produk, harga, salurandistribusi, promosi, sumber daya amanusia,bukti fisik dan proses jasa pendidikan, sertasetiap bab dimulai dari pemahaman umumsampai penerapannya. Namun, buku ini tidakmemuat contoh nyata terhadap bukti penerapanyang berhasil pada suatu sekolah.

Keunikan buku ini adalah adanya gambar-gambar sederhana yang mampu memperjelashal-hal yang sulit dimengerti oleh pembacayang belum biasa berkecimpung di dalam duniapemasaran. Selain itu, buku ini juga dilengkapidengan penjelasan khusus untuk istilah yangsering digunakan di dalam pemasaran namunjarang diketemukan di dalam pendidikan.Penjelasan yang demikian sangat membantuuntuk memahami isi buku ini. Di samping bukuini cukup tebal (290 hlm), rujukan yang dipakaijuga cukup banyak (180 sumber pustaka).

Sesuai dengan tema dan fokus isi buku,berikut dibahas lebih lanjut tentang pemasaranjasa pendidikan yang merupakan inti buku ini.Pada awalnya buku ini memberikan sebuahpemahaman akan pentingnya pemasaran jasapendidikan bagi sebuah sekolah. Kemudian,dilanjutkan dengan hal-hal yang perludiperhatikan agar dapat meraih suskes denganpemasaran jasa pendidikan. Pemasaranstrategis sebagai “proses “untuk mengembang-kan dan memelihara kesesuaian strategis antaratujuan dan kemampuan sekolah, sertaperubahan peluang pemasaran. Pemasaranstrategis merupakan aktivitas untuk mengem-bangkan misi, mendukung tujuan dan sasaranlembaga, startegis yang logis serta pelaksanaanyang tepat. Menurut Johnson dan Scholes (1992),manajemen strategis mencakup analisis strategisyang dapat memastikan apakah pemasaran jasapendidikan yang diterapkan terkait dengan riset

Page 112: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

106 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Resensi buku: Pemasaran Jasa Pendidikan

pemasaran pendidkan dan analisis pemasaranjasa pendidikan. Juga mencakup pilihanstrategis atau cara memilih pendekatan strategispemasaran jasa pendidikan, serta pelaksanaanstrategis yang merubah strategi pemasaran jasapendidikan menjadi praktik pemasaran jasapendidikan.

Riset pemasaran jasa pendidikan sebenar-nya menjadi sesuatu yang strategis untukdilakukan. Hal ini merupakan sumber datauntuk pengembangan program sekolah. Buku inimemberikan tuntutan data seperti apa yangdapat dimanfaatkan, bagaimana proses riset itusendiri, dan juga mengkombinasikan kecende-rungan pasar yang biasa menjadi sebuah pertim-bangan untuk memperoleh informasi konteks-tual. Sangat disa-yangkan bagian ini tidakdilengkapi dengan contoh nyata yang mampumenggiring pembaca yang awam akan risetuntuk setidaknya memahami apa yangdilakukan dalambagian ini. Dengandemikian, pembacayang awam akanriset merasakanbagian ini keku-rangan penjelasanatau informasi

Jawaban untuktahapan “Dimanakita berada saat ini”,dan tahapan” dima-nakah kita akan berada,” memerlukan auditpemasar-an jasa pendidikan, yang dalam bukuini dijelaskan dengan tuntas. Untuk men-capaiapa yang di-targetkan perlu dia-dakanpemilihan terhadap strategi pemasaran danbauran pemasaran. Secara sistimatis buku inimemberi wawasan bahwa untuk mencapaitahap penting yang ke tiga, yaitu bagaimana carakita mencapai apa yang ditargetkan, maka perludiperhatikan tentang kualitas dan keistimewaanproduk, kualitas dan bauran jasa, sertakesesuaian harga tawaran, demikian pendapatKotlen (2000).

Produk jasa pendidikan (tawaran pasar)memberikan warna keberhasilan dalam sekolahdan lembaga pendidikan yang berkaitan denganmutu pendidikan antara lain rentang produk(product range) yaitu aneka produk jasapendidikan yang ditawarkan; manfaat produk(product benefit) yaitu manfaat aktivitaspembelajaran bagi siswa dan apakah produkjasa pendidik berorientasi kepada produk jasa

pendidikan; usia produk (product live), yaitulama waktu berlangsungnya proses pembel-ajaran; dan kualitas produk (product quality)yaitu apakah produk jasa pendidikan memenuhipersyaratan kualitas yang diinginkan pelang-gan jasa pendidikan.

Harga dapat diubah dengan cepat namunorganisasi menghadapi masalah terpentingdalam kaitan dengan aktivitas penentuan harga.Menentukan harga merupakan sesuatupertukaran antara barang dan jasa. Namun dipendidikan harga jasa dianggap sebagai biayapendidikan. Untuk menentukan hal ini tidaklahmudah karena banyak unsur yang harusdipertimbangkan. Buku ini memberikantuntunan bagaimana menentukan biayapendidikan. Di dalamnya dikupas tentang faktoryang memepengaruhi pengeluaran pendidikan.Bagian ini sangat membantu dalam menentukanbiaya pendidikan. Kembali kepada kelemahan

buku ini, tidak adacontoh nyata yangdapat memperjelasteori dan pertim-bangan yangd i m u n c u l k a n .Strategi penentuanharga jasa tergam-bar jelas hal-halyang harus diper-hatikan.

Promosi jasapendidikan merupakan salah satu variabel yangseharusnya dilakukan oleh sekolah dalam me-masarkan produk jasa pendi-dikan. Bagaimanasekolah menjang-kau masyarakat untukmenginfor-masikan dan meya-kinkan untukmemilih produk yang dita-warkan. Kondisi iniberhubungan dengan komuni-kasi dua arah.Formula 6M lah untuk mengetahui unsur-unsurkomunikasi pema-saran yang selanjutnyamemerlukan strategi promosi jasa pendidikan.Bagaimana strategi promosi yang cocok untuksekolah sudah dibahas dalam buku ini, namunbelum menampilkan bagaimana memilih yangpaling cocok untuk kondisi tertentu dengankarakteristik tertentu.

Sumber daya manusia merupakan sumberpenting bagi sebuah sekolah karena semua yangada tidak akan pernah berfungsi ketika sumberdaya manusia tidak tersedia. Sumber dayamanusia juga menjadi penggerak sistempendidikan. Di samping itu sumber dayamanusia berfungsi sebagai sumber pengetahu-

Promosi jasa pendidikanmerupakan salah satu variabel

yang seharusnya dilakukan olehsekolah dalam memasarkan

produk jasa pendidikan.

Page 113: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

107Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Resensi buku: Pemasaran Jasa Pendidikan

an, keterampilan dan kemampuan yangterakumulasi dalam diri anggota organisasi.Perlu pula diketahui unsur-unsur seperti apakahyang dapat terlihat dalam penjualan jasapendidikan. Misalnya, jika sekolah melakukanpemasaran jasa pendidikan maka diperlukankarakteristik tertentu agar efektif dan efisien.Buku ini memperikan panduan tim pemasaranyang efektif dan efisien. Sekolah harusmemastikan bahwa karyawan mau dan mampumenyampaikan kualitas sekolah . Untukmembangun budaya sekolah yang berorientasikepada pelanggan dan karyawan sekolah yangberientasi melayani maka sudah selayaknyamengikuti empat strategi utama yang disajikandalam buku ini. Untuk mampu memahami lebihjelas agar mampu mengembangkan sumber dayamanusia maka 4 (empat) kelompok yang harusdibentuk mengingat dampaknya kepadapelanggan sekolah.

Kurikulum dan penilaian sebuah sekolahatau lembaga pendidikan, merupakan bauranproduk jasa pendidikan yang harusmempertimbangkan efektivitas komunikasi,perilaku siswa, ketrampilan dasar, dan jiwasocial siswa; yang merupakan “kumpulansemua produk dan unit produk yang ditawarkansekolah tertentu kepada pelanggan jasapendidikan”, Kurikulum sebagai produk jasapendidikan dikatakan bernilai baik bilakurikulum itu tepat, khusus, luas, inovatif, dapatmemenuhi kebutuhan siswa, serta dapatdigunakan sepenuhnya oleh guru. Siswa adalahproduk jasa pendidikan yang kelihatan secarafisik yang mengindikasikan keunggulan sekolahkarena memiliki karakteristik siswa yangmampu memenuhi atau melebihi standarpendidikan, antara lain tingkat hasil belajar yangtinggi, prestasi yang menonjol, kesadaranberkewarganegaraan, anggota masyarakatproduktif, menjadi alumni yang berkontribusibagi masyarakat, nilai ujian tinggi, angkamangkir sekolah rendah dan angka putussekolah yang rendah pula.

Menurut Lockhart (2005), produk jasapendidikan adalah “produk jasa atau atributsekolah apapun yang menyediakan manfaatbagi pelanggan jasa pendidikan, baik internalmaupun eksternal”. Dalam menentukan pilihanstrategi produk jasa pendidikan yang akanmemastikan tindakan selanjutnya, pimpinansekolah harus dapat memilih apakah sekolahmemilih “market leader strategy, market challenger

strategy, market follower strategy atau market nicherstrategy”. Pemasaran jasa pendidikan, dansekolah sebagai salah satu unit, harus mangam-bil tindakan proaktif untuk mengembangkanproduk jasa pendidikan. Produk baru dapatdikategorikan sebagai produk yang betul-betulbaru dan tidak ada substitusinya, produk yangsama jenisnya tetapi memiliki model baru, danproduk tiruan tetapi baru bagi organisasi tetapitidak baru bagi pasar. Produk baru pendidikandiawali dengan memilih strategi produk barudan dilanjutkan dengan menghasilkan gagasan,penyaringan gagasan, pengembangan danpengujian konsep, analisis usaha, pengem-bangan dan pengujian produk, uji cobapemasaran, dan peluncuran. Harga jasapendidikan sebagai pendapatan sekolah yangmerupakan hasil perkalian antara harga jasapendidikan dan kualitas pendidikan. Strategiyang dapat digunakan pemasar jasa pendidikanuntuk menentukan harga jasa pendidikan padapelanggan jasa pendidikan dapat denganmenggunakan : unit pricing, two-part pricing, termpricing, scaled pricing, peak-load pricing dan workcontribution. Cara ini dijelaskan dengan rincidalam buku ini.

Menurut Love Lock (2002), strategipenentuan harga termasuk penentuan harga jasapendidikan adalah dengan penentuan harga jasapendidikan berdasarkan biaya (cost-basedpricing), persaingan (competition – based pricing),dan berbasis nilai bagi pelanggan (value- basedprincing). Prosedur penentuan harga jasapendidikan adalah dengan mempertimbangkanperkiraan permintaan, reaksi persaingan,pangsa pasar yang dapat diharapkan,mempertimbangkan politik pemasaranorganisasi dan memilih harga tertentu; demikianpendapat Swastha dan Irawan (1990). Kondisiekonomi, permintaan dan penawaran, elastisitaspermintaan, persaingan, biaya, tujuan manejer,pengawasan dari pemerintah mempengaruhipenentuan harga jasa pendidikan

Pemaparan dalam buku ini adalahmerupakan pedoman praktis bagi sekolah untukmenentukan strategi yang tepat dalammemasarkan dan menyediakan jasa pendidikan.Buku ini mampu menjadi buku pegangan bagisetiap sekolah yang akan mengembangandirinya menjadi lebih baik. Buku ini dapatmenjadi salah satu rujukan dalam memper-siapkan sekolah yang dapat diandalkan olehpelanggannya. Selamat membaca.

Page 114: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

108 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Profil BPK PENABUR Jakarta

Profil BPK PENABUR Jakarta“Integrasi Peningkatan Kualitas dan Kuantitas”

RewindinarE-mail: [email protected] BPK PENABUR Jakarta

adan Pendidikan Kristen (BPK)PENABUR Jakarta berdiri pada tanggal19 Juli 1950 yang pada mulanyamenggunakan nama Badan Pendidik-

an Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee Khu HweeDjawa Barat (BP THKTKHKH). Kemudian pada27 Januari 1967 menjadi Yayasan BadanPendidikan Kristen Djawa Barat dan padaperkembangannya, di tahun 1989 nama BPKPENABUR mulai digunakan.

Yayasan yang dinaungi oleh Gereja KristenIndonesia ini, didirikan dengan dasar kesaksianAlkitab dan bahwa Yesus Kristus adalah AnakAllah dan Juru Selamat dunia. Sedangkanmaksud Yayasan tersebut adalah untukmembina manusia Indonesia berlandaskanPancasila, dan bertujuan untuk memberipelayanan Kristen di bidang pendidikan danpengajaran dalam arti seluas-luasnya.

Di tengah-tengah pesatnya kondisi perkem-bangan dunia pendidikan maupun tingginyakompetisi, Ir. Robert Robianto (yang menjabatsebagai Ketua BPK PENABUR Jakarta mulaitahun 2006 hingga saat ini) mengutarakanbahwa BPK PENABUR Jakarta akan mampumenghadapi tantangan globalisasi denganpenerapan pendidikan karakter di sekolah.

Peningkatan kualitas yang dilakukan olehBPK PENABUR Jakarta selain hal tersebut, jugasecara menyeluruh yaitu pertama kepada siswadan lulusan, sedangkan yang kedua mengacukepada kompetensi sumber daya manusia.

Terdapat tiga faktor yang menjadi tujuanpeningkatan kualitas lulusan PENABUR yaitu:

Sejarah Singkat

B1. Spiritual dan karakter

Dalam hal kegiatan pembelajaran, yangdilaksanakan adalah mengejewantahkanprofil BEST. Sehingga tujuannya dapattercapai yaitu siswa menunjukanspiritualitas dan karakter Kristiani. Dengandemikian, profil lulusan siswa BEST terlihatdalam pola pikir, sikap dan perilaku.Profil BESTBe Tough: memiliki jati diri, spiritualitas dankarakter Kristiani yang utuh dan tangguh.Excel Worldwide : menguasai ilmupengetahuan dan teknologi (iptek),menguasai ICT (information, communicationand technology), menguasai bahasainternasional, kreatif dan memiliki jiwakepemimpinan untuk tujuan positif.Share with society: menghargai kemajemuk-an dan memiliki kepedulian sosial.Trust in God: mengandalkan Tuhan danmenginternalisasikan N2K (nilai-nilaiKristiani) yaitu setia beribadah danmempelajari firman Tuhan, serta memprak-tikan pola hidup Kristiani dalam kehidupankeluarga, sekolah, gereja dan masyarakat.

2. Penguasaan Bahasa InggrisDalam hal penguasaan Bahasa Inggris,siswa BPK PENABUR mampu dan beraniberkomunikasi dalam Bahasa Inggris seharihari. Siswa mampu membaca, menulis danpresentasi , serta proses pembelajaran yangmenggunakan Bahasa Inggris sehinggadapat tercapai tujuan yaitu Bahasa Inggrismerupakan bahasa kedua (English as asecond language, ESL)

Page 115: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

109Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Profil BPK PENABUR Jakarta

3. Penguasaan ICTBertujuan yaitu ICT masuk dalam semua linikegiatan pembelajaran yaitu melalui mediadan e-learning. Selain itu, siswa (mulai kelas5 SD hingga SMA) juga mampu mengguna-kan ICT dalam berkomunikasi denganwarga sekolah. Salah satu bentuk yang telahdilakukan adalah agenda siswa yangdapat diakses oleh siswa dan orang tuamurid melalui online. (http://agendasiswa.comPeningkatan kualitas dari segi sumber daya

manusia juga merupakan hal terutama yangdituangkan dalam profil pendidik maupunkaryawan yaitu PENABUR’S:Professionalism: menjunjung tinggi kode etikprofesi dan citra pendidik Kristen, menguasaipekerjaannya, mempunyai loyalitas, mempu-nyai integritas, mempunyai visi, mempunyaikomitmen, dan mempunyai kreativitas.Enthusiasm: bersemangat dalam membagikanilmunya bagi anak didik, berkemauan kuat,mampu bekerja keras, mempunyai motivasi, danmempunyai kebanggaanNurture: menjaga dan melindungi siswa dengankasih sayang, dan membimbing siswabertumbuh dan berkembang secara optimal.Ability to learn: belajar sepanjang hayat secaramandiri, dan mudah beradaptasi denganlingkungan.Belief in God: mengandalkan Tuhan, menginter-nalisasikan Nilai-nilai Kristiani, danmepraktikan pola hidup Kristiani dalam setiapaspek kehidupan.Unselfishness : mau berbagi dengan sesame, pekadan peduli sesame, dan melayani sesama.Respect to others: menghormati orang lain (siswa,rekan guru, orang tua, dan sebagainya),menghargai perbedaan, dan mengakui kelebihanorang lainSatisfaction: situasi kerja yang kondusif, potensiberkembang optimal (aktualisasi diri),penghargaan sesuai prestasi dan kompetensiyang kompetitif, dukungan kesejahteraan(keamanan, keselamatan, kesehatan) pada masakerja dan pensiun.

Terdapat lima faktor yang menjadi tujuanpeningkatan kualitas atau kompetensi sumberdaya manusia yang ada di PENABUR yaitu:

1. Spiritualitas dan karakter. Melalui kegiatanyang mengejewantahkan profil PENABUR’Smaka profil guru PENABUR adalah guruyang berkarakter Kristiani di mana polapikir, ucapan dan perilakunya mencermin-kan profil PENABUR’S.

2. Kemampuan Bahasa Inggris dan kompeten-si mengajar guru dalam Bahasa Inggris.Guru melakukan pembiasaan komunikasiberbahasa Inggris dan juga prosespembelajaran yang menggunakan BahasaInggris. Sehingga Bahasa Inggris menjadibahasa kedua di lingkungan BPKPENABUR Jakarta.

3. Kemampuan Bahasa Inggris kepala sekolahdan wakil kepala sekolah. Dengandemikian kepala sekolah mampuberkomunikasi lisan maupun tulisan.

4. Kemampuan Bahasa Inggris Karyawan5. Pemanfaatan ICT pegawai. Dalam hal ini,

pegawai menggunakan teknologi komputerdalam proses kerja.Sebagai salah satu bentuk yang dilakukan

dalam rangka pemanfaatan ICT untuk mening-katkan layanan publik, saat ini Bidang SumberDaya Manusia BPK PENABUR Jakarta telahmembuka layanan penerimaan karyawanmelalui internet yaitu http://recruitment.bpkpenabur.or.id

Demikian pula yang dilakukan oleh HumasBPK PENABUR Jakarta, dalam rangkameningkatkan layanan komunikasi denganpublik, saat ini BPK PENABUR Jakarta memilikiakun Facebook dengan nama akun BanggaPrestasi Siswa PENABUR dan akun Twitter@BPKPENABURJkt

Pertumbuhan SekolahBPK PENABUR Jakarta

Komitmen BPK PENABUR Jakarta dalammeningkatkan kinerja, pengabdian dankontribusinya pada dunia pendidikan, tidakhanya difokuskan pada peningkatkan kualitasmutu lulusan dan sumber daya manusia. BPKPENABUR Jakarta juga terus mengupayakanpenyelenggaraan sekolah yang bermutu dandilengkapi dengan fasilitas yang baik untukmenunjang prestasi anak didik.

Page 116: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

110 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Profil BPK PENABUR Jakarta

Tabel 2: Daftar Sekolah BaruBPK PENABUR Jakarta (2009-2012)

Tahun Sekolah

2009 TKK dan SDK PENABURKota Wisata

2012 SMPK dan SMAK PENABURSummarecon Bekasi

2012 SMAK PENABUR KotaModern

Untuk mendukung kegiatan dan belajarmengajar siswa dan dalam rangkameningkatkan pelayanan kepada orang tuamuridnya, BPK PENABUR Jakarta membangungedung sekolah yang baru, tidak hanya diwilayah lokasi baru, tetapi juga melengkapigedung-gedung sekolah untuk jenjang yangbelum ada di satu kompleks. Denagn demikian,orang tua dapat menyekolahkan anaknya di BPKPENABUR mulai dari jenjang TK sampaidengan SMA di kompleks tersebut. Selain itu,renovasi gedung sekolah lama juga dilakukan,sehingga kondusif dan siswa dapat termotivasibelajar dan berprestasi lebih baik lagi.

Pada usia BPK PENABUR ke 62 tahun,berikut adalah daftar gedung sekolah yang telahdiresmikan selama kepengurusan Ir. RobertRobianto (Ketua BPK PENABUR Jakarta Periode2006-2010 & 2010-2014).

Selain peresmian gedung-gedung sekolahtersebut, BPK PENABUR Jakarta juga melakukanpembukaan sekolah di lokasi-lokasi baru,berikut.

Dengan demikian keseluruhan sekolahPENABUR sampai tahun 2013 berjumlah 65sekolah (18 TKK, 16 SDK, 14 SMPK, 13 SMAK, 1SMKFK, 1 Primary, 2 Secondary).

BPK PENABUR Jakarta mengelola sekolahnasional dengan cirri-ciri sebagai berikut.1. Taman Kanak-kanak (TKK)TKK BPK PENABUR Jakarta menerapkanprinsip bermain sambil belajar danbersosialisasi. Melalui permainan, anakdiperkenalkan pada angka, huruf, warna, benda-benda dan sebagainya, sehingga anak-anakakan menyenangi kegiatan belajar.Program di TKK BPK PENABUR Jakarta:nasional, bilingual, dan toddler.

2. Sekolah Dasar (SD)Pada jenjang ini, siswa akan dibimbing dalamupaya pembentukan dan pengembangan diriuntuk menjadi manusia dewasa yang mandiridan bertanggung jawab serta takut akan Tuhan.Kebiasaan baik seperti disiplin, menghargaiorang lain, sikap menghormati, rajin beribadah,peduli sesama, dipupuk dan dikembangkan dijenjang ini. Program SDK BPK PENABURJakarta: nasional, bilingual, SBI (Sekolah BertarafInternasional dan akselerasi.

3. Sekolah Menengah Pertama (SMP)Pembelajaran di jenjang ini, sudah mengarahkepada pemahaman ilmu pengetahuan danlogika. Selain itu, pendidikan karakter jugamendapat penekanan yang kuat. Pada jenjangSMP ini pula, guru menerapkan pendidikan

Tabel 1: Daftar Gedung SekolahBPKPENABUR Jakarta

yang Diresmikan (2009-2012)

Tanggal Peresmian Gedung

3 Oktober 2009 SMPK dan SMAKPENABUR Bintaro Jaya

10 Januari 2009 PENABUR InternationalKelapa Gading

14 November 2009 TKK 3 PENABUR

20 Desember 2010 SMPK 6 dan SMAK 6

26 Februari 2011 Peresmian TKK danSDK PENABUR AgusSalim

15 Agustus 2011 SMPK PENABURHarapan Indah

15 September 2012 TKK 2 dan SDK 2

Page 117: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

111Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Profil BPK PENABUR Jakarta

dengan komunikasi yang sesuai dengan remaja,di mana pada usia jenjang SMP (12-15tahun)adalah usia anak mencari jati diri pengaruhkomunitas atau teman yang sangat tinggi bagimereka. Dengan demikian guru dapat menjaditeman ataupun ‘model’ bagi anak didik.Program SMPK PENABUR Jakarta: nasional,bilingual, Sekolah Bertaraf Internasional (SBI),dan akselerasi.

4. Sekolah Menengah Atas (SMA) danSekolah Menengah Farmasi (SMF).

Pada jenjang SMA ini, pendidikan yangditerapkan selama tiga tahun (usia 15-18tahun)adalah meningkatkan kualitas pembelajarandan penguasaan materi para siswa. LulusanSMAK PENABUR Jakarta memiliki prestasi yangbaik di dalam maupun luar negeri. Selain banyakdiantaranya menerima beasiswa, lulusan jugaditerima di perguruan tinggi ternama di dalam(UI, ITB, IPB, dll) dan di luar negeri (NTU, NUS,SMU, MIT, Princeton).Program SMAK PENABUR Jakarta: nasional,Brilliant Class dan Sistem Kredit Semester (SKS).

Masing-masing SMAK BPK PENABURJakarta memiliki ciri khas di dalam pembel-ajarannya, sehingga siswa dapat memilih sesuaidengan minat dan bakat serta kemampuanmereka:a. SMAK 1: Science and technology (IPTEK), yaitu

menyiapkan penemu atau ilmuwan masadepan.

b. SMAK2: Entrepreneurship (kewirausaha-wan), yaitu melatih siswa untuk mandiri,gigih dan kreatif yang mendukung jiwaseorang entrepreneur.

c. SMAK 3: Kedisiplinan dan ketrampilanmanagerial, yaitu melatih siswa berdisiplindan memiliki pengelolaan diri denganlingkungan, sehingga siswa mampumerancang masa depan yang gemilang.

d. SMAK 4: Entertain and public relations, yaitumelatih siswa melakukan entertain dankomunikasi yang handal sehinggamembangun rasa percaya diri sertakemampuan berkomunikasi siswa.

e. SMAK 5: Leadership (kepemimpinan), yaitumelatih kepemimpinan siswa. Sehinggasiswa mandiri, bertanggung jawab, beranidan aktif dalam berbagai kegiatan sekolah.

f. SMAK 6: Mandarin for business, yaitu melatihsiswa melakukan komunikasi bisnis dalamBahasa Mandarin. Dengan demikian, siswadapat mengembangkan kemampuanBahasa Mandarin untuk menjadi wargaglobal.

g. SMAK 7: Information Communication andTechnology (ICT), yaitu melatih siswa dalammemanfaatkan teknologi dan informasidalam melakukan berbagai aktifitassiswanya. Sehingga siswa dapat menguasaiteknologi yang bermanfaat bagi kehidupanyang lebih baik.

h. SMAK Bintaro Jaya: Seni dan budaya, yaitumemupuk kemampuan siswa dalambersosialisasi dengan sesama.

i. SMAK Harapan Indah: Character Formation,yaitu mendidik siswa yang nantinyamemiliki kepandaian intelektual danmemiliki karakter Kristus dalam perilakumereka.

j. SMAK Gading Serpong: Robotic, yaitumelatih siswa untuk menguasai teknologirobotik terapan sehingga siswa lebih kreatifdan inovatif dalam mencipta.

k. Sekolah Menengah Farmasi (SMF), yaitumenyiapkan siswa agar mampu melanjut-kan studinya maupun bekerja di bidangfarmasi dengan baik.

Program UnggulanBPK PENABUR Jakarta

BPK PENABUR memiliki 6 (enam) programunggulan sebagai berikut.1. Kelas Toddler.TKK BPK PENABUR Jakarta, sudah dimulaipada usia anak 1,7 tahun (Toddler), yaitu sebelummemasuki usia Kelompok Bermain (Play Group).Tujuan kelas toddler adalah membiasakan anakdalam bersosialisasi bersama kelompoknya sertamengembangkan aspek psikomotorik, afektif dankognitif dalam belajar sejak usia dini.

Kelas toddler diselenggarakan di: TKK 1,TKK 3, TKK 6, TKK 10, TKK 11, TKK PENABURBintaro, Gading Serpong, dan Kota Modern.

2. Program BilingualProgram bilingual melatih siswa untuk dapatberkomunikasi dalam Bahasa Inggris dan

Page 118: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

112 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Profil BPK PENABUR Jakarta

Mandarin. Tujuan program ini adalahmempersiapkan lulusan BPK PENABUR Jakartaagar kelak dapat menjadi warga kelas dunia.Program bilingual terdapat di:Jenjang TK: TKK 3, TKK 6, TKK 10, TKK 11, TKKPENABUR Gading SerpongJenjang SD: SDK 4, SDK 6, SDK 10, SDK 11, SDKPENABUR Gading SerpongJenjang SMP: SMPK 1, SMPK 5 dan SMPK 7

3. Program SBIProgram SBI adalah upaya BPK PENABURJakarta dalam memperoleh pengakuan daripemerintah sebagai lembaga pendidikan yangbertaraf internasional untuk jenjang SMP danSMA. Tujuannya adalah mempersiapkan siswamenjadi warga kelas dunia dengan memberikanbeberapa mata pelajaran (matematika dan sains)dengan pengantar Bahasa Inggris. Dengandemikian siswa lebih terlatih dalamberkomunikasi dengan Bahasa Inggris.

Program SBI terdapat di:Jenjang SMP: SMPK 2, SMPK 4, dan SMPKGading Serpong.Jenjang SMA: SMAK 1, SMAK 5 dan SMAKPENABUR Gading Serpong

4. Kelas AkselerasiKelas akselerasi adalah kelas percepatan yangditujukan untuk siswa berbakat akademik yangmenginginkan pembelajaran yang dipercepat.Tujuannya adalah untuk mefasilitasi siswayang memiliki bakat akademik dan intelektualtinggi sehingga mereka dapat menyelesaikanmasa belajarnya dalam waktu lebih singkat.Diharapkan lulusannya juga dapat memperolehnilai tinggi dalam ujian nasional meskipunbelajar dalam waktu lebih singkat.

Kelas akselerasi jenjang SD dilakukan darikelas 3-6 dalam waktu tiga tahun sehingga siswadapat menempuh jenjang SD dalam waktu limatahun, sementara jenjang SMP dapat ditempuhdalam dua tahun. Terdapat di SDK 10 dan SMPK

5. Brilliant ClassBrilliant Class (BC) adalah program pendidikankhusus untuk siswa “berbakat intelektualtinggi” (high intellectually gifted). Tujuannyaadalah mengembangkan potensi siswa secara

optimal sehingga siswa memiliki kesempatanuntuk mendapat pendidikan lanjutan diperguruan tinggi terbaik di dunia. Dan agarkelak mereka mampu mengabdikan diri dalammembangun bangsa dan negara melalui ilmupengetahuan yang mereka miliki.

Para pengajar BC ialah guru-guru SMAKPENABUR terpilih dan dosen dari ITB dan UIyaitu doctor dan master di bidang sains. Materipelajarannya yaitu: kurikulum nasional yangdisesuaikan, Cambridge Curriculum A Level,materi pelajaran untuk olimpiade sains(Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi), SAT/TOEFL, Leadership , pendidikan Kristiani,character formation.

Profil lulusan Brilliant Class sebagai berikut.a. Academic excellent: lulusan berhasil diterima

di universitas terkenal di dunia dan ungguldalam persaingan global

b. Biblical Faith: lulusan mengerti, mengalamidan mengembangkan iman yang hidupkepada Tuhan dan diwujudkan dalamsikap mengasihi kepada Tuhan dan sesama.

c. Community Builder:1) Lulusan memiliki kecakapan hidup

untuk menopang dirinya menjadipembaharu yang efektif dan selaluberpikir positif

2) Lulusan peka dan peduli terhadaplingkungan masyarakat, menjadi pelakunyata sebagai “garam dan terang dunia”

3) Lulusan memiliki komitmen danmemberikan sumbangsih yang nyatauntuk kemajuan dan kesejahteraanBangsa Indonesia.

BC terdapat di SMAK Gading Serpongdengan fasilitas asrama yang diasuhbapak/ ibu asrama dan dilengkapi saranainternet sebagai fasilitas belajar, perpusta-kaan dan sarana pendukung lain sepertilaboratorium, lapangan olah raga, aula,dll.

6. Program SKSProgram ini bertujuan agar siswa dapatmenempuh pendidikan dengan mengikutipelajaran sesuai dengan bakat dan kemampuanyang dimiliki, dengan mengingat bahwakecepatan, potensi belajar dan minat siswa yang

Page 119: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

113Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Profil BPK PENABUR Jakarta

tidak sama. Siswa dapat menyelesaikan studisesuai kecepatan belajar masing-masing limahingga 10 (sepuluh) semester.

Program SKS terdapat di SMAK PENABURHarapan Indah.

Program InternasionalBPK PENABUR Jakarta

Program internasional diperuntukan bagi siswayang menginginkan memperoleh pendidikansetara dan diakui secara internasional.Tujuannya adalah agar siswa dapatmemperoleh pendidikan setara dan diakuisecara internasional serta dapat mengambilstudi lanjut di luar negeri dengan menggunakan

Tabel 3 : Jumlah Peserta DidikBPK PENABUR Jakarta (2008-2013)

Sumber: Bagian Keuangan BPK PENABUR Jakarta

Kurikulum Cambridge (A Level & IGCSEProgram).

Semua mata pelajaran disampaikan dalamBahasa Inggris (kecuali Bahasa Indonesia) baikoleh native, expatriate maupun guru lokal.Disediakan double degree bagi siswa yangmenghendaki pendidikan dengan kurikulumnasional dan Cambridge. Program InternasionalBPK PENABUR Jakarta saat ini terdapat di1. Kelapa Gading 2 (Primary, Upper & Lower

Secondary) dengan CAMBRIDGE IE CentreNumber ID 087

2. Tanjung Duren (Upper & Lower Secondary)dengan CAMBRIDGE IE Centre Number ID137

Page 120: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

114 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Profil BPK PENABUR Jakarta

Gambar 1: Prestasi Siswa SDK BPK PENABUR Jakartapada Olimpiade Sains Nasional (2010-2012)

Sumber: Bagian Pendidikan BPK PENABUR Jakarta

Gambar 2: Prestasi Siswa SMPK BPK PENABUR Jakartapada Olimpiade Sains Nasional (2010-2012)

Sumber: Bagian Pendidikan BPK PENABUR Jakarta

Sumber: Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) BPK PENABUR Jakarta

Tabel 4: Jumlah Guru dan Karyawan ( 2008-2012)

Page 121: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

115Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Profil BPK PENABUR Jakarta

Gambar 3: Prestasi Siswa SMAK BPK PENABUR Jakartapada Olimpiade Sains Nasional (2010-2012)

Sumber: Bagian Pendidikan BPK PENABUR Jakarta

Gambar 4: Prestasi Siswa BPK PENABUR JakartaPada Olimpiade Sains & Matematika

Internasional, Tahun 2012

Page 122: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

116 Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Profil BPK PENABUR Jakarta

Tabel 5: Pengurus BPK PENABUR Jakarta Periode 2010-2014

Penasehat : Pendeta Suta Prawira

Ketua : Ir. Robert Robianto

Bendahara I/ Ketua Bidang Keuangan : Henri Darmawan

Henri Darmawan : Aan Tunggawidjaja

Anggota Bidang Keuangan : Gunawan SantosoLim Suryanto AbednegoLim Tjo Hin

Bidang Kerohanian & Karakter : Pendeta Matius Tukiran Adi Prawira

Ketua I/ Ketua Bidang Pendidikan : DR. Ir. Hadiyanto Budisetio, MM

Anggota Bidang Pendidikan : Adri Lazuardi (Bidang Pendidikan& Kerohanian & Karakter)Dr. Amran Budianto TheodorusIr. Daud Setiawan, MMJohny CM Loelan, SHDrs. Josua Wirjawan Santoso, MBAdr. Tiorimun TioriminIr. Suwandi Supatra, MM (BidangPendidikan & Sarpras)

Ketua II/Ketua Bidang Pengembangan Strategis : Dr. Drs. Henson, SH, CN, MH

Sekretaris II/Bidang Pengembangan Strategis : Drs. Daniel Kosasih

Anggota Bidang Pengembangan Strategis : Peter Anthony, SHPhilo Ponty WiratamaSiswono Akuan RokantaStella S. Warrouw

Ketua III/ Ketua Bidang Sarpras : Yosep Wiryawan

Anggota Bidang Sarpras : Ir. Budijanto Gunawan, MMIrwan Yenathan, SPd.Jahja Kristiantara GunawanJakob RamlanJuniarto HadimartonoIr. Kenny LimIr. Stefanus An Lie

Ketua IV/ Ketua Bidang SDM : Ir. Paulus Mustika S

Sekretaris I/ Bidang SDM : Drs. Adi JV Kaligis

Anggota Bidang SDM : Ir. Arif Suryantodrh. Jan Hedijanto AtmadjaSandra Setiawati Santoso, SHNancy Amelia Wattileo

Page 123: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

117Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012

Profil BPK PENABUR Jakarta

Penutup

Sebagai lembaga pendidikan yang bernaungpada Gereja Kristen Indonesia, BPK PENABURJakarta akan terus berupaya untuk mening-katkan pelayanannya dalam dunia pendidikan.Peningkatkan pelayanan ini juga sebagaikomitmen BPK PENABUR Jakarta dalammendukung pemerintah untuk mencerdaskanBangsa Indonesia.

Peningkatan pelayanan menyeluruh yangdilakukan BPK PENABUR Jakarta terintegrasi,baik secara kualitas maupun pengadaanfasilitas. Peningkatan kualitas yang dilakukanyaitu kualitas mutu siswa dan lulusan, sertakualitas dari sumber daya manusia yang ada,yaitu guru dan karyawan.

BPK PENABUR Jakarta juga menyadariuntuk tercapainya kualitas tersebut, perludidukung sarana dan fasilitas pendukung yangbaik. Oleh karena itu BPK PENABUR Jakartamelakukan renovasi, dan juga membangungedung-gedung sekolah baru di lokasi baru.Dengan demikian orang tua murid dapatmenyekolahkan anaknya di lokasi terdekat darirumah.

Begitu juga dengan para siswa dapatbelajar dengan baik di gedung yang dilengkapidengan fasilitas pendukung yang baik pula.Sehingga melalui pelayanan yang terintegrasiini, dapat meningkatkan motivasi belajar siswayang pada akhirnya akan meningkatkanprestasi belajar siswa.

Page 124: Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN …bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No19-Thn11-Des... · BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR ... 1412-2588 Jurnal Pendidikan

Acuan Penulisan Ilmiah

A. Persyaratan1. Belum diterbitkan/ Belum Pernah dikirim ke Media Cetak Lain.

2. Karya Asli: Dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris

B. Ragam Naskah

1. Kajian Pustaka

2. Kajian Empiris3. Kajian/ Studi Kasus4. Evaluasi5. Kajian Kebijakan6. Kajian Pengembangan7. Analisis Deskriptif/Opini8. Resensi Buku

C. Struktur Naskah

1. Judul

a. Menggambarkan Isi Naska, Singkat dan Padat

b. Tidak Spesifik/Sempit, Tidak Terlalu Umum

c. Paling panjang 14 Kata

2. Identitas Penulis

a.Nama Lengkap, Tanpa Gelar

b. Alamat e-mail Pribadi

c. Nama Institusi/Lembaga

3. Abstrak

a. Isi

i. Sifat: Informatif

ii. Latar Belakang Masalah & Masalah

iii. Tujuan

iv. Metode, Tempat & Waktu

v. Hasil & Saran

b. Panjang150 -200 kata

Dalam 1 paragraf

c. Kata-Kata KunciMinimal 3 kata

Merupakan istilah/konsep penting

d. Bahasai. Bahasa Indonesia

ii. Bahasa Inggris

4. Pendahuluan

a. Isi

i. Latar Belakang Masalah

ii. Rumusan Masalah

iii. Manfaat Penelitian

iv. Kajian Pustaka/Teori

b. Bentuki. Deskriptif

ii. Informatif

5. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

b. Tempat dan Waktu Penelitian

c. Prosedur Penelitian: sumber, teknik pengumpulan & analisis data

6. Hasil dan Pembahasan

a. Hasil/Datai. Kualitatif

ii. Kuantitatif

b. Pembahasani. Interpretasi

ii. Analisis: induktif, deduktif, komparatif

c. Implikasii. Makro/Umum

ii. Mikro/Khusus

7. Penutupa. Kesimpulan

b. Saran

8. Daftar Pustaka

a. Gaya/Style: APA

b. Jumlah referensi minimal 5

c. Dirujuk langsung dlm tulisan

d. Terbitan minimal 5 thn terakhir

D. Fisik Naskah

1. Format: A42. Huruf: Book Antique- 10 point,3. Panjang naskah: 4.000 - 10.000 kata dengan1,5 spasi4. Wujud: Soft copy dan printout