disusun oleh: nurfarihah 102032224692 - institutional...

50
PERUBAHAN PELAKSANAAN KHATAMAN AL-QUR’AN DALAM ADAT PERKAWINAN BETAWI (Studi Kasus di RW 02 Kelurahan Ceger Jakarta Timur) Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULATAS USHULUDDIN DAN FILASAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007

Upload: trinhliem

Post on 10-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

PERUBAHAN PELAKSANAAN KHATAMAN AL-QUR’AN DALAM ADAT PERKAWINAN BETAWI (Studi Kasus di RW 02 Kelurahan Ceger Jakarta Timur)

Disusun Oleh:

NURFARIHAH 102032224692

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULATAS USHULUDDIN DAN FILASAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2007

Page 2: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

PERUBAHAN PELAKSANAAN KHATAMAN AL-QUR’AN DALAM

ADAT PERKAWINAN BETAWI

(Studi Kasus di Rw 02 Kelurahan Ceger Jakarta Timur)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi

Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial Strata 1 (S1)

Oleh:

NURFARIHAH 1020232224692

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Joharotul Jamilah, M.Si. Edwin Syarif, MA NIP. 150 282 401 NIP. 150 283 228

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2007

Page 3: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Subhanallah Walhamdulillah Walailaha Illallah Huwallahu Akbar, segala

puji bagi Allah, Rabb semesta alam, tempat berlindung, memohon, bersandar dan

berkeluh kesah. Sujud syukur kepada-Nya atas rahmat dan karunia yang diberikan

kepada kita semua.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi

Muhammad beserta seluruh keluarganya dan para sahabatnya yang telah

membawa umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman pencerahan.

Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puja serta syukur

Alhamdulillah atas ridha dan berkah yang telah Allah berikan berupa kemudahan

dan kesehatan lahir batin kepada penulis dalam melewati beragam hambatan

didalam proses penyusunan skripsi ini.

Kesuksesan dan keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

tentunya tidak terlepas dari bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, karenanya

penulis dengan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Amsal Bakhtiar MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan beserta para

stafnya, yang telah memberikan fasilitas perkuliahan selama masa

perkuliahan.

2. Dra. Ida Rosyida, selaku Ketua Jurusan sosiologi Agama dan Ibu Joharotul

Jamilah M. Si., selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi Agama, yang telah

Page 4: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

membimbing dan memberikan pengarahan tentang masalah-masalah

akademik.

3. Dr. H. Suwarno Imam, Selaku Dosen Penasehat Akademik.

4. Ibu Joharotul Jamilah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I, dan Bapak Edwin

Syarif, MA, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya

dalam memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah ikhlas hati

memberikan ilmu yang tiada ternilai harganya kepada penulis selama masa

perkuliahan.

6. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri

Jakarta, Perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat, Perpustakaan Universitas

Negeri Jakarta, dan Perpustakaan Nasional, yang telah menyediakan data-data,

literatur dan informasi yang penulis perlukan dalam penyusunan skripsi.

7. Teristimewa ucapan terimakasih penulis haturkan dengan sepenuh hati kepada

kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Abdullah Siran dan Ibunda Hj.

Mardiyah, terimakasih atas segala pengorbanan yang telah Ayah dan Ibunda

berikan, semoga Allah SWT selalu melimpahkan kebahagiaan kepada mereka.

Ayah dan Ibunda, skipsi ini aku persembahkan sebagai sembah baktiku.

8. Kakak dan adik tercinta, Ka Yusuf beserta isteri Rahmah, terima kasih untuk

bersedia memberikan fasilitas komputernya, keponakan yang lucu-lucu Najwa

dan Ramzy, I love u all.

9. Selalu tersirat didalam kalbu rasa terima kasih yang mendalam teruntuk

"Rohmansyah", yang dengan setia mendampingi dan memberi semangat

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Page 5: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

10. Rekan-rekan seperjuangan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Jurusan Sosiologi Agama Angkatan 2002, Aini, Eva Naelufar, Syarif,

Rifai, Daus, Uus, Eva Hasanah, Ina, Erni, Cucu, Maya, Rahmawati dan semua

sahabat yang tak bisa disebutkan satu persatu yang telah menjadikan hari-hari

kuliah begitu indah. Jadikanlah masa perkuliahan dan kebersamaan kita

sebagai sebuah kisah klasik untuk masa depan.

11. Bapak Moh. Faisol, S.Sos, selaku Lurah Ceger yang telah memberikan izinnya

untuk melakukan penelitian, untuk Ibu Ratna Selaku Sekretaris Kelurahan

(Sekkel), terima kasih atas data-data kependudukannya. Kepada Bapak H.E.

Yusuf Selaku ketua Rw 02 dan seluruh tokoh masyarakat dan seluruh

informan yang dengan senang hati telah memberikan data serta informasi yang

penulis butuhkan.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan

didalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis

harapkan guna menyempurnakan skripsi ini.

Akhirnya, harapan yang selalu menyertai penulis, semoga atas segala

keterlibatan dan bantuannya, Allah SWT berkenan memberikan balasan yang

setimpal. Serta memberikan kekuatan dan kedamaian kepada kita semua. Untuk

itu hanya kalimat terima kasih yang dapat penulis sampaikan. Wassalam.

Jakarta, Februari 2007

Penulis

Page 6: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................... 5

D. Metodologi Penelitian .................................................. 5

E. Sistematika Penulisan .................................................. 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Hakikat Perubahan ....................................................... 10

1. Pengertian Perubahan Kebudayaan........................ 10

2. Sebab-Sebab Perubahan Kebudayaan.................... 12

B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ................................ 14

1. Pengertian Adat...................................................... 14

2. Pengertian Perkawinan........................................... 15

3. Hakikat Perkawinan Betawi................................... 16

a. Sebelum Perkawinan........................................ 17

b. Pelaksanaan Perkawinan .................................. 19

1. Pra Akad Nikah.......................................... 19

2. Pelaksanaan Akad Nikah ........................... 20

c. Sesudah Perkawinan ........................................ 23

C. Hakikat Khataman Al-Qur’an dalam Adat Perkawinan

Betawi .......................................................................... 24

Page 7: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

BAB III GAMBARAN UMUM KELURAHAN CEGER

JAKARTA TIMUR

A. Gambaran Wilayah....................................................... 28

B. Gambaran Penduduk .................................................... 29

1. Sosial ...................................................................... 31

2. Ekonomi ................................................................. 33

3. Pendidikan.............................................................. 34

4. Budaya ................................................................... 35

5. Agama .................................................................... 36

BAB IV PERUBAHAN PELAKSANAAN KHATAMAN

AL-QUR’AN DALAM ADAT PERKAWINAN BETAWI

A. Pelaksanaan Khataman Al-Qur’an dalam Adat Perkawinan

Betawi .......................................................................... 39

1. Pelaksanaan Khataman Al-Qur’an dalam Adat -

Perkawinan Betawi dulu ........................................ 39

2. Pelaksanaan Khataman Al-Qur’an dalam Adat -

Perkawinan Betawi Masa Kini............................... 39

B. Perubahan Pelaksanaan Khataman Al-Qur'an dalam

Adat Perkawinan Betawi di Rw 02 Kelurahan

Ceger Jakarta Timur..................................................... 45

C. Faktor-faktor Penyebab Sudah Jarangnya Pelaksanaan Acara

Hataman Al-Qur’an Di RW. 02 Kelurahan Ceger Jakarta

Timur............................................................................ 46

Page 8: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................. 52

B. Saran............................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 55

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 9: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abad 21 ditandai dengan perubahan yang dasyat dalam berbagai

kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut membawa kemaslahatan sekaligus

memberikan banyak kegelisahan pada masyarakat.1 Perubahan yang terjadi

merupakan gejala yang normal.

Daerah khusus Ibukota Jakarta sebagai Kota Metropolitan yang bercirikan

sebagai pusat pemerintahan dan pusat perkembangan budaya Bangsa, mengalami

perkembangan yang sangat besar. Pesatnya perkembangan Kota Jakarta dapat

dirasakan dengan semakin meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta pengaruh modernisasi di berbagai bidang kehidupan sehingga

mengakibatkan adanya perubahan dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan

budaya. Jakarta menjadi potret kehidupan perkotaan yang senantiasa menghadapi

berbagai permasalahan yang diakibatkan oleh pembangunan ekonomi, urbanisasi,

modernisasi dan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Demikian pula

permasalahan di bidang kebudayaan, khususnya kebudayaan masyarakat setempat

yaitu Betawi.

Perubahan sosial budaya masyarakat Daerah Khusus Ibukota Jakarta

antara lain disebabkan oleh sebagian besar penduduk Jakarta terdiri dari mereka

yang berasal dari luar Jakarta. Sementara penduduk asli Jakarta (Betawi) semakin

hari semakin terdesak ke pinggiran Jakarta atau keluar Jakarta, akibat dari

1 Imam Ilyas, Beragama di Abad Dua Satu (Jakarta: Zikrul Hakim, 1997), h. 129.

Page 10: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

tersingkirnya orang Betawi ke daerah pinggiran, membuat orang Betawi merasa

tersisih dari kehidupan Kota Metropolitan Jakarta.2 Sehingga pendukung

kebudayaan Betawi kian hari kian menipis.

Perkampungan lama Betawi dengan kehidupan tradisi dan budaya khasnya

seperti arsitektur rumah, gaya bahasa, kesenian, adat dan upacara perkawinan

serta yang lainnya, berangsur-angsur makin hilang. Oleh karena semakin

banyaknya pendatang dan perkembangan perkotaan maka budaya dan adat istiadat

semakin terpengaruh oleh adanya pendatang, salah satu adat Betawi yang

terpengaruh adalah adat perkawinan.

Pada masa lalu adat istiadat perkawinan Betawi merupakan ciri yang

sakral dan mempunyai arti yang cukup dalam yang benar-benar melekat pada

masyarakat Betawi. Dalam pelaksanaan adat perkawinan Betawi ini diwarnai

dengan nilai-nilai Islam dan hal ini yang menjadi ciri khas dari adat perkawinan

masyarakat Betawi. Hal ini dimungkinkan karena waktu zaman penjajahan dahulu

pedagang-pedagang Arab singgah ke Indonesia dan menetap lama hingga kawin

dengan penduduk asli, memungkinkan adanya percampuran budaya unsur Arab

dengan Jakarta. Oleh karena keunikan dan kekhasannya, adat perkawinan Betawi

perlu dilestarikan. Dalam usaha pelestarian itu perlu adanya peran dari masyarakat

asli didalamnya.

Salah satu identitas orang Betawi adalah beragama Islam, bahkan ada

perkataan "Bukan orang Betawi kalau tidak Islam". Ini menunjukkan bahwa Islam

sangat melekat pada masyarakat Betawi. Sebagian tata cara adat istiadatnya

berlandaskan agama Islam. Sampai saat ini banyak upacara yang menurut tradisi

2 Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi (Jakarta: Logos, 2002), h. 103.

Page 11: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Betawi terkena pengaruh Islam, seperti upacara perkawinan. Hal ini disebabkan

adanya persamaan unsur-unsur adat Betawi dengan unsur-unsur Islam.

Agama Islam dengan segala sistem keyakinan, nilai-nilai dan kaidah-

kaidahnya telah memberi pengaruh yang amat kuat pada budaya Betawi. Orang

Betawi termasuk orang yang taat beribadah. Dengan kata lain agama merupakan

salah satu unsur penting yang mengikat dan memberinya ciri tersendiri sebagai

suku bangsa. Sehingga dalam bertindak dan melakukan upacara adat, orang

Betawi senantiasa mengacu pada nilai dan norma budaya (Islam), begitu pula

dengan adat perkawinan yang didalamnya terdapat unsur agama Islam.

Salah satu contohnya di Rw 02 kelurahan Ceger Jakarta Timur yang

sebagian besar masyarakat Betawi sebelum akad nikah melaksanakan acara

khataman sebagai tanda bahwa calon mempelai pengantin telah cukup dibekali

ilmu agama dapat membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.

Acara khataman yang terdapat dalam adat perkawinan Betawi tidak semua

daerah Betawi melaksanakannya, seperti contohnya di Condet yang mengadakan

acara khataman ketika anaknya itu sudah tamat Al-Qur'an dan ada juga yang

melaksanakan acara khataman bersama dengan acara khitanan contohnya daerah

Kelapa Dua.

Kenyataannya, justru acara khataman yang dilaksanakan sebelum akad

nikah tersebut kian hari kian menghilang dalam adat perkawinan Betawi dan

sebaliknya dalam adat perkawinan Betawi, yang bersifat hura-hura dan

memerlukan biaya yang besar tetap dilaksanakan sampai rela menjual tanah dan

kontrakan untuk mengadakan sebuah acara perkawinan. Sehingga dalam adat

perkawinan, ada anggapan pada masyarakat Betawi biar tekor asal kesohor. Tetapi

Page 12: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

untuk sebuah acara khataman yang lebih bermakna dan membutuhkan biaya yang

lebih sedikit justru tidak dilakukan.

Dari permasalahan tersebut diatas, peneliti bermaksud ingin meneliti lebih

jauh dari fenomena-fenomena yang ada mengenai adat perkawinan. Khususnya

acara khataman yang terjadi pada masyarakat Betawi Rw 02 kelurahan Ceger

Jakarta Timur.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sesuai latar belakang permasalahan tersebut diatas, lingkup atau batasan

permasalahan yang hendak diteliti dalam skripsi ini adalah mengenai acara

khataman Al-Qur’an yang terdapat dalam adat perkawinan masyarakat Betawi di

Kelurahan Ceger Jakarta Timur.

Adapun masalah yang diangkat adalah mengenai perubahan pelaksanaan

khataman Al-Qur’an dalam adat perkawinan masyarakat Betawi.

Mengenai batasan waktu perubahan pelaksanaan acara khataman dahulu

dan sekarang dalam penelitian ini adalah kalau dahulu sebelum tahun 2000,

dihitung dari tahun 1994-1999, sedangkan sekarang sesudah tahun 2000, dihitung

dari tahun 2000-2006.

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan permasalahan

penelitiannya adalah sebagai berikut: Bagaimanakah perubahan pelaksanaan

khataman Al-Qur’an dalam adat perkawinan masyarakat Betawi di Rw 02

Kelurahan Ceger Jakarta Timur? Dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

perubahan pelaksanaan khataman Al-Qur’an dalam adat perkawinan masyarakat

Betawi di Rw 02 Kelurahan Ceger Jakarta Timur?

Page 13: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian:

1. Tujuan utama penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk mencapai gelar

Strata 1 (S1) jurusan Sosiologi Agama.

2. Untuk memperoleh gambaran mengenai "Bagaimana perubahan pelaksanaan

khataman Al-Qur'an dalam adat perkawinan Betawi di Rw 02 Kelurahan

Ceger Jakarta Timur.

Manfaat Penelitian

1. Masyarakat, agar lebih mengenal khataman al-Qur'an dalam adat perkawinan

Betawi sehingga dengan penuh kesadaran berusaha untuk melestarikannya.

2. Dunia keilmuan, guna menambah khasanah keilmuan khususnya dalam

bidang kajian sosiologis.

3. Bagi peneliti, agar dapat mengembangkan pengetahuannya mengenai

khataman al-Qur'an yang terdapat dalam adat perkawinan Betawi.

4. Bagi mahasiswa, agar dapat menambah cakrawala pengetahuan yang ingin

mengetahui lebih jauh tentang khataman Al-Qur’an dalam adat perkawinan

Betawi.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Pendekatan kualitatif untuk pendekatan yang mengacu pada prosedur

penelitian yang menghasilkan penelitian deskriptif, seperti tulisan atau perkataan

orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Klick dan Miller dalam Buku

Page 14: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Metodologi Penelitian Kualitatif karangan Lexy Moleong, penelitian kualitatif

adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam

peristilahannya.3 Sedangkan penelitian deskriptif yang digunakan adalah

bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis fenomena khataman Al-

Qur’an berdasarkan data yang diperoleh untuk menyelesaikan kejadian

sesungguhnya secara deskriptif dan sistematis atas fenomena yang diteliti.4

Lebih spesifik lagi, pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian

ini akan mengambil studi kasus yang diharapkan dapat mempunyai nilai lebih

dalam meneliti atau mengetahui fenomena-feomena sosial yang ada.5

2. Informan dan Key Informan

Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat Betawi yang tinggal di

Rw 02 kelurahan Ceger yang pernah melaksanakan adat perkawinan betawi

sebanyak 7 orang.

Sedangkan subyek utama (key informan) dalam penelitian ini adalah

mu’allim (guru ngaji) yang dianggap penting, yang telah menjadi guru ngaji sejak

tahun 1990 sampai sekarang. Alasan diambilnya subyek tersebut karena diduga

mereka lebih mengetahui permasalahan mengenai acara khataman Al-Qur'an

dalam perkawinan Betawi secara mendalam sebagai sumber informasi dan data

pendukung sebanyak 4 orang.

3 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2000), h. 3. 4 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998),

h. 19 5 Robert, K. Yin, Studi Kasus (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 4.

Page 15: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

3. Tehknik Pengumpulan Data

Tehknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan

data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan atau observasi sebagaimana dijelaskan oleh Imam Suprayogo

dan Tabrani, adalah satu proses mengamati dan mendengar dalam kerangka untuk

memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap suatu fenomena.6

Dalam hal ini peneliti melakukan observasi secara langsung ketempat

penelitian untuk mendapatkan data yang benar dan akurat.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

dengan responden.7 Untuk keperluan wawancara diperlukan pedoman wawancara

yang terlebih dahulu ditetapkan atau disiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan

diajukan untuk mendapatkan kejelasan dari permasalahan yang ada.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data dengan cara melihat-

lihat dokumen. Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan

dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau

dokumen tertulis seperti arsip data, surat-surat, rekaman gambar, benda-benda

peninggalan yang berkaitan dengan peristiwa.8

6 Imam Suprayogo dan Tabrani, Metodologi dalam Penelitian Sosial Agama (Bandung,

Remaja Rosdakarya, 2001), h. 167 7 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 63 8 Tabrani, Metodologi dalam Penelitian Sosial Agama, h. 164

Page 16: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

e. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah Pedoman wawancara, dan buku catatan.

Pedoman wawancara digunakan agar lebih fokus menggali apa yang menjadi

sasaran penelitian, sedangkan buku catatan untuk mencatat hal-hal dalam

wawancara.

d. Tekhnik Analisis Data

Analisis penelitian ini dilakukan sepanjang proses penelitian berlangsung

melalui tahap reduksi data, verifikasi data, display data, dan diklasifikasi secara

terperinci dalam bentuk sajian data untuk selanjutnya dilakukan penarikan

kesimpulan.

E. Sistematika Penulisan

Tekhnik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku "Pedoman

Akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat" yang diterbitkan oleh UIN syarif

Hidayatullah, (Jakarta, UIN Jakarta Press, 2005/2006).

Sistematika penulisan yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari lima

bab. Adapun kelima bab tersebut beserta penjelasannya adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II : Tinjauan teoritis, berisi tentang pengertian perubahan, hakikat adat

perkawinan Betawi yang meliputi sebelum perkawinan dan

pelaksanaan perkawinan. Diantaranya pra akad nikah dan

Page 17: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

pelaksanaan akad nikah, selanjutnya adat sesudah perkawinan dan

hakikat khataman Al-Qur'an dalam perkawinan Betawi.

BAB III : Deskripsi lokasi penelitian yang meliputi gambaran wilayah,

gambaran penduduk, sosial, ekonomi, budaya dan agama.

BAB IV : Pembahasan hasil penelitian yang meliputi pelaksanaan khataman

dalam adat perkawinan Betawi tempo dulu dan masa kini, serta

perubahan pelaksanaan khataman Al-Qur'an dalam adat perkawinan

Betawi di RW 02 Kelurahan Ceger Jakarta Timur.

BAB V : Kesimpulan dan Saran.

Page 18: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Hakikat Perubahan

1. Pengertian Perubahan kebudayaan

Perubahan merupakan gejala yang terjadi pada setiap masyarakat. Pada

prinsipnya tidak ada satu kelompok masyarakat yang bersifat statis, artinya bahwa

setiap masyarakat dalam hidupnya akan mengalami perubahan. Perubahan dalam

masyarakat merupakan suatu proses yang terjadi terus menerus baik perubahan

kearah kemajuan atau perubahan kearah kemunduran.

Istilah perubahan bermakna netral dan menjelaskan adanya perbedaan

pada waktu selang waktu tetentu pada obyek yang mengikuti kata tersebut. Secara

terpisah, perubahan itu sendiri berarti suatu proses yang mengakibatkan keadaan

sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Istilah lain adalah "proses" yang

menggambarkan adanya gagasan yang berkesinambungan.9

Sebelum membahas mengenai perubahan kebudayaan, terlebih dahulu

mengetahui mengenai definisi kebudayaan.

Kata "kebudayaan" berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk

jamak dari buddhi yang berarti "budi" atau "akal". Dengan demikian kebudayaan

dapat diartikan : "hal-hal yang bersangkutan dengan akal".10

Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem

gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat

yang dijadikan milik manusia dengan belajar.11

9 Ja'far Syah Idris, dkk., Perspektif Muslim Tentang Perubahan Sosial (Bandung: Pustaka, 1988), h. 58.

10 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Aksara baru, 1985), h. 181.

Page 19: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Dengan demikian, bahwa kebudayaan merupakan suatu gagasan yang

berasal dari manusia yang menghasilkan suatu tindakan dan hasil karya yang

diciptakan oleh manusia itu sendiri. Sedangkan untuk memperolehnya dengan

cara belajar di masyarakat atau tempat mereka tinggal.

Menurut E .B. Taylor yang dikutip oleh Soerjono Soekanto kebudayaan

adalah kompleks yang menyangkut pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan

yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.12

Setiap kebudayaan selalu mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi

pada masyarakat, karena sifat manusia adalah selalu ingin mengalami perubahan

untuk kelangsungan hidupnya. Diungkapkan pula oleh Steward yang dikutip oleh

Koentjaraningrat, perubahan kebudayaan itu juga mengenai asas-asas kehidupan

kekerabatan dan beberapa upacara keagamaan mereka dengan demikian juga

mempengaruhi unsur-unsur kebudayaan.13

Perubahan kebudayaan menurut Theodorson merupakan perubahan dalam

segala aspek (material maupun non material) dari kebudayaan itu, baik dalam

penambahan, pengurangan maupun modifikasi dari sifat kebudayaan tersebut.14

Perubahan pola kebudayaan tidak hanya menyangkut perwujudan lahirnya

seperti : tata cara, gaya hidup, dan sebagainya. Juga menyangkut bagian inti dari

kebudayaan seperti : sistem nilai-nilai budaya dan beberapa adat yang mempunyai

fungsi yang terjaring luas dalam masyarakat.

11 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, h. 180. 12 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 1990), h. 342. 13 Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi (Jakarta: UI Press, 1990), h. 99. 14 George A dan Achilles G Theodorson, A Modern Dictionary of Sociology (New York:

Barnes and Noble Books, 1979), h. 97.

Page 20: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Perubahan kebudayaan ini terjadi dalam jangka waktu tertentu sebagai

tanggapan atas hal-hal seperti masuknya orang luar atau terjadinya modifikasi

perilakudan nilai-nilai didalam kebudayaan.15

2. Sebab-Sebab Perubahan Kebudayaan

Perubahan terjadi karena adanya unsur ketidakpuasan dari seseorang atau

lebih terhadap kondisi kehidupan masyarakat lingkungan sekitarnya pada waktu

tertentu. Dasar motivasinya adalah karena seseorang itu telah mengetahui tentang

keadaan masyarakat luar yang lebih maju dibandingkan dengan lingkungan

masyarakatnya sendiri. Oleh karena ada upaya untuk mengejar kemajuan itu,

maka timbul keinginan untuk mempengaruhi anggota masyarakat sekitar agar

segera mengubah pola kehidupan yang lama dan menggantinya dengan nilai-nilai

dan paham-paham baru sebagaimana yang ia ketahui.

Selain sifat dasar manusia yang ingin berubah, perubahan kebudayaan

menurut Gillin dan Gillin yang dikutip oleh Soerjono Soekanto disebabkan oleh

variasi dari cara hidup yang ditempuh manusia karena adanya perubahan-

perubahan dalam komposisi penduduk, letak geografis serta proses difusi dalam

masyarakat.16

Perubahan kebudayaan dapat terjadi dari beberapa sebab, tetapi seringkali

terjadi melalui hubungan dengan kebudayaan lain (akulturasi dan asimilasi),

penemuan atau penyesuaian dalam suatu kebudayaan.17

Terjadinya perubahan pola pikir dan pola kebudayaan masyarakat juga erat

hubungannya dengan perubahan dan perkembangan masyarakat itu sendiri

15 William A. Haviland, Antropologi 4, terjemahan: Soekadijo (Jakarta: Erlangga, 1985),

h. 351. 16 Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 299. 17 Haviland, Antropologi 4, terjemahan: Soekadijo, h. 97.

Page 21: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

didalam kehidupannya. Hal ini merupakan perubahan yang disebabkan dari luar

masyarakat seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta arus

modernisasi yang ada turut mempengaruhi perubahan kebudayaan.

Suatu perubahan juga dapat terjadi, karena faktor-faktor yang berasal dari

masyarakat itu sendiri, maupun yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto bahwa faktor-

faktor yang mendorong jalannya proses perubahan adalah sebagai berikut:

1. Kontak dengan kebudayaan lain 2. Sistem pendidikan formal yang maju 3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan

untuk maju 4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang 5. sistem terbuka lapisan masyarakat 6. penduduk yang heterogen 7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu 8. Orientasi kemasa depan 9. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk menghadapi

hidupnya.18

Menurut Alvind L. Betrand yang dikutip oleh Toneko bahwa awal dari

perubahan itu adalah komunikasi, yaitu proses dengan nama informasi

disampaikan dari individu yang satu kepad yang lain.19

Sedangkan menurut Morris Ginsberg yang dikutip oleh Soerjono Soekanto

bahwa faktor-faktor penyebab perubahan yaitu:

1. Keinginan-keinginan secara sadardan keputusan para pribadi 2. Sikap tindak pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang

berubah 3. Perubahan structural dan halangan structural 4. Pengaruh-pengaruh structural 5. Pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok yang menonjol 6. Unsur-unsur yang bergabung menjadi Satu 7. Peristiwa-peristiwa tertentu 8. Munculnya tujuan bersama.20

18 Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 361. 19 Soleman B. Toneko, Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi

Pembangunan (Jakarta: rajawali Press, 1990), h. 136.

Page 22: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi 1. Pengertian Adat

Adat merupakan wujud ideal kebudayaan sebagai tata kelakuan yang

timbul dan berkembang dalam suatu masyarakat dan dilaksanakan oleh anggota

masyarakat dan berlaku dalam peristiwa-peristiwa yang sama untuk masa yang

relatif lama, dan dimasa yang akan datang. Setiap kehidupan masyarakat diatur

oleh adat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan didalam

lingkungan dimana ia hidup dan bergaul setiap hari.

Setiap suku bangsa mempunyai sikap hidup dan nilai budaya tertentu.

Sikap dan nilai budaya itu mencerminkan kepribadian atau falsafah hidup suku

bangsa yang bersangkutan. Ia tampak sebagai norma-norma hukum adat atau

sopan santun didalam pergaulan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disebut dengan adat adalah

aturan (perbuatan dsb) yang lazim dituruti atau dilakukan sejak dahulu kala.21

Adat merupakan tata cara hidup dari kelompok masyarakat tertentu yang

dilakukan secara turun temurun dan diharuskan untuk diataati oleh anggota

masyarakat tertentu itu, apabila tidak dilaksanakan biasanya dikatakan sebagai

orang yang tidak tahu adat. Sedangkan dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan

20 Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1983), h. 26. 21 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 1990), h. 5.

Page 23: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

yang dimaksud adat adalh kebiasaan dalam masyarakat yang sudah menjadi

tradisi.22

2. Pengertian Perkawinan

Masyarakat Betawi dikenal sebagai masyarakat yang fanatik terhadap

agama Islam, dan adat istiadatnya banyak dipengaruhi oleh ajaran Islam termasuk

dalam hal adat perkawinan. Namun kenyataannya saat ini, adat perkawinan

Betawi sudah tidak lagi mengikut adat perkawinan Betawi asli yang sudah

mengalami perubahan-perubahan dari adat aslinya.

Bagi suku bangsa yang memiliki adat budaya, perkawinan merupakan

suatu hal yang amat pentingdalam daur kehidupan dan dilaksanakan dalam satu

upacara yang terhormat serta mengandung unsur sakral dan religi didalamnya.

Sedangkan upacara itu sendiri merupakan "perbuatan yang dilakukan menurut

jalur hokum atau disisi luar demi menyemarakkan keadaan yang baku".23

Dalam perkawinan Betawi diatur oleh adat yang dinamakan adat

perkawinan Betawi, biasanya dimulai penjumpaan dan pendekatan, lamaran

sampai dengan akad nikah yang merupakan peresmian seorang pemuda dan

seorang gadis menjadi suami isteri serta pesta yang melengkapinya.

Pada masyarakat dan budaya Betawi, perkawinan mempunyai tujuan yang

mulia yang wajib dipenuhi oleh setiap warga masyarakat yang sudah dewasa dan

memenuhi syarat untuk itu. Orang Betawi yang mayoritasnya memeluk agama

Islam, yakin bahwa perkawinan adalah salah satu sunnah (petunjuk lewat

perbuatan dan perkataan) Nabi Muhammad SAW bagi umatnya, sehingga dapat

22 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian

Kebudayaan Nusantara (LPKN), 1997), h. 1110. 23 M. Imran Nuh, Pengetahuan, Keyakinan, Sikap dan Benerasi Muda Berkenaan dengan

Perkawinan Tradisional (Jakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjung Pinang), h. 1

Page 24: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

dipandang sebagai suatu perintah agama untuk melengkapi norma-norma

kehidupan manusia sebagai mahkluk sosial dan ciptaan Tuhan yang mulia.

Perkawinan merupakan suatu hal yang penting. Karena dengan

perkawinanlah seseorang baru akan dianggap sebagai warga penuh dari

masyarakat dimana ia berada. Perkawinan yang dilakukan biasanya dilakukan

dengan suatu upacara. Karena melalui upacara itu akan nampak kesakralan suatu

perkawinan. Karena pada dasarnya upacara dalam suatu perkawinan juga

menunjukkan maksud dan tujuan dari kedua individu yang telah menjadi suami

istri dalam menjalani kehidupannya.24

Orang Betawi beranggapan bahwa proses perkawinan harus dilakukan

sebaik mungkin menurut ketentuan-ketentuan adat perkawinan yang sudah

dilembagakan. Ketentuan-ketentuan adat perkawinan tersebut diberi nilai tradisi

yang disakralkan, sehingga harus dipenuhi dengan sepenuh hati oleh warga

masyarakat dari generasi-kegenerasi.

3. Hakikat Perkawinan Betawi

Adat perkawinan merupakan perwujudan dari suatu aktivitas kehidupan

manusia yang turun temurun dari satu generasi kegenerasi berikutnya yang

mengalami sedikit atau tanpa perubahan pada aspek-aspek tertentu.

Adat Betawi ditandai dengan serangkaian prosesi. Didahului masa

perkenalan melalui Mak Comblang, dilanjutkan lamaran, pingitan, upacara

siraman, prosesi potong cantung atau ngerik bulu, malam pacar (mempelai

memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar).25

24 Sumarsono, dkk.., Pandangan Generasi Muda Terhadap Upacara Perkawinan Adat di

Kota Jakarta (Jakarta: Pialamas Permai, 1998), h. 19. 25 Perkawinan Adat Pengantin Betawi, artikel diakses pada tanggal 15 November 2006

dari http://www.weddingku.com/community.Kol 1. htm.

Page 25: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Secara garis besar, pelaksanaan adat perkawinan suku Betawi dapat dibagi

dalam beberapa tahapan, sebelum upacara perkawinan pada saat upacara

perkawinan, dan setelah upacara perkawinan.

a. Sebelum Perkawinan

Sebelum perkawinan ini diawali dengan Ngedelengin yaitu masa

pendekatan dan penelaahan terhadap seorang gadis. Adapun tujuannya adalah

untuk mengetahui secara lebih jauh tentang sifat dan keadaan seorang gadis yang

bakal dijadikan isteri.

Ngedelengin itu merupakan sesuatu hal yang wajar dilakukan dalam usaha

orang tua atau laki-laki sebagai calon suami menyelidiki lebih dahulu latar

belakang atau asal-usul bakal pasangan hidupnya. Tentu saja tindakan tersebut

didasari oleh maksud-maksud baik agar tidak terjadi sesuatu yang tidak

diiunginkan kelak kemudian hari.

Sesuai dengan zamannya, pada waktu itu tugas ngedelengin dipercayakan

kepada orang ketiga yang biasa mengemban tugas tersebut yaitu Mak Comblang.

Peranan Mak Comblang memiliki arti yang sangat penting dikalangan masyarakat

Betawi dalam kaitannya dalam adat istiadat perkawinan.26

Terdapat tiga macam cara ngedelengin:

- Pertama adalah tugas ngedelengin dari awal sampai akhir diserahkan kepada

Mak Comblang.

- Kedua adalah awal ngedelengin dilakukan sendiri oleh si pemuda dan

melaporkannya kepada orang tuanya yang kemudian menugaskan Mak

Comblang untuk meneruskan ngedelengin.

26 Babe, "Adat dan Upacara Perkawinan Betawi", artikel diakses pada tanggal 15

November2006 dari http://www.bamu.dikmentidki.go. Id/budaya/index. htm.

Page 26: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

- Ketiga adalah si orang tua mengintip seorang calon menantu perempuan dan

setelah menemukan pilihan ia menugaskan Mak Comblang untuk meneruskan

ngedelengin.

Jadi jelaslah dalam Tata cara ngedelengin meskipun yang mengawali si

pemuda atau orang-tuanya, akan tetapi secara resmi ngedelengin tetap dikerjakan

oleh Mak Comblang.

Kemudian dilanjutkan dengan acara ngelamar (meminang) yaitu

pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga laki-laki kepada pihak

keluarga perempuan dan dipertegaskan bahwa laki-laki itu sangat ingin

mempersunting dan memperisteri perempuan tersebut. Pada permulaan lamaran,

biasanya bukan dilakukan oleh orang tua si pemuda, melainkan oleh utusan dari

anggota kerabat pemuda tersebut. Setelah lamaran diterima, barulah utusan

beserta kedua orang tua si pemuda datang kerumah si gadis untuk melamar secara

resmi sekaligus membicarakan persyaratan-persyaratan apa saja yang dipenuhi.

Persyaratan-persyaratan ini meliputi mas kawin, uang belanja, kekudang apa yang

diminta, uang pelangkah kalau ada abang/empo yang dilangkahi dan uang pada

saat serahan. Setalah itu barulah penentuan hari perkawinan.

Pada saat lamaran, ketika si gadis menyembah dengan cara mencium

tangan calon mertuanya, maka pada saat itulah calon mertua menempelkan uang

ketangan si gadis. Uang pemberian dari pihak dari laki-laki ini disebut dengan

uang sembah lamaran. Uang sembah lamaran ini adalah sebagai ungkapan orang

tua pemuda menerima pilihan anaknya.

b. Pelaksanaan Perkawinan

1. Pra Akad Nikah

Page 27: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Diawali dengan masa piare yaitu masa calon pengantin perempuan

dipelihara oleh tukang piara atau tukang rias. Masa piare ini dimaksudkan untuk

mengontrol kegiatan, kesehatan dan memelihara kecantikan calon pengantin

perempuan untuk menghadapi hari akad nikah nanti.

Selama dipiare ini calon pengantin perempuan diharuskan memakai baju

terbalik sebagai lambang tolak bala. Bahkan juga dilarang mengganti bajunya.

Kalau gemuk, makan dan minumnya diatur (diet), tidak boleh makan makanan

yang digoreng. Makanan yang dianjurkan adalah makanan yang

dibakar/dipanggang, diharuskan minum jamu godok dan jamu air secang dan

seluruh tubuhnya diurut dan dan dilulur sekali sehari, dilarang mandi dan

bercermin, diharuskan banyak bezikir, membaca shalawat dan membaca surat

Yusuf.27

Kemudian dilanjutkan dengan acara mandiin calon pengantin perempuan

dan biasanya acara mandiin ini dilakukan sehari sebelum akad nikah. Sebelum

dimandikan calon pengantin perempuan memohon izin dan doa restu kepada

kedua orang tua untuk melaksanakan acara mandi sebagai salah satu persiapan

menuju pernikahan esok hari. Dengan harapan semoga selama mengarungi hidup

berumah tangga tetap berada dalam lindungan Allah SWT.

Calon pengantin perempuan dimandikan oleh tukang piara dengan air

kembang setaman. Sambil memandikan, tukang piara tidak henti membaca

shalawat dan berzikir.

Tahap terakhir dalam tahapan pra akad nikah adalah acare ngerik dan

acare malem pacar. Acare ngerik yaitu acara membersihkan/mencukur bulu-bulu

27 Wawancara Pribadi dengan H. Siti Zahriyah, Guru Ngaji. Jakarta. tanggal 1 Agustus

2006.

Page 28: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

calon pengantin perempuan yng tumbuh sekitar kening, pelipis, tengkuk dan leher.

Sedangkan acare malem pacar adalah memakaikan pacar pada kuku tangan dan

kuku kaki calon pengantin perempuan. Hal ini dilakukan oleh tukang piara dan

keluarga serta teman-teman calon pengantin.

Sementara itu kegiatan dirumah calon pengantin laki-laki disebut malem

nyerondong atau malem bungkus-bungkus, malem goreng ikan dan lain-lain. Pada

malem itu pihak calon pengantin laki-laki mempersiapkan semua kebutuhan

serah-serahan. Biasanya yang membantu adalah teman calon pengantin laki-laki

baik laki-laki dan perempuan.

2. Pelaksanaan Akad Nikah

Pelaksanaan akad nikah ini diawali dengan acara besanan atau marhaban

yaitu mengarak calon pengantin laki-laki menuju rumah calon pengantin

perempuan dengan menggunakan rebana ketimpring atau marawis. Dalam acara

besanan ini dibawa pula serahan berupa sepasang roti buaya, mas kawin/mahar,

hadiah pelengkap untuk calon pengantin perempuan, kekudang, 2 tukon

(kambing), dan berbagai macam kue-kue khas betawi yang dibungkus sedemikian

rupa berbentuk parsel.28

Pada saat besanan atau marhaban ini, biasanya calon pengantin laki-laki

menggunakan pakaian cara haji (yaitu pakaian yang diadaptasikan dari pakaian

cara haji atau pakaian muslim dengan jubah panjang dan kain surban

28 Wawancara pribadi dengan H. Abdullah Siran, Guru Ngaji. Jakarta. tanggal 2 agustus

2006.

Page 29: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

dikepala/udeng-udeng sebagai pakaian kebesaran pengantin). Calon pengantin

perempuan menggunakan baju kebaya dan kain panjang serta kerudung putih.29

Setelah rombongan besan calon laki-laki sampai didepan rumah calon

pengantin perempuan, mereka tidak langsung dipersilahkan masuk tetapi harus

memenuhi berbagai persyaratan. Acara ini disebut dengan acare buka palang

pintu yang terdiri dari adu jago silat dan berbalas pantun. Dan biasanya calon

pengantin perempuan meminta persyaratan seperti minta dibacakan satu atau dua

ayat suci Al-Qur'an.

Setelah permintaan dipenuhi dan jago silat pihak calon pengantin laki-laki

berhasil mengalahkan jago silat calon pengantin perempuan, barulah calon

pengantin laki-laki beserta rombongan besan dipersilahkan masuk dan dari pihak

perempuan telah menyiapkan penghulu untuk menikahkan kedua calon pengantin.

Setelah itu diadakan acara akad nikah dan membaca ijab kabul

sebagaimana dalam syariat Islam. Sebelum dilaksanakan akad nikah diawali

dahulu dengan pembacaan tahlilan dan maulid Nabi yang dilanjutkan dengan

acara serahan. Pada acara serahan ini, seperti yang dituturkan oleh seorang key

informan, dibacakan dua khutbah, yaitu khutbah untuk menyerahkan dan untuk

penerimaan.30 Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan khutbah nikah dan

pelaksanaan ijab kabul. Apabila ijab kabul disetujui oleh dua orang saksi, maka

selesailah acara akad nikah.

Dalam acara akad nikah ini calon pengantin diwajibkan memberi

mahar/mas kawin kepada calon isterinya. Selanjutnya kedua pengantin

dipertemukan dan pengantin perempuan mencium tangan pengantin laki-laki

29 Wawancara Pribadi dengan H. Yatimah, Guru Ngaji. Jakarta. tanggal 3 Agustus 2006. 30 Wawancara Pribadi dengan H. Abdullah Siran, Guru Ngaji. Jakarta, tanggal 2 Agustus

2006.

Page 30: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

kemudian keduanya mencium tangan kedua orang tua serta hadirin yang turut

menyaksikan.

Kemudian diadakan pesta perkawinan. Pesta perkawinan biasanya

dilanjutkan setelah acara akad nikah, tetapi ada juga yang melaksanakannya

beberapa hari atau beberapa bulan setelah akad nikah. Pesta perkawinan ini

biasanya dilakukan selama satu hari dua malam, yaitu malem mangkat dan malem

rame.31 Tetapi ada juga yang melaksanakannya selama tiga hari, seperti yang

diakui oleh Siti Zahriyah, resepsi pernikannya dilaksanakan selama tiga hari.32

Pada acara pesta perkawinan ini, kedua mempelai duduk bersanding diatas

"taman" atau "puade", didampingi oleh gadis cilik sebagai pendamping dalam

busana adat, serta orang tua kedua belah pihak. Kemudian kedua mempelai

menerima ucapan selamat dari para tamu, kerabat, teman dan handai taulan.33

Pada malem rame dalam pesta perkawinan Betawi biasanya dimeriahkan

oleh hiburan yang ditanggap oleh Tuan rumah. Hal ini dikarenakan pada malem

rame ini banyak undangan dari pihak kedua pengantin yang kondangan.

Umumnya adalah muda-mudi baik yang berpasangan atau rombongan.

Adapun jenis hiburan yang biasa ditampilkan dalam pesta perkawinan

Betawi adalah Sohibul Hikayat, lenong, layer tancep dan sebagainya.

Setelah selesai acara pesta perkawinan dirumah pengantin perempuan,

pengantin laki-laki diizinkan menginap dirumah pengantin perempuan, tetapi

secara adat mereka belum boleh kumpul sebagaimana layaknya suami isteri.

31 Malem Mangkat dalam istilah Betawi adalah malam dimana sanak saudara, handai taulan, kerabat-kerabat dari kedua calon pengantin berkumpul sebelum besok harinya diadakan hari pernikahan. Sedangkan malem rame yaitu malam diamana semua kerabat terdekat, handai taulan datang untuk kondangan.

32 Wawancara pribadi dengan H. Siti Zahriyah, Guru Ngaji. Jakarta. tanggal 1 Agustus 2006.

33 H. Ahmad Yunus, Arti dan Fungsi Upacara Tradisianal Daur Hidup Pada Masyarakat Betawi (Jakarta: Dirjen Sejarah dan Nilai Tradisional Dedikbud, 1993), h. 51.

Page 31: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Selanjutnya acara pulang tige ari. Acara pulang tige ari ini tidak mutlak

pengantin perempuan menginap dirumah mertuanya tetapi dapat berlangsung

selama satu minggu atau lebih bisa juga hanya satu hari.

Setelah pengantin perempuan pulang tige ari dirumah mertuanya, ia akan

diantar kembali kerumah orang tuanya dan akan dijemput kembali beberapa hari

kemudian untuk mengadakan pesta perkawinan dirumah pengantin laki-laki. Pesta

perkawinan dirumah pengantin laki-laki disebut Ngunduh Mantu.

Pesta perkawinan dirumah pengantin laki-laki tidak harus dilaksanakan,

apabila tidak ada biayanya karena pesta dirumah pengantin perempuan sudah

dilaksanakan.

c. Sesudah Perkawinan

Sesudah perkawinan diawali dengan sungkeman, yang mana sungkeman

ini dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa kedua pengantin telah melewati

malam pertama dan biasanya kedua pengantin duduk bersimpuh sambil mencium

tangan kedua orang tua mereka.

Selanjutnya adalah Minta Mantu. Pada umumnya masyarakat Betawi

mengenal adat atau virilokal yang menentukan bahwa pengantin baru harus

menetap disekitar pusat kediaman kerabat suami. Tetapi sebelumnya sang isteri

harus melalui tahapan pulang tiga ari. Setelah selesai tahapan itu, maka suami

isteri akan pindah secara resmi kerumah pengantin laki-laki dengan membawa

semua barang milik mereka berupa tempat tidur, lemari dan barang lainnya.34

C. Hakikat Khataman Al-Qur'an dalam Adat Perkawinan Betawi

34 Wawancara Pribadi dengan H. Abdurrahman, Guru Ngaji. Jakarta. tanggal 4 Agustus

2006.

Page 32: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Khatam Al-Qur'an (tamat atau selesai membaca Al-Qur'an). Dalam bahasa

Arab, kata khatm sendiri berarti stempel, bekas stempel yang terdapat pada kertas

atau benda lainnya, penutup, selesai atau tamat. Dalam peristilahan yang lazim

dipakai di Indonesia, "khatam Al-Qur'an" mengacu kepada tiga pengertian

berikut:35

Pertama, khatam Al-Qur'an mengacu kepada makna atau selesainya atau

tamatnya seseorang atau sekelompok pelajar Al-Qur'an membaca seluruh ayat Al-

Qur'an, yang diungkapkan dengan pernyataan atau pengakuan dari gurunya,

bahwa ia (mereka) telah tamat atau khatam.Pernyataan guru itu dapat diberikan

secara lisan, dapat pula dalam bentuk tulisan (ijazah) atau tanda lainnya.

Kedua, khatam Al-Qur'an mengacu kepada upacara yang dilakukan setelah

seseorang atau sekelompok pelajar dinyatakan telah tamat membaca seluruh ayat

Al-Qur'an. Upacara khatam Al-Qur'an ini dirayakan khususnya oleh kaum muslim

Indonesia. Oleh sebab itu, upacara ini dapat dikatakan sebagai salah satu

kebudayaan Islam khas Indonesia.

Ketiga, khatam Al-Qur'an bermakna tamatnya pembacaan Al-Qur'an

sehubungan dengan meninggalnya seorang muslim. Orang memperingati hari

kematian seseorang agar senantiasa ingat akan kematian yang pasti akan

dihadapinya kelak.

Khatam Qur'an merupakan suatu kegiatan atau event dari rangkaian proses

pembelajaran (membaca, melagukan, atau menghafal) Al-Qur'an bagi anak-anak

dan remaja, yang dilakukan sebagian masyarakat Islam Indonesia.36

35 "Khatam Al-Qur'an" Suplemen Ensiklopedi Islam, vol. 1 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru

Van Hoeve), h. 323-325. 36 Babe, "Budaya Khatam Qur'an Sebagai Potensi Pariwisata," artikel diakses tanggal 15

November 2006 dari http://www.bamu.dikmentidki.go.Id/budaya/Index.htm.

Page 33: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Upacara khatam Qur'an "pada umumnya telah membudaya hampir di

semua sub etnik Indoneia yang beragama Islam dari Sabang hingga Merauke.

Tetapi untuk mengetahui sejak kapan tradisi ini ada di Nusantara, tentunya

memerlukan penelusuran tersendiri. Biasanya, pelaksanaan upacara khatam

Qur'an dibarengkan dalam berbagai siklus kehidupan masyarakat Muslim, seperti

pada saat kelahiran seorang anak, saat anak laki-laki dikhitankan atau pada saat

anak gadis akan dinikahkan.

Upacara khataman Al-Qu'an merupakan bagian dari cara masyarakat

tradisional dalam memandang kitab sucinya. Sebagaimana layaknya budaya

masyarakat tardisional yang banyak diwarnai fenomena magis, upacara khataman

Al-Qur'an bagi masyarakat Islam tradisional, pada dasarnya tidak dapat

dipisahkan dari cara mereka memandang Al-Qur'an sebagai kitab suci yang

mengandung unsur adikodrati (supernatural), yang dalam kesadaran budaya

masyarakat primitif disebut unsur magis. Sedangkan dalam konsep keagamaan,

fenomena tersebut terkenal dengan istilah mukjizat. Dengan kata lain, Cara

masyarakat Islam tradisional memandang kemukjizatan Al-Qur'an belum

sepenuhnya terbebas dari kesan, bahkan kesadaran, budaya masyarakat pada

umumnya.37

Ihwal selamatan yang dilakukan dalam khatam Qur'an, rupanya tidak

sekedar sedekahan saja, namun sering disemarakkan dengan perayaan yang lebih

meriah. Setiap daerah punya cara yang berbeda untuk itu. Sebelum khataman

dilaksanakan misalnya, terlebih dahulu diadakan arak-arakan, dengan tetabuhan

musik seperti rebana, tanjidor, hadrah dan lain-lain. Sementara itu yang

37 "Khataman Al-Qur'an" Ensiklopedi Islam Indonesia, vol. (Djambatan), h. 550

Page 34: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

dikhatamkan diusung dengan berkendaraan kuda diringi teman-teman seperguruan

dan seluruh warga, sehingga upacaranya menjadi meriah.

Suku Betawi biasa melakukan khatam Qur'an dengan membuat nasi

kuning dan merangkainya dengan kegiatan kenduri dan pembacaan doa khatmul

Qur'an. Belakangan, tradisi khatam Qur'an ini mulai memudar dari masyarakat

Betawi. Tata caranya pun kini mulai berubah dan disederhanakan untuk ukuran

manusia kota metropolitan.38

Dalam rentetan (prosesi adat perkawinan Betawi) terdapat suatu acara

yaitu acara berkhatam al-Qur'an, yang dilaksanakan oleh calon pengantin

perempuan sebelum melangsungkan akad nikah). Upacara ini calon pengantin

perempuan akan membaca juz'ama yang akan dipandu guru ngajinya serta

disaksikan oleh kaum kerabat terdekat. Hal ini membuktikan bahwa tugas ibu-

bapak dalam mengasuh dan mendidik anaknya untuk menjadi orang baik

sebagaimana amanah Allah telah dipenuhinya, disamping lepasnya tanggung

jawab mereka terhadap anak.

Upacara khataman Qur'an di Betawi sering disebut tamatan Qur'an.

Upacara ini sangat penting bagi orang Betawi karena ini sebagai pertanda bahwa

yang melaksanakan upacara tamatan Qur'an dianggap telah menjadi orang yang

mengerti ajaran agama Islam.

Upacara khataman Qur'an dijadikan sebagai pertanda bahwa yang

melaksanakan telah menjadi orang yang mengerti ajaran agama Islam, karena ia

telah menyelesaikan ngajinya membaca Al-Qur'an sebanyak 30 juz. Apalagi

38 Babe, "Budaya khatam Qur'an Sebagai Potensi Pariwisata."

Page 35: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

didalam Al-Qur'an itu terdapat ajaran agama Islam dan merupakan kitab suci

orang Islam.

Acara khataman yang dilakukan sebelum akad nikah sebenarnya

mengikuti acara tamatan Qur'an pada anak Betawi yang telah tamat Qur'an 30 juz,

dimana dalam acara tamatan Qur'an itu diadakan suatu acara syukuran karena

anaknya telah tamat Qur'an. Pada acara syukuran itupun anak tersebut diharuskan

membaca surah Ar-Rahman sebanyak 78 ayat dan membaca 13 surah terakhir dari

juz 30, yaitu: 1). QS. Al-Takatsur, 2). QS. Al-Asr, 3). QS. Al-Humazah, 4. QS.

Al-Fiil, 5). QS. Al-Quraisy, 6). QS. Al-Maauun, 7). QS. Al-Kautsar, 8). QS. Al-

Kafiruun, 9). QS. Al-Nasr, 10). QS. Al-Lahab, 11). QS. Al-Ikhlas, 12). QS. Al-

Falak, 13). QS. An-Naas.

Page 36: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

BAB III

GAMBARAN UMUM KELURAHAN CEGER

B. Gambaran Wilayah

Berdasarkan Surat Keputusan Guberrnur KDKI Jakarta Nomor 1227

Tahun 1989 tentang Penyempurnaan Lampiran Keputusan Gubernur KDKI

Jakarta Nomor 1251 tahun 1986 tentang Pemecahan, Penyatuan Penetapan Batas

Perubahan Nama Kelurahan yang Kembar/Sama dan Penetapan Luas Wilayah

Kelurahan di DKI Jakarta, maka luas wilayah Kelurahan Ceger adalah 362, 60 Ha,

dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : TMII Jl. Raya Hankam (Kel. Pinang Ranti)

Sebelah Timur : Jl. Raya Gempol (Kel. Bambu Apus)

Sebelah Selatan : Jl. Mandor Hasan (Kel. Cipayung)

Sebelah Barat : Jalan Tol Jagorawi (Kel. Rambutan)

Wilayah Kelurahan Ceger secara Geografi merupakan daratan dan

mempunyai nilai strategis karena berbatasan langsung dengan Terminal Kampung

Rambutan dam merupakan jalur perlintasan alternatif dari kawasan Cibubur

menuju Tol Cawang ataupun Terminal Kampung Rambutan.

Karakteristik yang dimiliki Kelurahan Ceger dimana terdapat sebagian

kawasan rekreasi/wisata bertaraf Nasional yakni Taman Mini Indonesia Indah

(TMII) sebagai salah satu pusat kegiatan pendidikan dan budaya.

Page 37: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

B. Gambaran Penduduk

Keadaan penduduk di Wilayah Kelurahan Ceger adalah sebagai berikut :

- Laki-laki : 4989 jiwa

- Perempuan : 4421 jiwa

Jumlah : 9410 jiwa

Dan perlu diketahui bahwa data Kepala Keluarga adalah :

- Laki-laki : 3079 KK

- Perempuan : 325 KK

Jumlah : 3404 KK

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki

lebih besar dari penduduk perempuan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk

laki-laki yang berjumlah 4989 jiwa dan perempuan berjumlah 4421 jiwa.

Adapun jumlah kepala keluarga ada 3404 kepala keluarga, terdiri dari

kepala keluarga laki-laki sebanyak 3079 orang dan kepala keluarga perempuan

sebanyak 325 orang.

Adapun jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai

berikut:

Page 38: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Tabel: 1

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sumber Data: Data Monografi Kelurahan Ceger

Mengenai mobilitas penduduk di kelurahan Ceger adalah dengan data

sebagai berikut:

Tabel: 2

Mobilitas Penduduk

Page 39: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Sumber Data: Data Monografi Kelurahan Ceger

Adapun Jumlah Penduduk Setiap RW adalah Sebagai berikut:

Tabel: 3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Setiap Rw

Sumber Data: Data Monografi Kelurahan Ceger

Dari tiap Rw diatas, jumlah penduduk terbesar adalah Rw 02, yakni

dengan jumlah 2.599 jiwa, didkuti oleh Rw 01 dengan jumlah 2.495 jiwa,

selanjutnya Rw 05 dengan jumlah 1.588 jiwa, selanjutnya Rw 03 dengan jumlah

1.542 jiwa, selanjutnya Rw 04 dengan jumlah 1.186 jiwa.

1. Sosial

Perkembangan permasalahan sosial di wilayah Ceger tidak terlalu

menonjol,: bahkan di wilayah Kelurahan Ceger berdiri bangunan Panti-panti

Sosila sebagai tempat pembinaan PMKS dari wilayah Propinsi DKI Jakarta.

Berikut merupakan data sarana sosial yang ada di wilayah Kelurahan Ceger

Tabel: 4

RW Lk Pr Jumlah

01 1. 298 1.197 2. 495

02 1. 400 1. 199 2. 599

03 818 724 1. 542

04 635 551 1. 186

05 838 750 1. 588

Jumlah 4. 989 3. 287 9. 410

Page 40: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Data Sarana Sosial

Jenis sarana Jumlah Keterangan

Panti Remaja -

Panti Bina Daya 1 Penyandang PMKS &

Cacat

Panti Sosial Anak asuh 2 Pengayoman

Sumber Data: Data Monografi Kelurahan Ceger

2. Ekonomi

Pembangunan perekonomian khususnya di Wilayah kelurahan Ceger

secara umum telah digambarkan pada mata pencaharian penduduk antara lain:

Tabel: 5

Mata Pencaharian Penduduk

Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Keterangan

Pegawai Negeri/ TNI/ POLRI 275

Pegawai Swasta 2. 580

Usaha Bidang Pertanian - Penggarap

Perdagangan/ Wiraswasta 210

Buruh Harian 450

Pensiunan/Purnawirawan 120

Lain-lain 97

Sumber Data: Data Monografi Kelurahan Ceger

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar mata pencaharian

penduduk Kelurahan Ceger adalah pegawai swasta.

Page 41: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

3. Budaya

Aspek pembinaan bidang kebudayaan di Kelurahan Ceger banyak

diuntungkan dengan keberadaan TMII sebagai pusat kebudayaan bertaraf

Nasional, namun demikian mengingat akses serta faktor kemauan yang dimiliki

menyebabkan asset bidang kebudayaan yang dimiliki belum dapat dioptimalkan,

adapun tokoh kebudayaan Betawi pun ada di Kelurahan Ceger yaitu; Bapak H.

Nasir (Juragan Lenong) namun kebudayaan asli daerah Betawi inipun semakin

lama semakin banyak ditinggalkan akibat pengaruh modernisasi.

Kesenian merupakan salah satu bentuk kegiatan warga yang bertujuan

untuk menyalurkan bakat dan mengembangkan serta melestarikan kebudayaan

terutama kesenian, untuk mengetahui data bidang kesenian dapat diketahui dari

kelompok kesenian di Kelurahan Ceger, antara lain:

Tabel : 6

Jenis Kesenian

Jenis Kesenian Jumlah

Qasidah 7

Marawis 2

Musik Keroncong 1

Band 5

Paduan Suara 5

Lenong Betawi 1

Karawitan Jawa 1

Page 42: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Sumber Data: Data Monografi Kelurahan Ceger

4. Agama

Dari pola kehidupan sehari-hari masyarakat Kelurahan Ceger dapat

diambil kesimpulan bahwa kerukunan antar umat beragama berjalan cukup baik,

perbedaan keyakinan dan paham tidak merusak kerukunan bermasyarakat dan

beragama satu sama lain adalah saling menghargai.

Sebagian besar penduduk kelurahan ceger adalah menganut agama Islam

dan sebagian lainnya menganut agama lain, sebagai gambaran kami rinci jumlah

penduduk Kelurahan Ceger sesuai dengan agama yang dianutnya dengan rincian

sebagai berikut:

Tabel: 7

Komposisi Penduduk Berdasarkan Keyakinan

Agama Jumlah

Islam 9. 100

Kristen Protestan 164

Kristen Khatolik 196

Hindu 16

Budha 6

Sumber Data: Data Monografi Kelurahan Ceger

Dalam usaha membina dan untuk lebih meningkatkan keyakinan antar

umat beragama menurut paham dan keyakinan masing-masing, maka fasilitas

tempat peribadatan yang telah dibangun secara swadaya maupun bantuan

pemerintah di wilayah Kelurahan Ceger adalah sebagai berikut:

Page 43: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Tabel: 8

Fasilitas Peribadatan

Jenis Fasilitas Jumlah

Masjid 6

Musholla 16

Gereja 2

Kuil/wihara 2

Selain itu di wialayah Kelurahan Ceger terdapat kegiatan pembinaaan

rohani yang berjalan dengan baik, indikasi ini dapat diperhatikan dari kegiatan

majelis taklim di setiap Rw, hal ini merupakan cerminan bahwa pemberdayaan

masyarakat di bidang keagamaan lebih aktif. Sebagai informasi disampaikan data

jumlah majelis taklim di setiap Rw sebagai berikut:

Tabel : 9

Jumlah Majelis Taklim Setiap Rw

Kegiatan Taklim RW Jumlah

RW 01 11

RW 02 12

RW 03 7

RW 04 3

RW 05 6

Sumber Data: Data Monografi kelurahan Ceger

Page 44: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Alhamdulillah dengan rahmat hidayah dan taufik Allah SWT, akhirnya

penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam penutup ini penulis mengutarakan

beberapa kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan acara

khataman Al-Qur'an dalam adat perkawinan Betawi di Rw 02 Kelurahan Ceger

Jakarta Timur dewasa ini telah mengalami perubahan dari berbagai aspek.

Perubahan yang terjadi antara lain: Yaitu, Pertama, Aspek waktu, dimana

pelaksanaan acara khataman yang dulunya dilaksanakan bersamaan dengan hari

pelaksanaan akad nikah, sekarang ini menjadi terpisah dengan hari pelaksanaan

akad nikah. Kedua, dari aspek pelaku, yaitu dimana dahulunya dilakukan oleh

pengantin laki-laki dan pengantin perempuan secara bersamaan, tetapi sekarang

ini dilakukan oleh pengantin perempuan saja. Ketiga, dari aspek keadaan, yaitu

dimana dulunya acara khataman Al-Qur'an ini masih banyak yang

melaksanakannya dalam adat perkawinan Betawi dir w 02 Kelurahan Ceger

Jakarta Timur, namun sekarang ini sudah jarang yang melaksanakannya.

Sudah jarangnya pelaksanaan acara khataman Al-Qur'an yang terdapat

dalam adat perkawinan Betawi di Rw 02 Kelurahan Ceger Jakarta Timur, antara

lain disebabkan: Pertama, karena mereka yang hendak menikah tidak mengetahui

tentang adanya acara khataman Al- Qur'an yang terdapat dalam adat perkawinan

Page 45: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Betawi. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya komunikasi antara generasi muda dan

generasi tua. Generasi muda dalam hal ini tidak mengetahui kalau acara khataman

Al-Qur'an itu ada dalam perkawinan Betawi. Sehingga ketika menikah tidak

melaksanakan acara khataman. Generasi tua dalam hal ini adalah orang tua

mempelai tidak memberitahu dan tidak mengharuskan anaknya untuk memakai

acara khataman. Kedua, Karena tidak bisa membaca Al-Qur'an dengan baik dan

benar. Hal ini disebabkan karena remaja Betawi yang sudah duduk di bangku

Sekolah Menengah Pertama (SMP), sudah jarang sekali yang mengaji atau

mengajinya malas-malasan, sehingga ketika mereka hendak menikah tidak dapat

melaksanakan acara khataman Al-Qur'an, karena tidak bisa membaca Al-Qur'an

dengan baik dan benar. Ketiga, menikah dengan suku yang berbeda. Hal ini

disebabkan karena penduduk heterogen di Jakarta, menyebabkan adanya

percampuran kebudayaan Betawi dengan Kebudayaan lain (Akulturasi dan

asimilasi), sehingga tidak selalu orang betawi menikah dengan orang Betawi, dan

menyebabkan ketika menikah tidak hanya menggunakan adat Betawi dan acara

khatamanpun tidak dapat dilaksanakan, apalagi kalau pengantin wanitanya bukan

berasal dari suku Betawi. Keempat, Perubahan zaman, hal ini dipengaruhi oleh

sikap tindak pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang berubah, karena

sekarang pelaksanaan acara khataman Al-Qur'an dalam adat Betawi sudah jarang

dilaksanakan di Rw 02 Kelurahan Ceger Jakarta Timur, maka generasi muda yang

akan melangsungkan perkawinan, jarang pula yang melaksanakannya walaupun

ada dari mereka yang dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar.

Page 46: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

B. Saran

Sebagai salah satu budaya, tradisi khatam Qur'an yang terdapat dalam

perkawinan Betawi hendaknya harus terus dilestarikan dan jangan sampai

dihilangkan begitu saja. Ada beberapa hal yang harus segera dilakukan:

1. Untuk para orang tua hendaknya memberi bekal agama yang cukup kepada

anak-anaknya dan memperkenalkan kepada mereka tentang adat-istiadat

masyarakat Betawi khususnya acara khataman yang terdapat dalam adat

perkawinan Betawi. Supaya acara khataman tetap lestari sehingga tidak ada

lagi generasi muda yang tidak mengetahuinya dan malu untuk melaksanakan

acara khataman karena tidak bisa membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar

beserta tajwidnya.

2. Untuk para generasi muda hendaknya jangan pernah melupakan adat-istiadat

yang telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi sebelumnya.

Apalagi acara khataman Al-Qur'an dalam perkawinan Betawi yang banyak

membawa manfaat bagi generasi muda yang akan memasuki bahtera rumah

tangga.

3. Untuk pemerintah daerah setempat harus senantiasa memberi perhatian

khususnya mengenai adat masyarakat Betawi yang semakin lama semakin

pudar, agar memelihara serta mengaktifkannya kembali.

Page 47: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

DAFTAR PUSTAKA

A. George and Theodorson, Archilles G. A Modern Dictionary of Sociology. New York: Barness and Noble Books, 1997.

Aziz, Abdul. Islam dan Masyarakat Betawi. Jakarta: Logos, 2002.

Babe. “Adat dan Upacara Perkawinan Betawi.” Artikel diakses tanggal 15 November 2006 dari http://www.bamu.dikmentidki.go.id/budaya/index.htm.

------. “Budaya Khatam Qur'an Sebagai Potensi Pariwisata.” Artikel diakses tanggal, 15 November 2006 dari http://www.bamu.dikmentidki.go.Id/budaya/index.htm.

Dagun, Save M. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan . Jakarta: Lembaga Pengkajian kebudayaan Nusantara (LPKN), 1997.

Dahlan, Abdul Aziz. Suplemen Ensiklopedi Islam. Vol. I. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Haviland, William A. Antropologi 4, Terjemahan: R.G. Soekadijo. Jakarta: Erlangga, 1985.

Idris, Ja'far Syah. dkk. Perpektif Muslim Tentang Perubahan Sosial. Bandung: Pustaka, 1988.

Ilyas, Imam. Beragama di Abad Dua Satu. Jakarta: Zikrul Hakim, 1997.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

--------------------. Sejarah Teori Antropologi I dan II. Jakarta: UI Press, 1985.

Mardimin, Johanes. Jangan Tangisi Tradisi: Transformasi Budaya Menuju Masyarakat Indonesia Modern. Yogyakarta: Kanisius, 1994.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.

Nasution, Harun. Ensiklopedi Islam di Indonesia. Jakarta: Departemen Agama, 1993.

--------------------. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1992.

Page 48: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Nuh, M. Imran. Pengetahuan, Keyakinan, Sikap dan Perilaku Generasi Muda Berekenaan dengan Perkawinan Tradisional. Jakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang, 1998.

"Perkawinan Adat Pengantin Betawi". Artikel diakses tanggal 15 November 2006 dari http://www.weddingku.com/community.htm

Soerjono Soekanto. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: Rajawali, 1983.

-----------------------. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.

-----------------------. Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali, 1982.

-----------------------. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press, 1990.

Sumardi Suryabrata. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.

Sumarsono. Dkk, Pandangan Generasi Muda Terhadap Upcara Perkawinan di Jakarta. Jakarta: Pialamas Permai, 1998.

Suprayogo, Imam dan Tabrani. Metodologi dalam Penelitian Sosial Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

Toneko, Soleman B. Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Rajawali Press, 1990.

Yin, Robert K. Studi Kasus. Jakarta: PT; Raja Grafindo Persada, 1997.

Yunus, Ahmad. Arti dan Fungsi Upacara Tradisional Daur Hidup Pada Masyarakat Betawi. Jakarta: Dirjen Sejarah dan Nilai Tradisional Depdikbud, 1993.

Wawancara Pribadi dengan H. Abdullah Siran. Jakarta, tanggal 2 Agustus 2006. Wawancara Pribadi dengan H. Abdurrahman. Jakarta, tanggal4 Agustus 2006. Wawancara Pribadi dengan Hj. Siti Zahriyah. Tanggal, 1 Agustus 2006. Wawancara Pribadi dengan Hj. Yatimah. Tanggal, 3 Agustusustus 2006. Wawancara Pribadi dengan Yuli. Tanggal, 5 Agustus 2006. Wawancara Pribadi dengan Latifah. Jakarta, tanggal 6 Agustus 2006. Wawancara Pribadi dengan Sri Lestari. Tanggal, 7 Agustus 2006. Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ali. Tanggal, 8 Agustus 2006. Wawancara Pribadi dengan Abdul Aziz. Tanggal, 10 Agustus 2006. Wawancara Pribadi dengan Zubaedah. Tanggal, 10 Agustus 2006. Wawancara Pribadi dengan Endah. Tanggal, 11 Agustus 2006.

Page 49: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

Idris, Ja'far Syah. dkk. Perpektif Muslim Tentang Perubahan Sosial. Bandung: Pustaka, 1988.

Dahlan, Abdul Aziz. Suplemen Ensiklopedi Islam. Vol. I. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999.

Yunus, Ahmad. Arti dan Fungsi Upacara Tradisional Daur Hidup Pada Masyarakat Betawi. Jakarta: Dirjen Sejarah dan Nilai Tradisional Depdikbud, 1993.

Ilyas, Imam. Beragama di Abad Dua Satu. Jakarta: Zikrul Hakim, 1997.

Suprayogo, Imam dan Tabrani. Metodologi dalam Penelitian Sosial Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

Mardimin, Johanes. Jangan Tangisi Tradisi: transformasi Budaya Menuju Masyarakat Indonesia Modern. Yogyakarta: Kanisius, 1994.

Nasution, Harun. Ensiklopedi Islam di Indonesia. Jakarta: Departemen Agama, 1993.

……………….Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1992.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

……………….. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI Press, 1990.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Salim, Peter dan Salim, Yenny. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press, 1991.

Page 50: Disusun Oleh: NURFARIHAH 102032224692 - Institutional …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9126/... · 2013-06-05 · B. Hakikat Adat Perkawinan Betawi ... Sampai

………………….Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali, 1982.

Soekanto, Soerjono. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.

-------------------------. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: Rajawali, 1983.

Soekanto, Soerjono. Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali, 1982.

Sumarsono. Dkk, Pandangan Generasi Muda Terhadap Upcara Perkawinan di Jakarta. Jakarta: Pialamas Permai, 1998.

Toneko, Soleman B. Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Rajawali Press, 1990.

Wawancara Pribadi dengan H. Abdullah Siran. Jakarta. tanggal 2 Agustus 2006.

Wawancara Pribadi dengan H. Abdurrahman. Jakarta. tanggal 4 Agustus 2006.

Wawancara Pribadi dengan Hj. Siti Zahriyah. Jakarta. tanggal 1 agustus 2006.

Wawancara Pribadi dengan Hj. Yatimah. Jakarta. tanggal 3 agustus 2006.

Wawancara Pribadi dengan Yuli. Jakarta. tanggal 5 Agustus 2006.

Wawancara Pribadi dengan Latifah. Jakarta. tanggal 6 Agustus 2006

Wawancara Pribadi dengan Sri Lestari. Jakarta. tanggal 7 Agustus 2006.

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ali. Jakarta. tanggal 8 Agustus 2006.

Wawancara Pribadi dengan Rahman. Jakarta. tanggal 10 Agustus 2006.

Wawancara Pribadi dengan Zubaedah. Jakarta. tanggal 10 Agustus 2006.