disusun oleh: n. esih

84
Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN TERAPI ANTIKOAGULAN ORAL PADA PASIEN CHF DENGAN KEJADIAN HEMATEMESIS MELENA DI RUANG INTERMEDIATE MEDIKAL RS JANTUNG & PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA TAHUN 2013 Disusun oleh: N. ESIH NPM: 2011727164 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Upload: others

Post on 10-Feb-2022

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Disusun oleh: N. ESIH

Unggul dalam IPTEK

Kokoh dalam IMTAQ

LAPORAN HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN PEMBERIAN TERAPI ANTIKOAGULAN ORAL PADA PASIEN CHF DENGAN KEJADIAN HEMATEMESIS

MELENA DI RUANG INTERMEDIATE MEDIKAL RS JANTUNG & PEMBULUH DARAH

HARAPAN KITA JAKARTA TAHUN 2013

Disusun oleh:

N. ESIH

NPM: 2011727164

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

JAKARTA

Page 2: Disusun oleh: N. ESIH
Page 3: Disusun oleh: N. ESIH
Page 4: Disusun oleh: N. ESIH

i

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA. Riset Keperawatan, Februari 2013 N. Esih NPM 2011727164 VII BAB + 72 halaman + 5 Tabel +3 lampiran. Abstak Hubungan Pemberian Terapi Antikoagulan Oral Pada Pasien CHF Dengan Kejadian Hematemesis Melena Di Ruang IWM Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta tahun 2013

Gagal jantung (CHF) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. (Brunner and Suddarth.s,2005). Akibat pompa jantung yang tidak maksimal dapat menimbukan berbagai komplikasi diantaranya thrombus, Atria Fibrilsi, yang mengindikasikan pemberian terapi antikoagulan oral (Bambang BS,2009). Namun terapi antikoagulan mempunyai efek samping yaitu perdarahan (hematemesis dan melena). Tujuan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pemberian terapi antikoagulan oral pada pasien CHF dengan kejadian hematemesis melena di Ruang IWM RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di Ruang IWM RSJHK. Sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu sebanyak 31 pasien. Analisis dilakukan secara univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan bivariate dengan menggunakan chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Dengan menggunakan uji statistik chi square, didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama pemakaian obat antikoagulan oral dengan kejadian hematemesis melena di Ruang IWM Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta tahun 2013 dengan p value ═ 0,012. Dari hasil penelitian yang didapat, maka saran untuk menghindari terjadinya perdarahan (hematemesis & melena) pada pasien dengan terapi antikoagulan oral,perlu dikaji dan diwaspadai faktor-faktor yang beresiko perdarahan seperti: lamanya pemberian obat antikoagulan oral, adanya penyakit penyerta (ulkus peptikum), usia lanjut dan pengetahuan. Tenaga kesehatan perlu memberikan pendidikan kesehatan sebaiknya dalam bentuk (leaflet), untuk lebih mudah diingat tentang efek samping obat,hal-hal yang harus diperhatikan atau dipatuhi oleh pasien selama menggunakan terapi antikoagulan oral. Daftar pustaka 26:(2004-2012) Kata kunci: antikoagulan oral, CHF, hematemesis & melena.

Page 5: Disusun oleh: N. ESIH

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,

saya dapat menyelsaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Saya menyadari bahwa tanpa bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Muhammad Hadi,SKM,Mkep selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta dan selaku dosen Pembimbing

II riset keperawatan yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk

mengarahkan saya dalam menyusun skripsi ini.

2. Ibu Hj, Mispasih, S.Kp,M.Kes selaku dosen Pembimbing I Riset Keperawatan

yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya

dalam menyusun skripsi ini.

3. Seluruh dosen dan staf karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta yang telah membekali saya dengan bebagai ilmu dan

memfasilitasi selama mengikuti perkuliahan

4. Direktur Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta beserta

jajaran direksi yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan

penelitian.

Page 6: Disusun oleh: N. ESIH

v

5. Kepala Instalasi, Ka Unit dan teman teman Intermediate Medikal RSPJNHK

yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada saya dan memberikan

kesempatan untuk melakukan penelitian di Ruang IWM

6. Kepada suami dan anak anak-anakku tercinta ( Lia,Mia,Widya) yang telah

memberikan bantuan dan dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan PSIK Program B HARKIT yang telah banyak

memberikan bantuan dan semangat kepada saya dalam menyelsaikan skripsi ini.

8. Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak

yang telah membantu saya dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi keperawatan.

Jakarta, Februari 2013

N. ESIH

Page 7: Disusun oleh: N. ESIH

iii

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN

Lembar Persetujuan

Lembar Pengesahan

Abstrak……………………………………………………………………...…………. i

Kata Pengantar………………………………………………………………….……. . ii

Daftar Isi……………………………………………………………………………… iii

Daftar Tabel………………………………………………………………………… .. iv

Daftar Lampiran………………………………………………………………………. v

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………….……………………………. 1

B. Rumusan Masalah…………………………...………………………………. 6

C. Pertanyaan Penelitia………………………………………………………… . 7

D. Tujuan Penelitian…………………………………………………………….. 7

E. Manfaat Penelitian…………………………………………………………… 8

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Gagal Jantung....................................................................................... 9

1. Pengertian………………..........…………………………………….…….. 9

2. Klasifikasi Gagal Jantung…………………………………………...…….. 9

3. Patofisiologi Gagal Jantung…………………………………………..….. . 10

Page 8: Disusun oleh: N. ESIH

iv

4. Etiologi Gagal Jantung…………………….……………………………………. 11

5. Manifestasi Klinis ................................................................................................. 12

6. Komplikasi Gagal Jantung .................................................................................... 14

7. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................ 16

8. Asuhan Keperawatan CHF .................................................................................... 16

9. Penatalaksanaan Medik ......................................................................................... 17

B. Konsep Antikoagulan ............................................................................................ 18

1. Pengertian .......................................................................................................... 18

2. Indikasi .............................................................................................................. 19

3. Kontraindikasi ................................................................................................... 19

4. Pemeriksaan Laboratorium ................................................................................ 21

5. Pendidkan Kesehatan…………………………………………………..…….. 25

C. Konsep Hematemesis Melena .............................................................................. 28

1. Pengertian…………………………………………………………………… 28

2. Etiologi ............................................................................................................ 29

3. Patofisiologi .................................................................................................... 30

4. Manifestasi Klinik ........................................................................................... 31

5. Diagnosa & Penatalaksanaan keperawatan .. .................................................. 32

6. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................. 38

7. Penelitian Terkait…… ……………………………………………………… 38

8. faktor Faktor yang berhubungan dengan perdarahan……….………………. 40

9. Kerangka Teori……………………………………………………………… 43

Page 9: Disusun oleh: N. ESIH

v

BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS & DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep .......................................................................................... 44

B. Hipotesis....................................................................................................... 46

C. Definisi Operasional .................................................................................... 47

BAB IV. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ........................................................................................... 48

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 48

C. . Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 48

D. Instrumen Penelitian&ujivaliditas .................................................................. 50

E. Pengumpulan Data .......................................................................................... 52

F. Etika Penelitian ............................................................................................. 53

G. Pengolahan Data&analisa data ...................................................................... 54

H. Analisa Data…………………………………………………………………...54

BAB V. HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat.......................................................................................... 56

B. Analisis Bivariat ............................................................................................ 59

BAB VI. PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 64

B. Variabel yang berhubungan dengan kejadian hehatemesis melena ............... 64

Page 10: Disusun oleh: N. ESIH

vi

BAB VII. KESIMPULAN & SARAN

7.1. Kesimpulan .................................................................................................. 70

7.2. Saran............................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN I: Lembar Kesediaan Menjadi Responden.

LAMPIRAN II : Permohonan Kesediaan Menjadi Responden

LAMPIRAN II : Lembar Kuisioner.

Page 11: Disusun oleh: N. ESIH

vii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 3.1 Kerangka Konsep……………..………………………………….…..… 44

Tabel 3.3.1 Variabel Independen……………………………………………………... 44

Tabel 3.3.2 Variabel Dependen………………………………………………………. 45

Tabel 3.3.3 Definisi operasional……………………………………………………… 47

Tabel 5.1 Distribusi Demografi Pasien CHF……………………………………….. . 56

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Psien Menurut Lama Pemakaian obat antikoagulan… 58

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pasien Menurut tingkat pengetahuan……………..… 58

Tabel 5.2 Ditribusi Frekuensi Pasien Menurut adanya Penyakit Penyerta …………. 58

Tabel 5.2Distribusi frekuensi Pasien Menurut kejadian hematemesis melena………. 58

Tabel 5.3 Distribusi Pasein berdasarkan Vaiabel Yang Berhubungan denga kejadian

hematemesis Melena ………………………………………………………………… 60

Page 12: Disusun oleh: N. ESIH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

WHO tahun 2002 melaporkan bahwa penyakit jantung dari tahun ketahun

semakin menunjukkan perkembangan yang signifikan.Statistik memperlihatkan

statistik bahwa penyakit jantung koroner atau penyakit jantung lainnya

menyebabkan 17 juta orang meninggal dunia per tahun. penyakit jantung

merupakan pembunuh nomor satu pada orang dewasa. Dilaporkan, di Amerika

setiap tahunnya terjadi: 1,5 juta orang mengalami serangan jantung atau penyakit

jantung, 478.000 orang meninggal akibat penyakit jantung koroner, 407.000

orang mengalami operasi peralihan, 300.000 orang menjalani angioplasti.

CHF atau gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk memompa darah

secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi

(Brunner and Suddarth’s 2002). Gagal jantung kongestif (CHF) merupakan suatu

sindrom klinis yang terjadi pada pasien yang mengalami abnormalitas (baik

akibat keturunan atau didapat) pada stuktur atau fungsi jantung sehingga

menyebabkan terjadinya perkembangan serangkaian gejala klinis (fatique dan

sesak) dan tanda klinis (edema dan ronchi) yang mengakibatkan dirawat, kualitas

hidup yang buruk dan harapan hidup yang memendek (Mubarak, 2008)

Page 13: Disusun oleh: N. ESIH

2

CHF merupakan satu satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat

insiden dan prevalensinya (Pangastuti,2009). CHF merupakan masalah kesehatan

yang progresif dengan angka dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun

negara berkembang. Di Amerika Serikat kurang lebih 5,7 juta orang hidup

dengan Heart failure dan kurang lebih 550 ribu kasus baru didiagnosa heart

Failure, American Heart Association (AHA), 2009. Insiden meningkat dengan

bertambahnya usia. Kurang dari 5 % antara umur 55-62 tahun, 6-10% pada umur

lebih 65 tahun, pada umur 40 tahun mulai beresiko terkena Heart Filure.

Menurut data WHO sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF, sedangka

pada tahun 2005 di jawa tengah terdapat 520 penderita CHF (Pangastuti 2009).

Sekitar 250 000 pasien meninggal oleh karena sebab gagal jantung setiap

tahunnya dan angka tersebut telah meningkat 6 (enam) kali dalam 40 tahun

terakhir (Joesoef,2007).

Penelitian Framingham menunjukan mortalitas, sebesar 62 % pada pria dan 42%

wanita (Anurogo,2009). Sekitar 3 - 20 per 1000 orang adalah populasi mengalami

gagal jantung dan kejadiannya semakin meningkat di masa depan karena semakin

bertambahnya usia harapan hidup (100 per seribu orang pada usia di atas 65

tahun) dan perbaikan harapan hidup penderita. (Teetha,2008; Mariyono dan

Santoso, 2007). Penelitian framingham peneyebab gagal jatung, 50 % karena

penyakit arteri koroner (iskemik), 46 % laki laki dan 27 % wanita, 50% non

iskemik (Hipertensi 4 %, idiopatik 18 %, Valvular 4 %, other 10%,unknow 13 %.

Berdasarkan data di RS Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus CHF dimulai

pada tahun 1997 dengan 248 kasus, kemudian melaju dengan pesat hingga

Page 14: Disusun oleh: N. ESIH

3

mencapai puncak pada 2000 dengan 532 kasus. Data terakhir di Rumah Sakit

Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita angka kejadian pasien gagal jantung

(CHF) tahun 2010 adalah 1576 pasie terdiri dari laki laki 1095 dan perempuan

481, pada tahun 2011 angka kejadian gagal jantung 1577 paien yang terdiri dari

laki laki 1077 dan perempuan 500 pasien (Medikal Record RSJH 2012).

Menurut Lukman Hakim (2008). Etiologi gagal jantung kongestif usia lanjut

berdasarkan kekerapan didapatkan penyakit jantung iskhemik 65,63%, penyakit

jantung hypertensi 15,63%, kardiomiopati 9,38%, penyakit katub jantung,

penyakit jantung rematik dan penyakit jantung pulmonik masing-masing 3,13%

(Desta, 2007). Komplikasi gagal jantung yang paling sering adalah gangguan

irama jantung yaitu atrial fibrilasi (AF). Atrial fibrilasi terjadi pada 1/3 pasien

CHF dan bisa berulang baik karena penyebab atau konsekwensi dari pasien CHF

dan AF beresiko untuk terkena stroke dan komplikasi tromboemboli lainnya.

Tatalaksana farmakologi pasien CHF salah satunya antikoagualan oral yang

direkomendasikan pada pada pasien gagal jantung dan fibrilasi atrial permanen,

persisten atau paroksismal tanpa kontra indikasi terhadap antikoagualan.

Antikoagulan dengan dosis sesuai mengurangi resiko komplikasi tromboemboli

termasuk stroke. Antikoagulan juga direkomenasikan pada pasien dengan

trombus intrakardiak yang terdeteksi dengan pencitraan atau adanya emboli

sistemik. (Bambang BS, 2009). Terapi antikoagulan mengurangi kecenderungan

terbentuknya bekuan darah dengan cara mencegah anti aksi dari faktor

pembekuan. Efek dari pembekuan adalah perdarahan, maka diperlukan

pemantauan ketat pada pasien yang mendapat terapi antikoagulan.

Page 15: Disusun oleh: N. ESIH

4

Dept Angiologi dan Koagulasi Darah, Universiti Hospital S. Antikoagulan

dengan antagonis vit K efektif dalam pencegahan dan pengobatan komplikasi

trombotik di banyak klinis termasuk fibrilasi atrium (yang saat ini indikasi yang

paling sering untuk pengobatan antikoagulan), vena tromboemboli, sindrom

koroner akut dan setelah prosedur jantung invasive.

G.Paraleti.(2011)Perdarahan merupakan komplikasi yang paling utama.

terdeteksi 263 (6,8) dari 3862 pengobatan dengan antikoagulan, 4% kematian..

Angka kejadian perdarahan pada terapi antikoagulan (warfarin) berdasarkan studi

prospektif adalah sebanyak: 0,1-1 % pada perdarahan fatal. 0,5—6,5 % pada

perdarahan mayor dan 6,2-21,8 % pada perdarahan minor. Resiko absolut

bervariasi antara 0-0,25%/thn pada perdarahan fatal dan 0,32-2,1 %/thn untuk

komplikasi perdarahan mayor.

Dari penelitian dan jurnal, terkait dengan faktor faktor yang berhubungan dengan

kejadian perdarahan saluran cerna pada pemberian terapi antikoagulan

adalah:terapi walfarin yang di kombinasikan dengan aspilet, clopidogrel atau

antihistamin nonsteroid,menunjukan resiko tinggi hospitalisasi akibat perdarahan

saluran cerna,usia lanjut,intensitas pemakaian obat antikoagulan,penyakit

penyerta,kualitas pengawasan yang tersedia dan genetik.(G.paraleti,2011).

Antikoagulan oral dapat berinteraksi dengan obat obat lain,dan suplemen

herbal,yang akan meningkatkan resiko perdarahan saluran cerna.(www.American

Nurse today.com.2011)

Page 16: Disusun oleh: N. ESIH

5

Frekwensi perdarahan meningkat yang kemungkinan berhubungan dengan,

dosis antikoagulan yang tinnggi lebih dari ½ yang mengalami perdarahan

menunjukan adanya lesi, polifarmasi, riwayat hipertensi yang tidak terkontrol,

kebiasaan sosial, kurangnya dukungan sosial dan penurunan status fungsi.

Penelitian yang dilakukan oleh Nekkanti et al prediktor perdarahan karena

walfarin di unit kardiologi India Selatan adalah wanita, lama rawat, jumlah

medikasi, obat-obatan seperti aspirin, clopidogrel dan faktor komorbid lain

seperti merokok dan alkohol.

Penomena dilapangan yang penulis temukan melalui wawancara dari 10 pasien

yang mengalami hematemisis melena dengan terapi antikoagulan oral di ruang

IW Medikal RSPJNHK tahun 2012, antara lain:mengatakan adanya penyaki

ulkus peptikum dan sebelumnya pernah di rawat dengan penyakit yang

sama,lama tidak kontrol atau berobat dan terapi antikoagulan tetap di minum

dengan dosis yang sama,sehingga saat masuk RS di dapatkan pemeriksaan INR

lebih dari 5,lupa akan dosis obat antikoagulan kadang minum melebihi dosis

(orang tua)

Perdarahan akut Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) merupakan salah satu

penyakit yang sering dijumpai di bagian gawat darurat rumah sakit. mencapai

100 per 100.000 penduduk/tahun, laki-laki lebih banyak dari wanita. Insidensi ini

meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Di Indonesia kejadian yang

sebenarnya dipopulasi tidak diketahui. Dari catatan medik RS Hasan Sadikin

Bandung (1998) pasien yang dirawat karena perdarahan SCBA sebesar 2,5% -

3,5 %.

Page 17: Disusun oleh: N. ESIH

6

RS Jantung Harapan Kita merupakan rumah sakit rujukan untuk kasus-kasus

penyakit kardiovaskular namun terdapat kasus perdarahan saluran cerna

(hematemisis melena). Terutama yang disebabkan obat obat cardiovaskuler,salah

satunya antikoagulan oral.Data endoscopi periode Juni - Agustus 2010, 43 kasus,

Juni – Agustus 2011, 63 kasus dan november - desember 2012,72 kasus.

Dari fenomena tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian

hubungan pemberian terapi antikoagulan pada pasien CHF dengan kejadian

hematemisis melena di Ruang Intermediate Medikal Rumah Sakit Jantung dan

Pembuluh Darah Harapan Kita. Dan fenomena tersebut di atas belum pernah

dilakukan penelitian, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul

tersebut di atas.

B. Rumusan Masalah

pemberian antikoagulan merupakan suatu protokol terapi untuk mencegah

terjadinya tromboemboli yang terjadi pada system kardiovaskule, namun potensi

terjadinya perdarahan juga perlu dipertimbangkan.

Dari beberapa penelitian yang telah di paparkan terdapat faktor-faktor yang

berhubungan terjadinya perdarahan saluran cerna karena antikoagulan oral.

penelitian klinis dari terapi antikoagulan seringkali hanya menggunakan pasien-

pasien yang memiliki resiko perdarahan minimal, memiliki kepatuhan terhadap

terapi, masih muda dan minimal interaksi dengan terapi medikasi lain. Kondisi-

kondisi ini tentu saja berbeda jauh dengan yang dihadapi dalam situasi klinis.

Page 18: Disusun oleh: N. ESIH

7

Perdarahan saluran cerna merupakan komplikasi dari penggunaan terapi

antikoagulan oral, yang perlu menjadi perhatian utama baik bagi dokter maupun

pasien. Semakin banyaknya jenis terapi antikoagulan menyebabkan banyaknya

pasien yang terindikasi mendapatkan terapi antikoagulan tidak mendapatkan

penanganan yang efektif.

C. Pertanyaan Penelitian

Adakah hubungan pemberian terapi antikoagulan oral pada pasien CHF dengan

kejadian hematemisis melena di Ruang Intermediate Medikal Rumah Sakit

Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui hubungan pemberian terapi

antikoagulan pada pasien CHF dengan kejadian hemaemisis melena di

Ruang Intermediate RSJHK tahun 2013

2. Tujuan Khusus.

a. Diketahui gambaran karakteristik demografi (usia, pendidikan, pekerjaan)

pasien CHF yang mendapat pemberian terapi antikoagulan oral di ruang

IWM RS Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita 2013

b. Diketahui hubungan pengetahuan pasien CHF yang mendapat terapi

antikoagulan oral dengan kejadian hematemisis melena di ruang IWM

RSJHK 2013

Page 19: Disusun oleh: N. ESIH

8

c. Diketahui hubungan usia pasien CHF yang mendapat terapi antikoagulan oral

dengan kejadian hematemisis melena di Ruang IWM RSJHK.

d. Diketahui hubungan penyakit penyerta pasien CHF yang mendapat terapi

antikoagulan dengan kejadian hematemisis pada di Ruang IWM RSPJNHK

2013.

e. Diketahui hubungan lama pemberian terapi antikoagulan oral pada pasien

CHF dengan kejadian hematemesis melena di Ruang Intermediate RSJHK

2013.

E. Manfaat Penelitian

1. Bidang Pelayanan .

Untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam pelaksaan asuhan keperawatan

pada pasien pasien CHF yang mendapatkan terapi antikoagulan dengan cara

memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah rehospitalisasi karena

perdarahan gastrointestinal

2. Bidang keilmuan

Hasil penelitian di harapkan sebagai masukan untuk mengembangkan proses

keperawatan medikal bedah khususnya keperawatan CHF dengan terapi

antikoagulan .

3. Bidang penelitian

Hasil penelitia diharapkan sebagai masukan dalam mengembangkan wawasan

dan tambahan pengetahuan yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian

keperawatan selanjutnya khusnya pasien CHF dengan terapi antikoagulan.

Page 20: Disusun oleh: N. ESIH

9

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Gagal Jantung Kongestif (CHF)

1. Pengertian

Gagal jantung merupakan suatu sindroma klinis akibat kelainan jantung yang

ditandai dengan suatu bentuk respon hemodinamik, renal, neural dan hormonal,

serta suatu keadaan patologis di mana kelainan fungsi jantung menyebabkan

kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Gagal

jantung kongestif merupakan gabungan dari gagal jantung kanan dan gagal

jantung kiri (Muttaqin, 2009).

2. Klasifikasi Gagal Jantung

Berdasarkan New York Heart Association (AHA) klasifikasi gagal jantung

terbagi dalam 4 (empat) kelainan fungsional :

a. Kelas I Timbul sesak pada aktifitas fisik berat

b. Kelas II Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang

c. Kelas III Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan

d..Kelas IV Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat

Page 21: Disusun oleh: N. ESIH

10

3. Patofisiologi Gagal Jantung (Brunner & Suddarth, 2002 )

Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan

kontraktilitas jantung.yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah

jantung yang normal.

Konsep curah jantung dijelaskan dengan persamaan CO = HR X SV di mana

curah jantung (CO: Cardiac Output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart

Rate) X Volume sekuncup (SV: Stroke Volume). Frekuensi jantung adalah fungsi

sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan

mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila

mekanisme kompensasi gagal untuk mempertahankan pefusi jaringan yang

memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri

untuk memperthankan curah jantung.

Pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot

jantung, volume sekuncup berkurang dan curah normal masih dapat

dipertahankan.Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompakan pada

setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor: Preload adalah jumlah darah yang

mengisi jantung yang berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan

oleh panjangnya regangan serabut jantung, Kontraktilitas adalah perubahan

kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan

perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium, dan Afterload adalah

besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah

Page 22: Disusun oleh: N. ESIH

11

melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol. Pada gagal

jantung, jika salah satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu, maka

hasilnya curah jantung berkurang.

4. Etiologi Gagal Jantung Kongestif (Smeltzer, 2010)

a. Kelainan Otot Jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,

disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari

penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner,

hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi

b. Aterosklerosis koroner

Arterosklerosis mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya

aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat

penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)

biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.

c. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal

jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung

menyebabkan kontraktilitas menurun.

d. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan

beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut

otot jantung.

e. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang

sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme

Page 23: Disusun oleh: N. ESIH

12

biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis

katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade

perikardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after

load.

f. Faktor sistemik

Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya

gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal: demam, tirotoksikosis).

Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asdosis

respiratorik atau metabolik dan abnormalita elektronik dapat menurunkan

kontraktilitas jantung.

5. Manifestasi Klinis (Brunner & Suddarth, 2002)

Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang

terjadi. Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak

mampu memompa darah yang datang dari paru.

a. Manifestasi klinis gagal jantung kiri (Brunner & Suddarth, 2002) :

- Dispnea, terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan

mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi saat istirahat

atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang. Dapat terjadi

ortopnoe (sesak saat berbaring). Beberapa pasien dapat mengalami

ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal

Dispnea (PND).

Page 24: Disusun oleh: N. ESIH

13

- Batuk yang berhubungan dengan gagal jantung kiri bisa kering dan bisa

produktif, tetapi yang sering adalah batuk yang basah,yaitu batuk yang

menghasikan sputum berbusa dalam jumlah banyak.yang kadang disertai bercak

darah.

- Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat

jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa

hasil katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan

untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.

- Kegelisahan atau kecemasan, terjadi karena akibat gangguan oksigenasi jaringan,

stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi

dengan baik

Bila ventikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan

perifer.Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume

darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang

secara normal kembali dari sirkulasi vena.

b. Manifestasi klinis pada gagal jantung kanan :

- Edema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting,

penambahan berat badan.

- Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi

akibat pembesaran vena hepar, distensi vena leher. asites (penimbunan cairan

di dalam rongga peritoneum).

Page 25: Disusun oleh: N. ESIH

14

- Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam

rongga abdomen.

- Nokturia atau rasa ingin kencing pada malam hari,terjadi karena perfusi renal

didukung posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis tejadi paling sering pada

malam hari kerena curah jantung akan membaik pada saat malam hari.

- Kelemahan, lemah yang menyertai gagal jantung sisi kanan kanan disebabkan

karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi dan pembuangan produk

sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan.

6. Komplikasi Gagal Jantung

Komplikasi gagal jantung menurut Desta (2007) adalah:

a. Aritmia Atrium

Atrial Fibrilasi terjadi pada hampir 1/3 pasien CHF (10-50 %) dan pada

pasien gagal jantung bisa disebabkan juga oleh atrial fibrilasi. Atrial fibrilasi

dapat terjadi dengan LV disfungsi yang parah karena infark miokard dan

prognosinya buruk. Pasien CHF dan atrial fibrilasi mempunyai resiko tinggi

terjadi stroke dan tromboemboli lainnya.

Data observasi dari penelitian terbaru A Study Of The Bebeficial Effects of

Antikoagulan Therapy in Congestive Heart Failure, Tromboemboli sering

kali menyebabkan kematian pada gagal jantung kongestif. Pada 565 pasien

dengan penyakit jantung rematik dan gagal jantung kongestif, diotopsi di Los

Angeles Caunty Hospital ditemukan di 30,3 %. Pada 114 pasien

Page 26: Disusun oleh: N. ESIH

15

thromboemboli adalah penyebab langsung kematian. Pada 20 pasien penyebab

kematian dan pada 28 pasien tidak berkontribusi sampai kematian.

b. Stroke dan tromboemboli

CHF merupakan predisposisi terjadinya stroke dan tromboemboli dengan angka

kejadian kurang lebih 2%, faktor yang berkontribusi terjadinya resiko

tromboemboli pada pasien CHF meliputi penurunan curah jantung (Cardiac

Output), darah yang statis di dalam ruang jantung yang membesar (dilatasi)

pembentukan dari anerisma pada ventrikel kiri dan ditandai adanya atrial

fibrilasi. Pasien CHF dengan irama jantung sinus juga mempunyai resiko tinggi

terhadap kejadian stroke dan trombosis vena, pasien dengan CHF dan kronik

vena insufisiensi disebabkan imobilisasi dan berkontribusi peningkatan resiko

trombosis dan pulmonari emboli.

Data observasi dari penelitian terbaru Studies Of Left Ventrikular Dysfuntion

(SOLVD) dan vasodilatation heart failure trials (V-HeFT) mengindikasikan

gagal jantung mild-moderate berhubungan dengan resiko 1,5 % stroke pertahun,

dibanding dengan tanpa gagal jantung (0,5 %), meningkat 4% pada gagal

jantung severe. Survival Ventikular enlargement (SAVE) melaporkan ada

hubungan resiko stroke dan fungsi jantung (EF) yang rendah 18 % meningkat

resikonya setiap 5 % penurunan fungsi jantung, jelas menunjukan hubungan

tromboemboli dengan kerusakan jantung dan tingkat keparahan gagal jantung.

Resiko tromboemboli sepertinya berhubungan dengan LA dan LV dilatasi

(pembesaran jantung).

Page 27: Disusun oleh: N. ESIH

16

7. Pemeriksaan Penunjang (ACC/AHA, 2009)

a. RontgenThoraks, dapat mendeteksi adanya pembesaran jantung, kongesti

paru, efusi pleura.

b. EKG dapat mengungkapkan adanya takikardi, iskemi .

c. Ekhokardiogram, dapat menggambarkan adanya penurunan fungsi otot

jantung (fraksi ejeksi ventrikel kiri), pembesaran ventrikel dan abnormalitas

katup mitral.

d. Pemeriksaan lab meliputi : Darah rutin,elektrolit,fungsi ginjal. darah, .

Peptida Natriuretik (NP Pro BNP).

e. Kateterisasi jantung, tidak rutin diperlukan pada gagal jantung, tetapi

diindikasikan untuk mencari etiologi..

8. Asuhan Keperawatan Pasien CHF (ACC/AHA)( Bambang, 2009)

a. Ketaatan pasien berobat menurunkan morbiditas, mortalitas dan kualitas

hidup pasien.

b. Dukungan istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung. Latihan fisik

direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik stabil. Program

latihan fisik memberikan efek yang sama baik di rumah sakit ataupun

dirumah.

c. Asupan Cairan. Retriksi cairan 1,5-2 liter/hari dipertimbangkan terutama

pada pasien dengan gejala berat yang desertai hiponatremia. Retriksi cairan

rutin pada pasien dengan gejala ringan sampai sedang.

Page 28: Disusun oleh: N. ESIH

17

d. Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau

menghilangkan oedema. pembatasan garam 2gr per hari.

e. Pemantauan berat badan. Pengukuran berat badan sangatlah penting terutama

pada pasien gagal jantung dengan asites atau oedema. Pasien juga harus

memantau berat badannya secara rutin setiap hari (pagi sebelum makan), jika

terdapat kenaikan berat badan >2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis

diuretik atas pertimbangan dokter.

9. Penatalaksanaan Medik (ACC/AHA)( Bambang, 2009)

a. Glikosida jantung

Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat

frekuensi jantung. .

b. Diuretik, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.

Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan

hipokalemia.

c. Vasodilator, obat-obat vasoaktif digunakan untuk mengurangi tekanan

terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki

pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan

pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.

Page 29: Disusun oleh: N. ESIH

18

B. Konsep Antikoagulan

1. Pengertian

Antikoagulan adalah obat obat yang turut serta dalam proses pembentukan

sumbatan fibrin untuk mengurangi atau mencegah koagulasi. Efek ini

digunakan untuk mencegah resiko dari terbentuknya thrombus dalam

pembuluh darah dan cabang cabang vaskuler (www.Jevuska, 2009).

Antikoagulan adalah obat yang diberikan untuk memperlambat waktu

pembekuan darah dan mencegah pembentukan trombus pasca bedah dan

menghambat perkembangan trombus yang sudah terjadi. Antikoagulan tidak

dapat melarutkan trombus (Suzanne C.Bare, 2002).

2. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja antikoagulan oral adalah dijalur ektrinsik pada kaskade

koagulasi dengan menghambat sintesa faktor-faktor pembekuan yang

dipengaruhi vitamin K yaitu protombin, V11, 1X, X, Antikoagulan tersebut

menghambat faktor pembekuan yang dihasilkan di hati (warfarin coumarin,

coumadin, panwarfin). Jenis obat yang sering digunakan untuk penyakit

jantung baik medikal atau surgikal yaitu warfarin, cardioaspirin, clopidogrel.

Warfarin berfungsi sebagai antikoagulan. Mekanisme aksi; mengganggu

sintesis hepatik vitamin k tergantung pada faktor koagulasi (1I,VII,IX,X).

3. Antikoagulan Oral

a. Antikogulan oral: (warfarin coumarin, coumadin, panwarfin). Sifat

Fisikokimia higroskopik berwarna putih, sangat mudah larut dalam

Page 30: Disusun oleh: N. ESIH

19

alkohol dan larutan asceton; sangat sedikit laru dalam diklorometan. Larutan 1%

dalam air mempunyai pH: 7,2 -8,3.

b. Golongan/Kelas Terapi : Obat yang mempengaruhi darah.

c. Indikasi:

Profilaksis dan terapi thrombosis vena, embolisme pulmonari dan disorder

thromboembolik, atrial fibrilasi dengan risiko embolisme dan sebagai tambahan

pada profilaksis embolisme sistemik setelah infark miokardiak. Mechanical and

prosthetic heart valves, Valvuler heart disease,Acute cardioembolic stroke in on

hypertensive pasien.

d. Kontraindikasi

Perdarahan aktif , Ulkus peptikum aktif. Aneurisma, Perdarahan serebrovaskuler,

Varises esophagus, Intoleransi warfarin atau alergi seperti rash akut, hipertensi

tidak terkontrol,gangguan gastrointestinal, pasien yang mengalami pendarahan

pada saluran pencernaan, pendarahan pada kolon,. penyakit hepatik parah.,

pasien tidak patuh.

e. Farmakologi

Onset kerja : antikoagulan oral : 36-72 jam. Durasi 2-5 hari.

Absorpsi : cepat,Metabolisme : dihati.Tereliminasi : 20-60 jam, rata-rata 40

jam, bervariasi antar individu.

f. Dosis, cara pemberian dan lama pemberian

Dosis awal tergantung individu (pertimbangkan pasien dengan gangguan fungsi

hati,, status nutrisi, terapi lanjutan, risiko pendarahan).Awali dengan dosis 5-10

mg/hari, dosis pemeliharaan biasanya 2-10 mg setiap hari (mungkin diperlukan

Page 31: Disusun oleh: N. ESIH

20

dosis loading dan pemeliharaan di luar pedoman ini). Dosis awal yang lebih rendah

diperlukan pasien dengan gangguan fungsi hati, gizi buruk, gagal jantung kongestif,

pasien lanjut usia, risiko pendarahan . Dosis awal yang lebih tinggi dapat diberikan

untuk pasien tertentu.

4. Hal hal yang perlu diperhatikan

a. Monitor Efek Samping

Efek Samping Mayor; perdarahan bisa terjadi pada hampir setiap bagian

tubuh.Resiko tergantung pada beberapa variabel termasuk intensitas

pemakaian dan kerentanan pasien. Nekrosis kulit jarang terjadi tapi cukup

serius, terjadi pada hari ke tiga sampai hari ke delapan.Pendarahani, sakit

kepala, pusing, pruritus, anoreksia, mual, muntah, kram perut, sakit

abdominal, diare, pendarahan intestinal, hematuria, hemoragi, hematoma

retroperitonial, epitaksis, hipersensitifitas dan reaksi alergi.

b. Kaji Interaksi dengan Obat Lain :

1. Meningkatkan efek/ toksisitas: Warfarin-Aspirin (antikoagulan

antiplatelet). Aspirin meningkatkan efek anti koagulan. Efek samping

antiplatelet aspirin dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan pada

mukosa lambung.

2. Mekanisme aspirin memiliki efek langsung pada lapisan perut dan dapat

menyebabkan perdarahan gastrointestinal juga menurunkan agregasi

platelet dan memperpanjang waktu perdarahan.

Page 32: Disusun oleh: N. ESIH

21

3. Asetaminofen, allopurinol, amiodaron, sefalosporin, simetidin, flukonazol,

metronidazol, obat inflamasi non steroid, fenitoin,kuinidin, antibiotik kuinolon,

sulfinpirazon, sulfonamida, derivat tetrasiklin, derivat rifamisin dan

sulfasalazin,obat herbal

c. Kaji Interaksi Dengan Makanan.

Hindari penggunaan etanol: Etanol menurunkan metabolisme warfarin dan

meningkatkan PT, efek antikoagulan warfarin akan menurun dengan adanya

makanan mengandung vitamin K, vitamin E meningkatkan efek

warfarin.Pengaruh makanan terhadap obat sering tidak diperhatikan sehingga

dapat menimbulkan efek samping atau berkurangnya efek obat.

Efek antikoagulan dapat dikurangi oleh makanan yang kaya dengan vitamin K

seperti (:brokoli,kubis,kacang hijau,selada,hati sapi,bayam dsb).

5. Monitoring Laboratorium

Pemeriksaan Protombin Time (PT)/INR (International Normalized Ratio).

MasaProtombin Time (PT).Protombin disintsis oleh hati dan merupakan

prekusor tidak aktif dalam proses pembekuan,protombin di konversi menjadi

trombin oleh tromboplastin yang diperlukan untuk membentuk bekuan

darah.Pemeriksaan masa protombin (Protombin Time,) digunakan untuk menilai

kemampuan faktor koagulasi jalur ektrinsik dan jalur bersama, yaitu:

factor1(fibrinogen), faktor11(protombin), V(proakselerin), V11(prokonvertin),

X.(factor Stuart). Perubahan factor V & V11 akan memperpanjang PT selama

dua(2) detik atau 10% dari nilai nomal.PT diukur dalam detik.

Page 33: Disusun oleh: N. ESIH

22

Protombin Time (PT) memanjang karena defisiensi factor koagulasi ektrinsik dan

bersama jika < 30 %.Pemanjangan PT dijumpai pada penyakit hati

,afibrinogenemia,defisiensi factor koagulasi(11,V,V11.X),disseminated intravascular

coagulation (DIC),fibrinilisis,gangguan reabsobsi usus.Pada penyakit hati. PT

memanjang karena sel hati tidak dapat mensistesis protombin.Pemanjangan PT

dapat di sebabkan pengaruh obat obatan:Vitamin K antagonis,antibiotic,antikoagulan

oral ( walfarin,dikumoral),aspirin dll.

PT memendek pada tromboplebitis,infaek miokard,embolisme pulmonal,pengaruh

obat;barbiturate,digitalis,diuretic,rifmpisin,dll.

INR (International Normalized Ratio)di dapatkan dengan membagi nilai PT yang

didapat dengan nilai PT normal kemudian di pangkatkan dengan ISI,dimana ISI

adalah International Sensitivity Index.Jadi INR adalah rasio PT yang mencerminkan

hasil yang akan diperoleh bila tromboplastin baku WHO digunakan,sedangkan ISI

merupakan ukuran kepekaan sediaan tromboplastin terhadap penurunan faktor

koagulasi yang bergantung pada vitamin K.

INR digunakan untuk memonitor terapi walfarin(Coumadin). Pemeriksaan darah ini

dibutuhkan untuk menentukan dosis warfarin yang tepat pada pasien

jantung,stroke, deep vein thrombosis (DVT), katup jantung buatan INR digunakan

sebagai uji terstandardisasi International.INR di rancang untuk pemberian walfarin

jangka panjang dan hanya boleh digunakan setelah respons klinik stabil terhadap

Page 34: Disusun oleh: N. ESIH

23

walfarin,stabilitas memerlukan waktu sedikitnya seminngu.Standar INR tidak boleh

digunakan jika klien baru memulai terapi walfarin guna menghindari hasil yang salah

uji,meupakan ,yaituFaktor dan adalah pemeriksaan darah untuk memonitor terapi

warfarin.

PT/INR adalah pemeriksaan darah untuk memonitor terapi walfarin .Pemeriksaan

darah ini dibutuhkan untuk menentukan dosis warfarin yang tepat.Untuk pertama

kali minum antikoagulan oral pemeriksaan PT/INR dilakukan 2-3x/ minggu, dokter

menentukan dosis warfarin yang tepat, selanjuntya pemeriksaan PT/INR 1-2

x/minggu atau beberapa minggu. Jika nilai INR sudah sesuai dengan nilai yang

diharapkan tes dilakukan tiap 3-4 minggu sekali.

Konsensus American College of Chest Physician’s merekomendasikan target INR

2,5 (Range 2.0-3.0) untuk sebagian besar kondisi, untuk katup mekanik INR (range

2.5-3.5). Pemeriksaan rutin yang penting dilakukan secara berkala dan hasilnya

ditunjukan kepada dokter saat kontrol untuk menentukan dosis obat yang diminum.

Bagi klien yang tinggal jauh dari RS besar biasanya dapat dicek Bleeding Time,

ClotingTime atau tergantung dokter. Agar efektif, terapi warfarin harus mencapai

tingkat keenceran darah (INR) pada level tertentu dan pemberiannya harus dikontrol

terus menerus.

Trombosit memiliki dua fungsi berbeda(1) melindungi integritas endotel pembuluh

darah,dan(2)memulai perbaikan apabila terjadi kerusakan pada dinding pembuluh

Page 35: Disusun oleh: N. ESIH

24

darah.Interaksi trombosit dengan dinding pembuluh darah disebut hemostasis

primer,orang yang trombositnya terganggu dalam jumlah atau fungsi akam

mengalami petekie dikulit dan selaput lender.Trombosit diproduksi oleh sumsum

tulang.Pembentukan trombosit dapat dihasilkan melalui jalur intinsik atau jalur

koagulasi ektrinsik.Trombosit sering diperiksa untuk mengetahui kekuatan jumlah

sel dan fungsinya.Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit dalam

sirkulasi.kelainan ini berkaitan dengan peningkatan resiko perdarahan hebat atau

cidra ringan.Penyebab primer trombositopenia adalah idiopatik ( tanpa

penyebab),sedangkan trombositopenia sekunder dapat disebakan oleh obat

kemoterapi yang merusak sumsum tulang,infeksi virus tertentu termasuk HIV.

Pemeriksaan agregasi trombosit digunakan untuk mengevaluasi kemampuan

trombosit untuk membentuk agregat dan mengawali terbentuknya bekuan

darah.Indikasi pemeriksaan adalah:

- Membantu diagnosis gangguan fungsi trombosit baik kongenital maupun

didapat,pada pasien dengan riwayat perdarahan.

- Dugaan peningkatan agegasi trombosit (DM,hyperlipidemia)

- Monitoring terapi anti-trombosit(aspirin,ticlpidin,clopidigrel,abciximab) paska

stroke atau heart attak.Deteksi factor resiko thrombosis arteri(PJK<stroke),

deteksi resistensi aspirin,Monitoring fungsi trombosit selama operasi

CABG.Skrining preoperasi beresiko perdarahan selama prosedur invasive,pasien

riwayat perdarahan atau mengkonsumsi obat yang mempengaruhi kemampuan

darah untuk membeku sperti aspirin dan NSAID.

Page 36: Disusun oleh: N. ESIH

25

Gangguan fungsi trombosit dapat disebabkan oleh penyakit kronis seperti gagal

ginjal(uremia),leukemia akut,gangguan fungsi trombosit yang bersipat sementara

dijumpai pada konsumsi obat aspirin dan NSAID,setelah opersi CABG.Trombosit

yang rendah bisa juga dikarenakan produksinya yang kurang.bisa karena penyakit

berupa anemia aplastik.Anemia aplastic terjadi jika sel yang memproduksi butir

darah merah di sumsum tulang,tidak dapat menjalankan tugasnya,juga bisa karena

penyakit leukemia,mielofibrosis.

6. Pendidikan Kesehatan

a. Obat ini untuk mencegah pembekuan darah.

b. Pergunakan obat ini benar-benar sesuai dengan petunjuk dokter. Jangan

dipakai berlebihan tanpa petunjuk dokter karena akan terjadi perdarahan.

c. Lakukan kontrol darah secara teratur karena akan dapat menentukan

pemakaian dosis yang tepat.

d. Jangan mempergunakan obat lain selama penggunaan obat ini.

e. Mintalah petunjuk dan persetujuan dokter bila harus menggunakan obat lain.

f. Sebaiknya pergunakan obat dari merek yang sama jangan mengganti dengan

merek yang lain.

g. Selama mempergunakan obat ini jangan minum minuman yang mengandung

alkohol, karena alkohol akan menurunkan efektifitas antikoagulan oral.

h. Segera ke dokter bila terjadi diare, pendarahan baik dari mulut, hidung

ataupun anggota tubuh lainya.

Page 37: Disusun oleh: N. ESIH

26

i. Apabila ada gangguan fungsi hati jangan menggunakan obat antikoagulan

(beritahu dokter)

j. Batasi prosedur invasif, berikan penekanan yang lebih lama pad area tusukan

dan luka.

k. Cegah aktivitas/ benturan yang dapat menimbulkan pedarahan.

l. Berikan saran kepada pasien untuk menggunakan sikat gigi yang lembut dan

pisau cukur electric.

m. Bila pasien pulang dengan obat obat antikoagulan,ajarkan bagaimana dan kapan

obat digunakan.

n. Berikan peringatan kepada pasien untuk tidak menyetop obat obat sendiri tanpa

petunjuk dokter.

o. Pastikan pasien memiliki persediaan obat yang cukup agar tidak terjadi putus

obat.

p. Berikan penjelasan mengenai obat obat herbal atau sulemen yang harus dihindari.

q. Ingatkan pasien untuk emberitahu petugas kesehatan lain (dr gigi,dr bedah)

bahwa pasien menggunakan obat antikoagulan.

r. Ingatkan pasien untuk waspada terhadap tanda tanda perdarahan(perdarahan

yang sulit untuk dihentikan ,mudah lebam,perubahan warna urin dan

faeses:hematuria/melena.(www.AmericanNurseToday.com.2011)

7. Antithrombotic Agents

Antithrombotic adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga

menyebabkan terhambatnya pembentukan thrombus yang terutama sering

Page 38: Disusun oleh: N. ESIH

27

ditemukan pada sistem arteri. Yang termasuk golongan ini adalah: Antikoagulan

injeksi (Heparin).

Heparin adalah mukopolisakarida yang menghambat bekuan darah dengan

mengubah protombin menjadi thrombin, heparin juga menghambat agregasi platelet

oleh thrombin. Kerja heparin berlangsung kira-kira 1,5 sampai 4 jam. Heparin yang

telah disuntikan akan dihancurkan oleh enzim dalam darah yang disebut heparinase.

a. Indikasi : Pencegahan dan pengobatan gangguan thrombo emboli arteri dan vena,

infark miokard akut, arterial fibrilasi dengan emboli, koronari angioplasti.

b. Kontraindikasi: Perdarahan aktif termasuk perdarahan intra cerebral, hipersensitif

heparin/ atau produk daging babi, Heparin Induced Thrombocitopenia (HIT) dan

gagal ginjal.

c. Efek samping : Perdarahan, alergi, Heparin Induced Thrombocitopenia (HIT)

d. LMWH (Low Moleocular Weight Heparin) :

Enoxaparin(Lovenox),

Dalteparin (Fragmin),

Nadroparin (Fraxiparin),

Synthetic Anti Xa,

Fondaparinux (Arikxtra)

Page 39: Disusun oleh: N. ESIH

28

C. Konsep Hematemesis Dan Melena

Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) merupakan salah satu penyakit

yang sering dijumpai di bagian gawat darurat rumah sakit. Sebagian besar pasien

datang dalam keadaan stabil dan sebagian lainnya datang dalam keadaan darurat

yang memerlukan tindakan yang cepat dan tepat.

1. Pengertian

Hematemesis adalah muntah darah segar (merah segar) atau hematin (hitam

seperti kopi) yang merupakan indikasi adanya perdarahan saluran cerna

bagian atas atau proksimal ligamentum treiz. Perdarahan saluran cerna bagian

atas (SCBA), terutama dari duodenum dapat pula bermanifestasi dalam

bentuk melena. Hematokezia (darah segar keluar peranum) biasanya beasal

dari perdarahan saluran cerna bagian bawah (kolon). Maroon stools (feses

berwarna merah hati) dapat berasal dari perdarahan kolon bagian proksimal

(ilieo- caecal). (Djojoningrat,D.,2006)

Hematemesis adalah muntah darah berwarna hitam dari saluran cerna bagian

atas dimana darah bercampur dengan asam lambung. Melena adalah

keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang mengandung campuran

darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (Grace & Borley,

2007). Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut;darah dapat

berasal dari saluran cerna bagian atas atau darah dari luar yang tertelan

(epistaksis, hemoptisis, ektraksi gigi, tonsilektomi).

Page 40: Disusun oleh: N. ESIH

29

Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah

dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, darah dapat berwarna

merah,coklat atau hitam sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan

dan bergumpal-gumpal, biasanya tercampur sisa makanan dan bereaksi dengan asam.

2. Etiologi

Penyebab saluran cerna bagian atas:

a. Adanya masalah pada mulut, misalnya ada perlukaan pada mulut dan gusi.

b. Adanya masalah pada kerongkongan,misalnya kanker laring.

c. Masalah pada lambung, misalnya erosi pada lambung atau juga karsinoma.

Masalah pada abdomen, misalnya abses atau peradangan ataupun perdarahan.

d. Masalah pada Esofagus, misalnya varises esofagus.

e. Makanan atau minuman yang dapat menyebabkan warna kemerahan

dimuntahan tapi bukan darah misalnya: Pewarna buatan pada makanan dan

minuman.

f. Gangguan pada hepar, misalnya sirosis hepatis, hiprtensi pulmonal atau

hepatitis kronis.

g. Akibat dari konsumsi obat-obatan tertentu, seperti Aspirin dan antikoagulan

lainnya dapat mengurangi kemampuan darah untuk membeku dan

mengakibatkan waktu perdarahan berkepanjangan.

Page 41: Disusun oleh: N. ESIH

30

3. Patofisiologi (Suratun, 2010)

Defisiensi vitamin dan anemia. Karena pembentukan, penggunaan dan

penyimpanan vitamin tertentu yang tidak memadai (terutama Vitamin A, C dan

K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya

sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan dengan defisiensi vitamin K.

Perdarahan Akibat Terapi Antikoagulan: Perdarahan terjadi karena adanya

kelainan pada sistem hemostasis, baik ditentukan atau diperoleh pada saat

dewasa. Kelainan kelainan itu ada yang mempengaruhi protein prokoagulan

plasma, yang berperan pada pembentukan fibrin. Ada yang mengganggu

perbaikan kerusakan vaskuler, mengganggu sistem fibrinolisis atau mengganggu

sistem koagulan (Djumhana, 2009). Kelainan hemostasis yang diturunkan,

terbanyak adalah hemophilia A (defisiensi factor VIII), hemophilia B (defisiensi

factor IX) dan penyakit Von Willebrand. Sementara itu kelainan hemostasis

didapat yang utama adalah efek samping dari penggunaan obat-obat yang meng-

antagonis vitamin K (seperti obat antikoagulan oral: Walfarin dan coumarin) dan

defisinsi vitamin K akibat penyakit liver, di mana hampir semua protein

prokoagulan diproduksi di hati.

Page 42: Disusun oleh: N. ESIH

31

4. Manifestasi klinik (Doenges,2008)

a. Sirkulasi

Gejala: Hipotensi takikardia, Nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat,

warna kulit pucat: Sianosis ,, kelembaban kulit/ membran mukosa:

berkeringat.

b. Eliminasi

Gejala: Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan GI

atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal, luka peptic/ gaster,

gastritis, bedah gaster, radiasi area gaster. Perubahan pola defikasi/

karakteristik feses.

Tanda: Nyeri tekan abdomen, distensi. Bunyi usus: Sering hiperaktif selama

perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan warna. Karakter feses; diare, darah

warna gelap, kecoklatan, atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau

busuk (steatorea). Kontipasi dapat terjadi.

c. Makanan / Cairan

Gejala: Anoreksia mual/ muntah. Tidak toleran terhadap makanan, makanan

pedas, coklat; diet khusus untuk penyakit ulkus .

d. .Neurosensori

Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung

tidur, disorientasi/ bingung, pingsan sampai koma .

e. Nyeri/ kenyamanan

Gejala: Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih;

nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan/ distress

Page 43: Disusun oleh: N. ESIH

32

samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makanan (gastritis akut).

f. Faktor pencetus: Makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu

(antibiotic, ibuprofen), stressor psikologis.

5. Diagnosa Keperawatan & Penatalaksanaan (Doengoes, 2002)

a. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan

perdarahan. Kemungkinan dibuktikan oleh: Hipotensi, tachikardi,

pengisian kapiler lambat, urin pekat/menurun.

Iintervensi mandiri :

Catat karakteristik muntah dan/atau drainase.

Rasional: Membantu dalam membedakan penyebab distress gester.

Awasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal sebelumnya.

Rasional: Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan

kasar kehilangan darah (mis.TD <90 mm Hg, dan nadi >110 diduga

25% penurunan volume atau kurang lebih 1000ml). Hipotensi

postural menunjukkan penurunan volume sirkulasi.

Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan.

Misalnya perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat,

berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.

Ukur CVP, panatau pengeluaran dan pemasukan cairan

Awasi masukan dan haluran dan hubungkan dengan perubahan berat

badan.Ukur kehilangan darah/ cairan melalui muntah, penghisapan

gaster/ lavase.

Page 44: Disusun oleh: N. ESIH

33

Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi.

Jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat tanpa gangguan.

Observasi perdarahan sekunder. Misalnya hidung/ gusi, perdarahan terus-

menerus dari area suntikan, penampilan ekimosis setelah trauma kecelakaan.

Kolaborasi :

Berikan cairan sesuai indikasi:

Rasional: Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya

perdarahan transfusi darah dimulai. Kurang lebih 80%-90% perdarahan gaster

dikontrol oleh resusitasi cairan dan manajemen medik.

- Berikan darah lengkap segar (fresh blood)/ kemasan sel darah merah (PRC).

Rasional: Darah lengkap segar diindikasikan untuk perdarahan akut (dengan

syok), karena darah simpanan dapat kekurangan faktor pembekuan.

Kemasan sel mungkin adekuat untuk pasien stabil dengan perdarahan

subakut/ kronis dan diperlakukan untuk pasien dengan gagal jantung kronis

untuk mencegah kelebihan cairan

- Plasma beku segar (FFP) dan/ atau trombosit.

Rasional: Faktor pembekuan/ komponen penipisan oleh 2 mekanisme

kehilangan perdarahan dan proses pembekuan pada sisi perdarahan. FFP

adalah sumber baik faktor pembekuan. Penggantian trombosit dapat

merangsang pembentukan trombosit pada sisi cedera.

Masukan/ pertahankan selang NGT pada perdarahan akut.

Rasional: Memberikan kesempatan untuk menghentikan sekresi iritan gaster,

darah, dan bekuan; menurunkan mual/ muntah; dan memudahkan endoskopi

Page 45: Disusun oleh: N. ESIH

34

diagnostic. Catatan: darah dalam gaster/ usus akan dipecahkan menjadi ammonia,

yang dapat menghasilkan efek toksis pada sistem saraf pusat. Misalnya ensefalopati.

Lakukan lavase gaster dengan cairan garam faal atau dengan suhu ruangan

sampai cairan aspirasi merah muda bening atau jernih dan bebas bekuan.

Rangsang penghisapan gaster perlahan dengan infus cairan garam faal kontinu

melalui selang udara dari selang lain dapat juga digunakan.

Rasional: Mendorong keluar/ pemecahan bekuan dan dapat menurunkan

perdarahan dengan vasokonstriksi local. Catatan: penelitian saat ini menduga

bahwa cairan garam faal es tidak efektif lagi dan cairan suhu ruangan dalam

pengontrolan perdarahan, dan ini dengan nyata merusak mukosa gaster karena

penurunan suhu inti pasien, dimana dapat memperpanjang perdarahan dengan

menghambat fungsi trombosit.

Berikan obat sesuai indikasi:

- Simetidin (Tagament); ranitidine (Zantac); famotidine (Pepcid); nizatidin

(Axid).Omeprazol (Prilosec);

- Antasida: misalnya Amphojel, Maalox, Mylanta, Riopan.

- Vasopressin (Pitresin),Vitamin K (AquaMephyton)

Rasional: Meningkatkan sintesis hepatic faktor koagulasi untuk mendukung

pembekuan. Catatan: Absorpsi vitamin K dapat diturunkan oleh penggunaan

sulklralfat.

Page 46: Disusun oleh: N. ESIH

35

Awasi pemeriksaan laboratorium, misal:

- Hb/Ht, PT/ INR,Rasional: Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian

darah dan mengawasi keefektifan terapi.

- BUN/ kadar kreatinin,Rasional: BUN > 40 dengan kadar kreatinin normal menunjukkan perdarahan

mayor. BUN harus kembali ke kadar normal pasien kurang lebih 12 jam

setelah perdarahan berhenti.

-

b. Gangguan Perfusi Jaringan

Hasil yang diharapkan: Mempertahankan perfusi jaringan dengan bukti: tanda

vital stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba, AGD dalam batas normal, keluaran

urin adekuat.

Tindakan/ intervensi mandiri:

Awasi tingkat kesadaran, keluhan pusing, sakit kepala.

Rasional: Perubahan dapat menunjukan ketidakadekuatan perfusi serebral

sebagai akibat tekanan darah arterial.

Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat dan

perifer lemah. Rasional: Vasokontriksi adalah respon simpatis terhadap

respon penurunan volume sirkulasi dan/ dapat terjadi sebagai efeksamping

pemberian vasopressin.

Catat haluaran urin dan berat jenis.

Rasional: Penurunan perfusi sistemik dapat menyebabkan iskemia/ gagal

ginjal dimanifestasikan dengan penurunan keluaran urin

Page 47: Disusun oleh: N. ESIH

36

c. Nyeri, akut/ kronis dapat dihubungkan dengan: luka bakar kimia pada mukosa

gaster, rongga oral. Respons fisik, misal refleks spasme otot pada dinding perut.

Kemungkinan dibuktikan oleh: mengkomunikasikan gambaran nyeri. Berhati-

hati dengan abdomen, postur tubuh kaku, wajah mengkerut. Respon autonomik,

misal perubahan tanda vital (nyeri akut).

Intervensi mandiri:

Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).

Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

Catat petunjuk nyeri non-verbal, seperti berhati-hati dengan abdomen,

takikardi, berkeringat. Selidiki ketidaksesuaian antara petunjuk verbal dan

non-verbal.

Rasional: Petunjuk non-verbal dapat berupa fisiologis dan psikologis dan

dapat digunakan dalam menghubungkan petunjuk verbal mengidentifikasi

luas/beratnya masalah.

Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien.

Rasional: Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan

kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.

Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.

Rasional: Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-macam

antara individu. Penelitian menunjukkan merica berbahaya dan kopi

(termasuk dekafein) dapat menimbulkan dispepsia.

Page 48: Disusun oleh: N. ESIH

37

Intervensi kolaborasi :

Berikan dan lakukan perubahan diet, Rasional: pasien mungkin dipuasakan

dulu.

Gunakan susu biasa daripada susu skim, bila susu dimungkinkan.Rasional:

Lemak pada susu dapat menurunkan sekresi gaster, namun kalsium dan

kandungan protein (khususnya susu skim) meningkatkannya.

Antasida.Rasional: Menurunkan keasaman gaster dengan absorpsi atau dengan

menetralisir kimia.

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), tentang proses penyakit, pr

Bantu pasien untuk mengidentifikasi hubungan masukan makanan dan

pencetus/ hilangnya nyeri epigastrik, termasuk menghindari iritan gaster.

Anjurkan makan sedikit tapi sering/ makanan kecil, mengunyah makanan

dengan perlahan, makan pada waktu yang teratur, dan menghindari makan

“banyak”.

Rasional: Sering makan mempertahankan netralisasi HCI, melarutkan isi

lambung pada kerja minimal asam mukosa lambung. Makan sedikit

mencegah distensi gaster yang berlebihan.

Dorong pasien untuk menginformasikan semua pemberian asuhan tentang

riwayat perdarahan..

Pada pasien yang menggunakan penggunaan vitamin antagonis , seperti

warfarin, namun ternyata, pemberian vitamin K antagonis bisa

Page 49: Disusun oleh: N. ESIH

38

meningkatkan resiko dan menyababkan perdarahan. Pada kasus kasus seperti ini

perlu membalikkan efek antikoagulan dengan cara :

- Menghentikan terapi antikoagulan. Tapi ini perlu waktu, sebab efek

antikoagulan baru menghilang setelah beberapa hari pemberian vitamin K

antagonis dihentikan.

- Memberikan terapi vitamin K (baik oral maupun intravena). Tapi vitamin K

tidak juga begitu efektif, jika digunakan secara oral, butuh waktu sampai 1

hari agar efeknya terasa. Sedangkan, pemberian secara intravena, butuh

waktu 4-6 jam. Jadi tidak berguna pada kasus perdarahan hebat.Cara lain

yakni dengan pemberian Fresh Frozen Plasma (FFP). (Djumhana & Aru

W.2009)

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Endoskopi

b. Scintigraphy dan angiografi

c. Helical CT-angiografi. Dapat mendeteksi angidisplasia. Divertikulum

Meckel..

d. Pemeriksaan radiografi lainnya. Enema barium .

e. Pembedahan

7. Hasil Penelitian Terkait

Perdarahan merupakan komplikasi terbanyak dari penggunaan terapi

antikoagulan antagonis vitamin K (contoh:warfarin) yang perlu menjadi

Page 50: Disusun oleh: N. ESIH

39

perhatian utama baik bagi dokter maupun pasien. Laporan mengenai angka kejadian

perdarahan pada individu yang mendapatkan terapi antikoagulan sangat beragam.

Hal ini menggambarkan adanya perbedaan dalam mengambil referensi mengenai

kejadian perdarahan maupun studi yang digunakan.

a. Angka kejadian pada terapi warfarin berdasarkan studi prospektif

(G.Palareti.2011) adalah sebanyak:

0,1–1.0% pada perdarahan fatal.

0,5 – 6,5 % pada perdarahan mayor dan 6.2 – 21.8% pada perdarahan minor.

Resiko absolut bervariasi antara 0 – 0.25% per tahun pada perdarahan fatal

dan 0.32 – 2.1% per tahun untuk komplikasi perdarahan mayor.

b. Salah satu penyebab tejadinya hematemesis melena adalah karena antikoagulan

oral seperti karena pemberian walfarin,resiko perdarahan diperkirakan 2,3-4,9

kali lebih tinggi daripada pasien tidak mendapatkan antikoagulan (Albeldawi et

all, 2010).

c. Penelitian yang dilakukan oleh Nekkanti et all, 2012 mengenai prediktor

perdarahan yang disebabkan karena walfarin di unit kardiologi di India Selatan

adalah wanita, lama rawat, jumlah medikasi, obat-obat seperti clopidogrel,

aspirin, heparin dan faktor komorbid lain seperti merokok, alkohol dan

hipertensi.

Page 51: Disusun oleh: N. ESIH

40

8. Faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian

perdarahan dengan terapi antikoagulan (walfarin):

a. Usia

Insiden terjadinya perdarahan gastrointestinal meningkat seiring dengan

pertambahan usia, hal ini dikarenakan semakin tua kondisi seseorang

semakin besar resiko timbulnya divertikulosis, keganasan, angiodisplasia,

dan gangguan kesehatan lainnya. Studi observasi melaporkan rata-rata

kejadian 0,64 % mengalami perdarahan fatal pada usia lebih dari 69 tahun,

dan 0,6 % pada usia kurang dari 40 tahun.

b. Adanya penyakit penyerta serta penggunaan obat-obatan.

Beberapa data menunjukkan resiko perdarahan lebih tinggi terjadi pada

indikasi penggunaan antikoagulan untuk penyakit arterial. Tingginya insiden

perdarahan mayor (3,9% pasien/thn) ditemukan pada pasien usia tua dengan

stroke iskemik pada bulan-bulan pertama terapi. Adanya penyakit penyerta

yang telah ada sebelumnya atau yang muncul saat terapi diberikan

meningkatkan resiko terjadinya perdarahan. Riwayat perdarahan

gastrointestinal merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan selama

penggunaan terapi antikoagulan, walaupun tidak ditemukan luka peptikum

sebelumnya

Banyak pasien usia tua yang mendapatkan beragam terapi termasuk

antikoagulan. Dua penelitian meta analisis menunjukkan peningkatan resiko

perdarahan mayor apabila warfarin dikombinasikan dengan aspirin.

Page 52: Disusun oleh: N. ESIH

41

Resiko terjadinya perdarahan saluran cerna atas meningkat apabila pasien

mendapatkan terapi warfarin yang dikombinasikan dengan aspirin atau

clopidogrel.Kombinasi warfarin dengan obat antiinflamasi nonsteroid juga

menunjukkan tingginya resiko hospitalisasi akibat perdarahan gastrointestinal.

Adanya lesi atau injuri pada saluran gastrointestinal, saluran genitourinaria, maupun

jaringan lunak terdeteksi sebanyak 42% pada pasien dengan perdarahan mayor.

c. Intensitas pemakaian antikoagulan.

Beberapa percoabaan eksperimental menunjukan hubungan yang bermakna

antara intensitas pemakaian antikoagulan dengan resiko perdarahan. Timbulnya

perdarahan terendah ditemukan pada rentang INR 2,0-2.9 yaitu sebanyak 4,8 %

pasien/tahun, kejadian ini meningkat pada INR > 4.5. Tingginya frekuensi

perdarahan pada awal terapi penggunaan antikoagulan terutama pada 90 hari

pertama telah dilaporkan pada berbagai penelitian. Beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya hal ini antara lain penggunaan antikoagulan dapat

mencederai luka-luka yang tersembunyi, penyesuaian terapi pada awal terapi

seringkali kurang diperhitungkan dengan baik.

d. Kualitas pengawasan yang tersedia

Tolak ukur yang digunakan untuk mengevaluasi monitoring antikoagulan adalah

dengan menghitung rentang waktu terapeutik yang diperlukan.Hubungan antara

kejadian perdarahan atau tromboemboli dengan rentang waktu terapeutik telah

Page 53: Disusun oleh: N. ESIH

42

dilaporkan dalam banyak penelitian. Kualitas pengawasan antikoagulan dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain:

- Penggunaan antikoagulan yang waktu paruhnya panjang dibandingkan dengan

antikoagulan dengan waktu paruh pendek.

- Ketidakcukupan informasi dan edukasi yang diberikan kepada pasien.

e. Genetik

Terdapat beberapa gen yang berhubungan dengan metabolism.Perubahan

Beberapa enzim iniMenjadifaktor yang bertanggung jawab terhadap variasi akn

kebutuhan dosis individu warfarin yang dapat memicu kodisi overdosis warfarin

maupun meningkatkan rsiko perdarahan

f. Interaksi Antikoagulan dengan Obat Herbal

Gingseng,harus hati hati bila digunakan bersama dengan obat

antikoagulan oral,menimbukan resiko perdarahan.

Garlic.mempunyai efek antikoagulan,hati hati bila diberika

bersama dengan obat antikoagulan.

Ginkgo biloba.Aktivitas farmakologi ginko biloba didasarkan

pada kemampuannya sebagai antioksidan dan inhibitor agregasi

platelet,digunakan untuk meningkatkan fungsi kognitif dan aliran

darah.Dilaporkan ada efek samping perdararahan spontan karena pemakaian

ginkgo biloba,hati hati interaksi dengan obat antikoagulan oral.dapat

menimbulkan perdarahan.

Page 54: Disusun oleh: N. ESIH

43

Skema : Kerangka Teori Penelitian

CHF

Komplikasi:

Atrial Fibrilasi

Aritmia Ventrikel

Stroke dan tromboemboli

Terapi Medis

Faktor yang mempengaruhi: Genetic Obat NSAID Pemberian antikoagulan

oral pada pasien CHF Usia lanjut Pengetahuantentang terapi

antikoagulan Kepatuhan Penyakit penyerta Lamanya pemberian obat

Asuhan Keperawatan

Hematemesis

Melena

Pengkajian:

Riwayat peny.

Riwayat

Pemeriksaan

fisik

Intervensi: Penkes

Diagnosis:

Resiko perda rahan

Page 55: Disusun oleh: N. ESIH

44

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN

DEFINISI OPERASIONAL

Pada bab ini akan dijelaskan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan

definisi operasional. Kerangka konsep penelitian diperlukan sebagai landasan

berpikir dalam melaksanakan suatu penelitian yang dikembangkan dari tinjauan teori

yang telah dibahas sebelumnya sehingga mudah dipahami dan dapat menjadi acuan

dalam melaksanakan penelitian. Gambaran penelitian mengenai variabel-variabel

dapat diperoleh melalui kerangka konsep. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang

merupakan jawaban sementara peneliti melalui penelitian. Definisi operasional

adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari variabel yang diteliti

untuk memperjelas maksud dari suatu penelitian yang dilakukan.

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep akan menjelaskan tentang variabel-variabel yang dapat diukur

dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: Lama pemakaian obat antikoagulan

oral, usia, pengetahuan, penyakit penyerta pada pasien CHF.

Page 56: Disusun oleh: N. ESIH

45

2. Variabel terikat (dependent variabel)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian hematemesis melena.

Kerangka Konsep dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

Variabel Independen (varivel bebas /resiko) Variabel Dependen (efek)

Pemberian antikoagulan oral pada pasien CHF:

Lama pemakaian obat antikoagulan. Usia Pengetahuan tentang terapi antikoagulan Penyakit penyerta Lamanya pemberian obat antikoagulan

Hematemesis

Melena

Karakteristik demografi: Pendidikan Pekerjaan

Page 57: Disusun oleh: N. ESIH

46

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011).

Hipotesis dalam penelitian ;

1. Ada hubungan antara lama pemberian obat antikoagulan oral pada pasien CHF

dengan kejadian hematemesis melena di ruang IWM RSPJNHK 2013.

2. Ada hubungan antara usia pada pasien CHF yang diberikan terapi antikoagulan

oral dengan kejadian hematemesis melena di ruang IWM RSPJNHK tahun 2013.

3. Ada hubungan antara pengetahuan pasien CHF yang diberikan terapi anti

koagulan oral dengan kejadian hematemesis melena di ruang IWM RSPJNHK

2013.

4. Ada hubungan antara penyakit penyerta pada pasien CHF yang diberikan anti

koagulan oral dengan kejadian hematemesis melena di ruang IWM RSPJNHK

2013.

Page 58: Disusun oleh: N. ESIH

47

C. Definisi Operasional

1. Variabel Independen

2. Variabel Dependen

No Variabel Definsi operasional Cara ukur Hasil Ukur Skala ukur

1 Hematemesis & melena

Adanya darah dalam feses(feses berwarna hitam/seperti kopi),atau muntah darah yang warna coklat atau merah.

Observasi

1= Ya ,bilaterjadi 2 =bila tidakterjadi.

Nominal

N Variabel Definis Operasioanal Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

1 Lama pemakaian obat

Rentang waktu yang telah dihabiskan oleh pasien dalam menggunakan obat.

Kuisener

1.≤ 1bln

2.≥1bulan

ordinal

2. Usia Lama waktu hidup sejak dilahirkan sampai saat ini hidup.

Kusioner/ obsevasi.

1.Dewasa apabila usia <59 tahun 2. Lanjut usia apabila usia > 60 tahun

ordinall

3. Pengetahuan tentang obat antikoagulan

Pengetahuan merupakan tingkat pemahaman responden tentang pemberian terapi ntikoagulan,termasuk efek samping dan hal hal yang harus diperhatikan.dan pengalaman,melalui elektronik, petugas kesehatan tentang pemakaian antikoagulan.

Menggunakan Kuesioner,de ngan skor1 bila jawaban benar, 0 bila jawaban salah.

1 = pengetahuan kurang 2.pengetahuan baik

Ordinal

4. Penyakit penyerta

Penyakit yang meningkatkan kejadian perdarahan:gastritis,ulkus

Kuesioner

1 = Ya, bila disertai

penyakit penyerta,

2.tidak.bila tidak disertai penyakit penyerta.

Nominal

Page 59: Disusun oleh: N. ESIH

48

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian adalah untuk memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah,

sistematis dan logis. Di dalam penelitian ini menggunakan desain deskriptif

dengan pendekatan “Cross Sectional” yaitu merupakan rancangan penelitian

dengan melakukan pengamatan atau pengumpulan data variabel dependen dan

variabel independen dilakukan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,

2005). Pada penelitian ini variabel bebas yaitu lama pemakaian obat

antikoagulan,usia,pengetahuan,dan penyakit penyerta pada pasien CHF yang

diberikan antikoagulan dan variabel terikatnya yaitu hematemesis melena.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Intermediate Medikal (IWM) Rumah Sakit

Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta pada minggu ke tigabulan januari-

minggu pertam -Februari tahun 2013.

C. Populasi Dan Sampel

Populasi Penelitian

Populasi adalah sejumlah subjek yang mempunyai karakteristik tertentu

(Sastroasmoro dan Ismail 2002), populasi dalam penelitian ini adalah

Pasien yang masuk ke IWM RSJHK dengan didiagnosa CHF yang

Page 60: Disusun oleh: N. ESIH

49

mendapat terapi antikoagulan oral terjadi hematemesis melena dan tidak terjadi

hematemesisi melena.

D. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga

dianggap mewakili populasinya.( Sastroasmoro & Ismail 2002).Dalam penelitian

ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yang

mengambil sampel tidak secara acak terhadap pasien CHF yang mendapat terapi

antikoagulan,tetapi berdasarkan kriteria tertentu dari populasi.Adapun kriteriaa

sampel yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Pasien masuk atau yang di rawat diRuang IWM RSPJNHK

dengan diagnosis CHF dengan komplikasi.

2. Pasien yang diberikan terapi antikoagulan oral terjadi hematemesis melena

dan tidak terjadi hematemesis melena.

3. Pasien yang sedang kondisi hemodinamik stabil( tidak sesak,tidak sedang

terjadi perdarahan masif.

4. Bersedia menjadi responden

5. Usia ≤ 59 tahun - ≥ 60 tahun.

Rata-rata pasien masuk ke Ruang IWM dengan diagnosis CHF dan

mendapat anti koagulan dan terjadi hematemesis melena pada tahun 2012

bulan November – Desember 43 orang. Maka besarnya sampel yang

dibutuhkan dihitung berdasarkan rumus perhitungan sampel menurut

Page 61: Disusun oleh: N. ESIH

50

Notoatmodjo (2005) untuk populasi kurang dari 10.000 yang digunakan adalah:

n = __ N_____

1+ N (d)2

Dimana :

n : Jumlah sampel

N : Jumlahpopulasi (43)

d : Penyimpangan populasi/ derajat ketepatan (0,1)

Jadi

43 n = 1 + 43 (0,1)2

43 =

1,4

= 30,7148 dibulatkan menjadi 31 orang

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai variabel.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini kuesioner yang

berisi pertanyaan yang berhubungan dengan variabel indevenden.sumber data

Page 62: Disusun oleh: N. ESIH

51

berasal dari data primer maupun data sekunder.data primer berasal dari wawancara

dengan pasien CHF yang mendapat terapi antikoagulan baik terjadi melena ataupun

tidak terjadi melena. dengan berpedoman pada pertanyaan yang ada dalam

kuisioner.Sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan medis rumah sakit.

Sebelum melakukan penelitian dilakukan uji instrument lebih dahulu dengan

melakukan uji validitas dan reabilitas instrument ( kuisioner). Untuk mengetahui

validitas suatu intrumen dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor

masing-masing variabel dengan skor totalnya.pertanyaan dikatakan valid bila skor

variabel tersebut berkoreasi secara signifikan dengan skor totalnya, tehnik korelasi

yang digunakan korelasi Pearson Product moment.

Keputusan uji: bila r hitung lebih besar dari r table = Ho di tolak, artinya variabel

(kusioner) valid. Bila r hitung lebih kecil dari r table = Ho gagal ditolak artinya

variabel tidak valid. (Harsono, 2007).

Proses pengambilan data untuk uji validitas dan reabilitas berlangsung dari minggu

kedua sampai minggu ketiga januari 2013. Uji instrument dilakukan dengan

mengambil sampel 10 pasien di luar pasien penelitian, dengan kriteria yang sama

dengan sampel penelitian, yang diperoleh dari ruang IWM RSJHK Jakarta. Maka

df=10-2=8.Pada tingkat kemaknaan 5 % didapat r tabel 0,0,632,maka dapat

disimpulkan bahwa r hitung lebih besar dari r tabel,artinya seluruh pertanyaan

valid.dengan crombach alpha adalah 0.964. Maka pertanyaaan kuisioner tersebut

dinyatakan reliable dan layak untuk disebarkan.

Page 63: Disusun oleh: N. ESIH

52

Rincian kuisioner ini berisi tentang :

1. Karakteristik data demografi responden yaitu: umur, pendidikan dan pekerjaan.

2. Kuisioner tentang lamanya pemakaian obat antikoagulan oral .

3. Kuisioner tentang pengetahuan obat antikoagulan

4. Kuisioner tentang penyakit penyerta seperti adanya penyakit (gastritis),

(ulkus), dengan cara memilih ( √ ) pada kolom yang sudah tersedia

F. Pengumpulan Data

1. Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner

dan lembar observasi yang memuat beberapa pertanyaan yang dirancang oleh

peneliti yang mengacu pada study kepustakaan dan kerangka konsep yang

telah di buat dan dikonsulkan terlebih dahulu kepada pebimbing.

Kuisioner digunakan sebagai alat pengumpul data, lama pemakaian obat

antikoagulan ,usia,pengetahuan dan penyakit penyerta.

2. Cara pengumpulan data.

Cara pengumpulan data dilakukan di tempat penelitian dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Mengajukan surat ijin dan proposal kapada pihak Rumah Sakit Jantung

dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta.

b. Setelah mendapatkan ijin dari rumah sakit, peneliti melakukankoordinasi

dengan penanggung jawab ruang IWM Rumah Sakit Jantung dan

Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta.

Page 64: Disusun oleh: N. ESIH

53

c. Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur penelitian kepada pasien

kemudian setelah memahami penjelasan dari peneliti, pasien yang setuju

berpartisipasi dengan penelitian akan menerima lembar inform consent dan

menandatanganinya.

d. Pasien kemudian mengisi kuesioner sesuai dengan pertanyaan secara

menyeluruh dengan jawaban yang sudah disediakan dalam kolom.

e. Kuesioner yang telah diisi kemudian dikumpulkan untuk dianalisis.

G. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan proposal penelitian kepada

institusi UMJ, setelah disetujui peneliti mengajukan permohonan ijin kepada

Direktur RSJHK Jakarta dan pihak pihak terkait untuk mendapatkan penelitian.

Selanjutnya kuisioner dikirim ke subyek yang diteliti dengan menekankan pada

masalah etika penelitian sebagai berikut ;

1. Memperkenalkan diri kepada pasien, kemudian memberikan penjelasan

kepada pasien tentang penelitian yang akan dilakukan, jika ikut serta dalam

penelitian, pasien harus menandatangi lembar persetujuan ( informed

consent) dan jika pasien menolak (right to self determination) maka peneliti

tidak boleh memaksa dan tetap menghormati haknya (right in fair treatment).

Pasien dapat mengakhiri keikut sertaannya dalam penelitian setiap saat

penelitian ini berjalan.

2. Menjaga kerahasiaan identitas pasien (right of privacy), peneliti tidak

mencantumkan nama subjek pada lembar kuisioner yang diisi oleh subjek,

lembar tersebut hanya diberi inisial atau kode.

Page 65: Disusun oleh: N. ESIH

54

3. Menjaga kerahasiaan informasi yang telah diberikan oleh pasien data tertentu

yang akan dilaporkan pada hasil riset

H. Pengolahan Data

Setelah peneliti mendapatkan data maka dilakukan tahapan sebagai berikut :

1. Editing yaitu pengolahan data awal dimulai dari pemeriksaan data dari

lapangan, kemudian diseleksi kelayakannya artinya data kuesioner telah

terisi semua, relevan dan dapat dibaca dengan baik.

2. Coding yaitu melakukan pengkodean dengan memberikan nomer pada

masing-masing kuesioner sebelum dimasukan dan diolah ke dalam

komputer.

3. Entry data ke dalam komputer menggunakan SPSS19

4. Cleaning yaitu pembersihan data dilakukan dengan menyusun tabel frekuensi

untuk memeriksa konsistensi variabel satu dengan yang lainnya, terutama

untuk data yang berhubungan.

I. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Dilakukan dengan mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti.

Variabel independen :lama pemakaian obat antikoagulan, umur, pengetahuan,

penyakit penyerta dan variabel dependen yaitu hematemesis melena.dan

langsung disesuaikan dalam bentuk tabel. Analisis ini dilakukan dengan

Page 66: Disusun oleh: N. ESIH

55

menghitung distribusi dan persentase dari tiap variabel. Adapun tujuannya adalah

untuk melihat gambaran variabel secara keseluruhan.

b. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel

(variabel independen dan dependen) yaitu hubungan pemberian terapi

antikogulanoral pada pasien CHF di Ruang Intermediate dengan variabel dependen

yaitu hematemesis melena yang dianalisis dengan uji Chi-Square dengan derajat

kepercayaan 95 %. Hasil perhitungan statistik dapat menunjukan ada tidaknya

hubungan yang signifikan antaran variabel terkait, yaitu dengan nilai p. Bila hasil

perhitungan statistk diperoleh p < 0,05 Ho ditolak, artinya bermakna atau ada

hubungan yang signifikan antar variabel independen dan dependen. Sebaliknya

bila hasil perhitungan statistik nilai p > 0,05 Ho gagal ditolak, artinya

perhitungan tidak bermakna atau tidak ada hubungan antar dua variabel. Uji

statistik dengan rumus Chi-Square adalah sebagai berikut :(Sutanto,P.2006)

(AD-BC)2

X2 = N

(A+C)(B+D)(A+B)(C+D)

Keterangan:

X2 = Statistik X2

N = Jumlah sample penelitian

AD = Jumlahsubjek yang mengalamiperubahan

BC = Jumlah yang tidak mengalami perubahan tetap

Page 67: Disusun oleh: N. ESIH

56

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian yang dilaksanaka pada tanggal

6-28 bulan Februari 2013, yang meliputi hasil Analisa Univariat dan Bivariat yang

menyatakan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

A. Analisa Univariate

Dalam analisa Univariat ini menjelaskan secara deskiptif mengenai distribusi

frekuensi penelitian yang terdiri dari karakteristik demografi pasien meliputi usia,

pendidikan, pekerjaan, variabel independen: di antaranya , lama pemakaian obat,

usia, pengetahuan, penyakit penyerta dan Variabel dependen adalah kejadian

kematemsis melena. Hasil pengumpulan data sesuai dengan variabel penelitian.

Data ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

Tabel 5. 1

Distribusi Karakteristik Demografi Pasien CHF yang mendapat pemakaian terapi antikoagulan di Ruang IWM RSJHK tahun 2013

NO

Variabel

Kategori Frekuensi Persentase

1 Usia

≤ 59 tahun ≥ 60 tahun

16

15

51,6%

48.4% 2

Pendidikan

Pendidikan rendah Pendidikan tinggi

21

10

67,7%

32,3% 4

Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja

16

15

51,6%

48,4

Page 68: Disusun oleh: N. ESIH

57

1. Distribusi Pasien Berdasarkan Data Demografi

a. Usia

Dari tabel distribusi diatas dapat dilihat bahwa karakteristik pasien CHF

dengan terapi antikoagulan menurut usia terbanyak adalah kelompok usia ≤

59 tahun sebanyak 16 pasien ( 51,6 % ) dan kelompok usia pasien ≥ 60 tahun

sebanyak 15 orang (48,4 % ).

b. Pendidikan

Dari tabel distribusi frekuensi menurut pendidikan pasien CHF dengan terapi

antikoagulan terbanyak adalah berpendidikan rendah (Tidak sekolah, SD,

SLTP, SLTA) yaitu sebanyak 21 pasien (67,7 %) dan kelompok pendidikan

tinggi (PT) sebanyak10 pasien (32,3%).

c. Pekerjaan

Dari tabel distribusi berdasarkan pekerjaan pasien, menunjukan bahwa data

terbanyak adalah tidak bekerja sebanyak 16 pasien (51,6 %) dan pasien

yang bebekerja sebanyak 15 pasien (48,4%)

Page 69: Disusun oleh: N. ESIH

58

Tabel 5. 2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan variabel: lama pemakian terapi antikoagulan

oral, pengetahuan, penyakit penyerta dan kejadian hemtemesis melena di ruang

IWM RSPJNHK tahun2012

NO Variabel Kategori Frekuensi Presentase

1 Lama pemakain terapi

antikoagulan

≤ 1bulan ≥ 1bulan

20 11

64,5% 35,5%

2 Pengetahuan Baik Kurang

19 12

61,39 38,7%

4 Penyakit penyerta

Tidak Ya

20 11

64,5% 35,5%

5 Kejadian hematemesis

melena

Tidak Ya

19 12

61,3% 38,7,%

2. Variabel Independen dan dependen berdasarkan distribusi frekuensi

a. Lama pemakai antikoagulan

Dari tabel distribusi frekuensi di atas mengambarkan bahwa berdasarkan

lama waktu pemakaian terapi antikoagulan pada paien CHF. Didapatkan data

terbanyak adalah dengan lama waktu ≤ 1 bulan dengan jumlah 20 orang

(64,5%) dan yang lama pemakaian terapi antikoagulan lebih dari ≥1 bulan

sebanyak 11 orang ( 35,5 % ).

b. Pengetahuan

Dari tabel distribisi frekuensi di atas menggambarkan bahwa berdasakan

variable berdasrkan tingkat pengetahuan pasien CHF yang menggunakan

terapi antikoagulan di Ruang IWM RSJHK 2013.

Page 70: Disusun oleh: N. ESIH

59

Didapatkan pengetahuan pasien terbanyak adalah baik yaitu 19 orang (61,3% ) dan

pegetahuan kurang sebanyak 12 orang ( 38,7% ).

c. Penyakit penyerta

Dari tabel distribusi frekuensi pasien CHF yang mendapat terapi antikoagulan

oral dengan penyakit penyerta di Ruang IWM RSJHK 2013.

Didapatkan data terbanyak adalah tidak mempunyai penyakit penyerta sebanyak

20 orang (64,5% ) dan yang mempunyai penyakit (gastritis 9 orang,ulkus

peptikum2 orang) sebanyak 11 orang (35,5 % ).

d. Kejadian hematemesis melena

Dari tabel distribusi frekuensi di atas pasien CHF dengan terapi antikoagulan dan

kejadian kejadian hematemsis melena di Ruang IWM RSJHK 2013

Didapatkan hasil terbanyak adalah tidak kejadian hematemesis melena sebanyak

19 orang ( 61,3% ) dan terjadi hematemesis melena sebanyak 12 orang (38,7% ).

B. Analisa Bivariat

Untuk mengetahui analisa hubungan antara variabel independen dan dependen ,

maka analisa dilanjutkan pada tingkat Bivariat. Dengan menggunakan uji

statistic Kai Kuadrat (Chi- Squere ).Variabel indepenen terdiri dari: lama

pemakian obat, usia, pengetahuan, penyakit penyerta pada pemberian terapi

antikoagulan pada paien CHF dengan kejadian hematemsis melena di ruang

IWM RSJHK 2013.

Page 71: Disusun oleh: N. ESIH

60

Hasil pengumpulan data sesuai dengan variabel penelitian akan disajikan dalam

bentuk tabel distribusi crosstabs ( uji kai kuadrat/ chi- squere)

Tabel 5.3

Distribusi Pasien CHF Berdasarkan: lama pemakian obat antikoagulan oral

usia, pengetahuan, penyakit penyerta yang berhubungan dengan kejadian

hematemsis melena di ruang IWM RSJHK 2013

Variabel

Kejadian hematemesis melena TOTAL

OR 95% CI

P Value Tidak Ya

N % N % N % Lama pemakaian obat ≤ 1bulan ≥ 1bulan

16 3

80,0% 27,3%

4 8

20,0% 72,7%

20 11

100 100

10,667

1,909-

59,615)

0,012

Pengetahuan baik kurang baik

15 4

78,9% 33,3%

4 8

21,1% 66,7%

19 12

100 100

7,500

1,469- 38,280

0,015

Usia ≤ 59tahun ≥60tahun

9 10

56,3% 66,7%

7 5

43,8% 33,3%

16 15

100 100

0,643

0,149-2,765

0,411

Penyakit penyerta Tidak Ya

15 4

75,0% 36,4%

5 7

25,0% 63,6%

20 11

100 100

5,250

1,069-25,789

0,042

1. Hubungan antara lama pemakaian terapi antikoagulan pada paien CHF

dengan dengan kejadian hematemsis melena di ruang IWM RSJHK 2013.

Hubungan antara variable lama pemakai obat dengan kejadian hematemesis

melena didapatkan pasien yang lama pemakaian obat kurang dari ≤ 1bulan dan

tidak terjadi hemetemesis melena sebanyak 16 orang (80%) dan yang lama

pemakian obat ≤ 1 bulan terjadi hemtemsis melena sebanyak 4 orang (20.0 %),

sedangkan pasien yang lama pemakian ≥ 1 bulan dan tidak terjadi

hemetemesis melena sebanyak 3 orang (27,3 %) dan yang lama pemakian obat ≥

1 bulan dan terjadi hematemesis melena sebanyak 8 orang (72,7 % )

Page 72: Disusun oleh: N. ESIH

61

Hasil uji statistik diperoleh P Value 0,012. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara lama pemakaian obat dengan kejadain hematemsis

melena, didapatkan data odds ratio sebesar 10,667 artinya bahwa pasien yang

pemakian obatnya ≤ 1 bulan mempunyai peluang 10,667 kali untuk tidak terjadi

hematemesis melena dibandingkan pasien yang pemakaian obatnya ≥ 1bulan.

2. Hubungan antara pengetahuan terapi antikoagulan pada paien CHF

dengan kejadian hematemsis melena di ruang IWM RSJHK 2013.

Hubungan antara variable pengetahuan dengan hematemesis melena didapatkan

pasien yang pengetahuan baik dan tidak terjadi hemetemesis melena sebanyak

15 orang (78,9%) dan yang pengetahuan baik dan terjadi hemtemsis melena

sebanyak 4 orang (21,1%), sedangkan pasien yang pengetahuan kurang baik dan

tidak terjadi hemetemesis melena sebanyak 4 orang (33,3 %) dan yang

pengetahun tidak baik dan terjadi hematemesis melena sebanyak 8 orang (66,7

%).

Hasil uji statistik diperoleh P Value 0,015, maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadain

hematemsis melena, didapatkan data odds ratio sebesar 7,500 ini artinya bahwa

pasien yang pengetahuan baik mempunyai peluang 7,500 kali untuk tidak terjadi

hematemesis melena dibandingkan pasien yang pengetahuan kurang baik.

Page 73: Disusun oleh: N. ESIH

62

3. Hubungan antara usia dengan terapi antikoagulan pada paien CHF

terhadap kejadian hematemsis melena di ruang IWM RSJHK 2013.

Hubungan antara variable usia dengan hematemesis melena didapatkan pasien

yang usia ≤ 59 tahun dan tidak terjadi hemetemesis melena sebanyak 9 orang

(56,30%) dan yang terjadi hematemesis melena sebanyak 7 orang (43,8 %)

sedangkan yang usiar ≥ 60 tahun dan tidak terjadi hematemesis melena sebanyak

10 orang (66,7%) dan yang terjadi hematemesis melena adalah 5 orang (33,3 %) .

Hasil uji statistic diperoleh P Value 0,411,maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara usia dengan kejadain hematemsis melena, didapatkan

data odds ratio sebesar 0,643, artinya usia ≤ 59 tahun mempunyai peluang 0,643

kali untuk tidak terjadi hematemesis melena, dibandingkan dengan usia ≥ 60

tahun.

4. Hubungan antara penyakit penyerta terapi antikoagulan pada paien CHF

dengan dengan kejadian hematemsis melena di ruang IWM RSJHK 2012.

Hubungan antara variable penyakit penyerta pada pasien CHF yang mendapat

terapi antikoagulan dengankejadian hematemesis melena. Didapatkan pasien

yang dengan tidak ada penyakit penyerta dan tidak terjadi hemetemesis melena

sebanyak 15 orang (75,0%) dan yang tidak dengan penyakit penyerta dan terjadi

hemtemsis melena sebanyak 5 orang (25,0%), sedangkan responden yang

dengan penyakit penyerta dan tidak terjadi hemetemesis melena sebanyak 4

orang (27,3 %) dan yang dengan penyakit penyerta dan terjaadi hematemesis

melena sebanyak 7 orang (63,6 %).

Page 74: Disusun oleh: N. ESIH

63

Hasil uji statistik diperoleh P Value 0,042, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang antara penyakit penyerta dengan kejadain hematemsis melena,

didapatkan data odds ratio sebesar 5,250, artinya bahwa pasien yang tidak

mempunyai penyakit penyerta mempunyai peluang 5,250 kali untuk tidak terjadi

hematemesis melena dibandingkan pasien yang dengan penyakit penyerta.

Page 75: Disusun oleh: N. ESIH

64

BAB VI

PEMBAHASAN

Peneliti akan membahas hasil penelitian tentang hubungan variabel

independen dari pasien CHF yang mendapat terapi antikoagulan yaitu:

umur,lama waktu pemakaian obat antikoagulan,,pengetahuan dan penyakit

penyerta dengan kejadian hematemesis melena di ruang Intermediate Medikal

RSJHK.Jakarta.Januari-februari 2013

A. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari betul masih terdapat beberapa keterbatasan dalam

penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini hanya di lakukan di satu lokasi saja sehingga hasil

penelitian ini belum dapat di generalisasikan.

2. Kondisi kesehatan pasien kadang tidak memungkinkan untuk mengisi

kuisioner walaupun ahirnya mau mengisi,namun mungkin dengan

jawaban yang kurang tepat sehingga mengurangi keakuratan data.

B. Variabel Pasien CHF yang mendapat Terapi Antikoagulan Oral Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Hematemesis Melena

1. Hubungan Umur pasien CHF yang mendapatkan terapi antikoagulan oral

dengan kejadian Hematemesis Melena.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai P value 0,411. Maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur pasien CHF yang

mendapat terapi antikoagulan dengan kejadian hematemesis melana.

Page 76: Disusun oleh: N. ESIH

70

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini peneliti akan membahas kesimpulan penelitian yang telah dilakukan

serta penulis akan memberikan saran terkait dengan hubungan pemberian

antikoagulan oral pada pasien CHF dengan kejadian hematemesis melena di ruang

Intermediate Medikal Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita

Jakarta.tahun 2013.

A. Kesimpulan

1. Univariate

Karakteristik demografi dari pasien CHF yang menggunakan terapi

antikoagulan oral di Ruang Intremediate Medikal RSJHK usia pasien CHF

terbanyak ≤ 59 tahun yaitu 16 (51 % ) namun usia ≥ 60 tahun juga tidak

jauh berbeda jumlahnya yaitu 15 (48,4 %), pendidikan terbanyak adalah

berpendidikan rendah yaitu 21 (67,7%) dan pekerjaan terbanyak adalah tidak

bekerja.

2. Bivariate

Hasil penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pemberian terapi

antikoagulan pada pasien CHF dengan kejadian hematemesis

melenadiperoleh hasil :

Page 77: Disusun oleh: N. ESIH

DAFTAR PUSTAKA

Aru, W. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V. Jakarta Pusat.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 2. Jakarta: Penerbit Buku EGC.

Friedel, David. (2008). Initial Management of Acute Upper Gastrointestinal Bleeding:From Initial Evaluation up to Gastrointestinal Endoscopy. The Medical Clinic of North America.

Carpenito. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Christianie dkk. (2008). Kejadian Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki yang Menyebabkan Pasien Usia Lanjut Dirawat di Ruang Perawatan Penyakit Dalam Instalasi Rawat Inap B Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. V, No. 3, Desember 2008, 138 – 149 (pdf).

Darmojo dkk.. (2004). Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia.

Doengoes, M. (2008). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :EGC.

Garcia, D dkk. (2006). The Risk of Hemorrhage Among Patients with Warfarin-Associated Coagulopathy Free. Journal of The American College of Cardiology.

Hastono, P & Luknis Sabri. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali.

Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan danTeknik Analisa Data.. Jakarta: Salemba Medika.

Jones & Bartlett. (2006). 100 Question & Answers About Congestive Heart Failure.

Kozier, B dkk. (2004). Fundamental Of Nursing: Concepts, Process And Practice. New Jersey: Pearson Education.

Page 78: Disusun oleh: N. ESIH

Landefeld CS & Beyth RJ. (1994). Anticoagulant-related Bleeding: Clinical Epidemiology, Prediction, and Prevention. Ohio: Departement of Medicine, University Hospital Cleveland.

Lemone,at all.(2011),Medical-Surgical Nursing Critical Thinking In Patient Care.

Fifth Edition,New Jersey ISBN

Mc Closkey & Bulechek. (1996). Nursing Interventions Classification. New York: Mosby.

Notoatmodjo,S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Palaretti (2011). Bleeding with Anticoagulant Treatments. Diambil dari scholar.google.co.id/scholar?q=Gi+bleeding+related+antikoagulan&btnG=&hl=en

&as_sdt=0%2C5.

Potter, P.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.

Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. (2011). The 20th Annual Scientific Meeting of the Indonesian Heart

Putra, S. (2012). Panduan Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah.D-Medika Jogjakarta: Penerbit IKAPI.

Scottish Intercollegiate Guidelines Network. (2007). Management Of Chronic Heart Failure.

Smeltzer& Bare.(2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol.1. Jakarta : EGC.

Suratun, L. (2002). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal, Jakarta: Trans Info Media.

Utama, H. (2012). Diagnosa dan Manajemen Perdarahan Saluran Cerna/ Diagnosis and Management of Gastrointestinal Bleeding.

Association (ASMIHA) :“Menkes: Akses masayrakat terhadap pelayanan kesehatan

Page 79: Disusun oleh: N. ESIH

jantung meningkat”. Diambil dari http://www.bppsdmk.depkes.go.id. Tanggal 10 Oktober 2012

Artikel Kedokteran. (2009). Anti Koagulan. Diambil dari www.jevuska.com/2009/anticoagulan

Fabian, A. (2008). Gagal Jantung Akut. Diambil dari http://www.dinkesrl.net

Grossman,S,& Brown,D. (2009). Congestive Heart Failure and Pulmonary Edema. Diambil http://emedicine.medscape.com

Ismayadi. (2012). Capita Selekta in Upper Gastrointestinal Bleeding. Diambil dari http://kedai-dokter-ismayadi.blogspot.com

Karch, A. (2012). Pharmacology Review: Drugs that Alter Blood Coagulation, Brush Up On Your Knowledge of These Potentially Life-Saving Drugs. Diambil dari www.AmericanNurseToday.com

Masrukhin, S. (2012). Penyebab Gagal Jantung.diambil dari www.penyakit-jantung.net, tanggal 10 Oktober 2012.

Setiabudi dkk. (2008). Oral Anticoagulant Treatment in Management of Elderly Patients with Atrial Fibrilation: Is It Beneficial or Detrimental?. (Indonesian Journal Internal Medical). Diambil dari http://www.inaactamedica.org/archives/2008/Edisi1artcl10.pdf

Schulman, S dkk. (2009). Haemorraghic and Thromboembolic Complications versus Intensitty of Treatment of Venous Thromboembolism with Oral Anticoagulants. Acta Medica Scandinavica diambil dari www.onlinelibrary.wiley.com.

Wiley, J & Sons. (2011). Anticoagulation For Heart Failure In Sinus Rhythm. Diambil dari http:// www.thecochranelibrary.com

Page 80: Disusun oleh: N. ESIH

LAMPIRAN I

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bersedia ikut berpartisipasi

dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta (PSIK FIKES UMJ), dengan judul Hubungan

pemberian Terapi Antikoagulan Pada Pasien CHF Dengan Angka Kejadian

Hematemesis Melena Di Ruang Intermediate Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh

Darah Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

Saya juga mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan oleh

Peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Telah diberikan

penjelasan tentang penelitian ini dan mengetahui bahwa informasi yang diberikan ini

sangat besar manfaatnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya

keperawatan.

Dengan ini saya secara suka rela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun

menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini

Jakarta, 2012

( )

Page 81: Disusun oleh: N. ESIH

Lampiran II

Permohonan Kesediaan Menjadi Responden

Dengan hormat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Study

Ilmu keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Program B Rumah Sakit

Jantung Harapan Kita.

Nama : N. ESIH

NPM : 2011727164

Akan melakukan penelitian dengan judul hubungan pemberian terapi antikoagulan

oral walfrin: Simac2 pada pasien CHF dengan kejadian hematemesis melena di

ruang rawat Intermediate Medikal Dewasa Lantai 3 RSJHK 2013. Bersama ini saya

mohon Bapak/Ibu bersedia untuk menjadi responden dan menandatangani

persetujuan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam lembar kuisioner sesuai

petunjuk yang ada. Jawaban yang Bapak dan Ibu berikan akan saya jaga

kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk penelitian.

Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini saya sampaikan

banyak terima kasih.

Peneliti

N. ESIH

Page 82: Disusun oleh: N. ESIH

Lampiran III

LEMBAR KUISIONER

PETUNJUK PENGISIAN:

1. Bacalah pertanyaan yang ada dengan baik

2. Berikan tanda ceklist ( √ ) pada kotak yang sudah tersedia untuk setiap jawaban .

3. Berikan tanda ceklist ( √ ) pada pilihan jawaban a / b / c / d pada jawaban yang

sudah tersedia.

4. Jika ingin memperbaiki jawaban yang salah, beri tanda (X) di kolom yang salah

kemudian beri tanda ceklist kembali ( √ ) pada kolom yang benar.

5. Mohon kuisioner ini dikembalikan pada peneliti setelah diisi.

A. Data Demografi

1. Nama ( inisial )…………….…

2. Usia …..tahun.

3. Pendidikan terakir

Tidak sekolah ( ), SD ( ), SLTP ( ), SMU ( ), Akademi / PT ( )

4. Pekerjaan:

( ) Tidak Bekerja,

( ) PNS, TNI / POLRI

( ) Wiraswasta

B. Lama Pemakaian Obat

( ) Kurang 1bulan

( ) 1 bulan ≥ 1bulan

Page 83: Disusun oleh: N. ESIH

C. Pengetahuan Tentang Obat Antikoagulan; Simarc

1. Yang dimaksud dengan obat antikoagulan

a) Obat untuk mencegah pembentukan thrombus / gumpalan darah

b) Obat untuk melarutkan / mengencerkan bekuan darah

c) Obat untuk sakit dada

d) Obat untuk tekanan darah tinggi

2. Sebutkan manfaat dari obat antikoagulan

a. Obat pengencer darah

b. Obat untuk memperbaiki fungsi jantung

c. Obat tekanan darah tinggi

d. Obat menurunkan denyut jantung

3. Sebutkan efek samping dari obat antikoagulan

a. Perdarahan

b. Mual

c. Pusing

d. Tidak napsu makan

4. Sebutkan hal-hal yang perlu dihindari pada saat minum obat antikoagulan

a. Tidak boleh makan/ minum alkohol

b. Boleh makan / minum makanan yang mengandung alkohol.

c. Tidak boleh makan/ minum stroberry

d. Tidak boleh minum teh

Page 84: Disusun oleh: N. ESIH

5. Sebutkan tanda tanda perdahan lambung:

a. Buang air besar berwarna hitam,atau berwarna coklat

b. Muntah berwarna coklat / darahPenyakit Penyerta

c. Buang air kecil berwarna seperti teh

d. Perut terasa sakit

D. Penyakit Penyerta

Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah bapak / ibu ada penyakit maag/ gasritits

2. Apakah bapak / ibu ada penyakit lambung lain: ulkus / luka

pada lambung

E. Lembar Observasi Melena dan Tidak melena

Ya Tidak

1. BAB (Buag Air Besar berwarna hitam seperti kopi/ ter .

2. Muntah darah berwarna merah /hitam