disusun oleh : mahsiani mina laili (i251130081) file3 pendahuluan rentang masa kehidupan manusia...

14
1 MK: Pengasuhan Hari/ Tanggal : Juni 2014 Ruang PS Ika Dosen : Dr. Ir. Dwi Hastuti M.Sc. Modul Permasalahan dan Persaingan antar Sibling usia awal dan akhir masa anak-anak Disusun Oleh : Mahsiani Mina Laili (I251130081) Program Stusi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2014

Upload: dinhmien

Post on 08-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

MK: Pengasuhan Hari/ Tanggal : Juni 2014

Ruang PS Ika Dosen : Dr. Ir. Dwi Hastuti M.Sc.

Modul Permasalahan dan Persaingan antar Sibling usia awal dan akhir

masa anak-anak

Disusun Oleh :

Mahsiani Mina Laili (I251130081)

Program Stusi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

2014

2

Daftar Isi

Pendahuluan………………………………………………………………………………… 3

Tujuan…………………………………………………………………………………………… 4

Subpokok bahasan……………………………………………………………………… 5

Metode…………………………………………………………………………………………. 6

Materi…………………………………………………………………………………………… 7

1. Faktor Penyebab Permasalahan Kakak Beradik 7

2. Hubungan orang tua antar sibling pada masa awal dan akhir anak-anak 8

3. Tips Mengantisipasi Persaingan Sibling 9

4. Keuntungan memiliki saudara kandung dari sisi positif 10

5. Strategi mengurangi terjadinya pertengkaran dan persaingan sibling 11

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………… 14

3

Pendahuluan

Rentang masa kehidupan manusia secara resmi dimulai pada saat kelahiran, ini adalah masa

dimana suatu peralihan lingkungan dalam ke lingkungan luar terjadi, masa tersebut kemudian

beralih menjadi masa anak-anak sebelum mereka memasuki masa remaja. Masa anak-anak

merupakan masa terpanjang dalam rentang kehidupan, hingga sebelas tahun bagi anak

perempuan dan dua belas tahun bagi anak laki-laki. Masa dimana individu relatif tidak berdaya

dan masih bergantung pada orang lain (Hurlock, 2013)1. Masa anak-anak terbagi menjadi dua,

yaitu masa anak-anak awal periode berlangsung dari usia dua sampai enam tahun dan masa anak-

anak akhir pada periode enam sampai dua belas tahun atau disebut juga remaja awal. Anak-anak

pada masa awal maupun akhir, memiliki ciri khas tersendiri bagi tumbuh kembangnya mereka,

baik dari lingkungan rumah maupun sekolah. Anak-anak pada usia ini memiliki tingkat stabilitas

fisiologi yang berbeda sehingga mereka membutuhkan modeling yang tepat sesuai masa

pertumbuhan mereka, seperti yang diungkapkan Sigmund Freud (1939), bahwa pengalaman pada

masa usia dini sangat berpengaruh pada perilaku berikutnya. Oleh karena itu permasalahan yang

timbul pada periode ini memiliki konflik yang berbeda-beda dan akan menjadi berbahaya apabila

tidak ditangani secara langsung pada masa yang bersamaan, sehingga akan berpengaruh yang

sangat signifikan pada periode kehidupan berikutnya. Masalah yang terjadi pada periode masa

anak-anak ini bukan hanya masalah perkembangan yang timbul di dalam diri mereka sendiri,

namun permasalahan tersebut muncul pula dari lingkungan sekitarnya, seperti orang tua maupun

pengasuhnya, guru, teman-teman sebaya, yang masalah tersebut menjadi berpengaruh pada masa

pertumbuhan anak baik dari segi internal dan eksternal psikologi perkembangannya.

Permasalahan yang terjadi pada periode anak-anak melibatkan banyak penelitian, seperti data

dan fakta pelanggaran hak anak sepanjang tahun 2013 yang terpantau dan ditangani Komnas

Anak. Sepanjang tahun 2013 Komnas Anak menerima pengaduan langsung terkait pengasuhan

dan perwalian sebanyak 291 kasus. Anak-anak yang menjadi korban akibat ini adalah paling

banyak rentang usia 6-12 tahun dengan status ekonomi menengah ke atas. Selain itu

meningkatnya juga kasus kekerasan fisik sebanyak 490 kasus dengan berbagai macam latar

belakang diantaranya kenakalan anak 80 kasus (8%), dendam/emosi 147 kasus (14%), faktor

ekonomi 62 kasus (6%), persoalan keluarga 50 kasus (5%), lain-lain 145 kasus (14%). Kasus

tersebut terjadi di lingkungan sosial sebanyak 548 (90%) kasus di lingkungan sekolah 38 (7%)

kasus dan lingkungan keluarga 14 (3%) kasus2.

Berdasarkan pengamatan di atas menunjukkan bahwa konflik yang terjadi pada anak-

anak bermula dari lingkungan rumah mereka sebelum pada akhirnya konflik tersebut meluas ke

lingkungan luar rumah mereka. Kasus-kasus yang terjadi pada periode anak-anak berawal dari

kejadian sehari-hari yang mereka alami di dalam lingkungan keluarga, apabila anak sudah tidak

mendapatkan perlindungan di dalam rumah atau kehangatan keluarga maka konflik-konflik akan

mulai bermunculan. konflik yang muncul dapat terjadi diantara anak dan orang tua maupun

konflik antar saudara, sehingga terkadang para orang tua mendapati kesulitan untuk menghadapi

konflik antar anak-anak mereka. Salah satu faktor penyebab terjadinya konflik, terutama di

dalam keluarga adalah adanya ketidakpuasaan sebuah emosi yang terjalin sehingga muncullah

dendam dan emosi negative.

1 Hurlock B. Elizabeth. Psikologi Perkembangan. PT Gelora Aksara Pratama, Jakarta: 1980. Hal 52 2 https://www.facebook.com/permalink.php?story_Komnas. 06/03/2013. 23.12

4

TUJUAN INSTRUKSIONAL

Tujuan isntruksional umum

Setelah mengikuti seminar ini, peserta diharapkan dapat lebih mengetahui cara mengatasi dan

mengahdapi permasalahan dan persaingan antar sibling (kakak dan adik kandung)

Tujuan isntruksional khusus

Setelah mengikuti seminar ini, peserta/ orang tua diharapkan dapat :

1. Mengenali Faktor permasalahan antar sibling

2. Orang tua memahami hubungan antar sibling

3. Orang tua dapat menggunakan strategi yang tepat saat persaingan sibling terjadi

4. Mampu mem bedakan antara temperamen dan perilaku negative yang berbeda pada anak

5. Mampu mengatasi persaingan sibling secara tepat

5

Subpokok Bahasan

1. Faktor Penyebab Permasalahan Kakak Beradik

2. Hubungan orang tua antar sibling pada masa awal dan akhir anak-

anak

3. Tips Mengantisipasi Persaingan Sibling

4. Keuntungan memiliki saudara kandung dari sisi positif

5. Strategi mengurangi terjadinya pertengkaran dan persaingan sibling

6

Metode

Bentuk Kegiatan : Seminar

Sasaran Kegiatan : Orang Tua

Alokasi waktu : 90 menit

Susunan Kegiatan :

1. Pembukaan

(10 menit)

2. Penyampian materi

(40 menit)

3. Diskusi/ Tanya jawab

(30 menit)

4. Penutup

(10 menit)

7

Materi

Faktor Penyebab Permasalahan Kakak Beradik

Kuatnya rasa cemburu dan iri hati lebih sering terjadi pada setiap keluarga kecil. Lingkungan

sosial di rumah memberikan peran penting dalam timbulnya rasa marah yang kuat pada anak,

salah satunya termasuk anak yang memiliki banyak saudara akan lebih sering marah dari pada

anak tunggal3. Berikut perilaku emosi yang muncul pada usia awal dan akhir masa anak-anak;

(a) Amarah: penyebab yang paling umum terjadi karena pertengkaran mengenai permainan,

tidak tercapainya keinginan, menyerang karena diserang anak lain, anak mengungkapkan

rasa marah dengan menangis, berteriak, menggertak, menendang dan memukul.

(b) Takut: pengalaman yang kurang menyenangkan baik dari segi pembiasaan, peniruan dan

ingatan tentang hal-hal yang dilihat dan didengarnya (lewat cerita-cerita, gambar dan media

social) memiliki peran penting dalam menimbulkan rasa takut. Rasa takut yang ditunjukkan

seperti panik, menghindar, lari, bersembunyi dan menangis.

(c) Sedih: pada masa usia ini, rasa sedih pada anak lebih dikarenakan kehilangan sesuatu yang

anak cintai, apakah itu orang, hewan dan mainan. Anak akan mengungkapkan rasa sedihnya

dengan menangis dan kehilangan minat pada kegiatan normalnya, termasuk makan.

Usia anak awal dan akhir memiliki pola perilaku sosial dan tidak social pada umumnya adalah;

(a) Meniru (b) Persaingan (c) Kerja sama (e) Simpati (f) Empati (g) Dukungan social

(h) Membagi (i) Perilaku akrab.

Pola tidak social;

(a) Negativisme dan Agresif : melawan otoritas orang dewasa diawali dengan perlawan fisik,

lalu berganti dengan perlawan verbal sehingga pura-pura tidak mendengar, menyalahkan

orang lain dan memaki)

(b) Perilaku berkuasa : apabila kesempatan kontak social semakin luas maka perilaku berkuasa

akan semakin meningkat.

(c) Memikirkan dan mementingkan diri sendiri : apabila kontak social anak hanya terbatas di

rumah maka kecenderungan untuk memikirkan dan mementingkan diri sendiri akan menjadi

lebih kuat dibandingkan anak yang sudah mulai kontak social di luar rumahnya.

(d) Merusak: kebiasaan merusak benda biasanya di awali karena hebatnya amarah anak.

(e) Pertentangan sex : pada masa ini anak laki-laki mengalami tekanan social sebagai identitas

dirinya sehingga banyak anak laki-laki berlaku lebih agresif untuk melawan anak perempuan.

(f) Prasangka: prasangka pada anak-anak usia ini lebih cenderung prasangka sosial, agama dan

ekonomi sehingga menjadi prasangka perbedaan sex.

3 Hurlock B. Elizabeth. Psikologi Perkembangan. PT Gelora Aksara Pratama, Jakarta: 1980. Hal 117

8

Hubungan orang tua antar sibling pada masa awal dan akhir anak-anak

Hal yang signifikan dalam membedakan antara usia awal anak-anak dan usia akhir adalah

terlihat dari pelanggaran umum yang terjadi lebih kompleks terhadap anak-anak usia akhir dari

di usia awal mereka. Pelanggaran umum masa usia akhir anak-anak pun mulai terjadi baik di

rumah maupun sekolah. Adapun pelanggaran yang umum terjadi di rumah seperti (a) berkelahi

dengan saudara-saudara (b) merusak milik saudaranya (c) bersikap kasar kepada saudara yang

lebih dewasa (d) malas melakukan kegiatan rutin (e) melalaikan tanggung jawab (f) berbohong

(g) mencuri milik saudaranya.

Pertentangan antar saudara terkadang terjadi karena anak yang lebih muda mengkritik

penampilan dan perilaku saudaranya yang lebih dewasa, dan sebaliknya sang kakak senang

menggoda dan memerintah saudara yang lebih muda. Ketika orang tua berusaha menghentikan

pertengkaran antara anak-anak mereka maka anak akan menganggap ada kesan pilih kasih dari

orang tua mereka sehingga anak-anak akan bersatu menghadapi orang tua dan saudara yang

dianggap kesayangan orang tua.

Interaksi antara saudara kandung berbeda dengan interaksi terhadap orang tua mereka. Bahkan

observasi menunjukkan bahwa anak-anak berinteraksi lebih positif dan bervariasi dengan orang

tua mereka dibandingkan antar saudara kandung (Baskett & Johnson, 1982). Sebaliknya anak-

anak berilaku lebih negatif terhadap saudara kandungnya dari pada orang tua mereka. Anak-anak

juga lebih mematuhi perintah orang tuanya dari pada saudara kandungnya. Anak sulung

merupakan anak pertama dengan kasih sayang dan perhatian utuh dari kedua orang tua mereka

tanpa harus berbagi dengan saudara kandung lainnya, kemudian setelah lahirnya seorang adik

menjadikan terbaginya perhatian dari orang tua. Terlebih lagi seorang bayi dengan otomatis

mendapatkan perhatian lebih banyak dari pada kakak-kakaknya, yang artinya kakak-kakak

mereka akan mendapat perhatian lebih sedikit dari orang tua mereka. Suatu penelitian

menunjukkan bahwa setelah ibu melahirkan anak berikutnya atau anak kedua, ibu akan semakin

lebih posesif pada anak sebelumnya atau anak pertama dengan menjadi lebih kasar, negative,

dan mengekang. Selain itu terkadang orang tua memberikan harapan yang lebih tinggi pada anak

pertama sebagai tanggung jawab bagi adik-adik dan seluruh anggota keluarga4.

4 Santrock W. John Life Span Development. Erlangga Jakarta 2002 hal 261-262

9

Tips Mengantisipasi Persaingan Sibling

Menurut Erik Erikson bahwa tidak ada orang tua yang merasa sudah cukup adil dalam

mengasuh anak. Perhatian orang tua akan kebutuhan individu anak telah menjadi lebih penting

daripada menghargai kemampuan mereka untuk berbagi dan belajar hidup berdampingan.

Sehingga dibutuhkan cara untuk mengantisipasi terjadinya persaingan sibling, pertama-tama

orang tua harus menyadari pertanyaan-pertanyaan berikut ini;

1. Saat hamil anak kedua, apakah ibu merasa khawatir akan mengabaikan kakaknya?

2. Bagaimana ibu dapat berlaku adil pada kedua anak sekaligus?

3. Bagaimana orangtua menghilangkan suasana persaingan di antara anak-anak?

4. Bagaimana cara orang tua membantu anak untuk belajar saling menyayangi?

5. Sewaktu anda kecil, apakah anda sering bertengkar dengan saudara kandung?

Selanjutnya perhatikanlah pertanyaan berikut seputar kebiasaan anak dalam kehidupan sehari-

hari;

1. Apakah anak mudah berbagi mainan?

2. Mereka lebih mementingkan orang lain atau dirinya sendiri?

3. Apakah anak-anak lain mulai menyukai mereka?

4. Apakah mereka tampil egois dalam permainan?

5. Apakah ada perilaku kakak yang ditiru adik?

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas sesuai dengan keadaan anda dan anak anda yang

sebenarnya. Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan sebagian kecil dari kejadian sehari-hari

yang dialami orang tua terhadap perilaku persaingan sibling. Orang tua dapat memulai tips

mengenali persaingan antar sibling dengan menulis setiap kejadian-kejadian apabila perilaku

tersebut muncul, dengan menulis orang tua akan dapat mengingat dan hafal akan penyebab

kejadian antar sibling terjadi. Selain tips membuat list, orang tua pun dapat bersiap mengatasi

rasa marah pada saat-saat yang dapat diprediksi, seperti saat;

Pagi hari menjelang sarapan

Berbelanja

Ketika pekerjaan rumah menumpuk

Ketika memberi perhatian pada satu anak (menyusui, membacakan cerita, member

pertolongan khusus)

Menjelang tidur

Perjalanan jauh, dst

Jika pertengkaran terjadi pada saat-saat seperti itu maka orang tua sudah dapat mengantisipasi

terlebih dahulu dengan mengusulkan beberapa saran dan meminta anak untuk berlaku adil, kedua

anak sama-sama ikut bertanggung jawab agar solusi dapat diterapkan, meskipun hanya satu anak

yang menimbulkan masalah. Dengan demikian orang tua dapat mengantisipasi kejadian demi

kejadian dari penyebab trerjadinya sibling agar tidak terulang.

10

Keuntungan memiliki saudara kandung dari sisi positif

Tumbuh besar tanpa anak lain dan bersama orang dewasa (kakek, nenek dan orang tua) yang

dapat menyediakan kebutuhannya, hanya akan membuat anak tidak belajar berbagi dengan orang

lain, juga tidak senang memberi pada orang lain. Anak tunggal harus bergantung pada sepupu

dan teman dekat untuk mendapat pengalaman bernegosiasi, berkompromi sesama saudara

kandung. Berbeda dengan anak yang memiliki keluarga lebih dari satu anak, mereka harus

belajar berbagi. Melalui perkelahian yang melelahkan, mereka akan saling belajar belajar untuk

bernegosiasi dan berkompromi, serta saling mempertimbangkan saat membuat keputusan.

Seperti sang adik yang akan mengamati, mengamati dan mengamati, lalu meniru semua gerakan

kakaknya dengan sama persis. Anak yang lebih muda hampir menyerap bagian dari anak yang

lebih tua. Ketika bermain peduli pada minat belajar adik, kakak merasa dihargai oleh adik.

Kakak merasa bangga karena telah memimpin. Namun ketika kakak memimpin terlalu jauh,

menjadikan adik menyerah, karena pada seusianya kakak belum mengetahui batasannya.

Kegagalan kakak mengajari adik menghasilkan kerisauan hati adik yang membuahkan hasil

ejekan dan kemarahan adik. Karena kecewa, kakak beraksi pada adik hingga lepas kendali.

Jeritan dan pertengkaran yang terjadi, membingungkan kedua orang tua sehingga tidak dapat

melihat adanya proses belajar yang terjadi selama interaksi saudara kandung, selain itu bagi

anak-anak persaingan dapat menutupi perasaan intens satu sama lain.

Selain itu pertengkaran pun terjadi dapat dilihat dari aspek traumatis masa lalu orang tua lebih

sering kali diingat, dari pada aspek positif, akibatnya kemungkinan orang tua kehilangan aspek

positif dari perseteruan anak-anak mereka. Orang tua akan berfokus pada tangisan minta tolong

sang adik dan pada sikap lepas kendali sang kakak. Sementara itu, orang tua tidak

memperhatikan kasih sayang dan perhatian sang kakak dari sisi konflik ini.Ketika kakak beradik

saling menjatuhkan, orang tua akan melindungi si adik, tetapi sekaligus merasa mengabaikan

sang kakak. Orang tua berusaha bersikap adil namun orang tua memilih urutan kesedihan adik,

tetapi tidak pernah tahu kejadian yang sesungguhnya. Oleh karena itu sangat diperlukan

kebijakan orang tua untuk mengenali hal-hal yang menjadi penyebab terjadinya persaingan dan

pertengkaran antar sibling agar memudahkan orang tua untuk memahami kejadian yang sedang

terjadi.

11

Strategi mengurangi terjadinya pertengkaran dan persaingan sibling

Sebelum terjadinya persaingan antar saudara kandung, ada baiknya jika ibu, mempersiapkan

mental sang kakak pada saat adik masih dalam kandungan, dengan memperkenalkan akan

kehadiran adik dalam keluarga. selain itu diskusikan pada sang kakak apa yang terjadi apabila si

adik lahir. selanjutnya apabila antar saudara kandung terjadi pertengkaran, salah satu tugas orang

tua adalah memberi istilah pada perubahan yang dirasakan anak secara bertahap hingga

membuatnya Nampak menjadi nyata. Perhatikan tatapan mata sang kakak akan perubahan dan

sikapnya. menurut Dr. Brazelton, untuk mendamaikan pertengkaran antara kakak-adik, orang tua

dapat memangku ataupun merangkul mereka, apabila anak-anak dalam keadaan berdiri, ajak

mereka agar duduk. kemudian katakan “kalian saling menyayangi”, ibu memahami jika kalian

merasa sedih bila tidak bisa saling bekerjasama, bagaimana dengan kalian?”. Ajak anak untuk

mendiskusikan kejadian yang sebenarnya, beri waktu anak untuk dapat menenangkan perasaan

mereka, bujuk setiap anak untuk berhenti saling menyalahkan dan bertanggung jawab pada

perannya untuk belajar saling mengalah jika sudah mulai tenang, biarkan anak bermain bersama

lagi atau member pilihan untuk bermain sendiri-sendiri dulu. Meskipun pendekatan ini tidak

dapat dipelajari dalam satu malam, namun akan menjadi tujuan akhir.

1. Strategi mengenal kebiasaan sibling

Ada kemungkinan persaingan saudara kandung akan meningkat jika orang tua berada didekat

mereka. tujuan utama persaingan saudara kandung adalah menyeret orang tua. anak-anak ingin

orang tua ikut terlibat untuk menambah kegembiraan dan untuk memastikan orang tua

membatasi adanya bahaya karena lepas kendali serta untuk memperlihatkan unjuk kekuatan.

Orang tua yang bijaksana akan menganggap persaingan saudara kandung sebagai peluang untuk

belajar. Berikut tips mengahadapi pertengkaran kakak-adik

Tarik napas anda, tenangkan reaksi protektif

Duduklah bersama anak-anak, dan hindari seminimal mungkin untuk menyalahkan

Katakan pada kakak/ adik yang aktif “kamu sudah menyakiti adik/kakak, ibu yakin kamu

juga tidak merasa nyaman dengan hal itu.

Katakan pada adik/ kakak yang pendiam tetapai profokatif “ejekanmu membuatnya marah,

itulah sebabnya kakak/ adik mengejarmu”!

Katakan pada keduanya “kalian harus belajar mengatasinya sendiri, beritahu ibu jika kalian

sudah tenang, tanpa saling menyakiti dan tanpa berkelahi”!

Diskusi di atas akan memberi anak kesempatan belajar untuk saling peduli, yanga akan menjadi

tujuan jangka panjang orang tua. strategi tersebut akan membantu anak yang lebih tua untuk

dapat mengendalikan hasrat berbuat curang.

12

2. Strategi mengenal sibling melalui temperamen anak

Setiap anak memiliki karakteristik berbeda yang dapat mempengaruhi cara mereka bereaksi dan

merespon orang lain, berbagai benda serta lingkungannya yang disebut temperamen.

Temperamen merupakan kepribadian yang meliputi ekspresi emosi dan respon terhadap stimulus

yang diberikan lingkungannya. Menurut New York Longitudinal Study (NYLS) (Alexander

Thomas & Stella Chess, 1950) terdapat 3 kategori temperamen.

1. Mudah ; anak mudah untuk beradaptasi, fleksibel, teratur (seperti; makan, tidur, buang

air), ceria, mudah dekat dengan orang baru.

2. Sulit; memiliki jadwal yang tidak teratur, sulit beradaptasi, tidak flesibel, bereaksi

negative, menarik diri dari sesuatu yang baru.

3. Lamban/takut/berhati-hati; perlu waktu untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri,

merespon secara negative, kurang aktif, namun dengan paparan beberapa kali dapat

beradaptasi.

Temperamen yang sulit menjadikan perkembangan tingkah laku bermasalah, anak yang memiliki

temperamen sulit akan berkolerasi tinggi dengan stres baik pada anak maupun orang tua (Morris,

Cameron). Para ibu perlu mengenali temperamen anak mereka, ibu yang memiliki anak

bertemperamen sulit akan cenderung menghukum dibandingkan anak yang bertemperamen

mudah (susman-Stillman). Oleh karena itulah apabila terjadi pertengkaran antar saudara maka

orang tua akan akan dapat menyelesaikan sesuai perbedaan temperamen yang melekat pada

anak. Berikut tips mengatasi temperamen pada anak menurut Anderson;

1. Menerima, watak dan perilaku anak apa adanya

2. Lihat sisi positif, setiap kepribadian selalu memiliki manfaat. Orang tua hanya peru

mengurangi kadar keras kepala/agresifitas anak agar dapat digunakan pada situasi yang

tepat, yang kelak dapat bermanfaat bagi dirinya

3. Bedakan temperamen dan perilaku negative. Contoh, temperamen negative adalah sulit

menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, sementara contoh perilaku negative seperti

membuang makanan sambil marah-marah. Kemampuan membedakan keduanya akan

mempermudah orang tua untuk member tanggapan yang tepat. Biasanya perilaku

negative lebih mudah diubah dari pada temperamen begatif.

4. Tentukan harapan dan tujuan yang jelas tentang anak dan pegang teguh keduanya

5. Hindari jebakan “adu kuat” (power struggle) dengan anak

6. Tetap tenang dan jaga emosi

7. Perbanyak pengetahuan dan wawasan yang terkait dengan “anak sulit”

8. Buatlah tindakan antisipasi sebelum anak menampakkan perilaku negatifnya. Orang tua

pasti hafal masalah perilaku yang sering ditampilkan anak.

13

9. Bantu anak mengenali emosinya. Misalnya menanyakan “kamu marah ya?”, “kamu

kecewa?”

10. Sisihkan waktu khusus untuk berbicara pada anak

11. Ciptakan rutinitas keluarga. misalnya, memasak bersama, membaca cerita,

12. Terapkan system “reward’/ pujian dan konsekuensi, untuk meluruskan temperamen anak.

Konsekuensi misalnya, misalnya bila anak tidak mau makan orang tua tidak perlu

memaksanya. Biarkan anak merasa lapar agar ia mengerti konsekuensi dari tidak makan.

13. Praktikkan selalu sikap memaafkan dan sabar

14. Cari dukungan orang lain. Bila perlu minta bantuan psikolog

15. Jangan lupa mengurus diri sendiri

16. Berdo’a, berdo’a dan berdo’a.

14

Daftar Pustaka

Kate Anderson, “Family Connections: Parenting the Difficult Child

Hurlock B. Elizabeth. Psikologi Perkembangan. PT Gelora Aksara Pratama, Jakarta: 1980.

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/psikologi/mengurangi.pertengkaran.kakak.beradik/00

1/007/936/1/1

Santrock W. John Life Span Development. Erlangga Jakarta 2002 hal 261-262

Brazelton, T. Berry and Sparrow, Joshua D. Kakak Adik Rukun. PT Bhuana Ilmu Populer,

Jakarta: 2009

https://www.facebook.com/permalink.php?story_Komnas. 06/03/2013. 23.12