disusun: july 1 20 - anarkontingensi.files.wordpress.com · contoh terakhir yang akan saya tuliskan...
TRANSCRIPT
Dalam booklet ini ditulis dengan ringkas
mengenai gerakan anti-kerja. Mulai dari awal
dimana gerakan tersebut adalah gerakan
melawan progresifitas teknologi sampai
gerakan untuk menggoyang sistem fordisme.
SEJARAH
GERAKAN
ANTI-KERJA
Disusun: July 1
20
18
anarkontingensi.wordpress.com
Page 1 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
BOOKLET SEJARAH
GERAKAN ANTI-KERJA
Publikasi Pertama
Page 2 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
DAFTAR ISI:
Halaman 3……Fase Klasik
Halaman 11……Fase Fordisme
Halaman 24……Pasca 60-70an
Hak cipta bebas dan sangat dianjurkan
untuk dibajak, direproduksi, dan
didekonstruksi sesuai kehendak.
Page 3 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Gerakan Anti-Kerja: Fase
Klasik
Pendahuluan
Mari kita
mulai dari
sejarah
gerakan anti-
kerja,
sebelum kita
masuk lebih
dalam
dengan
gagasan
penghapusan
pekerjaan di
masa sekarang ini. Ini menjadi penting bukan hanya
untuk menemukan referensi ilmu pengetahuan, tetapi
ketika kita mengetahui sejarah mengenai gerakan anti-
kerja ini, maka keberanian dan kepercayaan diri kita juga
akan bertambah. Ini juga diharapkan menjadi jawaban
bagi kebingungan kita selama ini mengenai ketidakadaan
contoh yang jelas dari sejarah mengenai gerakan anti-
kerja.
Page 4 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Setidaknya beberapa kawan juga kebingungan dengan
istilah anti-kerja disini. Istilah ini dengan serampangan
dilekatkan dengan kemalasan individu untuk bekerja,
kemalasan pekerja, pengangguran dan kaum miskin yang
dianggap tidak bekerja secara formal. Ini semua bisa
menjadi benar, tetapi bukan menjadi definisi yang akurat
dan umum dalam pengertian anti-kerja. Walaupun bisa
dikatakan bahwa praktek dari gerakan anti-kerja ini pun
umurnya setua proletariat itu sendiri, tetapi banyak
diantara kita yang tidak paham betul mengenai gerakan
ini.
Agar kita semua memahami secara khusus istilah anti-
kerja ini, penulisan sejarah dibutuhkan. Diantaranya
banyak perjuangan yang terjadi di tempat kerja, para
pekerja melawan cara-cara kerja perusahaan yang
menyiksa mereka.
Mungkin ini menjadi semacam pengantar singkat bagi
perkembangan gerakan ini. Karena saya tidak akan
menjelaskan masing-masing gerakan dengan rumit. Saya
hanya akan meringkasnya dan membuatnya mungkin
lebih sederhana.
Gerakan Luddisme
Luddisme lebih sering diidentikkan sebagai reaksi ganas
pekerja-pekerja Inggris atas diperkenalkannya mesin
Page 5 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
baru pada pergantian abad ke-19. Setidaknya banyak
catatan sejarah yang menjadi catatan bahwa gerakan ini
cukup merusak lini-produksi. Gerakan ini terbagi
menjadi 3 fase kurun waktu di sekitar tahun 1820-an:
- Pekerja pembuat stoking dari Nottingham yang
berjuang melawan praktek perburuhan dan eksploitasi
terhadap pekerja di bawah umur yang tidak terampil.
Yang mereka lawan adalah penggunaan metode kuadrat
(metode penimbunan stok) dan colting (mempekerjakan
pekerja muda yang belum terampil). Gerakan mereka
adalah gerakan menghancurkan mesin.
- Tukang tanaman dari West Riding yang melakukan
perlawanan terhadap mesin-mesin yang berpotensi
menggantikan pekerjaan mereka.
- Penenun Lancashire yang menolak penggunaan tenaga
uap.
Secara singkat memang gerakan Luddisme seolah-olah
anti-kerja, karena melakukan penghancuran atas mesin-
mesin produksi. Tetapi jika kita sesuaikan konteks pada
zamannya, gerakan Luddisme adalah gerakan yang
cukup konservatif, karena mempertahankan kerja
perakitan yang membutuhkan lebih banyak tenaga kerja
manusia. Artinya kita jangan tertipu dengan gerakan
macam ini: Luddisme dalam sejarahnya adalah gerakan
pro-kerja. Pro-kerja dikarenakan gerakan ini membela
pekerja tangan terampil melawan mekanisasi, dan juga
Page 6 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
melawan tenaga kerja murah dengan keterampilan yang
kurang terampil.
Luddisme adalah gerakan untuk membela gaya kerja
yang lama, dengan menegaskan martabat pekerja sebagai
manusia yang melawan penumpulan kemampuan
manusia, dan akhirnya melawan mekanisasi.
Gerakan Luddisme merupakan gerakan yang tidak
spontan pada masanya. Gerakan ini adalah gerakan yang
terorganisir, oleh karenanya target penghancuran mesin
para Luddites adalah mesin milik atasan kerja atau
pekerja yang tidak terampil, alasannya menghancurkan
mesin milik atasan kerja adalah melawan mekanisasi
yang membuat atasan mereka bisa menciptakan barang
yang lebih berkualitas tetapi ongkos produksinya lebih
murah, sedangkan alasan mengapa mereka
menghancurkan mesin yang dipakai oleh pekerja yang
tidak terampil adalah karena mereka mau saja diupah
murah. Kaum pro-kerja Luddisme melawan mekanisasi,
melawan upah murah dan menjunjung tinggi kerja
perakitan yang terampil.
Gerakan Sabotase ala Pouget dan Smith
Pouget membawa wacana sabotase melalui pamfletnya
dalam kongres sserikat pekerja CGT pada tahun 1897.
Sejak kongres itu diketok palu, pamfletnya dicetak ulang
Page 7 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
dengan begitu banyak. Tindakan sabotasenya banyak
disalahartikan sebagai tindakan anti-kerja, tetapi kita
mesti melihat ini lebih dalam lagi, bahwa tindakan
sabotase yang dilakukan Pouget adalah tindakan
sabotase yang bukan anti-kerja tetapi anti-bos.
Bayar upah mereka tepat pada waktunya dan pekerja
akan bekerja dengan baik atas nama mereka…
Bayar upah pekerja yang tidak berkecukupan, sebelum
itu anda tidak berhak menuntut kualitas kerja mereka…
Pouget ingin menunjukkan bahwa sabotase dapat
digunakan sebagai cara untuk menekan bos mereka
ketika menyangkut permasalahan upah, dan sebagainya.
Selanjutnya sabotase menunjukkan bahwa kelas pekerja
memiliki kekuasaan atas alat produksinya. Sabotase
Pouget tidak merusak dan tidak penuh dengan amukan.
Ini diperhitungkan dan dipersiapkan.
Dalam pamphlet sabotasenya Pouget banyak mengutip
contoh-contoh, semuanya berasal dari pekerja terampil.
Dan seringkali kasus-kasus ini tidak terbukti, melainkan
hanya gagasan untuk mendorong kelas pekerja agar
memiliki cara untuk menyabotase pekerjaannya. Konsep
sabotasenya adalah konsep yang bertujuan untuk
mendukung tuntutan, dalam persiapan melakukan
pemogokan. Bagi Pouget sabotase adalah perlambatan
proses produksi, juga penurunan kualitas produksi, yang
mengakibatkan kerusakan komoditas yang dihasilkan.
Page 8 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Tidak saya temukan tulisan yang ditulis secara rinci
mengenai pengrusakan dengan dampak seperti apa yang
harus dihasilkan. Pada saat bersamaan Pouget juga
medukung kerja, ia tidak memiliki rasa permusuhan atas
kerja itu sendiri.
Di Amerika, teks-teks Pouget banyak ditulis ulang oleh
Walker C. Smith, anggota IWW. Tapi Smith jauh lebih
eksplisit dalam mendukung sabotase pro-kerja. Smith
beranggapan bahwa sabotase konstruktif bisa terjadi jika
terorganisir. Sabotase konstruktif dapat merekatkan
solidaritas antar pekerja dan mengukuhkan kontrol
tambahan atas kualitas proses produksi. Artinya adalah
sabotase bagi Smith menjadi sebuah cara untuk
mengkontrol sistem produksi, dan mirip dengan Pouget,
menekan para bos agar tetap berada dalam tekanan kelas
pekerja.
Pada pergantian abad ke-20, sabotase menjadi titik yang
merupakan cara ampuh bagi para pekerja untuk menekan
kelas borjuis. Kelas pekerja memiliki otonomi yang
membuatnya ditakuti oleh para pemodal ketika ia
melakukan aksi sabotase untuk mendukung mogok kerja.
Gerakan sabotase direfleksikan sebagai gerakan untuk
mengambil alih kekuasaan agar berada di tangan kelas
pekerja dengan melakukan revolusi pekerja. Idenya
adalah pembangunan kesadaran kelas pekerja dengan
melakukan sabotase dan mogok kerja, sehingga tumbuh
kesadaran untuk merebut alat produksi. Dengan tujuan
Page 9 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
lebih lanjut menjalan produksi tanpa adanya bos, tanpa
adanya kapitalis/pemodal.
Pergerakan kelas pekerja sedikit demi sedikit menuju
pada gerakan yang terorganisir dan lebih terpusat.
Sabotase konstruktif memainkan peran yang cukup besar
dalam logika gerakan itu. Tujuan akhir dari sabotase baik
ala Pouget dan ala Smith adalah pekerja dapat
mengkontrol penuh proses industri, bekerja tanpa ada
bos yang mengambil keuntungan di dalamnya. Dengan
melakukan pelambatan produksi.
Sabotase ala Pouget dan Smith ini adalah bentuk pro-
kerja yang menyeluruh, bukan dalam bentuk bertahannya
para kaum Luddites melawan mekanisasi, melainkan
bentuk pro-kerja yang menyerang kapitalisme dengan
tujuan akhir merebut alat produksi. Sayang sekali
kerangkanya masih berkutat pada masyarakat yang
bekerja, karena masih adanya keterbatasan teknologi
yang berkembang pada saat itu.
Penutup
Ini adalah penutup untuk edisi gerakan anti-kerja di fase
klasik. Didalam sini kita bisa sama-sama membaca
bahwa gerakan-gerakan yang selama ini terjadi adalah
gerakan yang seperti anti-kerja, tetapi sebenarnya bukan
anti-kerja itu sendiri. Banyak di antara contoh diatas
Page 10 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
yang menjelaskan mengenai hal itu. Kaum Luddites
yang meghancurkan mesin-mesin bukan karena mereka
membenci kerja, melainkan karena mereka ingin
mempertahankan kerja dalam bentuk yang tradisional,
dalam bentuk yang lebih lama. Adapula di lain waktu
adalah gagasan sabotase Pouget atau Smith yang cukup
terlihat revolusioner. Tetapi sebenarnya tetap
mempertahankan bentuk kerja yang berbeda. Artinya
kerja dalam bayangan Pouget dan Smith bukanlah kerja
yang didasari atas orientasi keuntungan, dan lebih
lanjutnya eksploitasi. Tetapi baik Pouget atau Smith
sama sekali bukan kelompok anti-kerja, karena pada
zamannya gagasan anti-kerja belum memungkinkan
untuk muncul, dikarenakan kondisi material sistem
produksi yang belum berkembang „maju‟ seperti
sekarang ini.
Selanjutnya kita akan melangkah lebih jauh lagi ke fase
Industrialisme, fase dimana bentuk produksi Fordisme
masih digunakan dan perlawanan-perlawanan atas kerja
mulai tumbuh.
Referensi Bacaan:
Archer, John E. (2000). "Chapter 4: Industrial Protest".
Social unrest and popular protest in England, 1780–1840
Page 11 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
https://theanarchistlibrary.org/library/emile-pouget-
sabotage
https://theanarchistlibrary.org/library/emile-pouget-
direct-action
https://theanarchistlibrary.org/category/author/emile-
pouget
Page 12 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Gerakan Anti-Kerja:
Perlawanan Terhadap
Fordisme
Mari kita buka
tulisan ini dengan
mereferensikan
teks yang
diterbitkan oleh
kelompok Mokers
Groep, yang
berjudul Work is
A Crime. Pada
masanya teks ini
merupakan teks
yang revolusioner
karena teks ini
mengungkapkan
rasa jijik pada pekerjaan, walaupun tidak meletakan
dukungannya pada waktu senggang.
Sebelum masuk ke dalam sana kita bisa membuka
penggambaran situasi saat itu dengan bentuk produksi
yang mulai bergeser dan bertransformasi malahan ke
arah Fordisme.
Page 13 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Fordisme Secara Singkat
Sehari Lima Dollar yang dislogankan oleh pendukung
Fordisme pada tahun 1914 bukanlah sebuah hadiah. Ini
menandakkan pagelaran baru dari sejarah ekonomi
dunia. Ini adalah bentuk pelajaran dari sejarah
kapitalisme itu sendiri dimana tahun 1912 sampai 1913,
perubahan ini dipicu oleh pergantian generasi kerja yang
begitu marak. Terkait dengan ini maka Ford harus
membuka peluang pekerjaan sebanyak 54.000 pekerja
dan mencangkup 13.000 posisi. Pada bulan Januari 1914,
terjadi keributan para calon pekerja Ford yang ingin
masuk ke dalam peluang kerja tersebut. Ford
memanfaatkan ini untuk memilah-milah pekerja mana
sesuai dengan standar moral mereka untuk masuk ke
dalam perusahaan. Bahkan Ford menurunkan 100 lebih
sosiolog untuk menyisir rumah ke rumah dengan
melakukan investigasi, melakukan pembersihan pecandu
alkohol, sampai membuka kursus bahasa Inggris untuk
para imigran. Lalu menutup wisuda para imigran itu
dengan menyerapkannya ke dalam pabrik Ford.
Terjadilah parade 6000 pekerja yang dijuluki dengan
Hari Amerikanisasi disana.
Sistem Fordisme ini adalah sistem yang kompetitif untuk
sesama kelas pekerja. Karena untuk kelas pekerja yang
tidak terampil, lalu memang tidak mampu bertahan
Page 14 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
untuk belajar dengan lebih cepat, maka akan tertinggal
dan segera mundur dari sistem kapitalisme-Fordisme ini.
Karena dengan menciptakan sebuah sistem yang setiap
hari setiap orang melakukan kerja yang sama seterusnya
dan saling terhubung, maka kapitalisme sudah mulai
memekanisasikan bentuk kerja manusia. Sehingga ketika
ada error atau kesalahan dalam fragmen produksi, ini
akan berpengaruh ke dalam fragmen produksi lainnya.
Hingga kelas pekerja saat itu dibut untuk saling
mengawasi satu dengan yang lainnya.
Pekerjaan di zaman itu (Fordisme) adalah bentuk
tindakan dasar yang sifat dan ritmenya dikendalikan oleh
mesin. Pekerjaan atau kerja itu sendiri pada akhirnya
terpatri pada mesin-mesin kapitalisme, yang merupakan
bentuk kerja yang sudah semakin inovatif. Sehingga
untuk tidak bekerja dan menyaingi pabrik para kapitalis,
menjadi tidak mungkin, karena kekuatan produksi pabrik
kapitalis jauh melebihi kekuatan produksi tanpa mesin,
itupun jika pabriknya hanya satu, bagaimana jika
memang satu perusahaan bisa memiliki beberapa
pabrik(?) Inilah mengapa koperasi-koperasi pekerja saat
itu melipir dan redup. Karena kemajuan tingkatan daya
produksi dalam sistem ekonomi kapitalisme yang
semakin inovatif, oleh karenanya makin produktif.
Oleh karenanya menyambung dari pembukaan di tulisan
ini, mengapa kerja menjadi sesuatu yang menjijikkan
bagi kelas pekerja saat itu adalah bentuk produksi yang
Page 15 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
setiap harinya pekerja mesti mengulang pekerjaan yang
sama. Sehingga itu menghabisi kelas pekerja secara
psikologis dan secara fisik bahkan. Hingga akhirnya
beberapa kelompok gerakan (termasuk Mokers Groep)
memutuskan sikap untuk jijik dengan kerja itu sendiri.
Sabotase yang pada awalnya digunakan untuk menuntut
penerapan kenaikan upah dan menekan para bos, mulai
digunakan untuk mengekspresikan ekspresi anti-kerja.
Dan inilah yang membedakan dengan gerakan Luddisme
sebelumnya, bahwa gerakan yang akan muncul
kemudian hari di tahun 60-an sampai dengan 70-an
adalah gerakan-gerakan yang mulai mengantongi
semangat anti-kerja, setidaknya jijik dengan kerja itu
sendiri. Gerakan serupa dikuatkan dengan krisis yang
melanda kapitalisme-fordisme di tahun-tahun tersebut.
Tahun 68
Krisis 68 terjadi dikarenakan kekuatan modal berusaha
meningkatkan produktivitas pekerjaan dengan
menggantikan sejumlah pekerja kulit putih dengan
pekerja kulit hitam yang lebih sedikit. Sehingga satu
pekerja kulit hitam dapat bekerja dalam beberapa bidang
kerja (per hari). Ini sulit, karena modal tidak mengambil
jalan otomatisasi.
Page 16 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Bentuk Sabotase ala 68
Dalam bidang produksi, sabotase-sabotase cukup banyak
terjadi, dengan bentuknya yang bervariasi di dalam
pabrik. Misalnya dengan pekerja di pabrik Fiat (mobil
asal Italia), yang menggunakan kabel sebagai senjata
untuk menyabotase jalannya produksi. Kadang mereka
meninggalkan pos mereka dengan kabel di tangannya,
lalu berkeliling pabrik sehingga kabel-kabel itu dapat
menganggu proses produksi. Karena bisa membuat orang
lain tersandung. Sehingga proses produksi berjalan lebih
lambat dan kerja semakin menjadi santai. Sampai di
tahun 1973, cara ini masih sering dipakai di pabrik-
pabrik pekerja Fiat, bahkan bermunculan kantin-kantin
liar yang menawarkan minuman dan koran kepada para
pekerja. Belum lagi juga perkelahian yang sering terjadi.
Kelas pekerja menggunakan komponen produksi untuk
berkelahi, sehingga pabrik cenderung tidak dapat diatur.
Contoh lain yang terkenal adalah pekerja-pekerja di
perusahaan GM Amerika di Lordstown yang pada tahun
1971 mengalami PHK massal sebanyak 800 orang,
ditambah lagi dengan kecepatan produksi yang
ditingkatkan hingga mencapai 40 detik jeda lalu bekerja.
Kecepatan ini jauh lebih cepat dengan siklus normal
yang merupakan siklus satu menitan. Dengan di PHK-
nya banyak orang tetapi dengan siklus kerja yang sangat
cepat, maka pekerja-pekerja di dalam pabrik tersebut
mengakalinya dengan melakukan pekerjaan ganda sebisa
Page 17 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
mereka. Satu orang dapat mengerjakan hal lain diluar
pekerjaannya, satu orang dengan semampunya bertukar
pekerjaan dengan orang lain. Sehingga ini adalah
sabotase yang bersifat kualitatif, karena pada akhir lini
produksi, banyak produk yang harus direvisi ulang.
Proses revisi ini mau tidak mau harus menghentikan
proses produksi yang sedang berjalan. Tercatat rekor
revisi paling banyak adalah sebanyak 2000 mobil yang
harus direvisi dalam sistem produksi ulang.
Banyak serikat pekerja yang tidak dapat mengantisipasi
ketidakdisiplinan ini dan sabotase yang marak dilakukan
oleh para pekerja. Dalam tempo saat itu, para pekerja
sama sekali tidak tertarik melakukan reformasi pabrik,
atau reformasi pekerjaan mereka sendiri. Memang
mereka gusar dengan kondisi kerja yang buruk dan
menyulitkan mereka, tetapi jika dilihat dari
ketidakdisiplinan mereka dalam mengerjai pabrik, ini
menunjukkan bahwa secara tindakan mereka tertekan
dengan kerja itu sendiri.
Absenisme
Absen atau ketidakhadiran kerja adalah masalah yang
serius bagi kapitalisme. Ketika kelas proletar menawar
untuk tidak bekerja barang sehari atau dua hari saja,
maka ia bisa berpotensi kehilangan pekerjaannya, dan
menjadi pengangguran. Di Italia pada tahun 1970-an,
Page 18 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
absenisme ini menjadi masalah serius. Bahkan presiden
mereka harus membicarakannya dalam pidato yang
cukup serius.
Inilah kutipan pidato dari presiden Italia saat itu:
“Pekerja seharusnya suka bekerja, setiap bentuk
kemarahan atas pekerjaan mereka adalah penolakan
untuk membangun dan memajukan negara.”
Di pabrik Fiat, tingkat ketidakhadiran bahkan mencapai
25% dari jumlah seluruh pekerja. Itu artinya seperempat
personel dari pabrik itu hilang setiap harinya, entah
bekerja dalam pasar gelap, beristirahat atau kegiatan
yang lain. Tapi bisakah kita sebut ini sebagai sikap anti-
kerja? Tidak masalah. Sebelumnya, serikat pekerja di
dalam pabrik telah menandatangani perjanjian dengan
pihak perusahaan untuk mengkontrol dan
mendisiplinkan kelas pekerja, sehingga ketidakhadiran
berkurang. Imbalannya, serikat pekerja memiliki
informasi mengenai investasi perusahaan. Tetapi
akhirnya upaya serikat pekerja gagal dalam menghadang
apa yang disebut sebagai pemogokan absen.
Selain itu kita juga dapat melihat okupasi pekerja di
industri otomotif Amerika. Yang sudah dimulai jauh
sejak tahun 1936 dan 1937. Pemogokan yang dikuti
dengan okupasi itu dipicu dengan keadaan kerja yang
militeristik, dimana pabrik dijaga oleh tentara. Okupasi
ini merebak ke berbagai penjuru pabrik yang ada di kota
Page 19 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
tersebut, salah satunya adalah solidaritas UAW (United
Auto Workers) yang ikut datang dan membantu
pendudukan itu. Sehingga pabrik asal mereka dibiarkan
kosong dan pihak manajemen perusahaan memohon
kepada mereka untuk kembali ke pabrik.
Yang ingin saya sampaikan disini adalah, kelas pekerja
setuju untuk melakukan serangan kepada para kapitalis
saat itu, namun untuk memperkuat gerakannya mereka
tidak melakukan mogok di tempat kerja atau pabrik
mereka. Pabrik bagi mereka merupakan hal yang tidak
penting. Karena bagi mereka sudah terlalu membosankan
untuk bertahan di pabrik. Ini bisa dilihat pada Prancis di
bulan Mei-Juni tahun 1968, pabrik-pabrik yang ada tidak
ditempati sama sekali, dan mereka terlibat pemogokan di
jalan-jalan dan aktif melakukan pertempuran dengan
militer di sudut-sudut kota yang ada. Kadang
pertempuran ini berlangsung sampai berhari-hari
lamanya. Hingga korban perjatuhan.
Ada pula pendudukan pabrik Fiat di Mirafiori Utara pada
bulan Maret tahun 1973, dimana demonstrasi besar
diorganisir oleh serikat pekerja dan gerakan kecil
lainnya, untuk menekan manajemen dan menghentikan
gerakan absenisme pada pekerja. Namun serikat pekerja
pada tanggal 1 April berupaya untuk menarik diri dan
bernegosiasi dengan perusahaan. Kabarnya para pekerja
mendapatkan kenaikan upah, tetapi sayangnya pihak
serikat tidak menyuarakan tuntutan yang lain (mulai dari
Page 20 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
panjangnya waktu kerja, dan perekrutan kembali pekerja
yang telah dipecat). Disitulah kekecewaan massal
menyebar, pemogokan naik menjadi blokade besar-
besaran. Kekecewaan ini muncul diakibatkan
kemungkinan yang tidak didorong hingga titik terjauh
oleh serikat pekerja. 3 hari selanjutnya Mirafiori
“diduduki”.
Walaupun begitu, tidak ada niatan apapun dari para
pekerja untuk merebut asset perusahaan di dalam. Tiada
tanda-tanda para pekerja ingin melakukan swakelola.
Kegiatan yang saya dapatkan dari beberapa bacaan
hanyalah blokade yang terdiri dari pemblokiran arus
komoditas dan penghadangan pekerja yang ingin bekerja
di dalam. Episode perlawanan ini bisa dibilang adalah
hal yang luar biasa, karena para pekerja meneriakkan
slogan-slogan yang tidak mungkin dikabulkan oleh
perusahaan. Dari sinilah beberapa istilah muncul, seperti:
Persenjatailah dirimu tuntut ketidakmungkinan…
Inilah mengapa kita tidak boleh membiarkan konsep
pekerjaan menggoda dan menggiring kita. Pada saat itu,
aksi blokade pabrik ini adalah aksi yang melampaui jauh
di depan zaman mereka. Bebas mau dikatakan seperti
apa, mogok pabrik, blokade atau diduduki, dalam
beberapa catatan jumlah pekerja yang
berpartisipasi/terlibat dalam aksi ini bisa mencapai
10.000 pekerja di Mirafiori Utara. Di saat itu sangat
sedikit menurut catatan sejarah, kelompok Kiri atau
Page 21 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
bahkan lebih sedikit lagi serikat-serikat pekerja yang
telah menarik diri dari aksi blokade ini.
Lebih banyak lagi yang entah pergi kemana, dan tidak
ikut memblokade tempat kerja mereka. Sedikit dari
mereka diketahui datang ke tempat kerja lalu ikut dalam
pemblokadean. Selebihnya entah kemana, mereka pergi
begitu saja. Padahal dalam catatannya di pabrik tersebut
kurang lebih terdiri dari 60.000 pekerja upahan yang
bekerja tiap harinya. Namun di hari itu, banyak di antara
50.000 sisanya tidak berada di area blokade.
Dimana mereka selama blokade? Tidak bekerja!
Pemogokan absen…
Kesimpulan
Maraknya ketidakdisiplinan yang terjadi di dalam pabrik
Fordisme di tahun-tahun pasca 1968. Baik perusahaan
maupun serikat pekerja mengalami kecolongan untung
yang cukup berarti. Mereka melakukan konsesi-konsesi
yang cukup besar untuk menarik kelas pekerja ke dalam
barisan mereka kembali, tetapi kegagalan menerpa upaya
mereka.
Di perusahaan Fiat saja misalkan pada pertengahan tahun
70an, tercatat mereka kebobolan banyak hal:
a. Upah yang kian meningkat.
b. Perubahan skema pekerjaan harus didiskusikan
Page 22 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
dengan pekerja.
c. Hari kerja diperpendek.
d. Waktu dan uang yang dibayar untuk pertemuan-
pertemuan dengan serikat pekerja dan berbagai macam
pelatihan.
e. Sistem perwakilan pekerja dengan skala 4 delegasi per
1000 pekerja.
f. Upah dituntut untuk menjadi lebih merata. Contohnya
upah antara pekerja di daerah Mirafiori Selatan yang
sama dengan Mirafiori Utara.
Efek-efek ini membuat perusahaan gulung tikar dan
pindah ke tempat lain, ini disusul dengan gelombang
pengangguran di akhir tahun 1970. Pada saat itu
kekuatan produktif masyarakat belum dapat memenuhi
kebutuhan material revolusi proletariat. Kebutuhannya
tidak mampu memenuhi syarat-syarat material
terciptanya sosialisme menganggur, oleh karenanya pada
saat itu, gelombang pengangguran adalah gugatan balik
untuk para pekerja yang ada disana.
Metode tua kelas pekerja dengan membangun serikat-
serikat malah menghasilkan instrumen tekanan yang
balik menekan kelas pekerja itu sendiri dalam arena
pertarungan kelas-kelas. Hingga serikat pekerja bukan
lagi menjadi alat untuk menekan kelas borjuis,
melainkan menjadi alat untuk mempertahankan kerja
sebagai cara masyarakat berjalan (pro-kerja). Pada
akhirnya banyak serikat-serikat pekerja kala itu menjadi
Page 23 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
serikat pekerjanya industri atau serikat pekerja yang
berpihak pada kepentingan kelas majikan. Inilah yang
memutar isi dari metode sabotase, yang sebelumnya
sebagai cara untuk menekan kelas borjuis dengan
bantuan serikat-serikat, menjadi alat untuk merusak
kerja. Ini juga menjadi titik balik kepercayaan para
pekerja kepada serikat-serikat yang ada. Telah tumbuh
rasa jijik baik kepada alat kerja, dan delegasi serikat
pekerja itu sendiri lengkap dengan hierarki yang berlaku
didalamnya. Serikat pekerja tidak lagi bisa
mengendalikan gerakan anti-disiplin ini. Pemogokan
absen menunjukkan hal itu.
Saya bisa menyebutnya sebagai gerakan anti-kerja
karena beberapa alasan yang ada didalamnya. Pertama,
lebih banyaknya pekerja yang melakukan pemogokan
absensi di area Mirafiori (sebanyak 500.000 orang), telah
menunjukkan bahwa kelas pekerja sudah sangat jijik
dengan kerja. Jumlah ini jauh lebih banyak ketimbang
pekerja yang melakukan blokade pabrik (sebanyak
100.000 orang). Kedua, hilangnya pengaruh organisasi
manapun yang dapat mengkontrol gerakan pemogokan
absen dan sabotase para pekerja saat itu menunjukkan
bahwa para pekerja bukan hanya marah, tetapi juga
muak dengan standar disiplin, yang mirip dalam dunia
kerja. Walaupun gerakan ini begitu meluas, tetapi
gerakan ini belum membuka celah untuk pembangunan
organisasi-organisasi baru, terlepas dari peran para
Page 24 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
sosialis klasik pada saat itu yang menghambat
radikalisasi gerakan anti-kerja, tetapi bukan berarti
gerakan anti-kerja ini sulit untuk berjalan secara
terorganisir. Diluar hal itu, ada satu hal yang tidak dapat
disembunyikan: Sosialisme diperbaharui
pengertiannya menjadi masyarakat baru yang tidak
dapat dibayangkan sebagai masyarakat berdasarkan
kerja.
Referensi Bacaan:
Stanley Matthewson, Restriction of output among
unorganized worker, New York 1931.
Sidney Fine, Sit Down, Ann Arbor, 1969.
Paul Ginsborg, A History of Contemporary Italy 1943-
1980.
Page 25 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Gerakan Anti-Kerja: Pasca
Tahun 60-70an
Selanjutnya saya
akan mencoba
melihat
mengenai
beberapa contoh
gerakan yang
terjadi pasca
tahun 60an-
70an. Untuk itu
saya akan
mencoba
menggalinya
sampai beberapa
tahun yang lalu.
Sebelum
membaca lebih lanjut, saya akan sedikit menjelaskan
bahwa sistem kapitalisme bertransformasi secara lebih
canggih menjadi kapitalisme pasca fordisme dikarenakan
semakin sulitnya perusahaan dan serikat pekerja untuk
mengkontrol pekerja itu sendiri. Sehingga kapitalisme
meresponnya dengan restrukturisasi modal,
pemberlakuan otomatisasi yang semakin canggih, dan
Page 26 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
pemindahan fordisme ke negara-negara dengan biaya
tenaga kerja yang lebih rendah (relokasi modal). Hal-hal
ini ditandai dengan beberapa hal yang bisa di cari di
mbah google: kebijakan kurs mengambang ala Vocker,
kebijakan tangan besi-nya Thatcher dan liberalisasi yang
menghantam Tiongkok.
Relokasi modal adalah hal yang dilakukan untuk
menghindari gerakan anti-disiplin dan anti-kerja yang
melanda Eropa dan Amerika saat itu, sehingga mereka
(para kapitalis) memutuskan mencangkok sebagian besar
bentuk kapitalisme fordisme ke berbagai belahan
wilayah Asia. Pemodal menemukan ada angkatan
pekerja yang tidak menolak Fordisme, seperti halnya di
wilayah negara-negara maju di Barat. Namun akhirnya
kita juga bisa menemukan sebagian kecil perlawanan,
atau lebih pastinya ada respon dari pekerja-pekerja Asia
yang mirip seperti pekerja-pekerja di Barat.
Dalam hal ini kita bisa menengok beberapa kasus yang
ada. Ini sebagai titik pijak kita untuk menentukan, bahwa
seberapa kuat gagasan anti-kerja dalam negara-negara
yang memiliki standar upah yang rendah.
Kasus pengahancuran dan kekerasan
Tercatat dalam berita, pada Januari 2011, terjadi
kerusahan di dalam komplek pabrik dan asrama Foxconn
Page 27 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Chengdu, yang melibatkan kurang lebih 22.000 pekerja.
Penyebab kerusuhan adalah upah yang tidak mencukupi
setelah direlokasinya pabrik ke daerah Chengdu. Yang
sebelumnya upah mencapai 1200 yuan menjadi 950
yuan. Selain itu kerusuhan ini juga terjadi karena
buruknya keadaan asrama pada saat itu, dimana dalam
satu kamar dapat diisi oleh 8 pekerja sekaligus, tanpa
fasilitas lift dan listrik yang sering rusak.
Adapula aksi penjarahan dan pembakaran di dalam
industri Foxconn Taiyuan pada September 2012. Aset-
aset bisnis dijarah dan mobil di bakar dalam aksi
menentang kebrutalan petugas keamanan. Pada akhirnya
upah dinaikkan dari 1550 sampai 1800 yuan per bulan.
Yang selanjutnya adalah kasus di dalam Fugang
Electronics yang terjadi pada Januari 2013. Aula dan
dapur yang ada di mess dijarah oleh 1000 pekerja,
dikarenakan makanan yang disediakan untuk mereka
oleh perusahaan adalah makanan yang basi.
Jika ini adalah contoh dari gerakan-gerakan yang cukup
tidak umum di Indonesia. Karena mengandung unsur
kekerasan didalamnya, maka saya akan mengambil
contoh lain dari gerakan yang tidak menggunakan
kekerasan.
Aksi Sabotase Damai
Page 28 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Kasus di daerah Guangdong pada bulan Juli 2010.
Tercatat ada 1000 pekerja Denso, pekerja yang
memproduksi suku cadang untuk industri otomotif,
melakukan sabotase kerja yang cukup merepotkan.
Banyak diantara mereka yang memasuki kawasan kerja
bukan untuk bekerja di pos mereka masin-masing.
Melainkan berkeliling di pabrik dengan tenang tanpa
merusak alat produksi apapun. Selama 3 hari lamanya
aksi ini terjadi, dan pada hari ketiga perusahaan
memutuskan untuk menaikkan upah dengan jumlah yang
signifikan.
Aksi Pembunuhan
Selama serentetan aksi demonstrasi penolakan atas
masuknya modal swasta ke dalam industri baja Tonghua
Steel, sekelompok pekerja muncul dan menyerang calon
kepala bos mereka (orang yang akan memprivatisasi
perusahaan tempat mereka bekerja), bahkan aksi
pengeroyokan ini terus berlanjut hingga bos mereka
mati. Privatisasi swasta Tonghua Steel-pun batal
dilakukan. Pengeroyokan ini terjadi pada tahun 2009.
Tidak Disiplin Mengundang Aksi
Page 29 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Pada tahun 2005, gelombang pemogokan menyerang
wilayah Dalian, Republik Rakyat Tiongkok. Wilayah
tersebut adalah wilayah yang disebut sebagai zona
ekonomi khusus. Pada salah satu koran bisnis,
disebutkan bahwa: kelas pekerja disana mengembangkan
strategi organisasi tanpa pemimpin. Alasannya karena
penindasan dan perasaan menderita sama-sama dirasakan
semua pekerja. Komentar salah satu pekerja adalah:
ketika bekerja menjadi aktivitas yang tidak
membahagiakan, itu cukup menjadi alasan bagi
seseorang untuk berteriak, Mogok!
Ada pula contoh yang lain adalah serangan kelas pekerja
di tahun 2012 di pabrik Siemens, lagi-lagi di Tiongkok.
Dipicu oleh 4 pekerja yang di PHK dikarenakan absen
bekerja selama 4 hari berturut-turut. Berangkat dari PHK
itu, pabrikpun mogok, berhenti beroperasi. Ancaman
datang dari manajemen perusahaan dengan menghitung
waktu mogok sebagai utang pekerja di sana. Akhirnya
para pekerja pun semakin marah dan memblokir pintu
masuk pabrik.
Ini mengingatkan kita pada kondisi Italia di tahun 1970-
an. Perpindahan modal dari Eropa ke dataran Cina (di
dalam tulisan ini) juga menimbulkan reaksi serupa
seperti reaksi pekerja di Eropa. Tapi berbeda dengan
Eropa, karakter kelas pekerja Asia saat ini masihlah
karakter yang mengamini negosiasi dan meminta
kebaikan kelas borjuis, sehingga serangannya bukanlah
Page 30 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
serangan yang menyasar penghancuran sistem lama, ini
artinya jauh dari kata revolusioner. Dalam bentuk
kapitalisme Fordisme kita dapat menyimpulkan secara
umum bahwa, pasti perlawanan akan muncul walaupun
terbatas dan terfragmentasi.
Kasus Perlawanan di Bangladesh
Di Bangladesh pada tahun 2010, dimulai dengan
serentetan aksi perlawanan (atau malah dibilang
pemberontakan) sebagai contoh anti kerja. Ditandai
dengan seringnya para pekerja beraksi dengan mengibas-
ngibaskan senjata tajam yang mereka punya, membakar
atau menghancurkan pabrik mereka.
Didalam gerakan Bangladesh, saya akui saya melihat
karakter yang paradoks: di satu sisi menuntut upah, di
sisi lainnya menghancurkan alat produksi. Ini artinya
sifat gerakan mereka bisa dibilang pro-kerja atau anti-
kerja. Tapi mari kita telaah kembali dengan beberapa
contoh dari gerakan yang ada di sana:
Dimulai dari Mei 2010, aksi besar-besaran menuntut
kenaikan upah terjadi dan tercatat 8 pabrik dirusak.
Bulan Juli 2010, terjadi pengrusakan pabrik oleh para
pekerja, ini bahkan membuat ketujuh manajer dan
Page 31 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
bahkan bos mereka pergi. Aksi ini dipicu oleh perilaku
perusahaan yang buruk kepada para pekerja.
Pada bulan Oktober 2010 bahkan pemerintahan mesti
harus membuat kepolisian industri untuk menjaga
ketertiban di area-area industri. Ini menjelaskan
bagaimana gerakan kelas pekerja menjadi lebih tenang
hingga Mei 2012.
Dimulai kembali di Juni 2012, pemogokan dan
demonstrasi melanda satu per satu daerah seperti Ashuila
dan Narayanganj, tuntutannya adalah kenaikan gaji.
Sepuluh pabrik diserang. Penguncian massal terjadi di
sekitar 300 pabrik. Tetapi tanggal 17 Juni, para pekerja
Ashuila menuntut pembukaan pabrik kembali.
Dilanjut dengan November 2013, para pekerja di banyak
daerah Bangladesh memiliki metode baru untuk
mewujudkan tujuan mereka. Pada saat itu adalah aksi
penuntutan upah, metode yang digunakan oleh para
pekerja adalah metode yang bagi mereka adalah metode
yang baru: penyanderaan pabrik. Polisi harus turun
tangan untuk mencegah penjarahan.
Contoh terakhir yang akan saya tuliskan adalah peristiwa
di bulan Juni 2014, ketika pekerja di pabrik Dynamic
Sweater di daerah Savar lagi-lagi menyandera pabrik dua
lantai ini. Aksi ini bahkan dilanjutkan dengan penjarahan
perabotan.
Page 32 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Dalam kasus-kasus di atas kita dapat menemukan bahwa
mulai dari metode kekerasan dan penjarahan sampai
penghancuran alat-alat produksi menunjukkan kejijikan
kelas pekerja atas pekerjaan mereka. Walaupun ada
tuntutan-tuntutan upah dan pembukaan pabrik kembali
sebagai tuntutan mereka, tetapi itu tidak menghentikan
mereka untuk melakukan metode menggunakan
kekerasan dan penghancuran alat produksi.
Pekerja yang Dikontrol dalam Negara Industri
Jika kita berbicara bergesernya bentuk produksi
Fordisme ke negara-negara lain sehingga terjadi
industrialisasi, kita juga akan berbicara mengenai kontrol
perusahaan atas kelas pekerja, biasanya kontrol
perusahaan atas kelas pekerja akan mewujud dalam
ancaman pengangguran. Ancaman pengangguran ini
akan didasari laporan dari pekerja yang lain, karena hari
ini kelas pekerja dalam pabrik dibagi menjadi kelompok-
kelompok untuk mengkontrol kualitas produk yang
dihasilkan. Dalam kelompok-kelompok ini, masing-
masing akan ada yang ditugaskan untuk menjadi
pemimpin kelompok. Disinilah kita dapat melihat bahwa
masing-masing pekerja saling mengkontrol satu sama
lainnya. Ini ditulis oleh Tommaso Pardi dalam karyanya
yang berjudul Redifining the Toyota Production System
– The European side of the system.
Page 33 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Kesimpulan-Kesimpulan
Dalam tulisan ini saya akan menyimpulkan sedikit.
Gerakan anti-kerja berbeda dengan gerakan menghindari
kerja. Artinya gerakan anti-kerja adalah gerakan
penghancuran atas sarana kerja itu sendiri, lebih
lanjutnya gerakan ini juga akan merembet ke gagasan
anti-proletariat, gagasan tentang penolakan untuk
mengidentifikasi diri sebagai proletariat, ini dapat terjadi
jika gagasan anti-kerja menyebar dan pekerja
memandang bahwa alat produksi adalah suatu hal yang
menjijikkan untuk dikerjakan olehnya. Maka inilah yang
menjadikan gerakan anti-kerja berbeda dengan gerakan
menghindari kerja. Karena gerakan untuk menghindari
kerja lebih dekat dengan pembangun koperasi maupun
semangat DIY (Do it Yourself). Sedangkan gerakan anti-
kerja adalah gerakan yang memiliki semangat untuk
menghancurkan kerja (upahan) dan lebih lanjutnya
kapitalisme itu sendiri.
Dalam contoh-contoh di atas kita juga dapat melihat
perkembangan gerakan anti-kerja yang hari ini berada di
tahap yang paradoksal, di satu sisi merasa menjadi
bagian dari kerja yang merupakan sarana untuk bertahan
hidup, tapi di sisi lain para pekerja juga sangat bosan dan
lelah bekerja untuk para bos yang mengeksploitasi
mereka. Kaum proletar lebih suka bekerja dengan waktu
Page 34 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
yang sangat singkat, bekerja secara sukarela dan bahkan
tidak bekerja sama sekali.
Di sisi lain dari perspektif historis, kita dapat
menemukan bahwa sabotase sebagai cara atau metode
telah berkembang dari yang sebelumnya merupakan
gerakan untuk menekan para bos atau pemodal agar
kelas pekerja mendapatkan hak kerjanya, seiring
berjalannya waktu mulai tumbuh kecenderungan anti-
kerja dalam metode ini. Pengrusakan alat produksi,
penjarahan sampai penyegelan pabrik adalah jejak-jejak
kecenderungan anti-kerja.
Tetapi tentunya kita juga mesti mengakui, bahwa
gerakan anti-kerja dalam masa-masa sekarang di negara
berkembang jauh berbeda dengan gerakan anti-kerja
yang ada di negara-negara Eropa dulu. Kecuali di
Bangladesh yang pencapaiannya sampai menutup pabrik.
Di negara-negara lainnya kita tidak dapat menemukan
jejak dari gerakan anti-kerja yang berdampak secara
signifikan misalnya seperti gerakan kelas pekerja Eropa
di daerah Mirafiori, Italia dulu. Ancaman pengangguran
dan digitalisasi yang merambah kehidupan pekerja baik
di pabrik maupun dalam kehidupan di luar pabrik
membuat pekerja tidak lagi mempertanyakan kerja itu
sendiri.
Ya, seperti yang saya bilang di atas, gerakan kelas
pekerja hari ini bisa dibilang paradoksal, karena di satu
Page 35 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
sisi menggunakan metode anti-kerja dengan menyegel
pabrik dan menghancurkan alat produksi, tetapi di satu
sisi bersifat pro-kerja dengan menuntut kenaikan upah.
Referensi Bacaan
Tommaso Pardi : Redifining the Toyota Production
System – The European side of the system, Gerpisa,
2007
Page 36 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Page 37 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Catatan:
Page 38 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Page 39 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Page 40 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA
Bonus
Page 41 of 41
BOOKLET SEJARAH GERAKAN ANTI-KERJA