distribusi fasies batugamping

17

Click here to load reader

Upload: wildan-akbar-putra

Post on 20-Feb-2016

39 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Distribusi fasies batugamping

BAB IV

DISTRIBUSI FASIES BATUGAMPING

4.1 Pendahuluan

Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang terdiri dari garam karbonat. Dalam

prakteknya adalah gamping (limestone) dan dolomit (Koesoemadinata, 1987). Batuan

karbonat penting dipelajari karena mempunyai keistimewaan dalam cara

pembentukannya, yaitu bebas dari detritus daratan tetapi yang lebih penting adalah turut

sertanya bio-organisme yang banyak membentuk kerangka organik (frame builder),

selain itu batuan karbonat banyak mengandung fosil-fosil penunjuk umur suatu batuan,

batuan karbonat merupakan batuan reservoir lebih dari sepertiga cadangan hidrokarbon

dunia dan juga batuan karbonat dapat digunakan sebagai bahan untuk material konstruksi.

Sedimentasi batuan karbonat memerlukan lingkungan pengendapan yang khusus, yaitu:

hangat, laut dangkal dengan air yang jernih, bebas dari klastik detritus dan lebih bersifat

autochonous. Konfigurasi cekungan dan energi air juga merupakan faktor dominan yang

mengontrol pembentukan fasies dari batuan karbonat tersebut. Konfigurasi dan tingkatan

energi air ini berkaitan erat dengan kedalaman dan jangkauan sinar matahari dengan pH

air laut umumnya berkisar (7.8 - 8.3). Sinar matahari diperlukan organisme untuk

melakukan fotosintesis. Salah satu produk yang dihasilkan fotosintesis ini adalah O2 yang

dapat menyebabkan pergeseran kesetimbangan kimia ke arah karbonat sehingga

terjadilah pengendapan karbonat. Jadi disini terlihat jelas hubungan adanya turut sertanya

peranan biota dalam pengendapan karbonat.

Sistem pengendapan karbonat secara sederhana dapat diperoleh dari persamaan reaksi

berikut:

CO2 + H2O H2CO3 .........(i)

H2CO3 H+ + HCO3-

.........(ii)

H+ + CO32- HCO3

- .........(iii)

CaCO3 Ca2+ + CO32-

.........(iv)

CO2 + H2O + CaCO3 Ca2+ + 2HCO3-

.........(v)

84

Page 2: Distribusi fasies batugamping

Peningkatan konsentrasi CO2 akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah kanan

dan menyebabkan pelarutan kalsium karbonat. Peningkatan CO2 dapat disebabkan oleh

bertambahnya kedalaman, input air meteorik atau penambahan CO2 dari hasil penguraian

material organik. Sebaliknya, penurunan konsentrasi CO2 akan menyebabkan reaksi

bergeser ke arah kiri dan terjadi pengendapan karbonat. Penurunan konsentrasi CO2 ini

dapat disebabkan oleh evaporasi, peningkatan temperatur air laut oleh pemanasan

matahari, dan pengikatan CO2 oleh organisme melalui proses fotosintesis.

Komponen-komponen utama penyusun batuan karbonat terdiri dari :

Butiran, yang dapat dibagi lagi menjadi:

Kerangka organik (frame builder) yaitu struktur tumbuh dari gamping yang tersusun

atas koral, bryozoa, dan algae.

Bioklastik yang terdiri dari fragmen atau cangkang-cangkang binatang contohnya

foraminifera, moluska, brachiopoda, dan koral (lepas-lepas).

Intraklastik (fragmen non organik), yang merupakan hasil fragmentasi dari batuan

atau sedimen gamping sebelumnya.

Chemiklastik, yaitu butir-butir yang terbentuk di tempat sedimentasi karena proses

kimiawi seperti koagulasi, akresi, penggumpalan dan lain-lain.

Matriks (massa dasar), atau disebut micrite

yaitu butir-butir halus (1 -5 µm) dari karbonat yang mengisi rongga-rongga antar

butir dan terbentuk pada waktu sedimentasi. Umumnya dibawah mikroskop hampir

“opaque”. Matriks ini dapat dihasilkan dari pengendapan langsung sebagai jarum

aragonit secara kimiawi/biokimiawi, yang kemudian berubah menjadi kalsit, ataupun

dari hasil abrasi oleh pukulan-pukulan gelombang.

Semen (Sparry calcite atau Spar)

yaitu butir-butir kalsit yang bersih dan transparan berukuran (0,02 – 1 mm) yang

berfungsi sebagai semen. Umumnya dibawah mikroskop tampak bersih atau putih.

85

Page 3: Distribusi fasies batugamping

4.2 Fasies Batugamping

Fasies dapat didefinisikan sebagai karakter tubuh batuan berdasarkan kombinasi litologi,

struktur fisik, atau biologi yang mempengaruhi aspek pembedaan tubuh batuan satu

dengan lainnya. Tucker dan Wright (1990) menerangkan bahwa fasies adalah tubuh

batuan yang dicirikan terutama oleh kombinasi litologi, sifat fisik, biologi dan kimia.

Penentuan fasies pada penelitian ini didasarkan pada pengamatan komponen penyusun

batugamping (biota, mikrit, semen), dan tekstur melalui pengamatan megaskopis dalam

skala singkapan menggunakan klasifikasi Dunham (1962) dan Embry dan Klovan (1971)

dan pada sayatan tipis menggunakan klasifikasi yang sama dengan menambahkan nama

organisme dominan sebagai awalan pada nama fasies (Tucker dan Wright, 1990)

sedangkan interpretasi lingkungan pengendapan dari fasies karbonat berdasarkan asosiasi

fasies, organisme penciri lingkungan pengendapan dan material penyusun batuan.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, terdapat beberapa fasies-fasies batugamping yang

dideskripsikan berdasarkan modifikasi Embry dan Klovan (1971), yaitu:

Fasies Foraminiferal Grainstone-Packstone, Fasies Platycoral Bindstone, Fasies

Branchingcoral Bafflestone, Fasies Coral Framestone, Fasies Quartz Conglomeratic,

Fasies Coral- Talus Rudstone, Fasies Coral Floatstone, dan Fasies Coral Rudstone, yang

penyebarannya dapat dilihat pada Peta Lintasan Fasies Batugamping (Lampiran 5)

Gambar 4.2.1 Klasifikasi batuan karbonat menurut tekstur pengendapan, (modifikasi Dunham, 1962

dan Embry dan Klovan, 1971).

86

Page 4: Distribusi fasies batugamping

4.2.1 Fasies Foraminiferal Grainstone-Packstone

Penyebarannya relatif pada bagian selatan daerah Satuan Batugamping. Terdiri dari

packstone dan grainstone. Fasies tersebut sengaja digabungkan dalam pendeskripsiannya

dari awal untuk memudahkan dalam penempatan pada peta lintasan, dikarenakan

perbedaan fasies secara lateral sulit teramati dan organisme penyusunnya relatif sama

Bentuk perlapisannya berlapis baik dengan ketebalan lapisan berkisar 30 sampai 50 cm.

Batuan mempunyai karakteristik warna lapuk coklat kemerahan, dan warna segarnya

adalah putih – putih kecoklatan, keras, dan kompak. Komposisi didominasi oleh butiran

skeletal, dan matriks. Kandungan utama skeletal pada satuan batuan ini pecahan koral,

algae kadang menunjukan tekstur pengkerakan,foraminifera besar, serta sedikit

echinodermata, dan moluska. Matriks tidak dapat diamati dengan jelas. pada pengamatan

sayatan tipis pada sampel Za-8, matriksnya dapat teramati berupa mikrit. Pada sayatan

tersebut spar lebih banyak terdapat yaitu sekitar 35% sedangkan mikrit sekitar 5%. Pada

sayatan juga teramati jenis foraminifera yang mendominasi yaitu: Borelis pygmaeus dan

kelompok Milliolid.

Foto 4.2.1. Fasies Foraminiferal Grainstone. Terlihat butiran-butiran yaitu foraminifera besar (Lokasi N-4).

4.2.2 Fasies Platycoral Bindstone Penyebarannya relatif pada bagian tengah penelitian, batuan memiliki karakteristik warna

lapuk coklat kemerahan,warna segarnya coklat - krem, kompak, dan keras. Bentuk

perlapisannya berlapis buruk dengan ketebalan lebih dari 20 meter. Komposisi

materialnya didominasi oleh koral insitu dan matriks. Kandungan utama skeletalnya

adalah platycoral memiliki tekstur tumbuh bindstone, foraminifera besar mengisi ruang

antar coral, algae jarang dijumpai, diantara coral diisi oleh matriks. Beberapa tempat

87

Page 5: Distribusi fasies batugamping

menunjukan kantong lumpur (mud pocket) berwarna hitam. Pengamatan sayatan tipis

dengan kode Lokasi Guha-1, teramati bahwa matriksnya terdiri dari mikrit dan semennya

berupa spar. Butirannya terdiri dari foraminifera bentos, algae dan pecahan koral.

Foto 4.2.2 Fasies Platycoral Bindstone. Terlihat platycoral yang tumbuh ke arah lateral dan terdapat

mud pocket (Lokasi Xb-4).

4.2.3 Fasies Branchingcoral Bafflestone

Penyebarannya relatif pada bagian tengah penelitian, batuan memiliki karakteristik warna

lapuk coklat kemerahan,warna segarnya putih-krem, kompak ,dan keras. Komposisi

materialnya didominasi oleh koral insitu dan matriks. Kandungan utama skeletalnya

adalah branchingcoral memiliki tekstur tumbuh bafflestone, foraminifera besar mengisi

ruang antar coral, algae dijumpai dalam kondisi pengkerakan dijumpai juga duri

echinoidea.

Foto 4.2.3 Fasies Branchingcoral Bafflestone. Terlihat branchingcoral yang menunjukan pola

pertumbuhan vertikal. (Lokasi Xb-9).

88

Page 6: Distribusi fasies batugamping

4.2.4 Fasies Coral Framestone

Penyebaran fasies ini dijumpai pada bagian tengah daerah penelitian, dan penyebaran

lateralnya setempat, batuannya bersifat keras dan kompak, bentuknya masif. Komposisi

materialnya didominasi oleh koral insitu, algae dan matriks. Kandungan utama

skeletalnya adalah headcoral, domal coral dan massivecoral memiliki tekstur tumbuh

framestone, algae banyak dijumpai dalam keadaan soliter, duri echinoidea banyak

dijumpai, platycoral dan branchingcoral dijumpai namun tidak banyak. Matriksnya

berukuran pasir halus berwarna putih keabuan. Dijumpai mud pocket berwarna hitam

terisi lumpur karbonat dan banyak dijumpai foraminifera besar.

Foto 4.2.4 Fasies Coral Framestone. Kiri: Koral berbentuk domal,Massive dan Head (Lokasi Xb-5).

Kanan: Algae yang tumbuh secara soliter (Lokasi Xb-1).

4.2.5 Fasies Quartz Conglomeratic Rudstone

Penyebarannya pada bagian selatan daerah Satuan Batugamping, penyebaran tidak

menerus secara lateral. Karakteristik fasies ini adalah rudstone dengan pemilahan buruk,

material penyusunnya berupa allochton yaitu fragmen batuan non batugamping, terdiri

dari: rijang, kuarsa, batupasir, batulempung, berbentuk membundar - membundar

tanggung, berukuran 2 - 7 cm; dan fragmen batugamping terdiri dari pecahan coral

dengan ukuran 1 - 20 cm, berbentuk menyudut-menyudut tanggung, matriksnya berupa

lumpur karbonat berwarna kehitaman. Pada pengamatan sayatan tipis dari Conto U-7,

teramati bahwa butirannya tersusun dari kuarsa polimik, rijang, koral, dan foraminifera

besar. Matriksnya berupa mikrit.

89

Page 7: Distribusi fasies batugamping

Foto 4.2.5. Fasies Quartz Conglomeratic Rudstone. Terlihat fragmen kuarsa kehitaman dan

pecahan koral berwarna krem, (Kiri: Lokasi U-7. Kanan: Lokasi Ef-5).

4.2.6 Fasies Coral-Talus Rudstone

Penyebarannya pada bagian utara dari daerah Satuan Batugamping. Batuan mempunyai

karakteristik warna lapuk hitam – coklat kehitaman, dan warna segar putih kecoklatan-

coklat , keras, tidak kompak. Komposisi didominasi oleh hancuran talus batugamping dan

hancuran butiran skeletal. Kandungan utama skeletal pada satuan batuan ini didominasi

oleh; hancuran koral serta sedikit duri echinodermata, dan moluska. Ukuran

fragmennnya bervariasi dari kerikil sampai bongkah. Matriks berukuran lempung-pasir

sangat halus, bentuk butir menyudut tanggung- membundar tanggung, pemilahan buruk.

Pengamatan sayatan tipis pada Lokasi Bc-9, teramati matriksnya berupa mikrit dan mulai

muncul foraminifea plankton.

Foto 4.2.6 Fasies Coral-Talus Rudstone. Kiri: Talus Rudstone (Lokasi Da-2). Kanan: Coral Rudstone (Lokasi O-10).

90

Page 8: Distribusi fasies batugamping

4.2.7 Fasies Coral Floatstone

Penyebarannya setempat pada bagian utara daerah Satuan Batugamping. Batuan

mempunyai karakteristik warna lapuk coklat kehitaman, dan warna segar putih

kecoklatan-coklat , keras, dan kompak. Komposisi material penyusun terdiri dari pecahan

koral yang mengambang pada matriksnya. Ukuran fragmennnya dari kerikil sampai

kerakal. Matriksnya diamati dengan jelas, berukuran lempung - pasir sangat halus,

bentuk butir menyudut tanggung - membundar tanggung, pemilahan buruk. Pada

pengamatan sayatan tipis di Lokasi Bc-3, teramati bahwa matriksnya berupa mikrit,

butirannya terdiri dari foraminifera besar, pecahan algae dan pecahan koral.

Foto 4.2.7 Fasies Coral Floatstone. Terlihat fragmen-fragmen koral yang mengambang pada matriks. (Kiri: Lokasi Bc-6. Kanan: Lokasi Da-9).

4.2.8 Fasies Coral Rudstone

Penyebarannya pada bagian utara daerah Satuan Batugamping. Batuan mempunyai

karakteristik warna lapuk coklat kemerahan, dan warna segar coklat. Komposisi material

penyusun didominasi oleh pecahan koral yang berukuran 1 - 30 cm, bentuknya

menyudut, fragmen lain dalam jumlah sedikit yaitu: fragmen kuarsa, foraminifera besar,

dan glaukonit. Terdapat juga lensa-lensa lempung pada batuan ini.

91

Page 9: Distribusi fasies batugamping

92

4.3 Analisis Zonasi Lingkungan Pengandapan Batugamping dari Sayatan Tipis Analisis yang dilakukan adalah dengan mengamati sayatan tipis pada conto dan

mempergunakan kelimpahan dari foraminifera besar dan fragmen non foram untuk

menentukan lingkungan pengendapannya. Lingkungan pengendapannya mengikuti model

yang dibuat oleh James (1979) op. cit. Longman (1980) op. cit. Scoffin (1987),

sedangkan untuk lingkungan penyebaran Foraminifera Besarnya menggunakan Buxton

dan Pedley (1989). Hasil analisisnya dibuat tabel seperti di bawah ini:

Kode Conto Fasies Nama Fauna

Zonasi Lingkungan Pengendapan

Bc-2 Platycoral Bindstone

Rotalia, Algae merah,Spiroclypeus,Miliolid

Reef Front

Da-6 Coral Floatstone Fragmen Kuarsa,Fragmen Coral, Spyroclypeus

Fore Reef

Da-10 Foraminiferal Grainstone-Pack

Cycloclypeus, Spyroclypeus Fore Reef

Ef-4 Coral Floatstone Miliolid, Borelis pygmaeus Back reef GBT-4 Foraminiferal

Grainstone-Pack. Miliolid, Borelis pygmaeus Back reef

GBT-1 Coral Floatstone Miliolid, Amphistegina,Lepidocyclina, Alga merah

Back Reef

U-4 Foraminiferal Grainstone-Pack.

Cycloclypeus, Amphistegina,foraminifera plankton

Fore Reef

Za-11 Foraminiferal Grainstone

Heterostegina,Lepidocyclina, Amphistegina,Rotalia,Algae Merah

Back Reef

Za-6 Branchingcoral Bafflestone

Koral, Algae Merah Reef Front

Za-5 Platycoral Bindstone

Koral, Algae Merah Reef Front

Za-4 Platycoral Bindstone

Koral, Algae Merah Reef Front

U-10 Coral Framestone Algae merah,Lepidocyclina Reef Front O-8 Foraminiferal

Grainstone-Pack. algae merah, Miliolid Back Reef

O-7 Foraminiferal Grainstone-Pack.

Milliolid,rotalia Back Reef

O-4 Platycoral Bindstone

Algae merah, Rossalina Reef Front

Gbt-5 Foraminiferal Grainstone-Pack.

Lepidocyclina,Rosalina,Heterostegina Back Reef

Bc-3 Coral Floatstone Spiroclypeus,Heterostegina,Lepidocyclina Fore Reef Bc-1 Platycoral

Bindstone Koral,Lepidocyclina Reef

Za-8 Foraminiferal Grainstone-Pack.

Milliolid,Borelis pygmaeus Back Reef

Tabel 4.3.1. Zonasi Lingkungan Pengendapan Batugamping

Page 10: Distribusi fasies batugamping

93

KETERANGAN:

Back Reef

Reef Front

Fore Reef

0 1km

Gambar 4.3.2 Sketsa penyebaran fasies batugamping.

Hasilnya kemudian di plot pada Sketsa penyebaran fasies:

Page 11: Distribusi fasies batugamping

dari hasil analisis di atas maka terdapat lingkungan pengendapan batugamping yaitu:

Fore Reef, Reef Front, Reef Crest, dan Back Reef. Hasil ini digunakan untuk membantu

pembuatan asosiasi fasies dan lingkungan pengendapannya.

4.4 Asosiasi Fasies Batugamping

Berdasarkan deskripsi fasies batugamping yang didapatkan dari lapangan dan

dikombinasikan dengan hasil analisis sayatan tipis maka dari delapan fasies batugamping

dikelompokan menjadi empat asosiasi fasies. Penamaan asosiasi fasies tersebut diawali

lingkungan pengendapannya kemudian diikuti nama fasies. Model lingkungan

pengendapannya merujuk kepada James (1979) op. cit. Longman (1980) op. cit. Scoffin

(1987). Asosiasi fasies tersebut adalah:

• Fore Reef Rudstone-Floatstone

• Reef Front Bindstone-Bafflestone

• Back Reef Grainstone-Packstone

• Quartz Conglomeratic-Coral Rudstone

4.4.1 Fore Reef Rudstone-Floatstone Asosiasi fasies ini tersebar di bagian selatan daerah penelitian, ditandai dengan warna

coklat muda pada Peta Asosiasi Fasies (lihat Lampiran 6). Asosiasi fasies ini terdiri dari

fasies: Coral-Talus Rudstone, Coral Floatstone, dan Foraminiferal Grainstone-

Packstone. Menurut Enos et al. (1983) fore reef dicirikan oleh variasi litologi yang

dihasilkan oleh transportasi material dari reef dan back reef. Di daerah penelitian,

keberadaan fasies-fasies tersebut di atas, diasumsikan sebagai hasil rombakan material

dari reef terendapkan sebagai endapan talus di daerah fore reef. Ciri-ciri yang bisa

diamati di lapangan adalah dengan terdapatnya fasies Coral-Talus Rudstone yang

menunjukan struktur perlapisan bersusun di Lokasi Y-6 (Foto 4.3.1). Selain itu juga

hampir di semua lokasi fasies yang ditemui merupakan material rombakan.

Dari sayatan tipis dapat diamati bahwa pada bagian bawah, ditemukan foraminifera besar

seperti : Spyroclypeus sp. dan Cycloclypeus sp., kemudian mulai muncul foraminifera

94

Page 12: Distribusi fasies batugamping

plankton, dan kandungan mikrit melimpah seperti pada Conto Bc-9 (lihat Lampiran 7),

sedangkan pada bagian atas ditemukan fragmen algae yang lebih banyak, foraminifera

yang berkembang adalah Lepidocyclina sp., Heterostegina sp., kemudian beberapa

fragmen kuarsa dan organisme yang tertransport dari back reef ditemui seperti Borelis

pygmaeus, foraminifera bentos, dan kelompok Miliolid ,contohnya pada Bc-3 (lihat

Lampiran 7). Hal ini juga mencirikan bahwa terdapat perbedaan energi pada lingkungan

pengendapannya. Pada bagian atas energinya lebih besar dan pada bagian bawah

energinya lebih kecil.

kerikil-kerakal

bongkah-kerakal

Foto 4.4.1. Perlapisan bersusun yang ditemui pada Talus rudstone.Lokasi Y-6, Foto diambil ke arah tenggara

4.4.2 Reef Front Bindstone-Bafflestone

Asosiasi fasies ini tersebar di bagian tengah daerah penelitian, ditandai dengan warna

merah muda pada peta asosiasi fasies (Lihat Lampiran 6). Reef Front Bindstone-

Bafflestone merupakan asosiasi dari fasies platycoral bindstone, branchingcoral

bafflestone, dan coral framestone. Kelimpahan koral yang menunjukan tekstur

pertumbuhan, kelimpahan algae merah, banyaknya duri echinoid serta dari hasil analisis

lingkungan pengendapan pada Conto Lokasi Za-6, Za-5, Za-4, U-10, Bc-1 dan Bc-2

maka disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan pada asosiasi fasies ini adalah Reef

Front. Pada pengendapan satuan ini terjadi perubahan fasies yang teramati secara vertikal

95

Page 13: Distribusi fasies batugamping

seperti yang diamati pada sketsa profil lintasan Guha-1 dan Guha-2 (lihat Gambar 4.4.1

dan 4.4.2). Perubahan yang dapat diamati pada lintasan Guha-1, yaitu: dari Xb-3 ke Xb-

1b adalah terjadi perubahan bentuk dari platycoral sampai ke headcoral dan ukuran koral

yang cenderung membesar, kehadiran algae yang mengkerak pada foraminifera di Xb-3

dan mulai tumbuh secara soliter di Xb-1, kemudian dari Xb-1b sampai ke Xb-1a Algae

mulai menghilang. Penafsiran dari data tersebut adalah terjadi suatu siklus pendangkalan

lingkungan yang ditandai dengan perubahan ukuran koral dan perubahan cara hidup algae

merah. Semakin tenang arus dan tersedianya nutrisi maka algae merah akan cenderung

tumbuh dengan baik. Siklus pendangkalan ini diinterpretasikan oleh James dan Burque

(1984) op. cit. Walker dan James (1984) sebagai fasa catch up atau pertumbuhan terumbu

yang lebih lambat daripada kenaikan muka air laut. Pada lintasan Guha-2 juga dapat

diamati bahwa terjadi perubahan dari U-10 sampai ke U-4 yaitu terjadi perubahan bentuk

koral dari headcoral menjadi platy, ukuran koral semakin mengecil, foraminifera besar

semakin banyak dan akhirnya tertutup oleh oleh fasies yang sifatnya debris. Dari siklus di

atas ditafsirkan bahwa terjadi pendalaman lingkungan dari laut dangkal menjadi menjadi

neritik tengah-luar, diperkuat dengan analisis petrografi di U-4 (lihat Lampiran 7).

Platycoral Bindstone, algae soliter, branchingcoral semakin sedikit, foraminifera besar.

+/-20m

Branchingcoral Bafflestone, Platycoral mulai muncul, Algae,

Coral Framestone, bentuk koral massive dan domal, algae, duri echinoid

Gambar 4.4.1 Sketsa Lintasan Guha-1.

96

Page 14: Distribusi fasies batugamping

Platycoral Bindstone, terdapat branchingcoral sedikit. matriks terdiri atas foraminifera besar

Platycoral Bindstone, Encrusting algae

Platycoral Bindstone,

Coral Framestone. Bentuk koral domal, Foraminifera besar dikeraki Algae.

Platycoral Bindstone, Foraminifera besar, Mud Pocket

Coral Framestone, bentuk koral domal dan massive, foraminifera besar.

Branchingcoral Bafflestone, matriks menunjukan tekstur seperti breksi. warna matriks hijau

+/-20m

Gambar 4.4.2 Sketsa Lintasan Guha-2.

Pada Lokasi Bc-12 terdapat fasies platycoral bindstone yang diapit oleh coral-talus

rudstone seperti terlihat pada Foto 4.4.2. Pada lokasi tersebut diinterpretasikan sebagai

bagian luar dari Reef Front yang dekat dengan Fore Reef.

97

Page 15: Distribusi fasies batugamping

Coral Rudstone

Platy coralBindstone

Coral Rudstone

Foto 4.4.2 Koloni koral kecil yang diapit oleh endapan talus. Lokasi Bc-12, foto diambil ke arah barat.

4.4.3 Back Reef Grainstone-Packstone

Asosiasi fasies ini tersebar di bagian utara daerah satuan Batugamping, ditandai dengan

warna kuning pada Peta Asosiasi Fasies Batugamping (lihat Lampiran 6). Fasies ini tidak

diasosiasikan dengan fasies lainnya karena memiliki lingkungan pengendapan yang

khusus. Moluska dan duri echinoidea umum dijumpai. Butirannya didominasi oleh

foraminifera besar, yang setelah dilihat pada sayatan tipis terdapat kelompok miliolid dan

Borelis pygmeaus, contohnya pada Conto Za-8 (lihat Lampiran 7). Kehadiran milliolid

mengindikasikan bahwa lingkungan pengendapan adalah suatu daerah yang dangkal,

sedangkan Borelis pygmaeus menunjukan lingkungan laut yang dangkal dan laut yang

terbuka. Lingkungan pengendapannya diinterpretasikan sebagai daerah yang dangkal,

sirkulasi air baik namun pengaruh gelombang sangat minimum. Selain itu, pada bagian

barat Gunung Guha asosiasi fasies ini langsung berhubungan dengan bagian fore reef

yang menurut Scoofin (1987) menunjukan geometri paparan yang terbuka dengan ciri-

ciri ; daerah tropis, sirkulasi air baik, salinitas, temperatur, dan nutrisi yang cukup.

Batuannya juga akan memiliki ciri-ciri lebih dominan butir daripada komponen mikrit

seperti yang teramati pada Lokasi Za-8 (Foto 4.3.3) dan juga dapat dilihat pada sayatan

tipis Za-8 (Lampiran 7).

98

Page 16: Distribusi fasies batugamping

99

Foto 4.4.3 Grainstone-Packstone berwarna putih dan

fragmennya berupa foraminifera besar. (Lokasi Za-8).

4.4.4. Quartz Conglomeratic-Coral Rudstone Asosiasi fasies ini tersebar di bagian utara daerah penelitian, ditandai dengan warna abu-

abu pada Peta Asosiasi Fasies (lihat Lampiran 6). Quartz Conglomeratic-Coral Rudstone

merupakan asosiasi dari fasies quartz conglomeratic dan coral rudstone. Komponen

penyusun dari asosiasi ini yang dominan adalah terdapatnya fragmen klastik dalam

jumlah banyak, yaitu: kuarsa, rijang, dan batupasir berbentuk membundar, dan

terdapatnya fragmen koral dengan ukuran 1 - 30 cm yang memiliki bentuk menyudut atau

masih menunjukan tekstur tumbuh koral. Pada bagian utara keterdapatan fragmen klastik

melimpah sedangkan semakin ke utara maka jumlahnya semakin sedikit dan makin

berukuran kecil. Bentuk butiran fragmen klastik yang membudar ini ditafsirkan bahwa

akumulasi energi yang cukup besar membawa butiran ini berpindah dari tempat asalnya.

Bentuk butiran fragmen koral yang menyudut menunjukan bahwa fragmen ini tidak

berada jauh dari sumbernya. Proses yang membuat kedua komponen tersebut bercampur

adalah adanya proses aliran massa gravitasi yang memiliki energi cukup besar.

Pengamatan pada sayatan tipis Conto U-7 (lihat Lampiran 7) maka dapat dilihat bahwa

komponen kuarsanya adalah kuarsa polimik, beberapa fragmen lain juga teramati seperti

batu lempung yang kaya akan foraminifera plankton. Apabila dibandingkan pada sayatan

C-3 (Lampiran 7) dari Satuan Batulempung-Batupasir maka terdapat kemiripan dalam

komposisi kuarsanya yaitu kuarsa polimik. Dari pengamatan tersebut kemungkinan

fragmen-fragmen klastik pada daerah ini berasal dari satuan yang telah ada sebelumnya.

Page 17: Distribusi fasies batugamping

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat dibuat suatu sketsa penampang lingkungan pengendapan yang dibuat dari G1 - G2 (lihat

Lampiran 6).

Gambar 4.4.3 Sketsa Penampang Lingkungan Pengendapan.

100