bab iv fasies batugamping daerah · pdf file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur,...
TRANSCRIPT
48
BAB IV
FASIES BATUGAMPING DAERAH PENELITIAN
Menurut Fahrudi (2004), lingkungan pengendapan dari hasil analisis fasies
batugamping meliputi Reef Slope, Reef Framework, dan Proximal Talus. Fahrudi
(2004) melakukan analisis sedimentasi batugamping Formasi Rajamandala daerah
penelitian dengan metode measuring section dengan dua lintasan lateral yang
kemudian dibuat profil dan penampang vertikal sehingga sebaran vertikalnya
dapat diketahui. Deskripsi litologi fasies batugamping berdasarkan Fahrudi (2004)
lebih dominan dilakukan secara megaskopis, sedangkan pembahasannya lebih
banyak mengenai analisis sedimentasinya yang meliputi lingkungan, bentuk, dan
mekanisme pengendapannya tetapi tidak dilakukan analisis sebaran fasies
batugampingnya sehingga tidak terdapat peta sebaran fasies secara lateral.
Menurut Antoni (2007), lingkungan pengendapan fasies batugamping
berdasarkan analisis mikrofasiesnya meliputi Foreslope, Organic Build up, dan
Shelf Lagoon. Antoni (2007) melakukan studi fasies batugamping Formasi
Rajamandala daerah penelitian dengan metode sampling dan measuring section
dengan lima profil vertikalnya. Deskripsi litologi fasies batugamping berdasarkan
Antoni (2007) lebih dominan dilakukan secara mikroskopis karena analisis
lingkungan pengendapannya menggunakan standar mikrofasies berdasarkan
Wilson (1975). sedangkan pembahasan yang dilakukan meliputi analisis sebaran
fasies batugamping secara lateral sehingga dibuat peta sebaran fasiesnya, analisis
lingkungan pengendapannya, porositas, dan diagenesis batugamping, tetapi tidak
dibuat penampang vertikalnya sehingga kurang diketahui penyebaran vertikalnya.
Antoni (2007) dan Fahrudi (2004) merupakan acuan utama sumber
bahasan studi khusus mengenai fasies batugamping daerah penelitian. Namun
demikian, terdapat beberapa perbedaan metode, deskripsi, dan hasil lingkungan
pengendapan fasies batugamping pada penelitian dan pembahasan penulis berikut
ini. Selain itu, studi karakterisasi rekahan fasies batugamping daerah penelitian
merupakan suatu nilai tambah penulis pada penelitian kali ini yang belum pernah
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.
49
4.1 Metode Penelitian Fasies
Studi fasies batugamping menggunakan metode sampling dan measuring
section dengan tiga lintasan lateral yang kemudian dibuat profil dan penampang
vertikalnya dan tiga lintasan vertikal. Deskripsi litologi fasies batugamping lebih
dominan dilakukan secara megaskopis terutama pada singkapan yang representatif
dan juga beberapa secara mikroskopis. Analisis yang dilakukan pada studi fasies
batugamping meliputi analisis sebaran fasies secara lateral dan vertikal sehingga
dapat dibuat peta sebaran fasies secara lateral, penampang vertikal dan model
penyebarannya secara 3D, selain itu dilakukan analisis lingkungan, bentuk, dan
model pengendapannya.
Selain studi fasies dilakukan studi rekahan berupa karakterisasi rekahan
pada beberapa fasies batugamping daerah penelitian sehingga dapat diketahui
hubungan antara rekahan dan fasiesnya, serta analisis pola rekahan sehingga dapat
diketahui pola rekahan dan struktur geologi setempat. Studi karakterisasi rekahan
dilakukan dengan metode scanline terutama pada beberapa fasies batugamping
dengan singkapan yang representatif dalam hal ini terdapat pada lingkungan
pengendapan dan struktur geologi yang sama tetapi mempunyai komposisi litologi
(fasies) batugamping yang berbeda. Studi karakterisasi rekahan akan dibahas lebih
lanjut pada bab V.
4.2 Klasifikasi Fasies Batuan Karbonat
Batuan karbonat merupakan batuan sedimen yang mengandung mineral-
mineral karbonat lebih dari 60 %. Batuan karbonat terbagi menjadi dua jenis
yaitu batugamping dan dolomite. Batuan karbonat bersifat monomineral yang
terdiri dari kalsium karbonat dengan tambahan sedikit magnesium dalam pola
geometris kristal. Batuan karbonat diidentifikasi dan dibedakan dari kemas dan
teksturnya bukan komposisi mineralnya.
Batuan karbonat menunjukkan lingkungan pengendapan yang khusus yaitu
lingkungan pengendapan laut dangkal yang hangat, dan jernih. Batuan karbonat
umumnya terbentuk pada lingkungan tertentu (Gambar 4.1) antara lain hangat,
jernih, kaya nutrisi, kedalaman dangkal, bebas dari klastik halus, dan cahaya
50
matahari yang cukup. Batuan karbonat laut dalam yang ada terbatas pada
batugamping pelagis. Produksi karbonat terutama dikontrol oleh temperature,
salinitas, dan intensitas cahaya serta kadar oksigen, masuknya klastik, predasi, dan
suplai nutrisi. Pabrik karbonat terletak pada break, slope, dan elevasi lainnya
dengan ciri turbulensi yang tinggi, rendahnya arus turbidit, dan kedalaman
dangkal.
Sedimentasi karbonat dikontrol oleh persamaan reaksi kimia tunggal, yaitu:
H+ + HCO3- + Ca2+ CaCO3 + H2O + CO2
Meningkatnya konsentrasi CO2 dalam larutan akan membawa persamaan
reaksi bergerak ke kiri, menghasilkan disolusi atau pelarutan kembali kalsium
karbonat. Meningkatnya konsentrasi CO2 mungkin dikarenakan oleh peningkatan
kedalaman (PCO2). Masuknya air meteorik atau CO2 menyebabkan peluruhan
material organik. Sedangkan penurunan konsentrasi CO2 akan membawa
persamaan bergerak ke kanan, menghasilkan endapan karbonat. Penurunan CO2
mungkin disebabkan oleh evaporasi, peningkatan temperatur akibat pemanasan air
laut oleh cahaya matahari, khususnya di laut dangkal. CO2 ditangkap oleh
organisme khususnya alga untuk fotosintesis.
Pengendapan dan pelarutan kalsium karbonat dikontrol oleh kosentrasi ion
Ca++ dan konsentrasi ion CO3-. Saturasi atau kejenuhan ion Ca++ dikontrol oleh
evaporasi dan temperatur. Saturasi ion CO3- dikontrol oleh tekanan parsial,
temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral
karbonat larut pada kedalaman tertentu yang disebut ACD (Aragonite
Compensation Depth) dan CCD (Calcite Compensation Depth).
Proses pengendapan karbonat antara lain:
Sekresi (komponen kerangka organik)
Akresi (komponen bukan kerangka organik)
Aggregasi (kerangka dan bukan kerangka organic)
Partikulasi (bukan kerangka organik)
Akumulasi karbonat dikontrol oleh:
Perubahan muka laut (eustasi)
Penurunan cekungan (subsidence)
Produktivitas karbonat
51
Gambar 4.1 Model pertumbuhan reef modern (James & Bourque, 1992 dengan modifikasi)
Fasies adalah suatu tubuh batuan berdasarkan kombinasi litologi, struktur
fisik, kimia atau biologi dalam kesamaan waktu. Dua tubuh batuan yang
diendapkan pada waktu yang sama dikatakan berbeda fasies jika kedua batuan
tersebut berbeda ciri fisik, kimia atau biologinya (Sandi Stratigrafi Indonesia,
1996). Fasies merupakan tubuh batuan yang dicirikan terutama oleh sifat fisik,
biologi, dan kimia (Tucker dan Wright, 1990). Fasies dapat didefinisikan suatu
satuan khusus dari atribut sedimen; karakteristik litologi, tekstur, rangkaian
struktur sedimen, kandungan fosil, warna, dan yang lainnya (Tucker dan Wright,
1990). Tekstur dan komposisi faises batuan karbonat menunjukkan proses dan
lingkungan pengendapannya.
Dalam batuan karbonat dapat hadir berbagai macam fasies dan diperlukan
identifikasi yang cermat dalam pengamatannya. Penentuan fasies pada penelitian
ini didasarkan pada pengamatan komponen penyusun (biota, mikrit, semen),
tekstur, struktur dan porositas, melalui pengamatan. Penamaan fasies batuan
karbonat pada penelitian ini berdasarkan pengamatan secara megaskopis dan
mikroskopis menggunakan asosiasi klasifikasi Dunham (1962) dan klasifikasi
Embry & Klovan (1971).
Klasifikasi Dunham (1962) (Gambar 4.2) berdasarkan tekstur batuan
karbonat yaitu proporsi dari butiran terhadap matriks, antara lain mudstone,
wackestone, packestone, grainstone, boundstone, dan crystalline carbonate.
52
Gambar 4.2 Klasifikasi batuan karbonat berdasarkan teksturnya (Dunham, 1962)
Klasifikasi Embry & Klovan (1971) (Gambar 4.3) berdasarkan tekstur
secara megaskopis dan terdapatnya lumpur karbonat diantara kerangka atau
pecahan-pecahan kerangka, antara lain: framestone (terdiri seluruhnya dari
kerangka organik seperti koral, bryozoa, ganggang dengan matriks <10%),
bindstone (terdiri dari kerangka/pecahan kerangka organik seperti koral, yang
telah diikat kembali oleh kerak lapisan-lapisan (encrusting) gamping yang
dikeluarkan oleh ganggang merah), bafflestone (terdiri dari kerangka organik
seperti koral dalam posisi tumbuh dan diselimuti oleh lumpur gamping), rudstone
(hasil rombakan suatu terumbu dan terkumpul setempat atau ditransport oleh gaya
berat, tanpa adanya lumpur gamping diantara fragmen-fragmennya), dan
floatstone ( terdiri dari potongan-potongan kerangka organik yang mengambang
dalam lumpur gamping).
Gambar 4.3 Klasifikasi batuan karbonat
berdasarkan tekstur secara megaskopis dan terdapatnya lumpur karbonat (Embry & Klovan, 1971).
53
4.3 Fasies Batugamping Daerah Penelitian
Penamaan fasies batugamping daerah penelitian ini berdasarkan
pengamatan secara megaskopis dan mikroskopis menggunakan asosiasi klasifikasi
Dunham (1962) dan klasifikasi Embry & Klovan (1971).
Fasies
Foto 4.1. Singkapan batugamping berlapis, dip ke selatan, lintasan vertikal paling utara LY-1
Fasies Rudstone
Fasies ini mempunyai komponen utama berupa bioklas dari pecahan-
pecahan moluska, koral, alga, dan foraminifera. Fasies rudstone, berwarna abu –
abu terang kebiruan, terpilah buruk, kemas terbuka, fragmen > 10 % dengan
ukuran > 2mm, terdiri dari material rombakan, bentuk tidak utuh, patah-patah,
tidak dalam posisi tumbuh, mempunyai komponen utama berupa pecahan –
pecahan moluska dan koral (berupa head massive coral, platy coral, branching
coral) serta komponen lain berupa foraminifera dan alga, dengan kelimpahan
fragmen jauh lebih dominan dibandingkan lumpur karbonatnya. Fasies ini
ditemukan di beberapa lokasi antar lain KN-7, KN-11, KN-12, LY-1, LY-3, CK-
3. Beberapa fasies dapat terbagi menjadi subfasies yang ditemukan berdasarkan
komponen paling dominan antara lain coral rudstone dan molusca rudstone (Foto
4.2).
54
Berdasarkan pengamatan secara mikroskopis, pada fasies rudstone ini
diperoleh mikrofasies berupa boundstone dan foraminifera packstone, yang
memperlihatkan tekstur grain supported, terpilah buruk, kemas terbuka, terdiri
dari fragmen fosil berupa foraminifera, alga, koral, moluska, dan echinodermata;
berbentuk utuh dan pecah-pecah; berukuran 0,3 – 2.5 mm, berbentuk menyudut,
tertanam dalam matriks mikrit dan semen umumnya sparry calcite hingga
mikrospar yang mengisi rongga-rongga dalam batuan, porositas yang teramati
berupa porositas interpartikel, moldic, dan vuggy. Moluska berbentuk utuh hingga
pecah-pecah berupa gastropoda dan bivalve. Foraminifera besar yang terlihat pada
sayatan antara lain Miogypsina s.p., Lepidocyclina sp., Spiroclypeus sp.
Foraminifera kecil yang ditemukan berupa Globigerina, Globigerinoides, dan
Milliolidae.
Fasies rudstone merupakan material rombakan yang umumnya
menunjukkan suatu endapan gravitasi akibat adanya perbedaan lereng. Fasies
rudstone biasanya menunjukkan lingkungan berenergi sedang-tinggi seperti pada
lingkungan pengendapan slope (fore reef) dan ditemukan pada paparan laut
dangkal dekat dengan pertumbuhan reef atau di sekitar patch reef. Apabila
memiliki energi yang cukup tinggi fasies ini dapat hadir pada bagian belakang
dari platform atau di belakang barrier reef yang dekat dengan reef crest dan
umumnya berasosiasi dengan fasies packtone-grainstone.
Fasies rudstone ini biasanya ditemukan pada daerah paparan laut dangkal
dekat dengan pertumbuhan terumbu dan lingkungan berenergi sedang-tinggi
seperti pada lingkungan pengendapan bagian foreslope facies (Antoni, 2007).
Foto 4.2 Singkapan batugamping fasies rudstone (kiri: molusca rudstone, kanan: coral rudstone)
55
Fasies Floatstone
Fasies ini umumnya mempunyai komponen utama yang hampir sama
dengan fasies rudstone, tetapi lumpur karbonat yang terdapat dalam fasies ini jauh
lebih dominnan sehingga butiran tampak mengambang dalam matriks lumpur
karbonat. Fasies ini berwana abu-abu terang, matrix-supported, dengan
komponen fragmen > 10% tetapi lebih sedikit dari rudstone dengan ukuran > 2
mm, terdiri dari material rombakan dari berupa dominan fragmen moluska
(gastropoda dan bivalve), echinoid, dan foraminifera; disertai pecahan koral dan
alga.
Pada sayatan tipis diperoleh foraminifera grainstone, packstone, dan
wackestone, yang memperlihatkan tekstur mud-grain supported, terpilah buruk,
kemas terbuka, terdiri dari fragmen fosil berupa foraminifera, moluska, echinoid,
koral, brachiopoda, dan alga; berbentuk utuh dan pecah-pecah; berukuran 0,1 –
2.5 mm, berbentuk menyudut, tertanam dalam matriks mikrit dan semen
umumnya sparry calcite hingga mikrospar yang mengisi rongga-rongga dalam
batuan, porositas yang teramati berupa porositas interpartikel, moldic, stylolite,
dan vuggy. Moluska berbentuk utuh hingga pecah-pecah berupa gastropoda dan
bivalve. Foraminifera besar yang terlihat pada sayatan antara lain Lepidocyclina
sp., Spiroclypeus sp.,dan Operculina sp.
Fasies floatstone (Foto 4.3) merupakan material rombakan yang umumnya
menunjukkan lingkungan berenergi sedang-tinggi seperti dan ditemukan pada
paparan laut dangkal dekat dengan pertumbuhan reef.
Foto 4.3 Singkapan batugamping fasies floatstone
56
Fasies Branching Coral Bafflestone
Fasies ini berwarna putih - abu-abu terang, terdiri dari koral pada posisi
tumbuh (branching coral) namun ada yang pecah, di antara antar koral terisi oleh
matriks lumpur karbonat. Fasies branching coral bafflestone (Foto 4.4)
menunjukkan suatu lingkungan berenergi tinggi dengan kedalaman antara 20 – 50
m, dengan pencahayaan tebatas, dan mewakili lingkungan reef front.
Fasies Platy Coral Bindstone
Fasies ini berwarna putih kecoklatan hingga keabu-abuan, terdiri dari platy
coral, massive coral, dan encrusted algae. berbentuk memanjang hampir sejajar
perlapisan, yang diantaranya dilingkupi oleh lumpur karbonat (Foto 4.5). Pada
sayatan tipis ditemukan platy-coral wackestone dan boundstone. Fasies ini
menunjukkan lingkungan berenergi tinggi dengan kedalaman ± 20 – 50 m. Fasies
ini menunjukkan lingkungan berenergi tinggi, mewakili lingkungan reef front atau
reef crest.
Foto 4.4 Singkapan batugamping fasies branching coral bafflestone
57
Fasies Head-Massive Coral Framestone
Fasies ini berwarna abu-abu terang, terdiri dari head-massive coral,
boundstone, dan sedikit pecahannya, yang diantaranya terisi oleh matriks lumpur
karbonat (Foto 4.6). Fasies framestone menunjukkan lingkungan dengan sirkulasi
air baik, berenergi tinggi, mewakili lingkungan reef crest.
Fasies Wackestone
Fasies wackestone (Foto 4.7), mud-supported, terdiri dari fragmen komponen
penyusun berupa lumpur karbonat > 15 % lebih banyak dari grainstone, dengan
fragmen foraminifera, moluska, pecahan red algae, pecahan koral, echinoderm,
brachiopoda, padat, keras, kompak. Pada sayatan tipis diperoleh tekstur klastik,
Foto 4.6 Singkapan batugamping fasies head-massive coral framestone
Foto 4.5 Singkapan batugamping fasies platy coral bindstone
58
terpilah buruk, kemas terbuka, ada urat kalsit, butiran terdiri dari fragmen fosil
berupa moluska, koral, alga. utuh dan pecah-pecah, matriks berupa lumpur
karbonat, mulai terkristalisasi menjadi mikrit, semen berupa spari kalsit hingga
mikrospar, Foraminifera besar berupa Borelis sp., Spiroclypeus sp. Foraminifera
kecil, utuh sampai pecah-pecah, kamar mulai terisi oleh kalsit. Foraminifera kecil
berupa Globigerina, Catapsydrax, Milliolidae, Nodosari, Bolivina, Uvigerina.
Moluska bentuk pecah-pecah, berupa bivalve, kamar mulai terisi oleh kalsit
Brachiopoda bentuk utuh – pecah-pecah, kamar terisi kalsit.
Fasies ini menunjukkan lingkungan berenergi lemah – sedang, dan mewakili
lingkungan lagoonal (platform interior) dicirikan dengan melimpahnya komponen
foraminifera terutama Milliolidae.
Fasies Packstone
Fasies packestone (Foto 4.8), berwarna putih keabu-abuan, grain-supported,
terdiri dari fragmen komponen penyusun berupa lumpur karbonat > 10 %, dengan
fragmen foraminifera, moluska, pecahan red algae, pecahan koral, echinoderm,
brachiopoda, padat, keras, kompak. Pada sayatan tipis didapatkan Foraminifera
Packstone, tekstur klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, fragmen terdiri dari
pecahan alga, foraminifera, koral, echinodermata, dan moluska. Foraminifera
berupa foraminifera besar, utuh sampai pecah-pecah, kamar mulai terisi oleh
kalsit. Foraminifera besar berupa Miogypsina sp., Spiroclypeus sp. Alga berbentuk
memanjang, pecah-pecah, jenis red algae, koral bentuk utuh sampai pecah-pecah.
Echinoderm bentuk utuh hingga pecah-pecah.
Foto 4.7 Singkapan batugamping fasies wackestone
59
Fasies ini menunjukkan lingkungan berenergi lemah – sedang, yang terdapat
di sekitar pertumbuhan reef.
Fasies Grainstone
Fasies grainstone (Foto 4.9), berdasarkan pengamatan mikroskopis, grain-
supported, terdiri dari fragmen komponen penyusun berupa lumpur karbonat < 10
%, dengan fragmen foraminifera besar, foraminifera kecil, red algae, dan sedikit
moluska, padat, keras, kompak. Pada sayatan tipis diperoleh Alga grainstone dan
Foraminifera grainstone, tekstur klastik, terpilah sedang, kemas terbuka, ada urat
kalsit, fragmen terdiri dari pecahan alga, foraminifera, dan pecahan moluska.
Foraminifera berupa foraminifera besar dan kecil, utuh sampai pecah-pecah,
kamar mulai terisi oleh kalsit. Foraminifera besar berupa Lepidocyclina sp.
Foraminifera kecil berupa foraminifera bentos antara lain Milliolidae. Alga
berbentuk memanjang, pecah-pecah, berupa red algae. Moluska bentuk pecah-
pecah, berupa bivalve kamar terisi kalsit.
Fasies ini merupakan material rombakan yang menunjukkan lingkungan
berenergi sedang–lemah, dengan lingkungan pengendapan di sekitar pertumbuhan
reef.
Foto 4.8 Singkapan batugamping fasies Foraminifera Packstone
60
Fasies Boundstone
Berdasarkan pengamatan mikroskopis, sayatan tipis fasies ini terdapat pada
lokasi KN-5, KN-6, KN-7, terdiri dari komponen kerangka terutama koral dan
alga dalam posisi tumbuh, terpilah buruk, kemas terbuka, butiran terdiri dari
fragmen fosil berupa, alga, koral, foraminifera, bryozoa, brachiopoda, dan
echinodermata; utuh dan pecah-pecah, ukuran pasir sedang – kasar (0.8-2.5 mm),
matriks berupa lumpur karbonat yang mulai terkristalisasi menjadi mikrit, semen
mikrospari kalsit, porositas vuggy dan interpartikel.
Foraminifera berupa foraminifera besar dan kecil, utuh sampai pecah-pecah,
kamar mulai terisi oleh kalsit. Foraminifera besar berupa Lepidocyclina sp.,
Spiroclypeus sp., dan Miogypsina sp. Alga berbentuk memanjang, utuh hingga
pecah-pecah, jenis red algae dan green algae. Koral berbentuk pecah-pecah,
berupa head coral, pada posisi tumbuh, mulai terisi kalsit, bryozoa berupa koloni.
Matriks lumpur karbonat hadir mengikat butiran/fragmen, coklat keruh,
terekristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit. Semen berupa mikrospari kalsit,
mengisi ruang antar butir/fragmen, bentuk kristal subhedral-anhedral.
Foto 4.9 Singkapan batugamping fasies Foraminifera Grainstone
61
4.4 Asosiasi Fasies
Penulis menyederhanakan pengelompokan fasies dalam pemetaan
penyebarannya menjadi asosiasi fasies karena keterdapatan jenis fasies yang
beragam dan kompleks. Penyederhaan menjadi asosiasi fasies tersebut
berdasarkan persebaran, asosiasi, ciri fisik, dan lingkungan pengendapannya.
Asosiasi fasies tersebut antara lain asosiasi fasies wackstone-packstone, asosiasi
fasies boundstone-floatstone, asosiasi fasies framestone-bafflestone-bindstone,
asosiasi fasies rudstone-floatstone.
Asosiasi fasies wackstone-packstone terdapat di bagian paling selatan dari
satuan batugamping yang memanjang NE-SW ditunjukkan dengan warna hijau
pada peta sebaran fasies (Lampiran H), terdiri dari dominan fasies wackestone dan
packstone, disertai fasies grainstone.
Asosiasi fasies boundstone-floatstone terdiri dari fasies boundstone dan
floatstone, terdapat di bagian tengah satuan batugamping di sebelah utara fasies
wackstone-packstone,yang memanjang NE-SW ditunjukkan dengan warna merah
muda pada peta sebaran fasies (Lampiran H).
Asosiasi fasies framestone-bafflestone-bindstone terdapat di bagian tengah
satuan batugamping di sebelah utara fasies boundstone-floatstone yang
memanjang NE-SW, ditandai dengan warna jingga pada peta sebaran fasies
(Lampiran H), terdiri dari dominan fasies head-massive coral, fasies branching
coral bafflestone dan fasies platy coral bindstone, disertai fasies boundstone,
fasies molusca rudstone (molusca dan coral rudstone) , fasies floatstone (molusca
floatstone), fasies grainstone, fasies foraminifera packstone, fasies coral
packstone, alga packstone, wackestone .
Asosiasi fasies rudstone-floatstone terdiri dari dominan fasies rudstone
dan floatstone, disertai fasies branching coral bafflestone, fasies foraminifera
packstone, fasies foraminifera grainstone, dan fasies wackstone. Asosiasi fasies
ini terdapat memanjang NE-SW di bagian paling utara satuan batugamping,
ditandai dengan warna biru pada peta sebaran fasies daerah penelitian (Lampiran
H).
62
4.5 Penyebaran Fasies Batugamping Daerah Penelitian
Untuk mengetahui penyebaran fasies batugamping daerah penelitian,
penulis melakukan measuring section pada tiga lintasan lateral (Gambar 4.4,
Gambar 4.6, Gambar 4.8) dan tiga lintasan vertikal (Gambar 4.10, Gambar 4.11,
Gambar 4.12). Lintasan lateral akan menunjukkan penyebaran fasies secara lateral
(Gambar 4.13) dan penyebaran vertikal melalui penampangnya. Sedangkan
lintasan vertikal pada beberapa singkapan dapat menunjukkan penyebaran vertikal
dan bentuk pengendapan terutama berdasarkan korelasinya (Gambar 4.14).
Lintasan Lateral KN (Karangnangge) (Gb. 4.4, Gb. 4.5)
Gambar 4.4 Lintasan Lateral KN (KarangKarangnangge) pada peta (tanpa skala)
Lintasan Lateral KG (Karanggantung) (Gb. 4.6, Gb. 4.7)
63
Gambar 4.6 Lintasan Lateral KG (KarangKaranggantung) pada peta (tanpa skala)
Gambar 4.7 Profil (kiri) dan Penampang (kanan) dari Lintasan Lateral KG
Lintasan Lateral GG (Gunungguruh) (Gb. 4.8, Gb. 4.9)
Gambar 4.8 Lintasan Lateral GG (Gunungguruh) pada peta
64
65
66
PETA SEBARAN FASIES
Gambar 4.13 Peta sebaran fasies batugamping daerah penelitian
67
68
4.6 Lingkungan Pengendapan
Model lingkungan pengendapan fasies batugamping daerah penelitian
dapat digambarkan berdasarkan jenis fasies, pola distribusi penyebaran fasies
serta asosiasinya secara 3D (Gambar 4.15). Model lingkungan pengendapan yang
digunakan dalam studi kali ini adalah model pengendapan shelf carbonate
platform reefal (platform karbonat paparan terumbu), model pengendapan
berdasarkan distribusi fasies dalam reef margin atau shelf-margin oleh James dan
Bourque (1992) maupun Nichols (1999). Menurut model shelf carbonate platform
reefal, daerah penelitian terdapat pada lingkungan pengendapan shelf, shelf-
margin, dan slope. sedangkan menurut model James dan Bourque (1992) maupun
Nichols (1999), daerah penelitian mempunyai empat lingkungan pengendapan
antara lain lagoon, back reef, reef core, dan fore reef (Gambar 4.17). Morfologi
platform karbonat daerah penelitian berupa morfologi rimmed platform dengan
geometri progradasi (Gambar 4.16). Berdasarkan Antoni (2007), lingkungan
pengendapan yang ditemukan di daerah penelitian berupa shelf lagoon, organic
build up, dan foreslope yang merujuk pada model paparan karbonat Wilson
(1975). Sedangkan berdasarkan Fahrudi (2004), lingkungan pengendapan daerah
penelitian meliputi Proximal Talus, Reef Framework, dan Reef Slope yang
merujuk pada pemodelan Longman (1981).
69
Lagoon
Secara umum tipe endapan lagoon dicirikan oleh adanya endapan bioklastik
halus yang diwakili oleh asosiasi fasies wackstone- packstone (Foto 4.10) pada
daerah penelitian dan melimpahnya komponen foraminifera terutama Milliolidae.
Lagoon memiliki ukuran yang bervariasi dari yang kecil hingga area yang luas di
belakang barrier reef (Tucker dan Wright, 1990). Lagoon merupakan bagian dari
platform interior (shelf), berada di bagian belakang back reef dan reef crest yang
mempunyai sistem energi lemah – sedang.
Lingkungan pengendapan lagoon diwakili asosiasi litofasies SMF-9, SMF-10
menurut Antoni (2007) yang merujuk pada klasifikasi mikrofasies Wilson (1975)
dengan fasies Lepidocyclina packstone sebagai penciri lingkungan
pengendapannya.
Foto 4.10 Singkapan batuan asosiasi fasies wackstone- packstone
70
Back Reef
Back reef diwakili oleh asosiasi fasies boundstone-floatstone (Foto 4.11)
pada daerah penelitian. Back reef masih merupakan bagian dari platform
interior atau shelf-margin, berada di bagian belakang reef crest, yang
mempunyai sistem energi sedang, terlindung dari sistem energi tinggi.
Reef Core
Reef core merupakan bagian dari reef margin atau shelf margin yang terdiri
dari reef crest dan reef front. Pada daerah penelitian, reef core diwakili oleh
asosiasi fasies framestone-bafflestone-bindstone (Foto 4.12). Fasies reef core
terdiri dari boundstone terutama framestone, bindstone, dan bafflestone;
sedangkan rudstone dan floatstone merupakan hasil rombakannya.
Foto 4.12 Singkapan batuan asosiasi fasies framestone-bafflestone-bindstone
Foto 4.11 Singkapan batuan asosiasi fasies boundstone-floatstone
71
Lingkungan pengendapan Reef core sebanding dengan lingkungan
pengendapan Organic build up yang mengacu pada lingkungan pengendapan
berdasarkan Antoni (2007) . Menurut Antoni (2007), lingkungan organic build up
merupakan asosiasi mikrofasies dari SMF-7 dengan SMF-11, dan SMF-12
berdasarkan Wilson (1975) dengan fasies berupa coral boudstone seperti massive
framestone, platy coral boundstone, dan bafflestone.
Lingkungan pengendapan Reef core dapat disebandingkan juga dengan
lingkungan Reef framework pada lingkungan pengendapan berdasarkan Fahrudi
(2004) yang merujuk pada model pengendapan Longman (1981). Menurut
Fahrudi (2007), lingkungan Reef framework terdiri dari asosiasi fasies Framestone
dan Packstone.
Fore Reef
Pada daerah penelitian, lingkungan pengendapan Fore reef diwakili oleh
asosiasi fasies rudstone – floatstone (Foto 4.13). Fore reef merupakan suatu
lingkungan tempat akumulasi runtuhan atau jatuhan dari material reef core,
berupa karbonat breksi yang secara umum dicirikan oleh fasies rudstone. Fasies
rudstone merupakan endapan hasil rombakan yang membentuk endapan talus
akibat adanya perbedaan lereng atau pengaruh gravitasi. Fore reef menunjukkan
lingkungan slope, yang terletak di depan reef core.
Lingkungan pengendapan Fore reef sebanding dengan lingkungan
pengendapan Foreslope yang mengacu pada lingkungan pengendapan
berdasarkan Antoni (2007) . Menurut Antoni (2007), lingkungan pengendapan
foreslope umumnya terdiri dari asosiasi litofasies SMF-4, SMF-5, SMF-6, SMF-9
Foto 4.13 Singkapan batuan asosiasi
fasies rudstone – floatstone
72
berdasarkan klasifikasi mikrofasies Wilson (1975), yang diwakili juga oleh
lapisan massive coral rudstone debris.
Lingkungan pengendapan Fore reef dapat disebandingkan juga dengan
lingkungan Reef Slope pada lingkungan pengendapan berdasarkan Fahrudi (2004)
yang merujuk pada model pengendapan Longman (1981). Menurut Fahrudi
(2007), lingkungan Reef Slope terdiri dari asosiasi fasies Rudstone, Packstone, dan
Grainstone.