disklaimer: buku ini merupakan buku siswa yang disusun tim ... · gambar 1.1 peristiwa ledakan bom...
TRANSCRIPT
Hak Cipta © 2016 pada Yayasan BPPS
Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang disusun tim guru pelajaran Sejarah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku siswa dengan penyesuaian kurikulum. Buku ini merupakan arsip yang senantiasa diperbaiki dan direvisi. Masukan dari berbagai pihak diperlukan untuk penyesuaian buku ini.
CV Cerdas Inti Media. Sejarah Indonesia Edisi Revisi Surabaya : Yayasan Pendidikan BPPS, 2016.
Penulis : Mukhamad Yunus Priambodo
Penyelia Penerbitan : Perbukuan, litbang, Yayasan BPPS
Penerbit : CV Cerdas Inti Media
Cetakan Ke-2, 2016
Disusun dengan huruf Calibri, 14 pt
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan buku kerja siswa mata
pelajaran Sejarah Indonesia dengan baik. Penulisan buku siswa ini disusun
sebagai pegangan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
di sekolah dengan adanya penyesuaian kurikulum, tidak menutup
kemungkinan penulisan buku ini akan berkembang menjadi tulisan yang
lebih sempurna kelak di kemudian hari.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa keberhasilan penulisan buku
siswa ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak. Atas keberhasilan
penulisan ini, penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
Penulis menyadari bahwa penulisan buku siswa ini masih jauh dari
kata sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat menjadi
perbaikan bagi buku siswa yang ditulis dan diri penulis kedepannya. Semoga
buku ini dapat memberi manfaat bagi penulis serta pembaca, dan dapat
berguna bagi dunia pendidikan Indonesia.
Surabaya, Januari 2016
Penulis
Halaman Sampul ........................................................................... i
Kata Pengantar
Daftar Isi ......................................................................................... 1
Bab I Proklamasi Kemerdekaan dan Pembentukan Pemerintahan
Indonesia
A. Upaya Persiapan Kemerdekaan Indonesia
B. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
C. Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
D. Proses Pembentukan Negara Pemerintahan Beserta
Kelengkapannya
Evaluasi
Bab II Perkembangan Ekonomi dan Politik Pada Masa Awal
Kemerdekaan sampai Tahun 1950
A. Kebijakan Pemerintah Indonesia Sampai Tahun 1950
B. Perkembangan Politik pada Masa Awal Kemerdekaan Sampai
Tahun 1950
Evaluasi
DAFTAR ISI
Bab III Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dan Ancaman
Disintegrasi
A. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di Berbagai Daerah
B. Perjuangan Menghadapi Pergolakan Dalam Negeri
Bab IV Perkembangan Pemerintahan Orde Baru
A. Ciri pokok Kebijakan Pemerintahan Orde Baru
B. Proses Menguatnya Peran Negara pada Masa Orde Baru
C. Dampak Revolusi Hijau dan Industrialisasi Pada Masa Orde
Baru
D. Pembangunan Nasional Indonesia Masa Orde Baru
Evaluasi
BAB I
Proklamasi Kemerdekaan dan
Pembentukan Pemerintahan
Indonesia
Gambar 1.1 Peristiwa Ledakan Bom Atom di Jepang Pada Perang Dunia ke II
A. Upaya Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas
kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan
moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI,
atau Dokuritsu Junbi Cosakai berganti nama menjadi PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi
Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan
tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Tanggal 9 Agustus 1945,
bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan
Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini
pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya dengan status vakum of power atau kekosongan
kekuasaan di Indonesia. Soekarno, Hatta, dan Radjiman
Wedyodiningrat sebagai sebagai ketua PPKI terbang menuju Dalat,
Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka mengabarkan
bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Gambar 1.2 Dari kiri-kanan Soekarno, Radjiman, Hatta
Di Indonesia, tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah
mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan
kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan
sebagai hadiah Jepang. Tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui
Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, menghimbau kepada Soekarno,
Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera
memberikan kemerdekaan sesuai janji Jepang jauh-jauh hari,
tergantung cara kerja PPKI. Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke
tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera
memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil
pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang
setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi
menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan
pro Jepang.
Gambar 1.3 Peta Dalat (Vietnam)
Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di
Dalat. Soekarno belum yakin sepenuhnya bahwa Jepang telah
menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI secara sepihak saat itu
dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat
berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak
memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir
menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi
kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan hadiah dari Jepang.
Gambar 1.4 Sutan Syahrir
Tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu
tetapi Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di
Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan
kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana,
Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC.
Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut,
golongan muda mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua
tidak ingin terburu buru. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu,
mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang.
Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri,
bukan pemberian Jepang. Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa
militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di
Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu,
Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah
Maeda di Jl Imam Bonjol 1) . Maeda menyambut kedatangan mereka
dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil
menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu
instruksi dari Tokyo.
Gambar 1.5 Laksamana Maeda
Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera
mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di
kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu
yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan
kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda
dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi
tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta
rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok. Bersama
Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain,
mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur) dan
Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa
Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali
meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para
pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.
Gambar 1.6 Wilayah administrative Rengasdengklok
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr.
Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo
menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di
Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad
Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil
meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan
kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah
masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang
kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk
pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda
Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum
perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh
para tokoh Indonesia.
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor
Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan
Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan)
di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar
oleh Maeda Tadashi dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi
Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer
Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura
mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah
diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo,
tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi
Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal
Terauchi di Dalat, Vietnam.
Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan
menghalangi kerja PPKI. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda
dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh
Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui
sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah
Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah
Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) guna melakukan
rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi.
Teks proklamasi ditulis di ruang makan rumah laksamana
Tadashi Maeda jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks
proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad
Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri.
Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro.
Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi
itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa
Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik.
Konsep selesai disepakati, Sayuti menyalin dan mengetik naskah
tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor
perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.
Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan
Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke
kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl.
Proklamasi no. 1). Perundingan antara golongan muda dan
golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia berlangsung pukul 02.00-04.00 dini hari.
Gambar 1.7 Searah jarum jam Museum perumusan naskah proklamasi, Rumah Bung Karno, Diorama Pengetikan naskah proklamasi, Perumusan teks proklamasi
B. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Hari Jumat di bulan Ramadhan, pukul 05.00 pagi, fajar di tanggal
17 Agustus 1945. Para pemimpin bangsa dan para tokoh pemuda
keluar dari rumah Laksamana Maeda, dengan wajah penuh
kebanggaan setelah merumuskan teks Proklamasi dari mulai dinihari.
Mereka, telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia hari itu di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00 pagi. Bung Hatta berpesan
kepada para pemuda yang bekerja pada pers dan kantor-kantor berita,
untuk memperbanyak teks naskah proklamasi dan disebarkan
keseluruh dunia.
Bendera yang dijahit dengan tangan oleh Nyonya Fatmawati
Soekarno sudah disiapkan. Bentuk dan ukuran bendera itu tidak
standar, karena kainnya berukuran tidak sempurna. Memang, kain itu
awalnya tidak disiapkan untuk bendera. Sementara itu, rakyat yang
telah mengetahui akan dilaksanakan Proklamasi Kemerdekaan telah
berkumpul. Rumah Soekarno telah dipadati oleh sejumlah massa
pemuda dan rakyat yang berbaris teratur. Beberapa orang tampak
gelisah, khawatir akan adanya pengacauan dari pihak Jepang. Waktu
itu Soekarno terserang sakit, malamnya panas dingin terus menerus
dan baru tidur setelah selesai merumuskan teks Proklamasi.
Gambar 1.8 Ibu Fatmawati Soekarno, penjahit Sang saka Merah Putih
Para undangan telah banyak berdatangan, rakyat yang telah
menunggu sejak pagi, mulai tidak sabar lagi. Mereka yang diliputi
suasana tegang berkeinginan keras agar Proklamasi segera
dilakukan. Para pemuda yang tidak sabar, mulai mendesak Bung
Karno untuk segera membacakan teks Proklamasi. Namun, Bung
Karno tidak mau membacakan teks Proklamasi tanpa kehadiran
Mohammad Hatta. Lima menit sebelum acara dimulai, Mohammad
Hatta datang dengan pakaian putih-putih dan langsung menuju kamar
Soekarno. Sambil menyambut kedatangan Mohammad Hatta, Bung
Karno bangkit dari tempat tidurnya, lalu berpakaian. Ia juga
mengenakan stelan putih-putih. Kemudian keduanya menuju tempat
upacara. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan
proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks.
Upacara itu berlangsung sederhana saja. Tanpa protokol. Latief
Hendraningrat, salah seorang anggota PETA, segera memberi aba-
aba kepada seluruh barisan pemuda yang telah menunggu sejak pagi
untuk berdiri. Serentak semua berdiri tegak dengan sikap sempurna.
Latief kemudian mempersilahkan Soekarno dan Mohammad Hatta
maju beberapa langkah mendekati mikrofon. Dengan suara mantap
dan jelas, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat
sebelum membacakan teks proklamasi.
“Saudara-saudara sekalian ! saya telah minta saudara
hadir di sini, untuk menyaksikan suatu peristiwa maha
penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita
bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah
air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya
aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya
ada turunnya. Tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita.
Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai
kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam jaman
Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada
mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun
tenaga kita sendiri. Tetap kita percaya pada kekuatan
sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar
mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam
tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil
nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan
kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan
musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari
seluruh Indonesia , permusyawaratan itu seia-sekata
berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk
menyatakan kemerdekaan kita. Saudara-saudara! Dengan
ini kami menyatakan kebulatan tekad itu.
Gambar 1.9 Teks Proklamasi (Tulisan Bung Karno dan Ketikan Sayuti Melik)
Dengarkanlah Proklamasi kami:
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan
Indonesia . Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-
lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya. Jakarta , 17 Agustus 1945. Atas nama bangsa
Indonesia Soekarno/Hatta. Demikianlah saudara saudara! Kita
sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat
tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun Negara
kita! Negara Merdeka. Negara Republik Indonesia merdeka, kekal,
dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.
Acara, dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih. S.
K. Trimurti diminta maju untuk mengibarkan bendera, dia menolak
lebih baik seorang prajurit katanya. Tanpa ada yang menyuruh, Latief
Hendraningrat yang berseragam PETA berwarna hijau maju ke dekat
tiang bendera. S. Suhud mengambil bendera dari atas baki yang telah
disediakan dan mengikatnya pada tali dibantu oleh Latief
Hendraningrat. Bendera dinaikkan perlahan-lahan. Tanpa ada yang
memimpin, para hadirin dengan spontan menyanyikan lagu Indonesia
Raya. Bendera dikerek dengan lambat sekali, untuk menyesuaikan
dengan irama lagu Indonesia Raya yang cukup panjang. Seusai
pengibaran bendera, dilanjutkan dengan pidato sambutan dari
Walikota Soewirjo dan dr. Muwardi.
Gambar 1.10 Pembacaan Teks Proklamasi oleh Soekarno dan Pengibaran Bendera Merah Putih Oleh Suhud dan Latief Hendraningrat
Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke kamar
tidurnya. masih meriang. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada
konduktor dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari
batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit
menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang terjadi pada
sebuah upacara sakral yang dinanti-nantikan selama lebih dari tiga
ratus tahun.
C. Proses Pembentukan Negara Pemerintahan Beserta
Kelengkapannya
Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu
dan diorganisasi oleh pemerintah Negara yang sah. Beberapa teori
pembentukan Negara:
Teori Ketuhanan, menurut teori ini negara terbentuk atas kehendak
Tuhan.
Teori Perjanjian, teori ini berpendapat, bahwa negara terbentuk
karena antara sekelompok manusia yang tadinya masing-masing
hidup sendiri-sendiri, diadakan suatu perjanjian untuk mengadakan
suatu organisasi yang dapat menyelenggarakan kehidupan bersama.
Teori Kekuasaan, kekuasaan adalah ciptaan mereka-mereka yang
paling kuat dan berkuasa
Teori Kedaulatan, setelah asal usul negara itu jelas maka orang-
orang tertentu didaulat menjadi penguasa (pemerintah).
Sidang PPKI
Negara RI yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 dalam
keadaan yang belum sempurna sebagai suatu Negara karena belum
mempunyai kelengkapan negara. Langkah diambil oleh para
pemimpin negara melalui PPKI dengan menyusun konstitusi negara
dan alat kelengkapan negara. Sidang PPKI dilaksanakan pada tanggal
18 Agustus 1945, 19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945.
Sidang pertama PPKI, tanggal 18 Agustus 1945 di Gedung Cuo
Sangi-In yang menghasilkan:
– Pembahasan dan Pengesahan UUD
– Pengangkatan Presiden dan Wakil
– Pembentukan Komite Nasional (Daerah)
Mengesahkan UUD
Pengesahan undang-undang 1945 masih menjadi kendala. Hal
tersebut dikarenakan pemeluk agama lain merasa keberatan terhadap
kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” dalam rancangan Piagam Jakarta. Kemudian
rapat sepakat untuk merubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pengangkatan presiden dan wakil presiden.
Dalam pengangkatan presiden serta wakilnya,Oto Iskandardinata
mengusulkan agar pemilihan presiden dilakukan secara aklamasi. Ia
juga mengajukan Ir. Sukarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta
sebagai Wakil Presiden. Akhirnya usulan tersebut disetujui oleh para
hadirin dan kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia
Raya.
Pembentukan sebuah Komite Nasional (Daerah)
Sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 dibentuk sebuah Komite
Nasional Indonesia (KNI). Komite Nasional Indonesia adalah badan
yang akan berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
sebelum diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu). KNIP diketuai
oleh Mr. Kasman Singodimejo. Anggota KNIP dilantik pada tanggal 29
Agustus 1945. Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas
kepresidenan. Namun, kemudian diperluas tidak hanya sebagai
penasihat presiden, tetapi juga mempunyai kewenangan legislatif.
Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP tanggal
16 Oktober 1945.
PPKI melaksanakan sidangnya yang kedua yaitu tgl 19 Agustus. Hasil
siding tersebut yaitu 3 buah keputusan :
• Wilayah Indonesia di bagi menjadi 8 provinsi
• Mengumumkan 12 Kementerian
• Pembahasan anggota-anggota Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP).
1. Pembagian Wilayah RI Menjadi 8 Provinsi
Provinsi hasil pembagian PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yaitu:
1. Jawa Barat
2. Jawa Tengah
3. Jawa Timur
4. Borneo (Kalimantan)
5. Sulawesi
6. Maluku
7. Sunda Kecil
8. Sumatera
Gambar 1.11 Pembagian wilayah administratif pasca kemerdekaan RI
PEMBENTUKAN BKR CIKAL BAKAL TENTARA NASIONAL
INDONESIA
Keinginan para pemuda yaitu pembentukan tentara secara nasional
dan utuh. Namun Presiden Soekarno menginstruksikan pembentukan
berdasarkan daerah-daerah provinsi. Di Jakarta bekas tentara PETA
membentuk BKR Pusat agar BKR-BKR daerah dapat dikoordinasikan.
KASMAN SINGODIMEDJO bekas daidanco Jakarta, terpilih sebagai
pimpinan BKR Pusat.
BKR hanya bertugas sebagai penjaga keamanan umum di daerah-
daerah di bawah koordinasi KNI daerah.
Gambar 1.12 Pembentukan BKR
KABINET PRESIDENTIL PERTAMA
Susunan Kementerian Pertama sesuai dengan ketentuan UUD 1945
ditetapkan pada tanggal 2 September 1945 yang dipimpin sekaligus
oleh Presiden Sukarno. Susunan kabinet pertama RI tersebut sebagai
berikut :
1. Perdana Menteri : Presiden Sukarno
2. Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranatakusumah
3. Menteri Luar Negeri : Mr. Akhmad Subardjo
4. Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Soepomo, SH
5. Menteri Kemakmuran : Ir. D.P. Surakhman
6. Menteri Keuangan : Mr. A.A. Maramis
7. Menteri Kesehatan : dr. R. Boentaran M.
8. Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantara
9. Menteri Sosial : Mr. Iwa Kusumasumantri
10. Menteri Penerangan : Mr. Amir Syarifuddin
11. Menteri Perhubungan : R. Abikusno Cokrosuyoso
12. Menteri Keamanan Rakyat : Suprijadi
13. Menteri Pekerjaan Umum : R. Abikusno Cokrosuyoso
14. Menteri Negara : K.H. Wachid Hasjim
15. Menteri Negara : Dr. M. Amir
16. Menteri Negara : Mr. R.M. Sartono
17. Menteri Negara : R. Otto Iskandardinata
18. Menteri Negara : Mr. A.A. Maramis
EVALUASI BAB I
1. Tujuan dibentuknya BPUPKI adalah …. a. Menagih janji Indonesia Merdeka b. Menjadikan Indonesia Negara fasis c. Merumuskan tuntutan Indonesia Merdeka kepada Jepang d. Mempelajari strategi militer menjelang Indonesia merdeka e. Mempelajari hal-hal penting yang mengenai pemerintahan
Indonesia Merdeka
2. Pengibar bendera merah putih saat PROKLAMASI RI adalah …. a. Latif Hendraningrat b. A.G. Pringgodigdo c. Toyohito Masuda d. Icibangase e. Chairul Shaleh
3. Nama “Piagam Jakarta” dari hasil rumusan Panitia Kecil dalam
sidang BPUPKI yang pertama dicetuskan oleh …. a. Ir. Soekarno b. Drs. Moh. Hatta c. K.H. Wahid Hasyim d. Ahmad Subarjo e. Mr. Muh. Yamin
4. Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan setelah
menyusun …. a. “Piagam Jakarta” b. Tata pemerintahan Indonesia c. Pembentukan UUD d. Rancangan dasar falsafah Negara selesai e. Rancangan UUD
5. Perubahan nama dari Tentara Republik Indonesia menjadi Tentara
Nasional Indonesia secara resmi dilakukan pada tanggal …. a. 5 Oktober 1945 b. 22 Agustus 1945 c. 3 Januari 1945 d. 5 Mei 1947
e. 3 Juni 1947
6. Tugas pokok Komite Nasional Indonesia yang dibentuk PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 adalah …. a. Menyerap aspirasi rakyat b. Membantu Presiden c. Sebagai Penasehat Presiden d. Membantu MPR e. Sebagai Kepala Departemen
7. Penyebab buruknya kondisi perekonomian Indonesia pada awal
kemerdekaan adalah …. a. Besarnya laju inflasi b. Peredaran uang tak terkendali c. Pajak dan bea masuk sangat kurang d. Banyak terjadi korupsi e. Blockade ekonomi oleh tentara NICA
8. Mata uang yang dikeluarkan pemerintah Indonesia sebagai
pengganti mata uang, Jepang adalah …. a. Uang De Javasche Bank b. Oeang Repoeblik Indonesia c. Mata Uang NICA d. Uang Hindia Belanda e. Ringgit
9. Langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah RI untuk mengatasi
kesulitan ekonomi pada awal kemerdekaan adalah sebagai berikut, kecuali …. a. Mengadakan pinjaman Nasional b. Mencari bantuan/pinjaman luar negeri c. Mengaktifkan partisipasi pengusaha swasta d. Mengadakan konferensi ekonomi e. Menerapkan rencana Kasimo
10. Pada tanggal 1 Nopember 1946 pemerintah mengubah Yayasan
Pusat Bank menjadi …. a. Bank Negara Indonesia (BNI) b. Bank Rakyat Indonesia (BRI) c. Bank Indonesia (BI)
d. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) e. Bank Tabungan Negara (BTN)
11. Untuk mengatasi blockade laut oleh Belanda, pemerintah RI
melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut, kecuali …. a. Memberikan bantuan beras ke India b. Melakukan hubungan dagang dengan perusahaan Amerika
(Isbrantsen Inc) c. Membentuk perwakilan resmi RI di Singapura d. Membentuk perwakilan resmi RI di Australia e. Membentuk perwakilan kementrian pertahanan di luar negeri
12. Tujuan pemerintah mengakibatkan kegiatan Persatuan Tenaga
Ekonomi (PTE) adalah …. a. Meningkatkan produksi tanaman pangan b. Mengurangi beban Negara dalam bidang ekonomi c. Mendorong pengusaha swasta berpartisipasi dalam
perkembangan ekonomi d. Mengendalikan peredaran mata uang e. Meningkatkan pemasukan pajak dan bea masuk
13. Rencana Kasimo menganjurkan hal-hal sebagai berikut, kecuali
…. a. Penanaman lahan-lahan kosong di Sumatera Timur b. Program intensifikasi dengan menanam padi bibit unggul c. Penyaluran lascar-laskar ke bidang-bidang produktif d. Trasmigrasi 20 juta penduduk Jawa ke Sumatera e. Pencegahan penyembelihan hewan pertanian
14. Perundingan Roem Royen dilaksanakan di Hotel ….
a. Des Indes b. Oranye c. Harmonie d. Ned Indie e. De Indie
15. Pemimpin delegasi BFO pada Konferensi Meja Bundar (KMB)
ialah …. a. Prof. Schermerhorn b. Sultan Hamid II
c. Anak Agung Gde Agung d. Amir Syarifudin e. Moh. Roem
16. Inflasi yang sangat berat menimpa Negara Republik Indonesia
pada awal kemerdekaan bersumber pada …. a. Kas Negara Republik Indonesia yang masih kosong b. Peredaran mata uang rupiah yang tidak terkendali c. Barang-barang kebutuhan pokok masyarakat menghilang dari
peredaran d. Pengeluaran negara Republik Indonesia tidak terkendali e. Pemerintah Jepang memaksakan kehendaknya untuk
menambah peredaran mata uang rupiah
17. Upaya yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi buruknya perekonomian negara adalah dengan cara …. a. Melaksanakan pinjaman luar negeri b. Meningkatkan produksi pertanian c. Meningkatkan ekspor barang-barang ke luar negeri d. Menjalin hubungan dengan Negara-negara donor e. Melaksanakan pinjaman nasional
18. Pemerintah Republik Indonesia memberikan bantuan beras
kepada India sebesar 500.000 ton. Hal ini dimaksudkan untuk …. a. Tetap menjalin hubungan kerja sama dengan India b. Membalas jasa atas pengakuan India terhadap kemerdekaan
Indonesia c. Menunjukkan pada dunia bahwa Indonesua sudah d. Menarik dukungan Negara-negara lainnya e. Alasan kemanusiaan
19. Usaha yang dilakukan pemerintah Republik Indonesia untuk
menembus blockade musuh (Belanda) adalah …. a. Mengadakan hubungan dengan pengusaha Amerika Serikat b. Menjalin hubungan dengan para pengusaha Belanda c. Memperkuat daya saing para pengusaha Indonesia d. Meminta dukungan negara-negara Asia Tenggara untuk
menghadapi Belanda e. Memerangi armada-armada Belanda di Lautan Indonesia
20. Pengangkatan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia pada sidang PPKI adalah atas usul …. a. Sukarni b. Moh. Yamin c. B.M. Diah d. Otto Iskandardinata e. Chairul Saleh
21. Negara Republik Indonesia dibagi atas beberapa daerah
propinsi, dengan tujuan untuk …. a. Mempersempit ruang gerak pemerintahan b. Memberikan kekuasaan pada tokoh-tokoh yang berjasa c. Mempercepat proses jalannya pemerintahan d. Mempermudah pengawasan e. Menghilangkan kekuatan besar dari suatu daerah
22. Tujuan Pemerintah mengeluarkan Maklumat Politik pada tanggal
3 November 1945 adalah …. a. Menunjukkan bahwa Republik Indonesia merupakan sebuah
Negara demokrasi b. Sebagai reaksi atas berdirinya partai-partai politik c. Mengukuhkan kedudukan Komite Nasional Indonesia sebagai
parlemen d. Untuk memberikan kewenangan kepada partai-partai politik
penguasa menyusun cabinet e. Untuk memberikan kesempatan kepada partai-partai politik
membentuk koalisi
23. Dekrit lahirnya Tentara Republik Indonesia yang berasal dari PETA dan Heiho dibacakan oleh …. a. Amir Syarifuddin b. Aruji Kartawinata c. Ki Hajar Dewantara d. Kasman Singodimedjo e. Adam Malik
24. Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayan yang ditunjuk
pemerintah Republik Indonesia pada awal kemerdekaan adalah ….
a. B.M.Diah b. Sukarni c. Ki Hajar Dewantara d. Supomo e. Abikusno
25. Radio merupakan media komunikasi massa yang sangat penting
pada masa awal kemerdekaan Indonesia …. a. Siaran radio memberikan berbagai bentuk pengetahuan
kepada masyarakat Indonesia b. Siara radio merupakan ujung tombak untuk mendorong
semangat perjuangan bangsa Indonesia c. Siaran radio merupakan alat pemerintah untuk menanamkan
kekuasaannya d. Siaran radio sebagai pemicu masyarakat untuk mengusir
bangsa-bangsa asing Siaran radio sebagai sarana untuk mengetahui terjadinya suatu peristiwa di beberapa daerah lainnya
e. Siaran radio memberikan doktrin politik
BAB II
Perkembangan Ekonomi dan
Politik Pada Masa Awal
Kemerdekaan sampai Tahun 1950
Gambar 2.1 Illustrasi gejolak Uang Rupiah vs Dollar dan Suasana Konferensi Meja
Bundar
A. Kebijakan Pemerintah Indonesia Sampai Tahun 1950
Pemerintahan awal Indonesia masih memikirkan pondasi ekonomi
yang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Karena
system harus dibangun dengan berjalan, maka proses perkembangan
ekonomi Indonesia pada awal kemerdekaan mengalami hambatan.
Faktor penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
1. Pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember
1949 menetapkan bahwa bangsa Indonesia menanggung beban
ekonomi dan keuangan pemerintahan Hindia Belanda dan VOC
seperti yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa
hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam
negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.
2. Defisit pendapatan yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada
waktu itu sebesar 5,1 Miliar.
3. Ekspor Indonesia hanya bertumpu pada hasil bumi dan pertanian
4. Sistem ekonomi Indonesia dirancang oleh Belanda di Negeri
Belanda.
5. Belanda meninggalkan budaya feodal yang sangat kental di
Nusantara sehingga untuk maju masih sangat terhambat.
6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik,
belum memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara
memadai.
7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan
berhubung banyaknya pemberontakan dan gerakan sparatisisme
di berbagai daerah di wilayah Indonesia.
8. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan
pengeluaran pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin
meningkat.
9. Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program
kabinet yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan,
sementara program baru mulai dirancang.
10. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
Masalah jangka pendek yang harus dihadapi pemerintah adalah
mengurangi jumlah uang yang beredar dan mengatasi Kenaikan biaya
hidup. Sementara masalah jangka panjang yang harus dihadapi
adalah pertambahan penduduk dan tingkat kesejahteraan penduduk
yang rendah.
A. KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK MENGATASI MASALAH
EKONOMI MASA LIBERAL
Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil
dengan baik dan tantangan yang menghadangnya cukup berat. Upaya
pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi adalah sebagai
berikut.
1. Gunting Syafruddin
Gambar 2.2 Illustrasi Sanering
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya
memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya
tinggal setengahnya. Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan
Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan RIS. Tindakan ini
dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK Menteri Nomor
1 PU tanggal 19 Maret 1950. Tujuannya untuk menanggulangi defisit
anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar. Dampaknya rakyat kecil tidak
dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-
orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat
mengurangi jumlah uang yang beredar dan pemerintah mendapat
kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman
sebesar Rp. 200 juta.
2. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah
Republik Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi yang berat
sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan
oleh Sumitro Joyohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini
bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur
ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya :
a. Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
b. Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi
kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi
nasional.
c. Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu
dibimbing dan diberikan bantuan kredit.
Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan
berkembang menjadi maju. Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam
program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng dimulai pada
April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700
perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program
ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik
meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar. Kegagalan
program ini disebabkan karena :
1. Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan
pengusaha non pribumi dalam kerangka sistem ekonomi liberal.
2. Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung
konsumtif.
3. Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
4. Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan
usahanya.
5. Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar
dan menikmati cara hidup mewah.
6. Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari
keuntungan secara cepat dari kredit yang mereka peroleh.
Dampaknya program ini menjadi salah satu sumber defisit
keuangan. Beban defisit anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3
Miliar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun sebelumnya
sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono
memberikan bantuan kredit khususnya pada pengusaha dan
pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih
terdapat para pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat
menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.
3. Nasionalisasi De Javasche Bank
Gambar 2.3 De Javasche Bank
Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun
1951 pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche
Bank menjadi Bank Indonesia. Awalnya terdapat peraturan bahwa
mengenai pemberian kredi tharus dikonsultasikan pada pemerintah
Belanda. Hal ini menghambat pemerintah dalam menjalankan
kebijakan ekonomi dan moneter. Tujuannya adalah untuk menaikkan
pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta melakukan
penghematan secara drastis. Perubahan mengenai nasionalisasi De
Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai bank sentral dan
bank sirkulasi diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951
berdasarkan Undang-undang No. 24 tahun 1951.
4. Sistem Ekonomi Ali-Baba
Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo
(mentri perekonomian kabinet Ali I). Tujuan dari program ini adalah
a. Untuk memajukan pengusaha pribumi.
b. Agar para pengusaha pribumi Bekerjasama memajukan
ekonomi nasional.
c. Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional
pribumi dalam rangka merombak ekonomi kolonial menjadi
ekonomi nasional.
d. Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara
pengusaha pribumi dan non pribumi.
Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba
digambarkan sebagai pengusaha non pribumi khususnya Cina.
Pelaksanaan kebijakan Ali-Baba, Pengusaha pribumi diwajibkan
untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-
tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf.
Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta
nasional Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing
dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada. Program ini tidak
dapat berjalan dengan baik sebab pengusaha pribumi kurang
pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan
bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi
lebih berpengalaman dalam memperoleh bantuan kredit. Indonesia
menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan persaingan
bebas. Pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar
bebas.
5. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap dikirim delegasi ke
Jenewa untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak
Indonesia dengan pihak Belanda. Misi ini dipimpin oleh Anak Agung
Gede Agung. Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan
rencana persetujuan Finek, yang berisi:
1. Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
2. Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan
bilateral.
3. Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional,
tidak boleh diikat oleh perjanjian lain antara kedua belah pihak.
Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani,
sehingga Indonesia mengambil langkah secara sepihak. Tanggal 13
Februari1956, Kabinet Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran
Uni Indonesia-Belanda secara sepihak. Tujuannya untuk melepaskan
diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda. Sehingga, tanggal 3
Mei 1956, akhirnya Presiden Sukarno menandatangani undang-
undang pembatalan KMB. Dampaknya : Banyak pengusaha Belanda
yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha pribumi belum
mampu mengambil alih perusahaan Belanda tersebut.
6. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan
program yang silih berganti menimbulkan ketidakstabilan politik dan
ekonomi yang menyebabkan terjadinya kemerosotan ekonomi, inflasi,
dan lambatnya pelaksanaan pembangunan. Program yang
dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi
pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut Biro
Perancang Negara. Tugas biro ini merancang pembangunan jangka
panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro
ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan
disetujui DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran
dan prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional
Pembangunan (Munap). Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar
rupiah. RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan karena
adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada
akhir tahun 1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan
pendapatan negara merosot, perjuangan pembebasan Irian Barat
dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di
Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi dan adanya ketegangan
antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan
kebijakan ekonominya masing-masing.
7. Musyawarah Nasional Pembangunan
Masa kabinet Juanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat
dan daerah. Masalah tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi
dengan Musayawaraah Nasional Pembangunan (Munap). Tujuan
diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar
dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk
jangka panjang. Tetapi tetap saja rencana pembangunan tersebut
tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena :
1. Adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas.
2. Terjadi ketegangan politik yang tak dapat diredakan.
3. Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.
4. Membutuhkan biaya besar untuk menumpas pemberontakan
PRRI/ Permesta sehingga meningkatkan defisit Indonesia.
Memuncaknya ketegangan politik Indonesia- Belanda menyangkut
masalah Irian Barat mencapai konfrontasi bersenjata.
B. Perkembangan Politik pada Masa Awal Kemerdekaan Sampai
Tahun 1950
1. KABINET NATSIR ( 6 SEPTEMBER 1950- 21 MARET 1951)
Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi.
Pemimpin kabinet ini adalah Muhammad Natsir. Program kerja kabinet
ini diantaranya adalah menggiatkan usaha keamanan dan
ketentraman, mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan
pemerintahan, menyempurnakan organisasi Angkatan Perang,
mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat dan
memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat. Hasil kerjanya
yaitu berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk
pertama kalinya mengenai masalah Irian Barat, sedangkan kendala/
masalah yang dihadapi adalah upaya memperjuangkan masalah Irian
Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu (kegagalan) dan timbul
masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir
di seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi
Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS. Kekuasaan kabinet berakhir
akibat adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan
Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI
menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD
terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen
sehingga Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
2. KABINET SUKIMAN
Gambar 2.4 Kabinet Sukiman
Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI. Dipimpin
oleh Sukiman Wiryosanjoyo. Program kerjanya adalah menjamin
keamanan dan ketentraman, mengusahakan kemakmuran rakyat dan
memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan kepentingan
petani, mempercepat persiapan pemilihan umum dan menjalankan
politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke
dalam wilayah RI secepatnya.
Hasi kerjanya adalah tidak terlalu berarti sebab programnya
melanjtkan program Natsir hanya saja terjadi perubahan skala prioritas
dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya program kabinet ini
adalah untuk menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman
selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan
ketentraman. Namun kendala/ masalah yang dihadapi adalah adanya
Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia
Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran.
Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah
Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act
(MSA). Dimana dalam MSA terdapat pembatasan kebebasan politik
luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatiakan kepentingan
Amerika. Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar
politik luar negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong ke
blok barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam blok
barat, adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi
yang terjadi pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan
barang-barang mewah, masalah Irian barat belum juga teratasi dan
hubungan antara Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan
kurang tegasnya tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan di
Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
Berakhirnya kekuasaan kabinet disebabkan oleh munculnya
pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga
mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya
menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan
mandatnya kepada presiden.
3. KABINET WILOPO
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri
dari para pakar yang ahli dalam bidangnya. Kabinet ini dipimpin oleh
Mr. Wilopo. Program kerja yang disusun oleh kabinet Wilopo adalah
menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD),
meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat,
dan pemulihan keamanan. Program kerja lainnya adalah
menyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda, Pengembalian
Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar
negeri yang bebas-aktif.
Namun kabinet ini tidak berhasil merealisasikan program kabinetnya
karena menghadapi masalah, yaitu
1. Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena
jatuhnya harga barang-barang eksport Indonesia sementara
kebutuhan impor terus meningkat.
2. Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang
berkurang banyak terlebih setelah terjadi penurunana hasil
panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk
mengimport beras.
3. Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme
yang mengancam keutuhan bangsa. Semua itu disebabkan
karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke
daerah yang tidak seimbang.
4. Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952. Merupakan upaya
pemerintah untuk menempatkan TNI sebagai alat sipil
sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik
sebab dipandang akan membahayakan kedudukannya.
Peristiwa ini diperkuat dengan munculnya masalah intern
dalam TNI sendiri yang berhubungan dengan kebijakan
KSAD A.H Nasution yang ditentang oleh Kolonel Bambang
Supeno sehingga ia mengirim petisi mengenai penggantian
KSAD kepada menteri pertahanan yang dikirim ke seksi
pertahanan parlemen sehingga menimbulkan perdebatan
dalam parlemen. Konflik semakin diperparah dengan adanya
surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto
dalam memulihkan keamanana di Sulawesi Selatan.
Keadaan ini menyebabkan muncul demonstrasi di berbagai
daerah menuntut dibubarkannya parlemen. Sementara itu
TNI-AD yang dipimpin Nasution menghadap presiden dan
menyarankan agar parlemen dibubarkan. Tetapi saran
tersebut ditolak. Muncullah mosi tidak percaya dan menuntut
diadakan reformasi dan reorganisasi angkatan perang dan
mengecam kebijakan KSAD. Inti peristiwa ini adalah gerakan
sejumlah perwira angkatan darat guna menekan Sukarno
agar membubarkan kabinet.
Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah
perkebunan di Sumatera Timur (Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB
pemerintah mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke Indonesia
dan memiliki tanah-tanah perkebunan. Tanah perkebunan di Deli yang
telah ditinggalkan pemiliknya selama masa Jepang telah digarap oleh
para petani di Sumatera Utara dan dianggap miliknya. Sehingga pada
tanggal 16 Maret 1953 muncullah aksi kekerasan untuk mengusir para
petani liar Indonesia yang dianggap telah mengerjakan tanah tanpa
izin tersebut. Para petani tidak mau pergi sebab telah dihasut oleh
PKI. Akibatnya terjadi bentrokan senjata dan beberapa petani
terbunuh. Intinya peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa
bentrokan antara aparat kepolisian dengan para petani liar mengenai
persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).
Berakhirnya kekuasaan kabinet : Akibat peristiwa Tanjung
Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia
terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan
mandatnya pada presiden.
4. KABINET ALI SASTROAMIDJOJO I
Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. Dipimpin oleh
Mr. Ali Sastroamijoyo. Program yang dicanangkan adalah
meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera
menyelenggarakan pemilu, pembebasan Irian Barat secepatnya,
pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan
KMB, dan penyelesaian pertikaian politik
Hasil kerja kabinet ini adalah persiapan Pemilihan Umum untuk
memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29
September 1955 dan menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun
1955. Sedangkan kendala/ masalah yang dihadapi adalah
1. Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga
dapat terselesaikan, seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi
Selatan, dan Aceh.
2. Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang
menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Masalah
TNI –AD yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17
Oktober 1952. Bambang Sugeng sebagai Kepala Staf AD
mengajukan permohonan berhenti dan disetujui oleh kabinet.
Sebagai gantinya mentri pertahanan menunjuk Kolonel
Bambang Utoyo tetapi panglima AD menolak pemimpin baru
tersebut karena proses pengangkatannya dianggap tidak
menghiraukan norma-norma yang berlaku di lingkungan TNI-
AD. Bahkan ketika terjadi upacara pelantikan pada 27 Juni
1955 tidak seorangpun panglima tinggi yang hadir meskipun
mereka berada di Jakarta. Wakil KSAD-pun menolak
melakukan serah terima dengan KSAD baru.
3. Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya
korupsi, dan inflasi yang menunjukkan gejala
membahayakan.
4. Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
5. Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan,
NU memutuskan untuk menarik kembali menteri-mentrinya
pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.
Berakhirnya kekuasaan kabinet Ali Sastromidjojo I ini disebabkan oleh
NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga
keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus
mengembalikan mandatnya pada presiden.
5. KABINET BURHANUDIN HARAHAP
Gambar 2.5 Kabinet Burhanuddin harahap
Dipimpin oleh Burhanuddin Harahap. Program kerjanya adalah
mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan
kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah,
melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah
ditetapkan dan mempercepat terbentuknya parlemen baru, masalah
desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi, perjuangan
pengembalian Irian Barat dan politik Kerjasama Asia-Afrika
berdasarkan politik luar negeri bebas aktif. Hasil kerja kabinet ini
adalah sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29
September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember
1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang
mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi.
Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara
terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
2. Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat
dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
3. Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi
yang dilakukan oleh polisi militer.
4. Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet
Burhanuddin.
5. Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan
mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan Darat
pada 28 Oktober 1955.
Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini adalah banyaknya
mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan
ketidaktenangan. Kekuasaan kabinet ini berakhir seiring berakhirnya
pemilu sehingga tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu
tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga
kabinetpun jatuh. Akan dibentuk kabinet baru yang harus
bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.
6. KABINET ALI SASTROMIDJOJO II
Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi,
dan NU. Kabinet ini dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo. Program kerjanya
adalah perjuangan pengembalian Irian Barat, pembentukan daerah-
daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota
DPRD, mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai,
menyehatkan perimbangan keuangan negara, dan mewujudkan
perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat. Program kabinet ini disebut juga Rencana
Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang.
Selain itu program pokoknya adalah pembatalan KMB, pemulihan
keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan
politik luar negeri bebas aktif, dan melaksanakan keputusan KAA.
Hasil kerja kabinet ini adalah untuk mendapat dukungan penuh
dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning
and investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.
Sedangkan kendala/ Masalah yang dihadapi adalah
1. Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
2. Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat
dan mengarah pada gerakan sparatisme dengan pembentukan
dewan militer seperti Dewan Banteng di Sumatera Tengah,
Dewan Gajah di Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatra
Selatan, Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan, dan
Dewan Manguni di Sulawesi Utara.
3. Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat
dianggap mengabaikan pembangunan di daerahnya.
4. Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru
khususnya mengenai nasib modal pengusaha Belanda di
Indonesia. Banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya pada orang Cina karena memang merekalah
yang kuat ekonominya. Muncullah peraturan yang dapat
melindungi pengusaha nasional.
5. Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi
menghendaki agar Ali Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya
sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa
mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi
dan parlementer.
Berakhirnya kekuasaan kabinet ini adalah mundurnya sejumlah
menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan
menyerahkan mandatnya pada presiden.
7. KABINET DJUANDA
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang
terdiri dari para pakar yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk
karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-
undang Dasar pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya
perebutan kekuasaan antara partai politik. Kabinet ini dipimpin
oleh Ir. Juanda. Program kerjanya disebut Panca Karya
sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya. Panca
karya tersebut yaitu membentuk Dewan Nasional, normalisasi
keadaan Republik Indonesia, melancarkan pelaksanaan
Pembatalan KMB, perjuangan pengembalian Irian Jaya dan
mempergiat/mempercepat proses Pembangunan. Semua itu
dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di
daerah, perjuangan pengembalian Irian Barat, menghadapi
masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.
Hasil kerja kabinet ini adalah mengatur kembali batas
perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang
mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui
deklarasi ini menunjukkan telah terciptanya Kesatuan Wilayah
Indonesia dimana lautan dan daratan merupakan satu
kesatuan yang utuh dan bulat, Terbentuknya Dewan Nasional
sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan
pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan
presiden sebagai ketuanya. Sebagai titik tolak untuk
menegakkan sistem demokrasi terpimpin, Mengadakan
Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan
di berbagai daerah. Musyawarah ini membahas masalah
pembangunan nasional dan daerah, pembangunan angkatan
perang, dan pembagian wilayah RI, Diadakan Musyawarah
Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis
dalam negeri tetapi tidak berhasil dengan baik.
Sedangkan kendala/ Masalah yang dihadapi adalah
kegagalan menghadapi pergolakan di daerah sebab
pergolakan di daerah semakin meningkat. Hal ini
menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi
terhambat. Munculnya pemberontakan seperti
PRRI/Permesta, keadaan ekonomi dan keuangan yang
semakin buruk sehingga program pemerintah sulit
dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya,
Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan
pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di depan Perguruan
Cikini saat sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-
purinya bersekolah pada tanggal 30 November 1957.
Peristiwa ini menyebabkan keadaan negara semakin
memburuk karena mengancam kesatuan Negara.
Berakhirnya kekuasaan kabinet ini saat presiden Sukarno
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak
baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
Evaluasi
1. Kabinet Koalisi adalah . . . .
A. Pelaksanaan tugasnya dipertanggunjawabkan oleh
menteri
B. Pembentukannya di luar campur tangan parlemen
C. Menterinya berasal dari satu partai
D. Menterinya berasal dari beberapa partai
E. Cara pembentukannya ada campur tangan DPR
2. Setelah RIS dibubarkan pada tgl 17 Agustus 1950 dan kembali
ke NKRI, wilayah Indonesia terbagi menjadi ...
A. 8 propinsi
B. 10 propinsi
C. 11 propinsi
D. 9 propinsi
E. 12 propinsi
3. Sistem Demokrasi Liberal diterapkan di Indonesia dalam kurun
waktu …
A. 1950 – 1959
B. 1951 – 1965
C. 1951 – 1960
D. 1950 – 1955
E. 1960 – 1965
4. Kabinet terakhir pada masa Demokrasi Liberal adalah …
A. Kabinet Wilopo
B. Kabinet Sukiman
C. Kabinet Natsir
D. Kabinet Djuanda
E. Kabinet Ali Sastroamijoyo
5. Kabinet yang berlangsung pada tanggal 3 April 1952 – 3 Juni
1953 adalah kabinet . . . .
A. Kabinet Ali-Wongso
B. Kabinet Djuanda
C. Kabinet Sukiman
D. Kabinet Wilopo
E. Kabinet Natsir
6. Dibawah ini adalah Perdana Menteri yang berasal dari non-
partai ...
A. Ir. Djuanda
B. Moh. Natsir
C. Sukiman
D. Ali Sastroamijoyo
E. Wilopo
7. Pemilu 1955 berhasil memunculkan empat besar parpol peraih
suara terbanyak, kecuali…
A. PKI
B. Masyumi
C. Murba
D. PNI
E. NU
8. Penyebab kemunduran Kabinet Wilopo antara alai adalah
sebagai berikut, kecuali ...
A. Kondisi ekonomi yang kritis
B. Munculnya provinsialisme dan separatisme
C. Adanya peristiwa 17 Oktober 1952
D. Adanya peristiwa Tanjung Morawa
E. Adanya Intervensi parlemen terhadap TNI
9. Salah satu faktor yang mendorong lahirnya dekrit presiden 5 Juli
1959 adalah ...
A. Desakan dari rakyat
B. Desakan Mahkamah Konstitusi
C. Lahirnya Keppres No. 1 tahun 1959
D. DPR melancarkan mosi tidak percaya
E. Konstituante gagal menyusun UUD baru
10. Contoh gangguan keamanan yang terjadi di Indonesia pada awal
pelaksanaan Demokrasi Liberal adalah ...
A. Pemberontakan PRRI atau Permesta
B. Pemberontakan Irian Barat
C. Krisis di berbagai daerah
D. Munculnya gerakan separatisme di berbagai daerah
E. Adanya intervensi parlemen terhadap TNI
11. Kabinet kelima adalah ...
A. Kabinet Wilopo
B. Kabinet Ali-Wongso
C. Kabinet Burhanuddin Harahap
D. Kabinet Ali Sastroamidjoyo
E. Kabinet Ali II
12. Partai yang menaungi kabinet Burhanuddin Harahap adalah ...
A. Masyumi
B. Masyumi dan PNI
C. PNI
D. Masyumi, PNI, dan NU
E. Masyumi dan NU
13. Wongsonegoro adalah perwakilan dari partai ...
A. PNI
B. PKI
C. NU
D. Masyumi
E. Non partai
14. Kabinet Natsir yang terbentuk pada masa Demokrasi Liberal
dikenal dengan sebutan Zaken Kabinet, yang berarti ...
A. Kabinet dimana para menterinya bertanggungjawab
terhadap parlemen.
B. Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri
C. Kabinet yang terjadi karena adanya koalisi antar partai
D. Kabinet yang bertanggungjawab terhadap presiden
E. Kabinet dimana menteri-menterinya ahli di bidangnya
masing-masing
15. Dalam sistem ekonomi Ali-Baba pada masa Kabinet Ali I, Baba
diidentikkan dengan ...
A. Pengusaha non pribumi
B. Pengusaha cina
C. Pengusaha arab
D. Pemerintah
E. Pengusaha pribumi
16. Kabinet Djuanda menyusun program yang terdiri dari 5 pasal
yang disebut Pancakarya. Adapun program pancakarya meliputi
sebagai berikut, kecuali ...
A. Perjuangan Irian Barat
B. Membentuk Dewan Nasional
C. Menggiatkan pembangunan
D. Menggiatkan keamanan dan pembangunan
E. Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB
17. Kesulitan yang dihadapi kabinet Ali II yaitu :
A. Adanya peristiwa 17 Oktober 1952
B. Adanya pemberontakan DI / TII Jabar, Sulsel, dan Aceh
C. Adanya peberontakan Andi Aziz di Makassar
D. Adanya peristiwa Cikini (30 November 1957)
E. Adanya krisis di daerah
18. Mr. Iskaq Tjokroadisuryo adalah .. pada masa Kabinet Ali I
A. Menteri kesehatan
B. Menteri departemen khusus
C. Menteri perekonomian
D. Menteri kemakmuran
E. Menteri keamanan rakyat
19. Pada tanggal berapakah konstitusi RIS diubah menjadi UUDS
1950 ?
A. 18 Agustus 1950
B. 17 Agustus 1950
C. 16 Agustus 1950
D. 15 Agustus 1950
E. 14 Agustus 1950
20. Pada masa demokrasi liberal, pemerintahan RI menganut sistem
...
A. Republik
B. Monarkhi
C. Parlementer
D. Konstitusional
E. Presidensil
BAB III
Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan dan Ancaman
Disintegrasi
A. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di Berbagai
Daerah
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat tentunya akan
menimbulkan beragam konflik, baik dalam skala kecil maupun besar.
Konflik-konflik dan ketegangan sosial yang ditimbulkan oleh
perubahan sosial jika terus menerus dibiarkan, maka akan membawa
pada keadaan di mana orang-orang dalam suatu masyarakat tidak
dapat lagi menjalin kerukunan dan kebersamaan, sehingga muncul
perpecahan dalam kehidupan sosial, keadaaan yang kita kenal
dengan sebutan Disintegrasi.
1. PKI Madiun
Gambar 3.1 Monumen peringatan peristiwa PKI Madiun
Jatuhnya kabinet Amir disebabkan oleh kegagalannya dalam
Perundingan Renville yang sangat merugikan Indonesia. Untuk
merebut kembali kedudukannya, pada tanggal 28 Juni 1948 Amir
Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) Untuk
memperkuat basis massa, FDR membentuk organisasi kaum petani
dan buruh. Selain itu dengan memancing bentrokan dengan
menghasut buruh. Puncaknya ketika terjadi pemogokan di pabrik
karung Delanggu (Jawa Tengah) pada tanggal 5 Juli 1959. Pada
tanggal 11 Agustus 1948, Musso tiba dari Moskow. Amir dan FDR
segera bergabung dengan Musso. Untuk memperkuat organisasi,
maka disusunlah doktrin bagi PKI. Doktrin itu bernama Jalan Baru.
PKI banyak melakukan kekacauan, terutama di Surakarta. Oleh
PKI daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara
Madiun dijadikan basis gerilya. Pada tanggal 18 September 1948,
Musso memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet di
Indonesia. Tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis.
Pada waktu yang bersamaan, gerakan PKI dapat merebut tempat-
tempat penting di Madiun.
2. DI/TII
Gambar 3.2 Bendera DI/TII dan S.M Kartosuwiryo
Berdasarkan Perundingan Renville, kekuatan militer Republik
Indonesia harus meninggalkan wilayah Jawa Barat yang dikuasai
Belanda. TNI harus mengungsi ke daerah Jawa Tengah yang dikuasai
Republik Indonesia. Tidak semua komponen bangsa menaati isi
Perjanjian Renville yang dirasakan sangat merugikan bangsa
Indonesia. Salah satunya adalah S.M. Kartosuwiryo beserta para
pendukungnya. Pada tanggal 7 Agustus 1949, Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII). Tentara
dan pendukungnya disebut Tentara Islam Indonesia (TII).
Gerakan Darul Islam yang didirikan oleh Kartosuwiryo
mempunyai pengaruh yang cukup luas. Pengaruhnya sampai ke Aceh
yang dipimpin Daud Beureueh, Jawa Tengah (Brebes, Tegal) yang
dipimpin Amir Fatah dan Kyai Somolangu (Kebumen), Kalimantan
Selatan dipimpin Ibnu Hajar, dan Sulawesi Selatan dengan tokohnya
Kahar Muzakar.
3. APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)
Gambar 3.3 Pemberontakan DI/TII dan Kapten Raymond Westerling
RAPI (Ratu Adil Persatuan Indonesia) merupakan suatu
organisasi yang dibentuk oleh Raymond Westerling seorang mantan
kapten KNIL dan pasukan khusus KNIL Depote Special Troepon,
organisasi ini memiliki angkatan perang yang menamai dirinya
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Gerakan yang didalangi oleh
golongan kolonialis Belanda karena ingin mengamankan kepentingan
ekonomi Belanda di Indonesia.
Pasukan APRA melakukan penyerangan di kota Bandung pada
tanggal 23 januari 1950 yang menewaskan lebih dari 79 orang
anggota APRIS dan tidak sedikit rakyat turut pula menjadi korban.
4. Andi Azis
Gambar 3.4 Andi Azis
Pada masa awal kemerdekaan, situasi politik di Makassar
berada pada masa kritis akibat adanya demonstrasi dari dua kelompok
yang berseberangan. Kelompok anti federal menuntut agar NIT
secepatnya membubarkan diri dan bergabung dengan RI, sedangkan
kelompok profederal berdemonstrasi untuk tetap mempertahankan
NIT.
Untuk menangani situasi yang terjadi tersebut pemerintah RIS
mengirimkan sekitar 900 pasukan APRIS yang berasal dari TNI ke
Makassar untuk menjaga keamanan disana. Pasukan bekas KNIL
yang merasa terdesak dan takut akan digantikan oleh pasukan baru
yang akan datang itu, maka mereka bergabung dibawah pimpinan
Andi Azis dan menamakan diri “Pasukan Bebas”.
Pasukan dibawah pimpinan Andi Azis tersebut melakukan
penyerangan terhadap markas APRIS dengan dibantu oleh pasukan
Belanda dan KNIL. Kekuatan mereka jauh lebih besar dibandingkan
dengan kekuatan APRIS, sehingga dengan mudah mereka berhasil
menguasai kota Makassar. Beberapa orang prajurit APRIS / TNI jatuh
menjadi korban.
5. RMS
Gambar 3.5 Uang RMS dan Soumokil
RMS atau Republik Maluku Selatan adalah gerakan separatis
yang ingin memisahkan diri dari NIT dan juga RIS. Pemberontakan ini
didasari atas ketidakpuasan mereka terhadap proses kembalinya RIS
ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemberontakan yang
dilakukan melibatkan unsur KNIL merasa bahwa status mereka tidak
pasti setelah berlangsungnya KMB.
Republik Maluku Selatan (RMS) diproklamasikan merdeka pada
25 April 1950 oleh Chr. Soumokil bekas jaksa agung Negara
Indonesia Timur yang kemudian ditunjuk sebagai Presiden, Ir. J.A.
Manusama dan J.H. Manuhutu.
6. PRRI/Permesta
Gambar 3.6 A.E Kawilarang, Warouw, Ventje Sumual
Munculnya pemberontakan PRRI diawali dari ketidakharmonisan
hubungan pemerintah daerah dan pusat. Daerah kecewa terhadap
pemerintah pusat yang dianggap tidak adil dalam alokasi dana
pembangunan. Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan
pembentukan dewan-dewan daerah. Tanggal 10 Februari 1958
Ahmad Husein menuntut agar Kabinet Djuanda mengundurkan diri
dalam waktu 5 x 24 jam, dan menyerahkan mandatnya kepada
presiden. Tuntutan tersebut jelas ditolak pemerintah pusat. Setelah
menerima ultimatum, maka pemerintah bertindak tegas dengan
memecat secara tidak hormat Ahmad Hussein, Simbolon, Zulkifli
Lubis, dan Dahlan Djambek yang memimpin gerakan sparatis.
Langkah berikutnya tanggal 12 Februari 1958 KSAD A.H. Nasution
membekukan Kodam Sumatra Tengah dan selanjutnya menempatkan
langsung di bawah KSAD.
Pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein
memproklamasikan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI). Sebagai perdana menterinya adalah Mr. Syafruddin
Prawiranegara. Proklamasi PRRI ternyata mendapat dukungan dari
Indonesia bagian Timur. Tanggal 17 Februari 1958 Somba
memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat dan mendukung
PRRI. Gerakannya dikenal dengan Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta). Gerakan ini jelas melawan pemerintah pusat dan
menentang tentara sehingga harus diselesaikan Ternyata Gerakan
Permesta mendapat dukungan asing, terbukti dengan ditembak
jatuhnya pesawat yang dikemudikan oleh Alan Pope warga negara
Amerika Serikat tanggal 18 Mei 1958 di atas Ambon. Meskipun
demikian, pemberontakan Permesta dapat dilumpuhkan sekitar bulan
Agustus 1958, walaupun sisa-sisanya masih ada sampai tahun 1961.
7. G-30-S/PKI
Gambar 3.7 PKI, Soeharto, Monumen Pancasila, dan Korban G 30/S-PKI
Doktrin Nasakom yang dikembangkan oleh Presiden Soekarno
memberi keleluasaan PKI untuk memperluas pengaruh. Usaha PKI
untuk mencari pengaruh didukung oleh kondisi ekonomi bangsa yang
semakin memprihatinkan. Dengan adanya nasakomisasi tersebut, PKI
menjadi salah satu kekuatan yang penting pada masa Demokrasi
Terpimpin bersama Presiden Soekarno dan Angkatan Darat. Pada
akhir tahun 1963, PKI melancarkan sebuah gerakan yang disebut
“aksi sepihak”. Para petani dan buruh, dibantu para kader PKI,
mengambil alih tanah penduduk, melakukan aksi demonstrasi dan
pemogokan
Memasuki tahun 1965 pertentangan antara PKI dengan
Angkatan Darat semakin meningkat. D.N. Aidit sebagai pemimpin PKI
beserta Biro Khususnya, mulai meletakkan siasat-siasat untuk
melawan komando puncak AD. Berikut ini siasat-siasat yang ditempuh
oleh Biro Khusus PKI.
a. Memojokkan dan mencemarkan komando AD dengan tuduhan
terlibat dalam persekongkolan (konspirasi) menentang RI,
karena bekerja sama dengan Inggris dan Amerika Serikat.
b. Menuduh komando puncak AD telah membentuk “Dewan
Jenderal” yang tujuannya menggulingkan Presiden Soekarno.
c. Mengorganisir perwira militer yang tidak mendukung adanya
“Dewan Jenderal”.
d. Mengisolir komando AD dari angkatan-angkatan lain.
e. Mengusulkan kepada pemerintah agar membentuk Angkatan
Kelima yang terdiri dari para buruh dan petani yang
dipersenjatai.
Ketegangan politik antara PKI dan TNI AD mencapai puncaknya
setelah tanggal 30 September 1965 dini hari, atau awal tanggal 1
Oktober 1965. Pada saat itu terjadi penculikan dan pembunuhan
terhadap para perwira Angkatan Darat.
EVALUASI
1. Negara yang diproklamasikan oleh Amir Syarifuddin dan Muso di
Madiun pada tahun 1948 adalah
a. Republik Rakyat Demokrasi
b. Republik Demokrasi Indonesia
c. Negara Sosialis Indonesia
d. Negara Soviet Republik Indonesia
e. Republik Sosialis Rakyat Indonesia
2. Karena siatuasi negara RI setelah pengekuan kedaulatan belum
mantap dan pertahanan kita berbentuk APRIS, maka kartosuwiryo
berhasil memanfaatkan kesempatan ini dengan memproklamasikan
berdirinya Negara Islam Indonesia pada…
a. 17 Agustus 1949 d. 1 Agustus 1949
b. 7 Agustus 1950 e. 27 Agustus 1949
c. 7 Agustus 1949
3. Para korban peristiwa G 30 S/PKI diberi gelar dengan sebutan
Pahlawan….
a. Revolusi d. Reformasi
b. Proklamator e. Ampera
c. Kemerdekaan
4. Politik yang dikembangkan oleh Muso untuk membangkitkan
kemampuan organisasi dari kaum komunis Indonesia, yakni…
a. Indonesia Baru d. Das Capital
b. Jalan Baru e. Semangat Baru
c. Histori Materialisme
5. Dibawah ini adalah dewan- dewan yang terbentuk sebelum
pemberontakan PRRI/ Permesta, kecuali
a. Dewan Banteng d. Dewan Manguni
b. Dewan Gajah e. Dewan Jenderal
c. Dewan Garuda
6. Setelah menyerahkan mandatnya kepada Presiden, kabinet Amir
Syarifuddin digantikan oleh…
a. kabinet Ali Sastro Amijoyo
b. kabinet Wilopo
c. kabinet Hatta
d. kabinet Sutan Syahrir
e. kabinet Syafruddin Prawirabegara
7. Peristiwa APRA juga didalangi oleh pribumi, yakni…
a. Kartosuwiryo d. Sri Sultan HB IX
b. Wasterling e. Sultan Hamid II
c. Letkol Worang
8. Pasukan elit Angkatan Darat yang berhasil menumpas G 30 S/ PKI
adalah…
a. Kostrad d. Kopasus
b. RPKAD e. marinir
c. Cakrabirawa
9. TNI AD tidak menyetujui pembentukan Angkatan V yang berasal
dari kaum petani yang dipersenjatai, sebab…
a. meresahkan masyarakat sipil
b. belum ada penataan dalam jajaran ABRI
c. tidak ada anggaran untuk kegiatan tersebut
d. dapat menjadi saingan TNI
e. hanya menguntungkan pihak TNI
10. Pada tanggal 15 Februari 1958, Ahmad Husein
memproklamirkan berdirinya… .
a. Pemerintah Revolusioner RI
b. Republik Maluku Selatan
c. Negara Pasundan
d. Negara Islam di Jawa Barat
e. Negara Uni Indonesia Belanda
11. Latar belakang pemberontakan PRRI/ permesta adalah…
a. adanya pelanggaran HAM di Maluku
b. memisahkan diri dari pemerintah pusat
c. kesenjangan ekonomi antara daerah dan pusat
d. mempertontonkan bentuk pemerintahan federal
e. menghendaki bubarnya RIS dan diganti menjadi negara
kesatuan
12. Isu Dewan Jendral yang disebarkan oleh PKI di masyarakat
pada hakikat adalah…
a. upaya PKI untuk memecah belah dan menjatuhkan citra TNI
AD
b. membentengi koordinasi antarsatuan sehingga melemahkan
pertahanan TNI
c. peringatan kepada pemerintah untuk mewaspadai setiap
bentuk aktivitas Tni
d. perasaan khawatir dalam masyarakat terhadap kekuatan TNI
AD
e. bukti ada niat bagi para perwira AD untuk melakukan kudeta
13. Munculnya pemberontakan PKI Madiun 1948 tidak terlepas dari
terbentuknya Front Demokrasi Rakyat yang dipimpin oleh…
a. Mr. Amir Syarifuddin d. Mr. Sutan Syahrir
b. Mr. Sungkono e. Chairul Shaleh
c. Mr. Syafruddin Prawiranegara
14. RMS diproklamirkan pada tanggal… .
a. 4 April 1950 d. 25 April 1950
b. 14 April 1950 e. 28 April 1950
c. 18 April 1950
15. Pemberontakan DI/TII untuk pertama kali meletus di daerah…
a. Jawa Barat d. Jawa Tengah
b. Aceh e. Sulawesi Selatan
c. Kalimantan Selatan
16. Untuk menumpas pemberontakan DI/TII didaerah Jawa Tengah
dibentuk suatu komando operasi yang dinamakan…
a. Operasi Tegas d. Operasi Pagar Betis
b. Operasi Merdeka e. Operasi Bratayudha
c. Gerakan Benteng Negara
17. Gangguan dalam negeri yang dilancarkan oleh DI/ TII di
Kalimantan Selatan dipimpin oleh…
a. Kahar Muzakar d. Daud Beureuh
b. Ibnu Hajar e Sultan Hamid II
c. Raymond Westerling
18. Isi Tiritura yang menyangkut bidang ekonomi berikut adalah… .
a. pembentukan bidang perancang ekonomi
b. pembentukan Front Nasional
c. penurunan harga dan perbaikan ekonomi
d. penurunan harga BBM
e. pemberian bantuan pangan untuk rakyat miskin
19. Yang menyatakan berdirinya PRRI adalah…
a. Kol. M. Simbolon
b. Letkol Ventje Sumual
c. Letkol Ahmad Husein
d. d. Letkol Barlian
e. Letkol. A.H Nasution
20. Menjelang tahun 1965 PKI berkembang pesat, faktor yang
mendorong perkembangan tersebut adalah…
a. rakyat sudah bosan dengan dengan ulah para elit politik
b. bantuan finansial dari negara- negara donor komunis
c. program komunis sangat menarik bagi buruh dan petani
d. kondisi ekonomi, sosial dan politik pada masa Demokrasi
Terpimpin yang rapuh
e. kedudukan PKI sangat kuat
BAB IV
Perkembangan Pemerintahan Orde
Baru
Gambar 4.1 Soekarno dan Soeharto
A. Ciri pokok Kebijakan Pemerintahan Orde Baru
1. Pengertian Orde Baru
Orde Baru merupakan sebuah era kembali kepada kemurnian
Pancasila dan UUD 45. Orde Baru terhitung sejak adanya keputusan
SUPERSEMAR dari Presiden Soekarno kepada Jenderal Soeharto.
2. Lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1966
Gambar 4.2 Supersemar
Tanggal 11 Maret 1966 di Istana Negara diadakan Sidang Kabinet
Dwikora yang dipimpin oleh Presiden Soekarno dengan agenda
menyelesaikan krisis yang terjadi di Masyarakat. Ditengah sidang
berlangsung, presiden mendapat laporan bahwa di sekitar istana
terdapat pasukan yang tidak dikenal. Untuk menghindari segala
sesuatu yang tidak diinginkan, maka Presiden Soekarno menyerahkan
pimpinan sidang kepada Waperdam II (Wakil Perdana Menteri II) Dr J.
Laimena. Dengan menaiki helikopter darurat, Presiden Soekarno
didampingi Waperdam I, Dr Subandrio, dan Waperdam II Chaerul
Saleh menuju Istana Bogor. Seusai sidang kabinet, Dr J. Laimena pun
menyusul ke Bogor.
Tiga perwira tinggi yaitu Mayor Jenderal Basuki Rakhmat, Brigadir
Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir Machmud menghadap
Letnan Jenderal Soeharto selaku MENPANGAD Menteri Panglima
Angkatan Darat dan Panglima Komando Operasi Pemulihan
Keamanan dan Ketertiban (PANGKOPKAMTIB) untuk minta izin akan
menghadap presiden. Di Istana Bogor, Presiden diminta untuk
mngeluarkan kebijakan terkait keamanan di Jakarta. Terdapat dua
versi tentang kebenaran surat perintah 11 Maret ini. Versi tersebut
mengundang pertanyaan hingga saat ini karena terdapat perbedaan
butir. Surat itulah yang kemudian dikenal sebagai Surat Perintah 11
Maret 1966 atau Supersemar.
3. Tindak Lanjut Supersemar
Tindak lanjut Supersemar yaitu :
Tanggal 12 Maret 1966, keluarlah surat keputusan yang berisi
pembubaran dan larangan organisasi PKI dan yang bernaung
dibawahnya. Keputusan ini diperkuat dengan MPRS No.1/3/1966
tangal 12 Maret 1966. Keputusan pembubaran PKI beserta ormas-
ormasnya mendapat sambutan dan dukungan dari seluruh rakyat
karena merupakan salah satu realisasi dari Tritura.
Tanggal 18 Maret 1966 pengemban Supersemar mengamankan 15
orang menteri yang dinilai tersangkut dalam G 30 S/PKI dan diragukan
etika baiknya yang dituangkan dalam Keputusan Presiden No. 5
Tanggal 18 Maret 1966.
Tanggal 27 Maret pengemban Supersemar membentuk Kabinet
Dwikora yang disempurnakan untuk menjalankan pemerintahan.
Tokoh-tokoh yang duduk di dalam kabinet ini adalah mereka yang
jelas tidak terlibat dalam G 30 S/PKI.
Membersihkan lembaga legislatif dari unsur PKI
Memisahkan jabatan DPRGR dengan eksekutif agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas dan wewenang.
Berdasarkan TAP MPRS No. IX/MPRS, dibentuklah kabinet baru.
Dengan nama Kabinet Ampera yang bertugas:
1. menciptakan stabilitas politik, 2. menciptakan stabilitas ekonomi.
Kabinet Ampera dipimpin oleh Presiden Soekarno, tetapi
pelaksanaannya dilakukan oleh Presidium Kabinet. Presidium Kabinet
dipimpin oleh Jenderal Soeharto. Terdapat dualisme kepemimpinan
yang mengharuskan adanya ketegasan agar suasan politik bias
kondusif kembali. Pada tanggal 22 Februari 1967 dengan penuh
kebijaksanaan, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada
Jenderal Soeharto sebagai pengemban Ketetapan MPRS No.
IX/MPRS/1966. Penyerahan itu tertuang dalam Pengumuman
Presiden Mandataris MPRS, Panglima Tertinggi ABRI Tanggal 20
Februari 1967. Pengumuman itu didasarkan atas Ketetapan MPRS
No. XV/MPRS/1966 yang menyatakan apabila presiden berhalangan,
pemegang Surat Perintah 11 Maret 1966 berfungsi sebagai pemegang
jabatan presiden. Jenderal Soeharto selaku pengemban Ketetapan
MPRS No. IX/MPRS/ 1966 pada tanggal 4 Maret 1967 memberikan
keterangan pemerintah di hadapan sidang DPRGR mengenai
terjadinya penyerahan kekuasaan. Pemerintah tetap berpendirian
bahwa penyelesaian konstitusional tentang penyerahan kekuasaan
tetap perlu dilaksanakan melalui sidang MPRS. Oleh karena itu, untuk
menghindari pertentangan politik yang berlarut-larut, diadakan Sidang
Istimewa MPRS dari tanggal 7 sampai dengan 12 Maret 1967 di
Jakarta yang berhasil mengakhiri konflik politik. Berdasarkan Tap MPR
XXXIII Secara umum, kebijakan pemerintah Orde Baru terdiri atas
kebijakan dalam negeri dan kebijakan luar negeri.
B. Kebijakan Dalam Negeri
Gambar 4.3 Program Wajib Belajar dan Keluarga Berencana
Pemerintah Orde Baru merencanakan pembaharuan dalam hal
pembangunan melalui program REPELITA (Rencana Pembangunan
Lima Tahun).
Keadaan kritis Negara akibat terlalu banyak penduduk yang
bergantung pada sektor ekonomi pertanian. Persaingan dalam
penjualan hasil bumi ke luar negeri dengan Negara-negara tropis yang
lain. Industri dalam negeri kurang berkembang. Pendapatan rata-rata
penduduk sangat rendah, dan bahkan lebih rendah dibandingkan
Negara India, Bangladesh, dan India. Pertumbuhan penduduk yang
sangat tinggi. Ketergantungan terhadap beras impor sangat tinggi.
Pembangunan sektor pertanian menjadi prioritas. Repelita I dapat
dikatakan berjalan dengan baik. Pertanian menjadi focus
pembangunan karena sektor inilah yang terpenting pada saat itu.
Sarana dan prasarana menjadi hal yang disiapkan oleh pemerintah
mengenai alat pembajak dari mesin. Pembangunan yang
dilaksanakan, yaitu membangun berbagai prasarana pertanian, seperti
irigasi dan perhubungan, cara-cara bertani, dan teknologi pertanian
yang diajarkan dan disebarluaskan kepada para petani melalui
kegiatan penyuluhan. Pemerintah juga sadar akan ketersediaan pupuk
yang harus terpenuhi dengan dibangun pabrik pupuk. Tahun 1984
bangsa Indonesia akhirnya berhasil meraih predikat swasembada
beras. Merupakan sebuah prestasi yang membanggakan karena pada
awal orde baru, Indonesia sangat bergantung pada beras impor.
Penduduk Indonesia yang miskin terus mengalami penurunan
jumlahnya dari tahun ke tahun dengan penghasilan rata-rata per jiwa
rakyat Indonesia di atas 600 dolar Amerika. Peningkatan penghasilan
penduduk juga berdampak pada angka harapan hidup. Jika pada awal
tahun 1970-an penduduk Indonesia mempunyai harapan hidup rata-
rata 50 tahun, maka dalam tahun 1990-an harapan hidup itu telah
meningkat menjadi lebih dari 61 tahun. Pertumbuhan penduduk dapat
dikendalikan dengan program Keluarga Berencana (KB).
Kebujakan deregulasi membawa dampak tentang mudahnya investasi
dalam negeri. Penanaman modal asing semakin mudah.
Trilogi Pembangunan Nasional
Trilogi pembangunan nasional yaitu sebuah konsep pembangunan
untuk meletakkan prinsip pembangunan nasional. Isinya yaitu:
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
C. Kebijakan Luar Negeri
Indonesia yang pada masa pemerintahan Presiden Soekarno
memutuskan untuk keluar dari keanggotaan PPB kembali menjadi
anggota PBB pada tanggal 28 September 1966 dan tercatat sebagai
anggota ke-60. Berbagai maca keuntungan Indonesia masuk dalam
organisasi PBB yaitu:
1) PBB turut berperan dalam mempercepat proses pengakuan de
facto ataupun de jure kemerdekaan Indonesia oleh dunia internasional
2) PBB turut berperan dalam proses kembalinya Irian Barat ke wilayah
RI.
3) PBB banyak memberikan sumbangan kepada bangsa Indonesia
dalam bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Hubungan yang
harmonis antara Indonesia dan PBB menjadi terganggu sejak
Indonesia menyatakan diri keluar dari keanggotaan PBB pada tanggal
7 Januari 1965.
Pada masa Orde Baru pemerintah Soeharto mengembalikan
hubungan luar negeri Indonesia yang berprinsip bebas aktif dengan
memperbaiki hubungan dengan Malaysia yang sempat panas pada
masa Presiden Soekarno. Kesepakatan itu dicapai dengan
ditandatangani Jakarta Accord pada tanggal 11 Agustus 1966. Hal
inilah yang merupakan cikal bakal terbentuknya ASEAN yaitu
organisasi multilateral di Asia Tenggara yang diwakilkan oleh Wakil
Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri Malaysia, Tun Abdul Razak dan
Menteri Utama/Menteri Luar Negeri Indonesia, Adam Malik.
Organisasi ASEAN atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara atau dikenal dengan nama ASEAN. Diprakarsai oleh
menteri luar negeri di lima Negara yaitu Narsisco Ramos dari Filipina,
Adam Malik dari Indonesia, Thanat Khoman dari Thailand, Tun Abdul
Razak dari Malaysia, dan S. Rajaratnam dari Singapura. Pertemuan
itu ditandai dengan prakarsa deklarasi Bangkok tanggal 8 Agustus
1967.
1) Consultative Group on Indonesia (CGI)
Tujuannya, memberi bantuan kredit jangka panjang dengan bunga
ringan kepada Indonesia untuk biaya pembangunan. Anggota IGGI
terdiri atas dua kelompok. a) Negara-negara kreditor, seperti Inggris,
Prancis, Belgia, Italia, Swiss, Jepang, Belanda, Jerman Barat,
Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Kanada.
Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) APEC merupakan forum
kerja sama ekonomi negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik.
APEC terbentuk pada bulan Desember 1989 di Canberra, Australia.
Gagasan APEC muncul dari Robert Hawke, Perdana Menteri Australia
saat itu.
Indonesia ditunjuk sebagai Ketua APEC untuk periode 1994–1995.
Sebagai Ketua APEC, Indonesia berhasil menyelenggarakan
pertemuan APEC di Bogor pada tanggal 14–15 November 1994 yang
dihadiri oleh 18 kepala negara dan kepala pemerintahan negara
anggota.
Gambar 4.4 Organisasi dunia yang diikuti Indonesia pada masa ORBA
D. Meningkatnya Peran Negara dan Dampaknya bagi
Masyarakat
Gambar 4.5 Kekuatan Orde Baru GOLKAR, SOEHARTO, DAN TENTARA AD
Pemilihan umum adalah sarana untuk menyalurkan pilihan politik dan
aspirasi setiap warga Negara yang mempunyai system pemerintahan
demokrasi rakyat. Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat dalam suatu negara. Asas umum sebuah pemilu yaitu (LUBER)
langsung, umum, bebas, dan rahasia. TIDAK ADA SATUPUN
INDIVIDU YANG DAPAT MENJERAT HAK RAKYAT TENTANG
PEMILIHAN UMUM. Pemilu selain untuk memilih Presiden, juga
memilih perwakilan di tingkat DPRD tingkat I dan II, dan DPR. Pemilu
sudah memenuhi aturan UUD 1945, yaitu setiap lima tahun sekali.
Pemilu rutin tiap lima tahun sekali belum bisa dilaksanakan pada masa
Orde Lama. Unsur-unsur PKI dan segala ormasnya tidak diberikan
hak pilih. Hal ini bertujuan mewaspadai bahaya PKI dan penyusupan
ideology yang ingin mengganti Pancasila. Namun, sikap pemerintahan
Orde Baru itu sangat kebablasan, repsresif, dan penuh penekanan
terhadap aspek kehidupan masyarakat. Jargon politik yang terkenal
yaitu pembangunan dan stabilitas Negara. Tiga kekuatan orde baru
yaitu Soeharto, Golkar, dan ABRI.
Golkar yang dibina oleh Presiden Soeharto terus berusaha
mengamankan posisi pemerintahan sejak Pemilu 1971. Golkar
menjadi partai pemenang Pemilu 1971 dan berusaha untuk
mempertahankannya. Ada sepuluh partai peserta pemilihan umum
1971. Dan pada Pemilu 1977 sampai akhir masa pemerintahan Orde
Baru hanya diikuti tiga kontestan. Penyederhanaan partai ini dilakukan
untuk mengamankan kekuasaan Soeharto. Tidak heran setiap
pemilihan presiden oleh MPR hanya diikuti oleh calon tunggal yaitu
SOEHARTO. Partai peserta Pemilu itu terdiri atas Golongan Karya,
Partai Demokrasi Indonesia, dan Partai Persatuan Pembangunan.
Dua partai kecil, yaitu Partai Demokrasi Indonesia dan Partai
Persatuan Pembangunan hanyalah partai penggembira dan partai
pelengkap dari sistem demokrasi model Indonesia, yaitu Demokrasi
Pancasila.
Stabilitas menjadi semu ketika tindakan pemerintah yang mengekang
kebebasan rakyat, pers, dan ormas semakin interventif. Untuk itu, lahir
organisasi Korpri (Korps Pegawai Republik Indonesia) untuk wadah
para pegawai pemerintah. Pemerintah juga membentuk berbagai
organisasi untuk berbagai profesi, kelompok masyarakat, dan
mahasiswa. Muncul organisasi SPSI (Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia) untuk buruh, PGRI (Persatuan Guru Indonesia) untuk guru,
KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) untuk para pemuda, PWI
(Persatuan Wartawan Indonesia) untuk para wartawan dan masih
banyak lagi. Semua organisasi sosial kemasyarakatan itu, sayangnya
arah pembentukannya hanya ditujukan untuk melanggengkan
kekuasaan pemerintah. Caranya pada setiap pelaksanaan Pemilu
mereka diarahkan dan diwajibkan untuk memilih Golkar bukan diberi
kebebasan untuk memilih. Mulai tahun 1978 dengan ketetapan MPR
dikeluarkan penjabaran Pancasila yang dikenal sebagai Eka Prasetya
Pancakarsa atau Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4).
ABRI memegang kendali sejak penumpasan G 30 S/PKI dan
adalah kebetulan sekali kalau kepala pemerintahan Indonesia adalah
mantan militer. Melalui konsep dwifungsi, ABRI merupakan kekuatan
signifikan dalam percaturan politik Indonesia. Mereka banyak yang
ditunjuk menjadi anggota MPR. Dengan memanfaatkan dwifungsi
ABRI ini, Orde Baru telah berhasil melegitimasi kekuasaan.
Dampak Revolusi Hijau dan Industrialisasi terhadap Perubahan Sosial
Ekonomi di Pedesaan dan Perkotaan pada Masa Orde Baru
Revolusi hijau dimulai sejak berakhirnya PD I yang berakibat
hancurnya lahan pertanian. Penelitian disponsori oleh Ford and
Rockefeller Foundation di Meksiko, Filipina, India, dan Pakistan.
IMWIC (International Maize and Wheat Improvement Centre)
merupakan pusat penelitian di Meksiko. Sedangkan di Filipina, IRRI
(International Rice Research Institute) berhasil mengembangkan bibit
padi baru yang produktif yang disebut padi ajaib atau padi IR-8. Pada
tahun 1970 dibentuk CGIAR (Consultative Group for International
Agriculture Research) yang bertujuan untuk memberikan bantuan
kepada berbagai pusat penelitian international.
Gambar 4.6 Norman Borlaug penerima nobel karena penemuan di bidang revolusi hijau
Pada tahun 1970 juga, Norman Borlaug mendapatkan hadiah
nobel karena gagasannya mencetuskan revolusi hijau dengan mencari
jenis tanaman biji-bijian yang bentuknya cocok untuk mengubah
energi surya menjadi karbohidrat pada tanah yang diolah menjadi
subur dengan tanaman yang tahan terhadap hama penyakit. Upaya
meningkatkan produktivitas pertanian antara lain dengan cara sebagai
berikut.
a. Pembukaan areal pertanian dengan pengolahan tanah.
b. Mekanisme pertanian dengan penggunaan alat-alat pertanian
modern seperti bajak dan mesin penggiling.
c. Penggunaan pupuk-pupuk baru.
d. Penggunaan metode yang tepat untuk memberantas hama,
misalnya dengan alat penyemprot hama, penggunaan pestisida,
herbisida, dan fungisida.
e. Perkembangan Revolusi Hijau juga berpengaruh terhadap
Indonesia.
Upaya peningkatan produktivitas pertanian Indonesia dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut.
a. Intensifikasi Pertanian
Gambar 4.7 Menyemai pestisida
Gambar 4.8 Soeharto membagikan pupuk
Intensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi
pertanian dengan menerapkan formula pancausaha tani
(pengolahan tanah, pemilihan bibit unggul, pemupukan, irigasi,
dan pemberantasan hama).
b. Ekstensifikasi Pertanian
Gambar 4.9 Terassering
Ekstensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi
pertanian dengan memperluas lahan pertanian, biasanya di luar
Pulau Jawa.
c. Diversifikasi Pertanian
Gambar 4.10 Penanaman berbagai macam tanaman
Diversifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi
pertanian dengan cara penganekaragaman tanaman, misal
dengan sistem tumpang sari (di antara lahan sawah ditanami
kacang panjang, jagung, dan sebagainya).
d. Rehabilitasi pertanian
Gambar 4.11 Lahan yang rusak
Rehabilitasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi
pertanian dengan cara pemulihan kemampuan daya
produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.
Faktor-faktor penyebab timbulnya lahan kritis adalah sebagai
berikut.
1) Penanaman yang terus menerus.
2) Penggunaan pupuk kimia (pestisida, herbisida).
3) Erosi karena penebangan liar.
4) Irigasi yang tidak teratur.
Upaya untuk memperbaiki lahan pertanian antara lain dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut.
1) Reboisasi untuk kawasan hutan/nonhutan.
2) Melakukan tebang pilih.
3) Pembibitan kembali.
4) Penanaman sejuta pohon.
5) Penanaman tanah lembah/pegunungan dengan
terasering/sengkedan.
6) Seleksi tanaman (tanaman pelindung/tua).
Keuntungan
a. Ditemukannya berbagai jenis tanaman dan biji-bijian/varietas
unggul.
b. Meningkatnya produksi pertanian yang berarti dapat mengatasi
pangan.
c. Pendapatan petani meningkat yang berarti meningkatnya
kesejahteraan petani. Tahun 1988, Indonesia mendapat
penghargaan dari FAO karena berhasil dalam swasembada
pangan.
Gambar 4.12 Panen Raya
Gambar 4.13. Penerimaan penghargaan dari lembaga pangan dunia FAO
Kelemahan Revolusi Hijau
a. Menghabiskan dana yang besar untuk biaya penelitian.
b. Menurunnya daya produksi tanah karena ditanami terus
menerus.
c. Polusi tanah dan air akibat penggunaan pupuk pestisida yang
berlebihan.
d. Dengan mekanisasi pertanian mengakibatkan tenaga manusia
digantikan mesin.
EVALUASI
1. Presiden yang menggantikan Soekarno kemudian digantikan oleh seorang anak petani yang menamai eranya dengan nama Orde Baru yaitu…. a. Soekarni b. Oemar Dhani c. Probo Sutedjo d. Soeharto e. Ahmad Yani
2. Tujuan dari partai-partai komunis, dimana pun mereka berada adalah untuk …. a. Merebut kekuasaan Negara b. Mengembangkan paham komunis c. Menghapuskan dictator proletariat d. Mempengaruhi para penguasa e. Membekukan lawan-lawan politiknya
3. Pada tahun 1951, PKI berhasil dibangun kembali oleh ….
a. Musso b. Alimin c. D.N. Aidit d. Supardjo e. Kamaruzaman
4. Di bawah ini terdapat para jendeal yang menjadi korban
keganasan dan kebiadaban Gerakan 30 September 1965, kecuali …. a. Ahmad Yani b. R. Suprapto c. S. Parman d. D.I. Panjaitan e. Soeharto
5. Penumpasan Gerakan 30 September 1965 di Jakarta dilakukan
oleh pasukan RPKAD yang dipimpin oleh …. a. Colonel Sarwo Edhi Wibowo b. Colonel Katamso
c. Mayjen Pranoto Reksosamodro d. Mayjen Soeharto e. Jenderal A.H. Nasution
6. Dukungan terhadap Gerakan 30 September 1965 pada daerah
tingkat I Jawa Tengah di umumkan oleh asisten Kodam VII Diponegoro yaitu …. a. Colonel Suminto b. Mayor Mulyono c. Kapten Mintarso d. Colonel Sahirman e. Mayor Supardi
7. Herman Sarens Sudiro menyatakan bahwa pelaku utama dari
Gerakan 30 September 1965 adalah PKI. Herman Saren Sudiro adalah pembantu utama dari …. a. A.H. Nasution b. Ahmad Yani c. Haryono MT d. S. Parman e. R. Ruprapto
8. Sebelum munculnya Gerakan 30 September 1965, Kolonel
Sukendro pernah menerima daftar nama para Jenderal yang terbunuh dalam Gerakan 30 September 1965 dari pemeritahan …. a. Taiwan b. Uni Sovyet c. Hongkong d. Cina e. Amerika Serikat
9. Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang telah dibentuk
tanggal 28 Oktober 1965 mendapat dukungan dari berbagai kesatuan aksi di bawah ini, kecuali …. a. KASI b. KAPPI c. KAMMI d. KAMI e. KABI
10. Pembentukan Kabinet Ampera yang ditetapkan melalui ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966 adalah untuk …. a. Melaksanakan program amanat penderitaan rakyat b. Memenuhi dan melaksanakan Tri Tuntutan Rakyat c. Memenuhi dan melaksanakan program jangka panjang d. Melaksanakan program pemerintahan didasarkan system
Demokrasi Pancasila e. Mengemban amanat penderitaan rakyat
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Ari Listiyani. 2009. Sejarah Untuk SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan
Imtam Rus Ernawati. 2009. Sejarah Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Tarunasena. 2009. Sejarah SMA/MA Kelas XII Program IPS. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tim Guru Mata Pelajaran Sekolah Galuh Handayani. 2014. Sejarah. Surabaya:
CV Cerdas Inti Media
Triyono Suwito. 2009. Sejarah SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Gambar: Google.com Search