disiplin verifikasi dan kredibilitas media online

4

Click here to load reader

Upload: romel-tea

Post on 26-Jun-2015

89 views

Category:

News & Politics


0 download

DESCRIPTION

JIKA wartawan (media) online terus-menerus mengabaikan prinsip dasar jurnalistik seperti verifikasi, cek dan ricek, konfirmasi, klarifikasi alias tabayun dan berimbang (balance), MAKA pelan atau cepat, kredibilitas media online yang melanggar prinsip dan kode etik jurnalistik itu akan rendah, UNTRUSTED, lalu ditinggalkan pembacanya....!

TRANSCRIPT

Page 1: Disiplin verifikasi dan kredibilitas media online

Disiplin Verifikasi dan Kredibilitas Media Online

Oleh ASEP SYAMSUL M. ROMLI

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Abaikan Verifikasi, Kredibilitas Media Online Rendah!

http://www.romelteamedia.com/2014/06/abaikan-verifikasi-kredibilitas-media.html

Summary

JIKA wartawan (media) online terus-menerus mengabaikan prinsip dasar jurnalistik

seperti verifikasi, cek dan ricek, konfirmasi, klarifikasi alias tabayun dan berimbang

(balance), MAKA pelan atau cepat, kredibilitas media online yang melanggar prinsip

dan kode etik jurnalistik itu akan rendah, UNTRUSTED, lalu ditinggalkan

pembacanya....!

DEWAN pers, lembaga independen pengawal kebebasan pers di Indonesia, sering

mendapat pengaduan dari masyarakat terkait pelanggaran oleh media atau wartawan.

Anda juga bisa mengadukan media atau wartawan yang menurut "gak bener". Buka saja

situs Dewan Pers. Di sana ada menu "Pengaduan". Bisa secara online, bisa SMS, dsb.

Dulu, kayaknya juga sampai kini, pengaduan didominasi soal wartawan gadungan alias

wartawan bodrex dan media yang "gak jelas". Kini, seiring pesatnya perkembangan

media online, pengaduan didominasi oleh kinerja wartawan atau media online itu.

Anggota Dewan Pers, Nezar Patria, dalam sebuah seminar tentang New Media di

Pekanbaru, mengatakan, saking pesatnya perkembangan media online, Dewan Pers sering

menerima pengaduan terkait berita di media online. Tiap tahun angkanya terus naik. Pada

2012 angkanya mencapai 18 persen.

“Porsi terbesar soal pelanggaran kode etik. Ini terkait dengan angka wartawan yang

membaca kode etik, yang baru 42 persen, sesuai survei Dewan Pers tahun 2011,“ kata

Nezar (Tribunnews.com).

Anggota Dewan Pers lainnya, Agus Sudibyo, mengungkapkan, ada enam jenis

pelanggaran kode etik jurnalistik yang dilakukan oleh media online (media siber, cyber

media):

1. Media online tidak menguji informasi atau melakukan konfirmasi. pelanggaran ini

terjadi karena media siber mengutamakan kecepatan tanpa dibarengi dengan

verifikasi. Dilema kecepatan menimbulkan kesalahan pemberitaan.

2. Berita tidak akurat

3. Mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi

Page 2: Disiplin verifikasi dan kredibilitas media online

4. Tidak berimbang

5. Tidak menyembunyikan identitas korban kejahatan susila

6. Tidak jelas narasumbernya.

Disiplin Verifikasi Kita lihat pelanggaran media online no. 1 adalah "tidak akurat". Ini pelanggaran berat

karena verifikasi (klarifikasi, konfirmasi, cek-ricek) merupakan roh jurnalistik.

Pengabaian terhadap prinsip utama jurnalistik ini akan menyebabkan kredibilitas media

online rendah.

Disiplin verifikasi adalah pembeda utama antara jurnalistik dengan model komunikasi

lain seperti propaganda, fiksi, dan hiburan. (This discipline of verification is what

separates journalism from other modes of communication, such as propaganda, fiction or

entertainment).

Jadi, jika verifikasi terus diabaikan, yang berakibat tersebarnya berita yang tidak akurat,

maka media online pun akan tidak kredibel, tidak punya integritas, tak bisa dipecaya, dan

akhirnya "mati" karena ditinggalkan pembaca.

Tugas wartawan/media adalah menginformasikan atau mengungkap kebenaran (truth).

Kebenaran dalam dunia jurnalistik adalah fakta (fact) yang disajikan secara akurat

(accuracy). Untuk mencapai akurasi dan kebenaran itulah dibutuhkan verifikasi

(discipline of verification).

Verifikasi > Akurasi > Kebenaran

Verifikasi bukan saja menjadi pembeda antara jurnalistik dengan propaganda, fiksi, dan

entertainment news (baca: gosip), tapi juga adalah pembeda antara jurnalis profesional

dengan wartawan "amatir". (Journalists rely on a professional discipline for verifying

information).

Daftar pelanggaran dalam dunia jurnalistik lainnya bisa diintip dalam "Journalsm

Warning Labels". Salah satu gambarnya jadi ilustrasi posting ini.

Dilema Media Online Mengapa insan media online sering mengabaikan atau melanggar disiplin verifikasi?

Benar dugaan Anda... mereka lebih memilih kecepatan ketimbang akurasi. Lebih

mengedepankan menjadi "yang pertama" ketimbang "yang terakurat".

Media online is the fastest channel untuk menyebarkan informasi. Media online pun

berlomba untuk menjadi yang tercepat. Tidak salah.... tapi mengabaikan verifikasi

sebagai jalan terbaik untuk akurasi dan kebenaran berita adalah "dosa besar" dalam

perspektif "fiqih jurnalistik".

Page 3: Disiplin verifikasi dan kredibilitas media online

Wartawan media online bahkan sering menulis berita berdasarkan wawancara via

telepon, SMS, BBM, status Facebook, dan kicauan Twitter --ini yang saya sebut

"Jurnalisme Twitter". Bukan langsung terjun ke TKP untuk observasi dan verifikasi

fakta.

Insan media online tampaknya mengabaikan verifikasi karena bisa dengan mudah, kapan

dan di mana saja, mengedit, update, atau bahkan men-delete (menghapus) berita yang

dibuatnya. Selain itu, toh berita online juga dengan mudah dikoreksi dan dikomentari

oleh pembaca (audience control).

Sebuah media online "ternama" pernah mengubah judul berita dalam hitungan menit,

ketika judul itu diprotes; mengubah kesalahan penulisan nama dubes ketika nama itu

ternyata salah; menghapus berita karena ternyata berita itu hoax (cerita bohong); dan

masih banyak lagi.

Seorang wartawan situs ternama pernah cerita, ia menulis berita hanya berdasarkan

telepon kepada saksi mata sebuah kerusuhan. Tanpa verifikasi! Akibatnya? Pembaca

menghujatnya habis-habisan via kolom komentar dan share media sosial! Ini...

menurunkan kredibilitas!

Sering pula media online memuat berita hanya berdasarkan siaran pers. Tanpa verifikasi.

Akibatnya, berita yang dimuatnya "sepihak" dan fatalnya.... ada dusta di antara kata-kata

dalam rilis itu!

Sering juga, media online hanya mengutip alias COPAS berita dari media online lainnya,

lalu diklaim sebagai berita yang dibuat sendiri, tanpa menyebutkan sumber, apalagi

verifikasi sendiri ke TKP!

Ah... udah ah sampai di sini saja posting tentang Abaikan Verifikasi, Kredibilitas Media

Online Rendah ini. Takut kepanjangan. Intinya sih... media online jangan mengabaikan

verifikasi jika ingin "bertahan hidup". Pembaca juga jangan mudah percaya dengan berita

di media online. Jangan langsung komen dan share!

O iya... ni masalah bisa jadi karya ilmiah bahkan skripsi lho... Judulnya kira-kira ....

"Disiplin Verifikasi dan Kredibilitas Media Online". Keywodsnya: verifikasi, kredibilitas

media, media online. Sok tah...! Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

References:

http://www.tribunnews.com/regional/2013/10/12/18-persen-pengaduan-di-dewan-

pers-terkait-media-online

http://www.tempo.co/read/news/2013/03/12/173466521/6-Pelanggaran-Media-

Siber-Ini-yang-Sering-Diadukan

Page 4: Disiplin verifikasi dan kredibilitas media online

http://www.journalism.org/resources/principles-of-journalism/

http://www.americanpressinstitute.org/journalism-essentials/verification-

accuracy/journalism-discipline-verification/

http://www.nieman.harvard.edu/reports/article/102543/The-Essence-of-

Journalism-Is-a-Discipline-of-Verification.aspx