diseminasi teknologi cabai merah melalui...

9

Click here to load reader

Upload: duongngoc

Post on 06-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: DISEMINASI TEKNOLOGI CABAI MERAH MELALUI …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/47_amali.pdf · hama/penyakit, kurangnya informasi tentang pasca panen dan pengolahan

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 419

DISEMINASI TEKNOLOGI CABAI MERAH

MELALUI DEMPLOT GAP

Noor Amali

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan

Jl. P. Batur Barat No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

e-mail :

ABSTRAK

Demonstrasi plot (demplot) adalah salah satu metode penyuluhan yang sifatnya langsung

bisa dilihat petani. Usahatani cabai merah dilakukan oleh petani semata-mata untuk tujuan

produksi dan perbaikan ekonomi, tanpa memperhatikan prinsip atau teknik budidaya yang

benar. Budidaya tanaman cabai merah secara benar atau Good Agricultural Practices (GAP)

merupakan penerapan budidaya yang memberikan hasil selaras dengan komponen-

komponen pendukungnya. Prinsip GAP adalah (i) bersifat umum, (ii) merupakan proses

pembelajaran bagi petani dan pelaku usaha, dan (iii) dinamis sesuai perkembangan

teknologi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendiseminasikan teknologi budidaya

cabai merah melalui penerapan GAP secara langsung kepada petani. Kegiatan dilakukan

langsung di lahan petani (on farm) pada lahan seluas 300 m2. Varietas yang digunakan yaitu

Hot Chili. Teknik budidaya yang diterapkan yaitu dengan menerapkan beberapa aspek

yang menjadi ruang lingkup GAP yang terdiri atas : perencanaan, lokasi budidaya,

penyiapan lahan, media tanam, penggunaan pupuk dan pestisida, pengairan, panen dan

pencatatan. Hasil yang diperoleh melalui demplot GAP cabai merah tersebut adalah

meningkatnya hasil yang diperoleh petani hingga mencapai 418,5 kg dengan R/C sama

dengan 2.

Kata kunci : diseminasi, cabai, demplot, GAP

Pendahuluan

Diseminasi diartikan sebagai suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target

atau individu agar mendapatkan informasi sehingga timbul kesadaran, menerima dan

akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Penyebaran informasi yang dimaksud dapat

dilakukan melalui berbagai jenis media seperti buku, majalah, surat kabar, film, televisi,

radio, musik, game dan sebagainya. Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai

cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha

beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka lebih mudah

memahami dan dapat mempermudah penerapan suatu inovasi. Dalam penggunaan metode

penyuluhan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan: teknik komunikasi,

jumlah sasaran dan indera penerima dari sasaran. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa

metode penyuluhan merupakan salah satu bagian dari kegiatan diseminasi informasi.

Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di lapangan untuk

memperlihatkan secara nyata tentang ‘Cara’ dan/atau ‘Hasil’ penerapan teknologi pertanian

yang telah terbukti menguntungkan bagi petani-nelayan. Salah satu jenis demonstrasi yang

Page 2: DISEMINASI TEKNOLOGI CABAI MERAH MELALUI …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/47_amali.pdf · hama/penyakit, kurangnya informasi tentang pasca panen dan pengolahan

Noor Amali : Diseminasi teknologi cabai merah melalui demplot GAP | 420

dilaksanakan oleh petani secara perorangan adalah demonstrasi plot (demplot). Tujuan

pelaksanaan demplot adalah untuk memberikan contoh bagi petani nelayan di sekitarnya

untuk menerapkan teknologi baru yang diitroduksikan dan petani dapat melihat secara

langsung proses inovasi teknologi introduksi. Dengan terlaksananya demplot diharapkan

terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku sehingga petani mau dan

mampu menggunakan inovasi baru.

Cabai Merah merupakan komoditas sayuran yang sangat laku dipasaran. Usaha

agribisnis cabai merah menuntut dipenuhinya berbagai persyaratan agar diperoleh efisiensi

usaha produksi yang tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan yang optimal dan produksi

berkelanjutan serta sumber daya alam yang lestari.

Pada era perdagangan global saat ini, persyaratan mutu, keamanan pangan, sanitary

dan phytosanitri lebih diutamakan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut perlu diketahui

pedoman cara budidaya cabai merah yang baik atau dikenal dengan Good Agricultural

Practices (GAP).

Tanaman cabai merah (Capsicum annum L) merupakan komoditas hortikultura yang

dapat dibudidayakan pada berbagai jenis tanah dan ketinggian dari permukaan laut. Di

Indonesia cabai merah memepunyai arti penting dan menduduki tempat kedua setelah

sayuran kacang-kacangan (Samsudin, 1980). Usahatani tanaman cabai merah (Capsicum

annum L.) di Kalimantan Selatan masih berada dalam skala usaha kecil dan belum

menerapkan pola tanam dan pola produksi secara optimal. Pada umumnya petani cabai

merah di Kalimantan Selatan belum menerapkan teknologi maju sehingga kualitas

produknya belum memenuhi standar. Luas tanam cabai merah pada tahun 2006 mencapai

733 ha yang tersebar di hampir seluruh kabupaten di Kalimantan Selatan kecuali kota

Banjarmasin. Jumlah produksi yang diperoleh 34,572 kuintal. Masih rendah dibandingkan

dengan rata-rata produksi nasional yang mencapai 6,7 t/ha (Amali dan Susi, 2008).

Berdasarkan data dari BPS untuk tahun 2009 luas panen tanaman cabai merah adalah

sebesar 854 ha, produksi mencapai 4047 ton, sedangkan rata-rata produksi mencapai 4,74

ton/ha (Kalimantan Selatan dalam Angka, 2010).

Selanjutnya beberapa permasalahan yang dihadapi dalam usahatani cabai merah di

Provinsi Kalimantan Selatan adalah kurangnya informasi teknologi, adanya serangan

hama/penyakit, kurangnya informasi tentang pasca panen dan pengolahan. Sedangkan

permasalahan non teknis seperti posisi tawar petani rendah dikarenakan manajemen

usahatani belum diterapkan secara optimal sehingga pengaturan suplai dan distribusi produk

belum berjalan baik. Untuk menghindari timbulnya berbagai masalah dalam budidaya

tanaman cabai merah, terutama terhadap keamanan produk dan lingkungan, perlu dilakukan

usaha budidaya cabai merah secara benar. Dengan upaya-upaya yang dilakukan secara benar

ini diharapkan usaha budidaya tanaman cabai merah dapat dilakukan secara berkelanjutan

dan produknya aman untuk konsumsi (Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan

Biofarmaka, 2010). Upaya yang dapat dilakukan untuk dapat melakukan budidaya tanaman

cabai merah secara benar adalah dengan mengacu pada standar operasional prosedur (SOP).

Standar Operasional Prosedur dalam pelaksananaan budidaya tanaman cabai merah memuat

alur proses budidaya dari on farm sampai penanganan pasca panen sesuai dengan good

agricultural practices. Oleh karena itu kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk

mendiseminasikan teknologi budidaya cabai merah melalui penerapan GAP secara langsung

kepada petani.

Page 3: DISEMINASI TEKNOLOGI CABAI MERAH MELALUI …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/47_amali.pdf · hama/penyakit, kurangnya informasi tentang pasca panen dan pengolahan

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 421

Metodologi

Demplot Good Agricultural Practices (GAP) Cabai Merah ini dilaksanakan di Desa

Sungai Hanyar Kecamatan Angkinang Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dilakukan pada

lahan petani dan petani sebagai pelaksana (on farm research). Luas areal yang digunakan

dalam uji coba ini adalah 300 m2, dengan Varietas cabai yang digunakan adalah Hot Chili.

Teknik budidaya yang diterapkan yaitu dengan menerapkan beberapa aspek yang menjadi

ruang lingkup GAP yang terdiri atas : perencanaan, lokasi budidaya, penyiapan lahan, media

tanam, penggunaan pupuk dan pestisida, pengairan, panen dan pencatatan. Pelaksanaan

kegiatan dalam uji coba GAP tanaman cabai ini mengacu pada SOP dari Direktorat

Tanaman Sayuran dan Biofarmaka Kementerian Pertanian Republik Indonesia, meliputi :

1. Pemilihan benih cabai merah,

Untuk pemilihan benih yaitu dengan kriteria : varietas yang dianjurkan dan tersedia

di pasaran, bermutu (daya kecambah diartas 80%), memiliki nilai komersial, benih tidak

kadaluarsa.

2. Persemaian

Beberapa tahapan yang dilaksanakan dalam membuat persemaian yaitu : membuat

media tanam yang merupakan campuran dari tanah dan pupuk kandang dengan

perbandingan 1:1dan steril dengan cara pengukusan media. Selanjutnya benih direndam

dalam air hangat (50 derajat Celsius) selama 1 jam, kemudian disebar merata pada

bedengan lalu ditutup dengan lapisan tanah halus dan kemudian ditutup lagi dengan daun

pisang. Benih siap dilakukan pembubunan setelah mempunyai 4-5 helai daun dengan tinggi

antara 5-10 cm.

3 Persiapan lahan

a. Pengolahan lahan, dengan cara lahan dicangkul sedalam 30-40 cm sampai gembur,

kemudian dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2m dan tinggi 30 cm dan jarak antar

bedengan 30 cm

b. Pemberian kapur dolomit sebanyak 2 ton/ha bersamaa dengan pengolahan tanah

c. Pemberian agens hayati

d. Pemupukan, pupuk dasar diberikan berupa pupuk organic diberikan 2 minggu sebelum

tanam dengan dosis 10 ton/ha. Kemudian pupuk susulan berupa pupuk organic cair

e. Pemasangan mulsa plastic perak hitam dengan lebar 100-125 cm, merupakan salah

satu usaha untuk memberikan kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman yang lebih

baik, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Pemasangan mulsa

dilakukan saat matahari panas terik agar mulsa memuai sehingga memudahkan pulsa

ditarik menutup rapat bedengan. Bagian plastic berwarna perak menghadap ke atas

dan yang berwarna hitam menghadap ke bawah/tanah.

f. Pembuatan lubang tanam pada mulsa menggunakan alat pelubang mulsa berdiameter

10 cm yang sudah dipanaskan. Lubang tanam dibuat 2 baris berhadapan, sesuai dengan

jarak tanam yaitu (50-60cm) x (50-70cm)

4 Penanaman dan Pemeliharaan

a. Penanaman , dilakukan pada sore hari agar benih tidak layu akibat terik matahari.benih

ditanam pada mulsa yang telah dilubangi.

Page 4: DISEMINASI TEKNOLOGI CABAI MERAH MELALUI …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/47_amali.pdf · hama/penyakit, kurangnya informasi tentang pasca panen dan pengolahan

Noor Amali : Diseminasi teknologi cabai merah melalui demplot GAP | 422

b. Pemasangan ajir/turus, berfungsi untuk membantu tanaman tumbuh tegak, mengurangi

kerusakan fisik tanaman yang disebabkan beban buah, memperbaiki pertumbuhan daun

dan tunas serta memudahkan pemeliharaan. Ajir dipasang pada 7 hari setelah tanam

dan ditancapkan 10 cm dari tanaman. Tanaman diikat pada ajir dengan tali raffia

setelah tanaman berumur 30-40 hari setelah tanam.

c. Perempelan, yaitu pembuangan tunas air, daun, bunga dan bagian tanaman lain yang

rusak atau terkena serangan OPT. Dilakukan saat pagi hari. Perempelan tunas di

ketiak daun dimulai pada umur 10-12 HST dan perempelan bunga dilakukan pada

bunga cabang utama untuk menunda pembentukan bunga dan buah karena kondisi

tanaman belum kuat, perempelan daun di cabang utama dilakukan pada saat tajuk

tanaman telah optimal, yaitu pada saat tanaman berumur 75-80 HST

d. Pengendalian OPT, dilakukan dengan melakukan pengamatan OPT secara berkala

serta pencegahan serangan OPT dengan cara menjaga kebersihan lahan dan

menggunakan perangkap lekat warna biru/putih dan perangkap lekat warna kuning.

Perangkap ini dipasang segera setelah tanaman cabai merah tumbuh. Jumlah

perangkap yang dibutuhkan masing-masing sebanyak 40 buah/ha. Disamping cara

tersebut di atas, juga digunakan Trichoderma untuk mencegah layu cendawan,

diberikan sebanyak 3 kali yaitu pada saat di persemaian, menjelang tanam dan saat

tanaman memasuki fase generative. Pemberian larutan bakteri Pseudomonas

fluorecense, untuk mencegah penyakit layu bakteri, diaplikasikan berselang 3 hari dari

pemberian tricho cair.

Hasil dan Pembahasan

Dalam pelaksanaan demplot GAP Cabai merah ini mengacu pada Pedoman Budidaya

Sayur yang Baik (Good Agricultural Practices for Vegetables) atau yang biasa disingkat GAP,

yaitu panduan budidaya sayur yang baik untuk menghasilkan produk bermutu yang mencakup

penerapan teknologi yang ramah lingkungan, pencegahan penularan organisme pengganggu

tanaman, penjagaan kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja serta prinsip

penelusuran balik (traceability). Dalam melakukan budidaya sayur yang baik meliputi beberapa

aspek yang menjadi ruang lingkup GAP yang terdiri atas :

1. Penetapan lokasi lahan demplot

Sesuai dengan pedoman GAP, beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam

penetapan lahan untuk lokasi pertanaman adalah kesuburan tanah, pengairan, kemiringan lahan

harus di bawah 30% dan riwayat penggunaan lahan. Selain itu lahan yang dipilih tidak

bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang

Daerah (RDTRD) dari pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kemiringan lokasi

budidaya di desa Sungai Hanyar adalah 0%. Riwayat penggunaan lahan tersebut adalah bebas

dari cemaran bahan beracun dan berbahaya dan sebelumnya tidak dilakukan budidaya tanaman

dari keluarga solanaceae. Budidaya tanaman yang sama atau satu famili pada lahan yang sama

dapat menyebabkan endemis organisme pengganggu tanaman karena organisme pengganggu

tanaman tersebut mendapatkan makanan secara berkelanjutan.

2. Penyiapan Lahan

Kegiatan persiapan lahan merupakan kegiatan mempersiapkan lahan yang sesuai

untuk pertumbuhan. Penyiapan lahan/media tanam dilakukan dengan cara yang dapat

memperbaiki atau memelihara struktur tanah dan dapat menghindarkan erosi. Untuk

Page 5: DISEMINASI TEKNOLOGI CABAI MERAH MELALUI …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/47_amali.pdf · hama/penyakit, kurangnya informasi tentang pasca panen dan pengolahan

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 423

mendapatkan media tanam yang baik bagi tanaman cabai perlu dilakukan pengolahan tanah

sempurna dan penambahan bahan organik dan kapur (dolomit). Pemberian bahan organik

dimaksudkan untuk memperbaiki agregat tanah sedangkan pemberian dolomit 2 ton/ha

dimaksudkan untuk meningkatkan pH tanah. Bahan organik yang diberikan berasal dari

kotoran sapi yang telah mengalami dekomposisi. Dosis pupuk yang diberikan sesuai dengan

anjuran yaitu 5 ton/ha.. Untuk keperluan tersebut diperlukan tindakan-tindakan pengolahan

tanah yang terdiri atas pembajakan (pencangkulan tanah), pembersihan gulma dan sisa-sisa

tanaman, perataan permukaan tanah, serta pembuatan bedengan dan garitan-garitan.

Disampaikan juga pada petani tentang pelarangan penggunaan kotoran manusia sebagai

pupuk organik.

3. Media Tanam

Media tanam yang digunakan dalam persemaian maupun areal pertanaman tidak

tercemar bahan beracun dan berbahaya

4. Penggunaan pupuk dan pestisida

Selain menggunakan pupuk organik juga digunakan pupuk anorganik untuk

merangsang pembungaan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk yang terdaftar dan diijinkan.

Dosis yang digunakan sesuai anjuran. Penyimpanan pupuk dilakukan ditempat yang aman

dan terpisah dengan penyimpanan pestisida.

Pestisida yang digunakan adalah pestisida organik meliputi :

a. ekstrak daun tembakau dan sirsak yang digunakan untuk mengendalikan serangan

hama.

b. agen hayati (bakteri) metarhizium untuk mengendalikan serangan jangkerik dan

bakteri

c. agen hayati (bakteri) Pseudomonas fluorecense untuk mengendalikan layu bakteri

d. agen hayati tricho cair untuk mencegah serangan jamur tanah

Semua pestisida hayati tersebut diproduksi oleh Balai Proteksi Tanaman Pangan dan

Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan.

Sesuai dengan prosedur GAP tentang pestisida, sangat dianjurkan agar pestisida

disimpan di lokasi yang layak, aman, berventilasi baik, memiliki pencahayaan baik dan

terpisah dari materi lainnya dan terpisah dari produk pertanian. Petani kooperator

mempunyai gubuk yang berada ditempat yang cukup teduh dan dekat dengan areal

pertanaman yang digunakan untuk tempat penyimpanan pestisida dan mampu untuk

menahan tumpahan. Selama penyimpanan pestisida tetap berada dalam kemasan asli dimana

pestisida cair diletakkan terpisah dari pestisida bubuk. Dalam penanganan wadah pestisida

wadah bekas pestisida ditangani dengan benar agar tidak mencemari lingkungan. Diberikan

arahan ke petani kooperator supaya wadah bekas pestisida dirusakkan agar tidak digunakan

untuk keperluan lain. Kelebihan pestisida dalam tabung penyemprotan digunakan untuk

pengendalian ditempat lain. Selain itu juga dianjurkan supaya peralatan aplikasi pestisida

dirawat secara teratur agar selalu berfungsi dengan baik. Sangat dianjurkan agar tersedia

peralatan yang memadai untuk menakar dan mencampur pestisida dan agar peralatan

aplikasi pestisida dikalibrasi secara berkala untuk menjaga keakurasiannya. Sebelum

diserahkan ke petani telah disediakan panduan penggunaan peralatan dan aplikasi pestisida.

5. Pengairan

Sesuai prosedur GAP bahwa dalam pengairan terhadap tanaman salah satu

komponennya yaitu sangat dianjurkan agar air yang digunakan untuk tanaman tidak

Page 6: DISEMINASI TEKNOLOGI CABAI MERAH MELALUI …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/47_amali.pdf · hama/penyakit, kurangnya informasi tentang pasca panen dan pengolahan

Noor Amali : Diseminasi teknologi cabai merah melalui demplot GAP | 424

mengandung limbah berbahaya dan beracun. Areal demplot budidaya cabai ini terletak di

sebelah sungai sehingga memudahkan petani dalam memberikan pengairan bagi tanaman,

dimana air tersebut tidak mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun serta

penggunaan airnya tidak bertentangan dengan kepentingan umum.

6. Panen

Pemanenan dilakukan dengan cara yang dapat mempertahankan mutu produk.

Diwajibkan pada petani kooperator agar wadah hasil panen yang akan digunakan dalam

keadaan baik, bersih dan tidak terkontaminasi. Hasil panen diletakkan pada tempat yang

ternaungi dan diperlakukan secara hati-hati dan dibersihkan dari cemaran. Pencucian hasil

panen menggunakan air bersih

7. Pencatatan

Petani kooperator telah diberikan buku untuk mencatat semua kegiatan yang

dilakukan mulai dari persiapan lahan sampai pemanenan.

8. Hasil tanaman

Hasil tanaman cabe pada kegiatan demplot seperti pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Hasil panen

Uraian Panen

I

Panen

II

Panen

III

Panen

IV

Panen

V

Panen

VI

Panen

VII

Panen

VIII

Panen

IX-XV

Jml

hasil

panen

Hasil

(kg) 43,7 44 42,9 43,9 45 40,7 38,2 37,1 83 418,5

Panjang

buah

(cm)

11,4

(Mutu

I)

11,58

(mutu

II)

12,33

(mutu

I)

11,4

(mutu

I)

11,58

(mutu

II)

12,33

(mutu

I)

Mutu

III

Diamter

buah

(cm)

6,1 4,48 5,1 5 4.8 6,1 4,48 5,1

9. Hama dan Penyakit

Selama budidaya berlangsung organisme pengganggu tanaman yang muncul adalah

jangkerik, ulat, trips, bakter, jamur dan virus penyebab keriting.

Jangkerik menyerang tanaman pada saat tanaman masih dalam pembumbunan dan

umur 1 minggu setelah tanam. Untuk penanggulangannya dilakukan penyemprotan larutan

daun sirsak dan tembakau. Untuk mengatasi kematian tanaman akibat serangan jangkrik

dilakukan penyulaman tanaman.

Serangan ulat tidak mengakibatkan fatal pada tanaman. Kerusakan yang ditimbulkan

adalah daun tanaman menjadi berlubang. Untuk penanggulangannya dilakukan

penyemprotan larutan daun sirsak dan tembakau. Selain serangan hama, juga terdapat

serangan penyakit layu bakteri dan layu jamur, dengan jumlah tanaman yang terserang

sekitar 1% dari total tanaman yang ada. Untuk penanggulangannya dilakukan

penyemprotan larutan agen hayati (bakteri) Pseudomonas fluorescense. metarhizium dan

tricho cair. Sebanyak 77 tanaman mengalami keriting daun (2%). Vektor pembawanya

adalah kutu daun dari golongan trips. Kutu ini sangat menyukai cairan daun cabai. Pada saat

Page 7: DISEMINASI TEKNOLOGI CABAI MERAH MELALUI …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/47_amali.pdf · hama/penyakit, kurangnya informasi tentang pasca panen dan pengolahan

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 425

stilet kutu ini menghisap cairan daun cabai dalam air liurnya mengandung virus penyebab

daun keriting.

10. Analisa usaha tani

Pada saat demplot dilaksanakan, petani melakukan panen muda. Alasan

dilakukannya panen muda karena, menghindari serangan antraknose dan mengurangi biaya

pemeliharaan. Apabila dilakukan panen pada usia masak optimum maka perlu waktu 40 hari

untuk pematangan buah cabai. Pada masa tersebut rawan terserang busuk buah. Disamping

itu biaya pemeliharaan cukup mahal karena perlu pemeliharaan yang intensif. Oleh karena

itu petani melakukan panen muda walaupun harga jualnya lebih rendah. Harga jual cabai

hijau berkisar Rp 10.000/kg sedangkan harga jual cabai merah berkisar Rp 15.000-

20.000/kg. Perhitungan kelayakan ekonomi usaha tani seperti pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Kelayakan Ekonomi Usaha Tani

Uraian Jumlah Nilai

Input 2.114.000

a). Benih cabai 1 pak 150.000

b). Polibag 2 pak 100.000

c) Pestisida hayati 1 paket 320.000

d) Pupuk organik 1 paket 616.000

e) Turus 2000 batang 300.000

f) Mulsa plastik perak hitam 1 roll 550.000

g). Furadan 1 kg 13.000

h). Dolomit 50 kg 40.000

i). Tali 1 roll 25.000

Output

Panen 418,5 kg 4.185.000

Keuntungan

R/C 2

Dari perhitungan ekonomi usahatani, demplot GAP Cabai Merah yang telah

dilaksanakan ini cukup layak untuk diusahakan (R/C = 2).

Demonstrasi plot (demplot) pada dasarnya adalah demonstrasi teknologi yang

dilaksanakan bersama-sama dengan petani di lahan mereka. Pada dasarnya kegiatan

demonstrasi teknologi yang dilaksanakan bersama dengan petani ini bersifat partisipatif

yang menggambarkan suatu proses yang didasarkan pada dialog antara petani dengan

sumber teknologi dalam rangka mengembangkan teknologi yang praktis, efektif,

menguntungkan dan akan memecahkan kendala usahatani yang ada. Proses diseminasi oleh

petani langsung tersebut diharapkan dapat meningkatkan peluang adopsi teknologi/inovasi

oleh petani sekitarnya.

Page 8: DISEMINASI TEKNOLOGI CABAI MERAH MELALUI …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/47_amali.pdf · hama/penyakit, kurangnya informasi tentang pasca panen dan pengolahan

Noor Amali : Diseminasi teknologi cabai merah melalui demplot GAP | 426

Dalam proses adopsi dapat dibedakan lima tahap sebagai berikut :

Tahu, pertama kali mendapat suatu ide, praktek baru, kekurangan rincian informasi

Minat, mencari rincian informasi

Evaluasi, menilai manfaat inovasi, dapatkah saya mengerjakannya?

Mencoba, mencoba menerapkan inovasi pada skala kecil

Adopsi, menerapkan inovasi pada skala besar pada usahataninya.

Penelitian menunjukkan diperlukannya waktu yang lama antara saat pertama kali

petani mendengar suatu inovasi dengan saat melakukan adopsi. Disebutkan juga bahwa

factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi yaitu klasifikasi pengadopsi seperti

cirri-ciri pribadi, social, budaya dan lingkungan dan sumber informasi.

Untuk dapat memperkirakan sejauhmana suatu inovasi dapat didifusikan kepada

penggunanya, perlu diperhatikan lima ciri inovasi sebagai berikut :

1. Keuntungan relatif

Apakah suatu inovasi memungkinkan petani meraih tujuannya dengan lebih baik,

atau dengan biaya yang lebih rendah daripada yang telah dilakukannya sekarang? Kriteria

lainnya bisa berupa keuntungan social, misalnya meningkatnya status social, tingkat

kemudahan pemakaiannya, maupun tingkat kepuasan yang diperoleh.

2. Kompatibilitas/Keselarasan

Kompatibilitas berkaitan dengan nilai social budaya dan kepercayaan, dengan inovasi

yang diperkenalkan sebelumnya, atau dengan keperluan yang dirasakan oleh petani. Sebagai

contoh, beternak babi akan ditolak di wilayah umat Islam, walaupun usaha tersebut

memberikan keuntungan yang tinggi.

3. Kompleksitas

Inovasi sering gagal karena tidak diterapkan secara benar. Beberapa diantaranya

memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Adakalanya lebih baik memperkenalkan

sekumpulan paket inovasi yang relative sederhana tetapi sering berkaitan, walaupun

kaitannya mungkin sulit dipahami. Sapi perah unggul misalnya, hanya akan memproduksi

banyak susu jika diberi pakan berprotein dan berenergi tinggi dan untuk perlakuan

demikian diperlukan tim peternakan yang canggih karena jika tidak maka hasilnya bahkan

lebih sedikit dari sapi lokal.

4. Dapat dicoba

Kemudahan inovasi untuk dapat dicoba oleh pengguna berkaitan dengan keterbatasan

sumberdaya yang ada. Inovasi yang dapat dicoba sedikit demi sedikit akan lebih cepat

dipakai oleh pengguna daripada inovasi yang tidak dapat dicoba sedikit demi sedikit.

Sebagai contoh ekstrim, inovasi berupa penggunaan perangkat computer yang harus terdiri

atas CPU, monitor, perangkat lunak, printer serta adanya aliran listrik, akan lebih lambat

penerapannya dibandingkan dengan inovasi kalkulator tangan yang tidak memerlukan alat-

alat bantu lainnya.

5. Dapat diamati

Petani dapat melihat dari jauh rekannya yang telah beralih memberi jagung untuk

pakan ternaknya, tetapi mungkin tidak tahu tentang system tata buku yang digunakan

tetangganya. Karena takut tersaingi petani mungkin tidak menunjukkan ternak unggul

miliknya kepada tetangganya. Para petani belajar dengan cara mengamati dan diskusi

Page 9: DISEMINASI TEKNOLOGI CABAI MERAH MELALUI …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/47_amali.pdf · hama/penyakit, kurangnya informasi tentang pasca panen dan pengolahan

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 427

mengenai pengalaman rekannya. Pengamatan mereka sering menjadi sebab untuk memulai

suatu diskusi.

Proses adopsi merupakan proses mental bagi petani yang memerlukan waktu relatif

lama. Oleh sebab itu diperlukan upaya yang terus menerus dalam proses adopsi dengan

memanfaatkan wadah diseminasi berbagai bentuk. Untuk materi yang sifatnya teknis,

metode yang ideal dan memungkinkan adalah melalui praktek langsung di tingkat petani

sehingga petani dapat berpikir secara realistis untuk menerapkan suatu teknologi. Petani

cenderung untuk mengadopsi inovasi jika telah dicoba dalam skala kecil di lahannya

sendiri. Metode penyuluhan yang sifatnya langsung bisa dilihat petani salah satunya adalah

demonstrasi teknologi.

Kesimpulan

1. Demplot GAP Cabai Merah dapat memberikan pembelajaran kepada petani tentang

budidaya cabai merah yang baik

2. Dari perhitungan kelayakan usaha tani, budidaya cabai merah cukup menguntungkan

sehingga melalui demplot dapat diharapkan petani sekitar dapat menerapkan

budidaya cabai merah sesuai dengan yang dilaksanakan pada demplot.

Daftar Pustaka

Anonim, 2001. Penyuluhan Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Jakarta

Amali, Noor dan Susi Lesmayati. 2008. Budidaya dan Pengolahan Cabai Merah. Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Selatan

Bahar, Yul, dkk.2010. Standar Operasional Prosedur Cabai Merah. Direktorat Tanaman

Sayuran dan Biofarmaka. Direktorat Jendral Hortikultura. Kementerian

Pertanian.Jakarta

Setiawati, Wiwin., Bagus K Udiarto, Agus Muharam. 2005. Pengenalan dan Pengendalian

Hama-Hama Penting pada Tanaman Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman

Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan

Penegmbangan Pertanian.Bandung

Sumarni, Nani dan Agus Muharam. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Balai Penelitian

Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan

Penelitian dan Penegmbangan Pertanian. Bandung

Wulandari, Astri W., Neni Gunaeni, Ati Srie Duriat. 2007. Penyakit-penyakit Penting

Tanaman Cabai dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Penegmbangan

Pertanian.Bandung