diseminasi teknologi cabai merah melalui...
TRANSCRIPT
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,
Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 419
DISEMINASI TEKNOLOGI CABAI MERAH
MELALUI DEMPLOT GAP
Noor Amali
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan
Jl. P. Batur Barat No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
e-mail :
ABSTRAK
Demonstrasi plot (demplot) adalah salah satu metode penyuluhan yang sifatnya langsung
bisa dilihat petani. Usahatani cabai merah dilakukan oleh petani semata-mata untuk tujuan
produksi dan perbaikan ekonomi, tanpa memperhatikan prinsip atau teknik budidaya yang
benar. Budidaya tanaman cabai merah secara benar atau Good Agricultural Practices (GAP)
merupakan penerapan budidaya yang memberikan hasil selaras dengan komponen-
komponen pendukungnya. Prinsip GAP adalah (i) bersifat umum, (ii) merupakan proses
pembelajaran bagi petani dan pelaku usaha, dan (iii) dinamis sesuai perkembangan
teknologi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendiseminasikan teknologi budidaya
cabai merah melalui penerapan GAP secara langsung kepada petani. Kegiatan dilakukan
langsung di lahan petani (on farm) pada lahan seluas 300 m2. Varietas yang digunakan yaitu
Hot Chili. Teknik budidaya yang diterapkan yaitu dengan menerapkan beberapa aspek
yang menjadi ruang lingkup GAP yang terdiri atas : perencanaan, lokasi budidaya,
penyiapan lahan, media tanam, penggunaan pupuk dan pestisida, pengairan, panen dan
pencatatan. Hasil yang diperoleh melalui demplot GAP cabai merah tersebut adalah
meningkatnya hasil yang diperoleh petani hingga mencapai 418,5 kg dengan R/C sama
dengan 2.
Kata kunci : diseminasi, cabai, demplot, GAP
Pendahuluan
Diseminasi diartikan sebagai suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target
atau individu agar mendapatkan informasi sehingga timbul kesadaran, menerima dan
akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Penyebaran informasi yang dimaksud dapat
dilakukan melalui berbagai jenis media seperti buku, majalah, surat kabar, film, televisi,
radio, musik, game dan sebagainya. Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai
cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha
beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka lebih mudah
memahami dan dapat mempermudah penerapan suatu inovasi. Dalam penggunaan metode
penyuluhan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan: teknik komunikasi,
jumlah sasaran dan indera penerima dari sasaran. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa
metode penyuluhan merupakan salah satu bagian dari kegiatan diseminasi informasi.
Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di lapangan untuk
memperlihatkan secara nyata tentang ‘Cara’ dan/atau ‘Hasil’ penerapan teknologi pertanian
yang telah terbukti menguntungkan bagi petani-nelayan. Salah satu jenis demonstrasi yang
Noor Amali : Diseminasi teknologi cabai merah melalui demplot GAP | 420
dilaksanakan oleh petani secara perorangan adalah demonstrasi plot (demplot). Tujuan
pelaksanaan demplot adalah untuk memberikan contoh bagi petani nelayan di sekitarnya
untuk menerapkan teknologi baru yang diitroduksikan dan petani dapat melihat secara
langsung proses inovasi teknologi introduksi. Dengan terlaksananya demplot diharapkan
terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku sehingga petani mau dan
mampu menggunakan inovasi baru.
Cabai Merah merupakan komoditas sayuran yang sangat laku dipasaran. Usaha
agribisnis cabai merah menuntut dipenuhinya berbagai persyaratan agar diperoleh efisiensi
usaha produksi yang tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan yang optimal dan produksi
berkelanjutan serta sumber daya alam yang lestari.
Pada era perdagangan global saat ini, persyaratan mutu, keamanan pangan, sanitary
dan phytosanitri lebih diutamakan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut perlu diketahui
pedoman cara budidaya cabai merah yang baik atau dikenal dengan Good Agricultural
Practices (GAP).
Tanaman cabai merah (Capsicum annum L) merupakan komoditas hortikultura yang
dapat dibudidayakan pada berbagai jenis tanah dan ketinggian dari permukaan laut. Di
Indonesia cabai merah memepunyai arti penting dan menduduki tempat kedua setelah
sayuran kacang-kacangan (Samsudin, 1980). Usahatani tanaman cabai merah (Capsicum
annum L.) di Kalimantan Selatan masih berada dalam skala usaha kecil dan belum
menerapkan pola tanam dan pola produksi secara optimal. Pada umumnya petani cabai
merah di Kalimantan Selatan belum menerapkan teknologi maju sehingga kualitas
produknya belum memenuhi standar. Luas tanam cabai merah pada tahun 2006 mencapai
733 ha yang tersebar di hampir seluruh kabupaten di Kalimantan Selatan kecuali kota
Banjarmasin. Jumlah produksi yang diperoleh 34,572 kuintal. Masih rendah dibandingkan
dengan rata-rata produksi nasional yang mencapai 6,7 t/ha (Amali dan Susi, 2008).
Berdasarkan data dari BPS untuk tahun 2009 luas panen tanaman cabai merah adalah
sebesar 854 ha, produksi mencapai 4047 ton, sedangkan rata-rata produksi mencapai 4,74
ton/ha (Kalimantan Selatan dalam Angka, 2010).
Selanjutnya beberapa permasalahan yang dihadapi dalam usahatani cabai merah di
Provinsi Kalimantan Selatan adalah kurangnya informasi teknologi, adanya serangan
hama/penyakit, kurangnya informasi tentang pasca panen dan pengolahan. Sedangkan
permasalahan non teknis seperti posisi tawar petani rendah dikarenakan manajemen
usahatani belum diterapkan secara optimal sehingga pengaturan suplai dan distribusi produk
belum berjalan baik. Untuk menghindari timbulnya berbagai masalah dalam budidaya
tanaman cabai merah, terutama terhadap keamanan produk dan lingkungan, perlu dilakukan
usaha budidaya cabai merah secara benar. Dengan upaya-upaya yang dilakukan secara benar
ini diharapkan usaha budidaya tanaman cabai merah dapat dilakukan secara berkelanjutan
dan produknya aman untuk konsumsi (Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan
Biofarmaka, 2010). Upaya yang dapat dilakukan untuk dapat melakukan budidaya tanaman
cabai merah secara benar adalah dengan mengacu pada standar operasional prosedur (SOP).
Standar Operasional Prosedur dalam pelaksananaan budidaya tanaman cabai merah memuat
alur proses budidaya dari on farm sampai penanganan pasca panen sesuai dengan good
agricultural practices. Oleh karena itu kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mendiseminasikan teknologi budidaya cabai merah melalui penerapan GAP secara langsung
kepada petani.
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,
Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 421
Metodologi
Demplot Good Agricultural Practices (GAP) Cabai Merah ini dilaksanakan di Desa
Sungai Hanyar Kecamatan Angkinang Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dilakukan pada
lahan petani dan petani sebagai pelaksana (on farm research). Luas areal yang digunakan
dalam uji coba ini adalah 300 m2, dengan Varietas cabai yang digunakan adalah Hot Chili.
Teknik budidaya yang diterapkan yaitu dengan menerapkan beberapa aspek yang menjadi
ruang lingkup GAP yang terdiri atas : perencanaan, lokasi budidaya, penyiapan lahan, media
tanam, penggunaan pupuk dan pestisida, pengairan, panen dan pencatatan. Pelaksanaan
kegiatan dalam uji coba GAP tanaman cabai ini mengacu pada SOP dari Direktorat
Tanaman Sayuran dan Biofarmaka Kementerian Pertanian Republik Indonesia, meliputi :
1. Pemilihan benih cabai merah,
Untuk pemilihan benih yaitu dengan kriteria : varietas yang dianjurkan dan tersedia
di pasaran, bermutu (daya kecambah diartas 80%), memiliki nilai komersial, benih tidak
kadaluarsa.
2. Persemaian
Beberapa tahapan yang dilaksanakan dalam membuat persemaian yaitu : membuat
media tanam yang merupakan campuran dari tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1dan steril dengan cara pengukusan media. Selanjutnya benih direndam
dalam air hangat (50 derajat Celsius) selama 1 jam, kemudian disebar merata pada
bedengan lalu ditutup dengan lapisan tanah halus dan kemudian ditutup lagi dengan daun
pisang. Benih siap dilakukan pembubunan setelah mempunyai 4-5 helai daun dengan tinggi
antara 5-10 cm.
3 Persiapan lahan
a. Pengolahan lahan, dengan cara lahan dicangkul sedalam 30-40 cm sampai gembur,
kemudian dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2m dan tinggi 30 cm dan jarak antar
bedengan 30 cm
b. Pemberian kapur dolomit sebanyak 2 ton/ha bersamaa dengan pengolahan tanah
c. Pemberian agens hayati
d. Pemupukan, pupuk dasar diberikan berupa pupuk organic diberikan 2 minggu sebelum
tanam dengan dosis 10 ton/ha. Kemudian pupuk susulan berupa pupuk organic cair
e. Pemasangan mulsa plastic perak hitam dengan lebar 100-125 cm, merupakan salah
satu usaha untuk memberikan kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman yang lebih
baik, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Pemasangan mulsa
dilakukan saat matahari panas terik agar mulsa memuai sehingga memudahkan pulsa
ditarik menutup rapat bedengan. Bagian plastic berwarna perak menghadap ke atas
dan yang berwarna hitam menghadap ke bawah/tanah.
f. Pembuatan lubang tanam pada mulsa menggunakan alat pelubang mulsa berdiameter
10 cm yang sudah dipanaskan. Lubang tanam dibuat 2 baris berhadapan, sesuai dengan
jarak tanam yaitu (50-60cm) x (50-70cm)
4 Penanaman dan Pemeliharaan
a. Penanaman , dilakukan pada sore hari agar benih tidak layu akibat terik matahari.benih
ditanam pada mulsa yang telah dilubangi.
Noor Amali : Diseminasi teknologi cabai merah melalui demplot GAP | 422
b. Pemasangan ajir/turus, berfungsi untuk membantu tanaman tumbuh tegak, mengurangi
kerusakan fisik tanaman yang disebabkan beban buah, memperbaiki pertumbuhan daun
dan tunas serta memudahkan pemeliharaan. Ajir dipasang pada 7 hari setelah tanam
dan ditancapkan 10 cm dari tanaman. Tanaman diikat pada ajir dengan tali raffia
setelah tanaman berumur 30-40 hari setelah tanam.
c. Perempelan, yaitu pembuangan tunas air, daun, bunga dan bagian tanaman lain yang
rusak atau terkena serangan OPT. Dilakukan saat pagi hari. Perempelan tunas di
ketiak daun dimulai pada umur 10-12 HST dan perempelan bunga dilakukan pada
bunga cabang utama untuk menunda pembentukan bunga dan buah karena kondisi
tanaman belum kuat, perempelan daun di cabang utama dilakukan pada saat tajuk
tanaman telah optimal, yaitu pada saat tanaman berumur 75-80 HST
d. Pengendalian OPT, dilakukan dengan melakukan pengamatan OPT secara berkala
serta pencegahan serangan OPT dengan cara menjaga kebersihan lahan dan
menggunakan perangkap lekat warna biru/putih dan perangkap lekat warna kuning.
Perangkap ini dipasang segera setelah tanaman cabai merah tumbuh. Jumlah
perangkap yang dibutuhkan masing-masing sebanyak 40 buah/ha. Disamping cara
tersebut di atas, juga digunakan Trichoderma untuk mencegah layu cendawan,
diberikan sebanyak 3 kali yaitu pada saat di persemaian, menjelang tanam dan saat
tanaman memasuki fase generative. Pemberian larutan bakteri Pseudomonas
fluorecense, untuk mencegah penyakit layu bakteri, diaplikasikan berselang 3 hari dari
pemberian tricho cair.
Hasil dan Pembahasan
Dalam pelaksanaan demplot GAP Cabai merah ini mengacu pada Pedoman Budidaya
Sayur yang Baik (Good Agricultural Practices for Vegetables) atau yang biasa disingkat GAP,
yaitu panduan budidaya sayur yang baik untuk menghasilkan produk bermutu yang mencakup
penerapan teknologi yang ramah lingkungan, pencegahan penularan organisme pengganggu
tanaman, penjagaan kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja serta prinsip
penelusuran balik (traceability). Dalam melakukan budidaya sayur yang baik meliputi beberapa
aspek yang menjadi ruang lingkup GAP yang terdiri atas :
1. Penetapan lokasi lahan demplot
Sesuai dengan pedoman GAP, beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam
penetapan lahan untuk lokasi pertanaman adalah kesuburan tanah, pengairan, kemiringan lahan
harus di bawah 30% dan riwayat penggunaan lahan. Selain itu lahan yang dipilih tidak
bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang
Daerah (RDTRD) dari pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kemiringan lokasi
budidaya di desa Sungai Hanyar adalah 0%. Riwayat penggunaan lahan tersebut adalah bebas
dari cemaran bahan beracun dan berbahaya dan sebelumnya tidak dilakukan budidaya tanaman
dari keluarga solanaceae. Budidaya tanaman yang sama atau satu famili pada lahan yang sama
dapat menyebabkan endemis organisme pengganggu tanaman karena organisme pengganggu
tanaman tersebut mendapatkan makanan secara berkelanjutan.
2. Penyiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan merupakan kegiatan mempersiapkan lahan yang sesuai
untuk pertumbuhan. Penyiapan lahan/media tanam dilakukan dengan cara yang dapat
memperbaiki atau memelihara struktur tanah dan dapat menghindarkan erosi. Untuk
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,
Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 423
mendapatkan media tanam yang baik bagi tanaman cabai perlu dilakukan pengolahan tanah
sempurna dan penambahan bahan organik dan kapur (dolomit). Pemberian bahan organik
dimaksudkan untuk memperbaiki agregat tanah sedangkan pemberian dolomit 2 ton/ha
dimaksudkan untuk meningkatkan pH tanah. Bahan organik yang diberikan berasal dari
kotoran sapi yang telah mengalami dekomposisi. Dosis pupuk yang diberikan sesuai dengan
anjuran yaitu 5 ton/ha.. Untuk keperluan tersebut diperlukan tindakan-tindakan pengolahan
tanah yang terdiri atas pembajakan (pencangkulan tanah), pembersihan gulma dan sisa-sisa
tanaman, perataan permukaan tanah, serta pembuatan bedengan dan garitan-garitan.
Disampaikan juga pada petani tentang pelarangan penggunaan kotoran manusia sebagai
pupuk organik.
3. Media Tanam
Media tanam yang digunakan dalam persemaian maupun areal pertanaman tidak
tercemar bahan beracun dan berbahaya
4. Penggunaan pupuk dan pestisida
Selain menggunakan pupuk organik juga digunakan pupuk anorganik untuk
merangsang pembungaan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk yang terdaftar dan diijinkan.
Dosis yang digunakan sesuai anjuran. Penyimpanan pupuk dilakukan ditempat yang aman
dan terpisah dengan penyimpanan pestisida.
Pestisida yang digunakan adalah pestisida organik meliputi :
a. ekstrak daun tembakau dan sirsak yang digunakan untuk mengendalikan serangan
hama.
b. agen hayati (bakteri) metarhizium untuk mengendalikan serangan jangkerik dan
bakteri
c. agen hayati (bakteri) Pseudomonas fluorecense untuk mengendalikan layu bakteri
d. agen hayati tricho cair untuk mencegah serangan jamur tanah
Semua pestisida hayati tersebut diproduksi oleh Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan.
Sesuai dengan prosedur GAP tentang pestisida, sangat dianjurkan agar pestisida
disimpan di lokasi yang layak, aman, berventilasi baik, memiliki pencahayaan baik dan
terpisah dari materi lainnya dan terpisah dari produk pertanian. Petani kooperator
mempunyai gubuk yang berada ditempat yang cukup teduh dan dekat dengan areal
pertanaman yang digunakan untuk tempat penyimpanan pestisida dan mampu untuk
menahan tumpahan. Selama penyimpanan pestisida tetap berada dalam kemasan asli dimana
pestisida cair diletakkan terpisah dari pestisida bubuk. Dalam penanganan wadah pestisida
wadah bekas pestisida ditangani dengan benar agar tidak mencemari lingkungan. Diberikan
arahan ke petani kooperator supaya wadah bekas pestisida dirusakkan agar tidak digunakan
untuk keperluan lain. Kelebihan pestisida dalam tabung penyemprotan digunakan untuk
pengendalian ditempat lain. Selain itu juga dianjurkan supaya peralatan aplikasi pestisida
dirawat secara teratur agar selalu berfungsi dengan baik. Sangat dianjurkan agar tersedia
peralatan yang memadai untuk menakar dan mencampur pestisida dan agar peralatan
aplikasi pestisida dikalibrasi secara berkala untuk menjaga keakurasiannya. Sebelum
diserahkan ke petani telah disediakan panduan penggunaan peralatan dan aplikasi pestisida.
5. Pengairan
Sesuai prosedur GAP bahwa dalam pengairan terhadap tanaman salah satu
komponennya yaitu sangat dianjurkan agar air yang digunakan untuk tanaman tidak
Noor Amali : Diseminasi teknologi cabai merah melalui demplot GAP | 424
mengandung limbah berbahaya dan beracun. Areal demplot budidaya cabai ini terletak di
sebelah sungai sehingga memudahkan petani dalam memberikan pengairan bagi tanaman,
dimana air tersebut tidak mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun serta
penggunaan airnya tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
6. Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara yang dapat mempertahankan mutu produk.
Diwajibkan pada petani kooperator agar wadah hasil panen yang akan digunakan dalam
keadaan baik, bersih dan tidak terkontaminasi. Hasil panen diletakkan pada tempat yang
ternaungi dan diperlakukan secara hati-hati dan dibersihkan dari cemaran. Pencucian hasil
panen menggunakan air bersih
7. Pencatatan
Petani kooperator telah diberikan buku untuk mencatat semua kegiatan yang
dilakukan mulai dari persiapan lahan sampai pemanenan.
8. Hasil tanaman
Hasil tanaman cabe pada kegiatan demplot seperti pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Hasil panen
Uraian Panen
I
Panen
II
Panen
III
Panen
IV
Panen
V
Panen
VI
Panen
VII
Panen
VIII
Panen
IX-XV
Jml
hasil
panen
Hasil
(kg) 43,7 44 42,9 43,9 45 40,7 38,2 37,1 83 418,5
Panjang
buah
(cm)
11,4
(Mutu
I)
11,58
(mutu
II)
12,33
(mutu
I)
11,4
(mutu
I)
11,58
(mutu
II)
12,33
(mutu
I)
Mutu
III
Diamter
buah
(cm)
6,1 4,48 5,1 5 4.8 6,1 4,48 5,1
9. Hama dan Penyakit
Selama budidaya berlangsung organisme pengganggu tanaman yang muncul adalah
jangkerik, ulat, trips, bakter, jamur dan virus penyebab keriting.
Jangkerik menyerang tanaman pada saat tanaman masih dalam pembumbunan dan
umur 1 minggu setelah tanam. Untuk penanggulangannya dilakukan penyemprotan larutan
daun sirsak dan tembakau. Untuk mengatasi kematian tanaman akibat serangan jangkrik
dilakukan penyulaman tanaman.
Serangan ulat tidak mengakibatkan fatal pada tanaman. Kerusakan yang ditimbulkan
adalah daun tanaman menjadi berlubang. Untuk penanggulangannya dilakukan
penyemprotan larutan daun sirsak dan tembakau. Selain serangan hama, juga terdapat
serangan penyakit layu bakteri dan layu jamur, dengan jumlah tanaman yang terserang
sekitar 1% dari total tanaman yang ada. Untuk penanggulangannya dilakukan
penyemprotan larutan agen hayati (bakteri) Pseudomonas fluorescense. metarhizium dan
tricho cair. Sebanyak 77 tanaman mengalami keriting daun (2%). Vektor pembawanya
adalah kutu daun dari golongan trips. Kutu ini sangat menyukai cairan daun cabai. Pada saat
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,
Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 425
stilet kutu ini menghisap cairan daun cabai dalam air liurnya mengandung virus penyebab
daun keriting.
10. Analisa usaha tani
Pada saat demplot dilaksanakan, petani melakukan panen muda. Alasan
dilakukannya panen muda karena, menghindari serangan antraknose dan mengurangi biaya
pemeliharaan. Apabila dilakukan panen pada usia masak optimum maka perlu waktu 40 hari
untuk pematangan buah cabai. Pada masa tersebut rawan terserang busuk buah. Disamping
itu biaya pemeliharaan cukup mahal karena perlu pemeliharaan yang intensif. Oleh karena
itu petani melakukan panen muda walaupun harga jualnya lebih rendah. Harga jual cabai
hijau berkisar Rp 10.000/kg sedangkan harga jual cabai merah berkisar Rp 15.000-
20.000/kg. Perhitungan kelayakan ekonomi usaha tani seperti pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Kelayakan Ekonomi Usaha Tani
Uraian Jumlah Nilai
Input 2.114.000
a). Benih cabai 1 pak 150.000
b). Polibag 2 pak 100.000
c) Pestisida hayati 1 paket 320.000
d) Pupuk organik 1 paket 616.000
e) Turus 2000 batang 300.000
f) Mulsa plastik perak hitam 1 roll 550.000
g). Furadan 1 kg 13.000
h). Dolomit 50 kg 40.000
i). Tali 1 roll 25.000
Output
Panen 418,5 kg 4.185.000
Keuntungan
R/C 2
Dari perhitungan ekonomi usahatani, demplot GAP Cabai Merah yang telah
dilaksanakan ini cukup layak untuk diusahakan (R/C = 2).
Demonstrasi plot (demplot) pada dasarnya adalah demonstrasi teknologi yang
dilaksanakan bersama-sama dengan petani di lahan mereka. Pada dasarnya kegiatan
demonstrasi teknologi yang dilaksanakan bersama dengan petani ini bersifat partisipatif
yang menggambarkan suatu proses yang didasarkan pada dialog antara petani dengan
sumber teknologi dalam rangka mengembangkan teknologi yang praktis, efektif,
menguntungkan dan akan memecahkan kendala usahatani yang ada. Proses diseminasi oleh
petani langsung tersebut diharapkan dapat meningkatkan peluang adopsi teknologi/inovasi
oleh petani sekitarnya.
Noor Amali : Diseminasi teknologi cabai merah melalui demplot GAP | 426
Dalam proses adopsi dapat dibedakan lima tahap sebagai berikut :
Tahu, pertama kali mendapat suatu ide, praktek baru, kekurangan rincian informasi
Minat, mencari rincian informasi
Evaluasi, menilai manfaat inovasi, dapatkah saya mengerjakannya?
Mencoba, mencoba menerapkan inovasi pada skala kecil
Adopsi, menerapkan inovasi pada skala besar pada usahataninya.
Penelitian menunjukkan diperlukannya waktu yang lama antara saat pertama kali
petani mendengar suatu inovasi dengan saat melakukan adopsi. Disebutkan juga bahwa
factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi yaitu klasifikasi pengadopsi seperti
cirri-ciri pribadi, social, budaya dan lingkungan dan sumber informasi.
Untuk dapat memperkirakan sejauhmana suatu inovasi dapat didifusikan kepada
penggunanya, perlu diperhatikan lima ciri inovasi sebagai berikut :
1. Keuntungan relatif
Apakah suatu inovasi memungkinkan petani meraih tujuannya dengan lebih baik,
atau dengan biaya yang lebih rendah daripada yang telah dilakukannya sekarang? Kriteria
lainnya bisa berupa keuntungan social, misalnya meningkatnya status social, tingkat
kemudahan pemakaiannya, maupun tingkat kepuasan yang diperoleh.
2. Kompatibilitas/Keselarasan
Kompatibilitas berkaitan dengan nilai social budaya dan kepercayaan, dengan inovasi
yang diperkenalkan sebelumnya, atau dengan keperluan yang dirasakan oleh petani. Sebagai
contoh, beternak babi akan ditolak di wilayah umat Islam, walaupun usaha tersebut
memberikan keuntungan yang tinggi.
3. Kompleksitas
Inovasi sering gagal karena tidak diterapkan secara benar. Beberapa diantaranya
memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Adakalanya lebih baik memperkenalkan
sekumpulan paket inovasi yang relative sederhana tetapi sering berkaitan, walaupun
kaitannya mungkin sulit dipahami. Sapi perah unggul misalnya, hanya akan memproduksi
banyak susu jika diberi pakan berprotein dan berenergi tinggi dan untuk perlakuan
demikian diperlukan tim peternakan yang canggih karena jika tidak maka hasilnya bahkan
lebih sedikit dari sapi lokal.
4. Dapat dicoba
Kemudahan inovasi untuk dapat dicoba oleh pengguna berkaitan dengan keterbatasan
sumberdaya yang ada. Inovasi yang dapat dicoba sedikit demi sedikit akan lebih cepat
dipakai oleh pengguna daripada inovasi yang tidak dapat dicoba sedikit demi sedikit.
Sebagai contoh ekstrim, inovasi berupa penggunaan perangkat computer yang harus terdiri
atas CPU, monitor, perangkat lunak, printer serta adanya aliran listrik, akan lebih lambat
penerapannya dibandingkan dengan inovasi kalkulator tangan yang tidak memerlukan alat-
alat bantu lainnya.
5. Dapat diamati
Petani dapat melihat dari jauh rekannya yang telah beralih memberi jagung untuk
pakan ternaknya, tetapi mungkin tidak tahu tentang system tata buku yang digunakan
tetangganya. Karena takut tersaingi petani mungkin tidak menunjukkan ternak unggul
miliknya kepada tetangganya. Para petani belajar dengan cara mengamati dan diskusi
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,
Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 427
mengenai pengalaman rekannya. Pengamatan mereka sering menjadi sebab untuk memulai
suatu diskusi.
Proses adopsi merupakan proses mental bagi petani yang memerlukan waktu relatif
lama. Oleh sebab itu diperlukan upaya yang terus menerus dalam proses adopsi dengan
memanfaatkan wadah diseminasi berbagai bentuk. Untuk materi yang sifatnya teknis,
metode yang ideal dan memungkinkan adalah melalui praktek langsung di tingkat petani
sehingga petani dapat berpikir secara realistis untuk menerapkan suatu teknologi. Petani
cenderung untuk mengadopsi inovasi jika telah dicoba dalam skala kecil di lahannya
sendiri. Metode penyuluhan yang sifatnya langsung bisa dilihat petani salah satunya adalah
demonstrasi teknologi.
Kesimpulan
1. Demplot GAP Cabai Merah dapat memberikan pembelajaran kepada petani tentang
budidaya cabai merah yang baik
2. Dari perhitungan kelayakan usaha tani, budidaya cabai merah cukup menguntungkan
sehingga melalui demplot dapat diharapkan petani sekitar dapat menerapkan
budidaya cabai merah sesuai dengan yang dilaksanakan pada demplot.
Daftar Pustaka
Anonim, 2001. Penyuluhan Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Jakarta
Amali, Noor dan Susi Lesmayati. 2008. Budidaya dan Pengolahan Cabai Merah. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Selatan
Bahar, Yul, dkk.2010. Standar Operasional Prosedur Cabai Merah. Direktorat Tanaman
Sayuran dan Biofarmaka. Direktorat Jendral Hortikultura. Kementerian
Pertanian.Jakarta
Setiawati, Wiwin., Bagus K Udiarto, Agus Muharam. 2005. Pengenalan dan Pengendalian
Hama-Hama Penting pada Tanaman Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan
Penegmbangan Pertanian.Bandung
Sumarni, Nani dan Agus Muharam. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan
Penelitian dan Penegmbangan Pertanian. Bandung
Wulandari, Astri W., Neni Gunaeni, Ati Srie Duriat. 2007. Penyakit-penyakit Penting
Tanaman Cabai dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Penegmbangan
Pertanian.Bandung