discharge planning

33
MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN DISCHARGE PLANNING Disusun oleh: Kelas 3 A / Semester 6 : 1. LilisMujiati (201301007) 2. M. FahrulRozi (201301009) 3. EkaPutri (201301016) 4. Monika Juniasih (201301019) 5. FattaHuniyah (201301021) 6. NurAfifah (201301028) 7. ResaAldama (201301030) 8. Lintang Clara Setia .P. (201301036) 9. MaulanaRifqiRifaldi (201301041) i

Upload: lintang

Post on 13-Jul-2016

167 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Discharge Planning

TRANSCRIPT

Page 1: Discharge Planning

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISCHARGE PLANNING

 

Disusun oleh:Kelas 3 A / Semester 6 :

1. LilisMujiati (201301007)

2. M. FahrulRozi (201301009)

3. EkaPutri (201301016)

4. Monika Juniasih (201301019)

5. FattaHuniyah (201301021)

6. NurAfifah (201301028)

7. ResaAldama (201301030)

8. Lintang Clara Setia .P. (201301036)

9. MaulanaRifqiRifaldi (201301041)

10. Indra Eka .K (201301049)

  PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S.1)

STIKES BINA SEHAT PPNIMOJOKERTO

i

Page 2: Discharge Planning

2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah tentang “Discharge Planning” ini dengan lancar.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan

oleh dosen mata kuliah Manajemen Keperawatan Duwi Basuki M.Kep

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis

peroleh dari buku panduan dan hasil dari browsing internet yang berkaitan dengan

Discharge Planning dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi

kita,dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Discharge Planning.

Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan

kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Mojokerto, 03 April 2016

Penulis

ii

Page 3: Discharge Planning

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR ...................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2

1.3 Tujuan .......................................................................................................2

1.4 Manfaat .....................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Discharge Planning ................................................................3

2.2 Tujuan Discharge Planning.......................................................................4

2.3 Struktur Discharge Planning.....................................................................4

2.4 Prinsip Discharge Planning.......................................................................5

2.5 Proses Discharge Planning.......................................................................6

2.6 Pengetahuan Discharge Planning.............................................................11

2.7 Keuntungan Discharge Planning..............................................................13

2.8 Justifikasi metode Discharge Planning.....................................................13

2.9 Alur Discharge Planning...........................................................................17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................19

3.2 Saran .........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................iv

iii

Page 4: Discharge Planning

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang

sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk yang akan

membahayakan bagi pasien bisa saja terjadi sehingga diperlukan peran

penting perawat dalam setiap tindakan keperawatan dengan melakukan

intervensi keperawatan yang tepat untuk mempersiapkan klien baik secara

fisik maupun psikis.

Oleh karena itu perlu diberikan informasi kepada pasien agar mampu

mengenali tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum

pemulangan pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara

memanajemen pemberian perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di

dalam memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena kegagalan

untuk mengerti pembatasan atau implikasi masalah kesehatan (tidak siap

menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan pasien meningktkan

komplikasi (Perry & Potter, 2006).

Ketidaksiapan pasien menghadapi pemulangan juga dapat terjadi karena

pasien terlalu cepat dipulangkan sehingga hal ini juga beresiko terhadap

terjadinya komplikasi pasca bedah setelah di rumah, dan juga

dikarenakan pemulangan yang tidak direncanakan yang dapat berakibat

kepada hospitalisasi ulang (Torrance, 1997).

Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan untuk menghadapi

pemulangan. Orem (1985 dalam Alligood & Tomey, 2006) mengatakan bahwa

intervensi keperawatan dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan untuk

melakukan perawatan diri sebagai akibat dari adanya keterbatasan. Salah satu

bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah discharge

planning (perencanaan pemulangan pasien) untuk mempromosikan tahap

kemandirian tertinggi kepada pasien, teman-teman, dan keluarga dengan

1

Page 5: Discharge Planning

menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri (The Royal Marsden

Hospital 2004).

Discharge planning yang tidak  baik dapat menjadi salah satu faktor

yang memperlama proses penyembuhan di rumah (Wilson-Barnett dan

Fordham, 1982 dalam Torrance, 1997. Kesuksesan tindakan discharge

planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan

yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam

Perry &Potter, 2006).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah manajemen discharge planning?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan manajemen discharge planning

1.3.2 Tujuan Khusus

1.    Mengidentifikasi Pengertian Discharge Planning

2.    Mengidentifikasi Tujuan Discharge Planning

3.    Mengidentifikasi Struktur

4.    Mengidentifikasi Prinsip

5.    Mengidentifikasi Proses

6.    Mengidentifikasi Pengetahuan

7.    Mengidentifikasi Keuntungan discharge planning

8.    Mengidentifikasi Justifikasi metode discharge planning

1.4 Manfaat

1.4.1 Mahasiswa mengetahui konsep discharge planning.

1.4.2 Mahasiswa mampu mengaplikasikan discharge planning kepada

pasien.mebedakan gaya kepemimpinan otoriter dengan gaya

kepemimpinan yang lain.

2

Page 6: Discharge Planning

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Discharge Planning

Discharge planning merupakan suatu rencana yang disusun untuk klien,

sebelum keluar dari Rumah Sakit yang dimulai dari mengumpulkan data

sampai dengan masuk area perawatan yaitu meliputi pengkajian, rencana

perawatan, implementasi dan evaluasi (Fisbach, 1994).

Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien

mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan

perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan

derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke

lingkungannya. (RCP,2001).

Planning adalah suatu pendekatan interdisipliner meliputi pengkajian

kebutuhan klien tentang perawatan kesehatan diluar Rumah Sakit, disertai

dengan kerjasama dengan klien dan keluarga klien dalam mengembangkan

rencana- rencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner &

Sudarth, 2002).

Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai

discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan

menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual

dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga,

memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara

individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien

secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa discharge

planning atau perencanaan pemulangan adalah suatu proses pembelajaran

yang melibatkan klien dan keluarga untuk meningkatkan pemahaman dan

mengembangkan kemampuan klien dan keluarga tentang perawatan di rumah,

masalah kesehatan yang dihadapi, untuk mempercepat penyembuhan

menghindari kemungkinan komplikasi dengan pembatasan aktifitas

3

Page 7: Discharge Planning

menciptakan memberikan lingkungan yang aman bagi klien di rumah.

2.2  Tujuan

Tujuan dari perencanaan pemulangan pasien adalah:

2.2.1  Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang masalah

kesehatan, kemungkinan komplikasi dan pembatasan yang diberlakukan

pada pasien di rumah.

2.2.2 Mengembangkan kemampuan merawat pasien dan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan pasien dan memberikan lingkungan yang aman

untuk pasien di rumah.

2.2.3 Menyakinkan bahwa rujukan yang diperlukan untuk perawatan

selanjutnya dibuat dengan tepat (Ester, 2005).

2.3  Struktur

Menurut Mc.Kecnan dan Coulton (1970) yang dikutip oleh Jackson (1994)

menyatakan bahwa struktur dari perencanaan pemulangan terdiri dari struktur

formal dan informal. Model informal adalah model tradisional dimana perawat

harus berkonsultasi dengan dokter atau pekerja sosial dalam menyusun dalam

sebuah perencanaan pemulangan dan belum adanya suatu dokumentasi tertulis

dalam pelaksanaannya. Struktur formal dimana perencanaan pemulangan

dibuat secara tertulis yang berisikan tentang uraian peran, proses seleksi,

penilaian sistem dokumentasi serta metode evaluasi yang berkelanjutan.

Dugan dan Mossel (1992) yang dikutip oleh Jackson (1994)

menyatakanbahwa pada saat ini telah terjadi perubahan dalam pelaksanaan

perencanaan pemulangan dengan struktur tersendiri dimana perawat sebagai

koordinasi dalam pelaksanaannya dan selalu berkonsultasi dengan klien dan

keluarga serta para profesional lainnya dalam perencanaan pemulangan baik

dalam pelaksanaannya

4

Page 8: Discharge Planning

2.4  Prinsip

Menurut Anne. M, Angela. D (2000) prinsip dari perencanaan

pemulangan terdiri dari penemuan kasus, pengkajian, koordinasi dan

implementasi, sebagai berikut:

2.4.1 Penemuan kasus adalah kegiatan yang dilakukan dengan kerjasama

antara profesi kesehatan yang meliputi profesi keperawatan, medis dan

profesi lain untuk mengidentifikasi faktor resiko yang akan dapat

diatasi oleh pasien selama perawatan di rumah. Faktor resiko tersebut

adalah status kognitif atau pengetahuan dari pasien mengenai penyakit

dan pengobatannya, keadaan tempat tinggal yang dapat mendukung

perawatan pasien, lingkungan masyarakat yang aman, faktor kultur dan

usia.

2.4.2 Pengkajian adalah dimulainya mencari dan mengidentifikasikan

kebutuhan dari pasien dengan mencari informasi melalui wawancara

dengan pasien dan keluarga, serta pemeriksaan fisik dan lingkungan

yang dapat membantu untuk menentukan tingkat ketergantungan dari

pasien. Hasil pengkajian tersebut untuk selanjutnya akan didiskusikan

dengan tim kesehatan lainnya untuk menyusun perencanaan

pemulangan.

2.4.3 Koordinasi adalah komunikasi dan kerjasama antar tim dari

multidisiplin profesi dan ilmu termasuk kerjasama dengan klien dan

keluarga dalam menyusun dan melaksanakan rencana pemulangan.

2.4.4 Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana pemulangan yang berisi

rujukan, pelaksanaan dan evaluasi dari perencanaan pemulangan yang

dikerjakan sesuai bidang ilmu keperawatan.

5

Page 9: Discharge Planning

2.5  Proses

Proses perencanaan pemulangan mengikuti struktur yang sama dengan

proses perawatan yang meliputi: pengkajian, analisa, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi kebutuhan klien ( Kee & Borchers, 1998).

2.5.1 Pengkajian

Pengkajian perencanaan pemulangan terdiri dari “apa dan kapan”

maksud dari apa adalah apa yang harus dikaji dalam perencanaan

pemulangan dan kapan yang berarti kapan pengkajian tersebut

dilaksanakan (Bull & Robert, 2001). Pengkajian tentang apa meliputi lima

area yaitu pengkajian area kognitif, psikologis, status ekonomi atau

finansial, akses dan dukungan lingkungan baik formal maupun informal.

Sedangkan untuk mengetahui kapan pengkajian perencanaan pemulangan

dilakukan adalah sejak pasien masuk ke Rumah Sakit atau pada saat

screening atau kontrol kesehatan. Pada tahap ini diharapkan discharge

planner mengetahui semua kebutuhan pasien (Bull & Robert, 2001).

Pengkajian memerlukan seseorang yang diharapkan mampu

melakukan pengkajian yang meliputi pengkajian terhadap keluarga dan

pengkajian pada support dan dukungan dari masyarakat yang dapat

mendukung dalam perencanaan pemulangan dan pengkajian tentang

pengetahuan dan ketrampilan dari pasien tentang penyakit yang dihadapi,

selanjutnya pengkajian untuk rencana pemulangan akan didiskusikan oleh

tim dari multidisiplin ilmu, pasien dan keluarga. Dalam hal ini perlu

kerjasama dengan tim dari komunitas yaitu puskesmas (Bull & Robert,

2001).

2.5.2 Perencanaan

Penyusunan sebuah rencana pemulangan perlu dibentuk sebuah tim

dari berbagai disiplin ilmu yang melibatkan keluarga, sebab keluarga akan

membantu proses pelaksanaan dari perencanaan pemulangan setelah

pasien dipulangkan dari Rumah Sakit. Literatur Medis menjelaskan

bahwa rencana pemulangan merupakan tanggung jawab dari dokter,

6

Page 10: Discharge Planning

sehingga disini dokterlah yang berhak mengendalikan kerja dari tim dan

setiap anggota tim bekerja dan berinteraksi dalam rangka memenuhi

kebutuhan dari klien dan keluarga atas dasar keahlian masing-masing

(Jackson, 1994).

Menurut Markey dan Igo (1987) dikutip oleh Jackson (1994)

menyatakan bahwa yang memiliki peran penting disini justru perawat

terutama dalam menyusun rencana pendidikan kesehatan klien dan

keluarga, hal ini didasarkan bahwa perawat lebih mengerti pada

kebutuhan klien selama dua puluh empat jam, terutama setelah klien di

rumah atau post hospitalisasi. Menurut Simmons (1986) dikutip oleh

Jackson (1994) bahwa suatu rencana pemulangan akan efektif bila ada

tanggung jawab bersama dalam memberikan pelayanan pada klien dan

keluarga. Perencanaan pemulangan didasarkan pada kebutuhan klien yang

didapatkan dari hasil pengkajian lengkap oleh tim sehingga dapat

direncanakan tanggal pemulangan dengan melibatkan pasien dan keluarga

dan pemberi pelayanan.

Perencanaan pemulangan dengan menyiapkan klien dan keluarga

bagaimana memberikan perawatan lanjutan di rumah diantaranya :

1) Mengajarkan pasien dan anggota keluarga tentang cara menangani

perawatan di rumah. Menyakinkan bahwa pasien dan keluarga

memahami apa masalahnya. Memberitahu mereka kemungkinan yang

akan terjadi dan kapan mereka diharapkan pulih total. Memberitahu

mereka bagaimana mengenali kemungkinan masalah kesehatan, dan

apa yang dilakukan bila mereka melihat tanda dan gejala masalah

tersebut.

2)   Memberitahu pembatasan aktifitas pasien, apa yang dapat dan tidak

dapat dilakukan pasien. Sebagai contoh pasien harus tidur pada sisi

yang tidak dioperasi. Pasien mungkin perlu menghindari aktifitas yang

meningkatkan tekanan pada mata seperti meregang sewaktu buang air

besar.

7

Page 11: Discharge Planning

3)   Mendiskusikan dengan pasien dan keluarga hal-hal yang perlu mereka

lakukan untuk membuat rumah lebih aman dan lebih mudah untuk

pasien. Bila pasien tidur jauh dari kamar mandi dan belum dapat

berjalan dengan baik karena gangguan penglihatan perlu menaruh

wadah disamping tempat tidur dan mendekatkan benda-benda yang

kesehariannya dibutuhkan klien.

4)   Memberitahu pasien dan keluarga tentang medikasi yang perlu

digunakan pasien. Menyakinkan mereka memahami kapan

meminumnya dan seberapa banyak. Menyakinkan bahwa pasien dan

keluarga memahami penggunaan obat minum sesuai dengan aturan.

5)  Mendiskusikan perlunya pola makan atau diit nutrisi yang adekuat.

Memberitahu keluarga ada dan tidaknya makanan pantang tertentu

sehubungan dengan penyakit yang diderita.

6)  Memberi pasien dan keluarga instruksi jelas untuk mengatasi nyeri.

Mencoba untuk membantu pasien menjalankan jadwal medikasi

sehingga tidak perlu bangun malam hari. Nyeri berkurang bila obat

diberikan dengan teratur sesuai jadwal. Menjelaskan bahwa nyeri

terkontrol bila obat digunakan sebelum nyeri menjadi hebat.

7)  Memberi pasien bahan atau alat yang diperlukan atau memberikan

instruksi tentang cara mendapatkan hal-hal yang diperlukan.

Memberitahu pasien dengan jelas hal-hal yang harus dilakukan dengan

instruksi tertulis. Memeriksa pemahaman mereka dengan meminta

mereka untuk menunjukan cara melakukan prosedur tersebut.

8)  Berbicara dengan hati-hati pada pasien dan keluarga tentang ramuan

buatan rumah dan penyembuh tradisional. Mendorong keluarga untuk

memberitahu dokter atau perawat bila pasien mengalami masalah

kesehatan serius.

9)  Jika pasien perlu mengikuti perawatan lanjutan di rumah, membuat

rujukan sebelum pasien meninggalkan rumah sakit (Monica, 2005).

8

Page 12: Discharge Planning

2.5.3 Implementasi

Menurut Feater dan Nicholas (1985) dikutip oleh Jackson (1994)

menyatakan hubungan yang aktif dan baik antar tim pelaksana dan

tersedianya dukungan dari semua pihak serta adanya fleksibilitas dari

organisasi pelayanan yaitu Rumah Sakit dan Puskesmas. Hal ini adalah

faktor yang berpengaruh pada keberhasilan dalam rencana pemulangan.

Oleh karena itu untuk pelaksanaan pasien meninggalkan rumah sakit

perlu diperhatikan yaitu:

1) Ketika pasien meninggalkan rumah sakit, sekali lagi menekankan

informasi yang telah anda berikan sebelumnya dan program dokter

untuk medikasi, tindakan, atau peralatan khusus.

2) Menekankan perjanjian rujukan sehingga pasien jelas tentang hal-hal

yang harus dilakukan.

3) Menyakinkan pasien dan keluarga memahami keterbatasan pasien,

seberapa lama hal ini akan berlangsung, bagaimana mengenali tanda

dan gejala yang perlu diwaspadai, dan tindakan yang harus mereka

lakukan untuk membantu pemulihan pasien semaksimal mungkin.

4) Mendorong pasien dan keluarga untuk datang kembali ke rumah sakit

bila kondisinya tidak membaik atau memburuk.

5)   Ketika pasien pulih, memberikan motivasi untuk kembali ke

kehidupan dan perannya yang normal seperti sebelum sakit (Ester,

2005).

9

Page 13: Discharge Planning

2.5.4 Out Come

Menurut Staff (1983) dikutip oleh Jackson (1994) bahwa suatu hasil

rehabilitasi yang efektif merupakan kombinasi dari penyusunan

perencanaan pemulangan sebelum klien masuk hingga klien keluar dari

Rumah Sakit. Menurut Coble dan Mayers (1983) dikutip oleh Jackson

(1994) menyatakan evaluasi secara kualitatif akan memberikan gambaran

adanya hubungan antara lamanya hari perawatan dengan besarnya biaya

pelayanan yang dikeluarkan dan proses kepuasan klien terhadap hal

tersebut. Apabila adanya pendekatan tim pada klien secara pribadi akan

memberikan hasil positif yaitu terjadinya pengurangan hari dan biaya

perawatan bagi klien. Marchete dan Holloman(1986) dikutip oleh Jackson

(1994) menyatakan bahwa pendekatan tim pada masa rehabilitasi akan

meningkatkan kemampuan klien dalam menentukan dan mengatur

kebutuhannya sehari-hari, melalui tim ini juga akan mempermudah untuk

memperoleh informasi dari pelayanan kesehatan di masyarakat.

2.5.5 Dokumentasi

Perencanaan pemulangan dalam pelaksanaannya perlu adanya

standar dalam dokumentasi (Mc.Kenna, 2000). Perencanaan pemulangan

dimulai dari pencatatan saat pengumpulan data, sampai klien masuk

karena perawatan (Fisbach,1994). Dokumentasi keperawatan merupakan

catatan klien pada proses keperawatan dan pencatatan ini merupakan

tanggung jawab dan tanggung gugat dari pelaksana perawatan.

Dokumentasi yang akurat pada proses perencanaan pemulangan sangat

penting dalam proses perawatan yang aman dan dapat

dipertanggungjawabkan ( Nordstrom dan Garduff, 1996). Hal ini juga

untuk menjamin perawatan klien secara berkelanjutan dan terorganisir.

10

Page 14: Discharge Planning

2.6  Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Dari

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Selanjutnya Notoatmodjo menambahkan bahwa apabila penerimaan

perilaku baru melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran,

dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long

lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu:

1)   Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall).

2)   Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

3)    Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4)  Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur suatu

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

11

Page 15: Discharge Planning

5)   Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formula baru dari formulasi-formulasi yang ada

6)     Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar (Suryani, 2006) yaitu:

1)    Faktor manusia: Faktor ini bisa menyangkut pendidik maupun peserta

didik. Hal yang berperan disini adalah :

a.    Kematangan

b.    Pengetahuan yang diperoleh sebelumnya

c.    Motivasi

2)    Faktor beban tugas dan materi pendidikan kesehatan, sebagai berikut:

a.    Bentuk beban tugas

b.    Banyaknya materi beban tugas

c.    Materi yang jelas

d.   Lingkungan

3)    Cara pelaksanaan, sebagai berikut:

a.    Fasilitas belajar dan sumber materinya

b.    Rutinitasnya

c.    Minat dan motivasi

d.   Persiapan mental

e.    Feed back atau umpan balik

12

Page 16: Discharge Planning

2.7  Keuntungan Discharge Planning

Keuntungan bagi pasien adalah:

a.   Dapat memenuhi kebutuhan pasien

b.  Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai

bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.

c.  Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya

d.  Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support

sebelum timbulnya masalah.

e.   Dapat memilih prosedur perawatannya

f.    Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat

dihubunginya.

Keuntungan bagi perawat :

a.    Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan

b.    Menerima informasi kunci setiap waktu

c.    Memahami perannya dalam system

d.   Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru

e.    Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara

yang berbeda.

f.     Bekerja dalam suatu system dengan efektif.

2.8  Justifikasi Metode Discharge Planning

Di Indonesia semua pelayanan keperawatan di Rumah Sakit, telah

merancang berbagai bentuk format Discharge Planning, namun discharge

planning kebanyakan dipakai hanya dalam bentuk pendokumentasian resume

pasien pulang, berupa informasi yang harus di sampaikan pada pasien yang

akan pulang seperti intervensi medis dan non medis yang sudah diberikan,

jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi setelah dirumah. Cara ini merupakan

pemberian informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga hanya untuk

sekedar tahu dan mengingatkan, namun tidak ada yang bisa menjamin apakah

pasien dan keluarga mengetahui faktor resiko apa yang dapat membuat

13

Page 17: Discharge Planning

penyakitnya kambuh, penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi

kegawatdaruratan terhadap kondisi penyakitnya, untuk itu pelaksanaan

discharge planning di rumah sakit apalagi dengan penyakit kronis seperti

stroke, diabetes mellitus, penyakit jantung dan lain-lain yang memiliki resiko

tinggi untuk kambuh dan berulangnya kondisi kegawatan sangat penting

dimana akan memberikan proses deep-learning pada pasien hingga terjadinya

perubahan perilaku pasien dan keluarganya dalam memaknai kondisi

kesehatannya.

14

Page 18: Discharge Planning

Contoh Discharge Planning

Contoh Discharge Planning yang diberikan pada pasien asma :

Yang prinsip pelaksanaannya tetap melalui proses pengkajian, sehingga perawat dapat memulai

discharge planning tergantung hasil pengkajian.

DISCHARGE PLANNING PADA KLIEN TB PARU

Tahap IPengetahuan

Tahap IITindakan

Tahap IIIPencegahan

berulang

Tahap IVPertemuan keluarga

Tahap VRencana

Tindak LanjutObjektif Evaluasi Obje

ktifEvaluasi

Objektif Evaluasi Obj

ektif Evaluasi Objektif

Evaluasi

Pengertian asma

Penyebab asma

Tanda & Gejalaasma

Penatalak sanaan

Komplikasi

Cara Penularan

Bagaimana anda mengetahui bahwa penyakit yang anda rasakan berulang ?

Apa yang anda lakukan bila mengalami kesulitan untuk bernafas dan mersa saluran pernafasan menyempit

Berapa lama anda akan minum obat jika mengalami sakit seperti ini ?

Napas dalam

Relaksasi

Posisi

Apa yang anda lakukan bila anda merasakan adanya endapan dalam saluran pernafasan akibat alergi,polusi udara, dan sesak nafas ?

Nutrisi

Obat

Lingkungan

Makanan apa yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh

Apa yang anda lakukan bila lupa minum obat ?

Bagaimana upaya anda untuk menciptakan lingkungan yang sehat untuk penderita asma ?

Pengawasan Obat

Support system

Siapa yang akan menjadi PMO pasien?

Apa yang akan PMO lakukan bila pasien malas minum obat Apa yang keluarga lakukan agar mendapatkan dukungan untuk pengobatan sampai tuntas ?

1.     

Menentukan sarana pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau

2.     

Menentukan jadwal minum obat

Puskesmas atau rumah sakit ?

15

Page 19: Discharge Planning

Pencega han

Diagnosis asma- Darah- Rontgen- Sputum- Mantoux Test

Apa yang akan terjadi bila anda tidak menuntaskan minum obat

Bagaimana anda bisa terkena penyakit ini ?

Apa yang anda lakukan agar penyakit ini tidak menular kepada yang lain ?

Apa yang anda lakukan untuk memastikan bahwa anda terkena penyakit asma ?

16

Page 20: Discharge Planning

2.9 Alur Discharge Planning 

17

Keadaan klien      a) Klinis dan pemeriksaan penunjang

lain      b) Tingkat ketergantungan klien

Perencanaan pulang

PROGRAM HEALTH EDUCATION

      Kontrol dan obat/perawatan

      Nutrisi      Aktivitas dan istirahat      Perawatan diri

Penyelesaian administrasi

Lain-lain

Monitor (sebagai program service safety)

Oleh:Keluarga dan petugas

Page 21: Discharge Planning

Keterangan:1.      Tugas perawat primera.       Membuat perencanaan pulang (discharge planning)b.      Membuat leafletc.       Memberikan konselingd.      Memberikan pendidikan kesehatane.       Menyediakan format discharge planningf.       Mendokumentasikan discharge planning2.      Tugas perawat associatea.       Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat perawatan dan diakhiri perawatan).

18

Page 22: Discharge Planning

BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan

pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses

penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien

merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan

beberapa proses formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk

mengatur perpindahan sekelompok orang kekelompok lainnya.

Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai discharge

planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data

yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan

tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk

mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan

kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan

Keperawatan.

3.2 Saran

Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah dan

meningkatkan kondisi kesehatan pasien dan sebagai anggota tim kesehatan, perawat

berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi

dan memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh tujuan utamanya

dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

19

Page 23: Discharge Planning

20

Page 24: Discharge Planning

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2002. Pedoman nasional penanggulangan Tuberkulosis, cetakan ke 8. Jakarta:

Depkes RI.

Harper E.A. 1998. Discharge planning: An interdisciplinary method. Silverberg Press:

Chicago, IL.

New Brunswick Department of Health and Wellness. 2002. Job definition of a discharge

planning coordinator. Author: Fredericton, NB.

iv