dirgantara

50
BAB I PENDAHULUAN Lokasi Museum Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala berada di kawasan Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto, kurang lebih 6 kilometer timur pusat kota Yogyakarta. Museum ini berada tidak jauh dari jalan raya rute bus Yogya-Solo dengan cek point SD Angkasa (Periksa petunjuk lokasi Museum Dirgantara Mandala). Ciri Khusus dan Keunikan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Ciri Khusus Ciri khusus Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala adalah koleksi di Museum ini sebagian besar memuat koleksi pesawat terbang yang pernah digunakan TNI AU, bahkan negara yang pernah memproduksi atau menggunakannya saat ini tidak memiliki lagi. Keunikan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala memiliki pesawat- pesawat yang berasal dari negara-negara timur dan barat, yang museum-museum negara lain di dunia tidak memiliki keunikan ini. 1

Upload: anifdownload

Post on 11-Jun-2015

2.356 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Lokasi Museum

Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala berada di kawasan Pangkalan Udara TNI

AU Adisutjipto, kurang lebih 6 kilometer timur pusat kota Yogyakarta. Museum ini berada

tidak jauh dari jalan raya rute bus Yogya-Solo dengan cek point SD Angkasa (Periksa

petunjuk lokasi Museum Dirgantara Mandala).

Ciri Khusus dan Keunikan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala

Ciri Khusus

Ciri khusus Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala adalah koleksi di Museum

ini sebagian besar memuat koleksi pesawat terbang yang pernah digunakan TNI AU,

bahkan negara yang pernah memproduksi atau menggunakannya saat ini tidak memiliki

lagi.

Keunikan

Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala memiliki pesawat-pesawat yang berasal

dari negara-negara timur dan barat, yang museum-museum negara lain di dunia tidak

memiliki keunikan ini.

1

BAB II

SEJARAH SINGKAT MUSEUM PUSAT TNI AU

DIRGANTARA MANDALA

Latar belakang penyelenggaraan Museum Angkatan Udara Republik Indonesia. Hal-

hal yang mendorong didirikannya museum :

1. Semua kegiatan dan peristiwa bersejarah dalam pertumbuhan dan perkembangan TNI

AU serta semua pengorbanan para pendahhulu, pejuang dan pahlawan udara dalam

membina dan merintis Angkatan Udara RI / ABRI khususnya, serta mempertahankan

dan menegakkan kemerdekaan Negara dan Bangsa Indonesia perlu dilestarikan.

2. Dalam rangka pewarisan nilai-nilai 45 yakni bahwa pengabdian dan pendokumentasian

tersebut perlu direalisasikan dalam bentuk visualisasi bukti sejarah agar dapat diketahui,

diterima, dihayati dan diamalkan oleh generasi penerus.

Museum Pusat Angkatan Udara Republik Indonesia (Museum Pusat AURI) di

Jakarta.

Hasrat untuk mengabadikan dan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan maupun

peristiwa-peristiwa bersejarah di lingkungan AURI adalah merupakan gagasan Pimpinan

AURI yang dituangkan dalam Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor 491

Tanggal 6 Agustus 1960 tentang Dokumentasi, sejarah dan museum Angkatan Udara

Republik Indonesia. Meskipun demikian, realisasinya tidak secepat yang kita harapkan.

Museum Angkatan Udara baru bisa diwujudkan tanggal 21 April 1967. Semula masih

bersifat embrio dan organisasinya berada di bawah Pimpinan Asisten Direktorat Hubungan

Masyarakat Angkatan Udara Republik Indonesia. Museum yang masih berstatus embrio ini

mempunyai tiga bagian yaitu :

a. Bagian pembinaan benda-benda

b. Bagian administrasi dan deskripsi

c. Bagian dokumentasi dan pameran.

Kagiatan museum waktu itu masih sangat terbatas karena kurangnya tenaga

profesional maupun biaya. Sejak dikeluarkannya Instruksi Menteri/Panglima Angkatan

Uadara No. 2 Tahun 1967 tanggal 30 Juli 1967 tentang peningkatan kegiatan bidang

sejarah, budaya dan Museum Angkatan Udara, maka mulai ada titik terang dan dapat

meletakkan rencana kerja bagi perkembangannya.

Kemudian berkat perhatian yang besar dari Pimpinan Angkatan Udara V

(Pangkowilu), maka pada tanggal 4 April 1969 diresmikan berdirinya Museum Pusat

Angkatan Udara Roesmin Nuryadin.

2

Dalam peresmian tersebut hadir pula para perintis dan tokoh antara lain ; Mantan

Kepala Staf Laksamana Muda Udara (Purn.) Dr. Hardjo Lukito, Panglima Komando

Wilayah Udara V Laksamana Muda Udara Saleh Basarah, Kapusjarah ABRI Kolonel Tit.

Drs. Nugroho Notosusanto. Museum Pusat ini berlokasi di kawasan markas Komando

Wilayah Udara V, Jl. Tanah Abang Bukit Jakarta.

Menuju Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala

Sementara itu, di Lembaga Pendidikan AKABRI bagian Udara Yogyakarta sudah

berdiri Museum Pendidikan/Karbol, sehingga mulailah adanya pemikiran yang mengarah

pada pengembangan dan upaya menyatukan/mengintegrasikan kedua museum tersebut. Di

samping itu timbul pemikiran untuk mempertimbangkan dalam menentukan lokasi atau

kedudukan museum nantinya yang mengarah ke Yogyakarta.

Adapun dasar pertimbangan penentuan lokasi museum berada di Yogyakarta adalah

sebagai berikut :

a. Pada peristiwa 1945-1949 Yogyakarta memegang peranan penting sebagai tempat lahir

dan pusat perjuangan TNI Angkatan Udara.

b. Yogyakarta adalah tempat penggodokan Taruna-taruna Angkatan Udara calon Perwira

TNI AU.

c. Perlu pemupukan semangat minat dirgantara, nilai-nilai 45 dan tradisi juang TNI AU

dengan mengacu pada semangat Maguwo.

Atas dasar pertimbangan tersebut, maka Kepala Staf TNI Angkatan Udara

mengeluarkan keputusan No. Kep/11/IV/1978 tanggal 17 April 1978 menetapkan bahwa

Museum Pusat AURI yang semula berkedudukan di jakarta dipindahkan di Yogyakarta,

diintegrasikan dengan Museum Pendidikan/Karbolmenjadi Museum Pusat TNI Angkatan

Udara dengan memanfaatkan gedung Link Trainer di kawasan kesatrian AKABRI Bagian

Udara. Operasi boyong perpindahan benda-benda koleksi museum dari Museum Pusat

AURI di Jakarta ke Yogyakarta (AKABRI Bagian Udara) telah mulai sejak Nopember

1977. Dalam langkah penyempurnaan pemindahan lebih lanjut berdasarkan Keputusan

Kasau No. Skep/04 /IV/1978 tanggal 17 April 1978, dilengkapi dengan nama Museum

Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala”. Pembukaan dan peresmian Museum Pusat TNI AU

Dirgantara Mandala bersamaan pula dengan peresmian Museum Sekbang Pertama 1945

yang berlokasi di dekat Base Ops Lanud Adisutjipto, dilakukan oleh Kepala Staf TNI AU

29 Juli 1978. Perlu dicatat bahwa Pembinaan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala,

mencakup pula Museum Sekbang Pertama tahun 1945 yang berlokasi di dekat Base Ops

Land Adisutjipto, yang kini telah dialihkan satusnya sebagai Museum Sekbang Pertama

dengan Nomor Inventaris Monumen TNI AU/No. in/01/B/Adi/Men.

Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala di Kawasan Lanud Adisutjipto

3

Dengan pertimbangan bahwa koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala

terus berkembang dan bertambah terutama alut sista udara berupa pesawat terbang,

sehingga gedung museum di Kesatrian AKABRI Bagian Udara tidak dapat menampung,

maka Pimpinan TNI AU memutuskan untuk memindahkan lagi.

Pimpinan TNI AU kemudian menunjuk dan memutuskan bahwa gedung bekas pabrik

gula di Wonocatur Lanud Adisutjipto yang dimasa pendudukan Jepang digunakan sebagai

gudang logistik, segera direhab untuk dimanfaatkan sebagai Museum Pusat TNI AU

Dirgantara Mandala. Sebagai tanda dimulainya pembangunan/rehab gedung tersebut, maka

pada tanggal 17 Desember 1982 Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi

menandatangani prasasti tanda dimulainya. Hal ini diperkuat dengan Surat Perintah Kepala

Staf TNI AU No. Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984 tentang rehabilitasi gedung

bekas pabrik gula tersebut untuk dipersiapkan sebagai gedung permanen Museum Pusat

TNI AU Dirgantara Mandala. Dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 29 Juli 1984

Kepala Staf TNI AU marsekal TNI Sukardi meresmikan penggunaan gedung yang sudah

direhab tersebut sebagai gedung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.

Dari 4.200M2 bangunan induk yang ada saat ini telah digunakan seluas 3.600 M2

untuk pameran dan 600 M2 lainnya untuk gudang dan Musholla.

BAB III

4

ALUR PENGUNJUNG

Bila kita memperhatikan denah museum, maka pengunjung dapat mengamati dan

menikmati gelar pameran koleksi sebagai berikut :

1. Ruang Utama, memuat koleksi lambang TNI AU beserta Satuan Jajarannya, para

Pahlawan Nasional dari TNI AU dan foto Mantan Kepala Staf TNI AU.

2. Ruang kronolagi I dan II, adalah ruang kronologis yang menggambarkan sejarah

perjuangan dan perkembangan TNI AU mulai dari Proklamasi Kemerdekaan RI.

3. Ruang Alutsista, memuat koleksi pesawat terbang yang pernah dimiliki TNI AU dari

Tahun 1945 sampai dengan Tahun 1970-an.

4. Ruang Paskhas, Ruang Diorama, yaitu terdiri dari berbagai diorama, diantaranya adalah

Diorama Serangan Udara Pertama dan Peristiwa gugurnya Pahlawan Nasional Perintis

TNI AU, terus ke ruang Diorama Pemboman Pangkalan Udara Maguwo, Diorama

Peristiwa 19 Desember 1948 di Maguwo, Diorama Sekolah Penerbang dan Sekolah

Perwira Teknik Udara TNI AU, Diorama Operasi Trikora, Diorama Sistem

Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa.

5. Ruang Minat Dirgantara, memuat tentang lambang Skadron Udara dari jenis pesawat

pendukungnya, serta koleksi lain yang dapat menarik minat dirgantara.

BAB IV

5

KOLEKSI MUSEUM PUSAT TNI AU

DIRGANTARA MANDALA

A. RUANG UTAMA

1. Patung Empat Pahlawan Nasional Perintis TNI AU :

a. Marsekal Muda TNI Anumerta Agustinus Adisutjipto.

b. Marsekal Muda TNI Anumerta Prof. Dr. Abdulrachman Saleh.

c. Marsekal Muda TNI Anumerta Abdul Halim Perdana Kusuma.

d. Marsekal Muda TNI Anumerta Iswahyudi.

2. Beberapa Foto Mantan Pimpinan TNI Angkatan Udara :

a. Laksamana Udara Suryadi Suryadarma

(Kepala Staf TRI AU Tahun 1946-1962)

b. Laksamana Muda Udara Omar Dani

(Menteri/Panglima Angkatan Udara Tahun 1962-1965)

c. Laksamana Muda Udara Sri Muljono Herlambang

(Menteri Panglima Angkatan Udara Tahun 1965-1966)

d. Laksamana Udara Roesmin Nurjadin

(Menteri Panglima Angkatan Udara Tahun 1966-1969)

e. Marsekal TNI Suwoto Sukendar

(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1969-1973)

f. Marsekal TNI Saleh Basarah

(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1973-1977)

g. Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi

(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1977-1983)

h. Marsekal TNI Sukardi

(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1983-1986)

i. Marsekal TNI Utomo

(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1986-1990)

j. Marsekal TNI Siboen

(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1990-1993)

k. Marsekal TNI Rio Pambudi

(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1993-1996)

l. Marsekal TNI Sutria Tubagus

(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1996-1999)

3. Lambang-lambang

a. Swa Bhuwana Paksa adalah lambang TNI Angkatan Udara, yang artinya Sayap

Tanah Air.

b. Panji-panji TNI Angkatan Udara diresmikan oleh Presiden/Panglima tertinggi

Angkatan Perang pada tanggal 5 Oktober 1952 bersama-sama dengan Panji-

panji TNI Angkatan Darat dan Panji-panji TNI Angkatan Laut dalam suatu

upacara militer di Jakarta.

6

c. Pataka Komando Operasi TNI AU (Koopsau)

Motto : Abhibuti Antarikshe

Artinya : Keunggulan di udara adalah tujuan kami.

d. Pataka Komando Panduan Tempur Udara (Kopatdara)

Motto : Nitya Samakta Maawarti Sarwabaya

Artinya : Senantiasa siaga bertindak terhadap segala ancaman bahaya.

e. Pataka Komando Pertahanan Udara (Kohanud)

Motto : Suraksita Nabhastala

Artinya : Udara yang dipertahankan dengan baik.

f. Pataka Komando Pemeliharaan Materiil TNI AU (Koharmatau)

Motto : Sewana Karya Buddhi Sakti

Artinya : Dengan segala akal dan okol dikerahkan untuk berbakti kepada

Nusa dan Bangsa dengan perjuangan.

g. Pataka Komando Pendidikan TNI AU (Kodikau)

Motto : Vidyasana Viveka Vardhana

Artinya : Tempat pengembangan pengetahuan dan kesiagaan.

h. Pataka Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas)

Motto : Labda Prakarsa Nirwikara

Artinya : Berdasarkan kemahiran dan kecakapan khusus, maka dengan

segenap potensi sanggup menghancurkan lawan dan menanggulangi

segala bahaya apapun.

i. Pataka Akademi TNI Angkatan Udara (AAU)

Motto : Vidya Karma Vira Paksa

Artinya : Bersenjatakan ilmu pengetahuan darma bakti sebagai ksatria

Indonesia yang berani, jujur dan bijaksana tanpa pamrih demi

kejayaan, keamanan dan keselamatan Bangsa dan Negara.

j. Pataka Komando daerah Udara (Kodau) I

Motto : Sonya Gati Gatra Ghuwana

Artinya : Tanpa menghitung-hitung untung rugi, tanpa pamrih dalam

menjalankan tugas-tugas dan kewajiban pembinaan wilayah.

k. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) II

Motto : Bhakti Bhina Kerta Bhuwana

Artinya : Demi pengabdian (Kebaktian), kita bina pembangunan Negara

Republik Indonesia dan pertahanan Tanah Air Indonesia.

l. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) III

Motto : Ganti Prabivita Sthala

Artinya : Komando Wilayah Udara adalah unsur terpenting untuk mencapai

kejayaan.

m. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) IV

Motto : Wira Dharma Bhakti

7

Artinya : Dengan semangat dan jiwa kepahlawanan, kita tunaikan kewajiban

kita terhadap Bangsa dan Negara Republik Indonesia.

n. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) V

Motto : Karya Phalam Anasritam Kurmahe

Artinya : Kami membina/bertindak tanpa mengharapkan balasan.

o. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) VI

Motto : Nityasa Prayatna Eka Mandala

Artinya : Senantiasa waspada untuk keutuhan wilayah/daerah.

B. RUANG KRONOLOGI I

1. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.30 waktu Jawa Jaman Jepang atau pukul

10.00 WIB, Ir. Soekarno didampingi Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia

menyatakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di rumah Jl. Pegangsaan Timur 56

Jakarta. Pada keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 PPKI dalam sidangnya

telah menetapkan UUD dan memilih Presiden serta Wakil Presiden.

2. Tentara Keamanan Rakyat-Jawatan Penerbangan (TKR-Jawatan

Penerbangan)

Pada tanggal 23 Agustus 1945 diumumkan berdirinya Badan Keamanan Rakyat

(BKR). Tugas utama BKR Udara adalah bersama-sama rakyat merebut dan

menguasai Pangkalan Udara setempat beserta pesawat terbang dan fasilitas lainnya

dari tangan Jepang. Tanggal 5 Oktober 1945 BKR ditingkatkan menjadi TKR

(Tentara Keamanan Rakyat), maka BKR Udara yang terkenal dengan sebutan TKR

Jawatan Penerbangan. Kegiatan yang berhasil dan menunjukkan eksistensi TKR

Jawatan Penerbangan antara lain :

a. Penerbangan Pertama di Alam Indonesia Merdeka.

Tanggal 27 Oktober 1945 Bapak Agustinus Adisutjipto berhasil menerbangkan

pesawat Cureng dengan identitas Bendera Merah Putih di Pangkalan maguwo.

b. Sekolah Penerbang Pertama di Maguwo

Atas prakarsa Bapak Agustinus Adisutjipto diadakannya pertemuan beberapa

tokoh penerbangan dari Yogyakarta, Malang dan Surabaya pada tanggal 7

Nopember 1945 di Yogyakarta. Hasil pertemuan tersebut lahirlah kesepakatan

bersama untuk mulai menyelenggarakan pendidikan bagi putera-putera

Indonesia. Pada tanggal 15 Nopember pendidikan tersebut dibuka. Peristiwa

dimulainya pendidikan penerbang yang pertama atau yang terkenal dengan

Sekolah Penerbang Pertama yaitu tanggal 15 Nopember diresmikan dan

diperingati sebagai hari jadi Komando Pendidikan TNI AU (Kodikau).

c. Latihan Terjun Payung

8

Pada tanggal 11 Pebruari 1946 di Pangkalan Udara Maguwo dilakukan latihan

terjun payung yang pertama. Pelaku sebagai penerjun ini adalah Amir Hamzah,

Legino dan Pungut.

3. Pembentukan TNI Angkatan Udara

a. Partisipasi TKR Jawatan Penerbangan dan Tugas Internasional (dalam Operasi

POPDA)

Jepang ditugasi menjaga Status quo atas Indonesia (Hindia-Belanda).

Adapun tugas tentara Sekutu nantinya di Indonesia adalah :

1. Menerima penyerahan tentara Jepang.

2. Membebaskan tawanan Perang Serikat (APWI = Alied Presoners of War

and Interners).

Pada akhir Nopember 1945 berlangsunglah perundingan antara RI

(diwakili Menteri Muda Luar negeri H. Agus Salim) dengan pihak Sekutu yang

diwakili oleh Kepala Staf Alied Foree Netherlands Indies (AFNEI) Brigjen

I.GA Lauder. Perundingan ini disepakati bahwa pelucutan/pemulangan 35.000

orang tentara Jepang dan pemulangan kurang lebih 28.000 orang tawanan

perang dan interniran (Alied Presoners War and Interners = APWI). Dalam

pelaksanaannya dibentuklah Panitya Oeroesan Pemoelangan Djepang dan

APWI disingkat POPDA kemudian operasi pemulangan tersebut disebut

Operasi POPDA.

Operasi POPDA berlangsung kurang lebih 17 bulan dari bulan Desember

1945 s/d Mei 1947. Dengan demikian Ops POPDA yang memanfaatkan PU

Panasan sebagai PU transit dan pengawalan dari Pasukan Pertahanan Pangkalan,

menunjukkan bahwa TKR Jawatan Penerbangan ikut ambil bagian/berprestasi

juga dalam tugas internasional. Tugas ini pula ikut memberikan mantapnya

eksistensi TRI Angkatan Udara, di samping kegiatan-kegiatan sebelumnya.

b. Penetapan TRI Angkatan Udara

TKR (Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat),

kemudian pada tanggal 24 januari 1946 menjadi Tentara Republik Indonesia

Angkatan Udara (TRI-AU) selanjutnya dikenal dengan sebutan Angkatan Udara

Republik Indonesia (AURI). Dalam penetapan tersebu selaku Pimpinan AURI

adalah sebagai berikut : Kepala Staf Komodor Udara Suryadi Suryadarma,

Wakil Kepala Staf II Komodor Udara Sukarnen Mertodisumo dan Wakil Kepala

Staf II Komodor Muda Udara Agustinus Adisutjipto.

4. Serangan Udara Pertama terhadap Kota Kedudukan Belanda di Semarang,

Salatiga, dan Ambarawa.

Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan serentak yang

dikenal dengan Agresi I. PU Maguwo mengalami kegagalan karena kabut tebal

meliputi / menutupi PU Maguwo. Para Pimpinan TNI Angkatan Udara telah

memperhitungkan bahwa suatu saat Belanda akan melakukan serangan udaranya.

9

Waktu itu Kasau Komodor S. Suryadarma bersama Perwira Operasi Komodor

Muda Udara Halim Perdanakusuma segera merencanakan operasi udara balasan.

Pada tanggal 29 Juli 1947 kurang lebih pukul 05.00 pagi tiga buah pesawat

terbang TNI AU berturut-turut meninggalkan landasan PU Maguwo menuju ke

sasaran. Kadet Udara Mulyono beserta penembak udara Abdulrachman

melaksanakan penyerangan ke Semarang. Kadet Sutardjo melakukan serangan ke

Kota Salatiga. Kadet Udara Suharnoko Harbani beserta penembak udara Kaput

melaksanakan serangan ke kota Ambarawa.

5. Pengabdian Para Pahlawan TNI Angkatan Udara

Sebuah pesawat Dakota VT-CLA pada tanggal 29 Juli 1947, pukul 01.00

siang waktu setempat meninggalkan lapangan terbang Singapura. Ketika mendekati

PU Maguwo saat roda-roda pendarat mulai keluar, tiba-tiba muncul 2 buah pesawat

pemburu Kittyhawk Belanda yang melakukan penembakan dengan gencar.

Dari semua awak pesawat dan penumpang, hanya seorang yang selamat yaitu

A. Gani Handonotjokro. Tanggal 29 Juli 1947 betul-betul merupakan pengabdian,

baktinya kepada negara dan bangsa, oleh karena itu sejak tahun 1962 ditetapkan

menjadi Hari Bakti TNI AU dan tanggal 29 Juli.

Monumen yang didirikan untuk memperingati peristiwa tersebut terkenal

dengan nama Monumen Ngotho atau Tugu Ngotho.

6. Semangat Tekad Bangsa Indonesia untuk Mewujudkan Pesawat Terbang

Sendiri

Ketika Suryadi Suryadarma mendapat kepercayaan untuk memimpin TKR

Jawatan Penerbangan. Untuk mewujudkan pesawat terbang tersebut sejak TKR

Jawatan Penerbangan ditetapkan sebagai TRI Angkatan Udara, dibidang organisasi

dibentuklah Biro Rencana dan Konstruksi yang berkedudukan di Maospati. Melalui

bagian ini bangsa Indonesia dalam hal ini TRI Angkatan Udara berhasil

mewujudkan pesawat buatan sendiri, yaitu pesawat layang jenis Zogling (NWG-1)

selanjutnya pesawat terbang bermesin pertama yang kita kenal dengan registrasi

pesawat WEL-I/RI-X.

7. Replika Pesawat WEL RI-X

Pesawat terbang bermotor, WEL-I/RI-X (Wiweko Experimental Light Plane)

merupakan pesawat bermotor hasil produksi pertama bangsa Indonesia. Pembuatan

dilakukan oleh Biro Rencana dan Konstruksi Markas tertinggi AURI. Pembuatan

Pesawat Terbang di Magetan dibawah pimpinan Opsir Udara III (Kapten) Wiweko

Supono, diabadikan tahun 1980. Pada tahun 1980 diterbangkan dari PU Iswahyuni

di SMO Lanud Adisutjipto kemudian dimuseumkan.

8. Operasi Penumpasan PKI Muso/Madiun

Tanggal 18 September 1948, TNI AU mengadakan operasi udara dalam upaya

untuk mempersempit dan selanjutnya meniadakan pengaruh kekuasaan

pemberontak. Daerah kegiatan ini meliputi Madiun, Cepu, Purwodadi dan

sekitarnya. Bahkan beberapa Perwira TNI/ABRI, setelah menghadiri rapat di

10

Yogyakarta, diterjunkan dengan parasut di Trenggalek untuk bergabung dengan

induk pasukan.

9. Operasi Lintas Udara

a. KASAU secara positif menanggapi permohonan Gubernur Kalimantan Ir.

Mohammad Noor pada bulan Juli 1947 agar AURI menerjunkan pasukan

payung di Kalimantan.

Pada tanggal 16 Oktober 1947 pukul 23.50 menjelang tengah malam 14

pasukan para dibawah pimpinan Kapten Udara Hary telah siap disamping

pesawat Carteran kita yaitu C-47/Skytrain dengan registrasi RI-002 Tanggal 17

Oktober 1947 pukul 01.30 malam pesawat siap. Akhirnya kurang lebih pukul

02.30 pesawat bertolak dengan pilot Bob Freeberg dan Capilot Makmur

Suhodo. Pada tanggal 17 Oktober 1947 pukul 07.00 pesawat telah melayang di

atas Kota Watingin Kalimantan Tengah dan pasukan segera diterjunkan Pasukan

membawa alat pemancar (Z/O) yang besar dan motor dengan bahan bakar cukup

untuk 1 tahun di Kalimantan Tengah.

Pasukan ini disergap oleh pasukan Belanda, mereka bertahaan selama satu

bulan. Ke 14 pasukan tersebut antara lain :

a. OMO II Amir Hamzah (Jamping Master)

b. Tjilik Riwut-Petunjuk daerah penerjunan

c. Kapten Udara Hary Hadisumantri

d. L.U. II Iskandar

e. SMU Achmad Kosasih.

Tanggal 17 Oktober merupakan hari Paskhas yang diperingati tiap

tahunnya.

b. Tugas Lain Pesawat Dakota RI-002

RI-002 adalah registrasi pesawat C-47 Skitrain milik seorang penerbang

veteran Amerika Serikat yang dicarter oleh RI untuk tugas penerobosan blokade

udara Belanda dan penerobosan ke Luar Negeri.

Misi ke Luar Negeri ini antara lain : membawa muatan bubuk kina dan

panili ke Manila, membawa delegasi RI untuk menghadiri Komperensi ACAFE

baguio, Manila, membawa para pejabat dan 20 Kadet penerbang yang akan

belajar ke India.

Tanggal 1 Oktober 1948 dalam rangka penerbangan ke luar negeri RI-002

mendapat kecelakaan antara Tanjung Karang Bengkulu. Reruntuhannya

diketemukan pada tanggal 14 April 1978 di Bukit Punggur.

10. Kepahlawanan Dalam Mempertahankan PU Maguwo

Kadet Udara Kasmiran berupaya semaksimal mungkin mempertahankan PU

Maguwo, namun kekuatan sangat tidak seimbang, akhirnya Kadet Kasmiran gugur

bersama pasukannya kurang lebih 50 orang. Peristiwa kepahlawanan

mempertahankan PU Maguwo ini diabadikan dalam bentuk Monumen Bakti

11

Prajurit yang diresmikan oleh KASAU Marsekal TNI Utomo pada tanggal 19

Desember 1989.

11. Riwayat Singkat Para Perintis TNI AU

a. Laksamana Anumerta R. Suryadi Suryadarma

Setelah diresmikan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5

Oktober 1945, beliau ditugasi pemerintah RI untuk membentuk kekuatan udara,

pada tanggal 10 Desember 1945 diangkat sebagai Kepala Bagian Penerbangan

pada Markas Besar Oemoem Tentara Keamanan Rakyat di Yogyakarta.

Menteri/Penasehat Presiden RI (1962), wafat pada tanggal 16 Agustus

1975 di Jakarta.

b. Marsekal Muda TNI Anumerta Agustinus Adisutjipto

Pada masa Belanda, Adisutjipto pernah bertugas di Pangkalan Udara

Maguwo Yogyakarta sebagai Calon Perwira Penerbang.

Prestasi selama di TNI Angkatan Udara diantaranya :

1. Tanggal 27 Oktober 1945 untuk pertama kalinya berhasil menerbangkan

pesawat Cureng yang beridentitaskan Merah Putih di Yogyakarta.

2. Tanggal 15 Nopember 1945 atas prakarsanya didirikan Sekolah

Penerbangan di Pangkalan Udara Maguwo.

3. Pada tanggal 9 April 1946 menjabat sebagai Wakil Kepala Staf II TRI-AU

dengan pangkat Komodor Muda Udara.

4. Pada tanggal 23 April 1946 bersama Opsir Udara Imam Suwongso

Wiryosaputro dan Opsir II Iswahyudi masing-masing dengan pesawat Culiu

mendarat di Lapangan Terbang Kemayoran dalam rangka membawa

Delegasi RI KASAU Komodor Udara R.S. Suryadarma dan Jendral Mayor

Sudibyo untuk perundingan dengan Sekutu dalam rangka tugas

pengangkutan Tentara Jepang dan APWI pulang ke negaranya masing-

masing.

5. Sewaktu tugas di India dan Pakistan dalam perjalanan kembali ke Tanah Air

tanggal 29 Juli 1947 gugur bersama Dakota VT-CLA akibat ditembak

pesawat Kittyhawk Belanda yang mengangkut sumbangan obat-obatan

untuk Palang Merah Indonesia.

c. Marsekal Muda TNI Anumerta

Pada masa mudanya pernah mendapat sebutan pak Karbol karena

kedisiplinan dan keramahannya sewaktu masih aktif dalam kepanduan. Prestasi

selama di TNI Angkatan Udara diiantaraya :

1. Mampu menerbangkan pesawat-pesawat peninggalan Jepang.

2. Sebagai Instruktur pada Sekolah Penerbangan di Maguwo

3. Tahun 1946 menjabat Komando Pangkalan Udara Bugis (Malang)

merangkap Komando Radio Pangkalan Udara Maospati (Madiun).

4. Mendirikan Sekolah Radio Telegrafis Udara di Malang dan Sekolah Teknik

Udara di Madiun.

12

5. Sewaktu tugas ke India dan Pakistan dalam perjalanan pulang tanggal 29

Juli 1947 gugur bersama pesawat Dakota C-47 VT-CLA yang

ditumpanginya akibat ditembat jatuh pesawat P-40 Kittyhawk Belanda.

d. Marsekal TNI Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma

Ketika Jepang masuk ke Indonesia ia ke Inggris dan mengikuti pendidikan

sebagai Navigator pada Royal Canadian Air Force. Selama Perang Dunia II

beliau melakukan operasi penerbangan di Eropa. Setelah perang berakhir, pada

pertengahan Agustus 1945, kembali ke Tanah Air Angkatan Udara diantaranya :

1. Tahun 1946 melakukan penerbangan dari Maguwo ke Madura dengan

Pesawat Cureng dan mengadakan pendaratan darurat di lapangan Tambak.

2. Sebagai Perwira Operasi menyiapkan Rencana Operasi pemboman

Semarang, Salatiga dan Ambarawa dengan dua buah pesawat Cureng dan

sebuah Guntau pada tanggal 29 Juli 1947.

3. Merintis dan membangun AURI di Sumatera

4. Beberapa kali melaksanakan penerbangan ke luar negeri

5. Tanggal 14 Desember 1947 dalam perjalanan pulang dari Bangkok ke

Indonesia gugur bersama pesawat Avro Anson RI-003 yang ditumpanginya

di Tanjung Hantu, Malaya.

e. Marsekal Pertama TNI Anumerta Iswahyudi

Pada masa penjajahan Belanda mengikuti pendidikan Asirant Officier

Kortverband Vliger di Pangkalan Udara Kalijati. Prestasi selama di TNI

Angkatan Udara diantaranya.

1. Sebagai Instruktur Penerbangan pada Sekolah Penerbangan di Maguwo

dengan pangkat Opsir Udara II

2. Tanggal 23 April 1946 melakukan penerbangan dengan pesawat Cukiu dari

Maguwo ke Jakarta, Gorda, Banten, Teluk Betung dan Branti (Sumatera

Selatan)

3. Tanggal 10 Juli 1946 melakukan penerbangan dengan pesawat Cureng di

Maguwo ke Tasikmalaya

4. Tahun 1946 menjabat sebagai Komandan Pangkalan Udara Bukittinggi,

membentuk dan membina organisasi AURI di Sumatera.

5. Tahun 1947 bertugas ke Luar Negeri dan tanggal 14 Desember 1947 dalam

perjalanan pulang dari Bangkok ke Indonesia gugur bersama pesawat Avro

Anson RI-003 di Tanjung Hantu Malaya.

12. Pasukan Garuda Mulya

Anggota Panggakalan Udara Panasan segera mengatur taktik gerilya di daerah

Kecamatan Jumantoro dan Gayamdopo serta melakukan serangan terhadap

kedudukan Belanda di Karangpandan, Karanganyar dan Pabrik Gula Tasikmadu.

Pasukan ini terkenal sebagai Pasukan Garuda Mulya yang tergabung dalam Pasukan

Panembahan Senopati 105.

13

13. Stasiun PHB AURI PC-2 di Playen Gunungkidul

Dalam rangka perjuangan mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan, Stasiun

Radio AURI PC-2 di Desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

Berhasil menyiarkan berita-berita perjuangan menghadapi Agresi Militer II Belanda

19 Desember 1948. Dari stasiun Radio AURI PC-2 di Jawa dan Sumatera

khususnya Stasiun PDRI, bahkan diterima oleh Stasiun AURI Indonesia Airways di

Ranggon (Birma). Dalam rangka pelestarian nilai-nilai juang terpetik dari perananan

Stasiun Radio AURI PC-2 tersebut dibangunlah Monumen Radio AURI PC- di

Banaran oleh Yayasan 19 Desember 1948.

14. Indonesia Air Ways

Pada awal Juni 1948 dengan membawa pesawat model C-47 Dakota, Presiden

Soekarno mengadakan keliling Sumatera untuk mendapatkan Fonds Dakota. Hasil

dari perjalan ini terkumpul sejumlah dana dari rakyat Aceh yang cukup

dipergunakan membeli pesawat Dakota C-47.

Pada tanggal 7 Desember 1948 pesawat RI-001/Seulawah mendarat di Calcuta

India dalam rangka menjalani perbaikan menyeluruh/over houl. Tanggal 26 Januari

1949 atas ijin pemerintah Burma RI-001/Seulawah diterbangkan ke Ranggon

Burma. Atas bantuan Sdr. Maryumi OU III Wiwekno Soepono berhasil mendirikan

satu badan hukum penerbangan niaga dengan nama Indonesia Air Ways, yang

beroperasi di Burma. Adapun keuntungannya yaitu, utnuk mebiayai Kadet-kadet

Indonesia yang belajar di India dan Philipina, juga untuk membantu perjuangan

kemerdekaan RI dengan menerobos blokade udara Belanda dan mendrop senjata,

amunisi dan peralatan radio, untuk perjuangan RI di Aceh. Tanggal 31 Oktober

1950 Pesawat RI-007 diserahkan kepada Pemerintah Burma.

15. Perintis Perindustrian Pesawat Terbang di Indonesia

Pada tahun 1946 Markas Tertinggi TRI Angkatan Udara meresmikan Biro

Rencana dan Konstruksi yang berkedudukan di Lanud Maospati (Madiun) yang

dipimpin oleh Opsir Udara Wiweko Soepono. Opsir Udara III Wiweko Soepono

dan Opsir Muda Udara I Nurtaino berhasil mewujudkan beberapa prestasi dalam

merintis pembuatan pesawat terbang.

Setelah pengakuan Kedaulatan Negara Republik Indonesia, 27 Desember

1949, maka instansi yang menangani kegiatan pembuatan pesawat terbang di

linkungan TNI-AU mengalami beberapa perubahan dan peningkatan secara

kronologi sebagai berikut:

a. Depo Peneyelidikan Perawatan Pembuatan Pesawat Terbangs (1950).

b. Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (1961) dan

c. Lembaga Industri Penerbangan Nurtaino (Lipnur) 1966.

Kemudian pada tahun 1976 Lipnur ditingkatkan dan diresmikan oleh Presiden

Soekarno menjati PT Industri Pesawat Terbang Nurtaino dan akhirnya pada tahun

1986 diubah menjadi PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara.

14

16. Perintis Jawatan Kesehatan TNI-AU

a. Opsir Udara I Doktor Esnawan

b. Laksamana Muda Udara Dokter Suhardi Hardjolukito

c. Laksamana Muda Udara Dokter Salamun

C. RUANG KRONOLOGI II

a. Sekolah Penerbangan Lanjut di Andir dan Kalijati

Untuk pertama kalinya SPL menyelanggarakan Advance Training dengan pesawat

T-6 G dan AT-16 Harvard bagi penerbang-penerbang eks Sekbang Maguwo dan

India. Angkatan ke III SPL adalah kelas terakhir yang diselenggarakan di Andir

(Husein Sastranegara), karena tahun 1953 SPL dipindahkan ke Pangkalan Udara

Kalijati yang menghasilkan empat Angkatan.

b. Pengiriman Kadet-kadet ke Luar Negeri

Tahun 1950 dikirimkan pula 60 kadet untuk mengikuti pendidikan

penerbangan pada taloa Academy of Aeronautics di Oaklands California. Menjelang

akhir tahun 1951 pendidikan telah selesai dan para Kadet kembali ke Indonesia

1. Pembentukan Skadron TNI Angkatan Udara Tahun 1950

AURI sejak awal 1950 mulai menyusun kekuatan pesawat dalam Skadron

Udaranya sebagai berikut.

a. Skadron 1 (Pembom) pesawat B-25/Mitchell di Halim Perdana Kusuma.

b. Skadron 2 (Angkut) pesawat C-47/Dakota di Halim Perdana Kusuma

c. Skadron 3 (Tempur) pesawat P-51/Mustang di Halim Perdana Kusuma

d. Skadron 4 (Lantai Darat) pesawat Auster di Bogor

e. Skadron 5 (Lantai Laut) pesawat PBY-5A/Catalina di Halim Perdana Kusuma

2. Operasi Penumpasan Pemberontakan DI/TII

Dalam operasi Penumpasan DI/TII TNI Angkatan Udara mengerahkan Satuan

Pertahanan Udara dengan menyiapkan Pesawat-pesawat tempur khususnya jenis

pancargas dari Skadron XI.

Sedangkan operasi-operasi gabungan dilakukan dengan memberikan bantuan

seperti :

a. Pengintaian udara dengan pesawat Cessna 180 dan pembom B-25 “Mitchell”.

b. Penembakan/pembom dengan menggunakan pesawat-pesawat buru sergap P-51

“Mustang”, pembom B-25 Mitchell dan AT-16 Harvard.

c. Pengangkutan udara dengan pesawat-pesawat C-47 Dakota.

3. Operasi Penumpasan PRRI di Sumatera

Puncak gerakan-gerakan ini ialah terbentuklah “Pemerintahan Revolusioner

Republik Indonesia” (PRRI) tanggal 15 Pebruari 1958. Untuk menyelamatkan RI

dari bahaya perpecahan ini pemerintah RI bertindak tegas dengan melakukan

operasi-operasi gabungan TNI Angkatan Darat, Laut dan Udara antara lain :

15

a. Operasi Tegas untuk pembebasan Riau Daratan.

b. Operasi Sapta Marga untuk pembebasan Medan.

c. Operasi Sadar di Sumatera Selatan.

d. Operasi 17 Agustus untuk merebut Kota padang sebagai pusat PRRI .

TNI AU melakukan tugas pengintaian udara, penyebaran pamflet,

pemboman/penembakan, penerjunan pasukan SAR dan pengangkutan udara.

4. Operasi Penumpasan Permesta di Sulawesi dan Bagian Timur Lainnya di

Indonesia

Pada masa pemberontakan Permesta tahun 1958 kawasan Indonesia bagian

timur terganggu ketenangannya. Seorang warga Amerika melakukan penembakan

di berbagai tempat antara lain Pangkalan Udara Morotai, beberapa tempat penting

milik TNI AU dan iring-iringan kapal TNI AL.

Pada tanggal 18 Mei 1958 Kapten Udara Penerbangan Ignatius Dewanto

berangkat dengan menggunakan pesawat P-51 Mustang mengadakan pengejaran

terhadap B-26 Allan Lawrence Pope. Dalam pengejaran tersebut Kapten Udara

Penerbang Igantius Dewanto berhasil menembak pesawat B-26 Allan Lawrence

Pope dan roket, yang mengakibatkan terbakar dan jatuh di perairan sebelah barat

Pulau Ambon.

5. Tri Komando Rakyat

Sebagai puncak perjuangan pembebasan Irian Barat atas kekuasaan Belanda,

pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta, presiden/PangtiABRI/Pangsar Koti

Pembebasan Irian Barat mencanangkan “ Tri Komando Rakyat”. Pimpinan

Komando Mandala adalah sebagai berikut :

Panglima : Mayor Jendral Soeharto

Wapang I : Komodor Laut Subono

Wapang II : Komodor Udara L.W.J. Wattimena

Kepala Staf : Kolonel A. Tahir

Sedangkan Angkatan Udara Mandala (AULA) segera menyiapkan Pangkalan

Udara Morotai, Letfuan dan Pattimura sebagai pangkalan depan, dan Kupang

sebagai Pangkalan belakang. Sebagai operasi terakhir dilaksanakan Operasi

Wisnumurti untuk menghadapi penyerahan Irian Barat tanggal 1 Mei 1963.

6. Dwi Komadno Rakyat (DWIKORA)

Konfrontasi politik ini memuncak dengan dicetuskannya Dwi Komando

Rakyat (Dwikora) oleh Presiden/Panglima Tertinggi BRI/Pemimpin Besar Revolusi

pada tanggal 3 Maret 1964 yang menyatakan, perhebat Ketahanan Revolusi

Indonesia dan Bantu Perjuangan Revolusioner Rakyat-rakyat Malaysia, Singapura,

Sabah, Serawak dan Brunai untuk membubarkan Negara Boneka Malaysia.

Bebrapa kali operasi udara yang pernah dilakukan oleh TNI AU antara lain :

Operasi Saputangan, Operasi Waspada, Operasi Gincu, Operasi Kelelawar, Operasi

Camar Laut, Operasi Nantang, Operasi Geser dan lain-lainnya. Jenis pesawat

terbang TNI AU antara lain : TU-16, TU-16KS, C-130 B Hercules, C-47 Dakota, B-

16

25 Mitchell, P-15 Mustang, UF-1 Albatross MI-4, MI-6 juga satuan-satuan

Kopasgat.

Pada tanggal 27 Mei 1966 suatu misi ABRI dikirim ke Kuala Lumpur yang

membawa pesan Jendral Soeharto untuk mengadakan penghentian konfrontasi.

Perundingan antara Menlu Indonesia Adam Malik dan Menlu Malaysia Tun Abdul

Razak pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1966 di Bangkok atas bantuan

Menlu Muangthai Thant Khoman.

Akhirnya pada tanggal 11 Agustus 1966 di Jakarta ditandatanganilah

persetujuan normalisasi hubungan antara pemerintah Indonesia dan pemerintah

Malaysia yang disebut dengan “Jacarta Accord”.

7. Operasi Non Militer TNI AU

a. Operasi Pepera di Irian Barat

Pada tanggal 25 Agustus 1949 pemerintah Belanda mendesak

keinginannya untuk menduduki Irian Barat. Akibatnya timbullah “Sengketa

Irian Barat” antara Indonesia dan Belanda. Setelah melalui perjuangan

diplomasi dan fisik yang terkenal dengan Tri Komando Rakyat (Trikora),

akhirnya tercapailah keputusan di forum PBB yang melahirkan “New York

Agreement” pada tanggal 15 Agustus 1962 yang akan dilaksanakan “Act of Free

Choice” (Penentuan Pendapat Rakyat/Pepera) sebagai penyelesaiannya.

Komandan Kolonel Udara Suyoto Sagasud Pepera bertugas

menyelenggarakan dan mengkoordinasikan semua bantuan angkutan udara

dengan mengerahkan pesawat-pesawat militer TNI AU dan dari penerbangan

non-militer antara lain : Merpati Nusantara, Zamrud, Pertamina, MAF serta

AMA. Kegiatan penerbangan pesawat-pesawat TNI AU selama berlangsung

Pepera sebanyak 259 sorties, 579,59 jam terbang, mengangkut 311,426 kb

barang dan 1.896 penumpang, termasuk 694 anggota Dewan Musyawarah

Pepera.

b. Operasi Bakti

Sebagai kekuatan Sospol TNI AU ikut serta dalam kegiatan ABRI Masuk

Desa, membantu angkutan yang berupa bahan makanan, pakaian, obat-obatan,

bahan bangunan dan lain-lain. Selain itu juga pesawat TNI AU dikerahkan

untuk membantu angkutan Jemaah haji, Transmigrasi, Kontingen PON dan Sea

Games.

8. Operasi Penumpasan Sisa-sisa Pemberontkan G 30 S/PKI

Sisa-sisa Gerakan G 30 S/PKI berusaha kembali dengan melakukan

konsolidasi dan sekaligus membentuk suatu pemerintah bayangan di daerah Blitar

Selatan. Mereka membangun kubu-kubu (rumah bawah tanah) sebagai

post-post/markas tempat penyimpanan misiu logistik dan lain-lain keperluan di

dalam kegiatan di bawah tanah. Namun gejala kegiatan itu akhirnya dapat ditumpas

oleh kegiatan Operasi Militer ABRI yang bekerja sama dengan rakyat.

17

Gerakan operasi penumpasan sisa-sisa G 30 S/PKI itu dikenal dengan operasi

Trisula, operasi gabungan TNI Angkatan Udara diwakili oleh Komando Wilayah

Udara IV yang dipimpin Panglima Kowilhan IV, Komodor Udara Suwoto

Sukendar.

Berdasarkan Surat Perintah Operasi Panglima Kowilhan IV No. 89/80/1968

tanggal 6 Juni 1968 segera membentuk suatu “Posh Force” yang disebut “Operasi

Elang” dengan kekuatan :

a. 1 Kompi Kopasgat

b. 1 Skadron Udara dengan pesawat

- 2 Pembom B-25 Mitchell

- 3 Pembom P-51 Mustang

- 3 AT-16 Horvard

D. RUANG ALUTSISTA

1. Mitsubishi AGMS Zero Sen

Negara Asal : Jepang

Jenis : Pemburu Taktis

Panjang sayap : 11 m

Panjang badan : 9,06 m

Kecepatan maksimum : 570 km/jam

Sejarah

1941 : Pertama kali digunakan Jepang dalam perang melawan

Amerika di China

1942-1945 : Dalam perang di Pasifik melawan Sekutu, Zero

berpangkalan di daerah Irian Barat.

1984 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

2. P-51 Mustang

Negara asal : Amerika Serikat

Jenis : Pemburu Taktis

Panjang pesawat : 9,81 m

Kecepatan jelajah : 735 km/jam

Persenjataan : 6 pucuk browning kaliber 12,4 : 8 roket launcher, 2

buah bom

Sejarah

1950 – 1965 : Operasi Penumpasan DI/TII

1958 : Operasi Penumpasan PRRI

1962-1963 : Operasi Trikora

1964 : Operasi Dwikora

1965 : Penumpasan G 30/S PKI dan sisa-sisanya

1967 – 1969 : Operasi Samber Kilat dan Operasi Trisula

1978 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

18

3. Glider Kampret

Negara asal : Indonesia

Panjang badan : 5,45

Kecepatan jelajah : 60 km/jam

Sejarah

Dengan didirikan Sekolah Teknik Udara Perwira (Stupa) pada tahun 1951 yang

dipimpin oleh Letnan Kolonel Ir. C.W.A. Oyen, maka terbukalah kesempatan untuk

merancang pembuatan pesawat-pesawat terbang. Sebagai hasil penelitian ini telah

dibuat sebuah pesawat luncur jenis Grunuata Baby yang diberi nama Gilder

Kampret. Grunua mengingatkan sebuah nama dusun di Jerman, yang sebelum

Perang Dunia II didirikan sebuah pabrik pesawat peluncur. Yang dibuat oleh Kadet

Stupa tersebut bukan berdasarkan data dari pabrik Father Belanda di Amsterdam

dengan perbaikan dan perubahan berbagai segi.

4. L-4J Piper Cub

Negara asal : Amerika Serikat

Jenis : Pesawat Latih Dasar Pengintai

Panjang Pesawat : 6,82 m

Kecepatan terbang : 140 km/jam

Sejarah

1950 : Kekuatan Skadron IV

1950 – 1965 : Operasi Penumpasan Di/TII

1985 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

5. BT-13 Valiant

Negara asal : Amerika Serikat

Buatan tahun : 1940

Jenis pesawat : Peawat Latih Dasar

Panjang pesawat : 8,87 m

Kecepatan terbang : 293 km/jam

Sejarah

1951 : Pesawat latih dasar dasar pada Sekolah Penerbangan

Lanjutan di Lanud Husein S. dan Kalijati

1985 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

6. Replika Pesawat Terbang RI-X (tergantung)

Negara asal : Indonesia

Jenis pesawat : Pesawat Olahraga

Prestasi : Kecepatan jelajah 85 km/jam

Masuk museum : 1980

7. AT-16 Harvard

Negara asal : Amerika Serikat

Jenis : Pesawat Latih Dasar

Panjang Pesawat : 8,8 m

19

Kecepatan jelajah : 272 km/jam

Persenjataan : 1 senapan mesin, 7,7 mm, 2 m, bom @ 50 kg.

Sejarah

1950 – 1960 : Operasi penumpasan DI/TII

1958 : Operasi penumpasan PRRI

1965 – 1968 : Operasi penumpasan G 30/S PKI

19671 : Pengamanan Pemilu

1985 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

8. TS-8 Bies

Negara asal : Polandia

Jenis : Pesawat Latih

Kecepatan jelajah : 270 km/jam

Panjang sayap : 10,5 m

Panjang badan : 8,5 m

Tinggi pesawat : 3 m

Sejarah

1960 : Kekuatan TNI AU untuk menggantikan pesawat Latih

Lanjut AT-16 Harvard

1984 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

9. B-25 Mitchell

Negara asal : Amerika Serikat

Jenis : Pembom Ringan

Panjang pesawat : 16,14 m

Kecepatan maksimum : 483 km/jam

Kecepatan jelajah : 370 km/jam

Sejarah

1950 : Sebagai Skadron I, pembom, transport

1962 – 1963 : Penumpasan DI/TII, RMS, MMC, Andi Aziz, PRRI,

1962 – 1963 : Operasi Trikora

1964 : Operasi Dwikora

1967 – 1969 : Operasi Samber Kilat, Trisula, Sadar

1978 : Masuk Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala

10. C-47 Dakota

Negara asal : Amerika Serikat

Jenis : Angkutan ringan

Panjang pesawat : 19,5 m

Jarak jelajah : 2.400 km

Sejarah

1947 – 1948 : Penerobosan blokade udara Belanda dari/dan Sumatera,

Kalimantan, dan luar Negeri (Singapura, Philipina, India,

Pakistan dan Birma)

20

1949 – 1950 : Indonesia Airways di Ranggon

1950 : Kekuatan Skadron 2 dan DAUM, penumpasan DI/TII

1957 – 1958 : Operasi Penumpasan PRRI

1962 – 1963 : Operasi Trikora

1964 : Operasi Dwikora

1967 – 1968 : Operasi Rajawali, Focus, Wamena, Wibawa, Pepera,

Puntadewa, Pemilu

1976 : Operasi Seroja

1984 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

11. Hiller 360 Utility Helikopter

Negara asal : Amerika Serikat

Panjang pesawat : 8,08 m

Kecepatan jelajah : 121,6 km/jam

Sejarah

24 Desember 1950 : Penerbangan percobaan oleh Komodor Udara Wiweko

Soepono

1978 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

12. Hovercraft XHV-02

Panjang : 4 m

Lebar : 1,9 m

Tinggi : 1,55 m

Kecepatan jelajah darat : 13 km/jam

Kecepatan jelajah laut : 45 km/jam

Sejarah : Merupakan hasil penelitian dan pengembangan yang

dilakukan bersama-sama oleh Dislitbangau dan Lipnur

Tahun 1969 - 1973

13. B-26 Invander

Negara : Amerika Serikat

Jenis : Pembom Ringan

Panjang pesawat : 17,1 m

Kecepatan terbang : 6,050 m

Sejarah

1962 – 1963 : Operasi Trikora

1964 : Operasi Dwikora

1967 – 1969 : Operasi Samber Kilat, Operasi Trisula

1976 : Operasi Seroja

1978 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

14. DH-115 Vampire

Negara asal : Inggris

Jenis : Pesawat Latih Jet

Panjang Pesawat : 10,5 m

21

Persenjataan : 4 buah Cannon 20 mm, dapat disenjatai pula dengan

roket dan bom

Sejarah

21 Januari 1956 : Pertama kali diterbangkan di Indonesia oleh Letnan

Udara I Leo Wattimena

20 Februari 1956 : 8 buah pesawat diresmikan menjadi kekuatan pada

Skadron pancargas AURI

1985 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

15. UH-34 Sikorsky

Negara asal : Amerika Serikat

Jenis : Helikopter

Panjang badan : 14,10 m

Sejarah

1961 – 1963 : Jenis pertama yang datang di Indonesia dengan

regristasi H-351 sebagai hadiah Presiden Amerika

Serikat untuk Presiden RI

1967 : Relokasi pesawat tersebut dari Istana dimasukkan ke

Skadron 7

1973 : Operasi Wisnu

1976 : Operasi Tonggak

1985 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

16. Radar Darat Nysa

Negara asal : Polandia

Tahun pembuatan : 1960

a. Type : Nysa C/Tx Cabin

Berat : 10 ton

Kegunaan : Pengamatan dini

Kemampuan : Max jarak 400 km

b. Type : Nysa B/Tx Cabin

Berat : 8 ton

Kegunaan : Pengamatan ketinggian

Kemampuan : pada jarak 300 km/ketinggian max 15 km

c. Type : Indikator

Berat : 7 ton

Kegunaan : Layar penampilan jarak dan ketinggian

Kemampuan : 3 unit layar penampilan

Sejarah

1961 : Operasi Trikora

1964 : operasi Dwikora

1978 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

22

17. Stearman

Negara asal : Amerika Serikat

Jenis : Latih Mula

Panjang badan : 8,3 m

Kecepatan : 160 km/jam

Sejarah

1950 – 1951 : Digunakan oleh Kadet-kadet TNI AU dalam rangka

penyiapan penerbang untuk perjuangan kemerdekaan

1991 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

18. UTI MIG-15

Negara asal : Uni Soviet

: Pesawat Latih Tempur

Panjang pesawat : 36 ft 4 inc

Kecepatan jelajah : 668 mph

Persenjataan : 1 x Cannon 37 mm N-37 dan 2 Cannon 23 mm NR-23

Sejarah

1961 : Kekuatan Skadron 11 Wing Ops 003

1962 – 1963 : Operasi Trikora

1963 : Dimasukan ke dalam kekuatan Kohanud

1964 : Operasi Dwikora

1978 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

19. MIG-17

Negara asal : Uni Soviet

Jenis : Pesawat tempur

Panjang pesawat : 11,09 m

Kecepatan maksimum : 1.140 km/jam

Persenjataan : 3 senjata 23 mm, bom, roket 500 kg

Sejarah

1961 : Kekuatan Skadron 1 Wing Ops 003

1962 – 1963 : Operasi Trikora

1963 : Kekuatan Kohanud

1964 : Operasi Dwikora

1984 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

20. MIG-19

Negara asal : Uni Soviet

Jenis : Pesawat Tempur

Panjang pesawat : 14,64 m

Kecepatan maksimum : 1.452 km/jam

Persenjataan : 3 Cannon HP-Call 30 mm, 2a 8 roket APC-57,

50-250 kg boom

23

Sejarah

1961 : Kekuatan Skadron 12 Wing Ops 003

1962 : Operasi trikora

1963 : Kekuatan Kohanud

1964 : Operasi Dwikora

1984 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

21. MIG-21

Negara asal : Uni Soviet

Jenis : Pesawat tempur sergap

Panjang pesawat : 14,65 m

Kecepatan jelajah : 2.000 km/jam

Persenjataan : 1 Canon kaliber 30 mm

Sejarah

1962 : Operasi Trikora

1963 : Dimasukkan menjadi salah satu komponen pada Wing

Pertahanan Udara 300

1964 : Operasi Dwikora

1985 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

22. MI-44

Negara asal : Uni Soviet

Jenis : Pesawat Helikopter serbaguna

Panjang pesawat : 18,40 m

Kecepatan jelajah : 175 km/jam

Sejarah

Dimasukkan di bawah Wing Ops 004/Helikopter

1950 – 1965 : Operasi DI/TII di Sulawesi Selatan

1962 – 1963 : Operasi Trikora

1964 : Operasi Dwikora

1967 : Operasi Samber Kilat

1973 : Operasi Wisnu

1985 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

23. Peluru Kendali KS

Negara asal : Uni Soviet

Jenis : Rudal udara ke darat

Sasaran : Kapal laut, gedung, pabrik gudang amunisi

Jarak tembak : 70 km – 110 km

Tinggi tembak : 15.000 m dari permukaan laut

Pengendalian : Aktif Homing

Berat roket : 3.250 kg

Bahan bakar : Avtur (3.301)

Daerah kerusakan : 3 sampai dengan 8 km

24

Sejarah

1962 – 1963 : Operasi Trikora

1964 : Operasi Dwikora

1985 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

24. L – 24 Dolphine

Negara asal : Chekoslowakia

Jenis : Pesawat latih lanjut

Panjang pesawat : 10.8 m

Panjang sayap : 10,3 m

Berat kosong : 2.364 kg/max 3.535 kg

Kecepatan jelajah : 590 km/jam

Akomodasi : 2 awak pesawat

Sejarah

1965 – 1983 : Kekuatan Wing pendidikan 1

: Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

25. F-28 Avon Sabre

Negara Asal : Australia

Jenis : Buru Sergap

Panjang sayap : 11,3 mm

Panjang pesawat : 11,45 m

Kecepatan maksimum : 1.125 km/jam

Persenjataan : 2 Cannon Aden 30 mm, 2 bom 1.000 lbs atau 24 roket,

atau 3 peluru kendali udara ke udara

Sejarah

1973 –1981 : Kekuatan Skadron 14 Wing 300 Kohanud

1981 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

26. Peluru Kendali SA-75

Negara asal : Uni Soviet

Tipe : darat ke udara

Jenis : Sista Rudal Hanul jarak sedang

Jarak tembak : 36 km

Sejarah

1962 – 1979 : Alut Sista udara TNI AU digelar untuk pertahanan

udara

ibukota dalam rangka Sishanudnas keseluruhan.

1979 – 1980 : Digunakan untuk sarana pemeliharaan pengetahuan dan

ketrampilan teknologi rudal darat udara

1984 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

27. T-33A-10 T Bird

Negara Asal : Amerika Serikat

Jenis : Pesawat Latih Lanjut Buru Sergap

25

Panjang sayap : 11,85 m

Panjang pesawat : 11,45 m

Kecepatan maksimum : 960 km/jam

Persenjataan : 6 mitraliur M3-127 mm

Sejarah : Pesawat ini dipergunakan sebagai pendidikan Latih

Lanjut yang merupakan peralihan ke pesawat Buru

Sergap F-86 Sabre

1985 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

28. LA-11 Lavochikin

Negara asal : Uni Soviet

Jenis : Pesawat Buru Sergap

Panjang sayap : 9,94 m

Panjang pesawat : 8,70 m

Berat maksimum : 3,996 kg

Kecepatan : 660 km/jam

Persenjataan : 3 Canon NS – 23

Jarak tembak : 2.550 km

Akomodasi : 1 awak pesawat

Sejarah

1958 : Kekuatan Skadron 3

1986 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

29. Pesawat Gelatik

Negara Asal : Indonesia

Penggunaan : Umum

Panjang sayap : 11,14 m

Panjang badan : 8,25 m

Kecepatan maksimum : 124 mph

Sejarah : Pesawat Gelatik berperan dalam pertanian.

1984 : Diabadikan di museum Pusat TNI AU

30. LT-200

Negara Asal : Indonesia

Jenis : Pesawat Latih Dasar

Mesin : Lycoming 0320 E-2A 15 DK

Panjang sayap : 8,69 m

Panjang pesawat : 5 m

Kecepatan jelajah : 219 km/jam

Sejarah

1974 : Kekuatan TNI AU yang merupakan produksi-produksi

Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (Lipnur)

1987 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

26

31. Auster Mark II

Negara Asal : Inggris

Jenis : Pesawat Latih Dasar

Mesin : Lycoming 0302E-2A 15 DK

Panjang sayap : 8,69 m

Panjang pesawat : 5 m

Kecepatan jelajah : 219 km/jam

Sejarah

1950 : Kekuatan Skadron 4

1950 – 1956 : Operasi penumpasan DI/TII di Jawa Barat

1987 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

32. C-140 Jet Star Pancasila

Negara Asal : Amerika Serikat

Rentang sayap : 17,61 m

Tinggi pesawat : 7,54 m

Kecepatan maksimum : 0,82 km/jam

Kecepatan jelajah : 0,72 km/jam

Sejarah

1962 : Hadiah Pemerintah Amerika Serikat kepada presiden RI

sebagai pesawat kepresidenan.

1987 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

33. Caisson

Dengan Caisson tes dapat diketahui seberapa jauh batas kemampuan calon

penerbang dalam suasana kurang udara dapat melaksanakan tugasnya. Caisson

diperlengkapi dengan oksigen, sehingga apabila seorang calon penerbang berada

pada batas kemampuan, maka topeng oksigen dapat segera dipergunakan untuk

membantu pernapasan.

34. Nakajima Ki 43 II Hayabusha (OSHAR)

Negara asal : Jepang

Jenis pesawat : Pesawat Pemburu

Tahun pembuatan : 1940

Panjang sayap : 10,84 m

Tinggi pesawat : 3,27 m

Berat kosong : 1.910 kg

Berat muatan : 2.925 kg

Jarak jelajah : 1.760 km

Persenjataan : 2 senapan mesin 12,7 dan bom 250 kg

Awak pesawat : 1 awak pesawat

Keterangan : Ditemukan di Babo Irian Barat

Masuk museum : 1987

27

35. Guntai

Negara Asal : Jepang

Buatan tahun : 1930

Jenis : Pesawat Pesawat Pembom Tukik

Panjang sayap : 10,76 m

Panjang pesawat : 8,90m

Kecepatan : 400 km/jam

Persenjataan : 3 senapan mesin 303,500 kg bom

Sejarah : Pesawat ini ditemukan di PU Babo ex jepang dalam

Perang Dunia II di Irian Barat

1946 – 1949 : Digunakan TNI AU direbut dari tangan Jepang.

1987 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

36. Replika Dakota VT-CLA

Replika reruntuhan Dakota VT-CLA, untuk mengenang pengorbanan para Perintis

TNI AU dalam memberikan motivasi semangat kepahlawanan terhadap generasi

penerus.

E. RUANG PASKHAS AU

1. Sisa-sisa Operasi Trikora

Sisa-sisa Pasukan Gerakan Tjepat (PGT) yang gugur dalam melaksanakan

Operasi Trikaora dalam rangka perebutan kembali wilayah Irian Barat ke pangkuan

Republik Indonesia.

Perlengkapan ini diketemukan :

a. Oleh : Penduduk setempat

b. Tanggal 27 Mei 1992

c. Tempat : Gunung Madogma Kecamatan Pasir, Kabupaten Fak-Fak Irian Barat

2. Uniform Pasukan TNI AU

Pasukan TNI AU mengalami beberapa perubahan sesuai dengan

perkembangan yang diawali dengan dibentuknya Pasukan Pertahanan Pangkalan

(PPP)

Kemudian Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dan berkembang dengan sebutan

Pasgat, kemudian menjadi Pasukan Khas TNI AU (Paskhasau)

3. Meriam PSU (Cannon)

Negara asal : Swedia

Merk pabrik : Bafors

Kaliber/tipe : 40 M/L 60

Panjang laras : 2,5 m

Kecepatan tembak : 2.742 m

Kecepatan awak : 873 m/detik

28

4. Peluncuran Roket

Jenis : Anti Tank

Daya tembak : 10 km, digunakan untuk lintas lengkung dan datar

Kecepatan : 50 s/d 300 roket/menit

5. Triple Gun

Tipe : HSS 804

Jenis : Senjata anti pesawat terbang

Panjang senjata : 2.545 cm

Panjang laras : 1.900 cm

Sejarah : Menurut data sejarah senjata ini digunakan oleh

Pasukan Gerak Tjepat (PGT) AURI dalam Operasi

Trikora

6. Sisa – sisa perlengkapan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) yang gugur ketika

melaksanakan operasi Trikora dalam rangka pengembalian Irian Barat ke pangkuan

RI. Perlengkapan ini diketemukan oleh penduduk setempat tanggal 27 Mei 1992 di

gunung Mendogma Kecamatan Pasir Kebupaten Fak-Fak Irian Jaya.

7. Wolky Tolky

Pesawat ini digunakan oleh PGT AURI dalam Operasi Penumpasan PRRI Semesta,

untuk komunikasi antar pasukan dengan komando tahun 1958

8. Kontindo Garuda di Vietnam

Sejak 28 Januari 1973 TNI AU mengerahkan 9 buah pesawat terbang C 130 B

Hercules yang mengangkut Kontingen Indonesia Garuda IV, Garuda V, Garuda VII

dan Kontingen penggantinya.

Sampai berakhirnya tugas kontingen TNI AU telah mengangkut 2.029

personel dan 130 ton barang dengan 25.735 jam terbang.

F. RUANG DIORAMA

1. Serangan udara pertama dan penembakan VT-CLA

Gambaran serangan udara pertama AURI terhadap kedudukan Belanda di

Semarang, Salatiga dan Ambarawa, serta penembakan terhadap Pesawat VT-CLA.

2. Persitiwa 19 Desember 1948

- 9 buah pesawat tempur P-40 Kitty Hawk

- 5 buah Pesawat tempur P-51 Mustang

- 17 buah Pesawat angkut C-47 Dakota

3. Sekolah Penerbangan AURI Angkatan I 15 Nopember 1945, 21 Juli 1947

Setelah pangkalan udara Maguwo dikuasai Bangsa Indonesia, atas prakarsa

Adisutjipto tanggal 7 Nopember 1945 di Yogyakarta diadakan pertemuan para

tokoh penerbangan. Sekolah tersebut dibuka tanggal 15 Nopember 1945. Latihan

terbang menggunakan pesawat Cureng. Peristiwa bersejarah ini diresmikan sebagai

hari Jadi Komando Pendidikan TNI AU.

29

4. Sekolah Penerbangan AURI Angkatan III di Amerika Serikat 1950 – 1952

Pesawat-pesawat yang digunakan sekolah penerbang angkatan III

a. P-17 Stearman – tahap dasar (Basic Phase)

b. Aerancu – tahap mula (Primary Phase)

c. T – 6 – tahap lanjutan (Advanced Phase)

d. C – 47 Dakota – digunakan untuk pelaksanaan penerbangan navigasi jarak jauh,

yang dilakukan menjelang akhir pendidikan.

5. Operasi Jayawijaya dalam rangka Trikora 19 Desember 1961

Operasi pembebasan Irian Barat dalam rapat umum di Yogyakarta terkenal dengan

nama “Tri Komando Rakyat” yang terdiri dari :

a. Gagalkan pembentukan “Negara Papua” buatan Belanda.

b. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat

c. Bersiaplah untuk mobilisasi umum

Pada tanggal 2 Januari 1962 dibentuk Komando Mandala Pembebasan Irian

Barat. Kemudian pada tanggal 11 Januari 1962 Presiden RI Soekarno

menetapkan :

- Panglima Komando : Mayjen TNI Soeharto

- Wakil Panglima : 1. Kolonel (L) Soebono

2. Kolonel (U) Leo Wattimena

- Kepala Staf Gabungan : Kolonel Inf. A. Tahir

Pada bulan Februari 1962 AURI membentuk kesatuan tempur antara lain :

- KT “SORONG” dengan Pesawat Tempur P-51 Mustang

- KT “SENOPATI” IL – 28, B – 25 dan P – 51 Mustang

- KT “BALADEWA” : C – 47 Dakota

- KT “BIMASAKTI” : B – 25, B – 26, P – 51 Mustang, Cadina

Operasi udara infiltrasi dilaksanakan AURI adalah :

1. Operasi Garuda

2. Operasi Srigala

3. Operasi Naga

4. Operasi Siaga

Operasi Udara Jayawijaya menggelar kekuatan antara lain :

a. Kekuatan Tempur Udara “Parikesit” di Pangkalan Udara Maratoi

b. Kekuatan Tempur Udara “Antareja” di Pangkalan Udara Amahi

c. Kekuatan Tempur Udara “Asiwatama” di Pangkalan Udara Ambon

d. Kekuatan Tempur Udara “Wisanggeni” di Pangkalan Udara Letfuan

e. Kekuatan Tempur Udara “Anggada” di Pangkalan Udara Halim

f. Kekuatan Tempur Udara “Wesiadji” di Pangkalan Udara Iswahyudi

6. Ruang Diorama Palapa

SKSD Palapa diresmikan oleh Bapak Menparpostel A. Tahir tanggal 27 September

1986. Diorama SKSD Palapa ini terdiri dari 5 buah Vitrine berukuran 1,5 m x 3 m x

30

3,5 m. diorama tersebut disusun berdasarkan urutan kronologis peristiwa-peristiwa

penggunaan Satelit Palapa yang bersejarah. Di tengah ruangan terletak prasasti

berupa tanda peresmian dan prasasti Sumpah Mahapatih Gadjah Mada.

7. Sekolah Penerbangan AURI Angkatan ke 11 India Oktober 1947 – Nopember

1950

Penetapan Pendidikan dan Latihan

Mengantisipasi serbuan Belanda ke Yogyakarta AURI mengirimkan sejumlah kadet

ke luar negeri untuk mendidik menjadi penerbang, keberhasilan sangat ditunjang

oleh keberhasilan Indonesia “AIRWAYS” di Burma.

Sekolah Perwira Teknik Udara

Tahun 1950 Sekolah Teknik Udara mulai dikembangkan, hal ini terlaksana karena

AURI mendapat bantuan tenaga teknik penerbangan dari missi militer Belanda

diantaranya Letkol Oyens. Tahun 1957 nama Sekolah Perwira Udara diubah

menjadi Sekolah Teknik Udara Perwira, sehinga sebutan SPTU menjadi STUPA

Sekolah Penerbang Lanjutan di PAU Andir tahun 1950 – 1953

Untuk pertama kali bulan Maret 1950 menyelenggarakan ADVANCED TRAINING

bagi penerbang yang sudah ada yaitu Exs Sekbang I Maguwo dan Sekbang II India

yang mendapat pendidikan sebagai penerbang sipil.

Angkatan pertama dimulai tahun 1950 dan selesai tahun 1951, selesainya angkatan

pertama datanglah Sekbang ke II yang dididik di USA untuk memenuhi syarat

sebagai penerbang militer. Para penerbang yang dididik di Amerika Serikat ini

diberi refreshing caurse di SPL yang disebut ADVANCED REFRESHING

COURSE.

G. RUANG MINAT DIRGANTARA

1. Bedge Komando wilayah dan fungsional TNI AU

a. Bedge Komando wilayah udara I

b. Bedge Komando wilayah udara III

c. Bedge Komando wilayah udara IV

d. Bedge Komando wilayah udara V

e. Bedge Komando wilayah udara VI

f. Bedge Kohanudnas

g. Bedge Koopsau

h. Bedge Komatau

i. Bedge Kadikau

j. Bedge Pashasau

2. Perkembangan Skadron Udara TNI AU

Pada awal tahun 1960 an dibangun skadron baru

a. Skadron Helikopter

31

1) Skadron 6 – MI 4 di Atang Sanjaya

2) Skadron 7 – Bell – 204 B di Atang Sanjaya, Bell – 475 – 21 J di Atang

Sanjaya

3) Skadron 8,9 – MI di Atang Sanjaya

b. Skadron Tempur

1) Skadron 11 - MIG – 17 di Pangkalan Udara Kemayoran, Jakarta

- MIG – 15 UTI di Pangkalan Udara Kemayoran

2) Skadron 12 – MIG – 19 di Pangkalan Udara Kemayoran, Jakarta

c. Skadron Lintas Udara

1) Skadron 17 : C-140/Jet Star, II-14/Avia, C-47/Dakota, L-140/402

2) Skadron 31 : 3-130B/Hercules

3) Skadron 32 : AN-12B/Antonov

d. Skadron Pembom

1) Skadron 21 : IL-28 Kemayoran Jakarta

2) Skadron 41: TU-16 Madiun

3) Skadron 42 : TU-16 KS Madiun

e. Skadron Peluru Kendali

1) Skadron 101 Peluncur Peluru Kendali di Cibinong

2) Skadron 102 Peluncur Peluru Kendali di Tangerang

3) Skadron 103 Peluncur Peluru Kendali di Cilincing

4) Skadron 104 Peluncur Peluru Kendali di Pondok Gede, Jakarta

3. STARTLITE-PK-SLX

Negara asal : Indonesia

Jenis : Pesawat Olahraga

Panjang seluruhnya : 16,4 feet

Tempat duduk : 1

Kecepatan jelajah : 120 mph

Kecepatan menanjak : 120 ft/min

Catatan :

Pesawat ini milik Almarhum Marsma TNI Purn. H. Pribadi, pesawat Starlite

pertama kali oleh Mr. Mark Brown dari USA. Test flight pertama kali tanggal 11

Juli 1987 oleh Marsma pribadi sendiri.

4. Foto beberapa Pejabat Indonesia dan Mancanegara yang mendapat Tanda

Kehormatan Bintang Swa Bhuwana Paksa utama dari Presiden RI

1. Soeharto, Jenderal TNI, 1969

2. Dr. AH. Nasution, Jenderal TNI, 1969

3. M. Panggabean, Jenderal TNI, 1969

4. S. Suryadarma, Laksamana Udara, 1969

5. Mulyadi, Laksamana Laut, 1969

6. Rusmin Nuryadin, Laksamana Udara, 1969

7. J.P.M.C. Connel, General, 1969

32

8. Suwoto Sukendar, Laksamana Udara, 1969

9. Sudomo, Laksamana Laut, 1970

10. Umar Wirahadikusuma, Jenderal TNI, 1970

11. Man Ho Ock, Jenderal, 1972

12. Saleh basarah, Marsekal TNI, 1973

13. Jose L Racundo, Mayor general, 1974

14. Surono, Jenderal TNI, 1974

15. Subono, Laksamana TNI, 1974

16. Drs. Moh. Hasan, Jenderal Polisi, 1974

17. Makmur Murod, Jenderal TNI 1974

18. RS. Subiyakto, LaksamanaTNI, 1974

19. Ashadi Tjahjadi, Marsekal TNI

20. Widodo Budidarmo, Jenderal Polisi, 1979

21. M. Yusuf, Jenderal TNI, 1981

22. Sukardi, Marsdya TNI, 1984

23. Oetomo, Marsekal TNI

24. Sudarmono, Marsdya TNI

5. Berbagai Tanda Kehormatan

6. Foto-Foto Latihan Bersama Antara TNI AU dengan Angkatan Udara Negara

Tetangga / Sahabat

a. Elang Seberang Tahun 1979

b. Elang Thainesia IV Tahun 1985

c. Elang Indopura IV Tahun 1986

d. Elang Malindo X Tahun 1986

e. Elang Thainesia V Tahun 1987

7. Kontingen TNI AU Dalam Pasukan Perdamaian (PBB)

H. BEBERAPA KOLEKSI MUSEUM YANG DIPAJANG DI LUAR GEDUNG

MUSEUM

1. PBY-5A(CATALINA)

Negara asal : Amerika

Jenis : Pembom/Patroli/Penolong/Penumpang

Panjang sayap : 104 ft

Panjang pesawat : 64 ft

Tinggi pesawat : 21 ft

Kecepatan maksimum : 314 km/jam

Kecepatan jelajah : 208 km/jam

Sejarah

1945 – 1949 : Jenis Catalina ini pernah digunakan untuk kepentingan

perjuangan kemerdekaan RI

1950 : Dimasukkan dalam jajaran kekuatan Skadron 5

33

1958 : Digunakan dalam operasi penumpasan PRRI/Permesta

1961 – 1963 : Disiapkan dan digunakan untuk operasi udara, dalam

perjuangan TRIKORA

1964 : Disiapkan dan digunkan untuk operasi udara, dalam

perjuangan DWIKORA

1991 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

2. TUPOLEV TU-16 B/KS

Negara asal : USSR

Jenis : Pesawat Pembom

Panjang pesawat : 36,5 m

Kecepatan jelajah : 945 km/jam

Persenjataan : 7 ea Canon 23 mm, bom 9.000 kg, bom naval

Sejarah

1961 : Dimasukkan dalam jajaran kekuatan Skadron 42 TNI

AU berkedudukan di Lanud Iswahyudi

1962 : Disiapkan dan digunakan untuk operasi TRIKORA

1992 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

3. UF 1 ALBATROS IR-0117

Negara asal : Amerika Serikat

Jenis : Pesawat angkut sedang

Penggunaan : Untuk SAR, Amphibi

Panjang pesawat : 7,78 ft

Kecepatan jelajah : 379 km/jam

Persenjataan : Torpedo dan Roket

Tahun dimiliki TNI AU : 1957, 1976 dan 1977

Sejarah

1955 : Dimasukan dalam jajaran kekuaran Skadron 5 Intai Laut

dan sebagai pesawat SAR

1958 : Operasi penumpasan PRRI

1962 : Operasi udara perebutan Irian Jaya

1975 : Regestrasi UF-2, memperkuat jajaran skadron 5

1992 : Diabadikan di Museum Pusat TNI AU

34