diposkan oleh vhery julius wijaya hjghpukul 20

24
Diposkan oleh vhery julius wijaya pukul 20.12 Rabu, 17 Juli 2013 (http://veryjulius.blogspot.com/2013/07/makalah-eliminasi- fekal.html) ELIMINASI FEKAL (BAB) Eliminasi Fekal atau BAB atau defekasi adalah adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup A. Konsep Dasar Proses pencernaan makanan mulai dari mulut sampai dengan anus. Saluran ini akan menerima makanan dari luar tubuh dan memprosesnya menjadi komponen sederhana sehingga dapat diserap serta bercampur dengan enzim dan zat cair melalui proses pencernaan. 1. Pengertian Eliminasi Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang asensial dan berperan penting dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk di butuhkan homeostastik melalui pembuangan sisa metabolisme.secara garis besar,sisa metabolism tersebut terbagi ke dalam dua jenis yaitu smpah yang berasal dari saluran cerna yang di buang baik sebagai feses (nondigestiblewaste) serta sampah metabolisme yang di buang baik bersama feses ataupun melalui saluran lain seperti urine ,co2,nitrogen,dan h2o.Eliminasi terbagi menjadi dua pula yaitu eliminasi fekal(buang air besar/bab), dan eliminasi urine (buang air kecil/bak) (Asmadi. 2008). Eliminasi Sampah Metabolisme Beberapa sampah metabolisme yang di buang oleh tubuh diantaranya adalah air,karbondiogsida ,urine,urea,dan lain-lain. Pembuangan sampah metabolisme dilakukan melalui koordinasi seluruh sistem tubuh. Sistem tubuh yang berperan dalam pembuangan sampah metabolisme tersebut antara lain ,sistem pernapasan berperan dalam pembuangan karbondioksida dan uap air, sistem integumen (kelenjar keringat) berperan dalam pembentukan keringat, hepar dalam pengeluaran racun, renal dalam pengeluaran urine ,dan endrokrin yang berperan aktif dalam eliminasi sampah metabolisme melalui pengaturan jumlah air dan natrium yang di absorbsi oleh ginjal yang berkaitan dengan jumlah cairan tubuh . Eliminasi Sampah Digestif

Upload: mira-nuraeni

Post on 24-Dec-2015

232 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

bghgjh

TRANSCRIPT

Page 1: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

Diposkan oleh vhery julius wijaya pukul 20.12 Rabu, 17 Juli 2013

(http://veryjulius.blogspot.com/2013/07/makalah-eliminasi-fekal.html)

ELIMINASI  FEKAL (BAB)            Eliminasi Fekal atau BAB atau defekasi adalah adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidupA. Konsep Dasar            Proses pencernaan makanan mulai dari mulut sampai dengan anus. Saluran ini akan menerima makanan dari luar tubuh dan memprosesnya menjadi komponen sederhana sehingga dapat diserap serta bercampur dengan enzim dan zat cair melalui proses pencernaan.

1. Pengertian Eliminasi          Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang asensial dan berperan penting dalam

menentukan kelangsungan hidup manusia.Eliminasi dibutuhkan untuk di butuhkan homeostastik melalui pembuangan sisa

metabolisme.secara garis besar,sisa metabolism tersebut terbagi ke dalam dua jenis yaitu smpah yang berasal dari saluran cerna yang di buang baik sebagai feses (nondigestiblewaste) serta sampah metabolisme yang di buang baik bersama feses ataupun melalui saluran lain seperti urine ,co2,nitrogen,dan h2o.Eliminasi terbagi menjadi dua pula yaitu eliminasi fekal(buang air besar/bab), dan eliminasi urine (buang air kecil/bak)  (Asmadi. 2008).

Eliminasi Sampah Metabolisme             Beberapa sampah metabolisme yang di buang oleh tubuh diantaranya adalah air,karbondiogsida ,urine,urea,dan lain-lain. Pembuangan sampah metabolisme dilakukan melalui koordinasi seluruh sistem tubuh. Sistem tubuh yang berperan dalam pembuangan sampah metabolisme tersebut antara lain ,sistem pernapasan berperan dalam pembuangan karbondioksida dan uap air, sistem integumen (kelenjar keringat) berperan dalam pembentukan keringat, hepar dalam pengeluaran racun, renal dalam pengeluaran urine ,dan endrokrin yang berperan aktif dalam eliminasi sampah metabolisme melalui pengaturan jumlah air dan natrium yang di absorbsi oleh ginjal yang berkaitan dengan jumlah cairan tubuh .

Eliminasi Sampah Digestif            Eliminasi ini berkaitan dengan organ system pencernaan hususnya adalah kolon atau usus besar. Kolon (usus besar ) dari saluran pencernaan yang di mulai dari katup ileum-sekum keanus yang meliputi sekum ,kolon asenden ,kolon tranversum ,kolon desenden ,kolon sigmoid,dan anus .panjang kolon pada orang dewasa + 1,5 meter (andra 2007). 

B. Sistem pencernaan1. saluran bagian atas

Organ saluran ini terdiri dari mulut, faring, esofagus,dan lambung.a. Mulut            Mulut merupakan jalan masuk yang dilalui makanan pertama kali untuk sistem pencernaan. Secara umum mulut dibagi dua .1.Bagian luar mulut (vestibula) yaitu:gusi, gigi, bibir dan pipi.2.Bagian dalam mulut yaitu rongga yang di sisi dan bersambung dengan faring.b. Faring            Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan esofagus. Di dalam lengkuk faring terdiri dari tonsil,yaitu kumpulan kelenjar limpa yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.c.Esofagus

Page 2: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

            Merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang 25 cm dan berdiameter 2 cm. Esofagus berbentuk separti tabung berotot yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung, dengan bagian posterior berbatasan dengan faring setinggi kartilago cricoidea dan sebelah anterior berbatasan dengan corpus vertebrae. Ketika seseorang menelan, maka sfingter akan berelaksasi secra otomatis dan akan membiarkan makanan tau minuman masuk ke dalam lambung.d. Lambung

Lambung adalah organ yang paling fleksibel kerena dapat menampung makanan sebanyak 1 sampai 2 liter.

2. saluran bagian bawah.Organ saluran bagian bawah meliputi:usus halus,usus besar,rektum dan anus.a. Usus halus.        Merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak di antara sfingter pylorus lambung dengan katub ileosekal yan merupakan bagian awal usus besar, yang panjangnya kira-kira 6 m dengan diameter 2,5 cm. posisinya terletak di sentral bawah abdomen yang di dukung oleh lapisan mesenterika yang memungkinkan usus halus ini mengalami perubahan bentuk. Bagian-bagian dari usus halus yaitu; duodenum (usus dua belas jari), jejunum (usus kosong), ileum (usus penyerapan).Fungsi usus halus adalah menerima sekresi hati dan pankreas, mengabsosbsi saripati makanan dan menyalurkan sisa hasil motabolisme ke usus besar.b. Usus besar atau kolon

Berbentuk seperti hurup U terbalik, panjang usus besar sekitar 1,5 m dengan diameter 6 cm usus besar terbagi menjadi 3 daerah:kolon asenden,kolon tranversum,dan kolon desenden.            Funsi kolon:

1. Menyerap air selama proses pencernaan2. Tempat di hasilakannya vitamin K dan vitamin H (biotin) sebagai hasil simbiosis dengan

bakteri usus misalnya E, coli.3. Membantu masa feses4. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan keluar dari tubuh.

Gerakan kolon di bagi menjadi tiga bagian yaitu :

- haustral shuffing adalah gerakan mencampur chime untuk membantu mengabsorpsi air,- kontraksi haustral yaitu gerakan untuk mendorong materi air dan semi padat sepanjang

kolon, - gerakan peristaltic yaitu gerakan maju ke anus yang berupa gelombang.

c. Rektum            Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh.sebelum dibuang lewat anus. Feses di tampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Panjangnya 10-15 cm (4-6 inchi), normalnya kosong sampai menjelang defekasi.

C. Eliminasi BAB (Defekasi)1. Proses pembentukan feses   

            Setap harinya ,sekitar 750cc chime masuk ke kolon dari ileum. Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Di kolon, cyme tersebut mengalami proses absorbs air ,nutrium,dan klorida. Absorbesi ini dibantu dengan adanya gerakan pristaltik anus. Dari 750 cc chyme tersebut ,sekitar 150-200 cc mengalami proses reabsorpasi. Chyme yang tidak di reabsorpasi menjadi bentuk semisolid yang disebut feses.            Selain itu dalam saluran pencernaan banyak terdapat bakteri . Bakteri mengadakan fermentasi zat makanan yang tidak dicerna. Proses fermentasi akan menghasilkan gas yang di keluarkan melalui anus setiap harinya ,yang kita kenal sebagai flatus. Misalnya ,karbohidrat saat difermentasikan akan menjadi hydrogen ,karbondiogsida ,dan gas mentana. Apabila terjadi gangguan pencernaan karbohidrat ,maka akan ada banyak gas yang terbentuk saat berfermentasi. Akibatnya ,seseorang akan merasa kembung. Protein saat difermentasikan akan menjadi indole ,statole ,dan hydrogen sulfide.

Page 3: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

Oleh karenanya ,apabila terjadi gangguan pencernaan protein ,maka flatus dan feses nya menjadi sangat bau. Dan makanan dari mulut sampai mencapai rectum normalnya di perlukan waktu 12 jam.

2. Proses Eliminasi fekal (Defekasi)            Eliminasi fekal bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi sphincter ani (internus dan eksternus) ,kedua faktor tersebut di kontrol oleh system saraf parasimpatis .gerakan kolom meliputi 3(tiga) gerakan yaitu gerakan mencampur,gerakan peristatis,dan gerakan masa kolon . Gerakan masa kolon ini dengan cepat mendorong feses makanan yang tidak di cerna (feses) dari kolon ke rectum.            Begitu ada feses yang sampai ke rectum ,maka ujung sarap sensoris yang berada pada rectum menjadi regang dan terangsang. Kemudian impuls ini di teruskan ke medula spinalis. Setelah itu ,implus dikirim ke dua bagian yaitu korteks  serebri serta sacral II dan IV ,Impuls dikirm ke korteks serebri agar individu menyadari keinginan buang air besar (bab).            Individu yang korteks serebrinya belum berkembang atau tingkat kesadarannya menurun ,maka pengaturan membukanya sphincter ani internus dan eksternus akan terganggu ,akibatnya ,individu tersebut dapat buang air besar secara tak terkontrol,seperti pada bayi. Dalam proses defekasi terjadi 2 refleks yaitu :

a. reflek defekasi intrinsikBerawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum kemudian

menyebabkan rangsangan pada flatus mensentrikus yang terjadi gerakan peristaltik.b. reflek defekasi parasimpatisFeses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang kemudian diteruskan ke jarak

spinal .

3. Pola Defekasi            Waktui Defekasi dan jumlah feses sangatlah bersifat individual .orang dalam keadaan normal, frekuensi buang air besar 1 kali sehari. Tetapi ada pula yang  buang air besar 3-4 kali seminggu .Ada yang buang air besar setelah sarapan pagi ,ada pula yang malam hari. Pola defekasi individu juga bergantung pada bowel training yang di lakukan pada masa kanak-kanak. Sebagian besar orang memiliki kebiasaan defekasi setelah sarapan pagi karena adanya refleks gastrotolik yang menyebabkan “mass movement” pada usus besar.            Umumnya feses bergantung pada jumlah intake makanan. Namun secara husus jumlah feses sangat bergantung pada kandungan serat dan cairan pada makanan. Pola defekasi akan berubah karena adanya kontifikasi ,fekal inflation ,diare ,dan inkontinensia. Kondisi ini berpengaruh terhadap konsistensi dan frekuensi buang air besar

4. Karakteristik feses a. Karakteristik feses normal

1) KonsistensiSecara normal feses memiliki bentuk ,tetapi lembek karena mengandung +75 air dan +25 sisanya berupa zat ampas.

2) Permukaan feses Permukaan feses yang normal sesuai dengan permukaan rectum. Abnormalis permukaan feses menunjukan adanya adanya kelainan pada rectum.

3) BauKarakteristik feses bau  tidak menyenangkan. Bau cenderung bervariasi tergantung pada makanan yang di konsumsinya.

4) Lemak dan protein Lemak dan protein secara normal terdapat dalam jumlah sedikit dalam feses. Jumlah ini bergantung pada kandungan zat tersebut dalam makanan yang dikonsumsinya.

b. Karakteristik feses abnormal 1) Konsistensi

Feses dikatakan abnormal bila dikatakan cair atau keras. Feses yang encer mengandung air lebih dari +75 %  yang disebabkan karena air dan zat makanan yang di absorbs sepanjang kolon oleh karena

Page 4: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

chime terlalu cepat bergerak dikolon. Feses yang keras mengandung sedikit air dan biasanya sulit untuk di keluarkan sehingga menimbulkan nyeri saat defekasi.

2) Warna Warna feses yang tidak normal merupakan indikasi adanya  gangguan pada sistem  pencernaan. Feses yang warna nya sangat  pucat mungkin karena adanya penyakit pada organ empedu. Feses yang warna merah dapat diakibat kan oleh adanya  pendarahan pada rectum dan anus. Feses berwarna kehitaman menunjukan terjadinya pendarahan pada saluran pencernaan. Perubahan warna feses dapat pula disebab kan oleh pengaruh makanan ataupan obat-obatan tertentu .

3) Kandungan Feses mengandung mucus atau lemak yang berlebihan, darah pada feses,organism potongan ,dan/ atau parasif.

Oleh Nina Nuranisa pukul 02.23 Mei 2013 (http://ninanuranisa14.blogspot.com/p/faktor-yang-

mempengaruhi-eliminasi-fekal_27.html)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI FEKAL

Banyak faktor yang mempengaruhi proses eliminasi fekal. Pengetahuan tentang faktor-faktor ini memungkinkan perawat melakukan tindakan antisipasi yang diperlukan untuk mempertahankan pola eliminasi normal.

1. UsiaPerubahan dalam tahapan perkembangan yang memepengaruhi status eliminasi terjadi di

sepanjang kehidupan. Seorang bayi memiliki lambung yang kecil dan lebih sedikit menyekresikan enzim pencernaan. Beberapa makanan, seperti zat yang kompleks, ditoleransi dengan buruk. Makanan melewati sakuran pencernaan dengan cepat karena gerakan peristaltic berlangsung dengan cepat. Bayi tidak mampu mengontrol defekasi karena kurangnya perkembangan neuromusukular. Perkembangan biasanya tidak terjadi sampai usia 2-3 tahun. Pertumbuhan usus besar terjadi sangat pesat selama masa remaja. Sekresi HCL meningkat, khususnya pada anak laki-laki. Anak remaja biasanya mengonsumsi makanan dalam jumlah lebih besar.

Sistem Gastrointestinal (GI) pada lansia sering mengalami perubahan sehingga merusak proses pencernaan dan eliminasi. Beberapa perubahan sering pada saluran GI, yang berlangsung seiring dengan proses. Beberapa lansia mungkin tidak lagi memiliki gigi sehingga mereka tidak mampu mengunyah makanan dengan baik. Makanan yang memasuki sakuran GI, hanya dikunyah sebagian dan tidak dapat dicerna karena jumlah enzim pencernaan didalam saliva dan volume asam lambung menurun seiring dengan proses penuaan. Ketidakmampuan untuk mencerna makanan yang mengandung lemak mencerminkan terjadinya kehilangan enzim lipase. Lansia yang dirawat di rumah sakit terutama berisiko mengalami perubahan fungsi usus. Dalam suatu penelitian ditemukan bahwa terdapat 91% insiden diare atau konstipasi dalam populasi lansia yang berjumlah 33 orang, yang di rawat di rumah sakit, dengan usia rata-rata 76 tahun (Ross, 1990).

Selain itu, gerakan peristaltic menurun seiring dengan peningkatan usia dan melambatnya pengosongan esofagus. Pengosongan esofagus yang melambat dapat menimbulkan rasa tidak nyaman di bagian epgester abdomen. Materi pengabsorpsi pada mukosa usus berubah menyebabkan protein, vitamin dan mineral berkurang. Lansia juga kehilangan tonus otot pada otot dasar perineum dan sfingter anus. Walaupun integritas sfingter eksterna tetap utuh, lansia mungkin mengalami kesulitan dalam mengontrol pengeluaran fese. Beberapa lansia kurang menyadari kebutuhanya untuk berdefekasi akibat melambatnya impuls saraf sehingga mereka cenderung mengalami konstipasi.

2. DietAsupan makanana seriap hari secara teratur membantu memoertahankan pola peristaltic yang

teratur di dalam kolon. Makanan yang dikonsumsi individu mempengaruhi eliminasi. Serta, residu makanan yang tidak dpat dicerna, memungkinkan terbentuknya masa dalam materi feses. Makanan pembentuk masa mengabsorbsi cairan sehingga meningkatkan masa fese. Dinding usus tergang, menciptakan gerakan peristaltic dan menimbulkan reflex defekasi. Usus bayi yang belum matang

Page 5: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

biasanya tidak dapat mentoleransi makan berserat sambil sampai usianya mencapai beberapa bulan. Dengan menstimulasi peristaltic, masa makanan berjalan dengan cepat melalui usus, mempertahankan fese tetap lunak. Makanan-makanan berikut mengandung serat dalam jumlah tinggi ( masa) :

a)      Buah-buahan mentah (apel, jeruk)b)      Buah-buahan yang diolah (prum, apricot)c)      Sayur-sayuran (bayam, kangkung, kubis)d)     Sayur-sayuran mentah (seledri, mentimun)e)      Gandum utuh ( sereal, roti)

Mengonsumsi makanan tinggu serat meningkatkan kemungkinan normalnya pola elominasi jika faktor lain juga normal. Makanan yang menghasilkan gas, seperti bawang, kembang kol, dan buncis juga menstimulasi peristaltic. Gas yang dihasilkan membuat dinding usus berdistensi, meningkatkan motilitas kolon.beberapa makanan pedas dapat meningkatkan peristaltic, tetapi juga dapat menyebabkan pencernaan tidak berlangsung dan fese menjadi encer.

Beberapa makanan, seperti susus dan produk-produk susu, sulit atau tidak mungkin dicerna oleh beberapa individu. Hal ini disebabkan oleh intoleransi laktosa. Laktosa, suatu bentuk karbohidrat sederhana yang ditemukan di dalam susu, secara normal dipecah oleh enzim lactase. Intoleransi terhadap makanan tertentu dapat mengakibatkan diare, distensi gas, dan kram .

3. Asupan Cairan Asupan cairan yang tidak adekuat atau gangguan yang meyebabkan kehilangan cairan( seperti

muntah) mempengaruhi karakter feses. Cairan mengencerkan isi usus, memudahkannya bergerak melalui kolon. Asupan cairan yagng menurun memperlambat pergerakan makanan yang melalui usus. Orang dewasa harus minum 6-8 gelas ( 1400-2000 ml) cairan setiap hari. Minuman ringan yang hangat dan jus buah memperlunak fese dan meningkatkan peristaltic. Konsumsi susu dalam jumlah besar dapat memperlambat peristaltic pada beberapa individu dan menyebabkan konstipasi.

4. Aktivitas FisikAktivitas fisik meningkatkan peristaltic, sementara imobilitas menekan motilitas kolon. Ambukasi

dini setelah klien menderita suatu penyakit dianjurkan untuk meningkatkan dipertahankanya eliminasi normal. Upaya mempertahankan tonus otot rangka,yang digunakan selama poses defeasi, merupakan hal yang penting. Melemahnya otot-otot dasar panggul dan abdomen merusak kemampuan indivuidu untuk meningkatkan tekanan intraabdomen dan untuk mengontrol sfingter eksterna. Tonus otot dapat melemah atau hilang akibat penyakit yang belangsung dalam jangka waktu lama atau penyakit neurologis yang merusak transmisi saraf.

5. Faktor PsikologisFungsi dari hampir semua sistem tubuh dapat mengalami gangguan akibat stress emosional yang

lama. Apabila individu mengalami kecemasan, ketakutan, atau marah, muncul respons stress, yang memungkinkan tubuh membuat pertahanan. Untuk menyediakan nutrisi yang dibutuhkan dalam upaya pertahanan tersebut, proses pencernaan dipercepat dan peristaltic meningkat. Efek samping peristaltic yang meningkat antara lain diare dan distensi gas. Apabila individu mengalami depresi, sistem saraf otonom memperlambat impuls saraf dan peristaltic dapat menurun. Sejumlah penyakit pada saluran GI dapat dikaitkan dengan stress. Penyakit ini meliputi colitis ulseratif, ulkus lambung, dan penyakit crohn. Upaya penelitian berulang yang dilakukan sejak lama telah gagal mempuktikan mitos bahwa penyebab klien mengalami penyakit tersebut adalah karena memiliki kondisi psikopatologis. Namun, ansietas dan depresi mungkin merupakan akibat dari masalah kronik tersebut.

Faktor yang meningkatkan Eliminasia)      Lingkungan yang bebas stressb)      Kemampuan untuk mengikuti pola defekasi pribadi, privasic)      Diet tinggi seratd)     Asupan cairan normal (jus buah, cairan hangat)e)      Olahraga ( berjalan)f)       Kemampuan untuk mengambil posisi jongkokg)      Diberikan laksatif dan katartik secara tepat

Faktor yang merusak Eliminasia)      Stress emosional ( ansietas atau depresi)b)      Gagal mencetuskan reflex defekasi, kurang waktu atau kurang privasic)      Diet tinggi lemak, tinggi karbohidrat

Page 6: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

d)     Asupan cairan berkurange)      Imobilitas atau tidak aktiff)       Tidak mampu jongkok akibat imobililtas, usia lanjut, deformitas musculoskeletal, nyeri dan nyeri

selama defekasig)      Penggunan analgesic narkotik, antibiotic dan anesthesia umum, serta penggunaan katartik yang

berlebihan6. Kebiasaan PribadiKebiasaan eliminasi pribadi mempengaruhi fungsi usus. Kebanyakan individu merasa lebih

mudah melakukan defekasi di kamar mandi mereka sendiri pada waktu yang paling efektif dan paling nyaman bagi mereka. Jadwal kerja yang sibuk dapat mengganggu kebiasaan dan dapat mengakibatkan perubahan,seperti konstipasi. Individu harus mencari waktu terbaik untuk melaksanakan eliminasinya. Reflex gastrokolik adalah refleks yang paling mudah distimulus untuk menimbulkan defekasi setelah sarapan.

Klien yang dirawat di rumah sakit jarang dapat mempertahankan privasi saat melakukan defekasi. Fasilitas kamar mandi sering kali digunakan bersama – sama dengan teman sekamarnya, yang kebiasaan higienenya mungkin cukup berbeda. Penyakit yang diderita klien sering membatasi aktivitas fisiknya dan ia membutuhkan pispot atau commode yang ditempatkan disamping tempat tidurnya. Pemandangan , suara, dan bau yang dihubungkan dengan kondisi tempat fasilitas toilet digunakan bersama – sama atau saat menggunakan pispot sering menimbulkan rasa malu. Rasa malu sering membuat klien mengabaikan kebutuhannya untuk berdefekasi, yang dapat memulai siklus rasa tidak nyaman yang hebat.

7. Posisi Selama DefekasiPosisi jongkok merupakan posisi yang normal saat melakukan defekasi. Toilet modern dirancang

untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga memungkinkan individu untuk duduk tegak kearah depan, mengeluarkan tekanan intraabdomen dan mengkontraksi otot – otot pahanya. Namun, klien lansia atau individu yang menderita penyakit sendi, seperti arthritis, mungkin tidak mampu bangkit dari tempat duduk toilet yang rendah. Alat untuk meninggikan tempat duduk toilet memampukan klien untuk bangun dari posisi duduk ditoilet tanpa bantuan. Klien yang menggunakkan alat tersebut dan individu yang berpostur pendek, mungkin membutuhkan pijakan kaki yang memungkinkan ia menekuk pinggulnya dengan benar.

Untuk klien imobilisasi ditempat tidur, defekasi sering kali dirasakan sulit. Posisi terlentang tidak memungkinkan klien mengkontraksi otot – otot yang digunakan selam defekasi. Membantu klien keposisi duduk yang lebih normal pada pispot akan meningkatkan kemampuan defekasi.

8. NyeriDalam kondisi normal, kegiatan defekasi tidak menimbulkan nyeri. Namun, pada sejumlah

kondisi, termasuk hemoroid, bedah rectum, fistula rectum , bedah abdomen dan melahirkan anak dapat menimbulkan rasa tidak nyaman ketika defekasi. Pada kondisi – kondisi seperti ini, klien seringkali mensupresi keinginannya untuk berdefekasi guna menghindari rasaa nyeri yang mungkin akan timbul. Konstipasi merupakan masalah umum pada klien yang merasa nyeri selama defekasi.

9. KehamilanSeiring dengan meningkatnya usia kehamilan dan ukuran fetus, tekanan diberikan pada rectum.

Obstruksi sementara akibat keberadaan fetus mengganggu pengeluaran feses. Konstipasi adalah masalah umum yang muncul pada trimester terakhir. Wanita hamil sering mengedan selama defekasi dapat menyebabkan terbentuknya hemoroid yang permanen.

10. Pembedahan dan AnestesiAgens anestesi yang digunakan selama proses pembedahan, membuat gerakan peristaltic berhenti

untuk sementara waktu. Agens anestesi yang dihirup menghambat implus saraf parasimpatis keotot usus. Kerja anestesi tersebut memperlambat atau menghentikan gerakan peristaltic. Klien yang menerima anestesi local atau regional beresiko lebih kecil untuk mengalami perubahan eliminasi Karena aktivitas usus hanya dipengaruhi sedikit atau bahkan tidak dipengaruhi sama sekali.

Pembedahan yang melibatkan manipulasi usus secara langsung, sementara akan menghentikan gerakan peristaltic. Kondisi ini disebut ileus paralitik yang biasanya berlangsung sekitar 24 sampai 48 jam. Apabila klien tetap tidak aktif atau tidak dapat makan setelah pembedahan, kembalinya fungsi normal usus dapat tehambat lebih lanjut.

11. Obat – obatan

Page 7: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

Obat – obatan dapat untuk meningkatkan defekasi telah tersedia. Laksatif dan katartik melunakkan feses dan meningkatkan gerakan peristaltic. Walaupun sama, kerja laktasif lebih ringan daripada katartik. Apabila digunakan dengan benar, laksatif dan katartik mempertahankan pola eliminasi normal dengan aman. Namun, penggunaan katartik dalam jangka waktu lama menyebabkan usus besar kehilangan tonus ototnya dan menjadi kurang responsive terhadap stimulus yang diberikan oleh laksatif. Penggunaan laksatif yang berlebihan juga dapat menyebabkan diare beratyang dapat menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Minyak mineral, sebuah laksatif umum, menurunkan absorbsi vitamin yang larut dalam lemak. Laksatif dapat mempengaruhi kemanjuran kerja obat lain dengan mengubah waktu transit( mis : waktu obat berada di dalam saluran GI ).

Obat – obatan, seperti disiklomin HCL ( Bentyl ) menekan gerakan peristaltik dan mengobati diare. Beberapa obat memeiliki efek samping yang dapat mengganggu eliminasi. Obat analgesic narkotik menekan gerakan peristaltic. Opiat umumnya menyebabkan konstipasi. Obat – obatan antikolinergic, seperti atropine atau glikopirolat ( Robinul ), menghambat sekresi asam lambung dan menekan motilitas saluran GI. Walaupun bermanfaat dalam mengobati gangguan usus, yakni hiperaktivitas usus, agens antikolinergic dapat menyebabkan konstipasi. Banyak antibiotic menyebabkan diare dengan mengganggu florabakteri normal didalam saluran GI. Apabila diare dan kram abdomen yang terkait denagn diare semakin parah, obat – obatan yang diberikan kepada klien mungkin perlu diubah. Intervensi keperawatan yang dapat digunakan.

12. Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan diagnostic, yang melibatkan visualisasi struktur saluran GI, sering memerlukan

dikosongkannya isi di bagian usus. Klien tidak di izinkan untuk makan atau minim setelah tengah malam jika esoknya akan di lakukan pemeriksaan., seperti pemeriksaan yang menggunakan barium enema, endoskopi saluran GI di bagian bawah, atau serangkaian pemeriksaan saluran GI bagian atas. Pada kasus penggunaan barium enema atau endoskopi, klien biasanya menerima katartik dan enema. Pengososngan usus dapat menggangu eliminasi sampai klien dapat makan dengan normal.

Prosedur pemeriksaan menggunakan barium menimbulkan masalah tambahan. Barium mengeras jika di biarkan di dalam saluran GI.. Hal ini dapat menyebabkan konstipasi atau impaksi usus. Seorang klien harus menerima katartik untuk meningkatkan eliminasi barium setelah prosedur di lakukan. Klien yang mengalami kegagalan dalam mengevakuasi semua barium setelah prosedur di lakukan. Klien yang mengalami kegagalan dalm mengevakuasi semua bariun, Mungkin usus klien perlu di bersihkan dengan menggunakan enema.

13. PenyakitBeberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi14. TemperatureEliminasi dipengaruhi oleh temparatur tubuh. Seseorang yang demam akan mengalami

peningkatan pengaruh cairan tubuh karena meningkatnya aktivitas metabolik. Hal tersebut akan menyebabkan tubuh kekurangan cairan sehingga dampaknya berpotensi terjadi kontipasi dan pengeluaran urine menjadi sedikit.( asmadi 2008)

15. Kerusakan Sensoris dan MotorisKerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat

menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi.16. Anestesi dan pembedahan

Anestesi unium dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung 24-48 jam

17. IrritansMakanan berbumbu/ pedas, toxin bakteri/racun dapat mengritasi usus dan menghasilkan diare/

banyak flatus.

Diposkan oleh Faizal Hamzah, pukul 20:53 Oktober 2013 ( http://mochfaizalhamzah.blogspot.com

/2013/10/kdk1-kebutuhan-eliminasi-alvi.html )

MASALAH-MASALAH PADA KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL1. Konstipasi

Page 8: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit, yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran faeces yang sulit’ keras dan mengedan. BAB keras dapat menyebabkan nyeri rectum. Kondisi ini terjadi karena faces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Frekuensi BAB masing-masing orang berbeda. Jika kurang dari 2 kali BAB setiap minggu, maka perlu pengkajian. Penyebab:a. Kebiasaan defekasi yang tidak teraturb. Klien memproduksi diet rendah serat dalam bentuk lemak hewanc. Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahragad. Pemakaian laksatif yang berate. Obat penenang, opiate, antikolinergik, zat besi yang menyebabkan konstipasif. Pada lansia mengalami perlambatan peristalticg. Konstipasi juga disebabkan oleh kelainan saluran Gastrointestinalh. Kondisi neurologis yang menghambat impuls saraf ke koloni. Penyakit organic, seperti hipokalsemia

2. ImpactionImpaction merupakan akibat konstipasi yang tidak berakhir sehingga, tumpukan faces yang

keras di rectum tidak dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan faces sampai pada kolon sigmoid.Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras dan mengendap di rectum dan tidak dapat dikeluarkan. Impaksi feses diakibatkan doleh konstipasi yang tidak diatasi. Klien yang mengalami kebingumgan, kelemahan, atau tidak sadar berisiko mengalami impaksi. Apabila feses diare keluar secara mendadak dan continue dicurigai berisiko impaksi. Kehilangan nafsu makan (anoreksia), distensi, dank ram abdomen serta nyeri di rectum dapat menyertai kondisi impaksi.Penyebab: pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang, pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.Tanda: tidak BAB, anoreksia, kembung/kram, nyeri rectum.Pengkajian dengan meraba rectum dengan hati-hati, dan harus dengan “standing order” dari dokter, karena dapat menimbulkan reflek vital (menurunkan denyut nadi) dan perform (terutama pada orang tua dengan tumor di kolom).

3. DiareDiare merupakan BAB sering dengan cairan dan feces yang tidak berbentuk. Isi intestinal

melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan fakta tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feces menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB. Pada diare, elektrolit dan kulit terganggu, terutama pada bayi dan orang tua. Kondisi yang menyebabkan diare, antara lain :a. Stress emosionalb. Infeksi ususc. Alergi makanand. Intoleransi makanane. Selang pemberian makananf. Obat-obat zat besi dan antibioticg. Laksatif (jangka pendek)h. Perubahan melalui pembedahan gastrektomii. Reseksi kolon

4. Inkontinensia fecalYaitu suatu keadaan di mana tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer

dan jumlahnya banyak.Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spinter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental klien sadar akan kebutuhan Bab tidak sadar secara fisik. Pakaian klien basah, menyebabkan ia menjadi terisolasi. Kebutuhan dasar klien tergantung pada perawat. Klien dengan gangguan mental dan sensori tidak sadar ia telah BAB. Perawat harus mengerti dan sabar meskipun berulang-ulang kali membereskannya. Seperti diare, inkontinensia bisa menyebabkan kerusakan kulit. Jadi perawat harus sering memeriksa perineum dan anus, apakah kering dan bersih. 60% usila inkontinensi.

Page 9: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

5. FlatulensYaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distendend,

merasa penuh, nyeri dank ram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Tapi jika berlebihan yaitu kasus penggunaan penenang anastesi umum, operasi abdominal, dan immobilisasi gas pendek. Gas menumpuk menyebabkan diafragma terdorong ke atas sehingga ekspansi paru terganggu.Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas meta pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. dan makanan perhasil gas seperti bawang dan kembang kol.

6. HemoroidYaitu dilatasi, pembengkakan vena pada dinding rectum (bisa internal dan eksternal). Hal ini

terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka klien merasa panas dan rasa gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh klien, karena selama BAB menimbulkan nyeri. Akibat lanjutannya adalah konstipasi.

PROSES KEPERAWATAN PADA MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL1. Pengkajian a. Riwayat Keperawatan

- Tentukan kebiasaan/ pola eliminasi : frekuensi waktu.- Identifikasi kebiasaan yang membantu BAB: minum air hangat, menggunakan laksatif,

makanan yang spesifik, menggunakan waktu lebih lama untuk BAB- Tanyakan perubahan BAB, kapan terakhir BAB dan apa kira-kira penyebab perubahannya.- Tanyakan karakteristik/cirri-ciri fecesnya: keras/lunak, warna dan bentuknya.- Riwayat diet- Pemasukan cairan- Riwayat olah raga/ kemampuan mobilisasi- Kaji apakah perlu bantuan untuk BAB di rumah- Riwayat operasi / penyakit yang menyebabkan gangguan saluran pencernaan.- Kaji adanya kolostomi, dan bagaimana keadaannya- Kaji penggunaan obat-obatan: laksatif, antacid, zat besi/Fe, analgesic dsd yang dapat

menyebabkan gangguan BAB- Kaji keadaan emosi- Kaji riwayat sosial.

b. Pemeriksaan Fisik- Tanda vital- Mulut- Inspeksi gigi dan gusi- Abdomen

Inspeksi: bentuk, simetris, warna kulit, adanya massa, perstaltik, jaringan parue, vena, stoma, lesi. Secara normal gelombang peristaltic tidak terlihat, jika dapat diobservasi berarti obstruksi intestine. Abdomen yang distensi/tegang, biasanya kerena adanya gas, tumor, cairan pada rongga perineum.Pengukuran dengan meteran setiap hari menentukan apakah distensi bertambah. Tempat pengukuran harus tetap, misalnya pada umbilicus dan pada waktu yang sama setiap harinya. Jika ada massa tonjolan menetap.

Auskultasi: Lebih dulu dimulai dari auskultasi, untuk mencegah perubahan peristaltic. Dalam mengkaji ditulis bising usus normal. Sangat bising. Absent/hipoaktif, hiperaktif.

Palpasi/perkusi: Relaks, “gentle touch”’ jika teraba massa, palpasi lebih dalam lagi, an perlu

ketrampilan khusus.

Page 10: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

Perkusi untuk lesi, cairan, gas (timpani) Perkusi untuk tumor, massa (dull/redup).

- Rektum Inspeksi area anus: lesi, warna, inflamasi, hemorrhoid. Palpasi (pakai sarung tangan, jelly, jari telunjuk).

c. Karakteristik fekalYang lebih mengetahui klien itu sendiri.- Warna : bayi (kuning), dewasa (coklat)- Bau : khas, tergantung dari tipe makanan- Konsistensi : padat, lunak- Frekuensi : tergantung individunya, biasanya bayi (4-6 kali sehari), bayi PASI (1-3 kali

sehari), dewasa (1-3 kali perminggu)- Jumlah :150 gram sehari (dewasa)- Ukuran : tergantung diameter rectum- Komposisi : sisa makanan, bakteri mati, lemak, pigmen, bilirubin, sel usus dan air.

d. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic- Endoskopi- Barium enema- Pengambilan sample faces:

Persiapan alat: label, tempat, reagent, pengiriman ke lab. Pengambilan perlu pakai teknik aseptic (bedpan harus kering dan bersih). Karena

25% stool terdiri dari bakteri, jadi harus cuci tangan dan pakai sarung tangan. Bentuk-bentuk pemeriksaan: darah feces, kultur specimen yang diambil:

Feces yang berbentuk : sedikit Feces cairan : 15-30 cc Feces lemak : perlu 3-5 hari pengumpulan

Jika pemeriksaan untuk tekur dan parasit, pengiriman tidak boleh ditunda.2. Diagnosa Keperawatan

a. Konstipasi berhubugan dengan : penurunan respons berdefekasi, defek persyarafan, kelemahan pelvis, imobilitas akibat cedera medulla spinalis, dan CVA.

b. Konstipasi kolonik berhubunga dengan : penurunan laju metabolisme akibat hipotiroidime atau hipertiroidisme.

c. Konstipasi dirasakan berhubungan dengan : penilaian salah akibat penyimpangan susunan syaraf pusat, depresi, kelainan obsesif kompulsif dan kurangnya informasi akibat keyakinan budaya.

d. Diare berhubugan dengan : peningkatan peristaltik akibat peningkatan metabolisme  stres psikologis.

e. Inkontinensia usus berhubungan dengan : gangguan sfigter rectal akibat cedera rectum atau tindakan pembedahan,distensi rectum akibat konstipasi kronis.

f. Kurangnya volume berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare).3. Perencanaan atau intervensi keperawatan.

- Tujuan :a. Memahami arti eliminasi secara normal.b. Mempertahankan asupa makanan dan minuman cukup.c. Membantu latihan secara teratur.d. Mempertahankan kebiasaan defekasi secara teratur .e. Mempertahankan defekasi secara normal.f. Mencegah gagguan integritas kulit.

- Rencana Tindakan :a. Kaji perubahan faktor yang memengaruhi masalah eliminasi Fekalb. Kurangi faktor yang  memengaruhi terjadinya masalah seperti :

1) Konstipasi secara umum : Membiasakan pasien untuk buang air secara teratur,misalnya pergi ke kamar mandi

satu jam setelah makan pagi dan tinggal di sana sampai ada keinginan untuk buang air.

Page 11: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

Meningkatkan asupan cairan dengan banyak  minum. Diet yanag seimbang dan makan bahan makanan yang banyak mengandung serat. Melakukan latihan fisik, misalnya melatih otot perut  Mengatur  posisi yang baik untuk buang air besar,sebaiknya posisi duduk dengan lutut

melentur agar otot punggung dan perut dapat membantu prosesnya. Anjurkan agar tidak memaksakan diri dalam buang besar. Berikan obat laksantif, misalnya Dulcolax atau jenis obat supositoria. Lakukan enema (huknah).

2) Konstipasi akibat nyeri : Tingkatkan asupan cairan.Diet tinggi serat. Tingkatkan latihan setiap hari . Berikan pelumas di sekitar anus untuk mengurangi nyeri. Kompres dingin sekitar anus untuk mengurangi rasa gatal. Rendam duduk atau mandi di bak dengan air hangat (43-46 derajat celcius,selama

15menit) jika nyeri hebat. Berikan pelunak feses.Cegah duduk lama apabila hemoroid, dengan cara berdiri tiap 1

jam kurang lebih 5-10 menit untuk menurunkan tekanan .3) Konstipasi kolonik akibat perubahan gaya hidup.

Berikan stimulus untuk defekasi, seperti mium kopi atau jus. Bantu pasien untuk menggunakan pispot bila memungkinkan .

Gunakan kamar mandi daripada pispot bila memungkinkan. Ajarkan latihan fisik dengan memberikan ambulasi, latihan rentang gerak, dan lain-

lain. Tingkatkan diet tinggi serat seperti buah dan sayuran.

4) Inkontinensia Usus. Pada waktu tertentu , setiap 2 atau 3 jam, letakkan pot di bawah pasien. Berikan latihan buang air besar dan anjurkan pasien untuk selalu berusaha latihan. Kalau inkontinensia hebat, diperlukan adanya pakaian dalam yang lembab, supaya

pasien dan sprei tidak begitu kotor. Pakai laken yang dapat dibuang dan menyenangkan untuk dipakai . Untuk mengurangi rasa malu pasien, perlu didukung semangat pengertian perawatan

khusus.5)  Jelaskan mengenai eliminasi yang normal kepada pasien.6) Pertahankan asupan makanan dan minuman.7) Bantu defekasi secara manual.8) Bantu latihan buang air besar, dengan cara :

Kaji pola eliminasi normal dan catat waktu ketika inkontinensia terjadi. Pilih waktu defekasi untuk mengukur kontrolnya. Berikan obat pelunak feses (oral) setiap hari atau katartik supositoria setengah jam

sebelum waktu defekasi ditentukan. Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau jus buah sebelum waktu defekasi. Bantu pasien ke toilet ( program ini kurang efektif jika pasien menggunakan pispot ). Jaga privasi pasien dan batasi waktu defekasi ( 15-20 menit). Intruksikan pasien untuk duduk di toilet, gunakan tangan untuk menekan perut terus ke

bawah dan jangan mengedan untuk merangsang pengeluaran feses. Jangan dimarahi ketika pasien tidak mampu defekasi. Anjurkan makan secara teratur dengan asupan air dan serat yang adekuat. Pertahankan latihan secara teratur jika fisik pasien mampu.

4. Tindakan Keperawatana. Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan

Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan).

b. Memberikan Huknah Rendah

Page 12: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

Memberikan huknah rendah merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon desenden dengan menggunakan kanula rekti melalui anus. Tindakan tersebut bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak pasca operasi dan merangsang buang air besar pada pasien yang mengalami kesulitan buang air besar.

c. Memberikan Huknah TinggiMemberikan huknah tinggi merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon asenden dengan menggunakan kanula usus. Hal tersebut dilakukan untuk mengosongkan usus pada pasien prabedah untuk prosedur diagnostik.

d. Membantu Pasien Buang Air Besar dengan PispotMembantu pasien buang air besar dengan pispot ditempat tidur merupakan tindakan bagi pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri di kamar mandi.

e. Memberikan GliserinMemberikan gliserin merupakan tindakan memasukkan cairan gliserin ke dalam poros usus dengan menggunakan spuit gliserin. Hal ini dilakukan untuk merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air besar.

f. Mengeluarkan Feses dengan JariMengeluarkan feses dengan jari merupakan tindakan memasukkan jari ke dalam rektum pasien untuk mengambil atau menghancurkan feses sekaligus mengeluarkannya.

5. Evaluasi KeperawatanEvaluasi terhadap masalah kebutuhan eliminasi fekal dapat dinilai dengan adanya kemampuan dalam:a. Memahami cara eliminasi yang normal.b. Mempertahankan asupan makanan dan minuman cukup yang dapat ditunjukkan dengan

adanya kemampuan dalam merencanakan pola makan,seperti makan dengan tinggi atau rendah serat ( tergantung dari tendensi diare atau konstipasi serta mampu minum 2000-3000 ml).

c. Melakukan latihan secara teratur ,seperti rentang gerak atau aktivitas lain (jalan, berdiri, dan lain-lain).

d. Mempertahankan rasa nyaman yang ditunjukkan dengan kemampuan pasien dalam mengontrol defekasi tanpa bantuan obat atau enema,berpartisipasi dalam program latihan secara teratur.

e. Mempertahankan nyaman yang ditunjukkan dengan kenyamanan dalam kemampuan defekasi, tidak terjadi bleeding,tidak terjadi inflamasi, dan lain-lain.

f. Mempertahankan  integritas kulit yang ditunjukkan dengan keringnya area perianal, tidak ada inflamasi atau ekskoriasi, keringnya kulit sekitar stoma, dan lain-lain

  Posted by nurse87 on 18 Juni 2013 ( http://nurse87.wordpress.com/2013/06/18/kebutuhan-eliminasi-

bowel/)

PELAKSANAAN TINDAKAN 

A. MEMBERIKAN HUKNAH

Secara umum Enema atau huknah adalah tindakan yang digunakan untuk memasukkan suatu larutan atau cairan kedalam rectum dan colon. Enema atau huknah diberikan tujuannya adalah untuk meningkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltik dan juga sebagai alat transportasi obat-obatan yang menimbulkan efek lokal pada mukosa rectum. (Perry,Potter.2005:1768).

Dampak Pemberian Huknah

a. Dampak positif

Page 13: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

- Membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi seperti sigmoidoscopy atau colonoscopy.

- Sebagai jalan alternatif pemberian obat.- Menghilangkan distensi usus.- Memudahkan proses defakasi.- Meningkatkan mekanika tubuh.

b. Dampak negative- Jika menggunakan larutan terlalu hangat akan membakar mukosa usus dan jika larutan

terlalu dingin yang diberikan akan menyebabkan kram abdomen.- Jika klien memiliki kontrol sfingter yang buruk tidak akan mampu menahan larutan

enema (perry,peterson,potter.2005).

1. MEMBERIKAN HUKNAH RENDAH

Memberikan huknah rendah merupakan tindakan keperawatan dgn cara : memasukkan cairan hangat kedalam kolon desenden dengan menggunakan kanula rekti melalui anus, bertujuan mengosongkan usus pd proses prabedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari pasca operasi & merangsang ABK bagi pasien yg mengalami kesulitan BAB.

Alat & Bahan

1. Pengalas2. Irigator lengkap dgn kanula rekti3. Cairan hangat +700 ml-100 ml dengan suhu 40,5-430 C pd org dewasa.4. Bengkok5. Jeli6. Pispot7. Sampiran8. Sarung tangan9. Tisus

Prosedur Kerja

1. Cuci tangan2. Jelaskan prosedur3. Atur ruangan4. Atur posisi pasien dgn posisi sim miring kekiri.5. Pasang pengalas dibawah glutea6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan & hubungkan kanula rekti, cek aliran

dgn membuka kanula & keluarkan air kebengkok serta beri jeli pd ujung kanula.7. Gunakan sarung tangan & masukkan kanula + 15 cm kedlm rektum kearah kolon desenden

sambil pasien disuruh bernapas panjang & pegang irigator setinggi 50 cm dari tempat tidur, buka klemnya dan air dialirkan s/d pasien menunjukkan keinginan utk BAB.

8. Anjurkan pasien utk menahan sebentar jika ingin BAB & pasang pispot atau anjurkan ketoilet. Jika pasien tdk mampu mobilisasi jalan, bersihkan daerah sekitar rektum shg bersih

9. Cuci tangan10. Catat jumlah feses yg keluar, warna, konsistensi & respon pasien

2. MEMBERIKAN HUKNAH TINGGI

Memberikan huknah tinggi adalah tindakan keperawatan dgn cara memasukkan cairan hangat kedalam kolon asendens dgn menggunakan kanula usus,

Page 14: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

Bertujuan : mengosongkan usus pd pasien prabedah/utk prosedur diagnostic

Alat & Bahan

1. Pengalas2. Irigator lengkap pada kanula usus3. Cairan hangat (700-1000 ml dgn suhu 40,50 - 430C).4. Bengkok5. Jeli6. Pispot7. Sampiran8. Sarung tangan9. Tisu

Prosedur Kerja

1. Jelaskan prosedur yg akan dilakukan pd pasien2. Cuci tangan3. Atur ruangan dgn meletakkan sampiran bila pasien berada dibangsal umum4. Atur pasien dgn posisi sim miring kekanan5. Gunakan sarung tangan6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan & hubungkan kanula rekti, cek aliran

dgn membuka kanula & keluarkan air kebengkok serta beri jeli pd ujung kanula.7. Masukkan kanula kedlm rektum kearah kolon asenden + 15-20 cm sambil pasien disuruh

bernapas panjang & pegang irigator setinggi 30 cm dari tempat tidur, buka klemnya shg air mengalir kerektum s/d pasien menunjukkan keinginan utk BAB.

8. Anjurkan pasien utk menahan sebentar bila mau BAK & pasang pispot/anjurkan ketoilet.9. Buka sarung tangan & catat jumlah, warna, konsistensi & respons pasien10. Cuci tangan

B. MEMBERIKAN GLISERIN

Memberikan gliserin dengan cara memasukkan cairan gliserin kedalam poros usus menggunakan spuit gliserin.

BERTUJUAN : merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dpt BAB (khususnya pd orang yg mengalami sembelit) & juga dpt digunakan utk persiapan operasi.

Alat & Bahan

1. Spuit gliserin2. Gliserin dlm tempatnya3. Bengkok4. Pengalas5. Sampiran6. Sarung tangan7. Tisu

Prosedur Kerja

1. Cuci tangan

Page 15: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

2. Jelaskan prosedur3. Atur ruangan4. Atur posisi pasien (miringkan kekiri) & berikan pengalas dibawah glutea serta buka pakaian

bag.bawah5. Gunakan sarung tangan, lalu spuit diisi gliserin + 10-20 cc & cek kehangatan cairan gliserin.6. Masukkan gliserin perlahan-lahan kedalam anus dgn cara tangan kiri mendorong

perenggangan daerah rektum, tangan kanan memasukkan spuit kedlm s/d pangkal kanula dgn ujung spuit diarahkan kedepan & anjurkan pasien napas dalam.

7. Setelah selesai cabut & masukkan kedlm bengkok. Anjurkan pasien utk menahan rasa ingin defekasi & pasang pispot.

8. Pasang pispot / ketoilet9. Lepaskan sarung tangan catat hasil10. Cuci  tangan 

C. MENGELUARKAN FESES DENGAN JARI (MANUAL)

Mengeluarkan feses dengan jari merupakan tindk. Keperawatan dgn cara memasukkan jari kedlm rektum pasien, digunakan utk mengambil atau menghancurkan massa feses sekaligus mengeluarkannya.

Indikasi tindakan ini adalah : apabila massa feces terlalu keras & dlm pemberian enema tdk berhasil, konstipasi, serta terjadi pengerasan feses yg tdk mampu dikeluarkan pada lansia.

Alat & Bahan

1. Sarung tangan2. Minyak pelumas/jeli3. Alat penampung / pispot4. Pengalas5. Sarung tangan

Prosedur Kerja

1. Cuci tangan2. Jelaskan prosedur yg akan dilaksanakan3. Gunakan sarung tangan & beri minyak pelumas(jeli) pd jari telunjuk4. Atur posisi miring dengan lutut fleksi5. Masukkan jari kedalam rektum & dorong perlahan-lahan sepanjang dinding rektum kearah

umbilikus (kearah feses yg impaksi)6. Secara perlahan-lahan lunakkan massa dgn masase daerah feses yg impikasi (dengan arahkan

jari pd inti yg keras).7. Gunakan pispot bila ingin BAB/bantu ketoilet8. Lepaskan sarung tangan, kemudian catat jumlah feses yg keluar, warna, kepadatan, serta

respons pasien.9. Cuci tangan 

D. MENOLONG BUANG AIR BESAR DENGAN MENGGUNAKAN PISPOT

Menolong membuang air besar dengan menggunakan pispot merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri dikamar kecil dengan cara menggunakan pispot (penampung) / pasu surungan untuk buang air besar ditempat tidur, dengan tujuan memenuhi kebutuhan eliminasi fekal (BAB), mengurangi pertgerakan klien, dan mengetahui kelainan feses atau urine secara langsung

Page 16: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20

Alat dan bahan :

1. Alas / perlak2. Pispot3. Air bersih4. Tisu5. Handuk6. Sampiran apabila tempat pasien di bangsal umum7. Sarung tangan8. Sabun

Prosedur kerja :

1. Cuci tangan2. Jelaskan prosedur3. Pasang sampiran4. Gunakan sarung tangan5. Pasang pengalas dibawah glutea6. Tempatkan pispot tepat dibawah glutea, tanyakan pada klien apakah sudah nyaman atau

belum, kalau belum atur sesuai dengan kebutuhan.7. Letakkan sebuah gulungan handuk dibawah kurva lumbat punggung klien untuk menambah

rasa nyaman.8. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang sudah disediakan.9. Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.10. Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya.11. Cuci tangan.

Prosedur pelaksanaan :

1. Bawa peralatan kedekat pasien.2. Bawa peralatan kedekat pasien.3. Jelaskan tujuan dan prosedur.4. Tutup jendela dan pasang sampiran.5. Pasang pengalas dibawah glutea6. Pasang selimut mandi.7. Cuci tangan8. Pakai sarung tangan9. Posisikan pasien dorsal rekumben10. Tempatkan pispot yang sudah diberi air dibawah glutea, tanyakan pada pasien apakah sudah

nyaman atau belum,kalau belum atur sesuai dengan kenyamanan pasien11. Letakkan sebuah gulungan handuk dibawah kurva lumbal punggung pasien untuk menambah

rasa nyaman.12. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang sudah disediakan13. Pastikan bahwa seprei dan stik laken tidak terkena.14. Tinggalkan pasien dan anjurkan untuk membunyikan bel jika sudah selesai atau memberi    

tahu perawat.15. Jika sudah selesai, tarik pispot dan letakkan lengkap dengan tutupnya diatas meja

dorong/trolly16. Bersihkan dengan tisu dan menggunakan sabun, lalu bersihkan dengan air bersih.17. Keringkan dengan tisu18. Bereskan alat dan rapikan pasien19. Dokumentasi

Page 17: Diposkan Oleh Vhery Julius Wijaya Hjghpukul 20