dinamika ritual tale

6
Dinamika ritual tale adalah menjelaskan perubahan ( perkembangannya, pergeserannya dan pergantian komponen) dan apa pengaruhnya dalam tata/aturan kehidupan masyarakat Salah satu bentuk sastra tradisional yang perlu diteliti adalah sastra lisan Kerinci. Sastra lisan Kerinci merupakan bentuk sastra yang dimiliki oleh masyarakat Kerinci. Sebagai produk budaya, sastra lisan Kerinci pada prinsipnya memiliki karakteristik yang sama dengan sastra lisan daerah lain di Nusantara. Sastra lisan Kerinci berkembang di tengah masyarakat Kerinci sebagai kristalisasi budaya masyarakat yang berproses secara alami. Sastra lisan Kerinci sarat dengan nilai-nilai budaya masyarakat Kerinci. Salah satu bentuk sastra lisan Kerinci adalah Tale . Tale adalah sejenis pantun yang dinyanyikan. Setiap jenis Tale berbeda isi dan iramanya sesuai dengan kegunaan dan tujuan pemakaiannya. Tale sangat dikenal dan frekuensi pemakaiannya cukup tinggi. Tale digunakan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat Kerinci, seperti saat gotong royong, menuai padi di sawah, muda-mudi yang sedang bercinta (bertandang), penampilan hiburan rakyat, acara pelepasan jemaah calon haji, dan berbagai upacara tradisional. Tale yang masih tetap digunakan secara tradisi sampai sekarang adalah Tale yang digunakan dalam tradisi untuk melepaskan jemaah haji ke Tanah Suci Mekkah. Tale ini sangat akrab dengan tatakrama kehidupan masyarakat Kerinci. Tale pelepasan jemaah haji ini sampai sekarang tetap dilaksanakan secara tradisi dan rutin setiap tahun jika ada anggota masyarakat Kerinci yang akan pergi menunaikan ibadah haji. Di samping dilaksanakan secara tradisi di tengah keluarga Tale pelepasan jemaah haji ini juga harus dilaksanakan secara adat di tengah pemimpin negeri, pemimpin adat, dan masyarakat kampung dengan segala persyaratan tradisi yang berlaku. HJ.Nazurty,M.Pd Dosen Universitas Negeri Jambi dalam Disertasi yang di sampaikan dihadapan Guru besar Universitas Negeri Jakarta untuk memperoleh gelar Doktor (4/9-2013) menyampaikan Disertasinya berjudul Nilai- nilai budaya dalam sastra lisan tale Kerinci:Kajian structural dan semiotic.

Upload: verry-marley

Post on 25-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dinamika Ritual Tale

Dinamika ritual tale adalah menjelaskan perubahan ( perkembangannya, pergeserannya dan pergantian komponen) dan apa pengaruhnya dalam tata/aturan kehidupan masyarakat

Salah satu bentuk sastra tradisional yang perlu diteliti adalah sastra lisan Kerinci. Sastra lisan Kerinci  merupakan  bentuk sastra yang dimiliki oleh masyarakat Kerinci.

 Sebagai produk budaya, sastra lisan Kerinci pada prinsipnya memiliki karakteristik yang sama dengan sastra lisan daerah lain di Nusantara. Sastra lisan Kerinci berkembang di tengah masyarakat Kerinci sebagai kristalisasi budaya masyarakat yang berproses secara alami.

Sastra lisan Kerinci sarat dengan nilai-nilai budaya masyarakat Kerinci. Salah satu bentuk sastra lisan Kerinci adalah Tale. Tale adalah sejenis pantun yang dinyanyikan. Setiap jenis Tale berbeda isi dan iramanya sesuai dengan kegunaan dan tujuan pemakaiannya. Tale sangat dikenal dan frekuensi pemakaiannya cukup tinggi.

Tale digunakan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat Kerinci, seperti saat gotong royong, menuai padi di sawah, muda-mudi yang sedang bercinta (bertandang), penampilan hiburan rakyat, acara pelepasan jemaah calon haji, dan berbagai upacara tradisional.

Tale yang masih tetap digunakan secara tradisi sampai sekarang adalah Tale yang digunakan dalam tradisi untuk melepaskan jemaah haji ke Tanah Suci Mekkah. Taleini sangat akrab dengan tatakrama kehidupan masyarakat Kerinci.  Talepelepasan jemaah haji ini sampai sekarang tetap dilaksanakan secara tradisi dan rutin setiap tahun jika ada anggota masyarakat Kerinci yang akan pergi menunaikan ibadah haji.

Di samping dilaksanakan secara tradisi di tengah keluarga Tale pelepasan jemaah haji ini juga harus dilaksanakan secara adat di tengah pemimpin negeri, pemimpin adat, dan masyarakat kampung dengan segala persyaratan tradisi yang berlaku.

            HJ.Nazurty,M.Pd  Dosen  Universitas Negeri Jambi dalam  Disertasi yang di sampaikan dihadapan Guru besar Universitas Negeri Jakarta  untuk memperoleh gelar Doktor  (4/9-2013) menyampaikan Disertasinya  berjudul Nilai- nilai budaya dalam sastra lisan tale Kerinci:Kajian structural dan semiotic.

DR.Hj.Nazurty,Suhaimi,M.Pd  mengemukan bahwa  Sastra adalah bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang    di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian sastra lisan merupakan bagian dari sistem kebudayaan, maka dalam sastra lisan akan terekam pengalaman hidup masyarakat pemiliknya. Berbagai cara digunakan untuk menyebarluaskan informasi budaya suatu masyarakat, misalnya pendidikan formal dan informal. Khususnya bagi mereka yang masih berpegang teguh pada tradisi lama terdapat cara tersendiri untuk menyampaikan nilai dan norma-norma yang berlaku, seperti tradisi lisan yakni sastra lisan.

Penyampaian nilai-nilai dan norma–norma merupakan proses pendidikan nonformal kepada masyarakat penikmat sastra. Untuk itu sastra lisan dapat digunakan sebagai alat untuk menyebarluaskan informasi budaya baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal. Khususnya untuk pendidikan formal sastra lisan dapat memperkaya bahan atau materi ajar pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Lebih jelasnya, sastra lisan dapat dijadikan bahan ajar

Page 2: Dinamika Ritual Tale

untuk memperkaya bahan dan sumber materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah-sekolah dan di Perguruan Tinggi.

T ale ini merupakan sastra lisan yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma Oleh karena itu, sastra lisan banyak memberikan manfaat terhadap masyarakat pendukungnya karena sastra lisan dapat mewariskan nilai-nilai budaya masa lalu yang sangat bermanfaat untuk masa sekarang. Terlebih lagi pada sastra lisan penggambaran tentang norma-norma dan adat-istiadat sangat kental mempengaruhi lahirnya sebuah karya sastra. Hal ini merupakan nilai-nilai budaya yang sebagian besarnya dapat diaplikasikan kepada yang masih berlaku dalam tatanan masyarakat sekarang.

Tema yang ditemukan di dalam Taleadalah perpisahan, kesedihan dan keharuan, nasehat, petunjuk, dan kasih sayang keinginan,  kehendak, harapan, atau cita-cita. Tema-tema tersebut diungkapkan sesuai dengan situasi, kondisi, dan hubungan antara si Petale dengan para jemaah baik hubungan secara kontak dan lingkungan sosial maupun maupu kontak emosional.

Nilai-nilai budaya yang ditemukan dalam  hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu taat, tawakkal, takdir Allah, kekuasaan Allah, bersyukur, kekuatan iman. Hubungan manusia dengan alam, yaitu manusia meguasai alam, perilaku manusia dan alam, manusia dan alam sekitarnya, pemanfaatan alam. Hubungan manusia dengan masyarakat, manusia sebagai anggota masyarakat.   Hubungan manusia dengan manusia lain, manusia dan pemimpin, manusia dan keluarga, manusia dan kerabat. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri, yaitu menjaga keseimbangan antara kehendak atau harapan dengan kenyataan dengan cara meningkatkan keimanan kepada Allah Swt.

Mengingat kedudukan dan peranan sastra lisan yang cukup penting, maka penelitian mengenai sastra lisan perlu dilakukan sesegera mungkin. Apa lagi mengingat terjadinya pergeseran tatanilai budaya dalam masyarakat, seperti adanya kemajuan-kemajuan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan hilangnya sastra lisan.

Dengan demikian  usaha pewarisan nilai budaya suatu bangsa kepada anak-cucu kelak akan terabaikan, karena dalam karya sastra lisan dapat ditemukan nilai moral, falsafah, ideologi dan nilai budaya suatu suku bangsa yang bisa menjadi teladan untuk generasi berikutnya.

DR.HJ.Hj.Nazurty,M.Pd dalam Disertasinya  megunngungkapan nilai-nilai budaya sastra lisanTale, penelitian  yang dilakukan Nazurty ini menggunakan metode analisis isi (content analysis) dengan pendekatan struktural dan semiotik. Metode analisis isi digunakan untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya dalam sastra lisan Tale  berkaitan dengan struktur, simbol, makna, pesan ya ng terkandung di dalamnya serta fungsi dan pengaruh terhadap masyarakat pendukungnya.  Sebagai penelitian kualitatif dengan metode analisis isi (content analysis) data-data formalnya diambil dari teks naskah Tale dalam bentuk nilai-nilai budaya yang terdapat dalam ungkapan satra lisan Tale

Tale tergolong ke dalam karya puisi konvensional yang strukturnya mengacu kepada konvensi yang sudah ada,  yaitu tifografi, rima, ritma dan metrum, diksi, pencitraan, dan majas sama pada setiap kelompok atau identitas Tale, kecuali  tema. Tema yang ditemukan di dalam Taleadalah perpisahan, kesedihan dan keharuan, nasehat, petunjuk, dan kasih sayang keinginan,  kehendak, harapan, atau

Page 3: Dinamika Ritual Tale

cita-cita. Tema-tema tersebut diungkapkan sesuai dengan situasi, kondisi, dan hubungan antara si Petale dengan para jemaah baik hubungan secara kontak dan lingkungan sosial maupun maupu kontak emosional.

Nilai-nilai budaya yang ditemukan dalam  hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu taat, tawakkal, takdir Allah, kekuasaan Allah, bersyukur, kekuatan iman. Hubungan manusia dengan alam, yaitu manusia meguasai alam, perilaku manusia dan alam, manusia dan alam sekitarnya, pemanfaatan alam. Hubungan manusia dengan masyarakat, manusia sebagai anggota masyarakat.   Hubungan manusia dengan manusia lain, manusia dan pemimpin, manusia dan keluarga, manusia dan kerabat. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri, yaitu menjaga keseimbangan antara kehendak atau harapan dengan kenyataan dengan cara meningkatkan keimanan kepada Allah Swt.

Depati Maisyardi,S.Pd dan Depati Marlis Mukhtar,ketua Lembaga Adat enam Luhah Sungai Penuh (29/9) menyebutkan  sampai era tahun 1980 an tale masih tumbuh dan berkembang dengan subur,diantara tale yang berkembang ialah Tale / dan sike Gotong royong,tale mangko,tale menuwai padi,tale mabeouk dan tale naek joi(Tale pelepasan Calon Jemaah Haji). Belakangan tale tale tersebut semakin jarang dipergunakan oleh masyarakat kecuali tale naek joi.

Tale   naek joi hanya di lantunkan pada saat menjelang  pelepasan keberangkatan calon jemaah haji,biasanya para petale  menalekan calon jemaah haji dari saru rumah  kerumah  anggota keluarga calon jemaah haji.

Pengamatan penulis dan wawancara dengan tokoh adat dan budayawan setempat memperlihatkan bahwa  jumlah para petale dari waktu kewaktu semakin berkurang,tidak banyak generasi muda di daerah ini yang menguasai tale  tale termasuk tale naek joi,sebagian besar para petale berusia diatas 50 tahun.

Bukan hanya tale naek joi saja, tale tale yang lain seperti tale  turun kesawah,tale nuwei,tale mabeouk termasuk sike  sejak dekade tahun 1990 an hingga saat ini nyaris tenggelam dalam pusaran kemajuan peradaban zaman, Dinas terkait seeperti dinas Pariwisata dan Kebudayaan seakan akan tidak memiliki kemampuan untuk melestarikan nilai nilai budaya yang selama berabad abad tumbuh dan berkembang ditengah tengah masyarakat.kegiatan yang dilakukan oleh dinas Pariwisata dan Kebudayaan  dalam membina budaya dan tradisi masyarakat bagikan iklan mobil fanther”Nyaris tak terdengar”.Sebuah Ironi agaknya. ( Budhi Vrihaspathi Jauhari)

Mengingat sulitnya perjalanan yang ditempuh oleh jama’ah haji yang berasal di daerah ini, maka keluarga dan kerabat yang ditinggalkan akan selalu mendoakan agar keluarganya selamat sampai tujuan. Sebelum berangkat ke tanah suci Mekah, calon jama’ah haji di doakan melalui tradisi tale yang biasa disebut dengan Tale Naik Haji. Tale yaitu nyanyian yang berasal dari daerah Kerinci yang berisikan pantun-pantun, dan juga yang berisikan doa- doa, pujian yang dipanjatkan kepada Allah SWT dengan menggunakan bahasa Kerinci berupa pantun-pantun. Pantun tersebut berisikan ungkapan kasih sayang, kesedihan dan harapan keluarga Jama’ah Haji agar dapat menjalankan rukun-rukun haji dengan baik.

Page 4: Dinamika Ritual Tale

Syair tale berisikan tentang hal-hal yang dilaksanakan pada saat ibadah haji/ rukun haji, dan juga berisikan do’a untuk seseorang yang naik haji. Do’a atau pesan tersebut biasanya berisikan agar seseorang yang melaksanakan ibadah haji selamat sampai tanah suci dan selamat pula hingga pulang ke tanah air. Serta berisikan ungkapan kesedihan keluarga yang ditinggalkan. Menurut kebiasaan masyarakat setempat, sejak dahulunya hingga sekarang penyajian tale tidak menggunakan alat musik.

Contoh syair talea :

Dengan Bismillah mulo batale

Alhamdulillah mulo badu’a

Laillahaillallah kalemah tale

Sholawatkan nabi tidak boleh lupo

Nagerai yang tigo dilebihkan Allah

Pertamo mekkah kaduo madinah

Baitul Mugaddis tempat katigo

Hajjike baitullah rukun kalimo

Madinah itu tempat nabi pindah

Mesjid Nabawi tanab raudah

Makam nabi tempat jamaah sarah

Shalat arba’in karjokan berjama’ah

Rukun hajji wukuf di arafah

Sebelumnyo karjokan umroh

Berhenti malam di mudzdhalifah.

Berangkat kemina melempar jumroh