dimensi tempat wudhu

Upload: ichsannoor

Post on 05-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Dimensi Tempat Wudhu

    1/7

    RANCANGAN TEMPAT WUDHU DUDUK ERGONOMIS

    Qurtubi dan Hari PurnomoFakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

    Jalan Kaliurang KM.14,4 Sleman Yogyakarta 55584 Telpon (0274) 895287

    E-mail : [email protected] 

    ABSTRAK

    Rancangan tempat wudhu dengan posisi duduk di Indonesia masih relatif sedikit yangmerancangnya. Sebagian besar tempat wudhu dilakukan dengan berdiri. Meskipun sudahbanyak yang mengetrapkan tempat wudhu dengan posisi duduk akan tetapi masih dirancangtidak berdasarkan pada dimensi tubuh pengguna. Wudhu dengan posisi duduk berdasarkanteori ergonomi lebih baik daripada wudhu dengan posisi berdiri. Di samping itu wudhu dengan posisi duduk dapat menghemat air karena penggunaan air mudah untuk dikontrol. Tujuan penelitian ini adalah merancang tempat wudhu posisi duduk yang ergonomis dan memberikanrekomendasi optimalisasi penggunaan hasil rancangan tempat wudhu duduk. Konsep

     pengukuran tempat wudhu disesuaikan dengan dimensi tubuh pengguna dengan menggunakandata antropometri orang Sleman dengan usia antara 18-22 tahun. Hasil rancangan dengan dataantropometri didapat tinggi tempat barang 149 cm, tinggi tempat sabun 98,4 cm, tinggi kran88,4 cm, tinggi tempat duduk 36,4 cm, panjang tempat duduk 37,6 cm, lebar tempat duduk43,9 cm, jarak antara tempat duduk ke kran 58,4 cm, jarak antar tempat duduk 51,7 cm dan jarak antar kran 95,6 cm untuk laki-laki. Sedangkan untuk perempuan tinggi tempat barang138,2 cm, tinggi tempat sabun 90 cm, tinggi kran 80 cm, tinggi tempat duduk 29,5 cm, panjangtempat duduk 37,3 cm, lebar tempat duduk 40,2 cm, jarak antara tempat duduk ke kran 57,3cm, jarak antar tempat duduk 46,1 cm dan jarak antar kran 86,3 cm. Untuk papan informasi,dengan jarak papan informasi dari mata 500 cm diperoleh tinggi huruf besar adalah 2,5 cm,tinggi huruf kecil 1,7 cm, lebar huruf 1,7 cm, tebal huruf 0,42 cm, jarak antara huruf 0,5 cm, jarak antara kata 1,7 cm.

    Kata kunci  : tempat wudhu duduk, ergonomi, antropometri.

    Latar Belakang

    Wudhu merupakan salah satu amalan ibadah yang agung di dalam Islam. Secara bahasa, wudhuberasal dari kata  Al-Wadha’ah, yang mempunyai arti kebersihan dan kecerahan. Sedangkan menurut istilah,wudhu adalah menggunakan air untuk anggota-anggota tubuh tertentu (yaitu wajah, dua tangan, kepala dan duakaki) untuk menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi seseorang untuk melaksanakan shalat atau ibadahlain (Albatawy, 2012).  Kesempurnaan shalat sangat tergantung dengan kesempurnaan wudhu dan dilakukansebelum melaksanakan ibadah shalat. Rasulullah SAW bersabda : Shalat salah seorang di antara kalian tidakakan diterima apabila ia berhadas sehingga ia berwudhu (H.R. Abu Hurairah R.A) (Almath dalam Suparwoko,2010). Agar diperoleh kualitas wudhu yang baik diperlukan fasilitas wudhu yang bisa menjamin kesempurnaandalam berwudhu. Pada umumnya masyarakat di Indonesia berwudhu dengan posisi berdiri. Rancangan tempatwudhu dengan posisi duduk relatif sedikit di Indonesia dan tempat wudhu tersebut belum memperhatikan aspekergonomi dalam perancangannya.

    Melakukan aktivitas dengan posisi duduk lebih baik daripada berdiri karena pada saat duduk kaki tidakmenerima beban tubuh dimana tubuh dibebankan pada tempat duduk (Anies dalam Suparwoko, 2010). Bekerjadengan duduk pergerakaan tangan akan terkontrol dengan baik (Wickens, et al., 2004). Hal ini juga berlaku untukberwudhu. Wudhu dengan posisi duduk memberikan kebersihan dan kenyamanan yang lebih dibandingkanwudhu dengan posisi berdiri. Wudhu dengan posisi duduk bisa terhindar dari kelelahan punggung akibatmembungkuk khususnya bagi orang yang lanjut usia. Sedangkan wudhu dengan posisi berdiri bisa menyebabkantubuh tidak seimbang ketika harus berdiri dengan satu kaki pada saat mencuci kaki. Hal lain yang menjadiperhatian bahwa wudhu dengan posisi duduk juga menjadikan suasana berwudhu lebih tenang dan santaisehingga kualitas wudhu bisa lebih terjaga. Hal ini selaras dengan pernyataan Pheasant dan Haslegrave (2006)yang menyatakan bahwa beraktivitas dengan posisi duduk otot terasa lebih rileks karena badan didukung olehtempat duduk. Aktivitas dengan posisi duduk tubuh menjadi terjaga keseimbangannya dan lebih aman (Purnomo,2012). Tempat wudhu dengan duduk telah banyak di gunakan di beberapa masjid di Indonesia, akan tetapitempat wudhu tersebut menimbulkan masalah dan keluhan bagi para pengguna. Persoalan utama adalah tempat

    wudhu duduk tidak dirancang sesuai dengan dimensi tubuh pengguna. Rancangan fasilitas yang sering menjadimasalah pagi pengguna adalah posisi kran yang terlalu tinggi dan jarak antara tempat duduk dengan kran,

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/16/2019 Dimensi Tempat Wudhu

    2/7

    sehingga menyebabkan cipratan air mengenai tubuh. Persoalan tersebut menyebabkan pengguna tidakmemanfaatkan tempat duduk dan melakukan wudhu dengan berdiri.

    Penelitian sebelumnya terkait dengan tempat wudhu dilakukan oleh Suparwoko (2010). Hasil penelitiantersebut lebih menekankan pada aspek tata ruang sedangkan ukuran yang digunakan dengan analogiberdasarkan rancangan yang telah ada. Penelitian lainnya dilakukan oleh Saktiwan (2010) yaitu   perancanganulang tempat wudhu lansia meliputi penambahan tempat duduk wudhu, penambahan pijakan kaki, merancangketinggian kran sesuai posisi duduk, mengganti kran yang mudah dibuka dengan pegangan kran yang panjangdan penambahan hand rail , perancangan komponen ini berdasarkan pendekatan antropometri lansia penggunatempat wudhu. Hardian (2011) melakukan penelitian terkait dengan kajian secara ergonomi tempat wudhu umumdalam lingkungan virtual. Sedangkan pada penelitian ini lebih ditekankan pada rancangan tempat wudhu denganposisi duduk yang ditinjau dari aspek ergonomi.

    Berdasarkan pada permasalahan yang terjadi pada tempat wudhu duduk dan beberapa penelitianterdahulu, maka pada penelitian ini akan dilakukan rancangan ulang tempat wudhu duduk dengan mengevaluasitempat wudhu yang telah ada. Rancangan tempat wudhu duduk ini lebih ditekankan pada tinjauan ergonomidengan menggunakan data antropometri. Sander & Mc.Cormick (1987) mendefinisikan antropometri sebagaipengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatuyang dipakai orang. Panero dan Zelnik (1979) menjelaskan bahwa perancangan tempat duduk harusmemungkinkan untuk melakukan perubahan variasi, disesuaikan dengan antropometri pengguna dan fleksi lutut

    membentuk 90o

      dengan telapak kaki. Antropometri juga dapat digunakan sebagai dasar perancangan stasiunkerja yang menjadi lebih aman dan nyaman (Prado-Lu, 2007). Penerapan data antropometri dewasa ini telahdigunakan pada semua aspek kehidupan. Ketidaksesuaian hasil rancangan dengan dimensi tubuh manusia akanberdampak pada ketidaknyamanan dalam penggunaannya.

    Metode PenelitianObjek Penelitian

    Objek penelitian adalah rancangan tempat wudhu di Masjid dengan dimensi tubuh yang digunakanadalah dimensi tubuh penduduk Sleman yang berusia 18-22 tahun.

    Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara1. Wawancara

    Wawancara dilakukan kepada jamaah masjid di Kabupaten Sleman, Klaten dan Temanggung terkaitdengan kebutuhan wudhu seperti tempat wudhu, kran air, fasilitas tempat peralatan dan papaninformasi.

    2. KuesionerKuesioner disebarkan kepada responden yang memahami tentang tempat wudhu dan jamaah yangdigunakan untuk menggali informasi tentang penggunaan tempat wudhu dengan duduk.

    3. Pengamatan langsung dan studi pustakaPengamatan langsung dilakukan dengan melihat dan mengukur tempat wudhu duduk yang sudahdirancang di Kabupaten Klaten dan Temanggung yang digunakan sebagai pembanding denganrancangan baru. Sedangkan studi pustaka dilakukan dengan membaca literatur yang diperlukan dalamrancangan tempat wudhu dengan posisi duduk dan kebutuhan terhadap data antropometri yangdiperlukan dalam rancangan tempat wudhu.

    Rancangan Tempat Wudhu

    Rancangan tempat wudhu dilakukan dengan konsep parsipatori dengan melibatkan pihak tekait seperti

    ahli ergonomi, arsitek maupun pengguna tempat wudhu. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :1. Penyamaan persepsi terhadap anggota tim tentang rancangan tempat wudhu dengan posisi berdiri

    untuk membahas konsep tempat wudhu yang ergonomis.2. Pemilihan data antropometri yang digunakan untuk perancangan tempat wudhu. Data antropometri yang

    digunakan adalah Tinggi bahu berdiri (Tbb), Tinggi bahu duduk (Tbd), Tinggi popliteal (Tpo), Lebarpinggul (Lp), Panjang popliteal-pantat (Ppp), Jangkauan horisontal duduk (Jhd), dan lebar bahu (Lb)

    3. Menentukan nilai persentil yang disesuaikan dengan kebutuhan rancangan. Aturan yang digunakanadalah : (a) Tempat barang menggunakan dimensi Tbb dengan persentil ke-95; (b) Tinggi kranmenggunakan dimensi Tbd dan Tpo dengan persentil ke-5 (Tinggi kran = Tbd +Tpo); (c) Tinggi tempatduduk menggunakan dimensi Tpo dengan persentil ke-5; (d) Lebar tempat duduk menggunakan dimensiLp dengan persentil ke-95; (e) Panjang tempat duduk menggunakan dimensi Ppp dengan persentil ke-5;(f) Jarak antara tempat duduk dengan kran menggunakan dimensi Ppp dengan persentil ke-5; (g) Jarakantar tempat duduk menggunakan dimensi Lb dengan persentil ke-95; dan (h) Tempat sabunmenggunakan dimensi Tbd dengan persentil ke-5 ditambah dengan 10 cm diatas Tbd (10 cm diatas

    kran).

    Hasil dan Pembahasan

  • 8/16/2019 Dimensi Tempat Wudhu

    3/7

    Rancangan tempat wudhu duduk dilakukan dengan menggunakan antropometri penduduk Sleman laki-laki dan perempuan berumur 18-22. Perhitungan nilai persentil ke-5, ke-50 dan ke-95 seperti ditunjukkan padaTabel 1 dan 2 berikut.

    Tabel 1. Dimensi Tubuh Laki-laki dan Nilai Persentil

    No. Dimensi tubuh Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke-95

    1 Tinggi bahu berdiri 127,0 cm 138,0 cm 149,0 cm2 Tinggi bahu duduk 52,0 cm 57,9 cm 63,8 cm

    3 Tinggi popliteal 36,4 cm 43,5 cm 50,6 cm

    4 Panjang popliteal-pantat 37,6 cm 43,9 cm 50,2 cm

    5 Lebar pinggul 27,7 cm 35,8 cm 43,9 cm

    6 Jangkauan horisontal 58,4 cm 67,6 cm 76,8 cm

    7 Lebar bahu 38,5 cm 45,1 cm 51,7 cm

    Sumber : Purnomo, 2012 diolah

    Tabel 2. Dimensi Tubuh Perempuan dan Nilai Persentil

    No. Dimensi tubuh Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke-95

    1 Tinggi bahu berdiri 124,0 cm 131,1 cm 138,2 cm

    2 Tinggi bahu duduk 50,5 cm 54,4 cm 58,3 cm3 Tinggi popliteal 29,5 cm 39,9 cm 50,3 cm

    4 Panjang popliteal-pantat 37,3 cm 43,4 cm 49,3 cm

    5 Lebar pinggul 30,6 cm 35,4 cm 40,2 cm

    6 Jangkauan horisontal 57,3 cm 68,2 cm 79,1 cm

    7 Lebar bahu 34,5 cm 40,3 cm 46,1 cmSumber : Purnomo, 2012 diolah

    Implementasi data antropometri terhadap rancangan peralatan dapat dijelaskan sebagai berikut : (1)Tbbdigunakan untuk merancang tempat barang dengan menggunakan persentil ke-95. Penggunaan persentil iniditujukan agar tidak terlalu pendek namun masih dalam kenyamanan untuk menaruh dan mengambil barang.Tempat menaruh barang dianjurkan tidak terlalu lebar agar pengguna tidak terbentur pada saat berdiri setelahberwudhu; (2) Tbd digunakan untuk menentukan ketinggian kran tempat wudhu dengan menggunakan persentilke-5 dengan tujuan agar jarak kran dengan kaki dekat untuk menghindari cipratan air ke tubuh (Tinggi kran = Tbd+Tpo); (3) Tpo digunakan untuk menetapkan ketinggian tempat duduk dengan menggunakan persentil ke-5 agarterjadi kemudahan penggunaan antara orang yang tungkainya pendek untuk duduk, (4) Lp digunakan untukmerancang lebar tempat duduk dengan menggunakan persentil ke-95. Pertimbangan mengambil persentil iniagar pengguna yang paling besar pinggulnya dapat menggunakan tempat duduk tersebut; (5) Ppp digunakanuntuk menentukan panjang tempat duduk dengan menggunakan persentil ke-5 dengan pertimbangan panjangtempat duduk tidak boleh terlalu panjang agar nyaman digunakan; (6) Jhd digunakan untuk menentukan jarakantara tempat duduk ke kran, dengan menggunakan persentil ke-5, hal ini diharapkan pengguna mudahmenjangkau kran tanpa harus membungkuk atau memiringkan badan; (7) Lb digunakan untuk menetapkan jarakantar tempat duduk, persentil yang digunakan adalah persentil ke-95 dengan pertimbangan orang yang bahunyapaling besar dapat melewati ruang antar tempat duduk; (8) Tinggi pijakan kaki diasumsikan setengah dari tinggipopliteal, dengan tinggi ini diharapkan kaki tidak terangkat terlalu tinggi agar masih jadi keseimbangan tubuhdalam duduk. Tinggi pijakan kaki jangan terlalu rendah yang menyebabkan membungkuk terlalu dalam. Jarakantar kran dihitung dari jarak antar tempat duduk ditambah dengan Lp. Sedangkan tinggi tempat sabundiasumsikan 10 cm diatas tinggi kran. Dengan demikian ukuran tempat wudhu duduk adalah tinggi tempatbarang 149 cm, tinggi tempat sabun 98,4 cm, tinggi kran 88,4 cm, tinggi tempat duduk 36,4 cm, panjang tempat

    duduk 37,6 cm, lebar tempat duduk 43,9 cm, jarak antara tempat duduk ke kran 58,4 cm, jarak antar tempatduduk 51,7 cm dan jarak antar kran 95,6 cm untuk laki-laki. Sedangkan untuk perempuan tinggi tempat barang138,2 cm, tinggi tempat sabun 90 cm, tinggi kran 80 cm, tinggi tempat duduk 29,5 cm, panjang tempat duduk 37,3cm, lebar tempat duduk 40,2 cm, jarak antara tempat duduk ke kran 57,3 cm, jarak antar tempat duduk 46,1 cmdan jarak antar kran 86,3 cm.  Rancangan tempat wudhu duduk laki-laki dan perempuan ditunjukkan padaGambar 1 dan 2 berikut.

  • 8/16/2019 Dimensi Tempat Wudhu

    4/7

     

    Gambar 1. Rancangan Tempat Wudhu Duduk Laki-laki

    Gambar 2. Rancangan Tempat Wudhu Duduk Perempuan

    Pemilihan nilai persentil yang digunakan dalam rancangan tempat wudhu duduk tersebut didasarkan

    pada aturan-aturan yang umum digunakan. Dikarenakan rancangan tempat wudhu merupakan rancanganfasilitas umum, maka ukuran persentil diatas bukan sebuah nilai yang pasti atau keharusan. Hal ini dikarenakanrancangan yang bersifat fasilitas umum lebih sering menggunakan nilai rerata atau persentil ke-50. Oleh karenaitu rancangan tempat wudhu dapat ditoleransi dengan menggunakan nilai persentil ke-5 (persentil kecil) sampaidengan persentil ke-95 (persentil besar). Berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkan ukuran rancangantempat wudhu duduk yang ada cukup bervariasi. Perbandingan ukuran faslitas tempat wudhu duduk antaramasjid Kabupaten Klaten dan masjid Kabupaten Temanggung serta rancangan berbasis ergonomi ditunjukkanseperti pada Tabel 3 berikut.

    Tabel 3. Perbandingan Tempat Wudhu Duduk

    Dimensi MasjidKabupaten

    Klaten

    MasjidKabupaten

    Temanggung

    HasilRancangan

    Laki-laki

    HasilRancanganPerempuan

    Tempat barang - - 149,0 cm 138,2 cm

    Tinggi kran 100 cm 105 cm 88,4 cm 80 cm

    Tinggi tempat duduk 40 cm 40 cm 36,4 cm 29,5 cm

  • 8/16/2019 Dimensi Tempat Wudhu

    5/7

    Panjang tempat duduk 34 cm 30 cm 37,6 cm 37,3 cm

    Lebar tempat duduk 34 cm 30 cm 43,9 cm 40,2 cm

    Jarak antara tempat duduk ke kran 40 cm 45 cm 58,4 cm 57,3 cm

    Jarak antar tempat duduk 67 cm 50 cm 51,7 cm 46,1 cm

    Jarak antar kran 84 cm 80 cm 95,6 cm 86,3 cm

    Berdasarkan pada Tabel 3, Perbandingan ukuran tempat wudhu antara masjid di Kabupaten Klaten danmasjid di kabupaten Temanggung nampak ada perbedaan dari fasilitas yang ada. Kedua ukuran tersebut jugaberbeda dengan rancangan yang berbasis pada data antropometri. Disamping itu ukuran tempat wudhu duduk dikedua kabupaten tersebut sama antara laki-laki dan perempun. Perbedaan yang besar yaitu tinggi kran antaradua masjid dengan hasil rancangan, dengan selisih berkisar 20-25 cm. Perbedaan yang besar lainnya adalah jarak antara tempat duduk ke kran dengan selisih berkisar 12,3 cm -17,3 cm. Kran yang terlalu tinggi dan jarakantara tempat duduk ke kran yang terlalu dekat mengakibatkan cipratan air menjadi lebih banyak ke tubuh.Berdasarkan wawancara dengan jamaah dan takmir masjid di Kabupaten Klaten dan Temanggung dinyatakanbahwa posisi kran yang ada di masjid tersebut mengakibatkan cipratan air mengenai pakaian pengguna. Hal inidisebabkan karena tinggi kran yang terlalu tinggi dan jarak kran dengan tubuh terlalu dekat. Faktor lain yangmenyebabkan cipratan air yang besar disebabkan karena pancuran yang terlalu besar. Oleh karena itu dianjurkanuntuk menggunakan kran yang pancuran air tidak terlalu keras. Sedangkan ukuran fasilitas lainnya tidak begituberbeda sehingga masih dalam toleransi secara ergonomi. Hal lain yang berbeda adalah pijakan kaki, dimana

    Masjid di Kabupaten Klaten sebagian besar tidak dibuat pijakan kaki, sedangkan Masjid di Temanggungdirancang ada pijakan kaki dengan tinggi pijakan 10 cm di atas tinggi lutut dalam posisi duduk. Tinggi pijakan initidak ergonomis, dikarenakan jamaah akan mengangkat kaki teralu tinggi jika menggunakan pijakan tersebutyang menyebabkan pengguna kehilangan keseimbangan tubuh dan akan jatuh ke belakang.

    Gambar 4. Tata Letak Ruang dan Papan Informasi Tempat Wudhu Duduk

     Aspek lain yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan tempat wudhu duduk adalah aspek informasi seperti

    visual display berupa papan informasi. Papan informasi ini diperlukan bagi semua fasilitas tempat wudhu dudukapabila fasilitas ini ingin dimanfaatkan secara optimal. Visual display berupa papan informasi ini diletakkan padatempat yang tepat agar pengguna dapat melihat dengan mudah tanpa harus mencari (Kroemer, et al., 1994).Terkait dengan papan informasi ini yang perlu dipertimbangkan adalah proporsi huruf yang dianjurkan untukmembuat tulisan atau papan informasi. Ukuran huruf dan angka harus disesuaikan dengan jarak antara matadan peraga informasi. Tinggi huruf diformulasikan sebagai berikut (Grandjean, 1993) :

     

     

    Bagi kebanyakan huruf dan angka, perbandingan berikut ini baik dipakai adalah (Grandjean, 1993): (1) Lebar =2/3 dari tinggi; (2) Tebal = 1/6 dari tinggi; (3) Jarak antara dua huruf = 1/4 dari tinggi; (4) Jarak antara huruf danangka = 1/5 dari tinggi; (5) Jarak antara dua kata = 2/3 dari tinggi; (6) Tinggi huruf kecil = 2//3 dari tinggiBerdasarkan rumus di atas, maka dengan asumsi jarak papan informasi dari mata 500 cm diperoleh tinggi hurufbesar adalah 2,5 cm, tinggi huruf kecil 1,7 cm, lebar huruf 1,7 cm, tebal huruf 0,42 cm, jarak antara huruf 0,5 cm, jarak antar kata 1,7 cm. Ukuran tersebut merupakan ukuran minimal yang direkomendasikan secara ergonomi,namun bisa diperbesar sesuai dengan kebutuhan.

  • 8/16/2019 Dimensi Tempat Wudhu

    6/7

     Gambar 3. Contoh Ukuran Huruf

    Konsekuensi tempat wudhu dengan posisi duduk diperlukan ruangan lebih besar jika dibandingkandengan ruangan yang diperlukan untuk membuat tempat wudhu dengan posisi berdiri. Namun demikian, ruanganyang lebih besar memberikan keleluasaan bagi pengguna. Kendala yang dihadapi apabila tidak tersedia cukupruangan yang diperlukan untuk keperluan itu, seperti di musholla-musholla sekolah/kampus/perkantoran yang

    memiliki ruangan relatif kecil. Ditinjau dari aspek sosial budaya diperlukan merubah kebiasaan orang Indonesiawudhu dengan posisi berdiri menjadi wudhu dengan posisi duduk. Perlu sosialisasi dan contoh dari yang sudahmengerti tentang hal ini. Melihat dari kebiasaan orang Arab berwudhu dengan posisi duduk, bahkan sebagianbesar fasilitas wudhu adalah dengan posisi duduk. Sebenarnya timbul sebuah pertanyaan, bagaimanakahRasulullah melakukan wudhu, berdiri atau duduk?. Budaya masyarakat di Mekah wudhu dengan posisi dudukmungkin saja memperlihatkan kenyataan sejarah bahwa Rasulullah dahulu wudhu dengan posisi duduk. Apabilademikian kenyataannya, maka wudhu dengan posisi duduk tidak hanya lebih ergonomis tetapi juga memberikanpahala sunnah bagi yang mengerjakannya. Namun tentu saja hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut bagi paraahli hadist untuk menelusurinya, karena memang sampai saat ini belum ada satu pun diketemukan hadits yangmenjelaskan bagaimana posisi wudhu Rasulullah.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil anilisis dapat disimpulkan bahwa rancangan tempat wudhu duduk dengan rancanganberdasarkan data antropometri terdapat perbedaan yang besar khususnya tinggi kran dan jarak antara tubuhdengan dengan kran. Selisih ukuran tersebut berkisar 20-25 cm sedangkan selisih jarak antara tubuh dengankran berkisar 12,3 cm -17,3 cm. Hasil rancangan dengan data antropometri didapat tinggi tempat barang 149 cm,tinggi tempat sabun 98,4 cm, tinggi kran 88,4 cm, tinggi tempat duduk 36,4 cm, panjang tempat duduk 37,6 cm,lebar tempat duduk 43,9 cm, jarak antara tempat duduk ke kran 58,4 cm, jarak antar tempat duduk 51,7 cm dan jarak antar kran 95,6 cm untuk laki-laki. Sedangkan untuk perempuan tinggi tempat barang 138,2 cm, tinggitempat sabun 90 cm, tinggi kran 80 cm, tinggi tempat duduk 29,5 cm, panjang tempat duduk 37,3 cm, lebartempat duduk 40,2 cm, jarak antara tempat duduk ke kran 57,3 cm, jarak antar tempat duduk 46,1 cm dan jarakantar kran 86,3 cm.

    Daftar Pustaka

     Albatawy, S.A. 2012. Dahsyatnya Air Wudhu. Jakarta: Kunci ImanGrandjean., E. 1993. Fitting the Task to The Man . 4

    th edition. London: Taylor & Francis

    Hardian, R. 2011. Perancangan Tempat Wudhu Umum Yang Ergonomis Dengan Metode Posture EvaluationIndex (PEI) Dalam Virtual Environment. Skripsi. Program Teknik Industri.UI. Depok.

    Kroemer, K., Kroemer, H., and Kroemer-Elbert, K. Ergonomics 1994. How to Design for easy & effiseinsy.Englewood Cliffs, NJ. : Prentice- Hall.

    Panero, J.P. dan Zelnik, M. 1979. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta: Erlangga.Pheasant, S. and Haslegrave, C. M. 2006. Bodyspace, Anthropometry, Ergonomics and The Design of Work .

    London :Taylor & Francis.Prado-Lu, J.L.D. 2007. Anthropometric measurement of Filipino manufacturing workers. International Journal of

    Industrial Ergonomics . Vol.37.pp 497 –503.Purnomo, H. 2012. Antropometri dan Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu.Sanders, M.S. and McCormic, E.J. 1987. Human Factors in Engineering and Design. USA: McGraw Hill-Book

    Company

  • 8/16/2019 Dimensi Tempat Wudhu

    7/7

    Suparwoko, 2010. Analisis Tata Ruang dan Ergonomi Tempat Wudhu Masjid dan Mushola Di LingkunganUniversitas Islam Indonesia Yogyakarta, Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UniversitasIslam Indonesia Yogyakarta

    Saktiwan, P. 2010. Perancangan Ulang Tempat Wudhu Untuk Lanjut Usia (Lansia) (Studi Kasus Panti WredhaDharma Bakti Surakarta). Diakses Tanggal 10 Maret 2013. Tersedia di http://digilib.uns.ac.id. 

    Wickens, C. D., Lee, J.D., Liu, Y., And Becker, S.E.G. 2004. An Introduction to Human Factors Engineering . New

    Jersey : Prentice Hall. 

    http://digilib.uns.ac.id/http://digilib.uns.ac.id/http://digilib.uns.ac.id/http://digilib.uns.ac.id/