dilusi padat atau cair

23
DILUSI PADAT ATAU CAIR Pada prinsipnya antibiotik diencerkan hingga beberapa konsentrasi.Pada delusi cair, masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensikuman dalam media. Sedangkan pada delusi pada tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar, lalu ditambah kuman. Metode yang dapat dijadikan alternatif untuk menentukan konsentrasi hambat tumbuh minimum ekstrak tanaman adalah metode dilusi yang mencakup makrodilusi dan mikrodilusi. Metode mikrodilusi sedang dikembangkan karena memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik difusi agar. Sensitivitas mikrodilusi mencapai 30 kali lebih sensitif. Teknik mikrodilusi dapat digunakan untuk beberapa sampel yang berbeda dengan jumlah sampel yang sedikit. Hal ini sangat berguna jika jumlah senyawa antibakteri yang didapatkan sedikit dan terbatas. Teknik mikrodilusi juga dapat membedakan antara efek bakteriostatik dan bakterisidal serta dapat menentukan nilai konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM) Mikrodilusi tidak membutuhkan waktu yang lama karena pengujian dilakukan dalam waktu satu kali pada satu microplate dengan jumlah sumur yang banyak. Metode mikrodilusi ini dapat digunakan untuk berbagai macam mikroorganisme, murah, dan menghasilkan hasil dapat diulang. Mikrodilusi menggunakan sampel yang diencerkan secara berseri. Dasar penentuan antimikroba secara invitro adalah MIC (minimum inhibition concentration) dan MBC (minimum bactericidal concentration). MIC merupakan konsentrasi terendah bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan hasil yang

Upload: faridahmaksum

Post on 03-Oct-2015

136 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

metode dilusi

TRANSCRIPT

DILUSI PADAT ATAU CAIRPada prinsipnya antibiotik diencerkan hingga beberapa konsentrasi.Pada delusi cair, masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensikuman dalam media. Sedangkan pada delusi pada tiap konsentrasi obatdicampur dengan media agar, lalu ditambah kuman.Metode yang dapat dijadikan alternatif untuk menentukan konsentrasi hambat tumbuh minimum ekstrak tanaman adalah metode dilusi yang mencakup makrodilusi dan mikrodilusi. Metode mikrodilusi sedang dikembangkan karena memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik difusi agar. Sensitivitas mikrodilusi mencapai 30 kali lebih sensitif. Teknik mikrodilusi dapat digunakan untuk beberapa sampel yang berbeda dengan jumlah sampel yang sedikit. Hal ini sangat berguna jika jumlah senyawa antibakteri yangdidapatkan sedikit dan terbatas. Teknik mikrodilusi juga dapat membedakan antara efek bakteriostatik dan bakterisidal serta dapat menentukan nilai konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM) Mikrodilusi tidak membutuhkan waktu yang lama karena pengujian dilakukan dalam waktu satu kali pada satu microplate dengan jumlah sumur yang banyak. Metode mikrodilusi ini dapat digunakan untuk berbagai macam mikroorganisme, murah, dan menghasilkan hasil dapat diulang. Mikrodilusi menggunakan sampel yang diencerkan secara berseri.Dasar penentuan antimikroba secara invitro adalah MIC (minimum inhibition concentration) dan MBC (minimum bactericidal concentration). MIC merupakan konsentrasi terendah bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan hasil yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar atau kekeruhan pada pembiakan kaldu. Sedangkan MBC adalah konsentrasi terendah antimikroba yang dapat membunuh 99,9% pada biakan selama waktu yang ditentukan. Agar antimikroba efektif pada MIC atau MBC. Sedapat mungkin mencapai tempat infeksi. Absorpsi obat dan distribusi antimikroba akan mempengaruhi dosis, rute dan frekuensi pemberian antimikroba untuk mendapatkan dosis efektif di tempat terjadinya infeksi. Penentuan konsentrasi minimum antibiotik yang dapat membunuh bakteri /minimumbactericidal concentration(MBC) dilakukan dengan menanam bakteri pada perbenihan cair yang digunakan untuk MIC ke dalam agar kemudian diinkubasi semalam pada 37C. MBC adalah ketika tidak terjadi pertumbuhan lagi pada agar.Dengan teknik dilusi memungkinkan penentuan kualitatif dan kuantitatif dilakukan bersama-sama. MIC dapat membantu dalam penentuan tingkat resistensi dan dapat menjadi petunjuk penggunaan antimikroba. Kerugiannya metode ini tidak efisien karena pengerjaannya yang rumit, memerlukan banyak alat-alat dan bahan serta memerlukan ketelitian dalam proses pengerjaannya termasuk persiapan konsentrasi antimikroba yang bervariasi

MIC (Minimum Inhibitory Cincentration) adalah konsentrasi terendah dari antimikrobia yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, sedangkan MBC (Minimum Bakteriofag Concentration) adalah konsentrasi terendah dari antimikrobia yang dapat berfungsi untuk membunuh mikroorganisme. Parameter antara MIC dan MBC berbeda, untuk MIC parameternya yaitu adanya kekeruhan namun tidak terlalu pekat sedangkan untuk MBC parameternya yaitu kejerinhan yang menyekuruh. Terdapat pula istilah bakteriostatik dan bakteriosidal. Bakteriostatik adalah senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkanbakteriosidal adalah senyawa kimia yang dapat membunuh bakteri. Praktikum ini digunakankontrol positif (+)sertakontrol (-).Kontrol positif berisi media dan bakteriyang bertujuan untuk mengamati pertumbuhan bakteri. Untukkontrol negatifhanya berisi media yang digunakan sebagai pembanding tingkat parameter kejernihan. Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair(broth dilution) dan dilusi padat (solid dilution). Metode dilusi cair mengukur kadar hambatminimum (KHM/MIC) dan kadar bunuh bakteri(KBM/MBC). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikrobia pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikrobia pada kadar terkecil yang terlihat jenis tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM.Larutan yang ditetapkansebagai KHM tersebut selanjutmya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai KHM. Sedangkan metode dilusi padat atau solid dilution test, metode ini serupa dengan metode dilusi cair namuun menggunakan metode padat. Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji.Pada hari kedua diamati tabung yang menunjukan pertumbuhan dengancaradikocok. Apabila tabung terlihat keruh (+) menandakan bahwa telah terjadi pertumbuhan bakteri di dalam tabung dan apabila tabung terlihat jernih (-) menandakan tidak terjadinya pertumbuhan bakteri atau telah terjadi penghambatan pertumbuhan bakteri oleh antibiotikyang ditambahkan. Pada keadaan ini disebut MIC (Minimum inhibitory concentration) atau konsentrasi terendah bahan antimicrobial yang mengahambat pertumbuhan.

PEMBUATAN SIMPLISIA DAN STANDARISASI MUTU SIMPLISIA RIMPANG TEMULAWAK ( Curcuma xanthorriza Rhizoma ) dengan PENGERINGAN SINAR MATAHARI NAUNGAN KAIN HITAM dan PENYIMPANANTERBUKAFiled under:Laporan Praktikum Tempoe Kuliah dulu,UncategorizedLeave a commentDecember 8, 2011TUJUAN1. Mengetahui teknik pasca panen dari rimpang temulawak2. Mengetahui pengaruh pengeringan sinar matahari dengan naungan kain hitam dan penyimpanan terbuka terhadap mutu dari simplisia temulawak.DASAR TEORISimplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan.Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan untuk dapat memenuhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah:1. Bahan baku simplisia2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisiaPemilihan sumber tanaman obat sebagai bahan baku simplisia nabati merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia, termasuk di dalamnya pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan pengolahan maupun jenis tahan tempat tumbuh tanaman obat.Pembuatan simplisia secara umum dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut:1. Pengeringan2. Fermentasi3. Proses khusus (penyulingan, pengentalan eksudat dll)4. Dengan bantuan air (misalnya pada pembuatan pati)Adapun tahapan tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah:1. Pengumpulan bahan bakuKadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada:Bagian tanaman yang digunakanUmur tanaman atau bagian tanaman pada saat panenWaktu panenLingkungan tempat tumbuh2. Sortasi basahSortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang3. PencucianPencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengali4. PerajanganBeberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.5. PengeringanTujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama6. Sortasi keringTujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.7. Pengepakan dan penyimpananSimplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor luar dan dalam, antara lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan air, pengotoran, serangga dan kapangKlasifikasi tanamanCurcuma xanthorriza Roxb.Sinonim :Curcuma zerumbet majusRumph.KlasifikasiDivisi : SpermatophytaSub divisi : AngiospermaeKelas : MonocotyledonaeBangsa : ZingiberalesSuku : ZingiberaceaeMarga : CurcumaJenis :Curcuma xanthorrizaRoxb.Kandungan kimia tanamanKandungan kimia yang terdapat dalam temulawak antara lain; amilum, lemak, tannin, kurkuminoid (zat warna kuning) dan minyak atsiri (Gunawan dkk, 1988). Minyak atsiri 5% (dengan komponen utama 1-cycloisoprene myrcene 85%). Kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin dan demetoksikurkumin (sudarsono dkk, 1996)Kurkumin adalah kristal berwarna kuning gelap, tidak larut dalam air, larut dalam alkohol. Dalam larutan basa, kurkumin menghasilkan larutan yang berwarna merah kecokaltan yang apabila ditambahkan larutan asm akan berubah warna menjadi kuning ( Sudarsono dkk, 1996)Bentuk kristal kurkumin, adalah batang atau prisma, dengan titik leleh 183-185oC. Kurkumin sukar larut dalam air, hexana, dan petroleum eter; agak larut daklam benzena, kloroform, dan eter, tetapi larut dalam alkohol, aseton dan asam asetat glasial( Srinivisan, 1953; Stahl, 1985)Kurkumin mempunyai kelarutan yang rendah, tidak stabil dalm larutan, tidak stabil pada pH dan cahaya sehingga sukar untuk dibuat dalam bentuk sediaan (Tonnesen dan Karisen, 1997). Kurkumin stabil pada dibawah pH 6,5. Kurkumin akan terdegradasi di bawah pH 6,5, hal ini disebabkan adanya gugus metilen aktif. Produk degradasi kurkumin dalam lingkungan alkali (pH 7-10) akan menghasilkan asm ferulat dan feruloil metan. Akibat degradasi ini, terjadi perubahan warna larutanya yaitu pada pH 1-7 larutan berwarna kuning, sedang pada pH 7,5-9,1 larutan berwarna merah jingga.Deskripsi Simplisia.Rimpang temulawak adalah rimpang Curcuma xanthorriza Roxb. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 6% v/b .Pemerian. Bau aromatik, rasa tajam dan pahit.Makroskopik. Keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan, keras, rapuh, garis tengah sampai 6 cm, tebal 2 mm sampai 5 mm; permukaan luar berkerut, warna coklat kuning sampai coklat; bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak beraturan, tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat dengan korteks; korteks sempit, tebal 3 mm sampai 4 mm. Bekas patahan berdebu, warna kuning jingga sampai coklat jingga terangParameter standar simplisiaStandarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat atau sebagai bahan baku harus memenuhi standar mutu. Sebagai parameter standar yang digunakan adalah persyaratan yang tercantum dalma monografi resmi terbitan Departemen Kesehatan RI seperti Materia Medika Indonesia.Penetapan kadar airPrinsip metode uji ini adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan, dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi, atau gravimetri.Susut PengeringanSusut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap dan sisa pelarut organik menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer atau lingkungan udara terbuka.Tujuan mengetahui susut pengeringan adalah memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringanPenetapan kadar Minyak atsiriPenetapan kadar minyak atsiri ini dengan cara destilasi Stahl. Pada metode ini, simplisia yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidh. Bahan tersebut mengapung diatas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan dengan metode panas langsung, mantel uap, pipa uap melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap melingkar terbuka atau berlubang. Ciri khas dari metode ini adlah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih (Ketaren, 1987). Penyulingan ini dilakukan pada tanaman yang dikeringkan dan tidak dirusak oleh pendidihan ( Claus dan Tyler, 1970).Rimpang temulawak mengandung minyak atsiri (7-30%) yang terdiri darixanthorrhizol, -antlatone, borneol, iso-borneol, bisacumol, bisacurol, bisacurone, bisacurone epoxide, camphene, camphor, d-camphore, cineol, 1,8-cineol, curzurene, curzerenone,-curcume, ar-curcumene, curlone, cymene, -elemene, -elemene, turmerone, ar-turmerone, -turmerone, -turmerone, isofurano-germacrene, phellandrene, cycloisoprene, isoprenemyrcene, myrcene, p-toluyl-methyl-carbinol, (R)-()xanthorrizhol, -pinen, linalool,-terpineol, limonene, -farnesene, germacrone, -sesquiphellandrne, bisacurone A,B, 1-cyclo-isaoprenemyrcene, sinamaldehid( anonim, 1979; Wagner dkk, 1984)Kadar Zat AktifKLT DensitometriAda 4 teknik kromatografi yang digunakan untuk pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan atau bisa juga dilakukan dengan gabungan dari empat teknik tersebut. Keempat teknik Kromatografi tersebut yaitu kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi gas cair, dan kromatografi cair kinerja tinggi ( Harborne, 1987)Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, Kromatografi lapis tipis adalah yang paling cocok untuk analisis obat di Laboratorium farmasi karena hanya memerlukan investasi yang kecil untuk perlengkapan, waktu analisis relatif singkat, jumlah cuplikan yang diperlukan sedikit, selain itu kebutuhan ruang minimum serta paenanganannya sederhana ( Stahl, 1985)KLT yang dimaksudkan untuk uji kuantitatif salah satunya dengan menggunakan densitometer sebagaai alat pelacakbila cara penotolanya dilakukan secara kuantitatif. Prinsip kerja dari densitometer adalah adanya pelacakan pada panjang gelombang maksimal yang telah ditetapkan sebelumnya. Scanning atau pelacakan densitometer ada dua metode yaitu dengan cara memanjang dan sistem zig-zag. Pada umumnya lebih banyak digunakan metode zig-zag karena pengukuranya lebih merata serta ketelitian pengukuran lebih terjamin dibanding pengamatan secara lurus atau memanjang (Soemarno, 2001)Untuk keperluan standarisai sampel yang mengandung kurkumin, dibutuhkan metode analitik yang cocok untuk memisahkan kurkuminoid dari bahn-bahan lain yang terdapat dalam tumbuhan, antara lain dapat dikerjakan dengan KLT dan KCKT, tetapi sulit diterapkan dalam sampel biologi. Analisa kurkumin yang yang telah berhasil dilakukan antara lain dengan cara Kromatografi kolom yang dibantu dengan spektrofotometri ( Srinivasan,k 1953); KLT (Sudibyo, 1996), ataupun KCKT ( Tonnesen dan Karlsen, 1983)I. Alat dan BahanPembuatan SimplisiaBahan : Rimpang temulawak sebanyak 2 kg, didapatAlat : Pisau, Telenan, Pengiris mekanik, Bak Cuci, Alas pengering, Kain Hitam, Alat penumbukSusut PengeringanBahan : Serbuk temulawak 10 gramAlat : Cawan petri, kertas saring, timbangan, batu kapur tohor, tempat eksikator, Pemanas (tara)Penetapan kadar Minyak AtsiriBahan : Serpihan Rimpang temulawak 50 mg, aquadest..Alat ; Destilasi stahl, flakonPenetapan Kadar airBahan : Serbuk temulawak 10,06gr, toluene 200 mlAlat : Destilasi toluenPenetapan kadar zat aktifBahan : Serbuk temulawak 1 gram, etanol 95% 5ml, kurkumin standart, Silika gel 60 F 254, kloroform : metanol : asam formiat ( 95 : 5 : 0,5),Alat : Tabung reaksi, kertas saring, corong, flakon, gelas ukur, chamber, densitometerII. Cara KerjaSistematika KerjaHari keTanggalJenis kegiatan

028 September 2006Sortasi basah , pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan

42 Oktober 2006Sortasi keirng, pengepakan, penyimpanan

4916 November 2006Penggerusan simplisai temualwak

5623 November 2006Penetapan kadar air, susut pengeringan, maserasi serbuk

707 desember 2006Penetapan kadar minyak atsiri, susut pengeringan, penetapan kadar zat aktif (KLT-densitometri)

Pembuatan SimplisiaPenimbangan Curcuma xanthorriza rhizomeSortasi basahPencucian SimplisiaPerajangan Simplisia dengan tebal 3mm-4mmSimplisia dikeringkan dibawah sinar matahari dan ditutup kain hitamSimplisia dibolak-balik, hingga kering merataSortasi KeringSinplisia ditempatkan di nampan, dan disimpan di tempa terbukaPenulisan EtiketSimplisia diserbuk dan dihancurkanUji kualitas simplisiaSusut PengeringanPanaskan cawan petri kosongMasukkan dalam desikatorDitimbang sebagai bobot awalSimplisia 10 gram dimasukkan dalam cawan petri, lalu ratakanPetri + simplisia ditmbang lagi*Masukkan dalam tara (pemanas) selama 1 jamTutup dibuka untuk menghilangkan uap panasCawan petri + simplisia dimasukkan kembali dalam desikatorCawan petri + simplisia ditimbang lagiUlangi langkah dari * dua kali tapi dengan waktu 30 menitPenetapan Kadar Minyak AtsiriDitimbang 50 mg serbuk kasar temulawakDimasukkan ke dalam labuDitambahkan air secukupnya hingga serbuk terendamDipanaskan dengan destilasi selama 2 jamDihitung volume dan kadar minyak atsiriPenetapan Kadar airSerbuk temulawak 10,06 gr dimasukkan dalam labuDitambah 200 toluen murni yang talah dijenuhkanTunggu sampai mendidihHitung sakal air yang terkumpulPenetapan Kadar Zat aktifDitimbang 1 gram serbuk temulawakMaserasi dalam 5 ml etanolDgojog selama 30 menitMasukkan dalm flakonDitambah etanol ad 5 mlLarutan/maserat diuapkan sampai 1 mlDitotolkan di KLT 3 lOrientasi Kuva Baku KurkuminRandemen ekstrak menurut MMI = 3,5 %Kadar Kurkumin ekstrak etanolik tanpa terpurifikasi = 1,55%Jadi dalam 1 gram temulawak terdapat3,5% x 1000mg = 35 mg sari ekatrakDalam 1 gram temulawak terdapat1,55% x 35 mg = 0,54 mg kurkuminekstrak etanolik diaddkan sampai 1 ml => kadar kurkumin 0,54mg/ml = 0,54 g/lJadi dengan pengambilan 1l kadar kurkumin = 0,54 g/lStok kadar kurkumin standar adalah 1 g/lJadi rentang kadar kurva baku adalah 0,5 g/l 1 g/l 2g/l 4 g/lVolume penotolan adalah 0,5 l 1 l 2l 4 lVolume penotolan sampel adalah 3 lIII. HASIL PERCOBAANPembuatan Simplisia1. Sortasi basahBerat awal : 2 kgJenis pencemar : tanah, debu, akar2. PencucianBerat awal : 2kgBerat setelah dicuci : 2,1 kgMasalah yang dihadapi : 3. PerajanganJenis alat : mekanikTebal : 3mm-4mm4. PengeringanJenis : Sinar matahari di tutup kain hitamLama pengeringan : 4 hari5. PengepakanTidak dikemas, ditempatkan di nampan6. PenyimpananJenis : Penyimpanan terbuka7. Randemen simplisiaBobot basah bahan : 2,1 kgBobot kering simplisia : 0,45 kgPerhitungan randemen ; 0,45/2,1 x 100% = 21,428%8. Susut PengeringanSusut Pengeringan IBerat sampel temulawak = 10 gramBobot petri kosong = 85,32 gramPemansan oven = 105oCMenit keBerat petri kosong + serbuk temulawak

095,34g

6094,23g

9094,20g

12094,17g

Susut pengeringan selama 60 menit10- (94,23 85,32)gram x 100% = 10,9 %10Susut pengeringan selama 90 menit10- (94,20 85,32)gram x 100% = 11,2 %10Susut pengeringan selama 120 menit10- (94,17 85,32)gram x 100% = 11,5 %10Susut Pengeringan IIBerat sampel temulawak = 10 gramBobot petri kosong = 84,66 gramPemansan oven = 105oCMenit keBerat petri kosong + serbuk temulawak

094, 59g

6093,35g

3093,35g

3093,34g

Susut pengeringan selama 60 menit10- (93,35 85,32)gram x 100% = 13,1 %10Susut pengeringan selama 90 menit10- (93,35 85,32)gram x 100% = 13,1 %10Susut pengeringan selama 120 menit10- (93,35 85,32)gram x 100% = 13,2 %10Rata-rata susut pengeringan selama 60 menit =10,9 + 13,1= 12 %2Rata-rata susut pengeringan selama 90 menit =11,5 + 13,1= 12,5%2Rata-rata susut pengeringan selama 120 menit =11,5 + 13,2= 12,35 %29. Penetapan Kadar Minyak AtsiriBerat serbuk kasar = 50 mgVolume minyak atsiri = 0,5 mlKadar minyak atsiri = 0,5ml/ 50 mg = 1 % b/vWarna minyak atsiri = bening agak kuning mudaBau minyak atsiri = khas, getirPenetapan Kadar airToluen 200 ml ditambah 10 ml air, aquadest diambil tersisa 9,6 ml, jadi masih ada 0,4 ml air yang tertinggal di toluenBerat serbuk : 10,06 gramVolume toluene : 200mlVolume air dlm serbuk temulawak = Volume air yang menetes Volume air dlm toluena= 1,0 ml 0,4 ml= 0,6 mlKadar air = 0,6 ml/ 10,0 gr x 100 % = 6 % v/bPenetapan Kadar Zat aktifPenetapan kadar zat aktif secara KLT-DensitometriFase diam : Silika gel 60 F 254Fase gerak : Kloroform : Metanol : asam formiatKadar kurkumin standar : 1 g/lPenotolan untuk kurva baku satandar kurkumin ; 0,5l 1l 2l 4lPenotolan sampel ekstrak etanolik temulawak sampel adalah ; 3lHasil KLTnoRfSinar tampakUV 254UV 366

12,3 / 8 = 0,28Kuning

23,4 / 8 = 0,42Kuning

35,3 / 8 = 0,66Kuning

Data Kurva BakuKonsentrasi kurkumin ( g/l)Luas area

0,51, 10014 x 104

12,07481 x 104

25, 46830 x 104

46, 71978 x 104

Persamaan Kurva baku :a = 0,8055 ; b = 1,6187 ; r = 0,930Y = bx + a y = 1,6187x + 0,8055Luas area sampel kurkumin = 40,69958 x 104Jadi konsentrasi kurkuminY = 1,6187x + 0,805540,69958 = 1,6187x + 0,8055x = 24, 645 g/lVolume pengambilan 3l = > 24,645 g/lJadi dalam 1l konsentrasi kurkumin = >24,645 g/l= 8,215 g/l3= 8,125 mg/ ml= 0,8125 g/100ml= 0,8125 % b/vIV. PembahasanPada praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pasca panen pada simplisia rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrizarhizhome). Penanganan pasaca panen ini akan berpengaruh terhadap mutu simplisia yang akan dibuat bahan baku obat. Untuk mengetahui pengaruh pasca panen tanaman obat terhadap mutu dan kandungan simplisia, dapat dilakukan uji kontrol kualitas simplisia. Uji-uji yang dilakukan dalam praktikum ini meliputi uji kadar minyak atsiri, susut pengeringan, kadar zat aktif dan uji kadr air. Uji ini dapat ditindaklanjuti sebagai standarisasi simplisia untuk bahan obat.Penanganan pasca panen tumbuhan obat pada intinya adalah membuat simplisia yang baik, benar dan memenuhi syarat. Untuk itu perlu penanganan yang teliti pada setiap tahap teknologi pasca panen. Tahap-tahap tersebut meliputi sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan penyimpananPada sortasi basah, Rimpang temulawak harus dipisahkan dari Pencemar-pencemar lain seperti gulma, rumput, tanah, kerikil, bagian rimpang yang rusak dan bahn tanaman lain atau jenis rimpang lain. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal. Pada sortasi basah ini juga dipisahkan rimpang dari akar dan batang dari tanaman temulawak. Setelah didapatkan rimpang yang utuh dan bebas dari pencemar, rimpang tersebut ditimbang untuk mengetahui berat basahnya.. Berat awal didapatkan sebesar 2,1 kg.Tahap selanjutnya adalah pencucian. Pencucian dilakukan di air yang mengalir yaitu dari sumur dan ledeng. Pencucian menggunakan air sumur perlu memperhatikan pencemar yang mungkin timbul akibat mikroba. Beberapa bakteri pencemar air yang perlu diketahui adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococus, Streptococcus, Bacillus, Enterobacter, dan Escheria coli. Dari hasil penelitian yang diklakukan oleh Frazier (1978) dilaporkan bahwa untuk pencucian sayuran yang dilakukan sebanyak satu kali akan menurunkan jumlah mikroba sebanak 25%. Namun pencucian yang dilakukan sebanyak tiga kali akan menurunkan mikroba sebanyak 58%. Pada rimpang dalam keadaan basah mungkin masih terbapat pencemar mikroba. Namun setelah pengeringan nanti pencermar tersebut akan berkurang secara drastis, akibat sedikitnya kandungan air. Pencucian menggunakan fasilitas air air PAM (ledeng) sering tercemar dengan kapur khlor. Jika airnya mengandung kapur klor, akan menyebabkan suasana basa, sehingga kemungkinkan, kandungan kurkumin dalam rimpang dapat terdegradasi menjadi asam ferulat dan feruloil metan.Tahap pengubahan bentuk dilakukan dengan merajang rimpang secara melintang dengan tebal kira-kira 3mm-4mm. Tujuan perajangan ini adalah untuk memeperluas permukaan bahan baku, sehingga waktu pengeringan cepat kering. Irisan yang terlalu tipis dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Dengan perajangan, akan terbentuk simplisia temulawak yang mempunyai bentuk yang teratur, mudah dikemas dan mudah disimpanPada proses pengeringan, rimpang temulawak yang telah dicuci, dijemur di bawah sinar matahari secara tidak langsung atau ditutup dengan kain hitam. Secara umum , pengeringan bertujuan untuk mencegah kerusakan kandungan zat aktif yang ada dalm tanaman sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Kerusakan tersebut akibat peruraian zat aktif secar enzimatis seperti hidroliss, oksidasi dan polimerisasi, sehingga randemenya akan turun. Pengeringan simplisia harus dilakukan secepatnya sebab aktivitas enzim akan naik naik dengan adanya air dalam simplisia, apalagi air tersebut dari sisa pencucian. Dengan pengeringan, kadar air yang terdapat dalam simplisia akan berkurang sampai pada titik tertentu yang menyebabkan enzim-enzim menjadi tidak aktif. Selain itu, dalam keadaan kering, dapt mencegah tumbuhnya jamur dan bakteri. Kapang sudah dapat berkembang dengan baik pada simplisia dengan kadar air sekitar 18%. Kadar air 10% sudah cukup untuk meperpanjang waktu simpan simplisia(Hutapea, 1992). Selain itu pengeringan memudahkan pada tahap selanjutnya ( ringkas, mudah dikemas, dan mudah disimpan) Penutupan dengan kain hitam bertuuan untukmenghindari penguapan yang terlalu cepat yang dapt berakibat menurunkan mutu minyak atsiri di dalam rimpang temulawak.Penjemuran secara tidak langsung ini bertujuan untuk menghindari kontak langsung dengan pancaran sinar ultra violet. Simplisia ini ditempatkan pada rak besi yang tebuka bagian sisi kanan, kiri, dan bawah, agar aliran atau sirkulasi udara bagus. Selama penjemuran, simplisia terkadang dibalik-balik , agar pengeringanya rata dan tidak terjadiface hardening, mengingat ketebalan irisan temulawak sebesar 3mm-4mm. Pembolak-balikan simplisia selama pengeringa juga untuk menghindari tumbuhnya jamur. Mengingat simplisia dijemur dengan naungan kain hitam maka, kecepatan penguapan air dari simplisia terlalu lambat, jadi harus sering dibalik agar simplisia tidak ditumbuhi jamur. Tumbuhnya jamur pada proses pengeringan dapat mempengaruhi komposisi dari zat aktif maupun minyak atsiri.Menurut teori, pengeringan simplisia sampai kadar airnya kurang dari 10%, namun dalam praktikum ini tidak dapat ditentukan secara pasti apakah kadar air simplisia kurang dari 10%. Proses pengeringan dihentikan bila simplisia sudah kaku dan bila dipatahkan akan muncul suara. Hal ini dikarenakan titik kekeringan yang tepat biasanya dapat ditentukan dari kerapuhan dan mudah patahnya bagian tanaman yang dikeringkan (Claus, 1970)Pengeringan irisan temulawak ini berlangsung selama 4 hari, dengan pemanasan sinar matahari pada siang hari dan tanpa tejadinya hujan. Pengeringan sinar matahari dengan naungan kain hitam, relatif berlangsung lebih lama karena sirkulasi udar kurang bagus, sehingga transfer uap air keluar dari rimpang menjadi lebih lambat, jadi kecepatan pengeringan lebih lambat. Pengeringan dengan matahari mempunyai kelebihan yaitu murah, tetapi mempunyai banyak kekurangan yaitu suhu dan kelembapan yang tidak dapat dikontrol, perlu area penjemuran yang luas, mudah terkontaminasi, simplisia mudah hilang, misalnya diterbangkan angin, dimakan hewan atau mungkin mudah dicuri.Setelah pengeringan, dilakukan sortasi kering. Sortasi kering ini dengan memilah-milah simplisia yang mempunyai penampilan yang bagus, bentuk dan ukuran simplisia yang memenuhi syarat. Mengingat simplisia dijemur di lingkungan luar, maka perlu diperhatikan adnaya pencemar. Pencemar tersebut diantaranya adalah simplisia lain yang diterbangkan angin dan masuk dalam wadah simplisia temulawak.Serangga yang suka hinggap di simplisia, kotoran hewan dan jenis sampah-sampah lain. Setelah itu ditimbang berat bersih dari simplisia yaitu 0,45 kg. Rimpang dengan bobot basah mempunyai berat basah sebesar 2,1 kg, tetapi setelah diolah menjadi simplisia kering yang memenuhi persyaratan bentuk dan penampilan, didapatkan hasil sebesar 0,45kg. Jadi randemen sebesar 21,48%Tahap selanjutnya adalah pengepakan dan penyimpanan. Simplisia yang telah kering, harus segera dikemas dan disimpan. Simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah agar tidak saling bercampur antar simplisia satu dengan yang lain. Simplisia temulawak ditempatkan dalam wadah nampan dan disimpan dalam keadaan terbuka. Simplisia disimpan dalam suhu kamar yaitu pada suhu antara 15o-30oC. Kelembapan tidak diatur. Penyimpanan simplisia temualwak ditempatkan dalam almari tertutup. Hal ini mempunyai keuntungan yaiu mencegah angin masuk, Serangga sukar masuk dan simplisia tidak terkena sinar matahariyang berlebihan, namun sirkulasi udaranya kurang lancar. Penyimpanan simplisia secara terbuka, kurang begitu melindungi simplisia, karena simplisia kontak langsung dengan udara luar, sehingga kurang terjaganya kelembapan, keutuhan zat aktif dan bentuknya. Dalam penyimpanannya simplisia tersebut harus diberi etiket. Etiket tersebut minimal harus memuat nama simplisia, berat kering, berat basah, tanggal pembuatan, lama pengeringan , jenis pengeringan, dan nama pembuat simplisia.Setelah pembuatan simplisia selesai, maka simplisia tersebut di uji kualitasnya, apakah memenuhi syarat apa tidak. Uji-uji yang dilakukan pada praktikum ini diantaranya adalah susut pengeringan, penetapan kadar minyak atsiri, penetapan kadar air, dan penetapan kadar zat aktif. Uji kualitas simplisia setelah penyimpanan terbuka selam 45 hari.1. Susut pengeringanPada uji susut pengeringan, dilakukan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur105oC selama 60 menit, 90 menit, dan 120 menit atau sampai berat konstan. Pada suhu 105oC ini, air akan menguap, dan senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih yang lebih rendah dari air akan ikut menguap juga. Susut pengeringan dinyatakan sebagai nilai prosen terhadap bobot awal. Pada praktikum ini uji susut pengeringan tidak sampai pada berat konstan karena keterbatasan waktu. Pada menit ke 60 susut pengeringan sebesar 12%. Pada menit ke 90 susut pengeringan sebesar 12,15%, dan pada menit ke 120 susut pengeringan sebesar 12,35%. Dengan begitu, semakin lama pengeringan, semakin besar nilai susut pengeringannya. Tetapi selisih kenaikan susut pengeringan amatlah sedikit yaitu sekitar 0,15% 0,2%. Tujuan mengetahui susut pengeringan adalah memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Pada proses pengeringan selama 30 menitnya, simplisia temulawak ini akan kehilangan senyawanya sekitar 12%. Untuk 30 menit berikutnya , simplisia akan kehilangan senyawa dengan kenaikan (selisih) sebesar 0,15% 0,2%.Pada simplisia temulawak ini mengandung minyak menguap, jadi susut pengeringan ini tidak bisa dikatakan identik dengan kadar air, karena berat simplisia yang berkurang bukan hanya disebabkan kehilangan air, namun juga ada zat lain seperti minyak atsiri. Sedangkan kurkumin dalam bentuk kristal mempunyai titik lebur sebesar 183-185oC. Jadi pada suhu 105oC, kristal kurkumin ini tidak ikut menguap. Jadi pada susut pengeringan ini simplisia temulawak ini akan kehilangan senyawa sebesar 12, 16% selama proses pengeringan. Senyawa yang hilang (menguap) paling banyak adalah minyak menguap dan air2. Penetapan Kadar AirMenetapan kadar air pada simplisia kering temulawak digunakan destilasi toluen. Seperti yang diketahui, simplisia ini sebelumnya mengalami proses pengeringan sehingga banyak kadar air yang menguap. Sedangkan air yang masih tersisa dalm simplisia sangat sedikit, dan air tersebut berada di dalam sel. Sehingga perlu destilasi toluen untuk mengeluarkan air dari dalam sel. Dengan pemansan, air akan keluar dari sel, ketika keluar, air tidak dapat bercampur dengan toluen, sehingga air memisah dan dapat diukur volumenya.Tujuan dari penetapan kadar air ini, untuk mengetahui kadar air dalam simplisia kering temulawak. Kadar air yang diperbolehkan dalam simplisia untuk menghambat pertumbuhan jamur dan aktivitas enzim adalah kurang dari 10%,. Pada proses pengeringan belum diketahui secara pasti apakah kadar air sudah kurang dari 10%. Walaupun simplisia dinyatakan sudah kering pada pengeringan matahari, namun simplisia temulawak yang disimpan dalam keadaan terbuka kemungkinan dapat menyerapa air dari lingkungan sekitar, apalagi bila disimpan dalam jangka waktu yang lama. Maka dari itu diperlukan penetapan kadar air.Hasil dari praktikum ini, didapatkan bahwa kadar air dari simplisia temulawak sebesar 6% . Hal ini sesuai dengan persyaratan yaitu kurang dari 10%. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa ruang penyimpanan mempunyai tingkat kelembapan yang rendah, jadi, walau simplisia disimpan dalam keadaan terbuka, simplisia akan sedikt menyerap kelembapan lingkungan. Dari hasil kadar ini menunjukkan bahwa proses pengeringan sinar matahari naungan kain hitam ( selama 4 hari), berjalan optimalIII. Penetapan kadar minyak atsiriSimplisia sebelum ditetapkan kadar minyak atsiri, dipotong-potong kecil terlebih dahulu. Proses perajangan ini berfungsi agar kelenjar minyak dapat terbuka secara sempurna. Seperti yang kita ketahui bahwa minyak atsiri dalam kelenjar tanaman dikelilingioleh kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh kantong minyak atau rambut glandular, sehingga apabila simplisia dibiarkan utuh, proses ekstraksi minyak atsiri berjalan lambat dan tidak efektif. Dengan ukuran yang lebih kecil, difusi yang terjadi berkurang, sehingga pada penyulingan, laju penguapan minyak atsiri dari simplisia menjadi cukup cepat dan efisien, karena tidak banyak uap yang lolos. Tetapi pemotongan simplisia juga mempunyai kelemahan yaitu randemen minyak atsiri akan berkurang, karena penguapan dan komposisi bahan akan berubah (Guenther, 1987). Jadi simplisia dipotong kecil-kecil dan kasar, jangan sampai halus sekali. Karena semakin halus, randemen minyak atsiri akan berkurang.Penetapan kadar minyak atsiri ini menggunakan destilasi Stahl (penyulingan dengan air). Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Simplisia tersebut terendam dalam air. Air dipanaskan dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan yaitu pemanasan langsung. Ciri khas metode ini adlah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih (Ketaren, 1987). Rimpang temulawak ditetapkan kadar minyak atsiri menggunakan destilasi stahl karena alasan sebagai berikut ;Simplisia tersebut dalam keadaan kering, simplisia tersebut tidak rusak oleh pendidihan, simplisia tersebut mudah tercelup karena bobot jenisnya tinggi, dan simplisia tersebut mudah bergerak bebas dalam air mendidih. Metode ini mempunyai kelemahan yaitu ekstraksi tidak dapat berlangsung sempurna walaupun bahan dirajang, selain itu ada beberapa ester yang terhidrolisis, senyawa aldehid mengalami polimerisasi akibat pengaruh air mendidih (Samhoedi, 1976)Dari hasil praktikum, didapatkan kadar minyak atsiri sebesar 1 %b/v. Menurut Materia Medika Indonesia III , rimpang temulawak mengandung paling sedikit 6% minyak atsiri. Kadar minyak atsiri yang didapatkan dari hasil percobaan, sangat kecil bila dibandingkan dengan kadar di MMI. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :1. minyak atsiri banyak yang hilang pada proses pengeringan. Secara teoritis, kehilangan minyak atsiri selama pengeringan lebih besar daripada pengaruh faktor lainnya. Hal ini terjadi karena pada proses pengeringan, air dalam rimpang basah akan berdifusi sambil mengangkut minyak atsiri dan kemudian menguap. Penguapan minyak atsiri melalui dinding jaringan tanaman tidak dapat berjalan secara langsung, karena minyak atsiri tersebut terlebih dahulu harus diangkut ke permukaan bahan melalui proses hidrodifusi dengan bantuan air sebagai medium pembawa. Selama proses pengeringan sebagian besar membran sel akan pecah dan cairan sel akan keluar masuk dari sel satu ke sel yang lainya membentuk susunan campuran zat yang baru. Selain itu, selama proses pengeringan akan terjadi proses oksidasi, renifikasi, dan reaksi kimia lainnya.2. Minyak atsiri akan dioksidasi karena adanya panas. Peneringan dengan ditutup dengan kain hitam, panas yang ditimbulkan akan lebih tinggi, karena kain hitam kan menyerap sinar matahri dan mengubahnya menjadi panas.3. Proses peruraian enzimatis dapat menyebabkan penurunan randemen. Reaksi enzimatis tersebut dapat menguraikan kandungan zat aktif bagian tanaman yang dikeringkan termasuk minyak atsiri.4. Proses oksidasi oleh udara yang dapat merusak minyak atsiri. Proses oksidasi oleh udara ini sangat mungkin terjadi karena simplisia temulawak dikeringkan di lingkungan luar dan disimpan dalam keadaan terbuka, Sehingga simplisia kontak langsung denga udara bebas, dan dapat dimungkainkan terjadinya proses oksidasi minyak atsiri. Penyimpanan simplisia yang relatif lama ( 45 hari ), dan dalam keadaan terbuka menyebabkan banyaknya minyak atsiri yang hilang selama penyimpanan.Pengeringan sinar matahari yang dinaungi kain hitam, setidaknya dapat mengurangi resiko kehilangan minyak atsiri lebih banyak lagi. Dengan naungan kain hitam, sinar uv yang sampai ke simplisia berkurang karena sinar tersebut diserap oleh kain hitam. Sinar UV dapat merusak minyak atsri yang terkandung dalam rimpang. Sinar uv kemungkinan akan mengkatalisis reaksi oksidasi, polimerisasi dan resinifikasi, yang akhirnya akan menyebabkan berkurangnya randemen minyak atsiri.Selain dari segi penanganan pasca panen, kadar minyak atsiri juga ditentukan pada waktu panen rimpang temulawak. Simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen saat pagi hari. Dengan demikian, untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisika senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.4. Penetapan kadar zat aktifPada penetapan kadar minyak atsiri ini adalah dengan Kromatografi Lapis Tipis- Densitometer. Kelebihan metode ini adalah ; menghasilkan pemisahan kurkumin yang cukup baik dari analognya, sensitivitasnya yang cukup baik, mudah dalam pengerjaanya, dapat mengukur sampel yang abnyak dalam satu lempeng dan waktu elusi lebih singkat. Kekurangan metode KLT-densitometer ini adalah repeatability jelek, tidak cocok untuk sampel dengan kadar lebih kecil dari mikrogram, dan kesalahan manusia yang cukup besar dalam pengambilan sampel.Sebelum dipisahkan pada kromatografi lapis tipis, simplisia temulawak diekstraksi terlebih dahulu. Sebelum diekstraksi, simplisia temulawak diserbuk terlebih dahulu. Dalm ekstraksi ini diguanakna serbuk temulawak, dikarenakan serbuk mempunyai ukuran partikel yang kecil sehingga diharapkan akan lebih banyak kurkuminoid yang tersari. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut, semakin besar ukuran partikel bahan awal akan semakin tebal lapisan batas, akibatnya akan semakin panjang jarak yang harus ditempuh oleh cairan penyari untuk mencapai zat aktif. Sehingga proses penyarian tidak efektif. Meskipun demikian, serbuk tidak boleh terlalu halus karena, jika dinding sel pecah, zat-zat yang tidak larut akan keluar (anonim, 1986)Setelah simplisia dalam bentuk serbuk, diambil 1 gram serbuk dan dimaserasi dengan etanol 95%. Hal itu dikarenakan kurkumin sukar larut dalam air, hexana, dan petroleum eter; agak larut daklam benzena, kloroform, dan eter, tetapi larut dalam alkohol, aseton dan asam asetat glasial( Srinivisan, 1953; Stahl, 1985). Kurkumin bersifat semipolar sehingga lebih terlarut dalam alkohol yaitu etanol . Diguanakan etanol 95% karena denga kadar alkohol yang relatif tinggi akan menyari kurkumin secara sempurna. Proses maserasi dilakukan selama 30 menit, sambil digojog. Menggunakan metode maserasi karena metode maserasi lebih sederhana dari metode lain. Metode maserasi relatif lebih mudah pengerjaanya, lebih murah, tidak perlu peralatan yang rumit, dan tidak perlu area yang rumit. Selain itu, bahan yang akan disari yaitu rimpang temulawak dengan kandungan senyawa kurkuminoidnya yang tinggi sehingga cukup dengan maserasi pun senyawa dapat keluar dengan mudahnya. Setelah dimaserasi selama 30 menit, sari di addkan 5ml dengan etanol, lalu dipekatkan sampai 1ml agar seragam dengan kelompok lain.Ekstrak pekat etanolik, lalu ditotolkan pada plate KLT dengan fase diam silika gel 60 F 254, dengan fase gerak kloroform : metanol : asam formiat ( 95:5:0,5). Karena tujuan sebenarnya adalah untuk menentukan kadar kurkumin dalam simplisia yang diberi perlakuan pengeringan dan penyimpanan tertentu, maka dibutuhkan kurva baku yang terdiri dari konsentrasi kurkumin standart dengan rentang kadar tertentu.Untuk menentukan rentang kadar kurva baku yang akan dibuat, maka harus memperhatikan randemen standart dalam rimpang temulawak dan kadar kurkumin yang bisanya terdapat dalam ekstrak etanolik. Karena dalam pengerjaan ekstraksi kurkumin tanpa pemurnian maka, kadar kurkumin yang dimaksudkan adalah kadar pada ekstrak etanolik tanpa purifikasi. Randemen ekstrak etanolik menurut MMI edisi III adalah sebesar 3,5%b/v. Sedangkan kadar kurkumin dalam ekstrak etanolik tanpa terpurifikasi menurut penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebesar 1,55%. Jadi setelah dihitung, setiap penotolan 1l terdapat 0,54 g kurkumin. Dari data perhitungan itulah dapat digunakan batas-batas perkiraan konsentrasi kurkumin standar yang akan dibuat kurva baku, agar konsentrasi sampel tidak mengalami ekstrapolasi atau tidak jauh melesat dari konsentrasi kurva baku. Dari perhitungan diatas maka dapat ditentukan bahwa konsentrasi kurva baku kira-kira lebih tinggi dari 0,54g/l. Jadi rentang kadar yang digunakan dalam kurva baku adalah 0,5g/l 1g/l 2g/l 4g/l. Karena kadar stok standar kurkumin adalah 1g/l, maka penotolan pada KLT sebesar 0,5l 1l 2l 4l.Setelah plate KLT dielusi maka akan muncul tiga bercak dengan daya pemisahan yang bagus. Bercak tersebut dalam sinar tampak akan berwarna kuning. Bercak pertama yaitu dengan intensitas warna kuning yang paling rendah (Rf = 0,287), dalam pustaka disebut dengan bisdesmetoksikurkumin. Bercak kedua yaitu dengan intensitas warna kuning lebuh tinggi ( Rf = 0,42 ), dalam pustaka disebut dengan senyawa desmetoksikurkumin. Sedangkan bercak ketiga dengan ketebalan bercak yang paling tinggi dan intensitas warna kuning paling tinggi (Rf = 0,66). Senyawa pada Rf inilah yang disebut dengan kurkumin. Pada bercak yang nomor 3 inilah yang akan dihitung kadarnya dengan densitometer.Dari hasil densitometer densitas bercak dapat digambarkan sebagai luas area. Dengan perbandingan antara konsentrasi dan luas area didapatkan persamaan y = 1,6187x + 0,8055. Sedangkaan luas area sampel adalah 40,69958 x 104. Jadi kadar kurkumin pada simplisia temulawak yang dikeringkan sinar matahari dengan naungan kain hitam dan penyimpanan terbuka adalah 8,125 mg/ ml. Kadar kurkumin dalam sampel tersebut sangatlah tinggi, bahkan ekstrapolasi terhadap kurva baku. Bila dibandingkan dengan standar, tingginya kadar kurkumin, cenderung tidak dipengaruhi oleh faktor penanganan pasca panen, khususnya faktor pengeringan dan penyimpanan. Hal tersebut lebih disebabkan oleh faktor internal dari rimpang temulawak itu sendiri, yaitu diantaranya:1. Tempat tumbuh dari tanaman temulawak sangat mempengaruhi keberadaan dan kadar senyawa aktif kurkumin, misalnya; temulawak di daerah Imogiri menghasilkan kandungan kurkumin sebesar 0,625%, sedangkan di daerah samigaluh dan bagelan sebesar 0,37% (Murniwaty, 2003)2. Identitas jenis, Jenis tumbuhan dari sudut keragaman hayati dapat dikonfirmasikan sampai informasi geneti sebagai faktor internal untuk validasi jenis3. Periode pemanenan rimpang temulawak. Waktu panen rimpang sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Waktu panen rimpang yang menghasilkan kadar kurkumin tinggi adalah pada musim kering.4. Senyawa kurkumin terbentuk secara maksimal di dalam rimpang pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Contohnya, simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen saat pagi hari. Dengan demikian, untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisika senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.I. Kesimpulan1. Penanganan pasca panen rimpang temu lawak meliputi; Sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan2. Pengeringan simplisia temulawak dengan sinar matahari dan ditutup kain hitam3. Penyimpanan simplisia temulawak dengan penyimpanan terbuka sealma 45 hari4. Prosentase susut pengeringan dari simplisia adalah 12, 16%5. Kadar air dari simplisia temulawak adalah 6%6. Kadar minyak atsiri dari simplisia adalah 1 %7. Kadar zat aktif (Kurkumin) dari simplisia temulawak adalah 8,125 mg/ml___________________________________________________* Dokumentasi Laporan Praktikum Teknonolgi Pasca Panen