dilema pendirian rumah ibadat dan keragaman · pdf fileharmoni juli - september 2010 ......

20
Akreditasi LIPI Nomor : 268/AU1/P2MBI/05/2010 Volume IX, Nomor 35, Juli - September 2010 DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN FAHAM KEAGAMAAN Halaman 259 Dilema Pendirian Rumah Ibadat: Studi Pelaksanaan PBM No. 9 & 8 Tahun 2006 di Kota Bekasi Ibnu Hasan Muchtar Pendirian Rumah Ibadat dalam Perspektif PBM Nomor 9 dan 8 Tahun 2006: (Kasus Pencabutan IMB Gereja HKBP Pangkalan Jati Gandul, Kec. Limo Kota Depok) Ahsanul Khalikin Evaluasi Program Pemberian Dana Bantuan Tempat Ibadah: Kasus Renovasi Masjid Al Hasan di Dusun Kunto Kec. Tembelang Jombang Moh. Muchtar Ilyas Respon Ulama dan Hakim Agama terhadap Fiqih Waris dalam Kompilasi Hukum Islam di Sumatera Barat Imam Syaukani Memahami Kembali Arti Keragaman: Dimensi Eksistensial, Sosial dan Institusional Husni Mubarok Kelompok Pengajian Zubaedi Djawahir (Millah Ibrahim) di Kota Cirebon Nuhrison M Nuh Ajaran dan Gerakan Al-Qiyadah Al-Islamiyah: Studi Kasus di Yogyakarta Joko Tri Haryanto Pelayanan Pemerintah terhadap Umat Khonghucu di Kota Pangkalpinang, Propinsi Bangka Belitung Bashori A Hakim Nomor 35 Jakarta Juli - September 2010

Upload: doannhi

Post on 03-Mar-2018

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

Akreditasi LIPI Nomor : 268/AU1/P2MBI/05/2010

Volume IX, Nomor 35, Juli - September 2010

DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADATDAN KERAGAMAN FAHAM KEAGAMAAN

Halaman259

Dilema Pendirian Rumah Ibadat: StudiPelaksanaan PBM No. 9 & 8 Tahun 2006

di Kota BekasiIbnu Hasan Muchtar

Pendirian Rumah Ibadat dalam PerspektifPBM Nomor 9 dan 8 Tahun 2006:

(Kasus Pencabutan IMB Gereja HKBPPangkalan Jati Gandul,Kec. Limo Kota Depok)

Ahsanul Khalikin

Evaluasi Program Pemberian Dana Bantuan Tempat Ibadah: Kasus Renovasi

Masjid Al Hasan di Dusun KuntoKec. Tembelang Jombang

Moh. Muchtar Ilyas

Respon Ulama dan Hakim Agama terhadapFiqih Waris dalam Kompilasi Hukum Islam

di Sumatera BaratImam Syaukani

Memahami Kembali Arti Keragaman:

Dimensi Eksistensial, Sosial dan

Institusional

Husni Mubarok

Kelompok Pengajian Zubaedi

Djawahir (Millah Ibrahim) di Kota

Cirebon

Nuhrison M Nuh

Ajaran dan Gerakan Al-Qiyadah

Al-Islamiyah: Studi Kasus di

Yogyakarta

Joko Tri Haryanto

Pelayanan Pemerintah terhadap

Umat Khonghucu di Kota

Pangkalpinang, Propinsi

Bangka Belitung

Bashori A Hakim

Nomor35

JakartaJuli - September 2010

Page 2: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

1

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. IX No. 35

ISSN 1412-663X

HARMONIJurnal Multikultural & Multireligius

DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADATDAN KERAGAMAN FAHAM

KEAGAMAAN

Page 3: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

2

HARMONI Juli - September 2010

HARMONIJurnal Multikultural & Multireligius

Volume IX, Nomor 35, Juli-September 2010

PEMBINA:Kepala Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama RI

PENGARAH:Sekretaris Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama RI

PENANGGUNG JAWAB:Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan

MITRA BESTARI:Rusdi Muchtar (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)Muhammad Hisyam (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)Dwi Purwoko (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)M. Ridwan Lubis (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

PEMIMPIN REDAKSI:Haidlor Ali Ahmad

SEKRETARIS REDAKSI:Reslawati

DEWAN REDAKSI:Yusuf Asry (Puslitbang Kehidupan Keagamaan)Ahmad Syafi’i Mufid (Puslitbang Kehidupan Keagamaan)Nuhrison M. Nuh (Puslitbang Kehidupan Keagamaan)Bashori A. Hakim (Puslitbang Kehidupan Keagamaan)Mazmur Sya’roni (Puslitbang Kehidupan Keagamaan)Titik Suwariyati (Puslitbang Kehidupan Keagamaan)Ibnu Hasan Muchtar (Puslitbang Kehidupan Keagamaan)M. Rikza Chamami (IAIN Walisongo Semarang)

SIRKULASI & KEUANGAN:Nuryati & Fauziah

SEKRETARIAT:Ahsanul Khalikin, Eko Aliroso & Achmad Rosidi

REDAKSI & TATA USAHA:Gedung Bayt Al-Quran, Museum Istiqlal, Taman Mini Indonesia IndahJakarta Telp. 021-87790189 / Fax. 021-87793540Email : [email protected]

SETTING & LAYOUTAchmad Rosidi

COVERMundzir Fadli

PENERBIT:Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang & DiklatKementerian Agama RI

Page 4: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

3

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. IX No. 35

Pengantar RedaksiPemimpin Redaksi ___5

Gagasan UtamaMembayangkan Islam dan Toleransi di Era Postmodernitas:Kritik terhadap Rasionalisme Kaum Muslim Modernis

Dalmeri ___11

Memahami Kembali Arti Keragaman: Dimensi Eksistensial, Sosial danInstitusional

Husni Mubarok___32

Revitalisasi Wadah Kerukunan Umat Beragama: Tantangan danHarapan

Achmad Rosidi___46

PenelitianKelompok Pengajian Zubaedi Djawahir (Millah Ibrahim) di KotaCirebon

Nuhrison M Nuh___ 64

Evaluasi Program Pemberian Dana Bantuan Tempat Ibadah: KasusRenovasi Masjid Al Hasan di Dusun Kunto Kec. Tembelang Jombang

Moh. Muchtar Ilyas ___ 83

Dilema Pendirian Rumah Ibadat: Studi Pelaksanaan PBM No. 9 & 8Tahun 2006 di Kota Bekasi

Ibnu Hasan Muchtar___98

Respon Ulama dan Hakim Agama terhadap Fiqih Waris dalamKompilasi Hukum Islam di Sumatera Barat

Imam Syaukani___ 113

DAFTAR ISI

ISSN 1412-663XHARMONIJurnal Multikultural & Multireligius

Volume IX, Nomor 35, Juli-September 2010

Page 5: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

4

HARMONI Juli - September 2010

Ajaran dan Gerakan Al-Qiyadah Al-Islamiyah: Studi Kasus diYogyakarta

Joko Tri Haryanto___134

Umat Beragama di Kota Batam: di Antara Potensi Integrasidan Konflik

Agus Mulyono___ 153

Pelayanan Pemerintah terhadap Umat Khonghucu di KotaPangkalpinang, Propinsi Bangka Belitung

Bashori A Hakim___ 171

Pendirian Rumah Ibadat dalam Perspektif PBM No. 9 & 8Tahun 2006: Kasus Pencabutan IMB Gereja HKBP PangkalanJati Gandul, Kec. Limo Kota Depok

Ahsanul Khalikin___ 190

Pandangan Pimpinan Pesantren Buntet terhadap PahamRadikalis dan Liberalis

Abdul Jamil___ 212

Telaah PustakaSosiologi Islam dan Masyarakat Modern

Fauziah___229

DAFTAR ISI

Page 6: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

32

HARMONI Juli - September 2010

HUSNI MUBAROK

Memahami Kembali Arti Keragaman:Dimensi Eksistensial, Sosial dan Institusional

Abstrak

Dalam hidup berbangsa dan bernegara, keragaman memilikiakar mendalam berdasarkan keterbatasan pada pengetahuan,penginderaan, akal dan komunikasi bahasa. Keterbatasan inidalam interaksi sosial melahirkan pengelompokan-pengelompokan dalam masyarakat sebagai identitas.Sayangnya konstelasi antar identitas tidak hanya melahirkankerjasama tetapi seringkali berbuntut kekerasan dan menelankorban. Konstelasi yang tidak menguntungkan ini umumnyadalam masa transisi, negara masih berkonsentrasi memperbaikimekanisme menuju sistem demokrasi yang adil, transparandan terbuka.

Kata Kunci: interaksi sosial, keterbatasan, keragaman,kerjasama

Abstract

Within a nation, diversity has a deep root base on theconstraint of knowledge, senses, logic, and linguisticcommunication. These constraints exist within a socialinteraction that creates fraction in the society as a form ofidentity. Unfortunately, the constellation betweenidentities doesn’t only create cooperation but also resultsin violence that creates casualties. These unbeneficialconstellations generally exist in the transition phase, whilestate is still focusing on fixing the mechanism towards afair democratic system which is transparent and open.

Keywords: social interaction, limits, diversity, cooperation.

GAGASAN UTAMA

Husni MubarokDosen Universitas

Paramadina Jakarta

Page 7: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

33

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. IX No. 35

MEMAHAMI KEMBALI ARTI KERAGAMAN: DIMENSI EKSISTENSIAL, SOSIAL DAN INSTITUSIONAL

Pendahuluan

Indonesia terdiri dari 17.504 pulau. Sekitar 11 ribu pulau dihuni oleh penduduk dengan 359 suku dan 726 bahasa. Mengacu pada PNPS no.

1 tahun 1969—yang baru saja dipertahankan Mahkamah Konstitusi—Indonesia memiliki lima agama. Di bawah pemerintahan AbdurahmanWahid, Konghucu menjadi agama keenam. Meski hanya enam, di dalammasing-masing agama tersebut terdiri dari berbagai aliran dalam bentukdalam organisasi sosial. Begitu juga ratusan aliran kepercayaan hidup danberkembang di Indonesia (www.ethnologue.com & www.wikipedia.com)

Namun demikian, pengakuan kita akan keragaman baru nampakdi permukaan. Selama 30 tahun, rezim Orde Baru merayakan keragamandari segi fisik, dan pada saat bersamaan, menekan keragaman substansialdalam rangka menjaga “stabilitas” negara. Pengatahuan mengenai berbagaijenis suku, adat, budaya dan agama muncul dalam setiap pelajaran sekolah.Namun, keragaman hanya boleh memperkenalkan diri di ruang publik dibawah kuasa dan kendali rezim. Sehingga, harmoni sosial masyarakat kitasangat bergantung pada rezim Orde Baru. Ketika presiden Soehartomundur, rezim Orde Baru runtuh, keragaman menjadi malapetaka.Keragaman menjadi sumber konflik yang berujung pada aksi kekerasan.

Kini, 12 tahun pasca reformasi, Indonesia kelabu. Serangkaiankeurusuhan sosial bernuansa etnis, agama, separatisme dan terorismeterjadi. Kerusuhan di Kalimantan antara suku Dayak dan suku Madura.Di Maluku dan Poso, perang saudara beda agama berkecamuk. Belakangan,kelompok kepercayaan dan aliran keagamaan yang dianggap sesat menjadikorban kekerasan massa. Kontroversi rumah ibadat yang diiringi denganpembakaran di sejumlah daerah, khususnya pulau Jawa, belum reda hinggakini. Juga beberapa gerakan sparatisme di sejumlah daerah bermunculan.Aceh, Maluku dan Papua adalah tiga wilayah yang sempat inginmemisahkan diri. Terakhir, bangsa ini disibukkan oleh aksi terorisme yangberlindung di balik wajah Islam.

Yang menjadi pertanyaan kemudian, kenapa pengetahuan tentangkeragaman yang diajarkan di sekolah tidak berbanding lurus denganharmoni sosial? Kenapa kita lebih sering memaknai keragaman ataupluralitas sebagai ancaman ketimbang rahmat? Lalu bagaimana mengelola

Page 8: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

34

HARMONI Juli - September 2010

HUSNI MUBAROK

keragaman agar kehidupan sosial kita tetap harmoni dan menjadi sumberkekuatan di mata dunia?

Untuk mendedah pertanyaan tersebut, ada baiknya kita telusuriakar keragaman dari sudut pandang eksistensial (personal) manusia.Melalui akar personal, kita akan melihat sejauhmana keragaman mungkindan di mana batasannya. Kemudian, akar keragaman juga bisa kita temukandalam kehidupan sosial. Keragaman individu dalam kehidupan sosial lalumengerucut menjadi identitas kelompok. Dalam konteks inilah diskusimegenai politik identitas menjadi krusial untuk menelusuri akarkeragaman pada dimensi sosial.

Terakhir, keragaman dapat kita lihat wujudnya dalam kerangkainstitusional. Keragaman yang merupakan anugerah bagaimanapun sudahmenjadi bahan renungan para founding father dalam merumuskanIndonesia. Untuk itu keragaman perlu ditelusuri dari segi bagaimana negaramengelolanya. Untuk tujuan tersebut, tulisan ini akan menelusuribagaimana nasib keragaman pada masa transisi. Atas dasar penelusurantersebut, kita akan menimbang bagaimana keragaman bisa menjadisumber kekuatan Indonesia di masa yang akan datang demi percaturandi mata dunia.

Akar Keragaman: Dimensi EksistensialKeragaman atau pluralitas, dalam pengertian paling radikal,

menyangkut perbedaan antar manusia. Masing-masing di antara kitaberbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang adadihadapan kita. Begitu juga dengan saudara sedarah pasti berbeda. Bahkandua saudara kembar sekalipun, tak luput dari perbedaan. Manusia padadasarnya unik. Pada titik tertentu, keunikannya tersebut tak terbandingkandengan manusia lainya.

Perbedaan ini bermula dari keterbatasan pada diri manusia.Keterbatasan ini bukan sekedar berangkat dari keyakinan bahwa manusiaadalah makhluk Tuhan yang terbatas. Keterbatasan manusia dapatditelusuri secara empirik dari perangkat lunak yang menjadi dasar ekspresimanusia. Manusia lahir melalui tiga perangkat, panca indra, akal danbahasa. Interaksi manusia atas dasar perangkat yang terbatas melahirkanperbedaan pada saat menyatakan diri di ruang publik.

Page 9: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

35

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. IX No. 35

MEMAHAMI KEMBALI ARTI KERAGAMAN: DIMENSI EKSISTENSIAL, SOSIAL DAN INSTITUSIONAL

Keterbatasan Panca InderaPanca indera mula-mula dilirik sebagai sumber pengetahuan. David

Hume bahkan menilai bahwa tidak ada pengetahuan tanpa penyerapanpanca indera atau pengetahuan empirik. Bagi David Hume, meyakinitidak ada hukum kausalitas atau sebab akibat. Pengetahuan manusiaadalah untaian pengalaman inderawi (Hume, 1955). Misalnya, kaca pecahsetelah batu menyentuhnya, tidak berarti batu menyebabkan kaca pecah.Tetapi peristiwa batu berurutan dengan peristiwa pecahnya kaca.

Namun begitu, keyakinan Hume tidak cukup kokoh. Panca inderamemiliki keterbatasannya sendiri. Keterbatasan panca indera terletak padaketerbatasan organ fisiknya. Mata hanya bisa memandang yang ada dihadapan dan dalam jarak pandangan tertentu. Telinga hanya bisamendengar dalam jarak dan arah angin tententu. Demikian juga inderaperasa, hanya bisa merasakan apa yang tersentuh oleh kulit. Bahkankombinasi semua panca indera dalam menyerap objek terbatasi ruangdan waktu.

Keterbatasan panca indera menyumbangkan banyak perbedaandalam memahami sesuatu. Contoh paling terkenal adalah analogi tiga orangbuta meraba gajah. Masing-masing diminta mendefinisikan gajah tersebut.Orang yang menyentuh badan gajah, dia mengatakan bahwa gajah itukeras dan besar. Orang kedua menyentuh kaki gajah dan menyatakanbahwa gajah itu bulat. Sementara orang ketiga memegang belalai danmenilai bahwa gajah itu panjang. Masing-masing berbeda tentang apa itugajah lantaran keterbatasan indera rasa saat menyentuh gajah. Perbedaanterjadi lantaran keterbatasan panca indera.

Keterbatasan AkalAkal lebih luas dari panca indera. Jika indera tidak bisa mengatasi

objek yang ia serap pada ruang dan waktu yang berbeda, maka akaldiyakini dapat mengatasi keterbatasan tersebut. Objek yang diserap pancaindera pada masa tertentu tersimpan pada memori. Sekumpulan memorikemudian menjadi dasar akal melakukan inferensi atau kesimpulan-kesimpulan. Selanjutnya prinsip-prinsip umum hubungan antar objekdapat dimengerti. Akal kemudian diyakini sebagai sumber pengetahuan

Page 10: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

36

HARMONI Juli - September 2010

HUSNI MUBAROK

utama. Rene Descartes, filsuf modern melahirkan jargon terkenal: cogitoergo sum (aku berpikir maka aku ada). (Descartes, 1977).

Meski akal dapat melengkapi penyerapan panca indera, bukanberarti akal sempurna. Immanuel Kant, filsuf yang disebut-sebut sebagaipuncak abad pencerahan (aufklarung), menunjukkan keterbatasannya.Menurut Kant, akal terbatas pada 12 kategori. Akal hanya mampumelakukan inferensi manakala ia menggunakan kategori yang tersedia.Tanpa kategori-kategori, akal tidak berguna. Ia tidak lebih dari gudangdata. (Kant, 1965).

Kelemahannya, akal melalui 12 kategori yang dimilikinya hanyamenyaring objek fisik dalam bingkai ruang dan waktu. Akal tidak mampumemberi jawaban pasti atas persoalan metafisika. Keberadaan Tuhanmisalnya, analisis akal yang mengandalkan kategori tidak dapat menyentuhTuhan. Sehingga pengetahuan tentang Tuhan yang diturunkan atas dasarinferensi akal bukan jawaban pasti sebagimana pengetahuan yang menolakkeberadaanya atas dasar inferensi akal tersebut. Contoh lain, fenomenasantet. Setidaknya hingga kini, belum ada temuan ilmiah yang bisamenjelaskan fenomenanya. Bagaimana mungkin ada sejumlah barangdalam perut tanpa diketahui asal mulanya? Keterbatasan akal juga terjadipada 11 kategori lainnya untuk menjelaskan feneomena metafiska.

Pada gilirannya, keterbatasan akal menyumbang pada perbedaanpendapat dan kepercayaan. Baik itu atas objek fisik atau metafisik.Perbedaan terhadap objek fisik terbukti dengan munculnya sejumlah teorifisika dan temuan berbeda pada masing-masing zaman. Temuan IsacNewton tentang teori gravitasi mempengaruhi cara berpikir sains selamatiga abad. Teori Newton kemudian runtuh oleh temuan dan teori Einsteintentang relativitas. Perbedaan ini membuktikan bahwa akal terbatas danmenghasilkan pemahaman berbeda-beda atas objek yang sama.

Jika keterbatasan akal atas objek fisik bisa melahirkan perbedaanpersepsi, maka pengetahuan tentang Tuhan sudah pasti sama. Bahkankeragaman pengetahuan tentang Tuhan seberagam jumlah manusia.Masing-masing mengalami pengalaman berbeda-beda sehingga ada yangmenerima keberadaan atau menolak atas-Nya. Oleh karenanya, kita tidakperlu heran jika ada perdebatan antara orang yang percaya keberadaan

Page 11: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

37

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. IX No. 35

MEMAHAMI KEMBALI ARTI KERAGAMAN: DIMENSI EKSISTENSIAL, SOSIAL DAN INSTITUSIONAL

Tuhan, melalui agama atau tidak, dengan mereka yang atheis. Perdebatantersebut semata-mata lantaran akal pikir manusia terbatas.

Keterbatasan BahasaDalam perkembangannya, muncul gagasan bahwa keterbatasan

indera dan akal sebagai akar keragaman diperuncing oleh bahasa.Perbedaan dan keragaman pengetahuan atas dasar indera dan akal makinnyata keragamannya ketika dirumuskan dalam bahasa. Bahkan Ferdinandde Saussure meyakini bahwa tidak ada pengetahuan tanpa bahasa(Saussure, 1974). Sehingga, akar perbedaan dan keragaman sesungguhnyapada keterbatasan bahasa.

Keterbatasan bermula dari kenyataan bahwa bahasa merupakansistem tanda. Sementara tanda memiliki keterbatasannya sendiri.Keterbatasan tanda inilah yang kemudian menjadi garis batas bahasa. Tandaterbatas lantaran ia terdiri dari konsep dan bentuk. Kata gajah hanyamerujuk pada hewan besar dan memiliki belalai. Kata gajah tidak bisadigunakan untuk menandai hewan kecil dan bersayap. Bagaimana dengandua kata yang sama untuk makna yang berbeda? Misalnya apel dan apel.Yang satu merujuk pada jenis buah, yang kedua fenomena lelakimengunjungi kekasih. Kedua kata ini juga pada akhirnya terbatas manakalamuncul dalam rangkaian kata dalam satu kalimat.

Keterbatasan tanda kemudian melahirkan perubahan dankeragaman bahasa. Pertautan dan rajutan satu tanda dengan tanda lainnyamenentukan makna. Kalimat “saya sakit kepala,” sebagai contoh: bilarajutan huruf berubah, maknanya pun dengan sendirinya berubah. Katasakit pada kalimat tersebut jika huruf vokal i di depan ditukar dan a dibelakang, hasilnya bisa berubah: “saya sikat kepala.” Begitu juga denganperubahan tatanan kata, makna kalimatnya juga bisa berubah. Misalnyasusunan kalimat kita tukar menjadi “kepala sikat saya” tentu maknanyaberubah.

Keragaman atas dasar keterbatasan bahasa melahirkan keragamanberpikir umat manusia. Perbedaan antara Newton dan Einstein tidak lebihkarena rumusan bahasa yang berbeda. Perbedaan keduanya bermula dariketerbatasan bahasa yang dimiliki masing-masing pemikir palingberpengaruh tersebut. Jika ilmuwan fisika bisa berbeda lantaran rumusan

Page 12: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

38

HARMONI Juli - September 2010

HUSNI MUBAROK

bahasanya, apalagi keyakinan akan dunia metafisika. Perbedaan agamadengan ribuan keyakinan yang ada di dunia adalah bukti betapa masing-masing orang mengambil cara mengucapkan yang berbeda untukmemahami dan menghayati Sang Ada Absolut. Pilihan masing-masingorang atas bahasanya adalah keragaman tersendiri dalam kehidupanmanusia. Di sinilah pluralitas eksistensial itu berada.

Keragaman atas dasar keterbatasan bahasa ini kian kompleksmanakala berhadapan dengan teks, ruang dan waktu. Teks dalam konteksini adalah seluruh objek dan peristiwa yang ada di hadapan kita. Tidakhanya dalam arti teks tertulis, tetapi juga teks tidak tertulis. Sementararuang dan waktu membingkai cara kita menghadapi teks. Tidak sekedarberagam lantaran keterbatasan tanda. Keterbatasan merumuskan dalammemaknai teks makin meneguhkan bahwa keragaman persepsi padadiri manusia tak terbantahkan.

Keragaman pemaknaan atas teks berangkat dari debat panjangmengenai objektivitas makna. Pertanyaanya apakah kini, dapatmengungkap makna sebenarnya (makna sebagaimana dimaksud olehpengarang) suatu teks? Scheleirmacher percaya bahwa kita dapat dan harusmengungkap makna sebagaimana dimaksud si pengarang. Caranya?Sistem bahasa, di manapun dan kapanpun mesti memiliki struktur. Denganmenelusuri struktur, penafsir dapat memahami makna bahasanya.Sementara, makna utuh teks dimungkinkan dengan mencari semangatzaman kala teks tersebut ditulis (dalam bahasa Islam asbabun nuzul). Maknaobjektif, Scheleiermacher yakin dapat direngkuh (Scheleiermacher, 1959).

Namun demikian, keyakinan Scheleirmacher ini tidak bisamejelaskan kenyataan bahwa para penafsir bisa melahirkan tafsir yangberbeda-beda, padahal pada ruang dan waktu yang sama. Gadamermengingatkan bahwa Scheleimacher melupakan peran penafsir. BagiGadamer, betapapun usaha penafsir keras untuk mencapai objektivitasmakna, penafsir berhadapan dengan kenyataan bahwa ia memiliki latarbelakang dan pengalaman yang berbeda. Latar belakang dan pengalamanini membentuk pola pikir dan perspektif masing-masing penafsir(Gadamer, 1975).

Page 13: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

39

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. IX No. 35

MEMAHAMI KEMBALI ARTI KERAGAMAN: DIMENSI EKSISTENSIAL, SOSIAL DAN INSTITUSIONAL

Menurut Gadamer, penafsir tak dapat diremehkan, karena iamenyumbangkan banyak hal dalam mengungkap makna teks. Secaraeksistensial, kita hidup tidak di ruang hampa. Seseorang hidup sudahmenduduki “jabatan” sebagai seorang Sunda, anak gunung, Islam NUturunan, dan sebagainya. “Jabatan” tersebut melekat dalam pemahamandan menjadi penyangga serta menjadi penentu cara memilih caramengungkapkan makna teks. Tak hanya ruang, waktu pun ikutmenentukan jenis dalam memaknai objek atau peristiwa yang ada.

Dengan demikian, akar eksistensial keragaman atau pluralitasmanusia terletak pada keterbatasan panca indera, akal dan bahasa.Menyeragamkan pikiran, persepsi dan pengetahuan selalu menelan“korban”. Sebab pada dasarnya, manusia itu unik dan masing-masingtampil dalam kesunyiannya.

Akar Keragaman: Dimensi SosialNamun begitu, keterbatasan panca indera, akal dan bahasa yang

mendasari keragaman tidak berarti memusnahkan persamaan. Sebabkeragaman hanya mungkin manakala di sana ada persamaan. Apa yangdisebut berbeda lantaran ada bagian-bagain tertentu pada kesunyianmanusia yang sama. Persamaan dan perbedaan pada diri manusia denganmelihatnya pada dimensi sosial. Interaksi antar manusia di lingkungansosial melahirkan sejumlah persamaan dan perbedaan.

Interaksi yang melahirkan perbedaan dan persamaan padagilirannya membentuk kelompok-kelompok mulai dari sekala kecil(keluarga) hingga terbesar (bangsa). Persamaan-persamaan yangteridentifikasi dalam kelompok inilah yang kini dikenal dengan identitas.

Identifikasi ini pada saat yang bersamaan berlangsung setelahmengeliminasi perbedaan-perbedaan yang ada. Misalkan, saya menemukandiri saya Sunda setelah saya mengeliminasi perbedaan saya yang berasaldari Garut dengan orang Sunda lain yang berasal dari wilayah Tasikmalaya.Dan begitu seterusnya hingga identitas transnasional, yaitu agama. Sayamerasakan satu identitas dengan warga muslim Palestina lantaranteridentifikasi sama-sama mengacu pada kitab suci yang sama, al-Quran.

Page 14: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

40

HARMONI Juli - September 2010

HUSNI MUBAROK

Proses identifikasi diri tersebut seringkali muncul begitu saja. Tidakperlu merenung terlalu panjang untuk sampai pada kesimpulan yangmenyatakan bahwa saya orang Sunda. Identifikasi berlangsung di alambawah sadar. Karena itulah muncul perdebatan dari asal mula identitas.Sebagian pemikir meyakini bahwa identitas yang beragam ini adalahanugerah Ilahi. Identitas tercipta seiring Tuhan menciptakan manusia. Olehkarenanya, bagi mereka identitas memiliki karakter yang tetap dan tidakakan berubah seiring ruang dan waktu. Identitas Sunda sudah ada sejakzaman azali dan tidak akan berubah hingga dunia ini kiamat.

Pandangan bahwa identitas sebagai given tidak bisa menjelaskanmengapa ada orang yang dengan mudah berganti identitas. Lebih dari itu,kadang satu identitas menghilang sementara identitas lainnya muncul.Michel Foucault mengajukan pandangan bahwa identitas pada dasarnyacair dan dapat berubah seiring ruang dan waktu (Foucault, 1970). Sebabidentitas merupakan bentukan manusia melalui interaksinya sepanjangsejarah. Saya seorang Sunda, tetapi dengan mudah saya bisa menghilangkankesundaan saya dan beralih menjadi identitas Indonesia. Hari ini saya bisamengidentifikasi diri sebagai NU dan lain waktu saya bermetamorfosamenjadi Muhammadiyah.

Keragaman identitas di ruang publik tidak tumbuh berkembangdengan mulus. Selalu saja ada gesekan antara satu identitas dengan identitaslainnya. Gesekan tersebut didorong oleh faktor kekuasaan. Kehendakberkuasa tak terelakan pada diri manusia manakala ia tampil di ruangpublik. Terlebih dia tampail mewakili identitas tertentu. Dia akan merasapaling berhak menentukan aturan main ketimbang identitas lainnya.Sehingga identitas tertentu bisa menghakimi atau meminggirkan identitaslainnya. Dari segi inilah dikenal istilah politik identitas.

Politik identitas, menurut A. Syafi’i Ma’arif, mulanya adalah gerakanmahasiswa di Amerika tahun 60-an atas dasar penindasan ekonomimaupun rasial (Ma’arif, 2010). Gerakan mahasiswa memperjuangkan hak-hak kelompok ekonomi dan ras tertentu yang tersingkirkan, khususnyawarga Afro-Amerika. Tujuan mereka adalah bagaimana warga kelas keduabisa tampil di ruang publik secara setara dengan kelompok lainnya.

Belakangan politik identitas tidak hanya menjadi basis gerakanmarxis, tetapi identitas atas dasar sosial, budaya dan keagamaan juga mulai

Page 15: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

41

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. IX No. 35

MEMAHAMI KEMBALI ARTI KERAGAMAN: DIMENSI EKSISTENSIAL, SOSIAL DAN INSTITUSIONAL

memperlihatkan gejala yang sama. Pertumbuhan penduduk muslim diEropa dan Amerika yang makin membesar melatarbelakangi politikidentitas tumbuh berkembang di sana. Di antara penduduk muslimtersebut, menurut Buya Syafi’i, umumnya sulit beradaptasi denganbudaya setempat. Mereka yang kurang terdidik gagap menghadapiperbedaan identitas yang ada. Mereka meyakini kelompok lain harusmusnah demi tegaknya kelompok mereka di ruang publik. Akibat palingnyata menurutnya adalah bom bunuh diri yang menewaskan banyakorang di Madrid, Inggris dan Amerika.

Oleh karena itu, dari sudut dimensi sosial, akar keragaman terletakpada bagaimana identitas tampil di ruang publik yang tidak jarangmenimbulkan gesekan. Di sinilah jarak antara pengetahuan akankeragaman artifisial tidak berbanding lurus dengan harmoni di lingkungansosial. Alih-alih harmoni, perbedaan identitas lebih sering tampil denganberbagai konflik dan bahkan berakhir menjadi aksi kekerasan.

Keragaman Berkah atau Musibah: Dimensi InstitusionalKeragaman eksistensial yang mengambil wujud sosialnya dalam

politik identitas, akan menjadi rahmat atau musibah bergantung padabagaimana institusi negara mengelolanya. Rezim ikut menentukan apakahkeragaman identitas bisa dipertahankan sebagai sumber kekuatan atausumber kelemahan suatu bangsa. Indonesia pada masa rezim Orde Barupernah diakui sebagai macan Asia dalam berbagai bidang. Olah raga,beberapa kali Indonesia merajai sejumlah perlombaan olah raga tingkatAsia. Kemudian, dari segi ekonomi Indonesia adalah negara berkembangdi Asia siap bersaing dengan negara maju lainnya di Amerika dan Eropa.Pada masa ini, negara memanfaatkan sumber daya manusia dari berbagailatarbelakang identitas yang ada.

Namun sayang, keragaman sebagai sumber kekuatan bangsasifatnya top-down. Artinya harmoni dan pengalaman kekuatan datang dariatas ke bawah, dari negara ke warga. Siapa saja membantah upaya iniakan berhadapan dengan senjata karena dianggap mengganggu ketertibanmasyarakat. Keragaman sebagai sumber kekuatan bangsa tidak tumbuhdari kesadaran warga. Gotong royong yang selalu dibanggakan sebagaijati diri bangsa, sejatinya bentukan rezim.

Page 16: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

42

HARMONI Juli - September 2010

HUSNI MUBAROK

Situasi berubah pada saat Soeharto mundur, rezim Orde Barutumbang. Perbedaan identitas kemudian menjadi sumber musibah bagiseluruh komponen masyarakat. Politik identitas mengambil bentuk dalamaksi-aksi kekerasan dan kerusuhan atas nama suku dan agama. Ini adalahbukti bahwa kesadaran harmoni tidak muncul dari kesadaran warga. Masatransisi menuju demokrasi menjadi ajang kelompok-kelompok denganidentitas tertentu meneguhkan keberadaan dan kekuasaannya.

Pada masa transisi, negara lemah. Pemerintahan lebih fokus padapemantapan politik yang lebih adil dan demokratis. Selain itu, kemampuannegara di bidang keamanan melemah. Lembaga keamanan tidak lagipercaya diri sebagaimana pada masa sebelumnya. Lembaga keamananmendapat tekanan dari berbagai pihak dan dianggap lembaga palingberlumuran dosa sebagai garda terdepan telah melanggar hak asasi manusiapada masa rezim sebelumnya. Kelemahan negara pada masa transisi inilahyang kemudian menjadikan politik identitas antar masyarakat berakhirdengan aksi kekerasan. Akhirnya keragaman bangsa menjadi musibahbagi warganya.

Politik identitas di Indonesia pada masa transisi ini makinmengerikan. Gerakan sosial atas nama identitas keagamaan, khususnyaIslam seringkali berakhir dengan menelan “korban”. Mulai dari isu aliransesat, rumah ibadah tak berizin, dan menegakkan negara Islam denganteror. Meski masjid di Indonesia umumnya masih dalam kendali NU danMuhammadiyah, dua organisasi moderat dan penopang “demokrasi”,Ma’arif menilai bahwa gerakan Islamis dan Salafi radikal mulai berkibardi Indonesia. Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Front Pembela Islam(FPI), dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah tiga organisasi yang hinggakini memperjuangkan syariat Islam sebagai sistem negara. FPI adalahorgansiasi sosial yang lebih sering tampil di muka publik dengan wajahyang beringas.

Sementara MMI dan HTI tidak tampak menggunakan carakekerasan dalam mewujudkan agendanya. Namun begitu, keduaorganisasi ini tidak bersedia menggunakan jalur demokrasi. Mereka menilaidemokrasi adalah sistem manusia yang bertentangan dengan hukum danaturan main dari Tuhan. Gerakan keagamaan Islam di bawah organisasi

Page 17: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

43

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. IX No. 35

MEMAHAMI KEMBALI ARTI KERAGAMAN: DIMENSI EKSISTENSIAL, SOSIAL DAN INSTITUSIONAL

Jama’ah Islamiyah menyalurkan aspirasinya melalui jalur kekerasandengan aksi teror.

Ma’arif yakin bahwa politik identitas bukan ancaman berarti jikabenar-benar dihayati dan diamalkan visi dan misi para pendiri bangsayang tercermin dalam Pancasila. Namun begitu, Pancasila di sini, mengutipgagasan Nurcholis Madjid, tidak boleh ditafsir secara monolitik. Harusdibuka tafsir atas Pancasila agar dengannya dapat mengawal keragamanidentitas dan budaya dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI). Penghayatan tersebut mendorong sistem demokrasi sebagaimekanisme dalam perebutan kekuasaan dan pengambilan kebijakansecara adil dan transparan. Kontestasi dengan sendirinya melahirkankesadaran bahwa keragaman adalah berkah dan sumber kekuatan.

Harmonisasi KeragamanJika keragaman identitas mengakar dalam setiap diri kita, maka

keharmonisan sosial harus kita ciptakan sendiri. Kita tidak bisamengandalkan negara. Sebab jika harmonisasi keragaman muncul daridesakan negara hanya melahirkan kepura-puraan. Untuk itu perlukesadaran masing-masing bahwa keragaman tidak bisa ditolak. Juga tidakbisa memaksa orang lain untuk sama. Fitrah manusia adalah berbeda danberagam diakibatkan panca indera akal dan bahasa yang terbatas.

Kesadaran saja tidak cukup. Dalam survei LSI bersama LazuardiBiru tahun 2010 menunjukkan bahwa umumnya masyarakat Indonesiaintoleran. Enam dari 10 orang Indonesia tidak menerima dibangun rumahibadat agama lain. Lalu bagaimana mengatasi intoleransi yang umum ini?

Pemerintah harus punya komitmen terhadap penegakan hukum.Agenda penegakan hukum harus menjadi prioritas mempercepat masatransisi menuju konsolidasi demokrasi. Aturan main dan hukum yangdibuat melalui mekanisme demokrasi harus dikawal dengan baik. Siapasaja yang melanggar aturan main harus dihukum sebagaimana diaturdalam UU. Siapa saja yang tampil dengan wajah beringas dan melakukantindakan kriminal, ia akan berhadapan dengan penegak hukum yangtegas. Dengan demikian sikap intoleransi akibat politik identitas yangmengarah pada tindakan dengan kekerasan tidak berani muncul.

Page 18: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

44

HARMONI Juli - September 2010

HUSNI MUBAROK

Kontestasi menuntut setiap individu tampil mengesankan dihadapan seluruh lapisan masyarakat. Dukungan masyarakat adalahkekuatan utama kontestasi ini, sehingga gerakan sosial berbasis identitaskeagamaan sekalipun akan mencari dukungan tak hanya dari identitasyang ia miliki tetapi juga lintas identitas. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)adalah partai yang membuka diri terhadap keanggotaan non-muslimdalam partainya. Dengan demikian, politik identitas bisa menjadi berkahatau kekuatan jika rezim memperkuat mekanisme demokrasi danmemperlebar kesempatan setiap warga untuk berkompetisi. Jika tidak,politik identitas adalah sumber malapetaka yang setiap hari mengancamkeberadaan warga, khususnya dengan identitas minoritas.

PenutupDengan demikian, keragaman memiliki akar terdalam dalam diri

bangsa, yakni keterbatasan sumber pengetahuan, panca indera, akal danbahasa. Keterbatasan diri dalam interaksi sosialnya, melahirkanpengelompokan di masyarakat hingga menjadi identitas. Konstelasi antaridentitas tidak hanya melahirkan kerjasama tetapi juga seringkali berbuntutkekerasan dan menelan korban.

Diperlukan harmonisasi untuk memperkuat keragaman danmenghindari malapetaka. Harmonisasi keragaman harus datang dari dalamdiri, bukan dari luar. Kesadaran tersebut adalah kesadaran eksistensial,yakni perbedaan dan keragaman yang tidak bisa ditolak.

Wajar jika umat manusia tidak seluruhnya memiliki kesadaran ini,meski ada pihak yang ingin menghempaskan pihak lainnya demikekuasaan publik. Oleh karena itu, dibutuhkan ketegasan pemerintahdalam menegakkan hukum yang berlaku. Sembari pada saat yangbersamaan menciptakan ruang kontestasi yang adil, transparan danbertanggungjawab. ***

Daftar Pustaka

Descartes, Rene, 1977. The Phylosophical Works of Descartes , Translated ElizabethHaldane and G. R. T. Ross two vol., London: Cambridge University Press.

Page 19: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi

45

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. IX No. 35

MEMAHAMI KEMBALI ARTI KERAGAMAN: DIMENSI EKSISTENSIAL, SOSIAL DAN INSTITUSIONAL

Foucault, Michel, 1970. The Order of Things, London: Tavistock Publication Limited.Gadamer, Hans George, 1975. Truth and Method, New York: The Seabury Press.Hume, David, 1955. An Inquiry Concerning Human Understanding, ed. Charles W. Hendel,

New York: Bobbs-Merri, Liberary of Liberal Art.Kant, Immanuel, 1990. Critique of Pure Reason, New York: Prometheus Books.Ma’arif, A. Syafii dkk. 2010. Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Indonesia, Jakarta:

Paramadina.http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_suku_bangsa_di_Indonesiahttp://www.ethnologue.com/show_country.asp?name=ID

Page 20: DILEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DAN KERAGAMAN · PDF fileHARMONI Juli - September 2010 ... berbeda cara memandang dan memahami pemandangan yang ada ... Newton tentang teori gravitasi