diktat-dasar2 pembenihan ikan
DESCRIPTION
pemnbenihan ikanTRANSCRIPT
1
DASAR-DASAR PEMBENIHAN IKAN
Oleh : Amyda Suryati Panjaitan, M.Si.
PENDAHULUAN
Perkembangan kebutuhan ikan untuk konsumsi penduduk
dunia yang makin bertambah, menyebabkan kekhawatiran bahwa
produksi penangkapan ikan dari laut maupun dari perairan umum
lama kelamaan tidak lagi mencukupi. Pendapat tersebut sudah
sejak dekade 1960-an dibicarakan oleh para ahli pangan dunia
(FAO), dan disepakati bahwa mulai sekarang haruslah budidaya
ikan diupayakan lebih intensif untuk mengantisipasi menurunnya
produksi dari usaha penangkapan ikan dari laut maupun dari
perairan umum air tawar.
Selain itu, beberapa ikan tertentu dari perairan umum ada
yang telah menunjukkan gejala terancam punah disebabkan karena
terjadi gangguan penurunan mutu lingkungan tempat hidupnya
atau karena akibat penangkapan ikan yang terlalu banyak (over
fishing) sehingga tidak berkesempatan untuk berbiak secara
alamiah/lestari. Jenis tertentu yang terancam punah itu harus
diupayakan pembudidayaannya, terutama mengusahakan
pembiakannya atau pembenihan secara buatan dan terkendali agar
jenis itu dapat tertolong dari kepunahan bahkan kalau dapat
dilestarikan. Oleh sebab itu kegiatan pembenihan sangat perlu
dikembangkan dalam rangka meningkatkan produksi perikanan,
karena penyediaan benih yang cukup dan berkesinambungan
menjadi salah satu factor penentu bagi usaha budidaya.
Kegiatan-kegiatan Pembenihan meliputi :
1
2
1. Pemeliharaan dan penanganan calon induk ikan sampai dapat
mengandung telur yang matang didalam gonodanya dan siap
untuk dipijahkan.
2. Mengadakan pemijahan ikan didalam kolam pemeliharaan
secara terkendali, baik dengan rangsangan/suntikan hormon
maupun hanya dengan cara menipulasi lingkungan
sedemikian rupa sehingga ikan-ikan mau/dapat memijah
didalam kolam/bak pemeliharaan secara terkontrol.
Sementara orang menganggap bahwa “pemijahan ikan
secara buatan” itu selalu dengan injeksi hormon. Sebenarnya,
pemijahan didalam kolam/bak yang diatur oleh manusia
dengan cara meyiapkan/mengadakan tempat bertelur
(sarang/kakaban), supaya ikan menjadi terangsang untuk
memijah ; kegiatan seperti itu juga termasuk pembiakan
buatan, karena terjadi diluar lingkungan alamiahnya.
3. Mengadakan fertilisasi buatan dengan cara stripping yaitu
mengurut perut ikan betina dan jantan, menampung telur dan
sperma di dalam suatu wadah, supaya terjadi pembuahan
telur dalam wadah tersebut.
4. Mengumpulkan telur yang telah dibuahi tersebut di dalam
tempat penetasan yang khusus dan terkontrol, agar supaya
telur dapat menetas dengan derajat penetasan setinggi
mungkin, karena di tempat terkontrol itu sifat-sifat kimia dan
fisika airnya serba terkendali sesuai dengan kebutuhan telur
untuk menetas (kadar oksigen tinggi, air jernih, bebas
pencemaran, sinar tidak terlalu kuat, suhu stabil antara 25 –
29 C dan bebas dari hama/penyakit yang mengganggu).
5. Memelihara larva yang baru menetas dan keadaannya masih
lemah dan belum sempurna itu, agar selalu memperoleh
2
3
oksigen cukup, airnya bersih/jernih, suhu stabil terlindung dari
sinar matahari yang kuat, bebas polusi dan hama penyakit.
6. Menyediakan pakan yang memenuhi syarat (kualitas dan
kuantitasnya) sehingga burayak (post larva) ikan dapat
menangkap dan menelan pakan yang tersedia. Di dalam
praktek sering terjadi larva banyak mati ketika kantong
kuning telurnya habis terserap, larva itu mulai makan, tetapi
pakan tidak memenuhi syarat (urutan pakan harus cukup
kecil agar dapat ditangkap oleh larva ikan yang masih lemah
geraknya), sehingga larva ikan banyak mati kelaparan. Inilah
masa krisis bagi benih ikan. Disaat ini peternak ikan harus
memelihara benih ikan secara lebih cermat.
7. Memelihara benih kebul (yang ukurannya masih kecil) di
dalam bak kolam pendederan yang kualitas airnya terkendali,
cukup pakan yang memenuhi syarat dalam kualitas dan
kuantitas untuk pertumbuhan anak ikan, bebas dari serangan
hama penyakit, sehingga dapat dihasilkan benih ikan dalam
ukuran gelondongan (fingerling) yang cocok untuk ditebarkan
di kolam atau yang sesuai dengan
permintaan/kebutuhan/pesanan petani yang akan
membesarkan benih itu lebih lanjut.
PENGETAHUAN BIOLOGI IKAN
Apabila orang hendak mengadakan pembudidayaan ikan,
yaitu menyelenggarakan usaha pembesaran ikan secara umum,
lebih-lebih lagi bila hendak penyelenggaraan usaha pembibitan
atau pembenihan ikan, maka sebagai pengetahuan dasar
hendaklah mempelajari tentang Biologi Ikan yaitu mempelajari
segala sesuatu tentang aspek kehidupan jenis ikan yang hendak
3
4
dibudidayakan itu. Cara mempelajarinya yaitu dengan menelusuri
berbagai literatur yang ada atau jika ikan yang hendak dipelihara
itu adalah ikan yang samasekali bisa ditemukan dari perairan
umum/alam harus diadakan studi dan survey pada habitat aslinya
untuk mempelajari segala hal tentang biologi jenis ikan tersebut.
Secara rinci dapatlah disebutkan aspek biologi ikan yang perlu
dipelajari ialah :
1. Pengenalan jenis ikan, menurut sistematika zoologi.
Tanda-tanda pengenalan jenis harus dicocokkan dengan anatomi
dan morfologi dari sesuatu jenis ikan yang hendak
dibudidayakan itu, agar nama jenis (spesies) nya tidak salah.
Disusul dengan pembedaan ikan jantan dan betinanya.
Kesalahan dalam membedakan jenis kelamin dalam suatu
spesies, akan menyebabkan kegagalan dalam perkawinannya
kelak.
2. Daur (siklus) hidup.
Seorang peternak ikan harus berusaha untuk mengetahui
bagaimana daur hidup spesies ikan yang diternakannya.
Bagaimana daur hidup jenis ikan itu terjadi di alam aslinya.
Kemudian bagaimana cara pembiakan didalam lingkungan
pemeliharaan.
4
5
2.1. Tahapan (stadia) kehidupan ikan.
Suatu spesies ikan pada umumnya mempunyai beberapa
tahapan dalam kehidupannya, yaitu :
Tahapan telur yang telah dibuahi dengan embryo
(janin) di dalam telur tersebut. Di daerah beriklim tropika
seperti di Indonesia dimana suhu rata2 berkisar antara 25
– 30 º C, telur ikan menetas dalam waktu 24 – 48 jam
(semakin tinggi suhu semakin cepat menetas).
Larva (burayak) ialah anak ikan yang baru menetas dari
telur. Masih menyerap kuning telurnya, belum dapat
mengambil pakan dari luar. Bentuk dan organ tubuhnya
belum sempuna. Bahkan bentuknya dapat amat berbeda
dari bentuk induknya. Insang, alat pencernaan dan
gelembung renangnya belum berfungsi. Karena itu belum
dapat berenang. Kondisinya amat lemah dan perlu
dilindungi. Waktu lamanya sampai habis kuning telurnya
terserap dan saat metamorfosa menjadi bentuk pasca
larva, tergantung dari suhu air dan speciesnya. Pada
suhu air yang rendah, masa larva lebih lama. Untuk iklim
tropika pada umumnya dengan suhu air 25 – 30 o C masa
larva berlangsung selama 24 - 40 jam. Hal itu harus
dipelajari karena untuk berbagai species ikan sifat-
sifatnya berbeda. Jadi memerlukan penanganan yang
berbeda pula.
Pasca larva, istilah local ialah burayak yakni anak ikan
yang telah melampaui masa larva, dimana organ-organ
tubuh anak ikan tersebut telah sempurna. Pada tahap ini
anak ikan telah dapat makan, bernafas dengan insang
dan dapat berenang dengan baik. Namun ukurannya
5
6
masih kecil dan biasanya masih peka terhadap kondisi
lingkungan hidupnya. Karena itu harus dilindungi dan
dikelola dengan baik agar derajat kehidupannya tinggi.
Pada awal-awal peralihan dari stadia larva, pasca larva
(burayak) ini umumnya mendapat kesulitan dalam
mencari dan menelan pakannya. Mengingat gerak
renangnya masih lemah, dan bukaan mulutnya masih
amat kecil. Pada hari ke 1 – 4 haruslah disediakan pakan
yang butirnya kecil sesuai dengan bukaan mulutnya.
Pakan harus mengandung gizi yang sempurna karena
amat diperlukan untuk pertumbuhan awal. Untuk itu
pakan yang baik adalah pakan alami yaitu binatang
Protozoa dan Rotifera dengan ukuran 2 – 5 mikron.
Binatang Protozoa dan Rotifera yakni zooplankton yang
sangat kecil tersebut harus dikultur secara khusus untuk
keperluan pakan burayak. Apabila pakan buatan perlu
diberikan, biasanya diberi pakan buatan berupa kuning
telur ayam yang sudah direbus dan dibuat suspensi.
Tetapi suspensi kuning telur ini cepat menyebabkan
airnya menjadi busuk, karena itu air pemeliharaan harus
segera diganti setiap kali habis diberi pakan. Pakan
buatan yang lebih baik untuk burayak adalah berupa
mikropelet dengan ukuran kecil yang sekarang banyk
dijual dan dibuat oleh pabrik luar negeri, karena belum
dapat dibuat di dalam negeri. Mikropellet memang dibuat
khusus untuk post larva ikan dan udang, dengan
komposisi yang ideal. Namun dalam penggunaannya,
karena mikropellet ini sangat mahal, harus
dieperhitungkan dari segi ekonominya. Kalau harga
6
7
ikannya sendiri murah, maka pakan yang mahal tidak
dianjurkan untuk digunakan. Tahap awal dari post larva
ini sering kali derajat kematiannya tinggi, Hal ini terjadi
karena kelaparan yang disebabkan oleh pakan yang
cocok ukurannya tidak tersedia. Walaupun banyak pakan
alami tersedia dalam kolam , jika ukurannya terlalu
besar, burayak ikan tidak dapat menangkap dan
menelannya, akhirnya menyebabkan kematian.
Begitupula jika zooplankton gerakannya terlalu cepat,
sedang anak ikan masih lemah, maka tidak dapat
menangkap zooplankton tersebut. Jadi harus disediakan
zooplankton yang kecil dan gerakannya lambat yakni
protozoa dan rotifera tersebut diatas
Tahap Yuwana (Juvenile)
Post larva akan tumbuh relatif cepat menjadi benih ikan
ukuran 3 – 5 cm, 6 – 8 cm, 10 – 15 cm yang disebut
secara umum (dalam teknik budidaya perikanan) sebagai
benih ukuran gelondongan yang dibedakan pula menjadi
gelondongan kecil – sedang – besar. Anak ikan ukuran
gelondongan besar menurut ilmu biologi disebut tahap
Yuwana, yaitu ikan muda yang baru mulai atau belum
berkembang organ seksualnya.
Tahap dewasa, yaitu ikan yang organ seksualnya telah
tumbuh dengan sempurna. Pada species tertentu organ
seks sekunder (organ seks yang tampak dari luar)
tampak jelas, tetapi adapula species ikan yang tidak
menampakkan organ seks sekunder dengan jelas,
sehingga tidak mudah membedakan jenis jantan dan
betinanya. Misalnya ikan discus, bandeng, dan lain-lain.
7
8
Umur ikan yang telah mencapai dewasa dan ukuran
besarnya ketika dewasa berbeda pada berbagai species.
Ada ikan yang tidak dapat besar namun telah dewasa
dan bertelur ketika ukurannya masih kecil dan berumur
beberapa bulan saja. Misalnya ikan mujair, ikan seribu
dan banyak jenis ikan hias yang kecil-kecil.
Selain itu berbagai aspek perilaku kehidupan ikan (biologi)
juga harus dipelajari/diketahui, ialah
a. Lingkungan Hidup (habitat) yang cocok untuk setiap stadia
hidup ikan. Lingkungan yang bagaimana cocok untuk
kehidupan ikan dewasa, bagaimana lingkungan (habitat)
untuk bertelur, dilanjutkan dengan perkembangbiakan larva,
pembesaran benihnya sampai menjadi dewasa.
b. Perilaku makan dan jenis makanan bagi stadia hidup
ikan.
2. Musuh (hama) dan penyakitnya, agar supaya hal-hal yang
membahayakan kehidupan ikan yang diternakkan itu dapat
ditanggulangi.
3. Perkembangan kedewasaan kelamin ikan.
Perkembangan kedewasaan kelamin ikan terjadi dalam 5
peringkat, seperti biasa dianut oleh para ilmuwan, yaitu :
Yuwana (juvenile, benih kecil) dimana gonada belum
berkembang menjadi kelamin betina dan/atau jantan.
I. Dara (immature), gonada telah jelas berbentuk kelamin
jantan disebut “testes” dan betina disebut “ovarium”.
8
9
II. Dara berkembang atau Pra-dewasa (developing), dimana
testes atau ovarium sedang berkembang menuju kepada
pembentukan produk seksual yaitu sperma dan/atau telur.
III. Dewasa atau mulai matang (maturing), dimana di dalam
testes atau ovariumnya telah terbentuk sel-sel sperma atau
sel telur pada tingkat sempurna (dormant, fase istirahat atau
disebut juga tahap/fase matang gonad.
IV. Matang (mature), dimana sperma dan/atau sel telur didalam
testes atau ovariumnya telah dalam keadaan bersiap untuk
memijah (ovulasi).
V. Salin (spent), yaitu keadaan ovarium atau testes yang kosong
karena telah selesai memijah.
4. Perkembangan sel telur dan sperma ikan.
Perkembangan telur di dalam ovarium berlangsung melalui
beberapa stadia sebagaimana diuraikan oleh Woynarovich dan
Hovarth (1988) sebagai berikut :
Stadia 1 : Bakal sel telur yang masih kecil disebut ovogonium
(archovogonium). Ukuran sel sama kecil dengan sel-sel
tubuh lainnya (8 – 12 u). Sel ini memperbanyak diri dengan
pembelahan mitosis.
Stadia 2 : Sel telur tersebut tumbuh menjadi ukuran 12-20 u dan
folikel mulai terbentuk disekeliling sel telur. Folikel
tersebut fungsinya memberi makanan dan melindungi
telur yang sedang berkembang itu, sehingga diniding sel
telur tampak rangkap.
Stadia 3 : Pada stadia ini sel telur tumbuh menjadi lebih besar
lagi sampai sebesar 40-200 u dan tertutup di dalam
follikel.
9
10
Stadia 1, 2 dan 3 ini merupakan tahapan sebelum pengumpulan
makanan (nutrient) di dalam telur itu (tahap pre-vitellogenesis).
Stadia 4 : Pada stadia ini dimulai pembentukan dan
pengumpulan kuning telur (yolk) yang disebut proses
“vitellogenesis”. Sel telur trus tumbuh menjadi berukuran
200 – 350 u. Di dalam sitoplasmanya terkumpul butir-butir
lemak (lipoid).
Stadia 5 : Menandai fase ke 2 dar vitellogenesis. Sitoplasma
sekarang penuh dengan butir-butir lipoid dan mulailah
pembentukan kuning telur. Ukuran sel telur menjadi 350-
500μ.
Stadia 6 : Ini merupakan fase ketiga dari proses
vitellogenesis, dimana lempeng-lempeng kuning telur
mendesak butir-butir lipoid ke tepi sel, sehigga terbentuk
dua buah cincin. Nukleoli yang berperan dalam
pembentukan protein da pengumpulan makanan terlihat
menempel pada dinding/membren nukleus. Ukuran telur
sekarang 600 – 900μ
Stadia 7 : Proses vitellogenesis selesai, telur menjadi berukuran
900-1000 u. Ketika pengumpulan kuning telur berakhir,
nucleoli tertarik ke dalam pusat nucleus. Mikropil (yaitu
lubang kecil pada dinding sel telur, sebagai jalan masuk
bagi sperma) terbentuk pada stadia ini.
Stadia 4,5,6 dan 7 disebut stadia vitellogenesis, terbentuk
kuning telur yang berkumpul di dalam sel telur itu. Telur ini
sekarang secara material telah lengkap. Untuk sampai pada stadia
10
11
ini, ikan betina memerlukan makanan yang banyak mengandung
protein serta suhu lingkingan pada kisaran yang cocok.
Setelah selesainya stadia 7 itu, telur tetap pada keadaan ini
untuk waktu beberapa bulan tanpa perubahan, dan disebut fase
“dormant” atau “istirahat” atau dikenal sebagai telur matang
gonad.
Fase dormant ini akan berakhir dan terjadilah ovulasi jika
terjadi keadaan luar yang cocok, atau sebaliknya telur fase dormant
tersebut akan mengalami kerusakan dan di serap bila kondisi yang
cocok tidak kunjung datang dalam waktu yang cukup lama.
Ovulasi ialah keadaan dimana telur-telur di dalam ovarium
telah lepas dari dinding dan jatuh ke dalam rongga ovarium itu. Jika
keadaan ini telah terjadi, maka bila perut ikan diurut ke arah lubang
kelamin, telur-telur tersebut akan keluar dengan lancar. Proses
ovulasi ini dikendalikan atau dipengaruhi oleh hormon gonadotrofin
di dalam tubuh ikan. Sedangkan proses pembentukan hormon
tersebut dipengaruhi oleh kondisi alam/lingkungan.
Bila belum nengalami ovulasi, walaupun sudah lama
mengandung telur pada fase dormant, telur-telur itu tidak dapat
keluar untuk dipijahkan. Untuk berovulasi ini diperlukan situasi
lingkungan tertentu atau dapat dibantu dengan suntikan hormon.
Sifat dan Perilaku Alamiah Pemijahan Ikan
Manakala proses pembentuka telur dan sperma pada ikan
menuruti pola yang sama bagi semua jenis ikan seperti diuraikan
diatas, maka sifat – sifat dan/atau perilaku ikan ketika memijah
(melepaskan telur), melakukan perkawinan, dan bagaimana
perilaku induk ikan dalam melaksanakan perkembangbiakan
11
12
menghantarkan keturunannya untuk melanjutkan keberadaan atau
kelangsungan jenisnya, dan perilaku setiap jenis ikan dalam
prosesperkembangbiakannya yang harus dipelajari/dikenali benar –
benar oleh seseorang yang hendak menyelenggarakan
pembenihan/pembiakan ikan ialah :
1. Pada umur berapa dan ukuran berapa besar jenis ikan itu
menjadi dewasa. Ada ikan yang sudah dewasa pada ukuran
berat beberapa gram saja (misalnya berbagai jenis ikan hias
yang kecil-kecil seperti ikan seribu (bungkreung), ikan Moly,
Platies, Cupang, Barbus Sumatranus, barbus tetra, ikan Neon,
dsb.) dan pada umur beberapa bulan saja.
2. Musim pemijahannya kapan dan frekuensi pemijahan berapa kali
per – tahun. Didaerah tropika seperti di Indonesia ini kebanyakan
ikan memijah 2 kali setahun ialah pada peralihan dari musim
kemarau ke musim penghujan dan dari musim hujan ke musim
kemarau. Misalnya ikan bandeng, ikan belanak, ikan tawes, dan
berbagai jenis ikan dan udang laut dan ikan perairan umum air
tawar. Tetapi ada pula jenis – jenis ikan yang dapat
bertelur/memijah beberapa kali dalam setahun bahkan setiap
bulan, misalnya ikan mujair, ikan seribu, dll. Yaitu ikan yang
bertumbuh kecil.
3. Sifat lingkungan dimana ikan tsb. biasa memijah secara alamiah
(sifat dari breeding ground). Ada ikan yang memijah di air
mengalir dan jernih (contoh: ikan nilem), ada yang memijah diair
tergenang dengan membuat sarang, misalnya ikan gurame, ikan
lele, dsb. Ada jenis ikan yang memijah ditempat yang baru
digenangi air atau didaerah banjir, seperti ikan mas, ikan tawes.
4. Dimana ikan meletakkan telurnya? membuat sarang atau tidak?
12
13
Ada ikan yang meletakkan telurnya di dalam sarangnya yang
dibuatnya berupa cekungan didasar perairan. Misalnya ikan
mujair, ikan nila, dari marga Tilapia (Oreochromis sp). Setelah
terjadi pembuahan atau fertilisasi, induknya mengulum dan
mengerami telurnya didalam rongga mulut sampai menetas dan
barulah induk meninggalkan anaknya setelah burayak cukup
kuat berenang. Pola pengasuh anak didalam mulut disebut
“mouth breeder”.
Ikan pembuat sarang (nest breeder).
Contoh ikan yeng membuat sarangnya ialah ikan lele (Clarias
batracus), ikan gabus (Ophiocephalus striatus), ikan jambal
(Pangasius sp).
Ada ikan yang melekatkan telur-telurnya pada sesuatu benda atau
daun tumbuhan dalam air, lalu induknya menunggui sambil
mengipasi telur dengan siripnya agar telur memperoleh air segar
yang banyak mengandung oksigen. Induk akan meninggalkan
anaknya setelah anaknya cukup kuat berenang. Contohnya adalah
ikan manvis (Pterophylum spp), ikan discus (Symphysodon discus),
ikan oskar (Astronutus ocellatus), dan lain-lain.
5. Berapa banyak telur yang dapat dihasilkan dan seberapa ukuran
telurnya.
Jumlah atau banyaknya telur yang dihasilkan setiap kg berat
badan ikan disebut fekunditas.
Ukuran telur ikan digolongkan menjadi 3 yaitu :
1. Telur ukuran kecil dengan garis tengah 0,3 – 0,5 mm,
fekunditasnya biasanya banyak (100.000 – 300.000 butir) dan
13
14
tingkat kepedulian induknya kecil (negative parental care).
Contohnya : ikan banding (Chanos chanos), ikan tawes (Punctius
gonionotus), ikan tuna (Thunnus sp).
2. Telur ukuran sedang dengan garis tengah 0,8 – 1,1 mm,
fekunditasnya sedang (100.000 – 300.000 butir) dan tingkat
kepedulian induknya sedang. Contohnya : ikan manvis
(Pterophylum spp), ikan discus (Symphysodon discus).
3. Fekunditasnya kecil (5.000 – 50.000 butir) dan tingkat
kepedulian induk besar (Positive parental care). Contohnya : ikan
gurame (Osphronemus gouramy), ikan lele (Clarias spp), ikan
nila (Tilapia niloticus), ikan mujair (Tilapia mossambica).
Dengan mengetahui berbagai sifat dan perilaku alamiah
setiap jenis ikan yang hendak dikembangbiakkan, dapatlah
dipersiapkan sebaik mungkin persyaratan lingkungan tempat
ikan memijah dan peralatannya secara lengkap disesuaikan
dengan kebutuhan jenis ikan tertentu. Sebagai contoh, bila hendak
memijahkan ikan mas, haruslah disediakan kolam yang telah
dikeringkan beberapa waktu dan segera diairi. Ini meniru
lingkungan daratan yang terendam karena banjir tempat ikan mas
memijah secara alamiah. Dan harus pula disediakan “kakaban”
tempat telur-telur melekat
Bila hendak memijahkan ikan gurame, haruslah menyediakan
kolam yang dalamnya 75 – 100 cm dan menyediakan induk atau
rumput-rumput kering serta tegakan bambu atau kayu dimana ikan
gurame itu dapat membuat sarangnya.
Tanpa adanya bahan pembuat sarang, ikan gurame tidak
akan memijah, walaupun ikan gurame tersebut telah mengandung
telur yang matang dan telah ada pejantannya pula.
14
15
Mekanisme perkembangbiakan ikan
Bila tiba saatnya seekor ikan dewasa hendak berkembang
biak maka melalui alat perasa (panca indera) ikan betina
mengumpulkan informasi tentang sifat-sifat lingkungan seperti
sinar matahari, suhu air, keadaan hujan dan aliran air, kehadiran
ikan pejantan, tersedianya sarang/pelekat telur sesuai dengan sifat
species ikan yang hendak memijah itu.
Induk yang mengalami ovulasi itu ditangkap lalu distrip dan
telur ditampung di dalam wadah/waskom dan dalam waktu yang
bersamaan ikan jantan juga diurut untuk mengeluarkan sperma
yang dicampurkan di dalam waskom tadi agar pembuahan terjadi.
Ikan jantan juga menjadi siap untuk memijah atas perintah
dari gonadotrofin pula. Pada umumnya ikan jantan dengan mudah
dapat mencapai kondisi siap memijah dan tidak selalu memerlukan
penyuntikan hormon. Tetapi ada jenis ikan tertentu yang
didatangkan dari daerah lain, tak jarang sperma yang terbentuk
kurang kuat geraknya. Hal ini perlu dites dengan cara
mengeluarkan atau menyedot sedikit sperma dengan
menggunakan selang kecil (kateter). Mengeluarkan sperma yang
biasanya mudah yaitu dengan mengurut perut ikan dari depan ke
arah belakang, maka dari lubang duburnya akan keluar cairan mani
yang berwarna putih. Setetes sperma itu diperiksa dibawah
mikroskop untuk mengamati kecepatan gerak sperma. Bilamana
gerak sperma kurang gesit, maka perlu disuntik dengan hormon
gonadotrofin.
1.1 Teknik Hipofisasi
Hipofisasi artinya menyuntikkan hormon yang diekstrak dari
hipofisa ikan donor yang mengandung hormon gonadotrofin yang
diproduksi atau terkandung di dalam kelenjar hipofisa tersebut.
15
16
Tujuannya ialah untuk merangsang ikan yang menerima suntikan
(recipient) agar telur-telur dormant yang dikandungnya
melanjutkan perkembangan sampai ovulasi disusul pemijahan,
tanpa menunggu datangnya faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhinya
Rangsangan untuk mencapai ovulasi dan pemijahan dengan
cara hipofisasi adalah suatu jalan pintas dari pada proses alamiah
yang biasanya berlangsung lama dan menunggu musim tertentu. Di
alam, ovulasi dan pemijahan ikan diatur oleh hormon gonadotrofin
yang diproduksi oleh ikan itu sendiri yang dihasilkan dan disimpan
di dalam kelenjar hipofisa. Kelenjar hipofisa itu ialah kelenjar
endokrin yang berbentuk bulat kecil sebesar kacang hijau, terletak
di bawah otak
Selain hormon gonadotrofin yang diambil dari kelenjar
hipofisa, dapat juga dipergunakan hormon lain, misalnya :
1. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) ialah hormon yang
terdapat di dalam air seni wanita yang sedang hamil, dengan
teknik tertentu dapat dipisahkan dan dibuat sediaan berupa
cairan yang dijual dalam ampuls. Penyuntikan HCG dilakukan
intramuscular dengan dosis 6.000 IU/kg berat badan untuk ikan
belanak, hasilnya cukup baik. Dalam hal ini dilakukan 2x
suntikan dengan jarak waktu 24 – 48 jam tergantung pada
derajat perkembangan telurnya ketika pertama kali disuntik.
2. SG (Salmon Gonadotrophin) ialah hormon yang diambil dari
hipofisa ikan salmon, diproduksi secara komersial di Kanada
(Syndel Laboratory, Vancouver). Dijual dalam bentuk serbuk
putih dan harganya tidak begitu mahal.
3. LH – RH (Luteinizing Hormone – Releasing Hormone) ialah
hormon tiruan (sintetis) yang ternyata sangat efektif
16
17
merangsang kelenjar hipofisa untuk memproduksi hormon
gonadotrofin pada ikan. Hormon buatan ini telah dicobakan pada
beberapa jenis ikan dan ternyata berhasil mendorong ikan untuk
memijah. (Harvey dan Hoar, 1979 ).
4. Methyltestosteron
5. Puberogen, dll.
17
18
Perlakukan bagi ikan yang disuntik hormon
Setelah ikan yang mengandung telur matang didalam
gonadanya disuntik dengan hormon, memerlukan
perlakuan/persyaratan tertentu agar hipofisasi itu berhasil. Yaitu,
ikan setelah disuntik sebaiknya dipisahkan antara jantan dan
betina di bak terpisah agar tidak terjadi pemijahan secara liar.
Suhu air harus stabil dan cocok bagi ikan tersebut (untuk di
Indonesia yang wilayah tropika suhu optimal itu 25o- 30oC).
Suasana kolam harus tenang, tidak terganggu oleh kegaduhan/
gangguan.
Sinar tidak terlalu cerah, sebaiknya bak ditutup dengan bak
hitam/gelap.
Suhu yang lebih tinggi menyebabkan terjadinya ovulasi lebih
cepat, (jarak waktu antara penyuntikan hormon dan saat ovulasi
makin pendek). Untuk daerah tropika seperti Indonesia suhu
yang optimal/normal untuk pemijahan ikan ialah 25o – 28o C.
Fertilisasi buatan dan pemijahan buatan.
Berapa jangka waktu terjadi ovulasi setelah penyuntikan, ini
tergantung/dipengaruhi oleh suhu air dimana ikan itu ditaruh
setelah dilakukan penyuntikan. Semakin tinggi suhu air semakin
cepat reaksi terjadi. Setiap jenis ikan mempunyai suhu optimal
untuk perkembangan ovulasinya. Bagi ikan daerah tropika
berkisar antara 22 – 28 C.
Dengan cara teknik penyuntikan hormon itu, memungkinkan
dilakukan 2 teknik berbeda pada ikan yaitu :
18
19
a. Fertilisasi buatan (pembuahan buatan) dengan cara
“stripping” yaitu mengeluarkan telur dan sperma
ditampung dan dicampurkan di dalam suatu wadah, agar
terjadi pembuahan (fertilisasi) secara buatan di dalam wadh
tersebut secara terkontrol. Cara ini disusul dengan melakukan
penetasan telur, pemeliharaan burayak (larva) menjadi benih
ikan kecil (pendederan/pengipukan), selanjutnya dibesarkan
sampai menjadi benih ukuran glondongan, yang kesemuanya
dilakukan secara terkendali (terkontrol) untuk dapat
melindunginya dari serangan musuh-musuhnya, dari sifat air
dan cemaran yang mematikan dan dari serangn penyakit,
sehingga daya kehidupan anak-anak ikan dapat mencapai
lebih tinggi untuk dapat dihasilkan anak ikan lebih banyak.
b. Pemijahan buatan di tempat terkendali/terkontrol.
Pada teknik ini, penyuntikan hormone ditujukan agar ikan
mengalami tahap dimana bila dipertemukan dengan lawan
jenisnya, ikan dapat kawin/memijah seperti lazimnya di dalam
tempat tertentu yang diatur dan dipersiapkan oleh manusia.
Selanjutnya dengan akal dan kemauan
manusia/sipenyelenggara dapat melakukan langkah-langkah
agar penetasan telur, pembesaran larva seterusnya menjadi
benih gelondongan dapat dilakukan di dalam wadah dan
kolam-kolam secara terkendali pula.
Pada pelaksanaan fertilisasi buatan, orang harus mengamati
induk-induk ikan yang telah disuntik dengan hormon, agar saat
terjadi ovulasi, ikan dapat segera ditangkap, ditangani untuk diurut
(distrip) telur dan spermanya ditampung di dalam suatu wadah
untuk dicampurkan agar sperma membuahi telur-telur disitu. Saat
19
20
penanganan stripping itu harus tepat, kalu terlambat maka ikan
akan mengeluarkan telurnya begitu saja di dalam kolam walaupun
tidak ada pejantan disitu. Akibatnya telur akan mubasir tidak
terbuahi. Ini memerlukan ketrampilan dan kecermatan yang hanya
dapat berhasil bila seseorang memperoleh cukup latihan untuk
mengerjakannya.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pemijahan
Setelah dilakukan injeksi-injeksi dengan dosis yang diperlukan
oleh setiap spesies, masih diperlukan pula beberapa faktor
eksternal agar ikan berhasil memijah/kawin. Faktor-faktor
eksternal tersebut ialah :
a. Suhu air harus dalam keadaan stabil dengan derajat suhu
antara 22o-28o C untuk ikan – ikan di daerah tropika seperti di
Negara kita ini.
b. Air harus mengandung cukup oksigen terlarut yang selalu
cukup (5-7 ppm) dan cukup mengalir/berganti walaupun tidak
terlalu deras.
c. Tempat tidak terlalu cerah oleh sinar langsung. Untuk
mengatasinya dapatlah bak/kolam diberi atap atau ditutup
dengan kain penutup agar gelap.
d. Tidak terganggu oleh kegaduhan atau berisik. Kolam
sebaiknya ditempatkan ditempat terisolasi, jauh dari
keramaian. dan diberi penutup juga dapat mengurangi
pengaruh gangguan kegaduhan.
e. Sebaiknya setelah disuntik, ikan jantan dan betina dipisahkan
didalam bak tersendiri. Nanti bila sudah hampir tiba saatnya
memijah, barulah disatukan didalam kolam pemijahan yang
sudah dipersiapkan sebelumnya.
20
21
Setelah disuntik, ikan-ikan harus selalu diamati, dan setiap
jam diukur suhu airnya. Lebih-lebih apabila ikan akan dilakukan
pengurutam telur (stripping), perilaku ikan harus diamati secara
cermat, untuk melihat tanda-tanda bila sudah terjadi ovulasi agar
tidak sampai terlambatuntuk menangani ikan-ikan itu. Bila
terlambat tentu akan terjadi pelepasan telur secara tidak
terkendali, bahkan bisa terjadi sebelum ikan pejantan dimasukkan
ke dalam kolam pemijahan itu. Akibatnya tentu akan mengalami
kegagalan karena telur tidak bertemu dengan sperma. Bila
waktunya sudah hambpir memijah, perilaku ikan-ikan akan terlihat
lebih gelisah.
PENYEDIAAN INDUK-INDUK IKAN
Untuk dapat mengadakan kegiatan usaha produksi benih
ikan, maka induk-induk ikan harus dipersiapkan secara baik dan
terencana.
4.1. Induk ikan dapat diperoleh dari berbagai cara yaitu :
1. Dengan menangkap induk dan calon induk dari alam, lalu
diperlihara di dalam lingkungan perkolaman agar induk-induk
tersebut menjadi benar-benar teraklimatisasi dan sampi
mengandung telur yang matang (matang gonad). Induk yang
ditangkap dari alam biasanya masih bersifat liar, sehingga
memerlukan waktu cukup lama untuk
mendomestikasikannya. Misalnya dalam mempersiapkan
induk ikan banding, arwana jelawat, patin dan lain sebagainya
yaitu ikan-ikan yang belum biasa diternakkan.
21
22
2. Dapat juga mulai memelihara ikan dari ketika masih Yuwana.
Dipelihara di kolam dalam waktu yang cukup lama sampai
mengandung telur/gonad yang matang. Cara ini dilakukan
baik untuk ikan yang sudah biasa dibudidayakan maupun ikan
liar yang baru akan didomestikasikan.
3. Dapat juga induk yang ditangkap dari alam yang memang
induk induk yang sudah mengandung gonad yang matang
atau hampir matang.
Teknologi Pemeliharaan Induk di kolam.
Cara pemeliharaan induk di kolam merupakan prasyarat untuk
dapat memperoleh induk yang bermutu baik (artinya : sehat,
terseleksi secara genetic dan terkontrol keturunannya,
mempunyai fekunditas yang tinggi dan mutu telurnya baik
serta daya tetas yang tinggi pula).
Oleh sebab itu faktor yang penting dalam pemeliharaan induk
ikan untuk keperluan perkembangan telurnya ialah kondisi
lingkungan yang baik dan cocok serta pakan dalam kuantitas
yang cukup dan berkualitas baik.
Hampir semua jenis ikan dapat dipelihara di dalam kolam
sampai menjadi tingkat perkembangan gonad pada fase
istirahat yaitu telur pada fase dormant. Hanya saja untuk
dapat memijah/kawin, tidak semua ikan dapat dengan mudah
melakukannya, melainkan memerlukan perlakuan dan
penanganan atau rangsangan khusus (induced spawning).
Sebagai contoh, ikan asal sungai seperti grass carp, silver carp,
dimana setelah dipelihara di kolam dan mengalami pematangn
gonada (fase dormant) harus disuntik dengan hormon tertentu
agar dapat mengalami ovulasi atau memijah.
22
23
Teknik Penetasan Telur
Persyaratan air untuk penetasan telur adalah:
1. Air harus jernih, sedikit mungkin mengandung lumpur, sebab
lumpur dapat melekat pada telur
2.
Larva Ikan
Anak ikan yang baru saja menetas merupakan mahluk yang
amat lemah dan peka terhadap lingkungan hidupnya. Anak ikan ini
disebut “larva” atau “burayak”. Bentuknya pada spesies tertentu
mirip dengan ikan yang dewasa, tetapi pada spesies lainnya
mungkin jauh berbeda bentuk maupun sifatnya dengan ikan yang
dewasa.
Pada umumnya larva ikan memepunyai sifat-sifat sbb:
organ tubuhnya yang belum sempurna
ukurannya hanya beberapa mm saja (7-10 mm)
mulutnya belum terbuka
saluran pencernaan dan alat pernapasan belum berfungsi.
Makanannya masih diserap dari sisa kantong kuning telurny.
Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada pembuluh
darah renik yang mengelilingi kantong kuning telur dan/atau
menembus kulitnya yang transparan.
Belum memepunyai gelembung renang yang berisi udara,
sehingga belum dapat mengatur posisi tubuhnya dalam air.
23
24
Gerakannya masih sangat lemah, banyak berdiam di suatu titik,
menempelkan kepalanya pada benda-benda atau pada jenis ikan
tertentu larva tergeletak saja di dasar perairan dan hanya
sesekali menggerakan ekornya.
Larva tidak tahan terhadap sinar ultra violet yang terdapat
pada sinar matahari secara langsung. Karena itu pada
pemeliharaan larva (penderan) kolam harus diberi pelindung
terhadap sinar ultra violet.
TEMPAT PEMELIHARAAN LARVA
Wadah untuk pemeliharaan larva disebut “pendederan” atau
“ipukan”. Dapat berupa bak dari semen maupun kolam tanah biasa,
yang kedalamannya 30-40 cm saja. Berhubung sifatnya masih
lemah, maka bak atau kolam pendederan perlu diberi pelindung
yaitu atap yang tembus cahaya untuk menghalangi sinar matahari
langsung, agar suhu tidak terlalu berubah-ubah dan tidak terkena
air hujan langsung yang dapat merubah sifat kimia air. Dijaga
terhadap masuknya hama/pemangsa baik berupa ikan lain, hama
serangga, dan lain-lain.
Bila pendederan dilakukan di dalam kolam tanah, hendaknya
dalam kolam itu dipasang pelindung dari pelepah daun kelapa yang
di tancapkan di sekeliling kolam maupun di dalam kolam itu sendiri
sebagai tempat berlindung bagi burayak.
Padat penebaran burayak dalam kolam pendederan berkisar
antara 50-100 / meter persegi permukaan kolam. Bila dipergunakan
bak semen yang volumenya tidak terlalu besar (10-20 ton), padat
penebaran dapat dipertinggi hingga 500 ekor per meter persegi,
tetapi harus dipasang aerator agar tidak kekurangan oksigen.
24
25
Burayak peka terhadap kekurangan oksigen. Kadar oksigen dalam
kolam ini hendaknya minimum 5 ppm.
Selama pendederan air dialirkan lambat-lambat secara terus
menerus agar kotoran terlarut dapat terbuang.
MAKANAN BURAYAK
Pada hari pertama mulai makan (2-3 hari stelah menetas)
burayak hanya dapat menangkap makanan yang ukurannya amat
kecil dan gerakannya lambat. Pakan alami yang cocok bagi burayak
pertama adalah Rotifera dan Protozoa.
Protozoa adalah binatang renik bersel satu dan rotifera bersel
banyak tetapi ukurannya hanya 20-60 mikron hingga dapat masuk
dalam bukaan mulut burayak. Gerakan rotifera dan protozoa juga
lambat dan hanya melingkar-lingkar di sekitar sesuatu titik saja
sehingga mudah ditangkap oleh burayak. Pada awal mulai makan,
burayak dapat juga diberi pakan buatan berupa kuning telur
ayam/itik yang direbus, lalu diremas dan dicampur air sedikit
menjadi suspensi, lalu ditaburkan ke dalam kolam.
Burayak umur 7-10 hari memakan zooplankton ukuran 100-
200 mikron yaitu beberapa jenis cladosera kecil, dapat juga diberi
pakan tambahan berupa katul halus.
Burayak umur 10-20 hari dapat memakan zooplankton ukuran
besar yaitu Cladosera besar dan Copepoda. Disamping itu masih
terus memakan Rotifera maupun Cladosera kecil.
Untuk menanggulangi keadaan tersebut maka kolam yang
sudah dipupuk diberi obat insektisida yang lunak dengan daya
bunuhnya yang selektif (misalnya Dipterex 0,1 ppm) untuk
memebunuh zooplankton besar tetapi zooplankton kecil tetap
hidup. Sedangkan insektisida lunak tersebut sama sekali tidak
25
26
berbahaya bagi burayak. Setelah beberapa hari Rotifera habis
termakan oleh burayak, tentu daya racun obat insektisida sudah
tidak lagi berbahaya bagi zooplankton besar, maka zooplankton
besar selanjutnya akan dapat berkembang menjadi makanan bagi
burayak yang juga sekarang sudah menjadi benih yang cukup
besar.
Burayak ikan, contohnya ikan mas, setelah berumur 3 minggu
dianggap masa pendederan selesai. Benih ikan umur 3 minggu
berukuran 2-3 cm dapat dijual atau dipelihara lebih lanjut dengan
cara memindahkannya ke dalam kolam lain yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Persiapan kolam itu meliputi pembersihan terhadap
hama-hama dan pemberantasan penyakit, perbaikan tanggul, pintu
air dan menutup bocoran yang mungkin ada, pengolahan tanah dan
pemupukan. Kolam yang telah dipersiapkan dengan baik itu
ditumbuhi subur oleh berbagai jenis organisme pakan alami untuk
benih ikan yaitu fitoplankton, zooplankton kecil dan besar, jentik-
jentik serangga/nyamuk/cuk, cacing yang banyak hidup di Lumpur
dasar. Sementara itu hama yang berupa binatang pemakan anak
ikan seperti ular, linsang atau berang-berang, burung harus
diwaspadai pula.
Pemeliharaan benih lanjutan ini tidak lagi dilakukan di dalam
bak semen karena benih ikan lepas pendederan itu amat rakus
makan pakan alami yang hanya dapat tumbuh subur di kolam tanah
dengan pemupukan. Bila terpaksa dipelihara dalam bak semen,
maka terpaksa diberi pakan buatan berupa serbuk atau remah-
remah sebelum dapat memakan pellet ukuran kecil. Walaupun
benih ikan juga dapat makan pakan buatan tersebut, tetapi akan
lebih pesat pertumbuhannya apabila memeperoleh pakan alami
yang cukup banyak. Pemeliharaan lanjutan bagi benih ikan (disebut
26
27
pembenihan I) juga dapat dilakukan dalam petak sawah yang digali
parit-parit (kemalir) sedalam 40-50 cm, pembenihandilakukan
bersama padi (mina-padi) maupun sebagai “palawija” disaat sawah
tidak dipakai bertanam padi tetapi air cukup banyak.
Pemeliharaan benih lanjutan biasanya dilakukan dalam tahap
yang lamanya masing-masing 1-1,5 bulan.
Pembenihan tahap I adalah pindahan dari pendederan, setelah
benih umur 3 minggu. Pada akhir masa pembenihan tahap I hasil
benioh ikan berukuran 6-8 cm, dapat dijual dengan harga yang
lebih mahal; dan/atau dilanjutkan dengan pembenihan tahap II.
Pembenihan tahap II juga dapat dilakukan di dalam kolam tanah
atau petak sawah seperti pembenihan tahap I tadi. Lama
pemeliharaan 1,5-2 bulan. Pada akhir masa pembenihan benih
diperoleh benih ikan ukuran 10-12 cm dengan berat kira-kira 10-15
gram per ekor. Pada tahap pembenihan ini, pakan alami dengan
pemupukan tak cukup dan penambahan pakan buatan merupakan
keharusan agar benih ikan tidak kekurangan pakan dan dapat
tumbuh pesat. Pakan buatan yang diberikan berupa pakan buatan
pabrik dengan kandungan protein 25-30 % dengan ukuran remah
(crumble) atau pellet kecil agar dapat ditelan oleh benih ikan itu.
Pemeliharaan selanjutnya adalah pembesaran benih gelondongan
besar menjadi ikan konsumsi.
27