diksi dan citraan dalam kumpulan puisi ...eprints.ums.ac.id/82271/1/01. naskah publikasi.pdfpuisi...

23
DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI SUTRADARA ITU MENGHAPUS DIALOG KITA KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: LUTVIANA NOVITA SARI A310120011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: others

Post on 16-Feb-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI SUTRADARA

    ITU MENGHAPUS DIALOG KITA KARYA SAPARDI DJOKO

    DAMONO DAN IMPLEMENTASINYA DALAM

    PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

    Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

    Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan

    Oleh:

    LUTVIANA NOVITA SARI

    A310120011

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2019

  • i

  • ii

  • iii

  • 1

    DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI SUTRADARA ITU

    MENGHAPUS DIALOG KITA KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN

    IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar sosiohistoris dari Sapardi Djoko

    Damono, menjelaskan penggunaan diksi, penggunaan citraan dalam kumpulan puisi

    Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono dan implementasi

    hasil penelitian pada pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini menggunakan metode

    deskriptif kualitatif. Sumber data yang diperoleh dari kumpulan puisi Sutradara Itu

    Menghapus Dialog Kita. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka,

    teknik simak dan catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

    pembacaan semiotik, yakni pembacaan heuristik dan hermeneutik. Hasil dari penelitian

    ini: 1) Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20 maret 1940. 2) Diksi yang

    ditemukan meliputi pemanfaatan kosakata bahasa daerah, pemanfaatan kosakata bahasa

    asing, dan pemanfaatan sinonim. Sedangkan terkait citraan yang digunakan penyair

    dalam puisinya antara lain penglihatan, pendengaran, gerakan, yang didominasi oleh

    citraan penglihatan. 3) Berdasarkan hasil penelitian diksi dan citraan dalam kumpulan

    puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono dapat

    diimplementasikan dalam pembelajaran sastra Indonesia, yakni pada Kompetensi Dasar

    3.17 menganalisis unsur pembangun puisi dan Kompetensi Dasar 4.17 menulis puisi

    dengan memerhatikan unsur pembangunnya.

    Kata kunci : diksi, citraan, kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita

    karya Sapardi Djoko Damono, pembelajaran sastra di SMA.

    Abstract

    This study aims to describe the sociohistorical background of Sapardi Djoko Damono,

    explaining the use of diction, the use of images in a collection of Director's poems that

    erase Our Dialogue by Sapardi Djoko Damono and the implementation of research

    results in literary learning in high school. This study used descriptive qualitative

    method. Data sources obtained from a collection of Director's poems That Erase Our

    Dialogue. Data collection techniques using library techniques, refer to the technique and

    note. Data analysis techniques in this study were conducted by reading semiotics,

    namely heuristic and hermeneutic readings. Results of this study: 1) Prof. Dr. Sapardi

    Djoko Damono was born in Surakarta, 20 March 1940. 2) Found diction includes the

    use of local language vocabulary, the use of foreign language vocabulary, and the use of

    synonyms. While related images used by poets in his poetry include vision, hearing,

    movement, which is dominated by visual images. 3) Based on the research results of

    diction and images in a collection of Director's poems That Erase Our Dialogue by

    Sapardi Djoko Damono can be implemented in Indonesian literary learning, namely in

    Basic Competence 3.17 analyzing the building elements of poetry and Basic

    Competence 4.17 writing poetry by paying attention to the building elements.

    Keywords: diction, images, a collection of Director's poems Erasing Our Dialogue by

    Sapardi Djoko Damono, studying literature in high school.

  • 2

    1. PENDAHULUAN

    Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan

    dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang akan

    mampu merangkai kata yang mengandung gagasan-gagasan untuk disampaikan kepada

    pembaca. Adapun bahasa dalam sastra memiliki keunikan tersendiri yang berbeda

    dengan bahasa sehari-hari sehingga mampu menarik minat dan ketertarikan orang lain

    untuk menikmati sastra. Karya sastra merupakan karya imajinatif bermediumkan

    bahasa, dalam hal ini bahasa tersebut dinamakan bahasa sastra. Al-Ma’ruf (2009:3)

    mengemukakan bahasa sastra sebagai media ekspresi sastrawan dipergunakan untuk

    memperoleh nilai seni karya sastra, dalam hal ini berhubungan dengan style ‘gaya

    bahasa’ sebagai sarana sastra.

    Salah satu jenis karya sastra yang banyak dinikmati oleh masyarakat yaitu puisi.

    Puisi merupakan bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya

    makna (Kosasih, 2012:97). Puisi merupakan sebuah struktur yang kompleks, sehingga

    untuk memahaminya perlu dianalisis untuk dapat diketahui bagian-bagian serta

    jalinannya secara nyata. Meskipun demikian, orang tidak akan dapat memahami puisi

    secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang

    bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Oleh

    karena itu, sebelum pengkajian aspek-aspek yang lain, perlu lebih dahulu puisi dikaji

    sebagai sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis. Hal tersebut diperkuat oleh

    penelitian yang dilakukan Ebi (2011) memaparkan pola leksikal dan fungsi stilistika

    untuk menyampaikan aspek makna dan mencapai kohesi dalam teks pada puisi J.P

    Clark-Bekederemos.

    Pradopo (2010:7) mengungkapkan bahwa puisi mengekspresikan pemikiran yang

    membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang

    berirama. Unsur-unsur pokok yang harus ada dalam puisi berupa emosi, imajinasi,

    pemikiran, ide, nada, irama,kesan panca indera, susunan kata, kata-kata kiasan,

    kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur. Unsur-unsur pokok tersebut merupakan

    sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik

    serta memberi kesan. Scheiber (2009) memaparkan mengenai penggunaan bahasa

    figuratif pada hasil karya sekumpulan siswa di Holocaust dengan penggunaan hitungan

    tematik.

  • 3

    Penggunaan bahasa figuratif dan sarana retorika merupakan sarana untuk

    memperoleh efek keindahaan teks yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2014:210). Bahasa

    figuratif dalama aplikasinya dapat berwujud gaya bahasa yang sering dikatakan oleh

    para kritikus sastra sebagai keistimewaan dan kekhususan seorang pengarang, sehingga

    gaya bahasa merupakan ciri khas pengarang. Penelitian Sheth dan Arun (2007)

    menunjukkan bahwa keterkaitan figuratif terhadap gejala kebahasaan yang sering

    muncul dalam suatu ajang dan kompetensi.

    Waluyo mengungkapkan bahwa bahasa figuratif digunakan oleh sastrawan untuk

    mengatakan sesuatu dengan cara tidak langsung untuk mengungkapkan makna (Al-

    Ma’ruf, 2009:59). Al-Ma’ruf (2009:60) mengungkapkan bahwa bahasa figuratif dalam

    penelitian stilistika karya sastra dapat mencakup majas, idiom, dan peribahasa.

    Pemilihan tiga bentuk bahas figuratif tersebut didasarkan karena ketiganya merupakan

    sarana sastrayang dipandang representatif dalammendukung gagasan pengarang. Selain

    itu, ketiga bentuk bahasa figuratif itu banyak dimanfaatkan oleh para sastrawan dalam

    karyanya.

    Bahasa di dalam karya sastra yang dikaji dengan stilistika terdapat dua

    kemungkinan dalam mendekatinya. Pertama, studi stilistika dilakukan dengan cara

    menganalisis sistem linguistik karya sastra dan dilanjutkan dengan menginterpretasi

    ciri-cirinya, dilihat dari tujuan estetis karya sastra sebagai makna yang penuh. Kedua,

    penelitian stilistika ini dilakukan dengan mempelajari sejumlah ciri khas dengan

    membedakan sistem bahasa yang satu dengan sistem-sistem lain (Nurgiyantoro,

    2014:274).

    Penelitian Bode (2013) menjelaskan bahwa pemahaman sesorang terhadap

    penanda yang dihasilkan dari bait indah puisi masih dalam taraf yang kurang. Berbicara

    tentang stilistika sebagai pendekatannya sebenarnya sangat mendukung, namun dalam

    penelitian ini kurang bisa membahas secara mendalam mengenai kajian stilistika

    tersebut. Pembelajaran seni sastra pada tahap ini juga masih taraf pemula, sehingga

    kurang bisa diterapkan pada pembelajaran di kota ini.

    Kumpulan puisi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Sutradara Itu

    Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono. Pemilihan kumpulan puisi

    tersebut didasarkan pada hasil tinjauan sebelumnya bahwa (1) kumpulan puisi

    diindikasi menggunakan diksi yang unik dan berbagai citraan, (2) menggunakan bahasa

  • 4

    yang sederhana sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Kumpulan puisi

    Sutradara Itu Mengahapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono termasuk

    kumpulan puisi terpopuler yang diterbitkan oleh Editum tahun 2012. Kumpulan puisi

    tersebut terdiri dari 41 buah puisi dengan tebal buku 72 halaman.

    Berkaitan dengan pembelajaran sastra di SMA, salah satu karya sastra yang

    diajarkan di SMA adalah puisi. Citraan yang merupakan unsur fisik puisi adalah salah

    satu materi yang terdapat pada pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran citraan

    merupakan salah satu pembelajaran yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Citraan

    menjadi bagian dari unsur instrinsik suatu karya sastra. Citraan sering pula ditemukan di

    berbagai soal-soal bahasa Indonesia. Selain itu, citraan juga ditemukan di luar unsur

    sastra, misalnya pada berita, iklan, dan juga digunakan seseorang untuk

    mengungkapkan perasaan. Pembelajaran citraan pada Kurikulum 2013 atau lebih

    dikenal dengan K13 terdapat pada silabus K13 SMA kelas X semester genap dengan

    Kompetensi Dasar 3.17 menganalisis unsur pembangun puisi dan Kompetensi Dasar

    4.17 menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya.

    Berdasarkan alasan tersebut yang menjadikan ketertarikan utama untuk

    melakukan penelitian yang berjudul “Diksi dan Citraan dalam Kumpulan Puisi

    Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita Karya Sapardi Djoko Damono dan

    Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”.

    2. METODE

    Berdasarkan metodenya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Strategi

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus terpancang. Siswantoro

    (2010:40) menjelaskan bahwa penelitian terpancang digunakan peneliti di dalam

    penelitiannya sudah memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya

    sebelum memasuki lapangan studinya. Adapun data dalam penelitian ini adalah data

    yang berwujud kata, frase dan kalimat yang terdapat dalam kumpulan puisi Sutradara

    Itu Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono yang berkaitan dengan diksi

    dan citraan.

    Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka,

    teknik simak dan catat. Dalam penelitian ini, teknik validitas yang digunakan adalah

    trianggulasi data. Penggunaan triangulasi data dengan cara memeriksa kebenaran data

  • 5

    dengan menggunakan perbandingan antara data dari sumber data yang satu dengan

    sumber data yang lain, sehingga keabsahan dan kebenaran data akan diuji oleh sumber

    data yang berbeda. Data nilai-nilai pendidikan karakter dalam kumpulan puisi

    Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono akan saling

    dicocokkan antara hasil studi pustaka, hasil penyimakan, dan pencatatan. Masing-

    masing data kemudian di-cross check untuk menentukan kevalidannya.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Latar Sosiohistoris Sapardi Djoko Damono

    Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20 maret 1940. Sapardi merupakan anak

    sulung dari pasangan Sadyoko dan Sapariah. Sadyoko adalah abdi dalem di Keraton

    Kasunanan, mengikuti jejak kakeknya. Berdasarkan kalender Jawa, ia lahir di bulan

    Sapar. Hal itu menyebabkan orang tuanya memberinya nama Sapardi. Menurut

    kepercayaan orang Jawa, orang yang lahir di bulan Sapar kelak akan menjadi sosok

    yang pemberani dan teguh dalam keyakinan (Sulistyanto, 2012:12).

    Sapardi bersekolah di Sekolah Rakyat (sekarang Sekolah Dasar) Kraton

    Kasatriyan. Setelah itu ia melanjutkan ke SMP Negeri 2 Surakarta. Pada saat itulah

    kegemarannya terhadap sastra mulai nampak. Ia suka mengunjungi beberapa persewaan

    buku yang waktu itu banyak terdapat di kotanya. Di sana ia mengenal dunia rekaan

    yang diciptakan Karl May, Sutomo Djauhar Arifin, William Saroyan, Pramoedya

    Ananta Toer, Mochtar Lubis, R.A. Kosasih dan lain-lain. Ia lulus SMP tahun 1955.

    Kemudian ia melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 2 Surakarta. Sejak ia duduk di kelas

    dua SMA, ia mulai menulis puisi. Karyanya dimuat pertama kali oleh sebuah suat kabar

    di Semarang. Sapardi lulus dari SMA pada tahun 1958 (Sulistyanto, 2012:12). Sebuah

    karya ditulis berdasarkan inspirasi yang didapat oleh pengarangya melalui pengamatan

    atau perenungan atas lingkungan sekitar (Soemanto, 2006:5).

    Sapardi Djoko Damono yang lahir di kota Solo menjadikan kota tersebut dan

    beberapa kampung yang pernah ditinggalinya seperti Ngadijayan menjadi salah satu

    latar tempat pada karya-karyanya. Latar waktu yang terdapat pada karyanya juga

    merujuk pada waktu saat pengarang beranjak dari usia remaja menuju ke

    dewasa yaitu tahun 1960-an. Latar sosial pekerjaan orang-orang dekat pengarang seperti

    ayah Sapardi yang menjadi abdi dalem di Kraton Surakarta dan pegawai negeri sipil

  • 6

    pada Jawatan Pekerjaan Umum. Demikian halnya yang ada pada karya-karyanya, latar

    sosial pekerjaan tersebut juga memberikan gambaran pekerjaan yang tidak jauh dari

    latar sosial pekerjaan yang pernah dilalui dan dialami sendiri oleh pengarang

    (Soemanto, 2006:5).

    3.2 Diksi dalam Kumpulan Puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya

    Sapardi Djoko Damono

    3.2.1 Pemanfaatan Kosakata Bahasa Daerah

    Kata-kata dari bahasa daerah sering digunakan dalam karya sastra yang berlatar tempat

    daerah yang bersangkutan atau tokohnya berasal dari daerah tertentu. Pemilihan kata

    dari kosakata bahasa daerah yang dipergunakan untuk menamai tokoh dapat

    mempertegas tokoh yang berasal dari daerah tertentu atau mempertegas latar tempat.

    Puisi Sebelum Sendiri karya M Aan Mansyur pun juga menggunakan kosakata bahasa

    daerah sebagai penunjukan maksud yang ingin disampaikan.

    Sajak tak rampung (hlm14)

    Data di atas menggunakan bahasa daerah yang berasal dari Pulau Jawa. Bahasa Jawa

    yang digunakan terletak pada kata rampung. Hal ini menunjukkan makna dalam bahasa

    Indonesia berarti selesai. Pencarian makna pada diksi tersebut perlu dilihat dari konteks

    yang dibahas oleh pengarang.

    Langit buku favorit

    Aku. Buku gambar semua manusia

    Sajak tidak rampung. Cerita tidak

    berujung

    Bila dilihat dari konteks yang membawa kata tersebut, maka diketahui yang ingin

    disampaikan pengarang yaitu cerita dari perjalanan hidup manusia tidak selesai jika

    dituliskan dalam puisi ini semuanya.

    3.2.2 Pemanfaatan Kosakata Bahasa Asing

    Penggunaan kosakata bahasa asing dalam suatu kailmat dapat menimbulkan berbagai

    kesan dimaksudkan untuk menimbulkan kesan tertentu. Hal ini dilakukan oleh

    pengarang untuk menguatkan penggambaran latar tempat dan waktu tertentu. Dalam

    penggunaan kosakata asing misalnya, kosakata bahasa Inggris, pilihan kosakata bahasa

    Inggris sebagai sarana untuk meningkatkan prestasi, juga bisa mengartikan sok intelek,

    modern, dan kesan hidup mewah.

    Restoran (hlm.19)

  • 7

    Data di atas menggunakan pemanfaatan kosakata bahasa asing. Hal tersebut dilakukan

    oleh pengarang untuk menguatkan penggambaran latar tempat dan waktu tertentu. Kata

    restoran berasal dari bahasa Prancis yang diserap oleh bahasa Inggris yang berarti suatu

    tempat yang menyediakan makanan dan minuman untuk dikonsumsi tamu sebagai

    kebutuhan dalam rangka memperbaiki/memulihkan kembali kondisi yang telah

    berkurang setelah melakukan suatu kegiatan.

    3.2.3 Pemanfaatan Sinonim

    Pemanfaatan sinonim digunakan untuk menyebutkan persona pertama, kedua, dan

    ketiga. Misalnya, aku, saya, kamu, anda, engkau, dia, kalian, eyang, mbah, dan

    sebagainya. Pemanfaatan sinonim dipilih karena keterikatan dengan sifat bahasa yang

    mengenal adanya tataran kesopanan (undha-usuk). Pemanfaatan sinonim tersebut

    dimaksudkan untuk menimbulkan rasa hormat, keakraban, merendahkan, atau

    menjauhkan.

    Penjara bagimu

    Kerangkeng bagiku (hlm.25)

    Dalam puisi tersebut terdapat pemanfaatan sinonim kata penjara dan kerangkeng. Kata

    penjara yang berarti tempat (ruangan) untuk manusia dan kata kerangkeng yang berarti

    kandang untuk hewan. Fungsi pemanfaatan sinonim pada puisi tersebut untuk

    menimbulkan kesan hormat antartokoh.

    Kata penjara dan kerangkeng berhubungan dengan nilai rasa. Kata

    “kerangkeng” memiliki nilai rasa yang lebih rendah dibanding penjara, karena

    kerangkeng akrab digunakan sebagai tempat untuk mengurung hewan. Pengarang

    merara dirinya lebih rendah daripada istrinya. Pengarang menggunakan kerangkeng

    sedangkan kepada istrinya digunakan nilai rasa yang lebih tinggi yaitu penjara.

    3.3 Citraan dalam Kumpulan Puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya

    Sapardi Djoko Damono

    Sesuai dengan data yang ditemukan pada sumber data, pembahasan data sesuai

    klasifikasinya masing-masing dijelaskan sebagai berikut.

    3.3.1 Citraan Penglihatan

    Citraan penglihatan memberi efek kepada pembaca, pembaca seolah-olah melihat objek

    yang ada dalam puisi. Angan pembaca dibawa seolah-olah melihat objek tersebut.

    Citraan penglihatan yang ada dalam Puisi Topeng Monyet (hlm.13) karya Sapardi Djoko

    Damono adalah sebagai berikut:

  • 8

    Monyet kecil itu (hlm.13)

    Data ini termasuk dalam citraan penglihatan. Deskripsi pada data tersebut menampilkan

    aku lirik yang mengungkapkan gambaran di sekitarnya. Penggunaan kata yang secara

    menonjol sebagai penunjukkan terhadap sesuatu yang dilihat tampak dari kata ‘itu’.

    Deskripsi dari kata tersebut cenderung memperlihatkan jenis citraan penglihatan yang

    mampu membangkitkan gerak, peristiwa, dan ingatan yang diungkapkan aku lirik.

    Pada data ini memiliki fungsi sebagai fasilitas untuk pembaca dalam

    menemukan dan memahami makna, karena dengan penghadiran citraan penglihatan,

    lebih mengongkretkan yang dimaksud oleh penulis. Hadirnya citraan penglihatan

    membuat pembaca lebih bisa meraba maksud dari penulis yang ingin disampaikan

    dalam karya sastranya. Pada data ini tidak digunakan pembanding untuk menunjukkan

    wujud dari citraan yang mampu menjelaskan dan penggunaan unsurnya memiliki sifat

    yang sama.

    Beranjak dari sini, selanjutnya larik-larik puisi lebih mudah dipahami sebagai

    ungkapan secara utuh juga karena secara makna masih berkelanjutan antara larik satu

    dengan larik berikutnya. Apabila tidak ungkapan tidak utuh, mungkin pembaca akan

    mengira sebagai ungkapan ambigu. Itu sebenarnya tidak masalah, karena setiap karya

    sastra akan memiliki makna yang berbeda tergantung dari mana sudut pandang analisis

    makna itu dilakukan. Tapi setidaknya, penulis bisa membantu mengolah makna yang

    diinginkan agar sesuai dengan yang diinginkan penulis dengan makna yang didapat oleh

    pembaca.

    di sela-sela kendaraan (hlm.13)

    Penyair puisi tersebut kerap melukiskan sesuatu dengan imaji penglihatan, seperti dalam

    data tersebut. Pelukisan imaji penglihatan oleh Sapardi Djoko Damono sangat mayoritas

    karena memang sesuai dengan ciri khas kepengarangan beliau. Suatu pengalaman yang

    dirasakan, dilihat, dan dialami oleh penulis yang dituangkan dalam kata yang tersusun

    rapi dalam sebuah bait menjadi suatu unsur estetik tersendiri.

    Pada data ini memiliki fungsi sebagai fasilitas untuk pembaca dalam menemukan

    dan memahami makna, karena dengan penghadiran citraan penglihatan, lebih

    mengongkretkan yang dimaksud oleh penulis. Hadirnya citraan penglihatan membuat

    pembaca lebih bisa meraba maksud dari penulis yang ingin disampaikan dalam karya

  • 9

    sastranya. Pada data ini tidak digunakan pembanding untuk menunjukkan wujud dari

    citraan yang mampu menjelaskan dan penggunaan unsurnya memiliki sifat yang sama.

    Bintang pertunjukan (hlm.13)

    Data ini termasuk dalam citraan penglihatan. Deskripsi pada data tersebut menampilkan

    aku lirik yang mengungkapkan gambaran di sekitarnya. Penggunaan kata yang secara

    menonjol sebagai penunjukkan terhadap sesuatu yang dilihat tampak dari kata

    ‘pertunjukan’. Deskripsi dari kata tersebut cenderung memperlihatkan jenis citraan

    penglihatan yang mampu membangkitkan gerak dan peristiwa yang diungkapkan aku

    lirik.

    Aspek citraan penglihatan dimanfaatkan untuk memperlihatkan fenomena sosial

    yang masih tampak natural. Jenis citraan ini cenderung menunjukkan sifat-sifat sosial

    yang masih murni melalui fenomena yang secara langsung tertangkap mata.

    Penggunaan jenis citraan penglihatan untuk menggambarkan perasaan aku lirik yang

    sedang gelisah kemudian diperbandingkan dengan kata konkret bintang pertunjukan.

    Hal ini dimaksudkan untuk membangun makna kiasan.

    Deretan mobil (hlm.13)

    Bentuk deskripsi pada data di atas secara metaforis memberikan perbandingan dari

    pemikiran dan batin aku lirik. Perwujudan aspek citraan aspek sosial ini

    menggambarkan kegelisahan yang sedang dihadapi oleh aku lirik. Pemanfaatan

    fenomena sosial yang ditangkap melalui kesan terhadap lingkungan di sekitarnya.

    Kesan tersebut kemudian terwujud dalam puisi melalui bentuk bahasa yang cenderung

    dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.

    Citraan penglihatan yang digunakan dan dihasilkan dalam puisi-puisi ini secara

    dominan menimbulkan efek khusus yang merepresentasikan kondisi sosial secara

    simbolik. Puisi-puisi yang dominan memanfaatkan aspek citraan penglihatan itu berisi

    lirik-lirik yang mengungkapkan dialog batin, kesan terhadap pengalaman di lingkungan

    alam, dan memberikan persepsi terhadap persoalan mengenai kehidupan secara luas dan

    bermakna di balik visualisasi lingkungan yang banyak dinyatakan oleh Sapardi Djoko

    Damono melalui puisi Topeng Monyet.

    3.3.2 Citraan Pendengaran

    Citraan pendengaran memberi efek kepada pembaca, pembaca seolah-olah

    mendengarkan suatu objek yang ada dalam puisi. Angan pembaca dibawa seolah-olah

  • 10

    mendengarkan objek tersebut. Citraan pendengaran yang ada dalam Puisi Rumah di

    Ujung Jalan (hlm.18) karya Sapardi Djoko Damono adalah sebagai berikut:

    Suara tasbih yang teratur (hlm.18)

    Aspek citraan alam auditif adalah kata atau serangkaian kata yang dapat

    mengungkapkan pengalaman yang berhubungan dengan indra pendengaran di mana

    telinga seakan mendengar suara atau bunyi. Kata-kata dalam puisi yang seolah didengar

    akan lebih cepat dirasakan. Bunyi atau suara yang ditimbulkan melalui diksi alam

    membangkitkan persepsi yang seolah-olah berbisik atau saling berbicara. Citraan

    pendengaran mampu membuat pembaca juga ikut mendengar apa yang dipercakapkan

    oleh angin. Hal tersebut memancing imajinasi pembaca sehingga membawa nuansa

    alam. Apa yang diungkapkan aku lirik dan didengarkan untuk memberikan pengalaman

    kepada pembaca mengenai apa yang tertangkap melalui telinga.

    Berbagai pengalaman intelektual yang pernah dirasakan dan dialami oleh Sapardi

    Djoko Damono, merupakan penggambaran yang sangat sempurna dalam tubuh sebuah

    puisi demi menciptakan sosok pengolahan logika intelek dari pembacanya. Pemanfaatan

    citraan dalam puisi tersebut mampu menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa

    yang dirasakan oleh penyair. Seandainya penyair menggunakan bahasa biasa dirasa

    tidak mudah bagi pembaca untuk membayangkan apa yang dirasakan penyair, terlebih

    pengalaman dalam kehidupan sosial bermasyarakat yang bersifat lahir dan batin.

    Bersahut-sahutan dengan loncatan jarum jam (hlm.18)

    Data ini termasuk citraan pendengaran. Citraan tersebut merangsang pembaca dengan

    cara mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan indera pendengaran seperti bunyi-

    bunyi tertentu. Citraan pendengaran dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan

    bunyi suara. Kata-kata yang dipilih oleh penyair menghasilkan gambaran imajinasi

    sebagai sarana ekspresi untuk menyampaikan gagasan dalam puisipuisinya. Dalam puisi

    tersebut, bunyi yang dihadirkan adalah bunyi jarum jam.

    3.3.3 Citraan Gerakan

    Citraan gerakan merupakan sarana kepuitisan yang digunakan oleh penyair untuk

    memperkuat gambaran pikiran dan perasaan pembaca. Sarana ini berkaitan erat dengan

    pengalaman inderawi penyair atas objek-objek yang disebutkan atau diterangkan dalam

    puisi. Citraan penglihatan yang ada dalam Puisi Topeng Monyet (hlm.13) karya Sapardi

    Djoko Damono adalah sebagai berikut:

  • 11

    Berdiri (hlm.13)

    Data ini termasuk dalam citraan gerakan. Deskripsi pada data tersebut memanfaatkan

    daya ekspresi kebahasaan dari penyair dan menjadi salah satu kekuatan puisi untuk

    menciptakan hal-hal yang konkret. Penonjolan kata ‘berdiri’ memberi konteks gerakan

    dari indra gerak. Gambaran-gambaran yang ditimbulkan oleh citraan gerakan dalam

    puisi tersebut dapat mewakili fungsi puitik sajak.

    Pada data ini, citraan gerakan tersebut digunakan dalam usaha memancing

    bayangan pendengaran guna membangkitkan suasana tertentu. Sesuatu yang tidak

    dibuat seolah-olah menyentuh indra pendengaran, yang akhirnya menyebabkan

    pembaca menghubungkan dengan sesuatu. Unsur citraan pada data ini dapat

    membangkitkan ide-ide abstrak yang terdapat dalam puisi. Citraan gerakan yang

    dihadirkan penyair dalam puisi Topeng Monyet sangat didukung oleh bahasa yang

    indah.

    Selanjutnya, secara visual larik-larik puisi menampakkan suasana yang sendu,

    dimana kata-kata yang diungkapkan menunjukkan dialog batin yang penuh teka-teki.

    Kesan atau gambaran visual tersebut ditimbulkan melalui deskripsi yang mengutamakan

    keteraturan gerak panca indra lewat citraan yang diungkapkan. Citraan gerakan

    selanjutnya terdapat dalam Puisi Topeng Monyet (hlm.13) karya Sapardi Djoko

    Damono adalah sebagai berikut:

    Melompat-lompat (hlm.13)

    Penciptaan sebuah puisi, Sapardi Djoko Damono tidak terlepas dari gambaran-

    gambaran angan (pikiran) untuk membuat suasana khusus, untuk membuat (lebih) hidup

    gambaran dalam pikiran dan penginderaan dan juga untuk menarik perhatian. Citaan

    gerakan yang dihadirkan Sapardi Djoko Damono lewat puisinya ‘melompat-lompat’

    memiliki cirri khas tersendiri. Ia melihat kehidupan masa sekarang tanpa melupakan

    masa lampau yang pernah dilaluinya.

    Gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak membuat hidup

    setiap larik dalam puisi tersebut. ‘Melompat-lompat’ menunjukkan gambaran yang

    dinamis. Pemilihan terhadap kata di setiap larik menyebabkan timbulnya daya saran dan

    menyebabkan daya bayang pembaca terhadap suatu hal. Daya bayang (imajinasi)

    pembaca tersentuh karena beberapa dari indera dipancing untuk segera membayangkan

    sesuatu yang lewat dari bayang pembaca, yaitu indra gerak.

  • 12

    Citraan gerakan pada data ini bersifat deskriptif dan imajinatif yang diwujudkan

    dalam bentuk kebendaan dan kata. Jika dilihat dari fungsi, maka larik puisi tersebut bisa

    mengundang kembali ingatan pembaca atau pengalaman yang pernah dirasakan. Oleh

    karena itu kehadiran citraan gerakan ini tidak membawa kesan baru dalam pikiran

    melainkan melibatkan pembaca untuk terlibat dalam kreasi puitis.

    Menadahkan (Topeng Monyet hlm.13)

    Pada data ini, citraan gerakan juga dihadirkan oleh penyair. Melalui kata ‘menadahkan’,

    penyair dapat membangun sebuah citraan gerak yang menggugah perasaan. Hal tersebut

    dilakukan melalui deskripsi dan pelambangan. Pengimajian penyair dibatasi dengan

    pengertian kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman

    sensoris, seperti gerakan. Ungkapan pengalaman penyair itu dapat diterjemahkan ke

    dalam gambaran konkret mirip musik atau gambar sehingga pembaca seolah-olah

    merasakan sentuhan perasaannya.

    Aspek citraan gerakan membangkitkan pikiran atau perasaan pembaca sehingga

    menangkap bahwa pembaca benar-benar mengalami peristiwa perasaan jasmaniahnya

    yang dirasa atau dialami secara imajinatif melalui gerakan. Pada data ini, tujuan penyair

    mengungkapkan larik-larik setiap kata adalah menimbulkan suasana yang khusus.

    Artinya, membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan gerakan, serta

    untuk menarik perhatian. Citraan gerakan yang menonjol dalam Puisi Rumah di Ujung

    Jalan (hlm.18) karya Sapardi Djoko Damono adalah sebagai berikut:

    Membukakan pintu (Rumah di Ujung Jalan hlm.18)

    Data ini juga menunjukkan citraan gerakan. Citraan tersebut diungkapkan penyair

    sesuai dengan karakteristik seorang manusia yang pada dasarnya lebih cenderung apa

    adanya dalam menyampaikan segala hal, baik itu yang berwujud gerakan atau tindakan

    yang ada di sekelilingnya. Kata ‘Membukakan pintu’ menyatakan bahwa citran gerak

    ditimbulkan oleh adanya gerak. Citraan ini menimbulkan gambaran yang dinamis dan

    hidup. ‘Membukakan pintu’ menunjukkan citraan yang menggambarkan gerak sesuatu

    yang memang dapat bergerak. Selanjutnya, Puisi Ia Bilang karya Sapardi Djoko

    Damono (hlm.45) juga menunjukkan citraan gerakan.

    Kurentangkan (Ia Bilang hlm.45)

    Pada data ini, citraan gerakan diungkapkan oleh penyair melui kata ‘kurentangkan’.

    Penggunaan citraan tersebut dimaksudkan untuk mengkonkretkan gagasan yang abstrak

  • 13

    melalui kata-kata dan ungkapan yang mudah membangkitkan tanggapan imajinasi

    pembaca. Selain itu juga untuk menimbulkan suasana yang khusus membuat lebih

    hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan, dan juga untuk menarik perhatian,

    khususnya dalam citraan gerakan. Kata ‘kurentangkan’ memuat indra gerakan, yaitu

    tangan yang artinya mengulurkan kedua tangan untuk melakukan sesuatu. Selain itu,

    citraan gerakan lainnya yang terdapat dalam Puisi Ia Bilang karya Sapardi Djoko

    Damono adalah sebagai berikut.

    Duduk di kursi penjalin (Ia Bilang hlm.45)

    3.4 Implementasi Hasil Penelitian terhadap Pembelajaran Sastra di SMA

    Secara umum sastra memiliki fungsi personal dan sosial. Fungsi personal mengacu pada

    peranan sastra sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan setiap diri

    manusia sebagai makhluk hidup. Dengan bahasa, manusia menyatakan keinginan, cita-

    cita, kesetujuan dan tidak setujuan, serta rasa suka dan tidak suka. Adapun fungsi sosial

    mengacu pada peranan bahasa sebagai alat komunikasi dan berinteraksi antar individu

    atau antar kelompok sosial. Dengan menggunakan bahasa mereka saling menyapa,

    saling mempengaruhi, saling bermusyawarah, dan kerja sama.

    Lazar (Al-Ma’ruf, 2012) menjelaskan, bahwa fungsi sastra adalah:

    1) Sebagai alat untuk merangsang siswa dalam menggambarkan pengalaman, perasaan,

    dan pendapatnya;

    2) Sebagai alat untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan intelektual

    dan emosionalnya dalam mempelajari bahasa; dan

    3) Sebagai alat untuk memberi stimulus dalam pemerolehan kemampuan berbahasa.

    Dalam bahasa yang lebih sederhana pembelajaran sastra memiliki fungsi psikologis,

    ideologis, edukatif, moral, dan kultural.

    Fungsi-fungsi tersebut jarang berdiri sendiri. Antara satu fungsi dengan fungsi lain

    saling terkait dan saling mendukung. Jadi, suatu tindak berbahasa dapat mengandung

    lebih dari satu fungsi. Salah satu prinsip penting dalam pengajaran sastra adalah

    pemilihan bahan pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Yang dimaksud

    dengan pemilihan bahan tersebut adalah bahan pengajaran yang disajikan kepada siswa

    dalam proses belajar mengajar harus sesuai dengan kemampuan siswa pada suatu tahap

    pengajaran tertentu.

  • 14

    Adapun fungsi pembelajaran sastra menurut Lazar (Al-Ma’ruf, 2012) adalah:

    1) Memotivasi siswa dalam menyerap ekspresi bahasa

    Majas dan citraan pada kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Diaolog Kita

    karya Sapardi Djoko Damono sesuai dengan kurikulum yaitu Kurikulum 2013 revisi

    2017. Kesesuaian itu ditunjukkan pada kompetensi dasar sebagai berikut.

    a) KD 3.17 Menganalisis unsur pembangun puisi.

    b) KD 4.17 Menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya

    Dengan kata lain kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Diaolog Kita karya

    Sapardi Djoko Damono mencakupi materi pembelajaran untuk pendidikan karakter

    pada taraf Sekolah Menengahh Akhir (SMA) untuk kelas X semester dua (genap).

    2) Alat simulatif dalam language acquisition

    Kesesuaian hasil penelitian diksi dan citraan pada kumpulan puisi Sutradara Itu

    Menghapus Diaolog Kita karya Sapardi Djoko Damono dengan tingkat pendidikan

    yaitu SMA. Peserta didik dalam tingkat SMA berbeda pola pemikiran dengan

    peserta didik dalam tingkat SMP. Perkembangan pola pemikiran peserta didik

    tingkat SMA sudah memasuki fase remaja dimana masa pubertas dalam

    perkembangan manusia. Pada kutipan puisi “Rumah di Ujung Jalan” menunjukkan

    keterkaitannya dengan language acquisition.

    ....

    seorang lelaki tua

    bertelekan tongkat

    menyambutku. Aku yakin ini alamat

    rumah yang kucari-cari selama ini.

    ....

    Pembelajaran sastra jika dilaksanakan secara benar akan dapat meningkatkan

    kualitas kebudayaan manusia. Bahkan menurut Reeves (1972:10), daya edukatif

    puisi (dan karya sastra lainnya) tidak terbatas jika pemilihan (bahan ajar)-nya

    dilakukan secara tepat. Dalam konteks itu, guru sastra bertugas untuk

    mengembangkan daya kreatif siswa agar mereka terbiasa memberi makna terhadap

    karya sastra yang dibacanya (Teeuw, 1982:36). Jadi, guru harus berperan sebagai

    mediator (bukan “algojo”, sumber kebenaran tunggal) untuk membantu siswa dalam

    menginterpretasi karya sastra yang dibacanya. Diksi dan majas yang disajikan oleh

    Sapardi pada kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Diaolog Kita memasuki

    fase metaforfosa sastra yang sangat tepat digunakan untuk siswa jenjang SMA.

  • 15

    3) Media dalam memahami budaya masyarakat

    Sesuai dengan sumber data yang digunakan yaitu sebuah puisi, bahan ajar yang

    disajikan dapat dengan mudah digunakan sesuai dengan perkembangan pola

    pemikiran peserta didik tingkat SMA. Berkesinambungan sendiri bisa

    diimplementasikan dengan cara memilah pendidikan karakter dan berbangsa yang

    berkelanjutan dengan pendidikan karakter lainnya. Masyarakat yang pola

    penggambaran di dalam sebuah karya sastra memiliki sebuah budaya sendiri. Hal

    tersebut tergambarkan pada kutipan puisi “Kesaksian” berikut ini.

    Kita menyaksikan mereka bergumul dengan laki-laki dan perempuan

    yang melawan dan kita diam saja.

    Kita menyaksikan semakin banyak orang berkerumun menyaksikan

    peristiwa itu dan kita diam saja.

    Aku menyaksikan wajahmu yang jadi ganjil ujudnya dan aku diam saja.

    Kau menyaksikan aku terdengar rakus.

    ....

    4) Alat pengembangan kemampuan interpretatif

    Sifat faktual maupun konseptual tergambar pada hasil penelitian yang ditunjukkan

    oleh keterikatan diksi dengan latar belakang penyair. Tidak hanya itu, siswa SMA

    yang mendapatkan kandungan materi dari kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus

    Diaolog Kita mampu merubah mindset menjadi lebih terarah. Hal tersebut yang

    mampu mengubah jati diri seorang siswa ke arah yang lebih baik.

    5) Sarana untuk mendidik manusia seutuhnya (educating the whole person)

    Memilih bahan ajar sastra, harus diperhatikan latar belakang budaya siswa yang

    mengacu pada ciri khas masyarakat tertentu dengan segala variasinya yang meliputi:

    pranata sosial, stratifikasi sosial, norma, tradisi, etos kerja, lembaga, hukum, seni,

    kepercayaan, agama, sistem kekrabatan, cara berpikir, mitologi, etika, moral, dan

    sebagainya. Demikian pula latar belakang karya sastra perlu diperhatikan seperti:

    sejarah, politik, sosiologis, kultur, kepercayaan, agama, geografis, dan sebagainya.

    Mudah dipahami bahwa pada umumnya para siswa akan lebih mudah tertarik pada

    karya sastra dengan latar belakang yang akrab dengan kehidupannya. Lebih-lebih

    jika karya sastra itu mengangkat tokoh yang berasal dari lingkungan sosialnya dan

    memiliki kesamaan budaya dengan mereka.

  • 16

    Menurut Rahmanto (2004:27) kriteria pemilihan bahan pengajaran sastra dapat ditinjau

    dari berbagai segi yaitu dari sudut bahasa, segi kematangan jiwa (psikologi), dan sudut

    latar belakang budaya. Berikut ini akan di bahas lebih lanjut tentang ketiga komponen

    ini.

    1) Bahasa

    Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah

    yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai

    pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok

    pembaca yang ingin dijangkau pengarang (Rahmanto, 2004:27).

    Penjelasan di atas mengambarkan bahwa menjadi bahan ajar yang baik harus

    memiliki kriteria kebahasaan yang baik. kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus

    Diaolog Kita ini telah memiliki kriteria yang baik dari segi pemilihan kata bahasa

    dan kesesuaian dengan sasaran ajarnya.

    Penulisan yang dipakai oleh pengarang sangat ringan dan mudah dipahami

    oleh para pelajar khususnya fokus peneiltian ini pada pelajar SMA kelas X.

    Menggunakan bahasa kesastraan yang mudah dipahami serta menggunakan kata-

    kata yang sesuai dengan masa karya sastra. Contoh pengalan puisi “Rumah di Ujung

    Jalan” berikut mampu menjadikan sebuah referensi dalam pemilihan bahan ajar

    siswa.

    ....

    seorang lelaki tua

    bertelekan tongkat

    menyambutku. Aku yakin ini alamat

    rumah yang kucari-cari selama ini.

    ....

    Penggalan di atas mengambarkan bahwa pengarang menggunakan bahasa yang

    mudah dipahami. Pembaca juga mudah memahami khususnya Siswa SMA.

    Penggunaan bahasa-bahasa yang ada juga tergolong bahasa yang baik meliputi

    aspek interaktif (struktur kalimat yang sinkron) dan aspek lugas (memiliki satu

    makna/mono semantis). Walaupun sejatinya sebuah puisi akan menghasilkan

    beberapa presepsi makna yang berbeda disetiap pembacanya, namun untuk puisi

    Rumah di Ujung Jalan mampu dihadirkan mono semantis yang mudah untuk

    dipahami.

  • 17

    2) Segi Psikologi

    Perkembangan psikologis dari taraf anak menuju kedewasaan ini melewati tahap-

    tahap perkembangan psikologis ini hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini

    sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak

    hal. Perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap: daya

    ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan

    pemahaman situasi atau pemecahan problem yang dihadapi (Rahmanto, 2004:29-

    30). Berikut penggalan puisi “Kesaksian” yang menunjukkan penerimaan dari sudut

    pandang psikologi.

    Kita menyaksikan mereka bergumul dengan laki-laki dan perempuan

    yang melawan dan kita diam saja.

    Kita menyaksikan semakin banyak orang berkerumun menyaksikan

    peristiwa itu dan kita diam saja.

    Aku menyaksikan wajahmu yang jadi ganjil ujudnya dan aku diam saja.

    Kau menyaksikan aku terdengar rakus.

    ....

    3) Segi Latar Belakang Budaya

    Latar belakang karya sastra ini meliputi hampir semua faktor kehidupan manusia

    dan lingkungannya, seperti: geografi, sejarah, topografi, iklim, mitologi, legenda,

    pekerjaan, kepoercayaan, cara berfikir, nilai-nilai masyarakat, seni dan olah raga,

    hiburan, moral etika dan sebagainya (Rahmanto, 2004:31).

    Penjabaran di atas menandakan pentingnya latar budaya yang ada pada puisi

    untuk pembelajaran sastra di sekolah. Pada kumpulan puisi Sutradara Itu

    Menghapus Diaolog Kita ini digambarkan betapa lingkungan budaya di daerah

    Banten yang masih terjaga. Adat istiadat bersejarah masih dilestarikan dan bahkan

    menjadi simbol kebanggan warganya. Berikut ini kutipan puisi “Rumah di Ujung

    Jalan” yang menandakan layak untuk menjadi bahan ajar dari segi latar belakang

    budaya.

    Tutup pintu baik-baik, duduklah tenang

    aku pasti datang menjemputmu

    suatu saat nanti. Kututup pintu –

    tak pernah kubayangkan

    ada rumah setentram ini.

    Hasil analisis diksi dan citraan pada kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog

    Kita karya Sapardi Djoko Damono dapat diimplementasikan ke dalam pembelajaran

    bahasa dan sastra Indonesia di SMA. Materi pembelajaran yang disusun berdasarkan

  • 18

    standar isi yang berupa kompetensi inti dan kompetensi dasar pada kelas X semester 2

    (genap). Ditinjau dari karakteristik kelasnya, kelas mata pelajaran bahasa dan sastra

    Indonesia tampak sebagai sebuah bentuk relasi sosial. Melalui interaksi belajar-

    mengajar yang dilaksanakan terjadi hubungan yang dinamis antara teks dengan siswa,

    teks dengan guru, guru dengan siswa, maupun guru dan siswa dengan refleksi

    kehidupan sosial sejalan dengan realitas yang diangkat dalam kegiatan pembelajaran.

    4. PENUTUP

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai diksi dan citraan dalam

    kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono,

    maka dapat disimpulkan: 1) Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20

    maret 1940. Sapardi merupakan anak sulung dari pasangan Sadyoko dan Sapariah.

    Sapardi Djoko Damono yang lahir di kota Solo menjadikan kota tersebut dan beberapa

    kampung yang pernah ditinggalinya seperti Ngadijayan menjadi salah satu latar tempat

    pada karya-karyanya. 2) Diksi yang ditemukan dalam kumpulan puisi Sutradara Itu

    Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono meliputi pemanfaatan kosakata

    bahasa daerah, pemanfaatan kosakata bahasa asing, dan pemanfaatan sinonim.

    Sedangkan terkait citraan yang digunakan penyair dalam puisinya antara lain

    penglihatan, pendengaran, gerakan, yang didominasi oleh citraan penglihatan. 3)

    Berdasarkan hasil penelitian diksi dan citraan dalam kumpulan puisi Sutradara Itu

    Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono dapat diimplementasikan dalam

    pembelajaran sastra Indonesia, yakni pada Kompetensi Dasar 3.17 menganalisis unsur

    pembangun puisi dan Kompetensi Dasar 4.17 menulis puisi dengan memerhatikan unsur

    pembangunnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika

    Bahasa. Surakarta: Cakra Books.

    Al-Ma’ruf. 2012. Dimensi Sufistik dalam stilistika puisi Tuhan, Kita Begitu Dekat

    Karya Abdulhadi WM. Jurnal Kajian Seni Budaya Islam. Vol 01. No. 01. Hal

    101-118.

    Bode, Steve Ekundayo. 2013. Lexico Semantic of Poetry in Educated Nigerian English

    (ENE). Canadian Center of Science and Education. Volume 3, No. 3.

    http://desofAugten.edu/2013/Journal/the8895-ll diakses 8 Oktober 2019.

    http://desofaugten.edu/2013/Journal/the8895-ll%20diakses%208%20Oktober%202019

  • 19

    Ebi, Yeibo. 2011. Patterns of Lexical Choices and Stylistic Function in J.P. Clark

    Bekederemo‟s Poetry. International Journal of English Linguistic Niger Delta University. Vol 1. No 1. Hal 137-149.

    http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ijel/article/view/9768. diakses 8

    Oktober 2019.

    Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.

    Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

    Pradopo, Rahmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

    Press.

    Scheiber, Elizabeth. 2009. Figurative Language in Delbo’s Auschwitz et apres.

    Thematic Issue New Work in Holocaust Studies. Volume 11, No. 3.

    http://Docs.lib.purdue.edu/clcweb/vol11/iss1/3.com diakses 8 Oktober 2019.

    Sheth, N Jagdish dan Arun Sharma. 2007. Figurative Relationships of Language Issues

    and Challenges. Avenue of America. Volume 26, No. 11.

    http://www.scribd.com/doc/246650595/JournalofLanguageIssue diakses 8

    Oktober 2019.

    Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan

    (Cetakan Ke 5). Jakarta: Rineka Cipta.

    Sulistyanto. 2012. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.